Situs Bersejarah Purbakala Pugung Raharjo Lampung Timur Indonesia Memiliki Ragam Budaya Dan Nilai Tradisi Yang Tinggi, Hal Terse
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Situs Bersejarah Purbakala Pugung Raharjo Lampung Timur Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah dengan provinsi-provinsi lainnya yang memiliki ragam budaya dan tradisi, seperti salah satunya yaitu Taman Purbakala Pugung Raharjo yang terdapat di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur di Desa Pugung Raharjo. Taman Purbakala Pugungraharjo yang terletak di Desa Pugungraharjo, Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Taman Purbakala Pugungraharjo merupakan peninggalan nenek moyang yang sampai pada kita, yang berasal dari tradisi Megalith dan Klasik dan berkembangnya Agama Islam. Adapun yang dimaksud dengan tardisi megalitik adalah merupakan salah satu jenis kebudayaan zaman Pra-sejarah, dimana nenek moyang kita belum mengenal tulisan-tulisan. Ciri dari tradisi megalitik adalah diwakili dengan alat-alat kehidupan yang terbuat dari batu-batu besar, misalnya: menhir, dolmen, kubur batu, keranda dll. Sedangkan yang dimaksud dengan tradisi klasik adalah tradisi yang berlangsung setelah nenek moyang kita mendapat pengaruh kebudayaan Hindu/Budha. Kurun waktunya diperkirakan berlangsung dari abad ke VI sampai Abad XV Masehi ( ± 1.000 tahun lampau). Pengaruh Islam ini dibuktikan dengan diketemukan prasasti Dalung dan Batu Nisan. Taman Purbakala Pugungraharjo merupakan salah satu tempat di daerah Lampung yang mempunyai arti tersendiri bagi para arkeolog dan peneliti. Di tempat ini banyak dijumpai temuan-temuan yang berasal dari tradisi Megalitik, Klasik dan Islam. Temuan benda-benda purbakala di situs Taman Purbakala Pugungraharjo ini berlangsung setelah adanya warga transmigrasi lokal dari desa Batanghari, Sekampung, yang tergabung dalam BRN (Biro Rekonstruksi Nasional) pada tahun 1954 dan jumlah warga transmigrasi pada waktu itu berjumlah 78 KK, yang sedang membuka hutan Pugung untuk tempat tinggal, pertanian, ladang dan sawah. Desa Pugungraharjo dahulu masih merupakan hutan yang sangat lebat dan angker namanya hutan Pugung , setelah ber abad-abad ditinggalkan penghuninya. Nama desa Pugungraharjo sampai sekarang masih sulit diketahui asalnya, ada yang mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari dua bahasa yaitu bahasa Lampung dan bahasa Jawa. Pugungraharjo berasal dari dua buah suku kata, Pugung dan Raharjo. Pugung 1 dalam bahasa Lampung yang berarti “gunduk tanah”(tempat yang tinggi), Raharjo dalam bahasa Jawa yang berarti Sejahtera, Pugungraharjo berarti “gunduk tanah yang sejahtera”. Salah seorang warga transmigrasi yang bernama Bapak Kadiran (alm) yang sedang menyangkul di ladangnya , cangkulnya membentur sebuah batu setelah digali ternyata berupa arca yang masih utuh pada waktu itu tanpa lapik (alas arca) , arca ini diketemukan di situs Punden No.VII , tak jauh dari lokasi itu juga diketemukan lapiknya (alas arca), tepatnya di temukan pada tanggal 14 Agustus 1954. Dari penemuan tersebut oleh Kepala Desa/tokoh masyarakat setempat dilaporkan ke Lembaga Purbakala Jakarta pada tahun 1957. Setelah menerima laporan pememuan tersebut, Lembaga Purbakala Jakarta mengadakan penelitian awal pada tahun 1968 dipimpin oleh Drs.Buchori, selajutnya pada tahun 1973 Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional bekerja sama Pennsylvania Museum University dalam rangka pengumpulan data kepurbakalaan se-Sumatra melakukan pencatatan dan pendokumentasian kepurbakalaan di desa Pugungraharjo. Penelitian berikutnya dilakukan pada bulan Oktober 1975 dengan tujuan untuk menyusun Master pland daerah Lampung oleh Drs. Soekatno TW, penelitian ini berhasil membuat peta lokasi dan mengidintifikasi beberapa temuan. Pada bulan Maret 1977 penelitian dilanjutkan oleh Drs.Haris Sukendar , penelitian kali ini makin meluas dengan diketemukan beberapa Batu Berlubang dan Batu Bergores . Pada tahun 1980 bulan april kegiatan penelitian dilanjutkan dengan ekskavasi (penggalian) pada situs kompleks Batu Mayat dengan membuka lima kotak galian , dari hasil serangkaian penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompleks megalitik Pugungraharjo meliputi luas ± 30 Ha yang dikelilingi oleh Benteng parit di sebelah Utara dan sungai disebelah Selatan. Situs Kepurbakalaan Pugungraharjo sebagai kompleks megalitik , terletak du ketinggian 80 M di atas permukaan laut, pada koordinat 5° 1854´ LS dan 105° 3203’ BT, berdasarkan hasil penelitian Arkeologi di ketahui bahwa Situs Kepurbakalaan Pugungraharjo merupakan situs yang sangat unik dan menarik, ini dilihat dari hasil penemuaanya yang bigitu banyak dan berada dalam satu areal / situs , dari zaman Prasejarah, Klasik (Hindu-Budha), hingga kurun Islam, ini jarang terjadi di daerah lain di Indonesia. Artefaknya begitu luar biasa : seperti keramik asing dari berbagai dinasti, keramik lokal, jutaan manik-manik dalam berbagai ukuran bentuk maupun warna bahan dari batu, getah dan tanah liat. Dolmen, menhir, pisau, mata tombak, batu berlubang, batu lumpang, batu bergores, batu pipisan, batu asahan, kapak batu, batu trap punden gelang perunggu dsb. Fiturnya berupa Benteng-benteng parit yang 2 memanjang dari Barat ke Timur sebagai pelindung pemukiman di dalamnya , sejumlah Punden baik besar maupun kecil. Mengingat arti petingnya peninggalan peninggalan tersebut maka perlu diadakan penyelamatan dan pelestarian dengan diadakannya pemugaran situs tersebut , kegiatan pemugaran dilaksanakan pada tahun 1977 hingga purna pugar pada tahun 1984 dan diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan RI Prof. DR. HARYATI SUBADIO, pada tanggal 10 Juli 1984. Adapun Hasil Pemugaran : 1. Enam buah Punden Berundak (teras berundak) 2. Kompleks Megalitik Batu Mayat/Batu Kandang 3. Kolam Megalitik 4. Rumah Informasi (Site Museum) 5. Jalan Setapak 6. Tempat Parkir 7. Tempat istirahat (shellter) Taman Purbakala Pugungraharjo terletak di desa Pugungraharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur , Provinsi Lampung . Kompleks Taman Purbakala ini berada didaerah yang datar diketinggian 80 meter di atas permukaan air laut, tanahnya sangat subur , sejuk dan nyaman banyak dijumpai tanaman seperti kakao, lada, kopi, kelapa dan cabe jamu. Kompleks ini dikelilingi oleh sungai kecil yang bersumber dari mata air yang sangat jernih. Sehingga taman ini cukup sejuk, damai dan indah . Adapun route jalan yang dapat ditempuh untuk ke Situs Taman Purbakala Pugungraharjo dapat ditempuh melalui : Route Bandar Lampung – Pugungraharjo : 50 Km Route Bandar Lampung melalui Kota Metro ± 88 Km Bukti Peninggalan BCB Situs Pugungraharjo : Zaman Prasejarah : Masa Prasejarah di Indonesia menurut Prof. DR. R. P. Soejono dibagi menjadi empat : Masa berburu tingkat sederhana (Paleolitik) ± 45.000 – 15.000 Masa berburu tingkat lanjut atau biasa disebut Epipaleolitik (mesolitik) ± 6.500-2.000 Masa bercocok tanam (neolitik) ± 4.500 – 2.500 Masa perundagian (masa perunggu-besi) ± 2.500 – 2.000 3 A. Punden Berundak/Teras Berundak Punden Berundak/Teras Berundak di Situs Pugungraharjo di ketemukan di dalam benteng maupun di luas benteng, ukuran benteng ini bervariasi ada yang besar dan ada yang kecil dan ada yang berundak satu, dua dan tiga. Punden berundak ini termasuk hasil karya manusia pendukung tradisi megalitik yang dapat dikelompokkan ke dalam megalitik tua. Bangunan punden berundak ini tersebar di Indonesia bersama-sama dengan batu datar, dolmen dan menhir. Peninggalan-peninggalan tersebut di atas oleh Von Heine Geldern diperkirakan muncul bersama-sama persebaran beliung perseg pada masa neolitik. Ini berarti masa pendukung megalitik sekitar 2.500 tahun sebelum masehi, maka sudah barang tentu punden berundak di situs Pugungraharjo muncul pada masa-masa yang kemudian. Punden berundak yang ada di situs Pugungraharjo ini menyerupai bentuk piramida ini mengingatkan kita kepada bentuk-bentuk bangunan pemujaan di Semeria (Laut Tengah) yang oleh penduduk setempat disebut Ziggurat, melambangkan gunung suci. Kepercayaan semacam ini tampaknya dipegang oleh pendukung tradisi megalitik di Pugungraharjo,dimana punden berundak yang menyerupai gunung tersebut juga dianggap tempat yang suci, dan dianggap sebagai tempat bersemayan arwah nenek moyang. Munculnya punden-punden berundak yang berbentuk piramida ini dikarenakan dengan kondisi lahan di Pugungraharjo yang datar tanpa bukit maupun gunung, maka dibuatlah bangunan-bangunan punden yang menyerupai gunung untuk memperoleh tempat yang lebih suci untuk tempat pemujaan. Bahkan para ahli mengatakan bahwa cikal bakal Candi Borobudhur diilhami oleh bentuk punden berundak. Di situs Pugungraharjo terdapat punden besar dan kecil ini mempunyai kaitan dengan fungsi dari punden berundak itu sendiri, punden berundak yang besar digunakan oleh kelompok pemujanya yang besar/banyak, sedangkan punden berundak yang kecil digunakan oleh kelompok pemuja yang terbatas atau sedikit. Pada punden berundak yang dianggap paling suci (keramat) adalah bagian yang paling tinggi (atas). Sungguh merupakan keajaiban dan merupakan karunia yang perlu disyukuri bahwa jumlah punden berundak di situs Pugungraharjo ada 13 buah ini berada dalam satu kawasan situs, ini jarang terjadi di wilayah lain, namun sayang jumlah itu kini telah berkurang hanya tinggal 7 buah saja. 4 Fungsi dari Punden Berundak sebagai tempat untuk pemujaan kepada arwah nenek moyang (Teguh Asmar, 1975). Ada juga yang berpendapat sebagai kuburan seperti yang terdapat di Mingkik, dan makam Serunting Sakti (Van Der Hoop, 1932). B. Benteng Tanah Yang dimaksud dengan benteng Tanah adalah gundukan tanah yang berbentuk kepersegian memanjang terdiri