KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KEMENYAN DI DESA AEK
NAULI I KECAMATAN POLLUNG KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
TIOP NAULI SIMANULLANG 160902066
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KEMENYAN DI DESA AEKNAULI I KECAMATAN POLLUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
TIOP NAULI SIMANULLANG
160902066
DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Telah diuji pada Tanggal : 10 November 2020
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D
Anggota : 1. Hairani Siregar, S.Sos., M.SP.
2. Dra. Berlianti MSP
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KEMENYAN DI DESA AEK NAULI I KECAMATAN POLLUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
Abstrak:
Kehidupan masyarakat Desa Aekanuli I, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan pada umumnya bekerja sebagai petani seperti kemenyan, ladang kopi, sawah dan sayur-sayuran. Namun, pertanian yang menjadi sumber utama pencaharian untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga penduduk Desa Aeknauli I adalah bersumber dari kemenyan. Kemenyan umumnya dikerjakan oleh laki-laki atau kepala rumah tangga karena proses pengambilan getah kemenyan ini harus memanjat batang pohon kemenyan yang tingginya kurang lebih 25 meter dengan memngunakan tali polang. Adapaun jenis kemenyan yang tumbuh di Desa Aekanuali I yaitu kemenyan jenis Toba dan kemenyan jenis Durame, namun yang paling banyak ditemui yaitu kemenyan durame. Penulis membuat sebuah karya ilmiah yang berjudul Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan Di Desa Aeknauli I, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian yang penulis lakukan untuk mencari data-data tentang kehidupan sosial ekonomi petani kemenyan menggunakan pendekatan kualitatif. Namun, untuk melihat sosial ekonomi petani kemenyan yang ada di Desa Aeknauli I dilihat dari beberapa indikator sosial ekonomi yang penulis cantumkan seperti pendapatan, pendidikan, tempat tinggal, kesehatan dan interaksi sosial. Hasil yang diperoleh penulis dilapangan dari beberapa indikator sosial ekonomi seperti pendapatan bahwa hasil dari bertani kemenyan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani kemenyan namun dibantu dari pendapatan istri yang bekerja sebagai petani kopi dan sayur-sayuran.
Kata kunci: Kehidupan Sosial Ekonomi, Petani, Kemenyan.
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SOCIAL ECONOMIC LIFE OF KEMENYAN FARMERS IN AEK NAULI I VILLAGE, POLLUNG SUB-DISTRICT, HUMBANG HASUNDUTAN DISTRICT
Abstract:
The life of the people of Aekanuli I Village, Pollung District, Humbang Hasundutan Regency generally works as farmers such as incense, coffee fields, rice fields and vegetables. However, agriculture which is the main source of livelihood to meet the household needs of the residents of Aeknauli I Village is the source of incense. Frankincense is generally done by men or the head of the household because the process of taking incense sap has to climb the trunk of an incense tree which is approximately 25 meters high by using a pole rope. As for the types of incense that grow in Aekanuali I village, they are Toba and Durame, but the most common ones are durame. The author makes a scientific paper entitled The Socio-Economic Life of Frankincense Farmers in Aeknauli I Village, Pollung District, Humbang Hasundutan Regency. The research that the author conducted to find data about the socio- economic life of incense farmers used a qualitative approach. However, to see the socio-economy of the incense farmers in Aeknauli I village, it can be seen from several socio-economic indicators that the authors include such as income, education, residence, health and social interactions. The results obtained by the author in the field are from several socio-economic indicators such as income that the results from farming incense is not sufficient to meet the household needs of frankincense farmers but is assisted by the income of the wife who works as a coffee and vegetable farmer.
Keywords: Socio-economic Life, Farmers, Incense
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Kehidupan Sosial
Ekonomi Petani Kemenyan di Desa AekNauli I, Kecamatan Pollung, Kabupaten
Humbang Hasundutan”, Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilimu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari akan banyak hal kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan dimasa mendatang.
Pada kesempatan ini penulis juga menyadari banyaknya hambatan serta kendala dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun, semua itu tidaklah menjadi masalah berkat adanya bantuan serta motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Bapak Dr. Muryanto Amin, Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Dra. Berlianti MSP selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia
membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberikan
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih Ibu sudah berkenan
membagikan ilmunya kepada saya. Semoga ilmu yang diberikan berguna
untuk pembelajaran masa yang akan datang.
5. Seluruh dosen di departemen ilmu kesejahteraan sosial yang telah
memberikan pembelajaran kepada penulis selama kuliah di departemen ini,
serta jajaran staff kepegawaian administrasi FISIP USU
6. Terkhusus buat kedua orangtua terhebat penulis, yang selalu memberikan
nasehat dan bimbingan kepada penulis serta cinta dan kasih sayangnya yang
selalu diberikan kepada penulis sehingga setiap proses yang dilalui penulis
berjalan dengan lancar. Terimakasih juga buat pengrobanan waktu dan materi
yang diberikan oleh bapak dan mamak kepada penulis selama peros
perkuliahan ini semoga kedepannya penulis bisa meraih cita-cita yang baik
dimasa yang akan datang dan bisa membahagiakan kalian. Semoga Tuhan
mendengar segala Doa yang kalian panjatkan kepada Tuhan untuk anak-
anakmu.
7. Kepada Abang dan Kakakku terimakasih atas dukungan dan semangat yang
diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8. Terima kasih kepada adikku Dosma dan Gokma yang selalu memberikan
semangat dan dukungan atas pengerjaan skripsi hingga pada saat ini.
9. Kepada keponakanku Monika Manullang, Gisela Manullang, Manaek
Manullang yang selalu menghibur penulis dalam pengerjaan skripsi.
10. Rini Sryhartati Sinaga selaku kekasih penulis yang telah banyak membantu
sekaligus tempat bertukar pikiran dalam proses pengerjaan skripsi. Tetap
semangat buatmu KUBO.
11. Seluruh informan yang telah bersedia sebagai sumber informasi dalam
penulisan skripsi penulis.
12. Kepada Kelompok Rohani Penulis WWJD kak Jivi Natalia, Winda
Simanjuntak, Julian Silaban, terimakasih atas semangat dan dukungan yang
diberikan dan menjadi tempat untuk curhat berbagi kisah senang dan sedih
selama perkuliahan.
13. Kepada Mulia Raja Napitupulu teman akrab penulis mulai dari awal kuliah
yang memberikan semangat dan dukungan dalam proses pengerjaan skripsi,
kepada Betaria Sibariang yang selalu memberikan semangat dan dukungan
begitu juga dengan Wantina Sihombing pariban awak terimakasih atas
dukungan dan semangat yang diberikan semoga kita semua sukses
kedepannnya.
14. Kepada Adek Abang Yosia, Nalsal, Anggi Rikky, Edwin, Natanael, Egi,
Lidia, Monica, Yusma, Nuraini, Meysi, Kristin, Kartini terimakasih atas
semangat dan dukungan yang diberikan dalam proses pengerjaan skripsi dan
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sudah menjadi tempat untuk bercanda tawa dan melewati petualangan
perjalanan bersama.
15. Terimakasih kepada teman-teman KKN Bersama 2019 kelompok 18
Haranggaol Maikel, Ricard, Satria, Usman, Ikwal, Ican Kamisan, Shanju,
Alifa, Zarfa, Suci, Siti, Kristin,Risa, Linda semoga kita semua menjadi orang
yang berguna bagi nusa dan bangsa.
16. Terimakasih kepada Viat Hulu, Julian Silaban, Felix Simanjuntak, Mulia Raja
Napitupulu, Edwin Saragih yang bersedia memberikan waktu menjadi
pembanding penulis.
17. Kepada semua teman-teman Ilmu Kesejahteraan Sosial Stambuk 2016 yang
menjadi tempat penulis berprose selama kuliah. Tetap semangat semoga kelak
kita menjadi orang yang berhasil.
18. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Terimakaasih buat dukungan, kerjasama dan doanya.
Semoga Tuhan selalu menyertai dan melindungi serta memberikan rahmat
yang berlimpah kepada kita semua.
Medan September 2020
Penulis
TIOP NAULI SIMANULLANG
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI
ABSTRAK ...... i
ABSTRACT ...... ii
KATA PENGANTAR ...... iii
DAFTAR ISI ...... vii
DAFTAR TABEL ...... x
DAFTAR BAGAN ...... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 8 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 8 1.3.1 Tujuan Penelitian ...... 8 1.3.2 Manfaat Penelitian ...... 9 1.4 Sistematika Penulisan ...... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis ...... 12 2.1.1 Petani Kemenyan ...... 12 2.1.1.1 Pengertian Petani ...... 12 2.1.1.2 Kemenyan ...... 14 2.1.1.3 Manfaat Kemenyan ...... 16 2.1.2 Kehidupan Sosial Ekonomi ...... 19 2.1.2.1 Pengertian Sosial ...... 19 2.1.2.2 Pengertian Ekonomi ...... 21 2.1.2.3 Pengertian Sosial Ekonomi ...... 23 2.1.2.4 Indikator Menentukan Sosial Ekonomi ...... 24 2.1.3 Keluarga Petani Kemenyan ...... 35 2.1.3.1 Pengertian Keluarga ...... 35 2.1.3.2 Keluarga Sejahtera ...... 35 2.1.4 Kesejahteraan Sosial ...... 37 2.2 Penelitan Yang Relevan ...... 41 2.3 Kerangka Pemikiran ...... 47 2.4 Defenisi Konsep ...... 49
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...... 52 3.2 Lokasi Penelitian ...... 53 3.3 Informan Penelitian ...... 53 3.4 Teknik Pengumpulan Data ...... 54 3.5 Teknik Analisis Data ...... 55
BAB IV DESKRIPSI DAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Lokasi Penelitian ...... 57 4.2 Letak Geografis ...... 57 4.3 Struktur pemerintahan ...... 60 4.4 Sarana Desa ...... 61 4.4.1 Sarana Peribadatan ...... 61 4.4.2 Sarana Pendidikan ...... 61 4.4.3 Sarana Kesehatan ...... 62 4.5 Visi Dan Misi ...... 63 4.5.1 Visi ...... 63 4.5.2 Misi ...... 64 4.6 Keadaan Penduduk ...... 65 4.6.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 65 4.6.2 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ...... 66 4.6.3 Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...... 67 4.6.4 Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ...... 67 4.6.5 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ...... 68 4.7 Kondisi Umum Petani Kemenyan ...... 69
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar ...... 71 5.2 Hasil Temuan ...... 71 5.2.1 Informan Utama I ...... 71 5.2.2 Informan Utama II ...... 79 5.2.3 Informan Utama III ...... 85 5.2.4 Informan Utama IV ...... 92 5.2.5 Informan Utama V ...... 97 5.2.6 Informan Kunci I ...... 103 5.2.7 Informan Kunci II ...... 107
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2.8 Informan Tambahan I ...... 111 5.2.9 Informan Tambahan II ...... 114 5.3 Pembahasan Hasil Penelitian ...... 115 5.3.1 Hasil Observasi Penelitian ...... 116 5.3.2 Hasil Wawancara Penelitian ...... 117 5.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan ...... 128
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...... 130 6.2 Saran ...... 131 DAFTAR PUSTAKA ...... 132 LAMPIRAN ...... 136
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Luas Areal, Produktivitas Perkebunan Rakyat ...... 4
Tabel 1.2 Penelitian Yang Relevan ...... 41
Tabel 4.1 Sarana Peribadatan ...... 61
Tabel 4.2 Sarana Pendidikan ...... 62
Tabel 4.3 Sarana Kesehatan ...... 62
Tabel 4.4 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 65
Tabel 4.5 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ...... 66
Tabel 4.6 Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...... 67
Tabel 4.7 Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ...... 68
Tabel 4.8 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ...... 68
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Daftar Bagan
Bagan 2.1 Alur pemikiran ...... 49
Bagan 4.1 Struktur Pemerintahan ...... 60
xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki letak geografis yang berbeda beda, misalnya perbedaan tinggi rendahnya tempat tinggal suatu masyarakat. Adanya perbedaan faktor alam yang dimiliki dapat mempengaruhi iklim maupun cuaca yang berbeda pula yang mengakibatkan matapencaharian berbeda pada masyarakat Indonesia, seperti sebagai petani nelayan, bidang perkebunan dan lain sebagainya. Masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah pegunungan bermata pencaharian pada bidang perkebunan, daerah dataran rendah menekuni di bidang pertanian dan yang di daerah pesisir sebagai nelayan. Indonesia juga disebut sebagai negara agraris yang mengandalkan alam untuk keberlangsungan usahanya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Masyarakat Indonesia sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di bidang pertanian yang banyak ditemukan di pedesaan (Nursiyamsih Eka, 2015).
Pertanian banyak ditemukan pada masyarakat pedesaan yang masih mengandalkan alam dalam melaksanakan usaha pertanian. Di daerah pedesaan banyak masyarakat yang bekerja dibidang pertanian. Petani merupakan golongan masyarakat yang banyak ditemukan diberbagai tempat di pedesaan. Mereka adalah orang-orang yang hidup dari usaha budidaya dengan memanfaatkan sumber-sumber yang disediakan oleh alam. Usaha tani yang dilakukan masyarakat merupakan jenis usaha yang sudah lama dikenal oleh manusia. Usaha tani sudah dilakukan oleh masyarakat sejak manusia mulai menetap (Mustofa, 2005).
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lahan pertanian menjadi faktor penunjang kebutuhan hidup masyarakat terutama masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan pada umumnya adalah masyarakat yang menggunakan sumber daya alam pada bidang agraris, di mana masyarakat tersebut secara turun temurun melakukan aktivitas pada sektor pertanian, sehingga masyarakat yang ada di daerah pedesaan dan pinggiran memperoleh penghasilan atau mengandalkan usaha yang bergerak di bidang pertanian. Kemenyan merupakan salah satu usaha pertanian yang berasal dari sub sektor perkebunan rakyat, yang belum dikenal masyarakat secara luas dibandingkan dengan kopi, padi, kelapa sawit, karet dan produk perkebunan rakyat lainnya. Kemenyan salah satu tanaman hutan endemik yang tumbuh di Indonesia dan dikelola oleh rakyat Indonesia dan paling banyak ditemui di provinsi Sumatera Utara dan merupakan komoditas unggulan Sumatera Utara. Kemenyan dapat ditemui di tujuh Kabupetn yakni di
Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Toba Samosir,
Dairi, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah meski tidak terlalu banyak. Sedangkan penghasil kemenyan terbesar masih di Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara.
(“http:/www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2018/05/21/347826/kearifan_lokal_ yang_mendunia/”)
Umumnya pertanian kemenyan ini di usahakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mendapat hasil yang lebih baik dan mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan taraf hidup dan sosial ekonomi petaninya. Produktifitas tanaman kemenyan dipengaruhi oleh cara pengelolaan pohon kemenyan oleh petani itu sendiri yang jika pohon kemenyan dirawat dengan bagus dan cara penyadapannya dilakukan
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan cara yang baik maka produktifitas kemenyan akan meningkat dengan baik.
Namun perawatan kemenyan ini tidak seperti perawatan tanaman-tanaman yang lain yang harus diberikan pupuk sedangkan kemenyan ini tidak seperti itu namun dia hanya butuh pohon-pohon yang lain disekitarnya untuk melindunginya. Pohon
Kemenyan perlu dilestarikan dan dibudidayakan dengan alasan pohon tersebut tidak selalu dapat ditanam dengan baik dalam setiap tempat atau daerah.
Kabupaten Humbang Hasundutan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara. Jumlah penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun
2018 adalah sebanyak 184.915 jiwa. Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10
Kecamatan yaitu Pakkat, Onan Ganjang, Sijamapolang, Doloksanggul, Lintong
Nihuta, Paranginan, Baktiraja, Pollung, Parlilitan, Tarbintang. Setiap Kecamatan masyarakatnya berpengahasilan dari bertani seperti ladang, sawah, dan perkebunan rakyat. Dikabupaten Humbang Hasundutan inilah banyak ditemukan pohon kemenyan dibanding kabupaten lain yang ada di Provinsi Sumatera Utara
(humbanghasundutankab.bps.go.id, 2018).
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 1.1 Data Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Rakyat di Humbang Hasundutan Tahun 2018
Luas Areal (Ha) Rata-Rata KK Produksi NO Kabupaten Kecamatan Produksi Peta TBM TM TTM Jumlah (Ton) (Kg/Ha/Thn) ni Humbang 1 Hasundutan Bakti Raja 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Dolok 3.194 2 39.77 730.60 154.75 925.12 211.87 289.99 Sanggul .00 Lintong 3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Nihuta Onan 2.155 4 7.60 711.80 35.67 755.07 192.19 270.01 Ganjang .00 124.0 5 1.20 62.50 17.70 81.40 11.70 187.20 Pakkat 0 6 Paranginan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Parlilitan 2.559 7 29.18 608.80 214.95 852.93 273.96 450.00 .00 Pollung 703.0 8 73.38 1.424.15 274.99 1.772.52 2.569.96 1.804.56 0 Sijama 551.0 9 8.60 503.18 17.28 529.06 125.80 250.01 Polang 0 Tara 10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Bintang 9.286. Jumlah 159.73 4.041.03 715.34 4.916.10 3.385.48 837.78 00 Sumber: (humbanghasundutankab.bps.go.id, 2018)
Keterangan:
Komoditas : Kemenyan
TBM = Tanaman Belum Menghasilkan
TM = Tanaman Menghasilkan
TTM = Tanaman Tidak Menghasilkan
Kecamatan Pollung merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Humbang Hasundutan yang menjadi tempat lokasi penelitian penulis yang jumlah penduduknya 18.985 jiwa yang dimana diantaranya adalah 9.515 jiwa laki-laki dan
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9.470 jiwa perempuan. Di kecamatan Pollung terdiri dari 13 desa yaitu Desa Aek
Nauli I, Aek Nauli II, Pandumaan, Sipituhuta, Parsingguran II, Pollung, Parsingguran
I, Ria-ria, Hutapaung, Pansurbatu, Hutajulu, Pardomuan, Hutapaung Utara. Lokasi penelitian penulis berada di Desa Aek Nauli I yang dimana masyarakatnya rata-rata berpenghasilan dari pohon kemenyan. (humbanghasundutankab.bps.go.id, 2018)
Kemenyan sering disebut orang batak sebagai ‘Tombak Haminjon’ yang artinya hutan Kemenyan. Hutan Kemenyan atau “Tombak Haminjon” merupakan tanaman unggulan di Desa Aek Nauli I dan merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa tersebut. Hal ini disebabkan populasi pohon kemenyan yang cukup luas dan berkualitas baik khususnya di desa Aek Nauli I. Pohon Kemenyan dikenal oleh masyarakat pembuka Desa Aek Nauli I yaitu leluhur mereka. Leluhur mereka telah lama mengenal tanaman Kemenyan yang dulu masih digunakan untuk ilmu-ilmu spiritual dan menurut sejarahnya tanaman Kemenyan ini adalah seorang perawan yang pergi lari kehutan karena dipaksa menikah oleh orangtuanya. Saat ini pohon kemenyan dikelola secara turun temurun dari satu generasi diwariskan ke generasi berikutnya. Pewarisan atau pengalih tangan hak dilakukan secara hukum adat atau kebiasaan yang berlangsung secara terus menerus. Pengukuhan kepemilikan dan pemetaan kawasan hutan Kemenyan biasanya ditentukan berdasarkan hukum adat.
Tidak ada seorang warga yang berani menjual kawasan atau lahan yang mereka miliki pada pihak lain di luar komunitas masyarakat Aek Nauli I. Namun, sebagian dari masyarakat Desa Aek Nauli I mudah tergoda dengan iming-iming pihak swasta.
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kehidupan masyarakat Desa Aek Nauli I, Kecamatan Pollung pada umumnya bekerja sebagai petani Kemenyan.Kemenyan ini pada umunya dikerjakan oleh laki- laki atau kepala rumah tangga. Keberadaan kemenyan ini di masyarakat Desa Aek
Nauli I sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat Desa Aek
Nauli I. Kemenyan ini di produksi dan dikelola dengan baik serta memiliki nilai jual.
Sehingga keberhasilan dalam mengelola sumber daya alam ini mampu memenuhi kebutuhan hidup para petani. Peneliti melakukan pra observasi ke tempat penelitian para petani di Desa Aek Nauli I masih tergolong masyarakat prasejahtera hal ini dilihat dari jumlah penduduk 1.275 jiwa lebih dari setengah jumlah penduduk tersebut masih tergolong masyarakat prasejatera. Dikarenakan jumlah produksi getah kemenyan berkurang dan juga harga kemenyan mengalami penurunan, hal inilah yang membuat berdampak bagi kesejahteraan masyarakat yang ada di Desa Aek
Nauli I Kecamatan Pollung (humbanghasundutankab.bps.go.id, 2018).
Berdasarkan penelitian Panusunan, Desa Simasom Kecamatan Parlilitan,
Kabupaten Humbang Hasundutan, hutan rakyat kemenyan memberikan peranan penting, yaitu sebesar 78,59 % dalam pendapatan rumah tangga. Hasil pengelolaan dari pohon kemenyan berperan penting dalam pendapatan rumah tangga karena getah kemenyan multifungsi dan dibutuhkan masyarakat. Multifungsi dari kemenyan tersebut yaitu dijadikan sebagai obat atau untuk kebutuhan medis dan untuk bahan pembuatan parfum. Secara umum, harga yang didapat petani untuk kualitas 1 adalah
Rp. 100.000/kg sedangkan kualitas 2 adalah Rp. 70.000/kg. Produktivitas rata-rata getah kemenyan yakni 44,17 kg/ha untuk kualitas 1 dan 21,56 kg/ha untuk kualitas 2.
Biaya produksi sebesar Rp.25.000/kg. Berdasarkan keterangan informan, dalam 1
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA batang pohon kemenyan rata-rata memiliki 20 takik (lubang) yang dibuat per tahun dan setelah diukur didapat rata-rata 0,235 ons/lubang sehingga dapat menghasilkan rata-rata 0,47 kg/batang/tahun. Jumlah batang rata-rata per hektarnya adalah 200 batang. Sehingga diperoleh jumlah produksi kemenyan sebesar 94 kg/ha/tahun
(Panusunan, 2005).
Kondisi sosial ekonomi petani kemenyan Di desa Aek Nauli I, Kecamatan
Pollung sangat tergantung pada hasil getah kemenyan mereka menaruh kehidupannya pada getah pohon Kemenyan namun jika dilihat dan dibandingkan dari tahun ketahun jumlah produksi kemenyan di hutan Desa Aek Nauli I semakin merosot jumlahnya.
Hal ini diakibatkan atas rusaknya hutan masyarakat dari sejarah para leluhur pembuka hutan kemenyan ini mereka pernah mengahasilkan getah kemenyan sebanyak 50-100 kg perminggu sedangkan sekarang sudah sangat susah untuk mendapatkan hasil yang seperti itu dan tidak hanya jumlah kemenyan juga berkurang kualitas kemenyan jika dibandingkan dengan dulu jauh berbeda. Berkurangnya jumlah dan kualitas kemenyan disebabkan oleh beberapa fakor yaitu ditebanginya pohon-pohon disekitar kemenyan dan mengagantinya dengan pohon Ecualiptus dan sikap masyarakat sekarang dalam mengelola pohon kemenyan tidak seperti dulu selalu menjaga kesopanan. Tetapi para petani tidak berhenti menggantungkan harapannya pada pohon kemenyan mereka selalu berusaha untuk menjaga dan melestarikan pohon kemenyan ini walaupun hasilnya yang sekarang tidak seperti dulu lagi. Walaupun begitu keluarga petani kemenyan masyarakat Desa Aek Nauli I mampu memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan bahkan ada yang bisa menyekolahkan anaknya dari jenjang SD sampai kuliah dari hasil getah kemenyan yang mereka tanam .
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ketertarikan penulis untuk meneliti di daerah ini karena harga kemenyan di desa
Aek Nauli I lumayan tinggi mencapai Ratusan ribu perkilo jika kualitas kemenyannya bagus dan bersih, namun masyarakat di Desa Aek Nauli I masih tergolong masyarakat prasejahtera. Hal inilah yang membuat penulis tertarik meneliti
Kehidupan sosial ekonomi petani kemenyan di Desa Aek Nauli I Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan. Pohon kemenyan ini sangat unik dan unggul dibanding tanaman yang lian maka dari itulah penulis tertarik melihat pohon kemenyan yang ada di desa Aek Nauli I kecamatan pollung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: “ Bagaimana Kehidupan
Sosial Ekonomi Petani Kemenyan di Desa Aek Nauli I, Kecamatan Pollung,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi petani Kemenyan di Desa Aek Nauli, Kecamatan Pollung,
Kabupaten Humbang Hasundutan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan :
1. Secara Akademis, sebagai pengembangan konsep dan teori yang berkenaan
dengan kehidupan sosial ekonomi petani kemenyan dan dapat memberikan
sumbangan positif terhadap keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial dan menambah referensi dan kajian bagi peneliti mendatang.
2. Secara Teoritis
a. Menambah pengetahuan, pemahaman serta pengalaman tentang masalah
yang diteliti.
b. Membentuk pola fikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuann
peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
c. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan karya ilmiah.
3. Secara Praktis dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan dan
sebagai bahan evaluasi khususnya bagi masyarakat petani yang serta bagi
Pemerintah maupun pihak-pihak luar secara umum guna mempertimbangkan
dalam peningkatan kehidupan social ekonomi petani.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
2. Penelitian Yang Relevan
3. Kerangka Pemikiran
4. Defenisi Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3. Informan Penelitian
4. Teknik Pengumpulan Data
5. Teknik Analisis Data
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
1. Letak Geografis Lokasi Penelitian
2. Sejarah Perkembangan Lokasi Penelitian
3. Profil Lokasi Penelitian
4. Visi, Misi, dan Tujuan Lokasi Penelitian
5. Struktur Organisasi/Lembaga Lokasi Penelitian
6. Kondisi Umum Tentang Klien
7. Kondisi Umum Tentang Petugas
8. Keadaan Sarana dan Prasarana Lokasi Penelitian
BAB V HASIL PENELITIAN
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
2. Pembahasan Hasil Penelitian
3. Keterbatasan Hasil Penelitian
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Petani Kemenyan 2.1.1.1 Pengertian Petani Pengertian petani dapat di katakan sebagai pekerjan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan mengunakan peralatan yang bersifat tradisional dan modern. Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Petani dalam pengertian yang luas mencakup semua usaha kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikroba) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, petani juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim (http://Arifsubarkah.wordpress.com/2020/01/02/Fungsi- kemiskinan Ciri-ciri Manusia Yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan.go).
Klasifikasi petani menurut status sosial ekonominya diperdesaan, yang dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Petani tanpa lahan dan modal. Petani ini paling miskin, paling rentan, dia
hanya memiliki tenaga kerja. Contohnya buruh-buruh, petani yang baru kena
PHK dari perkotaan, petani yang dirundung malang sepanjang tahun, petani
yang kena penggusuran dan sebagainya.
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Petani punya lahan sempit tanpa modal. Petani ini hanya memiliki lahan
tempat berdiri rumah/gubuknya. Dia tidak dapat mengusahakan tanaman
secara memadai, mungkin dapat memelihara ayam/bebek sebanyak 10-15
ekor.
3. Petani punya lahan sedang tanpa modal. Petani ini masih rendah produksinya
karena tanpa modal dia susah berusaha tani karena tak ada modal. Petani
semacam ini dapat dikembangkan dengan memberikan bantuan modal dan
penyuluhan.
4. Petani punya lahan cukup/luas dan modal cukup/besar. Hanya jenis petani ini
yang membutuhkan penyuluhan atau diberikan inovasi baru untuk
mengembangkan usahataninya.
Petani kemenyan di Desa Aek Nauli I, Kecamatan Pollung secara umum mereka mengelola hutan rakyat, yang dimana hutan rakyat ini adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat, kebanyakan berada di atas tanah milik atau tanah adat, meskipun ada pula yang berada di atas tanah negara atau kawasan hutan Negara.
Hutan di Indonesia menghadapi permasalahan serius yaitu degradasi hutan dan meluasnya lahan kritis. Pemerintah telah melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam mengelola hutan melalui hutan rakyat. Salah satu pola rehabilitasi lahan kritis secara vegetasi adalah dengan membangun hutan rakyat. Melalui pembangunan hutan rakyat akan terjadi peningkatan produktivitas lahan serta menunjang konservasi tanah dan
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA air. Pengembangan hutan rakyat telah lama dilakukan oleh masyarakat meski belum ada kebijakan yang mengaturnya (Izzati, M., Purnaweni, H., Suryaningsih, H, 2012).
2.1.1.2 Kemenyan
Kemenyan merupakan salah satu tumbuhan endemik. Tumbuhan Endemik merupakan tumbuhan asli yang hanya bisa ditemukan di sebuah wilayah geografis tertentu dan tidak ditemukan di wilayah lain. Wilayah disini dapat berupa pulau, negara, atau zona tertentu.Tumbuhan yang memiliki endemisitas tinggi rawan mengalami kepunahan kalau keberadaannya terdapat gangguan baik dari alam atau manusia.
Kemenyan adalah getah (eksudat) kering, yang dihasilkan dengan menoreh batang pohon kemenyan (Styrax spp., suku Styracaceae; terutama S. benzoin Dryand. dan S. paralelloneurus Perkins). Resin yang kering berupa keping-keping putih atau keputihan, yang terbenam dalam massa coklat bening keabuan atau kemerahan, keras namun rapuh, dan berbau harum enak. Kemenyan ini dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kemenyan sumatra yang lainnya adalah kemenyan siam, yang lebih harum dan dihasilkan oleh S.tonkinensis dari Siam dan Tonkin (
Simamora Lamria 2017).
Tempat tumbuh tanaman Kemenyan bervariasi, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu pada ketinggian tempat 60-2.100 meter dari permukaan laut.
Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh yang istimewa.
Tanaman ini dapat tumbuh pada jenis-jenis tanah mulai dari tanah yang bertekstur berat sampai ringan, dan tanah yang kurang subur sampai yang subur. Selain itu,
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tanaman ini juga dapat tumbuh pada tanah yang berporositas tinggi, yaitu yang mudah meneruskan atau meresapkan air. Kemenyan Toba merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan di daerah Tapanuli dan Dairi. Jenis ini tumbuh dan menyebar pada ketinggian >600 mdpl (Sitompul Manuari, 2011).
Budidaya tanaman kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya. Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah banyak dan berkualitas baik; bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan silindris; bertajuk normal dan baik; serta bercabang sedikit dan berbatang bebas cabang relatif tinggi.
Biji Kemenyan yang dipilih untuk benih adalah yang masak dan berwarna coklat tua.
Pembuatan bibit kemenyan dilakukan dengan cara: persemaian dan cabutan anakan dari permudaan alam. Cara lainnya, yaitu: stump, stek dan kultur jaringan masih dalam tahap penelitian pihak-pihak terkait. Persemaian merupakan cara yang mudah dilakukan. Awalnya benih kemenyan ditabur pada bedeng tabur. Setelah berkecambah, kemudian dipindahkan pada polybag dan dipelihara sampai bibitnya siap tanam di lapangan. Sebelum penanaman bibit kemenyan, terlebih dahulu dilakukan persiapan lapangan, yaitu membuat jalur tanam dan lubang tanam. Jarak tanamnya disesuaikan dengan kondisi tanah dan kelerengan lahannya. Karena setengah toleran, anakan kemenyan yang ditanam di tempat terbuka harus diberi naungan. Anakan kemenyan bisa juga ditanam di bawah pohon lainnya, misalnya di bawah pohon durian dan kaliandra (Sitompul Manuari, 2011).
Jenis kemenyan yang ada di Aek Nauli I, Kecamatan Pollung, Kabupaten
Humbang Hasundutan yaitu kemenyan toba atau biasanya disebut jenis Siparbue yang kualitas kemenyannya sangat bagus, kemenyan durame yang getahnya berwarna
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA coklat kualitasnya dibawah kemenyan siparbue namun para petani biasanya mengatakan kemenyan durame ini sebagai bonus ketika membersihkan pohon kemenyan, yang terakhir jenis kemenyan bulu atau kemenyan silobu ini jenis getahnya menggumpal namun tidak berisi penuh dan kualitasnya tidak bagus dan agak menghitam. Pada saat penyadapan getah kemenyan para petani memilah tiap tiap jenis kemenyan dan tidak mencampurnya karna setiap jenis dan kuliatasnya berbeda-beda harganya. Para petani menyadap getah kemenyan menggunakan alat sangat sederhana seperti guris, agat panuktuk, tali polang, bakul. Alat inilah yang membantu para petani untuk mengambil getah sekaligus untuk membersihkan pohon kemenyan.
2.1.1.3 Manfaat Kemenyan
Pemanfaatan hasil utama budidaya pohon Kemenyan adalah (1) produksi getah
Kemenyan, (2) produksi kayu dan (3) pemanfaatan untuk tujuan lain. Umumnya pemanfaatan getah Kemenyan dikelompokkan menjadi dua yaitu:
A. Tradisonal (konvensional)
Tradisi religi masih sering menggunakan getah Kemenyan, terutama pada upacara – upacara untuk mendapatkan aroma dupa yang baik. Di pulau sumatera sering dicampur dengan kayu cendana pada saat pembakarannya. Ditimur Tengah penggunaan getah Kemenyan sebagai dupa yang sempurna dengan mencampur dengan getah Murh (minyak). Penggunaan getah untuk bahan pencampur pada tembakau rokok, sampai saat ini masih dilakukan, karena masih banyak yang berpendapat Kemenyan mampu memperbaiki pernafasan, namun seiring
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perkembangan waktu penggunaan campuran untuk tembakau rokok sudah semakin banyak ditinggalkan.
B.Modern
Khan (2001), menyebutkan kandungan getah Kemenyan antara lain terdiri dari:
a. Asam Sinamat (C6H5CH-CHOOH)
b. Asam benzoat
c. Styrol
d. Vanillin (C8H8O3)
e. Styracin
f. Coniferil benzoate
g. Coniferil sinamate
h. Resin benzoeresinol dan suma resinotannol
Asam Sinamat adalah bahan penolong pada pembuatan berbagai bahan kimia pada pembuatan obat-obatan (pharmacy), parfum, kosmetik, makanan dan minuman.
Simanungkalit (1993) & Khan (2001) menjelaskan deskripsi yang lebih luas dari pemanfaatan asam sinamat sebagai berikut:
1. Bidang farmasi
a. Antiseptik
b. Expectorant (pelega pernafasan)
c. Obat Mata untuk Katarak
d. Unsur perantara pada pembuatan obat antibiotik Streptomycin
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Pengawet makanan dan minuman
Kemenyan digunakan sebagai “food additive” yaitu bahan tambahan untuk makan dan minuman terutama untuk pengawetan. Menurut FDA (Food and Drugs of
America) dan EDA (Europe Drugs Association), jumlah asam sinamat alami yang dibutuhkan untuk setiap kilogram/liter makanan atau minuman untuk pengawetan sebanyak 1,25 mg.
Penggunaan utamanya sebagai “fix active” yaitu berfungsi menahan aroma pada parfume agar tahan lebih lama serta sebagai “fix agent” yaitu berfungsi mempertemukan dua atau beberapa jenis parfume dari bahan yang berbeda untuk mendapatkan aroma parfume yang lebih baik. Melalui proses esterifikasi asam sinamat dipergunakan untuk membentuk ester-ester seperti methyl dan ethyl serta berbagai derivat (turunan) yang banyak digunakan untuk kebutuhan obat-obatan pertanian.
3. Kosmetik
Penggunaan asam sinamat untuk kosmetik sudah lama dikenal, karena bahan tersebut bermanfaat sebagai pelindung kulit terhadap sinar matahari dan juga karena memiliki sifat astrigent, sehingga dapat mengeluarkan kotoran-kotoran yang terdapat pada kulit (wajah). Negara Perancis telah menghasilkan parfum dengan patent bernama “Lait Virginal” yang artinya mempertahankan kemudaan. Unsur Kemenyan yang sangat bermanfaat untuk ini disebut isobutyl salicynil cinnamate yang merupakan turunan dari asam sinamat. Bahan ini juga telah banyak dipatenkan sebagi
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Sun Screening Agent” dengan daya tahan terhadap cahaya matahari (ultra violet rays) pada kisaran 2800-3150 A° (Arythermal range).
4. Vernis
Percobaan pemanfaatan getah Kemenyan untuk varnish telah dilakukan oleh
Balai Litbang Industri Medan yang menunjukkan bahwa vernis yang dapat dibuat adalah jenis “spirit varnish”. yaitu dengan mengunakan pelarut yang mudah menguap
(thinner atau spirtus). Sedangkan penggunaan terpentin sebagai pelarut ternyata getah kemenyan tidak mudah larut. Bahan baku yang digunakan adalah kualitas kemenyan abu yang harganya di pasaran relatif murah. Komposisi pelarut yang baik adalah 25% karena menghasilkan vernis yang cukup baik.
5. Lilin
Pembuatan lilin dengan campuran getah Kemenyan telah banyak dicoba, utamanya menghasilkan asap lilin yang beraroma khas. Lilin dengan karakter tersebut dianggap cukup sesuai untuk kegiatan religi.
2.1.2 Kehidupan Sosial Ekonomi
2.1.2.1 Pengertian Sosial
Sosial berasal dari istilah bahasa inggris yaitu society (berasal dari bahasa latin socuis, yang berarti “kawan”) kata ini lazim dipakai dalam tulisan-tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari untuk menyebutkan kesatuan hidup manusia
(Koentjaraningrat, 2005: 119).Sedangkan pada departemen sosial menunjuk pada suatu acuan yang digunakan dalam berinteraksi antar individu dalam konteks masyarakat maupun komunitas. Sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu- individu sebagai anggota masyarakat. Sehingga demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu berarti terhadap hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi satu dengan lainnya. Konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial sering diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan masyarakat (Waluya, 2007: 85-86).
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa diharapkan berbuat baik terhadap sesamanya. Hal ini berdasarkan pandangan bahwa manusia suci itu bagi manusia yang lain. Rasa kebersamaan manusia sebagai anggota persekutuan kehidupan membawa kepada suatu pandangan akan solidaritas sosial dimana ia semestinya merasa ikut menderita bila pihak lain yang ada dilingkungannya mengalami penderitaan. Dalam keberadaan dengan lingkungan sekitarnya, terdapat relasi timbal balik yang amat erat. Pada relasi timbal balik ini menentukan dan ditentukan hakekat kemanusiaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa pribadi manusia hanya dapat berkembang apabila ia berada dalam kelompok sosial. Didalam kelompok sosial manusia mengalami proses yang disebut sosialisasi.
Masyarakat petani kemenyan memiliki hubungan antara patron dan klien yang dimana klien disini sebagai petani kemenyan. Tentang hubungan patron klien, Legg dalam Najib (1999) mengungkapkan bahwa tata patron dengan klien umumnya berkaitan dengan:
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Hubungan diantara pelaku yang menguasai sumberdaya tidak sama
2. Hubungan khusus yang merupakan hubungan pribadi dan mengandung
keakraban
3. Hubungan yang didasar atas saling menguntungkan.
Sementara itu,James Scoott melihat hubungan patron klien sebagai fenomena yang terbentuk atas dasar ketidaksamaan dan sifat fleksibilitas yang tersebar sebagai sebuah sistem pertukaran pribadi. Dalam pertukaran tersebut ada arus dari patron klien dan sebaliknya. Menurut Scott arus dari Patron klien mencakup:
1. Penghidupan subsistensi dasar berupa pemberian pekerjaan tetap,
penyediaan saprodi, jasa pemasaran dan bantuan teknis
2. Jaminan krisis Subsitensi, berupa pinjaman yang diberikan pada saat klien
menghadapi kesulitan ekonomi
3. Perlindungan berupa perlindungan terhadap klien baik dari ancaman
pemungutan pajak.
4. Memberikan jasa kolektif, berupa bantuan untuk mendukung sarana umum
setempat (sekolah, tempat ibadah jalan) serta mensponsori festival dan
perayaan desa (Satria, 2015:39-41).
2.1.2.2 Pengertian Ekonomi
Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana.
Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sedangkan menurut (KBBI 2020), kata ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan).
Gilarso (2004:15) mengatakan bahwa ilmu ekonomi berhubungan dengan usaha manusia untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan sumber daya yang terbatas. P.A. Samuelson dalam Gilarso, (2004) menyebutkan ilmu ekonomi adalah studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih beberapa alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi untuk kemudian menyalurkannya (baik saat ini maupun dimasa depan) kepada berbsagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. M.
Manullang dalam Sari, E. Kartika,( 2007) menyebutkan bahwa ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran
(kemakmuran suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik barang-barang maupun jasa).
Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah usaha manusia dalam mengatur rumah tangganya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menggunakan maupun memanfaatkan ketersediaan sumber daya yang ada. Usaha- usaha yang dilakukan manusa untuk mencapai kemakmuran atau mencukupi kebutuhannya bisa melalui pekerjaan-pekerjaan seperti menjadi petani atau membuka usaha lain yang bisa menafkahi keluarga rumah tangga. Tentu untuk mendapatkan itu
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA semua tidak ada yang instan manusia harus memberikan usaha atau cara untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.
2.1.2.3 Pengertian Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukan ketidaksetaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki: (1) pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat.
Perbedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara (Santrock
2007:282).
Menurut Soerjono Soekanto (dalam Abdulsyani, 2007:92), status sosial merupakan tempat seseorang secara umum dalam masyarakat yang berhubungan dengan orang-orang lain, hubungan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya, dan hak-hak serta kewajibannya. Status sosial ekonomi menurut Mayer
(dalam Soekanto, 2007:207) berarti kedudukan suatu individu dan keluarga berdasarkan unsur-unsur ekonomi.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.
Tiga tingkatan golongan masyarakat berdasarkan kondisi sosial ekonomi, yaitu:
1. Golongan berpenghasilan rendah. Masyarakat yang menerima pendapatan
lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang minimal,
mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan hidup
yang keras. Perkembangan anak dari keluarga itu pun menjadi agresif.
Sementara itu orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan pengawan
terhadap perilaku anaknya.
2. Golongan berpenghasilan sedang. Masyarakat yang memiliki pendapatan
yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat
menabung.
3. Golongan berpenghasilan tinggi. Masyarakat yang dapat memenuhi
kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan
digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan dimasa mendatang. Melly
G. Tan dalam Fery Arif Telambaunua, (2015).
2.1.2.4 Indikator Menentukan Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat menurut BPS tahun 2018 indikator sosial ekonomi terdiri dari 8 bidang
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kependudukan, Kesehatan dan Gizi, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Taraf dan Pola
Konsumsi, Perumahan dan Lingkungan, Kemiskinan (bps.go.id). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Boni Nestorius Lase, S.Sos (2017) untuk melihat Indikator
Sosial ekonomi suatu masyarakat itu tinggi, menengah, rendah diantaranya
Pendidikan, Pendapatan, Rumah atau tempat tinggal, Kesehatan, Interaksi Sosial.
Berikut indikator untuk menentukan kehidupan sosial ekonomi petani kemenyan di penelitian ini yaitu Pendidikan, Pendapatan,Tempat Tinggal, Kesehatan, Interaksi
Sosial.
A. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu syarat pelancar dalam pembangunan pertanian.
Keterbatasan pendidikan yang dimiliki seseorang dapat menjadi kendala pembangunan yaitu terhadap cara berpikir serta mengambil keputusan. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dalam berpikir dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah (Kurniawati, A. Ismail, U Muttakin, P. 2014).
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pendidikan diupayakan untuk mewujudkan individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan bekal memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (Pikiran, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan).
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 juga menjelaskan pendidikan bertujuan untuk
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah ( pendidikan non formal ). Jalur pendidikan sekolah ( pendidikan formal ) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua anak. Selain itu, pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan pendapatan serta status sosial ekonomi yang akan diperoleh. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang didapat maka semakin tinggi juga status sosial ekonomi yang disandang.
Berdasarkan tingkat pendidikan, UU No. 20 tahun 2003 menggolongkan dalam tida bagian yaitu rendah, menengah dan tinggi:
1. Pendidikan rendah yaitu pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.
2. Pendidikan Menengah merupakan pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.
3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan
tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau
universitas.
B. Pendapatan
Pendapatan/penghasilan ini sangat berpengaruh dengan jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan yang baik jelas akan memperoleh pendapatan/penghasilan yang lumayan. Bentuk pendapatan/penghasilan ini dapat diukur dengan nilai uang yang diterima. Pendapatan rumah tangga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga ( Budihardjo,
2005 : 122 ).
Pendapatan sosial ekonomi orang tua dapat merumuskan indikator kemiskinan yang representatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapak hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat (Siagian,
2012: 69).
Berdasarkan dari pendapatan keluarga, Badan Pusat Statistik (BPS, 2014 ) membagi kedalam tiga golongan yaitu tinggi, menengah dan rendah :
1. Golongan Rendah, Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu
masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk
memenuhi tingkat hidup yang minimal seperti sandang, pangan dan tempat
tinggal yang berpenghasilan kurang dari Rp. 1.500.000 per bulan.
2. Golongan Menengah, Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu
masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mampu menikmati
jenjang pendidikan namun belum memiliki kesempatan dalam menabung
maupun berinvestasi yang berpenghasilan antara Rp. 1.500.000 sampai Rp.
2.500.000 per bulan.
3. Golongan Tinggi, Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu
masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangaka
pendek maupun jangka panjang tanpa ada rasa khawatir. Menjadikan
pendidikan bukan sebagai acuan kehidupan, menjadikan budaya dalam
keluarga untuk menjaga martabat, yaitu yang berpenghasilan diatas Rp.
2.500.000 (bps.go.id).
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Harga kemenyan dapat mempengaruhi pendapatan petani kemenyan,dan harga kemenyan ditentukan berdasarkan kualitas kemenyan berikut ini jenis kualitas dan harga kemenyan:
1. Kemenyan Toba (styrax paralleloneurum PERK) kemenyan ini memiliki
kuliatas yang lebih baik dengan harga jual kira-kira Rp.220.000 per kilo
gram.
2. Kemenyan Durame (styrax benzoine Dryand) kemenyan ini memiliki
kualitas yang sedang biasanya harga jualnya kira-kira Rp.190.000-
Rp.200.000 per kilo gram.
3. Kemenyan Bulu (styrax benzoine var hiliferum) kemenyan ini memiliki
kualitas yang rendah biasanya harga jual kira-kira Rp.130.000-Rp.150.000
per kilo gram.
Jika kemenyan semakin kering dan bersih maka harga kemenyan juga semakin mahal,tetapi terkadang petani kemenyan tidak sabar menunggu kemenyan sampai kering sehingga mereka menjualnya dengan keadaan lembab dan toke membelinya dengan harga murah.
C. Tempat Tinggal
Secara umum, rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya ( hujan, matahari,dll ). Serta merupakan tempat beristirahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Namun, pengertian rumah juga dapat ditinjau lebih jauh secara fisik dan psikologis.
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:
1. Status rumah yang ditempati, rumah dinas, menyewa, menumpang pada
saudara atau ikut oranglain umumnya merupakan keluarga dengan sosial
ekonomi rendah.
2. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga
yang keadaan sosial ekonominya tinggi pada umumnya menempati rumah
permanen, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya menengah
kebawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen.
3. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati, pada
umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya (Maftukhah, 2007).
D. Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagaian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Kesehatan memiliki peran ganda dalam pembangunan nasioanl, karena di satu sisi, kesehatan merupakan tujuan dari pembangunan, sedangkan disi lain, kesehatan merupakan modal dasar dalam pembangunan nasional.
Menurut UU Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa :
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
5. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
6. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
8. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.
9. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
E. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Syarat terjadinya interaksi adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Saat bertemunya orang-orang secara badaniah atau jasmani belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok.
Artinya interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Apabila dua orang bertemu, mereka saling menegur, berjabat tangan, saling bicara bahkan berkelahi maka pada saat itu interaksi sosial dimulai.
Kemudian bila orang-orang bertemu tidak saling bicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi karena masing-masing sadar akan
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang yang bersangkutan, misalnya bau keringat, minyak wangi, suara langkah kaki dan sebagainya. Semuanya tentu menimbulkan kesan dalam pikiran seseorang kemudian membuat orang tersebut menentukan tindakan selanjutnya.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Apabila 2 orang bertemu interaksi sosial dimulai saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau mungkin saling berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial (Soekanto dan Sulistyowati,2014).
Bisa dilihat juga bahwa dalam interaksi sosial mengandung makna tentang kontak secara timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu-individu dan kelompok-kelompok. Contoh, bila ada 2 petani kemenyan bertemu, petani A merupakan petani kemenyan yang berhasil sedangkan petani B merupakan petani kemenyan yang gagal. Petani B bertanya kepada petani A menjelaskan pada petani B, sehingga dengan motivasi untuk menjadi petani kemenyan yang berhasil maka petani
B mengikuti apa yang diterapkan oleh petani, dari contoh di atas maka dapat dilihat interaksi sosial yang sangat terjadi di dalam masyarakat petani kemenyan (Taneko,
1993).
Ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia:
1. konflik dan persaingan
Masyarakat desa yang hidup berdekatan dengan orang tetangga terus menerus, kesempatan untuk pertengkaran amat banyak dan keadaan tegang. Kecuali
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pertengkaran yang terjadi disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Sumber pertengkaran dalam masyarakat desa di Indonesia berkisar hal tanah, kedudukan dan gengsi, sekitar hal perkawinan, perbedaan antara kaum muda dan kaum tua dan juga perbedaan antara pria dan wanita.
2. Kegiatan bekerja
Sebagai masyarakat desa di Indonesia, itu memang dapat kita pandang sebagai suatu masyarakat yang ekonomi nya terbelakang dan harus dikembangkan dengan berbagai cara. Di dalam masyarakat desa yang berdasarkan bercocok tanam, orang biasa bekerja keras dalam masa-masa yang tertentu tetapi mengalami kelegaan bekerja dalam masa-masa yang lain dalam rangka satu lingkaran pertanian.
3. Sistem gotong royong
Adat istiadat tolong menolong antara warga desa dalam berbagai macam lapangan aktivitas-aktivitas baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun hubungan kekerabatan. Untuk membedakan dari aktivitas-aktivitas tolong menolong itu ada baiknya kita sebut sebagai aktivitas kerja bakti. Atau kalau kita mau memakai istilah gotong royong maka sebaiknya aktivitas-aktivitas yang lain itu disebut konsekuen (Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo, 2011:24-42).
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain sandang, pangan, perumahan pendidikan, kesehatan dan lain- lain. Kehidupan sosial ekonomi harus di pandang sebagai sistem (sistem sosial) yaitu satu keseluruhan bagian-bagian atau unsurunsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.3 Keluarga Petani Kemenyan 2.1.3.1 Pengertian Keluarga Secara umum keluarga didefenisikan sebagai lembaga sosial dasar dimana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Menurut (Setiadi, 2008:03) keluarga adalah suatu kelompok yang disatukan oleh perkawinan, kesepakatan, darah, adopsi, yang tinggal dalam satu atap dan memiliki perna masing-masing dalam setiap anggota keluarga yang memiliki ikatan emosional antara satu dengan yang lainnya.
Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. keluarga merupakan sebuah kelompok yang terbentuk dari hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak.
Jadi keluarga dalam bentuk murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah satu kesatuan sosial yang terkecil yang terdiri dari suami istri dan jika ada anak-anak dengan didahului oleh perkawinan (Ahmadi, 2009:221).
2.1.3.2 Keluarga Sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keadaan keluarga yang hidup makmur, dalam kelompok teratur, berdasarkan sistem nilai, bebas dari penyakit, tidak ada gangguan, dan menyenangkan. Berdasarkan konsep tersebut terdapat beberapa faktor yang perlu dikaji untuk menjelaskan konsep sejahtera, antara lain adalah faktor ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, keamanan, dan hiburan yang saling bertoleransi satu sama lain.
Faktor ekonomi berkenaan dengan kemakmuran yang pada dasarnya meliputi kecukupan sandang, pangan, dan perumahan yang diperoleh melalui kerja keras.
Faktor sosial berkenaan dengan hidup berkelompok secara teratur. Faktor budaya
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berkenaan dengan pola hidup berdasarkan nilai. Faktor kesehatan berkaitan dengan pola hidup bersih bebas penyakit. Faktor keamanan berkenaan dengan ketentraman karena tidak ada gangguan fisik dan mental. Faktor hiburan berkenaan dengan kesenangan hidup yang menyegarkan. Apabila kehidupan suatu keluarga telah memenuhi faktor-faktor tersebut. Dapat dikatakan bahwa keluarga itu adalah keluarga sejahtera dalam arti yang paling sempurna (Muhammad, 2008:34-35).
Indikator tingkat kesejahteraan keluarga BKKBN adalah sebagai berikut :
1. Keluarga pra sejahtera (sering dikelompokkan sebagai “sangat miskin”)
adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator
yang meliputi:
a. Indikator ekonomi, yaitu makan dua kali atau lebih sehari, memiliki
pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya rumah, bekerja,
sekolah dan bepergian), bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah.
b. Indikator non-ekonomi, yaitu melaksanakan ibadah, bila anak sakit
dibawa ke sarana kesehatan.
2. Keluarga sejahtera I (sering dikelompokkan sebagai “miskin”) adalah
keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau
lebih indikator yang meliputi :
a. Indikator ekonomi, yaitu paling kurang sekali seminggu keluarga
makan daging atau ikan atau telor, setahun terakhir seluruh anggota
keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru, luas lantai
rumah paling kurang 8m untuk tiap penghuni.
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Indikator non-ekonomi, yaitu ibadah teratur, sehat tiga bulan terakhir,
punya penghasilan tetap, usia 10-60 tahun dapat beca tulis huruf, usia
6-15 tahun bersekolah, anak lebih dari 2 orang.
3. Keluarga sejahtera II adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak
dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :memiliki
tabungan keluarga, makan bersama sambil berkomunikasi, mengikuti
kegiatan masyarakat, rekreasi bersama (6 bulan sekali), meningkatkan
pengetahuan agama, memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan
majalah, menggunakan saran transportasi.
4. Keluarga sejahtera III adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan beberapa indikator meliputi : memiliki tabungan keluarga, makan
bersama sambil berkomunikasi, mengikuti kegiatan masyarakat, rekreasi
bersama (6 bulan sekali), meningkatkan pengetahuan agama, memperoleh
berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah, menggunakan sarana
transportasi.
5. Keluarga sejahtera plus III adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi
indikator meliputi : aktif memberikan sumbangan material secara teratur,
sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan. (Dinsosnaker trans kota
tangerang, 2010 diakses tanggal 17 Maret pukul 21.45 WIB).
2.1.4 Kesejateraan Sosial
Kesejateraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa sanskerta “catera” yang berarti paying. Dalam konteks ini
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kesejahteraan yang terkandung dalam ”cater” (payung) adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan,kebodohan,ketakutan,atau kekwatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan,teman,dan kerja sama
(Fahrudin,2012).
Menurut UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yang dimaksud
Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Indikator Kesejahteraan sosial dapat diukur dengan tercukupinya:
1) Kebutuhan Jasmaniah, yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan, papan, sandang,
dan kesehatan.
2) Kebutuhan Psikis, yaitu kemampuan keduanya untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan, keagamaan, reaksi, rasa keadilan, keindahan dan lain-lain.
3) dan bersosialisasi dengan masyarakat setempat sesuai dengan aturan adat-
istiadat maupun norma-norma kemasyarakatan.
Kesejahteraan sosial kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang luas dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu hal yang menjadi ciri-ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan bermula dari kata sejahtera yang berarti aman sentosa, makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran. Istilah ‘sosial’ berasal dari kata bahasa Latin; socius yang berarti kawan atau teman. Kesejahteraan sosial sering diidentikkan
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan umum. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sejahterah artinya aman, sentosa, makmur, selamat.
Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, dan kemakmuran.
Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa Ahli :
1. Arthur Dunham
Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang
terorganisasi dengan tujuan meningkatkankesejahteraan dari segi sosial melalui
pemberian bantuan kepadaorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam
beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian
sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan
sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap
individu-individu,kelompok-kelompok,komunitas-komunitas dan kesatuan-
kesatuan penduduk yang lebih luas pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau
perawatan, penyembuhan dan pencegahan.
2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux
Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usahausaha
pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individuindividu
dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan.
Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan
yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuankemampuannya serta
meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan
membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan
sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tehnik- tehnik dan
metode-metode dengan maksud agar memungkinkan individu-individu,
kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuian diri mereka terhadap
perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk
memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.
4. Alfred J.Khan
Kesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang
tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar
seperti kesehatan, pendidikan kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat
kehidupan komunal dan berfungsinya individual, agar dapat mudah
menggunakan pelayanan pelayanan maupun lembaga-lembaga yang ada pada
umumnya serta membantu mereka yang mengalam kesulitan dan dalam
pemenuhan kebutuhan mereka.
Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.2 Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan deskripsi (gambaran) dari penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian yang sedang berlangsung saat ini. Bisa dikatakan penelitian yang relevan itu merupakan penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dalam pembahasan masalah penelitian, dengan penelitian yang sedang atau akan diteliti. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
NO PENELITIAN RELEVAN
1 Penelitian yang dilakukan oleh Afrianty Sitorus (2017), yang berjudul “
Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Desa Bagan Percut Kecamatan Percut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” dalam penelitian ini dikatakan bahwa
keluarga nelayan tradisional mengalami kondisi yang serba kekurangan
dalam berbagai aspek hidupnya karena pengahsilan nellayan yang tidak
menentu. Penghasilan nelayan tidak menentu,tergantung pada musim dan
intensitas nelayan dalam melaut. Keadaan miskin dan ketertinggalan yang
dialami nelayan tradisonal terlihat jelas dari peralatan yang masih sederhana
digunakan nelayan tradisional yang kurang layak, banyaknya anak nelayan
yang tradisional mengalami putus sekolah dan nelayan tradisional yang tidak
mempunyai pandangan masa depan. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 Penelitian yang dilakukan oleh Chorry Tambunan (2017), yang berjudul “
Tinjauan Kondisi Sosial Ekonomi Penarik Becak Di Lingkungan Universitas
Sumatera Utara” dalam penelitian ini melihat kondisi social ekonomi penarik
becak dilihat dari beberapa aspek yaitu Pendidikan, pendidikan penarik becak
di lingkungan Universitas Sumatera Utara mulai dari Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA). Jika
dilhat dari tingkat pendapatan penarik bacak di lingkungan Universitas
Sumatera Utara sangat rendah. Penelitian ini tergolong tipe penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
3 Penelitian yang dilakukan oleh Kristiani (2017), yang berjudul “Tinjaun
Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (Aron) Di Desa Jaranguda
Kecamatan Merdeka Kabupaten karo” dalam penelitian ini Buruh harian
lepas di Jaranguda berasal dari luar Kabupaten Karo yang bekerja dibidang
bercocok tanam.Tingkat pendidikan mereka sudah lumayan baik yakni sudah
tamat SMP dan SMA, Namun karena minimnya keterampilan yang mereka
miliki memaksa mereka harus bekerja sebagai buruh harian lepas (aron). Dari
tingkat pendapatan yang diperolah buruh harian lepas (aron) tergolong masih
rendah yang umumnya berjumlah Rp. 280.000 dengan jumlah jam kerja
ratarata 10 jam mulai jam 08.00 - 17.00 Wib sedangkan untuk hari mereka
bekerja 4-5 hari dalam seminggu. Dengan pendapatan yang demikian mereka
hidup dalam keadaan yang masih kurang dan sulit, sehingga mereka harus
memiliki cara sendiri dalam mempertahankan hidup, baik itu dengan cara
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berhemat, menabung serta mencari pekerjaan sampingan. Dan dalam
penelitian ini mengunakan penelitian kualitatif.
4 Penelitian yang dilakukan oleh Boni Nestorius Lase (2017) yang berjudul “
Tinjaun Sosial Ekonomi Keluarga Penambang Pasir Di Desa Muzoi
Kecamatan Lahewa Timur Kabupaten Nias Utara ”. Dalam penelitian ini ada
6 indikator yang menentukan sosial ekonomi keluarga penambang pasir di
Desa Muzoi Kecamatan Lahewa Timur Kabupaten Nias Utara yaitu
1. Pendapatan
2. Rumah/tempat tinggal
3. Pendidikan
4. Kesehatan
5. Sandang dan Pangan
6. Interaksi Sosial.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif.
5 Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) yang berjudul “ Kondisi
Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Di Kelurahan Mangalli Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa” bahwa hubungan antara petani pemilik dengan
petani penggarap berlangsung dengan baik. Pada prinsipnya didasarkan pada
pengertian bahwa kehidupan sosial adalah keseluruhan bagian-bagian atau
unsur-unsur yang saling berhubungan sebagai salah satu kesatuan yang tak
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terpisahkan dalam melaksakan suatu pekerjaan. Pola hubungan kerja 71 yang
terjadi diantara mereka terlihat dalam bentuk usaha sesuai dengan peran
masing-masing. Pola hubungan kerja yang terjadi melahirkan dua aspek yang
saling menguntungkan diantara mereka, yaitu aspek sosial dan aspek
ekonomi. Dan penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk
mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikit pun
belum diketahui.
6 Penelitian yang dilakukan oleh Feri Arif Novan Telaumbanua (2015) yang
berjudul “ Tinjauan Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan
Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli” Nelayan di Desa Fowa masih
termasuk nelayan tradisional yang masih menggunakan alat-alat
penangkapan sederhana berupa pancing pada umumnya telah ketinggalan
zaman dengan nelayan yang memiliki perlengkapan canggih. Hal ini
berdampak langsung dengan minimnya pendapatan dari hasil melaut yang
mempengaruhi kesejehateraan keluarga nelayan.
Keadaan kehidupan nelayan di Desa Fowa masih tergolong rendah ke
bawah, dapat lihat dari pendapatan yang mereka dapat dari hasil melaut
sangat minim dan tidak menentu hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Ketergantungan akan hasil dari laut tanpa
permasukan tambahan dari sektor lainnya juga menjadikan kehidupan
nelayan di Desa Fowa pada umumnya tidak sejahtera.
Sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah suatu keadaan atau kedudukan
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang diatur secara sosial maupun ekonomi dan menempatkan sesorang pada
kondisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat disertai dengan seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status sosial yang
terdiri dari kombinasi pendapatan, perumahan, pendidikan, kesehatan, serta
konsumsi.
7 Penelitian yang dilakukan oleh Karlos Keliat (2014) yang berjudul “Tinjaun
Sosial Ekonomi Anak Jalanan Di kawasan Simpang Pos Kelurahan Kwala
Bekala Kecamatan Medan Johor “Penelitian ini tergolong dalam penelitian
Kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, prilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dengan cara
mendeskripsikanya dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pekerjaan anak
jalanan di Kawasan Simpang Pos Medan adalah mengasong dan mengamen.
Mereka menghabiskan waktu dijalanan selama 2-7 jam tetapi tergantung dari
jenis pekerjaan mereka, anak jalanan yang mengasong lebih banyak
meluangkan waktu untuk bekerja dari anak jalanan yang bekerja sebagai
pengamen.
Pendapatan anak jalanan bervariasi tergantung jenis pekerjaannya anak
jalanan yang mengasong bisa mendapatkan 30.000-50.000 ribu sedangkan
anak jalanan yang mengamen berpendapatan 10.000-30.000 ribu
Keinginan bekerja dan mendapatkan penghasilan menjadi motivasi anak
dalam bekerja, meski ada anak yang menjadi anak jalanan dikarenakan
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kondisi keluarga yang kurang harmonis. Anak yang berpenghasilan sudah
dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan keluarga. Adanya bantuan
secara ekonomi untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga seperti
pangan, sandang, dan perumahan di lakukan oleh anak yang berusia 16-17
tahun sedangkan anak yang berusia 12-13 tahun hanya bekerja untuk
memenuhi kebutuhan sendiri seperti jajan dan bermain.
8 Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zailani Pa yang berjudul “ Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa
Perhiasan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat “ bahwa kondisi sosial
ekonomi masyarakat Desa Perhiasan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, karena
pekerjaan mempengaruhi tingkat pendapatan yang artinya mempengaruhi
tingkat penghasilan dan status sosial masyarakat di desa tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sosial ekonomi seseorang atau
masyarakat adalah warisan, namun dalam penelitian tidak banyak dijumpai
responden yang menerima warisan dari orang tuanya, karena rata-rata tingkat
sosial ekonomi masyarakat di desa tersebut belum tergolong tinggi.
Kemudian faktor pendidikan juga merupakan salah satu yang mempengruhi
tingkat sosial ekonomi masyarakat, dimana seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikan yang tinggi akan mudah dalam mendapatkan pekerjaan
yang baik serta akan memudahkan mereka untuk mendapatkan akses ke
pemerintahan dan lembaga keuangan, sehingga kehidupannya menjadi lebih
baik.
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sosial ekonomi seseorang atau masyarakat adalah warisan, namun dalam penelitian tidak banyak dijumpai responden yang menerima warisan dari orang tuanya, karena rata-rata tingkat sosial ekonomi masyarakat di desa tersebut belum tergolong tinggi. Kemudian faktor pendidikan juga merupakan salah satu yang mempengruhi tingkat sosial ekonomi masyarakat, dimana seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan mudah dalam mendapatkan pekerjaan yang baik serta akan memudahkan mereka untuk mendapatkan akses ke pemerintahan dan lembaga keuangan, sehingga kehidupannya menjadi lebih baik.
2.3 Kerangka Pemikiran
Petani kemenyan adalah orang bekerja menyadap pohon kemenyan atau mengambil getah kemenyan yang sudah siap untuk dipanen. Mereka bekerja dengan menggunakan alat yang sangat sederhana yaitu guris, agat, pangaluak, tali polang dan bakul. Menurut Teori Sosial ekonomi ada beberapa faktor yang menentukan tingkat sosial ekonomi petani kemenyan yakni pendapatan, rumah/tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, interaksi sosial.
Pendapatan merupakan bagian untuk penentuan kesejateraan masyarakat petani kemenyan. Jika harga kemenyan tinggi dan hasil gartah yang keluar dari pohon kemenyan banyak maka kehidupan sosial ekonomi petani kemenyan bisa dikatakan sejahtera. Kedua hal tersebut harus seimbang jika hanya harga tinggi namun hasil getah yang dihasilkan dari pohonnya sedikit itu juga membuat pendapatan para petani kemenyan rendah begitu juga sebaliknya.
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rumah/tempat tinggal adalah sebagai tempat untuk berlindung dan bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya seperti hujan, panas terik matahari, dan juga badai.
Serta merupakan tempat beristirahat setelah bertugas atau kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif, secara sosial maupun ekonomis. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Pendidikan juga mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi petani kemenyan
Terdapat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pendidikan anak petani kemenyan yaitu umur kepala keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga, umur ibu, tingkat pendidikan ibu, jumlah tanggungan, pendapatan keluarga, status usaha kepala keluarga, jenis kelamin anak dan lain sebagainya.
Interaksi Sosial juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi petani yang dimana jika sesama petani saling berbagai informasi cara merawat atau memelihara pohon kemenyan seperti cara penyadapan maka para petani akan tau dan getah yang dihasilkan akan banyak dan berkualitas baik.
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bagan 2.1 Alur Pikir
PETANI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KEMENYAN
1. PENDAPATAN 2. TEMPAT TINGGAL/PERUMAHAN 3. KESEHATAN 4. PENDIDIKAN 5. INTERAKSI SOSIAL
2.4 Defenisi Konsep
Konsep adalah suatu makna yang berada di alam fikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata.
Dengan demikian, konsep bukanlah objek gejalanya itu sendiri, konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual manusia yang memang merujuk ke gejala nyata ke alam empiris. Konsep adalah sarana merujuk ke dunia empiris bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri ( Suyanto, Bagong Sutinah, 2005).
Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan maka peneliti membatasi konsep sesuai dengan penelitian ini antara lain:
1. Petani Kemenyan adalah orang yang kegiatan sehari-harinya menyadap pohon
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan Petani kemenyan
tergantung pada penghasilan getah yang diperoleh melalui penyadapan.
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam hal ini petani kemenyan menggunakan alat-alat yang sangat sederhana
seperti : guris, agat, pangaluak, tali polang, bakul.
2. Sosial Ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok
masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi. Dalam hal ini,
kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani kemenyan dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan petani kemenyan, pendapatan petani kemenyan,dan
perumahan petani kemenyan.
3. Tingkat Pendidikan petani kemenyan sangat mempengaruhi cara pandang dan
pola pikir untuk memandang kehidupannya sebagai kondisi yang dapat
diperbaiki. Tingkat pendidikan yang rendah maka wawasan petani kemenyan
juga terbatas untuk menyadari kondisi kehidupan sosial ekonominya sebagai
sesuatu yang dapat dan harus ditingkatkan, sedangkan petani yang menyadari
pentingnya pedidikan akan memiliki kesadaran kondisi kehidupan
ekonominya sebagai sesuatu yang dapat di tingkatkan.
4. Kepemilikan kekayaan atau fasilitas dalam petani kemenyan bisa
menunjukkan keluarga petani kemenyan sejahtera atau tidak. Jika petani
kemenyan memiliki barang-barang berharga seperti kendaraan atau rumah
sendiri maka bisa dikatakan sosial ekonominya baik.
5. Tempat tinggal atau rumah pada petani kemenyan bisa menunjukkan apakah
rumah yang ditempati layak huni dan rumah yang ditempati milik sendiri,
menyewa atau tinggal ditempat orang tua.
6. Pendapatan bagi petani kemenyan sangat dipengaruhi hasil getah yang di
bawak dari hutan. Namun hasil getah yang dibawak harus disertai dengan
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kualitas kemenyannya juga jadi banyaknya getah dan juga kualitas kemenyan
sangat berpengaruh bagi pendapatan petani kemenyan.
7. Kesehatan bagi petani merupakan hal yang sangat penting didalam melakukan
pekerjaannya sebagai petani kemenyan. Jika dilihat dari cara penyadapan
getah kemenyan itu mereka harus mengelurakan tenaga yang sangat cukup
agar bisa naik mengambil getah kemenyan.
8. Interaksi Sosial dalam petani sangat membantu dalam mengelola pohon
kemenyan misalnya berbagai ilmu pengetahuan cara perawatan pohon
kemenyan yang baik dan cara penyadapan yang baik agar mendapat kualiatas
yang baik.
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif., yaitu menggambarkan suatu objek yang diteliti melalui pencarian data-data dan sumber-sumber informasi yang berkenaan dengan objek yang akan diteliti, menganalisis data-data yang didapat serta menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada objek penelitian berdasarkan data yang ada.
Menurut (Siagian, 2011:52) penelitian dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan adapula produk interaksi yang berlangsung. Sedangkan menurut (Sugiyono,
2003:11), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lainnya.
Tujuan dari penelitian deskriptif ialah membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data-data, sifat-sifat serta hubungan antara objek yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan peenlitian deskriptif yang dimana ingin melihat atau menggambakan realitas keadaan sosial ekonomi petani kemenyan di Desa Aek Nauli
I, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan.
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Aek Nauli I, Kecamatan Pollung, Kabupaten
Humbang Hasundutan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena peneliti ingin mengetahui kehidupan sosial ekonomi petani Kemenyan. Hal yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian ditempat ini adalah adanya suatu ketimpangan antara harga kemenyan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Banyak petani kemenyan yang menjual kemenyan dengan harga yang sudah ditentukan oleh pembeli. Demi mencukupi perekonomian keluarganya petani kemenyan harus berjuang bekerja mengumpulkan kemenyan untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan tetapi harga dengan kondisi perekonomian petani tidak seimbang dikarenakan tidak cukup. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti mengenai kehidupan sosial ekonomi petani kemenyan di Desa Aek Nauli I, Kecamatan Pollung.
3.3 Informan Penelitian
Informan adalah orang yang berperan memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian yang diperlukan selama proses penelitian berlangsung.
Informan penelitian ini terdiri dari :
1. Informan Utama
Informan utama adalah informan yang terlibat langsung dalam penelitian,
Pada penelitian ini yang menjadi informan utama adalah masyarakat yang
bekerja sebagai petani kemenyan dilahan sendiri yang berjumlah 5 orang
petani kemenyan.
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Informan Kunci
Informan kunci adalah orang-orang yang mengetahui dan memiliki
informasi pokok dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini, jumlah
Informan Kunci dalam penelitian ini ada 2 yaitu Kepala Desa Aeknauli I, dan
Toke Kemenyan yang ada di Desa Aeknauli I.
3. Informan Tambahan
Informan tambahan adalah informan yang dapat memberikan informasi
secara langsung dengan objek yang diteliti. Pada penelitian ini informan
tambahan merupakan tetangga Desa Aek Nauli I atau keluarga dekat yang
mengetahui tentang petani Kemenyan yang ada di Desa Aeknauli I yang
berjumlah 2 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang
menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku,
majalah, surat kabar, serta tulisan yang berhubungan terhadap masalah yang
diteliti.
2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh melalui
kegiatan pelneliitian langsung turun ke lokasi penelitian untukmencari fakta-
fakta yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Adapun alat-alat yang digunakan dalam studi lapangan yaitu :
1. Observasi, yaitu mengamati secara langsung objek dan fenomena yang diteliti
untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Hal ini
dilakukan dengan cara mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang
menjadi sasaran penelitian.
2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara bertemu langsung antara
peneliti dengan responden untuk mengajukan tanya jawab kepada responden
serta mengikuti kegiatan seharihari responden untuk memperoleh data-data
yang relevan. Dalam hal ini peneliti akan menanyakan sederetan pertanyaan
yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam untuk mendapatkan
keterangan yang lebih lengkap dan mendalam. Cara pelaksanaannya
pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang yang
ditanyakan.
3. Dokumentasi, adalah dokumen atau arsip yang dapat digunakan dalam proses
penelitian. Dokumentasi ini dapat di peroleh melalui pihak kantor kepala desa.
3.5 Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data tahap berikutnya adalah melakukan analisis. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono,
2003:169). Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan penulis adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menjabarkan hasil penelitian
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sebagaimana adanya. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Lokasi Penelitian
Desa Aek nauli I sudah terbentuk sejak jaman penjajahan Belanda,dimana pada saat itu sebutan untuk Desa Aek nauli I adalah happung (kampong) dan nagari.
Setelah masa kemerdekaan akhirnya beberapa happung (kampong) digabungkan menjadi satu desa yaitu Desa Aek nauli.
Nama Desa Aek nauli berasal dari bahasa batak yaitu “Aek Nauli” yang artinya di Desa Aek Nauli terdapat sungai yang airnya jernih dan dinamakan Aek Sibundong.
Atas keindahan dan kejernihan airnya masyarakat Aek nauli sepakat member nama desa satu itu menjadi Aeknauli. Desa Aeknauli I meruapakan salah satu dari 13 (tiga belas) Desa yang ada di Kecamatan Pollung sejak dimekarkannya Kabupaten
Humbang Hasundutan dari Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2003. Sementara itu, sejak menjadi bagian Kabupaten Humbang Hasundutan, Desa Aeknauli I telah dipimpin oleh beberapa kepala Desa yaitu:
a. Anggol Situmorang periode Tahun 2001-2007;
b. Hotmasi Lumban Gaol periode Tahun 2007-2013;
c. Jahisar Simanullang periode Tahun 2013-2019;
d. Amal Lumban Gaol periode 2019- Sampai sekarang.
4.2 Letak Geografis
Secara geografis Desa Aeknauli I terletak disebelah selatan Ibu kota kecamatan merupakan bagian integral dari wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dengan
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA jarak dari Ibukota Provinsi sekitar 286 Km. Secara geografis, Desa Aeknauli I
Kecamatan pollung Kabupaten Humbang Hasundutan berada di bagian tengah
Sumatera Utara pada jajaran Bukit Barisan dan terletak pada garis 2˚ 1`-2˚ 28’
Lintang Utara dan 98˚ 10’98˚ 58’ Bujur Timur. Kondisi geografis yang berada pada ketinggian 1.000-1500 meter diatas permukaan laut (mdpl). Secara administrative
Desa Aek nauli I dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung
Sebelah Timur : Desa Aeknauli II, Kecamatan Pollung
Sebelah Selatan : Desa Hutagurgur, Kecamatan Doloksanggul
Sebelah Barat : Desa Sampean, Kecamatan Doloksanggul dan Desa
Simataniari Kecamatan Parlilitan
Perkembangan wilayah administrasi Desa Aeknauli I mengikuti dinamika kehidupan sosial ekonomi dan politik di Kabupaten Humbang Hasundutan. Hingga akhir Tahun 2019, secara administrative pemerintahan Desa Aeknauli I teridiri dari
(tiga) dusun sesuai dengan peraturan Desa Aeknauli I dengan pereincian sebagai berikut:
Dusun I meliputi : Kumban sigalingging, Lumban Situmoranng I, Sosor Tulpang,
panggugunan, Lumban pandiangan, Sosor Hirta, Lumban Jahipas,
Lumban Siambaton, Lumban Nauli, Lumban Julu.
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dusun II meliputi : Pardomuan, Lumban Saba, Lumban Situmorang II, Lumban
Bangun Nauli, Naga Timbul, Hot Nauli, Lumban Nahot, Komplek
Smp Negeri 2 pollung, Huta Ginjang, Komplek SD, Bahal Julu.
Lumban Tua, Huta ginjang II, Sosor Julu.
Dusun III meliputi: Huta Baringin, Lumban Nainggolan, sampetua, tarsaor tua,
Lumban Sihotang, Tornauli, sabungan Nihuta, Luban Lontung,
Sosor Gadong, Huta Godang, Lumban Jauman.
Luas Desa Aeknauli I adalah 3.230,18 Ha terdiri dari 3 Dusun dengan perinciaan
Dusun I : 1.100,08 Hektar
Dusun II: 1,000,06 Hektar
Dusun III :1.130,04 Hektar
Dari total luas wilayah daratan seluas 3.230,18 Ha penggunaanya seacar umum adalah untuk lahan persawahan, permukiman, sarana/prasarana sosial, ekonomi dan budaya, pertanian dalam arti luas, prasaranan perhubunga, hutan semak belukar dan singkapan batuan. Dari jumlah luas wilayah Desa Aek nauli dimana diperkirakan
125.00 hektar untuk persawahan, 350.00 hektar digunakan tegalan/perladangan,
1.678.48 hektar untuk perkebunan, 21,00 hektar untuk perumahan/pemukiman, 40,00 hektar digunakan untuk kolam/perikanan, 0,65 hektar untuk sarana sosial (rumah ibadah), 3,00 digunakan untuk sekolah, 0,05 hektar digunakan untuk kantor Kepala
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Desa, 12,50 hektar digunakan untuk jalan umum, 12,00 hektar digunakan untuk saluran irigasi, 1.163,00 hektar digunakan untuk Hutan.
4.3 Struktur Pemerintahan
Secara administratif, Desa Aeknauli I dipimpin oleh seorang kepala Desa yang dibantu oleh beberapa perangkat desa lainnya seperti sekretaris desa, kasi pemerintahan, kasi kesejahteraan dan pelayanan, kaur umum dan perencanaan. Selain dari perangkat desa tersebut, kepala desa juga dibantu oleh kepala Dusun yaitu
Kepala Dusun I, Kepala Dusun II, Kepala Dusun III.
Bagan 4.1 Struktur pemerintahan Desa Aeknauli I
Kepala Desa
Sekretaris Desa
Kasi Kasi kesejahteraan Kaur Keuangan Kaur Umun dan
Pemerintah dan pelayanan Pemerintahan an
Kepala Dusun Kepala Dusun Kepala Dusun I II III
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.4 Sarana Desa
4.4.1 Sarana Peribadatan
Masyarakat Desa Aeknauli I secara umum memiliki kepercayaan yang berbeda.
Lebih dari setengah penduduk yang tinggal di desa Aeknauli I menganut agama
Kristen dan sebagian lagi beragama Islam. Tentunya sarana ibadah yang mendukung agar masyarakat desa Aeknauli I dapat melakukan Ibadah dengan baik. Dan sikap toleransi antar umat beragama membuat kondisi sosial ekonomi masyarakat desa
Aeknauli I berjalan dengan baik. Berikut ini sarana ibadah yang ada di Desa Aeknauli
I.
Tabel 4.1 Sarana Peribadatan
No Sarana Peribadatan Jumlah (Unit)
1 Gereja 3
2 Masjid 1
Jumlah 4
Sumber : Kantor Kepala Desa
4.4.2 Sarana Pendidikan
Untuk meningkatkan kualiatas sumber daya manusia sangat dipengaruhi dari tingkat pendidikan seseorang. Dalam hal inilah keberadaan pendidikan ditengah- tengah masyarkat sangat membantu dalam kemajuan dan pembangunan. Keberhasilan pembangunan disuatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin berhasil pembangunannya.
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.2 Sarana Pendidikan
No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)
1 Gedung SMP 1
2 Gedung SD 1
3 Gedung TK dan Paud 2
Jumlah 4
Sumber : Kantor Kepala Desa
Jika dilihat dari data diatas sarana pendidikan di Desa Aeknauli I bisa dibilang masih terbatas dimana untuk menempuh pendidikan SMA atau sederajatnya masyarakat desa Aeknauli harus menempuh jarak kurang lebih 4 km menuju kecamatan Doloksanggul.
4.4.3 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di Desa Aeknauli I sangat dibutuhkan dalam menunjang kesehatan. Fasilitas dan pelayanan kesehatan di Desa Aeknauli I sudah memadai dalam menangani masalah kesehatan bagi penduduk Desa Aeknauli I.
Tabel 4.3 Sarana Kesehatan
No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)
1 Poskesdes 1
2 Pustu 1
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumber: Kantor Kepala Desa.
4.5 Visi dan Misi Desa Aeknauli I
4.5.1 Visi
1. Terwujudnya Desa Aeknauli I yang maju, sejahtera dan Bermartabat. Maksud
dari visi ini dijabarkan untuk membangun kesamaan persepsi, sikap
(komitmen) dan perilaku segenap pemangku kepentingan (stakeholder) dalam
setiap tahapan proses pembangunan.
2. Mewujudkan Desa Aeknauli yang Maju. Maksud dari visi ini yaitu maju yang
mengandung arti bahwa kemampuan untuk terus maju dengan bertumpuh
pada kekuatan dan daya inovasi masayarakat dan desa. Maju ini tercermin
dari anatara lain pada ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan
mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunan.
3. Desa Aeknauli yang bermartabat yang artinya sebagai perwujudan dan
implementasi kewajiban dan tanggung jawab pembangunan yang adil dan
merata, tanpa diskriminasi, baik antar individu, golongan maupun antar
wilayah, sehingga pelaksanaan dan hasil pembangunan dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat.
4. Desa Aeknauli I yang sejahtera. Dalam pembukaan UUD 1945
mengamanatkan bahwa salah satu tujuan Negara adalah memajukan
kesejahteraan umum yang dalam pelaksanaanya mencakup keseluruhan
kegiatan masayarakat dan pemerintah yang ditujukan untuk memberikan
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA jaminan kehidupan yang layak bagi seluruh warga Negara. Oleh karena itu,
program bidang kesejahteraan masyarakat pada visi ini akan mencakup
keseluruhan aspek yang berhubungan dengan tuntutan kebutuhan
lahiriah/jasmani maupun kebutuhan batiniah/rohani bagi seluruh masayarakat
Desa Aeknauli I kecamatan Pollung Kabupoaten Humbang Hasundutan.
4.5.2. Misi
1. Meningkatkan keamanan dan ketertiban lingkungan Desa Aeknauli I melalui
sistem keamanan swakarsa. Misi yang dimaksud untuk mewujudkan
keamanan dan ketertiban lingkungan Desa Aeknauli I dengan keterlibatan dan
peran serta masayarakat.
2. Meningkatkan kebersihan dan kenyamanan lingkungan Desa. Misi yang
dimaksud untuk mewujudkan lingkungan Desa Aeknauli I yang bersih rapid
an asri.
3. Meningkatkan tata kelola pemerintahan desa yang profesional, transparan, dan
berorientasi pada pelayanan prima. Misi yang dimaksud untuk mewujudkan
tat kelola pemerintahan yang efektif, dengan cara peningkatan kualitas
aparatur desa, pelayanan masyarakat juga didukung oleh pemanfaatan
teknologi.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana Desa yang berkelanjutan. Visi yang
dimaksud untuk memfasilitasi dan membangun sarana dan prasarana untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pemerataan
pembangunan antar dusun.
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Meningkatkan ekonomi masyarakat desa berbasis pertanian. Misi ini
dimaksud untuk memberikan dukungan dan pendampingan yang terus
menerus kepada masyarakat.
6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa dan peran serta masyarakat
dalam pembangunan. Misi ini dimaksud untuk menghimpun dan
menggerakkan semua potensi yang ada di masyarakat untuk merasa memilik,
bergotong royong dan menjadi bagian pelaku-pelaku pembangunan serta
menggalang kerja sama anatara pemerintahan dengan pihak swasta dalam
pengembangan sarana dan prasarana.
4.6 Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah.
Besaran, komposisi, dan distribusi penduduk akan mempengaruhi struktur ruang serta kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan interaksi dengan kondisi kependudukan yang ada.
4.6.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.4 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin (orang)
No Tahun Laki-Laki Perempuan Total
1 2014 660 692 1.352
2 2015 656 691 1347
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3 2016 655 690 1347
4 2017 655 688 1344
5 2018 713 840 1553
6 2019 738 803 1541
Sumber : Data Kependudukan Pemerintah Desa Aeknauli I
Dari data tersebut bahwa jumlah penduduk selama 5 tahun mengalami pertambahan dan pada umumnya di dominasi perempuan.
4.6.2 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel 4.5 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
No Usia Jenis Kelamin Total %
Laki-laki Perempuan
1 0 – 6 Tahun 98 89 187 12,02
2 7 – 18 Tahun 199 225 424 27,30
3 19 – 50 Tahun 321 336 657 42,31
4 51 – 90 Tahun 95 190 285 18,35
Total 713 840 1.553 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.6.3 Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.6 Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Satuan
1 Lulusan S-1 Keatas 44 Orang
2 Lulusan D-2 - Orang
3 Lulusan D-3 25 Orang
4 Lulusan SLTA/SMA/SMK/MA 478 Orang Sederajat 5 Lulusan SLTP/SMP/MTs Sederajat 322 Orang
6 Lulusan SD/MI Sederajat 387 Orang
7 Tidak Tamat SD/belum Sekolah 297 Orang
Sumber : Kantor Kepala Desa
4.6.4 Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Jumlah penduduk Desa Aeknauli I yang ada hingga tahun 2019 dialami oleh etnis/suku bangsa Batak Toba, sehingga adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di Desa Aeknauli I adalah diikat adat istiadat Batak Toba dengan falsafah DALIHAN
NATOLU Kehidupan masyarakat Desa Aeknauli sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur berupa upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir-dewasa/berumah tangga-mati), seperti upacara kelahiran, perkawinan, dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian, hampir selalu dilakukan oleh warga masyarakat, Budaya gotong royong masyarakat masih kuat kebiasaan membantu dan bergotong royong dalam perbaikan jalan,irigasi.
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.7 Penduduk berdasarkan Suku Bangsa
No Etnis/Suku Bangsa Jumlah Satuan
1 Batak Toba 1.527 Orang
2 Batak Simalungun/karo/pakpak/Nias 26 Orang
3 Jawa - Orang
4 Melayu - Orang
5 Suku Melayu - Orang
Sumber: Data Kependudukan Pemerintah Desa Aeknauli I
4.6.5 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Penduduk Desa Aeknuli I mata pencaharian pokoknya adalah bertani hal ini didukung potensi lahan pertanian yang cukup luas dan masih banyak belum di olah
(tanah kosong). Masyarakat Desa Aeknauli I sebagian besar lebih mengandalkan hasil perkebunan kemenyan, hasil persawahan tradisional, tanaman kopi dan sayur mayur.
Tabel 4.8 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah Satuan
1 Petani 882 Orang
2 Wiraswasta 16 Orang
3 PNS 24 Orang
4 Belum bekerja 116 Orang
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5 Karyawan Swasta 7 Orang
6 Bidan Swasta 1 Orang
7 Karyawan Honorer 6 Orang
8 Perangkat Desa 8 Orang
9 Pelajar 494 Orang
TOTAL 1.553 Orang
Sumber: Data Kependudukan Pemerintah Desa Aeknauli I
4.7 Kondisi Umum Petani Kemenyan
Di Desa Aeknauli I kemenyan menjadi pekerjaan utama bagi kepala rumah tangga dan istri petani biasanya bekerja sebagai petani diladang kopi, sayur, dan sawah. Kemenyan ini sudah lama dikenal oleh masyarakat Desa Aeknauli I mulai dari pembuka Desa Aeknauli I kemenyan sudah ada dan sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Aeknauli I. Petani kemenyan yang menjadi Informan peneliti yaitu petani kemenyan yang memiliki lahan kemenyan sendiri umumnya luas lahan yang dimiliki oleh petani kemenyan rata-rata mempunyai 2 hektar dan sudah bertempat tinggal menetap di Desa Aeknauli I minimal 5 tahun. Petani kemenyan juga yang menjadi narasumber peneliti yaitu petani yang sudah berkeluarga mempunyai istri dan anak.
Pekerjaan menjadi seorang petani kemenyan tidaklah pekerjaan yang mudah bagi semua orang dikarenakan proses pengerjaannya sangat mmepunyai resiko yang cukup tinggi. Para petani dalam menyadap getah kemenyan harus memanjat pohon kemenyan yang mempunyai tinggi kira-kira 15-20 meter dengan alat bantu yang
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mereka pakai yaitu Tali Polang. Umumnya Petani kemenyan berangkat kerja ke
Hutan setiap hari senin dan pulangnya anatar kamis dan jumat pagi karena pada hari jumat adalah hari pekan bagi masyarakat Desa Aeknauli I. Jarak antara rumah dengan lahan petani kemenyan sangat jauh membuat para petani kemenyan menjadi suatu kewajiban untuk memiliki sepeda motor dan juga mempunyai gubuk (Sopo) didalam lahan mereka masing-masing.
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar
Melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapangan, yaitu melakukan teknik wawancara mendalam dan observasi pastisipasif dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan data dan informasi mengenai “ Kehidupan Sosial
Ekonomi Petani Kemenyan di Desa Aeknauli I Kecamatan Pollung Kabupaten
Humbang Hasundutan”.
Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang dengan komposisi lima informan Utama, dua informan kunci, 2 informan Tambahan.
Informan utama dalam penelitian ini adalah petani kemenyan. Informan kunci adalah
Kepala Desa dan Toke Kemenyan. Sedangkan informan tambahan adalah tetangga
Desa Aeknauli I yang mengetahui tentang keadaan sosial ekonomi petani kemenyan.
Untuk melihat lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan hasil wawancara dengan informan.
5.2 Hasil Temuan
5.2.1 Informan Utama I
Nama : Sahappon Simanullang
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Aeknauli I
Pendidikan terakhir : SMA
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Status Perkawaninan : Sudah Kawin
Bapak Sahappon adalah seorang petani kemenyan yang berasal dari Desa
Aeknauli I yang setiap harinya bekerja dan bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya di hutan dibadingkan tinggal dirumah bersama keluarganya. Dimana bapak
Sahappon masuk kerja setiap hari senin dan pulangnya pada hari kamis atau jumat.
Bapak Sahappon simanullang menginap di hutan dengan mempunyai gubuk atau bahasa bataknya Sopo untuk tempat tinggalnya disana selama kurang lebih 4 hari.
Itulah keseharian atau kebiasaan bapak Sahappon simanullang.
Bapak Sahappon mempunyai keluarga yaitu istri dengan 6 anak diantaranya 3 laki-laki dan 3 perempuan. Sebagai kepala rumah tangga Hasahappon bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya dengan kerja keras sebagai petani kemenyan. Bapak Sahappon sudah 21 tahun bekerja sebagai petani kemenyan dan sudah banyak menikmati hasil-hasil dari bertani kemenyan. Kemenyan yang dikerjakan oleh bapak Sahappon yang sekarang ini yaitu lahan kemenyan yang di wariskan oleh orang tuanya kepadanya. Menurut cerita dari bapak Sahappon bahwa kemenyan punya orang tuanya itu adalah warisan dari bapakknya juga. Karna kemenyan ini bila kita jaga dan kita rawat sama aja kita menghargai dan menghormati akka oppung ta najolo tuturnya pake bahasa batak yang artinya menjaga warisan nenek moyang kita. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Ya, bapak sudah 21 tahun bekerja sebagai petani kemenyan bisa dibilang
setelah menikah pekerjaan bapak sudah bertani kemenyan. Kebetulan bapak
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA anak pertama dari 10 bersaudara dan Cuma bapak anak dari orang tua saya
yang tinggal dikampung. Adapun lahan kemenyan yang saya kerjakan
sekarang itu warisan yang diberikan oleh orang tua saya. Dan bapak saya
selalu berpesan untuk tidak menjual kemenyan kepada orang lain dan selalu
merawatnya karena kalo kita mejaga dan merawat kemenyan sama hal nya
kita menghormati nenek moyang kita”.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tentu saja pendapatan juga harus ada untuk mencukupi itu semua. Menurut bapak Sahappon bahwa pendapatan dari hasil kemenyan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga mereka sebagain besar dari hasil kemenyan namun bukan berarti hanya dari pekerjaan bapak Sahappon aja namun dibantu dari pendapatan istri yang bekerja sebagai petani juga yang bekerja diladang kopi dan tanaman tanaman muda seperti sayur mayur. Pengahasilan yang didapatkan oleh bapak Sahappon dari hasil kemenyan mencapai Rp. 400.000-500.000 per minggu jika harga kemenyan seperti yang sekrang ini. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Jika saya rutin masuk kerja setiap minggu dan tidak ada halangan atau
yang menghambat kerja saya bisa menghasilkan uang sekitar Rp.400.000-
500.000 perminggunya. Meskipun harga yang sekarang ini sudah terbilang
murah dibanding tahun lalu. Harga kemenyan sekarang ini sekitar Rp. 80.000
perkilo untuk jenis tahir (jenis kemenyan No 2) dan Rp 200.000 untuk
kemenyan nauli ( kemenyan No 1). Tapi tidak menetap bisa mengahsilkan
unag seperti itu kalo musim hujan saya tidak bisa mendapatkan penghasilan
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA seperti itu karena kalo musim hujan tidak bisa untuk menyadap pohon
kemenyan”.
Pengeluaran keluarga bapak Sahappon untuk membiayai kebutuhan sekolah anak dimasa pandemic ini seperti beli HP dan beli kuota setiap bulan untuk keperluan belajar. Namun, untuk kebutuhan lain seperti pesta adat, arisan, atau perkumpulan adat lainnya tidak ada karena masa pandemic ini orang tidak boleh melaksanakan pesta adat. Biaya hidup bapak Sahappon selama bekerja dihutan kurang lebih seminggu seperti ikan, beras, sayur, gula dan minyak goreng. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, untuk pengeluaran bapak pada saat ini, yaitu seperti yang adek tau
bahwa anak-anak diwajibkan belajar dari rumah atau online, karena dampak
pandemic ini maka anak-anak bapak dirumah membutuhkan HP dan Kuota
Internet perbulannya. Biasanya bapak membeli paket internet dengan harga
Rp. 75.000/bulan. Biaya hidup bapak dihutan juga ada dek, karena siap kerja
pasti lapar dan membutuhkan makanan dan harus masak beras, ikan dan sayur
yang dibawa dari rumah. Tapi syukurlah dek, dimasa pandemic ini
pengeluaran bapak untuk biaya adat dan arisan yang berkumpul-kumpul tidak
ada”.
Hubungan patron sebagai bentuk kehidupan sosial antar petani kemenyan dengan toke kemenyan memiliki keterikatan dimulai dari hubungan jual-beli kemenyan yang berubah menjadi lebih intens dan saling menguntungkan antar toke dan petani kemenyan. Hubungan antara Bapak Sahappon dengan toke kemenyan membentuk
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sebuah pola hubungan yang unik. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Kalau Bapak menjual kemenyan dek hanya kepada satu toke saja dan
hubungan Bapak sama toke yang sekarang sudah sangat lama sekali dek bisa
dibilang mulai dari bapak bertani kemenyan dan bapak sudah percaya
kepada toke bapak yang sekarang dan diapun sudah percaya kepada bapak
misalnya bapak lagi butuh uang untuk kebutuhan sekolah atau hal yang
penting pasti dikasih karena bapakpun menjual kemennya hanya sama dia”.
Pekerjaan sebagai petani kemenyan bukan berarti pekerjaan paling enak bagi
Bapak Sahappon. Menurut cerita Bapak Sahappon kepada peneliti jika dulu dia mempunyai sekolah yang tinggi tentu dia tidak akan menjadi seorang petani kemenyan seperti sekarang ini. Tetapi karena rendahnya tingkat pendidikan yang dia miliki maka mau tidak mau kehidupan yang dirasakannya sekrang ini harus dijalani dan dinikmati. Bapak Sahappon mempunyai tekad yang baik untuk anak-anaknya menyekolahkannya sampai jenjang perguruan tinggi supaya anak-anaknya nanti tidak bekerja lagi sebagai petani kemenyan. Sampai sekarang ini anak-anak bapak
Sahappon tidak ada yang putus Sekolah dan sekrang ini lagi duduk dibangku sekolah
SMA, SMP dan SD. Karena bagi bapak Sahappon pendidkan itu sangat penting dan sangat berpengaruh untuk kehidupan seseorang kelak nanti. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya betul dek bagi Bapak pendidikan itu sangat penting karena pendidikan
bisa membawa seseorang itu untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik.
75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Apalagi bagi saya seorang petani kemenyan masih sangat minim dalam hal
pendidikan sehingga pengelolaan kemenyan ini bagi saya masih kurang dan
tidak ada perubahan dari tahun ketahun. Pendidkan bapak hanya sampai
SMA aja dek tapi bagi bapak pendidikan sampai tingkat SMA belum cukup
apalagi di zaman sekarang ini sudah sangat susah mencari pekerjaan kalo
hanya tamat SMA saja. Karena itulah saya selalu menasehtkan untuk anak-
anak saya supaya menempuh pendidikan setinggi-tingginya agar nanti
kehidupannya lebih baik dari saya bukan malah bekerja seperti saya sekrang
ini menjadi petani kemenyan”.
Rumah ataupun tempat tinggal adalah sebagai tempat untuk istrahat dan untuk berlindung dari terik matahari atau dari hujan dan sebagai tempat untuk membina keluarga dan bermain dengan keluarga seperi istri dan anak-anak. Menurut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sahappon bahwa rumah Bapak Sahappon sudah dilengkapi dengan kamar mandi dan kamar tidur dan sudah memiliki sanitasi air bersih. Sehingga untuk mandi dan memasak dirumah sudah lengkap dan nyaman.
Dan rumah tersebut sudah kepemilikan oleh bapak Sahappon. Berdasrkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa Luas dari bangunannya sekitar 8x9 meter.
Rumah ini dibangun sudah 6 tahun yang lalu dan sebelumnya Bapak Sahappon tinggal dirumah yang seadanya yang masih dibilang tidak layak belum mempunyai kamar mandi dan sanitasi air yang bersih. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Betul dek, sekarang Bapak sangat bersyukur sudah bisa tinggal dirumah
yang layak huni dan nyaman denagn ukuran 8x9 meter sudah lengkap
76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sanitasi air bersih, kamar mandi lengkap dan juga kamar tidur, dulu bapak
dek punya rumah yang bisa dibilang tidak layak, karena masih terbuat dari
kayu itupun kayunya sudah lama jadi udah mulai busuk terus luas
bangunannya sangat sempit dengan ukuran rumahnya 3x5 meter cuma dan
tidak ada kamar tidur dan bukan itu aja kamar mandipun belum ada saat itu
dek”.
Kesehatan bagi setiap manusia adalah yang sangat penting dalam hidupanya. Jika tidak sehat maka untuk mngerjakan sesuatu itu pasti terhalang dan tidak teercapai.
Dan hasil wawancara peneliti dengan bapak Sahappon untuk bekerja sebagai petani kemenyan itu harus memang dalam kondisi sehat yang baik. Karena dalam proses pengambilan getah kemenyan ini harus memanjat pohonnya yang tingginya sekitar antara 15 meter sampai 20 meter dan resikonya lumanyan bahaya jika tidak berpengalaman. Dan jika keluarga dari Bapak Sahappon mengalami sakit bapak
Sahappon membawa berobat ke puskedes dan pustu yang ada di Desa Aeknauli I dan jika sakitnya lumayan parah Bapak Sahappon membawanya kerumah Sakit umum
Doloksanggul. Bapak sahappon mempunyai Bpjs yang setiap bulannya membayar
Rp. 50.000. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, bagi Bapak kesehatan itu yang paling utama jika ada yang sakit
dirumah misalnya sakitnya hanya deman aja bawak membawa berobat ke
puskesdes atau jika sakitnya lumayan parah Bapak membawanya ke rumah
sakit umum doloksanggul dengan memakai Bpjs yang sudah kami urus”
77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hubungan interaksi yang baik dengan sesama kelompok masyarakat tentu sangat berdampak baik bagi kehidupan manusia apalagi bagi seorang petani hubungan ssosial sangat penting misalnya dalam pengembangan ataupun pengelolaan kemenyan. Seperti hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sahappon sampai sekarang ini hubungannya dengan tetangga sangat baik begitu juga dengan keluarga seperti istri dan anak-anaknya. Bapak Sahappon dalam menjalin relasinya dengan orang lain selalu memberikan waktu untuk pergi ke lapo atau warung kopi untuk bertemu dengan teman teman dan berbagi cerita. Dan apabila ada kegiatan atau pesta adat Bapak mau membantu begitu juga dengan sebaliknya jika ada acara atau pets dikeluarga Bapak mereka juga ikut membantu Bapak. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“ Iya dek, Bapak kalo sudah pulang bekerja dari hutan misalnya pada hari
jumat biasanya pada hari Sabtunya Bapak pergi meluangkan waktu sejam
atau sampai 3 jam ke lapo atau warung kopi untuk markombur istilahnya
dalam bahasa batak bertemu dengan teman-teman bapak dan disanalah
bapak saling berbagi cerita dengan teman-teman bapak yang ada dikampung
ini. Dan sebagai orang batak juga Dek tidak pernah lepas dari yang namanya
pesta adat batak, itulah simbolnya kita sebagai orang batak jadi jika ada
pesta adat dikampung nini dek bapak selalu ikut membantu begitu juga
sebaliknya jika ada pesta Bapak tetangga ataupun teman-teman bapak ikut
membantu Bapa Dek.
78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2.2 Informan Utama II
Nama : Ronal Simanullang
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Aeknauli I
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Status Perkawinan : Sudah Kawin
Bapak Ronal adalah petani kemenyan yang berasal dari Desa Aeknauli I. Bapak
Ronal hidup bersama dengan keluarganya yaitu istri dan anak-anaknya. Bapak Ronal telah dikaruniai 4 anak diantaranya 2 laki-laki dan 2 perempuan. Sebagai kepala rumah tangga Bapak Ronal harus bekerja keras untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya dengan bantuan istri yang bekerja sebagai petani juga.
Bapak Ronal sudah 10 tahun tinggal di desa Aeknauli I sebelumnnya pernah merantau di kota Medan, namun karena keadaan ekonomi yang kurang baik maka
Bapak Ronal memutuskan untuk balik kekampung halaman yaitu Desa Aeknauli I. dan adapun lahan kemenyan yang dia kerjakan sekrang itu warisan yang diberikan oleh orang tuanya kepadanya sebagai anak pertama: Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, Bapak sudah ada 10 tahun bekerja sebagai petani Kemenyan.
Sebelumnya bapak pernah merantau ke Medan tapi karna keadaan ekonomi
yang tidak baik lagi untuk bertahan dek ya terpaksa bapak dan istri balik
79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kekampung, dan pada saat itu orang tua saya mewariskan sebahagian lahan
kemenyan pada saya sebagai anak pertamanya”
Hasil pendapatan kemenyan Bapak Ronal dari hasil wawancara dengan peneliti dikatakan tidak menentu dan tidak dapat dipastikan berapa karena proses pemanenan kemenyan itu tidak langsung sekali aja tapi bertahap. Menurut perkiraan dari bapak
Ronal pendapatannya mau kadang Rp. 350.000-400.000/ minggu jika pada saat musim raya atau mangaluak kemenyan Bapak Ronal dengan luas lahan sekitar 2 hektar mampu mengahasilkan getah sebanyak 40 kilogram dalam sekali panen. Jika dikalikan dengan harga yang sekarang ini bapak Ronal sudah mendapatkan uang berkisar 8 jutaan. Jadi untuk kebutuhan sehari-hari kalo dari kemenyan ini mencukupi namun untuk menjadi orang kaya dan mempunyai banyak tabungan tidak bisa.
Ibaratnya hanya bisa lepas lepas untuk kebutuhan harian aja pas pasanlah istilahnya ucapnya. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Betul dek, kalo pendapatan saya dari hasil kemenyan ini tidak menetap.
Kadang bapak bisa bawak uang kerumah Rp.350.000-400.000 perminggunya
masuk hari senin pulangnya hari jumat. Tapi itu tidak menentu juga jika pada
saat hujan bapak tidak bisa menyadap pohon kemenyan, jadi pengahasilan
bapak mau kadang menurun atau bahkan tidak ada. Apalagi sekarang ini dek
harga kemenyani turun dulu harga kemenyan untuk jenis tahir sudah
mencapai Rp.120.000 perkilo dan untuk jenis luakan atau nomor 1 itu sudah
mencapai Rp.250.000 perkilo tapi sekarang harganya sangat turun dimana
harga tahir sekrang ini sudah Rp.70.000 perkilo untuk jenis luakan
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rp.200.000 perkilo. Jadi bisa dibilang dek kalo hasil dari kemenyan ini hanya
cukup untuk kebutuhan-kebutuhan dirumah tangga ajalah untuk membeli
sesuatu tidak bisa dan kalopun ada kebutuhan lainnya itu itu dibantu dari
penghasilan istri dari bertani juga”
Pengeluaran keluarga bapak Ronal untuk membiayai kebutuhan keluarga seperti kebutuhan pokok, kebutuhan sekolah anak dimasa pandemic ini seperti beli HP dan beli kuota setiap bulan untuk keperluan belajar. Biaya hidup bapak Ronal selama bekerja dihutan kurang lebih seminggu seperti ikan, beras, sayur, gula, mie instan dan minyak goreng, bapak Ronal juga merokok sehingga ada biaya tambahan untuk rokoknya. Namun, untuk kebutuhan lain seperti pesta adat, arisan, atau perkumpulan adat lainnya tidak ada karena masa pandemic ini orang tidak boleh melaksanakan pesta adat. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Pengeluaran Bapak untuk saat ini dek seperti biasa untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari untuk keluarga. Namun, dimasa pandemic ini
bapak harus mengeluarkan uang untuk beli HP dan Kuota internet untuk
belajar anak. Untuk biaya hidup dihutan juga ada dek, karna harus memenuhi
kebutuhan perut juga, siap kerja masak ikan, sayur dan beras dek untuk
dimakan, kadang kalau udah habis ikan dan sayurnya jadi masak mie instan
lah dek yang penting gak kelaparan. Tapi untuk biaya seperti pesta adat dan
yang lain tidak ada”.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ronal tentang hubungan patron sebagai bentuk kehidupan sosial antar petani kemenyan dengan toke
81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kemenyan memiliki keterikatan dimulai dari hubungan jual-beli kemenyan yang berubah menjadi lebih intens dan saling menguntungkan antar toke dan petani kemenyan. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Hubungan bapak dengan toke kemenyan tidak menetap hanya kepada satu
toke saja, karena bapak pernah hanya menjual kepada satu toke saja terus
pas saat Bapak nanyak kawan bapak tentang harga kemenyan katanya
harganya naik tapi toke bapak bilang kemenyan tidak ada naik malahan turun
saat itulah bapak tidak mau menjual hanya kepada satu toke saja yang
penting pasaran harga siapa yang paling tinggi ya bapak menjualnya
kesana”
Pendidikan tentu sangat penting bagi semua orang untuk bisa menunjang kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak
Ronal bahwa pendidikan bapak Ronal hanya sampai SMP karena tidak ada biaya orang tua bapak Ronal dulu menyekolahkan makanya hanya bisa menempuh pendidikan sampai SMP. Dan itulah yang membuat bapak Ronal untuk kerja keras agar nanti anak-anak nya bisa sekolah minimal sampai SMA. Bapak Ronal mempunyai 4 Anak yang dimana anak pertama Sudah 3 tahun tamat dari SMA tapi karena factor ekonomi yang tidak mencukupi untuk menyekolahkan sampai kuliah akhirnya sekrang telah kerja sebagai tukang jahit. Dan anak kedua masih duduk dibangku SMK, anak ketiga duduk dibangku SMP dan anak yang terakhir duduk dibangku SD. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Bagi bapak sendiri dek pendidikan itu sangat penting sekali, karena jika
sudah berpendidikan tentu untuk mencari kehidupannya nanti sudah pasti
berpikir. Bapak dulu hanya bisa menempuh pendidikan sampai SMP aja
karena tidak ada biaya orang tua Bapak dulu tidak mampu menyekolahkan
bapak. Harapan bapak sendiri dek untuk anak-anak bapak ingin sekolah
sampai ke jenjang perguruan tinggi tapi karena factor ekonomi bapak hanya
bisa menyekolahkan anak bapak hanya sampai SMA saja. Sekrang masih ada
3 lagi yang masih duduk dibangku sekolah yaitu anak kedua duduk dibangku
SMK anak ketiga duduk dibangku SMP dan anak terakhir masih duduk
dibangku SD. Harapan bapak untuk mereka kalo ada rejeki semoga nanti biss
menempuh pendidikan sampai keperguruan tinggi”
Rumah atau tempat tinggal adalah sebagai tempat untuk beristirahat dari rasa lelah dan sebagai tempat untuk berlindung dari panas dan hujan. Menurut hasil wawancara peneliti dengan bapak Ronal bahwa mereka sampai sekrang ini belum mempunyai rumah sendiri dan masih mengontrak dirumah keluarga. Rumah kontrakan bapak Ronal sekarang ini sudah lengkap berkamar mandi dan sanitasi air bersih juga sudah ada. Harapan bapak Ronal kedepannya agar diberikan rejeki dan kesehatan supaya bisa membangun rumah agar tidak mengontark lagi. Untuk biaya kontrakan rumah memang tidak semahal kontrakan seperti dikota kota sana kami hanya membayar Rp 1.500.000 pertahun. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa luas bangunan bapak Ronal 7x9 meter dengan 2 kamar tidur dan dapur. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Iya dek sampai sekrang ini bapak belum mempunyai rumah sendiri dan
sudah ada 10 tahun bapak tinggal dirumah kontrakan karena factor ekonomi
yang tidak mencukupi untuk membangun rumah sendiri. Rumah kontarakan
Bapak sekarang ini dek sudah semi permanen dengan luas bangunan 7x9
meter lengkap berkamar mandi dan 2 kamar tidur dan dapur. Biaya
kontrakan bapak pertahunnya Rp. 1.500.000 per tahun dan menurut bapak itu
sudah angat murah disbanding kontrakan bapak dulu sewaktu tinggal di kota
Medan. Dan harapan Bapak kedepanya semoga bisa membangun rumah
sendiri karena kalo kita mengontrak ini dek orang-orang sepele menengok
kita”
Kesehatan adalah faktor paling penting dalam mendukung setiap pekerjaan ataupun aktivitas yang dilakukan manusia. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ronal bahwa kelurga mereka sudah mempunyai Bpjs dan iuran Bpjs mereka tidak bayar alias gratis dari pemerintah. Alasan bapak Ronal mengurus Bpjs keluarga mereka dikrenakan Bapak Ronal sering sakit. Sakit yang dialami oleh Bapak ronal sendiri yaitu sesak nafas dan apabila ada anggota keluarga mereka yang mengalami sakit langsung dibawa berobat ke puskesdes atau ke pustu yang ada di
Desa Aeknauli I dan jika Sakitnya lumayan parah langsung ke rumah sakit umum
Doloksanggul. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, Bapak sering sakit sakitan dan tidak bisa terlalu capek dalam
bekerja karena bapak sudah punya sakit sesak nafas dan itu sudah lama
84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bapak derita. Kalo sesak nafas Bapak kambuh saya langsung pergi berobat ke
Rumah sakit doloksanggul menggunakan Bpjs”
Interaksi sosial atau hubungan Bapak Ronal dengan masyarakat yang ada di Desa
Aeknauli I terjalin dengan baik. Menurut hasil wawancara peneliti dengan bapak
Ronal bahwa Bapak Ronal selalu aktif mengikuti acara-acara seperti kegiatan adat pesta ataupun kegiatan rutinitas di greja seperti pesta gotilon yang dilakukan setiap tahunnya. Dan dalam menjalin hubungan dengan sesama para petani bapak Ronal sering juga pergi ke lapo atau warung untuk markombur atau bercerita. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Hubungan Bapak dengan sesama masyarakat Desa Aeknauli I terjalin
dengan baik dek, dan Bapak selalu menjaga dan menghidari perselisihan
antar sesama, karena kita tau dek manusia itu tidak bisa hidup sendiri-sendiri
tanpa bantuan orang lain. Apalagi di Desa Aeknauli I ini dek masih sangat
erat adat istiadat dan jika ada masayarakat yang melakukan pesta adat
Bapak selalu ikut serta dalam membantu”
5.2.3 Informan Utama III
Nama : Charles Lumban Gaol
Umur : 38 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Aeknauli I
Pendidikan terakhir : SMP
85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Status Perkawaninan : Sudah Kawin
Bapak Charles Lumban Gaol adalah petani kemenyan yang berasal dari Desa
Aeknauli I kecamatan Pollung Kabupaten Humbang hasundutan. Menjadi seorang petani kemenyan sudah pekerjaan sehari-hari yang dilakukan oleh Bapak Charles untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dan bagi keluarga bapak Charles kemenyan inilah sebagai pokok utama mata pencaharian mereka. Bapak cahrles telah mempunyai istri dan 3 anak diantaranya anak 2 perempuan 1 laki-laki.
Bapak Charles sudah 20 tahun menjadi seorang petani kemenyan, dan sudah banyak menikmati hasil dari kemenyan. Dalam 20 tahun tersebut perjalanan bapak
Charles tidaklah selalu mulus dan enak, yang pasti sudah banyak tantangan dan rintangan yang dia hadapi selama menajdi petani kemenyan. Jarak dari rumah ke lahan kemenyan bapak Charles lumayan jauh sehingga membuat Bapak Charles untuk menginap di sopo nya atau gubuk yang sudah dibangun di lahan kemenyanya, dan kalo ditempuh naik sepeda motor kurang lebih setengah jam, dan jalan menuju lahan bapak Charles tidaklah mulus dan atu sudah diaspal, tapi jalan yang ditempuhnya itu penuh dengan bebatuan dan lumpur. Lahan yang di kerjakan oleh
Bapak Charles ini adalah warisan yang diberikan oleh orang tuanya kepadanya seluas
2 hektar, karena itu kemenyan sebagai warisan dari orang tuanya, bapak Charles tidak mau menjualnya kesiapapun selain ke keturunan orang tuanya. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Bapak sudah memasuki ke 20 tahun bekerja sebagai petani kemenyan rasa
susah dan senang sudah Bapak jalani, sudah banyak juga hasil yang selama
ini Bapak dapatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami sehari-hari,
jujur aja dek kalo tanpa kemenyan ini kebutuhan keluarga kami dirumah pasti
tidak bisa tercukupi. Adapun pekerjaan istri bapak sebagai petani kopi itu
hanya sedikit saja dan hasil yang didapatkanpun tidak cukup kalo untuk
kebutuhan kami sehari-hari.kemenyan yang Bapak kerjakan ini adalah
warisan yang diberikan oleh orang tua ke Bapak dan pesan Bapak kepada
saya sebelum meninggal untuk tidak menjualnya kesiapapun selain ke
keluarga kita. Maka dari itulah Bapak sampai sekarang menjaga dan
melestarikan hutan kemenyan ini”
Pendapatan sangat berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Dan tanpa ada pendapatan tentu segala keinginan dan kebutuhan akan sulit terpenuhi.
Menurut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Charles dikatakan bahwa pendapatan dari hasil kemenyannya setiap minggunya sekitaran Rp.500.000-600.000 dengan harga kemenyan yang sekarang. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Jika bapak rutin dek masuk kerja taroklah setiap minggu masuk senin
pulang jumat Bapak bisa membawa uang kerumah sekitaran Rp. 500.000-
600.000 perminggunya. Beda lagi dengan jika yang keluar getah luakan atau
jenis kemenyan nomor 1 pastinya pendapatan Bapak nambah dari biasanya
dek. Namun jika ada halangan atau hambatan yang menganggu seperti
musim hujan bapak tidak bisa kerja dek untuk menyadap pohon
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kemenyannya, terpaksa pendapatan bapak akan berkurang dari biasanya.
Jika dipaksakan menyadap pohon kemenyan pada saat hujan resiko yang
akibatbatkan sangat bahaya karna kita harus manjat keatas sementara
batang pohon kemenyan basah dan licin”
Pengeluaran keluarga bapak Charles untuk membiayai kebutuhan sekolah anak dimasa pandemic ini seperti beli HP dan beli kuota setiap bulan untuk keperluan belajar. Namun, untuk kebutuhan lain seperti pesta adat, arisan, atau perkumpulan adat lainnya tidak ada karena masa pandemic ini orang tidak boleh melaksanakan pesta adat. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, untuk pengeluaran bapak pada saat ini, yaitu seperti yang adek tau
bahwa anak-anak diwajibkan belajar dari rumah atau online, karena dampak
pandemic ini maka anak-anak bapak dirumah membutuhkan HP dan Kuota
Internet perbulannya. Biasanya bapak membeli paket internet dengan harga
Rp. 75.000/bulan. Tapi syukurlah dek, dimasa pandemic ini pengeluaran bapak
untuk biaya adat dan arisan yang berkumpul-kumpul tidak ada”.
Hubungan antara petani kemenyan dengan toke membentuk sebuah pola hubungan yang unik. Hubungan patron sebagai bentuk kehidupan sosial antar petani kemenyan dengan toke kemenyan memiliki keterikatan dimulai dari hubungan jual- beli kemenyan yang berubah menjadi lebih intens dan saling menguntungkan antar toke dan petani kemenyan. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Hubungan bapak sendiri dengan toke kemenyan sampai saat ini masih
sangat baik dek, dimana kami saling percaya tidak untuk merugikan. Bapak
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA juga pernah meminjam uang untuk membeli sepeda motor kepada toke bapak
dan sampai saat ini belum lunas bapak buat dan karena toke telah
memberikan pinjaman jadi bapak juga harus menjual kemenyan kepada dia
juga dek”
Pendidikan tentu sangat penting dalam setiap hidup manusia untuk menunjang kehidupannya untuk menjadi yang lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Charles bahwa pendidikan informan tidak sampai ke jenjang SMA dari cerita Bapak Charles orang tua nya dulu tidak sanggup menyekolahkan sampai SMA karena factor ekonomi yang tidak mampu. Karena orang tuanya tidak mampu menyekolahkan akhirnya bapak Charles memutuskan untuk mencari pekerjaan, dan pergi merantau di Jakarta sebagai tukang tambal ban dan setahun kerja sebagai tukang tambal ban akhirnya memutuskan pulang dan kerja sebagai petani kemenyan.Bapak cahrles menadang pendidkan itu sangat penting bukan hanya soal mencari pekerjaan tapi cara pola pikir seorang jika mempunyai pendidikan yang tinggi pasti jauh berbeda dengan yang tidak berpendidikan dan melakukan sesuatu pekerjaan itu selalu memikirkan terlebih dahulu. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Bagi Bapak pendidkan itu sangat penting bagi seseorang itu dek, kayak
bapaklah cuma tamatan SMP untuk melamar pekerjan tidak ada yang
menerima akhirnya sekrang bapak kerja sebagai petani kemenyan. Andailah
bapak dulu bisa tamat SMA aja mungkin sudah bisa melamar kerja. Pernah
bapak merantau setahun ke Jakarta dek, dengan membawa ijazah SMP saya
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sampai disana tidak ada yang menerima dengan Ijazah SMP akhirnya dulu
Bapak kerja sebagai tukang tambal ban. Makanya untuk anak Bapak sekrang
harus bisa saya sekolahkan sampai tamat minimal SMA dan kalo bisa sampai
perguruan tinggi seperti adek sekrang ini harus bapak usahkan, agar nanti
tidak seperti Bapak lagi susahnya mencari kerja”
Rumah atau tempat tinggal adalah sebagai tempat untuk berlindung dan sebagai tempat untuk melepaskan lelah setelah siap bekerja. Berdasarkan hasil wawncara peneliti dengan Bapak Charles bahwa rumah yang ditempati sekrang sudah milik pribadi dan berkat bantuan pemerintah 2 tahun yang lalu Bapak Charles telah mendapat bedah rumah. Bangunan rumah bapak Charles sudah permanen dengan ukuran 7x10 meter dan sudah lengkap dengan sanitasi air dan 2 kamar tidur. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Bapak sangat bersyukur 2 tahun lalu bapak dapat bedah rumah dari
pemerintah dan rumah yang kami sekrang sudah permanen dengan ukuran
7x10 meter, rumah bapak sebelumnya masih terbuat dari kayu papan dan
itupun sudah mulai busuk dan lapuk, atapnya kemaren sudah mulai bocor.
Rumah bapak yang sekrang ini sudah lengkap punya kamar tidur kamar
mandi dan sanitasi air bersih juga sudah ada. Bapak tidak ada mengeluarkan
biaya untuk bangun rumah kemeren dek hanya saja uang tambahan untuk
upah tukang nya saja”
Kesehatan adalah hal terpenting dalam hidup manusia untuk bisa melakukan segala aktivitas–aktivitasnya . Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak
90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Charles kesehatan adalah hal yang paling penting bagi petani kemenyan. Apabila di lekuarga Bapak chareles ada yang mengalami sakit mereka mmebawak berobat ke puskesde atau pustu yang ada di Desa Aeknauli dengan menggunakan Bpjas gratis dari pemerintah. Sebagai kepala rumah tangga jika Bapak Charles mengalami sakit maka hasil pendapatannya tidak ada, dan kebutuhan-kebutuhan dirumah tangga bapak
Charles tidak tercukupi, beda dengan yang sudah PNS jika mereka misalnya sakit atau tidak kerja satu hari gaji mereka tetap jalan. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Bagi Bapak kesehatan itu adalah hal yang paling penting, jika bapak
mengalami sakit tentu pendapatan untuk rumah tangga Bapak tidak ada dek,
segala kebutuhan rumah tanggapun pasti tidak terpenuhi, beda dengan orang
yang bekerja sebagai PNS gaji mereka sudah menetap dek. Kalo ada yang
sakit dirumah dek kayak istri bapak kemeren kenak cangkol kakinya bapak
membawanya berobat ke Puskesdes aja dek, kebetulan bapak sudah punya
BPJS gratis dari pemerintah, jadi Bapak tidak mengeluarkan biaya kalo mau
berobat”
Hubungan interaksi sosial Bapak Charles dengan tetangganya maupun masyarakat yang ada di Desa Aeknauli I terjalanin dengan baik. Berdasarakan hasil
Wawancara peneliti dengan bapak Charles mengatakan setiap ada acara adat ataupun kegiatan gotong royong yang dilakukan di di Desa Aeknauli I Bapak Charles selalu ikut berpartisipasi, karena menurut prinsip Bapak Charles “aha husuan ido musek tapuonku” yang artinya apa yang baik yang saya lakukan sekrang untuk orang-orang
91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bakalan itu juga nanti yang datang samaku. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Hubungan Bapak dengan tetangga-tetangga maupun dengan keluarga
bapak sangat baik dek, kalo misalnya ada acara adat disini bapak selalunya
ikut membantu atau dalam bahasa bataknya marhobas, kalo ada juga gotong
royong bapak juga ikut dek berpartisipasi, karena ada prinsip bapak” aha
husuan sonari ido musek tapuonku” yang artinya apa yang baik yang saya
lakukan sekrang untuk orang-orang bakalan itu juga nanti yang datang
samaku, karena kita sebagai manusia dek pasti saling membutuhkan orang
lain dalam hidup kita”.
5.2.4 Informan Utama IV
Nama : Nikson Simanullang
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Aeknauli I
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Status Perkawaninan : Sudah Kawin
Bapak Nikson adalah seorang petani kemenyan yang berasal dari Desa Aeknauli
I kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Bapak Nikson lahir dar keluarga yang sangat sederhana. Pekerjaan sebagai petani kemenyan sudah menjadi
92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keseharian bapak Nikson. Bapak Nikson lahir dengan 7 bersaudara dan Bapak Nikson anak yang paling bungsu dikelaurganya. Diantara mereka semua Cuma Bapak Nikson yang tinggal dikampung. Sebagai anak paling Bungsu biasanya hak untuk memiliki harta orang tuanya itu biasanya di berikan kepada anak paling bungsu. Salah satu harta yang diwariskan oleh orang taunya dari Bapak Nikson adalah lahan kemenyan seluas 2 hektar.
Bapak Nikson telah menikah dan sudah mempunyai satu orang anak.masih berumur 2 tahun Pekerjaan sebagai petani kemenyan sudah dilakukan sejak tahun
2007 atau sekitar 13 tahun. Menurut cerita dari Bapak Nikson untuk kebutuhan keluarganya sebagian besar dibantu dari hasil bertani kemenyan walaupun dibantu juga dari hasil kerja istri sebagai petani kopi. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, bapak sudah 13 tahun bekerja sebagai petani kemenyan. Bapak ada
7 bersaudara dan bapak anak paling bungsu kalo sama orang kita batak
siapa paling bungsu biasanya itu tinggal dikampung dek, luas kemenyan yang
di warisakan oleh bapak saya kurang lebih 2 hektar dek. Untuk memenuhi
kebutuhan kami dirumah dek misalnya untuk belik ikan dan kebutuhan pokok
lainnya sebagian besar dari hasil kemenyan ininya dek”
Menurut Bapak Nikson pendapatan dari hasil kemenyan tentu dipengaruhi dari harga dan jumlah getah yang dihasilkan jika harga dan getah yang dihasilkan sesuai maka untuk kebutuhan rumah tangga akan tercukupi bisa dibilang hidup para petani
93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kemenyan akan sejahtera. Jika Bapak Nikson setiap minggu masuk mulai senin sampai jumat diperkirakan hasil yang dibawak pulang Rp.500.000-550.000 perminggunya jika harga kemenyan seperti yang sekrang ini. Namun jika ada kendala seperti hujan dan ada acara adat pesta pendapatan seperti itu tidak bisa dicapai.
Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, kalo pendapatan dari kemenyan ini tergantung pada harga dan
jumlah getah yang keluar dari pohonnya, jika harga dan jumlah getah yang
keluar sesuai biasanya Bapak bisa mengahasilkan sekitar Rp.500.000-
550.000 perminggu itupun tidak selalu menetap kalo ada hambatan seperti
hujan dan ada cara adat misalnya maka pendapatan akan berkurang dek”.
Pengeluaran keluarga bapak Nikson untuk membiayai kebutuhan sekolah anak dimasa pandemic ini seperti beli HP dan beli kuota setiap bulan untuk keperluan belajar. Namun, untuk kebutuhan lain seperti pesta adat, arisan, atau perkumpulan adat lainnya tidak ada karena masa pandemic ini orang tidak boleh melaksanakan pesta adat. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Pengeluaran Bapak untuk saat ini dek seperti biasa untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari untuk keluarga. Namun, dimasa pandemic ini
bapak harus mengeluarkan uang untuk beli HP dan Kuota internet untuk
belajar anak. Tapi untuk biaya seperti pesta adat dan yang lain tidak ada”.
Hubungan antara petani kemenyan dengan toke membentuk sebuah pola hubungan yang unik. Hubungan patron sebagai bentuk kehidupan sosial antar petani kemenyan dengan toke kemenyan memiliki keterikatan dimulai dari hubungan jual-
94
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA beli kemenyan yang berubah menjadi lebih intens dan saling menguntungkan antar toke dan petani kemenyan. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Hubungan bapak dengan toke kemenyan tidak ada saling terikat dek dan
bapak bebas mau menjualnya kemana saja, dan lebih seringan menjualnya di
sekitar toke yang ada di Desa Aeknauli I dek, dan kadang-kadang juga mau
menjual diluar Desa Aeknauli I.
Menurut Bapak Nikson bahwa pendidikan tentu sangat berpengaruh untuk penentuan hidup seseorang kedepannya, orang berpendidikan sama orang yang tidak berpendidikan tentu ada perbedaannya contohnya dari segi cara bicara dan cara berpikir tentu pasti beda. Bapak Nikson sangat menyesal dulu hanya bisa menempuh pendidikan sampai SMP saja. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“ Iya betul dek , pendidikan itu sangat penting bagi Bapak Karena jika sudah
berpendidikan tentu cara berpikir seseorang itu pasti berbeda sama orang
yang tidak berpendidikan. Kayak bapaklah hanya tamat samapi SMP jika
dulu sekolah sampai SMA atau sampai kuliah mungkin bapak tidak akan
kerja sebagai petani lagi dek sekarang bapak menyesal tidak mau sekolah
dulu akhirnya kayak ginilah jadinya kerja sebagai petani”
Rumah adalah tempat untuk beristirahat, berlindung dari panas dan hujan serta tempat unruk bermain bersama kelaurga. Menurut hasil wawancara peneliti dengan
95
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bapak Nikson telah mempunyai rumah sendiri namun rumah tersebut sebagai rumah warisan yang diberikan oleh orang tuanya kepadanya sebagai anak bungsu. Bangunan rumah bapak Nikson sudah semi permanen dengan luas bangunan 8x11 meter rumah tersebut sudah memilki sanitasi air yang bersih 2 kamar tidur dan kamar mandi.
Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Rumah yang bapak tempati sekarang ini dek rumah yang diwariskan oleh
orang tua saya dengan ukuran 8x11 meter dan sudah memliki sanitasi air
yang lengkap dan juga kamar tidur serta kamar mandi dan rumah bapak
sekrang ini sudah termasuk milik bapak sendiri”
Mengenai kesehatan menurut bapak Nikson adalah bagian terpenting, karena jika sakit tentu segala aktivitas-aktivitas nya akan terganggu. Apabila ada gangguan kesehatan pada keluarga Bapak Nikson maka tindakan yang dilakukan membawaknya berobat ke puskesmas ataupun Rumah sakit umum Doloksanggul dengan mengngunakan Bpjs yang telah di urus. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Untuk kesehatan bagi bapak dek itu hal yang paling utama dalam hidup ini,
jika bapak mengalami sakit pastinya pekerjaan bapak juga akan terganggu
otomatis pendapatan untuk keluarga bapak juga tidak ada dek, kami juga
telah mengurus Bpjs apabila ada keluarga yang mengalami sakit pasti
langkah yang bapak ambil langsung membawaknya berobat ke puskesdes
atau kerumah sakit, tapi tergantung seberap parah sakitnya kalo misalnya
96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hanya sakit biasa mungkin tak perlu berobat ke dokter hanya minum obat
yang dibelik dari warung-warung aja”
Hubungan interaksi sosial bapak Nikson dengan tetangga atau masyarakat Desa
Aeknauli I sangat baik. Jika ada acara-acara adat seperti pesta pernikahan bapak nikson selalu ikut berpartisipasi membantu. Apalagi di Desa Aeknauli I masih sangat erat tali kekluargaan. Hubungan yang terjalin dengan baik itu sangat membantu bagi
Bapak Nikson misalnya jika bapak Nikson membutuhkan bantuan masyarakat atau tetangganya selalu bersedia membantunya. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Hubungan bapak dengan tetangga ataupun dengan masyarakat Desa
Aeknauli I sangat baik dek, karna di Desa Aeknauli I ini masih kuat sekali tali
kekeluargaan itu dek, terbukti jika bapak membutuhkan bantuan masyarakat
Desa Aeknauli I mau membantu Bapak misalnya kalo pas lagi mangaluak
(panen raya kemenyan) bapak sering membawak orang untuk membantu
Bapak”
5.2.5 Informan Utama V
Nama : Zulkifli Silalahi
Umur : 39 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Aeknauli I
Pendidikan terakhir : SMP
97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Status Perkawaninan : Sudah Kawin
Bapak Zulkifli adalah petani kemenyan yang berasal dari Desa Aeknauli I. Bapak
Zulkifli sudah 16 tahun tinggal di Desa Aeknauli I sebelumnya pernah tinggal di berastagi kabupaten Karo. Bapak Zulkifli sudah menikah dan mempunyai anak 3 diantaranya 1 laki-laki 2 perempuan. Bapak Zulkifli sebagai kepala keluarga mempunyai tanggung untuk mencukupi segala kebutuhan keluarganya.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sebagian besar dari hasil kemenyan,
Dan dibantu oleh istri yang bekerja sebagai petani kopi. Bapak Zulkifli sudah 10 tahun bekerja sebagai petani kemenyan dan memiliki lahan kemenyan seluas 1 hektar yang dibeli dari masyarakat desa aek nauli I. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, bapak sudah 16 tahun tinggal di Aeknauli I,sebelumnya bapak
pernah tinggal di berastagi. Bisa dibilang dek saya disini sebagai orang
perantau atau orang pendatang, Bapak menjadi petani kemenyan sudah ada
10 tahun dek dan lahan kemenyan yang bapak miliki sekarang ini itu bapak
beli dari masyarakat Aek nauli I”
Berdasarkan hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Zulkifli dikatakan bahwa pendapatan dari hasil kemenyan yang diperoleh setiap minggunya adalah sekitar
Rp.300.000-350.000 per minggu. Jika hanya hasil pendapatan yang diperoleh tersebut
98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA untuk kebutuhan rumah tangga mereka tentu sangat tidak mencukupi. Namun Karena dibantu dari hasil pendapatn istri Bapak Zulkifli sebagai petani juga maka bisa bisa untuk menutupi segala kebutuhan rumah tangga mereka. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, pendapatan Bapak dari hasil kemenyan ini hanya sekitar
Rp.300.000-350.000 perminggunya dan untuk kebutuhan dirumah tangga
bapak itu tidak cukup kalo hanya dari kemenyan aja dek, tapi karena bantuan
pendapatan dari istri juganya sebagai petani kayak ladang kopi nanam sayur-
sayuran maka bisa mencukupi kebutuhan kami”.
Biaya pengeluaran bapak Zulkifli seperti kebutuhan pokok setiap hari dan biaya sekolah anak selama sekolah online juga lumayan banyak, karena harus membeli kuota internet untuk belajar setiap bulan, sementara bapak Zulkifli mempunyai 2 anak yang sedang bersekolah, sehingga harus membelikan kuota intrenet kepada masing- masing anaknya. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Iya dek, pengeluaran bapak karena sekolah online juga bertambah,
sementara pendapatan juga hanya sedikit, udah gitu dikampung ini juga
jaringan internet hanya telkomsel aja yang bagus dek, makanya itu bapak
harus beli paket telkomsel dan harga nya juga lebih mahal dari paket internet
yang lainnya”.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Zulkifli tentang hubungan patron sebagai bentuk kehidupan sosial antar petani kemenyan dengan toke
99
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kemenyan memiliki keterikatan dimulai dari hubungan jual-beli kemenyan yang berubah menjadi lebih intens dan saling menguntungkan antar toke dan petani kemenyan. Hubungan antara petani kemenyan dengan toke membentuk sebuah pola hubungan yang unik. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Hubungan bapak dengan toke kemenyan Cuma hanya satu saja dek dan itu
toke kemenyan yang berada di Desa Aekanuli I, karena toke bapak sekarang
ini pernah membantu bapak dulu dengan memberikan pinjaman uang
membangun rumah Bapak yang sekarang ini tapi dengan syarat bapak harus
menjaul kemenyannya sama dia. Tergantung pasaran atau harga bapak sudah
percayakan hanya satu toke saja dek”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Zulkifli bahwa beliau hanya tamat dari sekolah menengah pertama (SMP) karena beliau dulu tidak mau sekolah, alasan beliau dulu tidak mau sekolah karena dia menganggap pendidkan itu tidak penting untuk kehidupannya. Rasa penyesalan muncul kepada beliau setelah menikah dia melihat teman-temannya yang dulu melanjutkan sekolah kini sudah kerja tanpa harus dibawah terik matahari dan dibawah hujan. Mulai saat itulah beliau beranggapan bahwa pendidikan itu sangat penting dan beliau berharap agar anak- anaknya untuk bisa menempuh pendidikan sampai ke jenjang paling tinggi agar hidupnya nanti tidak seperti yang dirasakan Bapaknya sekrang ini. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Iya dek Bapak hanya tamatan SMP karena bapak dulu tidak mau sekolah
dan menganggap sekolah itu tidak penting hanya menghabiskan-habiskan
waktu aja, namun bapak menyesal setelah menikah karena bapak melihat
kawan-kawan bapak yang dulu tetap melanjutkan sekolah sudah enak
kerjaannya tidak seperti kerjaan bapak yang sekarang. Sejak itulah bapak
menganggap pendidikan itu rupanya sangat penting seandainya dulu bapak
melanjutkan sekolah mungkin kerjaan bapak tidak seperti sekrang ini, dan
bapak berharap nantinya anak-anak bapak supaya menempuh pendidikan
sampai ke jenjang paling tinggi”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Zulkifli rumah yang ditempati oleh keluarganya sudah milik sendiri namun hasil observasi yang peneliti lakukan bangunan tersebut terbuat dari kayu dengan ukuran 6x7 meter sudah tersedia sanitasi air yang bersih kamar mandi, dan kamar tidur.
“Iya dek bapak sudah mempunyai rumah sendiri walaupun hanya seadanya
saja yang masih terbuat dari kayu dengan ukuran bangunan 6x7 meter sudah
tersedia sanitasi air bersih, kamar mandi, kamar tidur walaupun seadanya.
Bapak membangun rumah yang sekrang ini masih sekitar 5 tahunan,
sebelumnnya bapak menyewa rumah warga desa Aeknauli I”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapalk Zulkifli bahwa kesehatan bagi keluarganya selalu di utamakan. Dengan menerapkan pola hidup sehat seperti makan 3 kali sehari. Apabila ada keluarga bapak Zulkifli mengalami sakit mereka
101
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA segera membawa berobat ke puskesmas dan pustu yang ada di Desa Aeknauli I.
Bentuk rasa kepedulian bapak Zulkifli dalam kesehatan keluragnya juga yaitu semua anggota keluarganya telah di daftarkan Bpjs. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Bagi Bapak dek kesehatan paling nomor satu, jika kita dalam keadaan sehat
segala pekerjaan mungkin bisa kita kerjakan, apabila dalam keadaan sakit
apapun tidak akan bisa kita kerjakan, makanya dirumah bapak selalu
menerapkan pola hidup sehat seperti menjaga pola makan agar terhindar
dari penyakit. Bapak juga telah mendaftarkan anggota keluarga bapak
memakai Bpjs gratis dari pemerintah jika mau berobat tidak perlu
mengeluarkan biaya”
Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Zulkifli bahwa interaksi sosial dengan tetangganya dan masyarakat desa Aeknauli I terjalin dengan baik. Menurut cerita dari bapak Zulkifli sebagai orang pendatang di Desa Aeknauli I tentu harus menjaga hubungan yang baik antar sesama masyarakat Desa Aeknauli I misalnya jik ada acara pesta atau acara adat Bapak Zulkifli selalu ikut bersedia membantu. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Hubungan Bapak dengan masyarakat Desa Aeknauli I dek terjalin dengan
baik, apalagi bapak di Desa Aeknauli I sebagai orang pendatang tentunya
harus bisa menjaga hubungan Bapak dengan masyarakat di Des Aekanuli I,
karena bapakpun bisa tinggal di Desa Aeknauli I dek karena ketersediannya
102
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mereka menerima keluarga Bapak, Jika ada acara adata atau pesta bapak
selalu ikut membantu atau dalam bahasa bataknya “marhobas”
5.2.6 Informan Kunci I (Toke)
Nama : Aston Situmorang
Umur : 85 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Aeknauli I
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Status Perkawaninan : Sudah Kawin
Bapak Aston adalah salah satu Toke kemenyan yang membeli kemenyan langsung dari para petani. Bapak aston sudah berumur 85 tahun dan sudah 30 tahun bekerja sebagai toke kemenyan, sebelum menjadi toke kemenyan bapak aston pernah bekerja sebagai petani kemenyan juga. Menurut cerita dari bapak Aston bahwa kemenyan ini dulunya adalah seorang gadis perawan yang dibawak bapaknya ke hutan. Pada saat itu bapaknya meninggalkan anak gadisnya di hutan Anak gadis ini berpesan kepada Bapaknya supaya tidak mengunjungi selama 7 bulan dan membuat tanda sepanjang jalan lapung padi sebagai pertanda. Setelah 7 bulan ditinggalkan anak gadisnya sudah berubah menjadi pohon kemenyan. Dan sebelum anak gadis itu
103
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berubah jadi pohon kemenyan anak gadis itu berpesan ke bapaknya jika nantinya dia jadi kemenyan supaya getah yang ada di pohon itu diambil tetapi harus menjaga kesopanan dan tingkah lakunya. Maka sejak itulah jika mengambil pohon kemenyan ini harus dalam keadaan sopan dan diam, tidak boleh ribut apalagi sempat mengeluarkan kata-kata kotor. Menurut cerita bapak Aston dulu getah kemenyan sangat banyak dan kualitasnya sangat bagus berbeda dengan hasil kemenyan yang sekarang. Karena orang dulu dalam mengambil kemenyan itu sangat menjaga sikap dan kesopanan. Jadi kenapa hasil getah kemenyan sekrang ini sudah merosot kemungkinan karna para petani sekrang ini tidak menjaga sikap dan kesopanan serta tidak mejaga dan melestarikan hutan warisan yang diberikan oleh nenek moyangnya dulu. Proses pengerjaan kemenyan dari dulu sampai sekarang para petani kemenyan masih menggunakan alat-alat tradisional seperti pisau agat, bakul, guris, dan tali polang.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Aston dikatakan bahwa bapak Aston hanya sebagai toke kemenyan atau membelik kemenyan dari petani untuk kegunaan getah kemenyan itu sendiri bapak Aston sampai sekarang tidak tau untuk apa dan tidak pernah mengolahnya sendiri untuk menjadikan sesuatu yang bermanfaat, dari isu-isu beredar katanya kemenyan ini digunakan sebagai obat-obatan dan sebagai dupa untuk persembahan ibadah. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Kalo kegunaan kemenyan ini sampe sekarang Bapak tidak tau, Bapak sudah
lama mengenal kemenyan ini namun untuk kegunannya sendiri Bapak tidak
104
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tau , tapi pernah ada toke dari daerah jawa datng membeli kemenyan Bapak
katanya mereka menjadikan kemenyan itu sebagai obat-obatan, parfum, dan
dupa untuk ibadah”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Aston tentang jenis kemenyan yang tumbuh di Desa Aeknauli I yaitu kemenyan Toba dan kemenyan
Durame dan yang paling banyak tumbuh di Desa Aeknauli I adalah kemenyan
Durame jika dibandingkan kedua jenis tersebut yang paling bagus kualitasnya yaitu kemenyan Toba. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Jenis kemenyan yang ada di Desa Aeknauli I ini dek Cuma ada 2 yaitu
kemenyan Toba dan kemenyan Durame namun yang paling banyak
ditanaman oleh petani kemenyan di Desa Aeknauli I ini kemenyan Durame
Dek. Untuk kulaitas dinatar kedu ajenis kemenyan tersebut yang paling bagus
kualitasnya Kemenyan Toba dek”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Aston tentang harga kemenyan sekarang yaitu untuk kemenyan Durame jenis luakan (nomor 1) Rp
200.000-220.000 per kilo untuk jenis tahir (nomor 2) Rp. 70.000-80.000 per kilo.
Untuk harga yang sekarang ini terbilang sangat merosot dari tahun sebelumnya dan bukan hanya dari harga saja getah yang dihasilkanpun sekarang ini sangat sangat merosot . Pada tahun 2014-2017 kemenyan rata-rata naik dan pada saat itu untuk jenis luakan (nomor 1) Rp. 250.000- 300.000 per kilo dan untuk jenis tahir (nomor 2)
Rp.100.000-130.000 perkilo. Bapak Aston mengatakan dalam penentuan harga
105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kemenyan tersebut bukan para toke itu sendiri yang membuat tapi toke-toke besar seperti misalnya toke yang ada di daerah jawa dan orang orang cina, karena semua kemenyan yang dihasilkan rata-rata dikirim ke daerah tersebut. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Untuk harga kemenyan yang sekarang ini dek termasuk sangat merosot
harganya dari tahun tahun sebelumnya, harga kemenyan sekarang ini dek
untuk jenis luakan (nomor 1) Rp. 200.000-220.000 perkilonya dan untuk jenis
tahir Rp.70.000-80.000 perkilonya dek”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Aston dikatakan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga petani jika hanya mengaharapakan dari hasil kemenyan tentu tidak akan tercukupi kebutuhan-kebutuhan para petani kemenyan.
Bisa dilihat dari jumlah getah dan harga kemenyan yang sekarang ini sangat-sangat merosot. Alasan Bapak aston menyatakan hal tersebut karena melihat para petani- petani kemenyan yang menjual kemennya kepada Bapak Aston para petani selalu mengeluh dan bahkan banyak yang meminjam uang kepada Bapak Aston untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dirumah. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Jika hanya dari kemenyan ini sebagai sumber dalam pemenuhan kebutuhan
rumah tangga dek tentu tidak akan tercukupi harus ada penhasilan lain untuk
membantunya. Kenapa bapak bilang seperti itu dek para petani kemenyan
yang menjual kemenyannya kepada bapak mereka selalu mengeluh dengan
106
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hasil yang didapat sebagian ada memimjam uang kepada Bapak dengan
alasan untuk menambah uangnya. Kenapa hal ini terjadi karena jumlah getah
dan harga kemenyan sangat merosot”
Hubungan sosial Bapak Aston dengan para Petani kemenyan terjalin dengan baik dilihat dari jika para petani butuh pinjaman untuk keperluan kebutuhan rumah tangga petani bapak aston memberikan pinjaman tapi dengan syarat kemenyan para petani dijual ke Bapak Aston. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Jika para petani kemenyan membutuhkan uang dek untuk keperluan
kebutuhan rumah tangga sering itu datang ke Bapak untuk meminjam uang,
dan itu selalu Bapak kasih tapi Bapak tandai orangnya misalnya kalo
orangnya bisa dipercayai baru Bapak kasih dek, kalo sedikit mencurigakan
Bapak tidak mau kasih pinjam. Tapi dengan syarat jika bapak kasih pinjam
kemenyan mereka harus dijual ke Bapak”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Aston pandangan tentang kepemilikan kekayaan petani kemenyan dikatakan bahwa rata-rata kehidupan para petani kemenyan masih belum sejahtera.
5.2.7 Informan Kunci II (Kepala Desa)
Nama : Amal Lumban Gaol
Umur : 53 Tahun
107
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Aeknauli I
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Kepala Desa
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Status Perkawaninan : Sudah Kawin
Bapak Amal adalah kepala Desa di Aeknauli I kecamatan Pollung Kabupaten
Humbang Hasundutan. Bapak Amal sudah 1 tahun menjabat sebagai kepala Desa dan sudah mengetahui bagaimana kehidupan umum masyarakat petani kemenyan di Desa
Aeknauli I. Beliau mengatakan bahwa masyarakat yang bertani di Desa Aeknauli I masih tergolong petani yang belum sejahtera, hal ini dilihat dari jaman dulu sampai sekarang belum ada peningkatan taraf hidup masyarakat yang bertani sebagai kemenyan. Pendapatan atau hasil yang diperoleh oleh petani itu sendiri hanya mampu memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Menurut Beliau pada tahun tahun sebelumnya sudah ada rencana membuat organisasi untuk pengembangan hasil kemenyan ini, namun karena ada kendala maka rencana tersebut jadinya sampai sekarang tidak terealisasikan. Permasalahan yang membuat petani itu sendiri tidak meningkat taraf hidupnya karena harga jual kemenyan yang tidak stabil.
Tentang kesehatan di Desa Aeknauli I berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak kepala Desa Aeknauli I dikatakan bahwa di Desa Aekanuli I sudah
108
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tersedia prasarana pelayanan kesehatan yaitu Puskesdes dan Pustu. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Di desa Aekanuli I sendiri dek sudah tersedia prasarana pelayanan
kesehatan yaitu Puskesdes dan pustu. Jika ada masyarakat Desa Aeknauli I
butuh penanganan kesehatan sudah bisa ditangani dek misalnya ibu-ibu yang
mau lahiran, demand an sakit ringan”
Beliau juga mengatakan tentang rumah atau tempat tinggal masyarakat Desa
Aeknauli I sebagian menggunakan rumah dari bantuan pemerintah, milik sendiri dan rumah warisan. Dan jenis jenis bangunna yang tersedia di Desa Aeknauli I sendiri ada yang terbuat dari kayu, semi permanen, dan juga permanen. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Tempat tinggal masyarakat Desa Aeknauli I dek rata-rata sudah memiliki
rumah sendiri atau dari warisan orang tua dan bentuk bangunan sudah ada
yang semi permanen, permanen, dan ada masih terbuat dari kayu dek”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beliau tentang pendidikan masyarakat petani kemenyan yang ada di Desa Aeknauli I pendidikannya rata-rata tingkat SD dan SMP. Namun untuk tingkat pendidikan anak-anak petani kemenyan rata-rata pendidikannya sampai SMA bahkan ada sampai keperguruan tinggi, hal ini bisa dilihat bahwa petani kemenyan berusaha menyekolahkan anak-anaknya agar tidak seperti mereka nantinya menajdi seorang petani kemenyan. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
109
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Untuk pendidikan petani kemenyan sendiri dek masih sangat rendah bisa
dilihat dari data yang kami peroleh rata-rata pendidikannya SD dan SMP,
namun untuk pendidkan anak petani sendiri dek sudah sangat-sangat
meningkat terlihat dari data yang diperoleh juga bahwa anak-anak petani
sudah banyak yang menempuh pendidikan sampai tingkat SMA dan bahkan
ketingkat perguruan tinggi”
Menurut Bapak Kepala Desa Aeknauli I sumber pendapatan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yaitu dari bertani kemenyan, kopi, sawah,dan sayur-sayuran. Namun untuk pekerjaan laki-laki yang ada di Desa
Aeknauli I pada umunya bekerja sebagai petani kemenyan. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Sebagai sumber pendapatan masyarakat yang ada di Desa aeknauli I ini dek
dari kemenyan, bertani kopi, sawah dan sayur-sayuran, namun untuk
pekerjaan kepala rumah tangga pada umunya bekerja sebagai petani
kemenyan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak kepala Desa Aeknauli I bahwa Masyarakat Desa Aeknauli I interaksinya sosialnya terjalan dengan baik dilihat dengan ikatan kultur yang ada di Desa Aeknauli I sendiiri. Jika ada program- program yang dibuat oleh Desa Aekanuli I seperti gotong royong dan masyarakat selalu ikut berpartisipasi dan juga kalo ada pertemuan-pertemuan masyarakat selalu
110
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dilibatkan. Masyarakat juga terlibat dalam bentuk kelompok seperti kelompok tani, kelompok PKK ( pemberdayaan kesejahteraan keluarga).
“Hubungan interaksi sosial di Desa Aeknauli I ini dek terjalin dengan baik
dan didesa Aekanuli I ini mmepunyai kelompok-kelompok dalam membangun
masyarakat seperti kelompok tani, kelompok PKK (Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga) dan semua masyarakat dilibatkan dalam menyetujui
suatu kesepakatan harus adanya musyawarah”
5.2.8 Informan Tambahan I
Nama : Ratman Simanullang
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Pariksinomba
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : petani
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Status Perkawaninan : Sudah Kawin
Bapak Ratman adalah warga Desa pariksinomba yang bertetanggaan dengan
Desa Aeknauli I. Keseharian Bapak Ratman adalah bertani kopi, sayur-sayuran dan juga tanaman-tanaman yang lain. Bapak Ratman sudah menikah dan mempunyai 3
111
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA anak yaitu 3 laki-laki dan 1 perempuan. Sebelum menjadi petani kopi dan sayur- sayuran Bapak Ratman pernah sebagai petani kemenyan tapi karna jarak antara rumah dengan lahan Bapak Ratman sangat jauh sementara untuk membeli sepeda motor tidak sanggup maka Bapak Ratman menjual lahan kemenyannya kepada orang.
Berdasarkan Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ratman tentang petani kemenyan yang ada di Desa Aeknauli I dikatakan bahwa kehidupan petani kemenyan yang ada di Desa Aeknauli I masih dibawah sejahtera dikarenakan ketidak sesuain harga dengan hasil kemenyan yang diperoleh para petani Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari harus memiliki kerja sampingan seperti ladang kopi, sayur-sayuran. Dalam proses pengerjaan kemenyan ini sampai saat ini tidak ada mengalami kemajuan dan masih menggunakan alat-alat tradisional. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Kalo para petani kemenyan hanya mengharapkan dari kemenyan dek tentu
tidak mencukupi kebutuhan keluaganya apalagi kalo yang udah mempunyai
anak tentu harus ada kerja tambahan atau sampingan misalnya suami kerja
kemenyan istri pergi ke ladang, karena petani ini dek tidak seperti PNS yang
sudah menetap gajinya ditentukan oleh pemerintah kalo kita petani ininya dek
yang harus kerjanya baru bisa makan atau mencukupi kebutuhan dirumah
tangga”
Tentang hubungan interaksi sosial petani kemenyan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ratman dikatakan hubungan petani kemenyan
112
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan masyarakat di Desa Aeknauli I terjalin dengan baik, begitu juga dengan hubungan petani kemenyan dengan bapak Ratman juga terjalin dengan baik karena
Desa Aeknauli dan Desa Pariksinomba masih memiliki nilai kekeluargaan dan adat istiadat. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Hubungan antara petani kemenyan dengan masyarakat desa Aeknauli terjalin
dengan baik dek karena daerah Aeknauli I dan Desa Pariksinomba masih
tanah Adat hubungan kekeluargan pun masih ada misalnya jika ada acara adat
disini biasanya kami selalu mengundang masayarakat yang adi desa Aeknauli
I”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Kudange mengenai hambatan yang dialami oleh petani kemenyan dikatakan bahwa para petani bisa kerja atau tidak itu tergantung dari cuaca atau musim, jika pada musim hujan para petani tidak bisa menyadap pohon kemenyan dikarenakan batang pohon kemenyan licin resiko yang ditanggung sangat berbahaya. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Masalah ataupun hambatan yang menggangu para petani kemenyan bekerja
dek yaitu hujan jika pada saat musim hujan para petani dek tidak bisa
memanjat pohon kemenyan karena licin resikonya sangat bahaya bagi mereka
jika memanjat pohon pada saat hujan”
113
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2.9 Informan Tambahan 2
Nama : Kudange Lumbanbatu
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Asal : Desa Sipituhuta
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Tukang botot
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Bapak Kudange adalah masyarakat yang berasal dari Desa Sipituhuta Kecamatan
Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Bapak Kudange bekerja sebagai tukang
Botot plastic, besi dan botol minuman. Sejak tahun 2005 Bapak Kudange sudah bekerja sebagai tukang botot. Sebelum menjadi tukang botot bapak Kudange sebelumnya petani kemenyan tapi karena fisik sudah tua tidak mampu lagi untuk memanjat pohon kemenyan akhirnya bapak Kudange memutuskan untuk menjual dan menjadi tukang botot.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak kudange tentang petani kemenyan di Desa Aeknauli I dikatakan bahwa sejak zaman dulu kemenyan menjadi mata pencaharian di desa Aekanuli I. Kehidupan para petani kemenyan menurut
Bapak Kudange masih dibawah sejahtera dikarenakan ketidak sesuaian harga dan juga jumlah getah kemenyan yang dihasilkan dari pohonnya. Hal ini bisa diakibatkan
114
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA karena sifat-sifat manusia sekarang ini terlebih para petani kemenyan tidak lagi sopan dalam bekerja. Namun untuk pemenuhan kebutuhan hidup para petani harus dibantu dari hasil pertanain laiannya seperti pertanian kopi, sayur-sayuran. Berikut hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Kemenyan ini sudah sejak dulu dikenal oleh masyarakat Desa Aeknauli
mulai dari nenek moyangnya dek, pekerjaan kemenyan ini sudah menjadi
pekerjaan mata pencaharian bagi kepala rumah tangga di Desa Aeknauli I.
namun untuk pemenuhan kebutuhan hidup para petani tentu tidak cukup kalo
hanya dari kemenyan aja dek harus ada pekerjaan sampingan ikut membantu
penghasilan rumah tangga”
5.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Menurut hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan bahwa masyarakat Desa
Aeknauli I kecamatan Pollung kabupaten Humbang Hasundutan masih bergantung kepada potensi alam yang ada seperti pertanian. Kehidupan sehari-hari masyarakat
Desa Aekanuli bekerja sebagai petani seperti petani kemenyan, kopi, sayur-sayuran dan sawah.
Penduduk Desa Aeknauli I umumnya suku Batak Toba dan dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Batak Toba. Desa Aeknauli I masih kental dengan adat istiadat nilai kekeluargaan dan rasa kepedulian antar sesama juga masih kuat misalnya budaya gotong royong rasa saling membantu antar sesama penduduk Desa Aekanuli I. Di desa Aeknauli I kodrat tertinggi berada pada laki-laki sebagai kodrat paling tinggi laki-laki juga yang bertanggung jawab sebagai
115
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pemenuhan kebutuhan dirumah tangga. Seperti hal nya pertanian kemenyan pada dasarnya itu pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki dikarenakan proses pengerjaanya agak rumit dan sulit tidak seperti pertanian yang lain.
5.3.1 Hasil Observasi Penelitian
Berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang rumah
Informan Utama bahwa 3 dari Informan Utama jenis bangunannya sudah permanen sedangkan 2 Informan Utama jenis bangunannya masih semi permanen atau bisa dibilang sangat sederhana terbuat dari kayu. Namun keseluruhan Informan Utama sudah memiliki sanitasi air yang bersih dan kamar mandi yang lengkap.
Berdasarkan Hasil Observasi peneliti kepada Informan Utama tentang pendidikan bahwa peneliti mengamati petani kemenyan sangat peduli kepada pendidikan anak-anaknya terlihat dimasa pandemi sekarang ini belajar dari online dan anak-anak membutuhkan handpohe untuk bisa belajar dan yang peneliti amati seluruh anak-anak dari Informan Utama sudah memiliki handphone. Peneliti juga melihat para Informan Utama tidak memaksa anak-anak nya untuk ikut mmebantunya kerja seperti keladang. Para Informan Utama sangat mendukung apabila anak-anaknya memberikan waktunya untuk belajar dibandingkan harus ikut membantu mereka bekerja.
Berdasarkan hasil Observasi peneliti kepada Informan Utama tentang Interaksi
Sosial bahwa keseluruhan Informan Utama ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Seperti yang peneliti lihat jika ada salah satu dalam masyarakat Desa
Aeknauli I yang membangun rumah para Informan Utama atau masyarakat Desa
116
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Aekanuli I ikut membantu atau bergotong royong dengan meluangkan waktu biasanya sehari atau sampai dua hari tanpa mengharapkan imbalan dan budatya
Gotong royong tersebut sudah ditanamkan sejak dahulu dan masih dilestarikan sampai sekarang oleh masayarakat Desa Aeknauli I .
Desa Aekanuli I masih sangat kental dengan yang namanya Adat Istiadat manusia mulai dari lahir sampai mati masyarakat di Desa Aeknauli I menggunakan
Adat Istiadat. Dari yang peneliti amatai bahwa keseluruhan Informan Utama sangat aktif mengikuti adat istiadat yang berlaku di Desa Aeknauli I seperti pesta pernikahan(mangadati), pesta duka cita dan lain-lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan Informan Utama I yaitu Bapak Sahappon sangat aktif dalam kegiatan- kegiatan di Gereja apalag Bapak Sahappon adalah sebagai Pendeta (Porhangir) di
Gereja mereka.
5.3.2 Hasil Wawancara Penelitian
A. Pendapatan
Pendapatan/penghasilan ini sangat berpengaruh dengan jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan yang baik jelas akan memperoleh pendapatan/penghasilan yang lumayan. Bentuk pendapatan/penghasilan ini dapat diukur dengan nilai uang yang diterima. Pendapatan rumah tangga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga ( Budihardjo,
2005 : 122 ).
117
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan dari pendapatan keluarga, Badan Pusat Statistik (BPS, 2014 ) membagi kedalam tiga golongan yaitu tinggi, menengah dan rendah :
1. Golongan Rendah, Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu
masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk
memenuhi tingkat hidup yang minimal seperti sandang, pangan dan tempat
tinggal yang berpenghasilan kurang dari Rp. 1.500.000 per bulan.
2. Golongan Menengah, Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu
masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mampu menikmati
jenjang pendidikan namun belum memiliki kesempatan dalam menabung
maupun berinvestasi yang berpenghasilan antara Rp. 1.500.000 sampai Rp.
2.500.000 per bulan.
3. Golongan Tinggi, Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu
masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangaka
pendek maupun jangka panjang tanpa ada rasa khawatir. Menjadikan
pendidikan bukan sebagai acuan kehidupan, menjadikan budaya dalam
keluarga untuk menjaga martabat, yaitu yang berpenghasilan diatas Rp.
2.500.000. (bps.go.id)
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pendapatan sangat mempengaruhi tingkat ekonomi masyarakat dan hasil yang didapatkan berbeda-beda. Berdasarkan hasil analisis dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa besarnya pengahasilan tergantung dari jumlah getah yang dihasilkan dan harga kemenyan. Adapun faktor lain yang mempengaruhi pendapatan petani kemenyan adalah hambatan atau
118
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA halangan yang petani rasakan saat bekerja yaitu cuaca, jika pada saat musim hujan petani kemenyan tidak bisa bekerja untuk menyadap pohon kemenyan sehingga berdampak pada pendapatan petani. Namun untuk pendapatan keluarga petani kemenyan dibantu dari pekerjaan istri sebagai petani kopi, sayur, dan sawah.
Besarnya pengeluaran yang harus dipenuhi oleh informan utama seperti kebutuhan biaya sekolah anak dimasa pandemic ini harus belajar online dan memerlukan HP dan
Kuota internet serta biaya hidup selama bekerja di hutan. Namun untuk keperluan adat para informan tidak ada karena dimasa pandemic ini pesta adat ditiadakan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Informan
Utama dikatakan bahwa 4 dari 5 Informan Utama pendapatannya setiap minggunya
Rp. 400.000-450.000 perminggu kalo dirata-ratakan dalam perbulan menjadi
Rp.1.600.000-1.800.000. Berdasarkan penggolongan pendapatan yang dijelaskan diatas bahwa 4 Informan Utama tersebut tergolong kedalam pendapatan sedang.
Sedangkan 1 dari 5 Informan Utama tersebut memiliki pendapatan Rp.300.000-
350.000 perminggu kalo dirata-ratakan dalam perbulan menjadi Rp.1.200.000-
1.400.000. Berdasarkan penggolongan pendapatan yang dijelaskan diatas bahwa pendapatan Informan tersebut tergolong kedalam pendapatan Rendah. Berikut hasil wawancara dari salah satu Informan Utama yang berpenghasilan menengah.
Seperti penuturan Bapak Sahappon sebagai informan Utama I :
“Jika saya rutin masuk kerja setiap minggu dan tidak ada halangan atau yang
menghambat kerja saya bisa menghasilkan uang sekitar Rp.400.000- 500.000
119
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perminggunya. Meskipun harga yang sekarang ini sudah terbilang murah
dibanding tahun lalu. Harga kemenyan sekarang ini sekitar Rp. 80.000
perkilo untuk jenis tahir (jenis kemenyan No 2) dan Rp 200.000 untuk
kemenyan nauli ( kemenyan No 1). Tapi tidak menetap bisa mengahasilkan
uang seperti itu kalo ada halangan misalnya musim hujan saya tidak bisa
mendapatkan penghasilan seperti itu karena kalo musim hujan tidak bisa
untuk menyadap pohon kemenyan”
B. Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pendidikan diupayakan untuk mewujudkan individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan bekal memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (Pikiran, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan).
Berdasarkan tingkat pendidikan, UU No. 20 tahun 2003 menggolongkan dalam tida bagian yaitu rendah, menengah dan tinggi:
1. Pendidikan rendah yaitu pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.
120
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Pendidikan Menengah merupakan pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.
3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan
tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau
universitas.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti tentang pendidikan pada petani bahwa pendidikan sangat mempengaruhi tingkat kehidupan manusia untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Petani kemenyan menganggap pendidikan itu sangat penting. Terlihat dari dari anak-anak Informan Utama sampai sekarang tidak ada yang mengalami putus sekolah. Sebagai orang tua bagi anak-anak mereka keinginan para petani kemenyan berusaha menyekolahkan anak-anaknya sampai ketingkat pendidikan yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan Informan Utama bahwa 3 dari 5 Informan Utama hanya menempuh pendidikan sampai tingkat SD dan SMP. Berdasarkan penggolongan pendidikan yang dijelaskan ditas bahwa pendidikan ke 3 Informan tersebut tergolongan kedalam pendidikan rendah. Sedangkan 2 dari 5 Informan Utama menempuh pendidikan sampai ke tingkat SMA dan berdasarkan penggolongan pendidikan seperti yang dijelaskan diatas bahwa 2 Informan Utama tersebut tergolong kedalam Pendidikan
121
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menegah atau sedang. Berikut hasil wawancara dari salah satu Informan Utama yang pendidikannya tergolong menengah.
Seperti penuturan Bapak Sahappon sebagai informan Utama I :
“ Iya betul dek bagi Bapak pendidikan itu sangat penting karena pendidikan
bisa membawa seseorang itu untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik.
Apalagi bagi saya seorang petani kemenyan masih sangat minim dalam hal
pendidikan sehingga pengelolaan kemenyan ini bagi saya masih kurang dan
tidak ada perubahan dari tahun ketahun. Pendidkan bapak hanya sampai
SMA aja dek tapi bagi bapak pendidikan sampai tingkat SMA belum cukup
apalagi di zaman sekrang ini sudah sangat susah mencari pekerjaan kalo
hanya tamat SMA saja. Sekarang Anak bapak ada yang duduk di bangku SD,
SMP dan bahkan sudah ada yang tamat SMA dan rencana mau melamar
keangkatan tahun ini”
C. Tempat Tinggal atau Rumah
Secara umum, rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan, matahari, dan badai). Serta merupakan tempat beristirahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Namun, pengertian rumah juga dapat ditinjau lebih jauh secara fisik dan psikologis.
Untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:
122
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Status rumah yang ditempati, rumah dinas, menyewa, menumpang pada
saudara atau ikut oranglain umumnya merupakan keluarga dengan sosial
ekonomi rendah.
2. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga
yang keadaan sosial ekonominya tinggi pada umumnya menempati rumah
permanen, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya menengah
kebawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen.
3. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati, pada
umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya. Kaare Svalastoga
(Maftukhah, 2007)
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan Informan Utama bahwa 1 dari 5 Informan Utama masih belum mempunyai rumah sendiri dan masih mengontrak dan berdasarkan tingkat sosial ekonomi bahwa Informan Utama tersebut masih tergolong kedalam tingkat ekonomi yang rendah. Sedangkan 4 dari 5 Informan
Utama sudah memiliki rumah sendiri dan warisan dari orang tua maka berdasarkan tingkat sosial ekonomi ke 4 Informan Utama tersebut tergolong kedalam sosial ekonomi sedah atau menengah. 1 dari 5 Informan Utama tersebut 2 tahun yang lalu mendapat bedah rumah dari pemerintah dan bentuk rumah yang ditempatinya sekarang ini sudah sangat layak. Berdasarkan hasil Observasi yang peneliti lakukan bahwa rumah yang ditempati oleh Informan Utama semua sudah memiliki sanitasi air yang bersih, kamar mandi yang lengkap dan bentuk rumah yang ditempati ada yang permanen, semi permanen dan ada masih terbuat dari kayu. Berikut hasil wawancara dari salah satu Informan Utama yang sudah mempunyai Tempat tinggal sendiri.
123
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Seperti penuturan Bapak Charles sebagai informan Utama III :
“Bapak sangat bersyukur 2 tahun lalu bapak dapat bedah rumah dari
pemerintah dan rumah yang kami sekrang sudah permanen dengan ukuran
7x10 meter, rumah bapak sebelumnya masih terbuat dari kayu papan dan
itupun sudah mulai busuk dan lapuk, atapnya kemaren sudah mulai bocor.
Rumah bapak yang sekrang ini sudah lengkap punya kamar tidur kamar
mandi dan sanitasi air bersih juga sudah ada. Bapak tidak ada mengeluarkan
biaya untuk bangun rumah kemeren dek hanya saja uang tambahan untuk
upah tukang nya saja”
D. Kesehatan
Menurut UU Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa :
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
124
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
5. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
Berdasarkan hasil Analisis yang peneliti dilakukan kepada Informan Utama bahwa petani kemenyan yang ada di Desa Aekanuli I sangat peduli terhadap kesehatan terlihat dari semua informan telah mengurus Bpjs sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap kesehatannya. Informan juga mengatakan dalam bekerja sebagai petani kemenyan harus dengan fisik yang kuat dan sehat karena dalam proses penyadapan getah kemenyan harus bisa mampu memanjat pohon kemenyan yang tingginya sekitar 12 meter ketas. Banyak dari Petani kemenyan yang masih berumur
60 tahun sudah berhenti bekerja sebagai petani kemenyan karena kondisi tenaga yang tidak mampu lagi memanjat pohon kemenyan. Berdasarkan hasil Analisis kepada
Informan Utama bahwa 2 dari 5 informan Utama menggunakan Bpjs Mandiri dengan iuran perbulannya Rp. 50.000 perbulan sedangkan 3 dari 5 informan Utama lagi menggunakan Bpjs PBI ini tidak mempunyai iuran setiap bulannya atau gratis.
Berikut hasil wawancara dari salah satu Informan Utama yang peduli terhadap kesehatan dan sudah memiliki BPJS.
Seperti penuturan Bapak Nikson sebagai informan Utama IV:
125
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Untuk kesehatan bagi bapak dek itu hal yang paling utama dalam hidup ini,
jika bapak mengalami sakit pastinya pekerjaan bapak juga akan terganggu
otomatis pendapatan untuk keluarga bapak juga tidak ada dek, kami juga
telah mengurus Bpjs mandiri dengan iuran Rp.50.000 perbulannya.Aapabila
ada keluarga yang mengalami sakit pasti langkah yang bapak ambil langsung
membawaknya berobat ke puskesdes atau kerumah sakit, tapi tergantung
seberapa parah sakitnya kalo misalnya hanya sakit biasa mungkin tak perlu
berobat ke dokter hanya minum obat yang dibelik dari warung-warung aja”
E. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Syarat terjadinya interaksi adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Saat bertemunya orang-orang secara badaniah atau jasmani belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok.
Artinya interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Apabila dua orang bertemu, mereka saling menegur, berjabat tangan, saling bicara bahkan berkelahi maka pada saat itu interaksi sosial dimulai.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Apabila 2 orang bertemu interaksi sosial dimulai saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau mungkin saling berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Soekanto dan Sulistyowati (2014).
126
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan hasil Analis yang dilakukan oleh peneliti kepada Informan Utama bahwa seluruh Informan Utama terlibat aktif dalam kegiatan masyarakat yang ada di
Desa Aeknauli I seperti kegiatan pesta Adat, gotong royong, kegiatan acara Gereja.
Informan juga mengatakan bahwa apabila dia membantu dan menolong sesamanya pasti suatu saat nanti dia akan butuh bantuan kepada masyarakat. Apalagi Desa
Aeknauli I belum terlepas dari Adat mulai dari lahir menikah dan sampai meninggal tetap dilakukan Adat.
Interaksi sesama petani kemenyan juga terbentuk pada saat para petani kemenyan pergi ke kedai kopi dan kedai tuak dan biasanya itu terjadi pada saat para petani pulang dari hutan antara jumat dan sabtu mereka selalu meluangkan waktu untuk berjumpa atau berkumpul dengan teman-teman sesama petani kemenyan. Pada saat kumpul bersama dengan teman-teman para petani kemenyan menurut Informan
Utama mereka saling berbagi ceirita tentang pohon kemenyan mereka. Berikut hasil wawancara dari salah satu Informan Utama tentang Interkasi Sosial.
Seperti penuturan Bapak Sahappon sebagai informan Utama I:
“Iya dek, Bapak kalo sudah pulang bekerja dari hutan misalnya pada hari
jumat biasanya pada hari Sabtunya Bapak pergi meluangkan waktu sejam
atau sampai 3 jam ke lapo atau warung kopi untuk markombur istilahnya
dalam bahasa batak bertemu dengan teman-teman bapak dan disanalah
bapak saling berbagi cerita dengan teman-teman bapak yang ada dikampung
ini. Dan sebagai orang batak juga Dek tidak pernah lepas dari yang namanya
pesta adat batak, itulah simbolnya kita sebagai orang batak jadi jika ada
127
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pesta adat dikampung ini dek bapak selalu ikut membantu begitu juga
sebaliknya jika ada pesta Bapak tetangga ataupun teman-teman bapak ikut
membantu Bapa Dek.
5.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan
Kebutuhan-kebutuhan manusia pada sekarang ini semakin banyak jenis dan bentuknya juga semakin meningkat seperti sandang dan pangan, pendidikan, kesehatan. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut maka manusia membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan manusia itu tergantung dari tingkat pendidikan yang dimiliki jika semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik juga akan semakin mudah.
Seperti keadaan di Desa sekarang ini tingkat pendidikan masih sangat-sangat rendah yang membuat orang tinggal di desa susah dalam memenuhi kebutuhannya.
Factor-faktor tersebutlah yang membuat kehidupan sosial ekonomi di desa terasa sangat mengkwatirkan. Factor alam mempengaruhi kehidupan masyarakat petani kemenyan seperti keadaan cuaca, jika pada saat hujan kemenyan tidak bisa panjat untuk menyadap selain itu faktor harga dan juga jumlah getah kemenyan yang dihasilkan ikut mempengaruhi kehidupan masyarakat petani kemenyan. Kemenyan pada penduduk Desa Aeknauli I sebagai matapencaharian pokok dalam pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan, biaya sekolah anak, dan kebutuhan-kebutuahan lainnya. Pekerjaan kemenyan dilakukan secara tradisional dan sangat sederhana, proses perawatan kemenyan juga sangat gampang dan mudah tidak seperti tanaman tanman yang lain yang harus diberikan pupuk, namun perawatan kemenyan ini sangat
128
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sangat berbeda dari tanaman yang lain dia hanya membutuhakan pohon-pohon besar untuk melindunginya.
129
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisi data yang dilakukan oleh peneliti tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan di Desa Aeknauli I Kecamatan
Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendapatan, rata-rata petani kemenyan termasuk ke dalam golongan
menengah. Namun, pendapatan juga didapat dari istri yang bekerja sebagai
petani kopi, sayur, dan petani sawah.
2. Rumah, rata-rata informan utama sudah mempunyai rumah sendiri dan juga
sudah memiliki sanitasi air yang bersih.
3. Kesehatan, bahwa seluruh informan sangat peduli terhadap kesehatannya.
4. Pendidikan, rata-rata pendidikan informan masih tergolong rendah. Namun,
petani kemenyan menganggap pendidikan itu sangat penting, terlihat dari
anak-anak informan tidak ada yang mengalami putus sekolah.
5. Interaksi Sosial, seluruh informan memiliki hubungan baik dengan keluarga
dan masyarakat desa Aeknauli I. Masyarakat Desa Aeknauli I dilibatkan
dalam musyawarah yang bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi.
130
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan di Desa Aeknauli I,
Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Pertanian kemenyan agar lebih di perhatikan oleh pemerintah setempat dan
untuk melindungi dan membudidayakan hutan rakyat para petani kemenyan,
sumber utama mata pecaharian masyarakat di Desa Aeknauli I
2. Pemasaran kemenyan juga hendaknya diperhatikan agar tidak terjadi
ketimpangan harga bagi petani kemenyan sehinggi para petani kemenyan
mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
3. Kepada petani kemenyan di desa Aeknauli I, Kecamatan Pollung, Kabupaten
Humbang Hasundutan, diharapkan untuk selalu menjaga dan melestarikan
budaya yang diwarisakan oleh nenek moyang pada zaman dulu yaitu menjaga
sikap kesopanan dalam bekerja dan melestarikan pohon kemenyan, karena di
Desa Aeknauli I, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan
termasuk penghasil getah kemenyan terbanyak di Indonesia.
131
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abu Haraehah, 2019. Kebijakan Perlindungan Sosial-Teori Aplikasi Dynamic Governance, Bandung: Nuansa Cendikia
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Arif, Satria, 2015, Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia
Bagong, Suyanto. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan Yogyakarta : Pustaka
Budihardjo, Eko. 2005. Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Bandung: Alumni
Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung: Refika Aditama
Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius
Jayusman. 2014 Mengenal Pohon Kemenyan (Styrax spp.) Jakarta: IPB Press.
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Muhammad, Abdurkadir. 2008. Ekonomi Makro. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM
Mustofa, Moh Solehatul. 2005. Kemiskinan Msayarakat Petani Desa Di Jawa Semarang:Universitas Semarang Press
Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. 2011. Sosiologi Pedesaan Jilid I, Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Santrock, John W (Ed). 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Ke-2. Penerjemah Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana
132
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sari, E. Kartika 2007. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta: Grasindo
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Perawatan Keluarga. Surabaya: Graha Ilmu
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan:333 Grasindo Mororatama.
Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: Grasindo Monoratama
Soekanto Soerjono. 2007. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soekanto, Soeryono dan Sulistyowati, Budi, 2014. Sosiologi sebagai Pengantar, Raja Grafindo. Jakarta.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi di lengkapi Metode R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharso, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Widya Karya, Semarang.
Taneko, S. B, 1993. Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta
Waluya, B. 2007. Sosiologi. Bandung: PT. Setia Purna Inves
Sumber Jurnal :
Boni Nestorius Lase. 2017 Tinjauan Sosial Ekonomi Keluarga Penambang Pasir Di Desa Muzoi Kecamatan Lahewa Timur Kabupaten Nias Utara
Chorry Tambunan. 2017 Tinjauan Kondisi Sosial Ekonomi Penarik Becak di Lingkungan Universitas Sumatera Utara
Eka, Nursiyamsih. 2015. Kehidupan Sosial-Ekonomi Petani Dalam Sistem Sewa Adol Oyodan Pada Masyarakat Pedesaan. Semarang
Elisabeth Christina Ambarita. 2015. Modal Sosial Komunitas Petani Kemenyan Dalam Pelestarian Hutan Kemenyan Di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan.
133
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Feri Arif Novan Telaumbanua. 2015. Tinjaun Sosial Ekonomi Nelayan Di Desa Fowa Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunung Sitoli
Izzati, M., Purnaweni, H., Suryaningsih, H. 2012. Persepsi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Rakyat di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang
Kurniawati, A. Ismail, U Muttakin, P 2014 faktor-faktor social ekonomi yang mempengaruhi pendapatan usaha tani kelapa sawit pula swadaya di Desa Kepau Jaya Kabupaten Kampar. Jurnal RAT Vol.3.No. 1 Januari 2014
Lamria Simamora. 2017. Kehidupan Petani Kemenyan Dalam Menjaga Kearifan Lokal Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.
Maftukhah. 2007. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMPN Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/2007. Semarang: Universitas Negeri Semarang. (lib.unnes.ac.id)
Panusunan R.N. 2015 Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Masyarakat.
Sitompul, Manuari. 2011. Kajian Pengelolaan Hutan Kemenyan (Styrax Sp.) di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. Tesis Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor
Suprapto, E. 2010. Hutan Rakyat : Aspek Produksi, Ekologi dan Kelembagaan. Lembaga Aliansi Relawan untuk Penyelamatan Alam. Jogjakarta
Toruan, Dannyard L. 2012 Pengaruh Perdagangan Kemenyan Bagi Kehidupan Sosial ekonomi Masyarakat Parsoburan (1967-1998)
Sumber Online :
134
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BPS. 2018. Jumlah Penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan. (bps.go.id diakses pada tanggal 8 Agustus 2020 pukul 13:20 WIB)
BPS. 2014. Tentang Pendapatan Keluarga. (bps.go.id diakses pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 21:23 WIB)
(diakses pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 22:30 WIB) http://Arifsubarkah.wordpress.com/2020/01/02/Fungsi-kemiskinan Ciri-ciri Manusia Yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan.go.id (diakses pada tanggal 10 Maret 2020 pukul 22:10)
(diakses pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 20:25)
(diakses pada tanggal 12 Agustus 2020 pukul 13:19)
(diakses pada tanggal 12 Agustus 2020 pukul 14:12)
(diakses pada tanggal 12 Agustus 2020 pukul 15: 40)
Sumber Lain:
UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan sosial
UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Lampiran Wawancara Di gunakan untuk membantu penelitian dilapangan dan menggali data-data atau informasi mengenai kehidupan sosial ekonomi petani kemenyan di Desa Aek
Nauli kecamatan Pollung.
PEDOMAN WAWANCARA
135
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Informan utama
Identitas Informan
1. Nama Informan : 2. Usia : 3. Asal : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Agama : 6. Suku : 7. Status Perkawinan :
Pertanyaan wawancara informan utama:
1. Berapa kali bapak bertani dalam seminggu/sebulan? a. Apakah ada lagi dalam keluarga yang memiliki penghasilan selain bapak? b. Apakah bapak memiliki pengahasilan selain dari kemenyan? Jika iya coba bapak jelaskan penghasilannya sumbernya dari mana? 2. Berapa rata-rata penghasilan bapak dari pekerjaan selama seminggu/ sebulan? 3. Apakah penghasilan bapak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan yang lain lain (angsuran BPJS, Pendidikan Anak, Nyicil kendaraan) ? 4. Adakah masalah/kendala yang bapak alami selama bekerja? Kendala tersebut datang dari dalam/luar? berupa apa? Jika dari dalam bagaimana bapak mengatasinya? Jika dari luar bagaimana bapak menanganinya? 5. Sampai tingkat apakah jenjang pendidikan bapak? 6. Berapa orang dari berapa bersaudara anak bapak yang sedang sekolah? 7. Apakah ada anak bapak yang sampai jenjang perguruan tinggi? Kalau tidak apa kendala bapak?
136
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8. Apakah ada anak bapak yang mengalami putus sekolah? Kalau ada mengapa? 9. Bagaimana bapak memandang pentingnya pendidikan bagi anak? Kalau penting, bagaimana bapak mengusahakan pendidikan anak/ Kalau tidak penting, mengapa? 10. Sejak kapan bapak tinggal di daerah ini? 11. Apakah rumah bapak atas kepemilikan sendiri? Jika iya sudah sejak kapan bapak memiliki rumah ? Jika tidak apa yanag bapak usahkan untuk bisa dapatkan rumah? 12. Apakah di rumah terdapat sanitasi air bersih/MCK? Kalau iya, sejak kapan? Kalau tidak, mengapa belum ada? 13. Bagaimana hubungan bapak dengan tetangga dan penduduk desa ini? 14. Apakah hubungan yang terjalin dengan baik turut berkontribusi dalam peningkatan penghasilan? 15. Apakah hubungan yang tidak terjalin dengan baik mempengaruhi pekerjaan bapak? Kalau iya, bagaimana hubungan tersebut mempengaruhi pekerjaan dan penghasilan bapak? 16. Apakah terdapat kerjasama dengan orang atau kelompok dalam pekerjaan bapak? 17. Apakah masih terdapat budaya saling membantu antara bapak dengan penduduk desa? Kalau ada dalam hal apa saja? 18. Apakah bapak hanya menjual kemenyan kepada satu toke aja? Kalo iya cobak bapak jelaskan bagaimana hubungan bapak dengan toke? 19. Apakah Anda memiliki investasi selain uang? 20. Apakah anda bisa menabung dari hasil pendapatan Anda? 21. Sudah berapa lama bapak bekerja menjadi petani kemenyan? 22. Berapa luas lahan kemenyan yang bapak kerjakan? 23. Kesulitan apa saja yang bapak rasakan saat mengambil getah kemenyan atau factor yang mengahambat pekerjaan bapak?
137
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24. Jika boleh tau pak getah kemenyan ini panen ada berapa kali? 25. Apakah bapak mengerjakan lahan kemenyannya sendiri atau meminta bantu orang? 26. Apakah bapak mengetahui kegunaan getah kemenyan? 27. Bagaimana jika bapak atau keluarga sakit? a. Kemanakah dibawak berobat? b. Adakah program kesehatan yang bapak atau keluarga miliki? c. Apakah bapak dan keluarga menggunakan fasilitas dari pemerintah misalnya bila sakit pergi ke puskesmas atau posyandu?
Informan Kunci Kepala Desa
Identitas Informan
1. Nama Informan : 2. Usia : 3. Asal : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Agama : 6. Suku : 7. Status Perkawinan :
Pertanyaan wawancara informan kunci :
1. Bagaimana kondisi geografis Desa Aek Nauli I? 2. Apa saja potensi alam Desa Aek Nauli I? 3. Bagaimana kondisi pertanian Desa Aek Nauli I? 4. Apa sajakah mata pencaharian masyarakat Desa Aek Nauli I? 5. Apa mata pencaharian utama masyarakat Desa Aek Nauli I? 6. Apa yang anda ketahui tentang pertanian kemenyan ini?
138
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7. Pernahkah anda ikut mengerjakan pertanian kemenyan ? Apakah di desa Aek Nauli I ada pertemuan-pertemuan mengenai pengembangan dalam pertanian kemenyan atau hanya masyarakat desa ini sendiri? 8. Bagaimana pandangan anda tentang masyarakat petani kemenyan di desa Aek Nauli I? 9. Menurut pendapat anda apa saja pertanian yang paling banyak dikerjakan oleh masayarakat Desa Aek Nauli dalam pemenuhan kebutuhannya? 10. Bagaimana mekanisme/ cara kerja para petani kemenyan? 11. Apa saja program-program yang ada untuk desa ini? 12. Menurut anda, mengapa petani lebih memilih bertani kemenyan? 13. Bagaimana cara petani menentukan harga kemenyannya mereka? 14. Menurut anda apakah petani kemenyan sanggup memenuhi kebutuhan sehari- hari mereka?
Informan kunci Toke Kemenyan
Identitas Informan
1. Nama Informan : 2. Usia : 3. Asal : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Agama : 6. Suku : 7. Status Perkawinan :
Pertanyaan wawancara informan kunci:
1. Apakah yang anda ketahui tentang petani kemenyan? 2. Sudah berapa lama anda menjadi toke kemenyan?
139
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Selain jadi toke kemenyan apakah anda juga memiliki lahan pertanian kemenyan? 4. Apa sajakah kebutuhan-kebutuhan yang sering di perlukan oleh petani kemenyan pada anda sebagai toke? 5. Apakah anda berniat mempertahankan lahanpertanian kemenyan ? 6. Jika boleh tau harga kemenyan sekarang sudah berapa? 7. Apakah harga itu sudah meningkat atau menurun? 8. Apakah anda tau kemana hasil kemenyan di kirim atau anda sendiri yang mengolahnya? 9. Apakah anda tau cara pemanfaatan getah kemenyan? 10. Apakah anda tau berapa jenis kemenyan ? 11. Apakah kebutuhan-kebutuhan petani kemenyan lebih banyak dipakai untuk kebutuhan pertanian atau untuk kebutuhan-kebutuhan konsumen sehari hari atau untuk kerperluan lain seperti membeli handphone, biaya pendidikan anak? 12. Menurut anda apakah jumlah getah kemenyan sekarang ini semakin banyak atau tidak? Jika tidak apa penyebabnya? 13. Apakah kualitas kemenyan sekarang ini semakin baik atau tidak? Jika tidak apakah anda tau penyebabnya? 14. Apakah anda tau hasil kemenyan ini mampu memenuhi kebutuhan keluarga petani kemenyan? Kalo iya seperti apa coba bapak jelaskan? 15. Jika boleh tau apakah pekerjaan anda hanya toke kemenyan? Informan tambahan Tetangga atau teman dekat Petani kemenyan
Identitas Informan
1. Nama Informan : 2. Usia : 3. Pekerjaan : 4. Asal : 5. Pendidikan Terakhir :
140
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Agama : 7. Suku : 8. Status Perkawinan :
Pertanyaan wawancara informan tambahan :
1. Menurut anda bagaimana Interaksi Sosial petani kemenyan dalam kehidupan sehari-hari?
2. Bagaimana menurut anda apakah petani kemenyan mengalami peningkatan perekonomian ataupun pendapatan nya ? Jelaskan menurut bapak
3. Apakah dalam pengelolaan pertaniannya mengalami kemajuan ataukah mereka tetap mengerjakan pertanian secara tradisional turun temurun?
4. Kira-kira apa wujud perkembangan perekonomian dari gambaran bapak mengenai kehidupan segi perekonomian hasil pertanian kemenyan saudara atau teman dekat ada tersebut?
5. Apakah ada pernah masalah pada kehidupan petani kemenyan di desa teman atau saudara anda?
LAMPIRAN FOTO
Foto pohon Kemenyan dan getah Kemenyan
141
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Getah pohon Kemenyan yang sudah siap untuk di sadap dan menghasilkan getah berjenis Tahir.
Pohon Kemenyan yang belum siap untuk di sadap untuk menghasilkan getah Luakan.
142
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hasil sadapan pohon kemenyan yang berjenis getah Tahir. Warna dari getah ini sedikit gelap.
Hasil sadapan pohon kemenyan berjenis Luakan. Warna dari jenis getah ini lebih terang dari getah Tahir
Getah kemenyan yang dikeringkan di gudang toke.
143
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Foto Informan Utama I
Informan Utama I sedang menyadap pohon kemenyan dengan alat-alat nya yang sederhana yaitu bakul dan agat.
Foto Informan II
Foto bersama dengan Informan II di gubuk atau sopo
144
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Foto Informan III
Foto bersama Informan III yang sedang memanjat pohon kemenyan dengan memakai Tali Polang
145
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Foto Informan Utama IV
Foto bersama dengan Informan Utama IV di Gubuk dan dengan alat-alat sederhana yang dipake untuk menyadap kemenyan
Foto Informan Utama V
Foto bersama dengan Informan Utama V sambil wawancara dibawah pohon kemenyan miliknya.
146
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Foto toke kemenyan
Foto bersama Bapak Aston sebagai Toke Kemenyan
Para petani Kemenyan siap mengatarkan kemenyan kerumah toke untuk dijual dengan mengendarai sepeda motor yang biasa dipakai ke hutan.
Foto Informan Kunci II
Foto wawancara bersama Bapak Amal selaku kepala Desa Aeknauli I
147
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Informan Tambahan
Foto Bersama dengan Informan Tambahan di kedai tempat biasa para petani kemenyan singgah
148
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Foto Rumah Informan Utama
Informan Utama I Informan Utama II
Informan Utama III Informan Utama IV
Informan Utama V
149
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA