ANALISIS SEMIOTIK KAMPANYE MULTIKULTURALISME DALAM FILM RUDY HABIBIE
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh : AJENG EKA NKP 1112051000007
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
ABSTRAK Nama : Ajeng Eka NKP Nim : 1112051000007 Analisis Semiotik Kampanye Multikulturalisme dalam Film Rudy Habibie Indonesia merupakan negara majemuk. Sebagai negara yang kaya akan budaya, masyarakat Indonesia harus mengerti tentang Multikulturalisme dan memiliki sikap multikulturalis. Namun sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengerti dan menerapkan multikulturalisme dalam kesehariannya. Misalnya fenomena rasisme yang terjadi saat ini dalam kasus ahok sebagai calon gubernur yang ditentang satu golongan karena berbeda agama. Film merupakan salah satu media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan dan mengampanyekan sesuatu. Film Rudy Habibie dikemas secara apik dengan unsur kampanye multikulturalisme di dalamnya yang diharapkan dapat mengkonstruksi penonton tentang multikulturalisme. Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan mayor dan minor. Pertanyaan mayornya adalah bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film Rudy Habibie? Pertanyaan minornya adalah bagaimana bentuk multikulturalisme yang dikampanyekan dalam film tersebut? Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, dimana peneliti menelaah dan menemukan data secara intensif dan mendalam. Peneliti memberikan deskripsi suatu film Rudy Habibie, temuan diperoleh tidak menggunakan ukuran atau angka melainkan berupa aspek makna denotasi, konotasi dan mitos. Penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi serta wawancara. Teori yang digunakan adalah Teori Roland Barthes. Teori ini menggambarkan kekuatan penggunaan semiotika untuk membongkar struktur makna yang tersembunyi dalam gambar film, pertunjukan dan konsep-konsep umum. Menurut teori ini, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda yang tersembunyi. Maka dari itu tanda dan simbol yang disajikan oleh sineas akan mempengaruhi persepsi penonton. Makna denotasi yang terlihat dalam film Rudy Habibie adalah adanya keragaman etnis, budaya, ras serta agama yang ada di Indonesia maupun dunia. Makna konotasinya adalah adanya sikap multikulturalis yang dijunjung tinggi oleh Rudy dan teman-temannya dalam hidup berdampingan dengan sesama masyarakat Indonesia ataupun jerman. Makna mitosnya adalah dalam kehidupan di dunia ini khususnya Indonesia, ada banyak keragaman yang harus disikapi dengan multikulturalisme yang sangat tinggi agar dapat hidup tenang, adil dan damai. Multikulturalisme dikampanyekan melalui 4 bentuk sepert tampilan visual teks, karakter pemain, alur cerita dan adegan-adegan. Sebagai negara yang kaya akan budaya, Indonesia harus menjadi wadah keanekaragaman. Masyarakatnya pun harus menjunjung tinggi sikap multikulturalis dengan berlaku adil, saling menghargai dan bertoleransi dengan sesama ataupun bukan. Pendidikan multikulturalisme yang masih rendah menjadi catatan untuk terus memberikan pengetahuan pentingnya multikulturalisme salah satunya kampanye melalui film. Kata kuci : Indonesia, Multikulturalisme, Keanekaragaman, Kampanye, dan Film.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada
Allah SWT karena atas nikmat dan karuniaNya penelitian skripsi ini dapat berjalan dengan baik tanpa halangan yang berarti. Shalawat serta salam juga tidak lupa peneliti jujungkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Begitu banyak kesan dan manfaat yang dirasakan oleh peneliti saat menyelesaikan skripsi ini. Peneliti tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga mendapatkan pelajaran bahwa tidak ada kesuksesan tanpa usaha dan kerja keras. Selain itu, peneliti menjadi lebih terbuka dalam berpikir baha Islam adalah agama yang begitu menjunjung tinggi perbedaan serta penuh cinta kepada seluruh manusia.
Penelitian skripsi ini tentu memiliki beragam tantangan dalam pengerjannya.
Namun, dengan adanya dukungan dan semangat dari berbagi pihak, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Orangtua tercinta, Bambang Gunadi dan Igin Nurgina yang sangat
luar biasa memerjuangkan peneliti untuk bisa meraih pendidikan
setinggi-tingginya, memberikan kasih sayang dan do’a yang tak
terhingga sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini dengan
baik serta Adik tercinta Riko Malik Ar-Razzak Kusumah Putra,
Muhammad Dhany kusumah Putra dan Muhammad Dhyno
Kusumah Putra yang menjadi salah satu alasan agar peneliti tetap
semangat untuk menyelesaikan skripsi
2. Dr. H. Arief Subhan, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
ii
3. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah M.A
sebagai Wakil Dekan II, dan Dr. Suhaimi M.Si sebagai Wakil Dekan III,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Drs. Masran, M.A. sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fita Fathurokhmah, M.Si sebagai Sekertaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
5. Drs. Helmi Hidayat M.A. sebagai Dosen Pembimbing yang telah begitu
bijaksana memberikan ilmunya kepada peneliti di tengah kesibukan yang
padat, serta membimbing peneliti dengan sabar agar skripsi ini selesai
dengan baik dan juga manfaat.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mengajari dan memberi Ilmu kepada peneliti. Mohon maaf apabila ada
kesalahan kata atau sikap yang menyinggung selama perkuliahan.
7. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
serta pengelola perpustakaan yang telah memberikan layanan yang baik
kepada peneliti.
8. MD Pictures, khususnya Gina S Noer yang telah bersedia membantu
peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini di tengah kesibukan yang
sangat padat.
9. Nawiroh Vera, yang telah membuat buku semiotika secara ringan dan
mudah dimengerti sehingga mencerahkan fikiran peneliti dalam
memahami semiotika khususnya tekhnik Roland Barthes.
10. Momofuku Ando sebagai penemu mie instant yang menjadi
makanan andalan peneliti di tengah malam.
iii
11. Sahabat Best Of 2000 Titi Jarwanti, Eka Septiana, Irmaya Nurmalita
yang sudah menjadi keluarga dan teman makan mie super pedas.
12. Sahabat seperjuangan dari SMA Resynta Novianadewi, Noor Laura
Pertiwi, Ellsa Wulandari yang meskipun jauh tetap menyemangati dan
memotivasi peneliti.
13. Sahabat girls sholehah Hany Sabrina, Indriana Rara Subadra dan
Ricca Junia yang selalu mengingatkan dan memberi masukkan
kepada peneliti agar tetap semangat dalam mengerjakan skripsi.
14. Sahabat Autis Agita Surya Pertiwi, Firdha Muftiha, Rizkika Utami,
Afrizal Rosikhul Ilmi, Abitu Rohmansyah, Ahmad Budi Setiawan(Achiw),
Isna Rifka, Deby Novia, Gustaf Maulana, M kasyif Fuad dan Ahmad
Miftahudin, Ramdhan Hidayat yang selalu ada dalam suka dan duka serta
memberikan canda tawa juga kebahagiaan kepada peneliti.
15. KKN SIAP Arlia Sari Artana, Haryati Indah, Agita Surya, Isna
Rifka, Dewi Nuraini, Ari Permana, Aditya Saputra, Muhammad
Zainuddin, Reza Pakhlevi, Rizky Abdullah, Abdurrahman, dan
Afrizal Rosikhul yang bersama-sama mengabdi di Desa Pekayon
dan menjadi keluarga baru selama satu bulan lamanya.
16. Teman-teman Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Rahma Sari,
Agustina Permatasari, Irfan Ma’ruf, Tanto Fadly, Muhammad Zikri,
Agita Surya, Rendy Iskandar, Melky Amirus Soleh, Khoriroh
Maknunah, Afrizal Rosikhul, Alfani Roosy, Deni Hidayat yang telah
bersama belajar dan berproses bagaimana menjadi jurnalis sejati.
17. Teman-teman Komunitas Kreasi dan Seni Musik (KONTRAS)
Rahmat Agung Aditya, Agun Akbar Tabrani, Kaisan Putra, Anggi,
iv
Indi P yang bersama-sama membangun komunitas musik dari awal
dengan penuh semangat dan kreativitas.
18. teman sejawat dede fauziah dan restu mayang yang telah bersedia
meminjamkan KTM untuk meminjam buku selama peneliti melakukan
penelitian skripsi.
19. Keluarga Besar HMJ KPI, DEMA FIDKOM, dan HMI
KOMFAKDA 2012 yang menjadi tempat untuk berposes dan belajar
dalam segala hal terutama organisasi.
20. Teman-teman KPI A 2012 yang menjadi tempat berbagi dan belajar
di dalam kelas selama kuliah.
21. Keluarga Aspi 2012 Diana Amelia, Syifa Khairunnisa, Morita
Oktaviana, Euis Nurfadillah, Suciani Rohmawati, Intan Ramadyla,
Atik Mustika, Indah Wulandari, Shaila Maulidina yang membuat asrama
menjadi tempat yang menyenangkan walau hanya 1 tahun.
22. Semua orang yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Semoga Amal dan kebaikan kalian
selalu diijabah oleh Allah SWT.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga apa yang telahpeneliti lakukan dan hasilan dapat membuahkan manfaat serta memberikan nilai kebaikan khususnya bagi peneliti maupun pembaca sekalian. Dan semoga dapat menjadi suatu amalan kebaikan dalam bidang dakwah dan komunikasi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 30 Desember 2016
Ajeng Eka NKP
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ...... i
KATA PENGANTAR...... ii
DAFTAR ISI...... vi
DAFTAR GAMBAR ...... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan dan Batasan Masalah ...... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 5 D. Tinjauan Pustaka ...... 5 E. Metodologi Penelitian ...... 7 F. Sistematika Penulisan ...... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Film ...... 11 1. Pengertian Film ...... 11 2. Klasifikasi Film ...... 13 3. Teknik Pengambilan Gambar ...... 15 4. Film Sebagai Media Kampanye ...... 19 B. Kampanye ...... 20 1. Pengertian dan Tujuan Kampanye ...... 20 2. Jenis Kampanye ...... 21 C. Multikulturalisme ...... 22 1. Pengertian Multikulturalisme ...... 22 2. Islam dan Multikulturalisme ...... 27 D. Analisis Semiotik ...... 33 1. Pengertian Analisis Semiotik ...... 33 2. Konsep Semiotik Roland Barthes ...... 36
BAB III GAMBARAN UMUM FILM RUDY HABIBIE
A. Sinopsis Film Rudy Habibie ...... 39 B. Multikulturalisme dalam Film Rudy Habibie ...... 41 C. Film Rudy Habibie sebagai Media Kampanye Multikulturalisme ...... 43 D. Tim Produksi ...... 44 1. Rumah Produksi ...... 44 2. Pemeran Rudy Habibie ...... 44 3. Kru Rudy Habibie ...... 45
v BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN
A. Analisis Tanda dan Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos tentang Multikulturalisme dalam Film Rudy Habibie ...... 46 1. Scene 1 ...... 47 a. Makna Denotasi ...... 48 b. Makna Konotasi ...... 48 c. Makna Mitos ...... 48 2. Scene 24 ...... 49 a. Makna Denotasi ...... 50 b. Makna Konotasi ...... 50 c. Makna Mitos ...... 51 3. Scene 41 ...... 52 a. Makna Denotasi ...... 53 b. Makna Konotasi ...... 53 c. Makna Mitos ...... 54 4. Scene 21 ...... 54 a. Makna Denotasi ...... 55 b. Makna Konotasi ...... 56 c. Makna Mitos ...... 56 5. Scene 54 ...... 57 a. Makna Denotasi ...... 59 b. Makna Konotasi ...... 60 c. Makna Mitos ...... 61 B. Bentuk-Bentuk Kampanye Multikulturalisme dalam Film Rudy Habibie 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...... 65 B. Saran-saran...... 66
DAFTAR PUSTAKA ...... 67
LAMPIRAN
vi DAFTAR TABEL
Tabel 1 ...... 37 Tabel 2 ...... 47 Tabel 3 ...... 49 Tabel 4 ...... 52 Tabel 5 ...... 54 Tabel 6 ...... 57
v BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kesatuan. Banyak suku, bangsa dan bahwa yang berbeda namun berada dalam satu kesatuan yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Negeri ini lebih dikenal dengan jumlah pulau terbesar di dunia hingga mencapai kurang lebih 17.504 pulau besar dan kecil.1Indonesia juga memiliki 633 kelompok etnik atau suku bangsa atau tepatnya 1.331 suku bangsa menurut sensus
Badan Pusat Statistik tahun 2010.2
Berdasarkan data diatas, menjadi sangat wajar ketika Indonesia disebut sebagai negara yang kaya akan budaya dan bersifat multikultural. Hal ini membuat penting adanya sikap multikulturalis di tengah masyarakat. Masyarakat yang bersifat multikulturalis merupakan kumpulan manusia yang berbicara tentang aspek deskriptif keanekaragaman (multikultural) yang disikapi secara normatif.3Artinya, ketika berbicara tentang multikulturalisme berarti berbicara tentang aspek keanekaragaman budaya dan bagaimana fakta keanekaragaman itu ditanggapi dan disikapi secara normatif.
Sebagai negara multikultural, Indonesia mempunyai banyak perbedaanyang disebabkan oleh sosio-kultur yang berbeda pula. Hal ini merupakan kondisi yang sangat kompleks. Disatu sisi perbedaan tersebut dapat
1Jumlah pulau di Indonesia tahun 2010 (https://www.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/1366) diakses pada tanggal 6 september 2016 pukul 1 1.20 WIB 2Jumlah suku di Indonesia (https://www.bps.go.id/index.php/kegiatanLain/127) di akses pada tanggal 6 september 2016 pukul 11.20 WIB 3Benyamin Molan, Multikultralisme “Cerdas membangun hidup bersama yang stabil dan dinamis” (Jakarta: PT. Indeks, 2015) Hal. 29
1 2
menimbulkan side effect (dampak) secara positif.4 Misalnya bertambahnya pengetahuan tentang adat dan budaya, bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang cara bersikap dengan suku lain, antarumat beragama. Namun di sisi lain, banyaknya perbedaan juga menimbulkan dampak negatif yang menyebabkan banyak perdebatan bahkan perpecahan yang terjadi di Indonesia ini. Perdebatan ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang pendidikan dan sikap multikulturalis di masyarakat.
Film “Rudy Habibie” muncul di tengah krisisnya sikap multikulturalis di
Indonesia. Rudy Habibie adalah film kedua produksi MD pictures setelah film pertamanya yang berjudul Habibie & Ainun. Film ini merupakan prekuel yang bercerita tentang sosok BJ Habibie di kala muda yang kerap disapa dengan Rudy
Habibie. Film ini berhasil menembus angka 10 juta penonton dalam waktu satu minggu dan berhasil mendapat nominasi sebagai Film Terpuji di Festival Film
Bandung 2016.5
Film Drama Rudy Habibie bercerita tentang beberapa dekade sebelumnya dari cerita Habibie & Ainun. Film Rudy Habibie menceritakan kisah masa muda
Rudy Habibie yang memiliki banyak impian dan lika-liku cintanya.Rudy memiliki sebuah cita cita yaitu berhasil dalam membuat pesawat yang juga merupakan wasiat dari ayahnya untuk berguna bagi banyak orang lain. Namun, untuk menggapai cita citanya tersebut, tentunya diperlukan perjuangan yang cukup sulit mulai dari segi keuangan, waktu,dan lain-lain. Rudy dikuliahkan di RWTH
Ancheen, Jerman Barat. Di Jerman, Rudy hidup dengan segala keterbatasan,
4Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural ( Yogyakarta:pustaka pelajar, 2013) Hal. 185 5 Daftar lengkap nominasi penghargaan (http://www.festivalfilmbandung.com/2016/08/daftar- lengkap-nominasi-penghargaan.html) di akses pada tanggal 6 september 2016 pukul 15.37 WIB 3
ditambah lagi rasa rindu dengan orangtuanya yang berada di Indonesia. Rudy juga belajar arti cinta, persahabatan, dan pengkhianatan, dengan mahasiswa Indonesia yang baru dikenalnya di Jerman.6
Film yang kaya akan pesan multikulturalisme ini sengaja dimunculkan untuk membuka pikiran dan mengkonstruk para penonton bahwa pentingnya membangun dan mempunyai sikap multikulturalis khususnya Indonesia saat ini.
Film ini seakan muncul bagaikan penyejuk di tengah panasnya perdebatan dan menyadarkan bahwa Indonesia adalah Keberagaman dalam Kesatuan. Selain itu, sudah menjadi kewajiban setiap masyarakat Indonesia khususnya kaum muslimin untuk bisa menegakkan perdamaian di muka bumi ini khususnya di Indonesia saat ini yang memiliki banyak konflik akibat kurangnya sifat multikulturalis.
Salah satu contoh kasus akibat krisisnya sikap multikulturalisadalah kasus konflik berbau agama paling tragis yang meledak pada tahun 1999. Konflik dan pertikaian yang melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999 misalnya, telah berkembang menjadi aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan semua tatanan kehidupan bermasyarakat.Selain itu, contoh kasus yang terbaru adalah kumpulan Massa dari Organisasi Islam Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) yang melakukan aksi damai untuk menolak Basuki Tjahaja purnama (Ahok) sebagai gubernur DKI Jakarta. Dalam Aksi ini para orator menyampaikan berbagai aspirasi mereka atas ketidaksepakatan masyarakat kepada gubernur DKI Jakarta saat ini yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
6 Sinopsis Film Rudy Habibie (http://www.pusatsinopsis.com/2016/03/sinopsis-film-rudy- habibie.html) di akses pada tanggal 6 september 2016 pukul 16.10 WIB 4
kerana mayoritas masyarakat yang kebanyakan adalah Muslim tidak setuju dipimpin oleh non muslim.7
Dari banyak kasus yang terjadi seperti contoh di atas, membuat setiap orang harus memiliki dan berbagi pengetahuan tentang nilai-nilai multikulturalis seperti kesetaraan dan keberagaman, kemanusiaan, keadilan dan demokrasi dalam kehidupan melalui medium apapun dan dengan cara apapun secara baik dan benar seperti kampanye yang dilakukan oleh film Rudy Habibie.
Karena itu, peneliti sangat tertarik untuk meneliti dan mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos pada film “Rudy Habibie”. Hal ini dikarenakan terkadang penonton tidak menyadari makna tersembunyi dalam suatu film. Para penonton hanya menikmati alur dan visualisasi saja padahal banyak makna yang terkandung dalam suatu film dan bisa dijadikan sebagai motivasi dan pelajaran serta direalisasikan dalam kehidupan nyata. Peneliti ingin menganalisis secara lebih kritis lagi dan memberi judul “Analisis Semiotika Kampanye
Multikulturalisme dalam Film Rudy Habibie”.
A. Batasan Masalah
Agar lebih terarah, fokus penelitian ini adalah seluruh film yang mempunyai kaitan tentang multikulturalisme. Adapun rumusan masalahnya adalah:
1. Apa makna Denotasi, Konotasi dan Mitos tentang
Multikulturalisme dalam Film Rudy Habibie?
7Contoh konflik sara (http://www.kompasiana.com/rize1924/hti-bersama-masyarakat-demotolak- ahok_57cc06c46423bd824cbadc68 ) diakses pada tanggal 6 september 2016 pukul 14.21 WIB 5
2. Bagaimana bentuk Multikulturalisme yang dikampanyekan dalam
film tersebut?
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
makna denotasi, konotasi, dan mitos yangterkandung dalam film
Rudy Habibie. Juga perlu diketahui bagaimana sikap-sikap
multikulturalis digambarkan dalam film tersebut.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil
riset terutama di bidang komunikasi massa dengan fokus
pada analisis semiotika.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahwan masukan
bagi penelitian serupa. Selain itu juga memberi informasi
mengenai simbol dan tanda dari suatu makna khususnya
dalam multikulturalisme.
C. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan skripsi yang memiliki beberapa kesamaan dan juga perbedaan dalam penelitian, sebagai rujukan penulis membuat penelitian ini. Tinjauan pustaka yang menginspirasi penulis dari skripsi- skripsi terdahulu diantaranya: 6
1. Analisis Semiotika Tentang Kesetiaan Seorang Istri Terhadap
Suami dalam Film Habibie dan Ainun oleh Rizky Maulana Tahun
2016, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Analisis Semiotika Film Negeri 5 Menara oleh Amin Rois Tahun
2013, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Analisis Semiotika Makna Ikhtiar dalam Film Ayat-Ayat Adinda
oleh Annisa Ramadhani Hanoum Tahun 2016, Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam skripsi yang ditulis oleh Rizky Maulana, analisis yang digunakan adalah analisis semiotika Charles Sanders Pierce yang berfokus pada gagasan tentang teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri atas tiga elemen utama yaitu tanda (sign), Object dan Interpretant. Rumusan masalahnya adalah
(1) apa saja representament (tanda) kesetiaan yang terdapat dalam film Habibie &
Ainun? (2) bagaimana makna objek ( Ikon, Indeks, dan Simbol) dalam film
Habibie & Ainun? (3) bagaimana Interpretant dalam film Habibie & Ainun?
Dalam skripsi yang ditulis Amin Rois, analisis yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes yang menggunakan dua elemen yaitu denotasi dan konotasi. Rumusan maslaahnya adalah bagaimana makna Ukhkuwah
Islamiyah dalam film Negeri 5 Menara secara denotasi dan konotasi? 7
Sedangkan dalam skripsi yang ditulis Annisa Ramadhani Hanoum, analisis yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes dengan menggunakan tiga elemen yaitu denotasi, konotasi dan mitos. Rumusan masalahnya adalah bagaimana makna Ikhtiar yang diperankan oleh Adinda secara denotasi, konotasi dan mitos pada film Ayat-Ayat Adinda dilihat dengan analisis semiotika Roland
Barthes?
Perbedaan skripsi peneliti dengan skripsi lainnya adalah objek penelitiannya adalah makna multikulturalisme dan subjek penelitiannya adalah film Rudy Habibie. Selain itu skripsi ini juga meneliti bagaimana bentuk kampanye yang disampaikan dalam film Rudy Habibie.
D. Metodologi Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Film Rudy Habibie sedangkan
Objek penelitian ini adalah segala tanda atau simbol yang
mempunyai makna multikulturalisme.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu
jenis penelitian menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak
dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik
atau dengan cara lain dari kuantitatif.8dengan memberikan
gambaran secara objektif dan bersifat deskriptif.
8 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Hal. 30 8
3. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Document Research
Pencarian atau pengumpulan data-data dengan
mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan materi
penelitian untuk dijadikan bahwan argumentasi, seperti
buku, artikel, inetrnet, film dan catatan perkuliahan.
b. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua
orang atau lebih secara langsung.9 Wawancara penulis
lakukan guna memperoleh data yang lebih akurat dan
menjadi referensi yang kuat bagi skripsi penulis. Penulis
melakukan wawancara terhadap penulis naskah film Rudy
Habibie yaitu Gina S Noer dengan beberapa pertanyaan
yang telah penulis siapkan.
4. Tekhnik Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai
pernyataan yang terdapat pada rumusan masalah. Kemudian,
dilakukan analisis data dengan menggunakan tekhnik analisis
semiotika Roland Barthes. Roland Barthes ini mengeluarkan
konsep tentang denotasi dan konotasi sebagai kata kunci dari
analisisnya.10 Dari konsep itu dapat menghasilkan makna secara
9 Husnaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011) Hal. 55 10 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika komunikasi Aplikasi Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013) Edisi Kedua, Hal.21 9
objektif untuk memahami makna yang tersirat dalam cuplikan-
cuplikan film “Rudy Habibie”
5. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti hanya di
perpustakaan atau Library Research.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan skripsi disusun atas lima bab, tersusun sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang penulisan, ruang lingkup atau batasan dalam penelitian, tujuan yang akan dicapai, manfaat yang diharapkan serta metodologi yang digunakan dalam penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika Penulisan.
BAB II : Kajian Teori
Dalam bab ini dijelaskan secara jelas tentang : pengertian Film, Metode
Analisis Semiotika, Pengertian Kampanye dan Pengertian Multikulturalisme
BAB III : Gambaran Umum Film Rudy Habibie
Dalam bab ini dijelaskan secara rinci gambaran umum tentang Film Rudy
Habibie dan Sinopsis Film tersebut.
BAB IV : Analisis Semiotika Kampanye Multikulturalisme dalam Film
Rudy Habibie
Dalam Bab ini akan dijelaskan secara rinci bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos tentang multikulturalisme dengan menggunakan metode 10
analisis semiotika Roland Barthes. Selain itu juga dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana multikulturalismeini di kampanyekan dalam film tersebut.
BAB VI : Penutup
Bab ini adalah akhir dari penulisann skripsi, berdasarkan pembahwasan mengenai penelitian yang akan dituangkan dalam suatu bentuk kesimpulan akhir serta saran, daftar pustaka dan lampiran penelitian.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Film
1. Pengertian Film
Film merupakan sebuah karya seni. Film adalah media massa yang
berbentuk audio dan visual. Karya seni budaya ini dibuat berdasarkan
kaidah sinematografi, yang berbentuk gambar yang bergerak, bersuara
atau tidak bersuara (bisu).1
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2009
pasal 1 tentang perfilman,
“film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa adanya suara dan dapat dipertunjukkan.”2 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “film
adalah barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid (tempat
gambar potret yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang
akan dimainkan di bioskop)”3
Film mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penontonnya.4 Cara
bicara dan kehidupan sehari-hari bisa sangat dipengaruhi oleh film. Film
1Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia (Bandung: Simbiosa rekatama media, 2011), cet ke-1, h.154 2https://kejaksaan.go.id/upldoc/produkhkm/UU%2033%20Tahun%202009.pdf ( Di akses pada 26 September 2016 pukul 14.20WIB) 3http://kbbi.web.id/film ( Di akses pada 26 September 2016 pukul 14.25 WIB) 4Jhon Vivian,Teori Komunikasi Massa (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2008), cet ke- 8,h.160
11 12
bisa membuat orang bertahan untuk menonton secara lebih intens
ketimbang menggunakan medium lainnya.5
Film mempunyai kemampuan untuk menciptakan suatu realitas
buatan sebagai perbandingan terhadap realitas nyata. Realitas buatan
dalam film dapat menawarkan kepada publik mengenai rasa keindahan,
renungan terhadap sesuatu, dan atau ingin menyampaikan informasi
terhadap masyarakat6 bukan hanya sekadar hiburan semata.
Film memiliki beberapa jenis sesuai dengan sudut pandang
penelitinya. Menurut Heru Effendi film terbagi menjadi tiga jenis yaitu:7
a. Film Dokumenter
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film
pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah perjalanan
yang dibuat sekitar tahun 1890-an.8 Film dokumenter
merupakan film nonfiksi yang menggambarkan situasi
kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan
perasaannya dan pengalamannya dalam situasi yang apa
adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau
pewawancara.9
5Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2008), cet ke-8,h.159 6Dwi Haryanto, “Semiotika Film Laskar Pelangi”, Institut Seni Indonesia Surakarta Vol. 7 No.1 Juli 2011,h.162 7Heru Effendi, Mari Membuat Film (Jakarta: Erlangga, 2014) cet ke-2,h.2-4 8Effendi, Mari Membuat Film (Jakarta: Erlangga, 2014) cet ke-2,h.3 9Marcel Danesi, Pengatar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),h.134 13
b. Film Cerita Pendek
Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit.
Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan
film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang
mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek,
umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi
atau saluran televisi.10
c. Film Cerita Panjang
Durasi film ini lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-
100 menit, namun ada juga yang berdurasi hampir 80 menit.
Film yang diputar di gedung bioskop umumnya termasuk
dalam kelompok ini misalnya Dances With Wolves yang
berdurasi lebih dari 120 menit. Film-film produksi india yang
cukup banyak beredar di Indonesia, rata-rata berduara hingga
180 menit.11
2. Klasifikasi Film
Menurut Himawan Pratista dalam bukunya yaitu Memahami Film,
metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi
film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film
yang memiliki karakter atau pola sama (khas) sebagai berikut:12
a. Aksi, yaitu film yang berhubungan dengan adegan-adegan aksi
fisik seru, menegangkan, berbahwaya, dan nonstop dengan
tempo cerita yang cepat.
10Effendi, Mari Membuat Film (Jakarta: Erlangga, 2014) cet ke-2,h.4 11Effendi, Mari Membuat Film (Jakarta: Erlangga, 2014) cet ke-2,h.4 12Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka,2008) cet. 1, h.13-20 14
b. Drama, yaitu film yang kisahnya seringkali menggugah emosi,
dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. Tema
umumnya mengangkat isu-isu sosial, seperti kekerasan,
ketidakadilan, masalah kejiawaan, penyakit dan sebagainya. c. Epik Sejarah, yaitu film dengan tema periode masa silam
(sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa, atau tokoh
besar yang menjadi mitos, atau legenda. d. Fantasi, yaitu film yang berhubungan dengan tempat,
peristiwa dan karakter yang tidak nyata dengan menggunakan
unsur magis, mitos, imajinasi, halusional, serta alam mimpi. e. Fiksi ilmiah, yaitu film yang berhubungan dengan teknologi
dan kekuatan di luar jangkauan teknologi masa kini yang
artificial. f. Horor, yaitu film yang berhubungan dengan dimensi spiritual
atau sisi gelap manusia. g. Komedi, yaitu jenis film yang tujuannya menghibur dan
memancing tawa penonton. h. Kriminal dan Gangster, yaitu film yang berhubungan dengan
aksi-aksi kriminal dengan mengambil kisah kehidupan tokoh
kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata. i. Musikal, yaitu film yang mengkombinasikan unsur musik,
lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi). 15
j. Petualangan, yaitu film yang berkisah tentang perjalanan,
eksplorasi atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum
pernah di sentuh.
k. Perang, yaitu film yang mengangkat tema ketakutan serta teror
yang ditimbulkan oleh aksi perang dengan memperlihatkan
kegigihan, dan perjuangan.
l. Western, yaitu film dengan tema seputar konflik antar pihak
baik dan jahat berisi tembak-menembak, aksi berkuda dan aksi
duel.
3. Teknik Pengambilan Gambar
Askurifai dalam bukunya Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik
menjelaskan bahwa setidaknya ada lima hal yang perlu diperhatikan
dalam pengambilan gambar untuk jurnalistik televisi yaitu:13
a. Camera Angle
Camera Angle adalah posisi kamera pada saat pengambilan
gambar. Masing-masing angle atau sudut mempunyai makna
tertentu. Camera angle dalam sudut pengambilan gambar ada
lima bagian, yaitu:
Bird Eye View adalah teknik pengambilan gambar yang
dilakukan oleh kameramen dengan posisi kamera diatas
ketinggian objek yang direkam. Tujuannya adalah
untuk memperlihatkan objek-objek yang lemah dan tak
berdaya.
13Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), cet-1,h.120 16
High Angle adalah pengambilan gambar dari atas objek.
Kesan yang ditampilkan dari pengambilan gambar ini
kesannya lemah, tidak berdaya, kesendirian dan kesan
lain yang mengandung konotasi dilemahkan atau
dikerdilkan.
Low angle adalah sudut pengambilan dari arah bawah
objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar.
Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung
atau prominance, berwibawa, kuat dan dominan.
Eye Level adalah sudut pengambilan gambar sejajar
dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan
pandangan mata seseorang. Teknik ini tidak memiliki
kesan dramatis melainkan kesan wajar.
Frog Eye adalah sudut pengambilan gambar dengan
ketinggian kamera sejajar dengan alas atau dasar
kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan
tampak seolah-olah mata penonton mewakili mata
katak. b. Frame Size
Frame Size adalah ukuran shot untuk memperlihatkan
situasi objek bersangkutan. Frame Size yang menjadi kekuatan
gambar baik dalam film maupun audiovisual lainnya. Ada 12
bagian dalam Frame Size, yaitu:
17
Long Shot (LS)
Pengambilan gambar ini objek penuh dengan latar
belakang. Tujuannya untuk memperlihatkan objek latar
belakang.
Full Shot (FS)
Teknik pengambilan gambar ini dari batas kepala
hingga kaki. Tujuannya untuk memperlihatkan objek
dengan lingkungan sekitar.
Knee Shot (KS)
Pengambilan gambar teknik ini dari batas kepala hinga
lutut. Teknik ini bertujuan memperlihatkan sosok
objek.
Medium Shot (MS)
Pengambilan gambar pada teknik ini dari batas kepala
sampai pinggang. Tujuannya untuk memperlihatkan
seseorang dengan sosoknya.
Medium Close Up (MCU)
Pengambilan gambar dari dada sampai atas kepala
untuk menunjukan ekspresi wajah lebih jelas.
Close Up (CU)
Pengambilan gambar dari batas kepala sampai leher
bagian bawah. Teknik ini memberi gambaran objek
secara jelas.
18
Big Close Up (BCU)
Pengambilan gambar dari batas kepala hingga dagu
objek. Teknik ini menonjolkan objek untuk
menimbulkan ekspresi tertentu.
Extreme Close Up (ECU)
Pengambilan gambar dengan tekhnik ini akan
menunjukkan secara detail ekspresi dari objek, seperti
pangkal tangan, hidung, telinga dan mata.14
Group Shot
Pengambilan gambar dengan sekelompok orang.
Three Shot
Pengambilan gambar dengan tiga objek.
Two Shot
Pengambilan gambar dengan dua objek.
One Shot
Pengambilan gambar dengan satu objek.
c. Moving Camera
Moving Camera adalah posisi kamera bergerak, sementara
objek bidikan diam. Gerakan kamera ada tiga, yaitu:
Zoom In dan Zoom Out (gerakan kamera mendekat dan
menjauh)
Till Up dan Till Down (gerakan kamera dari bawah
keatas, dari atas kebawah)
14Arifin S Harahap, Jurnalistik Televisi Tekhnik Memburu dan Menulis berita (Jakarta: Indeks, 2007),h.37 19
Panning Right dan Panning Left (gerakan kamera dari
kiri ke kanan, dan gerakan kamera dari kanan ke kiri).
d. Gerakan Objek
Gerakan objek adalah posisi kamera diam objek bidikan bergerak