Sastra Dan Kemaritiman
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
EDISI 13. T AHUN 2017 MAJALAH SASTRA SASTRA DAN KEMARITIMAN Telaah Sunu Wasono Taman Agus R. Sarjono Pumpunan Berthold Damshauser Mozaik Alan Malingi Drama Arthur S. Nalan EDISI 12. T Laut tetap kaya dan tidak akan berkurang. Sisipan Mastera Tetapi hati dan budi manusialah yang bisa semakin dangkal dan miskin. AHUN 2017 Pramoedya Ananta Toer (1925–2006) ISSN 2086-3934 9 772086 393437 EDISI 12. TAHUN 2017 PENDAPA erkenaan dengan laut(-an), kosakata bahasa MAJALAH SASTRA BIndonesia mendiksikannya dengan maritim, bahari, segara, atau osean. Jika ada nosi “berkenaan Diterbitkan oleh Badan Pengembangan dengan laut”, maka pemaknaannya melekat pada segala dan Pembinaan Bahasa yang ‘berhubungan (dengan), berkaitan (dengan), Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta 13220 berkenaan (dengan), sehubungan (dengan), atau Pos-el: [email protected] tentang hal laut’. Telp. (021) 4706288, 4896558 Faksimile (021) 4750407 Laut itu luas, apalagi samudra. Pembicaraan tentang ISSN 2086-3934 laut pun dapat meluas-melebar. Tergantung sudut Pemimpin Umum pandangnya. Laut, bisa berhubungan dengan mata Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum pencaharian. Laut, dapat berkaitan dengan negara. Atau, Pemimpin Redaksi Agus R. Sarjono semata-mata berkenaan dengan kenangan dan kangen. Laut memang berpotensi menjadi sangat semiotis Redaktur Pelaksanai Ganjar Harimansyah bagi kehidupan manusia—apalagi untuk manusia Dewan Redaksi Indonesia, yang geografisnya sedikit banyak dipengaruhi Hurip Danu Ismadi laut. Budi Darma Sapardi Djoko Damono Sehubungan dengan itu pula, kelautan atau maritim, Abdul Hadi W.M. Putu Wijaya niscaya terekam dalam sastra kita. Apapun bentuk N. Riantiarno pengungkapannya. Ia bisa sebagai motif utama (leitmotif) atau sekadar diksi penguat makna dalam puisi. Bahkan, Redaksi Erlis Nur Mujiningsih laut adalah kosmologi, tidak sekadar urusan geopolitik. Ferdinandus Moses Hal ini diungkapkan Pramoedya Ananta Toer (1995: 469) Nur Ahid Prasetyawan P.S. Mahwi Air Tawar dalam Arus Balik, yang terekam dalam perkataan Gusti Sekretariat Ratu Aisah—ibunda Pati Unus, Suryami Purwaningsih Abdul Rohim "Bukan hanya tanah, seluruh alam diserahkan oleh Allah pada Akik Tajudin manusia. Kalau orang tak tahu artinya alam, inilah dia: semua- semua saja kecuali Allah sendiri. Tanah ini, Jawa ini, kecil, lautnya Penata Artistik/Laman besar. Barang siapa kehilangan air, dia kehilangan darat, barang Nova Adryansyah siapa kehilangan laut dia kehilangan darat. Jangan lupa, Unus yang mengatakan itu.” Sirkulasi dan Distribusi Lince Siagian Ya, pada Nomor 12 ini, sedikit banyak majalah Pusat ingin merekamkan tentang laut, tentang kemaritiman. Tabik! P U S A T, N 0. 12 / 2 0 17 1 DAFTAR DISIAFTAR ISI PENDAPA TELAAH Ganjar Harimansyah Sunu Wasono Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan di Madura Dalam Kumpulan Cerpen Karapan Laut Karya Mahwi Air Tawar TAMAN Fragmen Novel Agus R. Sarjono Kalau kita berbicara tentang Madura, tentu yang terbayang Mengasapi Rembulan bukan hanya karapan sapi. Dalam konteks lebih luas, Madura juga menautkan Dua fragmen pikiran kita pada banyak hal: dari novel epis "budaya" carok, praktik mistik yang ditulis berdasar dan perdukunan, sate, batik, naskah klasik garam, konflik etnik, konflik La Galigo aliran/kepercayaan, ramuan jamu, bahasa, lelucon, dan lain-lain. Sebagian hal-hal 4 12 tersebut akan mewarnai kisah dalam Katapan Laut. DRAMA Arthur S. Nalan Cerpen F. Moses Wanita dalam Kelambu KaKaKabar dari Perereraaadadadaban Lauuuttt 17 Ranjang dan kelambu Di masa lalu Barangkali Menjadi tempat beradu inilah Peraduan Raja dan Ratu peradaban sekaligus Tapi sekarang tempat tinggal Hanya sebuah kenangan terunik di muka Kecuali bagi keturunan bumi Nyimas Kasabandiah sepanjang adanya alam. Ranjang dan Kelambu Kami sebagai Adalah lambing hidup padu daratan di tengah hamparan lautan. Antara cinta dan nafsu Sejak puluhan tahun silam kami tinggal di sini. Kami Antara Benci dan rindu hanya tahu laut. Laut yang kebetulan pula berbatasan 27 Antara empedu dan madu dengan perbukitan. MOSAIK PUMPUNAN Alan Malingi Berthold Damshäuser 90 Menikahkan Perahu dengan Laut Belajar Dunia Kepada Teks: Tentang Literasi, Minat Baca, dan juga tentang Smartphone Perahu dengan laut adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam Adalah menarik bahwa di zaman dulu kehidupan kebaharian di alam ini. juga teks-teks panjang yang begitu Tidak ada perahu yang tidak penting dalam penyebaran ilmu dan ide, melaut dan laut akan sepi dan memiliki unsur kesenian bahasa yang tidak indah tanpa perahu yang menonjol. Al Quran, Bibel, dan epos- berlayar melintasinya. Bagaimana epos India atau Yunani adalah contoh. perahu dan laut bisa bersatu dan Sepertinya, pernah ada zaman di mana tetap tenteram mengarunginya ? hampir semua teks berarti mesti ditulis Untuk menuju hal itu, maka perlu dengan gaya kesajakan atau paling 37 menikahkan perahu dengan laut . sedikit dengan gaya susastra. 2 P U S A T, N 0. 12 / 2 0 17 TAMAN Puisi-Puisi Hidayat Raharja 21 LEMBARAN MASTERA Buih Laut Brunei Darussalam Rokat Tase Puisi Norsiah M.S. Puisi Mahadi R.S Irwan Sofwan 25 Cerita Pendek Rahimi A.B. 44 - 54 Laut Negeri Senja Kembali Aku ke Laut Matamu Indonesia Puisi Dami N. Toda Puisi Hudan Noor Cerita Pendek Fina Sato 55 - 63 GLOSARIUM Irsyad Mohammad Malaysia Sastra Sejarah 100 Puisi Azemi Yusoff Cerita Pendek Hassan Buseri Budiman Esai Muhammad Lutfo Ishak 65 - 79 Singapura Puisi Ciung Wanara Puisi Herman Rothman Cerita Pendek Farihan Bin Bahron CUBITAN 80 - 84 Dina Amalia Susamto Gerakan Membaca Karya Sastra 878787 Membaca sastra adalah kenikmatan bukan paksaan! Dari sanalah harta karun dalam karya sastra dapat digali sedalam-dalamnya, seluas- luasnya dan senikmat- nikmatnya oleh siswa. 87 P U S A T, N 0. 12 / 2 0 17 3 3 TAMAN Mengasapi Rembulan (2 Pragmen Novel) AGUS R. SARJONO Tiga We Tenriabeng termenung- menung di biliknya. Berkali-kali inangnya membujuknya untuk makan, tapi We Tenriabeng keli- hatan kehilangan nafsu makan. Ia masih kesal dengan kekurang- ajaran orang Srilangka itu. Tapi rasa kesal itu makin lama makin menghilang digantikan dengan wajah pemuda berbaju sederhana yang dengan beraninya mengha- dapi para pencegatnya. Bagaimana nasib pemuda itu kiranya, demikian bisik hatinya. Tujuh orang terlalu banyak bagi seorang pemuda setangkas apa- pun dia. Lagi pula ia lihat pemuda itu terluka pula. sudah berkali-kali ia melihat Tentu pula ia merasa berteri- Sebenarnya ia sendiri tidak pengawal atau perajurit kakeknya ma kasih karena ditolong oleh pernah merasa yakin apakah ia terluka dan ia biasa-biasa saja. pemuda itu. Ia akui bahwa ia agak merasa khawatir, merasa berteri- Meskipun di sana ada kekhawatir- sembrono bepergian tanpa mem- ma kasih, atau justru perasaan an, tetapi kekhawatiran seorang bawa pengawal. Tapi, sebenarnya lainnya. Tentu saja ia mengkhawa- putri yang melihat para prajuritnya siapa sih di tempat ini yang berani tirkan pemuda itu, tapi bukankah terluka, lain tidak. berbuat kurang ajar kepadanya? 4 P U S A T, N 0. 12 / 2 0 17 Bukankah selama ini pun tak ada macam itu? Bagaimana kelak tatapannya, lalu berpaling dengan yang berani mencari masalah tanggapan kakeknya. Siapa pula tenang tapi menantang mengha- dengan dia. Tadi saja begitu ia yang akan diutus oleh keluarga si dapi para pencegat itu. Lagi pula menyingkir ia sudah berpapasan pemuda untuk menemui keluar- ia ikut menawar jade itu dengan dengan sekelompok prajurit ber- ganya. Ia kemudian tersenyum suara tenang seolah jumlah sebe- kuda yang langsung bergerak membayangkan pemuda sederha- sar itu tak ada artinya. Tentu saja begitu mendengar ia menemui na itu mengutus kerabatnya da- jumlah itu bagi dia juga sama masalah. tang melamar ke istana. Kakek sekali tak ada artinya, tapi toh har- Ia segera dijemput dan dika- dan seluruh pembesar kerajaan ga itu bukan jumlah yang sedikit. wal pulang, dan sebagian pasukan akan berkumpul di balai utama Petani biasa dapat hidup setahun memburu ke pelabuhan untuk dan utusan pemuda sederhana itu dengan uang itu. Mungkin bagi mencari perusuh tadi namun tidak datang membentang lontaraq orang Srilangka yang mengaku berhasil. Rupanya kapalnya sudah pangngoriseng. Seperti apa kira- dari kalangan istana dan berpakai- segera angkat sauh meninggalkan kira pantunnya? Akankah ia mem- an semewah itu, uang sejumlah itu pelabuhan dan We Tenriabeng buka pantunnya dengan, “Wahai pun tak begitu ada artinya. Tapi meminta dengan sangat agar Tuanku yang mulia, kami membe- bagi pemuda itu? Melihat pakaian- urusan itu tidak diperpanjang dan ranikan diri datang kemari, se- nya yang seperti orang kebanyakan dihabiskan saja sampai disitu. sungguhnya kami datang dari itu, mana mungkin dia berani Kakeknya yang berang dengan keturunan rakyat jelata. Kami menawar giok sejajar dengan dia kejadian itu pun tidak merasa datang dari Maluccaq ulu saloq, dan si orang Srilangka. Jangan- perlu masalah ini diperpanjang alias kami datang dari hulu sungai jangan pemuda itu adalah anak lebih jauh. yang keruh. muda berandalan yang memang gemar berkelahi dan jual lagak. Bukan! Bukan rasa terima Tapi wajah pemuda itu terus Mungkin dia sama sekali tidak kasih yang mengganggunya. Sejak saja membayang. Sesungguhnya punya uang dan hanya mencari kecil ia sudah biasa diperlakukan aneh juga mengapa pemuda ber- perhatian. Ia hanya pura-pura istimewa. Jika pemuda atau siapa pakaian sesederhana itu memiliki menawar dan karena ada dua saja membela dia bahkan sampai mata yang bercahaya, mata yang orang yang benar-benar mampu – mengorbankan nyawanya, bukan- begitu penuh percaya diri, bahkan yakni dia dan si orang Srilangka– kah memang sudah seharusnya