PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KESENIAN (Studi Deskriptif Di Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan)

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

OLEH:

ANDRIYAN NUGRAHA HASIBUAN

140905111

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KESENIAN KUDA LUMPING (Studi Deskriftif Di Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar sarjana saya.

Medan, April 2019

Andriyan Nugraha Hasibuan

i

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Andriyan Nugraha Hasibuan 2018, Judul Skripsi: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KESENIAN KUDA LUMPING Di Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara Skripsi ini terdiri dari 90 halaman, 6 tabel dan 9 Gambar.

Tulisan ini berjudul Persepsi Masyarakat Tentang Kesenian Kuda Lumping Di Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara yang bertujuan untuk mendeskripsikan tentang persepsi masyarakat tentang KesenianKuda Lumping di Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman dan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan eksistensi Kuda Lumping di Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman. Manfaat dari penelitian adalah menambah wawasan penulis dalam menyusun karya ilmiah, serta yang sangat diharapkan dari penelitian ini adalah agar terbentuknya perhatian yang lebih besar terhadap pelestarian kesenian Kuda Lumping yang seiring perkembangan zaman semakin menghilang keberadaannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriftif. Penelitian ini menggunakan teknik observasi serta wawancara terhadap beberapa informan, yaitu yang ahli, serta informan yang terlibat dalam pertunjukan kesenian Kuda Lumping Pawang, Musik dan Penari. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat di Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman diperoleh beberapa kesimpulan yakni persepsi publik cukup baik dari seni kuda lumping. tokoh masyarakat menganggap bahwa seni kuda lumping adalah seni yang dapat digunakan sebagai hiburan bagi masyarakat setempat. Seni Kuda Lumping dianggap sebagai perhatian publik melalui atraksi supranatural. Para pemimpin agama menganggap bahwa seni Kuda Lumping adalah seni yang kurang bagus, karena menyoroti kuda lumping sebagai pertunjukan yang kadang-kadang diikuti oleh minuman keras. orang percaya bahwa kuda lumping seni praktis dan tidak efisien.

Kata kunci: Persepsi Masyarakat, Seni Kuda Lumping

ii

Universitas Sumatera Utara UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Starat Satu (S1) pada Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan akhir dari perkuliahan dan awal untuk penulis mulai belajar hal yang baru kembali. Ucapan terimakasih yang tiada tara untuk untuk kedua orang tua penulis. Bapak Bachtiar Hasibuan dan Ibu Nursiah Sitorus yang telah menjadi orang tua terhebat yang penulis miliki. Yang selalu berjuang dan kerja keras, memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Wali saya Bapak Zulham

Sitorus S.kom M.kom dan Ibu Meri Sri Wahyuni S.kom M.kom yang mau menjaga dan membimbing penulis dari awal mulai bimbingan belajar sampai saat ini. Karena berkat beliau lah penulis menjadi orang yang mandiri dan bekerja keras.

Terkhusus penulis ucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Drs. Lister

Berutu M.A selaku dosen pembibing Skripsi yang telah meluangkanwaktu dan tempat untuk memberikan saran dan bimbingan yang sangat berguna pada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga kepada Bapak

Dr. Fikarwin Zuska selaku ketua Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera. Terima kasih juga kepada Bapak

iii

Universitas Sumatera Utara Agustrisno M.sp selaku seketaris Antoropologi Sosial FISIP USU dan juga sebagai Ketua Penguji saat seminar hasil penelitian. Tidak lupa juga kepada Kak

Nur dan Kak Sri sebagai Staf Departemen Antropologi yang selalu berbaik hati dan mempermudah urusan Administrasi penulis selama perkuliahan.

Terima kasih juga kepada para dosen Antropologi Sosial FISIP USU, yaitu

Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, Msi, Drs.Zulkifli, MA, Dra Tjut Syahriani,,

M.Soc,sc, Drs.Yance, Msi, Dra. Nita Savitri, M.Hum, Dra. Ryta Tambunan,

MA, Drs. Ermansyah, M.Hum, dan Dr. Zulkifli Lubis, Msi yang telah memberikan ilmu dan mendidik penulis menjadi Mahasiswa yang baik. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat menjadi ladang amal dan diberikan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para informan yang telah banyak memberikan informasi serta pengalaman berharga pada penulis dalam proses penelitian di lapangan.

Juga kepada semua senior maupun junior Antropologi Sosial FISIP USU yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas duukungan maupun motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus kepada kerabat penulis Angkatan 2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih banyak telah menjadi teman terbaik, berbagi suka maupun duka dari awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan ini. Kalian semua sangat berkenan di hati penulis. Semoga kita semua meraih kesuksesan dimasa yang akan datang.

Terima kasih juga kepada sepupu-sepupu penulis yang tinggal satu rumah dengan penulis yaitu Dwi Kurniati Sitorus dan Doni Ardiansyah Sitorus serta adik

iv

Universitas Sumatera Utara kandung penulis Azura Aulya Hazmi Hasibuan atas segala perhatian dan kasih sayang, memomitivasi serta doannya. Dan juga kepada segenap keluarga Besar

Sayuti Sitorus dan Zalifah Siagian, terima kasih banyak atas dukungan dan doanya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Ririn Purba,

Santi Fronika Lumban Gaol, Eunike, Monika, Jesika, Sri Anjani, Marselina,

Grace Yustia, Dita Maudi Harsa, Tumiar Sitohang, dan Mira . Terkhusus ucapan terima kasih untuk Maya Anggraini Nasution yang telah banyak membantu penulis untuk memotivasi dan memberi arahan yang baik. Serta tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Yosua Marpaung, Amos Silaban, dan Feliks

Y Sihoming yang berniat baik menjemput penulis ke kampus sewaktu belum mempunyai motor.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada team Sepak Bola dan

Futsal Antropologi Sosial FISIP USU serta teman-teman yang telah memberikan penulis jam terbang lebih banyak bermain Sepak Bola dan Futsal.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut dan terlibat dalam memberikan dukungan, pertolongan, serta kemudahan sehingga penulis diberikan kelancaran baik dalam proses kehidupan sehari-hari maupun proses perkuliahan.

Semoga semua jasa yang telah diberikan mendapatkan balasan pahala oleh Allah

SWT. Amin.

Medan, April 2019 Penulis

Andriyan Nugraha Hasibuan

v

Universitas Sumatera Utara RIWAYAT HIDUP

Andriyan Nugraha Hasibuan, lahir

tanggal 03 April 1997 di Medan,

Sumatera Utara. Penulis merupakan

anak pertama dari dua bersaudara. Anak

dari pasangan Bapak Bachtiar Hasibuan

dan Ibu Nursiah Sitorus. Penulis

memulai pendidikannya di Taman

Kanak-Kanak (TK) Muhamadiyah

Tahun 2001. Kemudian masuk ke

Sekolah Dasar di SDN 010243 Binjai

Serbangan Tahun 2008. Penulis juga menempuh pendidikan di SMPN 1 Air

Joman dan selesai tahun 2011.

Pada tahun 2014 menyelesaikan sekolah menegah atas di SMAN 1 Air

Joman. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negri di

Departemen Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014.

Email penulis : [email protected]

Selama pendidikan di Antropologi Sosial FISIP USU, penulis juga mengikuti berbagai kegiatan seperti kepanitiaan inisiasi, seminar di kampus maupun diluar kampus, pengalaman organisasi dan anggota kepanitiaan dalam berbagai organisasi, berikut penjabarannya:

vi

Universitas Sumatera Utara 1. Peserta Inisiasi Antropologi Sosial FISIP USU di parapat, Sumatera Utara

(2014)

2. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru Antropologi Universitas Sumatera

Utara Di Sibolangit (2014)

3. UKM Bola FISIP USU 2016

4. Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) Antropologi USU di Sibolangit

2015

5. Panitia sek. Konsumsi Antropologi 2015

vii

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini yang berjudul “ PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KESENIAN KUDA

LUMPING, Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kab.

Asahan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritikan sangat diharapkan demi kesempurnaan di masa yang akan mendatang. semoga skripsi ini bermanfaat memberikan kontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, April 2019 Penulis

Andriyan Nugraha Hasibuan

viii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN ORIGINALITAS ...... i ABSTRAK ...... ii UCAPAN TERIMAKASIH...... iii RIWAYAT HIDUP ...... vii KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Tinjauan Pustaka ...... 6 1.2.1faktor Internal ...... 6 1.2.2.Faktor eksternal ...... 8 1.3. Rumusan Masalah ...... 16 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian...... 17 1.4.1.Tujuant Penelitian ...... 17 1.4.2. Manfaat Penelitian ...... 17 1.5. Lokasi Penelitian ...... 17 1.6. Metode Penelitian ...... 18 1.6.1. Sumber Data ...... 18 1.7. Pengalaman Penelitian ...... 19

BAB II. GAMBARAN UMUM 2.1.Letak dan Geografis ...... 33 2.2. Stuktur Penduduk ...... 34 2.3. Sarana dan Prasarana ...... 38 2.3.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan ...... 38 2.3.2. Sarana dan Prasarana Kesehatan ...... 38 2.3.3. Sarana dan Prasarana Ibadah ...... 39

BAB III. KUDA LUMPING 3.1. Sejarah Kuda Lumping ...... 44 3.2. Organisasi Kuda Lumping ...... 48 3.3. Keanggotaan dalam Kesenian Kuda Lumping ...... 50 3.3.1 Pemain Musik ...... 51 3.3.2 Pawang ...... 53 3.3.3 Penari ...... 54

ix

Universitas Sumatera Utara 3.4. Alat dan Perlengkapan ...... 55 3.4.1. Perlengkapan Pawang ...... 55 3.4.2. Alat Musik ...... 56 3.4.3. Pakaian Penari ...... 59 3.5. Faktor Penyebab Eksistensi Kuda Lumping ...... 61 3.5.1.Faktor Budaya ...... 61 3.5.2. Faktor Sosial ...... 64 3.5.3. Faktor Kepercayaan...... 65 3.6. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Menonton ...... 66 3.6.1. Dampak Positif ...... 66 3.6.2. Dampak Negatif ...... 67

BAB IV. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KESENIAN KUDA LUMPING 4.1. Persepsi Masyarakat Melayu ...... 69 4.2. Persepsi Masyarakat Batak ...... 70 4.3. Persepsi Masyarakat Minang ...... 71 4.4 Persepsi Masyarakat Jawa ...... 72 4.5. Pagelaran Kuda Lumping ...... 74

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ...... 85 5.2. Saran ...... 86

DAFTAR PUSTAKA ...... 89 SUMBER LAIN...... 90

x

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian ...... 35 Gambar 2.Alat Musik Pertunjukan ...... 49 Gambar 3. Alat Musik ...... 58 Gambar 4. Alat Musik ...... 58 Gambar 5. Alat Musik Saron ...... 59 Gambar 6. Penari Kuda Lumping ...... 74 Gambar 7. Pertunjukan Kuda Lumping ...... 74 Gambar 8. Kuda Lumping...... 75 Gambar 9. Pertunjukan Kuda Lumping...... 75

xi

Universitas Sumatera Utara BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fokus penelitian ini adalah kesenian Kuda Lumping di Binjai Serbangan.

Kesenian yangsatu ini merupakan kesenian yang digemari oleh masyarakat di Air

Joman karena mempertontonkan aksi-aksi unik dan ekstrem dalam setiap pergelerannya, tentu saja hal ini menjadi daya tarik sendiri bagi para penonton nya. Para penonton tidak hanya dari daerah Air Joman, namun banyak juga masyarakat luar yang datang untuk melihat pertunjukan kuda lumping. Tujuan awal digelarnya tradisi ini adalah sebagai ritual semata, namun saat ini ada juga yang menggelarnya sebagai suguhan dalam acara hajatan-hajatan lainnya. Kuda lumping yang merupakan salah satu kesenian dari pulau Jawa yang persebarannya sampai ke Binjai Serbangan, Sumatera Utara, sampai sekarang masih tetap eksis.

Walaupun sudah jauh dari daerah asalnya dan bahkan sudah sekian lama ada di

Sumatera Utara, penonton masih tetap ingin melihat pertunjukan seni kuda lumping dan mendukung keberadaannya.

Binjai Serbangan terletak di Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.

Penduduk desa Binjai Serbangan mayoritas suku Jawa dan Batak. Etnis Jawa juga termasuk etnis yang besar di Air Joman dan membawa beberapa kesenian dari asalnya. Kedatangan orang-orang Jawa ke Sumatera Utara juga diikuti dengan beberapa kesenian yang sampai saat ini masih tetap mereka pertunjukkan. Agama yang menjadi mayoritas di desa ini adalah agama Islam.

1

Universitas Sumatera Utara adalah Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Sehingga terdapat banyak ras dan suku bangsa yang mempunyai budaya tersendiri.begitu banyaknya budaya di Indonesia juga menakibatkan banyaknya perbedaan yang tercipta. Dari begitu banyaknya budaya di indonesia terkadang menarik masyarakat ingin melihat kebudayaan tersebut. Karena banyaknya hal-hal unik yang ada di dalam kebudayaan kita, tidak hanya warga Indonesia saja yang menyukai budaya-budaya kita tetap warga asing juga menyukai budaya Indonesia.

Dengan itu seharusnya masyarakat juga harus bangga dengan kebudayaan kita yang digemari oleh warga negara asing. Sedangkan pemikiran masyarakat kita tidak lepas dengan kehidupan yang bergaya kebarat-baratan. Tetapi akibat pengaruh budaya kebaratan yang masuk dalam budaya Indonesia maka budaya yang tertanam dalam budaya tradisional adat hilang dan mengubah pola gaya hidup masyarakat. Seharusnya masyarakat lebih menjaga lagi kebudayaan

Indonesia, harus ada kesadaran dari kita untuk tetap melestarikan kebudayaan dari leluhur agar tidak punah atau diakui milik Negara lain. Masuknya Budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni Indonesia.

Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya, yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidak seeimbangan dalam kehidupan masyarakat yang

2

Universitas Sumatera Utara bersangkutan. Adanya penyerapan unsur budaya luar yang dilakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang ditampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.

Masyarakat dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak akan pernah terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan tersebut adalah masyarakat itu sendiri. Karena sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaannya akan diwariskan pada keturunannya demikian seterusnya. Berbagai pengalaman dan cerita manusia yaitu manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia yang lain.

Menurut C.Geertz 1992:13 bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni, suara, ukiran, dan bangunan. Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya yaitu budaya dan beberapa kondisi yang objektif.

Adat istiadat dan budaya yang secara tidak langsung diadopsi masyarakat

Air Joman seperti halnya kesenian Kuda Lumping atau juga disebut Jaran Kepang adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau

3

Universitas Sumatera Utara bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenis nya yang digulung atau dikepang. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap cambukan percut. Tidak hanya pria saja yang ikut di dalam kesenian kuda lumping tetapi ada wanita juga, tentu saja itu menjadi hal menarik dalam pergeleran kesenian kuda lumping. Meskipun tarian ini diwariskan oleh kaum

Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah lain nya.

Pertunjukan kuda kepang merupakan salah satu kesenian tradisi yang dibawa oleh orang-orang Jawa yang datang ke pulau Sumatera pada masa penjajahan Belanda menjadi kuli kontrakan untuk bekerja di kebun-kebun milik pemerintah. Perpindahan orang Jawa secara besar-besaran dan mencolok dalam sejarah Indonesia adalah yang ketika didatangkan oleh pihak perkebunan sebagai tenaga kerja di Sumatera Timur.

Beberapa literatur menyebutkan, bahwa orang jawa didatangkan sejak tahun 1880 sebagai kuli untuk menggantikan orang Tionghoa. Demikian, mereka mulai dibawa ke Sumatera Timur dan setelah tahun 1910 kedatangan mereka bertambah banyak. Menurut Reid, mereka awalnya terikat dengan sebuah kontrak dengan disertai peraturan-peraturan tentang hukuman atas mereka yang disebut penale sanctie. Namun dengan berjalannya waktu, sejak tahun 1911 dengan tiba- tiba kontrak kerja tersebut didasarkan pada kontrak yang merugikan para buruh.

4

Universitas Sumatera Utara Wilayah Air Joman yang penduduknya lebih dominan Melayu dan Jawa membuat kesenian Kuda Lumping akrab dengan masyarakat Air Joman dan sekitarnya. Walaupun kedua suku hidup di dalam satu wilayah dan saling menunjukan keseniannya masing-masing, akan tetapi kedua suku tersebut tetap saling menghormati kesenian yang dipertunjukan.

Kesenian berperan sebagai media komunikasi, sehingga suatu bentuk kesenian yang akan lahir, tumbuh dan berkembang situasi maupun kondisi masyarakat dimana kesenian tersebut menampakan eksistensinya, serta mampu bertahan dalam perus bahan jaman sekaligus menumbuhkan jiwa tertentu. Seni selalu hadir sebagai unsur kebudayaan yang penting. Hal ini disebabkan seni memiliki daya eksperesi sehingga mampu mereflesikan secara simbolik kehidupan manusia. Seni dalam hal ini dapat diartikan atau ditafsirkan sebagai media komunikasi untuk kita bereksperesi menyampaikan pesan, kesan dan tanggapan manusia terhadap seni itu sendiri.

Menurut Koentjaraningrat di dalam unsur kebudayaan terdapat Kesenian perhatian terhadap kesenian atau segala eksperesi hasrat manusia akan keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa, mula-mula bersifat deskritif.

Deskripsi-deskripsi itu terutama memperhatikan bentuk, teknik pembuatan, motif perhiasan, dan gaya dari benda-benda kesenian tadi. Selain benda hasil seni rupa, lapangan kesenian lain yang juga sering mendapat tempat dalam sebuah karangan etnografi adalah seni musik, seni tari, dan drama.

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.

5

Universitas Sumatera Utara Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut interndan ekstern.

Berbagai ahli telah memberikan defenisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.

Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Menurut Sugihartono, dkk 2007: 8 mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan situmulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif mau pun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

Kuda Lumping merupakan suatu kesenian dari Jawa. Namun, masyrakat melayu menyukainya dan tertarik untuk menontonnya ketika ada acara yang mengundang Kuda Lumping untuk tampil. Hal ini menjadi keunikan tersendiri di

Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan untuk diteliti. Apa yang ada benak masyarakat Melayu ketikan menonton kesenian Kuda

Lumping dan apa yang dibenak pemilik acara mengundang Kuda Lumping.

1.2 Tinjauan Pustaka

Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial, serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain. Faktor-faktor yang

6

Universitas Sumatera Utara mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan

Faktor Eksternal.

1.2.1. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:

 Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

 Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikelurkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

 Minat

Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance merupakan kecenderugan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

 Kebutuhan yang Searah

Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

7

Universitas Sumatera Utara  Pengalaman dan Ingatan

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

 Suasana Hati

Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

Faktor internal pada intinya berupa fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan searah, pengalaman, suasana hati seseorang yaitu tokoh masyarakat sangat mempengaruhi dalam terjadinya persepsi, karena hubungan akan hal ini sangat berkaitan erat, walaupun pada kenyataannya semua juga tergantung objek dan tergantung energi yang digunakan tokoh masyarakat ketika melihat hal tersebut.

1.2.2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhdap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

 Ukuran dan Penempatan dari Objek atau Situmulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi

8

Universitas Sumatera Utara individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

 Warna dari Objek-objek

Objek-objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan yang sedikit.

 Keunikan dan Kekontrasan Stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian

 Intensitas dan Kekuatan dari Stimulus

Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi.

 Motion atau Gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan dalam jangkuan pandangan dibandingkan objek yang diam.

Faktor eksternal pada intinya sangat dipengaruhi oleh objek ketika gerakan dari objek tersebut kuat dan mempunnyai kedekatan hubungan maka akan semakin mudah untuk dipahami dari pada objek yang diam, karena objek-objek tersebut memiliki suatu cahaya yang lebih untuk lebih diperhatikan dengan melihat penampilan yang di luar sangkaan.

9

Universitas Sumatera Utara Merujuk pada judul proposal ini mengenai persepsi masyarakat terhadap kesenian kuda lumping, maka beberapa hal saling keterkaitan dalam kuda lumping ini dengan perbeddaan pesepsi dari setiap kalangan masyarakat.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan budaya.Melalui berbagai macam budaya yang berbeda tersebut lahirlah berbagai macam seni pertunjukan tradisional yang mewakili masing-masing daerah sebagai ciri khasnya.Dalam bahasa Inggris, seni pertunjukan dikenal dengan istilah perfomance art.Seni pertunjukan merupakan bentuk seni yang cukup kompleks karena merupakan gabungan antara berbagai bidang seni.Seni pertunjukan sangat menonjolkan manusia sebagai aktor atau aktrisnya.Ada beberapa bentuk seni pertunjukan Indonesia yang dari aspek kesejarahannya jelas berasal dari masa prasejarah seperti misalnya, dari dan Jaran

Kepang (kuda kepang) dari Jawa.Namun, tontonan ini tetap hadir di tengah hirukpikuknya perkembangan berbagai produk teknologi canggih yang ditayangkan lewat layar kaca televisi.

Di dalam setiap pementasannya, beberapa bentuk kesenian tradisional selalu membawa misi yang ingin disampaikan kepada penonton.Misi atau pesan itu dapat bersifat sosial, politik, moral dan sebagainya.Sebenarnya dalam setiap pertunjukan seni tradisional ada beberapa nilai tertentu yang dikandungnya.Seni pertunjukan tradisional secara umum mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi ritual, fungsi pendidikan sebagai media tuntunan, fungsi atau media penerangan atau kritik sosial dan fungsi hiburan atau tontonan.Untuk memenuhi fungsi ritual, seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih berpijak pada aturan-aturan

10

Universitas Sumatera Utara tradisi, misalnya sesaji sebelum pementasan , ritual-ritual bersih desa dengan seni pertunjukan dan sesaji tertentu, pantanganpantangan yang tidak boleh dilanggar selama pertunjukan dan lain-lain.Sebagai media pendidikan, pertunjukan tradisional mentransformasikan nilai-nilai budaya yang ada dalam seni pertunjukan tradisional tersebut.Oleh karena itu, seorang seniman betul-betul dituntut untuk dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang dibawakannya.

Seni pertunjukan tradisional (, wayang orang, ) sebenarnya sudah mengandung media pendidikan pada hakikat seni pertunjukan itu sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya dan juga dalam ceritanya. Misalnya pertentangan yang baik dan yang buruk akan dimenangkan yang baik, kerukunan

Pandawa, nilai-nilai kesetiaan dan lain-lain. Pada masa sekarang ini seni pertunjukan tradisional cukup efektif pula sebagai media penerangan ataupun kritik sosial, baik dari pemerintah atau dari rakyat.Misalnya pesan-pesan pembangunan, penyampaian informasi dan lain-lain.Sebaliknya rakyat dapat mengkritik pimpinan atau pemerintah secara tidak langsung misalnya lewat adegan goro-goro pada wayang atau dagelan pada ketoprak.Hal ini disebabkan adanya anggapan mengkritik (lebih-lebih) pimpinan atau atasan adalah “tabu”.

Melalui sindiran atau guyonan dapat diungkap tentang berbagai ketidakberesan yang ada, tanpa menyakiti orang lain.

Sebagai media tontonan seni pertunjukan tradisional harus dapat menghibur penonton, menghilangkan stres dan menyenangkan hati.Sebagai tontonan atau hiburan seni pertunjukan tradisional ini biasanya tidak ada

11

Universitas Sumatera Utara kaitannya dengan upacara ritual.Pertunjukan ini diselenggarakan benar-benar hanya untuk hiburan misalnya tampil pada peringatan kelahiran, resepsi pernikahan dan lain-lain.Berbagai macam jenis seni pertunjukan seperti tari, musik, teater, dan sebagainya senantiasa berhubungan dengan masyarakat sebagai penonton. Membicarakan seni pertunjukan (performing art), telah disadari bahwa sesungguhnya seni ini tidak ada artinya tanpa ada penonton, pendengar, pengamat yang akan memberikan apresiasi, tanggapan, atau respons. Seni pertunjukan sebagai “seni waktu” yang bersifat “kesaatan”, sesungguhnya tidak untuk kepentingannya sendiri, tetapi kesenian itu baru dapat berarti atau bermakna apabila diamati atau mendapat respons. Sehubungan dengan itu, hubungan antara tontonan dan masyarakat atau pengamat menjadi sangat berarti sebagai proses komunikasi.

Dapat dipahami bahwa seni ini bertujuan mempertunjukan atau menyajikan sebuah karya seni pertunjukan kepada masyarakat atau to present art work (dance, drama, music) before an audiences. Dalam seni pertunjukan, laku atau akting seorang pemain adalah suatu penampilan apabila pengamat atau penonton betulbetul menikmati dan merasakan pertunjukan di atas pentas, maka

“sesuatu” itu akan muncul dari para pemain sehingga pertunjukan itu menjadi sangat menarik dan menakjubkan.

Pada hakikatnya, semua seni pertunjukan adalah satu dari berbagai cara untuk melukiskan atau mengkomunikasikan. Komunikasi yang disampaikan sebuah seni pertunjukan adalah pengalaman yang berharga, yang bermula dari imajinasi kreatif.Sebuah seni pertunjukan baru bermakna atau dapat diresapkan

12

Universitas Sumatera Utara apabila dalam seni itu terkandung kekuatan “pesan komunikatif”. Tinggi rendahnya mutu estetis sebuah seni pertunjukan ditentukan pada tahap yang paling awal oleh kemampuan komunikatif, dan oleh sebab itu pula, seni pertunjukan sering berfungsi sebagai perangkul “makna umum masyarakat”.

Begitu pula dengan seni pertunjukan kuda lumping yang akan peneliti bahas yang tentunya memiliki pesan yang terkandung di dalamnya yang mungkin akan dipahami atau tidak maknanya oleh para informan nantinya.

Di dalam pertunjukan jaran kepang kita bisa melihat bahwa kesenian ini terdiri dari seni musik dan seni tari.Seni musik dapat kita dengar dari gamelan yang mengiringi pertunjukan.Sedangkan seni tari dapat kita lihat dari tarian-tarian yang dihadirkan dalam pertunjukan.

Kesenian tari Kuda Lumping merupakan sebuah seni tari yang dipentaskan dengan menggunakan peralatan berupa kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu. Dilihat dari ritmisnya tarian kuda lumping ini sepertinya mereflisikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran jaman dulu, yaitu sebuah pasukan kavaleri berkuda. Ini bisa dilihat dari gerakan seni tari kuda lumping yang dinamis

, ritmis, dan agresif, layaknya gerakan pasukan berkuda di tengah medan peperangan. Sejarah asal mula seni tari kuda lumping, banyak diyakini adalah sebuah bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran

Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Dalam versi lain menyebutkan bahwa asal muasal Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden

Patah yang dibantu oleh Sunan Kalijaga melawan Bangsa Belanda yang menjajah tanah air. Versi lain juga menyebutkan bahwa tarian ini mengisahkan tentang

13

Universitas Sumatera Utara latihan perang pasukan yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I, raja mataram untuk menghadapi pasukan tentara Belanda.

Sejarah lain menyebutkan bahwa asal usul kuda lumping diawali pada jaman dahulu dari tanah jawa hidup seorang raja yang sakti mandaraguna, Raja tersebut sangat kagum akan kisah perang Bhatarayudha di kurusetra yang diturunkan oleh para Brahmana dan ksatria istana. Dan sang raja sangat yakin bahwa perang Bhatarayudha akan berulang ditanah Jawa.

Kesenian Kuda Lumping populer di masyarakat daerah Jawa Timur, seperti Blitar, Malang, Tulung Agung dan sekitarnya. Gelaran pentas dari tari

Kuda Lumping biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti penyambutan tamu kehormatan, dan juga acara-acara syukuran atas doa yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Kuda Lumping sering kali dikaitan dengan makhluk halus dalam atraksi atraksi supranatural dan berbau magis. Contohnya makan kaca, makan bara api, berjalan diatas pecahan beling dan bara api, mengakat benda berat, disayat pisau, dibacok dengan golok sampai menari dalam keadaan kesurupan.

Kuda lumping merupakan salah satu kesenian Indonesia yang masih eksis hingga saat ini. Sebagai salah satu kesenian yang merupakan unsur dari kebudayaan, maka perlu lah itu dilestarikan. Menurut ilmu antropologi

“kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

14

Universitas Sumatera Utara Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah

“kebudayaan” karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Ada tiga wujud kebudayaan, yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai,

norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Kuda lumping masuk ke dalam tiga wujud kebudayaan tersebut yakni ide, tindakan dan hasil.

Ide di sini dapat mencakup ke pada apa yang ada di benak masyarakat yang membuat kesenian ini, untuk apa dan alasannya apa. Kemudian, tindakan yaitu aktivitas fisik sebagai perwujudan dari apa yang di dalam pikiran. Dan di akhir yaitu hasil. Hasil ini bisa berupa seni kuda lumping yang bisa dinikmati dan dilihat oleh berbagai kalangan. Bukan hanya itu, tetapi rasa yang tercipta setelah melihat pertunjukan tersebut, apakah muncul kepuasan atau ketidak puasan; apakah yang muncul merupakan hal lain yakni materi/uang untuk pemenuhan ekonomi setelah melakukan aktivitas kuda lumping tadi. Semuanya tergantung pada pola pikir masyarakatnya dan ke arah mana kuda lumping tersebut di bawa.

Sebagai kegiatan yang memerlukan beberapa orang di dalam kegiatannya, maka orang-orang tersebut terikat dalam satu rantai kegiatan yang tidak dapat

15

Universitas Sumatera Utara dipisah antara satu dengan yang lainya. Masyarakat sebagai sebuah struktur sosial terdiri atas jaringan hubungan soosial antara dua orang anggota tertentu pada suatu waktu tertentu, di tempat tertentu, tidak pandang sebagai satu hubungan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari satu jaringan hubungan sosial yang lebih luas, yang melibatkan keseluruhan anggota masyarakat tersebut.

Hubungan kedua orang di atas harus dilihat sebagai bagaian dari satu struktur sosial.

Jadi “hubungan sosial”, “masyarakat”, “norma”, dan “budaya” adalah konsep-konsep yang lahir dari abstraksi terhadap kenyataan perilaku manusia.

Kata Radclife Brown, yang diperlukan adalah model. Dalam konsep “struktural- fungsionalisme” model yang dapat digunakan adalah model organisme tubuh manusia. Dalam model ini, Radclife Brown mengumpamakan sebuah masyarakat sebagai sebuah organisme tubuh manusia, dan kehidupan sosial adalah seperti kehidupan sosial adalah seperti kehidupan organisme tubuh tersebut.

Sama halnya dengan pertunjukan Kuda Lumping yang memiliki beberapa pemeran di dalamnya. Misalnya pawang, penari, pemain alat musik yang masuk dalam kelompok pelaku kegiatan. Kemudian pembuat acara yang memanggil pemain kuda lumping dan masyarakat yang menonton kegiatan. Ketiga pelaku ini saling keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, yang jika salah satu dari antara mereka terganggu atau tidak menjalankan sesuai fungsi masing-masing, maka proses ataupun kegiatan kesenian kuda lumping ini tidak akan dapat berjalan dengan benar dan baik. Setiap pelaku memiliki fungsi masing-masing dan terstruktur yang saling terikat dan saling berpengaruh

16

Universitas Sumatera Utara 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah Apakah masyarakat di Air Joman menyukai kesenian Kuda Lumping? dari rumusan masalah di ambil beberapa pertanyaan penelitian.Eksistensi dan

Pandangan masyarakat terhadap kesenian Kuda Lumping?

Dalam rumusan masalah ini, peneliti juga telah menyiapkan beberapa pertanyaan penelitian lapangan guna untuk menjawab permasalahan terkait dengan judul peneliti. Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pementasan kesenian Kuda Lumping di kelurahan Binjai

Serbangan?

2. Persepi masyarakat terhadap kesenain Kuda Lumping?

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakat di kelurahan Binjai Serbangan memandang kesenian kuda lumping. Karena tujuan awal digelarnya tradisi ini adalah sebagai ritual semata, namun saat ini ada juga yang menggelarnya sebagai suguhan dalam acara hajatan- hajatan lainnya.

1.4.2.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pengetahuan bagi para pembaca, memperbanyak pengetahuan serta menyumbang ilmu pada bidang pendidikan mengenai kebudayaan Jawa terkhususnya pada bagian kesenian Kuda

Lumping.

17

Universitas Sumatera Utara 1.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air

Joman Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Peneletian ini dilakukan di daerah tersebut karena banyak masyrakat yang menyukai dan tertarik terhadap kesenian Kuda Lumping.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air

Joman, Kabupaten Asahan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, lalu dideskripsikan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis, penelitian ini akan mengumpulkan data kualitatif saat menjawab persoalan dan permasalahan dari permasalahan peneliti.

1.6.1. Sumber Data

Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara mendalam dan observasi partisipasi.

Data Primer

Merupakan data utama yang diperoleh dari observasi dan wawancara

1. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi serta wawancara yang dilakukan dengan masyarakat di kelurahan Binjai Serbangan

Kec. Air Joman, Kab. Asahan. Observasi ini dilakukan ketika pemilik acara mengundang Kuda Lumping dan saat pemain Kuda Lumping melakukan latihan.

18

Universitas Sumatera Utara 2. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan terlebih dahulu membangun hubungan yang nyaman atau rapport dengan masyarakat disana. Wawancara dilengkapi dengan alat perekam suara (recorder), sebagai alat bantu untuk peneliti untuk menyimpan semua informasi saat melakukan wawancara dengan informan, dan juga menggunakan kamera sebagai alat bantu.

Wawancara akan dilakukan dengan pemilik acara, pemilik sanggar dan pemeran seni Kuda Lumping, dan penonton.

Data Sekunder

Merupakan data pendukung yang dapat menyempurnakan hasil observasi dan wawancara. Data berupa jumlah penduduk di kelurahan Binjai Serbangan,

Kecamatan Air Joman.

1.7 Pengalaman Penelitian

Pada mulanya saya sudah lama mengetahui kesenian Jawa yang sering ditampilkan di Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten

Asahan seperti kesenian Kuda Lumping ini. Tapi saya jarang melihat kesenian

Kuda Lumping tersebut dan awalnya tidak terlalu tertarik. Saya menyukai Kuda

Lumping karena tetangga saya Andi Setiawan juga menjadi salah satu pemain kesenian Kuda Lumping. Dia mengatakan bahwa grup kesenian yang beda dengan grup yang lain itu adalah grup Putra Tunggal. Ini adalah grup yang unik kalau tampil karena penarinya banyak dan orang banyak yang suka “kata Andi

Setiawan. Ia pun menyarankan saya agar melakukan penelitian pada grup tersebut

19

Universitas Sumatera Utara karena dianggapnya grup tersebut juga grup yang paling lama dan sering tampil sampai ke luar daerah.

Esok harinya saya bersama teman saya mendatangi salah satu rumah dari pemilik sekaligus pawang Putra Tunggal yaitu bapak Tukino dimana ia adalah seorang seniman yang paling terkenal di grup tersebut dan sampai sekarang masih mempertahankan keseniannya tersebut. Semua peralatan dan perlengkapan pemain disimpan dirumah pak Tukino. Pada tanggal 28 Juli 2018 ini pertama kalinya saya datang kerumah pak Tukino membawa buah-buahan bersama teman saya Amry dengan menggunakan sepeda motor ke tempat lokasi tersebut dengan jarak tempuh sekitar 15 menit.

Kedatangan kami disambut oleh seorang gadis dan ibu-ibu yang sudah tua. Mereka menanyakan kedatangan saya dan kebetulan pak Tukino tidak ada di rumah nya karena belum pulang dari kerjanya. Pak Tukino bekerja sebagai penderes karet milik sendiri dan dikelolanya sendiri juga. Pada waktu itu pun saya memperkenalkan diri dan menceritakan tujuan kedatangan saya kepada ibu dan gadis tersebut. Lalu ia pun menyuruh kami untuk menunggu pak Tukino pulang dari kerjanya.

Kemudian beberapa menit kemudian pak Tukino pun pulang dari kerjanya menggunakan sepeda motor. Ia kelihatan sangat lelah namun di usianya yang sudah 42 tahun itu masih kuat bertani demi mencari nafkah untuk keluarganya. Ia duduk sebentar untuk melepaskan rasa lelahnya itu kemudian dibuatkan teh oleh ibu yang menjamu kami tadi yang ternyata adalah isteri pak Tukino. Kemudian ibu itu datang lagi dengan membawakan minuman untuk saya dan teman saya.

20

Universitas Sumatera Utara Saya dan teman saya bersalaman memperkenalkan diri kepada pak Tukino. Lalu saya menceritakan maksut dan Tujuan penulis datang kerumahnya dan ternyata ia sudah mengetahuinya. Ia tahu dari tetangga saya Andi Setiawan yang sudah terlebih dahulu menelefon pak Tukino bahwasanya ada yang ingin melakukan penelitian pada grup kesenian Kuda Lumping nya tersebut. Kemudian saya pun mulai berbincang-bincang mengenai grup kesenian yang dikelolanya tersebut. Tak lama kemudian tetangga pak Tukino menghampiri kami. Walaupun ia tidak anggota dari pemain Kuda Lumping, ternyata ia juga paham mengenai kesenian

Kuda Lumping. ia juga merupakan teman dekat pak Tukino di desa itu.

Pak Tukino memperkenalkan kepada saya tentang satu persatu peralatan pemain Kuda Lumping beserta maknanya. Mulai dari anyaman kuda, topeng hanoman, topeng bujangganong, topeng pocong, topeng dhadak merak. Pak

Tukino mengatakan bahwa semenjak masuknya kesenian Kuda Lumping ini penanggap semakin sering datang dan penontonnya pun semakin ramai. Dan ditambah lagi dengan kesenian hanomannya dan mabuk monyet nya itu. Ini baru pertama kali saya mengetahui bentuk-bentuk asli topeng-topeng tersebut terutama topeng dhadak merak yang besar itu dan ditutupi oleh kain bewarna merah.

Setelah asik-asik mengobrol dengan pak Tukino dan temannya itu waktu pun sudah larut malam. Dan kami pun pamit pulang.

Dua hari kemudian saya datang lagi kerumah pak Tukino lagi dan ternyata rumahnya sudah ada Bang Bayu Nugraha dan Bang Rico Herwansyah yang merupakan dari pemain Kuda Lumping Putra Tunggal milik pak Tukino dan mereka ternyata sering bermain kerumah pak Tukino. Saya pun memperkenalkan

21

Universitas Sumatera Utara diri lagi kepada mereka dan seperti biasanya menceritakan tentang maksud dan tujuan kedatangan saya ke Desa Sei Kamah. Mereka tampak sangat ramah dan tamah. Tanpa saya bertanya mereka asik bercerita tentang seni yang sering mereka mainkan itu dan saya pun tidak merasa canggung lagi untuk bertanya kepada mereka. Ketika berbicara tentang Kuda Lumping, wajah mereka terlihat sangat serius dan sepertinya suka jika saya bertanya tentang kesenian mereka dan juga menjadi kebanggan tersendiri bagi mereka. Kesenian Kuda Lumping mereka dianggap sakral bagi mereka. Saya berkali-kali mendengar “Gembong Bawono” dari ucapan mereka. Ternyata mereka sangat bangga punya kesenian Kuda

Lumping yang diberi nama Gembong Bawono yang artinya preman alas

(penguasa hutan) itu.

Cerita demi cerita waktupun sudah menunjukan pukul 17.00 Wib dan akhirnya pamit pulang kepada pak Tukino, bang Bayu dan bang rico. Sebelum saya pamit mereka memberitahu kepada saya bahwa tanggal 3 Agustus 2018 nanti akan ada pertunjukan kesenian Kuda Lumping di Gang Sawi Kelurahan Binjai

Serbangan dalam acara mengayunkan (memberi nama pada bayi)

Pada tanggal 3 Agustus 2018 saya pergi ke tempat lokasi pertunjukan yang berada di Gang Sawi Kelurahan Binjai Serbangan untuk menyaksikan pertunjukan

Kuda Lumping yang dilaksanakan pada sore dan malam hari. Saya berangkat dari rumah bersama teman saya Amry. Ketika pertunjukan belum dimulai, saya pun mewawancarai orang disekitar saya terutama yang menananggap kesenian Kuda

Lumping ini. Alasan ia menanggap kesenian ini adalah bahwa seni Kuda Lumping ini sudah menjadi tradisi di keluarga mereka. Jika tidak menanggap kesenian yang

22

Universitas Sumatera Utara satu ini rasanya ada yang kurang. Kesenian ini juga sebegai bertujuan untuk slametan atas kelahiran anaknya.

Pertunjukan pun akhirnya dimulai dan akhirnya saya pun mengambil tempat yang berdekatan dengan penonton. Pemain musik Gamelan mulai memainkan musiknya. Penonton pun semakin ramai memasuki area pertunjukan.

Penari Hanoman mulai memasuki lapangan pertunjukan. Setelah penari Hanoman selesai dilanjutkan dengan penari Bujangganong yang bergaya salto dan cerdik.

Kemudian masuklah penari topeng Dhadak Merak dan topeng Pocong.

Kemudian disusul dengan penari Jathil Perempuan. Berbagai kalangan ikut meramaikan pertunjukan itu, mulai dari anak-anak hingga yang dewasa turut menikmati pertunjukan itu. Dan ketika semua penari selesai disitu lah sang

Pawang mulai mencambuk tanah dan menjadi awalan permainan dan masuknya kekuatan mistis (ghaib) yang bisa menghilangkan alam bawah sadar pemainnya.

Tetapi hal unik dari Kuda Lumping ini ternyata tidak hanya pemainnya saja yang kemasukan, banyak juga penonton yang ikut kemasukan pas acara dimulai.

Waktu sudah menunjukan pukul 23.45 WIB dan para penonton pun masih juga ada padahal pertunjukan sudah mau selesai. Ketika semua pemain dan penonton yang dalam keadaan mabuk tersebut dapat disadarkan kembali barulah penonton satu persatu mulai bubar. Saya dan Amry pun pamit kepada pak Tukino dan seluruh pemain Kuda Lumping Putra Tunggal untuk pulang duluan.

Pada hari Jumat tanggal 10 Agustus 2018 saya dikabari oleh bang Bayu

Nugraha bahwa besok mereka akan bermain lagi di Simpang Butong, mendapat kabar dari bang Bayu saya pun langsung mengabari kawan saya Amry yang biasa

23

Universitas Sumatera Utara menemani saya penelitian. Saya menanya kepada Amry apakah dia besok bisa ikut atau tidak untuk menemani saya penelitian di Simpang Butong. Awalnya saya kabari Amry lewat Whatshap, tetapi Whatshap Amry tidak aktif. Jadi saya memutuskan untuk datang kerumah Amry yang berada di Kebun Sayur, kira-kira jarak dari rumah saya ke rumah Amry sekitar 1km. Ketika saya mau pergi ternyata kendaraan saya dibawak oleh adik saya yang pergi ngeprint tugas sekolah nya, terpaksa saya harus menunggu adik saya pulang kira-kira setengah jam barulah adik saya pulang kerumah, langsung saja saya ambil kendaraan dan pergi menuju kerumah Amry.

Setelah sampai dirumah siAmry ternyata dia sedang tidak berada dirumahnya, saya cari lagi dimana tempat dia biasa nongkrong dan ternyata dugaan saya benar Amry sedang ngobrol-ngobrol dengan teman saya yang lain.

Tanpa basa-basi saya mengajak Amry untuk ikut saya besok penelitian di

Simpang Butong, ternyata Amry tidak bisa ikut saya penelitian karena besok dia kerja sampai lembur terpaksa besok saya harus penelitian senndiri.

Pada keesokan harinya pukul 11.30 WIB saya datang kerumah pak Tukino untuk menanyakan siapa saja anggota Kuda Lumping yang bersedia saya wawancara nanti. Sesampai dirumah pak Tukino saya diberikan Teh manis dingin dan keripik ubi oleh istri pak Tukino, tak hanya teh manis dingin dan keripik ubi saja yang diberikan istri pak Tukino tetapi juga mengajak saya makan siang bersama keluarga pak Tukino.

Istri pak Tukino memasak ikan asin goreng, sambal belacan, dan daun ubi direbus, tetapi saya sangat menikmati sekali masakan istri pak Tukino. Setelah

24

Universitas Sumatera Utara selesai makan siang saya bersama pak Tukino pun duduk kembali diruang tamu sambil ngobrol-ngobrol dan pak Tukino menceritakan ia pertama kali masuk ke dalam kesenian Kuda Lumping di Sumatera Utara ini. Tidak lama kami ngobrol- ngobrol datang lah Bang Bayu, Bang Marlan, Bang Riko, Bang indra, Bang Anto,

Kak Riski, Kak Winda, dan Kak Wulan.

Awalnya maksud dan tujuan saya datang kerumah pak Tukino hanya cuma menanyakan siapa saja yang bisa saya wawancarai dan berniat langsung pulang dan sore hari nya baru datang ke lokasi. Namun ternyata pak Tukino mengajak saya ke lokasi bersama-sama dengan mereka menggunakan mobil L300. Saya pun merasa senang dan tidak menolak ajakan dari pak Tukino, untuk menuju ke lokasi kira-kira butuh waktu 30 Menit walaupun sebenarnya jaraknya dekat tetapi karena rumah pak Tukino harus melewati sungai dan mobil tidak bisa dinaikan ke getek terpaksa lah kami harus memutar dulu dari Pasar Mereng.

Setelah sampai di lokasi ternyata yang mengundang Kuda Lumping Putra

Tunggal itu untuk acara hajatan pernikahan. Sampai disitu saya pun tidak hanya berdiam diri saja, saya juga ikut membantu menurunkan peralatan-peralatan Kuda

Lumping yang akan digunakan nantinya. Disitu saya melihat kekompakan para pemain Kuda Lumping Putra Tunggal, tidak ada satu pun anggota nya yang bersantai-santai mulai dari laki-laki hingga perempuan. Setelah selesai menurunkan barang-barang yang akan dipakai, datang lah tuan rumah yang mempunyai hajatan menghampiri kami dengan memberikan minuman dan makanan ringan saya dan pemain Kuda Lumping Putra Tunggal pun menikmati sajian yang diberikan oleh tuan rumah.

25

Universitas Sumatera Utara 15 Menit kemudian semua pemain musik langsung ke lapangan untuk menyetel alat-alat musik yang mau dimainkan nanti sedangkan para penari masuk rumah yang punya hajatan untuk berdandan dengan memakai pakaian khas Kuda

Lumping. ternyata di fase makeup ini memang cukup lama kira-kira ada 45 menit karena yang dimakeup ada delapan orang. Sementara itu diluar pak Tukino dan para pemain musik yang lain sudah memulai alat musiknya masing-masing dan dengan menggunakan dua toak untuk mengundang para penonton. Jam sudah menunjukan pukul 15.00 WIB tapi penonton masih sunyi walaupun suara gamelan dan alat musik lainnya sudah dimainkan, tetapi penonton yang datang ke lokasi masih sedikit dan yang datang rata-rata masih kebanyakan anak-anak.

Sekitar 15 menit pemain musik memainkan alat musiknya barulah penari keluar dari rumah dan masuk kedalam lapangan dengan melakukan tarian persembahan untuk yang punya hajatan dengan menggunakan Kuda yang dianyam, penari laki- laki dan perempuan kompak melakukan gerakan tariannya. Serta penari laki-laki juga tidak ketinggalan memegang cambuk sebagai salah satu alat Kuda Lumping. sekali-sekali penari melibaskan cambuk ke tanah dan melakukan tarian lagi tetapi walaupun begitu tarian yang dilakukan tetap kompak dan mengikuti alunan musik.

Setelah tarian persembahan selesai penari laki-laki masuk lagi ke dalam rumah dan mengganti kostum serta memakai topeng, setelah memakai kostum yang baru mereka pun melakukan tarian lagi dengan kekompakan mereka. Tidak banyak gerakan yang dilakukan penari hanya mengakat satu kaki dan kaki sebaliknya serta berputar-putar dan mereka tetap mengikuti irama musik, jika

26

Universitas Sumatera Utara musiknya pelan maka gerakan yang dilakukan biasa-biasa saja atau pelan tetapi jika musik yang dimainkan oleh pemain musik cepat maka gerakannya juga begitu cepat. Setelah tarian selesai pak Tukino dan pak Jumiran sang pawang menyuruh semua pemain masuk ke lapangan dan membentuk lingkaran. Lalu disini lah peran pak Jumiran dimulai dengan membawa kemenyan dan kembang diletakan ditengah-tengah yang dikelilingi para penari. Pemain musik pun mulai memainkan musiknya dengan cepat dan sekali cambukan pak Jumiran ke tanah yang begitu kuat membuat satu orang penari Kuda Lumping yaitu bang Bayu kerasukan dan para penari yang belum kerasukan masih mengelilingi terus kemenyan dan kembang, sekali lagi pak Jumiran mengehempaskan cambukan ke tanah dan lagi-lagi para penari mulai kerasukan satu-persatu. Banyaknya penari yang kerasukan membuat pak Jumiran dibantu dengan anggota yang lainnya.

Ternyata yang kerasukan saat itu tidak hanya pemain Kuda Lumping Putra

Tunggal saja tetapi ada juga penonton yang ikut kerasukan, mungkin penonton itu terlalu menghayati musik Kuda Lumping yang dimainkan. Banyaknya para penonton yang ikut kerasukan membuat tuan rumah menyediakan kelapa muda, kemenyan, minyak duyung, dan kembang. Disaat kerasukan ini lah para penari melakukan hal-hal yang extrim yang mungkin berada diluar nalar saya dan para penonton lainnya disitu pak Jumiran memberikan kaca sebagai makanan yang dimakan oleh penari Kuda Lumping.

Setelah memakan kaca mulut penari yang memakan kaca tadi pun berdarah sehingga harus dibersihkan dengan air oleh pak Jumiran. Tidak hanya memakan kaca saja tetapi ada juga penari yang mengupas kulit kelapa dengan

27

Universitas Sumatera Utara giginya dan ada juga yang berdiri diatas bara api. Tarian yang dilakukan saat kerasukan ini pun sangat extrim mereka menari sambil salto-salto tentu saja sangat berbeda dengan tari persembahan tadi. Semakin lama pertunjukan dimulai dan semakin ramai juga penonton yang datang untuk menyaksikan pergelaran kesenian Kuda Lumping Putra Tunggal. Yang awalnya hanya anak-anak saja kini lokasi dipenuhi dengan anak muda dan orang tua baik laki-laki maupun perempuan. Dan ternyata masyarakat setempat tampaknya lebih tertarik untuk melihat pertunjukan pas disaat penari sudah mulai kerasukan dari pada tarian persembahan.

Saya melihat kembali pertunjukan Kuda Lumping dan saat itu dua penari dihadapkan ke kemenyan serta dikepala mereka diletakan anyaman kuda tak lama kemudian para pemain musik mulai memainkan musik dengan cepat dan pak

Jumiran sambil membaca mantra lalu melibaskan cambuk ke tanah, tiba-tiba saja dua kelakuan penari itu aneh dan bertingkah seperti monyet dan itu ternyata dinamakan mabuk monyet.

Mabuk monyet ini ternyata disukai oleh penonton karena kelucuannya, penari yang mabuk monyet juga tadi juga meminta rokok kepada penonton dan menghisap rokoknya diatas pohon mangga, sedangkan penari yang satu lagi memakan pisang dan menggarai penonton anak-anak yang menyaksikan Kuda

Lumping tersebut, sekali-sekali penari yang mabuk monyet juga menggarai penari yang sedang kerasukan endang harimau tetapi pak Jumiran memisahkan agar tidak menjadi keributan. Serta para penonton yang ikut mabuk tadi pun satu

28

Universitas Sumatera Utara persatu disembuhkan oleh pak Jumiran dan para penari Kuda Lumping yang lain juga disembuhkan oleh pak Jumiran.

Jika ada penari yang susah untuk disembuhkan, maka pak Jumiran mengambil kain putih lalu di ikatkan ke tubuh penari dan dibuat seperti mayat lalu diputar-putar sampai tiga kali dan pak Jumiran melibaskan cambuknya ke tanah barulah penari yang susah disembuhkan tadi sadar dan merasakan pusing hingga lemas langsung saja pak Jumiran bergerak cepat untuk memberikan minum.

Penari mabuk monyet sengaja dibiarkan paling terakhir disembuhkan oleh pak Jumiran karena banyak penonton yang terhibur melihat mabuk monyet karena aksinya yang sangat lucu. Mabuk monyet ini juga mengikuti perkembangan zaman mereka juga bisa ikut goyang tik-tok saat beratraksi. Saya juga merasa heran apakah penari Kuda Lumping ini setengah sadar atau tidak. Waktu sudah menunjukan pukul 17.45 WIB penonton mulai berpulangan disitu jugalah pak

Jumiran mulai menyembuhkan para penari yang mabuk monyet tadi. Setelah disembuhkan mereka juga merasakan hal yang sama yaitu pening dan lemas serta berjalan sempoyongan. Setelah pukul 18.00 WIB barulah acara sore itu di selesaikan dan ditutup serta dilanjutakan pada malam harinya, acara pun ditutup oleh pak Tukino dan ucapan terima kasih.

Setelah acara selesai saya dan anggota Kuda Lumping Putra Tunggal pun langsung menuju kerumah yang punya hajatan untuk beristirahat, tak lama kemudian sang tuan rumah datang menghampiri kami untuk menyuruh semua anggota termasuk saya untuk makan dirumahnya. Langsung saja saya bergegas ke tempat hidangan untuk mengambil nasi serta lauk yang disajikan oleh tuan rumah

29

Universitas Sumatera Utara kepada kami, anggota yang lain pun tidak semuanya makan ada juga yang membersihkan diri dahulu ke kamar mandi dan ada juga yang ngobrol-ngobrol sambil merokok. Selesai makan saya pun beristirahat karena kelelahan menyaksikan Kuda Lumping dengan waktu yang cukup lama tadi, apalagi Kuda

Lumping Putra Tunggal akan dilanjut pada malam hari nya, sambil berisitrahat saya juga mengabari ke orang tua bahwa akan penelitian sampai malam hari.

Sehabis sholat magrib semua anggota Kuda Lumping Putra Tunggal berkumpul untuk persiapan pergelaran Kuda Lumping pada malam hari, langsung saja semuanya bersiap-siap keposisi masing-masing. Pemain musik pergi ke lapangan lagi untuk menyetel semua alat-alat musik yang dimainkan sedangkan yang penari kembali masuk kerumah untuk merias diri mereka. Saya juga melihat bagaimana proses penari dimakeup oleh kak Riski yang tugas nya merias penari

Kuda Lumpin dan menjadi sinden Kuda Lumping Putra Tunggal juga. Karena proses nya yang cukup lama jadi saya pun keluar rumah dan membeli jajanan yang ada dilokasi pertunjukan.

Ternyata yang berjualan dagangan dipertunjukan itu ada banyak sekali, seperti jualan jagung rebus, bakso bakar, sosis goreng, mainanan anak-anak dan masih banyak lainnya. Selesai sholat isya barulah semua pemain alat musik bermain untuk mengundang para penonton dari suara musik-musik Kuda

Lumping dan ternyata masih sama seperti sore, kali ini banyak anak-anak dan tamu undangan saja lah yang masih hadir ditempat pergelaran Kuda Lumping tersebut tak lama kemudian keluar lah penari dari rumah sang tuan rumah menuju ke lapangan.

30

Universitas Sumatera Utara Sama hal nya dengan tadi sore awal-awal penari memberi tari persembahan kepada sang tuan rumah, tamu undangan, dan penonton, tarian ini dilakukan lebih kurang 15 menit dan setelah melakukan tarian persembahan semua penari kembali masuk ke dalam rumah untuk mengganti kostum yang baru.

Setelah selesai mengganti kostum yang baru ternyata sudah banyak penonton yang menunggu diluar rumah untuk meminta foto bersama kepada penari Kuda

Lumping, sangkinkan antusiasnya penonton ada juga yang sampai masuk ke dalam rumah hanya untuk meminta foto saja. Lalu masuk lah penari perempuan dengan kostum yang sangat indah dan penari laki-laki menggunakan topeng, tapi ada tambahan topeng yang digunakan ketika malam hari yaitu topeng pocong.

Saat penari sudah mulai berkumpul dilapangan Pemain gamelan pun memainkan musik diikuti alat musik lainnya, para penari yang menggunakan topeng pun keliatan sangat aktif sekali dengan gerakan jungkir balik diatas badan penari yang lain. Ditarian ini tampaknya juga sangat banyak penonton yang sudah meramaikan lokasi, walaupun malam hari dimainkan tetapi penonton lebih banyak dari pada tadi sore.

Seperti biasa pak Jumiran dan pak Tukino pun mulai menyuruh penari membuat lingkaran dan ditengah-tengahnya diletakan kemenyan dan kembang.

Pak Jumiran mulai membaca mantranya untuk memanggil roh-roh datang ke tempat lokasi, sedangkan penari berputar-putar menggelingi kemenyan dan kembang lalu tak lama kemudian pak Jumiran melibaskan cambuknya ke tanah dan mulai lah satu persatu penari kemasukan endangnya masing-masing.

Pergelaran Kuda Lumping saat malam hari ternyata lebih lama selesai karena

31

Universitas Sumatera Utara banyak nya penonton yang ikut kerasukan dan pak Jumiran juga sengaja lama menyembuhkan mabuk monyet. Waktu sudah menunjukan pukul 00.15 dan acara pun baru selesai. Setelah acara selesai saya pun meminta jemput kepada teman saya Amry ke lokasi karena tidak mungkin lagi saya kerumah pak Tukino. Saya pun pamit kepada pak Tukino dan anggota Kuda Lumping Putra Tunggal.

Pengalaman yang saya rasakan pada saat penelitian merupakan pengalaman yang sangat beharga, karena saya tau bagaimana awal cara pementasan sampai akhir pementasan Kuda Lumping. Walaupun kesenian Kuda

Lumping yang ada di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman

Kabupaten Asahan pertunjukannya tidak begitu lengkap seperti yang ada di Jawa namun peneliti sanngat salut dan bangga kepada mereka yang masih mau melestarikan dan mampu mempertahankan kebudayaan Jawa di zaman modernisasi ini.

32

Universitas Sumatera Utara BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. Sejarah Kecamatan Air Joman

Pada tahun 1937 Belanda datang ke daerah Air Joman, yang asalmulanya

Air Joman itu adalah hutan belantara dan belanda mulai merencanakan membuat rel kereta api untuk membuat sarana hubungan ekonomi yang ada di Air Joman.

Lalu dibangun lah rel tersebut dengan banyak pekerja, dimana membuat rel kereta api tersebut banyak air sehingga susah untuk dikerjakan. Saat itu semua pekerja yang membangun rel kereta api di kawasan itu banyak yang di siksa sehingga sampai meninggal dunia dan yang membunuh itu bernama Van Joman lalu disebut lah daerah itu Air Joman.

Kecamatan Air Joman juga mempunyai 6 (enam) Desa dan 1 (satu)

Kelurahan di antaranya yaitu :

1. Desa Air Joman merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Air

Joman. Masyarakat di desa Air Joman ini umumnya bekerja sebagai nelayan,

karena banyak nya ajakan dari saudara mereka yang berada di Tanjung Balai

membuat masyarakat Air Joman kala itu lebih memilih menjadi nelayan dari

pada berkebun.

2. Desa Air Joman Baru adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Air

Joman. Pada umumnya masyarakat di desa Air Joman Baru yaitu bekerja

sebagai penambang pasir dan berkebun, karena tambang pasir itu ilegal lalu

33

Universitas Sumatera Utara diberhentikan oleh pemerintah. Dan banyak masyarakat Air Joman Baru yang

beralih menjadi nelayan.

3. Desa Punggulan salah satu desa yang berada di Kecamatan Air Joman dengan

jumlah penduduk 1.367 Jiwa merupakan jumlah penduduk yang terbesar di

Kecamatan Air Joman. Masyarakat di Punggulan pada umum nya bekerja

sebagai petani dan pedagang, hasil tanaman dari ladang mereka nanti akan

dijual dipasar yang berada di desa Punggulan atau di Kebun sayur.

4. Desa Pasar Lembu merupakan desa yang berada di Kecamatan Air Joman.

Desa ini dulunya di namakan Desa Kedaung, namun karena banyak nya

masyarakat di Kedaung memilihara lembu dan diganti lah nama desa

Kedaung menjadi Desa Pasar Lembu. Masyarakat di desa Pasar Lembu

umum nya bekerja sebagai Peternak dan Petani karena di Pasar Lembu masih

banyak di jumpai lapangan yang kosong yang digunakan untuk bercocok

tanam dan mengembala lembu,kerbau, dan kambing.

5. Desa Banjar adalah desa yang berada di Kecamatan Air Joman. Desa ini

berada di perbatasan Kecamatan Air Joman dan Kecamatan Silau Laut. Pada

umum nya masyarakat di desa Banjar bekerja sebagai Petani, masyarakat

setempat pun memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam dan

masyarakat di desa Banjar juga lebih memilih menjadi petani karena lebih

gampang untuk bermusyawarah.

6. Desa Subur juga termasuk desa yang berada di Kecamatan Air Joman. Desa

ini berada paling barat dan menjadi desa perbatasan antara Kecamatan Air

Joman dan Kecamatan Kisaran Timur, Kecamatan Rawang Panca Arga.

34

Universitas Sumatera Utara Masyarakat di desa Subur bekerja sebagai petani dan peternak, desa ini

diberikan nama subur karena hasil tanaman-tanaman yang ditanam oleh

petani itu cukup baik, pekarangan rumah di desa Subur pun banyak ditanami

seperti pohon cabai dan pohon tomat.

7. Kelurahan Binjai Serbangan satu-satu nya kelurahan yang berada di

Kecamatan Air Joman. Masyarakat di Binjai Serbangan umum nya bekerja

sebagai Petani,Peternak, dan membuka usaha-usaha. Kelurahan Binjai

Serbangan juga menjadi Ibu kota Kecamatan Air Joman, karena pusat

perekonomian berada di Binjai Serbangan.

2.2. Letak dan Geografis

Gambar 1: Peta Kecamatan Air Joman Sumber: BPS Kecamatan Air Joman Letak Wilayah Kecamatan Air Joman terletak di Asahan Bawah. Luas wilayah 98,74 Km2. Letak astronomis, Lintang Utara 2º00'00" - 3º00'00" Bujur

Timur 99º00 - 100º00. Daerah Administratif Kecamatan Air Joman terdiri dari 6

35

Universitas Sumatera Utara Desa dan 1 Kelurahan Ketinggian dari permukaan : 5 – 7 meter Laut. Batas – batas wilayah Kecamatan Air Joman, sebelah Utara dengan Kecamatan Silau

Laut. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Sei Dadap dan Kecamatan Simp.

Empat. Sebelah Timur dengan Kota Tanjung Balai, sebelah Barat dengan

Kecamatan Kisaran Timur dan Kecamatan Rawang Panca Arga. Iklim Kecamatan

Air Joman terdiri dari 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Curah hujan : ±

917 mm³/tahun. Keadaan alam Kecamatan Air Joman, dataran rendah, tanah liat putih, tanah liat merah.

2.3. Struktur Penduduk

Tabel 1

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk menurut Desa/Kelurahan

Di Kecamatan Air Joman

No Desa/Kelurahan Luas % Jumlah % Kepadatan (Km2) Penduduk 001 Binjai Serbangan 15,25 15,44 15.884 32,51 1.032 002 Air Joman 14,00 14,19 6.428 13,16 455 003 Air Joman Baru 12,00 12,15 4.565 9,34 377 004 Punggulan 7,00 7,09 9.654 19,76 1.367 005 Pasar Lembu 10,20 10,33 3.669 7,50 356 006 Banjar 7,10 7,19 4.493 9,20 627 007 Subur 33,19 33,61 4.163 8,53 124 Jumlah 98,74 100,00 48.856 100,00 490 Sumber: BPS Kecamatan Air Joman 2016

Pada tahun 2016 Kecamatan Air Joman terbagi atas 7 kelurahan dan desa.

Antara lain dengan luas wilayah dan persentasenya, yaitu Kelurahan Binjai

Serbangan dengan luas wilayah 15, 25 Km persegi, jumlah penduduk 15.884 jiwa, dengan persentase 32,51 persen. Desa Air Joman dengan luas wilayah 14,00 Km

36

Universitas Sumatera Utara persegi dan persentasenya 14,19 persen, Jumlah penduduk 6.428 jiwa, dengan pesentase 13,16 persen. Desa Air Joman Baru dengan luas wilayah 12,00 Km dan persentasenya 12,15 persen, Jumlah penduduk 4.565 jiwa, dengan persentase 9,34 persen. Desa Punggulan dengan luas wilayah 7,00 Km dan persentasenya 7,09 persen, Jumlah penduduk 9.654 jiwa, dengan persentase 19,76 persen. Desa Pasar

Lembu dengan luas wilayah 10,20 Km dan persentasenya 10,33 persen, Jumlah penduduk 4.493 jiwa, dengan persentase 7,50 persen. Desa Banjar dengan luas wilayah 7,10 Km dan persentasenya 7,19 persen, Jumlah penduduk 4.493 jiwa, dengan persentase 9,20. Desa Subur dengan luas wilayah 33,19 Km dan persentasenya 33,16 persen, Jumlah penduduk 4.163 jiwa dengan persentase 8,53 persen.

Tabel 2

Data Penduduk Berdasarkan Jumlah Lingkungan Binjai Serbangan

Kepala Jumlah Penduduk No Lingkungan Keluarga Laki- Perempua Jumlah (KK) laki n 1 Lingkungan I 426 891 746 1.637 2 Lingkungan II 419 536 505 1.041 3 Lingkungan III 276 539 551 1.090 4 Lingkungan IV 178 286 328 614 5 Lingkungan V 188 597 768 1.365 6 Lingkungan VI 193 455 393 848 7 Lingkungan VII 366 582 584 1.167 8 Lingkungan VIII 386 737 862 1.699 9 Lingkungan IX 281 659 854 1.513 10 Lingkungan X 51 92 95 187 11 Lingkungan XI 302 588 570 1.158

37

Universitas Sumatera Utara 12 Lingkungan XII 359 636 465 1.101 13 Lingkungan XIII 327 621 647 1.268 14 Lingkungan XIV 231 289 382 671 15 Lingkungan XV 258 429 431 860 T o t a l 4.241 7.398 8.181 16,119 Sumber: Kelurahan Binjai Serbangan 2016

Tahun 2017 Kelurahan Binjai Serbangan terdiri dari XV Lingkungan dan jumlah penduduk menurut lingkungan Binjai Serbangan antara lain: Lingkungan I terdiri dari 426 Kepala Keluarga, dengan jumlah penduduk Laki-laki 891 jiwa dan dperempuan 746 jiwa. Jadi jumlah penduduk di Lingkungan I 1.637 jiwa.

Lingkungan II terdiri dari 419 Kepala Keluarga, dengan jumlah Laki-laki 536 jiwa dan Perempuan 505 jiwa. Jadi jumlah penduduk Lingkungan II 1.041 jiwa.

Lingkungan III terdiri dari 276 Kepala Keluarga, dengan jumlah Laki-laki 539 jiwa dan Perempuan 551 jiwa. Jadi jumlah penduduk Lingkungan III 1.090 jiwa.

Lingkungan IV terdiri dari 178 Kepala Keluarga, dengan jumlah penduduk Laki- laki 286 jiwa dan Perempuan 328 jiwa. Jadi jumlah penduduk Lingkungan IV 614 jiwa. Lingkungan V terdiri dari 188 Kepala Keluarga, dengan jumlah Laki-laki

597 dan Perempuan 768. Jadi jumlah penduduk di Lingkungan V 1.365 jiwa.

Lingkungan VI terdiri dari 193 Kepala Keluarga, dengan jumlah Laki-laki 455 jiwa dan Perempuan 393 jiwa. Jadi jumlah penduduk Lingkungan VI 848 jiwa.

Lingkungan VII terdiri dari 386 Kepala Keluarga, dengan jumlah penduduk Laki- laki 582 jiwa dan Perempuan 584 jiwa. Jadi jumlah penduduk Lingkungan VII

1.167 jiwa. Lingkungan VIII terdiri dari 386 Kepala Keluarga, dengan jumlah

Laki-laki 737 jiwa dan Perempuan 862 jiwa. Jadi jumlah penduduk di Lingkungan

VIII 1.669 jiwa. Lingkungan IX terdiri dari 281 Kepala Keluarga, dengan jumlah

38

Universitas Sumatera Utara Laki-laki 659 jiwa dan Perempuan 854 jiwa. Jadi jumlah penduduk Lingkungan

IX 1.513 jiwa. Lingkungan X terdiri dari 51 Kepala Keluarga, dengan jumlah

Laki-laki 92 jiwa dan Perempuan 95 jiwa. Jadi jumlah penduduk Lingkungan X

187 jiwa. Lingkungan XI terdiri dari 302 Kepala Keluarga, dengan jumlah Laki- laki 588 jiwa dan Perempuan 570 jiwa. Jadi jumlah penduduk Lingkungan XI

1.158 jiwa. Lingkungan XII terdiri dari 359 Kepala Keluarga, dengan jumlah

Laki-laki 636 jiwa dan Perempuan 465 jiwa. Jadi jumlah penduduk Lingkungan

XII 1.101 jiwa. Lingkungan XIII terdiri dari 327 Kepala Keluarga, dengan jumlah Laki-laki 621 jiwa dan Perempuan 647 jiwa. Jadi jumlah penduduk

Lingkugan XIII 1.268 jiwa. Lingkungan XIV terdiri dari 231 Kepala Keluarga, dengan jumlah Laki-laki 621 jiwa dan Perempuan 382 jiwa. Jadi jumlah penduduk

Lingkungan XIV 671 jiwa. Lingkungan XV terdiri dari 258 Kepala Keluarga, dengan jumlah Laki-laki 429 jiwa dan Perempuan 431 jiwa. Jadi jumlah penduduk

Lingkungan XV 860 jiwa.

Tabel 3

Data Penduduk menurut Suku Bangsa di Kecamatan Air Joman

No Desa/Kelurahan Melayu Jawa Batak Mina ng 001 Binjai Serbangan 216 11.578 3.043 76 002 Air Joman 430 3.319 2.320 57 003 Air Joman Baru 323 2.413 2.413 39 004 Punggulan 908 7.695 320 10 005 Pasar Lembu 602 1.516 1.516 - 006 Banjar 87 2.175 355 23 007 Subur 332 3.395 366 14 Kec. Air Joman 2.898 32.091 9.442 219 Sumber: BPS Kecamatan Air Joman 2016 Dapat dilihat dari Tabel 1.4 bahwa Suku Jawa mendominasi di seluruh

Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan Air Joman. Setelah Suku Jawa ada juga

39

Universitas Sumatera Utara Suku Batak yang penduduk nya yang lumayan besar dan seterusnya ada Suku

Melayu dan Suku Minang.

2.4. Sarana dan Prasarana

Tabel 4

Jumlah Sarana Pendidikan Kelurahan Binjai Serbangan

Jumlah Sekolah No Jenis Pendidikan Ket Negeri Swasta 1 TK 1 3 2 SD 6 - 3 SMP - 1 4 SMA - 1 5 SMK - - 6 MADRASAH IBTIDAIYAH - 1 MADRASAH 7 - 2 TSANAWIYAH 8 MADRASAH ALIYAH - 2 9 PERGURUAN TINGGI - - Sumber: BPS Kecamatan Air Joman 2016 Sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Binjai Serbangan, yaitu: Taman

Kanak (TK) sebanyak 4 unit, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 6 unit, Sekolah

Menengah Pertama (SMP)/Sederajat sebanyak 4 unit, dan Sekolah Menengah

Atas (SMA)/sederajat sebanyak 3 unit.

2.4.1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Bekerja sama dengan Instansi melakukan Kesehatan Masyarakat dan Keluarga

Berencana, antara lain melalui :

 Pemberian pelayanan kesehatan kepala keluarga Miskin lewat ASKESKIN

atau Surat Keterangan Miskin, dan memberikan Rujukan / rekomendasi ke

Rumah Sakit yang dihunjuk pelayanan memperoleh pelayanan kesehatan

lebih lanjut dan lebih baik.

40

Universitas Sumatera Utara  Pemantauan keberadaan penyakit menular dan mengupayakan peningkatan

kesehatan-kesehatan masyarakat secara umum.

 Pelaksanaan Kegiatan posyandu, dengan mengoptimalkan peran para kader.

 Jumlah Posyandu di Kelurahan Binjai Serbangan

Tabel 5

Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kelurahan Binjai Serbangan

No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah Keterangan 1 2 3 4 1 Puskesmas Rawat Inap 1 2 Pustu - 3 Dokter 4 4 Dokter Spesialis 1 5 Bidan 4 6 Perawat 9

2.4.2. Sarana dan Prasarana Ibadah

Membina kehidupan beragama bersama Tokoh Agama dan remaja Masjid,

Pemuda sebagai aneka agama antara lain :

 Pelaksanaan Penyantunan anak yatim

 Pemantauan Kerukunan antar Umat Beragama dalam Upaya mengantisifasi

terjadinya konflik bernuansa SARA.

Jumlah rumah Ibadah Kelurahan Binjai Serbangan Bulan Juli 2018 sebagaiberikut

:

Tabel 6

41

Universitas Sumatera Utara Data Berdasarkan Jumlah Tempat Ibadah Di Kelurahan Binjai

Serbangan

Vihara / No Lingkungan Musholla Masjid Gereja Kuil Kelenteng 1 Lingkungan I 1 1 - - - 2 Lingkungan II 3 2 - - - 3 Lingkungan III 1 - - 1 - 4 Lingkungan IV 1 - - - - 5 Lingkungan V 1 - - - - 6 Lingkungan VI 1 - - - - 7 Lingkungan VII 2 2 - - - 8 Lingkungan VIII 2 1 - - - 9 Lingkungan IX 2 - - - - 10 Lingkungan X 1 - - - - 11 Lingkungan XI 1 - - - - 12 Lingkungan XII 1 - - - - 13 Lingkungan XIII - - - - - 14 Lingkungan XIV 2 - - - - 15 Lingkungan XV 1 - - - - Jumlah 20 6 - 1 - Sumber: BPS Kecamatan Air Joman 2016

42

Universitas Sumatera Utara

BAB III

KUDA LUMPING

3.1 Sejarah Kuda Lumping

Kesenian Tari Kuda lumping merupakan sebuah seni tari yang dipentaskan

dengan menggunakan peralatan berupa kuda tiruan yang terbuat dari anyaman

bambu. Dilihat dari ritmisnya tarian kuda lumping ini sepertinya merefleksikan

semangat heroisme dan aspek kemiliteran jaman dulu ,yaitu sebuah pasukan

kavaleri berkuda.Ini bisa dilihat dari gerakan seni tari kuda lumping yang

dinamis,ritmis dan agresif,layaknya gerakan pasukan berkuda ditengah medan

peperangan.

Sejarah asal mula seni trai kuda lumping, banyak diyakini adalah sebuah

bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponogoro

dalam menghadapai penjajah Belanda. Dalam versi lain menyebutkan bahwa asal

muasal kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah yang

dibantu oleh Sunan Kalijaga melawan Bangsa Belanda yang menjajah tanah air.

Versi lain juga menyebutkan bahwa tarian ini mengisahkan tentang latihan

perang pasukan Mataram yang dipimpin oleh sultan Hamengku Buwono I, raja

mataram untuk menghadapi pasukan tentara Belanda.

Sejarah lain menyebutkan bahwa asal usul kuda lumping diawali pada jaman dahulu dari tanah jawa hidup seorang raja yang sakti mandaraguna, Raja yang banyak mendengar kisah kepahlawanan mahabarata. Raja tersebut sangat kagum akan kisah perang Bhatarayudah di kurusetra yang diturunkan oleh para

43

Universitas Sumatera Utara Brahmana dan kstaria istana. Dan sang raja sangat yakin bahwa perang

Bhatarayudha akan berulang ditanah Jawa.

Beliau sangat tertarik dengan tentara berkudadan Arjuna dengan kerata kudanya yang gambarnya diperlihatkan oleh buyutnya dari tanah Alengka, karena beliau sesungguhnya adalah keturunan pelarian hindu tamil dari tanah Srilangka negri yang kini murtad memeluk agama Budha lantaran negrinya sering dicemooh sebagai negri Rahwana terkutuk. Eyang buyut raja kemudian melarikan diri ke

Jawa Dwipa dan mendirikan kerajaan serta memakai gelar aria, yang notabene adalah nama sebuah etnis yang terkemuka di India. Akan tetapi perkataanya sebagai suku aria bertolak belakang dengan warna kulit suku aria, beliau mengajarkan kasta tanpa warna sampai kepada cucu yang kini memegang kekuasaan dan terus memimpikan pasukan berkuda.

Sampai pada saatnya raja disertai hulu balang dan pengawalnya serta menrti naik ke perahu saudagar dari Persia, dikarenakan Raja Jawa tidak memiliki perahu dan buta akan ilmu pelayaran, beliau kagum akan bangunan arsitektur

Persia yang indah dan megah, beliau juga terpana dengan gagahnya tentara berkuda yang memiliki tubuh yang kekar, kuda-kuda yang besar, barisan kuda yang teratur dan juga derap suara langkah kuda yang bergemuruh. Kenyataan yang dilihatnya secara langsung lebih menambah kekaguman dibandingkan dengan gambar yang dibwa saudagar padanya. Raja memuji dan memimpikan bahwa jikalau dia dapat memiliki tentara berkuda seperti itu tentu saja dia akan menjadi raja yang terkuat di tanah Jawa, dan raja-raja disekiranya akan bertekuk lutut.

44

Universitas Sumatera Utara Raja dengan segala keinginanya berniat membawa kuda-kuda tersebut beserta prajuritnya sekaligus, walupun tidak akan cukup perahu yang akan mengangkutnya, akan tetapi Raja sangat berkeinginan kuat, sehingga hanya kudanya saja yang dia bawa, akan tetapi suatu hal terjadi dimana dalam perjalannanya mereka menemui badai yang sangat dasyat sehingga semua pasukan dan perahu penggkutpun ikut tenggelam, hanya karena keberuntungan sang Raja selamat dari segala musibah. Beliau kemudian membuat syukuran pada

Dewata yang telah melindunginyadan menyesalkan keinginananya tentang pasukan berkuda yang belum tercapai.

Kemudian sang Raja memohon petujuk Dewata dan bertapa di gua, suatu saat Dewata mengabulkan keinginanya tersebut dengan syarat beliau harus membuat kuda dari bahan gedek bambu dan ijik agar dapat ditunggani laskar yang akan menjadi kuda. Sebelum jalan kuda-kuda tersebut diberikan mantra-mantra terlebih dahulu agar mau makan rumput dan beling, sang raja gembira keinginanya terwujud, dari sanalah kemudian nama kuda lumping berasal.

Gelaran pentas dari tari kuda lumping biasanya ditampilkan pada acara- acara tertentu seperti penyambutan tamu kehormatan, dan juga acara-acara syukuran atas doa yang dikabulkan oleh Yang Maha kuasa. Kuda lumping sering kali dikaitkan dengan makhluk halus dalam atraksi atraksi supranatural dan berbau magis. Contohnya makan kaca,makan bara api,berjalan diatas pecahan beling dan bara api,mengangkat benda berat,disayat pisau,dibacok dengan golok sampai menari dalam keadaan kesurupan.

45

Universitas Sumatera Utara Kuda lumping sering juga disebut Jaran Kepang atau Jathilan. Kuda

Lumping merupakan tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga pada masyarakat Jawa sering disebut sebagai Jaran Kepang.

Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.

Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara.Sampai saat ini, tidak ada satupun catatan sejarah yang mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sampai menyebar luas hingga sekarang.

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain.Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan

Belanda.

46

Universitas Sumatera Utara Adapun salah seorang informan yang berada di lokasi penelitian yakni bapak

Tukino(42 tahun) menyatakan:

“kuda lumping merupakan hiburan bagi masyarakat setempat apalagi dengan atraksi-atraksi dari para pemain yang sangat menghibur penonton selain menjadi sarana hiburan kuda lumping.”

3.2.Organisasi Kuda Lumping di Kelurahan Binjai Serbangan

Nama : Sanggar Kesenian Kuda Lumping Putra Tunggal Alamat : Binjai Serbangan Jalan Pelita Gg. Pinang

Bahwa gagasan yang muncul untuk mendirikan Sanggar ini adalah dari beberapa kelompok masyarakat yang sangat peduli dengan prinsip kebersamaan saling menggalang persatuan dan kesatuan sehingga dapat terciptanya hidup saling menghormati sesama insan mahluk Allah.

Pada hakekatnya Sanggar didirikan untuk dapat menciptakan sikap dan sifat gotong royong, bantu membantu saling mengeratkan tali silaturahmi untuk lebih mengeratkan tali persaudaraan antar umat manusia.

Sanggar ini didirikan dengan berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar

45, dan Sanggar ini tidak mengikat/ terikat oleh siapapun termasuk ormas dan orpol.

Bahwa pemerintah telah memberikan keleluasaan kepada masyarakatnya untuk berdemokrasi dengan santun dan benar termasuk didalamnya adalah bentuk

Sanggar / organisasi sosial kemasyarakatan, yang mengedapankan musyawarah dan kesepakatan bersama sehingga menciptakan masyarakat yang aman tentram, damai dan berdaulat.

47

Universitas Sumatera Utara “Susunan Organisasi Sanggar Kuda Lumping Putra Tunggal”

Kesenian Kuda Lumping memiliki beberapa anggota yang memiliki fungsi masing-masing demi menyukseskan pagelaran kesenian Kuda Lumping. Terdapat tiga posisi yang menjadi bagian dari kesenian Kuda Lumping, yaitu pemain musik, pawang dan penari. Masing-masing posisi ini memiliki peran dan menggunakan alat yang berbebeda.

1. Pelindung : Suroso

2. Pembina : Tukino

3. Penasehat : Jumiran

4. Bendahara : Maryam

5. Pawang 1 : Tukino

6. Pawang 2 : Jumiran

7. 1 : Sapon

8. Kendang 2 : Sukri

9. Saron : Doni

10. Gamelan : Bambang

11. Gong : Bambang

12. : Hermanto

13. Pelatih tari : Murwanto

Penari Kuda

1. Maralan

2. Sukri

3. Anto

48

Universitas Sumatera Utara Barongan

1. Joko

2. Bondan

3.3. Personil Kuda Lumping

Kesenian Kuda Lumping memiliki beberapa anggota yang memiliki fungsi masing-masing demi menyukseskan pagelaran Kesenian Kuda Lumping. Terdapat tiga posisi yang menjadi bagian dari kesenian Kuda Lumping, yaitu pemain musik, pawang dan penari. Masing-masing posisi ini memiliki peran dan menggunakan alat yang berbeda.

Gambar 2: Alat Musik Yang Digunakan Pada Saat Pertunjukan Kuda Lumping Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dari gambar diatas, dapat dilihat beberapa pemain musik yang sedang mengiringi pertunjukan kesenian Kuda Lumping salah satunya yakni Abang

Bambang yang memainkan alat musik Gong.

Mengenai hal ini salah seorang informan peneliti yakni Abang Bambang

(30 Tahun) mengatakan:

49

Universitas Sumatera Utara “saya mengeluti alat musik gong selama 4 tahun namun bukan hanya lat musik gong saja ada beberapa alat musik lainya seperti Gamelan dan Kendang. Hasil yang saya peroleh dari memainkan alat musik ini sekitar Rp. 50.000/ Sekali Permainan.”

Selain itu ada pun salah seorang pemain musik yang menjadi informan yakni Abang Doni (32 Tahun) mengatakan:

“alat musik yang abang mainkan adalah Saron cara memainkan Saron dengan cara memukul Saron yang menggunakan tangan sebelah tangan, agar bilah nada yang dipukul tidak terlalu bergetar maka menekan bilah saron menggunakan jari tengah sebelah kiri.”

3.3.1. Pemain Musik

Pemain musik memiliki peran sebagi pengiring dalam kesian Kuda

Lumping. Musik pengiring Kuda Lumping yang awalnya hanya berbrntuk sangat sederhana dan alat musik seadanya. Dengan demikian iringan yang dimainkan tentu saja terpengaruh oleh alat musik sehingga iringan yang dimainkan sangat sederhana saja. Secara bertahap pengembangan alat musik di dalam kesenian

Kuda Lumping sudah semakin bertambah dan membentuk pola iringan musik yang sangat nyaman didengar. Karena musik juga termasuk cara untuk mengundang roh ke dalam tubuh manusia.

 Pemain alat Musik Saron

Di lokasi peneliti sebutan untuk pemain Saron yakni Ricik adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan. Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau menabuh bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendingnya.

50

Universitas Sumatera Utara  Pemain Alat Musik Bonang

Pemain alat musik Bonang terdiri dari dua yakni Bonang Barung dan Bonang

Panerus. Bonang Barung adalah salah satu instrumen pemimpin, perannya lebih penting dari pada Bonang Panerus dimainkan dua kali lebih cepat dari Bonang

Barung.

 Pemain Alat Musik Kendang

Pemain alat musik Kendang dibutuhkan dalam kesenian Kuda Lumping minimal adalah Kendang Sabet dan Kendang Bem (Gedug), kedua kendung tersebut harus ada. Kendang biasanya dimainkan oleh satu orang sekaligus dengan cara dipukul sampingnya dengan menggunakan kedua telapak tangan agar membuat suara yang khas.

 Pemain Alat Musik Gamelan

Pemain alat musik Gamelan disebut juga dengan Nayaga merupakan istilah

pedalangan berarti sekumpulan orang/sekelompok orang yang mempunyai

keahlihan khusus menabuh gamelan, terutama dalam mengiringi pertunjukan

Kuda Lumping. Nayaga juga berarti pengrawit, dan penabuh.

 Pemain Alat Musik Gong

Pemain alat musik Gong Si Bolong sebutan pemain musik Gong cara memainkan dipukul menggunakan pemukul yang umumnya terbuat dari kayuyang dilapisi dengan kain tebal. Tujuannya, selain menjaga fisik gong, getaran yang dihasilkan dari pukulan kayu tanpa kain berbeda dengan yang

51

Universitas Sumatera Utara 3.3.2 Pawang

Pawang merupakan seseorang yang mempunyai keahlian istimewa yang berkaitan dengan ilmu gaib. Bagi pawang mengundang ilmu gaib bukanlah pekerjaan yang sulit. Selain mantra Jawa, dia juga membutuhkan sesajian beras, air, air kelapa, dan empat macam bunga yakni bunga kantil, melati, mawar, dan kenanga. Biasanya pawang menaruh bunga kantil khusus dimasukan ke dalam gendang agar bisa memberi pengaruh magis kepada pemain. Pawang adalah pemimpin grup kesenian Kuda Lumping yang memimpin jalannya pentas, mengatur persiapan dan perlengkapan pentas. Pawang juga mengatur datangnya ke arena pentas dan melepaskan indang dari pemain. Pawang adalah sosok sangat penting dalam pementasan. Dimana tugasnya bukanlah hal yang dapat diremehkan. Peran utama seorang pawang adalah sebagai pengontrol dan sekaligus pengatur pertunjukan serta penjamin keselamatan para penarinya.

Salah seorang pawang Kuda Lumping Putra Tunggal yang bernama bapak

Jumiran yang menjadi inti dari pertunjukan Kuda Lumping karena beliau lah permainan Kuda Lumping yang identik dengan roh gaib. Bapak Jumiran lah yang bertugas mengundang roh-roh gaib datang ke lokasi pertunjukan Kuda Lumping.

Bapak Jumiran mengatakan :

“bapak bisa mengundang mahluk halus atau endang sebutan disini, karena bapak juga memiliki ilmu gaib. Bapak juga menyesuaikan endang-endang mana saja yang akan dimasukan ke badan penari, jika penari tidak tahan dengan endang yang besar maka akan diganti dengan endang yang kecil.” Dari asumsi diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa roh atau endang yang dimasukan oleh pawang ke dalam tubuh seorang penari disesuaikan dengan kekutan tubuh penari tersebut. Jika penari tersebut memiliki kekebalan tubuh yang

52

Universitas Sumatera Utara kuat maka pawang tersebut akan memasukan endang yang memiliki kekuatan besar begitu juga sebaliknya.

3.3.2. Penari

Penari Kuda Lumping adalah tokoh utama dalam kesenian Kuda Lumping.

Tarian Kuda Lumping akan mencampai puncaknya ketika ada salah satu penarinya yang mulai kerasukan hal gaib. Biasanya kerasukan roh yang dipercaya dari roh nenek moyang atau dari roh hewan. Makanya diperlakukan dengan baik.

Pada saat sang penari Kuda Lumping ini kerasukan, ia akan melakukan hal-hal yang tidak sanggup dicapai logika orang sehat. Misalnya, tiba-tiba si penari akan kebal dari pukulan atau goresan berbagai senjata tajam. Selain itu, si penari juga akan memiliki kekuatan untuk tahan dari cambukan. Yang paling kita sering lihat, penari yang sudah kerasukan itu akan memakan beling atau silet tanpa terluka sedikitpun. Mungkin kita semua akan merasa ketakutan saat satu lebih penari sudah kerasukan.

Seperti halnya dilokasi peneliti salah seorang penari yakni Abang Bayu

Nugraha kerasukan oleh roh nenek moyang yang diundang sang pawang untuk masuk ke dalam tubuhnya. Kemudian beliau melakukan hal-hal yang extrim seperti memakan beling dan berdiri diatas bara api, tentu hal ini menjadi daya tarik penonton terhadap acara Kesenian Kuda Lumping.

Berikutnya penari pendamping Abang Bayu yakni Rico Herwansyah beliau juga ikut menjadi penari yang kerasukan oleh roh nek moyang yang disebut masyarakat setempat dengan sebutan endang. Biasanya abang Rico ini kerasukan endang monyet dan berbicara menyerupai seekor monyet tingkah juganya mirip

53

Universitas Sumatera Utara dengan monyet seperti mengupas kulit kelapa dengan gigi dan memakan pisang di atas pohon.

Penari selanjutnya yakni Abang Andi Setiawan beliau kerasukan endang harimau, tingkah beliau menyerupai seperti hewan harimau yang energik dan tangguh. Serta melakukan aksi-aksi yang terlihat cukup mengagumkan dengan salto-salto di udara.

Mengenai hal tersebut salah seorang informan peneliti yakni bapak Tukino

(42 Tahun) mengatakan :

“sebagian dari penari-penari tersebut ketika acara selesai mereka mengalami lemas, pegal, dan seluruh bagian tubuh yang terasa sakit. Menurut bapak hal tersebut sudah lumrah terjadi dan biasanya ketika mereka terasa kesakitan bapak akan membawa penari-penari tersebut berobat ke Puskesmas.”

3.4. Alat dan Perlengkapan

3.4.1. Perlengkapan Pawang

 Cambukan adalah salah satu alat yang digunakan dalam propeti Kuda

Lumping. sebagian besar adalah imitasi kecuali satu atau dua cambuk dengan

ukuran panjang tak biasa yang nantinya digunakan sebagai bagian dari

pertunjukan. Cambuk yang digunakan sebagai bagian dari pertunjukan adalah

cambuk yang khusus yang memiliki panjang minimal 2 meter, nantinya

seorang pawang akan memasukan indang ke pemain lewat cambuk tersebut.

 Minyak Duyung adalah minyak yang bisa membuat untuk merangsang

datangnya indang. Biasanya minyak duyung ini diberikan kepada pemain

Kuda Lumping yang sudah kesurupan. Selain itu minyak duyung juga diolesi

ke semua alat musik Kuda Lumping.

54

Universitas Sumatera Utara  Kemenyan didalam Kuda Lumping berfungsi untuk mendatangkan indang

atau perewangan yang berderajat tinggi. Kemenyan juga berfungsi untuk

wangi-wangian di dalam pertunjukan kesenian Kuda Lumping

3.4.2. Alat Musik

Dalam hal ini ada pun alat-alat yang digunakan pemain musik yaitu :

 Gong adalah alat musik yang dipukul, terbuat dari bahan Besi dengan Pencu

yang terbuat dari bahan kuningan. Sebenarnya, Gong yang paling bagus

adalah berbahan Kuningan dan Perunggu, namun untuk kesenian Kuda

Lumping akan terlalu mahal dan menghabiskan biaya besar jika harus

menggunakan bahan Kuningan/ Perunggu. Gong berbahan besi sudah lebih

dari cukup. Gong yang dibutuhkan untuk kesenian Kuda Lumping terdiri dari

Gong Kempul dan Gong Suwukan, keduanya wajib ada untuk mengiringi

tarian Kuda Lumping, dengan Kempul dan Suwukan.

Pemain Gong yakni Abang Bambang sudah menggeluti alat musik gong 4

tahun yang lalu selain Gong Abang Bambang bisa juga bermain alat musik

yang lainnya.

 Gamelan juga termasuk alat musik yang mengiri dalam kesenian Kuda

Lumping, untuk memainkannya biasa dipukul satu persatu. Gamelan Kuda

Lumping juga bisa ditambahkan beberapa peralatan seperti Kendang

Gandrung, Kendarang ini berukuran pendek dan dapat dipakai untuk Tarian

Jaranan Buto. Ada juga Kendang Bali yang berukuran, kendang ini dapat

melengkapi untuk pementasan Tari Bali. Alat seperti Kecrek juga

55

Universitas Sumatera Utara bisa sebagai pelengkap Gamelan, alat ini dapat meramaikan dalam tarian

Janger.

Alat musik gamelan juga dimainkan oleh orang yang sama yakni Abang

Bambang.

 Kendang yang dibutuhkan dalam kesenian Kuda Lumping minimal adalah

Kendang Sabet dan Kendang Bem (Gedug), kedua kendang tersebut harus

ada. Untuk Kendang Sabet bisa diganti dengan Kendang Batangan ataupun

Kendang Ciblon, ketiga nama tersebut mungkin hampir sama, hanya ada

perbedaan ukuran saja. Untuk kendang, biasanya bahan yang bagus terbuat

dari kayu nangka untuk kualitas terbaik karena suara tahan lama dan suara

yang dihasilkan juga kuat, sedangkan pilihan lain juga bisa menggunakan

kayu Mangga. Kendang biasanya dimainkan dengan cara dipukul sampingnya

dengan menggunakan kedua telapak tangan agar membuat suara yang khas.

Alat musik Kendang ini dimainkan oleh pak Sapon yang sudah sejak awal

terbentuknya Kuda Lumping Putra Tunggal. Beliau juga memanfaatkan

pekerjaan ini sebagai sumber mata pencaharian tambahan ketika beliau

memiliki waktu senggang.

 Bonang yang dipakai dalam kesenian Kuda Lumping menggunakan laras 2-6,

bentuknya seperti Gong kempul tapi berukuran kecil. Terbuat dari bahan besi

plat dengan Pencon Kuningan. Cara memainkan alat musik Bonang adalah

dengan cara dipukul menggunakan alat pukul yang terbuat dari kayu

berukuran pendek yang dililit dengan kain. Bonang menghasilkan suara

semacam berdengung namun nyaman didengar telinga. Dalam permainnanya,

56

Universitas Sumatera Utara kita juga menggunakan kedua tangan yang masing-masing mengatur tempo

dan berganti-gantian. Bagian yang dipukul pada Bonang adalah bagian

tengah Bonang. Fungsi Bonang ini ketika dimainkan, alat musik ini sering

digunakan sebagai alat musik penuntun dan pembawa melodi pokok dan

mengatasi pola nada yang akan datang.

Alat musik Bonang ini dimainkan oleh bapak Hermanto alat musik hampir

mirip dengan Gong tapi perbedaannya ukuran dan larasnya.

 Saron adalah gamelan dengan bentuk bilah yang cara mainnya dengan cara

dipukul, untuk Saron memiliki 2 irama atau laras, yaitu Saron Slendro dan

Saron Pelog. Untuk jumlah bilah, Saron dengan laras Pelog biasanya

memiliki 7 bilah, sedangkan untuk Saran laras Slendro memiliki 7 bilah dan

ada juga yang 9 bilah, atau 12 bilah. Selain Saron, ada lagi gamelan yang

bentuknya mirip dengan Saron namun bersuara lebih besar yaitu Demung.

Bentuknya mirip dengan Saron, namun memiliki ukuran dan suara yang lebih

besar dari Saron. Cara meminkan Saron dengan cara panakol Saron di

pergunakan oleh tangan sebelah kanan. Agar bilah nada yang dipukul tidak

terlalu lama bergetar. Maka menekan bilah Saron dilakukan jari tengah

sebelah kiri.

Alat musik ini dimainkan oleh salah seorang pemain yang bernama Doni,

juga sudah lama bergabung dalam Kuda Lumping Putra Tunggal.

57

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3: Alat Musik Gong Sumber: Data Pribadi

Gambar 4: Alat Musik Gamelan Sumber: Data Pribadi

58

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5: Alat Musik Saron Sumber Data Pribadi

Gambar: Alat musik Gendang Sumber Data Pribadi

59

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6: Alat musik Gong Sumber Data Pribadi

3.4.3. Pakaian Penari

Ada pun alat yang digunak penari yaitu:

 Anyaman Kuda adalah kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu,

namun tak jarang untuk menghemat pengeluaran, sanggar tari Kuda Lumping

menggunakan imitasi yang dibuat dari bahan plastik karena lebih awet dan

tahan lama.

 Baju atasan untuk penari Kuda Lumping memiliki bentuk beragam, yang

paling utama adalah bentuk kemeja dan bentuk kaos yang dipakai penari

Kuda Lumping. Baju atasan ini nantinya akan ditutupi rompi. Biasanya baju

atasan yang dikenakan berwana cerah.

 Kaos kaki panjang wajib digunakan para pemain Kuda Lumping. Meski

tidak semua sanggar Kuda Lumping menggunakan properti yang satu ini.

60

Universitas Sumatera Utara Kaos kaki ini biasanya berfungsi untuk melindungi kaki dari benda berbahaya

dan menjadi hiasanya untuk menutup bagian kaki.

 Sesumping adalah hiasan yang digunakan di telinga penari kuda lumping,

hiasan telinga ini mirip dengan yang digunakan pemain wayang orang. Warna

yang digunakan adalah emas yang memantulkan cahaya. Bahan yang

digunakan sebagai sesumping adalah bahan baku.

 Rompi biasanya dikenakan oleh penari Kuda Lumping. Rompi dalam tarian

Kuda Lumping memiliki ragam hias sesuai dengan daerah sanggar Tari Kuda

Lumping. Pada umumnya antar sanggar tari Kuda Lumping memiliki motif

dan corak yang berbeda satu sama lain.

 Tutup kepala biasanya digunakan hanya untuk oleh penari wanita sebagai

simbol penghormatan dan simbol pelindung kepala saat prajurit wanita pergi

ke medan pertarungan sebagai prajurit berkuda.

 Sabuk Hias digunakan untuk mengikat dan mengencangkan pakaian penari

Kuda Lumping, selain berfungsi sebagai pengikat, sabuk ini juga berfungsi

sebagai hiasan. Warna sabuk menyesuaikan dengan keseluruhan warna

kostum yang dikenakan, biasanya sabuk yang digunakan berwarna hitam.

 Selendang diikatkan di bagian pinggang penari Kuda Lumping. Selendang

ini memiliki pola batik sesuai dari daerah masing-masing. Selendang juga

biasanya menyesuaikan pola dan corak dengan kostum yang dikenakan.

 Cambuk yang digunakan dalam properti Kuda Lumping sebagaian besar

adalah imitasi kecuali satu atau dua cambuk dengan ukuran panjang nantinya

digunakan sebagai bagian dari pertunjukan. Cambuk yang digunakan sebagai

61

Universitas Sumatera Utara bagian dari pertunjukan adalah cambuk yang khusus yang memiliki panjang

minimal 2 meter, nantinya seorang penari akan memainkan cambuk ini

dihadapan penonton hingga mengeluarkan bunyi cemetar yang nyaring.

 Barongan merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian

Kuda Lumping. Kata barongan sebenarnya sudah merupakan persenyawaan.

Asalnya dari : singa barongan, yang artinya singa tiruan. Singa dalam

bahasa Jawa artinya ialah harimau. Barong ialah suri atau gimbal. Jadi, singa

barong artinya harimau yang berambut gimbal.

3.5.Faktor penyebab eksistensi Kuda Lumping

Adapun yang menjadi eksistensi Kuda Lumping yakni:

3.5.1. Faktor Budaya

 Megapresiasi Hasil Kebudayaan Sendiri

Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat, yang mana tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu, tapi juga bagian yang dianggap oleh masyarakat lebih tinggi atau lebih diinginkan. Hal ini mencakup aspek kehidupan cara-cara berlaku, kepercayaan dan sikap atau tindakan, serta hasil kegiatan yang khas. Dengan kata lain, kebudayaan adalah serangkaian kepercayaan, nilai-nilai dan cara-cara berlaku (kebiasaan) yang dipelajari dan yang pada umumnya dimiliki bersama oleh para warga dari suatu masyarakat.

Tindakan dari anggota kelompok Kuda Lumping ini membuktikan bahwa wujud kecintaannya terhadap hasil kebudayaan, tidak akan pernah hilang dan sampai kapan pun akan tetap dijaga, dipertahankan karena hal itu telah didasari mereka sebagai sesuatu yang penuh arti. Jadi ada makna tersendiri yang mereka rasakan

62

Universitas Sumatera Utara sehingga keteguhan mereka akan kebudayaan yang dimiliki tidak pernah memudar atau hilang.

Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan. Kemana pun masyarakat tinggal akan selalu menjunjung tinggu kebudayaan dan hasil kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa salah satunya adalah pertunjukan kesenian Kuda Lumping. Hal ini juga dilihat dari salah satu unsur-unsur Kebudayaan adalah kesenian.

Kesenian merupakan hasil karya manusia yang didalamnya memuat nilai- nilai yang diutarakan melalui pertunjukan. Kesenian, keindahana estetika mewujudkan nilai rasa dalam arti luas dan dapat diwakili dalam kebudayaan.

Manusia atau masyarakat itu sendiri menciptakan suatu ide, gagasan, dan juga sebuah karya yang akan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari dan salah satunya menciptakan sebuah karya seni. Seni pertunjukan Kuda Lumping khas

Jawa datang dari dasar pemikiran annggota masyarakatnya, sehingga dalam kehidupan mereka akan memperkenalkan, mempertahankan dan juga menerapkan hasil kebudayaan yang dimiliknya.

 Tradisi yang Harus Dipertahankan

Tradisi yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Etnis Jawa harus dipertahankan karena zaman yang semakin lama akan mengalami perkembangan

63

Universitas Sumatera Utara dan generasi penerus yang semakin berilmu pengtahuan dan mudah terpengaruh budaya luar, maka dibutuhkan penanaman nilai-nilai kehidupan yang bersumber dari nenek moyang terdahulu. Hal tersebut akan membawa generasi muda mengetahui apa yang telah diajarkan dan menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari. Apabila generasi penerus tidak mengetahui apa yang semestinya menjadi tradisinya maka tradisi yang sudah lama dianut akan hilang dan tidak akan bertahan ditengah-tengah generasi muda. Sebagai contoh dari kesenian Jawa yaitu Kuda Lumping tidak akan dikenal oleh masyarakat sekarang kalau tidak dapat menjaga dan mempertahankannya.

Pertunjukan Kuda Lumping yang merupakan kesenian masyarakat Jawa ini akan selamanya menjadi salah satu bagian hasil kebudayaan mereka dan tentunya akan dikenalkan kepada generasi berikutnya sehingga menjadi sebuah tradisi dari masyarakat etnis Jawa, yang mana tradisi berasal dari bahasa latin traditio yang artinya diteruskan atau kebiasaan. Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian kehidupan suatu kelompok masyarakat.

Hal yang paling mendasar dalam tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi kegenerasi baik tertulis maupun lisan. Tradisi adalah rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat dan berhubungan dengan berbagai peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan dan diwariskan secara turun temurun oleh leluhur atau nenek moyang ini adalah tradisi yang masih berfungsi dalam masyarakat, sebaliknya tradisi tersebut akan mengalami kepunuhan jika tidak dimiliki fungsi sama sekali bagi masyarakat dan pendukungnya. Jadi pertunjukan

64

Universitas Sumatera Utara Kuda Lumping yang terdapat di Kelurahan Binjai Serbangan, merupakan hasil kebudayaan dan tradisi dari masyarakat Etnis Jawa.

Pertunjukan ini dijalankan dahulu sampai sekarang. Menurut Schutz, orang menciptakan suatu realitas sosial dipaksa oleh kehidupan sosial yang telah ada dan oleh struktur kultural ciptaan leluhur mereka. Jadi, kesenian Kuda

Lumping ini adalah hasil pemikiran, karya cipta manusia yang merupakan hasil kebudayaan dari masyarakat terdahulu (Nenek moyang), sehingga sudah menjadi hal yang harus diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Masyarakat menciptakan suatu realitas sosial berpatokan kepada ciptaan leluhur mereka yang terdahulu. Seni pertunjukan tradisional Kuda Lumping merupakan sarana untuk menyalurkan nilai-nilai leluhur menjadi abadi.

3.5.2. Faktor Sosial

Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat, dengan definisi ini ternyata pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak, sehingga untuk lebih konkritnya maka ada beberapa unsur masyarakat yang dikelompokan yaitu, kesatuan sosial dan prananta sosial.

3.5.3. Faktor Kepercayaan

Kesenian kuda lumping merupakan kesenian rakyat tradisional Jawa sebagai salah satu unsur kebudayaan peninggalan nenek moyang yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dimana eksistensinya mengandung nilai-nilai keindahan/ estetika.Karena didalamnya terdapat berbagai macam unsur-unsur seni, diantaranya seni tari, seni musik, seni vokal dan sebagainya. Dalam setiap

65

Universitas Sumatera Utara pementasannya ini ternyata juga menyajikan nyanyian syair/lagu dalam bahasa

Jawa bernafaskan Islam serta mengandung moral-moral keislaman apabila dilihat dari makna yang terkandung, selain itu terdapat juga unsur-unsur berupa alat musik gamelan Jawa dan bentuk tari-tarian yang indah dan mengandung makna- makna tersirat yang terwujud melalui simbol-simbol tertentu. Sehingga kesenian kuda lumping ini tidak hanya menyenangkan jika disaksikan, tetapi lebih dari itu yaitu menyangkut makna-makna religius yang terkandung didalamnya. Karena dalam Islam dijelaskan bahwa keindahan harus mengandung akhlak yang Islami dan dalam membicarakan keindahan pasti akan ditemukan seni.1 Sehingga akan menarik apabila dikaji tentang makna estetika Islam yang tekandung dalam salah satu kesenian tradisional masyarakat Jawa, yaitu kesenian kuda lumping.

Selain sebagai media perlawanan seni Kuda Lumping juga dipakai oleh para ulama sebagai media dakwah, karena kesenian Kuda Lumping merupakan suatu kesenian yang murah dan cukup digemari oleh semua kalangan masyarakat, seperti halnya Sunan Kalijogo yang menyebarkan Islam atau dakwahnya lewat kesenian Wayang Kulit dan Dandang Gulo, beliau dan para ulama jawa juga menyebarkan dakwahnya melalui kesenian-kesenian lain yang salah satunya adalah seni kudalumping.Sifat dari para tokoh yang diperankan dalam seni tari kuda lumping merupakan pangilon atau gambaran dari berbagai macam sifat yang ada dalam diri manusia. Para seniman kuda lumping memberikan isyarat kepada manusia bahwa didunia ini ada sisi buruk dan sisi baik, tergantung manusianya tinggal ia memilih sisi yang mana, kalau dia bertindak baik berarti dia memilih

1 https://rosakartika.wordpress.com/2012/12/23/seni-kuda-lumping-menurut-pandangan-islam/

66

Universitas Sumatera Utara semangat kuda untuk dijadikan motifsi dalam hidup, bila sebaliknya berarti ia memlih semangat dua tokoh berikutnya yaitu Barongan dan Celengan atau babi hutan.

3.6. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Menonton Kuda Lumping

3.6.1. Dampak Positif

 Terhibur

Kesenian Kuda Lumping atau yang disebut Jaran Kepang tradisi yang berasal dari pulau Jawa kini menjadi hiburan masyrakat di Kelurahan Binjai

Serbangan. Banyak masyarakat yang sangat antusias menyaksikan kesenian Kuda

Lumping, mulai dari orang tua hingga anak-anak yang datang ke lokasi pertunjukan. Karena kesenian yang satu ini juga tidak membosankan untuk menonton pertunjukan Kuda Lumping. Banyak penonton yang terhibur dengan atraksi-atraksi para pemain Kuda Lumping, misalnya pemain salto berulang-ulang kali, makan beling, mengupas kulit kelapa dengan gigi, dan banyak atraksi ekstrem lainnya.

 Timbulnya Rasa Ingin Mencoba

Banyak juga masyarakat yang awalnya karena memang suka dengan seni dan ingin melastarikan kesenian Kuda Lumping hingga disaat menonton pertunjukan tersebut timbul lah rasa ingin mencoba sampai pada akhirnya langsung mendaftarkan diri menjadi anggota tersebut. Mereka mencoba menjadi pemain Kuda Lumping karena hobby melihat kesenian tersebut karena atraksi yang memukau dan menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi mereka. Kebiasaan menonton Kuda Lumping juga menjadikan suatu hobby bagi masyarakat pecinta

67

Universitas Sumatera Utara seni, karena melalui seni juga mereka terhindar dari narkoba dan hal-hal yang menjerumuskan diri mereka ke hal yang negatif.

 Ilmu Pengetahuan

Mungkin tak banyak yang tau apa itu jaranan, tapi kalau kita sebut Kuda

Lumping pasti banyak yang paham dengan kesenian yang satu ini. Banyak pengetahuan yang kita dapat dari kesenian yang satu ini, karena tidak semua orang tau dalam kesenian budaya Kuda Lumping ini ada beberapa moment yang telah menjadi ciri khas seni budayanya. Para pelaku kesenian Kuda Lumping ini sebelum mereka melaksanakan tarian Kuda Lumping nya mereka pasti akan merias wajahnya, baik itu wanita maupun pria.

Dalam proses ini menggambarkan bahwa dalam sebuah seni budaya yang akan mereka tampilkan adalah mewakili banyak hal. Termasuk riasan khas wajah penari kuda lumping yang dilakukannya sebuah tarian kuda lumping mewakili bahwa didalam kesenian tersebut banyak mengandung energi energi positif dan negatif yang akan saling berkumpul dalam satu wadah yang ada. Yaitu raga manusia, adanya proses kesurupan dalam kesenian Kuda Lumping secara tidak langsung suatu proses yang menunjukan bahwa kita manusia di dunia ini tidak hidup sendiri. Namun dalam kehidupan ini sebenarnya ada alam lain yang berdampingan dengan kehidupan manusia yaitu alam bahwa sadar atau alam mistis yang dimana diharuskan kita sebagai manusia saling menghormati dan saling sama menjaga antar dimensi dunia masing-masing.

68

Universitas Sumatera Utara 3.6.2 Dampak Negatif

 Timbulnya rasa ketakutan

Mungkin sebagian orang yang menonton kesenian Kuda Lumping pasti selalu ada rasa takut tersendiri didalam dirinya . Dari dulu memang permainan ini kental dengan budaya mistis yang sudah membaur dan sulit untuk dihilangkan, tak heran jika kemudian pertunjukan kesenian Kuda Lumping sering menunjukan aksi yang berbahaya. Banyak penonton yang merasa ngerih atau takut saat sang pemain mulai memakan kaca dan memakan bara api memang makanan yang diminta oleh roh halus cukup aneh-aneh. Penonton juga takut memakai baju bewarna merah saat menonton Kuda Lumping, karena apabila memakai baju bewarna merah mereka akan dikejar-kejar dengan pemain yang kerasukan.

 Kerasukan

Memang permainan ini tidak lepas dari penonton, dan penonton juga bisa ikut kerasukan. Hal itu karena penonton mendengar lagu yang kita ketahui secara refleks tangan, kepala, kaki, dan anggota tubuh yang lain tanpa kita sadari ikut bergoyang dalam alunan musik Kuda Lumping tersebut. Dalam permainan ini penonton yang benar-benar menikmati dan mengikuti irama musik yang dimainkan, secara tidak langsung mereka pun ikut kerasukan. Tetapi penonton kerasukan biasanya terjadi bagi mereka yang mempunyai endang.

69

Universitas Sumatera Utara BAB IV

PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN BINJAI SERBANGAN

KECAMATAN AIR JOMAN TERHADAP

PERTUNJUKAN KUDA LUMPING

4.1. Persepsi Masyarakat Melayu

Di Kelurahan Binjai Serbangan terdapat beberapa suku yang tinggal termaksuk suku melayu. Suku ini beranggapan bahwa kesenian Kuda Lumping adalah suatu tradisi yang sudah ada sejak dahulu yang merupakan kesenian asli suku jawa yang masih ada sampai sekarang walau tidak banyak lagi masyarakat yang memperaktekan kesenian ini.

Adapun salah seorang informan yang berada di lokasi penelitian yakni bapak Jainudin(42 tahun) menyatakan:

“Kuda lumping merupakan suatu kesenian yang dapat menghibur masyarakat-masyarakat di daerah pedesaan, seperti hiburan yang sering dipertunjukan dengan adanya unsur mistis yang menjadi keistimewaan dari pertunjukan kuda lumping yang menarik perhatian masyarakat di sini.”

Informan lainnya bernama Ferdi (23 Tahun) menyatakan:

„‟Kuda Lumping itu termasuk kesenian yang menarik dan unik ya. Saya suka Kuda Lumping karena mabuk nya itu seru dan lucu, apa lagi mabuk monyet nya. Yang paling saya suka itu pertunjukan mabuk monyet dan . Kuda Lumping ini juga menurut saya bisa memberikan pengertian mahluk halus itu tidak hanya yang jahat namun ada juga yang baik.‟‟

Dari Asumsi diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di pedesaan masih sangat tertarik dengan kesenian kuda lumping yang bahkan sudah jarang terlihat. Dan juga kaum muda suka menyaksikan pagelaran ini.

70

Universitas Sumatera Utara Pagelaran Kuda Lumping adalah acara yang wajib dilakukan setiap tahunya biasanya di acara-acara festival tahunan namun pertunjukan Kuda

Lumping juga sering di acara pernikahan dan sunatan. Kuda Lumping memiliki daya tarik sendiri bagi penontonnya hal tersebut membuat banyak masyarakat berbondong-bondong untuk menyaksikan Kesenian Kuda Lumping. meskipun pertunjukan ini menampilkan hal-hal yang berbau mistis dan ekstrim banyak masyarakat dari anak-anak, dewasa sampai dengan orang tua banyak yang menyaksikan pertunjukan ini.

Iringan musik yang bernada mistis mampu menghipnotis pengunjung bahkan pemain dari Kuda Lumping. menurut informan di lokasi penelitian bahwasanya kesenian Kuda Lumping tidak pernah pudar dan akan selalu dilestarikan oleh masyarakat di lokasi penelitian.

4.2. PersepsiMasyarakat Batak

Di lokasi penelitian tepatnya di Kelurahan Binjai Serbangan terdapat beberapa suku yang tinggal termaksuk suku Batak yang beranggapan bahwa kesenian Kuda Lumping adalah suatu tradisi yang sudah ada sejak dahulu yang merupakan kesenian asli suku jawa yang masih ada sampai sekarang walau tidak banyak lagi masyarakat yang memperaktekan kesenian ini.

Namun suku batak di lokasi penelitian kurang begitu menyukai tradisi atau kesenian kuda lumping ini alasannya mereka beranggapan bahwa kuda lumping lebih banyak berdampak negatif seperti pertunjukan yang memperlihatkan aksi mistis yang ekstrim yakni mengupas kulit kelapa menggunakan gigi, memakan beling dll.

71

Universitas Sumatera Utara Mengenai hal tersebut Bapak Sahat Sitorus (52 tahun) mengatakan:

“Menurut Bapak pertunjukan kuda lumping adalah hiburan bagi masyarakat yang ada di sini selain pertunjukannya yang sangat menarik pertunjukan ini juga memberikan keuntungan bagi pedagang-pedagang yang berjualan di sini”.

Informan saya kedua bernama Fransisko Siregar (38 Tahun) menyatakan: „‟Kalau adek tanya bapak, bapak gak suka sama Kuda Lumping ini cuma karena mereka buat acara di dekat sini ya bapak lihat-lihat lah karena ramai. Bukan bapak benci Kuda Lumping tapi memang jarang melihat, Cuma sekarang pas lagi nonton tari-tarian nya bagus juga karena mereka serentak‟‟. 4.3. Persepsi Masyarakat Minang

Masyarakat minang di lokasi penelitian menganggap bahwa kesenian kuda lumping ini adalah hiburan yang sangat menarik. Namun sekarang ini kesenian kuda lumping sudah sangat jarang ditemui di kota bahkan di desa alasannya semakin berkurangnya pemain dari kuda lumping padahal pertunjukan kuda lumping ini sangat menghibur masyarakat disini namun keberadaannya saja yang semakin jarang terlihat.

Bapak Hafis (42 Tahun) mengatakan:

“ sebagian orang yang menonton pertunjukan kuda lumping adalah anak-anak menurut bapak hal tersebut menjadi hiburan bagi anak-anak disini. Karena dari sini sangat jauh wahana permainan jadi Kuda Lumping dimanfaatkan orang tua menjadi hiburan bagi anak-anaknya.”

72

Universitas Sumatera Utara Bagi masyarakat minang Kesenian Kuda Lumping adalah Kesenian yang sangat ekstrim dan mistis. Atraksi yang ditampilkan sangat menakutkan dari hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya sampai hal-hal yang mustahil dilakukan oleh manusia sendiri.

4.4. Persepsi Masyarakat Jawa Persepsi merupakan suatu proses yang di dahului oleh pengindraan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indraatau disebut juga proses sensoris. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu, objek yang dipersepsi, alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf dan yang terakhir perhatian. Berdasarkan hal tersebut maka dalam hal perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus hasil persepsi mungkin akan berbeda-beda antara individu satu dengan individu lain. begitu pula dengan persepsi masyarakat Jawa yang menganggap Kesenian Kuda Lumping adalah suatu Tradisi dari nenek moyang yang harus dilestarikan sampai saat ini. agar kelak anak cucu kita mengetahui apa itu kuda lumping, begitu juga dengan persepsi beberapa orang suku Jawa yang ada di lokasi penelitian. Mereka beranggapan bahwa Kuda

Lumping merupakan suatu tradisi yang sudah ada sejak dahulu dan sekarang digunakan dalam acara-acara tertentu seperti syukuran, sunatan Dll.

Bagi masyarakat Jawa Pertunjukan Kuda Lumping diminati dari mereka kecil, seni dan pertunjukan tersebut mereka peroleh dari warisan nenek moyang dalam masyarakat Jawa syariat Islam sendiri digambarkan dengan sosok-sosok wayang sebagai bentuk ceramah bagi masyarakat Jawa. maka dari itu masyarakat

73

Universitas Sumatera Utara Jawa memiliki banyak Kesenian yang di kemas dalam Seni Tradisional sebagai bentuk ceramah-ceramah bagi masyarakat.

Seperti yang dikatakan Pak Sudrajat (57 Tahun) mengatakan:

“Kesenian Kuda Lumping ini dilaksanakan untuk melestarikan budaya dan kesenian. Ini bagus, karena kalau terus dilaksanakan pagelarannya negara lain seperti Malaysia mengklaim kalau itu budaya mereka. Selain untuk melestarikan budaya menurut bapak pagelaran ini membuat mata pencaharian masyarakat disini bertambah.”

Gambar 7: Penari Kuda Lumping Sumber: Dokumentasi Pribadi

74

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8: Pertunjukan Kuda Lumping Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 9: Pertunjukan Kuda Lumping Di Malam Hari Sumber: Dokumentasi Pribadi

75

Universitas Sumatera Utara

Gambar 10: Pertunjukan Kuda Lumping Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.5. Pagelaran Kuda Lumping

Pertunjukan kuda lumping saat ini sudah sangat jarang sekali di temukan dikota-kota besar termasuk di sumatera Utara. Tidak semua masyarakat Sumatera

Utara kenal dengan pertunjukan Kuda Lumping, akan tetapi berbeda halnya dengan masyarakat yang ada di Kabupaten Asahan ini. Seluruh masyarakat

Kabupaten Asahan sangat dekat dengan kesenian Kuda Lumping ini. Hal ini diakibatkan kerena Kuda Lumping sering menggelar pertunjukan di daerah ini.

Jadi tidak heran jika seluruh masyarakat Kabupaten Asahan dengan berbagai etnis yang berbeda mengenal istilah Kuda Lumping. Pertunjukan Kuda Lumping dapat disaksikan diberbagai acara yang dilakukan oleh masyarakat seperti di acara ulang tahun, acara kekahan (pemberian nama anak), acara Khitanan (sunatan), acara pernikahan, dan acara acara nasional seperti Hari Kemerdekaan. Pertunjukan ini biasakan dilakukan atas permintaan orang yang membuat acara atau

76

Universitas Sumatera Utara dipanggil/diundang disuatu acara. Adapun pagelaran Kuda Lumping di setiap daerah tetap sama seperti bagaimana aslinya. Namun hanya pendapat masing- masing suku saja yang berbeda menilai pagelaran Kuda Lumping.

Sebelum melakukan pertunjukan Kesenian Kuda Lumping Putra Tunggal biasanya melakukan tradisi atau tahap-tahap sebelum dimulainya pertunjukan antara lain yaitu:

 Tahap Pertama ketua sanggar Kuda Lumping melakukan izin kepada

tetangga-tetangga yang menanggap acara untuk diperbolehkan bermain

Kuda Lumping. Jika misalnya nanti yang mempunyai hajatan tidak

mempunyai halaman yang luas maka ketua sanggar dan yang pemilik

hajatan akan permisi.

 Tahap Kedua yaitu sang pawang akan melakukan baca mantra agar tidak

terjadi hujan saat pertunjukan Kesenian Kuda Lumping sedang dilakukan,

karena acara Kuda Lumping ini biasanya dilakukan di halaman yang luas

atau lapangan kosong yang tidak tertutup.

 Tahap Ketiga memberikan wangi-wangian ke semua properti yang akan

digunakan dengan menggunakan minyak duyung. Kalau didalam istilah

Kuda Lumping minyak duyung ini seperti bunga karena wanginya yang

sangat khas dan akan mengundang roh-roh gaib ke lokasi dimana acara

pertunjukan berada.

 Tahap Keempat sang Pawang menyiapkan sesaji untuk para penari Kuda

Lumping yang nanti nya sesaji ini untuk para roh-roh atau mahluk gaib

77

Universitas Sumatera Utara yang didalam tubuh penari. Karena sesaji adalah suatu hal yang wajib

dipersiapkan di dalam kesenian Kuda Lumping.

 Tahap Kelima seluruh pemain musik, penari, dan pawang semua beroda

bersama agar dijauhkan dari maha bahaya serta acara yang

diselenggarakan berjalan dengan lancar serta banyak penonton yang

menyukai acara Kuda Lumping Putra Tunggal.

Jalannya pertunjukan Kuda Lumping Putra Tunggal ini karena saling kekompakan nya antara satu anggota dengan anggota lainnya. Sebelum melakukan pertunjukan semua anggota Kuda Lumping Putra Tunggal berkumpul dirumah pak Tukino sang pemilik sekaligus ketua Kuda Lumping Putra Tunggal pada jam 11.45 Wib untuk makan siang bersama-sama. Biasanya yang memasak untuk makan siang yaitu istri dari pak Tukino dan penari Kuda Lumping perempuan yang ikut membantu istri pak Tukino memasak, hal ini biasanya untuk menjalin kekompakan anggota tidak hanya dilapangan saja tetapi didalam ruangan juga. Setelah selesai makan siang dirumah pak Tukino semua anggota pun beristirahat di ruang tamu.

Selesai sholat dzuhur semua anggota Kuda Lumping putra tunggal mulai bersiap-siap mengangkat peralatan musik ke mobil L300 dan anggota perumpuan menyiapkan alat makeup serta alat untuk tari-tarian dipertunjukan nanti. Jam menunjukan pukul 13.00 Wib semua anggota Kuda Lumping Putra Tunggal bersiap-siap untuk berangkat dengan menggunakan mobil L300 diperjalanan semua para pemain saling bercerita dan asik bermain ponselnya. Dari rumah pak

Tukino menuju ke lokasi kira-kira hanya 15 menit sebenarnya jarak tempuh tidak

78

Universitas Sumatera Utara terlalu jauh karena jalan menuju ke lokasi yang berlubang-lubang membuat perjalanan menjadi agak lama.

Setelah sampai di lokasi saya dan anggota Kuda Lumping Putra Tunggal disambut hangat oleh pak Riswanto yang mempunyai hajatan untuk pernikahan putri nya. Pak Riswanto memang sudah lama ingin punya hajatan untuk mengundang Kuda Lumping saat pernikahan putrinya.

Di lokasi semua pemain Kuda Lumping Putra Tunggal saling kerja sama untuk menurunkan peralatan-peralatan yang dibawa tadi, saya pun tidak hanya melihat saja tetapi saya juga ikut membantu proses penurunan barang agar cepat selesai. Disitu lah saya melihat selalu ada kekompakan yang dibangun oleh sanggar Kuda Lumping Putra Tunggal, tidak ada satupun anggota nya yang bersantai-santai baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Setelah selesai menurunkan peralatan-peralatan Kuda Lumping yang akan dipakai, lalu datang lah pak Riswanto menghampiri kami dengan memberikan minuman teh manis dingin dan makanan ringan saya dan pemain Kuda Lumping Putra Tunggal pun menikmati sajian yang diberikan oleh pak Riswanto kepada kami.

15 menit kemudian semua pemain musik langsung ke lapangan untuk menyetel alat-alat musik yang akan dimainkan nanti sedangkan para penari masuk ke dalam rumah pak Riswanto untuk berdandan dengan memakai pakaian khas

Kuda Lumping. Ternyata di fase makeup ini memang cukup lama kira-kira ada 45 menit karena yang dimakeup ada delapan orang 4 penari laki-laki dan 4 penari perempuan.

79

Universitas Sumatera Utara Sementara itu diluar pak Tukino dan para pemain musik yang lain sudah memulai alat musiknya masing-masing dan dengan menggunakan dua toak untuk mengundang para penonton berkumpul di lokasi pertunjukan. Sekitar pukul 15.00

WIB tapi penonton masih sangat sedikit atau masih sunyi dan yang datang ke lokasi pun rata-rata masih kebanyakan anak-anak.

Sekitar 15 menit pemain musik memainkan alat musiknya barulah penari keluar dari rumah pak Riswanto dan masuk ke lapangan dengan melakukan tarian persembahan untuk para penonton yang hadir di lokasi serta untuk yang punya hajatan. dengan menggunakan kuda yang dianyam, penari laki-laki dan perempuan kompak melakukan gerakan tariannya, serta penari laki-laki juga tidak ketinggalan memegang cambuk atau pecut salah satu alat Kuda Lumping.

Terkadang penari juga melibaskan pecut ke tanah dan melakukan tarian lagi, tetapi walaupun begitu tarian yang dilakukan tetap kompak dan mengikuti alunan musik yang dimainkan.

Setelah tarian persembahan selesai penari laki-laki masuk lagi ke dalam rumah dan mengganti kostum serta memakai topeng, sedangkan penari perempuan tetap di lapangan sambil menari-nari untuk menghibur penonton yang ada disana. Setelah penari laki-laki memakai kostum yang baru mereka pun melakukan tarian lagi dengan kekompakan mereka.

Tidak banyak gerakan yang dilakukan penari hanya mengakat satu kaki dan kaki sebaliknya lalu berputar-putar terkadang mereka juga berjongkok sambil mengkipas kipas kan kain selenndangnya serta mengikuti irama musiknya. Jika tempo musik yang dimainkan oleh pemain musik santai maka gerakan yang

80

Universitas Sumatera Utara dilakukan penari hanya maju mundur dan berputar seperti biasa tetapi jika tempo musiknya cepat maka penari akan melakukan gerakan yang sangat cepat.

Setelah tarian persembahan dan tarian topeng-topengan selesai pak Tukino dan pak Jumiran selaku sang Pawang menyuruh semua pemain masuk ke lapangan dan membentuk lingkaran. Lalu disini lah peran pak Jumiran dan pak

Tukino dimulai dengan membawa kemenyan dan kembang diletakan ditengah- tengah yang dikelilingi para penari.Pemain musik pun mulai memainkan musiknya dengan cepat dan sekali cambukan pak Jumiran ke tanah yang begitu kuat membuat satu orang penari Kuda Lumping yaitu bang Bayu kerasukan dan para penari yang belum kerasukan masih mengelilingi terus kemenyan dan kembang, sekali lagi pak Jumiran mengehempaskan cambukan ke tanah dan lagi- lagi para penari mulai kerasukan satu-persatu. Banyaknya penari yang kerasukan membuat pak Jumiran dibantu dengan anggota yang lainnya.

Ternyata yang kerasukan saat itu tidak hanya pemain Kuda Lumping Putra

Tunggal saja tetapi ada juga penonton yang ikut kerasukan, mungkin penonton itu terlalu menghayati musik Kuda Lumping yang dimainkan. Banyaknya para penonton yang ikut kerasukan membuat tuan rumah menyediakan kelapa muda, kemenyan, minyak duyung, dan kembang. Disaat kerasukan ini lah para penari melakukan hal-hal yang extrim yang mungkin berada diluar nalar saya dan para penonton lainnya disitu pak Jumiran memberikan kaca sebagai makanan yang dimakan oleh penari Kuda Lumping.

Setelah memakan kaca mulut penari yang memakan kaca tadi pun berdarah sehingga harus dibersihkan dengan air oleh pak Jumiran. Tidak hanya

81

Universitas Sumatera Utara memakan kaca saja tetapi ada juga penari yang mengupas kulit kelapa dengan giginya dan ada juga yang berdiri diatas bara api. Tarian yang dilakukan saat kerasukan ini pun sangat extrim mereka menari sambil salto-salto tentu saja sangat berbeda dengan tari persembahan tadi. Semakin lama pertunjukan dimulai dan semakin ramai juga penonton yang datang untuk menyaksikan pergelaran kesenian Kuda Lumping Putra Tunggal. Yang awalnya hanya anak-anak saja kini lokasi dipenuhi dengan anak muda dan orang tua baik laki-laki maupun perempuan. Dan ternyata masyarakat setempat tampaknya lebih tertarik untuk melihat pertunjukan pas disaat penari sudah mulai kerasukan dari pada tarian persembahan.

Saat itu ada dua penari dihadapkan ke kemenyan serta dikepala mereka diletakan anyaman kuda tak lama kemudian para pemain musik mulai memainkan musik dengan cepat dan pak Jumiran sambil membaca mantra lalu melibaskan cambuk ke tanah, tiba-tiba saja dua kelakuan penari itu aneh dan bertingkah seperti monyet dan itu ternyata dinamakan mabuk monyet.

Mabuk monyet ini ternyata disukai oleh penonton karena kelucuannya, penari yang mabuk monyet juga tadi juga meminta rokok kepada penonton dan menghisap rokoknya diatas pohon mangga, sedangkan penari yang satu lagi memakan pisang dan menggarai penonton anak-anak yang menyaksikan Kuda

Lumping tersebut, sekali-sekali penari yang mabuk monyet juga menggarai penari yang sedang kerasukan endang harimau tetapi pak Jumiran memisahkan agar tidak menjadi keributan. Serta para penonton yang ikut mabuk tadi pun satu

82

Universitas Sumatera Utara persatu disembuhkan oleh pak Jumiran dan para penari Kuda Lumping yang lain juga disembuhkan oleh pak Jumiran.

Jika ada penari yang susah untuk disembuhkan, maka pak Jumiran mengambil kain putih lalu di ikatkan ke tubuh penari dan dibuat seperti mayat lalu diputar-putar sampai tiga kali dan pak Jumiran melibaskan cambuknya ke tanah barulah penari yang susah disembuhkan tadi sadar dan merasakan pusing hingga lemas langsung saja pak Jumiran bergerak cepat untuk memberikan minum.

Penari mabuk monyet sengaja dibiarkan paling terakhir disembuhkan oleh pak

Jumiran karena banyak penonton yang terhibur melihat mabuk monyet karena aksinya yang sangat lucu. Mabuk monyet ini juga mengikuti perkembangan zaman mereka juga bisa ikut goyang tik-tok saat beratraksi. Saya juga merasa heran apakah penari Kuda Lumping ini setengah sadar atau tidak. Waktu sudah menunjukan pukul 17.45 WIB penonton mulai berpulangan disitu jugalah pak

Jumiran mulai menyembuhkan para penari yang mabuk monyet tadi. Setelah disembuhkan mereka juga merasakan hal yang sama yaitu pening dan lemas serta berjalan sempoyongan. Setelah pukul 18.00 WIB barulah acara sore itu di selesaikan dan ditutup serta dilanjutakan pada malam harinya, acara pun ditutup oleh pak Tukino dan ucapan terima kasih.

Setelah acara selesai anggota Kuda Lumping Putra Tunggal pun langsung menuju kerumah pak Riswanto untuk beristirahat. Tak lama kemudian pak

Riswanto pun menghampiri seluruh anggota Kuda Lumping Putra Tunggal untuk makan dirumahnya dan mengambil hidangan yang telah disediakan. Selesai makan pun para pemain dan penari langsung ada yang mandi dirumah pak

83

Universitas Sumatera Utara Riswanto untuk membersihkan diri, ada juga pemain yang langsung tertidur karena kelelahan bermain Kuda Lumping hingga 3 jam.

Sehabis sholat magrib semua anggota Kuda Lumping Putra Tunggal berkumpul untuk persiapan pagelaran Kuda Lumping pada malam hari, sedikit diberi instruksi oleh pak Tukino langsung saja semuanya bersiap-siap ke posisi masing-masing. Para pemain musik bergegas ke lapangan untuk mempersiapkan alat-alat musiknya sedangkan para penari tetap dirumah pak Riswanto untuk merias diri baik penari perempuan maupun penari laki-laki. Selesai sholat isya barulah semua pemain alat musik bermain untuk mengundang para penonton dari suara musik-musik Kuda Lumping dan ternyata masih sama seperti sore, kali ini banyak anak-anak dan tamu undangan saja lah yang masih hadir ditempat pergelaran Kuda Lumping tersebut tak lama kemudian keluar lah penari dari rumah sang tuan rumah menuju ke lapangan.

Sama hal nya dengan tadi sore awal-awal penari memberi tari persembahan kepada sang tuan rumah, tamu undangan, dan penonton, tarian ini dilakukan lebih kurang 15 menit dan setelah melakukan tarian persembahan semua penari kembali masuk ke dalam rumah untuk mengganti kostum yang baru.

Setelah selesai mengganti kostum yang baru ternyata sudah banyak penonton yang menunggu diluar rumah untuk meminta foto bersama kepada penari Kuda

Lumping, sangkinkan antusiasnya penonton ada juga yang sampai masuk ke dalam rumah hanya untuk meminta foto saja.

Lalu masuk lah penari perempuan dengan kostum yang sangat indah dan penari laki-laki menggunakan topeng, tapi ada tambahan topeng yang digunakan

84

Universitas Sumatera Utara ketika malam hari yaitu topeng pocong. Saat penari sudah mulai berkumpul dilapangan Pemain gamelan pun memainkan musik diikuti alat musik lainnya, para penari yang menggunakan topeng pun keliatan sangat aktif sekali dengan gerakan jungkir balik diatas badan penari yang lain. Ditarian ini tampaknya juga sangat banyak penonton yang sudah meramaikan lokasi, walaupun malam hari dimainkan tetapi penonton lebih banyak dari pada tadi sore.

Seperti biasa pak Jumiran dan pak Tukino pun mulai menyuruh penari membuat lingkaran dan ditengah-tengahnya diletakan kemenyan dan kembang.

Pak Jumiran mulai membaca mantranya untuk memanggil roh-roh datang ke tempat lokasi, sedangkan penari berputar-putar menggelingi kemenyan dan kembang lalu tak lama kemudian pak Jumiran melibaskan cambuknya ke tanah dan mulai lah satu persatu penari kemasukan endangnya masing-masing.

Pagelaran Kuda Lumping pada malam hari juga memudahkan sang Pawang untuk memanggil roh-roh gaib yang lainnya, tidak hanya penari Kuda Lumping

Putra Tunggal saja yang kerasukan tetapi penonton juga ikut kerasukan.

Tentu hal seperti ini membuat para penonton perempuan agak ketakutan bila ada penonton yang ikut kerasukan berada disampingnya. Apalagi ada penonton yang memakai baju bewarna merah saat di lokasi pertunjukan penonton itu pun dikejar oleh penari-penari yang kerasukan. Satu persatu para penonton yang ikut kerasukan disembuhkan oleh pak Jumiran dan pak Tukino, karena kondisi lapangan juga yang tidak terlalu besar serta penonton yang banyak memadati lokasi menjadi alasan pak Jumiran menyembuhkan satu persatu penonton.

85

Universitas Sumatera Utara Pergelaran Kuda Lumping saat malam hari ternyata lebih lama selesai karena banyak nya penonton yang ikut kerasukan dan pak Jumiran juga sengaja lama menyembuhkan mabuk monyet. Karena mabuk monyet lah penonton terhibur melihat tingkah tingkah penari yang konyol dan lucu. Setelah penari mulai sepi barulah pak Jumiran dan pak Tukino menyembuhkan semua pemain yang kerasukan, serta tak lupa juga pak Tukino memberi ucapan terima kasih kepada penonton yang telah ikut meramaikan acara pagelaran Kuda Lumping

Putra Tunggal. Setelah semuanya selesai lalu pak Tukino mengajak semua anggota untuk berdoa bersama agar diberikan keselamatan dan kesehatan agar terus bisa melestarikan budaya Jawa.

86

Universitas Sumatera Utara BAB V

PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kuda Lumping merupakantarian tradisional Jawayang menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan Kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang.

Kabupaten Asahan sangat dekat dengan kesenian Kuda Lumping ini. Hal ini diakibatkan kerena Kuda Lumping sering menggelar pertunjukan di daerah ini.

Jadi tidak heran jika seluruh masyarakat Kabupaten Asahan dengan berbagai etnis yang berbeda mengenal istilah Kuda Lumping. Pertunjukan Kuda Lumping dapat disaksikan diberbagai acara yang dilakukan oleh masyarakat seperti di acara ulang tahun, acara kekahan (pemberian nama anak), acara Khitanan (sunatan), acara pernikahan, dan acara acara nasional seperti Hari Kemerdekaan.

Persepsi masyarakat tentang Kesenian Kuda Lumping berbeda-beda pandangan dari berbagai macam suku yang ada di lokasi penelitian terutama Suku

Melayu, Suku Batak, Suku Jawa dan Minang yang memiliki pandangan berbeda- beda atas keberadaan kesenian kuda lumping.

5.2 Saran

Persepsi masyarakat yang sudah terbangun seharusnya terus dipertahankan dan dikembangkan. Dengan adanya pengembangan terhadap Kesenian Kuda

87

Universitas Sumatera Utara Lumping ini dapat mendatangkan pendapatan tersendiri bagi masyarakat di daerah tersebut. Hal ini terkait dengan pengembangan kearifan lokal yang harus tetap dipertahankan dan terus berlanjut.

Hal lain yang perlu diperhatikann jika mengadakan kesenian ini adalah lokasi tempat dilaksanakannya atraksi. Sering sekali jika masyarakat melakukan atraksi dilakukan ditempatyang kurang layak seperti terlalu dekat dengan jalan raya dan juga dihalaman rumah warga yang lahannya tidak terlalu luas. Hal ini menyebabkan kerumunan warga masyarakat yang menonton kesenian ini cenderung menjorok kejalan yang bisa meyebabkan bahaya bagi yang menonton.

Seharusnya ada ada tempat khusus untuk tempat melakukan bekiatan yang mengundang orang banyak seperti lapangan yang lahannya cukup luas. Juga harus ada koordinnasi antara ppihak penyelenggara dengan pihak keamanan setempat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama atraksi kesenian

Kuda lumping ini berjalan. Sehingga akan mendapatkan suasana yang aman dan nyaman bagi masyarakat.

88

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Dra. Yaningsih, Sri. dkk 1998. Peralatan Hiburan Dan Kesenian Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat, KEMENDIKBUD.

Geertz, Clifford. 1994 . Abangan Santri Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, : Pustaka Jaya

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta: Universitas Indonesia Perss.

Mulder, Niels. 1983. Jawa-Thailand (Beberapa Perbandingan Sosial Budaya), : Universitas Gadjah Mada Perss.

Suryadi, Linus AG. 1993. Regol Megal Megol: Fenomena Kosmogoni Jawa, Yogyakarta: ANDI OFFSET YOGYAKARTA.

Sugiharto, Bambang. 2006. Kebudayaan, Filsafat dan Seni, Yogyakarta: JALASUTRA.

Sudarsono, Nasruddin. 2008. Kearifan Lingkungan Dalam Perspektif Budaya Jawa, Yogyakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Wesnawa, Gede. 2015. Kelestarian Budaya Dan Adat Bali Dalam Pemukiman Perdesaan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

89

Universitas Sumatera Utara SUMBER LAIN

https://id.wikipedia.org/wiki/Kuda_lumping http://www.jarananttn.com/peralatan-gamelan-kuda-lumping-jaranan/ https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/13174 https://ilmuseni.com/seni-budaya/sejarah-kuda-lumping https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/13174

90

Universitas Sumatera Utara