Pemanfaatan Tumbuhan Bambu Oleh Masyarakat Di Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pemanfaatan Tumbuhan Bambu Oleh Masyarakat Di Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan PEMANFAATAN TUMBUHAN BAMBU OLEH MASYARAKAT DI KECAMATAN OBA UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN Dewi Fitria Muhtar1), Yumima Sinyo 1), Hasna Ahmad1) 1) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Khairun, Jl. Bandara Babullah, Kampus I Akehuda, Ternate, Email: [email protected], mobile: +6281242152412 ABSTRACT Bamboo is a plant that is very beneficial for the economic life of society. Until now, bamboo has been used very widely, ranging from the use of the most simple technologically into use high technology on an industrial scale. Traditionally, generally bamboo used for various purposes such as household appliances, handicrafts and foodstuffs. The objectives of this study was to determine the plant species of bamboo and its utilization by the community in the District of North Oba. The method used in this study is the direct survey Method in the field. The technique of analysis data conducted by using descriptive Explorative analysis with describing the type of bamboo plant. The results of this study can found that 10 species of 4 genera: Schizostachyum lima (bambu tui), Schizostachyum brachyladumi (bambu Jawa), Bambusa atra (bambu loleba), Bambusa vulgaris_vittata (bambu kuning), Dendrocalamus strictus (bambu batu), Bambbusa glaucophylla (bambu putih), Bambusa vulgaris (bambu Ampel), Bambusa blumeana (thorns bamboo), Bambusa balcooa (bambu balku), Gigantochloa Apus Kurz (Rope Bamboo). And its use is the manufacture chairs by craftsmen, fencing, windows, home construction, making vegetables from its rizom (the shoots of bamboo), and as an ornamental plant in the yard. Key Words: Utilization, Bamboo Plant, North Oba, Tidore Kepulauan PENDAHULUAN menguntungkan yaitu batang yang kuat, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah Di Indonesia terdapat sekitar 125 dibentuk, mudah dikerjakan dan mudah jenis bambu termasuk yang masih tumbuh diangkut. Selain itu, harga bambu relatif liar dan belum banyak dimanfaatkan. murah dibandingkan bahan lain karena Terdapat sekitar 20 jenis bambu yang telah sering ditemukan disekitar pemukiman dimanfaatkan oleh masyarakat seperti bambu khususnya di daerah pedesaan. Bambu apus, bambu ater, bambu andong, bambu menjadi tanaman serba guna bagi betung, bambu kuning, bambu hitam kebanyakan orang di Indonesia. (wulung), bambu tutul, bambu Cendani, bambu cangkoreng, bambu perling, bambu Menurut Agus, dkk. (2006) dalam Taminang, bambu Loleba, bambu batu, Sujarwo, W. dkk (2010), tanaman bambu bambu balangke, bambu sian, bambu Jepang, umumnya berbentuk rumpun. Padahal dapat bambu gendang, bambu Bali, dan bambu pula bambu tumbuh sebagai batang soliter pagar. Tanaman bambu merupakan tanaman atau perdu. Tanaman bambu yang tumbuh yang serba guna, mulai dari akarnya, subur di Indonesia merupakan tanaman batangnya hingga daunnya dapat bambu yang simpodial, yaitu batang- dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, batangnya cenderung mengumpul di dalam Departemen Kehutanan dan Perkebunan rumpun karena percabangan rhizomnya di (1999) dalam Sigit Prasetiyo (2010). dalam tanah cenderung mengumpul. Batang bambu yang lebih tua berada di tengah Bambu adalah salah satu sumber rumpun, sehingga kurang menguntungkan daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh dalam proses penebangannya. Arah masyarakat karena memiliki sifat-sifat yang pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang J. Saintifik@ MIPA. Vol 1 (1) April 2017 ISSN (p). 2087-3816 memanjat dan batangnya berkayu. Jika sudah perlu untuk mengetahui jenis bambu apa saja tinggi, batang bambu ujungnya agak yang dimanfatkan oleh masyarakat di menjuntai dan daun-daunya seakan Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan, melambai. Tanaman ini dapat mencapai sehingga masyarakat bisa lebih mengetahui umur panjang dan biasanya mati tanpa lagi kegunaan dari jenis bambu. Penelitian berbunga (Berlin dan Estu, 1995 dalam ini berpotensi dikembangkan dalam bidang Sujarwo, W. dkk 2010). pengajaran, yakni sebagai media Bambu memegang peranan sangat pembelajaran bagi siswa. Peneliti juga penting dalam kehidupan masyarakat di mencoba mengintegrasikan kajian Indonesia. Bambu dikenal memiliki sifat- taksonometri dalam proses belajar sehingga sifat yang baik untuk dimanfaatkan berupa peserta didik dapat aktif dan memperoleh batang yang kuat, serta kulit batang yang pengetahuan. mudah dibentuk. Bambu banyak ditemukan METODE PENELITIAN di sekitar pemukiman daerah pedesaan, Penelitian ini menggunakan metode sehingga bambu menjadi tanaman serbaguna penelitian deskriptif eksploratif. Metode bagi masyarakat pedesaan. Bambu paling yang digunakan dalam penelitian ini adalah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat metode survey/jelajah langsung. Penelitian Kecamatan Oba Utara Kota Tidore dilakukan di 4 Desa dan 1 kelurahan, yakni Kepulaauan sebagai bahan bangunan, karena Kelurahan Sofifi, Desa Bukit Durian, Desa memiliki batang yang kuat dengan ruas-ruas Galala, Desa Gosale, dan Desa Kayasa pada yang pendek (Mulyadi, 2010). bulan November 2015. Jenis tumbuhan Berdasarkan hasil observasi, di bambu yang dijumpai di lokasi penelitian Kecamatan Oba Utara Kota Tidore dicatat dan diuraikan ciri morfologi serta Kepulauan di lima desa yaitu Sofifi, Bukit klasifikasi dengan berpedoman pada buku Durian, Galala, Gosale dan Kayasa identifikasi jenis tumbuhan bambu Widjaja merupakan salah satu kecamatan yang (2001). Wawancara terbuka juga dilakukan memiliki keanekaragaman jenis bambu yang terhadap masyarakat dan pengrajin di lokasi banyak ditemukan dan dimafaatkan dengan penelitian. Informasi yang dihimpun baik oleh masyarakat. Ada juga pengrajin meliputi; nama jenis (daerah/lokal), bagian yang memanfaatkan tumbuhan bambu, yang dimanfaatkan, bentuk, cara sehingga bambu yang dibuat memiliki nilai pemanfaatan dan tujuan pemanfaatan. ekonomi yang tinggi. Penelitian ini dianggap HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Penelitian Jenis Tumbuhan Bambu di 4 Desa 1 kelurahan di Kecamatan Oba Utara No Nama Ilmiah Nama lokal Lokasi Pemanfaatan 1. Schizostachyum lima Bambu Tui Desa Gosale Dimanfaatkan sebagai peyangga tanaman seperti tomat, pohon mangga dan juga oleh anak kecil dimanfaatkan sebagai mainan tradisional (dodorobe) 2. Schizostachyum Bambu Jawa/bambu Desa Gosale Bambu ini dimanfaatkan sebagai kontruksi brachyladumi talang rumah, ornamen lampu dan kerajian 3. Bambusa atra Bambu Loleba Desa Gosale Selain dimanfaatkan batangnya sebagai pagar, kandang ayam, pembuatan kerajinan, tunasnya (rebung) juga dimanfaatkan sebagai makanan yaitu dengan cara dimasak. 4. Bambusa vulgaris_vittata Bambu kuning Desa Kayasa Digunakan untuk pembuatan tanaman hias di pekarangan rumah 5. Dendrocalamus strictus Bambu Batu Desa Kayasa Dimanfaatkan sebagai pembuatan pagar, kontruksi rumah, kerajianan dan pembuatan tempat duduk . 38 J. Saintifik@ MIPA. Vol 1 (1) April 2017 ISSN (p). 2087-3816 6. Bambbusa glaucophylla Bambu putih/ bambu Kelurahan Sofifi Untuk tanaman hias di pekarangan rumah hias dan Desa galala 7. Bambusa vulgaris Bambu ampel/ aulote Desa Bukit durian Bambu ini dimanfaatkan warga sebagai dan Desa Galala pembuat nasi jaha, dan tunasnya (rebung) bias dimakan setelah dimasak sebagai sayuran. 8. Giganto chloaapus Kurz Bambu tali Desa Bukit Durian Dimanfaaatkan oleh masyarakat Untuk membuat membuat pagar, untuk kontruksi rumah dan tempat duduk.. 9. Bambusa blumeana Bambu Duri Kelurahan Sofifi Dimanfaatkan sebagai kontruksi rumah, pagar, jendela, kursi, dan juga sebagai penyangga tanaman. 10. Bambusa balcooa Bambu Balku Kelurahan Sofifi Batangnya dimanfaatkan sebagai pembuatan pagar, kandang ayam, para- para. Sedangkan tunasnya (rebung) dimakan dengan cara di masak. Klasifikasi Bambu Balku Klasifikasi Bambu Putih Regnum : Plantae Regnum : Plantae Devisio : Spermatophyta Devisio : Spermatophyta Classis : Monokotiledon Classis : Liliopsida Ordo : Poales Ordo : Poales Familia : Poaceae Familia : Poaceae Genus : Bambusa Genus : Bambusa Spesies : B. blacooa Gambar 1. B. blacooa Spesies : B.glaucophylla Gambar 3 B.glaucophylla Deskripsi: Deskripsi: Bambu Balku memiliki ciri-ciri Bambu putih (Bambusa batang yang licin, beruas-ruas, bercabang glaucophylla) memiliki batang yang kecil, dan memiliki warna batang hijau kehitaman daunnya meruncing, kecil dan panjang. Jenis dan garis-garis kuning. Bentuk daun bambu bambu ini sering dimanfaatkan sebagai balku meruncing dan rebungnya berwarna tanaman hias di pekarangan rumah. hijau kehitaman, serta bersilia. Klasifikasi Bambu Ampel Klasifikasi Bambu Duri Regnum : Plantae Regnum : Plantae Devisio : Spermatophyta Devisio : Spermatophyta Classis : Liliopsida Classis : Monokotiledon Ordo : Poales Ordo : Poales Familia : Poaceae Familia : Poaceae Genus : Bambusa Genus : Bambusa Spesies : B. vulgaris Gambar 4. B. vulgaris Spesies : B. Blumeana Gambar 2. B. blumeana Deskripsi: Deskripsi : Bambu Ampel berumpun tegak, Bambu duri (Bambusa blumeana) permukaan batangnya hijau mengkilap, atau memiliki duri pada batang dan rantingnya. hijau bergaris-garis kuning, dan bersilia. Batangnya berwarna hijau. Cabang tunggal Dilapisi kutikula saat masih anakan, dan muncul pada bagian tengah batang ke atas, bersilia halus dan mengkilap saat dewasa. dan memiliki 1-3 cabang yang berkumpul. Cabang muncul dari bagian tengah dan atas Daun berbentuk runcing kecil, dan bersilia. dari rumpun. Ujung daun meruncing, bersilia Umumnya tumbuh di daerah tropis, di halus di permukaan dan tepi daun. sepanjang tepi sungai. Batangnya sering Pertumbuhannya sangat cepat dan akarnya dimanfaatkan untuk konstruksi, peralatan mampu mengurangi erosi (Sukawi 2010). dapur dan kerajinan tangan. 39 J. Saintifik@ MIPA. Vol 1 (1) April 2017 ISSN (p). 2087-3816 Klasifikasi
Recommended publications
  • Skripsi Karakteristik Morfologi Dan Sebaran
    SKRIPSI KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN SEBARAN JENIS BAMBU DI KECAMATAN TIKALA KABUPATEN TORAJA UTARA Disusun dan diajukan oleh NITUS LAPU’ H41116009 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020 KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN SEBARAN JENIS BAMBU DI KECAMATAN TIKALA KABUPATEN TORAJA UTARA Skripsiinidiajukansebagaisalahsatusyaratuntukmencapaigelarsarjana padaprogramstudistratasatu (S1)padaDepartemenBiologi FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam UniversitasHasanuddin NITUS LAPU’ H41116009 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020 ii iii iv KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Karakteristik Morfologi dan Sebaran Jenis Bambu di Kecamatan Tikala Kabupaten Toraja Utara, sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, walaupun dalam menyelesaikannya penulis mengalami berbagai kesulitan dan hambatan, namun karena bantuan, bimbingan, nasehat, serta kerja sama berbagai pihak, khususnya pembimbing, sehingga kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi. Terima kasih yang tak terhingga, terkhusus kepada kedua orang tuaku yakni, Ayahanda Markus Dualolo dan Ibunda terkasih Yuli Topayung, atas segala tetesan keringat dan jerih payahnya dalam membesarkan dan mengarahkan ananda sehingga dapat menyelesaikan pendidikan
    [Show full text]
  • Skripsi Daya Terima Organoleptik Dan Estimasi
    SKRIPSI DAYA TERIMA ORGANOLEPTIK DAN ESTIMASI NILAI GIZI MI KERING REBUNG BETUNG (Dendrocalamus asper) DI SUSUN OLEH: AULIA WULAN PRAMITRI NIM: P05130216013 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA TAHUN 2020 ii iii Program Studi Gizi Dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Bengkulu Skripsi, Juni 2020 Aulia Wulan Pramitri DAYA TERIMA ORGANOLEPTIK DAN ESTIMASI NILAI GIZI MI KERINNG REBUNG BETUNG (Dendrocalamus asper) XIII + 71 halaman, 12 tabel, 6 gambar, 7 lampiran ABSTRAK Rebung merupakan kuncup bambu muda berasal dari akar bambu dengan sebutan lain bamboo shoot. Jenis rebung yang banyak dijumpai adalah rebung betung (D. asper) yang dimanfaatkan sebagai sayuran dan bahan makanan oleh masyarakat di pedesaan yang berada di kota Bengkulu tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima organoleptik dan estimasi nilai gizi dari mi kering yang dimodifikasi dengan rebung betung. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimental Reaseach menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Uji daya terima organoleptik warna dilakukan terhadap 25 panelis terlatih. Data penelitian diperoleh melalui uji organoleptik dan estimasi nilai gizi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Kruskall Wallis. Tidak ada perbedaan signifikan terhadap warna mi kering (p = 0,055). Uji estimasi nilai gizi diperoleh melalui Tabel Komposisi Pangan Indonesia, hasil estimasi nilai gizi pada mi kering rebung tertinggi diperoleh pada perlakuan F2 dengan total energi 410,19 kkal, protein 12,2 g, lemak 2,05 g, karbohidrat 76,23 g dan serat 0,48 g, serta menghasilkan rendemen sebesar 53,0%. Daya simpan mi kering dapat disimpan selama 4 bulan dengan menggunakan plastik polipropilen. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat kandungan gizi lainnya yang terdapat pada mi kering dan dapat dijadikan sebagai makanan alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu.
    [Show full text]
  • Proceedings Second International Bamboo Conference
    1991 J. Amer. Bamboo Soc. Vol. 8 No. 1 & 2 Proceedings of the Second International Bamboo Conference June 7-9, 1988, Bambouseraie de Prafrance, near Anduze, Gard, France sponsored by The American Bamboo Society and organized by The European Bamboo Society This volume of the Journal is devoted exclusively to papers presented at the Second International Bamboo Conference held at the Bambouseraie de Prafrance, France. Some 156 participants from 25 countries attended. They are listed with their addresses in the fol­ lowing pages. All three days of the conference were devoted to the presentation of papers during the morning and afternoon sessions. The evenings were filled with cultural and musical events most of which were related to bamboo. The three days immediately after the conference were also filled with entertainment and botanical tours. The papers are presented in the order in which they were given at the conference. All but four of the presentations at the conference were submitted to the Journal for the permanent record of the conference. Kenneth Brennecke V. Grant Wybomey Editors 2 1991 Contents List of Participants....................................................................................................... 4 Julian J.N. Campbell: Sino-Himalayan Bamboos: Towards a Synthesis of Western and Eastern Knowledge................................................................................. 12 Isabelle Valade & Zulkifli Dahlan: Approaching the Underground Development of a Bamboo with Leptomorph Rhizomes: Phyllostachys viridis
    [Show full text]
  • Diversity of Vascular Plant Species in an Agroforest: the Case of a Rubber (Hevea Brasiliensis) Plantation in Makilala, North Cotabato
    Philippine Journal of Crop Science (PJCS) December 2011, 36 (3):57-64 Copyright 2011, Crop Science Society of the Philippines Diversity of Vascular Plant Species in an Agroforest: The Case of a Rubber (Hevea brasiliensis) Plantation in Makilala, North Cotabato Angelo R. Agdumar, Marion John Michael M. Achondol, Bryan Lloyd P. Bretanal, Violeta P. Bello', Leopoldo L. Remo 11o3, Liezl S. Mancao2, Janette P. Supremo', James Gregory C. Salem' and Florence Roy P. Salvalia1 'Department of Biological Sciences, University of Southern Mindanao, Kabacan, Cotabato, 9407 Philippines; 2Colegio de Kidapawan, Kidapawan City, 9400 Philippines; 3Mindanao State University, Dinaig, Maguindanao, 9607 Philippines; *Corresponding Author, [email protected] The study aimed to document taxonomically the diversity of vascular plants in a rubber (Hevea brasiliensis (H.B.K.) Muell.-Arg.) agroforest in Makilala, North Cotabato, Philippines and identify species with economic importance. Species inventory in 23 plots was carried out using modified stripline- transect line method. The study identified 110 floral species co-occurring with rubber trees, of which 100 were angiosperms, nine pteridophytes and one gymnosperm. Dominant families include Moraceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Arecaceae, Dipterocarpaceae, Araceae and Poaceae. These plants are utilized as food, medicine and sources of construction materials while some are used as fodder for livestock, fuel wood, source of fiber and other industrial and household uses. Three of the eight identified species are critically endangered namely: Dipterocarpus validus, Hopea acuminata and Shorea almon, belonging to the family Dipterocarpaceae. The other five species categorized as vulnerable are: Macaranga bicolor, Artocarpus blancoi, Diplodiscus paniculatus, Cyathea contaminans, and Drynara quercifolia. The presence of threatened and some economically but ecologically important plant species calls for a high protection and conservation priority.
    [Show full text]
  • SCHIZOSTACHYUM Nees) Ở VIỆT NAM
    HỘI NGHỊ KHOA HỌC TOÀN QUỐC VỀ SINH THÁI VÀ TÀI NGUYÊN SINH VẬT LẦN THỨ 4 A SYNOPSIS OF SCHIZOSTACHYUM (GRAMINEAE: BAMBUSOIDEAE) FROM VIETNAM TRAN VAN TIEN, NGUYEN HOANG NGHIA Forest Science Institute of Vietnam NIANHE XIA South China Botanical Garden, Chinese Academy of Sciences The genus Schizostachyum was established by Nees von Esenbeck (1829) with a single species S. blumei Nees from Java. Since then, several authors have studied the genus taxonomically and a great deal more has been documented, which allows specialists to made better interpretation of the different species recognized, are more than 50 species recognized today. They are distributed in tropical and subtropical Asia - from southern China, to Malesian and extending to the Pacific Islands, with the majority of the species found in Malaysia, and Indonesia (Xia 1993, 1996; Ohrnberger 1999; Xia and Stapleton 2006). All species of Schizostachyum have sympodially branching rhizomes; erect or straggling thin-walled culms; branches of the same size arising from the node; spiklets in groups at the distal nodes of a branch the base of which leafy or on wholly leafless branches; 1 to several bracts and no true glumes, at the base of the bract where they are joined onto the rachilla; lodicules are present of absent (Holttum 1958; Xia 1993; Xia and Stapleton 2006). In Vietnam, the genus Schizostachyum has been studies by several authors (Balansa 1890; Camus & Camus 1923; Pham 2000). The first known species is S. zollingeri Steud., was collected from Quang Yen, Tonkin and illustrated by Balansa (1890). Camus & Camus (1923) recorded another one, S.
    [Show full text]
  • These Proceedings Contain the Presentations and Deliberations Ofth E First PROSEA International Symposium, Which Was Held from May 22-25,1989, in Jakarta, Indonesia
    These Proceedings contain the presentations and deliberations ofth e First PROSEA International Symposium, which was held from May 22-25,1989, in Jakarta, Indonesia. Focal points ofth e presentations wereth e past, present and future ofth e PROSEA project, which is an international, multidisciplinary undertaking that aims to publish a multivolume, illustrated handbook in English, on approximately 5,000 useful South-East Asian plants. Yy <rV .%ävA-*|i* n^iv/ Kn A6 *Î\I-ÏÀ /)a<Pc^ O2 . ^ „ oi , Plant Resources of South-East Asia Proceedings of the First PROSEA International Symposium May 22-25,1989, Jakarta, Indonesia J.S. Siemonsma and N.Wulijarni-Soetjipt o (Editors) H Pudoc Wageningen 1989 c SU S~I o") S Bibliotheek TEELT Vakgroep Agronomie LU -Wag«ninge n Cip-Data Koninklijke Bibliotheek, Den Haag Plant Plant resources of South-East Asia :proceeding s of the first PROSEA interna­ tional symposium, May 22-25, 1989, Jakarta, Indonesia:J. S. Siemonsma and N. Wulijarni-Soetjipto (ed.).- Wageningen : Pudoc. - III. With ref. ISBN 90-220-0999-8 bound SISO 632.3UD C 633/635 (59) NUGI835 Subject heading: plant resources ;South-Eas t Asia. ISBN 90-220-0999-8 NUGI 835 Design: Frits Stoepman GVN. © Pudoc/Prosea, Wageningen, the Netherlands, 1989 No part of this publication, apart from bibliographic data and brief quotations embodied in critical reviews, may be reproduced, re-recorded or published in any form including print, photocopy, microfilm, electric or electromagnetic record without permission from the publisher Pudoc, P.O. Box 4, 6700 AA
    [Show full text]
  • Assessing the Interaction Between History of Usage and Plant Invasions
    Assessing the interaction between history of usage and plant invasions: Bamboo as a case study Dissertation presented for the degree of Doctor of Philosophy in the Faculty of Science at Stellenbosch University By Susan Canavan Supervisor: Prof. John R. Wilson Co-supervisor: Prof. David M. Richardson Co-supervisor: Prof. Johannes J. Le Roux December 2018 Stellenbosch University https://scholar.sun.ac.za Declaration By submitting this dissertation electronically, I declare that the entirety of the work contained therein is my own, original work, that I am the sole author thereof (save to the extent explicitly otherwise stated), that reproduction and publication thereof by Stellenbosch University will not infringe any third party rights, and that I have not previously in its entirety or in part submitted it for obtaining any qualification. This dissertation includes three articles published with me as lead author, and one article submitted and under review, one paper published as a conference proceeding, and one paper yet to be submitted for publication. The development and writing of the papers (published and unpublished) were the principal responsibility of myself. At the start of each chapter, a declaration is included indicating the nature and extent of any contributions by co-authors. During my PhD studies I have also co-authored three other journal papers, have one article in review, and published one popular science article; these are not included in the dissertation . Susan Canavan ___________________________ December 2018 Copyright © 2018 Stellenbosch University All rights reserved ii Stellenbosch University https://scholar.sun.ac.za Abstract Studies in invasion science often focus on the biological or environmental implications of invasive alien species.
    [Show full text]
  • Fulltext (8.954Mb)
    BIODIVERSITAS BAMBU DI SUMATERA UTARA BAGIAN TIMUR TESIS Oleh ANDINI SAPUTRI 117030014/BIO PROGRAM MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 Universitas Sumatera Utara BIODIVERSITAS BAMBU DI SUMATERA UTARA BAGIAN TIMUR TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sain dalam Program Studi Biologi pada Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Oleh ANDINI SAPUTRI 117030014/BIO PROGRAM MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 Universitas Sumatera Utara PENGESAHAN TESIS Judul Tesis : BIODIVERSITAS BAMBU DI SUMATERA UTARA BAGIAN TIMUR Nama Mahasiswa : ANDINI SAPUTRI Nomor Induk Mahasiswa : 117030014 Program Studi : Magister Biologi Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Menyetujui Komisi Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II (Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc.,Ph.D.) (Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS.) NIP. 19590815 198601 1 002 NIP. 19621214 199103 2 001 Ketua Program Studi Dekan (Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed.) (Dr. Sutarman, M.Sc.) NIP. 19660209 199003 1 003 NIP. 19631026 199103 1 001 Tanggal Lulus : 24 Juli 2013 Universitas Sumatera Utara Telah diuji pada : Tanggal 24 Juli 2013 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc., Ph.D. Anggota : 1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS. 2. Dr. Nur Sahara Pasaribu, MSc. 3. Dr. T. Alif Aththorik, S.Si., M.Si. Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN ORISIONALITAS “BIODIVERSITAS BAMBU DI SUMATERA UTARA BAGIAN TIMUR” Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.
    [Show full text]
  • 'Il-/I I/*I&4 -Ou Ïll Plant Resources of South-East Asia
    TÄÄUT/CLS ïll'il-/I I/*i&4 -ou Plant Resources of South-East Asia No 7 Bamboos S. Dransfield and E. A.Widjaj a (Editors) \B Backhuys Publishers, Leiden 1995 -4- \J DR SOEJATMI DRANSFIELD is a plant taxonomist specializing in bamboos, who gained her first degree in Plant Taxonomy from Academy of Agriculture, Ciawi, Bogor, Indonesia. Born in Nganjuk, Indonesia, she began her botanical career as a staff member of Herbarium Bogoriense, Bogor, Indonesia, and gained her PhD from Reading University, United Kingdom (UK), in 1975 with her thesis the 'Revision of Cymbopogon (Gramineae)'. After she moved to UK in 1978, she continued her research on bamboo taxonomy including the generic delimitation of the Old World tropical bamboos. She is currently Honorary Re­ search Fellow at the Royal Botanic Gardens, Kew, UK, writing the account of bamboos from Malesia, Thailand, and Madagascar. DR ELIZABETH A. WIDJAJA is a plant taxonomist who took her doctoral degree from the University of Birmingham, United Kingdom, in 1984. Her PhD thesis on the revision of Malesian Gigantochloa was mainly based on research con­ ducted in Indonesia. She has spent most of her career at the Herbarium Bo­ goriense, studying the ethnobotany and bamboo taxonomy since 1976. Cip-Data Koninklijke Bibliotheek, Den Haag Plant Plant resources of South-East Asia. - Leiden: Backhuys - 111. No. 7: Bamboos / S. Dransfield and E.A. Widjaja (eds.). Published and distributed for the Prosea Foundation. - With index, ref. ISBN 90-73348-35-8 bound NUGI 835 Subject headings: bamboos; South-East Asia. ISBN 90-73348-35-8 NUGI 835 Design: Frits Stoepman bNO.
    [Show full text]
  • Bamboo Diversity of Sulawesi, Indonesia
    BIODIVERSITAS ISSN: 1412-033X Volume 20, Number 1, January 2019 E-ISSN: 2085-4722 Pages: 91-109 DOI: 10.13057/biodiv/d200112 Bamboo diversity of Sulawesi, Indonesia DITA ERVIANTI1,2,♥, ELIZABETH A. WIDJAJA3,4,♥♥, AGUNG SEDAYU1 1Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Negeri Jakarta. Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur 13220, Jakarta, Indonesia. Tel./fax. +62-8998-3720-90, email: [email protected] 2Research Center for Biology, Indonesian Institute of Sciences. Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46, Cibinong, Bogor 16911, West Java, Indonesia. email: [email protected] Manuscript received: 24 September 2018. Revision accepted: 3 December 2018. Abstract. Ervianti D, Widjaja EA, Sedayu A. 2019. Bamboo diversity of Sulawesi, Indonesia. Biodiversitas 20: 91-109. Bamboo is one of the important plants in the world. Beside their economic important, bamboo also plays an important role in the environment for climate change. The purpose of this study was to inventory the bamboo diversity in Sulawesi. The methodology used in this study is by observing herbarium specimens kept in the Herbarium Bogoriense (BO) and field experience by the second author (EAW). The result showed that there are 39 species of 12 genera in Sulawesi, i.e. Bambusa blumeana, B. glaucophylla, B. maculata, B. multiplex, B. tuldoides, B. vulgaris, Chloothamnus sp., Dendrocalamus asper, Dinochloa albociliata, D. aopaensis, D. barbata D. cordata, D. erecta, D. hirsuta, D. morowaliensis, D. petasiensis, D. pubiramea , D. truncata, Dinochloa sp.1, Dinochloa sp.2, Dinochloa sp.3, Dinochloa sp.4, Dinochloa sp.5, Dinochloa sp.6, Dinochloa sp.7, Dinochloa sp.8, Dinochloa sp.9, Fimbribambusa sp., Gigantochloa apus, G.
    [Show full text]
  • Checklist of the Vascular Plants of Palau
    Chapter Ten: Checklist of the Vascular Plants of Palau Craig M. Costion, David H. Lorence, Ann Hillmann Kitalong An essential element to any ethnobotanical project is a checklist for the region that is up to date with current taxonomy and botanical nomenclature. An outdated checklist could lead to confusion between names or unnecessary duplication of species concepts. As any plant enthusiast or specialist knows, a checklist of vascular plants for a particular bioregion is never final, but simply a snapshot in time of an ongoing process. This is especially true for tropical regions and areas of the Pacific, including Palau. Periodic publication of checklists is essential for tracking taxonomic updates to the native flora, and these are strengthened through systematic research on plant groups present in the region. Some species previously thought to be endemic are found to occur elsewhere while other species are revised to become single island endemics and scientific names are updated. This process is unavoidably slow. Until a complete modern Flora of Micronesia or Flora of Palau is completed, checklists provide a concise synthesis of these taxonomic changes, update our knowledge on the total number of species that occur on the islands, and provide a foundation for related research in ecology, ethnobotany, conservation and resource management. Although certainly some new taxa will turn up periodically, the vast bulk of work to be accomplished involves updating species concepts of the native flora. Since Palau is located just outside Southeast Asia, some of its native taxa are periodically revised in the Flora Malesiana series, some are treated in nearby regional floras, whilst others, particularly the endemics, are simply not covered in other regional based works.
    [Show full text]
  • Reinwardtia a Journal on Taxonomic Botany, Plant Sociology and Ecology
    REINWARDTIA A JOURNAL ON TAXONOMIC BOTANY, PLANT SOCIOLOGY AND ECOLOGY ISSN 0034 – 365 X | E-ISSN 2337 − 8824 | Accredited 792/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 2018 17 (1) REINWARDTIA A JOURNAL ON TAXONOMIC BOTANY, PLANT SOCIOLOGY AND ECOLOGY Vol. 17 (1): 1 – 85, June 29, 2018 Chief Editor Kartini Kramadibrata (Mycologist, Herbarium Bogoriense, Indonesia) Editors Dedy Darnaedi (Taxonomist, Herbarium Bogoriense, Indonesia) Tukirin Partomihardjo (Ecologist, Herbarium Bogoriense, Indonesia) Joeni Setijo Rahajoe (Ecologist, Herbarium Bogoriense, Indonesia) Marlina Ardiyani (Taxonomist, Herbarium Bogoriense, Indonesia) Himmah Rustiami (Taxonomist, Herbarium Bogoriense, Indonesia) Lulut Dwi Sulistyaningsih (Taxonomist, Herbarium Bogoriense, Indonesia) Topik Hidayat (Taxonomist, Indonesia University of Education, Indonesia) Eizi Suzuki (Ecologist, Kagoshima University, Japan) Jun Wen (Taxonomist, Smithsonian Natural History Museum, USA) Barry J. Conn (Taxonomist, School of Life and Environmental Sciences, The University of Sydney, Australia) David G. Frodin (Taxonomist, Royal Botanic Gardens, Kew, United Kingdom) Graham Eagleton (Wagstaffe, NSW, Australia) Secretary Ruslan Bukhori Layout Liana Astuti Illustrators Subari Wahyudi Santoso Anne Kusumawaty Correspondence on editorial matters and subscriptions for Reinwardtia should be addressed to: HERBARIUM BOGORIENSE, BOTANY DIVISION, RESEARCH CENTER FOR BIOLOGY– INDONESIAN INSTITUTE OF SCIENCES CIBINONG SCIENCE CENTER, JLN. RAYA JAKARTA – BOGOR KM 46, CIBINONG 16911, P.O. Box 25 CIBINONG INDONESIA PHONE (+62) 21 8765066; Fax (+62) 21 8765062 E-MAIL: [email protected] http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/reinwardtia Cover images: Psydrax undulatifolius K.M.Wong & Mahyuni spec.nov., A. Habit; B. Flower; C. Stigma; D. Flower bud; E. Young fruit; F. Corolla cut open to reveal inside; G. Anther; H. Stipule. A, E, H from H.N.
    [Show full text]