Kata Kunci: Motif, Cerita Rakyat, Integritas Sosial PENDAHULUAN
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MOTIF CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG SEBAGAI SARANA PENJAGA INTEGRITAS SOSIAL MASYARAKAT ASEAN Lilik Wahyuni Universitas Brawijaya [email protected] Informasi Artikel: Dikirim: 02 Maret 2019 ; Direvisi: 19 April 2019; Diterima: 22 April 2019 Publish 26 April 2019 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang (1) motif cerita rakyat Malin Kundang dan variasinya di berbagai Negara Asean. (2) fungsi cerita rakyat sebagai penjaga integritas sosial Asean, dan (3) nilai-nilai pendidikan dari cerita rakyat sebagai penjaga integritas sosial Asean. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam menjaga integritas social masyarakat Asean. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan etnografi komunikasi. Data penelitian ini adalah kata- kata dan tindakan dalam cerita yang dikumpulkan dengan metode pengamatan terfokus. Data dianalisis dengan cara pemilahan, pemilihan, dan penafsiran. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) cerita rakyat yang semotif dengan Malin Kundang merepresentasikan kesamaan budaya asal daerah dan negaranya, (2) kesamaan motif cerita rakyat Malin Kundang dan versinya dapat digunakan untuk menjaga integritas sosial masyarakat Asean, dan (3) cerita rakyat Malin Kundang dan versinya merupakan media penanaman nilai-nilai Pendidikan. Kata Kunci: Motif, Cerita Rakyat, Integritas Sosial Abstract: The aims of this study are to get objectical description of (1) the motifs and variations of Malin Kundang folklore in various ASEAN countries, (2) the function of folklore as the guardian of ASEAN social integrity, and (3) educational value of folklore as the guardian of ASEAN social integrity. The result of this study expected to be used as reference to maintain social integrity of Asean society. This study used a qualitative approach with ethnography of communication design. The main data in this study are the words and actions which are delivered by the speakers used in folklore. The data collection method used in this research is focused observation. The data were analyzed by sorting, selecting, and interpreting the data. Based on the results of data analysis can be concluded that (1) the motif of "Malin Kundang" and its versions has culture similarities; (2) the motif of "Malin Kundang" and its versions can be used to maintain social integrity of Asean society; and (3) the motif of "Malin Kundang" and its versions are media to instil educational value. Key Words: Motifs, Folklore, Social Integrity PENDAHULUAN untuk menjelaskan atau memahami dunia Cerita rakyat merupakan jenis cerita dan warisan lokal suatu daerah. Cerita tradisional yang digunakan penuturnya rakyat dibuat untuk menyampaikan nilai- 49 Lilik Wahyuni -- Motif Cerita Rakyat Malin Kundang Sebagai Sarana Penjaga Integritas Sosial Masyarakat Asean nilai luhur suatu daerah pada generasi bagi penutur serta penerusnya. Sebagaimana dikatakan oleh pendengarnya. Sebagaimana dikatakan Djamaris (1993:15) bahwa cerita rakyat Danandjaya (2007) bahwa cerita rakyat merupakan golongan cerita yang hidup di merupakan bagian dari foklor lisan yang kalangan rakyat dan hampir semua lapisan masih murni. Sedangkan folklor sendiri dan berkembang secara turun temurun dari merupakan kebudayaan suatu kelompok satu generasi ke generasi berikutnya. dalam bentuk apa saja. Folklor disampaikan Dengan kata lain, cerita rakyat milik secara tradisional dalam versi yang berbeda masyarakat bukan milik seseorang. dalam bentuk lisan yang disertai dengan Cerita rakyat mengekspresikan nilai- gerakan isyarat atau alat pembantu nilai yang dikembangkan dalam suatu pengingat. masyarakat dengan menggunakan bahasa Berdasarkana pengertian di atas dapat lisan yang berhubungan langsung dengan disimpulkan bahwa cerita rakyat berbagai aspek budaya dan susunan nilai merupakan bentuk karya sastra yang berupa sosial masyarakat tersebut. Nilai-nilai dongeng-dongeng atau bentuk cerita tersebut kemudian diyakini sebagai blue- lainnya yang berkembang di kalangan print oleh generasi tua kepada generasi masyarakat tertentu yang disebarluaskan muda dan dijadikan pedoman generasi secara lisan dengan menggunakan bahasa muda dalam bertingkah laku. Sebagaimana masing-masing kelompok masyarakat. dikatakan oleh Geertz (1973: 89) bahwa Sebagai bagian dari karya sastra, cerita sistem pewarisan konsepsi dalam bentuk rakyat mengandung unsur kebudayaan. simbolik merupakan cara bagaimana Cerita rakyat tersebut merepresentasikan manusia dapat berkomunikasi, pikiran kelompok masyarakat melestarikan, dan mengembangkan pendukungnya. pengetahuan dan sikapnya terhadap Cerita rakyat merupakan realisasi kehidupan. dari fungsi tertentu. Sebagaimana Dalam masyarakat tuturnya, cerita dikatakan Schiffrin (1994) bahwa seluruh rakyat merepresentasikan sikap dan angan- analisis struktural terfokus pada cara angan kelompok, alat pendidikan, alat pembedaan fungsi unit-unit dalam wacana. pengesahan pranata, dan lembaga Masing-masing unit tersebut mempunyai kebudayaan serta pemeliharaan norma fungsi yang lebih kecil yang masyarakat. Cerita rakyat tidak hanya merepresentasikan tindakan-tindakan yang berfungsi sebagai alat hiburan, pengisi dilakukan oleh penutur. Dengan kata lain, waktu senggang, serta penyalur perasaan fungsi unsur wacana merupakan pengendali 50 WASKITA, Vol. 3, No.1, April 2019 semua tindakan yang dibentuk oleh perwatakan, formula pada tingkat luaran penutur. Sebagaimana dikatakan oleh atau “kulit” wacana cerita lisan, dan Schiffrin (1994) bahwa fungsi tindakan formula penggunaan kesejajaran dan memberi kontribusi dalam pembentukan penggunaan kata-kata pengisi tertentu. peristiwa tutur. Formula alur yaitu pola alur yang Sebagai pewaris budaya, cerita harus diikuti oleh penutur dalam rakyat mempunyai fungsi yang bernilai menyampaikan cerita kepada pendengar. pendidikan. Melalui cerita rakyat, Formula alur harus diingat oleh pemain masyarakat bisa menanamkan nilai-nilai dalam menyampaikan cerita. Dalam karakter kepada generasi muda. formula alur ini dapat dilihat kreatifitas Sebagaimana dikatakan oleh Dundes penutur. Mereka berhak menciptakan (dalam Sudikan, 2001:162) bahwa secara variasi-variasi yang baru atas dasar pola umum, terdapat beberapa fungsi sosial alur yang sudah akrab dan tetap sama. cerita rakyat yaitu membantu pendidikan Dalam kenyataannya, sering ditemui anak muda, meningkatkan perasaan cerita rakyat yang mempunyai motif yang solidaritas suatu kelompok, memberi sangsi sama. Motif tersebut menjadi pola sosial agar orang berperilaku baik atau pembentuk cerita rakyat. Motif cerita tidak memberi hukumansebagai sarana kritik hanya terdapat dalam cerita rakyat satu sosial, memberikan suatu pelarian yang Negara, akan tetapi bisa terjadi antarnegara menyenangkan dari kenyataan, dan serumpun. Kesamaan motif tersebut mengubah pekerjaan yang membosankan disebabkan oleh evolusi yang terjadi pada menjadi permainan. Hamidy (2003:28) masing-masing kebudayaan di dunia. menyatakan bahwa fungsi sosial cerita Sebagaimana dikatakan oleh Danandjaya rakyat di antaranya sarana pendidikan, (2005) bahwa teori terjadinya kesamaan harga diri, dan sebagai hiburan atau pelipur motif dalam cerita rakyat diklasifikasikan lara. menjadi dua kelompok, yakni teori-teori Cerita rakyat dibentuk dari monogenesis (satu asal) dan teori-teori perpaduan formula-formula yang menjadi poligenesis (banyak asal). Teori yang pengikat cerita dan kreativitas pemain yang tergolong monogenesis menganggap dipengaruhi oleh konteks. Koster (1998) bahwa terjadinya persamaan disebabkan mengelompokkan bentuk skema atau pola oleh penyebaran atau difusi dari suatu formulaik yang menyebabkan atau kesatuan cerita (plot) atau motif cerita dari mengikat cerita lisan adalah formula alur, satu tempat ke tempat-tempat lain. Teori ini formula lakuan-lakuan tertentu, formula pun menganggap bahwa suatu tipe atau 51 Lilik Wahyuni -- Motif Cerita Rakyat Malin Kundang Sebagai Sarana Penjaga Integritas Sosial Masyarakat Asean suatu motif hanya diciptakan satu kali pada tokohnya ada yang laki-laki dan masa tertentu. Sebaliknya, teori-teori yang perempuan. tergolong poligenesis menganggap bahwa Penelitian tentang motif cerita rakyat terjadinya persamaan disebabkan oleh tersebut dilakukan dengan pendekatan penemuan sendiri-sendiri (independent etnografi komunikasi dengan metode invention) atau sejajar (paralel invention). penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, Kesamaan motif cerita rakyat dapat cerita rakyat disikapi sebagai tanda-tanda dilihat pada cerita rakyat Indonesia yang telah ditata oleh pengarang dengan motif berjudul “Malin Kudang” dengan cerita dan konteks budaya masing-masing daerah. rakyat yang berjudul “Pulau Jelapi” dari Tujuan penelitian ini adalah untuk Thailand, “Si Tanggang” dari Malaysia, mendapatkan deskripsi objektif tentang (1) dan “Nakhkoda Manis” dari Brunai. cerita motif cerita rakyat Malin Kundang dan ra. Dalam cerita Malin Kundang, variasinya di berbagai Negara Asean. (2) diceritakan seorang anak yang tidak tahan fungsi cerita rakyat sebagai penjaga dengan kemiskinan. Malin Kundang integritas sosial Asean, dan (3) nilai-nilai memutuskan untuk mencari kerja di tempat pendidikan dari cerita rakyat sebagai saudagar kaya. Setelah itu, Malin Kundang penjaga integritas sosial Asean. menikah dengan anak saudagar kaya tersebut. Setelah menjadi kaya Malin METODE Kundang tidak mau mengakui ibunya yang Penelitian ini menggunakan miskin. Karena marah, si ibu mengutuk pendekatan kualitatif karena data yang Malin Kundang.