Agrologia, Vol. 6, No.1, April 2017, Hal. 37-43

Serangan Ulat Jengkal (Hyposidra talaca Wlk.) Pada Bibit Pakoba ( luzonense (Merr.) Merr.) Di Persemaian

1Hanif Nurul Hidayah1), Arif Irawan1), dan Illa Anggraini 2),

1)Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado Jl. Tugu Adipura Raya Kel. Kima Atas Kec. Mapanget Kota Manado Telp : 085697011099 2)Pusat Litbang Hutan. Jl. Raya Gunung Batu No. 5 Bogor 1Email : [email protected]

ABSTRAK

Budidaya tanaman pakoba (Syzygium luzonense (Merr.) Merr.) di persemaian ditemui kendala berupa serangan ulat jengkal (Hyposidra talaca Wlk). Gejala yang ditimbulkan berupa lubang-lubang pada daun terutama daun muda sampai menyerang habis daun-daun bibit pakoba. Serangan hebat dapat menyebabkan kematian bibit. Terdapat lima blok di pembibitan pakoba yang diamati dengan jumlah total bibit sebanyak 1014 bibit. Presentase serangan rata- rata yang diakibatkan oleh ulat ini cukup tinggi yaitu mencapai 49,34 %. Upaya pengendalian serangan ulat jengkal dapat dilakukan dengan cara pendekatan pengendalian terpadu. Penanggulangan hama ulat jengkal yang telah dilakukan di persemaian adalah dengan cara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif profenofos dengan dosis setengah dari dosis normal.

Kata Kunci : insektisida, Pakoba, Persentase serangan, Ulat jengkal

Caterpillar Spread (Hyposidra talaca Wlk.) Attack On Pakoba (Syzygium luzonense (Merr.) Merr.) Seedlings In Nursary ABSTRACT

Obstace of pakoba (Syzygium luzonense (Merr.) Merr.) cultivation in nursery is twig caterpillar (Hyposidra talaca WLK) attacks. The Pest symptoms was holes in the leaves especially young leaves; twig caterpillar enable to attack all leaves of pakoba seed. Severe attacks cause death of seedlings. There are five blocks in pakoba nursery that were observed; 1014 pakoba seedlings were grown in these blocks. The average percentage of twig caterpillar’s attack was quite high, reached 49.34%. Twig caterpillar has been controlled by integrated pest management. Chemical control to decrease twig caterpillars attack in nursery has been done by using half dose of insecticide profenofos.

Keywords: Insecticide, Pakoba, percentage of attacks, twig caterpillar

PENDAHULUAN Tanaman pakoba memiliki banyak manfaat (Multi Purpose Tree Species/MPTS). Pakoba merupakan tanaman endemik Bagian daun dan kulit kayu banyak Sulawesi Utara yang memiliki banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk kegunaan. Keberadaannya cukup populer menurunkan kadar gula darah, asam urat, dan terutama dikalangan masyarakat Minahasa memulihkan kondisi setelah melahirkan. Pada dan Bolaang Mongondow. Hasil identifikasi bagian tersebut terkandung senyawa jenis yang dilakukan pada Laboratorium flavonoid, tanin, alkaloid dan saponin Biologi LIPI pada bulan Juli 2016, Pakoba (Hidayah et al. 2015). Senyawa flavonoid dan termasuk dalam family Myrtaceae dengan tanin yang dapat menurunkan kadar gula nama ilmiah Syzygium luzonense (Merr.) darah dibuktikan oleh Studiawan dan Santosa Merr. (2005) pada mencit yang diinduksi Aloksan, tetapi pada penelitian ini menggunakan daun 37 Hidayah, dkk. 2017. Serangan Ulat Jengkal … salam (Euginia polyantha Wight) yang positif hujan 2.500-3.000 mm/tahun, rerata mengandung senyawa flavonoid dan tanin temperatur udara 27oC dan rerata kelembaban Flavonoid merupakan senyawa metabolit udara relatif 73 %. Penelitian menggunakan sekunder tumbuhan yang memiliki aktifitas bibit pakoba berumur tiga bulan. sebagai antioksidan yang berkaitan dengan Respons yang diamati adalah gejala aktivitas anti diabetes dan anti kanker (Jagtap serangan di persemaian, sedangkan data dan Bapat, 2010). Tanaman ini memiliki sekunder meliputi jenis tanah, tinggi tempat, kayu kelas kuat III dengan variasi berat jenis dan iklim. Untuk menghitung persentase antara 0,562 – 0,747. Masyarakat sekitar serangan ulat terhadap bibit pakoba banyak memanfaatkannya untuk bahan baku menggunakan rumus : kayu pertukangan dan untuk pembuatan perahu (Nurrani and Tabba 2012). Pemanfaatan pakoba tidak hanya terhenti ∑ pada daun, kulit kayu ataupun kayunya, = 100% melainkan buah yang dihasilkan dapat Pengambilan∑ contohℎ ulat dan kegiatan rearing dikonsumsi secara langsung atau diolah dilakukan di laboratorium dan di persemaian, menjadi berbagai macam panganan. untuk mengetahui siklus hidupnya. Tingginya pemanfaatan tanaman pakoba oleh Identifikasi jenis ulat menggunakan kunci masyarakat menyebabkan semakin identifikasi dari Borror, et al. (1992). berkurangnya populasi pakoba. Hal ini HASIL DAN PEMBAHASAN mendorong untuk dilakukan upaya pengembangan budidaya tanaman pakoba. a. Gejala Serangan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ulat (larva) menyerang daun muda dari (BP2LHK) Manado melakukan bibit pakoba pada bagian tepi daun dengan pengembangan pembibitan pakoba di memakannya, hingga tepi daun seperti robek, persemaian. pada serangan berat menyebabkan daun Dalam proses pengembangan berlubang dan pucuk tanaman gundul, pembibitan di persemaian terdapat beberapa sehingga tinggal tulang daun saja (Gambar 1). kendala yang sering dijumpai, salah satunya Bila daun-daun muda dan pucuk telah habis adanya serangan ulat pada bibit pakoba. Ulat maka hama ini akan meningkatkan tersebut makin berkembang dan populasinya serangannya ke daun-daun tua dibawahnya. meningkat, hal ini dipicu oleh banyaknya Dengan demikian bila hama ini menyerang ketersediaan bahan pakan ulat yang melimpah tanaman bibit, maka tanaman tersebut akan yaitu daun muda bibit pakoba dan faktor menjadi gundul (tak berdaun) sama sekali. kelembaban yang cukup tinggi. Penelitian ini Serangan terjadi umumnya terjadi pada bertujuan untuk mengetahui jenis ulat dan malam hari hingga menjelang pagi. Ulat persentase serangan ulat pada bibit pakoba mulai aktif merusak tanaman pakoba sejak umur tiga bulan di persemaian. menetas dari telur hingga menjelang prapupa. b. Identifikasi Ulat METODOLOGI PENELITIAN Secara morfologi dan perilaku ulat ini Penelitian dilakukan di persemaian sangat khas, sering disebut ulat jengkal atau Balai BP2LHK Manado pada bulan Januari – ulat kilan, karena cara ulat berjalan dengan Maret 2016. Kondisi biofisik di persemaian berjingkat-jingkat, ulat seperti gerak tangan antara lain beriklim tropis, dengan ketinggian manusia ketika mengukur dengan jengkal tempat 300 m diatas permukaan laut, tipe demi jengkal, yaitu dengan cara ujung tubuh iklim B (Smith dan Ferguson, 1951), curah bagian belakang ditarik ke bagian depan 38 Agrologia, Vol. 6, No.1, April 2017, Hal. 37-43 sehingga tubuhnya melengkung, kemudian kekuningan. Telur diletakkan secara koloni tubuh bagian depan bergerak maju. Ulat tidak teratur pada ketiak daun, bagian bawah bergerak seperti itu karena ulat tidak daun, lekukan buah kakao, ranting, celah- mempunyai kaki pada bagian tengah celah batang atau cabang pada tanaman inang tubuhnya. Apabila ada gangguan maka ulat seperti lamtoro atau kakao. Banyak telur yang akan meluruskan tubuhnya (posisi telentang). dihasilkan imago betina berbeda-beda, Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ulat berkisar antara 250-700 butir telur. Lama jengkal tersebut jenis Hyposidra talaca Wlk. periode telur dari berbagai berkisar antara 5- Klasifikasi ulat jengkal yang menyerang daun 10 hari. pakoba adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthopoda Kelas : Insecta Ordo : Famili : Geometridae Genus : Hyposidra Spesies : Hyposidra talaca Ulat jengkal bersifat polifag, hal ini dapat dilihat bahwa ulat jengkal tidak hanya menyerang bibit pakoba saja tetapi tanaman pertanian dan tanaman perkebunanpun sering diserang. Beberapa hasil penelitian yang Larva menyatakan bahwa jenis tanaman yang sering Larva ulat jengkal yang baru keluar dari diserang ulat jengkal, antara lain pada bibit telur mempunyai ukuran panjang 1,5-2 mm Kranji (Suharti et al, 2015); tanaman Jarak dan lebar 0,2-0,5 mm, berwarna coklat muda. Pagar (Chandra, 2008); tanaman Trembesi Setelah larva berumur satu hari warna tubuh (Juliati et al, 2016); tanaman Sengon menjadi coklat kehitaman dengan bintik- (Dendang et al, 2007), tanaman adas bintik putih pada ruas toraks pertama dan ruas (Siswanto dan Wiratno, 1998), tanaman abdomen pertama sampai keempat. Larva kakao (Setyolaksono, 2014), tanaman teh, yang baru menetas akan menggantung pada tanaman murbai (Nuraeni dan Anggraeni, tanaman inangnya. Karena telur diletakkan 2014) dan lain-lain. secara berkoloni dan waktu menetasnya telur Ulat jengkal dalam perkembang juga hampir bersamaan, sehingga larva juga biakannya termasuk dalam golongan serangga akan menggantung pada tanaman inang Holometabola, yaitu kelompok serangga yang secara berkoloni. Lama periode larva sangat mengalami metamorfosis sempurna. Serangga beragam, yaitu berkisar antara 12-34 hari, ini mengalami empat tahap perkembangan tergantung pada daun yang dimakan oleh yaitu telur, larva, pupa (kepompong), dan larva tersebut. imago. Larva mengalami empat kali ganti kulit. Larva instar awal berwarna coklat kehitaman Telur (Gambar 2). Larva instar akhir berwarna Telur dari ulat jengkal berbentuk bulat coklat sampai coklat keabu-abuan., memiliki memanjang, dengan ukuran panjang 0,75-1 panjang tubuh berkisar antara 70-80 mm mm dan lebar 0,5-0,75 mm (Gambar 1). Telur (Gambar 3). Larva instar akhir dari ulat yang baru diletakkan berwarna bening, jengkal akan turun dari tanaman inang dengan kemudian berangsur-angsur berubah menjadi cara menggantung pada benang liur yang hijau. Warna telur akan berubah warna dihasilkannya atau berjalan melalui ranting, menjelang menetas menjadi coklat cabang, dan batang ke tanah. Bila tanah 39 Hidayah, dkk. 2017. Serangan Ulat Jengkal … gembur, larva akan masuk ke dalam tanah larva tersebut akan mencari serasah daun dan selanjutnya akan berubah menjadi pupa disekitar tanaman inang untuk berubah ditempat tersebut. Bila tanah padat, maka menjadi pupa.

Pupa oleh cahaya lampu. Lama hidup dari imago Pupa ulat jengkal umumnya terletak ulat jengkal berkisar antara 3-6 hari. Imago didalam tanah, tetapi ada juga yang jantan mempunyai rata-rata lama hidup yang ditemukan di permukaan tanah. Pupa tidak relatif lebih panjang dibanding dengan imago terbungkus kokon. Mula-mula pupa berwarna betina. Imago betina dari ulat jengkal mulai putih coklat kehijauan, kemudian berangsur- bertelur setelah 2 hari keluar dari pupa. angsur berubah menjadi coklat kemerahan. Perkembangan dari telur sampai menjadi Pupa diletakkan di dalam tanah sedalam 2-5 imago memerlukan waktu sekitar 24-32 hari. cm sekitar pangkal batang atau dibawah tajuk. Lama periode pupa berlangsung antara 6-10 c. Presentase Serangan Ulat Jengkal hari. Panjang pupa berkisar antara 10-15 mm, Pengamatan terhadap bibit pakoba di dengan lebar antara 5-6 mm. persemaian dilakukan sejak terlihat gejala Imago serangan ulat. Bibit pakoba di persemaian Imago ulat jengkal ini berupa ngengat dibagi dalam lima blok dengan jumlah total berwarna coklat sampai coklat keabu-abuan. yang diamati adalah sebanyak 1000 bibit Imago jantan mempunyai tubuh yang relatif pakoba. Hasil pengamatan dapat dilihat pada lebih kecil dibandingkan imago betina. Imago Tabel 1. ulat jengkal aktif pada malam hari dan tertarik

Tabel 1. Intensitas serangan ulat jengkal pada bibit pakoba

Jumlah bibit yang Presentase Serangan P Rata-rata Nomor Blok Jumlah bibit diserang ulat (%) (%) 1 469 223 47,55 2 470 203 43,19 3 25 12 48 49,34 4 25 13 52 5 25 14 56

40 Agrologia, Vol. 6, No.1, April 2017, Hal. 37-43

Dari presentase serangan yang bibit yang terdapat di persemaian mengalami ditunjukkan pada Tabel 1, diketahui bahwa kerusakan yang cukup berat akibat dari serangan ulat jengkal pada bibit pakoba ini serangan ulat jengkal tersebut. tergolong tinggi. Hampir sebagian besar dari

Tingginya persentase serangan ulat (Siswanto dan Wiratno, 1998), dan tanaman pada bibit pakoba di persemaian diduga kakao (Setyolaksono, 2014). terjadi karena faktor curah hujan yang cukup Jenis ulat yang menyerang bibit pakoba tinggi. Pada musim penghujan, kelembaban merupakan jenis ulat jengkal yang secara tanah menjadi cukup tinggi dan disukai oleh taksonomi termasuk dalam famili larva ulat untuk berkembangbiak. Geometridae, Ordo Lepidoptera, dan Berdasarkan pengamatan dilapangan termasuk dalam jenis Hyposidra sp. Ulat diketahui bahwa ketersediaan daun muda jengkal atau dikenal juga dengan sebutan ulat sebagai sumber pakan yang cukup melimpah kilan sangat menyukai daun muda atau menjadikan populasi ulat semakin meningkat, pucuk. Pada serangan yang hebat, ulat ini ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh akan menghabiskan seluruh daun pada bibit Setyolaksono (2014), fluktuasi populasi ulat dan menyebabkan kematian (Santoso and jengkal sejalan dengan perubahan intensitas Antralina 2011). Pada penelitian yang pembentukan pucuk daun muda. Apabila dilakukan oleh Siswanto dan Wiratno (1998), pucuk daun tanaman yang terbentuk banyak, menunjukkan bahwa larva muda dari ulat ini maka populasi ulat jengkal akan meningkat. mampu merusak sekitar 5% - 10% bibit adas Namun, apabila pucuk daun tanaman yang berumur 3 bulan, sedangkan larva dewasa terbentuk sedikit, maka populasi ulat jengkal mampu menyebabkan kerusakan hingga 90% juga akan sedikit. pada bibit yang sama dalam waktu 1 (satu) Beberapa hasil penelitian menyatakan hari. bahwa beberapa jenis tanaman yang sering diserang jenis ulat ini antara lain pada bibit d. Musuh Alami Kranji (Suharti et al, 2015); tanaman Jarak Ulat jengkal memiliki beberapa Pagar (Chandra, 2008); tanaman Trembesi musuh alami, diantaranya adalah patogen (Juliati et al, 2016); tanaman Sengon yang menyerang ulat pada fase larva. Selain (Dendang et al, 2007), tanaman adas itu juga dijumpai lalat parasitoid dari family 41 Hidayah, dkk. 2017. Serangan Ulat Jengkal … Sarcophagidae yang banyak menyerang ulat terganggunya aktivitas enzim pencernaan, pada fase pupa (Siswanto dan Wiratno, 1998). misalnya enzim protease dan invertase Pada kondisi curah hujan yang terlalu tinggi (Dadang, 1998). Miller dan Strickler (1984). dapat menyebabkan mortalitas yang cukup Sifat toksik pada senyawa tanaman terhadap tinggi pada fase larva. Larva yang ulat atau serangga dapat berupa gangguan terperangkap oleh air hujan membuatnya terhadap perkembangan serangga seacara tidak bisa melepaskan diri dan mati. Pada fase langsung (intrinsik) atau secara tidak pupa, kondisi kelembaban tanah yang terlalu langsung (ekstrinsik). Efek antifeedant yang basah ataupun terlalu kering juga dapat dikandung tanaman dapat dideteksi ulat atau meningkatkan mortalitas ulat. Terdapat serangga melalui sistem indera (efek perilaku pupa yang berbeda pada tanah antifeedant primer) atau mempengaruhi dengan kelembapan tinggi dan kelembapan syaraf pusat serangga yang mengatur proses rendah. Pada tanah dengan kelembapan makan (efek antifeedant sekunder). tinggi, larva akan menggali tanah yang tidak Sedangkan pengendalian secara kimia dapat terlalu dalam sebagai tempat untuk berpupa. digunakan insektisida dengan dosis yang Sedangkan pada tanah dengan kelembapan rendah agar dapat mengurangi dampak yang rendah, larva akan menggali tanah yang negatif terhadap lingkungan serta lebih dalam untuk menemukan kelembapan menghindari resitensi hama ulat jengkal tanah yang sesuai dengan kebutuhannya terhadap pemberian pestisida. sebagai tempat untuk berpupa (Setyolaksono, 2014). KESIMPULAN e. Pengendalian Ulat Jengkal Hama yang menyerang bibit pakoba di Upaya pengendalian ulat jengkal yang persemaian adalah jenis ulat jengkal menyerang bibit pakoba di persemaian (Hyposidra talaca) dengan presentase dilakukan efisien, efektif dan ekonomis serangan rata-rata sebesar 49,34%. Hama ini dengan menggunakan pendekatan banyak muncul ketika musim penghujan pengendalian hama terpadu (PHT). datang. Ulat jengkal menyerang bagian pucuk Pengendalian ini memadukan beberapa daun hingga habis dan dapat menyebabkan pengendalian yang kompatibel. Pengendalian kematian pada bibit. Penanggulangan hama terdiri dari karantina, fisik, mekanis, ulat ini dilakukan dengan cara kimiawi silvikultur, kimia dan biologi. Pengendalian menggunakan insektisida berbahan aktif secara biologi lebih disarankan untuk profenofos dengan dosis setengah dari dosis mengendaikan ulat jengkal ini dikarenakan normal. pengendalian menggunakan cara ini aman bagi tanaman, hewan, manusia dan UCAPAN TERIMA KASIH lingkungan. Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pengendalian secara biologi Ucapan terima kasih diberikan kepada antara lain daun dan biji dari tanaman Suren tim peneliti BP2LHK Manado yang telah (Lestari dan Darwati, 2013); ekstrak daun membantu penulis dalam proses pengamatan Bintaro (Juliati et al, 2016) dan larutan dan pemeliharaan bibit pakoba di persemaian. ekstrak biji mahoni (Suharti et al, 2015). Cara kerja teknik pengendalian secara biologis ini DAFTAR PUSTAKA adalah dengan gangguan perilaku dengan melakukan aktifitas penghambatan makan Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N.F. (antifeedant) dan gangguan fisiologis dengan Johson. 1992. Pengenalan Pelajaran menghambat pertumbuan karena Serangga. Edisi keenam. (Penerjemah drh. Soetiyono Partosoedjono, MSc.). 42 Agrologia, Vol. 6, No.1, April 2017, Hal. 37-43 Gadjah Mada University Press. Miller, J.R. and K.L. Strickler. 1984. Finding Yogyakarta. and Aceepting Host Plants. In Bell Chandra, D. 2008. Inventarisasi Hama Dan W.J.m Carde RT. Editor. Chemical Penyakit Pada Pertanaman Jarak Pagar Ecology of . (Jatropha curcas linn.) di Lampung Massachusetts:Sinaver, Sunderlabd. Dan Jawa Barat. Skripsi. Institut 127-157. Pertanian Bogor. Nuraeni, Y . dan I. Anggraeni. 2014. Dadang. 1998. Botanical Insecticides as an Eksplorasi dan identifikasi hama dan Alternative Pest Control Agent. Proceed penyakit tanaman murbei di Pasir Scientific Writing ContestIII. Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Hiroshima Japan. Pacet, Cianjur. Tekno Hutan Tanaman. Vol.7 No.2 Agustus 2014. Pusat Dendang, B., Sudomo, A., Raciman, Penelitian Dan Pengembangan E.,&Rusdi. (2007). Pengendalian Hama Peningkatan Produktivitas Hutan. Ulat Jengkal Pada Sengon Dengan Bogor. Ekstrak Daun Suren Dan Cuka Kayu. Wana Benih. Balai Besa Penelitian Nurrani, Lis, and Supratman Tabba. 2012. Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman “Sifat Fisis Mekanis Kayu Pakoba Dan Hutan.Yogyakarta. Penggunaannya Sebagai Jenis Endemik Lokal Sulawesi Utara.” Prosiding Departemen, Pertanian. 2002. Musuh Alami, Seminar Dan Pameran Hasil-Hasil Hama Dan Penyakit Tanaman Kakao. Penelitian Balai Penelitian Kehutanan 2nd ed. Jakarta: Direktorat Manado 1: 23–24. Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Santoso, Joko, and Merry Antralina. 2011. “Pengaruh Agensia Pengendali Biologi Juliati., Mardhiansyah, M., , Arlita, T. 2016. Virus Helicoverpa Armigera Nuclear Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Polyhedrosis ( HaNPV ) Terhadap Bintaro (Cerbera manghas l.) sebagai Mortalitas Hama Ulat Jengkal ( Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Bhurmitra Wlk .).” Jurnal Hama Ulat Jengkal (Plusia sp.) pada Penelitian Teh Dan Kina 14 (2): 78–89. Trembesi (Samanea saman (Jacq.)Merr.) Jom faperta UR 3(1). Setyolaksono,M.P. 2014. Ulat Jengkal Pada Tanaman Kakao. Kinho, Julianus, Diah Irawati, D W I Arini, http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpa Jafred Halawane, Lis Nurani, Yermias mbon/berita-301-ulat-jengkal-pada- Kafiar, and Moody C Karundeng. 2011. tanaman-kakao.html. diakses pada 25 Tumbuhan Obat Tradisional Di April 2016, 10:01:47 Sulawesi Utara. Edited by Mahfudz. 1st ed. Manado: Balai Penelitian Siswanto and Wiratno. 1998. Serangan Ulat Kehutanan Manado. Jengkal Pada Tanaman Adas. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 4 (1):23-24. Lestari, F dan Darwiati, W. 2012. Uji Efikasi Ekstrak Daun Dan Biji Dari Tanaman Suharti, T., Kurniaty, R., Siregar, N dan Suren, Mimba Dan Sirsak Terhadap Darwiati, W.2015. Identifikasi dan mortalitas Hama Ulat Gaharu. Jurnal Teknik Pengendalian Hama dan Penelitian Hutan Tanaman 11(3):165- Penyakit Bibit Kranji (Pongamia 171. pinnata). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan 3(2):91-100.

43