perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK
(Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Penyusun : TRIYATNO WISNU HARJONO
D 1206569
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Persetujuan pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
(Drs. Mursito BM, SU) (Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D) NIP. 195 30727 198003 1001 NIP. 197 10217 199802 1001
commit to user
i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari : Tanggal :
1. Ketua : Drs. Adolfo Eko S., M.Si ( ) NIP. 195 80617 198702 1001
2. Sekretaris : Dra. Indah Budi R, SE, M.Hum ( ) NIP. 195 80317 199010 2001
3. Penguji I : Drs. Mursito BM, SU ( )
NIP. 195 00926 198503 1001
4. Penguji II : Sri
Hastjarjo, S.Sos, Ph.D ( )
NIP. 197 10217 199802 1001
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Drs. H. Supriyadi SN, SU
NIP. 195 30128 198103 1001
MOTTO
S K R I P S I
tak akan selesai
jika kau hanya mampu menuliskan huruf S
“The mass media may not successful in telling us what to think, but they are
stunningly successful in telling us what think about”
( Bernard Cohen )
I don’t follow you …
( McLuhan )
commit to user
iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya haturkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
Karya ini saya persembahkan untuk
….
Keluargaku, orang tua dan saudara
yang selalu ada dalam hidupku untuk selalu memberikan yang terbaik.
Semua teman dan sahabat,
commit to user
iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang selalu memberikan pengalaman
baru dalam hidupku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
tuntunan dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
dan lancar. Proses penulisan skripsi ini banyak memberikan arti kepada penulis,
karena dengan skripsi ini penulis bisa mempunyai kesempatan belajar dalam
berbagai hal dari banyak pihak. Dengan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK
(Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian
Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)”.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dibalik penyusunan Skripsi ini terdapat banyak
orang – orang luar biasa yang memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan
serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Drs. Mursito BM, SU, selaku dosen Pembimbing I yang telah membimbing
dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi.
commit to user
v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D, selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan,
arahan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
lancar.
3. Bapak Ibu petugas perpustakaan, terima kasih atas kesempatan dan
kerjasamanya untuk meminjam buku selama penulis menyusun skripsi.
4. Para responden yaitu mahasiswa Anggota BEM Hukum UNS, terima kasih
karena bersedia meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan penulis.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam
rangka kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Surakarta, November 2010
Penulis
commit to user
vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ...... i
PENGESAHAN ...... ii
MOTTO ...... iii
PERSEMBAHAN ...... iv
KATA PENGANTAR ...... v
DAFTAR ISI ...... vii
DAFTAR BAGAN ...... xii
DAFTAR TABEL ...... xiii
DAFTAR GAMBAR ...... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...... xvii
ABSTRAK ...... xix
ABSTRACT ...... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...... 1
B. Perumusan Masalah ...... 9
C. Tujuan Penelitian ...... 9
D. Manfaat Penelitian ...... 10
E. Kerangka Pemikiran dan Teori ...... 10
commit to user
vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Konsep Komunikasi Massa ...... 10
2. Fungsi Komunikasi Massa ...... 15
3. Efek Komunikasi Massa ...... 17
4. Surat Kabar ...... 22
5. Persepsi ...... 26
6. Citra ...... 31
F. Diagram Variabel Penelitian ...... 37
G. Hipotesis ...... 38
H. Definisi Konsepsional dan Operasional ......
1. Definisi Konsepsional ...... 38
2. Definisi Operasional ...... 39
I. Metodologi Penelitian ...... 52
1. Tipe dan Jenis Penelitian ...... 52
2. Lokasi Penelitian ...... 53
3. Populasi dan Sampel ...... 53
4. Jenis Data ...... 54
5. Teknik Pengumpulan Data ...... 54
6. Analisis Data ...... 54
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Deskripsi Surat Kabar Harian Kompas 55
1. Sejarah Sejarah Surat Kabar Harian Kompas...... 55
2. Oplah dan Sirkulasi Kompas...... 59
3. Kebijakan Redaksional ...... 61
4. Pola Liputan Kompas ...... 64
commit to user
viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Wartawan Kompas ...... 65
6. Idealisme Kompas ...... 67
B. Deskripsi Berita Antasari Azhar 68
C. Karakteristik Responden 70
1. Sejarah Fakultas Hukum UNS ...... 70
2. Visi, Misi Dan Tujuan ...... 71
3. Unsur Kemahasiswaan ...... 73
1. Dewan Mahasiswa (Dema) ...... 73
2. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ...... 74
3. Himpunan Mahasiswa ProgramNonReguler (HIMANONREG) 77
4. Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) ...... 78
BAB III PENYAJIAN DATA
A. Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas 82
1. Frekwensi Responden ...... 83
2. Tingkat Perhatian Responden ...... 84
3. Tingkat Intensitas Responden …...... 86
4. Tingkat Perhatian dilihat dari Waktu Luang Responden ...... 87
5. Motivasi Responden …...... 88
6. Berita Antasari membantu pergaulan ...... 89
7. Minat Membaca Berita ...... 91
8. Motivasi Membaca Berita Antasari di Kompas...... 92
9. Motivasi menulis opini ...... 93
10. Minat Diskusi dengan orang lain tentang Antasari ………………. 95
B. Persepsi Mahasiswa Terhadap Citra KPK
commit to user
ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan 99
Landasan Peraturan Perundang-undangan
2. Persepsi Sebagai lembaga hukum yang memegang asas kepatutan 100
dalam menangkap koruptor
3. Persepsi Sebagai lembaga hukum yang adil dalam memberantas 101
korupsi
4. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu 102
memberikan informasi yang benar terhadap masyarakat
5. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu 104
memberikan informasi secara jujur terhadap masyarakat
6. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu 105
menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak diskriminatif
7. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 106
bertanggungjawab atas setiap kegiatannya
8. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 107
melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai undang-undang
9. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 108
mendahulukan kesejahteraan umum
10. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 109
aspiratif
11. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 110
akomodatif
12. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 111
selektif
commit to user
x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13. Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan 113
Landasan Peraturan Perundang-undangan
C. Faktor-faktor Eksternal 117
1. Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan...... 117
2. Kedekatan Responden Dengan Kelompok Pergaulan...... 119
3. Media Lain Yang Dijadikan Sumber...... 120
BAB V ANALISIS DATA 124
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...... 128
B. Saran ...... 128
DAFTAR PUSTAKA ...... 130
LAMPIRAN
commit to user
xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Proses Persepsi 29
Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra 34
Bagan 1.3 Skema Penelitian 37
commit to user
xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Oplah Kompas Tahun 1965 – 2001 60
Tabel 2.2 Sirkulasi Kompas pada tahun 2003 61
Tabel 3.1 Frekuensi Responden Membaca Berita Antasari di Kompas 83
Tabel 3.2 Tingkat Perhatian Responden Membaca Berita Antasari di 85
Kompas
Tabel 3.3 Tingkat Intensitas Responden Membaca Berita Antasari di 86
Kompas
Tabel 3.4 Waktu Luang Responden Dalam Membaca Berita Antasari 88
di Kompas
Tabel 3.5 Motivasi Responden Mengikuti Kasus Hukum Antasari di 89
Kompas
Tabel 3.6 Berita Antasari di Kompas Membantu Perbincangan dengan 90
Teman-teman BEM
Tabel 3.7 Berita Antasari di Kompas Memberikan Kesenangan dan 92
Hiburan
Tabel 3.8 Motivasi untuk Selalu Membaca Berita Antasari di Kompas 93
Tabel 3.9 Motivasi Menulis Opini di Surat Kabar Mendukung KPK 94
Tabel 3.10 Minat Berdiskusi Tentang Antasari Dengan orang lain 95
Tabel 3.11 Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas tentang Berita Antasari 97
Tabel 3.12 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum 100
Yang Selalu Mengutamakan Landasan Peraturan Perundang-
undangan
commit to user
xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 3.13 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 101
Hukum Yang Memegang Asas Kepatutan Dalam
Menangkap Koruptor
Tabel 3.14 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 102
Hukum Yang Adil Dalam Memberantas Korupsi
Tabel 3.15 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 103
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan
Informasi Yang Benar Terhadap Masyarakat
Tabel 3.16 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 104
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan
Informasi Secara Jujur Terhadap Masyarakat
Tabel 3.17 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 105
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Menjalankan
Tugas Dan Fungsinya Secara Tidak Diskriminatif
Tabel 3.18 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 106
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Bertanggungjawab Atas
Setiap Kegiatannya
Tabel 3.19 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 107
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Melaporkan Hasil Akhir
Kepada Rakyat Sesuai Undang-Undang
Tabel 3.20 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum 108
Pemberantas Korupsi Yang Mendahulukan Kesejahteraan Umum
Tabel 3.21 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum 109
Pemberantas Korupsi Yang Aspiratif
commit to user
xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 3.22 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 111
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Akomodatif
Tabel 3.23 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum 112
pemberantas korupsi yang selektif
Tabel 3.24 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 113
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Seimbang Dalam
Menjalankan Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Dan
Kewajiban Dalam Memberantas Korupsi
Tabel 3.25 Persepsi Responden Terhadap Citra KPK 115
Tabel 3.26 Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan 118
Tabel 3.27 Tingkat Pengaruh Kelompok Pergaulan 119
Tabel 3.28 Banyaknya Media Massa Lain 120
Tabel 3.29 Faktor-faktor Eksternal 122
Tabel 4.1 Tabulasi Silang Variabel X dan Y 125
Tabel 4.2 Tabulasi Silang Variabel Z dan Y 126
commit to user
xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Sirkulasi Nasional Kompas 2008 2
Gambar 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat 3
Pendidikan 2008
Gambar 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 3
Gambar 2.1 Kewenangan Antasari Dilepaskan 69
Gambar 2.2 Logo BEM 74
commit to user
xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel skor Item Pertanyaan Penggunaan Surat Kabar
Lampiran 2 Tabel skor Item Pertanyaan Persepsi Terhadap Citra Kpk
Lampiran 3 Tabel skor Item Pertanyaan Faktor-Faktor Eksternal
Lampiran 4 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable X
Lampiran 5 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Y
Lampiran 6 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Z
Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari BEM
Lampiran 9 Berita Kompas 1 Mei 2009
Lampiran 10 Berita Kompas 2 Mei 2009
Lampiran 11 Berita Kompas 4 Mei 2009
Lampiran 12 Berita Kompas 5 Mei 2009
Lampiran 13 Berita Kompas 6 Mei 2009
Lampiran 14 Berita Kompas 7 Mei 2009
Lampiran 15 Berita Kompas 8 Mei 2009
Lampiran 16 Berita Kompas 9 Mei 2009
Lampiran 17 Berita Kompas 10 Mei 2009
Lampiran 18 Berita Kompas 11 Mei 2009
Lampiran 19 Berita Kompas 12 Mei 2009
Lampiran 20 Berita Kompas 14 Mei 2009
Lampiran 21 Berita Kompas 15 Mei 2009
Lampiran 22 Berita Kompas 16 Mei 2009
commit to user
xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 23 Berita Kompas 17 Mei 2009
Lampiran 24 Berita Kompas 18 Mei 2009
Lampiran 25 Berita Kompas 20 Mei 2009
Lampiran 26 Berita Kompas 23 Mei 2009
Lampiran 27 Berita Kompas 24 Mei 2009
Lampiran 28 Berita Kompas 26 Mei 2009
Lampiran 29 Berita Kompas 2 Juni 2009
Lampiran 30 Berita Kompas 12 Juni 2009
Lampiran 31 Berita Kompas 23 Juni 2009
Lampiran 32 Berita Kompas 26 Juni 2009
Lampiran 33 Kuesioner Penelitian
commit to user
xviii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
TRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK (Studi Korelasi antara Penggunaan Berita
Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK) Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
2010.
Kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berawal dari Antasari Azhar yang terjebak kasus pembunuhan, pemberitaan tentang Antasari bisa merubah persepsi tentang tugas, status, organisasi, wewenang dan tanggung jawab KPK. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan yang lebar antara tuntutan dan harapan masyarakat akan kualitas KPK dengan Citra KPK dalam pemberitaan media. Surat kabar merupakan media yang menyediakan informasi secara lengkap dibandingkan media lainnya. Pembahasan-pembahasan berita secara tajam dan ide-ide menarik selalu ditulis di surat kabar. Berita Antasari merupakan salah satu berita yang menarik dan hangat karena mengguncang tubuh KPK ditampilkan sebanyak 24 kali menjadi berita utama oleh Surat Kabar Harian Kompas, yang didalamnya memberitakan tentang Kasus Antasari Azhar yang terlibat kasus pembunuhan, biografi Antasari dalam menangani berbagai kasus hukum koruptor dan juga informasi mengenai KPK sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah persepsi mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap citra KPK setelah menggunakan surat kabar harian Kompas tentang berita antasari bulan mei - juni 2009. Penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah
dirumuskan sebelumnya. Responden dalam penelitian ini merupakan jumlah keseluruhan mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum yang masih aktif di BEM Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret dan membaca Kompas tentang berita
Antasari. Dalam penelitian yang menggunakan tehnik sensus ini ditemukan responden sebanyak 40 orang. Sedangkan untuk uji analisis digunakan rumus korelasi tabulasi silang.
Dari hasil pengujian tabulasi silang, menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan surat kabar harian Kompas dengan persepsi mahasiswa terhadap citra KPK. serta menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor eksternal yang meliputi kelompok pergaulan
(reference group) dan peran media massa lain dengan persepsi mahasiswa terhadap citra KPK setelah menggunakan berita Antasari di Kompas.
commit to user
xix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
TRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) ANTASARI NEWS IN KOMPAS AND THE IMAGE OF KPK (Correlation studies between the use
of Antasari News in Kompas Daily Newspaper In May-June 2009 With BEM Member Perceptions of Faculty of Law Sebelas Maret University Surakarta againts of KPK Images) Surakarta, 2010.
Criminalization of the Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) began with the Antasari Azhar who stuck a murder case, the preaching of the Antasari can change perceptions about the task, status, organization, powers and responsibilities of the KPK. This can cause a wide gap between the demands and expectations of the quality of the image KPK KPK in the news media. The newspaper is a media that provides complete information than other media. Discussions sharply news and interesting ideas are always written in the newspaper. News Antasari is one of the interesting news and shake your body warm because the KPK is shown as much as 24 times the headlines by the newspaper Kompas in which, in preaching about Antasari Azhar case involved a murder case, biography Antasari in handling various cases of corrupt law and also information about our Commission as guidance as and protector of society. The purpose of this study is to describe student perceptions of member Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faculty of Law University of Sebelas Maret surakarta on the image of the KPK after using the daily newspaper Kompas on news Antasari in May - June 2009 This study uses an explanatory type of research that describes the relationship between variables by testing the hypothesis that has been previously formulated. Respondents in this study represents the total number of student members of BEM Faculty of Law which is still active in the BEM Faculty of Law, Sebelas Maret University and read about the news Antasari. In a study using the
technique of this censusas many as 40 people found the respondent. While the analysis used to test cross-tabulation correlation formula From the cross tabulation test results, showed a significant relationship
between use of the Kompas daily newspaper with students' perceptions on the image of KPK. and showed a significant relationship between external factors that include social groups and other mass media's role in students' perceptions on
the image of the KPK after using Antasari news in Kompas.
commit to user
xx perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia komunikasi massa berkembang sangat pesat dewasa ini, dan telah
menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sosial
manusia. Komunikasi secara tatap muka langsung sekarang menjadi hal yang
sangat langka dan orang telah beralih berkomunikasi jarak jauh dengan sebuah
alat yang berupa internet. Hal ini dilandasi oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang
teknologi yang menjadikan perkembangan industri lebih berbasis pada
pengetahuan dan keahlian, menuntut seluruh pihak untuk mampu dan menguasai
teknologi informasi dan komunikasi.
Teknologi komunikasi saat ini memang mempunyai kelebihan dalam hal
kecepatan menyampaikan pesan komunikasi, tetapi kedalaman memahami
informasi masih menjadi suatu kelemahan. Surat Kabar merupakan salah satu
media komunikasi yang bisa menutup kelemahan tersebut. Sebab dalam surat
kabar informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan dan
sewaktu-waktu dapat dibaca kembali. Surat kabar merupakan media massa paling
tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya.
Harian Kompas merupakan salah satu surat kabar nasional yang masih
bisa bertahan di tengah maraknya gempuran media elektronik. Kompas adalah
surat kabar nasional yang terbit di Jakarta dan beredar di semua propinsi di
Indonesia. Dengan jangkauan peredaran yang paling luas, dimana Kompas
terdistribusikan di 33 propinsi di Indonesia. Kompas mengawali penerbitannya commit to user
1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
pada tanggal 28 Juni 1965 . Menurut data angket Kompas 2008, sirkulasi Kompas
rata-rata adalah 507.000 seluruh wilayah Indonesia. Sirkulasi tersebut dibagi per
wilayah yang terdiri dari Jakarta (44,2%), Bogor Tangerang Bekasi (19,1%), Jawa
Barat (7,3%), Jawa (16,4%), seluruh Indonesia (13%).
Masih menurut data angket Kompas tahun 2008, Kebiasaan konsumen
dalam membeli surat kabar harian Kompas adalah dengan cara berlangganan
tercatat 70% dan sisanya 30% mempunyai kebiasaan membeli dengan eceran.
Sedangkan pembaca utama Kompas menurut jenis kelamin, Kompas lebih banyak
dibaca oleh kaum pria sekitar 75% dan kaum wanita hanya 25%. Untuk tingkat
pendidikan Kompas lebih banyak dibaca oleh orang yang berpendidikan sarjana,
dan Kompas merupakan surat kabar yang banyak dibaca oleh golongan ekonomi
masyarakat menengah ke atas. Adapun usia pembaca Surat Kabar Harian Kompas
paling banyak adalah usia 25-29 tahun sekitar 15% dan untuk usia mahasiswa 20-
24 tahun tercatat sekitar 13%. Sebagai Surat kabar nasional sebagian besar berita
yang disajikan oleh Harian Kompas banyak memuat peristiwa Nasional.
Gb. 1.1 Data Sirkulasi Nasional Kompas 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
Gb. 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat Pendidikan 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)
Gb. 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)
Data diatas melatarbelakangi peneliti mengapa memilih media Kompas
sebagai subyek penelitian. Disamping itu Kompas dalam penyajian beritanya
sangat mementingkan aktualitas berita. Dan Kompas memiliki khalayak pembaca
hampir seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu musuh Negara yang paling ditakuti adalah korupsi. Menurut
catatan Jon S.T. Quah, Ph.D. (4:2009) Indonesia merupakan Negara nomor 5
terkorup di Asia. Korupsi bukan hanya menghancurkan perekonomian Negara,
korupsi juga merusak tatanan kehidupan, lembaga-lembaga Negara, stabilitas dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
keamanan masyarakat, keadilan, hukum, nilai-nilai demokrasi serta mengacaukan
pembangunan. Dalam Jurnal Konstitusi, Volume 6, Nomor 2, Juli 2009 dengan
judul Relasi Antara Korupsi Dan Kekuasaan ditulis oleh H.M. Arsyad Sanusi
sependapat dengan Lord Acton, guru besar sejarah modern di Universitas
Cambridge, Inggris, yang hidup di abad ke-19. Dengan adagium-nya yang
terkenal ia menyatakan: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupt
absolutely” (kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut
cenderung korup secara absolut). Jadi tidak mengherankan bila korupsi
merupakan berita nasional yang menggemparkan seluruh masyarakat Indonesia
bahkan dunia. Terbukti harian Kompas selalu menempatkan berita Korupsi
sebagai berita utama di halaman pertama sewaktu penangkapan para koruptor
besar negeri ini gencar dilakukan oleh lembaga yang bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Menurut catatan Ethan S. Burger, Mary S. Holland (2006) Bank Dunia
memperkirakan biaya global korupsi mencapai $ 1.000.000.000.000 per tahun
Indonesia menekan lewat KPK di bawah kepemimpinan Antasari Azhar dengan
menunjukkan kemampuan dan keteguhan dalam memberantas korupsi. Pria
kelahiran Pangkal Pinang, Bangka 18 Maret 1953 ini berhasil menunjukkan KPK
sebagai lembaga yang independen, terbukti ia mampu menyeret Aulia Pohan,
besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke meja hijau yang diduga terlibat
dalam kasus penyimpangan dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia
(YPPI). Tindakannya ini banyak mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan.
Namun, di balik kehebatan Antasari Azhar membongkar kasus korupsi ia
juga diduga terlibat dalam penembakan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Rajawali Banjaran (PRB). Bahkan sekarang ia sudah menjadi tersangka atas
pembunuhan tersebut. Dalam peristiwa tersebut tidak ada yang tahu pasti apakah
dia benar-benar dalang pembunuhan Zulkarnaen atau hanya rekayasa Politik
untuk menggulingkan Antasari Azhar.
“KPK Tunggu Surat Polisi” Antasari dan Tersangka Lain Terancam
Hukuman Mati. JAKARTA, KOMPAS – Komisi Pemberantasan Korupsi menunggu surat pemberitahuan resmi dari kepolisian terkait dengan penetapan status tersangka kepada Antasari Azhar. Itu akan dipakai sebagai dasar KPK mengajukan surat pemberhentian sementara Antasari dari jabatannya di KPK kepada Presiden. Sumber : Harian Kompas, Selasa 5 Mei 2009.
Berbagai dugaan motif sebagai latar belakang tindakan sadis itu merebak,
selain dugaan cinta segitiga antara Nasrudin, Rani Juliani, dan ketua KPK non
aktif Antasari Azhar. Ada juga dugaan bahwa Antasari sedang menangani kasus
korupsi besar yang melibatkan pejabat Negara hingga operasi intelijen pun
digunakan untuk membungkam Antasari. Apakah berita diatas merupakan fakta
atau hanya bahasa media? Menurut mursito BM dalam Jurnal Komunikasi Massa
Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 25-34, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Konstruksi
Realitas dalam (Bahasa) Media mengatakan bahwa Media Massa menggunakan
bahasa terutama untuk mengkonstruksi realitas. Realitas empirik dikonstruksi
menjadi realitas simbolik, lebih khusus lagi, menjadi realitas media. Jadi realitas
empiris seperti apa sebenarnya kisah Antasari tersebut.
Opini seperti itu terus berkembang di kalangan mahasiswa, salah satu
contohnya adalah Mona, seorang mahasiswi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, menurut Mona peristiwa ini
merupakan sebuah teror oleh pihak-pihak yang tidak bertangung jawab terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
Antasari yang telah membuat para koruptor kalang kabut. Seakan tidak mau kalah
dengan Mona, anggota BEM yang lain bernama Johan berpendapat bahwa
Antasari Azhar benar-benar terlibat pembunuhan Nasrudin dan cinta segi tiga
sebab buktinya dia ditangkap. Opini lain yang berkembang di kalangan Anggota
BEM setelah Antasari tertangkap adalah pertanyaan tentang masa depan KPK
selanjutnya. Apa yang akan terjadi jika KPK ditinggalkan Antasari. Akankah
KPK tetap menjadi lembaga pembasmi korupsi yang kuat seperti yang
dikomandoi Antasari?
Mahasiswa mencoba memberikan komentar atau interpretasi yang
membantu pemahaman makna terhadap kasus tersebut. Opini dan pertanyaan-
pertanyaan di ataslah yang meresahkan peneliti, untuk itu peneliti mencoba
sedikit mengungkap persepsi apa saja yang berkembang di kalangan anggota
Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret. Sebab
banyak mahasiswa anggota BEM yang berlangganan Kompas harga mahasiswa.
Dan mereka adalah mahasiswa jurusan Hukum yang tentu saja berhubungan
dengan kasus Antasari Azhar.
Apakah persepsi terhadap berita ini dapat mempengaruhi citra KPK?
Bahwasannya berdasarkan tulisan Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto
(2005:114), dalam bukunya Dasar-Dasar Public Relations menyebutkan bahwa
proses pembentukan citra seseorang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh
efek kognitif dari komunikasi. Jadi citra tersebut terbentuk berdasarkan
pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Kasus inilah yang
menarik peneliti untuk melihat gejala sosial yang timbul di kalangan mahasiswa
yang benar-benar membaca berita Antasari di Kompas terhadap fenomena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
tersebut setelah digembor-gemborkan oleh media massa. Apakah kejelekan satu
orang dalam lembaga tersebut dapat mempengaruhi kejelekan seluruh lembaga?
Apa lembaga tersebut harus dibubarkan?
Peneliti beranggapan bahwa kasus Antasari Azhar yang dijadikan berita
utama dalam suatu media massa nasional merupakan masalah yang besar dan hal
ini dapat mempengaruhi penilaian masyarakat tentang citra KPK, Masalah pribadi
dengan kisah cinta segitiga Antasari yang berakibat pada kasus pembunuhan
kemungkinan merobohkan lembaga KPK yang dikenal sebagai badan hukum
pemberantas korupsi di masyarakat. Pertanyaanya, apa penilaian mahasiswa
terhadap KPK itu hanya datang setelah membaca Kompas, apa tidak ada faktor
lain yang membentuk penilaian tersebut.
Proses pembentukan persepsi mahasiswa BEM terhadap KPK bukan
hanya diperoleh dengan membaca berita Antasari di Kompas saja. Melainkan
dipengaruhi oleh adanya faktor-fakor yang berada diluar diri individu tersebut
(faktor-faktor eksternal). Faktor-faktor eksternal yang dimaksud yaitu meliputi
kelompok pergaulan (reference group) dan peran dari media massa lain. Hal ini
terbukti, salah satu contohnya Dian seorang anggota BEM dalam kegiatan sehari-
hari, Dian cukup sering berdiskusi tentang KPK dengan teman pergaulannya di
Kampus. Dian juga mengikuti berita Antasari di Media Televisi.
Kelompok media massa selain surat kabar, seperti televisi, radio dan
internet, diakses oleh mahasiswa untuk menambah pengetahuan atau informasi
tentang KPK, informasi-informasi yang di dapat dari media lain digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
mahasiswa sebagai pemahamannya mengenai KPK. Selain pemahaman tentang
sesuatu, mahasiswa tersebut akan dapat memberikan persepsinya mengenai KPK.
Setelah dikemukan faktor-faktor eksternal tersebut diatas, maka penelitian
ini digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor eksternal tersebut mampu
mempengaruhi penilaian mahasiswa anggota BEM tentang KPK?
Sementara sebagai sampel peneliti mengambil populasi atau seluruh
mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang benar-benar membaca berita Antasari
Azhar di Kompas dengan pertimbangan karena masih adanya hubungan antara
topik penelitian penegakan hukum sebagai implementasi dari kinerja KPK sebagai
badan hukum pemberantas korupsi di Indonesia.
Mahasiswa fakultas hukum yang di dalam mata kuliahnya mempelajari
diantaranya tentang hukum perdata, hukum pidana, hukum tata negara dan hukum
internasional dan masih banyak lagi mata kuliah yang diberikan berkenaan dengan
masalah hukum, dengan diperolehnya mata kuliah tentang hukum tersebut bisa
menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya untuk
memberikan penilaian terhadap citra KPK dan kinerja penegakan hukum untuk
koruptor di Indonesia.
Dan sebagai mahasiswa harusnya mereka mempunyai kepekaan dan
kemampuan yang lebih, dikarenakan tingkat pendidikan yang tinggi pemikiran
yang matang sehingga menjadikannya mampu dan mempunyai keleluasaan dalam
mendapatkan informasi yang menyebabkan lebih selektif dalam menerima
informasi apapun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
dapat merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Penggunaan berita Antasari
di Surat Kabar Harian KOMPAS dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh oleh faktor-
faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor eksternal) dalam hal ini
kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media massa lain yang
diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terbentuk tentang citra KPK.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi
Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap
Citra KPK setelah menggunakan Surat Kabar Harian KOMPAS tentang berita
Antasari Azhar dan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan
antara pengaruh oleh faktor-faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor
eksternal) dalam hal ini kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media
massa lain yang diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terbentuk tentang citra KPK.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran umum
persepsi mahasiswa terhadap KPK setelah membaca Kompas.
b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai referensi pembuktian teori
persepsi dalam ilmu komunikasi yang dapat menjadi landasan dalam
melakukan penelitian-penelitian di masa yang akan datang dalam
menggunakan media Surat Kabar Harian Kompas.
2. Manfaat Secara Praktis
Sebagai gambaran untuk mengetahui efek dari membaca berita Kompas
dengan pembentukan persepsi mahasiswa tentang citra lembaga KPK.
E. Kerangka Pemikiran dan Teori
1. Konsep Komunikasi Massa
a. Definisi Komunikasi Massa :
Menurut Lasswell untuk menjelaskan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan sebagai berikut : “Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect ?”. Paradigma Lasswell diatas
menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban
dari pertanyaan yang diajukan yakni :
1) Komunikator (communicator, source, media)
2) Pesan (message)
3) Media (channel, media)
4) Komunikan (Communicant, communicatee, receiver, recipient)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
5) Efek (effect, impact, influence)
Berdasarkan paradigma Lasswell diatas, komunikasi adalah
“proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu”. (Dalam Morissan,
Wardhani, Hamid 2010 : 18).
Cooley memberi rumusan bahwa komunikasi adalah mekanisme
yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan
mengembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana
untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini
mencakup wajah, sikap, gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis,
percetakan, kereta api, telegraf, telepon, dan apa saja yang merupakan
penemuan-penemuan mutakhir untuk menguasasi ruang dan waktu
(Robbins, 1998: 30). Sedangkan para ahli bersepakat bahwa
komunikasi adalah suatu proses yang dinamis, yakni transaksi yang
akan mempengaruhi pengiriman dan penerima, serta merupakan suatu
proses personal dan simbolik yang membutuhkan kode abstraksi
bersama (Robbins, 1998: 29).
Berdasarkan asumsi di atas, maka para teoritisi komunikasi
membagi definisi komunikasi ke dalam dua aliran yaitu :
1) Definisi yang Berorientasi Pada Sumber
Definisi ini cenderung beranggapan bahwa semua komunikasi pada
dasarnya adalah persuasif. Lebih jauh lagi, komunikasi yang
berorientasi pada sumber menekankan pentingnya variabel-variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
tertentu dalam proses komunikasi, seperti isi pesan, dan sifat
persuasifnya. Dengan kata lain komunikasi menurut pandangan ini
memfokuskan perhatian pada produksi pesan-pesan efektif.
2) Definisi yang Berorientasi pada Penerima
Definisi ini memandang bahwa komunikasi sebagai semua
kegiatan dalam mana seseorang (penerima) menanggapi stimulus
dan rangsangan. Jadi proses komunikasi menurut pandangan ini
berkenaan dengan pemahaman dan arti, karena tekanan diletakkan
pada bagaimana penerima melihat dan menafsirkan suatu pesan.
Menurut Werner I. Severin dan James W, dalam Effendy (2001:
20) pengertian komunikasi massa adalah: “sebagian ketrampilan,
sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah ketrampilan dalam
pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang
dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan
tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni
dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif,
seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata
letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita
yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam
pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang
bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan
dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
Sedangkan menurut Joseph A. Devito, dalam Effendy (2001: 21)
pengertian komunikasi massa, pertama komunikasi massa adalah
“komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar
biasa banyaknya. Ini tidak berarti khalayak meliputi seluruh penduduk
atau semua orang yang membaca media cetak ataupun semua orang
yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar
dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan”.
Masih menurut Joseph A. Devito, Effendy (2001: 21) pengertian
komunikasi massa yang kedua adalah “Komunikasi yang disalurkan
oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa
barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut
bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita”.
Dari pengertian komunikasi massa diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa komunikasi massa adalah suatu kegiatan Interaksi
atau komunikasi yang ditujukan kepada khalayak umum ataupun
publik dengan melalui sebuah media, baik itu media cetak maupun
media elektronik.
b. Ciri-ciri komunikasi massa
Adapun ciri-ciri dari komunikasi massa, antara lain yaitu (dalam,
Efendy, 2001: 20) :
1) Komunikasi massa berlangsung satu arah. Tidak terdapatnya arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak
mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan
lembaga, yakni institusi atau organisasi.
3) Pesan yang disampaikan bersifat umum. Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum
(public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum..
4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan pesan yang disebarkan. 5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen. Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat. Sedangkan menurut Hafied Changara (2000: 134) memberikan
karakteristik tentang komunikasi massa antara lain adalah sebagai
berikut :
1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. 2) Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau toh terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
3) Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh
banyak orang pada saat yang sama. 4) Memakai peralatan teknis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya. 5) Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja
dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa
Dari beberapa definisi tentang komunikasi massa di atas, maka
dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari komunikasi massa,
merupakan suatu proses komunikasi yang menggunakan media
sifatnya satu arah, melembaga, pesan yang disampaikan sifatnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
serempak, bersifat terbuka atau umum, dan menggunakan peralatan
teknis.
2. Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan,
tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran
data, fakta dan ide (Sean Mac Bride dalam Changara, 2000:63) Oleh
karena itu, komunikasi massa dapat berfungsi untuk :
a. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data,
fakta dan pesan, opini, dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui
keadaan yang terjadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan
daerah, nasional atau internasional.
b. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan
bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak
sebagai anggota masyarakat secara efektif.
c. Motivasi, yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang
lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar lewat media massa.
d. Bahan diskusi, yakni membuka kesempatan untuk mencapai
persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang
menyangkut orang banyak.
e. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh
pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah
maupun untuk diluar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian
materi yang baik, menarik dan mengesankan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
f. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarluaskan hasil-hasil
kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi,
ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan
lainnnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya
kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-masing
negara, serta mempertinggi kerja sama hubungan antarnegara.
g. Hiburan, media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua
golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam
rumah tangga. Sifat estetika yang dituangkan dalam bentuk lagu, lirik
dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi
menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya.
h. Integrasi, banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh
kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras.
Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani
perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh
persatuan bangsa.
Lain halnya dengan Goran Hedebro (dalam Changara, 2000:65) yang
mengemukakan fungsi komunikasi massa ditujukan untuk:
a. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah modernisasi. b. Mengajarkan ketrampilan baru.
c. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan. d. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang. e. Meningkatkan aspirasi seseorang. f. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-
hal yang menyangkut kepentingan orang banyak. g. Membantu orang menemukan nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu.
h. Mempertinggi rasa kebangsaan. i. Meningkatkan aktivitas politik seseorang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
j. Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat. k. Menjadi sarana untuk membantu pelaksanaan program-program
pembangunan. l. Mendukung pembangunan ekonomi, sosial dan politik suatu bangsa.
Komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan
encoder. Komunikasi massa mendecode lingkungan sekitar untuk kita,
mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya
persetujuan dan juga efek-efek hiburan. Komunikasi massa
menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil
kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta
membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. (Wilbur
Schramm dalam Wiryanto, 2000: 10)
3. Efek Komunikasi Massa
Dalam penelitian ini teori tentang efek komunikasi massa
merupakan pondasi utama untuk melandasi rancangan bangunan penelitian
ini, menurut Steve M. Chaffee, ada lima jenis efek kehadiran media massa
sebagai benda fisik (Ardianto & Erdinaya, 2007:49) yaitu:
1. Efek Ekonomi
Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat
menumbuhkan usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media
massa.
Didalam surat kabar berarti menghidupkan pabrik yang mensuplay
kertas Koran; menyuburkan pengusaha pencetakan dan grafika,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
membuka lapangan kerja bagi para wartawan, perancang grafik,
pengedar, pengecer dan pencari iklan.
2. Efek Sosial
Berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi social
sebagai akibat dari kehadiran media masa. Sebagai contoh,
misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status social dari
pemiliknya.
Majalah yang beredar dapat menuntun pembacaanya untuk
memilih majalah yang menjadi kebutuhannya, misalnya majalah
Gadis, umumnya dikonsumsi oleh para remaja putri, majalah
otomotif di komsumsi oleh para pecinta otomotif,dsb.
3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari
Sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota pada umumnya
membaca Koran dahulu. Anak-anak sekolah dasar yang biasanya
selalu mandi pagi hari Minggu, setelah hadirnya acara televisi
untuk anak-anak pada pagi hari, mengubah jadwal mandi pagi
menjadi jadwal menonton televisi.
4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman
Orang menggunakan media massa untuk menggunakan kebutuhan
psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak
nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah,
kesal, kecewa dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
Orang yang tertimpa musibah akan menghilangkan perasaan
dukanya dengan mendengarkan radio siaran atau menonton televisi
yang menayangkan acara-acara siraman rohani, misalnya
mendengarkan acara dakwah.
5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan
tidak nyaman pada diri sesorang, tetapi dapat juga menumbuhkan
perasaan tertentu, terkadang, seseorang mempunyai perasaan
positif atau negative terhadap media tertentu.
Misalnya, seseorang akan mempunyai perasaan positif terhadap
harian Kompas daripada Media Indonesia. Para ibu rumah tangga
ada yang senang membaca majalah Kartini, tetapi ada juga yang
senang membaca majalah Femina.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa timbulnya
perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat
kaitanya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.
Dalam penyampaian pesan, komunikator mengharapkan efek yang
yang ditimbulkan oleh komunikan. Menurut Saverin dan Tankard Jr
(1988:311) ada tiga macam model dan efek komunikasi massa, yaitu :
1. The Powerful Effect Model
Model ini berkaitan dengan instinctive S-R, teori dari Melvin Defleur
dan Bullet Theory. Dalam model ini media menyajikan stimuli yang
perkasa dan seragam diperhatikan oleh massa, massa tersebut tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
berdaya ditembaki oleh stimuli media massa sehingga disini terlihat
betapa perkasanya media mempengaruhi massa.
2. The Limited Effect Model
Model ini media massa lebih berfungsi memperteguh keyakinan yang
ada, dimana khalayak bukan lagi tubuh pasif karena khalayak
menyaring informasi melalui proses yang disebut persepsi selektif
(selective perception), terpaan selektif (selective exposure), dan
ingatan selektif (selective retention). Ketiga proses tersebut menjadi
perantara dari efek komunikasi massa, sehingga disini menunjukkan
terbatasnya efek dari komunikasi massa.
3. The Moderate Effect
Model ini khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhannya, karena penggunaan media adala salah satu
cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan tercapai. Media massa
memang tidak dapat dipenuhi orang untuk merubah sikap, tetapi media
massa cukup berpengaruh terhadap apa yang diperkirakan orang.
Model effect ini adalah “Uses and Gratification model”
Penelitian ini mengacu pada “The Powerful Effect Model ” yang
menyatakan bahwa media massa menyajikan stimuli yang perkasa dan
seragam sehingga massa tidak berdaya ditembaki oleh stimuli media
massa. Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen
komunikasi (komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam
mempengaruhi komunikasi, karena komunikan dianggap pasif dalam
menerima pesan-pesan komunikasi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan apa yang kita harapkan.
Apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai, maka itu berarti
komunikasi berhasil, efek komunikasi meliputi tiga aspek, yaitu :
1) Aspek kognitif yaitu yang menyangkut kesadaran dan pengetahuan.
Contoh : Menjadi sadar atau ingat, menjadi tahu atau kenal.
2) Aspek afektif yaitu mengangkut sikap atau perasaan dan emosi.
Contoh : Sikap setuju atau tidak setuju, perasaan sedih, gembira,
perasaan benci, dan menyukai.
3) Aspek psikomotorik yaitu menyangkut prilaku atau tindakan.
Contoh : Berbuat seperti apa yang disarankan dan berbuat seperi
apa yang tidak disarankan. (H. A. W. Widjaja, 2000: 93).
Pesan mencapai segi kognitif dari individu apabila pesan tersebut
telah diterima oleh khalayak. Pesan yang diterima oleh seseorang
melalui panca inderanya dapat berubah menjadi stimuli yang diantarai
oleh keadaan internal tertentu dalam organisme manusia yang akan
menimbulkan respon tertentu pula.
Penerimaan informasi dapat disebut juga dengan perubahan
kegiatan kognitif yang berhubungan dengan proses persepsi yang
terjadi dalam diri individu. Khalayak terdiri dari individu-individu
yang akan mempersepsikan stimulus melalui proses pemilihan
terhadap stimulus. Individu dapat muncul dengan persepsi yang
berbeda terhadap stimuli yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
Dengan kata lain, meskipun pesan (stimulus) yang disampaikan
media massa sama namun akibat yang terjadi dikalangan khalayak
akan berbeda antara satu orang dengan orang lain
4. Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan
dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan
surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann
Gutterberg di Jerman. Prototipe pertama surat kabar diterbitkan di Bremen
Jerman pada tahun 1609. Pada tahun yang sama, surat kabar yang
sederhana terbit di Strasborg. Bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit
pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Humberg, Vienna, Amsterdam dan
Antwerp (Hiebert, Ungurait, Bohn, pada Elvinaro Ardianto & Lukiati
Komala Erdinaya, 2004:99). Menurut majalah Concept (2006) di
Indonesia surat kabar tercetak pertama bernama Batavia Nouvelles lahir
dari Percetakan Benteng yang dikelola oleh Jan Erdman Jordens, tepatnya
pada pada 8 Agustus 1744. Hanya terdiri dari selembar kertas berukuran
folio, yang kedua halamannya masing-masing berisi 2 kolom. Isinya
memuat maklumat pemerintah, iklan dan pengumuman lelang. Pembaca
bisa mendapatkannya setiap Senin dari Jan Abel, perusahaan penjilidan
milik Kompeni di Benteng. Setekah Batavia Nouvelles mati, tahun 1776,
hadir surat kabar Vendu Niews yang merupakan surat kabar pertama yang
bersentuhan langsung dengan orang Indonesia. Surat kabar pertama
berbahas jawa terbit di Surakarta sekali seminggu, namanya Bromartani,
Diterbitkan tahun 1855 oleh perusahaan kongsi Belanda, Harteveldt & Co. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Surat kabar nasional pertama terbit di Jakarta tahun 1910 bernama
Medan Prijaji. Untuk surat kabar cetak offset di Indonesia dimulai oleh
Sinar Harapan (1961) dan Kompas (1965) disadur dari Majalah Concept
(2006:12). Selanjutnya menurut buku berjudul “Komunikasi dan
Modernisasi” pengertian surat kabar adalah lembaran tercetak yang
memuat laporan-laporan yang terjadi di masyarakat yang terbit secara
periodik, umum, isinya termassa, aktual, mengenai apa saja dan dari mana
saja sumbernya yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak
pembaca. (Effendy,1981).
Meskipun saat ini sudah ada media massa modern yaitu media
elektronik namun peran surat kabar tidak juga tergantikan oleh munculnya
TV dan Radio maupun internet. Hal ini terjadi karena surat kabar memiliki
keunggulan (Riyoyo Pratikno,1982) yaitu :
1. Pembaca dapat mempelajari isi berita secara berulang-ulang agar
dapat memperoleh pengertian yang lebih baik dari isi media tersebut.
2. Informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan
dan sewaktu-waktu dapat dibaca kembali.
3. Khalayak tidak terikat oleh waktu.
Surat kabar tidak dapat lepas dari jurnalisme, yang artinya aktivitas
pengelolaan informasi, merupakan proses pencarian, pengumpulan,
pemormatan, dan penyiaran informasi. Adapun karakteristik jurnalisme
menurut Kiith Windschuttle (Mursito,2006:151) antara lain : pertama,
jurnalisme harus committed untuk melaporkan kebenaran tentang apa yang
terjadi. Kedua, kewajiban dan tanggungjawab utama jurnalis adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
memberikan informasi yang layak kepada pembaca. Ketiga, jurnalis harus
menulis berita dengan jelas dan grammer yang tepat.
Penggunaan Surat Kabar dan Efeknya
Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam buku Metode Penelitian
Komunikasi (2002;65) penggunaan media adalah jumlah waktu yang
digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai
hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang
dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Dalam penelitian ini
media yang disebut adalah surat kabar. Individu akan memenuhi
kebutuhan informasinya dengan melakukan aktivitas membaca surat
kabar. Pendekatan ini termasuk dalam Teori Uses & Effect.
Teori Uses & Effect ini pertama kali dikemukakan oleh Sven
Windahl (1979) dalam Bungin (2008:287), menurutnya teori ini
merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori
tradisional mengenai efek. Konsep ‘use” (penggunaan) merupakan bagian
yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan
mengenai penggunaan media yang menyebabnya, akan memberikan jalan
bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi
massa. Seperti halnya penelitian ini ingin mengungkap perhatian
mahasiswa yang seperti apa terhadap berita antasari surat kabar kompas.
Sebab teori ini memfokuskan perhatian pada motivasi dan perilaku
audiens terhadap media atau bagaimana dan mengapa mereka
menggunakan media.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Sedangkan teori uses and gratification sendiri bukan lagi
mempersoalkan apa yang dilakukan media massa terhadap khalayak tapi
memusatkan perhatian pada bagaimana khalayak menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhannya. Individu berharap bahwa penggunaan
media tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya.
Menurut Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) dalam Morissan,
Wardhani, Hamid, (2010:78) asumsi dasar dari teori uses and
gratifications adalah:
a) Khalayak dianggap aktif; artinya, sebagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai motivasi, tujuan dan kebutuhan.
b) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
c) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah
bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana
kebutuhan itu terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung
kepada prilaku khalayak yang bersangkutan.
d) Audien sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan
penggunaan media.
e) Penilaian isi media ditentukan oleh audien. Berita dalam surat kabar
yang dianggap tidak bermutu bisa berguna bagi audien tertentu karena
mendapatkan sesuatu setelah membaca berita tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang
menggunakan surat kabar untuk penelitian ini dapat dipengaruhi oleh suatu
motivasi tertentu, perhatian tertentu, dan untuk tujuan tertentu juga.
Dalam penelitian ini, khalayak dianggap telah mendapatkan
informasi yang cukup mengenai KPK setelah melakukan aktivitas
membaca berita di Kompas, sehingga penelitian ini bukan lagi
menanyakan kepuasan akan informasi tentang KPK melainkan persepsi
seperti apa yang muncul setelah mendapatkan informasi tersebut.
Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa membaca pemahaman
merupakan proses aktif yang di dalamnya melibatkan banyak faktor.
Keterlibatan faktor-faktor itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman
baik dan benar. Sama halnya dengan pembaca berita Antasari di Harian
Kompas maka seseorang akan banyak memperoleh informasi dan semakin
tinggi pula pengetahuannya tentang KPK.
5. Persepsi
Dalam penerimaan pesan dari media menurut Jalaludin Rakhmat
(1999:49) pembaca akan mengalami suatu proses, yaitu meliputi sensasi,
persepsi, memori, dan berpikir.
1. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi.
Sensasi adalah proses menangkap stimuli atau rangsangan oleh indera,
masing-masing manusia mempunyai kepekaan indera yang berbeda-beda.
Seperti yang ditulis oleh binjamin B. Wolman (1973 : 343), bahwa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
“sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan
penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indera”.
2. Persepsi, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
indrawi (sensory stimuli) sehingga manusia memperoleh pengetahuan
baru.
Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi atau
sensasi baru mempunyai makna ketika seseorang yang mendapat stimulan
mempersepsikannya. Hubungan sensasi dengan persepsi adalah sensasi
adalah bagian dari persepsi. Selain sensasi, juga melibatkan atensi,
ekspektasi, motivasi, dan memori ( Desidarato,1976 : 129)
3. Memori adalah “sistem yang sangat berstuktur, yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuanya untuk membimbing prilakunya,” ini merupakan devinisi
dari Schessinger dan Groves (1976 : 352).
Memori mempunyai tiga tahap,yaitu perekaman, penyimpanan, dan
pemanggilan.
4. Berpikir, merupakan proses keempat yang mempengaruhi penafsiran kita
terhadap stimuli. Dalam berpikir kita melibatkan semua proses yang kita
sebut sensasi, persepsi, dan memori. Berpikir adalah menggunakan,
menghubungkan, memanipulasikan, menggabungkan mengolah memori-
memori tersebut sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian. Perhatian
terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan
mengesampikan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.
(Rakhmat,1999:52)
Harvey dan Smith (1977), dan Wrigthman dan Deaux (1981),
menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses membuat penilaian
(judgment) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam
hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Pembuatan
penilaian atau pembentukan kesan ini, pada hakekatnya merupakan suatu
upaya pemberian makna kepada hal-hal tersebut (Istikomah Wibowo, 1988: 23)
Masih dalam buku Psikologi Sosialnya Istikomah Wibowo, Menurut
Taguiri (1969) persepsi merupakan proses melalui mana seseorang menjadi
‘tahu’ atau ‘mengerti’ ini tidak serupa dengan tahu atau mengerti yang
didasarkan pada proses berpikir logis ataupun intuisi. Dalam hal ini persepsi,
kita tahu atau mengerti tentang sesuatu melalui penginderaan kita.
Sedangkan Shaver (1977) menjelaskan bahwa proses yang terjadi
adalah suatu proses asosiasi. Informasi yang didapatkan melalui
penginderaan dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang ada dalam
pengalaman-pengalaman orang yang bersangkutan di masa lampau. Asosiasi
tersebut terutama bekerja dalam tahapan penafsiran.
Menurut Dendi Sudiana (1996:14) proses persepsi tidak dapat berjalan
dengan sendirinya, melainkan melalui tahapan-tahapan dalam individu yang
didapat dan digambarkan sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
Bagan 1.1 Proses Persepsi
Perhatian Penafsiran
Rangsangan Pencarian aktif Menyederhanakan Pemahaman Pencarian pasif Menyimpang Perhatian aktif menyusun
Sumber : Dendi Sudiana (1996)
a. Pada tahap pertama dalam individu terdapat saringan perhatian (attention
filter), yaitu setiap orang, sengaja atau tidak sengaja akan menghindari
sebuah rangsangan (stimuli) yang menerpanya. Individu akan mencari
informasi tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya, dan kadangkala
banyak terpaan stimuli yang ditepisnya karena dianggap tidak menarik
atau kurang relevan baginya, sehingga hanya sebagian kecil informasi
yang berhasil menerpa seseorang.
b. Tahap kedua adalah proses penafsiran, dimana setiap individu
mengorganisasikan isi rangsangan yang diterimanya kedalam model
realitasnya sendiri. Ketika hal itu terjadi, maka yang terjadi adalah proses
penyederhanaan, distorsi, pengaturan bahkan “penciptaan” rangsang juga.
Hasil (out put) dari proses ini adalah suatu kesadaran mengamati
(cognitive awareness) dan penafsiran rangsangan suatu pengamatan
(cognition). Artinya, bahwa individu menginterprestasikan sendiri setiap
pesan yang diterimanya sesuai dengan pengalamanya sehingga
menghasilkan suatu pemahaman yang sesuai pula dengan pengalaman
individu itu sendiri. Dengan pemahamannya itu, maka individu diharapkan
dapat mempersepsikan pesan yang menerpanya itu. Tahapan-tahapan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
tersebut menjelaskan bahwa sebelum sampai pada pemahaman (suatu
pesan) dan pengambilan keputusan (tindakan), seseorang mempelajari
segala rangsangan atau stimuli yang diterimanya terlebih dahulu.
Dalil persepsi menurut Krech dan Crutcfield (Rakhmat, 2001:56) adalah :
a. Dalil pertama : persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti
bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya
objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental,
suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila
orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat
nasi dan lauk pauk, yang kedua akan melihat air atau es jeruk. Kebutuhan
bilogis menyebabkan persepsi yang berbeda.
b. Dalil kedua : medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan
diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya.
Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya
dengan interpretasi yang konsisten dengaan rangkaian stimuli yang kita
persepsi.
c. Dalil ketiga : sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan
pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil
ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat
individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh
keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau
kontras.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
d. Dalil keempat ; objek atau pristiwa yang berdekatan dalam ruang atau
waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai
bagian dari strutur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat
struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis,
atau balok.
Kita segera menganggap bentuk-bentuk segitiga sebagai suatu kelompok,
dan titik-titik sebagai kelompok yang lain. Kita dapat meramalkan dengan
cermat, dengan mengukur jarak diantaranya objek atau melihat kesamaan
bentuk, benda-benda mana yang akan dikelompokkan.
Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini
mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita.
Melalui mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia
kemudian diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.
(Rakhmat, 2001:61)
6. Citra
Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah
cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu
komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap
perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.
Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan
potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi
dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai
pandangan terhadap perusahaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima
jenis citra yang dikemukakan, yakni:
1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau
anggota-anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya, mengenai
anggapan pihak luar tentang organisasinya.
2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan
yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan
oleh pihak manajemen.
4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi
secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan
pelayanannya.
5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu),
cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat
memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau
perusahaan tersebut secara keseluruhan.
Berdasarkan teori di atas penelitian ini mencoba mengungkap Citra yang
berlaku (current image) yang melekat pada mahasiswa anggota BEM Fakultas
Hukum UNS setelah membaca berita Antasari Azhar di Kompas. Untuk
mengungkap persepsi tersebut peneliti melihat Citra Perusahaan (corporate
image) yang ingin dibentuk atau bisa dikatakan sebagai Citra yang diharapkan
(wish image) oleh lembaga KPK. Adapun citra tersebut menurut Undang-
Undang RI No.30 Tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
Bab I Pasal 5 menerangkan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada :
a. Kepastian Hukum
Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam
setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang KPK.
b. Keterbukaan
Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
c. Akuntabilitas
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Kepentingan umum
Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
e. Proporsionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK.
Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan efek kognitif dari komunikasi
sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.
Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi
cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan.
Berdasarkan teori tersebut citra adalah kesan yang diperoleh seseorang
berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau
kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap sutau obyek dapat
diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut, bersumber pada aspek
kognitif yaitu informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Komunikasi tidak
secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung
mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan
pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh john S. Nimpoeno, dalam
laporan penelitian tentang Tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip
Danasaputra, (Soleh Soemirat & Drs. Elvinaro Ardianto, 2005:115) sebagai
berikut
Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra
Sumber : Dasar-dasar Public Relations (Soleh Soemirat & Drs. Elvinaro Ardianto, 2005) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini
mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita. Melalui
mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia kemudian
diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.
Lingkungan sosial mempunyai peranan dalam pembentukan persepsi
seseorang. Yang paling berpengaruh yaitu orang-orang yang paling dekat dengan
diri kita (Rakhmat,1999:101).
Walaupun kita menjadi anggota banyak kelompok, kita terikat secara
emosional pada beberapa kelonpok saja. Hubungan kita dengan keluarga kita,
kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat (di kampung kita,
bukan di real estates), terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita
(Rakhmat,1999:142).
Menurut Jalaludin Rakhmat (1999:232) dalam hubungannya dengan
pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan
pada lima prinsip umum yaitu :
1. Pengaruh komunikasi massa diantaranya oleh faktor-faktor seperti
predisposisi personal, proses selektif dan keanggotaan kelompok ( faktor –
faktor personal )
2. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi
memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang
berfungsi sebagai media pengubah ( agent of change )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil
pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konfersi” (perubahan
seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.
4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-
bidang di mana pendapat orang lemah.
5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang
masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.
Teori-teori tentang persepsi dan pembentukan citra diataslah yang
mendorong peneliti untuk mengungkap persepsi mahasiswa hukum tentang citra
KPK setelah membaca berita Antasari Azhar di harian Kompas
Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Menurut Jalaludin
Rakhmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi (1998:27) metode
korelasional adalah meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Hubungan yang
dicari itu disebut korelasi. Metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi
pada satu fakor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Kalau dua variabel saja
yang kita hubungkan, korelasi disebut korelasi sederhana (simple correlation)
lebih dari dua, kita menggunakan korekasi ganda (multiple correlation)
Pada akhir abad XIX, Karl Pearson,berdasarkan teori Sir Francis Galton,
mengembangakan indeks untuk mengukur tingkat hibungan diantara variabel.
Dikenal dengan istilah Pearson product coefficient correlation, indeks ini
disingkat dengan huruf kecil r. Rakhmat (1998:27).
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagai mana hubungan
antara penggunaan surat kabar, faktor-faktor eksternal, dan persepsi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
terbentuk. Penelitian ini ingin menghubungkan tiga variabel sehingga korelasinya
disebut korelasi ganda (multiple correlation). Ketiga variabel tersebut adalah
variabel penggunaan surat kabar (variabel independen), variabel faktor-faktor
eksternal (variabel kontrol) dan persepsi yang terbentuk (variabel dependen)
F. Diagram Variabel Penelitian
Skema Penelitian Hubungan Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar
Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota
BEM Terhadap Citra KPK
Bagan 1.3 Skema Penelitian Hubungan Penggunaan Berita Antasari di Kompas Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Terhadap Citra KPK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka sebagai langkah awal penelitian ini
dibuatlah suatu hipotesa atau dugaan sementara dari masalah yang akan diteliti,
karena penelitian ini menggunakan metode korelasi yang bertujuan melihat
hubungan antar variabel, maka hipotesis dari penelitian adalah :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Penggunaan Surat Kabar Harian
KOMPAS tentang berita Antasari dengan persepsi Mahasiswa Anggota BEM
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta tentang Citra KPK.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh oleh faktor yang ada
diluar diri individu (faktor-faktor eksternal) dalam hal ini kelompok
pergaulan (reference group) dan media massa lain yang diakses dengan
persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta tentang Citra KPK.
H. Definisi Konsepsional dan Operasional
1. Definisi Konsepsional
Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang dirumuskan
dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan, kelompok, individu
tertentu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Masri
Singarimbun,1991:33).
Definisi konsepsional digunakan untuk menghindari penafsiran yang
berbeda-beda tentang variabel penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
a. Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas
Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam buku Metode Penelitian
Komunikasi (2002;65) penggunaan media adalah jumlah waktu yang
digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi dan
berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media
yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini Penggunaan Surat Kabar Harian KOMPAS
tentang berita Antasari berita Antasari indikatornya meliputi :
• Frekuensi membaca berita Antasari di Kompas
Yaitu tingkat keseringan membaca berita Antasari di Kompas
• Intensitas membaca
Yaitu kedalaman membaca berita Antasari di Kompas baik secara
kualitas maupun kuantitas, Atau jumlah waktu yang digunakan
untuk membaca surat kabar secara serius.
• Tingkat Perhatian
Yaitu keseriusan responden dalam membaca berita Antasari di
Kompas
• Motivasi membaca berita Antasari di Kompas
Yaitu suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang secara
sadar ataupun tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu.( Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989).
• Minat membaca berita Antasari di Kompas
Yaitu rasa ketertarikan dan keinginan responden dalam mengikuti
perkembangan berita Antasari di Kompas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
b. Persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum UNS Surakarta tentang
Citra KPK
Persepsi Mahasiswa fakultas Hukum UNS Surakarta tentang Citra
KPK Yaitu penilaian yang diberikan mahasiswa Anggota BEM
Fakultas Hukum UNS Surakarta tentang KPK berkenaan dengan :
• Kepastian Hukum
Yaitu Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan
dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang KPK.
• Keterbukaan
Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
• Akuntabilitas
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Kepentingan Umum
Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
• Proporsionalitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK
c. Faktor-faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mampu mempengaruhi persepsi mahasiswa
fakultas Hukum UNS Surakarta terhadap citra KPK yang meliputi
1. Kelompok pergaulan (reference group)
Yaitu Hubungan kita dengan keluarga kita, kawan-kawan
sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat, terasa lebih akrab,
lebih personal, lebih menyentuh hati kita.
2. Pengaruh dari media massa lain
Yaitu Keadaan terkena pada khalayak oleh pesan-pesan yang
disebarkan media massa
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagai mana cara mengukur variabel (Masri Singarimbun,1991:36).
A. Penggunaan surat kabar harian Kompas dalam penelitian ini diukur
berdasarkan frekwensi, tingkat perhatian, intensitas membaca, motif
membaca dan minat membaca. Indikator yang digunakan adalah :
¾ Frekuensi membaca.
Frekuensi responden dalam membaca berita Antasari di Kompas
selama bulan Mei-Juni 2009. Berita tentang Antasari selama
bulan tersebut muncul sebanyak 24 kali. Untuk menentukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
lima kategori frekuensi, maka harus dicari interval kelasnya
terlebih dahulu dengan cara :
i = batas atas – batas bawah
jumlah kategori
i = 24 – 1 5
i = 23 5
i = 4,6 dibulatkan 5
Keterangan i = interval kelas
Diukur dengan menggunakan pertanyaan:
Seberapa sering anda membaca berita Antasari di Kompas?
Maka ketiga kategori frekuensi membaca ditentukan sebagai
berikut:
a. Sangat Tinggi, Jika responden membaca 24 kali dalam bulan
Mei-Juni 2009, diberi nilai 5
b. Tinggi, Jika responden membaca 19 kali dalam bulan Mei-
Juni 2009, diberi nilai 4
c. Sedang, Jika responden membaca 14 kali dalam bulan Mei-
Juni 2009, diberi nilai 3
d. Rendah, Jika responden membaca 9 kali dalam bulan Mei-
Juni 2009, diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, Jika responden membaca 4 kali dalam bulan
Mei-Juni 2009, diberi nilai 2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
¾ Tingkat perhatian.
Diukur dari keseriusan responden dalam membaca berita
Antasari di Kompas yakni.
a. Sangat Tinggi, jika Tidak pernah diselingi aktivitas lain,
diberi nilai 5
b. Tinggi, jika Jarang diselingi aktivitas lain, diberi nilai 4
c. Sedang, jika Kadang diselingi aktivitas lain, diberi nilai 3
d. Rendah, jika Sering diselingi aktivitas lain, diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, jika Selalu diselingi aktivitas lain, diberi
nilai 1
¾ Tingkat intensitas responden dalam membaca berita Antasari di
Kompas, Diukur dengan tingkat kedalaman pemahaman yang
disediakan untuk membaca.
a. Sangat Tinggi, selalu membaca kasus hukum Antasari
sampai tuntas diberi nilai 5
b. Tinggi, sering membaca kasus hukum Antasari sampai
tuntas diberi nilai 4
c. Sedang, kadang membaca kasus hukum Antasari sampai
tuntas diberi nilai 3
d. Rendah, jarang membaca kasus hukum Antasari sampai
tuntas diberi nilai 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
e. Rendah Sekali, tidak pernah membaca kasus hukum
Antasari sampai tuntas diberi nilai 1
¾ Motivasi membaca
Diukur dari dorongan dalam diri responden dalam membaca
berita Antasari Azhar di Harian Kompas
1. Motivasi untuk mengikuti kasus hukum Antasari dalam
membantu belajar bidang hukum dan tugas kuliah.
a. Sangat Tinggi, selalu membantu pelajaran diberi nilai 5
b. Tinggi, sering membantu pelajaran diberi nilai 4
c. Sedang, kadang membantu pelajaran diberi nilai 3
d. Rendah, jarang membantu pelajaran diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, tidak pernah membantu pelajaran diberi
nilai 1
2. Motivasi untuk mencari informasi atau berita tentang
hukum di Kompas
a. Sangat Tinggi, selalu mencari informasi tentang hukum
diberi nilai 5
b. Tinggi, sering mencari informasi tentang hukum diberi
nilai 4
c. Sedang, hanya kadang-kadang mencari informasi tentang
hukum diberi nilai 3
d. Rendah, jarang mencari informasi tentang hukum diberi
nilai 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
e. Rendah Sekali, tidak pernah mencari informasi tentang
hukum diberi nilai 1
3. Berita Antasari di Kompas selalu membantu dalam
pergaulan sehari-hari
a. Sangat Tinggi, selalu membantu dalam bergaul diberi
nilai 5
b. Tinggi, sering membantu dalam pergaulan diberi nilai 4
c. Sedang, kadang-kadang membantu dalam bergaul diberi
nilai 3
d. Rendah, jarang membantu dalam bergaul diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, tidak pernah membantu dalam pergaulan
diberi nilai 1
4. Berita Antasari di Kompas selalu memberikan hiburan dan
kesenangan
a. Sangat Tinggi, selalu memberikan hiburan diberi nilai 5
b. Tinggi, sering memberikan hiburan diberi nilai 4
c. Sedang, hanya kadang-kadang memberikan hiburan
diberi nilai 3
d. Rendah, jarang memberikan hiburan diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, tidak pernah memberikan hiburan diberi
nilai 1
5. Berita Antasari di Kompas selalu mengisi waktu luang
a. Sangat Tinggi, selalu mengisi waktu luang dengan baca
berita Antasari diberi nilai 5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
b. Tinggi, sering mengisi waktu luang diberi nilai 4
c. Sedang, hanya kadang-kadang mengisi waktu luang
diberi nilai 3
d. Rendah, jarang mengisi waktu luang dengan membaca
berita Antasari diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, tidak pernah mengisi waktu luang
dengan baca berita Antasari diberi nilai 1
¾ Minat membaca
Diukur dari rasa ketertarikan dalam diri responden dalam
menunggu setiap berita Antasari Azhar muncul di Harian
Kompas
a. Sangat Tinggi, selalu menunggu kemunculan berita Antasari
terbaru diberi nilai 5
b. Tinggi, sering menunggu kemunculan berita Antasari
terbaru diberi nilai 4
c. Sedang, kadang-kadang menunggu berita Antasari muncul
diberi nilai 3
d. Rendah, jarang menunggu berita Antasari muncul diberi
nilai 2
e. Rendah Sekali, tidak pernah menunggu berita Antasari
muncul diberi nilai 1
B. Persepsi mahasiswa tentang citra KPK, yaitu penilaian yang
diberikan Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta setelah membaca berita Antasari Azhar dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
menggunakan ukuran skala Likert yakni menggunakan angka 1 – 5
sebagai patokan kecenderungan persepsi dari yang terbaik hingga
terburuk
Indikator yang digunakan adalah :
1. Kepastian Hukum
A. KPK adalah lembaga hukum yang selalu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 B. KPK adalah lembaga hukum yang memegang asas kepatutan a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi
nilai 1
C. KPK adalah lembaga hukum yang adil dalam memberantas
korupsi
a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5
b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4
c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3
d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi
nilai 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
2. Keterbukaan
A. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang
selalu memberikan informasi yang benar terhadap
masyarakat
a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 B. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu memberikan informasi secara jujur terhadap masyarakat a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi
nilai 1
C. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang
selalu menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak
diskriminatif
a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5
b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4
c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3
d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi
nilai 1
3. Akuntabilitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
A. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang
bertanggungjawab atas setiap kegiatannya.
a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5
b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4
c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3
d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 B. KPK adalah lembaga pemberantas korupsi yang melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai undang-undang a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 4. Kepentingan Umum A. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang mendahulukan kesejahteraan umum. a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5
b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4
c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3
d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2
e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi
nilai 1
B. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang
aspiratif (selalu mencerminkan dan mewakili kepentingan
rakyat). a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5
b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4
c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3
d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi
nilai 1
C. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang
akomodatif (ada kesediaan untuk saling memahami
pendapat rakyat)
a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5
b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 D. KPK adalah lembaga hukum pemberantas koruspi yang selektif (ada sikap kritis untuk menganalisis dan memilih yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada) a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1
5. Proporsionalitas
A. KPK adalah lembaga pemberantas korupsi yang seimbang
dalam menjalankan tugas, wewenang, tanggungjawab dan
kewajiban dalam memberantas korupsi?
a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5
b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4
c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3
d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi
nilai 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
C. Faktor Eksternal
Indikator yang digunakan adalah :
¾ Kelompok pergaulan (reference group), yaitu kelompok yang
digunakan sebagai alat ukur (standart) untuk menilai diri sendiri
atau untuk membentuk sikap. Indikator ini diukur dari seberapa
besar pengaruh kelompok pergaulan terhadap persepsi
responden tentang KPK.
1. Bagaimana pendapat teman pergaulan anda tentang KPK?
a. Sangat baik, diberi nilai 5 b. Baik, diberi nilai 4 c. Biasa, diberi nilai 3 d. Kurang Baik, diberi nilai 2 e. Buruk, diberi nilai 1 2. Siapakah yang mempengaruhi pendapat anda (reference
group) terhadap KPK? ( jawaban boleh lebih dari satu )
a. Ayah/ibu b. Saudara
c. Pacar
d. Teman Kampus
e. Teman Diskusi
Dengan catatan Jawab 5 diberi nilai 5, Jawab 4 diberi nilai
4, Jawab 3 diberi nilai 3, Jawab 2 diberi nilai 2, Jawab 1
diberi nilai 1
¾ Media massa lain yang diakses, yaitu jumlah media masa yang
diakses responden untuk mendapatkan informasi mengenai
kinerja kepolisian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
Indikator ini diukur dari seberapa banyak media dan apa saja
media tersebut (selain surat kabar) yang diakses untuk
mendapatkan informasi tentang KPK.
• Selain Surat Kabar media apa saja yang anda jadikan
narasumber untuk mengetahui KPK? ( jawaban boleh lebih
dari satu )
a. Televisi b. Radio c. Majalah d. Internet e. Lainnya…..
Dengan catatan Jawab 5 diberi nilai 1, Jawab 4 diberi nilai 2, Jawab 3 diberi nilai 3, Jawab 2 diberi nilai 4, Jawab 1 diberi nilai 5
I. Metodologi Penelitian
1. Tipe dan Jenis Penelitian
Dalam buku Metode Penelitian Survai (Masri Singarimbun, 2008:5)
dijelaskan :
a. Tipe penelitian
Tipe penelitian ini adalah explanatory research yaitu menjelaskan
hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesa. Jadi penelitian
explanatori (penjelasan) menyoroti variabel-variabel penelitian dan
menguji hipotesa yang telah di rumuskan sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
b. Jenis penelitian.
Penelitian ini menggunakan penelitian survai, yaitu data atau informasi
yang diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner sebagai
pedoman dalam memperoleh data primer dari responden. Penelitian
survai adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi
dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok”.
Untuk memperoleh data tersebut peneliti langsung terjun ke lapangan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berlokasi di Jl.
Ir. Sutami 36 A Kentingan Solo 57126.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit yang ciri-cirinya akan
diduga (Masri Singarimbun,1991:33).
Dalam kegiatan penelitian ini yang dijadikan populasi adalah semua
mahasiswa anggota BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari jumlah populasi
tersebut diambil Mahasiswa yang membaca berita Antasari di Kompas
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari kumpulan obyek yang diamati. Untuk
sekedar perkiraan, maka apabila subyeknya kurang dari 100 orang,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
populasi atau disebut juga penelitian sensus.. Maka penelitian ini
sampel menyesuaikan dengan populasi yaitu anggota BEM
4. Jenis Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan cara
penyebaran kuesioner kepada responden. Data primer dari penelitian
ini adalah mahasiswa anggota BEM Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
b. Data Sekunder
Data yang didapatkan dengan cara mengutip dari sumber data lokasi
penelitian dengan tujuan untuk melengkapi data primer.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
Kuesioner, yaitu suatu pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan atau angket yang diajukan kepada responden guna
memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.
6. Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, maka dalam penelitian ini data
yang sudah terkumpul akan dianalisa dengan teknik statistik, setelah data
terkumpul dengan lengkap, langkah selanjutnya adalah menganalisis data
tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan.
Berdasarkan jenis datanya dan sifat penelitian berupa korelasi maka untuk
mengukur hubungan antar variabel digunakan tabulasi silang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Deskripsi Surat Kabar Harian Kompas
1. Sejarah Surat Kabar Harian Kompas
Berdasarkan company profile kompas tahun 2004, Surat Kabar Harian
Kompas terbit pertama kalinya tanggal 28 Juni 1965 di Jakarta. Surat Kabar
didirikan dan dirintis oleh P.K Ojong dan Jacob Oetama. Selain kedua orang
tersebut, keberadaan Kompas juga didukung oleh beberapa wartawan lain seperti
Eduard Linggar, Theodorus Purba, Roestam Affandi, August Parengkuan, Kang
Hok Djin, Kang Tiaw Liang, Petrus Hutabarat,dan wartawan lain. Untuk
penerbittan pertamanya tercatat oplah Kompas sebanyak 4.800 eksemplar
Pada mulanya Kompas terbit dengan empat halaman dengan berita-berita
utama baik dari dalam maupun luar negeri seperti berita tentang tertundanya
Konferensi Asia Afrika II dengan judul “KAA II di tunda Empat Bulan”
Sementara rubrik lain yang merupakan kata perkenalan dari Kompas muncul
dalam Pojok Kompas di kanan bawah yang berbunyi “Mari ikat Hati, Mulai Hari
Ini dengan Mang Usil”. Dengan nama-nama staf redaksi terdapat pada pojok kiri
atas pada halaman pertama.
Pada edisi pertamanya Kompas lebih banyak memuat berita-berita dari
luar negeri (11 berita) daripada berita dari dalam negeri (7 berita) di halaman
pertamanya. Hal ini berkaitan dengan situasi politik dalam negeri yang masih
belum memungkinkan munculnya pemberitaan secara transparan sebagai akibat commit to user
55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
dari dominannya Partai Komunis Indonesia dalam mengontrol kehidupan
kenegaraan di Indonesia pada saat itu.
Proses perkembangan Kompas semuanya dimulai setahap demi setahap.
Guna meningkatkan mutu percetakan maka Kompas pada tanggal 2 Agustus 1966
memindahkan percetakannya dari percetakan “Abadi” ke percetakan “Masa
Merdeka”. Pada saat itu oplah Kompas mengalami peningkatan dari 8.003
eksemplar perhari menjadi 23.268 eksemplar.
Pers di suatu Negara tidak bisa melepaskan diri dari perkembangan politik
di Negara yang bersangkutan. Pada masa demokrasi Terpimpin diberlakukan
suatu peraturan yang menyangkut kehidupan pers di Indonesia melaluli peraturan
Presiden No. 6 Tahun 1964 yang menetapkan bahwa setiap surat kabar harus
berafiliasi dengan Partai Katolik Indonesia. Akan tetapi di zaman Orde Baru
Kompas kembali menjadi surat kabar independen dan surat kabar umum. Hal
inilah yang mengakhiri era “Party Bond Press”. Visi dan sikap itu selain sesuai
dengan keyakinan pimpinan juga sesuai dengan fungsi pers Indonesia, yaitu ikut
mengembangkan sikap saling pengertian dalam masyarakat yang majemuk.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada bulan Oktober 1965, Kompas
dengan beberapa surat kabar lainnya yang terbit pada saat itu terkena larangan
terbit karena peristiwa G 30 S PKI. Hanya Harian Angkatan Bersenjata, Berita
Yudha dan LKBN Antara saja yang diijinkan terbit. Hal ini disebabkan oleh
pemberitaan dan alasan Kompas yang sering mengkritik Partai Komunis
Indonesia. Seperti ulasan yang terdapat dalam tajuknya yang secara tegas
mengatakan “….Dengan perbuatan G 30 S-nya sudah nyata PKI dan ormas- commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
ormasnya dari partai progresif revolisioner jatuh menjadi kontra revolusioner…”
Larangan terbit tersebut berlaku hingga 6 Oktober 1965, akan tetapi Kompas baru
terbit kembali pada Nobember 1965 dengan percetakan PT. Kinta sebagai
partnernya. Pada saat itu oplah Kompas mengalami kenaikan mencapai 23.268
eksemplar. Peningkatan oplah tersebut bukan semata-mata karena perbaikan mutu
cetak tetapi didorong oleh keadaan waktu yang fakum informasi karena beberapa
surat kabar tidak boleh terbit. Sehingga ketika larangan itu dicabut, munculnya
kembali surat kabar menjadi sarana untuk mendapatkan informasi yang paling
penting saat itu.
Memasuki tahun 1970 Kompas mulai membenahi dirinya untuk menjadi
surat kabar yang memiliki manajemen professional. Salah satu usaha yang
dilakukan adalah sejak tahun 1971, sirkulasi Kompas diteliti atau diaudit oleh
akuntan public yaitu Drs. Utomo, seorang akuntan dari tiga biro iklan pada saat
itu. Dengan data audit ini angka sirkulasi yang disiarkan kepada biro iklan dan
para pemasang iklan setiap tiga bulan adalah angka yang sebenarnya. Untuk lebih
memantapkan data audit ini ke luar negeri, maka sejak bulan Desember 1978
Kompas masuk menjadi anggota Audit Bureau of Circulation Sydney Australia
yaitu suatu badan internasional yang dibentuk bersama oleh penerbit surat kabar
dan pemasang iklan untuk menyiarkan angka-angka sirkulasi yang benar dari
para anggotanya.
Sejak tahun 1972 surat kabar Kompas telah memiliki percetakan sendiri
dan tingkat oplahnya pun terus mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan
semakin dipercayainya Kompas oleh pembaca surat kabar di Indonesia. Dari sisi
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
pemberitaan pun Kompas mampu mengungkap pemberitaan yang cukup kritis.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan Kompas mendapat peringatan keras dari
pemerintah, bahkan pada tahun 1978 Kompas diminta untuk menghentikan
penerbitannya. Penghentian tersebut berkenaan dengan pemberitaan tentang
maraknya demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa di berbagai kota yang
dirasakan oleh pemerintah sebagai pemberitaan yang tidak proposional dan tidak
bertanggung jawab. Beberapa bulan kemudian, tepatnya bulan September 1978
Kompas diijinkan untuk terbit kembali. Mulai saat itu Kompas terbit tujuh kali
dalam seminggu dengan diiringi munculnya Kompas Edisi Minggu.
Pada tanggal 31 Mei 1980 P.K. Ojong, salah satu perintis Kompas
meninggal dunia. Kepemimpinan Kompas selanjutnya mengandalkan Jacob
Oetama sebagai pemimpin umum hingga sekarang.
Sejak munculnya industrialisasi dalam dunia pers di Indonesia Kompas
merupakan surat kabar yang tercatat sebagai pelopor industrialisasi pers di
Indonesia. Kompas dengan Gramedianya telah memasuki sedikitnya tujuh jenis
usaha yang berbeda yaitu pers, penerbitan buku, pasar swalayan, percetakan,
perhotelan, bank, dan tambak udang.
Dengan dimasukinya tujuh jenis usaha tersebut maka Kompas telah
berkembang ke bentuk konglomerasi pers. Dan sejak saat itu Kompas tidak
pernah sepi dari kritik dari pengamat maupun dari kalangan intelektual. Salah satu
kritik yang sangat tajam adalah Kompas dianggap telah mengaburkan batas antara
idealism dan komersialisme. Terhadap munculnya kritik tersebut Jacob Oetama
mengemukakan “… Kita harus sadar, kita bersedia untuk diingatkan. Namun yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
penting bagaimana kita sangggup membangun komitmen dan visi kita. Itulah jati
diri kita”.
2. Oplah dan Sirkulasi Kompas
Tiras dan sirkulasi Kompas setiap tahun selalu mengalami peningkatan.
Sampai saat ini Kompas merupakan surat kabar yang memiliki tiras terbesar di
Indonesia. Hal ini disebabkan saat ini Kompas telah memiliki sistem percetakan
yang canggih sehingga dapat menjangkau setiap daerah di Indonesia. Sampai
dengan 6 Desember 2003, sirkulasi Kompas rata-rata adalah 526.144 seluruh
wilayah Indonesia (Kompas Interaktif Mediakit, 2004). Sirkulasi tersebut dibagi
per wilayah yang terdiri dari Sumatra (38.038), Jakarta Bogor Tangerang Bekasi
(288.943), Jawa Barat (124.133), Jawa Tengah (48.834), Jawa Timur (35.584),
Kalimantan (11.273), Bali dan Indonesia Timur (18.052).
Sedangkan data sirkulasi rata-rata perhari secara nasional sebagai berikut,
Senin (495.502), Selasa (495.413), Rabu (495.960), Kamis (496.255), Jumat
(496.326), Sabtu (597.232) Minggu (606.319). Jadi Kompas banyak dibaca oleh
khalayak pada hari Minggu. Sebagai Surat kabar nasional sebagian besar berita
yang disajikan oleh Harian Kompas banyak memuat peristiwa Nasional maupun
internasional pada setiap rubriknya. Dan sedikit membahas berita tentang
kedaerahan.
Dalam perkembangannya, Kompas selama dua dekade terus mengalami
peningkatan. Loncatan paling menonjol terlihat pada tahun 1972 ke 1973, 1976 ke
1977 dan tahun 1984 ke tahun 1986. Dalam dua tahun saja (1984 – 1986) loncatan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
peningkatan mencapai lebih dari 100.000 eksemplar. Untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Oplah Kompas Tahun 1965 – 2001
No. Tahun Eksemplar / Hari
1 Agustus 1965 7739 2 1966 24.772 3 1967 33.442 4 1968 45.134 5 1969 62.826 6 1970 77.316 7 1971 90.833 8 1972 115.655 9 1973 166.730 10 1974 178.061 11 1975 203.925 12 1976 224.466 13 1977 259.036 14 1978 275.238 15 1979 277.405 16 1980 317.489 17 1981 346.673
18 1982 370.667 19 1983 388.578
20 1984 428.674 21 1985 467.576
22 1986 521.568 23 1987 501.957
24 1988 496.270 25 1989 500.754
26 1990-1995 523.661
27 1996-2001 600.000 lebih
Sumber : Brosur Kompas 2001
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
Tabel 2.2 Sirkulasi Kompas pada tahun 2003
No. Daerah Jumlah Sirkulasi
1 Jakarta dan sekitarnya 288.943 2 Sumatera 38.038
3 Jawa barat 124.133 4 Jawa tengah 48.834
5 Jawa timur 35.584 6 Kalimantan 11.273 7 Bali dan Indonesia timur 18.052
Sumber : Kompas Interaktif, 2004
Perkembangan Kompas makin dapat dirasakan dan dlihat dari makin
baiknya mutu percetakan dan muatan beritanya. Selain itu Kompas selalu
mengikuti kemajuan teknologi cyber media dengan Kompas on line-nya yang
memungkinkan beritanya dapat di akses setiap saat oleh masyarakat.
3. Kebijakan Redaksional
Kebijakan redaksional menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan
kejadian macam apa yang oleh surat kabar itu patut untuk diangkat serta ditilik
untuk menjadi bahan berita maupun komentar.
Visi pokok yang dijabarkan menjadi kebijakan redaksional, selain menjadi
kerangka acuan serta kriterian dalam menyeleksi dan mengolahnya menjadi berita
dan komentar, sekaligus juga menjadi visi serta nilai dasar yang dihayati bersama
oleh wartawan yang bekerja dalam penerbitan tersebut.
Visi Kompas adalah manusia dan kemanusiaan dengan segala
kompleksitasnya cobaan dan permasalahannya aspirasi dan hasratnya, keagungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
dan kehinaannya. Karena itu manusia dan kemanusiaan senantiasa menjadi nafas
pemberitahuan dan komentarnya.
Di samping digerakan oleh visi tersebut, surat kabar ini juga senantiasa
peka akan nasib manusia dan semestinya juga berpegang pada ungkapan klasik
dalam jurnalistik : menghibur yang papa, mengingat yang mapan. Kompas
berkeyakinan bahwa manusia dan kemanusiaan apabila menjadi faktor serta
semangat sentral dalam pemberitahuan maupun komentar, akan sanggup
memberikan warna, maka serta kekayaan lebih dalam kejadian – kejadian dan
komentar – komentar jurnalistik.
Kompas berusaha dalam pekerjaannya baik dalam mewujudkan peristiwa
dan masalah sebagai berita maupun komentar ikut membangun, menyumbangkan,
serta mendewasakan infrastruktur kebudayaan dan demokrasi. Jika ada persoalan
masyarakat dididik untuk memahami bahwa mungkin saja ada pandangan lain dan
ada dimensi lain. Jika mengalami kemajuan, diingatkan bahwa masih ada yang
tertinggal.
Perbedaan tidak menjadi sumber konflik atau pelampiasan emosional.
Perbedaan menjadi pangkal tolak erta mencari proses mufakat dan proses untuk
bekerja sama bagi kepentingan bersama. Ungkapan dalam jurnaslistik yang
melukiskan fungsi pers dalam tanggung jawab ini adalah : liput dua belah pihak,
denagrkan pihak lain, jangan – jangan masih ada kemungkinan lain.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Sebagai surat kabar, Kompas termasuk yang ingin berada dalam arus yang
senantiasa peka, memberikan perhatian dan saling mengingatkan bahwa prinsip
dan tujuan bangsa adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Dan beberapa kaidah filosofi dalam visi dan misi tersebut, secara praktis
diturunkan menjadi kebijaksanaan yang paling utama yakni :
1. Tidak berpihak pada suatu golongan partai, agama dalam kasus –
kasus pemberitaannya
2. Tidak membenarkan mengkritik orang secara pribadi, misal :
mengkritik pribadi seorang pejabat
3. Menggunakan sistem check dan recheck dalam proses pemberitaannya
4. Menghargai off the record
5. Menghargai hak jawab balik dalam bentuk berita maupun surat
pembaca
6. Tidak membenarkan wartawan – wartawannya mencari keuntungan
pribadi.
7. Tidak memuat berita – berita yang mengandung unsur SARA.
Secara garis besar tahap – tahap redaksional Kompas meliputi persiapan,
perencanaan, penugasan, peliputan, pematangan, penulisan, penyuntingan,
pemuatan, percetakan.
Khusus untuk opini, seleksi langsung ditangani oleh pemimpin redaksi,
dan akan sedikit mengalami perubahan mengingat sifatnya yang merupakan suatu
pendapat. Sedangkan untuk tulisan lain ditangani oleh desk redaksi dengan syarat
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
pemuatan tidak terlalu ilmiah, sedikit populer dan sesuai dengan tingkat
pengetahuan masyarakat.
Selain diisi oleh berita, Kompas juga diisi oleh iklan. Secara umum semua
iklan dapat dimuat oleh Kompas, kecuali iklan rokok dan minuman keras.
Kompas juga mentaati peraturan bahwa jumlah iklan keseluruhan tidak lebih dari
35% dari ruang koran yang tersedia.
4. Pola Liputan Kompas
Sejak tahun 1995, Kompas melakukan perubahan pola liputan dari semula
yang berkaitan dengan tata letak halaman dan penambahan halaman dari 20
menjadi 24 sampai 40. Kompas memiliki halaman yang tidak tetap. Variasi
jumlas halaman tersebut merupakan bagian dari strategi Kompas untuk mensiasati
perkembangan pembaca dalam usahanya memperoleh informasi yang lebih
lengkap dan lebih mendalam. Alasan lainnya adalah semakin berfungsinya
Litbang Kompas dalam membuat analisis atas berbagai peristiwa sehingga
memerlukan halaman khusus untuk menampilkannya.
Pola liputan Kompas memberikan ketentuan mengenai jenis informasi
yang disajikan pada tiap – tiap halaman surat kabar ini. Dengan kata lain pola
liputan menjadi pedoman dalam pengetahuan surat kabar Kompas.
Sebagaimana halnya sebuah surat kabar, Kompas dalam pola liputannya
selalu menyajikan sebuah headline dihalaman muka, satu foto sebagai visualisasi
dari headline maupun foto lepas, satu head line pada halaman dalam.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
Dasar penentuan isu atau topik sebagai head line adalah bobot layak berita
isu tersebut. Dalam hal ini halaman muka digunakan untuk menyajikan soal – soal
terpenting yang sifatnya umum. Sedangkan halaman dalam menyajikan berita –
berita tertentu menurut sifat informasinya dalam menyajikan berita – berita
tertentu menurut sifat informasinya dalam ulasan yang lebih mendalam. Dengan
kata lain halaman dalam merupakan halaman dengan topik berita tertentu seperti
ekonomi, olahraga, opini, dan sebagainya yang ditujukan terutama untuk pembaca
yang memiliki kepentingan atau keterikatan dengan topik tersebut agar lebih
mudah dalam mencari informasi.
Ditinjau dari pola liputan, surat kabar Kompas menganut dua pola yaitu
edisi biasa dan edisi Minggu. Perbedaan antara edisi biasa dengan edisi Minggu
terletak pada sifat sajian informasi. Secara keseluruhan edisi Minggu biasanya
memuat sajian informasi yang bersifat ringan dan penuh artikel – artikel, hiburan,
musik, film, profil, dan sebaginya.
Pola liputan Kompas yang memberikan ketentuan penyajian informasi
pada tiap – tiap halaman, sewaktu – waktu dapat berubah misalnya karena adanya
event tertentu yang menyebabkan redaksi memandang perlu untuk meliput dengan
porsi yang lebih luas.
5. Wartawan Kompas
Wartawan bagi media massa ibarat darah bagi makhluk hidup. Dengan
kata lain ekstensinya sangat penting bagi kehidupan media yang bersangkutan.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Pentingnya arti wartawan juga dirasakan Kompas. Untuk itu ada kebijakan
tersendiri dalam menangani masalah tenaga wartawan ini.
Pihak manajemen Kompas membagi beberapa tenaga wartawan kedalam
tiga penjenjangan. Urutannya adalah calon wartawan (disebut juga pra des),
koresponden dan wartawan penuh. Sebelum memasuki jenjang watawan penuh,
seorang koresponden harus melalui tahap test. Tahap ini biasanya untuk mereka
yang berasal dari daerah. Untuk calon wartawan yang berada di Jakarta biasanya
langsung masuk pada tahap test, setelah lolos test kemudian memasuki tahap
magang selama sembilan bulan. Selama waktu tersebut, calon wartawan ditugasi
layaknya wartawan penuh denag kontrak kerja honorarium. Mereka selalu
dipantau dan dinilai, dan apabila memenuhi kriteria tertentu dapat diangkat
sebagai wartawan Kompas. Khususnya dalam tahap test calon wartawan, Kompas
bekerja sama dengan Lembaga Psikologi Terapan Fakultas Psikologi UI (LPT-UI)
untuk melakukan seleksi psikotest. Kebutuahn itu mulai ada sejak tahun
1980/1981. Pada waktu itu seleksi dibuat untuk salah satu majalah mingguan di
Indonesia. Baru pada tahun 1986 LPT-UI mulai mengadakan pemeriksaan
psikologis dalam rangka rekrutmen atau seleksi wartawan untuk Kompas.
Ciri – ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang wartawan, khususnya
wartawan Kompas adalah : disiplin, rasa tanggung jawab, inisiatif, kreatifitas,
kritis, jiwa selidik, toleransi, keyakinan, jiwa dinamis, motivasi, kepribadian yang
matang dan mandiri. Berdasarkan kriteria tersebut LPT-UI kemudian
menjabarkannya ke dalam sejumlah aspek psikologis yang menjadi tolok ukur
seleksi wartawan. Tolok ukur tersebut secara garis besar adalah :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
1. Aspek intelektual (intelejensi umum, logika, analisa sintesa, kreatifitas,
perhatian)
2. Aspek sikap atau cara kerja (sistemeik kerja, fleksibelitas, kecermatan,
pelibatan diri, inisiatif, keuletan, ketelitian)
3. Aspek kepribadian (kematangan, hasrat berprestasi, kepercayaan diri,
kerja sama, hubungan interpersonal, stabilitas emosi, motivasi,
keberanian mengambil resiko, pengutaraan diri)
6. Idealisme Kompas
Motto surat kabar Kompas adalah amanat hati nurani rakyat. Ini
merupakan visi atau pandangan pokok atau seuntai nilai – nilai dasar yang
mencerminkan idealisme masyarakat dan sebagi media terbesar di Indonesia
dalam menyampaikan aspirasi rakyat. Visi ini mencerminkan dan menguraikan
sejumlah nilai yang menjadi acuan dalam menentukan kebijakan redaksional.
Selain itu visi ini juga merupakan nilai yang harus dihayati oleh wartawan
Kompas dalam bekerja.
Kompas didalam menyajikan berita dari suatu peristiwa maupun komentar,
berusaha membangun, mengembangkan dan mendewasakan kebudayaan
demokrasi. Sebagai surat kabar nasional, Kompas termasuk yang ingin senantiasa
peka, memberikan perhatikan dan saling mengingatkan bahwa prinsip dan
tujuannya adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
B. Deskripsi Berita Antasari Azhar
Pers di suatu Negara tidak bisa melepaskan diri dari perkembangan politik
di Negara yang bersangkutan. Surat Kabar Kompas merupakan salah satu contoh
sebagai pers di Indonesia yang selalu menulis berita politik dari awal berdirinya.
Walaupun terkadang hal tersebut bertentangan dengan pemerintah akibat kritik
pedas dan berakhir dengan pelarangan terbit. Sebab sesuai dengan mottonya
Kompas selalu menjadi amanat hati nurani rakyat.
Kompas pun berani menulis masalah besar dalam dunia politik di negeri
ini mengenai berita Antasari Azhar. Antasari Azhar adalah Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang banyak membongkar kasus korupsi kelas
kakap termasuk besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yaitu Aulia Pohan
tetapi harus di non aktifkan dari jabatannnya setelah terjerat kasus pembunuhan
berencana terhadap Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran.
Dan dikisahkan juga terlibat cinta segitiga dengan Rani Juliani.
Pada bulan Mei - Juni 2009 Kompas selalu mengikuti perkembangan
berita Antasari Azhar yang dicopot dari jabatannya setelah tertimpa kasus tersebut
terbukti Kompas menulis sebanyak 24 kali. Sangat ironis memang seorang
pembongkar kasus-kasus korupsi kelas kakap negeri ini harus berhenti oleh kasus
pembunuhan. Apa ini sebuah konspirasi? Rakyat Indonesia menghadapi tanda
tanya besar.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
Gambar 2.1 Kewenangan Antasari Dilepaskan
Kompas 2 Mei 2009
Masyarakat kaget, Timbul pertanyaan bagaimana citra KPK setelah
Antasari Azhar sebagai mantan Ketua KPK terjerat kasus pembunuhan? Akankah
kewibawaan KPK merosot? Dan kepercayaan publik terhadap kebersihan
dan kejujuran dalam mengemban amanah suatu lembaga hukum akan luntur
setelah membaca dalam berita Antasari Azhar di Kompas.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
C. Karakteristik Responden
1. Sejarah Fakultas Hukum UNS
Universitas Sebelas Maret, diresmikan pada tanggal 11 Maret 1976 dengan
surat keputusan Presiden No. 10 tahun 1976 tanggal 8 Maret 1976. Semula
bernama Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret disingkat UNS, merupakan
fusi dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, yaitu Istitut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta, Universitas Gabungan Surakarta
(UGS), Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Surakarta, Akademi Administrasi Negara
(AAN) Surakarta, Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional
(UPTN) Cabang Surakarta.
Pada saat kelahiran UNS mempunyai 9 (sembilan) Fakultas yaitu :
Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan, Fakultas Sastra Budaya, Fakultas
Sosial Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran, Fakultas
Pertanian, dan Fakultas Teknik.
Semua kegiatan, baik akademi maupun administrasi pada saat itu tersebar
di beberapa tempat diwilayah Surakarta. Struktur organisasipun belum mantap.
Secara berangsur mulai tahun 1980 kantor Pusat UNS dan Fakultas mulai
menempati di Kampus Kentingan Surakarta. Dalam perkembangan Universitas
Negeri Surakarta Sebelas Maret sesuai dengan Keppres nomor 55 Tahun 1982
tentang susunan Organisasi Universitas Sebelas Maret, diubah menjadi
Universitas Sebelas Maret dengan singkatan UNS (UN = Universitas, S = Sebelas
Maret).
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
Sesuai dengan SK Mendibud No. 020/o/1995, maka pada saat ini UNS
mempunyai sembilan fakultas, yaitu :
1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2. Fakultas Sastra dan Seni Rupa
3. Fakultas Hukum
4. Fakultas Ekonomi 5. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 6. Fakultas Kedokteran 7. Fakultas Pertanian 8. Fakultas Teknik 9. Fakultas MIPA
Pada awal berdirinya Fakultas Hukum UNS dibuka dengan tiga jurusan,
yakni : Jurusan Hukum Keperdataan, Jurusan Hukum Pidana, Jurusan Hukum
Tata Negara. Saat ini Fakultas Hukum mempunyai 1(satu) program studi yaitu
Program Studi Ilmu Hukum, dan dengan SK Rektor Universitas Sebelas Maret
No.162/j27/PP/1999 tentang Pengembangan Bagian, Fakultas Hukum memiliki 7
bagian yaitu bagian Bagian Hukum Keperdataan, Bagian Hukum dan Masyarakat,
Bagian Hukum Acara, Bagian Hukum Administrasi Negara, Bagian Hukum tata
Negara, Bagian Hukum Pidana dan Bagian Hukum Internasional.
2. Visi, Misi Dan Tujuan
A. Visi
Terwujudnya fakultas Hukum yang terkemuka dan memiliki keunggulan
komparatif di bidang Hukum Bisnis dan Hukum kebijakan Publik dengan
menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian profesi hukum yang
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
mempunyai asas moral tinggi dan berpartisipasi mewujudkan supremasi
hukum serta berperan mengembangkan budaya hukum masyarakat.
B. Misi
1. Menyelengarakan pendidikan tinggi hukum yang memberi prioritas pada
pengembangan Hukum Bisnis dan Hukum Kebijakan Publik sebagai
keunggulan komparatif, dengan berorientasi pada kualitas yang dilandasi
oleh prinsip relevansi, iklim akademik kondusif, keberlanjutan, efisiensi,
dan produktifitas untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian
profesi hukum yang tangguh dengan didukung kemampuan akademik
yang berkualitas dan aras moral yang tinggi.
2. Mengembangkan daya kritis dan kepekaan sosial dalam rangka
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalu penelitian dan
pengkajian berbagai persoalan yang terjadi di bidangHukum dengan
prioritas pada Hukum Bisnis dan Hukum Kebijakan Publik.
3. Membangun dan mengembangkan budaya hukum masyarakat sebagai
bentuk tanggung jawab sosial dan pengabdian pada masyarakat melalui
kerjasama dengan lembaga sawadaya masyarakat, aparat penegak hukum,
esekutif dan legislatif.
4. Berpartisipasi aktif dalam mengkritisi penegakan hukum dan mengontrol
kinerja aparatur penegak hukum dalam rangka mewujudkan supremasi
hukum.
C. Tujuan
1. Meningkatkan kualitas, keahlian dan profesionalitas peserta didik di
bidang hukum dalam menghadapi persaingan di pasar kerja.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
2. Ikut serta memperluas kesempatan menyelenggarakan pendidikan,
khususnya di bidang hukum.
3. Mencetak sarjana hukum profesional dalam bidangnya.
3. Unsur Kemahasiswaan
Organisasi kemahasiswaan di tingkat Fakultas terdiri dari :
1) Dewan Mahasiswa (Dema)
Dema berkedudukan di fakultas, merupakan organisasi nonstruktural pada
fakultas. Dema mempunyai tugas pokok menetapkan garis-garis besar program,
serta memberikan pendapat, usul dan saran kepada pimpinan fakultas. Dema
berfungsi sebagai perwakilan mahasiswa untuk menampung dan menyaurkan
aspirasi mahasiswa melalui penetapan Garis-garis besar Program Dema.
Kepengurusan Dema terdiri atas ketua merangkap anggota, sekretaris
merangkap anggota, dan anggota pengurus lainnya yang terbagi dalam komisi-
komisi. Masa kerja kepengurusan satu tahun dan ketua tidak dapat dipilih kembali
untuk kepengurusan berikutnya. Kepengurusan Dema disahkan oleh pimpinan
fakultas yang bersangkutan. Tata kerja kepengurusan Dema ditetapkan oleh
keputusan rapat anggota. Dalam melaksanaka tugas pokok dan fungsinya
pengurus Dema bertanngung jawab kepada pimpinan fakultas yang bersangkutan.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
2) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Gambar 2.2 Logo BEM
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah representasi (perwujudan)
Student Government (pemerintahan mahasiswa) yang menerapkan fungsi-fungsi
pemerintahan (eksekutif) layaknya sebuah Negara. BEM juga merupakan wadah
gerakan politik mahasiswa yang berlandaskan pada ketinggian moralitas dan
intelektualitas mahasiswa. Disamping juga sebagai wadah pengembangan dan
pembangunan kehidupan demokrasi kampus yang kondusif bagi tumbuhnya
kultur akademis dan kompetensi kritis mahasiswa.
BEM di fakultas merupakan organisasi non struktural, BEM memiliki
tugas pokok merencanakan dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler terutama
yang bersifat keilmuan dan penalaran yang sesuai dengan program kerja yang
ditetapkan oleh BEM
Fungsi utama BEM adalah
1. Pelayanan dan advokasi terhadap mahasiswa dan masyarakat. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
2. Pengawalan terhadap kebijakan yang ada baik memberikan masukan, pendapat
dan saran kepada pimpinan Fakultas.
3. Penyikapan terhadap isu-isu lokal maupun nasional.
4. Melakukan pengabdian terhadap masyarakat.
Visi
Menciptakan sinergisitas dalam rangka mewujudkan fakultas hukum UNS
yang professional dan bermoral.
Misi
1. Memberikan pelayanan yang eksekutif dan optimal kepada mahasiswa
sesuai dengan peran BEM sebagai media aspirasi mahasiswa.
2. Membangun kerjasama yang baik dengan UKM di Lingkungan
Fakultas Hukum UNS dengan memperhatikan bidang masing-masing.
3. Menjalin hubungan dengan pihak birokrasi kampus sebagai jembatan
bagi mahasiswa.
4. Membangun jaringan dengan berbagai pihak yang dapat mendukung
fungsi BEM-an.
Struktur kepengurusan meliputi :
1. Presiden
2. Sekretaris Kabinet
3. Departemen Keuangan
4. Departemen Dalam Negeri
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
5. Departemen Luar Negeri
6. Departemen Komunikasi dan Informasi
7. Departemen Pendidikan
Presiden BEM memiliki peran untuk memimpin lembaga dengan tugas
dan kewenangan yang dimilikinya. Presiden BEM dalam menjalankan visi-
misinya dibantu sekretaris jenderal yang dimiliki kewenangan dalam mengurusi
kesekretariatan BEM. Departemen Keuangan memiliki kewenangan dalam
mengatur sirkulasi keuangan di Lembaga BEM FH UNS. Depdagri (Departemen
Dalam Negeri) bertugas mengawasi kebijakan yang berada di fakultas, advokasi
kepada mahasiswa bersinergi dengan Civitas Akademika. Deplu (Departemen
Luar Negeri) memiliki kewenangan menyikapi isu-isu nasional, mengadakan
penyuluhan hukum dan advokasi kepada masyarakat yang dilanggar hak-haknya.
Depkominfo (Departemen Komunikasi dan Informasi) bertugas menyampaikan
informasi kepada mahasiswa FH UNS melalui berbagai media. Depdik
(Departemen Pendidikan) bertugas mencerdaskan mahasiswa FH UNS melalui
bermacam kegiatan yang mampu memicu kreatifitas dan pengetahuan.
Dengan Slogan “Katakan Hitam Itu Hitam, Dan Putih Itu Putih, Bergerak
Dengan Sikap Dan Bertindak Dengan Nurani”
Keanggotaan BEM terdiri atas mahasiswa yang terdaftar dan aktif
mengikuti kegiatan pendidikan di fakultas, serta dipilih melalui tatacara yang
berlaku. Kepengurusan BEM terdiri atas ketua merangkap anggota, sekretaris
merangkap anggota dan anggota pengurus lainya yang terdiri atas lembaga-
lembaga LSO (Lembaga Semi Otonomi.)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
Masa kerja kepengurusan BEM adalah satu tahun dan ketua tidak dapat
dipilih kembali untuk kepengurusan berikutnya. Dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya BEM bertanggung jawab kepada pimpinan fakultas yang
bersangkutan.
Berdasarkan profil BEM diatas menjadi sebuah alasan untuk meneliti
apakah anggota BEM tertarik dengan permasalahan negeri ini yang berhubungan
dengan bidang mereka. Alasan yang kuat muncul setelah peneliti mengetahui
banyak anggota BEM yang membaca Surat Kabar Harian Kompas. Bahkan
beberapa dari mereka berlangganan Kompas special harga mahasiswa yang satu
bulan lima puluh ribu rupiah.
Setelah berbincang dengan presiden mereka dan beberapa anggota peneliti
memutuskan untuk langsung terjun menuju gedung BEM Fakultas Hukum UNS
untuk menanyakan tentang berita Antasari Azhar dan Komisi Pemberantasan
Korupsi. Jawaban mereka cukup menarik setelah coba kuak sehingga mereka
pantas untuk memberikan persepsi tentang KPK setelah membaca Surat Kabar
Harian Kompas.
3) Himpunan Mahasiswa Program Non Reguler (HIMANONREG)
Himanoreg merupakan organisasi nonstruktural pada tingkat non reguler,
yang mempunyai tugas dan fungsi :
• Merencanakan, mengkoordinasi dan melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler di
bidang keilmuan, sosial, seni budaya, oleh raga, kerohanian mahasiswa
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
program non reguler melalui wadah UKM yang ada di Fakultas Hukum atau
Himanoreg.
• Meberikan pendapat, usul, dan saran kepada Pimpinan Fakultas melalui
Dewan Mahasiswa Fakultas Hukum UNS (DEMAFH UNS) terutama
berkaitan dengan penyelenggaraan fungsi dan pencapaian tujuan pendidikan
tinggi.
• Sebagai perwakilan mahasiswa untuk menampung dan menyalurkan aspirasi
yang berkembang dikalangan mahasiswa non reguler melali Dewan
Mahasiswa (DEMAFHUNS) untuk ditindak lanjutin bersama.
Kepengurusan Himanoreg terdiri atas ketua merangkap anggota, sekretaris
meranglap anggota, dan anggota pengurus lainnya yang dibentuk berdasarka
kebutuhan. Masa kerja kepengurusan satu tahun dan ketua tidak dapa dipilih
kembali untuk kepengurusan berikutnya. Kepengurusan Himanoreg disahkan oleh
pimpinan fakultas c.q. ketua Program Himanoreg.
Tata cara pemilihan dan tata kerja kepengurusan serta program kediatan
Himanoreg ditetapkan dala rapat anggota. Dalam melaksanaka tugas dan
fungsinya, penurus Himanoreg bertanggung jawab kepada pimpinan fakultas c.q.
Ketua Program Himanoreg.
4) Unit Kegiatan mahasiswa (UKM)
UKM yang ada di Fakultas Hukum UNS adalah :
a) Kelompok Studi Penelitian (KSP Principium)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
UKM ini sebagai wadah mahasiswa beraktifitas dala bidang pengkajian
dan penilaian ilmu hukum. Kegiatan yang dilakukan diantaranya Achievement
Motivation Training. Training Metodologi Penelitian. Training Peneliyian
Hukum, Diskusi dan Bedah Buku dll, sehingga mendorong dan memotivasi
anggotanya /mahasiswa untuk bergiat dan aktif dalam penulisan-penulisan ilmiah
bahkan mengikuti lomba-lomba ilmiah baik tingkat Universitas. Regional bahkan
Nasional seperti LKTM, LKTI PKM dan lomba ilmiah lainnya.
Prestasi yang pernah diraih antaranya memenangkan berbagai kompetisi
hibah penulisan ilmiah, maupun pengabdian masyarakat tingkat Universitas
Derektorat Pendidikan Tinggi.
b) Novum (Pers mahasiswa)
UKM ini bergerak dibidang jurnalistik mahasiswa. Sebagai ajang
jurnalistik, Novum membentuk aggotanya agar lebih berpotensi tinggi dalam
jurnalistik mahasiswa, didukung dengan kegiatan-kegiatan Training Jurnalistik,
Training Lay Out, Setting, bahkan seminar merespon kebijakan pemerintah.
Produk pers mahasiswa ini diantaranya Bulletin “Novum” dan News Letter
“LEDAK”.
c) Delik
Kegiatan dan potensi mahasiswa tidak terbatas pada bidang imiah, terbukti
UKM ini mampu menunjukkan potensi mahasiswa sebagai “seniman”, ditengah
kesibukan kuliah dapat menampilkan sosok seniman panggung. Kegiatan yang
diselenggarakan diantaranya : Pentas Pantes, Pentas Produksi, Pentas Seni Musik
(Delikustik) dan lain-lain. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
d) Gopala Valentara
UKM ini merupakan himpunan mahasiswa pecinta alam. Dengan wadah
ini mahasiswa diharapkan peduli terhadap lingkungan dan alam sekitar, disamping
ditempa untuk dapat menjadi mahasiswa yang tangguh dalam kondisi dan situasi
apapun. Kegiatan yang diselenggarakan meliputi : Diklatsar Kepencintaalaman,
Diklat Lingkungan Hidup, Siaga SAR, Donor Darah, Wall Climbing, Pendakian
Massal berbagai ekspedisi alam, outbond, dan Lomba Kepencintaalaman, sebagai
penyelenggara National Tracking Competition, dan lain-lain.
e) KORFAH (Komite Olahraga Fakultas Hukum)
Wadah bagi mahasiswa untk menyalurkan dan mengembangkan minat,
bakat dan potensi dibidang olahraga. Kegiatan yang dilakukan diantaranya latihan
rutin sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja dan penyelengaraan Dekan Cup
2006.
f) Fosmi (Forum Silaturahmi Mahasiwa Islam)
Tidak seperti UKM yang lain, UKM ini bentuk dan aktifitasnya dilandasi
keimanan dan nilai-nilai keislaman. Sebagai intelektual islam mahasiswa
diharapkan mampu menjadikan islam sebagai way of live. Dengan demikian
mahasiswa intelektual islam mempunyai komitmen dan tanggung jawa pada setiap
sisi kehidupan terhadap Tuhan, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Kegiatan yang dilakukan meliputi : Diskusi Ilmiah Hukum dan Keislaman,
Seminar Keislaman, Serasi (Semarak Ramadhan Suci), Kajian Islam, Bhakti
Sosial Masyarakat dan lain-lain.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
g) KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik)
UKM ini juga bersifat keagamaan, Mahasiswa yang beragama katholik
dapat menyalurkan aktifitas kerohaniannya menjadi anggota keluarga KMK “St
Yohanes Don Bosco. Kegiatan yang didasari keimanan Katolik ini tidak terbatas
di dalam kampus, seperti di gereja-gereja, rumah doa untuk rekoleksi, ziarah,
pengabdian dan sebagainya.
h) PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen)
Sebagaimana KMK. UKM ini adalah wadah aktifitas mahasiswa Fakultas
Hukum penganut agama Kristen. Acara rutin yang diselenggarakan adalah
Persekutuan setiap hari kamis, disamping kegiatan tahunan diantaranya Retret,
Paskah, Natal, Kajian Rohani dan sebagainya. Dengan demikian mahasiswa lebih
termotivasi unutk meningkatkan keimanannya sekaligus menjadi mahasiswa
kristen.
5) Alumni
Alumni Fakultas Hukum UNS terhinpun dalam Keluarga Alumni
Universitas Sebelas Maret (Kasemar) di tingkat iniversitas. Adapun di Fakultas
Hukum UNS terdapat Ikatan Keluarga Alumni ebelas Maret (Kasemar)
Komisariat Fakultas Hukum UNS.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
PENYAJIAN DATA
Telah dijelaskan bahwa penggunaan surat kabar dan persepsi mahasiswa
merupakan dua variabel dalam penelitian ini yang akan digunakan untuk
menjelaskan persepsi anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta terhadap citra KPK setelah menggunakan surat kabar harian Kompas
tentang berita Antasari bulan Mei - Juni 2009.
Berhubungan dengan hal itu, peneliti mencoba menguak relevansi
hubungan antara penggunaan surat kabar harian Kompas tentang berita Antasari
bulan Mei - Juni 2009 dengan persepsi anggota BEM Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta terhadap citra KPK. Adapun item-item pertanyaan
berjumlah 23 buah yang terbagi dalam 2 kelompok variabel. Masing-masing
pertanyaan akan mengungkapkan seberapa tinggi penggunaan surat kabar harian
Kompas tentang berita Antasari bulan Mei - Juni 2009, melihat seberapa dalam
motivasi dan minat mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret membaca Surat Kabar Harian Kompas, serta mencoba menelusuri
persepsi yang hadir kepada mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret tentang citra KPK setelah membaca berita Antasari.
Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala LIKERT
berjenjang lima dengan nilai terdiri dari angka 1-5. Berikut akan disajikan dalam
bentuk tabel per item pertanyaan untuk melihat gambaran hasil dari penelitian ini.
commit to user
82 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
A. PENGGUNAAN SURAT KABAR HARIAN KOMPAS
1. Frekwensi Responden Membaca Berita Antasari di Kompas
Aktif tidaknya mahasiswa dalam membaca surat kabar harian Kompas
tentang berita Antasari dapat dilihat dari frekwensi mereka membaca berita
tersebut dalam penelitian ini. Adapun tingkat jawaban akan dinilai sangat tinggi
dengan skor 5 jika responden menjawab “20-24 kali membaca dalam bulan Mei-
Juni 2009”, tinggi dengan skor 4 untuk kategori “15-19 kali membaca dalam
bulan Mei-Juni 2009”, nilai sedang dengan skor 3 untuk kategori “10-14 kali
membaca dalam bulan Mei-Juni 2009”, rendah dengan skor 2 untuk kategori “5-9
kali membaca dalam bulan Mei-Juni 2009”, dan sangat rendah dengan skor 1
untuk kategori “1-4 kali membaca dalam bulan Mei-Juni 2009”. Adapun hasil
yang diperoleh dari jawaban atas pertanyaan ini sebagai berikut :
Tabel 3.1 Frekuensi Responden Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40
No Kategori Jumlah Total
%
1 Sangat tinggi 1 2,5
2 Tinggi 11 27,5
3 Sedang 21 52,5
4 Rendah 6 15
5 Sangat rendah 1 2,5
Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 1
Dari Tabel diatas, diketahui bahwa frekuensi membaca berita Antasari di
Surat kabar Harian Kompas berada pada kategori “Sedang”. Yaitu sebanyak 21
Responden atau 52,5 %. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
Dari hasil di atas, menunjukkan frekwensi Mahasiswa Anggota BEM
Hukum UNS membaca berita Antasari di Kompas berada pada level sedang, fakta
ini menunjukkan bahwa mahasiswa BEM memperoleh informasi tentang KPK
bukan hanya dengan membaca Kompas saja melainkan melalui media lain seperti
televisi dan internet yang diperkuat pada pertanyaan kuesioner D no 3. Dengan ini
responden dianggap cukup memahami makna berita yang ada di Surat Kabar
Harian Kompas.
2. Tingkat Perhatian Responden Membaca Berita Antasari
Perhatian merupakan alasan utama sebuah ketertarikan, ketertarikan akan
memunculkan pemahaman. Sebuah perhatian akan muncul dari dalam diri
responden apabila menemukan sesuatu yang penting di luar dirinya. Dalam
memberikan sebuah perhatian besar kepada sesuatu yang menarik responden tentu
saja membutuhkan waktu yang besar dan menyingkirkan aktivitas yang lain.
Untuk melihat seberapa besar tingkat perhatian mahasiswa Anggota BEM
Hukum UNS dalam membaca Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas
maka akan dikategorikan sebagai berikut. Untuk kategori “sangat tinggi”, jika
responden menjawab tidak pernah diselingi aktivitas lain dalam membaca berita
Antasari. Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab jarang diselingi
aktivitas lain.
Dalam kategori “sedang”, jika responden menjawab kadang diselingi
aktivitas lain dalam membaca berita Antasari. Untuk kategori “rendah”, jika
responden menjawab sering diselingi aktivitas lain. Dan untuk kategori “rendah”,
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
jika responden menjawab selalu diselingi aktivitas lain. Berikut hasil Tabel
penelitiannya
Tabel 3.2
Tingkat Perhatian Responden Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40 No Kategori Jumlah Total
%
1 Sangat tinggi 3 7,5 2 Tinggi 8 20 3 Sedang 24 60 4 Rendah 5 12,5 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 2
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 24 responden atau 60% dari
keseluruhan responden membaca berita dengan cara kadang diselingi aktivitas
yang lain, 8 responden atau 20% responden jarang diselingi, 5 responden atau
12,5% sering diselingi aktivitas lain, dan 3 responden atau 7,5% tidak pernah
diselingi aktivitas lain.
Hal ini menggambarkan bahwa mahasiswa Anggota BEM Hukum
Universitas Sebelas Maret banyak memiliki jadwal aktivitas atau kegiatan
organisasi yang padat seperti rapat senat, diskusi materi dan lain-lain sehingga
ketika sedang membaca berita Antasari di Surat Kabar Kompas mereka hanya
kadang-kadang saja.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
3. Tingkat Intensitas Responden Membaca Berita Antasari di Kompas
Untuk mengetahui apakah responden memiliki keseriusan dalam
menyimak berita Antasari di Kompas, peneliti memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan kedalaman pemahaman yang digunakan responden untuk
membaca berita antasari tersebut dan akan termasuk dalam kategori “sangat
tinggi”, jika responden menjawab selalu membaca kasus hukum Antasari di
Kompas sampai tuntas, Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering
membaca kasus hukum Antasari di Kompas sampai tuntas, untuk kategori
“sedang”, jika responden kadang-kadang mengikuti kasus hukum Antasari di
Kompas sampai tuntas.
Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang mengikuti
kasus hukum Antasari di Kompas sampai tuntas dan untuk kategori “sangat
rendah”, jika responden menjawab tidak pernah mengikuti kasus hukum Antasari
di Kompas sampai tuntas. Berikut hasil Tabel penelitiannya
Tabel 3.3 Tingkat Intensitas Responden
Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 19 47,5
2 Tinggi 6 15
3 Sedang 9 22,5
4 Rendah 6 15
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan no : 3
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat intensitas responden
membaca berita Antasari di Kompas dalam kategori “Sangat Tinggi”. Yaitu
sebanyak 19 responden atau 47,5%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa anggota BEM sebagai mahasiswa Hukum dituntut untuk ikut
menganalisis suatu kasus besar sebagai bahan kajian sehingga responden
mengikuti kasus hukum Antasari sampai tuntas dan memerlukan pemahaman
serius tentang berita Antasari di Kompas.
4. Tingkat Perhatian dilihat dari Waktu Luang Responden dalam Membaca
Berita Antasari di Kompas
Secara lebih rinci peneliti kembali memunculkan pertanyaan untuk
mengukur rasa ketertarikan responden yaitu adakah perencanaan waktu atau
waktu luang yang disediakan secara khusus untuk membaca nerita antasari di
Kompas. Akan termasuk dalam kategori “sangat tinggi”, jika responden
menjawab selalu menyediakan waktu luang, Untuk kategori “tinggi”, jika
responden menjawab sering menyediakan waktu luang, untuk kategori “sedang”,
jika responden kadang-kadang menyediakan waktu luang.
Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang menyediakan
waktu luang dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak
pernah menyediakan waku luang. Berikut hasil Tabel penelitiannya
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
Tabel 3.4 Waktu Luang Responden
Dalam Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40 No Kategori Jumlah Total
%
1 Sangat tinggi 2 5
2 Tinggi 15 37,5
3 Sedang 19 47,5 4 Rendah 3 7,5 5 Sangat rendah 1 2,5 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 4
Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membaca berita Antasari
di Kompas responden tidak selalu menyediakan waktu luang secara khusus. Tetapi
mereka mempunyai cukup waktu luang untuk membaca berita tersebut. Hal ini terlihat
jelas dari 40 responden yang ada 19 responden atau 47,5% menjawab kadang-kadang saja
menyediakan waktu luang. Hasil ini menunjukkan bahwa kesibukan kegiatan organisasi
BEM sangat padat sehingga mereka hanya kadang-kadang saja mempunyai waktu luang
untuk membaca berita Antasari di Kompas.
5. Motivasi Responden untuk Mengikuti kasus hukum Antasari sampai
tuntas di Kompas
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul secara sadar untuk
melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Untuk melihat tinggi rendahnya
motivasi responden dalam mengikuti kasus hukum Antasari di Kompas maka
akan dikategorikan sebagai berikut. Akan termasuk dalam kategori “sangat
tinggi”, jika responden menjawab selalu membantu pelajaran, Untuk kategori
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
“tinggi”, jika responden menjawab sering membantu pelajaran, untuk kategori
“sedang”, jika responden kadang-kadang membantu pelajaran.
Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang membantu
pelajaran dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak
pernah membantu pelajaran. Berikut hasil Tabel penelitiannya
Tabel 3.5 Motivasi Responden Mengikuti Kasus Hukum Antasari di Kompas n = 40 No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 4 10 2 Tinggi 13 32,5 3 Sedang 23 57,5 4 Rendah 0 0 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 5
Berdasar hasil tabel, dilihat bahwa motivasi responden mengikuti kasus
hukum Antasari di Kompas berada dalam kategori “sedang” yaitu 57,5% dari
hasil keseluruhan atau 23 responden. Artinya berita ini cukup menarik tetapi tidak
selalu terkait dengan mata kuliah. Sehingga motivasi itu muncul ketika ada tugas
kuliah datang untuk membantu dalam studi kasus dan sebagainya.
6. Berita Antasari di Kompas membantu pergaulan sehari-hari dalam
perbincangan dengan teman-teman anggota BEM
Berita Antasari merupakan permasalahan serius dan menyita perhatian
banyak orang karena melibatkan kepentingan orang banyak. Untuk mengetahui
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
apakah berita Antasari di Kompas membantu pergaulan sehari-hari terutama
dalam perbincangan dengan teman-teman anggota BEM Hukum maka akan
dikategorikan sebagai berikut.
Akan Termasuk kategori “sangat tinggi”, jika responden menjawab selalu
membantu, Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering membantu,
untuk kategori “sedang”, jika responden kadang-kadang membantu dalam
perbincangan.
Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang membantu dan
untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak pernah membantu
dalam perbincangan. Berikut hasil Tabel penelitiannya
Tabel 3.6 Berita Antasari di Kompas Membantu Perbincangan dengan Teman-teman BEM n = 40 No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 4 10
2 Tinggi 11 27,5
3 Sedang 20 50
4 Rendah 5 12,5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 6
Hasil tabel diatas hasil dari penelitian ini menunjukkan kategori “sedang”.
Yaitu sebanyak 20 responden atau 50%, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa berita Antasari di Kompas merupakan topik berita yang menjemukan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
mahasiswa Anggota BEM Hukum Universitas Sebelas Maret dalam perbincangan
sehari-hari dengan teman-temannya sebab hampir dua bulan penuh selalu muncul
dan perkembangan kasus tersebut lambat.
7. Faktor Minat Membaca Berita Antasari
Hiburan dan kesenangan merupakan bagian dari semua orang yang
menjalani kehidupan di dunia ini. Pertanyaannya adalah apakah berita Antasari di
Kompas memberikan hiburan dan kesenangan kepada mahasiswa BEM Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Untuk menjawabnya maka kami kategorikan
sebagai berikut. Akan termasuk kategori “sangat tinggi”, jika responden
menjawab selalu menunggu kemunculan berita Antasari, Untuk kategori “tinggi”,
jika responden menjawab sering menunggu kemunculan berita Antasari, untuk
kategori “sedang”, jika responden kadang-kadang menunggu kemunculan berita
Antasari.
Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang menunggu
kemunculan berita Antasari dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden
menjawab tidak pernah menunggu kemunculan berita Antasari. Berikut hasil
Tabel penelitiannya
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
Tabel 3.7 Minat Membaca Berita Antasari di Kompas
n = 40 No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 2 5
2 Tinggi 9 22,5
3 Sedang 20 50 4 Rendah 7 17,5 5 Sangat rendah 2 5 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 7
Hasil dari penelitian ini menunjukkan kategori “sedang”. Yaitu sebanyak
20 responden atau 50%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
Anggota BEM Hukum Universitas Sebelas Maret hanya kadang-kadang saja
menunggu kemunculan berita Antasari di Kompas. Fakta ini menunjukkan bahwa
kemunculan berita Antasari dibarengi dengan kemunculan berita tentang kandidat
presiden, yang sebelumnya berita Antasari jadi topik utama dalam pemberitaan
Kompas merosot jadi pemberitaan kedua.
8. Faktor Motivasi untuk selalu Membaca Berita Antasari di Kompas
Suatu keinginan responden untuk selalu membaca berita Antasari di
Kompas akan mempengaruhi pemahaman terhadap berita Antasari yang berimbas
kepada citra Komisi Pemberantasan Korupsi. Untuk mengetahui seberapa besar
keinginan responden maka kami kategorikan sebagai berikut. Akan termasuk
kategori “sangat tinggi”, jika responden menjawab selalu ingin membaca, Untuk
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering ingin membaca, untuk kategori
“sedang”, jika responden kadang-kadang ingin membaca.
Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang ingin membaca
dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak pernah ingin
membaca. Berikut hasil Tabel penelitiannya
Tabel 3.8 Motivasi untuk Selalu Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40 No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 3 7,5 2 Tinggi 10 25 3 Sedang 24 60 4 Rendah 3 7,5 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 8
Berdasar hasil tabel, dapat dilihat bahwa motivasi responden untuk selalu
membaca berita Antasari di Kompas berada dalam kategori “sedang” yaitu 60%
atau 24 responden. Artinya responden tidak selalu membaca berita Antasari di
Kompas karena mereka mengakses berita tersebut terkadang lewat media televisi
dan internet. Fakta ini diperkuat dari pertanyaan kuesioner D no 3.
9. Motivasi untuk menulis opini di surat kabar mendukung KPK
Sebuah dorongan untuk memberikan masukan secara nyata dan positif
begitu penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai
mahasiswa menyumbangkan opini merupakan tindakan konkret untuk bangsa ini.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
Seberapa dalamkah mahasiswa ini mempunyai dorongan untuk menulis opini?
Akan kita jawab dengan kategori sebagai berikut.
Akan termasuk kategori “sangat tinggi”, jika responden menjawab selalu
tertarik menulis opini, Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering
tertarik menulis opini, untuk kategori “sedang”, jika responden kadang-kadang
tertarik menulis opini.
Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang tertarik menulis
opini dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak pernah
tertarik menulis opini. Berikut hasil Tabel penelitiannya
Tabel 3.9 Motivasi Menulis Opini di Surat Kabar Mendukung KPK n = 40 No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 8 20 2 Tinggi 10 25 3 Sedang 14 35
4 Rendah 7 17,5
5 Sangat rendah 1 2,5
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan no : 9
Hasil tabel di atas dapat menggambarkan bahwa motivasi responden
untuk menulis opni di surat kabar berada dalam kategori “sedang” yaitu 35% atau
14 responden. 25% dalam kategori “tinggi”, 20% dalam kategori “sangat tinggi”
dan sisanya saya kira tidak tertari menulis opini. Dapat disimpulkan artinya
walaupun responden cukup tertarik untuk menulis opini di surat kabar karena
sesuai dengan bidang mereka tetapi pada bulan tersebut banyak tugas kuliah yang
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
menumpuk sehingga mereka mementingkan untuk menyelesaikan tugas kuliah
daripada menulis di surat kabar.
10. Minat Diskusi dengan orang lain tentang Antasari
Membicarakan sesuatu secara sadar dan serius untuk bertukar pendapat,
ide demi mendapatkan solusi baru dalam memecahkan masalah untuk tujuan
tertentu sering dilakukan mahasiswa yang aktif dalam kehidupan kampus. Itulah
sebuah diskusi. Apakah mahasiswa BEM Hukum Universitas Sebelas Maret ini
sering berdiskusi tentang berita Antasari? Untuk itu kita kategorikan sebagai
berikut. Akan termasuk kategori “sangat tinggi”, jika responden menjawab selalu
ingin berdiskusi, Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering ingin
berdiskusi, untuk kategori “sedang”, jika responden kadang-kadang ingin
berdiskusi.
Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang ingin berdiskusi
dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak pernah ingin
berdiskusi. Berikut hasil Tabel penelitiannya
Tabel 3.10 Minat Berdiskusi Tentang Antasari Dengan orang lain
n = 40 No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 6 15
2 Tinggi 13 32,5
3 Sedang 19 47,5
4 Rendah 1 2,5
5 Sangat rendah 1 2,5
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan no : 10
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
Berdasar hasil tabel, dapat dilihat bahwa minat responden untuk berdiskusi
tentang Antasari berada dalam kategori “sedang” yaitu 47,5% atau 19 responden.
Artinya responden cukup tertarik untuk selalu berdiskusi tentang Antasari karena
tema ini hangat pada waktu itu dan sesuai dengan bidang mereka. Tetapi waktu
untuk diskusi tentang berita tersebut selalu terpotong oleh diskusi organisasi BEM
yang mempunyai banyak kegiatan.
Untuk mengetahui tinggi-rendah penyajian jawaban para responden dari
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Penggunaan Surat Kabar
Harian Kompas tentang Berita Antasari, maka peneliti membuat pengklasifikasian
dengan mempertimbangkan range dari distribusi nilai
Berdasarkan data yang diperoleh (lihat lampiran), maka diketahui jumlah
nilai. Jawaban yang tertinggi pada variabel Penggunaan Surat Kabar Harian
Kompas tentang Berita Antasari adalah 42 dan terendah adalah 24, selanjutnya
dua angka tersebut digunakan untuk pengklasifikasian data. Langkah pertama
yang ditempuh untuk membuat pengklasifikasian adalah membuat range dengan
rumus sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
Langkah berikutnya adalah menghitung interval kelas :
Karena dalam penelitian ini jumlah kelas ada 5 (sangat tinggi,
tinggi,sedang,rendah,sangat rendah) maka :
Berdasarkan ketentuan diatas dengan hasil 8 maka kelas interval adalah dan dapat
dibuat klasifikasi sebagai berikut :
Kategori sangat tinggi : 43 – 50
Kategori tinggi : 35 – 42
Kategori sedang : 27 – 34
Kategori rendah : 19 – 26
Kategori sangat rendah : 10 – 18
Hasil klasifikasi data dari 40 responden kemudian dijabarkan dalam bentuk tabel
berikut :
Tabel 3.11 Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas
tentang Berita Antasari commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 2 5
2 Tinggi 14 35
3 Sedang 20 50
4 Rendah 4 10 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat Penggunaan Surat Kabar
Harian Kompas tentang Berita Antasari masuk dalam kategori sedang yaitu 20
responden atau 50 % dari total responden, nilai tersebut juga tidak terpaut jauh
dari kategori tinggi yang mencapai 14 responden atau sekitar 35 persen dari total
responden, sedangkan untuk kategori rendah ada 4 responden atau 10% . Hal ini
menunjukkan bahwa responden pada umumnya tertarik dalam menggunakan
Surat Kabar Harian Kompas tentang Berita Antasari tetapi mereka tidak
memprioritaskan membaca setiap berita itu muncul. Serta responden tidak hanya
menggunakan media Kompas saja untuk membaca berita Antasari sebab mereka
juga mengakses media lain seperti televise, internet, radio dan sebagainya.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
B. Persepsi Mahasiswa Terhadap Citra KPK
Setelah membahas variabel independen, berikutnya adalah pengkajian
variabel dependen yang menguraikan tentang persepsi mahasiswa terhadap citra
KPK sebagai hubungan dari adanya efek yang mungkin timbul dalam kegiatan
menggunakan Surat Kabar Kompas tentang berita Antasari. Persepsi mahasiswa
terhadap citra KPK diukur berdasarkan hasil kuesioner yang telah di bagikan
kepada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan dijabarkan atas 13 pertanyaan. Dimana skala pengukuran
dalam penelitian ini menggunakan skala LIKERT berjenjang lima dengan nilai
berkisar dari angka 1-5. Berikut akan disajikan dalam bentuk tabel per item
pertanyaan pada penelitian ini.
1. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang
Selalu Mengutamakan Landasan Peraturan Perundang-undangan
Untuk mengetahui persepsi responden terhadap KPK sebagai lembaga
hukum yang selalu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan maka
jawaban akan dinilai berdasar tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah
hingga terkuat sebagai respon atau opini dari responden. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan
skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”
dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
Tabel 3.12 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan Landasan Peraturan Perundang-undangan n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 15 37,5 2 Tinggi 15 37,5 3 Sedang 10 25 4 Rendah 0 0 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.11
Dari hasil data diatas memperlihatkan bahwa, penilaian responden untuk
persepsi terhadap Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu
Mengutamakan Landasan Peraturan Perundang-undangan berada pada kategori
sangat tinggi yaitu ada 15 responden atau 37,5%, dan dengan jumlah yang sama
berada pada kategori tinggi.
Artinya mahasiswa memiliki persepsi yang sangat baik tentang KPK
sebagai lembaga hukum yang selalu mengutamakan landasan peraturan
Perundang-undangan.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101
2. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum yang
memegang asas kepatutan dalam menangkap koruptor
Untuk mengetahui penilaian responden tentang kinerja KPK dalam
menegakkan hukum di Indonesia apakah masih memegang asas kepatutan dalam
menangkap koruptor maka jawaban akan dinilai berdasar tingkat kecenderungan
sikap dari yang terlemah hingga terkuat.
Adapun kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju”
dengan skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak
setuju” dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
Tabel 3.13 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Memegang Asas Kepatutan Dalam Menangkap Koruptor n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 11 27,5 2 Tinggi 24 60
3 Sedang 4 10
4 Rendah 1 2,5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan no.12
Berdasarkan tabel diatas dapat diterangkan bahwa 24 responden atau 60%
berada pada kategori tinggi. Ini berarti mahasiswa anggota BEM Hukum
Universitas Sebelas Maret mempunyai persepsi yang baik terhadap KPK sebagai
lembaga hukum yang memegang asas kepatutan dalam menangkap koruptor.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
3. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum yang adil
dalam memberantas korupsi
Untuk mengetahui penilaian responden tentang kinerja KPK dalam
menegakkan hukum di Indonesia apakah masih memegang asas keadilan dalam
memberantas korupsi maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat
kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat.
Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan
skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”
dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
Tabel 3.14 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Adil Dalam Memberantas Korupsi n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 10 25 2 Tinggi 21 52,5
3 Sedang 8 20
4 Rendah 1 2,5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan no.13
Berdasarkan tabel diatas dapat diterangkan bahwa 21 responden atau
52,2% berada pada kategori tinggi. Ini berarti mahasiswa anggota BEM Hukum
Universitas Sebelas Maret mempunyai persepsi yang baik terhadap KPK sebagai
lembaga hukum yang adil dalam memberantas korupsi.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
4. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang selalu memberikan informasi yang benar
terhadap masyarakat
Untuk mengetahui penilaian responden tentang KPK dalam menegakkan
hukum di Indonesia apakah selalu memberikan informasi yang benar terhadap
masyarakat maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan
sikap dari yang terlemah hingga terkuat.
Adapun kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju”
dengan skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak
setuju” dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
Tabel 3.15 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan Informasi Yang Benar Terhadap Masyarakat n = 40
No Kategori Jumlah Total
%
1 Sangat tinggi 9 22,5
2 Tinggi 20 50
3 Sedang 11 27,5
4 Rendah 0 0
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan no.14
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 20 responden atau 50%. Jadi mahasiswa begitu percaya terhadap
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104
KPK dalam menegakkan hukum di Indonesia selalu memberikan informasi yang
benar terhadap masyarakat
5. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang selalu memberikan informasi secara jujur
terhadap masyarakat
Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam menegakkan
hukum di Indonesia apakah selalu memberikan informasi yang jujur terhadap
masyarakat maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan
sikap dari yang terlemah hingga terkuat.
Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan
skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”
dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
Tabel 3.16 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan Informasi Secara Jujur Terhadap
Masyarakat n = 40
No Kategori Jumlah Total
%
1 Sangat tinggi 6 15
2 Tinggi 24 60
3 Sedang 9 22,5
4 Rendah 1 2,5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105
Sumber pertanyaan no.15
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 24 responden atau 60%. Artinya mahasiswa anggota BEM
Hukum Universitas Sebelas Maret percaya terhadap KPK dalam menegakkan
hukum di Indonesia selalu memberikan informasi yang jujur terhadap masyarakat.
6. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang selalu menjalankan tugas dan fungsinya
secara tidak diskriminatif
Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam menegakkan
hukum di Indonesia apakah selalu menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak
diskriminatif maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan
sikap dari yang terlemah hingga terkuat
Adapun kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju”
dengan skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak
setuju” dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
Tabel 3.17 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas
Korupsi Yang Selalu Menjalankan Tugas Dan Fungsinya Secara Tidak Diskriminatif n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 5 12,5
2 Tinggi 17 42,5
3 Sedang 13 32,5
4 Rendah 5 12,5 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.16
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 17 responden atau 42,5%. Artinya mahasiswa anggota BEM
Hukum Universitas Sebelas Maret percaya terhadap KPK dalam menegakkan
hukum di Indonesia selalu menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak
diskriminatif.
7. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang bertanggungjawab atas setiap kegiatannya
Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam menegakkan
hukum di Indonesia apakah selalu memberantas korupsi dengan bertanggung
jawab atas setiap kegiatannya, maka jawaban akan dinilai berdasar kategori
tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat
Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan
skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”
dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
Tabel 3.18 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Bertanggungjawab Atas Setiap Kegiatannya
n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 7 17,5
2 Tinggi 22 55
3 Sedang 9 22,5
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
4 Rendah 2 5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.17
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 22 responden atau 55%. Artinya mahasiswa anggota BEM
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam
menegakkan hukum di Indonesia selalu memberantas korupsi dengan bertanggung
jawab atas setiap kegiatannya.
8. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai
undang-undang
Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas
korupsi di Indonesia apakah selalu melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai
undang-undang, maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat
kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat. Kedalaman jawaban
dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan skor 5, “setuju” dengan skor
4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju” dengan skor 2 serta “sangat
tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel penelitiannya:
Tabel 3.19 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Melaporkan Hasil Akhir Kepada Rakyat Sesuai Undang-Undang n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 6 15
2 Tinggi 18 45
3 Sedang 13 32,5 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108
4 Rendah 3 7,5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.18
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 18 responden atau 45%. Artinya mahasiswa anggota BEM
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam
memberantas korupsi di Indonesia selalu melaporkan hasil akhir kepada rakyat
sesuai undang-undang.
9. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang mendahulukan kesejahteraan umum
Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas
korupsi di Indonesia apakah selalu mendahulukan kesejahteraan umum, maka
jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan sikap dari yang
terlemah hingga terkuat. Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat
setuju” dengan skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan
“tidak setuju” dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut
hasil tabel penelitiannya:
Tabel 3.20 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Mendahulukan Kesejahteraan Umum n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 5 12,5
2 Tinggi 22 55
3 Sedang 11 27,5 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109
4 Rendah 2 5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.19
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 22 responden atau 55%. Artinya mahasiswa anggota BEM
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam
memberantas korupsi di Indonesia selalu mendahulukan kesejahteraan umum.
10. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang aspiratif (selalu mencerminkan dan mewakili
kepentingan rakyat)
Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas
korupsi di Indonesia apakah selalu aspiratif atau dalam artian selalu
mencerminkan dan mewakili kepentingan rakyat, maka jawaban akan dinilai
berdasar kategori tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat.
Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan skor 5,
“setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju” dengan
skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel penelitiannya:
Tabel 3.21
Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Aspiratif (Selalu Mencerminkan Dan Mewakili Kepentingan Rakyat) n = 40
No Kategori Jumlah Total
%
1 Sangat tinggi 8 20
2 Tinggi 22 55
3 Sedang 7 17,5 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
4 Rendah 3 7,5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.20
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 22 responden atau 55%. Artinya mahasiswa anggota BEM
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam
memberantas korupsi di Indonesia selalu aspiratif atau mencerminkan dan
mewakili kepentingan rakyat
11. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang akomodatif (ada kesediaan untuk saling
memahami pendapat rakyat)
Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas
korupsi di Indonesia apakah selalu akomodatif atau memiliki kesediaan untuk
saling memahami pendapat rakyat, maka jawaban akan dinilai berdasar kategori
tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat.
Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan
skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”
dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111
Tabel 3.22 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Akomodatif (Ada Kesediaan Untuk Saling Memahami
Pendapat Rakyat) n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 7 17,5 2 Tinggi 23 57,5 3 Sedang 8 20 4 Rendah 2 5 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.21
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 23 responden atau 57,5%. Artinya mahasiswa anggota BEM
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam
memberantas korupsi di Indonesia selalu akomodatif atau memiliki kesediaan
untuk saling memahami pendapat rakyat.
12. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum pemberantas
korupsi yang selektif (ada sikap kritis untuk menganalisis dan memilih
yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada)
Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas
korupsi di Indonesia apakah selalu bersikap kritis untuk menganalisis dan memilih
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada, maka jawaban akan dinilai
berdasar kategori tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat.
Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan
skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”
dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
Tabel 3.23 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selektif (ada sikap kritis untuk menganalisis dan memilih yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada) n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 7 17,5 2 Tinggi 21 52,5 3 Sedang 12 30 4 Rendah 0 0 5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan no.22
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 21 responden atau 52,5%. Artinya mahasiswa anggota BEM
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam
memberantas korupsi di Indonesia selalu bersikap kritis untuk menganalisis dan
memilih yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
113
13. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang seimbang dalam menjalankan tugas,
wewenang, tanggungjawab dan kewajiban dalam memberantas korupsi
Untuk mengetahui penilaian responden tentang kinerja KPK dalam
menegakkan hukum di Indonesia apakah selalu seimbang dalam menjalankan
tugas, wewenang, tanggungjawab dan kewajiban dalam memberantas korupsi
maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan sikap dari
yang terlemah hingga terkuat
Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan
skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”
dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel
penelitiannya:
Tabel 3.24 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Seimbang Dalam Menjalankan Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Dan Kewajiban Dalam Memberantas Korupsi n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 6 15
2 Tinggi 23 57,5
3 Sedang 9 22,5
4 Rendah 2 5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.23
Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai
tinggi yaitu ada 23 responden atau 57,5%. Artinya mahasiswa anggota BEM commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam
memberantas korupsi di Indonesia selalu seimbang dalam menjalankan tugas,
wewenang, tanggungjawab dan kewajiban.
Untuk mengetahui tinggi-rendah penyajian jawaban para responden dari
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel persepsi terhadap citra KPK,
maka peneliti membuat pengklasifikasian dengan mempertimbangkan range dari
distribusi nilai. Berdasarkan data yang diperoleh (lihat lampiran), maka diketahui
jumlah nilai.
Jawaban yang tertinggi pada variabel persepsi terhadap kinerja kepolisian
adalah 63 dan terendah adalah 32, selanjutnya dua angka tersebut digunakan
untuk pengklasifikasian data. Langkah pertama yang ditempuh untuk membuat
pengklasifikasian adalah membuat range dengan rumus sebagai berikut :
Langkah berikutnya adalah menghitung interval kelas :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
115
Karena dalam penelitian ini jumlah kelas ada 5 (sangat baik, baik, biasa, kurang
baik, buruk) maka :
Berdasarkan ketentuan diatas dengan hasil 10,4 dibulatkan 10 maka kelas interval
adalah dan dapat dibuat klasifikasi sebagai berikut :
Kategori sangat baik : 56 – 65
Kategori baik : 46 – 55
Kategori biasa : 36 – 45
Kategori kurang baik : 26 – 35
Kategori buruk : < 25
Hasil klasifikasi data dari 40 responden kemudian dijabarkan dalam bentuk tabel
berikut :
Tabel 3.25 Persepsi Responden Terhadap Citra KPK n = 40
No Kategori Jumlah Total %
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
1 Sangat tinggi 5 12,5
2 Tinggi 27 67,5
3 Sedang 7 17,5
4 Rendah 1 2,5
5 Sangat rendah 0 0
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa Anggota BEM
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap citra KPK dalam kategori
tinggi yaitu 27 responden atau 67,5 % dari total responden. Hal ini
mengindentifikasikan bahwa persepsi responden terhadap citra KPK adalah baik.
Dengan kata lain bahwa citra KPK di negara kita sudah sesuai dengan
keinginan mahasiswa anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yaitu KPK sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang tidak
pandang bulu dan professional.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
C. Faktor-faktor Eksternal
Variabel Kontrol dalam penelitian ini berupa faktor-faktor eksternal yang
meliputi kelompok pergaulan (reference group) dan peran media masa lain.
Dalam kegiatan sehari-hari, mahasiswa juga melakukan interaksi dengan
lingkungan sosialnya. Kelompok pergaulan dapat mempengaruhi individu dalam
kelompok tersebut dalam membentuk persepsinya. Bila kelompok pergaulan ini
memberikan suatu penilaian terhadap sesuatu hal, maka penilaian individu yang
termasuk anggota kelompok pergaulan tersebut juga akan dipengaruhi oleh
penilaian yang dibuat oleh kelompok pergaulan tersebut.
Kelompok media massa selain surat kabar, seperti televisi, radio, majalah
dan internet, diakses oleh mahasiswa untuk menambah pengetahuan atau
informasi tentang kinerja kepolisian, Informasi-informasi yang didapat dari media
lainnya digunakan mahasiswa sebagai pemahamanya mengenai kepolisian.
Faktor-faktor ini disinyalir akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan
persepsi mahasiswa terhadap citra KPK.
Untuk mengetahui seberapa besar faktor ini memainkan peranannya,
berikut peneliti menjabarkan dalam bentuk-bentuk item pertanyaan sebagai
berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118
1) Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan (reference group) Terhadap Citra
KPK
Tingkat pendapat teman pergaulan (reference group) terhadap citra KPK
dapat diukur dari pendapat mereka mengenai kinerja kepolisian dalam masyarakat
apakah pendapat mereka sangat baik ataupun buruk. Adapun tingkat jawaban akan
dinilai sangat tinggi dengan skor 5 jika responden menjawab “sangat baik”, tinggi
dengan skor 4 untuk kategori “baik”, sedang dengan skor 3 untuk kategori
“biasa”, rendah dengan skor 2 unuk kategori “kurang baik”, dan sangat rendah
dengan skor 1 untuk kategori “buruk”. Adapun hasil yang diperoleh dari jawaban
atas pertanyaan ini sebagai berikut :
Tabel 3.26 Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan (reference group) Terhadap citra KPK n = 40
No Kategori Jumlah Total % 1 Sangat tinggi 4 10
2 Tinggi 14 35
3 Sedang 7 17,5
4 Rendah 10 25
5 Sangat rendah 5 12,5
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan D No.1
Dari tabel diatas, terlihat level jawaban untuk permasalahan ini berada
pada kategori “tinggi” yaitu 35% atau 14 responden dari total responden. Hal ini
mengindentifikasikan bahwa pengaruh teman pergaulan cukup tinggi. Dan
menunjukkan bahwa mahasiswa Anggota BEM selalu senang bergaul dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
119
berdiskusi tentang KPK yang cukup hebat memberantas korupsi dan benar-benar
menerapkan asas-asas hukum korupsi.
2) Kedekatan Responden Dengan Kelompok Pergaulan (reference group) Dan Seberapa Besar Pengaruhnya
Hubungan yang terjalin antara responden sebagai makhluk sosial dengan
lingkungan sekitarnya memang memberikan pengaruh pada cara mereka melihat
suatu permasalahan yang sedang berkembang, seberapa besar pengaruh yang akan
ditimbulkan oleh faktor kelompok pergaulan (reference group) seperti ayah atau
ibu, saudara, pacar, teman kampus, teman diskusi terhadap citra KPK?
Adapun tingkat jawaban akan dinilai sangat tinggi dengan skor 5 jika
responden menjawab “terpengaruh 5 orang”, tinggi dengan skor 4 untuk kategori
“terpengaruh 4 orang”, sedang dengan skor 3 untuk kategori “terpengaruh 3
orang”, rendah dengan skor 2 unuk kategori “terpengaruh 2 orang”, dan sangat
rendah dengan skor 1 untuk kategori “terpengaruh 1 orang”. Dalam hal ini
responden diperkenankan untuk menjawab dua sumber media ataupun lebih.
Adapun hasil yang diperoleh dari jawaban per kelompok pergaulan atas
pertanyaan ini sebagai berikut :
Tabel 3.27 Tingkat Pengaruh Kelompok Pergaulan Terhadap Responden Mengenai Citra KPK
n = 40
No Kategori Jumlah Total %
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
120
1 Sangat tinggi 4 10
2 Tinggi 2 5
3 Sedang 8 20
4 Rendah 21 52,5
5 Sangat rendah 5 12,5
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan D No.2
Dari hasil tabel diatas, terlihat bahwa level jawaban untuk pertanyaan D
no.2. berada pada kategori “rendah”, yaitu sebanyak 21 responden atau 52,5%
yang artinya bahwa pendapat responden terhadap KPK hanya dipengaruhi oleh 2
kelompok pergaulan saja. Kebanyakan responden mempunyai pemikiran sendiri
dan analisa sendiri terhadap persepsi tentang KPK.
3) Media Lain Yang Dijadikan Sumber Untuk Mengetahui Citra KPK
Interaksi sosial dengan lingkungan juga terukur dari seberapa besar peran
media lain (selain surat kabar) mempengaruhi responden dalam mengambil
keputusan terhadap sikap dan persepsi mereka mengenai citra KPK. Dalam hal ini
responden diperkenankan untuk menjawab dua sumber media ataupun lebih.
Berikut hasil kuisioner untuk pertanyaan berikut :
Tabel 3.28 Banyaknya Media Massa Lain Yang Dijadikan Sumber Untuk Mengetahui Citra KPK
n = 40
No Kategori Jumlah Total %
1 Sangat tinggi 0 0
2 Tinggi 2 5
3 Sedang 5 12,5
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
121
4 Rendah 15 37,5
5 Sangat rendah 18 45
Jumlah 40 100
Sumber pertanyaan D no.3
Dari hasil tabel diatas, kategori jawaban responden untuk banyaknya
media masa (selain surat kabar) yang diakses untuk mendapatkan informasi
tentang KPK berada pada kategori “sangat rendah” sekitar 45%. Hal ini
menggambarkan bahwa kebanyakan responden mengakses dua media massa
(selain surat kabar) yang digunakan untuk menambah pengetahuan ataupun
informasi yang mereka butuhkan tentang KPK. Sedangkan media massa yang
paling banyak digunakan responden adalah Televisi.
Untuk mengetahui tinggi-rendahnya penyajian jawaban responden dari
pertabyaan yang berkenaan dengan variabel control ini, maka peneliti membuat
pengklasifikasian dengan mempertimbangakan range dari distribusi nilai. Seperti
yang telah diuraikan diatas bahwa terdapat lima alternative jawaban untuk
masing-masing pertanyaan. Apabila responden memilih jawaban berturut secara
bertingkat antara a - e, maka akan diberi skor antara 1-5
Berdasarkan data yang diperoleh (lihat lampiran), maka diketahui jumlah
nilai jawaban yang tertinggi adalah 13 dan terendah adalah 5. Selanjutnya dua
angka tersebut digunakan untuk pengklasifikasikan data. Langkah pertama yang
ditempuh untuk membuat pengklasifikasian adalah membuat range dengan rumus
sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
122
Langkah berikutnya adalah menghitung interval kelas :
Karena dalam penelitian ini jumlah kelas ada 5 (sangat baik, baik, biasa, kurang
baik, buruk) maka :
Berdasarkan ketentuan diatas dengan hasil 2 maka kelas interval adalah dan dapat dibuat klasifikasi sebagai berikut :
Kategori sangat tinggi : 14 – 15
Kategori tinggi : 12 – 13
Kategori sedang : 10 – 11
Kategori rendah : 8 – 9
Kategori sangat rendah : < 7
Hasil klasifikasi data dari 40 responden kemudian dijabarkan dalam bentuk table
berikut :
Tabel 3.29 Faktor-faktor Eksternal Yang Mempengaruhi
Persepsi Responden Terhadap Citra KPK commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
123
n = 40
No Kategori Jumlah Total
%
1 Sangat Tinggi 0 0
2 Tinggi 9 22,5
3 Sedang 14 35
4 Rendah 12 30 5 Sangat rendah 5 12,5 Jumlah 40 100
Dari hasil tabel terlihat bahwa nilai variabel faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi persepsi responden terhadap kinerja kepolisian berada pada
kategori “sedang”, yaitu sebanyak 14 responden atau 35%. Dan 30% berkategori
rendah.
Hal ini menggambarkan bahwa faktor-faktor ekternal meliputi kelompok
pergaulan (reference group) dan peran media massa lain dalam mempengaruhi
tingkat persepsi responden terhadap KPK berkategori sedang menuju rendah,
menunjukkan bahwa faktor-faktor ekternal mempunyai sedikit hubungan dalam
mempengaruhi persepsi responden terhadap citra KPK.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
ANALISIS DATA
Dalam bab pendahuluan telah dijelaskan, bahwa penelitian ini salah satunya
mengetahui apakah ada tidaknya hubungan antara Penggunaan Surat Kabar harian
Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota
BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK. Untuk
itu penelitian ini yang akan diuji adalah hubungan antar variabel yaitu :
“Hubungan antara Penggunaan Surat Kabar harian Kompas tentang Berita
Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK”.
Variabel independent yaitu Penggunaan Surat Kabar harian Kompas tentang
Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009, dalam hal ini diberi symbol (X), sedangkan
Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap
Citra KPK sebagai variable dependen diberi symbol (Y). Dalam hubungan antar
variable ditunjukkan hubungan sebagai berikut :
“Hubungan antara variable X dan variable Y”
Maka akan dibuat Tabel Tabulasi Silang untuk mengetahui hubungan kedua variable
tersebut. Untuk lebih jelasnya hubungan antara Penggunaan Surat Kabar harian
Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota
BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK dari 40
responden penulis akan menyajikan dari data hasil penelitian yaitu sebagai berikut : commit to user 124 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
125
TABEL 4.1
TABULASI SILANG TENTANG HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN
BERITA ANTASARI DI KOMPAS DENGAN PERSEPSI MAHASISWA
ANGGOTA BEM TERHADAP CITRA KPK
Penggunaan Persepsi MahasiswaAnggota BEM Fak. Hukum UNS Berita terhadap Citra KPK Antasari di Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat Total Kompas Tinggi (%) (%) (%) Rendah (%) (%) Sangat 2 Tinggi 0,25 1,35 0,35 0,05 0 (5%) (%) Tinggi (%) 1,75 14 9,45 2,45 0,35 0 (35%)
Sedang (%) 2,5 20 13,5 3,5 0,5 0 (50%)
Rendah (%) 0,5 4 2,7 0,7 0,1 0 (10%) Sangat 0 0 0 0 0 0 Rendah (%) (0%) Total 5 27 7 1 0 40
(12,5%) (67,5%) (17,5%) (2,5%) (0 %) (100%) Sumber : Data Primer
Berdasarkan pada besarnya angka persen tersebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Penggunaan Surat Kabar
harian Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi
Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penggunaan surat kabar harian
Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 maka semakin tinggi pula
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
126
Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap
Citra KPK. Begitu pula sebaliknya semakin rendah penggunaan surat kabar harian
Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 maka Persepsi Anggota BEM
Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK juga semakin
rendah.
Kemudian untuk mengetahui hubungan faktor-faktor ekternal meliputi
kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain ( Z ) dengan
Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap
Citra KPK (Y) maka akan dibuat Tabel Tabulasi Silang sebagai berikut :
TABEL 4.2
TABULASI SILANG TENTANG HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERSEPSI MAHASISWA ANGGOTA BEM FAK. HUKUM UNS TERHADAP CITRA KPK Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fak. Hukum UNS terhadap Citra KPK Faktor-faktor Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat Total eksternal Tinggi (%) (%) (%) Rendah (%) (%)
Sangat Tinggi 0 (%) 0 0 0 0 0 (0%)
Tinggi (%) 9 1,125 6,075 1,575 0,225 0 (22,5%) Sedang (%) 14 1,75 9,45 2,45 0,35 0 (35,0%) Rendah (%) 12 1,5 8,1 2,1 0,3 0 (30%) Sangat Rendah 5 0,625 3,375 0,875 0,125 0 (%) (12,5%)
Total 5 27 7 1 0 40 (12,5%) (67,5%) (17,5%) (2,5%) (0 %) (100%)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
127
Berdasarkan pada besarnya angka persen tersebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Faktor-faktor eksternal
meliputi kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain dengan
Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap
Citra KPK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kelompok pergaulan
(reference group) dan peran media massa lain maka semakin baik pula Persepsi
Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK.
Begitu pula sebaliknya semakin rendah kelompok pergaulan (reference group) dan
peran media massa lain maka Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK juga semakin buruk.
Hasil dari penelitian ini adalah penarikan perbandingan tabulasi silang
variabel (XY) dan tabulasi silang variabel (ZY) untuk melihat hubungan antar
variabel. Berdasarkan data-data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan
berita Antasari di Kompas mempunyai hubungan yang signifikan dengan persepsi
mahasiswa anggota BEM Fakultas Hukum dan mempunyai hubungan signifikan juga
dengan faktor-faktor eksternal yang meliputi kelompok pergaulan (reference group)
dan peran media massa lain.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan uji statistik yang telah dilakukan pada
bab sebelumnya dengan menggunakan tabulasi silang, maka dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut :
1) Variabel Penggunaan Berita Antasari di Kompas mempunyai hubungan yang
signifikan dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum UNS
terhadap citra KPK.
2) Variabel faktor-faktor eksternal dalam hal ini kelompok pergaulan (reference
group) dan media massa lain yang diakses mempunyai hubungan yamg
signifikan dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum UNS
terhadap citra KPK setelah menggunakan berita Antasari di Kompas.
B. SARAN
1. Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dengan lebih berkembangnya teknologi informasi sebagai mahasiswa
dapat lebih selektif dalam memilih dan memilah sehingga dapat
menambah wawasan untuk proses pengembangan diri.
2. Surat Kabar
Dalam memberikan berita diharapkan dapat lebih transparan dan selalu
berpihak kepada kepentingan rakyat sehingga dapat dipercaya rakyat dan
mendidik masyarakat agar lebih berkualitas.
commit to user
128 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
129
3. KPK
Jangan pernah berhenti memberantas korupsi di negeri ini secara
professional. Utamakan selalu kepentingan rakyat. Lanjutkan apa yang
telah dimulai Antasari dalam memberantas koruptor. Walaupun tanpa
Antasari KPK tetap bisa melanjutkan pemberantasan Korupsi.
Semoga skripsi ini bermanfaat, serta dapat digunakan sebagai acuan
penelitian-penelitian selanjutnya.
commit to user