Analisis Implementasi Alokasi Dana Desa Pada Kota Lhokseumawe Tahun 2015 T

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Analisis Implementasi Alokasi Dana Desa Pada Kota Lhokseumawe Tahun 2015 T Analisis Implementasi Alokasi Dana Desa Pada Kota Lhokseumawe Tahun 2015 T. Fakhrial Dani, Edi Suhaimi, T. Angga Maulana ANALISIS IMPLEMENTASI ALOKASI DANA DESA PADA KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2015 Abstract T. Fakhrial Dani UU No. 6/ 2014 about village (Desa) and PP R.I No. Staf Pengajar Politeknik Negeri 22/2015 about Village Money (Dana Desa/DD) which is Lhokseumawe funded by APBN, it could be positively in improving E-mail: [email protected] village development for getting infrastructure more better and contributing national economy impact. Edi Suhaimi Detailed of DD for each districts should be allocate Staf Pengajar Universitas Malikussaleh through fairness based on basic allocation and formula Lhokseumawe allocation, that counted by number of people, number of E-mail: [email protected] poverty, size of village and geographic reached index that distribute in phase one and two about 40% and T. Angga Maulana phase three about 20%. Descriptive analytic through primer and secondary data used to gain the Politeknik Negeri understanding of DD allocation for each sub district and Lhokseumawe dused to get the barriers of distribution phenomena in E-mail: [email protected] Lhokseumawe 2015. Lhokseumawe, one of districts in Aceh Province that covered 68 villages just got village money (DD) about 1.14% from Aceh Total. Detailed DD that received for 4 sub districts in Lhokseumawe, since Keywords: the largest to smallest, Blang Mangat, Banda Sakti, Village money, basic and formula allocation, Muara Dua and Muara Satu. Caused, Blang Mangat has disbursement 22 villages (dominant) compare than other components such as number of poverty, hardly index to reach the village, number of people and large of village. Transfer of Village money absolutely received lately by village authority in every phase. It caused by transfer lately from central/region government and also the complexity of documents disbursement in the first of village money national program. Due to the victorious goal of disbursement village money (DD), in the future transfer for village should be on time as UU said as well, and the villagers can use it as their initial action plan and also government should provide assistance by coming to each village for document disbursement and responsibility. JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK 49 Volume 3 Nomor 1, Mei 2016 ISSN. 2442-7411 Analisis Implementasi Alokasi Dana Desa Pada Kota Lhokseumawe Tahun 2015 T. Fakhrial Dani, Edi Suhaimi, T. Angga Maulana PENDAHULUAN Eksistensi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, serta berlakunya UU No. 6/2014 tentang Desa, PP RI No. 22/ 2015 Tentang Dana Desa, membawa nuansa positif bagi desa agar proses pembangunan menuju ke arah yang lebih baik melalui pembangunan infrastruktur desa sehingga ekonomi desa bergerak cepat dan berkontribusi dalam ekonomi nasional. Dana desa merupakan dana APBN yang diperuntukan bagi desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Ketentuan penting yang harus dipatuhi oleh setiap desa penerima Alokasi Dana Desa (ADD) adalah memasukkan dana tersebut ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Hal ini dimaksudkan agar pertanggungjawaban ADD menyatu dengan pertanggungjawaban APBDes. Melalui mekanisme ini, pertanggungjawaban keuangan ADD dapat terjamin, karena APBDes ditetapkan dengan Qanun dan wajib dipertanggungjawabkan setiap akhir tahun anggaran sesuai ketentuan pengelolaan keuangan negara. Rincian Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan alokasi dasar dan alokasi yang dihitung dengan memperhatikan 4 (empat) komponen, yaitu : jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis desa. Data jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, dan luas wilayah desa bersumber dari kementerian yang berwenang dan/atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik. Sedangkan indeks kesulitan geografis desa disusun dan ditetapkan oleh bupati/walikota berdasarkan data dari lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik. Provinsi Aceh memperoleh ADD tahun anggaran 2015 sekitar Rp. 1,7 Triliun dimana sekitar Rp. 19,5 Miliar dialokasikan untuk Kota Lhokseumawe. Melalui ADD, pemerintah berkeyakinan bahwa pembangunan bottom up yang diinisiasi dari desa akan menstimulasi ekonomi desa untuk bergerak cepat, daya beli masyarakat meningkat, perdagangan meningkat dan industri rumahan desa berkembang. Sehingga, hal ini akan ikut mendorong gerak ekonomi di perkotaan dan selanjutnya berkontribusi pula mempercepat proses pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini mencoba menganalisis implementasi alokasi dana desa di Kota Lhokseumawe. TINJAUAN TEORITIS Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa memuat bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK 50 Volume 3 Nomor 1, Mei 2016 ISSN. 2442-7411 Analisis Implementasi Alokasi Dana Desa Pada Kota Lhokseumawe Tahun 2015 T. Fakhrial Dani, Edi Suhaimi, T. Angga Maulana memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI. Lebih lanjut, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2014, memuat beberapa ketentuan, yaitu: • Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa pemerintah dapat memprakarsai pembentukan desa di kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan nasional, ayat (2) prakarsa pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diusulkan oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terkait, ayat (3) usul prakarsa pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada Menteri. • Pasal 4, pembentukan desa oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat berupa pemekaran dari 1 (satu) desa menjadi 2 (dua) desa atau lebih; atau penggabungan bagian desa dari desa yang bersanding menjadi 1 (satu) desa atau penggabungan beberapa desa menjadi 1 (satu) desa baru. • Pasal 5 ayat (1) usul prakarsa pembentukan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dibahas oleh Menteri bersama-sama dengan menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian pemrakarsa serta pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Pada ayat (2), dalam melakukan pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat meminta pertimbangan dari menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait. Ayat (3), dalam hal hasil pembahasan usul prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disepakati untuk membentuk desa, Menteri menerbitkan keputusan persetujuan pembentukan desa. Ayat (4), keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib ditindaklanjuti oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota dengan menetapkannya dalam peraturan daerah kabupaten/kota tentang pembentukan desa. Selanjutnya, pada ayat (5), Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus sudah ditetapkan oleh bupati/walikota dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak ditetapkannya Keputusan Menteri. Eko (2015:85) menyatakan “Desa merupakan wadah kolektif dalam bernegara dan bermasyarakat. Pertama, desa menjadi basis identitas dan basis sosial atau menjadi basis memupuk modal sosial, yakni memupuk tradisi solidaritas, kerjasama, swadaya, gotong royong secara inklusif yang melampaui batas- batas eksklusif seperti kekerabatan, suku, agama, aliran atau sejenisnya. Kedua, desa memiliki kekuasaan dan berpemerintahan, yang di dalamnya mengandung otoritas (kewenangan) dan akuntabilitas untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat”. JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK 51 Volume 3 Nomor 1, Mei 2016 ISSN. 2442-7411 Analisis Implementasi Alokasi Dana Desa Pada Kota Lhokseumawe Tahun 2015 T. Fakhrial Dani, Edi Suhaimi, T. Angga Maulana Pemerintah desa berperan sebagai pembina, pengayom, dan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa. Penyelenggaraaan pemerintahan desa merupakan sub sistem dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan nasional, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Dalam UU No. 6/2014 juga tersebutkan bahwa “Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa”. Lebih lanjut, dalam UU tersebut juta tertuang bahwa fungsi pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Silahudin (2015:29) mendefinisikan pemerintah desa merupakan kepala desa serta perangkatnya yang bisa mengelola sumberdaya desa untuk kebutuhan masyarakat, merumuskan dengan baik kebutuhan masyarakat dan membuat perencanaan desa yang baik dengan ketentuan skala prioritas, meningkatkan kemampuan mengimplementasikan peraturan UU Desa secara baik dan turunannya, serta mengelola keuangan desa dengan prinsip partisipatif, transparan dan akuntabel. UU No. 6/2014, Pasal 18 Tentang Kewenangan Desa yang meliputi kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Hal yang sama juga
Recommended publications
  • BUMG Yang Mensejahterakan, Antara Peluang Dan Tantangan (Studi Dilingkungan Pemerintah Kota Lhoksuemawe)
    P-ISSN 2355-309X , E-ISSN 2622-8696 Jurnal Reformasi Administrasi : Jurnal Ilmiah untuk Mewujudkan Masyarakat Madani 96 Vol 7, No. 2, September 2020, pp. 96-106 BUMG Yang Mensejahterakan, Antara Peluang Dan Tantangan (Studi Dilingkungan Pemerintah Kota Lhoksuemawe) Muhammad a,1,* , Rudi Kurniawan b,2 a,b Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Nasional – Lhokseumawe 1 [email protected] *; 2 [email protected] * corresponding author ARTICLE INFO ABSTRACT The policy of issuing Law Number 6 of 2014 concerning Villages is the basis for allocating funds for development and empowerment of villages, which are the basis of society and the nation at the lowest level of government called Gampong. The funds allocated for the Gampong come from the APBN, Provincial APBD or Regency / City APBK. Through this policy, it is hoped that the Gampong will develop into an independent Gampong that is able to organize and take care of Keywords itself. The allocation of Gampong funds is directed to finance Gampong Mandiri; government activities, development and community empowerment. BUMG; Specifically for the economic sector in Gampong, the government Local Wisdom; established a Village-Owned Enterprise (BUMG) which is a strategic SWOT business driver for collective economic development in order to improve the quality of life and create a prosperous society. BUMG is a form of Gampong economic independence with financial support through APBK as a capital to move strategic and potential business units based on local wisdom, with the final hope that there will be a transformation from a helpless village to a more capable and government driven village to a capable independent village organize and take care of itself.
    [Show full text]
  • Profil Kota Lhokseumawe
    Profil Kota Lhokseumawe Ibukota : Lhokseumawe Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur (Aceh Utara) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dewantara (Aceh Utara) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu (Aceh Utara) Luas : ± 181,06 km² Letak Koordinat : 96°20' – 97°21' BT dan 04°54' - 05°18' LU Jumlah Penduduk : 181.976 Jiwa (2013) Kecamatan : 4 Mukim : 9 Desa/kelurahan : 68 Kode area telepon : 0645 Situs web resmi : http://www.lhokseumawekota.go.id/ Lambang Peta Bupati Wakil Bupati Suaidi Yahya Nazaruddin 2012 - 2017 2012 - 2017 Lhokseumawe Dalam Angka 2014 SARANA TRANPORTASI : Bandara : Malikus Saleh Pelabuhan : Krueng Geukeuh SARANA WISATA : 1. Pantai Ujong Blang 2. Pantai Pulau Semadu 3. Aliran Sungai StadionReklamasi 4. Pantai Lancok 5. Pantai Pelabuhan KP3 6. Resevoir/Pusong Pemerintahan Jumlah Mukim dan Desa Dirinci Per Kecamatan Tahun 2012 No Kecamatan Mukim Desa 1 Banda Sakti 2 18 2 Muara Dua 2 17 3 Muara Satu 2 11 4 Blang Mangat 3 22 Nama Mukim dan Desa Dirinci Per Kecamatan Tahun 2012 No Kecamatan Mukim Desa 1 Banda Sakti Lhokseumawe Kuta Blang Selatan Kota Lhokseumwe Mon Geudong Keude Aceh Simpang Empat Pusong Lama Lancang Garam Pusong Baru Jawa Baru Lhokseumawe Utara Jawa Lama Hagu Teungoh Uteun Bayi Ujong Blang Hagu Selatan Tumpok Teungoh Hagu Barat Laut Ulee Jalan Banda Masen Lhokseumawe Dalam Angka 2014 2 Muara Dua Mukim Kandang Alue Awe Blang Crum Cut Mamplam Meunasah Mee Cot Girek Meunasah Manyang Meunasah Blang Cunda Keude
    [Show full text]
  • Kota Lhokseumawe
    PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA LHOKSEUMAWE NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA LHOKSEUMAWE LHOKSEUMAWE ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri dan memiliki kemampuan yang cukup untuk benar-benar mandiri. Kemampuan yang tidak hanya dari segi ekonomi juga, namun termasuk pula keamanan. Karena dalam 2 tahun terakhir ini, keamanan menjadi sangat mahal di kota ini, akibat dari pemisahan dirinya dari Kabupaten Aceh Utara menjadi kota otonom sejak tahun 2001. Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA LHOKSEUMAWE No. Kecamatan Luas (Km²) Kota Lhokseumawe terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan 1. Muara Dua 113,70 Muara Dua, Kecamatan Banda 2. Banda Sakti 11,24 Sakti, Kecamatan Blang Mangat 3. Blang Mangat 56,12 seluas 181,06 km2 dengan jumlah Total 148.301 penduduk keseluruhan sejumlah 148.301 jiwa. Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe, 2003 Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Muara Dua (113,7 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Banda Sakti (11,24 km2). Wilayah ini memiliki 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Blang Mangat. Ibukota Lhokseumawe sendiri berada di Kecamatan Banda Sakti, dimana kegiatan perdagangan sangat menonjol di daerah ini. Sedangkan kegiatan industri menonjol pada Kecamatan Muara Dua. Kecamatan Blang Mangat menyimpan potensi pertanian dan sumber daya alam. Kegiatan ekonomi yang berlangsung di kota ini adalah industri dan perdagangan, dimana perdagangan merupakan sektor yang utama, terutama pada transaksi jual beli kebutuhan sehari-hari. Kecamatan Blang Mangat menyimpan potensi pertanian dan sumber daya alam. Tak heran jika penduduknya paling banyak bekerja di lapangan usaha ini.
    [Show full text]
  • KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 L P L + P Satuan A
    RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 ANGKA/NILAI NO INDIKATOR No. Lampiran L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463 170.504 Jiwa Tabel 2 4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 25,3 Jiwa Tabel 1 5 Kepadatan Penduduk /Km2 941,7 Jiwa/Km2 Tabel 1 6 Rasio Beban Tanggungan 48,5 Tabel 2 7 Rasio Jenis Kelamin 88,5 Tabel 2 8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 80,8 78,5 76,1 % Tabel 4 9 Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan tertinggi SMP+ 66,6 65,7 66,1 % Tabel 5 B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian 10 Jumlah Lahir Hidup 0 0 3.782 Bayi Tabel 6 11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) #DIV/0! #DIV/0! 5,8 Tabel 6 12 Jumlah Bayi Mati - - 3 Bayi Tabel 7 13 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 0,0 0,0 0,8 per 1.000 KH Tabel 7 14 Jumlah Balita Mati 0 0 0 Balita Tabel 7 15 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 0,0 0,0 0,0 per 1.000 KH Tabel 7 16 Jumlah Kematian Ibu 7 Ibu Tabel 8 17 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 185,1 per 100.000 KH Tabel 8 B.2 Angka Kesakitan 18 AFP Rate (non polio) < 15 th 15,55 per 100.000 pend <15thn Tabel 9 19 Angka Insidens TB Paru 94 48 69,21 per 100.000 penduduk Tabel 10 20 Angka Prevalensi TB Paru 209 140 134,31 per 100.000 penduduk Tabel 10 21 Angka kematian akibat TB Paru 1 0 0,59 per 100.000 penduduk Tabel 10 22 Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) 53,19 32,58 43,22 % Tabel 11 23 Success Rate TB Paru 95,65 100,00 96,99 % Tabel 12 24 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 0 0 7,255781029 % Tabel 13 25 Jumlah Kasus Baru HIV 0 0 0 Kasus Tabel 14 26 Jumlah Kasus Baru AIDS 1 0 1 Kasus Tabel 14 27 Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya 0 0 0 Kasus Tabel 14 ANGKA/NILAI NO INDIKATOR No.
    [Show full text]
  • HC Sample Survey2 Teams' Observation Report
    Teams’ Observation Report ─ HOST COMMUNITY STUDY During the period between 20 January and 16 February 2006, CARDI-NRC’s camp monitoring teams conducted a survey among IDPs residing with host families. The survey has provided a great deal of useful and interesting quantitative data on a variety of issues concerning this group of IDPs. Aceh Singkil Two teams worked in Aceh Singkil. The sample size of 66 households were spread over four different sub-districts: No. of Sub-district Village households interviewed Subussalam Utara 5 Simpang Kiri Subussalam Selatan 8 Tangga Besi 3 Kilangan 1 Singkil Ujung 4 Rundeng Badar 28 Lae Bersih 12 Penanggalan Penanggalan 5 The following is their observations and findings in the area. Both teams found it difficult to identify IDPs displaced by the tsunami. They believe the reason for this is that: a) there is little or no assistance provided to IDPs in this district. Therefore tsunami IDPs would probably go somewhere else where assistance is more regular. b) Aceh Singkil was not heavily affected by the tsunami, rather it was affected by earthquake(s). The teams identified more conflict IDPs than tsunami IDPs. However the conflict IDPs were not registered by the community leaders in the surveyed areas. Allegedly this was ordered by the Camats. 1 In the areas which the teams surveyed it was discovered that the local communities had provided the IDPs with land on which to build shelters. The local communities hoped this would help the IDPs to establish themselves. Local cases Sub-district: Rundeng The teams identified a group of conflict IDPs.
    [Show full text]
  • Region Kabupaten Kecamatan Kelurahan Alamat Agen Agen Id Nama Agen Pic Agen Jaringan Kantor
    REGION KABUPATEN KECAMATAN KELURAHAN ALAMAT AGEN AGEN ID NAMA AGEN PIC AGEN JARINGAN_KANTOR NORTHERN SUMATERA ACEEH UTARA DEWANTARA ULEE PULO GAMPONG ULEE PULO 213IB0107P000076 INDI CELL INDIRA MAYA RISWADANA PENSION LHOKSEUMAWE NORTHERN SUMATERA ACEEH UTARA SEUNUDDON ALUE CAPLI DUSUN MATANG ARON 213IB0115P000048 DUA PUTRA MANDIRI RATNA JELITA PENSION LHOKSEUMAWE NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET DUSUN KRUENG CUT 213IA0115P000031 KIOS NASI IBU BETA SURYANI PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P000039 KIOS WARKOP PAYONG 1903 HERI DARMANSYAH PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P005130 MOCHY CELL ERNI PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P010046 KIOS ARRAHMAN ARAHMAN KAUNUS PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P000026 KIOS ZAIMAN ZAIMAN NURDIN S.PT PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM CADEK JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P010008 ARITA NEW STEEL MASRI PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM CADEK JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P005091 USAHA HIJRAH SYAIF ANNUR PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM CADEK JL MALAHAYATI 213IA0115P005080 USAHA BARU T ISKANDAR PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM CADEK JL. LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P000004 PUTRA MAMA ANWARDI PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH
    [Show full text]
  • Download Data Imum Masjid Pdf -.:: Pemerintah Kota Lhokseumawe
    DATA IMUM MESJID DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE NO NAMA NAMA MESJID ALAMAT/GAMPONG KECAMATAN TIPOLOGI 1 2 3 4 5 6 1 Tgk. H. M. Yusuf Ali, BA Masjid Agung Islamic CentreSimpang Empat BANDA SAKTIMasjid Agung Kota Lhokseumawe 2 Drs. Tgk.H. Baihaqi M Baiturrahman Lancang Garam BANDA SAKTI Masjid Gampong 3 Tgk Afdal (Sementara) Jamik Lancang Garam BANDA SAKTI Masjid Jamik 4 Tgk. Hanafiah Ma'awiyah Syuhada Mon Geudong BANDA SAKTI Masjid Kecamatan 5 Tgk. Zarkasyi, S.HI, MA Al - Falah Keude Aceh BANDA SAKTI Masjid Gampong 6 Tgk. H. Zulkhaidir Al - Fitrah Jawa Lsm BANDA SAKTI Sda 7 Tgk. H. Muslim Abdul Hamid Al - Azhar Pusong BANDA SAKTI Sda 8 Tgk. Ibrahim Yusuf Syuhada Kp. Jawa Lhokseumawe BANDA SAKTI Sda 9 Tgk. Usman Ahmad, S. Ag Taqwa Kp. Jawa Baru BANDA SAKTI Sda 10 Tgk. Abdul Muthaleb Baiturrahim Uteun Bayi BANDA SAKTI Sda 11 Tgk. Amirullah M.Diah Lc Darussalam Hagu selatan BANDA SAKTI Sda 12 Tgk. H. Azhari Abdullah Al-Muttaqin Hagu Tengah BANDA SAKTI Sda 13 Tgk. Rusydi hanafiah Nurul Yaqin Ujong Blang BANDA SAKTI Sda 14 Tgk. Sulaiman Darul Bahar Hagu Barat Laut BANDA SAKTI Sda 15 Tgk. H. Ibrahim Abidin Baitul Khairat Ulee Jalan BANDA SAKTI Sda 16 Tgk. Razali Idris Al - Mukhlisin Teumpok Teungoh BANDA SAKTI Sda 17 Tgk. Ighfar daud Al- Atqa Kota Lhokseumawe BANDA SAKTI Sda 18 Tgk. H. Saiful Anwar Baitul Huda Kutablang BANDA SAKTI Sda 18 Tgk. H. Mukhtaruddin Ubudiyah Punteuet Blang Punteuet Blang Mangat Masjid Kecamatan 19 Tgk. Abdussalam At-Taqwa Masjid Punteut Blang Mangat Masjid Gampong 20 Tgk.
    [Show full text]
  • Phonological and Lexical Variations Within Aceh Pidie and Northern Aceh Dialects
    INTERNATIONAL JOURNAL FOR INNOVATIVE RESEARCH IN MULTIDISCIPLINARY FIELD ISSN – 2455-0620 Volume - 3, Issue - 7, July - 2017 Phonological and Lexical Variations within Aceh Pidie and Northern Aceh Dialects Muhammad Nazar1, Robert Sibarani2, Nadra,3 and Ridwan Hanafiah4 1, 2, 4 Post-Graduate Department of Linguistics, Faculty of Cultural Sciences, University of Sumatera Utara, Medan, Indonesia. 3 Faculty of Cultural Sciences, University of Negeri Andalas, Padang, Indonesia Email - [email protected] Abstract: Objectives: The main purpose of this study is to explore the dialects of Aceh Pidie and Northern Aceh with special attention to phonological and lexical variations among them. Method: With comparative descriptive for its empirical data, this study was carried out in Pidie dan Pidie Jaya, Northern Aceh, Lhokseumawe Municipality and Bireun regencies and one hundred informants were involved from ten observation points. The research instrument used to explore the data was in the form of observation, documents, and interviews. There were two methods in the provision of data, namely conversing and hearing methods. Findings: The results showed Acehnese had 25 sound variations and eight vowels. Usage area of Aceh Pidie vocabulary is more dominant than Pidie Jaya while Jeumpa and Lhokseumawe dialects are partly used by Northern Aceh. Improvements: The literary studies on Aceh’s dialects are not equally developed because of some limitations of the availability of linguists who devoted themselves in this area. Some comprehensive studies were carried out by MA and Ph.D. students, while others were performed by Badan Bahasa which just outlined this language. Key Words: Aceh Pidie, dialects, Northern Aceh, phonological and lexical variations.
    [Show full text]
  • BAB - 2 Profil Kota Lhokseumawe
    RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021 BAB - 2 Profil Kota Lhokseumawe 2.1 WILAYAH ADMINISTRASI Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota di Provinsi Aceh yang berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatera, di antara Banda Aceh dan Medan, sehingga kota ini merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi Aceh. Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi pemerintah kota berdasarkan Undang- undang Nomor 2 Tahun 2001. Sejarah Sebelum abad ke-20, negeri ini telah diperintah oleh Uleebalang Kutablang. Tahun 1903 setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, Aceh mulai dikuasai. Lhokseumawe menjadi daerah taklukan dan mulai saat itu status Lhokseumawe menjadi Bestuur Van Lhokseumawe dengan Zelf Bestuurder adalah Teuku Abdul Lhokseumawe tunduk di bawah Aspiran Controeleur dan di Lhokseumawe berkedudukan juga Wedana serta Asisten Residen atau Bupati. Pada dasawarsa kedua abad ke-20 itu, di antara seluruh daratan Aceh, salah satu pulau kecil luas sekitar 11 km² yang dipisahkan Sungai Krueng Cunda diisi bangunan- bangunan Pemerintah Umum, Militer dan Perhubungan Kereta Api oleh Pemerintah Belanda. Pulau kecil dengan desa-desa Kampung Keude Aceh, Kampung Jawa, Kampung Kutablang, Kampung Mon Geudong, Kampung Teumpok Teungoh, Kampung Hagu, Kampung Uteuen Bayi dan Kampung Ujong Blang yang keseluruhannya baru berpenduduk 5.500 jiwa secara jamak disebut Lhokseumawe. Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud embrio kota yang memiliki pelabuhan, pasar, stasiun kereta api dan kantor-kantor lembaga pemerintahan. Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Pemerintahan Negara Republik Indonesia belum terbentuk sistemik sampai kecamatan ini. Pada mulanya Lhokseumawe digabung dengan Bestuurder Van Cunda. Penduduk didaratan ini makin ramai berdatangan dari daerah sekitarnya seperti Buloh Blang Ara, Matangkuli, Blang Jruen, Lhoksukon, Nisam, Cunda serta Pidie.
    [Show full text]
  • Indonesia – Aceh – Chinese – Jehovah's Witnesses
    Refugee Review Tribunal AUSTRALIA RRT RESEARCH RESPONSE Research Response Number: IDN31733 Country: Indonesia Date: 9 May 2007 Keywords: Indonesia – Aceh – Chinese – Jehovah’s Witnesses This response was prepared by the Country Research Section of the Refugee Review Tribunal (RRT) after researching publicly accessible information currently available to the RRT within time constraints. This response is not, and does not purport to be, conclusive as to the merit of any particular claim to refugee status or asylum. Questions 1. Please provide relevant background on the circumstances of ethnic Chinese and Jehovah’s Witnesses in Aceh. 2. Please provide information on the separatist movement in Aceh. Response 1. Please provide relevant background on the circumstances of ethnic Chinese and Jehovah’s Witnesses in Aceh. Ethnic Chinese in Aceh A search of the sources indicated that there are no current reports on harassment of ethnic Chinese and Jehovah’s Witnesses in Indonesia. However, Research Response IDN17775 of 7 February 2006 sourced a Wall Street Journal article that provided information on the Chinese community, which owns about 50 to 70 per cent of the private sector businesses and trade in essential goods like cooking oil, rice and coffee. The response also quoted an Agence France- Presse report that alleged that few ethnic Chinese who remained in Aceh after the 2004 Asian Tsuanami had their property looted and were not given protection by the security forces. There were also rumours, circulated via mobile-telephone messaging, that ethnic Chinese who had been displaced from Aceh were suffering discrimination, and even physical attacks, in refugee centres. Credible ethnic Chinese sources found the messages to be largely untrue.
    [Show full text]
  • Profil Kota Lhokseumawe
    Profil Kota Lhokseumawe Ibukota : Banda Sakti Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Malaka (Kabupaten Aceh Utara) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dewantara (Kabupaten Aceh Utara) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu (Kabupaten Aceh Utara) Luas : ± 181,06 km² Letak Koordinat : 96° 20’ - 97°21’ BT dan 04° 54’ - 05° 18’ LU Jumlah Penduduk : Jiwa (2010) Kecamatan : 4 Mukim : 9 Desa/kelurahan : 68/0 Kode area telepon : - Situs web resmi : - Lambang Peta SARANA WISATA : 1. Pantai ujung Blang 2. Pulau Seumadu 3. Air Terjun Blang Kolam 4. Pusat Latihan gajah Sumber : Lhokseumawe Dalam Angka 2012 Pemerintahan Jumlah Mukim dan Gampong Dirinci Per Kecamatan Tahun 2011 No Kecamatan Mukim Gampong 1 Blang Mangat 3 22 2 Muara Dua 2 17 3 Muara Satu 2 11 4 Banda Sakti 2 18 Nama Mukim dan Nama Gampong Tahun 2011 No Kecamatan Mukim Gampong 1 Blang Mangat Meuraksa Kuala Blang Cut Mesjid Meuraksa Jambo Timu Tunong Blang Teue Teungoh Punteut Baloy Blang Punteut Kumbang Punteut Mesjid Punteut Ulee Blang Mane Keude Punteut Mane Kareung Asan Kareung Mangat Makmu Rayeuk Kareung Alue Lim Blang Buloh Blang Weu Panjou Jeulikat Seuneubok 2 Muara Dua Kandang Alue Awe Blang Crum Cut Mamplam Meunasah Mee Cot Girek Meunasah Manyang Meunasah Blang Keude Cunda Uteun Kot Lhok Mon Puteh Meunasah Mesjid Panggoi Paya Bili Meunasah Alue Paya Punteut Sumber : Lhokseumawe Dalam Angka 2012 No Kecamatan Mukim Gampong Blang Pohroh Paloh Batee 3 Muara Satu Paloh Timur Cot Trieng
    [Show full text]
  • Contemporary Islamic Law in Indonesia : Sharia and Legal Pluralism Arskal Salim
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by eCommons@AKU eCommons@AKU Exploring Muslim Contexts ISMC Series 2-2015 Volume 6: Contemporary Islamic Law in Indonesia : Sharia and Legal Pluralism Arskal Salim Follow this and additional works at: https://ecommons.aku.edu/uk_ismc_series_emc Part of the Islamic World and Near East History Commons Recommended Citation Salim, A. (2015). Volume 6: Contemporary Islamic Law in Indonesia : Sharia and Legal Pluralism Vol. 6, p. 232. Available at: https://ecommons.aku.edu/uk_ismc_series_emc/8 Contemporary Islamic Law in Indonesia Exploring Muslim Contexts Series Editor: Farouk Topan Ethnographies of Islam: Ritual Performances and Everyday Practices Edited by Badouin Dupret, Thomas Pierret, Paulo Pinto and Kathryn Spellman-Poots The Challenge of Pluralism: Paradigms from Muslim Contexts Edited by Abdou Filali-Ansary and Sikeena Karmali Ahmed Cosmopolitanisms in Muslim Contexts: Perspectives from the Past Edited by Derryl MacLean and Sikeena Karmali Ahmed Genealogy and Knowledge in Muslim Societies: Understanding the Past Edited by Sarah Bowen Savant and Helena de Felipe Development Models in Muslim Contexts: Chinese, ‘Islamic’ and Neo-liberal Alternatives Edited by Robert Springborg Contemporary Islamic Law in Indonesia: Sharia and Legal Pluralism Arskal Salim www.euppublishing.com/series/ecmc Islam ContemporaryBetween Message Islamicand History Law in Indonesia ABDELMADJID CHARFI Sharia andTranslated Legal by Pluralism David Bond Edited by AbdouArskal Filali-Ansary
    [Show full text]