Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi

VOLUME 04, No. 02, April 2018: 137-160

ALUA JO PATUIK SIMARANTANG KARANG MANIH DALAM BINGKAI PROSES KREATIF EFYUHARDI

Fani Dila Sari Dosen Institut Seni Budaya (ISBI) Program Studi Seni Teater [email protected]

ABSTRACT Intellectual beauty is a wonderful thought based on science. The beauty in the sense of a purely aesthetic concerns aesthetic experience of a person in relation to everything dicerapnya. Efyuhardi traditions of knowledge as the son of Pariaman area, as well as the knowledge acquired through the theater Theater Arts education makes work interesting Manih Simarantang Reefs for review of the creative process. Efyuhardi implement cultural creativity in the form of Pariaman to Simarantang identified as Tuo . Efyuhardi creative acts of the creation of the Simarantang Karang Manih shelter on aesthetics is Alua jo Patuik.

Keywords: Simarantang Karang Manih, Efyuhardi, and Alua jo Patuik.

ABSTRAK Keindahan intelektual adalah pemikiran yang indah berdasarkan ilmu pengetahuan. Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Pengetahuan tradisi yang dimiliki Efyuhardi sebagai putra daerah Pariaman, serta ilmu teater yang didapatkannya melalui jenjang pendidikan Seni Teater menjadikan karya Simarantang Karang Manih menarik untuk ditinjau dari proses kreatif. Tindakan kreatif Efyuhardi mengimplementasi budaya Pariaman ke dalam bentuk Simarantang diidentifikasi sebagai Tuo Randai.1 Tindakan kreatif Efyuhardi pada penciptaan Simarantang Karang Manih bernaung pada estetika Minangkabau yaitu Alua jo Patuik.

Kata kunci: Efyuhardi, Proses Kreatif dan Alua jo Patuik, Simarantang Karang Manih.

PENGANTAR Pariaman Simarantang berperan sebagai Salah satu teater rakyat yang saat hiburan dalam kegiatan upacara dan . ini masih hidup di tengah masyarakat Simarantang diperlakukan khusus dalam Minangkabau, khususnya di Pariaman pelaksanaan pertunjukannya sebagai adalah Simarantang. Bagi masyarakat

1Tuo Randai adalah pimpinan dalam proses kreatif pertunjukan Simarantang, dituakan bukan berdasarkan umur, tapi berdasarkan pemahamannya terhadap Simarantang dan kewibawaannya dalam memimpin kelompok.

137 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160 pamenan anak nagari2. Simarantang membentuk gerak legaran, membentuk yang mengusung kekhasannya dalam pamain carito4 dan komposisi karawitan. kaidah-kaidah estetika adalah produk Efyuhardi bertanggung jawab penuh budaya dari kreativitas seniman di terhadap penciptaan Simarantang. Hal masyarakat. Kreativitas seorang seniman tersebut dapat dilihat pada proses kreatif merupakan identitas dan proses simbolis Simarantang Karang Manih. Berdasarkan bagi masyarakatnya. Kekhasan ini dapat kemampuan tersebut Efyuhardi disebut dilihat dari tindak kreatif Efyuhardi Tuo Randai. Pertunjukan Simarantang dalam proses penciptaan Simarantang Karang Manih adalah karya terbaru Karang Manih. Efyuhardi menjelang akhir tahun 2015 Bersama sanggar Alam Takambang yang dapat mewakili tindak kreatif (ABG) Maimbau yang dibentuknya pada Efyuhardi dalam garapan-garapan tahun 1999, Efyuhardi eksis dan pernah sebelumnya yang berbasis materi tradisi. menjuarai festival Randai Se-Sumatera Pertunjukan Simarantang Karang Manih Barat (Efyuhardi, wawancara 1 Agustus hadir sebagai salah satu pengisi acara 2015). Berbeda dari grup Simarantang pada alek di kanagarian5 Sicincin lain yang hanya memainkan satu dan pertunjukan ini mendapat respons lakon Simarantang yang sama di setiap meriah dari penontonnya. Carito Karang pertunjukannya, serta menjadikan judul Manih mengangkat tentang kehidupan naskah itu sebagai nama dari grup seorang gadis yatim piatu yang tinggal Simarantangnya, maka sanggar Alam di rumah pamannya. Ia mendapatkan Takambang (ABG) Maimbau lebih variatif perlakuan buruk dari istri dan anak dalam mengusung lakon pertunjukan laki-laki pamannya. Ketabahan Karang Simarantang. Sanggar Alam Takambang Manih dalam menghadapi problema Maimbau menjadi ruang edukasi seni hidupnya menjadi gambaran dalam dan budaya bagi anggotanya yang rata- penceritaan pertunjukan ini. Menariknya, rata kaum pelajar. Melalui Simarantang seluruh pamain carito6 dalam garapan terbinalah pendidikan karakter dengan Simarantang Karang Manih adalah anak- carito3 yang mengusung nilai-nilai budaya anak. Minangkabau. Kreativitas Efyuhardi meng- Efyuhardi mengorganisir implementasi budaya Pariaman ke terwujudnya sebuah Simarantang dari pelatihan hingga menjadi sebuah 4Pamain carito adalah orang yang memainkan pertunjukan. Dengan pengetahuan dan carito. 5Kanagarian adalah kesatuan wilayah budaya yang kepandaian lebih yang dimiliki, Efyuhardi dilaksanakan secara demokratis dan bersifat federal mampu dalam penciptaan carito, (memiliki otonomi untuk menentukan kebijaksanaan pada wilayahnya sendiri) dalam tatanan budaya Minangkabau, dipimpin oleh seorang wali, yang disebut 2Pemenan anak nagari adalah bentuk kreativitas Wali Nagari. Pemerintah Indonesia memadankannya yang berjalan seiring perkembangan masyarakat dengan keberadaan desa dalam sistem kepemerintahan hingga menjadikannya populer dan diminati di saat ini. daerahnya. 6Pamain curito adalah pemain cerita atau sama 3Carito adalah pengertian dari cerita atau lakon. dengan aktor.

138 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi dalam bentuk Simarantang diidentifikasi Pendekatan konseptual tersebut didasari sebagai Tuo Randai. Pemikirannya penelitian secara kualitatif terhadap terhadap aspek-aspek Simarantang dan proses kreatif Simarantang Karang realitas sosial yang dihadapi tokoh dalam Manih Efyuhardi. carito adalah dualisme yang sejalan. Esensi dasar dari kreativitasnya yakni PEMBAHASAN tiga spirit dari randai7, indang8 dan Definisi Simarantang luambek9. Efyuhardi memiliki dua pemahaman Tiga hal tersebut sangat tampak pada mengenai asal kata Simarantang. Pertama, Simarantang Karang Manih. Batasan Simarantang adalah nama seorang permasalahan pada tulisan ini adalah pedagang keliling yang menciptakan bagaimana etnoestetika Simarantang irama-irama sendiri dalam menjualkan Karang Manih Efyuhardi dan bagaimana dagangannya guna menarik hati pembeli. tindakan kreatif Efyuhardi dalam Irama yang dinyanyikan berulang- penciptaan Simarantang Karang Manih. ulang dan menjadi ciri khas, sehingga Adapun permasalahan tersebut memiliki dikenal dengan dendang Simarantang tujuan menganalisis tindak kreatif dalam dan kisahnya diangkat menjadi cerita penciptaan Simarantang Karang Manih Simarantang. Kedua, Simarantang yang merupakan suatu usaha memahami secara etimologi berasal dari dua suku kekhasan Simarantang secara khusus kata yakni Si dan Marantang. Kata Si ataupun umum. Manfaat dari tulisan merujuk pada benda yakni bisa saja ini diharapkan dapat menjadi bahan orang, panggilan atau pelaku. Marantang analisa dalam memahami etnoestetika merupakan kata kerja rentang setelah dalam penciptaan Simarantang, diberi imbuhan “me” yakni merentang. khususnya Simarantang Karang manih Simarantang adalah pelaku yang dan dapat menambah pengetahuan merentangkan peristiwa, menjabarkan untuk mengembangkan Simarantang kisah, memanjangkan atau mengulurkan di Pariaman. Penulisan yang digunakan cerita sehingga sampai ke masyarakat adalah deskriptif analisis dengan luas. Pelaku yang dimaksud bisa saja kerangka konseptual yaitu kreativitas, orang, panggilan ataupun kelompok etnodramaturgi dan etnoestetika. yang merentangkan kisah (wawancara, 30 Juli 2016). 7Randai yang dimaksud adalah pemahaman masyarakat pariaman yaitu, seni pertunjukan Pemahaman terhadap istilah berupa tari dengan formasi melingkar dan belum Simarantang berhubungan dengan ada unsur cerita di dalamnya 8Indang adalah tarian tradisional daerah Pariaman istilah Randai yang dipahami masyarakat yang berisikan syair dan dalam mengiringi Minangkabau di wilayah lain. Secara gerakan yang disertai kecepatan tangan, tarian ini dimainkan secara duduk satu saf sama seperti bentuk antara Simarantang dan Randai tari dari Aceh, namun penari disertai rapa’i adalah sama, sementara bagi masyarakat yang dipukul secara serentak. 9Luambek adalah kesenian Pariaman yang berupa Pariaman merupakan penamaan bentuk gerakan yang berasal dari gerakan yang yang berbeda. Di Pariaman, istilah mana ada aturan khusus dalam pementasannya.

139 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160 randai merupakan bentuk tari dengan Unsur-unsur Simarantang pola lingkaran, sementara Simarantang a. Kaba merupakan bentuk teater yang Sumber carito pertunjukan dengan pola lingkaran yang memiliki Simarantang adalah kaba. Kaba pengembangan peristiwa yang dibangun merupakan karya sastra Minangkabau oleh pamain carito10. berupa gurindam yang berisikan hikayat, Herizal mengungkapkan bahwa cerita rakyat, legenda, dan lainnya. pada mulanya Simarantang adalah salah Kaba dapat berbentuk tutur atau satu pamenan anak nagari11 berbentuk tulisan. Bakaba sering disebut juga kesenian tari, di dalamnya terdapat bacarito atau dapat diartikan berkabar. langkah silat dan gerakan seperti pencak, Panghoeloe dalam bukunya Kaluak memainkannya berkeliling dalam Randai menyebutkan asal kata dan lingkaran, dan jumlah pemainnya 6 orang pengertian kaba sebagai berikut. anak randai12 bahkan lebih. Randai “Kaba” dipandang dari sudut inilah cikal bakal lahirnya Simarantang. asal katanya dari Bahasa Arab Randai kemudian membawakan kaba “khabarun”, artinya berita atau dan dikembangkan layaknya sebuah warta. “Khabarun” yang diucapkan teater rakyat yang disebut Simarantang “khabar” dalam Bahasa Indonesia berubah lama-kelamaan jadi (wawancara, 5 Juni 2015). “kabar” dan dalam Bahasa Minang diucapkan “kaba”. Tetapi pengertian “kaba” yang dimaksud dalam naskah ini lebih luas dari makna “khabar” menurut logat Arab. Jauh sebelum kata “kaba” dimasukkan ke dalam perbendaharaan kamus Minangkabau, ujud yang terkandung di dalamnya telah tersimpul carito (dari kata sanskerta “ceritera”) yang dimaksud petikan suatu kejadian (1980: 7)

Gambar 1. Kerangka akulturasi randai dengan kaba Pada awalnya tukang kaba identik (ilustrasi: Fani DS). dengan tukang dendang, sebab kaba awalnya dituturkan melalui nyanyian dengan irama-irama khas. Hal ini bertujuan menyampaikan nilai-nilai pendidikan, adat dan agama agar menarik untuk didengar 10Pamain carito adalah orang yang memainkan oleh masyarakat. Kaba menjadi sastra tokoh dalam cerita Simarantang. lisan yang terus berkembang menjadi seni 11Pamenan anak nagari artinya kesenangan suatu muda-mudi di suatu nagari atau desa, biasanya pertunjukan yang disertai alat karawitan merupakan kesenian ataupun permainan rakyat. seperti basijobang, basaluang, barabab 12Anak randai adalah pemain randai yang bergerak dan lain-lain. dalam legaran Simarantang.

140 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi

Perkembangan selanjutnya kaba 1) Goreh didramatisasi dan diwujudkan menjadi Kerumunan orang yang berbaris teater rakyat yang disebut Simarantang. melingkar dalam legaran yang disebut Kaba dalam Simarantang akan anak randai. Anak randai biasanya diantarkan melalui teatrikal dialog oleh berjumlah genap yang terdiri dari enam, pamain carito dan melalui narasi cerita delapan, sepuluh, atau lebih sesuai dengan dendang oleh tukang dendang. dengan kebutuhan dan kapasitas ruang Dua hal ini terjalin menjadi kesatuan pertunjukan. Anak Randai bergerak penceritaan dan gerak dalam legaran mengitari formasi lingkaran yang dipandu Simarantang. aba-aba yang disebut goreh. Tukang goreh berfungsi sebagai b. Karawitan pemberi aba-aba bagi anak randai di Pertunjukan Simarantang dilengkapi dalam legaran dengan mengeluarkan sekelompok pemain karawitan yang vokal atau bersuara. Goreh adalah aba- menjadi bagian dari pertunjukan aba dalam setiap gerak balega (berputar) tersebut. Alat karawitan yang digunakan dalam legaran. Anak randai dalam dalam pertunjukan tersebut di antaranya legaran memainkan pola yang sama , Bansi, , Gandang, , baik itu pola lantai dan pola pukulan Sarunai dan lain-lain. Di antara pemain dengan instruksi tukang goreh dengan karawitan ada seorang tukang dendang berteriak “Apzzz!! Hep, tah, tih, yaa!! yang berfungsi untuk menyampaikan kaba melalui dendang. Dendang adalah 2) Silek seni vokal di Minangkabau berupa Silek merupakan cara mempertahan- gurindam. Kaba yang bukan berupa kan diri dari serangan lawan. Tradisi ilmu dialog akan dinyanyikan. Gurindam silek merupakan warisan leluhur yang ini menjadi penghantar cerita sebelum diwariskan dari satu generasi ke generasi masuk pada dialog awal pamain carito berikutnya secara turun temurun. setiap satu legaran. Secara etimologi Pemimpin dalam suatu perguruan silek dendang berasal dari kata den yang atau bisa dikatakan yang ahli dalam berarti saya dan kata dang berarti silek disebut Tuo Silek. Silek adalah dengung atau bersuara. akronim kata dari si liek (si lincah atau orang yang pintar mengelak). Dalam c. Gerak budaya Minangkabau, seorang pandeka Gerak Simarantang berasal dari silek di samping mahir dalam ilmu bela gerak silek, tari dan tapuak yang disertai diri, juga mahir silek lidah13. Artinya goreh sebagai aba-aba sehingga menjadi seorang pandeka silek juga harus pintar kesatuan dalam legaran. Adapun dalam hal diplomasi. penjelasan lebih rinci sebagai berikut.

13Silek lidah artinya silat lidah atau kemampuan berbicara dan berkata-kata.

141 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160

Silek sebagai permainan disebut gerakan tari tidak dilakukan secara pencak dan sebagai seni bela diri menyeluruh pada satu bagian, tetapi dinamakan silek, pencak sebagai memiliki bentuk yang terpisah. Hal permainan merupakan salah satu bagian ini disebabkan karena gerakan dalam awal mempelajari gerakan silek. Pencak Simarantang harus disesuaikan dengan silat ini disebut dengan bungo silek. dendang yang merujuk pada suasana Bungo silek berarti bunga atau kembang carito Simarantang. Jika suasana carito silat yang menampilkan keindahan Simarantang gembira dendang yang dari gerakan silat. Bungo silek inilah dilagukan adalah dendang gembira, yang kemudian dikembangkan menjadi maka gerakan tari yang dibentuk gerakan dalam legaran. pun berupa gerak tari riang bahkan ditambahkan dengan tari bagurau (suka ria). Sebaliknya jika suasana sedih akan dilagukan dengan dendang ratok, maka gerak tari berupa gerakan lebih sederhana dan pelan.

4) Tapuak Tapuak artinya dalam bahasa Indonesia adalah tepuk. Setelah dendang selesai, pemain legaran selalu menutupnya dengan tapuak. Ada dua tapuak dalam legaran Simarantang, yakni tapuak tangan dan tapuak galembong. Gambar 2. Salah satu gerakan adopsi bungo silek dalam legaran Setiap tapuak memiliki ragam tingkah14. (foto: Fani DS). Dahulunya dalam legaran tidak ada tapuak galembong namun perkembangan 3) Tari kreativitas agar pertunjukan lebih atraktif Gerakan tari dalam pertunjukan maka dihadirkan tapuak galembong15. Simarantang adopsi dari tari gelombang Galembong merupakan celana dan tari bagurau. Gerakan seperti khusus yang dipakai dalam pertunjukan gelombang air laut maju dan mundur Simarantang. Galembong berbentuk dalam legaran. Simarantang sangat seperti celana silat, tetapi mempunyai identik dengan gerakan gelombang yang bagian pisak16 yang besar. Anak randai dibentuk dengan pola lantai melingkar dan para anak randai biasanya berjalan 14Tingkah adalah variasi pola dalam satu permainan. balega berlawanan arah jarum jam. 15apuak galembong adalah gerakan memukul Secara keseluruhan gerakan tari celana galembong yang merupakan celana khusus untuk anak randai yang memiliki pisak datar pada pertunjukan Simarantang memakai disertai tepuk tangan dengan tingkah dan motif sistem rampak. Sistem rampak pada tertentu sesuai dengan suasana ilustrasi cerita. 16Pisak merupakan bagian bawah paha dari

142 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi dalam pertunjukan Simarantang dengan negri sipil sebagai guru SD di daerah gerak tapuak dan goreh dapat berfungsi Maninjau Sumatera Barat. Selanjutnya sebagai pembentuk musik internal. Muzarudin pindah tugas di Taman Anak randai memukul bagian bawah Budaya Padang yang kemudian hingga celana untuk menghasilkan bunyi yang akhir pensiun dengan jabatan kasi di teratur sehingga menambah kemeriahan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera pertunjukan tersebut. Barat. Sementara ibunya berprofesi sebagai ibu rumah tangga tamatan SD. Kesenimanan Efyuhardi Efyuhardi kecil lekat dengan beragam Etnis Minangkabau membangun alat musik tradisional Minangkabau milik peradaban di atas pengetahuan dan ayahnya. Kesenangan terhadap kesenian pendidikan kultural yang lekat dengan tradisional Minangkabau dibentuk ideologi Alam takambang jadi guru. oleh lingkungan keluarganya terutama Ideologi tersebut dijadikan konsep ayahnya. Beragam pengetahuan mengenai berpikir dan berperilaku, bahwasanya kesenian tradisi ia peroleh dari apa yang orang Minangkabau mesti belajar dari ia lihat, rasakan dan serap dari habitus alam dan mempelajari apa pun yang alam Minangkabau. Pendidikan tradisional ada di sekitarnya. Sebab alam adalah Minangkabau adalah pendidikan informal tempat hidup, tumbuh, berkembang dan yang mencakup pada ilmu pengetahuan berbudaya. Alam adalah pusat dalam kulturalnya. Adapun memiliki beberapa proses pendidikan di Minangkabau. Alam sentra basis yang dilalui oleh Efyuhardi takambang jadi guru melekat pada diri adalah sebagai berikut. seorang seniman Minangkabau. Ideologi ini ketat mempengaruhi kreativitas a. Pendidikan sasaran dan seniman dalam penciptaan karya seninya. Sasaran adalah tempat di mana Soedarsono juga menyebutkan interaksi pandeka silek melakukan latihan silek. antara manusia dan alam sekitar banyak Kebanyakan silek tuo menempatkan hubungannya dengan penciptaan karya surau sebagai tempat latihannya. seni, baik dari sisi motivasi penciptaan Surau adalah salah satu basis dari maupun hasil kemudian (2006:14) pendidikan di Minangkabau, jauh Efyuhardi lahir di Pariaman pada 7 sebelum adanya pendidikan formal. November tahun 1974. Ia merupakan anak Surau merujuk pada bangunan tempat dari Muzarudin dan Darwis. Muzarudin ibadah umat Islam. Fungsinya hampir merupakan lulusan jurusan karawitan sama dengan masjid yakni sebagai Akademi Seni Karawitan Padangpanjang. pusat kegiatan keagamaan masyarakat Efyuhardi menyatakan bahwa darah dan pendidikan dasar keislaman. Akan seni turun dari Muzarudin (wawancara, tetapi, karena bangunannya relatif lebih 1 September 2015). Muzarudin yang kecil dari masjid, surau biasanya tidak mengawali kariernya menjadi pegawai digunakan untuk pelaksanaan salat Jumat dan salat Ied. celana.

143 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160

Di Minangkabau, surau kebanyakan menjadikan lapau sebagai tempat maota. lebih dikhususkan sebagai lembaga Lapau menjadi ranah pergaulan yang pendidikan dikarenakan letaknya yang juga tidak boleh dilewatkan oleh laki-laki berdampingan dengan masjid. Istilah Minangkabau, sebab lapau merupakan surau sudah dikenal di Minangkabau jauh tempat berkumpulnya semua kalangan sebelum kedatangan Islam. Efyuhardi memperbincangkan suatu masalah baik menyebutkan setelah Islam masuk ke pribadi maupun umum yang bisa ditarik Minangkabau, silek digunakan sebagai pengetahuan dan pengalamannya. sarana dakwah dan syi’ar agama Islam, Efyuhardi menyebutkan bahwa berbagai hingga saat ini. Ajaran dalam silek lebih hal yang ia dapati dan temui di lapau. banyak dipadukan dengan ajaran Lapau adalah bagian realitas sosial bagi tauhid dan syari’at Islam (wawancara, laki-laki Minangkabau, meski tak semua 16 Agustus 2015). Silek adalah cara yang ada di lapau adalah suatu yang mendekatkan diri kepada alam dan bisa dipakai, namun dapat dijadikan kepada Allah sebagai sang pencipta, pengalaman agar terhindar dari hal dengan sesama manusia dan alam sekitar. yang berkonotasi negatif (wawancara, 1 Proses pendidikan silek, sejak dahulunya September 2015). sasaran silek yang ada identik dengan surau. Surau tempat mengaji agama, c. Pendidikan Formal dan Teater disertai dengan sasaran silek berdiri. Modern Biasanya selepas Magrib, pemuda Efyuhardi telah bermain Simarantang Minang belajar dan mengaji ilmu agama sejak ia duduk di bangku SD pada tahun Islam. Jelang tengah malam mereka 1982. Ia bersekolah di SD Kampung turun ke sasaran yang ada di halaman Guci kecamatan dua kali sebelas enam surau untuk belajar seni bela diri silek. lingkung kabupaten Padang Pariaman provinsi Sumatera Barat. Selain itu ia b. Maota lapau juga sering diajak ayahnya menyaksikan Maota adalah kata dari Bahasa acara-acara adat dan keagamaan yang Minangkabau yang artinya perbincangan menghadirkan seni budaya seperti tari santai atau ngobrol-ngobrol. Sementara indang, salawaik dulang dan seni budaya istilah lapau artinya kedai kopi rakyat. Pariaman lainnya. Tempat ini biasanya dikunjungi oleh Pada tahun 1988 Efyuhardi para lelaki Minangkabau yang bertemu melanjutkan pendidikan sekolah untuk memperbincangkan berbagai menengah pertama di SMP Pakandangan hal sambil menikmati minuman rayon dari SD sebelumnya. Pada masa hangat seperti kopi, teh atau minuman ini ia mulai menggemari drama dan atau makanan lainnya. Maota dapat sering melakukan pentas di sekolahnya. mencerminkan kebiasaan berbudaya Efyuhardi didukung oleh guru seni lisan. Minangkabau dikenal dengan budaya dan disarankan agar melanjutkan suku bangsa berbudaya tutur atau lisan sekolah menengah umum di SMKI

144 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi

(Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) pemainnya. Pemeran utama misalnya di kota Padang pada tahun 1990 sampai haruslah orang yang memiliki vokal 1994. Empat masa pendidikan di yang lantang dan mantap. Dia haruslah SMKI dengan mengambil minat teater seorang pendekar yang mahir balabek, menambah pengetahuannya pada seni gerak khas pesilat, pandangan mata teater baik itu teater tradisi maupun dari seluruh geraknya memperlihatkan teater Barat. Namun Efyuhardi lebih kewaspadaan (Chairul Harun, 1992:112). fokus pada teater tradisi Minangkabau Tuo randai dan pangka tuo adalah khususnya Simarantang yang diminati sama, bahkan jika dikaitkan dengan sedari kecil. Hal ini mendorong Efyuhardi pengetahuan teater barat, bahwa peran untuk melanjutkan studi seni teater tuo randai tak jauh berbeda dengan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta sistem kerja sutradara. Dalam pertemuan dan pendidikan terakhir Efyuhardi teater di Bandungan, Ambarawa tahun merupakan Magister Penciptaan Seni di 1977, telah dirumuskan bahwa “seorang Institut Seni Indonesia Surakarta. sutradara (director) sebagai seorang seniman teater yang mewujudkan naskah d. Tuo Randai Sanggar Alam (visualisasi naskah) secara menyeluruh Takambang Maimbau ke dalam kenyataan teater’. Sebagai Tuo Randai secara etimologi berasal seorang seniman teater ia dituntut kadar dari bahasa Minangkabau yang terdiri pengetahuannya tentang: dari dua suku kata, yaitu tuo berarti 1) Aspek kultural: masalah-masalah tua dan randai yang berarti kesenian kebudayaan pada umumnya; randai. Tuo Randai adalah orang yang 2) Aspek artistik: menguasai masalah dituakan, karena memiliki pengetahuan kesenian pada umumnya. Mempunyai dan kemampuan lebih dalam memimpin, cita rasa, kepekaan, keterbukaan. mengelola, dan bertanggung jawab serta Ia harus bisa mengembangkan berperan penting dalam proses kreatif kreativitas dan orisinalitasnya randai. Dahrizal menyebutkan Tuo Randai dengan menggunakan tiga penggerak adalah pemimpin atau yang dituakan kreativitas (kemauan, imajinasi dan dalam grup Simarantang, sebab memiliki perasan) pengetahuan dan kepandaian lebih dalam 3) Aspek teater: yang dimaksud adalah mengatur adegan, mengatur musik dan pengetahuan tentang pentas. seluruh wilayah artistik dalam permainan Pentas sebagai wadah bagi peristiwa Randai. (wawancara, 28 Agustus 2015) kehidupan manusia yang diwujudkan Adapun penyebutan lain untuk dalam naskah lakon; dan Tuo Randai dijelaskan Harun, bahwa 4) Aspek literer (aspek sastra): yaitu menurut peran dalam sebuah randai menguasai masalah kesusastraan ditentukan oleh pangka tuo randai, pada umumnya (prosa, puisi, drama) karena dialah yang memilih setiap dan masalah-masalah bidang karakter dan kemampuan bersilat setiap kesusastraan pada umumnya (teori

145 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160

sastra, sejarah sastra, kritik sastra), Usang usang diparbaharui serta apresiasi sastra dan drama atau Lapuak-lapuak dikajangi Nan elok di pakai teater (Satoto, 2012:55). Kok singkek diuleh Panjang minta dikarek Efyuhardi tergolong Tuo Randai baru, adalah penggerak lahirnya Nan umpang minta disisik. (Nasroen, 1971:40-41) sanggar-sanggar Simarantang lain di Pariaman dengan Sanggar Alam Terjemahan. Takambang Maimbau sebagai induk yang menetaskannya. Keberadaan Efyuhardi Yang telah usang diperbaharui Yang lapuk diperbaiki ini diakui karna Kurangnya regenerasi Yang baik dipakai dari sanggar-sanggar yang dibentuk oleh Yang buruk dibuang seniman tradisi dahulunya. Tak jarang Jika pendek disambung sanggar atau kelompok Simarantang Yang panjang dipotong Yang rumpang disisip. yang pernah ada di Pariaman sudah tinggal nama dan tidak aktif. Maksud pepatah di atas adalah Berkreativitas dalam garapan bagaimana cara memandang tradisi Simarantang adalah pilihan Efyuhardi, termasuk seni pertunjukan dapat meski berlatar belakang pendidikan diperbaharui atau dikreasikan, sesuai sarjana teater yang juga mengulas ilmu- perkembangan dan disertai pertimbangan ilmu teater barat. Hal ini didasari pada etika dan estetika Minangkabau yakni kecintaan seni tradisi. Keilmuan seni alua jo patuik. Kreativitas yang dilakukan teater yang diterima di jenjang pendidikan Efyuhardi sesuai dengan pandangan dijadikan khazanah kreativitas dalam Murgiyanto sebagai berikut: menata seni tradisi, membangun, mengembangkan dan mengkreasikannya Memelihara tradisi bukanlah sekedar agar tak lapuk dimakan zaman. memelihara bentuk tetapi lebih pada jiwa dan semangat atau nilai-nilai. Analisis Tindakan Kreatif Efyuhardi Maka kita akan dengan lebih leluasa bisa melakukan interpretasi dan dalam Penciptaan Simarantang Karang menciptakan kembali, sekaligus kita Manih. juga akan mewarisi sikap kreatif dan Simarantang hidup dalam ikatan imajinasi yang subur sebagaimana tradisi Minangkabau yang sesuai dengan dimiliki nenek moyang kita yang telah berhasil menciptakan karya- landasan Adat Basandi Syarak, Syarak karya besar di masa lampau. Dengan Basandi Kitabullah. Kearifan lokal demikian, kita akan selalu dapat Minangkabau dapat diserap melalui menyelaraskan semangat kesenian kreativitas estetis yang terdapat pada tradisi dengan perkembangan kehidupan masyarakat pada masa Simarantang. Prinsip Kreativitas juga sekarang (2004:16). terdapat dalam pepatah Minangkabau yakni.

146 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi

Materi-materi pertunjukan Simarantang Karang Manih bernaung Simarantang didasari pada penafsiran pada estetika Minangkabau. Estika terhadap kaba. Keberadaan kaba Minangkabau yang dikenal dengan Alua merupakan ruang dengan berbagai jo Patuik (alur dengan Patuik). kemungkinan estetik yang dipilih Arzul menjelaskan bahwa arti secara Tuo Randai untuk merealisasikan gramatikal kata alua (alur) adalah keseluruhan daya kreasinya. Daya kreasi sesuai dengan prosedur, atau tata cara tersebut muncul melalui telaah terhadap yang berlaku, kelaziman dalam adat. penciptaan carito, yang dilakukan dengan Kata patuik (patut) adalah kepantasan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan atau kelaziman sesuatu terletak pada tafsir yang sudah didapatkan. Kreativitas tempatnya. Dengan demikian, kata alua itulah yang kemudian ditetapkan dalam – patuik adalah kesesuaian sesuatu rencana perancangan pertunjukan berdasarkan kelaziman, prosedur adat Simarantang Karang Manih secara dan terletak pada tempatnya (2014: keseluruhan. 38). Alua jo patuik menjadi ukuran Identifikasi kreativitas estetik dalam menimbang, memutuskan dan Efyuhardi dilihat dari posisinya sebagai bertindak dalam kehidupan masyarakat Tuo Randai di sanggar Simarantang Minangkabau. Dualisme alua dan patuik Alam Takambang Maimbau. Berbeda harus sejalan agar mendapatkan hasil dari sanggar-sanggar Simarantang yang yang indah, cocok, bagus, baik dan biasa menamakan sanggar Simarantang benar. Jika sesuatu hanya alua saja dengan judul carito yang tak lain tapi tidak patuik dapat dipastikan akan adalah nama tokoh utama dalam carito menimbulkan ketimpangan atau konflik. Simarantang dan hanya setia memainkan Sebab alua merujuk pada tata cara, satu carito Simarantang tersebut. aturan dan hukum. Sementara patuik Efyuhardi bersama sanggar ALam yang tidak sesuai dengan alua juga akan Takambang Maimbau justru lebih variatif mendapati ketimpangan dan salah. Sebab dalam mengangkat carito pertunjukan yang dikatakan Patuik harus memiliki Simarantang yang bersumber dari kaba. kepantasan atau kelayakan sesuai Efyuhardi dengan latar belakang dengan alua seperti petitih malatakkan pengetahuan tradisi dan ilmu teater yang sesuatu di tampeknyo (meletakkan dimilikinya menjadikan Simarantang sesuatu di tempatnya). sebagai wadah kreativitas estetik dengan Jika seseorang, masyarakat menata tradisi Simarantang, membangun ataupun suatu lembaga sudah Simarantang, mengembangkan bertindak dengan alua jo patuik maka Simarantang dan mengkreasikannya. rasa damai dan tentram akan tercipta. Tindak kreatif Efyuhardi tersebut Konsepsi alua jo patuik juga didudukan dapat dilihat pada proses penciptaan dalam berkesenian di Minangkabau Simarantang Karang Manih. Aspek-aspek khususnya Simarantang. Sebab peristiwa kreativitas Efyuhardi pada penciptaan Simarantang dan aspek antropologisnya

147 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160 saling berkaitan dan itu terwujud dan Minangkabau agar terlihat rancak. Untuk tercipta. Secara umum, teater tradisional pencapaian pertunjukan Simarantang juga merupakan transformasi dari Karang Manih yang rancak diperlukan antropologi manusia ke dalam sebuah tindak kreatif dalam proses penciptaan pertunjukan. Proses kreatif Simarantang Simarantang Karang manih. Tindak Karang Manih yang sesuai dengan Alua jo kreatif penciptaan Simaratang meliputi Patuik akan tampak rancak. Kata rancak kaidah-kaidah berikut. dapat dipahami secara indrawi yang berarti indah atau bagus dan dipahami a. Penciptaan Carito secara sifat yang berarti baik atau benar. Karang Manih adalah nama kaba. Dahrizal menyatakan, bahwa definisi Kaba merupakan sastra lisan yang tidak rancak adalah nilai berdasarkan Alua diketahui secara jelas pengarangnya. jo Patuik terhadap sesuatu yang dapat Prinsip dari kaba adalah selalu menimbulkan kesenangan bagi yang menceritakan tentang tokoh yakni merasakannya (wawancara, 20 Januari manusia sebagai subjek dengan berbagai 2017). Setiap elemen Simarantang yang permasalahannya yang berhubungan rancak memiliki prinsip dan kaidah- dengan masyarakat dan kebudayaannya. kaidah dalam proses kreatif Simarantang. Maka dari itu lazim judul dari kaba selalu Penilaian dalam sebuah merupakan nama dari tokoh utama yang Simarantang terletak pada pemeranan terdapat dari kaba tersebut. Kaba Karang carito, komposisi legaran dan komposisi Manih disusun oleh Efyuhardi menjadi karawitan yang digarap secara selaras, sebuah carito berupa teks-teks adegan serasi dan seimbang sesuai estetika dengan deskriptif naskah pertunjukan yang akan dilakoni pemain carito

Gambar 3. Bagan Aspek – aspek Simarantang Karang Manih Efyuhardi (ilustrasi: Fani DS)

148 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi dan juga harus dipahami pendukung datuak Gampo Alam dan Ibu dari Magek pertunjukan Simarantang Karang Manih Pilihan); d) Magek Pilihan: Pria berusia lainnya. Teks carito mempermudah 18 tahun, angkuh, sombong dan suka sistem latihan Simarantang, agar lebih berjudi (Anak dari Datuak Gampo Alam tertata dalam membangun rancangan dan Upiak Ramolah); e) Malin Parmato: struktur pertunjukan. Hal ini tentu jauh Pria berusia 20 tahun, baik hati, sopan, lebih efektif dibandingkan cara lama pekerja keras dan tampan (Kakak Karang para Tuo Randai dahulunya yang biasa Manih); f) Upiak Zaitun: Wanita berusia cenderung menjabarkan carito secara 35 tahun, baik hati dan jujur (Tetangga); tutur kepada pendukung pertunjukan g) Parewa: Pemuda berusia sekitar 20-an seperti pamain carito, anak randai, dan tahun, merupakan preman yang suka pamain karawitan. berjudi, dan bersikap seenaknya (Kawan seperjuadian Magek Pilihan) (wawancara, 1) Pamain carito 24 Juni 2016). Pamain carito adalah orang yang Takah harus dipahami oleh berperan sebagai tokoh yang memainkan seseorang yang akan memainkah tokoh, carito dengan karakter yang terdapat pada sebab pamain carito dituntut untuk carito Simarantang. Setiap pemain carito dapat batakah17 kuat. Takah adalah memiliki takah. Takah bisa diartikan aspek pemeranan Simarantang yang sebagai bentuk, namun secara luas dapat berpegang pada kaba yang dijadikan diartikah sebagai kata perumpamaan carito Simarantang. Pemain carito harus yaitu mendekati pengertian kata seperti, mengerti jo nan ampek18 yakni manurun19, kata ibarat, kata laksana dan kata mandaki20, malereng21, dan mandata22. seumpama. Takah adalah imajiner karakter pamain carito yang terdapat di 2) Jalan Carito dalamnya ciri dan identifikasi pamain Jalan carito berarti jalan cerita atau carito. yang disebut juga alua23 carito. Kaba Takah pamain carito Simarantang yang dikembangkan menjadi penokohan Karang Manih menurut Efyuhardi adalah 17 a) Karang Manih: tokoh utama carito, Batakah artinya berkarakter. 18Kato nan ampek adalah empat bagian mengenai gadis berumur 16 tahun, cantik, lemah cara berperilaku atau sopan santun baik berupa lembut, sopan dan baik hati (Kemenakan cara berbahasa dan bersikap menurut lawan bicara. Datuak Gampo Alam); b) Datuak Gampo 19Kato manurun adalah cara berbahasa dan Alam: Pria tahun, berumur 50, tegas bersikap kepada yang lebih muda. dan bijaksana (Mamak Karang manih 20Kato mandaki adalah cara berbahasa dan bersikap kepada yang lebih tua. dan malin parmato, ayah dari Magek 21Kato malereng adalah cara bersikap dan kepada Pilihan dan Suami Upiak Ramolah); hubungan menantu dengan mertua, ipar dan sebaliknya. c) Upiak Ramolah: Wanita berumur 22Kato mandata adalah cara bersikap dan 40 tahun, angkuh, pemarah, pandai berbahasa kepada sesama besar. bermulut manis dan bermuka dua (Istri 23Alua artinya dalam bahasa Indonesia adalah alur (jalan cerita) atau disebut juga dengan plot.

149 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160 dalam carito dijadikan sebagai dasar Alam bernama Upiak Ramolah dan penciptaan peristiwa Simarantang anaknya Magek Pilihan tidak menyukai kemudian dibentuk menurut jalan carito. hal tersebut. Karang Manih yang baik Jalan carito menggerakkan peristiwa budi kerap mendapatkan perlakuan yang dihadapi tokoh utama carito dan tidak adil dan cacian ketika mamaknya dipaparkan menjadi teks. Peristiwa pergi ke ladang. disebut carito jika di dalamnya terdapat Pangka carito dikembangkan menjadi pengembangan peristiwa tokoh utama pakaro. Pakaro adalah konflik yang dari pangka carito menjadi pakaro24 dihadapi tokoh utama dalam carito. hingga mencapai ujuang25 carito. Pakaro Simarantang Karang Manih yaitu Pangka carito adalah persoalan pada saat Magek Pilihan kalah berjudi awal yang terkandung dalam lakon dan ia hendak mengambil kalung milik Simarantang. Pangka carito dapat Karang Manih, namun Karang Manih mengandung tema carito Simarantang menolak dikarenakan kalung tersebut atau secara khusus merupakan ide peninggalan almarhum ibunya. Magek pokok dari carito Simarantang. Pangka Pilihan memaksa Karang Manih sehingga carito menjadi landasan awal dari terjadi perseteruan dan didengar oleh berkembangnya kreativitas estetik Upiak Ramolah. Mendengar jeritan Karang penciptaan Simarantang. Pangka carito Manih, Upiak Ramolah memarahi Karang merupakan persoalan awal yang dihadapi Manih dan berpihak pada anaknya Magek pemain utama carito. Pilihan dan mereka berdua bersekongkol Pada Simarantang Karang Manih mengusir Karang Manih. pangka carito berisikan permasalahan Pakaro akan dikembangkan menjadi awal yang dimiliki Karang manih yang ujuang carito. Ujuang carito merupakan merupakan tokoh utama. Pangka pengembangan peristiwa dari pakaro carito dari Pertunjukan Simarantang hingga mencapai akhir carito. Ujuang Karang Manih adalah Karang Manih carito biasanya berisikan penyelesaian yang merupakan yatim piatu dititipkan atau akhir dari pakaro. Ujuang carito oleh kakaknya Bujang pamenan pada Simarantang Karang Manih menceritakan mamak26 Datuak Gampo Alam karena tentang selang beberapa bulan kemudian, akan pergi merantau. Hal tersebut Bujang Pamenan pulang dari rantau dan disambut baik oleh Datuak Gampo Alam hendak menemui adiknya. Saat tiba di namun sebaliknya, istri Datuak Gampo rumah Datuak Gampo Alam, ia tidak menjumpai adiknya. Bujang Pamenan dikabari oleh Upiak Ramolah dan Magek 24Pakaro artinya dalam bahasa Indonesia adalah perkara,dapat dikatakan pokok permasalahan Pilihan bahwa Karang Manih minggat dak atau konflik. kerap melakukan tindakan tidak senonoh 25Ujuang carito artinya dalam bahasa Indonesia adalah ujung cerita atau akhir dari cerita yang melanggar norma adat dan agama. biasanya berisikan penyelesaian masalah. Mendengar hal mato tersebut, 26 Mamak adalah saudara laki-laki dari Bujang Pamenan tidak mempercayainya ibu

150 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi dan terjadi perseteruannya dengan Magek karawitan yang tak lain adalah anak-anak Pilihan. Perkelahian Malin Parmato dan usia sekolah dasar (SD) hingga sekolah Magek Pilihan mengundang khalayak menengah umum (SMU). Hal tersebut ramai melihat dan kemudian diketahui merupakan daya kreativitas Efyuhardi oleh Datuak Gampo Alam dan melerai dalam membangun Simarantang. perkelahian itu. Datuak Gampo Alam Sebelum masuk pada latihan per yang sudah terpengaruh dengan Istri bagian Simarantang Karang Manih, dan Anaknya turut menyalahkan Karang seluruh pendukung pertunjukan seperti Manih dan hampir terjadi perseteruan anak randai, pamain carito dan pamain dengan Bujang Pamenan yang tidak karawitan diberi pemahaman mengenai terima mendengar kabar mengenai adik carito Karang Manih. Langkah awal perempuannya dengan membahas naskah carito Karang Tak lama kemudian datanglah Manih agar bisa dipahami dramatik upiak Zaitun yang mengetengahi dan pertunjukan yang akan dibangun oleh mengatakan peristiwa sebenarnya dan Efyuhardi. menyatakan bahwa Karang Manih tidak bersalah. Karang Manih juga tinggal 1) Pelatihan Legaran bersamanya. Mendengar hal itu, Datuak Simarantang merupakan teater Gampo Alam marah besar terhadap istri yang tumbuh dan berkembang dalam dan anaknya, dan mengusir mereka masyarakat Minangkabau di Pariaman. berdua karena kejahatannya. Jalan carito Wujud pertunjukan Simarantang berupa Simarantang Karang Manih bersifat formasi melingkar yang disebut legaran. linear. Carito Simarantang Karang Manih Legaran merupakan konsep latar atau mempunyai penjabaran peristiwa yang setting dalam peristiwa Simarantang. terus menerus maju dari pangka carito Legaran berasal dari bahasa Minangkabau menuju pakaro dan sampai pada ujuang yakni dari kata lega yang artinya putar carito. yang diberi imbuhan an yang bermakna artinya putaran. b. Pelatihan Sebelum terciptanya Simarantang, Pelatihan merupakan proses pra legaran sudah ada sebagai gerak-gerak pertunjukan Simarantang Karang indah dalam pola melingkar yang disebut Manih. Selain berupa metode atau teknis randai. Atraksi gerak-gerak indah dari sebelum masuk ke ranah pertunjukan, silat dengan pencapaian sekelompok pelatihan adalah ruang pengenalan dan orang yang tak mesti berakhir di laga. penerapan nilai-nilai adat dan budaya Dahulunya legaran dilatih sepanjang Pariaman oleh Efyuhardi kepada seluruh malam di halaman surau selepas Shalat pendukung pertunjukan Simarantang Isya. Legaran dalam Simarantang Karang Manih. Pendukung pertunjukan dikenal juga dengan sebutan balabek27 Simarantang Karang Manih meliputi pamain carito, anak randai, dan pamain 27Balabek adalah salah satu gerakan silat yakni bergerak dalam lingkaran dengan sikap siaga

151 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160 sebab setiap pergantian adegan selalu sebuah pertunjukan teater tradisional diawali dengan gerakan ini. Gerakan Minangkabau ini hanya sama halnya legaran merupakan penggabungan dengan atau drama lainnya. bungo silek, tari dan tapuak yang disertai Legaran Simarantang Karang Manih goreh sebagai unsur permainan dan dibentuk oleh anak randai yang keindahan. Komposisi gerak legaran berjumlah 16 orang dan di antaranya juga disertai dendang dan alat karawitan terdapat 3 orang tukang goreh sebagai Minangkabau. Unsur-unsur legaran yang pemberi goreh secara bergantian. Hal digarap dengan rampak dan variatif akan ini mempertimbangkan stamina dan menjadikan pertunjukan Simarantang menjaga keseimbangan gerak dalam menarik dan memukau penonton. legaran. Legaran terbagi dua posisi yakni disebut legaran tagak dan legaran duduak. Legaran tagak adalah posisi anak randai berdiri dengan gerak balega28 di dalam legaran dengan fungsi sebagai peralihan adegan. Sementara itu, legaran dengan posisi anak randai duduk dengan fungsi sebagai latar dalam Simarantang yang disebut legaran. Legaran bergerak membentuk lingkaran cincin. Selama tokoh berdialog, pemain legaran duduk Gambar 4. Legaran duduak sebagai latar atau setting sebagai tempat peristiwa dan diposisi lingkaran cincin tersebut lalu adegan Simarantang kembali berdiri memainkan beberapa (Foto: Fani DS). tapuak, gerak tari dan bungo silek sambil berjalan mengikuti lingkaran sebagai Seorang tukang goreh harus bentuk pergantian adegan. Pada saat ini memiliki kemampuan melebihi anak gerakan pemain legaran disertai dendang randai lainnya. Seorang tukang goreh sebagai narasi cerita. harus memahami jalan carito yang Gerak dalam legaran disertai dibawakan, kepekaan terhadap gerakan goreh, tapuak, tari, dan bungo silek dan memahami dendang sebagai patokan akan membuat pertunjukan menarik. dari gerakan yang akan dilakukan. Legaran tidak bisa dipisahkan dari Goreh selalu mempertimbangkan Simarantang sebab merupakan batang panjang gerakan yang disesuaikan dari pertunjukan. Simarantang tidak dengan dendang. Kelantangan suara bisa dikatakan Simarantang jika sangat diutamakan bagi seorang tukang tidak memiliki legaran. Tanpa legaran goreh, dikarenakan seorang tukang goreh harus memberi goreh kepada dengan koordinasi tangan dan kaki yang siap anak randai lainnya ketika memulai menghadapi serangan. suatu gerakan. Goreh yang diucapkan 28Balega artinya berlegaran atau berkeliling.

152 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi tukang goreh pada setiap gerak tapuak yaitu larangan, suruhan, sabar, dan maupun gerak tari disertai dengan perintah. Berdasarkan sifat penghulu kata-kata Apzzz!! Hep, tah, tih ,yaa!! yang demikian, maka ada empat hal Untuk memulai suatu gerakan tukang yang membentuk gerak bela diri sehingga goreh terkadang memvariasikan gerak setiap gerak berisi larangan, suruhan, dengan tapuak sebagai pengganti sabar, atau perintah. Hal tersebut jelas teriakan. Untuk gerakan rampak dengan dilihat dari gerak langkah pasti namun durasi yang panjang, tukang goreh perlahan dengan gerak tangan yang sering menggunakan teriakan panjang disertai gerak ujung-ujung jari. Selain dan keras seperti kata yaa!! untuk itu bungo silek yang digunakan adopsi mengakhiri gerakan tersebut. silek yang terkenal di Pariaman yaitu Tukang goreh mempunyai peran silek sitaralak. Hal ini bisa dilihat dari yang sangat penting dalam memberi langkah, tangkok29, bukak30, kambang goreh melalui teriakan seperti “Assh!!”. tangan31 dan menahan. Gerak inti dari Teriakan tersebut berfungsi sebagai gerak silek sitaralak bermakna hubungan tanda dimulainya suatu gerakan, silaturahmi. karena pada hakikatnya gerak pada Gerak legaran Simarantang Karang pertunjukan Simarantang memakai Manih juga adopsi dari gerak tari galombang sistem rampak. Untuk mewujudkan dan tari bagurau. Asas tari galombang gerak rampak perlu adanya suatu sangat terlihat pada legaran tagak dengan komunikasi yang dilakukan antar anak sikap kaki dan tangan, yang disebut dengan randai dalam pertunjukan Simarantang. kudo-kudo32, gelek33, siku-siku34, ambek35, Goreh berfungsi membentuk komunikasi tapuak. Pergerakan kaki dikenal dengan sehingga kesatuan gerak dalam legaran langkah duo 36dan langkah tigo37, dan tetap rampak. Legaran dibentuk dengan pola lantai 29Tangkok artinya tangkap yakni gerakan tunggal yakni berbentuk lingkaran. Hal menangkap serangan lawan baik serangan tangan atau kaki. mendasar dari pelatihan legaran adalah 30Bukak artinya buka yani upaya melepaskan latihan gerak dengan membuat gerakan kuncian dan ikatan lawan. 31 pencak adopsi dari bungo silek. Bungo Kambang tangan artinya mengembangkan tangan atau merentangkan tangan. silek gerak legaran carito Karang Manih, 32Kudo-kudo adalah kuda-kuda yang artinya sikap tampak menekankan gerakan Luambek berdiri dengan kedua kaki yang terbentang lebar menahan berat tubuh. dan silek sitaralak. Luambek adalah 33Gelek adalah gerakan menghindari serangan seni yang khas mengandung muatan lawan dengan tidak mengubah posisi kaki tapi hanya mengubah posisi badan dari lurus ke lokal sosial budaya Pariaman dengan miring. ciri khas, ialah menciptakan gerak yang 34Siku-siku adalah gerakan menyiku atau bersumber dari Alqur’an dan Hadist serta menggerakkan siku-siku tangan untuk menangkis serangan lawan. alam yang diproyeksikan menjadi gerak 35Ambek adalah gerakan menghambat serangan yang dinamis. Dalam Alqur’an dan Hadist lawan. 36 serta alam terdapat empat perkara, Duo artinya dua 37Tigo artinya tiga

153 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160 langkah ampek38. Keindahannya terlihat Simarantang memiliki teknik pemeranan jika semua penari serempak bergerak yang harus dikuasai oleh pamain carito. tinggi kemudian merendah, sambil maju Tokoh harus sesuai dengan peristiwa dan mundur dengan perlahan, seperti yang dijadikan carito, bukan tokoh gelombang air laut. berdasarkan naskah yang sudah ada. Asas tari bagurau merupakah Pamain carito dengan sendirinya tidak tarian yang biasa dilakukan oleh orang- sekedar harus menguasai aspek-aspek orang sepergaulan yang sedang bekerja pertunjukan Simarantang, tetapi juga bersama-sama dengan berdendang harus mampu menerjemahkan secara bergantian. tujuan bagurau adalah untuk tuntas gagasan-gagasan dasar yang bergurau atau berkelakar dengan tema- tersirat dalam kaba. Kaba sebagai tema meliputi: keluh-kesah, kedukaan, titik tolak carito yang melandasi wujud sindiran, ajakan, suka ria dan rayuan. pertunjukan Simarantang. Spirit tari bagurau terlihat dalam gerak Proses latihan dalam Simarantang legaran yang harus selaras dengan Karang Manih pada dasarnya menempatkan dendang. Adapun anak randai ikut aspek pamain carito sebagai bidang kerja mengulang dendang kalimat terakhir di yang penting. Seluruh jalinan materi- setiap bait yang didendangkan tukang materi pertunjukan, baik yang bersifat dendang sambil terus bergerak dalam visual maupun auditif sangat dipengaruhi legaran. Untuk itu anak randai juga oleh sentuhan esensi silek dari pamain tau dengan seluruh dendang yang carito dan pemahaman kato nan ampek. dibawakan tukang dendang agar sesuai Silek adalah dasar dari pemeranan pamain antara gerakan dan dendang. carito. Dahrizal mengenai tiga esensi silek Anak randai bergerak sesuai tanda pada Simarantang yang harus dimiliki goreh dari tukang goreh dalam legaran oleh pamain carito yakni silek kato, silek Simarantang Karang Manih. Gerak dalam parasaan dan silek fisik Wawancara,( Juli legaran mengikuti gerak tukang goreh 2016). yang dianggap sebagai pemimpin legaran. Gerakan tukang goreh ditiru oleh anak a) Silek Kato randai lainnya berdasarkan goreh Appzz..! Silek kato adalah pengucapan kata- Tah… Tih… Yaa..! Variasi gerak dilakukan kata pamain carito atau bisa disebut dalam berbagai bentuk pengembangan basilek lidah39. Aksi reaksi pamain carito gerak rampak seperti tapuak tangan, dalam bakato40 disebut Silek kato atau tapuak galembong, dan petik jari. dapat dipahami sebagai dialog. Silek kato dalam Simarantang Karang Manih yakni 2) Pelatihan Pamain Carito menggunakan bahasa Minangkabau. Pamain carito merupakan orang yang bermain peran menghidupkan 39Basilek lidah artinya bersilat lidah atau carito Simarantang. Proses latihan kemampuan bercakap-cakap. 40Bakato artinya berbicara atau berkata- 38Ampek artinya empat kata.

154 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi

Efyuhardi menyebutkan prinsip lebih dikenal dengan kato mandata bahasa Minangkabau dalam satu kalimat (kata mendatar) yang diberlakukan pada adalah Sembilan suku kata. Sembilan orang yang se-usia. Parewa biasanya suku kata merupakan yang paling lazim batakah preman kampung, suka bagus dan baik untuk silek kato dan isi buat onar, dan suka berjudi. Parewa dendang, meski dalam bakato bisa dipakai dalam Simarantang Karang manih delapan, Sembilan dan sepuluh suku berjumlah tiga orang. tiga orang ini kata (wawancara, 1 September 2015). cenderung dilatih improvisatoris41 untuk Hal ini dapat dilihat pada penggalan silek membangun komedi dan diutamakan kato Bujang Pamenan di Simarantang lebih berinteraktif dengan penonton Karang manih pemeran Bujang Pamenan Simarantang Karang Manih. berikut. b) Silek Perasaan Ma-mak- kan-duang -di-ba-dan-di-ri, Silek parasaan merupakan wujud 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ekspresi yang mewakili perasaan dan Mang-ko- am-bo- da-tang- ka-ma-ri, emosi dari suasana hati pamain carito. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Silek parasaan terkait dengan gaya, Da-nga-kan- nan- am-bo-sam-pai-kan, mimik dan olah rasa yang lahir dari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 respon terhadap lawan main. Efyuhardi Di-ha-ri nan-sa-pa-gi-nang-ko, menyebutkan Pamain carito Simarantang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Karang Manih harus melakukan De-nai-mam-ba-ri-ta-hu-ma-mak, pendekatan empiris terhadap situasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 yang dialami tokoh agar mampu mewakili Ba-so-nyo-de-nai- ka-ma-ran-tau, takah tokoh Simarantang Karang Manih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (wawancara, September 2015). Iyo- ka-ra-nah- in-do-pu-ro, 1 2 3 4 5 6 7 8 c) Silek Fisik Un-tuang - mu-jua su-ra-tan hi-duik, Silek fisik maksudnya adalah aksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 reaksi gerak atau laku pamain carito Mam-baok-ba-keh-ka-kam-puang-nang-ko yang didasari dari silek kato dan silek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 parasaan. Selain itu pada silek fisik juga menekankan pada cakak yang artinya Setiap pamain carito Karang manih perkelahian. Pertunjukan Simarantang dilatih untuk mampu dan harus bakato Karang Manih ada bagian perkelahian dengan pola ucap delapan, sembilan dan sebagai unjuk kemampuan seni beladiri sepuluh suku kata kecuali parewa. Parewa dari suatu nagari. Silek fisik merupakan adalah pamain carito yang biasanya hadir salah satu bagian yang menarik dan dalam adegan-adegan parodi dan komedi ditunggu oleh penonton Simarantang. dalam Simarantang. Parewa lebih sering menggunakan bahasa keseharian atau 41Improvisatoris adalah teknis pemeranan dengan kemampuan improvisasi.

155 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160

Ketiga esensi silek ini merupakan spesifiknya latihan karawitan merujuk kaidah-kaidah yang harus dikuasai pada penggunaan alat-alat karawitan seorang pamain carito agar tampak dan dendang. rancak. Kecakapan pamain carito dalam Kehidupan budaya masyarakat kato, parasaan dan fisik menjadi kunci Pariaman, dapat tercermin dari silek kato dasar dari kemampuan pamain carito. Simarantang, baik dialog yang diucapkan Pada silek kato dibutuhkan kecerdasan yang penuh dengan pantun dan syair dalam berkata-kata, silek perasasan serta prosa liris yang berupa untaian membutuhkan kepekaan dan sensitivitas bait yang masing-masing bait umumnya dalam mewujudkan laku dan silek fisik terdiri dari empat baris, dua baris berisi membutuhkan ketangkasan dalam sampiran, sedangkan dua lainnya berisi bergerak. Tiga lakuan ini harus sesuai maksud yang sebenarnya. Hal tersebut dengan alua jo patuik yakni kato nan tampak dalam proses penciptaan ampek dengan mempertimbangkan Simarantang Karang Manih yang ditata. lawan main di dalam carito Simarantang Efyuhardi menyadari perlunya bait-bait Karang Manih. tersebut untuk menjaga irama-irama pertunjukkan agar sesuai dengan Alua 3) Pelatihan Karawitan jo Patuik. Karena sifatnya yang liris, Pelatihan karawitan pada terikat dengan jumlah suku kata dan Simarantang Karang Manih, mencakup adanya sajak, syair, dan pantun. Kaba pada wilayah bunyi-bunyian yang didramakan dan juga didendangkan. Di dikomposisikan selaras, serasi dan dalam Simarantang bagian-bagian kaba seimbang dengan menggunakan raso didramakan menjadi silek kato dan yang yang terdapat dalam carito Karang didendangkan disebut gurindam. Manih. Bunyi-bunyian yang dimaksud Efyuhardi menyebutkan, bahwa tidak hanya berasal dari alat kerawitan, dendang dapat dibagi menjadi empat namun juga dari gurindam, kreasi gerak jenis. Pertama dendang ratok yaitu berupa tapuak yang disertai goreh. dendang yang berisikan ratapan, sedih Bunyi-bunyian ini didapat dikreasikan atau mengiba-iba. Kedua dendang sesuai dengan suasana carito. Sesuai gembira yaitu dendang suka ria tentang dengan ungkapan adat Saciok bak kesenangan dan bahagia. Ketiga Dendang ayam, sadantiang bak basi. Maksudnya indang adalah dendang yang bersahut- antara sesuatu yang harus sejalan atau sahutan yang berisikan pituah adat dan selaras. Maka dari pada itu pelatihan iramanya mengikuti irama dendang tari karawitan dalam Simarantang Karang indang. Keempat dendang salawaik Manih diperlukan diskusi seluruh merupakan dendang yang berisikan pendukung Simarantang Karang Manih dzikir dan salawat atas nabi. dalam menentukan bunyi-bunyian yang Adapun alat karawitan yang mendukung suasana carito termasuk digunakan dalam pertunjukan di dalamnya dendang. Tapi lebih Simarantang Karang Manih yaitu

156 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi saluang42, bansi43 dan talempong pacik44 adalah dendang penutup atau terakhir. (terdiri dari gandang, talempong dan Dendang pada Simarantang Karang sarunai). Saluang dan bansi digunakan Manih berfungsi dalam pergantian dalam mengiring dialog dan dendang. adegan, mengisi suasana gerak dengan Talempong pacik digunakan dalam irama vokal yang bisa disertai dengan penyemarak suasana atau sebagai alunan karawitan. Dendang dapat pemanggil khalayak. Beragam dendang menjadi pembatas atau selingan antara berkembang di Minangkabau yang adegan yang satu dengan adegan bisa digunakan dalam pertunjukan selanjutnya. Dendang dapat menjadi Simarantang Karang Manih. Setiap pengatur langkah gerak anak randai dendang dipilih sesuai dengan alua carito yang dikomandoi tukang goreh. Dendang Simarantang Karang Manih. Simarantang Karang Manih berupa Efyuhardi mengungkapkan ada tiga gurindam dengan irama A-B-A-B. buah dendang yang harus dibawakan Seorang anak randai harus sangat dalam pertunjukan Simarantang. Tiga hafal dengan setiap dendang yang buah dendang ini, sudah menjadi digunakan dalam satu pertunjukan konvensi wajib atau ketentuan yang Simarantang karena kode yang akan disepakati oleh para Tuo Randai ketika diberikan tukang goreh harus sesuai penjurian Festival Randai Minangkabau dengan tukang dendang. Anak randai di Sumatera Barat (wawancara, 1 di pertunjukan Simarantang Karang September 2015). Tiga dendang wajib Manih tidak hanya berfungsi untuk tersebut di antaranya adalah dendang menampilkan seni gerak saja, akan tetapi dayang daini, dendang simarantang dalam beberapa bagian pertunjukan randah dan dendang simarantang tinggi. anak randai melantunkan pengulangan Dendang dayang daini merupakan dendang yang disampaikan oleh tukang dendang pembukaan yang berisikan kata dendang dengan cara bersama-sama. persembahan dan sambutan kepada Begitu juga tukang dendang harus niniak mamak atau pemimpin adat dan dapat melantunkan dendang yang telah penonton Simarantang keseluruhan. ditetapkan tanpa mengubah batang Dendang simarantang randah merupakan dari irama melodi tersebut. Kaba yang dendang pengisi legaran pertama, didendangkan dalam suatu pertunjukan sementara dendang simarantang tinggi Simarantang memiliki bentuk melodis yang mengandung unsur-unsur ritmis di dalamnya. Berikut alur dendang 42Saluang adalah alat musik tiup Minangkabau yang terbuat dari talang dengan empat lubang. Simarantang Karang Manih. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. 43Bansi adalah Alat musik tiup Minangkabau 4) Pertunjukan Simarantang Karang dengan tujuh lubang yang terbuat dari talang Manih dengan panjang kira-kira 33,5-33,6 cm dengan diameter 2,5-3 cm. Pertunjukan Simarantang Karang 44Talempong pacik adalah Suatu jenis kesenian Manih ditampilkan sebagai hiburan dalam berbentuk ensambel telempong.

157 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160 acara alek nagari Kanagarian Sicincin Sesekali tampak gerak jari-jari tangan Kabupaten Padang Pariaman pada anak randai mengisi setiap pencak yang tanggal 5 September 2015. Pertunjukan khas adopsi dari seni luambek serta digarap dengan durasi 1 jam 20 menit, diselingi tapuak galembong. Dendang perihal tersebut dapat dikatakan berganti bunyian talempong pacik, anak pertunjukan Simarantang Karang Manih randai bergerak rampak membentuk tergolong singkat dibandingkan dengan formasi lingkaran dipandu goreh dan pertunjukan Simarantang tradisi yang akhirnya duduk. Tuo Randai masuk ke biasa dipertunjukkan selama beberapa tengah legaran duduak memberi kata malam berturut-turut. Efyuhardi persembahan dan kembali keluar legaran menyebutkan pertunjukan Simarantang setelah kata persembahan berakhir. Karang Manih merupakan rangkaian Talempong pacik kembali berbunyi, acara terakhir dan dianggap acara puncak seruan goreh mulai mengatur gerakan dari alek nagari karena sangat ditunggu agar anak randai kembali berdiri. Anak oleh masyarakatnya (wawancara, 5 randai beraksi dengan tapuak tangan September 2015). Hal ini dapat dilihat dan tapuak galembong serta melangkah dari apresiasi masyarakat yang bertahan kecil mengelilingi formasi searah jarum hadir untuk menyaksikan Simarantang jam. Simarantang randah kemudian hingga akhir pertunjukan. Meski malam didendangkan dengan iringan saluang telah larut dan pementasan baru bisa dan anak randai kembali bergerak hingga dimulai menjelang pukul 02.15 WIB. dendang Simarang randah berakhir dan, Sebelumnya ada beberapa penampilan berganti bunyi talempong pacik. Anak seni budaya seperti tari randai, indang randai melangkah kecil searah jarum dan sebagainya. jam menunggu goreh, kemudian goreh Bunyi talempong pacik membuka diteriakkan tukang goreh. Anak randai pertunjukan Simarantang Karang kembali bergerak atraktif maju dan Manih. Anak randai yang berjumlah keluar legaran sambil tapuak tangan 16 orang masuk ke arena pertunjukan dan tapuak galembong sampai akhirnya memainkan tapuak tangan disertai goreh anak randai kembali membentuk legaran dan berbanjar 2 baris dengan posisi duduak. saling berhadapan. Setiap baris terdiri Legaran duduak adalah tanda akan dari 8 anak randai yang terus tapuak dimulainya adegan. Pamain carito masuk tangan sampai talempong pacik berhenti ke tengah legaran dan mulai menjalankan berbunyi. Dayang daini didendangkan, carito sesuai takah masing-masing yang anak randai serempak melakukan sudah diatur dalam pelatihan pamain gerakan bungo silek dengan tujuan carito. Legaran duduak adalah saat bagi sembah pada Allah dan salam kepada pamain carito berperan dengan keahlian niniak mamak serta penonton yang hadir silek kato, silek parasaan dan silek seraya mengulang dendang di setiap fisik yang didukung bunyi-bunyian alat kalimat terakhir dari bait dendang. kerawitan untuk menciptakan suasana.

158 Fani Dilasari, Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih Efyuhardi

Sementara anak randai istirahat dan Adegan selanjutnya akan dimulai, begitu tetap berada di formasi lingkaran, namun seterusnya hingga legaran terakhir yang tidak terikat dengan adegan yang terjadi ditutup dengan dendang Simarantang di tengah legaran. Anak randai boleh Tinggi. saja duduk santai dan ikut menjadi penonton pertunjukan, atau anak randai KESIMPULAN dan penonton juga bisa saja merespons Tulisan ini pada dasarnya peristiwa yang sedang berlangsung menjelaskan aspek-aspek teater rakyat untuk mendukung carito. di Pariaman, yang disebut Simarantang. Saat adegan berakhir akan disambut Penjelasan tulisan ini terfokus oleh bunyi iringan talempong pacik, sebagaimana tertera pada judul “Alua kemudian anak randai berdiri dan jo Patuik Proses Kreatif Simarantang bergerak mengikuti goreh membentuk Karang Manih Efyuhardi”. Proses kreatif legaran tagak. Saat legaran tagak anak Efyuhardi mengidentifikasi bahwa randai kembali aktif bergerak dengan Simarantang memiliki kaidah-kaidah rampak lengkap beserta bungo silek, estetika yang khas sebagai produk tari dan tapuak mengikuti goreh seperti budaya masyarakat melalui kreativitas sebelumnya. Saat tukang dendang seorang Tuo Randai. Hal ini dapat dilihat mulai berdendang, anak randai menari dari tindak kreatif Efyuhardi dalam selaras dengan irama dendang yang penciptaan Simarantang Karang Manih. diiringi alunan bansi atau saluang dan Tindak kreatif Efyuhardi pada penciptaan anak randai juga selalu mengulang Simarantang Karang Manih bernaung kalimat terakhir dari bait dendang yang pada estetika Minangkabau yaitu Alua dibawakan tukang dendang. jo Patuik. Alua jo patuik Simarantang Setiap legaran tagak memiliki variasi Karang Manih merupakan rangkaian dari gerak yang berbeda merujuk pada dendang hasil cerapan pengetahuan-pengetahuan yang dibawakan tukang dendang. Variasi yang didapatinya dari pendidikan gerak disesuaikan dengan jumlah legaran formal maupun didikan sosio-culture yang akan dipertunjukkan sebagai yang sangat mempengaruhi ruang pengantar adegan agar pertunjukan kesenimanannya. Capaian penciptaan lebih semarak dan atraktif. Setelah Simarantang yang sesuai dengan Alua dendang di setiap legaran berakhir, jo Patuik akan dikatakan rancak. Kata anak randai akan kembali melangkah rancak dapat dipahami secara inderawi mengitari pola legaran dan melangkah yang berarti indah atau bagus dan maju serempak sembari tapuak tangan dipahami secara sifat yang berarti baik kemudian melangkah keluar kembali atau benar. Setiap aspek Simarantang sembari atraksi tapuak galembong yang rancak memiliki kaidah-kaidah hingga tukang goreh meneriakkan goreh dalam proses kreatif Simarantang. tanda mengakhiri gerakan dan anak Adapun prinsip dan kaidah-kaidah dalam randai kembali pada legaran duduk. penciptaan Simarantang Karang Manih

159 Jurnal Kajian Seni, Vol. 04, No. 02, April 2018: 137-160 dapat dilihat pada proses kreatifnya yaitu Soedarsono. “Garap Tari Nusantara 1 penciptaan carito, pelatihan sampai pada (makalah mata kuliah Pascasarjana pertunjukan Karang Manih. S2)”. Surakarta: Institut Seni Indonesia Surakarta, 2006. DAFTAR PUSTAKA Arzul. “Nilai-nilai Pendidikan Karakter NARASUMBER Dalam Randai Bujang Sampai di Efyuhardi (40), Seniman/Tuo Nagari Gunuang Rajo Kecamatan Simarantang, pimpinan sanggar Batipuah Kabupaten Tanah Datar”. Alam Takambang Maimbau Padang: Disertasi Studi Ilmu (ABG) dan pengajar seni teater Pendidikan Program Pascasarjana di ISI Padangpanjang. Alamat: Universitas Negeri Padang, 2014. Kampung Guci Kecamatan 2x 11 Harun, Chairul. Kesenian Tradisi di Enam Lingkung Kabupaten Padang Minangkabau. Jakarta: Proyek pariaman Sumatera Barat. Pembinaan Media Kebudayaan Herizal Zendra (51) Sekretaris Ditjen Kebudayaan, Mendikbud, kerapatan adat nagari Padang 1922. Pariaman Kecamatan Nan Sabaris Murgiyanto, Sal. Tradisi dan Inovasi. dan pemerhati Simarantang. Jakarta: Widya Sastra, 2004. Alamat: Korong Kampung Tangah Nasroen. Dasar Falsafah Adat Kanagarian Kurai Taji Kecamatan Minangkabau. Jakarta: Bulan Nan Sabaris Kabupaten Padang Bintang, 1971. Pariaman Sumatera Barat. Panghoeloe, Rasyid Manggis Dt Radjo. Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto Kaluak Randai. Jakarta: Proyek (58) Tuo randai dan Budayawan Penerbitan Buku Sastra Indonesia Minangkabau. Alamat: Siteba Kota dan Daerah, 1980. Padang Sumatera Barat.

160