E:\! 19-Dokumen Kerja-1\! 18111
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Gianny Angger Kusuma, Gerarda Orbita Ida Cahyandari: Penilaian Kondisi Fisik Rumah Tradisional Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede PENILAIAN KONDISI FISIK RUMAH TRADISIONAL JOGLO DI KELURAHAN JAGALAN, KOTAGEDE Gianny Angger Kusuma Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Gerarda Orbita Ida Cahyandari Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari 44 Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstract: Kotagede is the capital of the First Mataram Kingdom and the cultural heritage area in Yogyakarta. In the Kotagede area there are several traditional houses, namely Javanese houses, Kalang houses, and Colonial houses. In Jagalan Village, Kotagede found Joglo houses that still exist today. Joglo houses have a diverse history of ownership. Some houses are added with the arrangement of the space layout, the development of the times and the development of the activities of their owners. Joglo houses in Kotagede were mostly earthquakes due to the tectonic earthquake in 2006. An assessment of the physical condition of traditional buildings is the focus of this study. The method used is the method in this study. This study uses primary data and secondary data at three Joglo Houses in Jagalan Village, Kotagede. The three joglo houses have been subjected to repeated excavations. This study aims to maintain and preserve Joglo Traditional Houses in the Kotagede Cultural Heritage Area, precisely the Jagalan Village. Keywords: Joglo House, Jagalan, Kotagede, conservation Abstrak: Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram pertama dan kawasan cagar budaya di Yogyakarta. Di dalam kawasan Kotagede terdapat beberapa rumah tradisional yaitu rumah Jawa, rumah Kalang, dan rumah Kolonial. Pada Kelurahan Jagalan, Kotagede terdapat rumah- rumah Joglo yang masih ada hingga saat ini. Rumah-rumah Joglo memiliki sejarah kepemilikan yang beragam. Beberapa rumah mengalami perubahan dan penambahan tata letak ruang, mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan aktivitas pemiliknya. Rumah-rumah joglo di Kotagede sebagian besar direnovasi akibat gempa tektonik tahun 2006. Penilaian kondisi fisik bangunan-bangunan tradisional yang mengalami renovasi menjadi fokus penelitian ini. Metode kualitatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder pada tiga Rumah Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede. Ketiga rumah joglo sudah mengalami renovasi berulang kali. Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan dan melestarikan Rumah tradisional Joglo pada Kawasan Cagar Budaya Kotagede, khususnya Kelurahan Jagalan. Kata kunci: Rumah joglo, Jagalan, Kotagede, konservasi LATAR BELAKANG bangunan di kawasan Kotagede banyak mengalami perubahan yang hampir Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang menghilangkan ciri khas atau nilai lokalitas Cagar Budaya berisi “…Cagar Budaya berupa dari bangunan tersebut, baik dari tata letak benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan ruang maupun kondisi fisiknya. Seperti yang perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah tercantum pada buku “Sejarah dan Prinsip daerah dengan meningkatkan peran serta Konservasi Arsitektural Bangunan Cagar masyarakat untuk melindung, mengembangkan, Budaya Kolonial”, bahwa warisan budaya dan memanfaatkan Cagar Budaya..”. Tindakan arsitektur sedang dalam keadaan tersebut seperti tindakan-tindakan sederhana yang memprihatinkan, bukan hanya di Indone- dilakukan untuk menjaga lingkungan dimana sia melainkan juga di seluruh dunia seperti bangunan Cagar Budaya tersebut berada. Saat ini, dinyatakan dalam European Charter of 141 Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018 the Architecture Heritage 1975 Art 6. Tindakan Penilaian dan pengamatan akan kondisi fisik rumah penyelamatan dan pelestarian berlangsung sangat tradisional Joglo merupakan tahap awal untuk lambat dan penuh hambatan. Ancaman paling memulai pelestarian bangunan yang kemudian dapat berbahaya bagi kerusakan bangunan lama adalah dilanjutkan ke tahap rehabilitasi dan perbaikan dari pelapukan, sikap ketidakpedulian masyarakat, dan kerusakan-kerusakan konstruksi bangunan penolakan terhadap tindakan konservasi. tersebut. Dengan begitu, rumah tradisional Joglo (Kriswandhono & Pradana, 2014). tidak akan kehilangan identitas (nilai lokalitas), Perencanaan kota yang tidak bijaksana dapat sehingga akan terus ada dan dapat menjadi ilmu menjadi potensi penghancuran bangunan lama. Hal yang berguna di masa yang akan datang. ini terjadi saat pihak yang berwenang hanya Kotagede dipilih menjadi objek penelitian karena memerhatikan faktor-faktor ekonomi dan sejarah Kotagede yang merupakan bekas ibukota kelancaran transportasi kota. Salah satu upaya Kerajaan Mataram pertama di Pulau Jawa. Sebagai pelestarian kondisi fisik bangunan tradisional Joglo bekas ibukota, hal ini tentunya berpengaruh pada adalah dengan cara merawat bangunan tersebut. arsitektur di Kotagede yang memiliki beragam hias Gambar 1 Tata Ruang Rumah Jawa Sumber: Manual Pelestarian Rumah Adat Kotagede buku 1 142 Gianny Angger Kusuma, Gerarda Orbita Ida Cahyandari: Penilaian Kondisi Fisik Rumah Tradisional Joglo di Kelurahan Jagalan, Kotagede dan corak pada bangunannya yang membedakan beragam fokus. Penelitian tentang joglo, khusus rumah tradisonal di Kotagede dengan di Kawasan corak Majapahit pernah dilakukan terkait Cagar Budaya lainnya. Selain itu, Kotagede pemahaman sejarah dan hakekat joglo (Wijaya et merupakan salah satu kawasan Cagar Budaya di al. 2018). Joglo juga diteliti berfokus pada aspek Yogyakarta yang sangat terkenal dan banyak sosial dan budaya yang melekat, khususnya ndalem penelitian yang dilakukan di sana. Penelitian ini akan (rumah bangsawan) terkait dengan pola aktivitas fokus pada penilaian kondisi fisik tiga rumah sosial dan simbolisme (Cahyandari 2007), juga tradisional Joglo yang terletak di Kelurahan Jagalan, aspek estetika dan simbolismenya (Subiyantoro Kotagede. Lokasi Jagalan dipilih karena Kelurahan 2011), dan aspek kearifan lokal budaya Jawa yang ini menampung rumah Joglo paling banyak diantara mendasarinya (Utomo & Subiyantoro 2012). Joglo Kelurahan lain di Kotagede. pernah diteliti berfokus pada perilaku struktur Joglo sebagai satu tipologi dalam arsitektur Jawa bangunannya terhadap gempa (Prihatmaji 2007), merupakan obyek yang menarik diteliti dan sifat elemen-elemen dalam merespon gempa (Maer penelitian tentang joglo pernah dilakukan dengan 2009) dan kemungkinan upaya preservasinya Gambar 2 Diagram Rencana Konservasi. Sumber: (Kerr, The Conservation Plan: A Guide to the Preparation of Conser- vation Plans for European Cultural Significant, 1982) 143 Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2018 (Prihatmaji et al. 2014), termasuk proporsi tertentu sebagai pengganti dari UU RI No 5 tahun strukturnya (Prihatmaji et al. 2015). Joglo bahkan 1992. (Kerr, The Conservation Plan: A Guide diteliti fenomena transformasi desainnya dalam to the Preparation of Conservation Plans for Eu- konteks perubahan budaya ke arah modern ropean Cultural Significant, 1982). Pada (Sarmini et al. 2018) serta kaitannya dengan faktor- penjelasan mengenai strategi pelestarian konservasi faktor sosial dan alam lokal yang melingkupinya merupakan salah satu bagian dari suatu kegiatan (Idham 2018). Berbeda dari penelitian-penelitian pelestarian. Dalam piagram Burra, dijelaskan yang mendahului, penelitian dalam tulisan ini adalah mengenai langkah dalam melakukan konservasi yang tentang joglo di kawasan Kotagede, berfokus pada disebut rencana konservasi, yang terdiri atas: penilaian kondisi fisik joglo, untuk memperoleh a). Tahap 1 : Statting Cultural Significance, gambaran rasional status kondisi joglo dikaitkan merupakan usaha memahami dan menilai makna dengan kemungkinan dan upaya renovasi joglo di kultural dari bangunan beserta nilai tempatnya era pasca-bencana gempa tektonik tahun 2006. dengan kriteria penilaian tertentu. Sebagai contoh, TINJAUAN PUSTAKA keindahan, sejarah dan keilmuan, maupun nilai de- Zonasi Rumah Tradisional Jawa monstrative, hubungan asosiasional, kualitas formal Secara umum, rumah tradisional Nusantara dan estetis. memiliki bentuk denah dan tata letak ruang yang b). Tahap 2 : Conservation Policy, merupakan berbeda, menyesuaikan dengan tapak dan nilai-nilai pencarian cara-cara terbaik dalam mempertahankan kesakralan tertentu pada daerahnya. Seperti rumah nilai-nilai tersebut dalam penggunaannya dan tradisional Jawa di Kotagede, bentuk dan tata letak pengembangan di masa yang akan datang. ruang nya mengacu pada standar tata ruang rumah Penyebab Kerusakan Bangunan Cagar Jawa pada umumnya sehingga memiliki bentuk fisik Budaya yang serupa. Faktor kerusakan bangunan Cagar Budaya Bentuk denah dasar rumah Jawa adalah bujur dibagi menjadi dua bagian yaitu, faktor intrinsik sangkar atau empat persegi panjang. Tata letak (berkaitan dengan keberadaan alami bahan rumah sesuai sumbu utara-selatan dan memiliki nilai bangunan yang digunakan untuk mendirikan kesakralan yang semakin meningkat ke arah bangunan) dan faktor ekstrinsik (berkaitan dengan bangunan dalem. Posisi dalem dalam tata letak lingkungan luar di mana bangunan tersebut berada). rumah Jawa berbeda di belakang pendapa. Dalem 1. Faktor intrinsik: Posisi dimana bangunan tersebut memiliki ruang tengah yang berfungsi sebagai ruang berada; kondisi geografi sangat mempengaruhi duduk keluarga serta tiga senthong atau kamar di stabilitas bangunan Cagar Budaya tersebut. sisi belakang yakni senthong kiwa, senthong Teknologi konstruksi