Pemberdayaan Komunitas Seni Melalui Produksi Pertunjukan Berbasis Kearifan Lokal Untuk Penguatan Desa Wisata
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Pemberdayaan Komunitas Seni Melalui Produksi Pertunjukan Berbasis Kearifan Lokal Untuk Penguatan Desa Wisata Juju Masunah1, Trianti Nugraheni2, Ayo Sunaryo3 Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia ABSTRAK Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk melaporkan hasil Pengabdian kepada Masyarakat dalam rangka pemberdayaan komunitas seni melalui produksi karya inovasi pertunjukan seni wisata di Desa Cibuluh, Kecamatan Tanjungsiang, Subang. Metode yang digunakan adalah partisipatory action research. Tahapan kegiatan adalah: 1) membuat perencanaan dan perancangan produksi karya seni wisata berbasis kearifan lokal; 2) mengimplementasikan rancangan produksi karya inovasi; 3) melakukan observasi dan refleksi. Kelompok sasarannya adalah seniman muda Subang yang tergabung dalam Komunitas LIKA 04. Hasil kegiatan PkM ini adalah karya pertunjukan berjudul “Rampak Buluh”. Rampak artinya permainan secara bersama, buluh berarti bamboo, dengan kata lain rampak buluh artinya memainkan alat musik bamboo secara bersama. Rampak buluh disusun secara medley mulai dari helaran, rampak kohkol, perkusi jembatan, rampak toleat, ansambel angklung, dan jaipongan. Melalui kegiatan ini diharapkan komunitas seni dan masyarakat di Desa Cibuluh, Subang mendapatkan nilai tambah secara social, budaya, dan ekonomi. Kata Kunci: desa wisata; kearifan local; seni pertunjukan; rampak buluh; pendidikan seni. Corresponding Author: [email protected] PENDAHULUAN undangan dari masyarakat atau berdasarkan pesanan saja. Sejak tahun 2010 sampai Pemberdayaan komunitas seni di Subang dengan 2012, tim peneliti mendampingi dilatarbelakangi oleh berbagai kegiatan komunitas seni untuk mengkemas sajian seni pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang pertunjukan untuk menguatkan desa-desa dilakukan oleh peneliti sejak tahun 2010 s.d. wisata. Kemudian PkM dilanjutkan pada tahun 2012. Kegiatan PkM ini dilakukan tahun 2017 s.d. 2019. Diharapkan komunitas dalam upaya menguatkan program seni dapat berperan untuk membantu pengembangan desa wisata berbasis seni dan pemerintah desa dan masyarakat dalam budaya. Dalam buku Pedoman Desa Wisata mewujudkan sebuah produk seni pertunjukan yang dirilis oleh Kementerian Pariwisata sebagai atraksi wisata. tahun 2019, pengertian Desa Wisata adalah Homan (2011) mengidentifikasi tiga “wilayah administrative desa yang memiliki aspek untuk perubahan masyarakat yaitu potensi dan keunikan daya Tarik wisata yang capacity building, asset building, and khas yaitu merasakan pengalaman keunikan ownership. Capacity building terkait dengan kehidupan dan tradisi masyarakat di pedasaan peningkatan kemampuan sumber daya dengan segala potensinya” (Vitria manusia. Asset building diartikan sebagai Ariny,2019). Pada tahun 2015, Desa Cibuluh pembangun dan memanfaatkan asset dalam merupakan desa yang ditetapkan oleh hal PkM ini adalah seni dan kearifan local. pemerintah Kabupaten Subang sebagai salah Ownership diartikan sebagai kepemilikan. satu dari lima desa wisata. Subang memiliki Ketiga aspek ini tidak dapat dipisahkan satu keunikan dan potensi yang luar biasa dari sama lain. Tampaknya, kegiatan PkM pada keindahan alam, pertanian, air panas, dan tahun 2010 s.d. 2012 lebih memfokuskan beragam kesenian tradisi yang tersebar di kepada capacity building dan asset building, desa-desa seperti sisingaan, celempungan, sedangkan membangun ownership atau kaulinan barudak, tarian, dan lain-lain. kepemilihan cenderung diabaikan. Namum packaging dan marketing kesenian Pada tahun 2010, Lembaga Penelitian tersebut masih perlu ditingkatkan, karena dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) grup kesenian berpentas hanya apabila ada UPI mengadakan kegiatan mahasiswa melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan bahwa pengelolaan produk seni wisata tidak Pengabdian kepada Masyarakat oleh dosen. berjalan baik, dan kembali kepada cara Peneliti melakukan PkM dibantu oleh semula. mahasasiswa KKN untuk melatih guru-guru Apabila merujuk kepada pendapat Sekolah Dasar dalam upaya menggali potensi Homan (2006), kegiatan PkM pada tahun lokal seperti kaulinan barudak (permainan 2010 s.d. 2012 mengacu pada capacity anak-anak) (Masunah, 2010). Hasil kegiatan building dan asset building, atau lebih melihat ini berupa seni pertunjukan berbasis potensi kepada produk seninya dari pada lokal kaulinan barudak yang ditampilkan oleh pengelolaannya. Pengelolaan ini berkaitan guru-guru seni budaya pada acara perpisahan dengan ownership atau kepemilihan. Oleh KKN se-Kabupaten Subang yang bertempat karena itu, pada tahun 2017, peneliti mencoba di Kampung Dawuan, Desa Ciater pada untuk mendampingi komunitas seni untuk tanggal 28 Agustus 2010. mengembangkan ketiga aspek yaitu capacity Pada tahun 2011, tim peneliti bermitra building, asset building, dan ownership atas dengan Yayasan Saung Angklung Udjo produk yang dihasilkan melalui PkM. Peneliti (SAU) untuk mengembangkan komunitas seni bertemu dengan komunitas Lika 04 Subang, berbasis angklung Sunda. Masunah (2003) yaitu kelompok seniman muda lulusan menjelaskan bahwa istilah Angklung Sunda perguruan tinggi seni, dan lulusan UPI serta dikemukakan oleh Udjo Ngalagena yang lulusan SMK 8 Subang. Mereka sangat berdasarkan laras pentatonic, sedangkan antusias untuk memproduksi karya seni angklung diatonic disebut angklung pertunjukan yang berbasis kearifan lokal Indonesia. Kegiatannya adalah membuat alat untuk atraksi wisata. Lalu mereka musik angklung, dan menyajikan pertunjukan mengobservasi desa-desa di Subang yang seni angklung yang dikolaborasikan dengan dicanangkan oleh pemerintah Subang sebagai permainan anak-anak dan seni tradisional destinasi baru. Satu dari lima yang setempat. Karya inovasi paket seni wisata dicanangkan pemerintah Subang yaitu Desa disusun dalam bentuk mendley yaitu seni Cibuluh, sebuah desa di kecamatan pertunjukan angklung Sunda, kaulinan Tanjungsiang, Subang bagian Selatan. barudak, jaipongan, celempungan, dan singa Maka, Pada tahun 2017 peneliti depok. Sajian ini pernah ditonton oleh 70 bekerjasama dengan Saung Angklung Udjo orang wisatawan nusantara dan mancanegara (SAU) mendampingi Komunitas LIKA 04 pada tanggal 7 Oktober 2011. Masyarakat yang berminat untuk membantu menguatkan merasa bangga akan diri dan budayanya, desa-desa wisata di Subang. Komunitas Lika wisatawan mendapatkan pengalaman budaya 04 memilih desa Cibuluh kecamatan yang unik di Ciater (Masunah, 2012). Namun Tanjungsiang, karena Desa tersebut sudah demikian, sajian seni wisata tersebut tidak memiliki program pengembangan wisata bisa berlangsung rutin sebagaimana yang dengan berbagai atraksi seperti festival 7 diharapkan karena biaya produksi yang sungai, menciptakan lokasi wisata yang mahal, dan memerlukan pengelolaan yang dinamai “Saung Mulan”, “Tepas Seuweu”, baik, sedangkan pemerintah Desa Ciater dan “Kampung Bolang.” “Saung Mulan” dan maupun komunitas tidak siap untuk itu. Pada “Tepas Seuweu” merupakan rintisan Badan tahun 2012, tim peneliti melakukan Usaha Milik Desa (BUMDES) dalam pengabdian kepada masyarakat di Desa pengembangan desa wisata, sedangkan Cibeusi, kecamatan Ciater Kabupaten Subang Kampung Bolang dikembangkan oleh dengan konsep yang sama sebagaimana masyarakat yang diinisiasi oleh Komunitas dikembangkan di Ciater. Meskipun di Cibeusi Hong pimpinan Zaini Alief. Komunitas LIKA terdapat fasilitas tempat latihan, namun 04 menggarap seni wisata di lokasi “Tepas permasalahan pada akhir kegiatan selalu sama Seuweu” desa Cibuluh yang nantinya diharapkan dapat dijadikan satu paket musik angklung. Diharapkan kegiatan ini kunjungan wisata dari Ciater ke Cibuluh. berkesinambungan. Pengalaman SAU dalam Khalayak sasaran pengabdian kepada mengembangkan seni angklung menjadi masyarakat ini komunitas seni yang pertunjukan wisata, merupakan pengalaman tergabung dalam komunitas LIKA 04 Subang. yang dapat menjadi motivasi bagi Komunitas Komunitas ini beranggotakan seniman muda Lika 04 Subang. Pertunjukan seni wisata di alumni ISBI dan UPI serta siswa SMA dan SAU mengadopsi konsep Arts by SMK di Subang berjumlah 24 orang. Methamorposis (Narawati, 2009). Bagaimana Komunitas ini diharapkan dapat menggarap seniman muda di Subang mengembangkan karya seni pertunjukan bersama masyarakat beragam kearifan lokal untuk memproduksi desa Cibuluh yaitu anak-anak, ibu-ibu, karya seni pertunjukan yang menarik remaja, seniman dan kantong-kantong budaya wisatawan? Tujuan pengabdian pada di Subang. Tim PkM UPI berpartisipasi aktif masyarakat ini adalah pendampingi sebagai mentor dalam hal produksi karya seni komunitas seni untuk bekerjasama dengan wisata dan pengelolaannya. pemerintah desa dan masyarakat dalam Lokasi penelitian adalah Desa memproduksi pertunjukan berbasis kearifan Cibuluh, Kecamatan Tanjung Siang, lokal Subang, untuk atraksi wisata. Kabupaten Subang. Komunitas Seni di Subang memilih lokasi kegiatan di “Tepas Seuweu,” Kampung Cibolang, Desa Cibuluh. METODE Desa Cibuluh tersebut sedang dikembangkan Metode yang digunakan dalam PkM menjadi destinasi wisata baru. Jika ditempuh ini adalah Action Research (AR). Dengan dari arah Bandung, maka jalan menuju desa merujuk pada langkah Lesson Study, ini setelah melewati Desa Ciater adalah Alwasilah (2011) menjelasakan AR memiliki berpatokan pada jalan Cagak dan Kasomalang langkah-langkah yaitu Plan, Do, See atau Subang. Perjalanan dari Ciater sampai lokasi Rencanakan-Kerjakan-Camkan. Alwasilah kegiatan di Kampung Bolang sekitar 20 Km, (2011) menjelaskan bahwa terdapat empat yaitu melewati Tugu Nanas di jalan Cagak karakteristik action research yaitu lurus ke utara sekitar 30 menit untuk 40 berorientasi