Gambus Sebagai Subkultur Musikal Religius

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Gambus Sebagai Subkultur Musikal Religius PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI GAMBUS SEBAGAI SUBKULTUR MUSIKAL RELIGIUS STUDI KASUS PRAKSIS GAMBUS KELOMPOK “AL-ASYIK” AMBULU, JEMBER - JAWA TIMUR Tesis Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Magister Humaniora (M.Hum) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Nur Imroatus Sholikhah NIM: 036322001 MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI GAMBUS SEBAGAI SUBKULTUR MUSIKAL RELIGIUS STUDI KASUS PRAKSIS GAMBUS KELOMPOK “AL-ASYIK” AMBULU, JEMBER - JAWA TIMUR Tesis Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Magister Humaniora (M.Hum) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Nur Imroatus Sholikhah NIM: 036322001 MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Gambus Sebagai Subkultur Musikal Religius: Studi Kasus Praksis Gambus Kelompok Al-Asyik Ambulu, Jember-Jawa Timur” merupakan hasil karya dan penelitian saya sendiri. Di dalam bagian tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Peminjaman karya-karya sarjana lain di dalam tesis ini adalah semata-mata untuk keperluan ilmiah sebagaimana diacu secara tertulis dalam daftar pustaka. iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO Karena sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sungguh, beserta kesulitan ada kemudahan. (Q.S. Alam Nasyrah: 5-6) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Untuk Mas Kiki, Zeta dan Nashwa. Terimakasih untuk kebaikan kalian menciptakan banyak energi yang membuatku tidak berhenti berusaha vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Saya sempat merasa menulis tesis merupakan “kutukan” dalam hidup saya. Tidak ada kata lain yang melingkupi proses tersebut selain susah dan susah banget. Kalau banyak teman berseloroh saya mencari hiburan dengan “membuat anak”, itu ada benarnya juga. Meskipun banyak teman yang juga memaklumi lamanya saya bikin tesis, ya salah satunya karena urusan anak. Akan tetapi, saya juga perlu meyakinkan bahwa “hiburan dan anak” berbeda urusan dengan kesusahan saya mengurusi “kutukan” menulis tesis. Kesusahan pertama jelas pada kemampuan menulis dan membaca teks. Saya baru yakin kalau S-1 saya betul-betul “gagal” ketika dihadapkan dengan kenyataan kalau saya tidak bisa menulis sesuai dengan kaidah dan membaca sesuai maksud. Kesusahan kedua pada kepercayaan diri saya untuk yakin memakai pendekatan-pendekatan yang ditawarkan IRB. Saya sudah terlanjur percaya bahwa membuat tulisan itu intinya setuju atau menolak, mendukung atau mengkritik, deskriptif analisis atau eksplorasi deskriptif. Hingga IRB “memberi tahu” bahwa tidak perlu setuju atau menolak kalau yang diperlukan cuma merasakan; merasakan hidup itu memang hidup (kaya iklan, he) dan dapat dihidupi, bukan sekadar mekanisme dalam sistem. Untungnya Pak Nardi meyakinkan bahwa meskipun suasana membuat tesis di IRB terlihat “mengerikan”, tapi stafnya seperti flower in the desert, yang membuat saya betah. Terutama ketika Pak Nardi sudi menjadi guru belajar tata bahasa hingga menjadi tempat curhat masalah rumah tangga; Romo Banar yang selalu siap menjadi “DPR”. Pak Budiawan yang pasti sudi mengingatkan berbagai keteledoran. Mbak Hengki yang selalu siap ditanya-tanya soal kemungkinan dimaafkan dari berbagai kelalaian prosedur. Yang lebih menguntungkan lagi, IRB membuat saya berjodoh dengan Pak Johan yang selalu meng-update dunia musiknya. Di dalam bimbingan Pak Nardi dan Pak Johan, saya yakin kalau tema gambus lebih masuk akal bagi saya dari pada tema-tema yang membuat saya pura-pura mengalaminya. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berkah lain saya dapatkan dari teman-teman IRB dan keluarga. Perempuan-perempuan IRB yang “tahan banting”: mbak Ntis dengan segala kebaikan dan waktunya menemani proses berburu demi memenuhi berbagai keperluan tesis dan juga yang tidak terkait dengannya; Mbak Melati dan Mas Woody, kalau gak ada kalian, saya jamin gak akan ada bunyi musik dalam tesis saya; Izzah yang selalu rela berlama-lama mendengarkan teori-teori sok tahu saya. Teman-teman kelas: Pak Toto yang selalu percaya saya bisa nulis; Yus yang dengan caranya meyakinkan saya kalau musik bukan hal yang rumit; Ferdi yang memberikan suasana hidup baru bagi “kekuperanku”. Juga adik dan kakak kelas: Mbak Devi, Linda, Yustina, Wahyudi, Mbak Yeni, dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebut di sini. Di samping itu, keluarga Jember yang selalu percaya saya sedang melakukan hal baik dan mendukung dengan ikut-ikutan membantu mengumpulkan data. Dengan semua itu, saya yakin bahwa saya sedang menjalani tantangan, bukan “kutukan”. Tantangan yang hasilnya saya dedikasikan sepenuhnya untuk kelompok Al-Asyik Ambulu. Terima kasih telah mengajarkan saya arti “negosiasi” dan asyiknya menjadi orang biasa. Nur Imroatus S Januari 2008 viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Memahami Al-Asyik sebagai subkultur musikal religius membutuhkan tiga hal: pertama, memahami Al-Asyik sebagai bagian dari pembentuk musik; kedua, memahami musik gambus sebagai cara pemain menghidupi bentuk musiknya; ketiga, memahami bahwa dalam praktiknya, bentuk gambus yang dihidupi pemain tidak pernah benar-benar otonom. Ketiga pemahaman tersebut dapat dipakai untuk memahami, mengapa bentuk pertunjukan gambus Al-Asyik disebut religius di Ambulu? Dan, apa pentingnya hal itu bagi kelangsungan hidup bermasyarakat pemainnya? Gambus disebut religius di Ambulu melalui penilaian dalam mekanisme budaya musikal religius. Dalam medan gambus, penilaian berasal dari ruang religius dan ruang musikal. Ruang religius merupakan arena perebutan legitimasi religius dan ruang musikal merupakan arena perebutan legitimasi musikal. Legitimasi religius di Ambulu didistorsi melalui pemaknaan simbol-simbol religius, antara lain: masjid, pengajian dan musholla. Simbol-simbol tersebut secara dinamis membentuk stuktur bahasa religius yang dipakai sebagai media komunikasi bagi “suara-suara” religius. Sedangkan, legitimasi musikal dipengaruhi oleh persaingan antara bentuk-bentuk musik ruang religius dengan bentuk-bentuk musik yang disediakan oleh industri musik religius tradisi. Untuk dapat mengakses bahasa ruang, pemain harus “peka” dengan bentuk-bentuk yang disediakan setiap ruang. Bentuk yang diapropriasi pemain dari ruang religius adalah ja’fin. Sedangkan, bentuk yang diapropriasi dari ruang musikal, secara khusus, berasal dari kelompok gambus Balassyik, dalam bentuk sarah dan baladian. Hanya dengan menghidupi ja’fin, bentuk gambus pemain telah dinilai religius. Akan tetapi, habitus dan modal pemain sebagai pemain hadrah dan pemain band, membuat mereka merasa perlu bersaing dengan Balassyik. Persaingan tersebut menghasilkan empat bentuk gambus: pop ja’fin, sarah, baladian, dan dhaifah. Akan tetapi, bentuk tersebut justru memposisikan “suara” Al-Asyik sebagai suara “bising”; suara yang tidak dapat dipakai untuk berkomunikasi dengan medan gambus religius. Suara yang bahkan diragukan legitimasi religiusnya. Di sisi lain, “suara” tersebut dihidupi sebagai artikulasi kombinasi habitus dengan modal pemain. “suara” tersebut adalah identitas Al-Asyik. Pada posisi ini, identitas Al-Asyik direposisi agar dikenali oleh legitimasi lainnya. Identitas tersebut juga membawa mereka melakukan reposisi dalam ruang religius dan ruang musikal. Lebih jauh, mereka juga mereposisi statusnya. Artinya, Al- Asyik secara sadar tidak sedang ingin bersuara melalui bahasa medan gambus mainstream. Mereka bahkan mengusahakan medannya sendiri. Key words: gambus, subkultur, budaya musikal religius. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERNYATAAN iv MOTTO v PERSEMBAHAN vi KATA PENGANTAR vii ABSTRAK ix DAFTAR ISI x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Signifikansi Penelitian 5 D. Tinjauan Pustaka 5 1. Kajian Musik Gambus 6 2. Berbagai Kajian Musik 10 BAB II SOSIOLOGI BUDAYA MUSIKAL 17 A. Musik Sebagai Mentalitas (Music as Mentality) 18 B. Budaya Musikal 21 1. Budaya dan Subkulturnya 22 2. Subkultur Musikal 30 C. Kesimpulan 33 D. Metode Penelitian 35 a. Observasi Awal 35 b. Pengumpulan Data 36 c. Analisis Data 38 BAB III MEDAN GAMBUS AL-ASYIK 40 A. Ruang Religius 42 1. Masjid Besar Sebagai Ruang Distorsif 42 2. Jamaah Pengajian Sebagai Ruang Intensional 48 3. Musholla Sebagai Ruang “Bahasa” 52 B. Ruang Musikal 54 C. Kesimpulan 68 x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV GAMBUS SEBAGAI BUDAYA MUSIKAL RELIGIUS 70 A. Ja’fin: Awal perjumpaan 70 B. Sarah dan Baladian: Musik Religius, Selera Komersil 75 C. Dhaifah: Akhir Perjalanan? 83 D. Kesimpulan 90 BAB V IDENTITAS GAMBUS AL-ASYIK 92 A. Identitas Religius Sebagai Konsistensi 92 B. Identitas Musikal Sebagai Cara Bersaing 98 C. Subkultur Sebagai Reposisi Identitas 106 1. Reposisi Religiusitas 108 2. Reposisi Musikal 112 3. Reposisi Status 114 BAB VI KESIMPULAN 117 Daftar Pustaka 121 Lampiran 1. Data Diri Pemain 123 2. Kuesioner 131 3. Daftar Peta xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan salah satu cara mengenali masyarakat1. Model interaksi yang sedang dihidupi oleh seseorang atau kelompok tertentu dapat dilihat dari cara menghidupi musiknya. Salah satu contoh menghidupi musik di Indonesia
Recommended publications
  • Download Download
    INOVATE. Volume 04 Nomor 01 Tahun 2019, 34-39 APLIKASI PEMETAAN PONDOK PESANTREN BERBASIS WEB DI KABUPATEN JOMBANG Ilham Baharudin S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Hasyim Asy’ari Email: [email protected] Bambang Sujatmiko Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Hasyim Asy’ari Email: [email protected] Arbiati Faizah S1 Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Hasyim Asy’ari Email: [email protected] ABSTRAK Kabupaten Jombang dikenal dengan julukan kota santri karena banyak terdapat pondok pesantren yang terkenal di Indonesia berdomisili di kota ini. Setidaknya ada tujuh pondok pesantren besar yang terletak di wilayah Jombang. Selain dari letak geografis yang strategis di kota santri inilah lahir para tokoh besar yang salah satunya cikal bakal perlawanan masyarakat dan santri terhadap para penjajah yang di komandoi oleh Hadratussyaikh KH.M Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlotul Ulama serta KH. A Wahid Hasyim, Presiden ke- 4 K.H Abdurrahman Wahid. Berdasarkan uraian diatas, guna membantu para orang tua yang ingin mengetahui letak geografis serta sistem pengajaran di pondok pesantren yang ada di Kabupaten Jombang, dibutuhkan aplikasi pemetaan pondok pesantren yang dapat membantu para orang tua mengetahui informasi jenis pondok pesanten apa saja yang ada di Kabupaten Jombang dengan 3 kelompok yaitu : Pondok Pesantren Salaf, Pondok Pesantren Tradisional dan Pondok Pesantren Tahfidz serta mengetahui letak geografis pondok pesantren dengan visualisasi pemetaan berbasis website. Kata Kunci: Kabupaten Jombang, Pondok Pesantren, Pemetaan. ABSTRACT Jombang Regency is known as city of “santri” because there are many “pondok pesantren” which are famous in Indonesia domiciled in this city. At least there are seven large “pondok pesantren” located in the Jombang area.
    [Show full text]
  • A. Paparan Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian A. Sejarah Singkat Kota Jombang Jombang Juga Dikenal Dengan Sebutan “Kota Santr
    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Sejarah singkat kota Jombang Jombang juga dikenal dengan sebutan “kota santri”, karena banyaknya sekolah pendidikan Islam (pondok pesantren) di wilayah tersebut. Bahkan ada pameo yang mengatakan Jombang adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok pesantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Rejoso. Banyak tokoh terkenal Indonesia yang dilahirkan di Jombang, di antaranya adalah mantan Presiden Indonesia K.H. Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahid Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid (Cak Nur), serta budayawan 37 Emha Ainun Najib (Cak Nun). Konon, kata “Jombang” merupakan akronim dari kata berbahasa Jawa “ijo” dan “abang”.Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis atau kejawen).Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang.Bahkan kedua elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang. Sementara lambang Kabupaten Jombang menyimpan makna filosofis tersendiri. Berbentuk perisai, di dalamnya berisi gambar: padi dan kapas, gerbang Mojopahit dan benteng, Balai Agung (Pendopo Kabupaten Jombang), menara dan bintang sudut lima diatasnya berdiri pada beton lima tingkat, gunung, dua sungai satu panjang satu pendek. Ada pun arti gambar lambang Kabupaten Jombang terdiri dari beberapa hal. Gambar Perisai: Mengandung arti alat untuk melindungi diri dari bahaya. Gambar Padi dan Kapas: berarti kemakmuran, sebagai harapan masyarakat jombang, khususnya bangsa Indonesia umumnya. Gambar Gerbang Mojopahit: berarti jaman dahulunya Jombang wilayah kerajaan Mojopahit wewengkon krajan sebelah barat. Gambar Benteng: berarti jaman dulunya Jombang merupakan benteng Mojopahit sebelah barat, hal ini menyebabkan masyarakat bermental kuat, dinamis dan kritis.
    [Show full text]
  • International Choral Bulletin Is the Official Journal of the IFCM
    2011-2 ICB_ICB New 5/04/11 17:49 Page1 ISSN 0896 – 0968 Volume XXX, Number 2 – 2nd Quarter, 2011 ICB International CIhoCral BulBletin First IFCM International Choral Composition Competition A Great Success! Results and Interview Inside Dossier Choral Music in Malaysia, Indonesia, Singapore and Macau 2011-2 ICB_ICB New 5/04/11 17:49 Page2 International Federation for Choral Music The International Choral Bulletin is the official journal of the IFCM. It is issued to members four times a year. Managing Editor Banners Dr Andrea Angelini by Dolf Rabus on pages 22, 66 & 68 Via Pascoli 23/g 47900 Rimini, Italy Template Design Tel: +39-347-2573878 - Fax: +39-2-700425984 Marty Maxwell E-mail: [email protected] Skype: theconductor Printed by Imprimerie Paul Daxhelet, B 4280 Avin, Belgium Editor Emerita Jutta Tagger The views expressed by the authors are not necessarily those of IFCM. Editorial Team Michael J. Anderson, Philip Brunelle, Submitting Material Theodora Pavlovitch, Fred Sjöberg, Leon Shiu-wai Tong "When submitting documents to be considered for publication, please provide articles by CD or Email. Regular Collaborators The following electronic file formats are accepted: Text, Mag. Graham Lack – Consultant Editor RTF or Microsoft Word (version 97 or higher). ([email protected] ) Images must be in GIF, EPS, TIFF or JPEG format and be at Dr. Marian E. Dolan - Repertoire least 350dpi. Articles may be submitted in one or more of ([email protected] ) these languages: English, French, German, Spanish." Dr. Cristian Grases - World of Children’s and Youth Choirs ( [email protected] ) Reprints Nadine Robin - Advertisement & Events Articles may be reproduced for non-commercial purposes ([email protected] ) once permission has been granted by the managing Dr.
    [Show full text]
  • Using Popular Music Industry in Banyuwangi
    USING POPULAR MUSIC INDUSTRY IN BANYUWANGI Setya Yuwana1, Trisakti2 and Anik Juwariyah3 Cultural Arts Education Study Program Lecturers (Magister Program), Universitas Negeri Surabaya, Indonesia ABSTRACT This paper focuses on: 1) the social movement of ethnic popular music industry in Banyuwangi; 2)the motivating and obstacle factors in Usingpopular music industry in Banyuwangi; and 3) the empowerment model of artists (songwriters, music arrangers, singers and homeband players) in music industry.This research applied social movement, actor network, society empowerment and popular culture industry theories,and using the ethnographic approach. The research data are: 1) the history aspects of Using popular music industry development in Banyuwangi; 2) some real efforts which done by the art music community in Using popular music industry in Banyuwangi; 3) the music industry products in Banyuwangi; 4) royalty arrangement by music producers to the artists. This research’s results are: 1) the artists’ bargaining position can be raised if they are aware of having Intellectual Property Rights certificates in the form of copyrights; 2) the increasing of artists’ welfare can be realized by written employment contract with music producers based on the law; 3) alternative model of a fair unit price of song arrangement based on musical experience database, music producers financial ability and VCD or CD sales on the market. Keywords: music industry, social movement, empowerment model and creative economy. ABSTRAK Tujuan penelitian ini, yakni: 1) mendeskripsikan gerakan sosial industri musik-pupuler etnik di Banyuwangi; 2) mendeskripsikan faktor pendorong dan penghambat gerakan sosial industri musik- populer etnik di Banyuwangi; dan 3) membangun model pemberdayaan ekonomi kreatif seniman (pencipta lagu, pengaransemen, dan penyanyi) dalam industri musik-populer etnik di Banyuwangi.
    [Show full text]
  • Peran Nu Dan Muhammadiyah Dalam Proses Pembuatan Kebijakan Publik Di Kudus Ulya STAIN Kudus, Jawa Tengah, Indonesia Ulya [email protected]
    Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 2, Agustus 2014 PERAN NU DAN MUHAMMADIYAH DALAM PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN PUBLIK DI KUDUS Ulya STAIN Kudus, Jawa Tengah, Indonesia [email protected] Abstract ROLE OF NU AND MUHAMMADIYAH IN THE PROCESS OF MAKING PUBLIC POLICY IN KUDUS. This study aims to determine the role of mass organizations in the process of making public policy in the local level. It was especially the role played by the two largest Islamic organizations in Kudus called NU and Muhammadiyah. Examining regulations, such as UU No. 25/2004 on national development planning system, community involvement has a strong legal basis. The method used in this research was qualitative research using case studies to explore the issues. Data collection techniques used in-depth interviews of the main actors of the organization, organizational documents and newspaper clippings. The main results of this research as follows; First, NU and Muhammadiyah considers that public policies are matters of society life at large, but the presence of NU and Muhammadiyah more often considered as formality so that they are less successful in influencing the issues raised. Second, NU and Muhammadiyah fight more for the issues raised by persuasiveness because the government is open enough to have dialogue, but the space that can be utilized is still very limited. Third, although NU and Muhammadiyah have big network and members in the village, they are still less in developing and exploring the resources to get involved in public policy-making process. Keywords: Mass organizations, NU, Muhammadiyah, Participation, Public Policy. 363 Ulya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran organisasi massa dalam proses pembuatan kebijakan publik di tingkat lokal, terutama peran yang dilakukan dua ormas Islam terbesar di Kudus yakni NU dan Muhammadiyah.
    [Show full text]
  • IIAS Logo [Converted]
    Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia Educational Institutions Indonesia in Educational Negotiating Public Spaces Women from Traditional Islamic from Traditional Islamic Women Eka Srimulyani › Eka SrimulyaniEka amsterdam university press Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia Publications Series General Editor Paul van der Velde Publications Officer Martina van den Haak Editorial Board Prasenjit Duara (Asia Research Institute, National University of Singapore) / Carol Gluck (Columbia University) / Christophe Jaffrelot (Centre d’Études et de Recherches Internationales-Sciences-po) / Victor T. King (University of Leeds) / Yuri Sadoi (Meijo University) / A.B. Shamsul (Institute of Occidental Studies / Universiti Kebangsaan Malaysia) / Henk Schulte Nordholt (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) / Wim Boot (Leiden University) The IIAS Publications Series consists of Monographs and Edited Volumes. The Series publishes results of research projects conducted at the International Institute for Asian Studies. Furthermore, the aim of the Series is to promote interdisciplinary studies on Asia and comparative research on Asia and Europe. The International Institute for Asian Studies (IIAS) is a postdoctoral research centre based in Leiden and Amsterdam, the Netherlands. Its objective is to encourage the interdisciplinary and comparative study of Asia and to promote national and international cooperation. The institute focuses on the humanities and social
    [Show full text]
  • Eksistensi Grup Musik Campursari Gondo Arum Di
    JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019) JURNAL SENI MUSIK http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsm EKSISTENSI GRUP MUSIK CAMPURSARI GONDO ARUM DI DESA BONDO KABUPATEN JEPARA Jalu Sigit Aji Wiyono , Sunarto Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Abstrak ________________ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan Eksistensi dan faktor yang Sejarah Artikel: mempengaruhi grup musik Campursari Gondo Arum di desa Bondo kabupaten Jepara. Penelitian ini Diterima Oktober 2018 dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi. Pengumpulan data dilakukan Disetujui Maret 2019 dengan teknik observasi partisipasif, wawancara terstruktur dan semiterstruktur, serta dokumentasi. Dipublikasikan Juni 2019 Analisis data dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi grup musik Campursari Gondo Arum ________________ sudah cukup baik. Hal ini terbukti adanya: (1) tanggapan dari masyarakat an mendapatkan bantuan Kata Kunci sarana prasarana dari pemerintah; (2) memanfaatkan teknologi dengan menambahkan sampling- Campursari, sampling pada keyboard; (3) satu anggota grup ini memiliki gelar sarjana di bidang seni dan anggota Eksistensi. lainnya bertamatkan sekolah menengah atas. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi grup ini seperti; (1) manajemen dan pemasaran yang baik melalui media sosial; (2) performing music, yaitu Keyword grup ini memiliki ciri khas; (3) performing art, yaitu grup ini memiliki formasi dan konsep dalam Campursari, pertunjukkannya. Exestence Abstract ______________________ This study aims to find out and describe the existence and factors that influence Campursari Gondo Arum music group in Bondo village, Jepara regency. This research was carried out by using a qualitative method with a sociological approach.
    [Show full text]
  • Islam Dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi Debus Dan Maulid
    ISLAM DAN BUDAYA DI BANTEN: Menelisik Tradisi Debus Dan Maulid Hasani Ahmad Said UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta [email protected] Abstrak Sejarah mencatat pada awal abad 19, Banten menjadi rujukan para ulama di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara, khususnya tentang ilmu keIslaman. Kebudayaan Banten, yang nampak sederhana, sesungguhnya memiliki kompleksitas yang tinggi. Artikel ini mengetengahkan potret budaya Banten dengan memfokuskan pada dua pokok bahasan yakni atraksi debus dan tradisi Panjang Maulid. Penelitian menemukan bahwa beragamnya seni pertunjukan kesenian rakyat Banten, yang berkembang secara turun temurun, tidak terlepas dari pengaruh keagamaan, khususnya Islam. Abstract In the early of 19th century, Banten had became the reference of the scholars in the archipelago, even in Southeast Asia, particularly on the Islamic studies. The Bantenese culture, which seems very simple, actually has a high complexity. This article explores the portraits of Bantenese cultures by focusing on two issues namely Debus attractions and Panjang Mawlid tradition. The study finds out that the diversity of art performance of Bantenese culture, evolving from generation to generation, can not be separated from the influences of religion, especially Islam. Key Word : Islam, budaya, debus, dzikir, mulud Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 109 Hasani Ahmad Said A. Pendahuluan Islam dalam tataran teologis adalah sistem nilai dan ajaran yang bersifat Ilahiyah dan transenden. Sedangkan dalam perspektif sosiologis, Islam merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial dalam kehidupan manusia. Antara Islam dalam tataran teologis dan sosiologis yang merupakan realitas kehidupan sejatinya merupakan realitas yang terus menerus menyertai agama ini sepanjang sejarahnya. Kontak awal Islam dengan kepulauan nusantara mayoritas berlangsung di pesisir pantai, khususnya melalui aktivitas perdagangan antara penduduk lokal dengan para pedagang Persia, Arab, dan Gujarat (India).
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya Indonesia Merupakan Kebiasaan Hidup Manusia Yang Mengandung Nilai-Nilai Te
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya Indonesia merupakan kebiasaan hidup manusia yang mengandung nilai-nilai tertentu sesuai dengan kebudayaan masing-masing yang di anut, beragam jenis seni budaya di indonesa yang berkembang saat ini merupakan suatu warisan budaya yang harus kita pertahankan dan lestarikan salah satunya adalahSeni tradisional.Dalam perkembangannya, seni tradisional tidak bisa begitu saja melepaskan adat kebiasaannya.Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kita agar bisa terus dilestarikan dan tidak mengalami kepunahan.Oleh karena itu,warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah turun temurun sejak jaman dahulu perlu mendapatkan pembinaan dan pemeliharaan, kemudian dikembangkan dan dipertahankan kelestariannya. Kasmahidayat(2010 : 2) mengungkapkan bahwa “salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya yang ada dibumi ini adalah kemampuan dalam mengembangkan dan mencintai seni (berseni)”. Seni tradisional merupakan kesenian yang dikenal dengan kekhasan daerah setempat yang bisa di gambarkan dengn tingkah laku masyarakat setempat karena manusian merupakan makhluk yang berbudaya. Dalam kehidupan budayanya, manusia sering kali menciptakan kesenian-kesenian yang asal muasal nya dari kebudayaan lokal. Dalam sumber yang samaKasmahidayat (2010:11) mengungkapkan bahwa“Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang hidup ditengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan dari aktifitas masyarakat, serta merupakan ekspresi estetis dari diri manusia yang didasari oleh realitas kehidupan dalam keseharian mayarakat”. Keanekaragaman yang tersebar di tiap-tiap wilayah termasuk di Provinsi Banten, tingkah laku sosial masyarakatnya berbeda-beda.Proses akulturasi budaya Luthi Thaluthia, 2014 Tari Dalam Seni Bedug Kerok Di Kampung Seni Yudha Asri Desa Mandeur Kecamatan Bandung Kabupaten Serang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 yang berasal dari keanekaragaman masyarakat menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki Banten hingga saat ini.
    [Show full text]
  • Adapting and Applying Central Javanese Gamelan Music Theory in Electroacoustic Composition and Performance
    Adapting and Applying Central Javanese Gamelan Music Theory in Electroacoustic Composition and Performance Part II of II: Appendices Thesis submitted in partial fulfilment of requirements for the degree of Ph. D. Charles Michael Matthews School of Arts Middlesex University May 2014 Table of contents – part II Table of figures ....................................................................................................................... 121 Table of tables ......................................................................................................................... 124 Appendix 1: Composition process and framework development ..................... 125 1.1 Framework .............................................................................................................................. 126 1.2 Aesthetic development ........................................................................................................ 127 1.3 Idiomatic reference .............................................................................................................. 128 1.3.1 Electroacoustic music references .......................................................................................... 129 1.3.2 Musical time .................................................................................................................................... 130 1.3.3 Electronic cengkok and envelopes ........................................................................................ 132 1.4 Instruments and interfaces ..............................................................................................
    [Show full text]
  • Upacara Ya-Qowiyyu Dan Perubahan Sosial Masyarakat Jatinom Skripsi
    UPACARA YA-QOWIYYU DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT JATINOM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Oleh : MUH. GOZALI HASAN A. NIM : 03541500 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009 MOTTO Ambillah Apa yang Engkau lihat, dan Tinggalkan Yang Engkau Dengar Apabila matahari telah terbit, Zuhal (Saturnus) Tiadak Berguna Bagimu (Al‐Ghozali) Duh Gusti Mugi Paringo ing Margi Kaleresan Kados Margineng Manungso Kang Manggeh Kanikmatan Sanes Margineng Manungso kang Paduko Laknati Masyrik wal Magrib itu Milik Allah Kemanapun kau Hadapkan Dirimu, disitulah Wajah Allah (al‐Baqarah[2] 115) Ruh (Jiwa yang Baik) Merupakan Sesuatu yang sejati, dan Jasad merupakan instrument untuk Mewujudkan sesuatu yang sejati itu. Siapa yang Mencapai Maqom tertinggi Maka dialah yang mendapatkan Wujud‐ Tetapi setiap Partikel darinya menjaga Keunikan masing‐masing Jadikanlah Sholat Sebagai Kebutuhan Bukan Kewajiban Niat, tulus, amalkan, jaga amarah PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk mereka yang tercinta Almamaterku Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Panitia (P3KAG) Pengelola Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig Jatinom Buat yang tercinta Ibu dan Bapakku yang selalu mendo’akanku di dalam Menuntut ilmu dan dimanapun aku berada dan kepada bulek tri yang memberikan dorongan “ pokoknya Harus Selesai” Buat adikku,Muhammad Alwi Badawi Amrullah dan Kakakku,Muhammad Husein
    [Show full text]
  • Kajian Seni Vol 2 No 1 Rev.Indd
    Jurnal Kajian Seni, Vol. 02, No. 01, November 2015: 78-94 VOLUME 02, No. 01, November 2015: 78-94 KAJIAN TEKSTUAL THE DRUPADI TRILOGY KARYA ANANDA SUKARLAN Nirai Nathalia Deasy Kristiana Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada [email protected] Abstract The Drupadi Trilogy is Ananda Sukarlan’s music composition based on the story about Drupadi from Mahabharata. Aside from using the narrative literature, Sukarlan also used the music elements from Balinese gamelan in his art music composition. Therefore, by using the theory of Tripartition (Jean-Jacques Nattiez) and the theory of music interrelation (Philip V. Bohlman), The Drupadi Trilogy was analyzed textually to explain the occurrence of elements of Balinese gamelan music in the composition, the connection and correlation between the composition with other elements, and the purpose behind their connection and correlation. Keywords: The Drupadi Trilogy, Ananda Sukarlan, textual analyzes, Bali gamelan, art music Abstrak The Drupadi Trilogy adalah komposisi musik karya Ananda Sukarlan yang diambil dari kisah Drupadi dari Mahabharata. Selain menggunakan sumber naratif yang berasal dari karya sastra, Ananda juga menggunakan elemen-elemen musik tradisional yaitu gamelan Bali, dan mengolahnya dengan menggunakan teknik komposisi musik seni Barat. Kajian tekstual mengenai karya tersebut didasarkan pada teori Tripartisi oleh Jean-Jacques Nattiez dan teori interrelasi musik oleh Philip V. Bohlman, untuk mengetahui adaptasi bentuk musik tradisi di dalamnya, penggambaran koneksi dan korelasi antara karya tersebut dengan karya lain yang mempengaruhinya, dan tujuan yang melatarbelakangi koneksi dan korelasi tersebut. Kata kunci: The Drupadi Trilogy, Ananda Sukarlan, kajian tekstual, gamelan Bali, musik seni 78 Nirai Nathalia Deasy Kristiana, Kajian Tekstual The Drupadi Trilogy Karya Ananda Sukarlan PENGANTAR yang berjudul The 5 Lovers of Drupadi.
    [Show full text]