AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

PERISTIWASEPAK BOLA GAJAH (PERSEBAYAVS PERSIPURA) MUSIM KOMPETISI 1987-1988 DALAM PANDANGAN SURAT KABARMERDEKADANJAWA POS

MUHAMMAD NAJIB KHILMI Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Email: [email protected]

Sri Mastuti Purwaningsih Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Pada era modern media massa sangat lah penting bagi kehidupan manusia. hampir seluruh aspek kehidupan menjadi bahan pemberitaan dari media massa, mulai dari sosial, politik, ekonomi, budaya, maupun hiburan. Salah satu hiburan yang sangat digemari oleh masyarakat adalah olahraga, utamanya sepak bola. Pada kompetisi Divisi Utama musim kompetisi 1987-1988, perhatian masyarakat Indonesia tertuju pada hasil pertandingan antara melawan Persipura yang dimenangi oleh Persipura dengan skor telak 12-0. Media massa dalam negeri terutama surat kabar pada waktu itu pun tidak melewatkan hal tersebut, mereka beramai- ramai menjadikan berita kekalahan Persebaya sebagai headline. Secara umum, penelitian ini menjelaskan tentang: 1)Pandangan suratkabar Merdekadan Jawa Posterhadap peristiwa Sepak Bola Gajah Persebaya VS Persipura. Untuk metode penulisan, penulis menggunakan metode penulisan sejarah, yang mencakup empat tahapan yaitu penelusuran sumber, kritik sumber, interpretasi sumber, dan historiografi. Selain itu, penulis juga menggunakan metode analisis framing dari Pan dan Kosicki yang mencakup stuktur Sintaksis, struktur Skrip, struktur Tematis, dan struktur Retoris. Kekalahan Persebaya dari Persipura ini sering disebut dengan Sepak Bola Gajah. Sepak Bola Gajah ini pula yang pada waktu itu menjadi ajang unjuk idealisme dari beberapa surat kabar. Surat kabar Merdeka () menjadi salah satu surat kabar yang teguh pendirian mengkritisi praktek Sepak Bola Gajah ini. Hal ini dapat dilihat dari pemberitaan mereka, baik Induk Karangan maupun Catatan Pojok. Di lain pihak, ada Jawa Pos (Surabaya) yang menjadi media pendukung Persebaya. Jawa pos menunjukkan sikap pro terhadap langkah yang diambil oleh Persebaya, atau dengan kata lain pada posisi memaklumi praktek Sepak Bola Gajah. Perbedaan pendapat antara surat kabar Merdeka (Jakarta) dan Jawa Pos (Surabaya) sangat erat kaitannya dengan latar belakang serta sejarah masing-masing.

Kata Kunci: Sepak Bola Gajah, Persebaya vs Persipura, Pers, Analisis Framing.

Abstract

In this modern era,mass media is very important for human‟s life. Almost all of aspect‟s life be the report matters from mass media,begin of social,politic,economy,culture,even entertainment. One of the entertainments that everypersons like are sport, especially football. In “Divisi Utama Perserikatan” competition season 1987- 1988,Indonesian‟s notice began at the match between Persebaya Surabaya versus Persipura and Persipura be the winner by score 12-0. Mass media in this country especially newsletter at that time do not miss this thing,they crowdly make persebaya lostness as headline. Generally,this research explain about : 1) the opinion of merdeka and Jawa Pos newsletter about Sepak Bola Gajah Persebaya vs Persipura incident. For the method process of writing,the writer use historic writing method include four steps,exploring source,source critic,interpretation and historiography. Besides,the writer use analysis framing method from Pan and Kosicki includes Syntax Structure, Script structure, Tematic structure, and Rhetorical structure. The lostness of Persebaya from Persipura known by Sepak Bola Gajah. Sepak Bola Gajah at that time be the way to show idealism from several newsletter. Merdeka newsletter become one of the newsletter that stand to give critics Sepak Bola Gajah in practical matter. It can see from their news,from main article even news coloumn.

135

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

In the other hands,there is Jawa Pos that become supporting media of Persebaya. Jawa Pos show pro attitude on the steps that Persebaya has been taken. Or on the other hands,understanding the happening of Sepak Bola Gajah. The difference between Merdeka and Jawa Pos newsletter have strong connection with their own historical background.

Keyword:Sepak Bola Gajah, Persebaya vs Persipura, Press, Framing Analysis.

tersebut. Penyajian suatu berita tentu saja tidak bisa PENDAHULUAN terlepas dari ideologi media dan wartawan dari media tersebut. Pilihan kata yang dipakai wartawan dalam Studi yang bersifat akademik dan menarik sebuah teks berita tidak semata karena suatu kebetulan, tentang olahraga di Indonesia dewasa ini semakin banyak tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana dilakukan. Berbagai pendekatan digunakan, baik itu pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas. Pilihan olahraga sebagai murni ketangkasan, atau pun hal-hal kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi 4 lain yang mempengaruhi gengsi dari olahraga itu sendiri tertentu. (non-teknis). Hal ini tentu sesuai pula dengan pendapat dari Salah satu olahraga yang populer di Indonesia Hidayat yang mengatakan bahwa media cetak merupakan adalah sepak bola, bahkan olahraga ini dapat dikatakan salah satu arena sosial, tempat berbagai kelompok sosial sebagai yang paling populer. Sepak bola seakan-akan masing-masing dengan politik bahasa yang mereka sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia. Tiada kembangkan sendiri, berusaha menampilkan definisi hari tanpa sepak bola, mungkin itulah kata-kata yang situasi atau realitas berdasarkan versi mereka yang 5 dapat menggambarkan fanatisme masyarakat Indonesia dianggap sahih. Apa yang terjadi dan bagaimana terhadap sepak bola. Di mana, kapan saja, dan siapa saja sebaiknya menyikapi kejadian itu merupakan fungsi bermain dan membicarakan sepak bola. Siaran langsung integral surat kabar sebagai kekuatan pembentuk opini pertandingan sepak bola juga dapat disaksikan secar masyarakat. Dalam konteks ini tidaklah mengherankan gratis di televisi hampir setiap hari.1 kalau surat kabar sering disebut sebagai pengawal 6 Sejak dimulainya kompetisi amatir Perserikatan pendapat umum. pada tahun 1950-an hingga saat ini, sepak bola menjelma Dalam menyikapi sebuah permasalahan, menjadi sebuah hiburan, bahkan representasi dan sebuah masyarakat tentu sedikit banyak akan dipengaruhi oleh kebanggaan dari tiap daerah. Hal ini dikarenakan, di pemberitaan yang disampaikan oleh media massa, yang Indonesia, peran sepakbola sebagai sebuah olahraga mana pemberitaan dari tiap media massa tersebut kadang seakan hadir untuk menjadi pengobat rasa pahit dan kala memiliki perbedaan sesuai latar belakang wartawan getirnya kehidupan yang keras di luar sana, kerasnya dan lain sebagainya sesuai yang telah penulis uraikan di realita yang ada di depan mata mereka. Euforia di atas. lapangan sepakbola bisa sejenak melupakan segala Salah satu fenomena sepak bola yang kehidupan sehari-hari.2 mendapatkan banyak perhatian dari media massa adalah Dari berbagai studi tentang olahraga khususnya ketika Persebaya Surabaya secara mengejutkan kalah dari sepak bola, lebih khusus lagi tentang perkembangan Persipura dengan skor telak 0-12 pada musim 7 sepak bola, surat kabar memilik peran penting sebagai kompetisi Perserikatan 1987-1988. Media massa serta rujukan. Hal itu wajar sebab salah satu fungsi surat kabar masyarakat secara umum beranggapan bahwa Persebaya adalah untuk menyajikan berita tentang kejadian atau sengaja mengalah dari Persipura, dengan tujuan agar peristiwa pada zamannya kepada masyarakat sehingga PSIS yang waktu itu juga menjadi kompetitor fakta-fakta sejarah yang berkaitan dengan persoalan Persebaya dalam perburuan gelar tidak dapat melaju ke elementer seperti apa yang terjadi, kapan, di mana, dan babak selanjutnya, yakni 6 besar di Senayan Jakarta. siapa, dapat ditemukan jawabannya dalam surat kabar.3 Kelak fenomena tersebut lebuh dikenal masyarakat 8 Kemampuan media massa, dalam hal ini surat dengan sebutan Sepak Bola Gajah nya. kabar, dalam meramu dan mengolah sebuah berita Peristiwa ini mendapat perhatian yang besar dari memiliki dampak yang besar terhadap masyarakat, masyarakat luas mengingat bukanlah sebuah kelaziman dengan kata lain media massa mampu menciptakan citra 4 suatu kelompok atau lembaga dan perorangan melalui Erianto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks berita-berita yang disajikan telah menjadikan media Media (Yogyakarta: Lkis, 2001), hlm.58. 5 Hotman Siahaan, Pers Yang Gamang : Studi massa memiliki kekuatan dalam membentuk citra Pemberitaan Jejak Pendapat Timor Timur (Surabaya: Lembaga Studi Perubahan Sosial, 2001), hlm.88. 1 Anung Handoko, Sepakbola Tanpa Batas 6 Andi Suwirta, Suara dari Dua Kota : Revolusi (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm.53. Indonesia dalam Pandangan Surat Kabar „Merdeka‟ (Jakarta) 2 Hempri Suyatna, Suporter Sepakbola Indonesia dan „Kedaulatan Rakyat‟ (Yogyakarta) 1945-1947 (Jakarta: PT Tanpa Anarkis, Mungkinkah? (Yogyakarta: Media Wacana, Balai Pustaka, 2000), hlm.2. 2007), hlm.32-33. 7 Kompetisi sepak bola amatir yang mempertemukan 3 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan klub-klub perwakilan tiap daerah (kota) Historiografi Indonesia, Suatu Alternatif (Jakarta: PT 8 Sebuah pertandingan yang mana hasil akhirnya telah Gramedia, 1982), hlm.108-109. diatur oleh salah satu atau kedua belah tim untuk tujuan tertentu

136

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

sebuah tim sebesar Persebaya harus kalah di kandang Pada tahap awal penelitian, penulis sendiri dari Persipura sebuah tim yang bisa dikatakan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang terkait medioker9 waktu itu dan dengan skor yang sangat telak dengan pemberitaan seputar Sepak Bola Gajah antara pula. Ini sekaligus menandai adanya sebuah konspirasi Persebaya melawan Persipura pada tahun 1988, baik besar dalam persepakbolaan nasional, yang kemudian berupa artikel dan berita dari surat kabar terutama pada periode-periode setelah itu hal serupa juga beberapa Merdeka dan Jawa Pos, maupun buku-buku yang kali terjadi kembali. membahas tentang kiprah Persebaya dalam kompetisi Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis nasional pada waktu itu. Selain surat kabar dan buku, berfokus pada surat kabar Merdeka dan Jawa Pos. penulis juga memperoleh sumber dari hasil wawancara Pemilihan pada dua surat kabar tersebut didasarkan pada dengan bapak Slamet Oerip Prihadi wartawan senior kontradiksi pemberitaan keduanya yang begitu mencolok Jawa Pos yang bertugas pada saat itu (1988). berkenaan dengan masalah peristiwa Sepak Bola Gajah Setelah sumber dibaca dilakukan pengkategorian ini. Selain itu daerah penyebarannya juga eksistensinya sumber berdasarkan pandangan masing-masing pihak yang merepresentasikan dua tingkatan daerah turut (Merdeka dan Jawa Pos) terhadap praktek Sepak Bola menjadi pertimbangan penulis. Merdeka yang berkantor Gajah yang dilakukan oleh Persebaya.Penulis juga di Jakarta dianggap sebagai representasi dari sudut mencari keterkaitan antar sumber yang akan diteliti, pandang nasional, sedangkan Jawa Pos yang berpusat di sehingga dapat ditetapkan sebagai sumber utama atau Surabaya dianggap sebagai representasi dari daerah sumber pendukung, dan sumber-sumber lainnya. (Jawa Timur/Surabaya), mengingat apalagi Persebaya Langkah terakhir yaitu fakta yang telah ditafsirkan ditulis juga berasal dari Surabaya. dalam bentuk karya tulis berupa skripsi dengan judul Begitu identiknya hal tersebut bahkan sampai Peristiwa Sepak Bola Gajah (Persebaya vs Persipura) ada anggapan bahwa Jawa Pos adalah Surabaya dan Musim Kompetisi 1987-1988 dalam Pandangan Surat Surabaya adalah Persebaya. Sehingga tidak Kabar Merdeka dan Jawa Pos. mengherankan jika saat Persija bertanding tidak ada Namun dalam beberapa bagian penelitian ini, wartawan dari Jawa Pos yang berani meliput karena penulis juga menggunakan metode analisis Framing terancam dengan citra bahwa Jawa Pos adalah Surabaya Pan dan Kosicki yang diharapkan bisa membedah sikap berarti musuhnya Jakarta padahal belum tentu wartawan surat kabar Merdeka dan Jawa Pos terhadap peristiwa tersebut berasal dari Surabaya.10 Sepak Bola Gajah.Model Pan dan Kosicki berasumsi Berdasarkan paparan dalam latar belakang di bahwa setiap berita memiliki frame yang berfungsi atas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah sebagai pusat dari organisasi ide. Frame adalah suatu ide sebagai berikut: (1) Bagaimana pandangan pers di yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam Indonesia, dalam hal ini surat kabar Merdeka di Jakarta teks berita seperti kutipan ,latar informasi, pemakaian dan Jawa Pos di Surabaya, dalam menanggapi kasus kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara Sepak Bola Gajah yang dilakukan oleh Persebaya keseluruhan. Metode ini merupakan modifikasi dari Surabaya pada musim kompetisi 1987-1988? dimensi operasional analisis wacana Van Dijk, yang mengoperasionalisasikan empat dimensi structural teks METODE beritasebagai perangkat framing, yaitu: sintaksis, skrip, tematik dan retoris.12 Metode penelitian yang digunakan dalam Dalam pendekatan ini, framing dibagi menjadi 4 menulis skripsi Peristiwa Sepak Bola Gajah (Persebaya struktur besar, pertama struktur Sintaksis yang bisa vs Persipura) Musim Kompetisi 1987-1988 dalam diamati dari bagan berita yang meliputi cara wartawan Pandangan Surat Kabar Merdeka dan Jawa Pos ini menyusun berita. Struktur sintaksis memiliki perangkat: adalah metode sejarah.Dalam sistem keilmuan, metode headline yang merupakan berita yang dijadikan topic merupakan seperangkat prosedur, alat atau piranti yang utama oleh media dan lead (teras berita) merupakan digunakan (sejarawan) dalam tugas meneliti dan paragraph pembuka dari sebuah berita yang biasanya menyusun sejarah.Gilbert J. Garraghan menyatakan mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini bahwa yang dimaksud metode sejarah ialah sekumpulan sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap prinsip dan aturan yang sistematis, dimaksudkan untuk peristiwa berupa: latar informasi, kutipan, sumber, memberikan bantuan secara efektif dalam pengumpulan pernyataan dan penutup. sumber, penilaian secara kritis terhadapnya, kemudian Ke-dua, struktur Skrip yaitu cara wartawan menyajikan sebagai sintesis, biasanya dalam bentuk mengisahkan fakta dengan melihat bagaimana strategi tertulis.11 bertutur atau bercerita yang digunakan wartawan dalam mengemas berita. Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita 5W+H yaitu

9 what (apa), when (kapan), who (siapa), where (dimana), Sebutan untuk tim yang minim prestasi, diambil dari why (mengapa) dan how (bagaimana). katan “medio” yang berarti tengah, menggambarkan pencapaian tim yang biasa menduduki peringkat menengah 10 Anung Handoko, Sepakbola Tanpa Batas (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm.148. 12 Alex Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar 11 Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah, (Surabaya : untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Unesa University Press, 2005), hlm.10-11. Framing, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.175.

137

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

Ke-tiga, strukturTematik yaitu bagaimana dengan menggunakan kata “main sabun” yang ditujukan seorang wartawan mengungkapkan suatu peristiwa kepada Persebaya sebagai “pemberi” kemenangan seperti dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang terlihat pada lead berita di atas. Penggunaan kata yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur “main sabun” sendiri mengarahkan pembaca kepada tematik mempunyai perangkat framing berupa detail, kesimpulan bahwa kemenangan Persipura atas Persebaya maksud dan hubungan kalimat, nominalisasi antar didapat dengan cara yang tidak benar. Kata “main sabun” kalimat, koherensi, bentuk kalmiat dan kata ganti. bila dilihat dari arti kata “sabun” sendiri adalah alat yang Ke-empat, struktur Retoris, bagaimana seorang dipakai untuk membersihkan diri dari kotoran.Maka waratawan menekankan arti tertentu atau dalam kata lain penulis coba menyimpulkan bahwa arti kata “main penggunaan kata, idiom, gambardan grafik yang sabun” yang digunakan Merdeka memiliki konotasi digunakan untuk memberi penekanan arti tertentu. negatif yang berarti kecurangan (kotor) yang dibuat Struktur retoris mempunyai perangkat framing seakan-akan bersih (dengan menggunakan sabun).Penulis diantaranya leksikon/pilihan kata yang merupakan juga mendasarkan pendapat tersebut pada fakta bahwa penekanan terhadap sesuatu yang penting, grafis, secara legalitas, hasil pertandingan tersebut sah dan tidak metaphora dan pengandaian. ada peraturan yang dilanggar. Dari segi Retoris, penggunaan kata PEMBAHASAN “memberikan”, dalam kalimat “Persebaya Surabaya tanpa tanggung-tanggung memberikan kemenangan 12- Struktur Frame Surat Kabar Merdeka dan Jawa 0 (8-0) kepada .” menempatkan Posdalam Pemberitaan PeristiwaSepak Bola Gajah Persebaya pada posisi pihak yang paling bertanggung jawab atas peristiwa memilukan tersebut.Dalam berita ini Penelitian ini menggunakan metode framing, tidak ditemukan kalimat yang menunjukkan bahwa yang merupakan salah satumetode analisis media yang Persipura meminta kemenangan kepada Persebaya. mencari tahu bagaimana media membingkai Sehingga dapat dipahami apabila ada kalimat yang suatuperistiwa. Seperti yang dikatakan Sobur (2009: 162) menunjukkan Persebaya memberikan kemenangan analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana kepada Persipura, maka berarti itu adalah murni inisiatif perspektif atau cara pandang yang digunakanwartawan dari pihak Persebaya. ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Bab ini akan membahastentang bagaimana pemetaan framing berita 2. Catatan Pojok tanggal 22 Februari 1988 dari 20 sample yang diambil darimasing-masing media (Judul: PSSI Dan “Abu Nawas”) dengan menggunakan model framing Pan dan Kosicki. Pada kolom catatan pojok, Merdeka kembali A. Frame Surat Kabar Merdeka membahas hal yang berkaitan dengan peristiwa Sepak 1. Berita tanggal 22 Februari 1988 (Judul: Main Bola Gajah dengan judul “PSSI Dan „Abu Nawas‟”. Sabun, Persipura Dan PSMS Lolos) Dari pengamatan struktur Sintaksis dapat dilihat bahwa artikel ini memuat pandangan sang penulis terhadap Berita ini muncul satu hari setelah pertandingan kondisi persepakbolaan nasional, yang mana pada waktu antara Persebaya Surabaya melawan Persipura Jayapura itu kondisi persepakbolaan nasional sedang dalam 21 Februari 1988. Tema keseluruhan dari berita ini keadaan menurun dalam hal mental (sportivitas). Hal ini sebenarnya adalah hasil lengkap pertandingan kompetisi dapat dilihat pada kalimat: Divisi Utama Perserikatan yang berlangsung satu hari “Ada kasus wasit tidak pandai, sebelum nya (21/2). Namun yang coba ditekankan adalah kurang tegas, pemain brutal, yang cara beberapa tim meraih kemenangan (bisa dilihat dari kemudian melahirkan kasus-kasus skorsing judul berita), hal ini bisa jadi ditujukan untuk menarik pemain oleh pengurus harian pembaca. PSSI.Semuanya terlibat dalam “sikap Dalam analisis Sintaksis, latar berita ini adalah mental” yang kurang terpuji dalam adanya beberapa tim yang lolos dikarenakan praktik persepakbolaan nasional, baik dari unsur “permainan sabun”. Hal ini dapat dilihat pula pada lead pembinanya, pemain dan pengurus PSSI berita: sendiri.Ini harus diakui.” “Suatu yang terburuk bagi Karena ini adalah catatan pojok yang bersifat pembinaan sepakbola nasional, telah opini, maka unsur 5W+1H dalam Skrip tidak begitu terjadi.Pertandingan akhir kompetisi Divisi diperhatikan, atau dengan kata lain dikesampingkan Utama, Minggu, diwarnai permainan sementara dan difokuskan pada pendapat sang penulis. “sabun”. Persebaya Surabaya tanpa Tematik dari catatan pojok ini adalah pembahasan tanggung-tanggung memberikan beberapa peristiwa yang serupa dengan kekalahan kemenangan 12-0 (8-0) kepada Persipura Persebaya atas Persipura yang pernah terjadi di Jayapura.” Indonesia, dengan yang terakhir sebagai momentum Sementara itu dari segi Skripberita ini bisa utama. dibilang sudah lengkap memiliki 5W+1H. Adapun dari “Di bagian timur lebih tragis lagi, segi Tematik, Pemojokan dilakukan oleh Merdeka Persebaya yang perkasa itu kalah tidak

138

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

terhormat 0-12 dari Persipura, dengan Dalam analisis Sintaksis, latar Induk Karangan dugaan untuk menyingkirkan rival ini adalah adanya dua peristiwa olahraga yang perlu terberatnya PSIS.” dicatat akhir pekan lalu. Hal ini dapat dilihat pada lead Untuk struktur Retoris, penggunaan kata Induk Karangan: “perkasa” dalam kalimat di atas menggambarkan bahwa “Di penghujung minggu lalu ada Persebaya tidak lah sepantasnya kalah apalagi dengan dua buah peristiwa olah raga yang patut skor yang begitu mencolok atas Persipura.Kata “perkasa” dicatat. Yang kesatu cukup tersiar luas, juga bisa merujuk pada kiprah Persebaya waktu itu yang pertandingan tinju bayaran, tinju komersial, berada pada peringkat pertama klasemen sementara antara juara bertahan Ellyas Picak dan penyisihan grup wilayah timur kompetisi Divisi Utama penantang Raul Diaz dari Colombia, Perserikatan. memperebutkan kejuaraan tinju kelas bantam versi IBF. Yang kedua, kekalahan 3. Berita tanggal 23 Februari 1988 (Judul: 12-0 kesebelasan Persebaya terhadap Kardono : “Itu Strategi....”) Persipura dari Irian Jaya.Kedua peristiwa ini membangkitkan kesan-kesan tertentu, Pada berita selanjutnya, analisis Sintaksis betapa bidang olah raga perlu dibenahi didasarkan pada wawancara dengan Ketua Umum PSSI, dengan semangat yang murni, demi Kardono sesuai dengan judul berita. Namun sebenarnya kepercayaan umum dan demi martabat bukan hanya Kardono, tapi juga wawancara dengan olahraga itu sendiri.” beberapa komisioner PSSI yang lain seperti A. Wahab Dari segi Skrip, sama hal nya dengan Catatan Abdi, Nugraha Besus, dan Max Boboy. Pojok, Induk Karangan juga bersifat opini sehingga Dari segi Skrip, berita ini bisa dibilang sudah kaidah 5W+1H kurang diperhatikan. Sedangkan dari segi lengkapmemiliki 5W+1H.Sedangkan segi Tematik nya Tematik, karena bersifat opini Induk Karangan ini secara keseluruhan berita menekankan pada pandangan keseluruhan menunjukkan cara pandang sang penulis beberapa komisioner PSSI terhadap peristiwa kekalahan terhadap dua peristiwa tersebut, dalam penelitian ini Persebaya atas Persipura yang secara garis besar khusus nya peristiwa kekalahan Persebaya atas Persipura. menyayangkan namun juga tidak bisa menyalahkan Merdeka beranggapan bahwa sikap olahraga kini tidak karena itu merupakan strategi. Sebagai contoh adalah lah lagi murni dan justru melupakan asas utama dalam kalimat yang didasarkan pada pernyataan Nugraha Besus olahraga itu sendiri yakni sportivitas. Hal ini dapat dilihat berikut ini: pada kalimat di bawah ini: “Sedangkan Nugraha Besus menyebutkan, hasil pertandingan itu “Soal kedua, ialah tentang memang sangat mengecewakan, namun itu kekalahan Persebaya 12-0 menghadapi merupakan strategi Persebaya, “Kita tidak Persipura.terlalu kentara sekali bahwa melihat bahwa hal itu merupakan kemenangan itu disengaja, dan kesengajaan malapetaka”, ujarnya sembari meyebutkan, itu dibuat untuk membalas dendam bagi para pembina olahraga sebaiknya terhadap PSIS Semarang. Para pemimpin sportifitas dapat ditegakkan.” olahraga sepakbola khususnya, dan juga Dari segi Retoris, Kardono (Ketua Umum masyarakat umumnya, menyayangkan dan PSSI) seakan memberi pembelaan terhadap apa yang menyesali kejadian itu. Lelucon itu tidak dilakukan oleh Persebaya. Selain terhadap Persebaya, dapat dimaafkan bila dikaitkan dengan apa sebenarnya Kardono juga memberi kesan membela yang disebut semangat murni olahraga, dirinya sendiri dan juga institusinya yakni PSSI yang yang disebut sebagai sportivitas.” tidak mampu berbuat banyak terhadap Persebaya Dari kalimat di atas kita dapat pula melakukan dikarenakan tidak adanya aturan yang mengatur hal analisis Retoris Induk Karangan ini.penggunakan kata tersebut (memberi kemenangan kepada lawan). Hal “lelucon” pada kalimat di atas menggambarkan bahwa tersebut dapat dilihat pada kalimat di bawah ini: apa yang telah dilakukan Persebaya adalah sesuatu yang “Kalau kita melihat kejadian di tidak serius, atau main-main. Maka dalam kaitannya dunia persepakbolaan, kata Kardono, baik dengan sebuah kompetisi, hal tersebut tidak seharusnya di luar maupun di dalam negeri kejadian terjadi. Hal ini dikarenakan semua tim yang mengikuti seperti itu sering kali terjadi, seperti kompetisi sejatinya bertanding dengan kesadaran tinggi misalnya atas Brazilia yang disingkirkan dan serius untuk meraih kemenangan yang didasarkan oleh Peru dengan memberikan kemenangan pada nilai-nilai sportivitas. 6-0 kepada Argentina dalam final Piala Dunia tahun 1978 lalu, atau ketika Austria 5. Catatan Pojok tanggal 24 Februari 1988 dan Jerman Barat untuk menyisihkan (Judul: Moral Olahraga) Aljazair pada tahun 1982 lalu.” “SENIN pagi di stadion Citarum 4. Induk Karangan tanggal 23 Februari 1988 Semarang. Udara biasa saja tidak ada tanda- (Judul: Kemurnian Sikap Olahraga) tanda akan mendung, namun tidak bagi

139

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

pemain dan offisial PSIS Semarang, Senin “Bagi Persebaya bisa jadi benar, pagi itu dirasakan tetap mendung kelabu. sebab kekalahan itu berarti kemenangan Peristiwa Minggu malam itu, memang baginya untuk menyingkirkan PSIS sangat membuat mereka menjadi begitu Semarang yang dianggapnya sebagai murung.” ganjalan terbesar.Namun, bagi masyarakat Dari Lead tersebut terlihat bahwa dari segi pecinta sepakbola tentu strategi itu dapat Sintaksis, Catatan Pojok ini berlatarkan dampak yang diterjemahkan dengan kalimat lain, yakni, terjadi akibat kekalahan Persebaya atas Persipura.Pada Persebaya banci, takut bertemu kembali Lead tersebut digambarkan bahwa pihak PSIS Semarang dengan PSIS Semarang.” menjadi korban yang paling dirugikan dari peristiwa Catatan Pojok yang kita ketahui bersama bersifat kekalahan Persebaya atas Persipura. opini dapat membantu kita dalam mememahami Seperti sebelumnya, karena ini adalah catatan pemilihan kata yang diambil oleh Merdeka tersebut.Kata pojok yang bersifat opini, maka unsur 5W+1H dalam “banci” dapat diasosiasikan sebagai pribadi yang tidak Skrip tidak begitu diperhatikan. Sedangkan dari segi jantan atau dalam konteks tertentu berarti pengecut, dan Tematik, Catatan Pojok ini menggambarkan keprihatinan ini dikaitkan oleh Merdeka dengan sikap Persebaya yang Merdeka terhadap kondisi persepakbolaan nasional tidak bermain sepenuh hati dan akhirnya kalah telak 12-0 berkaitan dengan kasus kekalahan Persebaya atas dari Persipura.Menurut Merdeka hal tersebut dilakukan Persipura. Keprihatinan Merdeka juga termasuk kepada Persebaya untuk menghindari PSIS. Namun bila kembali pernyataan Ketua Umum PSSI, Kardono beberapa waktu pada kalimat di atas, tentu masih bisa dipertanyakan yang lalu yang mengatakan langkah Persebaya tersebut apakah benar semua masyarakat pecinta sepak bola adalah bagian dari strategi. menganggap Persebaya sebagai “banci”?, tentu saja Baiklah, Kardono memang benar tidak, karena itu adalah murni subyektifitas Merdeka mengatakan bahwa kasus Persebaya itu dalam memilih kata semata. wajar karena itu merupakan strategi, namun nurani kita akan berkata: “Moral Olahraga 7. Berita tanggal 26 Februari 1988 (Judul: M. telah diinjak-injak!” Permisi, aha.” Noer: “Bukan Identitas Bangsa”) Dari segi Retoris, penggunaan kata “diinjak- injak” menunjukkan bahwa apa yang telah dilakukan oleh “Anggota DPA, M. Noer, mantan Persebaya sudah sangat keterlaluan. Bila mau Gubernur Jawa Timur mengatakan menggunakan kata lain, sebenarnya kata “dilanggar” juga mengalahnya kesebelasan Surabaya sudah bisa menjelaskan maksud dari sang penulis. terhadap kesebelasan Persipura sebanyak Namun, nampaknya Merdeka ingin menggunakan kata 12-0 bukan menunjukkan identitas bangsa yang lebih dramatis dan hiperbola. Indonesia.” Dari Lead berita di atas, dapat dilihat analisis 6. Catatan Pojok tanggal 25 Februari 1988 Sintaksis latar informasi adalah kekecewaan anggota (Judul: Jangan Ada Pertentangan) DPA sekaligus mantan Gubernur Jawa Timur, M. Noer terhadap sikap Persebaya yang sengaja “mengalah” Dari segi Sintaksis, latar informasi dari Catatan kepada Persipura. Pojok ini adalah bahwa kasus kekalahan Persebaya atas Dari segi Skrip, kelengkapan 5W+1H dalam Persipura masih terus menjadi polemik di seluruh lapisan berita ini dapat dikatakan sudah terpenuhi.Namun dari masyarakat. Seperti yang terlihat pada kalimat ini: segi Tematik, berita ini terkesan tidak singkron antara “Di Surabaya sendiri pro dan judul dengan beberapa bagian dalam isi berita.Bila kontra terus mengalir, di warung kopi, di menilik judul dan Lead berita, seharusnya isi berita tidak kantor-kantor dan di tempat dimana orang lah jauh dari hal-hal seputar kekalahan Persebaya atas bisa berbincang dengan tenang.” Persipura. Namun, yang ada pada isi berita ternyata juga Sama hal nya dengan beberapa Catatan Pojok disertai sub judul “Istirahat” dan “Peluang Persija” yang yang sudah penulis bahas, unsur 5W+1H dalam Skrip didasarkan pada wawancara dengan pelatih PSIS tidak diperhatikan dengan baik. Dari segi Tematik, Semarang, Sartono Anwar yang justru sama sekali tidak Catatan Pojok ini secara kronologis menjelaskan secara membahas kekalahan Persebaya atas Persipura. runut pandangan sang penulis, mulai dari dugaan langkah Dari segi Retoris, Merdeka sedikit melakukan yang akan diambil Persebaya untuk menghadapi keganjalan pada kalimat berikut: Persipura, kontroversi yang muncul di kalangan “Seorang pecinta sepak bola masyarakat sesudahnya, dan kemungkinan terburuk yang lainnya mengatakan sikap mengalah yang akan terjadi di masa mendatang akibat dari kekalahan dilakukan Surabaya bukan menunjukkan Persebaya tersebut, yakni konflik antara pendukung suatu sportivitas, tetapi kekalahan yang Pesebaya dengan pendukung PSIS. dibuat-buat.” Sedangkan dari segi Retoris, Merdeka Merdeka yang pada awal berita ini melaporkan menggunakan kata “banci” untuk menggambarkan Sikap hasil wawancara dengan M. Noer, tiba-tiba melaporkan Persebaya. Hal tersebut dapat dilihat pada kalimat pendapat dari pihak yang tidak jelas, yang oleh mereka berikut: dipanggil dengan sebutan “seorang pecinta sepak bola lainnya”. Dan yang tidak kalah penting adalah pendapat

140

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

dari pihak tersebut yang sangat memojokkan Persebaya 9. Catatan Pojok tanggal 26 Februari 1988 walaupun juga tanpa disertai bukti yang kuat. (Judul: “Ahh, Jangan Terulang Lagi”) Selain itu, alasan penggunaan kata “surabaya” pada kalimat tersebut patut dipertanyakan. Sejatinya yang Dalam analisis Sintaksis Catatan Pojok ini, bisa bertanding adalah Persebaya, merujuk pada nama sebuah dilihat dari judul dan juga bagian penutup.Keduanya klub sepak bola dan bukan Surabaya yang notabene diambil dari kutipan pernyataan Ketua Umum PSSI, adalah nama kota. Jika yang digunakan adalah kata Kardono yang menghimbau peristiwa semacam ini “surabaya” maka seakan-akan seluruh orang di Surabaya (Persebaya vs Persipura) tidak terulang lagi. Bisa dilihat melakukan hal tersebut (mengalah dari Persipura), atau dari kalimat di bawah ini: paling tidak, mendukung hal tersebut. “‟Kira-kira itulah jangkauan imbauan Kardono, tidak menyalahkan, 8. Berita tanggal 26 Februari 1988 (Judul: Perlu tetapi menyayangkan bila kejadian itu Perbaikan Sistem Kompetisi) terulang, berita seyogyanya hanya sampai disini saja kasus itu. Cukup bijaksana dan Pada berita ini analisis Sintaksis dapat dilihat di saiapapun akan menerimanya. Bukankah Lead berita. Dalam menanggapi kasus kekalahan begitu, Kang Nugraha.” Persebaya atas Persipura salah seorang insan sepak bola Seperti beberapa Catatan Pojok terdahulu, nasional yakni Buha Tambunan mencoba memberi solusi. Catatan Pojok ini juga mengabaikan unsur 5W+1H dalam Buha Tambunan yang juga merupakan Ketua Umum Skrip nya. Dari segi Tematik, Catan Pojok ini sang PSMS Medan tersebut tidak menginginkan peristiwa penulis mencoba menggambarkan kegamangan beberapa semacam ini terulang kembali. Hal ini dapat dilihat pada pihak dalam menyikapi kekalahan Persebaya atas kalimat: Persipura. Hal ini dikarenakan PSSI juga tidak mampu “Kasus “main sabun” Persebaya berbuat banyak, alasan nya adalah ketiadaan aturan yang dengan Persipura Jayapura, Semakin melarang hal tersebut. berkembang. Dari Medan, Buhan Dari segi Retoris, Merdeka coba menekankan Tambunan menawarkan suatu kemungkinan kegamangan tersebut dengan perumpamaan yang juga bagi PSSI untuk menghindarkan kasus menjadi pertanyaan masyarakat selama ini. Kegamangan “main sabun” itu terulang kembali.” mana yang harus didahulukan antara Strategi atau Untuk analisis Skrip, berita ini secara lengkap Sportivitas, dianalogikan dengan pertanyaan lebih dahulu telah memenuhi unsur 5W+1H.Sedangkan dari segi mana telur atau ayam. Hal ini dapat dilihat pada kalimat Tematik berita ini secara keseluruhan menjelaskan saran berikut: dari Buha Tambunan kepada PSSI yang mencakup “Perbincangan itu akhirnya lari peraturan yang mungkin bisa diterapkan PSSI musim kepada masalah, dulu mana telur atau mendatang. Hal ini terutama terlihat pada paragraf ke- ayamnya. Telur-ayam, ayam-telur atau dua: strategi-sportivitas, sportivitas-strategi, mana yang ditempatkan di nomor “... Sistim kompetisi pada tahun utama.Masih jumbuh dan kisruh.” depan sebaiknya diperbaiki, dimana tim juara dan runner-up tidak lai mengikuti 10. Berita tanggal 28 Februari 1988 (Judul: PSIS putaran pertama dan kedua kompetisi, Jangan Sampai Terkena Racun Yang dengan kata lain, tim juara dan runner-up Memuakkan) hanya menunggu empat tim yang menyusul masuk ke babak semi final.” Pada berita ini analisis Sintaksis yakni latar Dalam segi Retoris, Merdeka mencoba informasi adalah wawancara dengan Gubernur Jawa menekankan sesuatu yang seakan-akan berkaitan Tengah, Ismail. Ismail menggunakan sudut pandangnya walaupun sebenarnya tidak dijelaskan secara gamblang sebagai pemimpin tertinggi di Jawa Tengah, yakni dalam berita tersebut. Seperti pada kalimat ini: dengan memfokuskan pembahasan seputar kekalahan “... Semarang selama 50 tahun Persebaya ini pada sisi PSIS. PSIS diharapkannya tidak menunggu lahirnya juara, setelah diperoleh, terpengaruh dengan isu-isu yang berkembang selama ini, justru kemudiannya lepas hanya karena dan tetap harus fokus pada prestasi. Hal ini bisa dilihat permainan “sabun” Persebaya yang tahun pada Lead berita: lalu dikalahkannya di grandfinal, 1-0.” “Gubernur Jawa Tengah, Ismail Dari kalimat tersebut, Merdeka seakan mencoba menegaskan bahwa PSIS Semarang menghubungkan langkah yang diambil Persebaya dengan walaupun gagal menuju Senayan, tetapi kekalahan atas PSIS musim sebelumnya. Hal ini memberi sampai saat ini harus tetap berusaha kesan Persebaya mencoba membalas dendam terhadap meningkatkan prestasi dan jangan samapi PSIS. Padahal, sebenarnya masih banyak kemungkinan terkena “racun yang memuakkan”.” mengapa Persebaya melakukan hal tersebut, sebagai Dari segi Skrip, berita ini sudah sesuai dengan contoh adalah apa yang disebut berbagai pihak bahwa kaidah 5W+1H yang sangat penting dalam penulisan langkah Persebaya adalah murni bagian dari strategi. berita. Untuk segi Tematik, secara keseluruhan berita berisi hasil wawancara dengan Gubernur Jawa Tengah,

141

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

Ismail yang beranggapan bahwa dalam olahraga esensi gajah”, yakni kurang lebih pertandingan yang hasilnya utamanya adalah prestasi sesuai dengan Lead yang sudah sudah diatur sebelumnya. penulis kutip di atas. Hal ini semakin dikuatkan dengan Namun yang menarik, penekanan lain yang pada bagian akhir berita yang membahas seputar digunakan oleh Jawa Pos adalah pada judul “Persebaya persiapan Jawa Tengah dalam mengahadapi PON XII. Kalah 12-0, Penonton Gembira”. Bila dikaitkan pula Seperti pada kalimat berikut: dengan penekanan kata “akhirnya” sesuai di Lead dan “Gubernur juga mengingatkan, juga kata “gembira” pada judul, Jawa Pos seakan coba dewasa ini pelaksanaan babak memeberi kesan bahwa pertandingan yang sudah diatur kualifikasi/pra PON XII semakin hasilnya ini bukan lah suatu hal yang aneh, bahkan malah dekat.Untuk ini, perlu persiapan matang diinginkan oleh para pecinta Persebaya dan membuat termasuk sepakbola.” mereka gembira. Pada analisis Retoris, penulisan judul berita ini menjadi penekanan yang dilakukan oleh Merdeka.Judul 2. Berita tanggal 22 Februari 1988 (Judul: Agil berita ini adalah “PSIS Jangan Sampai Terkena Racun Memang Ingin Persipura yang Menang) Yang Memuakkan”, yang dikutip dari pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Ismail.Hal ini berbeda dengan Analisis Sintaksis pada berita ini berlatarkan judul-judul berita Merdeka Sebelumnya, yang sebenarnya informasi bahwa Manajer tim Persebaya, Drs. H. Agil serupa dengan berita ini. Pada judul-judul berita Haji Ali memang menginginkan Persipura yang menang. sebelumnya, Merdeka selalu menyertakan nama orang Hal ini dapat dilihat pada Lead berita berikut ini: yang membuat statement, sebagai contoh adalah berita “Manajer tim Persebaya Drs. H. tanggal 23 Februari berjudul “Kardono : “Itu Agil Haji Ali mengatakan, secara pribadi Strategi....‟”, dan tanggal 26 Februari 1988 berjudul “M. dirinya memang ingin memberikan Noer: “Bukan Identitas Bangsa””. Hal ini memberi kesan kemenangan pada Persipura Jayapura. bahwa judul berita ini merupakan pendapat dari Merdeka “Tapi, saya tidak menginstruksikan pada sendiri, atau paling tidak itu berarti Merdeka setuju pemain Persebaya untuk memberikan dengan pernyataan Ismail tersebut. kemenangan pada Persipura sebanyak gol Kata “racun yang memuakkan” sendiri tentunya itu,” ujarnya ketika diwawancarai Jawa Pos berkonotasi negatif. “Racun” berarti suatu zat yang dapat seusainya pertandingan Persebaya melawan mengakibatkan rasa sakit pada tubuh bahkan juga Persipura di Gelora 10 Nopember Surabaya, kematian.Sedangkan kata “memuakkan” yang berasal kemarin petang.” dari kata “muak” biasanya diasosiasikan dengan dampak Dari segi Skrip, unsur 5W+1H pada berita ini yang ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak sedap atau dapat dikatakan sudah lengkap.Untuk segi Tematik, tidak elok. berita ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa Persebaya memang sengaja memberikan kemenangan B. Frame Surat Kabar Jawa Pos pada Persipura.Lebih spesifik lagi, berita ini menjelaskan 1. Berita tanggal 22 Februari 1988 (Judul: alasan Agil yang menginginkan Persebaya memberikan Persebaya Kalah 12-0, Penonton Gembira) kemenangan pada Persipura. Seperti pada kalimat berikut: Akhirnya berlangsung juga “Karena Perseman telah terkena pertandingan “sepak bola gajah” di Gelora degradasi, Agil ingin menyelamatkan 10 Nopember Surabaya, ketika Persebaya Persipura sehingga bisa terus tampil di berhadapan dengan Persipura Senayan dan menunjukkan kemampuannya. Jayapura.Pertandingan itu berakhir 12-0 Sebab tim Persipura punya bibit, dan Irian untuk Persipura. Jaya gudang olahragawan Indonesia. Analisis Sintaksis berita ini dapat dilihat dari “Kalau bibit ini tidak dipupuk, alangkah Lead berita di atas. Pada Lead berita tersebut eman-nya”, tutur Agil.” menjelaskan bahwa telah terjadi kekalahan tuan rumah, Analisis Retoris pada berita ini dapat dilihat Persebaya Surabaya dari Persipura Jayapura. Dari Lead pada kalimat berikut ini: tersebut juga sekilas menggambarkan aspek Retoris dari “Alasan Agil secara pribadi berita ini, penggunaan kata “akhirnya” memberi kesan memilih Persipura, tak lain karena ingin bahwa kejadian ini sebenarnya sudah diduga dan menyelamatkan persepakbolaan di Irian diperkirakan akan terjadi, atau bahkan dinginkan untuk Jaya.” terjadi. Pada kalimat tersebut Jawa Pos menggunakan Dari segi Skrip, berita ini telah dilengkapi kata “memilih”.Kata “memilih” sebenarnya bila dengan 5W+1H.Adapun dari segi Tematik, secara dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari adalah keseluruhan berita ini menjelaskan kronologis jalannya sesuatu yang menjadi hak mendasar setiap orang.Dengan pertandingan, terutama kronologis terciptanya gol-gol menggunakan kata “memilih”, Jawa Pos seakan tersebut.Sedangakan dari segi Retoris, Jawa Pos menegaskan bahwa Persebaya yang dalam hal ini menggunakan istilah “sepak bola gajah” untuk menyebut diwakili oleh Agil, punya hak dan kuasa dalam pertandingan ini. Jawa Pos sendiri sebenarnya sudah menjelaskan dalam berita ini arti dari istilah “sepak bola

142

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

menentukan lawan. Dan kaitannya dengan hak, maka hal mengadakan seminar nasional tentang tersebut tidak dapat diartikan sebagai sebuah kesalahan. olahraga, pada umumnya di tanah air.” Dari Lead berita di atas, segi Sintaksis berita ini 3. Berita tanggal 23 Februari 1988 (Judul: adalah usulan anggota pengurus PSIS Semarang untuk Kardono Hanya Bisa Mengelus-elus Dada) mengadakan seminar nasional, hal ini berkenaan dengan kasus kekalahan Persebaya atas Persipura.Dari Lead Analisis Sintaksis pada berita ini adalah reaksi tersebut juga dapat diamati segi Retoris berita, yakni Ketua Umum PSSI, Kardono menanggapi kekalahan pada kalimat pertama dan kedua; “Di antara anggota Persebaya atas Persipura. Tercermin pada Lead berita pengurus PSIS Semarang, tampaknya hanya Ismangoen berikut: Notosapoetro yang lebih bijaksana dalam menerima “Kardono, ketua umum PSSI kenyataan tentang timnya yang tersingkir. Ia sama sekali sempat terdiam ketika menerima laporan tak menyalahkan Persebaya.” dari Max Boboy yang diutus PSSI untuk Dari kalimat tersebut, Jawa Pos mencoba menyaksikan pertandingan Persebaya v membuat pemahaman bahwa orang bijaksana adalah Persipura di Surabaya Minggu lalu.” orang yang tidak menyalahkan Persebaya dalam kasus Dari segi Skrip kelengkapan 5W+1H dalam Sepak Bola Gajah ini. Maka sebaliknya, orang yang berita ini telah terpenuhi. Sedangkan segi Tematik, menyalahkan Persebaya berarti bersikap tidak bijaksana. keseluruhan berita menyajikan hasil wawancara dengan Padahal jika kita pahami bersama, sebenarnya apabila Ketua Umum PSSI, Kardono dan Ketua II PSSI, Wahab ada pihak-pihak yang menyalahkan Persebaya, hal Abdi, yang pada intinya menyayangkan langkah tersebut dapat dimaklumi dan dapat dikatakan sebagai Persebaya tersebut. Hal ini terlihat pada paragraf ke tiga, sebuah kewajaran. Sehingga apa yang dilakukan oleh sebagai berikut: Jawa Pos dapat dipahami sebagai upaya pembalikan “Kardono pada garis besarnya paradigma, sikap Persebaya yang menurut banyak orang „memprihatinkan‟ hasil pertandingan salah, menurut Jawa Pos bukan lah sebuah kesalahan. itu.Demikian juga Wahab Abdi, ketua II Dari segi Skrip berita ini sudah memenuhi unsur PSSI.“Tetapi, kami hanya bisa „ngelus 5W+1H. Sedangkan dari segi Tematik, walaupun pada dodo‟ (mengusap dada, Red.)saja”, kata judulnya menjelaskan adanya usulan dari Ketua Harian Kardono. “Sebab, kalah 0-12 bagi PSIS untuk mengadakan seminar nasional, namun berita Persebaya agak aneh”, jelas Kardono ini secara keseluruhan menjelaskan pandangan beliau dengan nada tenang.” (Ketua Harian PSIS) terhadap kesalahan pemahaman Untuk segi Retoris, Jawa Pos menampilkan sebagian besar insan olahraga terhadap pencapaian sesuatu yang tidak ditampilkan oleh Merdeka. Sebagai prestasi. Beliau menegaskan bahwa esensi utama dari informasi, berita ini dari segi inti berita dan narasumber olahraga adalah pembangunan karakter, dan bukan sebenarnya hampir sama dengan berita dari Merdeka di semata prestasi. Hal ini dapat dilihat pada kalimat hari dan tanggal yang sama dengan judul “Kardono : “Itu berikut: Strategi....””. Hal yang tidak ditampilkan oleh Merdeka “Mengingat hal ini, dalam setiap tersebut dapat dilihat pada kalimat berikut: SPP PSSI yang diikutinya, ia selalu “Kardono menganggap hasil menyebutkan bahwa olahraga hanya pertandingan itu sendiri sah.Artinya tetap sebagai satu lembaga untuk membentuk berlangsung 2 x 45, ada wasit, tidak ada caracter building. Mempersiapkan atlet pelanggaran, dan berlangsung wajar.” menjadi anggota masyarakat yang positif.” Kutipan wasil wawancara tesebut tidak dapat dijumpai pada berita Merdeka namun ada pada berita 5. Berita tanggal 24 Februari 1988 (Judul: Ketua Jawa Pos. Maka paling tidak, ini dapat dipahami sebagai DPRD Jateng Imbau PSIS Jangan “Balas upaya Jawa Pos menekankan keabsahan pertandingan Dendam”) tersebut, paling tidak itu bukan merupakan sebuah pelanggaran terhadap aturan yang ada. Atau dengan kata Analisis Sintaksis berita ini dapat dilihat pada lain apa yang dilakukan oleh Persebaya adalah wajar. bagian Lead berita.Pada Lead berita dijelaskan latar informasi adalah Ketua DPRD Tingkat I Jawa Tengah, Ir. 4. Berita tanggal 24 Februari 1988 (Judul: Usulan Soekorahardjo yang mengimbau PSIS Semarang untuk Ketua Harian PSIS: Adakan Seminar Nasional) berlapang dada karena gagal lolos ke Senayan.Informasi ini didasarkan pada hasil wawancara dengan yang “Di antara anggota pengurus PSIS bersangkutan. Berikut ini adalah Lead berita tersebut: Semarang, tampaknya hanya Ismangoen “Ketua DPRD Tingkat I Jawa Notosapoetro yang lebih bijaksana dalam Tengah Ir. Soekorahardjo mengatakan, menerima kenyataan tentang timnya yang PSIS kini harus menerima nasib dengan tersingkir.Ia sama sekali tak menyalahkan lapang dadadan berjiwa besar, serta jangan Persebaya. Namun, dari kasus sepak bola membalas dendam ulah Persebaya yang gajah yang ditampilkan Persebaya, ketua menjegalnya hingga gagal ke Senayan, pelaksana harian PSIS ini, mengajukan dengan memberikan kemenangan Persipura usulan pada pengurus KONI Pusat untuk 12-0.”

143

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

Untuk aspek Skrip, berita ini sudah lengkap permainan yang sulit diterima akal sehat, dengan unsur 5W+1H. Dari segi Tematik, secara garis sulit dimaklumi.” besar berita ini menjelaskan pandangan Ir. Dari kalimat tersebut juga dapat diamati aspek Soekorahardjo, yang tercermin dari imbauannya terhadap Retoris-nya.Jawa Pos coba menekankan bahwa cara PSIS. Seperti pada kalimat berikut: “tidak sportif” yang dilakukan Persebaya sebenarnya “”Betapa pun pahitnya harus merupakan hal yang dapat diterima. Lebih tegas lagi diterima.Yang lebih penting, sekarang PSIS Jawa Pos menekankan pendapatnya paragraf lain, harus berbenah diri guna menuju sebagai berikut: peningkatan prestasi yang lebih baik”, “Masalahnya apakah Persebaya tandasnya.” salah dalam hal ini? Dari segi Retoris, Ir. Soekorahardjo dalam Di sinilah kunci permasalahan pernyataanya secara tersirat menjelaskan bahwa yang menarik untuk dikaji.Dengan kegagalan PSIS bukan lah semata-sama salah dari kekalahan itu sesungguhnya Persebaya Persebaya. Kegagalan PSIS melaju ke Senayan tidak salah.Sebab kekalahan yang sudah sebenarnya juga tidak lepas dari kesalahan mereka diatur itu – Sepak bola gajah – merupakan sendiri. Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut: salah satu paket strategi. Untuk tujuan yang ““PSIS mulai sekarang harus satu ini siapa pun menyadari, hal itu berjuang sendiri, tidak harus ke Senayan sepenuhnya hak intern Persebaya. karena dikatrol (diderek) oleh orang lain, Masyarakat pun yang sejauh ini telah itu tidak jujur”, tandasnya” merasa menjadi pemilik tunggal Persebaya Hal ini sebenarnya merujuk pada kiprah PSIS juga tidak banyak berhak ikut campur.” waktu itu yang kurang bagus.Pada putaran pertama Dari paragraf tersebut makin jelas lah penyisihan grup mereka bermain sangat buruk, pandangan Jawa Pos terhadap kasus Sepak Bola Gajah sedangkan pada putaran ke dua mengalami peningkatan. Ini.Jawa Pos terlihat sejalan dengan Persebaya yang Namun hal itu tidak cukup menolong, sehingga nasib beranggapan bahwa kekalahan tersebut adalah murni mereka bergantung pada hasil pertandingan lain, yakni bagian dari strategi. hasil pertandingan antara Persebaya melawan Persipura yang kemudian menimbulkan polemik. 7. Artikel tanggal 25 Februari 1988 (Judul: Biarkan “Gajah” Berlalu, Persebaya Tetap ke 6. Artikel tanggal 24 Februari 1988 (Judul: Senayan) Kekecewaan Bukan Soal Sportivitas, tapi Gengsi) “Komentar-komentar masih terus mengalir sehubungan permainan “sepak Aspek Sintaksis pada artikel ini dapat dilihat bola gajah”, yang baru saja disuguhkan dari latar informasi.Pada mulanya para pendukung Persebaya saat menghadapi Persipura Persebaya setuju dengan praktek Sepak Bola Gajah, Jayapura, Minggu lalu.Ada yang bisa namun hal itu berubah karena kekalahan Persebaya menerima suguhan itu sebagai suatu bagian dinilai sudah keterlaluan dengan kalah hingga 12-0. strategi, ada pula yang mengecam.” Sikap setuju para pendukung Persebaya terlihat pada Dari Lead artikel tersebut, dapat dilihat aspek paragraf ke dua artikel ini: Sintaksis-nya, yakni perdebatan di kalangan masyarakat “Hanya satu hari saja, ada lebih seputar kasus Sepak Bola Gajah yang masih terus 300 surat masuk.Sebagian besar mereka berkembang. Ada yang bersikap pro dan ada pula yang menyatakan setuju dengan sepak bola gajah bersikap kontra terhadap hal tersebut. Dari Lead artikel (lihat Jawa Pos, 20 Februari).” tersebut juga dapat diamati aspek Retoris-nya, yakni Dari segi Skrip, karena artikel ini bersifat opini penggunaan kalimat “suatu bagian strategi”. Pemilihan maka unsur 5W+1H tidak begitu diperhatikan. kalimat tersebut tentu bisa dipertanyakan, sebab dalam Sedangkan segi Tematik, secara keseluruhan artikel ini kalimat “Ada yang bisa menerima suguhan itu sebagai menjelaskan kekecewaan para pendukung Persebaya atas suatu bagian strategi, ada pula yang mengecam”, Jawa kekalahan tim kesayangan mereka dari Persipura dengan Pos seakan mencoba menggiring pembaca pada sebuah skor telak 12-0, bukan karena masalah sportivitas tapi pemahaman bahwa apa yang dilakukan oleh Persebaya tentang gengsi. Klub sebesar Persebaya tidak seharusnya adalah semata-mata bagian dari strategi dan itu kalah begitu telak. Hal ini dapat dilihat pada kalimat seharusnya bisa diterima. berikut: Analisis penulis ini tentu beralasan, sebab bila “Pukulan yang dirasakan mau Jawa Pos sebenarnya bisa saja menggunakan pendukung Persebaya dengan kekalahan kalimat semisal; “ada yang menganggap suguhan itu “super mencolok” itu adalah masalah sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai sportivitas, “gengsi” dan “prestise”. Dengan kata lain ada pula yang mampu menerimanya”. Kalimat tersebut upaya mengubur PSIS dengan cara “tidak juga bisa digunakan karena esensinya sebenarnya sama sportif” masih bisa diterima. Tetapi, dengan kalimat pertama. menjual Prestise dan gengsi warga Dari segi Skrip, karena artikel ini bersifat opini Surabaya dan Jawa Timur dengan cara-cara maka unsur 5W+1H kurang lengkap. Untuk segi

144

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

Tematik, secara keseluruhan pada artikel ini Jawa Pos Analisis Sintaksis berita ini terutama adalah mencoba mengajak pembaca untuk melupakan peristiwa pada bagian Lead, disitu digambarkan kekalahan Sepak Bola Gajah ini dan fokus pada kiprah Persebaya Persebaya telah membelenggu kita. Lebih lanjut Lead selanjutnya di kompetisi Divisi Utama Perserikatan. Hal yang didasarkan pada hasil wawancara dengan Ketua ini dilakukan Jawa Pos dengan cara membahas kesiapan Umum KONI Jatim, Trimarjono, S.H., tersebut Persebaya menghadapi pertandingan-pertandingan yang mengungkapkan harapan beliau agar semua pihak akan datang. melupakan kekalahan tersebut. Untuk lebih jelas berikut Lead beritanya: 8. Berita tanggal 26 Februari 1988 (Judul: “Ketua Umum KONI Jatim, Pengertian Sportivitas dan Strategi Ada Trimarjono, S.H., mengharapkan agar Bedanya) kekalahan Persebaya itu tidak membelenggu kita. “Yang sudah, ya “Pengertian strategi dan sportivitas biarlah. Sebab, bagaimana pun, Persebaya dalam olahraga, tidak boleh sudah pasti akan tampil di Senayan bersama dicampuradukkan. “Dalam olahraga ada dengan lima kesebelasan lainnya”, ungkap istilah „strategi‟ yang harus selalu Wagub Jatim itu, ketika dihubungi Jawa diperhitungkan”, demikian komentar Pos Kamis lalu.” Zulkarnain Kurniawan, ayah kandung Untuk aspek Skrip berita itu sudah lengkap „maestro‟ bulu tangkis Rudy Hartono; dan dengan unsur 5W+1H. Adapun segi Tematik, berita ini Eddy Pirrih, ketua PMTI (Persatuan secara keseluruhan menjelaskan keinginan Ketua Umum Manajer Tinju Indonesia) Pusat, ketika KONI Jatim, Trimarjono, S.H., agar semua pihak ditemui secara terpisah tad malam.” terutama masyarakat Jawa Timur terus mendukung Dari segi Sintaksis, dapat dilihat pada Lead kiprah Persebaya di babak enam besar di Senayan. berita di atas bahwa latar informasi dari berita ini adalah Dari segi Retoris, masih berdasarkan hasil seputar pengertian strategi dan sportivitas, dalam wawancara dengan Trimarjono terlihat bahwa sebenarnya kaitannya dengan Sepak Bola Gajah tentunya. Berita ini ada kekecewaan dari sebagian pendukung Persebaya sendiri didasarkan pada hasil wawancara dengan terhadap ulah tim kesayangannya. Namun, Trimarjono Zulkarnain Kurniawan dan Eddy Pirrih. dan bisa pula Jawa Pos, menginginkan agar kekecewaan Untuk analisis Skrip, otomatis unsur 5W+1H tersebut berubah menjadi dukungan bagi Persebaya. Hal dalam berita ini dapat dikatakan terpenuhi.Dari aspek ini dapat dilihat pada kalimat berikut: Tematis, secara keseluruhan berita ini membahas “Dari rapat dan pertemuan dari mengenai perbedaan antara strategi dan sportivitas dalam hati ke hati itu, katanya, akan bisa kaitannya dengan kasus Sepak Bola Gajah yang ditemukan semacam formula bagaimana melibatkan Persebaya. Lebih spesifik lagi, penjelasan menghapus kekecewaan, untuk bisa narasumber menempatkan Persebaya pada posisi yang berbalik menjadi dukungan.” tidak dapat disalahkan. Hal tersebut dapat dilihat misalnya pada kalimat ini: 10. Berita tanggal 28 Februari 1988 (Judul: Iswadi “Zulkarnain menyebutkan, tidak Idris: Ada Dua Efek Sepak Bola Gajah) sportif dalam olahraga adalah mencari kemenangan melalui jalan kecurangan. “Kekalahan Persebaya 0-12 dari “Selagi masih mematuhi aturan, itu sportif”, Persipura yang diistilahkan sebagai sepak kata Zulkarnain.“Dalam bulu tangkis, bola gajah (karena skornya seakan sudah mengalah karena strategi juga ada”, diatur), menurut Iswadi Idris, merupakan tambahnya.” hal yang wajar. Dipandang dari kaca mata Dari segi Retoris, contoh-contoh yang diambil strategi benar, dan FIFA tidak melarang.” oleh narasumber semakin menguatkan posisi Persebaya, Dari Lead berita di atas, dapat dianalisis bahwa bahwa apa yang telah dilakukan merupakan hal yang aspek Sintaksis dari berita ini adalah pendapat Iswadi wajar. Contoh-contoh tersebut diambil dari olahraga lain Idris yang merupakan pelatih klub Perkesa Mataram. yang menjadi bidang masing-masing narasumber. Hal ini Beliau berpendapat bahwa kekalahan Persebaya adalah dapat dilihat pada kalimat: sesuau yang wajar. Hal ini didasarkan terutama pada “Misalnya dalam tinju amatir, ada tidak adanya aturan FIFA yang melarang hal tersebut. dua petinju yang sama-sama asal Indonesia Dari segi Skrip, kelengkapan unsur 5W+1H yang harus bertemu pada babak penyisihan. pada berita ini telah terpenuhi.Untuk aspek Tematik, Salah satunya, harus rela mengalah tanpa berita ini secara garis besar menjelaskan pandangan bertarung habis-habisan karena untuk Iswadi Idris terhadap praktek Sepak Bola Gajah yang menjaga kondisi.“Hal ini tetap dikatakan dilakukan oleh Persebaya. Lebih spesifik lagi yang sportif”, kata Eddy.” difokuskan dari berita ini adalah efek dari peristiwa Sepak Bola Gajah terhadap Persebaya sendiri menurut 9. Berita tanggal 27 Februari 1988 (Judul: Di Iswadi, sesuai dengan judul berita. Senayan, Persebaya Harus Habis-habisan)

145

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

Dari aspek Retoris, penekanan coba dilakukan Beller dan Stoll secara umum diidentifikasikan sebagai oleh Iswadi Idris sendiri dalam wawancaranya dengan perilaku yang menunjukkan sikap hormat dan adil Jawa Pos. Hal ini dapat terlihat pada kalimat berikut: terhadap orang lain serta sikap menerima dengan baik ““Sebagai orang yang lama apapun hasil dari suatu pertandingan. 14 National berkecimpung dalam sepak bola hal itu Collegiate Athletic Associaton (NCCA) mendefinisikan wajar.Bahkan di Piala Eropa dan Piala sportivitas sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh atlet, Dunia pun hal itu bisa terjadi.Mungkin pelatih, administrator dan penonton dalam kompetisi yang kemudian ramai dibicarakan adalah atletik.Perilaku-perilaku ini didasari oleh nilai-nilai kekalahan yang terlalu mencolok itu,” penting seperti hormat, adil, beradap, jujur dan tanggung katanya.” jawab. 15 Definisi lain dari sportivitas adalah sikap dan Kalimat “Sebagai orang yang lama perilaku yang ditunjukkan oleh individu dalam setting berkecimpung dalam sepak bola” digunakan oleh Iswadi olahraga yang menunjukkan penghormatan terhadap Idris untuk menguatkan argumentasinya. Dengan kalimat aturan, official, konvesi sosial dan hormat pada lawan tersebut diharapkan masyarakat percaya terhadap apa yang diikuti dengan komitmen terhadap olahraga itu yang dia katakan. Dan dalam konteks Sepak Bola Gajah sendiri dan tidak melakukan partisipasi olahraga yang ini, apa yang dilakukan oleh Persebaya adalah sesuatu negatif.16 yang wajar menurut Iswadi. Lebih lanjut, Vallerand, Biere, Blanchard & Provencher membagi faktor sportivitas yaitu komitmen C. Diskusi Hasil Pembingkaian terhadap olahraga, konvesi sosial, taat pada peraturan dan wasit, sikap positif pada lawan. 17 Ke empat faktor Di atas, penulis telah menyajikan beberapa tersebut dijabarkan sebagai berikut: sample pemberitaan surat kabar Merdeka dan Jawa Pos 1. Komitmen terhadap olahraga mengenai peristiwa Sepak Bola Gajah. Dari berita-berita Komitmen menggambarkan orang yang tersebut terlihat kedua surat kabar menjunjukkan memiliki sportivitas yang baik dari perilaku yang pandangannya masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat berdedikasi pada olahraga yang digeluti.Dalam hal dari penekanan-penekanan keduanya pada suatu hal. ini yaitu cabang olahraga sepakbola. Komitmen Hal yang paling jelas terlihat adalah mengenai terhadap olahraga mempunyai beberapa indikator isu strategi dan sportivitas. Surat kabar Merdeka melihat yaitu: bahwa apa yang dilakukan oleh Persebaya telah menodai a. Individu menunjukan kerja keras dan nilai-nilai sportivitas dan moral olahraga. Adapun Jawa kesungguhan dalam berlatih. Pos beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh b. Individu menunjukan kerja keras dan Persebaya adalah murni sebuah strategi dalam olahraga. kesungguhan dalam bertanding. Berbicara mengenai perbedaan antara strategi c. Individu memiliki keinginan yang kuat untuk dan sportivitas, menurut Iman Sulaiman, dalam usaha berlatih. mencapai kemenangan dalam olahraga terdapat dua hal d. Mengakui keunggulan lawan yang harus diperhatikan, yakni taktik dan Manifestasi faktor ini dalam sportivitas 13 strategi. Menurut beliau, kedua nya mengandung yaitu memberikan usaha maksimal, kerja keras pengertian siasat atau budi daya akal juga sebagai pola dan bersungguh di setiap latihan dan pertandingan, pemikiran yang diterapkan untuk menghadapi lawan berpikir akan cara memperbaiki performa dalam rangka memperoleh kemenangan yang sportif. sebelumnya, mengakui keunggulan lawan. Bedanya hanya lah pada saat penerapannya.Taktik 2. Konvensi sosial merupakan siasat yang penerapannya di dalam Konvensi sosial merujuk pada pertandingan, sedangkan strategi adalah siasat yang penghormatan terhadap etika sosial yang terkait dibuat sebelum atau menjelang pertandingan. dalam olahraga. Indikator dari konvensi sosial Dari penjelasan tersebut, langkah Persebaya yaitu: dapat dipahami sebagai sebuah strategi bila menilik a. Menghargai dan menghormati lawan waktu dibuatnya siasat. Sudah kita ketahui bersama, b. Individu dapat menerima suatu kekalahan kabar bahwa Persebaya akan “mengalah” dari Persipura c. Mengakui keunggulan lawan sudah berhembus beberapa hari menjelang pertandingan Perilaku yang menunjukan konvensi tersebut. Namun sekali lagi, sejatinya strategi adalah sosial seperti berjabat tangan dengan lawan siasat yang dibuat untuk memperoleh kemenangan yang sportif, sedangkan dengan “mengalah” dari Persipura 14 J.M. Beller and S.K. Stoll, Sportmanship: An maka Persebaya dinilai telah menyalahi nilai-nilai Antiquated Concept?,(Journalof PhysicalEducation, Recreation sportivitas karena secara tidak langsung menyingkirkan & Dance, 1993), hlm.75. PSIS Semarang dengan cara yang tidak semestinya. 15 Jay D. Goldstein, and Seppo E. Iso-Ahola, Kata “sportivitas” juga berulang kali digunakan Promoting Sportmanship in Youth Sports, (Journal of Physical dalam kasus ini, definisi sportivitas sendiri menurut Education, Recreation & Dance, 2006), hlm.18. 16 Lynn E. Mc. Cutcheon, The Multidimensional Sportspersonship Orientations Scale Has Psychometric 13 Rastafari Horongbala dan Iman Sulaiman, Problems, (United States Sports Academy & Florida Southern Coaching Basketball Fundamental Penataran Pelatih Tingkat College, 1999), hlm.439. Dasar, (Jakarta: PB. PERBASI, 2005). 17 Ibid., hlm.441.

146

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

setelah pertandingan selesai, bertegur sapa dengan Dalam hal ini surat kabar Merdeka mayoritas membahas lawan, mengakui permainan lawan lebih baik, dan masalah Sepak Bola Gajah pada kolom Catatan Pojok. menjadi pemenang yang ramah atau kalah dengan Sedikit membahas mengenai Catatan Pojok, terhormat dalam suatu pertandingan. kolom ini merupakan tempat bagi pihak redaktur pers 3. Taat pada peraturan dan wasit dalam menyatakan sikap, pandangan, dan pendiriannya Faktor ini merujuk pada perilaku tentang suatu hal, selain tajuk rencana tentunya.Hanya, individu yang menghormati peraturan dan wasit, isi Catatan Pojok memang khas yang tujuannya adalah bahkan bila dalam suatu pertandingan wasit membuat para pembaca tersenyum, geli, bahkan tertawa membuat suatu kesalahan. Indikatornya yaitu: karena memang sependapat dengan pendirian pihak a. Patuh pada peraturan dan wasit. redaksi. 18 Kata “pojok” sendiri, tampaknya, selain b. Menerima dengan baik keputusan wasit. menunjukkan di mana catatan itu ditempatkan dalam Perilaku individu ketika berbicara halaman sebuah surat kabar, yaitu di sudut atau pojok, kepada wasit dengan hormat dan tidak membantah juga memiliki konotasi sebuah kritikan, sindiran, dan wasit. Di dalam suatu pertandingan sepakbola, kupasan terhadap suatu persoalan atau kejadian supaya keputusan wasit adalah mutlak.Individu tidak diketahui umum. Dengan demikian, seseorang yang diperbolehkan melakukan tindakan atau protes dikritik, disindir, dan dikupas habis-habisan oleh surat keras kepada wasit. Pada suatu kondisi tertentu kabar, dalam hal ini, merasa dirinya itu sedang misalnya saja keputusan wasit yang merugikan “dipojokkan”.19 seorang pemain, akan menyebabkan pemain Maka dapat dipahami bahwa sifat Catatan Pojok tersebut sulit untuk tetap menghormati wasit. Bila adalah opini, yang tentu saja bersifat pemain tidak dapat menaati peraturan dan orang subyektif.Penempatan pembahasan masalah Sepak Bola yang menegakan peraturan, maka akan sulit untuk Gajah pada Catatan Pojok memperlihatkan bahwa menerapkan permainan yang terorganisir dengan Merdeka ingin mempertegas posisinya. Dan bila kita baik. baca kembali beberapa Catatan Pojok dari surat kabar 4. Sikap positif pada lawan Merdeka, terlihat jelas bahwa posisi mereka adalah Sikap positif pada lawan merujuk pada kontra terhadap Sepak Bola Gajah. sikap menghormati dan peduli terhadap lawan. Adapun Jawa Pos cukup berimbang dalam hal Indikatornya yaitu: penempatan pembahasan. Setidaknya pembahasan a. Menghargai lawan tanding. mengenai Sepak Bola Gajah pada surat kabar Jawa Pos b. Peduli terhadap lawan tanding. lebih banyak bersifat berita, yang didasarkan pada Perilaku dari dimesi ini adalah bersedia laporan hasil wawancara. Berita sejatinya tentu harus lah membantu lawan yang cidera, tidak bertindak bersifat obyektif, walaupun terkadang subyektifitas dengan sengaja untuk menciderai lawan, bersedia wartawan ataupun redaksi juga tidak dapat terelakkan. bertanding walaupun lawan datang terlambat Hal ini juga terlihat pada Jawa Pos, walaupun (tidak menuntut kemenangan dari situasi tersebut), kelengkapan unsur 5W+1H dalam berita sudah terpenuhi tidak mengambil kesempatan dari lawan yang namun sesuai analisis frame yang sudah penulis lakukan mengalami cedera. khususnya dalam aspek Retoris, beberapa kali Jawa Pos Berkaca dari empat faktor tersebut, terutama mencoba melakukan penekanan-penekanan yang faktor komitmen pada olahraga, para pihak yang cenderung membenarkan/mendukung sikap Persebaya. mengkritisi Persebaya dalam hal ini punya dasar yang cukup kuat. Dengan Persebaya sengaja “mengalah” dari PENUTUP Persipura, sebenarnya Persebaya sudah melakukan hal yang tidak jujur, mulai dari menurunkan pemain-pemain Simpulan cadangan hingga “membiarkan” gawang nya kebobolan hingga 12 gol. Selain itu secara langsung atau pun tidak, Dua surat kabar nasional, yakni Merdeka Persebaya juga tidak memberikan rasa hormat yang (Jakarta) dan Jawa Pos (Surabaya), memiliki pandangan sepatutnya baik kepada PSIS Semarang yang merupakan masing-masing mengenai peristiwa kekalahan Persebaya pihak paling dirugikan, ataupun pada Persipura sendiri Surabaya atas Persipura Jayapura dengan skor 12-0 atau selaku lawan pada pertandingan itu. yang sering disebut peristiwa Sepak Bola Gajah. Dalam Dari penjelasan mengenai strategi dan pemberitaannya, Merdeka sering kali menunjukkan sikap sportivitas tersebut, dapat dikatakan baik Merdeka yang menentang praktek Sepak Bola Gajah tersebut. sebagai kubu yang kontra maupun Jawa Pos yang pro Adapun sikap Jawa Pos lebih cenderung mendukung terhadap Sepak Bola Gajah masing-masing punya langkah yang diambil oleh Persebaya. Hal ini dapat argument yang kuat. dilihat dari pemberitaan kedua surat kabar baik sebelum Dari segi intensitas, baik Merdeka maupun Jawa

Pos sama-sama memiliki intensitas yang tinggi dalam 18 pemberitaan seputar kasus Sepak Bola Gajah. Minimal, Masmimar Makah, “Pojok sebagai Penyalur Kritik” dalam Prisma, No.10, Oktober 1977 (Jakarta: LP3ES), hlm.3. masing-masing surat kabar membahasnya satu kali dalam 19 Andi Suwirta, Suara dari Dua Kota : Revolusi se hari. Namun yang sering kali membedakan adalah Indonesia dalam Pandangan Surat Kabar „Merdeka‟ (Jakarta) dimana surat kabar tersebut meletakkan pembahasan. dan „Kedaulatan Rakyat‟ (Yogyakarta) 1945-1947 (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2000). hlm.12.

147

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016

pertandingan (21 Februari 1988), maupun sesudah Buku pertandingan tersebut berlangsung. Dalam memandang peristiwa Sepak Bola Gajah Handoko, Anung,Sepakbola Tanpa Batas (Yogyakarta: ini, Merdeka menggunakan sudut pandang sportivitas, Kanisius, 2008). oleh sebab itu selain mengkritisi Persebaya, Merdeka juga mngkritisi PSSI sebagai induk tertinggi sepak bola Suyatna, Hempri, Suporter Sepakbola Indonesia Tanpa nasional yang harusnya bersikap tegas kepada Persebaya Anarkis, Mungkinkah? (Yogyakarta: Media yang dinilai telah menodai nilai-nilai sportivitas. Wacana, 2007). Sedangkan Jawa Pos beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh Persebaya dengan “mengalah” dari Kartodirdjo, Sartono, Pemikiran dan Perkembangan Persipura merupakan bagian dari strategi dalam Historiografi Indonesia, Suatu Alternatif olahraga/sepak bola, sehingga sangat wajar untuk (Jakarta: PT Gramedia, 1982). dilakukan. Erianto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis, 2001), hlm.58. Saran Siahaan, Hotman, Pers Yang Gamang : Studi Berdasarkan simpulan di atas, saran yang perlu Pemberitaan Jejak Pendapat Timor Timur diajukan adalah independensi media massa yang perlu (Surabaya: Lembaga Studi Perubahan Sosial, ditingkatkan. Kaidah-kaidah jurnalistik harus 2001). dikedepankan, apalagi bila menyangkut hal-hal yang sensitif seperti sepak bola, sangat sensitif bila menengok Suwirta, Andi, Suara dari Dua Kota : Revolusi Indonesia para pendukung klub sepak bola yang sangat loyal dan dalam Pandangan Surat Kabar „Merdeka‟ fanatik. Sehingga hal yang paling tepat dilakukan oleh (Jakarta) dan „Kedaulatan Rakyat‟ (Yogyakarta) media massa adalah bersikap objektif dalam menyikapi 1945-1947 (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2000). sebuah peristiwa. Satu lagi yang menjadi perhatian Penulis adalah Handoko, Anung, Sepakbola Tanpa Batas (Yogyakarta: sikap PSSI. PSSI sebagai induk tertinggi sepak bola Kanisius, 2008). nasional harus membuat peraturan yang jelas mengenai Sepak Bola Gajah atau segala bentuk Match Fixing Kasdi, Aminuddin,Memahami Sejarah, (Surabaya : lainnya.Sebab sepak bola, atau olahraga secara umum Unesa University Press, 2005). sangatlah erat kaitannya dengan moral serta mental sebuah bangsa terutama generasi muda. Sehingga segala Sobur, Alex,Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk praktek kecurangan perlu ditindak tegas demi Analisa Wacana, Analisis Semiotika dan menumbuhkan moral serta mental bangsa yang positif. Analisis Framing, (Bandung : Remaja Penelitian ini akan dijadikan rujukan bagi Rosdakarya, 2009). penelitian sejarah pers. Kajian ini juga dapat dijadikan rujukan bagi penelitian yang menyoroti tentang sejarah Horongbala, Rastafari dan Iman Sulaiman, Coaching Persebaya Surabaya dan juga sejarah persepakbolaan Basketball Fundamental Penataran Pelatih nasional, terutama pada era 1980-an. Selain itu, kajian ini Tingkat Dasar, (Jakarta: PB. PERBASI, 2005). dapat pula digunakan dalam pembelajaran sejarah khusus Beller, J.M. and S.K. Stoll, Sportmanship: An Antiquated nya kelas XII kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial, Concept?,(Journalof PhysicalEducation, pada KD 3.8 Mengevaluasi perkembangan politik, Recreation & Dance, 1993). ekonomi, sosial budaya dan pendidikan pada masa Orde Baru dan Reformasi, dan KD 4.8 Merekonstrusi Goldstein, Jay D.and Seppo E. Iso-Ahola, Promoting perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya dan Sportmanship in Youth Sports, (Journal of pendidikan pada masa Orde Baru dan Reformasi, Physical Education, Recreation & Dance, 2006). menyajikan dalam bentuk tulisan. Cutcheon, Lynn E. Mc., The Multidimensional DAFTAR PUSTAKA Sportspersonship Orientations Scale Has Psychometric Problems, (United States Sports Surat Kabar Academy & Florida Southern College, 1999).

Jawa Pos (Surabaya: Februari 1988) Makah, Masmimar, “Pojok sebagai Penyalur Kritik” dalam Prisma, No.10, Oktober 1977 (Jakarta: Merdeka (Jakarta: Februari 1988) LP3ES).

148