2014 Statistic of Morotai Island 2014
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
STATISTIK KABUPATEN PULAU MOROTAI STATISTIC OF MOROTAI ISLAND 20 14 STATISTIK PULAU MOROTAI 2014 STATISTIC OF MOROTAI ISLAND 2014 Ukuran Buku / Book Size : 14,8 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman / Number of Pages : xxxiv+189 halaman Naskah / Manuscript : BPS Kabupaten Pulau Morotai BPS – Statistics Morotai Island Regency Penyunting/Editor : BPS Kabupaten Pulau Morotai BPS – Statistics Morotai Island Regency Gambar Depan / Cover : Pelabuhan Imam Lastori / Imam Lastori Fort Diterbitkan Oleh / Printed By : BAPPEDA KABUPATEN PULAU MOROTAI Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai [1] Morotai Selatan [2] Morotai Timur [3] Morotai Selatan Barat [4] Morotai Utara [5] Morotai Jaya ARTI DAN LAMBANG DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Komponen-komponen lambang yang terdapat pada lambang di atas, diurut berdasarkan susunan artistik dengan menggunakan kaidah estetik, adalah: 1. Perisai Putih (Besi Putih) Berbingkai Les Merah Melambangkan: Perisai yang berfungsi sebagai pelindung, penangkis, pertahanan jiwa yang suci masyarakat Pulau Morotai sampai kapanpun, dan dalam keadaan apapun, senantiasa membingkai dan terbingkai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (dalam semangat merah putih). 2. Lapisan Perisai Biru Laut Melambangkan: a. Pulau Morotai sebagai daerah maritim, yang luas wilayahnya melebihi luas wilayah daratan, kaya akan potensi kelautan yang belum teridentifikasi secara menyeluruh. b. Laut juga merupakan sumber penghidupan paling pokok bagi masyarakat Pulau Morotai, yang sebagian besarnya adalah sebagai masyarakat pesisir. c. Pulau Morotai sebagai gugusan pulau terluar nusantara, yang Wilayah lautnya merupakan jalur eksklusif, persis berada pada bibir Samudera Pasifik “Laut Halmahera”, berbatasan dengan wilayah laut Negara Filipina dan laut Negara Amerika. d. Laut Pulau Morotai merupakan pintu pertahanan dan ketahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus diperkuat oleh seluruh elemen bangsa, terutama masyarakat sebagai Komponen Dasar Sishankamrata (Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta) dalam memperjuangkan dan mmpertahankan Pulau Morotai sampai kapanpun, tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Biru Muda (Biru Langit) Melambangkan: a. Wilayah udara Pulau Morotai merupakan geostrategic bagi Negara Kesatuan Republk Indonesia dalam menjaga stabilitas ketahanan negara b. Pulau Morotai memiliki sejarah wilayah udara yang kuat, dengan landasan penerbangan sekutu terbesar pada jamannya seperti Pitu Strep atau Pitu Guama Air Line pada perang dunia kedua, untuk menciptakan pedamaian dunia, dan kontribusinya terhadap kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Pasir Putih Degradasi Hitam (Pasir Biji Besi) Melambangkan: a. Daratan Pulau Morotai maupun gugusan pulau- pulau kecil, di kelilingi hamparan pasir putih dan pasir hitam yang halus, serta memiliki nilai pariwisata pantai yang mempesona sejak dahulu kala, baik bagi masyarakat lokal, maupun internasional. b. Hamparan pasir yang sebagian besarnya adalah pasir hitam, memiliki potensi yang paling besar sebagai biji besi. 5. Pintu Gerbang Putih Melambangkan: Pulau Morotai di simbolkan atau dengan predikat yang melekat secara geografis dan strategis sebagai gerbang pasifik atau gerbang asia pasifik, ini telah dan harus selalu menjadi icon Pulau Morotai sampai kapanpun. 6. Peta Pulau (Pulau Morotai) Melambangkan: Pulau Morotai secara geografis dan strategis merupakan pulau yang menjadi titik perhatian seluruh dunia, karena menjadi fakta sejarah peradaban dan perdamaian dunia pada masanya. Bentuknya yang unik memunculkan beragam interpretasi, beberapa Negara sekutu yang pernah mendudukinya menyatakan dan mempublikasikan Pulau Morotai sebagai pulau kenangan. Pulau dengan warna kuning yang menggambarkan cahaya matahari yang menyinari kegelapan hidup di penjuru dunia. 7. Burung Elang (Godhoba) Melambangkan: Masyarakat Pulau Morotai sejak dahulu kala (jaman bacanga) hingga kini, telah mengidentikan atau mendedikasikan dirinya sebagai lambang keperksaan dan keberanian. 8. Pakata Suku Galela (perahu canga) Melambangkan : Perahu nelayan tradisional dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di laut (tradisi basiu ngawaro/ikan julung) ; sesungguhnya perahu ini juga memiliki sejarah besar dan panjang masa lalu, yaitu perahu canga untuk melakukan ekspansi dan ekspedisi di berbagai wilayah. Sangat dikenal di Jazirah Moloku Kieraha, dari dulu dan sampai kapanpun. 9. Monumen Kemenangan Melambangkan: Monument yang dibuat berbentuk bulat, lonjong, berdiri tegak dengan warna putih (seperti bom peninggalan sekutu tahun 1943), bentuk dasar bertangga 2 dengan warna merah. Secara artistik monument tersebut merupakan bagian dari tonggak peradaban sejarah perang abad ke-2 (oleh tentara sekutu), sampai perebutan Irian Barat ke pangkuan NKRI (oleh Tentara Kesatuan RI). Warna putih dan merah pada monumen ini bermakna “sebuah kekuatan besar yang berkobar dilandasi dengan i’tikad yang suci, demi terciptanya perdamaian dunia”. 10. Parang, Tombak dan Salawaku Melambangkan : a. Parang dan salawaku ataupun tombak dan salawaku merupakan simbol kekuatan dan keberanian suku Galela dan Tobelo dalam mempertahankan diri, wilayah dan negara kesatuan. Simbol ini juga merupakan bentuk kolaborasi integrasi dua suku pada satu ekspresi tarian perang, yaitu cakalele, namun memiliki dua ciri khas gerakan yang menjadi gambaran psikologis masing-masing. b. Tiga jenis komponen alat perang tersebut juga merupakan pengkiasan dari bulan peresmian Pulau Morotai menjadi Kabupaten, yaitu pada bulan Maret/bulan tiga berdasarkan angka bilangan. 11. Pita dan Semboyan (Kasuba) Melambangkan: Ikatan kasuba (pita) putih berbis merah melambangkan tekad dan komitmen masyarakat Pulau Morotai dalam memperjuangkan tegaknya keadilan dan kebenaran di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. 12. Rangkaian Daun Kelapa, Buah Cengkeh, Buah Pala Melambangkan : a. Rangkaian daun kelapa pada sisi kiri dan kanan yang berjumlah 39 helai, rangkaian buah cengkeh pada sisi kiri dan kanan yang berjumlah 20 buah, dan buah pala yang di jajar dengan jumlah 5 buah, rangkaian ini terakumulasi dan terintegrasi, yang total jumlahnya, sama dengan 64 jumlah wilayah desa secara demografis (Undang-Undang Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pemekaran Kabupaten Pulau Morotai). b. Pada jajaran 5 buah pala yang diapit secara simetris oleh susunan daun kelapa dan buah cengkeh, menggambarkan 5 ibukota kecamatan (Kec.Morotai Selatan, Morotai Utara, Morotai Selatan Barat, Morotai Timur, dan Morotai Jaya), sebagaimana tertuang dalam UU No.53 Tahun 2008, Pasal 3 ayat (1) dan (2). c. Jajaran 2 buah pala menghadap ke kiri dan 2 buah pala menghadap ke kanan secara artistik mengapit 1 buah pala yang tegak lurus, melambangka salah satu wilayah kecamatan yang dijadikan sebagai Ibukota kabupaten (sebagaimana tertuang dalam UU No.53 Tahun 2008, Pasal 7). d. Satu buah pala yang terapit secara simetris atau seimbang menggambarkan bentuk keadilan Pemerintahan Kabupaten Pulau Morotai yang harus diwujudkan secara nyata, menuju masyarakat yang sejahtera dan bermartabat. e. Rangkaian simbolik daun kelapa, buah cengkeh dan buah pala, menggambarkan secara kualitatif dan kuantitatif bagian dari potensi perekonomian masyarakat, yang mendukung keberlangsungan hidup dan penghidupan sehari-hari. f. Buah cengkeh yang disusun pada bagian kiri dan kanan berjumlah 20 buah dikiaskan pada tanggal peresmian Pulau Morotai menjadi kabupaten. 13. Bintang Warna Kuning Melambangkan: Nilai-nilai ketuhanan yang termanifestasi pada wujud keberagamaan, perilaku masyarakat berbudaya, yang meletakkan perbedaan salah dan benar atau baik dan buruk serta memelihara lingkungannya. 14. Angka Tahun Melambangkan Sumber dasar pijakan pembangunan Kabupaten Pulau Morotai yang mengacu pada tahun penetapan Undang- Undang No 53 Tahun 2008 tentang Pemekaran Kabupaten Pulau Morotai, pada tanggal 26 November 2008. 15. Semboyan a. Awalan PO yang terdapat dalam kalimat semboyan ini menunjukkan kata kepunyaan yang jamak. Kata Dasar DIKI berarti topang dan kata Rigaho terdiri dari kata RI yang berarti himbauan, ajakan atau seruan secara bersama-sama, kata GAHO yang berarti membawa. Kata DE yang digunakan berfungsi sebagai kata penghubung seperti kata “dan”. b. Menurut istilah, kalimat PODIKI DE PORIGAHO merupakan kalimat yang saling mengajak pada sebuah proses yang kompleks ataupun komprehensif dan aktif antara satu sama lain untuk mencapai tujuan dan harapan yang dicita-citakan, yaitu “kita saling menopang dan selalu dalam kebersamaan, membentuk pemerintahan daerah yang kuat, bersatu dan bermartabat di segala bidang”. (1) Warna putih dalam perisai segi lima melambangkan kesucian dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dan kearifan budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (2) Hibua Lamo berwarna putih bersih dengan 4 (empat) tiang penyangga berwarna hitam bermakna rumah adat masyarakat Pulau Morotai yang artinya rumah besar yang dapat mempersatukan semua jenis etnis dengan perbedaan suku dan ras dalam satu atap agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan sehingga tidak mudah dipermainkan oleh siapapun yang ingin merusak tatanan dan norma pendidikan, harmonis dan demokratis yang telah dibina selama ini. Pita merah putih bertuliskan Hibua Lamo bermakna keberanian dan kesucian Pulau Morotai untuk membela, mempertahankan Negara Kesatuan NKRI. (3) Angka 2003 bermakna sebagai tahun terbentuknya Kabupaten Pulau Morotai. Lambang Daerah memantulkan berbagai jalinan warna yang serasi memberikan makna: a. Putih bermakna kesucian, persatuan