Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

Potensi Penelitian Etnobotani Di Tengah (Potencial of Ethnobotanical Studies in Indonesia)

Ramadhanil Pitopang1) dan Pandji Anom Ramawangsa2)

1)Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Kampus Bumi Tadulako Sulawesi Tengah 2)Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako Palu Sulawesi Tengah . Kampus Bumi Tadulako Tondo, Jl. Trans Sulawesi km 9 Palu

ABSTRACT

Central Sulawesi is one of the provinces in Indonesia which is located in the "heart" of Wallacea biogeography region, an area that has the potential of unique biological resources rich in endemic flora and fauna. However, this potential especially plant biodiversity has not been revealed from various aspects of knowledge, especially from the aspect of ecology, taxonomy, conservation and utilization of plants by the local for their daily need. The province is inhabited by 19 ethnic groups different in cultures, languages and traditional knowledge system. Based on number studies that have been conducted showed that each ethnic group has local knowledge systems in using plants to meet their daily i.e. for building materials, food and beverages, pharmaceuticals and cosmetics, condiments and spices, natural coloring, forage, ornamental plants, ropes, as a complement to the traditional rituals, hunting, agriculture, household utensils and other necessities. This paper discusses the potential of plant biodiversity and ethnobotany research in Central Sulawesi

Keywords: Potencial, Ethnobotanical studies, Central Sulawesi.

ABSTRAK

Sulawesi Tengah adalah salah satu propinsi di Indonesia yang secara biogeografi terletak di “jantung”nya Wallacea, sebuah kawasan yang memiliki potensi sumberdaya alam biologi yang unik kaya dengan flora-fauna endemik. Namun demikian potensi ini terutama keanekaragaman hayati tumbuhan belum terungkap dari berbagai aspek pengetahuan terutama dari aspek ekologi, taksonomi serta dan pemanfaatan serta upaya konservasinya. Propinsi ini dihuni oleh + 19 kelompok etnik yang berbeda budaya, bahasa serta sistem pengetahuan tradisional yang mereka miliki dalam memanfaatk sumberdaya tumbuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dari beberapa studi yang telah dilakukan terungkap bahwa masing-masing kelompok etnis ini memiliki sistem pengetahuan lokal dalam menggunakan tumbuhan misalnya; untuk bahan bangunan, makanan dan minuman, obat-obatan dan kosmetik, bumbu dan rempah, pewarna alami, hijauan pakan ternak, tanaman hias, tali temali, sebagai pelengkap dalam acara ritual adat, berburu, pertanian, perkakas rumah tangga serta keperluan lainnya. Tulisan ini mendiskusikan potensi keanekaragaman hayati tumbuhan serta penelitian etnobotani di provinsi Sulawesi Tengah.

Kata Kunci : Potensi, etnobotani, Sulawesi Tengah.

Coresponding Author: [email protected] 111 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

LATAR BELAKANG taksonomi dan ekologi dari

Sulawesi Tengah merupakan salah keanekaragaman tumbuhan Sulawesi telah satu propinsi di Indonesia yang terletak di menghasilkan temuan-temuan yang “jantung”nya pulau Sulawesi, sebuah spektakular terutama di bidang taksonomi, pulau terpenting di bioregion ”Wallacea”, dimana ditemukan jenis-jenis yang yang merupakan wilayah unik kaya dengan merupakan rekor baru dan jenis baru (“new flora-fauna endemik dan telah pula species”) yang belum pernah diidentifikasi sebagai salah satu ”Hotspot dideskripsi/dipertelakan sebelumnya dari biodiversity” di dunia. Namun hingga saat belahan dunia manapun (Pitopang et al., a b ini belum banyak penelitian kajian yang 2002, 2004, 2005 ; Pitopang, 2007 , 2007 , a b mendalam terutama terhadap potensi 2012 , 2012 ; Pitopang dan Ihsan, 2014 ; keanekaragaman tumbuhannya baik dari Utami and Wiriadinata, 2002 ; Kessler et aspek ekologi, taksonomi serta dan al., 2005; Roos et al., 2004; Ramadanil, pemanfaatan serta upaya konservasinya 2006; Cannon et al., 2007; Culmsee and (Ministry of State for Population and Pitopang, 2009; Mogea 2002, 2005; Environmental of Republic Indonesia. Gradstein et al., 2007; Lee et al., 2009 ; 1992; Ramadanil dan Gradstein 2003; Cicuzza et al., 2011; Thomas et al., 2010, Mittermeier et al., 1999; BAPPENAS, Thomas et al., 2011; Poulsen, 2012), akan 2003; Pitopang dkk 2011). tetapi penelitian dan publikasi dari Dari literatur yang tersedia etnobotani di propinsi Sulawesi tengah menunjukan bahwa penelitian terhadap masih sangat terbatas (Pitopang et al., a b flora Sulawesi masih sangat kurang 2012; Pitopang dkk., 2012 , 2012 , dibanding dengan pulau-pulau lain di Pitopang and Sarifuddin, 2012; Nurfitriyani Indonesia, hal ini ditunjukan dengan hanya dkk., 2013; Sukmawati dkk, 2013; terdapat beberapa penulisan flora Sulawesi Yuliarsih dkk., 2013; Murahmi dkk., 2016; berupa checklist dan katalog (Keßler et al., Tapundu dkk., 2015; Megawati dkk, 2016; 2002; Gradstein et al., 2005; Thomas and Yonathan dkk., 2016; Fathurahman et al., Schuiteman, 2002; Whitmore dan Tantra, 2016; Gailea et al., 2016; Arham dkk., 1989 ; Poulsen, 2012; Pitopang dkk., 2011) 2016; Purwanti dkk., 2016; Yulia dkk., dan beberapa monograp yang terdapat 2016; Paik et al., 2013). dalam series buku Flora Malesiana. Wilayah propinsi Sulawesi tengah Namun demikian dalam beberapa dihuni oleh berbagai macam etnis baik tahun terakhir penelitian dalam bidang yang bersifat migran ataupun yang merupakan masyarakat asli (“indigenous”).

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 112 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

Berdasarkan data yang ada tercatat kehidupan mereka sehari-hari seperti : sebanyak 19 suku asli yang populasinya bahan bangunan, obat-obatan, bumbu cukup besar, diantaranya adalah suku makanan, sistem pertanian, peralatan rumah Kaili terutama tinggal di wilayah tangga, bahan pelengkap upacara adat, kabupaten Parigi Moutong, Donggala, Sigi sandang dan pangan. dan kota Palu, Suku Kulawi di SEJARAH PENELITIAN BOTANI DI kabupaten Sigi, Suku Lore dan Pamona di SULAWESI TENGAH kabupaten Poso, Suku Mori, Bungku, Tao Sebagai salah satu negara yang Taa dan Bungku di kabupaten Morowali. mendapat predikat sebagai “The top ten Suku Saluan atau Loinang, Banggai dan megabiodiversity countries” di dunia, Balantak di kabupaten Banggai.Suku Bare'e Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan Tao Taaberdiam di kabupaten Touna. yang sangat tinggi yang tersebar di seluruh Suku Buol mendiami kabupaten Buol, Suku pulau-pulau dalam wilayah Indonesia Tolitoli di kabupaten Tolitoli.Suku Tomini dalam pola biogeografi yang berbeda. (Lauje dan Tialo) mendiami kabupaten Keanekagaraman hayati ini telah lama pula Parigi Moutong dan suku Dampelas yang menopang kehidupan di atas planet bumi banyak tersebar di wilayah pantai barat di ini, sehingga tidaklah mengherankan kabupaten Donggala. apabila potensi keanekaragaman hayati Selain itu, di wilayah kabupaten tersebut sangatlah luar biasa sekaligus Tolitoli terdapat suku Dampal, suku Dondo menimbulkan rasa keingintahuan para dan suku Pendau berdiam di kabupaten ilmuwan terutama yang bergerak dalam Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi bidang taksonomi, ekologi, konservasi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang keanekaragaman hayati dan etnobotani saling berbeda antara suku yang satu untuk mempelajarinya sekaligus dengan yang lainnya, namun masyarakat mengembangkannya sebagai modal dasar dapat berkomunikasi satu sama lain dalam pembangunan (BAPPENAS, 2003) menggunakan bahasa Indonesia sebagai Kalau dilihat jauh ke belakang, bahasa nasional dan bahasa pengantar sejarah penelitian botani di Sulawesi sehari-hari (Camang, 2003). pertama sekali dilakukan oleh Dampier Tulisan ini bertujuan untuk tahun 1887 di pulau Buton, Sulawesi memberikan gambaran tentang potensi tenggara, dilanjutkan oleh Sarasin pada keanekaragaman hayati tumbuhan, tahun 1800-an di wilayah Sulawesi tengah. kekayaan etnis dan budaya terutama Beberapa ekspedisi botani penting juga tentang aspek pemanfaatannya dalam

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 113 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016 telah dilakukan di Sulawesi oleh lembaga Sulawesi. Thomas dan Schuiteman (2002) riset dan perguruan tinggi seperti yang melaporkan 817 spesies anggrek asli dari dikoordinir oleh : Herbarium Bogoriense, Sulawesi dan Maluku (128 genera) 149 Kebun Raya Indonesia (Bogor, Bali, dan merupakan endemik, sedangkan untuk Purwodadi), Royal Botanic Garden Kew, palem 68% spesies dari total dan 58% England, Royal Botanic Garden Edinburg, genus palem yang tumbuh di bioregion ini Scotland, National Herbarium of adalah asli Sulawesi (Mogea, 2002). Netherland (Yuzami et al., 2002; Keβler et Adalah sebuah anugrah Allah SWT, al., 2002), University of Gottingen Jerman pulau Sulawesi khususnya Sulawesi tengah (Gradstein et al., 2005; Culmsee, 2010). memiliki berbagai jenis tumbuhan yang Universitas Tadulako yang tidak terdapat di belahan bumi manapun di merupakan Perguruan Tinggi terbesar di dunia, misalnya; berbagai jenis rotan Propinsi Sulawesi Tengah telah pula (“louro” ) seperti “loure taimanu“ ( berpartisipasi aktif dalam melakukan Korthalsia celebica ), “lauro batang“ ekspedisi botani dalam wilayah Sulawesi (Calamus zollingerii Becc), “lauro ronti” Tengah (Ramadanil dan Gradstein, 2003; Calamus minahassae, yang merupakan Pitopang et al., 2012). Sedangkan untuk produk hutan non kayu. Jenis palem lain penelitian Etnobotani di wilayah Sulawesi yang memiliki perawakan yang indah dan Tengah adalah sangat kurang sekali, namun cantik serta memiliki potensi untuk dalam beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan sebagai tanaman hias khas giat dilakukan penelitian Etnobotani daerah adalah pinang Gronophyllum (Pitopang dkk., 2012) sarasinorum, “harao maeta “ (Pinanga Hasil penelitian selanjutnya caesea),” harao mamada” (Areca vestiaria menunjukan bahwa Sulawesi memiliki ), palem kipas Sulawesi Licuala celebica karakteristik dan stuktur tumbuhan yang Miq. “mpire” dan “mpora” (Caryota mytis unik dan berbeda dengan Kalimantan, Lour. ) “take” (Aranga undulatifolia Becc.) , Jawa bahkan Filipina dimana adalah spesies spesies tanaman palem hutannya didominasi oleh lainnya yang belum dikembangkan Dipterocarpaceae, salah satu famili potensinya (Mogea, 2002). Aren (Arenga tumbuhan yang kehadirannya hampir tidak pinnata (Merr) Wurb), biasa disebut ada di beberapa kawasan di Sulawesi “ngokonau” (bahasa Kaili Ledo) atau (Ramadanil, 2006). Van Balgooy et al. “saguer” (Sulawesi Utara) adalah spesies (1996) melaporkan 933 tumbuhan asli dari palem terpenting dan merupakan tumbuhan Sulawesi dimana 112 adalah endemik serba guna (Saleh, 2008)

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 114 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

Anggrek merupakan kelompok international dengan akronim CEB, tumbuhan lain dari Sulawesi tengah yang merupakan satu-satunya herbarium yang menunggu perhatian untuk diteliti oleh para telah eksis di Sulawesi yang keberadaannya holticulturalist dan botanist Indonesia. diharapkan akan menjadi salah satu Provinsi Sulawesi Tengah memiliki cukup “Center” of Excellent” Universitas banyak anggrek alam dengan perawakan Tadulako (Ramadanil dan Gradstein, 2003 ; fisik yang indah beberapa diandarannya Pitopang et al., 2011). merupakan spesies yang endemik, seperti PERKEMBANGAN PENELITIAN Vanda celebica, Phalaenopsis celebensis, ETNOBOTANI DI SULAWESI Coelogyne celebensis, Macodes celebica, TENGAH

Glomerira celebica, Liparis celebica dan Kelompok etnik tradisional di Eulophia celebica (Ramadanil, 2006) Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri Produk hasil hutan baik kayu atau budaya yang berbeda satu dengan lainnya non kayu telah lama dikenal dari Sulawesi sehingga diduga kemungkinan besar tengah. Beberapa jenis komersil, ”damar” persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap (Agathis celebica dan Agathis sumberdaya nabati di lingkungannya juga phillipinensis), ”kao hitam” (Diospyros berbeda (Tarigan, 1990). Menurut catatan celebica Bakh.), “Ntorode/”vayu” World Health Organization (WHO), (Pterospermum celebicum), ”kumea” serta diperkirakan hampir 80% dari umat jenis jenis yang bersifat “fast growing manusia terutama di negara-negara sedang spesies” seperti Eucalyptus deglupta yang berkembang masih menggantungkan merupakan flora khas Australia tetapi dirinya pada tumbuh-tumbuhan (ekstrak secara alami terdapat di Sulawesi tengah dan bahan aktif biologi) sebagai bahan obat dan memiliki potensi dikembangkan pada dan memelihara kesehatannya. Berbagai hutan tanaman Industri. produk biosprospektif seperti obat Sejak tahun 2002 tercatat beberapa tradisional (herbal medicine, homeopathy, publikasi sangat penting dan bertaraf aromatheraphy), kosmetika, international tentang flora Sulawesi, yang makanan/minuman tambahan (food ditandai dengan keterlibatan “botanist suplement) telah beredar di masyarakat Indonesia” khususnya dari Herbarium mulai dari pedagang kaki lima sampai di Celebense (CEB), Universitas Tadulako supermarket (Heyne, 1987). sebagai laboratorium yang mengkhususkan Namun pengetahuan pemanfaatan diri dalam kajian botani sistimatik dan telah tumbuhan secara tradisional ini belum pula terdaftar pada indek Herbarium

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 115 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016 tergali dan diteliti secara luas dan kekayaan budaya melalui interaksi berbagai maksimal, hal ini dapat dilihat dari masih ragam masyarakat adat baik yang bersifat kurangnya dilakukan kajian mendalam, asli ataupun pendatang yang telah berbaur dalam hal ini pemanfaatan tumbuhan. Bila dan menyatu antara satu sama lainnya, tidak didokumentasikan dengan baik maka namun patut diakuai ketangguhan dan khazanah pengetahuan ini akan hilang kearifan beberapa masyarakat lokal dalam untuk selama-lamanya, mengingat pengelolaan lingkungan yang hidup di pengetahuan lokal ini umumnya tidak Sulawesi Tengah telah mendapat tertulis, hanya diturunkan secara lisan dari pengakuan secara ilmiah (Pitopang dan generasi ke generasi. Karena hanya Safaruddin, 2012 ; Ramadanil, 2006) bersifat lisan, pengetahuan ini rentan, Seperti halnya masyarakat adat lain di mudah hilang atau terkadang diturunkan Nusantara, misalnya suku bangsa Melayu dengan aturan yang tidak komplit Minangkabau yang mendiami pulau (Puspitawati, 2001). Selain itu, banyak Sumatra, memiliki hubungan yang erat diantara tanaman yang dipergunakan untuk antara masyarakat dengan alam dan keperluan tersebut menjadi kian langka lingkungannya yang tercermin dalam bahkan menuju kepunahan, oleh karena itu filsafah ‘ALAM” TAKAMBANG perlunya perhatian untuk dilestarikan, agar JADIKAN GURU”, kehidupan masyarakat kebudayaan tersebut tidak hilang. adat terutama di Sulawesi Tengah juga Sebagai salah satu Program studi memiliki hubungan yang dekat dengan yang cukup baru di lingkungan Perguruan alam dan lingkungannya, hal ini tercermin Tinggi , Jurusan Biologi FMIPA dari bukti dimana banyak dari nama Universitas Tadulako telah giat melakukan tempat/daerah terutama di Sulawesi Tengah penelitian yang berbasis pada merupakan nama tumbuh-tumbuhan, keanekaragaman hayati tumbuhan misalnya :desa “Taipa” ( Sulawesi, termasuk topik yang mangga/Mangifera indica), “Talise” berhubungan dengan Etnobotani. Hal ini (ketapang/ Terminalia cattapa), “Loru” sangat terkait dan mendukung Pola Ilmiah (Tetrameles nudiflora)’ “Nunu” ( Ficus sp), Pokok (PIP) Universitas Tadulako yang “ Lonca” (langsat/ Lansium domesticum), “ menetapkan bidang lingkungan sebagai Merawola” (Diospyros macrophylla), pola Ilmiah pokoknya. Selain memiliki “Kuluku bula” ( kelapa putih/ Cocos kekayaan sumberdaya alam hayati yang nucifera) , “Donggala” (Callophyllum luar biasa dan sumber daya mineral, inophyllum), “Sidondo” (Vitex sp), provinsi Sulawsi Tengah juga memiliki “Siranindi” (Kalanchoe pinnata),

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 116 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

“Sibalaya” (Sida rhombifolia), “Palapi” lanjuti dengan uji biokimiawi untuk (Herietieria sp) dan lain-lain sebagainya. menentukan bahan bioaktif yang dikandung Masyarakat “Toi Toro” yang tanaman tersebut dan berkhasiat mengobati merupakan salah satu subetnik di penyakit tersebut. Berbagai spesies kecamatan kulawi yang berbahasa “muma” tumbuhan juga berniali obat, seperti juga memiliki sistem kearifan lokal dalam “balaroa” (Kleinhovia hospita) sebagai obat pengelolaan lingkungan yang dicerminkan hepatitis, lengaru (Alstonia scholaris) obat dalam falsafah “MAHINTUWU malaria, pakanangi (Cinnamomum MAMPANIMPU KATUWUA TOIBOLI parthenoxillon) dan lain-lain TOPEHOI” (Ramadanil, 2006). Falsafah Di lokasi yang lain, masyarakat yang berarti “ Perlindungan terhadap Mori yang tinggal di desa Korawalelo lingkungan dan kehidupan secara dalam kecamatan Petasia, dekat Beteleme bersama-sama merupakan berkat dari di kabupaten Morowali juga memiliki Tuhan yang Maha Esa” bertujuan untuk kesepakatan dan tradisi lokal dalam penguatan tradisi, hukum adat, budaya konservasi hutan disekitarnya. Hal ini lokal, dalam keberwujutan pengelolaan ditunjukan dengan memberikan hutan, lahan dan air yang memberikan perlindungan terhadap suatu kawasan yang manfaat untuk seluruh anggota masyarakat merupakan sumber air bersih yang dan lingkungannya. digunakan untuk kolam renang desa Belajar dari alam dan sebagai daerah tujuan wisara, serta untuk lingkungannnya ini menghasilkan sebuah sumber air perikanan air tawar. sistem kearifan lokal yang telah digunakan Sementara itu Tao Taa Wana secara turun temurun dan merupakan misalnya yang merupakan salah satu dari pengalaman empiris serta merupakan puluhan kelompok masyarakat adat yang informasi dasar yang sangat berharga untuk terdapat di Sulawesi tengah yang secara dikembangkan dan dimanfaatkan, misalnya geografi hidup dan tersebar dari bagian rangka menemukan bahan obat baru. Suatu timur laut Cagar Alam Morowali, bagian hal yang sangat mungkin mengingat barat pegunungan Batui di sekitar gunung kemajuan teknik biokimiawi modern yang Tokala (Kabupaten Banggai) dan sangat pesat. Misalnnya, masyarakat Katu, pegunungan Balingara, Dataran bulan dan Napu, dan Besoa secara tradisional telah gunung Lumut di kabupaten Tojo una-una lama menggunakan “ pepolo” (Biscofia provinsi Sulawesi tengah, memiliki sistem javanica) sebagai obat anti ketahanan pangan yang baik dimana Schistosomiasis. Hal ini dapat ditindak mereka telah melakukannya melalui

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 117 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016 persilangan varietas pada lokal secara alami herbaceus (pisang, nenas, strawberrry) dan dengan cara selalu mengganti varietas lain 90% tumbuhan berkayu (pohon kecil, di tanam yang bibitnya diperoleh dari desa semak dan tumbuhan memanjat), lain. Bibit disimpan dan dibagi-bagi pada berdasarkan produknya 12% merupakan orang-orang desa, penyimpanan bibit kacang-kacangan kering dan buah dilakukan diberbagai desa dengan maksud berdaging 88%, sedangkan berdasarkan supaya jenis padi tersebut tidak mudah sifat keberadaan di lingkungan 45% hilang. Disamping itu juga dengan cara merupakan tanaman budidaya dan 55% menanam beberapa varietaas padi secara merupakan tumbuhan yang tumbuh liar di bersamaan sehingga melalui persilangan alam. Fathurrahman et al. (2016) alami akan terbentuk varietas-varietas baru melaporkan sebanyak 39 jenis tumbuhan dengan genetic yang berfariasi. Tercatat digunakan oleh masyarakat Kaili Inde beberapa varietas padi lokal yang selalu sebagai bahan pangan. 28 jenis diantaranya dibudidayakan seperti ; “pae (padi)gondu” yang digunakan adalah buahnya, 5 jenis (buah hitam), “pae lamboro” (kuning), “pae digunakan umbinya, 1 jenis akar , 5 jenis moraa” (kulit padi berstrip), ”pae ranta” daun serta 2 jenis yang digunakan adalah (buah mudah rontok), “pae talingku (buah rizomnya. Penggunaan tumbuhan pada berbulu), “pae bendera” (ada bendera), masyarakat Kaili Inde masih secara “pae tobongku” ( tidak berbulu kulit sederhana teknik dan pengolahannya. kehitaman ) dan lain lain (Camang, 2003; Makanan pokok masyarakat Kaili Pitopang dan Safaruddin, 2012) Inde adalah " Pa'e" (Oryza sativa L famili Poaceae). Tumbuhan ini sangat umum PEMANFAATAN TUMBUHAN SECARA TRADISIONAL DI digunakan sebagai tanaman pangan tetapi SULAWESI TENGAH mereka masih mengkonsumsi "Unto'ku " a. Sebagai Bahan Makanan (Ipomea batatas ). Buah-buahan beberapa Makanan adalah kebutuhan dasar jenis tumbuhan dikonsumsi secara langsung yang sangat penting bagi manusia juga bagi seperti "ganaga" (Artocarpus intergra ), masyarakat adat di Sulawesi Tengah. "sangulera " (Averrhoa carambola L ), Verheij and Coronel (1992) melaporkan "lonja " ( Lansium domasticum), "lokka " ( paling tidak sebanyak 400 jenis tumbuhan Musa paradisiaca L ), Pasifiora foetida, yang buah dan kacang-kacangan yang "katimu" (Cucumis sativus), "sarikaya" terdapat di Asia Tenggara dapat dimakan. (Annona squamosa L), "nangga iye" Berdasarkan habitusnya 10% merupakan (Annona muricata L ) , dan lain-lain. Beberapa bagian tumbuhan bisa

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 118 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016 dikonsumsi oleh mereka setelah direbus padi lokal yang masih dibudidayakan oleh atau dikeringkan. Contohnya "ngkonau" masyarakat Tao Taa Wana misalnya (Arenga pinnata Murr ), "cangkore" “paegondu” (warna hitam), “pae lamboro” (Arachys hipogea L ), "marisa" (Capsicum (biji kuning), “pae moraa” (biji berstrip), annuum ) , dan "kamonji" (Arthocarpus “pae ranta” (buah mudah rontok), “pae communis). talingku” (buah berbulu) dan tercatat Daun tumbuhan harus dimasak sebanyak 20 varietas padi yang masih terlebih dahulu sebelum dimakan sebagai dibudidayakan. sayuran bersama-sama nasi, ubi kayu atau Menurut Payung dkk (2016) bahwa ubi jalar. Beberapa jenis tumbuhan yang sebanyak 60 jenis tumbuhan telah dimanfaatkan adalah "kelor” (Moringa digunakan sebagai tanaman pangan oleh oleifera ), "lenguru" (Abelmoschus masyarakat “Kaili Idja” di desa Bora manihot), “lamtoro” (Leucaena Kabupaten Sigi. Diantara jenis tumbuhan leucocephala), "mombei lei" (Amaranthus yang dimanfaatkan sebagai pangan hybridus ). diantaranya merupakan jenis yang umum Masyarakat Kaili Inde juga dikonsumsi oleh masyarakat pada menggunakan pucuk dan bunga tumbuhan umumnya , akan tetapi terdapat beberapa sebagai sayuran, misalnya "gampaya" jenis yang merupakan pengetahuan yang (Carica papaya L ). "kasubi" (Manihot baru diantaranya adalah : “lauro noko” esculenta), "untoku" (Ipomea batatas), (Daemonorop robusta), “lauro vata” "rumbi" (Calocasia monlalon) yang juga (Calamus zolligerii Becc.), “bavoa” dimakan sebagai tambahan. Beberapa (Cleome chelidanii L.F/ Capparidaceae). tumbuhan sebagai bumbu seperti "pi'a Sedangkan Yonathan dkk (2016) mencatat bulla" (Allium sativum), "pi'a lei" (Allium sebanyak 55 jenis tumbuhan yang ascalonicum ). digunakan oleh masyarakat Suku Seko di Pitopang dan Syarifuddin (2012) desa Tanah Harapan Kabupaten Sigi, melaporkan bahwa padi / “Pae” (Oryza diantaranya terdapat jenis tumbuhan yang sativa L) juga digunakan oleh masyarakat bersifat endemik Sulawesi yaitu palem Tao Taa Wana yang tinggal di kawasan “salihoa” (Pigafeta elata Becc/Arecaceae), Cagar Alam Morowali sebagai makanan dimana bagian yang dikonsumsi adalah pokok. Selain itu juga menggunakan ujung batang yang masih muda yang “”kasubi” (Manihot esculenta) dan digunakan sebagai sayuran. “tabaro” (Metroxyllon sago) untuk Zulfiani dkk. (2013) mencatat substitusi beras. Tercatat beberapa varietas sebanyak 110 spesies (95 marga dan 48

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 119 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016 suku) jenis tumbuhan yang dimanfaatkan belanda” (Annona muricata), “kersen” oleh masyarakat Kaili Tara di desa (Muntingia calabura), ”kadondong” Binangga, 44 jenis diantaranya digunakan (Spondias dulcis), ”lonja” (Lansium sebagai makanan yang penggunaannya domesticum) dan ”salak” (Salacca edulis). harus dioleh terlebih dahulu seperti “pae” Pitopang dkk (2012) melaporkan (Oryza sativa), “jole” (Zea mays), “kopi” sebanyak 62 jenis tumbuhan yang (Coffea canaephora), “petai cina” dimanfaatkan oleh masyarakat suku Laudje (Leucaena leucocephala), “kaca/cangkore” sebagai makanan. Bagian tumbuhan yang (Arachis hypogeal), “gampaya” (Carica banyak digunakan adalah buah, batang, papaya), “kasubi” (Manihot esculenta), bunga, daun, biji dan umbi. Bagian “tomoloku” (Ipomea batatas), ”kelo” tumbuhan yang langsung dikonsumsi (Moringa oleifera), ”uta safu” (Amaranthus sebagian besar dalam bentuk buah dan hybridus), ”tanggo” (Ipomea aquatica), biasanya merupakan buah yang telah Paku sayur ”paku” (Diplazium esculentum), matang atau tua, misalnya ”lonsade” kacang panjang (Vigna chinensis), ”punti” (Lansium domesticum), ”moloitom” (Musa paradisiaca), ”nangga” (Artocarpus (Nephelium lappaceum),”sensegat” (Rubus heterophyllus),”kamonji” (Artocarpus mollucanus), ”anastata” (Amomum communis), ”paria” (Momordica cardamomum),”bua-bua” (Pasiflora charantia), ”palola” (Solanum melongena), foetida), ”nangga” (Artocarpus ”taipa” (Mangifera indica) dan ”toboyo” heterophylla), ”nangga landa” (Annona (Cucurbita moschata), “kaluku” (Cocos muricata), ”niu” (Cocos nucifera), dan lain nucifer), “ondo” (Dioscorea hispida), dan sebagainya, namun beberapa jenis “bete” (Colocasia giganteum), “robu” tumbuhan lain harus direbus atau dibakar (Schyzostachyum brachy-cladum), ”jambu” terlebih dahulu seperti biji ”bintol” (Psidium guajava), ”gampaya” (Carica (Artocarpus communis). papaya), ”jembolan” (Syzigium cumini), Daun biasanya dimasak dan dijadikan ”tamadue” (Durio ziberthinus), ”jembo- sayur yang dikonsumsi bersama nasi serta jembo” (Syzigium aquea), ”sirikaya” bahan makanan lain sebagai makanan (Annona squamosa , ”anasi” (Ananas pokok seperti ubi kayu, ubi jalar, keladi dan comosus), ”rambutan” (Nephelium sagu. Jenis yang dimanfaatkan antara lain, lappacieum), ”maku” (Syzygium ”ramungge” (Moringa oleifera), ”tanggo” malaccense), ”katimu” (Cucumis sativus), (Ipomea aquatica), serta “bonata”(Croton ”manggis” (Garcinia mangostana), ”jambu tiglium) ”bonata”. Masyarakat suku Lauje sera” (Anacardium occidentale), ”sirikaya juga memanfaatkan tumbuhan untuk sayur

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 120 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016 dari bagian tunas yaitu ”tamalang” terakhir telah diintroduksi kira-kira 20 jenis (Schyzostacyum brachycladum). Bagian tumbuhan rempah dari Amerika tropis, umbi yang dijadikan sebagai pengganti Mediterania, Eropah dan Afrika, namun makanan pokok adalah ”kasubi” (Manihot demikian banyak pula bumbu tersebut esculenta), ”batata” (Ipomea batatas), merupakan tumbuhan asli Indonesia ”vu’ul” (Colocasia esculenta), ”tiha” seperti; kayu manis (Cinnamomum (Colocasia antiquonum), dan ”On’dot” burmanii), cengkeh (Syzigium (Dioscorea hispida). Selain itu, masyarakat aromaticum), kemiri (Aleurites mollucana), suku Lauje juga mengkonsumsi jamur yaitu pala (Myristica fragrans), sembung dari jenis jamur kuping/ ”o’jop” (Etlingera elatior), salam (Syzigium (Auricularia auriculiformis) dan jamur polianthum), jahe (Zingiber officinale) dan paying/ ”tabangkang” (Pleurotus ostieatus). lain-lain sebagainya. b. Tumbuhan Sebagai Rempah- Beberapa studi yang dilakukan pada rempah (“Spices and Condiments”) masyarakat di Sulawesi Tengah Berdasarkan “International menunjukan bahwa beberapa jenis Organization for Standaridization” (ISO) tumbuhan telah digunakan sebagai bahwa di dalam ISO 676 didefenisikan penyedap masakan oleh masyarakat. bahwa rempah-rempah atau bumbu adalah Zulfiani dkk (2013) melaporkan sebanyak produk sayur atau campurannya, tanpa 15 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai campuran bahan kimia sintetis yang bumbu dan rempah pada suku Kaili Tara. digunakan sebagai penyedap, bumbu dan Jenis yang digunakan adalah “poi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma sambalagi” (Tamarindus indica), “lemo pada makanan (De Guzman and baranga” (Citrus aurantifolia), “tamate” Siemonsma, 1999). Selanjutnya (Solanum lycopersicum), “marisa” ditambahkan bahwa di dunia dilaporkan (Capsicum frutescens), “sanggulera” sebanyak 400-500 jenis tumbuhan sebagai (Averrhoa bilimbi), “lemo njusu” (Citrus bumbu atau rempah, sedangkan di hytrix), “kuni” (Curcuma longa), “pia lei” Indonesia paling tidak 57 jenis tumbuhan (Allium ascalonicum), “balintua” (Alpinia telah digunakan sebagai penyedap galangal), “Sikuri” (Kaempferia galanga), makanan. Beberapa jenis tumbuhan rempah “goraka” (Zingiber officinale), “marisa atau bumbu diantaranya merupakan jenis jawa” (Piper ningrum) dan “cingke” introduksi dari luar yang dibawa melalui (Syzygium aromaticum). Studi lain yang proses migrasi penduduk sejak ribuan tahun dilakukan pada masyarakat suku Bugis yang lalu. Dalam kurun waktu 400 tahun yang tinggal di desa Lempe, Dampal

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 121 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

Selatan, kabupaten Donggala. Murahmi perlindungan tubuh. Produksi jamu secara dkk (2016) melaporkan sebanyak 18 jenis moderen telah mempertimbangkan bentuk tumbuhan digunakan sebagai rempah- kemasan supaya lebih mudah dikonsumsi rempah untuk menambah cita rasa pada dan dibawa, sebagai contoh adalah jamu masakan. Beberapa diantaranya adalah dalam bentuk bubuk yang sangat mudah tomat (Solanum lycopersicum), “lasuna dikemas, mudah diseduh dengan air panas. cella” (Allium ascalonicum), “lasuna pute” Jamu telah digunakan untuk mengobati (Allium sativum) yang digunakan untuk berbagai penyakit umum dan sangat menumis sayur, jahe (Zingiber officinale) mendukung program kesehatan di digunakan dalam pembuatan minuman Indonesia. “sarebba”, cabe (Capsicum fructescens) Heyne (1987) melaporkan sebanyak merupakan pelengkap semua masakan agar 996 species tumbuhan tingkat tinggi memberikan cita rasa lebih pedas terutama (spermatophyta) yang telah digunakan masakan yang berkuah kental seperti kari, secara tradisional di Indonesia, akan tetapi coto dan “bale nasu” (ikan masak). jika dimasukan kelompok alga, jamur, gymnospermae dan paku-pakuan c. Tumbuhan Sebagai Obat jumlahnya bisa mencapai l.040 spesies, Tradisional dan Kosmetik sedangkan Zuhud dkk (2001) mengatakan Praktek pemanfaatan tumbuh- bahwa kira-kira 1260 spesies pohon dari tumbuhan sebagai obat telah lama hutan hujan tropis Indonesia bisa dilakukan di Indonesia (Riswan and digunakan sebagai tumbuhan obat. Rumantyo, 2002 ; De Padua et al., 1999). Obat herbal masih berguna dalam Masyarakat Jawa sebagai contoh telah menjaga kesehatan 75-80% dari jumlah menggunakan tumbuhan herbal sebagai total penduduk di dunia terutama di negara- obat yang dikenal sebagai “Jamu” sejak negara sedang berkembang (Oladele et al., ratusan tahun yang lalu. Jamu bisa 2011; Ahvazi et al., 2012) karena secara dikonumsi secara tunggal ataupun berupa umum dipercayai bahwa obat herbal tidak campuran. Istilah “Jamu” sekarang sudah memiliki efek samping, mudah didapatkan diadopsi ke dalam bahasa Indonesia. Sangat dan harganya relatif murah (Rodrigues et dan Larashati (2002) mengatakan bahwa al. 2003). WHO (“World Health penggunaan “jamu” bisa dikelompokan ke Organization”) memperkirakan 80% dalam 5 kategori yaitu sebagai obat, penduduk dunia secara eksklusif perawatan kesehatan, kencantikan, menggunakan obat herbal untuk minuman penyegar, dan untuk pemeliharaan kesehatannya. Tumbuhan

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 122 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016 obat adalah tulang punggung dalam (Citrus aurantifolia), “keji beling” pengobatan tradisional di dunia, hal ini (Strobilanthes crispus). berarti lebih dari 3,3 milyar penduduk Nurfitriyani dkk (2013) dunia terutama di negara berkembang mendapatkan 42 spesies tumbuhan (terdiri menggunakan tumbuhan sebagai obat- atas 23 suku) yang dimanfaatkan sebagai obatan, dan hampir 2000 kelompok etnis obat oleh masyarakat desa Tolitoli di desa yang berbeda di dunia menggunakannya Pinjan. Tumbuhan obat tersebut diperoleh dengan sistem pengetahuan yang berbeda dari hasil budidaya atau ditanam sendiri di pula. Sebagai contoh Ong et al (2011) pekarangan rumah ataupun di kebun, melaporkan 56 spesies tumbuhan sebagian lain tumbuh secara liar di habitat dimanfaatkan sebagai obat pada masyarakat aslinya seperti di hutan, pinggiran sungai, Melayu di Trenggano Malaysia. serta areal persawahan. Beberapa studi tentang etnobotani Studi lain yang dilakukan pada tumbuhan obat yang dilakukan di Sulawesi masyarakat Bugis di kawasan pesisir desa Tengah memberikan hasil yang sangat Lempe, Dampelas memperlihatkan berguna untuk pengembangan ilmu masyarakat Bugis di lokasi penelitian yang pengetahuan. Zulfiani dkk (2013) masih memanfaatkan tumbuh-tumbuhan melaporkan beberapa jenis tumbuhan yang sebagai pengobatan untuk menyembuhkan digunakan oleh masyarakat “Kaili Tara” di berbagai penyakit seperti batuk kering, desa Binangga Kabupaten Parigi Moutong, TBC yang diobati dengan cara penggunaan diantaranya : “sifulumboa” (Blumea lacera) beberapa daun pegagan dan ditambahkan yang digunakan sebagai obat demam. air hangat kemudian perasan airnya Sedangkan untuk obat penyakit diabetes ditambahkan gula merah diminum dua (sakit gula) digunakankulit kayu dari “kayu gelas sehari. Sedangkan sebagai bahan jawa” (Lannea grandis), daun “toe” pembersih luka akibat tersayat benda (Diospiros celebica), daun “picah piring” tajammereka menggunakan daun Lantana (Catharanthus roseus) dan “bakiak” camara. Sedangkan sebagai obat infeksi (Caesalpinia bonduc). Obat sakit pinggang mata digunakan daun maiyana, patikan akar dari “panuntu” (Phyllanthus niruri), kebo, pucuk daun kelor (Moringa oleifera) “akar kucing” (Acalypha indica), “akar dan Daucus carota (Murahmi dkk, 2016). lelupa” (Urena lobata), “mantalalu” d. Sebagai Pakan Ternak (Euphorbia hirta), “kumis kucing” Spesies tumbuhan yang biasa (Orthosiphon stamineus), “lemo baranga” digunakan sebagai pakan ternak adalah

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 123 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

“punti” (Musa paradisiaca), “jole” (Zea hortensis), “sesentamadia” (Arthemisia mays), “tanggo” (Ipomea aquatica) dan vulgaris), “gula merah” (Arenga pinnata), “tomoloku” (Ipomea batatas), rumput dan akar “ntorode” (Ptersopermum belulang (Eleusine indica). Tumbuhan celebicum). tersebut biasa digunakan masyarakat sebagai bahan pakan ternak mereka karena g. Sebagai Kayu Bakar mudah didapatkan. Pada umumnya hampir seluruh tumbuhan berkayu dapat digunakan sebagai e. Sebagai Tanaman Hias bahan bakar, namun kebiasaan pada Beberapa spesies tumbuhan yang masyarakat adat di Sulawesi Tengah sering ditanam sebagai tanaman hias di menggunakan beberapa spesies tumbuhan halaman rumah masyarakat adalah “mawar sebagai kayu bakar. Tumbuhan penghasil apel” (Rosa villosa), “melati” (Jasminum kayu bakar diperoleh masyarakat dari sambac), “picah piring” (Catharanthus tumbuhan yang ada disekitar mereka, roseus), “kamboja” (Plumeria rubra), sebelum dibakar kayu dijemur terlebih “lidah buaya” (Aloe vera), “patah tulang” dahulu di bawah sinar matahari agar (Pedilanthus pringlei), nona makan sirih kandungan air di dalam kayu berkurang (Clerodendrum thomsonae), “batang sehingga mudah dibakar.Kayu yang telah macis” (Saraca indica), kembang merak kering disusun secara rapi agar bisa (Caesalpinia pulcherrima) dan “kembang digunakan kapan saja. sepatu” (Hibiscus rosa-sinensis). Murahmi dkk (2015) mengatakan bahwa bahwa kayu bakar merupakan salah f. Sebagai Pewarna Makanan dan satu sumber daya alam yang diminati oleh Pewangi masyarakat Bugis, dimana Intensitas Spesies yang digunakan untuk penggunaan kayu bakar lebih sering pewarna makanan yaitu pandan wangi digunakan pada acara-acara besar seperti “panda” (Pandanus amaryllifolius), “kuni” pesta perkawinan dan acara adat, karena (Curcuma longa) dan “kolontigi” menggunakan kayu bakar lebih cepat (Lawsonia inermis) untuk memerahkan prosesnya dan mudah didapatkan. Sebagian kuku. Sedangkan untuk aromatik untuk masyarakat suku Bugis di desa Lempe juga mengharumkan badan biasanya memanfaatkan arang (“awara”) untuk menggunakan “bunga mangkok” memasak. “Awara” berasal dari tempurung (Nothopanax scutellarium), “tolasi” kelapa (Cocos nucifera), yang dibakar (Ocinum basilicum), “anumo” (Pogostemon sampai menjadi arang kemudian ditutup

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 124 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016 menggunakan daun pisang agar tidak perlengkapan dalam prosesi ritual adat menjadi abu. Masyarakat suku Bugis di tersebut. desa Lempe memanfaatkan jenis tumbuhan Pitopang dkk. (2012) melaporkan yang digunakan sebagai kayu bakar yaitu hasil penelitian pada suku Lauje dimana pelepah kelapa (Cocos nucifera ), ranting tercatat sebanyak 12 jenis tumbuhan yang pohon mangga (Mangifera indica ). biasa dimanfaatkan dalam ritual adat. Beberapa jenis tumbuhan lain yang Dalam ritual pengobatan digunakan jenis biasa digunakan sebagai kayu bakar di tumbuhan antara lain ”lombonug” (Ficus Sulawesi Tengah khususnya pada septica), ”simpouja langkai” (Ixora masyarakat Kaili adalah “tamalanja” javanica), ”simpouja bengkel” (Musaenda (Leucaena leucocephala), “kaluku” (Cocos frondosa), ”lugus” (Areca catecu), nucifera), “taipa” (Mangifera indica L), ”dolo’e” (Piper betle), dan ”bo’ung” “ganaga” (Artocarpus heterophyllus), (Oryza sativa). Untuk ritual kematian kedondong “kedondong” (Spondias dulcis), digunakan jenis tumbuhan yaitu, ”lemo “Jambu” (Psidium guajava), “poi susu” (Citrus hystrix) dan ”nangga landa” sambalagi” (Tamarindus indica L), “lemo (Annona muricata).Pada ritual perkawinan baranga” (Citrus aurantifolia (Cristm) digunakan jenis tumbuhan antara lain ”niu” swingle), “jembolan” (Eugenia cumini (Cocos nucifera), ”pensa” (Musa Merr), “jembo-jembo” (Eugenia aquea paradisiaca) dan ”sinaguli” (Sida acuta). Burm), “johar” (Senna siamea) dan “jambu Dalam ritual syukuran, masyarakat suku sera” (Anacardium occidentale L). Lauje memanfaatkan antara lain sidaguri (syukuran pembuatan rumah). ”avu-avu” h. Sebagai Keperluan Ritual Adat (Ceiba pentandra) digunakan dalam ritual Kebanyakan masyarakat adat yang pelepasan perahu sebagai bahan pembuat bermukim di Sulawesi Tengah masih perahu. Ritual tersebut dimaksudkan untuk memiliki kepercayaan yang bersifat magis, mengucapkan terima kasih kepada yang dimana masyarakat ini masih melakukan kuasa atas berkat yang telah diberikan ritual-ritual seperti ritual pengobatan, ritual kepada mereka. kematian, ritual pernikahan, ritual Studi lain pada suku Bugis di desa kelahiran, adat mendirikan rumah, dan Lempe Dampelas terdapat ritual adat di ritual syukuran. Dalam ritual-ritual bidang pertanian, ditandai pada saat petani tersebut, kelompok masyarakat tersebut mulai turun ke sawah, membajak, sampai menggunakan tumbuhan sebagai bahan tiba waktunya panen raya. Upacara adat sebelum pembajakan tanah ini disebut

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 125 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

“appalili”, dilanjutkan dengan Adat gambus,”lombori” (Pandanus tectorius) “appatinro pare” atau “appabenni ase” digunakan untuk membuat tikar, daun ”niu” digunakan sebagai bahan pembuat sapu, sebelum bibit padi (Oryza sativa) ”dodas” (kayu hitam) pembuat gagang disemaikan. Ritual ini juga biasa dilakukan parang, dan digunakan pada ujung saat menyimpan bibit padi (Oryza sativa) di ”sumpit” (alat untuk berburu). Jenis tumbuhan yang digunakan sebagai “possi balla”, sebuah tempat khusus perkakas antara lain bambu digunakan terletak di pusat rumah yang ditujukan sebagai tempat minum, pulai dimanfaatkan untuk menjaga agar binatang tidak lewat di sebagai bahan pembuat sendok nasi. Untuk bahan bakar, masyarakat suku Lauje atasnya. Lalu acara ritual dirangkaikan mnggunakan tumbuhan antara lain mangga, dengan “massureq”, “membaca meong palo ketapang, kelapa, dan kayu jawa. karallae”, salah satu epos Lagaligo tentang Masyarakat suku Lauje juga menggunakan padi (Oryza sativa), dan ketika panen tiba tumbuhan untuk mengambil ikan dari sungai dengan menggunakan akar digelarlah “katto bokko”, ritual panen raya tumbuhan ”tuba” (Derris elliptica). Untuk yang biasanya diiringi dengan “Kelong perabot, masyarakat suku Lauje pare”. Setelah melalui rangkaian ritual, menggunakan bambu sebagai tempat minum dan tempurung kelapa tempat untuk barulah dilaksanakan “mapadendang”, pada makan. Masyarakat suku Lauje juga masyarakat suku Bugis di desa Lempe memanfaatkan buah labu untuk dijadikan upacara ritual mapadendang dilakukan wadah penyimpanan air minum. Selain jenis tumbuhan tersebut d’atas masih setelah panen raya (Murahmi dkk, 2015). banyak tumbuhan lain yang dimanfaatkan suku Lauje, akan tetapi tumbuhan tersebut i. Tumbuhan Untuk Pemanfaatan sudah sulit ditemukan bahkan sudah tidak lagi ditemukan di tempat itu. Lainnya Selain memanfaatkan tumbuhan KESIMPULAN sebagai makanan, obat-obatan, bahan Sulawesi Tengah memiliki potensi bangunan dan ritual adat, beberapa sumberdaya alam biologi yang unik kaya masyarakat adat di Sulawesi Tengah juga dengan flora-fauna endemik, serta dihuni memanfaatkan tumbuhan untuk keperluan 19 kelompok etnik asli yang berbeda lain. Misalnya suku Lauje telah budaya, bahasa serta sistem pengetahuan menggunakan tumbuhan untuk keperluan tradisionalnya dalam memanfaatkan lain antara lain, sebagai bahan pembuat sumberdaya tumbuhan dalam kehidupan kerajinan tangan, perkakas, bahan bakardan mereka sehari-hari misalnya; untuk bahan untuk berburu. Jenis tumbuhan yang bangunan, makanan dan minuman, obat- digunakan sebagai bahan kerajinan antara obatan dan kosmetik, bumbu dan rempah, lain ”tamalang” (bambu), ”polias” (Coix pewarna alami, hijauan pakan ternak, lacryma) bahan pembuat perhiasan, tanaman hias, tali temali, sebagai ”songkalan” (Alstonia scholaris) digunakan pelengkap dalam acara ritual adat, berburu, sebagai bahan pembuat alat musik

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 126 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016 pertanian, perkakas rumah tangga serta Culmsee, H. C. Leuschner, G. Moser and keperluan lainnya, namun potensi ini R. Pitopang. 2010. Forest above merupakan peluang dan tantangan untuk ground biomass along an elevational transectin Sulawesi, pengkajian dan pengembangan lebih lanjut. Indonesia, and the role of DAFTAR PUSTAKA Fagaceae in tropical montane rain forests. J.Biogeogr. (37) : 960– Ahvazi, M., F. K. Sigarodii, M. M. 974 Charkchiyan, F. Mojab, V.A. De Gusman, C.C and J.S. Siemonsma. Mozaffarian and H. Zakeri. 2012. 1999. Spices. Plant Resources of Introduction of medicinal plants South East Asia. No 13. PROSEA. species with the most traditional Bogor Indonesia. usage in Alamut region. Iran. J. of De Padua L.S., N. Bunyapraphatsara and Pharma. Res. 11 (1) : 185-194 R.H.M.J. Lemmens. 1999. Medicinal Arham S., R. Pitopang dan A. Khumaidi. and Poisonous Plants. Plant resources 2016. Keanekaragaman Jenis of Southeast Asia. No 12 (1). Tumbuhan obat tradisional dan PROSEA, Bogor Indonesia pemanfaatannya pada suku Kulawi di Fathurrahman, J. Nursanto, A. Madjid and desa Mataue, kawasan Taman R. Ramadanil. 2016. Ethnobotanical Nasional Lore Lindu Sulawesi study of Kaili Inde Tribe in Central Tengah. Biocelebes. Vol.10 (2) : 01- Sulawesi Indonesia. Emirate Journal 06 of Food Agriculture. 28 (5) : 337-347 BAPPENAS [National Planning Board of Gailea R., A.A. Bratawinata, R. Pitopang Indonesia]. 2003. IBSAP Dokumen and I.W. Kusuma. 2016. The use of regional pemerintah republik various plant yypes as medicines by Indonesia. Strategi dan rencana aksi local community in the enclave of the keanekaragaman hayati Indonesia Lore Lindu National Park of Central 2003-2020. Jakarta Sulawesi, Indonesia. Global Res. Camang N. 2003. Tau Taa Wana Bulang. Med. Plants and Indig. Med. Vol. 5. Bergerak untuk berdaya. Merah Putih Issue 1, 29-40 Foundation, Palu on co-operation Gradstein S.R., B. Tan, C. King, R.L. Zhu, with Regnskogsfonder Indonesia C. Drubert and R. Pitopang. 2005. Cannon, C. H., M. Summer, J. R. Hartig Catalogue of the Bryophytes of and P.J.A. Kessler, 2007. Developing Sulawesi, Indonesia. Hattori Bot. conservation priorities based on Lab. 98: 213-257 forest type, condition, and threats in a Gradstein S. R., M. Kessler and R. poorly known ecoregion : Sulawesi, Pitopang. 2007. Tree Species Indonesia. Biotropica, 39 :747-759 Diversity relative to Human Land Ciccuza D., M. Kessler, Y. Clough, R. Uses in Tropical rain forest Margins Pitopang, D. Leitner and S.S. in Central Sulawesi . in : Land use Tjitrosudirdjo. 2011. Conservation of and Nature Conservation. 2007. page cacao agroforestry systems for 321-334. Spinger Verlag- Heidelberg teresterial herbaceus species in Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Central Sulawesi Indonesia. Indonesia III. Balai Penelitian dan Biotropica. 1-8 Pengembangan Kehutanan. Culmsee, H and R. Pitopang, 2009 : Tree Departemen Kehutanan Republik diversity in sub montane and lower Indonesia. Bogor, Indonesia montane primary rain forest in Central Sulawesi. Blumea 54. 119- Keßler, P.J.A., M. Bos, S.E.C.Sierra Daza, 123 L.P.M.Willemse, R.Pitopang, and

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 127 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

S.R. Gradstein. 2002. Checklist of stability of tropical rainforest Woody plants of Sulawesi, Indonesia. margins: Linking ecological, Blumea Suplement 14:1-160. economic and social constrains of Kessler, M., P.J.A. Keßler, S.R. Gradstein, land use and conservation” Georg- K. Bach, M. Schmull and R. Pitopang August-University of Goettingen. . 2005. Tree diversity in different September 19-23. 2005. land use systems in Central Sulawesi, Murahmi, A. S. Anam dan R. Pitopang. Indonesia. Biodiv.and Conser. 14: 2015. Etnobotani masyarakat Bugis 547-560 di desa Lempe kecamatan Dampal Lee, C, S. McPherson, G. Bourke, M. Selatan kabupaten Tolitoli. Sulawesi Mansur and C. Clarke. 2009. Tengah. Biocelebes. Vol. 10, (1) : Nepenthes pitopangii hal. 07-14 (Nepenthaceae), a New Species from Nurfitriyani, R. Pitopang dan E. Yuniati. Central Sulawesi. Gardens Bulletin 2013. Pemanfaatan tumbuhan sebagai Singapore. 61 (1) : 95-99. obat tradisional pada suku Tolitoli di Megawati, S. Anam dan R. Pitopang. 2016. desa Pinjan Sulawesi Tengah. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Biocelebes. Vol.7 (2) : hal. 1-8 Pada Masyarakat Suku Kaili Ija di Oladele A.T., G.O. Olade and O.R. desa Bora kecamatan Sigi Biromaru Omowubajo, 2011. Medicinal kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. conservation and cultivation by Biocelebes. Vol 10 (1) : hal. 77-91 traditional medicine practitioner Ministry of State for Population and (TMPs) in Aiyedaadee local Environmental of Republic government area of Osun State, Indonesia. 1992. Indonesia Country Nigeria. Agri. and Biol. J. of N. Am. Study on Biological Diversity. 2 (3) : 476-487 Ministry of State for Population and Ong, H.C., R.M. Zuki and P. Milow, 2011. Environmental Republic Indonesia. Traditional knowledge of medicinal Prepared for UNEP under The work plants among the Malay villagers in Programme for Environment Kampung Mak kemas, Trengganu Cooperation between The Republic Malaysia. Ethno. Med. 8 (3) ; 175- of Indonesia and The Kingdom of 185. Norway Paik, J.H., J. Lee, S. Choi, B. Marwoto, F. Mittermeier R.A., N. Myer., P.R. Gil., and Juniarti, D. Irawan and R. Pitopang. C.G.Mittermeier. 1999. Hotspot. 2013. Medicinal of Lore Lindu Earth’s Biologically Richest and National Park, Sulawesi Indonesia Most Endangered Terresterial (Vol. I). KRIBB-BPPT-Tadulako Ecoregions. Mexico City: CEMEX, University. PT. Alimindo Sejati. S.A. Printed in Japan by Toppan Bekasi Indonesia Company. Payung Y.R., Miswan dan R. Pitopang. Mogea, J.P. 2002. Preliminary studi on the 2016. Studi etnobotani tumbuhan palm flora of the Lore Lindu National pangan pada suku Kaili Ija di desa Park, Central Sulawesi, Indonesia, Bora Kecamatan Sigi Biromaru Biotropia.18 : 1-20 kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Mogea JP. 2005. Diversity and density Biocelebes. Vol. 10, (1) : hal. 27-44 palms and rattans in primary forest, Pitopang R. 2007a. Komunitas Tumbuhan old secondary forest, and recent Bawah Pada 2 Tipe Hutan yang established traditional cacao and berbeda Intensitas Pemanfaatannya di coffee garden in Central Sulawesi, Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Indonesia. Abstract : Proceedings International Symposium “The

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 128 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

Tengah. Agroland. Vol. 1 Sulawesi, Indonesia. In : Proceedings (September) 2007. of International Symposium of Tropical Rainforests and Agroforests Pitopang R. 2007b. Herbarium Celebense under Global Change. October 5-9, (CEB) History, Research Activity and 2008, Kuta Bali Indonesia Achievement (2000-2007). Pitopang R, I. Lapandjang and I. Burhanuddin. 2011. Profil Herbarium Biocelebes. Vol. 1 (Desember) 2007 Celebense Dan Deskripsi 100 Jenis Pitopang, R. 2012a. Impact of forest Pohon Khas Sulawesi .Editor : Z disturbance on the structure and Basri . Edisi kedua; UNTAD Press. composition of vegetation in tropical Palu rain forest of Central Sulawesi, Pitopang, R, I Lapandjang, I Taha dan Indonesia. Biodiversitas 13 (4), 179- Safaruddin. 2012. Ten Years of The 189 Herbarium Celebense (CEB) Pitopang, R. 2012b. Struktur dan komposisi Universitas Tadulako. Proc. Soc. vegetasi pada 3 zona elevasi yang Indon.Biodiv. Intl. Conf. vol. 1: 209- berbeda di Taman Nasional Lore 214|July 2012| ISSN 2252-617X Lindu. Jurnal Nature Science. Pitopang, R, N. Ariyanto dan E. Yuniati, Desember 2012 Vol. 1.(1) 85-105 2012. Kajian Etnobotani Pada Pitopang R, S.R. Gradstein, E. Guhardja, Masyarakat “Laudje” Di Sulawesi dan P.J.A. Keßler. 2002. Tree Tengah, Indonesia. Prosiding composition in secondary forest of Seminar Biologi, Medan 11 Mei 2012 Lore Lindu National Park, Central Pitopang, R and Safaruddin. 2012. Sulawesi Indonesia. Abstract, Ethnoecological system of Tao Taa International Symposium on Land Wana tribe in the Morowali Nature Use, Nature Conservation and the Reserve, Central Sulawesi, Indonesia. Stability of Rainforest Margins in Proc Soc Indon Biodiv Intl Conf. vol. Southeast Asia, Bogor, 29 September 1(July): 209-214 – 3 October 2002 Pitopang, R dan M. Ihsan. 2014. Biodiversitas. Tumbuhan di Cagar Pitopang R, S.R. Gradstein, P.J.A. Keβler Alam Morowali Sulawesi Tengah. & E. Guhardja. 2004. 4 Years the Jurnal Natural Science. (3); hal. 287- Herbarium Celebense (CEB). Sixth 296 International Flora Malesiana Poulsen A D. 2012. Etlingera of Sulawesi. Symposium, Los Banos, Philippines, Natural History Publications 20-24 Sept. 2004. () Kota Kinabalu in Pitopang, R. S.R. Gradstein and M. association with Royal Botanic Garden Edinburgh and natural Kessler.2005. Tree Diversity in Six History Museum, University of Oslo. Land Use Types Differing in Use Kota Kinabalu, Sabah. 278. Intensity at The Lore Lindu National Puspitawati. 2001. Pemanfaatan tumbuhan Park, Central Sulawesi. Indonesia. dalam kehidupan komunitas suku Abstract in Symposium 19-23 September Gayo dan hubungannya dengan . Gottingen. Germany. 2005 kelestarian keanekaragaman hayati. Tesis Pascasarjana Universitas Pitopang, R.,H. Culmsee, H. Mangopo, M. Sumatea Utara. Medan. Kessler and S. R. Gradstein. 2008. Purwanti, Miswan dan R. Pitopang. 2016. Structure and floristic composition of Studi etnobotani pada proses ritual old growth secondary forest in Lore adat masyarakat suku Saluan di desa Lindu National Park, Central Pasokan kecamatan Walea besar

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 129 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

kabupaten Tojo Una-una Sulawesi medicinal plant in , Indonesia. Tengah. Biocelebes. Vol. 11, (1): hal. Biodiversitas. 3 (2): 231-235 46-53 Sukmawati N., E. Yuniati dan R. Pitopang. Ramadanil dan Gradstein 2003. Herbarium 2013. Studi etnobotani tumbuhan Celebense (CEB) dan Peranannya obat pada masyarakat suku Kaili Rai dalam menunjang penelitian di desa Toga kecamatan Ampibabo taksonomi tumbuhan di Sulawesi. Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Biodiversitas. Vol.6 (1): 36-41 Tengah. Vol.7. (2) : hal. 9-14 Ramadanil, 2006. Structure and Tamin, R. dan Arbain, D. 1995. composition of vegetation in six (6) Biodiversitas dan survey etnobotani. land use types in different use Makalah lokakarya Isolasi Senyawa intensity in the Lore Lindu National Berkhasiat. Kerjasama HEDS-F Park Central Sulawesi Indonesia. MIPA Universitas ANDALAS, PhD dissertation. School of Post Padang. Graduate. Bogor Agricultural Tapundu, A. S., S. Anam dan R. Pitopang. University, Bogor. Indonesia 2015. Studi etnobotani tumbuhan Ramadanil, S.S. Tjitrosudirdjo and D. obat pada suku Seko di desa Tanah Setiadi. 2008. Structure and harapan, kabupaten Sigi Sulawesi composition of understory plant Tengah. Biocelebes. Vol.9, (2): hal. assemblages of six land use types in 40-45 the Lore Lindu National Park, Central Tarigan HG. 1990. Percikan Budaya Karo. Sulawesi Indonesia. Bangladesh Cetakan Pertama. Bandung: Yayasan Journal of Plant Taxonomy. 15(1): 1- Merga Silima. Turner NJ, 1988 The 12 Importance a rose : Evaluating The Ramadanil. 2009. Keanekaragaman hayati Culture Significanse Of Plants In tumbuhan Sulawesi ; Prospek Thompson and Lilloet Interior Salish. pengembangan tantangan dan American Antrophologis (90) 1988. peranan taksonomi tumbuhan. Pidato Thomas, S. and A.Schuiteman. 2002. Pengukuhan Guru Besar di Orchids of Sulawesi and Maluku; A Universitas Tadulako Palu. 15 Preliminary Cataloque. Lyndleyana. Agustus 2009 The Scientific Journal of the Riswan S and H.S. Rumantyo. 2002. Jamu American Orchids Society. Vol 17 as Traditional Medicine in Java, (1): 1-72. Indonesia. South Paciflc Study. Vol. Thomas D C. 2010. Phylogenetic and 23 (1) : 1-10 historical biogeography of Southeast Rodrigues, J.C., L. Ascensao, M.A. Bonet Asian Begonia L (Begoniaceae). and J. Valles. 2003. An Thesis of Philosophy of ethnobotanical study of medicinal Doctor..Division of Environmental and aromatic plants in the national and Evolution of Biology. The park of “Serra de Sao Mamede, University of Glasgow. United Portugal. Ethno-pharmacology. 89: Kingdom 199-209 Thomas D C, W. H. Ardi dan M. Hughes. Roos M, P.J.A. Keβler, S.R. Gradstein 2011. Nine of new species of andP. Baas. 2004. Species diversity Begoniaceae, from South and West and endemism of 5 major Malesian Sulawesi, Indonesia. Edinburg J. of islands: diversity-area relationships. Bot. 68 (2): 225-255 Biogeogr. 31: 1893-1908 Utami, N and H. Wiriadinata, 2002. A new Sangat H. M. and I Larashati. 2002. Some species of Impatiens (Balsaminaceae) ethnopithomedical aspects and From Central Sulawesi. Blumea. J. of conservation strategy of several Plant Taxonomy. 47: 391-393.

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 130 Online Journal of Natural Science Vol 5(2) :111-131 ISSN: 2338-0950 Agustus 2016

Van Balgooy MMJ, Hovenkamp PH, Zuhud, E.A.M., A. Hikmat, Siswoyo, E. Welzen PC. 1996. Phytogeography Sandra E andN. Jamil. 2001. Buku of the Pasific- Floristic and historical acuan umum tumbuhan obat distribution pattern in plant. In The Indonesia Jilid I:dalamKajian origin and evolution of Pasific island etnobotani masyarakat di sekitar biotas. to eastern Taman Nasional Gunung Merapi. Polynesia ; pattern and process. Pp. Yayasan Sarana Wana Jaya Fakultas 191-213. edited by Keast A, Miller KehutananIPB,http://repository.ipb.ac SA. SPB academic Publishing bv. .id/handle/1234567 89/47610, Amsterdam (downloaded on: 09-02-2012) Verheij, E.W. M. and Coronel, R.E. 1992. Edible Fruits and Nuts. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA). No. 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia Whitmore, T.C., and Tantra, I.G.M. 1989. Tree Flora of Indonesia ,Checklist For Sulawesi. Published By Agency for Research and Development Forest Research and Development Center Bogor Indonesia Yonathan B. Y., Suwastika, in. dan R. Pitopang. 2015. Kajian etnobotani tumbuhan pangan pada masyarakat suku Seko di desa Tanah harapan kecamatan Palolo kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Biocelebes. Vol.10, (1) : Hal. 57-76 Yulia, C., Fahri dan R. Pitopang. 2016. Studi etnobotani tumbuhan obat pada suku Topo Uma di desa Oo Parese kecamatan Kulawi selatan, kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Biolocelebes (submitted) Yuliarsih, E. Yuniati dan R. Pitopang. 2013. Studi Etnobotani suku Tajio di desa Sienjo Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Biocelebes. Vol.7, (2): hal. 50-57 Yuzami, Hidayat S. 2002. The Unique Endemics and Rare Species Flora of Sulawesi.Bogor Botanical Garden, Bogor, Indonesia. Zulfiani, E Yuniati dan R. Pitopang. 2013. Kajian Etnobotani Suku Kaili Tara di desa Binangga kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Biocelebes. Vol.7, (2): hal. 93-100

Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi Tengah Indonesia (Ramadhanil Pitopang dan Pandji Anom Ramawangsa) 131