Idealisme Seniman Berdampak pada Marginalisasi Kesenian Indang Tradisi

1 jurnal tari, teater, dan wayang Indrayuda dan Susmiarti volume 2 number 2, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang November 2019 page 64 – 73 Abstract This article aims to reveal and analyze the problem of the artistry of traditional art in Padang Pariaman district. Today the existence of Indang art less popular in the cultural life of the community Padang Pariaman. In turn, Indang art is rarely used and functioned by Padang Pariaman society today. The research was done by explanation method, and the research data is qualitative. Data collected

society, and the existence of Indang. The analysis was done by ethnography approach,throughout by the determining interview process, component observation analysis ofand socio-cultural determining symptoms the cultural of theme. The result of the research obtained is that the structure and shape of Indang have not changed until now. Indang art form and structure is less suitable to the taste of today’s society so that Indang art is less popular to the public for entertainment activities. The activities of artists on stage often disturb the artistic and aesthetic performances, i.e. the artists often create any activities that spoil the atmosphere of the show. Keywords: Indang tradisi; form and structure; ethnographic approach; explanation method

Pendahuluan

Kesenian tradisional yang terdapat di yangHakikatnya, dibangun dari menurut pikiran kolektif,Indrayuda umumnya (2012: berbagai menjadi89), bahwa milik seni masyarakat tradisional nagari dan tumbuh identitas kultural dari nagari tersebut. berkembang di nagari. Kesenian tersebut di Minangkabau merupakan dibangun dari gagasan salingka nagari, mempopulerkan nagari tersebut kepada sehingga kesenian tersebut memiliki ciri dari duniaEksistensi luar. dariOleh keseniansebab itu, tersebut kesenian mampu yang kenagarian tersebut. Selanjutnya, nama dari memiliki karakteristik mencerminkan kesenian tersebut mewakili kenagariannya sikap dan perilaku masyarakat nagari yang seperti Rabab Pasisia, Pauh, memilikinya. Kesenian tradisional yang tumbuh di berbagai nagari Koto Anau”, tari “Piriang Lumpo”, dan Indang Provinsi Sumatera Barat, merupakan seni Pariaman, Unggan, tari “Mancak kolektif dari perwujudan gagasan di Minangkabau, dan perilaku sosial masyarakat pemiliknya. Kesenian Pariaman. Masing-masing kesenian tersebut tersebut menjadi kebanggaan komunitas nagariadalah dankesenian sekaligus tradisional mewakili di Minangkabau adat istiadat nagari, dan secara struktur adat mampu dariyang nagari merupakan tersebut. ciri khas dari masing-masing melibatkan elit adat dalam pemeliharaan dan perkembangannya, sehingga unsur gatakan bahwa kesenian tradisi merupakan masyarakat nagari turut memiliki dan merasa identitasSebagaimana dari suatu Andriani suku bangsa.(2012: 202) Kesenian men- bertanggung jawab pada kesenian tersebut. tradisi seperti adalah identitas bagi

1 Alamat korespondensi: Universitas Negeri Padang, Jl. Belibis No.21A, Padang, Sumatera Barat. E-mail: [email protected]; [email protected]; HP: 082174343764 64 | Received: 6th January 2018 Last revision: 12nd March 2018 Dance & Theatre Review | volume 2 number 2, November 2019 tuk kesenian tradisi berarti mengenal identi tasbangsa dari Melayu. suatu suku Oleh bangsa.sebab itu, Oleh mengenal karena ben itu,- Ediwar, Mohamed Anwar Omar Din, dan nagari memper- Zuliyati Zakaria (2010: 229) mengatakan bahwa tahankan kesenian tradisinya sebagaimana ia yangsalah berbudayasatu ciri seni Islam suku merupakan Melayu, sepertisuatu ciri Melayu atau mempertahankanmasyarakat Minangkabau identitas di budayanya. - Minangkabau, adalah berbudaya Islam. Seni-seni Kabupaten Pariaman sebagai sebuah seperti kesenian Indang yang terdapat di daerah wilayah pemerintahan dan etnik yang terletak Padangidentitas dariPariaman. masyarakat Kesenian Melayu Minangkabau Indang di pantai barat Provinsi Sumatera Barat dibudayakan seiring dengan masuknya memiliki berbagai seni tradisi yang unik. Kesenian tersebut berasal dari pikiran kolektif Kesenian Indang pada pada masa lampau masyarakat Pariaman seperti Salawat Dulang, awalnyaagama Islam digunakan ke wilayah sebagai Minangkabau. media Ulu Ambek, , dan kesenian Indang. Kesenian Indang umumnya hampir terdapat Padang Pariaman. di seluruh nagari di Kabupaten Pariaman. dakwah bagi ulama Minangkabau di Salah satu bentuk kesenian yang saat ini Indang merupakan warisan budaya lama populer bagi masyarakat luas di Sumatera dari Menurutmasyarakat Ediwar Padang (2010: Pariaman. 51), kesenian Sebagai Barat maupun di luar Sumatera Barat. warisan budaya lama, kesenian Indang menjadi lambang atau pertanda dari harga diri kepemilikan tradisi kesenian di Padang dan identitas daerah dan budaya masyarakat Pariaman,Menurut baik Kamal Luambek (2012: maupun 48), masalahIndang, di Padang Pariaman. Apabila dalam parade berhubungan langsung dengan struktur kesenian Indang pada kegiatan acara alek sosial adat di nagari nagari terdapat kelompok Indang yang kalah memposisikan kesenian tradisi seperti dalam pertunjukan, seluruh masyarakat yang Indang dan Lu Ambek(desa). sebagai Masyarakatnya ”suntiang diwakili oleh kelompok Indang tersebut niniak- mamak, pamenan anak mudo-mudo” merasa malu. Demikian kukuhnya idealisme masyarakat terhadap keberadaan Indang adat, permainan anak muda). Lembaga sebagai identitas daerahnya. adat(perhiasan niniak mamak ninik-mamak di nagari atau (desa) pimpinan yang Kesenian Indang atau disebut juga dengan anggotanya terdiri atas para penghulu suku Baindang, salah satu bentuk pertunjukan (pemuka adat) berposisi sebagai pemilik yang terdiri dari sastra lisan yang berupa kesenian tradisi. Oleh sebab itu, praktik dalam berkesenian saat ini didelegalisikan kepada masa lampau digunakan untuk berdakwah, para pemuda di nagari atau desa yang telah dansyair-syair didukung yang oleh bernafaskan permainan Islam,rapa’i. Syair pada mendapat pendidikan adat dan agama sebagai yang didendangkan dalam Baindang ini lebih syarat menjadi pemain Indang atau Luambek, banyak berupa keagungan atau pujian pada maksudnya tidak boleh sembarang pemuda Allah, shalawat Nabi, dan hikayat tentang sebagai pelaku pertunjukan Luambek dan Rasulullah dan Ulil Amri. Namun sekarang Indang di Padang Pariaman. telah berkembang berupa pantun yang bersifat Indang tumbuh dan berkembang di setiap spontan yang berperan mengkritik atau nagari di Kabupaten dan Kota Pariaman sampai menyindir. Secara penampilan kesenian Indang shaf. Aktivitas dari dulu sampai sekarang berposisi sebagai saranasaat ini. dakwah Merujuk dalam pada agama posisi Islam,kesenian pelengkap Indang syairdilakukan dan sedikit dengan menggunakan duduk ber- tubuh untuk upacara adat, dan sebagai sarana hiburan bergerakyang dilakukan sedangkan adalah aksen melantunkan dari pertunjukan syair- masyarakat yang tampil dalam berbagai tersebut, selain dari menggerakan tubuh yang kegiatan sosial budaya masyarakat nagari digeser ke kiri dan ke kanan dalam posisi nagari di Pariaman yang mampu mengundang duduk, juga menggunakan telapak tangan keramaian masyarakat penonton. - untuk memukul rebana kecil (rapa’i).

65 Indrayuda & Susmiarti, Idealisme Seniman pada Indang Tradisi

Kesenian Baindang tidak seperti seni tradisional kekurangan pasar, pasar kesenian pertunjukan tari pada umumnya karena dalam Indang tradisional berkisar pada acara alek penampilanya, Baindang tidak menonjolkan nagari gerakan tubuh penari, melainkan lebih pesta perkawinan. mengedepankan permainan alat musik rapa’i. Keberadaan saja, sekali-kali kesenian ditampilkan Indang sebagai dalam Pada awalnya, jenis alat musik yang digunakan seni tradisional dari wilayah Pariaman, secara dalam Baindang adalah rebana. Namun karena tidak langsung terlindas dari gejolak derasnya ukurannya terlalu besar, rebana diperkecil dan arus perubahan terhadap seni pertunjukan disebut dengan rapa’i yang tujuannya untuk memudahkan para pemain Indang dalam pertunjukan tersebut, masyarakat Pariaman menggunakan atau memainkannya. mulaidi Pariaman. berpaling Menyikapi dari selera perkembangan seni tradisional seni Pergerakan arus globalisasi telah ke modernisasi. Karena dewasa ini, selera merambah ke berbagai sektor kehidupan masyarakat Pariaman terhadap pertunjukan masyarakat, salah satunya sektor kesenian sarat dengan nilai entertainment (hiburan). dan kepariwisataan. Pada kenyataannya, Pada gilirannya, berbagai acara kegiatan hal tersebut berdampak kepada munculnya budaya yang dilaksanakan masyarakat tidak sektor industri hiburan dan kepariwisataan terlepas dari kegiatan seni hiburan. di Sumatera Barat. Pertumbuhan industri Idealisme dan fantisme yang berlebihan hiburan telah mendorong munculnya berbagai dari masyarakat pemilik kesenian Indang event organizer tradisi telah meminggirkan keberadaan muncul di berbagai kota dan kabupaten di kesenian Indnag dalam Industri hiburan. Sumatera Barat. dan sanggar-sanggar seni yang Artinya akibat dari fanatisme dan idealisme Berawal dari digalakannya industri seni yang berlebihan dari seniman Indang tradisi pertunjukan di Sumatera Barat, telah terjadi berdampak pada tersingkirnya keberadaan peta persaingan yang kompetitif antara kesenian tersebut dalam kegiatan industri kesenian tradisional dan kesenian modern hiburan di Padang Pariaman dan Suamtera atau kesenian kreasi. Kompetisi didasarkan Barat umumnya. kepada kualitas dan kemasan pertunjukan, Bertitik tolak dari fenomena yang terjadi inovasi garapan, inovasi bentuk pertunjukan, pada kesenian Indang tersebut, telah terjadi dan inovasi manajemen seni pertunjukan. suatu kemunduran pertunjukan kesenian Selain itu, persaingan juga didasari oleh Indang tradisi sebagai komoditi industri inovasi pemasaran. Selain itu, persaingan hiburan. Kemunduran ini dampak dari juga didasarkan kepada aksen dan attitude persoalan idealisme dan fanatisme seniman pelakunya. Artinya, penampilan artis penari yang berlebihan terhadap kesenian tersebut. dan pemusik juga turut memicu adanya peta Dengan demikian idealisme berpengaruh persaingan antara seni pertunjukan hiburan pada bentuk dan struktur maupun aktivitas di Sumatera Barat saat ini. Peta persaiangan seniman dalam pertunjukan kesenian Indang. Artikel ini akan menganalisis bentuk dan an di Sumatera Barat sampai saat ini. struktur yang mapan dan aktivitas seniman tersebutPersaingan telah dimulai yang kompetitifpada awal tahunberdampak 1980- yang kurang relevan dengan selera masyarakat masa kini. tradisikepada tersingkirnya(Baindang). bentuk-bentukKeberadaan keseniankesenian Asal Usul Kesenian Indang Indangtradisi Minangkabau, tradisi (Baindang seperti) kesenianterdesak Indang oleh kesemarakan dan kualitas dari performance Kesenian tradisional Indang di Pariaman seni pertunjukan kreasi, seperti tari kreasi pada awalnya berasal dari India yang dibawa oleh Syech Abdul Kadir yang menyebar ke produksi di Kota Pariaman dan Kabupaten daerah . Setelah dari Aceh, kesenian In Pariaman.yang banyak Akibatnya, diproduksi olehkesenian rumah-rumah Indang - 66 dang dibawa oleh ulama-ulama Islam terse- Dance & Theatre Review | volume 2 number 2, November 2019 but ke Pariaman yang pada awalnya di daerah Karan Aur dan kemudian berhenti di Rambai. mengatakan bahwa istilah ‘baindang’ berasal dari kataSyafril ‘bendang’ Can yang dan artinya Ediwar terang. (2010) Istilah dibawanya Indang ke Pariaman yaitu sebagai ini pada mulanya merupakan sebutan untuk penunjangMenurut Ediwar untuk (2010: menyebarkan 45), salah agama satu tujuanIslam. alim ulama yang menerangkan ajaran agama Karena itu kesenian Indang digunakan sebagai Islam. Awalnya kesenian Indang ini lahir dan media dakwah dalam penyebaran agama Islam berkembang di -surau yang dimainkan di Pariaman dan sekitarnya. sesudah mengaji oleh para santri. Seorang tokoh surau Namun seiring berkembangnya zaman, Nagari Ulakan, yang bernama Dalin Na’aman Indang ini disebarkan dari surau ke arena mengombinasikan kesenian di Tanjung dan Medandidong (orang Pariaman memberi istilah dari surau (dari Aceh) dengan kesenian rebana dan turun ke tanah). Artinya Indang tidak lagi diberinya nama Indang. Penyajiannya dengan ditampilkan di surau melainkan di tempat terbuka atau yang disebut dengan laga-laga. posisi bersila atau shaf Oleh karena itu, Indang pun digunakan sebagai riwayatmenyusun nabi, murid-murid sifat Tuhan secara sambil berderet memukul dalam media hiburan rakyat sampai saat ini. Indang rebana dan melakukan. Merekagerakan menyanyikan ke depan, ke yang ditampilkan di atas panggung laga- belakang, ke kanan, dan ke kiri. Penyajian ini lagai ini terus berkembang menjadi budaya disebut Baindang masyarakat Padang Pariaman sampai saat ini. kesenian ini oleh Dalin Na’aman, kesenian Kesenian Indang (Baindang) ini hanya Indang menjadi budaya. Mulai tradisi era pembudayaan masyarakat Paraiman sampai masa kini. boleh dimainkan oleh golongan laki-laki saja, dihal surau,itu dikarenakan sementara dahulu itu kesenian di Minangkabau tersebut sebagaiMenurut suatu sistem, Efrida sebagai(2016: kesatuan64) kebudayaan organik. biasanya juga anak di laki-laki lakukan yangdari seringhabis shalat tidur Sejarahberusaha sebuah untuk kebudayaan memahami merupakan fakta- fakta titik Isya sampai larut malam di surau atau di laga- tolak yang tidak mungkin dihilangkan karena laga. Oleh karena itu, tidak memungkinkan dengan adanya masa lalu, masa sekarang kaum perempuan bermain Indang. Kesenian dan fungsi yang sesuai dengan zamannya. Olehhadir. sebab Masa itu,lalu asal itu akanmuasal penuh kesenian dengan Indang nilai ini dimainkan oleh laki-laki lebih kurang dimulai dari sejarah masa lalu, yakni ketika seniansebanyak Indang 13 orang. (Baindang) terus membudaya para ulama kembali dari Aceh dan kemudian dalamMenurut masyarakat Syafril Padang Can, dikarenakan Pariaman, oleh Indang ke- mengembangkan kesenian yang berpola pada menjadi permainan rakyat selain menajdi hi kesenian yang persis sama dengan keseniian buran rakyat. Bahkan Indang telah berkem dari India, yang menggunakan rebana kecil bang menjadi identitas nagari dan kebanggaan- yang pada gilirannya disebut kesenian Indang. nagari. Oleh sebab itu, terbentuklah berbagai-

Gambar 1. Tari Indang (Dindin Badindin) asal Minang. (Sumber: http://adat-tradisional.blogspot. com/2016/11/tari-indang-dindin-badindin-asal-minang.html)

67 Indrayuda & Susmiarti, Idealisme Seniman pada Indang Tradisi kelompok kesenian Indang. Pada gilirannnya, darak indang. Lebih lanjut, Ade Suhandra timbul hasrat dari kelompok ini untuk ber menjelaskan bahwa struktur kesenian Indang terbentuk dari tata hubungan antara trampilan Indang dalam sebuah pesta rakyat- komponen imbauan, darak, pantun, dan atausilaturahmi parade atauunjuk saling kebolehan memperlihatkan baindang, ke-se gerak yang terdapat dalam bagian introduksi, hingga muncul istilah Indang Tigo Jerong. bagian permulaan, tengah, dan klimaks, serta - penyelesaian. Struktur Garapan Kesenian Indang Seiring dengan itu, Juni Amri mengatakan bahwa bagian awal dari pertunjukan Indang dimulai dari minta restu dari niniak mamak, sebagaiMenurut satuan Sari, dari K.tata M., hubungan Asriati, A.,antara dan memulai pertunjukan mereka memohon doa Darmawati, D. (2013), struktur dapat diartikan restumasing-masing lebih dulu kelompok kepada Tuo Indang Indang sebelum, atau organisasi bentuk karya seni, seperti tari, niniak mamak teater,bagian- dan bagian musik. yang Struktur terdapat tersebut dalam terdapat suatu Sebagaimana Bakarudin mengatakan bahwa dalam keseluruhan tata hubungan dari karya struktur pertunjukan dari kelompok Indang tersebut masing-masing. dimulai seni tersebut. dari imbauan, kemudian darak, dan syair, darak, kemudian syair dan gerak, selanjutnya darak dan syair lagi sebagai penutup. Akan mengatakanSementara morfologi itu, Martin dan dan struktur,Pesovar (dalam yaitu tetapi, bagian awal biasanya setiap kelompok suatuSari, K. bangunan M., Asriati, dari A., organik Darmawati, sebuah D, karya2013: seni 67) Indang menggunakan imbauan, baru darak yang dianalogikan seperti tari, hanya dapat sedangkan bagian tengah biasanya bervariasi tergantung pada kemampuan kelompok tersebut menata pertunjukannya. komponendiungkapkan yang dengan dikategorikan memisah-misahkan sebagai bagian Tata hubungan sintagmatis merupakan dankarya berikutnya seni tersebut disebut ke dengan dalam istilah komponen- motif. tata hubungan seperti mata rantai yang tidak Unit organik terkecil dalam karya seni seperti dapat dipisahkan antara motif satu dengan tari, yaitu unit pola ritme dan kinetik yang motif lainnya, sedangkan tata hubungan membentuk suatu struktur yang secara relatif paradigmatis merupakan tata hubungan mirip dan berulang atau muncul kembali. yang dapat ditukarbalikkan antara motif satu

Ade Suhandra mengatakan bahwa struktur pertunjukanMerujuk pernyataankesenian Indang Martin dimulai dan Pesovar, dari analisisdengan motifpeneliti lainnya bahwa (Sari, struktur K. M., Asriati, kesenian A., imbauan, kemudian darak, dan seterusnya Indangdan Darmawati, terkonstruksi D, 2013: dalam 69). dua bentuk, Berdasarkan yaitu penyampaian syair, dan kemudian darak lagi, pertama, struktur yang seperti mata rantai dan dan ditutup dengan syair bersamaan dengan kedua, struktur yang dapat dikombinasikan

Tari Indang. (Dokumentasi: Indrayuda)

Gambar 2.

68 Dance & Theatre Review | volume 2 number 2, November 2019 letaknya, artinya dapar ditukar letak antara ditetapkan oleh panitia pelaksana alek nagari, bagian yang satu dengan yang lainnya. atau karena waktu yang belum larut, semen Struktur pertunjukan kesenian Indang tara penonton masih banyak memadati arena secara tradisi introduksi sering diawali dengan pertunjukan. - imbauan seperti dalam kesenian Ulu Ambek disebut dengan dampiang. Terdapat empat Bentuk dan Struktur Tari Indang Tradisi bagian dalam pertunjukan Indang yang sering Akibat Idealisme Seniman digunakan oleh kelompok Indang tradisi dari Padang Pariaman ini, yaitu prolog atau Permasalahan pada struktur kesenian introduksi, bagian awal, bagian tengah atau Indang adalah bahwa tidak adanya variasi klimaks, dan bagian akhir atau penyelesaian. motif gerak, irama, dan melodi serta dinamika Bakarudin mengatakan bahwa struktur dalam bagian perbagian di dalam struktur pertunjukan Indang meskipun secara garis pertunjukan kesenian Indang tradisi di Padang besar ada empat macam struktur, tetapi ada Pariaman saat ini. Sebagaimana pernyataan juga struktur yang di tengah, bagian klimaks diulang kembali, bahkan ada juga dari bagian awal sampai klimaks diulang kembali, dan mengatakanRafiah dalam bahwa wawancaranya di dalam struktur dengan garapanpeneliti Indang,tanggal sangat28 Maret kurang 2017 dipertunjukan di Pariaman, variasi,Rafiah ini yang terkadang membosankan penonton barulah pertunjukan tersebut berakhir. Hal di dalam struktur garapan tersebut. Pada dalam pertunjukan Indang tersebut. gilirannya,sehingga adapengulangan pengulangan ini bagian-bagianmenjadi titik karenaDi seringdalam mengulang karya seni tema-tema tradisi terdapatyang ada lemah dari nilai estetis pertunjukan Indang struktur yang tersusun dengan alur yang jelas, bagi masyarakat kekinian. di dalam struktur juga terdapat substruktur. Rustiyanti, S., Djajasudarma, F., Caturwati, Tata hubungan antarbagian seperti dalam bahwa makna dalam pemahaman kontektual struktur yang jelas seperti maju beksan, bek- adalahE., Meilinawati, sesuatu yang L. (2013: terjadi 46) dalam mengatakan interaksi santari, “Wireng”mundur beksan dari Mangkunegaran. Ketiga struktur terdapattersebut membentuk kesatuan organik dari tari “Wi baru setelah pengamatan secara mendalam reng”. Seperti juga kesenian Indang, terdapat subjek dan objek, sehingga ditemukan hal-hal struktur imbauan pada intro; darak dan syair- kurang responsif terhadap pertunjukan Indang pada bagian tengah; dan darak serta gerak karenaterhadap hampir objek tidaktersebut. ada Masakebaruan kini, masyarakatdari bentuk maupun syair bagian klimaks; selanjutnya dan strukturnya. Selain itu, struktur juga tidak darak serta syair pada bagian penyelesaian. Terkadang, pengulangan struktur dalam per akan diulang dalam pertunjukan tersebut. tunjukan Indang disebabkan oleh waktu yang konsisten menetapkan bagian-bagian yang - Menurut Bakarudin yang diwawancara pada

Gambar 3. Tari Indang. (Dokumentasi: Indrayuda)

69 Indrayuda & Susmiarti, Idealisme Seniman pada Indang Tradisi

syair dari pada aspek bentuk yang tampak penyelesaian hampir tidak jelas transisinya, secara visual. Permasalahan ini menjadi namuntanggal bagian25 Maret klimaks 2017, sering bagian tidak klimaks menjadi dan klimaks. Karena itu, pertunjukan Indang kesenian Indang di Padang Pariaman. kurang menarik untuk menjadi komoditi berlarut-larutSecara bentuk sampai motif saat ini gerak dalam dan kelompok ritme industri hiburan. banyak pengulangan di dalam garapan Tampak bahwa di dalam struktur kesenian Indang tradisi yang dipertunjukan dalam berbagai acara seperti acara alek nagari bagian prolog dan besaran porsinya, dan di Padang Pariaman. Irama pertunjukan bagianpertunjukan awal, Indangserta bagian kurang yang memuat ditonjolkan, bagian- yang dimainkan meskipun dapat dikatakan sehingga bagian penonjolan terkadang dinamis, namun selalu berulang dalam terlalu singkat durasinya. Bahkan, ditinjau bentuk yang sama, sehingga kesamaan bentuk secara bentuk, bagian klimaks kurang atraktif menimbulkan rasa monoton, dan kurang dibandingkan dengan bagian awal. Pengamatan ini menunjukkan bahwa dalam struktur bahwa sebuah karya seni seperti tari dapat garapan Indang tradisi yang dipertunjukan terciptavariasi. Indrayudamelalui pesiapan (2012: 41) yang menjelaskan matang, tersebut, sering tidak ada kejelasan bentuk bersumber dari kinetetis atau unsur seni yang ada seperti gerak, kostum, dan musik yang telah ada sebelumnya, untuk kemudian hampirdari masing-masing sama kekuatannya, bagian sehingga dari struktur desain dikembangkan dan disusun dalam satu dramatiknyatersebut. Masing-masing tidak jelas. Sebagaimana bagian sepertinya Vortixa, rangkaian komposisi yang utuh. Oleh sebab itu, seniman meningkatkan kepekaannya mengatakan bahwa sebagai kesenian yang dengan menggunakan sumber garapan yang terdiriO., Agustina, dari unsur A., dan gerak Nursaid, (tari), N (2012:566)musik, dan telah ada di sekitarnya. Dengan demikian sastra, semestinya seniman kesenian Indang persoalan pada struktur garapan kesenian menggarap dengan jelas dalam strukturnya Indang adalah pada persoalan kepekaan yang ketiga unsur tersebut dengan artistik dan belum muncul dari senimannya. estetis yang dinamis, sehingga menonjokan Persoalan lain dari aspek garapan bentuk keunikan yang mampu membuat takjub bagi adalah bahwa pemilihan aktor tukang dikia penonton masa kini sebagai bagian dari pasar dan tukang aliah banyak saat ini yang kurang industri hiburan. memilki teknik vokal atau suara yang baik. Aspek bentuk memang kurang bervariasi Kesan yang terdengar adalah suara yang dalam pertunjukan kesenian Indang tradisi di kurang harmonis. Semestinya tukang dikia dan Padang Pariaman. Pembenahan hanya terbatas tukang aliah dipilih dari aktor yang bersuara pada kostum, sementara teknik muncul, gerak, merdu atau yang teknik vokalnya bagus, di motif rythm, irama dan melodi serta tata rias samping mampu mengarang pantun secara maupun ornamen kostum belum banyak yang spontan karena kemampuan teknik vokal dapat mempengaruhi imajinasi penonton. pada lemahnya minat para konsumen industri Jika seorang tukang aliah dan tukang dikia hiburandikembangkan untuk menjadikan saat ini. Hal kesenian ini berdampak Indang memiliki kemampuan teknik suara yang baik, sebagai komoditi industri di Padang Pariaman melodi pantun atau irama pantun yang dia atau Sumatera Barat. lagukan akan menambah estetis pertunjukan Kesenian Indang terlalu terpaku pada kesenian Indang tersebut. penggarapan sastra atau syair yang dilagukan, karena dalam pertunjukan parade Indang tigo Idealisme Seniman dan Komunitas jerong (tigo sandiang) peranan pantun yang Pemilik Kesenian Indang Tradisi saling menyindir adalah sebuah kompetisi. Oleh sebab itu, fokus dalam pertunjukan Secara tradisi, kesenian Indang di Padang Indang lebih terkonsentrasi pada masalah Pariaman adalah milik masyarakat nagari

70 Dance & Theatre Review | volume 2 number 2, November 2019

(desa) serta milik niniak mamak (kalangan adat dan budaya). Dengan demikian, kesenian tahankan kesenian Indang sebagai salah satu Indang meskipun belum berkembang secara warisanDi satubudaya sisi, masyarakat mereka mampu Padang Pariaman memper- kualitas dan belum sepenuhnya memenuhi di berbagai nagari (desa), tetapi dari sisi lain, kriteria industri hiburan, kesenian tersebut nilai jual untuk komoditi hiburan kesenian tidak akan punah dari keberadaannya sebagai Indang terpinggirkan. Seniman Indang warisan budaya masyarakat Padang Pariaman. memiliki rasa percaya diri dan fanatisme yang Kondisi disebabkan oleh adanya fanatisme dan tinggi terhadap nilai artistik, estetis dan nilai idealisme yang kuat dari seniman serta ko budaya dari kesenian Indang tersebut. Para munitas pengelola kesenian Indang tersebut. seniman tradisi dan pengelola dari kesenian Data permasalahan struktur- dan bentuk kesenian Indang. No Struktur Permasalahan Bentuk Permasalahan Tabel 1. Introduksi Kurang jelas motif dan isian Terlalu berulang, kurang va dari bagian introduksi, ter riasi saat pengulangan. 1. kadang sebentar saja. Motif Rithem - Bagian Awal - Sederhana, dan kurang banyak ulang, dan tidak konsisten. jumlah gerakannya, gerakan 2. Bagian awal sering berulang- Motif Gerak tidak menjadi fokus garapan. 3. Bagian Tengah Bagian tengah terkadang Kostum sudah berwarna lebih banyak syair, dari pada warni, tetapi pemilihan war keseimbangan antara gerak, Motif Kostum na kurang harmoni, tataan rithem dan syair. kostum kurang ornamen dan- sederhana dalam garapan mo tif ornamen. 4. Klimaks Tidak jelas, terkadang malah Jarang menggunakan tata- lebih menonjol bagian tengah Tata Rias rias, sehingga apabila disorot dari pada penonjolan atau kli Motif dan Bentuk lampu akan menjadi pucat dan maks. kelabu wajah pemain Indang. 5. Penyelesaian seperti tidak- monoton, hanya iramanya Ending/Penyelesaian Irama/Melodi Melodi terlalu berulang dan jelas, terkadang tiba-tiba saja. kurang variasi dan aksen, bah kanitu- tidakke itu ada saja improvisasi. yang diulang, 6. Teknik Suara Lemah, teknik suara banyak- dari tukang aliah dan dikia yang diolah vokalnya. Isi Syair Isi syair sudah bagus, tetapi terlalu kondisional, tidak ada 7. yang baku, dan harus meny elipkan unsur generasi muda. Pemain tidak memiliki nilai- main entertainmen dalam muncul 8. Teknik Muncul Pe- ke panggung. Kasus yang sama pada teknik main keluar malah agak berserakan. 9. DinamikTeknik Keluar Pe- Belum ada penataan dinamik yang lebih membuat takjub. 10. Pertunjukan lebih monoton.

11. Ekspresi rataEkspresi pemain dari memperlihatkan pemain ban- mimikyak yang wajah datar, yang hampir datar rata-saja. Dramatik Tidak adanya tanjakan yang jelas, meski ada tetapi tidak 12. tampak mana yang klimak dan mana yang bagian tengah.

71 Indrayuda & Susmiarti, Idealisme Seniman pada Indang Tradisi

Indang berupaya untuk mempertahankan yang diserahkan kemudian kepada anak muda untuk memainkannya (Kamal. Z, cara penyajian yang telah mereka warisi dari idiom dan struktur yang mapan serta cara- kepemilikan yang tinggi dari para elit adat mempersulit upaya banyak seniman luar dapat2012: mempengruhi48). Seperti halnya pola pikir juga dan Indang, idealisme rasa nenek moyang mereka sebelumnya. Hal itu seniman tersebut. Dengan demikian, kesenian atau memasukan unsur akulturasi pada seperti Indang tidak dapat begitu saja berubah mengalami hambatan dalam memodifikasi tanpa persetujuan berbagai pihak dari elemen terjadi di nagari (desa) tersebut, seperti nagari masyarakat di Padang Pariaman. Sungaikesenian Garinggiang, Indang tradisi Sungai tersebut. Limau, Hal Patamuan, tersebut Dampak dari dukungan para elit adat Tandikek, Sintuak, dan Pincuran Sonsang. terhadap seniman Indang berakibat pada idealisme seniman. Idealisme ini menyangkut idealisme yang berbentuk etnosentrisme dari masalah bentuk dan struktur serta tata cara sebuahJannah komunitas, (2016:3) seperti mengatakan komunitas kesenian bahwa dari pertunjukan kesenian Indang. Akibat dari Indang di Padang Pariaman, cenderung idealisme seniman ini, sulit bagi masyarakat menaruh streotip negatif terhadap orang yang memiliki selera seni hiburan untuk memberikan kritisi terhadap pertunjukan bahwa kelompok lain di luar kelompoknya kesenian Indang agar dapat digunakan merupakandi luar komunitasnya. suatu ancaman, Mereka menganggapatau lebih untuk industri hiburan dan kepariwisataan rendah dari kelompoknya. Bahkan individu di Sumatera Barat. atau kelompok di luar komunitas mereka Pada gilirannya, kesenian Indang menjadi seni yang eksklusif yang hanya berkisar di identitas mereka, dan merusak tatanan yang dalam wilayah komunitas atau yang hanya telahadalah dibangun. orang-orang Kebenaran yang akan dari melemahkan kebudayaan digunakan saat ini di kalangan terbatas saja. mereka, dari sudut pandang mereka secara Artinya, dampak dari idealisme dan fanatisme intuitif adalah suatu kebenaran. Dengan yang berlebihan dari seniman Indang saat ini demikian, sampai saat ini sulit mengubah berakibat pada terpinggirkannya kesenian idealisme seniman dan komunitas kesenian tersebut oleh masyarakat yang berorientasi Indang tradisi di berbagai nagari (desa) saat hiburan. Oleh sebab itu, para pengelola industri ini di Padang Pariaman. hiburan jarang menggunakan kesenian Indang Persoalan idealisme seniman Indang tradisi sebagai sarana hiburan wisatawan, dan tradisi didukung pula oleh hegemoni niniak masyarakat umum, baik di Padang Pariaman mamak dan elit adat yang memelihara dan Sumatera Barat. keberadaan kesenian tersebut. Pada gilirannya, kekuasaan yang diberikan oleh elit adat Penutup dan niniak mamak pada seniman lokal dan pengelolanya menjadi kekuatan bagi seniman Struktur pertunjukan kesenian Indang untuk membudayakan idealismenya dalam Tradisi sudah terbentuk secara metodik, yaitu kesenian Indang. Pada akhirnya kesenian sudah ada prolog atau introduksi, bagian awal, Indang tetap bertahan dengan pandangan dan bagian tengah yang menjadi pusat perhatian, pemikiran lama sehingga garapan kesenian klimaks atau penonjolan, dan penyelesaian. Indang bagi sebagian besar masyarakat Semua bagian dari struktur tersebut terdapat Padang Pariaman dianggap tidak relevan lagi dalam semua garapan kesenian Indang tradisi sebagai seni hiburan rakyat. di Padang Pariaman saat ini. Kesenian tradisi di Pariaman seperti di Permasalahan yang ada pada struktur dan bentuk pertunjukan Indang Duduak adalah kesenian yang dikawal oleh elit adat, adalah struktur yang tidak terangkai dengan artinyadaerah Kapalopemilik Hilalang,kesenian yaitutersebut Ulu Ambekadalah rapi antara satu bagian dengan bagian yang para pemangku adat dan niniak mamak, lain. Selain itu, bagian klimaks terkadang lebih

72 Dance & Theatre Review | volume 2 number 2, November 2019 lemah dari pada bagian awal. Selain itu, sering terjadi pengulangan bagian demi bagian yang dalam Aktivitas seni Budaya. Gelar, 7 ada. Permasalahan tersebut sebenarnya Minangkabau Terhadap Peran Perempuan mampu diurai jika masyarakat pemiliknya Gerak Tari Bujang Sembilan. Ekspresi Seni(2)., bersedia menerima perbaikan dari anggota Efrida,18 E. 2016. Estetika Minangkabau dalam masyarakat di luar komunitasnya. Idealisme seniman memunculkan masalah (1). pada bentuk dan struktur kesenian Indang Hardi, H. 2015. Karakteristik KaryaEkspresi Tari Tradisi. Selain itu, adanya gerak tari yang SeniSyofiani, 17 dalam Berkreativitas Tari kurang variasi, irama musik yang monoton, Minangkabau Eksistensidi Sumatera Tari Barat. Minangkabau warna kostum yang belum tertata baik, dalam Sistem(1). Matrilinial dari Era Nagari, ornamen kostum belum lengkap, dinamika Indrayuda,Desa dan I. 2012. Kembali ke Nagari . Padang: UNP dan dramatika belum tergarap, sehingga Press membuat jemu penonton. Artinya, idealisme seniman yang terlalu fanatik berdampak pada Pengetahuan. Padang: UNP Press. terpinggirnya kesenian Indang dari industri Indrayuda. 2013. Tari Sebagai Budaya dan hiburan. Selain pula tidak diijinkannya “orang luar” mengembangkan bentuk dan struktur Jannah, Nurul. 2016. Hubungan Etnosentrisme kesenian Indang Tradisi. Dengan demikian, dengan Prasangka. Skripsi. Malang: rasa fanatisme dan idealisme seniman Universitas Muhammadiyah Malang. maupun dari pengelola kesenian Indang di Kamal, Z. 2012. Eksistensi Seni Pertunjukan berbagai nagari (desa) di Padang Pariaman Luambek dalam Kehidupan Masyarakat telah merugikan eksistensi kesenian Indang. Pariaman..Nagari Kepala Wacana Hilalang Etnik , 3 Kecamatan 2 Artinya, kesenian Indang tidak mampu X 11 Kayu Tanam Kabupaten Padang mengembangkan dirinya, sehingga masyarakat (1). sekitar tidak mendapatkan manfaat yang Rustiyanti, S., Djajasudarma, F., Caturwati, E., & besar dari keberadaan kesenian tersebut yang Kontekstual.Meilinawati, L. Panggung 2013. Estetika, 23 Tari Minang sebenarnya adalah milik bersama mereka. dalam Kesenian Randai Analisis Tekstual- Struktur Gerak Tari Tupai(1) Jonjang Kepustakaan Sari, DiK. M.,Kanagarian Asriati, A., Lumpo & Darmawati, Kecamatan D. 2013. IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Sendratasik, 2 Terhadap Tari Pasambahan di Kota Asriati,Padang. A. 2016. Humanus Pandangan, 15 Pemangku Adat dan Struktur(1). dalam Tari Wireng di Subagyo, H. 2016. VisualisasiGreget, 9 Garap Cerita (1). Andriani,Antropologis). T. 2012. Pantun Jurnal Sosial Dalam Budaya Kehidupan, 9 PertunjukanMangkunegaran. Kraton Yogyakarta(1). Sebagai Melayu (Pendekatan historis dan Sutiyono,Penanggulangan S. 2010. Krisis Manajemen Pariwisata Seni Pengantar Sosiologi Seni. Padang: UNP(2). Budaya. Bahasa dan Seni, 38 Cauto,Press. Nasbahri dan Indrayuda. 2013. Padang magek Sumatera Barat.(2). Greget, Piriang Jorong Limau Sundai Pasir Talang Syahrial,12 S. 2016. Guna dan Fungsi Tari Piring Desfiarni,Solok Selatan. D. 2013. Humanus Tinjauan, 12 Estetika Tari Struktur(2). Lirik Nyanyian Indang di Nagari (2). Jurnal Vortixa, O., Agustina, A., & Nursaid, N. 2012. Ediwar.Aswara, 2010. Jun Kesenian 2010. Indang dalam Konteks ging Kabupaten Padang Pariaman. Pendi- Budaya Rakyat Minangkabau. dikanKuranji Bahasa Hulu Kecamatandan Sastra IndonesiaSungai Gering, 1 -

Efrida, E. 2016. Toleransi Masyarakat (1).

73