"MELALUI PEMBINAAN KARAKTER KITA

TINGKATKAN KEHIDUPAN BERAGAM"

OLEH

I WAYAN SURPA

UPT PPKB

UNIVERSITAS UDAYANA

2016 DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...... i

Daftar Isi...... ii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 1

1.3 Tujuan ...... 1

BAB II PEMBAHASAN ...... 2

2.1 Pengertian Pendidikan Karakter ...... 2-3

2.2 Etika dan Moralitas...... 3-4

2.3 Etika dan Moral dalam Kerangka Dasar Agama Hindu ...... 4-10

2.4 Tujuan Etika dan Moralitas dalam Agama Hindu ...... 10

BAB III PENUTUP ...... 11

3.1 Kesimpulan ...... 11

DAFTAR PUSTAKA ...... 12

ii BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tujuan beretika yang baik untuk mimbina hubungan yang harmonis atar manusia, dalam ajaran agama Hidu tidak hanya hubungan antara manusia, namun juga hubungan manusia dengan tuhan dan hubungan manusia dengan alam. Tata susila dalam ajaran agama Hindu merupakan salah satu dasar dari tiga kerangka dasar agama Hindu disamping sraddha dan acara yang bersumber pada kitab suci veda, dan susastra Hindu lainya.

Didalam kita hidup bermasyarakat serta karena manusia merupakan makhluk sosial tidak seorangpun boleh bertindak sesuka hati, seorang harus bias beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, tunduk dan patuh mengikuti peraturan yang berlaku dilingkannya. Dalam ajaran agama Hindu aturan atau peraturan bertingkah laku yang baik disebut 'sila' yang dalam bahasa Indonesia menjadi tata susila. Nama lain dari istilah tersebut adalah etika, etika berarti sopan santun dalam pergaulan. Bila etika masih dalam angan-angan disebut dengan budi luhur dan bila diwujudkan dalam tingkah laku disebut dengan budi pekerti yang baik.

Di dalam masa sekarang yuga dimana peradaban manusia semakain meningkat, namaun etika, moralitas, budhi pekerti serta sepritual manusia semakin terkikis dan semakin memudar karena lebih mementingkan hawa nafsu serta harta dan egois yang membelenggu dalam dirinya, untuk menjadi seorang yang dihormati. Perubahan etika atau tatasusila dalam kehidupan dizaman sekrang sangatlah dahsyat dan mencakup terhadap semua aspek dan kompleks, serta terjadinya pergeseran nilai-nilai yang luhur yang telah diwarisi oleh leluhur kearah yang lebih negatif. Sehingga diperlukannya suatu gerakan dan kita sebagai generasi muda mewujudkan nilai-nilai luhur serta kehidupan yang harmonis.

1 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari pendidikan karakter? 2. Apa pengertian etika dan moral? 3. Bagaimana etika dan moral dalam kerangka dasar agama hindu? 4. Apa saja tujuan etika dan moral dalam agama hindu?

1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan karakter. 2. Untuk mengetahui apa itu etika dan moral. 3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk etika dan moral dalam agama hindu. 4. Untuk mengetahui tujuan adanya etika dan moral dalam agama hindu.

2 BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam membina kepribadian generasi muda. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Secara garis besar, jadi pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha pengembangan dan mendidik karakter seseorang, yaitu kejiwaan, akhlak dan budi pekerti sehingga menjadi lebih baik.

Terdapat beberapa nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya, antara lain:

a. Religius, yakni Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agania yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b. Jujur, yakni Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. c. Toleransi, yakni Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

3 d. Disiplin, yakni Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e. Kerja Keras, yakni Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. f. Kreatif, yakni Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri, yakni Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokratis, yakni Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. i. Ingin Tahu, yakni Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. j. Semangat Kebangsaan, yakni Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta Tanah Air, yakni Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. l. Menghargai Prestasi, yakni Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain m. Bersahabat/Komunikatif, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. n. Cinta Damai, yakni Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. o. Gemar Membaca, yakni Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli Lingkungan, yakni Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

4 mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. q. Peduli Sosial, yakni Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. r. Tanggung Jawab, yakni Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

2.2. Etika dan Moralitas

Kata etika berasal dari bahasa yunani "ethos" yang mempunyai banyak seperti watak, perasaan, sikap, perilaku, karakter, tatakrama, tatasusila, sopan santun, cara berpikir dan Iain-lain. Sementara itu bentuk jamak dari kata "ethos adalah "ta etha" yang berarti adat kebiasaan. Sedangakan moralitas dengan kata asal moral yang memiliki pengertian sama dengan etika berasal dari bahasa Latin "mos" (jamaknya "mores") yang berarti kebiasaan atau adat. Jadi pengertiaannya sama dengan "ta etha" atau ethos yaitu adat kebiasaan. Dengan latar belakang pengertian yang sama seperti itu, maka sudah zaman dahulu etika dipakai untuk memmjukakan filsafat moral. Etika lalu diartikan sebagai ilmu tenang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan atau sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral.

Disamping pengertian termaksud diatas, makna lain mengenai etika dan moralitas dapat pula dijelaskan seperti dibawah ini:

Etika yang mempunyai makna hampir sama dengan moral yaitu kebiasaan atau adat. Dalam hal ini moral mengandung makna berkenaan dengan perbuatan yang baik dan buruk, atau memahami perbedaan antara yang baik dan yang buruk. Disamping itu dikenal pula konsep moralitas, yaitu sistem nilai yang terkandung dalam petuah, nasihat, perintah atau aturan yang diwariskan secara turun tumurun melalui agama kebudayaan, tentang bagaimana manusia harus hidup agar menjadi benar-benar baik.

5 Moralitas memberikan manusia petunjuk atau aturan tentang bagaimana harus hidup, bertindak yang baik dan menghindari perilaku yang tidak baik. Moralitas juga bisa diartikan sebagai kualitas perbuatan manusia, sehingga perbuatan seseorang dapat dikatakan baik atau buruk, salah atau benar. Disini dapat dikatakan bahwa moralitas itu bersifat universal dalam arti terlepas dari budaya, suku, agama maupun tingkat perbedaan masyarakatnya.

Dalam hal ini dikatakan bahwa moralitas itu bersumber dari hati nurani. Sedangkan etika berdasarkan kepada hal-hal diluar dirinya seperti kebiasaan atau norma-norma berlaku di masyarakat.

2.3. Etika dan Moral Dalam Kerangka Dasar Agama Hindu

Agama Hindu memiliki kerangka dasar yang dapat dipergunakan oleh umatnya sebagai landasan untuk memahami, mengalami dan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-. Kerangka dasar tersebut terdiri atas tiga unsur, yaitu :

1. Tattwa atau filsafat Agama Hindu 2. Susila atau Etika 3. Acara atau Ritual Agama Hindu

Untuk dapat memahami, mengalami dan mengamalkan ajaran Agama Hindu secara utuh dalam hidup dan kehidupan sehari-hari maka setiap umat Hindu memiliki kewajiban menjadikan kerangka dasar sebagai pedoman. dengan demikian mereka dapat mewujudkan hidup dan kehidupan ini menjadi sejahtera dan bahagia.

Susila dalam Agama Hindu merupakan kerangka dasar yang kedua. Susila berasal dari kosa kata bahasa Sanskerta yang artinya tingkah laku yang baik atau menunjukkan kebaikan. Susila adalah istilah lain dari kata etika dan moral. Etika dan moral merupakan dua kata yang dipergunakan silih berganti untuk maksud yang sama. Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa etika merupakan ajaran perilaku atau perbuatan yang bersifat sistematis tentang perilaku (). Ajaran susila hendaknya

6 diterapkan dalam kehidupan kita di dunia ini karena dunia inilah tempat kita berkarma. Pembenahan diri sendiri merupakan prioritas utama di samping pembenahan diri dalam hubungannya dengan orang lain. Kelahiran ini merupakan tangga untuk naik ke surga. Oleh karena itu, kesempatan ini kita abdikan untuk meningkatkan diri dalam kebajikan agar tidak jatuh ke neraka. Untuk dapat meningkatkan diri, manusia harus mampu meningkat kan sifat-sifat baik dan mulia yang ada pada dirinya.

Etika dan moralitas agama Hindu pada dasarnya mengajarkan aturan tingkah laku yang baik dan mulia. Ajaran tingkah laku yang baik dan mulia terdiri dari :

TRIKAYA PARISUDHA

Tri Kaya Parisudha adalah tiga jenis perbuatan yang merupakan landasan ajaran Etika Agama Hindu yang dipedomani oleh setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya, meliputi:

1. Berpikir yang benar-Pengendalian diri berdasarkan pikiran (Manacika), contohnya :  Tidak sekali- kali mengingini sesuatu yang bukan haknya.  Tidak berpikir / berprasangka buruk terhadap orang / makhluk lain.  Tidak mengingkari hukum Karmaphala 2. Berkata yang benar - Pengendalian diri yang berdasarkan perkataan ( Wacika). contohnya :  Tan wak parusnya/ Tan ujar ala artinya Tidak suka mencaci maki  Tan ujar mageleng/ Tan ujar aprigas artinya Tidak suka berkata kasar  Tan raja pisuna/ Tan ujar pisuna artinya Tidak suka memfitnah  Tan mitya macana/ Tan ujar mitya artinya Tidak ingkar pada janji 3. Berbuat yang benar - Pengendalian diri yang berdasarkan perbuatan (Kayika). contohnya :  karma artinya Tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain

7  Astenya artinya Tidak melakukan kecurangan terhadap milik orang lain  Tan anyolong smara/ aparadara artinya Tidak melakukan hubungan sanggama yang tidak sah

CATUR PARAMITHA

Pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan ungkapan lain adalah satunya pikiran ( hrdaya), satunya perkataan (satya wacana), dan satunya perbuatan (satya laksana) dalam Catur Paramitha, Hal ini adalah tuntunan susila yang membawa manusia kearah kemuliaan.

Catur Paramita adalah empat bentuk budi luhur, yaitu

1. Maitri yang artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang berusaha untuk kebahagiaan segala makhluk. 2. Karuna adalah belas kasian atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur, yang menghendaki terhapusnya penderitaan segala makhluk. 3. Mudita artinya sifat dan sikap menyenangkan orang lain. 4. Upeksa artinya sifat dan sikap suka menghargai orang lain.

PANCA BRAT A

Panca Yama Brata berasal dari tiga suku kata, yaitu panca berarti lima, yama artinya pengendalian dan brata yang berarti keinginan. Panca Yama Brata ialah lima keinginan untuk mengendalikan diri dari godaan-godaan nafsu yang tidak baik. Lima macam pengendalian diri yang perlu diperhatikan oleh umat Hindu ialah :

1. Ahimsa (tidak menyakiti atau membunuh). Ahimsa berasal dari kata a yang berarti tidak, dan himsa yang berarti membunuh atau menyakiti. Jadi ahimsa berarti tidak membunuh atau tidak menyakiti orang

8 (mahluk) lain. Menyakiti apalagi membunuh adalah suatu perbuatan dosa yang besar dan dilarang oleh Agama Hindu. 2. Brahmacari (berpikir suci, bersih dan jernih). Brahmacari berasal dari kata yang berarti ilmu pengetahuan, dan car berarti bergerak. Jadi brahmacari maksudnya bergerak atau bertingkah laku dalam menuntut ilmu pengetahuan. Tegasnya bagaimana perilaku seseorang dalam mempelajari ilmu pengetahuan tentang ajaran-ajaran yang termuat dalam Kitab Suci Weda, harus selalu berpikir bersih dan jernih serta hanya memikirkan pelajaran atau ihnu pengetahuan saja dan tidak memikirkan masalah-masalah keduniawian. 3. Satya (kebenaran, kesetiaan dan kejujuran). Ada lima jenis satya yang disebut Panca Satya dan patut diperhatikan oleh umat Hindu, yakni: Satya Wacana yaitu setia dan jujur dalam berkata-kata, tidak sombong, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, tidak berkata-kata yang menyakitkan serta tidak memaki. 1) Satya Hredaya yaitu setia terhadap kata hati dan selalu konsisten atau berpendirian teguh. 2) Satya Laksana yaitu jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan. 3) Satya Mitra yaitu selalu setia kepada teman dan tidak pernah berkhianat. 4) Satya Semaya yaitu selalu menepati janji, tidak pernah ingkar kepada janjinya. 4. Awyawahara (tidak terikat keduniawian). Awyawahara berasal dari kata a yang berarti tidak, dan wyawahara yang artinya terikat dengan kehidupan duniawi. Dengan demikian awyawahara berarti tidak terikat dengan kehidupan duniawi. 5. Asteya atau Asteneya (tidak mencuri). Asteya berasal dari kata a yang berarti tidak, dan steya berarti mencuri atau memperkosa milik orang lain. Jadi asteya berarti tidak mencuri atau tidak ingin memiliki barang orang lain.

9 DASA YAMA BRATA

Etika Dasa Yama Brata antara lain :

1. Anrsamsa (tidak kejam). Anrsamsa berasal dari kata a yang berarti tidak, dan nrsamsa berarti orang yang kejam. Jadi Anrsamsa berarti orang yang tidak kejam. 2. Ksama (pemaaf). Mudah memaafkan kesalahan orang lain merupakan perbuatan yang sangat terpuji. Berbuat keliru adalah sifat manusia, karena setiap orang pernah membuat kesalahan. 3. Satya (kebenaran, kesetiaan dan kejujuran) 4. Ahimsa (tidak menyakiti atau membunuh) 5. Dama (mengendalikan hawa nafsu) 6. Arjawa (tetap pendirian) 7. Priti (welas asih). Memberi perhatian dan bantuan kepada masyarakat yang menghadapi berbagai kesulitan adalah sesuai dengan ajaran agama. Berilah bantuan kepada siapa saja yang memerlukannya. 8. Prasada (berpikir jernih dan suci) 1) Madhurya (ramah tamah). Madhurya berasal dari kata madu yang berarti manis. Madhurya berarti hidup yang manis, maksudnya selalu murah senyum, ramah tamah dengan siapa saja. 2) Mardawa (lemah lembut). Orang yang lemah lembut akan disukai oleh kawan-kawannya. Sebaliknya orang yang berperilaku kasar akan dijauhi.

PANCA BRATA

Panca Niyama Brata adalah lima cara pengendalian diri lanjutan (tahap kedua) untuk dapat tercapainya ketenangan dan ketentraman batin. Kelima cara dimaksud adalah :

1. Akrodha (tidak marah). Akrodha berasal dari kata a yang berarti tidak, dan krodha berarti marah. Jadi Akrodha berarti tidak marah. 2. Susrusa (hormat kepada guru). Setiap orang ataupun murid haruslah menghargai dan menghormati gurunya. Pengertian guru disini

10 adalah dalam pengertiannya yang luas, yakni: Guru Rupaka, orang tua (ibu dan bapak); Guru Pengajian, yaitu guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah; dan Guru Wisesa, yaitu Pemerintah yang mengayomi rakyatnya, yang berusaha mensejahtera kan dan memberikan perlindungan kepada rakyatnya. 3. Sauca (bersih atau suci). Manusia seyogyanya berhati bersih atau suci baik lahir maupun batin, jasmani maupun rohani. 4. Aharalaghawa (makan makanan sederhana). Aharalaghawa berasal dari kata ahard yang berarti makan, dan taghawa yang berarti ringan. Dengan demikian Aharalaghawa berarti makan makanan yang ringan- ringan, yang sederhana atau makan seperlunya dan tidak berlebihan. 5. Apramadha (tidak mengabaikan kewajiban). Apramada berarti tidak mengabaikan kewajiban, maksudnya selalu ingat dengan tugas kewajiban.

DASA NIYAMA BRATA

Dasa Niyama Brata merupakan suatu etika lanjutan dalam agama Hindu yang lebih tinggi lagi tingkatannya. Dasa Niyama Brata terdiri dari :

1. Dana (bersedekah). Dana diartikan sebagai harta benda, yaitu berupa pemberian sedekah kepada masyarakat miskin, masyarakat yang kekurangan, dan yang memerlukan bantuan. Dalam memberikan sedekah harus dilandasi dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih atau tanpa harapan adanya balas jasa. 2. Ij'ya (memuja dan memuji Tuhan). Manusia sebagai mahkluk yang lemah harus senantiasa ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan memuja dan memuji Tuhan akan selalu mengingatkan manusia, bahwa.Tuhan maha pencipta dan pemberi hidup kepada manusia, dan karena itu manusia berhutang budi kepada-Nya. Memuja dan memuji Tuhan harus dilandasi dengan jiwa yang tulus, sembah sujud, khidmat, dan penuh rasa pengabdian. 3. Tapa (menjauhi kesenangan duniawi). Manusia diharapkan agar selalu berusaha melakukan pengendalian diri terhadap kesenangan

11 dunia, karena dapat membuat celaka. Mengendalikan diri dengan Tapa yaitu berusaha mengurangi kebiasaan sehari-hari. sepert makan yang berlebihan, tidur terlalu lama, berbicara yang tidak bermanfaat, dan Iain-lain. Mengurangi kebiasaan berarti mengendalikan keinginan, dan pada akhimya manusia akan memperoleh ketenangan dan ketentraman lahir batin. 4. Dhyana (memusatkan pikiran). Sangat dianjurkan sekali apabila seseorang sewaktu-waktu dapat memusatkan pikirannya. mi bertujuan supaya manusia dapat mengendalikan pikirannya agar tidak memikirkan yang aneh-aneh (negative thinking), tetapi terpusat hanya kepada Tuhan semata. Dengan demikian, manusia akan dapat menyadari kebesaran Tuhan, dan memperoleh kebahagiaan lahir batin. 5. Swadhyaya (belajar sendiri). Swa artinya sendiri, dan adhyaya artinya guru atau berguru. Dengan demikian swadhyaya berarti belajar sendiri, berusaha sendiri untuk mencapai suatu kemajuan. Disini ditekankan agar seseorang tidak malas, mau berusaha sendiri untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tanpa haras menunggu orang lain mengajarinya. 6. Upasthanigraha (mengendalikan hawa nafsu). Kebiasaan menuruti nafsu dapat membawa manusia kepada akibat yang buruk, dan dapat mencelakakan manusia itu sendiri. Hawa nafsu yang dimaksud disini yaitu nafsu birahi (sexual). Dengan senantiasa menurati nafsu sexual akan membuat manusia terjerumus kelembah kemaksiatan, apalagi jika nafsu tersebut diumbar diluar ramah akan menyebabkan timbulnya penyakit kotor, seperti HIV, AIDS, dan lain-lain. Untuk itu agama mengajarkan agar mansuia selalu berasaha mengendalikan hawa nafsunya. Dengan demikian akan terpelihara lingkungan yang sehat, serta kehidupan yang baik. 7. Brata (melaksanakan pantangan). Manusia dapat melaksanakan pengendalian diri dengan melakukan berbagai pantangan. Pantangan yang dimaksud seperti pantangan makan, pantangan tidur, pantangan berbicara, dan Iain-lain; Dengan terbiasa melakukan pantangan akan

12 meningkatkan mutu pengendalian diri, dan dapat menambah ketenangan hidup. 8. Upawasa (puasa). Dengan berpuasa seseorang akan lebih mudah mengendalikan dirinya, mengekang keinginan atau menahan hawa nafsu agar memperoleh pikiran yang bersih, jernih dan suci. Berpuasa yang dilakukan secara berkala juga dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. 9. Mono (tidak berbicara). Pengendalian diri dengan cara ini akan membuat seseorang mudah berkonsentrasi, memusatkan pikiran hanya kepada Tuhan semata. Mona dilakuakan dengan cara tidak berbicara sepatah katapun, atau diam diri. 10. Snana (membersihkan diri). Badan serta pakaian juga tidak luput dari kebersihan, karena dengan badan bersih dan pakaian bersih, maka pikiranpun akan menjadi jernih dan suci. Dengan demikian jalan menuju Tuhan akan menjadi terbuka lebar.

DASAR

Dasa Dharma ialah sepuluh macam perbuatan baik yang patut dilaksanakan oleh umat Hindu. Dengan melaksanakan ajaran dharma ini dapat- mendoroug terciptanya masyarakat yang aman, tentram dan damai. Sepuluh dasa dharma tersebut ialah :

1. Dhriti (bekerja dengan sungguh-sungguh). Seseorang yang ditugaskan untuk melakukan sesuatu pekerjaan hendaknya menyelesaikan pekerjaannya dengan penuh rasa tanggung jawab, mengerjakan dengan sebaik-baiknya, dan bersungguh-sungguh. Dengan demikian akan tercapai hasil yang maksimal dan memuaskan baik bagi dirinya maupun orang lain. 2. Ksama (mudah memberikan maaf). Ksama merapakan tindakan yang sangat terpuji bagi setiap manusia, karena setiap manusia tak pernah luput dari khilaf. Setiap orang pasti pernah berbuat salah dan oleh

13 karena itu pada suatu saat ia pasti ingin dimaafkan pula oleh orang lain. Memberikan maaf haras dengan tulus ikhlas. 3. Dama (dapat mengendalikan nafsu). Manusia diharapkan agar selalu bisa mengendalikan nafsu atau keinginannya. Janganlah menurati nafsu dan keinginan karena akan dapat menyulitkan diri sendiri maupun orang lain. Nafsu tersebut berupa nafsu sexual, amarah, dan lain-lain. 4. Asteya (tidak mencuri). Orang yang menginginkan barang orang lain atau mencuri adalah orang yang tidak bisa mengendalikan, dan selalu terjebak oleh nafsu duniawi. Orang dengan sifat seperti ini pada akhirnya akan menderita karena tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimiliki dan selalu ingin mengambil hak orang lain. 5. Sauca (berhati bersih dan suci). Bersih dan suci bukan hanya badannya saja, tetapi juga pikiran dan hatinya. Dengan hati dan pikiran yang bersih maka ketentraman dan kedamaian serta ketenangan hidup akan mudah didapatkan. 6. Indrayanigraha (dapat mengendalikan keinginan). Manusia diharapkan selalu bisa mengendalikan semua keinginannya atau nafsunya. Dengan demikian manusia akan lebih mudah mencapai ketenangan lahir maupun batin. Batin yang tenang dan tentram akan lebih mudah mengantarkan seseorang pada jalan kebenaran. 7. Dhira (berani membela yang benar). Manusia harus berani membela kebenaran dimuka bumi ini. Menjunjung tinggi kebenaran, kesetiaan, dan kejujuran tanpa pandang bulu dan tidak takut pada siapapun. 8. Widya (belajar dan mengajar). Selain belajar manusia juga dituntut untuk bisa mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Dengan belajar dan mengajar akan lebih cepat tercipta masyarakat yang berpendidikan dan berbudaya, masyarakat yang maju, dan tidak bodoh serta dibodohi oleh masyarakat lain. 9. Satya (kebenaran, kesetiaan, dan kejujuran). Manusia harus mempunyai sifat setia, jujur, dan selalu berkata serta berbuat yang benar pula. Disamping itu juga harus berani bertanggung jawab terhadap apa yang dikatakan, tidak berkhianat kepada teman, dan harus menepati janji.

14 10. Akrodha (tidak cepat marah). Berusahalah agar tidak marah dan cepat marah. Karena dengan kemarahan dapat menyakitkan hati orang lain, dan dapat mencelakakan dirinya sendiri. Kemarahan dapat menimbul kan kekecewaan terhadap orang lain, dan pada gilirannya orang lain akan berbalik marah kepada kita. Dalam kesehatan pun diketahui bahwa dengan cepat marah orang akan cepat tua.

TRIHITA KARANA

Tri Hita Karana berasal dari kata tri yang berarti tiga, hita yang berarti kebahagiaan, dan karana yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karaaff dapat di artikan dengan tiga penyebab kebahagiaan. Tiga penyebab kebahagian itu adalah :

1. Hubungan baik manusia dengan Tuhan. Manusia merupakan ciptaan tuhan, sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran tuhan yang menyebabkan manusia tetap hidup. Oleh karena itu manusia wajib berterima kasih, berbakti, dan selalu sujud kepadanya. 2. Hubungan baik manusia dengan manusia. Manusia didunia ini tidak dapat hidup sendiri, mereka membutuhkan bantuan dan kerja sama kepada orang lain, sehingga dikatakan dengan mahkluk sosial. Karena itu hubungan antara sesama manusia baik perorangan, keluarga, dan masyarakat harus selalu baik dan harmonis. Masyarakat yang aman dan damai akan menciptakan negara yang tentram dan sejahtera. 3. Hubungan baik manusia dengan lingkungannya. Sebagai mahkluk hidup, manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan, baik dari perkembangan maupun pertahanan diri manusia tersebut. dengan demikian lingkungan haras dijaga dengan rapi dan sehat, tidak menebang pohon sembarangan (illegal logging), pencemaran udara, pencemaran air dan lain-lain.

15 2.4. Tujuan Etika dan Moralitas dalam Agama Hindu

Landasan dasar etika dan moralitas bagi umat Hindu adalah agama Hindu, sedangkan pedoman yang dipergunakan adalah Kitab Suci Weda dan Kitab-kitab suci lainnya. Adapun tujuan susila atau etika dan moralitas agama Hindu adalah:

1. Untuk membina agar umat Hindu dapat memelihara hubungan dengan baik. 2. Untuk menghindarkan adanya hukum rimba, dimana yang kuat menindas atau memperalat yang lemah. 3. Untuk membina agar umat Hindu dapat menjadi manusia yang baik dan berbudi luhur. 4. Untuk membina agar umat Hindu selalu bersikap dan bertingkah laku baik, termasuk selalu berbuat baik dengan siapapun juga.

Dengan tujuan-tujuan tersebut diharapka umat Hindu menjadi manusia yang berbudi luhur, cinta kedamaian, dan hidup rukun dalam negara dan bangsa.

16 BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan  Pendidikan karakter adalah suatu usaha pengembangan dan mendidik karakter seseorang, yaitu kejiwaan, akhlak dan budi pekerti sehingga menjadi lebih baik.  Etika dan moralitas agama Hindu mengajarkan aturan tingkah laku yang baik dan mulia. Ajaran tingkah laku yang baik dan mulia terdiri dari : TRI KAYA PARISUDHA, CATUR PARAMITHA, PANCA YAMA BRATA, DASA YAMA BRATA, PANCA NIYAMA BRATA, DASA NIYAMA BRATA, DASAR DHARMA, TRI HITA KARANA.  Tujuan adanya etika dan moralitas adalah 1. Untuk membina agar umat Hindu dapat memelihara hubungan dengan baik. 2. Untuk menghindarkan adanya hukum rimba, dimana yang kuat menindas atau memperalat yang lemah. 3. Untuk membina agar umat Hindu dapat menjadi manusia yang baik dan berbudi luhur. 4. Untuk membina agar umat Hindu selalu bersikap dan bertingkah laku baik, termasuk selalu berbuat baik dengan siapapun juga.

17 DAFTAR PUSTAKA

http://fpmhdunud28.blogspot.co.id/2013/03/pembentukan-karakter-melalui- pendidikan.html https://blogartayana.wordpress.com/2015/12/26/etika-dan-moralitas-dalam- agama-hindu/ https://orolaihdn.wordpress.com/2015/01/13/susila-dalam-agama-hindu/ http://dimas-sigit.blogspot.co.id/2011 /12/ajaran-hindu-dharma-tentang-etika.html

18