EKSISTENSI DEWI SARASWATI DALAM PERSPEKTIF UMAT HINDU DI PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh : NEVARTANI KURBIN NIM : 1113032100038

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2020 M

ii

iii

ABSTRAK

Nevartani Kurbin Judul Skripsi: Eksistensi Dewi Saraswati Perspektif Masyarakat Hindu Di Pura Aditya Jaya Rawamangun.

Hindu dalam ajarannya menyakini tentang eksistensi Dewa dan Dewi. Dalam Agama Hindu Dewa dan Dewi adalah makhluk suci, dan manifestasi dari Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Ada banyak Dewa dan Dewi di Agama Hindu Seperti yang sudah dikenal yaitu Dewi Saraswati. Dewi Saraswati merupakan dewi yang dikenal di Indonesia meski pura yang dipersembahkan untuk-Nya tidak sebanyak Siwa dan Durga tetapi keeksistensiannya sangat kuat. Untuk dapat mengetahui hal yang menjadikan keeksistensian dari Dewi Saraswati begitu kuat bagi umat Hindu maka dari itu dalam kajian pokok studi ini akan mendeskripsikan bagaimana eksistensi Dewi Saraswati dalam perspektif masyarakat Hindu di Pura Aditya Jaya, bagaimana pemahaman fungsi dan peranan Dewi Saraswati Perspektif Umat Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun dan bagaimana implementasi pemahaman Dewi Saraswati perspektif masyarakat Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun. Agar penelitian ini relevan maka untuk tempat penelitan memilih Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta Timur sebagai tempat penelitian hal ini didasari karna di pura tersebut terdapat sosok patung dari Dewi Saraswati. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teologis. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa eksistensi Dewi Saraswati yang kuat dilandasi oleh suatu kenyataan bahwa Saraswati dipandang sebagai ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, kesenian dan kemakmuran. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari di bumi. Selain itu Saraswati begitu penting apalagi dikaitkan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Dewi Saraswati sering dipuja dan dimohonkan anugerahnya (anugraha) dalam konteks ilmu pengetahuan, kecerdasan, kesenian dan kemakmuran atau kesuburan.

Kata Kunci: Dewi Saraswati, Eksistensi, Perspektif, Umat Hindu, Implementasi.

v KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamiin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya, yang telah diberikan kepada hamba-Nya. Melalui pertolongan-Nya akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik yang berjudul “Eksistensi Dewi Saraswati dalam Perspektif Umat Hindu di Pura

Aditya Jaya Rawamangun” guna memenuhi persyaratan untuk dapat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Jurusan Studi Agama-Agama.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:

1. Ibunda tercinta Nurfadilah S.pd dan nenek tercinta Hj. Hasanah.

Terimakasih atas segala kasih sayang dan dukungannya selama ini.

Terimakasih atas segala doa-doa baik yang selalu terucap sehingga saya

dapat menyelesaikan ini semua. Sekali lagi terimakasih tak terkira untuk

kesabaran dan ketulusannya selama ini, selalu menemani dan menjadi

support sistem yang hebat sehingga saya dapat berada di titik sekarang ini.

Tak lupa ucapan rindu teruntuk ayah tersayang Alm. Drs. Muchtamil

Kastubi M.Pd dan Kakek tersayang Alm. H. khodir Murdani yang kini

tenang berada di surga-Nya. Amin.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

vi 3. Bapak Syaiful Azmi, MA selaku Ketua Program Studi Agama-Agama dan

dosen pembimbing yang tulus dan sabar dalam memberikan bimbingan

dan ilmunya khususnya selama proses penulisan skripsi. Semoga Allah

senantiasa melimpahkan kesehatan, kesejahteraan serta kelancaran dalam

melaksanakan aktivitas.

4. Bapak M. Amin Nurdin, MA selaku dosen pensehat akademik terima

kasih atas kesabaranya dalam membimbing saya dari semester awal

sampai semester akhir.

5. Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA selaku Sekertaris Jurusan Studi Agama-

Agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu dalam proses akademik.

6. Seluruh Dosen Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Ridwan

Lubis, Prof. Kautsar Azhari Noer , Ibu Siti Nadroh, MA, Bapak Media

Zainul Bahri, MA, Bapak Prof. Ikhsan Tanggok, Ibu Hermawati, MA

Bapak Dadi Darmadi, MA, Bapak Hamid Nasuki, M.Ag, Bapak Ismatu

Ropi, Ph.D, Bapak M. Nuh Hasan, MA, dan Ibu Sri Mulyati, MA yang

tiada lelah dalam memberikan bimbingan serta ilmunya semoga Allah

membalasnya.

7. Seluruh staff dan karyawan akademik Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu selama saya berada di Fakultas

Ushuluddin.

vii 8. Seluruh Staff perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan perpustakaan utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih telah melayani saya dengan

baik selama berada di kampus tercinta.

9. Pihak Beasiswa BLU UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan beasiswa kepada saya sehingga saya dapat belajar di bangku

perkuliahan Fakultas Ushuluddin UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Bapak I Gusti Ngurah Udiyana selaku pengurus Pura Aditya Jaya

Rawamangun bid. saranan dan prasarana yang telah menjembatani dan

membantu saya dalam proses penulisan skripsi dari awal sampai selesai

dan telah memberikan izin serta menfasilitasi saya selama proses

penelitian semoga kebaikan yang telah di berikan dibalas oleh Allah.

11. Teman-teman Jurusan Studi Agama-Agama angkatan 2013 yang telah

memberikan dorongan serta saling memotivasi. Semoga kekeluargaan

selalu terjaga.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat kendati penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam bentuk penulisan, oleh karena itu penulis sangat mengharap kritik dan saran membangun sebagai proses pembelajaran, dan untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Jakarta, 20 Juli 2020

Penulis

viii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...... i LEMBAR PERNYATAAN ...... ii LEMBAR PERSETUJUAN ...... iii LEMBAR PENGESAHAN ...... iv ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 6 D. Tinjauan Pustaka ...... 7 E. Landasan Teori …… ...... 9 F. Metodologi Penelitian ...... 11 G. Sistematika Penelitian ...... 16 BAB II SARASWATI DALAM AGAMA HINDU A. Dewi Saraswati dalam Kitab Weda ...... 18 B. Dewi Saraswati dalam Kitab Purana ...... 24 C. Mitologi-mitologi Dewi Saraswati ...... 28 BAB III GAMBARAN DEWI SARASWATI DI PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN A. Sejarah Pura Aditya Jaya ...... 35 B. Penggambaran Dewi Saraswati di Pura Aditya Jaya ...... 39 C. Kegiatan-Kegiatan di Pura Aditya Jaya ...... 45 BAB IV ANALISIS EKSISTENSI DEWI SARASWATI DALAM PERSPEKTIF UMAT HINDU A. Eksistensi Dewi Saraswati Perspektif Umat Hindu ...... 53 B. Pemahaman Fungsi dan Peranan Dewi Saraswati …………… 57 C. Implementasi Pemahaman Tentang Dewi Saraswati ...... 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 72 B. Saran ...... 74

DAFTAR PUSTAKA ...... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………...... 80

ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Hindu berkembang dan menyebar keseluruh negara-negara di dunia. Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Supartha Ardhana dalam bukunya yang berjudul Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia menjelaskan bahwa, Hindu masuk ke Indonesia di awal abad masehi dimana Hindu berkembang pada awalnya di Sumatera, kemudian besar di Kutai, Kalimantan

Timur sekitar abad IV masehi. Hal tersebut terlacak karena ditemukannya berbagai benda purbakala di sana. Berdasarkan bukti kepurbakalaan pula diketahui bahwa agama Hindu berkembang di Bali pada abad VIII. Di dalam pustaka Nagarakertagama disebutkan bahwa puncak kejayaan kerajaan Hindu berlangsung pada abad XIV dan hal tersebut terjadi pada jaman kerajaan

Majapahit.1 Dalam proses penyebarannya ke Indonesia, terdapat beberapa teori berkembang salah satunya yaitu proses penyebaran agama Hindu dari India ke

Indonesia disebarkan oleh para Brahman/Rsi atau sarjana-sarjana agama Hindu.

Adapun salah satu nama yang terkenal yaitu Rsi Agastya dari Kasi Benares India.2

Agama Hindu banyak mencuri perhatian para peneliti salah satunya adalah mengenai konsep ketuhanannya. Tuhan dalam agama Hindu bukan laki-laki

1 Putu Setia, Kebangkitan Hindu Menyongsong Abad Ke-21 (Jakarta: Pustaka Manikgeni, 1993), h. 28 2 I.B. Suparta Ardhana, Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia (Surabaya: Paramita, 2002), h.23

1 2

ataupun perempuan, tetapi karena Brahman melingkupi segala makhluk, Ia bisa berwujud laki-laki, perempuan, dan bahkan binatang. Banyak dewa yang diberi hak untuk memperlihatkanya seperti yang sudah dikenal yaitu Trimurti. Banyak sifat yang menggambarkan Brahman dinyatakan kepada dunia dengan berjuta-juta patung dewa dan dewi. Patung-patung ini memudahkan para pemujanya untuk mengenal “apa yang tidak diketahui”. Trimurti sendiri terdiri dari dewa tertinggi dalam Hindu yang terdiri dari dewa , Wisnu, dan Siwa beserta sakhtinya yaitu Saraswati, Laksmi, dan Durga. Seiring perkembangan agama Hindu, kepopularitasan terhadap Trimurti terjadi.3

Di Indonesia sendiri banyak pura-pura yang dipersembahkan untuk Siwa dan Saktinya. sangat mudah untuk menemukan patung Siwa dan Durga di tempat- tempat beribadah agama Hindu. Berbeda dengan Brahma dan Saktinya yaitu

Saraswati, cukup sulit menemukan pura yang dipersembahkan kepada Brahma dan Saraswati. Meski begitu terlihat eksistensi Brahma dan Saraswati memiliki tempat bagi umat Hindu di Indonesia, namun dalam hal ini lebih condong kearah sakti dari Brahma yaitu Saraswati.4 Pengertian sakti sendiri dalam hal ini adalah sakti (kekuatan, kekuasaan atau energi) merupakan sebuah konsep dalam agama

Hindu atau perwujudan dari aspek kewanitaan Tuhan, kadang kala dianggap sebagai „ibu surgawi‟. Sakti melambangkan keaktifan, asas dinamis dari kekuatan feminism. Dalam Shaktisme, sakti dipuja sebagai dewi utama tetapi, dalam tradisi

3 Michael Keene, Agama-Agama Dunia Penerjemah F.A. Soeprapto (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 16. 4 Michael Keene, Agama-Agama Dunia Penerjemah F.A. Soeprapto.h. 17.

3

Hindu lainnya sakti menjelma dari energi aktif atau kekuatan dari dewa itu sendiri.5

Di Indonesia eksistensi Saraswati sudah menjadi bagian atau esensi penting bagi kehidupan umat Hindu. Mereka dalam satu tahun dua kali mempunyai perayaan yang khusus untuk Dewi Saraswati. Melihat hal tersebut penulis merasa tertarik untuk mengetahui dan meneliti lebih lanjut mengenai hal- hal yang membuat keeksistensian dari Dewi Saraswati begitu penting dalam kehidupan umat Hindu.

Mengenai Dewi Saraswati sendiri, jika ditelisik lebih dalam secara etimologi kata Saraswati berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Saras dan

Wati. Saras berasal dari urat kata “Sr” yang mempunyai arti mata air atau sesuatu yang terus menerus mengalir. Sedangkan kata Wati berarti yang memiliki. Dengan demikian arti selengkapnya dari kata Saraswati adalah „sesuatu yang memiliki atau yang mempunyai sifat mengalir secara terus menerus (seperti air).6 Dalam kitab suci Weda, Saraswati diasosiasikan dengan sungai. Sungai Saraswati menjadi salah satu sungai suci di India untuk tempat mensucikan diri.7 Namun seiring berjalannnya waktu Saraswati memperoleh arti yang lebih luas, yaitu sebagai dewi kebijaksanaan dan segala pengetahuan seni, ilmu, kerajinan, dan ketrampilan. Karena dia merupakan pernyataan dari segala ilmu pengetahuan, dia harus luar biasa cantik dan pemurah.

5 Pengertian Sakti, artikel diakses tanggal 10 Agustus 2020 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sakti 6 I Made Titib, Teologi Dan Simbol Dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2003), h. 185 7 Svami Harshananda, Dewa-Dewi Hindu Penerjemah I Wayan Maswinara (Surabaya: Paramita, 2007), h. 54

4

Dewi Saraswati yang dilambangkan sebagai seorang wanita cantik apabila disimak makna filosofisnya hal ini mengandung nilai-nilai yang sangat mendalam.

Dewi yang cantik dan berwibawa dimaknai bahwa ilmu pengetahuan menunjukkan sesuatu yang sangat menarik dan mengagumkan. Bukan berarti bahwa kecantikan Dewi Saraswati yang molek itu hanyalah mengandung nafsu birahi, melainkan kecantikan yang penuh wibawa (berprestise), dan suci.8

Berbagai wujud pengarcaan (ikonografi) Dewi Saraswati muncul dan berkembang dari satu era ke era lainnya. Mengenakan pakaian yang berwarna putih mulus dan duduk atau berdiri di atas teratai. Untuk wahana (kendaraan) yang umum digunakan oleh Saraswati adalah mayuravahana (burung merak) dan

Hamsa (angsa). Pada keempat tangannya (dalam penggambaran lain hanya memperlihatkan dua tangan) memegang sebuah Vina (kecapi), Aksamala (tasbih), dan Pustaka (buku). Walaupun ini sangat umum dijumpai, ada beberapa variasi lain. Beberapa benda yang tampak adalah Pasa (jerat), Ankusa (pengait gajah),

Padma (teratai), Trisula, Sankha (kulit kerang), Cakra (jentera) dan lain sebagainya.9

Berikut pengertian dari simbol-simbol yang berada dalam penggambaran

Saraswati. Penampilan dewi yang cantik dengan busana putih bersih berkilauan melambangkan ilmu pengetauan itu sangat mulia, selalu menarik untuk dipelajari oleh siapapun. Alat musik gitar (Wina) melambangkan unsur mutlak ilmu pengetahuan berasal dari hukum alam yang tercipta melalui melodi alami dan

8 I Wayan Suwena, Makna Mitos Dewi Saraswati dan Mitos Dewi Durga: Suatu Analisis Struktural . Jurnal Sunari Penjor, Vol.2, No.1, 2018, h. 62-63. 9 Svami Harshananda, Dewa-Dewi Hindu Penerjemah I Wayan Maswinara (Surabaya: Paramita, 2007) , h. 55

5

citarasa seni Sang Pencipta. Pustaka (buku) melambangkan tempat tertuangnya berbagai petunjuk ajaran suci sebagai sumber ilmu pengetahuan sekuler,

Aksamala (tasbih) yang melambangkan seluruh ilmu pengetahuan spiritual atau yoga termasuk tapas, meditasi dan japa (pengulangan nama Tuhan). Bunga

Teratai, melambangkan kesucian ilmu pengetahuan yang murni, tidak tercela,

Angsa putih melambangkan ilmu pengetahuan itu dapat memberikan petunjuk untuk bersikap bijaksana dalam membedakan antara yang baik dan yang buruk.10

Pura Aditya Jaya Rawamangun Jakarta Timur menjadi pilihan penulis untuk tempat penelitian. Hal ini didasari karna di pura tersebut terdapat sosok patung dari Dewi Saraswati. Selain itu Sebagai pura yang cukup dikenal di

Jakarta, Pura Aditya Jaya juga sering mengadakan banyak acara-acara besar keagamaan Hindu, salah satunya Hari Raya Dewi Saraswati.

Dari paparan di atas maka untuk mendapatkan sebuah jawaban dari pertanyaan bagaimana eksistensi Dewi Saraswati bagi pemeluknya maka penulis mengambil sebuah tema yang berjudul: EKSISTENSI DEWI SARASWATI

PERSPEKTIF MASYARAKAT HINDU DI PURA ADITYA JAYA

RAWAMANGUN.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan beberapa masalah :

10 Harshananda, Dewa-Dewi Hindu, h.55

6

1. Bagaimana eksistensi Dewi Saraswati perspektif Umat Hindu di Pura

Aditya Jaya Rawamangun?

2. Bagaimana pemahaman fungsi dan peranan Dewi Saraswati Perspektif

Umat Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun?

3. Bagaimana implementasi pemahaman Dewi Saraswati perspektif Umat

Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana eksistensi Dewi Saraswati dalam

perspektif masyarakat Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun.

2. Untuk mengetahui pemahaman tentang fungsi dan peranan Dewi

Saraswati perspektif masyarakat Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun.

3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pemahaman dari eksistensi

Dewi Saraswati perspektif masyarakat Hindu di Pura Aditya Jaya

Rawamangun.

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan informasi mengenai ilmu pengetahuan studi

agama-agama khususnya berkaitan dengan agama Hindu mengenai Dewi

Saraswati.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

7

Menambah wawasan dan informasi mengenai ilmu

pengetahuan studi agama-agama khususnya berkaitan dengan agama

Hindu mengenai Dewi Saraswati.

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai dokumentasi dan

refrensi kepada semua pihak, khususnya bagi para peneliti yang

melakukan penelitian sesuai dengan topik penelitian ini.

c. Manfaat Akademis.

Dengan manfaat akademis ini, yaitu sebagai prasyaratan untuk

meraih gelar sarjana strata satu (S1) atau sarjana agama (S.Ag) di

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidyatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Menurut Sugiyono tinjauan pustaka adalah peninjauan kembali mengenai pustaka-pustaka yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini penting untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. 11 Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu mengenai Dewi Saraswati.

Skripsi “Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya Sarawati di Bali” oleh Annisa Fadhilah dari Universitas Komputer Indonesia Bandung tahun 2015.

11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D (Bandung: Aflabeta, 2016), h.87

8

Dalam skripsi ini membahas Studi Etnografi komunikasi tentang aktivitas komunikasi upacara adat Hari Raya Saraswati di Singaraja Kabupaten Buleleng

Provinsi Bali. Skripsi ini tidak jauh berbeda dengan yang penulis teliti, yaitu sama-sama membahas mengenai Dewi Saraswati, namun fokus pada skripsi ini adalah mengenai perayaan Dewi Saraswati. Hal ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas komunikasi upacara adat Hari Raya Saraswati. Selain itu, menjelaskan mengenai situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif pada upacara adat Hari Raya Saraswati. Sedangkan penulis membahas hal-hal yang menjadikan keeksistensian Dewi Saraswati begitu penting. Hal ini ditelaah dari fungsi dan perannya dalam perspektif masyarakat Hindu khususnya yang ada di Pura Aditya Jaya Rawamangun.

Skripsi “Deskripsi Karya Prasi Dewi Saraswati” oleh Ida Ayu Kade Sri

Sukmadewi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tahun 2013. Dalam Skripsi ini fokus pembahasan yaitu mengenai Prasi Dewi Saraswati. Prasi merupakan kerajinan yang erat hubungannya dengan kesusatraan, agama, dan budaya Bali yang melekat dengan kehidupan masyarakat Bali yang ditulis di atas daun lontar dan bernilai ekonomis. Sedangkan penulis akan membahas tentang pemaknaan sosok Dewi Saraswati dari Perspektif masyarakat Hindu dalam hal ini adalah umat Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun.

Skripsi “Analisis Struktural Dan Makna Mitos Dewi Saraswati Dan Mitos

Dewi Durga Pada Orang Bali” oleh Dr. I Wayan Suwena, M.Hum tahun 2016.

Skripsi ini membahas struktur tersembunyi (struktur dalam) pada mitos Dewi

Saraswati dan mitos Dewi Durga. Sedangkan penulis membahasan Dewi

9

Saraswati ditinjau dari hal-hal yang menjadikan keeksistensian Dewi Saraswati penting bagi umat Hindu. Dalam hal ini umat Hindu di Pura Aditya Jaya

Rawamangun. Selain itu dari skripsi tersebut, penulis dapat mengambil beberapa hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan mengolahnya kembali.

E. Landasan Teori

1. Eksistensi

Kata eksistensi memiliki banyak makna atau arti seperti dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia eksistensi adalah keberadaan atau kehadiran. 12 Secara harfiah, kata eksistensi berarti muncul, timbul, memiliki wujud eksternal, Yakni sesuatu yang eksis sesuatu yang memiliki aktualitas (wujud).13 Kata eksistensi dapat digunakan dalam arti umum untuk “apa yang ada”, umpamanya dikatakan eksistensi negara Indonesia. Eksistensi meliputi segala aspek yang berhubungan dengan indikator terhadap suatu obyek, menunjuk jati diri, dan keberartian obyek berada dalam ruang lingkupnya, penunjukan nilai keberadaan penting untuk menguji seberapa jauh pengaruh yang dibuatnya terhadap lingkungan dan seberapa besar ukuran nilai yang didapatkan sebagai akibat dari keberartian yang dibuatnya melalui penunjukan nilai keberadaan.14

Eksistensi merupakan keberadaan wujud yang tampak, maksudnya yaitu eksistensi merupakan konsep yang menekankan bahwa sesuatu itu ada dan satu- satunya faktor yang membedakan setiap hal adalah fakta. Dengan demikian, eksistensi atau keberadaan dapat diartikan sebagai hadirnya atau adanya sesuatu

12Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1990) , h. 221 13 Dian Ekawati, Eksistensialisme . Jurnal Tarbawiyah, Vol 12, No. 1, 2015. h.141 14 DR. Theo Huijbers, Filsafat Hukum (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 51.

10

dalam kehidupan. Sehingga dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa eksistensi merupakan hadirnya sesuatu dalam kehidupan baik benda atau manusia menyangkut apa yang dialami. Dan Eksistensi yang akan menjadi pembahasan kali ini yaitu mengenai Dewi Saraswati.

2. Dewi

Secara etimologis, perkataan dewa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu

Dev, yang berarti sinar.15 Dalam bahasa inggris istilah dewa sama dengan “deity”, dalam bahasa Prancis “diev” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa

Lithunia kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Layvia “dievs”,

Prussia “diewas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna yang sama. “devi”

(dewi) adalah sebutan untuk dewa berjenis kelamin wanita.16

Dewa dan dewi dalam agama Hindu, mereka tidaklah sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu sendiri. Dewa dan dewi tersebut diberikan tugas dan peran serta diberi wujud dalam patung-patung. Hal tersebut dimaksudkan bagi para umat awam. Dewi

Saraswati salah satunya. Ia dikenal sebagai dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Banyak pelukisan patung-patung yang ditunjukan untukNya dengan sangat menawan sebagai wujud dari peranan yang diembanNya.

3. Perspektif

Bimo dalam bukunya Psikologi Suatu Pengantar menjelaskan bahwa, secara umum perspektif adalah sudut pandang dan cara pandang kita terhadap

15K. Sukardji, Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya (Bandung: Angkasa, 1993), h. 55. 16 Khotimah, Agama Hindu dan Ajaran-Ajarannya (Pekanbaru-Riau: Daulat Riau, 2013), h. 79

11

sesuatu. Perspektif akan melahirkan rangsangan baik untuk mengetahui atau melakukan sesuatu yang diperoleh melalui alat indra, fakta maupun pengalaman.

Individu dalam hidupnya cenderung selalu menggunakan nalar atau intuisi yang ada padanya untuk mempersiapkan, menanggapi gejala atau obyek yang terdapat dilingkungannya, walaupun kemampuan berbeda. Kemudian dengan nalar tersebut mereka dapat menentukan sikap, memberikan respon dan tanggapan atau pendapat terhadap proses sosial yang sedang berlangsung dalam masyarakat.

Perspektif adalah proses akhir dari pengamatan dan merupakan yang sebenarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa perspektif adalah suatu hasil proses dalam pikiran manusia dan akan berpengaruh terhadap prilaku dan perilaku akan melahirkan sikap untuk bertindak dan melakukan sesuatu. 17 Dalam hal ini perspektif yang akan peneliti pelajari adalah perspektif dari umat Hindu di Pura

Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta Timur.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk menemukan data yang valid dalam setiap kegiatan penelitian atau

penulisan skripsi maka penulis menggunakan Jenis penelitian lapangan (field

research) dan studi kepustakaan (library research). Untuk mendapatkan data

yang akurat maka penulis mengadakan penelitian lapangan yang bertempat di

Pura Aditya Jaya, Rawamangun. Selain itu untuk menunjang dan melengkapi

17 Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM), h.4.

12

data maka penulis juga melakukan studi kepustakaan yaitu suatu teknik untuk

mengumpulkan data dengan cara membedah buku-buku yang berkaitan dengan

tema.18

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan peneliti gunakan ialah metode kualitatif.

Metode kualitatif ialah sebuah penelitian yang berusaha mengungkapkan keadaan yang bersifat alamiah atau faktual apa yang ada di lokasi tersebut. Penelitian kualitatif tidak hanya menggabungkan variable-variable tunggal melainkan, dapat menghubungkan antara variabel ke variabel lainnya. 19 Paradigma dalam memandang suatu realitas, fenomena dan gejala alamiah yang terjadi, itulah yang disebut dengan penelitian kualitatif,20 yang mana karena penelitian semacam ini menggunakan teknik kualitatif, maka dari itu peneliti mencoba menggambarkan fenomena sosial secara holistik tanpa perlakuan manipulatif.

3. Sumber Penelitian

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini maka penulis menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang di dapat dari sumber pertama,

dalam hal ini pembahasan mengenai agama Hindu. Maka data yang

penulis himpun merupakan sumber yang berasal dari penganut agama

18 Dadang Kuswana, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Pustaka Setia, 2011) , h. 37 19 M. Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 58 20 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) , h. 122

13

Hindu. Baik dari individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau

observasi, dokumentasi serta dari buku-buku yang mana semua bersumber

dari penganutnya.21 Berikut sumber primer yang relevan dengan judul

skripsi ini :

1. Adapun buku-buku yang menjadi rujukan adalah : DR. I Made

Titib, “Teologi Dan Simbol Dalam Agama Hindu”, I.B. Suparta

Ardhana, “Sejarah Perkembangan Agama Hindu”, I Gede Sutarya

& I Nyoman Singgin Wikarman, “Hari Raya Hindu Bali-India”, I

Wayan Maswinara, “Dewa-Dewi Hindu”, I B Putu Suamba ,

“Saraswati Di Dalam Weda Dan Purana”.

2. Wawancara (Interview), dalam hal ini pertanyaan diajukan secara

lisan (pengumpul data bertatap muka dengan responden). Dalam

teknik pengumpulan data wawancara ini penulis akan melakukan

dialog kepada responden yang dianggap layak untuk dijadikan

informan. Narasumber yang diwawancarai penulis dalam hal ini

adalah. Wawancara dengan tokoh agama di Pura Aditya Jaya

Rawamangun, wawancara dengan pengurus Pura Aditya Jaya

Rawamangun, wawancara dengan masyarakat yang berada di Pura

Aditya Jaya Rawamangun.

3. Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku

21 Sudjarwo dan Basrowi Manajemen Penelitian Sosial (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 140.

14

dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara

langsung. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati

secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh

gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti 22 .

Untuk observasi penulis akan mendatangi Pura Aditya Jaya

Rawamangun. Hal ini bertujuan agar penulis dapat mengamati

secara saksama dan memperoleh data valid tentang bagaimana

pandangan masyarakat Hindu terhadap Dewi Saraswati.

4. Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap,

sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Hal tersebut seperti berupa

foto atau gambar, catatan file, dan hal-hal yang sudah

didokumentasikan.23

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang telah melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.

Data ini untuk pelengkap dan penunjang dari data primer. Adapun yang

22 Sudjarwo dan Basrowi, Manajemen Penelitian Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 161 23 Sudjarwo dan Basrowi Manajemen Penelitian Sosial , h. 161

15

termasuk dari data sekunder adalah buku-buku, jurnal, skripsi, tesis yang

relevan dengan tema yang penulis buat.24

5. Teknik Analisis Data

Setelah seluruh data terkumpul maka hal yang akan dilakukan selanjutnya yaitu mengolah atau menganalisis data dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, maksudnya adalah data yang telah terkumpul kemudian dikualifikasikan, dirangkai, dijelaskan, dan digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.25

6. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan teologis. Dalam perkembangannya teologis dapat disimpulkan sebagai ilmu yang selalu berkaitan dengan ketuhanan atau transendensi baik secara mitologis, filosofis, maupun dogmatis.26 Pendekatan teologi merupakan pendekatan yang cenderung normatif dan subjektif terhadap agama. Pendeketan ini umumnya dilakukan dari dan oleh suatu penganut agama dalam upaya menyelidiki agama lain. 27 Pendekatan ini dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu kepercayaan

24 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), h. 58 25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: RinekaCipta, 1998), h. 245 26 Harun Nasution, Teologi Islam (ilmu kalam) (Jakarta: UI Press, 1978), cet. I, h.32 27 Zakiah Daradjat, dkk. Perbandingan Agama (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 74

16

manusia kepada Tuhan, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.28

7. Panduan Penulisan

Adapun metode penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh

CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Univeristas Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Adapun secara sistematika bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I, Merupakan pendahuluan yang mencakup uraian secara global dan menyeluruh megenai tema dan sub bahasan. Di dalamnya terdiri dari Latar

Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metodelogi Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II, Dalam bab kedua penulis memaparkan mengenai Dewi Saraswati dalam Kitab Weda, Dewi Saraswati dalam Kitab Purana, dan Mitologi-Mitologi

Dewi Saraswati.

BAB III, Kemudian dalam bab ketiga penulis menjelaskan mengenai

Sejarah Pura Aditya Jaya, Penggambaran Dewi Saraswati di Pura Aditya Jaya, dan Kegiatan yang ada di Pura Aditya Jaya.

28 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 20 .

17

BAB IV, Dalam bab keempat membahas tetang analisis Eksistensi Dewi

Saraswati dalam Perspektif umat Hindu, Pemahaman fungsi dan peran Dewi

Saraswati Perspektif umat Hindu, dan Implementasi Pemahaman umat Hindu tentang Dewi Saraswati

BAB V, Dalam bab terakhir ini atau bab kelima berisi mengenai kesimpulan, saran dan penutup.

BAB II SARASWATI DALAM AGAMA HINDU

A. Dewi Saraswati dalam Kitab Weda

Pembahasan ini mengenai keberadaan Saraswati di dalam kesustraan

Weda, melihat transformasi Saraswati dari Sungai menjadi dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.

1. Saraswati Di Antara Tujuh Sungai

Saraswati adalah sebuah sungai disebutkan di dalam kitab suci

Weda. Di dalam kitab suci Weda disebutkan Sapta-Sindhya yang berarti

„tujuh sungai‟. Secara tradisi India Sapta Sindu yaitu sungai Gangga,

Yamuna, Godavari, Saraswati, Narmada, Sindu dan Kaveri. Diantara

ketujuh sungai tersebut, Saraswati dianggap yang paling suci dan paling

banyak disebut-sebut di dalam kitab suci Weda. Di antara ketujuh sungai

tersebut, Saraswati merupakan sungai yang paling banyak diacu di dalam

kitab-kitab suci Weda, diteliti dan pendapat yang beragam dan bahkan

bertentangan pun muncul di antara para sarjana mengenai asal mula, arah

alirannya airnya dan tempat perjumpaannya dengan sungai-sungai lainnya

atau muaranya di lautan lepas. Misteri ini semakin sulit dipecahkan apabila

didekati secara mistik. Kondisi ini menambah daya tarik para peneliti untuk

mengungkap misteri di balik sungai ini.1

1 Parisada Hindu Dharma Indonesia, “Saraswati Dalam Kesusastraan Weda” artikel di akses dari https://phdi.or.id/artikel/dewi-saraswati-dalam-kesusastraan-weda, pada tanggal 1 Juni 2020 pukul 12.00.

18 19

Dijelaskan dalam buku Saraswati di dalam Weda dan Purana karya

Putu Suamba, beberapa sarjana di antaranya mengatakan bahwa sungai ini mengalir ke arah Barat dari asalnya di bukit-bukit Shivalik di bagian

Selatan daerah Punjab dan mengalir ke arah Selatan melalui Rajasthan dan akhirnya bermuara di Laut Arabia (Rajaputana) setelah melalui daerah- daerah ketinggian Gujarat. Beberapa sarjana modern yang mendukung konsep Triweni di Allahabad mengklaim bahwa sungai suci Saraswati benar-benar mengalir dari sumbernya dari wilayah Punjab hingga mencapai Allahabad (Uttar Pradesh) di dalam aliran bawah tanahnya.

Teori kedua nampaknya mendukung mitos yang selama ini berkembang di masyarakat bahwa Triweni merupakan pertemuan (campuran) tiga sungai suci yaitu Gangga, Yamuna dan Saraswati. Sekarang secara fisik tidak ada lagi sungai Saraswati di sana. Namun tradisi masih mempercayai bahwa secara mistik bahwa sungai tersebut bertemu di sana dan pertemuan

(sangam) ini dipandang sebagai tempat suci untuk melakukan penyucian diri lahir-bathin (tirtha yatra).

Sungai Saraswati ini dipercaya secara meluas mengalami kekeringan selama masa Mahabharata. Terdapat refrensi di dalam epos besar Mahabrata bahwa Rsi Uthtya, adik guru Vrihasvati telah mengutuk sungai ini agar kering walaupun belum dijumpai bukti-bukti yang cukup untuk mendukung pendapat ini. Dengan mengamati tipologi wilayah India dengan keadaan alam yang demikian luas disamping sering terjadi peristiwa alam seperti gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya sehingga

20

memungkinkan terjadinya pergeseran-pergeseran lapisan bumi, banjir,

angin siklon dan lain-lain maka, teori kedua nampaknya juga mendapatkan

landasan yang cukup kuat.

Saraswati dijelaskan sebagai sungai yang paling penting dan

teragung di dalam Rg-Weda. Orang-orang Arya menempatkan sungai ini

sebagai sumber kebahagiaan dan tentu saja sangat disucikan. Ia dipandang

sebagai kekuatan feminim dan dipuja sebagai dewi di dalam kebudayaan

India. Ia menyimbulkan kekuatan dinamis, kesuburan, dan pengairan.

Wilayah aliran sungai ini diyakini sebagai pusat dari mana kebudayaan

Weda berkembang hingga ke wilayah Selatan. Bagi para rsi di zaman

Weda, sungai Saraswati menjadi bagian dalam kontemplasi mistiknya.

Mereka mengagungkan dan memuja dan memohonkan anugrahnya.2

2. Air Sungai Saraswati

Gelombang arus aliran sungai Saraswati telah disebutkan berulang

kali di dalam Rg-Weda (1.6.61.2). Di sini kita bisa melihat keadaan sungai

ini pada tahapan pertamanya dicatat dengan tepat karena fenomena

menggali dan mendalamnya aliran sungai diacu di sini. Lebih lanjut, uraian

arusnya yang bergerak cepat, kencang pada alur-alur perbukitan. Arusnya

tak terbatas (ananta), tak terpecah (ahruta), bergerak kencang (tvesa),

mampu bergerak cepat secara mudah (carisnu), besar dan mengalir dengan

suara yang meraung. Banjir sungai ini kadang-kadang juga bisa

2 I.B. Putu Suamba, Saraswati Di Dalam Weda Dan Purana (Bali: Yayasan Dharma Sastra, 2015) h. 5-7

21

menyebabkan kepanikan. Hal ini tercermin dari pemujaan " Dengan airmu

bawalah kemakmuran kepada kami, jangan membuat kami menderita,

dengan airmu (yaitu banjir) jangan sakiti kami. (Dihempas oleh banjirmu)

anugrahilah kami, agar kami tidak pergi jauh dari bumi ini yang akan

gersang tanpa kehadiran dirimu).

Air Saraswati adalah air kehidupan, bukan hanya karena ia

menghancurkan musuh-musuh tetapi juga airnya menyuburkan. Oleh

karena itu tidaklah sebuah hiperbola ketika dikatakan bahwa semua

makanan berada di dalam Saraswati, artinya makanan sangat bergantung

dari Saraswati (2.41.17). Saraswati adalah salah satu sungai yang kaya

dalam makanan (yasasah) dan yang memiliki banyak susu (su-dughah,

yaitu air yang menyuburkan dan memberikan kehidupan) (7.36.6).

Ungkapan di dalam Weda : vajinivati (2.41.18.). dan vajebhir vajinivati

(1.3.10) berbicara tentang kekayaan makanan yang memberikan kekuatan

dalam bentuk flora dan fauna di pingir-pinggirnya dan hasil panen sangat

bergantung dari airnya. Daerah-daerah yang dilalui oleh aliran sungai ini

senantiasa subur sehingga pemukiman cenderung berada di sepanjang

sungai ini. Dengan demikian Saraswati menjadi lambang kesuburan,

kemakmuran dan kehidupan. Betapa penting peranan air di dalam

kehidupan.3

3. Saraswati Sebagai Dewi

3 Dikutip dari https://jurusapuh.com/dewi-saraswati-dalam-kesusastraan-weda/, pada tanggal 1 Juni 2020 pukul 11.22.

22

Mengutip kembali dari buku Saraswati di dalam Weda dan Purana karya Putu Suamba, bahwasannya pandangan sarjana selama ini adalah orang-orang di zaman Weda bukan memuja sungai tetapi dewata yang berkuasa atas sungai tersebut pendapat ini berdasarkan asumsi bahwa orang-orang Weda tidak memuja objek fenomenal tetapi transfenomenal yaitu memuja kekuatan yang ada di balik fenomena alam. Mereka menganggap kehadiran kekuatan kedewataan (adhisthatr dewata) di dalam objek-objek atau benda-benda mati seperti batu, tumbuhan dan lain-lain di dalam rangka memberikan penampilan yang lebih manusiawi bagi agama

Weda. Fenomena-fenomena alam seperti matahari, sungai, hutan, badai, hujan, guntur, musim, semi, laut dan sebagainya diperlakukan sebagai objek pemujaan di atas mana ada kekuatan supernatural yang tidak bisa dilihat oleh mata, namun mereka yakini sehingga ada sikap dan perilaku untuk menghormati dan mengagungkan kekuatan-kekuatan itu. Adalah lebih alamiah dan lebih meyakinkan ketika kita memandang pemuja- pemuja di zaman Weda memuja dan mengagungkan objek-objek seperti itu di dalam hubungan dengan ritual. Agama Weda, terutama pada zaman

Mantra dan Brahmana merupakan praktek religi yang bekiblat ke luar, ke alam semesta.

Para rsi merupakan orang suci sekaligus penyair yang melupakan perasaanya yang begitu emosional melalui mantra atau lagu-lagu pujian untuk menyenangkan dewa-dewa yang diyakini dapat mengabulkan permohonannya. Praktek ini masih berlangsung hingga sekarang. Pada saat

23

praktek pemujaan sepeti ini terjadi, maka sifat-sifat yang super natural,

kedewataan, kemuliaan, kesucian diberikan kepada objek-objek tersebut.

Dengan demikian penyembah menerapkan objek-objek seperti mempunyai

nilai yang super sebagai tempat memohon perlindungan dan anugrah. Jadi,

Saraswati dipahami sebagai Dewi Saraswati. Dewi Saraswati diyakini

mempunyai sifat-sifat kedewataan.4

4. Saraswati Sebagai Seorang Dewi Ilmu Pengetahuan

Misteri masih menyelimuti sejarah peradaban Weda mengenai

uraian transformasi dewi sungai Saraswati menjadi dewi kebijaksanaan dan

ilmu pengetahuan. Hingga berjalannya waktu Dewi Saraswati hingga saat

ini lebih dikenal dewi kebijaksanaan dan pengetahuan. Walaupun di dalam

zaman Weda lebih dikenal dengan dewi sungai, namun ditemukan beberapa

sukta yang mengisyaratkan dia sebagai dewi kebijaksanaan dan

pengetahuan. Di dalam salah satu sukta Rg- Weda ditemukan; “Codyatri

sunrtanam centaniti sumantinam yajnam dadhe Saraswati”. Di dalam

Aswalayana Grhyasutra5 Saraswati dipuja dan dimohonkan memberikan

kecerdasan kepada bayi yang baru saja dilahirkan.

Di dalam Grhyasutra Paraskara, Saraswati juga dimohonkan

memberikan wawasan dan kecerdasan kepada pemuja-pemujanya. Ayat ini

sangat penting karena ia mencerminkan salah satu ungkapan perasaan

pemujanya yang paling khusuk kepada Saraswati. Ayat tersebut:

4 I.B. Putu Suamba, Saraswati Di Dalam Weda Dan Purana (Bali: Yayasan Dharma Sastra, 2015), h. 16-17 5 Kitab yang memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yajna yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah tangga.

24

“Saraswati, tingkatkanlah kecerdasan kami ini, yang pemurah, yang cantik

kepada siapa kami memuja pertama-tama, bahwa di dalam siapa, apa yang

lahir, di dalam siapa dunia ini berada”. 6 Di dalam salah satu wacana

Hiranyanke Grhyasutra Saraswati sebagai dewi berhubungan dengan

pengetahuan disebutkan. Di dalam Ramayana Saraswati dipandang sebagai

seorang dewi ujaran atau kata-kata. Di dalam Mahabharata dan Purana-

purana belakangan Saraswati berhubungan dengan pembelajaran berulang-

ulang disebutkan, dan aspek ini mendapatkan penekanan. Dalam kedua

epos besar Mahabharata dan Ramayana Saraswati disebut lidah Wisnu.

Bahkan Mahabharata, yaitu pada bagian Shanti Parwa menyatakan

Saraswati sebagai “ibu dari Weda” (vedanam mataram pasya). Rsi Wyasa,

penggubah Mahabharata memohon anugrah dari dua dewa, yaitu

dan Saraswati sebelum memulai menulis karya agungnya: Narayaam

namaskrtya naram caiva narottamam devim sarasvatim vyasam tato jayam

udirayet (Mahabharata, 1.1.1).7

B. Dewi Saraswati dalam Kitab Purana

Mengungkapkan konsepsi Saraswati, seperti termuat di dalam sejumlah

Kitab Purana, 8 khususnya pada kitab-kitab Purana tergolong Maha Purana, seperti Padma Purana, Lingga Purana, Bhagawata Purana, Dewi Bhagawata

6 I.B. Putu Suamba, Saraswati di dalam Weda dan Purana h. 24-25 7 Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia, “Pemujaan Saraswati dalam Tradisi Weda dan Sastra Hindu” artikel diakses dari https://kmhdi.org/2010/02/pemujaan-saraswati- dalam-tradisi-weda-dan-sastra-hindu/ , pada tanggal 2 Juni 2020 pukul 11.30 8 Kata Purana berasal dari kata Pura berarti kuno dan ana berarti mengatakan. Jadi Purana adalah sejarah kuno, karena itulah kitab suci Purana menceritakan cerita dewa-dewa, raja-raja dan rsi-rsi kuno. Purana juga bisa diartikan sebagai cerita kuno, pencerita sejarah, koleksi cerita agama Hindu dan tentunya setiap cerita mengandung makna unsur agama yang sangat penting bagi keimanan umat Hindu.

25

Purana, Brahma Wiwarta Purana, Brahma Purana, Wisnu Purana, Wama

Purana, Padma Purana, Skanda Purana, Agni Purana, dan Matsya Purana.

Melacak keberadaan Saraswati perhatian ditarik menuju ke kesusastraan

Weda. Ada keterkaitan antara sumber-sumber di dalam Catur Weda dengan kesusastraan yang lahir pada periode belakangan. Berbagai sumber menjelaskan asal mula Saraswati di dalam kitab-kitab Purana. Umumnya penjelasannya bersifat mitologis dan mistis dengan alegori dan bentuk simbolis yang membungkus makna kosmologis dan psikologis. Pemuja-pemuja Saraswati mencari kebenaran sejati di balik pengungkapan alegoris dan simbolis ini. Justru keyakinan dan penghormatan tumbuh setelah mampu mengungkapkan misteri di balik simbol-simbol yang beraneka rupa. Sejumlah Purana menjelaskan asal mula

Saraswati seperti di bawah ini.

Dari buku Saraswati dalam Kitab Weda dan Purana karya Putu Suamba di jelaskan bahwasannya kitab-kitab Brahma Wiwarta Purana dan Dewi Bhagawata

Purana menjelaskan Dewi Saraswati merupakan satu dari lima bentuk yang mengambil wujud Mula Prakrti atau Sakti dari Brahman pada saat penciptaan alam semesta menurut fungsi-fungsi penciptaan. Untuk keperluan penciptaan,

Atman mengambil dua bentuk, yaitu belahan kanan adalah laki-laki dan belahan kiri dikenal dengan Prakrti. Karena keinginan Sri Krsna (:Para Brahman), Prakrti mengambil lima wujud, yaitu Durga (ibu Ganesha), Radha, Laksmi, Saraswati, dan Sawitri. Jadi, di sini nampak jelas dewi-dewi ini menjadi Sakti karena lahir dari Prakrti, yang menurut Sankhya Darsana merupakan prinsip (tattwa) yang tidak berkesadaran (acetana).

26

Selanjutnya, kitab-kitab Brahma Wiwarta Purana dan Dewi Bhagawata

Purana menyebutkan bahwa dari ujung lidah Sakti dari Krsna tiba-tiba muncul di dalam proses penciptaan dunia, seorang gadis (kanya) cantik bepakaian putih, mengenakan perhiasan kuning, dihiasi dengan permata dan membawa sebuah instrumen musik menyerupai gitar dan membawa buku; ia adalah Saraswati atau

Wani, dewi yang berkuasa atas semua ilmu pengetahuan (sastra). Kemudian lagi

Sakti atau Yosit dari Sri Krsna mengambil dua bentuk, belahan kiri adalah

Kumala dan belahan kanan adalah Radha. Di sini nampak bahwa Saraswati lahir dari Sakti.

Kitab Wayu Purana mengandung penjelasan sebagai berikut. Akibat kemarahan yang terkonsentrasi dari Brahma, kemudian Purusa lahir, tubuhnya adalah setengah laki-laki dan setengah wanita, ia adalah Samkara. Brahma memintanya agar membagi tubuhnya menuruti perintah, kemudian ia membagi tubuhnya. Bagian-bagian laki-laki dan wanita dari tubuhnya menjadi terpisah ke dalam sebuah Laki-laki dan Perempuan. Yang laki-laki lagi diminta oleh Brahma agar membagi dirinya sendiri, dan benar ia membaginya ke dalam sebelas .

Belahan kanan dari yang Wanita adalah putih dan yang kiri adalah hitam. Ia juga diminta oleh Brahma untuk membagi tubuhnya, sehingga ia membagi tubuhnya: bagian putih dan bagian hitam dari tubuhnya menjadi terpisah ke dalam dua bagian, yaitu putih dan hitam. Saraswati adalah satu dari berbagai manifestasi dari bentuk putih (selanjutnya dikenal dengan nama Gauri).

Kitab Wayu Purana juga mengandung penjelasan lain: Ketika 33 kalpa disebut Wisrarupa mulai, Brahma berfikir utuk menciptakan dunia jadi ia

27

menginginkan seorang anak ia melakukan meditasi dan dari dirinya mncul

Saraswati berisi semua bentuk dan bersuara mengaum keras. Ia adalah anak dari

Brahma, dan muncul di dalam bentuk seekor sapi (gau) mempunyai empat mulut, empat tanduk, empat gigi, empat mata, dan empat tangan. Sapi ini tidak lain adalah Prakrti, sumber alam semesta.

Menurut Lalitopakhyana dalam Kitab Brahmanda Purana, Dewi Maha

Laksmi (juga disebut Kamaksi atau Tripurasundari) mengeluarkan tiga telor. Gira

(yaitu Saraswati) lahir bersama-sama dengan Siwa dari satu di antara ketiga telor.

Dari dua telor lainnya, dua pasang lagi lahir, yaitu Ambika dan Wisnu dari satu telor, dan Sri dan Brahma dari yang lainnya. Dewi Maha Laksmi kemudian menggabungkan Saraswati dengan Brahma, Ambika (Parwati) dengan Siwa dan

Sri (Laksmi) dengan Wisnu. Selanjutnya dewi-dewi ini dipandang sebagai pasangan atau kekuatan dewa-dewa pasangannya.9

Lebih lanjut Putu Suamba menjelaskan di dalam Pradhanika Rahasya pada Kitab Dewi Mahatmya dalam Markandeya Purana. Dewi Maha Laksmi dengan Tri Guna-nya juga mengambil bentuk tamasika dikenal dengan nama

Mahakali dan juga sebuah bentuk sattwika dikenal dengan Saraswati (Maha

Saraswati). Masing-masing dewi ini Mahalaksmi, Mahakali, dan Saraswati dikatakan mempunyai empat tangan (caturbhuja). Dewi-dewi ini menciptakan tiga pasang dewa, masmg-masing menciptakan satu pasang, yaitu: Maha Laksmi

9 I.B. Putu Suamba, Saraswati Di Dalam Weda Dan Purana (Bali: Yayasan Dharma Sastra, 2015) , h. 37-38.

28

menciptakan Brahma dan Sri (Laksmi), Maha Kali menciptakan Rudra dan Trayi

(Saraswati), dan Maha Saraswati menciptakan Wisnu dan Uma (Gauri). Maha

Laskmi kemudian memberi Trayi (Saraswati) kepada Brahma sebagai istrinya,

Gauri kepada Rudra dan Sri kepada Wasudewa.

Menurut Kitab Matsya Purana (Adhyaya bab 3) Saraswati adalah putri

Brahma. Ketika Brahma menginginkan menciptakan alam semesta, ia bermeditasi dan kemudian tubuhnya dibagi menjadi dua belahan. Belahan satu adalah laki- laki, dan belahan lainnya wanita. Wanita ini adalah Dewi Saraswati atau Bharati.

Oleh karena lahir dari tubuhnya, maka ia menganggapnya sebagai putrinya.

Disamping sumber-sumber di atas, kitab-kitab Matsya Purana, Bhagawata,

Brahmanda, Brahma, Padma dan Skanda Purana juga menyebutkan Saraswati sebagai putri Brahma.10

C. Mitologi Hindu tentang Dewi Saraswati

Pengertian mitologi pada umumnya berupa cerita-cerita yang berisi kias, bisa diartikan secara philosopis bagi orang-orang intelek, dan bisa merupakan cerita-cerita yang menarik bagi anak-anak. Namun tidak lepas dari ajaran yang bersifat tuntunan hidup terkandung didalamnya.11 Pada pasca Weda, dewi-dewi semakin berkembang bahkan hingga sekarang, belum menghitung tradisi Sakta yang menempatkan Sakti sebagai kekuatan tertinggi dan asal mula dari segala

10 I.B. Putu Suamba, Saraswati Di Dalam Weda Dan Purana (Bali: Yayasan Dharma Sastra, 2015), h. 38-39 11 Cudamani, Materi Kuliah Agama Hindu Di Perguruan Tinggi Umum (Jakarta: Ditjen Bimas Hindu dan Buddha, Departemen Agama R.I.), h. 32

29

yang ada di dunia ini. Dalam hal ini beberapa kisah mengenai Dewi Saraswati yang cukup dikenal.

Dewi Saraswati dan dewi lain, seperti Aditi, Anuniti, Akuti, Ida, Krtya,

Gayatri, dan lain-lain merupakan dewi-dewi yang disebutkan di dalam Catur

Weda, Purana dan lain-lain. Hal ini menarik dicermati mengingat konsep dewi juga mengalami perkembangan sejalan dengan perjalanan waktu. Posisi atau hubungan dewi dengan dewa juga mengalami perubahan-perubahan yang pesat karena sudah menyangkut aspek-aspek metafisika suatu agama.

Tentang Dewi Saraswati ada cerita menarik yang terdapat dalam Utara

Kanda bagian dari epos Ramayana. Berikut petikan mitologi yang dikutip dari:

Buku “Yadnya dan Bhakti” karangan Ketut Wiana. Dikisahkan Dewi Saraswati bersemayam secara gaib di lidah Kumbakarna sehingga dunia terhindar dari kekacauan. Alkisah Resi Waisrawa beristri Dewi Kaikaisi. Pasangan Resi ini berputra empat orang, tiga orang laki dan seorang perempuan. Putra sang resi yang pertama bernama Dasa Muka (Rahwana), kedua Kumbakarna, ketiga bernama Dewi Surpanaka dan yang terkecil bernama Gunawan Wibhisana. Sang

Resi menugaskan putra laki-lakinya supaya bertapa di Gunung Gokarna. Ketiga putra Resi Waisrawa itu kemudian membangun tempat pertapaan yang terpisah- pisah di gunung Gokarna. Bertahun-tahun mereka bertapa dengan teguh dan tekunnya. Karena ketekunannya itu, lalu Dewa Brahma berkenan memberikan anugrah.

Pertama-tama Dewa Brahma mendatangi Rahwana. Dewa Brahma menanyakan tentang apa yang diharapkan dalam tapanya ini. Rahwama

30

mengajukan permohonan dapat kiranya Dewa Brahma menganugrahkan kekuasaan di seluruh dunia. Semua dewa, gandarwa, manusia dan seluruh makhluk di dunia ini tunduk padanya. Permohonan Rahwana ini dikabulkan.

Selanjutnya Dewa Brahma menuju pertapaan Gunawan Wibhisana dan menyatakan pula akan memberikan anugrah atas tapanya. Gunawan Wibhisana menyampaikan permohonannya dapat kiranya Dewa Brahma memberikan anugrah berupa kesehatan dan ketenangan rohani, memiliki sifat-sifat utama dan taat melakukan pemujaan kepada Tuhan. Dewa Brahma mengabulkan permohonan Wibhisana.

Begitu Dewa Brahma akan beranjak menuju pertapaan Kumbakarna para dewa berdatang sembah kepada Dewa Brahma. Para dewa memohon agar Dewa

Brahma tidak menganugrahkan permohonan Kumbakarna. Pasalnya, Kumbakarna berbadan raksasa yang maha hebat. Kalau ia punya kesaktian, sungguh sangat membahayakan keselamatan manusia di dunia. Meskipun ada permohonan para dewa itu, Dewa Brahma bertekad memberikan anugrah. Sebab, jika tidak, Brahma merasa berlaku tidak adil kepada ketiga putra Resi Waisrawa. Apalagi

Kumbakarna juga melakukan tapa yang tekun sehingga layak mendapat anugrah.

Namun untuk memenuhi permohonan para dewa itu, Dewa Brahma punya akal.

Istri atau saktinya yaitu Dewi Saraswati diutus supaya berstana di lidah

Kumbakarna dan bertugas untuk membuat lidahnya salah ucap. Setelah itu Dewa

Brahma datang memberikan anugrah pada Kumbakarna.12

12 Agung Joni, “Saraswati Dewi Pengetahuan,” artikel diakses dari https://blibali.com/2017/02/22/dewi-saraswati-dewi-ilmu-pengetahuan/ pada tanggal 3 oktober 2017 pukul 10.47

31

Kumbakarna memohon anugrah yakni agar selama hidupnya selalu senang. Karena itu ia semestinya mengucapkan“suka sada”. Namun akibat

Saraswati membelokkan lidah Kumbakarna, ucapan yang terlontar dari mulut raksasa tinggi besar itu adalah “supta sada” yang artinya selalu tidur. Suka artinya senang dan supta artinya tidur. Andaikata Kumbakarna mendapatkan anugrah hidup bersenang-senang, maka besar kemungkinannya ia selalu mengumbar hawa nafsu. Raksasa yang menghumbar hawa nafsu tentu akan dapat mengacaukan kehidupan di dunia. Demikianlah peranan Dewi Saraswati, dengan kata-kata yang tersaring dalam lidah dapat menyelamatkan dunia dari kekacauan.13

Dewi Saraswati diyakini pula sebagai pemelihara kitab suci Weda. Hal ini diceritakan dalam Salya Parwa sebagai berikut. Di lembah sungai Saraswati, terdapat tujuh resi ahli Weda yaitu Resi Gautama, Bharadwaja, Wiswamitra,

Yamadageni, Resi Wasistha, Kasiyapa dan Atri. Ketika musim kemarau datang, keadaan di lembah sungai Saraswati itu kering. Tumbuh-tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik. Bahan makanan pun menjadi sulit didapat. Karena keadaan alam yang gersang seperti itu, Sapta Resi itupun pindah ke tempat lain. Sedangkan putra Dewi Saraswati yang bernama Saraswata masih setia bertempat tinggal di lembah sungai Saraswati. Karena kesetiaannya tinggal di tempat itu, Saraswata mendapat perlindungan dari ibunya. Saraswata tetap mendapat bahan makanan dari lembah sungai itu.

13 Kamala Subramaniam, Ramayana Penerjemah I Gede Oka Sanjaya (Surabaya: Paramita, 2001), h. 744.

32

Para Resi yang meninggalkan lembah sungai Saraswati, lambat laun tidak tahan pada keadaan yang dialaminya. Karena di tempatnya yang baru, mereka sulit juga mengubah nasib. Lagi pula para resi tadi telah lupa pada isi Weda.

Padahal, memahami Weda merupakan suatu kewajiban yang mutlak sebagai identitas seorang resi. Gelar resinya akan tanpa makna kalau sampai lupa pada isi

Weda. Keadaan itu menyebabkan sang Sapta Resi kembali ke lembah sungai

Saraswati. Di lembah sungai Saraswati itulah para resi mohon kesediaan Dewi

Saraswati membangkitkan kesadarannya untuk kembali dapat memahami isi

Weda yang merupakan tugas pokoknya. Dewi Saraswati memberi anugrah apabila para resi bersedia menjadi siswanya. Para resi bertanya, apakah patut orang yang lebih tua berguru pada yang muda karena Dewi Saraswati masih sangat muda.

Terhadap pertanyaan ini, Dewi Saraswati menjelaskan, seorang guru kerohanian tidaklah tergantung pada umurnya, kekayaannya, kebangsawanannya. Seorang guru kerohanian patut dilihat dari kemampuannya menguasai dan menyampaikan isi Weda.

Kedewasaan spiritual Wedalah yang menjadi patokan utama. Penjelasan itu yang menyebabkan semua resi tetap berguru pada Dewi Saraswati. Setelah kejadian itu, datang lagi enam puluh ribu orang menghadap Dewi Saraswati agar diterima sebagai murid karena ingin mendalami lautan rohani Weda. Lewat para resi dan siswa tadi, Dewi Saraswati menghidupkan dan menyebarkan isi Weda ke seluruh pelosok dunia.

33

Mitologi Dewi Saraswati dijelaskan pula dalam kitab Aiterya Brahmana.14

Dikisahkan seorang pendeta bernama Resi Kawasa keturunan Sudra Wangsa.

Pada suatu hari, sang resi memimpin suatu upacara yajña. Karena resi itu keturunan Sudra Wangsa, maka sang resi dilarang memimpin upacara oleh pendeta dari Wangsa Brahmana. Sang resi Kawasa diusir dan dibuang ke padang pasir dengan tujuan agar ia mati di tengah-tengah padang pasir yang gersang itu.

Setelah ia berada di tengah-tengah padang pasir, Resi Kawasa tetap melakukan pemujaan kepada Tuhan. Karena khusuknya pemujaan, turunlah Dewi Saraswati dengan penuh kasih sayang. Resi Kawasa pun diajarkan Weda mantra lengkap dengan Stuti dan Stotranya. Karena ketekunannya, semua pelajaran dari Dewi

Saraswati dapat dikuasainya dengan baik. Kesucian dan kemampuan Resi Kawasa akhirnya jauh meningkat dari sebelumnya. Dewi Saraswati menganggap, kemampuan Resi Kawasa sudah luar biasa.

Sang resi pun diizinkan kembali ke tempatnya oleh Dewi Saraswati.

Setelah ia sampai di tempatnya semula, pendeta dari Wangsa Brahmana itu amat kagum atas keberhasilan Resi Kawasa. Resi Kawasa memang mampu menunjukkan kemahirannya tentang Weda baik teori maupun praktek kehidupan sehari-hari berupa tingkah laku yang bersusila tinggi. Akibat keutamaannya itu,

Resi Kawasa diakui semua umat dan semua resi sebagai brahmana pendeta sejati.

Demikianlah kekuasaan Dewi Saraswati akan dapat memberikan peningkatan kesucian dan kehormatan kepada mereka yang memujanya dengan sungguh- sunguh. Tentang bunga padma yang di Bali disebut bunga tunjung dipegang oleh

14 Merupakan kitab Brahmana dari Rg-Weda yang berisi tentang persembahan Soma, Agnihotra (persembahan api) dan Rajasuya (upacara penobatan raja).

34

salah satu tangan patung atau gambar Dewi Saraswati adalah memiliki lambang- lambang tersendiri. Di dalam Kakawin Saraswati disebutkan, bunga padma putih yang sedang kembang merupakan lambang jantung di Bhuana Alit. Padma merah ada dalam hati, padma biru ada dalam empedu.

Budi suci sebagai aliran sungai Sindhu selalu meyakini kesuburan bunga- bunga padma yang berwarna-warni itu. Kecakapan bagaikan aliran sungai

Narmada. Kemurnian hatiku sebagai sungai Gangga. Dewi Saraswati berstana di lidah dan Dewi Irawati berstana di mata. Demikianlah tujuan pemujaan Dewi

Saraswati. Kalau tujuan pemujaan Dewi Saraswati dapat tercapai maka terhindarlah kita dari godaan penyakit, kelakuan jahat dan buruk. Semua perumpamaan itu adalah suatu metode seni sastra agama untuk mendatang kehalusan budi. Agama mengarahkan hidup, ilmu pengetahuan memudahkan hidup, sedangkan seni menghaluskan hidup. Karena itulah, memuja Tuhan Yang

Maha Esa menurut pandangan Hindu juga menggunakan aspek seni. Pemujaan kepada Dewi Saraswati tiada lain adalah memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam aspeknya sebagai sumber ilmu pengetahuan suci Weda. Menggapai kesucian

Weda hendaknya juga melalui seni budaya yang indah. Khususnya yang didasarkan oleh keindahan seni itulah yang akan dapat dijadikan dasar untuk mencapai kesucian Sang Hyang Weda.15

15 Baliberkaya.com, “Mitologi Dewi Saraswati,” artikel diakses dari https://baliberkarya.com/index.php/read/2017/01/21/201701210004/Ini-Mitologi-tentang-Dewi- Saraswati.html pada tanggal 3 oktober 2017 pukul 11.00

BAB III

GAMBARAN DEWI SARASWATI DI PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN

A. Sejarah Pura Aditya Jaya

Pura Aditya Jaya adalah sebuah pura Hindu yang berlokasi di daerah

Rawamangun, Jakarta Timur. Berada disebelah timur lintasan tol Cawang-

Tanjung Priok atau sering disebut dengan jalan layang A.Yani. Pura ini memiliki bangunan dengan dinding dan ornament yang bergaya khas bali dan terdapat banyak pohon-pohon besar yang rindang di sekeliling kompleks. Namun terlepas dari itu mengenai latar belakang pendirian pura ini memiliki kisah sejarah yang cukup panjang hal itu pula tidak terlepas dari perjuangan umat Hindu di DKI

Jakarta. Karna ide untuk membangun tempat peribadatan umat Hindu di DKI

Jakarta sudah lama dirintis oleh Suka Duka Hindu di Bali (SDHB) yang kemudian berganti nama menjadi Suka Duka Hindu Dharma (SDHD), atas saran Bapak

Dirjen Bimas Hindu dan Budha I.B Mastra.

Mengenai kiprah dari Suka Duka Hindu Dharma sendiri awalnya hanya sebatas pada perayaan hari-hari suci keagamaan, seperti Hari Raya Galungan dan

Kuningan. Tetapi semakin lama keinginan untuk mempunyai tempat peribadatan sendiri semakin kuat dan mulai mempertegasnya dengan mendirikan yayasan khusus untuk maksud pembangunan pura. Yayasan tersebut bernama Pitha Maha.

Pengurus-pengurus yayasan tersebut adalah Bapak Ida Bagus Manuaba

(almarhum) anggota Dewan Konstituate, Bapak I Gusti Bagus Subania

35 36

(almarhum) yang menjabat Menteri Koordinator, Bapak I Nyoman Wiratha

(almarhum) yang menjadi anggota DPRD DKI. Mengetahui mengenai rencana tersebut ketika itu presiden pertama RI, Ir Soekarno, atau yang akrab disebut

Bung Karno menyambut baik gagasan untuk membangun sebuah pura bagi umat

Hindu di Jakarta. Lalu pada tahun 1960 beliau menawarkan sebidang tanah di lapangan Banteng kepada umat Hindu untuk untuk dibangun sebuah pura, tetapi karna satu dan lain halnya rencana pembangunan pura tersebut batal.

Kemudian pada tahun 1962 kembali ditawarkan sebuah lokasi baru di daerah Ancol, namun umat Hindu keberatan sebab lokasi tersebut pada masa itu berlumpur dan berbau anyir. Setelah itu ditawarkan lagi lokasi baru disekitar

Yakindra (Taman Ria Remaja Senayan sekarang), namun dengan alasan yang kurang jelas lagi-lagi rencana untuk pembangunan pura kembali gagal. Hingga akhirnya di saat umat Hindu di Jakarta sedang berharap-harap cemas menunggu kabar mengenai kepastian lokasi yang tepat untuk pendirian pura di Jakarta tanpa diketahui lebih dulu, Ir Sutarni (almarhum) menteri pekerjaan umum di jaman pemerintahan Bung Karno menawarkan lokasi baru yang memungkinkan untuk membangun pura. Penggunaan lokasi tersebut dikuatkan oleh Ir. Sutarni, yang menerbitkan surat No. 36/ KPTS/ 1976 yang isi pokoknya adalah:1

1. Memberi izin kepada Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk

menggunakan tanah yang dikuasai oleh Dep. PU cq. Ditjen Bina Marga

1 Okanila, “Sejarah Pura Aditya Jaya” artikel diakses dari http://adityatemple.net/?page_id=9 pada 16 September 2017 pukul 14.55

37

(yakni tempat Pura Aditya Jaya sekarang) sebagai tempat

persembahyangan bagi umat Hindu di Jakarta dan sekitarnya.

2. Pemberian izin oleh Bapak Menteri PU tersebut didukung oleh Bapak

Gubernur KDKI Jakarta (waktu itu) Ali Sadikin selaku penguasa tunggal

di daerah, Dukungan tersebut dimuat dalam Surat Keputusan No. D. TV-

a2 / 4 / 24 / 73.

3. Penggunaan tanah sesuai dengan aturan Tata Kota DKI Jaya.

4. Keputusan ini berlaku sebagai pengetahuan atau penggunaan tanah

tersebut yang telah dibuat oleh Dirjen Bina Marga, berlaku tanggal 4

Maret 1972.

Setelah permasalahan mengenai tempat sudah terselesaikan hal lain yang harus dipersiapkan adalah kepanitiaan. Atas perintah dari bapak menteri, maka dibentuklah panitia pembangunan pura (yang kemudian disebut Pura Adhitya Jaya

Rawamangun), yang terdiri dari beberapa personal yaitu: I Gusti Ngurah Mandra selaku ketua umum, I Nyoman Gria sebagai ketua I, I Gusti Ketut Sukarta ketua

II, I Drs. Sang Made Jingga sekretaris I, A.A Sumitra sekretaris II, Ir. Ketut

Berana bendahara I, I Wayan Armiatha bendahara II. Hal tersebut bertujuan untuk dapat memudahkan pembangunan pura agar dapat berjalan lancar dan terarah.

Setelah pengesahan kepanitian disetujui maka mereka mulai mengurus apa-apa yang penting berkaitan dengan pura yaitu seperti mengadakan rapat untuk membahas mengenai keabsahan surat tanah yang mana dalam rapat tersebut semua anggota panitia hadir. Hingga pada akhirnya dalam rapat tersebut mendapati beberapa hasil yaitu selain membahas keabsahan surat tanah tetapi juga

38

menyetujui mengenai peletakan batu pertama pembangunan pura yang dilaksanakan oleh bapak Drs. Moh. Hadi (almarhum) mewakili pimpinan proyek.2

Sejak saat itu perlahan-lahan pembangunan pura mulai dikerjakan. Adapun mengenai para pekerja yang dipercaya untuk pembangunan pura adalah para pekerja yang didatangkan dari Bali, dan untuk masalah pendanaannya didukung oleh para donatur. Adapun dalam hal pembangunan Pura Adhitya Jaya

Rawamangun dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan yang ada pada saat itu. Sehingga jika dilihat dari pembangunan fisik yang berhasil diwujudkan dalam pembangunan tersebut, maka tahapan pembangunan diklasifikasikan atas tujuh tahapan yaitu: dimulai pada tahun 1972, dalam tahapan awal ini yang berhasil dibangun adalah Padmasana, Griya Pedanda (belum permanen), selain itu adalah Penglurah, Wantilan di Jaba Tengah namun dalam wujud sederhana berupa bedeng. Tahap kedua yaitu memasuki tahun 1976, dengan membangun Kuri Agung, Penyengker Jeroan dengan tembok yang sederhana, dan perenovasian Wantilan di Jawa Tengah Taman Sari dalam wujud sederhana. Selanjutnya pada tahap ketiga pada tahun 1985, yaitu mulai membangun Wantilan besar di Jaba walau belum selesai pada tahun itu. Tahapan ke empat yaitu tahun 1988, lanjutan dari pembangunan tahun sebelumnya yaitu melanjutkan bangunan Wantilan Besar, lalu Bale Kulkul, Candi Bentar di sebelah

Bale Kulkul, Griya Pedanda (permanen), Bale Bengong disebelah Griya Pedanda.

Memasuki tahun 1995 yaitu dimana pada tahun ini sudah masuk ke tahapan yang

2 Okanilla, “Sejarah Pura Aditya Jaya” artikel diakses dari http://adityatemple.net/?page_id=9, pada 16 September 2017 pukul 18.50

39

kelima, pembangunan dilanjutkan dengan membangun Wantilan di Jaba Tengah,

Ruang Pasraman/ Kuliah (sebelah wanntilan besar di Jaban). Dan dalam tahapan yang keenam pada tahun 1996 membuat jalan aspal, Candi Bentar dibelakang ( di ujung jalan Daksinapati Raya), Renovasi Penyengker Mandala Utama (Jeroan).

Memasuki tahapan terakhir yaitu tahapan ketujuh pada tahun 1997, yaitu membangun Penyengker di Jaba Sisi yang menghadap ke jalan by pass.3

B. Penggambaran Dewi Saraswati di Pura Aditya Jaya Rawamangun

Untuk dapat mengunjungi Pura Aditya Jaya tidaklah terlalu sulit, hal tersebut dikarnakan banyaknya kendaraan umum yang dapat mengantarkan hingga sampai ke depan pura. Dan keberadaannya pun bisa dibilang cukup mudah untuk ditemukan karna selain berada di depan jalan raya by pass, pura ini juga berada tepat disamping Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dibandingkan dengan pura-pura yang mungkin pernah kita lihat seperti di area perumahan dan tempat lainnya, Pura Aditya Jaya ini terbilang pura yang cukup luas. Didalamnya terdapat beberapa bangunan dan ornamen bergaya khas Bali. Selain itu suasana yang tercipta didalam pura sangat asri dan menyejukkan, hal tersebut dikarenakan banyaknya pepohonan besar yang tinggi dan rindang di sekeliling area.

Dalam pembangunan pura terdapat konsep ideal yang di terapkan dan hal tersebut juga diaplikasikan terhadap pembangunan Pura Adhitya Jaya. Konsep tersebut disebut Tri Mandala (tri= tiga, mandala = wilayah/ daerah). Menurut

Susila Patra dalam bukunya Hubungan Seni Bangunan dengan Hiasan dalam

3 Okanilla, “Sejarah Pura Aditya Jaya” artikel diakses dari http://adityatemple.net/?page_id=9, pada 16 September 2017 pukul 18.55

40

Rumah Tinggal Adat Bali menjelaskan, konsepsi Tri Mandala merupakan sebuah konsepsi arsitektur tradisional yang banyak diterapkan dalam konsep penataan area pura Hindu di Bali hingga kini. Konsepsi tersebut pada dasarnya merupakan pedoman dalam pembagian area atau lahan kompleks pura menjadi tiga area berdasarkan tingkat kesuciannya. Adapun mengenai pengertian Tri Mandala adalah:4

1. Nista Mandala (Jaba Sisi)

Nista Mandala merupakan zona terluar yang merupakan pintu masuk

pura dari luar lingkungan. Untuk dapat menemukan Nista Mandala di Pura

Aditya Jaya dapat melalui jalan Yos Soedarso (by pass) atau jalan

Daksinapati Raya dengan melewati Candi Bentar. Pengertian dari Candi

Bentar sendiri adalah pintu masuk, batas wilayah antara jaba sisi/luar (Nista

Mandala) dengan area luar. Dan juga merupakan pintu masuk yang

menentukan batas wilayah antara Jaba Sisi (Nista Mandala) dengan Jaba

Tengah (Madya Mandala). Ruangan atau pintu Candi Bentar dibuat dengan

sisi yang lebih lebar, dimaksudkan agar umat dapat masuk lebih banyak ke

Jaba Tengah sekaligus.5 Serta juga mengandung arti umat boleh dengan

leluasa keluar masuk dari Jaba Sisi ke Jaba Tengah atau sebaliknya.

Pada zona ini selain terdapat lapangan yang luas terdapat pula

bangunan Pasraman yaitu sebagai tempat untuk pembinaan umat, seperti

Sekolah Minggu Agama Hindu (untuk SD sampai SMU), dan juga untuk

4 Made Susila Patra, Hubungan Seni Bangunan dengan Hiasan dalam Rumah Tinggal Adat Bali (Jakarta: Balai Pustaka) h. 17 5 Wawancara dengan Bapak I Gusti Ngurah Udayana pengurus Pura Aditya Jaya Bid. Sarana dan Prasarana pada tanggal 17 september 2017

41

kuliah Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Jakarta. Selain itu terdapat

pula kantin untuk menikmati berbagai makanan. Dan juga terdapat

bangunan untuk pelaksanaan Manusia Yadnya berupa Bale Gede, Dapur

dan Rumah Tunggu. Sedangkan di Sudut Barat laut dan di depan jalan

keluar Pura bagian Timur terdapat Bedogol.6

2. Madya Mandala (Jaba Tengah)

Madya Mandala adalah zona tengah, dimana umat beraktivitas. Untuk

masuk ke Madya Mandala dapat dari Barat (pintu utama) atau bagian

Timur dengan melalui Candi Bentar. Pada zona ini, terdapat bangunan

Perantenan serta balai Wantilan yang berfungsi sebagai tempat menyiapkan

segala keperluan upakara dalam rangka upacara (Pujawali).

Adapun fungsi lain dari Wantilan adalah sebagai tempat pertunjukan

berbagai tarian baik tarian sakral yang berkaitan dengan upacara atau tarian

profane yang berifat hiburan. Kadangkala di Wantilan ini juga

diselenggarakan Dharma Tula.7

3. Utama Mandala

Utama Mandala merupakan zona yang paling dalam, dan merupakan

tempat yang paling suci dari pura. Di Pura Aditya Jaya untuk dapat

memasuki zona ini harus melalui Kori Agung dengan tiga pintu. Untuk

pintu utama terletak di tengah, sedangkan dua pintu lainnya mengapit pintu

6 Wawancara dengan Bapak I Gusti Ngurah Udayana pengurus Pura Aditya Jaya Bid. Sarana dan Prasarana pada tanggal 17 september 2017 7 Wawancara dengan Bapak I Gusti Ngurah Udayana pengurus Pura Aditya Jaya Bid. Sarana dan Prasarana pada tanggal 17 september 2017

42

utama.8 Pengetian dari Kori Agung sendiri adalah pintu masuk dan batas

wilayah antara Jaba Tengah (Madya Mandala) dengan jeroan (Utama

Mandala). Ruang atau pintu untuk tempat masuk sengaja dibuat kecil, hanya

cukup untuk satu orang. Diatasnya terdapat ukiran berbentuk Kala (Boma),

dijaga oleh dua buah patung Dwara Pala. Maksud dari hal tersebut

mengandung pengertian bahwa dibuatnya dengan pintu masuk yang kecil

agar tidak setiap orang masuk dengan leluasa, tetapi agar mereka yang

hendak masuk ke Utama Mandala yaitu yang benar-benar yang bayu

(tenaganya), Sabna (perkataannya), Idep (pikirannya), dan bulat yang mana

hanya tertuju untuk memuja Tuhan9. Selain itu terdapat larangan bagi para

wanita untuk memasuki zona ini disaat sedang datang bulan, hal tersebut

sebagai bentuk menjaga kesucian dan penghormatan kepada Tuhan.

Pura Aditya Jaya Rawamangun selain dikenal sebagai pura terbesar di

Jakarta, diketahui bahwa terdapat sebuah arca yang menarik perhatian yaitu arca

Dewi Saraswati. Letaknya di area Utama Mandala, tepatnya belakang candi lebih kecil yang ada di sayap kanan pura tersebut. Saraswati dianggap personifikasi dari segala pengetahuan seni, ilmu, kerajinan dan keterampilan. Pengetahuan merupakan antithesis dari kegelapan akan kebodohan. Karena itu dia dilukiskan harus luar biasa indah dan menawan.10 Berbagai wujud pengarcaan muncul dan

8 Wawancara dengan Bapak I Nyoman Darsana pengurus Pura Aditya Jaya Bid. Sarana dan Prasarana. pada tanggal 17 september 2017 9 I Gusti Ngurah Wiras Hardy dan Aplimon Jerobisoif, Makna Simbolis Kori Agung dalam Kehidupan Ritual Masyarakat Hindu di Bali, Jurnal Gewang, Vol. 2 No. 1, 2020 h.16 10 Wawancara dengan Bapak I Gusti Kompiyang Suanda sebagai Pinandita di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

43

berkembang.11 Seperti Saraswati dipahatkan dalam batu, tanah liat, kayu benda- benda metal dan sebagainya. Demikian juga mengenai posturnya, ada duduk ada juga berdiri dan menari. Berikut antromorfis Dewi Saraswati di Pura Aditya Jaya

Rawamangun.

Gambar. 1 Dewi Saraswati di Pura Aditya Jaya Rawamangun12

Di Pura Aditya Jaya Dewi Saraswati digambarkan dengan empat tangan memakai pakaian yang menawan dan berdiri di atas teratai. Ia memegang sebuah buku dan rangkaian bunga, sedangkan kedua tangan bagian depan memainkan gitar (Wina). Ia menggunakan angsa sebagai kendaraannya. Selain itu ada burung merak disampingnya.13 Teratai adalah simbol pengetahuan spiritual dan kekuatan.

Teratai putih melambangkan pengetahuan yang sakti. Dengan berdiri pada teratai,

Saraswati menandakan bahwa Ia sendiri berasal dari kenyataan yang mutlak, dan

11 Svami Harshananda, Dewa-Dewi Hindu Penerjemah I Wayan Maswinara (Surabaya: Paramita, 2007), h. 54 12 Dokumentasi pribadi saat melakukan kunjungan penelitian di Pura Aditya Jaya Rawamangun. 13 Wawancara dengan Bapak I Ketut Subrata Pengurus di Pura Aditya Jaya Bid. Kesenian pada tanggal 14 Maret 2020

44

Ia melambangkan pengetahuan yang sakti. Empat tangan melambangkan empat arah menandakan bahwa Ia ada dimana-mana dan selalu ada. Dua tangan yang di depan menandakan aktifitas di dunia fisik dan dua tangan di bagian belakang menandakan kehadirannya di dunia spiritual. Bunga melambangkan konsentrasi, meditasi, dan kerendahan hati yang akan mengarahkan pada samadhi, atau penyatuan dengan Tuhan. Sebuah bunga di tangan kanan bagian belakang melambangkan ego yang memiliki makna bahwa pengetahuan yang didapatkan dengan cinta dan pengabdian akan melelehkan ego dan menyebabkan pembebasan

(moksa) dari para pencari kebenaran.14

Pakaian yang berwarna putih menandakan bahwa ia adalah lambang pengetahuan yang murni. Sebuah buku yang terletak pada tangan kiri bagian belakang melambangkan ilmu pengetahuan.15 Selain itu Dewi terlihat bermain alat musik yang terletak pada tangan kanan yang terletak di depan. Wina adalah sejenis alat musik yang suaranya amat merdu dan melankolis, sebagai perlambang bahwa ilmu pengetahuan mengandung suatu keindahan dan nilai estetika yang sangat tinggi. Seekor angsa digambarkan berada di sisi kiri sang dewi. Seekor angsa digambarkan memiliki paruh yang sensitif yang dapat membuatnya mampu membedakan antara susu dan campuran susu dengan air. Seekor angsa, dengan demikian melambangkan kekuatan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah atau yang baik dengan yang buruk. Saraswati menggunakan angsa sebagai kendaraannya hal ini menandakan bahwa seseorang harus menguasai ilmu

14 Bansi Pandit, Pemikiran Hindu Penerjemah Iga Dewi Paramita (Surabaya: Paramita, 2003), h. 217 15 Wawancara dengan Bapak I Ketut Subrata Pengurus di Pura Aditya Jaya Bid. Kesenian pada tanggal 14 Maret 2020

45

dan menerapkan pengetahuan dengan membedakan yang baik dan yan buruk bagi kebaikan manusia. Pengetahuan yang didominasi oleh ego dapat menghancurkan dunia. Keselarasan yang sempurna antara hati dan intelek yang sangat penting untuk penerapan ilmu pengetahuan.16

Seekor burung merak yang duduk dekat dengan sang dewi yang dengan penuh semangat ingin melayani sang dewi untuk menjadi kendaraannya. Buruk merak terkenal dengan keindahan bulunya. Seseorang yang sudah mencapai kesadaran Saraswati akan memiliki rasa percaya diri serta memiliki keberanian untuk tampil di hadapan publik, sebuah rasa percaya diri karna didasari dengan adanya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Burung Merak juga melambangkan sifat bahwa ilmu pengetahuan itu dapat memberikan suatu kewibawaan bagi yang telah memahami dan menguasainya.17

C. Kegiatan-Kegiatan di Pura Aditya Jaya

Sebagai basis umat Hindu di Jakarta Pura Adhitya Jaya memiliki segudang kegiatan. Bukan hanya sekedar kegiatan keagamaan tetapi juga kegiatan-kegiatan sosial. Kegiatan sosial, yang sering dilakukan oleh umat Hindu di Pura Aditya

Jaya adalah BAKSOS (Bakti Sosial) yang dilakukan secara rutin satu minggu sekali. Berlokasi disekitaran pura atau lebih tepatnya berada di area luar pura dengan agenda acara yaitu pengobatan gratis, pembagian sembako, dan juga pengenalan pendidikan seputar kebudayaan dengan kegiatan seni tari, dan budaya

16 Wawancara dengan Bapak Wayan Tantra seorang asisten dosen (STAH) dan umat di Pura Aditya pada tanggal 14 Maret 2020 17 Wawancara dengan Bapak I Ketut Subrata Pengurus di Pura Aditya Jaya Bid. Kesenian pada tanggal 14 Maret 2020

46

Hindu Bali. Dan untuk acara tersebut di buka untuk masyarakat umum. Untuk acara rutinitas mingguannya adalah kegiatan kerja bakti yang dilakukan secara bersama-sama oleh pengurus pura dan pengurus Yayasan Attaqwa yang dilakukan setiap hari Sabtu pagi pukul 07:00 s/d selesai.

Kegiatan lain yang juga dilakukan di Pura Aditya Jaya adalah kegiatan yang diselenggarakan umat Hindu di Pura Aditya Jaya khusus bagi mereka meskipun tidak menutup kemungkinan masyarakat luar dapat terlibat dan dengan seizing pengurus dan lainnya. Acara tersebut adalah pendidikan Sekolah Agama

Hindu oleh Pasraman Aditya Jaya dan STAH (Sekolah Tinggi Agama Hindu) pada setiap hari Sabtu dan Minggu, kegiatan arisan umat Hindu di pengempon pura untuk hari Minggu, kegiatan pertemuan atau arisan oleh paguyuban umat

Hindu, seperti PWSHD pada setiap hari Minggu ke tiga, kegiatan Karawitan atau gamelan dari umat Hindu atau PWSHD untuk setiap hari Sabtu dan Minggu, kegiatan seni dan budaya, seperti sanggar tari Aditya Jaya Pusaka setiap hari Rabu dan Jumat, kegiatan Pesanthin berupa nyanyian suci Hiindu oleh kelompok

Pesanthian di Bale Pawedan, Utama Mandala ( Jeroan)18.

Adapun kegiatan keagamaan yang dilakukan di Pura Aditya Jaya adalah perayaan Galungan, Kuningan, Purnama Tilem, Tumpek, dan perayaan Hari Raya

Dewi Saraswati. Untuk Perayaan Dewi Saraswati, acara keagamaan ini diselenggarakan enam bulan sekali. Selama dua hari dengan berbagai agenda acara yang tujuannya sebagai rasa syukur dan terimakasih terhadap Dewi

Saraswati atas ajaran yang telah diberikan kepada seluruh umat manusia

18 Wawancara dengan Bapak I Gusti Ngurah Udayana pengurus Pura Aditya Jaya Bid. Sarana dan Prasarana pada tanggal 17 september 2017

47

khususnya bagi agama Hindu. Perayaan ini dilaksanakan setiap 210 hari sekali yakni pada hari terakhir dari penanggalan Wuku terakhir, yakni Saniscara Umanis

Wuku Watugunung dan hari pertama Wuku pertama pada hari Redite Pahing

Sinta.19 Perayaan ini bertujuan sebagai hari untuk mensyukuri atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan oleh sang pencipta Sang Hyang Widhi dengan manifestasi-Nya Dewi Saraswati. Adapun hari suci Wuku Watugunung ini didasarkan oleh suatu epos dan ethos.

Dikutip dari buku Ajaran Agama Hindu “Acara Agama” karya Putu

Sudarsana dikisahkan mengenai seorang anak dari kerajaan sinta yang menikahi ibunya sendiri yaitu dewi Sinta, lalu dewi Sinta membuat daya upaya agar dapat berpisah yaitu dengan mengatakan bahwasannya dia sedang mengalami proses ngidam, dan yang diidamkannya adalah agar sang watugunung mau melamar istri bethara wisnu serta menyuntingnya sebagai istri sang watugunung. Mendengar hal tersebut Bethara Wisnu murka dan terjadilah peperangan diantara keduanya.

Meski pada awalnya mereka sama kuat tetapi pada akhirnya watugunung harus menerima kekalahannya. Pada saat kekalahan itu terjadi sang watugunung jatuh ke bumi pada hari minggu keliwon wuku watugunung, disebutlah hari

“watugunung runtuh”.

Keesokan harinya, yaitu pada hari senin umanis wuku watugunuung disebut hari “candung watang” karena paada hari tersebut watugunun meninggal

19 I Made Titib, Teologi Dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2003), h.188

48

dunia. Lalu hari selasa pahing wuku watugunung mayat sang watugunung diseret- seret sehingga disebutlah pada hari itu “paid-paidon”.20

Keesokan harinya pada rabu pon wuku watugunung, sang watugunung siuman (sadarkan diri) namun bethara wisnu mengetahui itu dan langsung sang watugunung dibunuh kembali. Maka hari itu disebut hari “budha urip” atau urip akejeb”. Berkali-kali terjadi dimana saat sang watugunug coba dihidupkan kembali namun dibunuh oleh bethara wisnu. Namun atas nasihat Begawan sukra akhirnya bethara wisnu menyetujui dan di augerahkanlah Begawan sukra untuk menghidupkan kembali sang watugunung selamanya. Hari itu disebut dengan

“urip kulantas” jatuh pada hari kamis wage wuku watugunung. Lalu pada keesokan harinya jumat keliwon wuku watugunung, sang watugunung mulai menyucikan diri, melaksanakan tapa, brata, yoga, Samadhi untuk memohon ampunan kehadapan Sang Hyang Widhi serta hari itu disebut “Pengeradanan”.

Karna melihat kesungguhan watugunung melaksanakan tapa bratanya maka keesokan harinya yaitu pada hari sabtu umanis wuku watugunung di anugerahkanlah ilmu pengetahuan oleh sang hyang widhi, maka pada hari itu disebut dengan “Hari Suci Saraswati”.21

Kata saraswati berasal dari suku kata “Sara-Su-Wati”, sedangkan suku kata Sara dapat diartikan Panah, dan kata panah berasal dari kata “Bana”, kemudian menjadi kata “Banah” yang dapat diberikan arti “Ketajaman

Adnyana”, atau kecerdasan, (kamus Bali- Kawi), menurut kamus perubahan bunyi “pbw”. Sedangkan suku kata Su, mengandung maksud “Luwih”, dan Wati

20 I.B. Putu Sudarsana, Ajaran Agama Hindu “Acara Agama” (Denpasar: Yayasan Dharma Acarya, 2003), h. 104-106 21 I.B. Putu Sudarsana, Ajaran Agama Hindu “Acara Agama” h. 107-108.

49

dapat diartikan “ayu”. Dengan demikian makna dari hari raya Saraswati adalah

“Amoliha Kepradnyanan Sane Mautama, Pacang Anggen ngemolihang kasukerthan”. Maksudnya, dengan dianugerahkan kecerdasan oleh Sang Hyang

Widhi, maka manusia tersebut akan mampu menolong dirinya sendiri, dari lebih kesengsaraan.

Pada perayaan hari Suci Dewi Saraswati merupakan hari untuk memohon kepradnyanan kehadapan Sang Hyang Widhi, agar nantinya bisa melewati samudra kesengsaraannya mencapai “Moksrtham Jagadhita Ya‟ Ca Iti Dharmah, dan Moksrtham Atmanam”. Adapun tata cara dalam pelaksanaannya adalah22:

1. Mengenai Etika Saraswati:

a. Pemujaan Saraswati dilakukan sebelum tengah hari.

b. Sebelum perayaan Saraswati tidak diperkenankan membaca atau

menulis.

c. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati tidak diperkenanakan membaca

dan menulis selama 24 jam.

d. Dalam mempelajari segala “pengaweruh”selalu dilandasi dengan hati

Astiti Bhakti kepada Hyang Saraswati termasuk dalam hal merawat

perpustakaan.

2. Mengenai Upakara Saraswati: a. Tempat: Semua pustaka keagamaan dan buku-buku pengetahuan lainnya

termasuk alat-alat pelajaran yang merupakan “Lingga Stana Hyang

Saraswati” diatur dalam tempat yang layak untuk itu.

22 I.B. Putu Sudarsana, Ajaran Agama Hindu “Acara Agama” h. 109-110.

50

b. Banten

Upakara Saraswati sekurang-kurangnya banten Saraswati, sodaan

putih kuning, dan canang selengkapnya.

c. Tirta

Yang dipergunakan hanya Tirta Saraswati yang diperoleh dengan

cara memohon kepada Hyang Surya.23

3. Tatacara pelaksanaannya

a. Menata upakaranya, dan Sang Pinandita penyiapkan diri

b. Sang Pinandita mengucapkan mantra penyucian upakara,

Mantra:

Ong, Jala Sidhi Maha Sakti Sarwa Sidhi Maha Tirtha, Siwa Tirtha

Manggalaya, Sarwa Papa Winasanam, Ong Sriyambhawantu,Sukam

Bhawantu, Purnambhawantu Nama Suaha

c. Kemudian sang Pinandita mengucapkan mantra pengastawa kehadapan

Sang Hyang Siwa Raditya, Kehadapan Sang Hyang Siwa Guru,

kehadapan Sang Hyang Saraswati.

Mantra:

Ang, Ung, Mang, Ong, Yang, Saraswati Parama Sidhi Yenamah

Suaha, Ang,Ung, Mang, Sang Hyang Guru Reka Yenamah Suaha,

Ang, Ung, Mang, Ang, Ah, Sang Hyang Kawiswara Yenamah Suaha.

23 Surhadana, Upawasa, Tapa & Brata Berdasarkan Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2006), h. 80.

51

d. Selanjutnya sang Pinandita memercikkan tirtha bayekawonan, prayascita,

pesucian, penyeneng, rantasan, ke pelinggih kemulan, kemudian pada

lontar atau buku-buku

e. Kemudian sang Pinandita ngaturang ayabannya dengan mengucapkan

mantra (sama seperti yang di depan).

f. Selanjutnya sang Pinandita menuntun persembahyangan bersama dan

sebelumnya memercikkan tirtha bayekawonan, prayascita kepada

masing-masng umat, sampai selesai metirtha memakai wija. Untuk

pelaksanaan yang berikutnya sama seperti yang sudah dijelaskan

didepan.24

Setelah umat selesai melaksanakan persembahyangan, Pada malam harinya ada sebuah kegiatan keagamaan seperti mengadakan malam sastra, dharma tula 25 , membaca kitab kekawin kekidungan, melaksanakan dharma wacana.26 Keesokan harinya pada hari Minggu Pahing Wuku Sinta, secara tattwa dan ethika agama, idealnya memendak amertha yang dianugerahkan oleh Sang

Hyang Saraswati yang berada ditengah samudera disebutkan dengan “Amertha

Kamandalu”. Oleh karena itulah umat Hindu berduyun-duyun datang kelaut untuk memohon amertha tersebut. Atau disebut mebanyu pinaruh27. Tetapi jika dalam situasi dimana tidak terdapat laut atau sungai maka itu dapat diganti dengan

24 I.B. Putu Sudarsana, Ajaran Agama Hindu “Acara Agama” (Denpasar: Yayasan Dharma Acarya, 2003), h. 111-113 25 Diskusi 26 Metode penerangan agama Hindu yang artinya berbicara mengenai ajaran agama atau dharma. Disampaikan pada setiap kesempatan umat Hindu melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan. 27 I.B. Putu Sudarsana, Ajaran Agama Hindu “Acara Agama” (Denpasar: Yayasan Dharma Acarya, 2003), h.114

52

menggunakan tirta yang tentunya sebelumnya sudah didoakan oleh Pinandita.

Tapi untuk di pura Aditya ini mereka tetap melakukan mebanyu pinaruh kelaut.

Pukul 04.00 pagi mereka mulai bersiap untuk menuju tempat melaksanakan mebanyu pinaruh. 28 Setelah selesai kembali lagi ke pura untuk melakukan persembahyangan pagi sebagai pengkukuhhan bahwa telah melakukan bhakti kepada Dewi Saraswati lalu meminum loloh yaitu sebuah jamu. Dengan begitu berakhir sudah pelaksanaan Hari Raya Dewi Saraswati.29

Dari perayaan Dewi Saraswati yang telah dijelaskan di atas Intisari yang dapat di petik adalah, perayaan ini merupakan tanda penghormatan terhadap Dewi

Saraswati yang mana Dewi Saraswati merupakan dewi yang telah memberikan segala ilmu pengetahuan bagi umat-Nya. Selain itu tujuan dari perayaan tersebut adalah menjaga, memelihara, dan mengimplementasikan seluas-luasnya ilmu pengetahuan yang telah diperoleh untuk melahirkan manusia yang berkualitas, terakhir yaitu untuk menyadarkan manusia bahwa hidup tanpa adanya ilmu pengetahuan maka hidup ini akan terasa kosong, kering, dan tidak berarti. 30

28 Pelaksanaan upacara Banyu Pinaruh ke laut atau sebuah danau, sungai adalah pada dauh “Amertha” atau dauh “Biomantra”, sekitar pukul 04:00 pagi, karena pada jam tersebut air masih mengandung kekuatan magisnya (Bio), karena begitu matahari bersinar kekuatan airnya telah tersadap oleh matahari. Makna Banyu Pinaruh sendiri adalah Banyu mengandung makna “Air” dan air dalam pengertian agama adalah “Tirtha”. Sedangkan tirtha sehubungan dengan kehidupan di dunia, memiliki pengertian sebagai “Amertha”. Kata Pinaruh berasal dari kata pinih bermakna “cerdas” (pradnyan). Dengan demikian kata Banyu Pinaruh mengandung makna dan pengertian memohon tirtha sebagai kekuatan Amertha Kepradnyanan (kecerdasan). 29 Wawancara pribadi dengan Bapak Wayan Tantra seorang Asisten Dosen STAH dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020. 30 Wawancara pribadi dengan Bapak Wayan Tantra seorang Asisten Dosen STAH dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

BAB IV ANALISIS EKSISTENSI DEWI SARASWATI DALAM PERSPEKTIF UMAT HINDU

A. Eksistensi Dewi Saraswati dalam Persektif Umat Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun

Dalam tradisi Indonesia belum diketahui secara pasti kapan pemujaan

Saraswati pertama kali dilakukan. Apakah di zaman Jawa Kuno, praktek pemujaan kepada Saraswati sudah ada? Dalam hal ini memang memerlukan penelitian yang lebih mendalam. Namun Saraswati di dalam bingkai agama Hindu yang ditradisikan di Indonesia sangat diagungkan. Hal ini terlihat ketika pemujaan

Saraswati menjadi sangat populer di Indonesia, misalnya pemujaannya dilaksanakan setiap enam bulan sekali, bukan setahun sekali seperti ditradisikan di

India.1

Bagi umat Hindu di Indonesia Dewi Saraswati dikenal sebagai menifestasi

Tuhan sebagai pencipta ilmu pengetahuan. Beliau dipuja sebagai Dewi Saraswati agar memberi ilmu pengetahuan kepada umat-Nya, karena manusia tanpa ilmu pengetahuan hidupnya sia-sia.2 Para rsi (orang suci) selalu menganjurkan agar

1 I.B. Putu Suamba, Saraswati Di Dalam Weda Dan Purana (Bali: Yayasan Dharma Sastra, 2015), h. 105. 2 Wawancara pribadi dengan Bapak Wayan Tantra seorang Asisten Dosen STAH dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

53 54

manusia selalu mencari ilmu pengetahuan untuk menyertai hidupnya semasih hidup di dunia ini.3

Dikutip dari buku Sarasamuscaya dengan Teks Bahasa Sansekerta dan

Jawa Kuna karya I Nyoman Kadjeng berikut arti penting dari pengetahuan dilihat pada sloka berikut :

Canakya Niti Sastra Bab IV. Sloka 5 yaitu :

“Ilmu pengetahuan ibaratnya bagaikan kamadhenu, yaitu yang setiap saat dapat memenuhi segala keinginan. Pada saat orang berada di Negara lain, ilmu pengetahuan bagaikan seorang ibu yang selalu memelihata kita. Orang bijaksana mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kekayaan yang rahasia, harta yang tak kelihatan."

Sebagaimana pula bahwa disebutkan kebodohan adalah musuh dunia, seperti yang tercantum pada Sarasamuscaya sloka 399, yaitu:

”Hanya satulah yang sesungguhnya yang bernama musuh, tak lain hanya kebodohan saja; tidak ada yang menyamai pengaruh kebodohan itu, sebab orangyang dicengkram kebodohan itu, niscaya, ia akan melakukan perbuatan buruk".

Selanjutnya Sarasamuscaya 400, disebutkan bahwa :

“Sebab suka duka yang dialami; pangkalnya adalah kebodohan; kebodohan yang ditimbulkan oleh loba (keinginan hati) itu kebodohan asalnya; oleh karenanya kebodohanlah asal mula kesengsaraan itu".4

3 I Ketut Wiana, Saraswati Sebagai Proses Pendidikan Mencari Makna Ilmu Pengetahuan (Denpasar: Institusi Hindu Dharma Negeri, 2010), h.15.

55

Dewi Saraswati sebagai dewi pemberi ilmu pengetahuan menjadikan sosoknya begitu dikenal dalam agama Hindu. Eksistensinya begitu penting bagi umat melihat peranan dan tugasnya yang berkaitan terhadap hajat banyak manusia. Semua tidak terlepas dengan ilmu pengetahuan. Karna dalam mencari ilmu pengetahuan bukan hanya dalam lima atau sepuluh tahun melainkan sedari kecil hingga tiada. Ilmu pengetahuan begitu penting bagi umat Hindu, hal tersebut dapat dilihat dari ajaran tingkatan kehidupan dalam agama Hindu, yang mana hal tersebut jelas tergambar bahwa umat Hindu selalu membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Tingkatan-tingkatan kehidupan dalam agama Hindu disebut catur asrama. Pada tingkatan kehidupan yang pertama disebut Brahmacari. 5

Brahmacari berasal dari kata brahma dan cari. Brahma memiliki arti ilmu pengetahuan dan cari memiliki arti tingkah laku mencari atau mengejar ilmu pengetahuan. Jadi secara utuh Brahmacari memiliki makna masa dimana manusia hidup dengan tujuan mencari ilmu pengetahuan yang akan digunakan sebagai bekal ia hidup di masa ini dan mendatang.6

I Gusti Kompiyang Suanda selaku Pinandita di Pura Aditya Jaya menambahkan. Eksistensi Saraswati demikian penting bagi kehidupan umat

Hindu, hal ini karena Ia sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dewi

Saraswati sebagai personifikasi Tuhan dalam ilmu pengetahuan bukan hanya

4 Lingga Wardana, “Saraswati dalam Weda (Hindu)” artikel diakses dari https://linggashindusbaliwhisper.com/2012/09/14/saraswati-dalam-weda-hindu/ pada tanggal 16 Juni 2020 pukul 15:17. 5 Wawancara dengan Bapak I Ketut Subrata Pengurus di Pura Aditya Jaya Bid. Kesenian pada tanggal 14 Maret 2020 6 Putu Setia, Suara Kaum Muda Hindu (Jakarta: Yayasan Dharma Nusantara, 1993), h. 78.

56

dapat dipahami sebagai pengetahuan duniawi tetapi juga pengetahuan kerohanian.

Umat meyembahnya dari segala usia, melambangkan ilmu pengetahuan merupakan salah satu intisari dalam kehidupan. Sebagai dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, Dewi Saraswati memberikan penerangan, pencerahan ilmu pengetahuan kepada umat manusia sehingga dunia ini terang oleh api ilmu pengetahuan sehingga manusia menjadi insan di samping berpengetahuan tetapi mempunyai kebijaksanaan (wisdom).7

Sementara itu begitu banyak dan beragamnya perwujudan Dewi Saraswati dalam berbagai ekspresi rasa Bhakti dalam Pengarcaan (ikonografi) Dewi

Saraswati. Dewi ini dikaitkan dengan ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, seni dan kebudayaan. Karena itulah Ia sering dipatungkan dalam wujud seorang dewi yang cantik menghiasi lembaga-lembaga pendidikan. Menilik begitu besar peranan pengetahuan di dalam kehidupan manusia, kata „saraswati‟ sering digunakan untuk menamai suatu lembaga pendidikan, riset atau kesenian. „saraswati‟ juga digunakan sebagai nama seseorang.

Di Bali hampir semua sekolah/perguruan tinggi membangun arca/patung

Saraswati yang ditempatkan di area atau halaman depan sekolah. Tidak hanya

Saraswati, belakangan patung Saraswati disandingkan dengan patung Ganesa seperti telah dilakukan oleh Perguruan Dwijendra di Denpasar.8 Untuk Jakarta,

Pura Aditya Jaya Rawamangun dalam hal ini menjadi satu-satunya pura yang menempatkan patung Saraswati dengan di dampingi patung Ganesa. Hal tersebut

7 Wawancara pribadi dengan Bapak I Gusti Kompiyang Suanda sebagai Pinandita di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020. 8 I Gusti Putu Phalgunadi, Sekilas Sejarah Evolusi Agama Hindu (Denpasar: Universitas Hindu Indonesia Bekerjasama Dengan Widya Dharma, 2006), h. 19

57

dikarenakan lingkungan ditempat pura berada memang dikelilingi oleh sekolah dan perguruan tinggi umat Hindu. maka dari itu dengan penempatan patung

Saraswati di dalam pura selaras dengan fungsi dan peranan Saraswati dengan lingkungan yang terbangun di sekitar pura.9

B. Pemahaman Fungsi dan Peranan Dewi Saraswati Perspektif Umat Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun

Ilmu pengetahuan menurut Hindu sendiri, bukanlah sekedar kesadaran rasio terhadap dunia objek indrawi seperti yang dirumuskan para pakar dari dunia barat dan dunia liberalisme. Ilmu pengetahuan menurut Hindu adalah kesadaran diri yang mendalam terhadap fenomena alam duniawi (sekala) dan fenomena alam surgawi (niskala), aparawidya 10 dan parawidya 11 . Karna itu, ilmu pengetahuan manusia pada dasarnya adalah kesadaran terhadap hubungan manusia dengan Sang Pencipta yang bersifat niskala dan kesadaran terhadap hubungan manusia dengan manusia dan dengan alam semesta yang bersifat sekala. Kesadaran yang pertama terkait dengan parawidya dan kesadaran kedua terkait dengan aparawidya.12

Dewi Saraswati, la semakin terasa penting di saat-saat umat manusia memasuki era moderen, yaitu suatu masa yang dikembangkan di atas kekuatan nalar logika. Pencapaian umat manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

9 Wawancara Pribadi dengan bapak I Ketut Subrata sebagai Pengurus Pura Bidang Kesenian di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020. 10 Merupakan ilmu pengetahuan yang berisi tentang pengetahuan keduniawian. Ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan yang memiliki sifat yang dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman. 11 Ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan kerohanian atau yang biasa disebut dengan Brahma Widya.ilmu pengetahuan yang sifatnya tidak bisa dirubah atau dilekang zaman. 12 Sukadi, “Pengetahuan Menurut Hindu Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Manusia Seutuhnya”, Jurnal Purwadita V. 1 No 1, 2017, h. 19

58

sangat mengagumkan. Dulunya suatu kerja yang mungkin dikerjakan berbulan- bulan bahkan bertahun-tahun baru bisa selesai dan itu pun dikerjalan oleh banyak orang, Namun sekarang bisa dikerjakan dengan sekejap tanpa melibatkan banyak tenaga manusia. Manusia sangat dimanjakan oleh teknologi sehingga ia menjadi kurang perasa, kurang peka dan kurang menghargai esensi yang sangat halus yang ada pada setiap eksistensi.

Ironis memang. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi justru diiringi dengan kemunduran di bidang moral, etika, dan spiritualitas.

Banyak timbul kekerasan dipicu oleh sentimen agama. Ini sangat berbahaya bagi keselamatan dan keberlangsungan peradaban umat manusia. Manusia di zaman ini lebih mengagungkan akal dari pada hati nurani, mereka tumbuh semakin individualistis, hedonis sementara rasa kebersamaan, persaudaraan, gotong royong sudah semakin menipis. Bagi sementara orang beragama dimaknai secara formal saja bukan dijadikan sarana untuk meningkatkan kajatidirian yang sesungguhnya adalah spirit. Banyak juga orang bersembunyi di balik ajaran agama untuk melancarkan maksud-maksud jahatnya.13

Saraswati dengan segala aspeknya senantiasa menarik untuk direnungkan apalagi pada saat-saat menyambut dan menyucikan hari suci Saraswati. pendalaman dan penghayatan makna Saraswati terasa semakin penting dimasa – masa umat manusia dihadapkan dengan berbagai persoalan sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat dan sekularisasi nilai-nilai agama yang semakin menggejala. Pemaknaan tersebut dapat

13 I Wayan Suwena, “Makna Mitos Dewi Saraswati dan Mitos Dewi Durga: Suatu Analisis Struktural” Jurnal Sunari Penjor V.2.No.1 , Maret 2018, h. 13.

59

memberikan inspirasi dan memperkokoh pendakian rohani bagi para penganutnya.14

Maka dari itu di sini akan mencoba memaparkan mengenai bagaimana umat Hindu memahami fungsi dan peran dari Dewi Saraswati bagi kehidupan.

A. Saraswati Sebagai Dewi Kebijaksanaan Dan Pengetahuan

Dewi Saraswati hingga saat ini lebih dikenal dengan Dewi Kebijaksanaan dan Pengetahuan. Agama Hindu mengajarkan bahwa manusia sebagai mahluk Tri

Pramana yang dibekali bayu, sabda dan idep. Bayu adalah kemampuan untuk bergerak tumbuh, berkembang, hidup dan didukung oleh sabda yang memberikan kemampuan untuk berbicara, berkomunikasi serta dimuliakan dengan diberikan idep yang merupakan akal yang memberi kemampuan untuk berpikir dan menentukan yang baik atau salah (wiweka). Agar kehidupan manusia dapat terarah maka di turunkanlah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan di sini adalah keseluruhan dari ilmu-ilmu yang ada baik ilmu keagamaan ataupun sains dan teknologi.15

Dalam Hindu ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagai suatu anugerah. Kemudahan serta kenikmatan yang diberikan oleh hasil pengembangan dari Pengetahuan itu tentunya patut disyukuri sebagai anugerah

Tuhan. Dalam Bhagawad Gita (pancamoweda) bab IV.33 (Darmayasa, 2013:

14 I.B. Putu Suamba, Aspek-Aspek Dewi Saraswati di dalam Kesusastraan Weda dan Relevansinya Sekarang. (Denpasar: Dharmopadesa Pusat, 2004), h.50 15 Wawancara pribadi dengan Bapak I Gusti Kompiyang Suanda sebagai Pinandita di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

60

328) menyatakan persembahan suci melalui ilmu pengetahuan adalah lebih baik daripada persembahan–persembahan suci melalui harta benda. Artinya persembahan (yadnya) ilmu pengetahuan mempunyai posisi tertinggi di antara persembahan-persembahan lainnya. Namun ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam berbagai bidang ilmu bila tidak diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari di mana pun berada akan menjadi terasa tidak ada guna. Sebaliknya, bila ilmu pengetahuan yang dimiliki diimplementasikan pada masyarakat sesuai kebutuhan memberikan sumbangan positif baik duniawi maupun non-duniawi ibarat seekor lembu menyusui (susu= ilmu pengetahuan) anaknya (manusia), dimana lembu itu memberikan susunya kepada anaknya agar anaknya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai tahapannya.16

Selain itu pemujaan terhadap ilmu pengetahuan secara berlebihan dapat menimbulkan sikap hidup yang tidak seimbang. Dikatakan bahwasannya Ilmu agama mengarahkan hidup dan ilmu pengetahuan seperti sains atau teknologi dapat memudahkan hidup. Ketidakseimbangan penerapan ilmu agama dan ilmu umum dalam hidup ini akan dapat menimbulkan kehidupan yang pincang. Untuk membangun sikap hidup yang seimbang, ilmu agama dan ilmu umum harus diaplikasikan secara terpadu dengan posisi dan fungsi yang tepat dan akurat.17

Penekanan prioritas kehidupan pada bidang ekonomi dengan mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) tentunya merupakan hal

16 I Ketut Wiana, Saraswati Sebagai Proses Pendidikan Mencari Makna Ilmu Pengetahuan (Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri, 2010) h. 16 17 Wawancara pribadi dengan Bapak I Gusti Kompiyang Suanda sebagai Pinandita di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

61

yang mutlak. Tanpa Iptek, prioritas pada bidang ekonomi tentunya tidak mungkin bisa berhasil dengan baik. Yang patut diperhatikan adalah mengendalikan dinamika penggunaan Iptek jangan sampai tanpa kendali spiritual agama. Peranan agama dalam hidup ini bermaksud menyangkut aspek spiritual yang dapat memberi arah yang benar, tepat dan akurat.

Seyogianya Iptek itu sebagai alat manusia untuk mensukseskan tujuan hidupnya. Tetapi hidup yang dimanjakan oleh hasil pengembangan Iptek dapat menimbulkan “budaya menerabas” budaya yang menimbulkan sikap hidup yang ingin serba cepat dengan mengabaikan berbagai norma hidup. Untuk mendapatkan kekayaan misalnya, orang yang memiliki peluang akan menggaruk kekayaan dengan mengabaikan norma hukum, etika, dan sopan santun. Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang harus dipelajari agar dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang memanfaatkan teknologi maka tetap harus memperhatikan aspek agama sehingga akan tercapai suatu keseimbangan antara hal mengenai keduniawian dan juga ketuhanan.

Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi agama Hindu selalu mengajarkan agar berpedoman pada kesucian agar ilmu pengetahuan yang dikembangkan senantiasa tidak merusak tatanan kehidupan dan selalu untuk memberi manfaat yang positif bagi umat manusia. Karena bagaimanapun untuk

62

mengejar kesejahteraan lahir bathin yang mencakup artha, kama untuk mencapai moksa tentu kita harus tetap berpegangan ilmu pengetahuan.18

Nah, sekarang adakah dari pemaknaan Saraswati ini mampu mempersempit jurang tersebut. Bagaimana Saraswati mampu menggugah kesadaran diri agar secara perlahan-lahan dan pasti mengembang ke kesadaran yang lebih luas dan kosmik. Memang semestinya setiap kita melaksanakan Puja

Saraswati disertai dengan perluasan kesadaran diri menuju kesadaran universal bahwa pengetahuan sekuler bukanlah segala-galanya, masih ada pengetahuan spiritual (jnana) yang akan benar-benar membawa manusia menuju kebahagiaan baik sekala maupun niskala.19 Pengetahuan sekuler memang dibutuhkan untuk kesejahteraan duniawi (prawrti). Pengetahuan rohani (tattwa jnana) merupakan jalan rohani (niwrti) menuju Yang Maha Tunggal. Saraswati ada di sana sebagai alat dan tujuan hidup umat manusia. Saraswati sebagai Dewi Pengetahuan dan

Kebijaksanaan hendaknya dimaknai lebih dalam lagi di dalam rangka membina diri, keluarga dan masyarakat luas. Dalam masyarakat, bangsa dan negara yang segala aktivitasnya dijiwai oleh nilai-nilai jnana, kesucian yang akan mampu benar-benar membawa kebahagiaan lahir (abhayudaya) dan rohani (nishsreya).20

18 Suprapte Made, “Ilmu Pengetahuan dan Seni dalam Perspekif Hindu“ Makalah Hindu, diakses dari https://www.academia.edu/32356497/ilmu_pengetahuan_dan_seni_dalam_perspektif_hindu.docx , pada tanggal 16 Juni 2020 pukul 20;00. 19 Wawancara pribadi dengan Bapak I Gusti Kompiyang Suanda sebagai Pinandita di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020. 20 Wawancara pribadi dengan Bapak Wayan Tantra seorang Asisten Dosen (STAH) dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

63

B. Saraswati Sebagai Dewi Seni Dan Musik

Sebagai dewi yang berkuasa atas ilmu pengetahuan maka sangat beralasan jika Ia digambarkan sebagai seorang dewi yang mengayomi bidang pembelajaran lain, yaitu sebagai dewi seni dan musik. Seni sebagai penyeimbang antara ilmu pengetahuan dan agama dalam agama Hindu. Dikemukakan bahwasannya seni adalah aktivitas manusia yang terdiri dari karya yang diciptakan dengan keahlian luar biasa seperti tari, lukisan, ukiran dll. Seperti yang dapat dilihat umat Hindu khususnya di Bali mereka sudah dijangkiti oleh perasaan-perasaan seni dan langsung mengalaminya karena dalam kegiatan keagamaan mereka dituntut untuk memerankan seni sesuai dengan konteknya.21

Bagi para penari, budayawan, musisi, pelukis dan seniman umumnya

Saraswati menjadi pusat konsentrasi dan pemujaannya. Mereka memohon anugrah dan karunia-Nya sebelum ia menciptakan suatu karya seni atau sebelum membawakan suatu karya seni. Sebagai seorang dewi yang dihubungkan dengan musik, Saraswati sering digambarkan di dalam seni dan kesusastraan memegang alat musik wina.22

C. Saraswati Sebagai Dewi Kemakmuran

Selain fungsi atau peran dari Dewi Saraswati seperti yang sudah di sebutkan di atas Saraswati memiliki peranan lain yang menjadikannya dewi yang amat penting. Disamping sebagai dewi kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan,

Saraswati juga dikenal dengan dewi kemakmuran / kesuburan. Di dalam Rg-Weda

21 Wawancara pribadi dengan Bapak Wayan Tantra seorang Asisten Dosen (STAH) dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020. 22 Wawancara pribadi dengan Bapak Wayan Tantra seorang Asisten Dosen (STAH) dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

64

ia sering dilukiskan sebagai dewi yang memberikan kekayaan dan kemakmuran.

Air dalam Peradaban Hindu dibangun di atas nilai-nilai air: Mengalir, jemih, menyucikan, membersihkan, menyegarkan, menyuburkan, mengawetkan, menghidupkan dan juga bisa menghancurkan. Sifat-sifat itu ada di dalam air. Air juga bisa berwujud gas, padat dan cair. Sejarah antropologi kebudayaan manusia sejak zaman purba hinga sekarang sangat bergantung Dengan eksitensi air (apah).

Pemukiman-pemukiman, pasraman-pasraman, kerajaan-kerajaan besar biasanya dibangun di pinggir sungai atau dekat dengan air. Kebudayaan Weda yang agung lahir di daerah aliran air. Sapta Sindhu ternyata tempat dimana peradaban Weda bermula. Airnya murni, suci dan menyuburkan. Wilayah-wilayah yang dilalui oleh sungai-sungai ini umumnya subur sehingga orang-orang cendrung bermukim di sepanjang daerah aliran sungai.23 Lembah sungai Sindu juga telah lebih dulu maju di bidang kebudayaan sebelum datangnya bangsa Arya kira-kira 1500 tahun

Sebelum Masehi. Kerajaan-kerajaan besar atau pusat-pusat kekuasaan yang biasanya menjadi pusat kebudayaan lahir di sepanjang sungai-sungai tersebut.

Misalnya Mohenjodaro dan Harappa di tepi sungai Sindu, Delhi di tepi sungai

Yamuna, Allahabad (Prayaga) di Gangga, Yamuna dan Saraswati”, Waranasi

(Benares) di tepi sungai Gangga, Agra16 di tepi sungai Yamuna, dan lain-lain.

Kesusastraan Weda diperkirakan lahir dan berkembang di sekitar tempat-tempat itu. Setelah itu barulah menyebar ke arah Timur dan Selatan hingga. seluruh India

(Bharata) bahkan ke luar India.

23 I.B. Putu Suamba, Saraswati Di Dalam Weda Dan Purana (Bali: Yayasan Dharma Sastra, 2015) , h.27.

65

Dalam konteks Indonesia juga tidak jauh keadaannya. Kerajaan-kerajaan besar seperti Kutai di pinggir sungai Mahakam, Sriwijaya di pinggir sungai Musi,

Tarumanegara di pinggir sungai Ciliwung, Mataram di sekitar sungai Bengawan

Solo. Majapahit di pinggir sungai Brantas, dan lain-lain termasuk di Bali.

Kerajaan Gelgel dekat dengan sungai Unda.24

Pada umumnya Dewi Saraswati adalah dewi ilmu pengetahun, sebagai segala sumber ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan itu sendiri memiliki berbagai macam cabang pengetahuan, baik pengetahuan keagamaan hingga pengetahuan umum. Contoh bahwa pengetahuan merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan manusia seperti dalam hal membina rumah tangga dimana dalam hal ini harus memiliki pengetahuan, pengetahuan apa? Dalam konsepnya pengetahuan difungsikan sebagai penjaga rumah tangga. Dengan pengetahuan maka akan timbul kebijaksanaan dalam mengelola kehidupan rumah tangga yang umumnya terwujud dari pemikiran, perkataan dan tindakan yang selalu mengarah keharmonisan dan kebahagiaan.25

Adapun kepercayaan dari fungsi atau peran Saraswati yang di percayai memiliki peran sebagai dewi kemakmuran dan pemberi keturunan dan kekayaan dalam hal ini semua itu berkaitan terhadap ilmu pengetahuan. Ketika mengharapkan kemakmuran maka harus adanya suatu dasar yaitu adalah ilmu pengetahuan, dengan begitu seseorang dapat mencari kerja karna keilmuan yang dimilikinya. Selain itu mengenai peran dapat memberi keturunan maka dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan. Karna dengan restu Saraswati pengetahuan

24 G Pudja, Weda Parikrama (Jakarta: Mayasari, 1983), h. 207 25 Wawancara pribadi dengan Bapak I Gusti Kompiyang Suanda sebagai Pinandita di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

66

akan mudah dipelajari sehingga meningkatkan kecerdasan seseorang dan mendapat rejeki lebih baik karna profesi yang bisa digelutinya seperti menjadi dokter dan lain-lain. Segala sisi dalam kehidupan sangat melekat terhadap fungsi atau peranan Dewi Saraswati karna dari semua penjelasan di atas hampir dapat dikatakan bahwasannya aspek-aspek dalam kehidupan manusia memiliki relasi yang erat kepada ilmu pengetahuan.26

C. Implementasi Pemahaman Umat Hindu tentang Dewi Saraswati

Dewi Saraswati merupakan dewi yang memiliki peran dan fungsi yang memberikan ilmu pengetahuan. Dengan restu-Nya pengetahuan yang dipelajari akan mudah didapatkan sehingga akan meningkatkan kecerdasan. Maka sembahyang kehadapan Sang Hyang Aji Saraswati, Taksu27 akan selalu menyertai kehidupan. Bagi umat Hindu sembahyang atau ibadat dapat dilakukan bersama- sama atau perseorangan juga dapat dilakukan di pura, rumah atau dimana saja.

Seringkali sembahyang dibedakan dengan doa, doa lebih bersifat spontan dan pribadi, serta umumnya tidak bersifat ritualistik. Meskipun demikian pada hakikatnya aktivitas ini sama, yakni sebuah bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhannya selain itu melaksanakan ritual persembahyangannya beberapa meritualkan kegiatan dengan menerapkan berbagai aturan seperti waktu, tata cara, urutan sembahyang dan benda persembahan atau sesajen. Hal ini biasanya terjadi

26 Wawancara pribadi dengan Bapak I Gusti Kompiyang Suanda sebagai Pinandita di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020. 27 Taksu adalah pancaran sakti atau energi maya sebagai kekuatan kharisma yang secara gaib dapat masuk kedalam diri seseorang yang mempengaruhi Tri Pramana (sabda,bayu,idep). Pengaruh tersebut bisa terjadi pada pola fikir, berbicara maupun tingkah laku seseorang.

67

di pura karna dalam hal ini bersembahyang di pura memang pasti sudah memiliki aturan tersendiri.28

1. Persiapan sembahyang

Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin.

Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan. Termasuk dalam persiapan lahir pula ialah sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-Iangkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:

a. Bunga dan kawangen : adalah lambang kesucian, karena itu perlu

diusahakan bunga yang segar, bersih dan harum. Jika pada saat

sembahyang tidak ada kawangen, maka dapat diganti dengan bunga

(kemabang).

b. Dupa : Apinya dupa adalah simbol Sang hyang Agni, yaitu saksi

dan pengantar sembah kita kepada Hyang Widhi, sehingga disamping

sarana-sarana lain dupa ini juga perlu di dalam sembahyang.

c. Tirtha : Air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara

tertentu dan disebut dengan Tirtha Wangsuh Pada Hyang Widhi (Ida

Betara). Tirtha dipercikan di kepala, diminum dan dipakai mencuci

28 Wawancara dengan Bapak I Ketut Subrata Pengurus di Pura Aditya Jaya Bid. Kesenian pada tanggal 14 Maret 2020.

.

68

muka. Hal ini dumaksudkan agar pikiran dan hati kita menjadi bersih

dan suci yaitu bebas dari segala kotoran , noda dan dosa, kecemaran

dan sejenisnya.

d. Bija atau Wija : Adalah Lambang Kumara yaitu putra atau bija

Bhatara Siwa. Kumara ini adalah benih ke-Siwaan yang bersemayam

di dalam diri setiap orang. Dengan demikian "Mawija" (Mabija)

mengandung pengertian menumbuhkembangkan benih keSiwaan

yang bersemayam didalam diri kita. Benih itu akan bisa tumbuh dan

berkembang apabila ditanam di tempat yang bersih dan suci, maka itu

pemasangan Bija(Wija) dilakukan setelah metirtha.29

2. Urutan-urutan sembah

Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku adalah seperti berikut ini:

Sebelum melaksanakan sembahyang, lakukan dulu TriSandya. Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa. Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:

Om Ang Ung Mang Puspa Danta Ya Namah Swaha

Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.

29 Suhardana, Pedoman Sembahyang Umat Hindu (Surabaya: Paramita, 2004), h. 13-15

69

Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian.

Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan. Sarana kawangen Ista Dewata artinya Dewata yang diingini hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista Dewata adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma, Visnu, Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja ialah Dewi Saraswati dengan Saraswati Stawa. Untuk bersembahyang pada hari

Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya:

Om Saraswati Namas Tubhyam Warade Kama Rupini Siddharambham

Karisyami Siddhir Bhawantu Me Sada

Artinya: Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba Iakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.30

Selain itu terdapat doa-doa yang dipanjatkan memohon agar terkabulnya suatu keinginan. Berdoa adalah sesuatu hal yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja bahkan ketika berada di perjalanan dan tempat lainnya. Seperti saat ingin melakukan sebuah tes perguruan tinggi berdoa dapat di lakukan di perjalanan.31 Doa begitu penting karena menunjukkan bahwa hal tersebut adalah suatu yang di harapkan. Ilmu pengetahuan dalam hal ini,merupakan salah satu

30 Suhardana, Pedoman Sembahyang Umat Hindu (Surabaya: Paramita, 2004), h. 75 31 Wawancara pribadi dengan Thania Parameswari seorang mahasiswi dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

70

unsur penting dalam kehidupan. Berikut beberapa doa yang di panjatkan memohon anugrah dari Dewi Saraswati sebagai manifestasi ilmu pengetahuan.

Doa mohon bimbingan Tuhan:

Om Asato mà sadyamaya

tamaso mà jyotir gamaya

mrtyor mà amrtam gamaya.

Om agne brahma grbhniswa

dharunama syanta riksam drdvamha

brahmawanitwa ksatrawani sajàta

wanyu dadhami bhratrwyasya

wadhyàya.

Artinya:

“Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar

menuju yang benar. Bimbinglah hamba dari kegelapan pikiran menuju

cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari kematian

menuju kehidupan yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci, terimalah pujian

yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan kembangkanlah

pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang

ada pada hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada

dalam setiap insani (jiwatman), menolong orang terpelajar pemimpin

negara dan para pejabat. Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan

anugrah kekuatan kepada hamba”.

Doa mohon inspirasi:

71

Om prano Dewi Saraswati

wàjebhir wàjiniwati

dhinam awiñyawantu.

Artinya:

“Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung dan

Maha Kuasa, semoga Engkau memancarkan kekuatan rohani, kecerdasan pikiran, dan lindungilah hamba selama-lamanya”.

Doa mohon dianugrahi kecerdasan dan kesucian:

Om pàwakànah Saraswati

wàjebhir wàjiniwati

yajñam wastu dhiyàwasuh.

Artinya:

“Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi Saraswati. Yang Maha Suci,

anugrahilah hamba kecerdasan. Dan terimalah persembahan hamba ini”.32

Dalam memohonkan keinginan terhadap Dewi Saraswati agar tercurah anugrahnya maka dalam melakukan pemujaan hendaknya melaksanakan sembah sujud dan bhakti dengan tulus dan ikhlas secara berkesinambungan. Selain itu memiliki niat yang baik, jangan memohonkan sesuatu untuk keburukan orang lain. Karna dengan niat yang baik dan hati tulus kitapun akan memperoleh tuntunan, pertolongan, dan perlindungan-Nya.33

32 Putu Setia, Doa Sehari-Hari Menurut Hindu (Denpasar: PT. Pustaka Manikgeni, 1994), h.29 33 Wawancara pribadi dengan Ary Wiwekanda seorang mahasiswa dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua penjelasan yang sudah penulis paparkan dari bab-bab sebelumnya maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berkut:

Dewi Saraswati dilambangkan dengan mitologi Hindu sebagai pasangan dari dewa Brahma, pencipta dari jagat raya. Dewi Saraswati disebutkan di dalam kitab-kitab suci Weda juga disebutkan keberadaannya di dalam pustaka Purana.

Di dalam kesusastraan Weda, Dewi Saraswati dipahami sebagai kekuatan Tuhan dalam manifestasinya sebagai dewi sungai, dewi kemakmuran, atau vitalitas kehidupan. Kemudian ada perkembangan pemahaman lain, seperti Saraswati sebagai dewi ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesenian, dan sebagainya.

Di Indonesia peranan ataupun fungsi dari Dewi Saraswati lebih dikenal sebagai dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Dewi Saraswati dipuja oleh semua orang yang tertarik pada pengetahuan, terutama siswa, guru, cendikiawan, dan ilmuwan. Pendalaman dan penghayatan makna Saraswati terasa semakin penting di masa-masa umat manusia dihadapkan dengan berbagai persoalan dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat dan sekulerasasi nilai-nilai agama yang semakin menggejala. Pemaknaan tersebut dapat memberikan inspirasi dan memperkokoh pendakian rohani para penganutnya.

72 73

Hal ini yang menjadikan keeksistensian dari Dewi Saraswati demikian penting bagi kehidupan umat Hindu, Ia sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dewi Saraswati sebagai personifikasi Tuhan dalam ilmu pengetahuan bukan hanya dapat dipahami sebagai pengetahuan duniawi tetapi juga pengetahuan kerohanian. Umat meyembahnya dari segala usia, melambangkan ilmu pengetahuan merupakan salah satu intisari dalam kehidupan. Sebagai dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, Dewi Saraswati memberikan penerangan, pencerahan ilmu pengetahuan kepada umat manusia sehingga dunia ini terang oleh api ilmu pengetahuan sehingga manusia menjadi insan di samping berpengetahuan tetapi mempunyai kebijaksanaan.

Dewi Saraswati sebagai dewi pemberi ilmu pengetahuan menjadikan sosoknya begitu dikenal dalam agama Hindu. Eksistensinya begitu penting bagi umat melihat peranan dan tugasnya yang berkaitan terhadap hajat banyak manusia. Semua tidak terlepas dengan ilmu pengetahuan. Karna dalam mencari ilmu pengetahuan bukan hanya dalam lima atau sepuluh tahun melainkan sedari kecil hingga tiada.

Dalam memohonkan keinginan terhadap Dewi Saraswati agar tercurah anugrah-Nya maka dalam melakukan pemujaan hendaknya melaksanakan sembah sujud dan bhakti dengan tulus dan ikhlas secara berkesinambungan. Selain itu memiliki niat yang baik, jangan memohonkan sesuatu untuk keburukan orang lain. Karna dengan niat yang baik dan hati tulus kitapun akan memperoleh tuntunan, pertolongan, dan perlindungan.

74

B. Saran

Dewi Saraswati adalah salah satu dewi di dalam agama Hindu yang memiliki tingkat kepopularitasan tinggi. Eksistensinya begitu penting dalam kehidupan umat Hindu. Ada banyak hal menarik lainnya yang dapat diteliti mengenai Dewi Saraswati. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa salah satu kendala terbesar adalah mengenai kurangnya buku-buku yang membahas Dewi

Saraswati secara lebih mendalam sehingga mengakibatkan ada beberapa hal yang masih dirasa kurang dalam penulisan ini.

Menyadari dengan masih banyaknya kekurangan dalam penulisan ini, maka besar harapan penulis untuk kedepannnya akan ada para peneliti-peneliti lainnya yang membahas mengenai Dewi Saraswati secara lebih mendalam dan detail. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya hal menarik yang dapat di kaji dan diteliti mengenai Dewi Saraswati.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, M. Sayuthi. Metodologi Penelitian Agama . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Ardhana, I. B. Suparta. Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia. Surabaya: Paramita, 2002.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Cudamani, Materi Kuliah Agama Hindu Di Perguruan Tinggi Umum Jakarta: Ditjen Bimas Hindu dan Buddha, Departemen Agama R.I.

Daradjat, Zakiah. Perbandingan Agama. Jakarta: Bumi Aksara, 1996

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka, 1990.

Faisal, Sanapiah. format-format penelitian sosial . Jakarta: Rajawali, 1992.

Harshananda, Svami. Dewa-Dewi Hindu. Penerjemah I Wayan Maswinara Surabaya: Paramita, 2007.

Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya Ghalia Indonesia: Bogor, 2002

Huijbers, DR. Theo. Filsafat Hukum . Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Keene, Michael. Agama-Agama Dunia Penerjemah F.A. Soeprapto . Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Khotimah, Agama Hindu Dan Ajaran-Ajarannya. Pekanbaru-Riau: Daulat Riau, 2013.

Kuswana, Dadang. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Nasution, Harun Teologi Islam (ilmu kalam) . Jakarta: UI Press, 1978, cet. I

Pandit, Bansi. Pemikiran Hindu Penerjemah Iga Dewi Paramita . Surabaya: Paramita, 2003.

75 76

Patra, Made Susila. Hubungan Seni Bangunan Dengan Hiasan Dalam Rumah Tinggal Adat Bali. Jakarta: Balai Putstaka, 1992.

Phalgunadi, I Gusti Putu. Sekilas Sejarah Evolusi Agama Hindu. Denpasar: Universitas Hindu Indonesia Bekerjasama Dengan Widya Dharma, 2006.

Pudja G , Weda Parikrama. Jakarta: Mayasari, 1983.

Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.

Setia, Putu. Doa Sehari-Hari Menurut Hindu. Denpasar: PT. Pustaka Manikgeni, 1994.

Setia, Putu. Kebangkitan Hindu Menyongsong Abad Ke-21. Jakarta: Pustaka Manikgeni, 1993.

Singh, Dharam Vir. Hinduisme Sebuah Pengantar. Penerjemah I.G. A. Dewi Paramitha. Surabaya: Paramitha, 2006.

Suamba, I.B. Putu. Ajaran Agama Hindu “Acara Agama”. Denpasar: Yayasan Dharma Acarya, 2003.

Suamba, I.B. Putu. Aspek-Aspek Dewi Saraswati di dalam Kesusastraan Weda dan relevansinya sekarang. Denpasar: Dharmopadesa Pusat, 2004.

Suamba, I.B. Putu. Saraswati Di Dalam Weda Dan Purana. Bali: Yayasan Dharma Sastra, 2015.

Subramaniam, Kamala. Ramayana Penerjemah I Gede Oka Sanjaya. Surabaya: Paramita, 2001.

Sudjarwo dan Basrowi, Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju, 2009.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Aflabeta, 2016

Sukardji, K.. Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya. Bandung: Angkasa, 1993.

Surhadana, Upawasa, Tapa & Brata Berdasarkan Agama Hindu. Surabaya: Paramita, 2006.

Titib, I Made. Teologi Dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita, 2003.

Titib, I Made dan I Made Sujana dkk. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dharma Wacana. Surabaya: Paramita, 2005.

77

Walgito, Bimo. Psikologi Sosial Suatu Pengantar . Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 2004.

Wiana, I Ketut. Saraswati Sebagai Proses Pendidikan Mencari Makna Ilmu Pengetahuan. Denpasar: Institusi Hindu Dharma Negeri, 2010.

Zakiah Daradjat, dkk. Perbandingan Agama . Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Jurnal

Dian Ekawati, Eksistensialisme. Jurnal Tarbawiyah Vol 12, No. 1, 2015.

I Gusti Ngurah Wiras Hardy dan Aplimon Jerobsoif. Makna Simbolis Kori Agung

dalam Kehidupan Ritual Masyarakat Hindu di Bali. Jurnal Gewang Vol.2,

No. 1, 2020.

I Wayan Suwena, Makna Mitos Dewi Saraswati Dan Mitos Dewi Durga: Suatu

Analisis Struktural. Jurnal Sunari Penjor Vol.2.No.1, 2018.

Sukadi, Pengetahuan Menurut Hindu Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan

Manusia Seutuhnya. Jurnal Purwadita Vol.1. No. 1, 2017

Wayan Sayang Yupardhi, Saraswati Puja Dalam Kehidupan Beragama Umat

Hindu. Jurnal Pangkaja Vol.2. No.5, 2017.

Website

Agung Joni, Sarawati Dewi Pengetahuan, artikel ini di akses pada tanggal 3 oktober 2017 dari https://blibali.com/2017/02/22/dewi-saraswati-dewi- ilmu-pengetahuan/

Baliberkaya.com, Mitologi Dewi Saraswati, artikel ini diakses pada tanggal 3 oktober 2017 dari https://baliberkarya.com/index.php/read/2017/01/21/201701210004/Ini- Mitologi-tentang-Dewi-Saraswati.html.

Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia, Pemujaan Saraswati dalam Tradisi Weda dan Sastra Hindu, artikel ini diakses pada tanggal 2 Juni

78

2020 dari https://kmhdi.org/2010/02/pemujaan-saraswati-dalam-tradisi- weda-dan-sastra-hindu/ .

Lingga Wardana, Saraswati dalam Weda (Hindu), artikel ini diakses pada tanggal 16 Juni 2020 dari https://linggashindusbaliwhisper.com/2012/09/14/saraswati-dalam-weda- hindu/ .

Okanilla, Sejarah Pura Aditya Jaya, artikel ini diakses pada tanggal 16 September 2017 dari http://adityatemple.net/?page_id=9.

Parisada Hindu Dharma Indonesia, Saraswati Dalam Kesusastraan Weda, artikel ini diakses pada tanggal 1 Juni 2020 dari https://phdi.or.id/artikel/dewi- saraswati-dalam-kesusastraan-weda.

Suprapte Made, Ilmu Pengetahuan dan Seni dalam Perspekif Hindu, Makalah Hindu, diakses pada tanggal 16 Juni 2020 dari https://www.academia.edu/32356497/ilmu_pengetahuan_dan_seni_dalam _perspektif_hindu.docx .

Juru Sapuh, Dewi Saraswati dalam Kesusastraan Weda, artikel ini diakses pada tanggal 1 Juni 2020 dari https://jurusapuh.com/dewi-saraswati-dalam- kesusastraan-weda/.

Sumber Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Bapak I Gusti Kompiyang Suanda sebagai Pinandita di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

Wawancara Pribadi dengan Bapak I Ketut Subrata sebagai Pengurus Pura Bidang Kesenian di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

Wawancara pribadi dengan Saudari Thania Parameswari seorang mahasiswi dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

Wawancara pribadi dengan Bapak Wayan Tantra seorang Asisten Dosen STAH dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

Wawancara pribadi dengan Bapak I Ngurah Udiyana sebagai Pengurus Pura Bidang Sarana dan Prasarana di Pura Aditya Jaya, tanggal 16 September 2017.

Wawancara pribadi dengan Saudara Satya seorang mahasiswa dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

79

Wawancara pribadi dengan Saudara Ary Wiwekananda seorang mahasiswa dan umat di Pura Aditya Jaya pada tanggal 14 Maret 2020.

80

LAMPIRAN-LAMPIRAN

■■■ ― 選Ⅷ 冊冊皿螢 ullロ FAKUELS USHULUDDIN

Tё lp.:(021)7493677,7401925,Fax:(021)7493579 」ln.lr.H.Juanda No.95 Ciputat 15412,indonesia www.ushuluddin.uinikt.ac.id;Email:humas.ushuluddinc)uinjkt.ac.id SURAT TU Nomor:B-1427/F。 3/1CIⅥ 。01.3/12/2019

Dekan Fakultas Ushuluddin UIN SyarifHidayatullah Jakarta,dengan ini menugaskan kepada:

Nama : Syaiful Azmi, MA Status :Dosen Tetap

Untuk menjadi Pembimbing Skripsi Mahasiswa:

Nama :Nevartani Kurbin NIM : 1113032100038 Jurusan : Studi Agama― Agama Judul Skripsi : "Eksistensi Dewi Saraswati Dalam Perspektif Umat Hindu di Pura Aditya Jaya Rawamangun"

Denlikian Surat Tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dengan sungguh― sungguh dan penuh rasa tanggungjawab.

Jakarta, 19 Desember 2019 aono Dekan, Wakil Bidang

NIP,19650424 1995031001 KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITASISLAM NEGERI(UIN) ■■■ SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ullロ― FAKUETAS USHULUDDIN Telp.:(021)7493677,7401925,Fax:(021)7493579 」ln.lr.H.Juanda No.95 Ciputat 15412,indonesia wwlrv.ushuluddin.ui可 kt.ac.id;Email:[email protected] id

Nomor : B- 1426 /F3/PP. 00.9/1212019 Jalcarta,19 Desember 201ソ Lamp. : 1 (satu) Proposal SkriPsi Hal : Permohonan Bimbingan SkriPsi

Kepada Yth. Bapak Syaiful Azmi, MA

Di Tempat

As s alamualaikum Wr. Wb. Bersama ini kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk membimbing penulisan skripsi mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

Nama Nevartani Kurbin NIM r1t30321 0003 8 Jurusan Studi Agama-Agama Judul Skripsi "Eksistensi Dewi Saraswati Dalam Perspektif Umat Hindu di

Pura Aditya J ay a Rawamangun"

Masa bimbingan skripsi ini berlangsung selama enam bulan sejak dikeluarkannya surat ini (Sesuai buku Pedoman Bimbingan Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Demikianlah surat permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

Was s alamualaikum Wr. Wb.

a.n. Dekan, Ketua Prodi Studi Agama-Agama

IP。 ■97103101997031005 81

IDENTITAS INFORMAN

Nama : I Gusti Kompiyang Suanda

Jabatan: Pinandita Pura Aditya Jaya Rawamangun

1. Apa peranan atau tugas Dewi Saraswati dalam Agama Hindu ?

Adapun konsep ketuhanan dalam agama Hindu adalah begini, Tuhan itu satu tunggal. Tuhan Kalau di tempat anda Allah, sedangkan kami menyebutNya Sanghyang Widhi itu satu dialah sang pencipta. Tuhan Ialah sang pencipta maha tahu maha segalanya. Tetapi dalam Hindu ketika Tuhan ingin menciptakan bumi, diciptakan bumi dalam penciptanya itu beliau disebutnya Brahma, lalu setelah bumi ini tercipta tidak boleh di tinggal begitu saja lalu siapa yang akan memelihara bumi maka beliau berwujud menjadi Wisnu yaitu sebagai dewa pemelihara. Lalu setelah kehidupan berkembang dan terasa sesak karna terus bertumbuhnya kehidupan di bumi ini maka dalam hal ini bagi yang umur-umur yang sudah tidak produktif itu di reinkarnasi di perlino dilebur maka dalam hal ini tugas tersebut ada pada dewa Siwa.

Selain itu mengenai penciptaan. Tuhan dalam penciptaanya yang pertama-tama adalah Bumi. Setelah adanya Bumi mau diapakan? Maka untuk itu diciptakan binatang, tetapi dalam hal ini binatang itu hanya dapat bergerak (bayu) karna tidak memilik akal maka bumi ini tidak bisa tertata, selain itu binatang rakus iya dan lain hal. Akhirnya diciptakan binatang yang dapat bersuara, agar dapat mengkomando teman-temannya itu namanya sabda seperti sapi, kambing dsb. Tetapi karna melihat hal tersebut hanya dapat bergerak dan dapat bersuara kalau seperti itu terus dia nggak punya akal maka baru diciptakan manusia. Manusia punya sifat bayu (bergerak) punya sabda (suara) punya idep (berpikir). Sudah komplit

ciptaan Tuhan kan begitu. Sekarang manusianya diapakan karna kalau begitu terus maka sia-sia untuk dapat mengatur kehidupan. maka agar kehidupannya terarah maka untuk itu diturunkanlah suatu tuntunan yaitu ilmu pengetahuan. Baik mengenai teknik atau geologi apapun itu namanya semua termasuk ke dalam pengetahuan. Untuk hal ilmu pengetahuan disimpulkan kepada Dewi Saraswati.

2. Apa makna simbol-simbol dari Dewi Saraswati?

Supaya bisa tertarik umat itu belajar dengan ilmu pengetahuan maka disimbolkan dengan Dewi Saraswati. Dewi yang cantik dan elegan. Dewi Saraswati membawa Wina (gitar) melambangkan musik alunan suara merdu irama-irama, membawa genitri (tasbih) di bawahnya ada angsa simbol kecerdasan. Dalam hal ini angsa walaupun dia berada di lumpur tetapi belum tentu lumpur yang dimakan tetap yang dia makan adalah sari-sari nya saja makanya itu melambangkan hewan paling suci di kita. Bunga Teratai sendiri itu Padma. Padma itu keteguhan sama dengan sikap kita saat sembahyang, ibarat duduk di atas teratai itu sendiri dengan sikap Padmasana. Dalam penggambaran terkadang memiliki perbedaan namun hal tersebut bukan suatu hal yang dipermasalahkan karna dalam hal ini yang penting unsur-unsur intinya ada selain itu juga karna hal tersebut merupaka seni. Karna dalam ajaran Weda tattwa itu ada sundram (seni) ada falsafat cara menyuguhkan. Maka dari itu orang bali membuat sesajen itu seperti janurnya diukir agar dapat indah dipandang. Kita selalu menampilkan simbol-simbol untuk menarik naluri kita, menarik inspirasi kita untuk mencapai-Nya.

3. Mengapa Dewi Saraswat begitu di Puja oleh Umat Hindu?

Seperti yang diketahui bahwa tugas Dewi Saraswati sendiri dalam agama Hindu adalah dewi ilmu pengetahuan pada umumnya. Hal tersebut sangat berkaitan dalam kehidupan manusia. Maka hal tersebut menjadikan

keberadaan dari Dewi Saraswati itu sendiri sangat penting bagi kehidupan umat Hindu. Dalam hal ini sumber-sumber ilmu pengetahuan bermacam- macam. Kita membina rumah tangga juga membutuhkan pengetahuan. ilmu itu tidak terbatas dan akan terus dipelajari sampai kapanpun. Adapun pernyataan bahwa peran atau tugas Saraswati juga berhubungan dengan memberi keturunan atau kemakmuran dalam hal ini kembali lagi makna yang dimaksud adalah karna ilmu pengetahuan itu sendiri. ilmu pengetahuan di sini dalam artian yang luas bukan hanya punya pengetahuan teknik ataupun kimia bukan tetapi mencakup segala pengetahuan yang ada. menyatakan bahwa Dewi Saraswati juga dia yang bijaksana, bijaksana dalam artian seperti apa sih? kita sebagai umat ingin memuja Dewi Saraswati tentu kita punya kebutuhan-kebutuhan, dalam hal ini biasanya kita pastinya yang berhubungan mengenai ilmu pengetahuan. di sinilah Dewi Saraswati sama seperti ibu kita. Apa yang anda minta dengan cara tulus pastinya seorang ibu akan bijak memberikan. Dan disitulah maknanya.

4. Bagaimana agar mendapat anugrah dari Dewi Saraswati?

Memohon dengan berdoa dan sembahyang pastinya. erdoa agar mendapat anugerahnya ataupun agar terkabulnya doa-doa kita maka kita boleh saja memohon ini itu boleh tapi yang menentukan itukan Tuhan. Syaratnya ketulusan tulus ikhlas apapun yang kita mohonkan. Tentu juga yang dikasih itu tidak seperti maaf seperti Kata orang banyak anda akan mendapatkan ini anda akan begini, Tidak semudah itu tentu kita perlu ada usaha. nggak mungkin dari sekolah agama harus bisa nyembuhin orang. Maka dari itu permintaan kita jangan neko-neko harus sesuai .

IDENTITAS INFORMAN

Nama : I Ketut Subrata

Jabatan : Pengurus Pura Aditya Jaya Rawamangun (Bid. Kesenian)

1. Apa peranan dari Dewi Saraswati dalam Agama Hindu ?

Sebenarnya ada beberapa pandangan mengenai peran atau tugas Dewi Saraswati. Namun pada kenyataannya seperti di Indonesia salah satu peranan atau fungsinya yang paling umum diketahui adalah sebagai dewi yang memberikan wahyu ilmu pengetahuan dewi kebijaksanaan.

2. Apa makna simbol-simbol dari Dewi Saraswati?

Mengenai pemaknaan simbol-simbol yang menempel pada penggambarannya semua merujuk terhadap fungsi dan peranan yang disematkan kepadanya. Seperti bertangan empat dengan memegang buku sebagai lambang ilmu pengetahuan, wina sebuah alat music yang mana berhubungan dan menyatakan bahwa pengetahuan yang diemban dalam hal ini bersifat universal mencakup segala pengetahuan yang ada.

3. Mengapa Dewi Saraswat begitu di Puja oleh Umat Hindu? Di Hindu Dewi Saraswati memang paling paling populer karena dia dijadikan sebagai Tuhan sebagai pemberi pencerahan ilmu pengetahuan karena orang dari lahir sampai meninggal pun pasti belajar “long life education”. Segala kehidupan ini memiliki kesinambungan terhadap ilmu pengetahuan. Ketika kita mau menjadi kaya atau makmur selain bekerja keras harus dengan doa dan salah satunya memilik pengetahuan. Baik bercita-cita menjadi apapun profesi tersebut pengetahuan adalah suatu hal mutlak harus di miliki maka dari itu sosok

Dewi Saraswati sangat digandrungi apalagi untuk para pelajar dan lain- lain. 4. Bagaimana agar mendapat anugrah dari Dewi Saraswati?

Dalam memohonkan anugrah dari Dewi Saraswati tentunya kita berdoa tapi jangan emosional, berdoa memohon kepada Tuhan ya Dewi Saraswati berikanlah saya ilmu yang bermanfaat untuk saya. Jangan terlalu menggunakan kalimat-kalimat negative seperti Ya Tuhan berikanlah saya ilmu pengetahuan agar bisa kaya, di hormati atau di kagumi jangan terlalu seperti itu. Gunakanlah kata-kata yang baik. Untuk melakukan doa dapat dimana saja. mau di pesawat atau dimanapun itu. Boleh menggunakan bahasa apapun saat berdoa karna Tuhan maha kuasa maha tau. Ada orang bisupun Tuhan dapat mengerti. Yang terpenting miliki niat. Melakukan sembahyang jika tidak dapat ke pura melakukan di rumah juga bisa. Di rumah ada altarnya jika tidak ada saya sembahyang di kamar aja nggak pakai bunga tidak papa yg penting ada niat. Berbeda jika di pura. Sembahyang ada aturannya harus pakai sinteng, ada air suci karna pura merupakan suatu tempat yang sudah di berikan aturan standar .

IDENTITAS INFORMAN

Nama : I Gusti Ngurah Udiyana

Jabatan : Pengurus Pura Aditya Jaya Rawamangun (Bid. Sarana dan Prasarana)

1. Apa peranan dari Dewi Saraswati dalam Agama Hindu ?

Dewi Saraswati saat ini lebih dikenal sebagai Dewi Pengetahuan dan

kebijaksanaan. Hal-hal yang berkaitan mengenai pengetahuan dalam

hal ini semua merujuk kepada Dewi Saraswati sebagai pemiliki seluruh

pengetahuan yang ada.

2. Apa makna simbol-simbol dari Dewi Saraswati?

Simbol-simbolnya jika dilihat seperti di pura bertangan empat masing-

masing menggenggam benda seperti buku, Padma, dan wina. Serta ada

angsa dan merak. Wina melambangkan ilmu seni, buku melambangkan

pengetahuan, Padma bunga suci yang melambangkan ilmu pengetahuan

ialah suci. Angsa itu bijak karna meski hidup di lumpur tetapi tidak

memakannya dan memilah milah, merak melambangkan kewibawaan.

3. Mengapa Dewi Saraswat begitu di Puja oleh Umat Hindu?

Seperti yang terlihat disini pura yang bersampingan dengan beberapa

sekolah Hindu, banyak dari para pelajar dan murid-murid yang berdoa

kepada Dewi Saraswati atas fungsinya sebagai dewi ilmu pengetahuan.

Hal-hal yang berkaitan mengenai hal tersebut umat selalu memohonkan

kepada Dewi Saraswati. Maka tidak heran jika Saraswati begitu dipuja,

terlebih lagi ilmu pengetahuan meresapi di setiap kehidupann dan

aktivitas manusia, maka wajar jika Saraswat menjadi dewi yang begitu

di puja.

4. Bagaimana agar mendapat anugrah dari Dewi Saraswati?

Tentu dengan berdoa. Doa memohon atas ilmu pengetahuan kepada

Dewi Saraswati. biasanya untuk melakukan hal ini saya melakukan

dimana saja tidak mesti harus ke pura karna pada hakikatnya tuhan ada

di mana-mana.

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Wayan Tantra

Jabatan : Asisten Dosen STAH

1. Apa peranan dari Dewi Saraswati dalam Agama Hindu ?

Jika dirunut dari awal mula sejarahnya yaitu berdasarkan yang tertulis

dari kitab Weda, Dewi Saraswati merupakan dewi sungai, dewi pemberi

kemakmuran akibat dari pengertiannya yaitu dewi sungai. Lalu

berkembang dan mulai banyak ditemukan mengenai kisah-kisahnya

yang memberikan pengetahuan maka pada akhirnya seperti yang

dikenal saat ini yaitu dewi ilmu pengetahuan.

2. Apa makna simbol-simbol dari Dewi Saraswati?

Banyak pemggambaran untuk-Nya. Dari mulai penggambaran sebagai

dewi yang menawan sampai elegan disematkan dalam menggambarkan

seorang Dewi Saraswati. tentunya hal ini karna beliau merupakan

representasi dari ilmu pengetahuan dimana agar umat dapat tertarik

terhadap ilmu pengetahuan makan Dewi Saraswati sebagai perannya

yaitu dewi ilmu pengetahuan digambarkan yang sedemikian. Seperti

adanya buku dan bunga ditangan sang dewi. Terlihat di tangan depan

memegang wina. Wina dalam hal ini melambangkan ilmu pengetahuan

tentang kesenian.

Agama dan seni adalah dua hal yang sangat dekat. Masing-masing

memiliki kedudukan dalam kehidupan. Dikatakan oleh bapak Wayan

bahwasannya agama memiliki kedudukan yang lebih mulia tentunya

dari seni, namun keduanya memiliki hubungan yang erat dalam

kehidupan. Seni adalah suatu kesanggupan dari akal manusia dalam hal

cipta kegiatan rohani dan juga pisik untuk menghasilkan suatu yang

artistik. Sedangkan agama adalah sebuah sistem dalam hal ini sebagai

pedoman berkehidupan dan juga mengenai peribadatan terhadap Tuhan.

Kehidupan di dunia ini disadari atau tidak membutuhkan hal-hal yang

berkaitan dengan keindahan. Sedangkan ditinjau dari sudut agama

dalam hal ini agama Hindu maka pandangan kesenian diikat dengan

nilai-nilai spiritual ketuhanan sesuai dengan ajaran agama. Masyarakat

Hindu membagi kesenian menjadi dua fungsi pertama, seni sakral yang

berkaitan dengan persembahan kepada Tuhan seperti, rejang dewa,

pretima, arca, dan lain-lain. Kedua, kesenian bebali yang bersifat

hiburan, tari sambutan, kreasi, barong dan lain-lain.

3. Mengapa Dewi Saraswat begitu di Puja oleh Umat Hindu?

Ilmu pengetahuan sesuatu yang dicari semua orang. Baik anak-anak

bahkan orang tua sekaligus. Hal tersebut menjadikan tingkat pemujaan

dewi saraswati sangat tinggi bagi para umat yang dalam hal ini sedang

dalam masa memohonkan anugrah Dewi Saraswati mengenai ilmu

pengetahuan. Selain itu kehidupan ini seperti ang kita ketahui terus

berkembang, begitu juga dengan ilmu pengetahuan. Banyak hal yang

memudahkan kita karna adanya ilmu pengetahuan. Menyikapi hal

tersebut umat memohonkan kepada-Nya sebuah ilmu pengetahuan

sebagai salah satu bekal hidup agar dapat menjalani kehidupan dengan

memiliki kemampuan sehingga tidak terombang ambing dengan

keadaan dunia seperti saat ini. Berdoa memohon ilmu yang baik serta

bermanfaat adalah hal yang saat ini harus sering didengungkan agar

kehidupan dapat dijalani dengan baik dan maksimal.

4. Bagaimana agar mendapat anugrah dari Dewi Saraswati?

Doa, sembahyang adalah salah satu cara mendapatkan anugrah dari

tuhan yang maha esa dalam hal ini dari personifikasinya yaitu Dewi

Saraswati. berdoa atau sembahyang di pura atau dimana saja

diperbolehkan yang terpenting memiliki sebauh niat yang baik.

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Satya

Jabatan : Mahasiswa dan umat di Pura Aditya Jaya

1. Apa peranan dari Dewi Saraswati dalam Agama Hindu ?

Sebagai dewi ilmu pengetahuan. Maka dari itu segala hal yg

berhubungan dengan ilmu pengetahuan itu di kaitkan kepada dewi

saraswati.

2. Apa makna simbol-simbol dari Dewi Saraswati?

Untuk makna simbol-simbol sendiri sebenarnya saya juga kurang

mengetahui secara detail namun dari simbol-simbol yang ada seperti

wina, pustaka dan semua yang disimbolkan atau digambarkan pada dewi

Saraswati merupakan representasi Dia terhadap ilmu pengetahuan. Wina

yg lebih mengarah ke musik dengan hal demikian menyatakan

bahwasannya ilmu bukan terbatas pada satu ilmu melainkan keseluruhan

dari ilmu-ilmu yg ada.

3. Mengapa Dewi Saraswat begitu di Puja oleh Umat Hindu?

Terlihat dari peranan dan fungsi yg diembannya menjadikan salah satu

dewi yg dikenal dan populer bagi umat hindu. Apalagi dalam hal ini

terhadap para ilmuwan, guru dan pelajar. Mereka memohonkan

anugrahnya berupa ilmu untuk keberlangsungan kehidupan karna hidup

ini memerlukan ilmu. Karna ilmu merupakan titik mula kehidupan di

mulai. Sejak sedari kecil manusia mulai mempelajari segala hal hal

tersebut pastinya berpengaruh bagi keberlangsungan hidup yg akan

datang. Maka dri itu menuntut ilmu di lakukan sedari kecil hingga akhir

hayat. Dan agar semua itu menjadikan hidup bermanfaat dan menjadi

berkat dalam kehidupan maka jangan lupa untuk mengagungkan dewi

saraswati sebagai dewi pemberi ilmu pengetahuan bagi seluruh umat.

4. Bagaimana agar mendapat anugrah dari Dewi Saraswati?

Saya pribadi untuk memohonkan kepada dewi Saraswati sebenarnya

dilakukan di mana saja. Seperti saat akan melangsungkan ujian saat di

perjalanan di kereta sedang duduk cukup berdoa dalam hati kepada dewi

Saraswati agar diberikan kemudahan dalam melaksanakan ujian tersebut

agar ilmu-ilmu yang sudah di pelajari dapat berguna. Berbeda lagi jika

memang ada waktu ya seperti sekarang bersama teman-teman datang

untuk bersembahyang bersama namun pastinya berbeda jika melakukan

dirumah dimana di pura lebih memiliki aturan standard. Intinya berserah

saat memohonkan apa yg kita harapkan pada tuhan dengan tidak lupa

mengucap doa-doa yang mengagungkan beliau.

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Ary Wiwekanda

Jabatan : Mahasiswa dan umat di Pura Aditya Jaya

1. Apa peranan dari Dewi Saraswati dalam Agama Hindu ?

Gak jauh berbeda pendapat saya mengenai hal ini dewi saraswati

memang sangat dikenal sebagai dewi ilmu pengetahuan dan juga

kebijaksanaan.

2. Apa makna simbol-simbol dari Dewi Saraswati?

Dalam hal pemaknaan simbol beberapa yang dapat saya jelaskan adalah

penggambaran dewi yang menawan memberikan efek bagi pengikutnya

sebagai daya tarik dalam hal ilmu pengetahuan agar umat berlomba-

lomba memohon dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Wina

sebagai lambang bahwa bukan hanya pengetahuan yg berbau teknologi

saja tp juga tentang seni atau musik. Di salah satu tangannta memegang

buku tanda sebagai dewi ilmu pengetahuan. Angsa sebagai kendarannta

yg suci karena meski berada di lumpur tetapu tidak memakan lumpur

tersebut.

3. Mengapa Dewi Saraswat begitu di Puja oleh Umat Hindu?

Dikenal dengan dewi lemah lembut, menawan dan juga bijaksana

meembuat umat apalagi dlm hal ini yg mengharap anugrah ilmu

pengetahuan seperti bagi para pelajar, orang-orang yang sedang dalam

masa mencari ilmu pengetahuan menjadikan dewi Saraswati di cari-cari

untuk di mohonkan anugrahnya. Apalagi bagi umat hindu patung

saraswati sendiri bisa di jumpai di lembaga sekolag2 hindu menjadikan

kepopularitasan yg tidak terhadap sosoknya.

4. Bagaimana agar mendapat anugrah dari Dewi Saraswati?

Pastinya berdoa sembahyang. Bisa di rumah pura atau berdoa dengan

menyebut mantram2 saraswati dan harus dengan hati yg tulus memohon

agar apa yg di harapkan dapat segera terkabulkan. Karna seperti di awal

yaitu mengenai kebijaksanaan dewi saraswati yaitu dlm hal seperti ini

yaitu memberikan sesuatu terhadap yg membutuhkan. Para ana2 pelajar

yg memohonkan anugrahnya agar mendaptkan pengetahuan yg

bermanfaat maka saraswati akan memberikan berbeda bagi yg

mengharapkan hanya untuk suatu hal2 yg kurang baik seperti memohon

keberlimpahan kemudahan mempelajari ilmu pengetahuan hanya untu

kepameran hal tersebut tidak di sukai dan tidak baik.

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Thania Parameswari

Jabatan : Mahasiswa dan umat di Pura Aditya Jaya

1. Apa peranan dari Dewi Saraswati dalam Agama Hindu ?

Saya pribadi hanya mengetahui bahwa dewi Saraswati adalah dewi ilmu

pengetahuan.

2. Apa makna simbol-simbol dari Dewi Saraswati?

Simbol dari pakaian yg megah indah melambangkan kehebatan ilmu

pengetahuan, dari kendaraan dewi Saraswati melambangkan

kebijaksanaan. Wina lambang dari kesenian. Pustaka mengenai tentang

pengetahuan karna berlambangkan sebuah buku.

3. Mengapa Dewi Saraswat begitu di Puja oleh Umat Hindu?

Seperti hal nya saya meyakini dewi saraswari sebagai dewi ilmu

pengetahuan yang mana mencari ilmu pengetahuan merupakan sesuatu

hal yg di lakukan secara terus menerus dalam hindu maka relevan

rasanya jika sosoknya begitu di puja.

4. Bagaimana agar mendapat anugrah dari Dewi Saraswati?

Berdoa dan melakukan sembahyang. Di hindu ada 3 kali

persembahyangan tp jika ada suatu halangan dapat di gantikan pada

waktu yg lain dan pada saat bersembahyang diniatkan untuk

memohonkan kepada dewa dewi apa. Jika Saraswati maka membaca

doa-doa saraswati seperti doa memohon kemudahan mencari ilmu pengetahuan, berdoa mencari inspirasi dll. Dan pastinya segala hal yg kita lakukan harus ikhlas dan sabar jangan mengeluh apalagi mengeluarkan kata-kata yang kurang baik atau memaksakan.

Lingkungan Sekitar Pura Aditya Jaya Rawamangun:

Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) di Lingkungan Pura Aditya Jaya

KB –TK – SD di Lingkungan Pura Aditya Jaya

FOTO – FOTO

Bersama Bapak I Gusti Kompiyang Suanda Bersama Bapak I Ketut Subrata (Pengurus

(Pinandita) Pura Bid. Kesenian)

Bersama Umat di Pura Aditya Jaya Ary Wiwekananda

Bersama Umat di Pura Satya dan Thania Bersama Umat di Pura Bapak Wayan Tantra

( Mahasiswa ) (Asisten Dosen STAH)

Bersama Bapak I Gusti Ngurah Udiyana (Bidang Sarana dan Prasarana)

KEGIATAN-KEGIATAN DI PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN

Perayaan Hari Raya Dewi Saraswati

Persiapan Perayaan Hari Raya Dewi Saraswati

Kegiatan Kesenian di Pura Aditya Jaya

Ragam Kegiatan Di Pura Aditya Jaya