Permukiman Kuna Di Kawasan Way Sekampung, Lampung Pada Masa Śriwijaya
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PERMUKIMAN KUNA DI KAWASAN WAY SEKAMPUNG, LAMPUNG, PADA MASA ŚRIWIJAYA Nanang Saptono Balai Arkeologi Bandung, Jl. Raya Cinunuk Km 17, Cileunyi, Bandung 40623 [email protected] Abstrak. Lampung pernah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Śriwijaya. Hal ini ditandai oleh temuan Prasasti Palas Pasemah, Bungkuk, dan Batu Bedil yang merupakan prasasti dari masa Śriwijaya. Prasasti, terutama prasasti peringatan, pasti ditempatkan di areal permukiman. Selain lokasi prasasti, kawasan permukiman dapat dilacak melalui tinggalan arkeologis. Melalui pendekatan arkeologi keruangan dapat diperoleh gambaran tentang pola permukiman di sepanjang aliran Way Sekampung. Pada dasarnya kawasan di sepanjang sungai dapat dibedakan menjadi kawasan hulu dan hilir. Kawasan hulu cenderung merupakan kawasan masyarakat penganut Hindu, sedangkan di hilir merupakan masyarakat penganut Buddha. Pada kedua permukiman kelompok masyarakat tersebut juga terdapat jejak religi budaya megalitik. Kata kunci: Prasasti, Permukiman, Arca, Kawasan Hulu, Kawasan Hilir, Hindu, Buddha, Religi, Way Sekampung. Abstract. Old Settlement in Way Sekampung Area, Lampung, during The Śrivijaya Period. Lampung had a Śrivijaya Empire. The inscriptions of Palas Pasemah, Bungkuk, and Batu Bedil are an inscriptions of the Śrivijaya Kingdoms. Inscriptions, especially inscriptions warning, definitely placed at the residential location. In addition to the location of the inscription, the settlement can be traced through the distribution of archaeological remains which have the same background with the inscription. Through spatial archaeological approaches settlement and community life along the Way Sekampung can be determined. Along the river there are two regions upstream and downstream areas. Upstream region end to be the Hindu community while downstream is a Buddhist society. Both groups are still running religious megalithic culture. Keywords: Inscriptions, Settlements, Statues, the upstream, Downstream, Hindu, Buddhist, Religions, Sekampung River. 1. Pendahuluan Munculnya istilah Lampung mungkin Perkembangan sejarah budaya masyarakat masih relatif baru. Asumsi ini didasari pada Lampung telah melalui beberapa babakan sejak kenyataan bahwa jarang didapatkan sumber dari masa prasejarah, klasik, hingga masa Islam sejarah masa klasik yang menyebut Lampung. sebagaimana umumnya terjadi di seluruh Indonesia. Sumber sejarah yang menyinggung keberadaan Babakan sejarah budaya masa klasik menunjuk pada Lampung adalah Nāgarakrětāgama dan Amanat suatu babakan saat masyarakat Indonesia mendapat Galunggung. Prapanca pada pupuh XIII dan pengaruh budaya India. Di Lampung, pada masa XIV menyebut daerah-daerah Melayu yang klasik hampir tidak ditemukan adanya kerajaan berada di bawah kekuasaan Majapahit. Daerah- yang identik dengan pusat peradaban. Beberapa daerah itu adalah Jambi, Palembang, Toba, sumber tertulis dan data artefaktual yang ada hanya Dharmasraya, Kandis, Kahwas, Minangkabau, sedikit sekali yang bisa mengungkap pusat budaya Siak, Rokan, Kampar, Pane, Kampe, Haru, klasik di Lampung. Mandailing, Tamihang, Parlak, Padang Lawas, Naskah diterima tanggal 12 Februari 2013 dan disetujui tanggal 9iSeptember 2013. 125 AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 2, Desember 2013 : 81-150 Samudra, Lamuri, Batan, Lampung, dan Barus dagangan dikumpulkan kemudian dilakukan (Muljana, 1979: 146). Sumber sejarah lebih perdagangan antar pulau. Perjalanan dari muda yang menyebut Lampung adalah Amanat Tulangbawang ke Sunda menyeberangi lautan Galunggung (kropak, 632). Naskah ini terdiri dalam sehari, sedangkan ke Jawa memerlukan 6 lembar atau 13 halaman, ditulis dengan waktu dua hari (Cortesão, 1967: 158--9). menggunakan huruf dan bahasa Sunda Kuna. Sekampung merupakan daerah yang Isi naskah berupa ajaran hidup yang diwujudkan barang komoditasnya sangat melimpah. dalam bentuk nasehat-nasehat. Dalam hal ini Perdagangan antarpulau di Sekampung dilakukan adalah nasehat Rakeyan Darmasiksa (1175 – dengan Sunda dan Jawa. Barang dagangan 1297) kepada puteranya yang bernama Sang meliputi kapas, emas, madu, lilin, rotan, dan lada. Lumahing Taman, beserta cucu, cicit, dan Bahan makanan yang diperdagangkan berupa keturunannya. Pada pupuh II (4) disebutkan: beras, daging, ikan, minuman keras (wines), dan ...jaga dapetna pretapa dapetna buah-buahan. Penguasa (pate) dan masyarakat pegengeun sakti, beunangna (ku) Sekampung masih kafir. Dari Sekampung Sunda, Jawa, Lapung, ... (...waspadalah menyeberang ke Jawa dengan menggunakan kemungkinan direbutnya kemuliaan dan perahu (lancharas) dapat ditempuh dalam waktu pegangan kesaktian oleh Sunda, Jawa, tiga hari, sedangkan ke Sunda selama satu hari Lampung...). (Cortesão, 1967: 158). Selanjutnya pada pupuh III (3) disebutkan: Selain sumber tertulis, budaya masa ...jaga beunangna kabuyutan ku Jawa, ku klasik di Lampung juga ditunjukkan oleh Baluk, ku Cina, ku Lapung, ku sakalih... adanya beberapa tinggalan arkeologis. Prasasti (...cegahlah terkuasainya kabuyutan oleh Palas Pasemah yang ditemukan pada tahun Jawa, oleh Baluk, oleh Lampung, oleh 1958 di tepi Way Pisang, Kalianda, Lampung yang lainnya...) (Danasasmita, 1987). Selatan dan Prasasti Bungkuk yang ditemukan Kedua sumber sejarah tersebut pada tahun 1985 di Desa Bungkuk, Lampung menggambarkan bahwa pada masa Kerajaan Timur menunjukkan bahwa Lampung pada Majapahit (abad ke-13--15) dan Kerajaan masa klasik merupakan wilayah kekuasaan Sunda (abad ke-10--16) masyarakat Lampung Śriwijaya (Boechari, 2012; Hardiati, 2010; sudah berinteraksi dengan kerajaan-kerajaan Purwanti, 1995: 98). Prasasti Batu Bedil di yang sudah mendapat pengaruh budaya India. Kabupaten Tanggamus juga menunjukkan Gambaran masyarakat Lampung pada bahwa Lampung merupakan bagian dari abad ke-16 juga diceritakan oleh berita asing wilayah Śriwijaya (Soekmono, 1985: 49- dari Portugis. Perjalanan Tomé Pires dari Laut 50). Berdasarkan sumber sejarah dan data Merah ke Jepang pada tahun 1512 hingga 1515 arkeologis berupa prasasti, kawasan sepanjang memberikan gambaran tentang keadaan dua Way Sekampung merupakan kawasan yang lokasi di Lampung yaitu Tulangbawang dan cukup ramai pada masa klasik khususnya ketika Sekampung. Lokasi Tulangbawang berbatasan Śriwijaya menguasai Lampung. dengan Sekampung dan Andalas. Sebagian Prasasti dibuat untuk memperingati masyarakat Tulangbawang masih kafir atau sesuatu atau untuk memberikan suatu seruan, penyembah berhala. Daerah ini merupakan baik itu yang bersifat ajaran atau perintah. penghasil lada, emas, kapas, lilin, rotan, beras, Dengan demikian keberadaan prasasti erat ikan, dan buah-buahan. Jalan masuk satu- hubungannya dengan keberadaan suatu satunya hanya melalui sungai. Perdagangan kelompok masyarakat. Prasasti-prasasti yang dilakukan dengan Jawa dan Sunda. Barang terdapat di Lampung Selatan dan Tanggamus 126 Nanang Saptono, Permukiman Kuna di Kawasan Way Sekampung, Lampung pada Masa Śriwijaya. ditulis pada batu besar yang sangat mungkin berapi. Di bagian timur laut blok pegunungan ini tidak mengalami pemindahan tempat terlalu berupa pegunungan yang terbentuk oleh suatu jauh. lipatan geosinklin, yang kemudian melandai Selain prasasti, bukti arkeologis yang di bagian tenggara. Secara regional, Sumatera memperlihatkan adanya kehadiran budaya klasik Selatan dapat dibagi menjadi beberapa unit di kawasan Way Sekampung adalah arca-arca geomorfologi, yaitu blok Bengkulu, median khususnya arca Hindu dan Buddha. Beberapa graben, pegunungan median graben timur, arca yang ditemukan sekarang tersimpan di dan dataran rendah Sumatera Timur (Mangga Museum “Ruwa Jurai”. Berdasarkan bukti-bukti etial., 1994; Verstappen, 1973). yang ada, permasalahan yang akan dikaji adalah Provinsi Lampung memiliki luas bagaimana persebaran permukiman masyarakat 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45’- di kawasan Way Sekampung masa Śriwijaya. 103°48” BT dan 3°45’-6°45” LS. Daerah ini Untuk membahas permasalahan itu di sebelah barat berbatasan dengan Samudera dilakukan melalui pendekatan arkeologi Hindia, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, keruangan. Arkeologi keruangan pada dasarnya di sebelah timur dengan Laut Jawa, serta mempelajari ruang tempat ditemukannya hasil- di sebelah utara dengan Provinsi Sumatera hasil kegiatan manusia masa lampau, sekaligus Selatan dan Provinsi Bengkulu. Keadaan alam mempelajari pula hubungan antar ruang dalam daerah Lampung sebelah barat dan selatan, satu situs, sistem situs, beserta lingkungannya di sepanjang pantai, merupakan daerah yang (Clarke, 1977). Untuk membahas permasalahan berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur ini langkah pertama adalah membangun pegunungan Bukit Barisan; di tengah-tengah beberapa asumsi berkaitan dengan permukiman merupakan dataran rendah; sedangkan ke dekat yaitu situs tempat ditemukannya prasasti, pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut khususnya masa Śriwijaya, merupakan lokasi Jawa terus ke utara, merupakan daerah rawa- permukiman dengan corak budaya sesuai rawa perairan yang luas. dengan tinggalan yang ada di situs itu. Asumsi Daerah Lampung dapat dibagi dalam 5 selanjutnya adalah lokasi temuan artefak yang (lima) unit topografi, yaitu (1) daerah topografis mempunyai ciri sebagai tinggalan dari masa berbukit sampai bergunung; (2) daerah klasik termasuk dalam kawasan permukiman. topografis berombak sampai bergelombang; Langkah selanjutnya adalah melakukan plotting (3) daerah dataran alluvial; (4) daerah rawa lokasi situs dan temuan artefak. Berdasarkan dataran pasang surut; dan (5) daerah river plotting lokasi kemudian dilakukan analisis basin.