Konsepsi Politik Islam.Pdf

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Konsepsi Politik Islam.Pdf Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 2 2 Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia • Tradisi, Intelektual, dan Sosial • i Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Tradisi, Intelektual, dan Sosial JILID 2 Editor Jilid 2 Taufik Abdullah Endjat Djaenuderadjat Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015 Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 2 SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM INDONESIA Jilid 2 Pengarah: 1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2. Direktur Jenderal Kebudayaan Penanggung Jawab: Endjat Djaenuderadjat Penulis: Achmad Syahid Azyumardi Azra Budhy Munawar-Rachman Gusti Asnan Jajat Burhanudin Moeflich Hasbullah Muhamad Hisyam Oman Fathurahman Taufik Abdullah Riset Ilustrasi: Amurwani Dwi Lestariningsih Isak Purba Siti Sari Hermasari Ayu Kusuma Tirmizi Tata Letak & Desain: Iregha Kadireja Martina Safitry Sumber Cover: Yayasan Lontar, Sumber Peta: KITLV Penerbit Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta - 10270 Tel./Fax.: 021-572 5044 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG: Dilarang mengutip seluruh atau sebagian isi buku tanpa izin dari penerbit CETAKAN 2015 ISBN: 978-602-1289-00-6 ISBN: 978-602-1289-02-0 ii Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 2 Istana Kesultanan Bima. Sumber: Dokumentasi Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya. iii Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 2 iv Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 2 SA MBUTA N Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Mengawali sambutan ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, atas perkenan rahmat dan hidayahNya, sehingga kita semua masih di karuniai kesehatan, kekuatan dan kesempatan untuk terus melanjutkan pengabdian kita kepada bangsa dan Negara tercinta. Perkembangan peradaban Islam Indonesia berkaitan erat dengan dinamika Islam di belahan dunia lain. Sejarah peradaban Islam Indonesia menampilkan cirri dan karakter yang khas, relative berbeda dengan perkembangan peradaban Islam di wilayah-wilayah lainnya, seperti Afrika, Eropa dan Amerika.Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan secara damai dengan pendekatan lebih inklusif dan akomodatif terhadap kepercayaan dan budaya lokal. Menyebut Wali Songo dalam penyebaran Islam di negeri ini tentu merujuk pada bagaimana Islam masuk sebagai sesuatu yang diakrabi masyarakat. Sunan Kalijaga misalnya melakukan penyebaran Islam melalui medium wayang kulit. Yang pada saat itu bahkan masih memuat cerita Pandawa dan Kurawa yang bicara tentang kebaikan dan keburukan. Perjalanan penyebaran Islam ini kemudian bergeliat dengan kebudayaan lokal, sebut saja tatkala munculnya Pakem Pewayangan Baru berupa adanya unsur ajaran Islam. Lakon Jimat Kalimasodo misalnya atau yang lebih banyak terjadi adalah dengan menyelipkan cerita-cerita Islam pada epos pewayangan. Islam menjadi begitu bersahabat karena datang lewat sebuah keseharian masyarakat. Masyarakat yang menonton wayang kemudian dapat menerima langsung ajaran Islam dengan sukarela. Beragam medium penyebaran Islam itu sedang mengirim sebuah pesan bahwa spirit keuniversalan pokok ajaran Islam tetap membuka ruang keunikan dan tidak menafikan kekhasan peradaban muslim ketika berjumpa dan berhadapan dengan realitas sejarah dan sosial budaya masyarakat. v Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 2 Oleh karena itu dapat dimengerti peradaban Islam Indonesia menampilkan ciri dan karakter yang relative berbeda dengan peradaban Islam di wilayah-wilayah peradaban muslim lainnya. Kekhasan ini memiliki kecenderungan kuat untuk lebih akomodatif dan inklusif terhadap tradisi dan praktek-praktek kebudayaan lokal. Sejarah peradaban Islam juga tak bisa dilepaskan dari aspek kebangsaan kita. Islam memberi kontribusi terhadap terbentuknya integrasi bangsa.Yang menjadi penting adalah peran Islam sebagai pembentuk jaringan kolektif bangsa melalui ikatan ukhuwah dan silaturahmi para ulama di Nusantara. Jaringan ingatan dan pengalaman bersama ini pada akhirnya menumbuhkan rasa kesatuan dan solidaritas (ummatan wahidatan) sehingga melahirkan perasaan sebangsa dan setanah air. Perjalanan peran Islam di Indonesia adalah penting untuk menjadi sebuah pelajaran. Buku ini berikhtiar untuk melakukan hal tersebut, bukan hanya sebagai sebuah catatan sejarah namun juga menjadi pesan bagi kita sebagai sebuah bangsa. Tentu catatan sejarah ini penting bukan hanya untuk mengenang apa yang lampau, tapi juga untuk mengetahui dimana posisi kita berdiri saat ini. Dari situ, kita bisa menentukan langkah kedepan. Sebab setiap zaman akan memiliki tantangan yang berbeda-beda. Islam Indonesia saat ini tentu memiliki tantangan yang jauh berbeda disbanding berabad-abad lalu. Tantangan yang berbeda ini juga harus di sikapi dengan cara yang berbeda pula. Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin, mengajarkan kedamaian bagi kita dengan cara yang beradab seperti apa yang Rasulullah ajarkan. Peran tersebut masih sangat relevan saat ini dan juga untuk masa-masa kedepan. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah dengan memberikan keteladanan. Keteladanan para pemimpin untuk bersilaturahmi menjadi amat penting sebagai pesan bahwa Islam ikut menjaga tenun kebangsaan negeri ini. Tantangan Islam di Indonesia harus kita jawab bersama. Dan untuk menjawab tantangan tersebut buku ini menjadi penting sebagai sebuah refleksi sampai sejauh mana kita telah melangkah. Selamat membaca. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta, November 2014 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Anies Rasyid Baswedan, Ph. D vi Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 2 SA MBUTA N Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Keragaman budaya di Indonesia yang memiliki titik sambung antara satu dengan yang lainnya merupakan hasil silang budaya (konvergensi) yang terjadi di dalam dan di luar nusantara dalam proses yang panjang. Proses inilah yang menjadikan Indonesia sebagai rumah budaya besar yang menjadi tempat bagi beragam kebudayaan yang memiliki titik sambung itu. Salah satu ragam kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan Islam. Secara historis, Islam disebarkan oleh para penyiarnya dalam dakwah damai dengan pendekatan inklusif dan akomodatif teradap kepercayaan dan budaya lokal. Islam dengan mudah diterima oleh masyarakat sebagai sebuah agama yang membawa kedamaian, sekalipun saat itu masyarakat sudah mempunyai system kepercayaan sendiri seperti animisme dan agama Hindu-Budha. Apa yang dilakukan oleh para Wali Songo sering dijadikan sebagai contoh betapa penyebaran Islam itu dilakukan secara damai tanpa adanya benturan dengan budaya lokal. Islam yang berinteraksi dengan budaya lokal tersebut pada akhirnya membentuk suatu varian Islam yang khas, seperti Islam Jawa, Islam Madura, Islam Sasak, Islam Minang, Islam Sunda, dan seterusnya. Varian Islam tersebut bukanlah Islam yang tercerabut dari akar kemurniannya, tetapi Islam yang di dalamnya yang telah berakulturasi dengan budaya lokal. Dengan demikian, Islam tetap tidak tercerabut dari akarnya, sebaliknya budaya lokal tidak lantas hilang dengan masuknya Islam di dalamnya. Di sini lalu muncul apa yang disebut sebagai pengkayaan kebudayaan Islam. vii Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 2 Varian Islam lokal tersebut terus lestari dan mengalami perkembangan di berbagai sisi. Islam Kultural tetap menjadi cirri khas dari fenomena keislaman masyarakat Indonesia yang berbeda dengan Islam yang berada di Timur Tengah maupun Eropa. Singgungan-singgungan dan silang budaya ini pada dasarnya telah membangun kebudayaan Islam yang toleran dan demokratis. Interaksi antara Islam dan kebudayaan Indonesia dalam perjalanan sejarah merupakan sebuah keniscayaan. Islam memberikan warna (spirit) pada kebudayaan Indonesia, sedangkan kebudayaan Indonesia memperkaya keislaman. Dalam konteks ini, penerbian buku Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia (SKII), dalam 5 jilid, yang ditulis oleh tim sejarawan ini memiliki nilai strategis, sejalan dengan misi Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yaitu menggali dan mengembangkan nilai-nilai sejarah dan warisan kebudayaan Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Penerbitan buku ini diharapkan tidak hanya menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia, melainkan juga bagi Negara-negara lain. Selama ini, di antara intelektual dan politisi dunia bahwa Islam itu berada di dalam posisi berentangan ketika berhadapan atau berinteraksi dengan agama atau kebudayaan lain atau class of civilization, sebagaimana dikemukakan oleh Samuel Huntington. Pelajaran dari Indonesia, paling tidak, menunjukkan bahwa wajah Islam tidak seperti itu. Kehadiran Islam di Indonesia telah memperkaya kebudayaan di Indonesia, dan kebudayaan Islam sendiri, karena terdapat interaksi, dialog, bahkan konvergensi yang berlangsung secara damai. Buku ini diharapkan bias memperkaya sumber pelajaran mengenai kebudayaan Islam. Hal ini tidak lepas dari realitas bahwa khazanah sejarah dan kebudayaan bangsa kia sangat kaya dan beragam. Manakala program-program penyadaran sejarah perlu terus digalakkan untuk semakin menegaskan identitas diri dan memperkuat pilar-pilar kebangsaan Indonesia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jendral Kebudayaan akan terus mendukung upaya-upaya penyadaran ini seperti selama ini sudah banyak dijalankan. Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Jakarta, Desember 2013 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Recommended publications
  • SUBSTR DESCR International Schools MACAU 001199 Univ Asia
    SUBSTR DESCR International Schools MACAU 001199 Univ Asia Oriental 001199 Univ East Asia 001199 University Of Macau MADAGASCAR 003655 Gim Koco Racin 003655 Koco Racin Gymnasium 000228 Univ Bitola 000239 Univ Kiril Metodij Skopju 001190 Univ Madagascar 000239 Univ Skopje 001190 University Of Madagascar 000228 Univerzitet Bitola MALAWI 000747 Bunda Col Agri 000747 Chancellor Col 000747 Kamuzu Col Nursing 005074 Malamulo School 000747 Pol Blantyre 000747 Univ Malawi MALAYSIA 004835 Alam Shah 004820 Assunta Secondary Sch 004333 Bbgs Seconary School 004154 Bukit Mertajam High School 004836 Clifford Secondary School 000748 Col Agri Malaya 004315 College Damansara Utama 003358 Damansara Jaya Sec School 004340 Datuk Abdul Razak School 003871 Disted College 004656 Federal Islamic Hs 003586 Higher Education Learn Progamm 002083 Inst Tech Mara 002083 Inst Teknologi Mara 002083 Institut Teknologi Mara 002083 Itm 003088 Jalan Mengkibol High School 004838 Johore Science Secondary 004315 Kolej Damansara Utama 003871 Kolej Disted 004338 Kolej Tunku Kurshiah 004438 La Salle School 004151 Maktab Rendah Sains Mara Serti 004341 Malacca High School 003423 Mara Community College 002083 Mara Inst Tech 003448 Mara Jr Science College Bantin 005128 Mara Junior College 004334 Mara Junior Science College International Schools 004349 Methodist Secondary School 004331 Muar Science Secondary Sch 004339 Muslim College Klang 000750 Na Univ Malaysia 000751 Northern Univ Malaysia 004971 Petaling Garden Girls Sec Sch 004331 Science Secondary School 004332 Science Selangor
    [Show full text]
  • Text and Screen Representations of Puteri Gunung Ledang
    ‘The legend you thought you knew’: text and screen representations of Puteri Gunung Ledang Mulaika Hijjas Abstract: This article traces the evolution of narratives about the supernatural woman said to live on Gunung Ledang, from oral folk- View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE lore to sixteenth-century courtly texts to contemporary films. In provided by SOAS Research Online all her instantiations, the figure of Puteri Gunung Ledang can be interpreted in relation to the legitimation of the state, with the folk- lore preserving her most archaic incarnation as a chthonic deity essential to the maintenance of the ruling dynasty. By the time of the Sejarah Melayu and Hikayat Hang Tuah, two of the most impor- tant classical texts of Malay literature, the myth of Puteri Gunung Ledang had been desacralized. Nevertheless, a vestigial sense of her importance to the sultanate of Melaka remains. The first Malaysian film that takes her as its subject, Puteri Gunung Ledang (S. Roomai Noor, 1961), is remarkably faithful to the style and sub- stance of the traditional texts, even as it reworks the political message to suit its own time. The second film, Puteri Gunung Ledang (Saw Teong Hin, 2004), again exemplifies the ideology of its era, depoliticizing the source material even as it purveys Barisan Nasional ideology. Keywords: myth; invention of tradition; Malay literature; Malaysian cinema Author details: Mulaika Hijjas is a British Academy Postdoctoral Fel- low in the Department of South East Asia, SOAS, Thornhaugh Street, Russell Square, London WC1H 0XG, UK. E-mail: [email protected].
    [Show full text]
  • Education and Nation-Building in Plural Societies: the West Malaysian Experience
    The Ausrrolion Development Studies Centre Norionol Universiry Monograph no. 6 Education and nation-buildingin plural societies: The West Malaysian experience The Development Studies Centre has been set up within the Australian National University to help foster and co-ordinate development studies within the University and with other Institutions. The work of the Centre is guided by an Executive Committee under the chairmanship of the Vice Chancellor. The Deputy Chairman is the Director of the Research School of Pacific Studies. The other members of the Committee are: Professor H.W. Arndt Dr W. Kasper Dr C. Barlow Professor D.A. Low Professor J.C. Caldwell (Chairman) Mr E.C. Chapman Dr T .G. McGee Dr R.K. Darroch Dr R.C. Manning Dr C.T. Edwards Dr R.J. May Mr E.K. Fisk Mr D. Mentz Professor J. Fox Dr S.S. Richardson Mr J.L. Goldring Dr L. T. Ruzicka Professor D.M. Griffin Professor T.H. Silcock Mr D.O. Hay Dr R.M. Sundrum Mr J. Ingram Professor Wang Gungwu Professor B.LC. Johnson (Dep. Chairm�n) Dr G.W. Jones Professor R.G. Ward Development Studies Centre Monograph no. 6 Education and nation-building in plural societies: The West Malaysian experience Chai Hon-Chan Series editor E.K Fisl� The Australian National University Canberra 1977 © Chai Hon-Chan 1977 This work is copyright. Apart from any fair dealing for the purpose of private study, research, criticism or review, as permitted under the Copyright Act, no part may be reproduced by any process without written permission. Inquiries may be made to the publisher.
    [Show full text]
  • BUKTI MELALUI SUMBER BERTULIS DAN ARKEOLOGI Asyaari Muhamad
    Asian Journal of Environment, History and Heritage June 2020, Vol. 4, Issue. 1, p. 45-61 ISSN 2590-4213 e-ISSN 2590-4310 Published by Malay Arts, Culture and Civilization Research Centre, Institute of the Malay World and Civilization SEJARAH PRA EMPAYAR JOHOR: BUKTI MELALUI SUMBER BERTULIS DAN ARKEOLOGI (HISTORY OF THE JOHOR EMPIRE: EVIDENCE THROUGH WRITING AND ARCHAEOLOGY RESOURCES) Asyaari Muhamad Abstrak Makalah ini memberi tumpuan kepada sejarah dan warisan arkeologi Melayu Johor-Riau-Lingga dari abad ke-16 hingga abad ke-19 Masihi. Dalam tempoh masa ini, banyak penyelidikan arkeologi telah dilakukan terutamanya oleh penyelidik tempatan dan luar negara. Penyelidik tempatan seperti Nik Hassan Shuhaimi Nik Abdul Rahman, Adi Haji Taha, Abdul Jalil Osman, Kamarudin Ab. Razak dan Asyaari Muhamad secara terus-menerus terlibat dalam penyelidikan arkeologi dari tahun 1990-an hingga kini. Selain itu, para penyelidik dari luar negara seperti Solheim, I.A. Mc Gregor, R.O. Winstedt, C.A. Gibson-Hill, G.A. Gardner dan Green Erneste juga terlibat dalam kajian arkeologi di Lembah Sungai Johor. Beberapa kawasan yang akan disentuh dalam kajian ini termasuklah Kota Sayong Pinang, Batu Sawar, Kota Seluyut, Kampung Makam, Kota Panchor dan Kota Johor Lama. Seluruh kawasan berkenaan termasuk bahagian hulu Sungai Johor dan menelusuri sungai hingga ke kawasan muara Sungai Johor. Bukti pendukung untuk perbincangan ini termasuk kajian tekstual mengenai beberapa teks Melayu (seperti Sejarah Melayu, Sejarah Negeri Johor, dan Sejarah Petempatan di Sepanjang Sungai Johor) dan rekod arkeologi. Kajian ini memperlihatkan banyak bahan bukti sejarah dan arkeologi yang diwakili oleh tinggalan kubu lama seperti yang terdapat di Kota Johor Lama, Kota Sayong Pinang, Kota Batu Sawar, Kota Seluyut, tapak pengkebumian dan kelas pemerintah, penemuan duit syiling dinar emas, pelbagai senjata dan banyaknya seramik luar biasa (kebanyakannya pecah).
    [Show full text]
  • KONFLIK Antara SULTAN MAHMUD SYAH Dengan BENDAHARA SERI MAHARAJA TUN MUZAHIR Dan KEJATUHAN KOTA MELAKA 1511
    KONFLIK ANTARA SULTAN MAHMUD SYAH DENGAN BENDAHARA SERI MAHARAJA TUN MUZAHIR DAN KEJATUHAN KOTA MELAKA 1511 (The Conflict between Sultan Mahmud Syah and Bendahara Seri Maharaja Tun Muzahir, and the Fall of Melaka City 1511) Azmi Arifin [email protected] Bahagian Sejarah, Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universiti Sains Malaysia. Terbit dalam talian (published online): 3 Januari 2020 Sila rujuk: Azmi Arifin. (2020). Konflik antara Sultan Mahmud Syah dengan Bendahara Seri Maharaja Tun Muzahir, dan Kejatuhan Kota Melaka 1511. Melayu: Jurnal Antarabangsa Dunia Melayu, 13(1), 25-62. Abstrak Kajian ini menilai semula dakwaan sesetengah sarjana yang menghubungkaitkan kejatuhan Melaka pada 1511 dengan kekejaman dan kelemahan pemerintahan Sultan Mahmud Syah (1481 – 1528). Dalam tulisan kajian terdahulu, Sultan Mahmud Syah digambarkan sebagai pemerintah yang sangat kejam dan berkuasa mutlak. Antara kekejaman utama beliau termasuklah melaksanakan hukuman mati terhadap beberapa individu, terutamanya Bendahara Tun Muzahir dan keluarganya. Tindakan itu didakwa kerana perasaan cemburu raja terhadap keputusan Bendahara untuk mengahwinkan puterinya Tun Fatimah dengan sepupunya Tun Ali, tanpa menunjukkan Tun Fatimah kepada baginda terlebih dahulu. “Pembunuhan” itu dikatakan telah memberikan kesan yang buruk kepada kestabilan politik Melaka yang membolehkan Portugis menawan Melaka pada 1511. Dengan mengkaji semula konflik Sultan Mahmud Syah-Tun Muzahir dan kejatuhan Melaka seperti yang diterangkan dalam teks Sulalat-us-Salatin, sumber Portugis dan sekunder, kajian ini cuba menilai semula kebenaran dakwaan tersebut. Kajian ini menyarankan © Dewan Bahasa dan Pustaka. 2020. This work is licensed under the term of the Creative Commons Attribution (CC BY) (http://creative commons.org/licenses/by/4.0/) ISSn 1675-6460 e-ISSn 2682-8049 25 MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 13 BIL.
    [Show full text]
  • The Quality of Life and Human Development Index of Community Living Along Pahang and Muar Rivers: a Case of Communities in Pekan, Bahau and Muar
    Journal of Sustainable Development; Vol. 5, No. 6; 2012 ISSN 1913-9063 E-ISSN 1913-9071 Published by Canadian Center of Science and Education The Quality of Life and Human Development Index of Community Living along Pahang and Muar Rivers: A Case of Communities in Pekan, Bahau and Muar Sulaiman Md. Yassin1, Hayrol Azril Mohamed Shaffril1, Md. Salleh Hassan1, Mohd Shahwahid Othman2, Bahaman Abu Samah1, Asnarulkhadi Abu Samah3 & Siti Aisyah Ramli1 1 Institute for Social Science Studies, Universiti Putra Malaysia 2 Research and Innovation, Faculty of Economics and Management, Universiti Putra Malaysia 3 Department of Social and Development Science, Faculty of Human Ecology, Universiti Putra Malaysia Correspondence: Sulaiman Md. Yassin, Institute for Social Science Studies, Universiti Putra Malaysia. Tel: 603-89-471-863. E-mail: [email protected]; [email protected] Received: March 1, 2012 Accepted: May 10, 2012 Online Published: May 24, 2012 doi:10.5539/jsd.v5n6p90 URL: http://dx.doi.org/10.5539/jsd.v5n6p90 The research is financed by Research University Grant Scheme (Scheme 1) sponsored by Universiti Putra Malaysia Abstract Rivers have something to do with the improvement of the quality of life of the rural community. A lot of benefits can be offered to the river community. This study intends to reveal the level of quality of life of the rural community living along two major rivers in Malaysia, the Pahang and Muar Rivers. Apart from this, this study intends to investigate the level of Human Development Index of the Pahang and Muar River community by using an established human development index known as the Well-o-Meter.
    [Show full text]
  • Analisis Persejarahan Baharu Dalam Novel `1515`
    Jurnal Peradaban Melayu Jilid 13, 2018 ISSN 1675-4271 (42-57) ANALISIS PERSEJARAHAN BAHARU DALAM NOVEL `1515` ANALYSIS OF NEW HISTORY IN NOVEL `1515` Ghazali Taib; Abdul Halim Ali Universiti Pendidikan Sultan Idris, Tanjong Malim, Perak [email protected] ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk menganalisis unsur-unsur sejarah baharu dalam novel `1515` dari perspektif Persejarahan Baharu. Kajian ini adalah sebuah kajian kepustakaan. Sumber utama data kajian ialah novel `1515` karya Faisal Tehrani (2003). Data dianalisis menggunakan kaedah analisis kandungan dan dibincangkan secara deskriptif berpandukan idea teori Historisisme Baru oleh Stephen J. Greenblatt. Berdasarkan analisis yang dilakukan, kajian ini mendapati enam unsur sejarah baharu yang penting yang dapat dikenal pasti iaitu kisah watak wanita Nyemah Mulya dalam era pemerintahan sultan Mahmud Shah, kisah keperwirawati tokoh wanita Nyemah Mulya menentang Feringgi di Melaka, Alfonso Albuquerque mati dibunuh Nyemah Mulya, tokoh wanita memimpin armada perang Melaka menyerang Lisbon, Portugal ditakluk Melaka dan orang Melayu membina empayar pemerintahan di Portugal pada tahun 1515 hingg 1580. Kajian ini juga mendapati unsur sejarah baharu yang terdapat dalam novel mempunyai kaitan langsung dengan sejarah lama khususnya sejarah kejatuhan Melaka di tangan Portugis pada tahun 1511, sejarah pentadbiran Sultan Mahmud dan sejarah perang Melaka Portugis. Berdasarkan dapatan ini, kajian ini mencadangkan supaya sejarah lama tentang penjajahan Barat di tanah Melayu khususnya sejarah penjajahan Barat di Melaka dinilai semula supaya fakta dan keterangannya lebih tepat dan sesuai dengan realiti bangsa Melayu masa kini. Kata Kunci: Persejarahan Baharu, makna baharu, sejarah lama, penilaian semula ABSTRACT This study aims to analyze the new historical elements in the novel title `1515` from theperspective of the Persejarahan Baharu.
    [Show full text]
  • Keruntuhan Kerajaan Kesultanan Melayu Melaka Menurut Teori Kitaran Ibnu Khaldun
    Jurnal Tuah Vol.1 2020 : 1 - 23 KERUNTUHAN KERAJAAN KESULTANAN MELAYU MELAKA MENURUT TEORI KITARAN IBNU KHALDUN Abd Aziz A’zmi dan Farrah Wahida Mustafar Fakulti Sains Sosial, Kolej Universiti Islam Melaka [email protected] ABSTRAK Kerajaan Kesultanan Melayu Melaka terkenal sebagai pusat perdagangan dunia sekitar abad ke 15 sebelum mengalami kemerosotan dan ahirnya mengalami keruntuhan selepas ditakluk Portugis. Pengkaji sejarah menyenaraikan pelbagai faktor keruntuhan kerajaan ini dengan penyumbang terbesarnya ialah faktor kelemahan dari dalam kerajaan itu sendiri. Ibnu Khaldun (1332-1406), dalam karyanya Muqaddimah menyatakan tentang Teori Kitaran, iaitu sesebuah tamadun atau empayar akan mengalami pembinaan, perkembangan dan kemerosotan. Walaupun beliau memfokuskan teori tersebut terhadap tamadun-tamadun yang pernah wujud di sekitar Tanah Arab, namun teori tersebut dilihat boleh diaplikasikan kepada lain-lain empayar dan kerajaan walaupun pada zaman yang berbeza. Penulisan ini akan memfokuskan kepada fasa kemerosotan dan kejatuhan kerajaan Kesultanan Melayu Melaka yang dihubungkaitkan dengan Teori Kitaran Ibnu Khaldun. Kata Kunci: Ibnu Khaldun, Teori Kitaran, Kerajaan Kesultanan Melayu Melaka The Fall cf Malacca Sultanate by Ibn Khaldun Cyclical Theory ABSTRACT The Malay Sultanate of Melaka is well-known as a world trade centres in the 15th century before its decline and fell to Portuguese imperialism. Historian tells many factors brought Melaka to its fall, mostly due to internal weakness of itself. Ibn Khaldun (1332-1406) in his masterpiece, Muqaddimah, says about Cyclical Theory which explained civilizations or empires are build, expand and decline. Though the focus of the theory is more related to the empires at Arabian Peninsula at his time, indeed the theory can be applied to other empires even at different ages.
    [Show full text]
  • The Paradigm of Malayness in Literature
    THE PARADIGM OF MALAYNESS IN LITERATURE IDA BAIZURA BAHAR Thesis submitted for the degree of PhD in the Languages and Cultures of South East Asia 2010 Department of South East Asia School of Oriental and African Studies University of London ProQuest Number: 11010464 All rights reserved INFORMATION TO ALL USERS The quality of this reproduction is dependent upon the quality of the copy submitted. In the unlikely event that the author did not send a com plete manuscript and there are missing pages, these will be noted. Also, if material had to be removed, a note will indicate the deletion. uest ProQuest 11010464 Published by ProQuest LLC(2018). Copyright of the Dissertation is held by the Author. All rights reserved. This work is protected against unauthorized copying under Title 17, United States C ode Microform Edition © ProQuest LLC. ProQuest LLC. 789 East Eisenhower Parkway P.O. Box 1346 Ann Arbor, Ml 48106- 1346 | SOAP LIRDARY 2 Declaration for PhD thesis I have read and understood regulation 17.9 of the Regulations for students of the School of Oriental and African Studies concerning plagiarism. I undertake that all the material presented for examination is my own work and has not been written for me, in whole or in part, by any other person. I also undertake that any quotation or paraphrase from the published or unpublished work of another person has been duly acknowledged in the work which I present for examination. Signed: Ida Baizura Bahar Date: 7 December 2010 3 ABSTRACT This study is a study on the paradigm of Malayness in literature, taking as its point of departure the understanding of Malayness in Malaysia.
    [Show full text]
  • Musang Berjanggut’ (1959), ‘Tun Fatimah’ (1962)
    ESTEEM Journal of Social Sciences and Humanities Vol. 5, No. 1, 26-39, April 2021 https://ejssh.uitm.edu.my Character Portrayal and Malay Women Characters in Malay Classsical Cinema during Studio Era: ‘Musang Berjanggut’ (1959), ‘Tun Fatimah’ (1962) Muhammat Md Noh1 and Mastura Muhammad2* 1,2 Faculty of Film, Theatre and Animation, Universiti Teknologi MARA, Malaysia *Corresponding author: [email protected] ABSTRACT ARTICLE HISTORY The research explores the representation of the image of Malay Received: female characters in two classical Malay films that were produced 2 December 2020 during the studio era, which is Musang Berjanggut (1959) and Accepted: Tun Fatimah (1962). Through the application of the gender 23 March 2021 concept as a performance "Gender is Performativity" by Judith Published: 30 April 2021 Butler, the focus of the analysis was towards two traditional main Malay female characters, Puspawangi and Tun Fatimah. The KEYWORDS concept of gender as a performance was analysed through the Malay film perspectives of custom and traditional culture of Malay society Studio era that became an aid in forming the image of the characters and Musang Berjanggut Tun Fatimah characteristics that were analysed. The research found that both of the main characters in the classical text that were studied were influenced by the custom and traditional culture that maintained the stereotype of the character and that limits the autonomy and the domination of the traditional female within the society. The research also found that although the custom and the traditional Malay culture at its foundation does celebrate the nature of the traditional woman that was seen and perceived as passive, the pattern and the pole of the position of the characters and characteristics in both of the films does change depending on the situation, timeline and the background of their surroundings.
    [Show full text]
  • The Power of the Concubine in Selected Traditional Malay Historiographical Literary Works
    THE POWER OF THE CONCUBINE IN SELECTED TRADITIONAL MALAY HISTORIOGRAPHICAL LITERARY WORKS (Kekuasaan Gundik dalam Teks Historiografi Sastera Melayu Terpilih) *Wan Roshazli Wan Razali [email protected] Mohamad Luthfi Abdul Rahman [email protected] Pusat Pengajian Ilmu Sains Kemanusiaan, Universiti Sains Malaysia. Published on: 3 June 2019 To cite: Wan Roshazli Wan Razali, Mohamad Luthfi Abdul Rahman (2019). The power of the concubine in Malay historiographical literary works. Malay Literature 32(1), 1-15. Abstract This study discusses the role of the concubine in selected traditional Malay literature, specifically Sulalatus Salatin, Hikayat Raja- raja Pasai and Hikayat Patani, as these three works highlight several episodes that involve concubines, compared to other historiographical literary works. The objective of this study is to focus on concubine characters, which are seldom given attention or considered insignificant even though they have left a definite impact in specific situations. The concubine character will be discussed in terms of her power and role in the palace of the olden days. The study will also apply the theory of power as propounded by Lukes (1977) in analysing the role and concept of the concubine as put forth by Ismail Azman (2009). The significance of this study is the focus on the concubine character, which has been overlooked in favour of other main characters such as the king, the queen and the high official, among others. The concubine character in fact has her own standing, to the extent of impacting a particular
    [Show full text]
  • Konsep Adat Pakaian Cara Melayu Sentuhan Tenunan Dalam Busana Melayu1
    KONSEP ADAT PAKAIAN CARA MELAYU SENTUHAN TENUNAN DALAM BUSANA MELAYU1 Oleh : DR SITI ZAINON ISMAIL Sinopsis PENAMPILAN konsep adat Pakaian Cara Melayu (PCM) sudahpun termaktub dalam teks Sejarah Melayu dan Hang Tuah dengan jelas. Adat berpakaian telah mendapat perhatian dengan peraturan yang disusun atur sejak Sultan Muhammad Syah (1421-1444) di Melaka. Konsep asas pemerian PCM itu membezakan pakaian dilarang pakai oleh rakyat Melaka, iaitu ‘pakaian atas angin (Arab-Parsi) dan ‘memakai cara Keling itupun larangan’. Sungguhpun begitu kemasukan aneka jenis kain, pabrik atau tekstil luar telah mengkayakan lagi PCM. Terutama dengan pemakaian kain dari pelabuhan Gujerat sejak abad ke 7 M (disinggahi pedagang dari Arab-Parsi juga: cindai, kasa kasa, kain baldu ainulbanat) atau dari China dengan dewangga benang emas, kain bunga perada. Termasuklah pola baju kurung dan seluar yang terkesan daripada gaya Parsi- Gujerati. Kemunculan pengetahuan menenun terutama sejak abad ke 16 M, masyarakat Melayu sudah mula menenun dan menggunakan tekstil tenunan dari Bugis Mengkasar, dari Silungkang,Pandai Sikek termasuk di Pesisir Pantai Timur, Kelantan, Trengganu dan Pahang. Inilah rupa seni tekstil Melayu yang melengkap pola PCM terutama baju Melayu (kurung) dan kebaya atau di Pahang berkembang baju kebaya kembang disebut baju Riau-Pahang pada abad akhir abad ke 17 M. Kertas kerja ini akan menyentuh gaya dan hubung kait adat berPCM yang menampilkan gaya dengan pengunaan tenunan sama ada tenun bercorak atau songket. Di sinilah keindahan dan kemantapan seni
    [Show full text]