SITUS MEGALITHIK TAMAN PURBAKALA DESA PUGUNG RAHARJO KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK KABUPATEN TIMUR (Dalam Pandangan Masyarakat Setempat)

Tiwi Susanti, Ali Imron, Yustina Sri Ekwandari FKIP Unila Jalan. Prof.Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 35145 Telepon (0721) 704 947, faximile (0721) 704 624 e-mail: [email protected] Hp. 087798769791

This research aims to obtain an explanation of assumptions from the society in Pugung Raharjo village towards Megalithic Sites of Pugung Raharjo Archaeological Park in Sekampung Udik district, East Lampung. This research applied descriptive method with several data collection techniques, such as: questionnaire, interview, observation, and literary review, while the data analysis was qualitative data. From the research conducted on 100 respondents of Pugung Raharjo villagers, it can be concluded that the assumptions of respondents towards Megalithic Sites of Pugung Raharjo Archaeological Park which functions as tourist attraction, historial learning site, as well as a sacred spot is as follows respectively 33.6% of respondents just known it 39.6% of respondents have conceived and the rest 26.9% of respondents have appreciated it.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan asumsi masyarakat Desa Pugung Raharjo terhadap Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui: teknik angket, teknik wawancara, teknik observasi dan teknik kepustakaan, sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Penelitian yang telah dilakukan pada 100 responden di Desa Pugung Raharjo ini dapat diperoleh hasil bahwa asumsi masyarakat pada pemanfaatan Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo sebagai tempat wisata, pembelajaran sejarah dan sakral adalah sebanyak 33,6% responden mengetahui, sebanyak 39,6% responden mengerti dan sebanyak 26,9% responden memahami.

Kata kunci : asumsi, masyarakat, situs megalithik

PENDAHULUAN di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan memiliki ragam budaya dan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat Provinsi Lampung (kurang lebih 52 km dilihat dari berbagai macam peninggalan yang sebelah Timur Bandar Lampung). Menurut ditemukan dari berbagai provinsi di Indonesia. Sidi Gazalba, yang dimaksud dengan situs atau Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak taman purbakala adalah, “Lokasi warisan masa kalah dengan provinsi-provinsi lainnya yang lalu yang bersifat visual. Warisan tersebut memiliki ragam budaya dan tradisi, seperti meliputi bangunan dan monumen yang salah satunya yaitu Taman Purbakala Pugung tersimpan dalam tanah dan merupakan hasil Raharjo yang terdapat di Kecamatan kebudayaan bangsa pada masa lalu” (Sidi Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur Gazalba, 1981; 16), sedangkan menurut Junus di Desa Pugung Raharjo. Satrio Atmojo (1999;117) situs adalah Taman Purbakala Pugung Raharjo sebidang tanah di permukaan bumi yang merupakan situs kepurbakalaan yang terletak mengandung atau diduga mengandung peninggalan purbakala. Taman Purbakala masyarakat setempat, sebab setelah ratusan Pugung Raharjo terletak di daerah datar tahun, daerah ini tidak di huni manusia, berketinggian 80 meter dan dikelilingi oleh sehingga menjadi kawasan hutan belantara tanggul bekas peninggalan perang zaman dengan berbagai pohon besar yang tumbuh liar dahulu. Situs arkeologi seluas ±30 hektar ini memberi kesan seram. Baru setelah pada tahun merupakan peninggalan zaman Megalitik, 1954 didatangkan transmigrasi lokal dari Klasik dan Islam. Dengan demikian Taman daerah Sekampung, Batanghari dan Purbakala Pugung Raharjo tidak hanya pada waktu itu berjumlah 78 KK, transmigrasi merupakan warisan peninggalan dari zaman tersebut dari para mantan pejuang 1945 yang Megalithik tetapi juga zaman Klasik dan tergabung dalam BRN (Biro Rekonstruksi Islam. Nasional), sesampainya di hutan Pugung para Kebudayaan Megalitik ialah suatu warga transmigrasi membuka hutan untuk kebudayaan yang banyak menghasilkan buah tempat pemukiman dan ladang pertanian, karya dari batu-batu besar. Batu-batu ini dimulai dari pinggir jalan menuju ke sebelah biasanya tidak dikerjakan halus-halus hanya Timur dan Barat. diratakan secara kasar saja untuk mendapat Pada saat membuka hutan itulah bentuk yang diperlukan (Soekmono, 1991: diketemukan susunan batu-batu besar, 72). Para sarjana berpendapat, bahwa mula- gundukan tanah yang berbentuk bujur sangkar mula timbulnya Megalithik adalah sejak dan sebuah arca batu. zaman Neolithik yaitu pada zaman Batu Muda, Di sini juga terdapat sumber mata air yang berkembang pesat pada zaman Batu yang sangat jernih keluar dari mata air di sela- Logam. Menurut Robert Von Heine Geldren, sela pepohonan, menurut masyarakat setempat pembawa kebudayaan megalitik ke Indonesia di kolam inilah ada air yang mempunyai adalah bangsa Ras Austronesia kira-kira pada kekuatan magis yang dapat menyembuhkan tahun 2500-1500 SM. Beliau bahkan membagi segala macam penyakit dan berkhasiat bisa kebudayaan Megalithik ini menjadi dua, yaitu awet muda. Sampai saat ini kolam ini Megalithik Tua dan Megalithik Muda. dimanfaat airnya bagi warga untuk upacara Megalithik Tua yaitu: menhir, punden ritual dan dianggap suci karena air bersih dari berundak, tahta batu dan sebagainya. kolam ini tidak pernah kering meskipun Megalithik Muda yaitu: sarkopagus, patung- musim kemarau sekalipun. patung primitif, dan sebagainya. Tapi para Adanya bukti-bukti peninggalan sejarah sarjana lain berpendapat pula, bahwa kedua dan kepurbakalaan yang terdapat diberbagai unsur tadi akhirnya bersatu padu sehingga sulit daerah seperti Riau, Sumatera Selatan, untuk mendeteksi mana yang tua mana pula Bengkulu dan Jambi, maka jelaslah dari segi yang muda (Endjat D.J. dan Hermansyah, sejarah dan kebudayaan bermanfaat bagi 1989:18-19). Tradisi Megalitik merupakan kepariwisataan nasional maupun internasional. jenis kebudayaan zaman Prasejarah, di mana Peninggalan sejarah dan purbakala sebagai manusia pada zaman itu belum mengenal warisan budaya dapat berfungsi sebagai : tulisan. Ciri-ciri alat kehidupan saat itu, masih 1. Bukti-bukti sejarah dan budaya terbuat dari bebatuan besar, antara lain seperti 2. Sumber-sumber sejarah dan budaya batu tegak (menhir), meja batu (dolmen) 3. Objek ilmu pengetahuan sejarah dan kuburan batu dan keranda batu. Tradisi Klasik budaya berlangsung setelah manusia mendapat 4. Cermin sejarah dan budaya pengaruh kebudayaan Agama Hindu dan 5. Media untuk pendidikan dan Budha pada abad ke enam sampai abad ke penyumbangan nilai-nilai budaya lima belas Masehi. Sedangkan zaman Islam 6. Media pendidikan budaya bangsa adalah ketika kebudayaan Hindu-Budha sepanjang masa dipengaruhi oleh kebudayaan Islam yang 7. Media untuk memupuk kepribadian dibawa oleh bangsa Gujarat dan Arab. bangsa di bidang kebudayaan dan Awal mulanya, kompleks Taman ketahanan nasional Purbakala Pugung Raharjo merupakan daerah 8. Objek wisata budaya yang dianggap sangat angker oleh sebagian (Endjat Dj, 1998: 61-62). Dari beberapa point di atas maka fungsi merupakan sesuatu yang tidak perlu peninggalan sejarah dan purbakala sebagai dipersoalkan atau dibuktikan lagi warisan-warisan budaya dipandang perlu kebenarannya, sekurang-kurangnya bagi masalah yang akan diteliti pada masa itu. untuk diselamatkan, dipelihara dan dibina. Hal Asumsi-asumsi dirumuskan sebagai sesuai dengan Undang-Undang RI No. 5. landasan bagi hipotesis laporan atau penelitian Tahun 1992 mengenai pemanfaatan Benda (Riduan, 2010:9). Secara umum, asumsi Cagar Budaya termasuk Taman Purbakala didefinisikan sebagai hasil abstraksi pemikiran Pugung Raharjo pasal 19 ayat 1,2 dan 3, yaitu: yang oleh peneliti dianggap benar dan 1. Benda Cagar Budaya tertentu dapat dijadikan sebagai pijakan untuk mengkaji satu dimanfaatkan untuk kepentingan atau beberapa gejala (Sudarwan Danim, 2000: Agama, Sosial, Pariwisata, Pendidikan, 113). Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan. 2. Pemanfaatan sebagaimana dimaksud METODE PENELITIAN dalam ayat (1) tidak dapat dilakukan Metode penelitian sangat dibutuhkan cara atau apabila: untuk mengukur keberhasilan dalam suatu a. Bertentangan dengan upaya penelitian. Menurut Maryaeni (2005: 58) perlindungan Benda Cagar Budaya Metode adalah cara yang ditempuh oleh sebagaiman dimakasud pasal 15 peneliti dalam menentukan pemahaman ayat (2) sejalan dengan fokus dan tujuan yang b. Semata-mata untuk mencari ditetapkan. keuntungan pribadi atau golongan. Metode dalam penelitian ini adalah 3. Ketentuan tentang Benda Cagar metode Deskriptif. Metode deskriptif adalah Budaya yang dapat dimanfaatkan untuk metode yang digunakan untuk memecahkan kepentingan sebagaimana yang masalah yang sedang dihadapi pada situasi dimaksud dalam ayat (1) dan cara sekarang yang dilakukan dengan menempuh pemanfaatannya ditetapkan dengan langkah-langkah pengumpulkan, klasifikasi peraturan pemerintah (Undang-Undang dan analisis pengolahan data untuk membuat Republik Indonesia No. 5. 1992:6). gambaran sesuatu (Mohammad Ali, Sebagai bangsa yang pernah mengalami 1983:120). proses-proses sejarah dan budaya, maka Menurut Hadari Nawawi metode bangsa Indonesia sudah tentu dapat merasa deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur bangga memiliki peninggalan sejarah dan pemecahan masalah yang diselidiki dengan purbakala yang berupa benda-benda, menggambarkan/melukiskan keadaan bangunan-bangunan dari periode ke periode. subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, Apabila dapat dilestarikan pasti menjadi masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang fakta-fakta sejarah dan budaya bangsa. Namun berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagi sebagian masyarakat sekitar khususnya sebagaimana adanya. Desa Pugung Raharjo, Situs Megalithik Taman Selanjutnya agar penggunaan metode ini Purbakala Pugung Raharjo memiliki nilai dalam memecahkan masalah yang dihadapi tersendiri. dapat mencapai hasil guna yang tinggi, akan Hal ini terlihat dari asumsi-asumsi diketengahkan beberapa bentuknya. Bentuk- masyarakat yang tentunya berbeda-beda. bentuk pokok dari metode ini digolongkan menurut Riduan, asumsi adalah landasan menjadi tiga bentuk sebagai berikut: berpikir karena dianggap benar. Peneliti harus 1. Survei (Survey Studies) dapat member ikan sederet asumsi tentang 2. Studi Hubungan (Interrelationship kedudukan masalahnya, karena asumsi atau Studies) anggapan dasar ini menjadi landasan teori di 3. Studi Perkembangan ( Developmental dalam pelaporan hasil penelitian. Asumsi Studies) (Hadari Nawawi, 1993:64). dapat berupa teori, evidensi-evidensi dan dapat Menurut Masri Singarimbun dan Sofian pula pemikiran penelitian sendiri. Apapun Effendi, penelitian survei adalah penelitian materinya, asumsi tersebut harus sudah yang mengambil sampel dari satu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengetahui bagaimanakah asumsi pengumpulan data yang pokok (Singarimbun masyarakat terhadap pemanfaatan Situs dan Effendi: 1987:3). Penggunaan metode Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo, deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk maka data yang diperoleh melalui angket menjelaskan dan menggambarkan dengan kemudian diuji dengan menggunakan cermat tentang fakta-fakta ataupun fenomena persentase. Pada setiap item jawaban yang apa adanya dari lapangan terkait tentang kuantitatif ditafsirkan dalam pengertian asumsi masyarakat Desa Pugung Raharjo kualitatif 4: Sangat setuju, 3: Setuju, 2: Tidak terhadap keberadaan Situs Megalithik Taman setuju, dan 1: Sangat tidak setuju. Selain itu Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan teknik yang digunakan dalam penelitian ini Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. adalah teknik wawancara. Teknik wawancara Penelitian ini menggunakan metode deskriptif atau interview adalah usaha mengumpulkan dalam bentuk survei. Dalam penelitian ini informasi dengan mengajukan sejumlah penulis menggunakan teknik angket, pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara wawancara, observasi dan kepustakaan. lisan pula. Secara sederhana wawancara Teknik angket merupakan teknik pengumpulan diartikan sebagai alat pengumpul data dengan data yang dilakukan dengan cara memberi mempergunakan tanya jawab antara pencari seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis informasi dan sumber informasi (Hadari kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, Nawawi, 1983; 165). 2008: 142). Melalui teknik ini peneliti menggali Angket atau kuesioner merupakan teknik informasi dengan pertanyaan yang telah pengumpulan data pokok dalam penelitian ini. terstruktur, sehingga terhindar dari luasnya Angket yang digunakan ini adalah angket objek pembicaraan. Dengan teknik wawancara tertutup. Angket tertutup mempunyai bentuk- ini dimungkinkan untuk mendapatkan data-data bentuk pertanyaan seperti ya, tidak, pilihan yang relevan dengan hanya memakan waktu ganda, skala penilaian dan daftar cek (Husaini sedikit. Wawancara dalam penelitian ini dan Purnomo, 2011: 59). Pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data peneliti akan menggunakan rating scale. Pada tambahan tentang keberadaan situs Megalitik rating scale data yang diperoleh berupa data Taman purbakala Pugung Raharjo Kecamatan mentah yang berupa angka kemudian sekampung Udik Kabupeten Lampung Timur. ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam Selain itu teknik yang digunakan adalah teknik skala model rating scale, responden tidak akan observasi.Teknik obsevasi dapat diartikan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif sebagai pengamatan dan pencatatan secara yang telah disediakan, tetapi menjawab salah sistematis terhadap gejala yang tampak pada satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan, objek penelitian. Observasi langsung dilakukan oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, terhadap objek ditempat terjadinya atau tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja berlangsungnya peristiwa, sehingga observer tetapi untuk mengukur persepsi responden berada bersama objek yang diselidiki (Hadari terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk Nawawi, 1983; 158-161). Penggunaan teknik mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, obeservasi dimaksudkan untuk mengumpulkan pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan data dengan cara melakukan pengamatan secara lain-lain (Sugiyono, 2008:97-98). langsung tehadap objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti membagi Observasi juga dimaksudkan untuk melihat ke dalam dua bagian yaitu sebagai berikut A). kondisi situs dan masyarakat sekitar Situs Bagian A untuk melengkapi karakteristik Megalitik Taman Purbakala Pugung Raharjo responden meliputi jenis kelamin/usia, Lampung Timur. Untuk memperkuat hasil pendidikan dan pekerjaan dan B). Bagian B penelitian maka peneliti juga menggunakan berisi 18 pernyataan terkait tentang teknik kepustakaan. Teknik kepustakaan pemanfaatan Situs Megalithik Taman dilakukan dengan cara mengumpulkan data- Purbakala Pugung Raharjo. Teknik angket data dan informasi dengan bantuan berbagai dimaksudkan untuk mendapatkan data yang materi yang terdapat di ruang perpustakaan, berupa jawaban tertulis yang diajukan peneliti misalnya majalah, surat kabar, cerita kisah- kisah sejarah, dokumen dan sebagainya yang pengalaman itu dan mencoba mencari relevan dengan masalah yang diteliti. Pada keterangannya. 3. Untuk alternatif jawaban teknik kepustakaan ini peneliti berusaha sangat setuju(4) maka peneliti mempelajari dan menelaah buku-buku untuk mengkategorikan ke dalam “memahami” memperoleh data-data dan informasi berupa dengan pertimbangan bahwa masyarakat teori-teori atau argumen-argumen yang mengerti benar akan sesuatu keadaan dan dikemukakan para ahli tertentu yang berkaitan dapat memberikan suatu makna dari apa yang dengan masalah yang diteliti. Setelah data-data dipelajari. berhasil dikumpulkan selanjutnya data-data Setelah pengkategorian tersebut selesai tersebut dianalisis untuk menjawab maka hal yang dilakukan adalah uji persentase permasalahan yang telah dirumuskan. dengan menggunakan rumus uji persentase Pada pokoknya teknis analisis data ada yang telah ditentukan. dua macam yaitu: teknik analisis data Menurut Abdurahmat Fathoni populasi kualitataif dan teknik analisis data kuantitatif. adalah keseluruhan elementer yang Teknik data yang digunakan dalam penelitian parameternya akan diduga melalui statistik ini adalah teknik analisis data kualitatif. hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel Data-data yang diperoleh berupa kasus- penelitian (Abdurrahmat Fathoni, 2006:103). kasus dan fenomena-fenomena dan argumen- Populasi adalah wilayah generalisasi argumen sehingga memerlukan pemikiran yang yang terdiri atas: obyek/subyek yang teliti dalam menyelesaikan masalah. mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari bagaimana Asumsi Masyarakat Desa Pugung dan kemudian ditarik kesimpulannya Raharjo terhadap keberadaan Situs Megalithik (Sugiyono, 2008: 80). Taman Purbalaka Pugung Rahajo Kecamatan Tabel I Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur, Anggota populasi di Desa Pugung data yang diperoleh melalui angket kemudian Raharjo Kecamatan Sekampung Udik diuji dengan menggunakan persentase. Uji Kabupaten Lampung Timur persentase akan diuji dengan menggunakan No Nama Populasi (KK) Rumus: X 100% = …% Dusun Keterangan : P=persentase 1 Dusun I 96 F= jumlah yang diperoleh 2 Dusun II 197 N=jumlah responden (Sutrisno Hadi, 3 Dusun III 103 1991:421). 4 Dusun IV 95 Sebelum uji persentase tersebut, maka 5 Dusun V 153 peneliti akan mengkategorikan dalam 3 6 Dusun VI 105 kategori yaitu: 1. Untuk alternatif jawaban 7 Dusun VII 135 sangat tidak setuju (1) dan tidak setuju (2) 8 Dusun VIII 119 peneliti mengkatogorikan kedalam “mengetahui” dengan pertimbangan bahwa Jumlah 1003 masyarakat hanya memiliki pengetahuan biasa Sumber : Monografi Desa Pugung tentang Taman Purbakala Pugung Raharjo yang Raharjo Kecamatan Sekampung secara umum apa adanya dari hasil penglihatan Udik Kabupaten Lampung Timur manusia tanpa mengetahui sebab-sebab, tetap, Tahun 2012 hasil pewarisan masa lampau dan tidak teruji Populasi dalam penelitian ini adalah secara ilmiah. Masyarakat Desa Pugung Raharjo Kecamatan Alternatif jawaban setuju (3) maka Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. peneliti mengkategorikan kedalam “mengerti” Masyarakat yang menjadi sampel dalam dengan pertimbanagan bahwa masyarakat tidak penelitian ini digolongkan setiap kepala puas hanya dengan menetapkan kejadian atau keluarga (KK). Menurut Arikunto (1989:91), fakta namun ia menggunakan pikirannya untuk sampel adalah sebagian atau wakil yang akan menyusun, mengatur, menghubungkan, diteliti. Di dalam penelitian sampel diperoleh mempersatukan bermacam-macam dari penggunaan teknik tertentu. Dari beberapa teknik sampling yang ada Besar yang tidak begitu luas, kurang lebih 600 berkenaan dengan penelitian maka penulis Ha. Sejak tanggal 1 Juli 1954 para perintis akan menggunakan teknik Systematis membuka hutan tersebut dipelopori oleh sampling, Suharsimi Arikunto menjelaskan: Bapak Sumono seorang Polisi Militer (PM) untuk sekedar ancar-ancar maka apabila dan diikuti warga berjumlah 78 KK/Keluarga, subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil yang selanjutnya disebut Biro Rekonstruksi semua sehingga penelitiannya merupakan Nasional (BRN). penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah Semangat gotong royong dan kegigihan subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara para perintis tersebut maka terbentuklah 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung sebuah Desa Pugung Raharjo dan difinitif setidak-tidaknya dari: menjadi desa pada tahun 1956 dalam wilayah a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi Kecamatan Jabung Kabupaten Dati II waktu, tenaga dan dana, Lampung Tengah, karena pada saat itu belum b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari ada pemimpin, maka dipilihlah pemimpin setiap subjek, karena hal ini menyangkut sementara sebelum dilakukan pemilihan banyak sedikitnya, dan besar kecinya kepala desa dan yang terpilih pada saat itu resiko yang ditanggung oleh para adalah Bapak Mucharom. peneliti (Suharsimi Arikunto,1998:134). Sehubungan dengan adanya desa baru Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dan masih banyak pula yang harus ditangani dalam penelitian ini peneliti mengambil 10 % maka pertengahan tahun1956 diadakan dari jumlah populasi. Jadi sampel yang di pemilihan kepala desa dan yang terpilih ambil adalah 10% X 1003 = 100 orang. menjadi kepala desa pada saat itu adalah Tabel 2. Bapak Barno Suhardjo. Beliau menjabat Anggota Sampel Masyarakat Desa sebagai kepala desa dari tahun 1956 sampai Pugung Raharjo Kecamatan pada tahun 1980 atau selama kurang lebih 24 Sekampung Udik Kabupaten tahun, oleh karena itu pada tahun 1980 beliau Lampung Timur tidak mau mencalonkan diri lagi sebagai No Nama Populasi (KK) kepala desa maka pada tahun 1980 diadakan Dusun pemilihan kepala desa kembali dan yang 1 Dusun I 10 terpilih pada saat itu adalah Saudara 2 Dusun II 19 Supriyanto Sarjono, hingga tahun 1987 3 Dusun III 11 (selama 8 tahun). 4 Dusun IV 10 Kelanjutannya pada tahun 1988 5 Dusun V 15 diadakan pemilihan kepala desa kembali dan 6 Dusun VI 10 pada pemilihan kepala desa tersebut yang 7 Dusun VII 13 terpilih adalah Bapak Mujiono, beliau bertugas 8 Dusun VIII 12 menjabat sebagai kepala desa dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1998, kemudian tahun Jumlah 1003 1999 diadakan pemilihan kepala desa kembali Sumber : Populasi desa Pugung dan pada saat itu yang terpilih menjadi kepala Raharjo yang telah diolah oleh desa adalah Bapak Darlen,BBA hingga tahun peneliti 2009, kemudian diadakan kembali pemilihan Sampel yang menjadi responden dalam kepala desa yang keenam, saat itu yang terpilih penelitian ini adalah Masyarakat yang benar- adalah Bapak Parjino bertugas menjadi kepala benar tinggal di Desa Pugung Raharjo desa hingga tahun 2011. Tanggal 30 Desember Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten 2011 dilantiklah kepala desa ketujuh yaitu Lampung Timur. Bapak Esmoyo(hingga sekarang). Keluarnya Undang-Undang Nomor 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Desa Pugung Raharjo awalnya masih Dati II Way Kanan, Kabupaten Dati II merupakan hutan belantara yang terletak Lampung Timur dan Kotamadya Dati II Metro diantara Desa Bojong dan Gunung Sugih (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 46. Tambahan Lembaran Negara menyusun Masterplan daerah Lampung Republik Indonesia Nomor 3825)dan dipimpin oleh Drs. Soekatno TW. Penelitian peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 ini berhasil membuat peta lokasi dan tentang Desa (Lembaran Negara Republik mengidentifikasi beberapa temuan. Indonesia Nomor 4587) maka terjadi Pada bulan Maret 1977 penelitian perubahan status tingkat Kecamatan Jabung dilanjutkan oleh Drs. Haris Sukendar, dibagi menjadi; Kecamatan Sekampung Udik, penelitian ini makin meluas dengan ditemukan Waway Karya, Pasir Sakti dan Marga beberapa batu berlubang dan batu bergores. Sekampung, sehingga Desa Pugung Raharjo Pada tahun 1980 pada bulan April kegiatan masuk dalam Wilayah Kecamatan Sekampung penelitian dilanjutkan dengan Ekskavasi Udik Kabupaten Lampung Timur (Profil Desa (penggalian) pada situs kompleks batu mayat Pugung Raharjo Tahun 2012). (kompleks batu kandang) dengan membuka 5 Taman Purbakala Pugung Raharjo kotak galian, dari hasil serangkaian penelitian terletak di Desa Pugung Raharjo Kecamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kompleks Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur Megalithik Pugung Raharjo meliputi luas ±30 (kurang lebih 52 km sebelah Timur Bandar Ha yang dikelilingi oleh Benteng Parit di Lampung). Taman Purbakala Pugung Raharjo sebelah Utara dan sungai di sebelah Selatan. terletak di daerah datar berketinggian 80 meter Bukti-bukti peninggalan benda cagar dan dikelilingi oleh tanggul bekas peninggalan budaya Pugung Raharjo pada zaman perang zaman dahulu. Situs arkeologi seluas Prasejarah meliputi benteng tanah, punden ±30 hektar ini merupakan peninggalan zaman berundak,batu berlubang, kompleks batu Megalitik, Klasik dan Islam. mayat, kolam megalithik dan dolmen. Benteng Taman Purbakala ditemukan oleh pada situs ini merupakan gundukan tanah yang penduduk setempat yang terdiri dari para berbentuk persegi memanjang terdiri dari transmigran sewaktu penebangan hutan pada benteng dan parit salah satu sisinya berupa tahun 1957. Pada awalnya daerah tersebut anak Sungai Sekampung (Way Sekampung). merupakan kompleks Hutan Pugung (Tanah Ukuran benteng (gundukan tanah): tinggi 2-3,5 Tinggi), kemudian saat warga menjalankan M, bagian luarnya terdapat parit yang aktivitasnya untuk membuka hutan untuk dalamnya 3-5 M. Panjang benteng sebelah dijadikan lahan pertanian dibantu oleh Timur 1200 M dan sebelah Barat 300 M. transmigran lokal dari daerah Sekampung, Pada beberapa bagian terdapat jalan Batanghari dan Metro pada waktu itu yang menghubungkan bagian luar dan dalam berjumlah 78 KK diketemukan susunan batu benteng. Fungsi benteng tersebut adalah untuk besar, gundukan tanah yang berbentuk bujur berlindung dari serangan binatang buas dan sangkar dan sebuah patung yang utuh yang musuh. Punden berundak Punden berundak ini oleh penduduk setempat dimanakan “Putri merupakan hasil karya manusia pendukung Badariah”. Penemuan tersebut dilaporkan ke tradisi megalithik yang dapat dikelompokkan Dinas Purbakala Jakarta. Tetapi belum ke dalam Megalithik Tua. Bangunan Punden mendapat tanggapan. berundak ini tersebar di Indonesia bersama- Setelah mendapat laporan pemenuan dari sama dengan batu datar, dolmen dan menhir. Desa Pugung Raharjo, Lembaga Purbakala Punden berundak pada Situs Pugung Raharjo Jakarta baru mengadakan penelitian pada awal ini menyerupai bentuk piramida yang tahun 1968 dipimpin oleh Drs. Buchori, mengingatkan pada bentuk-bentuk bangunan selanjutnya pada tahun 1973 Lembaga pemujaan di Semeria (Laut Tengah) yang oleh Purbakala dan Peninggalan Nasional penduduk setempat disebut Ziggurat, bekerjasama dengan Pennsylvania Meseum melambangkan gunung suci. Para pendukung University dalam rangka pengumpulan data Megalithik percaya bahwa tempat yang tinggi kepurbakalaan se-Sumatera melakukan (gunung) merupakan tempat yang suci. pencatatan dan pendokumentasian Kepercayaan semacam ini tampaknya kepurbakalaan di Desa Pugung Raharjo. dipegang oleh pendukung tradisi Megalithik di Penelitian berikutnya dilakukan pada Pugung Raharjo, dimana punden berundak bulan Oktober 1975 dengan tujuan untuk yang menyerupai gunung tersebut juga dianggap merupakan tempat suci, dan dibagian bawah juga juga ada pahatan dianggap tempat bersemayam arwah nenek melingkar, batu tegak inilah yang yang moyang. Punden berundak pada Situs Pugung dimaksud dengan menhir besar berbentuk Raharjo ini mempunyai fungsi untuk tempat phallus melambangkan kelaki-lakian (lambang pemujaan arwah nenek moyang. Punden yang keperkasaan), diperkirakan bahwa obyek dianggap paling suci adalah pada bagian yang peribadatan terpusat pada menhir besar ini. paling tinggi (atas). Jumlah punden berundak Ukuran dari menhir ini adalah tinggi 205 cm, pada Situs Pugung Raharjo adalah 13 buah dengan garis tengah 40cm. punden berundak yang berada dalam satu Kepercayaan pendukung Megalit, kawasan situs, namun jumlah itu kini telah menhir biasanya dikaitkan dengan kekuatan berkurang hanya tinggal 7 buah punden saja. gaib, dimana bentuk dari phallus masih tetap Batu berlubang adalah sebuah batu yang memegang peranan penting dan dianggap memiliki sebuah lubang biasanya jumlah dan bahwa mengandung kekuatan gaib besar dan letak lubang tidak beraturan. Batu berlobang tegar dalam menolak bahaya yang ini terdapat di bagian timur situs dekat dengan mengancam, tak jauh dari letak menhir phaluss mata air. Batu tersebut terbuat dari batu kali terdapat batu bertuliskan “T” yang (andesit) yang berwarna hitam keabu-abuan. melambangkan kesuburan (wanita), dan Pada bagian permukaan terdapat empat buah disebalah Barat menhir terdapat batu lubang yang cukup luas, sedangkan jumlah datar/meja batu, sedangkang batu pendukung batu lobang semuanya ada 19 buah. Pemberian disekelilingnya terdapat juga menhir-menhir nama batu lobang ini adalah untuk kecil. Fungsi dari komples batu mayat ini membedakan dengan jenis batu lumpang. adalah sebagai tempat pemujaan yang Fungsi dari batu lubang ini adalah untuk berkaitan dengan pemujaan dan lambang melumatkan apa yang perlu dilumatkan. kesuburan. Taman Purbakala Pugung Raharjo Kolam Megalithik pada Taman terdapat empat buah batu bergores, tiga buah Purbakala Pugung Raharjo terdapat benda kurang lebih 25 m dari sumber mata air benda Megalitik berupa batu berlubang, dan dengan posisi arah Barat Daya. Sedangakan batu bergores yang berfungsi sebagai tempat yang satu lagi saat ini tersimpan di rumah meramu, mengasah senjata dan lain-lain. informasi. Batu bergores ini ditemukan di Dolmen adalah semacam meja batu atau sebuah sungai kecil 100 m dari rumah lebih jelasnya yaitu sebuah papan batu yang informasi arah Timur Laut. Fungsi batu ditopang beberapa batu sebagai kakinya. bergores ini hingga kini belum diketahui Dolmen ini banyak ditemukan di luar komplek secara pasti, namun dapat diduga batu tersebut perbentengan, artinya di luar halaman ruangan digunakan untuk mengasah mata tombak atau benteng. Sampai saat ini dolmen ditemukan kapak batu. ada 4 buah, tiga diantaranya ada di dalam Kompleks batu mayat merupakan situs kompleks, yaitu terletak di sebelah Selatan batu berupa susunan batu tegak dan batu datar sungai atau di sebelah Selatan dari kompleks yang berdenah persegi panjang dan berbentuk benteng Barat. seperti kandang, oleh penduduk setempat batu Pada zaman Klasik/Hindu-Budha yang seperti kandang tersebut dinamakan batu terdapat bukti-bukti peninggalan berupa arca mayat. Pemberian nama tersebut berdasarkan Budhisatwa. Arca ini temukan oleh seorang pada batu besar yang berbentuk menhir petani bernama Kadiran (Alm.) pada 14 menyerupai kemaluan laki-laki (phallus) yang agustus 1957. Arca yang nampaknya bersifat pada saat penemuanya dalam posisi roboh dan Budhis ini oleh masyarakat setempat menyerupai mayat. Selain batu mayat dinamakan patung putri Badariyah, patung ini ditemukan pula megalit-megalit lain seperti terbuat dari batu andesit, dengan posisi duduk batu-batu tegak dan batu bergores, maka diduga dengan sikap “Dharmacakra Mudra”, kompleks tersebut disebut kompleks batu dengan hiasan lengkap lembaran-lembaran mayat. Dibagian tengah batu kandang berdiri bunga lotus dan duduk diatass lapik berhiaskan sebuah batu tegak dibagian atas di pahatkan bunga lotus, dengan ukuran tinggi 91cm, lebar sebuah pahatan menyerupai cincin dan 35cm, tebal 22cm, tebal lapik 18cm, dengan garis tengah 61cm. Diperkirakan dari abad ke- ribuan dan mungkin jutaan. Keramik yang 12. Bukti peninggalan pada xan Klasik/Hindu- paling muda adalah keramik Ching. Jumlah Budha yang ke dua yaitu arca tipe polinesia keramik terbanyak adalah keramik Sung dan yang ditemukan pada tahun 1963, patung ini Ming dari abad k 10 sampai dengan abad ke terbuat dari batu andesit dan dipahatkan dalam 17 M. Namun keramik yang tersisa utuh hanya sikap duduk di atas sebuah batu lapik dengan beberapa saja, seperti guci, buli-buli, cepuk memakai untaian kalung dan bagian pinggang dan mangkuk. belakang terselip sebuah keris. Ukuran dari Bukti peninggalan-peninggalan benda patung ini tinggi 99,5cm, lebar 33cm, tebal, cagar budaya di Pugung Raharjo yang terakhir 28cm sedangkan lapiknya berbentuk bundar adalah zaman berkembangnya Islam yaitu polos tanpa ornamen sedikitpun dengan dengan ditemukannya Prasasti Dalung. ukuran tebal 9cm, garis tengah 44cm. Prasasti ini terbuat dari lempengan tembaga Selanjutnya adalah bukti peninggalan dalam bentuk piagam dan terjemahan Suwedi pada zaman Klasik/Hindu-Budha yaitu prasasti Montana tahun 1993. Piagam ini terdiri dari 32 Bungkuk. Prasasti ini dinamakan prasasti baris kalimat dengan menyantumkan angka Bungkuk berdasarkan tempat penemuannya tahun 1102 H (1681 M) bertuliskan huruf yakni di desa Bungkuk pada tanggal 08 Maret Pegon (Arab gundul) dengan bahasa Banten, 1985 oleh seorang warga setempat dan adapun isi prasasti tersebut tentang hukum laut kemudian di simpan di rumah informasi. dan perdagangan. Prasasti ini masih disimpan Prasasti ini terbuat dari batu andesit dan oleh keturunannya di Desa Bojong. Hal ini dipahatkan tulisan dengan huruf Pallawa, membuktikan bahwa di situs Pugung Raharjo Bahasa Melayu. Selanjutnya adalah Artefak telah masuk Islam. batu bata yang ditemukan di Situs Pugung Usaha pemerintah dalam rangka Raharjo sebelah Barat dan disebuah gundukan pelestarian Situs Megalithik Taman Purbaka tanah dan masih ada susuanan batu bata yang Pugung Rahajo, pemerintah mengadakan sudah tidak beraturan. Batu ini terbuat dari pemugaran di bidang kepurbakalaan. batu cadas berwarna putih kecoklatan dan Pemugaran tersebut adalah usaha untuk bertulisan angka tahun 1247 dengan huruf mengembalikan kebentuk aslinya. Kegiatan Sanskrit(1335 M). Kemudian ada mata uang pemugaran di Taman Purbakala dimulai pada Cina yang terbuat dari bahan perunggu dengan tahun 1977 dan Purna Pugar pada tanggal 10 tuisan huruf Cina dan ditemukan di Situs Juli 1984 dan diresmikan oleh Dirjen Pugung Raharjo sebelah selatan situs batu Kebudayaan RI Prof.DR. Haryati Subadio. mayat yang berjumlah 6 buah dan sebuah Adapun hasil pemugaran tersebut adalah enam sudah patah. buah Punden Berundak, Kompleks Megalithik Artefak batu bata ditemukan di Situs Batu Mayat, jalan setapak, rumah istirahat, Pugung Raharjo sebelah Barat dan disebuah tempat parkir, rumah informasi dan kolam gundukan tanah dan masih ada susuanan batu megalithik. bata yang sudah tidak beraturan. Batu ini Berdasarkan hasil jawaban dari angket terbuat dari batu cadas berwarna putih yang telah diberikan kepada 100 responden di kecoklatan dan bertulisan angka tahun 1247 desa Pugung Raharjo, bahwa jumlah dengan huruf Sanskrit(1335 M). Mata uang responden yang menjawab asumsi masyarakat Cina terbuat dari bahan perunggu dengan pada pemanfaatan Situs Megalithik Taman tulisan huruf Cina dan ditemukan di Situs Purbakala Pugung Raharjo sebagai tempat Pugung Raharjo sebelah selatan situs batu wisata adalah sebanyak 38% menjawab sangat mayat yang berjumlah 6 buah dan sebuah setuju dengan indikator memahami Situs sudah patah. Selanjutnya adalah artefak mata Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo tombak juga ditemukan di Situs Purbakala merupakan tempat wisata, memahami situasi sebelah Selatan jalan setapak Situs Batu dan kondisi wisata Taman Purbakala Pugung Mayat, dengan kondisi sudah hampir rusak. Raharjo dan memahami Situs Megalithik Keramik yang ditemukan di Situs Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan Pugung Raharjo sangatlah banyak dan tersebar warisan budaya leluhur. yang menjawab setuju di hampir setiap situs yang jumlahnya hampir sebanyak 50,7% dengan indikator mengeti Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Jumlah responden yang menjawab Raharjo merupakan tempat wisata, mengerti asumsi masyarakat pada pemanfaatan Situs situasi dan kondisi wisata Taman Purbakala Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Pugung Raharjo dan mengerti Situs Megalithik sebagai tempat sakral adalah sebanyak 5,7% Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan yang menjawab sangat setuju, dengan warisan budaya leluhur. yang menjawab tidak indikator memahami Taman Purbakala Pugung setuju sebanyak 9,7% dan yang menjawab Raharjo tidak hanya sebagai tempat wisata sangat tidak setuju sebanyak 2,2%, dengan tetapi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan indiktor mengetahui Situs Megalithik Taman ritual, memahami kegiatan ritual keagamaan Purbakala Pugung Raharjo merupakan tempat dilaksanakan pada hari-hari tertentu dengan wisata, mengetahui situasi dan kondisi wisata dilengkapi sesaji (saji-sajian) berupa buah- Taman Purbakala Pugung Raharjo dan buahan, jajanan, atau bunga-bungaan dan mengetahui Situs Megalithik Taman Purbakala memahami kegiatan keagamaan memiliki nilai Pugung Raharjo merupakan warisan budaya yang sakral dengan tujuan meminta leluhur. keselamatan. Jumlah responden yang menjawab Responden yang menjawab setuju asumsi masyarakat pada pemanfaatan Situs sebanyak 26%, dengan indikator mengerti Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Taman Purbakala Pugung Raharjo tidak hanya sebagai tempat pembelajaran sejarah adalah sebagai tempat wisata tetapi dapat sebanyak 37,2% yang menjawab sangat setuju, dimanfaatkan untuk kegiatan ritual, mengerti dengan indikator memahami Situs Megalithik kegiatan ritual keagamaan dilaksanakan pada Taman Purbakala Pugung Raharjo terdapat hari-hari tertentu dengan dilengkapi sesaji beraneka ragam benda peninggalan sejarah (saji-sajian) berupa buah-buahan, jajanan, atau sejak zaman Megalithik, Klasik dan Islam, bunga-bungaan dan mengerti kegiatan memahami Situs Megalithik Taman Purbakala keagamaan memiliki nilai yang sakral dengan Pugung Raharjo terdapat 7 buah punden tujuan meminta keselamatan. berundak yang berbeda-beda setiap pundennya Responden yang menjawab tidak setuju dan memahami Taman Purbakala Pugung sebanyak 41,3% dan yang menjawab sangat Raharjo merupakan warisan sejarah Desa tidak setuju sebanyak 28% dengan indikator Pugung Raharjo, yang menjawab setuju mengetahui Taman Purbakala Pugung Raharjo sebanyak 42,7% dengan indikator mengerti tidak hanya sebagai tempat wisata tetapi dapat Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung dimanfaatkan untuk kegiatan ritual, Raharjo terdapat beraneka ragam benda mengetahui kegiatan ritual keagamaan peninggalan sejarah sejak zaman Megalithik, dilaksanakan pada hari-hari tertentu dengan Klasik dan Islam, mengerti Situs Megalithik dilengkapi sesaji (saji-sajian) berupa buah- Taman Purbakala Pugung Raharjo terdapat 7 buahan, jajanan, atau bunga-bungaan dan buah punden berundak yang berbeda-beda mengetahui kegiatan keagamaan memiliki setiap pundennya dan mengerti Taman nilai yang sakral dengan tujuan meminta Purbakala Pugung Raharjo merupakan warisan keselamatan. sejarah Desa Pugung Raharjo. yang menjawab Hasil dari jawaban responden tersebut tidak setuju sebanyak 18,3% dan yang kemudian dikatagorikan dalam 3 katagori menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1,8% yaitu mengetahui, mengerti dan memahami dengan indikator mengetahui Situs Megalithik sesuai dengan pengkategorian yang telah Taman Purbakala Pugung Raharjo terdapat ditentukan sebelumnya yaitu untuk katagori beraneka ragam benda peninggalan sejarah “mengetahui” dapat dilihat dari alternatif sejak Zaman Megalithik, Klasik dan Islam, jawaban sangat tidak setuju(1) dan tidak Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung setuju(2), untuk katagori “mengerti” dapat Raharjo terdapat 7 buah punden berundak dilihat dari alternatif jawaban setuju(3) dan yang berbeda-beda setiap pundennya dan untuk katagori “memahami” dapat dilihat dari mengetahui Taman Purbakala Pugung Raharjo alternatif jawaban sangat setuju(4), sehingga merupakan warisan sejarah Desa Pugung memperoleh hasil yaitu untuk katagori Raharjo. memahami sebanyak 26,9%, untuk katagori mengerti sebanyak 39,6% dan untuk katagori lokasi Taman Purbakala Pugung Raharjo dari mengetahui sebanyak 33,6%. hasil penglihatan tetapi lebih ingin tahu kejadian atau fakta-fakta. SIMPULAN Ia menggunakan pikirannya untuk Berdasarkan data yang diperoleh dari menyusun, mengatur, menghubungkan, 100 sampel yang terdiri dari 18 butir soal mempersatukan bermacam-macam tentang Asumsi Masyarakat Desa Pugung pengalaman itu dan mencoba mencari Raharjo terhadap pemanfaatan Situs keterangannya. Megalithik Taman Purbalala Pugung Raharjo, Asumsi masyarakat Desa Pugung dapat disimpulkan bahwa asumsi masyarakat Raharjo terhadap Situs Megalithik Taman Desa Pugung Raharjo terhadap Situs Purbakala sebagai tempat sakral adalah Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo sebanyak 485 atau 26,9% memahami, yang sebagai tempat wisata adalah sebanyak 608 artinya sebanyak 26,9%. atau 33,4% mengetahui. Masyarakat Desa Pugung Raharjo Masyarakat mengetahui Situs Megalithik memahami benar tentang pemanfaatan Situs Taman Purbakala Pugung Raharjo sebagai Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo tempat wisata secara umum apa adanya dari dan masyarakat mengerti benar akan suatu hasil penglihatan tanpa tahu sebab-sebabnya. keadaan dan dapat memberikan suatu makna Asumsi masyarakat Desa Pugung dari apa yang dipelajari. Raharjo terhadap situs Megalithik Taman Walaupun Masyarakat Desa Pugung Purbakala Pugung Raharjo sebagai tempat Raharjo mempunyai tingkat asumsi yang pembelajaran sejarah adalah sebanyak 716 berbeda pada Situs Megalithik Taman atau 39,6%, yang artinya sebanyak 39,6% Purbakala, namun masyarakat Pugung Raharjo Masyarakat Desa Pugung Raharjo mengerti tetap dapat memanfaatkan dan memelihara dalam artian bukan hanya sekedar tahu tentang Taman Purbakala dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA Gazalba,Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta: Bharata Karya Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Aksara. 221 Halaman Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa. 215 Halaman Hadi, Sutrisno. 1991. Pengantar Metode Riserch Sosial, Yogyakarta: Yayasan Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur penelitan Fakultas Psikologi. 421 Halaman Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta. 378 Halaman Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan, : Bumi aksara. 107 Atmojo, Junus Satrio, 1999. Vademekum Halaman Benda Cagar Budaya, Jakarta: Proyek Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Pusat Bidang Social, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 200 Halaman Endjat D.J. dan Hermansyah. 1989. Sejarah pugungraharjo dan kepurbakalaan, Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi 1989. Bandar Lampung: Palapa Jaya. 72 Metode Penelitian Survei, Jakarta: Halaman LP3ES. 336 Halaman

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Soekmono, R. 1991. Pengantar Sejarah Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Kebudayaan Indonesia I, Yogyakarta: Cipta. 149 Halaman Kanisius. 83 Halaman

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Undang-undang Republika Indonesia. 1992. Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. Tentang Benda Cagar Budaya dan Penjelasannya. Direktorat Perlindungan Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan 2011. Metodologi Penelitian sosial, Purbakala. Departemen Pendidikan dan Jakarta: Bumi Akasara.167 Halaman Kebudayaan. 15 Halaman