Kata Pengantar

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Segala puji Bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Shalawat serta salam tertuju pada Junjungan kami baginda Nabi Besar Muhammad Sallallahu alaihi wasallam yang telah sangat berjasa memberikan ajaran yaitu Islam sebagai agama kami serta kami berharap Syafaat beliau di hari kiamat kelak. Alhamdulillah, tugas akhir ini dapat saya rampungkan, segala proses yang saya lakukan dari semenjak penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian dan akhirnya adalah proses penulisan saya telah melalui banyak hal, dari yang mudah hingga yang sangat sulit. Mengumpulkan data-data dan informasi yang menyangkut Tionghoa apalagi yang berkaitan dengan Islam bukanlah hal yang mudah, ini membuat saya harus betul-betul fokus dalam melaksanakannya. Banyak kekurangan di sana-sisni memang saya rasakan, hal ini mengingat sumber-sumber primer yaitu pelaku sejarah sudah tidak hidup lagi, keturunannyapun tidak terlalu memperhatikan bagaimana sejarah mereka berjalan, ditambah lagi dengan terbatasnya literatur mengenai Tionghoa di UIN Syarif Hidayatullah. Semoga Penelitian ini dapat memicu sehingga ada pihak lain yang melakukan penelitian tentang Tionghoa secara lebih mendalam. Pada kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan terimakasih atas kepada : 1. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Prof. Dr. Sukron Kamil M.Ag yang selalu memberi semangat agar dapat menyelesaikan studi dengan baik. i 2. Prof. DR. M. Dien Madjid, yang banyak sekali memberi dukungan moral juga buku beliau Sejarah Kabupaten Tangerang yang sarat dengan arsip-arsip colonial sehingga saya mendapatkan gambaran beberapa peristiwa itu sebagai fakta atau sekedar fiksi, mengingat peninggalan arkeologis berupa artefak sangat sulit didapat. 3. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing saya dalam menyusun hasil penelitian ini menjadi tesis. 4. Dr. Parlindungan Siregar, Dosen Pembimbing yang selalu memberi support serta membimbing dalam proses penyusunan tesis ini. 5. Pengurus Program Magister Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab, terutama kepada Dr. Abdullah M.Ag sebagai Direktur Program, serta Dr. M. Adib Misbahul Islam M.Hum yang selalu bersedia membantu saya agar dapat menyelesaikan kewajiban akademik, serta jajaran dosen-dosen Program Magister SKI yang telah memberi pencerahan, transfer ilmu dan pengetahuan. 6. Istri tercinta Endarisi Retno Astuti, S.Pd, Ananda Kaylasyifa ANH. Serta Kefiyya Milladunka NB. Yang tak henti-hentinya menyemangati dan mengingatkan saya. 7. Ibunda tercinta Marida, yang selalu memberi restu sehingga langkah saya menjadi ringan dalam melaksanakan studi. 8. Sahabat Johan Wahyudi, M.Hum, yang tak bosan-bosan memberi masukan dalam penulisan tesis ini. 9. Sahabat Violano Tenori Sitorus, yang memberi saya bantuan dan keleluasaan waktu baik semasa studi maupun dalam penyusunan tesis. Di atas semuanya itu, tentunya saya berterima kasih kepada Allah SWT. ii Saran dan kritik juga saya harapkan dari semua pihak agar menjadi perhatian saya dan dikemudian hari saya dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi Harapan saya semoga tesis ini bisa memperluas khasanah kajian mengenai Tionghoa serta menjadi pemicu terlaksananya penelitian tentang Tionghoa yang lebih komprehensif. Tangerang, 20 Mei 2017 Bambang Permadi, SE iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Bambang Permadi, SE NIM : 2112022100010 Tempat/tanggal lahir : Palembang, 14 Maret 1970 Jurusan : Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas : Adab dan Humaniora Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul “Islam dan Etnis Tionghoa, Studi Kasus Komunitas Cina Benteng di Tangerang” (Tinjauan Historis) adalah benar asli karya saya, kecuali kutipan – kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat temuan, kesalahan dan kekeliruan didalamnya, menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya. Jakarta, 20 Mei 2017 Yang membuat pernyataan, Bambang Permadi, SE NIM. 2112022100010 iv HALAMAN PENGESAHAN Nama : Bambang Permadi NIM : 2112022100010 Program Studi : Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas : Adab dan Humaniora Judul Tesis : “Islam dan Etnis Tionghoa, Studi Kasus Komunitas Cina Benteng di Tangerang” (Tinjauan Historis) Telah berhasil dipertahankan pada sidang dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Humaniora (M.Hum) Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam Konsentrasi Islam Nusantara pada Program Magister Sejarah Kebudayaan Islam Konsentrasi Islam Nusantara Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Panitia Sidang Ketua Sidang Sekretaris Sidang Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag Dr. M. Adib Misbahul Islam, M.Hum NIP: 19690415 199703 1 004 NIP: 19730224 200801 1 009 Penguji I Penguji II Prof. Dr. M. Dien Madjid, MA Dr. Awalia Rahma, MA. NIP: 19490706 197109 1 001 NIP: 197106212001122001 Tanggal :.......................... Tanggal :.................................... Pembimbing I Pembimbing II Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA Dr. Parlindungan Siregar, M.Ag. NIP: 19590203 198903 1 003 NIP : 19590115 199403 1 002 Tanggal :.................................... Tanggal :.................................... v ABSTRAK Cina Benteng, adalah sebutan yang lazim untuk masyarakat keturunan entnis Tionghoa di Tangerang, Banten. Penyebutan kata Benteng mengacu pada bangunan sebuah benteng yang didirikan oleh pemerintah colonial Belanda di kota Tangerang, tepatnya sebelah Selatan sungai Cisadane. Walaupun sekarang mereka sudah menyebar ke seantero tangerang namun penyebutan kata Benteng terlanjur identik dengan Tangerang sehingga untuk masyarakat Tionghoa yang tinggal di Tangerang disebut dengan Cina Benteng. Dari sisi identitas, masyarakat Cina Benteng berbeda dari komunitas masyarakat Tionghoa lain di Indonesia. Cina Benteng lebih akomodatif terhadap budaya pribumi bahkan dari beberapa kesenian dan tradisi tergambar kolaborasi yang harmonis antara alat-alat musik dari Tionghoa dengan alat musik tradisional Jawa dan Melayu seperti yang terlihat pada kesenian Gambang Kromong. Dalam beberapa hal budaya Tiongkok juga ikut mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakat pribumi. Cina Benteng adalah bentuk sempurna dari akulturasi budaya masyarakat keturunan Tionghoa dengan masyarakat pribumi. Peristiwa kawin campur yang terjadi sejak ratusan tahun lalu menyebabkan penampilan fisik orang Cina Benteng tak berbeda dengan warga pribumi Tangerang. Ada sebutan yang agak merendahkan terhadap orang Cina Benteng yang berkulit gelap, yaitu Hitaci, Singkatan dari kalimat Hitam Tapi Cina. Hampir tak pernah ada konflik yang serius antara pribumi dan keturunan Tionghoa. vi Penerimaan orang-orang Cina Benteng terhadap budaya pribumi yang notabene Islam rupanya tidak berbanding lurus dengan penerimaan mereka terhadap Islam sebagai dogma. Sangat sedikit orang Cina Benteng yang memeluk agama Islam jika dibandingkan dengan mereka yang memeluk Kristen atau Budha. Hal ini menjadi anomali manakala kita percaya pada anggapan bahwa sebagian dari Walisongo, penyebar Islam di tanah Jawa merupakan keturunan dari etnis Tionghoa. Pendekatan historis dipilih penulis untuk mengungkap apa yang menjadi penyebab Islam sebagai agama tidak menarik untuk diikuti oleh sebagian besar warga Cina Benteng. Tentunya sejarah kedatangan para leluhur mereka ke Nusantara dan lebih spesifik ke Tangerang menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Hal paling penting yang ingin diungkap penulis adalah bagaimana relasi orang Cina Benteng dengan Islam sebagai agama dan sebagai budaya orang pribumi. vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................... KATA PENGANTAR........................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI............................... iv LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………… v ABSTRAK........................................................................................ vi DAFTAR ISI..................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang……………………………………………. 1 B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ……………………. 9 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian………………………… 10 D. Penelitian Terdahulu……………………………………… 11 E. Metode Penelitian…………………………………………. 13 F. Landasan Teoritis…………………………………………. 16 G. Sistematika Penulisan…………………………………….. 23 BAB II TERMINOLOGI DAN KOSMOLOGI TIONGHOA 26 A. Terminologi Tionghoa........................ …………………… 26 1. Pengertia Orang Cina Dan Orang Tionghoa .................... 26 2. Penghapusan Terminologi “Tiongkok” dari Bahasa Indonesia ……………………………………………….. 29 3. Penggunaan Terminologi “China” Sebagai Kompromi… 31 4. Penggunaan Kembali Terminologi “Tiongkok” Di masa Reformasi…………………………………………......... 32 B. Kosmologi Orang Tionghoa…………………………… 34 viii C. Mitologi Orang Tionghoa………………………………… 38 D. Agama Orang Tionghoa…………………………………. 40 1. Konsep agama bagi orang Tionghoa…………………. 40 2. Agama-agama orang Tionghoa ………………..…… 46 a. Konfusianisme………………………………………. 46 b. Daoisme (Taoisme)………………………………….. 50 c. Budhisme……………………………………………. 55 d. Mohisme…………………………………………….. 58 e. Islam…………………………………………………. 59 BAB III KEDATANGAN, INTERAKSI DAN AKULTURASI DENGAN PRIBUMI………………………………………….. 64 A. Kedatangan Orang Tionghoa ke Tangerang………………. 64 B. Pemukiman Awal Masyarakat Cina Benteng di Tangerang………………………………………………. 71 C. Pembentukan identitas Masyarakat Cina Benteng……... 75 D. Relasi Orang Cina Benteng dengan
Recommended publications
  • THE ROLE of CHENG HO MOSQUE the New Silk Road, Indonesia
    DOI: 10.15642/JIIS.2014.8.1.23Islamic Cultural Identity-38 THE ROLE OF CHENG HO MOSQUE The New Silk Road, Indonesia-China Relations in Islamic Cultural Identity Choirul Mahfud Institute for Religions and Social Studies, Surabaya – Indonesia | [email protected] Abstract: This article discusses the role of the Cheng Ho mosque in developing cultural, social, educational and religious aspects between the Chinese and non-Chinese in Indonesia and in strengthening the best relationship internationally between Indonesia and China. The Cheng Ho Mosque is one of the ethnic Chinese cultural identities in contemporary Indonesia. Currently, it is not only as a place of worship for Chinese Islam, but also as a religious tourism destination as well as new media to learn about Islamic Chinese cultures in Indonesia. In addition, Cheng Ho mosque is also beginning to be understood as the “new silk road”, because it assumed that it has an important role in fostering a harmonious relationship between the Indonesian government and China. It can be seen from the establishment of Cheng Ho mosques in a number of regions in Indonesia. In this context, this article describes what the contributions and implications of the Cheng Ho mosque as the new silk road in fostering bilateral relations between Indonesia and China, especially in Islamic cultural identity. Keywords: the Cheng Ho Mosque, Chinese muslim, Cultural Identity Introduction The Cheng Ho Mosque is a part of interesting topics on Chinese Muslim-Indonesian identities in Indonesia. Many researchers from all countries pay attention to this Mosque from different views. Hew Wai Weng in his doctoral research at ANU Canberra on “Chinese-style mosques in Indonesia” highlighted the unique architecture of the JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM Volume 08, Number 01, June 2014 23 Choirul Machfud Cheng Ho Mosque in Surabaya, which has a Chinese style.
    [Show full text]
  • Behind the Gun of Densus 88
    Dampu Awang Legends Journal of Integrative International Relations, 4:1 (2019) 49-71 Copyright © Department of International Relations UIN Sunan Ampel Surabaya ISSN 2477-3557 (Print) DOI: 10.5281/zenodo.4902119 Dampu Awang Legends and Its Contemporary Perception of Indonesian (Javanese) Muslim Against Chinese Ary Budiyanto FIB Antropologi, Brawijaya University, Malang, Indonesia E-mail: [email protected] Latifah STAB Kertarajasa, Batu, Malang, Indonesia E-mail: [email protected] Abstract Dampu Awang is a legendary figure who is always mentioned in various legends about Cheng Ho/Zheng He on Java. By looking at these legends in the current context, this article re-reads the figure of a legend who was always attached to this figure of Cheng Ho as a reflection of the stereotypical perception of Javanese people towards the Chinese in relation to Islam and Java (Indonesia). An image that existed long ago until now, namely as a creature full of paradox and ambiguity: from being admired and respected to being hated and reviled. This article was closed with a reflection of the relations between China, Islam and Java during the Post Reformation which represented Cheng Ho as the carrier of peaceful Islam. Dampu Awang adalah sosok legendaris yang selalu disebut-sebut dalam berbagai legenda tentang Cheng Ho/Zheng He di Jawa. Dengan melihat legenda-legenda tersebut dalam konteks kekinian, artikel ini membaca kembali sosok legenda yang selalu melekat pada sosok Cheng Ho ini sebagai cerminan dari stereotip persepsi orang Jawa terhadap orang Tionghoa dalam kaitannya dengan Islam dan Jawa (Indonesia). Citra yang ada sejak dulu hingga sekarang, yakni sebagai sosok yang penuh paradoks dan ambiguitas: dari dikagumi dan dihormati menjadi dibenci dan dicaci maki.
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dari Ornamen Arsitektur Masjid Assu
    Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-qalam P-ISSN: 1907-4174; E-ISSN: 2621-0681 DOI : 10.35931/aq.v15i1. 541 Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dari Ornamen Arsitektur Masjid Assu’ada Waringin Husin [email protected] Nor Anisa [email protected] Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Rakha Amuntai, Kalimantan Selatan, Indonesia Abstrak Masjid Assu’ada lebih dikenal dengan sebutan “Masjid Lancip” merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara, tepatnya di Desa Waringin, Kecamatan Haur Gading yang selama ini tidak banyak diketahui masyarakat Kalimantan Selatan lantaran lokasinya yang agak terpencil. Masjid Assu’ada telah masuk cagar budaya, namun belum banyak yang mengetahui sejarah masjid dan bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada ornamen arsitektur masjid tersebut. Perkembangan zaman yang berubah telah mengiringi perkembangan Masjid Assu’ada dan mengalami beberapa kali renovasi, namun bentuk dan tiang masih tetap dipertahankan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menjelaskan bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada ornamen arsitektur Masjid Assu’ada dan bagaimana isi pesan tersirat pada bangunan masjid tersebut. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah sebagian pengelola masjid dan sesepuh yang dianggap lebih mengetahui tentang masjid Assu’ada. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang ingin disampaikan ialah, nilai ketauhidan atau akidah, nilai ibadah atau syariat, dan nilai muamalah atau akhlak. Nilai-nilai tersebut disisipkan melalui ornamen arsitektur dan bagian-bagian yang terdapat pada masjid Assu’ada.
    [Show full text]
  • Ibda 1 2021 Dua Artikel.Pmd
    IBDAM. Sugeng’: Jurnal Sholehuddin Kajian Islam et al.: dan Islamic Budaya Tradition and Religious ... (page 79-100) ISSN: 1693-6736; E-ISSN: 2477-5517 DOI: 10.24090/ibda.v19i1.4470 Vol. 19, No. 1, Januari-Juni 2021, page 79-100 Islamic Tradition And Religious Culture in Halal Tourism: Empirical Evidence from Indonesia M. Sugeng Sholehuddin, State Islamic Institute of Pekalongan Jl. Kusuma Bangsa No.9, Panjang Baru, Pekalongan Utara, Jawa Tengah 51141 E-mail: [email protected] Munjin State Islamic Institute of Purwokerto Jl. A. Yani No.40A, Karanganjing, Purwanegara, Kec. Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53126 E-mail: [email protected] Hendri Hermawan Adinugraha State Islamic Institute of Pekalongan Jl. Kusuma Bangsa No.9, Panjang Baru, Pekalongan Utara, Jawa Tengah 51141 E-mail: [email protected] AbstractAbstract: Indonesia as a country with the largest Muslim population in the world, Indonesia also has a lot of cultural and traditional potential that can be elaborated in halal tourism attractions. This study aims to de- scribe Islamic tradition and religious culture in halal tourism in terms of empirical evidence from Indonesia. This research is a qualitative study using the literature (literature) from previous studies. The library research procedure in this research begins in detail with the selection of topics, then explores information, determines the focus of research, collects data sources, reads data sources, makes research notes, processes research notes, and ends with drawing conclusions. Data collection techniques in this study used editing, organizing, and finding. Data analysis in this study used deductive and interpretative methods.
    [Show full text]
  • (STUDI ATAS ATAP TRADISI DAN ATAP KUBAH) SKRIPSI Diajukan
    KAJIAN SOSIOLOGIS PADA TRANSFORMASI ATAP MASJID DI KOTA PALEMBANG (STUDI ATAS ATAP TRADISI DAN ATAP KUBAH) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniorah (S. Hum) dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam Oleh: JONI APERO NIM. 13420034 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2018 NOMOR: B- 1005/Un.09/IV.1/PP.01/05/2018 SKRIPSI KAJIAN SOSIOLOGIS PADA TRANSF'ORMASI ATAP MASJID DI KOTA PALEMBAIIG Yang telah disusun dan dipersiapkan oleh Joni Apem NrM. 13420034 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 1 4 Mei 20 I 8 Susunan Dewan Pembimbins dan Pensuii Sekretflris /ilr\ aluddin Nico Octari6 A. M.A. Pembimbing I Dr. Nor Huda Ali. M.Ag.. M.A. NIP. 19701i14 200003 1 002 NrP.1y1t124 2 Pembimbins II Penguji { Dra. Retno Purwanti. M.Hum NIP. 1965103 1 199203 2 002 NIP. 19730114 200501 2 006 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) Tanggal, 3l Mei 2018 Ketua Program Studi Sejarah Peradaban Islam Padila- S.S.. M.Hum. 1 114 200003 1 002 NrP.19760723 2007t0 1 003 PERSE,TUJUAI\ PEMBIMBING Skripsi yang disusun oleh Joni Apero, NIM. 13420034 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Palembang, 16 April 2018 Pembimbing I, k Dr. Nor lluda AIi. M. Ae.. M.A. NrP. 19701114 200003 I 002 Palembang, 16 April 2018 Pembimbing II, Dra. Retno Purwanti. M. Hum. NrP. 19651031 199203 2 002 NOTA DINAS Perihal : Skripsi Saudara Joni Apero KepadaYflr, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah palembang Assalamualaikum lfi.
    [Show full text]
  • Framing Analysis of Islamic Marriage Sermon in Perspective of Gender Equality
    Jurnal Komunitas 6 (2) (2014): 320-326. DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3311 ResearchJURNAL & Learning inKOMUNITAS Sociology and Anthropology http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas Framing Analysis of Islamic Marriage Sermon in Perspective of Gender Equality Diyah Utami, Ali Imron, Refti Handini Sociology Department of Surabaya State University, Indonesia Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/komunitas.v6i2.3311 Received : July 2014; Accepted: August 2014; Published: September 2014 Abstract Knowledge of gender in the context of marriage sermon is closely related to the interpretation of religious doctrines concerning the relationship of men and women. This study aims to understand the perspective of gender equality on Islamic marriage sermon through framing analysis. This study used framing analysis to reveals the frame of a text by using framing devices that are directly related to the central idea of the text and reasoning. The devices are associated with the cohesion and coherence of the text that refer to a particular idea of marriage. Islamic sermons such as text still tend to show discriminatory for example, this can be felt in the reproduction of a sentences like this: such as sentence “the ideal family is where the husband and wife make a living for their household, especially by giving love and education to children”. The word “ideal” or “good” is a framing device. And the phrase, “if the wife works outside the home, the family will lose orientation”. The word “disoriented” indicates that family whose wife works outside of the house is a failed family. In this case, the wife is used as a scapegoat for the failure of a family as a wife who works outside.
    [Show full text]
  • Heritage, Conversion, and Identity of Chinese-Indonesian Muslims
    In Search of New Social and Spiritual Space: Heritage, Conversion, and Identity of Chinese-Indonesian Muslims (Op Zoek naar Nieuwe Plek, Maatschappelijk en Geestelijk: Erfgoed, Bekering en Identiteit van Chinese Moslims in Indonesië) (met een samenvatting in het Nederlands) PROEFSCHRIFT ter verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit Utrecht op gezag van de rector magnificus, prof.dr. G.J. van der Zwaan, ingevolge het besluit van het college voor promoties in het openbaar te verdedigen op vrijdag 24 februari 2012 des ochtends te 12.45 uur door Syuan-Yuan Chiou geboren op 24 september 1967 te Pingtung, Taiwan Promotor: Prof.dr. M.M. van Bruinessen This thesis was accomplished with financial support from the International Institute for the Study of Islam in the Modern World (ISIM), the Netherlands, the Chiang Ching-kuo Foundation for International Scholarly Exchange (CCKF), Taiwan, and the Center for Asia-Pacific Area Studies (CAPAS), RCHSS, Academia Sinica, Taiwan. About the author: CHIOU Syuan-yuan (邱炫元) is a sociologist, who is interested in exploring contemporary Indonesian Muslim society and Chinese-Indonesians. He obtains his PhD degree in Utrecht University, the Netherlands. He was involved in the International Institute for the Study of Islam in the Modern World at Leiden, the Netherlands, where he joined interdisciplinary projects, working on various issues of contemporary Islam in Africa, Middle East, Southeast Asia, and West Europe during 2001-2007. He has published several works about Chinese-Indonesian Muslims.
    [Show full text]
  • Makna Simbolik Pada Arsitektur Masjid Nur Sulaiman Banyumas
    MAKNA SIMBOLIK PADA ARSITEKTUR MASJID NUR SULAIMAN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Purwokerto untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperleh Gelar Sarjana dalam Humaniora (S.Hum.) oleh MIFTAKHUDDIN NIM. 1522503022 PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO 2019 PERNYATAAN KEASLIAN Dengan ini, saya : Nama : Miftakhuddin NIM : 1522503022 Jenjang : S-1 Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora Jurusan : Sejarah Peradaban Islam Program Studi : Sejarah Peradaban Islam Menyatakan bahwa Naskah Skripsi berjudul “Makna Simbolik Pada Arsitektur Masjid Nur Sulaiman Banyumas” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, bukan dibuatkan orang lain, bukan saduran, juga bukan terjemahan. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar akademik yang telah saya peroleh. ii iii NOTA DINAS PEMBIMBING Purwokerto, 21 Juni 2019 Hal : Pengajuan Munaqosah Skripsi Sdr. Miftakhuddin Lamp. : 5 Eksemplar Kepada Yth. Dekan FUAH IAIN Purwokerto di Purwokerto Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan, dan koreksi, maka melalui surat ini, saya sampaikan bahwa : Nama : Miftakhuddin NIM : 1522503022 Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora Jurusan : Sejarah Peradaban Islam Program Studi : Sejarah Peradaban
    [Show full text]
  • Islamic Imaginary Homelands of Chinese-Indonesian Muslims in East Java
    Chapter 12 Building Traditions for Bridging Differences: Islamic Imaginary Homelands of Chinese-Indonesian Muslims in East Java Chiou Syuan-yuan Introduction In Indonesia, the ethnic Chinese minority have been regarded for a long time as an alien segment of the indigenous Indonesian culture. The labels of ‘Chinese’ and ‘Muslim’ have been seen as mutually exclusive. Despite this perception, the rst Chinese Muslim organization in Indo- nesia was established in the 1930s. After independence, an Islamic da’wah (mission) movement aimed at Chinese Indonesians was initiated in the 1960s by the Association of Chinese Muslims of Indonesia (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, PITI).1 In 2003, the regional PITI of East Java (PITIEJ) based in Surabaya built a mosque in the Chinese style. The mosque was named Cheng Ho (or Zheng He)2 to commemorate Cheng Ho’s great voyage and his contribution to the spread of Islam in Indonesia. If there is no direct relation between the Chinese Hui Muslims and the Chinese-Indonesian Muslims, then why did the PITIEJ link its own Islamic tradition to the Chinese Hui Muslims by promoting the history of Cheng Ho and building a mosque in the Chinese style? By building the Cheng Ho Mosque, the Chinese-Indonesian Muslims of the PITIEJ have created an alternative socio-religious space, empowering themselves to improve ethnic relations between the Chinese-Indonesian minority and the indigenous Muslim majority after the downfall of President Suharto. Through the ingenious Cheng Ho mosque, an invented Islamic tradi- tion of PITIEJ simultaneously articulates a discourse of religio-cultural intimacy between Chinese and Indonesian Islam, and appropriates 1 The PITI, combined with two Chinese-Indonesian Muslim organizations, was established in Jakarta in 1961.
    [Show full text]
  • Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia As Vanishing Landmarks
    Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 92 | 2016 Chinese Deathscapes in Insulindia Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia as Vanishing Landmarks of the Past (17th-20th c.) Anciens cimetières d’Indonésie comme jalons d’un passé en voie de disparition ( XVIIe-XXe s.) Claudine Salmon Electronic version URL: http://journals.openedition.org/archipel/282 DOI: 10.4000/archipel.282 ISSN: 2104-3655 Publisher Association Archipel Printed version Date of publication: 15 October 2016 Number of pages: 23-61 ISBN: 978-2-910513-75-7 ISSN: 0044-8613 Electronic reference Claudine Salmon, « Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia as Vanishing Landmarks of the Past (17th-20th c.) », Archipel [Online], 92 | 2016, Online since 01 May 2017, connection on 01 May 2019. URL : http://journals.openedition.org/archipel/282 ; DOI : 10.4000/archipel.282 Association Archipel CLAUDINE SALMON1 Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia as Vanishing Landmarks of the Past (17th-20th c.) 人遗骨之身,人本体封葬窀, 或生或沒一体至亲. 能用人. We are the product of the bones of our ancestors whose remains are buried under tumuli; alive or dead we all are cognates. If we can’t protect the graves or our forefathers what’s the point of having descendants?2 Chinese settlements in Indonesia may be traced back to the 15th century, and are rather well documented for the 17th century onwards, thanks to European and Chinese sources. However, much less is known regarding the burial grounds of these former communities.3 Apart from the tomb of the seagoing merchant and irst Captain So Beng Kong 苏鸣岗 (ca. 1580-1644, native to Tong’an , Fujian) (Plate 1),4 1.
    [Show full text]
  • STUDI KEBANTENAN Dalam Perspektif Budaya Dan Teknologi
    STUDI KEBANTENAN dalam Perspektif Budaya dan Teknologi Dr. H. Fatah Sulaiman, MT. Dr.-Ing. H. Asep Ridwan, MT. STUDI KEBANTENAN DALAM PERSPEKTIF BUDAYA DAN TEKNOLOGI © Fatah Sulaiman dan Asep Ridwan All right reserved Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis/penerbit. Cetakan Pertama: Agustus 2019 Editor: Desma Yuliadi Saputra Desain Sampul & Tata Letak: Untirta Press Gambar pada Sampul diunduh dari: http://asyepsyam.blogspot.com Studi Kebantenan dalam Perspektif Budaya dan Teknologi/ Sulaiman, Fatah dan Asep Ridwan UNTIRTA PRESS vi +156 hlm.: 16 x 24 cm Diterbitkan oleh Untirta Press anggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia) Jl. Raya Jakarta, Km. 4, Telp. (0254) 280330 Ext 111 Serang E-mail: [email protected] Website: http://www.up.untirta.ac.id ISBN 978- Studi Kebantenan dalam Perspektif Budaya dan Teknologi iii PRAKATA uji syukur dipanjatkankepadaAllah Swt., atas Karunia Pdan Rahmat-Nya, sehingga buku “Studi Kebantenan” ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami mempunyai latarbelakang ilmu teknik dan Banten pernah berjaya dalam bidang keteknikan sehingga kami menggali studi kebantenan dari sisi keteknikan. Meskipun demikian, kami menjelaskan berbagai sisi termasuk terkait budaya, sehingga bisa menambah wawasan para pembaca. Buku ini terinspirasi dari penulis yang sama-sama mengajar matakuliah Studi Kebantenan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Beberapa hal yang kami temu- kan saat mengajar, generasi muda yang lahir di Banten banyak yang tidak mengetahui sejarah Banten. Buku ini juga mengacu dari pengalaman kunjungan lapangan, hasil kerja penugasan mahasiswa, hasil riset dan publi- kasi di berbagai media, dan hasil diskusi dan pengayaan di ruang kelas.
    [Show full text]
  • 171 Pendirian Masjid Cheng Ho
    Pendirian Masjid Cheng Ho: Sebuah Simbol Identitas Cina Muslim dan Komoditas Wisata Religius di Surabaya (Eko Crys Endrayadi) PENDIRIAN MASJID CHENG HO: SEBUAH SIMBOL IDENTITAS CINA MUSLIM DAN KOMODITAS WISATA RELIGIUS DI SURABAYA Eko Crys Endrayadi1 Email: [email protected] Abstract: This article discusses the establishment of the Cheng Ho Mosque as a Muslim Chinese identity symbol and religious tourism site in Surabaya. Cheng Ho Mosque is a representation of Muslim Chinese’s dream of having a place of worship. The difficult position of the Muslim Chinese in Indonesian society due to the discrimination in the New Order period began to change along with the multiculturalism political policy in the Reformation era which gave space to all ethnic communities to carry out the appreciation of their cultural identity. An appreciation for cultural identity of Muslim Chinese is carried out through the establishment of Cheng Ho mosque, which is not just a place of worship, but a unique and distinctive aesthetical mosque building as an identity symbol for Muslim Chinese in Surabaya, as well as an attractive place for religious tourists. Keywords : Cheng Ho Mosque, Muslim Chinese identity, religious tourism. Abstrak: Artikel ini membahas mengenai pendirian Masjid Cheng Ho sebagai sebuah simbol identitas Cina Muslim dan komoditas wisata religius di Surabaya.Masjid Cheng Ho merupakan representasi mimpi Cina Muslim akan tempat ibadah. Posisi Cina Muslim yang serba sulit dalam kehidupan di masyarakat Indonesia akibat diskriminasi negara pada masa Orde Baru mulai berubah seiring dengan kebijakan politik multikulturalisme di era Reformasi yang memberi ruang kepada semua komunitas etnis untuk melaksanakan penghayatan identitas kulturalnya.
    [Show full text]