Dengar Kesaksian Solo 8
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 1 1 DENGAR KESAKSIAN I SOLO 2 Gilang Pengamen Yang Dihilangkan GILANG PENGAMEN [ Kesaksian Budiarti ] V 01YANG DIHILANGKAN udiarti, biasa dipanggil Alfatah lahir 26 Juli 1958. Saat ini ting- Bgal di Bibis Kulon Surakarta. Ia bekerja sebagai penjahit. Anaknya 5 orang, anak pertama Gilang yang ditemukan meninggal dunia setelah diculik dalam masa kerusuhan Mei ‘98 di Solo. Hingga sekarang Alfatah masih mengalami trauma. Alfatah memberi kesaksian tentang kasus yang dialami Gilang dalam acara Dengar Kesaksian di Solo, Jawa Tengah: Anak saya yang hilang namanya Gilang, nama aslinya Nugroho Iskandar, lahir 21 Februari 1977. Gilang itu drop out dari sekolah SMA karena terbentur biaya, sering keluar mengamen mencari nafkah, karena ia pengen jadi anak pinter maka sering bergaul dengan mahasiswa. Nggak tahunya di dalam gerakan itu, Gilang diculik tanggal 21 Mei 1998. Aktifitas Gilang, kalau jenuh ngamen 3 kadang ya buruh bangunan, atau pekerjaan mau dikasih pekerjaan sesuai keahlian lain, asal dapat uang. Dulu Gilang ikut Gilang. Temannya bilang pada lainnya organisasi PRD (Partai Rakyat Demokrat), mudah-mudahan bukan Gilang ya bu, terus DRMS (Dewan Reformasi Mahasiswa karena ada kabar tapi jangan sedih dulu. Surakarta ) mahasiswa itu, solidaritas gerakan mahasiswa, sebagai ketua SPI Ada informasi diketemukan di hutan sana (Serikat Pengamen Indonesia) Surakarta. ada sosok seperti Gilang, saya kaget, Kalau di rumah sering bantu ibu, karena Kemudian pada paginya ada wartawan saya menjahit, Gilang itu memang punya yang datang dari Surabaya dan berbagai semangat tinggi kepada keluarga, seh- pelosok sampai penuh, ada yang dari Bali ingga salalu mendorong adiknya supaya dan luar Jawa. bersekolah dan bisa berprestasi, jangan seperti dia. Selain ada wartawan. Disitu juga ada pengacara Pak Wahyu Teo. Beliau datang Gilang sebagai tulang pungung keluarga, ke rumah mengajak Bapaknya ngecek karena anak yang paling gede, Ia kalau ke Polres Magetan, ternyata betul yang memberi pengarahan tidak hanya ngomong meninggal Gilang. tapi juga melakukan untuk memberi contoh. Kalau dirumah ia figur panutan Sudah dimakamkan, dikatakan kalau Gilang bagi adik - adiknya dan hormat ke orang sudah meninggal 3 hari yang lalu, namun tua. sebelum dimakamkan telah divisum. Setelah Pak Wahyu Teo datang ke sana Siang itu tanggal 20 Mei, Gilang pulang dan mengatakan ada keluarganya.Akhirnya katanya dari Balaikota ingin tidur sebentar, jenasahnya Gilang boleh dibawa pulang. minta dibangunkan jam 15.00. Katanya Akhirnya 1 minggu kemudian Gilang baru mau pergi sama temen mau pergi ke bisa dibawa pulang, dibawa ke alun alun Madiun. Biasanya kalau mau pergi selalu dan dimakamkan di Astana Purwolaya. bilang tempatnya, sebab kalau terjadi apa-apa ibu cepet tahu. Gilang bilang Ketika dibuka hanya mukanya saja, pergi 2 hari karena ada yang mau ngajak mukanya tampak. Cuma dalam visum kerja di Madiun. Ia diberi bekal 30 ribu dokter, ditemukan luka sobek di dada, oleh temannya. Uang itu diberikan ke uluhati atau jantungnya dicongkel, dan luka saya tapi saya tidak mau supaya untuk tembak di dada kiri sampai luka tembus, bekal dia di Madiun yang di badannya ada luka tusukan dan tembakan. Esok paginya banyak intel yang Tanggal 21 Mei pagi Jam 09.00 ada anak datang ke rumah tapi mereka menyamar kampus cari Gilang menanyakan Gilang. dan menanyakan masalah atau aktivitas Sore jam 16.00 datang lagi tapi Gilang Gilang. Setelah itu banyak yang datang belum datang. Disitu dia tanya kok belum menanyakan Gilang, sampai hampir pulang? Kayak kaget. Saya tidak habis tiga tahun. pikir kok anak itu kaget. Saya bilang kalau Gilang ke Madiun karena Sebenarnya saya tidak tahu apa penyebabnya 4 Gilang itu diculik, disiksa sampai dibunuh seperti itu, apa kesalahan anak saya, apa yang dilakukan anak saya tidak tahu. Karena yang saya tahu anak itu sehabis ngamen, pulang tidur, memang sering ada teman yang datang ngobrol ngobrol, dan nggak ada obrolan soal politik atau apa. Kata anak mahasiswa, Gilang itu bergabung dengan mahasiwa karena kepengen jadi mahasiswa. Saya juga tidak tahu gerakan apa dan yang dilakukan diluar rumah. Sebagai orang tua saya tidak terima, Saya selama ini memang sudah mencari keadilan dengan bergabung bersama teman teman, saya ikut organisasi di Jakarta, yaitu IKOHI dan KontraS. “Kalau pemerintah tidak Pernah kita juga melakukan, lobi ke bisa menjalankan keadilan, DPR, Kejaksaan dan Menkopolhukam dan ke Istana. ya harusnya diganti saja. Diganti saja dengan korban Namanya kehilangan anak, itu harta saya yang tak ternilai.Dampaknya saya pelanggaran HAM.” sampai sekarang jadi trauma, kalau anak saya pergi dan belum pulang maka saya jadi bingung. Harapan saya kalau pemerintah melindungi rakyat dan menegakkan hukum yang adil dan benar serta menegakkan Pancasila. Jangan cuma orang berduit saja yang bisa dilindungi, hukum itu tidak berlaku bagi yang punya duit, berlaku bagi yang tidak punya duit juga. Saya memang akan terus bergabung dengan teman-teman bahwa kita harus ikut memperjuangkan keadilan. Karena jika tidak berjuang maka bisa terulang kembali. 5 [ Kesaksian Sugeng Yulianto ] ugeng Yulianto biasa dipanggil Yuli, lahir tanggal 14 Juli 1957. Pada tahun S1989, Yuli ditangkap dengan tuduhan TALANGSARI OH, terlibat dalam kasus Talangsari. Selama TALANGSARI, dalam proses pemeriksaan Yuli mengalami 02 AKU DIBUI penyiksaan. Ia kemudian divonis huku- man penjara seumur hidup dan setelah mendapat remisi, dia dibebaskan pada tahun 1999.Yuli dan keluarganya sampai sekarang menderita trauma. Saya tidak mengetahui tentang Peristiwa Talangsari, karena pada saat terjadi saya baru tinggal satu setengah bulan di Talangsari. Saya tidak paham kronologisnya. Yang saya tahu ada penangkapan Mujahidin yang dipimpin Warsidi. Kemudian ada penyerbuan ke pondok pada 7 Februari 1989. Ketika Peristiwa terjadi, saya sedang dalam perjalanan dari Solo ke Talangsari, setelah 2 hari dari kampung halaman. Menurut cerita teman satu sel, pada saat kejadian penyerbuan oleh tentara katanya anak-anak yang meninggal 201 orang, yang ditahan banyak, bukan hanya Mujahidin Talangsari, tapi juga ada pembantu rumah tangga dari Palembang, karena tidak bawa KTP ikut ditahan. 6 Beberapa hari kemudian dilepas, karena Sampai pada hari ini masih sakit urat, tidak terdapat bukti. Masyarakat umum seringkali kambuh dan sering kesemutan, yang ditahan dan diajukan ke pengadilan bahkan sampai sekarang masih terapi. kira-kira ada 15 orang. Beberapa rumah panggung dibakar, anehnya, perempuan, Di dalam penjara Kodim dan Korem, semua anak kecil di bakar di rumah panggung, petugas ikut melakukan penyiksaan. banyak mayat yang luka bakar, gosong. Selanjutnya menjalani proses persidangan, Waktu itu saya ada dilingkup pondok saya ditahan di LP Rajabasa, Tanjung Mujahidin berada di komunitas itu. Karang Lampung dan selama itu saya tak mengalami kekerasan. Setelah peristiwa, kami cari mobil mau menyelamatkan ibu-ibu dan anak-anak Dari persidangan yang melelahkan, saya tapi tidak sesuai rencana. Upaya tidak divonis dengan hukuman seumur hidup. berhasil, lalu kami masuk hutan. Saya Saya ditanya apa menerima hukuman ditangkap oleh warga yang berseberangan itu, maka saya menjawabnya, terima dengan Ponpes (pondok pesantren). kasih atas putusan majelis hakim, kalu Di sana ada warga yang mendukung dilihat kejam, tapi ingat “becik ketampik pesantren dan ada yang tidak. Jumlah ala ketampa”. Selama proses sidang yang ditangkap ada ratusan, bukan hanya itu, penasehat hukum tidak membela. pengikut Warsidi tapi juga orang yang tidak punya KTP. Setelah 10 hari dari hari putusan sidang hukuman itu, katua majelis meninggal, Setelah diseleksi akhirnya yang ditahan waktu itu saya di dalam LP Rajabasa, 15 orang. Ketika saya sedang menjalani diambil oleh petugas, ditanyai apakah hukuman, dalam benak saya berpikir, menguna-guna hakim, dan menuduh saya kan hanya tinggal di komunitas itu, banyak teman yang masih berkeliaran di dan tidak tahu apa-apa kok hukuman luar. Ketika saya menjawab tidak tahu, sama dengan yang terlibat disitu. Saya maka saya terus disetrum, dipecut. dipenjarakan di Korem Garuda Hitam. Barangkali hakim mengalami serangan jantung. Saya berada di dalam tidak Saya mengalami kekerasan selama 4 menggerakan siapapun. Saya dizalimi bulan saya disiksa terus, gigi rontok, tidak berdosa dan bersalah, Tuhan itu sehingga sekarang saya ompong. Kaki tidak tidur. Ya itu tadi “becik ketampik ditindih kaki kursi. Kuku dicabut dan ala ketampa”. dilepas semua. Saya ditendangi, sehari 4x, pada tengah malampun saya dibangunkan dan dipukuli. Apa yang saya alami ini juga dialami kawan-kawan semua. Saya disetrum 65 kali, akhirnya akibat strum itu saya jadi lumpuh. 7 Kemudian saya dipindah ke penjara di Nusa Kambangan, masuk ke LP Besi, Kemudian dipindah ke LP Batu alasannya apa saya juga tidak tahu. Selama di Nusa Kambangan saya tidak pernah mengalami kekerasan, dan tinggal di dalam barak bersama dengan napi kriminal. Saya “Tentang harapan saya, mencoba mengisi hari dengan baik, setiap pagi saya bekerja mencabuti rumput, bahwa rasa dendam itu sehingga lapangan menjadi bersih. Di sana saya bisa bertani dan beternak. tidak ada sebagaimana sesuai ajaran Islam, Saya Atas ketekunan saya mendapat penghar- gaan karena ide-ide yang positif. Kepala minta hak-hak saya di lapas sangat senang. Maka ketika saya Masyarakat dipulihkan, Saya mendapatkan kebebasan pada tahun 19 Januari 1999, saya bisa memiliki vespa berharap kasus Talangsari milik kalapas. Kalau ditanya tentang kerugian saya, ya sangat besar. diselesaikan dan haknya dikembalikan, supaya Waktu itu Komnas HAM bertanya :