BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan Khas Daerah

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan Khas Daerah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan khas daerah saat ini sudah menjadi makanan umum bagi semua orang. Sekeliling kota Jakarta sendiri sudah banyak sekali rumah makan yang menonjolkan makanan khusus daerah masing-masing tetapi sayangnya hanya beberapa daerah saja yang banyak di angkat, fenomena ini membuat penulis tertarik untuk mengangkat tema makanan daerah untuk dijadikan sebagai buku publikasi dan sumber informasi untuk dijadikan sumber pengetahuan juga pelestarian budaya Indonesia khususnya pada makanan khas daerah. Publikasi mengenai makanan Khas Manado terasa sangat kurang sekali, hal ini disebabkan karena banyaknya anggapan masyarakaat Indonesia yang umumnya adalah mulim,mereka menganggap bahwa makanan khas Manado tidak halal. Padahal pada kenyataannya banyak sekali makanan Khas Manado yang Halal dan menggunakan bahan dasar sayur dan Ikan-ikanan dari laut. Indonesia adalah negara terdiri dari berbagai macam suku dan kebudayaan tetapi saat ini masih sedikit sekali buadaya daerah yang masih belum dikenal oleh masyarakat umum terutama budaya kulinernya.Setiap daerah memiliki budaya dan tradisi yang menarik untuk di angkat.Pada tulisan ini penulis sengaja ingin mengangkat tentang budaya makanan khas Manado Sulawesi utara. Kota Manado adalah ibu kota dari provinsiSulawesi Utara. Kota Manado seringkali disebut sebagai Menado. Motto Sulawesi Utara adalah Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang hidup untuk menghidupkan orang lain". Dalam ungkapan bahasa Manado, sering kali dikatakan "Baku beking pande" yang secara harafiah berarti "Saling menambah pintar dengan orang lain". Kota Manado berada di tepi pantai Laut Sulawesi persisnya di Teluk Manado.Taman Nasional Bunaken terletak tidak jauh dari pantai Kota Manado. 1.2 Sejarah Kota Manado merupakan pengembangan dari sebuah negeri yang bernama Pogidon.Kota Manado diperkirakan telah dikenal sejak abad ke-16.Menurut sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama "Manado" daratan mulai digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama "Pogidon" atau "Wenang". Kata Manado sendiri merupakan nama pulau disebelah pulau Bunaken, kata ini berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia berarti "di jauh". Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa dengan hasil buminya.Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah. Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli1919. Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester). Pada tahun 1951, Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei1951 Nomor 223.Tanggal 17 April1951, terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951- 1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957, Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957.Tahun 1959, Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965, Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974. Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli1623, merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari1946, dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919, yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat- surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989, Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367.Sejak saat itu hingga sekarang tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado sebagai hari jadi Kota Manado. Suku Bangsa Saat ini mayoritas penduduk kota Manado berasal dari suku Minahasa, karena wilayah Manado merupakan berada di tanah/daerah Minahasa. Penduduk asli Manado adalah suku Bantik, suku bangsa lainnya yang ada di Manado saat ini yaitu suku Sangir, suku Gorontalo, suku Mongondow, suku Arab, suku Babontehu, suku Talaud, suku Tionghoa, suku Siau dan kaum Borgo. Karena banyaknya komunitas peranakan arab, maka keberadaan Kampung Arab yang berada dalam radius dekat Pasar '45 masih bertahan sampai sekarang dan menjadi salah satu tujuan wisata agama. Selain itu terdapat pula penduduk suku Jawa, suku Batak, suku Makassar dan suku bangsa lainnya. Agama Agama yang dianut adalah Kristen Protestan, Islam, Katolik, Hindu, Buddha dan agama Konghucu. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1999, jumlah Muslim di Manado mencapai 49 persen, sedangkan Kristen 51 persen. Namun data tahun 2003 menunjukkan persentase jumlah pemeluk Islam dan Kristen sama, yakni 50:50. Meski begitu heteroginnya, namun masyarakat Manado sangat menghargai sikap hidup toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. Sewaktu Indonesia sedang rawan-rawannya dikarenakan goncangan politik sekitar tahun 1999 dan berbagai kerusuhan melanda kota-kota di Indonesia. Kota Manado dapat dikatakan relatif aman.Hal itu tercermin dari semboyan masyarakat Manado yaitu Torang samua basudara yang artinya "Kita semua bersaudara". Bahasa Bahasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Manado dan wilayah sekitarnya disebut bahasa Melayu Manado (Bahasa Manado). Bahasa Manado menyerupai bahasa Indonesia tetapi dengan logat yang khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari bahasa Belanda, bahasa Portugis dan bahasa asing lainnya. Budaya dan Gaya hidup Musik tradisional dari Kota Manado dan sekitarnya dikenal dengan nama musik Kolintang. Alat musik Kolintang dibuat dari sejumlah kayu yang berbeda-beda panjangnya sehingga menghasilkan nada-nada yang berbeda.Biasanya untuk memainkan sebuah lagu dibutuhkan sejumlah alat musik kolintang untuk menghasilkan kombinasi suara yang bagus. Secara umum kehidupan di Kota Manado sama dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pusat kota terdapat di Jalan Sam Ratulangi yang banyak dibangun pusat- pusat pembelanjaan yang terletak di sepanjang jalur utara-selatan yang juga dikenal dengan tempat yang memiliki restoran-restoran terkenal di Manado. Akhir-akhir ini Manado terkenal dengan makin menjamurnya mal-mal dan restoran-restoran yang dibangun di sepanjang pantai yang memanfaatkan pemandangannya yang indah di saat menjelangnya matahari terbenam. Makanan khas Makanan khas dari Kota Manado antara lain, Tinutuan yang terdiri dari berbagai macam sayuran. Tinutuan bukanlah bubur, sebagaimana selama ini orang mengatakannya sebagai bubur Manado. Selain Tinutuan, terdapat Cakalang Fufu yaitu ikan cakalang yang diasapi, ikan roa, Paniki (masakan dari kelelawar) dan RW (er-we) yaitu masakan dari daging anjing, babi Putar (1 ekor babi dibakar dengan cara diputar di atas bara api), biasanya dihidangkan di pesta-pesta, Babi Isi Bulu (terbuat dari daging babi yang diramu dengan bumbu-bumbu khas manado dan dibakar di dalam bambu). Terdapat juga minuman khas dari daerah Manado dan sekitarnya yaitu "saguer" yaitu sejenis arak atau tuak yang berasal dari pohon enau.Saguer ini memiliki kandungan alkohol, Cap Tikus (minuman beralkohol tinggi dari proses fermentasi). Makanan khas kota Manado lainnya yang juga cukup terkenal adalah nasi kuning yang cita rasa dan penyajiannya berbeda dengan nasi kuning di daerah lain. Selain itu ada juga masakan kepala ikan kakap bakar. Dabu-dabu adalah sambal khas Manado yang sangat populer, dibuat dari campuran potongan cabe merah, cabe rawit, irisan bawang merah dan tomat segar yang dipotong dadu dan terakhir diberi campuran kecap. Untuk makanan ringan, Manado juga punya makanan khas sejenis asinan yaitu gohu dan es kacang.Gohu dibuat dari irisan buah pepaya yang direndam dalam larutan asam cuka, gula, garam, jahe dan cabe.Selain itu ada juga kue seperti lalampa (lemper berisi ikan cakalang yang diisi dalam segumpalan beras ketan dan dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar), panada (sejenis roti goreng berisi ikan cakalang dan dibentuk dengan pilinan pada bagian tepinya), apang, kolombeng, panekuk, biapong (babi, wijen, "unti" (terbuat dari kelapa)).Dan yang tidak ketinggalan adalah, nasi jaha yang terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan santan, jahe, bawang merah dan lain-lain, kemudian dimasukan ke dalam bambu lalu dibakar. 1.3 Geografi Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40' - 124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU. Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan suhu rata-rata 24° - 27° C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun dengan iklim terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah
Recommended publications
  • Pramusaji Di Kawasan Wisata Kuliner Wakeke Kota Manado
    PRAMUSAJI DI KAWASAN WISATA KULINER WAKEKE KOTA MANADO Christine C. Liwan NIM. 070817015 ABSTRACT Tourism as an industry is the existence of very complex and very sensitive to the various changes and development. The changes mainly related to desire or motivation of the tourists who always want to find and enjoy something new to the gratification of desire or his personal experience, something different from ever perceived before. Local cultural variety which can be used as assets that cannot be likened to local culture other countries. Local cultural specificity of this often interesting views other countries.Kota Manado as a tourism destination culinary especially already exist since launching of culinary tourism area Wakeke since 2004 by the local governments. The development of tourism not only the government only in presenting the potential of nature and culture.The participation of all components in terms of business, developers and services not separated from the vision and mission to attract tourists interested in visiting into a tourist destination. Business in the service sector such as travel, hotel, restaurant, souvenirs, guidance, transportation and others trying to provide the most of service.Waitress for example is one of the elements that seem to be giving the meaning of in the development of tourism but they become the spearhead in offer a service that friendly, polite and appreciate so the tourists visitors satisfied and want to visit back. Keywords: waitress, tourism, service Jurnal Holistik Tahun VIII No. 15 / Januari t Juni 2015 1 PENDAHULUAN dan tidak segan-segan membayar Pariwisata sebagai sebuah mahal untuk menikmati suatu industri merupakan bidang yang hidangan.
    [Show full text]
  • Paper3297.Pdf
    JBK Jurnal Bisnis & Kewirausahaan Volume 17 Issue 1, 2021 ISSN (print) : 0216-9843 ISSN (online) : 2580-5614 Homepage : http://ojs.pnb.ac.id/index.php/JBK Pengaruh Supply Chain Drivers (Cost Reduction dan Growth) terhadap Partnership in Marketing and Sales Performance Gladys Greselda Gosal 1, Timotius F.C.W. Sutrisno 2, Ricky Martin Palimbong 3 1,2,3 Fakultas Manajemen dan Bisnis, Universitas Ciputra Surabaya, Indonesia [email protected] Abstract. This study aims to determine the effect of supply chain drivers, namely cost reduction and growth on partnership in marketing and sales as well as marketing and sales performance in the food and beverage manufacturing industry in Indonesia. This research uses quantitative methods with PLS-SEM analysis techniques. The population used in this study are managers who work in food and beverage manufacturing companies who are members of Indonesian Production and Operations Management Society (IPOMS), totaling 711 managers. The sampling technique uses random sampling with a total of 70 samples and data obtained by 50 respondents. The results of this study indicate that cost reduction does not affect partnership, but directly performance. Meanwhile, growth affects partnership and performance. Partnership has a direct effect on marketing and sales performance, furthermore, partnership is also proven to mediate the effect of growth on performance, but is not proven to mediate the effect of cost reduction on performance. The results of this study show that it is important for companies to implement cost reduction and maintain growth, in order to open opportunities for partnership with other companies, especially in marketing and sales division which in turn can improve marketing and sales performance within the company.
    [Show full text]
  • 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1
    BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. One-Stop Wisata 2.1.1.1. Definisi One-Stop Wisata a) Pengertian One-Stop : Satu pemberhentian tempat yang temporer maupun permanen dimana pengunjung dapat melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan. One-stop menyediakan berbagai macam barang/layanan pada satu lokasi. Tempat/lokasi tersebut memiliki bermacam fasilitas/layanan yang dibutuhkan. b) Pengertian Wisata Wisata dalam bahasa Inggris disebut tour yang secara etimologi berasal dari kata torah (ibrani) yang berarti belajar, tornus (bahasa Latin) yang berarti alat untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis kuno disebut tour yang berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya, orang memberi padanan kata wisata dengan rekreasi. Wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga 2003, wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, bertamasya, dan sebagainya). Menurut Undang-undang Kepariwisataan Nomor 9, tahun 1990, Bab I Pasal 1:Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata tersebut mengandung empat unsur, yaitu: (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari 10 11 nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. Menurut buku yang berjudul Tours And Travel Marketing, industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan atau bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (goods and service ) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel pada umumnya.
    [Show full text]
  • Chicken Paniki Manado Indonesia from World Expo ‒Pavilion
    Chicken Paniki Manado Indonesia from World Expo –Pavilion Manadonese cooking tradition of Minahasan people of North Sulawesi, Indonesia. It is popularly known as Manado cuisine. 4 chicken legs and 2 chicken thighs or 8 cut up chicken pieces 1 teaspoon salt, divided 1/2 teaspoon lime juice 1-3/4 cups coconut juice 1/2 cup canned coconut milk 2 teaspoons granulated sugar 1/3 cup cooking oil 1/3 cup chopped shallots 1 teaspoon ground turmeric 1 to 3 red hot chili peppers 1 to 2 dried hot chili peppers 1/4 teaspoon to 2 teaspoons cayenne pepper 1 lemon grass, dried 1 teaspoon fresh minced ginger Orange leaves to garnish serving platter Chopped leeks or chives as desired 4 candlenut, sautéed or cashews Rub the chicken with 1/2 teaspoon salt and lime juice. Let stand 20 minutes. In medium sized saucepan, stir coconut juice, coconut milk, 1/2 teaspoon salt, and sugar; bring to a rapid boil. Heat cooking oil in 12 inch deep skillet. Add shallots, turmeric, hot chili peppers, dried hot chili peppers, cayenne pepper, lemon grass and ginger, cook until fragrant. Add the chicken; cook on medium heat until lightly golden brown. Remove chicken from pan to warm plate. Remove; set aside excess oil and onions from skillet. Discard dried lemongrass and dried peppers. Return chicken to skillet; pour hot coconut milk mixture over chicken. Bring to a boil; reduce heat; partially cover pan; cook, turning occasionally for about 10 to 30 minutes or chicken is tender. Remove chicken to broiling or grilling pan.
    [Show full text]
  • ANALISIS EKSISTENSI NASI TRADISIONAL SUNDA DI KOTA BANDUNG Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
    No. Daftar FPIPS : 1821/UN40.A2.8/PP/2020 ANALISIS EKSISTENSI NASI TRADISIONAL SUNDA DI KOTA BANDUNG Skripsi disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata oleh Halimah Sa’diyyah 1603728 PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI KATERING FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2020 Halimah Sa’diyyah, 2020 ANALISIS EKSISTENSI NASI TRADISIONAL SUNDA DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR HAK CIPTA Analisis Eksistensi Nasi Tradisional Sunda di Kota Bandung Oleh: Halimah Sa’diyyah 1603728 Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ©Halimah Sa’diyyah Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2020 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang, difotokopi atau cara lainnya tanpa izin dari penulis Halimah Sa’diyyah, 2020 ANALISIS EKSISTENSI NASI TRADISIONAL SUNDA DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii Analisis Eksistensi Nasi Tradisional Sunda di Kota Bandung Halimah Sa’diyyah 1603728 ABSTRAK Penelitian ini berfokus pada makanan utama tradisional Sunda varian nasi. Makanan utama tradisional Sunda ada banyak jenisnya dan memiliki beragam cara pembuatan serta cara penyajiannya. Makanan pokok masyarakat Indonesia adalah nasi. Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam jenis olahan nasi yang memiliki cita rasa yang berbeda-beda sesuai sumber daya alam maupun kebiasaan makan masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengukur tingkat eksistensi nasi tradisional Sunda di Bandung pada saat ini. Penelitian ini dilakukan menggunakan mix methods dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara secara mendalam, angket, studi literatur, dan studi dokumentasi.
    [Show full text]
  • Bubur Manado Atau Tinutuan
    Bubur Manado atau Tinutuan Ketika pertama kali datang ke Manado tahun 1991, saya menikmati bubur manado di dekat hotel tempat menginap. Sejak itu saya jatuh cinta dengan kelezatan bubur manado. Oleh karemna itu ketika ada kesempatan lagi mengunjungi kota manado, yang saya kejar adalah menikmati kelezatan bubur manado. Alhamdulillah akhirnya saya dapat menikmatinya berssama kawan lama yang menetap di kota ini sambil bercerita banyak hal dan bernostalgia. Kawan lama saya ini bernama DR Drh Sri Adiyani yang menikah dengan kawan sekelasnya DR Drh Frederik Rotinsulu, yang juga asli Manado. Kami berdua menikmati bubur manado dengan pelengkap perkedel ikan Nike, tahu goreng manado, sambal pedas, dan sambal dabu-dabu. Luar biasa lezatnya...sampai saya tertarik untuk belajar cara membuatnya dari temanku ini yang juga senang memasak. Menurutnya bubur manado sangat mudah dibuat, bahan-bahan yang diperlukan pun dengan mudah dapat dijumpai baik di pasar tradisional maupun di supermarket. Jadi, jika ingin mengetahui bagaimana cara membuat bubur manado, http://upikke.staff.ipb.ac.id Silahkan lihat resepnya di bawah ini. Resep Bubur Manado Beras 300 gram, cuci bersih Jagung manis 4 buah, sisir Ubi jalar kuning 200 gram, potong kecil Labu kuning 200 gram, potong dadu Daun bayam 100 gram Daun kangkung 100 gram Kacang panjang 100 gram, potong kecil Daun kemangi 20 helai Daun bawang 1 batang, iris kasar Daun salam 2 buah Garam 2 sendok teh Gula pasir 1/2 sendok teh Kaldu bubuk 1 sendok teh Air 1 liler Bahan Pelengkap Ikan asin 100 gram, potong dadu dan goreng sampai kering Sambal Dabu-dabu: - Cabai rawit merah 4 buah, iris tipis - Cabai rawit 6 buah, iris tipis - Bawang merah 4 butir, potong-potong - Tomat merah 1 buah, potong-potong - Jeruk nipis 2 sendok makan - Garam ½ sendok teh.
    [Show full text]
  • Microorganisms and Fermentation of Traditional Foods This Page Intentionally Left Blank
    www.ebook3000.com Microorganisms and Fermentation of Traditional Foods This page intentionally left blank www.ebook3000.com Food Biology Series Microorganisms and Fermentation of Traditional Foods Editors Dr. Ramesh C. Ray Principal Scientist (Microbiology) Central Tuber Crops Research Institute (Regional Centre) Bhubaneswar, Odisha, India and Dr. Didier Montet Food Safety Team Leader UMR Qualisud International Center for Agricultural Research for Development (CIRAD) Montpellier, France p, A SCIENCE PUBLISHERS BOOK GL--Prelims with new title page.indd ii 4/25/2012 9:52:40 AM CRC Press Taylor & Francis Group 6000 Broken Sound Parkway NW, Suite 300 Boca Raton, FL 33487-2742 © 2015 by Taylor & Francis Group, LLC CRC Press is an imprint of Taylor & Francis Group, an Informa business No claim to original U.S. Government works Version Date: 20140723 International Standard Book Number-13: 978-1-4822-2309-5 (eBook - PDF) This book contains information obtained from authentic and highly regarded sources. Reasonable efforts have been made to publish reliable data and information, but the author and publisher cannot assume responsibility for the validity of all materials or the consequences of their use. The authors and publishers have attempted to trace the copyright holders of all material reproduced in this publication and apologize to copyright holders if permission to publish in this form has not been obtained. If any copyright material has not been acknowledged please write and let us know so we may rectify in any future reprint. Except as permitted under U.S. Copyright Law, no part of this book may be reprinted, reproduced, transmit- ted, or utilized in any form by any electronic, mechanical, or other means, now known or hereafter invented, including photocopying, microfilming, and recording, or in any information storage or retrieval system, without written permission from the publishers.
    [Show full text]
  • Pembelajaran Anak Usia Dini Berbasis Budaya Lokal
    WORKSHOP DARING PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI BERBASIS BUDAYA LOKAL Diselenggarakan oleh Program Studi PIAUD IAIN Manado Selasa, 3 oktober 2020 Dr. Sigit Purnama, M.Pd. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Dr. Sigit Purnama, M.Pd. Ketua Umum PPS PIAUD Indonesia Dosen PIAUD UIN Sunan Kalijaga Saya setuju bahwa budaya membentuk pembelajaran dan perkembangan tahun-tahun awal anak usia dini. Namun, sangat sedikit yang diketahui tentang bagaimana dan mengapa hal itu mempengaruhi anak usia dini Apa itu budaya? ◦ Budaya adalah sekumpulan ide yang menentukan keyakinan dan perilaku individu dan kelompok orang dalam masyarakat, baik yang terlihat (misalnya artefak) dan yang tidak terlihat (misalnya adat) (Hofstede, 1980; Stephens, 2007) Apa itu budaya lokal? ◦ Tata cara hidup, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, seni, pemikiran, sistem nilai, cara kerja yang khas dari suatu masyarakat atau suku bangsa daerah tertentu. ◦ KEANEKARAGAMAN BUDAYA INDONESIA. Setiap daerah di Indonesia memiliki berbagai budaya yang dapat dieksplorasi (potensi sebagai wahana pembelajaran PAUD) Apa itu kurikulum? ◦ Kurikulum dapat dipandang sebagai sistem kegiatan mengajar dan pembelajaran yang berkembang seiring waktu. ◦ Kurikulum yang didefinisikan secara sempit sebagai 'buku teks', tidak sesuai untuk PAUD karena biasanya menggunakan pengalaman langsung sebagai konten. Budaya dan kurikulum PAUD ◦ TEORI VIGOTSKY: kontribusi budaya, interaksi sosial dan sejarah dalam pengembangan mental/perilaku anak sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. ◦ KONSEP DAP (Developmentally Appropriate Practice/DAP): pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya sesuai dengan lingkungan sosial dan budaya dimana anak tersebut tinggal. Budaya dan kurikulum PAUD ◦ Aspek budaya dalam kurikulum cenderung memandang pendidik sebagai 'pembawa ideologi budaya’ (Moore, 2000: 91) yang menyampaikan budaya tradisional lokal kepada siswa melalui gaya mengajar dan isi kurikulum.
    [Show full text]
  • Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Makanan Khas Sulawesi Utara Yang Menunjang Diet Fernando D
    E-journal Teknik Informatika, Volume 9, No 1 (2016), ISSN : 1 Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Makanan Khas Sulawesi Utara yang Menunjang Diet Fernando D. Sawel, Alicia A. E. Sinsuw, Muhamad D. Putro Teknik Informatika Universitas Sam Ratulangi Manado, Indonesia. [email protected], [email protected],[email protected] Abstrak – Makanan Khas Sulawesi Utara sebagian seimbang untuk diet memasok nutrisi dan energi untuk besar berasal dari lemak hewani, Banyak orang-orang menjaga sel-sel tubuh, jaringan, dan organ, dan untuk pendatang, baik sedang melakukan wisata maupun ada yang mendukung pertumbuhan dan juga perkembangan normal. tinggal untuk studi di manado, sehingga permasalahan yang terjadi pada makanan minahasa, membuat masayarkat sulawesi Masyarakat etnik Minahasa mempunyai suatu kebiasaan utara maupun pendatang atau yang sedang melakukan program pesta yang diikuti dengan pesta makan atau makan makanan diet penurunan berat badan, enggan untuk mengkonsumsi Minahasa yang sebagian besar berasal dari lemak hewani, makanan khas minahasa yang bisa mengakibatkan kegemukan selain itu, bahan – bahan untuk mengolah makanan minahasa atau kelebihan kalori. Tujuan dan Manfaat dari aplikasi ini, sangat mudah di dapatkan. Banyak orang-orang pendatang, untuk membuat aplikasi Sistem Pendukung Keputusan (SPK) baik sedang melakukan wisata maupun ada yang tinggal untuk Rekomendasi Makanan Khas Sulawesi Utara yang Menunjang studi di manado, sehingga permasalahan yang terjadi pada Diet, Sehingga manfaatnya, masyarakat dapat mengetahui makanan khas sulawesi utara membuat masayarkat sulawesi makanan khas sulawesi utara yang dapat menunjang diet. utara maupun pendatang atau yang sedang melakukan program Kriteria untuk diet penurunan berat badan yang di digunakan diet penurunan berat badan, enggan untuk mengkonsumsi dalam penilaian perbandingan berpasangan yaitu, Protein 40%, makanan khas minahasa yang bisa mengakibatkan kegemukan Karbohidrat 50% dan Lemak 10% .
    [Show full text]
  • Inheritance System Of
    E-Journal of Cultural Studies Feb 2018 Vol. 11, Number 1, Page 25-31 DOAJ Indexed (Since 14 Sep 2015) ISSN 2338-2449 https://ojs.unud.ac.id/index.php/ecs/ INHERITANCE SYSTEM OF TINUTUAN GASTRONOMY IN MANADO CITY Grace Kerly Lony Langi Nutrient Department, Poltekkes Kemenkes Manado email: [email protected] ABSTRACT Tinutuan is known as a local culinary which is close to all socio-economic status, religion and belief, gender, and age. There is no limit to consuming it, therefore tinutuan can be accepted as one of the culinary choices for people outside the region and abroad. The problem now, things related to history, preparation, processing, and presentation tinutuan not all people Manado City find out tinutuan fans. This study aims to interpret the tinutuan gastronomic inheritance system so that tinutuan as gastronomy in Manado City is not marginalized even extinct. Research data in the form of observation, interview, literature study, and documentation by using qualitative approach. Informants were determined purposively. The results show formal and informal inheritance systems in gin tinutuan gastronomic practices. Tinutuan gastronomy became the culinary heritage of the city of Manado, therefore recommended inheritance system in the family and culinary business is not broken. In addition, the active role of society and educational organizations to socialize tinutuan culinary in the pattern of daily eating habits. Keywords: inheritance system, tinutuan culinary, gastronomy, family, business. INTRODUCTION Tinutuan is an oral tradition because it is known and developed from the local culture which is repetition and reproduction or continuation of the past (Piliang, 2005; Pudentia, 200). What affects the continuity of the tinutuan gastronomic oral tradition is a matter of inheritance because it is an important issue related to the oral tradition in question.
    [Show full text]
  • Different Eating Habits Tinutuan As Local Food on Rural Area and Urban Area in North Sulawesi Province
    Proceeding Manado Health Polytechnic 1st International Conference. ISSN : 2599-2031 DIFFERENT EATING HABITS TINUTUAN AS LOCAL FOOD ON RURAL AREA AND URBAN AREA IN NORTH SULAWESI PROVINCE Grace K.L. Langi1, Nonce N. Legi2, Ruqayah Yunus3 123Department of Nutrition, Health Polythecnic of Ministry of Manado [email protected] ABSTRACT Culinary tinutuan commonly known to the general public with manado porridge consumed by all walks of life, ie both in urban and rural areas. Culinary tinutuan use local food to be an icon in Manado urban communities although derived from the eating habits of rural communities in Minahasa District. The purpose of this research is to know the difference of culinary eating pattern of tinutuan as local food in rural area of Pineleng Health Center and urban Puskesmas Bahu in North Sulawesi Province. Type of descriptive analytic research with cross sectional approach. The population in this study were all outpatients with 96 samples, 48 Puskesmas Pineleng and 48 Puskesmas Bahu. The results showed significant differences were found in culinary form of tinutuan between urban and rural population using t test (p = 0,007). Most urban residents favor the thick form (79.1%) while the rural population is only 62.5%. However, there was no significant difference between culinary eating times between urban and rural populations (p <0.000). Based on the research concluded that the frequency and shape of culinary culinary tinutuan there is a difference, while the time to eat culinary tinutuan in the morning and all the time is the same percentage in rural communities and urban communities. Suggestions and recommendations that can be submitted are the results of this study can be used as a reference for further research and can develop this research in different dimensions, as well as the process of learning local content.
    [Show full text]
  • Pengembangan Pangan Tradisional Berbasis Jagung Mendukung Diversifikasi Pangan
    SUARNI: PANGAN TRADISIONAL BERBASIS JAGUNG Pengembangan Pangan Tradisional Berbasis Jagung Mendukung Diversifikasi Pangan Suarni Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 174, Maros, Sulawesi Selatan Email: [email protected] Naskah diterima 18 Desember 2012 dan disetujui diterbitkan 9 April 2013 ABSTRACT The Role of Corn-Based Traditional Food in Food Diversification. Various corn-based traditional food in Indonesia representing a wealth ethnic food in every regions that needs to be preserved. In every region there is a specific corn based food, differ in processing methods. This paper discusses various traditional food products based on fresh corn and dried grain. Nutritional components of local corn variety were also reviewed. To improve the image of traditional corn based food an intensive promotion of the functional food contained in the simple corn food preparation is suggested. It requires that corn food be sold in food stalls and restaurants. Corn based food is considered healthier, low in cholesterol and suitable for the old people diet. Traditional food preparation based on corn could be modified using the international recipes, so that it could enter the home industries. Corn variety suitable for food industries is needed, especially those with good eating quality, high productivity and contain high nutritions. Corn based food should be promoted to broaden the food diversification program. Keywords: Traditional processed, corn, food diversification. ABSTRAK Keanekaragaman makanan tradisional berbasis jagung di Indonesia merupakan kekayaan menu spesifik yang perlu dilestarikan. Resep produk olahan di setiap daerah sangat beragam, demikian juga pemberian nama dari produk tersebut. Produk olahan tradisional sudah melekat dan membudaya di setiap daerah asalnya, bahkan merambah ke daerah lain.
    [Show full text]