Ir - Perpustakaan Universitas Airlangga
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN PEMAHAMAN DAN PEMILIHAN PEMBIAYAAN SYARIAH ATAU KONVENSIONAL PENGUSAHA KECIL (Studi Pada Program Satrya Emas di Kabupaten Pasuruan) Penelitian ini mengeksplorasi pemahaman pengusaha kecil tentang Program Satrya Emas (Pusat Strategi dan Layanan Ekonomi Maslahat), Pembiayaan Syariah, Alasan Pemilihan Sumber Pembiayaan, serta Keberlanjutan Usaha pelaku usaha kecil yang memilih pembiayaan syariah di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia. Tujuan studi adalah bagaimana memasyarakatkan pembiayaan syariah di Kabupaten Pasuruan yang berbudaya Islam taat Kabupaten Pasuruan yang berpenduduk 96% beragama Islam, mempunyai 200 unit Pondok Pesantren, 1.551 unit masjid dan 9.942 unit Mushola, Istigosah dilakukan rutin disetiap malam jumat legi, tidak berlebihan jika kabupaten Pasuruan disebut sebagai kota santri yang berbudaya Islam taat. Berbagai program Bupati-pun bernuansa Islami, seperti Program Wajib Madrasah Diniyah (Madin) bagi anak beragama Islam.; Program Desa Maslahat yang menjadikan desa sejahtera, berbudaya dan berakhlak mulia.; Program Pusat Strategi dan Layanan Ekonomi Maslahat (Satrya Emas) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM usaha mikro, kecil dan menengah. Dengan sebutan kota santri dan berbagai progam pemerinntah yang bernuansa Islami, sudah selayaknya semua aktivitas kehidupan bermasyarakat maupun ekonomi dapat sesuai dengan syariat Islam, idealnya pembiayaan syariah menjadi idola dan solusi dalam setiap kegiatan ekonomi, Lembaga Keuangan Syariah menjadi mitra dalam berbisnis dan berinvestasi. Dalam Ekonomi Maslahat sudah seharusnya pembiayaan yang digunakan adalah pembiayaan maslahat, pembiayaan maslahat adalah pembiayaan yang sesuai dengan Syariah (QS. Al Baqarah : 275,276,278,279). Unit usaha mikro, kecil, menengah dan besar yang banyak tersebar di wilayah kabupaten Pasuruan, dengan latar belakang budaya Islam taat, dan berbagai program pemerintah yang bernuansa Islami, seharusnya menjadi peluang besar bagi berkembangnya Ekonomi Islam khususnya pembiayaan Syariah. Faktanya ada kecenderungan warga lebih menggunakan sumber pembiayaan konvensional daripada syariah. Perkembangan lembaga keuangan syariah dirasa kurang maksimal. Jumlah unit BPR konvensional lebih banyak (85,71%) dibandingkan BPR Syariah yang hanya 14,29%, Penyaluran dana BPR Syariah lebih rendah (43%) daripada konvensional (57%). Dana pihak ketiga BPR 87%, sangat tinggi jika dibanding dengan antusias warga ke BPR Syariah yang hanya memiliki dana pihak ketiga 13%, Bahkan BMT Maslaha yang merupakan bagian dari BMT Sidogiri belum bersinergi dengan berbagai program pemerintah Kabupaten Pasuruan. Untuk mengetahui bagaimana realita pengalaman dan minat masyarakat pengusaha kecil terhadap pembiayaan Syariah dan seberapa besar peran pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam meberikan dukungan, dirumuskan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana pemahaman pengusaha kecil tentang program Satrya Emas ? 2) Bagaimana pemahaman pegnusaha kecil peserta iv DISERTASI PEMAHAMAN DAN PEMILIHAN... HARTUTIK IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA program Satrya Emas tentang pembiayaan syariah ?, 3) Apakah yang menjadi pertimbangan pegusaha kecil peserta program Satrya Emas dalam memilih sumber pembiayaan ?, 4). Apakah sumber pembiayaan syariah, mampu mewujudkan keberlanjutan usaha bagi pengusaha kecil di Kabupaten Pasuruan? Penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologi. Peneliti ingin menggali data berdasarkan apa yang diucapakan, dirasakan, dan dilakukan secara langsung oleh pelaku usaha kecil mengenai keberadaan serta manfaat program Satrya Emas dan pembiayaan syariah. Subyek penelitian adalah pengusaha kecil dilingkup Program Satrya Emas. Obyek penelitian adalah pemahaman tentang program Satrya Emas, pemahaman tentang pembiayaan Syariah, pertimbangan memilih lembaga keuangan, dan keberlanjutan usaha. Hasil Penelitian : 1) Pada Pemahaman Progam Satrya Emas : a. Program tidak diketahui oleh Informan yang pasif di komunitas ekonomi masyarakat., b. Program tidak tersosialisasikan dengan baik, c. Para OPD (Organisasi Perangkat Daerah) kurang bisa menterjemahkan tujuan dari program Bupati, d..Pelaksanaan dan kesuksesan program terkesan hanya mengandalkan pendamping di enam wilayah pelayanan., e Pendamping merasa kurang maksimal bekerja karena keterbatasan tenaga dan financial.; f. Program Satrya Emas belum bersinergi dengan lembaga keuangan syariah 2) Pada Pemahaman Tentang Pembiayaan Syariah : a. Sebagian besar informan memahami pembiayaan syariah sebagai pembiayaan yang tidak berdasarkan bunga., b. Beberapa informan tidak yakin dengan pemahamannya tentang pembiayaan syariah karena keterbatasan informasi dan pengetahuan,; 3) Pada Pertimbangan Memilih Lembaga Pembiayaan : a. Modal sosial yang bagus, menyebabkan pembiayaan datang sendiri tanpa dicari, b. Tidak semua orang yang menyatakan bunga bank haram, memilih lembaga keuangan syariah sebagai mitra usaha., c. Adanya keyakinan informan yang benar tentang bunga tetapi salah dalam pemahaman, sehingga salah dalam keputusan.; 4) Pada Keberlanjutan Usaha Mitra Lembaga Keuangan Syariah : a. Syariat Allah jika diterapkan dengan benar, terbukti menimbulkan kebaikan dan keberkahan., b. Sebagian besar informan memiliki keterbatasan membuat pencatatan keuangan yang benar, sehingga salah dalam menganalisa kemajuan usahanya. Dari beberapa temuan penelitian, disarankan: 1. Pemerintah Kabupaten Pasuruan, perlu memberikan perhatian khusus untuk memasyarakatkan pembiayaan syariah, dalam ekonomi maslahat, selayaknya menggunakan pembiayaan maslahat yaitu pembiayaan syariah. Dalam Program Madin, kurikulum perlu diinternalisasi materi Ekonomi Islam yang sesaui dengan batas pemahaman anak-anak Ada Departemen Pengembangan Ekonomi Islam yang khusus menaungi segala permasalahan ekonomi Islam, baik itu pengelolaan zakat, infak, sedekah, wakaf, juga masalah Lembaga Keuangan Syariah.’Wilayah pelayanan Satrya Emas, sebaiknya tersebar di seluruh kecamatan. Pemkab perlu memberi dukungan dan apresiasi kepada komunitas Ekonomi Syariah swadaya masyarakat. 2) Bagi MUI Kabupaten Pasuruan menginstruksikan kepada pemuka agama, untuk bisa menyampaikan materi syariah muamalah ekonomoi, 3) Masyarakat lebih proaktif mengikuti komunitas ekonomi 4) Bagi Peneliti Selanjutnya, dapat melakukan kajian komponen lain sperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, dan sejauh mana komponen tersebut dikelola dan mampu peningkatan kesejahteraan warga di Kabupaten Pasuruan. v DISERTASI PEMAHAMAN DAN PEMILIHAN... HARTUTIK IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SUMMARY UNDERSTANDING AND SELECTING SHARIA OR CONVENTIONAL FINANCING AMONG SMALL ENTERPRENEURS (A Study of the Satrya Emas Program in Pasuruan Regency) This study explores the understanding among small enterpreneurs about the Satrya Emas Program (the Center for Strategic and Services of Maslaha Economic), Sharia Financing, Reasons for Selecting Financing Sources, and their Business Sustainability selecting Sharia financing in Pasuruan, East Java, Indonesia. The aim of the study is how to promote Sharia financing in Pasuruan Regency with a devout Islam culture. Pasuruan Regency whose population is 96% Muslims owns 200 units of Islamic Boarding Schools, 1,551 units of mosques and 9,942 units of small mosques, not to mention having Istigosah regularly held every certain Friday night; accordingly it is not overstated when people refer to Pasuruan district as a santri (student) city with a devout Islamic culture. The regent’s various programs are also of an Islamic nature, such as Compulsory Program of Madrasah Diniyah (Islamic School) (Madin) for Muslim children; Program of Maslaha Village allowing the village to become prosperous, cultural and noble; and Program of the Center for Strategic and Economic Services (Satrya Emas) to improve the human resource ‘s quality and quantity of micro, small and medium enterprises. As the city of santri with various government programs with Islamic nuances, consequently, all life activities in the community and economy should be in accordance with Islamic law. Furthermore, ideally, Sharia financing becomes an ideal and a solution in every economic activity in which Islamic Financial Institutions should become partners in businesses and investments. In the Economic Maslaha, maslaha financing should have been employed in the financing for it’s appropriate with Sharia (QS. Al Baqarah: 275,276,278,279). Micro, small, medium and large business units widely spread in the Pasuruan regency. Thus, with a background in a devout Islamic culture, and various government programs with Islamic nuances, this should be a great opportunity for the development of Sharia Economics, especially sharia financing. However, people tend to use conventional financing sources rather than the sharia ones. The development of sharia financial institutions is considered to be less optimal. The number of conventional BPR units is larger (85.71%) than Sharia (14.29%) whose fund distributions are lower (43%) than the conventional one (57%). The core liability of the BPR are 87% which is very high compared to the people’s enthusiasm for using Sharia BPR with only 13% of core liability. Even more, the BMT Maslaha, part of BMT Sidogiri, has not yet synergized with various government programs of Pasuruan Regency. To learn how the reality in the experience and interest of small entrepreneurs in Sharia financing and how vast the role of the Pasuruan Regency government is in providing supports, the problem was formulated as follows: 1) How do small entrepreneurs interpret their understanding