KEBERADAAN TANJIDOR DALAM PROSESI SIRIPINANG PADA UPACARA PERNIKAHAN DI KABUPATEN BANTAENG

UTARI NUR INSANI HUSAIN 1482040010

Program Studi Pendidikan Sendratasik Jurusan Seni Pertunjukan Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Utari Nur Insani, 2019. Keberadaan Tanjidor dalam Prosesi Siripinang Pada Upacara Pernikahan di Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar. Dibimbing oleh Bapak Dr. Andi Ikhsan, S.Sn, M.Pd dan Ibu Dr. Hj. Heryati Yatim, M.Pd.

Masalah yang melatar belakangi penelitian ini adalah keberadaan tanjidor dalam prosesi siripinang pada upacara pernikahan di kabupaten bantaeng . Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah latar belakang keberadaan tanjidor dalam prosesi siripinang pada upacara pernikahan di kabupaten Bantaeng (2) Bagaimanakah keberadaan dalam prosesi siripinang pada upacara pernikahan di kabupaten Bantaeng. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan terdiri atas reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan tanjidor dalam prosesi siripinang pada upacara pernikahan di kabupaten Bantaeng “ada”. Diperkenalkan pertama kali oleh bapak Abd. Rachman seorang anak keturunan Belanda yang mengenal dan mempelajari tanjidor dari Ayahnya. Setelah mahir beliau kemudian mengajarkan kepada anak cucunya. Sehingga menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah setempat. Kemudian tanjidor dipertunjukkan pada upacara hari Kemerdekaan Republik saat itu. Seiring berjalannya waktu tanjidor kemudian dipertunjukkan pada acara pernikahan dari prosesi siripinang dan pada saat pesta pernikahan. Grup musik tanjidor mulai berkurang jumlahnya yang awalnya terdiri dari 35 grup musik, kini hanya ada 3 grup musik yang tersisa. Sehingga pada masa kini tanjidor dapat disaksikan pada prosesi siripinang saja.

Kata Kunci: Keberadaan Tanjidor, Prosesi Siripinang

BAB I nasional Indonesia lebih mantap dan PENDAHULUAN bahkan sudah bersifat konservatif.

(Hafid dkk, 1997:1). A. Latar Belakang Kabupaten Bantaeng adalah salah

Sulawesi Selatan yang berada di satu daerah yang terletak di bagian bagian kawasan timur Indonesia yang selatan Sulawesi Selatan. Daerah dikenal terdapat 3 suku yang mempunyai berjuluk Butta Toa (Tanah Tua) ini kebudayaan dan kesenian. Kesenian diapit oleh dua kabupaten, yakni yang dimaksud merupakan kesenian Jeneponto dan Bulukumba. Kabupaten yang tumbuh dan berkembang secara Bantaeng salah satu daerah yang terletak turun-temurun di lingkungan di sebelah selatan kota Makassar ini masyarakatnya. dan biasanya berwujud adalah suatu daerah yang memiliki benda-benda hasil manusia, dan juga beragam budaya salah satu diantaranya merupakan sarana yang digunakan untuk adalah musik tanjidor yang merupakan mengekspresikan rasa keindahan dari salah satu sarana hiburan masyarakat dalam jiwa manusia. Kesenian sebagai baik dalam upacara hari ulang tahun, suatu bagian dari kehidupan manusia di khitanan, ataupun pesta pernikahan yang mana saja. Kesenian juga merupakan ada di daerah Kabupaten Bantaeng. warisan dari generasi ke generasi Beberapa kesenian tersebut masih bisa mencerminkan kehidupan dan kita saksikan pada acara-acara keramaian kepribadian manusia itu sendiri. (Wahid seperti acara pesta pernikahan, khitanan, Sugirah, 2010:85) sunatan yang ada di kabupaten Bantaeng. Secara umum, kesenian dapat Upacara dan pernikahan adalah mempererat ikatan solidaritas suatu dua kata yang memiliki makna berbeda. masyarakat. Kebudayaan tidak tercipta Upacara adalah aktivitas yang dilakukan begitu saja melainkan sengaja diciptakan di waktu-waktu tertentu, upacara juga oleh manusia melalui hasil karya dalam dapat dilakukan untuk memperingati proses belajar sehingga dapat berubah suatu kejadian maupun penyambutan. dan dapat mengalami akulturasi dengan Sedangkan pernikahan merupakan kebudayan yang lain. Yang dimaksud peristiwa penting bagi manusia karena dengan nilai budaya daerah Sulawesi pernikahan menyatukan dua insan Selatan ialah nilai budaya yang dimiliki manusia secara sah menurut agama dan oleh suku-suku bangsa yang ada di sah menurut hukum Negara yang Sulawesi Selatan. Kebudayaan daerah dilaksanakan menurut adat istiadat jika dibandingkan dengan kebudayaan masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa Upacara Pernikahan merupakan kemeriahan terhadap masyarakat yang penyatuan dua insan manusia dengan datang sebagai tamu kehormatan ataupun fenomena sakral yang melalui prosesi- yang hanya sekedar menonton di dalam prosesi tertentu. Diantara prosesi-prosesi pelaksanaan upacara pernikahan adat itu di dalamnya ada satu yang Bantaeng. masyarakat Bantaeng menyebutnya Musik tanjidor dulunya sangat dengan Prosesi Siripinang. populer dikalangan masyarakat karena Siripinang menurut adat sejak kehadirannya pada tahun 1950an masyarakat Kabupaten Bantaeng dan pertama kali digunakan sebagai dilaksanakan oleh keluarga mempelai sarana hiburan rakyat. pada saat itu, pria dengan membawa Erang-erang atau masyarakat mulai menyukainya dan semacam hadiah berupa pakaian, alat menjadi musik hiburan tahunan setiap kosmetik, sepatu dan perlengkapan diadakannya pesta memperingati wanita lainnya untuk mempelai wanita Kemerdekaan Republik Indonesia pada agar kiranya dipakai dalam keseharian saat itu. Saat mengalami perkembangan, setelah pernikahan. Dalam prosesinya fungsi musik tanjidor mulai digunakan untuk menarik perhatian masyarakat sebagai bagian pada pesta pernikahan, perlu adanya bunyi-bunyian sehingga masyarakat pun merespon dengan baik jasa dari grup musik tanjidor sangat bahkan lebih dari sebelumnya diperlukan karena tanjidor dalam prosesi masyarakat bisa menyaksikan siripinang sebagai pengiring untuk pertunjukan musik tanjidor setiap ada mengantar pengantin pria ke rumah pesta pernikahan. pengantin perempuan untuk melalukan Dalam permainan musik Tanjidor akad nikah. di Kabupaten Bantaeng terdapat Tanjidor adalah salah satu bentuk beberapa budaya yang dulu biasanya kesenian musik tradisional yang menjadi tradisi di Bantaeng, namun pada disajikan dalam pesta pernikahan. masa sekarang tradisi itu sudah mulai Tanjidor memiliki banyak sebutan di hilang. Tanjidor terdiri dari , setiap daerah seperti di daerah Maros piston, saksofon bass, saksofon tenor, disebut Pasuling, di gowa disebut drum, sambal dan tambur Biasanya grup pajidor, dan di Kabupaten Bantaeng musik yang dipakai dalam sebuah acara disebut Tanjidor hal ini disebabkan pernikahan berjumlah dua grup yang karena perkembangan musik di daerah dipanggil dari pihak pengantin tersebut berbeda-beda. Tanjidor dalam perempuan dan laki-laki. Tetapi pada pesta pernikahan adat Bantaeng masa sekarang sudah berkurang merupakan sarana pendukung jumlahnya, sehingga satu grup musik saja sudah cukup. Pertunjukan tersebut komunikasi, pengiring tari dan sarana sering ditemui sekitar tahun 90-an ekonomi (Aminuddin 2013:9). hingga 2000-an, akan tetapi kesenian 3. Seni Pertunjukkan demikian mulai hilang seiring langkanya Kata „pertunjukan,‟ di Indonesia, musik Tanjidor. biasanya ditambah kata „seni‟ B. Tujuan Penelitian didepannya. Kata ini memiliki arti Penelitian dilakukan untuk „tontonan‟ yang bernilai seni, seperti memperoleh data dan informasi yang drama, tari, dan musik, yang disajikan kuat dan akurat yang bertujuan : sebagai pertunjukan didepan penonton. 1. Untuk mengetahui latar belakang (Murgiyanto, 2016: 17). tanjidor dalam prosesi siripinang 4. Fungsi Seni Pertunjukkan pada upacara pernikahan di Seni pertunjukan yang berfungsi Kabupaten Bantaeng sebagai penyajian estetis memerlukan 2. Untuk mengetahui keberadaan penggarapan yang sangat serius, karena tanjidor dalam prosesi Siripinang penikmat yang pada umumnya membeli pada upacara pernikahan di karcis, menuntut sajian pertunjukan yang Kabupaten Bantaeng. baik.

BAB II 5. Keberadaan KAJIAN PUSTAKA Keberadaan merupakan kata umum 1. Musik yang ditambahkan dengan imbuhan ke- Musik adalah suatu produk dari akal dan akhiran an-. Keberadaan berasal dari manusia (bersamaan dengan hasil seni kata dasar “ada”. Dalam Kamus Besar yang lainnya seperti misalnya sastra); Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008: 6) musik dialami sebagai akor yang kata ada artinya hadir, telah sedia, konsonan atau disonan, ritme, warna mempunyai, benar, sungguh. Sedangkan suara tertentu karena oleh telinga keberadaan artinya hal berada atau manusia tidak hanya didengar tetapi juga kehadiran. dinilai sebagai bunyi kualitatif yang 6. Upacara Pernikahan memuat suatu arti. (Prier, 2014:123). Upacara pernikahan merupakan 2. Fungsi Musik peristiwa penting bagi manusia karena pernikahan menyatukan dua insan Secara umum, fungsi musik bagi manusia secara sah menurut agama dan masyarakat Indonesia antara lain sebagai sah menurut hukum Negara yang sarana atau media upacara ritual, media dilaksanakan menurut adat istiadat hiburan, media ekspresi diri, media masing-masing. Demikian hubungan pernikahan itu merupakan suatu jalinan moyang diharapkan menjadi pusat pertalian yang seteguh-teguhnya dalam perhatian dalam pemakaian, pembinaan, hidup dan kehidupan manusia. dan pengembangan bahasa dan 7. Prosesi Siripinang kebudayaan daerah. Dengan demikian, tidak akan terjadi putus hubungan antara Leko Lompo yang didalamnya generasi tua dan generasi sekarang. terdapat Prosesi Siripinang. Siripinang

(menaikkan sirih besar) dilaksanakan BAB III pada saat pengantin laki-laki menuju ke METODE PENELITIAN rumah pengantin wanita untuk A. Jenis dan Desain Penelitian melaksanakan pernikahan. 1. Jenis Penelitian 8. Tanjidor Pendekatan kualitatif merupakan salah Tanjidor adalah musik jalanan satu metode penelitian yang digunakan tradisional pesta dikalangan etnis Cina untuk meneliti kondisi subjek alamiah. Betawi, dan merupakan Sisa-sisa Musik Metode penelitian kualitatif adalah baris dan tiup ruang pada zaman metode penelitian yang berlandaskan penjajahan Belanda di Indonesia. pada filsafat postpositivisme, digunakan Tanjidor merupakan nama ejekan bagi untuk meneliti pada kondisi objek kelompok Sisa-sisa Musik tangsi alamiah, (sebagai lawan dari (Asrama militer) yang di mainkan oleh eksperimen) dimana peneliti adalah masyarakat Betawi dengan kadar sebagai instrumen kunci, pengambilan penguasaan Musik dan kemampuan yang sampel sumber data dilakukan secara terbatas.(Pono Banoe, 2003 :402). purposive dan snowbal, teknik 9. Pelestarian Budaya dan Kesenian pengumpulan dengan trianggulasi Tradisional (gabungan), analisis data bersifat Menurut Kumardi Hardjoprawiro indukatif/kualitatif, dan hasil penelitian dalam analisis kebudayaan (Departemen kualitatif lebih menekan makna dari Pendidikan dan Kebudayaan, 1983/1984: pada generalisasi. (Sugiyono, 2013:15). 32) mengatakan bahwa sebagai 2. Desain Penelitian pendukung kebudayaan nasional bahasa Desain penelitian yang digunakan dan kebudayaan daerah perlu dibina dan dalam penelitian ini adalah deskriptif dikembangkan. Pembinaan dan kualitatif, yaitu desain yang disusun dan pengembangannya melibatkan orang tua, disesuaikan dengan apa yang ada di sekolah, dan masyarakat. Kaum muda lapangan untuk menggambarkan generasi sekarang sebagai pewaris dan keadaan yang objektif, apa adanya penerus kebudayaan pusaka nenek dengan menggunakan kalimat. B. Sasaran dan Lokasi Penelitian 1. Latar belakang Tanjidor dalam 1. Sasaran Penelitian prosesi siripinang pada upacara pernikahan di Kabupaten Bantaeng Sasaran ditentukan berdasarkan akan menjelaskan tentang awal kapasitas yang dimiliki oleh seseorang masuknya tanjidor di Kabupaten yang berkompeten tentang permasalahan Bantaeng kemudian tanjidor yang diajukan agar data yang dibutuhkan disajikan dalam Upacara dapat diperoleh secara valid dengan Kemerdekaan Republik Indonesia rumusan masalah yang diajukan. Sasaran dan kemudian menjadi sarana yang menjadi objek penelitian ini adalah hiburan pada pesta pernikahan di seorang beberapa grup musik tanjidor Kabupaten Bantaeng. dan instansi terkait seperti Dinas 2. Keberadaan tanjidor dalam prosesi Pariwisata dan Dinas Pendidikan dan siripinang pada upacara pernikahan Kebudayaan. di Kabupaten Bantaeng menjelaskan 2. Lokasi Penelitian tentang tanjidor pada prosesi Penelitian ini akan dilaksanakan untuk siripinang pada masa lalu kemudian memperoleh data-data tentang tanjidor pada prosesi siripinang Keberadaan Tanjidor dalam prosesi masa kini. Siripinang pada upacara pernikahan di D. Teknik Pengumpulan Data Kabupaten Bantaeng. Untuk kelancaran 1. Observasi proses penelitian terlebih dahulu penulis Dalam Sugiyono (2013: 203-204) menyelesaikan administrasi perizinan Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, untuk mengadakan penelitian dengan observasi merupakan suatu proses yang melaporkan ke Pemerintah Kabupaten kompleks, suatu proses yang tersusun Bantaeng. dari berbagai proses biologis dan C. Definisi Operasional Variabel psikhologis. Dua diantara yang Dalam pembahasan variabel yang terpenting adalah proses-proses telah dikemukakan mengenai variabel- pengamatan dan ingatan. Teknik variabel yang akan diamati. Oleh karena pengumpulan data dengan observasi itu, untuk mencapai tujuan yang digunakan bila, penelitian berkenan diharapkan dalam skripsi ini, maka dengan perilaku manusia, proses kerja, pendefinisian tentang maksud variabel gejala-gejala alam dan bila responden tersebut sangat penting dijelaskan untuk yang diamati tidak terlalu besar. Dari lebih mengarahkan pada sebuah tujuan, segi proses pelaksanaan pengumpulan antara lain : data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant data yang diperoleh dari hasil observation), selanjutnya dari segi wawancara, catatan lapangan, dan instrumentasi digunakan, maka observasi dokumentasi, dengan cara dapat dibedakan menjadi observasi mengorganisasikan data kedalam terstruktur dan tidak terstruktur. kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, 2. Wawancara melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan Wawancara merupakan interaksi yang akan dipelajari, dan membuat dengan metode tanya jawab kepada kesimpulan sehingga mudah dipahami seseorang guna memperoleh informasi oleh diri sendiri maupun orang lain. tertentu. Menurut Muhammad arif Analisis data kualitatif adalah bersifat (2001:8), wawancara dapat dilakukan induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan secara bebas dan mendalam dengan data yang diperoleh, selanjutnya beberapa orang informan yang dianggap dikembangkan pola hubungan tertentu memiliki pengetahuan yang cukup atau menjadi hipotesis. (Sugiyono, 2013: terhadap masalah tersebut untuk 335). memperoleh data yang primer. Kegiatan BAB IV wawancara yang dilakukan peneliti HASIL PENELITIAN DAN terhadap narasumber dalam penelitian ini PEMBAHASAN menanyakan beberapa hal yang berkaitan 1. Latar Belakang Tanjidor Dalam erat dengan judul penelitian. Prosesi Siripinang Pada Upacara 3. Dokumentasi Pernikahan di Kabupaten Dokumentasi hanyalah nama lain Bantaeng. dari analisis tulisan atau analisis Latar belakang Tanjidor di terhadap isi visual dari suatu dokumen. Kabupaten Bantaeng dapat dilihat dari (Gunawan, 2014:176) Dokumentasi awal masuknya di Bantaeng, kemudian dapat juga disimpulkan sebagai tanjidor tersebut disajikan dalam pengumpulan data menggunakan media Upacara Kemerdekaan Republik baik itu berupa audio maupun visual Indonesia lalu akhirnya tanjidorpun untuk mendapatkan gambaran situasi disajikan dalam pesta pernikahan di yang ada di lapangan serta dapat Kabupaten Bantaeng. memperjelas dan memperkuat data yang a) Awal masuk di Bantaeng diperoleh. Keberadaan Tanjidor di E. Teknik Analisis Data Kabupaten Bantaeng menurut hasil

Teknik analisis data adalah proses wawancara dengan Asmin T yang akrab mencari dan menyusun secara sistematis disapa Pambo, yang merupakan cucu dari bapak Abd. Rachman yang telah terdekatnya. Kegiatan ini dilakukan berjasa memperkenalkan tanjidor di secara telaten dan terus menerus Kabupaten Bantaeng, di kediamannya sehunggga membuahkan hasil meski tak Jalan Nangka Kabupaten Bantaeng. satupun anaknya yang bisa memainkan Narasumber menuturkan asal mula tanjidor tetapi teman terdekatnyalah adanya Tanjidor di Kabupaten Bantaeng yang berhasil mempelajari tanjidor yang saat ini masih dapat kita saksikan sampai mahir. di acara-acara tertentu. B. PEMBAHASAN Setelah lima tahun Indonesia Kesenian hampir tidak dapat mendeklarasikan kemerdekaan tepatnya dilepaskan dari masyarakat, sehingga tahun 1950, Abd. Rachman ikut bersama kesenian masih terus dijaga, dilestraikan istri dan anaknya pindah ke daerah asal serta dikembangkan. Kesadaran istrinya, yaitu Butta Toa yang sekarang masyarakat tentang pentingnya kita sebut dengan Bantaeng dan disitulah mengembangkan mempengaruhi beliau mulai memperkenalkan musik perilaku-perilaku masyarakat yang Tanjidor di Kabupaten Bantaeng. bergerak melakukan berbagai upaya Mulanya memperlihatkan kemahiran untuk melestarikan kesenian daerah bermain tanjidor ke keluarga yaitu setempat. kepada anak dan teman terdekat beliau. 1. Latar Belakang Tanjidor dalam Hal itu dilalui tidak semudah yang beliau Prosesi Siripinang Pada Upacara fikirkan karena minimnya pengetahuan Pernikahan di Kabupaten beliau saat itu tentang bagaimana metode Bantaeng. pengajaran tanjidor. Tapi kegigihan serta Pada dasarnya sebuah seni semangat untuk perkembangan kesenian pertunjukan memiliki fungsi yang di Bantaeng beliau memberanikan diri. kompleks terkait dengan pemenuhan Setiap ingin memainkan alat musik kebutuhan manusia. Sebagai contoh di Tanjidor beliau mengumpulkan anaknya Negara-negara yang sedang berkembang yang berjumalah 5 orang diantaranya 3 dimana dalam tatanan kehidupannya perempuan dan 2 orang laki-laki. Yang masih banyak mengacu ke budaya yang diajar hanya anak laki-lakinya saja melibatkan seni pertunjukan sebagai karena menurutnya anak perempuan fungsi ritual yang sangat beragam. tugasnya bekerja di rumah saja. Diselingi Menurut Soedarsono (2002: 123-124) penjelasan nama alat musik yang bahwa seni pertunjukan secara garis digunakan, kemudian teknik besar memiliki tiga fungsi yaitu sebagai memainkannya, begitulah cara beliau Sarana Ritual, sebagai ungkapan pribadi mengajarkan kepada anak dan teman yang pada umumnya berupa hiburan pribadi dan sebagai presentasi estetis. peristiwa penting bagi manusia karena seperti dalam hal ini tanjidor yang pernikahan menyatukan dua insan fungsinya digunakan sebagai hiburan manusia secara sah menurut agama dan bagi masyarakat Kabupaten Bantaeng. sah menurut hukum Negara yang Pada awal munculnya tanjidor dilaksanakan menurut adat istiadat pada tahun 1950 sangat populer karena masing-masing. Dalam ilmu menurut awalnya tidak pernah ada yang bisa Pabittei (2011:26) Antropologi memainkan tanjidor bahkan baru pernikahan adalah unsur kebudayaan mengetahui tanjidor setelah yang universal, pernikahan adalah salah diperkenalkan oleh Abd. Rachman. satu cara untuk melanjutkan hubungan Populernya tanjidor saat itu membuatnya yang erat antara keluarga yang lain, dapat hadir di upacar besar yaitu antara suku dengan suku yang lain Upacara mempenringati Kemerdekaan bahkan antara bangsa dan bangsa lain. Republik Indonesia pada tahun 1960. Dapat disimpulkan bahwa Upacara Hal tersebut erat kaitannya bahwa Pernikahan merupakan penyatuan dua kondisi masyarakat Kabupaten Bantaeng insan manusia dengan fenomena sakral pada zaman dulu menerima musik yang melalui prosesi-prosesi tertentu. tanjidor karena musiknya yang meriah Diantara berbagai prosesi yang dan menjadi hiburan tersendiri bagi harus dilakukan sebelum berlangsungnya mereka yang mendengarkannya. pernikahan, ada satu prosesi yang Setelah mengalami masyarakat Bantaeng menyebutnya perkembangan, pada tahun 2000 dengan Prosesi Siripinang adalah prosesi pertunjukan tanjidor di Kabupaten dimana pengantin laki-laki menuju ke Bantaeng kemudian menjadi sarana rumah pengantin wanita unruk hiburan dalam pesta pernikahan di melangsungkan pernikahan. Leko Lompo Kabupaten Bantaeng. Hal ini sejalan yang didalamnya terdapat Prosesi dengan hiburan tanjidor yang sejak Siripinang. Menurut Hafid (2000:72) zaman dulu dipakai sebagai salah satu Siripinang (menaikkan sirih besar) sarana hiburan sekaligus menambah dilaksanakan pada saat pengantin laki- kemeriahan dalam upacara laki menuju ke rumah pengantin wanita Kemerdekaan Republik Indonesia. untuk melaksanakan pernikahan dengan Upacara adalah aktivitas yang membawa erang-erang, Selama prosesi dilakukan di waktu-waktu tertentu, itu dibutuhkan bunyi-bunyian sebagai upacara juga dapat dilakukan untuk pengiring arak-arakan pengantin. memperingati suatu kejadian maupun Adanya bunyi-bunyian saat arak- penyambutan. Pernikahan merupakan arakan pengantin membuat suasana lebih meriah. Adanya bunyi-bunyian dari grup minim tetapi didominasi oleh alat tiup ini musik tanjidor melambangkan yang membuat tanjidor berkesan di hati kebahagiaan yang dirasakan oleh masyarakat. pengantin yang akan melamngsungkan 2. Keberadaan Tanjidor dalam pernikahan. Musiknya yang meriah dan Prosesi Siripinang Pada Upacara melodi-melodi yang indah membuat Pernikahan di Kabupaten Bantaeng pendengarnya ikut merasa senang Latar belakang sejarah mendengarnya, hal tersebut erat merupakan salah satu tolak ukur untuk kaitannya dengan pendapat Soeharto dapat menjelaskan dan membuktikan (1995:86) Musik adalah seni tentang keberadaan Tanjidor dalam pengungkapan gagasan melalui bunyi, Prosesi Siripinang Pada Upacara yang unsur dasarnya berupa melodi, Pernikahan di Kabupaten Bantaeng, irama dan harmoni dengan unsur karena dalam Kamus Besar Bahasa pendukung berupa bentuk gagasan, sifat Indonesia Pusat Bahasa (2008: 6) kata dan warna bunyi. Namun dalam ada artinya hadir, telah sedia, penyajiannya sering masih berpadu mempunyai, benar, sungguh. Sedangkan dengan unsur-unsur lain seperti: Bahasa, keberadaan artinya hal berada atau gerak ataupun warna. kehadiran. Menurut Pano Banoe (2003:402) Sesuai dengan pendapat tersebut, Tanjidor adalah musik jalanan dapat disimpulkan bahwa latar belakang tradisional pesta di kalangan etnis Cina tanjidor dalam prosesi Siripinang pada Betawi, yang merupakan sisa-sisa musik upacara pernikahan di Kabupaten baris dan tiup ruang pada zaman Bantaeng merupakan keadaan asli karena penjajahan Belanda di Indonesia. melalui proses perjalanan. Latar Tanjidor merupakan nama ejekan bagi belakang tanjidor di Kabupaten kelompok sisa-sisa musik tangsi (asrama Bantaeng tepatnya setelah kemerdekaan militer) yang dimainkan oleh masyarakat Republik Indonesia pada tahun 1950 Betawi dengan kadar penguasan musik oleh Abd. Rachman yang merupakan dan kemampuan terbatas. Seperti halnya keturunan Belanda yang belajar bermain tanjidor yang yang menjadi pengiring secara otodidak dengan melihat dan arak-arakan pengantin yang menjadi mendengarkan ayahnya bermain setiap salah satu ungkapan kebahagiaan dengan hari. Kehadiran tanjidor di Bantaeng musiknya yang ramai dan menjadikan disambut baik oleh masyarakat dan hal tersebut sebagai perwakilan perasaan pemerintah setempat. Setelah itu beliau dari pihak pengantin meskipun dengan mengajarkan cara bermain tanjidor penguasaan bermain musik yang masih kepada keluarganya terlebih dahulu karena merupakan kerabat terdekatnya. untuk tamu undangan tetapi untuk Terbentuklah grup musik Nusa Indah masyarakat yang datang menyaksikan yang dihadirkan dalam Upacara Hari pertunjukan musik tanjidor. Dari anak- Kemerdekaaan Republik Indonesia pada anak hingga orang dewasa jika melihat saat itu. dan mendengar grup musik tanjidor Awal munculnya tanjidor mereka langsung mendekat dan ikut pertama kali disaksikan pada acara bergoyang mengikuti alunan musik kemerdekaan Republik Indonesia pada yang dibawakan oleh grup tahun 1960, seiring berjalannya Abd. musik tanjidor. Rachman telah berhasil membentuk 35 Grup tanjidor saat ini mengalami grup musik tanjidor. Setelah mengalami pengurangan jumlah grup musiknya perkembangan pada tahun 2000 tanjidor dikarenakan pada tahun 2006 masuknya menjadi bagian dari prosesi dan acara orkes/elekton sebagai warna baru bagi pernikahan. Tanjidor saat itu menjadi masyarakat Bantaeng. Meski harganya hiburan bagi masyarakat karena yang saat itu lumayan menguras dompet, pentunjukannya dilihat sekelompok tetapi banyak juga yang lebih memilih masyarakat di Kabupaten Bantaeng, memanggil elekton pada pesta sesuai dengan pendapat Murgiyanto pernikahannya. Hal tersebut erat (2016;17) Kata „pertunjukan,‟ di kaitannya dengan yang tertulis oleh Indonesia, biasanya ditambah kata „seni‟ Pratityasamutpada. Sansekerta; inggris: didepannya. Kata ini memiliki arti (dalam, Lama Zopa, 2011: 120) „tontonan‟ yang bernilai seni, seperti mengatakan bahwa segala sesuatu tidak drama, tari, dan musik, yang disajikan eksis secara independen atau berdiri sebagai pertunjukan didepan penonton. sendiri, namun terkait pada sebab-sebab Hal ini erat kaitannya dengan dan kondisi-kondisi serta citta yang pertunjukan tanjidor di Bantaeng yang melabelnya. Sehingga sebab-sebab yang merupakan seni pertunjukan di depan memicu terjadinya pengurangan pada orang banyak dengan penontonnya dari jumlah grup musik melihat kondisi anak kecil sampai orang dewasa. masyarakat sekarang dengan berbagai Seiring perkembangannya macam kebutuhan mereka. tanjidor kemudian menjadi bagian dari Tidak sedikit juga yang memilih pesta pernikahan yang di dalamnya tanjidor, tapi jika dibandingkan saat itu terdapat prosesi siripinang. Adanya elekton lebih popular. Karen jika bunyi-bunyian dalam arak-arakan menyewa elekton masyarakat yang pengantin menambah kemeriahan pada nonton bisa ikut bernyanyi bahkan bisa pesta tersebut. Bahkan bukan hanya memilih lagu sendiri dengan diiringi oleh pemain elekton. Disamping itu Anggota grup musik tanjidor pemain musik tanjidor yang usianya tidak mengalami penambahan pada saat sudah lumanyan tua juga membuat itu bahkan semakin berkurang kurang tertariknya masyarakat dengan jumlahnya, hal ini dikarena tidak adanya penampilannya. Sehingga pada saat itu perekrutan anggota baru dalam grup musik tanjidor berkurang pembinaan tanjidor di Kabupaten jumlahnya menjadi 10 grup saja. Bantaaeng sehingga semakin berkurang Beberapa diantara anggota grup jumlahnya. Cara mereka melestarikan musik tanjidor bahkan ada yang kesenian tanjidor bertolak belaka dengan penghasilannya hanya bergantung pada pendapat Menurut Kumardi Tanjidor saja ada juga yang memiliki Hardjoprawiro dalam analisis pekerjaan lainnya oleh karena itu mereka kebudayaan (Departemen Pendidikan masih bisa bermain tanjidor sebagai dan Kebudayaan, 1983/1984: 32) selingan dari pekerjaannya. Seperti yang mengatakan bahwa sebagai pendukung dikemukakan oleh Aminuddin(2013:9) kebudayaan nasional bahasa dan bahwa fungsi musik bagi masyarakat kebudayaan daerah perlu dibina dan Indonesia antara lain sebagai sarana atau dikembangkan. Pembinaan dan media upacara ritual, media hiburan, pengembangannya melibatkan orang tua, media ekspresi diri, media komunikasi, sekolah, dan masyarakat. Kaum muda pengiring tari dan sarana ekonomi. generasi sekarang sebagai pewaris dan Musik sebagai sarana ekonomi bagi penerus kebudayaan pusaka nenek pemain musik tanjidor inilah yang moyang diharapkan menjadi pusat menjadikan mereka banyak yang beralih perhatian dalam pemakaian, pembinaan, profesi karena kebutuhan yang semakin dan pengembangan bahasa dan banyak. kebudayaan daerah. Dengan demikian, Hal lain juga mempengaruhi tidak akan terjadi putus hubungan antara mudahnya budaya-budaya yang baru generasi tua dan generasi sekarang. karena mengingat Kabupaten Bantaeng Karena hal tersebut dari tahun ke yang letak daerahnya strategis tahun jumlah grup musik tanjidor memungkinkan pengaruh budaya-budaya semakin berkurang, hingga saat ini yang yang masuk cepat tersebar luas ke bertahan hanya ada 3 grup musik saja. masyarakat Kabupaten Bantaeng. Tetapi tanjidor tetap menjadi musik Sehingga tidak heran jika kesenian iringan saat prosesi siripinang tetapi tanjidor menjadi berkurang jumlahnya sudah tidak ada yang menggunakannya dari tahun-ke tahun. saat pesta pernikahan. Hal ini karena saat prosesi siripinang masyarakat masih suka jika arak-arakan pengantin datang Setelah dimainkan di upacara dengan grup musik tanjidor yang meriah Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai pengiringnya. Setelah sampai di tanjidor kemudian dipentaskan pada rumah pengantin wanita, sampai upacara pernikahan di Kabupaten disitulah tugas grup musik tanjidor Bantaeng dan dalam Prosesi Siripinang. selesai. Selanjutnya dilanjutkan oleh 2) Keberadaan Tanjidor Dalam Prosesi Elekton yang telah disediakan tempatnya Siripinang Pada Upacara Pernikahan menggunakan panggung. di Kabupaten Bantaeng. Dapat dilihat dari berbagai BAB V sumber bahwa berkurangnya jumlah KESIMPULAN DAN SARAN grup musik tanjidor dikarena kebutuhan A. Kesimpulan masyarakat Bantaeng yang semakin Berdasarkan penyajian hasil banyak juga dengan masuknya budaya- analisis data dan pembahasan, dapat budaya yang mempengaruhi pola fikir disimpulkan hasil penelitian ini sebagai masyarakat. Lagu yang dibawakan grup berikut. musik tanjidor juga sangat terbatas, 1) Latar Belakang Tanjidor Dalam sehingga jika bersaing dengan elekton Prosesi Siripinang Pada Upacara saat ini mereka memang jauh berbeda. Pernikahan di Kabupaten Bantaeng. Namun tanjidor saat ini masih digunakan Keberadaan Tanjidor Dalam dalam Prosesi Siripinang yaitu sebagai Prosesi Siripinang Pada Upacara musik iringan pengantin laki-laki menuju Pernikahan di Kabupaten Bantaeng dapat ke kediaman pengantin wanita untuk ditarik kesimpulan yaitu Keberadaan melangsungkan pernikahan dengan Tanjidor Dalam Prosesi Siripinang Pada membawa erang-erang yaitu Upacara Pernikahan di Kabupaten perlengkapan wanita dari ujung kaki Bantaeng bisa dikatakan ”ada”. Dilihat hingga ujung rambut sebagai seserahan dari awal masuknya di Bantaeng pada kepada wanita tersebut. tahun 1950 oleh Abd. Rachman yang B. Saran telah berjasa besar telah membawa Bagi pemerintah Kabupaten kesenian Tanjidor dan dapat berbagi Bantaeng dan pihak-pihak berwenang, ilmu dengan keluarganya dan kepada sebaiknya memberikan apresiasi orang lain. Pada tahun 1960 grup musik terhadap setiap kesenian yang ada dalam tanjidor pertama kali dipentaskan pada suatu masyarakat, baik dalam Upacara Kemerdekaan Republik pementasan, maupun publikasi melalui Indonesia, Keberadaan tanjidor dalam buku maupun media internet agar tetap masyarakat Kabupaten Bantaeng. terjaga kelestariannya. Serta mendukung organisasi-organisasi kesenian agar tetap Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. 2008. : PT. terbantu mengembangkan seni Gramedia Pustaka Utama. pertunjukan di Kabupaten Bantaeng serta Murgianto, Sal. 2016. Pertunjukan Budaya dan Akal Sehat. Jakarta: memperhatikan para pelaku seni yang Fakultas Seni Pertunjukan – IKJ telah sejak dulu berkesenian untuk (Institut Kesenian Jakarta). Pabittei, St. Aminah. 2011. Adat dan melestarikan dan mengembangkan Upacara Perkawinan Daerah kesenian di Kabupaten Bantaeng agar Sulawesi selatan. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata semangat berkarya mereka tetap ada. Provinsi Sulawesi Selatan. Bagi Grup Musik tanjidor Prier, Karl-Edmund. 2014. Kamus Musik. Yogyakarta. Percetakan perlunya diadakan perekrutan anggota Rejeki. baru bagi generasi sekarang agar Rachma, A. dkk. 2006. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah pengetahuan tentang Kesenian Tanjidor Sulawesi Selatan. Makassar : Dinas diketahui oleh generasi sekarang ini Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. bukan hanya generasi sebelumnya saja Soedarsono, R. M. 2002. Seni yang mengetahuinya. Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press. DAFTAR PUSTAKA Soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Aminuddin. 2013. Apresiasi Karya Seni Indonesia. Musik Daerah . PT. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Sarana Ilmu Pustaka. Pendidikan Pendekatan Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Yogyakarta: Kanisius. Bandung: ALFABETA, CV. Gunawan, Imam. 2013. Metode Wahid, Sugirah. 2010. Manusia Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Bumi Makassar. Makassar: Pustaka Aksara. Refleksi. Hafid, M. Yunus dkk. 1997. Pembinaan http://info- Nilai Budaya Melalui Permainan duniamusik.blogspot.com/2013/04/fungs Rakyat Daerah Sulawesi Selatan. i-musik.html?m=1 Ujung Pandang: Bagian Proyek https://dinnuwicaksonosaputra. Pengkajian dan Pembinaan Nilai- Wordpress. Xom/2015/12/30/definisi- Nilai Budaya Sulawesi Selatan. potensi-keberadaan.html Hafid, Muh. Yunus dkk. 2000. Perubahan Nilai Upacara https://www.indonesiakaya.com/jelajah- Tradisional Pada Masyarakat Makassar di Sulawesi selatan. indonesia/detail/tanjidor Makassar: Departemen Pendidikan Nasional Bagian Proyek https://jogjaaartfestival.com/id/4/-cara- Pengkajian dan Pembinaan Nilai- Nilai Budaya Sulawesi Selatan. melestarikan-seni-tradisional/ Kamus Musik. 2014. Yogyakarta: Percetakan Rejeki Yogyakarta Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. 1988. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.