Perkembangan Prasejarah Banten Pada Abad Xiv Hingga Masa Kesultanan Maulana Muhammad

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Perkembangan Prasejarah Banten Pada Abad Xiv Hingga Masa Kesultanan Maulana Muhammad PERKEMBANGAN PRASEJARAH BANTEN PADA ABAD XIV HINGGA MASA KESULTANAN MAULANA MUHAMMAD Fitriyani Rahman Prodi Ilmu Hadist Ushuluddin Dan Adab UIN Sultan Maulan Hasanuddin Banten [email protected] Abstract Banten is an object of historical phenomena that is interesting ti study the history in the Banten area not only has strategic geographical and economic potential, but also has very interesting local characteristics and is different from other areas around it. as for the process of islamization in banten was first carried out by sunan ampel, banten at the time had become a busy port visited by traders both local and international and at the same time a stopover for those who came from Arabic, China, India, and Perlak according to halwani michrob (1990:50) the spread of islamin this in Banten has started since the VII and VIII centuries AD Keywords: History of Sultanate Leadership Abstrak banten merupakan suatu objek dari fenomena sejarah yang menarik untuk dikaji. sejarah yang ada di daerah banten ini tidak hanya mempunyai potensi strategis secara geografis dan ekonomis, akan tetapi juga mempunyai karakteristik lokal yang sangat menarik dan berbeda dengan daerah lain disekitarnya. adapun Proses islamisasi di banten pertama kali dilakukan oleh Sunan Ampel, banten pada saat itu sudah menjadi pelabuhan yang ramai di kunjungi oleh para pedagang baik local maupun internasional dan sekaligus menjadi tempat persinggahan mereka yang berasal dari: arab, cina, india dan perlak. menurut Halwani Michrob (1990:50) penyebaran islam di banten ini telah dimulai sejak abad ke-VII dan VIII M. Kata Kunci: Sejarah, Kepemimpinan, Kesultanan, A. PENDAHULUAN Daerah banten merupakan suatu objek dari fenomena sejarah yang menarik untuk dikaji. sejarah yang ada di daerah banten ini tidak hanya mempunyai potensi strategis secara geografis dan ekonomis, akan tetapi juga mempunyai karakteristik lokal yang sangat menarik dan berbeda dengan daerah lain disekitarnya. karakteristik lokal ini diwujudkan dalam struktur sosial yang berbentuk dalam kehidupan historis-sosiologis masyarakat banten sejak berabad-abad lamanya, serta mampu mempertahankan keberadaannya secara metafisika setelah eksistensi fisiknya berakhir dalam proses sejarahnya banten telah mengalami suatu perkembangan degradasi secara vertical dan disintegrasi. kemudian pada waktu itu banten secara mendadak meningkat perannya dan statusnya yang tidak bisa dilepaskan dari perubahan ekonomi, politik, regional, dan juga global. kemudian selama hampir dua abad yaitu abad XVI-XVII banten terkenal sebagai satu-satunya penguasa lada di Indonesia bagian barat. PEMBAHASAN A. PERKEMBANGAN PRASEJARAH BANTEN PADA ABAD XIV Pada abad XIV-XV banten sudah menjadi pelabuhan kerajaan sunda, di daerah sekitar ibu kota kerajaan sunda yakni pajajaran yang lokasinya sekitar bogor sekarang, dan ada dua jalur jalan darat penting yang menghubungkan daerah pantai utara dengan ibu kota. adapun sungai-sungai yang mengalir dari pedalaman ke utara jawa yang telah dimanfaatkan sebagai jalur hubungan daerah pedalaman dan daerah pantai, salah satu diantara dua jalur datar itu ialah: jalan dari ibu kota pajajaran menuju jasinga yang kemudian membelok ke utara Rangkas Bitung dan berakhir di Banten Girang. kemudian pada (tahun 1513 Tome Pires) mengadakan pengunjungan ke banten, dan pada waktu itu banten merupakan pelabuhan yang belum begitu berarti dan disebut sebagai pelabuhan kedua dari kerajaan sunda kelapa. banten juga telah banyak melakukan hubungan dagang dengan Sumatera dan banyak perahu yang berlabuh ke pelabuhan banten. karna pada waktu itu banten sudah merupakan pelabuhan pengekspor beras, bahan makanan, dan lada, sekitar tahun 1522 banten sudah merupakan pelabuhan yang cukup berarti dimana kerajaan sunda melalui kerajaan banten dan sunda kelapa sudah mengekspor 1.000 pon lada pertahun1. 1 UKA TJANDRASASMITA BANTEN ABAD XV-XXI (Pencapaian Gemilang Penorehan Menjelang) Hlm 25 kesultanan banten didirikan oleh dua unsur utama yaitu kekuatan politik dan kekuatan ekonomi, kekuatan politik ini ditopang oleh Cirebon dan demak sedangkan kekuatan ekonomi ini di topang oleh dua pelabuhan yakni pelabuhan banten dan pelabuhan sunda kelapa, sejak abad ke-V M banten sudah ramai di kunjungi pedagang asing serta menjadi jalur perdagangan dan pelayaran internasional. sejak abad ke-V bangsa asing dari berbagai negara seperti: arab, china, india, dan lainnya sudah berdatangan di banten, melalui dua pelabuhan yakni pelabuhan banten dan pelabuhan sunda kelapa, dan mereka datang dengan tujuan untuk berdagang. benten semakin ramai dengan kedatangan bangsa asing terutama setelah malaka jatuh ke tangan portugis pada tahun 1511, dan pasai pada tahun 1512. hal inilah yang menjaadikan benten sebagai pusat perdagangan. serta para saudagar islam yang terdiri dari orang arab, cina dan Persia memindahkan jalur perdagangannya dari malaka ke jawa barat yaitu banten. menurut hamka (1981) rute perdagangan dari pelabuhan banten ke arah timur rute banten-maluku dan rute barat meliputi banten-salida- padang-pariaman-singkel-barus-kemudian keaceh barat. kemudian sejak kesultanan banten dibawah otorita penjajahan belanda, tekanan belanda terhadap warga pribumi makin keras, yang kemudian medorong timbulnya berbagai gerakan sosial berupa perlawanan rakyat diberbagai daerah, diantara gerakan sosial yang pernah ada ialah: gerakan bajo laut merupakan gerakan yang menentang kerja paksa dan pembangunan pelabuhan diujung kulon tahun 1808 dan 1809, dan perlawanan pasir peuteuy di pandeglang tahun 1810, gerakan cikande udik 1845M, gerakan ciomas 1896M, serta gerakan di cilegon 1888M yang dipimpin oleh KH. Wasyid. Sejak berdirinya kesultanan banten dan pengalihan pusat pemerintahan dari banten girang di bagian selatan ke daerah pesisir utara serta ditaklukkannya pelabuhan sunda kelapa menjadi (Jayakarta) Maulana Hasanudian sebagai sultan pertama berusaha melakukan berbagai upaya untuk memajukan banten diantaranya yakni: pengukuhan banten sebagai kota pelabuhan, dan ekspansi politik atau perluasan wilayah kekuasaan hingga keluar jawa, seperti lampung, Bengkulu dan selebar yang berbatasan dengan sumatera barat. Sebelum munculnya kerajaan islam di daerah banten di bagian paling barat pulau jawa merupakan daerah yang terpengaruh budaya hindu menurut Friedrich saat meneliti arca-arca Siwa Mahadewa, Durga, Betara Guru, Ganesa, dan Brahma yang https://books.google.co.id> books ditemukan pertama kali ditempat yang disebut Cipanas, diatas gunung pulasari, pada tahun 1850, berdasarkan hasil penelitiannya bahwa didaerah ini telah tersebar peradaban dan seni hindu dengan ditemukannya arca-arca yang bergaya sangat mirip dengan gaya yang berlaku di jawa tengah pada awal abad ke-10 M. sejarah kerajaan yang telah meninggalkan peninggalan ini belum dapat dipastikan namun, yang pasti peninggalan kerajaan ini bukan dari kerajaan pajajaran, karna pajajaran jauh ketinggalan dalam bidang ilmu dan seni begitupula majapahit ketinggalan di banding benda-benda dari masa sebelumnya. jadi perlu kita ketahui bahwa benda-benda antic ini berasal dari zaman yang lebih tua dan adanya kerajaan hindu di banten itu sebelum zaman pajajaran. kemudian sejumlah pendatang hindu dari jawa tengah pernah menetap di daerah ini dan mendirikan sebuah kerajaan makmur yang kekayaannya berasal dari perniagaan di selat sunda. kemudian sebelum islam datang terdapat candi Siwa bergaya jawa yang didirikan pada abad ke-10 diatas gunung keramat yaitu gunung pulasari oleh sebuah kerajaan yang ibu kotanya terletak di banten girang pada abad ke XVI. situs tersebut merupakan kompleks istana yang dikelilingi oleh sebuah system pertahanan yang kuat berupa benteng dari tanah dan parit luar hampir di seluruh bagian batas luarnya situs ini didirikan pada abad ke-X dan sejumlah ciri yang berasal dari zaman ini yaitu: prasasti pendek berbahasa jawa. perlu diketahui bahwa diawal abad ke XI tepatnya tahun 1030, pusat kerajaan sunda dengan penguasan Sri Jayabupati yang termengah diri dengan memakai gelar maharaja yang terletak di cicatih dekat cibadak di pegunungan sebelah barat sukabumi, merupakn satu pihak yang menyebabkan pengaruh jawa muncul di cibadak kemunculan itu tepat pada saat menghilang dari banten girang, larinya pihak jawa tentunya sezaman dengan pulihnya kembali kekuasaan sriwijaya atas sunda-banten kakuasaan ini bertahan sampai dipenghujung abad ke XII kemudian pada awal abad ke XIII Zhao Ragua menanamkan ‘’sin-to’’ (sunda) kota di jawa barat serta daerah-daerah sekitarnya merupakan tempat lada ditanam, oleh karna itu daerah banten dari dahulu selalu menjadi satu-satunya daerah penghasil rempah2. jadi selama priode dari abad ke XI sampai abad ke XIII mengalami pertumbuhan sangat pesat yang merupakan bukti bahwa berlipat gandanya perdagangan dengan 2 F. Hirth & W.W. Rockhill, Chau Ju-kua: His work on the chines and arab trade in the twelftb and thirteenth centuries, entitled Chu-fan-chi, St-Petersburg, 1911, hlm. 62. china serta berlipat gandanya kemakmuran kerajaan kecil ini, selain nama tempat sunda yang kini menunjukkan kepada seluruh bagian barat pulau jawa sampai pada abad ke-XVI hanya dipakai untuk dataran pesisir wilayah ini dan untuk banten, kemudian di penghujung abad ke XVI orang belanda mencari keterangan di banten saat pelayaran pertama mereka ke hindia, mengklarifikasikan nama tempat yang sudah terlalu kabur ini dengan menulis: ’’sunda adalah pelabuhan banten beserta bagian paling barat jawa tempat tumbuhnya tanaman lada3. dan pada abad ke-XIII- XIV perkembangan ekonomi di banten girang sangat pesat
Recommended publications
  • Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Abstract: This article examines the religious specificities of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of this process reside in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhoods’ followers and the popularity of esoteric practices. These specificities implicate that the Islamizing of the region was very progressive within period of time and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam took through history. The dominant media- centered perspective also eludes the fact that cohabitation between religion and ritual initiation still composes the authority structure. This article aims to contribute to the knowledge of this phenomenon. Keywords: Islam, Banten, sultanate, initiation, commerce, cosmopolitism, brotherhoods. 1 Banten is well-known by historians to have been, during the Dutch colonial period at the XIXth century, a region where the observance of religious duties, like charity (zakat) and the pilgrimage to Mecca (hajj), was stronger than elsewhere in Java1. In the Indonesian popular vision, it is also considered to have been a stronghold against the Dutch occupation, and the Bantenese have the reputation to be rougher than their neighbors, that is the Sundanese. This image is mainly linked to the extended practice of local martial arts (penca) and invulnerability (debus) which are widespread and still transmitted in a number of Islamic boarding schools (pesantren).
    [Show full text]
  • Western Java, Indonesia)
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Université de Provence, Marseille. Abstrak Artikel ini membahas kekhasan agama di Banten pada masa awal Islamisasi di wilayah tersebut. Karakteristik utama dari proses Islamisasi Banten terletak pada hubungan antara perdagangan dengan jaringan Muslim, kosmopolitanisme yang kuat, keragaman praktek keislaman, besarnya pengikut persaudaraan dan maraknya praktik esotoris. Kekhasan ini menunjukkan bahwa proses Islamisasi Banten sangat cepat dari sisi waktu dan perpindahan agama/konversi yang terjadi merupakan hasil dari proses saling mempengaruhi antara Islam, agama lokal, dan kosmologi. Akibatnya, muncul anggapan bahwa Banten merupakan benteng ortodoksi agama. Kesan yang muncul saat ini adalah bahwa Banten sebagai basis gerakan rigoris/radikal dipengaruhi oleh bentuk-bentuk keislaman yang tumbuh dalam sejarah. Dominasi pandangan media juga menampik kenyataan bahwa persandingan antara agama dan ritual masih membentuk struktur kekuasaan. Artikel ini bertujuan untuk berkontribusi dalam diskusi akademik terkait fenomena tersebut. Abstract The author examines the religious specifics of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of the process resided in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhood followers and the popularity of esoteric practices. These specificities indicated that the Islamizing of the region was very progressive within 16th century and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam 91 Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) took throughout history.
    [Show full text]
  • Torch Light in the City: Auto/Ethnographic Studies of Urban Kampung Community in Depok City, West Java1
    Torch light in the city: Auto/Ethnographic Studies of Urban Kampung Community in Depok City, West Java1 Hestu Prahara Department of Anthropology, University of Indonesia “Di kamar ini aku dilahirkan, di bale bambu buah tangan bapakku. Di rumah ini aku dibesar- kan, dibelai mesra lentik jari ibuku. Nama dusunku Ujung Aspal Pondokgede. Rimbun dan anggun, ramah senyum penghuni dusunku. Sampai saat tanah moyangku tersentuh sebuah rencana demi serakahnya kota. Terlihat murung wajah pribumi… Angkuh tembok pabrik berdiri. Satu persatu sahabat pergi dan takkan pernah kembali” “In this room I was born, in a bamboo bed made by my father’s hands. In this house I was raised, caressed tenderly by my mother’s hands. Ujung Aspal Pondokgede is the name of my village. She is lush and graceful with friendly smile from the villagers. Until then my ancestor’s land was touched by the greedy plan of the city. The people’s faces look wistful… Factory wall arrogantly stood. One by one best friends leave and will never come back” (Iwan Fals, Ujung Aspal Pondokgede) Background The economic growth and socio-spatial trans- an important role as a buffer zone for the nucleus. formation in Kota Depok cannot be separated Demographically speaking, there is a tendency of from the growth of the capital city of Indonesia, increasing population in JABODETABEK area DKI Jakarta. Sunarya (2004) described Kota from time to time. From the total of Indonesian Depok as Kota Baru (new city) of which its socio- population, 3 percent live in satellite cities of economic transformations is strongly related to Jakarta area in 1961, increased by 6 percent in the development of greater Jakarta metropolitan.
    [Show full text]
  • Peran Sultan Maulana Hasanuddin Dalam Penyebaran Agama Islam Di Banten 1526-1570 M
    PERAN SULTAN MAULANA HASANUDDIN DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI BANTEN 1526-1570 M. SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Disusun Oleh: NABIEL AL-NAUFAL EFENDI NIM. 15120023 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2019 PERNYATAAN KEASLIAN i NOTA DINAS ii PENGESAHAN iii MOTTO “Pantang tolak tugas, pantang tugas tak selesai” “Sekali layar terkembang, pantang surut mundur ke belakang” iv PERSEMBAHAN Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Subnh}a>nahu wa Ta‘a>la>, Tuhan seru sekalian alam. Hormat dan bakti kupersembahkan untuk Ayah tercinta Asep Sunandar Efendi dan Ibunda tersayang Linda Triwahyuni, semoga kalian selalu dalam lindungan-Nya. Jalinan kasih sayang kucurahkan pada adik-adikku Nabiella Salsabil Efendi dan Bening Aura Qolbu Efendi. Setiap perjuangan menghajatkan pengorbanan, dan tiada pengorbanan yang sia-sia. Dengan kerendahan hati saya persembahkan skripsi ini kepada almamater tercinta Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. v ABSTRAK Pada awal abad XVI M., Banten merupakan salah satu negeri dari Kerajaan Sunda Pajajaran, yang berpusat di Banten Girang. Penguasa Banten saat itu adalah Pucuk Umun, anak Prabu Surosowan. Banten kemudian melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran yang pada saat itu dalam masa kemunduran. Nusantara pada saat itu, di Banten khususnya didominasi oleh kepercayaan bercorak Hindu yang disebut Sunda Wiwitan, agama resmi Kerajaan Sunda Pajajaran. Syiar Islam di Banten dimulai oleh Sunan Ampel pada awal abad XV M. Usahanya tersebut kemudian dilanjutkan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati bersama pamannya, Cakrabuana pada akhir abad yang sama.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
    1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banten merupakan salah satu bumi intelektualitas yang banyak melahirkan ulama ilmiah dan pejuang. Syekh Nawawi Al-Bantani yang berasal dari Banten, menjadi salah satu contoh teladan bagi kemajuan perkembangan gerakan keagamaan Islam di Indonesia. Keulamaan beliau sangat dihormati oleh kalangan tokoh-tokoh Islam Indonesia pada abad ke-18, tidak pelak lagi, banyak murid yang dulu berguru kepadanya menjadi tokoh yang punya pengaruh besar di nusantara. Di antara yang pernah menjadi murid beliau adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) almarhum Hadraatussyekh Kyai Haji Hasyim Asy’ari. Banten tidak hanya dikenal dengan intelektualitas keulamaannya, tetapi juga dari segi pewacanaan masa lampau, daerah ini menyimpan segudang sejarah yang banyak dikaji oleh peneliti dari dalam maupun manca. Daerah yang dikenal dengan permainan tradisional debusnya ini, banyak sekali dibahas dalam literatur- literatur asing. Claude Guillot, seorang sejarawan dan arkeolog asal Prancis, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya akan kekayaan sumber-sumber sejarah Banten, ia berujar bahwa, “... Banten adalah negeri yang kaya sekali akan sumber- sumber sejarah. Kerajaan ini bukan hanya telah menulis sejarahnya sendiri, melainkan juga merangsang banyak tulisan dari pengunjung-pengunjung asing, khususnya Eropa...”1 1 Claude Guillot, Banten (Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2008, hlm. 11-12. 2 Kekhasan dan keunikan sumber sejarah Banten yang beraneka ragam tidak bisa lepas dari letak geografis
    [Show full text]
  • Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin
    Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream- Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain. Cambridge Scholars Publishing. From distant tales : archaeology and ethnohistory in the highlands of Sumatra, pp.434-484, 2009, 978-1- 4438-0497-4. halshs-02521657 HAL Id: halshs-02521657 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02521657 Submitted on 27 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra, Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz This book first published 2009 Cambridge Scholars Publishing 12 Back Chapman Street, Newcastle upon Tyne, NE6 2XX, UK British Library Cataloguing in Publication Data A catalogue record for this book is available from the British Library Copyright © 2009 by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz and contributors All rights for this book reserved.
    [Show full text]
  • Report on the 2006 Western Australian Museum, Department of Maritime Archaeology, Cape Inscription National Heritage Listing Archaeological Survey
    2006 Report on the Cape Inscription National Heritage Listing Archaeological Survey 2006 Report on the Cape Inscription National Heritage Listing Report on the 2006 Western Australian Museum, Department of Maritime Archaeology, Cape Inscription National Heritage Listing Archaeological Survey Edited by Jeremy Green with contributions by Ross Anderson Patrick Baker Jon Carpenter Darren Cooper Carmela Corvaia Adam Ford Jeremy Green Michael McCarthy Richenda Prall Myra Stanbury Report—Department of Maritime Archaeology, Western Australian Museum, No. 223 Special Publication No. 10, Australian National Centre of Excellence for Maritime Archaeology 2007 Report on the 2006 Western Australian Museum, Department of Maritime Archaeology, Cape Inscription National Heritage Listing Archaeological Survey Dirk Hartog Landing Site 1616 CARNARVON Bernier Island - Cape Inscription Area Dorre Island Place ID: 105808 File: 5/14/193/0014 WA National Heritage List - Listed Place WOORAMEL ROADHOUSE YARINGA Dirk Hartog Island DENHAM USELESS LOOP OVERLANDER HAMELIN ROADHOUSE Produced by: Heritage Division Projection: GDA 94, Date: 27 April 2006 Canberra, © Commonwealth of Australia 0 0.5 1 2 Kilometers / Figure 1. Map of the north end of Dirk Hartog Island showing the National Heritage Listing area. (Plan: Courtesy of Department of the Environment and Heritage). First published 2007 by the Australian National Centre of Excellence for Maritime Archaeology Department of Maritime Archaeology Western Australian Maritime Museum Cliff Street FREMANTLE Western Australia 6160 This book is copyright. Apart from any fair dealing for the purposes of private study, research, criticism or review, as permitted under the Copyright Act 1968, no part may be reproduced by any process without written permission. Enquiries should be to the publisher.
    [Show full text]
  • Claude Guillot
    B a n t e n in 1678 Claude Guillot Cities undergo a continual change under the action of men, especially when they grow into successful centers of trade and communication where new ideas flow as well as gold and silver. And the passing of time does not diminish this truth—which explains the precise date given in the title above. Banten in 1678 was no longer the town that the Company of Comelis de Houtman had discovered eighty years before, as modem Jakarta is no longer the ancient city that it was at the turn of this century. Though it may seem an arbitrary choice, the year 1676 meets four requirements: Banten was still independent; the 1670s defi­ nitely were the most prosperous period in the history of this kingdom which was able to adapt itself to a new political and economic situation, with the growing participation of Westerners in the Asian seaborne trade; Sultan Ageng—the old sultan, according to the accurate translation of his contemporaries—had not yet given full authority to his eldest son, who already was his heir and viceroy and would later be known as Sultan Haji, but was still called the young sultan—sultan anom—at this time; and this transfer of power would modify even the appearance of the town; furthermore, in 1678, the conflict with Batavia about Cirebon broke out, conflict that would end with the fall of the Javanese kingdom. Banten on a map looked the ideal port. The city was located on the confluence of two great international seaways, the Malacca and Sunda straits, which were kept under almost total control by Bantenese possessions in the south of Sumatra.
    [Show full text]
  • Place Names and History
    Place Names and History The 1st Regional Training Program in Toponymy including Marine Toponymy Manila, 19—24 March 2018 United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) Multamia RMT Lauder & Allan F. Lauder Department of Linguistics Universitas Indonesia What is History What is History? • According to Edward H. Carr (1961), an influential British historian, history was an attempt to understand and interpret the past, to explain the causes and origins of things in intelligible terms. • Carr focused on wider forces in society that caused outcomes in society and politics, economic change, industrialization, class formation and class conflict. • The purpose of history was to understand the present and mould the future. Carr believed that historical causes were only interesting if they could help society deal with present day problems. • Carr’s work has been influential, but many of its assumptions have been called into question. History today addresses a much wider range of issues. It now includes subjects such as religion, culture, gender (Bentley, 2012; Tosh, 2015). Carr, Edward Hallett. 1987. [1961]. What is History? Second Edition. London & New York: Penguin. Bentley, Jerry H.. Ed. 2012. The Oxford Handbook of World History. Oxford University Press Tosh, John. 2015. The Pursuit of History: Aims, Methods and New Directions in the Study of History. Sixth edition. London: Routledge. History and Southeast Asia Early History of Southeast Asia • Southeast Asia is a world region where each country has its own history. However, some shared events are: • Early migrations into the area of ancestral peoples with a capability for agriculture and seafaring (Glover & Bellwood, 2004) ; • The rise and fall of different old kingdoms and the influence of powerful neighbours; • Contacts between different areas of SEA with China, South Asia, and Africa for trade, and diplomacy from at least 2,000 years ago; • The spread of Hinduism, Buddhism, Islam and Christianity; … Glover, Ian, and Bellwood, Peter S.
    [Show full text]
  • Beads in Banten Girang Site in an International Trade of Sunda
    TAWARIKH: Journal ofof HistoricalHistorical StudiesStudies,, VolumeVolume 11(1),10(1), 10(2), OctoberOctober April 20192018 Journal of Historical Studies Volume 10(2), AprilWAN 2019 IRAMA, NINA HERLINA & MUMUH MUHSIN ZAKARIA Print-ISSN 2085-0980 Volume 10(1), October 2018 Print-ISSN 2085-0980 Beads in Banten Girang Site in an International Contents Trade of Sunda ContentsKingdom, X-XVI Century ABSTRACT: Tatar Sunda (Sundanese Land), as part of the Indonesian archipelago, is thought to be involved Forewordin an international. [ii] trade. Knowledge about based on historical sources, which state that on the North ForewordCoast of Sunda. [ii] during the Sunda Kingdom triumphed in the X-XVI century, there were at least six important and crowded ports, namely: Chemamo = Cimanuk, Calapa = Sunda Kelapa, Chegujde = Cigede, Tamgara = SYAFIQETTYTangerang, SARINGENDYANTI, A. MUGHNI, Pondang =AHMAD Pontang, NINA FIRDAUSI and HERLINA Bantam & = AKMALIYAH& Banten. MUMUH Historical MUHSIN, and archaeologicalZAKARIA, research in the past DarTrifew Tangtu al-Ulum decades on of has Sunda Deoband: shown Wiwitan the An presence Education, Doctrine of artifacts inPropagation, the XIV-XVIIthat are and declaredCentury .as [1-14] an international trade commodities Islamicrather Political than agricultural Movement products in India at. [87-102]several points along the Cibanten River, including beads, Chinese ceramics, and Arikamedu pottery. Through the historical methods (heuristic, criticism, interpretation, RETNOand historiography), WINARNI & asRATNA well as ENDANG theories and WIDUATIE, concepts of early trade (read: ancient trade) in relation to ASEPJember’sexchange SOPIAN, Development and trade as fromKarl Polanyi the Traditional (1977) and Authority other currently to Modern scholars’ Government thinking, the. [15-30] fact of the presence Non-Verbalof beads and Language Chinese ceramicsin the Stories in this of article Al-Qur’an trace.
    [Show full text]
  • Revival of the Old City of Banten
    POLITECNICO DI MILANO School of Architecture Urban Planning Construction Engineering Master of Science In Architecture and Preservation Master Project Thesis REVIVAL OF THE OLD CITY OF BANTEN Supervisor: Prof. Maria Cristina Colombo Student: Mariyam Yasmin Baagil - 833289 ABSTRACT 01 INDEX The Old City of Banten is a bordered area in the West of Java Island, recognized as a National Heritage Site of Indonesia, where historical heritage in architectural and archeological forms 02 ABSTRACT are situated. It displays the legacies of what once was one of the most powerful kingdom in 03 INTRODUCTION the Archipelago of Indonesia, influential trading port in South-East Asia, and a bold evident of 10 CHAPTER 1 : CULTURAL HERITAGE CHALLENGES AND REVIVAL TOOLS cultural and religious values. 11 1.1 Challenges on the Cultural Heritage Despite its outstanding historical, architectural, and cultural values, it is not invulnerable to 12 1.2 Answering the Challenges challenges that appear to heritage. It is currently challenged to cope with the new 15 1.3 Tools of the Old City of Banten Revival Project environment development surrounding it. The tourism is no longer actively happen due to 16 CHAPTER 2: HISTORICAL CONTEXT OF INDONESIAN HERITAGE, THE OLD CITY OF BANTEN lack of proper management and community`s knowledge, which is followed by emergence of 17 2.1 Banten Girang: One of Indonesian International Trading Ports illegal settlement, vandalism, and alike. 21 2.2 The Rise of Banten Muslim State 24 2.3 The Sultanate of Banten: Powerful Kingdom of The Archipelago This revival project aims to overcome the issues and answer the challenges using layers of law 27 2.4 Banten Crisis and European Arrival and regulations, from International to local scope.
    [Show full text]
  • Programme Guide West Java, an Overview
    PROGRAMME GUIDE WEST JAVA, AN OVERVIEW The enchanting and beautiful [and of Parahiyangan or Sunda stretches from the Sunda Strait in the west to the borders of Central. Java in the east. The region is primarily mountainous, witfi rich green valleys hugging lofty volcanic peaks, many of which surround" the capital of the province, Bandung. The Sundanese people of this region are soft-spoken and colorful, with a rich and fascinating history. The powerfuf and" ancient kingdoms of Tarumanegara, Pajajaran, Banten and Cirebon have off risen, ruied and fatten, in this province and-provide fascinating studies for students of archaeology and history. West Java was one of the first contact points in Indonesia for Indian traders and their cufturaC influences, and it was ftere that the Dutch and British jirst set jbot in Indonesia at Banten. The Dutch moved their center of operations to Sunda Kelapa {now Jakarta) after fierce competition and rivalry witft the Britisfi, only to return at a fater date. West Java effectively surrounds the nation's capital of Jakarta on three sides and enjoyable roads provide good links to most of the province passing through spectacular panoramas of rugged mountains, sparkfing paddy fields and intimate holiday resorts. There are a number of resorts on the western and" southern coasts which have modem hotels and are popular during the weekends, especially for people living in Jakarta. West Java provides visitors witft. a great numfier offascinating and wonderful things to see and do; venture to the reminders of the explosive and awesome power of Krakatau; explore the undisturbed wildlife reserve of Ujung Kulon on the soutn-western tip of Java; admire the Pulau Dua Bird Sanctuary qjf tfte coast of Banten and" visit tfie isolated communities of the mysterious Baduy in tfte remote Hafimun Mountain Reserve; discover unspoiled beaches at Pangandaran; treasure tfte royaf palaces of CireBon and tfte worfif renowned BotamcaC gardens of Bogor.
    [Show full text]