FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN RUTE PENERBANGAN NON KOMERSIAL (PERINTIS) MENJADI RUTE PENERBANGAN KOMERSIAL Dina Yuliana *) Peneliti Badan Litbang Perhubungan Jalan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat [email protected]

ABSTRACT The Research aims to identify the factors that affects the pioneering flight routes change to route commercial. This research use sample purpose to get the sample to observed. Factor analysis is used to obtain neuJ factors as the criteria to change non-commercial route (pioneer) to commercial route. The results of this study obtained four factors from the highest to the lawest of importance level that is potential routes (22.04%), air transport companies that oper­ ated (21.43%), air fare and airtransportation networks (19.43%), then air transport demand (15%). Keywords: pioneer route changes, commercial route, factor analysis

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memperngaruhi perubahan rute penerbangan perintis menjadi rute komersial. Pengambilan sampel menggunakan teknik purpose sample. Analisis Faktor digunakan untuk memperoleh faktor baru sebagai kriteria perubahan rute non komersial (perintis) menjadi rute komersial. Hasil penelitian diperoleh empat faktor dari yang tertinggi sampai yang terendah tingkat pentingnya yaitu potensi rute penerbangan (22,04 %), perusahaan angkutan udara yang beroperasi (21,43 %), tarif penerbangan dan jaringan angkutan udara (19,43%), dan demand angkuta:n udara (15%). Kata kunci: perubahan rute perintis, rute komersial, analisis faktor

PENDAHULUAN Undang - Undang Nomor 1 tahw1 2009 Peran penerbangan perintis sangat tentang Penerbangan, Pasal 104 disebut­ penting untuk membuka daerah-daerah kan bahwa angkutan udara perintis wajib terisolir, mengembangkan dan memba­ diselenggarakan oleh Pemerintah, dan ngun daerah. Dengan adanya pener­ dalam pelaksanaannya dilakukan oleh bangan perintis dapat mendorong Badan Usaha Angkutan Udara Niaga pertumbuhan ekonomi dan peningkatan Nasional berdasarkan perjanjia:n dengan sosial budaya di daerah serta mampu Pemerintah. Dalam penyelenggaraa:nnya, memberikan kontribusi nyata pada pemerintah daerah wajib menyediakan pembangunan Nasional. Berdasarkan lahan, prasarana angkutan udara,

Volume 24, Nomor 3, Maret 2012 273 keselamatan dan keamanan penerbangan ekonomis minimal 3 (tiga) tahun. Jika serta kompensasi lainnya. Dalam pasal dalam evaluasi, pasar ternyata sudah 104 ayat 4 disebutkan, angkutan udara mencukupi, kalau perlu merubah rute perintis dievaluasi oleh pemerintah setiap perintis tersebut untuk dikembangkan lagi tahun. Hal ini berarti kontrak penyeleng­ menjadi rute penerbangan komersil. garaan penerbangan perintis diberikan Berdasarkan hal diatas maka permasa­ hanya dalam jangka satu tahun. lahan yang akan dikaji dalam penelitian Dilain pihak Pemerintah melihat semakin ini adalah faktor-faktor apa saja yang dapat baiknya pertumbuhan penumpang di digunakan sebagai kriteria dalam beberapa rute perintis tertentu, sehingga penghapusan status/perubahan status Kementerian Perhubungan akan menca­ dari rute penerbangan perintis menjadi but status sejumlah penerbangan perintis. rute penerbangan komersial? Kementerian Perhubungan berencana Tujuan penelitian ini adalah untuk menggantinya dengan status pener­ mengidentifikasi faktor-faktor yang bangan komersil dengan tujuan untuk mempengaruhi perubahan rute pener­ mengurangi subsidi. Dalam Undang­ bangan perintis menjadi rute komersial Undang No.1 Tahun 2009 tentang sehingga dapat digunakan sebagai bahan Penerbangan, Pasal 105 disebutkan bahwa pertimbangan dalam perumusan angkutan udara perintis dapat dilakukan kebijakan instansi terkait di bidang oleh pemegang izin kegiatan angkutan angkutan udara. udara bukan niaga. Meskipun angkutan udara niaga dan bukan niaga keduanya TINJAUAN PUST AKA bisa melakukan penerbangan perintis, namun perlu dihindari adanya duplikasi Menurut Undang-Undang No.1 Tahun pelayanan penerbangan di satu rute, 2009 tentang Penerbangan, angkutan mengingat pada umumnya, suatu rute udara perintis adalah kegiatan angkutan perintis pasarnya belum berkembang. udara niaga dalam negeri yang melayani jaringan dan rute penerbangan untuk Hal ini sempat dikeluhkan oleh Merpati, menghubungkan daerah terpencil dan dimana setelah membuka rute pener­ tertinggal atau daerah yang belum bangan perintis hingga ke pelosok-pelosok terlayani oleh moda transportasi lain dan dan sudah mempertaruhkan segalanya secara komersial belum menguntungkan. untuk membuka jalur baru tersebut, tapi ternyata Pemerintah juga memberikan Berdasarkan Undang-undang No. 1 jalur tersebut kepada maskapai lain yang Tahun 2009 tentang Penerbangan, ingin ikut menikmatinya. Akibatnya, angkutan udara perintis wajib keduanya malah terancam mengalami diselenggarakan oleh Pemerintah, dan kerugian, karena pasarnya memang pelaksanaannya dilaku-kan oleh badan belum mencukupi. Pemerintah sebaiknya usaha angkutan udara niaga nasional mengevaluasi terlebih dahulu, apakah berdasarkan perjanjian dengan pasarnya sudah berkembang atau belum. Pemerintah. Dalam penyeleng-garaan Jika belum, idealnya memberikan angkutan udara perintis, pemerintah kesempatan kepada operator perintis daerah wajib menjamin tersedianya lahan, untuk menerbangkannya sesuai skala prasarana angkutan udara, keselamatan

274 VolumP 24_ Nnmnr .1 M"r"t ?01'? dan keamanan penerbangan, serta secara terpadu dengan sektor lain kompensasi lainnya. berdasarkan pendekatan pemba­ Rute perintis ditetapkan untuk mewu­ ngunan wilayah. Dalam keadaan judkan stabilitas pertahanan dan tertentu angkutan udara perintis dapat keamanan Negara, memenuhi kriteria dilakukan oleh pemegang izin kegiatan kedudukan daerah tersebut berdekatan angkutan udara bukan niaga. Badan dengan daerah perbatasan dan negara usaha angkutan udara niaga yang lain, serta dalam rangka mengurangi melakukan kegiatan angkutan udara kesenjangan sosial dibandingkan dengan perintis dan pemegang izin kegiatan daerah lain. Angkutan udara perintis angkutan udara bukan niaga diberi dievaluasi oleh Pemerintah setiap tahun. kompensasi untuk menjamin kelang­ Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai sungan pelayanan angkutan udara acuan dalam mengubah suatu r ute perintis sesuai dengan rute dan jadwal angkutan udara perintis menjadi rute yang telah ditetapkan. Kompensasi komersial. dapat berupa pemberian rute lain di luar rute perintis bagi badan usaha Pengusahaan angkutan udara perintis angkutan udara niaga berjadwal dipengaruhi oleh beberapa hal: untuk mendukung kegiatan angkutan a. Transport demand (permintaan akan udara perintis, bantuan biaya operasi transport) merupakan jenis permin­ angkutan udara; dan/ atau bantuan taan tidak langsung, berawal dari biaya angkutan bahan bakar minyak. kebutuhan manusia akan berbagai d. Menurut Nefiadi (2001), penerapan jenis barang dan jasa. Sarana transpor­ tari£ penumpang di sektor transportasi, tasi adalah 'barang produsen' yang terutama dengan mempertimbangkan turut berperan dalam proses produksi. aspek kemampuan daya beli dan Fungsi utamanya adalah menjemba­ keinginan untuk membeli konsumen tani jarak geografis antara produsen serta keuntungan yang wajar bagi in­ dan konsumen. Transport demand vestor. Perumusan kebijakan dan termasuk jenis permintaan turunan strategi tarif angkutan penumpang (derived demand) dan terdapat saling difokuskan kepada kriteria efisiensi ketergantungan yang luas antara ekonomi dan menciptakan struktur transportasi dengan industri, perta­ pasar yang optimal (untuk mendu­ nian, perdagangan dan perkem­ kung kompetisi yangfair antar operator). bangan perekonomian suatu negara atau daerah. METODE ANALISIS b. Rute penerbangan perintis ditetapkan Penelitian mengambil lokasi di Jakarta dan berdasarkan pertimbangan antara lain Bandar Udara Iskandar Muda - menghubungkan daerah terpencil a tau dengan sampel penelitian adalah peng­ pedalaman, mendorong pertumbuhan guna jasa angkutan udara yang betjumlah dan pengembangan wilayah, dan 139 orang dengan menggunakan teknik mewujudkan stabilitas pertahanan purpose sampling. Data primer yang dan keamanan negara. diperoleh melalui penyebaran kuesioner c. Angkutan udara perintis dilaksanakan kepada penumpang, perusahaan ang-

Volume 24, Nomor 3, Maret 2012 275 kutan udara, penyelenggara bandar telah cukup untuk difaktorkan. Apabila udara, regulator dan pakar transportasi nilai KMO lebih besar dari 0,5 maka terima dengan lima belas pertanyaan sebagai Ho sehingga dapat disimpulkan jumlah berikut: data telah cukup difaktorkan. a. pertumbuhan angkutan udara perintis Uji Bartlett bertujuan untuk mengetahui b. pangsa pasar angkutan udara perintis apakah terdapat hubungan antar variabel c. potensi demand angku tan udara dalam kasus multivariat. Jika variabel �' ••• independent perintis X2, ,XP (bersifat saling bebas), maka matriks korelasi antar variabel sama d. daya tarik rute angkutan udara perintis dengan matriks identitas. Maka variabel­ keterpaduan rute angkutan udara e. variabel saling berkorelasi hal ini berarti perintis terdapat hubungan antar variabel. Jika f\ f. dikategorikan dalam rute padat ditolak maka analisis multivariat layak g. potensi rute angkutan udara perintis untuk digunakan terutama metode analisis h. program pembangunan daerah komponen utama dan analisis faktor. 1. daya dorong sektor lain Kelebihan dari analisis faktor adalah dapat digunakan untuk menentukan dimensi J. tarif angkutan udara perintis baru suatu faktor atau komponen serta k. keteraturan jadwal penerbangan digunakan untuk mereduksi jumlah perintis variabel independen (prediktor) dalam 1. jenis dan tipe pesawat udara sistem pengembangan modeling regresi m. potensi bandar udara perintis baik yang linier maupun non linier (e.g. n. keterjangkauan rute angkutan udara logistic regression). Selain itu hubungan perintis setiap variabel dapat diolah melebihi hubungan dua variat atau dikenal dengan o. perusahaan angkutan udara yang hubungan multivariat, sedang hubungan beroperasi dua variat terbatas pada hubungan Data yang telah terkumpul diolah dengan dengan metoda korelasi konvensional menggunakan SPSS. Statistik deskriptif yang dikenal dengan koefisien Pearson digunakan untuk mengetahui karakteristik untuk data parametrik atau koefisien responden, sedangkan metode yang rank Spearman Rho untuk data non digunakan untuk mengolah data yang parametrik. menyangkut identifikasi kriteria adalah analisis faktor. Tujuan dari analisis faktor HASIL DAN PEMBAHASAN adalah untuk menggambarkan hubungan­ h u bungan kovarian antara beberapa Bandar Udara Internasional Sultan variabel yang mendasari tetapi tidak Iskandar Muda, kini menempati areal teramati, kuantitas random yang disebut seluas 230 hektar dengan gedung termi­ faktor, (Johnson dan Wichern, 2002). Uji nal 3 lantai dengan luas 2.500 m2 dengan statistik yang digunakan adalah Uji KMO kapasitas 1.750.000 pergerakan penum­ dan Uji Bartlett. pang per tahun. Selain itu, landasan pacu (Runway) juga diperpanjang dari 2500 m Uji KMO bertujuan untuk mengetahui menjadi 3000 m. sehingga mampu apakah semua data yang telah terambil menampung pesawat berbadan lebar

276 Volume 24, Nomor 3, Maret 2012 seperti Boeing 747. Terminal baru ini juga sampai dengan tahun 2011 sebagai dilengkapi dengan Garbarata sebanyak 2 berikut: tingkat pertumbuhan penumpang unit yang ditempatkan di kedua sisi sebesar 5%, tingkat pertumbuhan bagasi gedung. sebesar 4,5%, tingkat pertumbuhan kargo sebesar8,7% dan tingkat pertumbuhan pos Tingkat pertumbuhan angkutan udara sebesar 9,25%, sedangkan pesawat udara pertahun di Bandara Sultan Iskandar Muda mengalami penurunan sebesar 7,9%. - Aceh berdasarkan data tahun 2006

2006 4736 4734 265468 255574 2.558.237 2.457.684 1.748.676 420.950 105.651 14.427

2007 3.623 3.622 271.408 278.777 3.173.671 2.546.996 1.945.442 445.115 95.126 26.766

2008 3.337 3.336 277.166 290.687 2.944.251 2.510.890 2.511.385 744.751 146.418 22.182

2009 2.994 2.993 286.298 292.644 3.838.999 3.516.740 2.304.483 1.486.772 73.830 28.813

2010 3.104 3.105 306.742 314.974 3.065.940 2.510.915 1.887.002 347.891 120.434 29.533

2011 3.050 3.049 328.70 I 328.805 3.202.492 2.486.135 2.174.972 550.159 117.172 31.984

Sumber- Statistk Agkutan Udara Tahun 2010, Di¢n Perhubungan Udara

Ta bel 2 Rute yang Dilayam . d.1 Ban d ar a Sultan I s k anda nnu da- Ace h Tah un 2012 No Rute yang Dilayani 1 Rute Domestik - Medan Banda Aceh- Jakarta 2 Rute Penerbangan Perintis Banda Aceh - Meulaboh, Banda Aceh -Blangpidie, Banda Aceh- Tapaktuan, Banda Aceh- Sinabang, Banda Aceh - Takengon 3 Rute Penerbangan Internas ional Banda Aceh- Kuala Lumpur, Banda Aceh- Penang, Banda Aceh- Jeddah (Haji Reguler), Banjarmasin- B.Aceh- J eddah ( Haji Transit )

Sumber Data Bandara Sul tan lskandar Muda - Aceh

Tabel 3. Perusahaan angkutan udara yang beroperasi di Bandar Udara Sultan Iskandar Muda - Aceh Tahun 2012

No Perusahaan AngkutanUdara Rute dan Frekuensi

1 Garuda CGK- MES- BTT- MES - CGK = 2X/HARI

2 Lion Air CGK- BTJ - CGK = lX/HARI

CGK- MES- BTJ- MES - CGK = lX/HARI

3 Sriwnava Air CG K- MES -BTT- MES- CGK = lX/HARI

Air Asia Malaysia KUL- BTJ- KUL = 4X/MINGGU Fire Fly PEN -BTJ - PEN= 4X/MINGGU NB A Bandara Perintis Wilayah Prov .Aceh

Susi Air NGR/MEQ- BTJ - NGR/MEQ = Sabtu dan Minggu Sumber Data Bandara Sultan lskandar Muda - Aceh

Volume 24, Nomor 3, Maret 2012 277 HASIL PENGOLAHAN DATA 1. Uji Realibilitas

Responden terdiri dari pengguna Uji Realibilitas menggunakan rumus Al­ jasa angkutan udara. Jumlah sampel pha Cronbach. Uji realibilitas dilakukan penelitian sebanyak 139 orang dengan pada hasil pengumpulan data didapatkan perincian sebagai berikut PNS sebanyak 51 nilai t!!J: 0,897, sehingga dapat disimpul­ orang (37% ), BUMN sebanyak 55 orang kan bahwa nilai alpha lebih dari 0,7, maka (39% ), dan swasta sebanyak 33 orang dikatakan hasil uji realibilitas adalah (24%). realibel.

2. Hasil Uji Kelayakan Data Untuk Re�1>ondenPenelltlan Analisis Faktor

Langkah awal yang akan dilakukan tentunya adalah dengan mencermati apakah data yang telah diperoleh dari

•BUI\lN' hasil penyebaran kuisioner di lapangan •PNS telah cukup layak untuk menggunakan analisis faktor. Beberapa cara dapat dilakukan untuk tujuan ini, yaitu suatu proses pembuktian apakah gugusan atau kumpulan pengamatan yang akan Gambar 1. Prosentase Jumlah Responden menggunakan analisis faktor telah terbukti Sebagianbesar responden berjeniskelamin saling interdependen. Beberapa pengu­ laki-laki yaitu sebanyak 87 orang (63%), kuran yang dapat dilakukan antara lain sedangkan jumlah responden dengan jenis dengan memperhatikan hasil tingkat kelamin perempuan sebanyak 52 orang signifikan matriks korelasi, nilai deter­ (37% ). minan, hasil uji Bartlett, nilai KMO dan nilai MSA (Sharma: 1996, Hair: 1995).

JenlsKelamln Re�1>onden a. Matriks Korelasi

Pet:euipua 11 Dari hasil analisis correlation matrix menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,224 sehingga dapat dibuktikan bahwa telah ada keterkaitan yang signifikan antar variabel.

b. Nilai Determinan

Nilai determinan matriks korelasi sebesar 0,0000000468 juga mendukung Gambar 2. Prosenta& Jumlah Responden adanya saling keterkaitan antar BerdasarkanJenis Kelamin variabel. Dari sudut pandang nilai Langkah yang digunakan untuk menda­ determinan, beberapa variabel diang­ patkan faktor-faktor yang mempengaruhi gap saling terkait jika nilai determinan perubahan rute perintis menjadi rute pada matriks korelasinya mendekati komersial adalah sebagai berikut: nol.

278 Volume 24, Nomor 3, Maret 2012 Tabel 4. Output KMO and Bartlett's Test terbentuk. Sedangkan hubungan paling Kaiser-Meyer-Olkin 0.645 kuat dengan faktor yang terbentuk adalah Measure of Sampling pangsa pasar angkutan udara perintis dan A dequacy. program pembangunan daerah. Bartlett's Test of Approx. Chi-Square 2230.578 Sphericity df 105 Ekstraksi faktor menyebabkan perubahan Sig. 0.000 komposisi variabel dengan mengelom­ Surnber: ha sil olah data pokan variabel awal (manifest) menjadi 4 variabel la ten sehingga terbentuk kelompok c. Nilai KMO dari variabel manifest. Totak keragaman Nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) dari 15 yang dapat dijelaskan dari ekstraksi faktor variabel seperti yang ada pada Tabel sebesar 77,915%. 4 menghasilkan nilai yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,839 sehingga Tabel 5. Faktor Loading berdasarkan rotasi vari max Faktor Variabel berada pada klasifikasi bermanfaat 1 2 3 4 (meritoriou s). Hal ini untuk menunjuk­ per tum bu han angkutan 0.742 uda ra oerintis kan adanya ukuran kedekatan sampel. pangsa pasar angk utan 0.824 uda ra perin tis -· - d. Uji Bartlett potensi demand angkutan 0.809 uda ra nerin tis Uji Bartlett adalah suatu pengujian d aya tarik rute angkutan 0.935 secara statistik apakah suatu matriks uda ra oerintis korelasi telah cukup layak untuk keterpaduan rute angkutan 0.754 ~ra perintis dilakukan analisis faktor. Hal ini bisa dikategorikan dalam ru te 0.805 dibuktikan dari nilai c2 pada hasil uji pad at potensi rute angkutan udara 0.517 sebesar 2230,578 dengan nilai signifi­ perintis ~ kan sebesar 0,000. program pembangunan 0.920 daerah e. Nilai MSA d~ dorono: sektor hin 0.790 tarif ano:kutan udara oerintis 0.647 Perhitungan MSA untuk setiap keteraturan jadwal 0.688 variabel pada penelitian ini berada oenerban

Volume 24, Nomor 3, Maret 2012 279 lebih optimal daripada sebelum dirotasi. c. Faktor ketiga terdiri dari rute Rotasi varimax dipilih untuk menghasilkan penerbangan non komersial sebaiknya struktur faktor yang setiap faktor akan dapat mendorong perkembangan memiliki nilai loading tertinggi di salah satu sektor lain, tarif perintis harus sesuai faktor dan akan mendekati nol pada load­ dengan tarif angkutan udara niaga ing faktor lainnya. Nilai-nilai loading faktor berjadwal, dan bandar udara yang yang terhitung pada umumnya akan melayani rute non komersial sebaiknya diperhatikan jika lebih besar dari 0,5. dapat melayani penerbangan antar Komponen matrik hasil memperlihatkan pulau di wilayah Indonesia bobot akhir faktor setelah dilakukan rotasi. d. Faktor keempat terdiri pangsa pasar a. Faktor pertama terdiri dari pertum­ demand angkutan udara pada rute buhan angkutan udara pada rute penerbangan non komersial harus penerbangan non komersial sebaiknya mempunyai potensi dan daya saing terus meningkat pertahunnya, rute yang besar, prakiraan demand angkutan udara non komersial hams angkutan udara penumpang/kargo dapat dilayani oleh angkutan udara pada rute angkutan udara non niaga berjadwal secara berkesinam­ komersial harus terus meningkat bungan, rute penerbangan non untuk jangka waktu sekurang­ komersial sebaiknya mempunyai kurangnya 5 (lima) tahun mendatang, potensi untuk dikembangkan, rute dan bandar udara yang melayani penerbangan non komersial sebaiknya rute penerbangan non komersial dapat menunjang program pengem­ sebaiknya mempunyai potensi untuk bangan dan pembangunan antar kota dikembangkan. dalam propinsi dan antar pulau di Analisis faktor pada prinsipnya digunakan Indonesia, dan frekuensi penerbangan untuk mengelompokkan data berdasarkan pada rute angkutan udara non interkorelasi antar butir. Analisis diguna­ komersial harus mempunyai jadwal kan untuk mereduksi variabel pertanyaan tetap setiap harinya. menjadi lebih sedikit dan menamakannya b. Faktor kedua terdiri dari banyak sebagai faktor. Berdasarkan hasil diatas perusahaan angkutan udara yang maka langkah selanjutnya adalah tertarik dan bersedia melayani menamakan/interpretasi faktor baru, dan penerbangan pada rute non komersial, penamaan kelima faktor dapat dilihat rute penerbangan non komersial pada tabel 6. sebaiknya dapat dikategorikan dalam Tabel 6. Penamaan Faktor rute padat yaitu jumlah penumpang lebih dari 250.000 sampai dengan Kriteria Nilai Faktor 1.000.000 orang pertahunnya, tipe potensi rute penerbangan 22,04% 1 pesawat udara yang digunakan harus perusahaan angkutan 21,43 2 sesuai dengan kondisi bandar udara, udara yang beroperasi dan rute penerbangan non komersial tarif penerbangan dan 19,43% 3 jarinj?p.h angkutan udara sebaiknya dilakukan oleh perusahaan demand angkutan udara 15% 4 angkutan udara niaga berjadwal. Surnber: hasil olah data

280 Volume 24, Nomor 3, Maret 2012 Faktor paling tinggi adalah faktor dengan KESIMPULAN nama potensi rute penerbangan (22,04 %). Berdasarkan hasil analisis diatas maka Perubahan rute perintis menjadi rute dapat disimpulkan hal-hal berikut: komersial sebaiknya dapat menunjang program pengembangan dan pemba­ 1. Terdapat empat faktor perubahan rute ngunan antar kota dalam propinsi dan perintis menjadi rute komersiat yaitu: antar pulau di Indonesia, karena a. Faktor yang pertama adalah pertum­ diperkirakan pertumbuhan angkutan buhan angkutan udara perintis, udara pada rute penerbangan non keterpaduan rute angkutan udara komersial terns meningkat pertahunnya, perintis, Potensi rute angkutan udara sehingga dapat dilayani oleh angkutan perintis, program pembangunan udara niaga berjadwal secara teratur daerah dan Keteraturan jadwal setiap harinya. penerbangan perintis. Faktor kedua adalah indikator perusahaan b. Faktor yang kedua adalah daya tarik angkutan udara yang beroperasi (21A3) . rute angkutan udara perintis, kategori Sebaiknya semakin banyak perusa­ dalam rute padat, jenis dan tipe haan angkutan udara niaga berjadwal pesawat udara, perusahaan angkutan yang tertarik dan bersedia melayani udara yang beroperasi. penerbangan pada rute non komersial (perintis) dikarenakan rute penerbangan di c. Faktor ketiga adalah daya dorong beberapa daerah dikategorikan sebagai sektor lain, tarif angkutan udara rute padat dengan jumlah penumpang perintis, ketetjangkauan rute angkutan 250.000 sampai dengan 1.000.000 orang udara perintis. pertahunnya. d. Faktor keempat adalah pangsa pasar Faktor ketiga adalah tarif penerbangan angkutan udara perintis, potensi de­ dan jaringan angkutan udara (19A3 %). mand angkutan udara perintis, dan Rute penerbangan non komersial sebaiknya potensi bandar udara perintis. dapat mendorong perkembangan sektor 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi lain dan dapat melayani penerbangan perubahan rute penerbangan non antar pulau di wilayah Indonesia, oleh komersial (perintis) menjadi rute karena itu tarif perintis yang dikenakan penerbangan komersial di Indonesia perlu disesuaikan dengan perhitungan yaitu potensi rute penerbangan (Kl), tarif yang berlaku saat ini. perusahaan angkutan udara yang Faktor keempat adalah demand angkutan beroperasi (K2), tarif penerbangan dan udara (15% ). Prakiraan demand angkutan jaringan angkutan udara (K3), de­ udara penumpang/kargo pada rute mand angkutan udara (K4). angkutan udara non komersial terus meningkat dari tahun ke tahun dengan DAFTAR PUSTAKA pangsa pasar angkutan udara yang Efi N.N, 2001, Problema dan Formulasi Tarif mempunyai potensi dan daya saing Sektor Transportasi, BPPN, Jakarta. yang besar sehingga rute penerbangan non komersial dapat dijadikan rute Sharma, S. 1996. Applied Multivariate komersial.

Volume 24, Nomor 3, Maret 2012 281 Techniques, New-York: John Wiley & Sons, Inc. Suhartono. 2009. Analisis Data Statistik dengan R, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Singgih Santoso & Pandy Tjiptono, 2001, Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Elex Media Komputindo, Jakarta. Wahana Komputer, 2005, Pengembangan Analisis Multivariate dengan SPSS 12, Salemba Infotek, Jakarta. *) Lahir di Boyolali 5 Juli 1979. Pendidikan Sarjana Matematika (1999-2004) clan Program Magister Sistem Teknik Transportasi (2006- 2008) pada Universitas Gadjah Mada (UGM).

282 Volume 24, Nomor 3, Maret 2012