Jurnal komunikasi P-ISSN: 1907-898X, E-ISSN: 2548-7647 Volume 12, Nomor 2, April 2018

Komunikasi Interpersonal dan dalam Modern di , Sebuah Pendekatan Interactional View

Nadia Wasta Utami Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam , Yogyakarta [email protected]

Abstrak Kyai-santri dalam system yang dinamakan pesantren, memiliki hubungan yang unik yang mana terbentuk dari proses interaksi terus-menerus dalam proses ajar-mengajar maupun dalam keseharian. Dalam relasi ini, kyai dan santri pada umumnya tetap menggunakan komunikasi interpersonal sebagai pilihan utama dalam berinteraksi. Tulisan ini bertujuan untuk mengupas komunikasi interpersonal antara kyai dan santri dalam pesantren modern di Tasikmalaya dengan menggunakan pendekatan interactional view milik Watzlawick. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengambilan data berupa studi pustaka, observasi dan wawancara. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa, kyai dan santri dalam sebuah system pesantren, tidak bisa tidak melakukan komunikasi verbal dan nonverbal; baik kyai maupun santri tidak hanya sekadar menyampaikan konten namun juga memperhatikan relasi dengan memakai cara-cara tertentu; penyampaian pesan bersifat symmetrical dengan didominasi oleh kyai; dan terdapat banyak aturan tidak tertulis yang mewarnai komunikasi santri-kyai dengan tujuan menunjukkan rasa hormat santri pada kyainya.

Keyword :Kyai, Santri, pesantren, komunikasi interpersonal, interactional view

Abstract

Kyai-santri in a system called pesantren, has a unique relationship which is formed from the process of continuous interaction in teaching-learning process and in daily life. In this relation, kyai and santri generally keep using interpersonal communication as the main choice in interaction. This paper aims to explore the interpersonal communication between kyai and santri in modern pesantren in Tasikmalaya by using Watzlawick's interactional view approach. The method used is qualitative descriptive with data retrieval technique namely literature study, observation and interview. The research found that, kyai and santri cannot not do communication: both verbal and non verbal; both kyai and santri not only communicate the content but also have a unique way of building relationships; message delivery type is symmetrical with dominated by kyai; and there are many unwritten communication rules of santri-kyai showing the santri's respect for their kyai.

Keyword :Kyai, Santri, pesantren, interpersonal communication, interactional view

141

Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 2, April 2018

PENDAHULUAN Pesantren, kyai, dan santri merupakan tiga hal yang tak bisa Pesantren merupakan suatu dipisahkan satu sama lain. Tampaknya institusi sosial keagamaan yang menjadi tidak ada seorang pun yang memungkiri tempat menimba ilmu agama Islam. bahwa peran kyai dan santri dalam proses Pesantren juga merupakan lembaga pertumbuhan dan perkembangan pendidikan tertua dan asli Indonesia. pendidikan di Indonesia sangatlah Seiring dengan perkembangan zaman, signifikan. Hubungan antara kyai dan pesantren kini mengalami perubahan santri terlihat dari kegiatan utama yang sehingga banyak pesantren yang dilakukan dalam pesantren yaitu menamakan dirinya sebagai pesantren pengajaran. Melalui kegiatan ajar-belajar, modern. Pesantren modern, dibedakan seorang kiai mengajarkan pengetahuan dengan pesantren tradisional, mengacu keislaman kepada para santrinya yang pada pesantren yang menyatukan akan meneruskan proses penyebaran pengajaran Islam dan pendidikan umum. islam. Di luar kegiatan belajar pun, santri Istilah pesantren modern ini muncul dan kyai kerap terjadi berbagai komunikasi beriringan dengan berdirinya Pondok yang khas dan penuh ta’dzim seorang Pesantren Gontor yang tidak hanya murid pada gurunya. Berangkat dari menekankan pada pembelajaran agama, hubungan kyai dan santri tersebutlah, tapi juga pada ilmu-ilmu umum namun maka komunikasi yang kental dalam tetap menggunakan sistem asrama atau pesantren adalah komunikasi tradisional pondok bagi para santrinya (Dhofier, dan komunikasi interpersonal yang 2005). mengutamakan tatap muka secara Kini, pesantren modern menjadi langsung. salah satu pilihan favorit bagi mereka yang Silaturahmi santri kepada kyai ingin menyeimbangkan ilmu agama dan menjadi satu bentuk khas dari komunikasi ilmu umum dalam satu tempat. Hal ini tradisional. Komunikasi tatap muka juga mengakibatkan meningkatnya jumlah terjadi pada pengajian yang diadakan di pesantren modern yang ada di Indonesia. pesantren. Pengajian yang diadakan para Setidaknya ada 179 pesantren modern yang kyai dan dihadiri oleh para santri ini salah satu basis lokasinya adalah di Kota menjadi satu-satunya komunikasi Tasikmalaya (Luthfiani, 2008). diantaranya. Komunikasi tatap muka Tasikmalaya mahsyur dengan sebutan adalah pilihan utama bagi para santri Kota Santri. Selain karena memiliki lebih sowan atau sekedar silaturahim kepada dari 700 pesantren yang tersebar di kyainya. Namun masih kah hal tersebut wilayahnya, sebutan Kota Santri semakin relevan dengan perkembangan teknologi melekat pada Tasikmalaya dengan komunikasi dan bentuk pesantren modern disertakannya gambar kubah masjid pada yang ada? Untuk itu, tulisan ini akan lambang Tasikmalaya, sebagai perwujudan membahas lebih lanjut mengenai dari citra Kota Santri, dan dicanangkannya bagaimana komunikasi interpersonal yang berbagai program yang mendukung terjadi antara kyai dan santri dalam pendidikan di pesantren1.

1 Lebih lanjut lihat www.tasikmalayakota.go.id 142

Nadia Wasta Utami, Komunikasi Interpersonal Kyai dan Santri Dalam Pesantren Modern di Tasikmalaya, Sebuah Pendekatan Interactional View

pesantren modern dengan pendekatan anggota keluarga merupakan bagian teori interactional view. sistem yang mau tidak mau harus saling berkait dan berhubungan sehingga sistem Penelitian ini menggunakan dapat berjalan dengan baik. Sebuah metode kualitatif deskriptif karena keluarga dapat diumpamakan sebagai bertujuan untuk memaparkan serta sebuah system dimana setiap bagiannya mendeskripsikan bagaimana komunikasi saling terhubung dan berikatan. interpersonal dalam hubungan kyai dan Watzlawick menyatakan bahwa setiap santri dalam pesantren modern di anggota merupakan potongan system dan Tasikmalaya. Penelitian ini tidak dalam saling terhubung dan terikat menjadi satu rangka menunjukkan hubungan antar dalam sebuah kesatuan system (Griffin, variable atau menguji hipotesis atau 2006). Menurut Watzlawick, salah satu hal predisksi dari variable-variabel tersebut yang dapat merekatkan sebuah sistem (Rahmat, 2001). Data yang dikumpulkan adalah komunikasi. Komunikasi menjadi dalam penelitian ini didapat dari beberapa hal yang sangat penting karena Teknik diantaranya seperti studi pustaka, keberadaannya menjadi sebuah indikasi observasi dan wawancara. Studi pustaka bahwa suatu sistem berjalan pada jalur digunakan dengan mengutip, juga yang tepat. mencatat beberapa pendapat atau pun konsep dari ahli dalam buku, literatur Interactional view Watzlawick ini maupun dokumen-dokumen yang sangat dekat dengan konsep komunikasi bersesuaian dengan objek serta kajian interpersonal yang mengutamakan adanya penelitian. Observasi dilakukan pada interaksi anggota-anggota dalam system. bagaimana keseharian serta komunikasi Sebagaimana namanya, interpersonal yang yang terjalin antara kyai dan santri pada terdiri dari prefix inter yang berarti beberapa pesantren modern di tasikmalaya diantara dan person yang berarti manusia seperti Pondok Pesantren Sukahideng, maka secara bahasa komunikasi Sukamanah dan Cipasung. Sedangkan interpersonal bermakna komunikasi wawancara melengkapi data dengan antara manusia. In one sense, all langsung bertanya pada pengurus dan communication happens between people, santri dari pondok pesantren tersebut. yet many interactions don’t involve us personally. Communication exist on a

continuum from impersonal to HASIL DAN PEMBAHASAN interpersonal (Wood, 2010). Secara Interactional view merupakan singkat, West & Turner (2010) teori yang dilahirkan dari pemikiran Paul berpendapat bahwa interpersonal Watzlawick, seorang Clinical Associate communication referred to face-toface Professor Department Psychiatry and communication between people. Maka Behavioral Sciences, Stanford University Miller & Steinberg dalam Pearson et al, of Medical Center dan principal (2003) mendefinisikan komunikasi investigator pada Mental Research interpersonal sebagai communication that Institute (MRI) Palo Alto. Waztlawick occurs within interpersonal relationships. mengandaikan bahwa sebuah keluarga Sedangkan interpersonal relationships merupakan sebuah sistem. Hal ini berarti dimaknai sebagai associations between

143

Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 2, April 2018

two people who are interdependent, who terjadi hanya karena satu kali use some consistent patterns of interaksi saja, meskipun memang interaction, and who have interacted for komunikasi interpersonal bisa an extended period of time. Pengertian ini terjadi dalam berbagai periode dijelaskan lebih detail dengan beberapa waktu: beberapa terjadi hanya elemen berikut (Pearson et al, 2003): dalam waktu yang singkat, yang lain terjadi terus- menerus 1. Interpersonal relationships sepanjang hidup. include two or more people. Biasanya, hubungan interpersonal Dari pengertian interpersonal hanya terdiri dari dua orang (dua communication dan interpersonal orang yang berkencan, single relationship di atas maka hubungan antara parent dan anaknya, sepasang kyai dan santri yang menjadi objek dalam suami istri, dua sahabat karib, dua tulisan, ini dapat dikategorikan pula orang rekan kerja). Namun sebagai suatu hubungan interpersonal hubungan interpersonal juga dapat yang berujung pada terjadinya komunikasi melingkupi lebih dari dua orang interpersonal. Ide awal Watzlawick yang (sebuah keluarga, sekelompok berpikiran bahwa interactional view sahabat, suatu grup sosial). merupakan suatu interaksi dalam system Pendapat yang lain justru yang berupa keluarga, menjadikan memahami keterkaitan antara pesantren menjadi tempat penelitian yang interpersonal komunikasi dalam menarik karena relasi kepatuhan antara media massa, organisasi hingga santri dengan kyai mirip dengan relasi kelas (West & Turner, 2010). kepatuhan seorang anak dengan orang tua. Relationships antara kyai dan santri tentu 2. Interpersonal relationships saja terjadi antara dua orang yang ada involve people who are dalam system yang bernama pesantren. interdependent. Interdependence Hubungan kyai dan santri juga saling merujuk pada orang-orang yang ketergantungan dan mempengaruhi satu saling tergantung dan sama lain dimana jika tak ada santri, maka mempengaruhi satu sama lain. tak akan ada kyai dan sebaliknya jika kyai 3. Individuals in interpersonal tak ada, maka term santri pun tak akan relationships use some consistent pernah muncul. Selanjutnya, perilaku- patterns of interaction. Pola-pola perilaku yang muncul dalam interaksi ini terdiri dari perilaku yang keseharian kyai dan santri membentuk muncul pada berbagai situasi dan suatu pola-pola perilaku yang unik dan biasanya merupakan perilaku yang mungkin tak akan bisa ditemui dalam unik. lembaga pendidikan mana pun2. Dan yang 4. Individuals in interpersonal terakhir, interaksi komunikasi relationships generally have interpersonal antara keduanya tak hanya interacted for some time. Suatu terjadi sekali atau dua kali namun terus hubungan interpersonal tidak bisa berlangsung hampir tiap hari dalam

2 Lebih lanjut akan dibahas dalam aksioma interactional view 144

Nadia Wasta Utami, Komunikasi Interpersonal Kyai dan Santri Dalam Pesantren Modern di Tasikmalaya, Sebuah Pendekatan Interactional View

pengajian rutin yang diadakan pesantren Tipe pesantren modern ini rupanya bahkan terkadang berlangsung hingga sedikit banyak mempengaruhi komunikasi seumur hidup karena sang santri menjadi interpersonal sang kyai dan santrinya. bagian dari keluarga kyai dengan menikahi Frekuensi pertemuan dan komunikasi putri sang kyai. menjadi lebih terbatas dibandingkan dengan pesantren tradisional yang tidak

terintegrasi dengan sekolah. Sebelum Komunikasi Interpersonal membedah komunikasi interpersonal kyai Kyai dan Santri Dalam Pesantren dan santri, perlu dipahami terlebih dahulu Modern apa makna dari komunikasi interpersonal. Pondok pesantren modern adalah Watzlawick dalam Griffin (2006) suatu pengembangan tipe pesantren yang menjabarkannya dalam beberapa Aksioma orientasi belajarnya cenderung komunikasi interpersonal berikut : mengadopsi seluruh sistem belajar layaknya sekolah umum dan meninggalkan 1. One cannot not communicate sistem belajar tradisional ala pesantren. Sistem belajar modern ini sangat tampak Komunikasi merupakan sebuah dari pemakaian kelas-kelas belajar baik proses yang akan selalu terjadi dalam dalam bentuk madrasah maupun sekolah. sebuah system. Ketika kita berada dalam Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum sebuah sistem, sangat tidak mungkin bagi sekolah atau madrasah yang berlaku secara kita untuk menolak komunikasi karena nasional. Santrinya ada yang menetap ada meskipun kita tidak berkomunikasi secara yang tersebar di sekitar desa itu. verbal namun sikap penolakan kitapun Kedudukan para kyai sebagai koordinator merupakan bentuk komunikasi secara pelaksana proses belajar mengajar dan nonverbal. Watzlawick mencontohkan sebagai pengajar langsung di kelas. aksioma pertamanya ini dengan interaksi Perbedaanya dengan sekolah dan antara seorang ibu dan anaknya yang baru madrasah terletak pada porsi pendidikan saja pulang dari pesta. Si ibu bertanya, agama dan bahasa Arab lebih menonjol “Bagaimana pestanya tadi apakah sebagai kurikulum lokal (Dhofier, 2005). menyenangkan?” Si anak yang merasa sama sekali tidak senang dengan pestanya Secara umum, pondok pesantren tadi sangat malas untuk bercerita pada modern di Tasikmalaya menyediakan ibunya. Alih-alih bercerita, ia langsung sekolah negeri atau swasta mulai dari melenggang masuk kamar tanpa sepatah SLTP, SMU hingga perguruan tinggi. kata pun. Meskipun si anak tak berkata Terkadang, sekolah tersebut masih dalam apa-apa, ibu langsung mengerti dari satu yayasan dengan pondok pesantren, bahasa tubuh dan mimic anaknya bahwa namun ada juga yang terpisah. Pada pesta tadi tak berjalan seperti yang umumnya, pesantren modern yang anaknya harapkan. terintegrasi dengan sekolah baik negeri maupun swasta, memiliki kurikulum dan jadwal pengajian yang disesuaikan dengan Maka komunikasi verbal di sini jadwal sekolah. dimaknai sebagai komunikasi yang menggunakan symbol atau pesan verbal 145

Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 2, April 2018

yakni semua jenis symbol yang sekali mengambil buah-buahan yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir ditanam di halaman rumah kyai, biasanya semua rangsangan wicara yang kita sadari bahkan tanpa meminta ijin terlebih termasuk ke dalam kategori pesan verbal dahulu. Kyai yang jelas-jelas melihat buah disengaja, yaitu usaha-usaha yang di halamannya diambil tampak kalem saja dilakukan secara sadar untuk melihat kelakuan santri-santrinya itu. berhubungan dengan orang lain secara “Biasanya kalau pak kyai diam saja, berarti lisan. Dalam hubungan yang terjadi antara artinya boleh”, ucap Syihabuddin sambil kyai dan santrinya, komunikasi verbal mengenang kejadian itu. Karena biasanya terjadi setiap hari saat sang kyai mengajar kalau tidak boleh, kyai akan langsung dalam kelas atau mengobrol bersama berbicara dan menegur para santri. membicarakan hal-hal di luar pengajian. Sebaliknya para santri pun Tema yang dibahas bisa bermacam- berkomunikasi non verbal dengan kyai. macam, mulai dari permasalahan Negara Terutama ketika pengajian berlangsung. hingga masalah pertandingan sepak bola. Jika tiba saatnya pelajaran yang Selain komunikasi verbal, membahas kitab-kitab yang susah komunikasi non verbal juga terjadi antara dimengerti atau ustadz yang mengajar keduanya. Meski tanpa kata, para kyai adalah ustadz yang tidak terlalu biasanya mengekspresikan berbagai menyenangkan dalam mengajar, para makna lewat mimik juga sikapnya. santri biasanya terlihat gelisah dan terus- Sebagaimana Rakhmat (2008) menerus melihat jam dinding, tanda menyebutkan bahwa komunikasi non mereka tak betah berlama-lama dalam verbal dalam komunikasi interpersonal kelas. dapat terlihat dari petunjuk proksemik 2. Communication = Content + (studi tentang pengguunaan jarak dalam Relationship menyampaikan pesan), petunjuk kinesik (gerakan), petunjuk wajah (mimik wajah), Content merupakan isi dari apa dan petunjuk artifaktual (meliputi segala yang hendak dikomunikasikan sedangkan macam penampilan: kosmetik yang relationship merupakan apa yang hendak dipakai, tas, sepatu, baju, pangkat dan kita bangun dari cara kita menyampaikan atribut lainnya)3. Kaitannya dengan hal ini pesan. Watzlawick menyatakan bahwa banyak sekali hal-hal menarik yang bisa dalam sebuah proses komunikasi apa yang diamati dalam komunikasi non verbal kyai hendak disampaikan memang penting kepada santri dan santri kepada sang kyai. namun bagaiman kita menyampaikan juga Misalnya saja pengalaman pribadi yang tidak kalah penting karena menjadi tanda dialami Syihabuddin yang menjadi dari relasi macam apa yang hendak kita pengasuh Pesantren Sukahideng bangun. Kadangkala masing masing Tasikmalaya, Jawa Barat. Syihabuddin bagian dari system tidak menyadari bahwa mengaku bahwa ketika ia menjadi santri cara mereka menyampaikan sebuah pesan dahulu, ia dan santri lain sangat dekat akan menyakiti anggota yang lain dan hal dengan sang kyai. Syihabuddin senang

3 Diskusi lebih lengkap tentang komunikasi non verbal lihat Rakhmat, (hlm 82-89) 146

Nadia Wasta Utami, Komunikasi Interpersonal Kyai dan Santri Dalam Pesantren Modern di Tasikmalaya, Sebuah Pendekatan Interactional View

ini pula lah yang dapat menyebabkan terjadi. Kyai pada umumnya tidak terlalu system mengalami disfungsi. banyak bicara dan langsung “to the point” dalam menyampaikan apa yang Cara-cara menyampaikan pesan dikehendaki. Sebaliknya, dalam antara kyai dan santri sangat kental menyampaikan suatu maksud, biasanya dengan ajaran yang diajarkan dalam santri akan lebih banyak mengawalinya pengajian-pengajian sehari-hari dengan basa-basi. berdasarkan kitab Ta’lim Al Muta’alim4 yang dipelajari setiap hari. Bagaimana Cerita menarik yang dialami sendiri hormat dan cintanya para santri pada kyai oleh penulis ketika nyantren dulu adalah mereka, terlihat dari bagaimana mereka tentang bagaimana ta’dzim-nya atau berkomunikasi sehari-hari. Maka tidaklah hormatnya santri kepada sang kyai. Para heran betapa merendahnya seorang santri santri hampir selalu mengidolakan di depan kyai bahkan terkadang dalam kyainya. Layaknya para remaja yang berkomunikasi para santri sampai tidak mengidolakan Boyband asal Korea, Suju, berani untuk langsung menatap wajah dari para santri selalu bersedia dan bahkan kyai. Setiap bertemu selalu menunduk dan senang hati melakukan apa yang sang kyai mencium tangan kyai. Juga penghormatan minta juga memberikan apa yang kyai yang besar kepada keluarga kyai, senangi. Contoh kecil adalah bagaimana khususnya pada putra-putrinya yang para santri selalu berebutan untuk dianggap ikut mewarisi symbol menyediakan minuman kesukaan sang kewibawaan cultural (Muzadi, 1999). kyai atau ustadz. Selain karena ingin menyenangkan hati sang guru, si penyedia Dalam berkomunikasi dengan kyai minuman juga bisa mendapat berkah yang nya, para santri akan selalu memilih dan tak terkira harganya: sisa air minum menggunakan bahasa halus (krama- dalam ustadz. Lebih seru lagi yang terjadi di kelas bahasa Jawa) dengan intonasi yang lembut pengajian santri pria. Ketika ustadz dan gesture yang sangat sopan. Sebagai mengakhiri pengajian dan mulai beranjak murid, santri dalam pondok pesantren dari tempat duduknya, para santri pria modern di Tasikmalaya sangat berbondong-bondong untuk berebut sisa menghormati kyai nya hingga selalu air minum yang masih ada dalam gelas mengawali komunikasi dengan berjabat ustadz atau puntung rokok yang masih dan mencium tangan kyai tanda ta’dzim mengepul dari asbak. nya pada sang guru. Saking hormatnya, beberapa santri memiliki rasa malu yang Hal tersebut tidak lain sebagai sangat besar pada kyai nya hingga tidak bentuk hormat dan cinta kepada kyai, guru berani menatap atau mencoba mengawali yang telah memberi ilmu agama dan obrolan. Sehingga dalam komunikasi yang pengetahuan hidup kepada para santri. terjalin, biasanya kyai lebih dominan Santri beranggapan bahwa dengan dalam menginisasi komunikasi yang menghormati guru yang memberi ilmu,

4 Ta’lim Al Muta’alim dalam bahasa Indonesia karya dari Syaikh Zarnuji ini merupakan salah satu bermakna pembelajaran untuk siswa. Kitab kitab salaf yang secara tidak langsung Ta’limul Muta’allim yaitu kitab tentang etika mempengaruhi tata pergaulan diantara sesama belajar-mengejar yang dipakai hampir semua orang pesantren. pesantren (Muzadi, 1999). Kitab yang merupakan 147

Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 2, April 2018

niscaya ilmu yang diberikan tersebut akan yang disebut kyai diakui memiliki bermanfaat dan barakah. Hal tersebut kelebihan, bukan saja masalah spiritual- sesuai seperti apa yang para santri pelajari keagamaan, melainkan keahlian dan dalam banyak kelas di pengajian dan sudah kearifan lain. masyarakat kerap kali banyak terbukti oleh para santri yang mengadukan kegundahan, problema hidup sukses setelah meninggalkan pesantren. hingga masalah kesehatan kepada sang Hal ini juga sangat berkaitan dengan kyai (Thoha, 2003)5. Di masyarakat kota, aksioma selanjutnya yang memperlihatkan kehadiran kyai dengan pesantrennya perbedaan power yang dimiliki antara menjadi oase tersendiri. Kelompok- santri dan kyai. kelompok pengajian atau majelis ta’lim sering kali mengundang kyai seperti itu 3. All communication is either untuk memberikan santapan rohani, symmetrical or complementary mengisi kekosongan dan kegalauan hati Ini berkaitan dengan arah mereka akibat rutinitas kerja dan komunikasi dalam suatu system. kesumpekan social yang akrab Symetrical berarti proses penyampaian menghinggapi manusia pekerja tipe kota. pesan didominasi oleh satu pihak yang Dihadapan para santri kyai adalah didasarkan pada perbedaan kekuatan atau sang guru yang patut untuk dihormati, power yang dimiliki. Sedangkan dijunjung dan ditaati. Apa yang diucapkan complementary masing masing pihak oleh sang kyai dalam pengajian dan saling bergantian dan memiliki porsi yang obrolan sehari-hari menjadi suatu aturan sama dalam memberikan pesan karena yang secara tidak langsung merasuk ke didasarkan pada persamaan kekuatan yang dalam pikiran santri dan menjadi dimiliki kedua belah pihak. Melihat apa pegangan hidup para santri. Eksistensi yang telah dijabarkan oleh Watzlawick kyai tersebut bahkan dalam konteks diatas maka dapat dipahami bahwa kebangsaan dan kenegaraan, melengkapi komunikasi menjadi hal yang sangat kelebihan dan kekurangan yang terdapat penting karena menjadi sebuah isyarat dalam jajaran pemerintahan mulai dari bahwa terdapat hubungan yang sedang desa hingga tingkat daerah. Karenanya tak berlangsung antar bagian system. heran bila para pejabat desa, kecamatan, Dalam suatu system yang disebut kabupaten, propinsi bahkan Negara pesantren, biasanya terjadi perbedaan memerlukan diri untuk meminta nasihat kekuatan yang dimiliki anatara sang kyai kepada kyai (Thoha, 2003). Dan tentunya dan santrinya. Seperti yang telah tersirat masih melekat dalam ingatan kita bahwa dalam aksioma sebelumnya, kyai memiliki Negara kita juga bahkan pernah dipimpin powernya tersendiri terhadap para santri oleh seorang kyai. bahkan masyarakat sekitarnya. Kyai yang 4. The nature of relationship depends sebenarnya orang biasa saja, sama dengan on how both Parties punctuate the kita, diakui memiliki kelebihan ketimbang communication sequence orang kebanyakan. Di kalangan masyarakat desa atau kampong, orang

5 Untuk lebih jelas tentang bagaimana power yang dimiliki kyai dulu dan sekarang, lihat Runtuhnya Singgasana Kyai NU hal 15-19 148

Nadia Wasta Utami, Komunikasi Interpersonal Kyai dan Santri Dalam Pesantren Modern di Tasikmalaya, Sebuah Pendekatan Interactional View

Ini berkaitan dengan aturan yang Berdasarkan korpus resmi ala akan selalu ada dan muncul dari setiap pesantren, seperti dijabarkan dalam kitab proses komunikasi yang terjadi dalam Ta’lim Al-Muta’allim dan kitab-kitab suatu system. Aturan yang jelas dan tepat sejenisnya yang memberikan kontribusi akan menghasilkan sebuah komunikasi pada sistem nilai yang dianut warga yang jelas dan dampaknya adalah pada pesantren, kemudian diintrodusir pembangunan relasi yang baik. Sama sedemikian rupa dalam praktek-praktek seperti ketika kita menggunakan tanda kehidupan santri baik dalam bentuk baca yang tepat dalam sebuah kalimat konvensi-konvensi atau menjadi teknik- untuk menghasilkan sebuah kalimat yang teknik disipliner sehingga menjadi tatanan enak didengar ketika dibacakan. Hal yang etis yang mengatur hubungan kiai dan sering terjadi dalam sebuah system adalah santri. Yang terus dipelihara (reproduksi), bahwa tidak ada aturan yang jelas yang kemudian disosialisasikan dari waktu ke diterapkan sehingga masing masing bagian waktu, dari satu generasi ke generasi kemudian berjalan sesuai kemauannya berikutnya dan akhirnya terinternalisasi sendiri. pada diri setiap santri. Aturan tidak tertulis yang ditaaati Melalui cara itulah tertib social atau oleh para santri adalah (seperti yang telah aturan relasi di lingkungan pesantren bisa dibahas sebelumnya) harus menunjukkan ditegakkan. Sedangkan tindakan apapun rasa hormat dan takzim serta “kepatuhan yang mencoba menyimpang darinya akan mutlak” kepada kiai dan ustdznya, bukan dicap indisipliner dan pantas manivestasi dari penyerahan total kepada mendapatkan sangsi (ta’zir) atau orang-orang yang dianggap memiliki dikenakan denda. Adapun sangsi yang ada otoritas, tetapi karena suatu keyakinan bisa dalam bentuk sangsi moral, sosial atas kedudukan guru sebagai penyalur ataupun berupa sangsi fisik, seperti cukur kemurahan (barokah) Tuhan yang rambut, membersihkan selokan, dan untuk dilimpahkan kepada murid-muridnya, kasus pelangaran yang parah bisa baik ketika hidup di dunia maupun di dipulangkan kepada orang tua. akherat.

Lebih lanjut, Syaikh Zarnuji (2007) PENUTUP mengatakan, menurut ajaran Islam, murid (santri) harus menganggap guru atau kyai Di kalangan masyarakat santri, seperti ayah kandungnya sendiri, sebagai- figur kiai, secara umum kerap mana dikatakan dalam sebuah hadits Nabi dipersepsikan masyarakat sebagai pribadi Saw: “Dan sesungguhnyalah, orang yang yang integratif dan merupakan cerminan mengajarmu walaupun hanya sepatah kata tradisi keilmuan dan kepemimpinan, ‘alim, dalam pengetahuan agama adalah ayahmu menguasai ilmu agama dan menurut ajaran Islam”. Hadits ini mengedepankan penampilan perilaku memberikan justifikasi bahwa apabila berbudi yang patut diteladani umatnya. santri tidak taat dan patuh pada kiainya Semakin tinggi tingkat kealiman dan rasa berarti secara terang-terangan telah tawadlu’ kiai akan semakin tinggi pula menyalahi apa yang telah dianjurkan oleh derajat penghormatan yang diberikan baginda Rasul Muhammad Saw. santri dan masyarakat. Sebaliknya, derajat

149

Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 2, April 2018

penghormatan umat kepada kiai akan menjadi Ketua Dewan Ahlul haali wal’aqdi6 berkurang seiring dengan minimnya (Thoha, 2003). penguasaan ilmu dan rendahnya rasa Pada sisi yang lain, seiring dengan tawadlu’ (rendah hati) pada dirinya, demokratisasi di Indonesia dan sehingga tampak tak berwibawa lagi kesempatan pendidikan yang tinggi oleh dihadapan umatnya santri, banyak komunitas santri yang mulai Dalam hubungan sistem pesantren tercerahkan. Hal ini bisa kita lihat dari cara pun juga pasti akan sering muncul berpikir mereka yang semakin kritis, masalah. Bagaimanapun, arus modernisasi independen dan kreatif. Hal ini tenyata sedikit banyak membawa pergeseran pada berimbas terhadap hubungan kyai-santri peran kyai dan santri di pesantren yang tidak lagi seperti dahulu di mana saat sehingga kultur yang selama ini tumbuh ini santri telah berani mengkritisi apapun subur kemudian mengalami degradasi yang dilakukan kyainya yang dianggap akibat perkembangan global. melenceng. Perubahan relasi kyai–santri dapat Kharisma yang dianggap sebagai kita lihat dalam ketundukan seorang santri senjata ampuh untuk mempengaruhi yang mulai berkurang sebagai akibat oleh santri juga pada tataran tertentu tidak lagi bergesernya peran kyai di dalam pesantren menemukan relevansinya pada saat maupun masyarakat. Sosok kyai yang sekarang. Sehingga praktis, kyai sekarang dahulu disegani dan berpengaruh karena sudah mulai kehilangan pengaruhnya memiliki kharisma yang jarang dimiliki akibat perannya dalam politik praktis. orang lain, mulai bergeser ketika mereka Puncaknya adalah ketika kyai generasi merambah ke wilayah politik dengan ikut paruh abad ke-20 menjadi bagian dari elite berperan dalam kegiatan politik praktis. pemerintahan. Misalnya menjelang Pemilu Pergeseran antara anggota system ini 1999 ketika para kyai mendukung tentunya berdampak pada system itu berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa sendiri yakni pesantren dan system yang (PKB), pesantren dan (sebagian) kyai bersinggungan dengannya. Pesantren yang memobilisir umat dan santrinya untuk merupakan lembaga pendidikan dan terlibat langsung dalam kancah politik keagamaan ini seakan telah ditakdirkan praktis. Lebih-lebih ketika K.H tidak terlepas dari konstelasi politik yang (Gus Dur) berhasil melingkupinya. Hal tersebut bahkan telah menduduki kursi RI 1, posisi pesantren terlihat pada periode awal kemunculan semakin terpola dan terpolitisir. Dan pesantren di jaman Walisongo. Kontak tatkala Gus Dur diturunkan dari kursi dunia pesantren dan dunia politik mulai kepresidenan, dunia pesantren seakan terjadi ketika diangkat mengalami kegamangan dan kegoyahan menjadi penasihat Raja Brawijaya dan eksistensi (Thoha, 2003). Konflik Gusdur- kemudian menjadi penasihat Sultan Muhaimin dalam tubuh PKB juga bisa kita Demak, lalu diteruskan , yang analogikan sebagai salah satu contoh

6 Ahlul haali wal’aqdi adalah orang yang memiliki memecahkan masalah social dan kemasyarakatan kapasitas dan kapabilitas mewakili lembaga, pun lihat (Thoha, 2003) juga pribadi yang dipandang cakap untuk 150

Nadia Wasta Utami, Komunikasi Interpersonal Kyai dan Santri Dalam Pesantren Modern di Tasikmalaya, Sebuah Pendekatan Interactional View

melenturnya hubungan kyai-santri Nasr dalam Thoha (2003), memegang dua (Fatkhuri, 2008). otoritas yakni sebagai pemimpin keagamaan dan sebagai pemimpin Disfungsi dari anggota-anggota pemerintahan. dalam system ini sesungguhnya sudah diramalkan oleh Watzlawick dalam teori Reposisi pesantren yang didukung interactional view-nya. Watzlawick dengan santri dan kyai sebagai anggota beranggapan bahwa ketika suatu system sistemnya, akan memberikan nilai lebih keluarga telah terbentur pada disfungsi pada dunia pesantren itu sendiri, dalam system dimana satu sama lain saling rangka melaksanakan visi dan misi menyalahkan akibat komunikasi yang pesantren sebagai sebuah lembaga social tidak berjalan, perlu adanya suatu proses dan keagamaan yang bercita-cita yang ia namakan sebagai reframing. To mewujudkan kehidupan yang penuh reframe means to change the conceptual rahmat. Pesantren, dengan itu, bukan and/ or emotional setting or viewpoint in hanya harus memperkuat basis keilmuan relation to which a situation is experienced tapi juga basis keummatan. Basis keilmuan and to place it in another frame which fits disini artinya pentingnya pesantren the “facts” of the same concrete situation melakukan reinterpretasi atas keilmuan equally well or even better, and thereby pesantren yang dilaksanakan selama ini. changes its entire meaning (Griffin, 2006). Pesantren perlu kiranya mempertimbangkan tawaran-tawaran Watzlawick memetaforakan pemikiran yang disampaikan oleh para reframing dengan proses bangun dari pemikir islam kontemporer tanpa mimpi buruk. Dalam mimpi buruk meninggalkan apresiasi atas basis mungkin kamu lari, melompat, dan keilmuan tradisional. Sedangkan basis melakukan berbagai untuk membuat keummatan yang dimaksudkan adalah situasi lebih baik, tapi tak ada sesuatu yang menjadikan ummat sebagai manusia berubah, tak ada apapun yang terjadi. merdeka yang independen sehingga Maka itu pula lah yang perlu dilakukan memilki kemandirian dalam berpikir, oleh anggota system dalam pesantren. bersikap dan bertindak. Kemandirian ini Berdasarkan realitas yang telah sangat penting demi keberdayaan umat itu dipaparkan di atas, kiranya reposisi sendiri dalam mengatasi problem yang ada pesantren menjadi suatu yang niscaya. dan juga dalam eksistensinya sebagai Pesantren harus kembali pada fungsi awal, warga Negara. tetapi bukan berarti pesantren dan kyai meninggalkan atau mengabaikan amanah kepemimpinan dunia, sebagaimana memang Rasulullah SAW sendiri, menurut

151

Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 2, April 2018

DAFTAR PUSTAKA

Buku: Rakhmat, Jalaluddin (2008). Psikologi

Dhofier, Zamakhsyari (2005). Tradisi Komunikasi. Bandung : Remaja Pesantren. Bandung: Mizan Rosda Karya

Griffin, E.M. (2006). A First Look At Thoha Zainal Arifin (2003). Runtuhnya Communication Theory. Singapore: Singgasana Kiai NU, Pesantren dan McGraw-Hill Kekuasaan: Pencarian Tak Kunjung usai. Yogyakarta: Kutub Harits, Busyairi (2010). Islam NU, Pengawal Tradisi Sunni Indonesia. West, Richard & Turner, Lynn.H. (2010). Surabaya: Penerbit Khalista Introducing Communication Theory, Analysis and Application. Singapore: Luthfiani, Fia Silfia (2008). Hubungan McGraw-Hill Antara Motivasi Berprestasi dengan Kualitas Attachment dengan Ibu Wood Julia T. (2010). Interpersonal Pada Santri Pondok Modern Tingkat Communication, Everyday th Pertama di Kota-Kabupaten Encounters (6 eds.). USA: Tasikmalaya Wadsworth Cengage Learning

Mulyana, Deddy (2007). Ilmu Komunikasi, Zarnuji, Syaikh (2007), Terjemah Ta’lim Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Muta’lim oleh Ali As’ad. Yogyakarta: Rosda Karya Menara Kudus

Muzadi, Hasyim (1999). , Internet di Tengah Agenda Persoalan Bangsa. Fatkhuri, 2008, Menakar Hubungan Kyai- Jakarta : Logos Santri.http://citizennews.suaramerd

Pearson et al (2003). Human eka.com Communication. Singapore: http://www.colorado.edu/communication McGraw-Hill /metadiscourses/Theory/watzlawic/

Rakhmat, Jalaluddin (2001). Metode http://www.tasikmalayakota.go.id. Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya

152