RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA 2017 - 2021

BAB - 2 Profil Kota Lhokseumawe

2.1 WILAYAH ADMINISTRASI

Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota di Provinsi yang berada persis di tengah-tengah jalur timur

Sumatera, di antara dan , sehingga kota ini merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang

sangat penting bagi Aceh. Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi pemerintah kota berdasarkan Undang-

undang Nomor 2 Tahun 2001.

Sejarah

Sebelum abad ke-20, negeri ini telah diperintah oleh Uleebalang Kutablang. Tahun 1903 setelah perlawanan

pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, Aceh mulai dikuasai. Lhokseumawe menjadi daerah

taklukan dan mulai saat itu status Lhokseumawe menjadi Bestuur Van Lhokseumawe dengan Zelf Bestuurder

adalah Teuku Abdul Lhokseumawe tunduk di bawah Aspiran Controeleur dan di Lhokseumawe berkedudukan

juga Wedana serta Asisten Residen atau Bupati. Pada dasawarsa kedua abad ke-20 itu, di antara seluruh

daratan Aceh, salah satu pulau kecil luas sekitar 11 km² yang dipisahkan Sungai Krueng Cunda diisi bangunan-

bangunan Pemerintah Umum, Militer dan Perhubungan Kereta Api oleh Pemerintah Belanda. Pulau kecil

dengan desa-desa Kampung Keude Aceh, Kampung Jawa, Kampung Kutablang, Kampung Mon Geudong,

Kampung Teumpok Teungoh, Kampung Hagu, Kampung Uteuen Bayi dan Kampung Ujong Blang yang

keseluruhannya baru berpenduduk 5.500 jiwa secara jamak disebut Lhokseumawe. Bangunan demi bangunan

mengisi daratan ini sampai terwujud embrio kota yang memiliki pelabuhan, pasar, stasiun kereta api dan

kantor-kantor lembaga pemerintahan. Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Pemerintahan Negara Republik

Indonesia belum terbentuk sistemik sampai kecamatan ini. Pada mulanya Lhokseumawe digabung dengan

Bestuurder Van Cunda. Penduduk didaratan ini makin ramai berdatangan dari daerah sekitarnya seperti Buloh

Blang Ara, Matangkuli, Blang Jruen, Lhoksukon, Nisam, Cunda serta Pidie. Pada tahun 1956 dengan Undang-

undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, terbentuk daerah-daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkup

daerah Provinsi Sumatera Utara, di mana salah satu kabupaten diantaranya adalah Aceh Utara dengan

2- 1

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

ibukotanya Lhokseumawe. Kemudian Pada Tahun 1964 dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh

Nomor 34/G.A/1964 tanggal 30 November 1964, ditetapkan bahwa kemukiman dalam Kecamatan

Muara Dua, dijadikan Kecamatan tersendiri dengan nama Kecamatan Banda Sakti. Berdasarkan Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, berpeluang meningkatkan status

Lhokseumawe menjadi Kota Administratif, pada tanggal 14 Agustus 1986 dengan Peraturan Daerah Nomor 32

Tahun 1986 Pembentukan Kota Administratif Lhokseumawe ditandatangani oleh Presiden Soeharto, yang

diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Soeparjo Roestam pada tanggal 31 Agustus 1987. Dengan adanya hal

tersebut maka secara dejure dan de facto Lhokseumawe telah menjadi Kota Administratif dengan luas wilayah

253,87 km² yang meliputi 101 desa dan 6 kelurahan yang tersebar di lima kecamatan yaitu: Kecamatan Banda

Sakti, Kecamatan , Kecamatan Dewantara, Kecamatan Muara Batu dan Kecamatan .

Sejak tahun 1988 gagasan peningkatan status Kotif Lhokseumawe menjadi Kotamadya mulai diupayakan

sehingga kemudian lahir UU Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe tanggal 21 Juni

2001 yang ditandatangani Presiden RI , yang wilayahnya mencakup tiga kecamatan, yaitu:

Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Blang Mangat.

2.1.1 Profil Geografi Secara Geografis Kota Lhokseumawe berada pada posisi 04° 54’ – 05° 18’ Lintang Utara dan 96° 20’ – 97° 21’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut:  Sebelah Utara dengan Selat Malaka.  Sebelah Barat dengan Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara.  Sebelah Selatan dengan Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara.  Sebelah Timur dengan Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara. Kota Lhokseumawe memiliki luas wilayah 181,10 km², yang secara Administratif Kota Lhokseumawe terbagi kedalam 4 Kecamatan dan 68 Gampong. Kecamatan-kecamatan di Kota Lhokseumawe: 1. Kecamatan Banda Sakti 2. Kecamatan Muara Dua 3. Kecamatan Blang Mangat 4. Kecamatan Secara administratif, Kota Lhokseumawe dibagi ke dalam 4 (empat) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Banda

Sakti, Muara Dua, Blang Mangat dan Muara Satu yang merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Muara

Dua sejak tahun 2006. Keempat kecamatan ini melingkupi 9 (sembilan) Kemukiman, dan 68 (enam puluh dua)

Desa/Gampong. Muara Dua merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas. Kecamatan ini memiliki

2- 2

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

luas 57,80 Km2 atau hampir 31,92% dari keseluruhan luas wilayah kota ini. Kecamatan Blang Mangat memiliki

luas wilayah seluas 56,12 Km2 atau 31% dari luas kota Lhokseumawe. Sementara Banda Sakti adalah

kecamatan paling kecil luas wilayahnya, yaitu hanya 11,24 Km2 atau 6,21% dari total luas daerah ini.

Kecamatan Muara Satu, sebagai wilayah pemekaran dari Kecamatan Muara Dua memiliki luas 55,90 Km2

(30,87%).

Tabel 2.1 Luas Kecamatan, Banyaknya Kelurahan, Lingkungan dan Kemukiman Menurut Kecamatan di Kota Lhokseumawe;

Luas Wilayah Jumlah Desa No. Kecamatan Jumlah Mukim (Km2) Blang Mangat 56.12 3 22 1.

Muara Dua 57.80 2 17 2.

Muara Satu 55.90 2 11 3.

Banda Sakti 11.24 2 18 4.

Jumlah 181.06 9 68 Sumber : Kota Lhokseumawe dalam angka tahun 2014

LUAS WILAYAH LHOKSEUMAWE MENURUT KECAMATAN

[CATEGORY NAME] [PERCENTAGE] Banda Sakti 6% Muara Dua Muara Dua 32% Muara Satu Blang Mangat Banda Sakti 31% Blang Mangat

2- 3

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Tabel 2.2 Nama Mukim dan Desa di Rinci Perkecamatan

2- 4

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Sumber : Kota Lhokseumawe dalam angka tahun 2014

Gambar 2.2 Peta Kota Lhokseumawe

2- 5

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2.2 Potensi Wilayah Kota Lhokseumawe

2.2.1 Potensi Wisata Kota Lhokseumawe

Objek wisata di KotaLhokseumawe.yang potensial dan telah mulai dimanfaatkan sebelumnya dapat

dibedakan menurut bentuk objeknya, yaitu:

a. Wisata Alam, terdiri dari:

- Pantai Ujong Blang, di Gampong Ujong Blang-Kecamatan Banda Sakti;

- Pulau Semadu, di Gampong Rencong-Kecamatan Muara Satu;

- Pantai Pulo Daruet, di Gampong Kandang-Kecamatan Muara Dua;

b. Wisata Budaya, terdiri dari:

- Benteng (Kurok-rok) Tentara Jepang, di Gampong Ujong Blang-Kec. Banda Sakti;

- Gua Jepang Cot panggoi, di Gampong Blang Panyang-Kec. Muara Satu;

- Meriam Belanda, di Gampong Kuta Blang-Kec. Banda Sakti;

- Tugu Perlawanan TKR, di Gampong Puekan Cunda-Kec. Muara Dua;

- Tugu Lokasi Syahid Tgk. Abdul Jalil Cot Plieng, di Gampong Buloh-Kec. Blang Mangat;

2- 6

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

- Tiang Gantungan Tgk. Chik Ditunong, di Gampung Jawa Lama-Kec. Banda Sakti;

- Mon Tujuh, di Gampong Buket Rata-Kec. Blang Mangat;

- Makam Tgk. Dilhokseumawe, di di Gampung Banda Masen-Kec. Banda Sakti;

- MakamTgk. Chik Ditunong, di Gampung Mon Geudong-Kec. Banda Sakti;

- Makam Prajurit Tgk. Abdul Jalil Cot Plieng, di Gampong Buloh-Kec. Blang Mangat;

- Makam Mualim Taufiq Shaleh, di Gampong Blang Weu Baroh-Kec. Blang Mangat;

- Makam Putroe Neng, di Gampong Blang Pulo-Kec. Muara Satu;

- Makam Tgk. Syiah Hudam, di Gampong Blang Pulo-Kec. Muara Satu;

- Makam Tgk. Chik Dipaloh, di Gampong Cot Trieng-Kec. Muara Satu;

- Makam Tgk. Jrad Meuindram, di Gampong Cot Trieng-Kec. Muara Satu;

- Makam Tgk. Chik Buket Bruek Kreung, di Gampong Cot Trieng-Kec. Muara Satu;

- Musium P. Ramli, di Gampong Paloh Pineng-Kec. Muara Dua;

c. Wisata Buatan, terdiri dari: - Reservoir (Waduk), di Gampong Pusong-Kec. Banda Sakti; - Taman Riyadah, di Kec. Banda Sakti; - Taman Mangat Ceria, di Kec. Blang Mangat. 2.2.2 Profil Ekonomi Kota Lhokseumawe selain sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomian juga termasuk pusat

perdagangan. Banyak perusahaan barang dan jasa yang melakukan aktifitas kegiatannya di Kota

Lhokseumawe. Selain perusahaan besar, pedagang usaha menengah dan kecil yang berskala mikro tampak

mewarnai kehidupan perekonomian di sektor perdagangan yang marak berkembang disebagian besar

masyarakat Kota Lhokseumawe. Secara kuantitas mungkin perkembangan tersebut tidak merupakan

masalah, tetapi dari segi kualitas masih perlu dikembangkan dan ditingkatkan melalui penciptaan usaha yang

kondusif dalam memanfaatkan setiap peluang yang ada bagi para pengusaha untuk mampu bersaing dan

meningkatkan produksinya dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumber daya yang tersedia,

terutama sumber daya lokal.

2.2.3 Struktur Ekonomi

2- 7

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Besarnya sumbangan sektor sekunder disebabkan oleh sektor industri pengolahan yang memberikan

sumbangan mencapai 49,92 persen pada tahun 2010. Besarnya sumbangan sektor tersebut terutama

disumbangkan oleh industri pengolahan gas alam, meskipun dalam kurun waktu 2007-2010 sektor ini

cenderung menurun yang diakibatkan semakin berkurangnya produksi gas alam cair. Kelompok tersier

yang terdiri dari empat sektor merupakan penyumbang kedua terbesar komponen PDRB Kota

Lhokseumawe. Kelompok ini menyumbangkan 37,33 persen dari total PDRB Kota Lhokseumawe. Nilai ini

terus mengalami peningkatan selama kurun waktu 2007-2010. Sektor yang paling dominan dalam

kelompok tersier yaitu dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai angka sebesar 26,77

persen. Sementara itu, sektor-sektor pada kelompok primer yang terdiri dari sektor pertanian dan

pertambangan penggalian pada tahun 2010 hanya memberikan kontribusi sebesar 4,91 persen yang

sebesar 4,74 persen berasal dari pertanian dan sisanya 0,17 persen berasal dari sektor pertambangan dan

penggalian.

Secara umum struktur ekonomi Kota Lhokseumawe dengan memasukkan unsur migas masih di dominasi

oleh sektor-sektor pada kelompok sekunder selama periode 2007-2010, walaupun mempunyai

kecenderungan menurun setiap tahunnya pada periode 2007-2010.

Dari tabel 2.4 terlihat bahwa sejak tahun 2007 ada kecenderungan sumbangan kegiatan tersier terhadap

PDRB terus meningkat sehingga menempati urutan kedua setelah sumbangan sektor sekunder yang

cenderung terus menurun. Untuk lebih jelasnya tentang struktur perekonomian dengan minyak dan gas

tahun 2007-2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Struktur Perekonomian dengan Minyak & Gas

2- 8

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Sektor 2007 2008 2009* 2010** 1 2 3 4 5 Primer 4,67 4,57 4,77 4,91 1. Pertanian 4,52 4,43 4,61 4,74 2. Pertambangan & Penggalian 0,15 0,15 0,16 0,17

Sekunder 71,28 67,14 62,48 57,76 3. Industri Pengolahan 67,32 62 55,84 49,92 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,05 0,06 0,07 0,09 5. Konstruksi 3,9 5,08 6,58 7,75

Tersier 24,05 28,29 32,75 37.33 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16,79 20,3 23,45 26,77 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,76 4,27 5,09 6,09 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,81 0,98 1,26 1,48 9. Jasa-jasa 2,69 2,74 2,95 2,98

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 *Angka Diperbaiki **Angka Sementara Sumber: BPS Kota Lhokseumawe, 2015

A. Tanpa Minyak dan Gas Peranan sektor minyak dan gas semakin menurun setiap tahunnya sebagaimana penjelasan sebelumnya.

Tetapi, hal ini disertai dengan peningkatan peran sektor pada kelompok tersier seperti yang dapat kita lihat

pada Tabel 2.5

Struktur perekonomian Kota Lhokseumawe dengan tidak memasukkan unsur minyak dan gas pada

perhitungan PDRB tahun 2010 didominasi oleh kelompok tersier sebesar 72,50 persen dan 52,00 persen

disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Tabel 2.3 Struktur Perekonomian Tanpa Minyak dan Gas

2- 9

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Sektor 2007 2008 2009* 2010** 1 2 3 4 5 Primer 13,80 11,69 10,52 9,53 1. Pertanian 13,37 11,32 10,17 9,20 2. Pertambangan & Penggalian 0,43 0,37 0,34 0,33

Sekunder 15,12 16,01 17,27 17,97 3. Industri Pengolahan 3,45 2,88 2,61 2,74 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,14 0,14 0,15 0,17 5. Konstruksi 11,53 12,98 14,51 15,06

Tersier 71,08 72,30 72,21 72,50 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 49,62 51,88 51,71 52,00 7. Pengangkutan & Komunikasi 11,11 10,92 11,23 11,84 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,39 2,51 2,78 2,88 9. Jasa-jasa 7,96 6,99 6,50 5,79

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 *Angka Diperbaiki **Angka Sementara Sumber: BPS Kota Lhokseumawe, 2015

Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terbesar dari total PDRB tanpa migas.

Sektor ini terus meningkat dari tahun ke tahun, sama halnya dengan sektor jasa-jasa dan sektor

pengangkutan & komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang juga semakin

meningkat dalam kurun waktu 2007-2010. Kelompok primer berada pada posisi kedua terbesar

peranannya dalam pembentukan PDRB Kota Lhokseumawe.

Pada tahun 2010 kelompok primer ini memberikan kontribusi sebesar 9,53 persen. Namun, kontribusi

yang diberikan cenderung menurun setiap tahunnya. Misalnya saja pada tahun 2007 kontribusi kelompok

ini mencapai angka 13,80 persen.

Sektor yang dominan pada kelompok primer adalah sektor pertanian dimana pada tahun 2010 memberikan

kontribusi sebesar 9,20 persen. Sementara itu sumbangsih sektor pertambangan dan penggalian tidak

menyumbang lebih dari setengah persen sejak periode 2007-2010. Yang berada di posisi ketiga adalah

kelompok sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih serta sektor

konstruksi. Kelompok sekunder ini lebih didominasi oleh sektor konstruksi yang memberikan kontribusi

sebesar 15,06 persen pada tahun 2010. Sektor konstruksi juga menunjukkan kecenderungan meningkat

peranannya setiap tahun. Sementara itu sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 2,74

2- 10

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

persen pada tahun 2010. Sedangkan sektor listrik dan air bersih kontribusinya masih sangat kecil baru

mencapai 0,17 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Lhokseumawe tahun 2010. Sektor ini juga

merupakan sektor yang paling kecil kontribusinya. Untuk lebih jelas tentang peranan sektoral PDRB

dengan Migas.

2.3 Demografi & Urbanisasi

Tahun 2010 penduduk Kota Lhokseumawe berjumlah 171.163 jiwa, terdiri dari 85.436 jiwa laki-laki dan

85.727 jiwa perempuan. Dengan demikian, sex ratio penduduk kota Lhokseumawe adalah 98,77. Konsentrasi

penduduk lebih banyak berada di Kecamatan Banda Sakti sebagai pusat Pemerintahan Kota Lhokseumawe

dan sekaligus masih merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Utara. Penduduk di Kecamatan ini

mencapai 72.977 jiwa (42,89%) dari total penduduk Lhokseumawe, disusul oleh Kecamatan Muara Dua,

penduduknya adalah 44.209 jiwa (26,11%) dan Kecamatan Muara Satu Jumlah penduduk 31.723 jiwa

(18,34%). Sementara penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Blang Mangat, yaitu hanya 21.689

jiwa (12,65 %). Dibanding tahun 2009, penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2011 mengalami

pertumbuhan rata-rata sebesar 0,37%. Pada tahun 2011, penduduk Kota Lhokseumawe masih berjumlah

175.082 jiwa.

Dilihat secara kecamatan, pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi selama kurun waktu 2010 – 2014

terjadi di Kecamatan Blang Mangat. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan ini mencapai 2,97%. Di

Kecamatan Banda Sakti pertumbuhan penduduk sebesar 0,83%, sedangkan di Kecamatan Muara Dua dan

Muara Satu masing-masing pertumbuhan penduduk sebesar 0,43%.

Tabel 2.4 Jumlah penduduk di Kota Lhokseumawe selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2014.

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014

Lhokseumawe 171.163 175.082 179.807 181.976 187.455

2- 11

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Data BPS Kota Lhokseumawe tahun 2015

Tabel 2.5 Jumlah penduduk di empat kecamatan yang ada di Kota Lhokseumawe selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2014. Jumlah Penduduk Kecamatan (Jiwa) Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 Blang Mangat 21.689 22.186 22.850 23.236 23.758 Muara Dua 44.209 45.221 46.646 47.601 48.699 Muara Satu 31.723 32.449 32.975 33.492 34.229

Banda Sakti 73.542 75.226 77.336 78.903 80.769 Data BPS Kota Lhokseumawe tahun 2015

Dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,11 % pertahun selama periode 2010 – 2014 dan diasumsikan

tidak mengalami dinamika penduduk yang cukup extreme, maka jumlah penduduk Kota Lhokseumawe pada

tahun 2014 diproyeksikan akan mencapai 187.455 jiwa.

TABEL 2.6

Proyeksi Jumlah Penduduk di Kota Lhokseumawe

Tahun 2010 s/d 2014

Tahun Jumlah Penduduk

(1) (2)

2010* 171,163

2011 175,082

2012 179,807

2013 181,976

2- 12

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2014 197,455

Sumber: Lhokseumawe Dalam AngkaTahun 2015

Tingkat kepadatan penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2010 secara rata-rata adalah 945 jiwa/km2.

Namun distribusi penduduk di masing-masing kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan Banda Sakti

merupakan wilayah yang paling padat penduduknya, yaitu rata-rata mencapai 7.186 jiwa/Km2. Sementara di

Kecamatan Muara Dua, Blang Mangat dan Muara Satu masing-masing hanya didiami oleh 843 jiwa per

kilometer persegi. Oleh karena itu, dengan proyeksi penduduk kota Lhokseumawe pada tahun 2014

mencapai 187.455 jiwa, diperkirakan konsentrasi penduduk akan semakin lebih besar di Kecamatan Banda

Sakti, kondisi ini berlaku apabila tidak diikuti oleh pengembangan permukiman dan pengembangan aktifitas-

aktifitas ekonomi ke wilayah-wilayah luar kecamatan Banda Sakti.

TABEL 2.7

Tinggkat Kepadatan Penduduk di Kota Lhokseumawe Tahun 2014

Jumlah Luas Rata2 Kepadatan No. Kecamatan Penduduk Wilayah Penduduk (Jiwa/Km2) (Jiwa) (Km2) 1. Blang Mangat 23.758 56.12 423 2. Muara Dua 48.099 57,80 843 3. Muara Satu 34.299 55.90 612 4. Banda Sakti 80.769 11.24 7180

Kota Lhokseumawe 187.455 181,06 1035

Sumber: Lhokseumawe Dalam AngkaTahun 2015

2- 13

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Selanjutnya, jumlah rumah tangga di Kota Lhokseumawe pada tahun 2010 dan jumlah penduduk miskin

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.8 Jumlah Rumah Tangga di Kota Lhokseumawe Tahun 2014

Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Blang Mangat 5.382

Muara Dua 10.716

Muara Satu 7.890

Banda Sakti 18.366

Lhokseumawe 42.354

Sumber: BPS Tahun 2015

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2005-2007

Jumlah Penduduk Persentase Jumlah Tahun Miskin (Jiwa) Penduduk Miskin)

2012 24,077 15,57

2013 22,309 14,25

2014 20,167 12,75

Sumber: Lhokseumawe Dalam AngkaTahun 2015

Tabel 2.10 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Kategori Miskin menurut Kecamatan di Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh Tahun 2014

2- 14

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Jumlah Kategori Miskin Kecamatan Desa RT Jiwa RT Jiwa % RTM

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Blang Mangat 22 4,103 18,744 2,491 9,059 60.71

Muara Dua 17 7,559 36,881 3,336 13,275 44.13

Muara Satu 11 7,486 31,249 2,769 11,133 36.99

Banda Sakti 18 14,847 71,295 4,673 18,511 31.47

Lhokseumawe 68 33,995 158,169 13,269 51,978 39.03

Jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 mencapai 51.978 jiwa dengan rumah tangga miskin mencapai

13.269, dengan persentase rumah tangga miskin mencapai 39,03 persen. Rumah tangga miskin tertinggi terdapat di kecamatan Blang Mangat yang mencapai 60,71 persen, selanjutnya diikuti dengan kecamatan Muara Dua 44,13 persen, kecamatan Muara Satu 36,99 persen, dan kecamatan Banda Sakti 31,47 persen. Sementara pada tahun

2015 BPS belum mempublikasikan data jumlah kemiskinan, sehingga angka kemiskinan terkini yang dapat ditampilkan hanya angka tahun 2009.

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

2.4.1 Potensi Ekonomi Wilayah

Struktur perekonomian Kota Lhokseumawe dengan memasukkan unsur minyak dan gas pada tahun 2008

didominasi oleh kelompok sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih,

serta sektor konstruksi. Pada tahun 2008 kelompok sekunder ini menyumbang 68,74 persen dari total PDRB

Kota Lhokseumawe. Besarnya sumbangan sektor ini disebabkan oleh sektor industri pengolahan yang

memberikan sumbangan terbesar mencapai 65,20 persen pada tahun 2008. Sebagian besar nilai tersebut

berasal dari industri pengolahan gas. Namun kontribusi yang diberikan sektor ini cenderung menurun dalam

periode 2005-2008. Sektor-sektor yang tergabung dalam kelompok tersier memberikan kontribusi 25,90

persen pada tahun 2008. Sebagian besar nilai ini disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran

2- 15

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

yang mencapai 17,78 persen. Sementara untuk sektor primer yaitu sektor pertanian, pertambangan dan

penggalian pada tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 5,36 persen, dimanar 5,20 persen berasal dari

sektor pertanian dan sisanya 0,16 persen berasal dari sektor pertambangan dan penggalian. Secara umum

struktur ekonomi Kota Lhokseumawe dengan memasukkan unsur migas masih didominasi oleh sektor-sektor

pada kelompok sekunder selama periode 2005-2008, walaupun mempunyai mempunyai kecenderungan

menurun setiap tahunnya. Sedangkan kelompok primer dan tersier mempunyai kecenderungan meningkat

setiap tahunnya pada periode 2005-2008. Sementara struktur perekonomian Kota Lhokseumawe dengan

tidak memasukkan unsur minyak dan gas pada perhitungan PDRB tahun 2008 didominasi oleh kelompok

tersier yang terdiri dari empat sektor yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan

komunikasi, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Kelompok ini

memberikan kontribusi mencapai 71,70 persen pada tahun 2008. Kontribusi yang diberikan juga meningkat

setiap tahunnya dalam periode 2005-2008. Kelompok tersier ini lebih didominasi oleh sektor perdagangan,

hotel dan restoran dimana pada tahun 2008 kontribusi yang diberikan oleh sektor ini hampir separo dari total

PDRB tanpa migas yaitu sebesar 49,21 persen. Disamping itu sektor ini mempunyai kecenderungan

meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2005 sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan

kontribusi sebesar 48,15 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi yang juga termasuk pada kelompok

tersier pada periode 2005-2008 memberikan kontribusi yang hampir sama setiap tahunnya yaitu berkisar

antara 10,4510,92 persen. Sektor ini termasuk peringkat ketiga terbesar peranannya dalam PDRB setelah

sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kelompok primer berada pada posisi kedua

terbesar peranannya dalam pembentukan PDRB Kota Lhokseumawe setelah kelompok tersier pada posisi

pertama. Pada tahun 2008 kelompok primer ini memberikan kontribusi sebesar 14,84 persen. Namun

kontribusi yang diberikan cenderung menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2005 kontribusi dari kelompok ini

mencapai 16,60 persen. Sektor yang dominan pada kelompok sekunder adalah sektor pertanian dimana pada

tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 14,39 persen. Sementara sektor pertambangan dan penggalian

hanya menyumbang sebesar 0,45 persen. Sektor pertambangan dan penggalian juga tidak lebih dari

setengah persen sumbangannya setiap tahun terhadap PDRB Kota Lhoseumawe periode 2005-2008. Peranan

ekonomi terbesar ketiga aladah kelompok sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik

dan air bersih serta sektor konstruksi. Kelompok sekunder ini lebih didominasi oleh sektor konstruksi yang

2- 16

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

memberikan kontribusi sebesar 9,66 persen pada tahun 2008. Sektor konstruksi juga menunjukkan

kecenderungan

meningkat

peranannya

setiap tahun.

Sementara itu

sektor industri

pengolahan

memberikan

kontribusi

sebesar 3,66 persen pada tahun 2008. Sektor ini mempunyai kecenderungan menurun setiap tahunnya. Pada

tahun 2005 sektor industri memberikan kontribusi sebesar 4,04 persen, kemudian turun menjadi 3,84 persen

tahun 2006 dan turun lagi menjadi 3,73 persen pada tahun 2007. Sedangkan sektor listrik dan air bersih

kontribusinya baru mencapai 0,13 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Lhokseumawe tahun 2008.

Sektor ini juga merupakan sektor yang paling kecil kontribusinya terhadap nilai PDRB.

Gambar 2.3Peranan Sektoral PDRB Dengan Migas Tahun 2008 (persen)

2- 17

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Gambar 2.3 Peranan Sektoral PDRB Tanpa Migas Tahun 2008 (persen)

2- 18

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2.4.2 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kota Lhokseumawe tahun 2008 yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan peningkatan, yaitu sekitar 3,44 persen. Pertumbuhan PDRB tersebut tanpa memasukkan unsur minyak dan gas. Sedangkan dengan perhitungan minyak dan gas pertumbuhan ekonomi Kota Lhoseumawe masih minus yaitu minus 2,91 persen. Tanpa penghitungan dengan minyak dan gas, secara sektoral di tahun 2008 seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif dan pertumbuhan tertinggi secara berturut-turut dialami oleh sektor sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan sebesar 17,02 persen; listrik dan air bersih 7,49 persen; perdagangan, hotel, dan restoran 3,67 persen; jasa-jasa 3,61 persen; pertambangan dan penggalian 3,46 persen; pengangkutan dan komunikasi 3,18 persen; kontruksi 2,68 persen; industri pengolahan sebesar 2,63 persen; serta sektor pertanian tumbuh terkecil yaitu sekitar 1,29 persen. Sedangkan pertumbuhan industri pengolahan dengan memperhitungkan minyak dan gas pada tahun 2008 sebesar minus 6,24 persen. Dengan demikian terdapat lima sektor dengan pertumbuhan diatas pertumbuhan ekonomi Kota Lhokseumawe dan empat sektor berada dibawahnya. Jika dilihat pertumbuhan ekonomi Kota Lhokseumawe periode 2005-2008, pertumbuhan dengan minyak dan gas mengalami pertumbuhan negatif setiap tahunnya. Sementara itu pertumbuhan tanpa memasukkan komponen minyak dan gas, setiap tahun mengalami pertumbuhan yang positif, walaupun mengalami perlambatan.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 5,02 persen. PDRB menurut lapangan usaha dibagi menjadi

9 sektor, dan masingmasing sektor dirinci menjadi subsektor. Pemecahan menjadi subsektor ini disesuaikan dengan

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI) 2000. Perkembangan setiap sektor yang akan diuraikan di bawah ini hanya berdasarkan PDRB tanpa minyak dan gas.

2.4.3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

Sektor ini mencakup subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasilhasilnya, kehutanan, serta perikanan. Walaupun kontribusinya terhadap PDRB cenderung menurun, namun sektor ini tetap menjadi tumpuan dan harapan dalam perekonomian Kota Lhokseumawe. Pada tahun 2007 sektor pertanian memberi kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sekitar 14,77 persen dan pada tahun 2008 turun menjadi 14,39 persen. Subsektor perikanan adalah penunjang terbesar di antara subsektor lain yaitu sekitar 6,43 persen tahun 2007 dan menurun menjadi 6,33 persen tahun 2008. Walapun kontribusi yang diberikan terbesar pada sektor pertanian namun pertumbuhan subsektor perikanan masih kecil yaitu hanya tumbuh sebesar 1,11 persen pada 2008. Peternakan adalah subsektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua yaitu sebesar 4,10 persen

2- 19

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

pada tahun 2007 dan turun menjadi 4,00 persen pada tahun 2008. Subsektor ini hanya mampu tumbuh sebesar

1,05 persen dari tahun 2007. Subsektor tanaman bahan makanan pada tahun 2008 memberikan sumbangan sebesar 3,68 persen, lebih kecil dibanding tahun sebelumnya yang mencapai angka 3,84 persen. Namun dari sisi pertumbuhan, subsektor ini lebih baik perkembangannya dibanding subsektor lainnya yaitu tumbuh sebesar 2,14 persen pada tahun 2008 dimana pada tahun 2007 tumbuh sebesar 1,75 persen. Sementara itu subsektor tanaman perkebunan dan subsektor kehutanan memberikan kontribusi kurang dari satu persen terhadap PDRB Kota

Lhokseumawe tahun 2007 dan 2008. Bahkan untuk subsektor kehutanan mengalami pertumbuhan negatif setiap tahunnya. Jika dilihat peranan masing-masing subsektor terhadap sektor pertanian, subsektor perikanan memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai PDRB sektor pertanian tahun 2008 yaitu mencapai 43,96 persen. Hal ini menjelaskan bahwa sektor pertanian yang dapat diandalkan dan dapat dikembangkan. Tanaman bahan makanan merupakan subsektor pertanian yang memberikan sumbangan terbesar kedua dan ketiga terhadap produksi sektor pertanian tahun 2008 di Kota Lhokseumawe, sebagaimana dapat dilihat pada

Gambar 2.4. Sektor Petanian

2.4.4 Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan salah satu sektor yang relatif kecil sumbangannya terhadap perekonomian Kota Lhokseumawe. Pada tahun 2008 sumbangan sektor ini hanya 0,45 persen, sedikit menurun dibanding tahun 2007 yang mencapai 0,47 persen. Namun sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup baik selama dua tahun terakhir yaitu sekitar 3,69 persen tahun 2007 dan 3,46 persen pada tahun 2008.

2- 20

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2.4.5 Industri Pengolahan

Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kota Lhokseumawe Tahun 2007 dan 2008 menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2007 sektor ini menyumbang sekitar 2,12 persen dan pada tahun 2008 naik menjadi 2,63 persen. Pertumbuhan sektor ini juga cukup baik yaitu mencapai 3,73 persen pada tahun 2007 dan 3,66 persen pada tahun 2008

2.4.6 Konstruksi

Pertumbuhan sektor ini cukup baik yakni mencapai 2,68 persen pada tahun 2008 sedikit lebih rendah dari tahun

2007 yang sebesar 2,95 persen. Namun kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap PDRB pada tahun 2008 cukup besar yaitu senilai 9,64 persen pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 9,66 persen pada tahun 2008.

Gambar 2.5 Konstruksi

2.4.7 Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor ini berperan sebagai pendukung dan intermediasi dalam kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa. Pada tahun 2008, proporsi sector perdagangan, hotel, dan restoran terhadap pembentukan PDRB Kota

Lhokseumawe menempati urutan pertama terbesar. Selama kurun waktu tahun 2007 – 2008 kontribusi sektor ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 peranan sektor ini sebesar 49,14 persen dan pada tahun 2008 menjadi

49,21 persen. Dari ketiga subsektor yang termasuk sektor ini, subsektor perdagangan besar dan eceran memberikan sumbangan yang terbesar yakni mencapai 48,59 persen pada tahun 2008. Sedangkan subsektor hotel memberikan sumbangan 0,19 persen serta subsektor restoran sebesar 0,43 persen.

2- 21

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2.4.8 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di setiap sektor ekonomi.

Dalam era globalisasi, peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, terutama jasa telekomunikasi menjadikan dunia tanpa batas. Subsektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian. Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi dalam pembentukan PDRB pada tahun

2008 sebesar 10,80 pesen. Kontribusi terbesar sektor ini berasal dari subsektor pengangkutan jalan raya yakni sekitar 8,24 persen. Selanjutnya disusul oleh sektor komunikasi sebesar 1,69 persen. Sedangkan subsektor pengang- kutan laut dan jasa penunjang angkutan sumbangannya relatif kecil.

2.4.9 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

Secara garis besar, sektor ini terbagi atas lima kelompok kegiatan utama yaitu: usaha perbankan dan moneter

(otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, usaha real estate (persewaan bangunan dan tanah), dan jasa perusahaan. Tiga kelompok pertama disebut juga sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan penarikan dana dari masyarakat maupun penyalurannya kembali. Kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap PDRB sekitar 2,56 persen pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 3,07 persen pada tahun 2008. Porsi terbesar masih diberikan oleh subsektor bank yaitu 2,19 persen di tahun 2008.

2.4.10 Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa terdiri dari subsektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. jasa pemerintahan umum mencakup kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, dan jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan kemasyarakatan lainnya. Sedangkan sub sektor jasa swasta meliputi kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan; jasa hiburan dan rekreasi; dan jasa perorangan dan rumah tangga. Peranan sektor jasa-- jasa pada tahun 2007 dan 2008 hampir sama yaitu 8,64 dan 8,62 persen. Sumbangan terbesar diberikan oleh subsektor jasa pemerintahan umum yang mencapai nilai 7,43 persen tahun 2007 dan 7,41 persen tahun 2008.

Sementara laju pertumbuhan sektor ini mencapai 3,61 persen pada tahun 2008.

2- 22

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2.4.11 Sub Sektor Potensi dan Unggulan Analisis empat kuadran dapat menjelaskan bagaimana peta potensi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah.

Kuadran pertama menggambarkan suatu wilayah analisis yang memiliki nilai Produk Domestik Regional Bruto dan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto sektor yang lebih besar dari pada rata-rata Produk Domestik

Regional Bruto wilayah dan dikategorikan sebagai sektor unggulan, untuk kuadran dua sampai dengan empat bisa dilihat pada tabel analisis empat kuadran. Kita bisa anggap suatu wilayah akan memiliki potensi yang dominan untuk dikembangkan apabila berada di kuadran satu, sebaliknya dengan potensi yang menurun akan memerlukan perhatian yang lebih untuk dikembangkan bila ada pada kuadran tiga.

Dengan menggunakan analisis empat kuadran, maka konfigurasi sektor potensi dan unggulan adalah sebagai berikut:

1. Dengan Migas: a. Sektor Mulai Jenuh: Industri Pengolahan b. Sektor Potensial: 1) Pertanian 2) Pertambangan & Penggalian 3) Listrik & Air Minum 4) Bangunan/ Konstruksi 5) Perdagangan, Hotel & Restoran 6) Pengangkutan & Komunikasi 7) Keuangan, Persewaan & Jasa 2. Tanpa Migas: a. Sektor Unggulan: Perdagangan, Hotel dan Restoran b. Sektor Mulai Jenuh: Pertanian c. Sektor Potensial: 1) Pertambangan & Penggalian 2) Listrik & Air Minum 3) Bangunan / Konstruksi 4) Keuangan, Persewaan & Jasa 5) Perusahaan d. Sektor Kurang Berkembang: 1) Industri Pengolahan

2- 23

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2) Pengangkutan & Komunikasi 3) Jasa – Jasa

2.4.12 Pendapatan Perkapita

A. Dengan Minyak dan Gas

Pendapatan per kapita Kota Lhokseumawe yang diperoleh dari PDRB dengan minyak dan gas mempunyai nilai yang cukup besar, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2010 tercatat pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku sebesar 58,78 juta rupiah dan atas dasar harga konstan sebesar

22,43 juta rupiah.

Gambar 2.6 Pendapatan Regional Perkapita dengan Migas Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas

Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007 – 2010 (juta rupiah).

58,94 58,01 58,78 60,00 56,29

Millions 50,00

40,00

30,00 28,85 2007 26,66 24,41 2008 20,00 22,43 2009 2010 10,00

0,00

Pendapatan Regional Per Pendapatan Regional Per Kapita Harga Berlaku Kapita Harga Konstan 2000

Pendapatan per kapita senilai tersebut di atas bukanlah langsung berarti pendapatan perkapita riil masyarakat Kota Lhokseumawe setiap tahunnya, melainkan hanya jumlah PDRB

Kota Lhokseumawe dibagi dengan jumlah penduduk setiap tahunnya.

2- 24

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

B. Tanpa Minyak dan Gas

Pendapatan per kapita Kota Lhokseumawe yang diperoleh dari PDRB tanpa minyak dan gas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Berdasarkan harga berlaku pendapatan perkapita tahun 2007 tercatat sebesar 19,05 juta rupiah, kemudian meningkat menjadi 23,06 juta rupiah pada tahun 2008. Tahun 2009 meningkat menjadi 26,3 juta rupiah dan pada tahun 2010 naik lagi menjadi 30,26 juta rupiah. Secara rata-rata terjadi laju pertumbuhan pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku sebesar 16,7 persen setiap tahunnya pada periode 2007-2010.

Sedangkan pendapatan per kapita atas dasar harga konstan 2000 juga mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 3,94 persen pada periode 2007-2010. Pada tahun 2007 pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000 tercatat sebesar 10,85 juta rupiah, kemudian meningkat menjadi 11,32 juta pada 2008, kembali meningkatmencapai nilai 11,7 juta rupiah tahun 2009, dan naik menjadi

12,2 pada 2010. Tren pendapatan perkapita dari PDRB tanpa minyak dan gas dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut

Grafik 2.6

Pendapatan Regional Perkapita Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku dan

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007 – 2010 (juta rupiah).

Gambar 2.4.3 Kondisi Lingkungan Strategis

2- 25

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2.4.13 Topografi

Wilayah Kota Lhokseumawe yang berada di daerah pesisir dan daerah sebelah timur merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0 – 8%. Sedangkan pada daerah yang menjauhi pesisir merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan kemiringan antara 8 – 15 %. Dengan kondisi. Kemiringan lahan seperti ini masih memungkinkan untuk pengembangan kegiatan perkotaan. Kondisi ketinggian lahan menunjukan bahwa Kota

Lhokseumawe berada di antara ketinggian 0 – 100 m dpl. Daerah pesisir di sebelah utara dan daerah di sebelah timur berada pada ketinggian antara 0 – 5 m dpl. Sedangkan pada daerah di sebelah selatan memiliki kondisi yang relatif berbukit-bukit dengan ketinggian antara 5 – 100 m dpl.

Gambar 2.7 Peta Kemiringan Lereng Kota Lhokseumawe

2- 26

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2.4.14 Geologi

Gambaran mengenai kondisi geologi menunjukan bahwa di Kota Lhokseumawe terbentuk oleh batuan Alluvium

Muda, Formasi Idi, Formasi Julurayeu dan Formasi Seureula. Sebaran batuan Aluvium Muda berupa endapan pesisir dan fluviatill berada pada daerah di sebelah utara dan selatan Kota Lhokseumawe. Sebaran Formasi Idi berupa kerikil, pasir, gamping dan lempung berada pada daerah sebelah barat yaitu sebagian wilayah

Kecamatan Muara Satu dan Muara Dua dan sebelah timur yaitu sebagian Kecamatan Muara Dua dan Blang

Mangat. Sebaran Formasi Julurayeu berupa endapan sungai batu pasir tufaan, lempung berlignit, dan batu lumpur berada pada daerah sebelah barat hingga tengah Kota Lhokseumawe yaitu sebagian wilayah Kecamatan Muara

Satu dan Muara Dua. Sedangkan sebaran Formasi Seureula berupa batu pasir gunung api, dan batu lumpur gampingan berada pada daerah tengah Kota Lhokseumawe yaitu sebagian wilayah Kecamatan Muara Satu dan

Muara Dua.

2- 27

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

Gambar 2.8 Peta Geologi Kabupaten Aceh Utara

2.4.15 Klimatologi

Wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bagian dari wilayah Provinsi Aceh, termasuk tipe iklim muson dan termasuk iklim tipe C. Wilayah Kabupaten Aceh Utara relatif lebih kering dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya di Provinsi Aceh, karena pengaruh Pegunungan Bukit Barisan, di mana wilayah sebelah utara dan timur Pegunungan Bukit Barisan cenderung lebih kering dibandingkan wilayah sebelah barat dan selatannya. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara berkisar antara 1000 – 2500 mm, dengan hari hujan 92 hari. Musim hujan terjadi pada bulan Agustus sampai Januari, dengan curah hujan maksimal terjadi di bulan Oktober- November, yang mencapai di atas 350 mm per bulan dengan hari hujan lebih dari 14 hari. Sementara musim dengan curah hujan lebih rendah (cenderung kemarau) terjadi pada bulan Februari sampai Juli, dan yang cenderung terendah adalah sekitar bulan Maret-April.

2- 28

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA LHOKSEUMAWE 2017 - 2021

2.4.16 Wilayah Rawan Bencana

Wilayah rawan bencana di Kabupaten Aceh Utara dapat dibedakan berdasarkan jenis bencana yang terjadi, yaitu :

1. Bencana longsor, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Gunci dan Gampong Riseh Teungoh

(Kecamatan Sawang), Gampong Pase Sentosa (Kecamatan Geureudong Pase), Meunasah Leubok Kliet

(Kecamatan Meurah Mulia), Gampong Meuria Matangkuli (Kecamatan Matangkuli), Gampong Alue

Semambu (Kecamatan Cot Girek);

2. Bencana gelombang pasang, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Krueng Mate (Kecamatan

Syamtalira Bayu), Gampong Beuringen, Gampong Matang Ulim, dan Gampong Keude Blang Mee

(Kecamatan Samudera), Gampong Matang Janeng (Kecamatan Tanah Pasir), Gampong Keude Lapang

(Kecamatan Lapang), Gampong Meunasah Hagu (Kecamatan Baktiya Barat), Gampong Cot Trueng

dan Gampong Ulee Titi (Kecamatan Seunuddon), dan Gampong Glumpang Umpung Uno (Kecamatan Tanah

Jambo Aye);

3. Bencana gempa bumi dan Bencana tsunami, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Pante

Gurah dan Gampong Pulo Makmur dan Gampong Pulo Makmur (Kecamatan Muara Batu), Gampong Uteun

Geulinggang, Gampong Kd. Krueng Geukeuh, Gampong Paloh Igeuh, dan Gampong Tambon Baroh

(Kecamatan Dewantara), Gampong Krueng Mate (Kecamatan Syamtalira Bayu), Gampong Beuringen,

Gampong Matang Ulim, dan Gampong Keude Blang Mee (Kecamatan Samudera), Gampong Matang Janeng

(Kecamatan Tanah Pasir), Gampong Keude Lapang (Kecamatan Lapang), Gampong Meunasah Hagu

(Kecamatan Baktiya Barat), Gampong Cot Trueng dan Gampong Ulee Titi (Kecamatan Seunuddon), dan

Gampong Glumpang Umpung Uno (Kecamatan Tanah Jambo Aye).

2- 29