Dr. Obsatar Sinaga IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT) ISBN : 978-602-96935-0-8

© LEPSINDO All right reserved

Penulis: Dr. H. Obsatar Sinaga

Editor : Dadi J. Iskandar

Desain : Adhy M. Nuur

Diterbitkan oleh: LEPSINDO [email protected] Untuk Anak-anak & ““ Istriku “

Kata Pengantar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Kecenderungan regionalisme dan terbentuknya berbagai kelompok kerja sama, baik geografis maupun fungsional, mewarnai era percaturan politik dan ekonomi global dewasa ini. Globalisasi tanpa disadari telah merasuki ranah kehidupan masyarakat-bangsa di jagat ini; bahkan telah ikut mengaliri urat nadi tatanan kehidupan negara- negara di muka bumi, termasuk di Indonesia. Sebagai sebuah arus kekuatan yang dampaknya sulit dielakkan oleh Negara mana pun di dunia ini, mainstream globalisasi berwajah kembar: di satu sisi ia membuka peluang besar bagi kemajuan perekonomian Negara-negara yang mampu menyikapi secara proaktif-responsif, dengan bertumpu pada seperangkat kemampuan memanfaatkannya, sedangkan di sisi lain, arus globalisasi dengan segala dampak ikutannya ternyata tidak selalu berdampak menguntungkan, atau jangan-jangan malah merugikan, terutama bagi Negara-negara yang sedang berkembang. Secara teoretis, persoalan utama dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas yang terindikasi mulai massif dewasa ini, sangat tergantung pada kemampuan menangkap peluang

i yang ada, sekaligus memanfaatkan kesempatan- kesempatan yang tersedia. Memang tidak mudah, untuk katakan saja memberi definisi operasional terhadap ungkapan pernyataan tersebut. Dari perspektif akademis misalnya, suatu kajian yang mendalam perlu dilakukan sehingga diperoleh informasi yang akurat dan berguna dalam menghadapi tantangan tersebut. Kendatipun demikian, dapat dikatakan dalam bahasa terang, bahwa optimalisasi dari totalitas kemampuan dan kapasitas sumber daya yang dimiliki suatu bangsa merupakan kerangka dasar yang visioner yang perlu dikedepankan dalam upaya merespons secara positif arus kekuatan globalisasi. Berbagai pemahaman yang hanya memaknai arus globalisasi sekadar sesuatu hal yang buruk dan menyedihkan— karena kita merasa tidak atau belum siap, semestinya tidak menjadi wacana yang justru dapat mengganggu kesiapan kita menghadapi tantangan besar ini. Dengan demikian, betapa mutlaknya peningkatan sumber daya manusia dalam arti yang seluas-luasnya, karena hanya dengan cara demikian kita dapat menampilkan keunggulan kompetitif (competitive advantage), atau daya saing yang akan menentukan keberhasilan dan kemajuan ekonomi suatu Negara-bangsa, termasuk bagi bangsa Indonesia. Suatu hal yang menggembirakan, dalam beberapa tahun terakhir ini konstelasi dunia di bidang ekonomi dan perdagangan, tampak mulai bergerak secara berarti ke kawasan Asia-

ii Pasifik. Rupanya hal ini tidak terlepas dari semakin meningkatnya bobot dan peranan Negara-negara industri di Asia Timur dan Asia Tenggara, antara lain melalui APEC dan AFTA. Seiring dengan diterapkannya Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana memberikan otonomi yang luas, nyata dan dinamis bagi setiap daerah di Indonesia, tentunya harus merangsang elit-elit dan stakeholders pembangunan di daerah untuk mewujudkan keberhasilan penerapan otonomi daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat daerah yang bersangkutan. Misalnya dengan mengembangkan kualitas produk terunggulkan yang memiliki daya saing ekonomi, selain membangun relasi atau jaringan kerja sama dalam pemasarannya. Dengan demikian, setiap daerah—sesuai dengan pemahaman otonomi yang di dalamnya terdapat desentralisasi, sudah selayaknya memiliki kecenderungan membuka diri, karena hal itu tidak bertentangan dengan globalisasi atau regionalisasi. Dalam konteks tersebut, kerja sama luar negeri untuk memajukan perekonomian dan pemberdayaan potensi daerah, dalam kaitannya dengan perdagangan internasional dalam kerangka AFTA, merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Demikian halnya bagi Jawa Barat, yang memiliki potensi dan peluang yang besar dalam perdagangan, jasa, industri, dan agrobisnis, perlu merespons secara cermat dengan mengimplementasikan kesepakatan perdagangan

iii bebas di kawasan Asia Tenggara (AFTA). Saya menyambut dengan rasa gembira kehadiran buku Implementasi ASEAN Free Trade Agreement di Jawa Barat, yang ditulis Sdr. Dr. H. Obsatar Sinaga. Buku ini sangat menarik karena mengungkapkan, bahwa dalam implementasi AFTA bidang perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat, ditemui beberapa faktor yang cukup berarti. Antara lain: tidak lancarnya komunikasi, terbatasnya sumberdaya, kurang sesuainya perilaku pelaksana, dan tidak jelasnya struktur birokrasi menjadi penyebab tidak tercapainya daya saing Jawa Barat di dalam menghadapi perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara. Selain itu juga, dalam buku ini mengungkapkan, bahwa implementasi suatu kebijakan tidak terlepas dari keadaan masyarakat atau publik dimana kebijakan tersebut diberlakukan. Buku ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi perumus kebijakan, serta pengayaan informasi bagi masyarakat pada umumnya. Sekaligus buku ini dapat meningkatkan rasa nasionalisme di tengah era globalisasi.

Selamat atas karya ini.

Bandung, Mei 2010

Prof. Dr. H. Asep Kartiwa, Drs., S.H., M.Si.

iv Seuntai Kata

Globalisasi perekonomian yang sedang berlangsung dewasa ini, maraknya liberalisasi perdagangan, investasi maupun jasa baik pada tingkat regional maupun global telah menuntut negara-negara di seluruh dunia untuk meningkatkan kemampuan bersaingnya seiring dengan semakin terbukanya pasar internasional. Indonesia dalam hal ini juga tidak luput dari tuntutan yang sama dengan komitmen terhadap liberalisasi perdagangan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA). Hal itu perlu secara saksama dikaji karena dewasa ini pelaksanaan otonomi daerah telah membuka peluang keikutsertaan daerah sebagai salah satu komponen dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri. Pemerintah Indonesia melalui Departemen Luar Negeri (Deplu) RI memberikan peluang seluas-luasnya kepada daerah untuk menjalin kerja sama dengan luar negeri. Buku ini merupakan salah satu upaya telaah kritis terhadap proses regionalisme ASEAN melalui implementasi AFTA dengan studi kasus di Jawa Barat. Kami berharap buku ini dapat menjadi semacam referensi bagi para penstudi Hubungan Internasional untuk mendalami lebih lanjut

v kompleksitas Hubungan Internasional baik sebagai fenomena maupun disiplin ilmu yang bersifat interdisipliner, khususnya dinamika hubungan internasional di kawasan ASEAN. Akhir kata, kami berharap kontribusi kami yang tertuang dalam buku ini bukan saja dapat bermanfaat bagi para penstudi dan peminat Hubungan Internasional di Indonesia namun juga dapat memperkaya khasanah referensi Hubungan Internasional berbahasa Indonesia dalam mengem- bangkan disiplin ilmu Hubungan Internasional di Indonesia.

Bandung, Mei 2010

vi DAFTAR ISI

Kata Pengantar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran ...... i Seuntai Kata ...... v Daar Isi ...... vii

BAB I PENGANTAR ...... 1

BAB II REGIONALISME ASEAN: PERSPEKTIF TEORETIS ...... 17 2.1 Organisasi Internasional ...... 17 2.2 Bentuk Organisasi Internasional...... 31 2.3 Konsensus dalam Organisasi Internasional.. 34 2.4 Kerja Sama dalam Organisasi Internasional . 38 2.5 Kebijakan ...... 42 2.5.1 Kebijakan Nasional ...... 46 2.5.2 Politik Luar Negeri ...... 47 2.5.3 Implementasi Kebijakan...... 50 2.6 Liberalisasi Perdagangan Agro...... 57 2.6.1 Motif Perdagangan dan Tekanan Liberalisasi ...... 58 2.6.2 Kebijakan Pemerintah di Bidang Agro.. 61 2.6.3 Skenario dan Dampak Liberalisasi ...... 62 2.6.3.1 Skenario Liberalisasi...... 62 2.6.3.2 Sisi Positif dan Negatif Liberalisasi ...... 63

vii 2.6.4 Pendekatan Daya Saing dalam Pengembangan Usaha Industri Agro ... 68 2.7 Kerangka Kerja untuk Analisis Implementasi AFTA di Jawa Barat ...... 69

BAB III KONFIGURASI PERKEMBANGAN LINGKUNGAN REGIONAL ...... 75 3.1 Lingkungan Strategis ASEAN: Peluang dan Kendala...... 75 3.2 Struktur Organisasi dan Keanggotaan ASEAN...... 83 3.3 ASEAN Free Trade Agreement (AFTA)...... 93 3.4 Kesepakatan AFTA Bagi Indonesia ...... 96

BAB IV STUDI KASUS IMPLEMENTASI KESEPAKATAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN DI JAWA BARAT (BIDANG KOMODITAS AGRO) ...... 107 4.1 Pengembangan Agrobisnis dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Jawa Barat 2005-2025 ...... 109 4.2 Faktor-Faktor Daya Saing dan Model Strategi Pengembangan Ekspor Komoditas Agro Jawa Barat dalam Kerangka AFTA ..... 116 4.2.1 Faktor-Faktor Penentu Daya Saing Jawa Barat...... 116 4.2.2 Strategi Pengembangan Ekspor Komoditas Agro Jawa Barat dalam Kerangka AFTA ...... 119

viii 4.3 Kondisi Riil Kesiapan Jawa Barat Melakukan Implementasi AFTA Bidang Perdagangan Komoditas Agro (Model Edward III) ...... 123 4.3.1 Kegiatan Komunikasi ...... 124 4.3.2 Faktor Transmisi dari Komunikasi...... 130 4.3.3 Kecenderungan dari Para Pelaksana (Disposisi)...... 160 4.3.4 Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)...... 167 4.4 Implikasi Kebijakan ...... 173

BAB V PENUTUP...... 187

DAFTAR PUSTAKA ...... 191

ix x BAB I PENGANTAR

Paska era Perang Dingin interaksi antarnegara dalam pola hubungan internasional sifatnya semakin mengarah pada kompleksitas kepentingan yang lebih berorientasi pada bidang ekonomi daripada konteks hubungan yang mengarah pada politik dan keamanan. Terlihat dengan tumbuhnya kecenderungan regionalisme berdasarkan kepentingan ekonomi negara- negara yang ditandai dengan terwujudnya berbagai kerangka kerja sama bidang ekonomi yang bersifat regional. Sejalan dengan perkembangan politik dan ekonomi dunia yang semakin pesat, kekuatan ekonomi dewasa ini mengacu pada sistem global, gejala pengelompokkan ekonomi regional semakin jelas, ditandai dengan munculnya blok ekonomi yang mengembangkan kerja sama regional seperti Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Single European Market (UNI Eropa) dan North America Free Trading Area/NAFTA (Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko). Globalisasi dan liberalisasi dikenali dengan meningkatnya kerangka kerja sama ekonomi antarnegara anggota organisasi internasional yang bersifat regional, cenderung erat dan berusaha menghilangkan berbagai hambatan di ” oleh Declaration Untuk itu, secara formal ASEAN Isu mengenai “musuh” bersama, mampu ASEAN adalah organisasi regional yang Pengantar budaya. Namun demikian, Deklarasi Bangkok dibentuknya tujuan dan maksud memuat yang mewujudkan upaya pada mengacu juga ASEAN, merupakan kerja sama ekonomi, sosial dan masing-masing negara anggota ASEAN harus ditingkatkan melalui perdamaian dan stabilitas regional. khususnya di Vietnam mampu ikatan memperkuat ASEAN bahwa dengan perdamaian dan satu stabilitas interpretasi nasional membawa para pentingnya anggota ASEAN. untuk hadir Asia yang misalnya, di Tenggara Ancamankawasan menyadari Uni Soviet, ini masih ditangguhkan. Menteri keanggotaan ASEAN mencakup hampir hampir mencakup ASEAN keanggotaan Menteri kecuali Tenggara Asia kawasan di negara seluruh keanggotaan negara Kamboja yang sampai saat tanganinya deklarasi ASEAN dengan yang terkenal sebutan “ Wakil Perdana Menteri Malaysia dan para terletak di kawasan Asia Tenggara pada tanggal Asia Tenggara terletak di kawasan 8 Agustus 1967 di Bangkok, dengan ditanda- merupakan perhimpunandibentuk oleh pemerintah bangsa-bangsa, lima negara yang menghadapi tantangan blok ekonomi regional lain yang menimbulkan keyakinan efektivitas kerja sama internasional. dan modalitas bidang perdagangan secara koordinatif untuk memperkuat perekonomian regional dalam 2

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 3 Pengantar international ) untuk mencapai dan memelihara Pada konteks demikian, pertumbuhan Kerja sama intra-ASEAN bukan koordinasi bukan intra-ASEAN sama Kerja sebagai konsekuensi upaya internal. Minimal hal ini merupakanmemantapkan tahapan salingpenanggulangan dalam dan pemupukan pengertian upaya solidaritas melalui kelangsungan harmonis Untuk itu didiperlukan adanya koordinasi dalam antara anggota. ASEAN. pencapaian tujuan ASEAN menurut sebagian lamban, pengamat namun relatif pengamat lain memandang realitas kehidupan sosial, latar budaya, belakang ekonomi, sejarah maupun negara sikap politik anggotanyasaling pengertian satu-sama lain ( understanding masih menentukan kepentingan bersama, saling membantu dengan membantu saling bersama, kepentingan semangat ASEAN. Setelah lebih dari 30 tahun, ASEAN terkait dengan prosespara perkembangannya, awal sejak berlangsung dinamis yang pendiri maupun pimpinan ASEAN menyadari yang merupakan kepentingan bersama di bidang bidang di bersama kepentingan merupakan yang ekonomi, sosial, pengetahuan, administrasi. teknik, komunikasi, ilmu yang bersifat integratif melainkan dengan kooperatif landasan utama musyawarah, menunjang pembangunan nasional di bidang segala bagi negara anggotanya. itu Di samping juga untukyang meningkatkan aktif membantu kerja menyelesaikan dan sama masalah-masalah saling menguntungkan, perdamaian dan stabilitas regional yang bisa ASEAN Free Trade Agreement . AFTA ditandatangani dalam Konferensi Globalisasi perekonomian yang sedang Makna keyakinan tersebut melandasi Pengantar lebih membuka perekonomiannya.pembentukkan Melaluitahun AFTA,pada jiwa juta 500 dari lebih berpenduduk ASEAN yang akan NAFTA, Pasar Tunggal Eropa, dan keinginan negara-negara anggota ASEAN sendiri untuk Tingkat ASEAN Tinggi ke-IV (KTT) tahun 1992. Peluncuran AFTA ini dilatarbelakangiseperti regional lainnya sama keberhasilan kerja oleh perdagangan (AFTA) dengan semakin terbukanya pasar internasional. pasar terbukanya semakin dengan Indonesia pun tidak luput dari tuntutan yang sama dengan komitmen terhadap liberalisasi negara-negara di meningkatkan kemampuan bersaingnya seiring seluruh dunia untuk berlangsung dewasa ini, maraknya liberalisasi perdagangan, investasi maupun jasa baik pada tingkat regional maupun global, menuntut luar negeri Indonesia dalam bidang kerja sama era globalisasi. intra-ASEAN di perkembangan ASEAN hingga dewasa ini, yakni yakni ini, dewasa hingga ASEAN perkembangan sejauh yang termanifestasikan pada kebijakan sendiri. pula upaya Indonesia untuk lebih memajukan forum regional, bahkan dapat diartikan sebagai masalah menyelesaikan untuk konsolidasi masa negatif persepsi di yang ASEAN antara anggota dan kesatuan sikap dengan kerjasaling menguntungkan sama dengan yangmemanfaatkan 4

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 5 Pengantar Common Temporary Temporary ) dan ). (CEPT), yaitu daar Normal Track Fast Track ) Penurunan Penurunan tarif dari beberapa komoditas Indonesia mendukung diberlakukannya Upaya perwujudan AFTA ini sangat Exclusion List Katagori CEPT ( Katagori Normal ( Katagori perkecualian sementara ( tersebut telah dimulai pada(diharapkan) tahun akan 1993 berakhir dan pada tahun Maksudnya 2008. tingkat tarif manufaktur seluruh dan komoditas hasil olahan pertanian akan 1. 2. 3. antar negara-negara ASEAN yang telah dikurangi dikurangi telah yang ASEAN negara-negara antar tarif bea masuknya. Implementasi penurunan tarif beberapa komoditas yang tertuang dalam ketentuan CEPT dalam agenda AFTA terbagidalam tiga kelompok yaitu: AFTA telah terbentuk di Asia Tenggara. terbentuk di telah AFTA AFTA secara bertahap melalui skema Effective Preferential Tariff barang-barang komoditi yang diperjualbelikan tercermin dari kesediaan negara-negara ASEAN negara-negara kesediaan dari tercermin untuk memulai pelaksanaan negara semua AFTA ketika 1993 terhitungJanuari 1 tanggal sejak penurunan jadwal menyampaikan telah anggota tarifnya dan mencapai puncaknya pada tahun 2002 ketika suatu kawasan perdagangan bebas sekaligus mempunyai daya tarikbesar bagi investasi yang intraregional maupun lebihdari ASEAN. luar memberikan harapan. Hal itu secara jelas 2010 akan merupakan suatu pasar potensial, ) ), fast track ) temporary exclusion list ) normal track fast track Untuk komoditas yang termasuk dalam Hambatan-hambatan teknis dan nonteknis nonteknis dan teknis Hambatan-hambatan Komoditas dengan tingkat tarif di atas 20%Januari 1 sebelum 20% hingga dikurangi akan 1998, dan secara bertahap20% menjadi dikurangi 0-5% sebelum dari 1 Januari Komoditas 2003. dengan tingkat tarif sebesar% atau 20 kurang akan dikurangi hingga 0-5% sebelum 1 Januari 2000. Jalur Cepat ( Jalur Normal ( Pengantar 2.

(cepat dan normal) dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. misalnya pada pertemuan para Menteri Ekonomi Ekonomi Menteri para pertemuan pada misalnya ASEAN (AEM) ke-26 di (September 1994), penurunan tarif kedua jalur pertama melepas status eksklusivitas itu pada akhir tahun tahun akhir pada itu eksklusivitas status melepas 2001. Tahapan menuju ke sana telah dimulai, katagori perkecualian ( walaupun bersifat untuk anggota sementara, mempunyai negara komitmen moral untuk perdagangan intra-ASEAN lebih kecil 5% paling 5% kecil lebih intra-ASEAN perdagangan tahun 2003. lambat pada akhir ASEAN, setiap negara anggota ASEAN bahkan pada tarif tingkat mengurangi untuk diharapkan yang yang termasuk dalam katagori cepat ( yang meliputi 15 kelompokkonon mencapai 40% dari perdagangan volume komoditas dan yang melingkupi perdagangankomoditas Untuk dihilangkan. intra-regional akan juga ASEAN diturunkan menjadi 0 - tahun. 5% dalam waktu 15 6

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 7 Pengantar Tabel 1.1 Tabel Jumlah Komoditas dalam CEPT Sejak tahun 2003 daftar perkecualian Secara keseluruhan melalui skema CEPT Komoditas dengan tarif di dikurangi atas menjadi 20% 0-5% akan sebelum 1 Januari2000. Komoditas dengan tarif sebesaratau 20% kurang akan dikurangi 1998. sebelum 1 Januari hingga 0-5% sementara umumnya meliputi plastik bahan dan kimia, sektor kendaraan bermotormencapai yang lebih perekonomian dari itu, 45%. Dari Indonesia daar bahkan Sumber: Sekretariat Nasional ASEAN, 2003. ASEAN, Sumber: Sekretariat Nasional terdapat lebih dari termasuk 14.800 dalam komoditas katagori cepat, 26.000 yang dan hampir sementara. dalam katagori perekonomian

Pada Pada pertemuan tingkat Menteri Ekonomi Sementara itu, hasil kesepakatan AEM Daar normal/cepat. Daar perkecualian dan. Daar sensitif. Daar

1. 2. 3. Pengantar ke dalam tiga katagori tersebut. Hal yang cukup yang Hal tersebut. katagori tiga dalam ke menghasilkan sejumlah daar yang termasuk ASEAN (AEM) dan tingkat Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN (AMAF) telah berhasil tiga jalur: yang belum diolah Para ke dalam anggota dalam skema ke ASEAN pertanian komoditas CEPT.mengelompokkan pun sementara telah ke-26 di Thailand (September 1994) juga antara lain memasukkan semua komoditas pertanian Malaysia, tekstil di Filipina dan kendaraan diThailand. kimia. Sementara Brunei memasukkan daftarperkecualian sementara dan pada barang-barang sektor elektronik, mesin kendaraan di memasukkan jumlah komoditas terbesar, yaitu sebesar 1.648 terutama pada sektor bahan 8

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 9 Pengantar ). ). Ketiga, perbedaan inclusion

Tabel 1.2 Tabel immediate argin of Preference Komoditas Pertanian Belum Diolah Belum Komoditas Pertanian (M Meskipun AFTA sudah dilaksanakan Berdasarkan tabel 1.2 terlihat bahwa

terus mengalami kemunduran karena terdapat sejumlah dipersoalkan produk-produk salah sebagai tarifnya,Indonesia khusus, Secara pertanian. terutama komoditas yang masih halangan nontarif, seperti pembatasan jumlah impor. Berdasarkan haldibutuhkan tersebut suatu terobosan tentu bagi sajaASEAN. kerja sama sejak tahun 2003, namun pada kenyataannya atas suatu barang yang sama setelah dikenakan MOP kebijakan dan program di antara negara-negara atas produk yangKeempat, produk-produk CEPT masih terkena termasuk dalam CEPT. penyebab lambatnya kebijakan secara AFTA menyeluruh. Hambatan proses implementasipelaksanaannya adalah pertama,prosedur dan administrasi. hambatan Kedua, perbedaan tarif efektif di negara-negara anggota ASEAN Sumber: Sekretariat Nasional ASEAN, 2007. Nasional Sumber: Sekretariat komoditas yang masuk daftarsebagai agenda cepat/normalpenting AFTA mencatat angka yang tinggi. Hal tersebut sekaligus menjadi 200 komoditas yang semulaCEPT, tidak kini termasuk telah dimasukkancepat ( normal dalam daftar mengagumkan mengagumkan adalah bahwa 68% dari hampir ) ASEAN Secretariat Sementara dalam UU Nomor 37 Tahun UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Pemerintah tentang 2004 Tahun 32 No. UU Sekretariat ASEAN ( Pengantar lain disebutkan hubungan luar regional aspek menyangkut negeri yang kegiatan setiap adalah dan internasional yang dilakukan pemerintah 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, antara menguntungkan dengan lembaga/badan luar negeri yang bersama”. diatur dengan keputusan mengenai kerja sama dimaksud.di Salah antaranya satu dapat disebutkan mengadakan kerja bahwa sama yang “daerah saling menjalin kerja sama dengan luar negeri. menjalin kerja sama dengan luar Daerah dalam beberapa pasalnya mengatur Departemen Luar Negeri (Deplu) RI memberikan memberikan RI (Deplu) Negeri Luar Departemen peluang seluas-luasnya kepada daerah untuk keikutsertaan komponen dalam daerah penyelenggaraan hubungan sebagai luar salah negeri. satu Pemerintah Indonesia melalui pemerintah daerah. Hal itu perlu secara saksama saksama secara perlu itu Hal daerah. pemerintah dikaji karena otonomi dewasa daerah telah membuka ini peluang pelaksanaan AFTA di tingkat nasional meliputi instansi terkait terkait instansi meliputi nasional tingkat di AFTA dan pusat, pemerintahan ASEAN, Seknas seperti ASEAN yakni Sekretariat Nasional ASEAN di bawah Departemen Luar Negeri. Dengan kata lain di era reformasi Indonesia, implementasi di kawasan Asia Tenggara ini. Tenggara Asia di kawasan memiliki perwakilan di setiap negara anggota satu negara anggota ASEAN juga perdagangan tidakliberalisasi proses dapat dari menghindar 10

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 11 Pengantar Kemudian sesuai dengan perkembangan Kaitannya dengan implementasi AFTA, Hubungan luar negeri diselenggarakan ekonomi dan politik di dalam negeri, penyeleng- negeri, dalam di politik dan ekonomi garaan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar memberikan negeri penekanan tampaknya pada cenderung kepentingan yang diperlukan dan mencari luar mitra negeri, kerja mempromosikan di potensidi daerah luar negeri,kepada daerah, memfasilitasi penyelenggaraan memberikan hubungan luar negeri. perlindungan 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Peran Deplu yaitu memadukan seluruh potensi kerja sama daerah agar tercipta sinergi dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri. Selain itu, mencari terobosan baru, menyediakan data Departemen Luar Negeri RI memberi peluang kepada daerah untuk melakukan luar kerja sama negeri dalam berpedoman pada kerangka UU Nomor AFTA 37 Tahun tentang Hubungan Luar Negeri dan UU Nomor 1999 dengan perundang-undangan nasionalserta kebiasaan dan hukum internasional. berlaku bagi Ketentuan semua penyelenggara ini Hubungan Luar Negeri, baik pemerintah 1 dan 2). Ayat 5, pemerintah (Pasal maupun non- lembaganya, lembaga negara, organisasi masyarakat, LSM atau badan warga negara usaha, 1). Ayat 1, (Pasal Indonesia sesuai dengan Politik Luar Negeri, peraturan di tingkat pusat dan daerah, atau lembaga- first track yang bersifat yang ) di bidang ekonomi, seperti seperti ekonomi, bidang di ) second track diplomacy yang bersifat formal antar pemerintah, pemerintah, antar formal bersifat yang Lebih lanjut, dasar hukum kerja sama Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Kaitannya dengan keterlibatan aktif Untuk mencapai tujuan tersebut, UU

1. second track diplomacy track second Pengantar daerah, khususnya daerah, Propinsi khususnya Barat, Jawa dengan luar negeri yaitu: kerja sama luar negeri dalam kerangka AFTA. AFTA. kerangka kerja sama luar negeri dalam yang sangat besar menjadiperdagangan, jasa, agrobisnis salahdan agroindustri satu pusat terkemuka di Indonesia melalui pengembangan pemerintahan daerah dalam proses perdagangan perdagangan proses dalam daerah pemerintahan bebas di kawasan AsiaJawa Barat Tenggara, mempunyai potensi Propinsi dan peluang melalui jalur informal antarlembaga non-pemerintah. diplomacy melainkan juga semakin sering terlaksana pelaksanaan hubungandiplomasi yang kini berkembang pun tidak lagi luar semata-mata negeri. bertumpu Pola pada jalur UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Internasional Perjanjian telah memberikan keterpaduan dasar dan koordinasi hukum bagi baik lebih yang Nomor 37 tentang Hubungan Luar Negeri dan ( Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), nasional maupun daerah. baik di tingkat pelaksanaan politik ekonomi, luar negeri keterlibatan di lembaga-lembaga Indonesia non-pemerintah bidang lebih mendorong ekonomi. penyelenggaraan hubungan luar negeri Dalam dan mengintensifkan 12

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 13 Pengantar Keputusan Gubernur Jawa Barat ini Tahun Tahun 2004 tentang Pedoman Kerja sama Negeri. antara Daerah dengan Pihak Luar Secara khusus, di Propinsi Jawa Barat Internasional; Keputusan Menlu RI Nomor SK.03/A/OT/ X/2003/01 tentang Panduan Umum Tata oleh Daerah; Cara Hubungan Luar Negeri 21 Nomor Barat Jawa Gubernur Keputusan tentang Program Pembangunan Nasional; Pembangunan tentang Program UU Nomor Negeri; Hubungan Luar 37 TahunPerjanjian tentang 2000 Tahun 24 1999 Nomor UU tentang Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah antara Pusat Daerah; dan Pemerintahan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Daerah; Pemerintahan tentang

6. 7. 4. 5. 2. 3. dalam rangka pemberdayaan potensi Jawa daerah Barat, termasuk upaya keterlibatan Jawa Barat dalam perdaganganAFTA. aturan pertanian di bawah bebas komoditas Kerja sama antara Daerah dengan Pihak Luar Negeri. merupakan salah satu bentuk upaya sungguh- sungguh membangun kerja sama luar negeri telah dikeluarkan Keputusan Gubernur Barat Jawa Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pedoman ); kedua, masih terdapat trial and error Measurement, Standard, Testing and Hasil pengamatan awal di lapangan Perkembangan agrobisnis dan agroindustri agroindustri dan agrobisnis Perkembangan Pengantar dan distribusi informasi, sistem dan implementasi tataniaga, transportasi, dan distribusi metode MSTQ ( menunjang kelancaran distribusi dan pemasaran pemasaran dan distribusi kelancaran menunjang karena terdapatnya hambatan dalam akses mismanajemen dalam produksi,perawatan, persediaan, dan keuangan, organisasi; ketiga, masih terbatasnya informasi pasar yang dapat kapasitas, kualitas, dan kuantitas yang belummanajemen menerapkan kerap karena memadai uji coba ( sumber logistik bahan ketidakpastian baku yang yang tinggi memiliki karena serta adikuat belum baku bahan sumber potensi pemetaan agrobisnis dan agroindustri di Jawa Barat antara Barat Jawa di agroindustri dan agrobisnis lain: pertama, berkenaan dengan ketersediaan bangsa lain. terdapat berbagai kendala yang dihadapi dapat menjadi sumber devisa. Secara demikian pengembangan agrobisnis dandapat memiliki keunggulan komparatif dengan agroindustri bidang agrobisnis dan agroindustri merupakan bisnis dengan nilai milyaran dollar sehingga komoditas dari dalam dan luar untuk dihasilkan dapat negeri yang produk variabilitas tinggi, pasar domestik dan ekspor tinggi, usaha dalam baik. Hal itu dikarenakan beberapa faktor yakni didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah, permintaan di Jawa Barat mempunyai prospek yang sangat 14

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 15 Pengantar (daar produk yang (daftar produk yang (hambatan nontarifnya harus (produk pertanian bukan olahan. bukan pertanian (produk ) yang tidak berjalan dengan baik; Alasan pemilihan komoditas pertanian Kondisi di atas memunculkan ketertarikan ketertarikan memunculkan atas di Kondisi Sensitive list Sensitive dikecualikan sementara untuk dimasukkan dalam skema olahan); produk pertanian manufaktur, CEPT. Misalnya: barang Temporary Temporary exclusion list dikecualikan dari skema alasan untuk CEPT penting dianggap karena negara oleh suatu perlindungan keamanan nasional. Misalnya: dsb); senjata, amunisi, arkeologis, narkotik, General exception list Inclusion list dihapuskan dalam pembatasan kuantitatif); 5 tahun; tidak ada

- - - - Asia Tenggara. Asia Tenggara. karena dalam dalam masuk yang konteksproduk daar empat terdapat implementasi AFTA yaitu: skema CEPT, yang minim. yang untuk menelaah secarabagaimana mendalam sebenarnya tentang kondisi komunitas riil kesiapan pertanian menghadapi Jawa perdagangan Barat bebas di di kawasan dalam keempat, masih rendahnya tingkat pelayanan purnajual dan nilai tambah komoditas karena latar belakang teknologi pendidikan, dan inovasi yang masihkalangan petani pengetahuan,serta rendah standar mutu didan HAKI Quality (produk pertanian sensitive list Tahun 2008 diharapkan semua negara gandum, bawang putih, cengkeh, dsb. putih, cengkeh, bawang gandum, Misalnya: beras, gula, produk daging, Pengantar yang tinggi, hanya Singapura, Vietnam (0,92%) yang sudah Bruneimenerapkan tarif (0%),Filipina (5%), Malaysia Sedangkan 5%. bawah di CEPT terhadap agrikultur perdagangan Padahal olahan). bukan intra-ASEAN masih memiliki tingkat proteksi anggota ASEAN sudah menerapkan skema 16

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 17 BAB II Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme PERSPEKTIF TEORETIS REGIONALISME ASEAN: ASEAN: REGIONALISME Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa Perkembangan peradaban manusia senantiasa senantiasa manusia peradaban Perkembangan ini yang dapat menghindariBahkan sejak dilahirkan sampai suatudengan mati pun organisasi. manusia tetap terkait dengan organisasi. dari suatu organisasi. Organisasi sangat diperlukan diperlukan sangat Organisasi organisasi. suatu dari hidupnya. kelangsungan dalam manusia setiap oleh dunia di manusia umat dari pun seorang ada Tidak manusia dalam kehidupannya tidak akan terlepas Keadaan itu sangat dipengaruhi oleh yang nilai-nilai besar dari organisasi” 1995:25). (Hicks dan Gullet, memikirkan tentang seseorang tanpa orang lain. Orang itu banyak berbuat pada pekerjaannya dan menikmati manfaat yang besar dari organisasi. organisasinya adalah tidak mungkin melepaskan diri dari jalin-menjalin. Adalah sangat sulit untuk kompleks seperti organisasi negara/pemerintah.manusia kehidupan dengan organisasi Keterkaitan ditegaskan sebagai berikut: “Individu dengan mulai dari organisasi yang bentuknya sederhana seperti organisasi keluarga,tetangga, organisasi kelurahan rukun sampai organisasi yang memerlukan adanya organisasi yang berkembang 2.1 Organisasi Internasional 2.1 Organisasi yaitu menggerakkan orang lain actuating Beberapa faktor yang mempengaruhi Keterkaitan manajemen dengan organisasi Keberhasilan seseorang bukan hanya dilihat Begitu juga halnya dalam bidang manajemen, manajemen, bidang dalam halnya juga Begitu Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme yang telah 1988:4). ditetapkan sebelumnya (Siagian, tetapi secara operasional menyatu dalam berbagai tindakan nyata dalam rangka pencapaian tujuan manajerial dan kelompok pelaksana secara mempunyaiyang masing-masing jawab tanggung bidang konseptual dan teorika dapat dipisahkan, akan kemahiran manajerial dan keterampilanpara pelaksana teknis kegiatan operasional; kelompok yaitu organisasi dalam utama kelompok 2) Kedua adalah sebagai berikut: 1) Keberhasilan organisasi sesungguhnya merupakan hubungan antara untuk melakukan tugasnya dalam kegiatan yang organisasi. telah ditentukan dalam suatu dari melaksanakan salah satu fungsi bagaimana manajemen yang disebut kemampuannya dalam tugas. dari kemampuannya secara individual, melainkan tingkatan kepemimpinan dan sekelompok orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Manajemen selalu berkaitan dengan kehidupanorganisasional dimana terdapat seseorangsekelompok orang yang atau menduduki jabatan atau dalam rangka menunjangorganisasi pencapaian yang telah tujuanmerupakan ditetapkan. salah satu fungsi Organisasi dari manajemen. organisasi sangat berkaitan dengan manajemen 18

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 19 Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Dalam memahami organisasi internasional, Faktor tersebut perlu dipahami setiap mendukung pelaksanaan kegiatan kerja. mendukung pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. disesuaikan dengan harmonis. sesuai dengan berbagai tuntutan tugas. sesuai dengan kegiatan. pembiayaan menjalankan kegiatan. organisasi menjalankan fungsinya. menjalankan organisasi secara teknis dan mempunyai keterampilan Mekanisme kerja yang tingkat formalitasnya Adanya iklim kerja dalam organisasi yang Situasi lingkungan diharapkan dapat Tersedianya anggaran yang memadai untuk Tersedianya sarana dan prasarana dalam Mampu tidaknya kelompok manajerial dalam Tersedianya tenaga operasional yang matang walaupun cara pengungkapannya berbeda-beda. Dapat dijelaskan sebagai rujukan antara lain dasar organisasi. Berbagai dan pengertian, konsep tersebut, definisi yang disajikan menunjukkan paraada kesamaan arti secara mendasar, pakar perlu dipahami terlebih dahulu konsep-konsep menentukan efektivitasnya adalah: 1) Produksi,2) Efisiensi, 3) Kepuasan, (Gibson, 1994:34). Pengembangan 4) Keadaptasian, 5) dan kelangsungan ingin yang tujuan merupakan perkembangan organisasi Efektivitas organisasi.untuk ukuran sedangkan organisasi, setiap dicapai pimpinan organisasi untuk efektivitas tujuan 7. 6. 5. 3. 4. 1. 2. keberhasilan suatu organisasi menurut antara lain: (1988:5) Siagian organisasi sebagai proses pembentukan bagi Kejelasan tujuan; tujuan. Pemahaman Merujuk pada konsep-konsep tersebut, dapat tersebut, konsep-konsep pada Merujuk yang menunjukkan kepentingan tingkatanmereka dan hubungan Internasional)”. Sedangkan Mooney menyatakan bahwa: hierrachical importance and functional associations. associations. functional and importance hierrachical ( macam-macam badan usaha, suatu kerangka yang akan memberikan pembagian aktivitas yang dilakukan aktivitas-aktivitas danini dalam suatu kerangka untuk pengaturan “Organization was definedbuilding, as the for process any enterprise will of provide a for structure the separation thatbe performed of activities and for the to arrangementactivities of in these a framework which indicated their

atau tanggung jawab masing-masing orang yang harmonis. Kerja sama hak: didasarkan atas b. Kewajiban anggota. para oleh tujuan Penerimaan Adanya sekelompok orang-orang Adanya Antar hubungan terjadi dalam suatu kerja sama a. Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme 2. 3. mempunyai tiga unsur inti, yaitu: mempunyai 1. 1990:67). disimpulkan bahwa pada dasarnya organisasi “Organisasi merupakan tujuan suatu mencapai untuk manusia perserikatan suatu bentuk yang telah ditetapkan setiap sebelumnya” (Manullang, pendapat Hodges (1956: 114): Hodges (1956: pendapat 20

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 21 (tanggung jawab (pembagian fungsi) Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme (pengawasan) (pelimpahan) (tujuan) (kontrol). Keberhasilan suatu organisasi dalam pengem- dalam organisasi suatu Keberhasilan Supervision Control Deliniasi berbagai tugas; Deliniasi berbagai relatif permanen; dasar organisasi yang Pola dan wewenang) Delegation Adanya kesatuan arah; Adanya Kesatuan perintah; Fungsionalisasi; Keseimbangan antara tanggung jawab; wewenang tugas; Pembagian dan struktur; Kesederhanaan pola pendelegasian wewenang; Adanya Rentang pengawasan; Jaminan pekerjaan; Keseimbangan antara (Siagian, 1988:94). jasa dan imbalan Kemudian Allen dalam Sutarto (1988:44) Objective Responsibility and authority Distribution of function Terdapat Terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu

untuk mencapai tujuan. untuk mencapai f. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. a. c. d. e. b. dipahami oleh setiap anggota organisasi, yaitu: organisasi, oleh setiap anggota dipahami a. bangan ke arah yang telah diprogramkan sangat mengemukakan bahwa prinsip organisasi adalah: prinsip mengemukakan bahwa dengan dengan operating core operating Jika kebutuhan organisasi sangat kompleks The Support Staff Orang-orang sebagai pendukung jasa memberi yang staf unit mengisi staf pembantu tidak langsung yang kepada organisasi (Robbins, strategic apex. The Technostructure Para analis atau tenaga ahli yang bertanggung jawab organisasi. standardisasi tertentu dalam atas efektifnya bentuk-bentuk puncak strategis yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan organisasi. The Middle Line Para manajer sebagai pimpinan pelaksana yang antara penghubung menjadi pelaksana yang melaksanakan pekerjaan pokok menghasilkan upaya dengan berhubungan yang barang atau jasa. The Strategic Apex Manajer tingkat puncak merupakan kelompok The Operating Core Para pegawai yang merupakan kelompok Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme 5. 4. 3. 2. 1. menyatakan menyatakan bahwa setiap organisasi mempunyai lima bagian dasar: maka diusahakan untuk menggunakan konfigurasi konfigurasi menggunakan untuk diusahakan maka struktural yang kompleks juga. Mintzberg pemimpin organisasi untuk menentukan bentuk konfigurasi manayang efektif dalam menjalankan organisasi. pencapaian tujuan tergantung kepada konfigurasi strukturaldipilih. Hal ini menyangkut yang kemampuan seorang 22

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 23 middle yang lebih maka akan melahirkan strategic apex Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Support staff konfigurasi ini akan melahirkan memegang posisi mengontrol, maka Organisasi mempunyai bermacam ragam dan ragam bermacam mempunyai Organisasi Mengacu kepada pengertian tersebut, dapat hubungan wewenang, kekuasaan, akuntabilitas, kekuasaan, wewenang, hubungan dan tanggung jawab. Organisasi informal Organisasi informal disusun secara bebas, Organisasi formal Organisasi formal mempunyai struktur adalah yang dinyatakan dengan organisasi baik yang dapat yang menggambarkan hubungan- 1994:304). 2. 1. Dilihat dari kepastian tingkatan struktur menurut yaitu: Hicks dan Gullet ada dua macam, adhocracy. bentuk juga dapat dilihat dari berbagai faktor. birokrasi mesin karena alat pengendalinya adalah pembakuan (standardisasi) dipegang oleh dan jika kontrol kelompok-kelompok pelaksana yang pada dasarnya dasarnya pada yang pelaksana kelompok-kelompok para oleh dipegang kontrol Apabila otonom. bersifat analis dalam teknostruktur maka akan melahirkan management organisasi bersifat divisional, karena merupakan desentralistis. Peranan dominan maka kontrol bersifat organisasi akan berstruktur sederhana. Jika sentralistis dan organisasi tersebut. Bila kontrol bertitik berat pada pada berat bertitik kontrol Bila tersebut. organisasi operating core, birokrasi profesional dan keputusan lebih bersifat dijelaskan bahwa bagian yang bersifat mendasar dalam setiap organisasi dapat mendominasi Berdasarkan ruang lingkup daerahnya, Struktur organisasi digambarkan secara Jika dilihat dari pendapat tersebut, jelas bahwa bahwa jelas tersebut, pendapat dari dilihat Jika Organisasi daerah luas wilayahnyasuatu satuan daerah meliputisesuai dengan pembagian berlaku dalam suatu negara. yang wilayah Organisasi Daerah diperoleh secara sadar atau sukar tidak untuk sadar dan menentukan kapan waktuseseorang akan menjadi yanganggota (Hicks pasti dan Gullet, 1995:103). fleksibel, tidak pasti dan spontan. Keanggotaan Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme 1. pedoman untuk bertindak. atas: klasifikasi organisasi terdiri untuk mengkaji tindak, mengevaluasi eksistensinya eksistensinya mengevaluasi tindak, mengkaji untuk dan menghasilkan kebijakan-kebijakan sebagai berbagai pertemuan yangataupun Tinggi diselenggarakanTingkat Konferensi itu baik ASEAN oleh lainnya pertemuan dan Menteri Tingkat Konferensi kreasi, komunikasi organisasi yang untuk disesuaikan dengan kesanggupan rencanapelaksanaan adanya dari terlihat ini perluasanHal organisasi. yang tergambar dalam Di ditetapkan. sudah strukturdan jelas yang tujuan dengan organisasinya samping itu organisasi disusun melalui berbagai jelas, dimana terdapatwewenang serta hubungan pembagian tugas antar unit-unit tugas dan pembentukan dan keanggotaannya oleh peraturan. ditentukan ASEAN merupakan suatu organisasi formal, yang 24

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 25 Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Organisasi Internasional mempunyai konsep Istilah umum yang digunakan untuk meliputi seluruh atau sebagian negara anggota WHO (Sutarto, 1988:16). PBB. Misalnya: Organisasi regional luas wilayahnya meliputi ASEAN tertentu. Misalnya: kawasan Organisasi Internasional luas wilayahnya sebagainya. Nasional Organisasi Organisasi nasional luas wilayahnya meliputi seluruh daerah negara. Misalnya: Pemerintah Pusat. Misalnya: Desa, Kecamatan, Kabupaten dan negara dan bangsa. tergantung didefinisikan dapat yang kompleks yang Organisasi Internasional dapat dimanfaatkan untuk untuk dimanfaatkan dapat Internasional Organisasi mencapai kepentingan tujuan dan kontrak antar pendirian organisasi bermaksud tersebut. untuk menjelaskan Uraian istilah organisasi berikut Internasional dengan berbagai pertimbangannya. Internasional yang bersifat regional Kedua dan global. sifat organisasi terletak tersebutpada ruang lingkup, perbedaannyatujuan dan maksud organisasi Internasional, sedangkan biladari ruang dilihat lingkupnya bisa berbentuk organisasi organisasi keanggotaannya beranggotakan Internasional adalah dua negara atau lebih organisasi disebut berdasarkan yang 4. Organisasi Internasional 3. Organisasi Regional 2. dan Organisasi power) yang merupakan unit organisasi Internasional dapat dapat Internasional organisasi authority), Hal tersebut menjadikan negara-negara Suatu organisasi Internasional dapat organisasi Internasional dapat didefinisikan ( pengaturan mendekati yang proses suatu sebagai pemerintahan mengenai hubungan di para aktor negara dan antara nonnegara) (Couloumbis 1986:276). dan Wolfe, lembaga-lembaga Internasional yang ada atau menurut model ideal dan cetak biru institusi- institusi di masa depan). approximating government regulation of relations pembentukkan organisasi tersebut). pembentukkan for blueprints and models ideal of term or institutions ( institutions future keberadaan pada mengacu dengan didefinisikan term tujuan ofmenurut didefinisikan dapat Internasional its intended purposes ( International organization could be defined as a process process a as defined be could organization International It could be defined in term of exsiting international International organization could be defined in Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme dewasa ini memilikikewenangan ( kekuasaan politik ( utama, maka perubahan, akomodasi dan dalam memacu kerja sama di antara negara-negara negara-negara antara di sama kerja memacu dalam berdaulat. dipandang sebagai hal yang ekstrem pandangnya bila adalah sudutmengemukakan kemunculan pemerintah dunia, dan sebaliknya suatu uji coba 3. 2. tingkat sesuai dengan permasalahannya, yaitu: permasalahannya, sesuai dengan tingkat 1. kebutuhan analisis. Couloumbis dan Wolfe men- definisikan organisasi Internasional melalui tiga 26

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 27 inter-govermental Regulasi Hubungan (Pertahanan bersama Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme (Meminimalkan atau paling tidak tidak paling atau (Meminimalkan Dari sudut pandang institusinya, Couloumbis institusinya, pandang sudut Dari Keberadaan organisasi Internasional dewasa ataupun untuk manusia pada umumnya). ataupun untuk manusia pada against external ancaman menghadapi dalam threatnegara sekelompok 1986:276). luar) (Couloumbis dan Wolfe, among nation-states for the benefit social of certain and regions economic or humankind in general (Meningkatkan kerja sama dan pembangunan sosial ekonomi antar negara baik regional penyelesaian damai mengenai sengketa antar negara). war and conflict Internasional). mengendalikan konflik/perang through techniques diputes among nation states of ( peaceful Internasional terutama settlement melalui teknik-teknik of Collective defence of a group of nation-states Promotion of cooperative, developmental activities Minimization, or, at the least, control of international international of control least, the at or, Minimization, Regulation of international relations primarily dan Wolfe menggolongkan organisasi Internasional Internasional organisasi menggolongkan Wolfe dan dalam kategori utama, yaitu 4. 3. 2. 1. ini semakin secara umum adalah: pembentukan-nya kompleks bentuknya, tujuan kesalingtergantungan.direfleksikan melalui eksistensi suatu organisasi Internasional. Perwujudannya perluasan hubungan antara meningkatnya negara ciri dan merupakan kontrak- transnasional kontrak Non Govermental NGOs). IGOs beranggotakan (

(swasta), terdiri dari kelompok- (IGOs) dan Perbedaan antara pemerintahan nasional Dari sudut pandang prosesnya organisasi tidak langsung terhadap anggotanya fungsi dengan yang terbatas pada aktivitas-aktivitastertentu. negara yang mewakili pemerintahannya. Fungsi pemerintahannya. mewakili yang negara pemerintahan nasional biasanya inklusif sangat dan dalam subyeknya, meresap dan hanya mempunyai pada pengaruh gaya hidup individu-individu, keluarga-keluarga,desa, kelas-kelas desa- sosial, perusahaan, kota dan lainnya. kelompok-kelompok nasional Organisasi pemerintahan nasional mempunyai Subyek Subyek organisasi Internasional adalah Negara- Subyek Subyek pemerintahan pada umumnya meliputi Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme 3. 2. 1. dengan adalah: Couloumbis dan Wolfe organisasi Internasional menurut mempunyai kedaulatan dan memiliki klasifikasi khusus. paling tepat digambarkan sebagai suatu yang bentuk belum sempurna dari yang pengaturan telah maju dari global pemerintah nasional yang Internasional dapat mengandung berbagai makna, bisa keagamaan, ilmukemanusiaan, teknik ataupun ekonomi yang tidak pengetahuan, budaya, secara aktif. melibatkan pemerintah perwakilan resmi NGOs private suatu negara.kelompok swadaya dengan Sedangkan orientasi bervariasi, organizations Organizations 28

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 29 disebut organisasi Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme (Organisasi regional adalah commonwealth, Regional organization is a segment of the world based on geographical, social, cultural, economic, formal a possessing and ties political organization, for provide structure in formal intergovernmental agreements Rumusan mengenai organisasi regional yang “ bound together by a common set of objectives Namun organisasi regional bisa juga Seringkali organisasi regional didefinisikan tak mutlak karena harus mempertimbangkan kedaulatan negaraberdaulat dalam arti selama dalam tindakannya anggota tangan asing. itu tidak ada campur lain. Negara Internasional terhadap arti kedaulatan. Dalam organisasi pemerintahan nasional, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam arti tidak ada kekuasaan lain yang dapat melebihinya, tetapi dalam organisasi Internasional pengertiannya pandangan yang berbeda dengan organisasi dapat lebih menjelaskan pengertiannyamengacu pada pendapat bahwa: adalah 1984:347). seperti halnya regional padahal anggotanya tersebar di (Bennet, Inggris seluruh jajahan bekas negara sebagai dunia Asia Tenggara. didefinisikan berdasarkan kepentingan khusus keanggotaannya. Seperti ASEAN yang merupakan ASEAN yang Seperti keanggotaannya. organisasi regional dimana anggota-anggotanya adalah negara-negara yang terletak di kawasan berdasarkan letak geografis tertentu dari sistem Integrasi politik, ekonomi dan sosial lebih Ciri-ciri keunggulan regionalisme yang Dasar pembentukkan organisasi regional itu yang didasarkan atas wilayah, sosial, budaya, budaya, sosial, wilayah, atas didasarkan yang ekonomi, atau ikatan politik yang memiliki struktur formal untuk menjalin kesepakatan- kesepakatan antar pemerintah)”1984:348). (Bennett, organisasi yang terikat oleh tujuan bersama Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme dalam bidang-bidang yang telah dikonsensuskan keamanan dunia, juga merupakan langkah pertama pertama langkah merupakan juga dunia, keamanan untuk memelihara perdamaian dan pembangunan dalam kawasan organisasi tertentu. keseimbangan Adanya regional berbagai kekuatan, perdamaian dapat dan memelihara bentuk-bentuk yang lebih kecil. Ancaman terhadap Ancaman kecil. lebih yang bentuk-bentuk perdamaian lokal di kawasan dapat diselesaikan sendiri oleh pemerintah/negara yang tergabung Kerja sama ekonomi regional terbukti lebih efisien dalam karena dunia pemasaran dalam berhasil dan mudah dilakukan dalam jumlah terbatas kawasan dalam tertentu daripada yang bersifat global. kondisi homogenitas dari kepentingan tradisi dan nilai dalam kelompok kecil negara-negara sekitar atau negara tetangga (Benne, 1984:348). disebut oleh Benne adalah bahwa suatu organisasi organisasi suatu bahwa adalah Benne oleh disebut regional cenderung alamiah yang berdasarkan antar negara dalam formal. struktur organisasi yang bervariasi, bisa berdasarkan sosial, budaya, kawasan ekonomi, atau berdasarkan politik, tertentu, tetapi yang penting adalah merupakan kerja sama 30

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 31 Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Lebih jauh Couloumbis dan Wolfe Dalam buku ini, pembahasan bentuk Regionalisme terbentuk atas dorongan berdasarkan letak geografis seperti ASEAN, atau berdasarkan kepentinganInternasional adalah khusus. bentuk keterikatan bersama Organisasi dianggap organisasi global dengan didefinisikan seringkali regional IGOs anggotanya. keleluasaan keanggotaan atau tujuannya, yaitu bersifat global, bangsa-bangsa liga contohnya lainnya, atau regional (LBB) atau perserikatan bangsa-bangsa (PBB) muncul sebagai pengganggu kedaulatan. muncul sebagai pengganggu mengemukakan, IGOs dikatagorikan berdasarkan tetap. Keanggotaannya bersifat sukarela, teknik secara IGOs tidak akan mengganggu kedaulatan kenyataannya pada saja mungkin meskipun negara Dalam IGOs kepentingan dan kebijakan anggota negara dikemukakan oleh perwakilan secara IGOs diciptakan oleh dua negara berdaulat atau lebih. Mereka mengadakan pertemuandan reguler mempunyai staf pekerja penuh waktu. organisasi dititikberatkandampaknya dalam hubungan pada antar IGOs pemerintah. karena 2.2 Bentuk Organisasi Internasional 2.2 Bentuk Organisasi teknologi transportasi, teknologi komunikasi dan teknologi informasi. yang lebih heterogen. yang perkembangan dan kemajuan bidang-bidang dalam kerangka koordinasi antar pemerintah dan dapat mengakomodasikan perbedaan-perbedaan

/Organisasi International ILO ( (Bank Dunia), / Organisasi PBB Bidang World World Health Organization World Bank UNESCO (organisasi yang keanggotaannya (organisasi yang keanggotaannya . (organisasi yang keanggotaannya ( /Organisasi Kesehatan Internasional), dan Internasional), Kesehatan /Organisasi WHO Organization Keilmuan, dan Kebudayaan). Pendidikan, Limited-membership organizations and general-purpose Pembangunan, Organization Labour International Buruh Internasional), ( Cultural and Scientific, Educational. Nations United karena organisasi tersebut diabdikan suatu kepada fungsi yang spesifik. Contoh yang khas adalah badan-badan PBB seperti Bank For (Bank Reconstruction Internasional untuk Rekonstruksi dan and development pertukaran kebudayaan. General-membership organizations and umum dan tujuannya terbatas). Organisasi limited ini juga dikenal sebagai organisasi fungsional yang purpose juga tujuannya umum). Organisasi LBB. dan PBB Katagorikepada diacukan dapat ini khusus seperti itu ruang lingkupnya adalah global dan melakukan berbagai fungsi, seperti keamanan, kerja sama sosial-ekonomi, perlindungan hak- hak azasi manusia, dan pembangunan serta General-membership organizations and general-purposes Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme 3. 2. persetujuan antar pemerintah. Klasifikasi sebagai berikut: adalah IGOs 1. dari tujuan berdasarkanmengatur yang wilayah, formal sosial, struktur dan budaya, politik ekonomi, 32

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 33

) Arab Latin treaty Warsaw Warsaw /Dewan /Asosiasi ( Soviet-East Council for Organizations CMEA LAFTA ( ( (Pasar Bersama North Atlantic Treaty Treaty Atlantic North /Organisasi Negara- European Communities Organizations of African OAS /Pakta /Pakta Pertahanan Atlantik ( Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme NATO (organisasi yang keanggotaannya ( /Organisasi Persatuan Afrika), Warsaw Treaty Warsaw Organization Treaty OAU (Liga Arab), dan ( /Pakta Warsawa) (Couloumbis dan Wolfe, Organisasi-organisasi Internasional dapat Utara) dan Pact 1986 : 278). European Common Soviet-Eropa Market Timur) yang disebut Mutual Economic Bersama), Ekonomi Assistance Bantuan Organization organizations dan tujuannya terbatas). organisasi Organisasi dan ini sosial-ekonomi dibagi organisasi menjadi militer/pertahanan. Contohnya adalah:American Free Association Trade Perdagangan Bebas Amerika Latin). negara Amerika), Unity League Eropa). (Masyarakat Limited-membership and limited purpose seperti ini yang merupakan fungsinya bertanggung jawab dalam organisasi hal keamanan, regional politik, dan berskala sosial luas. Contohnya adalah ekonomi dan of American States terbatas dan tujuannya umum). Organisasi atau persetujuan khusus. membentuk Negara-negara organisasi yang internasional sebagai dilihat dari struktur dan fungsinya.ini didirikan berdasarkan Organisasi pada perjanjian ( 4. Perbedaan aspirasi dan keinginan negara- Berdasarkan fungsinya, organisasi Hal tersebut lebih ditegaskan oleh Couloumbis Couloumbis oleh ditegaskan lebih tersebut Hal bangsa; bangsa; ke arah kompromistis. dari situasi konflik Saluran komunikasi dari berbagai masalah suatu suatu masalah berbagai dari komunikasi Saluran Untuk melakukan perubahan kondisi, misalnya Menyelenggarakan kerja sama antarnegara/ Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme negara anggota ASEAN merupakan harus dipecahkan dalam menyusun program yang fenomena kerja. Setiap negara anggota ASEAN menyadari 2.3 Konsensus dalam Organisasi Internasional 2.3 Konsensus dalam Organisasi Internasional. sebagai refleksi diselesaikan dapat tidak kompleksitas sehingga dunia kehidupan dan meluasnyasecara nasional, khususnya dalam hubungan Internasional berperan dalam menangani masalah- menangani dalam berperan Internasional masalah yang bersifat Internasional yang terjadi 3. 2. utama dari organisasi tersebut adalah: utama dari organisasi 1. dan Wolfe bahwa, organisasi Internasional mem- punyai peran yang sangat penting dimana fungsi budaya, sosial, teknik, hukum atau kerja sama yang yang sama kerja atau hukum teknik, sosial, budaya, bersifat pembangunan. ataupun sebagian besar negara berupa anggotanya. Area dapat ini Internasional organisasi sama kerja kerja sama di bidang politik, ekonomi, militer, suatu alat dan forum seluruh bagi untukmanfaat sejumlah bekerjamenawarkan negara sama antar 34

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 35 decision Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme sedangkan pada kebijakan tergantung Pengertian-pengertian yang membedakan Tingkat keputusannya menjadi sebagai Konsensus adalah pengambilan keputusan making, pada usaha organisasi kelompok individu antar berlangsung penelusuran 1989:34). (Wahab, interaksi yang dari keputusan. langkah-langkah permulaanlangkah selanjutnya. dan langkah- Penelaahan dalam kebijakan dilakukan pada Dalam keputusan tergantung kepada Keputusan pengamatan. Kebijakan ruang mempunyai lingkup lebih luas Keputusan otomatis. Keputusan memori. 3. 2. 1. kebijakan dengan keputusan, adalah: 2. 3. berikut: 1. “Pengambilan keputusan apa adalah kegiatan pilihan sejumlah adalahdari kegiatan proses suatu keputusan.” dimaksud dengan yang untuk mencapai tujuan bersamabahwa mengungkapkan secara (1994:550) mufakat. Gullet dan Hicks pemilihan beberapa alternatif yangASEAN. dari anggota usulan-usulan merupakan akan menguntungkan ASEAN. Untuk itu adanya ketepatan perlu dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan kepentingan bersama dan dan berusaha untuk memadukan program kerja negaranya menjadi program kerja ASEAN yang output, dan input, process Gambar 2.1 Dari gambar tersebut, dalam pengambilan Keputusan merupakan hasil pemilihan Keputusan adalah pengakhiran dari suatu Sistem Pengambilan Keputusan ASEAN Keputusan Sistem Pengambilan Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme keputusan harus melalui suatu proses sehingga akan adamenghasilkan masukan yang diolah maka pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut: beberapa alternatif, jika keputusansuatu sistem, merupakan terdapat yang dihadapi dan pengambilan tindakan menurut yang perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.” (Suradinata, 1996:66). dan data, penentuan yang matang dari alternatif hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta pilihan pada salah satu (Atmosudirjo, alternatif 1982:45). pemecahan” Pengambilan keputusan sistematis terhadap adalah suatu pendekatan yang sebagai masalah, sebagai suatu yang merupakan penyimpangan daripadadirencanakan atau yang dituju dengan dikehendaki, menyatukan proses perkiraan tentang apa yang dianggap 36

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 37 dengan perhitungan voting Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Dalam situasi yang tengah berubah (seperti Terdapat berbagai mekanisme konsensus, Dalam organisasi Internasional, tidak tertutup tertutup tidak Internasional, organisasi Dalam dunia yang modern, yang menampakkan banyak perbedaan sistem, perubahan sosial tinggi. berimbang serta bermobilitas sosial yang yang tidak dengan berbasis pada suatu kosensus sosial yang kuat. Konsensus ini diperlukan dalam suatu halnya sistem Internasional Internasional dimana berbeda), organisasi diperlukan adanya suatu proses pembuatan kebijakan yang efektif, yaitu hukum) bagi memenuhinya. negara-negara anggota untuk dasar konsensus ini setiap kebijakandan dirancang dilaksanakan, karenanyakonsekuensi akan kekuatan membawa yang mengikat (secara suara setengah suara plusmayoritas dan merupakan konsensus. Atas satu, dianggap sebagai yang disebut sebagai mekanisme konsensus. disebut sebagai mekanisme konsensus. yang misalnya melalui suatu konsensus, permasalahan maka dalam dalam kerangkapelaksanaan fungsinya, dikenal suatu mekanisme eksistensi menghadapi dan dengan anggaran dasar atau statusnya.organisasi Karena Internasional didirikan berdasarkan tentang berbagai isu. Hal melemahkan ini cenderung untuk organisasi dalam itu mencapai sendiri, tujuan-tujuan terutama prinsip sesuai keputusan merupakan bagian dari proses merupakan keputusan kemungkinan berkembangnya aneka pemikiran keluaran berupa pemilihan beberapa alternatif yang yang alternatif beberapa pemilihan berupa keluaran menyangkut kepentingan bersama. Pengambilan Dengan demikian dalam organisasi Dalam situasi tertentu, ada “konsensus Negara-negara Negara-negara yang merasa memiliki tujuan Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme sekutu NATO-nya yang lebih kecil, seperti Portugal, Portugal, seperti kecil, lebih yang NATO-nya sekutu Turki. dan Yunani Contoh penerapan konsensus ini, misalnya bahwa konsensus dalam hubungan antara AS dengan dipraktekkan dalammemuaskan untuk jasa dan barang cukup memiliki suatu masyakarat permintaan dan penawaran dari para anggotanya. yang bagi kepentingan mereka masing-masingkebaikan demi seluruh sini masyarakat. dapat diasumsikan sebagai Konsensus suatu hal di yang berupaya untuk mempertahankan kemerdekaan dan kemakmurankoeksistensi pengaturan dan sama kerja pentingnya mereka, juga mengakui kelompok dan negara) yang tingkat informasinya tinggi, aktif dan otonom, yang bersama-sama hubungan para pelakusetidaknya yang berimbang mendekati masyarakat terdiri dari atauunit-unit keseimbangan.politik (individu, Di sini konsensus. politik”, yaitu konsensus yang melibatkan awal perpecahan dinamakan dan yang ketidakutuhanbersama kesepakatan mengadakan organisasi mereka ingin memaksakanmengambil keuntungan keinginannya maksimal. Di sini timbul dan pergesekan kepentingan, yang dapat menjadi karena berbagai menghadapi hal visidasarnya Pada dunia. kondisi kedinamisannya,dan situasi mengenai dan interpretasi akan tersendiri yang sama dan membentuk organisasi Internasional Internasional organisasi membentuk dan sama yang 38

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 39 ) mutual understanding ”. Dalam arti lain, konsensus Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Dewasa ini kerja sama Internasional dapat Kerja sama Internasional dapat terjadi karena terjadi dapat Internasional sama Kerja Kerja sama dimaksud dalam arti kerja sama one state one vote negara. diacukan pada kerangka multilateral, yaitu membutuhkan adanya ikatan dalam bentuk kerja antar kesalingtergantungan memenuhi untuk sama yang yang lain. Apalagi pada masa sekarang ini setiap negara yang ingin diakuimungkin lagi terpenuhi secara domestik sehingga eksistensinya tidak adanya saling pengertian ( antara negara atau pemerintah yang satu dengan Adanya pemahaman persepsi dengan pengetahuan pengetahuan dengan persepsi pemahaman Adanya yang penuh, sebaliknya dapat kerja sama. konflik dan mendorong ke arah menghindarkan baik perang dunia maupun perang dingin, sebagian sebagian dingin, perang maupun dunia perang baik besar disebabkan adanya konflik (mispersepsi). yaitu yaitu kerja sama atau konflik. Konflik sebenarnya diusahakan untuk dihindari, karena berdasarkan pengalaman telah memicu timbulnya peperangan, Internasional. Dalam hal ini tingkah laku negara dapat mengacu kepada dua bentuk ekstrim, 2.4 Kerja sama dalam Organisasi Internasional 2.4 Kerja sama bisa dilakukan oleh negara-negara yang berperan lebih besar. politik pengaruhnya biasanya biasanya kesederajatan konsensus antaranggota, antara lain “ dibuat melalui oleh adanya Internasional Internasional perlu mempersatukan pandangan negara anggotanya, ada konsensus untuk

each European Economic European . Central American Common Market Common American Central (EEC). Association Of South East Asian Nations Untuk mencapai tujuan mengadakan Suatu organisasi regional diklasifikasikan Organisasi-organisasi Internasional ini dapat Bentuk-bentuk Bentuk-bentuk kerja sama regional masa kini Suatu konsep kerja sama melibatkan negara Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme bertujuan untuk perekonomian negara-negara anggota organisasi memadukan melalui beberapa tahapan. pasar dan perangkat kerja sama integrasi ekonomi. Sedangkan untuk integrasi ekonomi mencapai suatu tujuan dari organisasi di sama kerja dalam koordinasi regional mengadakan untuk tersebut hanya bidang ekonomi tanpa mencantumkan perangkat- integrasi ekonomi. sebagai wadah dari kerja sama ekonomi, jika dibedakan berdasarkan intensitas kerja sama dan tujuan pembentukannya. antara Terdapat kerja perbedaan sama di bidang ekonomi dengan (ASEAN), dan lain-lain. dapat dijumpai di sektor seperti: sektor di dijumpai dapat Community (CACM), sama tersebut menyertakan asumsi tentang advantage participant’s rational secara nyata hingga prinsip-prinsip dan praktek- kerja Arti ada. yang lembaga-lembaga dari praktek balik, yang persetujuan Internasional. biasanya tercakup dalam suatu yang dapat diaplikasikananggota, oleh yang semua sebaliknya negara nondiskriminatif dan penggabungan secara timbal memenuhi kriteria kerangka yang diinginkan oleh pengaturan suatu memberikan kerja dapat sama karena Internasional 40

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 41 ) tariff import non Tariff barrier (TEI) (Departemen (CM) (EU) (CU) (FTA) (FTA) Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme (FTA) ), baik dalam bentuk tarif ( ) maupun nontarif ( ) atau hambatan-hambatan perdagangan Common Market Economic Union Total Economic Integration 1996:15-17). Luar Negeri Republik Indonesia, Secara teoretis, integrasi ekonomi terdapat Area Trade Free Customs Union

trade barriers menurut ketentuan masing-masingDalam keadaan terjadi negara. penghapusanantara tarif sesama didimungkinkan tarif, anggota, dikenakan tetap ketiga sementara pihak terhadap duties ( barrier terhadap semua barang yang diperdagangkan di antara mereka, sedangkan terhadap negara- diberlakukan tetap masih anggota, bukan negara Dua negara apabila membentuk mereka FTA sepakat untuk atau lebih menghilangkan semua kewajiban impor ( dapat dikatakan c. d. e. a. b. a. Free Trade Area Trade a. Free beberapa bentuk yaitu: intensitas integrasi, dan menunjukkan derajat keputusan bersama oleh bersifat mengikat. “organ pusat” yang bersifat “supranasional” di mana negara-negara melimpahkan bersedia tersebut organisasi anggota pengambilan melalui yaitu kedaulatannya, sebagian koordinasi dalam kerja sama di bidang ekonomi tersebut, diperlukan struktur organisasi yang trade . Artinya sulit untuk (CM) (EU) (CU) trade deflection pada kondisi FTA. pada kondisi FTA. jika terpenuhi kondisi CM plus, adanya harmonis harmonis adanya plus, CM kondisi terpenuhi jika dalam kebijakan di makroekonomi antara sesama nasional negara anggota. Dengan faktor produksi anggota. di antara sesama negara CU membentuk dikatakan lebih atau negara Dua reflection Dua negara atau lebih dikatakanmengizinkan plus CU kondisi terpenuhi membentuk jika CM adanya perpindahan yang bebas dari seluruh maupun nontarif terhadap semua barang yang diperdagangkan di antarasedangkan terhadap sesama negara-negara mereka, lain bukan yang anggota diberlakukan ketentuan. penyeragaman menghilangkan Hal kemungkinan terjadinya ini ditempuh untuk Dua negara atau lebih dikatakan membentukCU bila mereka sepakat untuk menghilangkan semua kewajiban hambatan impor perdagangan atau dalam bentuk hambatan- tarif menghindari kemungkinandari negara impor ketiga kemengenakan barang negara tarif anggota yang relatif yangnegara tinggi melalui yang mengenakanrendah. tarif yang relatif terjadinya Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme d. Economic Union c. Common Market b. Customs Union 42

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 43 (TEI) Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme

output input Kebijakan merupakan hasil suatu proses, jika umum. Hasil dari proses tersebut dapat keluar kebijakan suatu atau peraturan yang diharapkan Dari berbagai tuntutan tersebut,mempertimbangkan pemerintah baik buruknya tuntutantersebut disesuaikan dengan kemampuan dari pemerintah dan manfaatnya bagi kepentingan terpenting adanya masukan, umum. berupakepentingan menyangkut berbagai yang informasi bukan kepentingan pribadi. Informasi tersebut diharapkan sesuai dengan tuntutan, dukungan masyarakat. pada ada yang sumber-sumber dan Adanya Adanya Dalam merumuskan suatu kebijakan yang dan memfungsikan “supranasional” dengan kewenangan luas yang suatu dan sangat mengikat. badan yang bertentangan dan kontroversial satu sama lain. satu dan kontroversial bertentangan TEI terwujud apabila telah terjadi kebijakan penyatuan makroekonomi maupun sosial begitu dapat dihindari kebijakan yang saling 3. Adanya Adanya 3. 2. Adanya proses proses Adanya 2. melihat teori sistem, kebijakan dapat dibagi menjadi menjadi dibagi dapat kebijakan sistem, teori melihat tiga bagian, yaitu: 1. 2.5 Kebijakan e. Total Economic Integration e. Total Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Kebijakan ASEAN mengandung aspirasi Jumlah orang yang ikut mengambil keputusan ikut mengambil Jumlah orang yang pembuatan keputusan Peraturan Informasi (Surbakti, 1992:190). masyarakat, dan membantu kendala-kendalabagi masyarakat bukan memberatkan (Islamy, 1984:7). mampu mampu menjawab berbagai fenomena Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme kebijakan adalah: 3. 1. 2. menyelenggarakan menyelenggarakan kebijakan umum. Unsur-unsur yang perlu kebijakan adalah: diperhatikan dalam pembuatan moral, dan sebagainya. Alternatif politikmencapai untuk perilaku program meliputi umum secara tujuan masyarakat orang-orang yang akan beberapa faktor, antara lain: ideologi, konstitusi, undang-undang, anggaran, sumber daya, etika, yang dimasukkan merupakan kebijakan atau putusan politik. Dalam dalam menentukan program keputusan politik berpedoman pada ASEAN negara-negara dituangkan merupakan keputusan anggotanya. politik, ide-ide Aspirasi yang 44

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 45 Gambar 2.2 Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme kebijakan dan kebijakan publik. Hogwood dan Gunn mengelompokkan Menurut Dunn, pada dasarnya efektivitas Kebijakan sebagai merek bagi suatukegiatan tertentu. bidang Kebijakan sebagai suatu pernyataan mengenai tujuan umum atau keadaan tertentu. Kebijakan . sebagai usulan-usulan khusus Kebijakan sebagaipemerintah. keputusan-keputusanKebijakan sebagai pengesahan formal. Kebijakan sebagai program. Kebijakan sebagai keluaran. Kebijakan sebagai hasil akhir. Kebijakan sebagai teori dan model. Kaitan antara pelaku kebijakan, lingkungan Persepsi pembuat kebijakan pembuat Persepsi pemerintah Aktivitas (Surbakti, kebijakan perihal masyarakat Aktivitas 1992:194). Lingkungan Lingkungan

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. kebijakan sebagai: dapat dilihat pada gambar berikut: dapat dilihat pada Sumber: Dunn, 1995:63 saling berkaitan, yaitu pelaku kebijakan, lingkungan lingkungan kebijakan, pelaku yaitu berkaitan, saling jelasnya Lebih tersebut. kebijakan isi dan kebijakan, kebijakan sangat tergantung pada tiga unsur yang 3. 4. 1. 2.

output ) (Wahab, (Wahab, 1989: ) )

) Resources ) (Islamy, 1984:46). ) (Islamy, ) Decision Support Policy Action Demand Faktor-faktor tersebut merupakan proses Kebijakan dalam konteks negara yang Penyusunan kebijakan yang diambil oleh Telah dijelaskan bahwa kebijakan adalah 13-14). Kebijakan proses sebagai Adanya sumber-sumber ( sumber-sumber Adanya keputusan ( Adanya tindakan ( Adanya kebijakan ( Adanya Adanya dukungan ( Adanya tuntutan ( Adanya Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme keputusan yang diproseskemufakatan dan dihasilkan bersama pada strategi-strategi atasatasnya yang diimplementasikan di dalam rangka ASEAN dalam menghadapi AFTA). AFTA). ASEAN dalam menghadapi direferensikan pemerintah adalah serangkaian dukungan, tuntutan, dan sumber-sumber keputusan, tindakan, dan kebijakan (kebijakan penyusunan kebijakan meliputi input yaitu 4. 5. 6. 2. 3. dalam menyusun kebijakan-kebijakan. Terdapat diperhatikan, yaitu: perlu beberapa hal yang 1. ASEAN juga merupakan pengambilan keputusan ditujukan untuk memecahkan suatu masalah yang organisasi Internasional, baik regionalglobal. maupun masalah hanya dengantidak dilakukan dapat kebijakan Penyusunan berbagai berbagai tindakan pada juga tetapi nasional, organisasi pada terarah. suatu kegiatan yang bertujuan untuk memecahkan memecahkan untuk bertujuan yang kegiatan suatu 10. 46

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 47 , yaitu political , suatu policy Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme ) semata tanpa adanya unsur wisdom Hal tersebut masuk ke dalam konteks Kebijakan luar negeri didefinisikan sebagai Setiap negara atau bangsa yang modern harus modern yang bangsa atau negara Setiap Dengan demikian kebijakan dapat dibedakan dibedakan dapat kebijakan demikian Dengan 2.5.1 Kebijakan Nasional kebijakan nasional, yaitu suatu kebijakan negara yang dirancang oleh para pelakupolitik nasional nasional) (elit negara tersebut dalam rangka Olton, 1990:5). menghadapi negara lain, untuk mencapai tujuan nasionalnya yang spesifikyang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. (Plano dan suatu strategi yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara/bangsa dalam upaya baik lingkungan yang bersifat multilateral, regional regional multilateral, bersifat yang lingkungan baik maupun bilateral, dan dalam kerangka organisasi IGOs maupun NGOs. membuat suatu kebijakan luar negeri untuk diim- plementasikan ke dalam lingkungan eksternalnya, politis atau berpedoman pada strategi di atasnya, merupakan keputusan spontan belah pihak. landasan ke dua dan dijadikan dari kebijaksanaan, karena kata ini hanya berarti kearifan ( terjemahan dari kata (Lexicon, 1991:290) telah disetujui tindakan yang tersebut tersebut merupakan respon suatu negara terhadap lingkungan eksternal yang politik merupakan luar bagian negeri. Kebijakan di sini adalah merespon merespon isu tersebut. Kebijakan ini biasa disebut sebagai “kebijakan luar negeri” karena kebijakan

politik luar negeri terdiri dari dua unsur, yaitu yaitu unsur, dua dari terdiri negeri luar politik dan dicapai akan yang nasional tujuan-tujuan alat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Interaksi antara dengan sumber-sumber untuk tujuan-tujuanmencapainya nasional them. The interaction between national goals and the resources for aaining them is the perennial subject of statecra. In its ingredients the foreign same”. the is small, and great nations, all of policy (Jika dilihat dari unsur unsur fundamental, Pendapat berikutnya adalah: berikutnya Pendapat “Reduced to its most fundamental ingredients, foreign policy consists of two elements : national objective to be achieved and means for achieving Politik Politik luar negeri menurut Kusumaatmadja Kebijakan nasional yang berkaitan dengan 2.5.2 Politik Luar Negeri 2.5.2 Politik Luar Negeri Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme dan merupakan bagian dari keseluruhankebijakan yang bertujuan untuk mencapai suatutujuan- 1983:7). (Kusumaatmadja, tujuan nasionalnya adalah merupakan suatu pencerminan dari berbagai berbagai dari pencerminan suatu merupakan adalah negeri luar ke ditujukan yang nasional kepentingan yang yang akan dimanisfestasikan melalui suatu politik luar negeri. teknologi dan sistem ekonomi internasional yang membuat suatu negara/bangsa secaradan budaya menjadi ekonomidekat satu sama lain. Inilah operasional pembentukan pedomannya AFTA perlu berdasarkan dibuat padadengan pertimbangan kemajuan adanya di bidang suatu strategi merespons lingkungan eksternalnya. eksternalnya. lingkungan merespons 48

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 49 (Couloumbis dan dan (Couloumbis

, yaitu tujuan yang Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Tujuan Tujuan tujuan berdasarkan Core interest and values mendorong kebijakan pemerintah untuk Dalam setiap pembuatan kebijakan luar abadi. Dalam unsur-unsur tersebut terdapat politik luar negeri semua negara, baik besar sama) adalah kecil maupun 1986:125). Wolfe, negeri, luar kebijakan pembuatan setiap Dalam merupakan suatu subyek kenegaraan yang

a mencapai tujuan. tujuan. untuk mencapai Unsur waktu Jenis tuntutan tujuan yang dibedakan terhadap negara lain di dalam sistem. Nilai yang berada pada nilai tujuan atau yang tingkat mendorongdan penggunaan sumber pembuat daya negara kebijakan untuk dikategorikan sebagai berikut: dikategorikan sebagai berikut: 2. 3. tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: harus dipenuhi, yaitu: tiga kriteria yang 1. negeri, terdapat sasaran dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu negara/bangsa, sedikitnya ada apakah itu militer, politik, ekonomi, teknik, budaya, budaya, teknik, ekonomi, politik, militer, itu apakah kemanusiaan dan tipe yang paling umum adalah kebijakan campuran. rutin saja. Di samping itu, kebijakan luardapat negeri pula dilihat dari aspeknya. Antara lain Dari hal-hal inilah kemudian dibedakan mengenai sifat dan karakteristik kebijakan yang diambilnya. Apakah itu bersifat kritis, penting atau hanya terdapat banyak tipe, tingkatan dan dimensinya. , adalah tujuan yang , yaitu tujuan yang paling peraturan hubungan negara tertentu (Holsti, 1987:145). Implementasi kebijakan dapat diidentifi- Long Range Goals kurang segera bagi dan pembuat termasuk didalamnya rencana-rencana, keputusan, harapan dan visi yangtujuan akhir berkaitan organisasi politik dan dengan ideologi dari sistem Internasional serta peraturan- membutuhkan kerja sama dari tujuan negarapada hirauan menjadi lain. yang hal Banyak ini termasuk di dalamnyaekonomi dan pembangunan kesejahteraan sosial dan sebagainya. lain dinyatakan dinyatakan sebagai prinsip dasar yang harus dipertanyakan. diterima tanpa Middle range objectives relatif kurang penting dan dalam kurang segera pembuatan keputusan dan lebih harus dicapai mempertimbangkan perpaduan sepanjang lingkungan Internasional dan kapabilitas waktu, negara. Tujuan sertainti ini umumnyakelangsungan berhubungan hidup dengan suatu negara dan mempertahankan eksistensinya dan yang

c b 2.5.3 Implementasi Kebijakan Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme kebijakan. Secara sederhana kegiatan implementasi implementasi kegiatan sederhana Secara kebijakan. pemerintah maupun swasta, baik secara individu maupun kelompokmencapai tujuan dengan yang telah dirumuskan dalam maksud untuk kasikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh 50

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 51

. “Its ”(Lane, boom up (competing) dan berdasarkan Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Kemudian Lane (1993:197) dalam top down menyebut Paul A Sabatier sebagai pionir pionir sebagai Sabatier A Paul menyebut The Public Sector; Concepts, Models, and Paul A. Sabatier, a pioneer in implementation 1993:90). Jika dilihat dari model pembuatan kebijakan analysis, raises some fundamental questions about about questions fundamental some raises analysis, the nature of implementation in a review of present the state of implementation theory (Sabatier, 1986). Although Sabatier’s analysis of competing the models two of implementation—topdown versus bottom-up implementation…. “ Menurut Howlet dan Ramesh (1995:153), publik maka kedua aspek ini terdapat pada bahwa ada dua model yang implementasi yakni kebijakan dipacu implementasi dalam berdasarkan dalam implementasi kebijakan khususnya analisis implementasi. Paul A Sabatier mengemukakan into practice”. bukunya Approaches is defined as the process whereby programs or policies are carried out; it donotes the translation of plans serta dana telah siap dan telah disalurkan untuk tersebut. mencapai sasaran-sasaran aspek manajerial dan teknis. Proses implementasi baru dimulai apabila tujuan-tujuan dan telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun, sasaran (abstrak) menjadi tindakan yang bersifat(konkret); mikro atau dengan kata lain, keputusan melaksanakan (rumusan) kebijakan yang menyangkut kebijakan merupakan suatu kegiatan penjabaran suatu rumusan kebijakan yang bersifat makro dan (boom sebagai outcome dapat dilihat dilihat dapat outcome boom up boom ” (Grindle,1980:7). . Gambar dari model model dari Gambar . In addition, because policy implementation is Walaupun studi implementasi merupakan policy implementation measuring can program be outcomes evaluatedgoals. against by policy Hubungan antara kebijakan dan program “ considered to depend on program is’ outcomes, difficult it to separate the thatfate of policies from of their success programs constituent as designed. In turn, programs…… overall Its . Lebih lanjut dijelaskan oleh Lane bahwa Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme dalam studi Administrasi Negara (administrasi suatu pendekatan atau kecenderungan baru penulisan dan analisis dari pelaksanaan yang program sarana sebagai bentuk mempunyai yang nyata luas. dapat menjadi sasaran kebijakan yang pengaruh dalam konsekuensi mencapai dari studi hasil implementasimelibatkan senantiasa kebijakan kebijakan.Implementasi dalam suatu implementasi mempunyai kebijakanyang program merupakan implementasi dari fungsi berdasarkan implementasi sebagai suatu proses. implementasi sebagai up) pada dasarnya implementasi dapat dibedakan pada model kelompok, model kelembagaan dan beberapa model lain yang jika digambarkan akan bawah dari berasal yang model merupakan politik), dan model inkrementalis menggambarkan menggambarkan inkrementalis model dan politik), model pada didasarkan yang kebijakan pembuatan down top setiap model dari pembuatan kebijakan tersebut, aktivitas (sebagai proses model elite, model seperti 52

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 53 (policy Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme sejak kurang lebih dua dekade Dalam kenyataan, hal itu dapat mempengaruhi mempengaruhi dapat itu hal kenyataan, Dalam Masalah implementasi kebijakan program-program pembangunan,arti mendorong baik keberhasilan dalam maupun menjadi lain yang sifatnya kebetulan. sifatnya lain yang dari masalah komitmen para pelaksanasistem sampai pelaporan yang kurang lancar,sikap dan politisi dari yang kurang setuju sampai faktor sampai yang rumit. Faktorstruktur pada sampai manusia tersebut sumberdaya berupa antara lain organisasi dan hubungan kerja antarorganisasi; maju dan di Negara berkembang menunjukkanbahwa terdapat mempengaruhinya, berbagai mulai faktor dari yang sederhana yang dapat kebijakan (pembangunan) telah menarik perhatian karena dari berbagai pengalaman di Negara sosial, khususnya ilmu politik maupun dan industri atau Administrasimaju Negara di baik Negara, di Negara berkembang. Masalah implementasi implementation) terakhir, telah menarik perhatian para ahli ilmu program pembangunan nasional tertentu, memang tertentu, nasional pembangunan program relatif baru di Indonesia. yang merupakan sesuatu model, pendekatan penerapan dalam penulisandan pengkajian terhadap proses nasional, pembangunan dengan studi kasus terhadap beberapa konsep dan ruang lingkup yang telah lama menjadi lama telah yang lingkup ruang dan konsep pembangunan. administrasi studi perhatian bidang Namun harus diakui bahwa konseptualisasi, pembangunan), pada hakekatnya bukanlahyang sama hal sekali baru, paling tidak dalam arti yang outcome ” dari kebijakan telah dan output “outcome ). DF1) Implementation = F = (Intention, Output, Dimana implementasi menghasilkan mengacu kepadakongruen dengan maksud awalnya. Dengan demikian implementasi memiliki pengertian Menurut Lane (1993:191), implementasi ( Outcome be realized as outcomes of governmental activity. It involves, therefore, the creation delivery system”, of in a whuch “policyspecific are designed and pursued in the expectationparticular ends. of arriving at In general, the task of implementation is to establish establish to is implementation of task the general, In a link that allows the goals of public policies to Secara umum implementasi adalah meng- Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme dapat dinyatakan dalam formula-formula sebagai berikut: realisasi dengan hasil kegiatan pemerintah seperti bahwa: dikemukakan oleh Grindle (1980:6) yang studi implementasi. hubungkan antara tujuan kebijakan terhadap masyarakat masyarakat sebagai menimbulkan kesadaran mengenai pentingnya adanya adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa atau yang yang sesungguhnya diwujudkan terlaksana dan diterima oleh semula sebagai tujuan kebijakan dengan dibandingkan apa yang memahami untuk sesungguhnya Upaya masyarakat. oleh diterima terwujud dan penyebab berbagaiberhasilnya mencapai apa yang kegagalan telah dinyatakan atau kurang 54

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 55

. ) ) yang causal outcome ). (policy) (accomplishment di satu sisi dan, (policy achievement). ); “eksekusi” (implementation judgment Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme atau penyelesaian ). “fulfil” DF2) Implementation = F (Policy, Outcome, kebijakan yang memberikan prosesnya fokus pada (fungsi function sebab akibat/ yaitu menilai sampai implementasi sejauh accomplishment function (fungsi mana implementasi sebagai proses atau eksekusi keberhasilan penyelesaian/ Implementasi sebagai pencapaian tujuan kebijakan akhir Focus atau dalam konsep ini adalah evaluasi, formula berikut: ( Time Initiator, Implementor, Formator, Berdasarkan definisi implementasi kebijakan Tujuan-tujuan dari kebijakan dirumuskan oleh oleh dirumuskan kebijakan dari Tujuan-tujuan sehingga politik, proses dalam aktor berbagai yaitu kelompok dua meliputi ini aktor definisi formator dan implementator. maka awal, formula mengembangkan Dengan implementasi dapat dikemukakan dalam (2) di sisi lain. Konsep implementasi mencakuppokok yaitu program kebijakan dua hal kemudian akan menghasilkan ganda, yaitu: (1)

2. 1. fokus yang berbeda, yaitu: yaitu: berbeda, fokus yang tersebut, maka menurut Lane (1993:91), terdapat dua konsep dalam implementasi yang memiliki (trust dan hasil (responsibility dan kepercayaan (objective) yang berusaha untuk berusaha yang yang memberikan tekanan l yang menekankan pada sisi (trust side), (trust (responsibility) ), sisi tanggung jawab (Lane, 1993:102) dalam kaitan antara warga negara dan sektor sektor dan negara warga antara kaitan dalam memberikan kebebasan kepada implementor, implementor, kepada kebebasan memberikan ketidakpastian menangani untuk alat sebagai dengan fleksibilitas dan pembelajaran (Lane, 1993:103). Proses implementasi adalah kombinasi dari Top-down model berlebih (responsibility); pada Boom-up mode sisi kepercayaan tanggungjawab efek yang merupakan sisi keepercayaan keepercayaan sisi merupakan yang efek side) Berdasarkan sisi tanggung jawab dan Hubungan Hubungan antara tujuan (outcome side); Proses untuk membawa kebijakan kedalam Selanjutnya Lane mengemukakan bahwa

1. 2. 1. 2. Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme program atau kebijakan yang yang dilaksanakan;masyarakat kelompok yaitu target, kelompok (2) menjadi sasaran, dan diharapkan akan menerima sekurang-kurangnya terdapat penting tiga dan mutlak unsur harus ada, yang yaitu: (1) adanya (trust) publik secara umum, dan dalam hubungan antara politisi dan pejabat. Dalam proses implementasi tanggung jawab kepercayaan tersebut yaitu: terdapat dua model, dalam proses kebijakan konsep implementasi memiliki dua aspek, yaitu: memiliki dua aspek, implementasi konsep 56

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 57 implementation as a Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme , baik organisasi atau perorangan, . Pandangan ini melihat implementasi : (a) Standar dan tujuan; (b) Sumber Kemudian secara sederhana dikatakan bahwa bahwa dikatakan sederhana secara Kemudian Terdapat beberapa teori utama tentang Ketidakberhasilan Ketidakberhasilan pelaksanaan suatu dari pernyataan kebijakan (Cooper, 1998:185). ke Keterkaitan dalam yang sangat kuat tindakan antara perumusan kebijakan dan implementasi implementasi kebijakan merupakan penterjemahan penterjemahan merupakan kebijakan implementasi (d) Karakteristik agen-agenKondisi implementasi; ekonomi, dan (e)pelaksana. politik; (f) Sikap dari variabel yang mengkaitkanperformance kebijakan antarorganisasi; dengan aktivitas dan Komunikasi (c) daya; Van Van Horn (1978) menyatakan linear process meliputi proses linear yang terdiri atas enam implementasi. Donald S. Van Meter and Ccarl E. alasan lainnya, turut pula mempengaruhi sebuah kebijakan atau terlaksana dengan baik. program hingga tidak dapat efektif, dan atau politik karena Faktor-faktor pelaksana. kalangan di komitmen rendah (nilai) yang atau waktu yang kurang tepat serta bermacam disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya, struktur struktur sumberdaya, keterbatasan oleh disebabkan organisasi yang kurang memadai dan kurang implementasi tersebut. kebijakan yang sering dijumpai antara lain (implementor) yang bertanggung jawabpelaksanaan dalam maupun pengelolaan, pengawasan dari proses manfaat dari program tersebut, baik atau perubahan peningkatan; dan (3) adanya pelaksana ”. ………there is not sharp divide between (a) Isu liberalisasi perdagangan mewarnai Sebagai negara ekonomi terbuka, situasi pasar pasar situasi terbuka, ekonomi negara Sebagai Berdasarkan hal tersebut diatas, maka policy outcome. Conversely a the successful probability outcome of (which moment we as that defineoutcome desired by the for initiators the of the policy) will be increased if thought is given as the policy design stage to potential problemsof implementation “ formulating a policy that policy. and What (b) happens “Implementation” stage will influence at the implementing actual the so – called Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme dalam era globalisasi dewasa ini, tidak terkecuali perdagangan komoditas agro. Sebagai negara kendala-kendala perdagangan (tarif dan nontarif).kendala-kendala perdagangan perdagangan komoditas di pasar internasional kebijakan unilateral dan konsekuensi keikutsertaan keikutsertaan konsekuensi dan unilateral kebijakan meratifikasi kerja sama maupun perdagangan global yang regional menghendaki penurunan gejolak pasar dunia yang semakin liberal. Proses liberalisasi pasar tersebut dapat terjadi karena 2.6 Liberalisasi Perdagangan Agro 2.6 Liberalisasi Perdagangan domestik di Indonesia tidak terlepas dari dapat diimplementasikan secara efektif. dapat diimplementasikan secara perumusan kebijakan tersebut haruskebijakan agar “perspektif”implementasi, dilakukan dalam dikemukakan oleh Hogwood dan Gunn (Hogwood (Hogwood Gunn dan Hogwood oleh dikemukakan 1986:198). and Gunn, 58

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 59 ). Dalam sistem sistem Dalam ). negara hanya dapat suatu negara memiliki memiliki negara suatu antar negara. Derajat Perbedaan Perbedaan harga relatif itu . (autarky) Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme (mutually benefited (mutually (open economic) economic) (open ., 1993:19) Oleh sebab itu sering dikatakan bahwa et al

. Menurut Chacholiades (1978:5) partisipasi ) sehingga keikutsertaan suatu negara pada 2.6.1 Motif Perdagangan dan Tekanan Liberalisasi Liberalisasi Tekanan dan 2.6.1 Motif Perdagangan resource endowment) free ( penguasaan secara produksi proses dalam usaha skala mencapai sumberdaya dan kemampuan muncul sebagai dampak perbedaan penguasaan sumberdaya dari bahan baku proses produksi perbedaan harga relatif dalam prosesyang mendorong spesialisasi (Chacoliades, 1978:7; produksi Chaves perdagangan perdagangan kesempatan mengkonsumsi kemampuannya lebih berproduksi besar karena dari terdapat ekonomi tertutup mengkonsumsi barang dan melakukan jasadengan tetapi Akan sendiri. diproduksi sebanyak yang perdagangan seharusnya memberikan keuntungan memberikan seharusnya perdagangan pihak kedua pada sisi internal, keputusan suatu negara melakukan perdagangan internasional merupakan(choice) pilihan dalam perdagangan internasional bersifat bebas ( kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela. Dari akan berbenturan dengan kebijakan internal dan nasional. mengancam kepentingan regional maupun global,melalui berbagai tekanan aturan kesepakatan kerja liberalisasi sama tersebut, bukan tidak mungkin pada akhirnya ekonomi terbuka dan ikut meratifikasi perdagangan dan ekonomi sama kerja kesepakatan berbagai Namun demikian, oleh karena terdapat Menurut pendapat Kindleberger dan Lindert Ilham (2003:9) menyebut liberalisasi sebagai Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme perbedaan penguasaan sumberdaya yang menjadi komponen saing, pendukung sebagian daya pakar meningkatkan kuantitas perdagangan dunia dan peningkatan efisiensi ekonomi. ada perdagangan. Dijelaskan oleh Hadi (2003:17), selain meningkatkan antar distribusi negara liberalisasi kesejahteraan perdagangan juga akan lebih bebas akan memberikan manfaat bagi kedua meningkatkan serta dunia, bagi dan pelaku negara tidak dibandingkan besar lebih yang kesejahteraan dibiarkan secara mungkin pengenaan tarif bebasdan hambatan yang lainnya. perdagangan bahwa argumen dengandidasari ini Hal seminimum (1978:9), perdagangan antar negara sebaik-nya teknologi, telekomunikasi dan transportasi yang mengatasi kendala ruang dan waktu 2003:7). (Kariyasa, terbukanya terbukanya pasar domestik untuk produk-produk luar negeri. Percepatan perkembangan liberalisasi pasar terjadi karena dukungan revolusi di bidang makin berkurangnya intervensi pasarliberalisasi dapat menggambarkan situasi semakin sehingga sehingga dapat mengurangidari rezim perdagangan. Disebutkan biaspula bahwa anti liberalisasi ekspor juga menunjukkan kecenderungan dalam pasar internasional (Susilowati, 2003:17). (Susilowati, internasional dalam pasar penggunaan mekanisme harga yang lebih intensif bersama bersama akan menjadi determinan daya saing dan negara partisipasi intensitas serta arah menentukan 60

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 61 dan (non (tariffreduction) Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Hal sebaliknya terjadi bila pemerintah pemerintah bila terjadi sebaliknya Hal Makin terbuka dan terintegrasinya Secara internal, Indonesia mulai mereformasi Pada kondisi semakin kuatnya tekanan untuk tekanan kuatnya semakin kondisi Pada perdagangan (pasar) antar negara juga didorong faktor eksternal seperti karena perjanjian terikat ratifikasi perdagangan antar negara, kawasan, Feridhanusetyawan dan Pangestu, 2003:57). dan Pangestu, Feridhanusetyawan pemerintah melakukan serangkaian ekonomi deregulasi untuk menghasilkan mendorong devisa ekspor (Erwidodo, yang 1999:17; dekade 1980-an, ketika terjadi penurunan minyak harga mentah di pasar dunia yang merupakan andalan ekspor nasional. Namun dalam hal ini hambatan nontarif. pertengahan sejak perdagangan bidang di kebijakan tariff barriers). barriers). tariff cenderung menaikkan tarif dan meningkatkan suatu negara menurunkanproduk yang diperdagangkan tarif (bea menghilangkan hambatan-hambatan nontarif masuk) kendala atau hambatan tersebut dalam perdagangan perdagangan dalam tersebut hambatan atau kendala akan menentukan derajatKeterbukaan pasar tinggi semakin bila pemerintah keterbukaan pasar. meliberalisasi pasar, efektivitas pemberlakuan dan kepentingan lainnyainternasional melalui pemberlakuan kendala atau dari tekanan (Abidin, 2000: 89). hambatan perdagangan pasar persaingan pasar yang tidakitu sehat. maka timbulAtas pandangan dasar pentingnya upaya upaya- proteksi terhadap produksi dalam negeri yang lain berpendapat liberalisasi pasar berpotensi berpotensi pasar liberalisasi berpendapat lain yang menimbulkan dampak negatif karena mendorong (the development sedangkan (World Trade (Suryana, 2001:7). sebagai bagian dari (Asia Pacific Economic (General Agreement on (binding), biasanya biasanya dilakukan pemerintah Kesepakatan dalam AFTA dan yang kemudian diubah menjadi bersifat sukarela. Namun demikian compensating policy dan Pada dasarnya terdapat dua tipe kebijakan Selain kebijakan yang bersifat protektif dalam protektif bersifat yang kebijakan Selain and Tariff)

2.6.2 Kebijakan Pemerintah di Bidang Agro 2.6.2 Kebijakan Pemerintah di Bidang Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme pemerintah di bidang pertanian yaitu policy Development policy terdapat pada sektor pertanian. terdapat pada sektor pertanian. Kebijakan promotif ditujukan untuk mendorong pertumbuhan perdagangan (ekspor). dari dalam Salah negeri satu contoh kebijakan promotif perdagangan juga dikenal kebijakan promotif. penurunan kendala perdagangan (tarif dan kendala kendala dan (tarif perdagangan kendala penurunan nontarif). semangat yang melalui liberalisasi yaitu sama, relatif kelembagaan dibawa oleh ketiga bentuk WTO bersifat mengikatdasar kesepakatan APEC Cooperation) Tax organisasi formal bernamaOrganization). WTO Uruguay Round Agreement) rangkaian putaran GATT pertengahan 1990-an (seperti dengan pembentukan pembentukan dengan (seperti 1990-an pertengahan komitmen keterikatan karena juga APEC) dan AFTA terhadap Kesepakatan Putaran Uruguay Feridhanusetyawan dan Pangestu (2003:60), tekanan tekanan (2003:60), Pangestu dan Feridhanusetyawan upaya dorongan karena selain liberalisasi eksternal hingga 1900-an akhir pada terjadi yang regionalisasi atau bahkan yang bersifat2003:69; global Kanyasa, (Anugerah, 2003:17). Dijelaskan oleh 62

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 63 development development Development akses pasar lebih luas iklim usaha menjadi lebih lebih menjadi usaha iklim dan mendorong pengusaha tujuan utama kebijakan adalah banyak banyak dilakukan oleh negara Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Kedua, Kedua, Pertama. rent seeking 2.6.3.1 Skenario Liberalisasi banyak dilakukan oleh negara yang Tujuan kedua kebijakan tersebut adalah Budiono (2001:37-42) menyebutkan, terda- 2.6.3 Skenario dan Dampak Liberalisasi kompetitif sehingga mengurangi kegiatanbersifat yang untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, dan saling menunjang sehingga biaya diturunkan. dapat produksi liberalisasi perdagangan cenderung menciptakan pusat-pusat produksi baru yang menjadiberbagai lokasi kegiatan industri yang saling terkait pat perdagangan. lima karena efisiensi diperoleh memungkinkan sehingga manfaat dibukanya Iiberalisasi lain petani mendapat harga yang wajar. wajar. lain petani mendapat harga yang Indonesia, dapat dikatagorikan sebagai sebagai dikatagorikan dapat Indonesia, policy. mendorong produksi beras agar meningkat, di sisi produknya. Misalnya, kebijakan harga dasar dan kebijakan subsidi, seperti kebijakan harga gabah dan subsidi pupuk yang pernah diberlakukan di compensating policy yang mengalami surplus dan sulit memasarkan kecenderungan menekan produksi. policy kekurangan (defisit) produk pertanian, sedangkan produksi produksi dan compensating policy, pendapatan meningkatkan pendapatan petani tetapi petani. dengan Dalam untuk mendorong produksi tujuan pertanian yang ingin dengan dicapai adalah meningkatkan perdagangan arus perdagangan Keempat, Ketiga, dalam perdagangan yang lebih bebas 2.6.3.2 Sisi Positif dan Negatif Liberalisasi 2.6.3.2 Sisi Positif dan Negatif Liberalisasi Menurut Indrawati (1995:89), Putaran Dalam praktek, proses liberalisasi Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme Uruguay merupakan kesepakatanambisius yang dibandingkanproliferasi paling mengontrol bertujuan putaran-putaran karena sebelumnya GATT proses liberalisasi tersebut dampak berbeda pula. akan menghasilkan Indonesia. Akan tetapi,sasaran oleh karena dan memilikiberbeda-beda mekanisme maka implementasi masing--masing yang skenario melalui pembentukan kelembagaan seperti AFTA dan WTO merupakan pilihan skenario liberalisasi bagi negara pelaku perdagangan, termasuk skenario. Selain prosesratifikasi liberalisasi kerja sama perdagangan unilateral, internasional monopoli. perdagangan dapat dilakukan melalui berbagai dengan lancar, suatu pasar yang kompetitif perlu dukungan perundang-undangan yang mengatur persaingan yang sehat dan melarang praktek kesejahteraan konsumen meningkat karena terbuka terbuka karena meningkat konsumen kesejahteraan pilihan-pilihan baru. Namun untuk dapat berjalan yang lebih bebas memberikan signal investasi. harga efisiensi meningkatkan yang sehingga “sesuai” Kelima, dan investasi yang lebih bebasproses mempermudah alih produktivitas dan efisiensi. teknologi untuk meningkatkan bukan bagai-mana fasilitas dari pemerintah. mengharapkan mendapat 64

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 65 bantuan telah menyebabkan dan bantuan pasokan . (price support), neo Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme (direct payment), pok pendapatan menengah karena ekspor Pada studi keterkaitan liberalisasi dengan Secara umum menurut Indrawati (1995: 94), berkembang itu sendiri. aspek lingkungan Abimanyu (1995:189) pada reformasi kebijaksanaan yang diambil dan keadaan struktur perekonomian domestik negara produk yang bersifat padat karya akan meningkat. bersifat padat karya yang produk keuntungan dan manfaat derajat demikian, Namun liberalisasi perdagangan sangat tergantung liberalisasi akan menguntungkanberkembang dan bagi penduduk negara miskin dari kelom tersebut juga akan berstatus produsen merugikan negara-negara pertanian yang rendah menolong negara pengimpor pengimpor negara menolong rendah yang pertanian tetapi faktor rendahnya harga produk pertanian hasil produksi pertanian dari negara-negara maju yang mengakibatkan penurunanuntuk produk pertanian. Meskipun harga produk harga dunia (supply management program) distorsi perdagangan Distorsi hasil terjadi pertanian seiring dengan dunia. meningkatnya kebijaksanaan harga langsung menerapkan keputusan dan mematuhiaturan GATT. Misalnya aturan- proteksi yang dilakukan negara maju terhadap sektor pertanian melalui antarnegara, antarnegara, termasuk aturan internasional dalam memperbaiki dan Intelektual, Properti Hak bidang mekanisme penyelesaian perselisihan dengan segala bentuk proteksionisme baru untuk menuju pada kecenderungan liberalisasi perdagangan fairness sebelum tahun 1985 Pertama, Dalam studinya tentang dampak liberalisasi Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme dikeluarkannya undang-undangyang baru; (2) menurunkan kepabeanan tarif dan pungutan-pungutan; 3) mengurangi lisensi impor dan memperkenalkan beberapa kebijakan berikut: 1) penyederhanaan prosedur kepabeanan termasuk proteksi tersebut. reformasi Dalam rangka menuju digulirkan mendorong perdagangan sejak bebas awal yang 1980-an pemerintah pasar domestik. ekonomi biaya Kebijakantinggi dan manfaat ekonomi lebih ini banyak dinikmati menimbulkan oleh sebagian besar penerima Erwidodo (1999) menunjukkan beberapa temuan sebagai berikut: proteksi kebijakan mengutamakan sangat Indonesia perdagangan terhadap pertanian di Indonesia, masuknya teknologi dan produk “kolor” ke negara negara “kolor”ke produk dan teknologi masuknya berkembang negara khususnya perdagangan, tujuan lebih rendah standar lingkungannya. yang teknologi) di negara di mana perusahaan berlokasi. perusahaan mana di negara di teknologi) Akan tetapi di sisi lain,berpotensi peluang menimbulkan tersebut dampak negatif, juga yaitu kompetisi dan kemampuan suatu perusahaan asing asing perusahaan suatu kemampuan dan kompetisi untuk menyesuaikan dengan kondisi (khususnya asing, sebagaimana klausul dapat dalam Abimanyu aturan menurut tersebut GATT. peluang Adanya menimbulkan dampak positif dalam hal menerapkan kebijaksanaan subsidi.peraturan pajak, dan pemerintah membedakan antara lainnya perusahaan domestik selama dan tidak berpendapat, bahwa dalam liberalisasi perdagangan perdagangan liberalisasi dalam bahwa berpendapat, masing-masing negara sebenarnya dibolehkan 66

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 67 (food Ketiga, dagang Indonesia partner Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme seberapa besar Indonesia akan liberalisasi perdagangan secara

, dagang Indonesia tetapi juga upaya dalam Amang dan Sawit (1997:27-35) mengingatkan (1997:27-35) Sawit dan Amang Keempat, Kedua lahan, kapital secara cepat dan berlebihan dalam waktu yang relatif singkat dari sektor menimbulkan akan pertanianmanufaktur, sektor ke jasa dan bidang ekonomi tetapi juga bidang non-ekonomi. Perpindahan faktor produksi seperti tenaga kerja, bahwa dampak serius buat perdagangan Indonesia, tidak hanya menyangkut bebas cukup penurunan hambatan partner perdagangan di membuka pasar Indonesia sendiri. pasar memperoleh manfaat diterapkannya liberalisasiperdagangan tergantung tidak hanya pada saing ekspor tetapi juga kemungkinan penurunan kesejahteraan masyarakat. juga menunjukkan indikasi perdagangan adanya deregulasi dengan mengakibatkan tidak hanya kehilangan daya meningkatkan pendapatan dunia secara signifikan dan terdistribusi secaramaju luas di dan antara negara negara berkembang. Hasil studi Indonesia, khususnya ke negara industri. liberalisasi perdagangan diperkirakan akan and beverage). potensial akan memperluas akses pasar untuk memantapkan batas wilayah dan prosedur ekspor. dan prosedur memantapkan ekspor. batas wilayah Salah satu sektor yang mendapat proteksi cukup tinggi adalah sektor makanan dan minuman hambatan nontarif; distribusi; 4) deregulasi 5) deregulasi dari rejim sistem investasi; dan 6) Meskipun secara teori liberalisasi perdagangan perdagangan liberalisasi teori secara Meskipun Indikasi dampak negatif dari liberalisasi Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme pasar domestik dan kepentingan domestik khususnya lain, mengulas telah menyangkutterdahulu kajian Sejumlah produsen. kesejahteraan petani pada kenyataannya implementasijuga membawa dampak buruk yang mengancam liberalisasi disebutkan akan meningkatkan perolehan manfaat perolehan meningkatkan akan disebutkan bagi para pelaku perdagangan, akan tetapi tergarap, di samping semakin sedikit petani yang bersedia mengusahakan areal tersebutproduktif. menjadi mengakibatkan pengusahaan komoditas pertanian pertanian komoditas pengusahaan mengakibatkan selanjutnya, Akibat menguntungkan. tidak menjadi banyak areal pertanian yang dibiarkan tidak yang semula sangat tersebut harga Penurunan menurun. terus menjadi tinggi karena diproteksi negara maju seperti Jepang. Studi Kamiya (2002) menyebutkan, liberalisasi menyebabkankomoditas pertanian harga di pasar domestik Jepang akan semakin timpang. akan semakin timpang. terhadap petani (pertanian) juga terjadi di lingkungan hidup dan meningkatnya kriminalitas. lingkungan hidup dan meningkatnya Di samping itu distribusi pendapatan masyarakat di kota, kepadatan tinggal, kota, tidak kekurangan cukupnya tanah, bersih (kualitas tempat kekurangandan kuantitasnya), memburuknya air infrastruktur perkotaanmenampung pesatnya urbanisasi, sehingga yang akan muncul cukup masalah kekumuhan untuk dan kemiskinan masalah baru yang lebih sulit dan mengatasinya. mahal Hampir untuk tidak mungkin dibangun 68

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 69 (Demand Conditions), (Demand Conditions), (Factor Conditions), (Factor Conditions), Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Industri Agro Industri Daya saing yang benar diukur dengan (Related and Supporting Industries). (Related and Supporting and Rivalry) Structure (Firm Strategy, Merujuk pada faktor-faktor penentu daya Porter (1990:19-27) menyatakan bahwa faktor- bahwa menyatakan (1990:19-27) Porter 4) Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan persaingan dan struktur, perusahaan, Strategi 4) 1) Kondisi Faktor 1) Kondisi Faktor 2) Kondisi Permintaan 3) Industri Terkait dan Industri Pendukung 2.6.4 Pendekatan Daya Saing dalam Pengembangan Usaha kesejahteraan yang tinggi. negara Produktivitas Hanya ekspor. sekadar hanya bukan tujuan, adalah dengan jasa atau produk ekspor meningkatkan yang kemampuan sebuah negara untuk upah mendukung tinggi, tingkat dengan menarik yang modal pengembalian mata uang yang kuat, dan produktivitas. Produktivitas memberikan nilai produk dan yang dapat membuka jasa, pasar dan diukur efisiensi produksinya. dalam dengan harga yang diukur dengan nilai barang dan diproduksi jasa yang per satuan modal, sumber dan alam. daya Produktivitas manusia, tergantung dari saing di atas dapat dinyatakan bahwa kemakmuran kemakmuran bahwa dinyatakan dapat atas di saing bangsa ditentukan oleh produktivitas ekonomi, faktor penentu yang menciptakan bersaing adalah: keunggulan cukup banyak sisi positif dan negatif liberalisasi sisi perekonomian. dari berbagai perdagangan ) evaluative ), penilaian ( ) yang dapat diharapkan advocative designative Dengan kata lain, kebijakan dapat dilukiskan Setiap kebijakan perlu dianalisis dalam rangka rangka dalam dianalisis perlu kebijakan Setiap Perbedaan dalam pemilikan sumber daya, Dalam lingkup mikro, daya saing perusahaan perusahaan saing daya mikro, lingkup Dalam AFTA di Jawa Barat AFTA Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme menghasilkan informasi-informasi dan argumen- masuk akal (Dunn, 1995:50). argumen yang penandaan ( dan anjuran ( implementasi sampai dengan evaluasi kebijakan. Salah satu analisis yangadalah analisis dijelaskankebijakan yang tujuannya olehbersifat Dunn pemecahan masalah yang terjadi. Ilmu administrasi administrasi Ilmu terjadi. yang masalah pemecahan memberikan bantuan untuk melakukan analisiskebijakan tersebut, mulai dari tahap formulasi, 2.7. Kerangka Kerja untuk Analisis Implementasi Implementasi Analisis untuk Kerja Kerangka 2.7. kepentingan produsen di dalam menentukan negeri, kemampuan sangat suatu negara bersaing makin liberal. dalam pasar global yang penguasaan teknologi membela untuk produksi, pemerintah komitmen perkembangan dan ekonomi penghasilan riil dari orang-orangnya dalam jangka jangka dalam orang-orangnya dari riil penghasilan panjang, yang bebas dan adil, menghasilkan jasa barang yang dan memenuhi pasarsecara bersamaan meningkatkan internasional,dan memelihara dan dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat di mana perusahaan mampu, dalam kondisi pasar kerja cara produktif akan menaikkan nasional. produktivitas 70

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 71

yang yang output dan feedback input Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme Berdasarkan makna tersebut, implementasi Dengan demikian, implementasi kebijakan Kebijakan Publik selalu mengandung tiga yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan mewujudkan untuk sasaran yang ditetapkan; 2) Tujuan, aktivitas melalui dicapai hendak yang sesuatu yaitu kebijakan mengandung unsur-unsur: 1) Proses, ditetapkan, dan dirasakan hasilnya atau manfaatnya manfaatnya atau hasilnya dirasakan dan ditetapkan, berbagai melalui dituju yang sasaran kelompok oleh sarana. efektif, sehingga implementasimemuat aktivitas-aktivitas kebijakan juga program dilaksanakan yang akan sesuai dengan tujuan yang telah tertentu. secara publik kebijakan pelaksanaan pada merujuk merupakan serangkaian aktivitas atau yang kegiatan ditujukan untuk memberikan dampak arah tindakan hasil kebijakan kebijakan (Dunn, 1995:80). sampai Jonesmengemukakan (1994:26) bahwa dicapainya implementasi kebijakan dengan sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu (Hoogerwerf, 1983:157).kebijakan Implementasi berarti pelaksanaan dan pengendalian Implementasi kebijakan dapat didefinisikan sebagai sebagai didefinisikan dapat kebijakan Implementasi tertentu, tujuan-tujuan mencapai untuk upaya suatu komponen dasar, cara yaitu: mencapai sasaran dan tujuan, tujuan tersebut. Tiga komponen ini sasaran biasa disebut sebagai implementasi. dan merupakan proses, sehingga bermakna bersifat dinamis. yang sesuatu sebagai sebagai sistem dalam kerangka merangkum dan transformasi melalui Susunan kebijakan publik di Indonesia Pada tataran tingkat nasional, Indonesia Pembentukkan AFTA dapat dianggap sebagai sebagai dianggap dapat AFTA Pembentukkan Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme mengatakan bahwa: Formulasi kebijakan dilakukan dilakukan kebijakan Formulasi bahwa: mengatakan oleh Legislatif, implementasisedangkan Yudikatif bertugas menerapkan sanksi oleh eksekutif, dengan ajaran pokok berkembang dari pada Montesquieu abad ke-17 yang pada yang intinya meliputi pertama, di Indonesia kebijakan publik tertinggi dibuat oleh Legislatif. Hal ini sejalan Indonesia perlu mengimplementasikan kebijakan AFTA implementasi dengan berkenaan yang publik di Indonesia. tanggap terhadap perubahan di lingkungan ASEAN ASEAN lingkungan di perubahan terhadap tanggap AFTA. kesepakatan pelaksanaan proses khususnya Dengan kata lain, secara administratif pemerintah sebagai salah satu negara anggota ASEAN perlu namun ASEAN merupakan kerja sama antar negara negara antar sama kerja merupakan ASEAN namun kawasan oleh didasari formal struktur dalam yang (Bennet, 1984:349). bersama, yang dikatagorikan sebagai regional kebijakan (Anderson, 1984:24). pembentukkan Meskipun organisasi regional dasar ini bervariasi, ASEAN sebagai organisasi regional mengeluarkan kebijakan yang dipandang perlu bagi kepentingan rangka sinkronisasi dan harmonisasi kepentingan di kawasan Asia Tenggara Untuk (Bennet, keperluan mensikapi lingkungan 1984:348). tersebut kebijakan yang dikeluarkan oleh sejumlah negara yang terhimpun dalam asosiasi. ASEAN, dalam yang dilaksanakan; dan 3) Hasil atau dampak, yaitu yaitu dampak, atau Hasil 3) dan dilaksanakan; yang kelompok sasaran. dirasakan oleh yang manfaat 72

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 73 : Kebijakan yang yang Kebijakan : : Kebijakan yang yang Kebijakan : yakni ratifikasi ke dua ke ke tiga ke top-down Regionalisme Asean: Perspektif Asean: Teoretis Regionalisme “When the politics end administration . Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Kaitannya dengan implementasi AFTA, Bentuk kebijakan yang yang kebijakan Bentuk Bentuk kebijakan yang yang kebijakan Bentuk Pusat dan Daerah; Pemerintahan Undang-Undang Nomor 25 Pembangunan Nasional; Tahun UU Nomor 37 2000 Tahun tentang Program tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pemerintah antara Keuangan Perimbangan tentang kerangka AFTA Nomor yang Undang-Undang 2001; tertuang Tahun 228/M Nomor dalam Keppres Daerah; 2004 tentang Pemerintahan 32 Tahun nasional dengan dikeluarkannya beberapa kebijakan kebijakan beberapa dikeluarkannya dengan nasional publik dengan pola Pemerintah RI terhadap skema CEPT dalam tersidik bahwa bertindak pemerintahan sebagai tingkat implementor pusat pada tataran eksekutif pun dapat membuat kebijakan turunan dari kebijakan atasnya. tingkat dibuat oleh eksekutif saja. Sebagai dari konsekuensi kompleksnya kehidupan masyarakat maka dihadapi oleh legislatif saja. nasional: Contoh Undang-Undang, di Perpu; tingkat sedangkan di Prop/Kab/Kota: Perda. tingkat daerah Hal ini mencerminkan yang harus kompleksnyadihadapi, yang tidak mungkin hanya masalah begin” Eksekutif. dan Legislatif oleh bersama secara dibuat Montesquieu Montesquieu ini kemudian ditindaklanjuti dengan teori administrasi publik yangparadigma dikenal dengan jika terjadi pelanggaranperkembangannya yaitu oleh pada abad Eksekutif. ke-19 ajaran Pada Pada tataran tingkat daerah Jawa Barat, Regionalisme Asean : Perspektif Asean Teoretis Regionalisme Pedoman Pedoman Kerja sama antara Daerah dengan Pihak Luar Negeri. Jawa Barat bertindak Jawa sebagai implementor dengan dikeluarkannya tentang 2004 Tahun 21 Nomor kebijakan Barat Jawa Gubernur publik Keputusan Lembaga Pemerintah dan non-Pemerintah tingkat Menkeu RI Nomor 392/KMK.01/2003Penetapan Bea Masuk Atas Impor Barang tentang dalam CEPT. Rangka Skema Keputusan Menlu 2003/2001 RI tentang Nomor PanduanHubungan SK.03/A/OT/X/ Luar Negeri Umum oleh Tata Daerah; Keputusan Cara 1999 tentang Hubungan Luar Negeri; UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional; 74

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT BAB III KONFIGURASI PERKEMBANGAN LINGKUNGAN REGIONAL

3.1 Lingkungan Strategis ASEAN: Peluang dan Kendala Eksistensi ASEAN telah berusia lebih dari tiga dasawarsa, sebagai organisasi regional, ASEAN terbukti mampu bertahan dan menjalankan tujuannya sebagai wadah aspirasi negara-negara anggota. ASEAN didirikan di tengah berkecamuknya perang dingin dan struktur sistem internasional bipolar yang ketat (tight-bipolarity). Saat itu, Asia Tenggara diwarnai oleh pergolakan antarnegara maupun kekuatan di luar kawasan sehingga sulit bagi negara-negara anggota ASEAN untuk menjalankan kebijakan luar negerinya yang independen tanpa harus condong ke salah satu blok (lean to one block). Namun berdasarkan komitmen politiknya negara-negara anggota ASEAN bertekad untuk bersatu dan bekerja sama dalam suatu organisasi sudah tidak dapat ditunda lagi, mengingat stabilitas kawasan perlu dipelihara dan dibina oleh negara-negara kawasan sendiri tanpa campur tangan asing karena stabilitas itulah yang dapat menunjang pembangunan nasional negara-negara anggota ASEAN. ASEAN resmi didirikan pada tanggal 8 Untuk bekerjasama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian danindustri mereka, memperluas perdagangan dan administrasi. Untuk saling memberikan penulisan dan pelatihan bantuan sarana-sarana bentuk dalam dalam bidang-bidang pendidikan, profesi,teknik dan administrasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perserikatan Untuk meningkatkan kerja sama yang masalah-masalah dalam aktif membantu saling dan bidang: di bersama kepentingan menjadi yang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan Untuk meningkatkanstabilitas regional dengan jalan menghormati perdamaian keadilan dan dan hubungan antar tertib negara-negara di kawasan ini hukum serta mematuhi prinsip-prinsip di Piagam dalam kemajuan sosial kebudayaan di kawasan ini melalui serta bersama usaha dalam semangat pengembangan persahabatan untuk memperkokoh landasan kesamaan dan sebuah masyarakat sejahtera dan damai. yang Tenggara bangsa-bangsa Asia Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi,

5. 4. 3. 2. 1. oleh lima negara pendirinya: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand dengan maksud berikut : dan tujuan sebagai Agustus 1967, dengan ditandatanganinya Deklarasi Deklarasi ditandatanganinya dengan 1967, Agustus Bangkok (lebih sering disebut Deklarasi ASEAN) Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 76

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 77 di lingkungan eksternal Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi tight bipolarity erat di antara mereka ASEAN, 1997: 4). sendiriNasional (Sekretariat Lingkungan global ASEAN pada satu Untuk memelihara kerjadan berguna sama yang dengan erat berbagaiInternasional dan regional yang mempunyai organisasi tujuan serupa, dan secara untukbekerjasama saling menjajagi untuk kemungkinan segala internasional, memperbaikimening- serta komunikasi, sarana-sarana dan pengangkutan mereka. taraf hidup rakyat katkan Asia mengenai pengkajian memajukan Untuk Tenggara. dan pengkajian masalah-masalah komoditi

Kerja sama ekonomi yang tidakdan ekonomi pertumbuhan tingkat dikarenakan berkembang industri yang tidak seimbang, serta kesamaan sebagai negara berkembang yang segaris dipertahankan oleh beberapa negara (Thailand dan Filipina), menjadikandalam dilema ASEAN “kepanjangan oleh terjebak dituduhkan yang tangan” seperti Barat imperialisme strategi beberapa Negara Blok Timur. Pangkalan militer yang keberadaannya tetap 7. 6. 2. 1. maksud dan tujuannya. Hal ini berkembang dalam berkembang ini Hal tujuannya. dan maksud pengaruh ASEAN, antara lain: dasawarsa dasawarsa pertama berdirinya tidak memberikan peluang yang berarti bagimelaksanakan usaha-usaha Deklarasi ASEAN dalam sesuai dengan

). détente Strategic and . Dengan dicapainya commonwealth of nations, menyebabkan kawasan ini (SALT) (SALT) antara Amerika Serikat self-bipolarity Lingkungan global ASEAN pada dua pemikiran tradisional dan belum sense bangkitnya of asiness, senjata. tertantang untuk suatu perlombaan ideologi corak dengan politik pemetaan Adanya bertentangan. yang mengem-bangkan hubungan denganbekas penjajah melalui negara dan sebagian lagi mengambil strategi masih dijajah. serta ada negara yang militer, aliansi Masih besarnya rasa saling curiga akibat kecuali Singapura. kecuali Latar belakang kolonialismeperbedaan visi menyebabkan dalam pelaksanaan luar kebijakan negeri, senang dimana mengambil strategi non-blok, sebagian sebagai negara lebih menyebabkan kesamaan produk hasil komoditi, hasil produk kesamaan menyebabkan dan Uni Sovyet pada tahun 1972 yang mendorong ( ketegangan perbedaan situasi pada dunia Peredaan ketegangan antara dua negara adikuasa persetujuan perlucutan senjata nuklir Arms Limited Talk eksternal ASEAN subsistem sendiri dari lingkungan globalbergeser yang yang ke tengah merupakan meningkatkan aspirasi “sekawasan” bagi negara- negara anggotanya. Untuk sebagian besar hal ini didukung oleh situasi dan kondisi lingkungan dasawarsa pertamamemberikan pembentukannya kontribusi telah yang besar untuk 5. 4. 3. Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 78

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 79 Zone of Peace, (ZOPFAN). ASEAN berupaya berupaya ASEAN (ZOPFAN). . Di sinilah titik awal konflik dua Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi Masalah stabilitas kawasan kembali muncul Menyongsong perubahan lingkungan yang dianggap dapat memberikan perlindungan sebagai sebagai perlindungan memberikan dapat dianggap containment policy adikuasa di Asia Tenggara seolah terbagi dua ke terhimpun dalam Teori ASEAN Domino. akan Kehadiran terbuktinya Amerika Serikat kehadiran Amerika Serikat tetap dipertahankandi Filipina dan adanya ketakutan negara-negara non komunis di Asia Tenggara yang kebetulan ketika Amerika mendorong Serikat tidak justru ini situasi kalah Namun Vietnam. dalam perang di ke arah kemandirian Asia Tenggara, karena negara-negara Asia ASEAN. Tenggara lainnya di luar pada kekuatan besar atau pada daya kemampuan sendiri? Ternyata ZOPFAN tidak didukung oleh untuk mendinamisasikan kawasan dengan suatu pertanyaan, apakah kawasan Asia Tenggara akan dipelihara stabilitasnya dengan menggadaikan untuk menciptakan stabilitas kawasan. 28 November 1971 TanggalASEAN melansir Neutrality and Freedom kondusif ke ASEAN arah menyiapkan peredaan suatu konsepsi Perang strategis Dingin, budaya, budaya, koalisi diplomasi dan peran PBB menjadi lain. hubungan internasional yang faktor penentu politik ideologis dan militer tidakpenentu lagi hubungan menjadi internasional.aspek-aspek Akan lainnya tetapi seperti ekonomi, sosial, ini menjadikan strukturberubah menjadi multipolar, sistem dalam artian internasional aspek ) dan perjanjian Di Asia Tenggara, Vietnam yang telah Lingkungan global ASEAN pasca KTT I, Dalam situasi ini ASEAN mengadakan KTT ). Kerja sama ASEAN ditingkatkan melalui apa melalui ditingkatkan ASEAN sama Kerja ). Declaration of ASEAN Concord Treaty of Treaty Amity and Cooperation in South East Asia- semakin menjauhkan Asia kawasan dari Tenggara kondisi stabil, sehingga ancaman Teori Domino itu juga melakukan invasi peristiwa yang mengguncangkan ASEAN, ke karena Kamboja. Inilah mengadakan perjanjian aliansi dengan Uni Sovyet bulan Agustus 1978, pada bulan Desember tahun pada tahun 1979 ditandai peristiwamendorong dunia ke besararah Perang Dingin II, yang yaitu Afganistan. ke Uni Sovyet invasi Tetapi ada peluang yang dapat terutama diraih setelah ASEAN, konsolidasi ASEAN pasca KTT ASEAN II (1997) di Kuala Lumpur. Namun untuk meningkatkan kerja sama ASEAN, karena Asia Tenggara mulai diwarnai konflik Indocina. yang dinamakan kerja-sama intra-ASEAN. yang sekalipun tidak memberikan peluang yang besar persahabatan dan kerja sama ( di Asia Tenggara TAC I menghasilkan Deklarasi kesepakatan( ASEAN lingkungan global, visi yaitu dasawarsa dengan pertama berjalan ASEAN reorientasi sesuai dengan rencana. yang tidak KTT ASEAN I di Bali (1976) tujuannya untuk membuat visi ke depan sehubungan perubahan situasi dan kondisi dalam strategi global, yaitu kapitalisme-liberalisme kapitalisme-liberalisme yaitu global, strategi dalam dan sosial-komunisme. Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 80

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 81 , yaitu suatu center point of (JIM) I dan -nya -nya adalah sebagai Meeting role

(JIM) II. Kesemuanya

cocktail party national dilakukan secara gencar. Namun Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi Jakarta Informal atau yang Dimulai dengan Diplomasi Indonesia sebagai Diplomasi ASEAN dimainkan sepenuhnya “informal”. Diplomasi dapat menggiring Vietnam ke inilahkonferensi. Dengan yang kemudiandemikian masalah Kamboja yang berdimensi menggunakan kerangka regional sesuai dengankeinginan Vietnam tetapi jalan tengahnya adalah kamboja dari perspekifdengan Vietnam, dilanjutkanJakarta Informal Meeting Indonesia mengetengahkan beberapa formula. Indonesia mengetengahkan beberapa pertemuan informal untuk mencari solusi masalah regional leader di satu pihak, Indonesia mendukung pemerintah pendirian koalisi, di lain pihak secara piawai ASEAN mendasar ini membuat permasalahan menjadi maju maju menjadi permasalahan membuat ini mendasar dan menarik pihak masing-masing karena mundur saja. mengulur waktu menginginkan penyelesaian dimana dimensi tidak regional, melibatkan negara-negara ASEAN. di luar Perbedaan metoda penyelesaian yang permasalahan ini melalui dimensi internasional(PBB) seperti yang diusulkan oleh ASEAN, tetapi turut campurnya Republik Rakyat Cina (RRC) Republik dan Rakyat turut campurnya negara-negara ke perahu” “manusia membanjirnya menyelesaikan mau tidak sendiri Vietnam ASEAN. untuk menyelesaikan masalah krusial dan multi dimensi ini. Lingkungan globalpada perang yangdingin kembali mengacu semakin suram oleh menjadi semakin dekat. menjadi melalui formula, yaitu inward-looking face saving Situasi dan kondisi global menjelang Formula yang digunakan oleh Indonesia Kemitraan ASEAN dengan beberapa kekuatan ekonomi dunia dipandang potensial. sebagai dinamis yang yang kawasan Pangkalan militer asing di Asia Tenggara Perdamaian Perdamaian di Asia Tenggara yang mendorong terciptanya stabilitasgilirannya kawasan stabilitas mendinamiskan dan nasional pembangunan pada negara masing-masing. yang nasional dapat di Pertumbuhan ekonomi ASEAN tinggi, yang ditandai cukup dengan kemunculan industri- industri manufaktur. 4. 3. 2. antara lain disebabkan oleh: 1. perubahan global. Kelihatannya situasi dan kondisi kondisi dan situasi Kelihatannya global. perubahan global memberikan peluang bagi ASEAN, hal ini termasuk di kawasan Asia Tenggara. Pada ASEAN II KTTtahun 1987 di Manila, ASEAN mencari strategi untuk menghadapi gerak dan dinamika mengadakan gebrakan strategi Perestroika dan Uni Soviet Glasnot.di berbagai kawasan dunia Keterlibatan dikurangi, penyelesaian krisis Kamboja, Mikail Gorbachev, menyelamatkan “muka” Internasional. Vietnam Vietnam pada akhirnya dari Kamboja. dipasukannya menarik Forum solusi rekonsiliasinya. sangat tepat, yaitu regional dan internasional,tinggal telah yang berdimensi internal, terselesaikan yang dicarikan Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 82

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 83 (CIS). ASEAN Free Trade Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi Perubahan Perubahan global yang mengacu pada kerja Peluang yang lebih besar yang diberikan oleh diberikan yang besar lebih yang Peluang AFTA). Commonwealth of Independent States dibongkar. Dikembangkannya kawasan ekonomi berikat sama intra-ASEAN. untuk kerja mulai berkurang fungsinya sebelum kemudian 3.2 Struktur Organisasi dan Keanggotaan 3.2 Struktur Organisasi dan ASEAN Area- upaya untuk meliberalisasikan perdaganganAsia Tenggara di melalui pembentukanPerdagangan Bebas kawasan ASEAN ( diantisipasi oleh ASEAN,diselenggarakannya KTT ASEAN yaitu IV pada dengan tahun 1992 jalan di Singapura yang menghasilkan suatu ASEAN. sama antar bangsa yang lebih dinamis ini diplomasi persahabatan dan membuka hubungan kembali diplomatik dengan negara-negara luar negeri Vietnam, yang pada gilirannya menjadi gilirannya pada yang Vietnam, negeri luar anggota ASEAN (Juli 1995) dan diikuti oleh Laos dan Myanmar (Juli 1997). RRC-pun menjalankan dan Dampak perubahan tersebut terhadap adalah orientasi berubahnya politik Asia Tenggara kawasan Perang Dingin. Perang Uni Sovyet sebagai kekuatan polar adikuasa runtuh kemudian digantikan oleh Rusia lingkungan global ASEAN adalah pada awal tahun awal pada adalah ASEAN global lingkungan 1990-an, yaitu dengan apa yang dinamakan Pasca 5. AMM) : ASEAN Ministerial Meeting— ASEAN Struktur organisasi ASEAN sejak berdirinya ASEAN ( Pertemuan tahunan para Menteri Luar Negeri keinginan untuk segera mewujudkan ASEAN Asia Tenggara. meliputi sepuluh negara di yang Pada KTT ini diputuskan bahwa di antara dua setiap ASEAN informal KTT diadakan akan KTT tahun. KTT informal 1996. Jakarta pada tanggal 30 November I diseleng-garakan di sekurang-kurangnya sekali di antara dua arahan- KTT. menentukan untuk diselenggarakan KTT arahan bagi kegiatanDeklarasi KTT kerja V di Bangkok,Desember sama tanggal ASEAN, 14-15 1995, antara lain menyatakan KTT III di Manila, pada tanggal 14-15 Desember 14-15 tanggal pada Manila, di III KTT 1987. Pada KTT IV di Singapura, pada tanggal 27-28 Januari 1992, diselenggarakan ditetapkan bahwa setiap sedangkan KTT tiga pertemuan tahun informal sekali, diadakan KTT merupakan pertemuan para kepala negara atau kepala pemerintahan, merupakan lembaga yang mempunyai ASEAN. KTT I diadakan di Bali pada organisasi otoritas tertinggitanggal 23-25 Februari pada 1976, KTT Lumpur, II di pada Kuala tanggal 4-5 Agustus 1977 dan 2. Sidang tahunan para Menteri Luar Negeri (KTM) (KTM) Negeri Luar Menteri para tahunan Sidang 2. 1. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Tinggi (KTT) 1. Konferensi Tingkat perkembangan kerja sama, dan telah mengalami beberapa perubahan yang hingga saat ini adalah sebagai berikut: dikembangkan dikembangkan sesuai dengan tuntutan Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 84

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 85 Common AEM): CEPT) menuju kawasan Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi ASEAN Economic Ministers— ASEAN bidang-bidang tertentu ekonomi, yaitu dalam bidang energi, pertanian, kerja kehutanan dan dilaksanakan bila diperlukan untuk sama memberikan arahan bagi kerja sama ASEAN. AEM memberikan laporan kepala bersama pemerintahan kepada negara-negarapada saat KTT. ASEAN Sidang Menteri-menteri yang menyangkut untuk mengawasi, melaksanakan koordinasidan memberikan penilaian Tarif terhadap Preferensi skema Efektif yangEffectiveTariff- Prefential sama ( perdagangan bebas ASEAN. AMM maupun Sidang ini merupakan badan tertinggi menentukan dalam kebijakan kerja ASEAN. Sidang AEM samapada mulanya diadakan ekonomi dua kali setahun, kemudian diadakan setahun sekali. AEM mulai dilembagakan ASEAN AFTA KTT II. IV Pada dibentuk Dewan sejak KTT dari sekali dalam setahun. Pada KTT ASEAN III KTT dari sekali dalam setahun. Pada melibatkan dapat ASEAN KTM bahwa disetujui diperlukan. jika lainnya Menteri-menteri ( untuk merumuskan garis-garis kebijakan dan koordinasi dari kegiatan-kegiatan ASEAN yang merupakan penjabaran keputusan-keputusan KTT. Dalam situasi khusus, para Menteri Luar Negeri dapat mengadakan pertemuan lebih ini mempunyai peran dan tanggung jawab 4. Sidang Menteri-menteri Sektoral ASEAN : 4. Sidang Menteri-menteri Sektoral 3. Sidang Menteri-menteri Ekonomi ASEAN Joint Ministerial Meeting- JMM): mengepalai Sekretariat ASEAN bertangung (di Jakarta); jawab kepada pertemuan KTT dan seluruh para Menteri ASEAN dalam Diangkat oleh berdasarkan kepala-kepala AMM rekomendasi dengan ASEAN pemerintahan kecakapan. Ia diberi status setingkat dengan Menteri mandat yang diperluas prakarsai, untukmemberikan, melakukan koordinasi, mem- melaksanakan kegiatan-kegiatan ASEAN, mengenai kegiatan-kegiatan ASEAN. Pertama kali diselenggarakan di Kuching bulan Februari 1991 membahas tentang APEC. peran ASEAN dan dan Menteri Ekonomi ( - Sidang ini diadakan dibentuk bila diperlukan padakoordinasi untuk KTT menyusun lintas III, sektoral dan serta konsultasi yang diadakan menurut tersebut keperluan. dikoordinasikan Sidang dengandapat menyampaikan AMMlangsung kepada dan kepala pemerintahan. Sidang gabungan para Menteri Luar Negeri laporan kepada AEM. kepada laporan Sidang-sidang Menteri Tenaga Lingkungan Kerja, Kesehatan, Hidup, Sosial, Kehakiman,Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sidang para Menteri tersebut memberikan 7. Sekretaris Jenderal ASEAN: 7. Sekretaris Jenderal 6. 5. Sidang Menteri-menteri ASEAN lainnya : ASEAN lainnya Menteri-menteri 5. Sidang Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 86

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 87 Joint Senior Senior Senior SEOM): ASEAN ASEAN Standing Senior Economic Officials JCM) yang terdiri dari dari terdiri yang JCM) SOM): (SOM), ASC) : Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi (SEOM) dan pertemuan para Direktur Senior Economic Officials Meeting— Senior Economic Officials ( Dibentuk secara resmi pada KTT III. Pada sama di SOM bidang diselenggarakan kepada politik jawab tanggung laporan menyampaikan bila diperlukan dan danAMM. keamanan. Sidang-sidang Pejabat Tinggi ASEAN ( Meeting— Officials Secara resmi dilembagakandari mekanisme sebagai ASEAN, bagian bertanggung pada KTT jawab III dan untuk menangani kerja jawab Pantap ASEAN yang terdiri dari ketuanya, ketuanya, dari terdiri yang ASEAN Pantap jawab Menteri Luar Negeri Sekretaris Jenderal dan para Negara Direktur Jenderal tuan Sekretariat Nasional rumah, ASEAN. Pantap ASEAN menyampaikan laporanAMM. langsung kepada Jenderal ASEAN. Jenderal Panitia tetap Commiee— ASEAN Segala ASEAN kegiatan yang dilakukan selama ( setahun di antara dua KTM menjadi tanggung (Pantap) ASEAN atas nama ketua Pantap (kecuali (kecuali Pantap ketua nama atas ASEAN (Pantap) sidang Pantap pertamaMeeting- Consultative dan terakhir), Officials Meeting Meeting persidangan serta kepada ketua Panitia Tetap 10.Sidang Pejabat-pejabat Tinggi Ekonomi ASEAN Tinggi 10.Sidang Ekonomi Pejabat-pejabat 9. 8. Committee on (COTAC) serta serta (COTAC) Joint Consultative (COTT). Kegiatan- (COTT). Committee on Social Committee on Culture Committee on Industry, Commiee on Science and (COIME), Committee of Finacial and ASEAN Senior Officials on Drug Drug on Officials Senior ASEAN Commiee on Food, Agricultural Agricultural Food, on Commiee ASEAN Conference on Civil ASEAN Officials on Environment Environment on Officials ASEAN (COCI), (ACCSM). Komite-komite tersebut tersebut Komite-komite (ACCSM). (COSD), (COFAF), (COST), (COST), JCM): COFAB), COFAB), (ASOD), dan para Direktur Jenderaloleh dipimpin dan diperlukan bila dilaksanakan ASEAN. Sidang Sekretaris Jenderal, untuk keperluan koordinasi lintas sektoral, kegiatan-kegiatan ASEAN pada dan Sidang para Menteri yang terkait. dan Sidang para Menteri yang Meeting— Sidang ini dibentuk padaSekretaris KTT III, Jenderal meliputi ASEAN, SOM, SEOM, Technology Technology Maers (ASOEN), dan Maers Service menyampaikan laporan kepada ASEAN Pantap merupakan sidang para pejabat yang menangani menangani yang pejabat para sidang merupakan sosial budaya/kerja sama fungsional ASEAN. Sidang tersebut sudah melembaga.komitenya terdiri Komite- dari: and Information Development Commiee on Trade and Tourism Tourism and Trade on Commiee kegiatan dalam kerja sama ekonomi selanjutnya dilaksanakan oleh SEOM. diambil alih dan lainnya: dibubarkan yaitu: ( Banking and Foresty Mineral and Energy Communication and Transportation KTT IV disetujui bahwa lima komite yang ada 12.Sidang Konsultasi Gabungan ( 11. Sidang Pejabat-Pejabat Tinggi ASEAN bidang Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 88

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 89 yang diketuai (ACC); (ABC); ASEAN Secretariat Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi ASEAN Brussels Commiee ASEAN Canberra Commiee ASEAN

akreditasi sebagai berikut : 1) 2) Dibentuk di setiap negara mitrawicara berfungsi mitrawicara negara setiap di Dibentuk sebagai penghubung dialog ASEAN. beranggotakan wicara mitra Komite- negara di ini komite negara di ASEAN negara-negara Besar Duta para Menteri Luar Negeri, sidang-sidang dan Pantap komite-komite ASEAN. Strukturnya di dalam negara anggota berada di dalam departemenluar negeri. Tentu saja fungsinyadapat seluas tidak akan oleh seorang Sekretaris Jenderal. Dibentuk untuk melaksanakantujuan ASEAN di maksud setiap negara anggota dalam dan rangka melaksanakan tugas perhimpunan atas nama negara masing-masing,Sidang dan melayani Tahunan atau Sidang khusus para jawab negara sebagai Lumpur, Kuala di XVIII AMM keputusan koordinator. koordinator bergilir Berdasarkan setiap tigaalfabetis. tahun secara Jenderal melaporkan kegiatan ini secara langsung langsung secara ini kegiatan melaporkan Jenderal AEM. dan AMM kepada Dalam kerja Mitrawicara, sama setiap anggota ASEAN diberi tanggung dengan para tingkat pejabat-pejabat pemerintah. Sekretaris 15.Komite-komite ASEAN di negara ketiga: 15.Komite-komite 14.Sekretariat Nasional : 14.Sekretariat Nasional 13.Sidang ASEAN dengan para Mitrawicara: ASEAN 13.Sidang ): (ACW); (AWC); (ANDC). (ACT) (AOC); (ALC); (AGC). ASEAN Web ASEAN (APC); (BAC); : ASEAN London Committee ASEAN London ASEAN Committee ASEAN Committee Bonn Committee ASEAN Geneva ASEAN Washington Commiee Commiee Washington ASEAN in Tokyo Commiee ASEAN in Wellington Commiee ASEAN New Delhi Commiee ASEAN ASEAN Oawa Commiee Oawa Commiee ASEAN

Sidang ASEAN komite di negara ketiga yang

1) 2) 3) 4) Dibentuk atas persetujuan negara-negara ASEAN ASEAN negara-negara persetujuan atas Dibentuk 1976 Juni 7 sejak berfungsi mulai dan I KTT pada sebagai badan administratif dan bertugas untuk menyelaraskan, memperlancar dan memantau ASEAN. segala kegiatan lain/markas besar PBB yaitu : PBB yaitu lain/markas besar 4) 5) 6) 7) 3) ASEAN menyediakan jaringan pelayanan dan informasi mengenai ASEAN melalui komputer yang masyarakat oleh dimanfaatkan dapat yang membutuhkannya. Untuk melaksanakan ASEAN, maka maksud dibentuk Sekretariat dan NasionalASEAN di tujuan setiap negara anggotanegara masing-masing yang atasditentukan dalam nama Deklarasi Bangkok dengan ASEAN Nasional Sekretariat membetuk tahun 1967. Indonesia 17.Jaringan Informasi ASEAN ( ASEAN 17.Jaringan Informasi

16. ASEAN Secretariat 16. ASEAN Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi

90

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 91 Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi Menyusun rencana kerja nasional dan keputusan di bidang kerja sama antar ASEAN ASEAN antar sama kerja bidang di keputusan dan organisasi regional lainnya atau dengan negara-negara ketiga. Melaksanakan ASEAN. sidang-sidang penyelenggaraan dan membantu serta bidang lainnya. Mengadakan hubungan dan melaksanakan koordinasi pemerintah dan organisasi non-pemerintah dengan mengenai perencanaan dan pelaksanaan instansi-instansi Memberikan rekomendasi kepada menteriluar negeri mengenai kerjadalam bidang sama ASEAN ekonomi dan sosial budaya Sekretariat nasional ASEAN merupakan

4. 3. 2. 1. No.15/1982 kedudukan SekretariatASEAN Nasional Direktur dipimpin dan Negeri Luar Departemen diintegrasikan Jenderal sepenuhnya yang bertanggung kepada Menteri. jawab langsung ke Desember Desember 1967, yang menempatkan Sekretariat Nasional di Sekretaris bawah Negara, perubahan. dan mengalami koordinator1982 tahun Pada Umum. dipimpin Sekretaris Menteri Sebagaimana diatur Keputusan Presiden keputusan Presiden No.237/1967 tanggal 5 yaitu: tercantum dalam pasal 823 KeputusanLuar Negeri Nomor SK.203/OR/II/83/01 Menterimengenai organisasi dan tata kerja departemen luar negeri, organisasi formal dariASEAN setiap yang mempunyai negara dalam anggota tugas–tugas melaksanakan berbagai fungsinya pokok seperti , dan dengan ASEAN Secretariat Dalam melaksanakan kerja sama intra-ASEAN intra-ASEAN sama kerja melaksanakan Dalam serta dengan komite-komite ASEAN di negara negara di ASEAN komite-komite dengan serta ketiga. Secara struktural, susunan organisasi menunjang kegiatan-kegiatan komite ASEAN komite kegiatan-kegiatan menunjang berada di Indonesia. yang Mengadakan kerja samadengan dan koordinasi lainnya, anggota negara di Nasional Seketariat pemerintah guna penentuan sikap Indonesia dalam rangka pelaksanaan kegiatan ASEAN serta mengadakan evaluasi hasilnya. tentang hasil- serta mengikuti dan koordinasi Melaksanakan kerja sama ASEAN. kerja sama Memprakarsai penulisan pelaksanaan dan pengkajian bidang-bidangASEAN. kerja sama Melaksanakan koordinasi antar instansi melaksanakan kegiatan program-program

8. 7. 5. 6. organisasi regional dan internasional dalam bidang bidang dalam internasional dan regional organisasi ekonomi dan sosial budaya tugas merupakan dari Biro Ekonomi tugas- dan Biro Sosial Budaya operasional atau ASEAN antara dengan Negara-negara ketiga, dalam praktek adalahumum, yang berada hanya biro umum yang tidak sama tugasnya secara Sekretariat Nasional ASEAN terdiri atas beberapa biro dengan tugas dan masing-masing. wewenang Pembagian tugas dari biro-biro pada dasarnya Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 92

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 93 (AFTA) (AFTA) lahir Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi Hasil dari penilaian dan pengkajian ulang ASEAN Free Trade Agreement Bila ditelaah sebagai kajian dari sub bidang ASEAN Free Trade Agreement ASEAN Free Trade menggalang solidaritas sekaligus untuk menunjang menunjang untuk sekaligus solidaritas menggalang usaha-usaha ASEAN untuk meningkatkan kerja samanya di berbagai bidang, maka dilakukan di bidang politik, ekonomi dan keamanan,intra-ASEAN baik ataupun ekstra ASEAN. Dalam dari KTT IV tersebut menuntutmenyesuaikan ASEAN arah dan untuk kebijakan-kebijakannya ASEAN IV tahun 1992 di Singapura mempunyai bobot keputusan-keputusan semua dimensi kerja ASEAN. sama berdasarkan kesepakatan untuk meningkatkan kerja kerja meningkatkan untuk kesepakatan berdasarkan sama ekonomi antar negara ASEAN. anggota KTT 3.3 departemen, sesuai masing. tugas pokoknya masing- prinsip-prinsip sinkronisasi baik dalam lingkungan lingkungan dalam baik sinkronisasi prinsip-prinsip masing-masing maupun antara satuan organisasi dalam departemen atau dengan instansi di luar akan terlihat Direktur Jenderal dan para Kepala Biro Biro Kepala para dan Jenderal Direktur terlihat akan dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari ASEAN. administrasi dan organisasi internasional maka negara-negara maju dan organisasi-organisasi berkembang, Analisis regional dan dengan Pengembangan dan Biro dari internasional tugas menjadi ASEAN. ASEAN. Masalah pengembangan kerja sama, baik kerja sama intra-ASEAN ataupun ASEAN dengan (ASEAN-PTA) yang common effective preferential preferential effective common Tujuan itu disepakati untuk dilaksanakan Pendorong gagasan pembentukan AFTA Perdagangan intra-ASEAN sulit berkembang, berkembang, sulit intra-ASEAN Perdagangan AFTA AFTA bertujuan untuk meningkatkan daya (CEPT) untuk menggantikan ASEAN preferential trading agreement dianggap sudah ASEAN. perdagangan antar negara tidak memadai lagi dalam secara bertahap melalui bertahap secara tariff termasuk membebaskan lalu lintasjasa. barang dan dan sulitnya menarik investor asing negara ke ASEAN, negara- sehingga perlu pasar penggabungan melalui diperluasinvestasi peluang dan pasar adalah semakin ketatnya persaingan antar negara yang memperlemah perdagangan intra-ASEAN melakukan aktivitas perdagangan dengan negara- ASEAN. negara lain di luar barang-barang persaingan sejenis di antara mereka, sedangkan masing- masing yang negara ASEAN juga masih lebih banyak menimbulkan melalui tahapan-tahapan tertentu. melalui tahapan-tahapan karena negara-negara anggotanya memproduksi dan investasi antar negara anggota. Para anggota setuju untuk memulai AFTA pada Januari 1993 saing barang-barang manufaktur negara anggota ASEAN di pasar dunia, untuk mempromosikan investasi asing langsung di ASEAN negara-negara dokumen untuk meningkatkan kerja sama intra- AFTA. melahirkan yang ASEAN kerja sama yang sifatnya fungsional. Melalui KTT disepakati telah Singapura di 1992 tahun IV ASEAN Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 94

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 95 (MOP) sebesar antara 25-50% Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi Tujuan Tujuan skema CEPT adalah untuk Hambatan pelaksanaannya adalah pertama, ASEAN-PTA merupakan merupakan kerja sama ASEAN-PTA di mana kepada produk-produk yang sama, hasil produksi ASEAN. negara Hal anggota ini akan memberikan tarif efektif yang sama di pasar-pasar ASEAN. meningkatkan kegiatan perdagangan dan investasi investasi dan perdagangan kegiatan meningkatkan cepat dan adil melalui pemberian preferensi tarif yang kemudian disetujui dalam sidang para menteri menteri para sidang dalam disetujui kemudian yang di Bali. ASEAN ke-22 ekonomi anggota ASEAN, dari terobosan ASEAN. bagi Untuk kerja maksud sama sini dibutuhkan itu, Indonesia mengusulkan beberapa suatuhal penting halangan nontarif, seperti tidak impor, karena memberikan itu, ASEAN-PTA pembatasan jumlah keuntungan timbal balik bagi negara-negara atas produk yang termasuk terkena masih dalam PTA ASEAN-PTA. ASEAN produk-produk Kelima, anggota ASEAN atas suatu setelah barang dikenakan yang sama MOP. kebijakan Keempat, dan program perbedaan di antara negara-negara ASEAN-PTA bukan barang-barang ASEAN-PTA bernilai tinggi. Kedua, hambatan prosedurKetiga, dan perbedaan administrasi. tarif efektif di negara-negara sebagian besar barang-barang yang termasuk dalam dalam termasuk yang barang-barang besar sebagian ini sangat rendah karena produk-produkdisepakati tersebut yang memiliki nilai ASEAN. di antara negara-negara sangat rendah perdagangan bidang tarif kepada negara anggota lainnya, berupa berupa lainnya, anggota negara kepada tarif bidang margin of preference untuk sekitar 15,75 produk. Efektivitas kerja sama setiap negara anggota memberikan kemudahan di . Di lain inclusion list ke dalam Indonesia sebagai negara yang merdeka dan Realisasi AFTA itu sendiri dipercepat dari exclusion list memperjuangkan kepentingan dalam hubungannya hubungannya dalam kepentingan memperjuangkan Indonesia Keanggotaan lain. negara-negara dengan ASEAN merupakan dalam salah satu karakteristik masyarakat masyarakat internasional. politik Pelaksanaan luar negeri Indonesia ditujukan untuk memelihara dan 3.4 Kesepakatan AFTA Bagi Indonesia AFTA 3.4 Kesepakatan berdaulat, merupakan anggota yang aktif dalam yang ada di Asia Tenggara. ada di yang memperbesar skala ekonomi AFTA. Diharapkan bahwa AFTA akan benar-benar dapat terwujudpada tahun 2003, dengan meliputi seluruh negara anggota untuk baru tujuannya yang negara-negaraMyanmar Kamboja, Vietnam, tetangga seperti jasa, serta mempercepat AFTA dan mengurangidaftar produk mengemuka sensitif. adalah perluasan dan penambahan Hal lain yang juga pihak, dipandang perlu adanya pendalaman dan yakni perluasan AFTA, sektor perluasan yang ikut dalam skema CEPT terutama sektor pertanian dan mampu melakukan penurunan tarif dan memasuk- dan tarif penurunan melakukan mampu kan 15 tahun menjadi akan 10ASEAN negara semua tahun, bahwa keyakinan pada karena didasarkan bertahap bertahap melalui pelaksanaan skema CEPT, yaitu jangka dalam 0-5% menjadi tarif penurunan dengan 10 tahun. waktu Dalam sepuluh tahun, terhitung1993, diharapkan secara dapat AFTA terwujudnya sejak Januari Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 96

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 97 Keterlibatan diplomatik Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi Pembinaan dan peningkatan kerja sama di Pada periode 1967-1984 politik luar negeri Inward looking policy”. prakondisi dalam memahami jalan dengan usaha-usaha lain antara pembangunan; melaksanakan aspirasi negara-negara tetangga yang ditujukan berbagai pertimbangan politis, antara syarat/ lain merupakan bahwa regional keamanan dan stabilitas semakin besar para kekuatan anggota asosiasi, yang maka akankedudukan Indonesia. dimiliki memperkuatHal ini tidak terlepas dari oleh penting untuk memperkokoh ketahanan nasional masing-masing negara anggota yang kemudianakan memperkuat ketahanan regionalnya. Karena dalam ASEAN. dalam adalah ASEAN anggota antar-negara bidang segala telah disepakati dalam Deklarasi Bangkok untuk mencapai tujuan bersama tergabung anggota yang dalam ASEAN sebagai upaya mencari penyelesaian penyelesaian mencari upaya sebagai ASEAN dalam dalam konflik Indonesia kawasan. tetap melaksanakan keputusan Namun yang demikian, kepentingan nasional sehingga dipandang sebagai “ cenderung dibatasi hanya pada peran regional Indonesia kurang aktifprakarsa mengambil politik karena prakarsa- sangat terkait dengan tertulis yang diterima dari sumber di departemen luar negeri. terkait dengan merupakan faktor-faktor ini berikut domestik.dikumpulkan yang informasi Berbagai bahan dan wawancara serangkaian dari rangkuman utama dari kebijakan luar negerinya. luar Kebijakan negeri Indonesia umumnya ditentukan atau ASEAN, baik oleh Central point Secara struktural-fungsional ASEAN telah Indonesia sebagai negara anggota ASEAN Berdasarkan pertimbangan tersebut maka meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan ASEAN, negara-negara perdamaian, melalui stabilitas politik di kawasan kemajuan, mengalami perkembangan yang bertujuan untuk ASEAN. Oleh karena itu kebijakanIndonesia terhadap ASEAN menjadi bahan luarkajian negeri lainnya. ASEAN yang bagi anggota upaya menuju kerja samadianggap sebagai regional. Indonesia para anggota maupun para pengamat dari luar pendiri ASEAN, sehingga kurangnya konsensus atas peran kenyataannya Indonesia akan menghambat dalam keberhasilan ASEAN pada demografi dan sumber daya, juga merupakan salah salah merupakan juga daya, sumber dan demografi satu negara pencetus gagasan pembentukan dan berubah. merupakan kekuatan utama dalam hal ukuran Haluan Negara (GBHN) dengan TAP II/1973 MPR kemudian No. dalam GBHN tahun 1988 tahun dan 1993, dimana sasarannya masih belum hubungan luar negeri Indonesia dituangkandalam ke kebijakan konkret melalui Garis Besar pertentangan ideologi. arah dan kebijakan pembangunan di bidang dan atau meningkatkan konfrontasi, termasuk kerja pada masa sama juga perang dingin di untuk yang segala marak dengan bidang sejauh fungsional untuk menghindarkan berbagai perbedaan yang dapat menimbulkan konflik Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 98

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 99 ) Code of Conduct of Code Declaration of ASEAN Declaration of ASEAN Concord Treaty Treaty of Amity and Cooperation ) merupakan tata perilaku yang Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi ), perjanjian persahabatan dan kerja sama Dalam KTT ASEAN III di Manila (1987), Treaty or Amity and Cooperation in Southeast ASEAN padahal harus berpandangan jauh ke Tercapainya persetujuan pengurangan dan tersebut antara lain ditandai dengan hal-hal sebagai sebagai hal-hal dengan ditandai lain antara tersebut berikut: 1. ke arah kelangsungan perdamaianhidup ASEAN. Situasi dan kondisi yang dapat menjamin Asia internasional kondisi dan situasi Mengingat depan. kondusif yang perubahan arah ke mengacu sedang model kerja sama berdasarkan pada ASEAN pun dan yang terlalu oleh konflik politik dan pertentanganselain ideologi, kurangnya perekatkomplemen-taritas untuk komoditi menciptakan unggulan ASEAN, penyebabnya adalah karena situasi politikTenggara Asia yang pada saat itu masih diwarnai dilakukan terobosan besar yang mengubah model tidak ini selama yang ASEAN, ekonomi sama kerja berlangsung mulus. Faktor utama yang menjadi mengatur hubungan internasional ( internasional hubungan mengatur Asia Tenggara. di bagi pergaulan di Asia Tenggara ( in Southeast Asia pembentukan Sekretariatkesepakatan ASEAN, ASEAN Concord Deklarasi ( hal yang dalam menyangkutmenghadapi dinamisme perubahan dalam kerja lingkup internasional, sama yakni dengan menyetujui regional Asia Tenggara. 1976 Pada di KTT Bali, ASEAN telah I disempurnakan tahun berbagai ; atau inward Perestroika dan Cocktail Party Glasnost antara Beijing dan Moskow yang melalui strategi melalui strategi Hal ini menjadi masukan bagi Indonesia, komunisme tidak dapat berhubungan dengan kapitalisme-liberalisme. Rapprochment Rapprochment membawa dampak dalam hubungan dan negara-Asia Tenggara; negara di Pendekatan Timur-Baratpandangan yang selama ini, mengubah bahwa sosialisme- antara Amerika Serikat dan Uni Sovyettahun 1987; pada Munculnya Mikhail Gorbachev sebagai tokoh reformis Uni Sovyet dengan gebrakan looking pembatasan senjata nuklir jarak menengah dengan menawarkan konsep pertemuan tidak yang formal bersengketa antara atas Kamboja. pihak-pihak Formula ini pemerintah koalisi Kamboja (CGDK). Kini mencoba mencoba Kini (CGDK). Kamboja koalisi pemerintah diplomasi gaya baru untuk membuat terobosan, menciptakan stabilitas kawasan. Indonesia menjadi menjadi Indonesia kawasan. stabilitas menciptakan pelopor diplomasi penyelesaian masalah Kamboja melalui forum internasional dan mendirikan ditingkatkan, khususnyakonflik Kamboja dalam yang saat itu menghadapi dianggap sebagai prasyarat, sekaligus faktor dominan untuk instabilitas kawasanUntuk maksud tersebut solidaritas ASEAN harusperlu segera diakhiri. dimana stabilitas stabilitas regional nasional akan negara-negaraKarenanya mendukung segala di kawasan. konflik yang menyebabkan 4. 3. 2. Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 100

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 101 Cocktail Cocktail dan bidang “face saving Jakarta Informal khususnya yang Jakarta Informal Meeting joint venture Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi I (JIM I) dan dalam arti menyelamatkan muka Vietnam Vietnam muka menyelamatkan arti dalam ini diramu dalam kerangka Upaya penyelesaian masalah Kamboja, Gagasan Indonesia menyelenggarakan menyelenggarakan Indonesia Gagasan Tenggara, Tenggara, mengingat masih terdapatnya berbagai kendala antara lain: untuk melakukan kerja sama integrasi melalui ekonomi kawasan perdagangan bebas di Asia ASEAN, tapi dapat secara bilateral atau trilateral, dapat dilakukan yang oleh sesama negara anggota saatnya belum beranggapan juga Indonesia ASEAN. industri, perlu direvisi. Di sinilah kerja sama intra- sama kerja bahwa yaitu diwujudkan, mulai ASEAN ASEAN tidak selalu harus meliputi semua negara diimbangi konsolidasi ASEAN di bidang ekonomi. ekonomi. bidang di ASEAN konsolidasi diimbangi Declaration of ASEAN Concord, mengatur kerja sama 1990. untuk menggunakan formula internasional dalam penyelesaian masalah Kamboja,diselenggarakannya Konferensi Paris yaitupada tahun dengan kemudian dilanjutkan denganMeeting II (JIM II). Pada akhirnya Vietnam menyetujui yang sudah mulai terdesak di forum internasional. yang Upaya ini menampakkan keberhasilan sehingga Party formula” dengan keinginan Vietnam, dan terwujudnya prasyaratperdamaian sesuai bagidengan tuntutan dari Kamboja. Vietnam keluarnya ASEAN yakni menggunakan menggunakan model penyelesaian regional, tanpa melibatkan negara-negara besar. Hal ini sesuai Growth atau segitiga (Indonesia-Malaysia-Thailand (Indonesia-Malaysia-Thailand ). Model kerja sama inilah yang Growth Triangle” IMT-GT IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Singapua ), dan dan ), Dalam mengkonsolidasikan diri pada kerja Dalam mempersiapkan diri ke arah ekonomi antara negara ASEAN. antara negara ekonomi andalan dijadikan dapat belumlah industri Sektor penerimaan devisa. ekspor Masih terjadi kompetisi perdagangan komoditi sama. yang Masih belum berimbangnya perkembangan Indonesia) akan menjadi konflik potensial di masa mendatang. Karena itu, pemerintahsecara antisipatif Indonesia mengajak pihak-pihak yang tumpang tindih atas kepulauan Spartly Selatan di laut dan Ligitan (Malaysia dengan di Asia kawasan termasuk Tenggara, mencari cara mendatang. masa di konflik menghindarkan untuk Pasca konflik Kamboja, antisipasi bahwa klaim sama ekonomi intra-ASEAN, tahun 1991 Indonesia 1991 tahun intra-ASEAN, ekonomi sama mulai tampil sebagai negara pembina kerukunan Growth Triangle agar intra-ASEAN perdagangan untuk diupayakan saling komplementer. IMS-GT Triangle dan mengembangkan kawasankerja sama berikat di bidang ekonomi. untuk percontohannya Sebagai produk adalah apa yang dinamakan Singapura “ pertumbuhan; suatu negara model yang mempunyai kerja kedekatan sama geografis tiga perdagangan bebas ASEAN dilakukanmengembangkan dengan konsep yang diajukan oleh 2. 3. 1. Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 102

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 103 Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi Guna menghadapi lingkungan strategis Sejalan dengan perkembangan liberalisasi Di samping kebijakan luar negeri yang kemajuan ternyata informasi, di teknologi transportasi, teknologi bidang teknologi hal-hal berikut ini: menimbulkan terjadinya komunikasi, dan globalisasi dunia yang mempunyai ciri dampak dan tertentu yang didorong oleh adanya penyeimbangan antara aspek bebas dan aktif dalam dalam aktif dan bebas aspek antara penyeimbangan politik luar negerinya. Ketua pada periode 1992-1995). baru, Indonesia mulai mencoba melakukan yang menempatkan Indonesia sebagai tuan rumah yang KTT GNB X tahun 1992 telah membuka peluang bagi Indonesia untuk memimpin GNB (sebagai diplomatik dengan RRC (1990), adanya kesepakatan kesepakatan adanya (1990), RRC dengan diplomatik (GNB) Blok Non Gerakan Negeri Luar Menteri para terhadap masalah-masalah yang dihadapi negara berkembang. Manifestasinya terlihat dari adanya kesepakatan untuk normalisasi hubungan dunia internasionalaktif yang disertai dijalankan mulai meningkatkan prinsip kredibilitasnya lebih dan peduli tegas. bebas Indonesia (1990-sekarang), (1990-sekarang), terlihat berbagai Indonesia upaya untuk memainkan peran yang lebih besar di diarahkan ke ASEAN dan Asia Tenggara, Indonesia Indonesia Tenggara, Asia dan ASEAN ke diarahkan ikut berperan internasional. Pada aktif periode pasca perang dingin dalam kegiatan forum maka diadakanlah sejumlah lokakarya, yang rutin tahun. setiap diselenggarakan bersengketa agar menghindarkan sejak pertentangan yang dini memuncak, berunding dan di single market- dari kepentingan integrated yang yang sangat erat antara berbagai Survival Economic Cooperation ASEAN Hal ini merupakan ancaman eksternal (interdependensi). Pendekatan bilateral, regional, antar regional dan global terkait artinya,dipisahkan. dan tidak bisa Liberalisasi dan globalisasi dunia dalam saling terkait. dan negeri luar hubungan dalam Sektor-sektor internasional dalam bidang ekonomi, politik sosial dan budaya tidak karena bisa dipisahkan, terdapat saling ketergantungan faktor yang terjadi dari kepentingan negara- negara sebagai pelaku politik menjadi luar sangat negeri, subjek di luarekonomi, pelaku bisnis, dan juga negara LSM yang termasuk pelaku Interlinkages Interlinkages

3. 2. 1. ketika terjadi dua krisis yaitu krisis energi dan krisis krisis dan energi krisis yaitu krisis dua terjadi ketika komoditi, harga jatuh minyak sangat tajam setelah baik apabila terdapat ketergantunganpada terjadi yang faktual Secara tertentu. komoditi terhadap akhir tahun 70-an dan pada awal tahun 80-an, terhadap samping adanya faktor lain yang bersifat internal yaitu yang menimbulkan kesadaran bahwa tidak dan Meksiko. sama ekonomi dan telah membentukperdagangan seperti ME, UE dengan blok-blok nya, termasuk NAFTA untuk Amerika, Kanada perkembangannya ternyata mengarah pada kerja Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 104

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 105

adjustment Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi Pada KTT ASEAN IV di Singapura (1992), Kenyataan Kenyataan tersebut membuat banyak negara Negara-negara ASEAN, khususnya Thailand, Malaysia, Indonesia dan Filipina, berkembang 1. beranggapan bahwa kawasan berikat kini atas pertimbangan: dapatAFTA ditingkatkan melalui yang serius. Adapun yang tersisa hanyalah konflik- hanyalah tersisa yang Adapun serius. yang konflik internal seperti di Kamboja dan Myanmar. Dengan kondisi seperti ini maka Indonesia untuk kawasan Asia Tenggara. Hal ini dimung-kinkan karena secara politis-ideologisnegara di Asia negara- Tenggara tidak terlibat konflik ASEAN memutuskan perdagangan bebas atau liberalisasi menerapkanperdagangan kawasan menghasilkan perekonomian ASEAN yang mulai strategis. Dalam waktu 10-15 tahun terlihat adanya situasi internal kerja sama ASEAN berubah ke arah yang lebih kondusif, dimana perubahan struktur ini antara lain mengenai komoditi yang oleh dihasilkan negara-negara anggotakomplementer. menjadi ASEANkompetitif bersifat yangawalnya pada di dalam kebijakannya sehingga secara berangsur- angsur dapat tercapai. Perubahan-perubahan sangat tidak baik. Untuk menjawabtantangan tantangan- eksternal dan internal tersebutASEAN melakukan maka penyesuaian dan termasuk Asia Timur, Asia Tenggara sadar, bahwa sadar, Asia Asia termasuk Tenggara Timur, memang tergantung pada komoditi tertentu itu naik begitu tinggi. Disusul kemudian primer. komoditi jatuhnya AFTA yang telah disetujui dan mulai Peran swasta ASEAN mulai dilibatkan dalam sama ekonomi intra-ASEAN. mekanisme kerja Singapura yang kerja sama ekonominya komple- ekonominya sama kerja yang Singapura menter; Konflik-konflik surut; regional telah Adanya blok-blok bersifat ekslusif; dan yang kawasan perdagangan dari luar menjadi negara industri manufaktur. Mengikuti menjadi negara industri manufaktur. direalisasikan sejak 1 (tahun Januari tahun 10 1993 menjadi sampai dipercepat kurun tahun, 15 waktu 4. 2. 3. Konfigurasi Perkembangan Lingkungan Regional Lingkungan Perkembangan Konfigurasi 106

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT BAB IV STUDI KASUS IMPLEMENTASI KESEPAKATAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN DI JAWA BARAT (BIDANG KOMODITAS AGRO)

Propinsi Jawa Barat merupakan bagian dari rangkaian pegunungan yang membentang dari ujung Utara Pulau Sumatera atau Bukit Barisan melalui Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara sampai ke ujung Utara Pulau Sulawesi, yang berupa deretan gunung api yang masih aktif maupun tidak aktif serta membentuk suatu rangkaian pegunungan. Secara umum, Propinsi Jawa Barat terbagi menjadi wilayah pegunungan di bagian Selatan, serta wilayah dataran dan lereng yang landai di bagian Utara. Wilayah Selatan pada umumnya terdiri atas pegunungan yang secara morfologi dapat dibedakan atas pegunungan batuan tua dan kerucut-kerucut gunung api muda serta morfologi pantai yang relatif curam apabila dibandingkan wilayah utara yang landai selain dataran pantainya yang luas. Kondisi geografis Jawa Barat yang strategis merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat dalam bidang komunikasi dan perhubungan. Kawasan Utara merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan Selatan berbukit-bukit dengan

supply core business Permasalahan utama yang kini dirasakan Agribisnis sebagai salah satu harga yang proporsional dan kontinuitas diinginkan oleh pasar. sebagaimana yang Belum adanya Sistem Penjaminan/SertifikasiMutu produk agribisnis yang kredibel, Produk agribisnis Jawadalam tingkat Barat pemenuhan kuantitas, masih kualitas, lemah 2. pengembangan agribisnis di Jawa Barat,lain: antara 1. Barat. dan memerlukan pemecahan segera dalam usaha, menjadi dasar perlunya perhatian akselerasi dalampenataan dan pengembangan agribisnis sebagai salah satu sumberdaya ekonomi di Jawa keterbatasan sumberdaya dimiliki pembangunan pemerintah yang maupun masyarakat dunia perhatian terhadap kurangnya pertanian sinkronisasi di dan instansi koordinasi masa antara lalu, pengemban pembangunan, serta bertemunya bertemunya sektor ekonomi lainnya yaitu industri manufaktur dan jasa-jasa. Adanya keterbatasaninfrastruktur agribisnis akibat ketimpangan pembangunan Jawa Barat, sektor berkonotasi ini adalah bahwa sebagai penggerak dan titik pertanian, sehingga Jawa Barat ditetapkan sebagai nasional. lumbung pangan yang subur yang berasal dari endapan serta vulkanis banyaknya untuk digunakan tanahnya luas dari besar sebagian aliran sungai menyebabkan sedikit pantai dan dataran bergunung-gunung ada bergunung-gunung dataran dan pantai sedikit di kawasan tengah. Jawa Barat memiliki lahan Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 108 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 109 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Misi ketiga dari Misi Pembangunan Jawa Pembangunan Jangka (RPJPD) Jawa Barat 2005-2025 Panjang Daerah yang sudah ada, sekalipun jumlahnyaterbatas. masih Terbatasnya fasilitas transaksi antara produsen ada. dengan segmen pasar yang dapat dimasuki oleh produk yang ada. Di lain pihak, berlimpahnya produksi menimbulkan terjadinya stagnasi di sentra-sentra pasar informasi keterbatasan produsendari akibat sebagai yang terlalu mengandalkan pasar langganan dunia internasional. Masih lemahnya sistem informasi yang meng- hubungkan antara kebutuhan produksi pasar dengan yang sehingga ada segmen di pasar produsen yang tersedia (petani), tidak independen, terakreditasi dan diakui pasar agribisnis. Pengembangandidukung regulasi olehdan ekonomi berkualitas penyediaan yang kerja tenaga memadai, infrastruktur regional yang komparatif, kompetitif dan berbasis kooperatif pada dengan potensi lokal terutama dalam agrobisnis; berdaya yang regional perekonomian memperkuat adalah saing global dan mengembangkan berorientasi pada keunggulan dan Barat 2005-2025 menyebutkanperekonomian. “Mewujudkan yang tangguh berbasis pada 4.1 Pengembangan Agrobisnis dalam Rencana Rencana dalam Agrobisnis Pengembangan 4.1 4. 3. Berikut beberapa poin penting yang disarikan yang penting poin beberapa Berikut Terwujudnya perekonomian yang tangguh jaringan distribusi efektif dan efisien serta sistem sistem serta efisien dan efektif distribusi jaringan andal. informasi yang Arah pencapaian pertumbuhan ekonomi yang Jawa Barat. Jawa ekonomi perkembangan penunjang Tersedianya pembiayaan efektif, yang regulasi bentuk dalam yang berkelanjutan, sumberdaya manusia yang berkualitas, teknologi tinggi dan tepat guna, Meningkatnya Meningkatnya PDRB, ekonomi, penyerapan tenaga kerja, investasi di laju daerah, nilai ekspor produk serta mengurangi pertumbuhan baku impor. ketergantungan terhadap bahan yang andal dan terintegrasi,pasokan efisien yang komunikasi terpenuhinya energiinfrastruktur tersedianya yang andaldan modern serta dan tersedianya berkualitas. air yang sumber daya efisien, infrastruktur sektor sekunder dan sektor tersier dalam suatu sistem yang produktif, bernilaiberdaya saing serta tambah keterkaitan pembangunan dan wilayah. ekonomi antar Tersedianya jaringan infrastruktur transportasi Meningkatnya keterkaitan Meningkatnya antara sektor primer, 1. dari RPJPD Jawa Barat Tahun 2005-2025: Barat Tahun dari RPJPD Jawa 5. 4. Tercukupinya kebutuhan pangan masyarakat 3. 2. 1. berbasis pada agribisnis, sebagai berikut: ditandai oleh hal-hal yang mendukung pencapaian iklim. investasi yang yang investasi iklim. pencapaian mendukung yang kondusif”. Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 110 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 111 ). core business Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi yang memadai dari segi jumlah, input Pengembangan agribisnis di Propinsi Jawa Agribisnis di Jawa Barat sudah ada dan Keberhasilan pencapaian visi pembangunan dalam arti meningkatkan kemakmuran seluruh masyarakat Jawa Barat yang didukung bagi oleh iklim usaha yang berdayaglobal. saing secara lebih tinggi harus berkelanjutan dan berkualitas, berkualitas, dan berkelanjutan harus tinggi lebih teknologi budidaya dan organisasiyang produksi dapat menggunakan dengan ikan dan ternak tanaman, meningkatkan lahan minimal produktivitas dan ramah lingkungan untuk internasional. Barat diarahkan industri pada: 1) kualitas pengembangan dan pengembangan 2) waktu hiIir; agribisnis sesuai pengembangan dengan tuntutan potensi yang besar dan variatif untuk besar didukung dan potensi variatif yang pengembangan untuk cocok, yang agroekosistem komoditas berdaya dan positif yang pertanian citra memiliki pertanian sehingga saing komoditas baik pada tingkat lokal, regional dan industri pengolahan dan jasa dalam yang artiberbasis pada luas agribisnis serta revitalisasi pertanian dalam arti luas tumbuh di masyarakat serta masih memiliki sangat ditentukan oleh untuk kemampuan memanfaatkan potensi daerah wilayah melalui pengembangan kegiatan utama ( tahun Barat Jawa daerah ekonomi Pembangunan 2005-2025 diarahkan kepada peningkatan nilai tambah segenap sumberdaya ekonomi melalui . Ketiga, berkelanjutan, dimana produksi industri harus memperhatikan faktor lingkungandapat menghasilkan sehingga industri produksi bersih(green product/ecologicalpengembangan Industri Kecil dan Menengah product) sarana dan prasarana teknologi),pengukuran prasarana standardisasi, pengendalian pengujian kerja tenaga pelatihan dan pendidikan kualitas; prasarana dan serta industri. Kedua, sarana pembangunan industri yang dan (pengembangan ke hilir), pendalaman struktur industri, antar hubungan penguatan (hulu-hilir), dan pendukungan infrastruktur produksi yang antara lain tersedianya sarana dan.prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi, serta pengembangan industri Jawa Barat diarahkan pada; Pertama, peningkatan nilai tambah dan produktivitas melalui diversifikasi produk lingkup wilayah dan lingkup fungsional. dan lingkup wilayah Dalam rangka meningkatkan daya saing, sistem agribisnis yangdan berfungsi memandu mengatur pengembangan jejaring bisnis sistemterintegrasi yang agribisnis,menggambarkan harmoni antar pelaku dan bisnis pada 6) tingkat produsen institusi dan pelaku pemerintah jasa agribisnis terkait, dalam aman bagi konsumen; tambah 3) peningkatan melalui nilai primer; pengolahan 4) pengembangan hasil sistem yang berorientasi pemasaran pada produkperubahan permintaan konsumen; 5) pengembangan penunjang menghasilkan produk yang berkualitas dan 2. Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 112 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 113 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi agribisnis untuk pembangunanmengubah ekonomi; proporsi 4) peran struktur agribisnis PDRB dalam Propinsi realokasi sumberdaya, pendanaan, dan wilayah Jawa Barat; dan 5) permasalahan yang dihadapi di setiap sub sistem sistem sub setiap di dihadapi yang permasalahan perlu yang agribisnis sistem segi Dari agribisnis. dilakukan pada tahap ini agribisnis yaitu: 1) yang penataan ada; 2) agribisnis perbaikan subsistem yang bermasalah; 3) revitalisasi terhadap kesejahteraan masyarakat. terhadap kesejahteraan masyarakat. (2008-2013) pengembangan agribisnis terfokus pada beberapa hal dimulai dengan agribisnis penataan yang ada dan penyelesaian ekspor, sehingga diharapkan dapat memperkuat memperkuat dapat diharapkan sehingga ekspor, posisi produk Jawa Barat di mata internasional. Upaya tersebut diharapkan dapat memberikan pereko- pembangunan terhadap positif dampak nomian Jawa Barat sehingga diharapkan dapat sebesar-besarnya yang tambah nilai memberikan efektif dan terjaminnya efisien ketersediaan dengan masyarakat. kebutuhan harapan pokok Adapun untuk akan perdagangan pengembangan luar penguatan Negeri akses dan diarahkan jaringan perdagangan pada pasar lokal maupun internasional. maupun internasional. pasar lokal diarahkan pada peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar regional, lokal meningkatkan dan sistem distribusi yang (IKM) sehingga mampu berdaya saing baik di Kini dalam memasuki RJPM tahap Kedua Pengembangan perdagangan dalam negeri 4. 3. yang Supply Chain Management Dengan menempatkan agribisnis sebagai dan 5) Kelembagaan penunjang yang Pada faktor efisien.industri dan perdagangan tahapan pembangunan ini diarahkan pada penciptaan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif, pengembangan kemampuan inovasi, semua subsistem agribisnis.diperlukan: 1) Pada tahap3) merek; dan mutu Budaya ini2) efisien; dan efektif Respons 4) produk; standardisasi dan Sertifikasi terhadap mencapai upaya kepuasan konsumen; Propinsi Jawa Barat untuk meresponstuntutan konsumen, setiap terutama terhadap mutu, kenyamanan, keamanan, kesehatan, kelestarian dan isu-isu tersebut lingkungan memerlukan lainnya. rekayasa teknologi Tuntutan di tahap pemantapan mutu. Ini merupakan tahap dengan hulu agribisnis teknologi pengembangan terhadap komitmen diperoIehnya hilir, agribisnis pembangunan agribisnis Barat. mutu Pemantapan merupakan komitmen di Propinsi Jawa pertumbuhan agribisnis. pertumbuhan Pada RPJM tahap Ketiga (2013-2018) akan terjadi terjadi akan (2013-2018) Ketiga tahap RPJM Pada ekonomi yang lebih berat ke agribisnis. Sedangkan pada sektor perdagangan pengembangan diharapkan dapat dalam negeri, penataan mengoptimalkan distribusi barang dan orientasi ekspor. meningkatkan pasar suatu sistem, konsekuensinya akan mengubah proporsi peran agribisnis dalam perekonomian Propinsi Jawa Barat. dari Implikasi reposisi ini adalah lebih realokasi sumberdaya lanjut 5. Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 114 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 115 dan Holding Company Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi kesempatan kerja dalam potensi pendayagunaan dalam mengoptimalkan jumlah besar luar negeri. negeri serta perluasan perdagangan dan baik, pada tahap pengembangan jaringanakan dapat ini dilalui dengan baik. Dalam pemantapan tahapan faktorperdagangan, dan industri diarahkan pada industri yang berorientasi menciptakan ekspor, peningkatan daya saing agribisnis Propinsi Jawa Barat sudah berkembang berkembang sudah Barat Jawa Propinsi agribisnis menembus batas--batas wilayah propinsi dan negara. Konsekuensinya adalah pada tahap ini persaingan global akan semakin kuat. Selama tahapan sebelumnya dapat dilalui dengan dan integrasi horizontal dalam sistem agribisnis. sistem dalam horizontal integrasi dan Untuk itu diperlukan: 1) regional, lokal, tingkat vertikal integrasi integrasi tingkat di bisnis Kolaborasi 2) internasional; dan Jawa Barat dan propinsibisnis lain; di pasar dan internasional. 3) Relasi Pada tahap ini pengembangan pasar dalam negeri. pengembangan bangan pertanian Propinsi Jawa sudah menguasai jaringan bisnis luas. yang Hal Barat harus vertikal integrasi adanya dengan ditunjukkan ini dan mengembangkan tangguh. Sedangkan pada industrisektor perdagangan perdagangan kawasan perluasan pada kecildiarahkan yang ekspor dan pemberdayaan penataan produk distribusi dalam negeri barang, dan peningkatan peningkatan kemampuan sumber daya industri Pada tahap Kelima (2023-2025), pertanian Pada RPJM tahap Keempat (2018--2023) pengem- (2018--2023) Keempat tahap RPJM Pada 7. 6. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dirjen Jawa Barat dalam Kerangka AFTA AFTA Jawa Barat dalam Kerangka Faktor-Faktor Daya Saing dan Model Strategi Strategi Model dan Saing Daya Faktor-Faktor Pengembangan Ekspor Komoditas Agro 4.2.1 Faktor-Faktor Penentu Daya Saing Jawa Barat 4.2.1 Faktor-Faktor Penentu Daya Saing keberlanjutan. dan 4) Nilai tambah ekspor yang tinggi. Kegiatan Kegiatan tinggi. yang ekspor tambah Nilai 4) dan agribisnis pada tahapkomitmen ini dicirikan yang dengan memenangkan keunggulan kompetitif di pasar tinggi global, dengan terhadap ciri bisnispada yang tujuan berorientasi efisiensi, kualitas, keamanan, dan pemenangan pemenangan persaingan baik nasional maupun global. Untuk itu keunggulan diperlukan: 1)Penguatankonsumsi Propinsi Jawa Barat dan domestik; 3) kompetitif; Tingginya daya terima 2)Terpenuhinya pasar internasional; Propinsi Jawa Barat harus sudah memasuki tahap tahap memasuki sudah harus Barat Jawa Propinsi juga tidak hanya antara suatuwilayah wilayah di dengan negara (tetangga) wilayah di Indonesia. sekarang Pertanyaan adalah tetapi juga antar saat ini menjadi sangat relevan. Persaingan tidak hanya dalam perdagangan eksternal tetapi dalam menarik investasi dari dan jugaluar, persaingan mengenai daya saing Indonesia wilayah, di misalnya rendah, propinsilebih administrasi wilayah atau pengusaha agro, baik di tingkat nasional maupun Propinsi Jawa pembahasan Baratdaerah otonomi dapatditerapkannya dengan dimaknakan bahwa ASEAN Departemen Luar Negeri serta kalangan 4.2 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 116 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 117 ) ). natural advantages Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi acquired advantages acquired Keunggulan alami yang dimiliki Jawa Barat Lebih lanjut, dalam perdagangan eksternal Daya Daya saing Jawa Barat ditentukan terutama keunggulan bisa secara alami ( ( dikembangkan atau yang didekati dengan keunggulankeunggulan kompetitif. komparatif Suatu wilayah memiliki dan atas pesaing-pesaingnya dari wilayah/negara lain. internasional ekonomi/perdagangan konteks Dalam pengertian daripada keunggulan relatif dapat katkan ekspornya ditentukan oleh suatu kombinasi kombinasi suatu oleh ditentukan ekspornya katkan dari sejumlah faktor dimiliki masing-masing keunggulan perusahaan di Jawa Barat relatif yang (atau internasional), kemampuan Jawa Barat untuk Barat Jawa kemampuan internasional), (atau menembus pasar eksternal (global) atau mening- sifatnya sifatnya sangat dinamis: teknologi berubah terus, terus. demikian juga kualitas SDM berkembang terus menerus, dan untuk ini diperlukan teknologi dan SDM. Oleh keunggulan komparatif, karena keunggulan itu, kompetitif berbeda dengan saing Propinsi Jawa Barat sangat tergantung pada kapasitas masyarakatnya (terutama pengusaha)untuk berinovasi dan melakukan pembaharuan kegiatan usaha, misalnyasektor pertanian sektor di Jawa industri Barat. Kemudian dan daya negeri atau luar negeri. negeri atau luar oleh daya saing dari sektor-sektor atau unit-unit di Indonesia. Juga, apakah untuk Jawa lebih Barat banyak mengekspor mampu ke wilayah lain daripada mengimpor dari wilayah lain di dalam apakah apakah Jawa Barat mampu menarik lebih banyak investor asing dibandingkan wilayah-wilayah lain Inti daripada keunggulan kompetitif adalah Jawa Barat, Jawa untuk dapat unggul dalam persaingan di pasar internasional di antaranya yang palingpenting yaitu: keunggulan kompetitif yang harus dimiliki khususnya nasional, oleh perusahaan/pengusaha setiap yang diperkuat dengan proteksidari pemerintah, atau bantuan juga keunggulan sangat ditentukan oleh kompetitifnya. Faktor-faktor bahwa keunggulan suatu wilayah atau di industri dalam persaingan global,oleh keunggulan selain ditentukan komparatif yang dimilikinya, lebih efisien dibandingkan wilayah/negara alam. sumber daya kaya yang lain bahan baku sintesis yang kualitasnya lebih daripada bahan baku asli, atau berproduksi baiksecara kerja yang walaupun jumlahnya sedikit memiliki pendidikan atau keterampilan yangpenguasaan teknologi sehingga mampu tinggimembuat dan dari kulit, bambu, kayu dan rotan) hingga saat ini. Sedangkan yang dimaksud dengan keunggulanyang dikembangkan adalah misalnya tenaga manufaktur khususnya produk-produk (seperti alam daya yang sumber berbasis padat karya dan mendukung perkembangan ekspor komoditas primer komoditas-Jawa Barat hingga saat ini yaitu minyak dan pertanian; dan sebagian besar ekspor yang berlimpah. Kondisi ini membuat upah tenaga upah membuat ini Kondisi berlimpah. yang kerja dan harga bahan baku di Indonesialebih relatif murah. Keunggulan alamiah ini sangat adalah jumlah golongan tenaga berpendidikan rendah dan bahan kerja, baku khususnya dari Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 118 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 119 ; yang tinggi, yakni know-how Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi ); ; entrepreneurship service aer sale sistem pemerintahan transparan dan efisien. seorang pengusaha yang sangat inovatif, inventif, inventif, inovatif, sangat yang pengusaha seorang kreatif dan memiliki visi yang luas mengenaiproduknya dan lingkungan sekitar usahanya(ekonomi, sosial, politik, dll.), dan bagaimana cara yang tepat (efisienmenghadapi dan persaingan efektif) yang ketatglobal. dalam di pasar just in time di luar negeri yang baik; di luar negeri yang ( cukup; baik; dihasilkan; dalam proses produksi; dalam proses produksi; dengan kualitas tinggi,kerja, kreativitas dan motivasi yang tinggi, dan dan memiliki inovatif; etos Pemerintahan yang solid dan bersih, serta tingkat Proses produksi yang dilakukan dengan sistem Memiliki jaringan bisnis di dalam dan terutama Pelayanan Pelayanan teknis maupun nonteknis yang baik Adanya skala ekonomis dalam proses produksi; skala ekonomis dalam proses produksi; Adanya Modal dan sarana serta prasarana lainnya yang Promosi yang luas dan agresif; luas dan Promosi yang yang organisasi struktur dan manajemen Sistem Kualitas serta mutu yang baik dari barang yang Tingkat efisiensi danproduktivitas yang tinggi SDM (pekerja, manajer, insinyur, saintis) Penguasaan teknologi dan teknologi Penguasaan

m. l. k. j. g. i. h. f. e. d. c. a. b. Barat dalam Kerangka AFTA AFTA Kerangka Barat dalam Penulis mengamati secara langsung beberapa langsung secara mengamati Penulis Dalam upaya menciptakan sistem penyediaan penyediaan sistem menciptakan upaya Dalam Prioritas pengembangan,mengem- upaya dalam disesuaikan dimiliki denganyang sumberdaya bangkan pengelolaan dan pengoperasian yang diinginkan; maksimal menuju sasaran yang pengembangan. Tahapan pasar; sebagai digunakan dapat yang kinerja, Indikator tolok ukur keberhasilanmonitoring dalam dan melakukan evaluasipengoperasian pasar; khususnya dalam Fungsi/peran pemerintah daerah, tahap mulai dari pasar; pengoperasian tahap dari mulai publik, penyiapan/perencanaan dan swasta sektor Peran penyiapan/perencanaan dan pengoperasian dan 4.2.2 Strategi Pengembangan Ekspor Komoditas Agro Jawa Agro Jawa Ekspor Komoditas Pengembangan 4.2.2 Strategi perasaan, yang pemerintahan dikemukakan berkenaan dengan para di implementasi AFTA Jawa Barat. Kemudian pada tataran birokrasiakar para birokrasi pemerintahan di Jawa Barat seperti rapat koordinasi dan seminar-seminar sehinggadapat menangkap ungkapan-ungkapan pikiran, kegiatan antara lainmelibatkan yang Barat Jawa di koordinasiAFTA implementasi dan sinergitas 5. 4. 3. 2. direncanakan, berikut: komponen sebagai perlu 1. melibatkan beberapa dan distribusi pangan di Jawa Barat yang Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 120 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 121 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi ambar 4.1 G Keterpaduan Upaya Peningkatan Ekspor Peningkatan Keterpaduan Upaya Komoditi Agro Jawa Barat dalam Kerangka AFTA AFTA Barat dalam Kerangka Agro Jawa Komoditi masyarakat

ekspor. homepage Sebagaimana terlihat, dalam gambar 4.1 komoditi, pengembangan industri olahan produk produk olahan industri pengembangan komoditi, produk identifikasi dan ekspor, berorientasi agro ekspor potensial/unggulan/ diunggulkan. jaringan informasi pusat data dan pengembangan pengembangan dan data pusat informasi jaringan perdagangan. sistem informasi industri dan Tahap Penataan Perdagangan; meliputi pengembangan Struktur peningkatan ekspor, iklimpeningkatan pasar ekspor Industri dan Tahap pengembangan operasional;bimbingan meliputi ekspor terpaduprogram internet dan bimbingan pengembangan sistem informasi Tahap industri dan perdagangan; meliputi pengembangan Tahap penulisan dan pengkajian kebijakan yang yang kebijakan pengkajian dan penulisan Tahap analisis pembuatan proses terdapat dalamnya di ekspor. 4. 3. 2. komoditi agro dalam kerangka AFTA yaitu: AFTA komoditi agro dalam kerangka 1. tampak adanya tahapan-tahapan yang saling terkait terkait saling yang tahapan-tahapan adanya tampak satu sama lain dalam proses peningkatan ekspor komoditi agro Jawa Barat dalam kerangka AFTA 4.1 dapat dilihat pada Gambar seperti yang kerangka AFTA. Dari keseluruhan proses di atas penulis mendapatkan mengenai gambaran upaya menyeluruh terpadu peningkatan ekspor misalnya proses di lapangandengan pengadaan yang komoditas, berkenaan pengolahan pemasaran komoditas pertanian Barat Jawa dalam dan rumput banyak aktivitas di tingkat yang dapat diamati secara langsung oleh penulis, Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 122 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 123 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi ekspor, dan penyusunan dan penyebarluasan informasi perdagangan bilateral, regional, dan peningkatan perdagangan imbal beli. peningkatan perdagangan imbal Tahap pengembangan kerja sama perdagangan internasional; meliputi penyusunan pedoman hambatan identifikasi dagang, hubungan kontak strategi pengkajian tim pembentukan pasar, akses bursa komoditi, analisis produk-produk agro, pengem-bangan eksporinformasi daerah, ekspor, pelayanan pembinaanuntuk mutu komoditi produk ekspor,dan konsultasi forum ekspor, komunikasi identifikasi prosedur hambatan dan dokumentasi ekspor, dan Tahap pengembangan ekspor; meliputi pelatihan pelatihan meliputi ekspor; pengembangan Tahap ekspor, identifikasi pelaku ekspor, identifikasi pelaku ekspor promosi informasi ekspor, muatan ruang kapal, di pengembangan daerah,pasar, intelejen dan pengamatan pameran dan pembiayaan. Tahap pengembangan dan pembinaan nasional; usaha meliputi identifikasi produk BUMN untuk ekspor dan peningkatan ekspor melalui BUMN. agro; meliputi sistem informasi perdagangan industri peningkatan dan desain produk dan promosi, sertifikasi pasar komoditi lokal, dan agro, regional pengembangan akses dan kemitraan internasional, usaha dan Tahap pengembangan Tahap dan diversifikasi produk 8. 7. 6. 5. . Pemerintah dassein Dari pengamatan di lapangan, kegiatan Lebih lanjut, kaitannya dengan kondisi riil Implementasi AFTA Bidang PerdaganganAgro (Model Edward III) Komoditas 4.3.1 Kegiatan Komunikasi multilateral. seluruh pesan yang menjadi dasar dari pemahaman pemahaman dari dasar menjadi yang pesan seluruh kerangka dalam pertanian komoditas perdagangan Barat. di Jawa AFTA kewenangannya dapat bersifatdan lintas implementor sektoral yang dimaksud dapat mengawasi diharapkan dan mengendalikan transmisi implementasi AFTA bidang komoditas pertanian di di pertanian komoditas bidang AFTA implementasi tingkat yang institusi suatu memerlukan Barat Jawa hanya bertumpu pada satu instansi yakni DinasIndustri dan Perdagangan Agro. Padahal proses komunikasi yang dijalankan berkenaan dengan seharusnya menunjuk implementor yang dinilai akan menjalankan seluruh proses komunikasi. Di tingkat propinsi Jawa Barat implementor tersebut komoditas pertanian di Jawa Barat tidak berjalan sesuai dengan entitas komunikasi dalam kerangka perdagangan Edward Edward III, hasil observasi dan wawancara terkaji berikut: beberapa hal sebagai bidang perdagangan komoditas pertanian di Jawa pemikiran dari teoretis panduan berdasarkan Barat, kesiapan Jawa Barat melakukan implementasi AFTA AFTA implementasi melakukan Barat Jawa kesiapan 4.3 Kondisi Riil Kesiapan Jawa Barat Melakukan Melakukan Barat Jawa Kesiapan Riil Kondisi 4.3 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 124 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 125 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Para Para petani juga tidak merasa berkewajiban Kegiatan yang menjadi substansi dari faktor Dari pengamatan di lapangan, tidak bebas dilaksanakannya AFTA. Hal ini merupakan yang bukti dari pemahaman menjadi yang dimiliki komunikator/ tuntutan untuk untuk menyesuaikan denganproduksi kebutuhan mereka dalam hasil kerangka perdagangan bebas yang kemudian menjadi tujuan dari informasi informasi dari tujuan menjadi kemudian yang bebas jelas. disampaikan tidak dipahami secara yang pelaku pasar saja. Informasi yang sebagai disampaikan pesan tidak dirasakan olehperdagangan persyaratan bahkan langsung, secara para petani dalam tatanan stuktural saja. Dalam pemahaman para implementor, pertanian di Jawa Barat hanya berkisar pada para perdagangan komoditas persepsi terhadap komunikasi yang lebih dipahami dipahami lebih yang komunikasi terhadap persepsi sebagai suatu proses untuk menyampaikan pesan dan kelompok-kelompok tani. komunikasi ini tidak dapat dilaksanakan karena Dagang dan Industri (Kadinda) atau asosiasi yang Asosiasi DPD seperti pertanian, bidang di bergerak Pengusaha Komoditas Pertanian Jawa Barat, KUD ini hanya diikuti oleh berada paradi tingkat organisasi profesi seperti Kamar pelaku pasar yang instansi dimaksud hanya berkisar pada penyuluhan penyuluhan pada berkisar hanya dimaksud instansi media mempergunakan dengan komunikan kepada seminar-seminar dan lokakarya. Kegiatan seperti diharapkan misalnya terkaji dalam tataran Dinas Industri dan Agro Perdagangan Jawa Barat. Tugas komunikasi yang menjadi tanggung jawab dari berjalannya kegiatan komunikasi sesuai yang

ASEAN Secretariat Pemahaman yang terbatas terhadap situasi meneruskan struktur sistem negara- dari supranasional tataran dalam ada yang negara anggota. negeri. Menteri luarkeputusan pengambil sebagai negeri bertindak ini ASEAN dari negara-negara yang yang sama tahun pertemuan 1997 dan kesepakatan terlihat oleh lebih AFTA dilakukan para banyak eksekutif di tingkat menteri luar dilihat dari kajian pustaka yang ada, mulaipembentukan dari pertemuan dengan ASEAN sampai Singapura di IV (8 ASEAN Agustus 1967), KTT Kesepakatan tersebut anggota lebih negara kepala tingkat pertemuan banyak dari hasil merupakan ASEAN atau tingkat menteri. Bahkan apabila yang menjadi hasil di tingkat dari tinggi antarnegara berbagai anggota pertemuan ASEAN. tidak sepenuhnya menjadi kesalahan implementor. Setidaknya, keputusan dari pelaksanaan para AFTA merupakan sebuah kesepakatan mengikat dan kondisi pelaksanaan yang perdagangan bebas dalam menjadikerangka AFTA tersebut, persyaratan berdasarkan catatan bagi wawancara, perdagangan bebas. AFTA. AFTA. Sosialisasi yang dimaksud tidak dengan pemahaman yang mendalam tentangsubstansi berbagai mendasar dari sebuah persyaratan tegasnya, implementoruntuk mensosialisasikan merasa kondisi kesiapan berkewajiban untuk kerangka dalam pertanian komoditas perdagangan implementor implementor dimaknakan terhadap hanya sebagai sosialisasi. komunikasi Lebih yang Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 126 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 127 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Pola Pola hubungan yang tidak langsung seperti Kesulitan selanjutnya justru berada di tingkat di berada justru selanjutnya Kesulitan Kondisi seperti itu memungkinkan terjadinya terjadinya memungkinkan itu seperti Kondisi tidak bersifat intruksif,berdasarkan sehingga persetujuan (tembusan) masih dari kepala harusdaerah atau gubernur. Indonesia yang berkedudukan kerja di Jakarta. yang ada Pola pun hanya bersifat koordinatif Indonesia. Demikian merupakan bukan halnya Barat DinasJawa Propinsi Industri Perdagangan dan Republik Perdagangan Departemen dari “bawahan” yang yang ada di pemerintah daerah tidak akan sama kedudukannya dengan ketikaintegral dari menjadi Departemen Perdagangan bagian Republik ketimpangan hubungan terhadap instansi struktur departemendaerah. yang Artinya, sama struktur di Dinas pemerintah Perdagangan 1999 dan direvisi UU No 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah, memperlihatkan adanya pemerintah daerah yang sudah menganutkerja otonomi pola daerah.Tahun 22 No. Undang-Undang berdasarkan daerah Pemberlakuan otonomi Perdagangan Perdagangan (pada dan Industri). Perdagangan masa itu Departemen Perwakilan Rakyat sampai presiden kepada yang dilanjutkan keputusan kepada Departemen disampaikan secara langsung kepada Departemen Perdagangan. Kebijakan tersebut harus proses melalui panjang mulai dari ratifikasi Dewan komunikasi. komunikasi. melalui Paling ASEAN kesepakatan dari hasil merupakan tidak, menteri luar kebijakan negeri tidak akan yang mudah untuk ketidakjelasan perintah yang ada bagi pelaksanaan pelaksanaan bagi ada yang perintah ketidakjelasan Pada praktiknya, informasi kebijakan yang Direktorat ASEAN dihadapi dinyatakan sering yang kendala bahwa merupakan kesulitanstruktural dalam pelaksanaan kesepakatan perdagangan dari Direktorat Jenderal wawancara ASEAN. Berdasarkan dengan pejabat di lingkungan perdagangan bebas sebagai kesepakatan ASEAN dari Departemen Luar bagian Negeri masih dari menjadi proses kerja yang dihasilkan kerangka pelaksanaan AFTA sudah berhadapan dengan struktur yang ada di Negeri. Departemen Luar Setidaknya, ejawantah dari kebijakan Perdagangan Agro. Perdagangan turun dari Departemen Perdagangan RI mengenai Jawa Barat sebagai yanginduk organisasi dari Dinas Industri masihdan memposisikan diri SOTK Pemerintah Daerah Jawa Barat, implementor Barat, Jawa Daerah Pemerintah SOTK persoalan dengan berhadapan ini agro perdagangan klasik dari posisi Dinas Industri dan Perdagangan oleh implementor dari pejabat di Dinas Industridan Perdagangan tentang Perda Jawa berdasarkan baru Barat.yang Dinas sebagai Selain posisinya tersebut dapat dimengerti sulitnya menemukanfaktor ketegasan dalam informasi yang diberikan Agro yang oleh pemerintah Daerahdikatagorikan secara Jawa mandiri Baratterpisah dari Dinas Industri dan Perdagangan induk. Dengan kondisi Industri dan Perdagangan di pemerintahimplementor oleh daerah. dialami juga sama yang Kesulitan dari posisi Dinas Industri dan Perdagangan ini mengakibatkan Dinas kepada Perdagangan Departemen dari sulitnya terjadi komunikasi yang Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 128 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 129 ) tidak akan bisa akan tidak ) Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi man in the street the in man Keadaan ini, menurut Dirjen ASEAN akan Kendati keputusan yang diambil atas nama kebijakan itu kepada masyarakat pelaku ekonomi dan berkepentingan petani dengan yang kebijakan AFTA. jarang kebijakan tersebut berjalan lambat karena keterlambatan dari sampainya informasi tentang negatif sehingga terkadang maknanya sama dengan dengan sama maknanya terkadang sehingga negatif kolonialisme. Selain substansi dari kebijakan yang terkadang bias (perintah yang tidak jelas), tidak yang menjadi kesepakatan ASEAN itu. kenyataan akan Apalagi adanya perdagangan bebas dunia justru diartikan sebagai praktek liberalisasi yang Masyarakat awam ( awam Masyarakat memahami secara utuh, bagaimana sesungguhnya makna dari sebuah kebijakan perdagangan bebas membuat kebijakan tentang AFTA menjadi bias dan dan bias menjadi AFTA tentang kebijakan membuat rumput”. “akar tingkat pada sampai dipahami sulit berbeda pun sulit untuk dilaksanakan oleh menteri menteri oleh dilaksanakan untuk sulit pun berbeda di departemen lain. datang dari struktur direktorat jenderal, apalagidari departemen lain. Bahkan keputusan sejenis yang datang dari menteri di lingkungan yang pemimpin departemen tertentu tidak akan merasa untuk berkewajiban melaksanakan kebijakan yang mata” oleh instansi dari berkembang yang dimaksud. sektoral arogansi dari akibat Hal ini sebagai budaya organisasi di negeri ini. Seorang menteri menteri luar negeri departemen dan disampaikan terkait dalam kepada kerapkali keputusan pelaksanaan tersebut dipandang “sebelah AFTA, bebas ASEAN (AFTA). ASEAN (AFTA). bebas positif yang mendukung feed-back Lebih lanjut, seperti yang disampaikan pada Dengan demikian, tidak mengherankan Dalam konteks implementasi AFTA di tataran di AFTA implementasi konteks Dalam Penulis berpendapat bahwa kondisi di atas interpretasi penulis ini dapat dijelaskan secara lebih lebih secara dijelaskan dapat ini penulis interpretasi ini. mendalam seperti di bawah kajian teoretis pada pembahasan sebelumnya, agro Jawa ruginya Barat implementasi AFTA tidak apabila disampaikan sebagaimana mestinya. sosialisasi untung apabila di masa depan tataran implementasi AFTA akar di mendapatkan rumput dukungan tampaknya penuh dari komunitas tidak akan Barat dalam kerangkaAsia Tenggara. kawasan perdagangan bebas di secara langsung dapat mereka dapatkan dengan adanya keikutsertaan komunitas petani agro Jawa implementasi AFTA. Hal itu karenapetani komunitas agro di Jawainformasi Barat berkenaan tidak dengan apa memperoleh manfaat yang akar rumput terlihat bahwamemberikan para petani tidak komunikan, setelah dia mendapatkan pesan pun semestinya. tidak berlangsung disampaikan transformasi dari tidakefek proses berarti, diterima Ini komunikan. dengan baik oleh informasi yakni kesan yang didapat oleh implementor kebijakan tingkat nasional, tataran dengan sampai bisnis tingkat pelaku para propinsi, akar rumput. Secara teoretik isi pesan yang menyiratkan menyiratkan adanya bias komunikasi antara para Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 130 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 131 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 4.3.1.1 Faktor Transmisi dari Komunikasi Transmisi 4.3.1.1 Faktor Sebagian yang lain menilai bahwa kebijakan Apabila ditinjau dari hasil observasi dan Sejak tahun 2002 kesepakatan AFTA ini sudah sudah ini AFTA kesepakatan 2002 tahun Sejak pedagang komoditas agro di Jawa Barat. Jawa pedagang komoditas agro di AFTA ini merupakan kebijakan yang sempurna kompetisi yang tinggi tersebut akan mengalahkan seluruh komponen pelaku ekonomi khususnya bebas akan memaksa ekonomi asing yang sudah pasti masuknya memiliki tingkat para kemampuan kompetisi pelaku yang tinggi. Kemampuan kebijakan AFTA ini tidak realistik sehingga akan sulit sulit akan sehingga realistik tidak ini AFTA kebijakan dilaksanakan di lapangan. Kekhawatiran mereka ini diawali oleh tuduhan bahwa perdagangan Masing-masing informan memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang aplikasi kesepakatan AFTA. Sebagian di tataran Subdinas menilai bahwa pertentangan pendapat yang cukup tajam antar- para pelaksana kebijakan kesepakatan AFTA. wawancara dengan berbagai informan di Industri Dinas dan Perdagangan Agro, terlihat adanya dalam subjudul ini. dalam subjudul Pendapat 1. Pertentangan 3) persepsi pribadi pelaksana. Tiga bersama-sama dan akumulatif secara dibahas akan hal tersebut yang menjadi entitas transmisi dari komunikasikebijakan ini adalah: 1) pertentangan 2) pendapat; distorsi/penyimpangan karena informasi; dan dilaksanakan. Perintah kebijakan telah dikeluarkan dikeluarkan telah kebijakan Perintah dilaksanakan. akan tetapi komunikasi dari kebijakan berjalan ini tidak sesuai yang diharapkan. Berbagai hal Perbedaan pandangan ini menimbulkan cara- menimbulkan ini pandangan Perbedaan Pandangan lain lagi juga muncul, bahwa perbedaan ini ketegasan untuk menentukan teknis pelaksanaan kebijakanSebagian pihak menginginkan juga agar komunikasi tidak terlihat. kesepakatan AFTA di Jawa Barat khususnya dalam khususnya Barat Jawa di AFTA kesepakatan bidang perdagangan komoditas agro. Dengan isu-isu globalisasi yang lainnya. isu-isu globalisasi yang cara yang berbeda dalam implementasi kebijakan ada di negara-negara berkembang. perdaganganAkan tetapi bebas tersebut tidak akan berjalanlama, sehingga pada saatnya akan pupus seperti dapat dilaksanakan. Perdagangan akan bebasmenjadi isu hanyapolitik dari negara-negara kaya untuk bisa menyerap sumber daya alam yang Pandangan ini menilai bahwa perkembangan dunia dunia perkembangan bahwa menilai ini Pandangan tentang perdagangan bebas tidak sepenuhnya perdagangan bebas hanya akan menjadi isu rejim internasional yang tidak membawasignifikan bagi perubahan perdagangan agro di Jawa Barat. bagi seluruh komponen komunitas agro di Jawa Barat. (pedagang komoditas agro) di Barat Jawa maka ke depan perdagangan bebas akan menguntungkan bebas untuk kemakmuran petani di Jawa Apabila Barat. pola adaptasi yang cepat ekonomi pelaku dan petani jajaran seluruh kepada dilaksanakan dari pendapat ini adalah bahwa perdagangan bebas bebas perdagangan bahwa adalah ini pendapat dari tidak mungkin dapat dibendung, sehingga yang perdagangan arus memanfaatkan adalah mungkin dan harus segera dilaksanakan untuk mewujudkan mewujudkan untuk dilaksanakan segera harus dan kemajuan bagi para petani di Jawa Barat. Asumsi Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 132 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 133 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi dengan Dinas Industri dan overlaping Akan tetapi dalam pelaksanaannya, Dinas ini Dinas pelaksanaannya, dalam tetapi Akan Faktor kedua yang muncul adalah lebih banyak lebih banyak tidak kerjanya nuansa sehingga induk Perdagangan bisa maksimal untuk menyampaikan informasi. Jawa Barat. Jawa pemisahan Dinas ini pun lebih didasarkan padakebijakan dari keinginan kepalameningkatkan perdagangan daerah dan industri agro untukdi posisi Dinas Industri dan Agro Perdagangan yang Dinas dari “pecahan” dari baru struktur merupakan Industri dan Perdagangan Jawa Barat. Keputusan Agro di Jawa Barat tidak memiliki komunikasi yang yang komunikasi memiliki tidak Barat Jawa di Agro pemerintahan pusat dengan intensif dan baik cukup di Gedung Sate. Kondisi ini diakibatkan oleh faktor ini yang mengemuka adalah lapisan birokrasi birokrasi lapisan adalah mengemuka yang ini faktor yang terjadi di Dinas Industri dan Perdagangan penyimpangan (distorsi) karena adanya informasi melalui lapisan birokrasi yang panjang. Dalam kewajiban dasarnya sudah dilaksanakan. dasarnya kewajiban (distorsi) 2. Penyimpangan pesan melalui seminar dan lokakarya yang bertujuan bertujuan yang lokakarya dan seminar melalui pesan untuk mengefisienkan penggunaan anggaran dan pelatihan dan penyuluhan akan memakan biaya mahal dan tujuan tidak terlalupenyampaian dengan efektif. disepakati hanya Akhirnya komunikasi pemahaman mendalam komunikan. juga Akan diperolehpertentangan tetapi dari dari pihak kemudian yang berbeda muncul bahwa dilaksanakan dengan menggunakan penyuluhan yang mendalam dan pelatihan-pelatihan agar Faktor terakhir yang menjadi entitas Badan Litbangda (Penelitian dan Pengembangan Daerah). lembaga-lembaga tertentu yang dipandang sama seperti daerah, pemerintah lingkungan di ada yang Agro ini merupakan wadah bagi sudah personil tidak yang terpakai di lingkungan daerah. pemerintah Posisinya tidak berbeda jauh dengan daerah. Personil staf di lingkungan daerah pemerintah memiliki Perdagangan dan Industri Dinas bahwa pengakuan persepsi yang sama dalam ini dapat disebutkan bahwa peran dan posisi Dinas posisi dan peran bahwa disebutkan dapat ini tidak ini Barat Jawa Agro Perdagangan dan Industri diminati oleh personil birokrasi di pemerintah berbeda-beda di lingkungan Dinas industri Perdagangan Agro dan Jawa Barat. Dari kajian faktor yang selektif dan penolakan persyaratan. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi atas persyaratan- belakang latar memiliki yang manusia daya sumber 3. Persepsi Pribadi Pelaksana 3. Persepsi komunikasi adalah persepsi pribadi pelaksana birokrasi. kepada Dinas Industri dan Perdagangan Hal induk.seperti ini yang mengakibatkan komunikasi dari implementor berjalan dalam distorsi lapisan Perdagangan induk. Kadin dan asosiasi komoditas komoditas asosiasi dan Kadin induk. Perdagangan pertanian yang ada di Jawa Baratmempercayakan lebih banyak komunikasi institusi mereka Berbagai dan institusi Industri Dinas kepada kepercayaan meletakkan di masyarakat masih lebih Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 134 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 135 ) Clarity Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 4.3.1.2 Faktor Kejelasan ( Faktor ini mensyaratkan agar komunikasi Wajar Wajar kiranya apabila berbagai persyaratan Bahkan Dinas Industri dan Perdagangan kebijakan kesepakatan AFTA tidak dimengerti. AFTA kebijakan kesepakatan komunikasi kebijakan. terhadap pesan disampaikan yang mengakibatkan Persepsi yang akibatnya dan disampaikan selektifseluruhnya tidak pesan pribadi tersebut maka informasi yang disampaikan yang informasi maka tersebut pribadi komunikasi jarang tidak sehingga sepenuhnya, tidak terjadi tidak sesuai dengan harapan dalam institusi yang bergerak di bidang agro pula. Karena Karena pula. agro bidang di bergerak yang institusi dinilai secara pribadi persyaratannya sebagai nilai-nilai bertentangan dengan yang persepsi dan Perdagangan. Penolakan tersebut kemudian ditularkan dengan memberikan penetrasi kepada yang ada dalam pelaksanaan kesepakatan AFTA dianggap sebagai sesuatuoleh personil yang yang ada mengganggu di dalam Dinas Industri manuver manuver untuk bisa sesegera mungkin mendapat saat ini. mutasi dari posisinya Bahkan posisi puncak dari jajaran eselon tertinggi di Dinas bersangkutan juga masih melakukan personil yang berkedudukan atau di ditempatkan Dinas Industri dan Perdagangan Agro merasa nyaman untuk berada dalam posisi tersebut. Buangan”, apalagi Dinas Industri dan Perdagangan Perdagangan dan Industri Dinas apalagi Buangan”, Agro. Semua gambaran ini memberikan persepsi pribadi dari pelaksana yang selektif. Tidak setiap Induk pun memiliki nilai yang sama sebagai “Dinas “Dinas sebagai sama yang nilai memiliki pun Induk

normal track , fast track Selain itu, terdapat banyak keanekaragaman Sebagai kebijakan yang dihasilkan dari menerapkan sistem ijon kepada para petani agro; berbagai kelompok kepentingan baik disosial, ekonomi dan politik, para misalnya pemilik bidang modal, termasuk para tengkulak yang kerap yang terjadi dalam struktur masyarakat di Barat. Jawa Keanekaragaman tersebut memunculkan untuk dipahami katagorisasinya oleh masyarakat secara umum. pelaku ekonomi dan petani agro perdagangan bebas ASEAN yang mengandung barang-barang/jasa bersifat dan lain-lain bukan merupakan hal yang mudah dengan kesulitan yang dalam terkandung memahamidari Entitas tersebut. bebas perdagangan kebijakan secara makna menyeluruh dalam mengingat di tingkat akar tingkat rumput implementor di daerah maupun akan berhadapan di bermakna dalam kompleksitas yang cukup tinggi. Kompleksitas kebijakan itu yang sulit untuk dipahami dalam merupakanpelaksanaannya faktor keseluruhan bentuk menanggapi kerja adanya sama perdagangan bebas ASEAN maka dunia, dan kebijakan kesepakatan AFTA itupun di Jawa Barat. di Jawa ada dari kebijakan kesepakatan pemerintah AFTA sampai pusat kepada kebijakan sebagai bidang di perdagangan komoditas pertanian agro kesepakatan AFTA. Kejelasan dalampetunjuk itu petunjuk- menghadapi kendala sebagai akibat pula dari simpang siur dan biasnya pesan yang berjalan dengan baik, maka diperlukan kejelasan dari petunjuk-petunjuk yang ada dalam kebijakan Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 136 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 137 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Tegasnya, Dinas Industri dan Perdagangan Berbagai kelompok yang ada juga memiliki tidak mengganggu kelompok masyarakat tertentu tersebut merupakan faktor yang mengakibatkan komunikasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. tertentu apabila berhadapan denganmasyarakat kelompok dimaksud. Bahkan keinginan untuk Agro juga merasa tidakkebijakan kesepakatan dapat AFTA terhadap substansi melaksanakan juga kelompok kepentingan lainnya yang ada di Jawa Barat dalam kaitannya dengan perdagangan komoditas agro. misalnya, memiliki diformulasikan kepentingan ke dalam kebijakan yang paragula petani sudah dalam organisasi petani Tebu. Demikian dengan berbagai kepentingankelompok dari kelompok- ekonomi dimaksud. Petani Gula, kepentingan kelompok ekonomi tersebut dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi. kebijakan Implementasi kesepakatan AFTA juga berbenturan daerah. Oleh karena itu, tidak jarang pemerintah daerah (dalamdengan berhadapan Barat) Jawa Agro Perdagangan hal ini Dinas Industri dan atau bahkan memiliki kekuatan penekan tertentu bagi akan kebijakan diambil yang oleh pemerintah oleh kelompok etnis tertentu. oleh kelompok ditembus untuk mudah tidak yang sosial kekuatan dengan cara mengelompokkanorganisasi-organisasi mereka bawahan dalam parpol oligarki tersebut; dalam sistem pemasaran yang dikuasai masuknya masuknya parpol yang berupaya menjadikan para petani agro sebagai bagian dari konstituennya Apabila sebuah faktor kebijakan yang ada Kondisi tidak berjalannya komunikasi tersebut tersebut komunikasi berjalannya tidak Kondisi Meskipun terlalu dini apabila disebutkan bahwa dibutuhkan sebuah struktur memadai yang dalam menangani hal demikian, lintas sektoral di antara sehingga arogansi lintas sektoral ini membutuhkan membutuhkan ini sektoral lintas arogansi sehingga berkesinambungan. dan memadai yang penanganan berkewajiban untuksubstansi penyuluhan atau pengarahan menyesuaikanpetani kepada di lapangan. Hal demikian dalam sering terjadi memenuhi standar menjadi patokan dari komoditas pertanian agro di perdagangan bebas pasar bebas, yang maka Dinas Pertanian tidak merasa terkait bersangkutan. Sebagaiinformasi dari contoh: Dinas Industri apabila dan Agro Perdagangan mengharuskan agar produk tertentu harus tersebut cenderung tidak berjalantidak dikarenakan mendapat respon yang baik dari dinas berkaitan dengan pemerintah dinas Jawa Barat, lain maka faktor di kebijakan lingkungan masalah baru yang muncul bersamaanmunculnya dengan kebijakan baru tingkat dinas. diselesaikan di yang tidak dapat mewujudkan perdagangan bebas dan mendorong komoditas agro di Jawa Barat. Bahkan banyak yang ada sebagai SDM dalam Dinas dimaksud tidak tidak dimaksud Dinas dalam SDM sebagai ada yang memiliki konsensus yang kuat terhadap tujuan-tujuan dari kebijakan kesepakatan AFTA untuk mengenai tujuan-tujuan dipahami kebijakan oleh yang setiap tidak personil Dinas yang Industri ada dan Perdagangan dalam Agro. Para staf ditambah lagi dengan kurangnya konsensus Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 138 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 139 ), skill ) dari Clarity ) Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi resources Berikut ini akan dianalisis sesuai rambu- Seperti yang disampaikan kajian teoretis Dari keseluruhan paparan pada kegiatan 4.3.2 Keadaan Sumber Daya ( rambu teoritis pada Babdaya II yang mengenai ada dalam kerangka dalam sumber pertanian komoditas implementasi perdagangan kebijakan informasi, wewenang, dan fasilitas-fasilitas. informasi, wewenang, sumber daya manusia sebagai staf dengan kriteria jumlah dan kualitas (kuantitas dan keahlian/ adalah implementor dibutuhkan yang daya sumber Implementor sebagai dianggap yang sumberlainnya daya sumber membutuhkan daya utama samping juga Di kebijakan. melaksanakan dalam penting pada Bab II, tampaknya, menentukan faktorsangat yang sumberpenting faktor daya merupakan ini kebijakan. implementasi sebuah keberhasilan dalam daya saing Jawa BaratAsia Tenggara perdagangan bebas di kawasan di dalam menghadapi komoditas pertanianberlangsung di sebagaimanasehingga Jawa belum mampu mendorong Barat tercapainya yang belum diharapkan kajian teoretis pada Bab II dari Edward III, kegiatan III, Edward dari II Bab pada teoretis kajian komunikasi implementasi AFTA perdagangan menginterpretasikan bahwa dari sudut pandang faktor transmisi dan faktor kejelasan ( komunikasi sebagaimana yang tertuang dalam pelaksana koordinasi. pelaksana komunikasi termaktub di atas, penulis dapat Dinas ini baru dapat lembaga dikoordinasikan Asisten dengan Daerah atau setingkat Biro 4.3.2.1 Staf yang Melaksanakan yang 4.3.2.1 Staf Lebih jauh, posisi alamat kantor yang Faktor pertama dan utama dalam pelaksanaan pelaksanaan dalam utama dan pertama Faktor sekali melaksanakan kegiatan inti. Industri Posisi dan Perdagangan Dinas Agro melaksanakan Jawa untuk Barat inisiatif yang memiliki jarang sangat Mekanisme kerja staf juga diwarnai oleh suasana jarang yang instansi di terjadi biasa yang aktif tidak eselon III ke bawah akan memiliki tingkat keaktifan keaktifan tingkat memiliki akan bawah ke III eselon yang rendah dibandingkan yang dengan lebih terkontrol dinas dari lain pusat pemerintahan. kunjungan dari kepalamemang benar adanya. Dengan daerah.demikian, sangat Hal memungkinkan tersebut, apabila staf yang ada di jajaran bertempat di lokasi yang cukup jauh pemerintahan dariinduk memberikan kesan jarangnya pusat lokasi tersebut dikunjungi; atau mendapat atasan di instansi sebelumnya. “dihukum” sebagai akibat kesalahan tertentu dalam dalam tertentu kesalahan akibat sebagai “dihukum” melaksanakan tugas, misalnyadisiplin bekerja, sajaberseberangan dengan melanggarkebijakan II lebih bermakna sebagai posisidinas/instansi dilempar lain dari yang tak jarang dibutuhkan. SDM yang Tidak ada merupakan personil yang Jawa Barat tergolong taraf staf “terbuang”. yang berada Jajaran dalam staf di bawah eselon dalam pengertianmembantu implementor. Sejumlah staf staf yang ada di yang jajaran Dinas Industri dan melaksanakan Perdagangan Agro sebuah kebijakan adalah sumber daya manusia AFTA di Jawa Barat. Barat. di Jawa AFTA Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 140 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 141 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Secara menyeluruh keahlian dari staf yang Kondisi ini seiring dengan struktur sumber Dinas yang menangani perdagangan komoditas pertanian agro ini sangat minim sehingga sangat sulit untuk melaksanakan secara maksimal. ada sebagai sumber daya manusia di lingkungan mendapat informasi informasi media massa yang dariberedar dan menjadi pelaku langganan dari Dinas tersebut. pasar atau misalnya, misalnya, sangat jarang mengalami diklat tentang proses perdagangan luar negeri. memahami Bahkan untuk proses perdagangan bebas hanya Perdagangan induk. Bahkan diklat penjenjangan yang pernah diikuti tidak kerja berdasarkan yang digeluti. Staf perdagangan bidangluar negeri sudah masuk di lingkungan Dinas IndustriPerdagangan Agro, dan termasuk Dinas Industri dan penjenjangan yang berlaku umum di lingkungan pemerintah daerah, akan tetapisangat jarang staf mengalami dimaksud proses mutasi apabila mengimplementasikan kebijakan AFTA kesepakatan di bidang secara menyeluruh komoditas pendidikan staf berdasarkan agro. Meskipun personil untuk stafsemangat dengan seiring yang tugas melaksanakan ada tidak memadai dalam Meskipun lingkungan secara di lain dinas dengan kuantitas sama yang struktur dinas ini memiliki pemerintah daerah Jawa Barat, akan tetapi jumlah daya manusia yang ada tersebut di lingkungan menjadi dinas sangat rendah kualitasnya. kegiatan secara mandiri juga menjadi diminati. instansi ini kurang kenapa penyebab Kesulitan dalam menyelesaikan segala surat- Tentu saja kondisi sumber daya manusia dalam kerangka sulitnya staf berada di tempat. menyurat yang berkaitan denganDinas Industri dan kewenanganPerdagangan Agro ditemukan penundaan sebagai akibat dari tidak adanya staf di kantor. kegiatan Kepala Dinas tersebut tidak Sebuah kebijakan kantor. atau surat disposisi yang berada di tersalurkan ke para staf pun akan mengalami lama. Hal ini pun akan secara otomatis memberikan memberikan otomatis secara akan pun ini Hal lama. peluang kepada staf di masuk bawahnya kantor untuk tidak dengan berbagai alasan selama Kenyataan Kenyataan yang kerapkali terjadi apabila Kepala Dinas tidak berada di tempat tugas (atau di melakukan luar kantor) dalam waktu yang cukup pelaksanaan kebijakan apa Dinas punIndustri dan Agro Perdagangan Jawa Barat. di lingkungan untuk menemui staf Dinas yang ada di tempat pada pada tempat di ada yang Dinas staf menemui untuk jam-jam kerja. Kesibukan yang dengan tidak terjadwal pasti semakin mempersulit intensitas pada semakin sulitnya perdagangan pelaksanaan kebijakan bebaskomoditas agro. Selain dengan itu, sangat tidak mudah mengandalkan dengan struktur demikian ini lebih mengarah sejumlah S-2 dimaksud 85% merupakan spesialisasi atau pertanian, strata bidang keahlian 2 dengan perikanan. Kepala Dinas), namun keahlian yang melalui ditempuh jalur formal tersebut langsung tidakdengan keahlian yang bersesuaiandibutuhkan. Dari Keahlian kesarjanaan yang ada juga tidak memadai, memadai, tidak juga ada yang kesarjanaan Keahlian (termasuk 2 Strata bergelar staf dari 20% meskipun Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 142 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 143 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi di bidang komoditas agro (pengurus 4.3.2.2 Informasi Sumber daya kedua yang cukup penting dengan membentuk zona ekonomi di lima kawasan kawasan lima di ekonomi zona membentuk dengan Barat. di Jawa Induk Jawa Barat yang menterjemahkan kawasan bahwa perdagangan bebas diimplementasi pelaksanaannya di lapangan, sehingga masing masing- Dinas memberikan penafsiran tersendiri. Sebagai contoh Dinas Industri dan Perdagangan Jawa Jawa Barat didukung oleh Keputusan Gubernur No. 21 2004. Akan Tahun tetapi kebijakan tersebut tidak didukung secara teknis dengan petunjuk kerangka AFTA. Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan diperoleh daerah pemerintah data tingkat ke bahwa sampai kebijakan AFTA tentang data ketaatan personil-personilperaturan pemerintah lain yang terhadap dikeluarkan dalam dalam pelaksanaan kebijakan adalah informasi.Pengertian informasi dimaksud sebagai sumberdaya adalah petunjuk pelaksanaan kebijakan dan impelementasi kebijakan kesepakatan AFTA selaku AFTA kesepakatan kebijakan impelementasi implementor. dari jarangnya staf ada di kantor. atas Semuamemperlihatkan sumber hal daya dimanusia yang terhitung minim dari Dinas yang melaksanakan Kadinda) yang berkepentingan dengan dinas ini ditemukan adanya kesulitan dalam penyelesaian persoalan perdagangan agro sebagai konsekuensi Berbagai wawancara dengan asosiasi petani dan stakeholder ) infrastruktur perdagangan infrastruktur ) develover Demikian halnya dengan kebijakan Tentu saja pembentukkan zona ekonomi Keputusan Gubernur No. 21 Tahun 2004 sebagai respon dari Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Keuangan Menteri Keputusan dan 2003 Tahun 3 No. sebagai bagian integral dari kebijakanKebijakan tersebut. yang diejawantahkan ke dalam dan Perdagangan implementor Agro langsung. Jawa menerima Dinas Barat petunjuk pelaksanaan ini sebagai yang juga seragam tidak gencarnya isu perdagangan bebas. gencarnya Industri Dinas menjadikan yang AFTA kesepakatan pengembang ( pengembang serta termasuk para pedagang menilaitersebut gerakan sebagai kebijakan “latah” akibat dari pelaku ekonomi seperti para investor baik dalam maupun luar negeri, distributor perdagangan, halnya gerakan lainnnya (GDN—Gerakan Disiplin gerakan lainnnya halnya merupakan Nasional) kebijakan hanya sesaat yang kalangan banyak Bahkan berkesinambungan. tidak tidak mendorong persiapan memberikan aturan dorongan seperti yang bagi gerakan, sebuah akan pelaksanaanSebagai bebas. sistemperdagangan stimulasi gerakan kepada industrikawasan yang di maksud. ada di Namun kebijakan tersebut bebas. Kawasan Cikarang-Bekasi Industri Kawasan di dilaksanakan perdagangan ini lebih merupakan yang langkah untuk memberikan sudah zona perdagangan dianggap bebas mengimplementasikan sebagai internasional kebijakan perdagangan ini langkah tepat untuk khusus yang disebut sebagai langkah menuju Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 144 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 145 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Lebih jauh lagi, berdasarkan hasil wawancara wawancara hasil berdasarkan lagi, jauh Lebih Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pasar yang menguntungkan bagi ekonomi pihak dinilai pelaku tidak jelas. Petani didan Karawang Bekasi mengetahui tentang kebijakan petani, dapat disimpulkan bahwa peraturan yang mekanisme sebuah mewujudkan untuk diterapkan dengan pelaku ekonomi di tingkat nonpemerintah, tingkat di ekonomi pelaku dengan seperti pengusaha (Kadin) dan asosiasi produksi pertanian, para pengelola pasar induk, dan para yang yang menjadi kesepakatan negara-negara anggota ASEAN itu. untuk kepentingan pelaksanaantingkat implementator. Sebab kebijakan sebuah informasi dari kebijakan saja besar tersebut garis bersifat hanya di kementerian perdagangan.lemah sangat yang daya sumber sebagai bermakna Informasi tersebut melalui Dinas Industri dan didasarkan banyak pada informasi diperoleh yang Perdagangan lebih dari tingkat kementerian luar negeri dan atau pertanian agro di Jawa Barat. di Jawa pertanian agro petunjuk pelaksanaan kebijakan tentang AFTA menyentuh kepentingan implementasi kebijakan tentang AFTA. Apalagi menyangkut komoditas dijalankan sebagaikesepakatan AFTA. Bahkan Keputusan Gubernur derivasi No. dari 21 kebijakan Tahun 20004 tidak secara langsung melaksanakan kerja sama Keputusan dengan luar tersebut negeri. pelaksanaan tidak berisikan teknis petunjuk tentang pasar bebas yang No. 392 tersebut berisikan Tahun tentang pedoman daerah dalam 2003. Keputusan Gubernur Oleh karena itu pada kenyataannya banyak Mereka yang bergerak di sektor pelaku dilaksanakan sehingga mana harus dari dipilih kesepakatanbisa menguntungkan bagian AFTA tersebut dalam pelaksanaannya. yang sendiri. Pelaku pasar menilai tidak semua ketentuan ketentuan semua tidak menilai pasar Pelaku sendiri. apabila menguntungkan kesepakatan menjadi yang bagian-bagian yangyang AFTA terdapatkesepakatan dalam bebas pasar tentang dalam ketetapan dipilih berdasarkan kebutuhan dari pelaku pasar tidak dijelaskan dalam interaksi pasar bebas Asia Tenggara. pelaku ekonomi mempersiapkan diri menghadapi era pasar bebas. Pola-pola mekanisme pasar bebas mengandung yang mekanisme unsur-unsur pasar pelayanan dari lembaga yang menjadi implementor implementor menjadi yang lembaga dari pelayanan juga dirasakan belum cukup dalam membantu ekonomi tidak merasakan adanya langkah-langkah langkah-langkah adanya merasakan tidak ekonomi yang memadai Bahkan pertanian. bidang dalam untuk AFTA kesepakatan mewujudkan kebijakan tidak mendapat persiapan menghadapinya. yang cukup untuk di Kab/Kota Bandung memahamitentang sepenuhnya mekanisme pasar bebas AFTA tetapi peranan AFTA dalam mekanisme tersebut. Petani di di Petani tersebut. mekanisme dalam AFTA peranan tidak Banjar ke sampai Ciamis Tasikmalaya, Garut, begitu peduli dengan kondisi pasar bebas. Petani mensikapinya. Petani di Indramayu, Kuningan, Cirebon, Majalengka juga memahami mekanisme pasar bebas, hanya saja mereka tidak mengerti AFTA sebagai tetapi kebijakan mereka tidak mengerti pasar harus bagaimana bebas, akan Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 146 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 147 ). authority ) Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Authority 4.3.2.3 Kewenangan ( Faktor sumber daya yang tidak kalah Observasi di lapangan menemukan data Kewenangan dimaknakanpanggilan, surat menggunakan dengan memanggil sebagai hak untuk pentingnya adalah kewenangan ( secara langsung. pragmatis yang dilakukanpengusaha merupakan upaya oleh untuk melindungi asosiasipetani dari persaingan yang tidak dapat dihadapi dan dari kesepakatan pragmatis menghadapi persaingan AFTA usaha. Bahkan merupakan para langkah petani sendiri menyetujui bahwa sikap memberikan pernyataan yang sama bahwa perilaku perilaku bahwa sama yang pernyataan memberikan menolak atas aturan yang tidak menguntungkan merupakan informasi dari sumber daya yang tidak yang daya sumber dari informasi merupakan pasar kebijakan pelaksanaan bagi menguntungkan bebas. Beberapa pelaku ekonomi yang ditemui rendah sehingga dapat dipastikan data ini menjadi ini data dipastikan dapat sehingga rendah sumber daya yang melemahkankebijakan implementasi AFTA di bidang pertanian. Data ini tentang ketaatan akan kesepakatan yang cukup barang substitutif dengan persaingan yang ketat akan segera mendapat penolakan, dihiraukan ketetapan tersebut. dikatakan tidak kalau tidak daya daya saing serta-merta mendapat persetujuan dari pelaku ekonomi. Sebaliknya, kesepakatansubstansinya yang berkaitan dengan produk barang- Kesepakatan tentang peningkatan produk ekspor barang komoditas pertanian yang tidak memiliki Kewenangan yang terlihat dalam hasil akibat dari tidak sinkronnya program kerja yang ada ada yang kerja program sinkronnya tidak dari akibat kerja program dengan Barat Jawa Pertanian Dinas di ada yang di Agro Dinas Industri dan Perdagangan terjadi. Menurut informan yang dihubungi di Dinas Dinas di dihubungi yang informan Menurut terjadi. Pertanian Jawa Barat, kondisi tersebut sebagai tentang hal tersebut. Ketika dikonfirmasi ke Dinas Pertanian Jawa Barat mengenai hal ini, diberikan memang hal semacam itu sering penjelasan bahwa standar perdagangan bebasdikoordinasikan pun dengan mudah tidak Pertanian Jawa kepadaBarat yang dapatmemiliki Dinaskewenangan permintaan dari Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat. Sudah dicontohkan sebelumnya bahwa produk pertanian yang tidak memenuhi misalnya, maka dinas terkait tidak memberikanrespon positif dan tanggap sesuai dengan luar lingkungan dinas dalam persoalan terdapat apabila dimaksud. atas, di dijelaskan Seperti telah pelaksanaan teknis kebijakan perdagangan bebas daerah. Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Jawa Agro Perdagangan dan Industri Dinas daerah. dalam kuat yang kewenangan memiliki tidak Barat melakukan pemanggilan terhadap pejabat lain di Perdagangan Agro Jawa Barat posisinya tidak sekuat sekuat tidak posisinya Barat Jawa Agro Perdagangan dinas/instansi lain di lingkungan pemerintahan penulisan di Dinas Industri dan Perdagangan Agro Perdagangan dan Industri Dinas di penulisan dijelaskan sudah Seperti terbatas. sangat Barat Jawa dan Industri Dinas komunikasi, tentang sebelumnya untuk menyediakan dana, staf serta bantuan teknis bantuan serta staf dana, menyediakan untuk rendah. lebih yang pemerintahan pada tingkat hak mengeluarkan perintah kepada pejabat lain, hak menarik dana dari suatu program, dan hak Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 148 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 149 Standard Operating Standard Operating Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Apabila dilihat dari sisi anggaran, Dinas Keterbatasan kewenangan tersebut ditambah Agro Jawa Barat kurang bernuansa tidak menarik perhatian publik. politis alias teknis dalam penanganan masalah sepertidihadapi yang oleh Dinas Industri dan Perdagangan tersebut memiliki nuansasehingga menarik perhatian tinggi yang dari opini politik yang umum. masyarakat Sedangkan tugas bersifat yang tinggi Daerah, Sekda dan Asisten serta Kepala Biro) lebih Biro) Kepala serta Asisten dan Sekda Daerah, pemerintahan, tugas-tugas pada diri memfokuskan ekonomi makro dan administratif. Tugas-tugas perintah dimaksud bisa berjalan cukup lama atau sama tanggapan mendapat tidak terkadang bahkan sekali. Pemerintah Daerah (dalam hal ini Kepala asisten, sedikitnyaSedangkan rekomendasi di tingkat untuk melaksanakan Kepala Biro. dengan implementasi perdaganganpertanian ini. Perintah tersebut harus komoditasdikeluarkan melalui kepala daerah, Sekretaris Daerah atau lagi dengan ketidakmampuan Dinas Industri dan mengeluarkan dalam Barat Jawa Agro Perdagangan perintah langsung kepada dinas lain yang terkait Procedures. Setiap mata anggaran yang ada dalam garis kerja Dinas Pertanian Jawa Barathasil pembahasan berdasarkan sudah merupakan namun semua tidak dapat dilaksanakan begitu saja begitu dilaksanakan dapat tidak semua namun alokasinya yang dana/anggaran menyangkut sebab tidak diperuntukkan bagi kegiatan tersebut. Jawa Jawa Barat. Meskipun Dinas Pertanian menerima permintaan dari Dinas Implementor dalam AFTA, Dengan demikian, hak untuk menarik dana lebih cepat dalam waktu yang bersamaan tersedianya oleh ketikaterhambat justru muncul, masalah datang akan yang anggaran Perencanaan anggaran. terjadi kemudian adanya tuntutan perkembangan secara ditangani untuk memungkinkan tidak situasi perencanaan dari Dinas ini juga pula menyertakan kemampuan SDM yang tidak menyusun memadai mekanisme kerja dalam ke depan. Hal yang tersebut akibat dari perencanaan dan ketimbang perkembangan situasi lambat lebih yang berjalan tantangan yang menjadi bidang kerjanya. Apalagi Rencana Kerja Dinas. Selain besarnya yang terbatas, terbatas, yang besarnya Selain Dinas. Kerja Rencana anggaran Dinas ini juga kesulitan terkadang mengalami dalam pengalokasian program. Hal dari dalam sebuahsebelumnya ditetapkan sudah yang programanggaran terbatas pada rencana dinas bukan penghasil seperti Dinas Industri dan Barat ini. Agro Jawa Perdagangan daerah secara menyeluruh, apabila harus dikurangi dikurangi harus apabila menyeluruh, secara daerah secara gradual, maka dapat angka dipastikan pengurangannya akan menyentuh pada dinas- diajukan oleh dinas ini pun tidak menarik perhatian. perhatian. menarik tidak pun ini dinas oleh diajukan Bahkan proposal ajuan anggaran pemerintah dengan pihak legislatif. Hanya saja, seperti halnya sifat Dinas ini yang tidak bersentuhan langsungdengan nuansa politik, maka anggaran yang pemerintah pemerintah daerah Jawa Barat. Dinas ini bergerak dalam ditentukan telah yang anggaran berdasarkan penyusunan anggaran tahunan bersama-sama Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat tidak lingkungan di lainnya dinas-dinas dengan berbeda Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 150 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 151 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Kewenangan menyediakan dana, staf dan ini untuk melakukan perintah langsung Barat. pemerintah daerah Kabupaten/Kota se-Jawa kepada Kebijakan Otonomi Daerah sebagai distribusi implementor. Akan tetapi kewenanganDinas kepada mutlak ini otoritas tidakmemberikan otomatis bantuan teknis pada tingkat pemerintahan yang lebih rendah juga merupakan kewenangan Dinas dari Industri dan Perdagangan Agro sebagai Umar Km. 45 Bekasi, Kab. Sukabumi tanggal 18-20 tanggal Sukabumi Kab. Bekasi, 45 Km. Umar Sukabumi. Mei 2006 bertempat di Jln. Cikukulu Purwakarta, Purwakarta, Kota Bogor tanggal 24-26 April 2006 bertempat Teuku di Jln. Jln. di bertempat Sawo 2006 JajarMei 8-10 No. tanggal Bekasi 38 Bogor, Kab. No.185 Ciamis, Kab. Purwakarta tanggal 3-5 April 2006 bertempat di Jln. Rasamala No. 1 Jatiluhur Bandung 20-22 Maret 2006 bertempat di Jln. Dokter Jln. di bertempat 2006 Maret 20-22 Bandung Junjunan No. 153 Bandung, Kab. Ciamis tanggal 27-29 Maret 2006 bertempat di Jln. Jend. Sudirman di Jln. RA. Kartini No.60 Cirebon, Kab. Kuningan tanggal 13-15 Maret 2006 bertempat di Jln. Panautan Raya No.98 Sangkanurip, Kuningan, Kab. Sukabumi) dengan pembagian waktu pelaksanaan; waktu pembagian dengan Sukabumi) Kota Cirebon tanggal 6-8 Maret 2006 bertempat terakhir di empat wilayah (KotaKuningan, Cirebon, Kab. Kab. Bandung,Purwakarta, Kab. Kota Ciamis, Kab. Bogor, Kab. Bekasi, Kab. terlihat misalnya langkah Dinas yang Perdagangan Disindagro dilakukan Jawa Barat untuk Sub melakukan pelatihan ekspor impor produk agro sudah tidak relevan saat secara menyeluruh anggaran pada tersebut dikeluarkan. Hal ini 4.3.2.4 Fasilitas-fasilitas Fisik Material Faktor dari sumber daya yang lain adalah Hal tersebut menunjukkan bahwa Perdagangan yang sudah pasti memadai taraf dalam penyampaian informasi teknis dan dari implementasi pengukuran kebijakan AFTA. Sekali institusi pelaksana terutama dalam tataran dinas. Demikian halnya dengan fasilitas di Departemen implementasi kebijakan AFTA sampai pada taraf penyampaian informasi. tersebut Akan tetapi tidak fasilitas bermanfaat langsung kepada dan Perdagangan Agro. Fasilitas di Departemen Luar Negeri memang tergolong memadai sebatas tugas Departemen ini untuk melaksanakan merupakan fasilitas dariyang pelaksana dimulai kebijakan dari Departemen Perdagangan sampai Departemen Dinas Industri Luar Negeri, perlengkapan dan perbekalan).dimiliki Fasilitas secara yang menyeluruh dalam kajian ini fasilitas-fasilitas (berupa bangunan-bangunan, memperlihatkan pula kesulitan kebijakan.dalam implementasi yang dihadapi AFTA dalam bidang perdaganganpertanian agro sangat komoditas terbatas. Keterbatasan ini kewenangan kewenangan Dinas ini sebagai sumber kesepakatan daya yang kebijakan melaksanakan untuk dimiliki melakukan perintah mewujudkan implementasi kebijakan kesepakatan AFTA pertanian. bidang komoditas terutama dalam kewenangan yang ada sampai ke tingkat Kab/Kota Kab/Kota tingkat ke sampai ada yang kewenangan untuk ini Dinas kepada lain kesulitan memberikan Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 152 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 153 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Kegiatan yang ditampung di kawasan Pusat Perdagangan Komoditi Agro, misalnyaPurwasuka masih di bersifat umum, sehingga khususnya di yang berfungsi Jawa lain acuan seperti dicari Barat,perlu sehingga internasional, PPKA berstandar belum yang dapat ada digunakan untuk menentukandan menyusun regulasinya. Komoditi Agro di Jawa dicapai, atau biasa Baratdisebut visi, masih belum yang ingin jelas, sehingga arah yang akan (misi) belum dapat ditentukan. dituju pun Pasar yang ada saat ini di Indonesia, Gambaran kondisi Pusat Perdagangan Kemudian juga dari segi infrastruktur, Jawa

3. 2. 1. masalah yang masih perlu dikaji dan dikembangkan dikembangkan dan dikaji perlu masih yang masalah agar diperoleh gambaran serta arah penyelesaian lebih jelas, antara lain: yang Barat sangat minim memiliki Pusat Perdagangan Komoditas Agro (PPKA). Terdapat beberapa (implementator) dari kebijakan perdagangan bebas perdagangan kebijakan dari (implementator) Barat. pertanian di Jawa bidang komoditas sehingga implementasi kebijakan daya sumber tidak penyediaan Dibutuhkan baik. dengan berjalan pelaksana menjadi yang dinas dalam memadai yang terutama dalam bidang perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat. Dengan demikian, secara umum sumber daya yang ada tidak memadai lagi fasilitas yang ada tidak dapat dipergunakan dalam kondisi teknis implementasi kebijakan Risk ) dan yang lebih baik. Dengan Dengan baik. lebih yang price discovery dengan mem-pergunakan instrumen bargaining position bargaining Kegiatan utama yang akan terjadi dan perlu perlu dan terjadi akan yang utama Kegiatan ditampung, baik jenis maupun kapasitas/ besarannya. Besaran/volume tiap komoditi unggulan bisa/dapat yang perencanaan kawasan dari Komoditi Perdagangan Pusat di ditampung Barat. Agro di Jawa

(lindung nilai), karena transaksi dilakukan a. b. Pusat Perdagangan Komoditi Agro di Jawa dapat menentukan perkiraan fasilitasnya. kebutuhan Dalam menyusun fasilitas perkiraan tersebut kebutuhanseperti: dilakukan pengkajian, perlu dilakukan analisis yang lebih rinci untuk untuk rinci lebih yang analisis dilakukan perlu

4. Barat seharusnya dapat dimaksimalkan menjadi Pusat Pasar Lelang komoditiyang berdaya agro guna. Jawa Hal Baratpasar itu lelang fungsi karena utamanya sebagai pembentuk berdirinya harga secara transparan ( Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Management hedging transparansi adanya Dengan terbuka. lelang secara akan komoditi produsen sebagai petani maka harga, memiliki demikian mereka dapat sesuai dengan menjualharga yang berlaku dalam kontrak, komoditinya sehingga petani dapat hasil meningkatkan produksinya dan pendistribusiannya sudah kualitas jelas. Fluktuasi harga yang selama ini terjadi akan dapat juga dikendalikan petani lain, sisi dengan Di wajar. baik yang karenapasar mekanisme adanya 154 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 155 yang hanya l, dengan dea forward forward Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Hasil observasi di lapangan menunjukkan dari produksi lokal beras Jawa Barat yang keluar Jawa Barat terutama ke Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta yang dilakukan pedagang besar perdagangan dengan sistem lelang Sedangkan 0.63%. sebesar yaitu saja, persen berapa hanya berjumlah 40.435 ton sedangkan jumlah hasil hasil jumlah sedangkan ton 40.435 berjumlah hanya sebanyak 2005 tahun pada Barat Jawa lokal produk melalui dengan terserap yang ini Hal ton. 6.368.816 pembeli walaupun harga yang ditawarsistem dengan terbuka. Kalau kita dengan lihatperdagangan sistem hasil lelang transaksi harga karena pembeli padahal potensial, penjualnya cukup lebih banyak, oleh dikendalikan halnegosiasi dalam sedikit mengakibatkan ini akan DKI Jakarta yaitu 29 transaksi dan hal 17 transaksi, ini akan sulit dalam dalam menentukan pembeli dan tiga merangkap Sementara penjual/pembeli. itu, yang paling dominanPropinsi dari pembeli dua melakukan oleh pembelian transaksi besar terjadi pada73 komoditi transaksi beras 115.069.100.000,- 40.435terdiri dari sebanyak, 16 penjual, delapan ton dengan nilai Rp. komoditi di antaranya yang terjadi jumlah Rp. 143.564.335.000,-. Adapun yang paling tiba. bahwa pada tahun 2006 terjadi 171 transaksi, 27 otomatis setiap petani yang lain akan melakukan tanam berbeda dan tidak akan terjadi panen raya, sehingga menekan kekhawatiran pada saat panen dapat melakukan pola tanam sesuai dengan kontrak kontrak dengan sesuai tanam pola melakukan dapat pada pasar lelang dan akan mengakibatkan secara

forward . paling rendah adalah yang forward komoditi agro diminati oleh adalah sebagai berikut: terdapat forward forward forward ini menawarkan peluang usaha dan sistem dan usaha peluang menawarkan ini Berdasarkan data dari pasar lelang Kemudian melihat keadaan pada tahun sistem lelang lelang pola dengan karena disebabkan sarjana para forward berpendidikan SLTP 1,6%. Hal ini menggambarkan menggambarkan ini Hal 1,6%. SLTP berpendidikan bahwa melakukan usaha melalui perdagangan peserta yang berpendidikan 19,6%. SLTA peserta lelang yang sistem mengikuti lelang perdagangan dengan 38 peserta yang berpendidikan Sarjana (62,4%),paling tinggi, terdapat 10 peserta berpendidikan disusul 16,4%, muda Sarjana setingkat atau D3/D4, transaksi, diketahui bahwa sebagian besar peserta sistem dengan perdagangan mengikuti yang lelang lelang peserta lelang dilakukan survey, berdasarkan peserta latar lelang dilakukan survey, belakang, pendidikan, pekerjaan dan frekuensi dengan sistem lelang Jawa Barat tahun 2007-2008, dimana kepada 61 masih cukup besar tinggal bagaimana manajemen pasar lelang menarik pembeli potensial dari DKI Jakarta untuk bisa mengenal/mengikuti transaksi yang sebesar 99,37%. Sedangkanantarpropinsi baru mencapai 14,88%. perdagangan Peluang ini 2007-2008 mengindikasikan tingkat persentase yang yang persentase tingkat mengindikasikan 2007-2008 menggunakan perdagangan dengan sistem lelang tradisional perdagangan dengan jauh sangat masih hasil transaksi lelang yang dilakukan ton? sebesar 28.451 pembeli oleh dua sebesar 191.149,01 ton statistik. Apakah berdasarkan data ini sudah termasuk dengan data dari Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 156 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 157 yang forward Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Selanjutnya, peserta lelang yang mengikuti adalah menginginkan lelangsebulan dan % 40,9 kali dua sebulan 49,2%, peserta sebulan sekali 30 tiga kali hanya 9,9%. Hal ini membuktikan bahwa Frekuensi yang diinginkan sebagian besar peserta lelang yang melakukan transaksi di pasar lelang pasar yang terorganisir. Sebaliknya, para petanitampaknya belum memanfaatkan secara optimal perdagangan dengan sistem lelang tersebut. komoditi yang dicari telah terdapat lelang pada pasar atau sebagai sebagaiatau harga dan komoditi pasar, permintaan informasi baik mengenai ataupun kelompok tani. Di sisi lain, para pengusaha pengusaha para lain, sisi Di tani. kelompok ataupun telah mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pengadaan komoditi agro dimana saja perlu menjadi sosialisasi perhatian terus agar menerus dilakukan kepada para petani eksportir, swasta) yang mencapai 86,9%. Padahal rohnya pasar lelang bertujuan mengangkat harkat martabat para petani. Gambaran tersebut, tentu 13,1% (petani) dengan yangsistem lelang, ternyata masih sangat kecil mengikuti dibandingkan dengan para pengusaha (pedagang, perdagangan peserta eksportir (13,1%) dan 8 lainnya pesertanya petani (13,1%). Bila dilihat persentase dari jumlah bahwa bahwa sebagian besar peserta lelang paling tinggi adalah pedagang sebanyak 27 pesertadisusul (44,3%), kemudian 18 peserta Swasta (29,5%), 8 perdagangan dengan diketahui sistem pekerjaan, lelang belakang latar pada didasarkan perdagangan perdagangan modern yang membutuhkan analisa pemasaran. dan strategi

forward dengan lebih banyak banyak lebih forward forward sehingga apa yang menjadi forward Melihat hasil survey pada peserta lelang sudah dirasakan menimbulkan yang kebutuhan ada secarasehingga lelang, optimal bagi kepuasan/loyalitas pesertapeserta lelang terhadap pasar Pertanyaan lain yang juga perlu dijawab apakah adalah keberadaan pasar lelang manfaatnya sistem lelang keunggulan dalam kenyataannyamenjadi belum bisa kebutuhan bagi penjual/pembeli. mencapai 14,88%. Ini baru satu komoditi komoditi belum yang lain. bagi manajemen pasar lelang Hal yang menggunakan ini suatu tantangan perdagangan lain masih terlalu kecil, bila melihat baru beras komoditi misalnya 2007 tahun transaksi 0,63% atau perdagangan ke luar Jawa Barat hanya keunggulan perdagangan di pasarmenggunakan lelang yang sistem lelang meningkatkan harkat Kenyataannya, keberadaan martabat pasar lelang parabelum optimal petani. bagi kepentingan petani. Jadi 86,9% dan sebulan sekali menjadi perhatian 49,2%.manajemen pasar lelang sesuai Hal ini harus dengan konsep pendirian awal peranannya untuk berdasarkan pendidikan, pekerjaan dan frekuensi, diperoleh gambaran: sarjana 62,4%, pengusaha lelang dan memudahkan melakukan konsolidasi produknya. memilih memilih sebulan sekali dengan alasan disesuaikan dengan spesifikasi hasil pertanian, masaketentuan tanam, pasar lelang dan kesiapan para peserta peserta lelang lebih cenderung untuk melakukan lelang sistem dengan transaksi Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 158 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 159 . Kondisi forward Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi apa keunggulannya dengan forward , maka dalam globalisasi perdagangan Konsep Pemasaran Masyarakat menegaskan Dalam mempertahankan keberadaan Pasar lebih efektif dan efisien, dibandingkandengan pesaing tetap memeliharakesejahteraan masyarakat dan konsumen”. Uraian atau meningkatkan kebutuhan, keinginan, dan minat dari pasar sasaran sasaran pasar dari minat dan keinginan, kebutuhan, secara diinginkan yang kepuasan memberikan dan transaksi ulang dalam pasar lelang. transaksi ulang dalam pasar lelang. bahwa “tugas organisasi adalah menentukan pada perasaan puas, bukandengan loyalitas. merubah Artinya, pendekatan pelanggan, secara maka pelanggan loyalitas akan melakukan hanya melakukan pendekatan kepuasan pelanggan pelanggan kepuasan pendekatan melakukan hanya (konvensional) tentunya belum bisa diandalkan, terbatas hanya lelang pasar pelanggan para karena pelanggan, sedangkan pendekatan kontemporer pada loyalitas pelanggan. Perlu diingat, bahwa telah mengalami pergeserankonvensional ke dari arah pendekatan pendekatan kontemporer. Pendekatan konvensional menekankan kepuasan Lelang dengan sistem forward transaksi sistem lelangharus mempunyai orientasi pasar global yang berskala nasional. dilakukan penjual/pembeli. memerlukan tentunya Apakah tersebut Hal kelemahannya? masih ada juga namun mendalam, lebih saja tidak yang kajian penyelenggara pasar lelang yang menggunakan sistem lelang sistem perdagangan lain yang selama ini telah lelang dengan sistemini lelang mengisyaratkan pentingnya perhatian dari ), informasi, skill ) industri agrobisnis di tingkat Secara demikian, tampaknya hal itu akan Dengan kata lain, penulis juga dapat Dari keseluruhan paparan di atas yang center of excellence nasional. Ketersediaan sumber daya yang andal, lengkap dan terintegrasi adalah dalam suatu maju keharusanberkiprah ingin yang daerah suatu bagi Jawa Barat sebagai salah ( satu pusat unggulan perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara perdagangan bebas di kawasan dapat menghambat upaya pembangunan Propinsi belum berlangsung sebagaimana yang diharapkan, yang sebagaimana berlangsung belum sehingga belum mampu mendorong tercapainya daya saing Jawa Barat di dalam menghadapi yang tertuang dalam kajian teoretis pada Bab II,diperoleh keterangan bahwa implementasi AFTA perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat menginter-pretasikan bahwa dari sudut pandang faktor ketersediaan sumber daya sebagaimana implementasi AFTA komoditas pertanian di Jawa Barat. sumber daya yang dimiliki Jawa Barat berdampak pada tidak maksimalnya pendayagunaan potensi daerah Jawa Barat secara maksimal dalam dan wewenang dan fasilitas-fasilitas, penulis dapat penulis fasilitas-fasilitas, dan wewenang dan menginterpretasikan bahwa adanya keterbatasan berkenaan dengan ketersediaan sumber daya yang yang daya sumber ketersediaan dengan berkenaan meliputi sumber daya manusia dengankuantitas kriteria dan kualitas (keahlian/ memperhatikan lingkungan hidup, sumber daya, sosial. juga pelayanan di atas menunjukkan bahwa yang menjadi perhatian perhatian menjadi yang bahwa menunjukkan atas di sifatnya adalah masyarakat pemasaran konsep dari Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 160 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 161 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Perlu diingat, apabila para pelaksana Penelaahan atas disposisi ini berkisar pada Karena itu, kaitannya dengan Jawa Barat, 4.3.3 Kecenderungan dari Para Pelaksana (Disposisi) 4.3.3 Kecenderungan Demikian halnya dengan kebijakan perdagangan komoditas pertanian. Apabilabersifat baik kepada para kebijakan pelaksana dimaksud, maka kebijakan awal. tersebut kebijakan keputusan pembuat oleh sebagaimana diinginkan tujuan yang (implementor) sudah memahami latar belakang, maksud dan tujuan kebijakankemungkinan yang besar ada, mereka akan maka melaksanakan Industri dan Perdagangan Induk hal tersebut. menjadi objek dari kajian mengenai di Jawa Barat dan Perdagangan Agro Jawa Baratpelaksana merupakan kebijakan. Perdagangan Selain RI termasuk itu, di Departemen dalamnya Dinas yang yang menjadi tujuan dari para pembuat kebijakan awal. Dalam konteks tersebut, Dinas Industri kebijakan dalam kemudian melaksanakan atau tidak melaksanakan memahami, kebijakan mengerti yang ada dan sesuai dengan keinginan pelaksana kebijakan, tidak pembuat menyentuh kepada kebijakan awal.sebagai Disposisi kecenderungan dipahami dari para pelaksana mendukung posisi Asia Tenggara. di kawasan perdagangan bebas tawar Jawa Barat dalam untuk mengantisipasi kelemahan di atas, ke depan ke atas, di kelemahan mengantisipasi untuk perlu ditingkatkan pengembangan kualitas kuantitas dansumber daya yang dapat berdayaguna perdagangan luar negeri. luar negeri. perdagangan para

yang setara dengan dengan setara yang sense of motivation motivation of sense Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat Berdasarkan hasil wawancara dengan Namun demikian, Kasi Perdagangan Luar dan data yang komprehensif sesuai harapan para dan pengusaha tersebut. calon investor dalam kerangka AFTA. Dalam kenyataannya, para Dalam kenyataannya, AFTA. dalam kerangka implementor tidak dapat memberikan informasi memerlukan informasi dan data mengenai kondisi objektif kesiapan komoditas-komoditas pertanian unggulan Jawa Barat yang akan dipasarkan kebijakan perdagangan komoditas pertanian agro AFTA, kesepakatan kerangka Dalam Barat. Jawa di pengusaha dan investor calon para ketika misalnya implementor diperoleh informasi bahwa pelayanan pelayanan bahwa informasi diperoleh implementor yang diberikan tidakkeinginan untuk berhasilnya sebuah program dari memberikan gambaran pelaku ekonomi yang menikmati pelayanan dari kebutuhan dari penanganan terhadapperdagangan kebijakan dari timbul yang persoalan berbagai komoditas pertanian ini. pelaksana yang kurang baik terhadap kebijakandimaksud. Implementor di tingkat staf, misalnya, memiliki tidak kebijakan perdagangan bebas bidang komoditas pertanian agro ini terdapat kecenderungan dari Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Agro Perdagangan dan Perindustrian Dinas Negeri Propinsi Barat Jawa mengemukakan dalam bahwa dari pembuat kebijakan yang sudahdalam disepakati organisasi regional Tenggara. negara-negara Asia kemungkinan besar para implementor kebijakan tersebut akan melaksanakan dengan baik tujuan Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 162 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 163 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi (Zona Ketidakacuhan) Ketidakacuhan) (Zona Zone of Indifference of Zone Boleh jadi, berdasarkan pengamatan di hanya memposisikan bahwa perdagangan bebas AFTA bukan ditangani, merupakan karena tidak tugas terdapat dalam tupoksi yang harus dalam menanggapi persoalandengan Perdagangan yang bebas ini. berkaitan Dinas Pertanian menganggap tidak penting kebijakan dimaksud. Seperti sudah dipaparkan di muka,memadai yang bahwa respon Dinas memiliki tidak pun Pertanian Berbagai instansi tidak memahamikebijakan secara tentang utuh perdagangan sehingga muncul bebassikap yang tidak tersebutpeduli bahkan yang cukup tajam antardinas/ instansi terhadapkebijakan kesepakatan AFTA itu sendirimemahami tujuan dalam dasar dari kebijakan tersebut. lapangan terlihat adanya perbedaan pandangan penyelesaian dari kebutuhan mendasarekonomi pelaku perdagangantersebut. komoditas pertanian waktu yang cukup lama dalam prosesnya. Mereka, Mereka, prosesnya. dalam lama cukup yang waktu cenderung kebijakan pelaksana para ini, hal dalam menjanjikan waktu yang lama untuk sebuah produksi komoditas agropelaku yang ekonomi diajukan tertentu, oleh juga membutuhkan dengan perilaku malas-malasan yang ditunjukkan dalam melakukan pelayanan pengolahan langsung.untuk surat pembuatan keperluan satu Bahkan lembaga implementor. Lebih jauh lagi, dari hasil pengamatan dalam pemberian pelayanan publik juga memang sikap tak acuh tersebut muncul semacam semacam yang diperlihatkan oleh para staf yang ada dalam Perbedaan Perbedaan pandangan tersebut tidak mendapat tanggapan berarti. Seringkali yang hadir yang Seringkali berarti. tanggapan mendapat hanya staf noneselon atau bahkan tidak dihadiri oleh dinas-dinas terkait tersebut. kegiatan yang berupa seminar yang diadakan oleh Dinas implementor pun tidak atau lokakarya AFTA dalam perdagangan komoditas pertanian di AFTA Jawa Barat dari Dinas Industri dan Perdagangan yang tidak mendapat respon sama sekali. Bahkan respon dari permintaan yang dilayangkan dalam bentuk surat resmi dari dinas implementor. Tidak sedikit surat yang berhubungan dengan kebijakan tentang AFTA di bidang perdagangan komoditas agro. Prioritas kebijakan memberikan dalam pula yang acuh tak berbedasikap menggiring tersebut hari ketimbang harusyang memberikan khusus perhatian kepada pelaksanaan kebijakan Perbedaan tersebut lebih terlihat sikap sebagai yang memperlihatkan suatu bahwa ada prioritas yang berbeda dalam pelaksanaan tugas sehari- permohonan bantuan dari pihak implementor. dari pihak implementor. permohonan bantuan vulgar. yang (sikap) kebijakan dalam diperlihatkan dinas yang lain yang memiliki pandangan sama yang terhadap usulan, ajakan atau bahkan tercantum pola yang sama dengan Dinas Industri dan Perdagangan Agro kebijakan sebagai perdagangan bebas. implementor Belum lagi dinas- Pertanian, dalam SOTK koordinasi yang hanya harus dilakukan terdapat dengan Industri Dinas pola dan Perdagangan induk, dan tidak (tugas pokok dan fungsi) Dinas tersebut. Bahkan berdasarkan keterangan informan dari Dinas Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 164 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 165 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Secara internal, di lingkungan Dinas Industri Selain itu, terdapat kebijakan lain yang meskipun tidak bersentuhanpemahaman Adanya AFTA. kesepakatan kebijakan langsung perdagangan dengankebijakan terhadap staf dari salah yang di luar ancaman, sesuatu sebagai dikatakan komoditas dapat tersebut pertanian agro. Kegiatan Kebanyakan dari mereka menjadi konsultan dari perusahaan pelaku ekonomi berbagai yang bidang, bergerak tidak jarang di kegiatan tersebut wawancara, diketahui bahwa para staf implementor implementor staf para bahwa diketahui wawancara, ternyata memiliki kegiatan sampingankantor yang berhubungan di dengan luar perdagangan. tersebut terindikasi dari adanyakepentingan pribadi atau organisasi dari staf yang sentuhan dari hasil Berdasarkan ini. implementor Dinas pada ada sebab lain implementasi yang kebijakan kesepakatan menjadiAFTA. Hal penghambat dari kerangka perdagangan komoditas agro. kerangka perdagangan komoditas dan Perdagangan Agro Jawa Barat juga terdapat memberikan dorongan untuk melakukan “masa sikap bodoh” atau bahkan dalam terutama penolakan bebas, pasar kesepakatan terhadap kebijakan tersebut dalam tatanan persaingan bebas di pasar dunia. Kesepakatan terhadap kebijakan lain ini bersifat memberikan proteksi kepada petani tebu, palawija petani kepada dan rotan pengrajin kepada ketimbang harus mempertemukan para petani bertentangan secara mendasar denganPertanian Dinas kebijakancontoh Sebagai AFTA. kesepakatan Jawa Barat, akan lebih menyetujui kebijakan yang mereka mereka setujui untuk dilakukan, dimana substansi Dengan demikian, kecenderungan dari Memang dalam pemahaman teoretis ada atau menerima mutasi ke dinas lain. atau menerima mutasi ke dinas adanya memperlihatkan tidak kebijakan pelaksana dengan yang sudah dijelaskan, bahwa staf yang sudah masuk ke Dinas tersebut akan sulit ke luar memungkinkan, sebab evaluasi kinerjanyatidak pun mendapat perhatian memadaisejalan tersebut Hal Sate. Gedung di pemerintahan dari pusat menginginkan untuk bisa dipindahtugaskanDinas ke tersebut. Apalagitidak sangat dimaksud Dinas di profesional tenaga untuk menggunakan tidak tepat apabila dilakukan pada Dinas Industri dan Perdagangan Agro, personil karena birokrasi secara dari instansi umum mana pun tidak dengan melakukan perubahan personil birokrasi. Akan tetapi perubahan personil birokrasi sangat upaya yang dapat dilakukan dalam disposisi menangani yang tidak kondusif seperti ini, yakni Dinas tersebut sehingga akan sulit untuk mendapat mendapat untuk sulit akan sehingga tersebut Dinas lainnya instansi/dinas ke jabatan mutasi kesempatan instansi penghasil. dikenal sebagai yang kebijakan AFTA hanya akan menambah kegiatan dalam dibutuhkan mereka bahwa memastikan dan yang lebih “basah” sehinggaacuh yang tinggi timbulterhadap kebijakan kesepakatan kesan tak Dalam pandangan personil AFTA. demikian, yang tak acuh kepada kebijakan tersebut. di Belumantara mereka lagi masih memiliki keinginan yang tinggi untuk bisa dimutasikan ke instansi lain komoditas pertanian agro justrupemikiran menimbulkan negatif yang akan menciptakan sikap Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 166 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 167 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Keseluruhan paparan berkenaan di atas yang Tentu saja, apabila Tentu muatan untuk manipulasi sedikitpun mengarah pada kepentingankeberhasilan implementasi kebijakan kesepakatan untuk AFTA. Berbagai situasi yang mengitari posisi (disposisi), dapat diinterpretasikan bahwa faktor tidak kebijakan pelaksana para dari kecenderungan implementasi kebijakan dimaksud. dengan kecenderungan dari para pelaksana keuangan di bawah Sekretarisdianggap sebagai sesuatu yang Daerah)di luar kewajaran. karena Kondisi ini justru akan menghambat dari insentif tersebut dicantumkan cenderung ke dalam akan APBD ditolak oleh Legislatif Panitia Anggaran dan Panitia Anggaran Eksekutif (Biro Propinsi Jawa Barat. Propinsi Jawa APBD. Terlebih lagi, proposal tersebut menjadi satu satu menjadi tersebut proposal lagi, Terlebih APBD. dalam pembahasan panitia anggaran eksekutif Keuangan Biro di Kepala dan Daerah Sekretaris bawah Barat bukan merupakan dinasmemiliki kewenangan tinggi untuk mengeluarkan penghasil yang sejumlah dana kecuali melalui ajuan proposal dalam melaksanakan tugasnya. Namun demikian, Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa implementor melalui manipulasi insentif-insentif. kemudian apabila berguna sangat akan ini Langkah memberikan akibat positif kepada implementor perdagangan komoditas agro. Langkah yang paling paling yang Langkah agro. komoditas perdagangan mudah berdasarkan saranteoretis dari pertimbangan adalah dengan mengubah sikap dukungan yang memadai untuk melaksanakankebijakan implementasi AFTA dalam bidang Dengan kata lain, penulis juga dapat mengin- dapat juga penulis lain, kata Dengan Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dimaknai dimaknai dapat tersebut, kondisi Berdasarkan pertanian di sebagaimana Jawa yang diharapkan, Barat sehingga belum belum berlangsung sebagaimana yang tertuang dalam kajian teoretis, implementasi AFTA perdagangan komoditas terpretasikan bahwa dari sudut pandang kecenderungan faktor dari para pelaksana (disposisi) masing-masing, dan belum terakomodasi dalam suatu sistem keterpaduan pengembangan ekspor Barat. komoditi agro Jawa pengembangan sistem informasiperdagangan. Selain itu, industri pengembangan tahapan egosektoral dankepentingan oleh didominasi masih ini informasi industri dan perdagangan; yang meliputi yang perdagangan; dan industri informasi pengembangan jaringan informasi pusat data dan bahwa perilaku pelaksana (disposisi) implementasi (disposisi) pelaksana perilaku bahwa di pertanian komoditas perdagangan bidang AFTA sistem pengembangan tahap pada baru Barat, Jawa tidak dapat diharapkan. diwujudkan sebagaimana yang pelaksanaan kebijakan kesepakatan tentang AFTA pertanian, komoditas perdagangan kerangka dalam perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat. Artinya, terbukti bahwa untukfaktor kecenderungan pelaksana (disposisi) dalam memanfaatkan bagi pelaksanaan kebijakandiinterpretasikan dimaksud. bahwa disposisi tidak Dapat menjadi pendukung implementasi AFTA bidang Dinas pelaksana implementasi kebijakan semakin pendorong dijadikan untuk ini faktor mempersulit Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 168 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 169 ) (SOP) yang bersifat Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Bureaucratic Structure Sifat dari SOP memang dimaksudkan untuk Struktur birokrasi setingkat dinas di 4.3.4 Struktur Birokrasi ( 4.3.4 Struktur Birokrasi Berdasarkan ketentuan SOTK Pemerintah Daerah, dengan disamakan struktur pembagian dan fungsi dalam jajaran tugas/fungsi, akan tetapi ini struktur tidak dijabat oleh staf yang memiliki eselon. staf yang memiliki Bendahara kekhususan bahwa disini di bawah disebutkan Kepala Perlu Subdinas. Dinas, meskipun memiliki struktur tersendiri Agro Jawa Barat yang memiliki struktur organisasi struktur memiliki yang Barat Jawa Agro mulai dari Kepala Dinas, Kepala Subdinas, Kepala Seksi, Kepala Bidang, Kepala Tata Usaha sampai mengatasi persoalan-persoalan yang sama seperti yang pernah dihadapi di halnya masa dengan lalu. Dinas Industri Demikian dan Perdagangan terjadi di masa lalu. birokrasi dinas yang sudah baku tersebut terdapat Standard Operating Procedures rutin dan dirancang atas dasar situasi tipikal yang persetujuan dari merupakan bentuk DPRDumum pada lembaga teknis di Propinsi lingkungan pemerintahan Jawa daerah. Dalam struktur Barat Bahkan pembentukannya yang didasarkan Sistem Organisasi dan Tata Kerja yang mendapat lingkungan pemerintahanberbeda dengan struktur birokrasi dinas Jawa lainnya. Barat tidak kawasan Asia Tenggara. kawasan mampu mendorong tercapainya daya saing Jawa Barat di dalam menghadapi perdagangan bebas di ). Sebagaimana ). contemporary issues contemporary Tidak hanya itu, tuntutan untuk menyesuaikan menyesuaikan untuk tuntutan itu, hanya Tidak Seperti telah dijelaskan dalam paparan Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya diri dengan perubahan merupakan kondisi yang wajar dalam organisasi modern. Sedangkan SOP bersifat menghambat perubahan. Semakin besar perdagangan komoditas pertanian. dan personil untuk memadai tidak Barat Jawa birokrasi Agro Perdagangan di Dinas Industribidang mendukung AFTA implementasi kebijakan dan terdapat persepsi di yang Dinas struktural ini secara menempatkan bahwa sebagaidipastikan dapat demikian, posisi posisi terbuang. Dengan Industri dan tergolong personil Perdaganganyang tidak memiliki kualifikasi Agro terhadap tugas Jawa yang diemban. Belum Barat lagi masih mengenai sumber daya manusia, personilduduk dalam jabatan yang eselon di lingkungan Dinas dan pengalaman memadai dalam struktur Dinas tersebut. pada struktur birokrasi yang berorientasi pada situasi di situasi pada berorientasi yang birokrasi struktur oleh pula didukung semakin tersebut Hal lalu. masa pengisian staf yang tidak memiliki kemampuan penanganan yang komprehensif, Dinas Industri memiliki Barat hanya Agro Jawa dan Perdagangan sifat dari SOP dari yang mengharuskan tipikal dan didesain mengemuka bebas perdagangan dengan di asumsi masa lalu, maka ketika isu kesulitan ketika terjadi persoalan yang menyangkut menyangkut yang persoalan terjadi ketika kesulitan ( kekinian isu-isu dinas-dinas lainnya daerah. pemerintah yang ada di lingkungan Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 170 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 171 menghambat menghambat Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi yang membutuhkan penanganan cepat Standard Operating Procedures Operating Standard Pertimbangan teoretis memang Sedangkan SOP yang ada di Dinas Industri Perdagangan dan Agro Jawa Barat lebih merupakankeseragaman yang terbentuk dari kondisi SOTK terdapat dalam strukturkebijakannya. dalam keuntungan organisasi orientasi memiliki bisnis yang bersifat fleksibelmemadai, dan sehingga memiliki mampu perubahan. saja, Hanya SOP sedemikian itu kontrolhanya adaptif yang terhadap memungkinkan SOP berguna kepadaperubahan. tuntutan Akan tetapi kemungkinandirancang yang SOP syarat dengan dipenuhi harus tersebut di lapangan tidak dapat dilaksanakan oleh Dinas tersebut secara memadai. barang-barang yang dimasukkan ke dalam kategori kategori dalam ke dimasukkan yang barang-barang fast track penyesuaian dengan tuntutan perubahanbersamaan yang datangnya dengan itu kebijakan sendiri. AFTA Beberapa keputusan mengenai jenis bidang komoditas pertanian di Jawa Barat. Prosedur Prosedur Barat. Jawa di pertanian komoditas bidang standar kerja yang tidak memiliki ada kemampuan pada untuk Dinas melakukan tersebut yang diambil dalam AFTA sangat dibutuhkan untuk untuk dibutuhkan sangat AFTA dalam diambil yang dapat melaksanakan tugas implementasi AFTA Perdagangan Agro Jawa Barat,suatu dari perubahan Tuntutan sama. juga yang kondisi ditemukan kondisi pasar bebas sesuai dengan kesepakatan peluang peluang jalannya implementasi kebijakan. Dari observasi yang dilakukan terhadap Dinas Industri dan kebijakan membutuhkan perubahan besar dalamsemakin organisasi, cara-suatu dari rutin yang cara Berdasarkan hasil wawancara dengan Di samping itu, apabila dilakukan pengkajian dilakukan apabila itu, samping Di dengan Dinas Industri dan Perdaganganmengenai induk Surat Izin Tempat Contoh Usahanyaini memberikan (SITU).bukti bahwa penyebaran lembaga/badan usaha pengembangan agro untuk usaha melakukan masih harus berurusan informan di tingkat keputusan Dinas untuk memberikan dimaksud, izin kepada suatu sebuah satu lingkup kepemimpinan, sehingga keputusan yang akan diambil akan menghadapi ketika akan diimplementasikan. kesulitan di berbagai dinas. Sumber-sumber dan kewenangan kewenangan dan Sumber-sumber dinas. berbagai di yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalahdalam tidak yang kerja unit dalam terdistribusikan kesulitan dalam tersebar penyelesaian yang kerja unit beberapa masalah-masalahmenyangkut yang fungsi-fungsi yang memiliki kaitan erat, namunstrukturnya tersebar dalamyang beberapa berbeda. instansi Fragmentasi ini menimbulkan secara lebih Barat Jawa daerah pemerintahan dalam di luas birokrasi ditemukan bahwa bersifat tumpang tindih. Masih terdapat fungsinya struktur dapat adaptif terhadap tuntutan perubahan. tuntutan perubahan. dapat adaptif terhadap politik legislatif. Artinya, struktur birokrasi yang menjadi kajian penulisan ini tidak tidak fleksibel memiliki dan kontrol yang memadai sehingga panjang dan politik, sebab harus berhadapan berbagai dengan berbagai kepentingan liku-liku yang ada bernuansa di lingkungan lembaga secara umum. terhadap Untuk SOTK dibutuhkan melakukan waktu yang cukup perubahan Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 172 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 173 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Belum lagi adanya pengaruh antarfaktor wajar wajar apabila para pelaku ekonomi mengeluhkan pelayanan yang Agro terhadap berbagai Industri dan Perdagangan bisa diberikan oleh Dinas cukup menciptakan suasana tidak kondusif bagi lingkungan kerja staf pada Dinas tersebut. Sangat secara struktural pemerintah daerah tidaksebab isu siap,keinginan untuk mengembalikan Dinas implementor kepada Dinas induknya sudah induknya. induknya. Kondisi tersebut semakin mempersulit upaya implementasi AFTA bidang perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat. Artinya, ini, muncul kepentingan dari kelompok tertentu yang mendapat dukungan Dinas kepada tersebut Dinas dari mengembalikan untuk pihak legislatif semula, merupakan tanda-tanda ke arah pengaruh pengaruh arah ke tanda-tanda merupakan semula, langsung dari kedua faktor tersebut. Dalam hal Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat. Agro Jawa Dinas Industri dan Perdagangan Industri Dinas melikuidasi untuk keinginan Adanya dan Perdagangan Agro kembali ke induknya SOP dan fragmentasi yang dapat menimbulkankeinginan destruktif terhadap struktur birokrasi yang kesemuanya bermakna tidak implementasi kebijakan. mendukung perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat ketika muncul suatu tekanan dari pihak legislatif, kelompok kepentingan atau pejabat eksekutif memberikan kesulitankebijakan tentang AFTA. Fragmentasi ini semakin dalam menghambat implementasi implementasi AFTA bidang tanggung jawab tanggung terhadap jawab suatu kebijakan wilayah tersebar di beberapa yang berbeda, unit kerja yang Dalam kaitan kondisi implementasi AFTA Ini berarti, struktur birokrasi di Propinsi Mengacu pada paparan di atas yang karena lingkungan strategis perdagangandi kawasan Asia Tenggara agro sudah berubah secara dinamis. Dengan kata lain, pengkajian ulang perubahan lingkungan yang ada, antara lain melalui melalui lain antara ada, yang lingkungan perubahan perubahan struktur organisasi yang lebih dinamis bidang komoditas dengan diri menyesuaikan perlu birokrasi struktur pertanian di Jawa Barat mampu menunjukkan kinerja atau prestasi kerja yang baik dalam menghadapi tersebut. tuntutan perubahan-perubahan atau memenuhi sosial, dan politik akan keberhasilan berpengaruh terhadap dalam Sebagai implementasi konsekuensinya, kebijakan. organisasi dituntut perubahan lingkungan yang ada. Secara teoretik, lingkungan terdiri yang dari lingkungan ekonomi, di Jawa Barat. di Jawa Barat Jawa perlu untuk menyesuaikan diri dengan Dinas Industri dan Perdagangan Agro Jawa Barat dalam menangani keseluruhanimplementasi AFTA bidang komoditas permasalahan pertanian yang ada sekarang hanya bertumpu, dan terlalu mengandalkan pada satu institusi teknis yakni berkenaan dengan dapat diinterpretasikan faktor bahwa struktur birokrasi struktur birokrasi, terlihat menjadi penghambat dalam implementasi terutama ASEAN, bebas perdagangan kesepakatan komoditas pertanian. pada bidang perdagangan kepentingan yang mereka. Hal berkaitan ini dikarenakan struktur dengan birokrasi usaha Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 174 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 175 harus menentukan , pembangunan , Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi (immediate years) Terdapat Terdapat beberapa implikasi kebijakan yang Hasil elaborasi dengan berbagai pihak yang Dari sudut pandang faktor struktur birokrasi skala prioritas antisipasi terhadap agenda hubungan hubungan agenda terhadap antisipasi prioritas skala internasional yang mendesak, sebab dalam waktu beberapa tahun lagi internasional tentang potensi-potensi lokal apa saja apa lokal potensi-potensi tentang internasional Kedua Barat. Jawa oleh dimiliki yang upaya membangun dan atau mengembangkan kerja kerja mengembangkan atau dan membangun upaya sama dengan luar negeri. Pertama berstandar dan komprehensif yang data pangkalan kiranya perlu diambil oleh setiap pemerintahan Barat, daerah dalam di Jawa Indonesia, khususnya dari tingkat nasional sampai dengan tataran para dengan berkenaan yang pemikiran terdapat petani, implikasi kebijakan sebagai berikut: berkepentingan dengan implementasi AFTA bidang bidang AFTA implementasi dengan berkepentingan perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat 4.4 Implikasi Kebijakan mampu mendorong tercapainya daya saing Jawa Barat di dalam menghadapi perdagangan bebas di Asia Tenggara kawasan pertanian di Jawa sebagaimana yang Barat, diharapkan, sehingga belum belum berlangsung sebagaimana yang tertuang dalam kajian teoretis, implementasi AFTA perdagangan komoditas birokrasi tersebut perubahan andal lingkungan perdagangan dan agro dalam Asia Tenggara. kawasan di adaptifAFTA kerangka dengan terhadap keberadaan struktur birokrasi di Propinsi di birokrasi struktur keberadaan terhadap Jawa Barat saat ini, perlu dilakukan agar struktur (data (World Hal ini mutlak ini Hal dalam rangka World World Intelectual , Potensi Lokal Potensi dalam dunia perdagangan dunia dalam yang yang mengatur berbagai faktor Data Base ). potensi daerah Jawa Barat yang berstandar Gagasan-gagasan yang terkandung dalam Salah satu faktor yang sangat mendesak untuk untuk mendesak sangat yang faktor satu Salah public needs (Trade Related on Intellectual Property Rights/TRIPs). Property Related on Intellectual (Trade Trade Related on Intellectual Property Rights (TRIPs) Trade Organization) Trade rights property intelectual mereka dalam global, interaksi terutama dengan sejalanbersama dengan masyarakat di antara kesepakatan negara-negara WTO ramai diperbincangkan dalam berbagai pertemuan berbagai dalam diperbincangkan ramai dan diskusi. Upaya ini perlu dilakukanusaha sebagai untuk melindungi kekayaan intelektual segera dibangun terutama untuk terhadap perlindungan hak komunal kepemilikan (adat intelektual, dan dimana saat lokal) ini mulai atas internasional sesuai aturan dalam (WIPO). Organization Rights Property Jawa Barat dengan luar daerah adalah pembangunan pangkalan negeridata di era otonomi base) 1. Pembangunan 1. Pembangunan daerah sama kerja membangun proses dalam dikaji ( Barat. Keempat, perlu dibuatpengembangan prosedur kerja umum publik kebutuhan berbasis yang negeri sama luar dengan daerah Jawa Barat peningkatan kualitas pelayanan publik, perlu dikaji dikaji perlu publik, pelayanan kualitas peningkatan baru struktur pembangunan adanya kemungkinan di tingkat pemerintahan Propinsi, termasuk Jawa segera diikuti oleh bangsa Indonesia,Propinsi termasuk Jawa Barat. Ketiga Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 176 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 177 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Di lain pihak, dalam masyarakat tangible. Misalnya saja ada peluang terjadi perselisihan terjadi peluang ada saja Misalnya Pembangunan pangkalan data potensi lokal dengan pihak asing/luar negeri apabila masyarakat masyarakat apabila negeri asing/luar pihak dengan Desa Cilembu, Manis Ubi yakni unggulannya produk mengekspor Kabupaten Sumedang akan dalam konteks TRIPs dengan negara-negara maju. dalam konteks TRIPs dengan Padahal keberadaan pangkalandijadikan sebagai data suatu ini amunisi dapat apabila berselisih Indonesia, termasuk negara- berkembang, negara dengan TRIPs. Dewasa ini baru dua negara yang mempunyai pangkalan data yang komprehensif lengkap dan yakni negara India dan Brasil. mutlak diperlukan terutama sebagai alat kontrol bagi daerah-daerah di Indonesia, ketika apabila menghadapi suatu perselisihan yang berkaitan paradigma yang dianut IPRs selama ini. dianut paradigma yang kaitannya kaitannya dengan wilayah geografis. Dengan kata lain, paradigma yang dianuttradisional oleh dan masyarakat lokal tersebut berbeda dengan kekayaan intelektual tradisional tetapi dan benda, sebagai benda lokal memperlakukan hanya tidak juga benda itu berkaitan dengan tanah, yang erat yang yang paling utama adalah keterikatan hubungan pengaturan Artinya, manusia. dengan tanah antara komunitas mereka adalah kepatuhanpimpinan terhadap adat dengan dukungan bahwa diketahui Nusantara, di adat hukum Dalam hukum adat. pada hak yang berkaitan dengan hukumyang benda tradisional dan lokal yang menjadi pedoman orientasinya bersifat privatisasi. individual Ide dan dasar bercorak TRIPs lebih menekankan go (World (World akan mulai akan sudah dimiliki (Deklarasi Bogor) (satu perdagangan dari negara-negara (sweet potatoes) 2020. Pada tahun 2010 juga ada khususnya dalam menghadapi Bogor Declaration One World Trade Vision Secara bersamaan pada tahun 2020 akan Sesuai dengan namanya Deklarasi Bogor, Pemikiran di atas perlu menjadi peringatan Intellectual Property Rights Organization) Organization) Rights Property Intellectual dunia) oleh WTO sertaASEAN akhir penerapankemungkinan pengaturan ketat daridari WIPO berlaku juga pasarnya) pasarnya) atas dasar MFN kepada negara-negara anggota maju negara-negara kepada termasuk lain, APEC. 2010. Sesudah itu, mulai tahun 2020, negara-negara negara-negara 2020, tahun mulai itu, Sesudah 2010. ASEAN, termasuk Indonesia, harus memberikan preferensi penuh (baca: membuka penuh pangsa Most Favoured mulai Nations akan (MFN)yang APEC, dalam tergabung yang maju melibera-lisasikan perdagangannya pada tahun Bogor, mulai tahun 2010 negara-negara ASEANakan dapat memanfaatkan preferensi atas dasar deklarasi tersebut Indonesia. ditetapkan Sesuai dengan kesepakatan di Deklarasi Kota Bogor, 2010 bagi negara-negara anggota APEC. anggota 2010 bagi negara-negara Agenda Hubungan Luar Negeri 2. Skala Prioritas dekat harus diikuti oleh bangsa Indonesia, misalnya misalnya Indonesia, bangsa oleh diikuti harus dekat implementasi dini untuk international mempersiapkan waktu dalam yang internasional peristiwa-peristiwa Jawa Barat produk ubi manis negeri. asing di luar satu perusahaan oleh salah Cilembu Cilembu secara besar-besaran dalam suatu format paten hak ini dewasa sebab profesional, yang bisnis Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 178 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 179 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Biro Kerja Sama Luar Negeri ini mungkin Mengkaji begitu luas dan kompleksnya Permasalahannya sekarang, sudah siapkah Setda Propinsi Jawa Barat Setda Propinsi Jawa Pemerintah Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat yaitu Biro Kerja sama Luar Negeri. di tingkat Propinsi Jawa Barat membuka wacana pembentukan struktur baru di Sekretariat peluang dan tantangan dihadapi yang serta dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan tampaknya sudah saatnya publik,para elit pemerintahan 3. Struktur Baru: Biro Kerja sama Luar Negeri di menggenjot pertumbuhan ekonomi nasionalnya masing-masing. sampai ke tingkat daerah-daerah dengan dukungan dukungan dengan daerah-daerah tingkat ke sampai teknologi dan informasi yang adikuat untuk kemudahan (preferensi) liberalisasi perdagangan yang akan diberikan oleh negara--negaraanggota APEC. Jaringan mereka majusudah dibangun 2010 India dan Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam yang empat negara sudah jauh-jauh ASEAN hari siap-siap untuk yaitu menikmati menghadapi implementasi Deklarasi Bogor tahun 2010. Menurut pengamatan penulis, mulai tahun Pemerintahan Terutama atas? di tantangan dan peluang tingkat memasuki Propinsiyang paling mendesak Jawa adalah persiapan Barat dalam pasar dunia. pasar dunia. Pemerintah Pusat (Indonesia), termasuk diimplementasikan, dan mencapaipada tahun 2020 ketika saat itu sudah tercipta satu puncaknya ) Public Needs Implikasi kebijakan poin ke empat di atas, Diharapkan dengan makin meningkatnya Struktur baru ini juga menuntut peningkatan Daerah Jawa Barat dengan Luar NegeriBerbasis Kebutuhan Publik ( yang sangat erat kaitannya dengan upaya pengembangan pengembangan upaya dengan kaitannya erat sangat kerja sama daerah Jawa Barat dengan luar Negeri, khususnya pengembangan kerja sama daerah 4. Prosedur Umum Pengembangan Kerja Sama luar negeri, maka upaya membangun kerja sama luar negeri dalam rangka pemberdayaan potensi didayagunakan. daerah dapat secara maksimal pengetahuan dan keterampilan aparat pemerintah terlibat dalam daerah pengelolaan yang hubungan menuntut pengertian tentang sistem dan kerangka pemikiran kebijakan negara lain. hukum internasional, dan negosiasi dalam keterampilanpenting sangat menjadi akan asing bahasa internasional, dan dalam setiap forum yang keterampilan dan kompetensi aparat pemerintah, misalnya saja pengetahuan internasional, tentang hubungan ekonomi-politik internasional, sekaligus peningkatan kualitas pelayanan publik. kualitas pelayanan sekaligus peningkatan sinergis dan menjadi aparat pemerintah terdepan dalam daerah potensi pemberdayaan upaya dalam membangun kerja sama dengan luar negeri dan Multilateral, Bagian Administrasi Kerja sama, Diharapkan Lembaga. antar dan Humas Bagian dan keempat bagian ini dapat terintegrasi secara paling tidak terdiri dari empat bagian yaitu Bagian yaitu bagian empat dari terdiri tidak paling Kerja Sama Bilateral, Bagian Kerja sama Regional Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 180 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 181

, Government to Government boom-up planning boom-up Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Sama; Latar belakang kebutuhan, Sama; tujuan pembinaan Hubungan/Kerja maksud, dan Identitas, status danpihak-pihak kedudukan Pelaku Hubungan hukum atau Kerja Pada tahap ini pengembangan kerja sama

People to People contacts. People to People 2) inisiatif Hubungan danyang Program atau Rencana Kerja menyiapkan sama perlu Negeri Luar sekurang-kurangnya memuat uraian mengenai hal-hal sebagai berikut: 1) Dalam perencanaan setiap kegiatan Hubungan pembuat pihak Negeri, Luar Sama Kerja atau dan umum sesuai peraturan perundang-undangan berlaku antara lain: yang a. daerah Propinsi Jawa Baratkerja dalam sama luar melakukan negeri harus melalui prosedur tentang Pedoman Kerja sama antara Daerah dengan dengan Daerah antara sama Kerja Pedoman tentang Pihak Luar Negeri. Dalam Keputusan Gubernur tersebut dinyatakan bahwa inisiatif kerja sama daerah Jawa Barat memiliki dengan luar2004 Tahun negeri21 panduan No. Barat Jawa Gubernur Keputusan sudah kebijakan publik, yakni dan dahulu dilakukan melalui proses proses melalui dilakukan dahulu melibatkan dengan terintegrasi yang Business to Business Governments), (Local Government selaras dengan implementasi yang berbasis kebijakan kebutuhan publik karena program- publik program yang dikerjasamakan sudah terlebih Jawa Barat dengan negara-negara anggota ASEAN dengan negara-negara Barat anggota Jawa di bidang perdagangan komoditi agro. Hal itu kesepakatan para pihak tentang prosedur sengketa; penyelesaian kesepakatan mengenaiperubahan terhadap kemungkinan persyaratan sama; kerja kerja sama; berlangsungnya jangka waktu kondisi-kondisi pemberlakuan kerja sama. dan persyaratan perumusan hak parapihak dan dalam tanggung menghadapi memaksa, keadaan jawab perubahan kondisi dan situasi pada saat pelaksanaan kontrak;

b) c) d) e) Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati, (Bila Perjanjian dalam dianggap di disepakati harus perlu) umumnya Hal-hal lain atau Kontrak, seperti misalnya: yang a) Pengorganisasian dan tata cara pelaksanaan kerja sama; Rencana, hak pembiayaan; dan kerja sama; Jangka waktu kewajiban dalam sama; Ruang lingkup daerah; kewenangan kerja sama berdasarkanHak, kewajiban dan tanggung jawab utama kerja sama; parapihak dalam Objek dan atau Bidang atau sub-bidang kerja

Program Hubungan dan atau Kerja sama Luar Negeri dapat dilakukan berdasarkan prakarsa dari: 1) 9) 6) 7) 8) 4) 5) 3) b. Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 182 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 183 Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi Pelaku hubungan luardaerah; negeri lainnya di Pihak asing. Pihak pemrakarsa (dalamDaerah) hal mengirimkan ini Kepala Kerja Rencana Program Sama mengajukan permohonan kepada penyelenggaraan Pemerintah,rapat Luar serta Departemen Negeri, koordinasi Dalam Departemen yang Negeri, dan Departemen atau Lembaga lain dihadiri di tingkat Pemerintah oleh dengan Pusat Rencana yang terkait Program, (untuk dan Rencana Gubernur Program yang kewenangan ada Propinsi) dalamatau Bupati/Walikota yang terkait (untuk Rencana Program yang Kabupaten/Kota); ada dalam kewenangan Dalam hal Hubungan/ pihak Kerja sama Luar Negeri pemrakarsa adalah Pelaku Kerja Sama lain selain kepala daerah, program dahulu terlebih harus pemrakarsa pihak maka menyampaikan Rencana Program kepala kepada daerah di wilayah pelaksanaan program; rencana tempat Walikota); Dalam hal Rencana Program tersebut

3) Prakarsa Hubungan dan atau Kerja sama prakarsa Luar dasar atas diselenggarakan yang Negeri Daerah Pemerintah dan atau Kerja Pelaku sama Luar Negeri lainnya di Daerah sebagai berikut: melalui tahapan dilaksanakan 1) 2) 2) 3)

c. Kepala daerah mengadakan rapatmengundang dengan Departemen Dalamdepartemen Negeri, Luar butir dalam Negeri dimaksud yang dan lain Lembaga Departemen atau dan berkoordinasi dahulu tentang Rencana Propinsi; telah dibuat kepada Program yang Kepala Daerah kemudian meneruskannyakepada Pemerintah Pusat sesuai pada butir a di atas; maka Rencana Program tersebut harus terlebih terlebih harus tersebut Program Rencana maka dahulu memperoleh persetujuan (DPRD); Daerah Rakyat Perwakilan Dewan Kepala Daerah kepada sebelum Pemerintah menyampaikan Pusat, berkonsultasi menyangkut kepentingan masyarakat banyak, banyak, masyarakat kepentingan menyangkut

6) 5) 4) Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 184 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT

185 Inisiatif Pemerintah Daerah dan Pelaku Hubungan Luar Negeri di Daerah di Negeri Luar Hubungan Pelaku dan Daerah Pemerintah Inisiatif

Bagan Alir Tata Cara Umum Hubungan dan KejasamaLuar Negeri Negeri KejasamaLuar dan Hubungan Umum Cara Tata Alir Bagan Gambar 4.2. 4.2. Gambar Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi dan korelasi serta konsistensinya dengan sinkronisasi, internal serta pembiayaan; pengawasan aspek pelaksanaan Pusat Departemen atau Lembaga Pemerintah dan lain yang terkait memberikan masukan dan petunjuk mengenai subtansi kerja sama Indonesia di luarnegeri; memberikan akan Negeri Dalam Departemen Daerah Kepala kepada petunjuk dan masukan mengenai aspek-aspek kewenangan daerah, masalah-masalah koordinasi, integrasi, dengan kebijakan luar Departemen Luar Negeri juga akan negeri berperan Indonesia. mengkomunikasikan dalam fasilitator sebagai dengan Sama Kerja Pelaksanaan dan Rencana perwakilan diplomatik dan konsuler pihak asing di Indonesia dan perwakilan Republik Negeri dan atau Departemen lembaga terkait; lainyang Departemen Luar Negeri akan memberikan daerah Kepala kepada petunjuk dan masukan mengenai hubungan luar negeri sesuai Sebelum dan sesudah penyelenggaraan rapat Sebelum dan sesudah penyelenggaraan konsultasi dan koordinasi,daerah dapat melakukan pihak komunikasi Kepala resmi melalui surat menyurat dengan Departemen Dalam Negeri dan atau Departemen Luar a, untuk membicarakan Rencana Program.

9) 8) 7) Studi Kasus Implementasi... Kasus Studi 186 IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT BAB V PENUTUP

Kerja sama luar negeri dalam rangka pemberdayaan potensi daerah dapat mewujudkan kehidupan sosial budaya di setiap daerah yang berkepribadian, dinamis, kreatif, berdaya saing dan berdaya tahan pengaruh global. Setiap daerah mempunyai potensi, peluang, dan tantangan yang besar menjadi pusat perdagangan, jasa, industri, dan agrobisnis terkemuka di Indonesia. Implementasi Kesepakatan Perdagangan Bebas di kawasan Asia Tenggara (ASEAN Free Trade Agreement/AFTA) merupakan kebijakan publik (public policy) yang diterapkan pemerintah yang bersifat top-down sehingga di tataran pelaksanaan kurang sesuai dengan kebutuhan publiknya sendiri. Hal itu terkaji dalam implementasi AFTA bidang perdagangan komoditas pertanian di Jawa Barat, dimana tidak lancarnya komunikasi, terbatasnya sumberdaya, kurang sesuainya perilaku pelaksana, dan tidak jelasnya struktur birokrasi menjadi penyebab tidak tercapainya daya saing Jawa Barat di dalam menghadapi perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara. Dengan demikian penulisan memberi informasi untuk membangun konsep baru bahwa Peluang dan tantangan kerja sama daerah Dalam praksisnya ada lima komitmen yang Agar mampu mendorong tercapainya daya Jawa Barat dengan luarberkembang negeri dan telah kompleks. semakin rangka Karena peningkatan itu dalam kualitas pelayanan publik ekonomi kerakyatan. ekonomi kerakyatan. Kelima, adanya kerja sama yang kooperatif antara pemerintah Kabupaten/Kota dengan pemerintah propinsi khususnya dalam mengembangkan mengoptimalkan Kabupaten/ daerah di fungsi ada yang usaha kelembagaan dan peran Kota berbagai dalam kegiatan pengembangan ekspor. memfasilitasi pembangunan sarana usaha industri mengandalkan hanya tidak agro, perdagangan dan anggaran pemerintah saja. Keempat, perindustrian dan perdagangan. Ketiga, para pelaku pelaku para Ketiga, perdagangan. dan perindustrian usaha hendaknya memberikan kontribusi dalam Barat agar bekerjasama secara kooperatif. Kedua, perlu adanya sinergi yang bersifat lintas sektoral terutama antara sektor pertanian dengan sektor ditawarkan: Pertama, adanya komitmen bersama dari seluruh Dinas/Badan/Lembaga tingkat Jawa di Jawa Barat perlu Barat. Jawa pemerintah Propinsi mendapat perhatian dari bebas di kawasan Asia Tenggara, faktor, koordinasi faktor, Tenggara, Asia kawasan di bebas antar pihak-pihak yang berkepentinganimplementasi AFTA bidang komoditas dalam pertanian tersebut diberlakukan. tersebut perdagangan menghadapi dalam di Barat Jawa saing implementasi suatu kebijakan tidak terlepas dari kebijakan dimana publik atau masyarakat keadaan Penutup 188

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 189 Penutup ) diharapkan dari output Hasil keluaran ( Perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas kebijakan perdagangan luar negeri bagi eksportir/ yang kebijakan pengambil pihak-pihak dan importir merupakan bahan informasi bagi perkembangan sosialisasi pada yang lainnya dengan menggunakan menggunakan dengan lainnya yang pada sosialisasi terinformasikannya Ketiga, efektif. yang komunikasi agribisnis di daerah tentang kebijakan perdagangan perdagangan kebijakan tentang daerah di agribisnis luar negeri. Kedua, terwujudnya pemahaman dan kemampuan eksportir/importir dalam melakukan pelatihan ini pemahaman dan kemampuan yaitu: eksportir/importir Pertama, terwujudnya pendapatan pelaku usaha komoditi agro di daerah dalam mengantisipasi perubahan di lingkungan tempat usahanya. ekspor dan impor dalamkemampuan, rangka peningkatan kesejahteraan dan peningkatan pengelolaan melalui pengembangan dilakukan dapat ini Hal kerjanegeri. luar dengan sama daerah peningkatan kualitas dan kuantitas pelatihan kerja sama dengan luar negeri. kerja sama dengan sumber daya manusia yang terlibat dalam menjadi aparat pemerintah terdepan dalam upaya pemberdayaan potensi daerah dalam membangun Bagian Administrasi Antar Lembaga. Diharapkan ke empat Humas dan Kerja Sama, dan Bagianbagian ini dapat terintegrasi secara sinergis dan organisasi di Setda Propinsi Jawa Barat yang terdiri yang Barat Jawa Propinsi Setda di organisasi Bilateral, Sama Kerja Bagian yaitu bagian empat dari Bagian Kerja Sama Regional dan Multilateral, sudah saatnya perlu dibentuk organ baru setingkat baru organ dibentuk perlu saatnya sudah Biro Kerja Sama Luar Negeri dalam struktur negeri yang cukup di masyarakat sasaran (eksportir/ sasaran masyarakat di cukup yang negeri importir) dan tumbuhnya partisipasi masyarakat Kelima, ekspor/impor. kegiatan pelaksanaan dalam usaha agrobisnis yang akan adanya pengetahuan datang.kebijakan perdagangan luar Keempat, Penutup 190

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukur. 1991. Budaya Birokrasi di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. Abidin, Z. 2000. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Keragaan Industri Gula Indonesia: Suatu Analisis Kebijakan. Disertasi, tidak dipublikasikan. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Abimanyu, A. 1995. Liberalisasi Perdagangan dan Biaya Lingkungan, dalam Liberalisasi Ekonomi, Pemerataan dan Kemiskinan. Soetrisno, L. dan F. Umaya (Editor). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. Amang, B. dan M.H. Sawit. 1997. Perdagangan Global dan Implikasinya pada Ketahanan Pangan Nasional. Agro-Ekonomika No. 2 Tahun XXVII: 1-14. Jakarta: Perhepi. Anderson, James E. 1984. Public Policy and Politics in America. California: Wadsworth, Inc. Belmont. Anderson, James E. 1997. Public Policy Making. New York: Holt, Rinehart and Winston. Anugerah, I. S. 2003. ASEAN Free Trade Area (AFTA), Otonomi Daerah dan Daya Saing Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia. Forum Agro Ekonomi, Volume 21 (1). Juli 2003. Bogor: Puslilbang Sosial Ekonomi Pertanian. Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. , Policy Menuju .Jakarta: .Jakarta: . New York: . New York: The Economics of Boston: Allyn and Beberapa Beberapa Pandangan Laporan Pembangunan Organization Theory and the Pengambilan Pengambilan Keputusan

Indonesia Averting an Infrastructure Infrastructure an Averting Indonesia , Indonesia Human Development International Organization Democracy Report 2004, Jakarta. manusia di Indonesia, Manusia 2001, Oktober, Jakarta: Biro Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan United Nations Development Programme. Bacon Inc. McGraw Hill. Konsensus Baru. Demokrasi dan Pembangunan Menengah NasionalJakarta. Tahun 2004-2009. New Public Administration, Infrastructure Development, D.C. and Jakarta. Washington, Crisis”, Infrastructure Policy Brief, January, Jakarta. Umum tentang Ghalia Indonesia. Crisis: A Framework Second for Policy ed., East and Asia Action and Pacific Region Brian W Hogwood and Lewis A. Gunn, 1984. Gunn, A. Lewis and Hogwood W Brian BPS, Bappenas dan 2004. UNDP. Bennet. 1984. BPS, BAPPENAS dan UNDP. 2001, Bellone, Carl J. 1980. Bappenas. 2005. Rencana Pembangunan Jangka Bank Dunia. 2005, “Averting an Infrastructure Bank Dunia. 2004. 2004. Dunia. Bank Atmosudirdjo, Atmosudirdjo, Prajudi S. 1976. Daftar Pustaka 192

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 193

. . “ Basic Daftar Pustaka 1985.

. Yogyakarta: . California: Sage . New York : Oxford Oxford : York New . Metodologi Penelitian Economic Interest and Social Research Methods International Trade Theory Research Design: Qualitative Research . Jakarta: PT Raja Grafindo , Jakarta: Salemba Empat. Ekonomi Internasional . New York: McGraw-Hill. . New York: Great Britain: Bookcra (Bath) Ltd. Great Britain: Bookcra Daya Saing and Quantitative Approaches Publications. World Trade and Payments. An Collins. Harper Sixth Edition. New York: Introduction Teori Evolusi Porter. Michael to Smith Adam From and Policy L. Albrecht. 1988. Prentice-Hall. New Jersey: cliffs, Englewood Persada. Methods Of Policy AnalysisNew Jersey and : Planning”. Prentice – HallInc, 1985. International Badan Gadjah Mada. Universitas Penerbitan Fakultas Ragam Arah ke Metodologis Ekonomi. Aktualisasi Kualitatif: Kontemporer Varian University Press. University Public of Foundations Conceptual The Institutions. Policy. Analysis For The Real World Real The For Analysis Creswell, John W. 1994. John W. Creswell, Cho, Dong-Sung dan Hwy-Chang Moon. 2003. Chaves, R.E., J.A. Frankel dan R.W. Jones. 1993. Chadwich, Bruce A., Howard M. Bahar, Stan Chacholiades, M. 1978. Carl U Paon and David S Sawacki. Bungin, Burhan (ed.). 2001. Budiono. 2001. Bromley Daniel W. 1989. , . New Policy Perilaku Multinational New Jersey : Competitiveness, Competitiveness, Effects of Trade The Bureaucratic Implementing Public . San Francisco: W.H. Public Policy Analysis Understanding Public Policy. . Terjemahan Agus Dharma. . London: Tavistock publication. publication. Tavistock . London: , Edisi ke 5, Addison-Wesley New York: The Free Press. New York: Washington D.C.: Congressional Freeman and Company. Freeman and Company. Liberalization on Agricultureure in Indonesia: Policy. Quarterly Press. The Policy Predicament Mission, Inc. Jersey: Prentice Hall International Cliffs. New Jersey: Englewood Jakarta: Erlangga. Convergence, and International Specialization Cambridge, Mass. the MIT Press Analysis: Concepts and Practice. Prentice Hall Inc. dalam Organisasi Phenomenon International Business,Operation Environments Publishing Company. and Erwidodo dan P.U. Hadi. 1999. Edward III, George C. and Sarkansky. 1980. Edward III, George C. 1980. Dunn, Willian N. 1995. Dye Thomas R. 1992. Doz, Yves L. dan C.K. Prahalad. 1987. Prahalad. C.K. dan L. Yves Doz, Dollar, David dan E.N. Wolf. 1993. David dan Dollar, E.N. Wolf. Davis, Keith & John W. Newstrom. 1985. David L. Weiner and Aidan R. Vinning. 1989. Vinning. R. Aidan and Weiner L. David Daniels, John D. dan Radebaugh, Lee H. 1989. Crozier, Crozier, Michael. 1964. Daftar Pustaka 194

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 195 . New Managing Advantage. Advantage. Daftar Pustaka . New York: McGraw ) Terjemahan Suryatin. Industrial Cluster . London: Mc. Millans . The CGPRT centre. Organizational Behavior: . The CGPRT Centre. New York: Holt, Rinehart Rinehart Holt, York: New The Theory and Practice of Organisasi-organisasi Organisasi-organisasi Modern Effects of Trade Liberalization Buletin of Indonesian Econo-mic Cluster Analysis , Volume 29 (1). 2003. 29 (1). , Volume . Service Management for competitive competitive for Management Service Mc Graw-Hill Inc. New York: Hill. Government. Modern and Winston. Indonesian Trade Liberalization: Estimating The Gains. Studies Hill. McGraw York: National and International Action. National and International in New Public Service Press (Modern Organizations Jakarta: UI Press. for Priorities Reduction: Hunger to Approach Working Paper No 48. Paper Working on Agriculure in Indonesia: Structural Institutional and Aspects41. No Paper Working Commodity Aspects Gannon, Marti J. 1979. Fitzsimmons, James A & Mona. J. Fitzsimmons, 1994. 1994. Fitzsimmons, J. Mona. & A James Fitzsimmons, Finer, Herman. 1960. Feser. Feser. 2001. Feser and Bergman. 2000. Feridhanusetyawan, T and M. Pangestu, 2003. Farnham, Davis and Sylvia Norton, 1993, Norton, Sylvia and Davis Farnham, FAO, 2003. Anti-Hunger Programme. A Twin Track Track Twin A Programme. Anti-Hunger 2003. FAO, Etzioni, Amitai. 1985. Erwidodo. 1999.

. , Innovation New York: York: New . New York: , Cambridge, Analisis Kebijakan Kebijakan Analisis Politics and Policy Organisasi – Perilaku, Bureaucracy Bureaucracy and Bureaucrats. “Implementing Public Policy” Organization and Management and Organization . Terjemahan Jorban Wahid. konsep kualitas dalam Congressional Quartely Press,

, Volume 1 , (2). Volume Juni 2003. Puslitbang Competitiveness of Agricultural Commodities Commodities Agricultural of Competitiveness Liberalization. Trade Facing Pertanian and Growth and in Growth the Global Economy Mass.: the MIT Press. Choice. Public and Private Economics: Academic Press. Bepal: Experience Implementation in the Third World Press. Princeton University Struktur, Proses Jakarta: Erlangga. Mc. Graw-Hill. New York: Washington: 1980. H. Jr., Donelly. 1986. Toronto: Lile Brown and Co. Brown and Lile Toronto: Penerapan Pustaka Gramedia Jakarta: Bisnis. Manajemen Utama. A Managerial and Organizational Perspective. Hadi, PU. 2003. Marketing Policy to Improve Gwartney, James D. dan Stroup, Richard. 1980. Grossman, G.M. dan E. Helpman. 1993. Grindle, Merilee S. 1980. Goodall, Merrill. 1975. Gibson, L. James. 1984. 1984. James. L. Gibson, Gibson, L. James, John. M. Ivancevich, & James George C Edward III, Gasperz, Vincent, 1997, Management Kualitas; Daftar Pustaka 196

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 197 . . Buku . Jakarta: Daftar Pustaka . New York: . Massachusetts: . Terjemahan Luciana D. D. Luciana Terjemahan . Peningkatan Produktivitas Produktivitas Peningkatan Administrasi Negara dan Empowerment: The Politic Ilmu Pemerintahan Industrial Cluster Minding Everybody’s Business Manajemen Perilaku Organisasi Ekonomi Internasional: Teori dan Perspektif Implementasi Kebijakan . Sydney: Management Institute. . Jakarta: LP3ES. Public Sector Monash University. Erlangga. Organisasi Pemerintah dan Pegawai Negeri, Kasus Kasus Negeri, Pegawai dan Pemerintah Organisasi Indonesia Agency, Sector Public in Management Performance Pertanian, Jakarta, 22 November. Jakarta, 22 November. Pertanian, Johnson. 1995. : Pendayagunaan Agus Dharma. Jakarta: Erlangga. Terjemahan Sumber Daya Manusia. Lontoh. Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada. Raja Garfindo PT. Lontoh. Jakarta: Stabilisasi Harga Gabah/BerasLokakaya Ketahanan PascaDepartermen Pangan Pangan, Bulog PascaKetahanan Bimas BuIog. Badan of Alternative Development Published. Blackwell Publik Masalah-masalah Kebijakan Perdagangan Internasional Jakarta. Ghalia Indonesia. Kesatu. Mc Graw Hill. SosiaI Ekonomi Perta-nian. Bogor. Bogor. Perta-nian. SosiaI Ekonomi Hoogerwerf, A. 1983. Hodge, Grame, 1993, Hidayat dan Sucherly. 1986. 1986. Sucherly. dan Hidayat Hersey, Hersey, Paul, Kenneth H. Blanchard, & Dewey E. Hermanto. 2002. Henry, Nicholas. 1995. Heady, Farrel. 1991. Harrison, Ford. 1992. Hamdy, Hamdy, H. 2000.

. . . Studying

. Princeton: Perilaku Organisasi Penyusunan Strategi Total Quality Management, Chipenham: Antony Rowe Public Management & Public Management Bandung: Sinar Baru. 1984. Aksara, Negara “, Jakarta: Bina dalam Liberalisasi Ekonomi,dan Kemiskinan. Soetrisno, L. dan Pemerataan F. Umaya (Editor). Yogyakarta: Yogya. PT. Tiara Wacana Terhadap Perdagangan dan KesejahteraanNegara-Ngara di Dunia. Jurnal Ekonomi dan XI (2) 2003. LIPI. Jakarta. Pembangunan, Reengineering, dalam Jakarta: Erlangga. Bisnis dan Birokrasi. Panduan Untuk Menghadapi Persaingan Global Jakarta: Djambatan. Administration. Administration. Ltd, Pelayanan Prima dalam Suatu Perspektif Policy Analysis for the Real World Press. University Princeton Subsystems Policy and Cycles Policy Policy: Public Press. University Oxford: Oxford ISEI. 2005. Rekomendasi ISEI. Langkah-Langkah Indrawijaya, Adam. 1989. Kebijakan Perumusan Prinsip-prinsip “ Islamy, Irfan Indrawati, Indrawati, S.M. 1995. Liberalisasi dan Pemerataan Ilham, Nyak. 2003. Dampak Liberalisasi Ekonomi Ibrahim, Budi. 1997. Husaeni, Martani. 1993. Hughes,Owen,1998, Howlet, Michael and M. Ramesh. 1995. Hoogwood, Brian W., and Lewis A. Gunn. 1986. Daftar Pustaka 198

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 199 . . Vol 1(4). Daftar Pustaka Public Service Service Public for AgricuturaJ Hadi, et aI. 2003. 2003. aI. et Hadi,

. New : York ST. Breakaway from the Study of Public Policy Prinsip-prinsip Kebijakan A DecacIe Policy Analysis : A Political Japan- Democratic Politics and Policy 1990s: : California: California Publishing Policies. Food and Agricultural Policy Policy Agricultural and Food Policies. Analisis Kebijakan Pertanian Jakarta: Bumi Aksara. Bumi Jakarta: Terhadap Daya Saing Beras Indonesia di Pasar Pasar di Indonesia Beras Saing Daya Terhadap Dunia. Desember 2003. Puslitbang Sosial Ekonomi Bogor. Pertanian. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penulisan dan dan Penulisan Pusat Penelitian. Hasil Laporan Pengem-bangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Kebijakan Harga Dasar serta Implikasinya Poley Reform in Postwar daIam Tokyo Center, Research Dampak Implementasi Perdagangan Bebas AFTA-2003 Terhadap Pertanian Indonesia. and Organizational Perspective Martin Press. Inc. Belmont, California: Wadsworth New York: Kumarian Press Inc. Kumarian Press New York: Analysis Company. Jakarta: Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Ekonomi Indonesia. Ikatan Sarjana Jakarta: Negara. Accountability, A. Comprehensive Perpective Strategis Pemulihan Ekonomi Indonesia. Kariyasa. K. 2003. Dampak Tarif Impor dan Kinerja Kinerja dan Impor Tarif Dampak 2003. K. Kariyasa. Kaniya, Kaniya, M. 2002. Jones, Charles O. 1994. Jenkins, W. I., 1970. Jenkins Smith, 1990. Islamy M. Irfan. 2000. 1993. OP. Dwivendi & G Joseph. Jabra,

. Jakarta: Jakarta: Six Edition. Illinois. . New York: Research New York: Mc. Graw- , Sabtu, 18 Februari, hal. Pemasaran Keunggulan Bangsa, Bangsa, Keunggulan Pemasaran Managing core Public Service Deregulasi dan Debirokratisasi Manajemen Pemasaran, Analisis, Marketing Management, Analysis, Analysis, Management, Marketing Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan,Indonesia. di Administrasi Pembangunan LP3ES. Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Terjemahan Supranto. Jakarta: Prentice Hall Edisi Indonesia. . Maesincee. 1997. 1997. Maesincee. Jakarta: PT Prenhallindo. Planning, Implementation & Control. London:Prentice Hall International Edition. Richard D. Irwin. Inc. Richard D. Irwin. Bisnis & Keuangan 17. Half Rinehard and Wington. Half Rinehard Publisher. Well London: Black International Economics. Organization Organization and Management: A Systemic and Contingency Approach. Company. Hill Book Foundation of Behavioral Kristiadi, J.B. 1998. Kotler, Philip. 1994. Kotler, Kotler, Philip. 1991. 1991. Philip. Kotler, Kotler, Philip, Somkid Jatusripitak, dan Suvit Kompas. 2006. “Paket Kebijakan Infrastruktur”, Kevi, Davit, 1998, Kindleberger, C.P. and P.H. Underl. 1978. Kerlinger, Fred N, Elazar J. Pedhazur. 1987. Kast, Fremont & Rosenzweig, James E. 1985. Daftar Pustaka 200

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 201 . Tokyo: . Jointly Daftar Pustaka . Illinois: Scoot, Scoot, Illinois: . . New York: Mc Etika Administrasi , Cambridge, Mass.: Bureaucracy and Political Organization Organization Behavior Strategic Trade Policy and New . New Jersey: Princeton University University Princeton Jersey: New . International Trade . Prentice Hall, Inc. New Jersey. Administrasi Birokrasi dan Pelayanan Jakarta:Rajawali. Jakarta:Rajawali. The Public Sectors, Concepts, Models, and . Terjemahan . Supriatna. Terjemahan Jakarta: Nimas Pembangunan. Jakarta: Sinar Harapan. Jakarta: Pembangunan. Development. Development. Policy Public and Implementation Foresman and Company. Household Food security: Concepts, Indicators, Measurement. A TechnicalFund Children’s Nation United by Sponsored Review and International Fund for Agricultural Mc. Graw Hill. Publik Multima. Development Press. Approaches the MIT Press Company. Graw Hill Book Negara. about Trade Policy”, dalam Krugman, dkk. P.R. (ed.), International Economics Mazmanian, Daniel A., and A. Paul 1983. Sabatier. Maxwell, S. and T.R. Frankenberger. 1992. Marx. 1996. Luthans, Fred. 1992. Lane. 1993. La Palombara. 1967. Krugman. 1991. Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Krugman, P.R. 1988, Krugman, “Introduction: P.R. New Thinking Kristiadi, Kristiadi, JB. 1998. Birokrasi Pemberdayaan dalam , . . Boston: Boston: . Reiventing Memangkas . California: Sage . Jakarta: Bulan Social Research Methods: Methods: Research Social . Bandung: PT Remaja Metodologi Penelitian Metode Penelitian Kualitatif Metodologi Penelitian Kualitatif. Kualitatif. Penelitian Metodologi New York: A William Patrick Proses Perubahan Sosial dan Tejemahan. Jakarta: Pendidikan Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia di Pemerintahan Kepemimpinan Government, Pinjaman Luar Negeri Pembansunan PemerintahInfrastruktur”, makalah FGD, untuk Jakarta: ISEI. Birokrasi Birokrasi : Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha. Mulya. Prasetya Daerah, Dana Alokasi Khusus dan Hibah Allyn and Bacon Co. Needham Heights. Allyn and Bacon Co. Needham Book. Pembangunan Bintang. Nasional Approaches Quantitative and Qualitative Yogyakarta: Rake Sarasin. Rake Sarasin. Yogyakarta: Kualitatif: Paradigma Baru dan IlmuIlmu Sosial Lainnya Komunikasi Rosda Karya. Qualitative Data Analysis Inc. Publications Rosda Karya. Bandung: PT Remaja Pamudji, S., S., Pamudji, Pakpahan, Arten T. 2005. “Gambaran Belanja Modal Modal Belanja “Gambaran 2005. T. Arten Pakpahan, Osborne, David and Plastrik. 2001. Osborne, David & Ted Gabler, 1992, Newman, Lawrence W. 1997. 1997. W. Lawrence Newman, Nasikun. 1997. Mulyana, Deddy. 2006. Muhadjir, Noeng. 1990. Muhadjir, Moleong Lexy J. 1997. 1997. J. Lexy Moleong Milles, Mathew B. and A. Michael Huberman. 1992. 1992. Huberman. Michael A. and B. Mathew Milles, Daftar Pustaka 202

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 203 , , . Agro- , New York: York: New , Daftar Pustaka , New York: . New York: , Boston: Harvard Harvard Boston: , Public Management Competitiveness Strategy: Public Policy: An Introduction Introduction An Policy: Public Competition in Global Industries Global in Competition The Competitive Advantage of The Competitive Advantage of On Competition On Competitive Advantage Competitive No. 2 Tahun XXVII : 15-24. Perhepi. Perhepi. 15-24. : XXVII Tahun 2 No. Competitive Advantage , New York: Free Press. , New York: , New York: Prentice –Hall International International –Hall Prentice York: New , Menghadapi Era Perdagangan Bebas. Ekonomika Jakarta. Boston: Harvard Business School Press. Boston: Harvard companies and industries analyzing for Techniques Free Press. New York: Nations: With a New Introduction The Free Press. Business School Press. McGraw Hill. Free Press. Nations Cheltenhan: Edward Elgar. Cheltenhan: Edward Reform edition. Indonesia Challenges”, makalah FGD, Jakarta: Jakarta: FGD, makalah Challenges”, Indonesia ISEI. to the Theory and Practice of Policy Analysis Jakarta: Bina Aksara, 1982. Bina Jakarta: Rasahan, CA 1997. Kesiapan Sektor Pertanian Porter, Michael E. 1980. Porter, M.E. ed.. 1986. 1986. ed.. M.E. Porter, Porter, M.E. 1998b. 1998b. M.E. Porter, Porter, M.E. 1998a. Porter, M.E. 1985. M.E. Porter, Porter, M.E. 1990. Porter, 1990. Pollitt & Bouchaert. 2000. Parsons, Wayne. 1993. Wayne. Parsons, Pardede, Raden. 2005. “Infrastructure Financing: . . Analisis . Colorado: . . 1997. The Cra New York: Brown . New York: McGraw McGraw York: New . Birokrasi Pemerintahan , Volume , I Volume (1). Maret 2003. The Limit of Government An Globalisasi dan NJA-WTO: Dampak Liberalisasi Perdagangan Perdagangan Liberalisasi Dampak Pemerintahan Daerah di Berbagai Industrial Cluster: Relocation, . Makalah disampaikan pada and Berkley, George Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Puslitbang SOsial Ekonomi Pertanian. Bogor Puslitbang SOsial Ekonomi Pertanian. Argument Goods Public The on Essay Press. . Westview diselenggarakan oIeh YLKI dan Consumers International for Asia and Pacific (CIROAP) Agustus 2001, Jakarta. 28-29 WTO: Proposal Harbinson. Pertanian Kebijakan Pertanian Negara. Pengaruhnya Terhadap Indonesia Ketahanan Lokakarya Pangan “Ketahanan Pangan” Departemen Pertanian. Bogor. Bogor. Departemen Pertanian. Orde Baru: Perspektif Kultural dan StrukturalPersada. Grafindo Jakarta: P.T. Hardono. 2003. 2003. Hardono. Terhadap Kinerja Ketahanan Pangan Nasional Laporan Hasil Penelitian. Puslitbang Sosek Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Investment and Production and Investment Hill. of Public Administration, Benchmark, McGraw-Hill. Schmidtz, David. 1991. Sawit, MH. 2003. Indonesia dalam Perjanjian Sawit, MH. 2001. Sarundajang. 2001. Santoso, Priyo Budi. 1997. Saliem, H.P., S.H. Hartini, A Purwoto, dan G.S. Rouse, Jhon Rauch, Robert. Daftar Pustaka 204

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 205 . . . New . Basics of Jakarta: Daftar Pustaka Manajemen Pelayanan . CGPRT Center Works . New York: The Free Administrative Behavior : Industrial Management Industrial Food security: Basic Concepts Managing For Service Quality . California: Sage Publications. . Introduction to Industrial Cluster . Terjemahan St. Dianjung. Jakarta: Jakarta: Dianjung. St. Terjemahan . Pelayanan dan Jasa-jasa Publik, Telaah . Jakarta: Rajawali. Jakarta. . Jakarta: Rajawali. York: Mc Graw Hill. Mc York: Procedures Theory Grounded Research: Qualitative and Techniques Ekonomi serta Implikasi Sosial Politik. LP3ES. London: Longman. Bina Aksara. Bina Pembiayaan Infrastruktur Dasar, “ makalah FGD, Jakarta: ISEI Pusat. Publik Perilaku Administrasi, Organisasi dalam Keputusan Pengambilan SuatuProses Studi Tentang Administrasi and Measurement in Food Security in Southwest Pacific Island Countries Towards Enhanching Sustainable Agriculure Pacific The and Asia in Poverty Reducing and Qualitative Sociology Press. Hill. London: Mc Graw Strauss, Anselm and Juliet Corbin. 1990. Storper, William. 1992. William. Storper, Skelcher, Chris, Skelcher, 1992. Sjahrir. Sjahrir. 1986. Siregar, Hermanto. 2005. “Penyediaan dan Simon, Harbert. 1984. Simbolon, Reobert. 1998. Simatupang, P. 2001. Sco, Sco, James. 1986 Schwartz, Howard, and Jerry Jacobs. 1979. . . Jakarta: Bandung: Beberapa Perspektif Perspektif Beberapa Hukum dan Kebijakan Manajemen Pemerintahan Manajemen Administrasi Birokrasi dan . Bandung: Ramadan. . Jakarta: Nimas Multima. Metode Penelitian Administrasi Teori dan Teori Praktek Kebijaksanaan Negara . Jakarta: Sinar Grafika.. Jakarta: Sinar Pertanian. Dalam Meningkatkan Produktivitas. Ramadhan. Pangan dan Pemulihan Jakarta, 29 Maret. Ekonomi.temen Pertanian, Depar- Jumal Agro Ekonomi Vol. 21 No. 2.0ktober 2003. Bogor: Puslilbang Sosial Ekonomi dan Otonomi Daerah Ketahanan Pangan. Makalah disampaikanpada Seminar Masyarakat Nasional untuk Pemberdayaan Mencapal Ketahanan Publik Pelayanan Publik Ketahanan pangan Rumahtangga. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pangan Keta-hanan Departemen Rumahtangga. Pertanian 26-30 Met Yogyakarta, dengan UNICEF. Kerja sama Pelayanan Pelayanan Prima, Bisnis dan Birokrasi Persada. Raja Grafindo PT. Alfabeta. Bandung: CV. Syarif. Syarif. 1990. Susilowati, Susilowati, S.H. 2003. Dinamika Days Saing Lada. Suryana, A 2001. Tantangan dan Kebijakan Suradinata, Ermaya. 1997. Ermaya. Suradinata, Supriatna, Tjahya. 1997. Sunggono, Bambang. 1994. Suhadjo, 1996. Pengertian dan Kerangka Pikir Sugiyono. 1993. Sudarsono, Hardjosoekarto. 1994. 1994. Hardjosoekarto. Sudarsono, Daftar Pustaka 206

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT 207 . : , , , Vol. Introduction Introduction Daftar Pustaka Kebijakan Kebijakan Publik Edition. New York: York: New Edition. A Theory of Public nd A Global Perspective, : Strategic Management: , 2 , Public Policy Analysis Analisis Kebijaksanaan. Dari Dari Kebijaksanaan. Analisis Jakarta: PT. Jakarta: Raja PT. Grafindo Perilaku Organisasi : Konsep Prentice Prentice Hall International Inc Administration and Society The Theory of Economics and Social and Economics of Theory The New York: The Free Press. New York: “ Understanding Public Policy “ : Massachuses: Harvard Jersey:

Edition. Press. Jakarta: Rajawali Organization. to Public Management Tenth edition, McGraw Hill International formulasi ke implementasi kebijaksanaan Negara. Aksara. Jakarta. Jakarta: Bumi Bureaucracy Press. University Policy Implementation Process: A Conceptual Conceptual A Process: Implementation Policy Framework”, 6, No. 4, Sage Publications Inc. New 1987. Changes and Awareness Chapman & Hall. Indonesia”, April, Jakarta: Kadin Indonesia Kadin Indonesia April, Jakarta: Indonesia”, Dasar dan Aplikasi. Persada. Wibawa Samudera. Wibawa 1994. Analisis William N Dunn. 1987. Weihrich, Heinz & Koontz, Harold, 1994. Harold, Koontz, & Heinz Weihrich, Weber, Max. 1997. Max. Weber, Warwick, Donal P. 1975. Wahab, Solichin A. 2002. 2002. A. Solichin Wahab, Van Van Meter, D.S., dan C.E. Van Horn. 1978. “The Thompson, Jhon L. 1993. Thomas R. Dye, Thoha, Miah. 1994. Tambunan, Tambunan, Tulus. 2006. “Kondisi Infrastruktur di Delivering Quality Service, 1987. Pusat dan Pemerintahan Daerah. Pusat dan Pemerintahan Nasional; Program Pembangunan Negeri. Pemerintahan Daerah. Pemerintahan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Balancing Customer Perceptions and Expectations. Expectations. and Perceptions Customer Balancing Press. The Free Tnew York: International Inc, International Riil, Sektor Menggerakan Dalam Infrastruktur makalah dalam Sidang Pleno ISEI XI, 22-23 Maret, Jakarta. An Introduction. New Jersey: Prentice Hall UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Hubungan tentang 1999 Tahun 37 Nomor UU UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Dokumen-dokumen Dokumen-dokumen 2003-2007. Barat, Tahun Jawa Badan Pusat Statistik Zeithaml, V.A. 1990. Winoto, Joyo. 2005. Peranan Pembangunan Daftar Pustaka 208

IMPLEMENTASI ASEAN FREE TRADE AGREEMENT DI JAWA BARAT Riwayat Singkat Penulis

Dr. H. Obsatar Sinaga adalah dosen Pascasarjana Universitas Padjajaran. Lahir di Deli Serdang 17 April 1969. Setelah menamatkan sekolah menengah di SMA Negeri 8 Bandung ia melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran dan meraih gelar sarjana ilmu politik (S.IP). Setamat S-1 ia melanjutkan studi ke jenjang strata 2 dan strata 3 (S-2 dan S-3) pada Program Pascasarjana Universitas Padjajaran, dan berhasil memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dan gelar Doktor (Dr) dari perguruan tinggi yang sama.

Riwayat pekerjaan pria yang akrab disapa Obi ini antara lain: Wartawan HU Mandala, Kepala Wartawan HU Bandung Pos, Pemimpin Perusahaan HU Bandung Pos, Branch Manager Maranu International Finance, Staf Ahli Walikota Kota Bandung, Staf Ahli Bupati Kabupaten Tabanan Bali.

Sejak studi, ia aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan menduduki jabatan strategis dalam struktural organisasi, mulai organisasi kepemudaan, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi dalam bidang olahraga, antara lain: Ketua KNPI Kota Bandung, Ketua Pemuda Panca Marga Bandung, Wakil Sekretaris Pemuda Panca Marga Jawa Barat, Sekretaris Patriot Panca Marga Jawa Barat, Sekjen Persatuan Golf Indonesia (PGI) Jawa Barat, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) KONI Jawa Barat, Wakil Ketua Umum Pengda PSSI Jawa Barat, Wakil Ketua Pemuda Panca Marga Jawa Barat, Wakil Ketua Depidar