Pelestarian Candi Sambisari Sebagai Warisan Bersejarah Di Kalasan Yogyakarta

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pelestarian Candi Sambisari Sebagai Warisan Bersejarah Di Kalasan Yogyakarta Domestic Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Pelestarian Candi Sambisari Sebagai Warisan Bersejarah di Kalasan Yogyakarta Bonaventura Bem Vundo S M 1702676 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Domestic Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Pelestarian Candi Sambisari Sebagai Warisan Bersejarah di Kalasan Yogyakarta. 1. Pendahuluan Jurnal Ilmiah Domestic Case Study (DCS) merupakan program laporan observasi untuk jenjang D-3 dan S-1 transfer pada semester VIII sebagai standard kualifikasi [1]. Jurnal DCS untuk jenjang S-1 ini berbeda dengan jurnal DCS untuk jenjang D3, karena di jenjang S-1, penulis harus membuat laporan DCS yang linier dengan dua jurnal lainnya yaitu Jurnal Foreign Case Study (FCS) dan juga Artikel Ilmiah. Penulis mengikuti Jambore nasional dengan Seminar Alam yang bertempat di Bumi Perkemahan Karang Pramuka, Kaliurang, Yogyakarta pada tanggal 12-14 Januari 2018 dengan pembicara : Prof. Azril Azahari,Ph.D, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., AKBP Sinungwati SH.,M.I.P, dengan tema “Responsible Tourism : Pariwisata Berbasis Lingkungan” [2]. Disini penulis mengartikan bahwa ketika kita membicarakan tentang pariwisata, berarti kita harus memahami tentang lingkungan. Lingkungan kehidupan manusia dan juga lingkungan alam. Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dari penyimpulan ketiga pembicara saat mengikuti jambore adalah kita generasi muda yang juga insan pariwisata maupun pelaku pariwisata harus benar-benar mulai memperhatikan dan menggagas bagaimana cara mengedukasi para pelaku pariwisata agar mulai memiliki kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Meskipun di dalam mengelola pariwisata kita harus memanfaatkan lingkungan sebagai obyek pariwisata, namun kita harus tetap ingat akan batasan seberapa besar pemanfaatan lokasi yang diperbolehkan, serta pelaku pariwisata juga harus mulai peka tentang tanggung jawab apa yang harus dilakukan. Kita diharuskan untuk memahami nilai-nilai lingkungan di sekitar kita, hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam menumbuhkan rasa “Self Belonging” demi untuk menjaga proses keberlangsungan pariwisata dan melestarikan sejarah apa yang ada dari dulu. Berkembangnya era globalisasi saat ini membuat persaingan pariwisata dan sektor-sektor lainnya semakin ketat, sehingga secara tidak langsung menuntut setiap negara mampu menyediakan kualitas serta daya saing yang terbaik untuk memajukan masing-masing sektor [3]. Jika dahulu pariwisata hanya mementingkan kuantitas yang di hasilkan oleh pariwisata, sekarang pariwisata lebih mementingkan aspek kualitas yang nantinya mampu menjadi kunci utama dari kemajuan pariwisata yang ada [4]. Dunia mengakui bahwa indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah, sehingga peluang untuk menjadikan pariwisata di indonesia menjadi salah satu yang terbaik sangatlah mungkin. Selain menjadi sektor unggulan, pariwisata juga dapat menjadi sektor yang menyumbang devisa dalam jumlah yang sangat besar apabila pengelolaan dilakukan dengan benar [5]. Tidak hanya itu saja, namun pariwisata juga dapat memberikan atau membuka lapangan pekerjaan dalam skala yang sangat luas. Satu hal yang masih disayangkan bagi pariwisata di Indonesia adalah Sumber Daya Manusia yang ada masih membutuhkan banyak pelajaran atau bimbingan tentang bagaimana cara mengelola dan juga mengembangkan pariwisata dengan baik dan benar. Bagaimana cara menyeimbangkan pemakaian lingkungan pariwisata tanpa merusak alam yang ada [6]. Pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan pembangunan di Indonesia. SDM dalam bidang pariwisata bisa ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan formal ataupun informal seperti pelatihan – pelatihan dan juga sosialisasi ataupun seminar yang diikuti oleh penulis pada waktu lalu. Guna menciptakan standart SDM dan juga standart pengelolaan (teknokrat atau perencanaan) obyek- obyek pariwisata terutama yang berbasis lingkungan dan pelestarian semua nilai-nilainya. Dan nanti pada saatnya setiap pelaku pariwisata Indonesia harus memegang sertifikasi kompetensi untuk mewujudkan penyusunan strategi yang lebih baik dan kebijakan dalam bidang pariwisata terutama menguatkan kondisi lingkungan guna pariwisata akan tetap terjaga dan berkelanjutan [7]. Serta generasi selanjutnya tidak akan kehilangan nilai penting dan sejarah dari lingkungan yang ada di sekitar mereka. Ketika kita sudah menjalankan berbagai strategi untuk mengembangkan pariwisata tetapi perkembangan pariwisata masih belum maksimal, artinya kita harus nerubah strategi yang di terapkan sebelumnya. Seperti Salah satu kesimpulan dari apa yang disampaikan dalam seminar alam, mengubah strategi untuk mengembangkan dan mengelola pariwisata yang dulu nya mementingkan kuantitas menjadi kualitas agar memiliki pondasi yang kuat. Menggencarkan pembekalan ilmu bagi para pelaku pariwisata guna menyongsong pariwisata yang lebih maju lagi [8]. Maka dari itu penulis mengambil Obyek Wisata Candi Sambisari yang berlokasi di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, kira-kira 12 km di sebelah timur kota Yogyakarta sebagai contoh usaha pariwisata yang berbasis lingkungan. Pemeliharaan lingkungan yang sangat baik dan terurus. Mengikuti aturan main atau memenuhi standart pengelolaan pariwisata yang benar. Pariwisata yang tidak hanya bisa merusak lingkungan / alam, namun justru memanfaatkan pariwisata sekaligus untuk memperbaiki lingkungan sekitar. Mengurangi pembangunan yang tidak bersahabat dengan alam yang justru akan mendukung kerusakan alam menjadi semakin parah. Dan juga disetiap obyek wisata dituntut agar memberikan keuntungan baik untuk lembaga dan juga masyarakat sekitar. Sejarah merupakan sesuatu yang tidak boleh dilupakan, tetapi dewasa ini banyak cerita-cerita sejarah yang lambat laun menghilang. Banyak orang-orang yang mengabaikan sejarah. Sajarah adalah saksi bisu zaman dahulu, sejarah juga merupakan warisan yang tak ternilai harganya. Dan bisa diwariskan kepada anak cucu kita. Berikut adalah salah satu sejarah yang ingin diuraikan kembali oleh penulis, sehingga sejarah dikenang kembali, dan orang-orang di luar sana bisa mengetahui cerita yang sesungguhnya, bukan hanya mengetahui mitos-mitos yang beredar di kalangan masyarakat luar. Candi adalah salah satu sejarah yang teramat penting pada zaman dahulu. Candi merupakan tempat tinggal pada zaman dahulu yang digunakan oleh kerajaan. Kerajaan adalah tempat yang terbuat dari batu yang beragam bentuk. Sampai sekarang banyak candi yang masih ada dan terjaga, tetapi orang orang hanya mengetahui cerita yang beredar. Bukan cerita yang sesungguhnya terjadi. Di Indonesia, Jawa khususnya terdapat banyak candi dan situs peninggalan lainnya yang menjadikan jawa semakin kaya akan budaya. Disini penulis akan membahas tentang Candi Sambisari, Candi yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 2. Pembahasan Heritage merupakan warisan (budaya) masa lalu, apa yang saat ini dijalani manusia dan apa yang diteruskan kepada generasi mendatang atau sesuatu yang seharusnya diestafetkan dari generasi ke generasi, umumnya karena di konotasikan mempunyai nilai sehingga patut di pertahankan dan di lestarikan keberadaannya. Pusaka atau Heritage indonesia meliputi : a. Pusaka Alam Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa, misalnya, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujunng Kulon, Taman Nasional Lorentz, dan Taman Nasional Kerinci Seblat. b. Pusaka Budaya Pusaka Budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah air Indonesia. Pusaka Budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (itangible). Pusaka budaya yang berwujud (tangible) misalnya bangunan kuno dan rumah adat. Pusaka budaya yang tidak berwujud (itangible) meliputi flokore dalam bentuk cerita rakyat, tarian, kulinari, dan musik tradisional. c. Pusaka Saujana Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan Pusaka Budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Pusaka saujana dikenal dengan pemahaman baru yaitu cultural landscape (Saujana Budaya), yakni menitik beratkan pada keterkaitannya budaya dan alam. Dan ini merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud dan tidak berwujud. A. Candi Sambisari a. Lokasi Candi Sambisari Candi Sambisari terletak di desa Sambisari, kelurahan Purwomartani, kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. kira-kira 12 km di sebelah timur kota Yogyakarta ke arah kota Solo atau kira-kira 4 km sebelum kompleks Candi Prambanan dan terletak di 6.54 m di bawah permukaan tanah. b. Sejarah Candi Sambisari Penemuan benda–benda purabakala sering terjadi secara kebetulan, seperti orang sedang menggali tanah untuk membuat sumur, mengolah tanah ladang atau sawah untuk ditanami dan lain– lain, tiba–tiba cangkulnya terbentur sesuatu benda yang ternyata benda tersebut adalah benda kuno. Apabila orang tersebut mengerti bahwa ia harus melaporkan kepada yang berwenang, maka beritanya akan sampai kepada Dinas Purbakala. Akan tetapi ada kalanya penemuan purbakala itu dirahasiakan oleh penemunya dengan maksud dimiliki sendiri atau dijual kepada orang lain yang memang banyak berkeliaran di desa–desa khususnya untuk mencari benda–benda kuno. Oleh karena itu setiap ada berita temuan purbakala, harus segera ditangani oleh yang berwenang untuk menghindarkan lenyapnya atau rusaknya benda–benda tersebut. Begitulah halnya dengan penemuan Candi Sambisari. Seorang petani ketika sedang mengolah tanah ladang milik Karyowinangun, tiba–tiba cangkulnya terbentur pada batu–batu berukir yang ternyata
Recommended publications
  • Batu Tabung Berprasasti Di Candi Gunung Sari (Jawa Tengah) Dan Nama Mata Angin Dalam Bahasa Jawa Kuno Baskoro Daru Tjahjono, Arlo Griffiths, Véronique Degroot
    Batu tabung berprasasti di Candi Gunung Sari (Jawa Tengah) dan nama mata angin dalam bahasa Jawa Kuno Baskoro Daru Tjahjono, Arlo Griffiths, Véronique Degroot To cite this version: Baskoro Daru Tjahjono, Arlo Griffiths, Véronique Degroot. Batu tabung berprasasti di Candi Gunung Sari (Jawa Tengah) dan nama mata angin dalam bahasa Jawa Kuno. Berkala Arkeologi (Yogyakarta), Balai Arkeologi D.I. Yogyakarta, 2014, 34 (2), pp.161-182. 10.30883/jba.v34i2.23. halshs-01908636 HAL Id: halshs-01908636 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-01908636 Submitted on 30 Oct 2018 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. BATU TABUNG BERPRASASTI DI CANDI GUNUNG SARI (JAWA TENGAH) DAN NAMA MATA ANGIN DALAM BAHASA JAWA KUNO1 THE INSCRIBED STONE CYLINDERS AT CANDI GUNUNG SARI (CENTRAL JAVA) AND THE NAMES OF THE DIRECTIONS OF SPACE IN OLD JAVANESE Baskoro Daru Tjahjono1, Arlo Griffths2 dan Veronique Degroot2 1Balai Arkeologi Medan 2Ecole française d'Extrême-Orient, Jakarta [email protected] [email protected] [email protected] ABSTRACT This article presents an architectural and epigraphical study of several objects recovered from the Central Javanese temple site of Gunung Sari.
    [Show full text]
  • 4109211012147314740006Sept
    Arte-Polis 4 International Conference - Creative Connectivity and the Making of Place i Proceedings Arte-Polis 4 International Conference Creative Connectivity and the Making of Place: Living Smart by Design Bandung, 5-7 July 2012 Volume 2 School of Architecture, Planning and Policy Development Institut Teknologi Bandung INDONESIA Arte-Polis 4 International Conference - Creative Connectivity and the Making of Place ii Proceedings Arte-Polis 4 International Conference Creative Connectivity and the Making of Place: Living Smart by Design Bandung, 5-7 July 2012 Arte-Polis 4 Advisory Committee Nezar ALSAYYAD, Ph.D. (Univ. of California, Berkeley – United States of America) Christopher SILVER, Prof. (University of Florida – United States of America) Togar M. SIMATUPANG, Prof. (Institut Teknologi Bandung – Indonesia) Eku WAND, Prof. (Braunschweig Univeristy of Art – Germany) Mohammad DANISWORO, Prof.(em). (Institut Teknologi Bandung – Indonesia) Himasari HANAN, Dr.-Ing. (Institut Teknologi Bandung – Indonesia) Setiawan SABANA, Prof. (Institut Teknologi Bandung – Indonesia) Chairman, Arte-Polis 4 Organizing Committee Arif Sarwo WIBOWO, Dr.Eng. Reviewers Christopher SILVER, Prof. (University of Florida – United States of America) Eku WAND, Prof. (Braunschweig Univeristy of Art – Germany) Setiawan SABANA, Prof. (Institut Teknologi Bandung – Indonesia) Togar M. SIMATUPANG, Prof. (Institut Teknologi Bandung – Indonesia) Himasari HANAN, Dr.-Ing. (Institut Teknologi Bandung – Indonesia) Armein Z. R. LANGI, Ph.D. (Institut Teknologi Bandung – Indonesia)
    [Show full text]
  • Mbasaaké in Family Circle: Linguistic Socialization of Politeness in Javanese
    Linguistik Indonesia, Agustus 2020, 165-178 Volume ke-38, No.2 Copyright©2020, Masyarakat Linguistik Indonesia ISSN cetak 0215-4846; ISSN online 2580-2429 MBASAAKÉ IN FAMILY CIRCLE: LINGUISTIC SOCIALIZATION OF POLITENESS IN JAVANESE Arapa Efendi1 Katharina Endriati Sukamto2 Ph.D. Student in Applied English Linguistics, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya & Lecturer, Faculty of Education, Universitas Internasional Batam1, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya2 [email protected]; [email protected] Abstract This qualitative preliminary study highlights a common linguistic practice of politeness in the Javanese family circle called mbasaaké, which refers to addressing or referring to a family member with a kinship term that does not necessarily portray the actual family relationship. This study aims to demonstrate that this pragmatic practice of mbasaaké requires the role of adult speakers in the family circle to novice members of the family. The adult members in the family intentionally deployed this act as a strategy to socialize politeness in the Javanese culture. A small number of naturally occurring interactive turns which involves four family members are presented in this paper to illustrate this mbasaaké practice. The four persons who participated in the casual conversations originally come from East Java, but they have resided in Yogyakarta for many years. The data presented in this paper prove that this linguistic socialization is continuously practiced within the family circle with or without the presence of the novice members of the family. Another important finding is that a respectful kinship term is also given to a family member in absentia. Keywords: language socialization, politeness, Javanese, address terms, mbasaaké Abstrak Penelitian awal yang bersifat kualitatif ini membahas praktik berbahasa untuk menyatakan kesopanan yang umum digunakan di lingkungan keluarga Jawa yang disebut mbasaaké.
    [Show full text]
  • 35 Ayu Narwastu Ciptahening1 & Noppadol Phienwej2
    Paper Number: 35 Geohazards risk assessment for disaster management of Mount Merapi and surrounding area, Yogyakarta Special Region, Indonesia. Ayu Narwastu Ciptahening1 & Noppadol Phienwej2 1 Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta, Indonesia, E-mail [email protected] 2 Asian Institute of Technology, Thailand ___________________________________________________________________________ It is well-known that there exists a very active volcano situated in Central Java and Yogyakarta Special Region, Indonesia, called Mount Merapi. It is classified into one of the most active volcanoes, even on the world. It mostly erupts in every 4 years. Deposits produced by its activity in Sleman Regency Yogyakarta Special Region of where the study located, can be divided into four rock units, namely Ancient Merapi, Middle Merapi, Recent Merapi, and Modern Merapi. In the 10th to 11th century Mount Merapi had been responsible to the decline of Hindu Mataram Kingdom, Central Java, by its eruptions. It was verified by the discovery of many ancient temples in Yogyakarta and surrounding areas, such as Temple Sambisari, Temple Kadisoka, and Temple Kedulan which were buried by volcanic deposits of Mount Merapi [1]. The eruption of Mount Merapi, in the year 2010 was recognized as the biggest eruption during recent decades and claimed about 300 lives and very large treasures, after the eruption. The type of eruption was changed from Merapi type in the activity period of 2006 and before to become the combination of Vulcanian type and Pelean type [2]. Due to the activities of the volcano that is very intensive, it can be underlined that the threats of geohazard faced by people living in the surrounding area of Yogyakarta is about the impact of volcanic eruptions [3].
    [Show full text]
  • In D O N E S Ia N
    Marijke Klokke AN INDONESIAN SCULPTURE IN THE KRÖLLER-MÜLLER MUSEUM1 Introduction SCULPTURE In 1919 Helene Kröller-Müller acquired an Indonesian sculpture from Frederik Muller & Cie, a well-known auction house in Amsterdam at the time (PI. 1). The inventory of the auction - which took place on 25-28 November 1919 - listed the sculpture under lot numbers 1548-1567, together with 19 other sculptures from the Netherlands Indies: ‘Collection de vingt sculptures en gres, d’idoles, etc. des Indes néerlandaises. (Boroboudour, Java?). - Par pièce’.2 Helene Kröller-Müller was born in Essen in Germany in 1869. In 1888 she married Anton Kröller, a promising employee at the Rotterdam branch of her father’s firm Wm H. Müller & Co. A year later he was to become the director of this firm and one of the richest business men in the Netherlands. In 1907 INDONESIAN Helene began to collect art, mainly the contemporary art of which Van Gogh was her favourite, but also non-western art.3 When she bought the Indo­ nesian sculpture in 1919 she was making plans to build a museum for her AN growing art collection. Because of long discussions with architects and financial problems of the Müller firm in the 1930s it was not until 1938 that her dream came true and the Kröller-Müller Museum came into existence thanks to an initiative of the Dutch state.4 Helene Kröller-Müller was to be the first director, but not for long as she died in 1939. The sculpture she acquired in 1919 is the only Indonesian piece in the Kröller-Müller Museum collection.5 It is registered as KM 113.611 but the inventory file gives little Information about the identification of the depicted figure (‘Hindu-Buddhist dwarf figure’), the origin of the relief (‘Indonesia’), or its date (‘unknown’).
    [Show full text]
  • Socio-Cultural Relations Between India and Indonesia
    Proceeding of the International Seminar and Conference 2015: The Golden Triangle (Indonesia-India-Tiongkok) Interrelations in Religion, Science, Culture, and Economic. University of Wahid Hasyim, Semarang, Indonesia. August 28-30, 2015 Paper No. C.9 Socio-Cultural Relations Between India and Indonesia Mohd Tahseen Zaman Department of Islamic Studies, Jamia Millia Islamia University Jamia Nagar, New Delhi-110025, India Phone: +91(11)26981717, 26984617, 26984658, 26988044, 26987183, Fax: +91(11)2698 0229 [email protected] Abstract- India and Indonesia are two nations that from its inception, have a strong historical relation; cultural as well as intellectual. Both have some in common and similarities in many aspects. In India and Indonesia there are multiple religions, beliefs, ethnicities, languages, cultures that share and interact each other. The most interesting thing is both have shared cultural relations manifested in daily life. Some historians assumed that India‟s influence on Indonesian‟s culture is quite dominant, moreover, until the nineteenth century the Malay people received everything from India: their religion, their political system, astrology, medicine, literature, art and technical skills. Therefore this study is basically based on historical investigation and focuses on cultural analysis between Indonesia and India. Keywords: culture, shared, inception, ties Introduction The socio-cultural relations between India and Indonesia are very old. The Indian cultural impact has been seen in the all sphere of Indonesian‟s people life. They share lot of religious and cultural similarity with India. According to historical evidences the contact between India and Indonesia has been established during the beginning of the Christian era. “Traders from India, particularly from its eastern and southern coastal regions, travelled far and wide in the pursuit of trade and established trade relations with the countries of the region which is now known as Southeast Asia, and then was known as Dvipantara of Suvarndvipa.
    [Show full text]
  • Analisis Spasial Obyek Wisata Situs Sejarah Dan Budaya Unggulan Untuk Penyusunan Paket Wisata Kabupaten Sleman
    ANALISIS SPASIAL OBYEK WISATA SITUS SEJARAH DAN BUDAYA UNGGULAN UNTUK PENYUSUNAN PAKET WISATA KABUPATEN SLEMAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh: MAHARDIKA AGUNG CITRANINGRAT E100150109 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020 PERSETUJUAN ANALISIS SPASIAL OBYEK WISATA SITUS SEJARAH DAN BUDAYA UNGGULAN UNTUK PENYUSUNAN PAKET WISATA KABUPATEN SLEMAN PUBLIKASI ILMIAH oleh: MAHARDIKA AGUNG CITRANINGRAT E100150109 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh : Dosen Pembimbing (Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si.) NIK. 554 i LEMBAR PENGESAHAN PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS SPASIAL OBYEK WISATA SITUS SEJARAH DAN BUDAYA UNGGULAN UNTUK PENYUSUNAN PAKET WISATA KABUPATEN SLEMAN Oleh : MAHARDIKA AGUNG CITRANINGRAT E100150109 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 16 Desember 2019 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji : 1. Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si. (…………………….) Ketua Dewan Pembimbing 2. Drs. Priyono, M.Si. (…………………….) (Anggota I Dewan Penguji) 3. M. Iqbal Taufiqurrahman Sunariya, S.Si., M.Sc., M.URP. (……………………………….) (Anggota II Dewan Penguji) Dekan Fakultas Geografi, Drs. Yuli Priyana, M.Si. ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
    [Show full text]
  • Kinara Kinari Pada Relief Candi Badut Sebagai Ide
    Jurnal Imajinasi Vol. XIII No. 2 - Juli 2019 Jurnal Imajinasi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi KINARA KINARI PADA RELIEF CANDI BADUT SEBAGAI IDE PENCIPTAAN MOTIF BATIK MALANGAN Romy Setiawan 1 1 Program Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya Info Artikel Abstrak Batik adalah salah satu bentuk kearifan lokal karya seni asli Indonesia Sejarah Artikel: dengan kain sebagai bahan bakunya dan cukup dikenal dunia. Salah Diterima Mei 2018 satu motif batik yang menarik untuk dikaji adalah relief Kinara Kinari Disetujui Juni 2018 pada Candi Badut yang berorientasi pada cerita tentang ajaran Hindu- Dipublikasikan Juli 2019 Budha. Karakter Kinara-Kinari dalam relief candi adalah representasi sepasang laki-laki dan perempuan yang dalam penggambarannya Keywords: berkepala manusia dan berbadan burung. Candi Badut dipilih karena Kinara Kinari, Candi Badut, merupakan candi tertua di Jawa Timur dan keberadaan relief Kinara motif batik Kinari di Jawa Timur hanya satu-satunya ada di Candi Badut. Dalam hal ini peneliti mencoba mengupayakan bagaimana memvisualisasikan karakter Kinara-Kinari ditampilkan dalam bentuk motif batik khas Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penciptaan seni rupa yang meliputi tahap eksplorasi, perancangan dan perwujudan. Karakter Kinara Kinari pada Candi Badut ini divisualisasikan dalam dua hasil rekonstruksi sosok Kinara Kinari pada relief Candi Badut menjadi bentukmotif batik visual tanpa motif mengurangi batik. Karakter makna Kinara dan filosofinyaKinari menjadi yang motif merupakan utama dalam proses penciptaan motif batik, selain ornamen pendukungnya. Pembuatan desain motif batik berdasarkan relief Kinara Kinari pada Candi Badut ini merupakan salah satu bentuk inovasi yang dilakukan sebagai wujud inkulturasi budaya, sehingga bukan hanya produk hasil jadi batiknya saja yang akan dikenal masyarakat, namun Candi Badut sebagai sumber ide penciptaan motif batik juga akan dikenal lebih luas.
    [Show full text]
  • East Java – Bali Power Distribution Strengthening Project
    *OFFICIAL USE ONLY PT PLN (Persero) East Java – Bali Power Distribution Strengthening Project Environmental & Social Management Planning Framework (Version for Disclosure) January 2020 *OFFICIAL USE ONLY BASIC INFORMATION 1. Country and Project Name: Indonesia – East Java & Bali Power Distribution Strengthening Project 2. Project Development Objective: The expansion of the distribution network comprises erection of new poles, cable stringing, and installation of distribution transformers. 3. Expected Project Benefits: Construction of about 17,000 km distribution lines and installation of distribution transformers in East Java and Bali 4. Identified Project Environmental and Social Risks: Social Risks. It is envisaged that this project will require (i) use of no more than 0.2 m2 of land for installation of concrete poles and approximately 4m2 for installation of transformers (either in cabinet of between two concrete poles or on one pole); limited directional drilling (approx. 200-300m) to run cables under major roads and limited trenching (usually less than 500m) in urban environments, and (iii) possible removal of non-land assets (primarily trimming or felling of trees) for stringing of conductors. While restrictions on land use within the existing right of way apply, the land requirements for the distribution network (lines and transformers) are considered manageable with normal mitigation measures. Project activities will not (i) require land acquisition, (ii) cause physical or economic displacement; and/or (ii) result in adverse impacts to Indigenous Peoples groups and/or members of ethnic minorities. Environmental risks are principally induced by the establishment of the network across natural habitats and potential impact on fauna (in particular avifauna and terrestrial fauna susceptible to access the distribution lines or transformers such as monkeys or other tree dwelling scavenging animals that frequent semi urban environments), and the management of waste (e.g.
    [Show full text]
  • Photography Book Costums and Traditions of Kampung Naga Tasikmalaya, West Java
    6th Bandung Creative Movement International Conference in Creative Industries 2019 (6th BCM 2019) --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Photography Book Costums and Traditions of Kampung Naga Tasikmalaya, West Java Sylvia Rakhman1, Gredi Gradana Sembada2 1Visual Communication Design Study Program, Telkom University, Bandung, Indonesia [email protected] (Sylvia Rakhman), [email protected] (Gredi Gradana Sembada) Abstract Indonesia is a country with vast cultural diversity as well as high historical value, due to many historical sites found in various regions including Magelang Regency, Central Java. Beside the largest temple called Borobudur, there are also several others scattered on all places of Magelang. These temples are not yet exposed to the world, namely Lumbung, Asu, Pendem, Gunung Sari, Gunung Wukir, Losari, and any other temples. These temples become the cultural heritage with its own beauty and high historical values with different functions and objectives from each other. The existence of these temples need to be preserved because of its use for science, education, religion and any other aspects. Government Tourism Office have already made an effort in the publication through websites, brochures, and magazines. After analyzing the publication, there are shortcomings in the delivery of the publication through the media. Therefore, to provide historical information and documentation of the temples in Magelang as historical evidence there is a need for putting more effort. The survey was done by the author through questionnaire and interview, the author concludes to use photobook as media to convey the information about these temples and to use photos to document these temples. Keywords Photobook, Ancient Temples, Magelang Regency city of Tasikmalaya. Precisely located in Neglasari Village, Salawu, Tasikmalaya, West Java.
    [Show full text]
  • Translation Technique of Temple`S Texts in Indonesia Pjaee, 17 (8) (2020)
    TRANSLATION TECHNIQUE OF TEMPLE`S TEXTS IN INDONESIA PJAEE, 17 (8) (2020) TRANSLATION TECHNIQUE OF TEMPLE`S TEXTS IN INDONESIA Wening Sahayu1, Sulis Triyono2, Friyanto3 1,2Applied Linguistics Department, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia 3Universitas Respati Yogyakarta, Indonesia Corresponding Author [email protected] Wening Sahayu, Sulis Triyono, Friyanto. Translation Technique Of Temple`S Texts In Indonesia -- Palarch’s Journal Of Archaeology Of Egypt/Egyptology 17(8), 161-179. ISSN 1567-214x Keywords: Translation Technique, Indonesian Temple`s Text ABSTRACT: The research aims to know the translation technique used by the translator in translating the word, phrase, even the sentence in Indonesian temple`s texts from Indonesian into English. This research employs descriptive qualitative method that is to describe the translation technique used. The data were taken from Indonesian temple`s text in Yogyakarta and the classification is based on the theory of translation technique. The result showed that from 281 data have been identified, there are 10 types of translation techniques applied from the results of the translation in the temple`s texts. The result showed that literal translation and borrowing are the most dominant techniques used. It happens because the translator focuses on source text oriented than the target text. INTRODUCTION Indonesia is one of the biggest country for the heritage. As one of the biggest Hindu and Buddha religious civilizations spread in the past, Indonesia has many temples and sites across the country. Java is one of the big land for the Hindu and Buddha religious civilizations with many temples and sites can be found in the Java land.
    [Show full text]
  • Translation Technique of Temple`S Texts in Indonesia Pjaee, 17 (8) (2020)
    TRANSLATION TECHNIQUE OF TEMPLE`S TEXTS IN INDONESIA PJAEE, 17 (8) (2020) TRANSLATION TECHNIQUE OF TEMPLE`S TEXTS IN INDONESIA Wening Sahayu1, Sulis Triyono2, Friyanto3 1,2Applied Linguistics Department, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia 3Universitas Respati Yogyakarta, Indonesia Corresponding Author [email protected] Wening Sahayu, Sulis Triyono, Friyanto. Translation Technique Of Temple`S Texts In Indonesia -- Palarch’s Journal Of Archaeology Of Egypt/Egyptology 17(8), 181-199. ISSN 1567-214x Keywords: Translation Technique, Indonesian Temple`s Text ABSTRACT: The research aims to know the translation technique used by the translator in translating the word, phrase, even the sentence in Indonesian temple`s texts from Indonesian into English. This research employs descriptive qualitative method that is to describe the translation technique used. The data were taken from Indonesian temple`s text in Yogyakarta and the classification is based on the theory of translation technique. The result showed that from 281 data have been identified, there are 10 types of translation techniques applied from the results of the translation in the temple`s texts. The result showed that literal translation and borrowing are the most dominant techniques used. It happens because the translator focuses on source text oriented than the target text. INTRODUCTION Indonesia is one of the biggest country for the heritage. As one of the biggest Hindu and Buddha religious civilizations spread in the past, Indonesia has many temples and sites across the country. Java is one of the big land for the Hindu and Buddha religious civilizations with many temples and sites can be found in the Java land.
    [Show full text]