Nasionalisme B.J Habibie Dalam Film Rudy Habibie Karya

(Analisis Framing Mengenai Nasionalisme B.J Habibie Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : Arie Arma Putra 140904082 Program Studi Public Relations

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia di proses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Arie Arma Putra

NIM : 140904082

Tanda Tangan :

Tanggal : 25 September 2018

i

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diseminar hasilkan oleh :

Nama : Arie Arma Putra

NIM : 140904082

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul : Nasionalisme B.J Habibie Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo (Analisis Framing Mengenai Nasionalisme B.J Habibie Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo)

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Yovita S. Sitepu, S.Sos, M.Si Dra.Dewi Kurniawati, M.Si,Ph.D NIP. 198011072006042002 NIP.196505241989032001

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002

ii

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Arie Arma Putra NIM : 140904082 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : Nasionalisme B.J Habibie Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo (Analisis Framing Mengenai Nasionalisme B.J Habibie Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan

Tanggal :

iii

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Arie Arma Putra NIM : 140904082 Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive Royalty—Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul Nasionalisme B.J Habibie Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : Medan Pada tanggal : 25 September 2018

Yang menyatakan,

(Arie Arma Putra)

iv

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Nasionalisme B.J Habibie Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Nasionalisme B.J Habibie digambarkan dalam film Rudy Habibie. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pesan tekstual secara verbal, gambar dan perangkat framing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, disertai dengan paradigma konstruktivisme. Peneliti menggunakan Teknik analisis framing. Teori-teori yang digunakan sebagai rujukan dalam penelitian ini antara lain : teori komunikasi, teori komunikasi massa, film, sinematografi, teori framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Hasil analisis data dari 7 scene yang dianalisis, nasionalisme Habibie digambarkan begitu luar biasa dengan mengorbankan segalanya demi berjuang membangun .

Kata Kunci : Nasionalisme, Rudy Habibie, Framing, Film.

v

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

This research entitled “ B.J Habibie‟s Nationalism in the Rudy Habibie Film by Hanung Bramantyo”. The purpose of this research to determine B.J Habibie‟s Nationalism be decipted in the Rudy Habibie Film. The unit of analysis in this research are verbal textual messages, images and framing devices. This research uses qualitative method, accompanied by concrutivism paradigm. Researcher uses Framing analysis technique. Theories used as a reference in this research, among others ; communication theory, mass communication theory, film, cinematography, Framing theory by Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki, The results of data analysis from 7 scenes, Habibie‟s nationalism is described so extraordinary with sacrifices of everthing in order to build Indonesia.

Keywords : Nationalism, Rudy Habibie, Framing, Film.

vi

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-

Nya yang telah memberikan nikmat ilmu, kesehatan dan kelancaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dan tidak lupa shalawat serta salam kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi teladan utama bagi umat manusia.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara (USU). Peneliti berharap kedepannya skripsi ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dalam mengembangkan penelitian. Skripsi ini peneliti persembahkan kepada kedua orang tua tersayang ayahanda tercinta Rusli S.Sos,

M.AP dan mama tercinta Esnawati Pasaribu yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, serta kepada adik-adik kandung peneliti, Andhika

Pradana dan Nayla Giska Putri. Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Muryanto Amin M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya. 3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

vii

Universitas Sumatera Utara 4. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, MA selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, nasihat dan saran bagi peneliti sehingga peneliti bisa mencapai titik akhir dalam skripsi. Terimakasih kepada Ibu untuk bimbingannya dan bantuannya selama ini. 6. Ibu Nurbani, M.Si, selaku dosen penasehat akademik peneliti yang selama ini turut membimbing saya hingga sampai di penghujung skripsi. 7. Segenap seluruh staf pengajar Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk semua pengetahuan didikan, bimbingan, dan membantu penulis selama masa perkuliahan yang peneliti rasakan manfaatnya. 8. Kepada kak Maya dan kak Yanti selaku pengurusan administrasi departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah banyak membantu. 9. Sahabat peneliti diluar kampus, M. Fahrozy, Habibie Owen, Syahrizal, Singgih Aji Pangestu yang telah menemani peneliti selama mengerjakan skripsi dan tidak lupa selalu memberikan semangat kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini serta sudah memberikan banyak pelajaran tentang arti sebuah pertemanan sesungguhnya. 10. Kepada teman-teman yang juga anak bimbingan Ibu Yovita, Tengku Adrian, Siti Savira, Santika Heni, Sastra Ramanda, Nanda Rizki, Tengku Alya Nabila, Akhbar Hasyim, dan lainnya yang sudah membantu peneliti dalam mengerjakan skripsi. 11. Kepada Avengers yang selalu ada bersama peneliti , Awis Kurni, Talitha Nur Zhafira, Siti Savira, Engelina Panjaitan, Dyah Larassati, M. Chairul Fakhry, M. Akhbar Hasyim Lubis, M. Helmi Anbari, Muhammad Hanafi Parapat, Riky Rifany, Muhammad Ikhram Herian dan Muhammad Habibie Syahputra. 12. Teman terdekat peneliti, Dwi Nurul Aisyah yang ikut membantu peneliti dari awal sampai akhir dalam mengerjakan skripsi dan selalu mendukung peneliti dalam mengerjakan skripsi, menampung dan bertukar pikiran kepada peneliti selama proses pembuatan skripsi.

viii

Universitas Sumatera Utara 13. Kepada seluruh sahabat-sahabat Ilmu Komunikasi angkatan 2014 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan penelitian ini. Semoga doa yang diberikan kepada penulis mendapatkan berkah dari Allah SWT. dan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak begitu sempurna. Apabila terdapat kesalahan dalam bentuk kata, Bahasa penyampaian dan Teknik penulisan, dengan rendah hati peneliti mengharapkan agar pembaca memberi masukan berupa saran yang bertujuan untuk membangun skripsi ini. Peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan, doa serta dukungan yang diberikan kepada peneliti.

Medan, 25 September 2018 Penulis

Arie Arma Putra NIM 140904082

ix

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...... i LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKHIR ...... iv ABSTRAK ...... v ABSTRACT ...... vi KATA PENGANTAR ...... vii DAFTAR ISI ...... x DAFTAR TABEL ...... xi BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Konteks Masalah ...... 1 1.2 Fokus Masalah ...... 9 1.3 Tujuan Masalah ...... 9 1.4 Manfaat Penelitian ...... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...... 11 2.1 Paradigma Kajian ...... 11 2.1.1 Paradigma Konstruktivisme……………………………………...12 2.2 Kajian Pustaka ...... 15 2.2.1 Komunikasi ...... 16 2.2.2 Komunikasi Massa ...... 18 a. Peranan Komunikasi Massa ...... 19 b. Fungsi Komunikasi Massa ...... 20 c. Efek Kehadiran Media Massa ...... 22 d. Film Sebagai Media Massa ...... 24 2.2.3 Film ...... 26 a. Sejarah dan Perkembangan Film ...... 27 b. Fungsi Film ...... 29 c. Kategori Film ...... 30 d. Jenis-Jenis Genre Film ...... 31 e. Karakteristik Film ...... 35 f. Unsur-unsur Film...... 36 2.2.4 Cinematography (Sinematografi) ...... 38 a. Unsur Sinematik Layar Lebar ...... 38 b. Sinematografi dalam Unsur Sinematik Film ...... 39 1. Jarak ...... 39 2. Sudut ...... 41 c. Suara dalam Unsur Sinematik Film ...... 42 d. Variasi dan Teknik Dialog ...... 43 2.2.5 Framing ...... 43 a. Analisis Framing ...... 43 b. Pengertian Framing ...... 44

2.2.6 Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ...... 46 1. Struktur Sintaksis ...... 47 2. Struktur Skrip ...... 48

x

Universitas Sumatera Utara 3. Struktur Tematik ...... 48 4. Struktur Retoris ...... 49 2.2.7 Nasionalisme ...... 50 a. Pengertian Nasionalisme ...... 50 b. Nasionalisme di Indonesia ...... 52 c. Nasionalisme Pada Individu ...... 53 2.3 Kerangka Analisis ...... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...... 56 3.1 Metode Penelitian ...... 56 3.2 Objek Penelitian ...... 56 3.3 Subjek Penelitian ...... 57 3.4 Unit Analisis ...... 57 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...... 57 3.6 Teknik Analisis Data ...... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 59 4.1 Gambaran Umum Film Rudy Habibie ...... 59 4.1.1 Poster Film Rudy Habibie ...... 59 4.1.2 Sinopsis Film Rudy Habibie ...... 60 4.1.3 Profil Film, Tim Produksi dan Pemeran Film Rudy Habibie ...... 61 a. Profil Film ...... 62 b. Tim Produksi Film ...... 63 c. Pemeran Film ...... 64 4.2 Penyajian dan Analisis Data ...... 66 4.2.1 Analisis Scene Pertama : Sequence 29 ...... 70 4.2.2 Analisis Scene Kedua : Sequence 29 ...... 75 4.2.3 Analisis Scene Ketiga : Sequence 29 ...... 82 4.2.4 Analisis Scene Keempat : Sequence 29 ...... 79 4.2.5 Analisis Scene Kelima : Sequence 29 ...... 82 4.2.6 Analisis Scene Keenam : Sequence 29 ...... 86 4.2.7 Analisis Scene Ketujuh : Sequence 29 ...... 90 4.3 Pembahasan ...... 93

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...... 106 5.1 Simpulan ...... 106 5.2 Saran ...... 107

DAFTAR PUSTAKA ...... xiii LAMPIRAN ...... xvi

xi

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

4.1 Skema Framing Sintaksis (Scene 1)…………………………………...67 4.2 Skema Framing Skrip (Scene 1)…………………………………...68 4.3 Skema Framing Tematik (Scene 1)…………………………………...68 4.4 Skema Framing Retoris (Scene 1)…………………………………...69 4.5 Skema Framing Sintaksis (Scene 2)…………………………………...71 4.6 Skema Framing Skrip (Scene 2)…………………………………...72 4.7 Skema Framing Tematik (Scene 2)…………………………………...73 4.8 Skema Framing Retoris (Scene 2)…………………………………...74 4.9 Skema Framing Sintaksis (Scene 3)…………………………………...76 4.10 Skema Framing Skrip (Scene 3)…………………………………...77 4.11 Skema Framing Tematik (Scene 3)…………………………………...77 4.12 Skema Framing Retoris (Scene 3)…………………………………...78 4.13 Skema Framing Sintaksis (Scene 4)…………………………………...80 4.14 Skema Framing Skrip (Scene 4)…………………………………...80 4.15 Skema Framing Tematik (Scene 4)…………………………………...81 4.16 Skema Framing Retoris (Scene 4)…………………………………...81 4.17 Skema Framing Sintaksis (Scene 5)…………………………………...83 4.18 Skema Framing Skrip (Scene 5)…………………………………...83 4.19 Skema Framing Tematik (Scene 5)…………………………………...84 4.20 Skema Framing Retoris (Scene 5)…………………………………...85 4.21 Skema Framing Sintaksis (Scene 6)…………………………………...87 4.22 Skema Framing Skrip (Scene 6)…………………………………...87 4.23 Skema Framing Tematik (Scene 6)…………………………………...88 4.24 Skema Framing Retoris (Scene 6)…………………………………...89 4.25 Skema Framing Sintaksis (Scene 7)…………………………………...90 4.26 Skema Framing Skrip (Scene 7)…………………………………...91 4.27 Skema Framing Tematik (Scene 7)…………………………………...91 4.28 Skema Framing Retoris (Scene 7)…………………………………...92

xii

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah Pada penelitian komunikasi khususnya dalam ruang lingkup komunikasi massa, terdapat berbagai metodologi penelitian yang dapat digunakan untuk menganalisis media. Salah satunya adalah framing analysis atau disebut analisis pembingkaian. Kajian dengan menggunakan konsep framing sudah banyak dilakukan untuk meneliti media seperti surat kabar, tayangan televisi dan film. Pada program studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara terdapat 25 penelitian menggunakan konsep analisis framing. Namun, belum terdapat penelitian yang mengkaji film menggunakan metode analisis framing (www.repository.usu.ac.id). Film Rudy Habibie merupakan film yang menceritakan perjalanan muda sang visioner. Rudy Habibie atau lebih dikenal dengan nama B.J Habibie adalah seorang teknokrat dan mantan Presiden Republik Indonesia yang ketiga. B.J Habibie dari kecil memiliki panggilan akrab yaitu “Rudy Habibie”. Panggilan tersebut diambil dari penggalan akhir pada nama depannya yaitu “Bacharudin”, sedangkan “Habibie” adalah nama keluarga yang berasal dari nama ayahnya Alwi Abdul Jalil Habibie. Sejak kecil B.J Habibie dikenal sebagai anak yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata hingga saat dewasa pun B.J Habibie terus membuat prestasi luar biasa, oleh karena itu sosok B.J Habibie sangat dikagumi dan disenangi oleh masyarakat. Kisah perjalanan hidup B.J Habibie banyak dituangkan ke dalam bentuk buku maupun film, seperti buku berjudul True Spirit Bacharuddin Jusuf Habibie karya A.Novi, Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie Dari Ilmuwan ke Negarawan sampai „Minandito‟ karya A. Makmur Makka, Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner karya dari Ginatri S. Noer dan buku yang menjadi best seller berjudul Habibie dan Ainun karya B.J Habibie. Sedangkan dalam bentuk film, kisah B.J Habibie diangkat dengan judul Habibie dan Ainun dan Rudy Habibie yang keduanya merupakan karya dari sutradara Hanung Bramantyo. Film terakhir yang mengisahkan tentang perjalanan hidup B.J Habibie adalah film berjudul Rudy

1 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2

Habibie. Film ini dirilis pada tahun 2016 dan menjadi film kedua dari film pertamanya Habibie dan Ainun. Pada film Rudy Habibie, B.J Habibie digambarkan memiliki rasa cinta yang besar kepada Indonesia. Pendidikan yang ia tempuh hingga ke Jerman tepatnya di Rheinisch Westfälische Technische Hochschule (RWTH) sebagai upaya mencari ilmu untuk pulang membangun Indonesia. B.J Habibie rela dan berani menentang siapa saja yang menghalangi visi misinya untuk membangun Indonesia. Bahkan pada film terdapat scene dimana Rudy menentang Ilona kekasihnya hingga seniornya karena pemikiran tidak sejalan dalam membangun Indonesia. Selama berada di Jerman B.J Habibie berulang kali mendapatkan tawaran untuk menetap di Jerman dengan fasilitas yang disediakan pemerintah. Namun dengan keteguhan dan rasa cintanya kepada Indonesia B.J Habibie menolak tawaran tersebut. Bahkan ada satu scene, ketika hasil riset dan karya- karyanya disita oleh pihak pemerintah Jerman melalui pihak Universitas karena dianggap sebagai ancaman. B.J Habibie diberikan pilihan untuk mengganti status kewarganegaraanya jika ingin risetnya dikembalikan. Alur cerita pada film ini sangat menarik, B.J Habibie memiliki konflik yang berkepanjangan dan juga kisah percintaan yang mengharukan. Bersama temannya Lim Keng King (diperankan oleh Ernest Prakasa) B.J Habibie melewati masa-masa sulit. Berbagai pertentangan dan intimidasi dari senior bahkan teman- temannya di PPI (Persatuan Pelajar Indonesia). Visi dan misi B.J Habibie dianggap berlebihan, yaitu membangun industri dirgantara untuk Indonesia. Kisah percintaan juga dialami B.J Habibie pada film ini, ia tertarik kepada gadis Polandia bernama Ilona Lanovska (diperankan oleh Chelsea Islan). Namun akhirnya B.J Habibie merasakan kekecewaan setelah ibunya tidak merestui hubungannya bersama Ilona. Pada scene ini dapat dikatakan sangat menarik, karena diakhir perpisahan B.J Habibie berkata lebih memilih melepas Ilona dan B.J Habibie dapat berkembang lalu pulang membangun Indonesia. Penggambaran rasa nasionalisme B.J Habibie pada film ini begitu jelas. Bagaimana ia lebih memilih melepas Ilona demi fokus kembali ke Indonesia. Disamping itu, dibeberapa scene B.J Habibie selalu berbicara mengenai Indonesia kepada teman-temannya bahwa Indonesia adalah negara hebat. Dari awal film

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3

hingga akhir film banyak terdapat adegan dimana B.J Habibie selalu menyebut nama Indonesia dan melakukan apapun hanya untuk Indonesia. Pada film ini kita dapat melihat bagaimana karakter dan sosok B.J Habibie dibentuk sedemikian rupa. Bagaimana B.J Habibie digambarkan begitu mencintai Indonesia dan selalu mengagung-agungkan nama Indonesia dinegara Jerman. Sosok B.J Habibie di dunia nyata tidak kalah luar biasa dari film. Sepak terjangnya bagi dunia dan Indonesia sangat luar biasa, baik itu dari penemuan dan hasil risetnya. Oleh karena itu, pemerintah Jerman dan pemerintah Filipina berusaha menawarkan kewarganegaraan kepada B.J Habibie. Tetapi tawaran tersebut ditolak oleh B.J Habibie dan lebih memilih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Sosok B.J Habibie begitu dihormati dan dikagumi oleh dunia. Kontribusi B.J Habibie begitu luar biasa pada bidang teknologi transportasi. B.J Habibie memiliki 46 hak paten dan puluhan penghargaan internasional. Pada bidang pengetahuan khususnya konstruksi pesawat, B.J Habibie memiliki metode yang dikenal dengan nama “Teori dan Faktor Habibie”. Karena kontribusi dan kecerdasannya dalam pemecahan masalah transportasi ia mendapati sebutan “Mr.Crack”, julukan yang diberikan dunia pada B.J Habibie. Pada awal tahun 1962 B.J Habibie pulang ke Indonesia setelah mengambil cuti. Kepulangan B.J Habibie ke tanah air tanpa sengaja mempertemukannya kepada teman lamanya dr.Hasri Ainun Besari. Pertemuan ini menumbuhkan cinta diantara ke duanya. Hingga akhirnya mereka menikah dan dikaruniai dua anak laki-laki yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Faktor karir dan pendidikan menjadi alasan B.J Habibie membawa Ainun untuk pindah ke Jerman. Pencapaian dan karir B.J Habibie begitu luar biasa ketika ia berhasil mendesain pesawat D0-31 yang merupakan pesawat terbang pertama mampu tinggal landas dan mendarat dalam posisi tegak. Atas keberhasilan itu menghantarkannya pada posisi Wakil Presiden diperusahaan Messerschmitt Boelkow Blohm (MBB). Suatu kebanggaan bagi B.J Habibie karena hanya B.J Habibie satu-satunya orang di luar kebangsaan Jerman yang menduduki posisi strategis diperusahaan tersebut. Karena potensinya yang besar, pemerintah Jerman berulang kali menawarkan kepada B.J Habibie untuk pindah status kewarganegaraan menjadi warganegara Jerman agar B.J Habibie mendapatkan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 4

dukungan dan fasilitas penuh dari pemerintah Jerman. Namun, B.J Habibie tetap berpegang teguh dengan prinsip dan tujuannya untuk membangun Indonesia.

"Sekalipun saya menjadi warga negara Jerman, kalau suatu saat tanah air ku memanggil, maka paspor (Jerman) akan saya robek dan akan pulang ke Indonesia," (Habibie, dalam buku Habibie & Ainun)

Potensi B.J Habibie yang luar biasa membuatnya dipanggil Presiden Soeharto untuk pulang ke Indonesia. Kepulangan B.J Habibie merupakan langkah untuk memajukan Indonesia. Dimulai dari B.J Habibie berhasil dengan membuat pesawat N250 yang merupakan pesawat pertama buatan Indonesia. B.J Habibie sempat menduduki beberapa jabatan strategis di BUMN hingga akhirnya ia menjabat sebagai menteri di Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) pada tahun 1978. Selama menjabat sebagai menteri, B.J Habibie banyak melakukan beberapa inovasi dalam pengembangan teknologi khususnya dibidang transportasi. Namun, kalangan pengamat ekonomi mengecam kebijakannya karena menganggap proyek-proyek B.J Habibie terlalu boros anggaran. Selama 20 tahun menjabat sebagai Menristek, akhirnya B.J Habibie dilantik menjadi wakil presiden mendampingi presiden Soeharto. Pada tahun yang sama terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Presiden Soeharto dituntut mundur oleh rakyat. Presiden Soeharto pun mengundurkan diri dan secara konstitusional maka B.J Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto. Selama menjabat sebagai presiden, B.J Habibie mendapatkan kritikan dan kecaman dari berbagai pihak karena kebijakannya. Salah satu kebijakan yang kontroversial adalah B.J Habibie memberikan referendum kepada Timor-Timur, sehingga Timor-Timur memilih memisahkan diri dari kedaulatan Republik Indonesia. Lalu munculnya gerakan didaerah seperti Gerakan Aceh Merdeka, Republik Maluku Selatan dan juga Organisasi Papua Merdeka yang menuntut untuk memisahkan diri dari Indonesia. Hingga pada masa akhir jabatannya, B.J Habibie mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari anggota DPR dan MPR. Laporan pertanggung jawaban B.J Habibie sebagai Presiden ditolak. B.J Habibie dianggap tidak mampu menjalankan amanah menjaga Timor-Timur dan kasus pengusutan harta Soeharto yang tidak jelas.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 5

Sosok B.J Habibie digambarkan begitu berkarakter dan dominan di dalam film Rudy Habibie. Selama 142 menit film ini menceritakan polemik hidup yang dihadapi B.J Habibie. Film ini diputar diseluruh bioskop Indonesia secara serentak pada 30 juni 2016. Proses produksi dan distribusi dilakukan oleh rumah produksi MD Entertainment dan juga MD Pictures. Respon pada awal perilisannya film ini mendapatkan perhatian yang besar dari khalayak, khususnya penikmat film. Sebab, film ini menceritakan kisah muda B.J Habibie sebelum film “Habibie dan Ainun” yang mendapat kesuksesan luar biasa. Film Rudy Habibie menarik untuk diteliti karena film ini merupakan film biografi Indonesia yang menceritakan ulang kisah tokoh yang masih hidup. Berbeda dengan film biografi lainnya seperti Kartini (2016), Jendral Sudirman (2015), Soekarno (2013), Chrisye (2017) yang mana film tersebut diangkat setelah tokoh yang diceritakan sudah tidak ada. Respon masyarakat begitu antusias terhadap film ini hingga meraih jumlah penonton sebanyak 2.012.025 dan mendapatkan 13 penghargaan bergengsi serta masuk dalam 10 besar film dengan penonton terbanyak ditahun 2016 (www.filmindonesia.or.id). Sutradara dari film Rudy Habibie adalah Hanung Bramantyo yang merupakan salah satu sineas Indonesia dengan karya film yang luar biasa. Perspektif dan framing yang dilakukan oleh Hanung Bramantyo perlu dilihat lebih dalam pada fim ini. Bagaimana Hanung membingkai alur cerita maupun karakter B.J Habibie muda pada film ini, karena film ini merupakan kisah nyata B.J Habibie semasa muda. Hanung dikenal dengan sutradara yang tidak takut akan kontroversi dalam bercerita. Secara sadar atau tidak sadar campur tangan sutradara dapat mempengaruhi film secara keseluruhan. Seperti karya filmnya berjudul Perempuan Berkalung Sorban dan Tanda Tanya yang menjadi kontroversial dimasyarakat. Hanung juga sutradara yang menghasilkan film dan . Penulisan naskah film Rudy Habibie ditulis oleh Gina S Noer, Hanung Bramantyo dan B.J Habibie. Sedangkan karakter B.J Habibie diperankan oleh , aktor ternama yang telah membintangi 44 judul film di Indonesia. Sebelumnya Reza Rahadian juga pernah memerankan tokoh besar yaitu Oemar Said Cokrominoto dalam film berjudul Guru Bangsa: Tjokroaminoto.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 6

Pada film Rudy Habibie, Hanung Bramantyo sebagai pembuat film harus berhati-hati menceritakan sosok B.J Habibie. Sebab, film ini menceritakan tokoh yang masih hidup sehingga ditakutkan film ini justru memberikan gambaran yang kurang sesuai dan tidak tepat dengan sosok B.J Habibie didunia nyata. Dari uraian diatas, kita dapat melihat bahwa Hanung Bramantyo tidak takut menggambarkan tokoh-tokoh luar biasa ke dalam film yang bisa saja mengundang pergunjingan dan pertentangan masyarakat. Keberadaan film di tengah kehidupan masyarakat memberikan beberapa nilai dan fungsi tertentu. Secara umum, masyarakat menganggap tujuan film adalah sebagai hiburan. Namun jika dilihat dari sisi lain, film justru sebuah medium dari komunikasi massa. Bagaimana pesan dikemas lalu disalurkan kepada khalayak. Sehingga khalayak menerima pesan dan informasi yang ia dapat melalui film tersebut. Dari pesan tersebut, akhirnya khalayak menerima effect dari film tersebut. Film sebagai wujud dari komunikasi massa tentunya akan mengangkat sebuah cerita dan berusaha untuk mengkonstruksi serta memberi suatu gambaran ataupun fenomena. Graeme Turner (dalam Sobur, 2006:127), mengungkapkan bahwa film tidak hanya sekedar refleksi dari realitas. Sebaliknya, film lebih merupakan konstruksi atau gambaran dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya. Sedikit berbeda dengan media cetak dan radio, film sebagai bentuk komunikasi massa melibatkan beberapa unsur yang berkaitan dengan pancaindra khalayak, yaitu visual (gambar) dan juga audio (suara). Pengemasan visual dan audio dengan effect tertentu dapat memberikan gambaran lebih dalam kepada khalayak. Bahkan film juga mampu menyentuh dan masuk ke dalam sisi emosional dan psikologis dari khalayak. Oleh karena itu film lebih kuat dalam mempengaruhi dan membingkai suatu fenomena atau peristiwa dengan melibatkan perasaan maupun psikologis melalui pancaindra. Perfilman di Indonesia memiliki sejarah dan perkembangan yang sempat mengalami masa pasang surut. Awal sejarah film Indonesia dimulai dengan masuknya film ke Indonesia pada tahun 1900-an sampai 1920-an. Pada saat itu

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 7

bioskop film terbagi atas 3 kelas, yaitu kelas pertama bioskop khusus untuk kalangan Eropa dan para elit, bioskop kelas kedua yaitu menengah keatas untuk para masyarakat pribumi dengan status bangsawan atau kaya raya dan juga bioskop kelas bawah untuk masyarakat biasa. Pada masa penjajahan belanda film mendapat sebutan sebagai “Gambar Hideop”. Pada pertengahan tahun 1926, Indonesia berhasil membuat film pertama dengan judul Latoeng Kasarung yang diproduksi oleh dua orang berkebangsaan Belanda, yaitu L. Heuveldorp dan G. Kruger. Film ini merupakan kisah yang di angkat dari cerita rakyat atau legenda sunda. Film selanjutnya mereka buat dengan judul Eulis Atjih, film ini menceritakan kisah seorang istri yang disia-siakan suaminya dan tayang dilayar lebar pada tahun 1927. Perkembangan perfilman Indonesia tidak hanya dari segi produksi, tetapi dari segi sosial dan komunitas juga terbangun. Festival Film Indonesia (FFI) diselenggarakan pada tanggal 30 Maret - 05 April 1955 sebagai wadah festival dan penyelenggaraan film. Kemudian film Jam Malam karya dari Usmar Ismail tampil sebagai film terbaik dalam festival ini. Film ini sekaligus mengharumkan nama Indonesia karena terpilih untuk mewakili Indonesia dalam ajang Festival Film Asia II yang diselenggarakan di Singapura. Memasuki awal tahun 1990-an, kondisi perfilman Indonesia dapat dikatakan kurang bergairah dan tidak produktif. Acara FFI tidak lagi diselenggarakan karena minimnya produksi film tanah air. Jumlah produksi film menurun karena munculnya TV swasta sebagai media hiburan baru bagi masyarakat. Namun pada tahun 2000-an, kondisi perfilman Indonesia perlahan bangkit, beberapa kreator dan sineas berusaha membangkitkan industri film di tengah-tengah kehadiran televisi. Film berjudul Petualangan Sherina, Ada Apa Dengan Cinta, Eiffel I'm in Love dan Laskar Pelangi adalah beberapa film yang mencuri perhatian khalayak. Film-film tersebut mendapat kesuksesan besar pada saat itu. Perlahan industri perfilman di Indonesia mulai tumbuh kembali. Pada tahun 2010 perkembangan film Indonesia mengalami kemajuan yang luar biasa. Beberapa film Indonesia mendapatkan apresiasi dan penghargaan di festival internasional. Misalnya film aksi The Raid, Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak dan 3 Doa 3 Cinta yang mendapat banyak penghargaan pada

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 8

festival film internasional. Dimulai dari situ, pada tahun-tahun berikutnya perfilman Indonesia terus produktif. Genre dan tema film juga semakin bervariasi, seperti horor, komedi, dan drama. Seperti film drama Surga yang tak dirindukan memuncaki perolehan penonton tertinggi pada 2015 dan Dilan 1990 yang juga menduduki film perolehan penonton tertinggi tahun 2018. Film horor Pengabdi Setan yang menduduki perolehan penonton tertinggi 2017 dan diputar dilebih 20 negara, serta film komedi Warkop DKI Reborn, Single, Comic 8 dan Ngenest yang menjadi film genre komedi laris di Indonesia (www.filmindonesia.or.id). Perfilman Indonesia terus mendapatkan sorotan dari berbagai negara. Kebangkitan perfilman Indonesia dirasa membawa angin segar bagi industri kreatif dan ekonomi kreatif. Film sebagai seni, kini dapat juga dikatakan sebagai bisnis yang luar biasa. Pendapatan dan keuntungan dari film mampu berlipat-lipat. Munculnya aktor dan aktris muda berbakat dan bertahannya para aktor-aktris senior dalam industri film. Penghargaaan dan pergelaran festival nasional maupun level internasional selalu melibatkan perfilman Indonesia. Dari segi teknis, kini film Indonesia sudah tidak bisa diremehkan. Potensi dari para sineas begitu luar biasa, mulai dari keberanian menggunakan set yang luar biasa bahkan penggunaan efek CGI (Computer Generated Imagery) yang merupakan penggunaan grafik komputer dalam efek spesial. Oleh karena itu, perkembangan film di Indonesia diharapkan terus naik pada level internasional dan terus munculnya para sineas perfilman agar Indonesia memiliki film yang berkualitas. Film dapat dianalisis menggunakan konsep framing. Tujuan dilakukannya analisis framing terhadap film adalah untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi. Konsep framing telah lama digunakan secara luas dalam kajian dan literatur ilmu komunikasi. Secara sempit framing digunakan untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Analisis framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia dibalik sebuah perbedaan. Framing analysis atau disebut juga analisis pembingkaian dapat dikatakan sebagai versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis media. Awal gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 9

dijadikan sebagai perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, sehingga menjadikan frame sebagai kepingan-kepingan prilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas (dalam Sobur, 2009: 161-162.) Teknik analisis bingkai menggunakan teknik analisis data dengan melihat dan menemukan frame atau media package. Artinya adalah, suatu perspektif untuk melihat sebuah perspektif yang digunakan dalam melakukan pengamatan, analisis dan interpretasi terhadap sebuah realitas sosial masyarakat (dalam McQuail, 2011:124). Hasil dari proses pembentukan dan konstruksi realitas tersebut menghasilkan bagian tertentu dari relitas yang lebih menonjol dan mudah dikenal. Penonjolan yang dimaksud adalah memperbesar kemungkinan penerima dalam menerima informasi, sehingga dapat melihat pesan tersebut dengan lebih tajam dan dapat tersimpan dalam ingatan penerima pesan (dalam Eriyanto, 2009: 66).

1.2 Fokus Masalah Berdasarkan dari konteks masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Nasionalisme B.J Habibie digambarkan dalam film Rudy Habibie ?

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan tertentu yang harus dicapai peneliti. Adapun tujuan penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Nasionalisme B.J Habibie digambarkan dalam film Rudy Habibie.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 10

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat mengisi kekosongan kajian framing mengenai film. 2. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan baru tentang analisis framing sebagai sebuah metode penelitian pada media film. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada praktisi media terutama praktisi film dan penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan referensi bagi penikmat film.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian Suatu penelitian hendaknya memerlukan paradigma karena akan menjadi kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma adalah salah satu cara pandang untuk memahami kompleksitas yang ada pada dunia nyata. Menurut Wibowo (2013 : 198), paradigma konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi yang merupakan dari (bentukan) kita sendiri, oleh karenanya pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan yang ada. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma ini menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan, kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang (dalam Mulyana, 2003 : 9). Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian. Neuman W. lawrance (2012 : 142) dalam bukunya “Pendekatan Kualitatif dan Pendekatan Kuantitatif” menjelaskan bahwa ada tiga paradigma pada ilmu sosial yang menyediakan perbedaan dalam asumsi mengenai cara melakukan suatu penelitian sosial. Ketiga paradigma tersebut adalah :

1. Paradigma positivisme, merupakan paradigma yang paling tertua yang digunakan dalam ilmu sosial. Paradigma ini melihat suatu kejadian atau gejala sosial atau fenomena yang ada sebagai suatu yang kausal (hukum sebab akibat), sesuatu yang terjadi karena disebabkan oleh suatu alasan.

2. Paradigma konstruktivisme, Ilmu sosial interpretif atau pandangan secara konstruktivisme menekankan pada aksi sosial yang bermakna, dimana makna ini terbentuk secara sosial dan memiliki relativisme nilai. Aksi sosial yang bermakna (meaningful social action) yaitu, berbagai perspektif dengan subjek penelitian, mempelajari aksi sosial yang

11 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 12

bermakna, bukannya suatu perilaku nyata dari beragam orang. Jadi, melalui pendekatan konstruktivisme kita melihat aksi-aksi atau kejadian atau fenomena sosial yang terjadi sebagai suatu yang bermakna dan juga memili makna bagi subjek-subjek yang melakukannya. Bagaimana cara kita melihat suatu fenomena sosial dengan memahaminya dan ikut merasakan atau berempati dengan subjek sosial yang melakukannya.

3. Paradigma kritis, paradigma yang tujuan utama bukan sekedar untuk mempelajari dunia sosial, tetapi juga harus mengubahnya. Kritis juga berusaha untuk mengkritik dan mengubah hubungan sosial dengan cara mengungkapkan sumber-sumber yang mendasari kontrol sosial, hubungan kekuasaan, dan ketidaksetaraan. Memberdayakan orang-orang, terutama mereka yang berada dalam masyarakat marjinal yang kurang berdaya.

Melalui ketiga paradigma ini kita dapat melihat fenomena atau kejadian sosial dengan cara yang berbeda dan juga melihat gambaran alternatif-alternatif dalam memahami realitas sosial yang ada. Paradigma yang digunakan pada penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif.

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme Teori konstruktivisme merupakan pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan- rekan. Teori ini menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak berdasarkan berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (dalam Morissan, 2009:107). Paradigma konstuktivisme memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap aksi sosial bermakna (socially meaningful action)melalui pengamatan langsung terhadap pelaku sosial dalam setting yang alamiah untuk memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial itu menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka. penelitian refleksif berusaha merefleksikan suatu realitas sosial sesuai dengan penghayatan subjek-subjek terkait dengan realitas tersebut (Suyanto, 2006: 225-226). Pada ilmu sosial, paradigma konstruktivisme dianggap kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma kontruktivisme, bentuk

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 13

realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma kostruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku alam, karena manusia pemberian makna ataupun pemahaman perilaku di kalangan mereka sendiri. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Pada studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. paradigma konstruksionis sering dilawankan dengan paradigma positivis. Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan dimasyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa setiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya tetapi dengan beberapa catatan, dimana tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut harus berhubungan dengan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta pemahaman (Suyanto, 2006: 227). Paradigma konstruktivis dilihat melalui empat dimensi penilaian, yakni : 1. Secara ontologis, realitas konstruksi sosial dilihat dari kebenaran relatif, karena bergantung pada konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial dan kenyataan ada dalam bentu konstruksi mental manusia. Dalam penelitian ini terdapat bayak konstruksi dari berbagai konstruksi dan tidak ada proses yang mendasar terhadap akhir kebenaran atau kepalsuan, maka relativitas akan diambil sebagai jalan tengah karena dapat membuka peluang konstruksi yang lebih mendekati kebenaran. 2. Secara Epistemologi, melihat pemahaman atas suatu realitas atau temuan merupakn hasil interaksi antara peneliti dan yang diteliti. 3. Secara metodologis, pendekatan ini menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti dan obyek penelitian untuk merekonstruksi fenomena yang akan diteliti, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pengidentifkasian keragaman konstruksi yang muncul. Aspek Aksiologis, menjabarkan etika, nilai atau moral merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu penelitian, dimaksudkan untuk merekonstruksi realitas sosial secara dealektik antara peneliti dengan aktor sosial yang diteliti (Salim, 2001: 43-46).

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14

Adapun Menurut Ardianto dan Q-Anees (2007:151), paradigma kontruktivis menanggapi subjek sebagai faktor sentral dalam komunikasi serta hubungan sosialnya. Pengetahuan individu merupakan hasil kontruksi sosial berdasarkan proses kognitif dengan interaksi terhadap dunia dan bukan tiruan dari kenyataan. Paradigma ini juga menekankan bahwa penelitian dan fenomena yang diteliti menyatu sebagai suatu entitas. Temuan peneliti merupakan hasil interaksi penelitian dengan yang diteliti. Kontruksi mental individu digali dan dibentuk setting alamiah.

2.1.2 Kajian Terdahulu Kajian terdahulu diperlukan untuk membantu peneliti dalam memahami dan memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Adanya kajian terdahulu juga memfokuskan bagaimana cara melakukan penelitian. Dari kajian terdahulu, peneliti tidak menemukannya adanya kajian atau penelitian ilmiah dengan judul yang sama. Tetapi, peneliti mengangkat beberapa kajian ilmiah sebagai referensi dan acuan dalam melakukan penelitian ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu dari beberapa kajian ilmiah yang peneliti temukan :

1) Melta Jannatanissa Boer (2015) Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP – Universitas Haluoleo. Dalam penelitiannya berjudul “ANALISIS FRAMING PESAN MORAL DALAM FILM HAFALAN SURAT DELISA”. Sama halnya dengan penelitian kualitatif pada umunya, peneliti ini berusaha untuk melihat framing pesan moral dalam film HAFALAN SHALAT DELISA yang rilis pada tahun 2011. Adapun yang melatar belakangi mengapa peneliti tersebut mengangkat topik tersebut ialah untuk mengetahui bentuk pesan moral dalam film Hafalan Shalat Delisa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori konstruksi social oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Dalam teori mengatakan bahwa proses social melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama. Model framing yang digunakan adalah miliki Zhongdang Pan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 15

dan Gerald M. Kosick yang mengedepankan sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa moral melalui film Hafalan Shalat Delisa menunjukan banyak yang dapat dipelajari, bagaimana hidup ditengah masalah social yang terjadi.

2) Rezki Nurfyanti (2015) Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP – Universitas Ponorogo. Dalam penelitiannya berjudul “ SOSOK IBU DALAM FILM : ANALISIS FRAMING DALAM FILM UMMY AMINAH “. Film tersebut menceritakan tentang sosok ibu dalam kehidupan sehari-hari. Film Ummy Aminah merupakan film karya dari Aditya Gumay. Berbeda dengan film-film lainnya, film ini memiliki pesan moral yang dapat menjadi panutan di masyarakat. Permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana Aditya Gumay selaku sutradara membingkai sosok ibu serta pesan moral apa yang dituangkan ke dalam film ini. Peneliti film ini menggunakan teori analisis model Pan dan Kosicki. Metode penekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif.

2.2 Kerangka Teori Kerangka teori merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena dalam kerangka teori tersebut akan dimuat teori-teori yang relevan dalam menjelaskan masalah yang sedang diteliti. Kemudian kerangka teori ini digunakan sebagai landasan teori atau dasar pemikiran dalam penelitian yang dilakukan. Karena itu sangat penting bagi seorang peneliti untuk menyusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pemikiran yang akan menggambarkan dari sudut mana suatu masalah akan disoroti (Nawawi, 2001 : 39-40). Teori merupakan proposisi yang memberikan penjelasan atas suatu gejala maupun fenomena yang ingin dibahas. Teori akanmemberikan suatu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. Teori juga merupakan penjelasan atau rumusan yang pada umumnya benar (Soehartono, 2008:6). Oleh karena itu perlunya teori yang relevan disusun agar dapat menjadi acuan pokok dan membantu proses penelitian.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 16

2.2.1 Komunikasi Komunikasi dalam pandangan konstruktivisme merupakan aksi sosial atau fenomena yang bermakna dan terbentuk secara perlahan di masyarakat. Fenomena komunikasi sudah menjadi realitas sosial yang terjadi sejak lama dimuka bumi. Sejarah menyatakan pada zaman pra- aksara, manusia belum mengenal bahasa dan tulisan. Sehingga manusia hanya mengenal simbol-simbol sebagai sarana komunikasi. Hingga berabad-abad kemudian melalui beberapa fase lalu muncullah bahasa dan tulisan yang menjadi penghubung antarmanusia dan kelompok. Komunikasi pun terus mengalami perkembangan yang pesat. Proses komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang kompleks. Kini komunikasi sudah masuk pada era digital dan modern. Sehingga membuat siapa saja dapat berkomunikasi kapanpun dimanapun dan dengan siapapun dengan jangkauan yang luas. Menurut Devito (1997:23), komunikasi mengacu pada sebuah tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan atau noise, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Biasanya di dalam suatu realitas sosial hubungan nyata antara kedua pihak bahkan lebih lebih mengharapkan umpan balik sebagai tanggapan dari pesan yang dikomunikasikan. Baik secara personal maupun kelompok. Kini dimasyarakat komunikasi menjadi penghubung dari berbagai elemen dan lapisan di masyarakat. Melalui komunikasi, siapapun dapat menjadi komunikator atau dengan medianya baik verbal ataupun non verbal. Kini komunikasi menjadi fenomena yang tidak bisa lepas dari beragam kegiatan sosial, baik itu individu maupun kelompok karena manusia merupakan makhluk sosial yang terus melakukan interaksi kepada lingkungan sekitarnya. Bila ditinjau secara etimologi, komunikasi dalam Bahasa Inggris yaitu communication berasal dari kata Latin yaitu communis, artinya sama. Maksudnya bila seseorang melakukan komunikasi dengan suatu pihak,

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 17

maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengatakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya atau menyamakan dirinya dengan yang diajaknya berkomunikasi. Kegiatan komunikasi tersebut tentu membawa pesan, yang mana pesan tersebut dapat dikategorikan verbal atau non verbal. Masyarakat umumnya hanya sadar bahwa proses komunikasi hanyalah verbal, yaitu bicara. Mereka tidak terlalu sadar dan peka bahwa setiap harinya mereka menggunakan pesan non verbal seperti gerakan gesture tubuh dan simbol-simbol tertentu. Bahkan, selain verbal dan non verbal masyarakat bisa menyampaikan pesan menggunakan alat atau sarana yang beragam dan relevan. Proses komunikasi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu: 1. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses pencapaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikannya. 2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau berjumlah banyak. Komunikasi pada era modern melibatkan banyak elemen-elemen untuk bersinergi. Kehadiran teknologi memberikan dorongan kuat akan perkembangan komunikasi modern. Sebelum adanya teknologi, proses komunikasi terkesan kaku dan tidak beragam. Awal tahun 1900-an masyarakat menggunakan surat untuk berkirim pesan, meski sudah ditemukan telepon genggam, namun tetap saja pada saat itu tidak semua bisa memiliki dan menggunakan telepon genggam. Surat kabar hitam putih juga menjadi salah satu media dimana masyarakat

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 18

dapat mengetahui informasi dan peristiwa yang terjadi. Secara perlahan munculah radio, televisi dan film sehingga membuat ruang lingkup komunikasi di masyarakat lebih luas dan beragam.

2.2.2.Komunikasi Massa Definisi komunikasi Massa yang dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Media massa yang dimaksud dalam komunikasi massa ialah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, buletin) dan media elektronik (radio, televisi). Komunikasi massa dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan- pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi massa memiliki ciri yaitu melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jarak jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran penglihatan, pendengaran dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera (Mulyana, 2005: 71). Pengertian komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “ Mass communication is the technologically and institutionally based production and ditribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto dan Erdinaya, 2007:3) Joseph A. DeVito merumuskan definisi komunikasi massa yang merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. DeVito mengemukakan definisinya dalam dua item, yakni: “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 19

massayang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, ini berarti bahwa khalayak itu besar serta menyeluruh. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barang kali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar dan film” (Ardianto dan Erdinaya , 2007: 6). Pada komunikasi massa, komunikan adalah masyarakat atau khalayak yang relatif besar. Menurut Wright (dalam Tubbs, 2005:199) Komunikasi massa khalayak relatif besar, heterogen dan anonim bagi sumber. Pengalaman bersifat publik dan cepat. Sumber bekerja lewat suatu organisasi yang rumit alih-alih dalam isolasi, dan pesan mungkin mewakili usaha banyak orang yang berbeda.

a. Peranan Komunikasi Massa Sejak ditemukannya berbagai media seperti media cetak, televisi, radio dan film. Masyarakat mulai memahami dan mengerti mengenai kehadiran dari bentuk media massa tersebut. Masyarakat mulai menghabiskan waktu dengan menggunakan bentuk dari komunikasi massa. Hal tersebut sedikit sulit dilepas, karena komunikasi massa masuk masuk ke segala aspek baik itu sosial ekonomi dan politik. Sehingga masyarakat terus berdampingan dengan bentuk-bentuk komunikasi massa. Menurut Gamble dan Gamble (dalam Ardianto dan Erdinaya, 2007:13), sejak manusia lahir sampai meninggal, semua bentuk komunikasi memainkan peranan dan menjadi beberapa bagian yang menyatu di dalam kehidupan manusia. Apapun pekerjaan, kegiatan atau waktu luang seseorang, komunikasi merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan dalam kehidupan mereka. Eksistensi komunikasi massa juga tidak dapat dipisahkan dari khalayak, hal ini dapat dilihat bagaimana manusia menghabiskan waktunya berdampingan terus dengan bentuk komunikasi massa. Baik bagi individu yang menghabiskan waktu di rumah, televisi, radio dan surat

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 20

kabar berdampingan secara sadar dan tidak sadar. Sedangkan bagi individu yang memiliki waktu sibuk atau bekerja dikantor, surat kabar berlangganan atau majalah juga tidak bisa dilepaskan. Oleh karena itu komunikasi massa memiliki peran yang besar bagi khalayak mendapatkan informasi.

b. Fungsi komunikasi Massa Kehadiran dan perkembangan komunikasi massa telah berlangsung lama. Adanya peran dan fungsi yang berguna membuat komunikasi massa terus bertahan dan berkembang, bahkan diminati banyak khalayak. Para pakar menyatakan adanya fungsi dari komunikasi massa itu sendiri. Menurut Dominick (dalam Ardianto dan Erdinaya, 2007:14-17) Komunikasi massa terdiri dari surveillannce (pengawasan), Interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan). Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: a. Pengawasan peringatan ; fungsi dari komunikasi massa yang paling penting adalah pengawasan peringatan. Fungsi ini bisa memberikan informasi ketika keadaan darurat dan genting bagi khalayak umum. Misalnya bencana yang berpotensi tsunami, angin topan dan gempa bumi dari BMKG. Pengawasan juga bisa dalam konteks sosial dan ekonomi dimana adanya serangan, peringatan perang atau krisis ekonomi. Tentu ini sangat berguna bagi khalayak untuk segera antisipasi dan tanggap untuk menanggulanginya, sehingga tidak ada atau minimnya korban dari gejala maupun kondisi yang buruk. b. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari dan tidak terlalu berbahaya. Misalnya kondisi dan situasi naiknya harga BBM ataupun pangan.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 21

2. Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran pada komunikasi massa hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Bedanya, media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Misalnya ketika ada kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan atau lembaga, maka media juga ikut memberitakan dan memberikan tafsiran jelas mengenai kebijakan tersebut agar tidak salah paham. 3.Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Biasanya pada media massa, konteks berita ini memuat tentang segala sesuatu yang bersifat kesamaan. 4.Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. 5. Entertainment (Hiburan) Fungsi hiburan merupakan hal yang melekat pada media massa. Hampir diseluruh bentuk media massa memiliki hiburan pada segmen ataupun programnya. Seperti televisi dan film, sebagai bentuk visual, khalayak sangat menikmati hiburan yang disajikan. Jika khalayak ingin menonton film, maka mereka pergi ke bioskop.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 22

c. Efek kehadiran Media Massa Menurut Steven M. Chaffe (dalam Ardinto dan Erdinaya,, 2007 : 50), terdapat lima jenis kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu : efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan, efek penyaluran perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang terhadap media. Adapun penjelasan dari kelima efek tersebut, yaitu : 1. Efek Ekonomi Kehadiran media massa di tengah-tengah masyarakat berpotensi dapat menumbuhkan berbagai minat masyarakat untuk memulai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa. 2. Efek Sosial Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh, misalnya lebih mendekatkan antara media dengan khalayaknya seperti majalah tempo yang bertemakan politik, maka akan dikonsumsi oleh para pengamat politik dan politikus. 3. Penjadwalan Kegiatan Kegiatan sehari-hari dapat melibatkan penjadwalan kegiatan dari individu atau masyarakat itu sendiri. Misalnya pagi hari para pekerja kantoran sebelum berangkat biasanya membaca surat kabar terlebih dahulu. 4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman Manusia sejatinya bukanlah mahkluk yang terus berada pada kondisi bahagia atau senang. Adakalanya timbul perasaan resah, kecewa, kesepian dan marah karena suatu sebab. Sehingga manusia menggunakan media massa untuk memenuhi dan mengalihkan perasaan yang tidak nyaman tersebut. Misalnya ketika ada seseorang yang sedang sedih dan resah, lalu mencari hiburan di televisi ataupun film. 5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu Selain menghilangkan atau mengalihkan perasaan yang tidak nyaman. Kehadiran media dapat menumbuhkan perasaan tertentu, baik itu positif atau negatif. Misalnya ketika surat kabar memberitakan tentang

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 23

sosok pejabat yang akan maju di pemilu, berita yang dimuat mengenai kontribusi dan hasil kerja pejabat tersebut. Maka akan hadir rasa simpati dan empati kepada tokoh pejabat tersebut. Selain itu efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, terdapat juga efek mengenai pesan media massa yang meliputi : 1. Efek Kognitif Seorang ilmuwan komunikasi dan juga kritikus Herbert Marshall McLuhan, atau lebih lebih dikenal McLuhan (dalam Ardianto dan Erdinaya, 2007:53) menyatakan bahwa media massa merupakan perpanjangan alat indra kita. Melalui media massa khalayak dapat memperoleh informasi tentang benda/produk, orang atau tempat yang belum pernah dikunjungi secara langsung. Kondisi dan realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampillkan dan mengesampingkan tokoh yang lainnya. Termasuk surat kabar, melalui proses yang disebut gatekeeping menyaring berbagai berita tentang “darah dan dada” (blood and breast). Karena khalayak tidak dapat melihat secara langsung , bahkan tidak sempat mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media, khalayak cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata bersandarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan memengaruhi pembentukan atau framing citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias dan tidak cermat. Oleh sebab itu, munculah sebuah stereotype, yaitu pandangan umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan cenderung timpang atau tidak benar. Media massa memberikan pengaruh yang lebih kuat lagi pada masyarakat modern karena mereka memperoleh banyak informasi tentang dunia dari segala aspek dan jangkauan. Pada saat yang sama masyarakat modern sukar mengecek kebenaran dan kritis terhadap apa yang disajikan oleh media. Media massa, dapat mengubah citra khalayak tentang

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 24

lingkungan mereka karena media massa memberikan rincian analisis dan tinjauan tentang berbagai peristiwa. 2. Efek Afektif Efek afektif dapat dikatakan memiliki intensitas atau kadar yang lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan komunikasi massa bukan hanya memberikan informasi, tetapi lebih dari itu diharapkan khalayak turut merasakan perasaan empati, sedih, bahagia, marah, dan sebagainya. Faktor-faktor ini yang memengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa antara lain: suasana emosional, skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual dan identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa. c. Efek Behavioral Jika efek afektif hanya berada pada kadar pikiran dan perasaan, maka efek behavioral dapat menimbulkan tindakan atau prilaku. Beberapa adegan tertentu seperti kekerasan, brutal dan kriminal dapat mempengaruhi khalayak itu sendiri. Seperti maraknya berita begal, sebagian masyarakat dan instansi kepolisian mungkin menanggapi bahwa berita tersebut sebagai bentuk antisipasi dalam berkendara. Namun disisi lain, khalayak khususnya remaja yang tidak terkontrol dan juga tertekan pada ekonomi, menanggap begal adalah alternatif untuk mendapatkan barang yang mereka bisa jual.

d. Film Sebagai Media Massa Keberadaan film di tengah kehidupan masyarakat memberikan beberapa nilai dan fungsi tertentu. Secara umum, masyarakat menganggap tujuan film adalah untuk menghibur. Padahal film juga turut andil pada pembentukan karakter, sesuai dalam rangka Nation and character building. Film disajikan dengan genre-genre film yang beragam memberikan warna tersendiri dalam industri film. Pada era sekarang film dianggap sebagai industri bisnis, tentu hal tersebut sedikit menggeser anggapan film adalah karya seni. Meskipun nyatanya film adalah karya seni, tetapi realitasnya dimasyarakat banyak bermunculan film-film yang

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 25

dibuat dan diproduksi tanpa memikirkan konteks tujuan film tersebut. Film diproduksi karena “pesanan” sang pemilik uang dan film dikemas dengan kualitas yang pas-pasan. Terkadang film menjual sensasi atau dengan gimmick murahan disertai promosi yang berlebihan. Akhirnya penonton kecewa karena ekspetasi yang tidak sesuai yang mereka harapkan, sehingga terkesan film dibuat hanya untuk meraup keuntungan semata tanpa adanya kualitas. Kondisi perfilman Indonesia dalam beberapa tahun belakangan mengalami perkembangan pesat. Banyak produser menggarap film-film dengan beragam cerita dan tema. Genre film yang paling populer dan diminati masyarakat Indonesia adalah genre drama. Hal itu dapat dilihat dari 10 tahun terakhir dimana yang menempati perolehan penonton tertinggi dimiliki oleh film-film bergenre drama, misalnya Dilan1990 (2018), Warkop DKI Reborn (2017), Surga Yang Tak Dirindukan (2015), Comic 8 (2014), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013), Habibie dan Ainun (2012), Surat Kecil Untuk Tuhan (2011), Sang Pencerah (2010), Ketika Cinta Bertasbih (2009) dan Laskar Pelangi (2008). Dari 10 film yang menempati peringkat satu ditahunnya, setidaknya terdapat 8 film bergenre drama yang mendominasi. Beberapa genre film sempat mendapati perhatian masyarakat , seperti film biografi dan komedi. Film bergenre komedi mulai bangkit dan ikut meramaikan perfilman Indonesia sejak munculnya film Comic 8 (2014). Setelah itu muncul film-film komedi buatan para kreator dibidang stand up comedy dan juga para youtuber. Pada konteks ini, masyarakat menilai hadirnya film-film komedi sebagai hiburan bagi mereka individu maupun keluarga. Tentu hal ini sesuai dengan salah satu tujuan film, yaitu hiburan. Sehingga kini khalayak dapat menikmati hiburan melalui film yang mereka suka (www.filmindonesia.or.id). Genre film biografi juga mendapat perhatian dari masyarakat, cerita dan tokoh yang dianggap penting bagi bangsa ini menjadi nilai lebih yang dilihat masyarakat. Film Soekarno, Habibie dan Ainun, Sang Pencerah, Jendral Sudirman dan Kartini merupakan beberapa film

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 26

biografi yang mendapat antusias luar biasa dari masyarakat. Sebagai media massa, film memberikan informasi dan makna melalui alur yang diceritakan. Dari film bergenre biografi, maka masyarakat khususnya generasi muda dapat mengetahui tentang sosok atau tokoh Indonesia. Baik itu jati diri tokoh, perjalanan dan pengalaman tokoh serta prestasi atau pencapaian yang dibuat tokoh tersebut. Masyarakat akan memiliki wawasan dan pengetahuan tentang tokoh yang difilmkan, dari informasi tersebut itulah mengapa film sebagai media massa. Film dan masyarakat telah memiliki hubungan dan keterkaitan yang panjang. Menurut Oey Hong Lee (dalam Sobur, 2004: 126) film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19. Film lebih mudah menjadi alat komunikasi yang sejati, karena film tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial, dan demografi.

2.2.3 Film Film adalah sebuah bahasa audio visual yang selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke layar lebar. Di berbagai negara film memiliki istilah yang berbeda, misalnya di Perancis ada perbedaan antara film dan sinema. “Filmis” berarti berhubungan dengan film dan dunia di sekitarnya, misalnya sosial politik dan kebudayaan. Sedangkan di Yunani, film dikenal dengan istilah cinema, yang merupakan singkatan cinematograph (nama kamera dari Lumiere bersaudara). Cinemathograhpie secara harafiah berarti cinema (gerak), tho atau phytos adalah cahaya, sedangkan graphie berarti tulisan atau gambar. Jadi, yang dimaksud cinemathograhpie adalah melukis gerak dengan cahaya. Ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu, movies; berasal dari kata move, artinya gambar bergerak atau gambar hidup (Vera, 2014:91). Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan film adalah karya seni budaya yang merupakan bagian dari pranata sosial dan media komunikasi massa yang

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 27

dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Definisi singkat dari Harold D. Lasswell menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2007: 19).

Menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup (http://kbbi.web.id/).

Film dianggap sebagai salah satu media komunikasi massa,yang unik dibandingkan dengan media lainnya. Film memiliki sifat yang bergerak secara bebas dan tetap. Penerjemahanya dan penafsirannya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata,. Film juga memiliki potensi untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya, berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat, karena dapat mengamati secara seksama apa yang mungkin ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanya (Pranajaya, 1992:19 ). Film cukup efektif untuk menyampaikan pesan dari cerita yang disajikan. Khalayak dalam hal ini penonton dapat menerima makna dari sebuah film bukan hanya dari isinya saja, namun juga melalui kreator film tersebut. Penggunaan unsur intrinsik dan ekstrinsik dilakukan agar pesan dapat diterima secara emosional. Sebab, film juga mengambil realitas di masyarakat yang diyakini sebagai kebenaran.

a. Sejarah dan Perkembangan Film Film ditemukan pada akhir abad ke-19 dan terus berkembang pesat seiring majunya teknologi. Saat ini film mengalami perkembangan lebih jauh dari segi teknologi fotografi. Teknologi hadir dari awal pembuatan film hingga pendistribusian. Film pada zaman sekarang memiliki

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 28

perangkat-perangkat yang luar biasa, dengan hardware dan software editing luas biasa. Awal mula perkembangan penting sejarah fotografi telahterjadi di tahun 1826, Joseph Nicephore Niepce dari Perancis melakukan percobaan dengan membuat campuran perak untuk membuat gambar padasebuah lempengan timah yang tebal. Thomas Alva Edison (1847-1931) ilmuan yang berasal dari Amerika Serikat sang penemu lampu listrik dan fonograf (piringan hitam) terinspirasi untuk membuat alat untuk merekam danmembuat (memproduksi) gambar pada tahun 1887. Thomas Edison tidak sendirian, Ia dibantu oleh George Eastman, yang kemudian pada tahun 1884 menemukan seluloid (pita film) yang terbuat dari plastik tembus pandang (Ardianto & Erdinaya, 2004 : 133). Lumiere Bersaudara kemudian merancang sebuah dengan berusaha mengkombinasikan kamera, alat memproses film dan proyektor menjadi satu unit. Lumiere Bersaudara menyebut peralatan baru untuk kinetoskop itu dengan nama “sinematograf” (cinematographe). Pada tahun 1895 peralatan sinematograf ini kemudian dipatenkan. Di masa awal penemuannya, peralatan sinematograf tersebut telah digunakan untuk merekam adegan-adegan yang singkat. Film pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan membayar berlangsung di Grand Cafe Boulevard de Capucines, Paris, Perancis pada 28 Desember 1895. Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di dunia untuk pertama kalinya. Dunia internasional pun mengakui bahwa peristiwa di Grand Cafe inilah yang menandai lahirnya film pertama di dunia. Selanjutnya, pada tahun 1920-an hingga 1950-an menonton film ke bioskop merupakan aktivitas yang populer bagi orang Amerika pada tahun (Ardianto & Erdinaya, 2004 : 134). Awal sejarah film Indonesia dimulai dengan masuknya film ke Indonesia pada tahun 1900-an sampai 19200-an. Pada masa itu bioskop film terbagi atas 3 golongan, yaitu kelas pertama bioskop khusus untuk kalangan Eropa dan para elit, bioskop kelas kedua yaitu menengah keatas untuk para masyarakat pribumi dengan status bangsawan atau kaya raya

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 29

dan juga bioskop untuk status bawah. Pada masa penjajahan belanda film mendapat sebutan sebagai “Gambar Hideop”. Pada pertengahan tahun 1926, Indonesia berhasil membuat film pertama dengan judul “Latoeng Kasarung” yang diproduksi oleh dua orang berkebangsaan Belanda, yaitu L. Heuveldorp dan G. Kruger. Film ini merupakan kisah yang diangkat dari cerita rakyat atau legenda Sunda. Film selanjutnya yang dibuat mereka berdua berjudul “Eulis Atjih” dimana menceritakan kisah seorang istri yang disia-siakan suaminya dan tayang dilayar lebar pada tahun 1927. Perkembangan perfilman Indonesia tidak hanya dari segi produksi, tetapi dari segi sosial ada upaya untuk lebih menguatkan perfilman Indonesia. Djamaludin Malik merupakan orang yang berusaha menggelar acara Festival Film Indonesia (FFI) pertama yang diselenggarakan pada tanggal 30 Maret – 05 April 1955. Kemudian film “Jam Malam “ karya dari Usmar Ismail tampil sebagai film terbaik dalam festival ini. Film ini sekaligus mengharumkan nama Indonesia karena terpilih mewakili Indonesia dalam ajang Festival Film Asia II yang diselenggarakan di Singapura. Film ini dianggap sebagai salah satu film terbaik dari Usmar Ismail, dimana film ini berani menyampaikan kritik sosial mengenai pejuang kemerdekaan secara tajam dan kritis (Sumarno, 1996:24). Dimulai dari situlah masyarakat begitu mengapresiasi Usmar Ismail atas dedikasinya pada perfilman Indonesia sehingga menyebut Usmar Ismail sebagai “Bapak Film Nasional”. b. Fungsi Film Khalayak sebagai audience atau komunikan mengkonsumsi film sebagai hiburan. Akan tetapi di dalamnya terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan para generasi muda Indonesia dalam rangka Nation and character building. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film bertemakan sejarah yang

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 30

objektif atau bisa melalui film dokumenter. Dari kedua film tersebut, maka kemungkinan besar para generasi yang menonton film tersebut mendapati edukasi dan wawasan mengenai sejarah yang ada di Indonesia (Fachrul, 2015:67). c. Kategori Film Pada dasarnya, film dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Para ahli yang membidangi kajian komunikasi mengelompokkan film berdasarkan kriteria tertentu. Pada jenis film penggolongannya tidaklah ketat, sebuah film dapat saja dimasukkan dalam berbagai kategori tertentu. Fachrul (2015:34) secara garis besar mengkategorikan film menjadi dua bentuk, yaitu : 1. Film Noncerita (Nonfiksi) Kategori film ini mampu menggambarkan dan mengambil kenyataan sebagai subjeknya. Dari kedua alur cerita tersebut, film bisa memberikan atau menyampaikan sebuah makna serta informasi kepada penonton. Oleh karena itu film menjadi salah satu media massa. Sebagai media massa, film dapat menggambarkan realitas yang ada, bahkan bisa membentuk sebuah realitas. Adapun film non fiksi terbagi atas 2 jenis, yaitu : a. Film Faktual : menampilkan fakta atau kenyataan yang ada, dimana kamera sekedar merekam suatu kejadian. Sekarang, film faktual dikenal sebagai film berita (news-reel), yang menekankan pada sisi pemberitaan suatu kejadian aktual. b. Film dokumenter : selain fakta, juga mengandung subyektifitas pembuat yang diartikan sebagai sikap atau opini terhadap peristiwa, sehingga persepsi tentang kenyataan akan sangat tergantung pada si pembuat film dokumenter tersebut. 2. Film cerita (Fiksi) Kategori diproduksi berdasarkan cerita yang dibuat dan dikarang oleh seseorang dan dimainkan oleh aktor dan aktris, biasanya genre dari film ini sedikit di luar nalar, mengangkat cerita-cerita fantasi dan sihir-sihir atau cerita komedi maupun drama percintaan, meski cerita yang ditawarkan ada

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 31

yang wajar, namun tetap saja film berkategori fiksi ini dibuat dan dikarang sedemikian rupa dengan cerita yang menarik dan mampu membuat daya tarik di masyarakat. d. Jenis-Jenis Genre Film Pada awal kemunculan film, genre-genre dengan cerita klasik drama percintaan sangat dominan pada saat itu. Biasa genre yang dibawa hanya mengisahkan konflik yang sederhana dan klise. Faktor belum adanya teknologi pada zaman dahulu membuat industri perfilman sedikit kaku. Namun pada tahun 90-an sampai 2000-an sejak teknologi semakin berkembang. Jenis-jenis dari genre film mulai bervariasi, adanya efek visual tambahan mendukung genre action dan juga teknologi 3D yang mendorong genre film animasi. Secara sederhana, Sumarno (1996:32). membedakan jenis-jenis genre film, antara lain :

1. Berdasarkan Cara Pembuatan Film a. Film Eksperimental (Experiment Movie) Film Eksperimental adalah film yang dibuat tanpa mengacu pada kaidah-kaidah pembuatan film yang lazim. Tujuannya adalah untuk mengadakan eksperimentasi dan mencari cara-cara pengucapan baru lewat film. Umumnya dibuat oleh kreator film yang kritis dan peduli terhadap suatu perubahan, tanpa mengutamakan sisi komersialisme, namun lebih kepada sisi kebebasan berkarya.

b. Film Animasi (Animation Movie) Film Animasi adalah film yang dibuat menggunakan gambar maupun benda-benda mati yang lain, seperti boneka, meja, dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi. Namun untuk era sekarang, film animasi lebih bergantung kepada teknologi komputer untuk membuat karakter animasi menggunakan teknik tertentu agar terlihat nyata.

2. Menurut Tema Film

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 32

a. Drama Tema film ini lebih memfokuskan pada sisi human interest yang bertujuan mengajak penonton ikutmerasakan kejadian yang dialami tokohnya, sehingga penonton merasa ikut menjadi bagian dari film tersebut. Tidak jarang penonton terbawa emosi baik itu perasaan sedih,senang, kecewa, bahkan ikut marah. b. Aksi (Action) Tema action merupakan tema dimana film di isi dengan berbagai aksi atau adegan yang memicu adrenalin. Seperti adegan perkelahian, pertempuran dengan senjata, atau kebut-kebutan kendaraan antara tokoh yang baik (protagonis) dengan tokoh yang jahat (antagonis), sehingga penonton ikut merasakan ketegangan, was-was, takut, bahkan bisa ikut bangga terhadap kemenangan si tokoh. Sebagian besar film action mengisahkan aksi heroik baik itu penyelamatan dan kriminal. c. Komedi Film komedi sejatinya dibuat untuk menghibur khalayak. Kesuksesan terbesar film ini adalah berhasilnya membuat penonton tersenyum, atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Film komedi berbeda dengan lawakan, karena film komedi tidak harus dimainkan oleh pelawak, tetapi pemain biasa pun bisa memerankan tokoh yang lucu dengan alur cerita yang jenaka. d. Tragedi Film tragedi merupakan genre film yang hampir mirip dengan genre drama. Dimana film ini berusaha untuk membuat penonton merasa ikut iba, prihatin dan kasihan kepada tokoh tersebut. Berbeda dengan drama yang memiliki alur kompleks dan konflik yang beragam, film tragedi biasanya hanya memiliki alur cerita sederhana dan berfokus pada 1 tokoh saja atau 1 objek saja.

e. Horor

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 33

Film bertemakan horor menjadi menarik dan membuat penasaran karena film horor biasanya menampilkan adegan-adegan yang menguji nyali penonton. Mulai dari effect dan tone warna, serta alur cerita dengan latar belakang mistis atau misteri menambah suasana film ini semakin menyeramkan (Fachrul, 2015:37). 3. Film „Mainstream‟ Istilah film „mainstream‟ ditujukan kepada film-film yang diproduksi oleh studio-studio besar yang bertujuan menghibur masyarakat dengan meraup keuntungan sebesar-besarnya. Film mainstream biasanya berdurasi (90-120 menit). Film-film mainstream lebih dianggap barang dagangan (industri) dari pada dianggap sebagai sebuah karya seni. Karena biasanya film mainstream ini dibuat karena permintaan pasar atau melihat peluang pasar dimana memungkinkannya untuk membuat film dengan cerita tertentu. Menurut Sumarno (1996:34), ada beberapa karakter khas film „mainstream‟ yang umumnya menjadi acuan: a. Non Teknis Secara non teknis film „mainstream‟ dibagi menurut : 1. Ide atau Tema Ide atau tema yang dipakai dalam film mainstream umumnya adalah tema-tema yang sedang populer di masyarakat, karena bertujuan „komersial‟ maka produser lebih mengikuti selera dan permintaan pasar.

2. Alur cerita Alur cerita dibagi dalam 4 bagian : a. Pembuka : pada bagian ini berisi perkenalan tokoh (baik protagonis maupun antagonis). Pada akhir babak ini biasanya dimunculkan masalah yang dialami tokoh utama protagonis. b. Tengah : bagian ini merupakan pengembangan masalah yang biasanya disusun dengan berliku-liku (panjang), sambil memperkenalkan / memunculkan tokoh-tokoh lain. Konflik mulai

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 34

dimainkan pada bagian ini untuk membuat penonton terus menonton film ini. c. Klimaks : merupakan puncak dari permasalahan dan penyelesaiannya. d. Babak penutup : merupakan akhir cerita yang biasanya dibuat agar penonton ikut merasakan kebahagiaan / kemenangan dari tokoh utama (happy ending). Tidak semua film memiliki happy ending, difilm mainstream berjudul Logan (2017) memiliki sad ending dimana tokoh utama tersebut harus mati dan film tersebut menjadi film penutup setelah memiliki 10 sekuel. b. Teknis Secara teknis, karakter film mainstream adalah : 1. Menggunakan bahan selluloid ( minimal film 35 mm) agar dapat diputar di bioskop. 2. Memiliki jaringan kerjasama yang jelas (luas) baik pada saat pra-produksi, produksi sampai ke tahap distribusi film dengan tujuan utama keuntungan secara materi. 3. Modal / dana disediakan oleh orang atau instansi tertentu yang berposisi sebagai Produser. 4.,.Menggunakan sistem bintang/actor ternama, maksudnya pemeran film sudah dikenal oleh masyarakat (public figure) dengan tujuan menarik minat penonton. 5. Ada proses sensor dari lembaga perfilman yang terkait, dengan tujuan menyaring bagian film yang dianggap tidak baik untuk dikonsumsi masyarakat umum (Sumarno, 1996:36).

e .Karakteristik Film Film memiliki tujuan utama yaitu sebagai media hiburan. Disamping itu, terdapat juga unsur informatif, edukatif bahkan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 35

persuasif. Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar konsentrasi penuh, dan identifikasi psikologi (Ardianto & Erdinaya, 2004: 136-137) yaitu: 1. Layar yang Luas/lebar Film biasanya ditampilkan kelayar yang luas dan lebar, tujuannya adalah agar memberikan keleluasan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Dengan layar yang luas dihadapan penonton dan cahaya yang redup tentu membuat mata penonton terus fokus kepada layar tersebut. 2. Pengambilan Gambar Film yang ditayangkan di layar lebar memiliki shoot yang bervariasi. Pemilihan dan pengambilan gambar dengan shoot- shoot tertentu tidaklah sembarangan. Ada acuan dipakainya long shoot atau close up ketika pengambilan gambar. Sehingga kesan artistik dan tidak monoton membuat penonton betah menikmati film. 3. Konsentrasi Penuh Dibeberapa bioskop tanah air telah memakai standart bagaimana film diselenggarakan. Bagi penonton yang meluangkan uang dan waktunya untuk pergi kebioskop tentu ingin merasakan kepuasan selama menonton film. Seperti sofa yang nyaman, sound yang pas ditelinga, kontras cahaya layar dan lighting dibioskop. Semua unsur tersebut tentu telah ada standartnya agar penonton dimanjakan ketika menikmati film. 4. Identifikasi Psikologis Pada karakteristik ini, khususnya film drama biasanya lebih ikut menyertakan sisi psikologis penontonnya. Tidak jarang penonton secara sadar maupun tidak justru merasakan kesamaan antara tokoh difilm sesuai dengan pribadinya. Baik itu dari watak dan sifat, kebiasaan atau pengalaman hidup. Penonton pada tipekal ini biasanya akan memiliki kesan tersendiri terhadap tokoh atau film

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 36

ini karena anggapannya film ini bagaikan dirinya atau pengalamannya di dunia nyata. Kreatifitas dari kru-kru bioskop ditanah air dapat dikatakan hebat. Pada film skala global dan ternama, biasanya bioskop meletakan wallpaper 3D di lobby bioskop guna menambah antusias film yang akan diputar. Tidak jarang marketing dan promosi yang dilakukan dengan cara yang klise, yaitu adanya merchandise dengan bentuk atau gambar bertemakan film tersebut. Bahkan yang menghebohkan ketika pihak bioskop melakukan nobar bersama dengan artis film tersebut atau menyediakan cosplayer. Tentu beberapa strategi dan atribut tersebut memberikan kesan dan antusias sendiri kepada penonton.

f. Unsur-Unsur Film Film sejatinya merupakan karya dan seni yang tergabung dari beberapa unsur. Dalam tahapan produksinya, film tidak dapat dikerjakan secara sendiri, melainkan ada tim yang berada dibelakangnya demi menciptakan karya visual. Menurut Said (1992:95) terdapat beberapa unsur film, yaitu:

1. Produser Produser adalah orang yang berposisi mengepalai studio dan segala hal produksi. Produser memimpin tahapan – tahapan produksi film, menentukan cerita dan biaya yang diperlukan serta memilih orang- orang yang harus bekerja untuk tiap film yang dibuat di studionya. 2. Sutradara Sutradara dapat dikatakan sebagai tangan kanannya produser. Pada proses syuting dimulai dari menentukan naskah, memilih aktor hingga pengambilan gambar pada set-set tertentu sutradara selalu mendampingi dan memberikan arahan agar film sesuai dengan naskah dan ekspetasi sutradara. Secara umum, biasanya sutradara terlibat sangat dalam pada proses syuting, bagaimana mengarahkan gesture mimik wajah aktor, mengarahkan dialog aktor dan juga membangun suasana set atau latar belakang ketika pengambilan scene. 3. Pembuat Skenario/ Penulis Naskah

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 37

Pembuat skenario atau penulis naskah merupakan sosok dibalik alur cerita yang disajikan film. Pembuat skenario biasanya mengangkat atau mengembangkan cerita dari ide atau realitas sosial yang ada. Tidak jarang juga pengembangan skenario ditulis berdasarkan cerita mitos, legenda ataupun novel. Skenario yang dibuat oleh pembuat tentu menjadi acuan sutradara untuk mengarahkan actor. Pekerjaan pembuat skenario tidak selesai begitu saja ketika awal pengambilan scene , sebab perubahan dan penulisan ulang bisa saaja terjadi pada skenario apabila produser kurang tertarik atau ada masalah/konflik yang harus merubah skenario tersebut. 4. Penata Fotografi Penata fotografi atau disebut juru kamera (cameraman) merupakan unsur yang tidak kalah penting dalam pengambilan scene. Cameraman harus memiliki pemahaman dan passion yang besar pada cinematography. Juru kamera harus paham mengenai tekhnik dan jenis shoot untuk memberikan kesan artistik visual disetiap scene. Pengambilan scene yang dilakukan juru kamera diarahkan dan diawasi oleh sutradara. Bagaimana kontrol sudut pandang pengambilan scene dan juga komposisi-komposisi yang profesional. 5. Penata Artistik Tata artistik berperan pada segi visual background, yang mana tugas dari penata artistik adalah menyiapkan dan mendekorasi set tata letak barang dan konsep yang sesuai dengan alur cerita. Penata artistik memberikan sentuhan kepada lokasi tempat pengambilan scene berlangsung. Misalnya pada film bernuansa tahun 1950-an, karena berlatarkan Indonesia pada masa tempo dulu, maka diperlukan setting dan visual background yang menggambarkan suasana tahun 1950an. Contohnya pakaian dengan konsep tradisional atau seragam penjajah, kendaraan mobil jaman dulu dan bentuk rumah yang memberi kesan 1950an. Sehingga setting tersebut menambah nuansa film tersebut berlatarkan pada tahun 1950an. 6. Publicity Manager

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 38

Publicity manager dapat dikatakan sebagai agen publisitasnya atau agen marketing dari film tersebut. Bidang ini lebih memfokuskan bagaimana agar film mendapatkan perhatian dari masyarakat. Beberapa propaganda dilakukan demi membuat film memiliki daya tarik bagi khalayak. Sehingga masyarakat atau khalayak menerima kehadiran film tersebut dan tertarik untuk menonton film tersebut.

2.2.4 Cinematography (Sinematografi) a. Unsur Sinematik Film Layar Lebar Film terbagi atas dua unsur pembentuk, yaitu unsur naratif dan unsur sinematik.Kedua unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain dan berkesinambungan untuk membentuk sebuah film. Unsur sinematik merupakan unsur terpenting sebagai aspek teknis dalam pembentuk film. Unsur sinematik terbagi dalam empat unsur, yaitu mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara (Pratista, 2008 : 1). Unsur mise-en-scene adalah segala hal yang disorot atau berada didepan kamera. Terdapat empat elemen pokok pada mise-en-scene,yaitu setting, tata cahaya, kostum, serta akting dan pergerakan pemain. Sinematografi merupakan sesuatu dari kamera serta mengatur hubungan kamera denganpergerakan obyek yang diambil. Editing yaitu transisi sebuah gambar ke gambar lainnya. Sedangkan pada bagian suara adalah segala hal dalam film mengenai suara yang ada dalam sebuah film (Pratista, 2008:2). Unsur-unsur tersebut lalu berkesinambungan antara satu dengan yang lain menjadi padu untuk menghasilkan film yang berkualitas.

b. Sinematografi dalam Unsur Sinematik Film Sebagai seni visual, Sinematografi dianggap sebagai salah satu unsur sinematik terpenting. Sinematografi berhubungan langsung dengansegala aktifitas dan pergerakan kamera dalam mengambil scene.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 39

Pada sinematografi juga terdapat mengenai teknik-teknik pengambilan gambar, baik itu jarak atau sudut kamera mengambil scene.

1. Jarak Kamera sebagai alat yang menangkap gambar atau scene tentu selayaknya mata manusia, harus mampu melihat objek didepannya secara jelas. Jarak kamera menentukan bagaimana scene diambil dan relatif memberikan zoom in , kamera memberikan fokus secara mendalam kepada objek yang di tangkap. Jarak digunakan dalam pengambilan scene agar setiap scene memiliki pola dan variasi. Jarak pada kamera pun tidak sembarangan, setidaknya terdapat 7 bagian jarak kamera yang akan dijelaskan sebagai berikut (Pratista, 2008:104) : a. Extreme long shot Extreme long shot adalah jauhnya jarak antara kamera dan objek kamera. Biasanya teknik ini digunakan untuk memperlihatkan scene yang luas dan beragam dalam objeknya. Dalam metode ini, scene yang dihasilkan akan lebih padat dari segala sisi frame film. Misalnya scene di alam yang mengambil extreme long shot untuk memberikan panorama yang luas. b. Long Shot Long shot adalah teknik dimana jika objeknya adalah manusia, maka tubuh manusia tampak jelas terlihat, tapi pemandangan masih dominan. Teknik ini digunakan sebagai shot pembuka sebelum digunakan shot-shot lain digunakan. Inti dari teknik ini adalah menampilkan keseluruhan background atau latar belakang tetapi tetap memiliki objek (manusia) di dalam scene tersebut.

c. Medium Long Shot Medium long shot adalah teknik dimana objek/tubuh manusia yang terlihat yaitu dari bawah lutut sampai atas kepala. Komposisi antara objek/manusia dengan latar belakang bisa dibilang seimbang.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 40

d. Medium shot Medium shot adalah teknik pengambilan gambar dengan jarak objek/tubuh manusia yang terlihatdari pinggang sampai atas kepala. Teknik ini sudah tidak menekankan latar belakang di dalam scene, tetapi sudah mulai memberikan perhatian lebih kepada objek/manusia dengan menangkap gesture dan mimik wajah secara jelas. f. Medium Close-up Medium close-up adalah teknik pengambilan gambar yang memperlihatkan objek/manusia dari bagian dada sampai bagian atas kepala. Pada frame, tubuh mendominasi secara keseluruhan. Detail-detail dari pakaian, raut wajah dan aksesoris mulai terlihat sangat jelas. Teknik ini biasa dipakai dalam film ketika ingin mengambil scene ekspresi tunggal, yaitu scene yang berfokus pada kondisi manusia. Baik itu tertawa, sedih maupun marah. Gunanya adalah agar segala elemen dan gesture yang ada pada tubuh manusia terlihat jelas. g. Close-up Close-up dalam teknik bukan lagi menekankan shoot pada sebagian tubuh. Namun sudah lebih dekat dengan anggota tubuh secara terperinci. Teknik ini menyorot bagian yang difokuskan, seperti ekspresi wajah ketika menangis. Pada bagian dan anggota tubuh manusia sudah tepat, karena jika terlalu dekat justru kurang nyaman untuk dilihat karena kemungkinan besar kamera akan menangkap bagian tubuh seperti pori-pori, jerawat dan lainnya.

h. Extreme Close-up Extreme close-up merupakan teknik yang lebih mendalam dari teknik close up. Pada teknik fokus shoot hanya sekilas saja dan tidak terlalu berlangsung lama. Adegan yang memakai teknik ini biasanya tidak manusia saja sebagai objeknya, namun ada elemen

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 41

atau atribut lain yang ikut di dalamnya. Misalnya adegan ketika seseorang mencari kunci lemari di bagian bawah lemari atau adegan ketika perempuan memasang anting ditelinganya. 2. Sudut Sudut kamera merupakan sudut pandang kamera terhadap obyek yang berbeda dalam frame. Secara umum, Pratista (2008:106) membagi sudut kamera menjadi 4 jenis, yaitu : a. High-angle Sudut high angle yaitu posisi dimana kamera melihat obyek dalam frame yang berada di bawahnya. Teknik pengambilan gambar dilakukan tepat di atas obyek. Sehingga pada adegan, objek yang di sorot oleh kamera terlihat lebih kecil. b. Low-angle Low-angle yaitu sudut dimana kamera menangkap obyek dalam frame yang berada di atasnya. Pada teknik ini pengambilan adegan dari bawah kearah atas dengan tujuan agar objek yang disorot terlihat lebih besar/tinggi. c. Eye-level Eye-level merupakan teknik dimana sudut atau posisi pengambilan gambar sejajar dengan mata objek. Dalam konteks ini, objek biasanya adalah manusia. Biasanya teknik ini digunakan dalam adegan ketika ingin menampilkan pandangan atau gambaran dari mata seseorang, sehingga teknik ini membuat seakan scene tersebut dilihat dengan mata penonton. d. Bird eye view Bird eye view juga termasuk ke dalam high angle, namun dapat dikatakan lebih ekstrim. Pengambilan scene atau adegan dilakukan dari ketinggian. Sehingga objek yang terlihat sangat kecil bahkan tidak terlalu jelas. Namun disisi lain, teknik ini juga memberikan panorama yang luas dari atas. Biasanya teknik ini dilakukan dengan menggunakan helikopter, namun seiring perkembangan teknologi, para kreator film menggunakan drone yang memang

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 42

sudah menyediakan fitur rekam video resolusi tinggin (Pratista, 2008:106). c. Suara dalam Unsur Sinematik Film Suara atau audio merupakan hal yang terpenting dalam film. Suara dapat berupa dialog, musik dan efek suara. Ada beberapa unsur suara yaitu dialog, musik, dan efek suara (Pratista, 2008:149). Secara umum suara film dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu dialog, musik, dan efek suara. Dialog adalah bahasa komunikasi berbentuk verbal yang digunakan semua karakter tokoh di dalam maupun di luar cerita film (narasi). Musik yaitu intrumen iringan lagu serta musik baikyang ada di dalam maupun luar cerita film (musik latar). Sedangkan efek suara adalah semua suara yang dihasilkan oleh semua obyek yang ada di dalam maupun di luar cerita film. Adapun unsur-unsur pada suara menurut Pratista (2008:149), yaitu : 1. Dialog Dialog adalah sebuah bahasa komunikasi verbal yang terkandung di dalam film. Namun, ada beberapa sineas seperti Charlie Chaplin yang pernah memproduksi film-film bisu berkualitas di era film bicara, yaitu Citylights dan The Modern Times. 2. Bahasa Bicara Bahasa bicara sama halnya dengan dialog, lebih detail bahasa bicara menyangkut pada bahasa suatu wilayah baik itu negara, suku dan budaya. 3. Aksen Aksen atau disebut juga logat banyak hadir dibeberapa film. Aksen digunakan ketika ada peran atau karakter yang kuat, berasal dari suatu daerah atau ras tertentu. Tujuan aksen hadir dalam film adalah menambah nilai dan keyakinan serta totalitas bahwa aksen mampu menghadirkan dan menampilkan karakter yang hampir mirip dengan tokoh aslinya.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 43

d. Variasi dan Teknik Dialog 1. Monolog Monolog berbeda dengan dialog, jika dialog merupakan ucapan verbal yang diucapkan tokoh ke tokoh atau pihak lain. Sedangkan monolog, mengucapkan narasi kepada dirinya sendiri maupun kepada penonton. Narasi merupakan satu bentuk monolog. Bentuk monolog lainnya yaitu monolog interior yaitu suatu pikiran batin dari tokoh cerita. Berbeda dengan narasi, monolog interior lebih ditujukan untuk pelaku cerita yang bersangkutan danbukan ditunjukkan kepada penonton. 2. Dubbing Teknik dubbing ialah proses pengisian suara dialog yang dilakukan setelah proses produksi film. Biasanya dubbing juga dilakukan untuk menerjemahkan bahasa tertentu kebahasa yang lain sehingga penonton dapat menikmati film tersebut (Pratista, 2008:150)

2.2.5 Framing a. Analisis Framing

Framing dapat dikatakan sebagai versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya digunakan untuk menganalisis media. Awal gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau dijadikan sebagai perangkat atau alat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan prilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2009 : 161-162). b. Pengertian Framing

Konsep framing telah lama digunakan secara luas dalam kajian dan literatur ilmu komunikasi khususnya pada bidang media. Framing digunakan untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 44

aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Analisis framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia dibalik sebuah perbedaan. Konteks tersebut bukan hanya bagian dari teknis jurnalistik, namun dapat menandai bagaimana suatu fenomena sosial dapat dimaknai dan ditampilkan. Terdapat dua esensi utama dari analisis framing, yaitu pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Hubungan ini erat dengan bagian mana yang diliput dan bagian mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta ditulis. Aspek-aspek ini berhubungan dengan kata, kalimat dan gambar sebagai pendukung gagasan. Analisis framing ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya (Sobur, 2009:162). Teknik analisis bingkai menggunakan teknik analisis data dengan melihat dan menemukan frame atau media package. Artinya adalah, suatu perspektif untuk melihat sebuah perspektif yang digunakan dalam melakukan pengamatan, analisis dan interpretasi terhadap sebuah realitas sosial masyarakat. Framing dianggap sebagai cara untuk memberikan penafsiran keseluruhan untuk mengisolasi fakta-fakta. Hampir tidak dapat dihindari oleh jurnalis untuk melakukan ini dan dengan demikian memisahkannya dari objektivitas. Ketika informasi dipasok kepada media oleh beberapa sumber, maka informasi ini kemudian muncul dengan kerangka yang terbentuk yang sesuai dengan tujuan sumber dan tidak dapat murni objektif (McQuail, 2011:124). Pada saat proses pembentukan dan konstuksi pada media, akan ada bagian-bagian tertentu yang sengaja ditonjolkan dan ada bagian-bagian tertentu yang disamarkan atau dihilangkan. Aspek yang tidak menonjol tersebut kemudian akan luput dari perhatian khalayak sehingga khalayak lupa pada aspek tersebut. Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Di tambah pula dengan berbagai kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki kepentingan dengan berita tersebut.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 45

Ketika media memberikan ruang kepada salah satu realita, maka disinilah proses framing terjadi.. Dalam menampilkan suatu realita ada pertimbangan terkait dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sudah direncanakan. Secara selektif media menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Dengan kata lain media membentuk citra seperti apa yang disajikan dengan cara menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah realitas dengan ruang dan waktu secara tertentu. Eriyanto (2002:9) menyatakan ada beberapa definisi framing menurut para ahli. Definisi tersebut diringkas dan disampaikan oleh beberapa ahli. Meskipun berbeda dalam penekanannya dan pengertian. Masih ada titik singgung utama dari definisi tersebut, yaitu antara lain: 1) Menurut Robert Etman Proses seleksi di berbagai aspek realitas sehingga aspek tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lainnya. Ia juga menyatakan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lainnya. 2) Menurut Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan dan presentasi aspek tertentu dari realitas. 3) Menurut David Snow dan Robert Benford Pemberian makna untuk ditafsirkan peristiwa dari kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan system kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, seperti anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi dan kalimat tertentu. 4) Menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Sebagai konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 46

2.2.6 Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Model framing yang peneliti gunakan dalam merumuskan skripsi ini ialah model framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki merupakan model terpopuler yang digunakan untuk memperoleh gambaran isi pesan yang disampaikan. Model analisis ini memiliki empat struktur besar, yaitu : sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural tersebut menyatukan berbagai elemen-elemen semantik narasi cerita dalam suatu kesatuan. Dimulai dari bagian yang diamati seperti judul, latar dan lainnya. Bagian-bagian ini disusun dalam bentuk yang struktural sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman cerita yang disusun (Eriyanto, 2002:10). Dalam pendekatan ini, dimensi framing dibagi ke dalam empat struktur yaitu :

Tabel 2.1 Tabel Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Struktur Perangkat Framing Struktur Yang Di amati

SINTAKSIS 1. Skema berita Judul, latar informasi, Cara wartawan pelaku dan dialog menyusun cerita SKRIP 2. Kelengkapan cerita Konstruksi dramatik, Cara wartawan (unsur-unsur scene mengisahkan cerita skenario film) TEMATIK 3. Detail Tema, Proposisi dan Cara wartawan menulis 4. Koherensi kalimat cerita 5. Bentuk Kalimat 6. Kata Ganti RETORIS 7. Leksikon Kata, Idiom, Gambar, Cara wartawan 8. Metafora Foto, Grafik menekankan cerita

(Sumber : Eriyanto, 2002:256) 1. Struktur Sintaksis Struktur sintaksis berkaitan bagaimana penulis memberikan suatu gagasan dan ide ke dalam suatu cerita. Beberapa bagian yang diamati

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 47

adalah judul, latar dan lainnya. Bagian tersebut disusun secara struktural sehingga saling berkaitan satu sama lain dan membentuk skema agar menjadi pedoman. Berbagai hal perlu diperhatikan seperti peristiwa, konflik dan klimaks. Eksistensi plot cerita sangat ditentukan oleh ketiga hal tersebut. Sehingga menambah kadar kemenarikan suatu peristiwa yang diceritakan (Nurgiantoro, 2005 : 113). Peristiwa dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: peristiwa fungsional, kaitan dan acuan, yaitu : 1. Peristiwa fungsional merupakan peristiwa-peristiwa yang menentukan dan atau mempengaruhi perkembangan plot. Urutan-urutan peristiwa fungsional merupakan inti cerita sebuah karya fiksi yang bersangkutan sehingga memberikan keterkaitan dengan peristiwa lain. 2. Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa di dalam cerita yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa penting (peristiwa fungsional) dalam pengurutan penyajian cerita. 3. Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara langsung memberikan pengaruh dan berhubungan dengan perkembangan plot, misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh.. Pada suatu alur cerita, konflik merupakan aspek yang paling memberikan rasa emosional kepada khalayak. Biasanya konflik memberikan sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan atau negatif. Konflik tersebut biasa terjadi pada tokoh-tokoh yang penting dalam suatu cerita (Nurgiantoro, 2005 : 122). Konflik dapat dibedakan dalam dua kategori : konflik fisik dan konflik batin, konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi dengan sesuatu yang di luar dirinya – dengan lingkungan alam - dengan lingkungan manusia. Sedangkan konflik internal (konflik batin) adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seseorang tokoh cerita.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 48

Ada satu hal lagi yang sangat menentukan arah perkembangan plot adalah klimaks. Menurut Stanton (dalam Nurgiantoro, 2005 : 127), klimaks adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, perisatiwa dan saat itu memang harus terjadi tidak boleh tidak.

2. Struktur Skrip Struktur skrip lebih memberikan penekanan bagaimana strategi penulis mengisahkan atau menceritakan peristiwa sesuai dengan plotnya, dan berdasarkan nilai konstruksi dramatik sebuah cerita dalamskenario.Untuk menyusun skrip yang baik, maka diperlukan perangkat dalam struktur skrip ini yaitu What (apa), When (kapan), Who (siapa), Where (di mana), Why (mengapa) dan How (bagaimana). Cerita adalah kisah perjuangan tokoh utama atau protagonis dalam mengatasi problem dan konflik untuk bisa mencapai tujuan akhir. Kisah perjuangan tersebut berupa rangkaian adegan, yakni adegan yang merupakan pokok-pokok cerita, adegan-adegan yang indah dan memiliki nilai dramatik, yakni yang mengandung konflik, kecewa, ketakutan dan sebagainya (Biran, 2006 : 128)

3. Struktur Tematik Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana cara penulis cerita mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Pada konteks ini, perangkat framing yang digunakan adalah detail, koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Melalui perangkat tersebut maka dapat membantu melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil. Detail merupakan strategi komunikator mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Komunikator detail dalam mengemas pesan, mana yang dikembangkan dan mana

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 49

yang diceritakan dengan detail yang besar, akan menggambarkan

bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media. Koherensi merupakan jalinan antarkata, proposisi, atau kalimat. Sehingga cerita yang tidak berhubungan dapat menjadi saling berkaitan dan menyatu. Koherensi terbagi atas berbagai kategori, yaitu: pertama, koherensi sebab- akibat, yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas, yakni proposisi atau satu kalimat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda, yakni proposisi atau kalimat satu dipandang menjadi kebalikan atau lawan dari proposisi

atau kalimat lain (Eriyanto, 2009 : 263). Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran yang utuh. Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal, dan

gagasan yang bersegi dinyatakan dalam kalimat majemuk. Perangkat lainnya adalah proposisi, menurut Poespoprodjo (dalam Eriyanto, 2009:253) proposisi adalah suatu penuturan yang utuh, atau ungkapan keputusan dalam kata-kata atau juga manifestasi luaran dari sebuah keputusan. Perangkat terakhir yaitu kata ganti, merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. 4. Struktur Retoris Retoris berhubungan dengan bagaimana penulis cerita memberikan penekanan arti tertentu ke dalam cerita. Retoris melihat bagaimana penulis cerita memilah dan memilih kata, idiom, bentuk citra yang ditampilkan sebagai penekanan arti tertentu kepada khalayak. Leksikon adalah bagaimana pemilihan dan pemakaian kata- kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Sedangkan metafora merupakan ornamen atau bumbu dari suatu

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 50

cerita. Pemakaian metafora ini bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Penulis cerita menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, pribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat- ayat suci untuk memperkuat pesan utama. Penggunaan metafora ini sebagai landasan berpikir atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik (Eriyanto, 2009 : 257-226).

2.2.7 Nasionalisme a. Pengertian Nasionalisme

Jika dilihat secara etimologis kata nationalism, natie dan national berasal dari Bahasa latin, yaitu natio yang memiliki arti sebuah bangsa dipersatukan karena kelahiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme diartikan sebagai paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Jadi secara garis besar nasionalisme adalah sebuah paham atau ajaran mengenai cinta dan kesetiaan terhadap bangsa dan negara. Menurut Synder (dalam Budiman, 2006:17), terdapat empat bentuk nasionalisme yang bisa terjadi, yaitu : 1. Nasionalisme Kewarganegaraan yang terjadi apabila para elite politik yang ada tidak terancam oleh proses demokratisasi. Nasionalisme ini didasarkan pada usaha mempertahankan proses demokratisasi karena dianggap memberikan keadilan. Di sini orang dipersatukan atas dasar kewarganegaraan untuk mempertahankan demokrasi bangsa dan penduduk negara dianggap sama tanpa membeda-bedakan latar belakang identitas. 2. Nasionalisme Etnik adalah solidaritas yang dibangkitkan berdasarkan persamaan budaya, bahasa, agama, sejarah, dan sejenisnya. 3. Nasionalisme Revolusioner merupakan sebuah usaha untuk mencapai atau menguasai politik (pemerintahan) untuk melahirkan sebuah rezim baru yang dianggap lebih baik dari rezim sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 51

4. Nasionalisme Kontra-Revolusioner merupakan upaya membangun solidaritas untuk mempertahankan kelembagaan negara yang ada terhadap perubahan-perubahan yang mau diadakan Menurut Sunarso dkk (2008:36) nasionalisme adalah sikap nasional untuk mempertahankan kemerdekaan dan harga diri bangsa dan sekaligus menghormati bangsa lain Dengan demikian, penggunaan istilah nasionalisme adalah sebagai representasi perasaan cinta seseorang terhadap bangsa, bahasa dan daerah asal mereka. Berdasarkan uraian di atas, nasionalisme dalam sejarahnya digunakan untuk beberapa hal antara lain: a. Untuk mewakili perasaan rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa atau budaya yang sama, maka dalam hal ini nasionalisme sama dengan patriotisme. b. Sebagai representasi suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise bangsa. c. Sebagai wujud kesediaan untuk menjadi bagian dari organisme sosial yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa d. Sebagai dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri. e. Sebagai doktrin yang menyatakan bahwa bangsanya sendiri harus dominan atau tertinggi di antara bangsa-bangsa lain dan harus bertindak agresif. Pada konteks nasionalisme Indonesia atau rasa cinta pada Tanah Air, Semangat dan rasa perjuangan dalam kesatuan Indonesia perlu untuk menumbuhkan rasa nasionalisme yang besar. Dalam masa pergerakan dan perjuangan kemerdekaan, orientasi “nasionaslime” yaitu mewujudkan kemerdekaan sehingga ciri dan jiwa nasionalisme adalah anti kolonial. Pemahaman tersebut dapat diartikan sebagai makna nasionalisme “tradisional” sebab pada masa penjajahan para pejuang dan rakyat bertumpah darah dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 52

Pasca kemerdekaan, Indonesia mengalami kemajuan dalam Pendidikan dan intelektualitas sejalan dengan pembangunan aspek lainnya. Maka visi nasionalisme mengalami perubahan paradigma dan sikap kebangsaan yang baru, artinya ada perubahan dan adaptasi sebuah konsep nasionalisme pada masa sekarang yang perlu disesuaikan dengan tuntutan perubahan (Ilahi, 2012:17). Maka pada intinya nasionalisme dapat diartikan sebagai rasa atau sikap untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan bangsa, sehingga akan muncul perasaan satu sebagai suatu bangsa yang bernegara. Pada paradigma nasionalisme masa sekarang, nasionalisme diartikan sebagai bentuk orientasi pemikiran bangsa yang memberikan wawasan dan prinsip kebangsaan demi mencapai kemajuan dan keberhasilan dalam segala aspek guna memberikan kebanggaan dan kehormatan pada bangsa dan negara. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari rasa nasionalisme, yaitu : 1. Memiliki toleransi 2. Memiliki kedisiplinan 3. Memiliki tanggung jawab 4. Memiliki kerja keras 5. Memiliki sopan santun 6. Memiliki sikap gotong royong dan peduli sosial b. Nasionalisme di Indonesia Rasa nasionalisme sudah lama ada berada di bumi Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka dan berdaulat, bahkan tanpa pemimpin negara. Paham ini mengalir didarah setiap masyarakat Indonesia diberbagai daerah. Sikap patriotisme melalui perjuangan dan perlawanan kepada penjajah sebagai bentuk rasa ingin mempertahankan tanah dimana mereka lahir dan berpijak. Rasa penderitaan yang sama dan rasa kesatuan yang besarlah membuat masyarakat dan para pejuang berbagai daerah bergabung demi membebaskan Indonesia dari para penjajah.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 53

Menurut Rochman (2009:39), paham nasionalisme Indonesia tidak dapat disamakan dengan paham nasionalisme barat. Perbedaan itu terdapat pada nilai dasar yaitu Pancasila sebagai paham bernegara di Indonesia. Paham dan implikasi nilai Pancasila tersebut akan melahirkan penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain. Sedangkan nasionalisme Barat berorientasi kepada sikap chauvinistic dan ethnonationalism (nasionalisme sempit) yaitu sikap yang membenci bangsa atau suku bangsa lain dan menganggap bangsanya sendiri adalah yang paling unggul. Pemahaman tersebut lahir karena negara-negara barat sudah lebih maju dan menguasai peradaban melalui teknologi, senjata perang, media dan lainnya. Di Indonesia nasionalisme juga tercermin dari ideologi Indonesia yakni pancasila. Menurut Arif Rohman (2009:42) ideologi Pancasila memiliki lima prinsip nilai yang bersifat dasar (staat fundamental norms) yang merupakan ajaran dasar yang dipedomani oleh seluruh warga bangsa baik dalam tataran individu maupun kelompok. Kelima nilai dasar itu adalah sebagai berikut : 1. Ketuhanan yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Nasionalisme Pada Individu

Pandangan dan permaknaan tentang nasionalisme secara “tradisional” nyatanya cukup untuk membangkitkan semangat para pahlawan dan pejuang kemerdekaan. Mereka rela meninggalkan keluarga bahkan kehilangan keluarga. Namun, berbeda dengan konteks nasionalisme pada masa sekarang. Masyarakat harus bisa melihat secara terbuka melalui perkembangan dunia yang ada bahwa dunia tidak sedang

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 54

masa peperangan dan penjajahan skala besar seperti masa perang dunia I dan perang dunia II. Pemahaman nasionalisme lebih merasuki pada prinsip dan pemikiran bahwa kesetiaan dan cinta pada negara adalah prioritas. Nasionalisme mengandung suatu sikap mental di mana loyalitas tertinggi dari individu adalah untuk bangsa dan negara (Moesa, 2007:28- 29). Hal itu tentu menuntuntut anak bangsa memiliki rasa nasionalisme yang besar. Sebagai generasi masa depan Indonesia, nilai-nilai spirit harus terkandung kedalam jiwa Individu tersebut. Contohnya menguasai Bahasa asing, namun tetap menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika di Indonesia, Paham akan sejarah Indonesia, hapal terhadap lagu kebangsaan dan Pancasila, dan lainnya. Hal tersebut cukup memberikan gambaran nasionalisme individu secara ringkas pada masa sekarang. Individu khususnya anak bangsa harus memiliki rasa nasionalisme yang besar. Sebuah rasa satu kesatuan disertai Pancasila sebagai pondasi idealis akan membimbing individu tersebut mengarah kepada tujuan negara yaitu makmur dan sejahtera.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 55

2.3 Kerangka Analisis Kerangka berfikir menggambarkan bagaimana suatu permasalahan penelitian dijabarkan. Berdasarkan teori yang dijabarkan diatas, maka kerangka analisis dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Film Rudy Habibie

Analisis Framing Mengenai Nasionalisme B.J Habibie Dalam Film “Rudy Habibie” Karya Hanung Bramantyo

Framing Analysis Model

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Mengetahui Bagaimana Penggambaran Mengenai Nasionalisme B.J Habibie dalam filmRudy Habibie

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai cara atau prosedur yang digunakan untuk mendapatkan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Secara definisi, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendalam dan berupaya untuk menemukan data secara terperinci dari permasalahan tertentu. Sedangkan, deskriptif adalah metode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, set kondisi ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Pada proses tersebut, akan ada upaya menjelaskan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang terjadi. Sehingga data yang diperoleh berbentuk kata-kata atau gambar dan tidak berorientasi pada angka. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif adalah untuk menggambarkan suatu fenomena atau gejala sosial dengan jalan menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, akurat dan faktual mengenai fakta-fakta keadaan subyek atau obyek penelitian. Ciri-ciri pada metode deskriptif yaitu metode penelitian dilakukan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadiam (Pujileksono, 2015: 21).

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang merujuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti. Dimana peneliti berusaha memfokuskan titik perhatian pada masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah nasionalisme B.J Habibie dalam film “Rudy Habibie”. Jadi, masalah utama pada penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pembentukan atau framing nasionalisme B.J habibie.

56 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 57

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber dimana data dan informasi diperoleh oleh peneliti. Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah film “Rudy Habibie” yang merupakan sumber data selama penelitian.

3.4 Unit Analisis

Unit analisis adalah setiap unit yang akan dianalisis dan digambarkan atau dijelaskan dengan pertanyaan-pertanyaan deskriptif. Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah pesan tekstual secara verbal, gambar dan perangkat framing terdiri dari sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Unit analisis juga menganalisis unsur-unsur sinematografi serta musik yang terdapat pada 7 scene dalam film “Rudy Habibie”.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data (Kriyantono, 2006:91). Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa proses pengumpulan data adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah: a. Studi Dokumentasi, yaitu pada proses ini peneliti berusaha mencari, mengumpulkan dan meneliti dokumen yang relevan guna mendukung proses penelitian sehingga membantu peneliti untuk memperoleh informasi. b. Observasi, yaitu merupakan kegiatan mengamati secara langsung terhadap objek yang diteliti. Adapun observasi yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menonton film secara berulang kali dan berkala guna mendapatkan hasil pengamatan yang baik. c. Studi Kepustakaan, yaitu mengumpulkan dan mencari literatur dan sumber bacaan yang mendukung penelitian.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 58

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan analisis yang mengkategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan, tema, penafsiran bermakna, serta menyampaikan atau melaporkan. Analisis data merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan hubungan bagian-bagian atau keseluruhan. Adapun teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu : a. Observasi Scene Melihat dan mengamati scene merupakan sebuah kegiatan analisis untuk melihat scene-scene mana yang berpotensi untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Melihat berarti juga mengamati secara mendalam untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada suatu scene. Pada proses ini scene yang dipilih akan dipecah menjadi beberapa shoot. Dengan demikian scene-scene yang telah dipilih akan menjadi data untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis selanjutnya.

d b. Observasi Perangkat Framing Pada proses observasi ini, scene-scene yang telah dikumpulkan sebagai data akan dilakukan pengamatan yang lebih mendalam untuk melihat adanya unsur perangkat framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M, Kosicki, yaitu perangkat sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Adanya keempat perangkat tersebut pada suatu scene merupakan hal yang terpenting karena menjadi inti pada penelitian ini. Setelah perangkat- perangkat tersebut terkumpul, kemudian peneliti mengelompokan bagian- bagian menjadi sebuah kategori sesuai dengan urutan perangkat yaitu sinsaksis,skrip,tematik dan retoris agar peneliti lebih mudah untuk melakukan pengambilan kesimpulan.

d c. Penarikan Kesimpulan Proses penarikan kesimpulan dilakukan dengan mengamati dan menjelaskan isi dari keempat perangkat framing yang telah dikumpulkan. Lebih lanjut, penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dan rangkaian berdasarkan perangkat framing yang dinalisis.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.2 Gambaran Umum Film “Rudy Habibie” Film Rudy Habibie merupakan film biografi dari Bacharuddin Jusuf Habibie yang dirilis pada tahun 2016. Film ini diadopsi dari sebuah novel karangan Gina S. Noer berjudul “Rudy : Kisah Masa Muda Sang Visioner” dan sekaligus menjadi prequel dari film sebelumnya Habibie dan Ainun. Fokus cerita pada film ini mengisahkan masa muda Rudy Habibie mengenyam pendidikan di Jerman. Konflik persahabatan, percintaan bahkan dengan bangsa sendiri juga mewarnai film dengan durasi 140 menit tersebut.

4.1.1. Poster Film “Rudy Habibie”

Gambar 4.1 : Poster Film Rudy Habibie (Sumber : www.imdb.com)

59 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 60

4.1.2 Sinopsis Film “Rudy Habibie” Film Rudy Habibie menceritakan masa kecil Habibie hingga masa mudanya mengenyam pendidikan di Jerman. Sebagai prequel dari film pertamanya, film ini juga tetap memberikan kisah yang dramatis dimulai dari konflik antar persahabatan, percintaan bahkan dengan negaranya sendiri Indonesia. Pada film ini diceritakan perjalanan masa kecil Habibie yang sedikit bergejolak karena saat itu sedang masa perang lalu memutuskan pindah ke bersama keluarganya untuk tinggal di rumah kakek-neneknya, dan juga film ini menceritakan betapa berlikunya masa remaja B.J Habibie yang melanjutkan pendidikan tinggi di Rheinisch Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Achen, Jerman. Rudy sangat memiliki ambisi yang besar dalam membangun Indonesia melalui program dan visinya yaitu industri dirgantara. Konflik hidup sebagai perantauan dihadapi Rudy, hidup sendiri dinegeri orang membuatnya harus berusaha mandiri. Hanya ada teman SMAnya Lim keng king (diperankan oleh Ernest Prakasa) dan juga beberapa mahasiswa dari Indonesia yang ikut menempuh pendidikan di Jerman. Selama berada di Jerman, Rudy memiliki beberapa teman akrab, salah satunya adalah Ayu (diperankan oleh Indah Permatasari) yang tertarik dan jatuh cinta kepada Rudy. Namun bagaikan “cinta bertepuk sebelah tangan”, Rudy justru menjatuhkan hatinya pada gadis Polandia bernama Illona Lanovska (diperankan oleh Chelsea Islan). Ilona digambarkan dengan sosok yang terbuka pada hal-hal yang berbau Visioner. Pada akhirnya, kekecewaan menghampiri hubungan Rudy dan Illona, sebab Ibu Rudy terbang ke Jerman menjumpai Illona untuk menanyakan keseriusan Ilona bersama Rudy. Ilona diberikan pilihan untuk masuk Islam dan Pindah ke Indonesia. Ilona khawatir pengorbanan Illona tidak terbalaskan oleh Rudy sehingga Ilona memutuskan untuk mengakhiri hubungannya agar Rudy dapat meneruskan dan berfokus pada cita-citanya karena Ilona sadar betapa cintanya Habibie pada Indonesia. Dalam scene ini, Rudy begitu kecewa meneteskan airmata ketika tahu hubungannya akan berakhir dan ia akan ditinggal pergi Ilona.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 61

Konflik terus dialami Rudy semasa tinggal di Jerman. Rudy terus mendapat tekanan dan kontra dari beberapa mahasiswa senior yang juga berasal dari Indonesia, yaitu bekas Laskar Pelajar yang dibeasiswakan pemerintah sebagai balasan merebut kemerdekaan.Panca (diperankan oleh Cornelio Sunny) sebagai ketua Laskar Pelajar selalu berusaha mengintimidasi apapun yang dilakukan oleh Rudy, baik secara pribadinya dan juga visi misi Rudy. Konflik yang dialami Rudy tidak hanya sampai disitu, Bahkan Rudy selalu berdebat ketika ia memenangkan posisinya sebagai ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI). Selama proses masa mengenyam pendidikannya, Rudy sangat dikagumi oleh dosen-dosennya. Ambisinya untuk mampu membuat suatu karya Pesawat Terbang untuk dibawa pulang ke Indonesia sedikit berbuah pahit, sebab karya- karya dan hasil risetnya ditarik oleh pihak pemerintah Jerman melalui pihak Universitas karena karya dan riset dianggap Rudy bisa jatuh kepihak musuh (Komunis) dan menjadi ancaman negara karena diketahui bahwa pada saat itu Indonesia bukanlah anggota dari NATO. Keteguhan dan semangat Rudy dalam menjalankan programnya pada akhirnya berbuah manis.Akhirnya Rudy dan rekan-rekannya bersama anggota PPI berhasil membuat Seminar Industri Dirgantara dan senior dari laskar pelajar juga berbalik mendukung program Rudy.

4.1.3 Profil Film, Tim Produksi dan Pemeran Film “Rudy Habibie” Pada proses pembuatan film harus melibatkan banyak orang yang tergabung dalam berbagai elemen, baik itu tim produksi yang bekerja dan bertangung jawab dalam proses produksi film, Aktor dan aktris yang memainkan peran dalam film. Tim produksi dan aktor/aktris juga harus bekerja sama dengan baik sehingga menciptakan suatu karya film yang luar biasa. Alur cerita yang dimainkan tentu akan lebih mendukung apabila diperankan oleh aktor dan aktris yang terbaik pula. Berikut adalah nama-nama dari Tim produksi dan juga pemeran dalam film Rudy Habibie, yaitu :

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 62

a. Profil Film Film “Rudy Habibie” disebut sebagai Habibie dan Ainun 2 karena film ini menjadi prequel setelah perilisan film pertamanya pada tahun 2012. Film ini diberi judul Rudy Habibie karena menyesuaikan dengan novel karya Gina S. Noer dengan judul “Rudy : Kisah Masa Muda Sang Visioner”. Pemberian judul Rudy Habibie juga memberikan kesan muda pada B.J Habibie ketika di Jerman. Pengambilan gambar pada film ini berada pada 2 lokasi, yaitu Indonesia dan Jerman. Latar Indonesia digunakan untuk menceritakan masa kecil Rudy (Flashback) dan juga kondisi keluarga Rudy di Indonesia. Sedangkan latar lokasi Jerman lebih dominan karena mengambil cerita perjalanan Habibie muda. Film yang memiliki durasi 140 menit ini rilis pada 30 Juni 2016, tepat 4 tahun setelah perilisan film pertamanya pada 2012. Pada film ini, dialog yang digunakan dalam alur cerita menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa Jerman. Penggunaan bahasa Jerman pada film ini menyesuaikan latar lokasi pengambilan gambar di Jerman, dimana ada scene-scene interaksi kepada warga Jerman, seperti pekerja, dosen dan rekan-rekan Rudy semasa di Jerman. Pada proses produksi film ini, Manoj Punjabi selaku produser tidak tanggung-tanggung secara allout menggelontorkan biaya produksi sekitar 40 Milyar, dan yang menjadi kebanggaan adalah pengerjaan sound mixing film ini berlangsung di Amerika Serikat yang ditangani lamgsung oleh Chris David. Sebelumnya Chris pernah menangani sound mixing film London Has Fallen dan Jane Got A Gun. Manoj merasa kualitas sound mixing di Indonesian kurang memuaskan, oleh karena itu ia bersama tim produksi memakai jasa Chris David dalam menangani sound. Manoj selaku CEO MD Pictures juga mengklaim bahwa film biografi dengan rating Remaja (R13+) ini merupakan film dengan biaya produksi terbesar yang pernah diproduksi MD Pictures .Film ini sukses meraih jumlah penonton sebanyak 2.012.025 penonton. Film ini juga masuk 10 besar film terlaris 2016 dan mendapat 13 penghargaan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 63

1. Usmar Ismail Awards : Penata Suara Terbaik 2. Asia Pacific Film Festival : Aktor Terbaik 3. Asia Pacific Film Festival : Penata Musik Terbaik 4. Festival Film Indonesia : Pemeran Utama Pria Terbaik 5. Festival Film Indonesia : Pemeran Utama Wanita Terbaik 6. Festival Film Indonesia : Penulis Skenario Adaptasi Terbaik 7. Festival Film Indonesia : Penyunting Gambar Terbaik 8. Festival Film Indonesia : Lagu Soundtrack Terbaik 9. Festival Film Indonesia : Penata Suara Terbaik 10. Festival Film Indonesia : Penata Musik Terbaik 11. Festival Film Indonesia : Pengarah Artistik Terbaik 12. Festival Film Indonesia : Perancang Busana Terbaik 13. Festival Film Indonesia : Film Terbaik

(Sumber : www.filmindonesia.or.id)

b.Tim Produksi Pada proses produksi mulai dari tahap perencanaan hingga finishing dikerjakan dan melibatkan oleh tim produksi. Orang-orang yang terdiri dari tim produksi memiliki pekerjaan dan tanggung jawab sesuai bidang yang mereka handle. Bidang-bidang tersebut biasanya mengikuti konsep yang telah dirancang oleh sutradara.. Adapun orang-orang yang tergabung dalam tim produksi ialah Hanung Bramantyo (sutradara), Manoj Punjabi (produser), Gina S Noer (penulis skenario), Khikmawan (penata suara), Ipung Rachmat (penata kamera), Retno Ratih (penata busana), Sanjay Mulani (pengarah peran) dan Allan Sebastian sebagai penata artisktik (www.filmindonesia.or.id) Penggarapan film Rudy Habibie dilakukan dengan orang-orang yang telah memiliki jam terbang yang tinggi. Tidak mengherankan mengapa film ini mendapatkan respon yang luar biasa dari khalayak. Salah satu orang yang punya pengaruh besar pada film ini yaitu Hanung Bramantyo yang menjadi sutradara. Hanung dikenal sebagai sutradara yang berani dalam mengeksplore segala tantangan pada film. Beberapa film karya Hanung Bramantyo mendapat kesuksesan besar, namun ada pula yang mendapat respon negatif dari khalayak.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 64

Seperti film Perempuan Berkalung Sorban, Tanda Tanya dan yang terbaru Bentamin Biang Kerok yang menjadi kontroversial di masyarakat. Pada posisi produser diduduki oleh Manoj Punjabi yang juga pendiri dan CEO dari MD Entertainment yaitu rumah produksi yang menggarap film ini. Hubungan dan keterkaitan Hanung dengan Manoj Punjabi sudah lama terjalin. Salah satu project tersukses mereka adalah film Ayat-Ayat Cinta yang rilis pada tahun 2008. Dimulai dari situ Manoj dan Hanung bekerja sama membuat beberapa karya film biografi B.J Habibie, Habibie dan Ainun, Rudy Habibie dan rumor yang sedang berkembang adalah proses produksi Habibie dan Ainun 3. Penulisan skenario film ini dikerjakan olehGina S Noer, Hanung Bramantyo dan B.J Habibie. Alasan utama mengapa Gina ikut serta dalam penulisan skenario karena film ini dibuat berdasarkan buku novel karya Gina S Noer berjudul “Rudy : Kisah Masa Muda Sang Visioner”. Oleh karena itu penulis skenario utama pada film ini diberikan kepada Gina. Penulisan skenario tidak hanya dilakukan Gina sendiri, Hanung yang juga sutradara serta B.J Habibie juga ikut terlibat dalam penulisan skenario. Hal ini tentu bertujuan untuk lebih menggali dan mendalami cerita yang lebih baik dan langsung dari sumber sosok tersebut yaitu B.J Habibie. Penata suara dalam film ini juga melibatkan orang-orang terbaik, salah satunya Chris David pria berkebangsaan Amerika. Pengalaman Chris David dalam menggarap dan menata suara tidak perlu diragukan. Chris David pernah menangani sound film The Expandables dan Olympus Has Fallen. Penggarapan sound membuattim produksi terbang ke Amerika tepatnya Los Angels lokasi studio David. Tidak mengherankan total biaya yang dikeluarkan dalam menggarap film ini sekitar 40 Milyar (http://jawapos.com).

c. Pemeran Film Pemeran film merupakan aktor dan aktris yang akan memainkan peran tertentu dalam suatu cerita film. Pemeran film merupakan objek yang penting, karena dapat menentukan kesuksesan film selain dari kualitas cerita. Aktor dan aktris diarahkan oleh sutradara berdasarkan skenario yang telah disiapkan. Pada film ini yang menjadi pemeran film, yaitu :

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 65

1. Reza Rahadian : Rudy Habibie 2. Chelsea Islan : Illona Ianovska 3. Ernest Prakasa : Liem Keng Kie 4. Indah Permatasari : Ayu 5. Pandji Pragiwaksono : Peter Manumasa 6. Boris Bokir : Poltak Hasibuan 7. Dian Nitami : RA Tuti Marini Puspowardojo (ibu Rudy) 8. Donny Damara : Alwi Abdul Jalil Habibie (ayah Rudy) 9. Millane Fernandez : Sofia 10. Cornelio Sunny : Panca 11. Leroy Osmani : Zairin Zain (dubes) 12. Timo Scheunemann : Pastur Gilbert 13. Verdi Solaiman : Romo Mangun 14. Julia Alexandra : Mira 15. Bagas Luhur Pribadi : SugengMario 16. GPH Paundrakarna JS : Mario 17. Fadika : Agus 18. Bima Azriel : Rudy Habibie kecil (Sumber :http://filmindonesia.or.id)

Karakter Rudy Habibie dalam film ini diperankan oleh Reza Rahadian. Menjadi pemeran utama tentu sebuah pilihan yang tepat karena sebelumnya ia telah membintangi 44 judul film di Indonesia. Reza rahadian juga pernah memerankan tokoh besar yaitu Oemar Said Cokrominoto dalam film berjudul Guru Bangsa: Tjokroaminoto. Yang menarik pada film ini adalah Reza Rahadian meminta untuk Chelsea Islan terlibat menjadi lawan mainnya. Chelsea Islan memerankan karakterIllona Ianovska yang menjadi kekasih B.J Habibe. Aktor- aktris lainnya juga ikut serta dalam film ini, seperti Cornelio Sunny dan Millane Fernandez. sebagian aktor film ini diisi oleh komika stand up comedy seperti Ernest Prakasa,Boris Bokir dan Pandji Pragiwaksono. Hingga akhirnya film ini lebih terasa sempurna karena ikut sertanya aktor senior Donny Damara dan Dian Nitami.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 66

4.2 Penyajian dan Analisis Data Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah film Rudy Habibie. Film ini merupakan film biografi B.J Habibie di masa muda. Film ini diangkat berdasarkan “based on inspiring story” yang diadopsi dari novel judul yang sama. Film ini memiliki durasi 140 menit yang didalamnya terdapat beberapa unsur Nasionalisme Rudy Habibie dan berpotensi menjadi objek penelitian. Dari film tersebut akan dibagi ke dalam beberapa sequence yang terdiri dari beberapa scene yang berhubungan dengan Nasionalisme Rudy Habibie.

4.2.1 Analisis Scene Pertama : Sequence 29, Scene 2, Shoot 3, 27, 29, 37 Analisis scene pertama berada pada cerita dimana Rudy bertemu dengan seluruh rekan-rekannya. Pada scene pertemuan ini terdapat 4 shoot dengan dialog yang akan dijabarkan. Berikut adalah gambar dari scene pertama :

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4 (Sumber : Scene Film “Rudy Habibie”)

Rudy mengumpulkan seluruh rekan-rekan kuliahnya di suatu tempat. Rudy membahas mengenai programnya yaitu rancangan seminar Industri Dirgantara, namun Rudy mendapat kritik dari temannya hingga mereka berdebat. Pada akhirnya Rudy meyakinkan mereka dengan menjaminkan dirinya kalau program tidak berjalan maka Rudy menghentikan S2-nya.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 67

Tabel 4.1 Skema Framing SINTAKSIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS Skema Cerita ― Skematik: Latar Informasi: Cara Penulis Cerita berawal dari seorang Menyusun cita-cita seorang anak yang Cerita merantau ke Jerman demi Rancangan Program Kerja PPI oleh Rudy mewujudkan cita-citanya yaitu menempuh pendidikan agar Pelaku: dapat membangun masa depan Indonesia. Bergabung Rudy - Liem - Peter - Ayu bersama Persatuan Pelajar Dialog: Indonesia (PPI) membuatnya semakin berkomitmen Rudy : “ini adalah rancangan masa depan membangun Indonesia melalui Indonesia,tidak hanya berbicara mengenai program Seminar Industri industri dirgantara, tetapi ada perikanan, Dirgantara. Namun program perkapalan dan lain-lain, dan ini yang yang Rudy rancang mendapat merancang adalah mahasiswa dari seluruh perdebatan antar rekan- PPI Eropa”(Gambar 1). rekannya. Peter : “ Tunggu Rudy, itu rencana besar, apakah kamu yakin dengan ide itu” Rudy : “Oh sangat yakin! Jelas ” Ayu : " kalau mahasiswa berhasil merancang masa depan Indonesia, kepada siapa rancangan itu diserahkan?!Kepada pejabat-pejabat yang rakus?!” Rudy : “ Dengar dulu!, kepada siapa rancangan itu diserahkan urusan nanti, yang paling penting saat ini adalah bagaimana kita menyusun semuanya dengan baik” Rudy : “ Itu yang paling penting, kita semua..adalah anak-anak masa depan Indonesia” (Gambar 2). Ayu : “ Jaminannya apa?!” Rudy : “ Saya jaminanya!” (Gambar 3). Rudy : “ Oke..baik.. saya bisa mengerti..saya tekankan sekali lagi, saya adalah jaminannya! Dan saya tidak akan melanjutkan S2 saya, jika program ini tidak terwujud!”(Gambar 4).

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 68

Tabel 4.2 Skema Framing SKRIP

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Kelengkapan Cerita : Konstruksi Dramatik : Cara Penulis Cerita lebih mengedepankan Pada scene tersebut, adegan dramatis mulai Mengisahkan persoalan tidak setujunya diperlihatkan ketika keinginan Rudy dalam Cerita rekan terhadap apa yang Rudy memajukan bangsa dianggap hanyalah inginkan, artinya keinginan mimpi. Bahkan ketika rekan tidak setuju, Rudy tidak sejalan dengan keinginan rekan-rekannya. Rudy berani menjadikan dirinya jaminan agar Sehingga terjadi perdebatan program tersebut dan mengancam yang dramatis. Perdebatan menghentikan pendidikan S2. Dengan terjadi karena rekan Rudy terpaksa rekan dan juga Ilona kekasih Rudy menganggap rancangan itu mengikuti kemauan Rudy meskipun terpaksa. terlalu besar. Adegan Scene 2 berlatarkan pada malam hari disuatu ruangan, Menit 01:14:05 - 01:14:27 (Gambar 1). Menit 01:14:40 - 01:14:51 (Gambar 2). Menit 01:14:55 - 01:14:58 (Gambar 3). Menit 01:14:59 - 01:15:12 (Gambar 4).

Tabel 4.3 Skema Framing TEMATIK

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI TEMATIK Detail : Tema : Cara Penulis Mengisahkan Rudy Habibie memiliki obsesi Cita-Cita Cerita yang kuat dan tekad besar dalam membangun Indonesia. Koherensi : Proposisi : Program kerja PPI dari Rudy Rudy memaksakan rekannya untuk ikut sekaligus langkah memajukan bergabung dalam membangun industri Indonesia dirgantara dengan jaminan jika Rudy gagal Bentuk Kalimat : maka tidak akan melanjutkan pendidikan S2- nya. “kita semua..adalah anak- anak masa depan Indonesia”

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 69

Tabel 4.4 Skema Framing RETORIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI RETORIS Leksikon : Gambar : Cara Penulis Rudy : “Dengar dulu!, kepada Mengisahkan siapa rancangan itu Cerita diserahkan urusan nanti, yang paling penting saat ini adalah bagaimana kita menyusun semuanya dengan baik, Itu yang paling penting, kita semua..adalah anak-anak masa depan Indonesia” (Gambar 2) Gambar 2 : (Sequence 29 Scene 2 Shoot Rudy : “saya adalah jaminannya! Dan saya tidak 27 menit 01:14:40) akan melanjutkan S2 saya, Shoot : Medium Close Up jika program ini tidak terwujud!” (Gambar 3) Angle : Eye Level

Gambar 3 : (Sequence 29, Scene 2, Shoot 29, menit 01:14:55)

Shoot : Medium Close Up

Angle : Eye Level Metafora : Cerita : Penekanan cerita semakin terlihat ketika - adegan dimana Rudy meyakinkan bahwa rekan-rekannya adalah anak-anak masa depan Indonesia, Rudy juga mengancam akan berhenti melanjutkan pendidikan S2-nya jika program tersebut tidak berjalan.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 70

4.2.2 Analisis Scene Kedua : Sequence 34 Scene 1 Shoot 5, 15, 18, 30

Analisis scene kedua berada pada cerita ketika Rudy bertemu rekan- rekannya pada malam hari setelah menonton bioskop bersama Ilona. Pada scene pertemuan ini terdapat 4 shoot dengan dialog yang akan dijabarkan. Berikut adalah gambar dari scene kedua :

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4 (Sumber :Scene Film “Rudy Habibie”)

Pada adegan ini dimulai ketika Rudy dan Ilona pulang setelah menonton film di bioskop. Dalam perjalanan pulang Rudy dan Ilona bertemu dengan rekan-rekannya Peter, Liem dan Poltak yang juga anggota PPI. Pada scene ini tentu Rudy menyangka bahwa rekan-rekanya mempertemukan Rudy karena sekedar bertegur sapa. Namun siapa sangka Bahwa pertemuan Rudy dan rekan-rekannya membuat Rudy terkejut. Rekan-rekannya membawa surat dari pemerintah Indonesia mengenai pencantuman nama pemerintah Indonesia sebagai sponsor utama kegiatan Seminar Pembangunan tersebut. Sikap Rudy mulai berubah, ia mulai terlihat tidak senang dan menentang adanya keterlibatan pemerintah dalam acara tersebut. Sebab sebelumnya, Rudy mendapat pertentangan dari pemerintah Indonesia bahkan jika Rudy bersikeras untuk melanjutkan programnya, maka pemerintah menerima program tersebut dengan syarat tidak memberi dana sepeser pun.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 71

Tabel 4.5 Skema Framing SINTAKSIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS Skema Cerita ― Skematik: Latar Informasi: Cara Penulis Skema cerita dimulai ketika Menyusun Rudy Habibie bersama Ilona Pertemuan Rudy dan rekan-rekan perihal Cerita pulang dari menonton Surat dari Indonesia mengenai Seminar bioskop, Pada pertengahan Industri Dirgantara. perjalanan Rudy dan Ilona Pelaku: bertemu dengan Liem, Poltak dan peter. Pertemuan rekan Rudy - Liem - Peter - Poltak Rudy pada lorong tangga Dialog: untuk memberikan surat dari Indonesia kepada Rudy perihal Liem : “Ini..dari agus dan mario, mereka program kerja PPI. ada titipan (Surat)” Rudy : “ (Setelah membaca surat)Dikondisikan bagaimana maksudnya” Peter : “ Mereka ingin kita memasukan nama pemerintah Indonesia, di pamflet dan materi promosi lainnya sebagai sponsor utama” Rudy : “ Saya akan tegas menolak ini!!” Peter : ” Resikonya terlalu besar, sebaiknya jangan buat mereka marah” Rudy : “ Ya! Saya tidak takut !!” Poltak :”Aapalah susahnya cantumkan nama pemerintah kita di acara itu” Rudy : “Hei! Poltak kau dengar! Seminar pembangunan ini dibuat bukan untuk mereka (pemerintah Indonesia), Inspirator kita adalah penderitaan rakyat!” Poltak :”eh kau kalau berbicara mengenai penderitaan rakyat!,keluargaku termasuk didalamnya rud! Asal kau tau ya! Universitas Indonesia yang di sedang membuka fakultas teknik penerbangan dan Teman kita ini (Liem) ditawari jadi dosen disana!, Kalau beasiswanya dicabut, mampuslah dia!” Peter : “Mereka punya kuasa menekan kita” Rudy :”Kalau mereka punya kuasa, kita lawan!”

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 72

Liem : “rud, kamu bisa ngomong gitu karena paspor kamu Hijau, kamu the bukan mahasiswa ikatan dinas.Kita… paspor kita biru” Rudy :” Saya akan tetap mengirim surat

penolakan, Bung Karno sendiri yang pernah berjanji untuk mendukung seminar pembangunan, Pembangunan Indonesia! dan saya akan tagih janji itu!!”

Tabel 4.6 SkemaFraming SKRIP

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Kelengkapan Cerita : Konstruksi Dramatik : Cara Penulis Cerita menjelaskan tentang Cerita dibangun lebih dramatis ketika Rudy Mengisahkan tekad Rudy yang berani mengatakan menolak dan melawan jika Cerita menjalankan seminar pemerintah Indonesia melakukan sesuatu pembangunan tanpa dukungan yang memiliki resiko begitu besar. Bahkan pemerintah sepeser pun. Sehingga pada malam hari Rudy begitu egois tidak peduli dengan pertemuan Rudy dan rekan- ancaman bahwa paspor dan beasiswa rekan menimbulkan polemic rekannya dapat dicabut. Rudy juga sempat karena Rudy tetap menola berdebat dengan membentak dan menunjuk sementara rekan-rekannya wajah poltak karena poltak memaksa Rudy membujuk untuk untuk memasukan nama pemerintah mencantumkan nama Indonesia kedalam media promosi tersebut. pemerintah jika tidak, paspor mereka terancam dicabut. Meski begitu Rudy tetap melakukan penolakan karena menagih janji Bung Karno. Scene 1 Menit 01:25:13- 01:25:24 (Gambar 1) Menit 01:25:37 - 01:25:41 (Gambar 2) Menit 01:25:50 - 01:25:55 (Gambar 3) Menit 01:26:35 - 01:26:44 (Gambar 4)

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 73

Tabel 4.7 Skema Framing TEMATIK

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI TEMATIK Detail : Tema : Cara Penulis Rudy Habibie yang berani Mengisahkan menolak pemerintah sebagai Cerita sponsor utama karena pemerintah tidak mendukung program kerja PPI. Program Penolakan kerja yang ditawarkan pemerintah kepada Rudy tidak sejalan dengan tujuan Rudy dalam membangun Indonesia.

Koherensi : Proposisi : Menolak instruksi karena tidak dibantu pemerintah Indonesia. Rudy tetap tegas menolak instruksi dari Bentuk Kalimat : pemerintah Indonesia mengenai pencantuman Rudy : “ Saya akan dengan nama pemerintah pada media promosi meski tegas menolak ini!!” mendapatkan resiko dan ancaman dari pemerintah.

Pada adegan ini Rudy dengan lantang berani menolak surat dari pemerintah Indonesia berupa instruksi pencantuman nama pemerintah ke dalam media sponsor. Penolakan Rudy di dasari pada konflik dan permasalahan sebelumnya dimana ia tidak mendapat dukungan sepeserpun dari pemerintah Indonesia. Bahkan Rudy dan rekan-rekan mendapat ancaman jika program terus berjalan. Pada adegan ini penolakan Rudy dibuat begitu keras dan teguh meski Rudy mengetahui bahwa rekan-rekannya yang merupakan mahasiswa beasiswa terancam akan dicabut paspor dan beasiswanya apabila tidak mengikuti Instruksid dari pemerintah Indonesia. Adegan pada malam hari dengan cerita disertai penolakan Rudy menjadikan cerita lebih menarik tentang bagaimana Rudy memilih Indonesia atau memilih rekan-rekannya.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 74

Tabel 4.8 Skema Framing RETORIS STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI RETORIS Leksikon : Gambar : Cara Penulis Rudy “Hei! Poltak kau Mengisahkan dengar! Seminar Cerita pembangunan ini dibuat bukan untuk mereka (pemerintah Indonesia), Inspirator kita adalah penderitaan rakyat!”(Gambar 3)

Gambar 3 : ( Sequence 34 Scene 1 Shoot Rudy :” Saya akan tetap 15,menit 01:25:50) mengirim surat penolakan, Shoot : Medium Close Up Bung Karno sendiri yang Angle : Eye Level pernah berjanji untuk mendukung seminar pembangunan,Pembangunan Indonesia! dan saya akan tagih janji itu!!”(Gambar 4)

Gambar 4 : (Sequence 34 Scene 1 Shoot 30,menit 01:26:35) Shoot : Medium Close Up Angle : Eye Level Metafora : Cerita : Penekanan cerita dimulai ketika Rudy - beralasan tujuan pembangunan tersebut atas dasar penderitaan rakyat Indonesia, bukan dari pemerintah. Penolakan Rudy juga memberikan ancaman terhadap rekan- rekannya yang berstatus mahasiswa dinas dengan resiko paspor dan beasiswa mereka dicabut. Adegan semakin serius ketika Rudy maju dan menunjuk Poltak secara emosi dan mengatakan bahwa Seminar dibangun bukan untuk pemerintah, melainkan inspiratornya adalah penderitaan rakyat (Gambar 3). Rudy meluapkan emosinya karena Poltak memaksa untuk memasukan nama pemerintah. Rudy juga beralasan bahwa yang ia lakukan adalah menagih janji Sukarno (Gambar 4).

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 75

4.2.3 Analisis Scene Ketiga : Sequence 35 Scene 1 Shoot 1, 3, 4, 7

Analisis scene ketiga berada pada cerita ketika Rudy mendatangi Bpk. Zain selaku Duta Besar RI untuk menjawab penolakan. Pada scene ini terdapat 4 shoot dengan dialog yang akan dijabarkan. Berikut adalah gambar dari scene ketiga :

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4 (Sumber : Scene Film “Rudy Habibie”)

Pada adegan ini, Rudy memberanikan diri untuk mendatangi Kedutaan Besar Indonesia yang berada di Jerman. Kedatangan Rudy merupakan respon penolakan dari surat yang dikirim oleh pemerintah Indonesia beberapa waktu lalu. Rudy datang bersama kedua temannya yaitu Keng Kie dan Poltak. Pada adegan ini Rudy duduk berhadapan dengan Bpk. Zain memberikan alasan terhadap penolakan surat dari pemerintah Indonesia. Namun Rudy mendapat amarah dan bentakan dengan nada yang tinggi. Rudy dihujat dan dianggap remeh tidak mengetahui apapun tentang negara dan bangsa.

Pada akhirnya, Rudy melawan dengan argumentasinya bahwa tujuan Rudy sedang membela Bung Karno dan memajukan bangsa Indonesia. Dengan argument yang dikeluarkan Rudy sempat membuat Bpk. Zain terdiam hingga mendekati Rudy dan meminta maaf lalu mendukung apa yang Rudy lakukan untuk Indonesia.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 76

Tabel 4.9 Skema Framing SINTAKSIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS Skema Cerita ― Skematik: Latar Informasi: Cara Penulis Cerita dimulai ketika Menyusun sebelumnya Rudy melakukan Cerita penolakan terhadap surat dari Rudy mendatangi DUBES untuk pengajuan perwakilan Indonesia penolakan instruksi pemerintah Indonesia. mengenai pencantuman nama pemerintah pada media promosi. Lalu Rudy secara tegas melakukan penolakan Pelaku: dengan mendatangi kedutaan besar Indonesia untuk Rudy – Zain (DUBES) mengajukan penolakan Dialog: terhadap surat tersebut.

DUBES : “Kamu kira kamu siapa berani melawan Bung Karno!!” (Gambar 1) Rudy : “ Saya hanya membela kewibawaan Bung Karno dari para pejabat korup!”(Gambar 2) DUBES : “ Dengar kamu! Tau apa kamu soal kewibawaan negara!”(Gambar 3) Rudy : “ Saat ini saya sedang membela integritas negara saya! Buat apa merdeka kalau tidak punya integritas!“(Gambar 4) DUBES : “ Saya bangga dengan kamu Rudy..setidaknya saya sudah menjalani tugas saya memarahi kamu, selebihnya itu urusan pribadi saya. Teruskan seminar kamu, jangan takut, saya akan mendukung kamu. Tapi ingat, apa yang kamu tanam.., itu yang kamu tuai“ Rudy : “ Terimakasih”

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 77

Tabel 4.10 Skema Framing SKRIP

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Kelengkapan Cerita : Konstruksi Dramatik : Cara Penulis Cerita berlanjut pada Rudy Pada adegan ini, kedatangan Rudy tidak Mengisahkan Habibie yang mendapati disambut hangat oleh Zain selaku DUBES. Cerita amarah dari Zain selaku Rudy mendapat hujatan dan amarah karena DUBES Indonesia di Jerman, dianggap tidak tahu persoalan Sukarno dan hal itu disebabkan karena persoalan negara Indonesia. Amarah dari Zain Rudy dianggap berani sempat membuat Rudy terlihat tertekan melawan instruksi dari dengan kondisi tersebut, namun justru Rudy pemerintah Indonesia. melawan dengan argumentasi bahwa Rudy melakukan demi Sukarno dan Indonesia. Scene 1 Menit 01:26:57- 01:27:00 (Gambar 1) Menit 01:27:03 - 01:27:05 (Gambar 2) Menit 01:27:06 - 01:27:08 (Gambar 3) Menit 01:27:10 - 01:27:13 (Gambar 4)

Tabel 4.11 Skema Framing TEMATIK

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI TEMATIK Detail : Tema : Cara Penulis Rudy Habibie berdebat dengan Mengisahkan Zain selaku dubes perihal Keberanian Cerita program kerja Rudy yang dianggap melawan pemerintah Indonesia. Koherensi : Proposisi : Rudy bukan melawan Rudy merasa langkah yang dilakukan oleh Sukarno, justru Rudy sedang Rudy bertujuan untuk menyelamatkan menyelamatkan wibawa wibawa Sukarno dari pejabat korup. Sebab Sukarno. Rudy merasa bahwa pemerintah yang Bentuk Kalimat : menolak Industri Dirgantara adalah pejabat- pejabat korup bukan Sukarno. Karena Rudy Rudy : “Saya hanya membela yakin Sukarno mendukung seminar kewibawaan Bung Karno dari pembangunan Indonesia sesuai jani Sukarno para pejabat korup!”(Gambar dalam memajukan bangsa Indonesia. 2)

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 78

Tabel 4.12 Skema Framing RETORIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI RETORIS Leksikon : Gambar : Cara Penulis Rudy : “Saya hanya Mengisahkan membela kewibawaan Bung Cerita Karno dari para pejabat korup!”(Gambar 2)

Rudy : “ Saat ini saya sedang membela integritas negara saya! Buat apa merdeka kalau tidak punya Gambar 2 : (Sequence 35 Scene 1 Shoot integritas!“(Gambar 4) 3 menit Menit 01:27:03)

Shoot : Medium Close Up/ Angle:Eye Level

Gambar 4 : (Sequence 35 Scene 1 Shoot 7, menit 01:27:10) Shoot : Close up/Angle:Eye Level Metafora : Cerita :

- Rudy Habibie melawan dengan argumentasi bahwa perjuangan Rudy adalah bentuk membela integritas negara. Rudy juga memberikan penekanan bahwa buat apa merdeka kalau tidak memiliki integritas. Seketika Zain selaku Duta besar terdiam akan pernyataan Rudy.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 79

4.2.4 Analisis Scene Keempat : Sequence 36 Scene 1 Shoot 14, 30, 33, 34

Analisis scene keempat berada pada cerita ketika Rudy dan rekan- rekannya dikroyok oleh kelompok panca yang menentang program Rudy. Pada scene ini terdapat 4 shoot dengan dialog yang akan dijabarkan. Berikut adalah gambar dari scene keempat :

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4

(Sumber :Scene Film “Rudy Habibie”)

Pada scene ini Rudy dan rekan-rekan sedang melakukan diskusi di suatu tempat membahas persoalan seminar pembangunan tersebut. Beberapa rekan Rudy ada yang ikut diskusi namun juga ada yang berada di luar ruangan. Awal adegan kekerasan di mulai ketika Poltak didorong dan diancam oleh kelompok panca. Tembok di berbagai lokasi dipasang stiker pernyataan bahwa seminar pembangunan hanya kedok melawan pemerintah. Lalu tidak hanya Poltak yang mendapat kekerasan secara fisik, kelompok Panca memaksa masuk dan menyekap Rudy dan rekannya lalu mengeroyok mereka di ruangan yang di kunci.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 80

Tabel 4.13 Skema Framing SINTAKSIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS Skema Cerita ― Skematik: Latar Informasi: Cara Penulis Skema cerita bermula ketika Konflik fisik antara kelompok Rudy dan Menyusun Rudy dan rekan-rekan PPI kelompok Panca (Senior). Cerita sedang melaksanakan rapat dan diskusi pada suatu tempa. Lalu kemudian kelompok Pelaku: Panca dan lainnya mendatangi Rudy – Panca – Peter – Liem - Illona dan masuk secara paksa Dialog: kedalam ruangan tersebut. Terjadi perdebatan antara satu Ayu : “Apa-apaan ini!!?tembak..tembak sama lain sehingga pada aku sekarang” akhirnya Panca mengeluarkan Panca : “ Ayo semua!” senjata api dan melakukan perkelahian dengan kelompok Ilona “ Rudy..Rudy it‟s Okay”(Gambar 2) Rudy. Rudy : “Tidak mana flyernya?!“ Peter: “Rudy..Rudy..!” Liem : “kamu ini mau apa..?” Ilona :” Rudy!”(Gambar 3) Rudy:“ Illona dengar! Ini bukan masalah negaramu, ini urusan negara saya! Saya harus bagikan ini!”(Gambar 4)

Tabel 4.14 Skema Framing SKRIP

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Kelengkapan Cerita : Konstruksi Dramatik : Cara Penulis Rudy dan kelompoknya yang Panca mengatakan bahwa siapapun yang Mengisahkan sedang mengadakan diskusi ikut melaksanakan program seminar Cerita program kerja terpaksa harus pembangunan termasuk melawan mendapatkan tekanan dan pemerintah dan resiko paspor dicabut. kekerasan dari kelompok Dengan membawa surat dari pemerintah Panca. Beberapa rekan Rudy Indonesia, Panca mengeluarkan senjata api sempat histeris khususnya dan masuk memukuli Rudy. Ilona yang mengetahui Rudy Scene 1 mengalami kekerasan dari Menit 01:29:13 - 01:29:16 (Gambar 1) Panca. Ayu langsung datang Menit 01:30:12 - 01:30:19 (Gambar 2) untuk membubarkan Panca. Menit 01:30:29 - 01:30:32 (Gambar 3) Menit 01:30:33 - 01:30:41 (Gambar 4)

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 81

Tabel 4.15 Skema Framing TEMATIK

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI TEMATIK Detail : Tema : Cara Penulis Perlakuan kekerasan yang Mengisahkan dialami Rudy dan kelompok Kegigihan Cerita Rudy membuat situasi menjadi kacau. Rudy yang pada saat itu telah mengalami kekerasan fisik berusaha untuk tetap berdiri dan membagikan brosur PPI. Koherensi : Proposisi : Rudy bangkit dan berdiri Rudy yang telah diperlakukan secara keras melanjutkan tujuannya dan oleh kelompok panca tetap berusaha bangkit menghiraukan tekanan yang dan tidak memperdulikan situasi sekitar yang baru saja dialaminya. telah terjadi. Beberapa rekan Rudy melarang Bentuk Kalimat : Rudy namun Rudy tetap memaksakan diri Rudy : “Tidak mana untuk melanjutkannya. flyernya?!“(Gambar 3)

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI RETORIS Leksikon : Gambar : Cara Penulis Mengisahkan Cerita Rudy:“ Illona dengar! Ini bukan masalah negaramu, ini urusan negara saya! Saya harus bagikan ini!”(Gambar 4)

Gambar 4 : (Sequence 36 Scene 1 Shoot 33 menit 01:30:29 ) Shoot : Medium Shoot/Angle: Eye Level Metafora : Cerita : Rudy Habibie menunjuk dan menegaskan - kepada Illona bahwa apa yang ia lakukan adalah urusan negaranya sendiri.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 82

4.2.5 Analisis Scene Kelima : Sequence 42 Scene 1 Shoot 6, 11, 15, 16

Analisis scene kelima berada pada cerita ketika Rudy datang ke Stasiun untuk mengantarkan kepergian Ilona. Pada scene ini terdapat 4 shoot dengan dialog yang akan dijabarkan. Berikut adalah gambar dari scene kelima :

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4 (Sumber :Scene Film “Rudy Habibie”)

Kedatangan Ibu Rudy sebelumnya menjadi kebahagiaan bagi Rudy namun tidak dengan Ilona. Setelah Ilona diberikan pilihan oleh Ibunya. Akhirnya Ilona memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Rudy. Berhari hari kemudian Ilona berusaha menjauh dari Rudy agar dapat melupakan Rudy. Namun pada akhirnya Rudy dapat menemukan Ilona di suatu malam. Pertengkaran dan perdebatan terjadi antara Rudy dan Ilona mengenai hubungan mereka yang tidak jelas, Pada akhirnya mereka berdua sepakat untuk mengakhiri hubungan mereka dan berjalan masing-masing. Alasan Ilona ingin berpisah didasari karena ia melihat Rudy begitu mencintai dan hanya berfokus kepada Indonesia. Oleh sebab itu Ilona memutuskan untuk pergi keluar Jerman untuk pindah bekerja sehingga dapat melupakan Rudy Habibie.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 83

Tabel 4.17 Skema Framing SINTAKSIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS Skema Cerita ― Skematik: Latar Informasi: Cara Penulis Rudy dan Illona sebelumnya Rudy Habibie bertemu Illona di Stasiun Menyusun bersiteru akibat tidak setujunya Pelaku : Cerita keluarga Rudy karena masalah Rudy –Illona kewarganergaan dan agama dari Illona. Perseteruan Dialog: tersebut membuat Rudy dan Rudy : “ Itu sumpahku..aku menulisnya Illona akhirnya memutuskan dirumah sakit” (Gambar 2) untuk memilih hidup masing- IIlona : “ Aku kira kamu tidak jadi masing. Pada awalnya Rudy datang..Rudy..” dan Illona saling keberatan atas Rudy : “Aku minta maaf illona…” situasi tersebut, namun Illona Ilona : “ Tidak perlu minta maaf menyadarkan bahwa Rudy Rudy…aku sudah melihat harus bisa karena Illona sudah semuanya..,faktamya..kamu mencintai memutuskan untuk pergi Indonesia, Masalahnya kamu mencintai pindah kerja ke lain kota. Indonesia..dan solusinya…”(Gambar 3) Rudy : “ Saya mencintai Indonesia! Saya percaya Indonesia..dan darimu saya belajar banyak bagaimana melihatmu mencintaiku” (Gambar 4)

Tabel 4.18 Skema Framing SKRIP

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Kelengkapan Cerita : Konstruksi Dramatik : Cara Penulis Rudy mengirimkan surat Cerita semakin dramatis ketika setelah Rudy Mengisahkan kepada Illona, surat tersebut menyatakan permintaan maaf, justru Ilona Cerita bukanlah berisikan pernyataan menolak permintaan maaf dari Rudy. Illona mengenai hubungan Rudy dan menganggap bahwa Rudy harus bisa Illona, justru isi dari surat berkembang untuk bangsa Indonesia. tersebut adalah pernyataan Keputusan Illona sangat kuat bahwa Rudy Rudy mengenai cintanya dibutuhkan oleh Indonesia dari pada Illona kepada Ibu Pertiwi membutuhkan Rudy. Illona juga menganggap (Indonesia). Rudy juga bahwa cinta Rudy ke Indonesia dapat meminta maaf kepada Illona menggangu hubungan mereka kedepannya. karena sikap keluarga Rudy kepada Illona sebelumnya. Scene 1 Menit 02:05:18 - 02:05:23 (Gambar 1) Menit 02:05:39 - 02:05:46 (Gambar 2) Menit 02:06:36 - 02:06:49 (Gambar 3) Menit 02:06:50 - 02:07:14 (Gambar 4)

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 84

Tabel 4.19 Skema Framing TEMATIK

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI TEMATIK Detail : Tema : Cara Penulis Rudy mengirim surat kepada Mengisahkan Illona berisikan sumpahnya Perngorbanan Cerita kepada Indonesia. Lalu kemudian Rudy datang dan membuat Illona terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba setelah menerima surat. Koherensi : Proposisi : Rudy datang dan untuk Rudy sempat diragukan datang oleh Illona, menemui Illona, ketika akan karena akan ada persiapan Seminar Industri pergi justru Rudy mengatakan Dirgantara di Praha. Illona menerima surat permohonan maaf atas apa yang justru memberikan kesan bahwa Rudy yang terjadi, baik pilihannya tidak datang. Namun, tidak disangka Rudy dan juga keluarganya. sudah ada di belakang Illona. Rudy pun Bentuk Kalimat : meminta maaf kepada Illona ketika kereta Rudy : “ Itu sumpahku..aku akan berangkat. Permintaan maaf itu sebagai menulisnya dirumah sakit” bentuk bahwa Rudy memohon maaf atas (Gambar 2) situasi yang terjadi pada hubungan mereka dan atas pilihan Rudy. IIlona : “ Aku kira kamu tidak jadi datang..Rudy..” Rudy : “ “Aku minta maaf illona…”

Cerita antara Rudy dan Ilona semakin dramatis ketika Rudy muncul secara tiba-tiba dari belakang. Illona yang menunggu langsung merespon ketika tahu akan kehadiran Rudy. Ketika Ilona akan menaiki gerbong kereta, justru secara mendadak wajah Rudy berubah sedih. Ilona yang melihat wajah Rudy juga langsung menghilangkan senyumnya kepada Rudy dan mendekatinya. “Aku minta maaf illona…” terucap dari mulut Rudy. Secara struktur skrip cerita yang harusnya bisa lebih cepat selesai jika Ilona langsung berangkat, Justru semakin dibuat lebih mendalami kisah perpisahan dan percintaan mereka.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 85

Tabel 4.20 Skema Framing RETORIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI RETORIS Leksikon : Gambar : (Illona menerima surat berisi): Sumpahku..Terlentang.. Djatuh..! Perih..!Kesal..! Ibu Pertiwi..Engkau Pegangan..Dalam Perdjalanan..Djanji..Pusaka Dan Sakti

Gambar 1 : ( Sequence 42 Scene 1 Shoot Ilona : “ Tidak perlu minta 11 menit 02:05:18 ) maaf Rudy…aku sudah Shoot : Close Up/ Angle : Eye Level melihat

semuanya..,faktanya..kamu mencintai Indonesia, Masalahnya kamu mencintai Indonesia..dan solusinya…”(Gambar 3)

Rudy : “ Saya mencintai Gambar 3 : (Sequence 42 Scene 1 Shoot Indonesia! Saya percaya 15 menit 02:06:36 ) Indonesia..dan darimu saya Shoot : Close Up/ Angle : Eye Level belajar banyak bagaimana melihatmu mencintaiku” (Gambar 4)

Gambar 4: (Sequence 42 Scene 1 Shoot 16 menit 02:06:50 ) Shoot : Close Up/ Angle : Eye Level

Metafora Cerita Rudy meminta maaf atas situasi - hubungannya yang sulit dimana ia harus memilih negaranya dari pada Ilona

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 86

4.2.6 Analisis Scene Keenam : Sequence 42 Scene 2 Shoot 22, 25, 29, 37

Analisis scene keenam berada pada cerita ketika Rudy dan Ilona mengakhiri hubungan mereka karena Ilona akan berpisah meninggalkan Rudy. Pada scene ini terdapat 4 shoot dengan dialog yang akan dijabarkan. Berikut adalah gambar dari scene keenam :

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4 (Sumber :Scene Film “Rudy Habibie”)

Sedikit berbeda pada scene sebelumnya, jika pada scene sebelumnya lebih menceritakan pada persoalan hubungan mereka yang masih dibahas antara Rudy dan Ilona. Sedangkan pada scene ini justru cerita lebih berfokus pada perpisahan antara Rudy dan Ilona. Pada adegan ini puncak cerita percintaan mereka akan berakhir. Tentu menjadi sebuah kekecewaan mendalam bagi Rudy dan Ilona dimana mereka harus mengakhiri hubungan mereka karena persoalan yang memang sulit diselesaikan. Rudy juga terlihat terus meneteskan air mata sebagai tanda dan bukti bahwa ia akan merasa kehilangan Ilona. Tangisan Rudy memberikan gamabaran bahwa Rudy juga terpukul kehilangan kekasihnya Ilona meskipun tujuannya membangun seminar pembangunan industry akan terlaksana.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 87

Tabel 4.21 Skema Framing SINTAKSIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS Skema Cerita ― Skematik: Latar Informasi Cara Penulis Pada pertemuan terakhir Menyusun tersebut, Rudy Habibie dan Perpisahan antara Rudy dan Ilona Cerita Illona memiliki anggapan bahwa fakta dan masalah yang mereka hadapi adalah Rudy Pelaku: begitu mencintai Indonesia dan Indonesia adalah prioritas bagi Rudy –Illona Rudy. Dialog: Ilona : “Tidak Rudy, pada akhirnya cintaku tidak utuh untuk kamu Rudy..cintaku tidak akan pernah sebesar cintamu untuk IndonesiaJaga dirimu baik-baik”(Gambar 1) Rudy : “Jaga dirimu baik-baik juga.”(Gambar 3)

Pada adegan ini, Rudy dan Illona sedang mengalami perasaan yang begitu mendalam. Keduanya terlihat meneteskan air mata, bahkan ekspresi dan raut wajah Rudy begitu sedih, Ia berusaha menahan air mata di hadapan Ilona.

Tabel 4.22. Skema Framing SKRIP

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Kelengkapan Cerita : Konstruksi Dramatik : Cara Penulis Rudy dan Illona berdiri pada Pada adegan ini Rudy dan Illona menangis Mengisahkan depan pintu kereta api sesaat satu sama lain, Rudy menangis karena ia Cerita akan berpisah, keduanya sadar bagaimana cara Illona membicarakan mengenai memperlakukannya begitu sangat luar biasa. hubungan mereka dan situasi Illona sadar bahwa cinta Rudy ke Illona tidak mereka di akhir pertemuan sebesar cinta Rudy pada Indonesia. tersebut.

Scene 1 Menit 02:07:19 - 02:07:28 (Gambar 1) Menit 02:07:29 - 02:07:45 (Gambar 2) Menit 02:07:46 - 02:07:57 (Gambar 3) Menit 02:09:29 - 02:09:50 (Gambar 4)

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 88

Rudy dan Ilona sadar bahwa mereka akan kehilangan satu sama lain, meskipun mereka sudah sepakat untuk memilih jalan masing-masing. Mereka berdiri berhadapan di depan pintu gerbong kereta api sambil menangisi perpisahan mereka.

Tabel 4.23 Skema Framing TEMATIK

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI TEMATIK Detail : Tema : Cara Penulis Mengisahkan Illona berbicara kepada Rudy Perpisahan Cerita dan menekankan bahwa hubungan mereka harus berakhir. Koherensi : Proposisi : Illona menyatakan bahwa Perpisahan antara Rudy dan Illona lebih Rudy memiliki cinta yang mendalam ketik Illona terus menekankan terlalu besar pada Indonesia. bahwa permasalahan dan fakta yang dihadapi Bentuk Kalimat : mereka adalah Rudy hanya terlalu cinta Ilona : “Tidak Rudy, pada kepada Indonesia. akhirnya cintaku tidak utuh untuk kamu Rudy..cintaku tidak akan pernah sebesar cintamu untuk Indonesia Jaga dirimu baik- baik”(Gambar 1)

Perpisahan antara Rudy dan Ilona dapat dikatakan karena faktor Indonesia. Bagaimana Rudy berjuang dalam memajukan bangsa, Bagaimana cara pandang Rudy terhadap Indonesia. Namun tidak Rudy lakukan kepada Ilon. Scene ini berusaha menceritakan bahwa keduanya masih saling mencintai satu sama lain. Tetapi, tetap saja Illona menghubungkan masalah Indonesia kedalam hubungan mereka. Adegan ini menjadikan bahwa perpisahan yang Illona inginkan bukan hanya sekedar factor pekerjaan, namun karena ingin melupakan Rudy karena hubungan mereka yang tidak bisa dijalani.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 89

Tabel 4.24 Skema Framing RETORIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI RETORIS Leksikon : Gambar : Cara Penulis Mengisahkan Cerita Ilona : “Tidak Rudy, pada akhirnya cintaku tidak utuh untuk kamu Rudy..cintaku tidak akan pernah sebesar cintamu untuk Indonesia Jaga dirimu baik- baik”(Gambar 1) (Gambar 1) : (Sequence 42 Scene 2 Shoot 22 menit 02:07:19 ) Shoot : Medium Close Up Rudy : “Jaga dirimu baik- Angle :Eye Level baik juga.”(Gambar 3)

(Gambar 3): (Sequence 42 Scene 2 Shoot 29 menit 02:07:46 ) Shoot : Medium Shoot Angle : Eye Level Metafora : Cerita : Di akhir perbincangan mereka, Illona - menangis dan mengatakan bahwa cinta Rudy lebih besar. Perbincangan itu membuat Illona menangis dan Rudy terdiam diri, hingga Rudy tidak bisa menjawab dan mengatakan kepada Illona untuk menjaga diri dan mereka berpelukan.

Di akhir perpisahan mereka, Ilona berusaha menggambarkan bagaimana dan betapa besarnya cinta Rudy kepada Indonesia, Lalu mereka berpelukan dan berpesan menajag diri dengan baik. Setelah kepergian Ilona, scene yang berfokus kepada ekspresi dan respon Rudy setelah di tinggal begitu dibuat secara mendalam. Rudy terlihat begitu sedih dan menangis. Tangisan itu sebuah resiko karena Rudy lebih mementingkan urusan Indonesia dari pada percintaannya dengan Ilona, dan terbukti Rudy rela melepasnya.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 90

4.2.7 Analisis Scene Ketujuh : Sequence 43 Scene 1 Shoot 1

Analisis scene ketujuh berada pada cerita adegan Rudy tiba-tiba menghadiri acara seminar pembangunan di Praha, Jerman. Pada scene ini terdapat 1 shoot dengan dialog yang akan dijabarkan. Berikut adalah gambar dari scene pertama :

Gambar 1 (Sumber : Scene Film “Rudy Habibie”) Pada ending film ini ditutup dengan kedatangan Rudy ke Praha tempat berlangsungnya kongres untuk seminar pembangunan. Kedatangan Rudy menjadi sebuah kejutan bagi rekan-rekannya dan sebelum memasuki Gedung, mereka berfoto Bersama dan di ambil oleh Panca.

Tabel 4.25 Skema Framing SINTAKSIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS Skema Cerita ― Skematik: Judul: Cara Penulis Pada akhir adegan Rudy dan Rudy Habibie Menyusun rekan-rekan beserta anggota Latar Informasi: Cerita PPI lainnya berada di Praha untuk mendatangi kongres Epilog Rudy Habibie seminar pembangunan industri Pelaku: dirgantara. Rudy Dialog: Rudy : (Epilog) “Perjalanan ini masih panjang!..saya tidak akan pernah menyerah!..saya mencintai Indonesia..saya percaya Indonesia..! dan saya akan kembali untuk terus berjuang untuk Ibu Pertiwi”(Gambar 1)

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 91

Rudy akhirnya dapat datang ke praha setelah menyelesaikan dan memastikan hubungannya dengan Ilona. Kedatangan Rudy ke Praha sangat penting karena Rudy akan mengisi jabatan untuk mulai membangun Seminar Pembangunan Industri Dirgantara. Rekan-rekan Rudy hampir seluruhnya dating dan menunggu Rudy. Rudy digambarkan dengan wajah yang ceria dan bersemangat menggunakan pakaian batik. Tentu menjadi sebuah motivasi yang besar dimana kedepannya Rudy akan focus mengurus tanggung jawabnya.

Tabel 4.26 Skema Framing SKRIP

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Kelengkapan Cerita : Konstruksi Dramatik : Cara Penulis Rudy datang terlambat di - Mengisahkan acara tersebut. Lalu Cerita melaksanakan foto bersama dengan para rekan dan anggota PPI. Scene 1 Menit 02:10:10- 02:11:12(Gambar 1)

Tabel 4.27 Skema Framing TEMATIK

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI TEMATIK Detail : Tema : Cara Penulis Epilog Rudy diletakkan pada Mengisahkan akhir dari scene foto bersama Perjuangan Cerita tersebut. Pada scene ini epilog oleh Rudy menyatakan perjuangannya belum berakhir. Koherensi : Proposisi : Perjuangan Rudy belum Rudy telah melakukan perjuangan yang luar selesai dan ia akan kembali biasa sepanjang film, hingga pada akhirnya lagi berjuang. Rudy sukses menyelenggarakan kongres Bentuk Kalimat : Seminar pembangunan di Praha. Kehadiran Rudy : dan saya akan Rudy menegaskan bahwa ia hadir kedalam kembali untuk terus kongres. Penekanan cerita lebih mendalam berjuang untuk Ibu bahwa perjuangan Rudy akan kembali karena Pertiwi” (Gambar 1). Rudy telah lepas dari sosok Ilona.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 92

Rudy Habibie pada film ini digambarkan telah melakukan perjuangan yang luar biasa. Dimulai keberaniannya pergi ke Jerman dan meninggalkan Indonesia. Perjuangan dan keberanian Rudy sudah mulai diuji ketika pertentangan rekan-rekannya, senior hingga pemerintah. Tabel 4.28 Skema Framing RETORIS

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI RETORIS Leksikon : Gambar : Cara Penulis Rudy : (Epilog) Mengisahkan “Perjalanan ini masih Cerita panjang!..saya tidak akan pernah menyerah !..saya mencintai Indonesia… saya percaya Indonesia..! dan saya akan kembali untuk terus berjuang untuk Ibu Pertiwi” (Gambar 1)

(Gambar 1) : (Sequence 42, Scene 2, Shoot

22, menit 02:07:19 ) Shoot : Long Shoot Angle : Low Angle Metafora : Cerita : Pada scene ini diceritakan Rudy memiliki Rudy : (Epilog) saya akan ekspresi bahagia berfoto bersama teman- kembali untuk terus berjuang temannya karena sukses menyelenggarakan untuk Ibu Pertiwi” (Gambar acara yang direncanakan. Lalu muncul epilog 1) bahwa perjuangan Rudy akan kembali.

Ekspresi bahagia Rudy terdapat didalam karena ia akan menjabat sebagai Kepala Bidang Dirgantara. Pada sequence dan scene ini dapat dikatakan sebagai happy ending karena Rudy mendapatkan tujuan awalnya yaitu terlaksananya Seminar Pembangunan Industri Dirgantara. Meskipun akhir kisahnya dengan Ilona sebagai sad ending. Penggambaran Rudy Habibie pada scene ini dapat dilihat dari Epilog yang muncul pada scene dan shoot terakhir yaitu pada Sequence 42, Scene 2 dan Shoot 22 menit 02:07:19. Epilog muncul berbarengan dengan shoot terakhir dimana Rudy dan rekannya melakukan sesi foto Bersama. Tentu dari Epilog tersebut Rudy digambarkan telah berjuang demi “Ibu Pertiwi” dan akan kembali berjuang.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 93

4.3 Pembahasan Pada awal film Rudy Habibie, pembentukan karakter Rudy sudah dimulai dari adegan masa kecil Rudy yang berliku. Kegigihan dan perjuangan menjadi watak Rudy saat itu. Penulis skenario sudah mulai perlahan memainkan karakter Rudy kecil yang menonjol dari pada karakter anak pada umumnya. Pada adegan awal dimulai, tone dengan saturation yang rendah dipakai pada adegan ini sedikit memberikan kesan “masa lalu” kelam bagi Rudy. Beberapa visual effect dipakai untuk mendukung latar masa kecil Rudy. Penggunaan efek computer generated image (CGI) seperti pesawat tempur dan ledakan dari bom mulai memasuki di beberapa adegan pembuka. Tentu sebagai awal cerita, penulis skenario ingin memberikan kesan bahwa Rudy kecil mengalami kondisi tinggal di Indonesia yang sedang dijajah. Adegan perjalanan dan perjuangan Rudy dimulai pada scene ketika ia menginjakan Jerman, tepatnya di Achen. Pada saat itu Rudy bertemu dengan Pastor Gilbert yang akan membantu Rudy di Jerman. Properti dan set yang dirancang dalam adegan begitu menarik dan cukup untuk membuat penonton membayangkan Jerman pada masa lalu. Adanya bangunan-bangunan tua dan pakaian yang Rudy gunakan memberikan kesan masa lalu yang begitu kuat. Pengemasan adegan ini merupakan stimulus atau rangsangan dasar untuk memberikan gambaran kepada penonton bagaimana kisah ini akan dimulai. Sutradara memberikan kesan bahwa Rudy mulai memiliki obsesi yang tinggi terhadap Indonesia ketika Rudy mulai tertarik pada organisasi Persatuan Pelajar Indonesi (PPI). Organisasi tersebut menghimpun seluruh mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Jerman. Penulis skenario membuat Rudy awalnya tidak tertarik, karena tujuan Rudy kuliah sampai ke Jerman adalah untuk menempuh pendidikan dan tidak ada tujuan lain. 4.3.1 Scene Pertama : Kita semua adalah anak-anak masa depan Indonesia Berdasarkan tabel framing sintaksis, alur cerita dramatis dibuat sutradara pada pertengahan film. Rudy memberikan rancangan masa depan Indonesia yang telah dikonsep setelah menjabat ketua PPI. Penolakan dan pertentangan kepada Rudy datang terus menerus, Ayu dan beberapa rekan Rudy meragukan rancangan Rudy hingga tidak terelakan perdebatan antara Ayu dan Rudy. Pada tabel framing

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 94

retoris penekanan ada pada dialog ketika Rudy mengatakan bahwa “Kita semua adalah anak-anak masa depan Indonesia” , Shoot yang diambil yaitu tipe medium close up dengan bertujuan memfokuskan penonton terhadap frame Rudy dengan dialog tersebut. Penekanan dialog ini cukup membuat Rudy terlihat begitu memiliki rasa nasionalisme dan integritas yang besar. Meski terpojok karena rancangannya, Rudy tetap berusaha merangkul rekan-rekannya dalam membangun Indonesia. Unsur dramatis ditekankan oleh penulis skenario ketika membuat naskah dalam cerita dimana dengan tegas Rudy mengatakan kepada Ayu bahwa Rudy akan menjadi jaminan berlangsungnya seminar industri dirgantara dan mengancam akan menghentikan pendidikan S2-nya jika seminar tersebut tidak terwujud. Secara konstruksi cerita yang dramatis dan pemilihan kat antara Rudy dan rekan-rekannya sangat memberikan gambaran yang jelas terhadap karakter Rudy bahwa Rudy berani mempertaruhkan pendidikannya untuk suatu hal yang belum tentu pasti. Strategi dari sutradara meletakkan skenario ini dapat dikatakan sangat cerdik, karena penempatan adegan ini yang berada pada pertengahan film yaitu sekitar menit 02:14:00 dengan konflik pertama Rudy dengan orang terdekatnya. Dimana karakter Rudy dibentuk pada 1 jam sebelumnya melalui cerita Rudy di masa kecil hingga awal kedatangannya di Jerman. Pada scene ini sutradara mampu menarik simpati dan kekaguman pada Rudy bahwa ia merupakan sosok yang berani mempertaruhkan pendidikannya untuk Indonesia. Perlu diketahui sebelumnya bahwa Rudy merupakan mahasiswa asal Indonesia yang tidak mendapat beasiswa, dengan kata lain Rudy dibiayai oleh Ibunya meskipun pada saat itu kondisi ekonomi keluarga Rudy sedang tidak stabil. secara alur cerita, tentu sedikit kontradiksi dengan latar tersebut dimana Rudy terkesan “mempermainkan” atau “mempertaruhkan” pendidikannya demi seminar pembangunan. Keyakinan Rudy tersebut pada intinya memberikan cerita bahwa Rudy akan berjuang habis-habisan demi mempertahankan apa yang ia jaminkan kepada rekan-rekannya. Unsur nasionalisme Rudy Habibie pada film ini mulai dibangun pada adegan ini, dengan berdasarkan struktur retoris dialog Rudy bahwa “Kita semua adalah anak-anak masa depan Indonesia” yang di shoot dengan memfokuskan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 95

frame dengan close up ke arah Rudy. Dan dialog Rudy di akhir adegan yang menyatakan bahwa “Saya jaminannya! Dan saya tidak akan melanjutkan S2 saya jika program ini tidak terwujud”. Pemilihan kata dan porsi peletakan dialog disusun oleh penulis skenario dengan baik, penulis skenario berusaha memberikan gambaran dan membingkai karakter Rudy sebagai sosok mahasiswa dengan nasionalisme tinggi karena berani merangkul serta menjaminkan dirinya untuk tujuannya. 4.3.2 Scene Kedua : Inspirator Kita Adalah Penderitaan Rakyat Berdasarkan tabel framing sintaksis, penulis skenario menceritakan ketika Rudy sedang pulang dari bioskop bersama Ilona lalu bertemu dengan Poltak, Peter dan Keng Kie. Tujuan pertemuan tersebut karena rekan Rudy ingin memberikan surat dari pemerintah Indonesia. Berdasarkan alur cerita yang berjalan sebelumnya, Rudy mendapatkan tekanan dari pemerintah Indonesia dengan berbagai ancaman. Penulis skenario terus berusaha membuat karakter Rudy menjadi sosok yang konsisten dan komitmen dengan adaya adegan dimana Rudy berani menolak dan menentang isi surat tersebut. Penolakan tersebut didasari karena tidak adanya bantuan pemerintah. Unsur dramatis ditekankan ketika Rudy membentak dan mulai batuk saat menolak surat tersebut. Terlihat pada adegan ini bahwa Rudy sedang digambarkan sebagai orang yang berani menentang pemerintah Indonesia bahkan rekannya sendiri. Penulis naskah memasukan dialog dimana Rudy menyatakan bahwa inspirator Rudy dalam membangun Indonesia adalah rakyat (masyarakat Indonesia). Unsur nasionalisme Rudy terbangun pada adegan ini, dimana pemilihan kata “inspirator” dan “rakyat” merupakan landasan atau dasar Rudy dalam membangun Indonesia. Penekanan adegan ini diperkuat dengan penata kamera mengambil shot medium close up sebagai fokus terhadap Rudy pada adegan ini. Konstruksi dramatis pada adegan ini ditambah ketika penulis berhasil membingkai bahwa Rudy merupakan sosok yang mengesampingkan apapun yang menjadi rintangan bagi Rudy, bahkan mengorbankan temannya. Pilihan Rudy memilih untuk menolak sementara rekan-rekannya terancam dicabut paspor dan beasiswanya membuat Rudy sebagai sosok yang egois dalam menggapai cita-cita.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 96

Pada akhir adegan ini, penekanan struktur retoris berada pada dialog dimana Rudy berani menentang siapa saja karena ia menagih janji Bung Karno. Sutradara dan penulis meletakan dialog ini pada akhir scene untuk menutup dan melengkapi dasar dan alasan penolakan Rudy terhadap surat tersebut. Sehingga penonton mengetahui bahwa Rudy ingin membangun Indonesia bukan hanya keinginan sendiri, tetapi juga berlandaskan pemikiran dan spirit dari Bung Karno pada saa datang ke Jerman, 4.3.3 Scene Ketiga : Rudy Habibie Sedang Membela Integritas Negara Berdasarkan struktur sintaksis, alur cerita pada adegan ini dikisahkan Rudy melakukan penolakan langsung kepada bpk Zain selaku Duta Besar Indonesia yang ada di Jerman. Adegan awal dimulai ketika memasuki shoot pertama yaitu close up pada meja dan tangan bapak Zain dengan menghentak meja dan memarahi Rudy. Pengarahan adegan ini tentu sudah memberi arti bahwa Rudy mendapat perlawanan dari bpk Zain selaku Duta Besar. Penulis naskah memberikan adegan dan membentuk Rudy menjadi sosok yang berani, dengan mendatangi langsung dan berhadapan dengan Duta Besar. Adegan ini lebih menarik ketika Rudy dibentak dan dimarahi oleh Duta Besar, bukannya melawan justru Rudy memberikan argumentasinya dengan menyatakan bahwa saat ini Rudy sedang membela wibawa Bung Karno dari pejabat korup. Jika dilihat melalui tabel struktur tematik, justru cap sebagai pembangkang dan pengkhianat yang melekat pada Rudy ternyata tidak benar, karena Rudy berada pada pemerintah dalam konteks Bung Karno dan rakyat, bukan pemerintah dalam arti sempit yaitu para pejabat. interpretasi Rudy sebagai mahasiswa yang berani memperjuangkan tujuannya dalam membangun Indonesia lebih dibangun ketika penulis memberikan klimaks pada adegan ini, yaitu Rudy mengatakan bahwa “Buat apa merdeka kalau tidak punya integritas!” , sebagai penutup adegan dramatik, Dialog tersebut mampu membuat suasana pada film begitu hening dengan ekspresi wajah takut yang di shoot dengan mode close up. Arahan adegan ini disertai dengan konfliknya mampu membuat penonton dan penulis merasakan bahwa Rudy benar-benar memiliki integritas dalam membangun Indonesianya. Shoot pada adegan ini berhasil diarahkan sutradara dan penulis bahwa Rudy

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 97

digambarkan sebagai sosok mahasiswa yang memiliki Integritas yang tinggi terhadap negaranya sendiri dengan melakukan berbagai usaha demi kemajuan bangsa meskipun mendapatkan ancaman dari pemerintah yang tidak setuju. 4.3.4 Scene Keempat : Urusan Negara Indonesia Adalah Prioritas Bagi Rudy Sosok Rudy Habibie pada adegan ini awalnya masih memiliki konflik kepada senior Rudy yaitu laskar pelajar. Laskar pelajar diposisikan penulis naskah sebagai kelompok antagonis yang diketuai oleh Panca lalu menjadi penghalang Rudy dalam melaksanakan impiannya. Sebelumnya sutradara telah mengemas adegan dimana penolakan dan hambatan diberikan laskar pelajar kepada Rudy melalui ucapan (verbal), namun lebih memberikan cerita yang lebih dalam, penulis memasukan adegan dimana adanya kontak fisik berupa kekerasan dari kelompok laskar pelajar kepada kelompok Rudy. Latar dan suasana adegan yang dibangun sutradara memperlihatkan suasana yang ricuh dan berantakan. Rudy dipaksa mundur dan disekap oleh panca lalu mendapatkan beberapa pukulan dari Panca. Yang menarik pada adegan ini adalah Rudy sama sekali tidak memberikan perlawan baik secara fisik maupun verbal kepada kelompok Panca, sutradara berusaha memainkan karakter Rudy pada adegan ini sebagai remaja yang hanya berfokus pada tujuannya meskipun fisiknya mendapat kekerasan. Unsur nasionalisme Rudy mulai terbangun dalam struktur retoris dimana ketika Ilona membantu Rudy tenang dan melarang Rudy melanjutkan tugasnya, Justru Rudy menghadap Ilona dan menunjuk Ilona dengan mengatakan bahwa Rudy sedang mengurus negaranya, bukan negara Ilona. Secara struktur skrip pembingkaian yang dilakukan kepada karakter Rudy bahwa penulis dan sutradara ingin menunjukan bahwa Rudy memiliki tekad dan tidak pantang menyerah bahkan meski dihentikan oleh kelompok panca maupun orang terdekatnya. Pengambilan gambar dengan medium shoot memberikan suasana yang berantakan dan emosional, karena pada frame kamera beberapa rekan Rudy terlihat kesakitan dan ruangan berantakan karena Panca. Struktur retoris memberikan porsi dan gambaran yang lebih besar kepada nasionalisme Rudy, dimana Rudy mengatakan bahwa “Ilona dengar, ini bukan masalah negaramu, ini masalah negara saya!!”. Dialod yang diucapkan dengan nada yang tinggi dan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 98

gesture yang memberikan kesan tegas ditampilan sutradara bahwa kekasih Rudy sekalipun tidak bisa menghalangi apa yang Rudy lakukan. Secara sempit “ini urusan negara saya” memposisikan Rudy sedang ingin membantu masalah negaranya, dan memposisikan bahwa Ilona bukan bagian dari negaranya sehingga Ilona pun tidak berhak mencampuri dan terlalu mengatur apa yang Rudy lakukan. Penulis berhasil menggambarkan karakter Rudy sebagai orang yang Tangguh dan bekerja keras dalam mencapai tujuannya, baik itu dari ancaman fisik, verbal hingga orang terdekat tidak berhasil mencegah dan melemahkan niat Rudy. Meski dapat dikatakan sebagai pekerja keras, namun cap “egois” pada Rudy melekat pada adegan ini karena Rudy tidak memikirkan kondisi yang sedang terjadi. 4.3.5 Scene Kelima : Rudy Habibie Percaya Dan Mencintai Indonesia Berdasarkan struktur sintaksis pada adegan ini, penulis mengisahkan cerita dimana Rudy datang ke stasiun untuk menemani kepergian Ilona. Skema cerita pada adegan ini bermula dari akibat tidak direstuinya hubungan Rudy dan Ilona. Pada adegan ini latar dan suasana yang bangun begitu dalam dan dekat antara Rudy dan Ilona, penulis memberikan gambaran bagaimana suasana kedekatan antara Rudy dan Ilona. Penggambaran Rudy pada adegan ini digambarkan menghadapi situasi yang dilema karena dihadapkan dengan situasi dan tekanan yang rumit. Unsur nasionalisme Rudy Habibie mulai dibangun pada pertengahan adegan ini dimana Ilona mengatakan bahwa masalah dan fakta yang dihadapi Ilona dan Rudy adalah kecintaan Rudy kepada Indonesia. Penulis memperkuat rasa dan keyakinan nasionalisme Rudy ketika dialog dilanjutkan Rudy dengan menyatakan bahwa “Saya mencintai Indonesia”. Penekanan yang berulang tentang situasi Rudy mencintai Indonesia membuat adegan ini memberikan gambaran bahwa Rudy akan memilih Indonesia dari pada Ilona. Shoot yang dipakai pada adegan ini lebih banyak menggunakan tipe close up dan medium close up. Tujuan sutradara dan penata kamera adalah ingin menunjukan ekspresi dan fokus pada karakter Rudy dan Ilona. Latar stasiun yang ada pada set memiliki situasi yang tenang dan sunyi, sehingga membuat fokus suara dialog Rudy dan Ilona semakin terbangun.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 99

Struktur retoris pada adegan ini juga membangun rasa nasionalisme pada sosok Rudy, pada tabel struktur retoris terdapat dialog dimana Rudy dan Ilona menyadari situasi hubungan mereka dan kecintaan Rudy kepada Indonesia. Pemilihan kata pada struktur retoris menguatkan bahwa Rudy sangat mencintai Indonesia hingga harus meninggalkan hubugannya dengan Ilona. Penggambaran nasionalisme Rudy pada adegan ini masih bersifat verbal tanpa adanya tindakan dari respon dialog yang mereka ucapkan. Rasa cinta yang begitu besar pada Indonesia di adegan ini terlihat sudah mulai melekat pada Rudy, baik Ilona dan Rudy menyatakan bahwa yang mereka hadapi adalah karena cinta Rudy kepada Indonesia. Hal itu didasari pada dialog Ilona “aku sudah melihat semuanya.. faktanya kamu mencintai Indonesia, masalahnya kamu mencintai Indonesia dan solusinya…”, Penulis ingin menunjukan bahwa pada akhir cerita mereka, Illona kekasih Rudy mulai mengetahui betapa cintanya Rudy kepada Indonesia. Penekanan pada struktur retoris melalui dialog ditekankan lagi ketika Rudy menyambung kalimat Ilona “dan solusinya..saya mencintai Indonesia..saya percaya Indonesia” . Penulis berhasil memberikan konsentrasi pada momen ini dimana Rudy juga membenarkan dan memberikan penekanan lebih bahwa Rudy memiliki cinta yang besar kepada Indonesia, Penataan kamera dengan shoot close up dan angle eye level dibuat sedemikian rupa ingin memfokuskan penonton dan cerita yang dramatis. 4.3.6 Scene Keenam : Cinta Rudy Habibie Kepada Ilona, Tidak Sebesar Cinta Rudy Kepada Indonesia Berdasarkan struktur sintaksis pada skema adegan ini, alur cerita berupa lanjutan pada adegan yang sama dengan adegan sebelumnya namun dengan topik perpisahan. Penggunaan dialog sebagai pesan verbal lebih sedikit dibanding adegan-adegan sebelumnya karena adegan ini lebih mengedepankan ekspresi non verbal berupa gesture dari ekspresi kesedihan dan kehilangan. Adegan awal ini diambil dengan tipe medium close up. Unsur nasionalisme Rudy Habibie mulai dibangun kembali pada adegan ini dimulai ketika akan perpisahan Ilona mengatakan bahwa “pada akhirnya cintaku tidak utuh untuk kamu Rudy..cintaku tidak akan pernah sebesar cintamu

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 100

untuk Indonesia…Jaga dirimu baik-baik”, Secara struktur skrip ucapan Ilona menandai berakhirnya pembahasan hubugan mereka karena mereka akan berpisah jauh. Kepergian Ilona sebagai salah satu cara agar Ilona tidak melihat Rudy lagi dan mereka dapat fokys hidup masing-masing. Secara retoris, pemilihan diksi pada dialog tersebut memberikan penekanan dan gambaran bahwa cinta Rudy lebih besar kepada Indonesia dari pada cinta Rudy kepada Ilona dan takkan pernah sebesar Indonesia. Artinya adalah perpisahan yang akan mereka lakukan adalah mengorbankan cinta yang Rudy dan Ilona miliki, Rudy menerima kenyataan bahwa hubungannya kepada Ilona harus berakhir karena Rudy harus memilih Indonesia sesuai dengan tujuan dan cita-citanya membangun industri dirgantara. Penulis memberikan ending kisah Rudy dengan kategori sad ending, meski begitu kisah cinta mereka sebuah bukti bahwa Rudy lebih merelakan kehilangan Ilona dari pada mengabaikan tujuannya yaitu Indonesia. Kepergian Ilona memberikan kesedihan yang mendalam terhadap Rudy, begitu cintanya Rudy kepada Ilona, namun lebih besar lagi cinta Rudy kepada Indonesia. 4.3.7 Scene Ketujuh : Rudy Habibie Tidak Akan Menyerah Berjuang Untuk Ibu Pertiwi Skema cerita pada adegan ini ketika Rudy secara tiba-tiba datang ke Praha tempat seminar berlangsung. Seminar ini merupakan kesuksesan Rudy Habibie yang tercapai sesuai keinginannya selama ini. Penulis skenario dan sutradara memasukan Rudy pada adegan ini sebagai penutup dan memberikan happy ending kepada akhir film Rudy Habibie. Shoot pada adegan ini menggunakan tipe long shoot yang mana adegan ini memasukan semua pada rekan Rudy sebagai penutup dari tujuan dan impian yang terlaksana. Secara skrip, penulis dan sutradara berhasil membalikan emosi penonton usai perpisahan yang dialami oleh Rudy dan Ilona. Suasana pada adegan ini kembali ceria karena kedatangan Rudy yang tiba-tiba dengan ekspresi yang bahagia seakan memberikan tanda bahwa Rudy telah bisa melewati dan mengikhkaskan hubungannya dengan Ilona. Nasionalisme Rudy Habibie dibentuk melalui epilog pada shoot terakhir di adegan ini, dengan visual yang menunjukan foto mereka bersama. Disertai dengan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 101

epilog “Perjalanan ini masih panjang!..saya tidak akan pernah menyerah!..saya mencintai Indonesia..saya percaya Indonesia..! dan saya akan kembali untuk terus berjuang untuk Ibu Pertiwi” yang diisi oleh Rudy Habibie. Pemberian epilog pada akhir adegan ini seakan memberikan kesan bahwa perjuangan Rudy kepada Indonesia akan berlanjut. Jika dilihat dari struktur retoris, pemilihan diksi yang digunakan pada epilog memberikan penekanan bahwa Rudy sebelumnya telah berjuang dan akan tetap melanjutkan perjuangan membela Ibu Pertiwi.

Framing lebih menggambarkan karakter Rudy Habibie yang nasionalis dalam konteks sebagai warga negara dengan disiplin, kerja keras dan berintegritas yang tinggi sesuai dengan sikap nasionalisme. Lebih sempit nasionalisme yang digambarkan kepada Rudy adalah sebagai sosok yang mengorbankan banyak hal baik dari usaha, keluarga, sahabat hingga kekasihnya Ilona dan juga Rudy selalu memprioritaskan urusan negara disbanding urusan yang lain. Secara keseluruhan, alur permasalahan menggunakan latar dan kisah yang kompleks begitu luar biasa. Bagaimana tahapan-tahapan Rudy dihadapkan dengan satu persatu masalah yang datang dan memuncak demi membangu Indonesia. Sutradara dan penulis menanamkan rasa perjuangan nasioanlisme dan pengorbanan pada film ini. Bagaimana Rudy berjuang melawan rasa takut dari berbagai ancaman senior bahkan negara. Perjuangan Rudy diceritakan selalu memunculkan konflik dengan siapapun, artinya adalah hal yang ingin dicapai Rudy merupakan sesuatu yang sangat besar dan mustahil meski pada akhirnya terwujud. Penulis skenario berusaha menceritakan mental Rudy yang luar biasa. Kisah pengorbanan besar menjadi empati penonton terhadap Rudy karena sebagai mahasiswa Rudy berani mempertaruhkan dan menjadikan jaminan pendidikannya apabila seminar tidak berjalan. Hingga yang menguras air mata adalah pengorbanan Rudy melepas Ilona karena Rudy lebih mengutamakan baktinya kepada Indonesia. Dari kedua kisah pengorbanan tersebut secara mendasar membentuk bahwa Rudy Habibie adalah remaja yang memiliki cita-cita dan cinta yang besar kepada negaranya Indonesia.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 102

Perwatakan karakter Rudy Habibie dari awal dibentuk sebagai remaja penuh energi, pintar, semangat dan cekatan sukses digambarkan. Lalu memasuki pertengahan film, Rudy yang mendapatkan tekanan dari sahabat, keluarga, senior bahkan pemerintah justru menimbulkan watak Rudy sebagai orang yang sabar dan tidak pantang menyerah. Keberanian dan perjuangan Rudy dalam cita-cita membangun Indonesia akhirnya terjawab pada akhir dari film ini. Beberapa penonton menganggap bahwa film ini adalah sad ending bagi Rudy karena harus kehilangan kekasihnya Ilona. Namun, justru Hanung sebagai sutradara dan penulis skenario membuat film ini sebagai happy ending karena Rudy berhasil melaksanakan seminar pembangunan industry dirgantara sesuai cita-cita perjuangannya selama ini. Interpretasi Rudy Habibie dalam memerankan tokoh B.J Habibie begitu luar biasa. Penonton berhasil dibawa ke masa perjuangan B.J Habibie ketika di Jerman. Dimulai dari karakteristik cara bicara, penampilan dan juga gesture tubuh yang diperankan Reza Rahadian berhasil memberikan gambaran bagaimana sosok B.J Habibie ketika menjadi mahasiswa. Nasionalisme Rudy Habibie pada film sejalan dengan realitas yang ada pada sosok B.J Habibie di dunia nyata. Perjuangan dan ketangguhan B.J Habibie semasa muda dalam memberikan kontribusi terhadap negara begitu besar. Ketika B.J Habibie berhasil dan suskes di Jerman, namun ia lebih memilih pulang ke Indonesia sesuai tujuannya membangun Indonesia. Ditambah adanya instruksi Presiden Soeharto yang meminta Rudy pulang membangun Indonesia. Kesetiaan Rudy Habibie pada Indonesia diceritakan begitu kuat, termasuk adegan penawaran kewarganegaraan. Adegan tersebut memberikan gambaran sebuah kenyataan bahwa meski di mata Jerman B.J Habibie adalah sosok yang berpengaruh dan memberikan segala penawaran kepada B.J Habibie, tetapi tetap saja B.J Habibie berkewarganegaraan Indonesia. Dimata dunia dan Jerman, B.J Habibie merupakan orang yang berpengaruh. Seperti yang diceritakan dalam film, semasa muda Habibie terus memberikan sumbangsih dan kontribusinya pada Jerman dan Indonesia pada bidang teknologi. Nasionalisme B.J Habibie pada film juga sejalan dengan dengan kondisi cerita B.J Habibie sebenarnya. Jika pada film B.J Habibie muda memiliki cinta

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 103

dan nasionalisme yang besar, namun dicap sebagai sosok pembangkang pemerintah karena tidak mengikuti instruksi pemerintah padaa saat itu, walaupun yang Habibie lakukan adalah benar. Sementara kisah B.J Habibie di dunia nyata, meskipun telah pulang membangun Indonesia menjadi Menteri dan Presiden, Nasionalisme B.J Habibie diragukan banyak pihak, baik itu masyarakat bahkan para pengamat. Hal itu didasari karena kebijakan-kebijakan kontra yang dilakukan B.J Habibie ketika menjadi Presiden menggantikan Soeharto. Salah satu yang menjadi isu terbesar adalah pelepasan Timor-Timur pada masa B.J Habibie yang mana B.J Habibie dianggap tidak mampu menjaga kedaulatan NKRI pada saat itu. Penolakan dan kritikan yang ada pada adegan film juga menjadi gambaran realitas ketika B.J Habibie dilantik menggantikan Soeharto. Sebagian kalangan menyatakan tidak konstitusional dan ada yang menyatakan konstitusional karena prosesnya, bahkan lebih miris ketika laporan pertanggung jawaban (LPJ) B.J Habibie ditolak oleh Amien Rais sebagai ketua MPR. Konflik dan permasalahan yang ada pada film Rudy Habibie memberikan sedikit gambaran pada realitas sosok B.J Habibie sebenarnya, dimana B.J Habibie selalu mendapatkan kritikan dan keraguan atas jiwa nasionalismenya. Dimata Jerman sosok Rudy pada film dan juga B.J Habibie yang sebenarnya mendapatkan gambaran sama. Rudy pada film dan B.J Habibie mendapatkan apresiasi yang besar karena jasa-jasanya bagi bidang akademik dan penelitian. Penawaran kewarganergaan hingga fasilitas kesehatan yang ditawarkan special kepada B.J Habibie. Hingga pada akhirnya B.J Habibie sering berkunjung ke Jerman untuk pengobatan (alm) Ainun dan pengobatan B.J Habibie. Di Jerman, B.J Habibie mendapatkan fasilitas dan perlakuan special dari pemerintah. Berbeda dimata Indonesia, B.J Habibie dianggap sebagai teknokrat cerdas namun tidak memiliki kapasitas sebagai pemimpin negara. Sutradara yang mengarahkan kisah Rudy dapat menggali sisi cerita Rudy menjadi karakter yang luar biasa menarik. Tidak hanya tokoh, cerita dan alur dapat berpengaruh karena cara pandang sutradara meskipun berdasarkan naskah yang sudah ada. Hanung bramantyo melakukan perwatakan Rudy yang

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 104

lemah pada fisik namun luar biasa pada kepintaran dan mental. Meski begitu Hanung sebagai sutradara mampu menginterpretasikan sosok Rudy yang pintar sesuai realitas B.J Habibie sebenarnya. Cara pandang sutradara melihat cerita mampu mempengaruhi secara keseluruhan. Hanung yang dikenal sebagai “Sutradara nekad” pada film ini tidak terlalu menuai banyak kontroversi. Hal itu karena film yang digarap dan ditulis Hanung bisa dikatakan dikontrol dan diikuti proses pembuatannya oleh B.J Habibie selaku tokoh yang difilmkan. Itu berarti Hanung pada film ini bermain aman dan tidak bisa terlalu bebas atau istilahnya “liar”. Sebut saja beberapa film Hanung yang menuai kontroversial adalah Sukarno, Gending Swijaya, Kartini, Cinta tapi beda, Sang Pencerah, Wanita Berkalung Sorban, Benyamin Biang Kerok dan yang terbaru menuai kritik adalah film Bumi Manusia. Hampir keseluruhan film kontroversial Hanung dikarenakan pemilihan actor atau aktris yang tidak pantas dan tidak sesuai. Misalnya pada film Sukarno yang mendapat gugatan dari anak Sukarno yaitu Rachmawati karena Ario Bayu (pemeran Sukarno) bukan sosok yang nasionalis sebab Ario lahir di Selandia baru. Sering menetap di luar negeri dan tidak terlalu paham mengenai nasionalisme kebangsaan. Hanung Bramantyo dikenal dengan filmnya yang selalu mendapat perhatian besar dari masyarakat. Apakah film itu bermasalah atau tidak. Film terakhir Hanung yang gagal adalah Benyamin Biang Kerok. Kegagalan tersebut karena masyarakat Betawi merasa film tersebut tidak mencerminkan benyamin dan Reza Rahadian tidak pantas memerankan Benyamin. Ciri khas film Hanung adalah kontroversial dan nekad. Bagaimana ia memilih actor/aktris dan bagaimana Hanung memasukan adegan-adegan yang tidak sesuai. Ciri khas lain dari film Hanung adalah film yang diangkat oleh Hanung hamper keseluruhan bertemakan biografi. Film garapan Hanung sering mengangkat kisah para tokoh seperti Sang Pencerah, Habibie dan Ainun, Kartini, Sukarno dan lainnya. Hanung dan Reza Rahadian selaku pemeran Rudy Habibie telah memiliki chemistry yang kuat. Reza dan Hanung sering terlibat bersama membuat film. Beberapa diantaranya film The Gift, Talak 3, Benyamin Biang Kerok, Tanda Tanya, Kartini, Perempuan Berkalung Sorban serta film Surga Yang Tak Dirindukan 2.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 105

Film sebagai wujud dari komunikasi massa dituntut untuk mampu mengangkat sebuah cerita dan mengkonstruksi sebuah kisah maupun fenomena. Film Rudy Habibie yang menceritakan kisah muda B.J Habibie muda mampu memberikan hiburan dan pengetahuan tentang sosok inspirasi bagi yang melihat bagaimana perjuangan B.J Habibie semasa muda. Film ini juga bisa menjadi komperasi antara karakter Rudy Habibie dalam film dengan sosok B.J Habibie sebenarnya. Penilaian yang akan ada ialah kesesuaian dan keberhasilan Reza membawakan karakter Rudy Habibie. Film biografi ini diharapkan mampu menjadi sebuah kisah yang memotivasi anak muda dalam berjuang memperjuangkan cita-citanya.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggambaran Nasionalisme B.J Habibie dalam film Rudy Habibie. Oleh karena itu, dari serangkaian dan tahapan proses yang penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut, yaitu: 1. Rudy Habibie digambarkan begitu memiliki rasa cinta yang besar terhadap Indonesia dengan mengorbankan banyak hal, persahabatan, keluarga dan percintaanya. Di dalam film terdapat banyak adegan dimana Rudy tertekan dan terancam dalam sebuah pilihan untuk meneruskan dan memperjuangkan mimpinya. Adegan terror berupa psikis hingga konflik batin justru menggambarkan betapa teguhnya perjuangan Rudy untuk membangun Indonesia.Melalui struktur skrip dan dramatik Rudy sukses digambarkan sebagai anak Indonesia yang berjuang di negara Jerman untuk membuat bangga dan mengharumkan nama Indonesia. Kecintaan Rudy Habibie digambarkan di dalam film berdasarkan bagaimana cara pandang Rudy terhadap pembangunan Indonesia yang sedang berkonflik, 2. Negara adalah prioritas bagi Rudy. Bahkan Rudy berani menentang siapa saja yang berani menghentikan visi misinya dalam melaksanakan seminar pembangunan. Bahkan tuduhan sebagai pengkhianat dan melawan pemerintah diabaikan Rudy demi fokus pada tujuan bahwa Rudy sedang membela integritas negara. Rudy Habibie rela mengorbankan apa yang ia miliki dan apa yang ada di sekitar Rudy. Termasuk resiko teman-temannya terancam beasiswa dicabut hingga mempertaruhkan pendidikannya sebagai jaminan agar mimpinya membangun Indonesia terwujud. Hingga pada akhirnya Rudy juga mengorbankan hubungannya dengan Ilona.

106 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 107

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah diperoleh peneliti selama melakukan penelitian, ada beberapa saran yang dianggap perlu, yaitu: 1. Bidang Akademis Untuk penelitian berikutnya khususnya pada analisis film, diharapkan dapat lebih mencoba untuk memperhatikan setiap struktur alur dan diambil manfaat dari film tersebut. Juga memperhatikan faktor eksternal film agar memperkaya data penelitian. 2. Bidang Praktis Diharapkan kepada para pelaku industri perfilman di Indonesia agar terus berani mengangkat film lokal dengan genre biografi agar mampu memberikan manfaat dan nilai-nilai inspirasi dan motivasi dari para tokoh-tokoh Indonesia yang hebat. 3. Bidang Teoritis Diharapkan agar metode Analisys Framing banyak digunakan dalam melakukan analisis pada film. Meski terdapat metode Analisis Isi dan juga Semiotika, namun diharapkan kehadiran metode Analisys Framing pada film dapat memperkaya dan memberi wawasan bahwa Analisys Framing dapat dipakai untuk analisis film.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 108

DAFTAR REFERENSI

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, L. K.(2007). Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa. Rekatama Media.

Arif Rohman. (2009). Politik Idiologi Pendidikan. : Laksbang Mediatama.

Biran, Yusa Misbach. (2006). Teknik Menulis Skenario Film Cerita. : PT. Dunia Pustaka Jaya.

Budiman, Arief. (2006). Kebebasan, Negara, Pembangunan. Jakarta: Pustaka Alvabet.

Cangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.

Devito, Joseph. (1997). Komunikasi Antarmanusia. Professional Books: Jakarta.

Eriyanto. (2009). Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang.

______. (2002). Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik. Yogyakarta : LKis.

Fachrul, Zikri Nurhadi. (2015). Teori-Teori Komunikasi. Surabaya : Ghalia Indonesia. Ilahi, Muhammad Takdir (2012). Nasionalisme dalam Bingkai Pluralitas Bangsa: Paradigma Pembangunan dan bangsa, Surabaya : Ghalia Indonesia.

Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana

McQuail, Denis. (2011).Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba Humanika.

Moesa, Ali Maschan, (2007). Nasionalisme KIAI. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara .

Morissan. (2009). Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mulyana, Deddy. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

______. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 109

Nawawi. (2001). Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Neuman, W. Lawrence. (2013). Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Pendekatan Kuantitatif. Jakarta : Indeks.

Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada.

Nurudin. (2011). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Pers.

Pujileksono, Sugeng. (2015). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang : Intrans Publishing.

Pranajaya. (1992). Film dan Masyarakat : Sebuah Pengantar. Jakarta : Yayasan Pusat Perfilman H.Usmar Ismail. Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka.

Rakhmat, Jalaludin. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Said, Salim. (1992). Profil Dunia Film Indonesia. Jakarta : Grafiti Pers.

Salim, Agus. (2001). Teori dan Paradigma Penelitiansosial (Pemikiran Norman K. Denzin dan Egon Guba dan Penerapannya). Yogyakarta :Tiara WacanaYogya.

Sobur, alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

______. (2009). Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Soehartono, Irawan. (2008). Metode Penelitian Sosial : Suatu Tekhnik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sumarno, Marselli. (1996). Dasar - Dasar Apresiasi Film. Jakarta : PT. Grasindo Sunarso, dkk. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan PKN Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara. Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2006). Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 110

Tubbs, L Stewart. (2005). Human Communication : Konteks – Konteks Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Usman. (2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.

Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika Dalam Riset Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia.

Wibowo, Indiwan. (2013). Semiotika Komunikasi : Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Sumber lainnya : http://bisnis.liputan6.com/read/2425954/bj-habibie-satu-satunya-orang-asia-yang- dapat-penghargaan-ini (diakses pada tanggal 09 Maret 2018, pukul 15:00 wib) http://filmindonesia.or.id/movie/viewer/2012#.WqopnHucHIU (diakses pada tanggal 08 Maret 2018, pukul 10:00 wib) http://filmindonesia.or.id/movie/viewer/2016#.WqopunucHIU (diakses pada tanggal 08 Maret 2018, pukul 11:00 wib) http://harifilmnasional.id/artikel-15Rekor Sepuluh Film Indonesia Tembus Satu Juta Penonton .html (diakses pada tanggal 14 Maret 2018, pukul 18:00 wib) https://www.imdb.com/title/tt5874502/(diakses pada tangga 01 September 2018, pukul 18:00 wib) https://id.wikipedia.org/wiki/Rudy_Habibie (diakses pada tanggal 05 Maret 2018, pukul 17:00 wib) https://www.jawapos.com/read/2016/06/24/36095/daftar-prestasi-fenomenal- habibie-di-dunia-internasional (diakses pada tanggal 09 Maret 2018, pukul 14:00 wib) https://www.jawapos.com/entertainment/music-movie/25/06/2016/biaya- produksi-film-rudy-habibie-capai-rp-40-milyar (diakses pada tanggal 27 Agustus 2018, pukul 14:00 wib) https://kbbi.web.id/film (diakses pada tanggal 11 april 2018, pukul 13:00 wib)

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 111

BIODATA PENELITI

Nama : Arie Arma Putra

NIM : 140904082

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Program Studi : Public Relations

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat / Tgl Lahir : Medan, 19 Januari 1996

Agama : Islam

Alamat : Jln. Marelan Raya, Gg. Rasmi, No. 8, Lingkungan 11,

Tanah 600, Medan Marelan, Sumatera Utara.

Orang Tua : Rusli S.Sos M.AP (Ayah)

Esnawati Pasaribu (Ibu)

Saudara : Andhika Pradhana

Nayla Giska Putri

Pendidikan : 1. SD Dwikora Medan

2. SMP Kartika 1-2 Medan

3. SMA Kartika 1-2 Medan

4. Ilmu Komunikasi – FISIP USU

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 112

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI Jalan Pof. A. Sofian No. 1 Kampus USU Medan 20155 Telepon / Fax : (061) 8217168 Laman : www.ilmukomunikasi.usu.ac.id

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN

NAMA : Arie Arma Putra NIM : 140904082 PEMBIMBING : Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si

NO. TGL. PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF PEMBIMBING 1. 05 Januari 2018 ACC Judul

2. 28 Januari 2018 Menyerahkan Bab I

3. 5 Februari 2018 Revisi Bab I

4. 08 Maret 2018 Menyerahkan Bab I dan Bab II 5. 11 April 2018 Menyerahkan Bab I dan Revisi Bab II 6. 28 Maret 2018 Menyerahkan Bab III

7. 07 Agustus 2018 Menyerahkan Revisi Bab III 8. 18 Agustus 2018 Menyerahkan Bab I-V dan Revisi Bab II dan IV

9. 13 September 2018 Revisi Bab IV

10. 20 September 2018 Menyerahkan Bab I-V

11. 25 September 2018 ACC Seminar Hasil

Catatan : Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara