SEJARAH PERKEMBANGAN PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH DI

Kian Amboro Umi Hartati Kuswono

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

i

ii

DAFTAR ISI

Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………. iii Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………. v Pendahuluan …………………………………………………………………………………………… vii Bab 1. Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah ………………. 1 Bab 2. Dari kolonisasi, Metro dimulai ……………………………………………………… 7 Bab 3. Dinamika Persyarikatan Muhammadiyah di Metro ………………………. 16 Bab 4. Perkembangan Tahun 1966-1995 (Masa Kemerdekaan Orde Baru). 27 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………. 57 Daftar pustaka …………………………………………………………………………………………. 59 Lampiran

iii

iv

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya ini. Buku mengulas mengenai Sejarah perkembangan Persyarikatan muhammadiyah di Metro. Setelah sekian lama Muhammadiyah telah bercokol di metro ternyata belum ada kajian sejarah dan ini sangat menghawatirkan. Bagaimanapun sejarah adalah tonggak sebuah persyarikatan untuk maju dan berkembang.

Karya ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan buku ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi data, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima

v segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga karya ini dapat bermanfaat untuk masyarakan terutama warga Muhammadiyah dan dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca sehingga akan semakin banyak kajian mengenai Muhammadiyah sehingga berdampak pada kemajuan persyarikatan ini khususnya di Kota Metro.

Metro, Juli 2018

Tim Penulis

vi

PENDAHULUAN

Apa itu Sejarah? Sebelum lebih jauh membahas mengenai substansial sejarah Muhammadiyah di (kota) Metro, tentu harus memahami dulu konsep sejarah dilihat dari sisi akademik. Banyak orang menilai jika sejarah adalah serentetan fakta-fakta yang benar-benar terjadi dimasa lampau. Pernyataan itu sepertinya yang membuat sejarah bagi pemahamaan masyarakat umum saat ini jatuh pada hafalan angka- angka tahun, hafalan hari, bulan, bahkan nama-nama pahlawan. Sehingga esensi sejarah hilang dan semakin jauh dari tujuan diajarkannya sejarah kepada masyarakat. Sejarah menurut Edward Hallet Carr (2014: 35) dalam bukunya, What is History menyebutkan “History is a continuous process of interaction between the historian and the his fact, and unending dialogue between the present and the past”. Sejarah adalah proses interaksi yang berlangsung secara terus-menerus antara sejarahwan dan fakta- fakta, yang menggabungkan antara sekarang dan masa lampau sebagai sbuah dialog yang tidak ada henti-hentinya. Lain halnya dengan G.J Renier (1997:81) yang mengatakan bahwa sejarah adalah cerita mengenai pengalaman orang yang berada didalam masyarakat yang beradab. Menurut Leopald Von Ranke bahwa pengertian sejarah adalah apa yang sungguh-sungguh terjadi (Von Ranke, L., & Humboldt,

vii W. 1973). Sementara menurut R. G. Collingwood (1993) adalah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau. Menurut Roeslan Abdulgani sejarah adalah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan sebagai perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (Abd Rahman Hamid & M. Saleh Majid, 2011: 8). Sedangan R. M. Ali mendefinisikan sejarah sebagai keseluruhan perubahan, dan kejadian- kejadian yang benar-benar telah terjadi. Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki perubahan-perubahan yang benar-benar terjadi di masa lampau (Abd Rahman Hamid & M. Saleh Majid, 2011:7). Definisi mengenai sejarah begitu banyak dikemukakan oleh para ahli namun kesemuanya mengerucut pada kesimpulan bahwa sejarah adalah kisah dari peristiwa masa lalu yang dikemas berdasarkan data dan fakta yang didapatkan kemudian disajikan secara utuh. Sehingga sejarah akan mampu menjadikan manusia menjadi bijak dalam mengambil keputusan-keputusan hidup. Mengungkap peristiwa yang telah lalu merupakan sebuah tugas sejarawan yang membutuhkan proses panjang yang cukup melahkan. Bagaimana tidak, peristiwa yang telah berlalu harus kembali tercipta dimasa kini dengan bukti dan sumber pendukung seadanya. Ibaratnya menyusun kembali sebuah gelas yang pecah di atas lantai kemungkinan sebagian serpihannya berserakan ada yang hilang, tidak ditemukan lagi. Tentu kita butuh kerja keras dan cerdas untuk mengembalikan bentuk gelas itu secara utuh. Keruwetan dalam menyusun sejarah ini

viii tetap harus tersajikan setidaknya membantu agar identitas suatu lembaga, manusia, negara dan lainnya tidak hilang ditelan waktu.

Apa Guna Sejarah? Menurut Kuntowijoyo (2005: 19-35), Sartini (2011:59) Sejarah mempunyai kegunaaan intrinsik dan ekstrinsik. Secara instrinsik belajar sejarah memiliki 4 manfaat yaitu sebagai ilmu, cara mengetahui masa lampau, pernyataan pendapat dan sejarah sebagai profesi. Sedangkan kegunaan sejarah secara eksterinsik yaitu mempunyai fungsi pendidik, yaitu pendidikan moral; pendidikan penalaran; pendidikan politik; pendidikan kebijakan; pendidikan perubahan; pendidikan masa depan; pendidikan keindahan; ilmu Bantu; latar belakang; rujukan dan bukti. Sejarah bagi suatu lembaga menjadi penting sebagai bagian dari jati diri yang menjadi gambaran untuk melangkah kemasa yang akan datang. Sam Wineburg (2006) mengatakan bahwa sejarah mempunyai peran dalam menetakan masa depan suatu lembaga dan mengajarkan berbagai hal dari masa lalu. Dengan sejarah pula suatu lembaga dapat mengambil suatu pilihan, mempertimbangkan program, dan mengingatkan untuk menjaga kewaspadaan. Sebuah lembaga tentunya tidak ingin mengalami suatu kesalahan yang terulang sedangkan keberhasilan yang telah diraih tentu ingin terus dicontoh. Sejarah suatu lembaga dapat dimanfaatkan sebagai inspitarif bagi lembaga tersebut dan bagi pembaca, sehingga akan memunculkan ide-ide atau action baru sebagai hasil koreksi atau tindak lanjut program terdahulu. Pada akhirnya tidak diragukan lagi bahwa belajar dari sejarah akan menggiring lembaga bahkan dunia kepada situasi yang serba unggul, tertata dan bermartabat.

ix Rekonstruksi jejak-jejak Muhammadiyah di Kota Metro? Satu abad lebih persyarikatan Muhammadiyah berdiri di . sejak tahun 1912 pergerakan Muhammadiyah menunjukkan perkembangan pesat dan menjelma menjadi sebuah persyarikatan besar dan begitu diperhitungkan keberadaannya. Berbagai cabang Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh wilayah Indonesia bahkan ke negara-negara tetangga. Namun dibalik kegemilangan itu masih terdapat kekurangan terutama mengenai penulisan sejarah Muhammadiyah. Saat ini penulisan sejarah Muhammadiyah cenderung berpusat di Yogyakarta. Padahal Muhammadiyah telah lama masuk dan berkembang di berbagai daerah. Muhammadiyah telah masuk sekitar tahun 1920-an di Sumatera dan berkembang keseluruh wilayah di Sumatera termasuk di Kota Metro. Ironisnya perkembangan itu tidak diimbangi dengan penulisan sejarahnya.

Menghindari terputusnya jejak kesejarahan Muhammadiyah di Kota Metro, maka sejarah pergerakan Muhammadiyah di Kota Metro perlu diteliti. Ha ini semakin penting mengingat banyaknya sumber primer yaitu para tokoh pendiri Muhammadiyah di Kota Metro yang telah menginjak usia senja bahkan telah wafat, membuat penelitian dan penulisan sejarah pergerakan Muhammadiyah di Kota Metro menjadi semakin penting dilakukan. Sangat disayangkan jika kesaksian para pendahulu mengenai pergerakan Muhammadiyah di Kota Metro dapat hilang atau musnah sebelum sempat diteliti dan dituliskan.

Pentingnya penelitian dan penulisan sejarah Muhammadiyah Kota Metro tentunya tidak pantas apabila hal ini dibebankan kepada pihak lain. Warga Muhammadiyah yang memiliki kewajiban dalam mengemban tugas ini. Tugas ini pun dirasa kurang pantas dibebankan kepada amal usaha lain, mengingat persyarikatan Muhammadiyah Kota Metro memiliki amal usaha perguruan tinggi Muhammadiyah yakni Universitas Muhammadiyah Metro. Penelitian dan penulisan sejarah

x Muhammadiyah di Kota Metro diharapkan mampu mengisi kekosongan deskripsi sejarah mengenai perkembangan Muhammadiyah dari waktu ke waktu.

xi

xii

BAB 1

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah

Persyarikatan Muhammadiyah Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Bentuknya mengacu kepada sebuah organisasi modern. Ciri kemodernan tersebut tampak paling sedikit dalam tiga hal pokok: Pertama, bentuk gerakannya yang terorganisir. Kedua, aktivitas pendidikannya mengacu kepada model sekolah modern untuk ukuran zamannya. Ketiga, pendekatan teknologis dalam mengembangkan aktivitas organisasi terutama amal usaha (Rais, 1995: 27-33). Ketiga ciri tersebut di atas memberi warna tersendiri bagi aktivitas Muhammadiyah pada periode awal. Contohnya: dalam sistem Persyarikatan Muhammadiyah menerapkan pola organisasi dan struktur pembagian tugas yang jelas dan menyerupai struktur pemerintahan. Struktur tersebut dijelaskan pada AD/ART Muhammadiyah. Pada tingkat pusat disebut Pimpinan Pusat, di tingkat propinsi disebut Pimpinan Wilayah, pada tingkat kabupaten disebut Pimpinan Daerah, pada tingkat kecamatan disebut Pimpinan Cabang, dan pada tingkat desa/kelurahan disebut Pimpinan Ranting. Dalam bidang pendidikan, Persyarikatan Muhammadiyah memadukan pendidikan barat dengan pendidikan pondok yang dikelola dengan sistem klasikal dan mempunyai kurikulum yang jelas dan terstruktur.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 1

Semua kegiatan organisasi yang menyangkut kepentingan masyarakat dirancang dalam program kerja organisasi. Program kerja tersebut disusun melalui proses pemikiran dan perenungan yang mendalam (Abdullah, 1995: 17).

Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah Bidang Pendidikan Salah satu sebab didirikannya Muhammadiyah ialah karena lembaga- lembaga pendidikan di Indonesia sudah tidak memenuhi lagi kebutuhan dan tuntutan zaman. Tidak saja isi dan metode pengajaran yang tidak sesuai, bahkan sistem pendidikannya pun harus diadakan perombakan yang mendasar. Maka dengan didirikannya sekolah yang tidak lagi memisah-misahkan antara pelajaran yang dianggap agama dan pelajaran yang digolongkan ilmu umum, pada hakikatnya merupakan usaha yang sangat penting dan besar. Dengan sistem tersebut bangsa Indonesia dididik menjadi bangsa yang utuh kepribadiannya, tidak terbelah menjadi pribadi yang berilmu umum atau berilmu agama saja.

Menjadi kenyataan yang sampai sekarang masih dirasakan akibatnya, adalah adanya sekolah-sekolah yang bersifat netral terhadap agama, dimana akhirnya tidak sedikit para siswanya hanya memiliki keahlian dalam bidang umum dan tidak mempunyai keahlian dalam bidang agama. Dengan kenyataan ini banyak orang yang mudah goyah dan goncang hidupnya dalam menghadapi bermacam-macam cobaan. Karena tidak mungkin menghapus sistem sekolah umum dan sistem pesantren, maka ditempuh usaha perpaduan antara keduanya, yaitu dengan mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan ke dalamnya ilmu-ilmu keagamaan dan mendirikan madrasah-madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan umum. Dengan usaha perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 2 ilmu agama dan ilmu umum. Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama (Musthafa, 2000:89).

Bidang Kemasyarakatan Muhammadiyah adalah suatu gerakan Islam yang mempunyai tugas dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar dalam bidang kemasyarakatan. Sudah dengan sendirinya banyak usaha-usaha ditempatkan dalam bidang kemasyarakatan, seperti: 1. Mendirikan rumah sakit modern, lengkap dengan segala peralatan, membangun balai-balai pengobatan, rumah bersalin, apotik dan sebagainya. 2. Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim baik putra maupun putri, untuk menyantuni mereka. 3. Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan dan toko buku, yang banyak mempublikasikan majalah-majalah, brosur dan buku-buku yang sangat membantu penyebarluasan faham-faham keagamaan, ilmu dan kebudayaan Islam. 4. Pengusahaan dana bantuan hari tua, yaitu dana yang diberikan pada saat seseorang tidak lagi bekerja karena usia telah tua atau cacat jasmani sehingga memerlukan pertolongan. 5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan keluarga mengenai hidup sepanjang tuntutan Ilahi. Seperti diketahui, keluarga adalah masyarakat dalam bentuknya yang terkecil. Dari keluarga akhirnya terbentuk suatu kehidupan bersama dan terjadi saling hubungan antara suami, istri dan anak-anak serta anggota keluarga lain. Bila hubungan anggota keluarga baik, maka bisa dipastikan kehidupan masyarakatnya pun baik pula, sebaliknya bila keluarga sama berantakan dalam kehidupan mereka maka tak ayal lagi

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 3 kehidupan masyarakat juga ikut hancur. Oleh karena itu Muhammadiyah berusaha mewujudkan usaha keluarga yang sejahtera lahir dan batin, dengan membentuk unit-unit perencanaan keluarga sejahtera di tiap-tiap wilayah dan daerah di seluruh Indonesia (Musthafa, 2000:90).

Di bidang sosial, Muhammadiyah mempelopori pendayagunaan modal yang ada, yang berasal dari zakat, infaq dan sadaqah, ke dalam bentuk usaha yang permanen dalam rangka meringankan beban sosial dan memberikan bantuan bagi yang memerlukannya. Untuk maksud ini, Muhammadiyah mendirikan rumah sakit, panti asuhan dan beberapa lembaga sosial yang lain. Muhammadiyah mengelola rumah yatim piatu dalam suatu lembaga, tidak secara individu sebagaimana umumnya orang melakukan pada waktu itu. Lembaha-lembaga sosial Muhammadiyah juga turut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada kaitannya dengan aspek sosial seperti penerimaan dan pemberian zakat (Achmad, 1990:42)

Tujuan Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik (ini dibuktikan dengan jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah yang

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 4 berjumlah ribuan). Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan. Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia. (http://bagushardono.blogspot.com)

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 5

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 6

BAB 2

Dari Kolonisasi Metro dimulai

Kolonialisme-imperialisme Belanda yang mampu bercokol hingga berpuluh-puluh tahun lamanya di bumi nusantara merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah bangsa Indonesia. Mendaratnya kapal- kapal dari Belanda di daerah Banten, terbentuknya kongsi dagang Belanda VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) namanya, kemudian bangkrut dan gulung tikar secara resmi pada 31 Desember 1799. Hegemoni Belanda kemudian dilanjutkan dengan terbentuknya pemerintahan Hindia Belanda dibawah kementrian jajahan belanda. Pemerintahan hindia belanda mulai mengatur tata pemerintahan dengan gayanya sendiri, tentu dengan tujuan kemakmuran negeri induknya di Eropa. Para gubernur jenderal diutus silih berganti sesuai dengan kehendak penguasa Belanda tanpa sedikitpun memperhitungkan kepentingan bangsa pribumi.

Perlakukan buruk kaum penjajah terhadap bangsa pribumi, banyak menimbulkan perlawanan-perlawanan tak berkesudahan di abad ke- 19. Silih berganti para Pangeran disetiap daerah mengangkat senjata melawan ketidakadilan yang dirasakannya dinegerinya. Namun sayang perlawanan heroik itu masih bisa saja ditumpas pihak penjajah.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 7

Awal abad ke-20 menjadi titik tolak pergerakan kaum pribumi terpelajar untuk membangun bangsanya sendiri. Berawal dari keresahan kaum etisi Belanda yang mempertanyakan “balas budi” untuk negeri jajahan yang telah banyak menyumbangkan sumber daya kepada negeri induk. Muncul kebijakan politik etis dengan tiga kebijakan besar yakni menyelenggarakan pendidikan (Edukasi), memperbaiki irigasi untuk pertanian dan emigrasi sebagai solusi kepadatan penduduk terutama di Jawa.

Munculnya kebijakan ini tentu bukan semata-mata untuk mencerdaskan, memakmurkan bangsa pribumi, sebagai contoh didirikan sekolah-sekolah kelas dua untuk pribumi bertujuan menambah tenaga trampil (terutama untuk urusan administrasi) sehingga pemerintah dan perusahaan Belanda dengan mudah mendapatkan tenaga kerja trampil dibidang administrasi. Namun tak dipungkiri efek dari kebijakan itu adalah munculnya elite-elite pribumi yang terbuka pemikirannya dan berjuang melawan penjajahan. Sebut saja tokoh-tokoh terkenal seperti Haji Oemar Said Cokroaminoto, Sukarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Agus Salim, Tan Malaka, dan tokoh nasionalis lainnya. Berbarengan dengn itu, muncul pula gerakan-gerakan dari kalangan agama, terutama umat Islam. Munculnya elite pribumi terpelajar memunculkan berbagai gerakan seperti Budi Utomo, Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam, Indische Partij, PNI,PKI dan banyak lagi yang lainnya. Sementara gerakan keagamaan juga muncul Muhammadiyah, NU, Persatuan Islam, Ahmadiyah, banyak mewarnai gerakan abad ke-20.

Emigrasi, sebagai kebijakan untuk mengurai kepadatan penduduk Jawa. Selain itu emigrasi bertujuan menyediakan tenaga-tenaga kasar perkebunan untuk menjamin ketersediaan pangan di daerah yang

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 8 masih jarang penduduknya. Kebijakan ini diwujudkan dengan program memindahkan penduduk ketempat baru di luar pulau Jawa. Program ini yang kemudian dikenal dengan sebutan Kolonisasi. Metro memiliki kaitan erat dengan program kolonial ini, sebagai daerah tujuan penempatan para kolonis dari Jawa.

Sejarah Singkat Kota Metro Metro berasal dari bahasa Jawa Mitro yang berarti keluarga, persaudaraan, sahabat atau tempat berkumpulnya orang untuk menjalin persahabatan. Ada pula yang mengatakan berasal dari bahasa Belanda Metrem yang berarti pusat atau centrum atau central, dengan pengertian sebagai suatu tempat yang letaknya strategis karena berada di tengah-tengah.

Sebelum tahun 1928, Pemerintah Hindia Belanda menganggap para punyimbang bumi sebagai kepala kampung. Setelah tahun 1928 dengan dibentuknya pemerintahan marga teritorial. Maka kepala kampung diangkat atas dasar calon dukungan para kepala kerabat (punyimbang) di dalam kampungnya, dengan memperhatikan keturunan kepunyimbangan, kecakapan dan kemampuan untuk menjadi kepala kampung. Beberapa kampung yang merupakan kesatuan berasal dari satu marga digabung menjadi satu dalam suatu ikatan marga yang dikepalai oleh kepala marga, diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda berdasarkan calon yang dimajukan oleh para punyimbang dari keturunan marganya.

Pada tahun 1937, Metro merupakan bagian Onder Afdeling Sukadana yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda dan dalam pelaksanaannya dibantu oleh Demang Bangsa Pribumi, Onder Afdeling Sukadana terbagi atas tiga distrik, yaitu:

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 9 a. Onder Distrik Sukadana; terdiri dari Marga Sukadana, Marga Tiga, Marga Nuban (Daerah Metro) dan Marga Unyi Seputih. b. Onder Distrik Labuhan Maringgai; terdiri dari Marga Melinting, Marga Sekampung Ilir, Marga Sekampung Udik dan Marga Subing Labuhan. c. Onder Distrik Gunung Sugih; terdiri dari Marga Unyi, Marga Subing, Marga Anak Tuha dan Marga Pubian.

Masing-masing Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang. Tugas dari Asisten Demang yaitu mengkoordinir marga yang dikepalai oleh Pembarap (wakil pesirah), seorang Juru Tulis dan seorang Pesuruh (opas). Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai ketua Dewan Marga. Pesirah dipilih oleh punyimbang- punyimbang kampung dalam marganya masing-masing.

Pada Tahun 1936 pelaksanaan kolonisasi di Gedongtataan sudah dianggap penuh, maka untuk melanjutkan usaha pemindahan penduduk dicarikan tempat lain, sedapatnya tidak jauh dari Gedongtataan dan pilihan jatuh pada hutan cadangan milik marga di daerah Sukadana (yang sekarang terkenal dengan nama Metro). Sebelum tahun 1936 di daerah ini telah ditempatkan sekelompok kolonis, tetapi pengiriman kolonis secara besar-besaran baru dimulai tahun 1935, setelah diadakan persiapan-persiapan yang lebih memadai. Pada awal tahun 1940 daerah ini sudah berpenduduk 47.000 jiwa.

Pembangunan desa-desa kolonisasi selama 3 tahun dikelola oleh Eropeesch Binnenlandsch Bestuur (Pangreh Praja Belanda) dibantu oleh pegawai pribumi Inlandsch Binnenlandsch Bestuur (Pangreh Praja Pribumi) yang didatangkan dari Jawa (Asisten Wedana dan Wedana). Setelah 3 tahun dan apabila desa sudah dibangun menurut pola di Jawa, maka desa-desa itu diserah terimakan kepada pemerintah

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 10 marga dan selanjutnya para kolonis harus membayar pajak kepada marga. Mereka menjadi penduduk marga.

Pada masa pemerintahan Jepang, organisasi pemerintahan terjadi perubahan yaitu Residentis Lampoengche Districten diganti menjadi Syu. Lampung Syu dibagi dalam 3 Ken yaitu: Telukbetung Ken, Metro Ken dan Kotabumi Ken. Kota Metro termasuk dalam Metro Ken yang terbagi dalam beberapa Gun, Son, marga-marga dan kampung-kampung. Ken dikepalai oleh Kenco, Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco, marga dikepalai oleh margaco dan kampung dikepalai kepala kampung.

Pada awal kemerdekaan organisasi pemerintahan masih menganut peraturan dari pemerintah Belanda yaitu IGOB Stbl No. 490 tahun 1938. Di Lampung, daerah yang setingkat desa dan sejenisnya dengan desa di Jawa adalah marga. Sebelum tahun 1952 jumlah marga di Lampung 79. Marga-marga itu merupakan bagian dari wilayah distrik.

Akibat dari pada keputusan Residen No. 153/D/1952 itu, maka marga tidak lagi merupakan hubungan genealogis kebapakan, tetapi sudah merupakan hubungan teritorial atau dengan kata lain kesatuan didasarkan atas wilayah yang mereka tempati.

Peraturan tersebut mengatur daerah-daerah yang berdasarkan norma adat ditingkatkan menjadi daerah yang berdasarkan kepada peraturan undang-undang. Dengan adanya peraturan itu maka dari 79 marga diubah menjadi 35 negeri, yang berarti pula batas-batas wilayah negeri berlainan dengan batas wilayah marga. Disebutkan juga bahwa hutang-piutang marga menjadi tanggung jawab negeri.

Pada tahun 1965, IGOB No. 490/1938 tentang pemerintahan desa dicabut dan dikeluarkan Undang-undang No. 19/1965 tentang Desapraja. Peraturan itu tidak mengatur desa atau daerah yang setingkat dengan desa, tetapi menghapus desa. Berdasarkan peraturan

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 11 itu negeri di Lampung akan terhapus dan dipersiapkan menjadi suatu Desapraja, sebagai peralihan untuk menjadi daerah Otonomi Tingkat III. Tetapi Undang-undang No. 19/1965, ternyata gugur sebelum dilaksanakan akibat pecahnya G 30 S/PKI 1965, sehingga desa dan daerah setingkat desa termasuk negeri tetap berdiri. Akibat lain yang timbul yaitu adanya perubahan dalam kebijaksanaan dan sistem pemerintahan daerah. Kemudian Undang-undang No. 19/1965 tentang Desapraja ditinjau kembali. Berdasarkan ketetapan MPRS No. XXI/MPRS/1966, mengenai otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah. Sebagai hasil pelaksanaan ketetapan MPRS, dikeluarkan Undang-undang No. 6/1969 tentang pernyataan tidak berlakunya berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Lembaran Negara tahun 1969 nomor 37), maka mulai saat berlakunya undang-undang ini, Undang-undang No. 19/1965 tentang Desapraja tidak berlaku lagi.

Pada tahun 1972, pemerintah negeri dihapus, sedangkan hak dan kewajiban pemerintah negeri beralih kepada kecamatan setempat. Di propinsi Lampung, proses perubahan negeri menjadi desa itu terjadi pada tahun 1979. Pada waktu itu Gubernur Kepala Daerah Tk. I Lampung mengeluarkan Surat Keputusan No. G/21/I/1969 tanggal 24 Februari 1969 tentang: Pemilihan, Pengakuan, Pengesahan. Pemberhentian pamong-pamong Negeri di dalam daerah propinsi Lampung. Hakekat surat Gubernur tersebut adalah pemerintah terendah yang memiliki Otonomi dan dipandang setingkat dengan desa adalah negeri.

Sejak terbentuknya Propinsi Lampung maka distrik dihapuskan dan dibentuk Daerah Kecamatan. Usaha untuk memecahkan masalah itu pada tahun 1970, pemerintah daerah propinsi Lampung mengeluarkan surat edaran tanggal 10 Februari 1970 No. G/III/TU/70 tentang tugas

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 12 kecamatan. Isi dari edaran itu antara lain mengenai wewenang kecamatan untuk mengkoordinir negeri-negeri yang ada di wilayahnya.

Dengan demikian ada satu negeri yang dikoordinasi oleh dua kecamatan. Di dalam surat edaran itu dinyatakan juga bahwa dengan sepengetahuan kepala negeri, maka camat dapat berhubungan langsung dengan kepala kampung. Sedangkan sudah kita ketahui bahwa kampung adalah bagian dari negeri.

Dengan keluarnya surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Lampung No. A/6002/VII-I/71, tanggal 15 Nopember 1971 tentang pemberhentian dewan perwakilan rakyat negeri, maka otomatis otonomi negeri tidak dapat dilaksanakan, atau dengan kata lain negeri menjadi daerah administrasi berarti merupakan langkah hapusnya negeri menuju terbentuknya desa.

Kaitan dengan perkembangan Kota Metro, bahwa setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 aturan peralihan undang- undang Dasar 1945, maka Metro Ken menjadi kabupaten Lampung Tengah termasuk kota Metro di dalamnya.

Pada tahun 1946 jumlah marga di Lampung Tengah bertambah dua yaitu Marga Terusan Unyai dan Marga Selagai Lingga. Tambahan marga ini karena adanya perubahan batas wilayah dan mobilitas penduduk.

Berdasarkan ketetapan Residen Lampung No. 153/D/1952 tanggal 3 September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20 Juli 1956 ditetapkan: a. Menghapuskan daerah-daerah marga dalam Karisidenan Lampung b. Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam karisidenan Lampung dengan nama negeri sebanyak 36 negeri. c. Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang bersangkutan.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 13

Pada tahun 1953 – 1975, dengan dibubarkannya pemerintah marga sebagai gantinya dibentuk pemerintah negeri. Pemerintah negeri sendiri, terdiri dari kepala negeri dipilih oleh dewan negeri dan para kepala kampung. Pada masa itu di Lampung Tengah terdapat 9 negeri yaitu: a. Negeri Trimurjo dengan pusat pemerintahan di Simbawaringin. b. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro c. Negeri Pekalongan dengan pusat pemerintahan di Pekalongan d. Negeri Sribawono dengan pusat pemerintahan di Banarjoyo e. Negeri Sekampung dengan pusat pemerintahan di Sumbergede f. Negeri Sukadana dengan pusat pemerintahan di Sukadana g. Negeri Labuhan Maringgai dengan pusat pemerintahan di Labuhan Maringgai h. Negeri Way Seputih dengan pusat pemerintahan di Gunung Sugih i. Negeri Seputih Barat dengan pusat pemerintahan di Padang Ratu.

Dalam pelaksanaannya, sistem pemerintahan negeri tersebut dirasakan adanya kurang keserasian dengan pemerintahan kecamatan dan keadaan ini menyulitkan tugas pemerintah. Oleh sebab itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung mulai tahun 1972 mengambil kebijaksanaan secara bertahap untuk menghapus pemerintahan negeri dengan jalan tidak mengangkat lagi kepala negeri yang telah habis masa jabatannya dan dengan demikian secara bertahap pemerintahan negeri di Lampung Tengah hapus. Sedangkan hak dan kewajiban pemerintahan negeri beralih kepada pemerintahan kecamatan setempat.

Pada mulanya Kota Administratif Metro merupakan bagian dari Kecamatan Kota Metro (11 Desa dan 6 Kelurahan), selanjutnya wilayah kecamatan ini dipecah menjadi 3 kecamatan yaitu: a. Kecamatan Metro Raya (7 Desa/Kelurahan) dengan pusat Pemerintahan di Metro.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 14

b. Kecamatan Bantul (5 Desa/Kelurahan) dengan pusat pemerintahan di Mulyojati. c. Kecamatan Metro Kibang (5 Desa) dengan pusat pemerintahan di Kibang.

Selanjutnya, Kota Metro kemudian berstatus Kota Administratif yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1986 tanggal 14 Agustus 1986, dan peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9 September 1987. Dalam penataan wilayah selanjutnya, Kecamatan Metro Raya dan Kecamatan Bantul menjadi wilayah Kota Administratif Metro, sedangkan Kecamatan Metro Kibang dimasukkan ke dalam wilayah kerja Pembantu Bupati Lampung Tengah Wilayah Sukadana.

Kemudian desa dan kelurahan yang menjadi wilayah Kota Administratif Metro adalah: a. Kecamatan Metro Raya, membawahi kelurahan Metro, Ganjar Agung, Yosodadi, Hadimulyo, Desa Banjarsari, Purwosari dan Karangrejo. b. Kecamatan Bantul membawahi Kelurahan Mulyojati, Tejosari, Desa Margorejo, Rejomulyo dan Sumbersari. Kemudian dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 Kota Administratif Metro ditingkatkan menjadi Kotamadya Dati II Metro (Kota Metro), yang peresmiannya dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 15

BAB 3

Dinamika Persyarikatan Muhammadiyah di Metro

Perkembangan Tahun 1939-1945 (Masa Pra-Kemerdekaan)

Persyarikatan Muhammadiyah Cabang Metro adalah cabang Muhammadiyah yang pertama kali berdiri di Daerah Lampung Tengah. Karena itu sejarah ringkas Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah ini dimulai dari sejarah perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah Cabang Metro. Muhammadiyah sudah mulai tumbuh di daerah Lampung Tengah yaitu sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat Metro dibuka sebagai daerah kolonisasi (sekarang transmigrasi) ada beberapa kader Muhammadiyah dari Jawa yang ikut berkolonisasi ke Metro. Pada tahun 1938 mulailah timbul pemikiran-pemikiran untuk kemungkinan dapat dirintis berdirinya Muhammadiyah, dan apabila telah sampai saatnya didirikan sebuah ranting atau cabang.

Dapat dicatat di sini, bahwa sesuai dengan sifatnya Persyarikatan Muhammadiyah merupakan organisasi gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi mungkar melalui segala bidang kemasyarakatan antara lain melalui bidang pendidikan, maka rintisan berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah Cabang Metro bersamaan dengan dirintis berdirinya sebuah sekolah Muhammadiyah yakni HIS Muhammadiyah.

Dapat diketengahkan di sini bahwa tokoh-tokoh perintis berdirinya Muhammadiyah Cabang Metro adalah: Bapak Mohammad Chajad,

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 16

Bapak Sosro Sudarmo, Bapak Abdullah Sajad dan Bapak Ki Mohammad Asrof. Sedang pendirian HIS Muhammadiyah di antaranya adalah guru- guru perintis tercatat: Bapak Surowinoto, Bapak Muhajir, Bapak Seno Hadipuspito dan Bapak D. Subari.

Usaha-usaha untuk mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah ini di samping dengan mendirikan HIS Muhammadiyah, juga diusahakan melalui berbagai cara, misalnya dengan menarik beberapa orang untuk dijadikan calon anggota yang nantinya dapat ditampilkan sebagai pengurus. Dapat dibayangkan betapa kesukaran-kesukaran yang dihadapi pada saat itu. Karena segalanya masih serba baru, tempat tinggal, keadaan alam, masyarakat atau pergaulan, khususnya tentang Persyarikatan Muhammadiyah itu sendiri, sebuah nama yang masih sangat asing dan baru sungguh memerlukan upaya yang ulet dan telaten. Usaha-usaha yang dapat dikatakan merupakan sistem pendekatan pengenalan terhadap Persyarikatan Muhammadiyah pada saat itu adalah antara lain:

a) Tokoh-tokoh Persyarikatan Muhammadiyah giat melaksanakan dakwah Islam melalui cara-cara seperti; khitanan, perkawinan, kematian, peringatan-peringatan hari besar Islam dan media- media lainnya. b) Sedangkan penyampaian tentang Persyarikatan Muhammadiyah sangat hati-hati, diperkenalkan secara tidak langsung melalui kesempatan-kesempatan yang ada.

Langkah pengenalan Persyarikatan Muhammadiyah dengan demikian itu dikemukakan agar penerimaan masyarakat terhadap Persyarikatan Muhammadiyah sesuai dengan tujuan Muhammadiyah itu sendiri. Karena pada hakekatnya Persyarikatan Muhammadiyah berusaha agar masyarakat Islam melaksanakan ajaran-ajaran Islam/syari’at Islam secara murni dengan berdasar Al-Qur’an dan Hadist dari masalah

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 17 akidah, mu’amalah, dari sejak menggunting rambut, mendirikan rumah dan seterusnya sepanjang menurut ajaran Islam. Masyarakat Islam yang demikianlah yang dimaksudkan oleh Muhammadiyah sebagai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Tetapi kenyataannya masyarakat Islam di Metro khususnya dan masyarakat Islam Indonesia pada umumnya pada saat itu melaksanakan Islam sudah bercampur baur dengan ajaran dan paham-paham di luar Islam.

Demikianlah maka baru pada tahun 1939 Persyarikatan Muhammadiyah di Metro sudah dapat dikatakan terbentuk atau berdiri dengan pengurus sebagai berikut:

Ketua : Bapak Sosro Sudarmo Wakil Ketua : Bapak Mohammad Chajad Pengurus lain : Bapak Abdullah Sajadi, Bapak Ngali, Bapak Ki Mohammad, Bapak Asrof, Bapak Muhajir dan Bapak Seno Hadipuspito.

Kemudian perkembangan Muhammadiyah mulai melebar, dengan berdirinya Muhammadiyah ranting Hadimulyo dan calon ranting Yosodadi.

Pada zaman Jepang dari tahun 1942 dan pergolakan perjuangan kemerdekaan tahun 1945, tokoh-tokoh bangsa dan masyarakat banyak terjun dalam kancah perjuangan kemerdekaan, tak luput pula tokoh- tokoh Persyarikatan Muhammadiyah di Metro terjun pula dalam perjuangan tersebut. Hal ini besar sekali pengaruhnya terhadap perluasan perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah. Bahkan tokoh-tokoh Muhammadiyah di Metro ini yakni Bapak Sosro Sudarmo, Bapak Mohammad Chajad dan Bapak Ngali gugur sebagai kusuma bangsa dalam peristiwa rangkaian Agresi Militer II di Metro pada tanggal 09 Februari 1949. Tak berlebihan kiranya jika Persyarikatan Muhammadiyah mengatakan bahwa putra-putra perintis Persyarikatan

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 18

Muhammadiyah terbaik di daerah ini telah menunjukkan dan mempersembahkan bakti dan jiwa raganya dalam mencapai dan mempertahankan kemerdekaan.

Perkembangan Tahun 1945-1966 (Masa Kemerdekaan Orde Lama)

Pada tahun awal-awal kemerdekaan perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro dapat dikatakan mengalamami stagnasi atau tidak ada perkembangan. Hal ini dikarenakan pada perhatian masyarakat Indonesia dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Perkembangan Muhammadiyah mulai menampakkan aktivitasnya pada kurun waktu tahun 1958-1964. Mulailah pada saat itu berdiri cabang- cabang dan ranting-ranting Muhammadiyah di luar Kota Metro, yaitu berdiri cabang; Pekalongan, Sekampung, Trimurjo, Purbolinggo, Sukadana, Seputih Raman, Seputih Banyak, Labuhan Maringgai dan Padang Ratu. Ranting-ranting berdiri pula mengikuti pertumbuhan cabang-cabang tersebut pada setiap wilayahnya masing-masing. Sebagai contoh di wilayah cabang Metro berdiri ranting Batanghari, Tempuran dan lain-lain. Sementara itu mulai pada tahun 1953 berdatanglah tenaga-tenaga muda kader Muhammadiyah terdidik ke Metro, misalnya: Bapak R. Sukidjo, Bapak Noor Hassan, Bapak Sutan Kalirajo, Bapak D. Nasution, Bapak M. Kasira dan lain-lain. Pada umumnya mereka itu kader Muhammadiyah keluaran dari Mu’alimin Yogyakarta yang memang dipersiapkan untuk pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Ditambahkan pula bahwa pada tahun 1953 Aisyiyah sebagai organisasi gerakan wanita Muhammadiyah telah berdiri di bawah peloporan ibu Safinah R. Sukidjo.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 19

Sejalan dengan perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah tersebut, berkembang pula amal usaha Muhammadiyah, misalnya pengajian-pengajian Muhammadiyah/Aisyiyah, berdiri musholla- musholla dan masjid-masjid Muhammadiyah. Di Metro berdiri TK Aisyiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, PGA Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SPG Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Jakarta cabang Metro di Metro pada tahun 1966, dengan 2 (dua) Fakultas yakni Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Ekonomi, kemudian menjadi STKIP Muhammadiyah.

Perkembangan pendidikan Muhammadiyah di Metro ini diikuti pula dengan perkembangan pendidikan Muhammadiyah di cabang-cabang lain. Kemudian mengingat akan perkembangan Muhammadiyah di Daerah Lampung Tengah yang begitu pesat, maka sejak tahun 1950 Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah cabang Metro ditetapkan sebagai cabang koordinator bagi cabang-cabang di Daerah Lampung Tengah.

Demikianlah riwayat singkat pertumbuhan dan perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah Cabang Metro yang besar sekali peranannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah. Perlu diketengahkan periodesasi Pimpinan Muhammadiyah Cabang Metro, dari sejak periode perintis sampai dengan terbentuknya Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah yakni: Tabel. 1. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Cabang Metro No Periode Tahun Ketua Ket. 1 I 1939 – Sosro Sudarmo & M. Chajad Perintis 1949 2 II 1949 – Abdullah Sajad 1953 3 III 1953 – Haki Raja Alamsyah 1955

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 20

No Periode Tahun Ketua Ket. 4 IV 1955 – Hi. Hassan Badri & Sutan 1957 Kalirajo 5 V 1957 – Hi. R. Sukidjo 1965

Pada tahun 1964 status Pemerintahan Lampung diadakan perubahan yang semula Karesidenan Lampung menjadi daerah tingkat I Provinsi Lampung. Sejalan dengan itu sesuai dengan penetapan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Lampung ditingkatkan menjadi Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Lampung. Demikian juga setiap daerah kabupaten dibentuk Pimpinan Muhammadiyah Daerah. Untuk itu maka pada tahun 1965 Cabang Koordinator Metro ditingkatkan menjadi Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah, yang mewilayahi seluruh cabang-cabang dan ranting-ranting di daerah Kabupaten Lampung Tengah. Sementara itu Metro tetap menjadi pimpinan cabang.

Secara definitif Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah ditetapkan menjadi Pimpinan Daerah oleh Pimpinan Pusat pada tahun 1966, dengan Piagam Pimpinan Daerah Nomor: H-006/D-2/1966 tanggal 16 Zulhijjah 1385 H atau tanggal 7 April 1966, dengan ketua Bapak Hi. R. Sukidjo. Seiring dengan pembentukan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah ini, dibentuk pula Pimpinan Aisyiyah Daerah Lampung Tengah dan ortom-ortom tingkat daerah lainnya, seperti Pemuda Muhammadiyah Daerah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).

Hal yang cukup penting dicatat dalam perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro pada periode ini (pada tahun 1953) Muhammadiyah Cabang Metro mendapat suatu penyerahan usaha sosial Panti Asuhan Yatim Piatu yang didirikan oleh Yayasan Islam di

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 21

Metro tahun 1945-1946. Diserahkannya Panti Asuhan tersebut kepada Persyarikatan Muhammadiyah, karena dipandang Muhammadiyah dapat dan sesuai untuk mengelola usaha semacam itu. Panti Asuhan itu didirikan adalah sebagai uluran tangan tokoh-tokoh muslim dan tokoh-tokoh Muhammadiyah di Metro untuk menampung fakir miskin, anak terlantar dan yatim piatu akibat korban revolusi fisik di Kota Metro khususnya.

Hingga kini Yayasan Panti Asuhan Budi Utomo Muhammadiyah Kota Metro adalah panti asuhan yang tertua di Provinsi Lampung. Secara kronologis historis yayasan ini berdiri sejak 20 Mei 1946 oleh beberapa umat muslim yang peduli pada masalah sosial keagamaan. Beberapa orang tersebut adalah mereka yang aktif di MASYUMI, karena terlalu padatnya kegiatan partai pada waktu itu, maka mereka menjalin kerjasama dengan Muhammadiyah pada tahun 1952.

Yayasan Panti Asuhan Budi Utomo Muhammadiyah Kota Metro merupakan salah satu amal usaha atau kegiatan sosial Muhammadiyah cabang Metro Barat, yang dikelola saat ini dikelola oleh Majelis Pelayanan Sosial. Pada awalnya lokasi Yayasan Panti Asuhan Budi Utomo Muhammadiyah Metro menempati bangunan geribik di dekat lokasi pasar Kota Metro (sekarang dekat gedung Pemerintah Kota Metro). Pengembangan tata kota dan bangunan tersebut oleh Pemda Kota Metro dipindahkan ke lokasi komplek Dahlan depan Polres Metro, dengan areal mulai depan Polres Metro hingga terminal Kota Metro.

Pesatnya pengembangan kota dan pendidikan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap anak asuh panti (terlalu dekat dengan pasar dan terminal) maka pada tahun 1981 diupayakan pemindahan lokasi ke kompleks yang sekarang (Jl. Khairbras No. 69 Ganjar Asri 14/IV Metro Barat Kota Metro) di atas areal kurang lebih 1,5 Ha ini

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 22

dibangun 2 buah cottage (asrama keluarga), 1 kantor, 1 dapur umum dan 1 masjid. Dalam sejarah berdirinya Yayasan Panti Asuhan Budi Utomo Muhammadiyah Kota Metro ada beberapa tokoh yang ikut berperan serta di dalamnya yaitu: 1. K.H. Muhammad Chajad (Alm. Penghulu pertama di Metro) 2. K.H. Muhammad Yasin (Alm) 3. K.H. Muhammad Asyrof (Alm) 4. H. Abdul Muntholib (Alm) 5. K.H. Arsyad (Alm) 6. K.H. Sosro Sudarmo (Alm)

Tabel 2. Perkembangan Yayasan Panti Asuhan Budi Utomo Muhammadiyah Metro setiap periode: Pendidikan Non- No Tahun Nama Kepala Panti Pendidikan Formal K.H. Muhammad 1. 1942-1953 - Asyrof Penanaman Ajaran 2. 1953-1955 K.H. Rahmad - Islam, Pembinaan Aqidah, Pembinaan 3. 1955-1956 A. Ridwan - Ibadah, Pembinaan Akhlak, Pembinaan 4. 1956-1957 H. M. Kasiro - baca Iqro sampai Al- Qur’an 5. 1957-1959 Mahfud Ridwan -

Sekolah 6. 1959-1960 H. Abdullah Sajadi Pembinaan Budi Rakyat Pekerti Luhur, Sekolah 7. 1960-1962 Hadi Wiyoto Pembinaan Dakwah Rakyat 8. 1962-1971 H. M. Kasiro

9. 1971-1973 H. Muhtar AM Pemantapan 10. 1973-1977 Hadi Wiyoto SD, SMP Organisasi Muhammadiyah Sukarman Setiharjo, 11. 1977-1979 BA 12. 1979-1981 Drs. H. Supoyo Pendidikan Semi 13. 1981-1983 M. Daud Sidiq, BA SD, SMP Pondok Pesantren

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 23

Pendidikan Non- No Tahun Nama Kepala Panti Pendidikan Formal SD, SMP, SMA, Pendidikan Agama SMK Islma, Aqidah, Ibadah, Akhlak

14. 1983-1984 Hadi Wiyoto Pendidikan semi pondok pesantren, 15. 1984-1998 Drs. Rasyid Siddiq pendidikan Agama Muhammad Khusnun Islam, Pembinaan 16. 1998-1998 M Aqidah, Ibadah, Ahlak, dan budi 17. 1998-2003 Djihad Mudjiono pekerti luhur. Pembinaan baca 18. 2003-2005 Tukijo, S.Ag tulis al-qur’an

Pendidikan semi pondok pesantren, pendidikan Agama Islam, Aqidah, Tajwid, Ahlak, Ibadah, Hadist, Bahasa Arab, Bahasa SD, SMP, SMA, Inggris, Nahwu 19. 2005-2010 Supangat SMK, Sorof, Tahfids, Tarikh, Kaligrafi, Tilawah, Tadarus, Do’a-do’a, Tafsir, Ilmu Dakwah, KMD/Tarjih baca tulis Iqro sampai Al- qur’an

Tabel 3. Perkembangan Kegiatan Yayasan Panti Asuhan Budi Utomo Muhammadiyah Metro per-periode:

No Tahun Nama Kepala Panti Kegiatan Sosial  Pemenuhan kebutuhan K.H. Muhammad tempat tinggal yang layak 1. 1942-1953 Asyrof kepada wanita jompo atau janda yang ditinggal mati

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 24

No Tahun Nama Kepala Panti Kegiatan Sosial suaminya pada masa ROMUSA  Pemenuhan pangan  Pemenuhan pakaian  Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal yang layak kepada penyandang status sosial yaitu anak yatim, 2. 1953-1955 K.H. Rahmad piatu, yatim-piatu, dan anak-anak terlantar  Pemenuhan pangan  Pemenuhan pakaian

3. 1955-1956 A. Ridwan

4. 1956-1957 H.M. Kasiro

5. 1957-1959 Mahfud Ridwan  Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal yang layak 6. 1959-1960 H. Abdullah Sajadi kepada penyandang status sosial yaitu anak yatim, 7. 1960-1962 Hadi Wiyoto piatu, yatim-piatu, anak- anak terlantar dan fakir 8. 1962-1971 H.M. Kasiro miskin  Pemenuhan pangan 9. 1971-1973 H. Muhtar AM  Pemenuhan pakaian  Pemenuhan kebutuhan 10. 1973-1977 Hadi Wiyoto kehidupan sehari-hari Sukarman Setiharjo, 11. 1977-1979 BA 12. 1979-1981 Drs. H. Supoyo  Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal yang layak kepada penyandang status sosial yaitu anak yatim, 13. 1981-1983 M. Daud Sidiq, BA piatu, yatim-piatu, anak- anak terlantar dan fakir miskin  Pemenuhan pangan  Pemenuhan pakaian

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 25

No Tahun Nama Kepala Panti Kegiatan Sosial

14. 1983-1984 Hadi Wiyoto  Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal yang layak 15. 1984-1998 Drs. Rasyid Siddiq kepada penyandang status Muhammad Khusnun sosial yaitu anak yatim, 16. 1998-1998 M piatu, yatim-piatu, anak- anak terlantar dan fakir 17. 1998-2003 Djihad Mudjiono miskin  Pemenuhan pangan  Pemenuhan pakaian  Perbaikan tempat tinggal 18. 2003-2005 Tukijo, S.Ag  Perbaikan tempat tidur  Adanya asisten keluarga dalam satu asrama

19. 2005-2010 Supangat  Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal  Pemenuhan pangan  Pemenuhan pakaian  Pemenuhan kebutuhan sehari-hari lainnya 20. 2010-2015 Supangat  Pemenuhan kebutuhan perhatian dan kasih sayang  Pemenuhan kebutuhan kesehatan  Mengupayakan penyediaan lapangan pekerjaan

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 26

BAB 4

Perkembangan Tahun 1966-1995 (Masa Kemerdekaan Orde Baru)

Pada periode ini Program Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah awal periodenya banyak diarahkan pada konsolidasi cabang- cabang dan ranting-ranting di kecamatan-kecamatan dan desa-desa yang belum ada. Sampai dengan 1984 ini di Daerah Lampung Tengah telah terdapat 24 cabang, 1 calon cabang dan 113 ranting. Dapat disebutkan cabang-cabang yang telah ada itu ialah:

Tabel 4. Daftar Cabang Muhammadiyah Lampung Tengah No Cabang Muhammadiyah No Cabang Muhammadiyah Cabang Metro (cabang 1. 14. Cabang Labuhan Maringgai induk) 2. Cabang Hadimulyo 15. Cabang Jabung 3. Cabang Wonosari 16. Cabang Gunung Balak Cabang Punggur/Kota 4. 17. Cabang Sekampung Gajah Cabang Seputih Raman 5. 18. Cabang Bantul

6. Cabang Seputih Banyak 19. Cabang Trimurjo 7. Cabang Rumbia 20. Cabang Bandarjaya 8. Cabang Seputih Surabaya 21. Cabang Bangun Rejo 9. Cabang Pekalongan 22. Cabang Kali Rejo 10. Cabang Purbolinggo 23. Cabang Purwodadi 11. Cabang Sukadana 24. Cabang Padang Ratu

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 27

No Cabang Muhammadiyah No Cabang Muhammadiyah 12. Cabang Raman Utara 25. Cabang Seputih Martaram 13. Cabang Way Jepara

Selain perkembangan cabang dan ranting, perkembangan amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah meningkat secara meluas di seluruh cabang-cabang dan ranting-ranting. Dari sejak Pelita I dengan tahun pertama Pelita IV ini mekanisme perkembangan pendidikan Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah lebih menonjol dibanding dengan perkembangan amal usaha lainnya. Menurut data yang ada pada Majelis Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Daerah Lampung Tengah, terdapat sekolah-sekolah Muhammadiyah di daerah Lampung Tengah sebanyak: Tabel 5. Jumlah Sekolah Muhammadiyah di Lampung Tengah NO SEKOLAH JUMLAH 1 TK Aisyiyah 24 2 SD Muhammadiyah 22 3 MI Muhammadiyah 13 4 Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 5 5 SMP Muhammadiyah 31 6 MA Muhammadiyah 2 7 SMEA Muhammadiyah 1 8 SPG Muhammadiyah 2 9 STM Muhammadiyah 1 10 SMA Muhammadiyah 16 11 Fakultas Ushuluddin 1 12 STKIP Muhammadiyah 1

Satu hal yang sangat menggembirakan, bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah tersebut di atas mendapat sambutan baik masyarakat umum dan pemerintah. Perhatian pemerintah secara nyata dan positif dapat dibuktikan bahwa semua sekolah-sekolah Muhammadiyah

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 28 tersebut di atas mendapatkan pelayanan yang sama dengan sekolah- sekolah swasta lainnya bahkan mendapat pelayanan yang sama dengan sekolah negeri.

Di antara sekolah-sekolah Muhammadiyah di daerah Lampung Tengah banyak yang telah mendapatkan status disamakan, diakui dan berwenang melaksanakan EBTA (ujian) negara sendiri. Atas kepercayaannya terhadap sekolah Muhammadiyah, pemeritah pun banyak memberikan bantuan guru dipekerjakan pada sekolah-sekolah Muhammadiyah. Bantuan lain dari pemerintah berupa bantuan tambahan gedung, rehabilitasi gedung, bantuan perpustakaan dan sarana pendidikan lainnya seperti alat-alat laboratorium/alat-alat praktikum IPA, yang kepada sekolah swasta lain belum diberikan, tetapi justru pemerintah telah memberikan kepada SMP Muhammadiyah 1 dan SMA Muhammadiyah 1 Metro.

Di samping bidang pendidikan, usaha Muhammadiyah yang tak kalah pentingnya menjadi prioritas projek adalah usaha di bidang tabligh dan usaha sosial. Balai-balai pengobatan dan rumah sakit bersalin diusahakan berdiri di Daerah Lampung Tengah. Sekarang ini telah ada Rumah Bersalin Aisyiyah Linggapura dan Balai Pengobatan/Rumah Bersalin Muhammadiyah/Aisyiyah Metro.

Seirama dengan himbauan pemerintah dewasa ini tentang perlu digalakkannya orang tua asuh dalam memberikan bantuan pendidikan kepada anak usia sekolah yang tidak mampu bersekolah dalam rangka mensukseskan program wajib belajar, Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah sampai saat ini telah melaksanakan hal itu. Santunan terhadap anak terlantar pendidikan dan anak yatim piatu Muhammadiyah menggunakan 2 sistem/cara asuhan/santunan, yaitu santunan sistem panti dan santunan sistem asuhan keluarga.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 29

Melalui santunan sistem panti, Muhammadiyah Cabang Metro sekarang ini mengasuh 66 anak yang mendapatkan santunan sepenuhnya di Panti Asuhan Budi Utomo. Anak-anak tersebut mendapatkan pendidikan minimal tamat SMTA. Melaui sistem asuhan keluarga dimaksudkan ialah anggota Muhammadiyah pada umumnya mengangkat anak asuh dengan latar belakang terlantar pendidikan atau yatim piatu, yang diasuh dan disekolahkan serta tinggal bersama-sama dalam keluarga tersebut yang tak ubahnya sebagai anak sendiri. Sebagai contoh di Cabang Metro saja ada 23 keluarga asuh dengan 57 anak asuh. Adapun periodesasi Pimpinan Daerah Lampung Tengah sebagai berikut:

Tabel 6. Pimpinan Daerah Lampung Tengah NO PERIODE TAHUN KETUA KET. 1 I 1965 – 1969 Hi. R. Sukidjo Perintis 2 II 1969 – 1971 M. Marzuki, BA 3 III 1971 – 1974 Tajudin Rasul 4 IV 1974 – 1977 M. Marzuki, BA 5 V 1977 – 2000 M. Kasira Drs. Masnuni 6 VI 2000 – 2005 PDM Metro M.Ra’i

Periode 1991-1995 adalah melaksanakan program persyarikatan hasil Keputusan Musda ke 6 tahun 1991. Perjalanan Pimpinan Daerah dalam melaksanakan program selama lima tahun yang lalu sangat besar dipengaruhi oleh kondisi keadaan dan masalah persyarikatan secara kompleks. Analisa dan masalah persyarikatan yang dihadapi Pimpinan Daerah diformulasikan dengan pendekatan “K2A”, yaitu Analisa kekuatan, sebagai unsur pendukung program dan Analisa kelemahan sebagai faktor kendala. Faktor Kekuatan meliputi: 1) Kekuatan Ideologi

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 30

Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam Amar Makruf Nahi Mungkar beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan As- Sunnah secara umum telah semakin baik diterima oleh masyarakat Lampung Tengah khususnya para generasi muda berpendidikan dan intelek. 2) Kekuatan Organisasi Pada awal periode 1991-1995 menurut data, di Lampung Tengah terdapat 24 Cabang Muhammadiyah dari 24 Kecamatan dan 216 Ranting Muhammadiyah dari 519 desa. Potensi organisasi tersebut jelas merupakan peta kekuatan riel persyarikatan khususnya di dalam mengembangkan program dakwah. 3) Kekuatan Amal Usaha Amal Usaha Muhammadiyah sebagai wujud dari kelembagaan gerak persyarikatan, khususnya di bidang pendidikan dilihat dari segi kuantitasnya merupakan aset besar dalam hal menunjang pelaksanaan program persyarikatan di bidang dakwah. Dewasa ini di bidang pendidikan terdapat: a. Taman Kanak-Kanak : 82 buah b. Sekolah Dasar : 19 buah c. Madrasyah Ibtidaiyah : 19 buah d. SMP : 38 buah e. MTs : 16 buah f. SMA : 18 buah g. MA : 7 buah h. SMEA : 6 buah i. STM : 4 buah Jumlah : 209 buah

4) Kekuatan Sumber Daya Manusia Salah satu potensi yang tak dapat dikesampingkan adalah sumber daya manusia di lingkungan Muhammadiyah. Dari hasil pendidikan Muhammadiyah ternyata berpengaruh semakin meningkatnya kualitas warga Muhammadiyah dan Pimpinan Muhammadiyah khususnya di Daerah Lampung Tengah.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 31

5) Kekuatan Ethos Pengabdian satu hal yang patut disyukuri di kalangan Muhammadiyah adalah semangat ikhlas dalam pengabdian. Sekedar contoh dapat dikemukakan misalnya saja seorang guru SD atau Madrasah di sebuah Ranting terpencil, di mana honorariumnya yang tidak seberapa itu, terpaksa diterima di akhir Tahun Pelajaran, itupun kalau tersedia.

Adapun pelaksanaan program dan Kegiatan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lampung Tengah Periode 1991-1995, sebagai berikut: a. Kegiatan Konsolidasi Organisasi 1) Penyusunan Personalia Pimpinan PDM Lampung Tengah 1991-1995 disahkan oleh Pimpinan Pusat tanggal 25 Agustus 1991 Melalui SK PP A-II/SKD/30/1995. Dengan telah disahkannya Pimpinan Daerah Lampung Tengah, maka langkah awal kebijaksanaan PDM adalah menyusun Personalia Pleno PDM Lampung Tengah melalui rapat tanggal 21 Nopember 1991. 2) Pembentukan Majelis, Badan dan Lembaga Kebijaksanaan PDM selanjutnya adalah membentuk badan- badan pembantu yang diperlukan serta menetapkan Personalianya. Rapat PDM tanggal 7 Desember 1991 telah menetapkan Majelis, Badan dan Lembaga sebagai berikut: a) Majelis Tarjih b) Majelis Tabligh c) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah d) Majelis Kebudayaan e) Majelis Wakaf dan Kehartabendaan f) Majelis Ekonomi g) Majelis Pembina Kesejahteraan

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 32

h) Majelis Pembina Kesehatan i) Majelis Taman Pustaka j) Badan Pendidikan Kader k) Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan. Rapat PDM tanggal 11 Desember 1991 telah menyusun personalia Majelis/Badan/Lembaga tersebut di atas kemudian mengukuhkannya dengan SK Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lampung Tengah Nomor A-I/116-PDM/1991 tanggal 11 Desember 1991.

3) Pengembangan Sekretariat Eksekutif dan Kegiatan Administrasi Sebagaimana amanat Mukhtamar dan Keputusan Musda tentang perlunya dikembangkan sekretariat eksekutif sebagai unit penunjang kegiatan administrasi organisasi serta melihat urgensi kegiatan administrasi sebagai motor penggerak roda persyarikatan, maka PDM Lampung Tengah telah berusaha mengembangkan unit sekretariat eksekutif dalam pengelolaan administrasi PDM sebaik dan seefisien mungkin. Namun karena terbentur pada keterbatasan anggaran biaya, hingga saat ini belum terwujud sebuah kantor yang refresentatif, yang dapat menampung seluruh kegiatan dan pelayanan administrasi organisasi. Kendatipun begitu PDM Lampung Tengah berusaha keras mekanisme dan pelayanan administrasi bisa berjalan maksimal. Di bidang ketenagaan baru dapat menempatkan dua orang tenaga eksekutif karena sudah barang tentu masih sangat kurang memadai untuk pelayanan kegiatan administrasi yang ideal.

Pelaksanaan Muscab dan Musran sebagai kelanjutan dengan telah selesainya Musda ke 6 adalah penyelenggaraan Muscab dan Musran bagi cabang-cabang dan ranting-ranting di seluruh Lampung Tengah.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 33

Melalui surat Nomor A.171-PDM/1991 tanggal 20 Nopember 1991. PDM Lampung Tengah telah menginstruksikan kepada seluruh Cabang dan Ranting dengan tenggang waktu dari bulan Nopember 1991 sampai dengan bulan Juli 1992. Surat instruksi tersebut juga dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan dan format-format laporan Muscab dan Musran melalui surat edaran PDM Lampung Tengah noor A.8/88- PDM/1991 tanggal 23 Oktober 1991.

Dari 24 Cabang yang ada seluruhnya telah melaksanakan Muscab dan menyampaikan laporannya serta mengajukan usulan SK. Sampai dengan akhir periode dari 226 Ranting yang ada masih terdapat 67 Ranting yang belum menyampaikan laporan pelaksanaan Musran. Ranting-ranting yang menyampaikan laporannya itu dimungkinkan ranting tersebut telah menyelenggarakan Musrannya tetapi belum menyampaikan laporan Musran, atau berhubung dengan kondisi aktivitasnya ranting tersebut belum/tidak berhasil menyelenggarakan Musran.

Secara kelembagaan Muhammadiyah Lampung Tengah cukup besar dari segi jumlah penduduk cukup menggembirakan. Tetapi bila kita lihat jumlah anggota resmi yang bernomor baku pada setiap cabang ternyata cukup pula mengagetkan. Oleh karena itu pada periode ini diusahakan penggalangan penambahan anggota baru. untuk itu PDM telah mencetak formulir pendaftaran anggota 2000 eksemplar dan mendistribusikan ke seluruh cabang-cabang di seluruh Lampung Tengah yang dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk dan format-format pengajuan anggota baru untuk mendapatkan kartu anggota Muhammadiyah oleh PCM ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 34

Pembinaan kualitas Pimpinan dilakukan oleh PDM dalam rangka meningkatkan kualitas Pimpinan dalam Bidang Ke-Muhammadiyahan, Ke-Islaman dan Ke-Organisasian. Bentuk-bentuk kegiatan berupa -penataran, Darul Arqom, pengajian-pengajian pimpinan, pembinaan pimpinan terpadu dan lain-lain. Pelaksanaan kegiatannya adalah sebagai berikut: a. Penataran-penataran diselenggarakan secara terpadu lintas sektoral dengan kegiatan-kegiatan Majelis, kegiatan-kegiatan organisasi otonom khususnya ortom AMM dan Pimpinan-pimpinan amal usaha. Penataran-penataran pimpinan dan Darul Arqom di cabang-cabang dilakukan oleh Badan Pendidikan Kader. b. Pengajian pimpinan dilakukan dengan menggalakkan pengajian- pengajian bulanan dan membudayakan pengajian sebelum rapat pimpinan (kultum) serta pengajian-pengajian lainnya baik di tingkat Daerah, Cabang maupun Ranting. c. Dalam rangka meningkatkan kualitas Pimpinan Daerah, maka PDM Lampung Tengah mengambil manfaat atas diselenggarakannya Pengajian Pimpinan Tingkat Pusat pada setiap bulan Ramadhan oleh Pimpinan Pusat di Jakarta, yakni dengan mengikutsertakan anggota-anggota PDM Lampung Tengah menghadiri pengajian tersebut. Pengiriman peserta ke pengajian tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 7. Daftar Jumlah Peserta Pengajian Bulan Ramadhan Di Jakarta No Ramadhan Tahun Peserta Yang Dikirim 1. Tahun 1412 H 2 Orang 2. Tahun 1413 H 3 Orang 3. Tahun 1414 H 7 Orang 4. Tahun 1415 H 9 Orang

d. Sedangkan kegiatan pembinaan Pimpinan Tingkat Cabang dan Ranting terpadu dilakukan melalui kegiatan Safari Ramadhan. Dalam periode ini telah dilakukan pembinaan terpadu sebanyak 2

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 35

kali putaran. Putaran pertama pada bulan Ramadhan 1413 H untuk 11 Cabang dan putaran ke dua pada bulan Ramadhan tahun 1415 H untuk 13 cabang.

Dalam Keputusan Musda ke 6 tentang perlunya program penertiban dan peningkatan pengelolaan administrasi di tingkat Daerah, Cabang maupun tingkat ranting, untuk itu maka PDM Lampung Tengah telah berusaha melakukan pembinaan administrasi cabang-cabang secara khusus pada periode ini PDM telah melaksanakan pembinaan administrasi pembinaan Cabang Muhammadiyah, administrasi Pimpinan Cabang Aisyiyah dan administrasi Ortom AMM dengan model kegiatan dalam bentuk lomba administrasi Persyarikatan. Lomba ini dilaksanakan serangkaian dengan kegiatan peringatan Milad Muhammadiyah ke 844 tahun 1994. Instumen lomba meliputi keberadaan kantor pengelolaan administrasi serta pengembangan sekretariat eksekutif Persyarikatan. Hasilnya dinilai cukup positif. Keluar sebagai juara umum adalah sebagai berikut:

Juara Umum I : PCM Kalirejo Juara Umum II : PCM Jabung Juara Umum III : PCM Metro Raya

Dari 24 Kecamatan masih ada 2 Kecamatan yang belum ada Cabang Muhammadiyah yakni Kecamatan Raman Utara dan Kecamatan Kibang, usaha untuk mendirikan cabang di 2 Kecamatan tersebut diprioritaskan kepada Kecamatan Raman Utara. Di Kecamatan ini pernah berdiri Cabang Muhammadiyah dari tahun 1976 Cabang tersebut sudah non aktif karena itu usaha PDM adalah mencari jalan untuk menghidupkan kembali Cabang Raman Utara tersebut, usaha ini dirintis mulai bulan Oktober 1995 lewat kerjasama dengan Pimpinan Daerah Pemuda Lampung Tengah dan Kegiatan KKN UM Metro.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 36

Periode 1985-1990 telah terjadi penambahan Ranting baru yang cukup besar jumlahnya yakni mencapai 112 Ranting. Perhatian PDM Lampung Tengah periode 1991-1995 banyak dicurahkan pada pembinaan ranting yang telah ada, baik ranting lama maupun ranting baru. Beban ini saja sudah dirasakan cukup berat terutama karena keterbatasan personil tenaga yang ada. Oleh sebab itu program penambahan ranting baru hanya diutamakan pada suatu daerah/desa yang strategisnya dipandang mendesak, sampai akhir periode ini ada 10 Ranting baru yang berhasil didirikan.

 Kegiatan Majelis Tarjih Sebagai Majelis yang bertanggung jawab di bidang kajian, pemahaman, pengembangan dan pengamalan dinul Islam, dan sebagai Majelis tingkat daerah, maka kegiatan Majelis Tarjih pada periode ini yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengadakan Seminar dan Sarasehan Ketarjihan sehari di Universitas Muhammadiyah Metro, yang pelaksanaannya bekerjasama dan terpadu dengan kegiatan Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Daerah Lampung Tengah. 2. Mengadakan pembinaan ketarjihan di cabang-cabang seluruh Lampung Tengah hingga saat ini baru 6 (enam) cabang yang sudah terjangkau pembinaan. 3. Mengirimkan anggota Majelis Tarjih dalam rangka mengisi pengajian cabang dan pengajian-pengajian di lingkungan amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pengajian Islam dan ketarjihan khususnya. 4. Bekerja sama dengan Majelis Tabligh dan Universitas Muhammadiyah Metro pada Ramadhan tahun 1413 H mengadakan pelatihan kepada sejumlah dosen dan karyawan

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 37

Universitas Muhammadiyah Metro dalam hal pengurusan jenazah dan latihan Khutbah Jum’at. 5. Memberikan jawaban dalam masalah-masalah aqidah dan hukum Islam baik secara tertulis maupun lisan dengan berpedoman kepada HPT kepada yang memerlukan. 6. Memantau pengamalan ibadah bagi keluarga dan Jamaah Muhammadiyah khususnya pengamalan sholat, puasa dan zakat sesuai tidaknya dengan tuntunan Tarjih. Apabila terdapat yang belum sesuai, maka Majelis Tarjih langsung memberikan penjelasan, bimbingan dan pembinaan. Program ini dilaksanakan khusus dalam kegiatan Safari Ramadhan. 7. Mengusahakan dan mendistribusikan buku HPT kepada cabang- cabang dan keluarga Muhammadiyah yang memerlukan dengan ganti biaya cetak. 8. Mengadakan dan mendistribusikan daftar Imsyakiyah dalam awal bulan Ramadhan. 9. Menyebarluaskan hasil kajian hukum tentang ibadah seperti sholat Jum’at yang bersamaan dengan Hari Ied. 10. Melayani pengelolaan pengajian khusus ketarjihan yang diselenggarakan oleh PCM secara rutin (misalnya di PCM Batanghari, Trimurjo, Seputih Raman dan lain-lain).

 Kegiatan Majelis Tabligh 1. Intensifikasi dan Pembangunan Dakwah Jama’ah. Memberikan penjelasan tentang dakwah jama’ah dalam pertemuan PCM/PRM (Metro Raya, Kalirejo, Trimurjo, Hadimulyo). Membina Kader- kader Gerakan Jama’ah dan dakwah jama’ah pada penataran Latihan Mubaligh di 18 PCM.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 38

2. Peningkatan dan pengembangan Persyarikatan Dakwah Islamiyah. Mengintensifikasi keberadaan masjid, mushola yang dikelola oleh Muhammadiyah untuk berbagai kegiatan dakwah. 3. Pengajian anak-anak, remaja dan orang dewasa. 4. Mengadakan berdirinya TPA dan TKA. 5. Memfungsikan adanya Ta’mir Masjid. 6. Mengadakan kegiatan pengajian di setiap jenjang. 7. Pada setiap kali rapat PDM. 8. Pengajian tingkat Pimpinan Cabang/Pengajian Tarjih. 9. Pengajian gabungan AMM, PDM dan Aisyiyah. 10. Menyelenggarakan Penataran/Latihan Mubaligh. 11. Ada 18 PCM yang sudah melaksanakan Penataran Mubaligh. 12. Membentuk Corps Mubaligh Muhammadiyah di tingkat PDM/PCM. 13. Melatih Kader Muda Mubaligh di kalangan AMM (Pemuda, IRM, NA). 14. Mengadakan latihan Mubaligh dan Khutbah Jum’at di PCM-PRM. 15. Mengirimkan Mubaligh Muhammadiyah ke PCM/PRM pada setiap: Pengajian rutin PCM/PRM, Peringatan Hari-hari Besar Islam. 16. Penataran sekolah-sekolah Muhammadiyah. 17. Kerjasama dengan Lembaga Dakwah Islam yang ada. 18. Mengikutsertakan Mubaligh Muhammadiyah pada Siaran RPD. 19. Gerakan Dakwah Lintas Sektoral: menyelenggarakan Penataran Instruktur Methode Iqra’ bagi: PCM/PRM, Pemuda, NA dan IRM, menerbitkan brosur tentang Amaliyah Ramadhon, Merawat Jenazah. 20. Mengadakan Khutbah Idul Fitri/Idul Adha untuk PCM. 21. Mengikuti Penataran Mubaligh oleh Depag Kabupaten Lampung Tengah atau Kanwil. 22. Meminta ke PCM/PRM tentang Peta Dakwah.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 39

23. Mengikuti Rapat kerukunan Umat beragama oleh Pemda/Depag bersama dengan organisasi Islam lainnya seperti: NU, Alkhairiyah, MDI, GUPPI, Satkar Ulama Indonesia, MUI, DDII, Al- Hidayah, HMI-PMII, Kamil, Pondok-pondok Pesantren, Jama’ah Thorikat yang ada di Lampung Tengah. 24. Ikut mensukseskan Gerakan Infag Ramadhan, Zakat dan Shodaqoh. 25. Memprioritaskan Iman, Akhlaqul Karimah, Kualitas Ibadah.

 Kegiatan Majelis Pendidikan Dasar Dan Menengah Majelis Dikdasmen dapat melaksanakan sebagian besar program tahun 1991-1995 yang diamanatkan oleh Musda ke 6 Muhammadiyah Lampung Tengah. Namun demikian banyak pula yang terpaksa tidak dapat dilaksanakan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Anggota Majelis Dikdasmen di pertengahan periode ini banyak yang berhalangan karena melanjutkan pendidikan, karena kesibukan yang tak dapat dielakan dan lain-lain. 2. Sarana Majelis yang sangat kurang untuk menunjang berbagai kegiatan secara maksimal. Adapun program yang yang dapat dilaksanakan sebagai berikut: a. Peningkatan Mutu Pendidikan: Peningkatan Mutu SLTP/SLTA, Pembinaan Kepala Sekolah dan Guru, Pembinaan Administrasi KBM, Meningkatkan Aktifitas MKKSM dan MGBSGM, Mengusahakan Penataran Kepala Sekolah melalui jalur Dikbud, Pembinaan melalui jalur Depdikbud, Rapat kerja Dikdasmen Daerah/Wilayah, Mengikuti Pentaloka Nasional oleh PP Majelis Dikdasmen, Pembinaan Administrasi Kurikulum dan Administrasi umum dan Meningkatkan disiplin/Aktifitas belajar.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 40

b. Meningkatkan Mutu Tenaga Pengajar: Memprioritaskan kader-kader Muhammadiyah untuk ikut serta mengajar di sekolah Muhammadiyah, Mengusahakan agar kader yang belum ada kegiatan mau ditugaskan di sekolah yang ada di Cabang, Mengusahakan untuk mendapatkan tenaga pengajar yang diperbantukan oleh Dikbud. c. Meningkatkan Pengawasan: Mempelajari laporan rutin dari sekolah-sekolah, Pengawasan oleh atasan langsung, Pengawasan intern (Majelis Dikdasmen), Pengawasan ekstern (Depdikbud). d. Hambatan-hambatan: Lemahnya kepemimpinan, Kurangnya fasilitas sekolah, Kurangnya disiplin sekolah, Terbatasnya dana. e. Memasyarakatkan Baca tulis Huruf Al Qur’an: Mengintensifkan baca tulis huruf Al Qur’an dan meningkatkan pelaksanaan pelajaran Bahasa Arab di sekolah-sekolah, Mengirim Guru Al Islam dan Guru Bahasa Arab untuk mengikuti penataran Bahasa Arab yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah di Palembang dan di Pringsewu. f. Meningkatkan Fungsi Pembinaan IRM di sekolah-sekolah. g. Pelaksanaan Qoidah Pendidikan Dasar dan Menengah Kegiatan Majelis terbatas memberikan penjelasan kepada sekolah-sekolah lewat Dikdasmen Cabang atau langsung kepada Kepala-kepala sekolah pada setiap kesempatan yang ada. permasalahan yang ada adalah, belum semua sekolah melaksanakan qoidah secara penuh, hal tersebut disebabkan antara lain: Adanya sementara sekolah yang belum memiliki qoidah, yang telah memiliki masih kurang memahami pemahamannya, Belum adanya keharmonisan antara

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 41

sekolah dan bagian Dikdasmen Cabang dari segi pelaksanaannya. h. Pembinaan Madrasah: Belum dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan, karena dengan adanya keterbatasan personil pembina yang tersedia di Majelis. Namun demikian ada hal yang menggembirakan yakni, walaupun pembinaan yang masih sangat terbatas tersebut, kenyataannya banyak madrasah yang berhasil mendapatkan peringkat baik dalam hal kelulusan setiap tahun. i. Pengiriman Mahasiswa ke Cabang untuk FAI UM Metro: Sebagian Cabang telah mengirimkan mahasiswanya untuk belajar di FAI, namun sayangnya setelah selesai pendidikan yang bersangkutan tidak semua bersedia kembali ke Cabang asal, Hambatan yang ada adalah kurangnya dukungan dana dari Cabang pengirim, Diharapkan di masa mendatang program ini dapat berjalan dengan baik, mengingat pentingnya bagi kaderisasi yang diperlukan pada setiap Cabang. j. Pembinaan Guru Al Islam dan Kemuhammadiyahan: Program ini dilaksanakan bekerjasama dengan UM Metro. Selain itu Majelis telah mengirimkan 3 (tiga) orang Guru AIK untuk mengikuti penataran tingkat pusat untuk sebagai Tutor guru AIK tingkat Daerah.

 Kegiatan Majelis Kebudayaan Majelis Kebudayaan dalam kegiatannya memiliki tugas ganda yaitu tugas mengembangkan dan mempertahankan nilai-nilai budaya Islam dalam segala aspek kebudayaan, sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang benar-benar melaksanakan Sunnah Rasulullah

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 42

dan Al Qur’an secara murni tanpa ada penambahan dan suatu aliran atau ada penambahan dan suatu aliran atau adat. Sedangkan tugas lain adalah membentuk kader-kader muslim melalui kebudayaan, yang diekspresikan dalam bentuk-bentuk seni budaya baik seni teater, suara, musik, lukis dan lain-lain. Hal ini merupakan landasan dasar di mana dalam suatu masyarakat kebudayaan primitif yang terisolir, terlebih di zaman modern seperti sekarang ini. Perubahan kebudayaan dalam ide yang dimiliki bersama para warga atau sejumlah masyarakat antara lain aturan-aturan, norma yang dipakai sebagai pegangan hidup, teknologi, selera, rasa keindahan, maka Muhammadiyah harus tampil melakukan antisipasi sedini mungkin. Secara operasional formal Majelis Kebudayaan belum berjalan dengan gigih, kendalanya adalah belum adanya aturan yang jelas. Namun demikian secara non formal maka telah berusaha seoptimal mungkin melalui 3 (tiga) jalur: 1. Jalur pendidikan formal dengan banyaknya amal usaha di Lampung Tengah maka di sekolah-sekolah Muhammadiyah agar selalu mempertahankan budaya Islam, misalnya siswa putri diwajibkan mengenakan busana muslim, kebiasaan melakukan do’a pada waktu awal dan berakhirnya pelajaran, libur hari Jum’at dan sebagainya. Setiap warga Muhammadiyah diharapkan menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah-sekolah Muhammadiyah. 2. Jalur pendidikan keluarga, sebagai tempat pendidikan pertama dan utama mewajibkan keluarga Muhammadiyah pendidikan putra-putrinya dengan atas dan kepribadian Muhammadiyah. 3. Jalur kemasyarakatan dengan selalu membudayakan kebiasaan- kebiasaan yang ada dalam organisasi. Muhammadiyah dalam berbagai kegiatan, pertemuan dan sebagainya.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 43

4. Di samping kegiatan tersebut telah dilakukan berbagai lomba, seni lukis, baca tulis Al Qur’an dan seni suara di sekolah.

 Majelis Wakaf Dan Kehartabendaan 1. Januari 1992 menerima hasil Tanfidz Musda ke-V dalam Tanfidz tersebut telah tertuang personalia Majelis Wakaf dan kehartabendaan beserta Program Kerja Pimpinan daerah Muhammadiyah Lampung Tengah namun secara rinci Program Kerja Majelis Wakaf belum tersusun dan disusun kemudian berdasarkan hasil Rakernas Majelis Wakaf tahun 1992 tanggal 7- 8 Rabiul Akhir 1513 H/4-5 Oktober 1992. 2. Kamis, 20 Februari 1992 Rapat Pleno membahas persiapan penyusunan Program Kerja Majelis Wakaf dan keharta bendaan, meskipun belum ada serah terima dari Ketua Majelis yang lama (Periode 1985-1990). 3. Ahad, 23 Safar 1413 H/23 Agustus 1992 M di Komplek KHA Dahlan I mengadakan Rapat Kerja Daerah untuk memberikan pembinaan dan memberikan informasi tentang Program Kerja Majelis Wakaf kehartabendaan dan pelaksanaannya agar berpedoman kepada Surat dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : A-1487/1991 tanggal 16 Agustus 1991; Instruksi bersama MENAG dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 tahun 1990 dan No. 24 Tahun 1990 tentang Sertifikasi Tanah Wakaf, SK PPM No. A- 1/487/1970 tanggal 10 April 1970 tentang Kedudukan atau Status, serta pengurusan Hak Milik dan Harta Wakaf yang diurus oleh Persyarikatan, dan lain-lain. 4. Dalam rangka melaksanakan instruksi Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. A-1/487/1991 tanggal 16 Agustus 1991 tentang Sertifikasi tanah, telah menyampaikan Instruksi ke seluruh Cabang untuk diteruskan juga ke Ranting agar seluruh

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 44

Cabang/Ranting segera menyelesaikan tanah milik persyarikatan yang belum ada tanda bukti pemilikan tanah yang sah menurut petunjuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah di atas melalui Surat PDM Majelis Wakaf No. J.4/189.PDM/1992 tanggal 23 Dzulhijrah 1412 H/24 Juni 1992 M. 5. Bersama dengan kegiatan Safari Ramadhan Tahun 1413 H telah menyampaikan format-format, pendataan tanah wakaf/milik Muhammadiyah langsung keseluruh Cabang-cabang, sekaligus memberikan petunjuk teknis pengisiannya dan batasan waktu pengiriman ke Daerah, namun belum banyak cabang yang mengirimnya sehingga daerah belum juga memberikan laporannya ke Pimpinan Wilayah. 6. Bahwa dalam rangka memperbaiki surat-surat bukti pemilikan tanah, di mana dalam bukti pemilikan tersebut masih atas nama perorangan, belum atas nama persyarikatan, maka Majelis memberikan petunjuk teknis perbaikan kesalahan tersebut, namun sampai datangnya Musda masih banyak cabang belum memberikan laporan.

 Kegiatan Ekonomi Rencana kerja Majelis Ekonomi periode 1991-1995 disusun dengan merujuk pada Program PDM Lampung Tengah hasil Musda ke 7 yang kemudian dijabarkan menjadi suatu rencana kerja Majelis Ekonomi secara kongkrit. Agar rencana kerja tersebut dapat dilaksanakan secara serentak oleh seluruh jajaran Majelis Ekonomi di semua tingkatan, maka rencana kerja Majelis Ekonomi periode 1990-1995 disusun secara terpadu dari tingkat daerah sampai cabang-cabang. Di samping itu program tersebut juga mengacu pada hasil Rakernas Majelis Ekonomi, yaitu sebagai berikut: 1. Pengembangan perekonomian rakyat kecil.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 45

2. Melalui Bank Perkreditan Rakyat. 3. Pengembangan perekonomian rakyat kecil. 4. Di bidang agribisnis. 5. Pembentukan bursa komoditi di lingkungan Muhammadiyah. 6. Bimbingan manajemen untuk meningkatkan etos kerja dan kiat berusaha. 7. Peranan Majelis Ekonomi Muhammadiyah dalam ikut serta menanggulangi pengangguran. 8. Pemantapan konsolidasi organisasi Majelis Ekonomi Muhammadiyah. 9. Inventarisasi pengusaha Muhammadiyah serta manfaat informal dalam meningkatkan perekonomian umat. Dari ketujuh program kerja yang dicanangkan Majelis Ekonomi baru mampu melaksanakan pembentukan Bank Perkreditan Rakyat (Point 1) yang berdomisili di Kecabangan Way Jepara dengan nama PT. Bank Perkreditan Rakyat Fajar Warapastika. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat ini sebenarnya akan diwujudkan di seluruh kecabangan Muhammadiyah yang ada di Daerah Lampung Tengah kecuali Metro Raya, hanya saja untuk periode konsentrasi dipusatkan di Way Jepara. Majelis Ekonomi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lampung Tengah menyadari banyak hal yang belum diperbuat, tetapi untuk kegiatan yang di luar Majelis Ekonomi, anggota Majelis Ekonomi juga turut peran serta aktif mengikutinya termasuk mengirimkan peserta RAKERNAS MAJELIS EKONOMI Ke Jakarta dari tanggal 17-19 Mei 1993.

 Kegiatan Majelis Pembina Kesejahteraan Sosial Sesuai dengan porgam operasional MPKS maka laporan kegiatan yang telah dilakukan dengan berpedoman kepada program operasional yang telah digariskan:

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 46

1. Peningkatan dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial: Pendataan anak-anak terlantar di kalangan warga Muhammadiyah pada setiap Cabang dan Ranting Pelaksanaannya: Telah diadakan pendataan dan pendaftaran anak-anak penyandang masalah sosial (Yatim, Piatu dan lain- lain). Di kalangan warga Muhammadiyah dan umat Islam di cabang-cabang Muhammadiyah, baru terlaksana 10 cabang dengan anak asuh sebanyak: Asuhan keluarga sebanyak 52 orang, Santunan keluarga sebanyak 41 orang, Panti Asuhan 2 buah, sebanyak 130 orang. 2. Pembentukkan sarana pelaksanaan kesejahteraan sosial berupa Panti Asuhan, santunan keluarga, asuhan keluarga. Pelaksanaannya: Upaya telah dilakukan sesuai dengan data yang masuk dari cabang-cabang, namun belum merata semua cabang dan ranting. Hal ini belum dapat diwujudkan karena menyangkut dana yang cukup besar, Balai Kesejahteraan Sosial (Bakesos) di coba dirintis, sebagai pusat kegiatan adalah di Panti Asuhan Budi Utomo dan belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. Proses keberadaan Bakesos ini adalah program yang berkelanjutan dan harus diwujudkan secara nyata. 3. Bimbingan dan penyuluhan sosial keagamaan dan keluarga sakinah. Pelaksanaannya: Sudah dilakukan secara terpadu bekerjasama dengan Majelis terkait (Tarjih dan Tabligh) di dalam setiap kegiatan ceramah agama dan penataran mubaligh. 4. Program pelatihan dan pembinaan kader/tenaga kesejahteraan sosial. Pelaksanaannya: Belum bisa dilaksanakan, karena PPM MPKS belum melaksanakan penataran. 5. Mengadakan khitanan masal di tiap-tiap Cabang dan Ranting. Pelaksanaannya: Khusus oleh MPKS daerah belum dapat dilaksanakan disebabkan karena lembaga swadaya masyarakat

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 47

yang ada masing-masing berlomba mengadakan khitanan masal, termasuk pimpinan Aisyiyah Daerah juga melaksanakannya. Khitanan ini juga belum dilaksanakan oleh Cabang-cabang. 6. Usaha Pengembangan Masyarakat dan Rehabilitasi dan Bantuan Sosial. Perlu adanya desa binaan. Pelaksanaannya: Dalam upaya ikut berpartisipasi untuk mengentaskan kemiskinan, MPKS Daerah telah menjadikan Desa Rawa Betik Kecamatan Seputih Surabaya sebagai desa binaan dengan memberikan bantuan beras dan pakaian serta bimbingan dan penyuluhan, tetapi belum berjalan seperti yang diharapkan karena tenaga dan kesempatan yang terbatas. 7. Penyantunan terhadap orang penyandang masalah sosial (Jompo, Janda, dan lain-lain). Pelaksanaannya: Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan bantuan modal kepada 3 (tiga) orang janda masing-masing Rp. 100.000,- untuk usaha dagang, sampai sekarang yang terus dipantau oleh Majelis, satu orang telah berhasil. 8. Bantuan dan pelayanan bagi orang yang mengalami musibah (bencana alam, kecelakaan, kematian). Pelaksanaannya: MPKS Daerah besama dengan PDM Lampung Tengah telah berhasil menghimpun dana/barang yang berasal dari keluarga Muhammadiyah dan cabang-cabang untuk disumbangkan kepada keluarga Muhammadiyah yang mengalami musibah gempa di Liwa Lampung Barat pada tahun 1993. Membantu dan memberikan santunan biaya rawatan di Rumah Sakit Kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah Padang Ratu (Bp. Khomsatu Ramli) sampai dengan penguburannya. Membantu dan memberikan bantuan biaya perawatan kepada mubaligh Muhammadiyah Bangunrejo dirawat di RSU Metro, sampai dengan penguburannya di Bangunrejo. MPKS dan PDM Lampung

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 48

Tengah menjenguk dan memberi bantuan kepada keluarga SMA Muhammadiyah Seputih Banyak yang mendapat musibah di Jawa Barat. 9. Penggalian Dana dan Pemanfaatan Dana Umat. 10. Mengkoordinasikan pengumpulan Zakat Mal atau Fitrah keluarga Muhammadiyah/Umat Islam: Hampir semua cabang telah melaksanakan pengumpulan Zakat Mal atau Fitrah yang berasal dari keluarga Muhammadiyah dan umat Islam, kemudian disalurkan kepada yang berhak menerima. MPKS telah memprakarsai pengumpulan beras dan pakaian bekas dari mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Metro kemudian disumbangkan kepada desa binaan di desa Rawa Betik Kecamatan Seputih Surabaya. 11. Pembentukan baitul mal terintegrasi dengan Bakesos. Pelaksanaannya: Baru ditetapkan keberadaannya pada rapat kerja Majelis tanggal 19 September 1993 dan sampai sekarang belum terealisir. 12. Mengusahakan donatur tetap dari warga Muhammadiyah atau pengusaha muslim. Pelaksanaannya: Upaya telah dilakukan belum berhasil karena kesadaran di samping tenaga yang menghimpunnya belum ada. 13. Mengusahakan berdirinya Bakesos daerah sebagai pilot projek. Pelaksanaannya: Belum dapat diwujudkan karena menyangkut dana atau biaya untuk pengadaannya. 14. Merintis kerjasama dengan Pemerintah atau Swasta. Pelaksanaannya: Upaya pendekatan kepada kantor Wilayah Departemen Sosial dan Dinas Sosial Propinsi Lampung dan BKKS terjalin dengan baik, sehingga ada beberapa bagian PKS dan amal usaha yang mendapatkan bantuan beberapa mesin tik dan lain-lain.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 49

15. Mengupayakan pengumpulan zakat profesi bagi pegawai negeri dan swasta. Pelaksanaannya: MPKS daerah bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Metro mengadakan seminar sehari tentang zakat profesi pada tanggal 9 Maret 1993. Kemudian ditindak lanjuti dengan menugaskan untuk melaksanakan pengumpulan Zakat Profesi bagi PNDS atau karyawan Universitas Muhammadiyah Metro, tapi kembali belum berhasil karena kesadaran belum seperti yang diharapkan. 16. Pendidikan dan Pelatihan: Mengikutsertakan Anggota Majelis pada setiap Rapat Kerja. Pelaksanaannya: Mengikuti Rakernas PPM MPKS pada tanggal 28 s.d. 30 Agustus 1993 di Jakarta. Mengadakan Raker MPKS pada tanggal 19 September 1993 di Metro yang dihadiri oleh 15 Cabang. 17. Pendidikan dan pelatihan Manajemen bagi Pimpinan Majelis Pengelola Amal Usaha Muhammadiyah. Pelaksanaannya: Belum bisa terlaksana karena PPM MPKS belum mengadakannya sampai dengan Muktamar di Aceh. 18. Pendidikan dan Latihan Ketrampilan anak-anak penyandang masalah sosial (Panti Asrama dan lain-lain). Pelaksanaannya: MPKS mengirim 3 orang anak Panti Asuhan Budi Utomo Muhammadiyah Metro untuk mengikuti Latihan di BLK Metro Pada tahun 1994 selama 3 bulan.

 Kegiatan Majelis Pembina Kesehatan Program kerja 1990-1995 sebagai hasil Musda ke-6 adalah mendirikan rumah sakit Muhammadiyah. Untuk memenuhi hasil Musda ke-6 tersebut program kegiatan MPK adalah: 1. Mendata amal-amal usaha kesehatan yang ada di Lampung Tengah.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 50

2. Mempersiapkan kegiatan ke arah pembangunan rumah sakit Muhammadiyah. 3. Pelaksanaan Program Kegiatan Amal Usaha Kesehatan 1990-1995 adalah: Mengadakan inventarisasi amal usaha kesehatan, yang hasilnya bahwa di Lampung Tengah hanya ada 1 (satu) buah balai pengobatan (BP) yang terletak di jalan Imam Bonjol Kelurahan Hadimulyo, dan 1 (satu) buah Pondok Bersalin Aisyiyah di Seputih Surabaya (Gaya Baru). Mempersiapkan Balai Kesehatan (BP) Muhammadiyah Cabang Metro menjadi Rumah Sakit dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. 1990-1991: Meninjau kembali struktur organisasi pengelola BP Muhammadiyah Metro, yang semula dikelola oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah Lampung Tengah menjadi dikelola oleh PCM Metro. b. 1991-1992: Memindahkan lokasi Balai Pengobatan (BP) Muhammadiyah Cabang Metro dari jalan Imam Bonjol Metro ke Jalan Imam Bonjol 22 Hadimulyo. Hal ini karena Departemen Kesehatan menilai BP Muhammadiyah di jalan Imam Bonjol Metro tidak memenuhi persyaratan. Sekarang berhasil BP diletakkan di jalan Imam Bonjol 22 Hadimulyo, atas kerjasama PCM Metro dan PCM Hadimulyo. c. 1992-1993: Mengupayakan agar BP dikelola secara profesional, sekarang ini BP tersebut telah memenuhi persyaratan baik lokasi, administrasi, sarana dan ketenagaan. Kepala BP Muhammadiyah Metro sekarang dijabat oleh Ngatijo. d. 1993-1994: Mengupayakan pembinaan BP Muhammadiyah dengan mengikutsertakan ke Rakernas Kesehatan yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah dan SDES (Suatu badan dunia yang bergerak di bidang kesehatan) dan BKKBN

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 51

di Jakar. Sehingga mendapat wawasan yang luas tentang pembinaan Balai Pengobatan (BP) dan suatu Rumah Sakit yang baik. e. 1994-1995: Mengupayakan mendapatkan bantuan dari BKKBN lewat PP Muhammadiyah dan berhasil mendapatkan bantuan sebesar Rp. 5.500.000,-. Dana tersebut digunakan untuk melengkapi sarana bangunan sehingga BP Muhammadiyah Metro di Hadimulyo sekarang telah memenuhi persyaratan dalam segi tersedianya ruang-ruang yang diperlukan untuk kegiatan operasional Balai Pengobatan dan persiapan Rumah Sakit Bersalin Aisyiyah. Perkembangan selanjutnya dengan adanya kunjungan dr. Sugiyat ketua PP Muhammadiyah Majelis Pembina Kesehatan ke Lampung Tengah dan setelah melihat perkembangan BP Muhammadiyah Metro tersebut maka hal tersebut merupakan langkah awal untuk merintis berdirinya Rumah Sakit Muhammadiyah di Lampung Tengah. Kendala/Permasalahan Kesulitan yang selama ini dihadapi dalam masalah membangun rumah sakit adalah: 1. Belum adanya persepsi yang sama dari anggota Muhammadiyah dan Aisyiyah; pentingnya kita memiliki rumah sakit sendiri. Ada anggota yang berpendapat cukup menggunakan Rumah Sakit Islam, RSU atau terpaksanya di RS Kristen. 2. Belum adanya persatuan dan kesatuan anggota Muhammadiyah dan Aisyiyah dalam membuat atau menyempurnakan amal usaha kesehatan yang dimiliki Muhammadiyah. Masing-masing ingin membangun projeknya sendiri, seperti saat ini membangun SMEA, SMP dan TK ABA. Yang dananya minta warga Muhammadiyah sehingga banyak kepala sekolah yang belum mau mendukung penyelenggaraan jasa kesehatan Muhammadiyah.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 52

3. Dana pembinaan dan pendirian Rumah Sakit yang banyak, menyebabkan orang takut dan atau belum bersemangat membangun sebuah Rumah Sakit. 4. Pemecahan Masalah: Terhadap Anggota yang belum memiliki Persepsi pentingnya memiliki Rumah Sakit sendiri, dengan terus menerus memberi penerangan dan pendekatan terhadap semua warga Muhammadiyah Aisyiyah. Oleh orang Muhammadiyah/Aisyiyah yang lebih berwibawa baginya. Perlu keputusan bersama untuk tekad mendirikan suatu Rumah Sakit sebagai prioritas pertama dalam periode 1995-2000, atau perlu adanya persatuan dan kesatuan dari seluruh warga Muhammadiyah. Dengan memprioritaskan pendirian Rumah Sakit sebagai prioritas pertama selama 5 (lima) tahun mendatang atau suatu periode kepengurusan.

 Kegiatan Majelis Taman Pustaka Sebagai Majelis tingkat daerah maka Majelis Pustaka, aktifitasnya lebih ditekankan pada usaha-usaha yang bersifat koordinatif dan bimbingan. Realisasi berada di Cabang-cabang dan amal usaha Muhammadiyah, khususnya di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Majelis Pustaka bekerjasama dengan Majelis Dikdasmen mengadakan pembinaan kepada sekolah-sekolah Muhammadiyah, baik secara langsung maupun tidak langsung agar di setiap sekolah-sekolah Muhammadiyah: 1. Memiliki perpustakaan sekolah yang memadai. 2. Perpustakaan sekolah dihimpun agar mengusahakan adanya keseimbangan buku-buku yang dimiliki, antara buku-buku ilmu pengetahuan umum dengan buku-buku ilmu agama (Islam) dan buku-buku kemuhammadiyahan. 3. Berlangganan Suara Muhammadiyah.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 53

4. Memiliki buku Himpunan Putusan Majelis Tarjih. Usaha yang langsung diusahakan oleh Majelis ialah: Berdasarkan hasil rapat kerja Majelis, tanggal 3 Agustus 1992 telah terbentuk panitia kecil dalam rangka mengusahakan berdirinya perpustakaan daerah. Secara bertahap diharapkan pada akhir periode ini perpustakaan tersebut sudah dapat diwujudkan. Dalam rangka program tersebut, upaya yang dilakukan adalah antara lain: a. Pengumpulan buku-buku Al Islam dan Kemuhammadiyahan dari keluarga Muhammadiyah, guru dan dosen Muhammadiyah. b. Mengumpulkan bahan-bahan dokumen organisasi dan sejarah Muhammadiyah. c. Mengumpulkan teks ceramah, khutbah, buletin Jum’at dan lain-lain.

 Kegiatan Badan Pendidikan Kader 1. Bidang Organisasi, Kepemimpinan dan Administrasi: Mengikuti Rapat Kerja Nasional BPK di Kaliurang Yogyakarta. Mendistribusikan qoidah BPK kepada anggota PDM, Majelis dan Ortom tingkat Daerah. Mengadakan rapat kerja BPK dengan mengikut sertakan Majelis/Badan/Lembaga dan Ortom tingkat Daerah. Mengadakan kerjasama dengan Majelis tarjih, Tabligh dan Dikdasmen dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Mengadakan pembinaan-pembinaan terhadap AMM Daerah/Cabang melalui Musda atau Muscab dan pengkaderan. Menghimpun dan mendistribusikan buku-buku pedoman ber- Muhammadiyah serta menyamakan Visi dan Persepsi Pimpinan Muhammadiyah dan Ortom. Mewujudkan suasana yang harmonis

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 54

di kalangan AMM dan antara AMM dengan Muhammadiyah/Aisyiyah melalui dialog, temu wicara atau rapat bersama.Mengadakan pengajian khusus pimpinan yang diikuti oleh anggota pleno lengkap PDM. Aisyiyah dan AMM tingkat, guna meningkatkan pemahaman dan pengalaman Islam serta menyamakan Visi dalam berjuang di Muhammadiyah. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah di kalangan warga Muhammadiyah melalui acara Silaturahmi Idhul Fitri. Mengadakan bantuan dana rutin kepada AMM untuk biaya Administrasi Gerakan dan operasi Program. Menyalurkan aktivitas AMM yang berpotensi untuk ikut mengelola Amal Usaha Muhammadiyah secara bertahap. Mengadakan penataan dan penyempurnaan administrasi BPK melalui pelengkapan alat-alat perkantorannya. Aktif mengikuti seluruh kegiatan perserikatan, baik tingkat Daerah, Cabang ataupun Ranting. Menertibkan administrasi perkaderan, baik berupa kumpulan materi ataupun pemberian piagam terhadap alumni perkaderannya. 2. Bidang Kaderisasi dan Pembinaan AMM: Mengadakan latihan instruktur Muhammadiyah yang diikuti oleh anggota PDM Lampung Tengah, Ortom tingkat Daerah dan sebagian Cabang yang ada di Lampung Tengah, yang dikelola oleh PP Muhammadiyah. Mengadakan pembinaan rutin terhadap alumni perkaderan melalui diskusi dan micro teaching serta ceramah untuk meningkatkan kualitas alumni pelatihan instruktur. Membentuk Korp Instruktur Muhammadiyah Lampung Tengah serta mengadakan pembinaan rutin yang terprogram untuk meningkatkan ketrampilan instruktur dalam menangani perkaderan di lingkungan persyarikatan. Mengadakan perkaderan- perkaderan formal terhadap AMM di Cabang Purbolinggo, Bandar Jaya, Mengandung Sari dan Padang Ratu yang dikelola oleh instruktur BPK PDM Lampung Tengah. Memenuhi permintaan-

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 55

permintaan ortom untuk memberikan ceramah pemakalah atau pengarahan dalam acara perkaderan AMM baik tingkat Daerah ataupun Cabang. Mengikutsertakan AMM dalam berbagai kegiatan persyarikatan untuk melatih dan meningkatkan kemampuannya dalam menerima estafet kepemimpinan Muhammadiyah di masa mendatang.

 Kegiatan Majelis Pembina Pengawasan Keuangan Sebagai lembaga baru, lembaga pembina dan pengawasan keuangan pada periode ini belum banyak melaksanakan tugasnya dalam melakukan pembinaan dan pengawasan keuangan secara langsung, baik keuangan persyarikatan maupun keuangan pada setiap amal usaha Muhammadiyah. Kegiatan lembaga pembina dan pengawasan baru bersipat kegiatan- kegiatan koordinatif dengan Majelis tingkat Daerah. Untuk selanjutnya Majelis melakukan pembinaan dan pengawasan keuangan kepada amal-amal usaha Muhammadiyah dalam binaannya secara langsung maupun lewat PCM dan badan-badan tingkat Cabang yang memiliki amal usaha.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 56

Kesimpulan

Sejarah perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro pada awalnya tidak dapat dipisahkan dari proses pembentukan Metro sebagai daerah pembukaan kolonisasi oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1935 sampai dengan tahun 1937 yang memindahkan penduduk dari Jawa ke sebagai dampak dari Kebijakan Politik Etis oleh Th. Van Deventer; Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro pada periode awal Pra-kemerdekaan (1939-1945) berawal dari beberapa kader Muhammadiyah dari Jawa yang ikut berkolonisasi ke Metro. Dan pada tahun 1938 hingga 1939 mulai dirintis pendirian Muhammadiyah di Metro. Pada periode ini juga didirikan sekolah Muhammadiyah atau HIS Muhammadiyah di Metro; Pada periode Kemerdekaan awal (Orde Lama/1945-1966) perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro dapat dikatakan mengalami stagnasi, dikarenakan perhatian rakyat Indonesia secara umum dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia dalam suasana Revolusi Fisik, tetapi hal penting dari periode ini (tahun 1953) adalah Persyarikatan Muhammadiyah Metro mendapatkan penyerahan Panti Asuhan Budi Utomo yang semula didirikan oleh Yayasan Islam di Metro tahun 1946; Pada periode Kemerdekaan (Orde Baru/1966-1995) perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro terfokus pada pengembangan

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 57 internal. Hal ini didukung oleh telah adanya kader-kader Muhammadiyah terdidik yang datang ke Metro sejak tahun 1953. Sejalan sengan program Pemerintah Orde Baru yakni pembangunan terencana dalam PELITA (Pembangunan Lima Tahun), pada periode ini juga mulai banyak didirikan amal usaha Muhammadiyah seperti sekolah dari berbagai tingkatan dan jenjang serta pada tahun 1966 mulai dirintis juga penyelenggaraan Universitas Muhammadiyah Jakarta di Lampung cabang Metro.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 58

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, Amin. (1995). Muhammadiyah Proyeksi Tentang Masa Depan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Agustono, Ragil. (2002). Metro; Dinamika Sebuah Kota yang Terbentuk dari Percampuran Antara Penduduk Setempat dengan Pendatang Tahun 1936-1999. Metro : Universitas Muhamadiyah Metro (Laporan Penelitian tidak diterbitkan). Arifin, M.T. (1987). Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya. Archieve Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV), Leiden, Nederlands. Carr. E.H. (2014). Apa Itu Sejarah. Jakarta: Komunitas Bambu. Collingwood, R. G., & van der Dussen, W. J. (1993). The Idea of History. Oxford University Press on Demand. Daliman. A. (2012). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Dienaputra, Reiza D. (2006). Sejarah Lisan Konsep dan Metode. Bandung: Minor Books Hamid, Abd. Rahman & Saleh Majid. (2011). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang. Koentjaraningrat. (1983). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Mas’udi, Muhammad. (2000). Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (dalam Perspektif Historis dan Ideologis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Rais, Amien, (Ed). (1995). Pendidikan Muhammadiyah dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Muhammadiyah University. Renier. G.J. (1997). Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 59

Sartini. (2011). Guna Sejarah: Mengapa Harus Belajar Sejarah. Socio e-Kons Journal of The Counselling, Economic and History Education Vol. II No. 3 hlm. 59-67. Universitas Indraprasta. Saputra, Deni. (2013). Perkembangan Yayasan Panti Asuhan Budi Utomo Muhammadiyah Kota Metro dalam Bidang Pendidikan dan Sosial pada tahun 1946-2011. Metro: Universitas Muhammadiyah Metro (skripsi tidak diterbitkan) Sam Wineburg. (2006). Berpikir Historis: Memetakan Masa Depan, Mengajarkan Masa Lalu. Jakarta: YOI Syamsudin, M. Din (Ed). (1990). Muhammadiyah Kini dan Esok. Jakarta: Pustaka Panjimas. Von Ranke, L., & Humboldt, W. (1973). The Theory and Practice of History. Bobbs-Merrill Company.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 60

LAMPIRAN

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 61

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 62

LAMPIRAN I 1. Susunan Personalia PDM Lampung Tengah periode 1991-1995 Ketua : Hi. M. Kasiro. Wakil Ketua : Hi. M. Marzuki, BA Wakil Ketua : Drs. Zaini Djas Wakil Ketua : M. Daud Siddiq, BA. Sekretaris : Sukarman Setiharjo, BA. Bendahara : Drs. Hi. Supoyo Anggota : 1. Anggota merangkap Ketua Majelis Pembina Kesehatan : Drs. H. R. Sukidal. 2. Anggota merangkap Ketua Majelis Tarjih : Drs. Hi. Susanto 3. Anggota merangkap Ketua Majelis Pembina Kesejahteraan Sosial : Drs. A. Rasyid Siddieq. 4. Anggota merangkap Ketua Majelis Wakaf & Keharta-bendaan : Drs. Marsum Ahmadi 5. Anggota merangkap Ketua Majelis Tabligh : Drs. Agus Mushodiq. 6. Anggota : Drs. Muhtar AM. 7. Anggota : Drs. Masnuni M. Ra’i. 8. Anggota Tambahan Dengan berpedoman pada SK PP Nomor 38/SK.PP/1991 tanggal 4 Juni 1991 tentang Pedoman Struktur Organisasi Pimpinan Muhammadiyah Tingkat Wilayah, Daerah dan Cabang dan untuk memenuhi kebutuhan Pimpinan maka dipandang perlu PDM Lampung Tengah periode 1991-1995 ditambah dengan unsur di luar 13 PDM terpilih sebagai unsur penunjang. Pada rapat PDM 24 Nopember 1991 telah diputuskan memasukkan 2 (dua) orang anggota tambahan yaitu Drs. Mukhisban, ditetapkan sebagai wakil sekretaris merangkap sekretaris eksekutif dan Drs. Mujiran SK, ditetapkan sebagai wakil Bendahara merangkap pelaksana sekretariat eksekutif bidang keuangan.

2. Susunan Personalia Majelis, Badan dan Lembaga PDM Lampung Tengah Tahun 1991

1. Majelis Tarjih Ketua : Drs. Susanto Wakil Ketua : Drs. Masnuni M. Ra’i Sekretaris : Nurhasyim Anggota : 1. Drs. Hi. Mukhtar AM. 2. Hi. Rafiuddin Rawit, BA. 3. Drs. Hi. Supoyo 4. Drs. Hayumi RF.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 63

5. Drs. A. Rasyid Siddieq 6. Drs. Maimun Jahari 7. Drs. Hadiwiyono 8. Drs. MB. Matnuri 9. Drs. Saniel Jahidan

2. Majelis Tabligh Ketua : Drs. Agus Mushodiq Wakil Ketua : Drs. Asril Amin Sekretaris : Drs. Sarbini Bendahara : Sugono Anggota : 1. D. Nasution. 2. M. Dalhar Asiddiqi 3. Drs. Achyani 4. Adli Saidi 5. Drs. Hadi Rahmat 6. Drs. M. Sahid 7. Drs. Handoko Santoso 8. Drs. Qodirin N 9. Muryanto 10. Drs. M. Herlambang 11. Zajib Amir 12. Budi Pranoto

3. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Ketua : Drs. Zaini Djas Wakil Ketua : Drs. Marzuki Sekretaris : Drs. Joko Mursitho Wakil Sekretaris : Budiono Anggota : 1. Drs. M. Komari 2. Anwar, BA 3. Drs. Khawas Darus 4. M. Yusuf 5. Heri Dwiyanto, BA 6. Drs. Panggih Sn. 7. Nu’man 8. Drs. H. Karwono 9. Drs. Suparno Muryanto 10. RI Kamarsyah, BA 11. Khaharudin, BA 12. Drs. Hi. Supoyo 13. Drs. Rohiman 14. Drs. Qomaru Zaman 15. Muzami 16. Ir. Dencik Usman

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 64

4. Majelis Kebudayaan Ketua : M. Marzuki, BA Wakil Ketua : Drs. Triyono Wisnutomo Sekretaris : Drs. Sunarjo Wakil Sekretaris : Zaenal Abidin Anggota : 1. Itang Hilaludin 2. Drs. Juhri AM 3. Idrus, SH 4. Drs. Tukasno 5. Adli Saidi 6. Drs. Kholid Ma’ruf. 7. A. Dhanuri 8. Ali Mukhtar

5. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Ketua : Drs. Marsum Ahmadi Wakil Ketua : Drs. Sutoyo Sekretaris : Drs. Agus Sutanto Wakil Sekretaris : Drs. Mujiran SK Anggota : 1. Abu Hurairah 2. Matusir, BA 3. Drs. Azhari Tabrani 4. M. Dalhar As 5. Drs. Wahid Nurdiyanto 6. Aceng Daru Tahid 7. Boimin

6. Majelis Ekonomi Ketua : Hi. M. Amin Hs. Wakil Ketua : Drs. Sutrisno Sekretaris : Markum Wakil Sekretaris : Drs. Radius Noorie Anggota : 1. Drs. Mahmudi 2. Sudaryanto AR 3. Mashudi 4. Ir. Furqoni 5. Afdal Mazni, SE 6. Demsi Dupri, SE. 7. A. Dhanuri 8. Suharto, SE 8. Suryadi, SE 9. Hi. Yusfizd Taher 10. Mulyodiono 11. Aceng Daru Tahid

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 65

7. Majelis Pembina Kesejahteraan Sosial Ketua : Drs. A. Rasyid Siddiq Wakil Ketua : Drs. Jazim Ahmad Sekretaris : W a r i s Wakil Sekretaris : M. Munawar MK Anggota : 1. Samingun 2. Marjan 3. Minak Paduka Ratu 4. R. Sunggowo S. 5. Fauni 6. Surahyo. 7. Alexandra, BA 8. Kisman Hadi 9. Drs. Nindiya S. 10. Drs. M. Munawar 11. Drs. Sumarlie

8. Majelis Pembina Kesehatan Ketua : Drs. Hi. R. Sukidal Wakil Ketua : Drs. A. Mashuri DM Sekretaris : Drs. Tugiyono WA Wakil Sekretaris : Drs. Yusron Hadi Anggota : 1. Drs. Zaini Djas 2. Drs. Tukiman SM 3. Hi. Suyono 4. Drs. Sumpeno 5. Sumardi, SH 6. Zaenudin 7. H. Sarbini S 8. Lukman Hakim, SH 9. Heru Suwantoro, SH 10. H. Yulinar Tahid

9. Majelis Taman Pustaka Ketua : Drs. M. Ali Syufa’at Wakil Ketua : Drs. Arifin Sekretaris : Drs. Syahriza Wakil Sekretaris : Drs. Radius Noorie Anggota : 1. Faturrahman H, BA 2. Suwarto 3. Sardjono, BA 4. Drs. Zaenal Arifin 5. Drs. Tris Idayati 6. Syamsul Arifin.

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 66

7. Dwi Purwaningsih

10. Majelis Pendidikan Kader Ketua : M. Daud Siddiq, BA Wakil Ketua : M. Kusnun Molodot Sekretaris : Hairudin Rustam Wakil Sekretaris : Komarudin Anggota : 1. Drs. Marsum Ahmadi 2. Martini, BA 3. Dra. Fitri Maharani 4. Bambang Sugiyanto 5. Drs. Zaenuri 6. Dwi Admikowati. 7. D. Nasution 8. Dra. Surtini 9. Nurwahiddah 10. Drs. Syaiful 11. Drs. A. Rasyid Siddieq

11. Lembaga Pembina & Pengawas Keuangan Ketua : Yamin Merawi, SH Wakil Ketua : Drs. Qomaru Zaman Anggota : 1. Drs. Hi. Umar Sa’id 2. R. Sunggowo Sumarsono 3. Drs. Asfandi Hasya

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 67

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 68

LAMPIRAN II Daftar Cabang dan Ranting Muhammadiyah Lampung Tengah Tahun 1996 Jumlah No. Nama Cabang Nama Ranting Ranting 1. Yosodadi 2. Ganjaragung 1. Metro 5 3. Kota Metro 4. Tempuran 5. Iringmulyo 1. Adirejo 2. Sidodadi 3. Gondangrejo 4. Siraman 2. Pekalongan 8 5. Tulusrejo 6. Gantiwarno 7. Pekalongan 8. Jojog 1. Purwosari 3. Hadimulyo 3 2. Banjarsari 3. Badransari 1. Adipuro 2. Trimurjo 3. Depokrejo 4. Bumisari TS 5. Purwoadi 6. Notoharjo 7. Sukajawa 4. Trimurjo 15 8. Wates 9. Tulungdamar 10. Rengas 11. Liman Benawi 12. Purwodadi 13. Pujokerto 14. Bumiharjo 15. Simbar Waringin 1. Taman Asri 2. Taman Bogo 3. Taman Sari 5. Purbolinggo 18 4. Taman Dadi 5. Taman Fajar 6. Tegal Gondo 7. Totoharjo

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 69

Jumlah No. Nama Cabang Nama Ranting Ranting 8. Tanjung Inten 9. Tegal Yoso 10. Tanjung Kesuma 11. Tambah Luhur 12. Toto Mulyo 13. Taman Negeri 14. Tegal Ombo 15. Tanjung Qencono 16. Toto Projo 17. Tanjung Tirto 18. Kota Purbolinggo 1. Pasar Sukadana 2. Sukadana Ilir 3. Muara Jaya 4. Rantau Jaya 5. Kedaton 6. Sukaraja Nuban 7. Cempaka Nuban 6. Sukadana 14 8. Trisno Mulyo 9. Purwosari 10. Gedongwani T. 11. Way Pacar 12. Melaris 13. Tanjung Harapan 14. Sukaraja Tiga 1. Kalirejo 2. Sri Basuki 3. Kaliwungu 4. Poncowarno 5. Sendang Agung 6. Sendang Asri 7. Sendang Retno 7. Kalirejo 14 8. Sendang Asih 9. Sendang Baru 10. Sendang Mukti 11. Gunung Tepus 12. Sukosari 13. Sridadi 14. Srimulyo 1. Gantiwarno 8. Wonosari 3 2. Wonosari

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 70

Jumlah No. Nama Cabang Nama Ranting Ranting 3. Sidorejo 1. Sumbergede 2. Giri Klopo Mulyo 3. Sukoharjo 9. Sekampung 7 4. Trimulyo 5. Wonokarto 6. Hargomulyo 7. Sidomulyo 1. Rejomulyo 2. Sumbersari 3. Margorejo 4. Sumberaagung 5. Margajaya 10. Bantul 10 6. Mulyojati 7. Margototo 8. Kibang 9. Srimulyo 10. Tejosari 1. Adijaya 2. Karang Endah 11. Bandarjaya 5 3. Harapan Rejo 4. Poncowati 5. Bandar Sari 1. Ruktiharjo 2. Rama Nirwana 3. Rama Indra 4. Rama Utama 12. Seputih Raman 8 5. Rama Kelandungan 6. Rama Gunawan 7. Rama Murti 8. Rejo Basuki 1. Braja Asri 2. Braja Sakti 3. Braja Caka 4. Braja Gemilang 5. Braja Kencana 13. Way Jepara 18 6. Braja Harjo P. 7. Braja Luhur 8. Braja Dewa 9. Labuhan Ratu I 10. Labuhan Ratu 2

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 71

Jumlah No. Nama Cabang Nama Ranting Ranting 11. Labuhan Ratu 6 12. Labuhan Ratu 13. Raja Basa 1 14. Raja Basa 2 15. Raja Basa Lama 16. Way Jepara 17. Plangkawati 18. Braja Indah 1. Sribawono Utara 2. Sribawono Raya 3. Cugu 4. Teluk Dalam 5. Way Mili 6. Pempen Labuhan 14. 13 7. Tulung Pasik Maringgai 8. Bandar Negeri 9. Badran 10. Sidorejo 11. L. Maringgai 12. Margasari 13. Bandar Mas 1. Mengandungsari 2. Pugung Raharjo 3. Gunung Raya 4. Tuban 5. Banjar Agung 6. Bojong 15. Jabung 13 7. Gunung Sugih B. 8. Gunung Sugih K. 9. Batu Badak 10. Bungkuk 11. Negara Batin 12. Peniangan 13. Jabung 1. Kota Gajah 2. Purworejo 3. Sumberrejo 16. Kota Gajah 9 4. Sidomulyo 5. Toto Katon 6. Sri Sawahan 7. Sritejokencono

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 72

Jumlah No. Nama Cabang Nama Ranting Ranting 8. Salam Sari 9. Purwosari 1. Padangrejo 2. Rokal 3. Semanggi 4. Nyukang Harjo 5. Tias Bangun 6. Riau Priangan 7. Bandar Sari 8. Surabaya 9. Sri Agung 10. Negeri Kepayungan 11. Payung Batu 17. Padang Ratu 23 12. Payung Rejo 13. Payung Makmur 14. Sidodadi 15. Tugu Mulyo 16. Kota Baru 17. Karang Tanjung 18. Sendang Ayu 19. Margajaya 20. Sinar Negeri 21. Mertani 22. Payung Dadi 23. Sri Katon 1. Sumber Bahagia 2. Tanjung Harapan 3. Sumber Baru 4. Siswa Bangun 18. Seputih Banyak 9 5. Sri Basuki 6. Sri Bawono 7. Sri Budoyo 8. Sri Bakti 9. Sri Busono 1. Gaya Baru 1 2. Gaya baru 2 3. Gaya Baru 4 Seputih 19. 8 4. Sumber Katon Surabaya 5. Surabaya Ilir 6. Kauman 7. Sidodadi

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 73

Jumlah No. Nama Cabang Nama Ranting Ranting 8. Rawa Betik 1. Purwodadi 20. Purwodadi 2 2. Purwosari 1. Rekso Binangun 2. Rukti Basuki 3. Reno Basuki 4. Restu Baru 21. Rumbia 8 5. Rantau Jaya 1 6.. Bumi Nabung 1 7. Bumi Nabung T. 8. Sri Kencono 1. Tanjung Jaya 2. Suka Negara 3. Sinar Seputih 22. Bangun Rejo 7 4. Ponco Sari 5. Sidodadi 6. Sido Luhur 7. Bangun Rejo 1. Fajar Mataram Seputih 23. 3 2. Seputih Mataram Mataram 3. Terbanggi Ilir 1. Banjarrejo 24. Batanghari 3 2. Banarjoyo 3. Nampirejo Jumlah 226

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 74

LAMPIRAN III Data Perkembangan Anggota Muhammadiyah Lampung Tengah Tahun 1991-1995 JUMLAH / TAHUN NO. NAMA CABANG 1991 1992 1993 1994 1995 1. Metro Raya 2365 2372 2389 2376 2412 2. Hadimulyo 173 3. Pekalongan 524 567 567 567 567 4. Wonosari 138 138 138 138 161 5. Batanghari 103 109 109 113 113 6. Bantul 45 45 51 51 65 7. Trimurjo 377 8. Sukadana 105 127 127 127 144 9. Purbolinggo 1023 10. Bangunrejo 153 136 156 172 172 11. Kalirejo 301 301 313 313 326 12. Way Jepara 275 275 275 298 299 13. Labuhan Maringgai 667 676 683 765 765 14. Kota Gajah 172 190 190 190 190 19. Seputih Banyak 109 112 118 129 139 16. Seputih Surabaya 67 74 89 106 126 17. Seputih Mataram 196 18. Bandarjaya 167 19. Padang Ratu 355 20. Purwodadi 87 21. Rumbia 174 22. Sekampung 467 23. Jabung 247 24. Seputih Raman 148 Jumlah 8893

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 75

Sejarah Perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di Metro 76