Ethnic Entrepreneurs and Collective Violence: Assessing Spatial Variations in Anti-Chinese Rioting Within Jakarta During the May 1998 Riots
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
Download Download
INOVATE. Volume 04 Nomor 01 Tahun 2019, 34-39 APLIKASI PEMETAAN PONDOK PESANTREN BERBASIS WEB DI KABUPATEN JOMBANG Ilham Baharudin S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Hasyim Asy’ari Email: [email protected] Bambang Sujatmiko Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Hasyim Asy’ari Email: [email protected] Arbiati Faizah S1 Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Hasyim Asy’ari Email: [email protected] ABSTRAK Kabupaten Jombang dikenal dengan julukan kota santri karena banyak terdapat pondok pesantren yang terkenal di Indonesia berdomisili di kota ini. Setidaknya ada tujuh pondok pesantren besar yang terletak di wilayah Jombang. Selain dari letak geografis yang strategis di kota santri inilah lahir para tokoh besar yang salah satunya cikal bakal perlawanan masyarakat dan santri terhadap para penjajah yang di komandoi oleh Hadratussyaikh KH.M Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlotul Ulama serta KH. A Wahid Hasyim, Presiden ke- 4 K.H Abdurrahman Wahid. Berdasarkan uraian diatas, guna membantu para orang tua yang ingin mengetahui letak geografis serta sistem pengajaran di pondok pesantren yang ada di Kabupaten Jombang, dibutuhkan aplikasi pemetaan pondok pesantren yang dapat membantu para orang tua mengetahui informasi jenis pondok pesanten apa saja yang ada di Kabupaten Jombang dengan 3 kelompok yaitu : Pondok Pesantren Salaf, Pondok Pesantren Tradisional dan Pondok Pesantren Tahfidz serta mengetahui letak geografis pondok pesantren dengan visualisasi pemetaan berbasis website. Kata Kunci: Kabupaten Jombang, Pondok Pesantren, Pemetaan. ABSTRACT Jombang Regency is known as city of “santri” because there are many “pondok pesantren” which are famous in Indonesia domiciled in this city. At least there are seven large “pondok pesantren” located in the Jombang area. -
A. Paparan Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian A. Sejarah Singkat Kota Jombang Jombang Juga Dikenal Dengan Sebutan “Kota Santr
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Sejarah singkat kota Jombang Jombang juga dikenal dengan sebutan “kota santri”, karena banyaknya sekolah pendidikan Islam (pondok pesantren) di wilayah tersebut. Bahkan ada pameo yang mengatakan Jombang adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok pesantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Rejoso. Banyak tokoh terkenal Indonesia yang dilahirkan di Jombang, di antaranya adalah mantan Presiden Indonesia K.H. Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahid Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid (Cak Nur), serta budayawan 37 Emha Ainun Najib (Cak Nun). Konon, kata “Jombang” merupakan akronim dari kata berbahasa Jawa “ijo” dan “abang”.Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis atau kejawen).Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang.Bahkan kedua elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang. Sementara lambang Kabupaten Jombang menyimpan makna filosofis tersendiri. Berbentuk perisai, di dalamnya berisi gambar: padi dan kapas, gerbang Mojopahit dan benteng, Balai Agung (Pendopo Kabupaten Jombang), menara dan bintang sudut lima diatasnya berdiri pada beton lima tingkat, gunung, dua sungai satu panjang satu pendek. Ada pun arti gambar lambang Kabupaten Jombang terdiri dari beberapa hal. Gambar Perisai: Mengandung arti alat untuk melindungi diri dari bahaya. Gambar Padi dan Kapas: berarti kemakmuran, sebagai harapan masyarakat jombang, khususnya bangsa Indonesia umumnya. Gambar Gerbang Mojopahit: berarti jaman dahulunya Jombang wilayah kerajaan Mojopahit wewengkon krajan sebelah barat. Gambar Benteng: berarti jaman dulunya Jombang merupakan benteng Mojopahit sebelah barat, hal ini menyebabkan masyarakat bermental kuat, dinamis dan kritis. -
Peran Nu Dan Muhammadiyah Dalam Proses Pembuatan Kebijakan Publik Di Kudus Ulya STAIN Kudus, Jawa Tengah, Indonesia Ulya [email protected]
Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 2, Agustus 2014 PERAN NU DAN MUHAMMADIYAH DALAM PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN PUBLIK DI KUDUS Ulya STAIN Kudus, Jawa Tengah, Indonesia [email protected] Abstract ROLE OF NU AND MUHAMMADIYAH IN THE PROCESS OF MAKING PUBLIC POLICY IN KUDUS. This study aims to determine the role of mass organizations in the process of making public policy in the local level. It was especially the role played by the two largest Islamic organizations in Kudus called NU and Muhammadiyah. Examining regulations, such as UU No. 25/2004 on national development planning system, community involvement has a strong legal basis. The method used in this research was qualitative research using case studies to explore the issues. Data collection techniques used in-depth interviews of the main actors of the organization, organizational documents and newspaper clippings. The main results of this research as follows; First, NU and Muhammadiyah considers that public policies are matters of society life at large, but the presence of NU and Muhammadiyah more often considered as formality so that they are less successful in influencing the issues raised. Second, NU and Muhammadiyah fight more for the issues raised by persuasiveness because the government is open enough to have dialogue, but the space that can be utilized is still very limited. Third, although NU and Muhammadiyah have big network and members in the village, they are still less in developing and exploring the resources to get involved in public policy-making process. Keywords: Mass organizations, NU, Muhammadiyah, Participation, Public Policy. 363 Ulya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran organisasi massa dalam proses pembuatan kebijakan publik di tingkat lokal, terutama peran yang dilakukan dua ormas Islam terbesar di Kudus yakni NU dan Muhammadiyah. -
Service Failure in Jakarta Public Bus Transport
Faculty of Economic Sciences, Communication and IT Doddy Hendra Wijaya SERVICE FAILURE IN JAKARTA PUBLIC BUS TRANSPORT Service Science Project Report Date/Term: Spring 2009 Supervisors: Bo Enquist Samuel Petros Sebhatu Karlstads Universitets 651 88 Karlstad Tfn 054-700 10 00 Fax 054-700 14 60 [email protected] www.kau.se 1. INTRODUCTION 1.1. Background Populations in most developing countries are increasing much faster than car ownership levels and therefore an increasing proportion of the population is dependent on public transport except for very short journeys. In most countries, walking is the most common mode of travel for distances of up to one or two kilometers in urban areas and much further in rural areas. Those who own bicycles tend to use them for journeys of up to about eight kilometers, beyond which public transport is preferred mode. Public transport also provides an alternative to those who have private transport, but are sometimes deterred from using it by traffic congestion, parking difficulties or problems in accessing certain streets, although in practice it is relatively unusual, particularly in developing countries, for car owners to use public transport to any significant extent. However, in many developing countries families tend to be large, so that even if these is a car belonging to a household, most members of the family are still likely to use public transport for at least some of their travel (Iles 2005) Public transport is therefore vital for the vast majority without access to private transport. There is need for personal mobility, in particular for access to employment opportunities, but with low income levels affordability is a common problem, while the services provided are often regarded as inadequate. -
IIAS Logo [Converted]
Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia Educational Institutions Indonesia in Educational Negotiating Public Spaces Women from Traditional Islamic from Traditional Islamic Women Eka Srimulyani › Eka SrimulyaniEka amsterdam university press Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia Publications Series General Editor Paul van der Velde Publications Officer Martina van den Haak Editorial Board Prasenjit Duara (Asia Research Institute, National University of Singapore) / Carol Gluck (Columbia University) / Christophe Jaffrelot (Centre d’Études et de Recherches Internationales-Sciences-po) / Victor T. King (University of Leeds) / Yuri Sadoi (Meijo University) / A.B. Shamsul (Institute of Occidental Studies / Universiti Kebangsaan Malaysia) / Henk Schulte Nordholt (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) / Wim Boot (Leiden University) The IIAS Publications Series consists of Monographs and Edited Volumes. The Series publishes results of research projects conducted at the International Institute for Asian Studies. Furthermore, the aim of the Series is to promote interdisciplinary studies on Asia and comparative research on Asia and Europe. The International Institute for Asian Studies (IIAS) is a postdoctoral research centre based in Leiden and Amsterdam, the Netherlands. Its objective is to encourage the interdisciplinary and comparative study of Asia and to promote national and international cooperation. The institute focuses on the humanities and social -
Islam Dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi Debus Dan Maulid
ISLAM DAN BUDAYA DI BANTEN: Menelisik Tradisi Debus Dan Maulid Hasani Ahmad Said UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta [email protected] Abstrak Sejarah mencatat pada awal abad 19, Banten menjadi rujukan para ulama di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara, khususnya tentang ilmu keIslaman. Kebudayaan Banten, yang nampak sederhana, sesungguhnya memiliki kompleksitas yang tinggi. Artikel ini mengetengahkan potret budaya Banten dengan memfokuskan pada dua pokok bahasan yakni atraksi debus dan tradisi Panjang Maulid. Penelitian menemukan bahwa beragamnya seni pertunjukan kesenian rakyat Banten, yang berkembang secara turun temurun, tidak terlepas dari pengaruh keagamaan, khususnya Islam. Abstract In the early of 19th century, Banten had became the reference of the scholars in the archipelago, even in Southeast Asia, particularly on the Islamic studies. The Bantenese culture, which seems very simple, actually has a high complexity. This article explores the portraits of Bantenese cultures by focusing on two issues namely Debus attractions and Panjang Mawlid tradition. The study finds out that the diversity of art performance of Bantenese culture, evolving from generation to generation, can not be separated from the influences of religion, especially Islam. Key Word : Islam, budaya, debus, dzikir, mulud Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 109 Hasani Ahmad Said A. Pendahuluan Islam dalam tataran teologis adalah sistem nilai dan ajaran yang bersifat Ilahiyah dan transenden. Sedangkan dalam perspektif sosiologis, Islam merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial dalam kehidupan manusia. Antara Islam dalam tataran teologis dan sosiologis yang merupakan realitas kehidupan sejatinya merupakan realitas yang terus menerus menyertai agama ini sepanjang sejarahnya. Kontak awal Islam dengan kepulauan nusantara mayoritas berlangsung di pesisir pantai, khususnya melalui aktivitas perdagangan antara penduduk lokal dengan para pedagang Persia, Arab, dan Gujarat (India). -
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya Indonesia Merupakan Kebiasaan Hidup Manusia Yang Mengandung Nilai-Nilai Te
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya Indonesia merupakan kebiasaan hidup manusia yang mengandung nilai-nilai tertentu sesuai dengan kebudayaan masing-masing yang di anut, beragam jenis seni budaya di indonesa yang berkembang saat ini merupakan suatu warisan budaya yang harus kita pertahankan dan lestarikan salah satunya adalahSeni tradisional.Dalam perkembangannya, seni tradisional tidak bisa begitu saja melepaskan adat kebiasaannya.Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kita agar bisa terus dilestarikan dan tidak mengalami kepunahan.Oleh karena itu,warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah turun temurun sejak jaman dahulu perlu mendapatkan pembinaan dan pemeliharaan, kemudian dikembangkan dan dipertahankan kelestariannya. Kasmahidayat(2010 : 2) mengungkapkan bahwa “salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya yang ada dibumi ini adalah kemampuan dalam mengembangkan dan mencintai seni (berseni)”. Seni tradisional merupakan kesenian yang dikenal dengan kekhasan daerah setempat yang bisa di gambarkan dengn tingkah laku masyarakat setempat karena manusian merupakan makhluk yang berbudaya. Dalam kehidupan budayanya, manusia sering kali menciptakan kesenian-kesenian yang asal muasal nya dari kebudayaan lokal. Dalam sumber yang samaKasmahidayat (2010:11) mengungkapkan bahwa“Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang hidup ditengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan dari aktifitas masyarakat, serta merupakan ekspresi estetis dari diri manusia yang didasari oleh realitas kehidupan dalam keseharian mayarakat”. Keanekaragaman yang tersebar di tiap-tiap wilayah termasuk di Provinsi Banten, tingkah laku sosial masyarakatnya berbeda-beda.Proses akulturasi budaya Luthi Thaluthia, 2014 Tari Dalam Seni Bedug Kerok Di Kampung Seni Yudha Asri Desa Mandeur Kecamatan Bandung Kabupaten Serang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 yang berasal dari keanekaragaman masyarakat menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki Banten hingga saat ini. -
Title of the Document
Underage drivers rule the road by night “It’s not that hard once you’ve got it moving,” says Andi Ilham as he powers a lurching Metro Mini at high speed down a Jakarta street late at night. The No. 75 bus that he drives most nights, plying the popular route between Blok M and Pasar Minggu in South Jakarta, is one of a fleet of 13 that belongs to a distant relative, through whom Andi got the job. He says he started out as a conductor on one of the Metro Minis, and gradually learned how to drive the heavy, smoke-belching bus. Neatly dressed in a button-down checked shirt and jeans, and wearing closed shoes, Andi is not your typical Metro Mini driver. That’s because he’s only 16 years old. Too young to apply for a driver’s license or even an ID card — the minimum age for both is 17 — Andi has been driving Metro Minis since he was 15. He claims to be one of a growing number of underage sopir tembak — illegal drivers who fill in for the regular drivers, usually at night, when the streets are less crowded and the police not as likely to pull buses over for traffic infractions. While no government figures are available, the claim may hold water. When the Jakarta Globe visited Blok M, Senen and Manggarai bus terminals over several nights last week, many of the Metro Mini and Kopaja drivers admitted to being between 14 and 17 years old. These drivers, none of whom had a license, operate buses serving some of the most frequented routes, including Blok M to Ciledug, Manggarai to Pasar Minggu and Senen to Lebak Bulus. -
Jakarta's Bus Rapid Transit System Indonesia
Jakarta’s Bus Rapid Transit System CASE STUDY Indonesia | March 2016 "Transport in Asia and the Pacific faces a web of issues that need a strategic solution... Countries across the region have to contend with road safety, air pollution, social sustainability, climate change impacts, lack of public financing, decrepit infrastructure, and even cross-border bottlenecks, among others.” - James Leather, Co-Chair, ADB Transport Community of Practice Hoping to improve the worsening traffic situation in Jakarta, Sutiyoso—then Governor of Jakarta—bit the bullet and pushed for the construction of the Jakarta Bus Rapid Transit (BRT) system in 2001. With worsening traffic congestion and growing population of 8 million in 2000, BRT was thought as the ultimate solution to the traffic woes of people in the capital of Indonesia. The BRT masterplan is projected to have a busway network consisting of eleven corridors. The system is a closed trunk system without a functioning feeder system. The first corridor of Jakarta’s BRT of around 12.9 km, essentially consisting of a dedicated lane and loading platforms for large buses in the inner side of city streets, began operations in early 2004. Initially, the system ran well and showed good results—patrons’ travel time was reduced by an average of 20 minutes through a clean and convenient transport system that had longer operating hours. Pre-launch objections from affected bus operators and the driving public had disappeared. However, problems on the operational and managerial aspects of the project began to crop up a few months after the BRT was launched. Months after the BRT launch, Governor Sutiyoso—then governor of Jakarta—listened intently at the problems presented by the various stakeholders of Jakarta’s Bus Rapid Transit (BRT) System. -
Upacara Ya-Qowiyyu Dan Perubahan Sosial Masyarakat Jatinom Skripsi
UPACARA YA-QOWIYYU DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT JATINOM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Oleh : MUH. GOZALI HASAN A. NIM : 03541500 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009 MOTTO Ambillah Apa yang Engkau lihat, dan Tinggalkan Yang Engkau Dengar Apabila matahari telah terbit, Zuhal (Saturnus) Tiadak Berguna Bagimu (Al‐Ghozali) Duh Gusti Mugi Paringo ing Margi Kaleresan Kados Margineng Manungso Kang Manggeh Kanikmatan Sanes Margineng Manungso kang Paduko Laknati Masyrik wal Magrib itu Milik Allah Kemanapun kau Hadapkan Dirimu, disitulah Wajah Allah (al‐Baqarah[2] 115) Ruh (Jiwa yang Baik) Merupakan Sesuatu yang sejati, dan Jasad merupakan instrument untuk Mewujudkan sesuatu yang sejati itu. Siapa yang Mencapai Maqom tertinggi Maka dialah yang mendapatkan Wujud‐ Tetapi setiap Partikel darinya menjaga Keunikan masing‐masing Jadikanlah Sholat Sebagai Kebutuhan Bukan Kewajiban Niat, tulus, amalkan, jaga amarah PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk mereka yang tercinta Almamaterku Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Panitia (P3KAG) Pengelola Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig Jatinom Buat yang tercinta Ibu dan Bapakku yang selalu mendo’akanku di dalam Menuntut ilmu dan dimanapun aku berada dan kepada bulek tri yang memberikan dorongan “ pokoknya Harus Selesai” Buat adikku,Muhammad Alwi Badawi Amrullah dan Kakakku,Muhammad Husein -
Implementing Low Carbon Public Transport Carbon Public
Implementing Low Carbon Public Transport in Jakarta Project RblE&ERenewable Energy & Energy Efficiency Project (REEEP) Project ID 108010494 Report 1 Technical Specification on Cleaner Fuel Buses for Direct Service March 2012 Table of Contents 1. BACKGROUND: DIRECT SERVICE CONCEPT 1.1 Introduction 1.2 Direct Service Concept 1.3 Fleet Type and Capacity 2. DEFINING SUITABLE FLEET FOR DIRECT SERVICE 2.1 Desired Vehicle Performance for Direct Service 222.2 Level of Emissions to be expected 3. FUEL TYPE : DIESEL or CNG? 3.1 The Benefit of Diesel 3.2 The Benefit of CNG 333.3 CbiiCombining the Two: CtiCreating A Sus ta ina ble Sys tem with Differen t Flee t AtArrangement 4. TECHNICAL SPECIFICATION DESIGN FOR DIRECT SERVICE BUSES 4.1 Introduction 4.2 Condition of Existing buses 4.3 Chassis and Engine Technical Specification 4.4 Body and Interior Specification and Design 4.5 Equipment and Supporting Tools Specification 5. PROVIDING RELIABILITY IN RUNNING THE DIRECT SERVICE 5.1 The Need for Maintenance Contract: How the Contract Should be Arranged 5.2 Quality Control: How to supervise the Maintenance and Quality Checking 5.3 Monitoring and Evaluation as Part of Quality Control 6. FLEET RECOMMENDATION Implementing Low Carbon Public Transport in Jakarta Project 2 Chapter 1 Background : Direct Service Concept Implementing Low Carbon Public Transport in Jakarta Project 3 CHAPTER 1 1.1 Introduction Transjakarta, the first Bus Rapid Transit (BRT) system in REEEP Project “Implementing Low Carbon Public Indonesia, started in 2004. As of February 2012 11 Transport in Jakarta” will outline plans and measures to Corridors, with 180 km long are in operation and served by be taken to implement the tranforming medium buses to 206 stations and 560 buses, 480 of which run on become Transjakarta Direct Service. -
Kota 45 2 Blok M APTB Sinar Jaya Dalam Kota Blok M
TERMINAL BUS BLOK M Jenis Angkutan Jumlah No. Terminal Perusahaan No. Trayek Jurusan Antar Kota Dalam Kota Kendaraan 1 Blok M damri Dalam Kota Blok M - Kota 45 2 Blok M APTB Sinar Jaya Dalam Kota Blok M - Bogor 7 3 Blok M APTB Mayasari Dalam Kota Blok M - Cileungsi 7 4 Blok M Trans Jabodetabek Dalam Kota Blok M - Ciputat 9 5 Blok M damri Dalam Kota Blok M - Bandara Soeta 14 6 Blok M PPD R. 45 Dalam Kota Blok M - Cililitan 6 7 Blok M Mayasari Bakti R. 57 Dalam Kota Blok M - Puloadung 5 8 Blok M Mayasari Bakti 05 T Dalam Kota Blok M - Bekasi 10 9 Blok M Mayasari Bakti 05 B Dalam Kota Blok M - Bekasi 10 10 Blok M Mayasari Bakti 34 Dalam Kota Blok M - Cimone 10 11 Blok M Mayasari Bakti 121 Dalam Kota Blok M - Cikarang 7 12 Blok M AJA Putra 138 Dalam Kota Blok M - Tangerang 7 13 Blok M metromini S. 69 Dalam Kota Blok M - Ciledug 27 14 Blok M metromini S. 70 Dalam Kota Blok M - joglo 9 15 Blok M metromini S. 71 Dalam Kota Blok M - Bintaro 5 16 Blok M metromini S. 72 Dalam Kota Blok M - Lebak Bulus 9 17 Blok M metromini S. 74 Dalam Kota Blok M - Rempoa 10 18 Blok M metromini S. 75 Dalam Kota Blok M - Ps. Minggu 29 19 Blok M metromini S. 77 Dalam Kota Blok M - Ragunan 4 20 Blok M metromini S. 610 Dalam Kota Blok M - Pondok Labu 26 21 Blok M metromini S.