Makna Ruang Publik pada Rumah Tradisional Masyarakat Jawa (Sumardiyanto, Antariksa, Purnama Salura)

MAKNA RUANG PUBLIK PADA RUMAH TRADISIONAL MASYARAKAT JAWA KASUS STUDI: DESA JAGALAN

Sumardiyanto1, Antariksa2, Purnama Salura3 1Program Studi Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya 3Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan [email protected], [email protected]

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemahaman tentang ruang publik pada rumah tinggal masyarakat Jawa. Untuk itu dipilih rumah-rumah tradisional masyarakat Jawa tipe di desa Jagalan Kotagede Yogyakarta sebagai representasi aspek bentuk. Untuk representasi aspek fungsi dipilih tiga adat dan upacara daur hidup yaitu kelahiran, perkawinan dan kematian. Pendekatan dasar yang digunakan adalah strukturalisme yang dikembangkan oleh Levi Strauss dikombinasikan dengan pengkategorisasian aspek dalam arsitektur oleh Capon dan perputaran aspek fungsi – bentuk – makna oleh Salura dan Fauzy. Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengungkap struktur permukaan aspek fungsi dengan menelusuri elemen-elemen dan relasi sintagmatik dari kegiatan pada adat dan upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Pada saat yang sama juga dilakukan pengungkapan struktur permukaan aspek bentuk melalui penelusuran elemen-elemen dan relasi sintagmatik dari rumah-rumah kasus studi. Langkah berikutnya adalah melakukan analisis oposisi biner untuk mendapatkan relasi paradigmatik antara struktur permukaan aspek fungsi dan struktur permukaan aspek bentuk. Hasilnya kemudian diinterpretasi lebih lanjut dengan mengkaitkannya dengan konsep- konsep yang hidup dalam masyarakat. Hasil analisis menunjukkan bahwa ruang publik pada rumah tinggal masyarakat Jawa merupakan bagian integral masyarakat Jawa dalam rangka menemukan keselamatan dalam hidup.

Kata Kunci : ruang publik, makna, rumah tradisional, Kotagede.

ABSTRACT. This research is aimed to explore the understanding of public space within Javanese traditional house. For this reason, it has been chosen some Javanese traditional houses known as Joglo House as case studies. Those houses are located in Jagalan , Kotagede Yogyakarta which will represent as form aspect. To represent function aspect, it has been conducted three ritual life cycle ceremonies consist birth, marriage and death. The basic approach that has been used is structuralism which has been developed by Levi Strauss and has been combined with aspect categorization in architecture by Capon as well as rotation aspect of function-form-meaning by Salura and Fauzy. Steps taken in this research is describing the surface structure of function aspect by exploring elements and sintagmatic relation from the activities of ritual ceremony of birth, marriage and death. In the same time, it will describe the surface structure of form aspect through exploring elements and sintagmatic relation of case studies conducted. Next step is by doing binary opposition analysis to get paradigmatic relation between surface structure of function aspect and form aspect. The result will be interpretated more by relating with the concept of living within community. Analysis result has shown that public space on Javanese traditional house is an integral part of Javanese community in a term to find a safety life.

Key Words : public space, meaning, traditional house, Kotagede

PENDAHULUAN

Ruang publik merupakan cerminan nilai publik cara manusia menjalin hubungan satu dengan dan nilai privat yang tumbuh dalam suatu yang lain. masyarakat [1]. Pembagian ruang menjadi area publik dan privat merupakan salah satu Di era global yang ditandai dengan kemajuan kunci dalam prinsip pengorganisasian dan tekonologi informasi, konsep dan gagasan pembentukan ruang fisik kota [2]. Pembedaan tentang ruang publik yang telah berkembang antara rumah (mewakili area privat) dan jalan dan diterapkan secara luas dalam (mewakili area publik) seperti yang ditemukan perancangan ruang kehidupan di kalangan pada kota-kota modern saat ini juga telah masyarakat Barat (Amerika dan Eropa) ditemukan dalam kota Ur di Mesopotamia lebih mengalir deras ke negara-negara lain. Konsep dari empat ribu tahun yang lalu. Hal ini ruang publik Barat tersebut kemudian diadopsi mengindikasikan adanya keterkaitan antara dan diwujudkan di negara-negara lain tanpa pembedaan ruang publik dan privat dengan 1

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1Januari 2016:1-12

memperhatikan kesesuaiannya dengan nilai- ini di Kotagede masih dapat dijumpai rumah- nilai budaya lokal. rumah tradisional yang berada dalam keadaan terawat dengan baik. Globalisasi yang di satu sisi mendorong kesadaran seseorang menjadi bagian dari Untuk mewakili aspek bentuk, dipilih rumah masyarakat global, di sisi lain menumbuhkan tradisional masyarakat Jawa tipe joglo sebagai pula dorongan untuk lebih melestarikan dan kasus studi. Untuk mewakili keberagaman memperkuat identitas nasionalnya. Gejala ini status sosial ekonomi masyarakat maka dipilih dikenal dengan istilah global paradox [3]. tiga buah rumah dengan susunan ruang yang Dalam konteks inilah maka penggalian konsep bervariasi. Rumah kasus studi pertama adalah ruang publik lokal menjadi penting untuk milik ibu Nurjohan yang susunan ruangnya dilakukan. masih sangat lengkap (dalem, , gandhok kiwa, gandhok tengen, pawon dan Masyarakat Jawa sebagai salah satu suku pekiwan). Rumah kasus studi kedua adalah bangsa terbesar di , tersebar hampir rumah milik ibu Trisyani yang susunan di seluruh wilayah Indonesia. Akibatnya hampir ruangnya kurang lengkap (dalem, pendhapa, di semua provinsi di Indonesia selalu dapat gandhok kiwa dan pawon) dan rumah kasus ditemui komunitas masyarakat Jawa beserta studi ketiga adalah rumah milik bapak tradisi-tradisi dan nilai-nilai lokal yang mereka Suwarsono yang susunan ruangnya minimal bawa dari tanah Jawa. Oleh karena itu (dalem, gandhok kiwa dan pawon). sangatlah strategis mengungkap pemahaman ruang publik pada rumah tradisional Untuk mewakili aspek fungsi, dipilih adat dan masyarakat Jawa. upacara daur hidup, yaitu adat dan upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Ketiga Penelitian ini menggunakan pendekatan adat dan upacara daur hidup tersebut dipilih strukturalisme yang dikembangkan oleh Levi- karena masyarakat Kotagede merupakan Strauss [4] dikombinasikan dengan masyarakat tradisional yang masih sangat pendekatan pengkategorisasian aspek dalam ketat menjalankan tradisi yang diwariskan oleh arsitektur oleh Capon [5] dan teori perputaran para leluhurnya. aspek fungsi – bentuk – makna oleh Salura dan Fauzy [6]. Pendekatan ini belum pernah Metode dilakukan pada penelitian-penelitian Metode penelitian yang digunakan merupakan sebelumnya sehingga hasilnya memberi gabungan antara pendekatan strukturalisme pandangan baru terhadap ruang publik yang yang dikembangkan oleh Levi-Strauss, berlandaskan nilai-nilai lokal dan memberikan pengkategorisasian aspek dalam arsitektur alternatif cara membaca sebuah karya oleh Capon dan perputaran fungsi – bentuk – arsitektur. makna oleh Salura dan Fauzy. Penggabungan ketiga pendekatan tersebut menghasilkan Kegunaan dan manfaat dari penelitian ini langkah-langkah sebagai berikut: pertama memberi pemahaman baru terhadap a. Pengungkapan struktur permukaan aspek ruang publik, kedua memberi alternatif cara fungsi. Pada langkah ini dilakukan membaca karya arsitektur, ketiga memberi identifikasi terhadap elemen-elemen dari masukan kepada seluruh pemangku tiga adat dan upacara daur hidup kepentingan yang terkait dengan perancangan (kelahiran, perkawinan dan kematian). ruang publik, dan akhirnya mengangkat ruang Selanjutnya dicari relasi sintagmatik antar publik yang berlandaskan nilai-nilai lokal dalam elemen untuk menghasilkan struktur percakapan internasional. permukaan aspek fungsi. b. Pengungkapan struktur permukaan aspek bentuk. Pada langkah ini dilakukan KASUS STUDI DAN METODE identifikasi terhadap elemen-elemen dari rumah tradisional tipe joglo. Selanjutnya Kasus studi dicari relasi sintagmatik antar elemen Lokasi penelitian ini adalah desa Jagalan untuk menghasilkan struktur permukaan Kotagede yang terletak sekitar 6 kilometer aspek bentuk. sebelah Tenggara kota Yogyakarta. Kotagede c. Pengungkapan struktur dalam. Pada adalah kawasan pusaka yang sejak tahun langkah ini dilakukan analisa oposisi biner 1577 menjadi ibukota kerajaan Mataram Islam dan pencarian relasi paradigmatik antara sebelum akhirnya pada tahun 1618 ibukota struktur permukaan aspek fungsi dan dipindah ke Kerta oleh Sultan Agung yang struktur permukaan aspek bentuk memerintah Mataram saat itu [7]. Sampai saat sehingga ditemukan struktur dalam. 2

Makna Ruang Publik pada Rumah Tradisional Masyarakat Jawa (Sumardiyanto, Antariksa, Purnama Salura)

d. Interpretasi. Pada langkah terakhir ini Secara diagramatis langkah-langkah penelitian dilakukan interpretasi terhadap struktur ini dapat disampaikan dalam diagram berikut dalam dengan cara mengkaitkannya ini. dengan konsep-konsep yang hidup dalam masyarakat Jawa.

MAKNA

STRUKTUR DALAM

STRUKTUR PERMUKAAN STRUKTUR PERMUKAAN FUNGSI BENTUK

ANALISA ANALISA OPOSISI BINER OPOSISI BINER

DALEM GANDHOK KEMATIAN PENDHAPA KELAHIRAN PERNIKAHAN

INTERAKSI SOSIAL RUANG PUBLIK

FUNGSI BENTUK

Gambar 1. Diagram Langkah-langkah pengungkapan relasi fungsi – bentuk – makna.

ANALISA dan sesaji bagi benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib, dan ketiga makan Pengungkapan Struktur Permukaan Aspek bersama/ kenduri/ bancakan. Fungsi Langkah awal yang dilakukan adalah Ketiga elemen adat dan upacara daur hidup identifikasi pelaksanaan adat dan upacara tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua daur hidup pada rumah kasus studi. Langkah berdasarkan sifat fisik dari aktivitas, yaitu berikutnya adalah mengidentifikasi elemen- pertama aktivitas yang bersifat nirfisik (doa/ elemen dari adat dan upacara daur hidup yang mantera) dan kedua aktivitas yang bersifat fisik terdiri dari: pertamadoa/ mantera dan sesaji (kenduri/ bancakan). Uraian tersebut dapat bagi arwah para leluhur, kedua doa/ mantera dijelaskan dengan skema sebagai berikut.

Fisik : kenduri/ bancakan Aktivitas ^ Benda Gaib : doa/ mantera dan sesaji Nirfisik ^ Arwah Leluhur : doa/ mantera dan sesaji

Gambar 2. Diagram Pembagian Aktivitas

Ketiga elemen tersebut selanjutnya dapat keselamatan pada upacara dan selamatan dijelaskan dengan relasi oposisi biner. Selain daur hidup. relasi oposisi biner yang ditentukan oleh sifat fisik aktivitas, relasi oposisi biner juga dapat Dari pelaksanaan adat dan upacara daur hidup dilihat berdasarkan penghormatan, ketaatan pada semua kasus studi terungkap bahwa pelaksanaan dan sifat fisik sumber terdapat variasi dalam hal penghormatan dan 3

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1Januari 2016:1-12

ketaatan menjalankan adat dan upacara. dan sebaliknya ketaatan terhadap masyarakat Penghormatan terhadap arwah dan benda melalui kenduri/ bancakan sifatnya rendah. Hal melalui doa/ mantera dan sesaji sifatnya ini terjadi karena status sosial seseorang mutlak sedangkan penghormatan terhadap bersifat relatif dan dinamis.Hal yang berbeda masyarakat melalui kenduri/ bancakan bersifat adalah pada sifat fisik sumber keselamatan. relatif. Hal ini terjadi karena status sosial Pada doa/ mantera dan sesaji bagi arwah seseorang dalam masyarakat sifatnya relatif leluhur sifat fisik dari sumber keselamatan dan sangat dinamis sehingga pelaksanaannya adalah arwah yang bersifat nirfisik, sedangkan sangat ditentukan oleh status sosial seseorang pada doa/ mantera dan sesaji bagi benda gaib dalam masyarakat. serta kenduri/ bancakan sifat fisik sumber keselamatannya adalah fisik berupa benda Hal yang sama terjadi pada ketaatan terhadap gaib dan masyarakat. pelaksanaan adat dan upacara daur hidup. Dari seluruh kasus studi ditemukan bahwa Relasi tersebut dapat dirangkum dalam tabel ketaatan terhadap arwah dan benda gaib berikut. melalui doa/ mantera dan sesaji sangat tinggi

Tabel 1. Relasi antar Elemen Adat dan Upacara Daur Hidup

Elemen Adat dan Upacara Daur Hidup Doa/ Mantera Doa/ Mantera Kenduri/ Relasi Karakter dan Sesaji bagi dan Sesaji bagi bancakan Arwah Leluhur Benda Gaib Nirfisik ya ya tidak 1 Sifat fisik aktivitas Fisik tidak tidak ya Sifat fisik sumber Nirfisik ya tidak tidak 2 keselamatan Fisik tidak ya ya Mutlak ya ya tidak 3 Penghormatan Relatif tidak tidak ya Tinggi ya ya tidak 4 Ketaatan Rendah tidak tidak ya

Uraian tentang relasi dan oposisi biner dan sesaji bagi arwah leluhur dan doa/ tersebut dapat digunakan untuk mengungkap mantera dan sesaji bagi benda gaib. Oposisi struktur di balik pelaksanaan upacara dan biner yang ada pada aktivitas selametan selamatan daur hidup (kelahiran, perkawinan tersebut dapat dilihat pada gambar 3. Kedua dan kematian) yang dilaksanakan pada rumah kutub yang saling beroposisi ini selanjutnya kasus studi. Pertama, upacara dan selamatan dapat digabungkan dan digambarkan menjadi merupakan upaya untuk mendapatkan satu model. Penggabungan dua oposisi biner keselamatan berupa aktivitas yang bersifat tersebut merupakan struktur dari sumber fisik dan nirfisik. Kedua, aktivitas yang bersifat keselamatan pada upacara dan selamatan fisik berupa kenduri/ bancakan dan aktivitas daur hidup (kelahiran, perkawinan dan yang bersifat nirfisik terdiri atas doa/ mantera kematian) (gambar 4).

doa/ mantera dan doa/ mantera dan sesaji bagi arwah doa/ mantera dan sesaji bagi arwah sesaji bagi benda gaib leluhur dan benda leluhur gaib (nirfisik)

(fisik) kenduri/ bancakan

Gambar 3. Oposisi Biner pada Aktivitas Selametan

4

Makna Ruang Publik pada Rumah Tradisional Masyarakat Jawa (Sumardiyanto, Antariksa, Purnama Salura)

doa/ mantera dan sesaji doa/ mantera dan sesaji bagi arwah leluhur bagi benda gaib

kenduri/ bancakan

Gambar 4. Penggabungan dua Oposisi Biner

Antara doa/ mantera dan sesaji bagi arwah penghormatan dan ketaatan masyarakat. dan bagi benda gaib terdapat kesamaan dan Penghormatan dan ketaatan masyarakat perbedaan. Kesamaan terletak pada terhadap doa/ mantera dan sesaji bagi benda penghormatan dan ketaatan masyarakat gaib bersifat mutlak, sedangkan penghormatan terhadap kedua doa/ mantera dan sesaji dan ketaatan masyarakat terhadap kenduri/ tersebut yang bersifat mutlak. Perbedaan di bancakan bagi masyarakat bersifat relatif. antara kedua doa/ mantera dan sesaji terletak Antara doa/ mantera dan sesaji bagi arwah pada sifatnya, arwah bersifat nirfisik sementara leluhur dengan kenduri/ bancakan bagi benda gaib dan masyarakat bersifat fisik. masyarakat tidak ada kesamaan. Terkait Antara doa/ mantera dan sesaji bagi benda dengan upacara dan selamatan yang gaib dan kenduri/ bancakan juga terdapat dilakukan dalam upacara daur hidup, model kesamaan dan perbedaan. Kesamaan antara tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut doa/ mantera dan sesaji bagi benda gaib dan menjadi gambaran struktur yang ada di balik kenduri/ bancakan bagi masyarakat adalah adat dan upacara daur hidup di lingkungan sama-sama obyeknya bersifat fisik. Perbedaan masyarakat Jawa. di antara keduanya terletak pada

Pengungkapan Struktur Permukaan aspek Bentuk

Rumah Ibu Nurjohan Rumah Ibu Trisyani Rumah Bapak Suwarsono

Gambar 5. Rumah Kasus Studi

Dari ketiga rumah studi kasus tersebut pada ketiganya, yaitu dalem untuk dianalisa kemudian dipilih ruang yang terdapat pada lebih lanjut. Dalam bangunan dalem terdiri dari 5

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1Januari 2016:1-12

berbagai elemen yang dapat dimasukkan bagian paling luar berupa tembok atau dinding dalam berbagai kategori. Kategorisasi dapat batu bata. Identifikasi terhadap ketinggian dilakukan secara vertikal maupun secara lantai emper, dalem dan senthong (dalam hal horisontal. Kemudian dari masing-masing ini adalah senthong tengah) menunjukkan kategorisasi dapat ditemukan elemen-elemen bahwa pada semua kasus studi semakin ke yang lebih kecil. belakang terjadi peningkatan ketinggian lantai.

Elemen-elemen berdasarkan kategorisasi Apabila kategorisasi vertikal dan horisontal Vertikal digabung, akan terlihat bahwa emper, saka Dalam kategorisasi vertikal terhadap bangunan emper serta atap emper ada dalam kategori secara keseluruhan dapat ditemukan elemen- bawah – depan. Dalem ada dalam kategori elemen bagian bawah, bagian tengah dan tengah baik secara vertikal maupun horisontal. bagian atas. Bagian bawah adalah lantai Senthong ada dalam kategori atas – belakang. (jogan), bagian tengah adalah tiang (saka/ serta atap brunjung berada pada cagak) dan bagian atas terdiri dari atap kategori tengah – atas. Saka penanggap serta (empyak). Pada masing-masing elemen atap penanggap ada dalam kategori tengah – (lantai, tiang dan atap) dapat dirinci lagi belakang.Penggabungan kategori tersebut sehingga ditemukan elemen-elemen yang menunjukkan adanya dua orientasi utama lebih kecil. dalam bangunan dalem. Apabila dilihat dari tata ruang, maka orientasi utama terlihat pada Tiap-tiap elemen pada masing-masing kategori senthong yang ada dalam kategori atas – memiliki kaitan satu terhadap yang lain. belakang. Jika dilihat dari atap maka orientasi Elemen lantai terdiri dari lantai emper, lantai lain terlihat pada atap brunjung dan atap limas dalem dan lantai senthong. Elemen tiang terdiri (didukung oleh saka guru) yang ada pada dari saka guru, saka penanggap, saka emper. kategori atas – tengah. Pada bangunan dalem dengan bentuk atap joglo saka guru adalah tiang yang menopang Penggabungan kedua kategorisasi tersebut menghasilkan tiga elemen yang saling atap brunjung (atap bagian pusat yang beroposisi yang dapat dikelompokkan menjadi menjulang ke atas). Saka penanggap adalah dua berdasarkan posisi kategorisasinya, yaitu saka yang ada di luar saka guru, fungsinya pertama elemen yang berada pada posisi untuk menopang atap penanggap yang tengah/ belakang – atas dan kedua elemen mengelilingi atap brunjung. Saka emper adalah yang berada pada posisi depan – bawah. saka di luar saka penanggap yang berfungsi Uraian tersebut dapat dijelaskan dengan menopang atap emper yang mengelilingi atap gambar 6 di bawah ini. penanggap. Pada ketiga kasus studi saka

Depan – Bawah : emper Elemen Tengah – Atas : saka guru - atap ^ Tengah/ Belakang Atas brunjung – ^ Belakang – Atas : senthong

Gambar 6. Diagram pembagian elemen

Ketiga elemen tersebut selanjutnya dapat atap utama (brunjung) dan senthong sifatnya dijelaskan dengan relasi oposisi biner. Selain mutlak sedangkan ketaatan terhadap relasi oposisi biner yang ditentukan oleh posisi keberadaan emper dan pengembangannya secara vertikal dan horisontal, relasi oposisi bersifat relatif. Hal ini terjadi karena kebutuhan biner juga dapat dilihat berdasarkan ketaatan pengembangan emper terkait dengan status masyarakat terhadap ketentuan posisi vertikal sosial seseorang dalam masyarakat yang dan horisontal.Melalui pengamatan terhadap sifatnya relatif dan sangat dinamis sehingga keberadaan elemen-elemen fisik pada semua pelaksanaannya sangat ditentukan oleh status kasus studi terungkap bahwa terdapat variasi sosial seseorang dalam masyarakat. Relasi dalam hal ketaatan melaksanakan tersebut dapat dirangkum dalam tabel 2 pembangunan berdasarkan prinsip vertikal dan berikut. horisontal. Ketaatan terhadap pembangunan

6

Makna Ruang Publik pada Rumah Tradisional Masyarakat Jawa (Sumardiyanto, Antariksa, Purnama Salura)

Tabel 2. Relasi antar Elemen Fisik Bangunan Dalem

Elemen Fisik Bangunan Dalem Atap Emper/ saka Relasi Karakter Senthong brunjung&sakaguru emper Kategorisasi Atas ya ya Tidak 1 Vertikal Bawah tidak tidak Ya Kategorisasi Belakang ya tidak Tidak 2 Horisontal Depan tidak ya Ya 4 Ketaatan Tinggi ya ya Tidak Rendah tidak tidak Ya

Uraian tentang relasi dan oposisi biner satu model. Penggabungan dua oposisi biner tersebut dapat digunakan untuk mengungkap tersebut merupakan struktur dari relasi antar struktur di balik pembangunan elemen-elemen elemen-elemen fisik pada bangunan dalem. fisik yang dilaksanakan pada rumah kasus (gambar 8) studi.Pertama, elemen-elemen fisik bangunan terdiri dari elemen fisik yang berada di depan – Antara senthong dan saka guru – atap bawah dan tengah/ belakang – atas. Kedua, brunjung/ limas terdapat kesamaan dan elemen fisik yang berada pada posisi depan – perbedaan. Kesamaan terletak pada ketaatan bawah berupa emper – saka emper dan masyarakat terhadap kedua elemen tersebut elemen fisik yang berada pada posisi tengah/ yang bersifat mutlak. Perbedaan di antara belakang – atas terdiri atas saka guru – atap kedua elemen terletak pada orientasinya, brunjung dan senthong. orientasi atas dari lantai senthong bersifat simbolis sementara orientasi atas bagi saka Oposisi biner yang ada pada elemen fisik guru – atap brunjung/ limas bersifat fisik tersebut dapat dilihat pada gambar 7. Kedua (langit). Antara saka guru – atap brunjung/ kutub yang saling beroposisi ini selanjutnya limas dan emper – saka panitih juga terdapat dapat digabungkan dan digambarkan menjadi kesamaan dan perbedaan.

saka guru atap – saka guru atap brunjung/ limas dan – senthong brunjung/ limas senthong (tengah/belakang – atas)

(depan – bawah) emper – saka panitih

Gambar 7. Oposisi Biner pada elemen Fisik

saka guru atap – senthong brunjung/ limas

emper – saka panitih

Gambar 8. Penggabungan Dua Oposisi Biner

Kesamaan antara saka guru – atap brunjung/ sama obyek orientasinya bersifat fisik yaitu limas dan emper – saka panitih adalah sama- langit dan tanah. Perbedaan di antara

7

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1Januari 2016:1-12

keduanya terletak pada ketaatan masyarakat. Pengungkapan struktur dalam Ketaatan masyarakat terhadap keberadaan Rumah sebagai tempat perlindungan bagi saka guru – atap brunjung/ limas bersifat keluarga haruslah merupakan tempat yang mutlak, sedangkan ketaatan masyarakat dapat memberikan keselamatan. Oleh karena terhadap emper dan pengembangannya itu ruang-ruang yang ada pada sebuah rumah bersifat relatif. Antara senthong dengan emper juga harus selaras dengan lingkungan yang tidak ada kesamaan. Terkait dengan elemen dipercaya ada dalam kehidupan masyarakat fisik pada bangunan dalem, model tersebut Jawa. Lingkungan tersebut terdiri dari dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi lingkungan adikodrati, lingkungan alam dan gambaran struktur yang ada di balik bangunan lingkungan masyarakat [8]. Lingkungan- rumah tradisional di lingkungan masyarakat lingkungan tersebut dapat dikelompokkan Jawa. menjadi dua berdasarkan sifat fisiknya dan selanjutnya dapat disusun sebuah relasi. Relasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Adikodrati : dunia arwah Lingkungan ^ Alam : alam semesta “Kodrati” ^ Masyarakat : tetangga

Gambar 9. Diagram pembagian lingkungan

Ketiga lingkungan tersebut selanjutnya dapat dan lingkungan alam sifatnya mutlak, dijelaskan dengan relasi oposisi biner. Selain sedangkan penghormatan terhadap relasi oposisi biner yang berkaitan dengan sifat lingkungan masyarakat bersifat relatif. Hal ini fisik lingkungan (“kodrati” dan adikodrati) ada terjadi karena status sosial dalam masyarakat juga oposisi biner berdasarkan penghormatan bersifat relatif dan dinamis. Berdasarkan dan ketaatan masyarakat terhadap lingkungan- alasan yang sama, ketaatan masyarakat lingkungan tersebut. Lingkungan adikodrati terhadap lingkungan adikodrati dan lingkungan sifatnya tidak terlihat sedangkan lingkungan alam tinggi sedangkan ketaatan terhadap “kodrati” yang terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan masyarakat rendah. Keseluruhan masyarakat sifatnya terlihat. Penghormatan unsur dan elemen yang beroposisi biner masyarakat terhadap lingkungan adikodrati tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 3. Relasi Unsur-unsur Lingkungan

Lingkungan Relasi Karakter Adikodrati Alam Masyarakat 1 Sifat fisik Tidak Terlihat ya Tidak tidak Terlihat tidak Ya ya 2 Penghormatan Mutlak ya Ya tidak Relatif tidak Tidak ya 3 Ketaatan Tinggi ya Ya tidak Rendah tidak Tidak ya

Oposisi biner yang ada pada lingkungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Lingkungan adikodrati

lingkungan “kodrati” Lingkungan Lingkungan alam masyarakat

Gambar 10. Oposisi Biner pada Lingkungan

8

Makna Ruang Publik pada Rumah Tradisional Masyarakat Jawa (Sumardiyanto, Antariksa, Purnama Salura)

Kedua kutub yang saling beroposisi ini tersebut merupakan struktur dari lingkungan selanjutnya dapat digabungkan dan yang harus dijaga keselarasannya pada digambarkan menjadi satu perwujudan ruang-ruang yang ada pada rumah model.Penggabungan dua oposisi biner tradisional masyarakat Jawa. (gambar 11)

Lingkungan adikodrati

Lingkungan Lingkungan alam masyarakat

Gambar 11. Penggabungan Dua Oposisi Biner

Antara lingkungan adikodrati dengan pada rumah tradisional masyarakat Jawa. lingkungan alam terdapat kesamaan dan Struktur permukaan tersebut dapat diothak- perbedaan. Kesamaan ada pada athik sedemikian rupa sehingga dapat penghormatan dan ketaatan terhadap kedua ditempatkan berbagai struktur lahir dalam lingkungan tersebut. Perbedaannya terletak sebuah untaian struktur yang memperlihatkan pada karakter fisiknya, lingkungan adikodrati transformasi-transformasi atau alih rupa yang bersifat nirfisik sedangkan lingkungan alam dialami oleh struktur tersebut [9]. bersifat fisik.Antara lingkungan alam dengan lingkungan masyarakat juga memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaan antara Fenomena yang terlihat pada aspek fungsi lingkungan alam dengan lingkungan yaitu pelaksanaan adat dan upacara kelahiran, masyarakat terletak pada sifatnya yang sama- perkawinan dan kematian adalah doa/ mantera sama fisik. Perbedaan antara lingkungan alam dan sesaji untuk arwah leluhur, doa/ mantera dan lingkungan masyarakat terletak dan sesaji untuk benda-benda dengan penghormatan dan ketaatan masyarakat. kekuatan gaib, dan kenduri/ bancakan. Ketaatan masyarakat terhadap lingkungan Fenomena yang terlihat pada aspek bentuk alam bersifat mutlak, sedangkan ketaatan seperti terlihat pada dalem adalah senthong masyarakat terhadap lingkungan masyarakat (terdiri dari senthong tengah, senthong kiwa bersifat relatif. Antara lingkungan adikodrati dan senthong tengen), relasi bangunan dan lingkungan masyarakat tidak ada dengan alam semesta, dan jogan/ amben. kesamaan. Berbagai fenomena budaya dengan struktur

Berdasarkan hasil pengungkapan struktur tersebut telah memperlihatkan adanya permukaan aspek fungsi dan struktur transformasi secara empiris.Proses permukaan aspek bentuk, maka dapat dilihat transformasi tersebut dapat dibaca lewat tabel adanya transformasi fenomena sosial budaya berikut ini.

Tabel 4. Transformasi Fenomena Budaya

Fenomena Budaya Unsur-unsur Adat dan Upacara Doa/ mantera dan Doa/ mantera dan sesaji Kelahiran, Perkawinan dan sesaji untuk arwah untuk benda-benda kenduri/ bancakan perkawinan leluhur dengan kekuatan gaib Dalem Senthong tengah, Saka guru atap Emper saka senthong kiwa dan – – brunjung emper senthong tengen

9

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1Januari 2016:1-12

Dari tabel tersebut di atas terlihat adanya guru – atap brunjung, dan emper – saka keterulangan (regularities) dalam dua emper. fenomena budaya yang diamati yaitu adat dan upacara kelahiran, perkawinan dan kematian; Hubungan antara fenomena budaya satu dan wujud dari dalem dari sebuah rumah. dengan fenomena budaya yang lain, dalam hal Lebih jelasnya dapat dikatakan bahwa unsur- ini mewakili aspek fungsi dan aspek bentuk unsur adat dan upacara daur hidup yang terdiri merupakan hubungan transformasi logis. dari doa/ mantera dan sesaji untuk arwah Artinya, hubungan tersebut tidak terdapat leluhur, doa/ mantera dan sesaji untuk benda- dalam tataran empiris, melainkan ada pada benda dengan kekuatan gaib dan kenduri/ tataran logika atau pemikiran.Struktur yang bancakan berkonfigurasi ke struktur dari telah terungkap dalam relasi sintagmatik dapat perwujudan ruang dalem yang terdiri dari pula dibaca dalam relasi paradigmatik senthong (terdiri dari senthong tengah, sehingga menunjukkan secara lebih nyata senthong kiwa dan senthong tengen), saka adanya transformasi atau alih rupa.

Fenomena Unsur-unsur Budaya Adat dan Upacara Doa/ mantera dan Doa/ mantera Kelahiran, kenduri/ sesaji dan sesaji untuk benda Perkawinan bancakan untuk arwah leluhur dengan kekuatan gaib dan Kematian

Dalem Senthong tengah, Saka guru atap Emper saka senthong kiwa dan – – brunjung/ limas panitih senthong tengen

Gambar 12. Diagram relasi sintagmatik dan paradigmatik

Berdasarkan gambar di atas, seluruh masyarakat Jawa, yaitu lingkungan rangkaian fenomena budaya bersama-sama masyarakat, lingkungan alam dan lingkungan dengan unsur-unsurnya dapat dibaca secara adikodrati, maka elemen-elemen yang terdapat sintagmatik (mendatar) dan kemudian pada upacara daurhidup maupun ruang-ruang dibandingkan secara paradigmatik (vertikal) pada dalem memiliki kesesuaian secara sehingga dapat dibaca bahwa doa/ mantera struktural. dan sesaji untuk arwah leluhur dibanding dengan doa/ mantera dan sesaji untuk benda- Doa/ mantera, dan sesaji bagi arwah leluhur benda dengan kekuatan gaib, dibanding serta senthong (senthong tengah, senthong dengan kenduri/ bancakan adalah sama kiwa dan senthong tengen) berada pada posisi seperti senthong (senthong tengah, senthong di antara lingkungan adikodrati dan lingkungan kiwa dan senthong tengen) dibanding saka masyarakat. Doa/ mantera, dan sesaji bagi guru – atap brunjung, dibanding emper. Hal ini benda-benda yang memiliki kekuatan gaib menunjukkan bahwa persamaan antar serta saka guru – atap brunjung berada di fenomena budaya bukanlah terletak pada isi antara lingkungan adikodrati dan lingkungan melainkan pada relasi antar fenomena, namun alam. Kenduri/ bancakan serta emper berada pada tataran yang berbeda. Hal ini juga pada posisi di antara lingkungan alam dan menegaskan bahwa dalam analisa struktural lingkungan masyarakat. Keterulangan struktur isi sudah tidak ada lagi karena isi ditentukan permukaan aspek fungsi dan aspek bentuk oleh relasi. Jadi, yang ada adalah relasi atau tersebut menunjukkan adanya struktur yang dengan kata lain, isi adalah relasi itu sendiri. tetap dan tidak berubah yaitu struktur dalam itu sendiri. Ruang publik yang merupakan wadah Apabila struktur yang muncul sebagai interaksi sosial tercermin dalam kegiatan fenomena budaya empiris dikaitkan dengan kenduri/ bancakan berlangsung di emper. lingkungan yang diyakini ada dalam hidup

10

Makna Ruang Publik pada Rumah Tradisional Masyarakat Jawa (Sumardiyanto, Antariksa, Purnama Salura)

Gambar 13. Model Struktur Gambar 14. Model Struktur elemen-elemen dalem Elemen-eleman upacara daur hidup

KESIMPULAN [6] Salura, Purnama andFauzy, Bachtiar.(2012) The Ever-rotating Aspects Sebagai kesimpulan dari penelitian ini dapat of Function-Form-Meaning in Architecture. disampaikan bahwa: pertama ruang publik Journal of Basic and Applied Scientific merupakan bagian integral dari upaya Research. ISSN 2090-4304. masyarakat Jawa mencari keselamatan hidup, [7] Adrisijanti, Inajati. (2000). Arkeologi khususnya dalam membangun relasi dan Perkotaan Mataram Islam. menjaga keselarasan dengan lingkungan [8] Magnis-Suseno, Franz.(1984). Etika Jawa: masyarakat. Kedua, penggunaan pendekatan Sebuah Analisa Falsafi tentang strukturalisme dalam penelitian ini terbukti Kebijaksanaan Hidup Jawa. mampu mengungkap struktur dalam yang tidak [9] Ahimza-Putra, Heddy Shri.(2002). Tari lain merupakan pikiran bawah sadar. “Srimpi” dan Struktur Simbolisme Pendekatan ini dapat dimanfaatkan untuk Jawa. Makalah Seminar Harapan Seni membaca karya arsitektur lainnya. Ketiga, Pertunjukan dalam Masa Globalisasi dan pemahaman atas ruang publik pada rumah Desentralisasi. tradisional Jawa memberi masukan kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan perancangan ruang publik yang memperhatikan nilai-nilai lokal, misalnya dalam perancangan rumah publik pada rumah susun. Akhirnya, pemahaman baru atas ruang publik yang berlandaskan nilai-nilai lokal dapat menjadi rujukan sekaligus alternatif rancangan ruang publik yang sejajar dengan rancangan- rancangan ruang publik yang berorientasi pada nilai-nilai asing.

REFERENSI

[1] Carr, Stephen, et.al.(1992). Public Space.[22-25] [2] Madanipour.(2003). Public and Private Spaces of the City. [01-04]. [3] Nasbitt, John.(1995). Global Paradox. The Bigger the world Economy, the More Powerful its Smllest Players. [4] Ahimsa-Putra, Heddy Shri.(2006). Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. [5] Capon, David Smith.(1999). Architectural Theory Volume 1 and 2.

11

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1Januari 2016:1-12

12