Photographs by Tino Djumini
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MAPPING HISTORYTHE KITLV : WORLD-CLASS COLLECTIONS AND SCHOLARSHIP ON INDONESIA DAFTAR ISI CONTENTS 2 Kata Pengantar oleh Duta Besar Kerajaan Belanda Preface by Her Majesty’s Ambassador 4 Pendahuluan oleh Direktur KITLV Introduction by the Director of KITLV 8 KITLV: Koleksi dan Kajian Kelas Dunia tentang Indonesia KITLV: World Class Collections and Scholarship on Indonesia 13 Masa Lalu Tetap Awet Muda oleh Bambang Eryudhawan How the Past Stays Young by Bambang Eryudhawan 19 “Recording the Future”: Arsip Audiovisual Kehidupan Sehari- hari di Indonesia Abad ke-21 “Recording the Future”: An Audiovisual Archive of Everyday Life in Indonesia in the 21st Century 24 Reproduksi dan Deskripsi Benda Asli Reproductions and Descriptions of the Original Items 43 Reproduksi dan Deskripsi Foto-foto Reproductions and Descriptions of the Photographs 69 Foto-foto oleh Tino Djumini Photographs by Tino Djumini 79 Foto-foto oleh Yoppy Pieter Photographs by Yoppy Pieter 86 Colophon Kata Pengantar oleh Duta Besar Kerajaan Belanda Preface by Her Majesty’s Ambassador Dengan senang hati Kedutaan Besar Kerajaan It is with great pleasure that the Netherlands embassy ke depan, sejalan dengan ambisi dan aspirasi Negeri can achieve more, also in this field of cultural heritage Belanda di Jakarta, Erasmus Huis, dan KITLV in Jakarta, the Erasmus Huis and the KITLV present Belanda dan Indonesia: masa lalu itu bukan sebagai in its various forms. mempersembahkan katalogus indah ini. Ini bukan this beautiful catalogue. It’s not the first time that we tujuan tetapi sebagai tempat berpijak buat kerja sama pertama kali kami bertiga bergandengan tetapi three go hand in hand, but with “Mapping your and yang kini dan yang akan datang. Karena bermitra This exhibition is a long-cherished wish come true, dengan “Mapping your and our history” kami sedang our history” we are at the beginning of a new, exciting dengan Indonesia lebih banyak yang dapat kami many of these unique pieces are shown for the first berada di titik awal suatu petualangan yang baru journey of discovery. Through this exhibition and capai, juga di bidang aneka warisan budaya. time in Indonesia. And as for presentation, there is of dan seru. Dengan pameran ini dan proyek-proyek future joint projects, we offer you a glimpse into the course no better place than our own Erasmus Huis, bersama yang akan datang kami menawarkan treasury of the KITLV, to acquaint you with Indonesia Pameran ini merupakan cita-cita lama yang akhirnya the cultural bridge between our two countries. This sekilas pandangan pada kekayaan perbendaharaan and the Netherlands along this alternative route. terlaksana; kebanyakan benda yang dipamerkan exhibition is also a call to cherish the past with an KITLV supaya Anda melalui rute alternatif ini dapat adalah benda unik yang pertama kali dapat dilihat eye to the present. Therefore, we asked two young berkenalan dengan Indonesia dan Negeri Belanda. KITLV has its origins in the common history of the di Indonesia. Dan dari segi presentasi tentu tak Indonesian photographers to present their own, Asal-usul KITLV adalah sejarah bersama Negeri Netherlands and Indonesia, but owes its right of ada tempat yang lebih baik daripada Erasmus contemporary impression of the images of then; I Belanda dan Indonesia, namun hak hidupnya existence primarily to the future: that is the continuing Huis sendiri, jembatan budaya antara dua negara. highly recommend these pictures. ditentukan oleh masa depan: relevansi yang tetap relevance of a living and growing collection for Pameran ini juga merupakan panggilan untuk dari suatu koleksi yang hidup dan tumbuh bagi anyone who is interested in Indonesia and the region. menghargai masa lalu dengan mengingat masa kini. I invite you to enjoy with us, the many wonderful and semua pihak yang menaruh minat pada Indonesia The collection of KITLV offers something for everyone: Oleh karena itu kami meminta dua fotografer muda interesting objects and images, who have found a dan kawasan sekitar. Yang ditawarkan oleh koleksi the historian, the anthropologist, the political scientist, Indonesia untuk mengemukakan impresi mutakhir place here, unfortunately only for a little while. I hope KITLV adalah bahan aneka ragam yang semua orang the student of Islam and the “armchair traveller” are all mereka sendiri berdasarkan foto-foto lama itu; kami that many people will find the road to the Erasmus bisa menemukan sesuatu yang menarik: sejarawan, catered to in hard copy or via electronic means. pun sangat merekomendasi hasil karya mereka. Huis. antropolog, ahli ilmu politik, peneliti masalah Islam, dan orang yang melakukan ‘wisata di rumah saja’ semua In the cooperation with the KITLV we do take a look Kami persilakan Anda untuk bersama-sama bisa mendapatkan yang dibutuhkan dalam bentuk back, but more in particular we look to the future, menikmati benda-benda dan gambar-gambar yang hard copy atau melalui jalur elektronik. in line with the ambitions and aspirations of the aneh dan menarik, yang ada disini, sayang hanya Netherlands and Indonesia: the past not as goal, but untuk waktu yang singkat. Saya berharap banyak Dalam kerja sama dengan KITLV kita menengok ke as a platform for cooperation in the present and the orang akan menyempatkan diri untuk singgah di belakang, tapi terutama mengarahkan pandangan future. Indeed together with Indonesian partners we Erasmus Huis. Tjeerd F. de Zwaan Tjeerd F. de Zwaan 2 MAPPING THE HISTORY MAPPING THE HISTORY 3 Pendahuluan oleh Direktur KITLV Introduction by the Director of KITLV Lebih dari 160 tahun yang lalu, pada tahun 1851, KITLV, the Royal Netherlands Institute of Southeast Kenyataannya justru berkat peluncurannya di masa colonial start, today has the most important library in Institut Kerajaan Belanda untuk Kajian Asia Tenggara Asian and Caribbean Studies, was founded more kolonial, KITLV kini menjadi perpustakaan utama di the world of material on the former Dutch colonies, dan Karibia (KITLV) didirikan di Negeri Belanda. than 160 years ago in 1851 in the Netherlands. The dunia mengenai bekas koloni Belanda, terutama primarily Indonesia. Our collection consists of nearly Pemrakarsanya adalah mantan Gubernur-Jenderal initiative came from a former Governor-General Indonesia. Koleksi kami terdiri dari hampir satu one million books and journals and scores of current Hindia-Belanda, Jean Chrétien Baud dan dua orang of the Dutch East Indies, Jean Chrétien Baud, and juta buku dan majalah, dan banyak surat kabar newspapers. There are also some unique special ilmuwan yang menaruh perhatian khusus pada two scientists with a strong orientation towards kontemporer. Ada juga koleksi khusus yang unik: collections: 150,000 historical photos, thousands koloni. Raja Willem III mendukung lembaga ini dan the colony. King Willem III supported the institute 150.000 foto sejarah, peta dan cetakan gambar, dan of maps and prints and hundreds of handwritten menganugerahi predikat “Kerajaan”. Gagasannya and granted the predicate ‘Royal’. The idea was ratusan naskah tulisan tangan. Selain itu terdapat juga manuscripts, but also postwar audiovisual collections, jelas: tidak mungkin ada kebijakan kolonial yang clear: no effective colonial policy without a thorough koleksi audiovisual pascaperang, dari wawancara from interviews to music collections and movie efektif tanpa pengetahuan yang mendalam tentang knowledge of the colonies. This knowledge must be hingga koleksi musik dan rekaman film tentang records of everyday life. By far the largest part of this koloni. Pengetahuan ini harus dikumpulkan dengan gathered by collecting and publishing the results of kehidupan sehari-hari. Bagian terbesar bahan is post-war, that is after the end of colonialism. This menghimpun dan menerbitkan hasil penelitian research conducted by internal researchers as well dokumentasi ini berasal dari masa pascaperang, means that the reading room of the KITLV is not only sendiri dan yang berasal dari masyarakat akademis as the efforts of the international scholarly community yaitu setelah berakhirnya masa kolonialisme. Ini populated by historians who are interested in the internasional. at large. berarti bahwa ruang baca KITLV tidak hanya dipenuhi colonial period, but also by researchers interested oleh sejarawan yang tertarik pada masa kolonial, in the reformasi, contemporary Islam in Indonesia or Pada pertengahan abad ke-19 kolonialisme sama As uncontroversial as colonialism was in the mid tetapi juga oleh para peneliti tentang reformasi, Islam ASEAN. And those researchers nowadays come sekali bukan masalah kontroversial, setidak-tidaknya 19th century, among the European powers that kontemporer di Indonesia dan ASEAN. Para peneliti from around the world, increasingly also from bagi kekuatan Barat. Pendapat umum saat ini is, so general is the opinion today that colonialism datang dari seluruh penjuru dunia dan juga semakin Indonesia. kolonialisme adalah bagian dari masa lalu yang belongs to a duly closed period. For the KITLV it was meningkat dari Indonesia. sepantasnya sudah berakhir. KITLV sependapat not different. The initiators of 1851 could not help but KITLV is thus a treasure house of knowledge dengan hal ini. Para pemrakarsa tahun 1851 envision that the Netherlands would still hold power Dengan demikian KITLV menjadi gudang harta about Indonesia, past and present. Keepers of pasti berpikir bahwa Negeri Belanda masih akan over the overseas colonies for a long time, today the pengetahuan tentang Indonesia dari masa lalu dan treasuries sometimes tend to hold on their wealth sangat