TUGAS AKHIR ETIKA MORAL

Dosen pengampu : Dr.A.W.Dewantara,S.S., M.Hum

Disusun : Dicky Nur Haryanto ( 11417004)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA 2018 ABSTRAK

Penegakan hukum yang lemah oleh federasi dianggap penyebab Indonesia menjadi lahan subur pengaturan skor laga sepakbola. Hati nurani ialah kapasitas ke eleng an dalam diri manusia. Artinya, sejauh merupakan kapasitas, dia tidak bisa melepaskan diri dari konteks ruang lingkup di mana manusia hidup/ada/menyejarah. Thomas mengatakan : bila kesesatan hati nurani invincible dan inculpable orang dapat luput dari perbuatan yang secara moral jahat. Artinya, bila ia berbuat jahat atas dorongan hatinya yang sesat invicible and inclupable. PSSI, Hidayat di ketahui hidayat kesesatan hati nuraninya culpable and vincible dia berdosa karena mengikuti hati nuraninya yang sesat ingin menyogok madura fc untuk mengalah .

Keyword : hati nurani sesat, pengaturan skor, sepak bola KASUS PENGATURAN SKOR SEPAK BOLA INDONESIA : “PENJUDI MENYOGOK DARI MANAJER HINGGA PEMAIN

Penegakan hukum yang lemah oleh federasi dianggap penyebab Indonesia menjadi lahan subur pengaturan skor laga sepakbola. Namun PSSI mengklaim telah melakukan beragam upaya yang disarankan induk organisasi sepakbola dunia (FIFA) untuk mencegah kecurangan yang melibatkan jaringan judi. Pengakuan manajemen klub Madura FC soal tawaran uang untuk kesepakatan pengaturan skor disebut momentum baru PSSI memberantas patgulipat yang mencederai sportivitas. Manajer Madura FC, Januar Herwanto, menuding anggota Komite Khusus PSSI, Hidayat, menawarinya uang Rp100-150 juta. Syaratnya, Madura harus memberi kemenangan pada PSS Sleman dalam laga .

Januar pertama kali mengeluarkan tuduhan itu dalam tayangan gelar wicara televisi, Mata Najwa, 28 November lalu. Dalam acara yang sama, Hidayat membantah tudingan yang diarahkan kepadanya.

"Saya siap bertanggung jawab, kalau memang saya terbukti mengatur skor. Tidak perlu dipanggil Komisi Disiplin, saya akan mengundurkan diri," kata Hidayat. Dalam wawancara dengan BBC News Indonesia, Januar menyebut Madura FC sebenarnya sudah beberapa kali menerima tawaran uang untuk pengaturan skor. Bedanya, sejumlah tawaran itu tidak melibatkan oknum pengurus PSSI.

"Tawaran bukan datang kali ini saja, tapi karena ini menyangkut orang PSSI, itulah mengapa kami laporkan."

"Selama ini tawaran ada dari teman-teman, kami tolak dan biarkan. Tapi ini petinggi PSSI yang bermain dengan makelar. Menjijikan sekali," ujarnya via telepon, Kamis (28/11). . Isu pengaturan skor belakangan muncul ke publik, terutama setelah laga antara United kontra PSMP Mojokerto, 19 November lalu. Keduanya berhadapan dalam babak 8 besar Liga 2 yang merebutkan jatah promosi ke kasta tertinggi liga sepakbola Indonesia. Pertandingan itu berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Aceh United. Namun sejumlah kejanggalan banyak dibicarakan publik, terutama seorang pemain PSMP yang terlihat sengaja tak mengarahkan tendangan penalti ke gawang Aceh.

'Lahan subur judi'

Kasus pengaturan skor bukan kali ini saja mencuat. Oktober 2014, laga PSS Sleman kontra PSIS di Liga 2 dianggap mempertontonkan sepakbola gajah. Pemain kedua tim berlomba memasukkan bola ke gawang sendiri. Lima gol dalam laga itu merupakan gol bunuh diri. Sejumlah pelatih dan pemain PSS dan PSIS divonis bersalah oleh Komdis PSSI. Bambang Suryo, mantan pemain yang pernah dilarang beraktivitas seumur hidup dalam persepakbolaan dalam negeri oleh PSSI, menyebut Indonesia sebagai lumbung uang bagi para penjudi.

Menurut Bambang, industri sepakbola yang tidak sehat secara finansial menjadi salah satu faktor rentannya pengaturan skor.

"Banyak klub sepakbola sakit, mereka perlu modal untuk eksis dalam kompetisi," ujarnya. Para penjudi yang mengatur skor, kata Bambang, sebagian berasal dari luar negeri dan berjejaring dengan rumah judi besar.

"Pengatur skor ini berjudi, pasang taruhan di rumah judi, mereka ingin menang, masuklah mereka ke tim Indonesia yang parah ekonominya, termasuk ke Liga 2."

"Biasanya bandar atau penjudi ingin menyogok seluruh tim, dari manajer, pelatih, dan pemain. Harganya Rp200-300 juta untuk kasta Liga 2," kata Bambang kepada BBC News Indonesia. Oktober 2015, Komdis PSSI menjatuhkan larangan beraktivitas di persepakbolaan kepada Bambang. Ia dituding mengatur skor sejumlah laga, membeberkannya ke publik, tapi enggan membantu PSSI memberantas mafia pertandingan. Bagaimanapun, Bambang menganggap persoalan ini tidak pernah tuntas karena PSSI enggan memberantas para pelaku pengaturan skor.

"Indonesia itu lumbung. Orang-orang PSSI sebenarnya tahu siapa oknum di lembaga mereka yang ikut bermain," ucapnya.

Bantahan PSSI

Namun PSSI menolak dianggap membiarkan mafia pertandingan mengatur hasil laga. Beragam upaya yang disarankan FIFA diklaim telah dilakukan untuk mencegah dan mengawasi kecurangan. Anggota Komite Eksekutif PSSI, Gusti Randa, menyebut lembaganya bekerja sama dengan lembaga penyedia data olahraga asal Inggris

Gusti berkata, Genius Sports mengumpulkan setiap data pertandingan, dari jumlah pelanggaran, kartu yang dikeluarkan wasit, hingga penalti. Data itu lantas dianalisis untuk mengendus pengaturan skor. Tak hanya itu, Gusti menyebut PSSI juga telah menggelar pendidikan kilat antisuap bagi para wasit dan hakim garis. Para pengurus PSSI dan pemilik klub pun disebutnya wajib meneken pakta integritas yang mewajibkan mereka menjunjung prinsip fair play.

"Tentu pengaturan skor tidak boleh ditoleransi. Kalau terendus saja harus diberantas, apalagi kalau sudah jelas," ujarnya. Gusti mendesak para pihak yang mengetahui dugaan pengaturan skor maupun keterlibatan pengurus PSSI untuk melapor ke Komisi Disiplin atau kepolisian. Isu seperti ini dianggapnya kerap menjadi desas-desus semata dan merugikan citra PSSI.

"Jadi persoalan pengaturan skor ini, tunjuk hidung, jangan katanya-katanya. Kalau Anda tahu orangnya, laporkan," kata Gusti. LANDASAN TEORI

“Hati Nurani Sesat”

Hati nurani itu ialah kapasitas ke eleng an dalam diri manusia. Artinya, sejauh merupakan kapasitas, dia tidak bisa melepaskan diri dari konteks/ ruang lingkup di mana manusia hidup/ada/menyejarah. Semua ini membangun konsep konsep hati nurani manusia. Thomas mengatakan : bila kesesatan hati nurani invincible ( tak bisa ditundukkan/ tak bisa diatasi) dan inculpable ( tak bisa dipersalahkan/ tak bisa dihukum), orang dapat luput dari perbuatan yang secara moral jahat. Artinya, bila ia berbuat jahat atas dorongan hatinya yang sesat invicible and inclupable, perbuatan jahatnya secara moral tidak bisa ditanggungkan keadaanya. Jika kesesatannya vincible (bisa diatasi) dan culpable (bisa dipersalahkan), tanggung jawab perbuatan buruk/jahatnya ada pada si pelaku.

Kesesatan yang culpable ialah kesesatan mengenai apa yang harus diketahui oleh seorang pribadi (jadi dia mestinya tahu. Dengan kata lain bila kesesatan itu berhubungan dengan apa yang harus di ketahui. Dengan kata lain tentang apa yang semestinya ia tahu, tetapi ia tidak mau tahu atau membiarkan diri tidak tahu dia jelas bersalah.

Bila kesesatan hati nuraninya culpable and vincible, dia berdosa, baik apabila mengikuti suara hati nuraninya maupun tidak. Mengikuti suara hati nurani yang sesat culpable and vincible jelas salah, sebab perbuatannya yang tercetus salah atau jahat. Bila tidak mengikuti hati nuraninya yang sesat culpable dan vincible, dia bersalah karena membiarkan hati nuraninya sesat. Dia bersalah karena membiarkan diri dalam ketumpulan hati nuraninya.

Kesesatan adalah apabila subjek, pada waktu itu, dapat mengoreksinya. Ini berasal dia (subjek itu) paling sedikit memiliki kecurigaan tertentu bahwa yang sedang dia lakukan itu tidak semestinya atau sewajarnya. Jadi ada semacam kemungkinan untuk melakukan koreksi. Kalau kemungkinan itu sama sekali tidak ada, karena tidak tahu atau karena tidak melihat relevansi moralitasnya, kesempatannya menjadi invincible.

Kesesatan adalah culpable apabila itu merupakan produk dari pemanfaatan kebebasannya secara jahat. Kesesatan vincible tidak mesti merupakan sekaligus kesesatan culpable. Menjadi culpable apabila si pelaku bersikukuh atau bertahan atau sengaja membiarkan diri dalam kesesatannya.

Dari sebab itu, mengenai hati nurani yang sesat yang culpable dan vincible, orang diminta untuk membenahi hidupnya dan tidak boleh menutup mata pada apa yang harus diketahuinya.

Isu pengaturan skor belakangan muncul ke publik, terutama setelah laga antara Aceh United kontra PSMP Mojokerto, 19 November lalu. Keduanya berhadapan dalam babak 8 besar Liga 2 yang merebutkan jatah promosi ke kasta tertinggi liga sepakbola Indonesia. Pertandingan itu berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Aceh United. Namun sejumlah kejanggalan banyak dibicarakan publik, terutama seorang pemain PSMP yang terlihat sengaja tak mengarahkan tendangan penalti ke gawang Aceh. Hal ini juga merupakan kesesatan vincible karena pengaturan skor ini belum di ketahui kebenarannya bahwa pertandingan ini telah diatur atau sudah ada pengaturan skor di dalam pertandingan itu telah diataur.

Kaitan Landasan Teori dengan Kasus Penegakan hukum yang lemah oleh federasi dianggap penyebab Indonesia menjadi lahan subur pengaturan skor laga sepakbola. Pengakuan manajemen klub Madura FC soal tawaran uang untuk kesepakatan pengaturan skor disebut momentum baru PSSI memberantas patgulipat yang mencederai sportivitas. Manajer Madura FC, Januar Herwanto, menuding anggota Komite Khusus PSSI, Hidayat, menawarinya uang Rp100-150 juta. Syaratnya, Madura harus memberi kemenangan pada PSS Sleman dalam laga Liga 2. Januar pertama kali mengeluarkan tuduhan itu dalam tayangan gelar wicara televisi, Mata Najwa, 28 November lalu. Dalam acara yang sama, Hidayat membantah tudingan yang diarahkan kepadanya.

Melihat tudingan yang dituduhkan kepada komite khusu PSSI, Hidayat bahwa di ketahui hidayat kesesatan hati nuraninya culpable and vincible dia berdosa karena dia mengikuti hati nuraninya yang sesat yang ingin menyogok madura fc untuk mengalah di sleman pada liga 2. Dengan hal ini jelas terbukti bahwa perbuatan menyuap manajer Madura Fc untuk mengalah merupakan perbuatan yang sesat di karenakan dia mengikuti hati nurani yang ingin menang dengan cara yang salah. Walaupun dia tidak mengakui atau tidak menginginkan dia tetap salah sebab ia telah membiarkan hati nuraninya sesat. Jelas perbuatan menyuap meruapakan perbuatan yang salah bahkan hal ini sudah di buktikan oleh pernyataan manajer Madura Fc bahwa ada salah satu anggota PSSI menawarkan sejumlah uang untuk mengalah.

Apabila pernyataan manajer Madura Fc ini tidak benar bahwa Hidayat tidak melakukan suap pada Madura Fc ini merupakkan hati nuraninya hidayat invincible karena kemungkinan itu atau pernyataan itu tidak benar atau tidak sama sekali tidak ada, karena tidak tahu atau tidak melihat relevansi moralitasnya. Bahwa hidayat moral hidayat tidak menginginkan untuk menyogok manajer Madura Fc bahwa dia juga menyadari bahwa perbuatan ini salah dengan nilai, moral, dan dari agama juga salah ini perbuatan yang berdosa. Dan disi lain bahwa hidayat merupakan bagian penting dari pssi dia merupakan bagian sebagai pengawas liga tentunya mungkin hal ini merupakan kesempatan bagi hidayat untuk melakukan perbuatan yang salah yaitu menyogok tim maupun pemain untuk permainannya bisa di atur menang kalahnya. Ini membuat liga indonesia menjadi lebih kotor dengan adanya pengaturan skor ini.

laga PSS Sleman kontra PSIS Semarang di Liga 2 dianggap mempertontonkan sepakbola gajah. Pemain kedua tim berlomba memasukkan bola ke gawang sendiri. Lima gol dalam laga itu merupakan gol bunuh diri. Sejumlah pelatih dan pemain PSS dan PSIS divonis bersalah oleh Komdis PSSI. Bambang Suryo, mantan pemain yang pernah dilarang beraktivitas seumur hidup dalam persepakbolaan dalam negeri oleh PSSI, menyebut Indonesia sebagai lumbung uang bagi para penjudi. Artinya bahwa kegiatan ini sudah bagian dari tradisi pada persepak bolaan indonesia. Jadi hal ini merupakan salah ciri seseorang yang memiliki hati nurani yang sesat di dalam buku Etika Moral juga di sebutkan bahwa “hidup manusia tidak hanya mengalir begitu saja, melainkan di bentuk oleh banyak faktor, seperti lingkungan sekitar, tradisi, peraturan, relasi kemanusiaan satu dengan yang lain.

Oktober 2015, Komdis PSSI menjatuhkan larangan beraktivitas di persepakbolaan kepada Bambang. Bambang disini terbukti bahwa memiliki hati nurani yang invicible and inclupable yang artinya perbuatan jahat bambang seperti pengaturan skor yang terjadi pada sejumlah laga secara moral tidak bisa di tanggungkan keadaannya dia terbukti memiliki moral yang jahat. Hal ini juga sudah terbukti dengan pengakuannya dan di hukum oleh PSSI dengan tidak bisa berkecimpung di dunia sepak bola indonesia. Dan ia memiliki kesesatan yang culpable dan bisa di persalahkan karena jelas terbukti atas pengakuannya sendiri bahwa ia sudah mengatur sejumlah laga yang berlangsung di liga indonesia dan dengan aksi pengakuannya sendiri ini dapat dinilai juga Bambang memiliki kesesatan Vincible atau bisa diatasi tapi disini Bambang tidak mau membantu PSSI dalam hal memberantas mafia bola ini hal ini juga di sayangkan sebab dia sebagai mantan pelaku pengaturan skor di sepak bola tentunya sudah mengetahui siapa siapa saja yang ikut dalam pengaturan skor di Indonesia. Tanggung jawabnya sebagai mantan pengatur skor persepakbolaan indonesia harusnya membantu PSSI untuk memberantas mafia bola yang sudah ada di Indonesia sejak lama. Bambang juga sudah menyebutkan salah satu nama saat di wawancarai di acara Mata Najwa bahwa ada seorang pelaku atau bisa disebut banda besar yang sudah mengatur skor persepakbolaan Indonesia sejak era . Dia menyebut nama Sigit Waluyo. Sigit waluyo merupakan orang lama dalam persepak bolaan Indonesia dan sangat di sayangkan Sigit waluyo ini masih ada dalam persepak bolaan ini masih bermain ( masih mengatur skor di indonesia ).

Disini Sigit Waluyo memiliki kesesatan hati yang Culpable atau bisa di persalahkan. Ketika ditanya bambang soal Sigit Waluyo ini Pssi menjawab tidak mengenal siapa itu Sigit waluyo padahal Sigit waluyo sudah lama ada di persepak bolaan indonesia. Hal ini juga di bantah pelatih Timnas U16 bahwa tidak mungkin seorang yang sudah berkecimpung di persepak bolaan indonesia tidak mengenal yang namanya Sigit Waluyo. Artinya Pssi bisa di katakan berpura pura tidak mengenal yang namanya Sigit waluyo dan bisa di katakan memiliki hati nurani yang sesat, kesesatannya ini termasuk culpable (bisa di persalahkan) karena Pssi menutup menutupi kejahatan yaitu tentang pengaturan skor di indonesia.

Bagaimanapun, Bambang menganggap persoalan ini tidak pernah tuntas karena PSSI enggan memberantas para pelaku pengaturan skor. Pssi sebagai lembaga tertingi dalam sepak bola tentunya harus berani menindak atau menghukum pelaku dalam sepak bola indonesia. Jika memang Pssi tidak mengetahui yang namanya sigit waluyo ini seharusnya Pssi mencari yang namanya Sigit Waluyo karena sudah terbukti dengan pernyataan mantan pengatur skor yang ada di indonesia. Dan Pssi juga harus menindak tegas anggotanya yang terbukti terlibat dalam pengaturan skor di indonesia.

Pssi juga membantah bahwa membiarkan mafia bola mengatur skor di persepakbolaan indonesia. Bila kesesatan itu di tinjau dari yang di ketahui bahwa seorang pemimpin tahu dan berpura pura tidak tahu jelas ia bersalah. Disini ketua Pssi Edy ramayadi tidak tahu akan pengaturan persepak bolaan Indonesia dan seharusnya seorang pemimpin tahu akan pengaturan skor yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).