Perlawanan Petani di Tanah Partikelir..... (Iim Imadudin) 33

PERLAWANAN PETANI DI TANAH PARTIKELIR TANJOENG OOST BATAVIA TAHUN 1916

THE PEASANT STRUGGLE IN PRIVATE LAND OF TANJOENG OOST BATAVIA IN 1916

Iim Imadudin Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung Jln. Cinambo No.136 Ujungberung-Bandung 42094 e-mail: [email protected]

Naskah Diterima: 5 Januari 2015 Naskah Direvisi:12 Februari 2015 Naskah Disetujui:18 Februari 2015

Abstrak Sepanjang abad XIX dan awal abad XX terjadi banyak pergolakan di Nusantara. Salah satu di antaranya terjadi di tanah partikelir Tanjoeng Oost Batavia. Perlawanan Entong Gendut di Tanjoeng Oost Batavia pada tahun 1916 berkaitan dengan sistem tanah partikelir di daerah tersebut. Peristiwa tersebut mencerminkan terjadinya ketegangan horizontal maupun vertikal. Di tanah partikelir Tanjoeng Oost Batavia, tuan tanah mengeksploitasi tanah dan petani yang hidup di wilayahnya. Sejak diberlakukannya UU Agraria 1870, pemilik modal menjadikan tanah sebagai alat produksi. Oleh karena itu, tidak ada lagi hubungan yang bersifat mutualistis, namun bergeser pada aspek komersialisasi pertanian. Para petani yang bekerja pada perkebunan memperoleh perlakuan yang sewenang-wenang. Peraturan tanah partikelir sering berubah-ubah, pajak tidak tetap, dan pemberlakuan kerja wajib. Dalam kondisi demikian, timbullah gerakan perlawanan yang dimotivasi oleh semangat keagamaan. Para pengikut Entong Gendut menganggap dirinya sebagai ratu adil. Penelitian yang mempergunakan metode sejarah ini bertujuan mengungkap perlawanan Entong Gendut dan respons pemerintah kolonial terhadap gerakan petani di tanah partikelir Tanjoeng Oost. Kajian mengenai resistensi petani era kolonial dalam konteks tanah partikelir penting sebagai bahan refleksi sejarah. Meski pernyataan sejarah berulang sekarang dipertanyakan, namun terdapat kemiripan pola-pola protes sosial dari dulu hingga kini Kata kunci: perlawanan petani, tanah partikelir, Batavia.

Abstract There are a lot of upheaval in the archipelago throughout the nineteenth century and early twentieth century. One of them are occurred on private land Tanjoeng Oost Batavia. Entong Geendut resistance in Tanjoeng Oost Batavia in 1916 relating to the system of private land in the area. These events reflect the horizontal and vertical tension. In the private land of Tanjoeng Oost Batavia, landlords exploit the land and the farmers who live in the territory. Since the enactment of the Agrarian Law, 1870, owners of capital make the soil as a production tool. Therefore, there is no relationship of mutualism, but shifts in aspects of agricultural commercialization. The peasants who worked on the plantation earned arbitrary treatment. Regulation of private land ever-changing, taxes are not fixed, and the imposition of compulsory labor. In such conditions, there was a resistance movement motivated by religious fervor. The fellow of Entong Gendut consider themselves to be fair queen. The research method is historical method and try to reveal the Entong Gendut struggle against the colonial government's as a response to the peasant movement in Oost Tanjoeng private land. The study of peasant resistance in colonial era important in the context of private land as a reflection of history. Although history repeats itself now as a questionable statements, but there are similar patterns of social protests of the past until now. Keywords: peasant struggle, private land, Batavia. 34 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 33 - 48

A. PENDAHULUAN pula mengalami kegagalan tergantung cara Heraclitus, filsuf Yunani memaknainya. menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada Ular kadut mati di kobak yang tidak berubah. Semua berubah, Burung betet makanin laron kecuali perubahan itu sendiri.1 Perubahan Entong Gendut mati ditembak merupakan keharusan sejarah (historical Orang Condet pada buron necessity) yang terus ada dalam kehidupan Sebait pantun di atas menyimpan manusia. Situasi konflik atau antagonisme kenangan kolektif tentang kisah sering menjadi bagian yang dominan perjuangan Entong Gendut dari Condet. mewarnai jalannya perubahan. Ada Pantun ini menyampaikan pesan heroisme golongan sosial yang berupaya Entong Gendut dari generasi ke generasi mempertahankan diri melawan kelompok secara berkesinambungan. Tidak hanya yang berjuang melakukan pembaharuan pantun, reproduksi nilai-nilai moral (Kartodirdjo, 1983: viii). Entong Gendut disampaikan dalam seni Antagonisme biasanya dilatar- lenong, palang pintu pada pernikahan adat belakangi stagnasi dan rasa jenuh yang Betawi, dan cerita rakyat. muncul. Pada tahap awal gerakan massa Perlawanan Entong Gendut harus mendapat dukungan terbesar dari dilihat dalam situasi politik awal abad ke- kelompok orang bosan (Hoffer, 1988: 53). 20. Pergolakan di tanah partikelir di Akhirnya, timbullah perubahan yang penghujung abad ke-19 dan permulaan disengaja sebagai anteseden dari keadaan awal abad ke-20 merupakan gejala historis stagnan. dari masyarakat petani pribumi. Pemicu Pemicu dari perubahan itu dapat dari semua perlawanan atau kerusuhan berdimensi ekonomi, politik, dan tersebut sebagian besar merupakan sebagainya. Demikian pula, rasa frustasi konsekuensi logis dari beratnya tuntutan dapat juga merupakan reaksi atas pajak dan kerja rodi terhadap petani. Itulah terjadinya suatu perubahan. Rasa bosan, sebabnya, kerusuhan yang terjadi di tanah frustasi, dan ketertindasan merupakan disebut juga kerusuhan cuke, yang lahan yang subur bagi tumbuhnya usaha berasosiasi dengan nama jenis pungutan melakukan perubahan. Namun pertanyaan pajak yang membebani petani yang tak kalah pentingnya adalah apakah (Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, perubahan itu, sebagai dikonsepsikan 2008: 400). Hegel dalam dialektika historis-nya, Umumnya, ciri khas gerakan bergerak secara regresif menuju keadaan perlawanan sosial tersebut cenderung yang lebih buruk dari sebelumnya atau bermotifkan perasaan dendam yang lebih baik dalam artian progresif (Surbakti, bersifat milenaristis atau mesianistis 2010: 299). (Ekadjati et al., 1990: 139). Pantun di bawah ini merupakan Penolakan atas pajak memang refleksi perjuangan ke arah perubahan. merupakan pemberontakan khas petani Perjuangan tersebut dapat berhasil, dapat Asia Tenggara. Cirinya-cirinya ada penegasan ekonomi lokal dari sejumlah 1Dalam bahasa Inggris dikatakan “nothing pemberlakuan pajak yang baru (Scott, endures but change”. Kutipan ini berasal dari 1993: 127). tulisan-tulisan Heraclitus (535-475 SM) yang Kemunculan tanah-tanah partikelir dikumpulkan oleh Daegenes Laertius dan dimulai oleh praktik penjualan tanah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris C.D. kepada swasta pada masa VOC (1602- Yonge. Bagi Heraklitus, perubahan itu riil, dan 1799). Kebijakan tersebut terus stabilitas itu ilusi. “Change is the leading berlangsung hingga pemerintahan upward, and the road leading downward, and Gubernur Jenderal Herman Willem the whole world exists according to it” (Ishwara, 2011: 9). Daendels (1808-1811) dan Letnan Perlawanan Petani di Tanah Partikelir..... (Iim Imadudin) 35

Gubernur Thomas (1811- Pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa 1816). Kemudian, berlanjut hingga tahun ketika berbagai pelanggaran dilakukan 1820-an. tuan tanah. Tanah-tanah partikelir terdapat di Tindakan tuan tanah yang sekitar Batavia, Bogor, Banten, Karawang, melampaui batas menimbulkan Cirebon, Semarang dan Surabaya. Motif kegelisahan dan frustasi di kalangan para dari penyerahan tanah-tanah itu beragam. petani. Berbagai aksi protes terjadi di Sebagian besar bermotifkan kepentingan beberapa tanah partikelir seperti di Batavia politis saat penyerahan tanah dengan status dan Cirebon (1816), Cikande Udik (1845), tanah partikelir oleh VOC. Penyerahan Ciomas (1886) dan Ciampea (1892). tersebut dianggap sebagai hadiah VOC Ketegangan semakin meningkat, terutama terhadap orang-orang yang dianggap di paruh pertama abad ke-20. Salah satu di berjasa menjaga ketenteraman dan antara gerakan yang cukup menonjol ketertiban di wilayah sekitar Batavia. terjadi tanah partikelir Tanjoeng Oost Mereka di antaranya adalah mantan Batavia pada tahun 1916 (Koloniaal pegawai atau perwira VOC dan kepala Verslag, 1916). penduduk pribumi. Kehidupan di tanah partikelir Praktik penjualan tanah partikelir Tanjoeng Oost bagi penduduk Condet tidak hanya berupa penyerahan tanah, dirasakan sangat berat. Penduduk yang melainkan penduduk yang tinggal di tanah bekerja di tanah partikelir harus tersebut. Para pemilik tanah menguasai menggarap lahan dan kebun tuan tanah tanah secara mutlak dalam jangka waktu dalam kondisi tertekan. Tentu saja yang lama. Para tuan tanah mendapat hak- kebijakan yang paling berat bagi penduduk hak istimewa seperti yang dimiliki adalah kewajiban petani membayar pajak pemerintah (hak fiskal) dan kepolisian sewa tanah 25 sen setiap minggunya. Bila (keamanan). tidak mampu membayar, mereka wajib Dengan hak istimewa yang melakukan kerja paksa selama seminggu dimilikinya, para tuan tanah berhak menggarap sawah dan kebun tuan tanah menuntut sebagian hasil produksi tanah atau aparat kolonial. garapan para petani. Selain itu, penyerahan Dalam situasi seperti itu, timbul tenaga kerja bagi keperluan pribadi tuan reaksi dari penduduk Condet untuk tanah menjadi wajib, antara lain memetik melawan tindakan sewenang-wenang tuan buah, menggarap dan memelihara tanaman tanah. Ekspresi dari ketertekanan tersebut atau mengangkut barang dari satu tempat berupa rasa amarah, kebencian, bahkan ke tempat lainnya. perlawanan fisik. Salah satu di antaranya Para tuan tanah dapat dengan leluasa adalah perlawanan Entong Gendut, melakukan eksploitasi tanah miliknya. pendekar perguruan Silat Silau Macan di Kekuasaaan tanpa batas itu membuat daerah Condet. Ia dikenal juga dengan Haji mereka sering melakukan kecurangan- Entong Gendut. Ia memobilisasi penduduk kecurangan. Beberapa di antara Condet agar melawan sistem kolonial yang kecurangan itu, seperti memanipulasi menindas. reglemen dan kontrak kerja. Pemerintah Kajian mengenai perlawanan sebenarnya tidak menutup mata terhadap Entong Gendut setidaknya telah praktik kecurangan seperti itu. Upaya menghasilkan dua skripsi. Abd. Nashir perbaikan yang dilakukan, di antaranya (1987) menulis Kerusuhan Petani di melarang tuan tanah menerima Condet Tahun 1916. Eksploitasi tuan sepersepuluh dari hasil tanah atau tanah secara berlebihan menimbulkan memungut penyerahan tenaga kerja yang kebencian penduduk. Penulis juga berat. Akan tetapi, kontrol pemerintah menekankan peran pihak-pihak luar terhadap tuan tanah memang sangat lemah. masyarakat Condet yang ikut 36 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 33 - 48 mematangkan perlawanan. Yayi Ningsih menafsirkan fakta yang membutuhkan (2007) menulis Gerakan Protes di kerangka dan dasar pengertian objek Tanjung Timur Dipimpin oleh Entong penelitian, dan dilakukan dengan bantuan Gendut Tahun 1916. Penulis mengaitkan konsep dan teori. Tahap terakhir adalah gerakan protes dengan sistem tanah di penulisan sejarah, fakta-fakta yang telah wilayah partikelir yang menimbulkan diinterpretasikan dituliskan dalam suatu kebenciaan hingga memunculkan sosok penulisan yang sistematis dan kronologis. Entong Gendut sebagai ratu adil. Analisis artikel ini menggunakan Gerakan perlawanan sering teori Perilaku Kolektif (Theory of dilakukan masyarakat petani dalam sistem Collective Behavioral) yang diperkenalkan politik yang berbeda-beda. Sejak zaman Neil J. Smelser (Jung, 1966: 318-320). kolonial hingga kemerdekaan, konflik di Smelser memerinci perilaku kolektif lingkungan masyarakat petani sering sebagai mobilisasi atas dasar suatu terjadi. Peristiwa sejarah memang hanya keyakinan (belief) yang meredefinisikan terjadi sekali (einmalig), tetapi terdapat kembali aksi-aksi sosial (social action). kemungkinan kesamaan pola dan struktur Sementara itu, perilaku kolektif, menurut yang kondusif bagi munculnya konflik di Blumaer, didefinisikan sebagai suatu masyarakat. Ilmu sejarah dapat membantu gerakan sosial (social movement) yang menangani konflik melalui pendekatan dilakukan secara kolektif untuk menata genetis, komparatif, dan paralelisme kehidupan yang baru. Dasar gerakan sosial historis. Artikel ini berupaya memberi adalah the basic frustration (Zubir, 2002: gambaran tentang latar belakang, sebab 40). yang lebih dekat dengan peristiwa, dan Setiap aksi sosial membutuhkan trigger (pemicu) dari gerakan perlawanan sejumlah determinan, yaitu kondisi yang Entong Gendut di tanah partikelir diperlukan (necessary condition) yang Tanjoeng Oost Batavia. menciptakan suasana atau kondisi yang cukup (sufficient condition) bagi B. METODE PENELITIAN tumbuhnya aksi perlawanan (Swartz, 1997: Kajian artikel ini menggunakan 1). metode sejarah, yang terdiri dari empat Adapun determinan yang terdapat tahapan. Tahap pertama, heuristik atau dalam teori Perilaku Kolektif sebagai upaya pencarian sumber terhadap objek berikut: yang diteliti. Data tersebut didapat melalui 1. Structural condusiveness (kekondusifan penelitian di perpustakaan (library struktural): suasana atau iklim yang research). Buku-buku penunjang atau memungkinkan dari struktur sosial literatur diperoleh melalui studi pustaka di budaya masyarakat untuk melakukan perpustakaan BPNB Bandung aksi; Perpustakaan Cisral Unpad, Perpustakaan 2. Structural strain (ketegangan Wilayah Jawa Barat, dan Arsip Nasional. struktural): ketegangan struktural ini Penelitian ini banyak memanfaatkan arsip dapat terjadi apabila sesuatu yang Memori Serah Jabatan yang diterbitkan diharapkan tidak sesuai dengan Arsip Nasional RI. kenyataan, bahkan lebih jauh lagi Tahap selanjutnya adalah tahap kenyataan-kenyataan yang muncul kritik, dilakukan dengan membuat justru berbalik menjadi ancaman; perbandingan dari beberapa sumber atau 3. Growth and spread of generalized dengan membandingkan dengan fakta- belief (pertumbuhan dan penyebaran fakta yang ada sebelumnya. Kritik dengan keyakinan yang dianut); dasar sumber yang ada akan menguji 4. Precipitant factors (faktor pencetus): apakah gerakan sosial lebih bermotifkan struktural yang kondusif, ketegangan ekonomi ataukah politik. Tahap ketiga dan kepercayaan belum menghasilkan adalah tahap interpretasi, tahap Perlawanan Petani di Tanah Partikelir..... (Iim Imadudin) 37

sebuah episode, kecuali sudah ada apalagi menumbangkan sistem dominasi. faktor pencetus. Faktor pencetus ini Mereka lebih berkepentingan untuk dapat adalah sesuatu yang dramatis; bertahan dalam sistem (Scott, 1993: xiv). 5. Mobilization of participants for action Untuk memahami pola hubungan (mobilisasi untuk melakukan aksi): petani dan elit digunakan pula konsep pemimpin, kepanikan, agitasi untuk Patron-Klien. Antropolog umumnya reformasi; mendefinisikan patron-klien sebagai: 6. The operation of social control .....an exchange relationship (berjalannya kontrol sosial): semacam between roles- may be defined as kontrol sosial, determinan yang special case of dyadic (two-person) ties mencegah, mengganggu, membelokkan involving a largely instrumental dan merintangi gejolak itu dengan cara friendship in which an individual of higher socioeconomic status (patron) mencegah terjadinya episode gejolak uses his own influence and resources to sosial dan mobilisasi alat-alat negara provide protection or benefits, or both, segera setelah episode gejolak sosial for a person of lower status (client) mulai terjadi (Lubis, 2000: 64). who, for his part, reciprocates by Untuk menjelaskan kepemimpinan offering general support and assistance kharismatis digunakan konsep “karisma”. including personal services, to the Max Weber menjabarkan karisma sebagai patron. “mutu tertentu yang melekat pada .....hubungan pertukaran antara dua kepribadian seseorang yang menyebabkan orang yang melibatkan sebagian besar ia dianggap luar biasa dan diperlakukan peran dalam persahabatan-yang status sosial ekonomi individu atau lebih orang sebagai seseorang yang dikaruniai tinggi (patron) menggunakan kekuatan supranatural (gaib), seorang pengaruhnya sendiri dan sumber daya manusia super atau setidak-tidaknya untuk perlindungan, pemeliharaan atau mempunyai kekuatan atau kualitas sangat manfaat, atau keduanya, untuk orang istimewa” (Burke, 200:133). dari status yang lebih rendah (klien) Dalam konteks gerakan milenaristis, yang, pada bagiannya, membalasnya para pengikut meyakini bahwa dalam dengan menawarkan dukungan umum dan pribadi bantuan-termasuk, untuk waktu yang tidak lama lagi akan lahirnya 2 masyarakat baru yang akan melenyapkan perlindungan. segala kesengsaraan (Korver, 1982: 73). C. HASIL DAN BAHASAN Gerakan protes yang bernuansa keagamaan 1. Riwayat Tanah Partikelir Tanjoeng juga sering bertipe nativisme, yaitu gejala yang menunjukkan adanya kebencian yang Oost Batavia kuat terhadap penguasa asing yang Pemilik pertama kawasan tanah dianggap bertanggung jawab terhadap partikelir Tanjoeng Oost (Tanjoeng Timur) situasi yang terjadi (Korver, 1982: 74-75). adalah Pieter van de Velde dari Tipe gerakan sosial terbagi menjadi Amersfoort, Belanda. Pascapemberontak- dua, yaitu gerakan yang memulai suatu an Cina 1740, van de Velde mengusai proses perubahan dan gerakan yang tanah-tanah milik Kapten Ni Hu-Kong. merupakan reaksi atas perubahan yang Lokasinya berada di selatan Meester terjadi. Kebanyakan gerakan sosial yang Cornelis sebelah timur sungai Ciliwung. terjadi bertipe “reaktif”, yaitu gerakan Pemilikannya atas tanah terus bertambah rakyat yang memprotes perubahan dengan tanah-tanah lainnya yang dibelinya ekonomi atau sosial yang mengancam cara pada tahun 1750. Maka muncullah Tanah hidup yang berlaku (Frederick & Soeri Partikelir Tanjoeng Oost. Soeroto, 1984: 135). Bagi petani, perlawanan bertujuan tidak untuk mengubah keadaan yang sedang terjadi, 2http://chenry.webhost.utexas.edu/public_html/ AUC/Scott-1972-clientelism.pdf 38 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 33 - 48

Pada tahun 1750 van de Velde diangkat menjadi administratur P. Onrust. membangun villa sebagai tempat Ia mampu memanfaatkan kedudukan peristirahatan (). Letaknya yang ayahnya sebagai Gubernur Jenderal, yang berada di pinggiran pusat kota sehingga kekayaan dan kekuasaannya terus Batavia, membuat kawasan Tanjoeng meningkat. Sampai penghujung abad ke- Timur tempat yang cocok untuk 18, pemilikan tanahnya tersebar mulai dari peristirahatan dan lahan pertanian. Pada Tanahabang, Cibinong, Cimanggis, mulanya wilayah ini masih berupa lahan Ciampea, Cibungbulan, Sadeng, dan kosong yang ditumbuhi pepohonan besar. Tanjoeng Oost. Adrian Jubels menjadi pemilik Tanah partikelir Tanjoeng Timur kedua. Selanjutnya, pada tahun 1763, mengalami perkembangan yang sangat Jacobus Johannes Craan membeli Tanah pesat saat dikelola oleh Daniel Cornelius Tanjoeng Oost. Ia merenovasi gedung Helvetius. Ia secara intensif mampu peristirahatan dengan dekorasi berlanggam mengembangkan sektor pertanian dan Lodewijk XV, dengan hiasan- hiasan Cina. peternakan. Komoditi tanah Tanjoeng Oost Kemudian Tanjoeng Oost dibeli Willem dikenal oleh masyarakat luas di Batavia. Vincent Helvetius van Riemsdjik. Ia Pengelolaan tanah partikelir adalah putra Gubernur Jendral Jeremies dilanjutkan Tjalling Ament, yang berasal van Riemsdjik (1775-1777). dari Kota Dokkum, Belanda Utara. Ament menikahi putri Daniel Cornelius yang bernama Dina Cornelia. Ament mengembangkan produksi pertanian dan peternakan. Pada pertengahan abad ke-19, produksi susu peternakan Tanjoeng Timur sangat terkenal di wilayah Batavia. Tanah partikelir Tanjoeng Oost juga menghasilkan kopi dan sereholie. Pada tahun 1914 menghasilkan 60 pikul, sedangkan tahun 1915 ada 75 pikul (Koloniaal verslag 1916).

Tabel 1 Komoditi Kopi Tanah Partikelir di Batavia Tanah Partikelir Jumlah (Pikul)

BANTAM

Tjikande Ilir 27 16

Gambar 1. Kawasan Batavia tahun 1920 BATAVIA Sumber: http://niehorster.orbat.com/016_netherlands/ma Pangkalan...... 2 - ps/Batavia%201920.gif Tjiboeboer...... 60 75 Tandjoeng Oost...... 60 75 Sejak usia muda, Willem Vincent Helvetius sudah menduduki jabatan Kranggan...... 13 9 strategis. Pada usia 17 tahun sudah Tandjoeng-West of Perlawanan Petani di Tanah Partikelir..... (Iim Imadudin) 39

Djagakarsa...... Para pengusaha swasta Belanda maupun swasta Eropa lainnya mendirikan Kampong Makasser, 10 8 perkebunan-perkebunan kopi, teh, gula, Hermendal en Tanah dan kina. Pembukaan perkebunan- Toewaratoes...... perkebunan besar ini dipayungi secara Tjakoeng en Pondok hukum oleh Undang-Undang Agraria Klapa...... (Agrarische Wet) yang dikeluarkan pada 0,5 - tahun 1870. Pada suatu pihak Undang- Lengkong oost I Undang Agraria membuka peluang bagi 2 - orang-orang asing untuk menyewa tanah Serpang, Lengkong Tjisaroek en Lengkong dari rakyat (Poesponegoro, Sempora...... 1992: 118). 5 - Implementasi Agrarische Wet menimbulkan konflik sosial di tanah 10 - partikelir. Lahirlah tuan-tuan tanah partikelir (particuliere landerijen) yang sangat berkuasa. Sumber: Koloniaal Verslag, 1916 Tanah partikelir menjadi “mesin uang” bagi tuan tanah berkebangsaan Sampai meletusnya Perang Dunia, Eropa dan Cina. Sementara itu, bagi petani kawasan tanah Tanjoeng Oost diwariskan tanah partikelir menambah beban kaum secara turun-temurun pada keturunan pribumi, terutama petani-penyewa dan Vincent Helvetius van Riemsdij. Sekarang buruh. kawasan tersebut dikenal dengan Kampung Sebenarnya pemerintah sudah Gedong. Sebutan Kampung Gedong membuat “aturan main” di tanah partikelir. merujuk pada sebuah gedung peristirahatan Dalam Staatsblad No. 19 tanggal 28 (landhuis) tuan tanah Tanjoeng Oost. Pebruari 1836 dikemukakan hak-hak Gedung tersebut memiliki halaman yang pemerintah, tuan tanah, dan penduduk luas. Pemilik terdahulu memberi nama sebagai berikut: Groeneveld, yang berarti lapangan hijau. a. Hak-hak Pemerintah Pemandangan di sekelilingnya sangat asri. 1. Memelihara ketertiban dan Sekarang menjadi perempatan Pasar Rebo, keamanan; Jl. Raya Bogor. Di sisi jalan ditanami 2. Melindungi keselamatan penduduk pahon asem (Tamarindus indica). dari ancaman dan bahaya yang mengancam pemerintah; 2. Kebijakan Tanah Partikelir 3. Menguasai jalan-jalan raja, jemba- Keberadaan tanah partikelir tan-jembatan, dam-dam, terusan- memiliki sejarah panjang. Namun, titik terusan dan semua pekerjaan untuk tolak perkembangan tanah partikelir kepentingan umum di tanah dan air; bermula ketika tahun 1870 diterapkan dan “politik pintu terbuka” (open door policy) 4. Kedaulatan atas tanah P en T tetap di Hindia Belanda. Para pengusaha swasta berada di tangan pemerintah pusat. asing memiliki peluang yang lebih besar b. Hak-hak dan Wewenang Tuan Tanah untuk menanamkan modalnya di bidang 1. Memungut hasil panen atau perkebunan. Dasar hukum dari sistem penghasilan dari tanah yang digarap liberal ini adalah Undang-Undang De oleh penduduk atau yang sekiranya Waal, yaitu Undang-Undang Agraria dan dapat menghasilkan, seperti tanah- Undang-Undang Gula. Undang-Undang tanah gundul, hutan-hutan, hutan Agraria (de Agrarische Wet) diatur dalam bambu; dan Staatsblad No. 71 tanggal 9 April 1870. 40 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 33 - 48

2. Mempekerjakan penduduk laki-laki partikelir seolah-olah telah menjadi yang berumur antara 14-50 tahun “negara kecil” dalam negara (Staatjes selama satu hari pada tiap-tiap binnen de Staat) (Effendhie, 2007: 13). minggu, dengan memberi makan Di tanah partikelir, elit pribumi yang cukup untuk mengerjakan seperti demang, asisten wedana, dan cutak pembuatan atau perbaikan jalan, (camat tuan tanah) bekerja untuk menggali saluran-saluran air, kepentingan tuan tanah. Demang dan para memotong rumput, membajak tanah, pembantunya bertugas memungut cukai mengangkut barang-barang di rumah dari penduduk yang menetap di daerah tinggal atau gudang. yang berada di bawah pengawasannya c. Hak-hak dan Kewajiban Penduduk (Asdi et al, 39: 2007). Sementara itu, 1. Menggembala hewan, mengambil demang lebih berperan sebagai pegawai kayu untuk keperluan sehari-hari tanah partikelir (Disbudpar Subang, 2002: dengan syarat tidak untuk dijual; 40). 2. Mengangkut bagian dari hasil Pada permulaan abad ke-20, tanahnya ke gudang tuan tanah tanpa serangkaian gelombang kerusuhan meluas dibayar asal saja gudang-gudang itu di berbagai tanah partikelir, antara Ciomas, berada dalam daerah tanah itu Slipi, Cakung, dan Surabaya. Aksi protes sendiri. dipicu oleh persoalan yang sama, yakni 3. Penduduk yang disuruh oleh tuan kegagalan pembayaran sewa atau pajak, tanah untuk mengantarkan surat, maupun penebusan kerja wajib. Akibatnya, mengangkut barang-barang dan lain- petani yang bangkrut. Harta mereka lain harus mendapat upah yang dirampas, dijual, bahkan dibakar. setimpal. Berdasarkan aturan baru tentang tanah Peraturan pemerintah tersebut partikelir, para tuan tanah diperkenankan memang secara eksplisit mengadili para petani yang tidak mampu mencantumkan sanksi terhadap tuan membayar pajak (Poesponegoro, 1992: tanah yang bertindak melebihi aturan 294). yang ditetapkan. Para pelanggar dapat Situasi yang makin kondusif untuk dituntut di muka hukum (pengadilan). terjadinya gerakan sosial semakin matang Di atas kertas, hak-hak penduduk ketika ada kebijakan baru tentang tanah pribumi dilindungi secara hukum dalam partikelir tahun 1912. Kebijakan tersebut memanfaatkan tanah-tanah untuk memberikan peluang bagi para tuan tanah keperluan kehidupan sehari-hari. untuk menindak petani-petani yang tidak Akan tetapi, pada kenyataannya dapat membayar pajak melalui pengadilan. aturan tersebut dapat diibaratkan Pada tahun 1913 pengadilan menangani “tumpul ke atas, tajam ke bawah”. Tuan 2.000 perkara kegagalan petani dalam tanah partikelir menjelma menjadi membayar sewa atau pajak pekarangan “raja-raja” baru. Para pembeli tanah atau pun penebusan pekerjaan kompeni. mendapat hak pertuanan (heerlijke Selanjutnya, ada 500 perkara di tahun rechten) dan hak kenegaraan 1914, dan 300 perkara tahun 1915. (overheidrechten). Dengan demikian, Eksekusi putusan pengadilan para pemilik tanah dapat mengatur mengakibatkan petani mengalami tanah dan penduduk yang tinggal di kebangkrutan. Harta milik petani disita, tanah tersebut sesuai dengan dijual, atau dibakar. Selain eksekusi keinginannya. Para pemilik berhak pengadilan, tuan tanah menaikkan mendapat bagian dari hasil panen padi, pungutan pajak. Pada gilirannya hal palawija, buah-buahan, peternakan tersebut menciptakan rasa dendam dan ikan, dan sebagainya (Broersma, tt: 2). kebencian yang semakin dalam. Kenyataan ini membuat status tanah Perlawanan Petani di Tanah Partikelir..... (Iim Imadudin) 41

Beberapa kejadian menjadi riak-riak Situasi genting terus berkembang. kecil yang terus memanas. Pada tanggal 14 Penduduk Batu Ampar bergabung dengan Mei 1916, penduduk kampung yang perkumpulan beladiri. Dengan ilmu bela bernama Taba dari desa Batu Ampar diri yang dimiliki, mereka ingin mencegah diadili di Landraad (pengadilan distrik) para pegawai pemerintah mengeksekusi Meester Cornelis (). Berdasarkan berbagai putusan pengadilan distrik. vonis Landraad van Meester Cornelis ddo Laporan yang sampai pada 14 November 1914 No 4693/1913, Taba pemerintah menyebutkan bahwa Entong wajib membayar sebesar f 7,20 (7,20 Gendut, Maliki, dan Modin yang berasal gulden) dan ongkos perkaranya (ANRI, dari Batu Ampar memimpin perkumpulan 1981: 52). tersebut. Selanjutnya, ditetapkan delapan Pada tanggal 15 Maret 1916, wazir dan dua prajurit. pengadilan memberikan tenggat waktu Anggota perkumpulan terus pada Taba agar segera membayar. Bila bertambah hingga mencapai sekitar 400 tidak mampu membayar, pihak yang anggota. Bahkan sudah direncanakan berwajib akan menyita barang dan merekrut pengikut hingga 1000 orang. menjualnya. Situasi semakin memanas. Tokoh-tokoh setempat yang bergabung, Penduduk menuding para kepala setempat antara lain Haji Amat Awab, Said Keramat mengabdi pada kepentingan orang Kristen, dan Dullah. Haji Amat Wahab karena mereka sama sekali tidak mengajarkan kitab “sifat 20”. Haji Amat mempertimbangkan penduduk yang Wahab menunjukkan simpatinya pada miskin. Oleh karena itu, dalam pandangan Entong Gendut. Ia menasihati mandor Meli penduduk, mereka harus dibunuh. dari Kampung Tengah agar tidak Namun, eksekusi tetap dilanjutkan. mengikuti perintah Asisten Residen para petugas dipimpin Asisten Wedana (ANRI, 1981: xl). Pasar Rebo dan mandor Piroen tetap Derasnya dukungan terhadap mendatangi rumah Taba pada tanggal 7 gerakan Entong Gendut makin membuat Maret 1916 (Pranoto, 2010: 153). Mereka perkumpulan ini muncul ke permukaan. bermaksud menghukum kegagalan Taba Pemerintah mulai mencurigai aktivitas membayar sewa tanah. Saat itu penduduk pengikut Entong Gendut. Asisten Wedana berkumpul dalam posisi bersembunyi di bahkan turun tangan menelusuri informasi kebun salak Djaimin, yang letaknya hanya sumir yang diperolehnya. Ia meminta sepelemparan batu dari rumah Taba keterangan pada Said Abdoellah, apakah (ANRI, 1981: xl). turut terlibat dalam gerakan Entong Massa yang berjumlah 50 orang Gendut. Said Abdoellah menyangkal, berupaya mencegah petugas yang akan bahkan bersedia membantu mencari melakukan eksekusi. Entong Gendut informasi yang lebih jelas mengenai berada di antara kerumunan massa. Situasi keberadaan dan kegiatan Entong Gendut semakin genting. Penduduk berupaya dan kelompoknya. Diberitakan pula memprovokasi petugas dengan perkataan beberapa orang keturunan Arab menjalin yang bernada menghina. Selain itu, hubungan rahasia dengan perkumpulan itu. terdengar pula doa-doa dan ayat al-Qur’an Di antara mereka ada Said Taba bin dikumandangkan. Namun, massa berhasil Akhmad Al Hadat dan Said Muksin bin ditenangkan. Entong Gendut sendiri belum Akhmad Alatas dari Cawang serta Said mengambil tindakan untuk melawan, Umar bin Alaydrus dari Cililitan. karena kekuatannya yang masih sangat Informasi mengenai keterlibatan orang terbatas. Akhirnya, rumah Taba dijual Arab diperoleh berkat informan seharga f 4,50 (4,50 gulden). Mandor Pirun pemerintah yang bernama Said Abdullah membelinya pada tanggal 15 Maret 1916. (ANRI, 1981: xl). 42 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 33 - 48

Insiden berikutnya berlangsung pada pengikutnya agar kembali ke rumah tanggal 5 April 1916. Pada sore harinya masing-masing. Sebelumnya Nyonya terjadi insiden. Pemilik tanah Tanjoeng Rollinson menelepon komisaris polisi Oost, D.C. Ament, dilempari dengan batu. Mesteer Cornelis. Akan tetapi, dicegah Ketika itu mobilnya sedang melewati Asisten Wedana yang lebih memilih jembatan pal 13 dan 14 (ANRI, 1981: xl; langkah persuasif daripada represif. Dalam Pranoto, 2010: 153). Kebencian penduduk pandangan Asisten Wedana, saat ini yang pada tuan tanah semakin tak terbendung. diperlukan bukan tindakan mengirim polisi Pada malam harinya diadakan (ANRI, 1981: 54). pertunjukan tarian topeng di Villa Nova Entong Gendut memerintahkan milik Nyonya Van der Vasse Rollinson, orang-orang agar membubarkan diri dan pemilik tanah partikelir Cililitan Besar. kembali ke rumah masing-masing. Ketegangan pada sore hari rupanya terus Perintah Entong Gendut dipatuhi sehingga berlanjut pada jam-jam berikutnya. gerombolan bubar. Suasana kembali normal. Peristiwa ini berbuntut panjang.

Entong Gendut masuk menjadi target

buruan aparat keamanan Belanda di Batavia. Mendengar kabar gerakan Entong Gendut yang semakin membahayakan, Wedana Meester Cornelis menugaskan Asisten wedana agar membawa Entong Gendut ke hadapannya. Upaya Asisten Wedana menangkap Entong Gendut gagal Gambar 2. Villa Nova tahun 1930 dilaksanakan, karena dihadang 50 pengikut Sumber: arsipindonesia.com Entong Gendut yang bersenjata lengkap.

Sempat terjadi pembicaraan di antara Asisten Wedan memperoleh Entong Gendut dengan Asisten Wedana. informasi dari polisi bahwa para pengikut Jawara dari Condet itu memprotes Entong Gendut akan membubarkan mengapa para polisi yang merupakan pertunjukan topeng. Oleh karena itu, orang pribumi malah membela orang- Asisten Residen beserta dua polisi orang Srani (orang-orang Belanda mendatangi Villa Nova, yang sudah dijaga beragama Kristen). Mengapa pula polisi polisi pula (ANRI, 1981: xli). pribumi itu tega menyita, menjual bahkan Saat itu, segerombolan orang membakar rumah sitaan. Gugatan Entong dipimpin Entong Gendut berkerumun di Gendut amat tajam. Dengan tegas, Asisten depan Villa Nova, rumah Lady Rollinson. Wedana mengatakan bahwa ia hanya Beberapa saat pertunjukan berlangsung menjalankan tugas setelah dijatuhkannya tidak terjadi apa-apa. Hingga pukul 11.00, vonis landraad. Sebagai hamba hukum, massa yang sudah berkumpul mulai Asisten Wedana berkewajiban menunjukkan kekesalan. Terdengar menegakkan tertib hukum. teriakan-teriakan “hentikan pertunjukan Pada kesempatan itu Entong topeng”. Teriakan-teriakan itu disertai berupaya berargumentasi bahwa usahanya dengan kumandang ayat-ayat Al-Qur’an. membubarkan pertunjukan topeng, karena Seorang dari kerumunan massa yang ingin mencegah praktik perjudian sebagai bernama Madin berteriak “habib, habib”. ekses pertunjukan. Ia juga mengecam Habib merupakan sebutan bagi keturunan tradisi mabuk-mabukan para tuan tanah Nabi Muhammad saw. Entong Gendut (ANRI, 1981: XLI, 54). mendesak agar pertunjukan dihentikan. Pada tanggal 8 April ada kabar Namun, Asisten Wedana berhasil bahwa dukungan terhadap gerakan Entong membujuk Entong Gendut dan Perlawanan Petani di Tanah Partikelir..... (Iim Imadudin) 43

Gendut terus bertambah. Salah satunya dipimpin Wedana berusaha menang- informasi dari Haji Sadan, penjaga gudang kapnya hidup atau mati. Nyonya Rollinson dan penjaga malam Saat itu Entong Gendut sedang Villa Nova yang bernama Enceng. sholat. Selesai sholat, berlangsung Anggota perkumpulannya semakin banyak. negosiasi antara dua pihak. Entong Gendut Entong Gendut menyatakan dirinya keluar dari dalam rumah. Dibawanya sebagai raja muda. Patihnya berjumlah benda panjang yang dibungkus kain putih delapan orang, yaitu Ja, Tipis, Raidi, Sibi (semacam tombak), beberapa keris dan bin Jimin, Logod, Tipe, Gutar dan Usep. bendera merah dengan gambar bulan sabit Toha dan Gani dari Batuampar masing- berwarna putih di tengah-tengah (ANRI, masing menjadi mantri dan sekretaris. 1981: xliii). Anggota yang lain, Majar dan Jaimin, Wedana memberi tahu bahwa ia ditugaskan merekrut pengikut sebanyak- akan menangkap Entong Gendut. Dengan banyaknya (ANRI, 1981: XLI). rasa percaya diri yang tinggi ia berkata Gerakan Entong Gendut semakin dengan lantang bahwa dirinya adalah raja mengancam pemerintah. Melalui surat muda (Ik ben Radja Moeda) . Oleh karena yang dibawa Muhawa dari Kampung itu, ia tidak perlu tunduk kepada siapa pun, Cililitan Besar, Entong Gendut termasuk hukum kolonial. Ia juga menyampaikan tantangan terbuka terhadap menegaskan siap berjihad fi sabilillah Asisten Wedana. Isi suratnya sebagai melawan polisi (wil de sabiloellah tercantum dalam berita acara Asisten (godsdienstoorlog) met de politie Wedana Meester Cornelis (Raden uitvechten) (ANRI, 1981: 59). Pringgodimedjo) tanggal 7 Maret 1916 Entong Gendut bahkan turun ke sebagai berikut: halaman sambil membaca mantra dan “Tjondet, Batoeampar 9 April menampilkan silat. Ketika Wedana 1916. Dengan hormat, Saya datang, memberi aba-aba penangkapan, Entong dengan (Surat) ini untuk wedana (a sisten Gendut berteriak, “Anak-anak”. kemudian, wedana) Mantri dan aparat polisi. Saya gerombolan orang bersenjata keluar dari berharap bahwa semua yang mengikuti semak-semak kebun salak dan langsung ajaran Nabi Muhammad baik laki-laki maupun perempuan di Onderdistrik mengepung petugas pemerintah. Tandjong Pasar Rebo dapat diberitahukan Jumlahnya 200 orang bersenjata (ANRI, agar berkumpul di rumah Raja Muda yang 1981: xliii). bernama Tong Gendut. Jika wedana Polisi yang bernama Salim dan (asisten wedana) sendiri tidak datang ke Atjim berupaya menangkap pengikut rumah Raja Muda. Berhati-hatilah, karena Entong Gendut. Namun, Saadi dari begitu banyak orang yang akan datang Kampung Tengah melayangkan parang ke bertemu Raja Muda. Untuk (Anda) kepala salim. Polisi melihat jimat-jimat di sebagai peringatan: Ini sangat mendesak tubuh pengikut Entong Gendut (ANRI, dan Anda perlu untuk datang besok pagi 1981: 59). Keadaan semakin mencekam. jam 8. Jika tidak wedana Pasar Rebo?” Massa bersiap untuk berperang. Muhawa setelah menyampaikan Mereka mengepung rombongan surat, langsung meloloskan diri. Ia Wedana dan polisi kampung dari berbagai menyadari bahwa bahaya sedang penjuru. Menyadari bahaya yang mengintainya. Terlebih bila ia harus mengancam dirinya, Wedana dan membocorkan rahasia kelompok Entong rombongannya berlarian menyelamatkan Gendut (ANRI, 1981: 52). diri. Wedana yang bersembunyi di rumah Pemerintah kolonial segera kosong berhasil ditangkap massa. melakukan operasi penangkapan Entong Untunglah nasib baik berpihak pada Gendut. Pada tengah malam antara wedana. Begitu ditanya bahwa wedana tanggal 9 dan 10 April 1916 rumah Entong juga seorang muslim, Entong Gendut tidak Gendut dikepung. Pihak keamanan yang 44 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 33 - 48 jadi membunuhnya. Ia hanya melakukan April 1916, pasukan pemerintah berhasil penawanan atas diri wedana di rumah menembak Entong Gendut. Ia mengalami kakak Entong Gendut. Para pengikut luka yang parah dan meninggal dalam menjaga rumah dengan ketat. perjalanan ke rumah sakit. Bahkan Pada pukul 02.00 dini hari Asisten mengenai kematian Entong Gendut Wedana mendengar berita penawanan terdapat beberapa versi. ada yang Wedana dan penangkapan Entong Gendut menyebut ia meninggal di Batuampar, saat yang gagal. Oleh karena itu, Asisten melewati sungai ketika dikejar polisi Wedana meminta tambahan polisi dan pemerintah. Ada yang mengatakan jenazah dukungan militer. Balabantuan pasukan Entong Gendut diceburkan ke laut. Ada pemerintah tiba pada pukul 04.00 pagi. bermacam-macam versi mengenai makam Pasukan bantuan yang dipimpin Entong Gendut. ada yang mengatakan di Asisten Residen langsung bergerak menuju Kemang, ada pula di Kampung Wadas, tempat wedana ditawan. Ikut serta dalam Bogor. Entong Gendut meninggalkan tiga rombongan tersebut Asisten Wedana Pasar anak, yaitu Abdul Fikor, Aiyoso, dan Rebo dan pembesar polisi. Aisyah.3 Terjadilah pertempuran sengit. Saat Para pengikutnya yang tertembak itu juga Wedana dilepaskan. Para pengikut dibawa ke rumah sakit. Tidak lama Entong Gendut melontarkan teriakan, kemudian, bantuan militer tiba dan “Sabilillah tidak takut!” dan “Allahu berjaga-jaga di jalan raya untuk Akbar”. Massa pengikut Entong Gendut mengantisipasi kerusuhan yang lebih luas terus berdatangan. Mereka mengibas- (ANRI, 1981: XLIV). ibaskan bendera merah sambil memainkan Pada hari Senin tanggal 10 April gerakan-gerakan ilmu silat. Pasukan pukul 9.00 pagi pemberontakan sudah pemerintah mencoba memberi peringatan berakhir. Tidak ada lagi suara tembakan agar massa mundur. Rupanya hal tersebut dan bedug. Pasukan pemerintah menyerbu tidak digubris. Kemudian pasukan kampung. Mereka menggeledah setiap pemerintah menembaki massa secara rumah. Para lelaki digiring keluar rumah. brutal. Pengikut Entong Gendut pontang- Mereka dikumpulkan dan ditawan. panting menyelamatkan diri ke kampung. Pemerintah mendapat berita bahwa para Di kampung terdengar suara tembakan dan lelaki di kampung sudah menjadi pengikut bedug bertalu-talu tanda bahaya. Entong Gendut. Ternyata di antara para tawanan banyak yang mengenakan jimat seperti yang dipakai pengikut Entong Gendut (ANRI, 1981: xliv). Kematian Entong Gendut dan ditawannya para pengikutnya itu mengakiri episode perlawanan petani di tanah partikelir Tanjoeng Oost. Berdasarkan laporan Asisten Residen Meester Cornelis (D. Heyting) kepada Residen Batavia (H. Rijsnijder) tanggal 18 April 1916 ada pengakuan Entong Gendut bahwa perlawanannya

dilatarbelakangi oleh rasa belas kasihan Gambar 2. Lukisan Wajah Entong Gendut terhadap penduduk. Rakyat yang tidak Sumber: http://www.jakarta.go.id/ web/encyclopedia 3(http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/d Menurut laporan berita acara etail/518/Entong-Gendut), diunduh 16 Januari Asisten Wedana Pasar Rebo tanggal 17 2015 pukul 8.49 WIB. Perlawanan Petani di Tanah Partikelir..... (Iim Imadudin) 45 berdosa rumahnya dibakar, karena gagal membentuk suatu komisi di bawah bayar. pimpinan Mr. K.F. Creutzberg yang Penduduk yang gagal bayar bertugas melakukan penyelidikan lebih jumlahnya semakin bertambah. Di tanah mendalam mengenai soal-soal tanah partikelir Tandjoeng Timur dan Tjiboeboer partikelir. Sebagai tindak lanjut dari pada tahun 1913 total sekitar 2.000 kasus penyelidikan tersebut dikeluarkan yang dieksekusi. Pada 1911 ada ± 500 dan Keputusan Kerajaan Belanda tanggal 12 1915 ± 300 kasus kegagalan membayar Agustus No. 51 (Stbl No. 480 tahun 1921) sewa kebun dan penebusan pembayaran mengenai “Keputusan tentang pembelian untuk heerendiensten. Eksekusi sudah kembali tanah-tanah partikelir di Hindia dilakukan terhadap 20 rumah yang dijual Belanda menjadi tanah negara”. dan tujuh dibongkar. Pemerintah, bahkan, membentuk kantor Kelompok Entong Gendut yang ditugaskan untuk mengurus bekas mengecam cara-cara pemerintah dalam tanah partikelir. Pada tahun 1931, kantor mengeksekusi kegagalan penduduk tersebut dirampingkan hingga tahun 1932 mengikuti ketentuan dari tuan tanah hanya mempunyai 2 orang pejabat. Kedua (ANRI, 1981: xlii). pejabat tersebut menentukan pemberian Sementara itu, bagi tuan tanah, tanah kongsi, mengurus soal perselisihan ketentuan pajak dan kerja wajib yang tanah, dan membuat laporan. Kantor diterapkan pada penduduk amatlah tersebut dihapuskan sama sekali tahun menguntungkan. Uang sewa tanah 1934. Urusan tanah partikelir diserahkan pekarangan dan pengganti kerja wajib pada pangreh praja ANRI, 1980: cxxi). mengisi pundi-pundi kekayaan tuan tanah. Memang, dalam merespons Para tuan tanah dapat sesuka hatinya untuk persoalan di tanah partikelir, pihak menentukan besar pungutan sehingga pemerintah menunjukkan keberpihakan sering berubah-ubah. Penduduk-penyewa setengah hati. Misalnya, dalam memorie tidak dapat menolak karena mereka tinggal Residen Batavia (J.D. Hunger) 3 Maret di atas tanah milik tuan-tanah (ANRI, 1922, ada catatan tentang masalah di tanah 1981: XLII). partikelir. Residen mengkritik opini-opini Pemerintah sebenarnya bukan tidak yang beredar di Dewan Rakyat yang peduli dengan kondisi penduduk di tanah menyebutkan bahwa penghapusan partikelir Tanjoeng Oost. Pungutan yang pungutan dan kewajiban akan nilainya terus berubah-ubah memang memperbaiki kesejahteraan penduduk. menjadi permasalahan serius bagi Residen menilai hal tersebut tidak tepat. penduduk. Oleh karena itu, Asisten Melepaskan pungutan dan kewajiban kerja Residen mengusulkan agar pemerintah penduduk di tanah partikelir sama artinya membeli kembali tanah-tanah yang menelantarkan tanah menjadi lahan tidak dikuasai pihak swasta. Selain itu, perlu produktif. Tidak ada pemasukan bagi tuan adanya patokan besaran pungutan yang tanah. Oleh karena itu, residen berpendapat pasti seperti tanah-tanah di gubernemen. pembelian tanah partikelir oleh pemerintah Dengan demikian, ada kepastian standar atau pencabutan hak menjadi solusi yang pungutan selama beberapa tahun ke depan. lebih masuk akal (ANRI, 1976: xxxi). Bila ada kenaikan, maka dilakukan secara Pemerintah dan Dewan Rakyat bertahap sehingga tidak memberatkan memang tidak diizinkan untuk campur penduduk (ANRI, 1981: xlii). tangan dalam urusan di tanah partikelir Kritik dan protes terhadap praktik meski para petani sering mengeluhkan eksploitasi mulai mencuat. Akhirnya beratnya pungutan. Pemerintah dan Dewan Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Kota hanya bisa mengutuk buruknya besluit tanggal 16 Maret 1920 No. 3. Isi kehidupan di tanah partikelir (Blackburn, dari besluit tersebut, pemerintah 166). Ketentuan hukum yang dibuat 46 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 33 - 48 memang jadi permasalahan tersendiri bagi Oost. Tuan tanah memiliki hak menarik pemerintah. Pada tanggal 28 Februari 1836 pajak (tjuke) dan layanan (tenaga kerja) diumumkan Publicatie (Staatsblad No. 19) dari para petani. Tumbuhnya solidaritas yang mengatur tanah partikelir di sebelah yang sama menguatkan dorongan untuk barat sungai Cimanuk. Isi dari staatsblad melakukan gerakan sosial. Ketidakadilan tersebut kurang lebih menyatakan bahwa dan kemiskinan menjadi isu utama pemerintah tidak dapat melakukan perlawanan petani di Condet, Tanjoeng intervensi terhadap urusan pemerintahan di Oost. Kesewenang-wenangan tuan tanah tanah partikelir. Para kepala kampung di melepaskan hak petani atas tanah dan wilayah tanah partikelir tidak dipilih rumah. seperti kebiasaan di Jawa pada umumnya, Faktor pencetus adalah sesuatu yang melainkan diangkat oleh tuan-tuan tanah. dramatis dan bermula dari hal-hal yang Oleh karena itu, tentu saja kepala kampung biasa. Pertunjukan yang dibarengi dengan lebih mementingkan tuan tanah daripada perkelahian menjadi pemicu yang mudah kepentingan penduduk (ANRI, 1973: lix). meledak. Kuatnya pengaruh para jawara banyak diakibatkan lemahnya wibawa para 4. Analisis Gerakan pejabat baru yang dilantik sesudah Perubahan sosial akibat kebijakan reorganisasi 1908. Berbeda dengan kolonial telah menimbulkan diferensiasi kawasan lainnya, di tanah Batavia tidak struktur dalam masyarakat pedesaan. ada penguasa-penguasa tradisional, seperti Kehidupan organisasi desa yang lepas di raja, bupati, atau pun kepala desa adat tanah partikelir membuat kedudukan tuan (ANRI, 1981: xxv). tanah menjadi lebih kuat. Tuan tanah Mobilisasi massa memerlukan tokoh menjadi kelompok yang mendominasi yang menjadi pemersatu sekaligus dengan petani menjadi subordinasi. Dalam penggeraknya. Entong Gendut menjadi sistem yang timpang itu, muncul keresahan magnet yang menghimpun penduduk agar dalam bentuk protes sosial. menentang tuan tanah. Protes yang Di tanah partikelir terbangun dilakukan petani sering berakhir dengan stratifikasi sosial secara hirarkis. Pemilik penangkapan terhadap tokoh dan tanah bergabung dengan elit birokrasi pengikutnya. Begitu tokoh yang pribumi menempati lapisan sosial atas. kharismatis tertangkap atau tewas, Sementara itu, penduduk lainnya berakhirlah perlawanan petani. yang terdiri dari elite kampung diduduki Perlawanan kaum tani tidak semata- oleh pemimpin agama, antara lain haji, mata dipengaruhi situasi internal kiai, dan unsur nonbirokrat. Mereka juga kehidupan mereka sehari-hari. Mereka berperan sebagai counter-elite. Penduduk berada dalam jejaring sistem yang lebih kampung menduduki posisi paling bawah, besar. Oleh karena itu, sebagai akibat dari yaitu petani yang dapat dirinci lagi dalam polarisasi lingkungan pedesaan setelah petani biasa, petani penggarap, dan buruh adanya komersialisasi mengakibatkan tani. distribusi pemilikan tanah hanya tertuju Hubungan antara Entong Gendut pada pemilik modal. Tuan tanah dan para pengikutnya lekat dengan pola memandang petani sebagai faktor produksi ketergantungan dan saling membutuhkan yang murah, bahkan barang yang atau patron klien. Bahkan dimensi memungkinkan baginya meningkatkan keagamaan nampak dengan jelas. Dalam kekayaan dan kekuasaannya. Itulah berbagai kesempatan, mereka menegaskan sebabnya petani sering dianggap sebagai identitas dengan membaca ayat-ayat al- sumber masalah. Dengan kata lain, mereka Qur’an. Selain itu, ide perang sabil amat dituduh sebagai basis konflik di kuat mewarnai gerakan Entong Gendut. lingkungan tanah partikelir. Petani harus menanggung beban yang berat di tanah partikelir Tanjoeng Perlawanan Petani di Tanah Partikelir..... (Iim Imadudin) 47

Gerakan Entong Gendut bersifat masyarakat petani ada pembedaan yang sangat sporadis dan reaktif sehingga dapat tegas antara golongan kaya dan miskin, dipatahkan dengan mudah. Hal tersebut golongan kuat dan golongan lemah, berbeda dengan masa-masa sesudah golongan pemerintah dan yang lahirnya Sarekat Islam yang lebih diperintah. Kehidupan bandit tumbuh terorganisir. Isu-isu mengenai kemiskinan dan berkembang dalam kehidupan pra- di tanah partikelir dikemas sedemikian kapitalis (Hobsbawn, 1984 : 85). Entong rupa sehingga tuntutan radikal agar Gendut dan pengikutnya melawan “tertib pemerintah melakukan reformasi. hukum” dengan hukum versi mereka Misalnya, SI mengeritik kehidupan di sendiri. tanah partikelir Kwitang-Oost dan Kemayoran (Blackburn, 2011: 146). D. PENUTUP Meluasnya sistem ekonomi uang Protes sosial yang melanda tanah telah melumpuhkan kehidupan petani. partikelir Tanjoeng Oost Batavia Kemiskinan mengakibatkan meningkatnya merefleksikan adanya ketegangan vertikal angka kejahatan. Aksi kriminalitas dapat antar rakyat dengan penguasa. Protes dipandang sebagai protes sosial yang tidak tersebut merupakan respons masyarakat terorganisasi. Entong Gendut dan para petani terhadap perubahan yang terjadi di pengikutnya berupaya mengembalikan lingkungannya akibat praktik komer- hak para petani akibat sistem pajak dan sialisasi dan kapitalisasi. kebijakan tidak adil pemerintah kolonial Dominasi pemerintah kolonial telah dan tuan tanah. menggoyahkan tatanan masyarakat Dari perspektif pribumi, Entong tradisional dan nilai-nilainya. Ekonomi Gendut adalah pahlawan yang mencoba uang dan faktor-faktor produksi membebaskan petani dari belenggu memungkinkan diterapkannya sistem pajak ketidakadilan dan penindasan tuan tanah. oleh pemerintah kolonial. Pajak menjadi Sebaliknya, pandangan kolonial beban yang memberatkan petani. Selain menganggap Entong Gendut sebagai itu, mereka harus melaksanakan kerja kriminal yang mengganggu tatanan wajib tanpa kecuali. kolonial. Protes sosial yang terjadi di tanah Membaca gerakan Entong Gendut partikelir Tanjoeng Oost bernuansa quasi- mesti diletakkan dalam bingkai relijius. Entong Gendut dianggap perbanditan sosial. Peranan kelompok masyarakat sebagai Ratu Adil yang akan bandit sosial merupakan counter-elite yang membawa pada kebebasan dan kejayaan. bergerak di bawah tanah sehingga Protes sosial di tanah partikelir merupakan ancaman latent bagi yang Tanjoeng Oost dapat menjadi pelajaran sedang berkuasa. Seseorang menjadi bagi semua pihak, khususnya bandit karena ia melakukan sesuatu penyelenggara negara. Perlawanan kaum yang oleh adat kebiasaan di daerahnya lemah tidak saja ditunjukkan dengan aksi tidak dianggap sebagai tindakan kekerasan, tetapi juga dalam bentuk lain, kejahatan, melainkan negaralah atau ketidaktaatan, tidak tertib, kualitas kerja penguasa setempat yang menganggapnya yang buruk, dan lain-lain. Semuanya itu demikian (Hobsbawn, 1984: 76). Dalam tentu saja bila dikaitkan dalam konteks pandangan masyarakat, bandit dianggap pembangunan justru dapat menghambat sebagai pahlawan. Sebaliknya, di mata kemajuan. Oleh karena itu, kehidupan penguasa bandit dipandang sebagai sosial dalam berbagai tatarannya harus pembangkang yang membahayakan. dibangun dalam prinsip kesamaan dan Fenomena kehidupan bandit keadilan. Kebijakan yang berpihak pada mencirikan tipikal pola pedesaan dan “arus bawah” harus menjadi pilihan yang bukan perkotaan. Dalam stratikasi sosial jelas dan tegas. 48 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 33 - 48

Kartodirdjo, Kepemimpinan dalam DAFTAR SUMBER Dimensi Sosial, Jakarta : LP3ES. Blackburn, Susan. 2011. 1. Arsip Jakarta Sejarah 400 tahun. Depok: Indonesia. Arsip Nasional. 1973. Komunitas Bambu. Ikhtisar Keadaan Politik Hindia Belanda Hoffer, Eric. 1988. tahun 1839-1848. Jakarta: ANRI. Gerakan Massa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Arsip Nasional. 1976. Indonesia. Memori Serah Jabatan 1921-1930 Ishwara, Luwi. 2011. (Jawa Barat). Jakarta: ANRI. Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas. Indonesia. Arsip Nasional. 1980. Jung, Richard, “A Review of Theory of Memori Serah Jabatan 1931-1940 Collective Behavior Neil J. Smelser”, (Jawa Barat). Jakarta: ANRI. Industrial and Labor Relations Review, Indonesia. Arsip Nasional. 1981. 19, 2 (January 1966). P. 318-320. Laporan-laporan tentang Gerakan Kartodirdjo,Sartono. 1983. Protes di Jawa pada Abad XX. Jakarta: Elit dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: ANRI. LP3ES.

Koloniaal Verslag, 1916 Korver, A.P.E. 1982. Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?. 2. Skripsi Jakarta: Grafiti Pers. Nashir, Abd. 1987. Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Kerusuhan Petani di Condet Tahun Notosusanto. 2008. 1916. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Sejarah Nasional Indonesia IV: Pengetahuan Budaya UI. Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Ningsih, Yayi. 1987. Jakarta: Balai Pustaka. Gerakan Protes di Tanjung Timur Pranoto, Suhartono W. Jawa (Bandit-bandit Dipimpin oleh Entong Gendut Tahun Pedesaan) Studi Historis 1850-1942. 1916. Skripsi. Surabaya: FIS UNESA. Yogyakarta: Graha Ilmu.

3. Buku Scott, James C. 1993. Asdi, Armin et al. 2007. Perlawanan Kaum Tani. Jakarta: Sejarah Kabupaten Subang. Subang: Yayasan Obor Indonesia. Disbudpar Kab. Subang. Surbakti, Ramlan. 2010. Burke, Peter. 2003. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Grasindo. Yayasan Obor Indonesia. Zubir, Zaiyardam. 2002. Radikalisme kaum Effendhie. Pinggiran. Yogyakarta: Insist. “Korupsi dan Kolusi pada Masa 4. Internet Raffles” dalam Humaniora Vol. 19 No. 1. Februari 2007. Hlm. 13-22. Scott, James C. “Patron-Client Politics and Political Change in Southeast Asia”, Frederick, William & Soeri Soeroto. 1984. diakses dari http://chenry.webhost. Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum utexas. edu/public_html/AUC/Scott- dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES. 1972-clientelism.pdf, diunduh pada 10 Herlina-Lubis, Nina. 2000. Februari 2015 pukul 8.45 WIB. Tradisi & Transformasi Sejarah Sunda. Swartz, Norman. “The Concepts of Necessary Bandung: Humaniora Utam Press. and Sufficient Conditions”, diakses dari Hobsbawn, E.J., 1990. http://www.ucd.ie/artspgs/semantics/sw “Bandit Sosial”, dalam Sartono artznsc.pdf, diunduh pada 24 Februari 2015 pukul 9.03 WIB.