JSI 7 (3) (2018)

Jurnal Sastra

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

HUMANISME DALAM CERITA RAKYAT DI KABUPATEN PATI

Nurul Huda, U’um Qomariyah, Mukh Doyin

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri , Indonesia

Info Artikel Abstrak ______Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk etika humanisme sastra Diterima Mei 2018 profetik dan faktor-faktor yang melatarbelakangi tokoh beretika humanisme di dalam cerita Disetujui Agustus 2018 rakyat di Kabupaten Pati. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Dipublikasikan November pendekatan folklor, yaitu pendekatan yang mempelajari kebudayaan suatu masyarakat yang 2018 secara khusus disebarkan secara lisan. Pendekatan folklor digunakan untuk meneliti cerita ______rakyat di Kabupaten Pati yang kemudian dianalisis menggunakan teori sastra profetik Keywords: humanism, folklore, Pati. khususnya etika humanisme. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ______deskriptif kualitatif. Data di dalam penelitian ini adalah cerita rakyat di Kabupaten Pati yang di dalamnya terkandung etika-etika humanisme. Sumber data penelitian ini terdiri atas dua sumber yakni sumber tulis dan sumber lisan. Sumber tulis dalam penelitian ini yaitu kumpulan cerita rakyat Kabupaten Pati yang terdapat dalam buku berjudul Sejarah Masyarakat Pati: Dari Tradisi Lisan Menuju Sejarah Kritis dan Sunan Prawoto Cucu Sunan Kali Jaga. Adapun sumber lisan dari penelitian ini yaitu hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa narasumber untuk memperoleh cerita rakyat yang tidak ada di dalam sumber tulis tersebut. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu observasi, dokumentasi, dan perekaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk etika humanisme yang terdapat dalam cerita rakyat di Kabupaten Pati merupakan wujud saling menghormati di antara sesama manusia, serta saling mengajak ke dalam kebaikan. Para tokoh yang melakukan etika humanisme dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal seperti faktor desakan situasi dan lingkungan.

Abstract ______This study aims to describe the forms of ethical humanist ethical literature and the factors behind the ethical character of humanism in folklore in Pati . The approach taken in this research is the folklore approach, which is the approach that studies the culture of a society that is specifically spread orally. The folklore approach is used to examine folklore in Pati Regency which is then analyzed using prophetic literary theory, especially ethics of humanism. The method used in this research is descriptive qualitative method. The data in this research is folklore in Pati Regency which contains humanism ethics. The data source of this research consists of two sources namely the source of writing and oral sources. Sources of writing in this study is a collection of folklore Pati Regency which is contained in a book entitled Sejarah Masyarakat Pati: Dari Tradisi Lisan Menuju Sejarah Kritis and Sunan Prawoto Cucu Sunan Kali Jaga. The oral source of this research is the results of interviews conducted by researchers to some resource persons to obtain folklore that is not in the source of the write. Data collection conducted in this research using several techniques that are observation, documentation, and recording. The results showed that the 184

Nurul Huda/ Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)

ethical form of humanism contained in folklore in Pati Regency is a manifestation of mutual respect among fellow human beings, and mutual invite to the good. The figures who do ethics of humanism are influenced by two factors, namely internal factors and external factors such as the situation and environmental pressures. © 2018 Universitas Negeri Semarang

 Alamat korespondensi: ISSN 2252-6315 Gedung B1 Lantai 1 FBS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: mailto:[email protected]

185

Nurul Huda/ Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)

PENDAHULUAN bersumber dari etika profetik yang terdapat Dewasa ini budaya lokal yang menjadi dalam kitab suci al Quran, Surah Ali-Imron, ciri khas dan jiwa bangsa semakin terkikis oleh ayat 110: “Kamu adalah umat terbaik yang budaya dari luar. Hal tersebut terjadi karena dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada arus globalisasi memudahkan budaya-budaya makruf, dan mencegah kemungkaran, dan beriman asing masuk dan berbaur dengan budaya lokal, kepada Allah”. Dari ayat tersebut selanjutnya yang disadari atau tidak dapat mempengaruhi Kuntowijoyo menyatakan ada tiga nilai profetik, tatanan budaya bangsa. yaitu amar makruf (menyuruh kebaikan, Era yang memberi fasilitas kemudahan humanisasi), nahi munkar (mencegah dalam segala hal seperti di bidang informasi, kemungkaran, liberasi), dan tukminu billah komunikasi, dan transportasi tersebut bukan (beriman kepada Tuhan, transendental). berarti tidak memiliki dampak. Baik disadari Dalam penelitian ini, peneliti atau tidak, kemudahan dalam beraktivitas yang memfokuskan pada penelitian etika profetik segalanya bisa dipenuhi oleh diri sendiri tersebut humanisasi dalam cerita rakyat. Dimensi etika tentu akan memunculkan dampak negatif bagi profetik humanisasi yaitu mengajarkan nila-nilai individu masing-masing. Salah satunya yaitu kemanusiaan, bagaimana memanusiakan menjadikan manusia sebagai pribadi yang manusia, melampaui keegoan, keangkuhan dan individualistis. kekerasan terhadap manusia lain. Individualistis merupakan sikap yang Penelitian ini melakukan kajian sastra lebih mementingkan kepentingan pribadi profetik yang berfokus pada etika humanisme di daripada kepentingan bersama. Untuk dalam cerita rakyat di Kabupaten Pati. memenuhi kepentingannya tersebut, golongan Persoalan yang terjadi dalam cerita rakyat di manusia individualistis tidak memperdulikan Kabupaten Pati meliputi persoalan keagamaan, dampak yang akan dirasakan oleh orang-orang peperangan, percintaan, hingga persoalan di lingkungan sekitarnya. Sehingga muncullah hubungan kekeluargaan. Dari persoalan istilah dehumanisasi, yaitu hilangnya rasa tersebut, cerita rakyat di Kabupaten Pati kemanusiaan. Mengangkat kembali budaya termasuk ke dalam cerita rakyat beretika lokal yang mampu mengembalikan dan profetik. Kemudian jika dilihat lebih dalam lagi menguatkan karakter bangsa saat ini sangat dan dihubungkan dengan tradisi yang masih perlu dilakukan. Salah satunya ialah malalui dilestarikan hingga sekarang, persoalan- kajian etika profetik terhadap cerita rakyat. persoalan tersebut lebih fokus kepada etika Cerita rakyat merupakan salah satu aset humanisme. Hal ini terbukti dari beberapa dalam khasanah kebudayaan nasional yang tradisi seperti Meronan, Selametan, Haul dan menjadi kebanggaan bangsa dengan budayanya Sedekah Bumi yang semuanya bertujuan untuk yang beraneka ragam. Cerita-cerita rakyat yang mengajak dalam kebaikan (etika humanisme) berkembang dalam kelompok masyarakat yang sesuai dengan dasar sastra profetik. tersebut sebetulnya mengandung nilai-nilai yang Tujuan dari penelitian ini ialah mampu menjadi kontrol aturan yang tidak mendeskripsikan bentuk etika humanisme di tertulis dalam suatu masyarakat. Pembentukan dalam cerita rakyat di Kabupaten Pati dan mental dan karakter bisa mulai diajarkan pada mendeskripsikan faktor-faktor yang anak-anak melalui cerita-cerita rakyat yang mempengaruhi tokoh beretika humanisme berkembang dilingkungan terdekatnya, baik dalam cerita rakyat di Kabupaten Pati. melalui tokoh-tokoh yang dihadirkan, maupun Penelitian yang berhubungan dengan nilai-nilai moral, sosial, dan religius yang humanisme, sastra profetik, dan cerita rakyat terkandung dalam cerita rakyat tersebut. sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti Mengenalkan nilai-nilai cerita rakyat ini bisa sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut antara dilakukan dengan berbagai cara. Bisa dilakukan lain Saritas (2008), Lukin (2008), Lestari (2009), melalui penyampaian secara lisan seperti Prasetyo (2009), Trianton (2013), Qomariyah mendongeng kepada anak-anak, pembukuan (2015), Afiyanti (2016). Dari beberapa cerita-cerita rakyat sebagai bahan bacaan untuk penelitian tersebut diketahui bahwa penelitian masyarakat, dan penelitian terhadap cerita-cerita tentang sastra profetik yang fokus kepada etika rakyat untuk mempertajam kandungan nilai humanisme terhadap cerita rakyat di Kabupaten agar dapat digunakan sebagai bahan referensi. Pati diduga belum pernah dilakukan. Selain Dalam penelitian ini, dilakukan untuk melawan dehumanisasi, penelitian ini penelitian tentang cerita rakyat berdasarkan juga akan memberikan sumbangsih bagi ilmu kajian sastra profetik. Kuntowijoyo (2013) sastra khususnya sastra profetik. Oleh karena itu menjelaskan bahwa nilai-nilai profetik penelitian ini sangat penting dilakukan. 186

Nurul Huda/ Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)

perekaman audio terhadap narasumber yang METODE PENELITIAN menceritakan secara runtut. Hasil rekaman Metode yang digunakan dalam tersebut ditranskripsikan sehingga menjadi penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. bahan tertulis. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007:4) Dalam penelitian ini, teori yang menjelaskan, metode kualitatif yaitu prosedur digunakan untuk menganalisis data yaitu teori penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa sastra profetik yang berfokus pada etika kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan humanisme. Beberapa langkah yang dilakukan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian oleh peneliti dalam menganalisis data yaitu: (1) ini, metode kualitatif digunakan karena metode membaca populasi data cerita rakyat di ini menganalisis subjek atau data yang diteliti Kabupaten Pati yang berjumlah 12 cerita rakyat, tanpa menggunakan penghitungtan angka- (2) mengidentifikasi dan mengklasifikasi cerita angka, sehingga data-data dalam penelitian ini rakyat yang mengandung etika humanisme diperoleh tanpa menyajikan grafik atau data sebagai sampel data, (3) menganalisis sampel angka. data yang menunjukkan etika humanisme di Dalam penelitian ini, peneliti dalam cerita rakyat, (4) menganalisis sampel bermaksud menggambarkan atau menguraikan data yang menunjukkan faktor tokoh melakukan nilai humanisme cerita rakyat di Kabupaten Pati etika humanisme di dalam cerita rakyat, (5) dan faktor yang mempengaruhi tokoh beretika menarik kesimpulan dari hasil analisis cerita humanisme dalam cerita rakyat di Kabupaten rakyat di Kabupaten Pati. Pati. Dikarenakan penelitian ini bersifat kualitatif, maka penelitian ini menghasilkan data HASIL PENELITIAN deskriptif analisis, atau dengan kata lain data Hasil penelitian humanisme dalam yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk cerita rakyat di Kabupaten Pati disajikan ke deskriptif. dalam dua bagian permasalahan, meliputi: (1) Data di dalam penelitian ini adalah bentuk etika humanisme dalam cerita rakyat di cerita rakyat di Kabupaten Pati yang di Kabupaten Pati, (2) faktor yang dalamnya terkandung etika-etika humanisme. melatarbelakangi tokoh beretika humanisme. Sumber data penelitian ini terdiri atas dua 1) Bentuk Etika Humanisme dalam Cerita sumber yakni sumber tulis dan sumber lisan. Rakyat di Kabupaten Pati Sumber tulis dalam penelitian ini yaitu didapat a) Kerja Sama (cerita rakyat Adipati dari buku kumpulan cerita rakyat Kabupaten Pragola I) Pati yang berjudul Sejarah Masyarakat Pati: Dari Sebagai makhluk sosial, manusia satu Tradisi Lisan Menuju Sejarah Kritis dan Sunan dengan manusia lainnya saling Prawoto Cucu Sunan Kalijogo. Adapun sumber membutuhkan untuk berinteraksi, salah lisan dari penelitian ini yaitu hasil wawancara satunya saling untuk kerja sama. Kerja yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa sama adalah kegiatan atau usaha yang narasumber untuk memperoleh cerita rakyat dilakukan oleh dua orang atau dua yang tidak ada di dalam kedua sumber tulis kelompok orang atau lebih untuk tersebut. mencapai tujuan bersama. Berikut Pengumpulan data yang dilakukan adalah kutipan yang menunjukkan etika dalam penelitian ini menggunakan beberapa kerjasama: teknik yaitu observasi, dokumentasi, dan Hubungan Joyokusumo dengan perekaman. Observasi dilakukan oleh peneliti Panembahan Senopati berjalan cukup sejak awal melakukan penelitian, bertujuan harmonis. Mereka bahu membahu untuk mengamati dan mempelajari daerah dalam perang mengalahkan musuh- penelitian. Kemudian peneliti menentukan musuh Mataram, salah satunya dalam sumber data yang akan diteliti melalui perang di Madiun. (Sejarah dokumentasi dan perekaman. Teknik Masyarakat Pati: Dari Tradisi Lisan dokumentasi dalam penelitian ini ialah Menuju Sejarah Kritis. 2014. Hal 62) mendokumentasi sumber data tulis yang berupa buku kumpulan cerita rakyat Kabupaten Pati Setelah Penjawai dan sebagai dokumen cerita rakyat yang akan Pemanahan wafat, hubungan anak-anak diteliti. Teknik perekaman dilakukan untuk merka, Joyokusumo dengan beberapa cerita rakyat yang tidak ada di dalam Panembahan Senopati tetap berjalan sumber tulis tapi diketahui ada di masyarakat. harmonis. Mereka bahu membahu Teknik perekaman yang dilakukan ialah dalam perang mengalahkan musuh- 187

Nurul Huda/ Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)

musuh Mataram, salah satunya dalam Bupati Pati yang setia kepadanya. perang di Madiun. Keadaan tersebut membuat Tumenggung Endratara merasa tidak b) Belas Kasihan (cerita rakyat Brubuh senang dan menghasut Sultan Agung, Majasemi) bahwa suatu saat Pati akan menyerang Belas kasihan adalah etika Mataram. humanisme seseorang yang muncul (Sejarah Masyarakat Pati: Dari ketika indranya menangkap ada sesuatu Tradisi Lisan Menuju Sejarah Kritis. yang membuat hatinya berempati. 2014. Hal 64) Seseorang yang memiliki perasaan belas Sikap Cakap dan cekatan kasihan terhadap sesama artinya peduli ditunjukkan oleh Adipati Pragolo II dan tidak acuh terhadap beban atau saat dilantik meneruskan posisi masalah yang dimiliki seseorang. Orang ayahnya sebagai Adipati Pati. yang berbelas kasihan kemungkinan Pragola II diakui mampu menjadi besar akan membantu menyelesaikan penguasa Pati melalui strateginya masalah seseorang yang memperluas wilayah Pati dengan dibelaskasihani. Berikut adalah kutipan melantik enam Bupati Pati yang yang menunjukka etika belas kasihan: setia kepadanya. Tidak tega melihat tiga perempuan yang d) Rukun dan Bekerjasama (cerita dibawanya kehausan di tengah musim rakyat Nyai Ageng Bakaran) kemarau yang panjang, Ki Soponyono Manusia merupakan makhluk mencuri beberapa buah mentimun dan sosial yang membutuhkan interaksi ladang milik panewu Sukmoyono. dengan manusia lainnya, salah satunya Raden Kembangjoyo yang kebetulan ialah kerja sama. Manusia perlu telah menunggui ladang kakaknya, melakukan kerja sama untuk memergoki Soponyono. Perkelahian pun mendapatkan suatu hal dengan hasil terjadi dan ki Soponyono rubuh. yang maksimal. Dengan bekerjasama (Sejarah Masyarakat Pati: Dari maka terjalinlah kerukunan di antara Tradisi Lisan Menuju Sejarah Kritis. manusia. Berikut kutipan yang 2014. Hal 57-58) menunjukkan etika rukun dan bekerja Etika belas kasihan dalam sama: cerita rakyat Brubuh Majasemi Setelah kejadian tersebut, Nyai Ageng ditunjukkan oleh tokoh Soponyono dan Bakaran memilih membangun kerja Sukmoyono. Belaskasihan Soponyono sama dengan kakaknya di Dhukut Alit. ditunjukkan saat ia merasa kasihan Bersama-sama kedua desa membangun pada Ambarsari, Ambarwati, dan Dewi tambak ikan dan keduanya makmur. Rayungwulan yang dalam pelariannya Kemakmuran ini diikuti dengan sudah terlihat kelelahan. Rasa kasihan kebiasaan Nyai Ageng Bakaran soponyono mendorong dirinya untuk memelihara ayam lurik dan mencuri buah mentimun di Ladang menyabungnya. Sabung ayam pun Sukmoyono, yang saat itu dijaga menjadi kegiatan yang sangat disukai di adiknya, Kembangjoyo. Desa Bakaran. (Sejarah Masyarakat c) Cakap dan Cekatan (cerita rakyat Pati: Dari Tradisi Lisan Menuju Prahara di Bumi Pati: Wasis Joyo Sejarah Kritis. 2014. Hal 50) Kusumo II) Cakap merupakan kemampuan Etika rukun dan bekerjasama melakukan sesuatu dengan baik di dalam cerita rakyat Nyai Ageng dalam suatu bidang. Manusia yang Bakaran ditunjukkan oleh Nyai Sabirah cakap dan cekatan berarti memiliki dan kakaknya, Ki Dhukut. Dalam cerita kepandaian dalam melakukan hal-hal tersebut dikisahkan bahwa Nyai sabirah yang baik dan bermanfaat bagi bersama kakaknya kerjasama manusia. Di bawah ini merupakan membangun tambak ikan dan keduanya kutipan yang menunjukkan tokoh makmur. beretika cakap dan cekatan: e) Berwawasan Luas (cerita rakyat Dengan cepat keampuhan Pragola II Syaikh Jangkung) diakui melalui strateginya memperluas Seseorang yang memiliki wilayah Pati dengan melantik enam banyak ilmu pengetahuan dan tahu 188

Nurul Huda/ Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)

penggunaan/penerapan dari ilmu yang g) Menyayangi Keluarga (Cerita Rakyat dimilikinya tersebut merupakan orang Wafatnya Sunan Prawoto) yang berwawasan luas. Seorang yang Menyayangi keluarga merupakan berwawasan luas sangat bermanfaat sikap baik yang patut untuk dicontoh. bagi orang lain, karena keilmuan yang Sikap saling menyayangi dalam keluarga dimilikinya dapat memajukan umat selain dapat menumbuhkan suasana manusia. Berikut kutipan yang harmonis juga akan memberikan efek yang menunjukkan etika berwawasan luas: positif untuk perkembangan mental sang Jangkung tak hanya dikenal sakti anak. Berikut adalah kutipan yang namun juga pandai berlayar, menunjukkan etika menyayangi keluarga berdiplomasi,dan seorang ahli agama. dalam cerita rakyat Wafatnya Sunan (Sejarah Masyarakat Pati: Dari Prawoto : Tradisi Lisan Menuju Sejarah Kritis. “sudah selayaknya hutang harus 2014. Hal 68) dibayar. Laksanakan saja tugas kalian. Jika hutang itu ada padaku, jangan Dalam cerita rakyat Syekh sampai istriku dan jabang bayi yang Jangkung, Saridin dikenal sebagai sosok dikandung itu ikut menanggung yang pintar, cerdas, dan juga cerdik. Ia hutangku juga” jawab Ki Ageng Tompe. pandai berdiplomasi dan pandai Maka salah seorang suruhan tersebut menyelesaikan masalah. Ia juga dikenal menghunus keris brongot setan kober sebagai seorang ahli agama. yang telah dibawa dari Aryo f) Bijaksana (cerita rakyat Syaikh Penangsang dan menancapkan ke perut Ahmad Mutamakin) Ki Ageng Tompe. Karena saat Bijaksana adalah sikap tepat menancapkan terlalu keras, keris tersebut dalam menyikapi setiap keadaan dan menembus perut Istri ki Ageng Tompe pertistiwa sehingga memancarlah hingga terlihat si jabang bayi. Melihat keadilan. Orang yang bijaksana selalu istrinya bersimbah darah, Ki Ageng mengambil keputusan setelah melalui Tompe murka dan menghunus kerisnya pemikiran yang panjang berdasarkan lalu dilempar ke kedua orang tersebut. pengetahuan dan pengalaman. Berikut Soreng Pati yang terluka parah adalah kutipan yang menunjukkan etika meninggal tak jauh dari pesanggrahan bijaksana : Sunan Prawoto, sementara Soreng Syekh Ahmad Mutamakin pun Rangkut bisa kembali sampai kudus. dipanggil ke Keraton Kartasura untuk disidang. (Suprat, wawancara, 12 Januari Ia dituduh menyimpangkan ajaran agama 2018) Islam dan diancam hukumna pancung. Akan tetapi, perdebatan yang tak kunjung usai Etika menyayangi keluarga menghasilkan jalan buntu di pengadilan. Pada dalam kutipan tersebut ditunjukkan oleh akhirnya, Raja Kartasura berniat menguji tokoh Ki Ageng Tompe, yaitu ketika Ki kebijaksanaan Syekh Ahmad Mutamakin Ageng Tompe meminta pada Soreng seorang diri dengan menyuruhnya menafsirkan Pati dan Soreng Rangkut agar tidak mimpi. Oleh Sang Raja, Syekh Ahmad melukai istri dan anaknya yang masih Mutamakin diputuskan bebas. Di lain pihak, berada dalam kandungan. Karena yang Khotib Anom merasa keberatan sehingga harus dianggap hutang adalah Ki Ageng dilakukan penilaian ulang melalui pertandingan Tompe, ia tidak ingin istri dan anaknya tasir mimpi Dewa Ruci. Syekh Mutamakin terlibat untuk membayar hutangnya. memenangkan tafsiran tersebut dan mendapat Namun Soreng Pati dan Soreng wilayah perdikan Kajen. (Sejarah Masyarakat Rangkut justru tanpa disengaja melukai Pati: Dari Tradisi Lisan Menuju Sejarah istrinya, maka murkalah Ki Ageng Kritis. 2014. Hal 70-71) tompe, dan menghunus kerisnya untuk melukai Soreng Pati dan Rangkut. Aspek bijaksana dalam cerita h) Baik Hati (Cerita Rakyat Raden rakyat Syekh Ahmad Mutamakin tidak Sahid) diceritakan detail. Aspek tersebut diketahui Baik hati yaitu sikap aktif yang dari keterangan penulis bahwa Mutamakin dilakukan untuk membantu orang lain berhasil melalui tes kebijaksanaan sehingga dengan ramah dan berguna. Berikut ia lolos dari hukuman. 189

Nurul Huda/ Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)

adalah kutipan yang menunjukkan etika Dewi Rayungwulan dibawa kehadapan baik hati: Sukmoyono. Untaian kisah terlantun Ki Ageng merto yang menjumpai Ki dari mulut Soponyono hingga akhirnya Ageng Tompe sudah bersimbah darah mereka tiba di Majasemi. (Sejarah berusaha menolongnya, namun tidak Masyarakat Pati: Dari Tradisi Lisan bisa menyelamatkan nyawanya. Menuju Sejarah Kritis. 2014. Hal 57- Sebelum meninggal, Ki Ageng Tompe 58) meminta Ki Ageng Merto untuk merawat anaknya dan memberi nama Sikap cakap dan cekatan yang dimiliki Raden Sahid. Nama tersebut diambil oleh Joyokusumo II merupakan etika dari Ibunya yang meninggal dengan humanisme yang dilatarbelakangi oleh sahid. Ki Ageng Merto mematuhi faktor internal juga. Dengan cepat permintaan Ki Ageng Tompe. Ia keampuhan Pragola II diakui melalui merawat Raden Sahid hingga dewasa. strateginya memperluas wilayah Pati (Suprat, wawancara, 12 Januari dengan melantik enam Bupati Pati yang 2018) setia kepadanya. Keadaan tersebut Dalam kutipan tersebut, sikap baik membuat Tumenggung Endratara hati ditunjukkan oleh tokoh Ki Ageng merasa tidak senang dan menghasut Merto. Meskipun ia tidak bisa Sultan Agung, bahwa suatu saat Pati menyelamatkan nyawa Ki Ageng Tompe akan menyerang Mataram. (Sejarah beserta istrinya, Ki Ageng Merto bersedia Masyarakat Pati: Dari Tradisi Lisan merawat Raden Sahid dari bayi hingga Menuju Sejarah Kritis. 2014. Hal dewasa. 64) 2) Faktor yang Melatarbelakangi Tokoh Dari kutipan tersebut, dapat Beretika Humanisme diketahui naluri dan insting Joyokusumo II a) Faktor Internal dalam membaca situasi untuk memajukan Faktor internal, yaitu faktor yang Pati diwujudkan dengan mempercepat berwujud insting atau naluri yang berasal perluasan wilayah Pati serta melantik enam dari dalam diri seseorang dan dimiliki sejak bupati yang setia kepadanya. lahir tanpa ada campur tangan dari pihak Faktor internal selanjutnya juga lain. melatarbelakangi etika berwawasan luas Etika belaskasihan yang terdapat dalam cerita rakyat Syeikh Jangkung yang dalam cerita rakyat Brubuh Majasemi ditunjukka oleh tokoh Saridin. Saridin atau merupakan etika humanisme dilatar Syeikh Jangkung dikenal sebagai sosok belakangi oleh faktor internal. Etika belas yang pintar, cerdas, dan juga cerdik. kasihan dalam cerita rakyat Brubuh Sebagai seorang tokoh, tentu nalurinya Majasemi ditunjukkan oleh tokoh mengantarnya untuk selalu mampu Soponyono dan Sukmoyono. Naluri menjadi pengayom bagi masyarakat. Hal belaskasihan Soponyono ditunjukkan saat ini ditunjukkan bahwa Syeikh Jangkung ia merasa kasihan pada Ambarsari, pandai berdiplomasi dan pandai Ambarwati, dan Dewi Rayungwulan yang menyelesaikan masalah. Ia juga dikenal dalam pelariannya sudah terlihat kelelahan. sebagai seorang ahli agama. Berikut adalah Rasa kasihan soponyono mendorong kutipan yang menunjukkan etika dirinya untuk mencuri buah mentimun di berwawasanluas yang dimiliki oleh Syeikh Ladang Sukmoyono, yang saat itu dijaga Jangkung: adiknya, Kembangjoyo. Berikut adalah Jangkung tak hanya dikenal sakti namun kutipannya: juga pandai berlayar, berdiplomasi,dan Tidak tega melihat tiga perempuan yang seorang ahli agama. (Sejarah dibawanya kehausan di tengah musim Masyarakat Pati: Dari Tradisi Lisan kemarau yang panjang, Ki Soponyono Menuju Sejarah Kritis. 2014. Hal 59) mencuri beberapa buah mentimun dan Etika bijaksana yang terdapat dalam ladang milik panewu Sukmoyono. cerita rakyat Syeikh Ahmad Mutamakin Raden Kembangjoyo yang kebetulan juga dilatarbelakangi faktor internal. telah menunggui ladang kakaknya, Meskipun tidak diceritakan secara jelas memergoki Soponyono. Perkelahian pun bentuk kebijaksanaannya, namun diketahui terjadi dan ki Soponyono rubuh. Ki bahwa kebijaksanaan tersebut merupakan Soponyono beserta kedua adiknya, dan sikap alamiah yang terdapat dalam diri 190

Nurul Huda/ Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)

Ahmad Mutamakin sebagai pribadi tersebut merupakan sikap naluriah yang seorang tokoh ahli agama. Berikut adalah muncul dari hati nurani seorang suami kutipan kebijaksanaan yang dimiliki oleh yang ingin membela istri dan anaknya. Ahmad Mutamakin: Maka layak bagi Ki Ageng Tompe bila Pada akhirnya, Raja Kartasura berniat murka dan menghunuskan keris kepada menguji kebijaksanaan Syekh Ahmad orang yang telah melukai istrinya. Mutamakin seorang diri dengan Etika humnisme yang menyuruhnya menafsirkan mimpi. Oleh dilatarbelakangi oleh faktor internal Sang Raja, Syekh Ahmad Mutamakin selanjutnya adalah baik hati, yang diputuskan bebas. Di lain pihak, Khotib terdapat dalam cerita rakyat Raden sahid. Anom merasa keberatan sehingga harus Etika baik hati dalam cerita tersebut dilakukan penilaian ulang melalui ditunjukkan oleh tokoh Ki Ageng Merto pertandingan tasir mimpi Dewa Ruci. yang bersedia merawat anak Ki Ageng Syekh Mutamakin memenangkan Tompe dari bayi hingga dewasa. Berikut tafsiran tersebut dan mendapat wilayah adalah kutipannya: perdikan Kajen. (Sejarah Masyarakat Ki Ageng merto yang menjumpai Ki Pati: Dari Tradisi Lisan Menuju Ageng Tompe sudah bersimbah darah Sejarah Kritis. 2014. Hal 70-71) berusaha menolongnya, namun tidak Etika humanisme yang bisa menyelamatkan nyawanya. dilatarbelakangi faktor internal selanjutnya Sebelum meninggal, Ki Ageng Tompe adalah etika menyayangi keluarga. Etika meminta Ki Ageng Merto untuk menyayangi kelurga terdapat dalam cerita merawat anaknya dan memberi nama rakyat Wafatnya Sunan Prawoto, yaitu Raden Sahid. Nama tersebut diambil ketika Ki Ageng Tompe meminta agar dari Ibunya yang meninggal dengan Soreng Pati dan Soreng Rangkut tidak sahid. Ki Ageng Merto mematuhi melukai istri dan anak yang berada dalam permintaan Ki Ageng Tompe. Ia kandungan istrinya. Manakala istrinya ikut merawat Raden Sahid hingga dewasa. dilukai, maka Ki Ageng Tompe murka dan (Suprat, wawancara, 12 Januari menghunus kerisnya dan melempar pada 2018) Soreng Pati dan Soreng Rangkut hingga Dalam kutipan tersebut Ki mereka terluka dan tewas. Berikut adalah Ageng Merto menunjukkan bahwa sikap kutipannya: baik hatinya tulus dari hati untuk “sudah selayaknya hutang harus merawat Raden Sahid dari kecil hingga dibayar. Laksanakan saja tugas kalian. dewa. Jika hutang itu ada padaku, jangan b) Faktor Eksternal sampai istriku dan jabang bayi yang (1) Desakan Situasi dikandung itu ikut menanggung Kerja sama yang terjalin hutangku juga” jawab Ki Ageng Tompe. antara Mataram dan Pati seperti Maka salah seorang suruhan tersebut yang diceritakan dalam cerita rakyat menghunus keris brongot setan kober Adipati Pragola I merupakan sikap yang telah dibawa dari Aryo yang dilatarbelakangi oleh faktor Penangsang dan menancapkan ke perut situasi dan kondisi yang telah Ki Ageng Tompe. Karena saat diwarisi seacara turun temurun. Ki menancapkan terlalu keras, keris tersebut Pemanahan dan putranya, menembus perut Istri ki Ageng Tompe Sutawijaya mengembangkan alas hingga terlihat si jabang bayi. Melihat mentaok hingga besar menjadi istrinya bersimbah darah, Ki Ageng Mataram. Sedangkan Ki Penjawi Tompe murka dan menghunus kerisnya memimpin Pati. Setelah Ki lalu dilempar ke kedua orang tersebut. Pemanahan dan Ki Penjawi wafat, Soreng Pati yang terluka parah kekuasaan diwariskan pada putranya meninggal tak jauh dari pesanggrahan masing-masing. Mataram dipimpin Sunan Prawoto, sementara Soreng oleh Sutawijaya yang akhirmya Rangkut bisa kembali sampai kudus. mendapat gelar Panembahan (Suprat, wawancara, 12 Januari Senopati, dan Pati dipimpin oleh 2018) Joyokusuma yang bergelar adipati Sikap sayang terhadap keluarga Pragolo I. Hubungan Joyokusumo yang ditunjukkan oleh Ki Ageng Tompe dengan Panembahan Senopati 191

Nurul Huda/ Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018) berjalan cukup harmonis. Mereka bekerja sama sejak mereka bahu membahu dalam perang membuka hutan untuk mengalahkan musuh-musuh ditempattinggali. Kerja sama antar Mataram, salah satunya dalam keduanya ini terus ditunjukkan perang di Madiun. Berikut adalah bahkan ketika pemukiman yang kutipannya: mereka buka sudah ramai oleh Hubungan Joyokusumo dengan penduduk, yakni bekerjasama Panembahan Senopati berjalan cukup membuat tambak ikan. Kerja sama harmonis. Mereka bahu membahu membuka tambak ikan tentu bukan dalam perang mengalahkan musuh- tanpa alasan, hal ini dikarenakan musuh Mataram, salah satunya dalam lingkungan yang mereka tinggali perang di Madiun. (Sejarah cocok untuk bertani ikan. Masyarakat Pati: Dari Tradisi Lisan Dikisahkan bahwa pemukiman yang Menuju Sejarah Kritis. 2014. Hal mereka buka berada di dekat danau. 62) Kerja sama yang terjalin antara SIMPULAN Pati dan Mataram dikarenakan Berdasarkan pembahasan pada bab adanya hubungan yang sudah diikat sebelumnya, maka simpulan yang dapat secara turun temurun, yaitu ditandai dikemukakan adalah pertama, bentuk etika dengan pernikahan antara humanisme yang terdapat dalam cerita rakyat di Panembahan Senopati dengan Kabupaten Pati yaitu etika kerja sama, Rorosari. belaskasihan, cakap dan cekatan, rukun dan (2) Lingkungan kerja sama, berwawasan luas, bijaksana, Etika selanjutnya adalah rukun menyayangi keluarga, dan baik hati. Kedua dan kerjasama. Rukun dan faktor yang melatarbelakangi tokoh beretika kerjasama yang ditunjukkan oleh humanisme dikemukakan terdapat dua faktor, Nyai Ageng Bakaran dan Kakaknya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor dalam cerita rakyat Nyai Ageng internal melatarbelakangi etika belaskasihan, Bakaran dilatarbelakangi oleh faktor cakap dan cekatan, berwawasan luas, dan lingkungan. Berikut kutipannya: bijaksana, menyayangi keluarga, dan baik hati. Setelah kejadian tersebut, Nyai Ageng Selanjutnya, faktor eksternal dibagi menjadi dua Bakaran memilih membangun kerja faktor, yaitu faktor desakan situasi dan faktor sama dengan kakaknya di Dhukut Alit. lingkungan. Faktor situasi melatarbelakangi Bersama-sama kedua desa membangun etika kerja sama dan baik hati, dan faktor tambak ikan dan keduanya makmur. lingkungan melatarbelakangi etika rukun dan Kemakmuran ini diikuti dengan kerjasama. kebiasaan Nyai Ageng Bakaran memelihara ayam lurik dan Berdasarkan simpulan yang telah menyabungnya. Sabung ayam pun dikemukakan di atas, maka saran yang dapat menjadi kegiatan yang sangat disukai di diberikan sebagai berikut: Desa Bakaran, hingga pada suatu hari Pertama, pembaca diharapkan dapat seorang pelayar dari Cina tertarik untuk menggunakan cerita rakyat sebagai salah satu melihat sendiri ayam lurik Nyai. Sang alat penumbuh rasa kemanusiaan di antara pelayar bermaksud menantang ayam sesama manusia melalui aspek-aspek lurik Nyai menggunakan seekor ayam humanisme yang sudah dikemukakan pada jago berwarna putih bernama ayam pembahasan sebelumnya. Kedua, para peneliti Siyem yang dibuat dari palu dibungkus sastra diharapkan menggunakan penelitian ini kain putih. (Sejarah Masyarakat Pati: sebagai acuan untuk melakukan penelitian Dari Tradisi Lisan Menuju Sejarah selanjutnya, khususnya penelitian folklor dan Kritis. 2014. Hal 50) penelitian sastra profetik. Dalam cerita tersebut dikisahkan bahwa Nyai Sabirah DAFTAR PUSTAKA bersama kakaknya berkerjasama membangun tambak ikan dan Afianti, Irma Yuliana. 2016. Pandangan Dunia keduanya makmur. Dikisahkan Humanisme Religius dalam Trilogi sebelumnya bahwa kakak beradik ini Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad menunjukkan sikap rukun dan 192

Nurul Huda/ Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)

Fuadi. Tesis. Universitas Negeri Semarang. Kuntowijoyo. 2013. Maklumat Sastra Profetik : Kaidah Etika dan Struktur Sastra. Yogyakarta: Multi Presindo. Lestari, Agustina Tri. 2009. Cerita Dewi Rayung Wulan dalam Serat Babad Pati. Skripsi. Universitas Negeri Semarang Lukin, Karima. 2009. “Nenets Folklore in Russian: The Movement of Culture in Forms and Languages”. Journal of Ethnology and Folkloristics. Vol. 2. Nomor 1: 67-82. Estonia: University of Tartu. Margana, Sri dan Baha’udin. 2014. Sejarah Masyarakat Pati: Dari Tradisi Lisan Menuju Sejarah Kritis. Pati: Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Pati. Moleong, L. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Prasetyo, Heru. 2009. Struktur Naratif Cerita Baron Sekeber dalam Serat Babd Pati. Skripsi. Universitas Negeri Semarang Qomariyah, U’um. 2015. “Membaca Empat Novel Habiburrahman El-Shirazy: Internalisasi Pengembangan Nilai Profetik Berbasis Karakter”. Prosiding I Seminar Internasional Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya: Pengembangan Nilai- nilai Profetik dalam Kehidupan Berbangsa melalui Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya. Hlm. 339-345. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Suheyla, Saritas. 2008. “MATERIAL CULTURE OBJECTS IN THE EPICS OF DEDE KORKUT AND ÂŞIK GARIP FOLK ROMANCE”. Turkish Studies: International Periodical For the Languages, Literature and History of Turkish or Turkic. Volume 3/1. Turkey: ASOS Eğitim Bilişim Danışmanlık. Suprat interview. 2018. “Wawancara Cerita Rakyat di Kabupaten Pati”. Pati Trianton, Teguh. 2013. “Estetika Profetik Ahmad Tohari Dalam Khazanah Budaya Cablaka”. IBDA': Jurnal Kebudayaan Islam. Indonesia: LPPM IAIN .

193