GAYATRI MANTRAM DAN KESEHATAN MENTAL

(Studi Kasus: Pura Satya Loka Arcana, Bekasi, Jawa Barat)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Prameswari Kirana Allyssa NIM: 11150321000045

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

i

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Prameswari Kirana Allyssa

NIM : 11150321000045

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Studi Agama-Agama

Judul Skripsi : Gayatri Mantram dan Kesehatan Mental

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau hasil jiplak dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Desember 2019

Prameswari Kirana Allyssa

iii

ABSTRAK

Prameswari Kirana Allyssa. 2019. Gayatri Mantram dan Kesehatan Mental (Studi

Kasus: Pura Satya Loka Arcana, Bekasi). Prodi Studi Agama-Agama Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setiap Agama mempunyai beragam tata cara untuk beribadah, salah satunya adalah Agama Hindu yang beribadah tiga kali sehari, yang dikenal dengan Trisandya.

Dalam Trisandya dibacakan berbagai macam doa, salah satu doanya adalah Gayatri

Mantram. Dalam Agama Hindu, Gayatri Mantram juga dipergunakan dalam meditasi.

Gayatri Mantram juga dipergunakan dalam meditasi. Gayatri Mantram dipercayai berpengaruh pada kesehatan mental bagi yang mengamalkannya, baik dalam peribadatan, maupun dalam meditasi.

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan yang didukung oleh kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah pendekatan psikologi yaitu menggunakan teori dari Hana Djumhana dan Isep Zainul Arifin. Kemudian, teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif.

Hasil penelitian yang penulis dapatkan bahwa Gayatri Mantram mempunyai pengaruh yang besar bagi kesehatan Mental responden yang mengamalkannya.

Kata kunci: Gayatri Mantram, Kesehatan Mental

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempurnaan akal pikiran kepada manusia. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya dari awal hingga akhir zaman. Semoga kelak mendapatkan syafa’atnya. Amin

Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain ucapan syukur yang amat besar kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tanggung jawab kepada kedua orang tua serta terhadap diri sendiri dan berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gayatri Mantram dan Kesehatan

Mental” dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Agama (S.Ag) di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak. Sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada:

1. Bapak Syaiful Azmi, MA., selaku Ketua Prodi Studi Agama-agama, Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai

dosen pembimbing penulis yang telah memberikan banyak masukan yang

sangat bermakna.

v

2. Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Prodi Studi Agama-

agama yang telah mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi dari mulai

proposal hingga skripsi selesai.

3. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen Studi Agama-agama dan dosen

pengampu mata kuliah yang bersinggungan dengan penulis secara langsung

dari mulai semester satu sampai delapan yang telah berkenan membagi ilmunya

dengan sepenuh hati kepada penulis.

4. Segenap staf perpustakaan, baik Perpustakaan Umum maupun Perpustakaan

Fakultas yang menyediakan berbagai referensi yang dibutuhkan penulis.

5. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin yang telah berkenan

membantu penulis dalam mengurus hal pengadaan surat, serta telah

menyediakan sarana dan prasarana yang membuat penulis nyaman dalam

proses belajar di kelas.

6. Kepada seluruh responden, Pandita, dan pengurus Pura Satya Loka Arcana

Bekasi, yang telah memberikan informasi dan bersedia diwawancarai.

7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Subarkah dan Ibu Ine Sefina. Yang telah

mencurahkan segala kasih sayangnya dalam bentuk apapun dan semoga suatu

saat dapat terbalaskan dan senantiasa diberi kesehatan selalu dalam lindungan-

Nya.

8. Kepada adik-adik, Muhammad Jafar raihan, dan Muhammad Rizky

Fadhlurahman yang selalu menghibur dirumah dan memberikan dukungan.

vi

9. Kepada nenek, Almh. Yan Mulyana, dan tante, Bapak Indra Purnama dan

Ibu Fitri Yeni, dan juga saudara saya nadya Firnanda dan Rafiid, yang selalu

mendukung penulis dan mendoakan penulis, sehingga bisa sampai di titik ini.

10. Kepada Izzuddin Alfatih, yang selalu mendampingi dan selalu mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada sahabat-sahabat di Studi Agama-Agama 2015, Nadya. Q, Rozatul

Husna, Ikhwatun Muamalah, Syifaul Khusna, dan Ade Ulfatun yang selalu

membantu, mendengarkan curahan hati dan temam menuntut ilmu selama di

kampus.

12. Sahabat-sahabat penulis selama KKN, Rahma Dwi S, Diyya Fathya, Dyah

Safira, Beyan Mudhofar, dan Ismail Saleh, yang membuat KKN menjadi lebih

menyenangkan.

13. Teman seperjuangan meraih gelar sarjana, Studi Agama-Agama angkatan 2015

yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis. Terutama untuk kelas B

yang telah memberikan banyak warna selama 4 tahun bersama. Bertemu

dengan kalian merupakan anugerah yang tak mungkin penulis dapatkan di

tempat lain.

Hormat, penulis ucapkan ribuan terima kasih atas segala dukungan, baik dalam bentuk dorongan, motivasi, dan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Akhir kata, semoga Allah SWT. membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang membantu, menemani, dan mendukung penulis dalam menjalani proses perkuliahan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis

vii menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan karya selanjutnya. Besar harapan dari penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat secara umum bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis.

Jakarta, Desember 2019

Penulis,

Prameswari Kirana A

NIM 11150321000045

viii

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...... i

LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii

LEMBAR PERNYATAAN ...... iii

ABSTRAK ...... iii

KATA PENGANTAR ...... iv

DAFTAR ISI ...... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...... 1

B. Rumusan Masalah ...... 6

C. Tujuan Penelitian ...... 6

D. Manfaat Penelitian ...... 6

E. Tinjauan Pustaka ...... 7

F. Metodologi Penelitian ...... 8

G. Sistematika Penulisan ...... 12

BAB II GAYATRI MANTRAM DALAM HINDU

A. Pengertian Gayatri Mantram ...... 14

B. Kedudukan Gayatri Mantram dalam Weda...... 17

C. Makna Dari Bait Gayatri Mantram ...... 19

D. Manfaat Gayatri Untuk Kesehatan Mental ...... 22

E. Contoh Kegunaan Gayatri Mantram Untuk Kesehatan Mental ...... 26

ix

BAB III PRAKTIK GAYATRI MANTRAM DI PURA SATYA LOKA

ARCANA BEKASI

A. Sejarah Pura Satya Loka Arcana ...... 28

B. Praktik Gayatri Mantram di Pura Satya Loka Arcana ...... 35

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA PENGARUH GAYATRI

MANTRAM BAGI KESEHATAN MENTAL DI PURA SATYA LOKA

ARCANA BEKASI

A. Deskripsi Data ...... 44

B. Analisa Data Penelitian ...... 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 57

B. Saran ...... 58

DAFTAR PUSTAKA ...... 59

LAMPIRAN ...... 61

x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Hindu berkembang dengan sangat pesat di nusantara, dan membangun sebuah peradaban. Banyak kerajaan Hindu bermunculan dan mempunyai kekuasaan yang sangat luas. Hingga akhirnya tergantikan dengan munculnya agama Buddha dan meruntuhkan peradaban Hindu. Namun, Hindu masih mempunyai pengaruh sangat besar kepada masyarakat, baik di kota-kota maupun di desa-desa di Sekitar Pulau Bali. Menurut tradisi, masuknya agama Hindu ke

Pulau Bali diduga terjadi sejak abad ke-7 dengan tibanya rombongan dari Jawa yang terdiri dari 400 orang pengiring yang dipimpin oleh Markandeya.

Rombongan itulah yang meletakkan unsur kebudayaan Hindu di Bali dengan mendirikan pusat persembahyangan di Pura Besakih.1

Dalam proses akulturasi antara kebudayaan Bali asli dan kebudayaan

Hindu, ada beberapa unsur kebudayaan asli yang masih bertahan. Hal itu terlihat pada seni bangunan, seni sastra, dan seni patung. Tradisi Hindu masih mampu bertahan di tengah-tengah masyarakat di Sekitar Pulau Bali setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu- Buddha. Hal itu menunjukkan bahwa pengaruh Hindu mampu berakar demikian kuatnya sehingga masih terasa sampai sekarang. penganut yang kuat tersebut diduga terjadi sebagai akibat luas dan intensifnya hubungan para penyebar Hindu dengan penduduk yang telah menyebabkan

Hinduisme meresap dengan tetap.2

1 M. Habib Mustopo, Sejarah (Jakarta: Yudhistira, 2002), h. 40. 2 https://id.wikipedia.org/wiki/Hindu_di_Indonesia, diakses pada 27 April 2019

1

2

Hindu yang berkembang di Bali disebut dengan Hindu Dharma. Hindu dharma merupakan sinkretisme antara budaya yang berkembang di Bali dengan agama Hindu India. Mereka percaya kepada satu Tuhan Yang Maha Esa. Soal nama Tuhan, tergantung pada cara mereka menyembutkannya. Kadang-kadang disebut dewa , Hyang Widhi, Hyang Wasa, dan lain-lain, namun yang memegang kekuasaan tertinggi itu hanya satu saja. Dalam Weda disebutkan: “Ekan Eva Adwiyam Brahman” yang artinya: “hanya satu tiada dua-

Nya, yaitu Brahman”. Meskipun Tuhan satu tapi dapat dimanifestasikan dalam bermacam-macam nama menurut sifat dan kekuasaan yang ada pada-Nya. Bila dilihat dari fungsi-fungsinya Sang Hyang Widhi itu dapat disebut dengan nama utama dari Trisaykti yaitu Brahma, yaitu Sang Hyang Widhi dalam fungsi sebagai pencipta.3

Hindu Dharma mempunyai konsep peribadatan Trisandya. Setiap hari, umat Hindu melakukan sembahyang Trisandya. Doa ini dilakukan sehari 3 kali pada saat pergantian waktu, yaitu pagi, siang dan sore. Umat Hindu melakukan berbagai macam persembahyangan, doa prārthanā atau . Persembahyangan, selain rutin sembahyang sehari-hari, dilakukan juga di beberapa hari suci dalam

Agama Hindu. ditujukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pribadi atau mencapai pencerahan spiritual. Hindu dapat bersembahyang kepada kebenaran dan keberadaan absolut tertinggi yang disebut Brahman, atau secara umum ditujukan kepada salah satu manifestasinya dalam Trimurti, yakni Brahma sebagai

3 Jirhanuddin, Perbandingan Agama ( Yogyakarta: pustaka pelajar, 2010), h. 80.

3

dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, Shiwa sebagai dewa penghancur.4

Dalam melaksanakan Trisandya, dibacakan doa- doa atau mantra-mantra.

Biasanya yang dibacakan adalah Puja Trisandya, Puja Trisandya diucapkan secara lengkap keenam baitnya, karena tiga bait pertama adalah puja-puji kepada Hyang

Widhi, dan tiga bait terakhir adalah permohonan ampun dan kepasrahan kepada-

Nya. Bait pertama disebut Gayatri Mantram. Gayatri mantram merupakan ibu dari segala mantra, yang terdapat dalam Weda, kitab suci agama Hindu. Gayatri

Mantram merupakan landasan Weda. Gayatri mantram bisa berupa pujian, nyanyian, maupun doa. Gayatri Mantram berisi pemujaan terhadap tuhan dan harapan yang sudah terwakili. Makna Gayatri Mantram adalah anugrah pencerahan pada hati nurani ini., Nurani dalam Kegelapan akan dituntun ke jalan terang, hati yang terang akan dituntun pada perbuatan satwika. Gayatri Mantram sama artinya dengan ketuhanan, karena itu harus diucapkan dengan rendah hati, penuh hormat, keyakinan dan kasih kepada mantra tersebut.5

Gayatri Mantram yang merupakan Ibu dari segala mantra, dapat digunakan dalam waktu sempit/ penting misalnya sebelum berangkat, ketika akan menyeberang sungai, menjelang, dan setelah kelahiran bayi, dan juga dapat digunakan sebagai pengobatan spiritual. Gayatri Mantram dapat digunakan untuk pengobatan dengan cara meditasi dan berkonsentrasi secara yakin dan rutin.

4 https://hindualukta.blogspot.com/ diakses pada 22 Februari 2019 11.29 WIB 5 Wawancara dengan I Putu Mahardika, 20 Februari 2019.

4

Karena mudah diterapkan dan boleh digunakan secara universal, Gayatri Mantram dianggap efektif untuk mengobati penyakit melalui terapi spiritual.6

Gayatri Mantram mempunyai makna yang sama dengan dzikir dalam

Islam, sebagaimana orang muslim percaya bahwa dengan berdzikir, umatnya akan mendapatkan keberkahan, orang hindu pun percaya bahwa dengan bergayatri, dapat mendapatkan ketenangan, keberkahan dalam hidup dan kesehatan.

Termasuk menghilangkan tekanan psikologis dalam diri manusia. Sifat marah, rasa dendam, rasa benci, depresi dan lain sebagainya adalah gejala seseorang tertekan secara psikologis atau fisik yang breaksi akibat menghadapi sesuatu yang dianggap membahayakan, gejala tersebut disebut dengan stress.7

Stress adalah kondisi yang sedang terjadi ketika kesehatan mental seseorang sedang buruk, dan orang yang mengalami stress perlu di bantu agar kesehatan mentalnya membaik dengan tujuan menghilangkan stress dan mendapatkan ketenangan batin. Hilangnya rasa dendam, rasa benci, depresi dan mencapai kondisi ketenangan batin dikatakan oleh Hana Djumhara Bastaman sebagai pola sintomatis yaitu pola yang berhubungan dengan gejala (syntoms) dan keluhan (complaints), gangguan atau penyakit nafsaniah yaitu terhindarnya seseorang dari hal-hal yang menyebabkan ketidak sehatan mental.8

Kesehatan Mental menurut paham ilmu kedokteran, seperti yang di ungkapkan Hawari (1996 : 12) adalah salah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan

6 Wawancara dengan Bli Wayan, 20 Februari 2019 7 Novita Joseph “Stress”, https://hellosehat.com/penyakit/stress/ (diakses pada 21 Juni 2019, pukul 07.37) 8 H. Ramayulis , Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2016) h.162

5

perkembangan itu selaras dengan orang lain. Gayatri Mantram dipercaya mempunyai spirit atau kekuatan yang baik dan bila dibaca, dapat menimbulkan ketenangan jiwa yang berarti lepasnya pikiran- pikiran keduniawian dan mendekatnya diri kita kepada tuhan. seperti hal nya Dzikir dalam Islam. Dalam

Islam, para Sufi percaya bahwa Dzikir, menimbulkan adanya rasa kepuasan, kegembiraan (al-farh atau al-furur) dan kebahagiaan (al-sa’adah) dalam menyikapi atau menerima nikmat yang diperoleh.9

Penggunaan Gayatri Mantram dalam pengobatan telah dibuktikan oleh

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, oleh para penderita skizofrenia. Dengan Gayatri

Mantram, pasien dapat mengontrol halusinasi dengan metode terapi perilaku kognitif. Terapi dilaksanakan dalam 3 kali sehari, dengan proses meditasi.

Hasilnya, pasien dapat menenangkan pikiran dan jiwa, mendekatkan diri kepada

Tuhan, serta pada pasien yang mempunyai halusinasi dapat mengembalikan persepsi pasien terkait dirinya, orang lain dan lingkungan disekitarnya.10

Jika menekankan pada pembahasan Gayatri Mantram lebih jauh, maka banyak sekali beberapa aspek nilai Gayatri Mantram yang akan diperoleh. Oleh sebab itu permasalahan khusus yang akan diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana sebenarnya ajaran dari Gayatri Mantram dan bagaimana pengaruhnya sebagai salah satu metode pengobatan dengan meditasi, sehingga permasalahan yang diangkat tidak melebar jauh, dan fokus kedalam pembahasan yang

9 Ayu Efita Sari, Pengaruh Pengalaman Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa di Majlisul Dzakirin Kamulan Durenan Trenggalek (Skripsi, IAIN Tulungagung 2015) h.22 10 Putu Agus Windu Yasa Bukian, PENGARUH TERAPI SPIRITUAL GAYATRI MANTRAM TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI TAHUN 2018, Vol. 3, No. 2, September 2018

6

sebenarnya ingin penulis sampaikan. Maka dari itu perlu adanya penelitian yang berjudul “Ajaran Gayatri Mantram dan Kesehatan Mental dalam Hindu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa hubungan antara ajaran Gayatri Mantram dengan kesehatan

mental?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian bertujuan sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui bagaimana ajaran Gayatri Mantram

2. Untuk mengetahui apa saja unsur Nilai Spiritual yang ada dalam Gayatri

Mantram

3. Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan Gayatri Mantram dalam

proses meditasi

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki manfaat antara lain :

1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan dan refrensi terhadap

peneliti selanjutnya.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang ajaran

Gayatri Mantram dan kegunaannya

7

c. Penelitian ini sebagai sumber informasi khususnya bagi calon sarjana

jurusan Studi Agama-agama yang dituntut memiliki sikap arif dan

bijaksana terhadap berbagai ajaran dari agama- agama.

d. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh

gelar sarjana Strata 1 (S1) Agama pada Jurusan Studi Agama – Agama

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan wawasan kepada pembaca

terkait ajaran dari Agama Hindu yang mempunyai manfaat lain selain

untuk peribadatan. Dan memberikan informasi mengenai nilai spiritual

yang terdapat di dalam ajaran Gayatri Mantram.

E. Tinjauan Pustaka

Penulisan penelitian yang dipaparkan oleh penulis adalah melaksanakan penelitian secara langsung ke objek yang dituju, agar mendapatkan hasil yang sebenar-benarnya, selain itu juga peneliti mengacu pada sumber yang telah melaksanakan penelitian sebelumnya, guna menyampaikan beberapa teori agar sesuai dengan judul penelitian ini

Pertama, Jurnal yang berjudul Gambaran Asuhan Keperawatan

Penerapan Terapi Psikoreligius "Gayatri Mantram" Dalam Mengatasi Ansietas

Pada Pasien Kanker Serviks (2018) karya Luh Putu Ratih. Jurnal ini berkaitan dengan skripsi ini, yaitu membahas tentang hubungan Gayatri Mantram dengan kesehatan mental. Namun, yang berbeda adalah skripsi ini membahas tentang makna dari Gayatri mantram dan juga penerapannya untuk kesehatan mental.

8

Kedua, Jurnal yang berjudul Pengaruh Terapi Spiritual Gayatri Mantram

Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Bali Tahun 2018, karya Putu Agus Windu Yasa Bukian, dan Gede Nur

Widya Putra. Jurnal ini berkaitan dengan proposal skripsi ini, yaitu membahas tentang bagaimana Gayatri Mantram terbukti dapat digunakan untuk kesehatan mental. Namun, yang berbeda adalah di skripsi ini dibahas lebih lanjut tentang bagaimanna cara penerapannya dan bagaimana efeknya.

Ketiga, Buku yang berjudul Maha dahsyat (2011), karya I

Nyoman Putra. buku ini berkaitan dengan proposal skripsi ini, yaitu membahas tentang pengertian Gayatri Mantram. Namun, yang berbeda adalah di skripsi ini dibahas lebih lanjut tentang kegunaannya untuk kesehatan mental dan bagaimana penerapannya.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian lapangan (Field Research) dengan

cara menggunakan penelitian kualitatif, yang mana penulis melakukan survey

langsung ke lapangan serta bersinggungan langsung dengan Pemeluk Agama

Hindu, seperti pandita dan juga Umat Hindu. Selain itu penulis

mendiskripsikan gambaran secara keseluruhan mengenai Gayatri Mantram

tersebut.

Penulis juga melakukan studi kepustakaan (Library Research),

dalam hal ini peneliti mengumpulkan beberapa data dan informasi tertulis

yang mampu mendukung penelitian dan dianggap relevan dengan topik

9

proposal yang diteliti. Data dan Informasi tersebut diperoleh dari Jurnal

Penelitian, Laporan Penelitian, buku-buku ilmiah, Skripsi, tesis, disertasi, dan

sumber-sumber lainnya.

2. Pendekatan

Penelitian ini adalah tentang Nilai Spiritual dalam Gayatri Mantram dan juga kegunaannya untuk kesehatan mental. Sebagaimana suatu penelitian agar kebenarannya menjadi mutlak, tanpa terjadinya pengurangan maupun kelebihan makna yang semestinya, maka Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis.

Pendekatan psikologis adalah, pendekatan yang meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala- gejala kejiwaan yang berada di belakangnya.11 Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori pendekatan terhadap perkembangan yang dipakai oleh Abraham Maslow.

Pendekatan terhadap perkembangan adalah penelitian mengenai asal- usul dan perkembangan aspek psikologi manusia dalam hubungannya dengan agama yang dianutnya.12 Pendekatan ini dipakai karena penulis berhubungan langsung dengan umat Hindu dan bertanya langsung bagaimana Gayatri

Mantram dipakai dalam peribadatan mereka sehari-hari dan bagaimana mereka menggunakan Gayatri mantram untuk ketenangan jiwa.

11 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama ( Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.11 12 Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia), h.23

10

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini adalah

Umat Hindu, Pandita, dan Pemangku dalam Pura Satya Loka Arcana

Bekasi.

4. Metode Pengumpulan Data

Karena penelitian ini tergolong penelitian lapangan, maka data

yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari observasi, wawancara dan

dokumenter.

a. Observasi

Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang didapatkan

melalui penelitian baik secara langsung maupun tidak secara langsung

menuju ke objek yang akan diteliti. Observasi bertujuan untuk

mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi dan kondisi yang

sebenarnya, sehingga dapat diketahui bagaimana sebenarnya keadaan

yang dipertanyakan. Metode ini menggunakan pengamatan atau

penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi,situasi, proses atau

perilaku.13

Peneliti secara langsung menuju ke Pura untuk melihat dan

mengamati peribadatan Umat Hindu dan diharapkan penulis mampu

memberikan penggambaran secara menyeluruh tentang Gayatri Mantram

dan Meditasi.

13 Faisal Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 52

11

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan Data mengenai hal-hal atau variabel

berupa catatan, transkip, buku, foto, surat kabar, media online, majalah,

prasasti, rapat, agenda dan sebagainya yang berhubungan dengan

penelitian.

c. Interview (wawancara)

Interview merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara berdialog langsung dengan narasumber yang berkaitan akan

tetapi dapat juga dilaksanakan dengan memberikan beberapa rentetan

pertanyaan tertulis agar narasumber mempunyai waktu untuk menjawab

dengan tidak tergesa-gesa.14 Wawancara adalah pertemuan antara periset

dan responden (narasumber), dimana jawaban responden akan menjadi

data mentah, guna bahan yang akan di selesaikan.15

d. Sumber penelitian

Sumber penelitian terdapat dua jenis, yaitu sumber penelitian

primer dan sekunder. Sumber penelitian primer adalah data yang

diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data

primer dapt berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok,

hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadiann atu kegiatan, dan

hasil pengujian. Sedangkan sumber data sekunder adalah, sumber data

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu melalui perantara

14 Faisal Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 52 15 Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), h.104

12

(diperoleh dan dicatat pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,

catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip.16

e. Teknik penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini menggunakan buku Pedoman

Akademik Program Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2014/2015 yang diterbitkan oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

G. Sistematika penulisan

Adapun beberapa sistematika penulisan pada penulisan skripsi ini

disusun secara sistematis dan terperinci, yang terdiri dari penjelasan setiap

bab seperti berikut:

BAB I: Pendahuluan

Dalam pembahasan bab ini, penulis memaparkan beberapa sub bab

antara lain Latar Belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan

Sistematika penulisan.

BAB II:Pengertian Gayatri Mantram

Berisi tentang pengertian Gayatri Mantram, dan Kegunaan Gayatri

Mantram untuk Kesehatan Mental.

BAB III: Praktik Pura Satya Loka Arcana

Dalam Pembahasan bab ini penulis memaparkan tentang profil

pura yang akan menjadi tempat penelitian.

16 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder ( Jakarta: {PT. Raja Grafindo Persada), h.52

13

BAB IV: Analisis Terhadap Pengaruh Gayatri Mantram di Pura Satya

Loka Arcana Terhadap Kesehatan Mental

Pada bab ini penulis akan memaparkan landasan teoritis kriteria

kesehatan mental dan analisa data wawancara subjek setelah bermeditasi

pengaruhnya terhadap kesehatan mental.

BAB V: Penutup

Dalam Pembahasan ini berisi tentang kesimpulan terhadap hasil

penelitian penulis terhadap kegiatan meditasi di Pura tersebut. Penulis

juga akan menjawab secara deskriptif dan mendetail rumusan masalah

yang penulis sampaikan pada bab pertama.

BAB II

GAYATRI MANTRAM DALAM HINDU

A. Pengertian Gayatri Mantram

Secara etimologi Mantra berasal dari suku kata Man (Manana) dan kata

Tra (Trana) yang berarti pembebasan dari ikatan samsara atau dunia fenomena ini.

Dari kombinasi Man dan Tra itulah disebut mantra yang berarti dapat memanggil datang (Amantrana). Arti Mantra yang lebih rendah adalah rumusan gaib untuk melepaskan berbagai kesulitan atau untuk memenuhi bermacam-macam keinginan duniawi, tergantung dari motif pengucapan mantra tersebut. Mantra adalah sebuah kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan keinginan spiritual atau keinginan material, yang dapat dipergunakan demi kesejahteraan ataupun penghancuran diri seseorang.1

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Mantra adalah kegiatan membebaskan pikiran yang diambil dari bahasa Sansekerta. Dan dapat diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.2

Dalam agama Hindu, secara universal kita mengenal yang namanya mantra/mantram. Mantra bukanlah hanya sekedar nyanyian kata-kata, namun sebagai sarana memusatkan pikiran menuju alam kebahagiaan spiritual

Tuhan/Sang Hyang Widhi dan sebagai sarana komunikasi yang mempunyai nilai

1 http://mantramhindubali.blogspot.com/2011/11/apa-itu-mantra.html, diakses pada 16 Juli 2019 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001)

14

15

yang sangat religius. Mantra tidak hanya diucapkan berkali-kali tetapi juga harus dimengerti dan direnungkan. Dengan begitu anda akan dapat merasakan kebahagiaan spiritual menuju kepada Hyang Widhi. Dan dalam Hindu, Mantra juga mempunyai peranan penting. Mantra dipercayai dapat dapat membawa pembebasan dari keduniawian dan hal-hal sepele yang biasanya menguasai pikiran manusia kedalam alam spiritual yang sekaligus beraneka ragam.3

Terdapat berbagai macam Mantram yang digunakan dalam ibadah maupun dalam kehidupan sehari- hari. Salah satunya adalah Mantra yang bernama

Mantram Gayatri atau bisa disebut juga sebagai Gayatri Mantram. Gayatri berarti

“penyelamat bagi yang menyanyikannya”. kekuatan mistis mantra ini dianggap sangat penting sehingga disebut dengan ibu dari Veda.

Tidak ada yang lebih tinggi dari Gayatri dalam Veda. Mantra Gayatri juga disebut sebagai dengan Savitri mantra karena ditujukan pada Savitri. Gayatri merupakan mantra yang sangat unik karena merupakan perwujudan dari tiga konsepstora (nyanyian pujian dan kemuliaan Sang Hyang Widhi), dhyaana

(meditasi) dan praarthana (doa).4

Gayatri mantram mempunyai bunyi sebagai berikut:

Om bhur bhuvah svah tat savitur varenyam

3 Michael Keene, Agama-Agama Dunia, ( Yogyakarta: Kanisius, 2006), h.25

4 http://cakepane.blogspot.com/2010/03/tentang-gayatri-mantram.html diakses pada 20 Juli

2019

16

bhargo devasya dhimahi dhiyo yo nah pracodayat

Arti dari bagian pertama mantra Gayatri ini yaitu “Om (Tuhan) adalah bhur bhuvah svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan

Sanghyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita”. Mantra pada bagian ini mengimplikasikan bahwa sesungguhnya seorang hamba senantiasa mengingat

Tuhan Sang Hyang Widi. Tuhan semesta alam, seorang hamba hendaknya selalu mengingat Tuhanya dengan jalan memusatkan pikiran dan berdoa kepada Tuhan semoga ia diberikan semangat oleh Tuhan Sang Hyang Widi.

Diberikannya semangat pikiran oleh Tuhan kepada hambanya diharapkan seorang hamba akan memperoleh kecermerlangan dan kemulian dihadapan Tuhan.

Sasaran dalam bagian mantra ini adalah kejernihan dan semangat yang diberikan oleh Tuhan Sang Hyang Widi kepada hamba-Nya. Tujuan mantra pada bagian ini meminta agar Tuhan Sang Hyang Widi memberikan semangat pada pikiran manusia atau hamba-Nya dengan cara memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemulaian Tuhan.5

Ketiga bagian/konsep ini juga dapat dilukiskan sebagai berikut:6

1. Pujian kepada Savita. Mula-mula Tuhan dipuja puji.

2. Meditasi pada Savita. Setelah itu Tuhan direnungkan dengan Khidmat.

5 http://www.sathyasai.org/devotional/gayatri,” Gayatri mantram, a universal prayer,

meaning and significance”, diakses pada 1 September 2019

6 Ketut Wiana, Sembahyang Menurut Hindu (Yayasan Dharma Naradha: 1992), h.95

17

3. Doa kepada Savita. Diajukanlah permohonan kepada Tuhan untuk membangkitkan dan menguatkan akal budi atau kemampuan pertimbangan yang bijak dalam diri kita.

Tagore, menulis dalam “sadhana”, bacaan dari meditasi yang digunakan ssehari-hari adalah gayatri, ayat yang dianggap sebagai lambang dari semua weda.

Gayatri membantu kita untuk menyadari hal penting, yaitu hubungan dunia dengan batin manusia. Manusia belajar untuk melihat bagaimana keduanya berjalan beriringan dengan jiwa yang kekal. Yaitu kekuatan yang menciptakan bumi, langit, dan seisinya. Dan dalam waku yang bersamaan menyinari pikiran manusia dengan cahaya yang dipancarkan dari alam yang lain. Inilah nilai inti dari ajaran Upanishad : Hidup itu luar biasa.7

B. Kedudukan Gayatri Mantram dalam Weda

Mantra Gayatri adalah mantra yang terkemuka dalam agama dan kepercayaan umat Hindu, mantra yang mengilhami dan mengajarkan suatu kebijaksanaan.Mantra Gayatri ini tercantum dalam Weda RegWeda III.62:10 yang ditemukan oleh Maharsi Wiswamitra, yang merupakan salah satu Sapta Rsi yang menerima wahyu langsung dari Hyang Widhi/Tuhan yang maha Esa. Rsi

Wiswamitra lah menginisiasi Sri Rama dalam misteri pemujaan Surya melalui mantra Aditya Hrdayam (dalam wiracerita Ramayana).8

7 Gayatri Mantra, S. Viraswami Pathar, (2006), h.2

8 I Nyoman Putra, Maha sakti gayatri mantra, nyomia bhuta kala: ditulis berdasarkan bukti-bukti nyata (Paramita :2013) h. 15

18

Mantra tersebut adalah mantra dari Atharwaveda Veda secara luas dianggap sebagai sumber dari segala pengetahuan sejati, kata "Veda" itu sendiri berarti "Pengetahuan". Di situ dijelaskan Gayatri mantra. Gayatri Devi juga memberikan "Matra Gayatri" kepada umat manusia yang juga dikenal sebagai

"Mantra Guru" atau "Mantra Savitri", mantra terdapat dalam veda ini adalah yang paling suci. Veda , Upanisad, purana dan Bhagawad gita, selalu mengatakan bahwa gayatri mantra paling suci dan penting, mantra ini perlu dan harus diucapkan setiap orang yang ingin mendapatakan kebahagiaan dunia dan moksa, begitu pentingnya gayatri mantra sehingga tuhan menurunkan mantra dalam atharwaweda untuk penjelasan gayatri. Gayatri Mantram adalah salah satu mantra tertua, dan umumnya dianggap sebagai mantra tertinggi dan paling kuat diantara semua mantra. Oleh karena itu, mantra ini sering disebut sebagai "Bunda Weda".9

Gayatri dalam kedudukan sebagai Maha Mantra menjadi tiang kokoh pemersatu umat manusia dalam berbagai perbedaan dan pertentangan, inter dan antaragama, suku serta ras, dan/atau segala jenis perbedaan serta pertentangan dunia lainnya. Kesempurnaan Maha Mantra Gayatri menembus segala beton serta besi baja perbedaan, mencairkan semua perbedaan serta pertentangan menjadi tirtha amerta senyum bahagia dalam kesadaran kekeluargaan di dalam Rumah

Maha Besar nan Agung "Vasudhaiva Kutumbakam", bahwa sesungguhnya kita semua ada di atas muka bumi ini adalah keluarga besar.

Purna, Sampurna dan Paripurna Maha Mantra Gayatri di-"pasti"-kan oleh kitab suci Bhagavadgita yang menyatakan bahwa Maha Mantra Gayatri

9 Wawancara dengan I Putu Mahardika, 2 September 2019

19

adalah Tuhan sendiri (Gayatri chandasam aham) dalam bentuk Mantra

(mantra-rupi-bhagavan). Dalam kema-hakuasaan-Nya, Tuhan bisa menjadi apa saja, kapan saja, di mana saja serta bagaimana saja.10

Kemahakuasaan Tuhan maha mutlak, keraguan dalam bentuk apa pun tidak harus ada jika ia berhubungan dengan kemuliaan Maha Mantra

Gayatri.Kekuatan spiritual Maha Mantra Gayatri mampu menyucikan lingkungan sekitar (Gayatri lokapavani) dan Maha Mantra Gayatri juga mempunyai kekuatan maha dahsyat sebagai penghancur dosa-dosa yang diperbuat oleh manusia. Tentu saja, praktik Maha Mantra Gayatri yang sesungguh dan setulus serta sesuci-murni yang bagaimana yang akan mampu memberikan kekuatan penghancur dosa.11

C. Makna dari Bait Gayatri Mantram

Dalam Japa Mantra Gayatri, yang ditulis oleh Pandita Mohan MS,tiap bait dari Gayatri Mantram terdapat makna yang sangat dalam dan berbeda, berikut adalah ulasan makna dari tiap bait Gayatri mantram:

Om bhur bhuvah svah tat savitur varenyam bhargo devasya dhimahi dhiyo yo nah pracodayat

1. Kata “tat” disini mengartikan yang maha hadir, Sang Atman di dalam diri

kita, yang bukan tidak dan bukan lain adalah Sang Atman di dalam semuanya,

yaitu Yang Maha Atman (Param Brahma).

10 http://phdi.or.id/artikel/,“Makna Gayatri Mantram”, diakses pada 3 September 2019 11 Rg Veda 3.62.10, Yajur Veda 22.9

20

2. Kata surya (Savitur) bermakna Tunggal, yaitu satu substratum bagi semua

pengalaman delusi yang berbasiskan pruralitas dan juga berbagai permainan

ilusi di medan penciptaan ini, termasuk juga dalam tahap pemeliharaan dan

penghancurannya (kiamat, pralaya).

3. Kata “Bhargah” berarti yang menghancurkan semua bentuk kebodohan,

ketidak-sempurnaan yang dipancarkan oleh kekurang-pengetahuan akan

pemahaman Sang Ralitas. Dimana hasil-hasil kebodohan tersebut

dihancurkan, maka di situ akan hadir kesadaran akan Realitas Yang Maha Esa

secara segera.

4. “Devashya” (Cahaya) di sini bermakna kesadaran yang senantiasa hadir,

menerangi baik di dalam maupun di luar, di tiga tahap (alam), kesadaran,

alam-mimpi dan alam tidur-lelap.

5. Kata “Dhimahi” berarti yang menjadi tujuan meditasi kami, berasal dari

konstruksi di Veda.

6. Di dalam daftar kata-kata vedik, maka kata-kata Bhuh (Bhur), Bhuvah

(Bhvah), Svah, Mahah, Janah, Tapah dan Satyam, semuanya berjumlah

tujuh disebut “Vyahrti-S”. Dari ke tujuh kata-kata ini, hanya tiga kata pertama

dipergunakan untuk pemujaan sehari-harinya. Semuanya pada hakikatnya

mengindikasikan Hakikat Brahman Yang Maha Abadi.

7. “Bhuh” mengindikasikan keabadian. Yaitu Yang Maha Hadir di setiap

periode sang waktu, Yang Maha Suci, Yang Senantiasa Merdeka, Yang

bersifat eksistensi murni di dalam setiap bentuk.

21

8. Kata “Bhuvah” menyiratkan makna dari kesadaran yang murni, kata ini

berasal dari imajinasi, yang menyiratkan akan kehadiran kesadaran yang

menerangi berbagai pikiran kita.

9. Kata “Svah” sebagai vyahrti bermakna : realitas terutama dari seseorang itu

sendiri, karena apa yang dituju secara amat sangat oleh setiap ciptaan adalah

Sang Jati Diri kita sendiri.

10. Kata “Mahah” berasal dari kata megah yang berarti Yang Dipuja, yang secara

langsung berarti Yang Maha Megah atau Yang Maha Dipuja yaitu Sang Jati

Diri Yang Maha Utama. 12

11. Vyahrti “Janah” bermakna: Mencipta, yang berarti Yang Maha Pencipta dari

mana berasal semua bentuk nama dan rupa, baik yang berada di dalam

maupun di luar.

12. Kata “Tapah” bermakna: Penuh dengan terang-benderang, kecemerlangan,

yang tak terhingga. Sang Jati Diri sebagai bentuk kesadaran adalah

satu-satunya yang merupakan sumber semua cahaya di alam-semesta ini.

13. Kata “Satyam” bermakna: Sebuah tahap yang jauh sekali dari jangkauan

berbagai keterbatasan seperti penderitaan dan berbagai penyakit.

14. “Etad-uktam bhavati”. Kata-kata ini bermakna: Oleh karena itu semenjak

semula kami telah mengindikasikan bahwasanya Gayatri adalah

pengejawantahan dari Realitas Yang Maha Utama, yaitu Sang Brahman.13

12 Rg Veda 3.62.10, Yajur Veda 22.9 13 Mohan MS, Japa Gayatri Mantra (Arti dari Wacana Gayatri)

22

D. Manfaat Gayatri Untuk Kesehatan Mental

Pengertian Kesehatan Mental

Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU

Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. 14

World Health Organization (WHO, 2001) menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.

Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti

Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental (Mujib dan Mudzakir, 2001, 2003).

Kesehatan Mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia

14 Kartika Sari Dewi, Kesehatan Mental, (Lembaga pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan Universitas Diponegoro Semarang 2012) h.10

23

dengan dirinya sendiri dan lingkungan tempat dia berada.15Kesehatan Mental juga menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup seseorang. Kesehatan Mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuannya dalam menyesuaikan diri. Kesehatan Mental lah yang menentukan apakah seseorang mempunyai gairah untuk hidup atau pasif, pesimistis dan tidak bersemangat.16

Kesehatan Mental Menurut Dr. Jalaluddin adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).17

Definisi kesehatan mental lainnya yaitu:

1. Kesehatan Mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa

(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).

2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.

3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.

15 Abdul Aziz-Quussy yang dialihbahasakan oleh Zakiah Darajat “pokok-pokok kesehatan jiwa/mental

1” (Jakarta: Bulan Bintang, 1986) h.72

16 U Shikkhananda, Meditasi: Hal termulia untuk dilakukan. (Jakarta: Vassa 2015) h.45

17 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajagrafindo Persada 2010)

24

4. Menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental didefinisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.

Jahoda, mendefinisikan kesehatan mental sebagai berikut:

1. Kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri

dengan baik

2. Pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan diri yang baik.

3. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau

kelakuan-kelakuan bebas.

4. Persepsi mengenai realitas, terbebas dari penyimpangan kebutuhan serta

memiliki empati dan kepekaan social

5. Kemampuan menguasai dan berintegrasi dengan lingkungan.18

Individu yang Sehat Mental

Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989).

Sedangkan menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat

18 Semiun Y, Kesehatan Mental Jilid 1&2,(Yogyakarta: Kanisius 2006),h.15

25

didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental.

Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).19

Untuk menentukan seseorang sehat mentalnya atau tidak, WHO telah memberikan standar-standar tertentu untuk seseorang bisa dikatakan sehat mentalnya atau tidak, WHO menetapkan standar kesehatan mental berdasarkan orientasi dan wawasan kesehatan mental sebagai berikut:

1. Bebas dari ketegangan dan kecemasan

2. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran di kemudian hari.

3. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun

kenyataan itu pahit

4. Dapat berhubungan dengan orang lain dan dapat tolong menolong terhadap

sesama.

5. Merasa lebih puas memberi daripada menerima.

6. Dapat merasakan kepuasan dari perjuangan hidupnya.

7. Dapat mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan

konstruktif.

8. Mempunyai rasa kasih sayang dan butuh disayangi.

19 Kartika Sari Dewi, Kesehatan Mental, (Lembaga pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan Universitas Diponegoro Semarang 2012) h.10

26

9. Mempunyai spiritualitas atau agama.20

Contoh Kegunaan Gayatri Mantram Untuk Kesehatan Mental

Gayatri mantram digunakan dalam beberapa Rumah sakit untuk mengobati trauma dan juga untuk terapi pascaoperasi. Contohnya adalah Rumah

Sakit Jiwa provinsi Bali yang menggunakan Gayatri Mantram untuk mengontrol halusinasi pasien penderita Skizofernia. Skizofernia adalah salah satu bentuk psikosis (gangguan mental). 90% klien skizofrenia mengalami halusinasi, yaitu gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi secara realita (Maramis, 2009). Menurut Stuart dan Sundeen (2011), 70% klien mengalami halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, 10% halusinasi pengecapan, taktil dan penciuman. Halusinasi yang tidak mendapatkan pengobatan maupun perawatan, lebih lanjut dapat menyebabkan perubahan perilaku seperti agresi, bunuh diri, menarik diri dari lingkungan dan dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Gayatri mantram digunakan untuk mengontrol pasien skizofrenia, salah satunya adalah karena dapat memfokuskan pikirannya dan mengurangi adanya persepsi yang salah serta membantu mempercepat penyembuhan.Berdasarkan

Hasil penelitian, menunjukkan bahwa setelah pemberian terapi spiritual Gayatri

Mantram, kemampuan pasien mengontrol halusinasi menunjukkan hasil yang baik.

Dan menunjukan bahwa Gayatri Mantra mempunyai manfaat bagi klien gangguan jiwa termasuk juga pada klien dengan halusinasi, khususnya pada kemampuan mengontrol halusinasinya. Terapi spiritual Gayatri Mantram bisa menjadi salah

20 H. Ramayulis “Psikologi Agama” (Jakarta: Kalam Mulia, 2016) h 162

27

satu alternatif terapi bagi pasien, karena bisa dilakukan kapan saja tanpa perlu sarana yang mahal. Dibandingkan dengan terapi aktivitas kelompok, terapi spiritual Gayatri Mantram mempunyai keuntungan karena bisa dilakukan sendiri tanpa memerlukan pendamping dari perawat dan pasien dapat melakukannya sendiri di tempat tidur.21

21 Putu Agus Windu Yasa Bukian, PENGARUH TERAPI SPIRITUAL GAYATRI MANTRAM TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI TAHUN 2018, Vol. 3, No. 2, September 2018

BAB III

PRAKTIK GAYATRI MANTRAM DI PURA SATYA LOKA ARCANA

A. Sejarah Pura Satya Loka Arcana

Pura Satya Loka Arcana mulai dibangun pada tahun 2006. Yang berlokasi di dalam perumahan dinas TNI Angkatan Laut, Ciangsana, Gunung Putri, Bogor,

Jawa Barat. Pada awalnya Pura ini diperuntukan bagi anggota TNI Angkatan Laut yang bermukim disekitar lingkungan perumahan Dinas TNI Angkatan laut. Setelah melihat perkembangan umat Hindu yang ada disekitar TNI Angkatan Laut yang terus berkembang, maka Pura ini digunakan bersama warga di perumahan dinas TNI

Angkatan Laut dan Umat Hindu yang berada disekitarnya. Sama halnya dengan Pura yang lainnya, pengembangan dan pemeliharaan dilakukan secara bersama pula.1

Pura Satya Loka Arcana diresmikan pada tangal 30 Juli 2009, oleh Kepala

Staff Angkatan Laut, Bapak Laksama Tedjo Edhi Purdijatno, SH. Pura Satya Loka

Arcana berdiri diatas tanah dengan luas 3300 m2. Di dalam Pura, berdiri tempat kesenian juga sekolah agama (Prasaman) sebagai sarana pendidikan dan kebudayaan yang diperuntukan untuk anak usia dini hingga SMA sederajat. Selain hal tersebut,

Pura ini juga dipelihara dengan baik oleh Umat Hindu yang berada di sekitarnya.

Banjar Ciangsana yang memelihara Pura, terdiri dari warga Perumahan Villa Nusa

Indah 1-2-3-5, Kota Wisata, Legenda Wisata, Sakura Regency 1-2, Rafless Hills,

Limus Pratama, dan Rum-Dis TNI, TWP TNI. Saat ini Pura Satya Loka Arcana

1 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019

28

29

berada diantara beberapa tempek, yaitu Tempek Villa Nusa Indah, Tempek Bumi

Mutiara, Tempek Cileungsi, dan Tempek Ciangsana.

Dalam membangun Pura, Umat Hindu memperhatikan bagaimana posisi tempat, struktur tanahnya. Kemudian, diadakan berbagai rangkaian upacara, seperti:

1. Upacara Pamungkah

Upacara Pamungkah adalah Upacara awal dalam persiapan membangun

sebuah Pura, yakni merubah status tanah, yang sebelumnya mungkin adalah

hutan, sawah, ataupun ladang. Jenis Upacara ini dilaksanakan berkaitan

dengan adanya pembanguan baru.

2. Upacara Nyukat Karang.

Upacara ini dilaksanakan dengan maksud mengukur secara pasti tata letak

bangunan yang akan didirikan, dan luas masing-masing mandala pura,

sehingga tercipta sebuah tatanan pura yang seusai dengan aturan yang

termuat baik dalam Asta Kosala-Kosali, maupun Asta Bumi.2

3. Upacara Nasarin

Upacara ini adalah Upacara peletakan batu pertama, Pada Upacara ini

ditanam sebuah bata merah yang telah diberikan doa-doa, kemudian bata ini

dibungkus menggunakan kain putih.3

2 Asta Kosala-Kosali dan Asta Bumi, adalah fengshui tata ruang dan bangunan untuk tempat suci maupun rumah tradisional dalam Hindu. 3 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019

30

4. Upacara Memakuh

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan semua dari kotoran tangan undagi

(para pekerja bangunan) agar para Dewa/ Bhatara/ Bhatari berkenan untuk

senantiasa mampir di Pura ini.

5. Upacara Mendem Pedagingan

Upacara ini dilaksanakan sebagai lambang singgasana Hyang Widhi yang

sematkan di dalam Pura. Agar senantiasa diberkati setiap doa dari Umat

Hindu yang dating untuk Sembahyang.

6. Ngenteg Linggih

Ngenteg Linggih adalah sebagai rangkaian Upacara paling akhir dari

pelaksanaan Upacara mendirikan sebuah pura, secara estimologinya ngenteg

berarti menetapkan dan linggih berarti menobatkan. Jadi Ngenteg Linggih

adalah Upacara penobatan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya pada

Pura yang dibangun, sehingga Beliau berkenan kembali setiap saat terutama

bila dilangsungkan segala kegiatan Upacara di pura yang bersangkutan.

B. Sarana Pendidikan

Dalam Agama Hindu, Sekolah Pendidikan Agama dan Aktifiitas Budaya

Untuk Siswa-Siswi, disebut dengan Pasraman. Adanya Pasraman sendiri karena diperlukannya untuk pendidikan Agama Hindu. Karena, banyak sekolah umum yang tidak ada pendidikan Agama Hindu, dan juga terbatasnya guru Agama Hindu. Lalu, dibangunlah sebuah yayasan yang didirikan pada tahun 2010 untuk mewadahi

31

Pendidikan Agama Hindu dalam Pura Satya Loka Arcana, yang dinamakan dengan

Pasaraman Dharma Santhi Giri.

Dalam yayasan ini, disediakan berbagai kelas untuk sarana umat Hindu untuk belajar pendidikan Agama. Mulai dari kelas Anak Usia Dini, Sekolah Dasar (untuk kelas 1-6), Sekolah Menengah Pertama (untuk kelas 7-9), Sekolah menengah Atas

(untuk kelas 10-12). Selain Pendidikan formal yang diberikan, siswa-siswi juga diberikan extra kurikuler yang bersifat wajib seperti praktik membuat canang sari4, latihan bleganjur5, latihan gamelan gong, event pesantian kilat, dan sebagainya.

C. Upacara Keagamaan

Menurut informasi yang diberikan oleh Bapak Duwijo, setiap Lima Belas

Hari diadakan upacara Purnamo Tilem. Upacara yang dilakukan saat Lima Belas Hari pertama dinamakan Purnamo, dan Lima Belas Hari berikutnya Tilem. Lalu ada pula yang dilakukan setiap hari, seperti Nitiyo Karmo. Ada Nainike Karmo yang dilakukan pada saat sewaktu-waktu sembahyang. Nainike Karmo ini dilakukan dalam tiga waktu yang disebut Trisandya.

Trisandya dilakukan pada saat matahari terbit, matahari diatas kepala, dan pada matahari terbenam. Ada yang dinamakan Kliwon yang dilakukan setiap lima hari dalam lima belas hari. Dalam penyebutan Hindu, dan terdapat upacara yang dilakukan setiap sasikh (bulan) dan wukukh (tahun).

4canang sari, adalah upakāra (perlengkapan) keagamaan umat Hindu di Bali untuk persembahan tiap harinya. Persembahan ini dapat ditemui di berbagai Pura.

5 Bleganjur, gamelan khas Bali.

32

Dalam Hindu juga mereka mengenal yang namanya berziarah. Ziarah yang mereka lakukan adalah dengan mendatangi tempat-tempat yang mereka anggap sangat sakral. Mereka biasa memulai dari tempat pura asal mereka, lalu menuju pura di Gunung Salak, yang berlanjut ke tempat-tempat di daerah Jawa. Berlanjut lagi sampai Bali, jikalau bisa sampai ke India sebagai tempat yang paling disucikan bagi

Umat Hindu. Ziarah ini disebut dengan Tirte Yarte.

Dalam menjaga tradisi dan mengingat kebesaran Pura mereka juga memperingati awal berdirinya Pura yang mereka sebut dengan Pujowali. Pujowali ini seperti hal nya ulang tahun. Untuk Pura Satya Loka Arcana sendiri diadakan setiap enam bulan sekali. Wukukh dan Sasikh inilah yang menentukan kapan diadakannya upacara-upacara Hindu, seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, Hari Raya Saraswati, dan lainnya.6

D. Susunan Kepengurusan Pura Satya Loka Arcana

Pelindung :

1. Ketua PHDI Kabupaten Bogor.

2. I Ketut Sartika

3. I Nengah Sujana

Penasehat:

1. I Wayan Warka

2. I Made Pahit

3. Made Utama Yasa

6 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019

33

Pinandita:

1. Mangku Ida Bagus Adnyana

2. Mangku Wayan Susila

3. Mangku Nyoman Arimbawa

4. Mangku Duwijo

5. Mangku Rustam

6. Mangku I Gusti Komang Suta Wijaya

Pengurus :

1. Ketua : Gusti Made Pura Riana

2. Wakil Ketua I : I Wayan Noviaetha Jaya

3. Wakil Ketua II : I Ketut Sunarba

4. Sekretaris : I Nyoman Sujiatha

5. Wakil Sekretaris : I Dewa Gede Indra Kusuma

6. Bendahara I : Gusti Made Kastawa

7. Wakil Bendahara : Putu Eka Umbara

Seksi Suka Duka:

1. I Putu Arima

2. Wayan Astawa

Seksi Yadnya: a. Putu Ngurah Setiawan b. Made Kojasta

Seksi Banten:

34

a. Ni Ketut Widiarti b. Nyoman Martini

Seksi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rumah Tangga: a. I. Gede Putra Pertama b. Ida Bagus Astika

Seksi Kesenian, Pemuda, dan Olahraga: a. I Nyoman Sukana b. I Gusti Ngurah Pujawan Yadnya

Sekehe Gong: a. Gusti Ketut Witen b. I Gusti Ngurah Jelantik Mertha

Sekehe Pesantian: a. Komang Pramesti b. Ida Ayu Komang Asean

Seksi Bidang Khusus:

1. Kegiatan Usaha : I Kadek Warma Adnyana

I Made Yatna

2. Penggalian Dana : I Made Harta Wijaya

I Nyoman Suhendrayasa Bukian

3. HUMAS dan HAL : Dewa Made Sudharma

Dewa Made Bek

8. Persatuan Wanita Hindu Dharma (PWHDI) : Terlampir

35

9. Persatuan Pemuda Hindu Dharma (PPHD) : Terlampir

E. Praktik Gayatri Mantram di Pura Satya Loka Arcana

Gayatri Mantram dipercaya berpengaruh pada kesehatan mental melalui prosesi Meditasi dan Sembahyang. Di Pura Satya Loka Arcana, pelaksanaan

Trisandya (Sembahyang umat Hindu) dan meditasi dengan membaca Gayatri mantram yang rutin dilakukan. Sebagian besar umat Hindu percaya dengan melaksanakan Trisandya secara rutin akan memulihkan kembali atau menjerihkan kembali fisik dan mental yang terganggu dari stress dan masalah-masalah lainnya.

Melaksanakan Trisandya secara rutin berarti mengingat tuhan, dan dengan mengingat tuhan, tubuh dan pikiran akan senantiasa tenang karena setiap langkahnya akan diiringi oleh tuhan.7 Berikut adalah tata cara Trisandya:8

1. Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan, didahului dengan

penyucian fisik (Skala) dan batin (Niskala), dan sarana persembahyangan.

2. Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang

ucapkan mantram ini:

Om prasada sthiti sarira siwa suci

nirmalàya namah swàha

(Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMu telah duduk tenang, suci dan

tiada noda.)

7 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019 8 Doa Sehari-hari menurut Hindu, (Redaksi Pustaka Manikgeni, 1994)

36

3. Bersihkan tangan menggunakan air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan

pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri

dan ucapkan mantram:

Om suddha màm swàha

(Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba, atau bisa juga pengertiannya untuk

membersihkan tangan kanan)

4. Posisi tangan di balik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan

ucapkan Mantram:

Om ati suddha màm swàha

(Ya Tuhan, bersihkanlah tangan kiri hamba)

5. Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap

amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibu jari menjepit pangkal dupa yang

ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:

Om Am dupa dipàstraya nama swàha

(Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah

hamba seperti sinarMu.)

6. Dilanjutkan dengan mengucapkan Gayatri Mantram:

Om bhùr bhvah svah

tat savitur varenyam

bhargo devasya dhimahi

dhiyo yo nah pracodayàt

37

Namun, sebagian umat Hindu yang lainnya percaya melaksanakan Trisandya dan juga dengan meditasi menggunakan bacaan Gayatri akan membersihkan diri dari segala gangguan mental dan fisik manusia yang datang dari energi negatif yang terdapat dalam diri manusia. Terdapat beberapa tahap sebelum meditasi yaitu:9

1. Membersihkan diri sebelum meditasi

Pembersihan diri atau yang biasa disebut dengan Malukat tedapat 2 tahap,

yaitu pembersihan Skala (fisik) dan juga Niskala (batin). Melukat juga merupakan

upaya penyeimbangan antara Bhuana Alit (tubuh manusia) dan Bhuana Agung

(Alam Semesta). Energi Bhuana Alit harus diseimbangkan dengan Bhuana Agung.

Karena energi yang terbesar dan selalu positif adalah energi alam. Energi yang ada

pada Bhuana Alit (tubuh manusia) biasanya dipengaruhi banyak hal, makanya

berubah menjadi negatif. Perubahan energi itulah yang membuat kita kadang

merasa gelisah, uring – uringan, bahkan mengidap sakit tahunan.

2. Membaca Gayatri Mantram secara berulang.

Duduk bersila sambil membaca Gayatri Mantram sebanyak lima kali, yang

bertujuan untuk memusatkan pikiran dan juga membersihkan lapisan pikiran.

Energi Gayatri masuk ke kepala melalui tulang belakang dan menyebar ke seluruh

tubuh, energi, dan juga atma. Getaran halus pada Gayatri Mantram diyakini

membawa energi yang positif bagi tubuh sehingga membuat tubuh menjadi lebih

rileks dan membuat tubuh menjadi lebih tenang.

9 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019

38

3. Mengatur nafas

Tarik nafas perlahan dari hidung, lalu keluarkan perlahan- lahan. Hitung

nafas dalam hati dan dilakukan secara berulang. Udaraa yang keluar dan masuk

memberikan dampak rileks pada paru-paru dan karena telah mengeluarkan udaraa

kotor yang masuk kedalam tubuh.

Dijelaskan oleh Pak Duwijo, bahwa dalam Hindu, bahwa sejatinya manusia modern akan merasakan stres dan tekanan seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pokok manusia, problematika yang dialami manusia di zaman modern ini pun bermacam-macam, tergantung pada usia, dan profesinya. Bermeditasi menggunakan Gyatri Mantram dan membaca Gayatri Mantram pada saat

Sembahyang disarankan dilakukan secara rutin untuk membersihkan batin manusia.

Karena pada dasarnya, jika batin manusia sudah mulai sakit,maka fisiknya juga akan ikut berpengaruh.

Dalam bermeditasi pun seseorang akan mencapai beberapa tingkatan untuk mencapai ketenangan batin yang akan berpengaruh terhadap kesehatan mental bagi yang melaksanakannya. Disarankan untuk didampingi oleh guru untuk membantu berkonsentrasi dan menghindari hal-hal yang tidak baik yang mengganggu prosesnya.

Oleh Pak Duwijo, dijelaskan juga mengenai tingkatan-tingkatan dalam bermeditasi, diantaranya: 10

10 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019

39

1. Pratyahara

Pratyahara berarti penarikan indriya-indriya dan pikiran dari obyek-obyek luar. Dengan konsentrasi atau berusaha "memegang" obyek meditasi.Dengan memfokuskan diri pada keluar masuknya udara dalam hidung.

2. Dharana

Dharana adalah konsentrasi yang telah terbentuk. Bila setiap meditasi obyek sudah dapat terpegang dengan baik, berarti kekuatan konsentrasi sudah terbentuk.

3. Dhyana

Setelah berkonsentrasi dengan baik, maka saluran- saluran energi dalam tubuh akan berkembang, dan inilah yang disebut tahap memasui meditasi.

Karena sudah berhasil untuk berkonsetrasi penuh.

4. Samaprajnata Samadhi

Tahap ini adalah tahap dimana sudah memasuki bathin dan kondisi badhan halus, karena sudah berkonsentrasi penuh dan keluar dari pikiran-pikiran duniawi. Bagi yang mengalami tahap ini, sensasinya bermacam-macam. Ada yang melihat cahaya biru kecil, ada yang melihat cahaya dari langit menghujam ke seluruh badan, ada yang melihat cahaya warna-warni yang indah sekali, ada yang tubuhnya merasa ringan sampai seperti terbang, ada yang merasa terangkat dari tempat duduknya, ada yang merasa tubuhnya membesar atau sebaliknya tubuhnya mengecil.

40

5. Asamprajnata Samadhi

Setelah kedua proses ini batin mulai normal kembali dan tenang-seimbang, inilah upeksha. Pada tahap upeksha ini, batin sepenuhnya hening. Tidak ada lagi gejolak. Ibarat air laut, tidak ada riak gelombang lagi. Batin benar-benar tenang dan seimbang.

Jika sudah melewati beberapa tingkatan diatas, maka batin akan semakin tenang dan juga tubuh seperti dilahirkan kembali, jika dilakukan secara benar dan terus menerus, maka akan sangat berdampak bagi kesehatan mental manusia dan juga terhindar dari hal- hal negatif seperti emosi, stres, dan lain sebagainya.

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISA DATA PENGARUH GAYATRI MANTRAM BAGI

KESEHATAN MENTAL DI PURA SATYA LOKA ARCANA BEKASI

Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa responden penelitian terkait pengaruh Gayatri Mantram bagi kesehatan mental. Peneliti mengambil beberapa sampel dari umat Hindu yang berusia sekitar 20 sampai 25 tahun dan terdaftar sebagai jamaah di Pura Satya Loka Arcana, berikut adalah identitas responden:

No Nama Responden Usia Responden Profesi

1 I Putu Mahardika 22 tahun Freelance

2 Putu Muthia Dewi 22 tahun Karyawan Swasta

3 I Gusti Agung Ayu 20 tahun Mahasiswa

4 Agung Ingga 25 tahun Wiraswasta

5 Ni Ketut Dewi 20 tahun Mahasiswa

Utami

6 I Gusti Putu Gede 23 tahun Karyawan Swasta

Peneliti menggunakan teori Isep Zainal Arifin mengenai penilaian kondisi kesehatan jiwa seseorang. Menurut Isep Zainal Arifin (2009: 17) mengemukakan cara menilai kondisi kesehatan jiwa seseorang dapat dilihat dari tiga segi:1

1 http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs, diakses pada tanggal 12 November 2019

41

42

a. Dari manifestasi proses jiwanya

1. Proses berfikir

2. Daya ingat

3. Stabilitas emosi

4. Kemauan dan inisiatif

5. Tingkah laku b. Dari pengaruh kondisi kesehatan jiwa terhadap fungsi tubuh pada

1. Jantung

2. Saluran pernapasan

3. Sistem hormonal

4. Saluran pencernaan

5. Otot, tulang, dan lain-lain. c. Dari visi kehidupan sosial sehari-hari

1. Bagaimana menjalankan peran

2. Hubungan intrapersonal

3. Penggunaan waktu senggang

Peneliti menggunakan teori dari Hana Djumhana, sebagai indicator dari pola kesehatan mental. Hana Djumhana Bastaman ( 1997:133) merangkum pola- pola wawasn kesehatan jiwa menjadi empat pola beserta orientasinya, yaitu:2

a. Pertama, pola wawasan yang berorientasi simtomatis menganggap bahwa

hadirnya gejala (symptoms) dan keluhan (compliants) merupakan tanda

adanya gangguan atau penyakit yang diderita seseorang. Sebaliknya hilang

2 Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 1997), hlm. 133-135.

43

atau berkurangnya gejala dan keluhan-keluhan itu menunjukkan bebasnya

seseorang dari gangguan atau penyakit tertentu. Dan ini dianggap sebagai

kondisi sehat. Dengan demikian kondisi jiwa yang sehat ditandai oleh

bebasnya seseorang dari gejala-gejala gangguan kejiwaan tertentu

(psikosis). b. Kedua, pola wawasan yang berorientasi penyesuaian diri. Pola ini

berpandangan bahwa kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri

merupakan unsur utama dari kondisi jiwa yang sehat. Dalam hal ini

penyesuaian diri diartikan secara luas, yakni secara aktif berupaya

memenuhi tuntutan lingkungan tanpa kehilangan harga diri, atau memenuhi

kebutuhankebutuhan pribadi tanpa melanggar hak-hak orang lain.

Penyesuaian diri yang pasif dalam bentuk serba menarik diri atau serba

menuruti tuntutan lingkungan adalah penyesuaian diri yang tidak sehat,

karena biasanya akan berakhir dengan isolasi diri atau menjadi mudah

terombang-ambing situasi. c. Ketiga, pola wawasan yang berorientasi pengembangan potensi pribadi.

Bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makhluk bermartabat yang

memiliki berbagai potensi dan kualitas yang khas insani (human qualities),

seperti kreatifitas, rasa humor, rasa tanggungjawab, kecerdasan, kebebasan

bersikap, dan sebagainya. Menurut pandangan ini sehat mental terjadi bila

potensi-potensi tersebut dikembangkan secara optimal sehingga

mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Dalam

mengembangkan kualitas-kualitas insani ini perlu diperhitungkan

44

normanorma yang berlaku dan nilai-nilai etis yang dianut, karena potensi

dan kualitas-kualitas insani ada yang baik dan ada yang buruk.

d. Keempat, pola wawasan yang berorientasi agama/kerohanian.

Berpandangan

bahwa agama/kerohanian memiliki daya yang dapat menunjang kesehatan

jiwa. kesehatan jiwa diperoleh sebagai akibat dari keimanan dan ketaqwaan

kepada Tuhan, serta menerapkan tuntunan-tuntunan keagamaan dalam

hidup.

A. Deskripsi data

a. Wawancara dengan responden satu3

Subjek pertama bernama Putu, beliau adalah seorang freelance programmer. Beliau mengatakan bahwa beberapa bulan yang lalu merasa tertekan oleh pekerjaannya di salah satu perusahaan Start up dan stress karena beberapa klien mempunyai permintaan yang beragam dan seringkali tidak sanggup dipenuhi olehnya. Faktor ini membuat dirinya menjadi mudah marah, dan juga cepat Lelah. Beliau juga berkata bahwa beberapa bulan yang lalu kehilangan banyak waktu untuk tidur. Beliau juga mengatakan walaupun dirinya aktif bekerja, beliau tetap menyempatkan diri untuk bersosialisasi dengan teman- temannya untuk mengurangi stress. Namun, walaupun kehidupan sosial dan karir berjalan beriringan, beliau merasa hatinya tidak kunjung tenang, bahkan semakin hari, energinya seperti terkuras habis dan lelah berkepanjangan.

3 Wawancara dengan I Putu Mahardika

45

Ketika responden ditanya, bagaimana responden menemukan jalan keluar dari permasalahan dan problem yang sedang dijalani, responden bercerita bahwa beberapa bulan yang lalu, jarang melakukan ibadah dan tidak pernah melakukan meditasi, karena keterbatasan waktu untuk beribadah secara rutin. Namun, saat beberapa bulan yang lalu dirinya mulai merasakan bahwa dirinya semakin hari kondisi fisik dan kondisi mentalnya semakin buruk, responden bercerita kepada pandita dan disarankan untuk lebih sering membaca Gayatri saat beribadah dan bermeditasi.

Dirinya mulai mengamalkan Gayatri Mantram dalam setiap ibadah dan meditasi, beberapa bulan kemudian, dirinya mulai merasakan manfaatnya dan merasa menjadi jauh lebih baik. Dirinya saat ini mulai tenang dalam memikirkan pekerjaan dan dirinya tidur lebih nyenyak, karena meluangkan waktunya untuk mengamalkan Gayatri mantram dalam kesehariannya.

b. Wawancara dengan responden dua4

Subjek yang kedua bernama Muthia, berusia 22 tahun dan bekerja sebagai marketing di salah satu perusahaan trading. Saat ditanya apakah ada yang mengganggu pada saat ini, beliau berkata sedang stress dalam mempersiapkan pernikahan dan pekerjaannya yang membuatnya stress dan sulit untuk beristirahat.

Beliau mengatakan persiapan pernikahan sangat banyak, dan ada banyak sekali yang diurus, belum lagi adanya perdebatan antara dirinya dan tunangannya apabila sedang tidak sepaham. Beliau sering menangis dan mudah marah karena

4 Wawancara dengan Putu Muthia Dewi

46

stress, bahkan pernah diopname di Rumah Sakit karena masalah pencernaan dan salah satu pemicunya adalah kelelahan dan stress.

Saat ditanya apakah dirinya sering mengamalkan Gayatri mantram, responden mengatakan, pada awalnya dirinya jarang mengamalkan Gayatri mantram. Dirinya berkata hanya membaca Gayatri apabila sedang beribadah di

Pura saja. Akan tetapi, beberapa minggu ini dirinya sering menemui pandita di

Pura untuk mengurus pernikahan dan meminta petuah dari pandita, pandita menyarankan responden untuk bermeditasi dan sering membaca Gayatri dalam aktifitasnya.

Beliau mengatakan baru dua kali melaksanakan meditasi namun manfaatnya mulai terasa, dirinya menjadi lebih tenang, dan tubuhnya menjadi lebih rileks bahkan saat sembahyang dirinya sampai menangis karena merasa selama ini kurang dekat dengan tuhan, responden juga mengatakan bahwa pada saat ini, dirinya mulai sering membaca Gayatri dalam aktifitasnya, dan merasakan aura positif pada dirinya sehingga sedikit terhindar dari stress.

c. Wawancara dengan responden tiga5

Subjek yang ketiga bernama Widya, mahasiswa dari jurusan psikologi di

Universitas Gunadarma Kalimalang dan saat ini sedang berada di semester tujuh.

Beliau berkata bahwa saat ini jadwal perkuliahan, praktik perkuliahan, dan ujian akhir semester seringkali membuatnya stress. Karena seorang mahasiswa psikologi, dirinya sadar betul dirinya sedang tidak baik-baik saja dan harus segera ditangani.

5 Wawancara dengan I Gusti Agung Ayu Dian Widyasari Utami

47

Saat ditanya apakah dirinya sering mengamalkan Gayatri Mantram, beliau berkata bahwa dirinya sering mengamalkan Gayatri Mantram pada saat ini, mengingat dirinya berada di kondisi yang rentan stress, beliau sering membaca

Gayatri mantram dalam setiap kegiatannya. Saat beliau membaca Gayatri dirinya menjadi lebih rileks, menjadi lebih tenang dan semakin hari dampak dari Gayatri makin terasa dalam kesehatan mental dan fisiknya. Beliau berkata lebih mudah tidur dan tidak mudah cemas setelah membaca Gayatri.

d. Wawancaa dengan responden empat6

Subjek selanjutnya adalah Ingga, pria berusia 25 tahun, dan berprofesi sebagai wiraswasta. Beliau merupakan calon suami dari Muthia, responden sebelumnya. Beliau bercerita dirinya sedang merintis usaha setelah resign dari pekerjaan lama nya, di sebuah perusahaan swasta. Keputusan dirinya untuk membangun sebuah usaha ternyata tidak mudah dan banyak sekali rintangan.

Dirinya juga sedang mempersiapkan pernikahan, dan seringkali dibuat cemas oleh persiapan pernikahan.

Karena ada banyak sekali yang dipersiapkan, sehingga dirinya pun sulit untuk mebagi waktu antara persiapan pernikahannya dan juga pekerjaannya.

Karena stress dan kurang beristirahat, beliau menjadi mudah sekali marah dalam setiap kondisi, dan mudah sekali marah terhadap pasangannya. Beliau berkata, sulit sekali menetralkan pikiran apabila sudah merasa lelah, dan tidak jarang jatuh sakit.

6 Wawancara dengan agung Ingga

48

Saat ditanya apakah beliau sering mengamalkan Gayatri Mantram, beliau berkata awanya hamper tidak pernah. Karena dirinya merasa baik-baik saja dan biasa saja atas kondisinya. Beliau akhirnya sadar akan kesehatan mental dan disiknya yang semakin mengganggu aktivitasnya, dan merasa kondisinya saat ini karena diirnya jauh dai agama. Beliau awalnya dinasehati oleh calon istrinya untuk lebih sering beribadah dan mengamalkan Gayatri mantram dalam setiap aktivitasnya, baik dalam meditasi ataupun dalam peribadatan.

Mulai saat itu, dirinya mulai mengamalkan Gayatri mantram, dan perlahan-lahan merasakan manfaatnya. Idirnya menjadi jauh lebih rileks, mudah tidur, dan tidak cemas. Dirinya merasa lebih dekat dengan agama, dan mengamalkan Gayatri dalam kehidupan sehari-harinya membuat dirinya menjadi jauh lebih baik dari fisik maupun mentalnya.

e. Wawanara dengan responden lima7

Subjek selanjutnya adalah Dewi, yaitu seorang mahasiswa Universitas

Udayana yang kebetulan sedang pulang kerumahnya di Bekasi. Beliau mengatakan tidak ada yang membuatnya stress maupun terganggu pada saat ini karena beliau merasa terbiasa untuk mengamalkan Gayatri Mantram dalam kesehariannya. Beliau juga berkata bahwa tinggal di Bali, membuat dirinya jauh lebih dekat dengan agama karena selalu diajak sembahyang, dan erring diingtkan orangtua untuk selalu beribadah dan ingat kepada tuhan, untuk menjaga dirinya sendiri.

7 Wawancara dengan Ni Ketut Dewi Utami

49

Subjek juga mengatakan bahwa dengan rajin beribadah, hidupnya bahagia dan tentram. Beliau sadar akan pentingnya beribadah dan baginya, selalu membaca Gayatri Mantram membuat diirnya jauh dari hal-hal buruk. Karena beliau percaya, Gayatri mantram dapat mengusir hal-hal yang buruk. Karena beliau percaya, Gayatri Mantram dapat mengusir hal-hal negative, seperti yang beliau katakana pada awal wawancara, beliau saat ini aktif dalam bermeditasi bila ada acara besar, dan juga aktif dalam beribadah dan mengamalkan Gayatri

Mantram. Beliau merasakan ketenangan jiwa dan jarang merasa stress dan marah.

f. Wawancara dengan responden enam8

Subjek yang keenam bernama Putu gede, beliau seorang karyaan swast di

Jakarta, beliau berkata sering marah dan sakit kepala, alas an utamanya adalah pekerjaan dan juga kemacetan di Jakarta, beeliau mengatakan bekerja di Jakarta dan pergi kekantor menggunakan kendaraan pribadi, lantas membuatnya mudah marah dan juga sakit kepala. Karena macet, dan banyak pengendara yang tidak tertib akan peraturan lalu lintas.

Sedangkan, masalah pekerjaan yang membuatnya stress, adalah karena harus berangkat sangat pagi, dan harus pulang larut malam, belum lagi pekerjaan yang menumpuk membuatnya seringkali sakit kepala. Saat ditanya apakah dirinya sering mengamalkan Gayatri mantram dan sering melaksanakan ibadah, dirinya berkata bahwa jarang sekali, dan jarang ke Pura untuk beribadah tiap minggu.

Beliau mengatakan dirinya belum merasakan manfaat dari gayatri Mantram dan belum mengamalkannya secara rutin.

8 Wawancara dengan I Gusti Putu Gede

50

B. Analisa data penelitian

a. Analisa responden pertama

Responden pertama bernama I Putu Mahardika, seorang freelance IT programmer. Responden mengeluhkan dirinya mudah marah, cepat lelah, kesulitan untu tidur, dan merasa dirinya tertekan. Menurut teori dari Hana

Djumhana, pernyataan responden berkaitan dengan pola pertama, yaitu pla simptomatis, yaitu adanya gejala (symptoms) dan keluhan (complaints) dan merupakan tanda apabila kesehatan mentalnya sedang tidak baik. Sebagai teori pendukung, bila dilihat dari teori dari Isep Zainul Arifin, stabilitas emosi responden yang berpengaruh pada kesehatan dan fungsi organ responden, kondisi fisik dan mental responden sedang tidak prima.

Saat responden ditanyakan apakah sering mengamalkan Gayatri dan sering beribadah, responden mengatakan pada awalnya tidak pernah mengamakan

Gayatri pada kesehariannya, pada saat kondisi fisiknya dan mentalnya mulai dirasakan makin mengganggunya, akhirnya responden berkonsultasi pada pandita.

Ini berkaitan dengan teori dari Hana Djumhana yang ketiga, yaotu pola wawasan yang berorientasi pada pengembangan potensi pribadi.

Selanjutnya, pernyataan responden yang mengatakan bahwa semenjak menggunakan atau mengamalkan Gayatri Mantram, dirinya menjadi jauh lebih tenang, tidak kesulitan lagi untuk tidur, dan merasa jauh lebih baik. Pernyataan responden ditatas dapat dikatakan bahwa responden sudah mulai merasa lebih baik, dan sudah tidak lagi merasakan symtoms atau gejala dari kesehatan mental

51

yang terganggu. Tidak adanya symptoms dan complaints dari dirinya, merupakan pertanda bahwa dirinya lepas dari gejala kesehatan mental yang terganggu.

Pernyataan responden diatas, berkaitan dengan teori dari Hana Djumhana dalam pola keempat, yaitu pola wawasan yang berorientasi terhadap agama, berpandangan bahwa agama mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan jiwa, karena kesehatan jiwa diperoleh dari keimanan dan ketakwaan kepada

Tuhan. Responden menemukan bahwa agama memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental dari dirinya, dan merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, karena sering mengucapkan Gayatri mantram dalam kesehariannya.

b. Analisa responden kedua

Responden selanjutnya bernama Muthia, yang berusia 22 tahun, dan bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan swasta. Beliau mengatakan bahwa dirinya sering kali sakit karens stress, mudah menangis dan mudah marah. Pekerjaan dan persiapan pernikahan membuat dirinya sangat tertekan. Dala teori dari Hana Djumhana, pernyataan resonden diatas dikaitkan dengan pola pertama, yaitu pola simptomatis, yaitu hadirnya gejala (symtoms) dan keluhan (complaints) merupakan tanda bahwa kesehatan mentalnya sedang tidak baik-baik saja.

Apabila dilihat dari teori Isep Zainul stabilitas emosi dari responden, dan kondisi mental yang berpengaruh terhadap kondisi fisik, dalam Psikologi, kondisi ini disebut dengan Psikosomatik. Psikosomatik dapat diartikan sebagai penyakit atau keluhan fisik yang disebabkan maupun diperburuk oleh pengaruh factor mental pada diri seseorang.

Psikosomatik biasanya berawal dari masalah psikologis, seperti takut, stress, depresi, atau cemas. Penurunan kndisi fisik ini timbul akibat adanya peepasan adrenalin kedalam pembulu darah, yang sering muncul saat stress, maupun gelisah.

52

Berikutnya, responden mengatakan bahwa dirinya pada walnya jarang menggunakan atau mengamalkan Gayatri Mantram dalam kehidupan sehari-harinya, nemun beberapa waktu ini sering ke Pura untuk mengurus pernikahan dan untuk meminta petuah dari Pandita. Dan sang Pandita berkata bahwa dirinya harus sering mengamalkan

Gayatri dalam setiap peribadatan. Dan saat ini, dirinya mulai mengamalkan Gayatri, dan mulai melakukan meditasi secara rutin.

Dilihat dari pernyataan diatas, berkaitan dengan teori dari Hana Djumhana, yaitu pola pengembangan diri dan pola wawasan yang berorientasi agama. Responden sadar akan dirinya yang selalu merasa tertekan hingga kondisi mentalnya berpengaruh terhadap kondisi fisiknya, dan harus lepas dari perasaan tersebut. Responden juga merasakan bahwa dengan dirinya yang lebih sering mengamalkan Gayatri, baik dalam kesehariannya, saat beribadah dan saat bermeditasi, membuat responden mulai merasakan dampak yang positif bagi mental maupun fisiknya.

c. Analisa responden tiga

Responden ketiga, bernama Widya, responden berusia 20 tahun yang berstatus sebagai mahasiswa Psikologi di Universitas Gunadarma Bekasi. Responden mengatakan bahwa kesibukannya sebagai mahasiswa seringkali membuat dirinya stress dan sakit kepala. Dirinya sadar betul bahwa dirinya mempunyai symtoms stress dan harus segera ditangani. Sesuai dengan teori dari Hana Djumhana yaitu pola simptomatis, yang menganggap bahwa adanya symtoms dan adanya keluhan dari dirinya yang harus segera ditangani.

Dirinya mengatakan bahwa saat dirinya menggunakan atau mengamalkan Gayatri mantram, dirinya menjadi lebih tenang dan menjadi lebih rileks. Pernyataan dirinya menjadi lebih rileks saat mengamalkan Gayatri Mantram berkaitan dengan pola Hana

Djumahana yang keempat yaitu pola wawasan yang berorientasi agama, responden sadar

53

bahwa agama mempunyai pengaruh yang besar terhadap kondisi fisiknya maupun kondisi mentalnya menjadi lebih positif.

d. Wawancara dengan responden keempat

Responden yang keempat bernama Agung Ingga, seorang wirausahawan yang berusia 25 tahun. Responden mengeluhkan serigkali merasa stress karena sedang memulai usahanya dan sedang mempersiapkan pernikahan dirinya dengan responden sebelumnya, Putu Muthia Dewi. Beliau juga berkata dalam merintis usaha, dirinya pernah dibohongi oleh orang lain. Responden juga mengatakan bahwa dirinya mudah marah dan mudah merasa lelah.

Pernyataan responden, berkaitan dengan teori dari Isep Zainu Arifin yang mengatakan bila salah satu ciri dari kondisi mental yang sedang tidak baik adalah saat seseorang mudah marah dalam setiap kondisi, berarti stabilitas emosinya terganggu. Dan didukung oleh teori dari Hana Djumhana, pola simptomatis, yaitu adanya gangguan dan keluhan, adalah sebuah tanda dari kesehatan mental yang sedang tidak baik-baik saja.

Saat ditanya apakah dirinya pernah atau sering mengamalkan Gayatri Mantram dalam kesehariannya, beliau berkata bahwa pada awalnya, dirinya jarang sekali mengamalkan Gayatri Mantram dan jarang sekali beribadah ke Pura. Namun, saat beliau dinasehati oleh calon istrinya, untuk lebih sering beribadah dan mengamalkan Gayatri, beliau mulai mengamalkan Gayatri dalam setiap aspek kehidupannya. Dirinya dan calon istrinya yang sering dating ke Pura untuk mengurus pernikahan, membuat dirinya sering bertemu Pandita dan dinasehati untuk lebih sering beribadah dam mengamalkan Gayatri

Mantram.

Responden yang mulai mengamalkan Gayatri Mantram, dan perlahan-lahan mulai merasakan dampak positif pada dirinya. berkaitan dengan teori dari Hana

Djumhana, yaitu pola wawasan yan berorientasi agama. Responden sadar bahwa agama

54

mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan jiwa nya, karena kesehatan jiwa diperoleh dari keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan.

e. Analisa responden kelima

Responden yang kelima adalah Dewi, yang berusia 20 tahun, dan berstatus sebagai mahasiswa di di Universitas Udayana. Responden mengatakan bahwa dengan dirinya berada di lingkungan yang mayoritas beragama Hindu, membuat dirinya semangat dan menjadi lebih sering beribadah. Responden mengatakan bahwa tidak ada yang membuat dirinya stress pada saat ini, dan tidak ada keluhan dari kesehatan mental maupun fisiknya, menunjukan bahwa responden menganggap kesehatan mental dan fisiknya dangat penting untuk dijaga.

Saat ditanya, apakah sering menggunakan atau mengamalkan Gayatri Mantram dalam kesehariannya, jawabanna adalah sering. Bahkan dirinya mengamalkan Gayatri dalam setiap kegiatan. Beliau mengatakan bahwa dirinya juga sering melaksanakan meditasi bila sedang liburan dan sedang pulang kerumahnya, sambal didampingi oleh guru. Pernyataan beliau berkaitan dengan teori dari Hana Djumhana yaitu pola berorientasi agama, dan pola wawasan yang berorientasi pada pengembangan potensi pribadi.

Responden mengembangkan nilai-nilai positif dalam kehidupannya, dan responden sadar bahwa dengan meditasi dan ibadah dan mengamalkan Gayatri dalam sehari-harinya, mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kesehatan mentalnya.

Pernyataan responden diatas juga dapat dikaitkan dengan teori dari Isep Zainul Arifin yang mengatakan bahwa kesehatan mental seseorang dapat dinilai dari kemuan dan inisiatif, dan perilaku seseorang. Bebasnya seseorang dari keluhan fisik yang disebabkan oleh masalah pada psikologisnya, juga merupakan indikator bahwa seseorang sehat secara mental.

55

f. Analisa responden keenam

Responden selanjutnya adalah Putu Gede, yang berusi 23 tahun, dan merupakan seorang karyawan swasta. Responden mengeluhkan bahwa dirinya mudah marah dan dirinya stress karena pekerjaan. Saat ditanya apakah responden sering beribadah atau mengamalkan Gayatri Mantram dalam kehidupan sehari-harinya, beliau mengatakan bahwa dirinya beribadah bila ada acara besar di Pura dan beberapa waktu tidak berangkat ke Pura karena masalah pekerjaan yang harus berangkat ke luar kota.

Pernyataan responden diatas, berkaitan dengan teori dari Isep Zainul Arifin yang mengatakan bahwa tanda dari tidak baiknya kesehatan mental seseorang dapat dilihat dari stabilitas emosi dari individu tersebut. Responden belum sadar akan pengaruh dari

Gayatri Mantram dan belum merasa bahwa Gayatri Mantram mempunyai pengaruh yang besar bagi dirinya dan kesehatan mentalnya.

Berdasarkan penelitian dan analisa data diatas, dapat disimpulkan bahwa Gayatri

Mantram mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap Kesehatan Mental. Dapat dibuktikan dari data diatas, 90% responden mengatakan dirinya menjadi lebih tenang, dan merasa dirinya menjadi semakin baik, setelah mengamalkan Gayatri Mantram dalam kehidupannya sehari-hari.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Gayatri Mantram merupakan ibu dari segala Mantram. Tercatat dalam Rg

Veda 3.62.10, Yajur Veda 22.9. Gayatri Mantram yang sangat mulia, dipercaya mempunyai aura positif dan dipercaya oleh beberapa umat Hindu dapat berpengaruh bagi kesehatan mental bagi yang selalu mengamalkannya. Gayatri Mantram biasanya digunakan dalam peribadatan dan dalam meditasi. Contoh penggunaannya adalah dalam Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Menggunakan Gayatri Mantram sebagai terapi bagi pasien skizofrenia untuk mengontrol halusinasi pasien.

Di Pura Satya Loka Arcana, Gayatri Mantram juga dipraktikan dalam meditasi, terbukti oleh beberapa responden yang merasa lebih baik setelah meditasi menggunakan Gayatri Mantram. Responden yang lainnya juga merasakan manfat

Gayatri Mantram yang diamalkan melalui peribadatan dan dibacakan sebelum melakukan kegiatan. Beberapa responden menyebutkan bahwa setelah mempraktikkan Gayatri Mantram, hatinya menjadi lebih tenang, dan kesehatan mentalnya menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

57

58

B. Saran

Terkait sumbangsih skripsi ini terhadap jurusan Studi Agama-Agama, peneliti berharap semoga penelitian ini bukanlah akhir dari penelitian tentang Gayatri

Mantram, namun peneliti berharap Gayatri Mantram dapat ditelusuri lebih lanjut lagi, karena Gayatri Mantram merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul. Bambang. Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia,2008.

Aziz-Quussy, Abdul. Yang dialihbahasakan oleh Zakiah Darajat “Pokok-Pokok

Kesehatan Jiwa/mental I”, Jakarta: Bulan Bintang, 1986.

Doa Sehari-hari Menurut Hindu, Redaksi Pustaka Manikgeni, 1994.

H, Ramayulis. Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia.

Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).

Lisa, Harrison. Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2017).

Kamus Besar bahasa Indonesia, (2001).

Keene, Michael. Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006).

Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada).

Ms, Mohan. Japa Gayatri Mantra (Arti dari Wacana Gayatri).

Mustopo, Habib, M. sejarah (Jakarta: Yudhistira, 2002).

Putra, I. Nyoman. Maha Sakti Gayatri Mantra, Nyomia Bhuta Kala: ditulis

berdasarkan bukti-bukti nyata (Paramita: 2013).

Sanapiah, Faisal. Format-format penelitian sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada).

Sari, Dewi, Kartika. Kesehatan Mental, (Lembaga dan penjaminan mutu pendidikan

Universitas Diponegoro Semarang, 2012).

Semiun,Y. Kesehatan Mental Jilid 1&2, (Yogyakarta: Kanisius, 2006).

59

60

Shikkhananda,U. Meditasi: Hal termulia untuk dilakukan, (Jakarta: Vassa, 2015).

Referensi Skripsi:

Ainul Yaqin, Zaki. Konsep Psikologi Islami Menurut Hana Djumhana Bastaman,

(IAIN Purwokerto ,2016)

Sari, Ayu, Efita. Pengaruh Pengalaman Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa, (IAIN

Tulungagung, 2015)

Refrensi Jurnal:

Agus, Putu. Pengaruh Terapi Spiritual Gayatri Mantram Terhadap Kemampuan

Klien Mengontrol Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Tahun

2018, Vol. 3, No.2, September 2018

Website:

http://cakepane.blogspot.com/2010/03/tentang-gayatri-mantram.html diakses pada 20

Juli 2019

http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu_di_Indonesia, diakses pada 27 April 2019

http://mantrahindubali.blogspot.com/2011/11/apa-itu-mantra.html, diakses pada 16

Juli 2019

http://hellosehat.com/penyakit/stress, diakses pada 21 Juni 2019

61

61

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

a. Diajukan Kepada Tokoh Agama dan Pengurus Pura Satya Loka Arcana

1. Kapan Pura Satya Loka Arcana didirikan?

2. Kapan Pura Satya Loka Arcana diresmikan?

3. Bagaimana Pura ini dibangun, melalui Upacara apa saja?

4. Siapa saja yang terlibat dalam pembangunan Pura Satya Loka Arcana?

5. Apa saja sarana dan prasarana di dalam Pura Satya Loka Arcana?

6. Bagaimana susunan kepengurusan dalam Pura Satya Loka Arcana?

7. Bagaimana Praktik Gayatri Mantram di Pura Satya Loka Arcana?

b. Diajukan Kepada Responden di Pura Satya Loka Arcana

1. Siapakah nama anda?

2. Berapakah umur anda?

3. Apa pekerjaan atau profesi anda?

4. Apakah sedang mengalami masalah, atau ada yang mengganggu pikiran anda?

5. Apakah anda sering mengamalkan Gayatri Mantram?

6. Jika ya, bagaimana anda mengamalkan Gayatri Mantram?

7. Bagaimana perasaan anda setelah mengamalkan Gayatri Mantram?

62

Lampiran II

Data Narasumber di Pura Satya Loka Arcana, Bekasi

1. Nama : I Putu Mahardika

Usia : 22 tahun

Profesi : Freelance IT Programmer

Status : Narasumber

2. Nama : Duwijo

Usia : -

Profesi : Karyawan Swasta

Status : Pengurus Pura Satya Loka Arcana

3. Nama : I Wayan

Usia : 26 tahun

Profesi : Karyawan Swasta

Status : Pengurus Pura Satya Loka Arcana

4. Nama : Putu Muthia Dewi

Usia : 22 tahun

Profesi : Karyawan Swasta

Status : Narasumber

5. Nama : I Gusti Agung Ayu

Usia : 20 tahun

Profesi : Mahasiswa

Status : Narasumber

63

6. Nama : Agung Ingga

Usia : 25 tahun

Profesi : Wiraswasta

Status : Narasumber

7. Nama : Ni Ketut Dewi Utami

Usia : 20 tahun

Profesi : Mahasiswa

Status : Narasumber

8. Nama : I Gusti Putu Gede

Usia : 23 tahun

Profesi : Karyawan Swasta

Status : Narasumber

64

Lampiran III

Surat Pengujian Proposal Skripsi

65

Lampiran IV

Surat Pengajuan Ujian Komperhensif

66

Lampiran V

Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

67

Lampiran VI

Surat Keterangan Bimbingan Skripsi

68

Lampiran VII

Sertifikat Kuliah Kerja Nyata

69

Lampiran VIII

Sertifikat TOEFL

70

Lampiran IX

Sertifikat TOAFL