HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Konsep "Badar" Dalam Lakon Carangan Pewayangan Tradisi Yogyakarta

(he Concept of "Badar" in Yogyakarta Pupettry Tradition Branch Story)

Hanggar Budi Prasetya

Staf Pengajar Jurusan Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Yogyakarta

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk (1) Memahami lakonlakon dalam pewayangan tradisi Yogyakarta dan keterkaitannya dengan peristiwa Baratayuda dan (2) Memahami konsep "badar" dalam pewayangan tradisi Yogyakarta. , seperti halnya jenis folklor yang lain memiliki logika tersendiri yang berbeda dengan logika umum. Salah satu logika itu terlihat dari munculnya konsep"badar" dalam hampir seluruh cerita pewayangan, terutama pada lakonlakon carangan. Konsep "badar" ini berasal dari mitologi Jawa, bahwa seseorang yang memiliki ilmu dapat berubah menjadi bentuk lain, dan pada saatnya bisa kembali atau badar seperri aslinya. Biasanya "badar" mengakhiri sebuah pertunjukan wayang.

Kata Kunci: konsep badar, lakon carangan, lakon Semar

A. Pendahuluan Ada berbagai jenis lakon carangan, yaitu lakonlakon tentang kelahkan, per- Dibandingkan dengan wayang kawinan, wahyu, kembar, dan gugat. atau wayang Sunda, wayang Jawa jauh Sebagai lakon carangan, lakon gugat dan berkembang. Hal ini dapat dilihat dari lakonlakon kembar bisa digolongkan jumlah lakon wayang yang ada. Lakon sebagai lakon yang relatif baru. Namun wayang Jawa jumlahnya mencapai ra- demikian, hingga kini masih belum jelas tusan, sementara wayang Sunda dan Bali siapa pembuat dan kapan lakon tersebut sangat terbatas. Gronendael (1988: 209) pertama kali dipentaskan. menemukan 449 judul lakon wayang Jawa, Untuk keperluan analisis, lakon yang sedangkan wayang Sunda dan Bali dipilih adalah lakonlakon wayang yang masingmasing 26 lakon dan 8 lakon. Seb- disajikan oleh Ki Hadi Sugito. Pe-milihan agian besar lakonlakon yang diciptakan dalang dilakukan dengan pertim-bangan, ini dikenal dengan lakon carangan, yaitu yaitu: Pertama, telah tersedia rekaman lakon yang diciptakan dalang dengan cara dalam bentuk pita kaset. Kedua, mengembangkan lakon baku, lakon yang pertunjukan Ki Hadi Sugito banyak diacu terkait langsung dengan peristiwa Bara- tayuda.

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005 HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI oleh dalangdalang lain dan dapat diang- Berbeda dengan di Surakarta, di gap mewakili tradisi Yogyakarta. Yogyakarta sangat miskin tulisan atau kumpulan lakon wayang. Sejauh ini belum B. Tinjauan Pustaka ada satupun buku kumpulan lakon carangan tradisi Yogyakarta. Yang ada Cerita, termasuk lakon wayang, lahir hanyalah kumpulan lakon Baratayuda yang dari imajinasi manusia, khayalan manusia, ditulis oleh Radyomardowo, dkk (1959) walaupun unsurunsur khayalan tersebut berisi 12 lakon. berasal dari kehidupan manusia sehari- hari. Menurut Putra (1997) cerita seperti Dari uraian di atas nampak bahwa ini dapat dipandang sebagai sebuah m- penulisanlakon carangan telah dilakukan itos. Mitos yang dknaksud di sini berbeda oleh penulis terdahulu. Namun sayang- dengan pengertian mitos yang biasa di- nya hanya sebatas pengumpulan lakon gunakan dalam kajian mitologi pada saja. Hingga saat ini belum ada tulisan umumnya, yang memandang mitos sebagai yang mencoba membahas kumpulan la- cerita suci yang dalam bentuk sim-bolis konlakon carangan. Lebih celaka lagi, mengkisahkan serangkaian peristiwa nyata hampir seluruh lakoncarangan yang telah dan imajiner tentang asalusul dan dipublikasikan adalah lakon carangan perubahan alam raya dan dunia, dewa- tradisi Surakarta. Padahal, lakon carangan dewi, kekuatankekuatan adikodrati, ma- tradisi Yogyakarta juga banyak sekali, nusia, pahlawan, dan masyarakat. Di sini namun hanya ada secara lesan. Kalau mitos merupakan suatu cerita (tidak h- cerita lesan tadi tidak segera dilakukan arus suci) yang mengandung pesan-pesan pendokumentasian, makabisa dipastikan tertentu. Untuk itu lakon wayang dapat bahwa sebentar lagi cerita wayang tradisi dianalisis secara structural. Yogyakarta akan hilang dari pengetahuan Lakonlakon carangan telah banyak masyarakat bersaamaandengan mening- menarik peneliti dan penulis terdahulu. galnya para empu dalang Yogyakarta. Beberapa di antaranya adalah Feinstein, Untuk itu, penelirian mengenai lakon dkk (1986) yang menulis mengenai lakon carangan tradisi Yogyakarta masih relefan carangan yang tersebar di masyarakat dilakukan. Surakarta. la berhasil mengumpulkan 106 judul lakon yang bersumber dari 43 C. Pengumpulan dan Analisis Data dalang di Surakarta. Penulisan lakon ca- rangan juga pernah dilakukan oleh (1) Pengumpulan dan analisis data Wiryoatmojo (1975) mengenai balungan dilakukan dengan mengikuti cara yang lakon yang terdiri dari 20 lakon carangan pernah ditempuh oleh Putra (2001) da- tradisi Surakarta. (2) Meyer, ed (1883) lam menganalisis cerita rakyat Dongeng menulis manuskrip Serat Pakem Gancara- Bajo. Langkahlangkah ini dimulai de- nipun Lampahan Ringgit Purwa 24 iji. (3) ngan, "membaca" kaset wayang lakon Prawiro Sudirdjo dan Sulardi (t.t) menulis Semar Gugat (SG), Semar Bangun Ka- 20 buah cerita lakon carangan, (4) yangan (SBK), dan Semar Kembar (SK) Probohardjono (1961) menulis 14 cerita dengan cara mendengarkan rekaman lakon. (5) Mangkunegara VII (1927) kaset yang ada. Dari pembacaan ini menulis 176 lakon carangan. diperoleh pengetahuan dan kesan tentang isi cerita, tentang tokohtokohnya, tentang

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005 HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI berbagai tindakan yang mereka lakukan, yang memperlihatkan suatu pengertian serta berbagai peristiwa yang mereka tertentu (Putra, 2001: 212). alami. Mengingat panjangnya cerita, ceri- - Sebagai kalimatkalimat yang berdiri ta ini perlu dibagi dalam beberapa epi- sendiri, ceriteme sering belum begitu jelas sode. Episode ini hampir sama dengan maknanya. Ceritemeceriteme tersebut pembabakan adegan. Oleh karena itu perlu disandingkan dengan ceriteme lain perlu dilakukan pembacaan lagi lebih yang tempatnya belum tentu berurutan sesama, guna mengetahui episodeepisode atau berdekatan. Hanya dengan menyan- apa saja yang mungkin ada dalam ceri- dingkan berbagai ceriteme inilah akan tera, yang dapat dijadikan dasar bagi muncul kemudian pengertian tertentu dari analisis selanjutnya. Episodeepisode ini ceriteme tersebut. Pengertian baru ini dalam pertunjukan wayang sangat jelas, seolaholah lahir dari relasi ceriteme ditandai dengan pergantian gending (iring- tersebut dengan ceriteme lain dalam an), janturan (diskripsi tempat) dan ung- konteksnya yang baru. kapanungkapan dalang misalnya" Gantya Dengan langkahlangkah analisis se- kang dnarita, tunggal kandham seje prenahe" perti di atas, akan cukup mudah mene- (Sekarang berganti yang diceritakan, satu mukan oposisioposisi antarasatu tokoh perkataan tetapi tempatnya berbeda" atau dengan tokohlain berdasarkan atas tin- Sinegeg kang winursita kang minongka sinam- dakan yang mereka lakukan dan peristiwa beting dnarita kacondra adeging negari ..... yang mereka alami. Meskipun begitu, (Berhenti dulu yang barusaja diceritakan, berbagai oposisi ini juga tidak akan be- yang menjadi kelanjutan cerita adalah gitu banyak artinya bagi pemahaman taf- negara...), dan sebagainya. Setiap episode sir kecuali dapat menempatkannya dalam ini umumnya berisi diskripsi tentang hubungan dengan oposisioposisi lain tindakan atau peristiwa yang dialami oleh yang berasal dari cerita wayang secara ke- tokohtokoh dalam cerita. Sebagaimana seluruhan. Hanya dengan begitu interpre- dikatakan LeviStrauss (Putra, 2001:212) tasi si peneliti atas berbagai oposisi ter- tindakan atau peristiwa ini yang meru- sebut akan menjadi lebih komprehensif, pakan myteme atau ceritemehanya dapat utuh, dan menyeluruh. ditemukan pada tingkat kalimat. Oleh Setelah miteme yang ada dalam karena itu dalam analisis ini perhatian cerita didapadtan, langkah selanjutnya diarahkan terutama pada kalimatkalimat adalah mencari relasi dalam cerita terse- yang menunjukkan tindakan atau but. Kumpulan relasi tersebut akan peristiwa yang dialami oleh tokohtokoh menunjukkan rangkaian-rangkaian trans- cerita. Akan tetapi karena cara ini tidak formasi lakonlakon carangan. Dari rang- selalu tepat karena sebuah pengertian atau kaian tersebut selanjutnya dapat dibuat ide tertentu kadangkadang diung- sebuah model yang dapat menjelaskan kapkan dalam beberapa kalimat. Oleh atau membantu peneliti memahami mak- karena itu pula upaya untuk menemukan na lakon Semar sebagai suatu kesatuan. ceritemeceriteme di sini dilakukan de- - Dari sini kemudian peneliti akan melihat ngan memperhatikan rangkaian kalimat- bahwa fenomena yang diteliti memper- kalimat yang memperlihatkan adanya satu lihatkan adanya sebuah struktur tertentu ide tertentu. Dengan cara ini akan dapat yang bersifat tetap. Struktur yang dite- ditemukan rangkaianrangkaian kalimat mukan ini selanjutnya digunakan untuk

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005 HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI menjelaskan makna lakonlakon Semar Astina dengan alasan menunggu negara. dalam cerita wayang. Berikut ini meru- Padahal sebenarnya ia curiga dengan pakan Miteme dari lakonlakon wayang ajakan Durna. Maka, dengan ditemani yang diteliti. Antareja, ia mengawasinya dari jauh. Adegan V: Tengah hutan D. Miteme Lakon Carangan Sadewa didatangi Kresna. Sadewa 1. Semar Gugat (SG) Adegan memberitahu kalau para pandawa diajak I: Negara Dwarawati Durna pergi ke Astina untuk berguru de- ngan Resi Wisuna. Kresna ingin mengha- Kresna mendapat laporan dari Ga- langi keinginan Pandawa dengan berubah tutkaca kalau keadaan di negara Amarta rupa dan wujud menjadi raksasa besar sedang tidak aman, banyak warga Amarta bernama Jajalwreka. Jajalwreka berhasil yang sakit dan meninggal. la datang ke menemui para pandawa. Werkudara, Dwarawati karena disuruh Puntadewa Janaka, dan Sadewa kalah melawan (raja Amarta) untuk mengundang Kresna Jajalwreka. Ketika berhadapan dengan agar datang di negara Amarta. Kresna Puntadewa, Jajalwreka Badar dan kembali bersedia datang. Gatutkaca di suruh menjadi Kresna. Badarnya Kresna berangkat dulu ditemani Setyaki dan Udawa disebabkan karena Puntadewa mampu Adegan II: Tengah Hutan mengutarakan rahasia Kresna. Agar tidak mengecewakan Durna, para pandawa tetap Resi Wisuna dan Dewawisuna dari berangkat menuju Astina. Sementara itu Selagringging ditemani Togog dan Bilung Kresna, Sadewa, Gatut-kaca, dan Setyaki sedang beristirahat di tengah perjalanan mengawasi dari jauh. menuju Karangkabolotan. Resi Wisuna dan Dewawisuna akan membunuh Semar Adegan V: Karang Kabolotan untuk meniadakan Baratayuda. Semar menerima tamu Abimanyu. Adegan III: Perang Abimanyu melapor keadaan negara Amarta kalau di sana terjadi kekacauan. Resi Wisuna dan Dewawisuna pe- Abimanyu mengajak Semar menuju ke rang melawan Gatutkaca, Setyaki,dan Amarta. Belum sampai berangkat, Resi Udawa. Begawan Wisuna dan Dewa Wisuna datang dan mengeluarkan aji Wisuna kalah dan meninggalkan medan Kumayanjati sehingga Semar tertarik dan perang. Gatutkaca meneruskan perja- tibatiba hilang. Resi Wisuna perang lanan. melawan Semar. Semar kena senjata tri- Adegan IV: Negara Amarta sura terpental sampai kayangan Ganda- Prabu Puntadewa bersama seluruh waru dan akan gugat kepada Sanghyang Pandawa menerima kedatangan Pandita Wenang. Durna. Durna menyarankan agar seluruh Adegan VI: Tengah hutan Pandawa mau berguru dengan Resi Wisuna dan Dewawisuna untuk meng- Terjadi peperangan antara Abimanyu hilangkan malapetaka di Amarta. dengan Resi Wisuna. Abimanyu Puntadewa, Bima, Arjuna, dan Nakula melepaskan Jemparing Pasopati kepada bersedia, dan berangkat menuju Astina. Resi Wisuna hingga terlempar sampai di Hanya Sadewa yang tidak mau ikut ke Negara Astina. Abimanyu dan Petruk

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005 HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI membuntuti Resi Wisuna. Bagong Saat senjata akan ditusukkan, Gatutkaca tertinggal dan mene-mukan sebuah baju dan Kresna tahu. Resi Wisuna segera di- milik . Setelah dipakai, tarik dan terjadi perang. Gatutkaca kalah. Bagong berubah wujud menjadi Batara Kresna mencari bantuan dan mendapat- Guru. Narada yang saat itu sedang kan seorang petapa bernama Mayaretna. mencari Batara Guru mene-mukan Terjadilah peperangan, Resi Wisuna ka- Bagong dan segera diajak ke Kahyangan. lah, segera mengangkat senjata trisura dan mengarahkannya ke Mayaretna. Mayaretna Adegan VII: Kayangan Ngondar Andir badar menjadi Semar. Semen-tara itu Bawana batara Guru yang sedang turun ke Sanghyang Wenang dihadap oleh arcapada bertemu Resi Wisuna. Semar. Semar menanyakan penyebab ke- Bataraguru ditusuk dengan senjata trisura tidakamanan di Amarta dan menanyakan badar menjadi Bagong. Terjadi peperang- siapa sesungguhnya Resi Wisuna dan an antara Semar dengan Resi Wisuna. Dewawisuna. Sang Wenang mem- Resi Wisuna Badar menjadi Batara Guru. beritahu kalau yang bisa memberantas Resi Wisuna badar karena kena kentut angkaramurka adalah Semar. Untuk itu Semar. Demikian juga Dewawisuna. la oleh Sang Hyang Wenang Semar diubah badar menjadi Jaramaya. Peperangan an- rupa menjadi pendeta muda dengan nama tara keduanya dipisahkan oleh Sang Begawan Mayaretna. Begawan Mayaretna Hyang Wenang. Batara Guru disuruh segera menuju arcapada. meminta maaf pada Semar dan kembali ke kayangan. Adegan VIII: Kayangan Suralaya Para dewa sedang menunggu keda- 2. Semar Bangun Kayangan (SBK) tangan Batara Guru dan Narada. Tidak beberapa lama Bataraguru dan Narada Adegan I: Negara Amarta datang. Batara Guru ingin meniadakan Prabu Puntadewa menerima keda- Baratayuda. Batara Guru dan Narada me- tangan Kresna. Di negara Amarta sedang nuju ke arcapada. tidak aman. Setiap memperbaiki percanden Adegan IX: Astina (makam leluhur) selalu rusak. Kresna menyarankan agar dalam memperbaiki Prabu Duryudana bersama Resi percanden, pusaka Amarta dalam kondisi Wisuna menerima kedatangan para lengkap, demikian juga para penasehat Pandawa. Para Pandawa diajak ke tengah pandawa, salah satunya Semar, juga harus hutan untuk diwejang Resi Wisuna. berada di Amarta. Sementara-itu Semar Adegan X: Tengah hutan sudah lama tidak datang di Amerta. Petruk disuruh Semar ke Amarta untuk Abimanyu, Petruk dan Gareng ber- mengundang para Pandawa agar ber-kenan temu dengan Kresna. Mereka menjumpai hadir di Karang Kabolotan karena Semar para pandawa yang sedang diajak ke akan membangun kayangan. Kresna tidak tengah hutan oleh Resi Wisuna. Sebelum memperbolehkan kerena hal itu dianggap diwejang, para pandawa disuruh mandi menyaingi kekuasaan para dewa. Kresna dulu menggunakan darahnya sendiri-sen- dan Janaka menuju kayangan Suralaya diri. Untuk itu Resi Wisuna akan menu- untuk melaporkan rencana Semar. sukkan senjata trisura pada pandawa. Sementara itu, atas pe-tunjuk pusaka

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005 HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Amarta yang berupa Jamus Kalimusada, Semar menerima kedatangan Songsong Tunggul Naga, dan Tumbak Anoman, Abimanyu, dan para pandawa Karawelang, tindakan Semar itu benar. kecuali Janaka. Para Pandawa diajak masuk ke pertapaan. Semar berkata kepada Adegan II : Adegan Paseban Jawi pandawa kalau ingin membuktikan dan merasakan Semar dalam membangun Petruk dengan bantuan Antasena kayangan, mereka harus menyatu dengan perang melawan Gatutkaca dan Setyaki. Semar dengan cara mampu merasakan Petruk bisa menang. kematian dalam hidup. Dengan cara seperti Adegan III: Kayangan Suralaya ini bisa mengetahui cara memulai mem- bangun kayangan. Keempat pandawa Batara Guru dihadap para dewa bersedia, mereka bersemadi dan menjadi sedang membicarakan permasalahan (gara- satu dengan jiwa Semar lalu bertemu gard) di dunia. Menurut Narada, garagara dengan Sang Hyang Wenang. disebabkan oleh adanya salah pengertian Sementara itu Abimanyu dan dari seorang manusi berjiwa dewa Anoman menunggu di pacrabaan, (Kresna) karena perbuatan seorang dewa Gathutkaca dan Ontoreja datang. Roh berjiwa manusia (Semar) yang akan Malingsuksma masuk jiwa Antareja ke- mengisi hidupnya. Tidak lama kemudian, mudian menggigit Abimanyu hingga te- Kresna datang dan melapurkan rencana was. Semar yang sedang bertapa diba- Semar yang akan membangun kayangan. ngunkan dan menyembuhkan Abimanyu. Batara Guru menyuruh Kresna untuk Gatutkaca mengejar Antareja. Antasena menghalangi tindakan Semar dan meng- datang. Membantu Gatutkaca. Maling- halangi siapa saja yang heridak rne.m- sukma keluar dari badan Antareja. Antasena perang melawan Malingsukma. bantu Semar. Guru menyuruh Malingsukma kalah melaporkan ke Batari untuk mengerahkan pasukan jin (Bajo- Durga. barat) dari pasetren Gandamayit agar membunuh siapa saja yang mendukung Sementara yang berada dalam perbuatan Semar. Agar tidak kelihatan, badan Semar, Sang Hyang Wenang diha- Kresna nyamur laku (berubah rupa) dap empat pundawa, catur tunggal menjadi raksasa besar, sedangkan Kresna Puntadewa, Werkudara, Nangkula dan berubah menjadi Singa besar. Sadewa. Sang Hyang Wenang memberi tahu kalau kedatangannya ke dunia dalam Adegan IV: Pertapan Kendalisada. tubuh Semar karena permintaan Semar untuk membangun Kayangan dan men- Anoman merasa dipanggil Semar dapat pesan dari Hyang Nurcahya untuk menggunakan aji pamelingnya. Maka memberikan ilmu sejati berupa kitab Anoman menuju Karangkabolotan untxik Jitabsara. Ilmu sejati itu sendiri terdiri menemui Semar. Di tengah jalan Anoman dari lima hal seperti halnya lima pandawa. bertemu dangan Malingsukma dan Lima hal tersebut bertempat pada telinga, Malingraga dari paset±en Gandamayit. hidung, mulut, mata, dan hati. Yang ada Mereka menghalangi keinginan Anoman. dalam hati digambarkan pada Puntadewa. Terjadilah peperangan. Malingsukma dan Yang ada dalam mata digambarkan pada Malingraga kalah, Anoman meneruskan Arjuna, yang ada dalam penciuman perjalanan. digambarkan pada Werkudara. Yang ada dalam mulud digambarkan pada Nakula. Adegan V: Karangkabolotan Vol. VI No. 3/September-Desember 2005 HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Sedangkan yang ada dalam telinga Di negara Astina membahas hil- tergambarkan pada Sadewa, karena di angnya Semar. Durna menyarankan agar situ ada kewajiban mengerti dan men- Kurawa juga mencari Semar, karena kalau dengarkan jiwa. Kalau salah satu indera bisa mendapatkan Semar nantinya dapat tadi tidak berfungsi, menggambarkan memenangkan Baratayuda. Berang-katlah hilangnya kekuatan. Sementara itu pasukan Astina mencari Semar yang Jitabsara berisi asalusul hidup "sangkan dipimpin oleh Duryudana sendiri. Mereka paraning dumadi" berupa ilmu sastra mendapatkan Semar dan sangg-up dibawa jendra wahyuningrat pangruwating dewa. ke Astina. Barisan Kurawa bertemu Setelah mendapat wejangan, keempat dengan barisan Anoman. Semar akan Panawa diperbolehkan keluar dari tubuh diminta Anoman, tetapi tidak Ismaya. Namun selama 40 hari tidak diperbolehkan. Terjadilah peperangan. diperbolehkan pergi, harus bertapa di Anoman kalah, Semar dilarikan ke Astina. Karangkabolotan untuk memperkuat tiga Saat mengejar Kurawa, Anoman juga senjata yang telah dimiliki, yaitu Jamus mendapatinya Semar yang lain dan diajak kalimasada, Tumbak Korawelang dan pulang ke Klampis Ireng. Songsong Tunggulnaga. Adegan III: Keputren Astina Jajalwreka datang akan membo-yong Semar menuju Kahyangan untuk Arjuna sedang berpacaran dengan dimasukkan kawah Candradimuka. Banowati ditunggui oleh Semar. Tidak Semar dan Bagong perang melawan begitu lama datanglah rombongan yang Jajalwreka. Jajalwreka kalah dan badar sedang membawa Semar. Semar yang di- menjadi Kresna. Demikian juga Harimau bawa oleh Kurawa bertemu dengan Semar juga menyerang Semar dan Bagong dan yang sedang menunggui Arjuna pacaran. badar menjadi Arjuna. Batara Guru Terjadilah perkelaian antara Semar untuk menunjukkan keaslihan mereka. Saat marah. Guru dikalahkan oleh Semar dan kedua Semar bertengkar, Arjuna lari dan meminta maaf pada Semar. Demikian menuju ke Klampis Ireng untuk mengecek juga pasukan jin kembali ke pasetren barangkali Semar yang sesungguhnya gandamayit. sudah ada. 3. Semar Kembar (SK) Adegan IV: Klampis Ireng. Semua sedang bersenangsenang ka- Adegan I: Klampis Ireng rena Anoman telah menemukan Semar. Terjadi keributan karena Semar Arjuna datang dan mengajak Semar ke menghilang tanpa diketahui oleh siapa- Astina untuk memisah kedua Semar yang pun. Semua orang berusaha mencarinya. sedang berkelai. Arjuna mencarinya dan mendapatinya. Adegan V: Alunalun Astina Namun Semar tidak mau diajak pulang ke Klampis Ireng. la malah mengajak Perkelaihan kedua Semar di Astina pergi ke Astina. Semar mengantar Arjuna belum berakhir, malah sekarang datang menemui Banowati. Gatutkaca, Abimanyu lagi Semar baru. Ketiga semar bergelut dan Anoman juga berusaha mencari untuk menunjukkan Semar yang sesung- Semar. guhnya. Ketiga Semar bertengkar bergulingguling. Adegan II: Astina

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005 HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Adegan VI: Kayangan Alangalang lakonlakon yang sudah ada. Dari ketiga Kumitir lakon di atas, semuanya terkait dengan Baratayuda. Lakon SG memperbincarig- Sang Hyang Wenang dihadap oleh kan mengenai keinginan Kurawa meme- roh Semar Ismayajati. Semar Ismayajadi nangkan Baratayuda dengan cara mem- melaporkan kepada Sang Hyang Wenang bunuh Semar dan Pandawa. Lakon SBK kalau di dunia terlalu banyak Semar. memperbincangkan mengenai keinginan Badannya telah digunakan oleh orang lain, Semar untuk memuliakan Pandawa agar sehingga ia sendiri sudah tidak mempunyai nantinya memenangkan Baratayuda de- raga. Sang Hyang Wenang menyuruh ngan terlebih dahulu mendapatkan Kitab Semar Ismayajati untuk segera turun lagi Jitapsara dan meningkatkan kekuatan ke- kedunia untuk membadarkan SemarSemar tiga senjata yang telah dimiliki oleh gadungan. Pandawa, Jamuskalimusada, Tumbak Adegan VII: Astina. Karawelang, dan Songsong Tunggulnaga. Perkelahian tiga Semar belum ber- Sementara itu lakon SK memperbin- akhir. Tidak ada yang menang dan tidak cangkan mengenai diperebutkannya Semar ada yang kalah. Semua menunjukkan oleh Kurawa. Oleh Kurawa, Semar ciriciri Semar. Semar Ismayajati datang. dianggap sebagai senjata, sehingga ketika Ketiga Semar yang sedang bertengkar hilang, Kurawa ikut mencarinya dengan dimusuhinya sehingga ketigatiganya ba- maksud akan digunakan sebagai senjata dar. Semar yang menggoda Arjuna mem- untuk memenangkan Baratayuda kelak. belokkan tapanya sehingga ia hanyut Masuknya mitologi lokal ke dalam bermesramesraan dengan Dewi Banowati pertunjukan wayang mengakibatkan ber- badat menjadi Dasamuka. Semar yang kembangnya cerita wayang. Tentu hal ini ditemukan Kurawa di hutan dan hendak tidak dialami oleh wayang Ball atau dijadikan jimat bertuah di Hastina untuk wayang Sunda. memenangkan Baratayuda badar menjadi F. Konsep Badar Dalam Lakon Batara Guru. Semar yang ditemukan Carangan Anoman dan dibawa kembali ke Klampis Ireng badar menjadi Batara Kala. Ber- Dari ketiga lakon di atas, ada se- katalah Semar Ismayajati kepada keti- buah konsep yangmenarik untuk diper- gatiganya untuk pulang ke alam masing- bincangkan, yaitukonsep "badar". Beri- masing. kut ini tokohtokoh yang badar beserta peristiwa yang menyebabkannya dari ke- E. Cerita Semar Dan Baratayuda tiga lakon di atas. Secara umum, lakon wayang ber- Semar Gugat (SG) sumber pada Mahabarata dan Ramayana. Nama Tokoh Penyebab Keterangan Namun setelah menjadi pentas wayang, badar improvisasi dalang lebih dominan. Salah satu improvisasi itu bersumber dari Resi Wisuna Kena kentut Badar Semar menjadi mitologi lokal. Dalam menciptakan atau Batara Guru mempergelarkan lakon wayang, dalang harus mengacu pada konsep mulih, arti- nya cerita yang dibuat atau dipergelarkan Dewawisuna Kena kentut Badar memiliki keterkaitan dengan Baratayuda Semar menjadi namun tidak bertentangan dengan Jaramaya

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005 HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Jajalwreka Rahasinya Badar pendeta. Sementara itu dalam lakon SK, diketahui menjadi Guru, Kala, dan Dasamuka berubah oleh Kresna Puntadewa menjadi Semar. Yang menjadi pertanyaan sekarang, mengapa tokoh itu berubah menjadi tokoh lain? Kalau diperhatikan sebenar-nya ada Semar Bangun Kayangan (SBK) kecenderungan atau pola ter-tentu. Dan ternyata hal itu tidak semena-mena. Nama Penyebab badar Keterangan Tokoh Mungkin ada hukum tersendiri yang kadang-kadang dalang tidak menya-dari Jajalwreka Mendengar Badar menjadi mengapa masing-masing tokoh itu mantra yang Kresna diucapkan oleh berubah. Tentu saja hal ini membutuh-kan Bagong penelitian lebih lanjut. 

Harimau Mendengar Badar menjadi Daftar Pustaka mantra yang Janaka diucapkan oleh Bagong Dananjaya, James, 1939, Folklor , Jakarta: Grafiti. Feinstein, Alan., Bambang Murtiyoso, Konsep ini berasal dari mitologi Kuwato, Sudarko, dan Sumanto, 1986, Jawa, bahwa seseorang yang memiliki Lakon Carangan Jilid III, Sura-karta: ilmu dapat berubah menjadi bentuk lain, Akademi Seni Karawitan Indonesia dan pada saatnya bisa kembali atau badar Gronendael, Victoria M. Clara, 1986, seperti aslinya. Biasanya "badar" meng- Wayang Theatre in Indonesia: an Anno- akhiri sebuah pertunjukan wayang. Me- tated Bibliography, Dordrecht, Holland: nurut kepercayaan Jawa, orang yang sakti Foris Publication bisa berubah bentuk menjadi binatang Mangkunegara VII, 1927, Serat Pedalangan atau manusia dalam bentuk lain. Secara Ringgit Purwa, Weltevreden: Bale logika biasa, hal ini tidak bisa diterima Pustaka. secara nalar. Namun peristiwa ini biasa, Prawirasoedirdja dan R.M. Sulardi, (n.d.) karena seringkali folklor memiliki logika Pakem Wayang Punva Wiwit Purwaka tersendiri. Ngantos Dumugi Sabibaripun Brata- yuda mawi Gending sarta G. Simpulan Pawitjantenan,Solo: Sadu Budi. Dari ketiga lakon di atas, terlihat Probohardjono, R. S., 1961, Pakem Wayang bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa Purwa Isi 14 Balungan Lampahan dipikirkan secara rasio. Dan hal ini biasa Rinengga ing Gambar 50 Iji, Surakarta: terjadi dalam pertunjukan wayang. Seperti Ratna. halnya jenis folklor yang lain, cerita Putra, Heddy Shri Ahimsa, 2001, Struk- wayang memiliki logika tersendiri turalisme LeviStrauss: Mitos Dan Kara (Dananjaya, 1986:35). Misalnya dalam lakon Sastra, Yogyakarta: Galang Press. SBK, Kresna berubah rupa menjadi Radyomardowo, MB., Suparman, dan raksasa besar, Janaka berubah menjadi Soetomo (ed.) 1959, Serat Baratajuda singa. Dalam lakon SG, Bagong berubah Isi Lampahanlampahan Ingkang Sam- menjadi Batara Guru, sementara itu pun Nate Kakeliraken wonten ing Batara Guru sendiri berubah menjadi

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005 HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Sasana Hinggil Dwi Abad, Jogjakarta: Hadi Sugito, 2002, Semar Gugat, Sema- Kedaulatan Rakyat. rang: Dahlia Record. Sindunata, 1996, Semar Mencari Raga, Yo- Hadi Sugito, 1999, Semar Kembar, (rekam- gyakarta: Kanisius. an pribadi).

Daftar Audio Hadi Sugito, 2004, Semar Bangun Ka- jangan, Semarang: Pusaka Record.

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005