Eksistensi Kesenian Tanjidor Di Kota Pontianak
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK Imam Azhari, Ismunandar, Chiristianly Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: [email protected] Abstract Tanjidor is a kind of entertainment bersiafat artistry Betawi folk orchestra, which uses western musical instruments, especially wind instruments. Tanjidor originally developed from landhuis environment. This art entered West Kalimantan around the 16th century through the trade at the time. This art is played to enliven a variety of events such as weddings, circumcisions, and events such as birthdays governance Pontianak. This study was to determine objectively clarity about the arts tanjior in Pontianak. The method used in this research is descriptive. Forms of research used in this research is a form of qualitative research. The research subjects were the players Tanjidor in Pontianak. The results showed that the presence of musical arts tanjdor in Pontianak is as follows: factors that encourage the existence of musical arts tanjidor in Pontianak is factor artist changes in the society Factors inhibiting presence tanjidor musical arts in Pontianak is The element of art dating from the West. Changes in agrarian society to industrial. Measures to overcome barriers to the existence of musical arts tanjidor in Pontianak Regarding the readiness of the Indonesian nation in the face of modernization.) Music tanjidor in Pontianak City is in need of Pontianak City. Keywords: Existence, MusikTanjidor PENDAHULUAN Tanjidor merupakan kesenian yang memeriahkan hajatan seperti bersifat hiburan sejenis orkes rakyat pernikahan, khitanan atau pesta-pesta Betawi, yang menggunakan alat-alat umum seperti perayaan HUT RI. musik Barat, terutama alat tiup, seperti Kelompok Tanjidor juga kadang yang dikatakan Nirwanto dkk (1998:50) diundang untuk acara penyambutan para yang membahas tentang tanjidor yang tamu undangan Pejabat-pejabat Negara ada di Jakarta. Nirwanto mengatakan pada acara-acara besar di kantor bahwa tanjidor adalah sejenis orkes pemerintahan. rakyat Betawi yang menggunakan alat- Kesenian Tanjidor di Kota alat musik barat terutama alat musik tiup Pontianakmerupakanaset yang harus seperti piston (cornet a piston), dijaga dan dilestarikan dan diharapkan trombon, tenor, klarinet, bas dan tidak punah dan tetap bertahan di dilengkapi dengan alat musik membran tengah-tengah masyarakat Kota yang biasa disembut tambur dan Pontianak.Kesenian Tanjidor di genderang. Pontianak merupakan kesenian musik Pada tahun 1980-an, Kesenian orkes Betawi yang diwarisi dari generasi Tanjidor bisa dikatakan salah satu terdahulu ke generasi selanjutnya. Oleh pertunjukan yang paling diminati di karena itu dengan tetap adanya kesenian Kota Pontianak.Oleh masyarakat ini maka tidak akan pernah putus pesan- setempat. tanjidor biasa digunakan untuk pesan dari para leluhur untuk dijadikan sebagai pedoman hidup masyarakat daerahnya sendiri, sementara seni dan Pontianak, serta kekayaan budaya budaya asing dipertahankan dalam gaya daerah tetap dapat dilestarikan oleh kehidupannya. masyarakat setempat. Selain itu dalam kenyataanya, Pewarisan seni tradisional terutama pembinaan kesenian tradisional pada era modernisasi dihadapkan pada dilaksanakan terlambat, sehingga tantangan zaman yang semakin banyak seni tradisi yang ditinggalkan kuat.Karena adanya perubahan oleh masyarakat pendukungnya.Hal komposisi penduduk, tingkat tersebut bisa jadi merupakan salah satu pendidikkan, mata pencaharian serta dampak dari arus transformasi seni industrialisasi yang mampu menggusur budaya yang datang dari aspek kehidupan budaya masyarakat Barat.Akibatnya, kelompok-kelompok setempat. Keadaan ini sesuai dengan apa kesenian tradisional banyak yang yang diungkapkan oleh A.O Yoeti “gulung tikar” karena sepinya (1985: 10) bahwa: Dalam bidang permintaan untuk pentas, sehingga kesenian terjadi permasalahan yang pergelaran sudah jarang dilakukan dan menyangkut pada selera hal itu menyebabkan proses pelestarian masyarakat.Sebagian masyarakat dan pewarisan kebudayaan menjadi seleranya beralih pada seni modern, terhambat. karena kesenian-kesenian yang Dalam konteks Kesenian tanjidor, tradisional yang masih ada dirasakan bahwa kepunahan sebuah kesenian lokal terdapat kekurangan-kekurangan sebagai aset budaya daerah dapat terjadi dibandingkan kesenian modern yang jika tidak ada rasa kepedulian serta mulai melanda masuk desa. keinginan melestarikannya, terutama Gejala tersebut di atas dipengaruhi dari generasi muda selaku generasi yang oleh adanya perkembangan ilmu bertanggungjawab untuk meneruskan pengetahuan dan teknologi serta kelestarian seni tradisional.Tantangan masalah selera dari generasi muda, yang dihadapi oleh kesenian tanjidor karena dalam persoalan seni tradisi, saat ini adalah regenerasi.Minimnya banyak keunikan dan nilai yang minat generasi muda untuk belajar tersembunyi dan umumnya hal tersebut tanjidor adalah salah satu penyebab tidak diketahui oleh banyak orang kenapa kesenian ini diambang terutama generasi muda.Secara fisik kepunahan.Bahkan anak-anak pemain mereka tahu wujud dari tradisi, namun Tanjidor sendiri banyak diantaranya nilai dan makna di balik wujud musik- yang sudah tidak ingin meneruskan musik tradisi tersebut tidak keahlian orang tua mereka. diketahui.Oleh sebab itu, cukup Selain itu, perhatian dari instansi beralasan bila kesenian tradisional pada terkait pun dirasakan sangat kurang saat ini mulai dilupakan oleh generasi terhadap keberadaan dan perkembangan muda. kesenian tanjidor.Setelah semakin Kesenian tanjidor di Kota berkembangnya kesenian modern, maka Pontianak mengalami kemunduran, hal kesenian tanjidor semakin jarang tersebut tidak terlepas dari berkurangnya digelar. Seni budaya tradisional yang permintaan untuk melakukan harus dijaga, bukan hal yang mustahil pementasan.Sebagian masyarakat akan mengalami kekosongan yang akan seleranya mulai beralih pada seni berujung kepada kepunahan di tempat modern seiring maraknya kesenian seni budaya itu muncul dan modern yang muncul di lingkungan berkembang. Padahal mengingat masyarakat. Bahkan tidak sedikit orang keberadaannya itu sebagai salah satu yang sudah melupakan seni dan budaya komoditi penting dalam suatu budaya masyarakat. kesenian tanjidor ini sudah penelitian berlangsung dan menyajikan seharusnya mendapatkan perhatian yang apa adanya”. lebih dari pemerintah, karena hal ini, Berdasarkan pendapat di atas dapat mengkhawatirkan akan memusnahkan disimpulkan bahwa metode deskriptif aset budaya bangsa ini. Kekhawatiran adalah sebuah cara penelitian yang ini pun diperkuat dengan adanya dilakukan untuk mengungkap suatu kenyataan bahwa sistem pewarisannya gambaran berupa kata-kata dan disajikan pun sangat lambat dan tersendat. atau ditafsirkan secara objektif. Metode Hal tersebut di atas menjadi deskriptif digunakan dalam penelitian ketertarikan bagi penulis sehingga ini karena ingin menggambarkan dijadikanlah ide dasar dari judul skripsi eksistensi perkembangan musik tanjidor ini.Dalam skripsi ini penulis mencoba di Kota Pontianak. untuk mengkaji lebih dalam tentang Kesenian Tanjidor di Kota HASIL DAN PEMBAHASAN Pontianak.Maka diangkatlah judul; Hasil “Eksistensi Kesenian Musik Tanjidor di Kebutuhan masyarakat akan musik Kota Pontianak”. tanjnidor untuk mengisi acara hiburan sangat mempengaruhi eksistensi musik METODE PENELITIAN tanjidor yang ada. Selama musik Metode penelitian yang tanjidor masih digunakan masayarakat, dipergunakan dalam penelitian ini maka musik tanjidor masih bisa adalah penelitian deskriptif. Riyanto, Y. dipertahankan keberadaanya, karena (2001:3) mengatakan, “Penelitian masyarakat hidup karena seni dan seni deskriptif adalah penelitian yang bisa menghidupi masyarakat. Selain itu diarahkan untuk memberi gejala-gejala, biaya yang dikeluarkan untuk jasa fakta-fakta, atau kejadian-kejadian hiburan seperti musik tanjidor sangat secara sistematis dan akurat mengenai terjangkau dibandingkan dengan musik sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”. yang lain. Adat dan tradisi yang berlaku Subana, M. dan Sudrajat, S. (2001:23) di masyarakat merupakan faktor yang menyatakan, “Penelitian deskriptif sangat mendukung dalam menjaga menuturkan dan menafsirkan data yang eksistensi musik tanjidor secara umm berkenaan dengan fakta, keadaan, dan kelompok khususnya pada grup variabel dan fenomena pada saat tanjidor yang ada di Kota Pontianak. Kesenian Tanjidor Saat Penampilan HUT Kota Pontianak Di Masjid Raya. Kebudayaan termasuk faktor yang dihadapkan pada pengaruh mempengaruhi eksistensi musik tanjidor globalisasi.Globalisasi ditandai dengan khususnya pada masyarakat Melayu di semakin majunya sistem komunikasi Kota Pontianak. Musik tanjidor masih dan informasi menjadikan masyarakat ada sampai saat ini karena budaya turun lebih cenderung meminati jenis hiburan temurun dari nenek moyang yang yang ditayangkan oleh stasiun TV, baik menggunakan musik tanjidor sebagai itu kesenian tradisional maupun seni sarana hiburan pada acara yang di yang datangnya dari budaya luar bila selenggarakan. dibandingkan dengan hiburan seni Minat ditandai dengan adanya pertunjukkan daerah. Berubahnya minat dorongan, perhatian, rasa senang, masyarakat yang lebih memilih jenis kamampuan, dan kecocokan atau kesenian yang ditayang kan oleh media kesesuaian.Muhammad Saad Ahmad, 68 elektronik membuat tugas seniman tahun mengatakan:Musik tanjidor di musik tanjidor menjadi semakin berat. Pontianak memmang tidak se eksis dulu Untuk menumbuhkan kecintaan lagi, karena pemain tanjidor sudah terhadap kesenian tradisioanl diperlukan benyak berusia lanjut.Generasi