Gianny Angger Kusuma, Gerarda Orbita Ida Cahyandari: Penilaian Kondisi Fisik Rumah Tradisional di Kelurahan Jagalan,

PENILAIAN KONDISI FISIK RUMAH TRADISIONAL JOGLO DI KELURAHAN JAGALAN, KOTAGEDE

Gianny Angger Kusuma Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Gerarda Orbita Ida Cahyandari Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari 44 Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstract: Kotagede is the capital of the First Mataram Kingdom and the cultural heritage area in Yogyakarta. In the Kotagede area there are several traditional houses, namely Javanese houses, Kalang houses, and Colonial houses. In Jagalan , Kotagede found Joglo houses that still exist today. Joglo houses have a diverse history of ownership. Some houses are added with the arrangement of the space layout, the development of the times and the development of the activities of their owners. Joglo houses in Kotagede were mostly earthquakes due to the tectonic earthquake in 2006. An assessment of the physical condition of traditional buildings is the focus of this study. The method used is the method in this study. This study uses primary data and secondary data at three Joglo Houses in Jagalan Village, Kotagede. The three joglo houses have been subjected to repeated excavations. This study aims to maintain and preserve Joglo Traditional Houses in the Kotagede Cultural Heritage Area, precisely the Jagalan Village.

Keywords: Joglo House, Jagalan, Kotagede, conservation

Abstrak: Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram pertama dan kawasan cagar budaya di Yogyakarta. Di dalam kawasan Kotagede terdapat beberapa rumah tradisional yaitu rumah Jawa, rumah Kalang, dan rumah Kolonial. Pada Kelurahan Jagalan, Kotagede terdapat rumah- rumah Joglo yang masih ada hingga saat ini. Rumah-rumah Joglo memiliki sejarah kepemilikan yang beragam. Beberapa rumah mengalami perubahan dan penambahan tata letak ruang, mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan aktivitas pemiliknya. Rumah-rumah joglo di Kotagede sebagian besar direnovasi akibat gempa tektonik tahun 2006. Penilaian kondisi fisik bangunan-bangunan tradisional yang mengalami renovasi menjadi fokus penelitian ini. Metode kualitatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder pada tiga Rumah Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede. Ketiga rumah joglo sudah mengalami renovasi berulang kali. Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan dan melestarikan Rumah tradisional Joglo pada Kawasan Cagar Budaya Kotagede, khususnya Kelurahan Jagalan.

Kata kunci: Rumah joglo, Jagalan, Kotagede, konservasi

LATAR BELAKANG bangunan di kawasan Kotagede banyak mengalami perubahan yang hampir Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang menghilangkan ciri khas atau nilai lokalitas Cagar Budaya berisi “…Cagar Budaya berupa dari bangunan tersebut, baik dari tata letak benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan ruang maupun kondisi fisiknya. Seperti yang perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah tercantum pada buku “Sejarah dan Prinsip daerah dengan meningkatkan peran serta Konservasi Arsitektural Bangunan Cagar masyarakat untuk melindung, mengembangkan, Budaya Kolonial”, bahwa warisan budaya dan memanfaatkan Cagar Budaya..”. Tindakan arsitektur sedang dalam keadaan tersebut seperti tindakan-tindakan sederhana yang memprihatinkan, bukan hanya di Indone- dilakukan untuk menjaga lingkungan dimana sia melainkan juga di seluruh dunia seperti bangunan Cagar Budaya tersebut berada. Saat ini, dinyatakan dalam European Charter of 141 Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018

the Architecture Heritage 1975 Art 6. Tindakan Penilaian dan pengamatan akan kondisi fisik rumah penyelamatan dan pelestarian berlangsung sangat tradisional Joglo merupakan tahap awal untuk lambat dan penuh hambatan. Ancaman paling memulai pelestarian bangunan yang kemudian dapat berbahaya bagi kerusakan bangunan lama adalah dilanjutkan ke tahap rehabilitasi dan perbaikan dari pelapukan, sikap ketidakpedulian masyarakat, dan kerusakan-kerusakan konstruksi bangunan penolakan terhadap tindakan konservasi. tersebut. Dengan begitu, rumah tradisional Joglo (Kriswandhono & Pradana, 2014). tidak akan kehilangan identitas (nilai lokalitas), Perencanaan kota yang tidak bijaksana dapat sehingga akan terus ada dan dapat menjadi ilmu menjadi potensi penghancuran bangunan lama. Hal yang berguna di masa yang akan datang. ini terjadi saat pihak yang berwenang hanya Kotagede dipilih menjadi objek penelitian karena memerhatikan faktor-faktor ekonomi dan sejarah Kotagede yang merupakan bekas ibukota kelancaran transportasi kota. Salah satu upaya Kerajaan Mataram pertama di Pulau Jawa. Sebagai pelestarian kondisi fisik bangunan tradisional Joglo bekas ibukota, hal ini tentunya berpengaruh pada adalah dengan cara merawat bangunan tersebut. arsitektur di Kotagede yang memiliki beragam hias

Gambar 1 Tata Ruang Rumah Jawa Sumber: Manual Pelestarian Rumah Kotagede buku 1 142 Gianny Angger Kusuma, Gerarda Orbita Ida Cahyandari: Penilaian Kondisi Fisik Rumah Tradisional Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede dan corak pada bangunannya yang membedakan beragam fokus. Penelitian tentang joglo, khusus rumah tradisonal di Kotagede dengan di Kawasan corak pernah dilakukan terkait Cagar Budaya lainnya. Selain itu, Kotagede pemahaman sejarah dan hakekat joglo (Wijaya et merupakan salah satu kawasan Cagar Budaya di al. 2018). Joglo juga diteliti berfokus pada aspek Yogyakarta yang sangat terkenal dan banyak sosial dan budaya yang melekat, khususnya ndalem penelitian yang dilakukan di sana. Penelitian ini akan (rumah bangsawan) terkait dengan pola aktivitas fokus pada penilaian kondisi fisik tiga rumah sosial dan simbolisme (Cahyandari 2007), juga tradisional Joglo yang terletak di Kelurahan Jagalan, aspek estetika dan simbolismenya (Subiyantoro Kotagede. Lokasi Jagalan dipilih karena Kelurahan 2011), dan aspek kearifan lokal budaya Jawa yang ini menampung rumah Joglo paling banyak diantara mendasarinya (Utomo & Subiyantoro 2012). Joglo Kelurahan lain di Kotagede. pernah diteliti berfokus pada perilaku struktur Joglo sebagai satu tipologi dalam arsitektur Jawa bangunannya terhadap gempa (Prihatmaji 2007), merupakan obyek yang menarik diteliti dan sifat elemen-elemen dalam merespon gempa (Maer penelitian tentang joglo pernah dilakukan dengan 2009) dan kemungkinan upaya preservasinya

Gambar 2 Diagram Rencana Konservasi. Sumber: (Kerr, The Conservation Plan: A Guide to the Preparation of Conser- vation Plans for European Cultural Significant, 1982) 143 Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018

(Prihatmaji et al. 2014), termasuk proporsi tertentu sebagai pengganti dari UU RI No 5 tahun strukturnya (Prihatmaji et al. 2015). Joglo bahkan 1992. (Kerr, The Conservation Plan: A Guide diteliti fenomena transformasi desainnya dalam to the Preparation of Conservation Plans for Eu- konteks perubahan budaya ke arah modern ropean Cultural Significant, 1982). Pada (Sarmini et al. 2018) serta kaitannya dengan faktor- penjelasan mengenai strategi pelestarian konservasi faktor sosial dan alam lokal yang melingkupinya merupakan salah satu bagian dari suatu kegiatan (Idham 2018). Berbeda dari penelitian-penelitian pelestarian. Dalam piagram Burra, dijelaskan yang mendahului, penelitian dalam tulisan ini adalah mengenai langkah dalam melakukan konservasi yang tentang joglo di kawasan Kotagede, berfokus pada disebut rencana konservasi, yang terdiri atas: penilaian kondisi fisik joglo, untuk memperoleh a). Tahap 1 : Statting Cultural Significance, gambaran rasional status kondisi joglo dikaitkan merupakan usaha memahami dan menilai makna dengan kemungkinan dan upaya renovasi joglo di kultural dari bangunan beserta nilai tempatnya era pasca-bencana gempa tektonik tahun 2006. dengan kriteria penilaian tertentu. Sebagai contoh, TINJAUAN PUSTAKA keindahan, sejarah dan keilmuan, maupun nilai de- Zonasi Rumah Tradisional Jawa monstrative, hubungan asosiasional, kualitas formal Secara umum, rumah tradisional dan estetis. memiliki bentuk denah dan tata letak ruang yang b). Tahap 2 : Conservation Policy, merupakan berbeda, menyesuaikan dengan tapak dan nilai-nilai pencarian cara-cara terbaik dalam mempertahankan kesakralan tertentu pada daerahnya. Seperti rumah nilai-nilai tersebut dalam penggunaannya dan tradisional Jawa di Kotagede, bentuk dan tata letak pengembangan di masa yang akan datang. ruang nya mengacu pada standar tata ruang rumah Penyebab Kerusakan Bangunan Cagar Jawa pada umumnya sehingga memiliki bentuk fisik Budaya yang serupa. Faktor kerusakan bangunan Cagar Budaya Bentuk denah dasar rumah Jawa adalah bujur dibagi menjadi dua bagian yaitu, faktor intrinsik sangkar atau empat persegi panjang. Tata letak (berkaitan dengan keberadaan alami bahan rumah sesuai sumbu utara-selatan dan memiliki nilai bangunan yang digunakan untuk mendirikan kesakralan yang semakin meningkat ke arah bangunan) dan faktor ekstrinsik (berkaitan dengan bangunan dalem. Posisi dalem dalam tata letak lingkungan luar di mana bangunan tersebut berada). rumah Jawa berbeda di belakang pendapa. Dalem 1. Faktor intrinsik: Posisi dimana bangunan tersebut memiliki ruang tengah yang berfungsi sebagai ruang berada; kondisi geografi sangat mempengaruhi duduk keluarga serta tiga senthong atau kamar di stabilitas bangunan Cagar Budaya tersebut. sisi belakang yakni senthong kiwa, senthong Teknologi konstruksi yang digunakan; teknologi- tengah atau pasren atau petanen, dan senthong teknologi yang berbeda yang digunakan pada tengen. Bagian terluar dalem disebut emper. Tapak saat itu untuk membangun bangunan Cagar dapat dikelompokkan menjadi tiga area yaitu, Budaya. Karakteristik bahan bangunan yang daerah umum, daerah semi pribadi dan pribadi, dan digunakan; bahan bangunan yang digunakan servis. (Adibowo, Gupta, Titisari, & Nurfitri, 2011). biasanya tersusun atas bahan organik dan non- Tahap Kegiatan Pelestarian Bangunan organik dengan berbagai kualitas. Pada Sebagai upaya melestarikan kawasan cagar umumnya, bahan non-organik lebih tahan lama budaya Kotagede, diperlukan teori-teori tentang daripada bahan organik, namun bangunan cagar konservasi sebagai panduan, sehingga dalam proses budaya umumnya menggunakan bahan organik, mengkonservasi bangunan sesuai dengan teori dan sehingga sangat rentan terhadap lingkungan dan aturan yang telah ada. Peraturan yang mengatur mempercepat proses degradasi dari bahan tentang Cagar Budaya yaitu UU RI No 11 tahun bangunan tersebut. 2010 dan didukung dengan peraturan pemerintah, 2. Faktor ekstrinsik: Faktor biotik; di negara tropis peraturan daerah terutama untuk daerah-daerah seperti , faktor biotik sangat berperan 144 Gianny Angger Kusuma, Gerarda Orbita Ida Cahyandari: Penilaian Kondisi Fisik Rumah Tradisional Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede dalam proses pelapukan bahan bangunan dengan lama waktu, intensitas sinar matahari, dan pertumbuhan mikro organik pada permukaan kecepatan angin. Selain iklim, bencana alam bahan bangunan seperti jamur, alga, lumut, dan merupakan factor lain yang tidak dapat dihindari lain-lain. Faktor non-biotik; penyebab kerusakan oleh Indonesia sebagai negara rawan bencana. yang dapat langsung dilihat oleh mata manusia (Kriswandhono & Pradana, 2014). seperti kerusakan karena bencana alam, iklim, 3. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk dan manusia. Perubahan iklim; elemen utama mengetahui intensitas kerusakan pada tiga rumah iklim yang sangat berperan dalam proses Joglo bersasarkan elemen penyusun bangunan, kehancuran dan pelapukan bahan bangunan mengetahui kesesuaian tata letak ruang adalah air hujan, kelembaban udara, suhu udara, berdasarkan standar tata letak ruang rumah

A. Omah UGM B. Rumah Bapak Pawirohardjo C. Rumah Bapak Nurdjuhan Gambar 3 Peta Kotagede Sumber: Gambar dasar dari Kotagede CEP_UGM & JHS 145 Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018

Joglo, dan mengetahui tingkat layak huni Objek-3 adalah Rumah Joglo Pawiroharjo. berdasarkan kondisi fisiknya dengan cara Pemilik rumah adalah Dinas Cagar Budaya mengidentifikasi dan menganalisis ketiga rumah Yogyakarta. Lokasi rumah di Citran, Joglo. Wilayah objek penelitian yaitu sisi utara Jagalan, Kotagede. Fungsi rumah saat ini menjadi berbatasan dengan Jalan Mondorakan, sisi timur cagar budaya sekaligus rumah yang dapat dikunjungi berbatasan dengan Jalan Watu Cantheng, dan untuk kepentingan akademis seperti penelitian, sur- sisi selatan dan barat berbatasan dengan Sungai vey, dan lain-lain.. Narasumber : Bapak Mukani Gadjah Wong. Sasaran penelitian yang berusaha Alasan pemilihan Omah UGM menjadi objek dicapai adalah: (a). Identifikasi kondisi fisik pertama karena lokasi Omah UGM lebih dekat Rumah tradisional Joglo pada Kelurahan dengan Jl. Mondorakan dibandingkan dengan 2 Jagalan, Kotagede; (b). Menganalisis kerusakan objek lainnya. Sedangkan 2 objek lainnya terletak yang terjadi pada kondisi fisik rumah Joglo pada bersebelahan sehingga ditetapkan menjadi objek 2 Kelurahan Jagalan, sehingga dapat mendukung dan 3. Selain karena letak rumah yang berdekatan pelestarian bangunan tradisional yang menjadi dengan jalan utama Kotagede, Omah UGM cagar budaya. merupakan salah satu rumah Joglo di Kotagede yang banyak digunakan sebagai objek penelitian dan METODE PENELITIAN berusia lebih dari 70 tahun dan masih intens Penelitian dilakukan menggunakan metode dilakukan renovasi dan rehabilitasi. Objek kedua kualitatif, yaitu penelitian mengenai riset yang bersifat dan ketiga baru saja berpindah hak milik menjadi deskriptif dan cenderung menggunakan analisis data milik Dinas Cagar Budaya, sehingga baru dapat kualitatif. Proses dan makna (perspektif subjek) direhabilitasi dan baru dapat digunakan sebagai lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. objek penelitian. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk memahami Rumah Omah UGM, Bodon, Jagalan, Kotagede Joglo sebagai subjek penelitian dan dengan cara Pemilik asli rumah ini dari tahun 1930-2006 deskripsi dalam bentuk bahasa pada suatu konteks adalah bapak Parto Darsono hingga pada akhirnya khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan saat gempa 2006 rumah ini dibeli dan direhabilitasi metode alamiah. Tiga rumah joglo yang menjadi oleh Universitas Gadjah Mada. Pada tahun 2010- objek penelitian yaitu: (1) Omah UGM, (2) Rumah 2011 omah UGM sempat menjadi kantor bagi Joglo Bapak Nurdjuhan, dan (3) Rumah Joglo Rekompak- Reconstruction Fund. Dan pada Prawiroharjo. tahun 2012-sekarang omah UGM berfungsi sebagai Obyek-1 adalah Omah UGM milik Universi- pusat pergerakan pelestarian rumah tradisional Joglo. tas Gadjah Mada. Lokasi di Kampung Bodon, Narasumber sebagai penjaga rumah ini bernama Ibu Jagalan, Kotagede. Fungsi rumah saat ini menjadi Muhardjo. cagar budaya sekaligus rumah yang dapat Omah UGM mengalami kerusakan cukup berat dikunjungi untuk kepentingan akademis seperti saat gempa 2006 silam. Saat pasca gempa, selain penelitian, survey, dan lain-lain. Narasumber: Ibu merenovasi rumah juga melakukan pembanguan Muharjo. pendopo. Omah UGM terhitung sering mengalami Objek-2 adalah Rumah Joglo bapak renovasi terutama pada bagian penutup atap Nurdjuhan. Pemilik rumah adalaah Dinas Cagar dikarenakan pergeseran genteng yang Budaya Yogyakarta. Lokasi di Kampung Citran, mengakibatkan bocor. Dari segi material, Omah Jagalan, Kotagede. Fungsi rumah saat ini menjadi UGM masih menggunakan material penyusun cagar budaya sekaligus rumah yang dapat bangunan asli, hanya saja karena usia rumah yang dikunjungi untuk kepentingan akademis seperti sudah 80 tahun menyebabkan beberapa material penelitian, survey, dan lain-lain. Narasumber: Bapak dalam kondisi buruk. Dari segi konstruksi bangunan, Mukani 146 Gianny Angger Kusuma, Gerarda Orbita Ida Cahyandari: Penilaian Kondisi Fisik Rumah Tradisional Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede

Omah UGM memiliki kekuatan konstruksi yang organik yang akan menentukan kualitas material, baik dilihat dari jarangnya renovasi pada bagian dan kondisi konstruksi rumah yang terdapat pada konstruksi rumah. tabel penilaian. Faktor ekstrinsik berkaitan dengan Tabel penilaian kondisi fisik Omah UGM lingkungan luar dimana bangunan tersebut berada berdasarkan tata ruang dalam rumah dan jenis seperti, kondisi Omah UGM berada pada kawasan penilaiannya berdasarkan elemen penyusun padat penduduk, iklim di Yogyakarta yang memiliki bangunan mulai dari atap, badan, dan kaki serta kelembaban tinggi dapat mempercepat proses berdasarkan pada zonasi ruang (publik, semi publik, pelapukan material, dan kondisi geografis dan privat). Bagian yang dinilai dari elemen penyusun Yogyakarta yang memiliki Gunung berapi aktif bangunan adalah kondisi konstruksi rumahnya memungkinkan kerusakan non-biotik. apakah dalam keadaan baik atau buruk, kualitas

materialnya apakah masih asli dan dalam kondisi Rumah Joglo Bapak Nurdjuhan, Citran, baik atau buruk atau material telah berubah dan Jagalan, Kotagede dalam kondisi baik atau buruk, intensitas renovasinya Rumah Bapak Nurdjuhan menjadi objek kedua apakah sering atau jarang, dan kondisi rumahnya karena lokasinya yang sedikit lebih jauh dari Jl. apakah layak huni atau tidak. Mondorakan dibandingkan Omah UGM. Terletak Faktor intrinsik dan ekstrinsik juga menjadi pada Kampung Citran, Jagalan, Kotagede, rumah pertimbangan penilaian kondisi fisik Omah UGM, ini bersebelahan dengan objek ketiga yaitu rumah Kotagede. Faktor intrinsik berkaitan dengan bapak Pawirohardjo. Pemilik rumah pada tahun keberadaan alami bahan bangunan yang digunakan 1980 adalah bapak Nurdjuhan yang saat ini untuk mendirikan bangunan seperti, teknologi menjadi hak milik Dinas Cagar Budaya sebagai konstruksi rumah yang menggunakan sambungan salah satu warisan budaya di Kotagede. kayu dengan sistem purus dan canthokan, bahan Narasumber sebagai penjaga rumah ini adalah bangunan yang sebagian besar menggunakan bahan Bapak Mukani.

147 Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018

Rumah ini sudah mengalami rehabilitasi total rumahnya apakah dalam keadaan baik atau buruk, pada bagian atap, badan dan kaki oleh Dinas Cagar kualitas materialnya apakah masih asli dan dalam Budaya Yogyakarta, sehingga kondisi rumah dalam kondisi baik atau buruh, atau material telah berubah keadaan baik. Tabel penilaian kondisi fisik Rumah dan dalam kondisi baik atau buruk, intensitas bapak Nurdjuhan sama dengan Omah UGM, yaitu renovasinya apakah sering atau jarang, dan kondisi berdasarkan tata ruang dalam rumah dan jenis rumahnya apakah layak huni atau tidak. penilaiannya berdasarkan elemen penyusun Rumah Bapak Nurdjuhan tidak mengalami bangunan mulai dari atap, badan, dan kaki serta kerusakan berat saat gempa 2006 silam. Rehabilitasi berdasarkan pada zonasi ruang (publik, semi publik, total yang dilakukan pada rumah ini adalah pergantian dan privat). Bagian yang dinilai dari elemen penutup lantai, pelapis dinding, dan pelapis bukaan penyusun bangunan adalah kondisi konstruksi (pintu, jendelan, ventilasi). Dari segi konstruksi, hanya

4 saka pada omah ndalem yang diganti menjadi Rumah Joglo Bapak Pawirohardjo, Citran, kayu baru. Beberapa material lain terutama kayu Jagalan, Kotagede dan telah diganti masih tersimpan di gudang rumah Rumah bapak Pawirohardjo terletak tersbut. Secara keseluruhan, karena rumah ini bersebelahan dengan rumah bapak Nurdjuhan yaitu sudah direhabilitasi hampir diseluruh bagian, di Kampung Citran, Jagalan, Kotagede. Pemilik rumah ini layak huni dan layak untuk menjadi rumah pada tahun 1980 adalah bapak Pawirohardjo objek penelitian. yang saat ini menjadi hak milik Dinas Cagar Budaya Faktor intrinsik dan ekstrinsik juga menjadi sebagai salah satu warisan budaya di Kotagede. pertimbangan penilaian kondisi fisik rumah Bapak Rumah bapak Pawirohardjo akan direnovasi pada Nurdjuhan, Kotagede. Faktor intrinsik berkaitan pertengahan hingga akhir tahun ini, sehingga segala dengan keberadaan alami bahan bangunan yang kondisi fisik rumah masih asli. Narasumber sebagai digunakan untuk mendirikan bangunan seperti, penjaga rumah ini adalah Bapak Mukani. teknologi konstruksi rumah yang menggunakan Tabel penilaian kondisi fisik Rumah bapak

148 Gianny Angger Kusuma, Gerarda Orbita Ida Cahyandari: Penilaian Kondisi Fisik Rumah Tradisional Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede sambungan kayu dengan sistem purus dan tersebut berada seperti, kondisi iklim di Yogyakarta canthokan, bahan bangunan yang sebagian besar yang memiliki kelembaban tinggi dapat menggunakan bahan non-organik saat proses mempercepat proses pelapukan material, dan rehabilitasi tahun 2018 yang akan menentukan kondisi geografis Yogyakarta yang memiliki Gunung kualitas material. Sedangkan, faktor ekstrinsik berapi aktif memungkinkan kerusakan non-biotik. berkaitan dengan lingkungan luar dimana bangunan

Pawirohardjo sama dengan objek-objek sambungan kayu dengan sistem purus dan sebelumnya, yaitu berdasarkan tata ruang dalam canthokan, bahan bangunan yang sebagian besar rumah dan jenis penilaiannya berdasarkan elemen menggunakan bahan non-organik yang akan penyusun bangunan mulai dari atap, badan, dan kaki menentukan kualitas material, dan kondisi serta berdasarkan pada zonasi ruang (publik, semi konstruksi rumah yang terdapat pada tabel publik, dan privat). Bagian yang dinilai dari elemen penilaian. Sedangkan, faktor ekstrinsik berkaitan penyusun bangunan adalah kondisi konstruksi dengan lingkungan luar dimana bangunan tersebut rumahnya apakah dalam keadaan baik atau buruk, berada seperti, kondisi rumah Bapak Pawirohardjo kualitas materialnya apakah masih asli dan dalam berada pada kawasan padat penduduk, iklim di kondisi baik atau buruh, atau material telah berubah Yogyakarta yang memiliki kelembaban tinggi dapat dan dalam kondisi baik atau buruk, intensitas mempercepat proses pelapukan material, dan renovasinya apakah sering atau jarang, dan kondisi kondisi geografis Yogyakarta yang memiliki Gunung rumahnya apakah layak huni atau tidak. berapi aktif memungkinkan kerusakan non-biotik. Faktor intrinsik dan ekstrinsik juga menjadi Rumah bapak Pawirohadjo tidak mengalami pertimbangan penilaian kondisi fisik rumah Bapak kerusakan berat saat gempa 2006 silam. Kerusakan Pawirohardjo, Kotagede. Faktor intrinsik berkaitan hanya terletak pada bagian kaki pendopo, yaitu dengan keberadaan alami bahan bangunan yang retaknya penutup lantai. Rumah ini sudah mengalami digunakan untuk mendirikan bangunan seperti, renovasi oleh pemilik aslinya, terlihat pada penutup teknologi konstruksi rumah yang menggunakan lantai pada ndalem omah yang merupakan

149 Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018 keramik. Dari segi tata ruang dalam rumah, Rumah ketiga sekaligus rumah terakhir memiliki nilai perbedaan rumah bapak Pawirohardjo dengan rendah pada total nilai unsur kelayakan elemen rumah Joglo lainnya adalah tidak terdapatnya gadri bangunan dan kelayakan tiap ruang dalam rumah dan gandhok kiwa pada rumah ini. Dari segi kondisi adalah rumah bapak Pawirohadjo dengan nilai sebesar konstruksi, rumah ini memiliki kondisi yang nyaris 1088. Rumah bapak Pawirohadjo sudah mengalami buruk karena konstruksi atap sudah mulai keropos renovasi pada saat rumah masih menjadi pemilik rumah dan menyebabkan bocor pada dalam rumah. Dari pertama. Renovasi tersebut dilakukan pada bagian segi kualitas material, material atap asli, namun penutup lantai. Oleh Dinas Cagar Budaya, rumah ini dalam kualitas buruk, pada bagian badan material belum direhabilitasi sehingga kondisi fisik bangunan asli namun dalam kualitas buruk, dan pada bagian cukup buruk. kaki sebagian material berubah dan dalam kualitas Rumah yang mendapat penilaian kondisi fisik baik. Secara keseluruhan, karena rumah ini masih tertinggi juga didukung oleh peran Dinas Cagar Budaya, asli dan belum direhabilitasi, kondisi fisiknya sudah instansi lain, maupun pemilik rumah yang memiliki tidak layak huni, namun tetap layak menjadi objek kesadaran tinggi akan pelestarian rumah tradisional penelitian untuk mengetahui kondisi fisik asli rumah jawa sebagai salah satu warisan budaya. Alangkah Joglo. baiknya tingkat kesadaran akan pelestarian rumah tradisional Jawa dimiliki oleh semua pemilik rumah, agar Komparasi Ketiga Objek Rumah Joglo rumah Jawa khususnya di Kotagede yang masih tidak Komparasi dari masing-masing penilaian kondisi terawat menjadi warisan budaya serta objek yang fisik ketiga objek menghasilkan kesimpulan berupa bermanfaat bagi masyarakat. Range penilaian adalah angka yang dapat menjadi acuan bahwa rumah yang sebagai berikut: mendapat nilai tertinggi merupakan rumah yang memiliki elemen konstruksi dan kualitas material yang baik serta tata letak ruang dalam sesuai dengan KESIMPULAN DAN SARAN standar tata letak ruang dalam rumah Jawa. Rumah Kesimpulan yang mendapat nilai tertinggi adalah Rumah bapak Permasalahan yang sering terjadi pada rumah Nurdjuhan yang telah mengalami rehabilitasi total joglo yang sudah berusia lebih dari 50 tahun adalah mendapat total nilai unsur kelayakan elemen kebocoran pada bagian atap dan kelembaban pada bangunan dan kelayakan tiap ruang dalam rumah seluruh bagian rumah akibat cuaca. Penutup atap sebesar 1562. maupun konstruksinya yang sudah lapuk, maupun Rumah kedua yang memiliki nilai sedang pada penutup atap yang tergeser akibat angin total nilai unsur kelayakan elemen bangunan dan menyebabkan kebocoran dan ini dapat menjalar kelayakan tiap ruang dalam rumah adalah Omah pada dinding dan lantai. UGM dengan nilai sebesar 1466. Omah UGM juga Kondisi iklim dan cuaca di Yogyakarta dengan sudah banyak mengalami rehabilitasi dan renovasi kelembaban tinggi menjadi salah satu permasalahan hanya saja kegiatan tersebut dilakukan sedikit demi sedikit.

150 Gianny Angger Kusuma, Gerarda Orbita Ida Cahyandari: Penilaian Kondisi Fisik Rumah Tradisional Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede pada rumah tradisional, termasuk joglo yang Arsitektur Pada Rumah Jawa Di Yogyakarta dominan menggunakan material organik seperti Sebagai Wujud Kategori Pola Aktivitas Dalam konstruksi kayu pada atapnya. Kelembaban timbul Rumah Tangga. Jurnal Arsitektur Komposisi, pada bagian atap, badan, dan kaki sehingga perlu p.16. dilakukan rehabilitasi tiap tahunnya. Dinas Kebudayaan Yogyakarta. (n.d.). Kotagede Range penilaian kondisi fisik rumah joglo yang Khasanah Arsitektur dan Ragam Hias. telah dianalisis serta data sekunder yang telah Yogyakarta: Perpustakaan BPCB. dipaparkan dapat menjadi referensi untuk menilai Feilden, B. M. (1982). Conservation of Historic rumah joglo berdasarkan kondisi konstruksi rumah, Buildings, Technical Studies in the Arts, Ar- kualitas material, serta tingkat intensitas renovasi cheology, and Architecture. London. rumah. Hadiyanta, M. D. (2012). Revitalisasi Kawasan Saran Cagar Budaya Kotagede. Yogyakarta. Setelah meneliti, mengidentifikasi, observasi Idham, N.C., 2018. Javanese Vernacular Archi- lapangan dan wawancara dengan masyarakat tecture and Environmental Synchronization sekitar terkait ketiga objek rumah Joglo, maka Based on the Regional Diversity of Joglo and beberapa saran yang timbul setelah melihat kondisi Limasan. Frontiers of Architectural Research, fisik ketiga rumah Joglo adalah sebagai berikut: 7(3), pp.317–333. a). Diharapkan semakin banyak bangunan lama Kerr, R. (1982). The Conservation Plan: A Guide yang direhabiliasi dan direnovasi, baik oleh pemilik to the Preparation of Conservation Plans for aslinya, pemilik rumah saat ini atas hasil warisan, European Cultural Significant. New South maupun oleh Dinas Cagar Budaya sehingga rumah- Wales: The National Trust of Australia. rumah tersebut dapat menjadi objek penelitian. Kriswandhono, A., & Pradana, N. E. (2014). b). Dengan semakin banyaknya bangunan lama Sejarah dan Prinsip Konservasi Arsitektural terutama rumah joglo yang direhabilitasi menajdi Bangunan Cagar Budaya Kolonial. lebih baik, dapat meningkatkan minat wisatawan Semarang: Institut Konservasi ERMIT. untuk datang ke Kotagede sebagai destinasi wisata tradisional Jawa. Maer, B.W., 2009. Respon Pendopo Joglo Yogyakarta Terhadap Getaran Gempa Bumi. c). Agar penelitian ini dapat berlanjut dan DIMENSI (Journal of Architecture and Built berkembang untuk mengenalkan kepada Environment), 36(1), pp.1–9. Available at: masyarakat akan pentingnya pelestarian dan http://dimensi.petra.ac.id/index.php/ars/article/ konservasi bangunan Cagar Budaya. view/16968. UCAPAN TERIMAKASIH Perpustakaan Nasional. (2011). Rumah Pusaka Ucapan Terimakasih saya sampaikan kepada Ibu Kotagede Inventarisasi dan Dokumentasi Gerarda Orbita Ida C sebagai dosen pembimbing 2011. : Direktorat Jendral Cipta Karya, yang telah membantu menyusun dan memberi solusi Kementrian Pekerjaan Umum. dari setiap permasalahan dalam proses penyusunan artikel jurnal penelitian tentang kondisi fisik ketiga Prihatmaji, Y.P., 2007. Perilaku Rumah Tradisional rumah joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede. Jawa Joglo Terhadap Gempa. DIMENSI (Jour- nal of Architecture and Built Environment). DAFTAR RUJUKAN Prihatmaji, Y.P., Kitamori, A. & Komatsu, K., Adibowo, Gupta, D., Titisari, P. L., & Nurfitri, R. 2014. Traditional Javanese Wooden Houses (2011). Manual Pelestarian (Joglo) Damaged by May 2006 Yogyakarta Kotagede Buku 1 Ciri Arsitektur dan Arahan Earthquake, Indonesia. International Journal Pelestarian. Yogyakarta: REKOMPAK. of Architectural Heritage, 8(2), pp.247–268. Cahyandari, G.O.I., 2007. Tata Ruang dan Elemen Prihatmaji, Y.P., Kitamori, A. & Komatsu, K.,

151 Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018

2015. Seismic Vulnerability on Structural Pro- portion of Traditional Javanese Wooden Houses (Joglo). Procedia Environmental Sciences, 28, pp.804–808. Available at: http:// linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/ S1878029615003072. Sarmini, Nadiroh, U. & Basriyani, A.W., 2018. The Transformation of the Dimension of the Mean- ing of Traditional House Joglo into a Modern House. In Journal of Physics: Conference Se- ries. Subiyantoro, S., 2011. Rumah Tradisional Joglo dalam Estetika Tradisi Jawa. Bahasa dan Seni, 39(1), pp.68–78. Available at: http:// sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2012/01/ 7_-Slamet-Subiantoro.pdf. UNESCO Bangkok, UNESCO Jakarta. (2007). Kotagede Heritage Distric, Yogyakarta, In- donesia (Kawasan Pusaka Kotagede, Yogyakarta, Indonesia). Homeowner's Con- servation Manual (Pedoman Pelestarian bagi Pemilik Rumah), 1-167. Utomo, T.P. & Subiyantoro, S., 2012. Nilai Kearifan Lokal Rumah Tradisional Jawa. Humaniora, 24(3), pp.269–278. Wijaya, D.A., Djono & Ediyono, S., 2018. Local Knowledge in Joglo Majapahit: Analysis of Lo- cal Wisdom Models Gemah Ripah Loh Jinawi in Rural Java. International Journal of Multicultural and Multireligious Understand- ing, 5(3), p.113. Available at: https://ijmmu.com/ index.php/ijmmu/article/view/235.

152