perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK

(Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penyusun : TRIYATNO WISNU HARJONO

D 1206569

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Persetujuan pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Drs. Mursito BM, SU) (Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D) NIP. 195 30727 198003 1001 NIP. 197 10217 199802 1001

commit to user

i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Tanggal :

1. Ketua : Drs. Adolfo Eko S., M.Si ( ) NIP. 195 80617 198702 1001

2. Sekretaris : Dra. Indah Budi R, SE, M.Hum ( ) NIP. 195 80317 199010 2001

3. Penguji I : Drs. Mursito BM, SU ( )

NIP. 195 00926 198503 1001

4. Penguji II : Sri

Hastjarjo, S.Sos, Ph.D ( )

NIP. 197 10217 199802 1001

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

commit to user

ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Drs. H. Supriyadi SN, SU

NIP. 195 30128 198103 1001

MOTTO

S K R I P S I

tak akan selesai

jika kau hanya mampu menuliskan huruf S

“The mass media may not successful in telling us what to think, but they are

stunningly successful in telling us what think about”

( Bernard Cohen )

I don’t follow you …

( McLuhan )

commit to user

iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Puji syukur saya haturkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa,

Karya ini saya persembahkan untuk

….

Keluargaku, orang tua dan saudara

yang selalu ada dalam hidupku untuk selalu memberikan yang terbaik.

Semua teman dan sahabat,

commit to user

iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang selalu memberikan pengalaman

baru dalam hidupku.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

tuntunan dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

dan lancar. Proses penulisan skripsi ini banyak memberikan arti kepada penulis,

karena dengan skripsi ini penulis bisa mempunyai kesempatan belajar dalam

berbagai hal dari banyak pihak. Dengan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK

(Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian

Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)”.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dibalik penyusunan Skripsi ini terdapat banyak

orang – orang luar biasa yang memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan

serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan

skripsi ini. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, dalam kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Drs. Mursito BM, SU, selaku dosen Pembimbing I yang telah membimbing

dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi.

commit to user

v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D, selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan,

arahan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

lancar.

3. Bapak Ibu petugas perpustakaan, terima kasih atas kesempatan dan

kerjasamanya untuk meminjam buku selama penulis menyusun skripsi.

4. Para responden yaitu mahasiswa Anggota BEM Hukum UNS, terima kasih

karena bersedia meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan penulis.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam

rangka kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat

memberikan manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan

datang.

Surakarta, November 2010

Penulis

commit to user

vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ...... i

PENGESAHAN ...... ii

MOTTO ...... iii

PERSEMBAHAN ...... iv

KATA PENGANTAR ...... v

DAFTAR ISI ...... vii

DAFTAR BAGAN ...... xii

DAFTAR TABEL ...... xiii

DAFTAR GAMBAR ...... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...... xvii

ABSTRAK ...... xix

ABSTRACT ...... xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...... 1

B. Perumusan Masalah ...... 9

C. Tujuan Penelitian ...... 9

D. Manfaat Penelitian ...... 10

E. Kerangka Pemikiran dan Teori ...... 10

commit to user

vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Konsep Komunikasi Massa ...... 10

2. Fungsi Komunikasi Massa ...... 15

3. Efek Komunikasi Massa ...... 17

4. Surat Kabar ...... 22

5. Persepsi ...... 26

6. Citra ...... 31

F. Diagram Variabel Penelitian ...... 37

G. Hipotesis ...... 38

H. Definisi Konsepsional dan Operasional ......

1. Definisi Konsepsional ...... 38

2. Definisi Operasional ...... 39

I. Metodologi Penelitian ...... 52

1. Tipe dan Jenis Penelitian ...... 52

2. Lokasi Penelitian ...... 53

3. Populasi dan Sampel ...... 53

4. Jenis Data ...... 54

5. Teknik Pengumpulan Data ...... 54

6. Analisis Data ...... 54

BAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Deskripsi Surat Kabar Harian Kompas 55

1. Sejarah Sejarah Surat Kabar Harian Kompas...... 55

2. Oplah dan Sirkulasi Kompas...... 59

3. Kebijakan Redaksional ...... 61

4. Pola Liputan Kompas ...... 64

commit to user

viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Wartawan Kompas ...... 65

6. Idealisme Kompas ...... 67

B. Deskripsi Berita Antasari Azhar 68

C. Karakteristik Responden 70

1. Sejarah Fakultas Hukum UNS ...... 70

2. Visi, Misi Dan Tujuan ...... 71

3. Unsur Kemahasiswaan ...... 73

1. Dewan Mahasiswa (Dema) ...... 73

2. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ...... 74

3. Himpunan Mahasiswa ProgramNonReguler (HIMANONREG) 77

4. Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) ...... 78

BAB III PENYAJIAN DATA

A. Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas 82

1. Frekwensi Responden ...... 83

2. Tingkat Perhatian Responden ...... 84

3. Tingkat Intensitas Responden …...... 86

4. Tingkat Perhatian dilihat dari Waktu Luang Responden ...... 87

5. Motivasi Responden …...... 88

6. Berita Antasari membantu pergaulan ...... 89

7. Minat Membaca Berita ...... 91

8. Motivasi Membaca Berita Antasari di Kompas...... 92

9. Motivasi menulis opini ...... 93

10. Minat Diskusi dengan orang lain tentang Antasari ………………. 95

B. Persepsi Mahasiswa Terhadap Citra KPK

commit to user

ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan 99

Landasan Peraturan Perundang-undangan

2. Persepsi Sebagai lembaga hukum yang memegang asas kepatutan 100

dalam menangkap koruptor

3. Persepsi Sebagai lembaga hukum yang adil dalam memberantas 101

korupsi

4. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu 102

memberikan informasi yang benar terhadap masyarakat

5. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu 104

memberikan informasi secara jujur terhadap masyarakat

6. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu 105

menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak diskriminatif

7. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 106

bertanggungjawab atas setiap kegiatannya

8. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 107

melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai undang-undang

9. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 108

mendahulukan kesejahteraan umum

10. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 109

aspiratif

11. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 110

akomodatif

12. Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang 111

selektif

commit to user

x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13. Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan 113

Landasan Peraturan Perundang-undangan

C. Faktor-faktor Eksternal 117

1. Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan...... 117

2. Kedekatan Responden Dengan Kelompok Pergaulan...... 119

3. Media Lain Yang Dijadikan Sumber...... 120

BAB V ANALISIS DATA 124

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 128

B. Saran ...... 128

DAFTAR PUSTAKA ...... 130

LAMPIRAN

commit to user

xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Proses Persepsi 29

Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra 34

Bagan 1.3 Skema Penelitian 37

commit to user

xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Oplah Kompas Tahun 1965 – 2001 60

Tabel 2.2 Sirkulasi Kompas pada tahun 2003 61

Tabel 3.1 Frekuensi Responden Membaca Berita Antasari di Kompas 83

Tabel 3.2 Tingkat Perhatian Responden Membaca Berita Antasari di 85

Kompas

Tabel 3.3 Tingkat Intensitas Responden Membaca Berita Antasari di 86

Kompas

Tabel 3.4 Waktu Luang Responden Dalam Membaca Berita Antasari 88

di Kompas

Tabel 3.5 Motivasi Responden Mengikuti Kasus Hukum Antasari di 89

Kompas

Tabel 3.6 Berita Antasari di Kompas Membantu Perbincangan dengan 90

Teman-teman BEM

Tabel 3.7 Berita Antasari di Kompas Memberikan Kesenangan dan 92

Hiburan

Tabel 3.8 Motivasi untuk Selalu Membaca Berita Antasari di Kompas 93

Tabel 3.9 Motivasi Menulis Opini di Surat Kabar Mendukung KPK 94

Tabel 3.10 Minat Berdiskusi Tentang Antasari Dengan orang lain 95

Tabel 3.11 Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas tentang Berita Antasari 97

Tabel 3.12 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum 100

Yang Selalu Mengutamakan Landasan Peraturan Perundang-

undangan

commit to user

xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 3.13 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 101

Hukum Yang Memegang Asas Kepatutan Dalam

Menangkap Koruptor

Tabel 3.14 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 102

Hukum Yang Adil Dalam Memberantas Korupsi

Tabel 3.15 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 103

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan

Informasi Yang Benar Terhadap Masyarakat

Tabel 3.16 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 104

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan

Informasi Secara Jujur Terhadap Masyarakat

Tabel 3.17 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 105

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Menjalankan

Tugas Dan Fungsinya Secara Tidak Diskriminatif

Tabel 3.18 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 106

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Bertanggungjawab Atas

Setiap Kegiatannya

Tabel 3.19 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 107

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Melaporkan Hasil Akhir

Kepada Rakyat Sesuai Undang-Undang

Tabel 3.20 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum 108

Pemberantas Korupsi Yang Mendahulukan Kesejahteraan Umum

Tabel 3.21 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum 109

Pemberantas Korupsi Yang Aspiratif

commit to user

xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 3.22 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 111

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Akomodatif

Tabel 3.23 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum 112

pemberantas korupsi yang selektif

Tabel 3.24 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga 113

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Seimbang Dalam

Menjalankan Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Dan

Kewajiban Dalam Memberantas Korupsi

Tabel 3.25 Persepsi Responden Terhadap Citra KPK 115

Tabel 3.26 Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan 118

Tabel 3.27 Tingkat Pengaruh Kelompok Pergaulan 119

Tabel 3.28 Banyaknya Media Massa Lain 120

Tabel 3.29 Faktor-faktor Eksternal 122

Tabel 4.1 Tabulasi Silang Variabel X dan Y 125

Tabel 4.2 Tabulasi Silang Variabel Z dan Y 126

commit to user

xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Sirkulasi Nasional Kompas 2008 2

Gambar 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat 3

Pendidikan 2008

Gambar 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 3

Gambar 2.1 Kewenangan Antasari Dilepaskan 69

Gambar 2.2 Logo BEM 74

commit to user

xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel skor Item Pertanyaan Penggunaan Surat Kabar

Lampiran 2 Tabel skor Item Pertanyaan Persepsi Terhadap Citra Kpk

Lampiran 3 Tabel skor Item Pertanyaan Faktor-Faktor Eksternal

Lampiran 4 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable X

Lampiran 5 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Y

Lampiran 6 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Z

Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari BEM

Lampiran 9 Berita Kompas 1 Mei 2009

Lampiran 10 Berita Kompas 2 Mei 2009

Lampiran 11 Berita Kompas 4 Mei 2009

Lampiran 12 Berita Kompas 5 Mei 2009

Lampiran 13 Berita Kompas 6 Mei 2009

Lampiran 14 Berita Kompas 7 Mei 2009

Lampiran 15 Berita Kompas 8 Mei 2009

Lampiran 16 Berita Kompas 9 Mei 2009

Lampiran 17 Berita Kompas 10 Mei 2009

Lampiran 18 Berita Kompas 11 Mei 2009

Lampiran 19 Berita Kompas 12 Mei 2009

Lampiran 20 Berita Kompas 14 Mei 2009

Lampiran 21 Berita Kompas 15 Mei 2009

Lampiran 22 Berita Kompas 16 Mei 2009

commit to user

xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 23 Berita Kompas 17 Mei 2009

Lampiran 24 Berita Kompas 18 Mei 2009

Lampiran 25 Berita Kompas 20 Mei 2009

Lampiran 26 Berita Kompas 23 Mei 2009

Lampiran 27 Berita Kompas 24 Mei 2009

Lampiran 28 Berita Kompas 26 Mei 2009

Lampiran 29 Berita Kompas 2 Juni 2009

Lampiran 30 Berita Kompas 12 Juni 2009

Lampiran 31 Berita Kompas 23 Juni 2009

Lampiran 32 Berita Kompas 26 Juni 2009

Lampiran 33 Kuesioner Penelitian

commit to user

xviii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

TRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK (Studi Korelasi antara Penggunaan Berita

Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK) Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta,

2010.

Kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berawal dari Antasari Azhar yang terjebak kasus pembunuhan, pemberitaan tentang Antasari bisa merubah persepsi tentang tugas, status, organisasi, wewenang dan tanggung jawab KPK. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan yang lebar antara tuntutan dan harapan masyarakat akan kualitas KPK dengan Citra KPK dalam pemberitaan media. Surat kabar merupakan media yang menyediakan informasi secara lengkap dibandingkan media lainnya. Pembahasan-pembahasan berita secara tajam dan ide-ide menarik selalu ditulis di surat kabar. Berita Antasari merupakan salah satu berita yang menarik dan hangat karena mengguncang tubuh KPK ditampilkan sebanyak 24 kali menjadi berita utama oleh Surat Kabar Harian Kompas, yang didalamnya memberitakan tentang Kasus Antasari Azhar yang terlibat kasus pembunuhan, biografi Antasari dalam menangani berbagai kasus hukum koruptor dan juga informasi mengenai KPK sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah persepsi mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap citra KPK setelah menggunakan surat kabar harian Kompas tentang berita antasari bulan mei - juni 2009. Penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah

dirumuskan sebelumnya. Responden dalam penelitian ini merupakan jumlah keseluruhan mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum yang masih aktif di BEM Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret dan membaca Kompas tentang berita

Antasari. Dalam penelitian yang menggunakan tehnik sensus ini ditemukan responden sebanyak 40 orang. Sedangkan untuk uji analisis digunakan rumus korelasi tabulasi silang.

Dari hasil pengujian tabulasi silang, menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan surat kabar harian Kompas dengan persepsi mahasiswa terhadap citra KPK. serta menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor eksternal yang meliputi kelompok pergaulan

(reference group) dan peran media massa lain dengan persepsi mahasiswa terhadap citra KPK setelah menggunakan berita Antasari di Kompas.

commit to user

xix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

TRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) ANTASARI NEWS IN KOMPAS AND THE IMAGE OF KPK (Correlation studies between the use

of Antasari News in Kompas Daily Newspaper In May-June 2009 With BEM Member Perceptions of Faculty of Law Sebelas Maret University Surakarta againts of KPK Images) Surakarta, 2010.

Criminalization of the Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) began with the Antasari Azhar who stuck a murder case, the preaching of the Antasari can change perceptions about the task, status, organization, powers and responsibilities of the KPK. This can cause a wide gap between the demands and expectations of the quality of the image KPK KPK in the news media. The newspaper is a media that provides complete information than other media. Discussions sharply news and interesting ideas are always written in the newspaper. News Antasari is one of the interesting news and shake your body warm because the KPK is shown as much as 24 times the headlines by the newspaper Kompas in which, in preaching about Antasari Azhar case involved a murder case, biography Antasari in handling various cases of corrupt law and also information about our Commission as guidance as and protector of society. The purpose of this study is to describe student perceptions of member Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faculty of Law University of Sebelas Maret surakarta on the image of the KPK after using the daily newspaper Kompas on news Antasari in May - June 2009 This study uses an explanatory type of research that describes the relationship between variables by testing the hypothesis that has been previously formulated. Respondents in this study represents the total number of student members of BEM Faculty of Law which is still active in the BEM Faculty of Law, Sebelas Maret University and read about the news Antasari. In a study using the

technique of this censusas many as 40 people found the respondent. While the analysis used to test cross-tabulation correlation formula From the cross tabulation test results, showed a significant relationship

between use of the Kompas daily newspaper with students' perceptions on the image of KPK. and showed a significant relationship between external factors that include social groups and other mass media's role in students' perceptions on

the image of the KPK after using Antasari news in Kompas.

commit to user

xx perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia komunikasi massa berkembang sangat pesat dewasa ini, dan telah

menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sosial

manusia. Komunikasi secara tatap muka langsung sekarang menjadi hal yang

sangat langka dan orang telah beralih berkomunikasi jarak jauh dengan sebuah

alat yang berupa internet. Hal ini dilandasi oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang

teknologi yang menjadikan perkembangan industri lebih berbasis pada

pengetahuan dan keahlian, menuntut seluruh pihak untuk mampu dan menguasai

teknologi informasi dan komunikasi.

Teknologi komunikasi saat ini memang mempunyai kelebihan dalam hal

kecepatan menyampaikan pesan komunikasi, tetapi kedalaman memahami

informasi masih menjadi suatu kelemahan. Surat Kabar merupakan salah satu

media komunikasi yang bisa menutup kelemahan tersebut. Sebab dalam surat

kabar informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan dan

sewaktu-waktu dapat dibaca kembali. Surat kabar merupakan media massa paling

tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya.

Harian Kompas merupakan salah satu surat kabar nasional yang masih

bisa bertahan di tengah maraknya gempuran media elektronik. Kompas adalah

surat kabar nasional yang terbit di dan beredar di semua propinsi di

Indonesia. Dengan jangkauan peredaran yang paling luas, dimana Kompas

terdistribusikan di 33 propinsi di . Kompas mengawali penerbitannya commit to user

1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2

pada tanggal 28 Juni 1965 . Menurut data angket Kompas 2008, sirkulasi Kompas

rata-rata adalah 507.000 seluruh wilayah Indonesia. Sirkulasi tersebut dibagi per

wilayah yang terdiri dari Jakarta (44,2%), Bogor Tangerang Bekasi (19,1%), Jawa

Barat (7,3%), Jawa (16,4%), seluruh Indonesia (13%).

Masih menurut data angket Kompas tahun 2008, Kebiasaan konsumen

dalam membeli surat kabar harian Kompas adalah dengan cara berlangganan

tercatat 70% dan sisanya 30% mempunyai kebiasaan membeli dengan eceran.

Sedangkan pembaca utama Kompas menurut jenis kelamin, Kompas lebih banyak

dibaca oleh kaum pria sekitar 75% dan kaum wanita hanya 25%. Untuk tingkat

pendidikan Kompas lebih banyak dibaca oleh orang yang berpendidikan sarjana,

dan Kompas merupakan surat kabar yang banyak dibaca oleh golongan ekonomi

masyarakat menengah ke atas. Adapun usia pembaca Surat Kabar Harian Kompas

paling banyak adalah usia 25-29 tahun sekitar 15% dan untuk usia mahasiswa 20-

24 tahun tercatat sekitar 13%. Sebagai Surat kabar nasional sebagian besar berita

yang disajikan oleh Harian Kompas banyak memuat peristiwa Nasional.

Gb. 1.1 Data Sirkulasi Nasional Kompas 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3

Gb. 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat Pendidikan 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)

Gb. 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)

Data diatas melatarbelakangi peneliti mengapa memilih media Kompas

sebagai subyek penelitian. Disamping itu Kompas dalam penyajian beritanya

sangat mementingkan aktualitas berita. Dan Kompas memiliki khalayak pembaca

hampir seluruh wilayah Indonesia.

Salah satu musuh Negara yang paling ditakuti adalah korupsi. Menurut

catatan Jon S.T. Quah, Ph.D. (4:2009) Indonesia merupakan Negara nomor 5

terkorup di Asia. Korupsi bukan hanya menghancurkan perekonomian Negara,

korupsi juga merusak tatanan kehidupan, lembaga-lembaga Negara, stabilitas dan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4

keamanan masyarakat, keadilan, hukum, nilai-nilai demokrasi serta mengacaukan

pembangunan. Dalam Jurnal Konstitusi, Volume 6, Nomor 2, Juli 2009 dengan

judul Relasi Antara Korupsi Dan Kekuasaan ditulis oleh H.M. Arsyad Sanusi

sependapat dengan Lord Acton, guru besar sejarah modern di Universitas

Cambridge, Inggris, yang hidup di abad ke-19. Dengan adagium-nya yang

terkenal ia menyatakan: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupt

absolutely” (kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut

cenderung korup secara absolut). Jadi tidak mengherankan bila korupsi

merupakan berita nasional yang menggemparkan seluruh masyarakat Indonesia

bahkan dunia. Terbukti harian Kompas selalu menempatkan berita Korupsi

sebagai berita utama di halaman pertama sewaktu penangkapan para koruptor

besar negeri ini gencar dilakukan oleh lembaga yang bernama Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK).

Menurut catatan Ethan S. Burger, Mary S. Holland (2006) Bank Dunia

memperkirakan biaya global korupsi mencapai $ 1.000.000.000.000 per tahun

Indonesia menekan lewat KPK di bawah kepemimpinan Antasari Azhar dengan

menunjukkan kemampuan dan keteguhan dalam memberantas korupsi. Pria

kelahiran , Bangka 18 Maret 1953 ini berhasil menunjukkan KPK

sebagai lembaga yang independen, terbukti ia mampu menyeret Aulia Pohan,

besan Presiden ke meja hijau yang diduga terlibat

dalam kasus penyimpangan dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia

(YPPI). Tindakannya ini banyak mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan.

Namun, di balik kehebatan Antasari Azhar membongkar kasus korupsi ia

juga diduga terlibat dalam penembakan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5

Rajawali Banjaran (PRB). Bahkan sekarang ia sudah menjadi tersangka atas

pembunuhan tersebut. Dalam peristiwa tersebut tidak ada yang tahu pasti apakah

dia benar-benar dalang pembunuhan Zulkarnaen atau hanya rekayasa Politik

untuk menggulingkan Antasari Azhar.

“KPK Tunggu Surat Polisi” Antasari dan Tersangka Lain Terancam

Hukuman Mati. JAKARTA, KOMPAS – Komisi Pemberantasan Korupsi menunggu surat pemberitahuan resmi dari kepolisian terkait dengan penetapan status tersangka kepada Antasari Azhar. Itu akan dipakai sebagai dasar KPK mengajukan surat pemberhentian sementara Antasari dari jabatannya di KPK kepada Presiden. Sumber : Harian Kompas, Selasa 5 Mei 2009.

Berbagai dugaan motif sebagai latar belakang tindakan sadis itu merebak,

selain dugaan cinta segitiga antara Nasrudin, Rani Juliani, dan ketua KPK non

aktif Antasari Azhar. Ada juga dugaan bahwa Antasari sedang menangani kasus

korupsi besar yang melibatkan pejabat Negara hingga operasi intelijen pun

digunakan untuk membungkam Antasari. Apakah berita diatas merupakan fakta

atau hanya bahasa media? Menurut mursito BM dalam Jurnal Komunikasi Massa

Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 25-34, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Konstruksi

Realitas dalam (Bahasa) Media mengatakan bahwa Media Massa menggunakan

bahasa terutama untuk mengkonstruksi realitas. Realitas empirik dikonstruksi

menjadi realitas simbolik, lebih khusus lagi, menjadi realitas media. Jadi realitas

empiris seperti apa sebenarnya kisah Antasari tersebut.

Opini seperti itu terus berkembang di kalangan mahasiswa, salah satu

contohnya adalah Mona, seorang mahasiswi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, menurut Mona peristiwa ini

merupakan sebuah teror oleh pihak-pihak yang tidak bertangung jawab terhadap commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6

Antasari yang telah membuat para koruptor kalang kabut. Seakan tidak mau kalah

dengan Mona, anggota BEM yang lain bernama Johan berpendapat bahwa

Antasari Azhar benar-benar terlibat pembunuhan Nasrudin dan cinta segi tiga

sebab buktinya dia ditangkap. Opini lain yang berkembang di kalangan Anggota

BEM setelah Antasari tertangkap adalah pertanyaan tentang masa depan KPK

selanjutnya. Apa yang akan terjadi jika KPK ditinggalkan Antasari. Akankah

KPK tetap menjadi lembaga pembasmi korupsi yang kuat seperti yang

dikomandoi Antasari?

Mahasiswa mencoba memberikan komentar atau interpretasi yang

membantu pemahaman makna terhadap kasus tersebut. Opini dan pertanyaan-

pertanyaan di ataslah yang meresahkan peneliti, untuk itu peneliti mencoba

sedikit mengungkap persepsi apa saja yang berkembang di kalangan anggota

Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret. Sebab

banyak mahasiswa anggota BEM yang berlangganan Kompas harga mahasiswa.

Dan mereka adalah mahasiswa jurusan Hukum yang tentu saja berhubungan

dengan kasus Antasari Azhar.

Apakah persepsi terhadap berita ini dapat mempengaruhi citra KPK?

Bahwasannya berdasarkan tulisan Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto

(2005:114), dalam bukunya Dasar-Dasar Public Relations menyebutkan bahwa

proses pembentukan citra seseorang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh

efek kognitif dari komunikasi. Jadi citra tersebut terbentuk berdasarkan

pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Kasus inilah yang

menarik peneliti untuk melihat gejala sosial yang timbul di kalangan mahasiswa

yang benar-benar membaca berita Antasari di Kompas terhadap fenomena commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7

tersebut setelah digembor-gemborkan oleh media massa. Apakah kejelekan satu

orang dalam lembaga tersebut dapat mempengaruhi kejelekan seluruh lembaga?

Apa lembaga tersebut harus dibubarkan?

Peneliti beranggapan bahwa kasus Antasari Azhar yang dijadikan berita

utama dalam suatu media massa nasional merupakan masalah yang besar dan hal

ini dapat mempengaruhi penilaian masyarakat tentang citra KPK, Masalah pribadi

dengan kisah cinta segitiga Antasari yang berakibat pada kasus pembunuhan

kemungkinan merobohkan lembaga KPK yang dikenal sebagai badan hukum

pemberantas korupsi di masyarakat. Pertanyaanya, apa penilaian mahasiswa

terhadap KPK itu hanya datang setelah membaca Kompas, apa tidak ada faktor

lain yang membentuk penilaian tersebut.

Proses pembentukan persepsi mahasiswa BEM terhadap KPK bukan

hanya diperoleh dengan membaca berita Antasari di Kompas saja. Melainkan

dipengaruhi oleh adanya faktor-fakor yang berada diluar diri individu tersebut

(faktor-faktor eksternal). Faktor-faktor eksternal yang dimaksud yaitu meliputi

kelompok pergaulan (reference group) dan peran dari media massa lain. Hal ini

terbukti, salah satu contohnya Dian seorang anggota BEM dalam kegiatan sehari-

hari, Dian cukup sering berdiskusi tentang KPK dengan teman pergaulannya di

Kampus. Dian juga mengikuti berita Antasari di Media Televisi.

Kelompok media massa selain surat kabar, seperti televisi, radio dan

internet, diakses oleh mahasiswa untuk menambah pengetahuan atau informasi

tentang KPK, informasi-informasi yang di dapat dari media lain digunakan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8

mahasiswa sebagai pemahamannya mengenai KPK. Selain pemahaman tentang

sesuatu, mahasiswa tersebut akan dapat memberikan persepsinya mengenai KPK.

Setelah dikemukan faktor-faktor eksternal tersebut diatas, maka penelitian

ini digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor eksternal tersebut mampu

mempengaruhi penilaian mahasiswa anggota BEM tentang KPK?

Sementara sebagai sampel peneliti mengambil populasi atau seluruh

mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang benar-benar membaca berita Antasari

Azhar di Kompas dengan pertimbangan karena masih adanya hubungan antara

topik penelitian penegakan hukum sebagai implementasi dari kinerja KPK sebagai

badan hukum pemberantas korupsi di Indonesia.

Mahasiswa fakultas hukum yang di dalam mata kuliahnya mempelajari

diantaranya tentang hukum perdata, hukum pidana, hukum tata negara dan hukum

internasional dan masih banyak lagi mata kuliah yang diberikan berkenaan dengan

masalah hukum, dengan diperolehnya mata kuliah tentang hukum tersebut bisa

menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya untuk

memberikan penilaian terhadap citra KPK dan kinerja penegakan hukum untuk

koruptor di Indonesia.

Dan sebagai mahasiswa harusnya mereka mempunyai kepekaan dan

kemampuan yang lebih, dikarenakan tingkat pendidikan yang tinggi pemikiran

yang matang sehingga menjadikannya mampu dan mempunyai keleluasaan dalam

mendapatkan informasi yang menyebabkan lebih selektif dalam menerima

informasi apapun. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

dapat merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Penggunaan berita Antasari

di Surat Kabar Harian KOMPAS dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh oleh faktor-

faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor eksternal) dalam hal ini

kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media massa lain yang

diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terbentuk tentang citra KPK.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi

Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap

Citra KPK setelah menggunakan Surat Kabar Harian KOMPAS tentang berita

Antasari Azhar dan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan

antara pengaruh oleh faktor-faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor

eksternal) dalam hal ini kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media

massa lain yang diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terbentuk tentang citra KPK.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran umum

persepsi mahasiswa terhadap KPK setelah membaca Kompas.

b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai referensi pembuktian teori

persepsi dalam ilmu komunikasi yang dapat menjadi landasan dalam

melakukan penelitian-penelitian di masa yang akan datang dalam

menggunakan media Surat Kabar Harian Kompas.

2. Manfaat Secara Praktis

Sebagai gambaran untuk mengetahui efek dari membaca berita Kompas

dengan pembentukan persepsi mahasiswa tentang citra lembaga KPK.

E. Kerangka Pemikiran dan Teori

1. Konsep Komunikasi Massa

a. Definisi Komunikasi Massa :

Menurut Lasswell untuk menjelaskan komunikasi ialah

menjawab pertanyaan sebagai berikut : “Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect ?”. Paradigma Lasswell diatas

menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban

dari pertanyaan yang diajukan yakni :

1) Komunikator (communicator, source, media)

2) Pesan (message)

3) Media (channel, media)

4) Komunikan (Communicant, communicatee, receiver, recipient)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

5) Efek (effect, impact, influence)

Berdasarkan paradigma Lasswell diatas, komunikasi adalah

“proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

melalui media yang menimbulkan efek tertentu”. (Dalam Morissan,

Wardhani, Hamid 2010 : 18).

Cooley memberi rumusan bahwa komunikasi adalah mekanisme

yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan

mengembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana

untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini

mencakup wajah, sikap, gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis,

percetakan, kereta api, telegraf, telepon, dan apa saja yang merupakan

penemuan-penemuan mutakhir untuk menguasasi ruang dan waktu

(Robbins, 1998: 30). Sedangkan para ahli bersepakat bahwa

komunikasi adalah suatu proses yang dinamis, yakni transaksi yang

akan mempengaruhi pengiriman dan penerima, serta merupakan suatu

proses personal dan simbolik yang membutuhkan kode abstraksi

bersama (Robbins, 1998: 29).

Berdasarkan asumsi di atas, maka para teoritisi komunikasi

membagi definisi komunikasi ke dalam dua aliran yaitu :

1) Definisi yang Berorientasi Pada Sumber

Definisi ini cenderung beranggapan bahwa semua komunikasi pada

dasarnya adalah persuasif. Lebih jauh lagi, komunikasi yang

berorientasi pada sumber menekankan pentingnya variabel-variabel

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

tertentu dalam proses komunikasi, seperti isi pesan, dan sifat

persuasifnya. Dengan kata lain komunikasi menurut pandangan ini

memfokuskan perhatian pada produksi pesan-pesan efektif.

2) Definisi yang Berorientasi pada Penerima

Definisi ini memandang bahwa komunikasi sebagai semua

kegiatan dalam mana seseorang (penerima) menanggapi stimulus

dan rangsangan. Jadi proses komunikasi menurut pandangan ini

berkenaan dengan pemahaman dan arti, karena tekanan diletakkan

pada bagaimana penerima melihat dan menafsirkan suatu pesan.

Menurut Werner I. Severin dan James W, dalam Effendy (2001:

20) pengertian komunikasi massa adalah: “sebagian ketrampilan,

sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah ketrampilan dalam

pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang

dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan

tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni

dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif,

seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata

letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita

yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam

pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang

bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan

dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik”.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Sedangkan menurut Joseph A. Devito, dalam Effendy (2001: 21)

pengertian komunikasi massa, pertama komunikasi massa adalah

“komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar

biasa banyaknya. Ini tidak berarti khalayak meliputi seluruh penduduk

atau semua orang yang membaca media cetak ataupun semua orang

yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar

dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan”.

Masih menurut Joseph A. Devito, Effendy (2001: 21) pengertian

komunikasi massa yang kedua adalah “Komunikasi yang disalurkan

oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa

barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut

bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita”.

Dari pengertian komunikasi massa diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa komunikasi massa adalah suatu kegiatan Interaksi

atau komunikasi yang ditujukan kepada khalayak umum ataupun

publik dengan melalui sebuah media, baik itu media cetak maupun

media elektronik.

b. Ciri-ciri komunikasi massa

Adapun ciri-ciri dari komunikasi massa, antara lain yaitu (dalam,

Efendy, 2001: 20) :

1) Komunikasi massa berlangsung satu arah. Tidak terdapatnya arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak

mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan

lembaga, yakni institusi atau organisasi.

3) Pesan yang disampaikan bersifat umum. Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum

(public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum..

4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan pesan yang disebarkan. 5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen. Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat. Sedangkan menurut Hafied Changara (2000: 134) memberikan

karakteristik tentang komunikasi massa antara lain adalah sebagai

berikut :

1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. 2) Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau toh terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3) Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh

banyak orang pada saat yang sama. 4) Memakai peralatan teknis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya. 5) Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja

dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa

Dari beberapa definisi tentang komunikasi massa di atas, maka

dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari komunikasi massa,

merupakan suatu proses komunikasi yang menggunakan media

sifatnya satu arah, melembaga, pesan yang disampaikan sifatnya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

serempak, bersifat terbuka atau umum, dan menggunakan peralatan

teknis.

2. Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan,

tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran

data, fakta dan ide (Sean Mac Bride dalam Changara, 2000:63) Oleh

karena itu, komunikasi massa dapat berfungsi untuk :

a. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data,

fakta dan pesan, opini, dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui

keadaan yang terjadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan

daerah, nasional atau internasional.

b. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan

bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak

sebagai anggota masyarakat secara efektif.

c. Motivasi, yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang

lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar lewat media massa.

d. Bahan diskusi, yakni membuka kesempatan untuk mencapai

persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang

menyangkut orang banyak.

e. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh

pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah

maupun untuk diluar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian

materi yang baik, menarik dan mengesankan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

f. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarluaskan hasil-hasil

kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi,

ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan

lainnnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya

kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-masing

negara, serta mempertinggi kerja sama hubungan antarnegara.

g. Hiburan, media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua

golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam

rumah tangga. Sifat estetika yang dituangkan dalam bentuk lagu, lirik

dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi

menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya.

h. Integrasi, banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh

kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras.

Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani

perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh

persatuan bangsa.

Lain halnya dengan Goran Hedebro (dalam Changara, 2000:65) yang

mengemukakan fungsi komunikasi massa ditujukan untuk:

a. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah modernisasi. b. Mengajarkan ketrampilan baru.

c. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan. d. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang. e. Meningkatkan aspirasi seseorang. f. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-

hal yang menyangkut kepentingan orang banyak. g. Membantu orang menemukan nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu.

h. Mempertinggi rasa kebangsaan. i. Meningkatkan aktivitas politik seseorang. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

j. Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat. k. Menjadi sarana untuk membantu pelaksanaan program-program

pembangunan. l. Mendukung pembangunan ekonomi, sosial dan politik suatu bangsa.

Komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan

encoder. Komunikasi massa mendecode lingkungan sekitar untuk kita,

mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya

persetujuan dan juga efek-efek hiburan. Komunikasi massa

menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil

kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta

membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. (Wilbur

Schramm dalam Wiryanto, 2000: 10)

3. Efek Komunikasi Massa

Dalam penelitian ini teori tentang efek komunikasi massa

merupakan pondasi utama untuk melandasi rancangan bangunan penelitian

ini, menurut Steve M. Chaffee, ada lima jenis efek kehadiran media massa

sebagai benda fisik (Ardianto & Erdinaya, 2007:49) yaitu:

1. Efek Ekonomi

Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat

menumbuhkan usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media

massa.

Didalam surat kabar berarti menghidupkan pabrik yang mensuplay

kertas Koran; menyuburkan pengusaha pencetakan dan grafika,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

membuka lapangan kerja bagi para wartawan, perancang grafik,

pengedar, pengecer dan pencari iklan.

2. Efek Sosial

Berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi social

sebagai akibat dari kehadiran media masa. Sebagai contoh,

misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status social dari

pemiliknya.

Majalah yang beredar dapat menuntun pembacaanya untuk

memilih majalah yang menjadi kebutuhannya, misalnya majalah

Gadis, umumnya dikonsumsi oleh para remaja putri, majalah

otomotif di komsumsi oleh para pecinta otomotif,dsb.

3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari

Sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota pada umumnya

membaca Koran dahulu. Anak-anak sekolah dasar yang biasanya

selalu mandi pagi hari Minggu, setelah hadirnya acara televisi

untuk anak-anak pada pagi hari, mengubah jadwal mandi pagi

menjadi jadwal menonton televisi.

4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Orang menggunakan media massa untuk menggunakan kebutuhan

psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak

nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah,

kesal, kecewa dan sebagainya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Orang yang tertimpa musibah akan menghilangkan perasaan

dukanya dengan mendengarkan radio siaran atau menonton televisi

yang menayangkan acara-acara siraman rohani, misalnya

mendengarkan acara dakwah.

5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan

tidak nyaman pada diri sesorang, tetapi dapat juga menumbuhkan

perasaan tertentu, terkadang, seseorang mempunyai perasaan

positif atau negative terhadap media tertentu.

Misalnya, seseorang akan mempunyai perasaan positif terhadap

harian Kompas daripada Media Indonesia. Para ibu rumah tangga

ada yang senang membaca majalah Kartini, tetapi ada juga yang

senang membaca majalah Femina.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa timbulnya

perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat

kaitanya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.

Dalam penyampaian pesan, komunikator mengharapkan efek yang

yang ditimbulkan oleh komunikan. Menurut Saverin dan Tankard Jr

(1988:311) ada tiga macam model dan efek komunikasi massa, yaitu :

1. The Powerful Effect Model

Model ini berkaitan dengan instinctive S-R, teori dari Melvin Defleur

dan Bullet Theory. Dalam model ini media menyajikan stimuli yang

perkasa dan seragam diperhatikan oleh massa, massa tersebut tidak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

berdaya ditembaki oleh stimuli media massa sehingga disini terlihat

betapa perkasanya media mempengaruhi massa.

2. The Limited Effect Model

Model ini media massa lebih berfungsi memperteguh keyakinan yang

ada, dimana khalayak bukan lagi tubuh pasif karena khalayak

menyaring informasi melalui proses yang disebut persepsi selektif

(selective perception), terpaan selektif (selective exposure), dan

ingatan selektif (selective retention). Ketiga proses tersebut menjadi

perantara dari efek komunikasi massa, sehingga disini menunjukkan

terbatasnya efek dari komunikasi massa.

3. The Moderate Effect

Model ini khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk

memenuhi kebutuhannya, karena penggunaan media adala salah satu

cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan tercapai. Media massa

memang tidak dapat dipenuhi orang untuk merubah sikap, tetapi media

massa cukup berpengaruh terhadap apa yang diperkirakan orang.

Model effect ini adalah “Uses and Gratification model”

Penelitian ini mengacu pada “The Powerful Effect Model ” yang

menyatakan bahwa media massa menyajikan stimuli yang perkasa dan

seragam sehingga massa tidak berdaya ditembaki oleh stimuli media

massa. Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen

komunikasi (komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam

mempengaruhi komunikasi, karena komunikan dianggap pasif dalam

menerima pesan-pesan komunikasi tersebut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan

tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan apa yang kita harapkan.

Apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai, maka itu berarti

komunikasi berhasil, efek komunikasi meliputi tiga aspek, yaitu :

1) Aspek kognitif yaitu yang menyangkut kesadaran dan pengetahuan.

Contoh : Menjadi sadar atau ingat, menjadi tahu atau kenal.

2) Aspek afektif yaitu mengangkut sikap atau perasaan dan emosi.

Contoh : Sikap setuju atau tidak setuju, perasaan sedih, gembira,

perasaan benci, dan menyukai.

3) Aspek psikomotorik yaitu menyangkut prilaku atau tindakan.

Contoh : Berbuat seperti apa yang disarankan dan berbuat seperi

apa yang tidak disarankan. (H. A. W. Widjaja, 2000: 93).

Pesan mencapai segi kognitif dari individu apabila pesan tersebut

telah diterima oleh khalayak. Pesan yang diterima oleh seseorang

melalui panca inderanya dapat berubah menjadi stimuli yang diantarai

oleh keadaan internal tertentu dalam organisme manusia yang akan

menimbulkan respon tertentu pula.

Penerimaan informasi dapat disebut juga dengan perubahan

kegiatan kognitif yang berhubungan dengan proses persepsi yang

terjadi dalam diri individu. Khalayak terdiri dari individu-individu

yang akan mempersepsikan stimulus melalui proses pemilihan

terhadap stimulus. Individu dapat muncul dengan persepsi yang

berbeda terhadap stimuli yang sama.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Dengan kata lain, meskipun pesan (stimulus) yang disampaikan

media massa sama namun akibat yang terjadi dikalangan khalayak

akan berbeda antara satu orang dengan orang lain

4. Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan

dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan

surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann

Gutterberg di Jerman. Prototipe pertama surat kabar diterbitkan di Bremen

Jerman pada tahun 1609. Pada tahun yang sama, surat kabar yang

sederhana terbit di Strasborg. Bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit

pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Humberg, Vienna, Amsterdam dan

Antwerp (Hiebert, Ungurait, Bohn, pada Elvinaro Ardianto & Lukiati

Komala Erdinaya, 2004:99). Menurut majalah Concept (2006) di

Indonesia surat kabar tercetak pertama bernama Batavia Nouvelles lahir

dari Percetakan Benteng yang dikelola oleh Jan Erdman Jordens, tepatnya

pada pada 8 Agustus 1744. Hanya terdiri dari selembar kertas berukuran

folio, yang kedua halamannya masing-masing berisi 2 kolom. Isinya

memuat maklumat pemerintah, iklan dan pengumuman lelang. Pembaca

bisa mendapatkannya setiap Senin dari Jan Abel, perusahaan penjilidan

milik Kompeni di Benteng. Setekah Batavia Nouvelles mati, tahun 1776,

hadir surat kabar Vendu Niews yang merupakan surat kabar pertama yang

bersentuhan langsung dengan orang Indonesia. Surat kabar pertama

berbahas jawa terbit di Surakarta sekali seminggu, namanya Bromartani,

Diterbitkan tahun 1855 oleh perusahaan kongsi Belanda, Harteveldt & Co. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Surat kabar nasional pertama terbit di Jakarta tahun 1910 bernama

Medan Prijaji. Untuk surat kabar cetak offset di Indonesia dimulai oleh

Sinar Harapan (1961) dan Kompas (1965) disadur dari Majalah Concept

(2006:12). Selanjutnya menurut buku berjudul “Komunikasi dan

Modernisasi” pengertian surat kabar adalah lembaran tercetak yang

memuat laporan-laporan yang terjadi di masyarakat yang terbit secara

periodik, umum, isinya termassa, aktual, mengenai apa saja dan dari mana

saja sumbernya yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak

pembaca. (Effendy,1981).

Meskipun saat ini sudah ada media massa modern yaitu media

elektronik namun peran surat kabar tidak juga tergantikan oleh munculnya

TV dan Radio maupun internet. Hal ini terjadi karena surat kabar memiliki

keunggulan (Riyoyo Pratikno,1982) yaitu :

1. Pembaca dapat mempelajari isi berita secara berulang-ulang agar

dapat memperoleh pengertian yang lebih baik dari isi media tersebut.

2. Informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan

dan sewaktu-waktu dapat dibaca kembali.

3. Khalayak tidak terikat oleh waktu.

Surat kabar tidak dapat lepas dari jurnalisme, yang artinya aktivitas

pengelolaan informasi, merupakan proses pencarian, pengumpulan,

pemormatan, dan penyiaran informasi. Adapun karakteristik jurnalisme

menurut Kiith Windschuttle (Mursito,2006:151) antara lain : pertama,

jurnalisme harus committed untuk melaporkan kebenaran tentang apa yang

terjadi. Kedua, kewajiban dan tanggungjawab utama jurnalis adalah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

memberikan informasi yang layak kepada pembaca. Ketiga, jurnalis harus

menulis berita dengan jelas dan grammer yang tepat.

Penggunaan Surat Kabar dan Efeknya

Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam buku Metode Penelitian

Komunikasi (2002;65) penggunaan media adalah jumlah waktu yang

digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai

hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang

dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Dalam penelitian ini

media yang disebut adalah surat kabar. Individu akan memenuhi

kebutuhan informasinya dengan melakukan aktivitas membaca surat

kabar. Pendekatan ini termasuk dalam Teori Uses & Effect.

Teori Uses & Effect ini pertama kali dikemukakan oleh Sven

Windahl (1979) dalam Bungin (2008:287), menurutnya teori ini

merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori

tradisional mengenai efek. Konsep ‘use” (penggunaan) merupakan bagian

yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan

mengenai penggunaan media yang menyebabnya, akan memberikan jalan

bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi

massa. Seperti halnya penelitian ini ingin mengungkap perhatian

mahasiswa yang seperti apa terhadap berita antasari surat kabar kompas.

Sebab teori ini memfokuskan perhatian pada motivasi dan perilaku

audiens terhadap media atau bagaimana dan mengapa mereka

menggunakan media.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Sedangkan teori uses and gratification sendiri bukan lagi

mempersoalkan apa yang dilakukan media massa terhadap khalayak tapi

memusatkan perhatian pada bagaimana khalayak menggunakan media

untuk memenuhi kebutuhannya. Individu berharap bahwa penggunaan

media tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya.

Menurut Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) dalam Morissan,

Wardhani, Hamid, (2010:78) asumsi dasar dari teori uses and

gratifications adalah:

a) Khalayak dianggap aktif; artinya, sebagian penting dari penggunaan

media massa diasumsikan mempunyai motivasi, tujuan dan kebutuhan.

b) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan

pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota

khalayak.

c) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah

bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana

kebutuhan itu terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung

kepada prilaku khalayak yang bersangkutan.

d) Audien sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan

penggunaan media.

e) Penilaian isi media ditentukan oleh audien. Berita dalam surat kabar

yang dianggap tidak bermutu bisa berguna bagi audien tertentu karena

mendapatkan sesuatu setelah membaca berita tersebut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang

menggunakan surat kabar untuk penelitian ini dapat dipengaruhi oleh suatu

motivasi tertentu, perhatian tertentu, dan untuk tujuan tertentu juga.

Dalam penelitian ini, khalayak dianggap telah mendapatkan

informasi yang cukup mengenai KPK setelah melakukan aktivitas

membaca berita di Kompas, sehingga penelitian ini bukan lagi

menanyakan kepuasan akan informasi tentang KPK melainkan persepsi

seperti apa yang muncul setelah mendapatkan informasi tersebut.

Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa membaca pemahaman

merupakan proses aktif yang di dalamnya melibatkan banyak faktor.

Keterlibatan faktor-faktor itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman

baik dan benar. Sama halnya dengan pembaca berita Antasari di Harian

Kompas maka seseorang akan banyak memperoleh informasi dan semakin

tinggi pula pengetahuannya tentang KPK.

5. Persepsi

Dalam penerimaan pesan dari media menurut Jalaludin Rakhmat

(1999:49) pembaca akan mengalami suatu proses, yaitu meliputi sensasi,

persepsi, memori, dan berpikir.

1. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi.

Sensasi adalah proses menangkap stimuli atau rangsangan oleh indera,

masing-masing manusia mempunyai kepekaan indera yang berbeda-beda.

Seperti yang ditulis oleh binjamin B. Wolman (1973 : 343), bahwa :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

“sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan

penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali

berhubungan dengan kegiatan alat indera”.

2. Persepsi, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli

indrawi (sensory stimuli) sehingga manusia memperoleh pengetahuan

baru.

Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi atau

sensasi baru mempunyai makna ketika seseorang yang mendapat stimulan

mempersepsikannya. Hubungan sensasi dengan persepsi adalah sensasi

adalah bagian dari persepsi. Selain sensasi, juga melibatkan atensi,

ekspektasi, motivasi, dan memori ( Desidarato,1976 : 129)

3. Memori adalah “sistem yang sangat berstuktur, yang menyebabkan

organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan

pengetahuanya untuk membimbing prilakunya,” ini merupakan devinisi

dari Schessinger dan Groves (1976 : 352).

Memori mempunyai tiga tahap,yaitu perekaman, penyimpanan, dan

pemanggilan.

4. Berpikir, merupakan proses keempat yang mempengaruhi penafsiran kita

terhadap stimuli. Dalam berpikir kita melibatkan semua proses yang kita

sebut sensasi, persepsi, dan memori. Berpikir adalah menggunakan,

menghubungkan, memanipulasikan, menggabungkan mengolah memori-

memori tersebut sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian. Perhatian

terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan

mengesampikan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

(Rakhmat,1999:52)

Harvey dan Smith (1977), dan Wrigthman dan Deaux (1981),

menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses membuat penilaian

(judgment) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam

hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Pembuatan

penilaian atau pembentukan kesan ini, pada hakekatnya merupakan suatu

upaya pemberian makna kepada hal-hal tersebut (Istikomah Wibowo, 1988: 23)

Masih dalam buku Psikologi Sosialnya Istikomah Wibowo, Menurut

Taguiri (1969) persepsi merupakan proses melalui mana seseorang menjadi

‘tahu’ atau ‘mengerti’ ini tidak serupa dengan tahu atau mengerti yang

didasarkan pada proses berpikir logis ataupun intuisi. Dalam hal ini persepsi,

kita tahu atau mengerti tentang sesuatu melalui penginderaan kita.

Sedangkan Shaver (1977) menjelaskan bahwa proses yang terjadi

adalah suatu proses asosiasi. Informasi yang didapatkan melalui

penginderaan dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang ada dalam

pengalaman-pengalaman orang yang bersangkutan di masa lampau. Asosiasi

tersebut terutama bekerja dalam tahapan penafsiran.

Menurut Dendi Sudiana (1996:14) proses persepsi tidak dapat berjalan

dengan sendirinya, melainkan melalui tahapan-tahapan dalam individu yang

didapat dan digambarkan sebagai berikut : commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

Bagan 1.1 Proses Persepsi

Perhatian Penafsiran

Rangsangan Pencarian aktif Menyederhanakan Pemahaman Pencarian pasif Menyimpang Perhatian aktif menyusun

Sumber : Dendi Sudiana (1996)

a. Pada tahap pertama dalam individu terdapat saringan perhatian (attention

filter), yaitu setiap orang, sengaja atau tidak sengaja akan menghindari

sebuah rangsangan (stimuli) yang menerpanya. Individu akan mencari

informasi tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya, dan kadangkala

banyak terpaan stimuli yang ditepisnya karena dianggap tidak menarik

atau kurang relevan baginya, sehingga hanya sebagian kecil informasi

yang berhasil menerpa seseorang.

b. Tahap kedua adalah proses penafsiran, dimana setiap individu

mengorganisasikan isi rangsangan yang diterimanya kedalam model

realitasnya sendiri. Ketika hal itu terjadi, maka yang terjadi adalah proses

penyederhanaan, distorsi, pengaturan bahkan “penciptaan” rangsang juga.

Hasil (out put) dari proses ini adalah suatu kesadaran mengamati

(cognitive awareness) dan penafsiran rangsangan suatu pengamatan

(cognition). Artinya, bahwa individu menginterprestasikan sendiri setiap

pesan yang diterimanya sesuai dengan pengalamanya sehingga

menghasilkan suatu pemahaman yang sesuai pula dengan pengalaman

individu itu sendiri. Dengan pemahamannya itu, maka individu diharapkan

dapat mempersepsikan pesan yang menerpanya itu. Tahapan-tahapan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

tersebut menjelaskan bahwa sebelum sampai pada pemahaman (suatu

pesan) dan pengambilan keputusan (tindakan), seseorang mempelajari

segala rangsangan atau stimuli yang diterimanya terlebih dahulu.

Dalil persepsi menurut Krech dan Crutcfield (Rakhmat, 2001:56) adalah :

a. Dalil pertama : persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti

bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya

objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental,

suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila

orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat

nasi dan lauk pauk, yang kedua akan melihat air atau es jeruk. Kebutuhan

bilogis menyebabkan persepsi yang berbeda.

b. Dalil kedua : medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan

diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya.

Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya

dengan interpretasi yang konsisten dengaan rangkaian stimuli yang kita

persepsi.

c. Dalil ketiga : sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan

pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil

ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat

individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh

keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau

kontras.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

d. Dalil keempat ; objek atau pristiwa yang berdekatan dalam ruang atau

waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai

bagian dari strutur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat

struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis,

atau balok.

Kita segera menganggap bentuk-bentuk segitiga sebagai suatu kelompok,

dan titik-titik sebagai kelompok yang lain. Kita dapat meramalkan dengan

cermat, dengan mengukur jarak diantaranya objek atau melihat kesamaan

bentuk, benda-benda mana yang akan dikelompokkan.

Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini

mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita.

Melalui mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia

kemudian diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.

(Rakhmat, 2001:61)

6. Citra

Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah

cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu

komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap

perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.

Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan

potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi

dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai

pandangan terhadap perusahaan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima

jenis citra yang dikemukakan, yakni:

1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau

anggota-anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya, mengenai

anggapan pihak luar tentang organisasinya.

2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan

yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.

3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan

oleh pihak manajemen.

4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi

secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan

pelayanannya.

5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu),

cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat

memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau

perusahaan tersebut secara keseluruhan.

Berdasarkan teori di atas penelitian ini mencoba mengungkap Citra yang

berlaku (current image) yang melekat pada mahasiswa anggota BEM Fakultas

Hukum UNS setelah membaca berita Antasari Azhar di Kompas. Untuk

mengungkap persepsi tersebut peneliti melihat Citra Perusahaan (corporate

image) yang ingin dibentuk atau bisa dikatakan sebagai Citra yang diharapkan

(wish image) oleh lembaga KPK. Adapun citra tersebut menurut Undang-

Undang RI No.30 Tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

Bab I Pasal 5 menerangkan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada :

a. Kepastian Hukum

Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan

peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam

setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang KPK.

b. Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

c. Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi

negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Kepentingan umum

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara

yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

e. Proporsionalitas

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas,

wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK.

Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan efek kognitif dari komunikasi

sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.

Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi

cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang

lingkungan.

Berdasarkan teori tersebut citra adalah kesan yang diperoleh seseorang

berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau

kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap sutau obyek dapat

diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut, bersumber pada aspek

kognitif yaitu informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Komunikasi tidak

secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung

mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan

pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh john S. Nimpoeno, dalam

laporan penelitian tentang Tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip

Danasaputra, (Soleh Soemirat & Drs. Elvinaro Ardianto, 2005:115) sebagai

berikut

Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra

Sumber : Dasar-dasar Public Relations (Soleh Soemirat & Drs. Elvinaro Ardianto, 2005) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini

mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita. Melalui

mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia kemudian

diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.

Lingkungan sosial mempunyai peranan dalam pembentukan persepsi

seseorang. Yang paling berpengaruh yaitu orang-orang yang paling dekat dengan

diri kita (Rakhmat,1999:101).

Walaupun kita menjadi anggota banyak kelompok, kita terikat secara

emosional pada beberapa kelonpok saja. Hubungan kita dengan keluarga kita,

kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat (di kampung kita,

bukan di real estates), terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita

(Rakhmat,1999:142).

Menurut Jalaludin Rakhmat (1999:232) dalam hubungannya dengan

pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan

pada lima prinsip umum yaitu :

1. Pengaruh komunikasi massa diantaranya oleh faktor-faktor seperti

predisposisi personal, proses selektif dan keanggotaan kelompok ( faktor –

faktor personal )

2. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi

memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang

berfungsi sebagai media pengubah ( agent of change )

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil

pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konfersi” (perubahan

seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.

4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-

bidang di mana pendapat orang lemah.

5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang

masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.

Teori-teori tentang persepsi dan pembentukan citra diataslah yang

mendorong peneliti untuk mengungkap persepsi mahasiswa hukum tentang citra

KPK setelah membaca berita Antasari Azhar di harian Kompas

Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Menurut Jalaludin

Rakhmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi (1998:27) metode

korelasional adalah meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Hubungan yang

dicari itu disebut korelasi. Metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi

pada satu fakor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Kalau dua variabel saja

yang kita hubungkan, korelasi disebut korelasi sederhana (simple correlation)

lebih dari dua, kita menggunakan korekasi ganda (multiple correlation)

Pada akhir abad XIX, Karl Pearson,berdasarkan teori Sir Francis Galton,

mengembangakan indeks untuk mengukur tingkat hibungan diantara variabel.

Dikenal dengan istilah Pearson product coefficient correlation, indeks ini

disingkat dengan huruf kecil r. Rakhmat (1998:27).

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagai mana hubungan

antara penggunaan surat kabar, faktor-faktor eksternal, dan persepsi yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

terbentuk. Penelitian ini ingin menghubungkan tiga variabel sehingga korelasinya

disebut korelasi ganda (multiple correlation). Ketiga variabel tersebut adalah

variabel penggunaan surat kabar (variabel independen), variabel faktor-faktor

eksternal (variabel kontrol) dan persepsi yang terbentuk (variabel dependen)

F. Diagram Variabel Penelitian

Skema Penelitian Hubungan Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar

Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota

BEM Terhadap Citra KPK

Bagan 1.3 Skema Penelitian Hubungan Penggunaan Berita Antasari di Kompas Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Terhadap Citra KPK

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka sebagai langkah awal penelitian ini

dibuatlah suatu hipotesa atau dugaan sementara dari masalah yang akan diteliti,

karena penelitian ini menggunakan metode korelasi yang bertujuan melihat

hubungan antar variabel, maka hipotesis dari penelitian adalah :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Penggunaan Surat Kabar Harian

KOMPAS tentang berita Antasari dengan persepsi Mahasiswa Anggota BEM

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta tentang Citra KPK.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh oleh faktor yang ada

diluar diri individu (faktor-faktor eksternal) dalam hal ini kelompok

pergaulan (reference group) dan media massa lain yang diakses dengan

persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta tentang Citra KPK.

H. Definisi Konsepsional dan Operasional

1. Definisi Konsepsional

Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang dirumuskan

dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan, kelompok, individu

tertentu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Masri

Singarimbun,1991:33).

Definisi konsepsional digunakan untuk menghindari penafsiran yang

berbeda-beda tentang variabel penelitian.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

a. Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas

Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam buku Metode Penelitian

Komunikasi (2002;65) penggunaan media adalah jumlah waktu yang

digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi dan

berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media

yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini Penggunaan Surat Kabar Harian KOMPAS

tentang berita Antasari berita Antasari indikatornya meliputi :

• Frekuensi membaca berita Antasari di Kompas

Yaitu tingkat keseringan membaca berita Antasari di Kompas

• Intensitas membaca

Yaitu kedalaman membaca berita Antasari di Kompas baik secara

kualitas maupun kuantitas, Atau jumlah waktu yang digunakan

untuk membaca surat kabar secara serius.

• Tingkat Perhatian

Yaitu keseriusan responden dalam membaca berita Antasari di

Kompas

• Motivasi membaca berita Antasari di Kompas

Yaitu suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang secara

sadar ataupun tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan

tujuan tertentu.( Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989).

• Minat membaca berita Antasari di Kompas

Yaitu rasa ketertarikan dan keinginan responden dalam mengikuti

perkembangan berita Antasari di Kompas

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

b. Persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum UNS Surakarta tentang

Citra KPK

Persepsi Mahasiswa fakultas Hukum UNS Surakarta tentang Citra

KPK Yaitu penilaian yang diberikan mahasiswa Anggota BEM

Fakultas Hukum UNS Surakarta tentang KPK berkenaan dengan :

• Kepastian Hukum

Yaitu Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan

dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang KPK.

• Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

• Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi

negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Kepentingan Umum

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara

yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

• Proporsionalitas

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas,

wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK

c. Faktor-faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mampu mempengaruhi persepsi mahasiswa

fakultas Hukum UNS Surakarta terhadap citra KPK yang meliputi

1. Kelompok pergaulan (reference group)

Yaitu Hubungan kita dengan keluarga kita, kawan-kawan

sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat, terasa lebih akrab,

lebih personal, lebih menyentuh hati kita.

2. Pengaruh dari media massa lain

Yaitu Keadaan terkena pada khalayak oleh pesan-pesan yang

disebarkan media massa

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagai mana cara mengukur variabel (Masri Singarimbun,1991:36).

A. Penggunaan surat kabar harian Kompas dalam penelitian ini diukur

berdasarkan frekwensi, tingkat perhatian, intensitas membaca, motif

membaca dan minat membaca. Indikator yang digunakan adalah :

¾ Frekuensi membaca.

Frekuensi responden dalam membaca berita Antasari di Kompas

selama bulan Mei-Juni 2009. Berita tentang Antasari selama

bulan tersebut muncul sebanyak 24 kali. Untuk menentukan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

lima kategori frekuensi, maka harus dicari interval kelasnya

terlebih dahulu dengan cara :

i = batas atas – batas bawah

jumlah kategori

i = 24 – 1 5

i = 23 5

i = 4,6 dibulatkan 5

Keterangan i = interval kelas

Diukur dengan menggunakan pertanyaan:

Seberapa sering anda membaca berita Antasari di Kompas?

Maka ketiga kategori frekuensi membaca ditentukan sebagai

berikut:

a. Sangat Tinggi, Jika responden membaca 24 kali dalam bulan

Mei-Juni 2009, diberi nilai 5

b. Tinggi, Jika responden membaca 19 kali dalam bulan Mei-

Juni 2009, diberi nilai 4

c. Sedang, Jika responden membaca 14 kali dalam bulan Mei-

Juni 2009, diberi nilai 3

d. Rendah, Jika responden membaca 9 kali dalam bulan Mei-

Juni 2009, diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, Jika responden membaca 4 kali dalam bulan

Mei-Juni 2009, diberi nilai 2 commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

¾ Tingkat perhatian.

Diukur dari keseriusan responden dalam membaca berita

Antasari di Kompas yakni.

a. Sangat Tinggi, jika Tidak pernah diselingi aktivitas lain,

diberi nilai 5

b. Tinggi, jika Jarang diselingi aktivitas lain, diberi nilai 4

c. Sedang, jika Kadang diselingi aktivitas lain, diberi nilai 3

d. Rendah, jika Sering diselingi aktivitas lain, diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, jika Selalu diselingi aktivitas lain, diberi

nilai 1

¾ Tingkat intensitas responden dalam membaca berita Antasari di

Kompas, Diukur dengan tingkat kedalaman pemahaman yang

disediakan untuk membaca.

a. Sangat Tinggi, selalu membaca kasus hukum Antasari

sampai tuntas diberi nilai 5

b. Tinggi, sering membaca kasus hukum Antasari sampai

tuntas diberi nilai 4

c. Sedang, kadang membaca kasus hukum Antasari sampai

tuntas diberi nilai 3

d. Rendah, jarang membaca kasus hukum Antasari sampai

tuntas diberi nilai 2

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

e. Rendah Sekali, tidak pernah membaca kasus hukum

Antasari sampai tuntas diberi nilai 1

¾ Motivasi membaca

Diukur dari dorongan dalam diri responden dalam membaca

berita Antasari Azhar di Harian Kompas

1. Motivasi untuk mengikuti kasus hukum Antasari dalam

membantu belajar bidang hukum dan tugas kuliah.

a. Sangat Tinggi, selalu membantu pelajaran diberi nilai 5

b. Tinggi, sering membantu pelajaran diberi nilai 4

c. Sedang, kadang membantu pelajaran diberi nilai 3

d. Rendah, jarang membantu pelajaran diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, tidak pernah membantu pelajaran diberi

nilai 1

2. Motivasi untuk mencari informasi atau berita tentang

hukum di Kompas

a. Sangat Tinggi, selalu mencari informasi tentang hukum

diberi nilai 5

b. Tinggi, sering mencari informasi tentang hukum diberi

nilai 4

c. Sedang, hanya kadang-kadang mencari informasi tentang

hukum diberi nilai 3

d. Rendah, jarang mencari informasi tentang hukum diberi

nilai 2

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

e. Rendah Sekali, tidak pernah mencari informasi tentang

hukum diberi nilai 1

3. Berita Antasari di Kompas selalu membantu dalam

pergaulan sehari-hari

a. Sangat Tinggi, selalu membantu dalam bergaul diberi

nilai 5

b. Tinggi, sering membantu dalam pergaulan diberi nilai 4

c. Sedang, kadang-kadang membantu dalam bergaul diberi

nilai 3

d. Rendah, jarang membantu dalam bergaul diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, tidak pernah membantu dalam pergaulan

diberi nilai 1

4. Berita Antasari di Kompas selalu memberikan hiburan dan

kesenangan

a. Sangat Tinggi, selalu memberikan hiburan diberi nilai 5

b. Tinggi, sering memberikan hiburan diberi nilai 4

c. Sedang, hanya kadang-kadang memberikan hiburan

diberi nilai 3

d. Rendah, jarang memberikan hiburan diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, tidak pernah memberikan hiburan diberi

nilai 1

5. Berita Antasari di Kompas selalu mengisi waktu luang

a. Sangat Tinggi, selalu mengisi waktu luang dengan baca

berita Antasari diberi nilai 5

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

b. Tinggi, sering mengisi waktu luang diberi nilai 4

c. Sedang, hanya kadang-kadang mengisi waktu luang

diberi nilai 3

d. Rendah, jarang mengisi waktu luang dengan membaca

berita Antasari diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, tidak pernah mengisi waktu luang

dengan baca berita Antasari diberi nilai 1

¾ Minat membaca

Diukur dari rasa ketertarikan dalam diri responden dalam

menunggu setiap berita Antasari Azhar muncul di Harian

Kompas

a. Sangat Tinggi, selalu menunggu kemunculan berita Antasari

terbaru diberi nilai 5

b. Tinggi, sering menunggu kemunculan berita Antasari

terbaru diberi nilai 4

c. Sedang, kadang-kadang menunggu berita Antasari muncul

diberi nilai 3

d. Rendah, jarang menunggu berita Antasari muncul diberi

nilai 2

e. Rendah Sekali, tidak pernah menunggu berita Antasari

muncul diberi nilai 1

B. Persepsi mahasiswa tentang citra KPK, yaitu penilaian yang

diberikan Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta setelah membaca berita Antasari Azhar dengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

menggunakan ukuran skala Likert yakni menggunakan angka 1 – 5

sebagai patokan kecenderungan persepsi dari yang terbaik hingga

terburuk

Indikator yang digunakan adalah :

1. Kepastian Hukum

A. KPK adalah lembaga hukum yang selalu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 B. KPK adalah lembaga hukum yang memegang asas kepatutan a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi

nilai 1

C. KPK adalah lembaga hukum yang adil dalam memberantas

korupsi

a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5

b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4

c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3

d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi

nilai 1

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

2. Keterbukaan

A. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang

selalu memberikan informasi yang benar terhadap

masyarakat

a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 B. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu memberikan informasi secara jujur terhadap masyarakat a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi

nilai 1

C. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang

selalu menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak

diskriminatif

a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5

b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4

c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3

d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi

nilai 1

3. Akuntabilitas

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

A. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang

bertanggungjawab atas setiap kegiatannya.

a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5

b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4

c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3

d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 B. KPK adalah lembaga pemberantas korupsi yang melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai undang-undang a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 4. Kepentingan Umum A. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang mendahulukan kesejahteraan umum. a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5

b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4

c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3

d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi

nilai 1

B. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang

aspiratif (selalu mencerminkan dan mewakili kepentingan

rakyat). a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5

b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4

c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3

d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi

nilai 1

C. KPK adalah lembaga hukum pemberantas korupsi yang

akomodatif (ada kesediaan untuk saling memahami

pendapat rakyat)

a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5

b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1 D. KPK adalah lembaga hukum pemberantas koruspi yang selektif (ada sikap kritis untuk menganalisis dan memilih yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada) a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5 b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4 c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3 d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi nilai 1

5. Proporsionalitas

A. KPK adalah lembaga pemberantas korupsi yang seimbang

dalam menjalankan tugas, wewenang, tanggungjawab dan

kewajiban dalam memberantas korupsi?

a. Sangat Tinggi, jika jawaban Sangat Setuju, diberi nilai 5

b. Tinggi, jika jawaban Setuju, diberi nilai 4

c. Sedang, jika jawaban Kurang Setuju, diberi nilai 3

d. Rendah, jika jawaban Tidak setuju, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika jawaban Sangat Tidak setuju, diberi

nilai 1

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

C. Faktor Eksternal

Indikator yang digunakan adalah :

¾ Kelompok pergaulan (reference group), yaitu kelompok yang

digunakan sebagai alat ukur (standart) untuk menilai diri sendiri

atau untuk membentuk sikap. Indikator ini diukur dari seberapa

besar pengaruh kelompok pergaulan terhadap persepsi

responden tentang KPK.

1. Bagaimana pendapat teman pergaulan anda tentang KPK?

a. Sangat baik, diberi nilai 5 b. Baik, diberi nilai 4 c. Biasa, diberi nilai 3 d. Kurang Baik, diberi nilai 2 e. Buruk, diberi nilai 1 2. Siapakah yang mempengaruhi pendapat anda (reference

group) terhadap KPK? ( jawaban boleh lebih dari satu )

a. Ayah/ibu b. Saudara

c. Pacar

d. Teman Kampus

e. Teman Diskusi

Dengan catatan Jawab 5 diberi nilai 5, Jawab 4 diberi nilai

4, Jawab 3 diberi nilai 3, Jawab 2 diberi nilai 2, Jawab 1

diberi nilai 1

¾ Media massa lain yang diakses, yaitu jumlah media masa yang

diakses responden untuk mendapatkan informasi mengenai

kinerja kepolisian. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Indikator ini diukur dari seberapa banyak media dan apa saja

media tersebut (selain surat kabar) yang diakses untuk

mendapatkan informasi tentang KPK.

• Selain Surat Kabar media apa saja yang anda jadikan

narasumber untuk mengetahui KPK? ( jawaban boleh lebih

dari satu )

a. Televisi b. Radio c. Majalah d. Internet e. Lainnya…..

Dengan catatan Jawab 5 diberi nilai 1, Jawab 4 diberi nilai 2, Jawab 3 diberi nilai 3, Jawab 2 diberi nilai 4, Jawab 1 diberi nilai 5

I. Metodologi Penelitian

1. Tipe dan Jenis Penelitian

Dalam buku Metode Penelitian Survai (Masri Singarimbun, 2008:5)

dijelaskan :

a. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini adalah explanatory research yaitu menjelaskan

hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesa. Jadi penelitian

explanatori (penjelasan) menyoroti variabel-variabel penelitian dan

menguji hipotesa yang telah di rumuskan sebelumnya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

b. Jenis penelitian.

Penelitian ini menggunakan penelitian survai, yaitu data atau informasi

yang diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner sebagai

pedoman dalam memperoleh data primer dari responden. Penelitian

survai adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi

dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok”.

Untuk memperoleh data tersebut peneliti langsung terjun ke lapangan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berlokasi di Jl.

Ir. Sutami 36 A Kentingan Solo 57126.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit yang ciri-cirinya akan

diduga (Masri Singarimbun,1991:33).

Dalam kegiatan penelitian ini yang dijadikan populasi adalah semua

mahasiswa anggota BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari jumlah populasi

tersebut diambil Mahasiswa yang membaca berita Antasari di Kompas

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari kumpulan obyek yang diamati. Untuk

sekedar perkiraan, maka apabila subyeknya kurang dari 100 orang,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

populasi atau disebut juga penelitian sensus.. Maka penelitian ini

sampel menyesuaikan dengan populasi yaitu anggota BEM

4. Jenis Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan cara

penyebaran kuesioner kepada responden. Data primer dari penelitian

ini adalah mahasiswa anggota BEM Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

b. Data Sekunder

Data yang didapatkan dengan cara mengutip dari sumber data lokasi

penelitian dengan tujuan untuk melengkapi data primer.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

Kuesioner, yaitu suatu pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan atau angket yang diajukan kepada responden guna

memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.

6. Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, maka dalam penelitian ini data

yang sudah terkumpul akan dianalisa dengan teknik statistik, setelah data

terkumpul dengan lengkap, langkah selanjutnya adalah menganalisis data

tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan.

Berdasarkan jenis datanya dan sifat penelitian berupa korelasi maka untuk

mengukur hubungan antar variabel digunakan tabulasi silang.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

A. Deskripsi Surat Kabar Harian Kompas

1. Sejarah Surat Kabar Harian Kompas

Berdasarkan company profile kompas tahun 2004, Surat Kabar Harian

Kompas terbit pertama kalinya tanggal 28 Juni 1965 di Jakarta. Surat Kabar

didirikan dan dirintis oleh P.K Ojong dan Jacob Oetama. Selain kedua orang

tersebut, keberadaan Kompas juga didukung oleh beberapa wartawan lain seperti

Eduard Linggar, Theodorus Purba, Roestam Affandi, August Parengkuan, Kang

Hok Djin, Kang Tiaw Liang, Petrus Hutabarat,dan wartawan lain. Untuk

penerbittan pertamanya tercatat oplah Kompas sebanyak 4.800 eksemplar

Pada mulanya Kompas terbit dengan empat halaman dengan berita-berita

utama baik dari dalam maupun luar negeri seperti berita tentang tertundanya

Konferensi Asia Afrika II dengan judul “KAA II di tunda Empat Bulan”

Sementara rubrik lain yang merupakan kata perkenalan dari Kompas muncul

dalam Pojok Kompas di kanan bawah yang berbunyi “Mari ikat Hati, Mulai Hari

Ini dengan Mang Usil”. Dengan nama-nama staf redaksi terdapat pada pojok kiri

atas pada halaman pertama.

Pada edisi pertamanya Kompas lebih banyak memuat berita-berita dari

luar negeri (11 berita) daripada berita dari dalam negeri (7 berita) di halaman

pertamanya. Hal ini berkaitan dengan situasi politik dalam negeri yang masih

belum memungkinkan munculnya pemberitaan secara transparan sebagai akibat commit to user

55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

dari dominannya Partai Komunis Indonesia dalam mengontrol kehidupan

kenegaraan di Indonesia pada saat itu.

Proses perkembangan Kompas semuanya dimulai setahap demi setahap.

Guna meningkatkan mutu percetakan maka Kompas pada tanggal 2 Agustus 1966

memindahkan percetakannya dari percetakan “Abadi” ke percetakan “Masa

Merdeka”. Pada saat itu oplah Kompas mengalami peningkatan dari 8.003

eksemplar perhari menjadi 23.268 eksemplar.

Pers di suatu Negara tidak bisa melepaskan diri dari perkembangan politik

di Negara yang bersangkutan. Pada masa demokrasi Terpimpin diberlakukan

suatu peraturan yang menyangkut kehidupan pers di Indonesia melaluli peraturan

Presiden No. 6 Tahun 1964 yang menetapkan bahwa setiap surat kabar harus

berafiliasi dengan Partai Katolik Indonesia. Akan tetapi di zaman Orde Baru

Kompas kembali menjadi surat kabar independen dan surat kabar umum. Hal

inilah yang mengakhiri era “Party Bond Press”. Visi dan sikap itu selain sesuai

dengan keyakinan pimpinan juga sesuai dengan fungsi pers Indonesia, yaitu ikut

mengembangkan sikap saling pengertian dalam masyarakat yang majemuk.

Dalam perkembangan selanjutnya, pada bulan Oktober 1965, Kompas

dengan beberapa surat kabar lainnya yang terbit pada saat itu terkena larangan

terbit karena peristiwa G 30 S PKI. Hanya Harian Angkatan Bersenjata, Berita

Yudha dan LKBN Antara saja yang diijinkan terbit. Hal ini disebabkan oleh

pemberitaan dan alasan Kompas yang sering mengkritik Partai Komunis

Indonesia. Seperti ulasan yang terdapat dalam tajuknya yang secara tegas

mengatakan “….Dengan perbuatan G 30 S-nya sudah nyata PKI dan ormas- commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

ormasnya dari partai progresif revolisioner jatuh menjadi kontra revolusioner…”

Larangan terbit tersebut berlaku hingga 6 Oktober 1965, akan tetapi Kompas baru

terbit kembali pada Nobember 1965 dengan percetakan PT. Kinta sebagai

partnernya. Pada saat itu oplah Kompas mengalami kenaikan mencapai 23.268

eksemplar. Peningkatan oplah tersebut bukan semata-mata karena perbaikan mutu

cetak tetapi didorong oleh keadaan waktu yang fakum informasi karena beberapa

surat kabar tidak boleh terbit. Sehingga ketika larangan itu dicabut, munculnya

kembali surat kabar menjadi sarana untuk mendapatkan informasi yang paling

penting saat itu.

Memasuki tahun 1970 Kompas mulai membenahi dirinya untuk menjadi

surat kabar yang memiliki manajemen professional. Salah satu usaha yang

dilakukan adalah sejak tahun 1971, sirkulasi Kompas diteliti atau diaudit oleh

akuntan public yaitu Drs. Utomo, seorang akuntan dari tiga biro iklan pada saat

itu. Dengan data audit ini angka sirkulasi yang disiarkan kepada biro iklan dan

para pemasang iklan setiap tiga bulan adalah angka yang sebenarnya. Untuk lebih

memantapkan data audit ini ke luar negeri, maka sejak bulan Desember 1978

Kompas masuk menjadi anggota Audit Bureau of Circulation Sydney Australia

yaitu suatu badan internasional yang dibentuk bersama oleh penerbit surat kabar

dan pemasang iklan untuk menyiarkan angka-angka sirkulasi yang benar dari

para anggotanya.

Sejak tahun 1972 surat kabar Kompas telah memiliki percetakan sendiri

dan tingkat oplahnya pun terus mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan

semakin dipercayainya Kompas oleh pembaca surat kabar di Indonesia. Dari sisi

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

pemberitaan pun Kompas mampu mengungkap pemberitaan yang cukup kritis.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan Kompas mendapat peringatan keras dari

pemerintah, bahkan pada tahun 1978 Kompas diminta untuk menghentikan

penerbitannya. Penghentian tersebut berkenaan dengan pemberitaan tentang

maraknya demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa di berbagai kota yang

dirasakan oleh pemerintah sebagai pemberitaan yang tidak proposional dan tidak

bertanggung jawab. Beberapa bulan kemudian, tepatnya bulan September 1978

Kompas diijinkan untuk terbit kembali. Mulai saat itu Kompas terbit tujuh kali

dalam seminggu dengan diiringi munculnya Kompas Edisi Minggu.

Pada tanggal 31 Mei 1980 P.K. Ojong, salah satu perintis Kompas

meninggal dunia. Kepemimpinan Kompas selanjutnya mengandalkan Jacob

Oetama sebagai pemimpin umum hingga sekarang.

Sejak munculnya industrialisasi dalam dunia pers di Indonesia Kompas

merupakan surat kabar yang tercatat sebagai pelopor industrialisasi pers di

Indonesia. Kompas dengan Gramedianya telah memasuki sedikitnya tujuh jenis

usaha yang berbeda yaitu pers, penerbitan buku, pasar swalayan, percetakan,

perhotelan, bank, dan tambak udang.

Dengan dimasukinya tujuh jenis usaha tersebut maka Kompas telah

berkembang ke bentuk konglomerasi pers. Dan sejak saat itu Kompas tidak

pernah sepi dari kritik dari pengamat maupun dari kalangan intelektual. Salah satu

kritik yang sangat tajam adalah Kompas dianggap telah mengaburkan batas antara

idealism dan komersialisme. Terhadap munculnya kritik tersebut Jacob Oetama

mengemukakan “… Kita harus sadar, kita bersedia untuk diingatkan. Namun yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

penting bagaimana kita sangggup membangun komitmen dan visi kita. Itulah jati

diri kita”.

2. Oplah dan Sirkulasi Kompas

Tiras dan sirkulasi Kompas setiap tahun selalu mengalami peningkatan.

Sampai saat ini Kompas merupakan surat kabar yang memiliki tiras terbesar di

Indonesia. Hal ini disebabkan saat ini Kompas telah memiliki sistem percetakan

yang canggih sehingga dapat menjangkau setiap daerah di Indonesia. Sampai

dengan 6 Desember 2003, sirkulasi Kompas rata-rata adalah 526.144 seluruh

wilayah Indonesia (Kompas Interaktif Mediakit, 2004). Sirkulasi tersebut dibagi

per wilayah yang terdiri dari Sumatra (38.038), Jakarta Bogor Tangerang Bekasi

(288.943), Jawa Barat (124.133), Jawa Tengah (48.834), Jawa Timur (35.584),

Kalimantan (11.273), Bali dan Indonesia Timur (18.052).

Sedangkan data sirkulasi rata-rata perhari secara nasional sebagai berikut,

Senin (495.502), Selasa (495.413), Rabu (495.960), Kamis (496.255), Jumat

(496.326), Sabtu (597.232) Minggu (606.319). Jadi Kompas banyak dibaca oleh

khalayak pada hari Minggu. Sebagai Surat kabar nasional sebagian besar berita

yang disajikan oleh Harian Kompas banyak memuat peristiwa Nasional maupun

internasional pada setiap rubriknya. Dan sedikit membahas berita tentang

kedaerahan.

Dalam perkembangannya, Kompas selama dua dekade terus mengalami

peningkatan. Loncatan paling menonjol terlihat pada tahun 1972 ke 1973, 1976 ke

1977 dan tahun 1984 ke tahun 1986. Dalam dua tahun saja (1984 – 1986) loncatan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

peningkatan mencapai lebih dari 100.000 eksemplar. Untuk lebih lengkapnya

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Oplah Kompas Tahun 1965 – 2001

No. Tahun Eksemplar / Hari

1 Agustus 1965 7739 2 1966 24.772 3 1967 33.442 4 1968 45.134 5 1969 62.826 6 1970 77.316 7 1971 90.833 8 1972 115.655 9 1973 166.730 10 1974 178.061 11 1975 203.925 12 1976 224.466 13 1977 259.036 14 1978 275.238 15 1979 277.405 16 1980 317.489 17 1981 346.673

18 1982 370.667 19 1983 388.578

20 1984 428.674 21 1985 467.576

22 1986 521.568 23 1987 501.957

24 1988 496.270 25 1989 500.754

26 1990-1995 523.661

27 1996-2001 600.000 lebih

Sumber : Brosur Kompas 2001

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

Tabel 2.2 Sirkulasi Kompas pada tahun 2003

No. Daerah Jumlah Sirkulasi

1 Jakarta dan sekitarnya 288.943 2 Sumatera 38.038

3 Jawa barat 124.133 4 Jawa tengah 48.834

5 Jawa timur 35.584 6 Kalimantan 11.273 7 Bali dan Indonesia timur 18.052

Sumber : Kompas Interaktif, 2004

Perkembangan Kompas makin dapat dirasakan dan dlihat dari makin

baiknya mutu percetakan dan muatan beritanya. Selain itu Kompas selalu

mengikuti kemajuan teknologi cyber media dengan Kompas on line-nya yang

memungkinkan beritanya dapat di akses setiap saat oleh masyarakat.

3. Kebijakan Redaksional

Kebijakan redaksional menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan

kejadian macam apa yang oleh surat kabar itu patut untuk diangkat serta ditilik

untuk menjadi bahan berita maupun komentar.

Visi pokok yang dijabarkan menjadi kebijakan redaksional, selain menjadi

kerangka acuan serta kriterian dalam menyeleksi dan mengolahnya menjadi berita

dan komentar, sekaligus juga menjadi visi serta nilai dasar yang dihayati bersama

oleh wartawan yang bekerja dalam penerbitan tersebut.

Visi Kompas adalah manusia dan kemanusiaan dengan segala

kompleksitasnya cobaan dan permasalahannya aspirasi dan hasratnya, keagungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

dan kehinaannya. Karena itu manusia dan kemanusiaan senantiasa menjadi nafas

pemberitahuan dan komentarnya.

Di samping digerakan oleh visi tersebut, surat kabar ini juga senantiasa

peka akan nasib manusia dan semestinya juga berpegang pada ungkapan klasik

dalam jurnalistik : menghibur yang papa, mengingat yang mapan. Kompas

berkeyakinan bahwa manusia dan kemanusiaan apabila menjadi faktor serta

semangat sentral dalam pemberitahuan maupun komentar, akan sanggup

memberikan warna, maka serta kekayaan lebih dalam kejadian – kejadian dan

komentar – komentar jurnalistik.

Kompas berusaha dalam pekerjaannya baik dalam mewujudkan peristiwa

dan masalah sebagai berita maupun komentar ikut membangun, menyumbangkan,

serta mendewasakan infrastruktur kebudayaan dan demokrasi. Jika ada persoalan

masyarakat dididik untuk memahami bahwa mungkin saja ada pandangan lain dan

ada dimensi lain. Jika mengalami kemajuan, diingatkan bahwa masih ada yang

tertinggal.

Perbedaan tidak menjadi sumber konflik atau pelampiasan emosional.

Perbedaan menjadi pangkal tolak erta mencari proses mufakat dan proses untuk

bekerja sama bagi kepentingan bersama. Ungkapan dalam jurnaslistik yang

melukiskan fungsi pers dalam tanggung jawab ini adalah : liput dua belah pihak,

denagrkan pihak lain, jangan – jangan masih ada kemungkinan lain.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Sebagai surat kabar, Kompas termasuk yang ingin berada dalam arus yang

senantiasa peka, memberikan perhatian dan saling mengingatkan bahwa prinsip

dan tujuan bangsa adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Dan beberapa kaidah filosofi dalam visi dan misi tersebut, secara praktis

diturunkan menjadi kebijaksanaan yang paling utama yakni :

1. Tidak berpihak pada suatu golongan partai, agama dalam kasus –

kasus pemberitaannya

2. Tidak membenarkan mengkritik orang secara pribadi, misal :

mengkritik pribadi seorang pejabat

3. Menggunakan sistem check dan recheck dalam proses pemberitaannya

4. Menghargai off the record

5. Menghargai hak jawab balik dalam bentuk berita maupun surat

pembaca

6. Tidak membenarkan wartawan – wartawannya mencari keuntungan

pribadi.

7. Tidak memuat berita – berita yang mengandung unsur SARA.

Secara garis besar tahap – tahap redaksional Kompas meliputi persiapan,

perencanaan, penugasan, peliputan, pematangan, penulisan, penyuntingan,

pemuatan, percetakan.

Khusus untuk opini, seleksi langsung ditangani oleh pemimpin redaksi,

dan akan sedikit mengalami perubahan mengingat sifatnya yang merupakan suatu

pendapat. Sedangkan untuk tulisan lain ditangani oleh desk redaksi dengan syarat

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

pemuatan tidak terlalu ilmiah, sedikit populer dan sesuai dengan tingkat

pengetahuan masyarakat.

Selain diisi oleh berita, Kompas juga diisi oleh iklan. Secara umum semua

iklan dapat dimuat oleh Kompas, kecuali iklan rokok dan minuman keras.

Kompas juga mentaati peraturan bahwa jumlah iklan keseluruhan tidak lebih dari

35% dari ruang koran yang tersedia.

4. Pola Liputan Kompas

Sejak tahun 1995, Kompas melakukan perubahan pola liputan dari semula

yang berkaitan dengan tata letak halaman dan penambahan halaman dari 20

menjadi 24 sampai 40. Kompas memiliki halaman yang tidak tetap. Variasi

jumlas halaman tersebut merupakan bagian dari strategi Kompas untuk mensiasati

perkembangan pembaca dalam usahanya memperoleh informasi yang lebih

lengkap dan lebih mendalam. Alasan lainnya adalah semakin berfungsinya

Litbang Kompas dalam membuat analisis atas berbagai peristiwa sehingga

memerlukan halaman khusus untuk menampilkannya.

Pola liputan Kompas memberikan ketentuan mengenai jenis informasi

yang disajikan pada tiap – tiap halaman surat kabar ini. Dengan kata lain pola

liputan menjadi pedoman dalam pengetahuan surat kabar Kompas.

Sebagaimana halnya sebuah surat kabar, Kompas dalam pola liputannya

selalu menyajikan sebuah headline dihalaman muka, satu foto sebagai visualisasi

dari headline maupun foto lepas, satu head line pada halaman dalam.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

Dasar penentuan isu atau topik sebagai head line adalah bobot layak berita

isu tersebut. Dalam hal ini halaman muka digunakan untuk menyajikan soal – soal

terpenting yang sifatnya umum. Sedangkan halaman dalam menyajikan berita –

berita tertentu menurut sifat informasinya dalam menyajikan berita – berita

tertentu menurut sifat informasinya dalam ulasan yang lebih mendalam. Dengan

kata lain halaman dalam merupakan halaman dengan topik berita tertentu seperti

ekonomi, olahraga, opini, dan sebagainya yang ditujukan terutama untuk pembaca

yang memiliki kepentingan atau keterikatan dengan topik tersebut agar lebih

mudah dalam mencari informasi.

Ditinjau dari pola liputan, surat kabar Kompas menganut dua pola yaitu

edisi biasa dan edisi Minggu. Perbedaan antara edisi biasa dengan edisi Minggu

terletak pada sifat sajian informasi. Secara keseluruhan edisi Minggu biasanya

memuat sajian informasi yang bersifat ringan dan penuh artikel – artikel, hiburan,

musik, film, profil, dan sebaginya.

Pola liputan Kompas yang memberikan ketentuan penyajian informasi

pada tiap – tiap halaman, sewaktu – waktu dapat berubah misalnya karena adanya

event tertentu yang menyebabkan redaksi memandang perlu untuk meliput dengan

porsi yang lebih luas.

5. Wartawan Kompas

Wartawan bagi media massa ibarat darah bagi makhluk hidup. Dengan

kata lain ekstensinya sangat penting bagi kehidupan media yang bersangkutan.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

Pentingnya arti wartawan juga dirasakan Kompas. Untuk itu ada kebijakan

tersendiri dalam menangani masalah tenaga wartawan ini.

Pihak manajemen Kompas membagi beberapa tenaga wartawan kedalam

tiga penjenjangan. Urutannya adalah calon wartawan (disebut juga pra des),

koresponden dan wartawan penuh. Sebelum memasuki jenjang watawan penuh,

seorang koresponden harus melalui tahap test. Tahap ini biasanya untuk mereka

yang berasal dari daerah. Untuk calon wartawan yang berada di Jakarta biasanya

langsung masuk pada tahap test, setelah lolos test kemudian memasuki tahap

magang selama sembilan bulan. Selama waktu tersebut, calon wartawan ditugasi

layaknya wartawan penuh denag kontrak kerja honorarium. Mereka selalu

dipantau dan dinilai, dan apabila memenuhi kriteria tertentu dapat diangkat

sebagai wartawan Kompas. Khususnya dalam tahap test calon wartawan, Kompas

bekerja sama dengan Lembaga Psikologi Terapan Fakultas Psikologi UI (LPT-UI)

untuk melakukan seleksi psikotest. Kebutuahn itu mulai ada sejak tahun

1980/1981. Pada waktu itu seleksi dibuat untuk salah satu majalah mingguan di

Indonesia. Baru pada tahun 1986 LPT-UI mulai mengadakan pemeriksaan

psikologis dalam rangka rekrutmen atau seleksi wartawan untuk Kompas.

Ciri – ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang wartawan, khususnya

wartawan Kompas adalah : disiplin, rasa tanggung jawab, inisiatif, kreatifitas,

kritis, jiwa selidik, toleransi, keyakinan, jiwa dinamis, motivasi, kepribadian yang

matang dan mandiri. Berdasarkan kriteria tersebut LPT-UI kemudian

menjabarkannya ke dalam sejumlah aspek psikologis yang menjadi tolok ukur

seleksi wartawan. Tolok ukur tersebut secara garis besar adalah :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

1. Aspek intelektual (intelejensi umum, logika, analisa sintesa, kreatifitas,

perhatian)

2. Aspek sikap atau cara kerja (sistemeik kerja, fleksibelitas, kecermatan,

pelibatan diri, inisiatif, keuletan, ketelitian)

3. Aspek kepribadian (kematangan, hasrat berprestasi, kepercayaan diri,

kerja sama, hubungan interpersonal, stabilitas emosi, motivasi,

keberanian mengambil resiko, pengutaraan diri)

6. Idealisme Kompas

Motto surat kabar Kompas adalah amanat hati nurani rakyat. Ini

merupakan visi atau pandangan pokok atau seuntai nilai – nilai dasar yang

mencerminkan idealisme masyarakat dan sebagi media terbesar di Indonesia

dalam menyampaikan aspirasi rakyat. Visi ini mencerminkan dan menguraikan

sejumlah nilai yang menjadi acuan dalam menentukan kebijakan redaksional.

Selain itu visi ini juga merupakan nilai yang harus dihayati oleh wartawan

Kompas dalam bekerja.

Kompas didalam menyajikan berita dari suatu peristiwa maupun komentar,

berusaha membangun, mengembangkan dan mendewasakan kebudayaan

demokrasi. Sebagai surat kabar nasional, Kompas termasuk yang ingin senantiasa

peka, memberikan perhatikan dan saling mengingatkan bahwa prinsip dan

tujuannya adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

B. Deskripsi Berita Antasari Azhar

Pers di suatu Negara tidak bisa melepaskan diri dari perkembangan politik

di Negara yang bersangkutan. Surat Kabar Kompas merupakan salah satu contoh

sebagai pers di Indonesia yang selalu menulis berita politik dari awal berdirinya.

Walaupun terkadang hal tersebut bertentangan dengan pemerintah akibat kritik

pedas dan berakhir dengan pelarangan terbit. Sebab sesuai dengan mottonya

Kompas selalu menjadi amanat hati nurani rakyat.

Kompas pun berani menulis masalah besar dalam dunia politik di negeri

ini mengenai berita Antasari Azhar. Antasari Azhar adalah Ketua Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) yang banyak membongkar kasus korupsi kelas

kakap termasuk besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yaitu Aulia Pohan

tetapi harus di non aktifkan dari jabatannnya setelah terjerat kasus pembunuhan

berencana terhadap Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran.

Dan dikisahkan juga terlibat cinta segitiga dengan Rani Juliani.

Pada bulan Mei - Juni 2009 Kompas selalu mengikuti perkembangan

berita Antasari Azhar yang dicopot dari jabatannya setelah tertimpa kasus tersebut

terbukti Kompas menulis sebanyak 24 kali. Sangat ironis memang seorang

pembongkar kasus-kasus korupsi kelas kakap negeri ini harus berhenti oleh kasus

pembunuhan. Apa ini sebuah konspirasi? Rakyat Indonesia menghadapi tanda

tanya besar.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

Gambar 2.1 Kewenangan Antasari Dilepaskan

Kompas 2 Mei 2009

Masyarakat kaget, Timbul pertanyaan bagaimana citra KPK setelah

Antasari Azhar sebagai mantan Ketua KPK terjerat kasus pembunuhan? Akankah

kewibawaan KPK merosot? Dan kepercayaan publik terhadap kebersihan

dan kejujuran dalam mengemban amanah suatu lembaga hukum akan luntur

setelah membaca dalam berita Antasari Azhar di Kompas.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

C. Karakteristik Responden

1. Sejarah Fakultas Hukum UNS

Universitas Sebelas Maret, diresmikan pada tanggal 11 Maret 1976 dengan

surat keputusan Presiden No. 10 tahun 1976 tanggal 8 Maret 1976. Semula

bernama Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret disingkat UNS, merupakan

fusi dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, yaitu Istitut Keguruan dan

Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta, Universitas Gabungan Surakarta

(UGS), Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Surakarta, Akademi Administrasi Negara

(AAN) Surakarta, Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional

(UPTN) Cabang Surakarta.

Pada saat kelahiran UNS mempunyai 9 (sembilan) Fakultas yaitu :

Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan, Fakultas Sastra Budaya, Fakultas

Sosial Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran, Fakultas

Pertanian, dan Fakultas Teknik.

Semua kegiatan, baik akademi maupun administrasi pada saat itu tersebar

di beberapa tempat diwilayah Surakarta. Struktur organisasipun belum mantap.

Secara berangsur mulai tahun 1980 kantor Pusat UNS dan Fakultas mulai

menempati di Kampus Kentingan Surakarta. Dalam perkembangan Universitas

Negeri Surakarta Sebelas Maret sesuai dengan Keppres nomor 55 Tahun 1982

tentang susunan Organisasi Universitas Sebelas Maret, diubah menjadi

Universitas Sebelas Maret dengan singkatan UNS (UN = Universitas, S = Sebelas

Maret).

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Sesuai dengan SK Mendibud No. 020/o/1995, maka pada saat ini UNS

mempunyai sembilan fakultas, yaitu :

1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2. Fakultas Sastra dan Seni Rupa

3. Fakultas Hukum

4. Fakultas Ekonomi 5. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 6. Fakultas Kedokteran 7. Fakultas Pertanian 8. Fakultas Teknik 9. Fakultas MIPA

Pada awal berdirinya Fakultas Hukum UNS dibuka dengan tiga jurusan,

yakni : Jurusan Hukum Keperdataan, Jurusan Hukum Pidana, Jurusan Hukum

Tata Negara. Saat ini Fakultas Hukum mempunyai 1(satu) program studi yaitu

Program Studi Ilmu Hukum, dan dengan SK Rektor Universitas Sebelas Maret

No.162/j27/PP/1999 tentang Pengembangan Bagian, Fakultas Hukum memiliki 7

bagian yaitu bagian Bagian Hukum Keperdataan, Bagian Hukum dan Masyarakat,

Bagian Hukum Acara, Bagian Hukum Administrasi Negara, Bagian Hukum tata

Negara, Bagian Hukum Pidana dan Bagian Hukum Internasional.

2. Visi, Misi Dan Tujuan

A. Visi

Terwujudnya fakultas Hukum yang terkemuka dan memiliki keunggulan

komparatif di bidang Hukum Bisnis dan Hukum kebijakan Publik dengan

menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian profesi hukum yang

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

mempunyai asas moral tinggi dan berpartisipasi mewujudkan supremasi

hukum serta berperan mengembangkan budaya hukum masyarakat.

B. Misi

1. Menyelengarakan pendidikan tinggi hukum yang memberi prioritas pada

pengembangan Hukum Bisnis dan Hukum Kebijakan Publik sebagai

keunggulan komparatif, dengan berorientasi pada kualitas yang dilandasi

oleh prinsip relevansi, iklim akademik kondusif, keberlanjutan, efisiensi,

dan produktifitas untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian

profesi hukum yang tangguh dengan didukung kemampuan akademik

yang berkualitas dan aras moral yang tinggi.

2. Mengembangkan daya kritis dan kepekaan sosial dalam rangka

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalu penelitian dan

pengkajian berbagai persoalan yang terjadi di bidangHukum dengan

prioritas pada Hukum Bisnis dan Hukum Kebijakan Publik.

3. Membangun dan mengembangkan budaya hukum masyarakat sebagai

bentuk tanggung jawab sosial dan pengabdian pada masyarakat melalui

kerjasama dengan lembaga sawadaya masyarakat, aparat penegak hukum,

esekutif dan legislatif.

4. Berpartisipasi aktif dalam mengkritisi penegakan hukum dan mengontrol

kinerja aparatur penegak hukum dalam rangka mewujudkan supremasi

hukum.

C. Tujuan

1. Meningkatkan kualitas, keahlian dan profesionalitas peserta didik di

bidang hukum dalam menghadapi persaingan di pasar kerja.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

2. Ikut serta memperluas kesempatan menyelenggarakan pendidikan,

khususnya di bidang hukum.

3. Mencetak sarjana hukum profesional dalam bidangnya.

3. Unsur Kemahasiswaan

Organisasi kemahasiswaan di tingkat Fakultas terdiri dari :

1) Dewan Mahasiswa (Dema)

Dema berkedudukan di fakultas, merupakan organisasi nonstruktural pada

fakultas. Dema mempunyai tugas pokok menetapkan garis-garis besar program,

serta memberikan pendapat, usul dan saran kepada pimpinan fakultas. Dema

berfungsi sebagai perwakilan mahasiswa untuk menampung dan menyaurkan

aspirasi mahasiswa melalui penetapan Garis-garis besar Program Dema.

Kepengurusan Dema terdiri atas ketua merangkap anggota, sekretaris

merangkap anggota, dan anggota pengurus lainnya yang terbagi dalam komisi-

komisi. Masa kerja kepengurusan satu tahun dan ketua tidak dapat dipilih kembali

untuk kepengurusan berikutnya. Kepengurusan Dema disahkan oleh pimpinan

fakultas yang bersangkutan. Tata kerja kepengurusan Dema ditetapkan oleh

keputusan rapat anggota. Dalam melaksanaka tugas pokok dan fungsinya

pengurus Dema bertanngung jawab kepada pimpinan fakultas yang bersangkutan.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

2) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

Gambar 2.2 Logo BEM

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah representasi (perwujudan)

Student Government (pemerintahan mahasiswa) yang menerapkan fungsi-fungsi

pemerintahan (eksekutif) layaknya sebuah Negara. BEM juga merupakan wadah

gerakan politik mahasiswa yang berlandaskan pada ketinggian moralitas dan

intelektualitas mahasiswa. Disamping juga sebagai wadah pengembangan dan

pembangunan kehidupan demokrasi kampus yang kondusif bagi tumbuhnya

kultur akademis dan kompetensi kritis mahasiswa.

BEM di fakultas merupakan organisasi non struktural, BEM memiliki

tugas pokok merencanakan dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler terutama

yang bersifat keilmuan dan penalaran yang sesuai dengan program kerja yang

ditetapkan oleh BEM

Fungsi utama BEM adalah

1. Pelayanan dan advokasi terhadap mahasiswa dan masyarakat. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

2. Pengawalan terhadap kebijakan yang ada baik memberikan masukan, pendapat

dan saran kepada pimpinan Fakultas.

3. Penyikapan terhadap isu-isu lokal maupun nasional.

4. Melakukan pengabdian terhadap masyarakat.

Visi

Menciptakan sinergisitas dalam rangka mewujudkan fakultas hukum UNS

yang professional dan bermoral.

Misi

1. Memberikan pelayanan yang eksekutif dan optimal kepada mahasiswa

sesuai dengan peran BEM sebagai media aspirasi mahasiswa.

2. Membangun kerjasama yang baik dengan UKM di Lingkungan

Fakultas Hukum UNS dengan memperhatikan bidang masing-masing.

3. Menjalin hubungan dengan pihak birokrasi kampus sebagai jembatan

bagi mahasiswa.

4. Membangun jaringan dengan berbagai pihak yang dapat mendukung

fungsi BEM-an.

Struktur kepengurusan meliputi :

1. Presiden

2. Sekretaris Kabinet

3. Departemen Keuangan

4. Departemen Dalam Negeri

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

5. Departemen Luar Negeri

6. Departemen Komunikasi dan Informasi

7. Departemen Pendidikan

Presiden BEM memiliki peran untuk memimpin lembaga dengan tugas

dan kewenangan yang dimilikinya. Presiden BEM dalam menjalankan visi-

misinya dibantu sekretaris jenderal yang dimiliki kewenangan dalam mengurusi

kesekretariatan BEM. Departemen Keuangan memiliki kewenangan dalam

mengatur sirkulasi keuangan di Lembaga BEM FH UNS. Depdagri (Departemen

Dalam Negeri) bertugas mengawasi kebijakan yang berada di fakultas, advokasi

kepada mahasiswa bersinergi dengan Civitas Akademika. Deplu (Departemen

Luar Negeri) memiliki kewenangan menyikapi isu-isu nasional, mengadakan

penyuluhan hukum dan advokasi kepada masyarakat yang dilanggar hak-haknya.

Depkominfo (Departemen Komunikasi dan Informasi) bertugas menyampaikan

informasi kepada mahasiswa FH UNS melalui berbagai media. Depdik

(Departemen Pendidikan) bertugas mencerdaskan mahasiswa FH UNS melalui

bermacam kegiatan yang mampu memicu kreatifitas dan pengetahuan.

Dengan Slogan “Katakan Hitam Itu Hitam, Dan Putih Itu Putih, Bergerak

Dengan Sikap Dan Bertindak Dengan Nurani”

Keanggotaan BEM terdiri atas mahasiswa yang terdaftar dan aktif

mengikuti kegiatan pendidikan di fakultas, serta dipilih melalui tatacara yang

berlaku. Kepengurusan BEM terdiri atas ketua merangkap anggota, sekretaris

merangkap anggota dan anggota pengurus lainya yang terdiri atas lembaga-

lembaga LSO (Lembaga Semi Otonomi.)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

Masa kerja kepengurusan BEM adalah satu tahun dan ketua tidak dapat

dipilih kembali untuk kepengurusan berikutnya. Dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya BEM bertanggung jawab kepada pimpinan fakultas yang

bersangkutan.

Berdasarkan profil BEM diatas menjadi sebuah alasan untuk meneliti

apakah anggota BEM tertarik dengan permasalahan negeri ini yang berhubungan

dengan bidang mereka. Alasan yang kuat muncul setelah peneliti mengetahui

banyak anggota BEM yang membaca Surat Kabar Harian Kompas. Bahkan

beberapa dari mereka berlangganan Kompas special harga mahasiswa yang satu

bulan lima puluh ribu rupiah.

Setelah berbincang dengan presiden mereka dan beberapa anggota peneliti

memutuskan untuk langsung terjun menuju gedung BEM Fakultas Hukum UNS

untuk menanyakan tentang berita Antasari Azhar dan Komisi Pemberantasan

Korupsi. Jawaban mereka cukup menarik setelah coba kuak sehingga mereka

pantas untuk memberikan persepsi tentang KPK setelah membaca Surat Kabar

Harian Kompas.

3) Himpunan Mahasiswa Program Non Reguler (HIMANONREG)

Himanoreg merupakan organisasi nonstruktural pada tingkat non reguler,

yang mempunyai tugas dan fungsi :

• Merencanakan, mengkoordinasi dan melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler di

bidang keilmuan, sosial, seni budaya, oleh raga, kerohanian mahasiswa

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

program non reguler melalui wadah UKM yang ada di Fakultas Hukum atau

Himanoreg.

• Meberikan pendapat, usul, dan saran kepada Pimpinan Fakultas melalui

Dewan Mahasiswa Fakultas Hukum UNS (DEMAFH UNS) terutama

berkaitan dengan penyelenggaraan fungsi dan pencapaian tujuan pendidikan

tinggi.

• Sebagai perwakilan mahasiswa untuk menampung dan menyalurkan aspirasi

yang berkembang dikalangan mahasiswa non reguler melali Dewan

Mahasiswa (DEMAFHUNS) untuk ditindak lanjutin bersama.

Kepengurusan Himanoreg terdiri atas ketua merangkap anggota, sekretaris

meranglap anggota, dan anggota pengurus lainnya yang dibentuk berdasarka

kebutuhan. Masa kerja kepengurusan satu tahun dan ketua tidak dapa dipilih

kembali untuk kepengurusan berikutnya. Kepengurusan Himanoreg disahkan oleh

pimpinan fakultas c.q. ketua Program Himanoreg.

Tata cara pemilihan dan tata kerja kepengurusan serta program kediatan

Himanoreg ditetapkan dala rapat anggota. Dalam melaksanaka tugas dan

fungsinya, penurus Himanoreg bertanggung jawab kepada pimpinan fakultas c.q.

Ketua Program Himanoreg.

4) Unit Kegiatan mahasiswa (UKM)

UKM yang ada di Fakultas Hukum UNS adalah :

a) Kelompok Studi Penelitian (KSP Principium)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

UKM ini sebagai wadah mahasiswa beraktifitas dala bidang pengkajian

dan penilaian ilmu hukum. Kegiatan yang dilakukan diantaranya Achievement

Motivation Training. Training Metodologi Penelitian. Training Peneliyian

Hukum, Diskusi dan Bedah Buku dll, sehingga mendorong dan memotivasi

anggotanya /mahasiswa untuk bergiat dan aktif dalam penulisan-penulisan ilmiah

bahkan mengikuti lomba-lomba ilmiah baik tingkat Universitas. Regional bahkan

Nasional seperti LKTM, LKTI PKM dan lomba ilmiah lainnya.

Prestasi yang pernah diraih antaranya memenangkan berbagai kompetisi

hibah penulisan ilmiah, maupun pengabdian masyarakat tingkat Universitas

Derektorat Pendidikan Tinggi.

b) Novum (Pers mahasiswa)

UKM ini bergerak dibidang jurnalistik mahasiswa. Sebagai ajang

jurnalistik, Novum membentuk aggotanya agar lebih berpotensi tinggi dalam

jurnalistik mahasiswa, didukung dengan kegiatan-kegiatan Training Jurnalistik,

Training Lay Out, Setting, bahkan seminar merespon kebijakan pemerintah.

Produk pers mahasiswa ini diantaranya Bulletin “Novum” dan News Letter

“LEDAK”.

c) Delik

Kegiatan dan potensi mahasiswa tidak terbatas pada bidang imiah, terbukti

UKM ini mampu menunjukkan potensi mahasiswa sebagai “seniman”, ditengah

kesibukan kuliah dapat menampilkan sosok seniman panggung. Kegiatan yang

diselenggarakan diantaranya : Pentas Pantes, Pentas Produksi, Pentas Seni Musik

(Delikustik) dan lain-lain. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

d) Gopala Valentara

UKM ini merupakan himpunan mahasiswa pecinta alam. Dengan wadah

ini mahasiswa diharapkan peduli terhadap lingkungan dan alam sekitar, disamping

ditempa untuk dapat menjadi mahasiswa yang tangguh dalam kondisi dan situasi

apapun. Kegiatan yang diselenggarakan meliputi : Diklatsar Kepencintaalaman,

Diklat Lingkungan Hidup, Siaga SAR, Donor Darah, Wall Climbing, Pendakian

Massal berbagai ekspedisi alam, outbond, dan Lomba Kepencintaalaman, sebagai

penyelenggara National Tracking Competition, dan lain-lain.

e) KORFAH (Komite Olahraga Fakultas Hukum)

Wadah bagi mahasiswa untk menyalurkan dan mengembangkan minat,

bakat dan potensi dibidang olahraga. Kegiatan yang dilakukan diantaranya latihan

rutin sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja dan penyelengaraan Dekan Cup

2006.

f) Fosmi (Forum Silaturahmi Mahasiwa Islam)

Tidak seperti UKM yang lain, UKM ini bentuk dan aktifitasnya dilandasi

keimanan dan nilai-nilai keislaman. Sebagai intelektual islam mahasiswa

diharapkan mampu menjadikan islam sebagai way of live. Dengan demikian

mahasiswa intelektual islam mempunyai komitmen dan tanggung jawa pada setiap

sisi kehidupan terhadap Tuhan, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.

Kegiatan yang dilakukan meliputi : Diskusi Ilmiah Hukum dan Keislaman,

Seminar Keislaman, Serasi (Semarak Ramadhan Suci), Kajian Islam, Bhakti

Sosial Masyarakat dan lain-lain.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

g) KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik)

UKM ini juga bersifat keagamaan, Mahasiswa yang beragama katholik

dapat menyalurkan aktifitas kerohaniannya menjadi anggota keluarga KMK “St

Yohanes Don Bosco. Kegiatan yang didasari keimanan Katolik ini tidak terbatas

di dalam kampus, seperti di gereja-gereja, rumah doa untuk rekoleksi, ziarah,

pengabdian dan sebagainya.

h) PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen)

Sebagaimana KMK. UKM ini adalah wadah aktifitas mahasiswa Fakultas

Hukum penganut agama Kristen. Acara rutin yang diselenggarakan adalah

Persekutuan setiap hari kamis, disamping kegiatan tahunan diantaranya Retret,

Paskah, Natal, Kajian Rohani dan sebagainya. Dengan demikian mahasiswa lebih

termotivasi unutk meningkatkan keimanannya sekaligus menjadi mahasiswa

kristen.

5) Alumni

Alumni Fakultas Hukum UNS terhinpun dalam Keluarga Alumni

Universitas Sebelas Maret (Kasemar) di tingkat iniversitas. Adapun di Fakultas

Hukum UNS terdapat Ikatan Keluarga Alumni ebelas Maret (Kasemar)

Komisariat Fakultas Hukum UNS.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

PENYAJIAN DATA

Telah dijelaskan bahwa penggunaan surat kabar dan persepsi mahasiswa

merupakan dua variabel dalam penelitian ini yang akan digunakan untuk

menjelaskan persepsi anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta terhadap citra KPK setelah menggunakan surat kabar harian Kompas

tentang berita Antasari bulan Mei - Juni 2009.

Berhubungan dengan hal itu, peneliti mencoba menguak relevansi

hubungan antara penggunaan surat kabar harian Kompas tentang berita Antasari

bulan Mei - Juni 2009 dengan persepsi anggota BEM Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta terhadap citra KPK. Adapun item-item pertanyaan

berjumlah 23 buah yang terbagi dalam 2 kelompok variabel. Masing-masing

pertanyaan akan mengungkapkan seberapa tinggi penggunaan surat kabar harian

Kompas tentang berita Antasari bulan Mei - Juni 2009, melihat seberapa dalam

motivasi dan minat mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret membaca Surat Kabar Harian Kompas, serta mencoba menelusuri

persepsi yang hadir kepada mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret tentang citra KPK setelah membaca berita Antasari.

Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala LIKERT

berjenjang lima dengan nilai terdiri dari angka 1-5. Berikut akan disajikan dalam

bentuk tabel per item pertanyaan untuk melihat gambaran hasil dari penelitian ini.

commit to user

82 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

A. PENGGUNAAN SURAT KABAR HARIAN KOMPAS

1. Frekwensi Responden Membaca Berita Antasari di Kompas

Aktif tidaknya mahasiswa dalam membaca surat kabar harian Kompas

tentang berita Antasari dapat dilihat dari frekwensi mereka membaca berita

tersebut dalam penelitian ini. Adapun tingkat jawaban akan dinilai sangat tinggi

dengan skor 5 jika responden menjawab “20-24 kali membaca dalam bulan Mei-

Juni 2009”, tinggi dengan skor 4 untuk kategori “15-19 kali membaca dalam

bulan Mei-Juni 2009”, nilai sedang dengan skor 3 untuk kategori “10-14 kali

membaca dalam bulan Mei-Juni 2009”, rendah dengan skor 2 untuk kategori “5-9

kali membaca dalam bulan Mei-Juni 2009”, dan sangat rendah dengan skor 1

untuk kategori “1-4 kali membaca dalam bulan Mei-Juni 2009”. Adapun hasil

yang diperoleh dari jawaban atas pertanyaan ini sebagai berikut :

Tabel 3.1 Frekuensi Responden Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40

No Kategori Jumlah Total

%

1 Sangat tinggi 1 2,5

2 Tinggi 11 27,5

3 Sedang 21 52,5

4 Rendah 6 15

5 Sangat rendah 1 2,5

Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 1

Dari Tabel diatas, diketahui bahwa frekuensi membaca berita Antasari di

Surat kabar Harian Kompas berada pada kategori “Sedang”. Yaitu sebanyak 21

Responden atau 52,5 %. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

Dari hasil di atas, menunjukkan frekwensi Mahasiswa Anggota BEM

Hukum UNS membaca berita Antasari di Kompas berada pada level sedang, fakta

ini menunjukkan bahwa mahasiswa BEM memperoleh informasi tentang KPK

bukan hanya dengan membaca Kompas saja melainkan melalui media lain seperti

televisi dan internet yang diperkuat pada pertanyaan kuesioner D no 3. Dengan ini

responden dianggap cukup memahami makna berita yang ada di Surat Kabar

Harian Kompas.

2. Tingkat Perhatian Responden Membaca Berita Antasari

Perhatian merupakan alasan utama sebuah ketertarikan, ketertarikan akan

memunculkan pemahaman. Sebuah perhatian akan muncul dari dalam diri

responden apabila menemukan sesuatu yang penting di luar dirinya. Dalam

memberikan sebuah perhatian besar kepada sesuatu yang menarik responden tentu

saja membutuhkan waktu yang besar dan menyingkirkan aktivitas yang lain.

Untuk melihat seberapa besar tingkat perhatian mahasiswa Anggota BEM

Hukum UNS dalam membaca Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas

maka akan dikategorikan sebagai berikut. Untuk kategori “sangat tinggi”, jika

responden menjawab tidak pernah diselingi aktivitas lain dalam membaca berita

Antasari. Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab jarang diselingi

aktivitas lain.

Dalam kategori “sedang”, jika responden menjawab kadang diselingi

aktivitas lain dalam membaca berita Antasari. Untuk kategori “rendah”, jika

responden menjawab sering diselingi aktivitas lain. Dan untuk kategori “rendah”,

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

jika responden menjawab selalu diselingi aktivitas lain. Berikut hasil Tabel

penelitiannya

Tabel 3.2

Tingkat Perhatian Responden Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40 No Kategori Jumlah Total

%

1 Sangat tinggi 3 7,5 2 Tinggi 8 20 3 Sedang 24 60 4 Rendah 5 12,5 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 2

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 24 responden atau 60% dari

keseluruhan responden membaca berita dengan cara kadang diselingi aktivitas

yang lain, 8 responden atau 20% responden jarang diselingi, 5 responden atau

12,5% sering diselingi aktivitas lain, dan 3 responden atau 7,5% tidak pernah

diselingi aktivitas lain.

Hal ini menggambarkan bahwa mahasiswa Anggota BEM Hukum

Universitas Sebelas Maret banyak memiliki jadwal aktivitas atau kegiatan

organisasi yang padat seperti rapat senat, diskusi materi dan lain-lain sehingga

ketika sedang membaca berita Antasari di Surat Kabar Kompas mereka hanya

kadang-kadang saja.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

86

3. Tingkat Intensitas Responden Membaca Berita Antasari di Kompas

Untuk mengetahui apakah responden memiliki keseriusan dalam

menyimak berita Antasari di Kompas, peneliti memberikan pertanyaan yang

berhubungan dengan kedalaman pemahaman yang digunakan responden untuk

membaca berita antasari tersebut dan akan termasuk dalam kategori “sangat

tinggi”, jika responden menjawab selalu membaca kasus hukum Antasari di

Kompas sampai tuntas, Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering

membaca kasus hukum Antasari di Kompas sampai tuntas, untuk kategori

“sedang”, jika responden kadang-kadang mengikuti kasus hukum Antasari di

Kompas sampai tuntas.

Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang mengikuti

kasus hukum Antasari di Kompas sampai tuntas dan untuk kategori “sangat

rendah”, jika responden menjawab tidak pernah mengikuti kasus hukum Antasari

di Kompas sampai tuntas. Berikut hasil Tabel penelitiannya

Tabel 3.3 Tingkat Intensitas Responden

Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 19 47,5

2 Tinggi 6 15

3 Sedang 9 22,5

4 Rendah 6 15

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan no : 3

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

87

Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat intensitas responden

membaca berita Antasari di Kompas dalam kategori “Sangat Tinggi”. Yaitu

sebanyak 19 responden atau 47,5%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

mahasiswa anggota BEM sebagai mahasiswa Hukum dituntut untuk ikut

menganalisis suatu kasus besar sebagai bahan kajian sehingga responden

mengikuti kasus hukum Antasari sampai tuntas dan memerlukan pemahaman

serius tentang berita Antasari di Kompas.

4. Tingkat Perhatian dilihat dari Waktu Luang Responden dalam Membaca

Berita Antasari di Kompas

Secara lebih rinci peneliti kembali memunculkan pertanyaan untuk

mengukur rasa ketertarikan responden yaitu adakah perencanaan waktu atau

waktu luang yang disediakan secara khusus untuk membaca nerita antasari di

Kompas. Akan termasuk dalam kategori “sangat tinggi”, jika responden

menjawab selalu menyediakan waktu luang, Untuk kategori “tinggi”, jika

responden menjawab sering menyediakan waktu luang, untuk kategori “sedang”,

jika responden kadang-kadang menyediakan waktu luang.

Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang menyediakan

waktu luang dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak

pernah menyediakan waku luang. Berikut hasil Tabel penelitiannya

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

88

Tabel 3.4 Waktu Luang Responden

Dalam Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40 No Kategori Jumlah Total

%

1 Sangat tinggi 2 5

2 Tinggi 15 37,5

3 Sedang 19 47,5 4 Rendah 3 7,5 5 Sangat rendah 1 2,5 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 4

Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membaca berita Antasari

di Kompas responden tidak selalu menyediakan waktu luang secara khusus. Tetapi

mereka mempunyai cukup waktu luang untuk membaca berita tersebut. Hal ini terlihat

jelas dari 40 responden yang ada 19 responden atau 47,5% menjawab kadang-kadang saja

menyediakan waktu luang. Hasil ini menunjukkan bahwa kesibukan kegiatan organisasi

BEM sangat padat sehingga mereka hanya kadang-kadang saja mempunyai waktu luang

untuk membaca berita Antasari di Kompas.

5. Motivasi Responden untuk Mengikuti kasus hukum Antasari sampai

tuntas di Kompas

Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul secara sadar untuk

melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Untuk melihat tinggi rendahnya

motivasi responden dalam mengikuti kasus hukum Antasari di Kompas maka

akan dikategorikan sebagai berikut. Akan termasuk dalam kategori “sangat

tinggi”, jika responden menjawab selalu membantu pelajaran, Untuk kategori

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

89

“tinggi”, jika responden menjawab sering membantu pelajaran, untuk kategori

“sedang”, jika responden kadang-kadang membantu pelajaran.

Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang membantu

pelajaran dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak

pernah membantu pelajaran. Berikut hasil Tabel penelitiannya

Tabel 3.5 Motivasi Responden Mengikuti Kasus Hukum Antasari di Kompas n = 40 No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 4 10 2 Tinggi 13 32,5 3 Sedang 23 57,5 4 Rendah 0 0 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 5

Berdasar hasil tabel, dilihat bahwa motivasi responden mengikuti kasus

hukum Antasari di Kompas berada dalam kategori “sedang” yaitu 57,5% dari

hasil keseluruhan atau 23 responden. Artinya berita ini cukup menarik tetapi tidak

selalu terkait dengan mata kuliah. Sehingga motivasi itu muncul ketika ada tugas

kuliah datang untuk membantu dalam studi kasus dan sebagainya.

6. Berita Antasari di Kompas membantu pergaulan sehari-hari dalam

perbincangan dengan teman-teman anggota BEM

Berita Antasari merupakan permasalahan serius dan menyita perhatian

banyak orang karena melibatkan kepentingan orang banyak. Untuk mengetahui

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

90

apakah berita Antasari di Kompas membantu pergaulan sehari-hari terutama

dalam perbincangan dengan teman-teman anggota BEM Hukum maka akan

dikategorikan sebagai berikut.

Akan Termasuk kategori “sangat tinggi”, jika responden menjawab selalu

membantu, Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering membantu,

untuk kategori “sedang”, jika responden kadang-kadang membantu dalam

perbincangan.

Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang membantu dan

untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak pernah membantu

dalam perbincangan. Berikut hasil Tabel penelitiannya

Tabel 3.6 Berita Antasari di Kompas Membantu Perbincangan dengan Teman-teman BEM n = 40 No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 4 10

2 Tinggi 11 27,5

3 Sedang 20 50

4 Rendah 5 12,5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 6

Hasil tabel diatas hasil dari penelitian ini menunjukkan kategori “sedang”.

Yaitu sebanyak 20 responden atau 50%, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa berita Antasari di Kompas merupakan topik berita yang menjemukan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

91

mahasiswa Anggota BEM Hukum Universitas Sebelas Maret dalam perbincangan

sehari-hari dengan teman-temannya sebab hampir dua bulan penuh selalu muncul

dan perkembangan kasus tersebut lambat.

7. Faktor Minat Membaca Berita Antasari

Hiburan dan kesenangan merupakan bagian dari semua orang yang

menjalani kehidupan di dunia ini. Pertanyaannya adalah apakah berita Antasari di

Kompas memberikan hiburan dan kesenangan kepada mahasiswa BEM Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Untuk menjawabnya maka kami kategorikan

sebagai berikut. Akan termasuk kategori “sangat tinggi”, jika responden

menjawab selalu menunggu kemunculan berita Antasari, Untuk kategori “tinggi”,

jika responden menjawab sering menunggu kemunculan berita Antasari, untuk

kategori “sedang”, jika responden kadang-kadang menunggu kemunculan berita

Antasari.

Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang menunggu

kemunculan berita Antasari dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden

menjawab tidak pernah menunggu kemunculan berita Antasari. Berikut hasil

Tabel penelitiannya

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

92

Tabel 3.7 Minat Membaca Berita Antasari di Kompas

n = 40 No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 2 5

2 Tinggi 9 22,5

3 Sedang 20 50 4 Rendah 7 17,5 5 Sangat rendah 2 5 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 7

Hasil dari penelitian ini menunjukkan kategori “sedang”. Yaitu sebanyak

20 responden atau 50%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

Anggota BEM Hukum Universitas Sebelas Maret hanya kadang-kadang saja

menunggu kemunculan berita Antasari di Kompas. Fakta ini menunjukkan bahwa

kemunculan berita Antasari dibarengi dengan kemunculan berita tentang kandidat

presiden, yang sebelumnya berita Antasari jadi topik utama dalam pemberitaan

Kompas merosot jadi pemberitaan kedua.

8. Faktor Motivasi untuk selalu Membaca Berita Antasari di Kompas

Suatu keinginan responden untuk selalu membaca berita Antasari di

Kompas akan mempengaruhi pemahaman terhadap berita Antasari yang berimbas

kepada citra Komisi Pemberantasan Korupsi. Untuk mengetahui seberapa besar

keinginan responden maka kami kategorikan sebagai berikut. Akan termasuk

kategori “sangat tinggi”, jika responden menjawab selalu ingin membaca, Untuk

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

93

kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering ingin membaca, untuk kategori

“sedang”, jika responden kadang-kadang ingin membaca.

Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang ingin membaca

dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak pernah ingin

membaca. Berikut hasil Tabel penelitiannya

Tabel 3.8 Motivasi untuk Selalu Membaca Berita Antasari di Kompas n = 40 No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 3 7,5 2 Tinggi 10 25 3 Sedang 24 60 4 Rendah 3 7,5 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no : 8

Berdasar hasil tabel, dapat dilihat bahwa motivasi responden untuk selalu

membaca berita Antasari di Kompas berada dalam kategori “sedang” yaitu 60%

atau 24 responden. Artinya responden tidak selalu membaca berita Antasari di

Kompas karena mereka mengakses berita tersebut terkadang lewat media televisi

dan internet. Fakta ini diperkuat dari pertanyaan kuesioner D no 3.

9. Motivasi untuk menulis opini di surat kabar mendukung KPK

Sebuah dorongan untuk memberikan masukan secara nyata dan positif

begitu penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai

mahasiswa menyumbangkan opini merupakan tindakan konkret untuk bangsa ini.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

94

Seberapa dalamkah mahasiswa ini mempunyai dorongan untuk menulis opini?

Akan kita jawab dengan kategori sebagai berikut.

Akan termasuk kategori “sangat tinggi”, jika responden menjawab selalu

tertarik menulis opini, Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering

tertarik menulis opini, untuk kategori “sedang”, jika responden kadang-kadang

tertarik menulis opini.

Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang tertarik menulis

opini dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak pernah

tertarik menulis opini. Berikut hasil Tabel penelitiannya

Tabel 3.9 Motivasi Menulis Opini di Surat Kabar Mendukung KPK n = 40 No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 8 20 2 Tinggi 10 25 3 Sedang 14 35

4 Rendah 7 17,5

5 Sangat rendah 1 2,5

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan no : 9

Hasil tabel di atas dapat menggambarkan bahwa motivasi responden

untuk menulis opni di surat kabar berada dalam kategori “sedang” yaitu 35% atau

14 responden. 25% dalam kategori “tinggi”, 20% dalam kategori “sangat tinggi”

dan sisanya saya kira tidak tertari menulis opini. Dapat disimpulkan artinya

walaupun responden cukup tertarik untuk menulis opini di surat kabar karena

sesuai dengan bidang mereka tetapi pada bulan tersebut banyak tugas kuliah yang

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

95

menumpuk sehingga mereka mementingkan untuk menyelesaikan tugas kuliah

daripada menulis di surat kabar.

10. Minat Diskusi dengan orang lain tentang Antasari

Membicarakan sesuatu secara sadar dan serius untuk bertukar pendapat,

ide demi mendapatkan solusi baru dalam memecahkan masalah untuk tujuan

tertentu sering dilakukan mahasiswa yang aktif dalam kehidupan kampus. Itulah

sebuah diskusi. Apakah mahasiswa BEM Hukum Universitas Sebelas Maret ini

sering berdiskusi tentang berita Antasari? Untuk itu kita kategorikan sebagai

berikut. Akan termasuk kategori “sangat tinggi”, jika responden menjawab selalu

ingin berdiskusi, Untuk kategori “tinggi”, jika responden menjawab sering ingin

berdiskusi, untuk kategori “sedang”, jika responden kadang-kadang ingin

berdiskusi.

Untuk kategori “rendah”, jika responden menjawab jarang ingin berdiskusi

dan untuk kategori “sangat rendah”, jika responden menjawab tidak pernah ingin

berdiskusi. Berikut hasil Tabel penelitiannya

Tabel 3.10 Minat Berdiskusi Tentang Antasari Dengan orang lain

n = 40 No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 6 15

2 Tinggi 13 32,5

3 Sedang 19 47,5

4 Rendah 1 2,5

5 Sangat rendah 1 2,5

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan no : 10

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

96

Berdasar hasil tabel, dapat dilihat bahwa minat responden untuk berdiskusi

tentang Antasari berada dalam kategori “sedang” yaitu 47,5% atau 19 responden.

Artinya responden cukup tertarik untuk selalu berdiskusi tentang Antasari karena

tema ini hangat pada waktu itu dan sesuai dengan bidang mereka. Tetapi waktu

untuk diskusi tentang berita tersebut selalu terpotong oleh diskusi organisasi BEM

yang mempunyai banyak kegiatan.

Untuk mengetahui tinggi-rendah penyajian jawaban para responden dari

beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Penggunaan Surat Kabar

Harian Kompas tentang Berita Antasari, maka peneliti membuat pengklasifikasian

dengan mempertimbangkan range dari distribusi nilai

Berdasarkan data yang diperoleh (lihat lampiran), maka diketahui jumlah

nilai. Jawaban yang tertinggi pada variabel Penggunaan Surat Kabar Harian

Kompas tentang Berita Antasari adalah 42 dan terendah adalah 24, selanjutnya

dua angka tersebut digunakan untuk pengklasifikasian data. Langkah pertama

yang ditempuh untuk membuat pengklasifikasian adalah membuat range dengan

rumus sebagai berikut :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

97

Langkah berikutnya adalah menghitung interval kelas :

Karena dalam penelitian ini jumlah kelas ada 5 (sangat tinggi,

tinggi,sedang,rendah,sangat rendah) maka :

Berdasarkan ketentuan diatas dengan hasil 8 maka kelas interval adalah dan dapat

dibuat klasifikasi sebagai berikut :

Kategori sangat tinggi : 43 – 50

Kategori tinggi : 35 – 42

Kategori sedang : 27 – 34

Kategori rendah : 19 – 26

Kategori sangat rendah : 10 – 18

Hasil klasifikasi data dari 40 responden kemudian dijabarkan dalam bentuk tabel

berikut :

Tabel 3.11 Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas

tentang Berita Antasari commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

98

n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 2 5

2 Tinggi 14 35

3 Sedang 20 50

4 Rendah 4 10 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat Penggunaan Surat Kabar

Harian Kompas tentang Berita Antasari masuk dalam kategori sedang yaitu 20

responden atau 50 % dari total responden, nilai tersebut juga tidak terpaut jauh

dari kategori tinggi yang mencapai 14 responden atau sekitar 35 persen dari total

responden, sedangkan untuk kategori rendah ada 4 responden atau 10% . Hal ini

menunjukkan bahwa responden pada umumnya tertarik dalam menggunakan

Surat Kabar Harian Kompas tentang Berita Antasari tetapi mereka tidak

memprioritaskan membaca setiap berita itu muncul. Serta responden tidak hanya

menggunakan media Kompas saja untuk membaca berita Antasari sebab mereka

juga mengakses media lain seperti televise, internet, radio dan sebagainya.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

99

B. Persepsi Mahasiswa Terhadap Citra KPK

Setelah membahas variabel independen, berikutnya adalah pengkajian

variabel dependen yang menguraikan tentang persepsi mahasiswa terhadap citra

KPK sebagai hubungan dari adanya efek yang mungkin timbul dalam kegiatan

menggunakan Surat Kabar Kompas tentang berita Antasari. Persepsi mahasiswa

terhadap citra KPK diukur berdasarkan hasil kuesioner yang telah di bagikan

kepada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan dijabarkan atas 13 pertanyaan. Dimana skala pengukuran

dalam penelitian ini menggunakan skala LIKERT berjenjang lima dengan nilai

berkisar dari angka 1-5. Berikut akan disajikan dalam bentuk tabel per item

pertanyaan pada penelitian ini.

1. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang

Selalu Mengutamakan Landasan Peraturan Perundang-undangan

Untuk mengetahui persepsi responden terhadap KPK sebagai lembaga

hukum yang selalu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan maka

jawaban akan dinilai berdasar tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah

hingga terkuat sebagai respon atau opini dari responden. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

100

Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan

skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”

dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

Tabel 3.12 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan Landasan Peraturan Perundang-undangan n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 15 37,5 2 Tinggi 15 37,5 3 Sedang 10 25 4 Rendah 0 0 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.11

Dari hasil data diatas memperlihatkan bahwa, penilaian responden untuk

persepsi terhadap Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu

Mengutamakan Landasan Peraturan Perundang-undangan berada pada kategori

sangat tinggi yaitu ada 15 responden atau 37,5%, dan dengan jumlah yang sama

berada pada kategori tinggi.

Artinya mahasiswa memiliki persepsi yang sangat baik tentang KPK

sebagai lembaga hukum yang selalu mengutamakan landasan peraturan

Perundang-undangan.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

101

2. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum yang

memegang asas kepatutan dalam menangkap koruptor

Untuk mengetahui penilaian responden tentang kinerja KPK dalam

menegakkan hukum di Indonesia apakah masih memegang asas kepatutan dalam

menangkap koruptor maka jawaban akan dinilai berdasar tingkat kecenderungan

sikap dari yang terlemah hingga terkuat.

Adapun kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju”

dengan skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak

setuju” dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

Tabel 3.13 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Memegang Asas Kepatutan Dalam Menangkap Koruptor n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 11 27,5 2 Tinggi 24 60

3 Sedang 4 10

4 Rendah 1 2,5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan no.12

Berdasarkan tabel diatas dapat diterangkan bahwa 24 responden atau 60%

berada pada kategori tinggi. Ini berarti mahasiswa anggota BEM Hukum

Universitas Sebelas Maret mempunyai persepsi yang baik terhadap KPK sebagai

lembaga hukum yang memegang asas kepatutan dalam menangkap koruptor.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

102

3. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum yang adil

dalam memberantas korupsi

Untuk mengetahui penilaian responden tentang kinerja KPK dalam

menegakkan hukum di Indonesia apakah masih memegang asas keadilan dalam

memberantas korupsi maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat

kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat.

Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan

skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”

dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

Tabel 3.14 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Adil Dalam Memberantas Korupsi n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 10 25 2 Tinggi 21 52,5

3 Sedang 8 20

4 Rendah 1 2,5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan no.13

Berdasarkan tabel diatas dapat diterangkan bahwa 21 responden atau

52,2% berada pada kategori tinggi. Ini berarti mahasiswa anggota BEM Hukum

Universitas Sebelas Maret mempunyai persepsi yang baik terhadap KPK sebagai

lembaga hukum yang adil dalam memberantas korupsi.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

103

4. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang selalu memberikan informasi yang benar

terhadap masyarakat

Untuk mengetahui penilaian responden tentang KPK dalam menegakkan

hukum di Indonesia apakah selalu memberikan informasi yang benar terhadap

masyarakat maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan

sikap dari yang terlemah hingga terkuat.

Adapun kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju”

dengan skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak

setuju” dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

Tabel 3.15 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan Informasi Yang Benar Terhadap Masyarakat n = 40

No Kategori Jumlah Total

%

1 Sangat tinggi 9 22,5

2 Tinggi 20 50

3 Sedang 11 27,5

4 Rendah 0 0

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan no.14

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 20 responden atau 50%. Jadi mahasiswa begitu percaya terhadap

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

104

KPK dalam menegakkan hukum di Indonesia selalu memberikan informasi yang

benar terhadap masyarakat

5. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang selalu memberikan informasi secara jujur

terhadap masyarakat

Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam menegakkan

hukum di Indonesia apakah selalu memberikan informasi yang jujur terhadap

masyarakat maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan

sikap dari yang terlemah hingga terkuat.

Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan

skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”

dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

Tabel 3.16 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan Informasi Secara Jujur Terhadap

Masyarakat n = 40

No Kategori Jumlah Total

%

1 Sangat tinggi 6 15

2 Tinggi 24 60

3 Sedang 9 22,5

4 Rendah 1 2,5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

105

Sumber pertanyaan no.15

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 24 responden atau 60%. Artinya mahasiswa anggota BEM

Hukum Universitas Sebelas Maret percaya terhadap KPK dalam menegakkan

hukum di Indonesia selalu memberikan informasi yang jujur terhadap masyarakat.

6. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang selalu menjalankan tugas dan fungsinya

secara tidak diskriminatif

Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam menegakkan

hukum di Indonesia apakah selalu menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak

diskriminatif maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan

sikap dari yang terlemah hingga terkuat

Adapun kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju”

dengan skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak

setuju” dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

Tabel 3.17 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas

Korupsi Yang Selalu Menjalankan Tugas Dan Fungsinya Secara Tidak Diskriminatif n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 5 12,5

2 Tinggi 17 42,5

3 Sedang 13 32,5

4 Rendah 5 12,5 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

106

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.16

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 17 responden atau 42,5%. Artinya mahasiswa anggota BEM

Hukum Universitas Sebelas Maret percaya terhadap KPK dalam menegakkan

hukum di Indonesia selalu menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak

diskriminatif.

7. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang bertanggungjawab atas setiap kegiatannya

Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam menegakkan

hukum di Indonesia apakah selalu memberantas korupsi dengan bertanggung

jawab atas setiap kegiatannya, maka jawaban akan dinilai berdasar kategori

tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat

Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan

skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”

dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

Tabel 3.18 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Bertanggungjawab Atas Setiap Kegiatannya

n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 7 17,5

2 Tinggi 22 55

3 Sedang 9 22,5

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

107

4 Rendah 2 5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.17

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 22 responden atau 55%. Artinya mahasiswa anggota BEM

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam

menegakkan hukum di Indonesia selalu memberantas korupsi dengan bertanggung

jawab atas setiap kegiatannya.

8. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai

undang-undang

Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas

korupsi di Indonesia apakah selalu melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai

undang-undang, maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat

kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat. Kedalaman jawaban

dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan skor 5, “setuju” dengan skor

4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju” dengan skor 2 serta “sangat

tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel penelitiannya:

Tabel 3.19 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Melaporkan Hasil Akhir Kepada Rakyat Sesuai Undang-Undang n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 6 15

2 Tinggi 18 45

3 Sedang 13 32,5 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

108

4 Rendah 3 7,5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.18

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 18 responden atau 45%. Artinya mahasiswa anggota BEM

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam

memberantas korupsi di Indonesia selalu melaporkan hasil akhir kepada rakyat

sesuai undang-undang.

9. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang mendahulukan kesejahteraan umum

Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas

korupsi di Indonesia apakah selalu mendahulukan kesejahteraan umum, maka

jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan sikap dari yang

terlemah hingga terkuat. Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat

setuju” dengan skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan

“tidak setuju” dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut

hasil tabel penelitiannya:

Tabel 3.20 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Mendahulukan Kesejahteraan Umum n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 5 12,5

2 Tinggi 22 55

3 Sedang 11 27,5 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

109

4 Rendah 2 5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.19

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 22 responden atau 55%. Artinya mahasiswa anggota BEM

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam

memberantas korupsi di Indonesia selalu mendahulukan kesejahteraan umum.

10. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang aspiratif (selalu mencerminkan dan mewakili

kepentingan rakyat)

Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas

korupsi di Indonesia apakah selalu aspiratif atau dalam artian selalu

mencerminkan dan mewakili kepentingan rakyat, maka jawaban akan dinilai

berdasar kategori tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat.

Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan skor 5,

“setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju” dengan

skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel penelitiannya:

Tabel 3.21

Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Aspiratif (Selalu Mencerminkan Dan Mewakili Kepentingan Rakyat) n = 40

No Kategori Jumlah Total

%

1 Sangat tinggi 8 20

2 Tinggi 22 55

3 Sedang 7 17,5 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

110

4 Rendah 3 7,5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.20

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 22 responden atau 55%. Artinya mahasiswa anggota BEM

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam

memberantas korupsi di Indonesia selalu aspiratif atau mencerminkan dan

mewakili kepentingan rakyat

11. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang akomodatif (ada kesediaan untuk saling

memahami pendapat rakyat)

Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas

korupsi di Indonesia apakah selalu akomodatif atau memiliki kesediaan untuk

saling memahami pendapat rakyat, maka jawaban akan dinilai berdasar kategori

tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat.

Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan

skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”

dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

111

Tabel 3.22 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Akomodatif (Ada Kesediaan Untuk Saling Memahami

Pendapat Rakyat) n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 7 17,5 2 Tinggi 23 57,5 3 Sedang 8 20 4 Rendah 2 5 5 Sangat rendah 0 0 Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.21

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 23 responden atau 57,5%. Artinya mahasiswa anggota BEM

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam

memberantas korupsi di Indonesia selalu akomodatif atau memiliki kesediaan

untuk saling memahami pendapat rakyat.

12. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum pemberantas

korupsi yang selektif (ada sikap kritis untuk menganalisis dan memilih

yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada)

Untuk mengetahui penilaian responden terhadap KPK dalam memberantas

korupsi di Indonesia apakah selalu bersikap kritis untuk menganalisis dan memilih

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

112

yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada, maka jawaban akan dinilai

berdasar kategori tingkat kecenderungan sikap dari yang terlemah hingga terkuat.

Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan

skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”

dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

Tabel 3.23 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selektif (ada sikap kritis untuk menganalisis dan memilih yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada) n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 7 17,5 2 Tinggi 21 52,5 3 Sedang 12 30 4 Rendah 0 0 5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan no.22

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 21 responden atau 52,5%. Artinya mahasiswa anggota BEM

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam

memberantas korupsi di Indonesia selalu bersikap kritis untuk menganalisis dan

memilih yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

113

13. Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang seimbang dalam menjalankan tugas,

wewenang, tanggungjawab dan kewajiban dalam memberantas korupsi

Untuk mengetahui penilaian responden tentang kinerja KPK dalam

menegakkan hukum di Indonesia apakah selalu seimbang dalam menjalankan

tugas, wewenang, tanggungjawab dan kewajiban dalam memberantas korupsi

maka jawaban akan dinilai berdasar kategori tingkat kecenderungan sikap dari

yang terlemah hingga terkuat

Kedalaman jawaban dijenjangkan dalam kategori “sangat setuju” dengan

skor 5, “setuju” dengan skor 4, “kurang setuju” dengan skor 3 dan “tidak setuju”

dengan skor 2 serta “sangat tidak setuju”dengan skor 1. Berikut hasil tabel

penelitiannya:

Tabel 3.24 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Seimbang Dalam Menjalankan Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Dan Kewajiban Dalam Memberantas Korupsi n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 6 15

2 Tinggi 23 57,5

3 Sedang 9 22,5

4 Rendah 2 5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100 Sumber pertanyaan no.23

Dari tabel diatas dapat diketahui penilaian responden menunjukkan nilai

tinggi yaitu ada 23 responden atau 57,5%. Artinya mahasiswa anggota BEM commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

114

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta percaya terhadap KPK dalam

memberantas korupsi di Indonesia selalu seimbang dalam menjalankan tugas,

wewenang, tanggungjawab dan kewajiban.

Untuk mengetahui tinggi-rendah penyajian jawaban para responden dari

beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel persepsi terhadap citra KPK,

maka peneliti membuat pengklasifikasian dengan mempertimbangkan range dari

distribusi nilai. Berdasarkan data yang diperoleh (lihat lampiran), maka diketahui

jumlah nilai.

Jawaban yang tertinggi pada variabel persepsi terhadap kinerja kepolisian

adalah 63 dan terendah adalah 32, selanjutnya dua angka tersebut digunakan

untuk pengklasifikasian data. Langkah pertama yang ditempuh untuk membuat

pengklasifikasian adalah membuat range dengan rumus sebagai berikut :

Langkah berikutnya adalah menghitung interval kelas :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

115

Karena dalam penelitian ini jumlah kelas ada 5 (sangat baik, baik, biasa, kurang

baik, buruk) maka :

Berdasarkan ketentuan diatas dengan hasil 10,4 dibulatkan 10 maka kelas interval

adalah dan dapat dibuat klasifikasi sebagai berikut :

Kategori sangat baik : 56 – 65

Kategori baik : 46 – 55

Kategori biasa : 36 – 45

Kategori kurang baik : 26 – 35

Kategori buruk : < 25

Hasil klasifikasi data dari 40 responden kemudian dijabarkan dalam bentuk tabel

berikut :

Tabel 3.25 Persepsi Responden Terhadap Citra KPK n = 40

No Kategori Jumlah Total %

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

116

1 Sangat tinggi 5 12,5

2 Tinggi 27 67,5

3 Sedang 7 17,5

4 Rendah 1 2,5

5 Sangat rendah 0 0

Jumlah 40 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa Anggota BEM

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap citra KPK dalam kategori

tinggi yaitu 27 responden atau 67,5 % dari total responden. Hal ini

mengindentifikasikan bahwa persepsi responden terhadap citra KPK adalah baik.

Dengan kata lain bahwa citra KPK di negara kita sudah sesuai dengan

keinginan mahasiswa anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta yaitu KPK sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang tidak

pandang bulu dan professional.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

117

C. Faktor-faktor Eksternal

Variabel Kontrol dalam penelitian ini berupa faktor-faktor eksternal yang

meliputi kelompok pergaulan (reference group) dan peran media masa lain.

Dalam kegiatan sehari-hari, mahasiswa juga melakukan interaksi dengan

lingkungan sosialnya. Kelompok pergaulan dapat mempengaruhi individu dalam

kelompok tersebut dalam membentuk persepsinya. Bila kelompok pergaulan ini

memberikan suatu penilaian terhadap sesuatu hal, maka penilaian individu yang

termasuk anggota kelompok pergaulan tersebut juga akan dipengaruhi oleh

penilaian yang dibuat oleh kelompok pergaulan tersebut.

Kelompok media massa selain surat kabar, seperti televisi, radio, majalah

dan internet, diakses oleh mahasiswa untuk menambah pengetahuan atau

informasi tentang kinerja kepolisian, Informasi-informasi yang didapat dari media

lainnya digunakan mahasiswa sebagai pemahamanya mengenai kepolisian.

Faktor-faktor ini disinyalir akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan

persepsi mahasiswa terhadap citra KPK.

Untuk mengetahui seberapa besar faktor ini memainkan peranannya,

berikut peneliti menjabarkan dalam bentuk-bentuk item pertanyaan sebagai

berikut :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

118

1) Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan (reference group) Terhadap Citra

KPK

Tingkat pendapat teman pergaulan (reference group) terhadap citra KPK

dapat diukur dari pendapat mereka mengenai kinerja kepolisian dalam masyarakat

apakah pendapat mereka sangat baik ataupun buruk. Adapun tingkat jawaban akan

dinilai sangat tinggi dengan skor 5 jika responden menjawab “sangat baik”, tinggi

dengan skor 4 untuk kategori “baik”, sedang dengan skor 3 untuk kategori

“biasa”, rendah dengan skor 2 unuk kategori “kurang baik”, dan sangat rendah

dengan skor 1 untuk kategori “buruk”. Adapun hasil yang diperoleh dari jawaban

atas pertanyaan ini sebagai berikut :

Tabel 3.26 Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan (reference group) Terhadap citra KPK n = 40

No Kategori Jumlah Total % 1 Sangat tinggi 4 10

2 Tinggi 14 35

3 Sedang 7 17,5

4 Rendah 10 25

5 Sangat rendah 5 12,5

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan D No.1

Dari tabel diatas, terlihat level jawaban untuk permasalahan ini berada

pada kategori “tinggi” yaitu 35% atau 14 responden dari total responden. Hal ini

mengindentifikasikan bahwa pengaruh teman pergaulan cukup tinggi. Dan

menunjukkan bahwa mahasiswa Anggota BEM selalu senang bergaul dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

119

berdiskusi tentang KPK yang cukup hebat memberantas korupsi dan benar-benar

menerapkan asas-asas hukum korupsi.

2) Kedekatan Responden Dengan Kelompok Pergaulan (reference group) Dan Seberapa Besar Pengaruhnya

Hubungan yang terjalin antara responden sebagai makhluk sosial dengan

lingkungan sekitarnya memang memberikan pengaruh pada cara mereka melihat

suatu permasalahan yang sedang berkembang, seberapa besar pengaruh yang akan

ditimbulkan oleh faktor kelompok pergaulan (reference group) seperti ayah atau

ibu, saudara, pacar, teman kampus, teman diskusi terhadap citra KPK?

Adapun tingkat jawaban akan dinilai sangat tinggi dengan skor 5 jika

responden menjawab “terpengaruh 5 orang”, tinggi dengan skor 4 untuk kategori

“terpengaruh 4 orang”, sedang dengan skor 3 untuk kategori “terpengaruh 3

orang”, rendah dengan skor 2 unuk kategori “terpengaruh 2 orang”, dan sangat

rendah dengan skor 1 untuk kategori “terpengaruh 1 orang”. Dalam hal ini

responden diperkenankan untuk menjawab dua sumber media ataupun lebih.

Adapun hasil yang diperoleh dari jawaban per kelompok pergaulan atas

pertanyaan ini sebagai berikut :

Tabel 3.27 Tingkat Pengaruh Kelompok Pergaulan Terhadap Responden Mengenai Citra KPK

n = 40

No Kategori Jumlah Total %

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

120

1 Sangat tinggi 4 10

2 Tinggi 2 5

3 Sedang 8 20

4 Rendah 21 52,5

5 Sangat rendah 5 12,5

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan D No.2

Dari hasil tabel diatas, terlihat bahwa level jawaban untuk pertanyaan D

no.2. berada pada kategori “rendah”, yaitu sebanyak 21 responden atau 52,5%

yang artinya bahwa pendapat responden terhadap KPK hanya dipengaruhi oleh 2

kelompok pergaulan saja. Kebanyakan responden mempunyai pemikiran sendiri

dan analisa sendiri terhadap persepsi tentang KPK.

3) Media Lain Yang Dijadikan Sumber Untuk Mengetahui Citra KPK

Interaksi sosial dengan lingkungan juga terukur dari seberapa besar peran

media lain (selain surat kabar) mempengaruhi responden dalam mengambil

keputusan terhadap sikap dan persepsi mereka mengenai citra KPK. Dalam hal ini

responden diperkenankan untuk menjawab dua sumber media ataupun lebih.

Berikut hasil kuisioner untuk pertanyaan berikut :

Tabel 3.28 Banyaknya Media Massa Lain Yang Dijadikan Sumber Untuk Mengetahui Citra KPK

n = 40

No Kategori Jumlah Total %

1 Sangat tinggi 0 0

2 Tinggi 2 5

3 Sedang 5 12,5

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

121

4 Rendah 15 37,5

5 Sangat rendah 18 45

Jumlah 40 100

Sumber pertanyaan D no.3

Dari hasil tabel diatas, kategori jawaban responden untuk banyaknya

media masa (selain surat kabar) yang diakses untuk mendapatkan informasi

tentang KPK berada pada kategori “sangat rendah” sekitar 45%. Hal ini

menggambarkan bahwa kebanyakan responden mengakses dua media massa

(selain surat kabar) yang digunakan untuk menambah pengetahuan ataupun

informasi yang mereka butuhkan tentang KPK. Sedangkan media massa yang

paling banyak digunakan responden adalah Televisi.

Untuk mengetahui tinggi-rendahnya penyajian jawaban responden dari

pertabyaan yang berkenaan dengan variabel control ini, maka peneliti membuat

pengklasifikasian dengan mempertimbangakan range dari distribusi nilai. Seperti

yang telah diuraikan diatas bahwa terdapat lima alternative jawaban untuk

masing-masing pertanyaan. Apabila responden memilih jawaban berturut secara

bertingkat antara a - e, maka akan diberi skor antara 1-5

Berdasarkan data yang diperoleh (lihat lampiran), maka diketahui jumlah

nilai jawaban yang tertinggi adalah 13 dan terendah adalah 5. Selanjutnya dua

angka tersebut digunakan untuk pengklasifikasikan data. Langkah pertama yang

ditempuh untuk membuat pengklasifikasian adalah membuat range dengan rumus

sebagai berikut :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

122

Langkah berikutnya adalah menghitung interval kelas :

Karena dalam penelitian ini jumlah kelas ada 5 (sangat baik, baik, biasa, kurang

baik, buruk) maka :

Berdasarkan ketentuan diatas dengan hasil 2 maka kelas interval adalah dan dapat dibuat klasifikasi sebagai berikut :

Kategori sangat tinggi : 14 – 15

Kategori tinggi : 12 – 13

Kategori sedang : 10 – 11

Kategori rendah : 8 – 9

Kategori sangat rendah : < 7

Hasil klasifikasi data dari 40 responden kemudian dijabarkan dalam bentuk table

berikut :

Tabel 3.29 Faktor-faktor Eksternal Yang Mempengaruhi

Persepsi Responden Terhadap Citra KPK commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

123

n = 40

No Kategori Jumlah Total

%

1 Sangat Tinggi 0 0

2 Tinggi 9 22,5

3 Sedang 14 35

4 Rendah 12 30 5 Sangat rendah 5 12,5 Jumlah 40 100

Dari hasil tabel terlihat bahwa nilai variabel faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi persepsi responden terhadap kinerja kepolisian berada pada

kategori “sedang”, yaitu sebanyak 14 responden atau 35%. Dan 30% berkategori

rendah.

Hal ini menggambarkan bahwa faktor-faktor ekternal meliputi kelompok

pergaulan (reference group) dan peran media massa lain dalam mempengaruhi

tingkat persepsi responden terhadap KPK berkategori sedang menuju rendah,

menunjukkan bahwa faktor-faktor ekternal mempunyai sedikit hubungan dalam

mempengaruhi persepsi responden terhadap citra KPK.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

ANALISIS DATA

Dalam bab pendahuluan telah dijelaskan, bahwa penelitian ini salah satunya

mengetahui apakah ada tidaknya hubungan antara Penggunaan Surat Kabar harian

Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota

BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK. Untuk

itu penelitian ini yang akan diuji adalah hubungan antar variabel yaitu :

“Hubungan antara Penggunaan Surat Kabar harian Kompas tentang Berita

Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK”.

Variabel independent yaitu Penggunaan Surat Kabar harian Kompas tentang

Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009, dalam hal ini diberi symbol (X), sedangkan

Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap

Citra KPK sebagai variable dependen diberi symbol (Y). Dalam hubungan antar

variable ditunjukkan hubungan sebagai berikut :

“Hubungan antara variable X dan variable Y”

Maka akan dibuat Tabel Tabulasi Silang untuk mengetahui hubungan kedua variable

tersebut. Untuk lebih jelasnya hubungan antara Penggunaan Surat Kabar harian

Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota

BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK dari 40

responden penulis akan menyajikan dari data hasil penelitian yaitu sebagai berikut : commit to user 124 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

125

TABEL 4.1

TABULASI SILANG TENTANG HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN

BERITA ANTASARI DI KOMPAS DENGAN PERSEPSI MAHASISWA

ANGGOTA BEM TERHADAP CITRA KPK

Penggunaan Persepsi MahasiswaAnggota BEM Fak. Hukum UNS Berita terhadap Citra KPK Antasari di Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat Total Kompas Tinggi (%) (%) (%) Rendah (%) (%) Sangat 2 Tinggi 0,25 1,35 0,35 0,05 0 (5%) (%) Tinggi (%) 1,75 14 9,45 2,45 0,35 0 (35%)

Sedang (%) 2,5 20 13,5 3,5 0,5 0 (50%)

Rendah (%) 0,5 4 2,7 0,7 0,1 0 (10%) Sangat 0 0 0 0 0 0 Rendah (%) (0%) Total 5 27 7 1 0 40

(12,5%) (67,5%) (17,5%) (2,5%) (0 %) (100%) Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada besarnya angka persen tersebut di atas, maka dapat

dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Penggunaan Surat Kabar

harian Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi

Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penggunaan surat kabar harian

Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 maka semakin tinggi pula

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

126

Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap

Citra KPK. Begitu pula sebaliknya semakin rendah penggunaan surat kabar harian

Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 maka Persepsi Anggota BEM

Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK juga semakin

rendah.

Kemudian untuk mengetahui hubungan faktor-faktor ekternal meliputi

kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain ( Z ) dengan

Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap

Citra KPK (Y) maka akan dibuat Tabel Tabulasi Silang sebagai berikut :

TABEL 4.2

TABULASI SILANG TENTANG HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERSEPSI MAHASISWA ANGGOTA BEM FAK. HUKUM UNS TERHADAP CITRA KPK Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fak. Hukum UNS terhadap Citra KPK Faktor-faktor Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat Total eksternal Tinggi (%) (%) (%) Rendah (%) (%)

Sangat Tinggi 0 (%) 0 0 0 0 0 (0%)

Tinggi (%) 9 1,125 6,075 1,575 0,225 0 (22,5%) Sedang (%) 14 1,75 9,45 2,45 0,35 0 (35,0%) Rendah (%) 12 1,5 8,1 2,1 0,3 0 (30%) Sangat Rendah 5 0,625 3,375 0,875 0,125 0 (%) (12,5%)

Total 5 27 7 1 0 40 (12,5%) (67,5%) (17,5%) (2,5%) (0 %) (100%)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

127

Berdasarkan pada besarnya angka persen tersebut di atas, maka dapat

dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Faktor-faktor eksternal

meliputi kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain dengan

Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap

Citra KPK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kelompok pergaulan

(reference group) dan peran media massa lain maka semakin baik pula Persepsi

Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK.

Begitu pula sebaliknya semakin rendah kelompok pergaulan (reference group) dan

peran media massa lain maka Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK juga semakin buruk.

Hasil dari penelitian ini adalah penarikan perbandingan tabulasi silang

variabel (XY) dan tabulasi silang variabel (ZY) untuk melihat hubungan antar

variabel. Berdasarkan data-data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan

berita Antasari di Kompas mempunyai hubungan yang signifikan dengan persepsi

mahasiswa anggota BEM Fakultas Hukum dan mempunyai hubungan signifikan juga

dengan faktor-faktor eksternal yang meliputi kelompok pergaulan (reference group)

dan peran media massa lain.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data dan uji statistik yang telah dilakukan pada

bab sebelumnya dengan menggunakan tabulasi silang, maka dapat dikemukakan

kesimpulan sebagai berikut :

1) Variabel Penggunaan Berita Antasari di Kompas mempunyai hubungan yang

signifikan dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum UNS

terhadap citra KPK.

2) Variabel faktor-faktor eksternal dalam hal ini kelompok pergaulan (reference

group) dan media massa lain yang diakses mempunyai hubungan yamg

signifikan dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum UNS

terhadap citra KPK setelah menggunakan berita Antasari di Kompas.

B. SARAN

1. Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dengan lebih berkembangnya teknologi informasi sebagai mahasiswa

dapat lebih selektif dalam memilih dan memilah sehingga dapat

menambah wawasan untuk proses pengembangan diri.

2. Surat Kabar

Dalam memberikan berita diharapkan dapat lebih transparan dan selalu

berpihak kepada kepentingan rakyat sehingga dapat dipercaya rakyat dan

mendidik masyarakat agar lebih berkualitas.

commit to user

128 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

129

3. KPK

Jangan pernah berhenti memberantas korupsi di negeri ini secara

professional. Utamakan selalu kepentingan rakyat. Lanjutkan apa yang

telah dimulai Antasari dalam memberantas koruptor. Walaupun tanpa

Antasari KPK tetap bisa melanjutkan pemberantasan Korupsi.

Semoga skripsi ini bermanfaat, serta dapat digunakan sebagai acuan

penelitian-penelitian selanjutnya.

commit to user