Kinerja Diplomasi Ekonomi: Evaluasi atas Perjanjian Perdagangan dan Investasi

Kinerja Diplomasi Ekonomi: Evaluasi atas Perjanjian Perdagangan dan Investasi

Kerja Sarna Penelitian Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan pada Organisasi Internasional (Pusat P2K-OI) BPPK - Kementerian Luar Negeri RI dan FISIP Universitas Pelita Harapan Tahun 2015 Kinerja Diplomasi Ekonomi: Evaluasi atas Perjanjian Perdagangan dan lnvestasi

Pengarah dan Penanggung Jawab Pit. Kepala BPPK, Salman AI Farisi

Editor Kepala Pusat P2K-OI, Fikry Cassidy

Tim Penulis: Prof. Aleksius Jemadu, Ph.D., Susy Tekunan, B.A., M.BA , Oscar Fernando, S.Sos (FISIP Universitas Pelita Harapan); Dr. Michelle Limenta, LL.M., Sianti Candra, S.H., M.H. (Center for International Trade and Investment Universitas Pelita Harapan)

Cover Image: www.media.viva.co.id

Diterbitkan oleh: Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Jalan Taman Pejambon No. 6 Pusat, 10110 Tel. (021) 3849810 ext. 7709 Fax. (021) 3861385 Email. [email protected]

Pendapat maupun pandangan yang disampaikan dalam tulisan serta presentasi yang ada di dalam kajian ini tidak mewakili pandangan maupun kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Daftar lsi

Daftar Isi ...... i Daftar Tabel ...... iii Daftar Gambar ...... iv Pengantar...... v Susunan Tim Peneliti Universitas Pelita Harapan ...... vii Daftar Singkatan ...... viii I. Pendahuluan ...... 1

1.1. Pertanyaan pcnelitian ...... 6 1.2. Tujuan penelitian ...... 6 1.3. Kerangka Konseptual dan Teori ...... 7 1.4. Metode dan Metodologi Penelitian ...... 14 1.5. Garis Bcsar Laporan Penelitian ...... l5

II. Tantangan Diplomasi Ekonomi Indonesia Abad 21 ...... 16

11.1. Tantangan Internal ...... 16

11.1.1. Infrastruktur ...... I X 11.1.2. Koordinasi dan Sinergi ...... 21 11.1.3. Korupsi dan Good Governance ...... 23

11.2. Tantangan Eksternal ...... 25

III. Isu-Isu Perdagangan Internasional dan Investasi di lndonesia ..... 36

III.1. Ketahanan Pangan (Food Securi~y) ...... 37

111.1.1. Konsep Kebijakan Ketahanan Pangan di Indonesia ...... 39 III.1.2. Pengaruh Kebijakan Ketahanan Pangan terhadap Perdagangan Internasional Indonesia ...... 43 111.1.3. Ketahanan Pangan Indonesia dari Dimensi Internasional...... 51 111.1.4. Perdagangan Internasional Untuk Mencapai Kedaulatan Pangan ...... ,...... 56

111.2. Produk Ramah Lingkungan (Environmental Goods) ...... 57

Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri 111.2.1. Perkembangan Perdagangan Internasional Mengenai Produk Ramah Lingkungan ...... 58 111.2.2. Tantangan Indonesia terhadap Perdagangan Luar Negeri Produk Ramah Lingkungan ...... 60 111.2.3. Produk Ramah Lingkungan Indonesia Bersaing di Pasar Global68

111.3. Penyelesaian Sengketa Penanam Modal Asing dengan Negara (Investor State Dispute Settlement) ...... 69

111.3 .1. Pendahuluan Mengenai Penyelesaian Sengketa an tara Investor- Negara ...... 70 111.3.2. Tantangan Indonesia terhadap Klausul Penyelesaian Sengketa Investor- Negara di Perjanjian Internasional ... 74

III.4. Merumuskan Substansi dan Kelembagaan Diplomasi Ekonomi Indonesia A bad 21: Koordinasi dan Alignment Yang Diperlukan ...... 83

IV. Simpulan dan Rckomcndasi Kcbijakan ...... 96 Daftar Pustaka ...... 106

ii Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Daftar Tabel

Tabel 3.1. Perbedaan atau Konflik Orientasi Kebijakan ...... 88 dalam Diplomasi Ekonomi 3.2. Policy Alignment dan Penataan Kelembagaan ...... 92 untuk Diplomasi Ekonomi 3.3. Empat Model Kelembagaan Diplomasi ...... 93 Perdagangan dan Implikasinya

Pusat P2K OJ - BPPK Kementerian Luar Negeri iii Daftar Gam bar

Gambar 3.1. Kasus ISDS sejak tahun 1987-2014 ...... 70

iv Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa pada akhirnya penelitian denganjudui: "Kinerja Dipiomasi Ekonomi: Evaluasi atas Perjanjian Perdagangan dan Investasi" yang merupakan basil kerjasama Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Pelita Harapan (UPH), Center for International Trade and Investment (CITI) UPH dan Pusat Peneiitian dan Pengembangan Kebijakan Organisasi Intemasionai (P2K-OI) Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Repubiik Indonesia dapat diselesaikan tepat waktu. Pada dasamya peneiitian ini terkait dengan prioritas pemerintahan Presiden dan Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi yang menekankan pentingnya dipiomasi ekonomi daiam kebijakan Iuar negeri Indonesia demi mendukung pembangunan ekonomi nasional. Sejaian dengan semakin kompleksnya tantangan yang dihadapi Indonesia daiam menyikapi berbagai isu perdagangan dan invcstasi di fora intcrnasionai ada kebutuhan mendesak untuk mcninjau kcmbali tidak hanya suhstansi diplomasi ekonomi Indonesia tetapi juga mckanismc pcnataan kclcmbagaan sc11a keterkaitan antara berbagai sektor kcbijakan pcmcrintah dcmi mcnjamin koherensi dan konsistensi kebijakan perdagangan internasional dan investasi dalam rangka mewujudkan kepentingan nasionai Indonesia. Sesuai dengan kesepakatan antara ketiga pihak maka peneiitian ini membatasi cakupan penelitian ini pada tiga isu utama yaitu ketahanan pangan (food security), produk ramah lingkungan (em•ironmental goods) dan penyeiesaian sengketa investor- negara atau lm·estor- State Dispute Settlement (ISDS) daiam kaitan dengan Bilaterallm·estment Treaties (BITs). Penelitian ini pada umumnya menggunakan data sekundcr dari studi atau penelusuran secara mendaiam berbagai dokumen baik yang diterbitkan oieh World Trade Organization (WTO) maupun organisasi intemasional Iainnya dan sumber dari Kementerian Luar Negeri dan instansi pemerintah lainnya. Selain itu Focused Group Discussion (FGD) juga diiakukan secara khusus mcmbahas secara mendalam ketiga isu di atas dengan meiibatkan perwakiian berbagai instansi pemerintah, akademisi dan organisasi non­ pemerintah. FGD ini dimaksudkan untuk melengkapi studi dokumen yang ada

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri v sehingga menghasilkan analisis yang dapat dipercaya dan bermanfaat tidak hanya bagi pembuat kebijakan diplomasi ekonomi Indonesia tetapi juga masyarakat pada umumnya yang peduli dengan kebijakan luar negeri. Jurusan Hubungan Internasional FISIP UPH ingin menyampaikan terima kasih kepada Pusat P2K-OI BPPK Kementerian Luar Negeri RI atas kepercayaan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada CITI UPH yang telah menjadi mitra kami dalam penelitian ini. Ban yak pihak telah membantu kami melalui berbagai cara seperti seminar dan FGD untuk membuat penelitian ini lebih lengkap dan lebih baik. Kami secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Duta Besar Soemadi Brotodiningrat, Duta Besar Ngurah Swajaya selaku Ketua Kelompok Kerja Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri, Ibu Sondang Anggraini dari Kementerian Perdagangan RI, Dr Makmur Keliat dari Universitas Indonesia dan Prof. Dr. Bustanul Arifin dari Universitas Lampung yang telah memberikan masukan yang sangat hcrharga untuk pcnelitian ini.

Akhimya kami berharap semoga hasil penelitian ini bennanl~tat tidak hanya bagi pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Luar Ncgcri RI dalam meningkatkan kinerja diplomasi ekonomi Indonesia tetapi juga ma~yarakat pada umumnya.

Karawaci, I 0 Desember 2015

vi Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Susunan Tim Peneliti Universitas Pelita Harapan

Ketua Peneliti :Prof. Aleksius Jemadu, Ph.D.

Wakil Ketua : Dr. Michelle Limenta, LL.M.

Peneliti : Susy Tekunan, B.A., M.BA.

Sianti Candra, S.H., M.H.

Pembantu Peneliti :Oscar Fernando, S.Sos.

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri vii Daftar Singkatan

AANZFTA : ASEAN Australia New Zealand Free Trade Agreement ACFTA : ASEAN-China Free Trade Agreement ACIA : ASEAN Comprehensive Investment Agreement AEC : ASEAN Economic Community AFTA : ASEAN Free Trade Agreement APEC : Asia-Pac(fic Economic Cooperation AS : Amerika Serikat A SEAN : Association ofSouth East Asian Nations BIT : Bilateral Jm·estment Treaty BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal BRICS : Brazil, Russia. India, China, and South A_fi-ica BULOG : Badan l'rusan Logistik BUMN : Badan Lsaha Milik Negara CDS : Credit D(:fault SH·aps CPO : Crude Palm Oil EGA : Environmcllful Goods Agreemel1l FAO :Food and Agriculture Organization FDI :Foreign Direct Investment FGD :Focused Group Discussion FTA :Free-Trade Agreement GATT : General Agreement on Tar(ffi and Trade GPCI : Green Product Council Indonesia ICSID :International Centre for Settlement ofInvestment Disputes IMF : International Monetary Fund IPM : Izin Prinsip Modal IPR : Intellectual Property Rights ISDS : Investor-State Dispute Settlement KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi

viii Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri KPMG : K.lynveld Peat Marwick Goerdeler KUR : Kredit Usaha Rakyat

LP3E : Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi LPEM-FEUI : Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia LPI : Logistics Performance Index METI : Ministry ofEconomy, Trade, and Industry MFN : Most Favored-Nation MITI : Ministry ofInternational Trade and Indusll:v NGO : Non-Governmental Organization NTT : Nusa Tenggara Timur NZ : Selandia Baru Perm en : Peraturan Menteri PLN : Perusahaan Listrik Negara RCEP :Regional Comprehensive Economic Parlncrship RPJM : Rencana Pembangungan Jangka Menengah SCM : Agreement on Subsidies and Countermiling Measures SHI : Standar Industri Hijau TPP : Trans-Pacific Partnership TRIPS : Trade Related Intellectual Proper(v Rights TTIP : Trans-Atlantic Trade and Investment Partnership UNCITRAL : United Na!ions Commission on International Trade Law UPH-CITI : Universitas Pelita Harapan- Centerfor International Trade and Investment uu : Undang-Undang

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri ix UUD 1945 : Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia WTO : World Trade Organization

x Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri I. Pendahuluan

Dalam berbagai kesempatan Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa salah satu prioritas kebijakan luar negerinya adalah meningkatkan diplomasi ekonomi Indonesia demi kepentingan nasional. Prioritas kebijakan ini selanjutnya dijabarkan oleh Menteri Luar Negeri Retno P. Marsudi yaitu dengan mewajibkan seluruh jajaran misi diplomatik Indonesia di luar negeri untuk mengimplementasikan prioritas kebijakan tersebut demi menunjang pencapaian kepentingan nasional dalam bidang ekonomi. Diplomasi ekonomi berkaitan dengan pengelolaan hubungan luar negeri dalam bidang ekonomi yang mencakup, namun tidak terbatas pada. kegiatan ekspor dan impor, pinjaman dan bantuan luar negeri, perdagangan intemasional dan investasi. Pemerintahan Presiden Joko Widodo tampaknya mulai menyadari bahwa selama ini diplomasi Indonesia- terlalu tcrpaku pada urusan politik dan keamanan, sehingga dimensi ekonomi agak tcrahaikan. Sesungguhnya dimensi ekonomilah yang secara nyata membuat diplomasi tcrkoneksi langsung dengan kepentingan rakyat. Jika diplomasi ekonomi hcrmasalah maka kepentingan ekonomi Indonesia di dunia intemasional akan dirugikan dan akibatnya rakyat Indonesia harus dikorbankan. Pada masa Orde Baru, diplomasi ckonomi Indonesia lebih banyak berkaitan dengan masalah mendapatkan bantuan luar negeri dari negara-negara donor dan lembaga keuangan dan pembangunan intemasional. Waktu dan energi pemerintah juga banyak dihabiskan untuk merundingkan pengembalian utang luar negeri termasuk penjadwalan kembali kctika negara mengalami kesulitan keuangan. 1 Pengembangan diplomasi ckonomi dalam bidang perdagangan dan investasi tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah dan tidak ada upaya yang sistematis dan jangka panjang untuk meningkatkan daya saing nasional. Strategi diplomasi ekonomi hanya bertumpu

1 Aleksius Jemadu (20 I 0). Politik Global dalam Teori dan Praktik. . Graha Ilmu. hal. 286.

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 1 pada upaya kolektif dalam kerangka Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan tidak ada inisiatif yang benar-benar berpusat pada identifikasi kepentingan nasional Indonesia melalui kajian ilmiah yang mendalam. Saat ini ketika globalisasi dan liberalisasi perdagangan internasional semakin meningkat pemerintah Indonesia mulai menyadari betapa pentingnya memiliki strategi diplomasi ekonomi yang tepat, koheren dan komprehensif demi tercapainya kepentingan nasional di tingkat global maupun regional. WTO masih sangat diperlukan sebagai regulator rezim perdagangan internasional yang diberi wewenang untuk menghasilkan keputusan yang mengikat bagi anggota ketika terjadi sengketa perdagangan. Putaran Doha yang telah dimulai sejak tahun 200 I memang berjalan lam bat tetapi sudah menghasilkan Bali Package. Dari perspektif negara-negara berkembang keinginan untuk mendapatkan porsi perdagangan global yang lebih besar dari sektor-sektor di mana mercka mcmiliki keuntungan komparatif seperti pertanian, bahan mentah dan scktor industri padat karya. belum bisa terwujud, karena negara-negara maju tidak berscdia mcmbcrikan konscsi tarif dan non­ tarifyang mereka inginkan. Bahkan. negara maju kadang mcnggunakan alasan standar produk yang intcrnasional atau Jchih tinggi untuk mcmblokir akses pasar mereka dari produk-produk ncgara bcrkcmhang, yang mengalami kesusahan dalam memenuhi standar tcrscbut. Dalam pc11cmuan WTO Tingkat Menteri di Bali Desember 2013 telah dihasilkan Bali Package yang antara lain mencakup fasilitasi perdagangan bagi negara-negara berkembang, subsidi pertanian untuk mempertahankan keamanan pangan dan konsesi lainnya untuk membantu perekonomian mereka yang tertinggal. Pada saat yang sama tampaknya Amerika Serikat (AS) mulai gerah dengan jalan buntu yang terjadi dalam Putaran Doha karena tidak sabar dengan tuntutan negara-negara berkembang untuk terciptanya level playing field dalam perdagangan internasional. Apalagi persaingan global yang semakin tajam dengan bangkitnya Tiongkok serta emerging markets lainnya yang tergabung dalam BRICS (Brazil, Rusia. India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) mendorong AS untuk mulai beralih dari kerangka perdagangan multilateral WTO ke

2 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri pengaturan tipe bilateral dan plurilateral seperti wacana pembentukan Trans­ Atlantic Trade and Investment Partnership atau TTIP antara AS dan Uni Eropa serta Trans-Pacific Partnership atau TPP2 di Asia Pasifik. Kecenderungan AS untuk mempromosikan pengaturan perdagangan internasional melalui mekanisme regional ini diperkirakan akan menjadi ancaman bagi negara berkembang, seperti Indonesia karena mengacu pada penggunaan high standards serta sifatnya yang merasuk jauh ke dalam sendi-sendi ekonomi domestik negara-negara anggota. Dengan_ demikian praktik diskriminatif terhadap perekonomian negara berkembang dengan daya saing rendah termasuk Indonesia akan memberikan keuntungan bagi negara-negara yang tergabung dalam mekanisme perjanjian perdagangan regional tersebut. Urgensi diplomasi ekonomi juga terkait dengan rencana Presiden Joko Widodo untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kemandirian dalam bidang ekonomi dengan memobilisasi perdagangan intemasional dan investasi asing di mana pemerintah telah be11ckad untuk menjalankan kcbijakan satu pintu bagi pelayanan investasi asing di Indonesia. Perhatian pada diplomasi ekonomi tidak berarti bahwa sebelumnya hal ini diabaikan olch pcmcrintah. Hanya saja semakin disadari bahwa konstruksi hubungan luar ncgcri Indonesia harus mendukung pcncapaian kcpcntingan nasional khususnya dalam bidang ekonomi dan tidak scmata-mata urusan politik dan keama~an. Diplomasi ekonomi juga menekankan pentingnya implementasi pada tingkat nasiona] untuk menjaga kepercayaan pihak asing terhadap kesungguhan pemerintah Indonesia dalam menjalankan komitmen yang sudah dibuat sebelumnya. Ada berbagai faktor yang mendorong pemerintahan Prcsiden Joko Widodo untuk memberi perhatian yang lebih besar pada promosi diplomasi ekonomi khususnya dalam perdagangan dan investasi. Pertama, dalam beberapa tahun belakangan ini Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan yang

2 Plurilateral Trade Negotiations: Supplanting or Supplementing. Dapat diakses di: http:/ /www.asil.org/insights/volume/ 17 /issue/ 17 /plurilateral-trade-negotiations­ supplanting-or-supplementing

Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri 3 pada gilirannya menyebabkan depresiasi mata uang rupiah, sehingga merembet pada naiknya inflasi. Meskipun defisit neraca perdagangan ini juga disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, namun komoditas ekspor Indonesia yang masih didominasi oleh sumber daya alam serta manufaktur yang belum berkembang secara optimal menunjukkan betapa pentingnya Indonesia membangun struktur perdagangan internasional yang lebih berorientasi pada komoditas ekspor dengan nilai tambah yang tinggi serta menjadikan Indonesia

bagian dari regional and global Sllpp~v chain. Kedua, belum pastinya pemulihan ekonomi dari krisis yang melanda Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) serta menurunnya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan India mendorong Indonesia untuk mengoptimalkan pasar non-tradisional yang juga berarti pcningkatan daya saing Indonesia. Ketiga, lima tahun setelah dimulainya implcmcntasi ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) tahun 2010, Indonesia tcrus mcngalami dctisit ncraca perdagangan dengan Tiongkok, schingga mcnimhulkan pct1anyaan apakah Indonesia memang memiliki strategi yang jclas dalam mcningkatkan pcrdagangan internasional khususnya yang bcrkaitan dcngan mcningkatnya intcgrasi regional di Asia Tenggara dan Timur.

Kccmpat. pcmbcntukan .·/S('(I/1 l:.conomic Community atau AEC pada akhir tahun 2015 di mana kav,:asan Asia Tenggara menjadi pasar tunggal dengan prinsip.fi·cc.f/Olr o.ffctctvrs ofprvduction menyadarkan pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia untuk mengantisipasi dampaknya terhadap perdagangan intemasional dan investasi di Indonesia. Dalam konteks ini pertanyaan yang akan muncul yaitu apakah AEC membawa dampak trade creation bagi Indonesia dan apakah investasi yang mengalir ke Indonesia benar-benar menguntungkan untuk perekonomian nasional? Kelima, ada upaya yang nyata dari pemerintah Indonesia saat ini untuk mewajibkan para investor asing membuka pabrik pengolahan sumber daya alam (smelter) di Indonesia agar penciptaan lapangan kerja semakin meningkat dan keuntungan dari nilai tambah produk juga tidak sepenuhnya jatuh ke pihak asing. Selain itu pemerintahjuga sedang menyederhanakan prosedur perizinan investasi melalui pelayanan satu pintu yaitu Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM

4 Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri meskipun masih terkendala di daerah di mana para investor asmg masih mengalami berbagai hambatan yang mengurangi kepastian masa depan bisnis mereka. Peningkatan diplomasi ekonomi Indonesia khususnya dalam bidang perdagangan dan investasi memerlukan koordinasi kelembagaan yang melibatkan banyak instansi di luar Kementerian Luar Negeri. Pembentukan gugus tugas diplomasi ekonomi di Kementerian Luar Negeri saat ini membuat lembaga tersebut menjadi focal point meskipun secara normatif dan praktik yang ada lembaga ini berada di bawah koordinasi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan. Keinginan yang kuat dari Kementerian Luar Negeri untuk meningkatkan diplomasi ekonomi juga terlihat dari adanya upaya untuk mengubah substansi kurikulum dalam pendidikan dan latihan bagi para diplomat pada semua tingkatan di mana mereka diberikan pembekalan tentang masalah marketing dan marketing intelligence agar dapat memasarkan produk­ produk Indonesia di luar negeri. Kenyataan ini mcnimbulkan pe11anyaan apakah alignment untuk diplomasi ekonomi hanya perlu dilakukan pada tataran operasional seperti ini atau harus dipikirkan pada tingkat yang lcbih stratcgis mcngingat kompleksnya permasalahan tantangan pcrsaingan yang dihadapi di tingkat global, regional maupun bilateral. Okh karcna itu. dipcrlukan cvaluasi dan analisis atas kerja sama perdagangan dan investasi intemasional Indonesia selama ini dengan mitra dagangnya untuk menentukan arah diplomasi ekonomi yang efektif dan komprehensifuntuk kepentingan nasional Indonesia.

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 5 1.1. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka di bawah ini terdapat tiga pertanyaan penelitian yang diajukan: I. Bagaimana meningkatkan kinerja diplomasi ekonomi Indonesia menghadapi isu-isu perdagangan intemasional abad 21 khususnya tentang isu .food security, environmental goods, dan state-investor dispute settlement? 2. Bagaimana konsistensi kebijakan Indonesia menyikapi isu-isu tersebut dalam diplomasi ekonomi sehubungan dengan keterlibatannya dalam berbagai perjanjian perdagangan dan investasi pada berbagai level? 3. Bagaimana meningkatkan diplomasi ekonomi Indonesia secara makro dengan memperhatikan policy alignment antar berbagai instansi dalam menghadapi isu-isu perdagangan dan investasi yang disebutkan di atas?

1.2. Tujuan pcnelitian

I . \1cnjdaskan isu-isu perdagangan intemasional abad 21 dalam kerangka pcrjanjian multilateral (WTO) dan peningkatan kinerja diplomasi ckonomi Indonesia menghadapi isu-isu tersebut. 2. Menjelaskan konsistensi dan koherensi diplomasi ekonomi Indonesia dalam menghadapi isu-isu perdagangan dan investasi yang disebutkan di atas. 3. Menjelaskan peningkatan diplomasi ekonomi Indonesia pada skala makro terkait isu-isu perdagangan dan investasi serta policy alignment yang diperlukan untuk pencapaian kepentingan nasional.

6 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 1.3. Kerangka Konseptual dan Teori

Salah satu definisi diplomasi ekonomi mengatakan: Economic diplomacy is the process through which countries tackle the outside world, to maximize their national gain in all the fields of activity, including trade, investment and other forms of economically beneficial exchanges, where they enjoy comparative advantage; it has bilateral, regional and multilateral dimensions, each ofwhich is important. 3 Dari definisi ini jelas terlihat bahwa unsur perdagangan internasional dan investasi menjadi perhatian utama meskipun transaksi internasional juga bisa terjadi melalui kepariwisataan yang juga menjadi prioritas dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo. Penekanan pada perdagangan internasional dan investasi mudah dipahami karena kemajuan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari kinerja negara tersebut dalam meningkatkan volume perdagangan internasional dan jumlah investasi asing yang masuk ke dalam pcrekonomiannya demi mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam mcmcnuhi kcbutuhan pcmbangunan ekonominya setiap negara harus bcrhuhungan dcngan ncgara atau pcrusahaan asing untuk menjalin kerjasama yang saling nH.:nguntungkan. Pcrdagangan internasional menurut kaum liberal terjadi karena tidak ada satupun negara yang se(l-sz!fficient dan oleh karena itu harus mcnjalin perdagangan internasional guna menentukan alokasi sumber daya ckonomi yang paling efisien demi mencari keuntungan yang tertinggi (the most profitable location of economic activities). Dengan demikian dalam pcmikiran kaum liberal ctisicnsi dalam produksi dan perdagangan intcrnasionalmcnjadi kata kunci. Seandainya dengan mengimpor suatu negara lcbih diuntungkan daripada mcmproduksi sendiri suatu komoditas, maka terjadilah perdagangan internasional yang berproscs bcrdasarkan konsep

3 Kishan S. Rana (2004 ). "Economic Diplomacy: The Expcril'ncc of Developing Countries" dalam Nicholas Bayne and Stephen Woolcock (cds.) The Nell' Economic Diplomacy: Decision-Making and Negotiation in International Economic Relations. Burlington: Ashgatc Publishing Company. hal.

7 Pusat P2K OJ- BPPK KemPnt£'rian Luar Negeri comparative advantage dan competitive advantage. 4 Atas dasar inilah kaum liberal mempromosikan perdagangan bebas (free trade) dengan mengurangi atau bahkan meniadakan tariff and non-tariff barriers antar negara. Dengan demikian maka semua participants dalam free trade akan menjadi beneficiary dari praktik perdagangan tersebut menurut tingkat daya saing masing-masing. Yang menjadi persoalan adalah dalam kenyataannya, daya saing nasional negara-negara tidak sama sehingga absolute gain dari perdagangan intemasional untuk setiap negara juga tim pang. Karena tidak adanya level playing field dalam persamgan perdagangan intemasional baik pada tingkat multilateral, regional maupun bilateral, maka setiap negara termasuk Indonesia berusaha meningkatkan kinerja diplomasi ekonominya. Dalam rangka peningkatan kinerja diplomasi ekonomi sesuai definisi yang menjadi acuan di atas, maka perlu dicermati secara konseptual faktor-faktor yang menentukan keherhasilan diplomasi

ekonomi suatu negara. Dalam buku yang berjudul The XcH· Economic Diplomacy: Decision-Making and Negotiation in flllcnwtional Economic Relations, Stephen Woolcock menyebutkan ada beherapa faktor pcnting yang harus diperhitungkan tatkala sebuah negara ingin mcningkatkan kine1ja diplomasi ekonomi baik melalui perundingan perdagangan maupun investasi.5 Faktor yang pertama adalah relative economic power. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam lembaga kerjasama perdagangan multilateral atau global seperti World Trade Organization atau WTO besaran kekuatan ekonomi negara anggota berbeda-beda mulai dari negara-negara industri maju, emerging markets (BRICS) dan negara-negara berkembang lainnya. Faktor ini menentukan bargaining power masing-masing anggota dengan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga untuk memenangkan suatu perundingan mereka perlu melakukan pembentukan kelompok berdasarkan persamaan kepentingan.

4 Lairson and Skidmore ( 1997). International Political Economy: The Struggle for Power and Wealth. Forth Worth: Harcourt Brace College Publishers. hal. 14. 5 Stephen Woolcock (20 II). '·Factors Shaping Economic Diplomacy: An Analytical Toolkit" dalam Nicholas Bayne and Stephen Woolcock (eds.) The New Economic Diplomacy: Decision-Making and Negotiation in International Economic Relations. Burlington: Ashgate Publishing Company. hal. 18-25.

8 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Untuk tujuan itulah suatu negara harus benar-benar memahami kepentingan nasionalnya yang dijadikan dasar untuk menentukan sikap atau kebijakan menghadapi negosiasi dalam forum multilateral ini. Selain itu identifikasi kepentingan nasional yang jelas dan akurat juga membantu untuk menjalin ketjasama guna membangun collective bargaining position bersama negara­ negara lainnya. Perlu dicatat kemandekan atau jalan buntu yang terjadi dalam Putaran Doha disebabkan oleh kekuatan bargaining position negara-negara maju yang tidak ingin memberikan konsesi lebih besar bagi negara-negara berkembang untuk memiliki akses lebih besar ke pasar mereka dan sulitnya meniadakan atau mengurangi subsidi pertanian di negara-negara maju tersebut. Pada level regional di Asia Tenggara mestinya berdasarkan relative economic power, Indonesia mempunyai peluang untuk meningkatkan keluaran dari diplomasi ekonominya atau sekurang-kurangnya relative gain yang diperoleh melalui perdagangan intemasional yang terwujud dalam ekspor harus melampaui negara-negara ASEAN lainnya dengan economic size yang lebih kccil. Kenyataannya Indonesia masih jauh tertinggal dalam volume pcrdagangan intcmasional dan pertumbuhannya. Faktor yang kedua yang membentuk diplomasi ekonomi adalah intemativnal institutions or regimes (lembaga dan pengaturan internasional). Mengutip definisi dari Stephan Krasner, yang dimaksud dengan international regimes adalah principles, norms, and decision-making procedures around

~rhich actor expectations converge in a given issue area. 6 Dalam perkembangan Ilmu Hubungan Internasional para ahli berusaha menjelaskan mengapa ke1jasama intemasional terjadi dalam berbagai bidang termasuk perdagangan dan investasi. Interdependensi ekonomi yang meningkat sesudah Perang Dunia II mendorong negara-negara untuk memperluas kerjasama internasional guna mencapai tujuan nasional masing-masing. Adanya persamaan kepentingan tidak cukup menjelaskan mengapa terjadi kerjasama internasional dan bagaimana kerjasama intemasional itu berlangsung dalam implementasinya.

6 Stephan Krasner (1990). International Regimes.

9 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri Menurut kaum neo-liberal dalam kondisi hubungan internasional yang anarki di mana tidak ada otoritas sentral adanya kepentingan bersama tidak cukup menjelaskan kerjasama internasional. Diperlukan jaminan intemasional agar pihak-pihak yang terlibat dalam ketjasama internasional memenuhi kewajibannya dan tidak melakukan kecurangan. Untuk mengatasi kesulitan ini, penganut neo-liberal mengatakan bahwa pihak-pihak yang melakukan kerjasama membentuk lembaga-lembaga intemasional atau international regimes seperti disebutkan di atas. Selanjutnya dikatakan bahwa international regimes ini gunanya adalah mencegah agar pihak-pihak yang melakukan kerjasama tidak melakukan kecurangan serta membuat mereka well-informed tentang kepastian implementasi kerjasama tersebut. 7 Sehubungan dengan pentingnya international regimes dalam kerangka kerjasama perdagangan dan investasi multilateral, regional dan bilateral ini maka penelitian akan mcnjaharkan apa yang disehut sebagai isu-isu perdagangan abad 21 (the :!Is! ccnuu:\· trade issues) yang erat kaitannya dcngan kepentingan nasional Indonesia dalam diplomasi ekonomi. Bagaimana Indonesia menyikapi isu-isu terschut secara konsisten di tingkat multilateral. regional dan bilateral demi mcwujudkan kepentingan nasional mcrupakan tantangan bagi diplomat a tau j uru runding Indonesia di berbagai fora intemasional. Isu-isu tersebut mencakup perdagangan jasa (trade in sen·ices), hak kekayaan intelektual (trade related intellectual property rights atau TRIPS), penyelesaian sengketa investor dan negara (investor-state dispute settlement), aturan asal-usul komoditas ekspor (rules of origin), nilai tambah

terkait rantai suplai global (global supp~r chain), fasilitasi perdagangan (trade facilitation) dan standard lingkungan hidup (environmental standards) yang diperkirakan akan membawa dampak terhadap komoditas ekspor Indonesia seperti minyak kelapa sawit. Secara tak terhindarkan dalam era persaingan dagang global dan regional Indonesia harus menghadapi isu-isu ini samhil mengoptimalkan kinerja diplomasi ekonominya. Apalagi melalui TPP AS

7 Ibid.

10 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri berusaha merangkul beberapa kompetitor Indonesia di Asia Tenggara seperti Vietnam dan Malaysia untuk masuk dalam high standard regional trade pact yang bisa berakibat trade diversion bagi Indonesia dan pada akhimya akan memperparah defisit neraca perdagangan. Faktor yang ketiga adalah kondisi pasar atau markets. Yang dimaksud di sini adalah dua hal penting yaitu globalisasi keuangan dan globalisasi produksi. Gejolak pasar uang global sangat memengaruhi kebijaksanaan fiskal dan moneter suatu negara dan demikianpun sebaliknya. Bagaimana suatu negara mengurangi dampak negatif dari gejolak yang ada di pasar uang sangat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi negara tersebut serta kredibilitasnya di mata negara-negara donor dan investor asing. Globalisasi produksi mendorong suatu negara untuk melakukan positioning dalam global supply chain agar memperoleh nilai tambah yang tinggi dari produk ekspornya. Dalam hal ini dukungan teknologi dan sum her daya man usia yang handal sangat dibutuhkan mengingat komoditas sumber daya alam saja tidak cukup untuk mengubah suatu perekonomian dari status negara berkembang menjadi negara maju. Di tingkat regional juga ncgara-negara ASEAN bersaing satu dengan yang lain untuk berpartisipasi sccara produktif dalam regional supply chain demi mendapatkan keuntungan dari pcrtumbuhan pasar suatu produk ekspor seperti otomotif. Dalam konteks ini diplomasi ekonomi tidak lagi sepenuhnya ditentukan oleh aktor negara atau pemerintah, tetapi produsen swasta yang menguasai teknologi produksi, jejaring yang luas serta pengalaman dalam globalisasi produksi. Faktor keempat yang memengaruhi diplomasi ekonomi terkait perdagangan dan investasi adalah persaingan kepentingan dalam negeri. Dalam kondisi yang ideal pemerintah harus mengakomodasi semua kepentingan kelembagaan dari birokrasi pemerintahan serta mengsinergikan kepentingan negara dan swasta. Dalam kenyataannya kondisi yang ideal ini sulit dicapai dan tidak jarang terjadi kontlik kepentingan yang pada gilirannya dapat merugikan misi diplomasi ekonomi secara keseluruhan. Apalagi kalau pemerintah tidak memiliki blueprint diplomasi ekonomi untuk mengantisipasi arus liberalisasi

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 11 perdagangan di tingkat regional maupun global. Yang sering tetjadi adalah konflik kepentingan antara Kementerian Perindustrian yang menghendaki proteksi industri dalam negeri dengan Kementerian Perdagangan yang cenderung ingin menegosiasikan penurunan atau peniadaan tariff barriers demi meningkatkan volume perdagangan. Dalam konteks inilah sangat dibutuhkan policy alignment dalam implementasi diplomasi ekonomi suatu negara sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau bahkan conflict of interests antara suatu instansi dengan instansi pemerintah lainnya. Faktor kelima yang memengaruhi substansi dan implementasi diplomasi ekonomi adalah ide-ide. Menteri Perdagangan yang pro-liberalisasi akan cenderung mempromosikan perjanjian perdagangan bebas sedangkan pejabat pcmerintah lainnya yang pro-industri dalam negeri akan cenderung bersikap hati-hati dan memilih untuk membatasi liberalisasi perdagangan dan investasi. Demikia11pun dalam proses negoswst TPP dan Regional Comprehcnsi,·e Economic Partnerhsip (RCEP) terdapat pcrbedaan paradigma yang l:ukup fundamental. TPP lebih mengutamakan pakta perdagangan yang bcrstambr tinggi dan menjangkau ke depan, sedangkan RCEP lcbih memilih untuk pl:nycsuaian yang bersifat gradual dan sangat mcmpcrtimhangkan kemampuan setiap ncgara anggota untuk bcrsaing di pasar hchas. Sclain itu RCEP tidak seagresif TPP dalam mencampuri perekonomian domestik negara anggota seperti standard perburuhan dan public procurement yang justru menjadi perhatian utama dalam TPP. Berbeda dari Stephan Woolcock, Susan Strange lebih menekankan pengaruh struktur-struktur ekonomi politik global dalam menganalisis diplomasi ekonomi suatu negara. Menurut Strange yang dimaksud dengan struktur ekonomi politik global adalah: Networks, cOI?/igurations, or webs -

complex arrangements that junction as the under~ving foundations of the international or global political economy. 8 Selanjutnya menurut David N. Salaam dan Bradford Dillmann terdapat empat struktur ekonomi politik global

8 Susan Strange (1988). States and Markets: An Introduclion to International Political Economy. New York: Basil Blackwell. hal. 24.

12 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri yang memengaruhi interaksi aktor-aktor intemasional termasuk dalam isu perdagangan dan investasi yaitu: struktur perdagangan dan produksi yang meliputi: set of relationships between and among states, lOs, international businesses, and NGOs that together influence and manage international rules and norms related to what is produced, where, by whom, how, for whom, and at what price (WT0). 9 Struktur yang kedua adalah menyangkut moneter dan finansial dalam wujud: rules and norms that determine access to global financial resources. 10 Struktur yang ketiga adalah keamanan global yang berfungsi untuk mengamankan dan menciptakan stabilitas demi terselenggaranya proses perdagangan dan investasi. 11 Akhimya, struktur keempat yang tidak kalah pentingnya adalah terkait dengan struktur pengetahuan dan teknologi dalam bentuk: rules and norms that determine access to global knowledge and technological resources (IPRs within WT0). 12 Kedudukan atau posisi Indonesia dalam keempat struktur ekonomi politik ini sangat penting akan membawa dampak yang luas terhadap pencapaian atau kinerja diplomasi ekonomi pada semua tingkatan hubungan: multilateral, regional maupun bilateral. Kerangka pemikiran yang dikcmukakan di atas bertujuan untuk mempermudah analisis atau kajian tcntang kinerja diplomasi ekonomi Indonesia dengan memperhitungkan lingkungan intemasional dan domestik yang harus dihadapinya. Analisis ini selanjutnya dapat dikaitkan dengan pengaturan kelembagaan diplomasi ekonomi Indonesia yang secara kasat mata dicirikan oleh pendekatan yang bersi fat tradisional di mana fragmentasi kelembagaan masih menjadi faktor yang dominan. Sejauh apa fragmentasi kelembagaan ini berpengaruh terhadap kinerja diplomasi ekonomi Indonesia dan bagaimana mengurangi dampak negatithya di tcngah persaingan global dan

9 David N. Balaam and Bradford Dillmann (20 II). lntrocluction to International Political Economy. London: Pearson. hal. 14. 10 Ibid. II Ibid. 12 Ibid.

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 13 regional yang makin tajam akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari penelitian ini.

1.4. Metode dan Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dalam pengertian bahwa sebagian besar data yang digunakan adalah berasal dari data sekunder yang diorganisasikan dalam kerangka teori tertentu, sehingga menghasilkan pemahaman (insights) yang bennakna. Adapun data kuantitatif seperti statistik deskriptif perdagangan dan investasi juga dipakai dalam rangka mendukung analisis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Metode studi kasus digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam dan kaya tentang berbagai isu terutama yang berkaitan dengan hubungan dagang dan investasi pada tingkat multilateral. Penggunaan studi kasus yang didasarkan pada pe1timbangan information-rich cases tcntu saja tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi, tctapi untuk mengungkapkan permasalahan­ pcmlasalahan pokok yang dihadapi Indonesia dalam kasus-kasus tersebut yang pada gilirannya menjadi pelajaran untuk mcnyikapi pcrsoalan yang sama dalam konteks yang lcbih luas. Pcmcrkayaan analisis tidak hanya dilakukan melalui triangulasi data berupa pcncocokan data sckundcr dengan hasil wawancara tetapi juga melalui metode Focused Group Discussion (FGD) dengan melibatkan para pemangku kepentingan utama dalam konteks diplomasi ekonomi Indonesia khususnya yang berkaitan dengan isu perdagangan dan investasi. Dengan demikian peneliti akan memiliki dasar yang kuat dan solid untuk pembuatan kesimpulan pada akhir penelitian yang pada gilirannya menjadi dasar untuk merumuskan rekomendasi kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah sebagai penanggungjawab utama kinerja diplomasi ekonomi Indonesia.

14 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 1.5. Garis Besar Laporan Penelitian

Di bawah ini akan dipaparkan rencana garis besar atau outline laporan penelitian dengan sub-topik yang dijabarkan dari pertanyaan­ pertanyaan penelitian di atas:

I.Pendahuluan: Rationale Penelitian Pada sub-bab ini akan diuraikan .kontekstualisasi dan justifikasi penekanan atau prioritas diplomasi ekonomi dalam pemerintahan sekarang ini sambil belajar dari masa lalu di mana diplomasi ekonomi bel urn menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Tujuannya agar kita bisa memahami secara lebih baik tantangan dan peluang yang dihadapi saat ini tcnnasuk partisipasi Indonesia dalam General Agreement on Tarr(fs and Trade (GATT), Hilateral Jm·cstment Trcaticss (BITs), Putaran Uruguay dan Putaran Doha.

II. Tantangan Diplomasi Ekonomi Indonesia Abad 21 lll.lsu-lsu Utama dalam Perdagangan Intcrnasional: I. lsu Kctahanan Pangan (Food Security) 2. Isu Perdagangan Produk Ramah Lingkungan (Envirunmenwf Goods) 3. Isu Investor-State Dispute Settlement 4. Merumuskan Substansi dan Kelembagaan Diplomasi Ekonomi Indonesia Abad 21: Alignment Yang Diperlukan IV.Simpulan dan Rekomendasi Kebijakan

Pusat P2K 01- BPPK Kernenterian Luar Negeri 15 II. Tantangan Diplomasi Ekonomi Indonesia Abad 21

Diplomasi ekonomi dimengerti sebagai instrumen kepentingan nasional dalam kepentingan pengelolaan hubungan luar negeri. Pengertian diplomasi ekonomi disini tidak hanya untuk mencapai kepentingan ekonomi atau politik suatu negara yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kepentingan bersama. Perwujudan diplomasi ckonomi beragam seperti peningkatan kerjasama perdagangan dalam bentuk ekspor impor, kerjasama yang mendorong pertukaran investasi asing, bantuan dan pinjaman luar negeri dan kerjasama perbankan. Pendekatan Indonesia terhadap beberapa target dapat berupa pendekatan politik atau ckonomi. Yang dimaksud dengan target di sini mencakup peningkatan ekspor di pasar ASEAN dan di luar ASEAN khususnya Asia Timur yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia dalam tahun-tahun terakhir. Contohnya Indonesia menghadapi ASEAN selama ini melalui pcndekatan politis scmcntara Singapura melakukan pendekatan ckonomi dalam diplomasinya di lingkup ASEAN. Mengingat pentingnya pcran ckonomi bagi ncgara berkembang, diplomasi ekonomi akan mcmha\\'a dampak yang sangat positif bagi perkembangan ekonomi Indonesia disamping mcmbcri keuntungan politik bagi negara. Pembahasan mcngenai diplomasi ekonomi dan tantangannya dapat ditelusuri melalui dua sisi yaitu tantangan internal atau eksternal.

II. 1. Tantangan Internal Menurut pemaparan Duta Besar I Gede Ngurah Swajaya hampir 90% tantangan pelaksanaan diplomasi ekonomi adalah tantangan internal. 13 Sebagian besar tantangan intemal Indonesia perlu mendapatkan perhatian dan kerjasama antar instansi dalam negeri dan tidak bisa diatasi oleh

L' Duta Besar I Gede Ngurah Swajaya selaku Ketua Kelompok Kerja Diplomasi Ekonomi Kementrian Luar Negeri Indonesia bersama Duta Besar Soemadi Brotodiningrat dan Bapak Makmur Keliat selaku akademisi Hubungan Intemasional memaparkan pandangan mereka dalam kegiatan seminar dengan tajuk: "Tantangan Diplomasi Ekonomi Indonesia A bad 21 ''yang diselenggarakan tanggal 3 Juli 2015 oleh jurusan Hubungan Internasional Universitas Pel ita Harapan di Karawaci Tangerang.

16 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Kementerian Luar N egeri dalam upaya menjalankan diplomasi ekonomi.Tantangan internal diplomasi ekonomi bisa dikategorikan dalam dua bagian yaitu yang bersifat struktural dan cyclical. Tantangan struktural adalah hal yang termasuk tantangan fundamental yang perlu ditangani dengan memperbaiki struktur yang ada sementara tantangan cyclical merupakan faktor ekstemal yang mempengaruhi iklim investasi dan perdagangan intemasional di dalam negeri. Pada umumnya isu-isu yang mempengaruhi iklim investasi dan perdagangan intemasional dikaitkan dengan ease of doing business dimana di Indonesia angka ini masih sangat jauh dari ideal. Secara keseluruhan kemudahan berbisnis di Indonesia atau ease of doing business in Indonesia meletakkan Indonesia di urutan 114 dari 189 ekonomi di dunia, dibawah Arab Saudi dan beberapa negara Afrika seperti Zambia dan Namibia. Untuk mcmulai bisnis baru Indonesia berada di urutan 155 dari 189 ekonomi yang diukur. Salah satu hal yang paling sulit dilakukan adalah menjalankanlmenegakkan kontrak, Indonesia berada di

urutan 172 dan turun satu ranking dari tahun :w 14. I-t Singapura berada di urutan pertama untuk ncgara dcngan case o/doing husiness dan pcnegakan kontrak. Beberapa tantangan internal yang mcnjadi hagian dari kesulitan para penanam modal untuk melakukan investasi dan berbisnis di Indonesia adalah kurangnya sarana infrastruktur. ketidakjelasan peraturan dan kurangnya kebijakan yang mendukung iklim investasi yang sehat, tidak adanya pelaksanaan good g01•ernance dan kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah di Indonesia untuk memperlancar pelaksanaan diplomasi ekonomi. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang memiliki misi untuk mendorong investasi asing ke Indonesia, telah berupaya untuk memperbaiki reputasi ease of doing business dengan menerapkan sistem pendaftaran badan usaha melalui jaringan internet. Sejak I Juni 2014

14 World Bank Group. Doing business in Indonesia 2015. http://www.doingbusiness.org/data·exploreeconomies/indonesia

. . 17 Pusat P2K 01 - BPPK Kementenan Luar Negen pengaJuan Izin Prinsip Modal (IPM) untuk perusahaan yang belum berbadan hukum dapat dilakukan secara online melalui situs BKPM. 15 Sistem online selain dapat membantu mengurangi proses yang berbelit-belit dan waktu yang lama untuk mengunjungi berbagai badan pemerintahan, juga dapat mengurangi kecenderungan pemungutan pajak gelap atau praktek korupsi yang kerap meningkatkan biaya pendirian badan usaha dan membuat iklim investasi yang negatif. Menurut laporan yang disusun oleh kantor akuntan publik Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) tahun 2013, perubahan yang dilakukan oleh BKPM ini adalah hal yang positif namun hanya sebagian kecil dari banyak aspek pendukung yang seharusnya memperlancar iklim investasi di Indonesia terutama dalam upaya persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara di Asia maupun dalam lingkup Asia Tenggara. 16

11.1.1. lnfrastruktur Kurangnya sarana infrastruktur adalah salah satu tantangan internal tcrhesar yang menyurutkan iklim investasi Indonesia. Dalam laporan ll"orld l:.conomic Forum, index kompetitif global Indonesia berada pada urutan 61 dari 148 negara untuk keadaan infrastruktur negara. 17 Tantangan infrastruktur yang memadai ini terlihat dari tingginya ongkos perjalanan produk yang melambungkan harga produk dalam negeri hingga kalah bersaing dengan produk luar. Di luar kota-kota besar yang mendapat dana pengembangan yang cukup baik, daerah pinggir yang justru menjadi pusat produksi pertanian dan industri tidak memiliki sarana jalan yang memadai sehingga biaya transportasi logistik untuk membawa hasil produksi ke pasar menjadi 25% dari harga produk. Dibandingkan dengan tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia yang paling efisien dan pembangunan infrastruktur

15 Badan Koordinasi Penanaman Modal. http://www.bkpm.go.id/contents/p 12/formulir­ investasi/15#.VeAc7JeGOpQ 16 Siddharta & Widjaja. 2013. Investing in Indonesia 2013. KPMG Hadibroto, KPMG Siddharta Advisory. 17 Indonesia-Investments. Infrastruktur di Indonesia. http://www.indonesia­ investments.com/id/bisnis/risiko/infrastruktur/item381

18 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri yang tertata rapi, biaya transportasi hanya 5% dari harga produk. Masalah ini membuat para petani kita mengalami hambatan yang sangat besar dalam upaya mereka memasarkan produk mereka ke kota-kota besar karena harga produk impor pertanian tertentu justru lebih murah dibandingkan dengan produk lokal. Di awal tahun ini Presiden Jokowi menekankan pentingnya membangun infrastruktur jalur darat yang dapat mengurangi biaya transportasi dalam negeri yang juga akan membantu mengurangi biaya transportasi produk local. Jalur tol Trans Sumatera dapat mengurangi waktu perjalanan hampir 3 kali lebih singkat dan harapannya pembangunan jalur kereta api juga dapat selesai dalam waktu yang sama. 18 Konsumen di Indonesia yang masih punya anggapan umum bahwa barang impor lebih baik dari segi kualitas tidak membantu kesejahteraan para petani lokal. Selain itu transportasi antar pulau atau daerah yang masih mahal mcmbuat tingginya perbedaan harga produk di daerah yang berbeda. Contohnya jeruk dari kota Ketapang di Kalimantan Barat bisa bersaing dengan jcruk impor di kota Ketapang namun sesampainya di kota Singkawang. biaya transportasi darat yang mahal meningkatkan hargajeruk sehingga sama harganya dcngan jcruk impor. Sesampainya di Jakarta, jeruk Ketapang ini akan jauh kbih mahal dibandingkan dengan jeruk impor sehingga pasar yang hisa dijangkau petani jeruk di Ketapang sangat kecil dari pasar domestik yang seharusnya. Kinetja sektor logistik sangat penting untuk menurunkan biaya transportasi barang dan dengan demikian menurunkan harga barang sekaligus meningkatkan daya saing. Efisiensi logistik Indonesia mengalami pengingkatan yang cukup berarti sejak tahun 2010. Index pencapaian logistik (Logistics Pc1:formancc Index) atau LPI, adalah angka rata-rata dari enam aspek logistik termasuk efisiensi proses agen perbatasan, kualitas perdagangan dan transportasi terkait infrastruktur, kemudahan

18 Wisnu Widiantoro. Kompas Online. Jok

Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri 19 perbandingan harga pengmman, kompetensi dan kualitas jasa logistik, kemudahan pelacakan pengiriman dan realisasi waktu pengiriman sesuai jadwal. Di tahun 20 I 0 LPI Indonesia berada di urutan 75 dari 155 negara dan meningkat banyak tahun 2012 yaitu di urutan 59 dari 155 negara. Dua tahun berikutnya yaitu di tahun 2014 peringkat Indonesia terus membaik ke peringkat 53 dari 160 negara. 19 Pencapaian ini seharusnya dapat menjadi sa1ah satu titik promosi untuk mendukung dip1omasi ekonomi Indonesia di dunia internasional. Salah satu 1aporan menarik hasil kerjasama The Asia Foundation dengan LPEM-FEUI mengenai prasarana logistik di Nusa Tenggara Timur dapat menjadi sebuah contoh kasus keadaan transportasi di daerah pelosok Indonesia. Laporan ini membuat perbandingan penggunaan beberapa sarana transportasi yang memungkinkan untuk keperluan komersia1 salah satunya dari ke Pe1abuhan Laut Tenau di . Sarana transportasi yang dianggap unggul ada1ah transportasi dengan kapal !aut dibandingkan dengan transportasi darat dengan menggunakan truk disambung dengan penyeberangan fcri. Kcunggulan terutama dipertimbangkan dari sisi biaya dan waktu walau ada kecenderungan resiko yang lebih tinggi untuk beberapa barang tc11cntu. 211 Mengingat Indonesia sebagai sa1ah satu negara kepulauan terbesar di dunia. contoh kasus NTT ini dapat dilihat sangat relevan dan tepat untuk dijadikan sebagai pembanding dan contoh perbaikan sarana transportasi barang untuk berbagai daerah di Indonesia. Selain infrastruktur dari segi transportasi seperti jalan, potensi maritim Indonesia masih sangat jauh dari penggunaan maksimal. Sebagai negara kepulauan, sebagian besar Indonesia adalah !aut dan perairan. Bila sarana pelabuhan dan transportasi dimanfaatkan. besar seka1i potensi yang bisa dicapai untuk meningkatkan efisiensi transportasi logistik untuk pemasaran dan transportasi produk lokal. Sayangnya sekarang ini biaya transportasi !aut Indonesia justru lebih tinggi dibandingkan dengan biaya

19 World Bank. Logistics Performance Index. Dapat diakses di: http://lpi. worldbank.org/international/global/20 14 20 Laporan Kerja FLEM-FEUI dan The Asia Foundation. Oktober 2010.

20 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri transportasi darat. Industri perikanan Indonesia dengan lautnya yang sangat kaya juga tidak bisa bersaing di pasar intemasional karena kurangnya saran a pendinginan yang memadai. Harga es sangat mahal sehingga banyak nelayan yang memilih untuk memakai formalin untuk menjaga kesegaran ikan. Pemakaian formalin merusak kualitas ikan namun dengan tingkat kemiskinan dan kesulitan yang dihadapi nelayan, praktek penggunaan formalin ini justru yang umum dalam industri kecil perikanan di Indonesia. 21 Pemerintah seharusnya bisa melakukan intervensi dalam menyediakan sarana pendinginan yang bisa dimanfaatkan untuk meringankan para nelayan kecil dan membantu mereka menjaga kualitas ikan agar bisa bersaing di pasar regional bahkan global. Industri perikanan yang mampu menembus pasar global masih sangat terbatas pada kalangan clit yang memiliki modal besar dan walapun mereka bisa membawa industri pcrikanan Indonesia ke dunia internasional, nelayan pada umumnya masih tidak mampu bersaing di lingkup intemasional. J angankan mengekpor produk mcrcka keluar negeri, mereka bahkan seringkali kalah bersaing dengan produk impor yang masuk ke Indonesia. Disini upaya diplomasi ckonomi Indonesia tidak mencapai salah satu tujuan utama yang ingin dicapai yaitu menyejahterakan kehidupan rakyat melalui kerjasama ekonomi intemasional.

11.1.2. Koordinasi dan Sinergi Indonesia telah berusaha untuk memperbaiki banyak hal dalam bidang pemasaran produk dalam negeri dalam kerjasama international dan mempraktekkan diplomasi ekonomi. Salah satu kendala terbesar yang dihadapi adalah tantangan koordinasi antar instansi dalam negeti untuk menyukseskan diplomasi ekonomi ke berbagai negara. Upaya diplomasi

21 Bad an Pengawasan Obat dan Makanan. Berita. Diterbitkan: I 0 Juni 2015, dapat diakses di: http :I /www.pom.go. id/mobile/index.php/view/berita/77 /Penyalahgunaan-Formalin­ sebagai-Pengawet-Ikan--Mungkinkah-Mencari-Penggantinya-.html

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 21 ekonomi bukan hanya tugas Kementerian Luar Negeri karena jelas terlihat bahwa kendala internal yang harus diselesaikan tidak dapat ditangani oleh lembaga ini saja tapi harus dilakukan bersama dengan instansi pemerintah lain. Salah satu contohnya adalah masalah perizinan untuk pembebasan lahan bagi investor asing. Izin yang diperoleh dari pemerintah daerah untuk pembebasan lahan bisa kemudian ditolak oleh Kementerian Lingkungan Hidup karena tidak mcnunjang pemetaan lingkungan yang disusun oleh kementerian tersebut. Kendala ini membuat investor asing melihat kurangnya koordinasi dalam pemerintahan sendiri dan seringkali membuat frustasi bukan hanya investor yang sudah menghabiskan sumber daya tanpa basil tapi juga pemerintah daerah atau pihak yang sudah mengupayakan diplomasi ekonomi sampai tahap sejauh itu dengan hasil yang nihil. Di samping masalah praktis seperti kurangnya komunikasi antar instansi yang dapat melihat langsung ketersediaan lahan atau sarana yang dapat menunjang invcstasi asing, pelaksanaan diplomasi ekonomi juga tidak terkordinasi. Walaupun dalam Rapat Kerja Kementerian Luar Negeri 23 Juli 2013 Presiden SB\" mcmhcrikan instruksi bahwa Dubes Rl harus lchih berperan menjalankan diplomasi ekonomi, kementerian lain scpcrti Kementerian Perdagangan. Kcuangan. BPKM juga ditugaskan untuk menjalankan fungsi diplomat ekonomi. 22 Menurut Dannansjah Djumala. sinergi antar kementerian sulit dilakukan karena unsur teknis dan ego bagian masing-masing. Yang selama ini dianggap melakukan diplomasi ekonomi langsung adalah kementerian yang menjalankan fungsi teknis serperti Kementerian Kepariwisataan dan lndustri Kreatif, Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Perdagangan dan lainnya. Upaya yang dilakukan oleh Presiden Jokowi untuk lebih mengerucutkan usaha diplomasi ekonomi adalah dengan membentuk kelompok kerja Diplomasi Ekonomi (task force) yang diketuai oleh Duta Besar I Gede Ngurah Swajaya dan dibantu oleh empat kepala bagian untuk

22 Darmansjah Dumala. Membumikan Diplomasi Ekonomi: Tantangan Kebijakan Luar Negeri Era Jokowi-JK.

22 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri mensinergikan kegiatan diplomasi ekonomi antar instansi. Satuan tugas ini masih bersifat ad hoc sehingga sulit untuk memusatkan perhatian pada tugas ad hoc mereka dalam hal diplomasi ekonomi namun diharapkan akan ada langkah-langkah nyata yang akan mengarah pada kerjasama antar instansi untuk menyukseskan upaya penting ini. Pada saat penelitian ini disusun, satuan tugas sedang bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk menyediakan portal informasi sehingga setidaknya informasi yang didapat tidak lagi simpang siur dan sulit dipastikan kebenarannya. Dengan adanya portal informasi ini para pelaku diplomasi ekonomi maupun pengusaha yang tertarik dapat mencari infonnasi tonnal yang bisa dijadikan acuan untuk mendukung investasi dan bisnis mereka.

11.1.3. Korupsi dan Good Governance Pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami _pasang surut. Dengan adanya Komitc Pcmbcrantasan Korupsi (KPK), masyarakat intcrnasional dapat mclihat adanya upaya serius dari pemerintah Indonesia yang didukung olch rakyat untuk memberantas korupsi. Pembentukan dan aktivitas KPK dianggap schagai hal yang positif dan menjadi panutan bagi bebcrapa ncgara bcrkcmbang yang mengalami permasalahan korupsi di negara mereka. Tranparency International melaporkan tingkat korupsi Indonesia masih tinggi dan pad a tahun 2014 berada di peringkat 107 dengan skor 34. Peringkat dan skor Indonesia mengalami perbaikan sedikit yaitu dua point dari skor 32 di tahun 2013 dan naik 7 peringkat dari tahun

sebelumnya.~ 3 Namun pengalaman para investor asing di Indonesia masih banyak yang negatif sehingga pemasaran Indonesia sebagai tempat tujuan investasi masih jauh dari ideal. Praktek korupsi yang masih banyak ditemui di berbagai lapisan kepemerintahan membuat investor asing harus membayar harga yang jauh lebih mahal dari yang seharusnya. Pengeluaran infonnal ini tidak sebanding

~~Transparency International Corruption Perception Index 2014. http://www. ti.or.id/index. php/publication/20 14/ 12/06icorruption-perceptions-index -20 14

Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri 23 dengan antisipasi melakukan bisnis di Indonesia yang diatas kertas bersaing dengan negara-negara berkembang lainnya terutama di Asia. Masih banyak "uang pelicin" yang harus dibayarkan kepada berbagai pihak yang merasa berhak mendapat bagian dari penanaman modal di daerahnya. Banyaknya lapisan birokrasi dan otonomi daerah mengenai perizinan usaha juga membuat masalah ini semakin sulit dihadapi karena setiap lapisan mengharapkan bagiannya. Bagi penanam modal asing yang memperkirakan biaya produksi tertentu akan mendapati biaya produksi di Indonesia yang lebih tinggi dari yang seharusnya. Jika biaya informal dapat ditekan bahkan dihapus dengan berhasilnya pemberantasan korpusi dan perbaikan mental para aparat pemerintahan maka akan lebih mudah bagi pelaku diplomasi ekonomi untuk menarik investasi asing ke Indonesia. Dalam pakct kebijakan ekonomi yang diluncurkan oleh pemerintahan Jokowi bulan September 2015 mencakup upaya untuk meningkatkan layanan perizinan online yang berpotensi besar untuk memperbaiki kendala korupsi dengan adanya penyeragamanan proses dan berkurangnya interaksi personal antara pcnycdia dan penerima jasa sehingga tindakan penyuapan kepada aparat bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Masalah penegakan hukum di Indonesia masuk dalam katcgori resiko yang harus dihadapi para investor asing dalam mempertimbangkan penanaman moda1 di Indonesia. Berbagai lembaga konsultasi intemasional mendorong para pengusaha asing untuk selalu mendapatkan ahli dalam bidang hukum karena proses litigasi hukum seringkali tidak bisa diprediksi dan menghabiskan waktu dan biaya yang tinggi. Lemahnya sistem penegakan dan badan hukum di Indonesia terus menjadi kendala besar dalam menarik investasi asing. Stabilitas pemerintahan dan demokrasi Indonesia menunjang iklim · investasi dan mendukung upaya diplomasi ekonomi namun banyak organ negara yang masih perlu dibenahi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat intemasional terutama untuk menjalin kerjasama ekonomi dengan Indonesia.

24 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 11.2. Tantangan Eksternal Salah satu tantangan ekstemal utama untuk diplomasi ekonomi Indonesia di abad 21 adalah kesadaran konsumen akan konsumsi yang tidak hanya berkualitas tapi juga bertanggung jawab. Kesadaran mengenai isu global mengenai perbudakan modem yang terjadi di beberapa negara miskin dan berkembang meningkatkan kesadaran konsumen untuk menyuarakan posisi politik mereka melalui pilihan produk yang mereka beli. Dengan kecepatan teknologi media, pelanggaran hak asasi manusia termasuk hak buruh dan pekerja dengan mudah beredar dan menjangkau konsumen global. Salah satu contohnya adalah kebakaran pabrik garmen di Bangladesh tahun 20 12 mengungkap keadaan pabrik garmen yang tidak sesuai dengan standar intemasional dan menelan lebih dari I 00 jiwa dan melukai diatas 1000 orang.24 Kejadian ini semakin mendapat sorotan karena pabrik gannen tersebut memproduksi pakaian untuk merek-merek intemasional dan untuk dijual ke pasar intemasional. Penataan pabrik yang jauh dibawah standar yang seharusnya mengakibatkan musibah kebakaran yang tcrjadi mcnclan ratusan jiwa pekerja pabrik, hal yang seharusnya bisa dihindarkan hila pahrik mengikuti tata kelola yang seharusnya. 25 Kejadian ini mcnjadi salah satu pemicu kecaman dunia intemasional dan dengan dorongan para aktivis pekerja dan pejuang hak asasi manusia di berbagai tempat, telah meningkatkan kesadaran konsumen akan konsumsi yang bertanggung jawab. Konsumen memberi tekanan pada merek-merek intemasional yang bekerja sama dengan perusahaan garmen Bangladesh tadi untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesejahteraan para pekerja yang membuat produk mereka.26

24 Cardiner Harris. 2013. Bangladeshi FaciO!}" Owners Charged in Fire that Killed II2. The New York Times. 25 Khondoker Abdul Mottaleb and Tetsushi Sonobe. 20 II. An Inquiry into the Rapid Growth of the Garment Industry in Bangladesh. Economic Development and Cultural Change. Vol 60 (I). 26 Vikas Baja). The Nell' l'ork Times. Fawl Fire in Bangladesh High/igts the Dangers Facing Garment Workers. Diterbitkan: 20I2, dapat diakses di: http://www. nytimes.com/20 I21 II 126/ll'or!d/asia/bangladesh-fire-kills-more-than-1 00- and-injures-manv. html

Pusat P2K OJ - BPPK Kementerian Luar Negeri 25 Tanggung jawab perusahaan atau corporate responsibility yang dapat dituntut dari konsumen yang sengaja memboikot produk, mendorong perusahaan untuk lebih peka terhadap standar lingkungan pekerjaan yang mendukung kesejahteraan pegawai termasuk pemasok!supplier mereka. Istilah sweat shop untuk lingkungan pekerjaan dan perlakuan terhadap pekerja yang jauh dibawah standar menjadi momok perusahaan garmen yang harus dihindari para perusahaan untuk memasarkan produk mereka dibawah bend era perusahaan yang bersih dan bertanggung jawab. Mayoritas pekerja di Indonesia termasuk dalam golongan unskilled labor. Hal ini menjadikan banyak perusahaan asing yang melakukan kerjasama produksi seperti pakaian dan sepatu. Tantangan yang pertama adalah bagaimana perusahaan Indonesia mampu memenuhi standar yang dituntut oleh perusahaan partner untuk menyediakan sarana prasarana yang memadai untuk menjadikan perusahaan partner tersebut sebuah perusahaan yang bertanggung jawab. Penyediaan sarana prasarana untuk mcmenuhi tuntutan ini juga seharusnya diimbangi dengan ni lai kontrak kerjasama yang sesuai. Upah buruh di Indonesia dianggap scmakin meningkat jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEA\1. Banyak perusahaan intemasionallebih memilih untuk melirik kerjasama produksi di negara lain seperti Tiongkok dan Vietnam dengan pertimbangan buruh di Tiongkok lebih terampil dan di Vietnam lebih murah. 27 Dengan pertimbangan ini, Indonesia harus melakukan antisipasi agar bisa bersaing terutama dengan melatih keterampilan buruh sehingga buruh Indonesia dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan upah bersaing. Salah satujalan keluar yang bisa dipertimbangkan adalah dengan adanya kerjasama dengan perusahaan asing yang akan melakukan investasi dalam hal produksi di Indonesia dan menyediakan pelatihan yang tepat guna bagi para buruh yang akan bekerja. Perusahaan asing dapat memberikan informasi keterampilan

27 Didik Purwanto. Kompas Online. Kadin: Dibanding China, Upah Buruh Kita Lebih Bersaing. Diterbitkan: 3 Oktober 2012, dapat diakses di: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/20 12/10/03/10 195073/Kadin.Dibanding.China .. U pah.Buruh.Kita.Lebih.Bersaing

26 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri yang dibutuhkan untuk produksi dan pemerintah daerah mempersiapkan pekerja melalui Badan Latihan Kerja yang mumpuni. Tantangan kedua berkaitan dengan corporate culture and responsibility, bagaimana perusahaan Indonesia yang ingin memasarkan produk dengan mereknya sendiri keluar negeri dapat memastikan bahwa perusahaannya bertanggung jawab dan memperlakukan pegawai dengan adil serta memperhatikan kesejahteraan pegawai. Citra perusahaan atau corporate image adalah hal yang bisa menjadi aset promosi yang perlu dimaksimalkan oleh para pengusaha Indonesia. Proses produksi mendapat perhatian yang semakin besar bagi konsumen global sehingga nilai produk tidak hanya dilihat dari kualitas dan harga basil akhir namun ditunggangi oleh nilai masyarakat yang positif dan modem. Diplomasi ekonomi punya peran yang sangat besar terutama bagi perwakilan RI diluar negeri yang salah satu prakteknya adalah mempromosikan produk dan perusahaan Indonesia di luar negeri. Citra produk dari perusahaan yang bertanggung jawab dan yang mampu menyejahterakan kehidupan masyarakat umum scpcrti pengusaha kecil justru mendapat sambutan yang lebih baik dari konsumcn d i a bad 21 ini. Dengan kesadaran ini, perwakilan RI dapat mcmbantu menciptakan pemasaran yang strategis dan tepat sekaligus membantu kesinambungan para pengusaha tersebut dalam menembus dan bertahan di pasar intemasional. Isu lingkungan dan pemanasan global yang terus membawa dampak langsung di beberapa bagian dunia juga semakin menjadi perhatian bagi konsumen global. Produk yang dianggap tidak sesuai dengan standar lingkungan atau yang justru dapat mengancam meningkatnya pemanasan global dan merusak kesinambungan global akan mengalami tolakan dari konsumen modem. Walaupun masih banyak konsumen yang belum secara aktif menyelidiki dampak lingkungan produk-produk tertentu, negara maju banyak yang sudah memberlakukan aturan untuk memastikan hanya produk yang ramah lingkungan yang dapat masuk ke negara tersebut. Indonesia harus lebih waspada terhadap praktek produksi produk yang berpotensi untuk merusak lingkungan. Salah satu contoh yang terjadi adalah kelapa

. . 27 Pusat P2K 01- BPPK Kementenan Luar Negen sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan karet Indonesia ditolak sebagai produk ramah lingkungan yang dikategorikan APEC. 28 Kelapa sawit banyak digunakan dalam produk makanan dan kebanyakan konsumen yang memperhatikan komposisi produk makanan mereka seringkali tidak mengaitkan komponen kelapa sawit dengan perusakan hutan. 29 Negara­ negara maju dan WTO punya andil besar dalam membatasi pemasaran dan masuknya produk yang dianggap tidak ramah lingkungan dalam perdagangan intemasional. Untuk bisa memasarkan produk-produknya seperti kelapa sawit mentah dan karet ke negara-negara maju dan memenuhi persyaratan WTO, Indonesia harus lebih memperhatikan praktek produksi kelapa sawit dan menerapkan praktek produksi yang bertanggung jawab pada lingkungan. Beberapa tantangan ekstemal praktis yang dihadapi juga terkait dengan peluang kerjasama diplomasi ekonomi melalui perjanjian kerjasama ekonomi. Salah satu pcluang kerjasama ekonomi terbesar adalah Trans­ Pacific Partnership (TPP) antara Amerika Serikat dan 11 negara di daerah Pasifik. Jika Indonesia memutuskan untuk bergabung dalam kerjasama ekonomi ini maka tantangan yang dihadapi akan bertambah walaupun peluang juga akan semakin terbuka. Salah satu tuntutan Amerika Scrikat terhadap partnemya dalam TPP adalah perlindungan terhadap kekayaaan intelektual. Pemasaran film, musik dan piranti lunak bajakan selama ini belum ditangani dengan cukup serius oleh pemerintah. Pemerintah Indonesia dapat merancang suatu upaya yang jelas dan sistematis sebagai upaya nyata untuk memberantas prakek pelanggaran terhadap kekayaan intelektual yang merajalela di Indonesia. Dengan rencana dan pelaksanaan yang jelas setidaknya Indonesia diharapkan dapat meyakinkan Amerika Serikat atas tekad pemerintah Indonesia dalam hal ini.

28 Karet dan CPO Gaga! Masuk Daftar Produk Hijau APEC. 2013. http:/ /bisnis. tempo.co/read/news/20 13/04/23/0904 7 5254/karet -dan-cpo-gagal-masuk­ daftar-produk-hijau-apec 29 Clara Brandi et al.20 13. Sustainability Certification in the Indonesian Palm Oil Sector Benefits and Challenges. German Development Institute Studies.

28 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat akan menuntut negara-negara yang tergabung dalam TPP untuk mengambil langkah serius dan menghasilkan dalam pemberantasan pelanggaran hak kekayaan intelektual ini. Amerika Serikat dengan jelas menyatakan tujuan diplomasi ekonomi melalui TPP ini adalah untuk menghindari potensi Tiongkok mendikte aturan perdagangan dan investasi di wilayah Asia. 30 Amerika Serikat melihat peluang pasar yang besar di Asia dan TPP juga dapat dilihat sebagai salah satu wujud nyata dari gerakan ''pivot" Amerika Serikat ke Asia. Duta Besar Soemadi Brotodiningrat dalam seminar Diplomasi Ekonomi di Universitas Pelita Harapan bulan Juli 2015 mengingatkan mereka yang menentang kerjasama ekonomi dan perjanjian perdagangan bebas atau FTA seharusnya tidak hanya bertanya keuntungan perjanjian perdagangan tapi justru melihat kerugian yang bisa ditimbulkan bila kita tidak ikut dalam perjanjian tersebut. Duta Besar Soemadi menambahkan bahwa jika negara-negara lain sudah masuk dalam perjanjian perdagangan semcntara Indonesia tidak maka produk kita akan dikenakan tarifimpor yang tinggi sementara produk negara lain akan menikmati potongan tarif impor. Akibatnya jelas akan merugikan perusahaan Indonesia dan produk lokal yang masuk kc pasar regional atau internasional. Sarna halnya dengan pertimbangan mcngenai bergabungnya Indonesia dalam TPP. Pemberantasan produk bajakan yang melanggar hak kekayaan intelektual adalah harga yang pantas untuk mendapatkan keringanan pemotongan tarif di bidang lain. Diplomasi ekonomi Indonesia juga harus bisa memperhatikan peluang pasar baru yang selama ini tidak dipertimbangkan. Selama ini Indonesia menjadikan Eropa sebagai target pasar produk Indonesia sementara ekonomi Eropa sekarang ini sedang mengalami pcrgoncangan dengan potensi bangkrutnya Yunani. Dampak besar globalisasi bagi ekonomi negara harus diperhatikan dan diantisipasi dengan lebih baik. Penggunaan kredit di Indonesia untuk sekarang ini masih dinikmati oleh kalangan ekonomi menengah keatas sehingga sebagian besar masyarakat

30 Trade Bills Fair Wind Blowing. The Economist. June 27' 11 ~0 15. Pg.32

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 29 Indonesia masih belum memiliki kesempatan berhutang secara institusi yang difasilitasi oleh sarana kartu kredit. Ini adalah salah satu alasan yang menghindarkan Indonesia dari imbas besar yang dialami oleh beberapa negara saat terjadi krisis ekonomi dunia tahun 2008. Krisis yang dialami Yunani sekarang ini berlanjut dari krisis tahun 2008 yang berpusat di Amerika Serikat dan dicemaskan akan juga mengakibatkan krisis ekonomi global. 31 Untuk mengantisipasi merosotnya ekonomi Uni Eropa dan negara­ negara yang selama ini menjadi target pasar utama Indonesia, diplomasi ekonomi Indonesia harus didiversifikasikan ke negara-negara lain yang memiliki potensi pasar bagi produk Indonesia. Duta Besar I Gede Ngurah Swajaya mengatakan bahwa banyak pasar di Asia yang bisa menjadi target produk-produk tertentu yang justru bisa memperluas pasar dagang Indonesia, salah satunya adalah Pakistan dan potensi pemasaran produk makanan halal Indonesia. Tantangan ekstemal yang lain adalah kcadaan ekonomi dunia. Pcrkcmbangan ekonomi dunia sekarang ini tidak menunjang perbaikan invcstasi asing di seluruh dunia. Melemahnya rupiah dapat diartikan schagai suasana investasi yang memhuruk walaupun dapat juga dilihat schagai kcscmpatan bagi para investor asing untuk dapat mcnanamkan modal dengan lebih murah di Indonesia. Lemahnya rupiah meningkatkan resiko investasi di Indonesia dengan meningkatnya Credit Default Swaps (CDS) yang mencapai level tertinggi sejak tahun 2014. CDS Indonesia untuk I 0 tahun mencapai 261 ,83. Ini adalah angka tertinggi di an tara negara-negara ASEAN lain kecuali dibandingkan dengan Vietnam. Naiknya angka CDS mencerminkan resiko kredit di Indonesia yang juga merupakan gambaran resiko investasi yang semakin tinggi. Beberapa faktor mempengaruhi kenaikan CDS dan resiko investasi asing di Indonesia yaitu melemahnya rupiah dan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal

31 Greece"s Withdrawal from the Eurozone Could Cause Global Economic Crisis. 2012. Bertelsmann Foundation.

30 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri kedua tahun 2015 yaitu 4.67%. 32 Rupiah mencapai level terendah sejak tahun 1998 demgam turunnya rupiah menjadi Rp 13.541. Merosotnya pasar saham di Tiongkok yang juga berdampak luas pada keadaan perekonomian dunia. Citi "'s Global Economics memperkirakan perkembangan perekonomian Tiongkok di kisaran 4% dari target Tiongkok untuk mencapai 7% pertumbuhan ekonomi.33 Dengan pertumbuhan yangjauh dari target dan eratnya keterkaitan ekonomi global, Tiongkok akan menarik turun perkembangan ekonomi dunia tidak terkecuali di berbagai negara maju dan berkembang. Kebijakan pemerintah Tiongkok menurunkan nilai mata uangnya dan menyuntikkan dana sebesar 156 milliar dolar Amerika Serikat untuk membeli saham dengan tujuan membuat pasar lebih stabil, tidak berhasil menyelamatkan pasar saham dari keterpurukan dan harga saham terus merosot. Kebijakan pemerintah Tiongkok ini juga mengundang reaksi yang beragam dari para pemimpin keuangan beberapa negara dalam pertemuan G-20 di Turki awal September 2015. Kritik yang dilontarkan berkenaan kontrol pemerintah Tiongkok dalam hal ekonomi yang menentang sistem ekonomi liberal yang dianut oleh kebanyakan negara­ negara besar yang tergahung dalam G-20. Pemimpin dunia yang simpatik. salah satunya adalah Christine Lagarde sebagai ketua IMF, mengakui kesulitan yang dihadapi Tiongkok sebagai negara dengan ekonomi terkuat kedua dunia untuk mengatasi krisis ekonomi yang berpotensi untuk memberi dampak sosial dan politik yang signifikan tidak hanya bagi kesejahteraan dan kestabilan rakyat Tiongkok namun JUga bagi perekonomian dunia. 34

32 Maggie Quesada Sukiwan. Kompas Online. Rupiah Melorot, Iklim lnl'estasi Terpuruk. Diterbitkan: 9 Agustus 2015, dapat diakses di: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/20 15/08/09/193 712026/Rupiah.Melorot.Iklim.l n vestasi.Temuruk 33 Peter Spence. Telegraph. China leading world towards global economic recessio11, warns Citi. Diterbitkan 9 Sep 2015, dapat diakses di: http://www. telegraph.co. uklfinance/china -business/ I 18 54084/China-leading-world­ towards-global-economic-recession-wams-Citi.html 34 CNBC Online. G-20: Ultra-low rates no longer enough to boost global growth. Diterbitkan: 6 September 2015, dapat diakses di: http://www.cnbc.com/2015/09/06/g-20- says-low-rates-not-enough-to-boost-growth-is-split-on-chinas-yuan.html

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 31 Analisa ekonomi yang dilakukan oleh The Economist memberikan gambaran yang cukup positif ditengah keadaan pasar saham Tiongkok yang mencemaskan. Masyarakat Tiongkok memperlakukan saham sebagai permainan judi dan dimanfaatkan oleh sekitar seperlima dari kekayaan rumah tangga di Tiongkok sehingga pengaruhnya terhadap ekonomi domestik, terutama dalam sektor jasa dan penjualan retail, tidak terlalu besar. 35 Namun pengaruh melemahnya ekonomi Tiongkok tetap membawa dampak bagi negara-negara yang memiliki hubungan perdagangan komoditas dengan Tiongkok karena pembangunan infrastruktur dan industri manufaktur terhambat secara umum. Potensi perbaikan ekonomi dan menguatnya perekonomian Amerika dengan kemungkinan untuk Bank Sentral menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak tahun 2006, membuat nilai dolar Amcrika Serikat terus menguat dan hal ini juga membawa dampak bagi ckonomi berbagai negara. termasuk Tiongkok. Negara-ncgara dcngan pcrsediaan cadangan valuta asing yang kuat tidak mendapat pengaruh yang bcrarti walaupun hubungan perdagangan yang dekat dcngan Tiongkok. Contohnya adalah ncgara-negara di Asia seperti Korea Sclatan. Singapura dan Tai,,·an yang adalah ncgara pengimpor bahan mentah dapat meraih kcuntungan dari jatuhnya harga komoditas. 36 Pertemuan G-20 yang baru dilangsungkan di Turki awal bulan September 2015 menghasilkan kesepakatan dari para pemimpin keuangan negara­ negara anggota dan organisasi keuangan internasional untuk meningkatkan upaya reofrmasi untuk menanggulangi perkembangan ekonomi yang lemah. Dikatakan juga bahwa tingkat suku bunga yang rendah tidak cukup untuk mendorong lajunya ekonomi sehingga diharapkan bahwa suku bunga di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, justu didorong untuk di tingkatkan. lklim ekonomi dunia yang kurang menjanjikan menjadi salah satu tantangan besar bagi para pelaku diplomasi ekonomi Indonesia. Harga dolar

35 Taking a Tumble. Briefing China and the World Economy. 2015. The Economist. 36 Ibid.

32 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat yang terus meningkat sampai pada level diatas 14 ribu Rupiah membuat harga barang impor sangat mahal dan perkembangan ekonomi yang suram. Jajaran pemerintahan presiden Jokowi mengakui bahwa dampak dari lemahnya ekonomi global mempengaruhi ekonomi Indonesia dan menyatakan perlunya aliran masuk valuta asing. Tindakan yang dilakukan pemerintahan Jokowi sebagai hasil dari pembicaraan dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Koordinator Perekonomian adalah dengan meluncurkan paket kebijakan ekonomi yang pada intinya adalah upaya mendorong daya saing industri dengan mengubah 89 peraturan dengan tujuan menghilangkan duplikasi perizinan. Layanan perizinan berbasis elektronik juga akan ditingkatkan agar jalur perolehan izin dan stabilitas perizinan dapat dipertahankan. Kebijakan ekonomi yang diluncurkan tanggal 9 September 2015 ini adalah respon dari lemahnya perekonomian Indonesia dan dimaksudkan untuk membantu semua lapisan masyarakat. Hal lain yang tennasuk dalam pakct kcbijakan ini adalah penyederhanaan peraturan untuk mcmpercepat rcalisasi proyek strategis untuk mendorong proyck-proyck yang dapat mcndukung perkembangan ekonomi rakyat. Pcmcrintah juga hcrcnl:ana untuk mcnurunkan suku bunga dari 23 pcrsen hingga mcnjadi 12 pcrscn pertahun yang dimungkinkan dengan subsidi bunga dan membantu rakyat kecil untuk mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR). 37 Paket kebijakan ekonomi tahap pertama ini diharapkan bisa mendorong laju ekonomi dalam negeri dengan memudahkan perizinan usaha dan perolehan kredit usaha. Pendekatan yang diambil adalah untuk mendorong pengusaha kecil di berbagai daerah untuk meningkatkan perekonomian dan daya beli masyarakat melalui usaha dan ekonomi kecil dan menengah. Presiden Jokowijuga menekankan bahwa paket yang diluncurkan secara bertahap ini ditargetkan pada sektor riil, keuangan dan mengcnai deregulasi kebijakan.

37 Sabrina Asril dan Indra Akuntono. Kompas Online. Pem£'rintah Terbitkan Paket Ekonomi, lni Poin-poin Utamanya. Diterbitkan: 9 September 2015, dapat diakses di: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/20 15/09/09/ 182042026/Pemerintah.Terbitkan.Pa ket. Ekonomi .Ini .Poin-poin. U tamanya

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 33 Dampak ekonomi yang dihasilkan tidak akan dapat dirasakan langsung namun setidaknya diharapkan agar hal ini menjadi indikasi dari tekad pemerintah untuk tidak tinggal diam di tengah perekonomian yang surut agar meningkatkan kepercayaan dan optimisme masyarakat. 38 Tindakan pcmerintah Indonesia dalam mengatasi masalah ekonomi yang salah satunya disebabkan oleh melemahnya Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat juga dapat mengcmbalikan kepercayaan investor asing dalam melakukan investasi di Indonesia atau setidaknya tidak hengkang dari pasar Indonesia karena proycksi ekonomi yang lemah dan kecemasan mengenai tingkat stabilitias politik yang akan terpengaruh perekonomian. Perusahaan manajcmen invcstasi memberikan rekomendasi agar para investor asing mclepas obligasi akibat keadaan ekonomi yang terns melemah. 39 Di awal tahun 2015 dim ana Rupiah mulai melemah atau Dolar Amcrika Serikat mcnguat. dana investor asing yang keluardari bursa saham mcncapai 6.71 triliun Rupiah. 4° Kinerja ekonomi yang masih belum mcmbaik hingga saat ini. walapun setelah diluncurkannya paket kebijakan ckonomi mcmhuat para investor asing semakin enggan untuk masuk untuk mcnanamkan modal mcrcka di Indonesia. Untuk mcndorong tingkat diplomasi ekonomi di Indonesia, diperlukan iklim invcstasi yang menjanjikan. Bagi para investor jangka panjang, suasana politik yang stabil dan perkembangan ekonomi akan sangat mempengaruhi suksesnya aktivitas diplomasi ekonomi. Faktor

'' Agus Triyono, A~ep Munazat Zatnika, Handoyo, dan Narita Indrastiti. Kompas Online. Paket Ekonomi Jilic/1 Masih Setengah Hati? DiterbitkanL: 10 September 2015, dapat diakses di: http:/ /bisniskeuangan.kompas.com/read/20 15/09/1 0/123613626/Paket.Ekonomi.Jilid.I.Ma sih.Setengah.Hati.?utm campaign=related&utm medium=bp&utm source=bisniskeuang an& w Sabrina Asril. Kompas Online. Datangkan Valas, Jokowi Segera Keluarkan Paket Kebijakan Besar. Diperoleh dan diterbitkan: 27 Agustus 2015. Dapat diakses di: http:/ /bisniskeuangan.kompas.com/read/20 15/08/27 /115340426/Datangkan. Valas.Jokowi. Segera.Keluarkan.Paket.Kebijakan.Besar?utm campaign=re1ated&utm medium=bp&ut m source=bisniskeuangan& 411 Agustine Melani. Liputan 6 Bisnis. Rupiah Melemah Picu Dana Investastor Asing Keluar dari Bursa Saham. Diperoleh dan diterbitkan: 26 Maret 2015, dapat diakses di: http://bisnis.liputan6.com/read/2197 325/rupiah-me lemah-picu-dana-investor-asing­ keluar-dari-bursa-saham

34 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri eksternal seperti keadaan krisis ekonomi yang terjadi sekarang ini adalah diluar kendali pembuat kebijakan di Indonesia namun dampak negatifnya bisa diatasi dengan kebijakan ekonomi seperti contohnya paket kebijakan ekonomi yang telah diluncurkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Potensi keberhasilan usaha diplomasi ekonomi akan lebih tinggi jika para investor asing dapat melihat arah perubahan yang menjanjikan dari paket kebijakan ini. Masih banyak yang harus diperhatikan untuk menyukseskan diplomasi ekonomi Indonesia baik dari segi internal maupun eksternal. Kepentingan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat harus didukung oleh kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi sehingga tidak bertentangan dan dikesampingkan. Tanggung jawab satuan tugas diplomasi ekonomi tidak ringan dan dukungan sepenuhnya dari pemerintah baik dari sisi pemberian kewenangan maupun dukungan finansial yang sesuai sangat diperlukan untuk memastikan perbaikan upaya diplomasi ekonomi Indonesia.

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 35 III. Isu-Isu Perdagangan Internasional dan Investasi di Indonesia

Perdagangan dan investasi sangatlah vital untuk perkembangan ekonomi suatu negara, karena dapat memberikan lapangan pekerjaan, memberikan modal untuk perkembangan dan pembangunan infrastruktur, mengurangi kemiskinan, meningkatkan standar hidup masyarakat, transfer teknologi dan banyak keuntungan lainnya. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus menerapkan kebijakan perdagangan dan investasi yang tepat dan dapat menguntungkan perekonomian secara luas dan sesuat dengan mandat Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) untuk menyejahterahkan seluruh rakyat Indonesia. Kepentingan nasional terhadap bidang perdagangan dan investasi intemasional juga telah diperhatikan oleh Pemerintah saat ini melalui Progam Nawa Cita, yaitu 9 (Sembilan) program prioritas Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri. dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong. Untuk bidang perdagangan intemasional and investasi, program Nawa Cita memprioritaskan peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. schingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-hangsa Asia lainnya dan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggcrakan

sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 41 Lebih 1anjut, program-program perdagangan dan investasi di dalam Nawa Cita dijelaskan lebih detil di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJM 2015-2019), 42 yang merupakan rencana strategis Pemerintah dari tahun 2015 sampai dengan tahun 20 I 9 yang akan fokus pada kedaulatan pangan, industri lokal dan investasi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga memajukan dan menyejahterahkan bangsa Indonesia.

41 Aldi Gultom. Kantor Berita Politik RMOL. Jnilah Nawa Cita, Sembilan Agenda Prioritas Jokowi-Jk, Diperoleh dan diterbitkan: 21 Mei 2014, dapat diakses di: http://politik.rmol.co/read/20 14/05/211156040/Inilah-Nawa-Cita,-Sembilan-Agenda­ Prioritas-Jokowi-JK- 42 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasiona12015-2019, Buku I, Agenda Pembangunan Nasional, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasiona12014

36 Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri Berdasarkan hal-hal di atas, maka pada bab ini akan dibahas 3 (tiga) isu berkaitan dengan kepentingan nasional Indonesia sekarang dan di masa akan datang, yaitu: (I) Isu terkait kebijakan ketahanan pangan (food security); (II) isu perdagangan terbaru mengenai Produk Ramah Lingkungan (Environmental Goods), dan terakhir (III) isu penyelesaian sengketa investasi antara pemerintah Indonesia dengan penanam modal asing (Investor-State Dispute Settlement) (ISDS).

Ketiga isu ini dipakai sebagai pokok pembahasan dalam bab 101 dikarenakan isu-isu ini berkaitan erat dengan sektor-sektor penting yang menopang program perdagangan dan investasi di dalam Nawa Cita, yaitu impor, ekspor dan penyelesaian sengketa intemasional. Pembahasan ketiga isu ini juga berhubungan dengan program Indonesia untuk menuju pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di bidang perdagangan dan investasi. Dengan menganalisa permasalahan dan solusinya di 3 (tiga) isu tersebut, maka pemerintah Indonesia diharapkan dapat menentukan arah kebijakan ekonomi diplomasi Indonesia, khususnya dalam konteks multilateral dan penyclcsaian scngkcta investasi intemasional.

111.1. Ketahanan Pangan (Food Security) "Pangan" dan kecukupan pangan bagi rakyat Indonesia selalu menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 sampai sekarang ini dan di masa akan datang, karena hal ini berkaitan dengan kepentingan nasional dan hajat hidup masyarakat Indonesia. Sebagaimana kutipan pidato dari Presiden Pertama Republik Indonesia, lr. Soekarno, yang menyatakan bahwa:

Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri 37 Pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa; apabila kehutuhan pangan rakyatlidak dipenuhi maka "malapetaka"; oleh karena itu perlu usaha secara besar-hesaran, radikal, dan revolusioner ''. 43

Pemerintah sebagai penyelenggara negara memiliki kewajiban untuk menyediakan pangan yang "cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional, daerah hingga perseorangan secara merata sepanjang wakru··. 44 Olch karena itu, berdasarkan UU Pangan Pemerintah Indonesia mcmpunyai otoritas untuk menentukan arah kebijakan ketahanan pangan. Apabila kebutuhan pangan tidak mencukupi, maka niscaya akan menciptakan ketidakstabilan nasional, ekonomi dan gcjolak sosial dan politik. Gejolak dan ketidakstabilan nasional karena krisis pangan pernah

tiialami olch Indonesia sehanyak dua period~, yaitu pada periode 1960- 1970. dimana Indonesia mcngalami krisis pangan hebat dan terjadi lonjakan intlasi yang sangat tinggi dan pcrsediaan pangan yang tidak cukup untuk mcmcnuhi kcbutuhan rakyat Indonesia, menyebabkan Indonesia harus bcrgantung pada impor pangan. 45 Gejolak kedua pada krisis ekonomi 1997- 9X dimana ketahanan pangan Indonesia diuji akibat kenaikan harga beras dan pangan. sehingga mengganggu stabilitas national khususnya bidang

sosial dan ekonomi. 4 ~> Sejak mengalami krisis pangan pertama, pemerintah Indonesia sudah memulai dan mencanangkan kebijakan "Swasembada Pangan" (food se({-sz!fficiency) sebagai salah satu program untuk mencapai ketahanan pangan.47 Program swasembada pangan ini secara berkelanjutan diadopsi

4J Sekretaris Kabinet. Urgensi Kerahanan Pangan. Diterbitkan: 4 Maret 2015, dapat diakses di: http:/I setkab. go.id/urgensi -ketahanan-pangan/ 44 Pembukaan Undang-Undang No. 18 tahun 2012 ten tang Pangan 45 OECD Library Onlnie. OECD Review ofAgricultural Policies: Indonesia 2012. OECD Publishing. Dapat diakses di: http://dx.doi.org/ I 0.1787/97892641790 !l-en 46 Badan Urusan Logistik. Ketahanan Pangan, Diperoleh: 5 Agustus 2015, dapat diakses di: http://www.bulog.eo.id/ketahananpangan.php 47 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014, Dewan Ketahanan Pangan, 2010, http://bkp. pertanian.go. id/tinymcpuk/ gambar/file/KUKP%2020 I 0%20- %,2020 14%20Edit%20TA %20Nov%2020 ll.pdf

38 Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri dan dilaksanakan sejak rezim Presiden Soekarno sampai dengan sekarang ini periode Presiden Joko Widodo 48 dengan program Nawa Cita untuk mencapai swasembada pangan dalam kurun waktu 3 tahun sampai 5 tahun.49 Walaupun pemerintah berhak menentukan kebijakan ketahanan pangan, Indonesia telah masuk ke dalam dunia perdagangan internasional, yaitu baik dengan menjadi anggota World Trade Organization (WTO) maupun menandatangani Perjanjian Perdagangan Bilateral dan Regional (Free Trade Agreements) (FT A) dengan negara-negara lain. Indonesia harus melihat potensi dan arah dari kebijakan dalam negerinya, apakah sejalan dengan kewajiban perdagangan intemasional-nya. Oleh karena itu, bagian ini akan menganalisa dampak kebijakan ketahanan pangan Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan perdagangan luar negeri indonesia dan juga posisi Indonesia di komunitas internasional beserta kewajibannya.

111.1.1. Konsep Kebi.iakan Kctahanan Pangan di Indonesia Setiap ncgara mcmiliki intcrprctasi dan detinisi ketahanan pangan masing-masing scrta mctodc dan program tcrsendiri untuk mencapai ketahanan pangan tcrscbut. Hal ini dikarenakan ketahanan pangan adalah program nasional oleh pemerintah atau tanggung jawab negara dan memiliki konsep yang tleksibel mengikuti perkembangan masalah intemasional dan teknologi. 50 Sebagai contoh, ketahanan pangan dapat dianggap ketersediaan pangan yang cukup pada level nasional dan dapat

48 Ina Parlina. The Jakarta Post Online. Jokowi confident Rl can attainj(JOd self~ sufficiency in 3 to 4 .1·ears. Diterbitkan: 12 February 2015, dapat diakses di: http://www. thejakartapost .com/news/20 15/02/ 12/jokowi -confident -ri-can-attain-food­ self-sufficiency-3-4-years.html#sthash.APgtA3Cd.dpuf, dan Aminudin. Tempo Online. Jokowi: Swasemh{/(la Pangan Tiga Tahun Lagi. Diterbitkan: 12 Januari 2015, dapat diakses di: http:/. bisnis. tempo.co/read/news/20 15/0 I I 12/090634353; Jokowi­ Swasembada-Pangan-T iga-Tahun-Lagi 49http ://bisnis.liputan6. com/ read/223 8 87 I /program-ked au latan-pangan-j okowi-han ya­ kata-kata-indah 50 Trade Reforms and Food Security:Conceptualizing the linkages, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, 2003.

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 39 pula diinterpresikan lebih lanjut adanya ketersediaan nutrisi yang baik dan kesehatan umum. 51 Secara umum, definisi ketahanan pangan yang paling sering dirujuk adalah definisi dari World Food Summit yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization (F AO) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di tahun 1996, yang mendefinisikan ketahanan pangan sebagai berikut: "Food security exists when all people, at all times, hare physical, social and economic access to sufficient, safe and nutritious food which meets their dietary needs and food preferences for an active and healthy lif'e.'' 52 Terjemahan bebas: "Ketahanan Pangan ada ketika setiap orang memiliki akses secara fisik. sosial dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman dan bernutrisi _rang mcmenuhi keperluan dan preferensi makanan untuk hidup yang akti( dan selwt.''

Scdangkan. untuk "Kerentanan Pangan" didefinisikan sebagai bcrikut: "Food insecurity exists v.•hen people do not have adequate physical, social or economic access to food. .. " 53 Terjemahan bebas: "Kerentanan pangan muncul ketika setiap orang secarafisik, sosial don ekonomi tidak dapat mengakses pangan. .. "

51 !hid. 51 Food and Agricultural Organization. Food security and the right to food. Diperoleh: 5 Agustus 2015, dapat diakses di: http://www.fao.org/post-2015-mdg/14-themes/food­ security-and-the-right-to-food/en/ 53 Trade Reforms and Food Security:Conceptualizing the linkages, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, 2003,

40 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Indonesia sendiri mempunyai beberapa pengertian ketahanan pangan, yang terakhir terdapat di dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2012 mengenai Pangan (UU Pangan) dengan definisi sebagai berikut: "Kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat, untuk dapat hidup sehat, akt~f, dan produktif secara berkelanjutan ". 54 Hal yang ditambah oleh pemerintah Indonesia dari definisi ketahanan pangan F AO adalah kalimat "tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, ., kalimat terse but menunjukkan bahwa Indonesia akan mengimplementasikan kebijakan pangannya sesuai dengan kondisi sosial, budaya, agama dan keyakinan masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan ketahanan pangan, UU Pangan menjelaskan program swasembada pangan bahwa Indonesia mengutamakan produksi pangan dalam ncgcri untuk pcmcnuhan kebutuhan konsumsi pangan. 55 Penyclcnggaran pangan tcrschut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang mcmhcrikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan 3 prinsip utama pangan, 56 yaitu sebagai berikut: I. "Kedaulata11 Panga11 (food sovereignty) adalah hak negara dan bangsa yang secm·a mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya /oka/". 57 2. "Kemandirian Pangan (food resilience) 58 adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka

54 Pasal I ayat (4) Undang-Undang No. 18 tahun 20 I2 mengenai Pangan (penekanan ditambahkan) 55 Pasal IS (I) Undang-Undang No. 18 tahun 20 I2 mengcnai Pangan 56 Pasal 3 Undang-Undang No. I8 tahun 20 I2 mengenai Pangan 57 Pasal I ayat (2) Undang-Undang No. 18 tahun 2012 mengenai Pangan 58 "Food Resilience" dikutip dari BULOG di http://www.bulog.eo.id/ketahananpangan.php, harap diperhatikan bahwa definisi food

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 41 ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya a/am, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat". 59 3. "Keamanan Pangan (food safety) adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi".60 Program swasembada pangan untuk mencapai target produksi komoditas tertentu adalah metode utama Pemerintah Indonesia untuk

menjamin ketahanan pangan rakyat Indonesia. 61 Ada 4 target yang ingin dicapai Indonesia, yaitu: a. pemantapan swasembada beras, jagung. daging ayam, telur, dan gula konsumsi melalui peningkatan produksi berkelanjutan, dan pencapaian swasembada kedelai, daging sapi dan gula industri secara berkelanjutan; b. pengembangan keaneka ragaman pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatasi rawan pangan dan stabilsasi harga di sentra produksi; c. peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor; dan

resilience Indonesia ini berbeda dengan food resilience Negara lain yang lebih fokus terhadap pemulihan atau ketahanan dari bencana atau krisis pangan, sedangkan Indonesia lebih menekankan pada swasembada pangan 59 Pasal I ayat (3) Undang-Undang No. 18 tahun 2012 mengenai Pangan 60 Pasal1 ayat (5) Undang-Undang No. 18 tahun 2012 mengenai Pangan 61 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20/5-20/9. Diterbitkan 2014, dapat diakses di: http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/sesma/tiles/Buku%201%20RPJMN%202015- 2019.pdf Kementerian Pertanian. Pelaksanaan Program Ke1ja dan Anggaran BKP Tahun 20 I 5. Diterbitkan: Januari 2015, dapat diakses di: http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Pedoman Pelaksanaan Program Kerja dan Anggaran BKP 2015.pdf

42 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri d. peningk:atan kesejahteraan petani.62 Berdasarkan program kebijakan pangan di atas, terlihat bahwa Pemerintah sangat menekankan pada produksi lokal dalam mencapai ketahanan pangan.

111.1.2. Pengaruh Kebijakan Ketahanan Pangan terhadap Perdagangan Internasional Indonesia Indonesia sudah memulai perdagangan luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia sejak tahun 1950an, dimana saat itu Indonesia sedang mengalami krisis pangan hebat, sehingga Indonesia harus melakukan impor pangan dari negara luar untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia. 63 Pada saat itu, produksi pangan lokal belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia karena laban pertanian yang kecil dan infrastruktur yang tidak baik, oleh karena itu Presiden Soekamo mencanangkan program swasembada, dan kemudian dilanjutkan oleh Presiden Soeharto dengan mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan pangan. scperti pembentukan BULOG sebagai institusi yang mengurus izin impor pangan Indonesia yang umumnya cenderung menutup diri dari impor pangan.M Hal ini mengakibatkan Indonesia memiliki proteksi impor pangan yang sangat tinggi dan tertutup dari produk pangan luar. Pada awal tahun 1990, kebijakan perdagangan Indonesia mulai terbuka dengan menandatangani Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Free Trade Agreement (AFT A) tingkat regional dan terlibat di dalam Putaran Uruguay tingkat multilateral. 65 Melalui AFTA, Indonesia menurunkan tariff impor pangan dari 0% sampai 5% untuk negara

62 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014, Dewan Ketahanan Pangan, 2010, http://bkp.pertanian.go. id/tinymcpuk! gambar/file/K UKP%2020 I O'Y.,20- %202014%20Edit%20TA%20Nov%202011.pdf 63 OECD Library Onlnie. OECD Re1•iew ofAgricultural Policies: Indonesia 2012. OECD Publishing. Dapat diakses di: http://dx.doi.org/ I 0.1787/97892641790 11-en 64 Ibid. 65 Ibid.

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 43 ASEAN,66 namun untuk produk impor pangan dari luar ASEAN dikenakan tariff yang tinggi dan izin impor terbatas. Pada tahun 1995, Indonesia bergabung dengan WTO dan mulai terbuka dengan perdagangan luar negennya, walaupun ada beberapa sektor yang sensitif dan tertutup, terutama sektor pangan atau pertanian. Perdagangan internasional Indonesia mengalami perubahan yang signifikan ketika krisis moneter tahun 1997-98, melalui kerjasama pinjaman dengan International Monetary Funds (IMF) Indonesia mulai membuka pasar mereka terhadap barang impor pangan yaitu dengan menurunkan tariff impor dan memberikan izin impor atas produk pangan negara luar. Walaupun adanya reformasi dalam bidang tariff impor pangan dan

mulai terbukanya pasar Indonesia terhadap produk asing melalui Pe~janjian WTO atau Perjanjian Pcrdagangan Bebas (Free Trade Agreement) (FT A) dengan partner-partner dagang Indonesia, Indonesia dianggap mencrapkan kebijakan-kebijakan impor yang sangat protektif yang umumnya dalam bentuk kuantitatif atau kuota. Hal ini karena masalah impor produk pangan

isu yang sangat scnsitif untuk produsen lokal dan rakyat Indonesia. 67 Ditambah lagi pcmcrintah juga selalu menekankan pada kchijakan swasembada pangan schagai pcnggerak utama untuk mcwujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Kebijakan swasembada pangan untuk ketahanan pangan senng dikritik oleh NGOs dan organisasi think-tank, contohnya Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian & Pengembangan Ekonomi (LP3E) Karlin Indonesia, Didik J. Rachbini yang mengatakan bahwa ''ketahanan pangan tidak harus selalu menyangkut Slrasembada pangan. Bisa saja impor dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri tidak mencukupi."'68

66 World Trade Organization. Trade Policy Review: Indonesia, WT/TPR/S/278. Diterbitkan: 6 March 2013, dapat diakses di: https://www. wto.org/english.itratop e/tpr e/s278 e.pdf 67 Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan. Salah Jalan Menuju Swasembada Pangan yang Berkelanjutan. Diterbitkan: 12 Mei 2015, dapat diakses di: http :I /kedaulatanpan gan.net/20 15/0 51 salah-j alan-menu j u-swasembada-pangan-yang­ berkelanjutan/ 68 Risky Jaramaya. Republika Online. Jangan Main-Main dengan Kebijakan Keralwnan Pangan. Diterbitkan: 27 Maret 2015, dapat diakses di:

44 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri Lebih lanjut VPH-Center for International Trade and investment (UPH CITI) juga berpendapat bahwa "swasembada pangan untuk mencapai ketahanan pangan lebih bersifat tujuan politik, karena tidak mungkin di negara ini dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduknya hanya berdasarkan produksi lokalnya sendiri.''69 Oleh karena itu, apabila produksi domestik tidak mampu memenuhi kebutuhan populasi Indonesia, maka impor menjadi penting untuk mejamin kebutuhan pangan masyarakat Indonesia teijamin dan produksi industri dalam negeri tetap dapat berjalan. Pangan dengan harga yang tinggi atau fluktuatif akan merugikan rakyat Indonesia sebagai konsumen, produsen termasuk juga para petani.70 Pasal 14 UU Pangan mengatur mengenat tmpor pangan untuk ketahanan pangan, yaitu sebagai berikut: "(1) Sumber penyediaan Pangan berasal dari Produksi Pangan dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional. (2) Dalam hal sumber penyediaan Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum mencukupi, Pangan dapat dipenuhi dengtm Impor Pangan sesuai dengan kebutuhan. " Namun, aturan impor pangan Indonesia sangat ketaL yaitu: Pasal 36 "(1) lmpor Pangan hanya dapat dilakukan apabila Produksi Pangan dalam negeri tidak mencukupi dan/atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri. (2) Kecukupan Produksi Pangan Pokok dalam negeri dan Cadangan Pangan Pemerintah ditetapkan oleh menteri atau lembaga pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Pangan. "71 http://www.republika.co. id/berita/ekonomi/makro/ 15/03/27/nlv29v -j angan-mainmain­ dengan-kebijakan-ketahanan-pangan 69 Economic Integration and Poverty Reduction as the Road to Food Security, Indonesian Trade and Investment Quarterly: I st Quarter 2015, UPH Center for International Trade and Investment. 70 Ibid. 71 Pasal36 Undang-Undang No. 18 tahun 2012 mengenai Pangan

Pusat P2K OJ - BPPK Kementerian Luar Negeri 45 Ditambah dengan Pasal 39 UU Pangan sebagai berikut: "Pemerintah menetapkan kebijakan dan peraturan Impor Pangan yang tidak berdampak negatif terhadap keberlanjutan usaha tani, peningkatan produksi, kesejahteraan Pet ani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Us aha Pangan mikro dan kecil." Berdasarkan pasal-pasal di atas terlihat bahwa Pemerintah menganggap cara terbaik untuk mewujudkan ketahanan pangan hanya melalui produksi dalam negeri dan kebijakan impor lebih didasarkan pada faktor kuantitas, padahal indeks ketahanan Pangan Indonesia rendah, yaitu di peringkat 74 dengan skor 46,7 kalah dengan negara-negara ASEAN seperti Singapura (peringkat ke-2), Malaysia (peringkat ke-34), Thailand (peringkat ke-52), Vietnam (peringkat ke-65). 72 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kebijakan swasembada pangan pemerintah untuk kctahanan pangan belum membuahkan hasil nyata untuk mewujudkan tujuan kesejahteraan masyarakat, bahkan sebaliknya kcbijakan tersebut dapat menyebabkan kerawanan pangan. Program swasembada pangan untuk mcncapat tujuan ketahanan pangan merupakan hal yang sangat lumrah. Yang mcjadi pcm1asalahan adalah wujud implementasi dengan menerapkan kcbijakan-kchijakan yang cenderung bersifat proteksionis (protectionisl measures), yang juga meyebabkan antipati terhadap impor pangan, yang mungkin sangat dibutuhkan untuk ketahanan pangan nasional. Kebijakan pangan yang bersifat protektif mempunyai dua dampak terhadap perekonomian Indonesia, yaitu: ( 1) permasalahan intemasional dengan partner dagangnya, dan (2) permasalahan nasional.

72 http://foodsecurityindex.eiu.com/lndex, akses terakhir tanggal 25 Agustus 2015

46 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 111.1.2.1. Permasalahan Internasional: Sengketa Internasional akibat dari Kebijakan Pangan Saat ini Indonesia sedang menghadapi dua sengketa perdagangan intemasional berkaitan dengan pangan di Badan Penyelesaian Sengketa WTO ( WTO Dispute Settlement), yaitu: 1. Kasus Perizinan Impor (import licensing requirement) atas Produk Holtikultura dan Produk Hewan melawan Amerika

Serikat (AS) dan Selandia Baru (NZ). 73 Kasus sengketa perizinan impor dimulai pada tahun 2012 dari komplain AS atas peraturan izin impor terbaru atas produk Holtikultura dan Produk Hewan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan karena dianggap memiliki efek distorsi perdagangan (trade distortion) dan pembatasan perdagangan (trade restrictive) yang memiliki potensi melanggar Perjanjian Intemasional WTO. 74 AS kemudian bersama Selandia Baru membawa kasus terscbut ke Badan Penyelesaian Sengketa WTO dan hingga saat ini dalam proses pcnyelesaian di tingkat Panel WTO. 75

2. Kasus Larangan Impor Ayam melawan BraziF6 Pada tahun 2014, Brazil mcminta kepada Sekretariat WTO untuk konsultasi dengan Indonesia mengenai kebijakan Indonesia yang menutup pasarnya dari daging dan produk ayam dari Brazil, sehingga tidak sesuai dengan kewajiban Indonesia berdasarkan perjanjian-perjanjian WTO, yaitu Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures, Agreement on

73 World Trade Organization. Ne1r Zealand. USfi/e disputes against Indonesia on imports ofagricultural products. Diperoleh: 8 May 2014. dapat diakses di: https://www. wto.org/eng1ishlnews e/news 14 etds4 77rfc 09may 14 e.htm 74 United States Trade Representative. United States Challenges Indonesia "s Ongoing Import Restrictions on Horticultural Products, Animals, and Animal Products, Diterbitkan: May 2014, dapat diakses di: https:/ /ustr.gov/about-us/policy-offices/press­ o ffice/press-re1eases/20 14/May/U S-Challenges-Indonesia-Ongoing-Import-Restrict ions­ Horticulture-Animal-Products 75 Indonesia - Importation of Horticultural Products, Animals and Animal Products - Request for the establishment of a panel by the United States (25 March 20 15) WT/DS478/9 and WT/DS477/9 76 World Trade Organization. Bra::.ilfiles dispute against Indonesia 01·er import restrictions on chicken. Diperoleh dan diterbitkan: 16 October 2014, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/news e/news14 e/ds484rfc 16oct14 e.htm

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 47 Technical Barriers to Trade, Agreement on Agriculture, Agreement on Import Licensing Procedures, Agreement on ?reshipment Inspection, dan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1994.77 Sampai saat ini, kasus larangan impor ayam dengan Brazil belum menemukan titik temu walaupun Indonesia sudah mencoba untuk menyelesaikan sengketa ini secara kekeluargaan dengan Brazil. 78 Oleh karena itu, dapat diprediksi bahwa kemungkinan besar Brazil akan membawa kasus ini ke tahap berikutnya, yaitu pembentukan majelis panel untuk menyelesaikan sengketa larangan impor ini.

111.1.2.2. Permasalahan Nasional: Dampak Kebijakan Indonesia Di Bidang Pangan Indonesia tidak hanya terkena masalah di dimensi intemasional akibat dari kebijakan perdagangan pangan yang tertutup, namun memberikan juga dampak ncgatifterhadap pasar domestik dan masyarakat Indonesia secara umum (dimensi nasional). Secant sekilas, kebijakan impor pangan yang ketat tcrlihat mcmbcrikan kcuntungan bagi petani Indonesia dan sekaligusjuga mcmbantu ckonomi nasional. :\amun, kebijakan tersebut temyata mempunyai etek negatitnya lebih besar terutama tidak adanya daya saing produk Indonesia di pasar global akibat terlalu dilindungi dan masyarakat dipaksa mengeluarkan biaya lebih untuk memenuhi kebutungan pangannya karena fluktuasi harga dan stok pangan di pasar. Beberapa tahun terakhir ini masyarakat Indonesia dihantam bertubi­ tubi dengan kenaikan harga komoditas pangan utama akibat kosongnya stok komoditas tersebut, yang dimulai dari naiknya harga kedelai, 79 bawang

77 World Trade Organization. Brazilfiles di!)pute against Indonesia over import restrictions on chicken. Diperoleh dan diterbitkan: 16 October 2014, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/news einews14 e/ds484rfc 16octl4 e.htm 78 Linda Yulisman. The Jakarrta Post Online. RI seeks amicable solution to chicken dispute with Brazi. Diterbitkan: 21 Oktober 2014, dapat diakses di: http://www. thejakartapost.com/news/20 14/ I 0/21 /ri-seeks-amicable-solution-chicken­ dispute-with-brazil.html#sthash.vhwX3GPC.dpuf 79 Kementerian Perindustrian Indonesia. Disadur dari Suara Karya. Harga Kedelai Melonjak, Produsen Tempe Menjerit. Dapat diakses di:

48 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri merah dan putih,80 cabai dan daging sapi. Walaupun kenaikan harga dan tidak adanya stok dari pangan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, terutama kemungkinan karena adanya kartel atau para spekulan untuk mencari keuntungan dari harga tinggi, 81 Pemerintah juga harus melihat dari segi dampak dari kebijakan ketahanan pangan yang ada terhadap masyarakat. Kebijakan ketahanan pangan yang diterapkan Indonesia rawan disalahgunakan oleh para spekulan dan rent seeker untuk mencari keuntungan pribadi. WTO melalui Agreement of Agriculture dan GATT telah menyerukan para negara anggota untuk menerapkan impor tariff dibandingkan impor kuota karena rentan disalahgunakan akibat tidak ada transparansi dalam pemberian impor kuota kepada importir. Kebijakan perdagangan luar negeri yang baru, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 16/M-DAG/PER/8/2013 Tcntang Kctentuan lmpor Produk Holtikultura dan Peraturan Menteri Pcrtanian 139- Pcnncntan/PD.41 0/12/2014 ten tang Pemasukan Karkas. Daging. Dan Atau Olahannya Ke Dalam Wilayah Negara Rcpuhlik Indonesia mcngcnai pcrizinan impor terhadap produk holtikultura dan daging. tclah menycbabkan susahnya komoditas terscbut untuk masuk kc dalam pasar lndonesia.82 Prosedur perizinan impor untuk produk daging hcwan. hcwan. dan holtikultura ini menyita perhatian di masyakat intcrnasional karena memiliki prosedur yang rumit, sehingga dapat memberikan cfek distorsi aliran perdagangan yang tidak sesuai dengan kewajiban intemasional Indonesia. Konsekuensi dari prosedur impor baru ini, banyak pihak sudah

http://www.kemenperin.go.id/artikel/3857/Harga-Kedelai-Ml:lonjak,-Produsen-·l·empe­ Menjerit 80 Widhie Kurniawan. Radio Republik Indonesia Online. Fenomena 1\enaikan 1/mga Bawang, Radio Republik Indonesia. Diterbitkan: 19 Maret 2013, dapal diakses di: http://www.rri.eo.id/post/editorial/97/editorial/fenomena ke11aikan harga bawang.html 81 Kompas./mpor Pililwn Terakhir Pemerintah. Diterbitkan: 6 .luni 2015. dapat diakses di: http://print.kompas.com/baca/20 15/06/06/pilihanimpor 82 Jakarta Globe Online . .Joko "s Se/f-SI![ficienc:y Push Will Orin• Up BeefPrin•s. Diperoleh: 20 agustus 2015, dapat diakses di: http://jakartaglobe.beritasatu.cornlbusinessljokos-self:·sufli~:iency-push-will-drivc-beef­ prices/

Pusat P2K OJ- BPPK Kenwnterian Luar Negeri 49 memprediksi bahwa ke depan akan terjadi kekosongan beberapa produk pangan akibat dari kebijakan perizinan baru ini, dan dampaknya akan terkena ke masyarakat melalui kenaikan harga akibat tidak ada pasokan. 83 Di sisi lain, kebanyakan petani di Indonesia belum melakukan pembaharuan dalam teknologi pertanian mereka. Salah satu contohnya adalah petani padi Indonesia sampai saat ini belum semuanya mengadopsi teknologi pertanian yang paling baru untuk membantu mereka menghasilkan produksi padi yang lebih ban yak dan efisien. 84 Kekurangan beras di Indonesia dapat diatasi dengan mempromosikan teknologi yang baru tersebut. Di samping permasalahan kekurangan produksi, ketahanan pangan Indonesia juga bcrkaitan dengan masalah kelebihan produksi pangan. Sebagai contoh, kelebihan produksi tomat di Jawa Barat, 85 sehingga harga jual tomat lcbih rcndah dari biaya produksinya. Petani juga belum memiliki kapasitas dan tcknologi untuk masuk ketahap pengelolahan bahan mentah. Pcningkatan kapasitas. teknologi dan marketing/pencarian pasar adalah tiga faktor pcnting untuk mcngatasi masalah kelebihan produksi pangan. \1asalah produksi dan kekurangan pangan di Indonesia JUga discbabkan kurangnya data yang akurat di lapangan, 86 karena seperti yang dijelaskan di atas Pemcrintah Indonesia hanya melakukan impor ketika produksi lokal tidak mencukupi. Namun, sayangnya banyak data-data yang dihimpun temyata tidak akurat dan pemerintah akan menambah masalah apabila membuat suatu kebijakan perdagangan berdasarkan data yang tidak benar atau telah dimanipulasi untuk kepentingan golongan tertentu. Oleh

X_l Ibid x4 Prof. Dr. Bustanul Arifin. Ketahanan Pangan dan Upaya Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), FGD "Kinerja Diplomasi Ekonomi: Evaluasi atas Perjanjian Perdagangan dan Investasi'' FISIP Universitas Pelita Harapan dan Kementerian Luar Negeri, 12 November 2015 xs lnilah Online. Produksi Tomat lahar A/ami Kelebihan 9000 Ton. Diterbitkan: 24 August 2015. dapat diakses di: http:llekonomi.inilah.com/read/detail/2231935/produksi­ t om at-ja bar-a Ia mi-ke!ehi han- 9000-t on x<> Prof. Dr. Bustanul Arifin, Ketahanan Pangan dan Upaya Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), FGD "Kinerja Diplomasi Ekonomi: Evaluasi atas Perjanjian Perdagangan dan lnvestasi'' FISIP Universitas Pelita Harapan dan Kementerian Luar Negeri, 12 November 20 15 so Pusat PZK 01- BPPK Kementerian Luar Negeri karena itu, pemerintah terutama Kementerian Pertanian harus menerapkan sistem perhitungan yang terinci dan akurat untuk mengetahui seluruh total produksi dan persentase konsumsi masyarakat Indonesia untuk produk pangan tertentu. Oleh karena itu, tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia adalah Pemerintah harus mengatasi masalah-masalah pangan dalam negeri, terutama data pertanian dan intervensi politik, sekaligus penyeimbangan kebijakan pangan nasional dengan kewajiban multilateral yang mengikat Indonesia.

111.1.3. Ketahanan Pangan Indonesia dari Dimensi Internasional Masalah pangan global dan hubungan intemasional, seperti perjanjian intemasional antara Indonesia dengan para mitra dagang lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mcmberikan dampak kepada ketahanan pangan dan perckonomian Indonesia. Oleh karena itu, bagian ini menganalisa dampak perdagangan global tcrhadap kebijakan ketahanan pangan Indonesia.

111.1.3.1. Liberalisasi Perdagangan (Trade Liberalisation) Melalui Perjanjian Perdagangan lntcrnasional Dengan menjadi anggota WTO, Indonesia memiliki komitmen untuk melakukan liberalisasi perdagangan luar negerinya, yaitu antara lain melalui schedule of commitments atau pengurangan komitmen tarif secara bertahap. Saat ini Indonesia juga sedang akti f bernegosiasi untuk perjanj ian perdagangan bebas dengan berbagai negara, seperti dengan Uni Eropa. Indonesia melalui pernyataan dari Presiden Jokowi juga telah menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi di Perjanjian Trans-Pac(fic Partnership (TPP), 87 perjanjian perdagangan abad 21 yang menekankan pada

~ 7 BBC Indonesia. Jokowi kemukakan niat gabung Kemitraan Trans-Pas!fik. Diterbitkan: 27 Oktober 2015, dapat diakses di:

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 51 keterbukaan perdagangan dan reformasi institusi pada area yang strategis untuk pemerintah (salah satu contohnya adalah pengurangan atau menghilangkan subsidi atau bantuan kepada badan usaha milik negara). Di sisi lain, pemerintah melakukan kebijakan yang bersifat tertutup dalam bidang pangan dan bahkan berencana melakukan negosiasi ulang di forum WTO untuk memberikan beberapa waktu bagi Indonesia dalam komitmen pengurangan tarif impor pangan dan subsidi pemerintah di bidang pcrtanian. 88 Saat ini, pertanian Indonesia cukup bergantung dari bantuan dan subsidi pemerintah, hal ini memang diperbolehkan oleh WTO untuk negara berkembang (sebesar 10%) dan negara maju (sebesar 5%)89 yang umumnya telah memiliki teknologi pertanian yang lebih canggih dari negara berkembang. Dengan demikian, Indonesia harus mulai melakukan analisa dan menerapkan program-program yang dapat membantu petaninya untuk mandiri dan bersaing di pentas dunia melalui sosialisasi pcnggunaan teknologi terbaru dan pemberian bantuan yang akan menyokong pctani Indonesia untuk berdikari. Oleh karena itu, komitmen intcmasional Indonesia dan arah kebijakan perdagangan yang lebih terbuka mdalui perjanjian perdagangan bebas akan memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan pangan Indonesia.

http: 1/www .bbc.com/indonesia/berita indonesia/20 15/ I 0/151 027 indonesia jokowi oba .illL!PP 88 Sondang Anggraini, Diplomasi Perdagangan lnternasional, FGD "Kinerja Diplomasi Ekonomi: Evaluasi atas Perjanjian Perdagangan dan Investasi" FISIP Universitas Pelita Harapan dan Kement~rian Luar Negeri, 12 November 2015 89 World Trade Organization. Agriculture Negotiations: Background Fact Sheet. Diperoleh: 17 November 20 15, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/tratop e/agric e/agboxes e.htm; World Trade Organization. Agriculture Negotiations: Backgrounder: Domestic support: Amber, Blue and Green Boxes. Diperoleh: 17 November 2015, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/tratop e/agric e/negs bkgmd13 boxes e.htm

52 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 111.1.3.2. Public Stockholding untuk Ketahanan Pangan Isu mengenai public stockholding untuk ketahanan pangan (public stockholding) adalah satu salah dari empat proposal terkait pertanian di perundingan Putaran Doha. 90 Dalam bidang pertanian, negara-negara berkembang diperbolehkan untuk mendukung produsen lokal dengan membeli produksi mereka pada harga bantuan, namun bantuan ini terbatas yaitu kira-kira hanya 10% dari nilai produksinya.91 Hal ini bermasalah bagi negara-negara berkembang karena cara kalkulasi bantuan tersebut akan membuat mereka semakin susah untuk mematuhi aturan bantuan ini. Oleh karena itu, Negara-negara berkembang termasuk di G33 mengajukan proposal mengenai public stockholding untuk ketahanan pangan, yang intinya akan melindungi negara-negara berkembang dari gugatan-gugatan hukum apabila program pangan mereka melewati batas limit yang telah disetujui dan ditetapkan berdasarkan aturan dan perjanjian WT0.92 Masalah ini kemudian dihahas secara intensif di Bali Ministerial Cot!ference pada tahun 2013. yang menghasilkan dan mengadopsi solusi interim atau semcntara yaitu peace clause sampai disetujui solusi permanen pada tahun 2017. Sl1lusi semen tara ini mencakup persetujuan bahwa negara­ negara tidak mcngajukan gugatan hukum melalui mekanisme penyelesaian sengkcta WTO tcrhadap negara berkembang berkaitan dengan bantuan untuk pangan utama menurut program public stockholding untuk ketahanan pangan.93 Pada tanggal 27 November 2014 di rapat Dewan Umum WTO (General Council Meeting) masalah public stockholding untuk ketahanan

'10 The Bali decision on stockholding for food security in developing countries , 27 November 2014, https:. www. wto.onl ..:n!.!lish·tratl)p cial!ric l'il~lctshcet agnl! c. htrn 91 World Trade Organization. Stockholclingfhrj(JOd security: interim 'due restraint·. Diakses pada 10 Desember 2015. Bisa diakses di: https:/ /www. wto.org/englishlthewto_ c/minist _e/mc9 ~ e/bricf__ agneg_e.htm#stockholding 92 World Trade Organization. The Bali decision on stockholdingfcn'.fhocl security in de1·e/oping countries. Diterbitkan pada 27 November 2014. Diakses pada 10 Desember 2015, bias diakses di: https://www. wtr~.c•rg/cng}i..;h/tratop ~:,agric eifactshcel al!ng c.lum •n Public stockholding tor food security purposes, MINISTERIAL CONFERENCE: NINTH SESSION, BALI, 3-6 DECEMBER 2013 WT/MIN(I3)/38, WT/U913, II December 20 13

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 53 pangan dibahas lebih lanjut untuk mencari solusi dan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang muncul setelah adopsi atas peace clause pada tahun 2013. Pada rapat ini disetujui dan diadopsi bahwa apabila setelah tahun 2017 belum ada solusi permanen yang disetujui oleh seluruh negara­ negara untuk public stockholding untuk ketahanan pangan, makanya solusi sementara pada tahun 2013 akan terus berlaku sampai menemukan perjanjian permanen. 94 Syarat-syarat juga tidak berubah bahwa negara yang memberlakukan peace clause harus mencegah adanya hambatan terhadap perdagangan luar negeri ( contoh mempengaruhi harga di pasaran dunia) atau memberikan dampak terhadap program ketahanan pangan negara lain dan mereka juga wajib memberikan informasi yang transparan bahwa mereka memenuhi syarat ini. 95 Masalah public stockholding untuk ketahanan pangan sangatlah penting untuk Indonesia karena harus diakui pertanian Indonesia terutama produsen lokal akan mengalami kesulitan apabila tidak dibantu oleh Pemerintah Indonesia. Temyata tidak hanya Indonesia yang mengalami masalah ini, namun negara-negara berkcmbang yang tergabung di dalam 033 juga memiliki perhatian yang sama schingga mcngajukan proposal agar negara berkembang tidak mengalami hamhatan berupa gugatan hukum apabila melaksanakan program yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Seperti yang diakui oleh seluruh negara baik negara berkembang dan negara maju, ketahanan pangan adalah isu sensitif dan memiliki dampak yang sigfinikan terhadap kehidupan rakyat dan masyarakat di suatu negara. Oleh karena itu, untuk negosiasi selanjutnya mengenai public stockholding, Indonesia harus berperan aktif untuk menjaga posisi Indonesia dalam hal public stockholding untuk ketahanan pangan dengan berkoordinasi dengan negara-negara berkembang lainnya.

94 Public stockholding for food security purposes, GENERAL COUNCIL: DECISION OF 28 NOVEMBER 2014 WT/L/939. Can be accessed at: https:/ /www. wto.org/english/thewto _ e/minist_ e/mc9 _ e/nov 14stockholding_e.htm 95 Ibid.

54 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 111.1.3.3. Kurangnya Diversif"Ikasi Somber Pasokan Pangan Suatu negara tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan penduduknya hanya dengan bergantung pada produk lokal. Faktor-faktor seperti perbedaan cuaca, tanah, sumber daya alam dan lainnya, mempengaruhi produksi pangan suatu negara dan menyebabkan satu atau beberapa komoditas pangan harus diimpor oleh negara tersebut untuk memenuhi pasokan di dalam negerinya. Indonesia tetap bergantung pada sektor impor untuk beberapa komoditas, contoh yang paling nyata adalah ketergantungan akan impor kedelai. 96 Kedelai adalah bahan baku utama untuk membuat tabu dan tempe yang adalah makanan sehari-hari masyarakat Indonesia. 97 Indonesia butuh 2 juta ton kedelai setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, namun petani lokal hanya dapat memproduksi sebesar 60% sehingga Indonesia harus mengimpor 40% kedelai dari luar negeri. 98 Akibatnya, harga kedelai lokal akan dipengaruhi oleh harga kedelai pasar intemasional, seperti pada tahun 2012, dimana adanya kcgagalan panen di Amerika Serikat dan Eropa, mengakibatkan harga dunia kcdclai naik dan termasuk harga kedelai di Indonesia, karena pasokan kcdclai Indonesia bergantung dari impor kedelai Amerika Serikat.99 Untuk mengatasi kasus ini, Indonesia harus mencari solusi nyata melalui program nasional dan juga program kebijakan perdagangan luar negeri untuk mencegah terjadinya stok kosong dan harga naik di pasar lokal, sehingga tidak akan memunculkan gejolak nasional kepada publik Indonesia.

96 Kementerian Perindustrian Indonesia. Disadur dari Bisnis Indonesia. lroni Kedelai lmpor di Negeri Tempe. Dapat diakses di: http://www .kemenperin.go. id/ artikel/3 8 5 3/lroni-Kedelai-I mpor-di-Negeri-Tempe 'J7 Kementerian Perindustrian Indonesia. Disadur dari Suara Karya. Harga Kec/elai Melonjak, Produsen Tempe Me1!jerit. Dapat diakses di: http:/I www. kemenperin. go. id/ art ike 1/3 8 57 /Harga-Kede lai-Me lonj ak.-Produsen-Tempe­ Menjerit 98 Kementerian Perindustrian Indonesia. Disadur dari Bisnis Indonesia. lroni Kedelai lmpor di Negeri Tempe. Dapat diakses di: http://www.kemenperin.go.id/artikel/3853/lroni-Kedelai-lmpor-di-Negeri-Tempe <)<)/hid.

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 55 111.1.4. Perdagangan Internasional Untuk Mencapai Kedaulatan Pangan Perdagangan intemasional dan kedaulatan pangan merupakan isu yang saling terkait satu sama selain karena negara-negara lain memanfaatkan perdagangan luar negeri untuk menjamin ketahanan pangan untuk rakyat mereka. Salah satu contohnya adalah Inggris yang menganggap bahwa perdagangan luar negeri dapat membantu meningkatan ketahanan pangan, sebagai berikut: "Effective trade linkages can help to secure stable food supplies, enabling imports to meet shortfalls in local production and can mitigate price volatility through belter.fimctioning markets ". 100

Harus diperhatikan bahwa Indonesia juga telah menggunakan perdagangan intemasional untuk membantu tercapainya ketahanan pangan, sebagaimana terlihat dari Pasal 36 UU Pangan yang menyatakan dapat melakukan impor kctika produksi lokal tidak mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia. Hal ini adalah salah satu contoh perdagangan intemasional yang dilakukan negara lain untuk menjamin kecukupan pangan di negaranya. Namun, pemcrintah dalam menerapkan kebijakan impor pangan hanya berdasarkan segi kuantitas dan bersifat tertutup, dan dalam pelaksanaannya, kebijakan pangan tidak disertai dengan data-data produksi pertanian yang akurat, sehingga hal ini mengakibatkan beberapa tipe pangan tidak terjamin pasokannya di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengatasi pasokan pangan dalam negeri, Pemerintah Indonesia harus melihat diversifikasi pangan baik dari sisi kualitas dan kuantitas yang didasarkan pada data yang akurat.

100 Department for Business Innovation & Skills. United Kingdom Government. Can trade improvefood security?. Trade and Investment Analytical Papers Topic 9 of 18. Diterbitkan January 2013, dapat diakses di: https://www.gov.uk/government/uploads/systernluploads/attachment datalfile/69975/bis- 13-593-can-trade-improve-food-security.pdf

56 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 111.2. Produk Ramah Lingkungan (Environmental Goods)

Liberalisasi perdagangan tidak hanya meningkatkan ekonomi dunia, tetapi juga dapat menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan hidup. 101 Perlindungan lingkungan hidup (environmental protection) dan perubahan suhu iklim (climate change) adalah isu yang sedang diperdebatkan baik di tingkat nasional maupun intemasional 102 dengan tujuan untuk mencari solusi bersama mengatasi atau mengurangi gas emisi rumah kaca

(greenhouse gas emissions) atau karbon (C02) akibat produksi, serta mempromosikan pertumbuhan lingkungan hijau (green growth) dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). 103 Perubahan lingkungan, kerusakan lingkungan dan keprihatinan atas naiknya gas emisi secara global membuat para pemimpin negara dunia mulai memperhatikan isu lingkungan hidup. Hal ini juga tercennin dari beberapa sengketa intemasional di WTO yang terkait dengan lingkungan hidup, contohnya adalah kasus larangan impor tuna antara Meksiko dan Uni Eropa dengan Amerika Serikat atau kasus larangan impor udang antara India, Malaysia, Pakistan dan Thailand mclawan Amcrika Scrikat. 104 Banyak kasus sengketa lingkungan di WTO yang umumnya tcrkait dengan larangan atas suatu produk tertentu karena produk tersebut diproduksi dengan cara yang tidak ramah lingkungan. 105 Di tambah lagi adanya yurisprudensi kasus WTO yang menyatakan bahwa masalah lingkungan

101 World Trade Organization. Early years: emerging em·ironmmt dehate in GA.ITIIVTO. Diperoleh: 20 agustus 2015, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/tratop e/envir e/hist I e.htm 102 http://ec.europa.eu/science-environment-policy 103 International Center for Trade and Sustainable Development. Securing climate hene,/its in the Environmental Goods Agreement. Diterbitkan: 27 September 2014, dapat diakses di: http://www.ictsd.org/bridges-news/biores/news/securing-climate­ benefits%E2%80%A8-in-the-environmental-goods-agreement 104 World Trade Organization. Environmental disputes in GATT/WTO. Global Environmental Impacts ofEU Trade in Commodities, Issue 44, Diterbitkan: November 2013. Diperoleh: 25 agustus 2015, dapat diakses di: https://www. wto.org/english/tratop e/envir e/edisOO e.htm 105 Ibid.

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 57 harus didahulukan dibandingkan dengan aturan-aturan WTO atau perdagangan dunia. 106 Isu lingkungan hidup dan perubahan iklim menyebabkan negara­ negara terutama negara maju mulai mengatur kebijakan perdagangan mereka dengan melihat proses pembuatan dan distribusi suatu produk apakah mempunyai dampak merusak lingkungan atau tidak. Tetapi di sisi lain, suatu negara juga memakai alasan kebijakan hijau untuk melakukan pembatasan impor dengan tujuan proteksionis dibandingkan tujuan untuk melindungi lingkungan hidup. Dalam hal ini, Indonesia sudah terkena dampak dari beberapa kebijakan hijau negara lain, yaitu terkait produk biodiesel Indonesia yang terbuat dari minyak kelapa sawit. 107 Tidak tertutup kemungkinan dimasa akan datang, terdapat produk-produk Indonesia lainnya yang tidak dapat masuk ke negara lain dengan alasan metode dan cara produksi komoditas tcrsebut merusak lingkungan.

111.2.1. Perkembangan Perdagangan lnternasional i\lengenai Produk Ramah Lingkungan Hubungan dan dampak antara perdagangan dan lingkungan (trade and investment) telah disadari oleh negara-negara pada tahun 1970, bahkan Perjanjian Marrakesh (dasar pembentukan WTO) telah menyebutkan pembangunan berkelanjutan (sustainable del'elopment) dan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu tujuan utama WT0.108 Sampai saat ini belum ada perjanjian yang spesifik membahas mengenai perdagangan dan lingkungan hidup, namun WTO selalu mendorong

106 World Trade Organization. An introduction to trade and em·ironment in the WTO, Diperoleh: 25 Agustus 2015, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/tratop e/envir e/envt intro e.htm 107 Sakina Rakhma Diah Setiawan. Kompas Online. CPO clan Karel Gagctl Masuk Da{iar Ramah Lingkungan APEC. Diperoleh dan diterbitkan: 16 Juli 2013, dapat diakses di: http:/ /bisniskeuangan.kompas.com/read/20 13/07' 16,'0744005/CPO.dan.Karet.Gagai.Masu k.Daftar.Ramah.Lingkungan.APEC 108 Trade and Environment, akses terakhir 25 Agustus 2015 https:/ /www. wto.org/englishltratop_ e/envir_ e1envir e.htm

58 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri anggotanya untuk mengadopsi kebijakan perdagangan yang melindungi lingkungan hidup. 109 Negara-negara anggota WTO dalam Putaran Doha sudah mulai melakukan diskusi dan negosiasi untuk memasukkan aturan perlindungan lingkungan dalam melakukan perdagangan dunia, dengan cara membebaskan tarif bagi barang dan jasa yang dapat memberikan manfaat kepada lingkungan dan sekaligus menyeimbangkan aturan WTO dan perjanjian-perjanjian bebas perdagangan lainnya untuk melindungi lingkungan. 110 Salah satu adaptasi mengenai perdagangan dan perlindungan lingkungan hidup adalah produk ramah lingkungan, karena produk ramah lingkungan dapat berkontribusi secara positif untuk melawan perubahan iklim, mengurangi atau menghilangkan tarif atau halangan non-tarif, sehingga produk ramah lingkungan akan lebih murah dan tersedia. 111 Akan tetapi, lambatnya kemajuan proses negosiasi mengenai program lingkungan di WTO membuat beberapa negara, terutama negara maju mulai melakukan ncgosiasi yang bersifat plurilateral berfokus pada perdagangan produk ramah lingkungan, yaitu Perjanjian Produk Ramah Lingkungan (Environmental Goods Agreemelll) (EGA). 112 Negosiasi EGA dimulai pada tanggal 8 Juli 2014 diprakarsai oleh Amerika Scrikat. Australia, Kanada, Tiongkok, Kosta Rika, Uni Eropa, Hong Kong, Jepang. Korea Selatan, New Zealand. Norwegia, Singapura, Swiss dan Taiwan, yang meliputi 86% perdagangan dunia untuk produk ramah Iingkungan. 113

109 Ibid. 110 World Trade Organization. An imrocluc:tion to trade and environment in the IVTO. Diperoleh: 25 Agustus 2015, dapat diakses di: https://www.wto.org/englishltratop e/envir e/envt intro e.htm 111 World Trade Organization. Actil'ities ofthe WTO and the challenge l?ldimate dwnge. Diperoleh: 25 Agustus 2015, dapat diakses di: https://www. wto.org/english/tratop e/envir e/climate challenge e.htm 112 World Trade Organization. Az:ew!do welcomes launch ~lplurilateral enl'ironmental goods negotiations. Diperoleh: 8 Juli 2014, dapat diakses di: https:/ /www. wto.org/englishlnews e/news 14 e/envir 08jul14 e.htm 113 United States Trade Representative. Environmental Goods Agreement. Diperoleh: 20 Agustus 2015, dapat diakses di: https://ustr.gov/trade-agreements/other- ini tiatives/environmen ta )-goods-agreement

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 59 EGA diharapkan dapat membantu mengatasi perubahan iklim (climate change) dengan mengurangi gas emisi rumah kaca (greenhouse gas emissions) sekaligus mempromosikan pertumbuhan lingkungan hijau (green growth) dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). 114 Sebagai contoh, Amerika Serikat adalah satu satu pendukung utama atas perdagangan produk dan jasa ramah lingkungan, seperti turbin angin, filter pengolahan air, dan energi dari panas cahaya matahari dengan cara menurunkan tarif terhadap produk ramah lingkungan. 115 Salah satu cara yang akan diaplikasikan oleh EGA untuk mengurangi gas emisi adalah dengan menerapkan prinsip most favoured­ nation (MFN) dalam pengurangan tarif kepada negara yang menerapkan EGA.II6

111.2.2. Tantangan Indonesia terhadap Perdagangan Luar Negeri Produk Ramah Lingkungan Gerakan produk ramah lingkungan atau produk hijau di Indonesia sudah mulai dilakukan olch Pcmerintah mclalui Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tcntang Pcrindustrian ( LL Pcrindustrian) dari pasal 77 sampai dengan 83, yang mcngatur mcngcnai industri hijau. 117 Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah sadar mengenai perlunya industri hijau kedepannya untuk mengatasi pennasalahan sumber daya alam Indonesia yang terbatas dan masalah lingkungan global.

114 International Center for Trade and Sustainable Development. Securing climate benefits in the Enl'ironmc:ntal Goods Agreement. Diterbitkan: 27 September 2014, dapat diakses di: http://www. ic tsd. org/bridges-news/biores/news/ securing -climate­ benefits%E2%80'YoA8-in-the-environmental-goods-agreement 115 United States Trade Representative. Environmental Goods Agreement. Diperoleh: 20 Agustus 2015, dapat diakses di: https://ustr.gov/trade-agreements/other­ initiatives/environmental-goods-agreement 116 World Trade Organization. Azevedo welcomes launch ofplurilateral environmental goods negotiations. Diperoleh: 8 Juli 2014, dapat diakses di: https://www.wto.org/englislvnews e/newsl4 e/envir 08jull4 e.htm 117 Arimbi Ramadhiani. Kompas Online. Jni Penilaian Industri H(jau Berdasarkan Permen 5112015. Diterbitkan: 26 Agustus 2015, dapat diakses di: http://properti.kompas.com/read/20 15/08/26/195230121 /lni.Penilaian.Industri.Hijau.Berd asarkan.Permen.51.20 15?utm source=properti&utm medium=cpc&utm campaign=artbo ~

60 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri UU Perindustrian juga memberikan definisi industri hijau sebagai berikut: "Industri Hijau adalah Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan Industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat." 118 Untuk melaksanakan industri hijau, Menteri Perindustrian mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Perindustrian Nomor 51/M­ IND/PER/6/2015 mengenai aturan atau pedoman penyusunan standar industri hijau (SHI), sehingga ada standar-standar produk hijau di Indonesia. 119 Walaupun Pemerintah sudah menaruh perhatian terhadap industri hijau dan komitmen untuk mengurangi emisi karbon scbesar 26% bcrdasarkan RPJM 2015-2019, 120 namun masih banyak tantangan­ tantangan yang dihadapi Indonesia baik dari dimcnsi nasional dan intcmasional, yaitu sebagai berikut:

111.2.2.1. Kurangnya Kapasitas Teknologi, Sumbcr Daya :\lanusia dan Dana Indonesia belum punya kapasitas dalam bidang teknologi, sumber daya manusia maupun dana untuk melakukan program atau industri hijau, 121 seperti halnya negara-negara maju yang telah lebih dahulu melakukan program industri hijau atau energi terbarukan. Untuk mencoba mengatasi masa1ah ini, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani di Tropical Landscapes Summit: A Global hn·estment Opportunity

118 Pasall ayat (3) UU Perindustrian 119 Ini Penilaian Industri Hijau Berdasarkan Permen 5112015. 2o Agustus 2015, http://properti.kompas.com/read/20 15/08/26/195230121 ·Ini.PI!ni laian.Industri.Hijau.Berd 120 Badan Koordinasi Penanaman Modal. Kepala BKPM. Pemeri11tah Menclvrong lnclustri Hijau Melalui Pemberian lnsentif. Diperoleh: 25 Agustus 2015, dapat diakses di: http://www2.bkpm.go.id/contents/news detail/23540 I /siaran-pers-kepala-bkpm­ pemerintah-mendorong-industri-hijau-melalui-pemberian-insenti f#. V d7yYX vi Ox U 121 Ibid

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 61 pada tanggal 27-28 April 2015 menyatakan bahwa pemerintah sebetulnya sudah menyediakan insentif untuk para pengusaha untuk bidang usaha ramah lingkungan atau investasi lingkungan hijau (green investment) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu. 122 Lebih lanjut dijelaskan pula konsep industri hijau yang akan diterapkan oleh Pemerintah, yaitu: "Dalam prosesnya, industri hijau menerapkan konsep reduce, reuse, recycle and recOJ'CJ:V, menggunakan teknologi ramah lingkungan, serta mempekerjakan sumber daya manusia yang berkompetensi tinggi, efisien, dan berwall'asan lingkungan; dan dari segi output, industri hijau menghasilkan produk yang bersahabat dengan a/am serta mampu menekan jumlah emisi karbon dan sampah." 123 Bcbcrapa bidang industri hijau yang mendapat insentif adalah di bidang pcmbangkit tenaga listrik dengan energi baru/terbarukan, pcngusahaan tcnaga panas bumi, industri pemurnian dan pengolahan gas alam. bidang pcnampungan. penjernihan dan penyaluran air bersih, serta pcngdnlaan dan pcmbuangan sampah. 124 Kemudian, diberikan pula pembebasan tarif atau biaya impor untuk material, alat atau mesin untuk pembangunan industri atau investasi hijau. 125 Lebih Janjut, Indonesia juga belum memiliki badan sertifikasi untuk memberikan label produk hijau (eco labeling), sehingga pengusaha Indonesia harus ke Juar negeri untuk mendaftarkan produk hijau mereka. 126 Namun, Green Product Council Indonesia (GPCI) sedang merencanakan untuk menjadi institusi pemberi sertifikat untuk produk hijau Indonesia

122 Ibid m Ibid 124 Ibid 125 Ibid 126 Arimbi Ramadhiani. Kompas Online. Sert[fikasi Label Hijau Domestik Lebih Murah. Diterbitkan: 27 Agustus 2015, dapat diakses di: http://properti.kompas.com/read/20 15/08/27/090000521 /Sertifikasi.Label.Hijau.Domestik .Lebih.Murah

62 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri dengan tujuan mendorong industri dan masyarakat menggunakan produk hijau. 127

111.2.2.2. Standar Internasional Produk Ramah Lingkungan Standar suatu produk ramah lingkungan telah ramai diperdebatkan yang diinisiasi oleh Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada tanggal 9 September 2012 di Vladivostok, Russia. 128 Dalam pertemuan tersebut 21 negara setuju untuk membebaskan tarifuntuk 54 produk ramah lingkungan yang merupakan suatu terobosan baru karena di Putaran Doha WTO banyak perdebatan berpusat pada standar suatu ··produk ramah lingkungan". 129 Indonesia mengalami kebuntuan dalam memasukkan produknya ke dalam daftar produk ramah lingkungan versi APEC, terutama produk minyak sawit mentah (CPO) dan bemiat juga memperjuangkan produk andalan ekspomya, sepe11i karet, tebu. cokelat. dan rotan. 130 Namun, faktanya Indonesia gagal dalam mcmpromosikan produk minyak sawit mentah dan karet sebagai Produk Ramah Lingkungan. 131 Hal ini terjadi karena Indonesia dinyatakan dalam mcmproduksi CPO mcnghasilkan gas emisi yang cukup tinggi dan mdakukan pcrusakan hutan deforestation), 132 yang mungkin dapat dianggap scbagai b/uc:k campaign agar CPO tidak masuk produk ramah Iingkungan. 133

127 Ibid 128 Mahesh Sugathan dan Thomas L. Brewer. APEC's 1!11\'ironmenta/ goods initiative: How c/imate:friend~v is it? Diterbitkan: 22 November 2012. dapat diakses di: http://www.ictsd.org/bridges-news biores/ncws.apecs-environmental-goods-initiative­ how-climate-friendly-is-it 129 Ibid. uo Kementerian Perindustrian lndoensia. Rl Optimistis CPO 1Hasuk Procluk Ramah Lingkungan. Diperoleh 25 Agustus 2015, dapat diakses di: http://www.kemenperin.go.id/artikei/4376/RI-Optimistis-CPO-Masuk-Produk-Ramah­ Lingkungan 131 Sakina Rakhma Diah Setiawan. Kompas Online. CPO dan Karel Gagctl Masuk Dq/iar Ramah Lingkungan APEC. Diperoleh dan diterbitkan: 16 Juli 2013, dapat diakses di: http:/lbisniskeuangan.kompas.com/read/2013/07/16/0744005/CPO.dan.Karet.Gagai.Masu k.Daftar.Ramah.Lingkungan.APEC 132 US may ease import barrier for CPO, 8 September 20 12, http://www. thej akartapost .com/ news/20 12/09/08/us- may-ease-import-barrier-cpo.html 133 Kementerian Perindustrian lndoensia. Rl Optimistis CPO Masuk Procluk Ramah Lingkungan. Diperoleh 25 Agustus 2015, dapat diakses di:

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 63 Soal standar produk ramah lingkungan juga terlambat dibahas oleh WTO bahwa standar dapat menghambat perdagangan dan menjadi bentuk tindakan proteksionisme; oleh karena itu, diperlukannya suatu standar yang tepat, transparan dan memungkinkan para ekspotir untuk dapat memenuhi standar tersebut. 134 WTO juga menyatakan bahwa dalam mendesain standar produk ramah lingkungan wajib mempertimbangkan kapasitas dan melibatkan negara berkembang dalam menyusun suatu standar produk ramah lingkungan. 135 Mengenai standar produk ramah lingkungan, pemerintah Indonesia mengalami masalah dalam melakukan koordinasi antara kementerian terkait, yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Perdagangan untuk menentukan produk ramah lingkungan di Indonesia. Selain masalah koordinasi antar agensi pemerintah, Indonesia juga memiliki pendapat yang berbeda dalam mengidentifikasi standar atau detinisi produk ramah lingkungan dengan negara lainnya. Contohnya, ncgara lain beranggapan bahwa produk ramah lingkungan yang scharusnya mendapatkan tarif yang rendah adalah produk yang dapat mcnghasilkan cnergi yang ramah lingkungan seperti turbin angin atau air. Scdangkan. Indonesia berpendapat produk yang ramah lingkungan adalah suatu harang yang diproduksi melalui cara yang ramah lingkungan terlihat dari program industri hijau Indonesia. Perbedaan pendapat dan berbagai macam definisi produk ramah lingkungan mengakibatkan belum adanya kepastian, sehingga Indonesia belum dapat menggerakan program perekonomian ke arah produk ramah lingkungan. Oleh karena itu, dalam hal ini Indonesia harus aktif dalam bernegosiasi mengenai standar produk ramah lingkungan dan di saat yang

http://www.kemenperin.go.id/artikel/4376/Rl-Optimistis-CPO-Masuk-Produk-Ramah­ Lingkungan 134 World Trade Organization. Environmental requirements and market access: preventing "green protectionism". Diperoleh 26 Agustus 2015, dapat diakses di: https://www.wto.orgjenglishltratop e/envir e/envir reg e.htm m Ibid.

64 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri bersamaan juga mendorong pengusaha nasional untuk menerapkan industri hijau.

111.2.2.3. Proteksionisme Hijau untuk Menolak Produk Asing (Green Protectionism) Kutipan berikut mengawali analisis ini. "The use of protectionist measures where these undermine sustainable development is reprehensible, but justifying such measures on spurious environmental grounds is worse." 136 Proteksionis hijau adalah salah satu metode perdagangan tertutup dengan menggunakan alasan tujuan perlindungan lingkungan hijau dan dapat melanggar aturan WTO. 137 Tindakan proteksi hijau saat ini banyak dilakukan oleh negara-negara maju untuk menutup pasarnya dari produk negara lain. I.>x Satu masalah yang cukup sulit adalah membedakan kebijakan yang sah untuk melindungi lingkungan (legitimate aim) dengan tujuan untuk mengintcrvensi masuknya produk impor (tindakan proteksionis ). 139 Salah satu contoh kasus proteksionisme hijau di WTO adalah antara Argentina sebagai pcnggugat melawan Uni Eropa sebagai tergugat terkait kebijakan Uni Eropa atas energi terbarukan (EU Renewable Energy

Direcril•e). 1 ~° Kebijakan Uni Eropa ini melarang produk energi yang tidak ramah lingkungan dan mengeluarkan gas emisi lebih dari yang ditetapkan

1 ~ 6 World Trade Organization. 5th WTO Ministerial Conference, Canczln WWF Briefing Series: Green Protectionism. Dapat diakses di: https://www. wto.org/englislli forums e/ngo e/wwf greenprotec e.pdf U7 ibid. m Fredrik Erixon, ECIPE OCCASIONAL PAPER • No. 2/2012. THE RISING TREND OF GREEN PROTECTIONISM: Bic~fuels and the European Union, dapat diakses di: http://www.ecipe.org/app/uploads/20 14/12/0CC220 12.pdf 1 -"~ World Trade Organization. 5th WTO !11inisterial Conference. Canczln WIVF Briefing Series: Green Protectionism. Dapat diakses di: https://www.wto.org/englishlforums e/ngo e/wwf greenprotec e.pdf 140 World Trade Organization. European Union and Certain Member States- Certain Measures on the Importation and Marketing o/Biodiese/ and Measures Supporting the Biodiese/Jnduslly, DS459. Dapat diakses di: https://www. wto.orglenglishltratop e/dispu e/cases e/ds459 e.htm

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 65 oleh peraturan Uni Eropa, dalam kasus ini biodiesel. 141 Hal mt mengakibatkan produk biodiesel dari Argentina dan Indonesia (pihak ketiga dalam kasus ini) tidak dapat masuk ke dalam negara-negara Uni Eropa karena tidak sesuai dengan kebijakan lingkungan hijau dan berkelanjutan Uni Eropa. 142 WTO mendorong anggotanya untuk transparan dalam membuat putusan mengenai kebijakan hijau, 143 karena transparansi merupakan salah satu cara untuk melihat apakah suatu kebijakan memiliki tujuan yang sah atau sebaliknya memiliki tujuan tersembunyi untuk melindungi produk nasionalnya dari produk asing yang lebih murah.

111.2.2.4. Program Pemberian Insentif dan Fiskal Dapat Bertentangan dengan Aturan WTO Seperti yang telah dijelaskan sehelumnya. untuk mendorong industri hijau di Indonesia, Pemerintah mencoha mcmhcrikan insentif atau fiskal kepada pengusaha yang tertarik mengcmhangkan industri hijau. Akan tetapi kebijakan pemberian insentif harus hati-hati dilakukan oleh Pemerintah karena dapat dianggap melanggar Atu;an \VTO tcrutama Agreement on Subsidies and Countervailing Measures (SCM). Perjanjian SCM adalah perjanjian yang melarang anggota WTO untuk melakukan pemberian subsidi kepada pengusaha nasional dalam bentuk kontribusi keuangan. 144

141 Request for Consultation, European Union And Certain Member States- Certain Measures On The Importation And Marketing Of Biodiesel And Measures Supporting The Biodiesel Industry (23 Mei 2013) WT/DS459/l. G/L/1027 G/SCM/D97/l, G/TRIMS/D/36 G/TBT/D/44, 142 Tom Miles. Reuters Edition US. Argentina complains to WTO over Spanish biodiesel rules, Diperoleh dan diterbitkan: 20 Agustus 2014, dapat diakses di: http://www .reuters. corn/ artie le/2 0 12/08/2 0/us-argenti na -spain-trade- idUSBRE87 JOFC20 120820 143 World Trade Organization. 5th WTO Ministerial Conference, Canczin WWF Briefing Series: Green Protectionism. Dapat diakses di: https://www.wto.org/english/forums e/ngo e/wwf greenprotec e.pdf 144 Subsidies And Countervailing Measures: Overview Agreement on Subsidies and Countervailing Measures ("SCM Agreement"), akses terakhir 29 Agustus 2015, https://www.wto.org/english/tratop_e/scm_e/subs_e.htm

66 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Dalam kategori lingkungan, subsidi tersebut lebih dikenal sebagai subsidi hijau (green subsidies), yang berarti adalah kebijakan pemberian fiskal untuk tujuan pembangungan yang bekelanjutan atau untuk perlindungan lingkungan. 145 Legalitas dari insentif terhadap indsustri hijau masih diperdebatkan apakah sesuai dengan aturan WTO di Perjanjian SCM atau tidak, namun Indonesia tetap harus berhati-hati dalam melakukan pemberian insetif untuk industri hijau sehingga di kemudian hari program tersebut tidak diprotes negara lain ataupun dibawa ke Badan Penyelesaian Sengketa WTO. Hal-hal inilah yang menjadi tantangan untuk Indonesia dalam bidang produk ramah lingkungan. Apabila produk ekspor nasional Indonesia gaga] masuk dalam daftar produk ramah lingkungan, maka produk Indonesia akan dikenakan biaya bea cukai tinggi sehingga tidak dapat bersaing dengan produk negara lainnya. Dengan demikian, Indonesia akan mengalami kerugian dari pemasukan devisa ekspor. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan diplomasi ekonomi dari sckarang untuk bernegosiasi dari tingkat internasional bahwa produk­ produk Indonesia bisa dimasukkan dalam standar produk ramah lingkungan. Di sisi lain Indonesia juga harus jeli dalam melihat kebijakan-kebijakan negara lain apakah bersifat proteksionis atau tidak dan harus aktif melakukan konsultasi dan bahkan mungkin membawa kebijakan mengenai produk ramah lingkungan di Badan Penyelesaian Sengketa WTO, seperti yang dilakukan Argentina terhadap Uni Eropa dalam kasus biodiesel. 146

145 Steve Chamovitz, Green Subsidies and the WTO, EUI Working Paper, RSCAS 2014/93 146 World Trade Organization. European Union and Certain Member States- Certain Measures on the Importation and Marketing ofBiodiesel and Measures Supporting the Biodiese/ Industry, DS459. Dapat diakses di: htlps://www.wlo.org/englishltratop e/dispu e/cases e/ds459 e.htm

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 67 -··-·· -···-·-·-·------

111.2.3. Produk Ramah Lingkungan Indonesia Bersaing di Pasar Global Walaupun ada tantangan-tantangan seperti yang disebutkan di atas, pemerintah Indonesia harus cermat dan aktif mencari peluang untuk masuk dalam produk ramah Iingkungan. Masyarakat dunia makin peduli mengenai permasalahan pemanasan global dan lingkungan hidup, maka produk dengan label hijau akan mulai dicari dan dipilih oleh para konsumen. Apabila Indonesia tidak sigap dalam melakukan perubahan atas industri sesuai dengan standar global, maka produk Indonesia akan kurang memiliki daya saing. Pada akhimya, hal ini menjadi tidak sejalan dengan program Nawa Cita dari Presiden Joko Widodo yaitu peningkatan daya saing produk Indonesia sebagai program prioritas. Pemerintah Indonesia telah berada di jalur yang benar dengan memberikan inscntif dan keuntungan kepada perusahaan yang melakukan industri hijau atau yang dapat menghasilkan produk ramah lingkungan. Karena bchcrapa ncgara maju seperti kanada juga memberikan bantuan melalui Feed-in Tar(fl" Program kepada perusahaan yang dapat

menghasilkan cncrgi yang tidak merusak lingkungan. 1.n Namun. Indonesia kurang melakukan promosi atau sosialisasi dan juga mendorong pclaku usaha Indonesia untuk mulai mengadopsi teknologi terbaru yang lebih efisien and ramah lingkungan. Apabila Indonesia tidak segera memulai kampanye industri hijau, maka hal ini dapat mengakibatkan produk Indonesia di masa depan kalah bersaing dengan negara-negara lain yang mulai melakukan investasi untuk industri hijau. Oleh karena itu, pemerintah harus mulai menyadari pentingnya produk ramah lingkungan sebagai suatu peluang untuk perdagangan intemasional yang dapat memberikan keuntungan ekonomi untuk Indonesia. Indonesia dapat memulai dengan mengikuti perkembangan EGA karena saat ini EGA adalah perjanjian yang dapat menentukan dan

147 http://fit.powerauthority.on.ca/what-feed-tariff-program, akses terakhir 16 November 2015

68 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri merumuskan konsep produk ramah lingkungan ke depan. Sekarang adalah waktu yang tepat karena EGA sedang dalam tahap negosiasi, sehingga Indonesia apabila bergabung dapat memberikan pendapatnya berkaitan dengan definisi dan standar produk ramah lingkungan. Sangatlah penting bagi Indonesia untuk aktif berpartisipasi di dalam aturan-aturan perdagangan internasional barn seperti produk ramah lingkungan.

111.3. Penyelesaian Sengketa Penanam Modal Asing dengan Negara (Investor State Dispute Settlement)

Dengan meningkatnya kasus-kasus sengketa antara penanam modal asing melawan negara di forum intemasional seperti International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) 148 dan semakin besarnya kompensasi/kewajiban ganti rugi yang dibebankan kcpada negara, mcmbuat negara menyadari bahwa terdapat sebuah kclcmahan di dalam perjanjian investasi internasional (Bilateral Investment 7i"ea~r) (BIT), yaitu klausul Penyelesaian Sengketa Penanam Modal Asing dcngan Negara (lm·estor­ State Dispute Settlement) atau ISDS. 149 Isu mengenai ISDS tidak hanya dialami olch negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga negara-negara maju. Faktanya, kasus-kasus investasi asing pada tiga tahun terakhir ban yak diajukan oleh investor asing terhadap negara-negara maju, umumnya sengketa investor antara negara­ negara Uni Eropa. 150 Oleh karena itu, banyak reaksi dan perdebatan yang timbul dalam negosiasi perjanjian perdagangan atau investasi, seperti Trans Pacific Partnership (TPP) dan Transatlantic Trade and Im·estment Partnership (TTIP), mengenai perlu atau tidaknya penyertaan klausul ISDS

148 United Nations Conference on Trade and Development. IIA Issues Note. No. 3. Interpretation ofiias: What States Can Do. Diterbitkan: December 20 II, dapat diakses di: http://unctad.org/en/Docs/webdiaeia20 I Id I 0 en.pdf 149 Pia Eberhardt, Friedrich Ebert Stiftung. Im·estment Protection at a Crossroads The TTIP and the Future of International Investment Law . Diterbitkan: Juli 2014, dapat diakses di: http://library.fes.de/pdf-files/iez/global/ I 0875.pdf ISO Ibid.

Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri 69 dan apabila dicantumkan bagaimanakah cara membatasi klausul tersebut sehingga tidak disalahgunakan oleh perusahaan asing yang tidak mempunyai itikad baik. 151 Gambar 3.1: Kasus ISDS sejak tahun 1987-2014152

10 700

9) 600

0 • 60 - -·------·-·- ·- ·--·-·-·- ·- ·- ·--·---·- ·-,..-,·-;----+ 600 ~ I ..• f: ~ 40 400 ~ - :J j § § c :J.) ·-Jr--fi- -H--iH- 300 ! 2. lc 200 1l ~ .I 100

0

Source: UNCTAD. ISDS database

111.3.1. Pendahuluan Mengenai Pcnyelesaian Sengketa antara lm'estor - Negara Umumnya, klausul mengenai ISDS tercantum dalam BIT. Akan tetapi, tidak adanya perjanjian BIT sekalipun, penanam modal asing dapat menuntut negara di forum ICSID atau arbitrase intemasionallainnya apabila terdapat persetujuan (consent) dari negara tersebut. 153 BIT sendiri adalah sebuah peijanjian investasi bersifat bilateral antara dua negara, walaupun dapatjuga dalam bentuk regional maupun multilateral dengan tujuan untuk mempromosikan dan melindungi investasi masing-masing dari warga

151 Pia Eberhardt, Friedrich Ebert Stiftung. Jm·estment Protection at a Crossroads The ITIP and the Future ofInternational Im·estment Law. Diterbitkan: Juli 2014, dapat diakses di: http:/ /library.fes.de/pdf-files/iez/ global/ I 0875 .pdf 152 United Nations Conference on Trade and Development.!nl'estor-State Dispute Settlement: Review OfD erelopments In 20 I 4, No. 2. Diterbitkan: May 2015, dapat diakses di: http://unctad.org/en/PublicationsLibrary webdiaepcb20 15d2 en.pdf 153 United Nations Conference on Trade and Development. UNCTAD Series on Issues in International Investment Agreements II Sequel. Im·estor-State Dispute Settlement. New York and Geneva. Diterbitkan: 2014, dapat diakses di: http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/diaeia20 13d2 en.pd f

70 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri negara dari pihak yang berkontrak di BIT. 154 Secara umum, BIT meliputi klausul mengenai definisi investasi, perlakukan nasional (national treatment), most-favoured-nation, perlakuan yang adil dan seimbang (fair and equitable treatment), kompensasi untuk nasionalisasi atau ganti rugi atas investasi asing, jaminan transfer dana, dan mekanisme penyelesaian sengketa. 155 Banyaknya ketidakpastian dan kurangnya proteksi atas investasi asmg di negara berkembang, maka negara maju melakukan negosiasi klausula ISDS didalam BIT dengan negara berkembang dengan tujuan untuk memastikan adanya perlindungan investasi milik warga negara mereka. 156 Apalagi pada periode antara akhir tahun 1960 sampai awal 1970 banyak sekali terjadi pengambilalihan aset perusahaan asing, atau nasionalisasi oleh pemerintah tanpa adanya kompensasi. Dengan adanya BIT dan mekanisme penyelesaian sengketa yang jelas, maka hak investor asing dilindungi dan dijamin. 157 Umumnya ada dua mekanisme penyelesaian sengketa di BIT. yaitu penyelesaian sengkcta antara ncgara dan penyelesaian sengkcta antara investor asing dcngan ncgara (ISDS). Sebelum munculnya ISDS. tclah terdapat berbagai mctodc yang dapat ditempuh investor asing untuk menyelesaikan sengketa investasi dengan negara penerima modal asmg (host state), yaitu dengan: 1. Melakukan langsung negosiasi dengan negara penerima modal asing; 2. Menuntut negara penerima modal asing di pengadilan nasional negara tersebut; 3. Meminta negara asal (home state) untuk bemegosiasi dengan negara penerima modal asing; atau

154 United Nations Conference for Trade and Development. What Are BIT1· 1 Ditcrbitkan: 17 August 2004, dapat diakses di: http://www.unctadxi.org/templates/Page I 006.nspx 155 Ibid. 156 Professor Patrick Juillard. Organization of Economic Cooperation nnd D~:velopment. Bilateral Investment Treaties In The Context Oflm•estment Law. Diterbitknn: May .200 I. dapat diakses di: http://www .oecd.org/i nvestment/intemationalinvestmentagreements/ 18 94 794 .pdf 157 Ibid.

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 71 4. Meminta negara asal untuk mengajukan klaim sengketa investasi mewakili investor nasionalnya di forum Mahkamah Internasional (International Court of Justice) ataupun arbitrase intemasional, yang lebih dikenal sebagai perlindungan diplomatik (diplomatic protection). 158 Namun, metode di atas terkadang menjadi tidak efektif dikarenakan oleh politik negara dan ketidakpastian bagi investor apakah akan mendapat kompensasi atau tidak. 159 Kasus investasi bahkan dapat meluas menjadi konflik militer antar negara. 160 Investor asing juga menghadapi kendala apabila ingin menuntut negara penerima modal di pengadilan nasional negara tersebut karena ada potensi bias yang sangat tinggi dan lemahnya institusi pengadilan negara. 161 Oleh karena itu, metode ISDS diusulkan untuk menyelesaikan sengketa antara investor asing dengan negara pada

sekitar tahun 1960an. 11'2 ISDS diharapkan sebagai sistem penyelesaian sengketa antara investor dan ncgara yang bcrsifat netral dan menawarkan sistem peradilan yang adil tanpa adanya pertimbangan politik suatu negara. 163 Lchih Ianjut. ISDS JUga dapat memberikan mekanisme

158 S. D. Franck, Foreign Direct Investment, lnYestment Treaty Arbitration and the Rule of Law, 19 Global Business & Development Law Journal 337, 343 (2007). 159 Prof. Dr. Christian Tietje dan Prof. Dr. Freya Baetens. MINBUZA-2014.78850. The Impact ofInvestor-State-Di!>Jmle Settlement (ISDS) in the Transatlantic Trade and Investment Partnership, Diterbitkan: 24 June 2014. dapat diakses di: https:/ /www .rijksoverheid.nl documenten·rapporten20 14/06/24/the-impact-of-investor­ state-dispute-settlement-isds-in-the-ttip 160 United States Trade Representative. Inn:stor-Swte Dispute Settlement (ISDS). Diperoleh 29 Agustus 2015, dapat diakses di: https:i/ustr.gov/about-us/policy­ offices/press-o ftice/ fact -sheets• 20 15/march/investor-state-dispute-settlement- isds 161 Ibid. 162 Prof. Dr. Christian Tietje dan Prof. Dr. Freya Baetens. MINBUZA-2014.78850. The Impact ofJm·estor-State-Di!>pllle Settlement (ISDSJ in the Transatlantic Trade and Investment Partnership, Diterbitkan: 24 June 2014. dapat diakses di: https: / /www. ri jksoverheid. nli documenten/rapportenl20 14/06/2 4/the-impact -of-investor­ state-dispute-settlement-isds-in-the-ttip 163 United Nations Conference on Trade and Development. UNCT AD Series on Issues in International Investment Agreements II Sequel. Jm·estor-State Di!>pute Settlement. New York and Geneva. Diterbitkan: 2014, dapat diakses di: http://unctad.org;en/Publicationslibrary/diaeia20 13d2 en.pdf

72 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri penyelesaian sengketa yang cepat dan fleksibel dibandingkan dengan mekasnisme lainnya. 164 Persepsi mengenai ISDS sekarang ini berubah akibat dari naiknya jumlah kasus sengketa investasi antara investor dengan negara yang mencapai 608 kasus sampai pada tahun 2014. 165 Masalah yang paling membuat negara khawatir adalah banyaknya kasus sengketa investasi yang berkaitan dengan peraturan untuk kepentingan umum (public interest), seperti mengenai hak asasi manusia, kesehatan publik, lingkungan hidup. 166 Contoh yang paling terkenal saat ini terkait kepentingan publik dan kesehatan adalah kasus kemasan rokok antara Phillip Morris Intemasional melawan (I) Uruguay berdasarkan Perjanjian BIT an tara Swiss dan Uruguay dan (2) Australia berdasarkan Perjanjian BIT 167 tahun 1993 antara Hong Kong dan Australia. 168 Kasus ini cukup kontroversial karena adanya opini yang beredar bahwa Phillip Morris melakukan trea~\' shopping. yang berarti memilih Perjanjian BIT yang ada di dunia untuk mcnuntut ganti rugi atau pencabutan peraturan suatu negara yang tidak menguntungkan produk rokok Philip Morris. 169 Kasus gugatan Philip Morris mcrupakan salah satu contoh mcngapa ncgara khawatir mengenai efek ISDS, yaitu: 1. Melemahkan struktur demokrasi pemcrintah dan mclanggar hak kedaulatan negara untuk mengatur (right to regulate). Karena peraturan yang dikeluarkan pemerintah apabila tidak menguntungkan investor dapat dibawa ke arbitrase

164 Ibid. lc.S United Nations Conference on Trade and Development.Jm·estor-State Dispute Settlement: Review OfDe1·e/opments In 2014, No.2. Diterbitkan: May 2015, dapat diakses di: http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/webdiaepcb20 l5d2 en. pdf 166 United Nations Conference on Trade and Development. IIA Issues Note. No.3. Interpretation oflias: What States Can Do. Diterbitkan: December 20 II, dapat diakses di: http://unctad.org/en/Docs/webdiaeia20 lid I 0 en.pdf 167 1993 Agreement between the Government of Australia and the Government of Hong Kong for the Promotion and Protection of Investments 168 Ibid. 169 Ankita Ritwik, Harvard International Law Journal Volume 54, Number 2, Summer 2013. Tobacco Packaging Arbitration and the State "s A hili~r to Legislate, dapat diakses di: http://www.harvardilj.org/wp-content/uploads/20 13/ I 0/HILJ 54-2 Ritwik.pdf

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 73 intemasional dan dituntut ganti rugi yang besar. 170 Hal ini terlihat dari kasus-kasus yang dibawa oleh investor asing pada tahun 2014, dimana ada dua jenis tindakan negara yang paling banyak protes oleh investor asing di forum arbitrase internasional, yaitu: (1) pembatalan atau pelanggaran kontrak dan (2) pencabutan atau penolakan pemberian izin. 171 2. Kurangnya konsistensi, prediktabilitas dan kualitas dalam menginterpretasikan klausul-klausul di BIT oleh para panel arbitrase. 172 Hal ini mengakibatkan adanya ketidakpastian hukum mengenai hasil akhir putusan arbitrase. 173 Salah satu contoh adalah kasus antara SGS dan Filipina, dimana panel arbitrase menyatakan bahwa apabila ada ketidakjelasan dalam BIT, maka harus diinterpretasikan mendukung perlindungan investasi, akibatnya pertimbangan seperti ini dianggap dapat merugikan negara. 174 Dua alasan di atas cukup untuk membuat negara-negara, termasuk Indonesia menjadi khawatir mengenai ISDS.

111.3.2. Tantangan Indonesia terhadap Klausul Penyelesaian Sengketa an tara Investor- Negara di Perjanjian Internasional Tanggal 17 Februari 2014 menjadi hari yang bersejarah untuk kebijakan investasi intemasional Indonesia karena pada tanggal itulah Indonesia untuk pertama kali aktif mengambil keputusan untuk mengakhiri

170 Oliver Wieck. Atlantic Community. New Criticism of!SDS obscures its Actual History. Diterbitkan: 7 Oktober 2014, dapat diakses di: http://www.atlantic­ community.org/-/new-criticism-of-isds-obscures-its-actual-history 171 United Nations Conference on Trade and Development.lnvestor-State Dispute Settlement: Re1·iew OfDevelopments In 2014, No.2. Diterbitkan: May 2015, dapat diakses di: http:/ /unctad.org/en/Publicationslibrary/webdiaepcb20 15d2 en.pdf 17 ~ United Nations Conference on Trade and Development. IIA Issues Note. No.3. lntelpretation o(Jias: What States Can Do. Diterbitkan: December 2011, dapat diakses di: http://unctad.org/en/Docs/webdiaeia20 II d I0 en.pdf 173 Ibid. 174 SGS v. Philippines, ICSID Case No. ARB/02/6, Decision on Jurisdiction (29 January 2004), para. 116.

74 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 67 perjanjian BIT Indonesia yang ada. Hal ini dimulai dengan mengirim nota diplomatik untuk mengakhiri perjanjian BIT dengan Belanda yang akan habis masa berlakunya pada tanggal 30 Juni 2015. 175 Kebijakan ini tidak hanya dilakukan oleh Indonesia, negara Afrika Selatan, Ekuador, Venezuela, Republik Ceko dan Bolivia telah terlebih dahulu mengakhiri Perjanjian BIT mereka. 176 Tidak hanya negara berkembang, Australia sebagai negara maju juga telah melakukan kebijakan penghapusan ISDS untuk peijanjian investasi intemasional mereka ke depannya. 177 Bagian selanjutnya dari Bah ini membahas kasus-kasus sengketa investasi asing yang menyeret Indonesia dan ancaman yang dihadapi Indonesia saat ini.

111.3.2.1. Kasus Sengketa Arbitrase Indonesia Sejauh ini terdapat empat kasus yang melibatkan Indonesia baik sebagai penggugat maupun tergugat di forum arbitrase internasional, yaitu sebagai berikut: a. AMCO (Pcnggugat) mclawan Pcmcrintah Indonesia di forum ICSID Pada tahun 1981, A.\JCO Asia C01poration, Pan American Development Limited, dan PT AMCO Indonesia (AMCO) mengajukan gugatan arbitrase terhadap pemerintah Indonesia di forum ICSID. 178

175 Ben Bland and Shawn Donnan. Financial Times Online. Indonesia to terminate more than 60 bilateral im·estmcnttrcaties. Diterbitkan: 26 Maret 2014, dapat diakses di: http://www.ft.com/intJ,cms,s, 0/3755c I b2-b4e2-11 e3-att12- 00 144feabdcO.html#axzz3 jncz03on 176 Rick Beckmann. Remco Smorenburg dll, BIT hy BIT in lnclot~esia: Signs cJ(a pmh­ back on foreign im·estment, international arbitration n:port 2014 - issue 3. dapat diakses di: http://www.nortonrosefulbright.com/liles/20 141 002-bit-by-bit-in-indonesia- 121533.pdf 177 Matthew C. Porterfield & Christopher R. Byrnes, Investment Treaty News. Philip Morris v. Uruguay: /l'i/1 im·estor-State arbitration send restrictions on tohacco marketing up in smoke? Diterbitkan: 12 Juli 20 II. dapat diakses di: http://www.iisd.org/itn/20 11/07I 12/philip-morris-v-uruguav-will-investor-statc­ arbitration-send-restrictions-on-tobacco-marketing-up-in-smoke/ 178 ICSID Worldbank. AMCO l'. Republic (41ndonesia, Rcsubmillecl Case Decision C?( Jurisdiction, dapat diakses di: https://icsid. worldbank.org/1 CSID/FrontServlet'?reguestType=CasesRI !&action Yal=show Doc&docld=DC663 En&caseld=C126

75 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri Penggugat menuduh Indonesia sebagai negara penenma investasi (host state) tidak melaksanakan kewajibannya berdasarkan hukum intemasional untuk melindungi investasi dan kepentingan AMCO. Kasus ini bermula ketika AMCO memiliki kontrak dengan PT. Wisma untuk mengoperasikan Hotel Kartika selama 30 tahun sejak tahun 1968, namun pada tahun 1980 PT Wisma menggunakan cara kekerasan mela1ui Tentara Indonesia merebut hak operasi AMCO dan Pemerintah Indonesia melalui BKPM mencabut lisensi investasi AMCO di lndonesia. 179 Dalam kasus ini, Indonesia kalah karena melakukan tindakan yang illegal dengan membantu pihak swasta di Indonesia untuk menduduki Hotel Kartika dan juga melakukan pencabutan lisensi penanaman modal asing AMCO secara sepihak dan tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga Pemerintah harus membayar ganti rugi atau kompensasi atas hilangnya investasi dan pencabutan izin investasi AMCO di Indonesia. 180 Indonesia mengajukan banding sebanyak dua kali kepada ICSID mengenai kasus ini, yang seluruhnya hcrakhir pada kekalahan Indonesia dan memutuskan Indonesia wajib mcmbayar kompensasi kepada AMC0. 181 b. Pemerintah Indonesia melawan PT Newmont i\usa Tcnggara (Newmont) di forum UNCITRAL Untuk pertama kalinya Indonesia proaktif dengan menuntut Newmont di forum arbitrase United Nations Commission on International Trade Lavv (UNCITRAL) dengan dasar tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh Newmont dalam melakukan divestasi saham sesuai dengan Kontrak Karya. 182 Dalam kasus ini, panel arbitrase memenangkan Indonesia

179 Ibid. 180 /hid. lXI Case Summary AMCO Asia Corporation, Pan American Development Limited, PT AMCO Indonesia v Republic of Indonesia ('"AMCO v Indonesia"). http://www.biicl.org/files/3936_1990_AMCO_ v_indonesia.pdf, akses terakhir 25 Agustus 2015 1x2 The Jakarta Post, ''Indonesia wins arbitration verdict against Newmont", I April2009, http://www. thej akartapost. com/news/2 009/04/0 I I indonesia-wins-arbitration-verdict­ against-newmont.html-0

76 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri dan mengabulkan klaim bahwa N ewmont harus melaksanakan sisa kewajiban divestasi kepada Indonesia. 183

c. Rafat Ali Rizvi (Penggugat) melawan Pemerintah Indonesia (Tergugat) di ICSID Pada tahun 2011, Rafat Ali Rizvi, seorang warga negara Inggris melawan Pemerintah Indonesia mengenai kasus Bail-out Bank Century dengan mengacu pada Perjanjian BIT184 antara lnggris (United Kingdom) dengan Indonesia. 185 Secara singkat, Rafat berpendapat bahwa dia mengalami kerugian investasi di Bank Century akibat tindakan Pemerintah memberikan bantuan dana kepada Bank Century. Terlebih, Rafat mendapatkan putusan pidana atas kasus penipuan dan pencucian uang oleh Pengadilan Pidana Indonesia. 186 Dalam kasus ini, panel arbitrase memihak Indonesia dengan menyatakan bahwa investasi Rafat tidak terdaftar secara sah menurut undang-undang dan peraturan Indonesia yang berlaku, sehingga tidak berhak mengajukan gugatan investasi berdasarkan Perjanjian BIT tersebut.

d. Churchill Mining PLC dan Planet Mining Pty Ltd (Penggugat) melawan Pemerintah Indonesia (Tergugat) di ICSID Kasus Churchill adalah sengketa investasi yang sedang dihadapi oleh Indonesia di forum ICSID pada tahun 2012, kasus ini kontroversi karena penggugat meminta ganti rugi lebih dari 1 Milyar Dollar Amerika.

183 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. PRESS RELEASE NUMBER: 23/HUMAS DESDM/2009, Diterbitkan: I April2009, dapat diakses di: http://www.esdm.go.id/berita/53-pressrelease/2406-arbitral-tribunal-final-judgement-of­ dispute-settlement-on-share-divestment-of-pt-newmont-nusa­ tenggara.html?tmpl=component&print= I &page 184 The 1997 Agreement between the Government ofthe United Kingdom o_(Great Britain and Northern Ireland and the Government ofRepublic of Indonesia for the Promotion and Protection oflm·estments 185 Rafat Ali Rizvi v. Republic of Indonesia, ICSID Case No. ARB/11/13, http://www .italaw .com/cases/ I 188#sthash. 91SgCq3A.dpuf 186 Sebastian Perry. Global Arbitration Review. Indonesia Defeats Bank Bailout Claim. Diterbitkan: 17 July 2013, dapat diakses di: http://www.20essexst.com/newsite/sites/default/files/images/GARarticle.pdf.pdf

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 77 Sebelumnya Churcill menuntut ganti rugi sebesar 2 milyar dolar Amerika,

kemudian diturunkan menjadi I ,05 milyar dolar Amerika 187, namun tetap merupakan salah satu permintaan kompensasi yang besar dan tentunya dapat membebani keuangan negara. Secara garis besar, kasus ini mengenai keabsahan izin tambang yang dimiliki oleh Penggugat, yang kemudian dicabut oleh Pemerintah, akibat dari pencabutan izin tersebut Penggugat mengajukan argumen bahwa Pemerintah telah melanggar dua Perjanjian BIT antara Indonesia dan UK dan Perjanjian BIT Indonesia dan Australia. 188 Kasus ini masih berlanjut di ICSID dan belum ada putusan arbitrasenya. Selain kasus-kasus di atas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia juga pernah dibawa ke pengadilan arbitrase intemasional oleh pengusaha asing. Contoh yang paling terkenal ada kasus Karaha Bodas antara Karaha Bodas Company LLC sebagai penggugat dengan Pertamina dan PT PLN sebagai tergugat, dan Himpurna California Energy Ltd (Himpurna) rnelawan PT PLN berkaitan dcngan invesfasi asing di proyek listrik panas burni indonesia yang diberikan hak kontraktual kepada Kahara Bodas untuk mengembangkan projek tersebut. Namun akibat krisis moneter tahun 1998, Pertarnina dan PLN tidak mampu mcmcnuhi kewajiban kontrak tersebut, sehingga dibawa ke arbitrase internasional dimana Indonesia kalah dan harus rnembayar ganti rugi yang sangat besar kepada Karaha Bodas. 189 Berdasarkan sejarah kasus sengketa investasi di atas, Indonesia merniliki pengalaman dalam melakukan gugatan terhadap pihak investor asing dan melakukan pembelaan yang sukses seperti dalam kasus bail-out bank Century. Oleh karena itu, Indonesia dapat mengunakan

187Hukum Online. Pemerintah Tetap Optimis Menang Lawan Churchill. Diterbitkan tanggal4 Maret 2014, diakses pada 10 Desember 2015. Bisa diakses di: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5 315b893 77 5 2e/pemerintah -tetap-optimis­ menang-lawan-churchill 188 Jawad Ahmad, Kelvin Poon dan Andre Yeap. Jm·estment Arbitration in ASIA. The Asia-Pacific Arbitration Review 2016. Dapat diakses di: http:/I globalarbi trationreview .com/reviews/71 I sections/23 7 I chapters/2 87 4/investment­ arbitration-asia/ 189 S. Ripinsky and K. Williams. BIICL Journal. 2008. Case Note: Karaha Bodas and Himpurna arbitrations. Dapat diakses di: http://www.biicl.org/files/3931 2000 himpuma and karaha bodas arbitrations.pdf

78 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri pengalamannya dari kasus-kasus sebelumnya untuk menghadapi gugatan investasi asing yang masih berjalan saat ini.

3.3.2.1. Ancaman Penyelesaian Sengketa Investasi di Forum Arbitrase Internasional Membawa dan menghadapi suatu kasus ke arbitrase intemasional baik di ICSID atau forum arbitrase lainnya seperti UNCITRAL, dapat menghabiskan biaya, waktu dan tenaga yang banyak. 190 Rata-rata penyelesaian kasus sengketa investasi intemasional membutuhkan waktu 3,6 tahun bahkan terkadang bisa mencapai 10 tahun untuk mencapai pad a tahap putusan panel arbitrase. 191 Yang paling dikuatirkan oleh negara adalah besamya ganti rugi yang diputuskan oleh panel arbitrase. Apabila di dalam perjanjian BIT diatur bahwa kompensasi berdasarkan harga pasar global, maka negara yang diputuskan melanggar Perjanjian BIT dapat membayar ganti rugi yang sangat besar kepada investor asing. 19 ~ Dcngan demikian, tidak heran apabila Indonesia khawatir dengan anl:aman penyelesaian sengketa investasi di arbitrase intemasional. Suatu studi dilakukan oleh Allen & Overy terkait dcngan biaya sengketa investasi di arbitrase intemasional menjelaskan lebih detail mengenai biaya yang dikeluarkan para pihak untuk menyelesaikan sengketa investasi. Biaya tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian besar, sebagai berikut: 193

190 Susan D. Franck, "Rationalizing Costs in Investment Treaty Arbitration". Washington University Law Review Vol. 88 No.4 tahun 20 II, http://openscholarship. wustl.edu/cgi/viewcontent.cgi'?article= I 045&context=law_lawrevi ew; Investment Treaty Arbitration: How much does it cost? How long does it take?. 18 February 2014, http://www.allenovery.com/publicationslen-gb/Pages/lnvestment-Treaty­ Arbitration-How-much-does-it-cost-How-long-does-it-take-.aspx 191 Sinclair, A., ICSID Arbitration: how long does it take?, 4:5 GAR J. (2009), http://www.goldreserveinc.com/documents/ICSID%20arbitration%20%20How%201ong %20does'%20it%20take.pdf 192 Emesto J. Tovar. EL Universal. lcsid may order compensation based on market mlue ofassets. Diterbitkan: 13 Januari 2012, dapat diakses di: http://www.eluniversal.com/economia/ 120 113/icsid-may-order-compensation-based-on­ market-value-of"-assets 193 Allen & Overy. Counting the costs o.linvestment treaty arbitration. The International Journal of Commercial and Treaty Arbitration. Diterbitkan pada 24 Maret 2014, diakses pada 10 Desember 2015. Bisa diakses di:

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 79 I. Biaya untuk panel arbitrase yang rata-rata sebesar US$ 746.000. Biaya ini untuk para panel atau arbiter dan dibayar oleh para pihak yang bersengketa secara pro rata (dibagi dua). 2. Biaya yang dikeluarkan pihak penggugat atau investor umumnya sebesar US$ 4.437.000 dan biaya tergugat atau negara sebesar US$ 4.559.000. Biaya ini umumnya mencakup biaya pengacara atau penasehat hukum, ahli-ahli hukum yang diajukan, dan lain­ lain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan untuk negara atau pihak tergugat umumnya harus mengeluarkan biaya sebesar dua (2) juta sampai lima (5) juta dolar Amerika untuk beracara di forum pengadilan intemasional. Apabila ditambah dengan waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk menjalani sidang tersebut, tentu biaya yang dikeluarkan oleh negara untuk proses persidangan ini akan menjadi sangat besar dan menjadi beban. terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai contoh. pada tahun 2014 Newmont membawa aturan larangan ekspor mcntah mineral dan meminta ganti rugi yang cukup besar

ke ICSID berdasarkan pcrjanjian BIT antara Belanda dan Indonesia. 1''-i Namun, satu bulan sctclah itu. Newmont menarik klaim terhadap Indonesia dari ICSID, setelah tercapai kesepakatan bahwa Indonesia akan menunda larangan ekspor mentah mineralnya. 195 Hal ini tentu membuat Indonesia makin khawatir karena setiap peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dapat dituntut oleh investor asing di arbitrase intemasional. Indonesia dapat mengatasi atau terhindar dari ancaman sengketa

investasi intemasional apabilan seluruh unit pemerintah dari eksekutit~ legislatif dan yudikatif wajib bersama-sama menjunjung tinggi kepastian

http:/ /www.allenovery.com/SiteCollectionDocuments/Counting_the_ costs_ of_investment _treaty.pdf 194 Hilde van der Pas dan Riza Damanik. Transnational Institute. The case ofNewmont Mining vs Indonesia, Diterbitkan: 12 November 2014, dapat diakses di: https://www.tni.org/en/briefing/netherlands-indonesia-bit-rolls-back-implementation­ new-indonesian-mining-law 195 Ibid.

80 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri hukum dalam melindungi penanam modal asing secara adil, tidak memihak dan tidak semena-mena dalam memperlakukan investor asing.

111.3.2.2. Renegosiasi BIT Pengakhiran seluruh 67 BIT yang telah ditandatangani Indonesia tidak akan menghilangkan perlindungan investasi asing dan mekanisme sengketa ISDS di dalam BIT secara keseluruhan, karena umumnya BIT memiliki pasal keberlanjutan (survival clause). Hal ini berarti, walaupun BIT telah habis masa berlakunya, BIT tersebut tetap berlaku sesuai dengan jangka waktu survival clause yang ditentukan oleh BIT tersebut. Contohnya, petjanjian BIT antara Belanda dan Indonesia memiliki pasal berkelanjutan selama 15 tahun, sehingga pada tahun 2030 baru benar-benar peijanjian BIT antara Belanda dan Indonesia akan -berakhir. 196 Indonesia juga tidak dapat menghilangkan mckanisme ISDS dari perjanjian intemasional karena telah meratifikasi ASE·l1\' Comprehensil·e Investment Agreement (ACIA) dan ASEAN-Australia-Ne11· lea/and Free Trade Agreement (AANZFTA), 197 dan kemungkinan hcsar di perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) akan dimasukkan klausul ISDS sebagai metode menyelesaikan sengketa invcstasi. Indonesia sekararig ini bemiat untuk bergabung ke dalam perjanjian TPP. Untuk menjadi anggota dari TPP, Indonesia harus setuju akan penyelesaian sengketanya melalui sistem ISDS, maka sangat sulit bagi Indonesia menghindari sistem ISDS. Indonesia dapat menimimalisir resiko ke depannya dengan melakukan renegosiasi atas perjanjian BIT walaupun jangka waktunya belum berakhir. Alasannya, karena perjanjian BIT Indonesia tennasuk versi yang lama dan memiliki interpretasi yang sangat luas terkait dengan hak investor dan perlindungan investasi asing, tanpa memberikan eksepsi atau

I% Leon E. Trakman and Kunal Sharma, Indonesia"s Termination of the Netherlands­ Indonesia BIT: Broader Implications in the Asia-Pacific?, 21 Agustus 2014, 197 Ibid.

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 81 pengecualian kepada negara dalam menerapkan kebijakan atau aturan yang bertujuan untuk umum atau publik, walaupun tidak menguntungkan investor asing. Contohnya di perjanjian BIT yang lama tidak tercantum pembatasan hak investor asing dan pasal pengecualian umum untuk negara untuk melindungi publik, lingkungan, dan kesehatan. Dibandingkan dengan interpretasi perjanjian BIT Indonesia yang luas, Amerika Serikat melakukan negosiasi Perjanjian BIT dengan teliti sehingga tidak akan memberikan celah kepada investor asing untuk melakukan itikad tidak baik. Perjanjian BIT Amerika Serikat dinegosiasikan sedemikim rupa sehingga adil dan seimbang antara hak dan kewajiban investor dengan hak dan kewajiban negara. 198 Salah satu contohnya dengan mencantumkan klausul eksepsi atau pengecualian atas peraturan dan perundang-undangan negara untuk melindungi kepentingan umum, lingkungan dan kesehatan publik. atau lcbih dikcnal istilah sebagai legitimate aim (tujuan yang.dibenarkan). Perdebatan mengenai klausui!SDS ini sangatlah rumit dan ekstcnsit: yang sampai saat tidak dapat ditemukan jmvaban atau solusi soal sistcm ISDS ini karena setiap pihak pendukung dan pcncntang ISDS mcmpunyai alasan masing-masing yang cukup mendasar. oleh karena itu ISDS tidak ada dikatakan benar atau salah. Dengan demikian, Indonesia hanya dapat mencoba mencegah investor asing nakal dengan melakukan negosiasi ulang dan menganalisa keuntungan dan dampak isi dari setiap draft perjanjian investasi internasional melalui analisa kasus-kasus sengketa investasi arbitrase dan mempelajari model BIT negara lain. Oleh karena itu, Indonesia dapat menggunakan diplomasi ekonomi untuk mulai membatasi pasal-pasal perlindungan investasi di Perjanjian BIT sehingga dapat menyeimbangkan kepentingan investor asing dan kepentingan nasional.

198 United States Trade Representative. Jnrestor-State Di:,pute Settlement (JSDS). Diperoleh 29 Agustus 2015, dapat diakses di: https://ustr.gov/about-us/policy- o ffices/press-o ffice/ fact -sheets/20 15/ march/ invest or -state-dispute-settlement-isds

82 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 111.4. Merumuskan Substansi dan Kelembagaan Diplomasi Ekonomi Indonesia A bad 21: Koordinasi dan Alignment Yang Diperlukan

Berdasarkan pemaparan ketiga isu di atas, dua hal penting akan diuraikan tentang analisis substansi dan kelembagaan diplomasi ekonomi Indonesia saat ini. Pertama, diplomasi ekonomi perlu dipahami dalam konteks keseluruhan bangunan kebijakan luar negeri Indonesia selama ini di mana tantangan dan permasalahan yang kita hadapi adalah warisan dari masa lalu yang mestinya perlu dikoreksi tatkala kita menjadi semakin sadar bahwa diplomasi ekonomi bukan hanya sekadar aktivitas tambahan dalam kebijakan luar negeri tetapi harus merupakan strategi menyeluruh menyikapi dinamika perdagangan dan investasi pada semua tingkatan hubungan bilateral, regional dan multilateral, atau global. Kedua, peningkatan kinerja diplomasi ekonomi yang merupakan rekomendasi dari hasil penelitian ini dikaitkan dengan hasil evaluasi terhadap perjanjian perdagangan dan investasi intcrnasional khususnya penanganan tiga isu penting yaitu: isu keamanan pangan, produk ramah lingkungan dan penyelesaian konflik ncgara dcngan investor asing yang diuraikan sebelumnya. Peningkatan kincrja dimaksud mencakup substansi kcbijakan pemerintah Indonesia baik di dalam negeri maupun di lingkungan internasional terkait .tiga isu tersebut serta penataan kelembagaan berupa policy alignment yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kebijakan yang baru dengan harapan dapat mewujudkan kepentingan strategis Indonesia dalam persaingan regional dan global. Sebelum kita menganalis tantangan nyata dari diplomasi ekonomi Indonesia terkait ketiga isu tersebut, maka kita perlu melihat secm·a historis bagaimana perkembangan diplomasi ekonomi Indonesia sehingga kita dapat merumuskan apa yang perlu dipertahankan dan apa yang perlu diubah terutama dalam penanganan ketiga isu tersebut. Pertama, pada mulanya konsepsi awal diplomasi Indonesia didominasi oleh kepentingan politik untuk tidak terbawa arus pertarungan kekuatan kapitalisme Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dan komunisme Timur dipimpin oleh Uni

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 83 Soviet dalam konteks perang dingin. Diplomasi ekonomi sama sekali tidak menjadi isu utama ketika prinsip politik luar negeri bebas aktif dibentuk. Dalam perkembangan selanjutnya di bawah era radikalisme politik luar negeri Presiden Soekarno di mana politik menjadi panglima, isu diplomasi ekonomi sekali lagi disubordinasikan kepada kepentingan politik sehingga tidak tertata dengan baik. Memang Indonesia melakukan diplomasi ekonomi yang agresif dengan negara-negara Blok Timur untuk mendapatkan bantuan ekonomi tetapi tidak cukup efektif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nyatanya pemerintahan Orde Lama mewariskan ekonomi yang merosot dan rakyat yang menderita karena kemiskinan yang meluas. Pada masa Orde Baru di bawah Presiden Soeharto pembangunan ekonomi menjadi panglima dan ditunjang oleh diplomasi ekonomi yang difokuskan pada pcncarian utang luar negeri dari negara-negara donor serta upaya pengembaliannya. Ada upaya pemcrintah untuk meningkatkan pendapatan negara dari ekspor di luar minyak dan gas (non migas) tetapi tidak ada upaya sistcmatis untuk mcmbangun basis industri manufaktur yang kuat. Akihatnya kctika Indonesia dilanda krisis pada akhir 1990an ekonomi kita tidak dapat bcrtahan dan sampai sekarang basis industri

manufaktur itu belum juga dibangun se~ingga kita kalah bersaing dengan negara-negara tetangga di A SEAN. Pada masa pemerintahan Presiden (SBY), setelah Indonesia berhasil mengembalikan utang dari IMF, diplomasi kita juga masih didominasi oleh paradigma politik meskipun Indonesia diakui sudah mencapai posisi sebagai the emerging market dan menjadi anggota G 20. Berbagai konsep dan inisiatif kebijakan luar negeri di bawah SBY sarat dengari nuansa politik dan tidak ada yang by design ditujukan untuk pemajuan diplomasi ekonomi. Misalnya, slogan a million friends and zero enemies, selain sangat umum dan tidak indikatif dari sudut pandang kepentingan ekonomi. Demikianpun penggunaan prinsip dynamic equilibrium dari Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa lebih merupakan

84 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri pendekatan politik terhadap negara-negara besar dalam konteks kalkulasi kekuatan politik dan militer. Keikutsertaan Indonesia dalam ASEAN - China Free Trade Area (ACFTA} dan entusiasme Indonesia dalam mendorong terwujudnyaASEAN Economic Community (AEC) yang merupakan inisiatif besar dari sudut pandang diplomasi ekonomi lebih merupakan konsekuensi logis dari sentralitas ASEAN dalam kebijakan luar negeri kita daripada perhitungan yang matang untung rugi secara ekonomi. Hal ini terlihat dari munculnya kekhawatiran tentang pasar Indonesia yang dibanjiri produk-produk dari Tiongkok dan pesimisme bahwa Indonesia hanya menjadi pasar yang besar bagi negara-negara ASEAN lainnya khususnya Singapura, Malaysia dan Thailand. Prioritas diplomasi ekonomi di bawah Presiden Joko Widodo sesungguhnya merupakan penegasan bahwa di masa lalu memang bangsa kita mengabaikan pentingnya diplomasi ekonomi scbagai instrumcn negara bcrkcmbang untuk naik tingkat ke posisi yang lebih tinggi atau minimal untuk melindungi perekonomiannya dari scpak tcrjang ncgara atau kckuatan ckonomi non-negara seperti Multi National CVI]Wmtion ( M :\C) yang mcngambil kcuntungan besar dari Indonesia tanpa kita mcnyadarinya. Tinjauan historis dan kritis di atas merupakan rationale mengapa dalam penelitian ini ditekankan pentingnya Indonesia beralih dari konsep foreign policy (yang selama ini diartikan sebagai politik luar negcri) menuju ke tata kelola hubungan luar negeri atau managingforeign relations atau tata kelola hubungan luar negeri sehingga di dalamnya tercakup diplomasi ekonomi. Bila kita masih menggunakan paradi!:,rma lama maka bisa dipastikan diplomasi ekonomi akan ditangani secara parsial dan tidak terpadu. Hanya dalam konteks tata kelola hubungan luar negeri kita dapat membahas policy alignment antara Kementerian Luar Negcri dcngan instansi pcmerintah lainnya. Tantangan diplomasi ekonomi ke dcpan akan semakin kompleks dan tidak bisa ditangani secara business as usual. Semakin dirasakan betapa pentingnya pemerintah Indonesia menunjukkan konsistensi dan koherensi dalam berbagai negosiasi perjanjian intemasional tcrkait bcrbagai isu

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 85 perdagangan atau investasi sehingga tidak dirugikan oleh kurangnya pengetahuan atau perumusan kebijakan yang keliru. Yang lebih parah dari itu adalah Indonesia tidak mampu mengidentifikasi kepentingan nasionalnya dalam berbagai forum diplomasi intemasional sehingga akibatnya hanya mengikuti saja negara lain dan temyata dalam implementasinya baru disadari bahwa Indonesia telah mengambil langkah yang keliru dan merugikan kepentingan nasional. Pembahasan tentang diplomasi ekonomi tidak dapat dipisahkan dari semangat atau pesan yang tersirat dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 teniang Hubungan Luar Negeri. Dalam Undang-Undang ini dibedakan dengan jelas hubungan luar negeri yang tentu saja lebih luas cakupannya dan politik luar negeri yang terbatas pada dimensi politik dari kegiatan pemerintah di lingkungan intemasional untuk mencapai tujuan atau kepentingan nasional. Diplomasi ekonomi sudah seharusnya menjadi bagian yang integral dari tata kelola hubungan luar negeri. Dalam praktiknya pcndekatan yang holistis terhadap hubungan luar negeri ini bclum tcrwujud karcna masih didominasi oleh penggunaan paradigma lama di mana politik luar ncgcri menjadi inti dari pengelolaan hubungan luar negcri itu scndiri. Dalam konteks peningkatan kinerja diplomasi ekonomi kita perlu mengembangkan konsep tata kelola hubungan luar negeri dengan menekankan keterkaitan atau alignment antara Kementerian Luar Negeri dengan instansi pemerintah lainnya karena tidak mungkin diplomasi ekonomi hanya dicapai melalui pembenahan internal kelembagaan Kementerian Luar Negeri semata. Hal yang menarik lainnya dari Undang­ Undang Nomor 37 Tahun 1999 adalah bunyi pasal 1 ayat 4 yang pada dasamya mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri bertanggungjawab di bidang hubungan luar negeri dan politik luar negeri. Ini berarti bahwa menurut ketentuan hukum ini Kementerian Luar Negeri harus mengambil inisiatif alignment yang diperlukan dengan instansi pemerintah lainnya dalam rangka mewujudkan diplomasi ekonomi yang efektif demi pencapaian kepentingan nasional di lingkungan ekstemal. Inilah yang menjadi dasar mengapa dalam penelitian ini perlu juga dibahas sejauh mana

86 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 bisa dijadikan payung hukum untuk mendukung dipiomasi ekonomi yang menjadi prioritas daiam kebijakan Iuar negeri pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kita patut mengapresiasi Iangkah konkrit yang ditempuh oieh Kementerian Luar Negeri di mana Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi yang teiah mengeiuarkan Surat Keputusan Nomor 111/B/KP/1/2015/01 Tahun 2015 tentang Pembentukan Kelompok Ketja di Kementerian Luar Negeri untuk Penguatan Diplomasi Ekonomi. Dokumen ini sangat penting karena mencerminkan persepsi pemerintah tentang susbtansi dan cakupan kerja yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas diplomasi ekonomi di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo. Selain itu dokumen ini juga memberikan informasi tentang peran Kementerian Luar Negeri dalanvmewujudkan dipiomasi ekonomi yang diperkirakan dapat meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang. Hasil analisis ketiga isu di atas merupakan masukan berharga bagi Kelompok Kcrja diplomasi ekonomi karena memberikan informasi hcrdasarkan pcnclitian lapangan tantangan apa yang dihadapi Indonesia haik di dalam maupun luar negeri dan apa yang seharusnya dilakukan olch pcmcrintah untuk mewujudkan kepentingan pembangunan nasional. Daiam analisis ini diperkirakan bahwa Indonesia membutuhkan rangkaian policy alignment terkait dengan ketiga isu perdagangan dan investasi yang disebutkan sebelumnya. Sebelum menjelaskan policy alignment yang diperlukan perlu ada pemetaan perbedaan dan bahkan konflik kepentingan antara kementerian yang satu dengan yang lain sesuai dengan orientasi kelembagaan dan policy constituents di dalam negeri dari masing-masing kementerian tersebut. Dalam tabcl 3.1 kita bisa melihat pemetaan kepentingan dan orientasi kelembagaan dari masing-masing kementerian yang terlibat dalam diplomasi ekonomi.

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 87 Tabel3.1. Perbedaan atau Konflik Orientasi Kebi.iakan dalam Diplomasi Ekonom1 Lembaga atau Orientasi Kebijakan Policy Constituent Prioritas Kebijakan Kementerian dalam Ne2eri Kementerian Luar Cenderung nasionalis Melayani kepentingan Membela kepentingan Negeri dan berusaha melayani seluruh rakyat nasional secara kepentingan semua Indonesia dan tidak menyeluruh sebagai instansi pemerintahan terikat pada kelompok garda terdepan dalam kepentingan tertentu pengelolaan hubungan dengan policy luar negeri constituents yang sangat beragam Kementerian Cenderung liberalist Eksportir dan Importir, Cenderung mendorong Perdagangan untuk trade creation dan Investor yang liberalisasi perdagangan mencegah trade berorientasi ekspor dan dan peluang diversion melalui Usaha Kecil dan penandatanganan pemjanjian perdagangan Menengah perjanjian perdagangan intemasional yang diperkirakan menguntungkan Indonesia Kementerian Cenderung nasionalis Produsen atau industri Cenderung melindungi Perindustrian atau proteksionis untuk manufaktur dalam dan memperjuangkan melindungi produsen negeri kepentingan produsen dalam negeri dalam negeri agar memiliki daya saing dan akses kc pasar intemasional Kcmenterian Nasionalis Kelompok Tani, Keamanan pangan dan Pcrtanian Produsen basil ketercukupan perscdiaan pertanian pertanian, pangan dalam negcri Perusahaan Perkebunan dan Buruh Tani Kcmcnterian Nasionalis dan Liberalis Pengusaha kayu, Cenderung mdimlungi Kehutanan dan produsen mebel/fumitur produsen dalam ncgcri Lingkungan Hidup tetapi pada saat yang sama mendorong kepatuhan pada rezim lingkungan hidup intemasional Badan Koordinasi Liberal is Pengusaha Nasional Mendapat investasi asing Penanaman Modal (APINDO dan KADIN) dan investasi dalam (BKPM) negeri yang setingginya sesuai dengan kebutuhan pemenuhan target pertumbuhan ekonomi nasional

Dalam kaitan dengan isu ketahanan pangan diplomasi ekonomi yang dilakukan oleh Kementerian Luar N egeri tentu harus mempertimbangkan masukan dari Kementerian Pertanian agar kepentingan nasional Indonesia tidak dirugikan dalam perumusan international regimes yang berkaitan dengan sektor pertanian yang praktiknya selama m1 cenderung

88 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri menguntungkan negara-negara maju. Dalam konteks ini pemerintah harus arif dalam mengharmonisasikan kepentingan dari berbagai policy stakeholders dan untuk itulah dibutuhkan suatu strategi nasional yangjelas dan perumusan tujuan yang ingin dicapai dalam negosiasi isu ketahanan pangan di berbagai forum intemasional. Ini hanya merupakan salah satu contoh policy alignment yang diperlukan sehubungan dengan penanganan isu ketahanan pangan dalam negosiasi internasional terutama di forum WTO. Dalam kaitan dengan produk ramah lingkungan antisipasi diplomasi ekonomi Indonesia dalam jangka panjang bukan hanya ·sekadar mencari pengakuan yang lebih luas agar CPO diterima sebagai environmental product tetapi perlu dipikirkan konsep green economy diplomacy di mana pola pembangunan ekonomi Indonesia diarahkan untuk memenuhi parameters konsep green economy. Green economy diplomacy dapat didefinisikan sebagai: instrumen kebijakan luar ncgcri untuk melindungi dan memajukan kepentingan pembangunan ekonomi Indonesia yang masih mengandalkan sumber daya alam scbagai komoditas ckspor utama scperti CPO tetapi pada saat yang sama dapat mcyakinkan dunia halm·a Indonesia committed terhadap prinsip-prinsip green cconom_,. schingga Indonesia tidak dirugikan oleh international cm·ironmcntal regimes terkait green economy maupun oleh kampanye green products baik oleh negara maju maupun NGOs intemasional. Untuk jangka pendek yang pcrlu dipikirkan adalah mcngupayakan alignment kebijakan antara Kementerian Pcrindustrian yang mengawasi industri CPO, Kementerian Perdagangan yang mcngurus ckspor, dan Kementerian Lingkungan H idup yang menetapkan standard analisis dampak lingkungan dari industri tcrsebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa berbagai instansi ini memiliki kepcntingan kelembagaan yang tidak hanya berbeda tetapijuga bertentangan satu dcngan yang lain dan karcna itu pcrlu dicarikan titik temu agar bisa dirumuskan tujuan diplomasi ckonomi di berbagai forum intemasional. Dalam kaitan dcngan produk ramah lingkungan khususnya CPO diplomasi Indonesia tidak hanya mcnghadapi

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 89 international regimes yang semakin ketat karena terkait isu climate change, tetapi juga transnational civil society networks yang melaksanakan kampanye melalui media intemasional anti CPO Indonesia atas tuduhan merusak hutan dan merugikan penduduk lokal atau suku asli. Karena itu perlu diperhatikanjuga upaya advokasi dari NGO intemasional yang cenderung merugikan kepentingan ekspor CPO Indonesia terutama di AS dan Uni Eropa. Sehubungan dengan meningkatnya kecenderungan negara maju untuk menerapkan strategi green protectionism yang dapat mengancam akses pasar bagi komoditas ekspor Indonesia, Kementerian Luar Negeri perlu memikirkan untuk mengidentifikasi like-minded countries di berbagai fora intemasional untuk mempertanyakan legitimasi dan bahkan menolak kebijakan tersebut. Dalam analisis di atas kita melihat bahwa Argentina sangat dirugikan oleh kebijakan Uni Eropa yang mcnutup akses tcrhadap ekspor biodicsel dari Argentina. Contoh ini menunjukkan ada negara yang kcpcntingannya identik dengan Indonesia schingga bisa mcnggalang kckuatan bersama dalam berbagai forum ncgosiasi pcrdagangan intcmasional. Tabel 3.2 secara rinci menampilkan policy alignment yang dihutuhbn tcrkait dengan tiga isu yang menjadi t(Jkus pcrhatian dalam pcnclitian ini, penataan kelembagaan diplomasi ekonomi yang diperlukan serta optimalisasi peranan Kementerian Luar Negeri untuk mendukung diplomasi ekonomi tersebut. Mengingat kompleksitas diplomasi ekonomi yang semakin tinggi patut dipertimbangkan usul dari Makmur Keliat, ahli hubungan intemasional dari Universitas Indonesia, agar dibentuk apa yang disebut NeH· Diplomatic Intelligence Unit yang memenuhi empat syarat berikut. Pertama, unit ini harus memiliki akses terhadap first hand and credible il~{ormation tentang suatu isu perdagangan atau investasi tertentu sehingga bisa menghasilkan analisis yang akurat bagi pembuat kebijakan. Kedua, unit tersebut harus mampu menghasilkan risk and vulnerability analysis untuk mencegah penandatanganan suatu perjanjian perdagangan intemasional yang temyata di kemudian hari sangat merugikan kepentingan nasional Indonesia dan pemerintah kesulitan untuk

90 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri menemukan exit strategy. Ketiga, unit tersebut harus menggunakan cross­ sectoral or cross-issue approach untuk menghasilkan rekomendasi policy alignment yang diperlukan dalam merumuskan kebijakan Indonesia dalam berbagai forum intemasional. Dalam konteks ini pelibatan epistemic community yang mumpuni dalam issue perdagangan dan investasi mutlak perlu sehingga rekomendasi kebijakan yang diusulkan dapat dipertanggungjawabkan validitas dan akurasinya. Keempat, unit ini tidak dimaksudkan sebagai lembaga permanen dan karena itu sifatnya ad hoc, sangat bergantung pada issue hangat yang sedang dihadapi oleh

pemerintah dan membutuhkan jawaban yang tepat. 199 Sesuai dengan UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri unit ini disarankan untuk berada di bawah Kementerian Luar Negeri. Tidak bisa dipungkiri Indonesia sangat _membutuhkan investasi asing dalam jumlah besar khususnya untuk pembiayaan infrastruktur di seluruh Indonesia. Tetapi belajar dari pengalaman beberapa tahun terakhir di mana Indonesia dituntut oleh beberapa pcrusahaan asing melalui arbitrase intemasional atas tuduhan mclanggar pc1janjian investasi bilateral (BIT). Dalam kontcks ini pcmcrintah dihadapkan pada pilihan kebijakan yang tidak scdcrhana dan mcmcrlukan kcccrdasan dan kearifan dalam menyeimbangkan pertimbangan kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi di satu pihak serta ketegasan sikap terhadap para investor dan pemerintah asing yang memiliki niat buruk terhadap kepentingan nasional Indonesia.

199 Makmur Keliat, "Policy Alignment"', materi presentasi dalam FGD yang diselenggarakan oleh Jurusan Hubungan Intemasional UPH, CITI dan BPPK Kemlu Rl 12 November 2015 untuk memberikan masukan bagi penelitian ini. Perlu dijelaskan bahwa saat ini Indonesia menghadapi perkembangan yang begitu cepat pada level regional maupun multilateral karena itu dibutuhkan informasi yang akurat dalam penanganan isu perdagangan maupun investasi.

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 91 Tabel3.2: Policy Alignment dan Penataan Kelembagaan untuk Diplomasi Ekonomi lsu Kebijakan dan Kementerian Policy Alignment Pengaturan Peran Kementerian Luar Negeri Definisi atau Instansi Yang Diperlukan Kelembagaan Permasalahan Utama Yang Diperlukan Diplomasi Ekonomi sebagai Focal Point Ketahanan pangan dan Kementerian Pencapaian target Komunikasi dan Sosialisasi regulasi produk kepatuhan pada Pertanian dan ketahanan pangan koordinasi yang pertanian di WTO, perkembangan regulasi internasional Kementerian dan kebijakan intensif antara kebijakan ekspor pangan dari (WTO): bagaimana Perdagangan impor pangan Kementerian negara-negara produsen, menjamin ketahanan yang tidak Pertanian dan identifikasi negara-negara like- pangan dalam negeri melanggar Kementerian Luar minded untuk perkuatan bargaining tanpa melanggar ketentuan WTO Negeri yang position di forum internasional. regulasi internasional difasili tasi oleh diWTO Kementerian Kemenerian Luar Negeri juga Koordinator memperjuangkan poli<_y space Perekonomian dalam isu ketahanan pangan, Em·ironmental Goods: Kementerian Peningkatan akses Komunikasi dan Kementerian Luar Negeri secara Bagaimana Perdagangan, pasar dan ekspor koordinasi mencari pro-aktif menjelaskan kepada meningkatkan akses Kementerian CPO dan pada titik temu antara policy stakeholders dalam negeri pasar bagi CPO serta Perindustrian saat yang sama Kementerian rezim dan melakukan counter proses produksi yang dan menjamin proses Perdagangan, terhadap negatire campaign tentang memenuhi standard Kementerian produksi CPO Kementerian CPO Indonesia dengan informasi lingkungan hidup Kehutanan yang memenuhi Perindustrian dan yang akurat dan kredibel. intemasional schingga dan standard Kementerian herpeluang untuk Lingkungan lingkungan hidup Kehutanan dan Para diplomat hendaknya masuk dalam list of llidup internasional Lingkungan Hidup diperlengkapi dengan pcng.:tahuan (·m·ironmental goocls (sustainable forest agar commercial tentang best practices kcpatuhan atat sctidaknya tidak management). interests diimbangi private companies di Indone,.;ia agar ditolak untuk masuk dengan pemenuhan bisa dijadikan materi pron11"i demi pasar nq,:ara maju ( Cni standard produksi melakukan counter tcrhadap Lr"l'pa dan :\S) CPO yang peduli kampanye negatif oleh NG<) pada kelestarian intemasional yang merugikan lingkungan hidup. ekspor CPO dari Indonesia. Bilateml fm·estmelll Badan Peningkatan Policy guidelines Upaya Kementerian Luar Negeri Trewies rBIT\'): Koordinasi penanaman modal yang jelas dan yang menjembatani kebutuhan Bagaimana Penanarnan asing untuk visioner dari domestik dan kepentingan investor meningkatkan Modal mencapai target Kementerian asing melalui dukungan dan masuknya investasi (BKPM) dan pertumbuahan Koordinator ketersediaan informasi yang akurat, asing (FDI) di Kementerian ekonomi yang Perekonomian agar menarik dan kredibel. Selain itu Indonesia tanpa ada Luar Negeri berkualitas dan terjadi sinkronisasi Kementerian Luar Negeri terus resiko Indonesia inklusif kebijakan struktur mengidentifikasi like-minded dibawa ke arbitrasi berdasarkan insentif untuk countries agar memiliki bargaining intemasional dengan prinsip keadilan investor asing dan power yang lebih kuar di berbagai hargaining position dan kesamaan kedaulatan ekonomi forum diplomasi internasional. yang lemah dan kedudukan serta nasional. penyelesaian konflik saling Kementerian Luar Negeri juga yang adil dan tidak menguntungkan berperan dalam melakukan merugikan pemerintah antara negara dan renegosiasi BIT, menyusun Indonesia. investor asing template baru BIT, dan memperjuangkan rezim investasi intemasional yang sesuai dengan kepentingan negara berkembang.

92 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Untuk memahami kelembagaan diplomasi ekonomi Indonesia diperlukan semacam perbandingan dengan apa yang dilakukan negara­ negara lain dengan asumsi setiap model kelembagaan diplomasi ekonomi memiliki kelebihan dan kekurangannya dan terkait dengan situasi dan kondisi setiap negara. Apapun mekanisme kelembagaan diplomasi ekonomi yang digunakan selalu ada upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan diplomasi ekonomi sesua1 dengan kompleksitas isu perdagangan dan investasi yang dihadapi. Dalam tabel 3.3 di bawah ini ditampilkan perbandingan Indonesia dengan negara-negara lainnya dalam hal mekanisme kelembagaan diplomasi ekonomi.

Tabel 3.3: Empat Model Kelembagaan Diplomasi Perdagangan dan Implikasinya Model Kelembagaan Orientasi Utama lmplikasi Contoh Kebi_iakan/kelernbagaan Negara Sinergi Kementerian Aktivitas lntegrasi kebijakan Jepang Industri dan perdagangan luar pembangunan industri dan Perdagangan neg en dan investasi ekspansi perdagangan lntemasional (Minis/IT yang mendukung intemasional (policy alignment l?( International Trade kemajuan industri FDI. perdagangan and Industry atau MITI dalam negeri intemasional dan ODA) yang sekarang menjadi Ministl}"

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 93 Dalam kaitan dengan penataan kelembagaan diplomasi ekonomi ada beberapa catatan yang perlu disampaikan di sini berdasarkan tantangan yang kita hadapi dalam penanganan ketiga isu di atas. Pertama, Indonesia menghadapi tantangan diplomasi ekonomi yang semakin rumit khususnya yang berkaitan dengan isu ketahanan pangan dan produk ramah lingkungan. Kementerian Luar Negeri yang menjadi ujung tombak diplomasi tidak didisain untuk menjawab tantangan-tantangan ini secara spesifik karena tugas kelembagaannya yang bersifat umum dan expertise yang bersifat teknis tidak tersedia di lembaga ini. Untuk itu dibutuhkan mekanisme koordinasi yang lebih intensifantara Kementerian Luar Negeri dengan kementerian teknis sehingga Indonesia dapat merumuskan posisi dan sikap yang jelas menghadapi isu-isu teknis seperti ketahanan pangan dan produk ramah lingkungan. Kedua, secara resmi Kementerian Luar N egeri ada di bawah koordinasi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Kcamanan sehingga tidak mungkin bisa membawa isu diplomasi ekonomi ke rapat koordinasi dalam bidang ini. Untuk itu Kementerian Luar Ncgcri harus memiliki akses ke rapat koordinasi Menteri Koordinator Pcrckonomian sehingga bisa membawa isu diplomasi ekonomi serta merumuskan posisi dan sikap pemerintah Indonesia dalam menghadapi isu ketahanan pangan dan produk ramah lingkungan di berbagai forum perundingan multilateral. Dalam rapat koordinasi ini Kementerian Luar Negeri tidak hanya diberi akses untuk mengikuti rapat tetapi juga memainkan peran kunci untuk memperjuangkan policy alignment untuk ketiga isu yang dibahas dalam penelitian ini. Ketiga, perkembangan rezim intemasional yang berkaitan dengan 1su ketahanan pangan, produk ramah lingkungan dan penyelesaian sengketa negara dengan investor asing membuat kita semakin sadar perlunya grand design diplomasi ekonomi sebagai strategi globalisasi dan regionalisasi Indonesia sehingga bisa menjadi acuan yang sama bagi setiap instansi yang menjadi focal point dalam menyikapi isu apapun di forum

94 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri intemasional. Dengan kata lain diplomasi ekonomi tidak lagi bisa ditangani secara ad hoc atau parsial tetapi menyeluruh serta disesuaikan dengan kondisi domestik sehingga kita dapat meminimalisasi efek perjanjian intemasional terhadap perekonomian domestik.

Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri 95 IV. Simpulan dan Rekomendasi Kebijakan

Penelitian ini telah diawali dengan penggambaran konteks serta Jatar belakang mengapa diplomasi ekonomi menjadi kajian yang sangat penting bagi pemerintah Indonesia saat ini di tengah persaingan perdagangan dan investasi pada semua tingkatan hubungan atau interaksi Indonesia dengan dunia intemasional. Dalam konteks kebijakan pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri Retno L. P. Marsudi peningkatan kinerja diplomasi ekonomi merupakan salah satu prioritas penting dalam kebijakan luar negeri meskipun dalam kenyataannya konsep ini masih diartikan secara parsial sementara persaingan perdagangan dan investasi di tingkat regional dan global memerlukan penanganan diplomasi ekonomi yang bersifat menyeluruh sebagai bagian dari strategi globalisasi dcmi peningkatan kesejahteraan rakyat. Ada kesadaran baru bahwa diplomasi dalam bidang politik dan keamanan yang mendominasi dan mcncirikan diplomasi Indonesia selama ini tidak mungkin efektif tanpa dukungan kapabilitas ekonomi yang memadai. Karena itu diplomasi ckonomi yang bcrsifat holistis dan mcmbumi menjadi hirauan Kementerian Luar Negeri dalam mewujudkan kepentingan nasional. Dalam kondisi ekonomi global yang mengalami kelesuan saat ini diplomasi ekonomi tentu menjadi semakin mendesak bagi Indonesia agar tidak ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara untuk peningkatan ekspor dan investasi asing ke Indonesia. Diplomasi ekonomi tidak pemah berlangsung dalam ruangan yang kosong tetapi senantiasa dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik dan sosial budaya domestik serta perkembangan ekonomi global dan regional. Karena itu penelitian ini tehih berupaya membuat gambaran secara umum kondisi ekonomi dan politik domestik pemerintah Indonesia serta prioritas pembangunan ekonomi saat ini yang menekankan infrastruktur serta pengembangan ekspor komoditas yang ramah lingkungan agar dapat

96 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri diterima di pasar negara-negara maju khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa. Mengingat potensi Indonesia yang sangat besar dalam ekspor komoditas diplomasi ekonomi yang berkaitan dengan produk ramah lingkungan akan tetap menjadi prioritas jangka panjang dan di sinilah pentingnya proses pembelajaran bagi bangsa kita dalam memperhatikan rezim intemasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup di tengah gencamya wacana tentang perubahan iklim dan konservasi hutan tropis yang menjadi paru-paru dunia. Selain itu rentannya Indonesia terhadap perubahan iklim yang pada gilirannya akan memengaruhi produksi pangan menjadikan isu ketahanan pangan sebagai fokus penting dalam diplomasi ekonomi. Meningkatnya jumlah kasus sengketa antara pemerintah Indonesia dengan investor asing yang sering menyulitkan dan merugikan kepentingan Indonesia menyadarkan kita untuk meninjau kembali perjanjian investasi bilateral yang ada demi mengantisipasi permasalahan yang akan timbul di kemudian hari di mana terdapat kecenderungan kepentingan investor asing semakin diutamakan dalam rezim investasi multilateral dan regional. Meskipun penelitian ini tidak menampilkan ukuran sccara kuantitatiftentang posisi Indonesia dalam struktur ekonomi politik global tetapi dapat dipastikan bahwa ukuran apapun yang digunakan posisi kita belum optimal dalam struktur perdagangan dan investasi. struktur pengetahuan dan teknologi serta struktur produksi baik di tingkat regional apalagi global. Selain masih bergantung pada komoditas alam kekuatan industri manufaktur Indonesia juga masih kalah dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Misalnya, dalam industri otomotif Indonesia masih berada di bawah Thailand. Saat ini Vietnam juga sudah mulai membangun kekuatan industri manufaktumya dan memiliki rasa percaya diri lebih besar untuk bergabung ke TPP pimpinan Amerika Serikat dibandingkan dengan Thailand dan Indonesia yang masih ragu karena standar kerjasama pakta perdagangan yang sangat tinggi dan bisa merugikan posisi negara

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 97 berkembang di tengah dominasi negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat. Selanjutnya kita akan menguraikan temuan penelitian m1 berdasarkan evaluasi terhadap perjanjian perdagangan intemasional dan investasi berkaitan dengan tiga isu yang telah disebutkan sebelumnya. Pertama, sejak kemerdekaan sampai sekarang isu ketahanan pangan masih menjadi persoalan yang membutuhkan perhatian yang tinggi dari pemerintah selain untuk menjamin pasokan pangan dalam negeri demi ketahanan pangan juga untuk memenuhi kewajiban intemasional Indonesia di lembaga perdagangan multilateral seperti WTO. Peningkatan ketahanan pangan dalam negeri jangan sampai berujung pada pelanggaran regulasi intemasional sehingga Indonesia tidak mendapat pengaduan dari mitra-mitra dagangnya. Protes yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat dan New Zealand terhadap persyaratan impor produk holtikultura dan daging mcrupakan contoh di mana upaya proteksi yang dilakukan untuk ketahanan pangan dalam negeri bisa bcrakibat pcngaduan oleh ncgara mitra dagang di arena WTO. Dihandingkan dengan negara-negara Asia Tcnggara lainnya scpc11i Singapura, Malaysia, Thailand dan bahkan Vietnam. Indonesia mcmiliki indeks ketahanan pangan yang rendah. Ironisnya penelitian ini menemukan bahwa kebijakan swasembada untuk ketahanan pangan belum memberikan hasil seperti yang diharapkan dan bahkan telah membuat Indonesia menjadi lemah dan rentan. Keadaan ini diperumit oleh kenyataan bahwa saat ini kebijakan ketentuan impor pangan Indonesia sedang dipersoalkan oleh Amerika dan New Zealand seputar impor hortikultura dan daging serta impor daging a yam yang diprotes oleh Brazil dan kemungkinan akan dibawa ke panel penyelesaian kontlik perdagangan WTO. Tampaknya pemerintah Indonesia belum menemukan formula kebijakan yang tepat bagaimana mencapai ketahanan pangan dalam negeri dengan pasokan yang cukup tersedia sehingga harga

98 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri terkendali dan pada saat yang sama menghormati kewajiban perdagangan internasional dalam forum multilateral seperti WTO. Kedua, dalam menganalisis dampak perdagangan global terhadap ketahanan pangan Indonesia, penelitian ini telah mengarahkan perhatian kita pada antisipasi terhadap perkembangan Putaran Doha. Sepanjang menyangkut kepentingan Indonesia seandainya kesepakatan dalam Putaran Doha tercapai maka hal itu akan berdampak luas terhadap kebijakan yang protektif dan nasionalistik di bidang pangan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan satu-satunya cara agar Indonesia tidak kebanjiran pangan impor adalah meningkatkan produksi pangan dalam negeri dengan menjaga harga yang tetap menguntungkan petani. Selain itu dampak perdagangan global juga dikaitkan dengan ketergantungan Indonesia terhadap komoditas impor karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam konteks ini impor kedelai yang mcnjadi kcbutuhan pangan hampir seluruh rakyat Indonesia hendaknya ditujukan untuk mencegah terjadinya stok kosong dan gejolak harga yang mcrugikan kcpentingan usaha kecil dan menengah serta industri rumah tangga. Ketiga, berkaitan dengan pwmosi produk ramah lingkungan rupanya tantangan diplomasi ekonomi Indonesia di forum multilateral seperti WTO tidak lebih ringan dan bahkan peluang keberhasilannya agar produk CPO kita bisa diterima sebagai em·ironmental goods sangat kecil. Rezim intemasional yang menekankan standar lingkungan hidup yang semakin ketat dan universal dikombinasikan dcngan kondisi dan kapasitas domestik yang sangat terbatas untuk memenuhi tuntutan rezim intemasional lebih mempersulit pcningkatan kinerja diplomasi ekonomi Indonesia dalam menangani isu ini. Penclitian ini telah mencatat dua perkembangan penting dalam pcnanganan isu produk ramah lingkungan yang menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi yang tidak menguntungkan meskipun produk CPO tetap menjadi andalan utama untuk perolehan devisa dari ckspor. Inisiatifyang diprakarsai oleh negara-

Pusat P2K 01- BPPK Kernenterian Luar Negeri 99 negara maju termasuk Singapura (yang nota bene adalah tetangga dekat dan anggota ASEAN) untuk meloloskan Perjanjian Produk Ramah Lingkungan atau Environmental Goods Agreement (EGA) akan menjadi hambatan yang signifikan bagi negara-negara seperti Indonesia yang tidak menguasai teknologi hijau (green technology) dan masih mengandalkan komoditas alam seperti CPO dengan biaya atau pengorbanan lingkungan hidup yang tinggi. Selain itu kita mencatat juga kegagalan kita di forum APEC untuk memasukkan produk CPO sebagai em·ironmental goods sehingga layak mendapatkan penurunan tarifbea masuk. Proteksionisme hijau seperti yang diterapkan oleh Uni Eropa terhadap produk biodisel Argentina merupakan contoh penting bagi Indonesia bagaimana menyatukan langkah diplomasi bersama negara berkembang lainnya agar dapat memperjuangkan di forum internasional demi memastikan bahwa negara-negara maju memiliki justifikasi yang sah untuk restriksi impor dan tidak hanya sekadar menggunakan isu lingkungan hidup untuk menutupi hasrat melindungi produk dalam ncgeri tcrhadap impor produk dari negara berkembang yang lchih murah. Keempat, penelitian ini juga mcncatat hchcrapa kelemahan domestik yang sesungguhnya dalam kapasitas pemcrintah Indonesia untuk mengatasinya tetapi kenyataannya malah menjadi sumber liability utama dalam diplomasi ekonomi terkait isu lingkungan hidup. Jika pada akhimya Indonesia tidak menjadi bagian dari EGA lantaran produk CPO kita yang bermasalah maka bisa dibayangkan kerugian yang hams ditanggung dengan tarif impor yang tinggi untuk produk ekspor andalan ini. Meskipun di atas kertas pemerintah Indonesia sudah mulai menerapkan regulasi industri untuk mengarah pada produk ramah lingkungan namun keterbatasan dari segi kapasitas teknologi, sumber daya manusia dan ketersediaan dana untuk investasi masih menjadi kendala utama di dalam negeri untuk membangun reputasi yang lebih baik di mata dunia intemasional. Juga ada catatan bahwa insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada pihak swasta nasional dalam menghasilkan produk

100 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri ramah lingkungan hendaknya dilakukan secara berhati-hati karena bisa dianggap bertentangan dengan aturan WTO tentang subsidi ekspor. Kelima, berdasarkan perkembangan penyelesaian sengketa investor asing dengan pemerintah negara penerima (host country) dan bertolak dari pengalaman Indonesia akhir-akhir ini, Indonesia memiliki kekhawatiran yang masuk akal terhadap menguatnya posisi dan kapasitas investor asing serta negara maju dalam penyelesaian sengketa seperti ini. Tidak diragukan lagi rezim intemasional pada semua tingkatan baik multilateral maupun regional sangat memihak kepentingan investor asing dan merugikan negara berkembang dengan bargaining position yang lemah seperti Indonesia. Seperti yang dapat disimak dari kasus gugatan Philip Morris efek ISDS bahkan dapat menggerogoti hak dan kedaulatan negara untuk melakukan regulasi terhadap ekonomi dan industri domestiknya. Apalagi interpretasi terhadap klausul-klausul BIT yang tidak konsisten. sulit diprcdiksi serta kualitas keputusan dan judgement yang diragukan. Kccnam, walaupun pemerintah Indonesia bisa saja memilih untuk mengakhiri BITs yang ada dan tidak lagi mengikatkan diri dcngan Perjanjian BIT yang baru seperti yang dilakukan oleh Brazil di mana investasi asingnya tetap tinggi, namun langkah tcrsebut tidak dcngan sendirinya menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dalam BIT scring ada survival clause yang pasti akan digunakan oleh investor asingjika kcadaan memaksa mereka untuk menempuh jalan seperti itu. Analisis dan penelitian ini mengungkapkan bahwa investor asing sclalu bisa menemukan mekanisme untuk menuntut pemerintah Indonesia tatkala mereka merasa dirugikan oleh kebijakan regulasi ekonomi kita. Sclain itu Indonesia juga sudah mengikatkan diri dengan berbagai petjanjian intemasional khususnya via organisasi regional ASEAN yang mcncakup penyelesaian sengketa investasi. Dengan demikian tidak ada pilihan yang mudah bagi pemerintah Indonesia selain secara berhati-hati dalam merumuskan klausul-klausul BIT agar terjamin azas keadilan,j£1irness dan kesetaraan kedudukan antara investor asing dengan pemerintah Indonesia.

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Ncgeri 101 Ketujuh, dari evaluasi terhadap perJanJtan perdagangan dan investasi yang terkait dengan ketiga isu yang menjadi fokus dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa diplomasi ekonomi hendaknya tidak lagi dilihat sebagai aktivitas tambahan atau sampingan dengan pendekatan yang bersifat ad hoc dan hanya menjadi hirauan dari Kementerian Luar Negeri melalui Kelompok Kerja yang sudah dibentuk. Sebaliknya diplomasi ekonomi harus merupakan rencana strategis nasional yang dituangkan dalam globali::ation strategies sehingga bisa menjadi pedoman untuk setiap perjanjian perdagangan dan investasi yang mau ditandatangani oleh pemerintah Indonesia. Strategi diplomasi ekonomi yang dimaksud hendaknya didasarkan pada analisis situasi dan kondisi domestik, tantangan regional dan global dalam perdagangan dan investasi serta strategi kompetitor Indonesia khususnya di Asia Tenggara yang hcrpotcnsi merugikan kcpentingan Indonesia baik karena kesamaan komoditas ckspor maupun dcstinasi ekspor ke negara-negara maju. Schagai Jangkah awal dari strategi globalisasi tersebut penelitian ini telah mcngidcntitikasi hchcrapa contoh policy alignment yang diperlukan antara instansi pcmcrintah tcnnasuk Kementerian Luar Negeri. Karena hakckat clcmcn-clcmcn kclcmhagaan diplomasi ekonomi Indonesia yang

(i-agmented maka urgensi dari policy alignmen~ ini menjadi semakin tinggi. Berdasarkan rangkaian simpulan yang disampaikan di atas, di bawah 1111 diajukan beberapa rekomendasi kebijakan yang kiranya dapat dipertimbangkan oleh Kementerian Luar Negeri demi peningkatan kualitas dan efektivitas diplomasi ekonomi Indonesia khususnya yang berkaitan dengan ketiga isu yang menjadi fokus dari penelitian ini. Pertama, diplomasi ekonomi Indonesia perlu ditata kembali sehingga menjadi kebijakan yang sifatnya tidak sektoral tetapi holistis dan terpadu sebagai bagian dari strategi globalisasi dan regionalisasi demi te1wujudnya kepentingan pembangunan ekonomi nasional. Indonesia menghadapi tantangan domestik dan intemasional secara simultan seperti

102 Pusat P2K OJ - BPPK Kementerian Luar Negeri yang terlihat dari analisis penanganan ketiga isu yang menjadi fokus penelitian ini. Karena itu diplomasi ekonomi hendaknya tidak dianggap sebagai aktivitas tambahan bagi para diplomat Indonesia di luar negeri atau dilihat sebagai persoalan teknis marketing dan promosi perdagangan dan investasi belaka. Pembenahan dan peningkatan diplomasi ekonomi Indonesia hendaknya mencakup penyelarasan kebijakan atau policy alignment baik dari segi substansi kebijakan maupun penataan hubungan kelembagaan agar ada kejelasan tentang posisi dan sikap pemerintah Indonesia menghadapi atau merespons isu-isu perdagangan dan investasi pada abad 21 ini. Menyangkut isu ketahanan pangan perlu dipikirkan policy alignment antara apa yang kita lakukan di dalam negeri untuk mencapai tujuan tersebut serta kesejahteraan petani dengan kewajiban intemasional Indonesia di forum multilateral seperti WTO. Dengan demikian tujuan ketahanan pangan bisa dicapai tetapi pada saat yang sama perdagangan intemasional kita dengan para mitra dagang juga tidak terganggu. Dalam menangani isu produk ramah lingkungan pilihan yang realistis bagi Indonesia tidaklah mudah. Tanpa pcrbaikan dalam negeri dalam keseluruhan proses produksi CPO yang mcnjadi andalan ekspor tidak mungkin kita dapat mcyakinkan para produscn di ncgara maJU semata-mata melalui diplomasi. Pcnggunclulan hutan tropis demi peningkatan ekspor CPO justru akan merugikan reputasi Indonesia di mata komunitas intemasional dan akan mempersulit ekspansi ekspor untuk komoditas unggulan ini. Tidak ada jalan lain bagi Indonesia kecuali mengintegrasikan konsep-konsep seperti green products, green technology dan green growth kc dalam pembangunan ekonominya karena trend rezim internasional dalam perdagangan intcrnasional secara signifikan sangat dipengaruhi oleh isu pelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian akan ten.:ipta policy alignment antara apa yang dilakukan di dalam negeri dcngan diplomasi ckonomi yang dilakukan melalui berbagai forum intcrnasional. Terkait dengan isu sengketa antara pemerintah dengan investor asing tampaknya agak sulit bagi Indonesia

Pusat P2K 01- BPPK Kernenterian Luar Negeri 103 untuk menghindarkan diri dari ISDS baik karena adanya survival clause maupun ketentuan ISDS dalam berbagai perjanjian intemasional ASEAN dengan mitra-mitranya. Pilihan yang realistis bagi Indonesia adalah mengupayakan renegosiasi atau perundingan kembali berbagai ketentuan dalam BIT sehingga lebih mencerminkan azas keadilan dan fairness antara negara dan investor asing. Kedua, hasil evaluasi terhadap perjanjian perdagangan dan investasi terkait tiga isu utama dalam penelitian ini merekomendasikan perlunya revitalisasi peranan Kementerian Luar Negeri sebagai ujung tombak atau garda terdepan diplomasi Indonesia di dunia intemasional di mana instansi ini diharapkan dapat menjembatani perkembangan international regimes dalam berbagai isu perdagangan serta strategi negara-negara mitra dagang Indonesia di satu pihak dan berbagai instansi pemerintah di dalam negeri yang menangani substansi kebijakan dalam berbagai isu tersebut. Selain itu mengingat semakin gencamya kampanye anti produk ekspor Indonesia yang dituduh tidak ramah lingkungan Kementerian Luar Negeri pcrlu mcmikirkan strategi untuk melakukan counter terhadap negatil·e campaign tersebut sambil menyadarkan para pengusaha atau eksp011ir dalam negeri pentingnya kepatuhan pada standar lingkungan hidup internasional saat ini. Akhimya, semakin dirasakan bahwa para diplomat yang dikirim ke luar negeri oleh Kementerian Luar Negeri perlu dilengkapi tidak hanya pengetahuan umum tentang diplomasi tetapi juga keahlian khusus dalam berbagai isu tertentu yang berpotensi merugikan kepentingan nasional. Tentu hal ini berpengaruh tidak hanya terhadap substansi pendidikan para diplomat yang secara berjenjang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri tetapi juga struktur kurikulum yang sesua1 dengan perkembangan regional maupun global. Ketiga, policy alignment pada sisi substansi pada gilirannya juga menghendaki mekanisme koordinasi yang lebih efektif antara Kementerian Luar Negeri sebagai ujung tombak diplomasi dengan kementerian teknis terutama yang menangani bidang kebijakan dalam

104 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri negeri terkait ketiga isu di atas. Dalam konteks ini Kementerian Luar Negeri hendaknya mendapatkan informasi yang lengkap tentang substansi kebijakan dari kementerian teknis agar tidak terjadi konflik internal di antara lembaga-lembaga pemerintah sendiri yang pada akhimya melemahkan diplomasi ekonomi Indonesia. Keempat, selain revitalisasi peran Kementerian Luar Negeri sebagai ujung tombak diplomasi ekonomi menghadapi berbagai isu baru dalam perdagangan intemasional dan investasi, instansi ini perlu mengambil inisiatifuntuk menciptakan blueprint strategi globalisasi dan regionalisasi Indonesia sehingga bisa dijadikan pedoman bagi semua instansi ketika Indonesia dihadapkan pada pilihan apakah ingin bergabung atau tidak dengan suatu perjanjian perdagangan dan investasi. Tanpa ada cetak biru diplomasi ekonomi Indonesia selalu kesulitan dalam menentukan sikap terhadap perkembangan isu perdagangan dan investasi yang begitu cepat dan semakin kompleks. Kelima, sehubungan dengan revitalisasi peranan Kcmenterian Luar Ncgcri dalam penguatan diplomasi ekonomi dibutuhkan payung hukum yang lcbih kuat terutama dalam implementasi bcrhagai policy alignment yang dikcmukakan dalam analisis penelitian ini schingga solusi masalah yang dihadapi Indonesia pada abad 21 ini tidak hanya bcrsi fat ad hoc tetapi berkelanjutan demi pencapaian kepentingan nasional di dunia intemasional.

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 105 Daftar Pustaka

Balaam, David N., and Bradford Dillman (2013). Introduction to Political Economy (51h ed). Routledge: Pearson International.

Berstelmann Foundation. (2012). "Greece"s Withdrawal from the Eurozone Could Cause Global Economic Crisis".

Bhagwati, Jagdish (2004). In Defence of Globalization. Oxford: Oxford University Press.

Bossche, Peter van den dan Werner Zdouc (2013). The Law and Policy of World Trade Organization (3rd ed). TJ International Ltd. Padstow Cornwall: Cambridge University Press.

Brandi, Brandi, et. al (2013). Sustainabili~v Cert(fication in the Indonesian Palm Oil Sector: Benefits and Challenges. German Development Institute Studies.

Djumala. Darmansjah {201-l). ..Membumikan Diplomasi Ekonomi: Tantangan Kel?ijakan Luar Ncgeri Era Jokowi-JK". makalah yang tidak dipublikasikan.

Economic Integration and Poverty Reduction as the Road to Food Security, Indonesian Trade and Investment Quarterly: I st Quarter 2015, UPH Center for International Trade and lnYcstmcnt.

Feketekuty. Geza ( ed.) (:20 12) ... Introduction to Commercial Diplomacy" dalam Geza Fcketekuty ( cd.). Policy De,·elopment and Negotiations in International Trade: A Pratical Guide to E.ffectil'e Commercial Diplomacy. San Bernardino: Institute for Trade and Commercial Diplomacy.

Greece"s Withdrawal from the Eurozone Could Cause Global Economic Crisis. 2012. Bertelsmann Foundation.

Harris, Cardiner. (20 13 ) ... Bangladeshi Factory Owners Charged in Fire that Killed 112". The New York Times.

Hoekman, Bernard M dan Michel M. Koestecki (2013). The Political Economy of the World Trading System: The WTO and Beyond (3'"d ed). Oxford University Press.

Jemadu, Aleksius (2014). Politik Global dalam Teori dan Praktik. Edisi Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

106 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Khondoker Abdul Mottaleb and Tetsushu Sonobe. 2011. An Inquiry into the Rapid Growth of the Garment Industry in Bangladesh. Economic Development and Cultural Change. Vol 60 ( 1).

Lairson and Skidmore. (1997). International Political Economy: The Struggle for Power and Wealth. Forth Worth. Harcourt Brace College Publishers.

Mottaleb, K.A. dan Tetsushi Sonobe (2011). "An Inquiry into the Rapid Growth of the Garment Industry in Bangladesh." Economic Development and Cultural Change. Vol 60 (1).

Prof. Dr. Bustanul Arifin, Ketahanan Pangan dan Upaya Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), FGD "Kinerja Diplomasi Ekonomi: Evaluasi atas Perjanjian Perdagangan dan Investasi·· FISIP Universitas Pelita Harapan dan Kementerian Luar Negeri, 12 November 2015

Rana. Kishan S. (2004). "Economic Diplomacy: The Experience of Developing Countries'' dalam Nicholas Bayne and Stephen Woolcock (eds.) The New Economic Diplomacy: Decision-Making and Negotiation in International Economic Relations. Burlington: Ashgate Publishing Company.

Reid. Anthony (ed.) (2012). ··Indonesia Rising··. lhe Repositioning of Asia "s Third Giant. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah \iasional ~015-2019. Buku I, Agenda Pembangunan N asional, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2014

Request for Consultation, European Union And Certain Member States­ Certain Measures On The Importation And Marketing Of Biodiesel And Measures Supporting The Biodiescl Industry (23 Mei 2013) WT/DS459/l, G/L/1027 G/SCM/097/1, G/TRIMS/D/36 G/TBT/D/44.

S. D. Franck, (2007). Foreign Direct Investment, Im·estment Trea~r Arbitration and the Rule of Law, Global Business & Development Law Journal.

SGS v. Philippines, ICSID Case No. ARB/02/6, Decision on Jurisdiction (29 January 2004)

Siddharta & Widjaja. (2013). Investing m Indonesia 2013. KPMG Hadibroto, KPMG Siddharta Advisory.

Pusat P2K OJ - BPPK Kementerian Luar Negeri 107 Sondang Anggraini, Diplomasi Perdagangan Intemasional, FGD "Kinerja Diplomasi Ekonomi: Evaluasi atas Perjanjian Perdagangan dan Investasi'' FISIP Universitas Pelita Harapan dan Kementerian Luar Negeri, 12 November 2015

Steve Chamovitz, Green Subsidies and the WTO, EUI Working Paper, RSCAS 2014/93

Susan Strange ( 1988). States and Markets: An Introduction to International Political Economy. New York: Basil Blackwell.

Swajaya, I Gede Ngurah, Socmadi Brotodiningrat dan Makmur Keliat, "Tantangan Diplomasi Ekonomi Indonesia Abad 21" presentasi power point dalam seminar yang diselenggarakan tanggal 3 Juli 2015 oleh Jurusan Hubungan Intemasioncl Universitas Pelita Harapan di Karawaci Tangerang.

The 199 7 Agreement between the Government of the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland and the Government of Republic of Indonesia for the Promotion and Protection ofinvestments

Undang-Undang No. IS tahun 2012 tentang Pangan.

Vikas. Bajaj. (20 12). Fatal Fire in Bangladesh Highligts the Dangers Facing Gam1cnt Workers. lhc .\'ell· York Times.

WoiL \1ar1in (.200-l}. lr/n· Globalization Works. Yale: Yale University Press.

Woolcock, Stephen. (2011). Factors Shaping Economic Diplomacy: An Analytical Toolkit dalam Nicholas Bayne and Stephen Woolcokc (eds.) The New Economic Diplomacy: Decision-Making and Negotiation in International Economic Relations. Burlington: Ashgate Publishing Company

Trade Bills Fair Wind Blowing. The Economist. June 271h 2015.

Somber Online: Agus Triyono, Asep Munazat Zatnika, Handoyo, dan Narita Indrastiti. Kompas Online. Paket Ekonomi Jilid I Masih Setengah Hati? DiterbitkanL: I 0 September 2015, dapat diakses di: http:/ /bisniskeuangan.kompas.com/read/20 15/09/1 01123613626/Paket.Ek onomi.Jilid.I.Masih.Setengah.Hati.?utm campaign=related&utm mediu m=bp&utm source=bisniskeuangan&

108 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri Agustine Melani. Liputan 6 Bisnis. Rupiah Melemah Picu Dana /nvestastor Asing Keluar dari Bursa Saham. Diperoleh dan diterbitkan: 26 Maret 2015, dapat diakses di: http://bisnis.liputan6.com/read/21973 25/rupiah-melemah-picu-dana­ investor-asing-keluar-dari -bursa-saham

Aldi Gultom. Kantor Berita Politik RMOL. Inilah Nawa Cita, Sembilan Agenda Prioritas Jokowi-Jk, Diperoleh dan diterbitkan: 21 Mei 2014, dapat diakses di: http:/lpolitik.rmol.co/read/2014/05/21 /156040/Inilah­ N awa-Cita, -Sembilan-Agenda-Prioritas-J okowi -JK-

Aminudin. Tempo Online. Jokowi: Swasembada Pangan Tiga Tahun Lagi. Diterbitkan: 12 Januari 2015, dapat diakses di: http://bisnis.tempo.co/read/news/20 15/01 /12/090634353/Jokowi­ Swasembada-Pangan-Tiga-Tahun-Lagi

Ankita Ritwik, Harvard International Law Journal Volume 54, Number 2, Summer 2013. Tobacco Packaging Arbitration and the State "s Ability to Legislate, dapat diakses di: http://www.harvardilj.org/wp­ content/uploads/201311 0/HlLJ 54-? Ritwik.pdf

Ardyan Mohamad. Merdcka. Indonesia digugal Ncmnont akibat celah UU Penanaman Modal Asing. Diterbitkan: 7 Juli 2014. dapat diakses di: http://www.merdeka.com/uangiindonesia-digugat-newmont-akibat-celah­ uu-penanaman-modal-asi n !!. htm I

Arimbi Ramadhiani. Kompas Online. lni Penilaian lndustri Hijau Berdasarkan Permen 51/2015. Diterbitkan: 26 Agustus 2015, dapat diakses di: http://properti.kompas.com/read/20 15/08/261195230121 /lni.Penilaian.lnd ustri.Hijau.Berdasarkan.Permen.51.20 15?utm source=properti&utm me dium=cpc&utm campaign=artbox

Arimbi Ramadhiani. Kompas Online. Sertifikasi Label Hijau Domestik Lebih Murah. Diterbitkan: 27 Agustus 2015, dapat diakses di: http://properti.kompas.com/read/20 15/08/27/090000521 /Sertifikasi.Label .Hijau.Domestik.Lebih.Murah

Badan Koordinasi Penanaman Modal. Investment Procedures. Dapat diakses di: http://www .bkpm.go.id/contents/p 12/formulir- invstasi/ 15#VeAc7 J eGOpQ

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 109 Badan Koordinasi Penanaman Modal. Kepala BKPM, Pemerintah Mendorong 1ndustri Hijau Melalui Pemberian Jnsentif. Diperoleh: 25 Agustus 2015, dapat diakses di: http://www2.bkpm. go.id/contents/news detai1/23 5401 /siaran-pers­ kepala-bkpm-pemerintah-mendorong-industri-hijau-melalui-pemberian­ insentif#.Vd7yYXvlOxU

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasiona/2015-2019. Diterbitkan 2014, dapat diakses di: http://www. bpkp. go. id/public/up Ioad/uni t/sesmalfi1 es/Buku%20 I%20RP J MN%202015-2019.pdf

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Berita. Diterbitkan: 10 Juni 2015, dapat diakses di: http://www .porn. go. id/mobile/index.php/view/berita/77/Penyalahgunaan­ Forma1in-sebagai-Pengawet-Ikan--Mungkinkah-Mencari-Penggantinya­ .html

Badan Urusan Logistik. Ketahanan Pangan, Diperoleh: 5 Agustus 2015, dapat diakses di: http://www.bulog.co.id/ketahananpangan.php

BBC Indonesia. Jokowi kemukakan niat gabung Kemitraan Trans­ Pas((ik. Diterbitkan: 27 Oktober 2015, dapat diakses di: http://www.bbc.com/indonesialberita indonesia/2015/1 01151 0">7 indonc sia jokowi obama tpp

Ben Bland and Shawn Donnan. Financial Times Online. Indonesia to terminate more than 60 bilateral investment treaties. Diterbitkan: 26 Maret 2014, dapat diakses di: http://www.ft.com/intl/cms/s/0/3755c1b2- b4e2-ll e3-af92-00 144feabdcO.html#axzz3jncz03on

CNBC Online. G-20: Ultra-low rates no longer enough to boost global growth. Diterbitkan: 6 September 2015, dapat diakses di: http://www.cnbc.com/2015/09/06/g-20-says-low-rates-not-enough-to­ boost-growth-is-split-on-chinas-vuan.html

Department for Business Innovation & Skills. United Kingdom Government. Can trade improve food security?. Trade and Investment Analytical Papers Topic 9 of 18. Diterbitkan January 2013, dapat diakses di: https://www .gov. uk/ government/uploads/system/uploads/attachment dat a/file/6997 5/bis-13 -593-can-trade-improve-food-security.pdf

110 Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri Didik Purwanto. Kompas Online. Kadin: Dibanding China, Upah Buruh Kita Lebih Bersaing. Diterbitkan: 3 Oktober 2012, dapat diakses di: http://bisniskeuangan.kompas.cornlread/20 12110/03/10 195073/Kadin.Dib anding. China .. U pah.Buruh.Kita. Lebih.Bersaing

Emesto J. Tovar. EL Universal. Icsid may order compensation based on market value ofassets. Diterbitkan: 13 Januari 2012, dapat diakses di: http://www.eluniversal.com/economia/120 113/icsid-may-order­ compensation-based-on-market-value-of-assets

Food and Agricultural Organization. Food security and the right to food. Diperoleh: 5 Agustus 2015, dapat diakses di: http://www.fao.org/post- 20 15-mdg/14-themes/food-security-and-the-right-to-food/en/

Fredrik Erixon, ECIPE OCCASIONAL PAPER • No. 2/2012. THE RISING TREND OF GREEN PROTECTIONISM: Biofuels and the European Union, dapat diakses di: http://www .ecipe.org/app/uploads/20 14112/0CC220 12.pdf

Grace D. Amianti. The Jakarta Post Online. Govt revises investment treaties. Diterbitkan: 12 Mei 2015, dapat diakses di: http://www .thejakartapost.com/news/20 15/05/ 12/govt-revises­ investment-treaties.html

Henry Farrel. Washington Post. People are .freaking out about the Trans Pac(fic Partnership "s im·estor dispute settlement system. Why should you care? Ditcrbitkan: 26 \1arct 2015, dapat diakses di: http:: \\'\\'\\'.wash i ngtonpost.wm/blogs/monkey- cageiwp,20 15/03/26/people-are-freaking-out -about-the-trans-pacific­ partnerships-investor-dispute-settlement-system-why-should-you-care/

Hilde van der Pas dan Riza Damanik. Transnational Institute. The case of Newmont Mining vs Indonesia, Diterbitkan: 12 November 2014, dapat diakses di: https://www .tni.org/enlbriefinglnetherlands-indonesia-bit­ rolls-back-implementation-new-indonesian-mining-law

ICSID Worldbank. AMCO \'. Republic oflndonesia, Resubmitted Case Decision ofJurisdiction, dapat diakses di: https://icsid.worldbank.org/ICSID/FrontServlet?requestType=CasesRH& actionVal=showDoc&docld=DC663 En&caseld=C126

Ina Parlina. The Jakarta Post Online. Jokowi COI'~fident Rl can attain food se((-St(/ficiency in 3 to 4years. Diterbitkan: 12 February 2015, dapat diakses di: http://www.thejakartapost.com/news/20 15/02/12/jokowi­ confident-ri-can-attain-food-sclf-sufticicncy-3-4- years.html#sthash.APgtA3Cd.dpuf

Pusat P2K OJ- BPPK Kementerian Luar Negeri 111 Inilah Online. Produksi Tomat Jabar A/ami Kelebihan 9000 Ton. Diterbitkan: 24 August 2015, dapat diakses di: http://ekonomi. inilah. com/read/detail/22319 35/produksi-tomat-jabar­ alami-kelebihan-9000-ton

International Center for Trade and Sustainable Development. Securing climate benefits in the Environmental Goods Agreement. Diterbitkan: 27 September 2014, dapat diakses di: http://www .ictsd.org/bridges­ news/biores/news/securing-climate-benefits%E2%80%A8-in-the­ environmental-goods-agreement

International Trade Centre. More than a third o.llndonesia "s exporters affected by non-tariffmeasures. Diterbitkan: 27 November 2013, dapat diakses di: http://www .intracen.org/uploadedFiles/intracen.org/Content/About lTC/ Press/ Articles/More%20than%20a%20third%20of>/o20Indonesia%E2%8 0%99s%20exporters%20affected%20by%20non­ tariff>/o20measures%2815%29.pdf

Jakarta Globe Online. Joko "s Self-Sujficienc:\' Push Will Dril·e Up Beef Prices. Diperoleh: 20 agustus 2015, dapat diakses di: http://jakartaglobe.beritasatu.com/busincss jokos-sclf-sufficiency-push­ will-drive-beef-prices/

Jawad Ahmad, Kelvin Poon dan Andre Ycap. !m·estment Arbitration in ASIA. The Asia-Pacific Arbitration Review 2016. Dapat diakses di: http://globalarbitrationreview.com/revie\\'s 71 :scctions/237/chapters/287 4/investment-arbitration-asia/

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. PRESS RELEASE NUMBER: 23/HUMAS DESDM/2009, Diterbitkan: I April 2009, dapat diakses di: http://www.esdm.go.id/berita/53-pressrelease/2406-arbitral­ tribunal-final-judgement-of-dispute-settlement-on-share-divestment-of­ pt-newmont-nusa-tenggara.html?tmpl=component&print= I &page

Kementerian Perindustrian Indoensia. RI Optimistis CPO Masuk Produk Ramah Lingkungan. Diperoleh 25 Agustus 20 I 5, dapat diakses di: http://www.kemenperin.go.id/artikel/4376/RI-Optimistis-CPO-Masuk­ Produk-Ramah-Lingkungan

Kementerian Perindustrian Indonesia. Disadur dari Bisnis Indonesia. Irani Kedelai Impor di Negeri Tempe. Dapat diakses di: http://www.kemenperin.go.id/artikel/3853/lroni-Kedelai-lmpor-di­ N egeri-Tempe

112 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri Kementerian Perindustrian Indonesia. Disadur dari Suara Karya. Harga Kedelai Melonjak, Produsen Tempe Menjerit. Dapat diakses di: http://www.kemenperin.go.id/artikel/3857/Harga-Kedelai-Melonjak.­ Produsen-Tempe-Menjerit

Kementerian Pertanian. Pelaksanaan Program Kerja dan Anggaran BKP Tahun 2015. Diterbitkan: Januari 2015, dapat diakses di: http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Pedoman Pelaksanaan Program Keria dan Anggaran BKP 2015.pdf

Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan. Salah Jalan Menuju Swasembada Panganyang Berkelanjutan. Diterbitkan: 12 Mei 2015, dapat diakses di: http://kedaulatanpangan.net/20 15/05/salah-jalan­ menuju-swasembada-pangan-yang-berkelanjutan/

Kompas. 1mpor Pilihan Terakhir Pemerintah. Diterbitkan: 6 Juni 2015, dapat diakses di: http://print.kompas.com/baca/20 15/06/06/pilihanimpor

Linda Yulisman. The Jakarrta Post Online. R1 seeks amicable solution to chicken dispute with Brazi. Diterbitkan: 21 Oktober 2014, dapat diakses di: http://www .thejakartapost.com/news/20 14/1 0/21 /ri -seeks-amicable­ solution-chicken-dispute-with-brazil.html#sthash. vhwX3GPC.dpuf

Maggie Quesada Sukiwan. Kompas Online. Rupiah Melorot, 1klim Im·estasi Terpuruk. Diterbitkan: 9 Agustus 2015, dapat diakses di: http:' 'bisniskeuangan.kompas.com/read/20 15/08/09/193 712026/Rupiah. \1elorot.lklim.Investasi.Terouruk

Mahesh Sugathan dan Thomas L. Brewer, APEC"s environmental goods initiative: How climate-friendly is it? Diterbitkan: 22 November 2012, dapat diakses di: http://www .ictsd.org/bridges-news/biores/news/apecs­ environmental-goods-initiative-how-climate-friendly-is-it

Matthew C. Porterfield & Christopher R. Byrnes, Investment Treaty News. Philip Morris v. Uruguay: Will investor-State arbitration send restrictions on tobacco marketing up in smoke? Diterbitkan: 12 Juli 2011, dapat diakses di: http://www.iisd.org/itn/2011/07/12/philip-morris­ v-uruguay-will-investor-state-arbitration-send-restrictions-on-tobacco­ marketing-up-in-smoke/

OECD Library Onlnie. OECD Review ofAgricultural Policies: Indonesia 2012. OECD Publishing. Dapat diakses di: http://dx.doi.org/l 0.1787/97892641790 11-en

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 113 Oliver Wieck. Atlantic Community. New Criticism ofISDS obscures its Actual History. Diterbitkan: 7 Oktober 2014, dapat diakses di: http://www.atlantic-community.org/-/new-criticism-of-isds-obscures-its­ actual-history

Peter Spence. Telegraph. China leading world towards global economic recession, warns Citi. Diterbitkan 9 Sep 2015, dapat diakses di: http://www.telegraph.co.uk/finance/china-business/11854084/China­ leading-world-towards-global-economic-recession-wams-Citi.html

Pia Eberhardt, Friedrich Ebert Stiftung. Investment Protection at a Crossroads The TTIP and the Future ofInternational Investment Law . Diterbitkan: Juli 2014, dapat diakses di: http://library.fes.de/pdf­ files/iez/global/l 0875.pdf

Plurilateral Trade Negotiations: Supplanting or Supplementing. Dapat diakses di: http://www .asil.org/insights/volume/ I 7/issue/17 /pi urilateral­ trade-negotiations-supplanting-or-supplementing

Prof. Dr. Christian Tietje dan Prof. Dr. Freya Baetens. MINBUZA- 2014.78850. The Impact ofbn•estor-State-Dispute Settlement (ISDS) in the Transatlamic hade and lnrestment Partnership, Diterbitkan: 24 June 2014, dapat diakses di: https://www .ri jkso,·crheid.nl/documenten/rapporten/20 14/06/24/the­ impact-of-invcstor-state-dispute-settlement-isds-in-the-ttip

Professor Patrick Juillard. Organization of Economic Cooperation and Development. Bilaterallm·estment Treaties In The Comext Of Investment Law. Diterbitkan: May 2001, dapat diakses di: http://www .oecd.orgli nvestment/intemationalinvestmentagreements/ I 8 94 794.pdf

Rafat Ali Rizvi v. Republic oflndonesia, ICSID Case No. ARB/11/13, http://www.italaw.com/cases/1188#sthash.91SgCg3A.dpuf

Rick Beckmann, Remco Smorenburg dll, BIT by BIT in Indonesia: Signs ofa push-back on .foreign investment, international arbitration report 2014- issue 3. dapat diakses di: http://www.nortonrosefulbright.com/files/20 141 002-bit-by-bit-in­ indonesia-121533.pdf

Risky Jaramaya. Republika Online. Jangan Main-Main dengan Kebijakan Ketahanan Pangan. Diterbitkan: 27 Maret 2015, dapat diakses di: http://www .republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/03/27/nlv29v­ jangan-mainmain-dengan-kebijakan-ketahanan-pangan

114 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri Roy Santana. International Centre for Trade and Sustainable Development. Options for defining the products covered by the Environmental Goods Agreement, Diterbitkan: 3 June 2015, dapat diakses di: http://www.ictsd.org/bridges-news/biores/news/options- for­ defining-the-products-covered-by-the-environmental-goods

S. Ripinsky and K. Williams. BIICL Journal. 2008. Case Note: Karaha Bodas and Himpurna arbitrations. Dapat diakses di: http://www.biicl.orglfiles/3931 2000 himpuma and karaha bodas arbi trations.pdf

Sabrina Asril dan Indra Akuntono. Kompas Online. Pemerintah Terbitkan Paket Ekonomi, Ini Poin-poin Utamanya. Diterbitkan: 9 September 2015, dapat diakses di: http://bisniskeuangan.kompas.corn/read/20 15/09/09/182042026/Pemerint ah.Terbitkan.Paket.Ekonomi.Ini.Poin-poin.Utamanya

Sabrina Asril. Kompas Online. Datangkan Valas, Jokowi Segera Keluarkan Paket Kebijakan Besar. Diperoleh dan diterbitkan: 27 Agustus 2015. Dapat diakses di: http://bisniskeuangan.kompas.corn/read/20 15/08/27I 1 15340426/Datangk an. Valas.Jokowi.Segera.Keluarkan.Paket.Kebi jakan. Bcsar?utm campmg n=related&utm medium=bp&utm source=bisniskcuangan&

Sakina Rakhma Diah Setiawan. Kompas Online. CPO dan Karel Gaga/ Masuk Daftar Ramah Lingkungan APEC. Diperolch dan ditcrbitkan: 16 Juli 2013, dapat diakses di: http:/lbisniskeuangan.kompas.corn/read/2013/07/16. 0744005 CPO.dan.K aret.Gagal.Masuk.Daftar.Ramah.Lingkungan.APEC

Sebastian Perry. Global Arbitration Review. Indonesia Defeats Bank Bailout Claim. Diterbitkan: 17 July 2013, dapat diakses di: http://www .20essexst.com/newsite/si tes/default/fi les/images/GARarticle. pdf. pdf

Sekretaris Kabinet. Urgensi Ketahanan Pangan. Diterbitkan: 4 Maret 2015, dapat diakses di: http://setkab.go.id/urgensi-ketahanan-pangan/

Sinclair, A., lCSID Arbitration: how long does it take?, 4:5 GAR J. (2009), http://www.goldreserveinc.com/documents/1CS1D%20arbitration%20%2 0How%20long%20does%20it%20take.pdf

Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri 115 Syarifudin, Muh Shamil, Hafid Fuad. Sindonews Online. Waspadai Kontrak dengan Investor Asing. Diterbitkan: 15 Mei 2015, dapat diakses di: http://www .koran-sindo.com/read/ l 00 13091149/waspadai-kontrak­ dengan-investor-asing-1431653684

Tom Miles. Reuters Edition US. Argentina complains to WTO over Spanish biodiesel rules, Diperoleh dan diterbitkan: 20 Agustus 2014, dapat diakses di: http://www .reuters. com/article/20 l2/08/20/us­ argentina-spain-trade-idUSBRE87 JOFC20 120820

Transparency International Corruption Perception Index 2014. http://www. ti.or.id/index.php/publication/20 14/12/06/corruption­ perceptions-index-2014

United Nations Conference for Trade and Development. What Are BITs? Diterbitkan: 17 August 2004, dapat diakses di: http://www.unctadxi.org/templates/Page I 006.aspx

United Nations Conference on Trade and Development. IIA Issues Note. No. 3. Interpretation oflias: What States Can Do. Diterbitkan: December 2011, dapat diakses di: http://unctad.org/en/Docs/wcbdiaeia20 I I d I 0 en. pdf

United Nations Conference on Trade and Development. UNCTAD Series on Issues in International Investment Agreements II Sequel. lnn!stor­ State Dispute Settlement. New York and Geneva. Diterhitkan: 2014. dapat diakses di: http://unctad.org/en/Publieationslibrarv•diaeia20 13d2 cn.pdf

United Nations Conference on Trade and Dc,·elopment.Jm·estor-State Dispute Settlement: Review OfDeve/opments In l.0/4, No. 2. Diterbitkan: May 2015, dapat diakses di: http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/webdiaepcb20 15d2 en. pdf

United States Trade Representative. Environmental Goods Agreement. Diperoleh: 20 Agustus 2015, dapat diakses di: https://ustr.gov/trade­ agreements/ other-initiatives/environmental-goods-agreement

United States Trade Representative. Investor-State Dispute Settlement (ISDS). Diperoleh 29 Agustus 2015, dapat diakses di: https://ustr.gov/about-us/policy-offices/press-office/fact- sheets/20 15/mareh/investor-state-dispute-settlement- isds

116 Pusat P2K 01- BPPK Kementerian Luar Negeri United States Trade Representative. United States Challenges Indonesia ''s Ongoing Import Restrictions on Horticultural Products, Animals, and Animal Products, Diterbitkan: May 2014, dapat diakses di: https://ustr.gov/about-us/policy-offices/press-office/press- releases/20 14/May/US-Challenges-Indonesia-Ongoing-Import­ Restrictions-Horticulture-Animal-Products

Vikas Bajaj. The New York Times. Fatal Fire in Bangladesh Highligts the Dangers Facing Garment Workers. Diterbitkan: 2012, dapat diakses di: http://www .nvtimes.com/20 12/11/26/world/asialbangladesh-fire-kills­ more-than-1 00-and-injures-many.html

Widhie Kurniawan. Radio Republik Indonesia Online. Fenomena Kenaikan Harga Bawang, Radio Republik Indonesia. Diterbitkan: 19 Maret 2013, dapat diakses di: http://www.rri.co.id/post/editorial/97/editoriallfenomena kenaikan harga bawang.html

Wisnu Widiantoro. Kompas Online. Jokowi: Biaya Transportasi Indonesia Tiga Kali Singapura. Diterbitkan: 30 April 2015, dapat diakses di: http://nasional.kompas.com/read/.20 15/04/30/1.2360631/Jokowi.Biaya.Tr ansportasi.lndonesia.Tiga.Kali.Lipat.Singapura

World Bank. Logistics Perfonnance Index. Dapat diakses di: http://lpi. worldbank.on!lintcmational/g)obal/20 14

World Trade Organization. 5!h liTO .\linisterial Conference, Candm WWF Briefing Series: Green Protectionism. Dapat diakses di: https://www.wto.orgienglish/forums e/ngo e/wwf greenprotec e.pdf

World Trade Organization. Activities ofthe WTO and the challenge of climate change. Diperoleh: 25 Agustus 2015, dapat diakses di: https://www. wto.org/english/tratop e/envir e/climate challenge e.htm

World Trade Organization. Agriculture Negotiations: Background Fact Sheet. Diperoleh: 17 November 2015, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/tratop e/agric e/agboxes e.htm

World Trade Organization. Agriculture Negotiations: Backgrounder: Domestic support: Amber, Blue and Green Boxes. Diperoleh: 17 November 2015, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/tratop e/agric e/negs bkgrndl3 boxes e.ht m

Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri 117 World Trade Organization. An introduction to trade and environment in the WTO, Diperoleh: 25 Agustus 2015, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/tratop e/envir e/envt intro e.htm

World Trade Organization. Azevedo welcomes launch ofplurilateral environmental goods negotiations. Diperoleh: 8 Juli 2014, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/news e/news14 e/envir 08jul14 e.htm

World Trade Organization. Brazil files dispute against Indonesia over import restrictions on chicken. Diperoleh dan diterbitkan: 16 October 2014, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/news e/newsl4 e/ds484rfc 16oct14 e.htm

World Trade Organization. Early years: emerging environment debate in GATT/WTO. Diperoleh: 20 agustus 2015, dapat diakses di: https://www.wto.org/englishltratop e/envir elhistl e.htm

World Trade Organization. Environmental disputes in GATT/WTO. Global Environmental Impacts ofEU Trade in Commodities, Issue 44, Diterbitkan: November 2013. Diperoleh: 25 agustus 2015, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/tratop e/envir e/edisOO e.htm

World T radc Organization. Environmental requirements and market access: fWCI'enting ''green protectionism". Diperoleh 26 Agustus 2015, dapat diakscs di: https: \\"\\'w.wto.org/english/tratop e/envir e/envir reg e.htm

World Trade Organization. European Union and Certain Member States - Certain Measures on the Importation and Marketing ofBiodiesel and Measures Supporting the. Biodiesel Industry, DS459. Dapat diakses di: https://www.wto.org/englishltratop e/dispu e/cases e/ds459 e.htm

World Trade Organization. Indonesia -Importation ofHorticultural Products. Animals and Animal Products - Request for the establishment ofa panel by the United States (25 March 20I 5) WTIDS478/9 and WTIDS477/9. Dapat diakses di: https://www.wto.org/englishltratop e/dispu e/cases e/ds477 e.htm

World Trade Organization. New Zealand, US file disputes against Indonesia on imports ofagricultural products. Diperoleh: 8 May 2014, dapat diakses di: https://www.wto.org/english/news e/newsl4 e/ds477rfc 09may14 e.htm

World Trade Organization. Trade Policy Review: Indonesia, WTITPRIS/278. Diterbitkan: 6 March 2013, dapat diakses di: https://www.wto.org/englishltratop e/tpr e/s278 e.pdf

118 Pusat P2K 01 - BPPK Kementerian Luar Negeri