i

ii

Buddha Sakyamuni

iii

iv

Guru Padmasambhava

v

WEJANGAN GURUKU – Pendahuluan Maha Ati

Terjemahan Karma Samten

Judul asli (Bahasa Tibet):

༄༄། �ོགས་པ་ཆེན་པོ་�ོང་ཆེན་�ིང་ཏིག་གི་�ོན་�ོའི་ �ིད་ཡིག་�ན་བཟང་�་མའི་ཞལ་�ང ཞེས་�་བ་བ�གས་སོ །། Dzogpa Chenpo Longchen Nyingtik gi Ngondrö Tridyig Kunzang Lamei Zhallung Zhëjawa Zhugso* Karangan: Patrul Rinpoche

Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Karma Samten berdasarkan:

Terjemahan Bahasa Mandarin:

《索達吉堪布仁波切 : 大圓滿前行引導文 – 普賢上師言教 》 Wejangan Guruku yang Sempurna – Pendahuluan Oleh : Khenpo Sodargye Rinpoche Sumber: larong-chuling.org/upload_images/PDF/06.pdf .

478 hlm; 15 x 23 cm ISBN: 978-602-491-084-6

©copyright Heru Widjaja MSc [email protected]

TIDAK UNTUK DIJUAL

* Judul terjemahan Bahasa Inggeris: THE WORDS OF MY PERFECT TEACHER Oleh: Padmakara Translation Group. http://padmasambhavagururinpoche.com/wp- content/uploads/2016/05 Patrul-Rinpoche-Words-Of-My-Perfect-Teacher.pdf. vi

Kata Pengantar

Untuk merealisasi Dzogchen – Maha Ati atau Kesempurnaan Agung –, ajaran tertinggi dari sekte Nyingma, seseorang perlu memiliki dasar untuk latihan tersebut. Ia seharusnya telah menanam dasar yang kuat atas empat perenungan: sulitnya memperoleh tubuh manusia yang berharga, ketidak- kekalan atas segala yang ada, tidak sempurnanya dunia samsara, dan prinsip sebab akibat dari perbuatan, serta menyelesaikan latihan berlindung, purifikasi, pengumpulan pahala dan Guru Yoga.

Dalam tulisannya, pengarang menekankan bahwa bukan untuk latihan tersebut saja. Selama sang praktisi belum melepaskan diri dari ketertarikannya terhadap keduniawian, maka ia tidak berada dalam latihan Dharma apa pun yang sesungguhnya; dan selama ia belum membangkitkan bodhicitta, maka segala latihan yang dijalankannya adalah sia-sia.

Dalam latihan Pendahuluan, atau lazimnya disebut Ngondro ini, keempat perenungan yang bersifat umum di atas diuraikan dengan sangat rinci, disusul dengan panduan latihan dalam Pendahuluan Khusus yang disajikan dengan doa- doa lengkap, yang dengan demikian memberi kemudahan bagi pembaca.

Secara umum dapat dikatakan, dalam menulis buku ini, penulis dengan penuh belas kasih dan dengan wanti-wanti berpesan kepada pembaca agar, ketimbang sibuk dengan aktivitas duniawi yang tidak bermakna, lebih baik melatih Dharma, satu-satunya hal yang dapat membantu kita untuk memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan ini dan selanjutnya. Kita akan terharu akan kata- katanya yang begitu menyentuh, yang diucapkan ibarat seorang ibu yang hanya menginginkan kebahagiaan dan keselamatan bagi anak tunggalnya.

Buku ini diterjemahkan dari teks Bahasa Mandarin hasil terjemahan dari naskah asli Bahasa Tibet oleh Khenpo Sodargye Rinpoche, seorang murid utama Y.M. Jigme Phuntshok yang merupakan salah seorang guru pemegang silsilah Dzogchen Longchen Nyingtik. Kendati terjemahan ke dalam Bahasa Mandarin dari teks Bahasa Inggeris “The Words of My Perfect Teacher” sudah beredar dan sangat populer, mungkin karena alasan tertentu Rinpoche merasa perlu menterjemahkan ulang dari naskah asli Bahasa Tibet-nya. Semoga bermanfaat.

Semoga semua makhluk berbahagia!

Jakarta, Hari Raya Waisak 2563/2019

Karma Samten vii

DAFTAR I S I

Kata Pengantar

CARA YANG BENAR UNTUK MENDENGARKAN 3 INSTRUKSI SPIRITUAL

BAGIAN PERTAMA 21 PENDAHULUAN UMUM ATAU PENDAHULUAN BAGIAN LUAR

Bab 1 Sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah 23 Bab 2 Ketidak-kekalan kehidupan 47 Bab 3 Ketidak-sempurnaan dunia samsara 73 Bab 4 Perbuatan: Prinsip sebab dan akibat 123 Bab 5 Manfaat pembebasan 163 Bab 6 Bagaimana cara mengikuti seorang guru 165

BAGIAN KEDUA 203 PENDAHULUAN KHUSUS ATAU PENDAHULUAN BAGIAN DALAM

Bab 1 Mengambil Perlindungan 205 Bab 2 Membangkitkan bodhicitta 233 Bab 3 Meditasi dan melafal pada guru sebagai Vajrasattva 319 Bab 4 Mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan 345 Bab 5 Guru Yoga 383

BAGIAN KETIGA 439

PHOWA 439

KESIMPULAN 463

Daftar Pustaka 472 ...... viii

Hormat kepada semua Tiga Akar1! Hormat kepada semua Guru mulia pemilik welas asih universal!

Dibimbing dan dicerahkan dengan ajaran Silsilah Batin Sang Penakluk, Silsilah Lambang dari Vidyadhara dan Silsilah Pendengaran Pudgala2, Makhluk-makhluk yang beruntung dapat mencapai manfaat ganda,3 Saya bersujud kepada semua pemegang ketiga silsilah.

Dalam hamparan luas di mana semua fenomena melenyap, Anda merealisasi kebijaksanaan dhamakaya; Dalam cahaya terang kekosongan, Anda melihat pemunculan alam Buddha sambhogakaya; Demi bekerja untuk keuntungan makhluk-hidup, Anda menampakkan diri kepada mereka dalam tubuh nirmanakaya; Saya bersujud kepada Raja Dharma yang Mahatahu .

Dalam kebijaksanaan Anda melihat sifat sejati semua fenomena; Cahaya belas kasih Anda melimpahkan manfaat bagi semua makhluk; Anda yang menjelaskan ajaran tentang jalan yang mendalam dari kendaraan tertinggi, Saya bersujud kepada Vidyadhara Rigdzin Jigme Lingpa.

Anda adalah Avalokiteśvara sendiri dalam bentuk teman spiritual; Siapa pun yang mendengar Anda berbicara, akan dibimbing di jalan menuju kebebasan; Aktivitasmu tidak terbatas untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk; Saya bersujud kepada Guru akar yang mulia.

Tulisan-tulisan dari Mahatahu Longchenpa mencakup seluruh ajaran silsilah; Sari instruksi yang membawa ke Kebuddhaan dalam satu masa kehidupan saja,

1 Tiga Akar: Guru, Yidam, Dakini dan Pelindung Dharma. 2 Pudgala: Individu makhluk yang bertumimbal lahir. 3 Dua manfaat: Memberi manfaat kepada diri sendiri dan kepada makhluk hidup lainnya. 1

Pendahuluan luar yang bersifat umum, dan pendahuluan dalam yang khusus4 sifatnya; Serta ajaran jalan cepat pemindahan dan nasihat tambahannya.

Semoga para Buddha dan para guru memberkati saya, Agar saya dapat menjelaskan dengan pasti sebagaimana saya telah mengingat mereka, Ajaran yang mendalam, namun jelas dan mudah dimengerti, Dari kata-kata yang tepat Guru saya yang sempurna.

.

Catatan yang setia tentang instruksi guru saya yang tiada bandingannya tentang pendahuluan umum luar dan dalam untuk Hamparan Luas Esensi Hati5 dari Kesempurnaan Agung6 dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan luar yang bersifat umum; pendahuluan dalam yang bersifat khusus; dan jalan cepat pemindahan sebagai bagian dari latihan utama.

4 Kata ‘umum’ mengacu pada ajaran atau latihan yang terdapat di semua tradisi atau sekte Buddhis, sedangkan ‘khusus’, ‘unik’, ‘tersendiri’ atau secara harfiah ‘tidak umum’, mengacu pada ajaran atau latihan yang hanya dimiliki oleh tradisi yang bersangkutan. 5 Tib. Longchen Nyingtik. 6 Tib. Dzogchen, Skt. Mahasandhi / Maha Ati. 2

CARA YANG BENAR UNTUK MENDENGARKAN INSTRUKSI SPIRITUAL

Cara yang benar dalam mendengarkan instruksi spiritual meliputi dua aspek: niat yang benar, dan perilaku yang benar.

1. Niat Niat yang benar mencakup sikap bodhicitta, pikiran pencerahan yang luas, dan ketrampilan yang luas dalam cara-cara Mantrayana Rahasia.7

1.1 Niat bodhicitta yang luas

Renungkanlah demikian: Tak ada satu pun makhluk dalam alam samsara, lautan penderitaan yang luas ini, yang sejak waktu tak berawal tidak pernah menjadi ayah atau ibu kita. Ketika mereka menjadi orang tua kita, apa yang dipikirkan oleh makhluk-makhluk ini hanyalah bagaimana membesarkan kita dengan segala kelembutan cinta kasih yang memung- kinkan, melindungi kita dengan kasih sayang yang besar dan memberikan kepada kita bagian yang terbaik dari makanan dan pakaian mereka. Semua makhluk yang sudah begitu sayang kepada kita ini mengi- nginkan kebahagiaan, namun mereka sama sekali tidak mengetahui bagaimana mempraktekkan hal-hal yang akan membawa kebahagiaan, yaitu sepuluh perbuatan positif. Tiada satu pun di antara mereka yang ingin menderita, namun mereka tidak mengetahui bagaimana berhenti melakukan sepuluh perbuatan negatif, yang merupakan akar dari semua penderitaan. Harapan mereka yang paling dalam dan apa yang mereka perbuat sesungguhnya adalah berlawanan satu sama lainnya. Kasihan, mereka tersesat dan kebingungan, seperti orang buta yang ditinggalkan di tengah-tengah dataran yang luas! Katakanlah kepada diri anda: “Demi membuat mereka menjadi bahagialah maka saya mendengarkan dan berlatih Dharma yang dalam ini. Saya akan membimbing makhluk-makhluk ini, yaitu orangtua-orangtua saya yang menderita dalam enam alam kelahiran ini untuk mencapai

7 Skt. Tantrayana. 3

tingkat kebuddhaan yang tertinggi, membebaskan mereka dari semua fenomena karma, pola yang merupakan kebiasaan dan penderitaan dalam setiap alam kelahiran ini.” Adalah sangat penting untuk memiliki niat yang demikian setiap kali anda mendengarkan atau berlatih. Bilamana anda melakukan suatu hal yang positif, yang penting ataupun yang tidak penting, adalah sangat perlu untuk meningkatkan perbuatan tersebut dengan tiga metoda yang agung: Sebelum mulai melakukannya, bangkitkan bodhichitta sebagai alat yang canggih untuk meyakinkan perbuatan itu menjadi suatu sumber yang baik untuk masa depan; pada waktu melakukan perbuatan tersebut, hindarkan terlibat dalam pemuncul- an gagasan, sehingga pahala perbuatan itu tidak akan dapat dilenyapkan oleh kondisi tertentu; selesai melakukan perbuatan tersebut, kuncilah perbuatan tersebut dengan sempurna dengan mendedikasikan pahala kebajikan, yang akan meyakinkan bahwa ia akan terus berkembang. Begitu pula tentang hal mendengarkan Dharma. Cara anda mende- ngarkan Dharma adalah sangat penting. Namun lebih penting lagi adalah niat sewaktu anda mendengarkannya. Sebagaimana dikatakan oleh Harta Karun Pahala Kebajikan8:

Apakah yang membuat suatu perbuatan baik atau buruk? Bukanlah bagaimana tampaknya, ataupun besar kecilnya, Namun adalah niat yang baik ataupun yang buruk di belakang perbuatan tersebut.

Berapa pun banyaknya ajaran yang telah anda dengar, kalau itu dimotivasi dengan hal-hal duniawi, seperti keinginan untuk menjadi mulia, menjadi termasyhur atau lainnya, – adalah bukan jalan Dharma yang benar. Oleh sebab itu, pertama-tama adalah sangat penting untuk melihat ke dalam diri sendiri dan mengubah niat anda. Jika anda dapat membetulkan niat anda, maka sarana yang trampil akan menembus ke dalam perbuatan positif anda, dan anda akan menjalani jalan seorang makhluk yang besar. Jika anda tidak dapat berbuat demikian, maka mungkin anda akan berpikir anda mempelajari dan berlatih Dharma, namun itu tidak lebih dari sesuatu yang mirip dengan hal yang sebenarnya. Oleh karena itu, waktu anda mendengarkan ajaran dan waktu anda melatihnya, misalnya saja meditasi terhadap deity, melakukan namaskara, berjalan mengitari objek suci atau

8 Tib. Yönten Dzö.་ 4

membaca mantra, – meskipun hanya sepatah mantra inti Avalokitesvara, adalah sangat penting untuk melakukannya dengan bodhicitta.

1.2 Ketrampilan yang luas dalam sarana: Niat Mantrayana Rahasia

Suluh Tiga Metoda9 mengatakan bahwa Mantrayana Rahasia:

Memiliki tujuan yang sama namun bebas dari semua kebingungan, Kaya akan metoda dan tanpa kesulitan, Diperuntukkan bagi mereka yang berkemampuan tinggi, Kendaraan Mantra itu agung.

Mantrayana dapat dimasuki dari banyak jalan. Ia memiliki banyak metoda untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan, dan sarana trampil yang mendalam untuk membuat potensi dalam diri kita menjadi tampak tanpa harus mengalami latihan pertapaan yang ekstrim. Dasar dari metoda-metoda ini adalah dengan mengandalkan transformasi niat dan pikiran.

Segala fenomena tergantung pada kondisi; Dan segala kondisi tergantung pada niat dan pikiran seseorang.

Janganlah berpikir tempat Dharma dibabarkan, guru dan ajarannya adalah biasa saja dan tidak murni. Pada waktu anda mendengarkan, bayangkanlah lima kesempurnaan dalam hati anda:

Bayangkan bahwa tempatnya yang sempurna adalah benteng yang maha luas, disebut Akanistha, “yang tak tertandingi”; guru yang sempurna adalah dharmakaya Samantabhadra; persamuhan yang sempurna terdiri dari sifat hakiki batin para daka dan dakini dan deity-deity dari silsilah batin Sang Penakluk dan silsilah simbol Vidyadhara. Atau anda dapat berpikir bahwa tempat pembabaran Dharma adalah Istana Cahaya Teratai pada Gunung Warna Tembaga nan Jaya; 10 sedangkan guru yang mengajar adalah Padmasambhava dari Uddiyana;

9 Skt. Nayatraya-pradipa, suatu sastra yang dikarang oleh Tripitakamala. 10 Alam suci Guru Padmasambhava. 5

dan kita, pendengarnya, adalah Delapan Vidyadhara,11 Dua Puluh Lima Murid12, dan sifat hakiki batin para daka dan dakini. Atau bayangkan bahwa tempat yang sempurna itu adalah Alam Buddha Timur, Kegembiraan yang Jelas, di mana guru yang sempurna Vajrasattva dalam bentuk sambhogakaya, sedang memberikan ajaran kepada persa- muhan agung deity-deity Keluarga Vajra dan sifat hakiki batin para daka dan dakini. Bisa juga kita bayangkan tempat yang sempurna di mana Dharma diajarkan itu adalah Alam Buddha Barat, Sukhavati; guru yang sempurna adalah Amitabha, dan pendengarnya adalah sifat hakiki batin daka dan dakini, dan deity-deity dari Keluarga Teratai. Apa pun halnya, ajarannya adalah ajaran Mahayana dan waktunya adalah roda keabadian yang selalu berputar.13 Visualisasi ini membantu kita untuk mengerti bagaimana barang-barang dalam keadaan murni, bukannya kita menciptakan sesuatu untuk sementa- ra yang tidak sungguh-sungguh murni. Mengapa hal-hal tersebut di atas disebut murni? Alasannya: Guru merupakan esensi Buddha yang mencakup tiga masa. Beliau adalah gabungan dari Tri Ratna: badannya adalah Sangha, ucapannya adalah Dharma, dan pikirannya adalah Buddha. Beliau merupakan gabungan dari tiga akar: badannya adalah guru, ucapannya adalah yidam, sedangkan pikirannya adalah dakini. Ia merupakan gabungan dari tiga tubuh: badannya adalah nirmanakaya, ucapannya adalah sambhogakaya, dan pikirannya adalah dharmakaya. Ia adalah penjelmaan dari semua Buddha dari masa lampau, sumber Buddha masa yang akan datang, dan wakil untuk Buddha masa kini. Karena ia menerima murid yang hidup pada masa kemerosotan seperti kita, yang mana tidak satu pun dari seribu

11 8 Vidyadhara: Manjusrimitra, Nagarjuna, Hungkara, Vimalamitra, Prabhahasti, Dhana Sanskrita, Shantim Garbha, dan Guhyachandra. 12 Padmasambhava menyebarkan ajaran Vajrayana ke Tibet atas undangan raja Trisong Detsen. 25 murid yang meraih pencapaian adalah: 1. Namkhé Nyingpo, 2. Nupchen Sangyé Yeshé, 3. Gyalwa Chokyang, 4. Khandro Yeshé Tshogyal, 5. Palgyi Yeshé, 6. Langchen Palgyi Sengé, 7. Vairotsana, 8. Nyak Jñanakumara, 9. Gyalmo Yudra Nyingpo, 10. Nanam Dorje Dudjom, 11. Yeshé Yang, 12. Sokpo Lhapal, 13. Nanam Shyang Yeshé Dé, 14. Kharchen Palgyi Wangchuk, 15. Denma Tsémang, 16. Kawa Paltsek, 17. Shüpu Palgyi Sengé, 18. Dré Gyalwé Lodrö, 19. Drokben Khye'u Chung Lotsawa, 20. Otren Palgyi Wangchuk, 21. Ma Rinchen Chok, 22. Lhalung Palgyi Dorje, 23. Langdro Könchok Jungné, 24. Lasum Gyalwa Changchup, dan 25. Drenpa Namkha. 13 Istilah khusus Tantra yang berarti permanen dan tidak berubah. 6

Buddha pada Kalpa Bhadra14 bisa membantu kita, belas kasih dan berkah- nya melebihi belas kasih dan berkah semua Buddha.

Guru itu Buddha, guru itu Dharma, Guru itu Sangha juga. Guru adalah seseorang yang mencapai segala sesuatu. Guru adalah Vajradhara nan Agung.

Sebagai persamuhan yang berkumpul bersama untuk mendengarkan ajaran, kita memiliki Tathagatagarbha, juga tubuh manusia yang berharga, keadaan lingkungan di mana kita mempunyai seorang teman spiritual dan mengikuti nasihatnya. Oleh karena itu kita adalah Buddha pada masa yang akan datang. Sebagaimana disebutkan dalam Hevajra Tantra:

Semua makhluk hidup adalah Buddha, Hanya saja tertutup oleh kekotoran batin, Ketika noda mereka dimurnikan, maka sifat Buddha akan muncul.

2. PERILAKU

Perilaku yang benar waktu mendengarkan ajaran dijelaskan dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

2.1 Hal-hal yang harus dihindari

Perilaku yang harus dihindari meliputi tiga jenis cacat pada sebuah pot, enam noda dan lima cara mengingat yang salah.

Tiga jenis cacat pada sebuah pot

Tidak mendengarkan adalah ibarat sebuah pot yang terbalik. Tidak dapat mempertahankan atau mengingat apa yang telah diajarkan adalah seperti sebuah pot yang berlubang. Mendengarkan ajaran dengan men- campurkan emosi negatif anda adalah seperti sebuah pot yang mengan- dung racun. Pot yang terbalik. Ketika anda mendengarkan ajaran, dengarkanlah apa yang dikatakan dan jangan biarkan pikiran anda dialihkan oleh hal-hal lain. Kalau tidak, maka anda seperti sebuah pot yang terbalik di mana cairan

14 Kalpa Baik atau Kalpa Keberuntungan. 7

dituangkan. Meski secara fisik anda hadir, namun anda tidak mendengar sepatah kata pun tentang ajaran tersebut. Pot yang bocor. Jika anda mendengar tanpa mengingat apa yang anda dengar atau anda pahami, anda seperti sebuah pot yang berlubang: berapapun cairan yang dituang ke dalamnya, tidak ada yang tertinggal. Berapapun banyaknya ajaran yang telah anda dengar, anda tidak dapat mencernakannya dan melatihnya. Pot yang mengandung racun. Jika anda mendengarkan ajaran dengan niat yang salah, misalnya dengan keinginan untuk menjadi hebat atau terkenal, atau dengan pikiran penuh dengan kelima macam racun, bukan saja Dharma tidak sanggup membantu pikiran anda; ia juga akan menjadi sesuatu yang sama sekali bukan Dharma, sama halnya dengan nektar yang dituang ke dalam pot yang mengandung racun. Itulah sebabnya pertapa India Padampa Sangye15 berkata:

Dengarkan ajaran seperti seekor rusa mendengarkan musik; Pikirkan mereka seperti seorang suku pengembara utara yang mencukur bulu dombanya; Renungkan mereka seperti orang bisu yang sedang menikmati makanan; Dan berlatihlah seperti seekor yak lapar yang sedang makan rumput; Capailah hasilnya seperti matahari yang muncul dari balik awan.

Ketika anda mendengarkan ajaran, anda seharusnya seperti seekor rusa yang begitu terpesona oleh suara vina, 16 sehingga ia tidak mengetahui adanya pemburu tersembunyi yang siap menembakkan panah beracun. Rangkapkan kedua belah telapak tangan anda dan dengarkan. Setiap lubang pori-pori anda akan merinding dan mata anda akan basah dengan air mata. Janganlah biarkan pikiran lain menghalanginya. Tidak baik mendengarkan hanya dengan kehadiran secara fisik saja, sedangkan hati anda berkelana mengikuti pikiran, mulut anda melepaskan segudang gosip, mengatakan apa saja yang anda suka sambil menengok ke kiri dan ke kanan. Ketika anda mendengarkan ajaran, anda harus berhenti membaca mantra dan berdoa, atau kegiatan baik lainnya yang mungkin sedang anda lakukan.

15 Padampa Sangye: Lahir di India Selatan, pernah berguru kepada Padmasambhava dan Nagarjuna dan mencapai kedua macam siddhi. Hidup selama 571 tahun, pada masa akhir hidupnya ia menyebarkan Dharma ke Tibet. 16 Sejenis alat musik bersenar tujuh. 8

Sesudah anda mendengarkan suatu ajaran dengan benar dengan cara demikian, adalah penting untuk mengingat arti apa yang dikatakan dan tidak pernah melupakannya, serta melaksanakannya secara berkelanjutan. Sebab, sebagaimana kata Muni Agung17 sendiri:

Saya telah menunjukkan cara kepada anda Yang membawa ke pembebasan; Namun anda harus memahaminya. Pembebasan tergantung pada anda sendiri.

Guru memberikan instruksi kepada murid tentang bagaimana mende- ngarkan Dharma dan bagaimana mempergunakannya, bagaimana menghentikan perbuatan negatif, bagaimana melakukan perbuatan yang positif, dan bagaimana berlatih. Oleh sebab itu, sang murid seyogianya mengingat instruksi tersebut dengan tidak melupakan sedikit pun, melatih- nya dan merealisasikannya. Mendengarkan Dharma saja mungkin merupakan keuntungan tersen- diri. Namun, kecuali anda ingat akan apa yang anda dengar, anda tidak akan mendapatkan pengetahuan sedikit pun tentang kata-kata tersebut dan makna dari ajaran. Jadi sama saja dengan tidak pernah mendengar sama sekali. Jika anda dapat mengingat ajaran, namun mencampurkannya dengan emosi negatif anda, maka ajaran tersebut tidak pernah akan menjadi Dharma yang murni. Sebagaimana Dagpo Rinpoche18 yang tiada ban- dingannya berkata:

Kecuali anda menjalankan Dharma sesuai dengan Dharma, Dharma itu sendiri akan menjadi sebab kelahiran di alam rendah.

Hindarkan diri anda dari pikiran salah apa saja tentang sang guru dan Dharma. Janganlah mengeritik atau membanggakan diri di antara teman- teman sedharma atau teman lainnya, bebaskan diri anda dari kesombongan dan pandangan meremehkan, tinggalkan semua pikiran buruk, karena hal- hal ini semua akan menyebabkan kelahiran di alam rendah.

Enam Noda

17 Muni: Orang suci, pertapa. Di sini merujuk pada Buddha Sakyamuni. 18 Dakpo Lhaje - Sonam Rinchen (1079-1153), lebih dikenal dengan nama Gampopa, murid dan penerus Milarepa. Pengarang “Rangkaian Permata Jalan Pembebasan”. 9

Dalam Nalar yang Dijelaskan Dengan Baik19, ada kata-kata demikian:

Kesombongan, kurang keyakinan dan tidak beminat terhadap Dharma, Gangguan luar, ketegangan batin dan kebosanan; Merupakan enam noda.

Hindarilah enam hal ini: dengan sombong menganggap anda lebih hebat dari guru yang sedang membabarkan Dharma, tidak mempercayai guru dan ajarannya, tidak mengharapkan ajaran, menjadi terganggu oleh kejadian-kejadian di luar diri sendiri, terlalu memfokus pada hal-hal tertentu, dan menjadi bosan, misalnya, kalau suatu ajaran sangat panjang. Dari semua emosi negatif, kesombongan dan iri hati adalah yang paling sulit untuk dikenal. Oleh karena itu, periksalah diri anda dengan teliti. Sedikit saja ada perasaaan bahwa anda memiliki kualitas yang khusus ini, apakah itu bersifat duniawi atau spiritual, akan membuat anda buta akan kesalahan anda dan tidak menyadari kelebihan atau kualitas yang baik dari orang lain. Oleh karena itu, hindarilah kesombongan dan selalu mengam- bil posisi yang rendah. Jika anda tidak mempunyai keyakinan, maka jalan masuk ke Dharma akan tertutup. Dari keempat jenis keyakinan,20 arahkan ke keyakinan yang tak dapat diubah. Minat anda terhadap Dharma adalah dasar dari apa yang akan anda capai. Oleh karena itu, tergantung apakah tingkat minat anda itu sangat dalam, sedang ataupun kurang, anda akan menjadi praktisi yang unggul, sedang atau yang rendah. Dan jika anda sama sekali tidak tertarik akan Dharma, tidak akan ada hasil sama sekali. Sebagaimana yang dikatakan peribahasa:

Dharma bukanlah milik siapa-siapa. Ia milik siapa saja yang paling menyukainya.

Buddha sendiri mendapatkan ajaran sesudah mengalami ratusan kesu- karan. Hanya untuk memperoleh suatu syair empat baris saja, ia menggali dagingnya sendiri untuk tempat persembahan pelita, mengisinya dengan

19 Vyakhya-yukti, nama sastra karangan Vasubandhu. 20 Yaitu keyakinan yang spontan, keyakinan yang penuh pengharapan, keyakinan yang dalam, dan keyakinan yang tak dapat diubah. 10

minyak dan menempatkan ke dalamnya ribuan sumbu yang menyala. Ia meloncat ke dalam lubang galian yang berapi, dan memakukan ribuan paku ke dalam tubuhnya. Sungguh dapat dikatakan:

Melewati gunung pedang dan lautan api, Mempertaruhkan jiwa demi mencari Dharma.

Oleh karena itu dengarkanlah ajaran dengan usaha yang keras. Lupakan panas, dinginnya cuaca atau kesulitan lainnya. Kecenderungan kesadaran yang asyik dengan objek enam indera adalah akar dari semua halusinasi samsara dan sumber dari semua penderitaan. Itulah sebabnya ngengat mati dalam nyala api, karena kesadaran visualnya tertarik pada bentuk; rusa mati dibunuh oleh pemburu, karena pendengar- annya tertarik pada bunyi; dan lebah ditelan oleh tumbuh-tumbuhan pemakan serangga, karena terpukau oleh bau; ikan tertangkap dengan umpan, karena indera pengecap mereka terpikat rasa; sedangkan gajah tenggelam dalam rawa, karena mereka menyukai perasaan fisik dari lumpur. Oleh karena itu, ketika anda mendengarkan Dharma, sedang bermeditasi atau sedang melatih diri, ataupun ketika sedang memberikan ajaran, adalah penting untuk tidak mengikuti kebiasaan waktu lampau, tidak melamun tentang masa depan, dan tidak membiarkan pikiran anda sekarang terganggu dengan apa pun yang ada di sekeliling anda. Sebagai- mana dikatakan oleh Gyalse Rinpoche21:

Kegembiraan dan kesusahan anda di masa lampau seperti lukisan di air; Tidak ada jejak yang tertinggal. Janganlah mengejar mereka! Namun, andai hal itu terlintas dalam pikiran anda, pikirkan bagaima- na sukses dan kegagalan datang dan pergi. Apakah ada sasaran lain selain Dharma, hai pelafal mantra mani?22

Rencana dan proyek hari depan anda adalah seperti jala yang dilem- parkan ke palung sungai yang kering: Mereka tidak akan pernah membawa apa pun seperti yang anda inginkan. Batasilah keinginan dan cita-cita anda!

21 Gyalse Rinpoche (1295-1369), nama lengkap Ngulchu Thogme Chenpo, adalah emanasi dari Bodhisattva Avalokitesvara. 22 Merujuk pada orang-orang Tibet biasa, yang sifat khasnya memiliki keyakinan pada Dharma dan melafal mantra yang terkenal Om mani peme hung. 11

Namun, andai hal itu terlintas dalam pikiran anda, pikirkanlah bagaimana hal itu sangatlah tidak menentu ketika anda meninggal; Apakah anda mempunyai waktu untuk sesuatu selain Dharma, hai pelafal mantra mani?

Pekerjaan anda sekarang seperti suatu mata pencaharian dalam mimpi; Karena semua usaha adalah tidak ada artinya, tinggalkanlah. Pikirkanlah, meski penghasilan anda yang jujur tanpa keterikatan, Kesibukan itu tak bermakna, hai pelafal mantra mani!

Antara sesi meditasi, belajarlah untuk mengendalikan semua pikiran yang muncul dari ketiga racun dengan cara demikian; Sampai semua pikiran dan persepsi timbul sebagai dharmakaya, Ini sangat penting, – ingatlah hal itu ketika anda membutuhkannya, Janganlah biarkan pikiran yang tertipu mengelana, hai pelafal mantra mani!

Dan dikatakan juga:

Janganlah melamun tentang masa depan. Jika anda berbuat demikian, anda sama seperti ayah Bulan Terkenal!

Ini merujuk pada cerita seorang miskin yang kebetulan menemukan setumpuk besar barli.23 Ia memasukkannya ke dalam sebuah karung yang besar, mengikatnya pada balok penyangga atap rumah, kemudian berba- ring di bawahnya dan mulai melamun. "Barli ini akan membuat saya menjadi sangat kaya", pikirnya. "Begitu saya menjadi kaya, saya akan menikah.... dan ia pasti akan melahirkan seorang anak laki-laki…. Apakah nama yang akan saya berikan padanya?" Tepat pada waktu itu, rembulan muncul dan ia memutuskan untuk menamai anaknya Bulan Terkenal. Namun pada waktu yang bersamaan, seekor tikus mengigit tali tempat karung tersebut digantung. Tali itu tiba- tiba putus, karung barli tersebut jatuh dan ia mati terbunuh. Mengangan-angan hal-hal di masa lampau atau masa yang akan datang seperti ini tidak akan membawa hasil dan hanya membawa keresahan. Hentikanlah sama sekali. Bersikap waspada dan dengarkan dengan cermat dan penuh perhatian.

23 Sejenis gandum untuk membuat bir. 12

Janganlah terlalu memusatkan perhatian anda dengan memperhatikan setiap perkataan dan poin, seperti beruang dremo yang menggali marmot – setiap kali anda menangkap satu poin, anda lupa akan poin sebelumnya, dan tidak mengerti keseluruhan. Konsentrasi yang terlalu penuh juga akan membuat anda mengantuk. Jadi, jagalah keseimbangan antara tegang dan santai. Suatu waktu di masa lalu, Ananda mengajar Srona bermeditasi. Srona sangat kesulitan untuk bermeditasi dengan benar. Kadang ia terlalu tegang, kadang terlalu santai. Srona minta petunjuk pada Buddha, dan Buddha bertanya: "Ketika anda belum menjadi bhiksu, anda adalah pemain vina yang baik, bukan? " " Ya, saya dapat memainkannya dengan baik sekali” "Apakah vina akan mengeluarkan suara yang merdu ketika senarnya terlalu kendor atau terlalu kencang?” "Suaranya paling bagus ketika senar tidak terlalu kencang atau tidak terlalu kendor” "Sama halnya dengan pikiran anda,” kata Buddha; dan dengan ber- meditasi sesuai dengan nasihat tersebut, Srona mencapai tujuannya.

Machik Labdrön24 berkata:

Konsentrasi penuh namun santai: Inilah poin yang paling penting untuk Pandangan.

Janganlah biarkan pikiran anda terlalu tegang atau terlalu terpusat ke dalam. Demikian juga, jangan biarkan pikiran mengelana dengan tak terkendali. Biarkan indera anda santai secara alami, seimbang antara tegang dan rileks. Janganlah merasa jemu mendengarkan ajaran. Jangan pula merasa tidak betah karena lapar atau haus ketika mendengarkan ajaran yang panjang, atau ketika anda harus menahan ketidak-nyamanan yang disebabkan angin, sinar matahari, hujan dan sebagainya. Bergembiralah karena anda sekarang memiliki kebebasan dan berkah kehidupan manusia, dan bertemu dengan guru yang sejati, sehingga anda dapat mendengarkan instruksinya yang dalam.

24 Machik Labdron (1031-1129), seorang yogini Tibet yang terkenal. Sesudah mencapai realisasi dengan kitab-kitab prajna, kemudian berguru kepada Padampa Sangye dan mendirikan sekte Cho (Lihat halaman 368). 13

Kenyataan bahwa anda pada saat ini mendengarkan ajaran Dharma yang dalam adalah buah dari pahala yang anda kumpulkan selama kalpa yang tak terhitung banyaknya, seperti sedang bersantap pada waktu anda hanya berkesempatan makan sekali sesudah beratus-ratus kali waktu makan dalam hidup anda. Oleh karena itu, pastikan anda mendengarkan dengan gembira, berjanji untuk menahan panas, dingin dan cobaan lain dan kesulitan yang mungkin timbul untuk mendapatkan ajaran tersebut.

Lima Cara Mengingat yang Salah

Hindarkan mengingat katanya tetapi melupakan artinya, Atau mengingat artinya tetapi melupakan katanya. Hindarkan mengingat dengan tanpa mengerti artinya, Mengingatnya dengan urutan yang tidak benar, atau mengingatnya dengan arti yang salah.

Mengingat kata tetapi melupakan artinya: Janganlah menyelipkan arti yang tidak semestinya dengan suatu frase yang indah tanpa membuat suatu usaha untuk menganalisa arti yang mendalam dari kata tersebut, seperti anak kecil yang mengumpulkan bunga. Hanya kata-kata saja tidak ada manfaatnya untuk hati kita. Mengingat arti tetapi melupakan katanya: Di lain pihak, janganlah menganggap susunan kata-kata tidak begitu penting, meremehkannya dengan hanya mengingat artinya yang dalam. Karena meski anda mengingat artinya yang dalam, anda tidak akan mempunyai sarana untuk mengungkapkannya. Kata dan arti sudah kehilangan hubungan mereka. Mengingat tanpa mengerti artinya: Jika anda mengingat ajaran tanpa mengindentifikasi perbedaan tingkatnya – arti untuk kemudahan pemahaman, arti sesungguhnya dan arti yang tidak langsung – anda akan bingung apa yang dimaksud dengan kata-kata tersebut. Hal ini akan menuntun anda menjauhi Dharma yang sejati. Mengingat dengan tidak sesuai urutan: Jika anda mengingatnya dengan tidak sesuai urutannya, anda akan mencampur aduk susunan yang sempurna dari ajaran tersebut, sehingga setiap kali anda mendengarkannya, menerangkannya, atau bermeditasi tentang hal tersebut, maka kebingungan akan meningkat berlipat ganda. Mengingat secara salah: Jika anda mengingat secara salah apa yang dikatakan, maka ide-ide yang keliru akan bertambah dengan cepat. Ini akan merusak batin anda dan merendahkan Dharma.

14

Hindarilah semua kesalahan ini dan ingatlah semuanya – kata-kata, arti dan urutan ajaran – dengan tiada kesalahan. Berapa pun panjang dan sulitnya ajaran tersebut, janganlah patah semangat dan beranggapan bahwa pembabaran tersebut tidak pernah akan selesai. Bertekunlah. Begitu juga, berapa pun singkat dan sederhana, janganlah meremehkannya hanya karena hal itu merupakan hal yang dasar saja.

2.2 Hal-hal yang harus dilakukan

Sikap yang harus diambil ketika mendengarkan ajaran diterangkan de- ngan empat kiasan, enam kesempurnaan transenden dan jenis lain dari sikap tersebut.

Empat Kiasan

Âvataṃsaka-sūtra mengatakan:

Anda yang mulia, anda harus berpikir bahwa anda sendiri adalah seseorang yang sedang sakit, Dan Dharma adalah obatnya, Teman spiritual sebagai dokter yang ahli, Dan latihan yang rajin adalah jalan untuk kesembuhan.

Kita sakit. Sejak waktu yang tidak berawal, dalam lautan penderitaan samsara yang maha luas ini, kita telah disiksa dengan berbagai penyakit yang timbul dari ketiga racun dan buahnya, ketiga macam penderitaan. Ketika orang sakit parah, mereka pergi ke dokter. Mereka mengikuti anjuran dokter dan minum obat yang diberikan, serta melakukan apa pun supaya mereka sembuh. Dengan cara yang sama, anda harus menyembuh- kan anda sendiri dari penyakit karma, emosi negatif dan penderitaan, dengan mengikuti resep yang diberikan oleh dokter yang berpengalaman tersebut, guru yang otentik, dan dengan meminum obat Dharma. Sebaliknya, mengikuti guru namun tidak berbuat sesuai dengan apa yang dikatakannya, maka guru tidak dapat memberi manfaat apa-apa kepada muridnya. Ini adalah sama dengan tidak mengikuti nasihat dokter, sehingga ia tidak berkesempatan untuk menyembuhkan sakit anda. Tidak minum obat Dharma – maksudnya, tidak melatihnya – sama saja dengan memiliki begitu banyak obat dan resep di samping tempat tidur anda,

15

namun anda sama sekali tidak menyentuhnya. Cara yang demikian tidak akan pernah menyembuhkan penyakit anda. Sekarang ini orang-orang sangat optimis. “Lama, lihatlah saya dengan belas kasih!’ sambil berpikir meski mereka sudah berbuat hal-hal yang sangat buruk, mereka tidak akan pernah memikul akibatnya. Mereka menganggap bahwa guru, dengan belas kasihnya, akan melambungkan mereka ke surga seperti halnya melemparkan sebuah batu kerikil. Tetapi, ketika kita berbicara tentang guru yang berbelas kasih kepada kita, apa yang dimaksud sesungguhnya adalah bahwa ia menerima kita sebagai muridnya dengan penuh kasih sayang, dan memberikan kepada kita instruksi yang dalam, membuka mata kita terhadap apa yang harus kita perbuat dan apa yang tidak boleh kita lakukan, serta menunjukkan kepada kita jalan pembebasan yang diajarkan oleh Sang Penakluk. Apa ada belas kasih lain sebesar belas kasih demikian? Adalah tergantung kepada kita apakah kita akan memanfaatkan belas kasih ini dan secara nyata menekuni jalan pembebasan. Sekarang, kita memiliki kelahiran sebagai manusia bebas dan ter- karunia. Sekarang kita tahu apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan, keputusan kita pada saat ini, ketika kita memiliki kebebasan untuk memilih, akan menjadi saat yang menentukan nasib kita, untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk, jauh ke masa depan. Adalah teramat penting kita memilih antara samsara dan nirvana untuk terakhir kalinya dan melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh guru kita. Orang-orang yang melakukan upacara pemakaman mengatakan kepada anda bahwa anda masih memiliki kesempatan untuk ke atas atau ke bawah ketika anda sudah mati tergeletak di ranjang mati anda, sama sepertinya anda sedang mengemudikan seekor kuda dengan kendalinya. Namun, pada saat itu, kecuali kalau anda telah menguasai jalan menuju pembebasan, angin dahsyat dari perbuatan anda di masa lampau akan mengejar anda, sedangkan di depan anda, kegelapan yang mengerikan menyerbu anda ketika anda dengan tak berdaya dibawa ke dalam alam bardo yang panjang dan berbahaya. Tidak terhitung banyaknya algojo- algojo Raja Yama mengejar anda sambil berteriak-teriak: “Bunuh! Bunuh! Pukul! Pukul!” Mana mungkin pada saat itu – ketika tidak ada tempat untuk berlari dan bersembunyi, tidak ada perlindungan dan tidak ada harapan, ketika anda putus asa dan tidak tahu apa yang dapat anda lakukan – mana mungkin saat itu adalah saat yang dapat anda kendalikan untuk naik atau turun? Seperti yang dikatakan oleh Dari Uddiyana Yang Agung:

16

Ketika penguatan diberikan kepada kartu yang bertuliskan nama anda, terlambat sudah! Kesadaran anda, yang sudah mengelana dalam alam bardo seperti seekor anjing gila, akan sangat sulit untuk memikirkan alam yang lebih tinggi.

Kenyataannya, apa yang disebut saat yang menentukan, atau saat satu- satunya di mana anda benar-benar dapat mengatur untuk naik atau turun, seperti anda sedang mengendalikan kuda dengan memegang tali kendali, adalah sekarang, ketika anda masih hidup. Sebagai seorang manusia, tindakan positif anda lebih kuat dari tin- dakan makhluk kelima alam lainnya. Pada satu pihak ia akan memberi kesempatan kepada anda disini dan sekarang dalam kehidupan pada saat ini untuk “menyingkirkan tengkorak” untuk selama-lamanya.25 Di lain pihak, perbuatan negatif anda juga lebih kuat dari tindakan makhluk kelima alam lainnya, sehingga anda akan yakin juga, bahwa anda tidak akan terlepas dari alam rendah. Karena anda sudah menemukan seorang guru, seorang dokter yang ahli, dan Dharma, obat yang mujarab untuk menaklukkan kematian, inilah saatnya untuk mengaplikasikan empat kiasan tersebut. Laksanakan apa yang telah anda dengar, dan tempuhlah jalan menuju pembebasan. Harta Karun Pahala Kebajikan menggambarkan empat hal salah yang harus dihindari, yang merupakan kebalikan dari empat kiasan yang disebut di atas:

Orang yang picik dan sifat dasarnya jahat, Mendekati guru seperti mendekati rusa kesturi; Sesudah menyadap minyak harumnya, Dharma yang sempurna, Dengan penuh kegembiraan, mereka mencemoohkan samaya.

Orang-orang ini berperilaku seolah-olah guru mereka adalah rusa kesturi, dan Dharma itulah minyak harumnya. Mereka adalah pemburu, dan berlatih dengan tekun cara membunuh rusa dengan anak panah atau perangkap. Mereka tidak berlatih ajaran yang telah mereka terima dan tidak berterima kasih kepada guru. Mereka memakai Dharma untuk mengumpulkan perbuatan yang buruk, mengikat leher mereka dengan batu gerinda yang akhirnya membawa mereka ke alam yang lebih rendah.

25 Maksudnya menyingkirkan badan seseorang, dengan pengertian membebaskan dirinya sendiri dari kelahiran yang akan datang. 17

Enam Kesempurnaan Transenden26

Dalam Tantra Pemahaman Menyeluruh dari Instruksi Latihan Semua Dharma27, disebutkan demikian:

Mempersembahkan persembahan yang bagus, misalnya bunga dan tempat duduk; Meletakkan kursi sesuai urutannya dan mengendalikan kelakuan anda; Tidak menyakiti, biarpun seekor serangga; Berkeyakinan yang teguh terhadap guru anda; Mendengarkan instruksinya dengan penuh perhatian; Dan menanyakan kepadanya dengan tujuan untuk melenyapkan keraguan anda; Inilah enam kesempurnaan transenden seorang pendengar.

Orang yang mendengarkan ajaran hendaknya mempraktekkan keenam kesempurnaan trasenden sebagai berikut: Siapkan tempat duduk untuk sang guru, taruhlah alas duduk diatasnya, persembahkan sebuah mandala, bunga dan persembahan lainnya. Ini adalah praktek kemurahan hati. Sapu bersih tempat atau ruangan sesudah dengan saksama mengen- dapkan debu dengan air, dan hindari segala macam sikap yang tidak baik. Ini adalah praktek disiplin. Hindari menyakiti apa pun, biarpun seekor serangga, dan menahan panas, dingin dan kesulitan lainnya. Ini adalah praktek kesabaran. Buanglah pandangan salah terhadap guru dan ajaran, dan dengarkan dengan gembira dan penuh keyakinan. Ini adalah praktek ketekunan. Dengarkan instruksi Lama dengan penuh perhatian. Ini adalah praktek konsentrasi. Kemukakan pertanyaan untuk menghilangkan ketidakpastian dan keraguan. Ini adalah praktek kebijaksanaan.

Jenis Perilaku Lainnya

Segala kelakuan yang tidak hormat harus dihindari. Vinaya menga- takan:

26 Kesempurnaan transenden: Skt. Paramita 27 Tib. chos spyod thams cad kyi man ngag mngon par rtogs pa’i rgyud. 18

Janganlah mengajar orang-orang yang tidak menaruh hormat, Orang yang menutup kepalanya walau dalam keadaan sehat, Dan yang membawa tongkat, senjata maupun parasol, Atau orang yang kepalanya memakai surban.

Dan Jataka mengatakan:

Ambillah tempat duduk yang paling rendah, Kembangkan sikap bermartabat berdisiplin mutlak; Dengan mata yang berlinang karena kegembiraan, Terimalah kata-kata dengan gembira seperti nectar; Dan konsentrasi sepenuhnya, Inilah cara mendengarkan ajaran.

19

20

BAGIAN PERTAMA

PENDAHULUAN UMUM ATAU PENDAHULUAN BAGIAN LUAR

Bab 1 Sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah

Bab 2 Ketidak-kekalan kehidupan

Bab 3 Ketidak-sempurnaan dunia samsara

Bab 4 Perbuatan: prinsip sebab dan akibat

Bab 5 Manfaat pembebasan

Bab 6 Bagaimana cara mengikuti seorang guru

21

22

BAB 1

SULITNYA MEMPEROLEH KEBEBASAN DAN BERKAH

Subjek bab ini diterangkan dalam empat bagian: merenungkan sifat kebebasan, merenungkan berkah khusus yang berhubungan dengan Dharma, merenungkan gambaran bagaimana sulitnya memperoleh ke- bebasan dan berkah, dan merenungkan dengan perbandingan angka.

1. Merenungkan Sifat Kebebasan

Pada umumnya, “kebebasan” artinya memiliki kesempatan untuk berlatih Dharma dan tidak terlahir dalam delapan keadaan tanpa kesempat- an tersebut. " Kekurangan kebebasan” merujuk pada delapan keadaan di mana tidak ada kesempatan demikian:

Terlahir di neraka, di alam setan kelaparan, Sebagai binatang, dewa yang berumur panjang atau orang barbar, Memiliki pandangan salah, terlahir di tempat yang tidak ada Buddha, Atau terlahir bisu dan tuli, ini adalah delapan keadaan tanpa kebebasan.

Terlahir di neraka tidak memiliki kesempatan untuk berlatih Dharma, sebab mereka terus menerus disiksa oleh panas dan dingin yang amat berat. Setan lapar tidak memiliki kesempatan untuk berlatih Dharma karena mereka senantiasa didera oleh penderitaan rasa haus dan lapar.

23

Binatang tidak memilik kesempatan untuk berlatih Dharma, karena mereka diperbudak dan mengalami penderitaan karena serangan binatang lainnya. Dewa yang berumur panjang tidak mempunyai kesempatan untuk berlatih Dharma, karena mereka menghabiskan waktu mereka dalam keadaan mental yang kosong. Orang-orang yang terlahir di daerah luar tidak mempunyai kesem- patan untuk berlatih Dharma, karena doktrin Buddha tidak dikenal di tempat demikian. Mereka yang terlahir sebagai tirthika28 atau yang mengikuti pandangan salah tidak mempunyai kesempatan untuk berlatih Dharma, karena pikiran mereka terlalu dipengaruhi oleh kepercayaan yang keliru. Mereka yang terlahir dalam kalpa gelap tidak memiliki kesempatan untuk berlatih Dharma, karena mereka tidak pernah mendengar tentang Tri Ratna dan tidak dapat membedakan baik dan buruk. Mereka yang bisu, atau yang cacat mental tidak berkesempatan ber- latih Dharma, karena sarana mereka tidak lengkap.

Di antara kedelapan keadaan kurangnya kebebasan tersebut, makhluk- makhluk di alam rendah terus menerus didera oleh panas, dingin, rasa lapar, haus dan siksaan lainnya sebagai akibat dari perbuatan negatif mereka di masa lampau. Mereka tidak berkesempatan berlatih Dharma. "Orang Barbar” artinya orang yang hidup di tiga puluh dua perbatasan negara, contohnya Lo Khatha, 29 dan semua orang yang menganggap menyakiti orang lain sebagai sesuatu keyakinan atau mereka yang berkepercayaan kejam dan menganggap membunuh adalah perbuatan yang baik. Orang-orang yang tinggal di daerah luar ini memiliki rupa manusia, namun pikiran mereka kekurangan pengarahan yang benar, dan mereka tidak bisa mengalihkan pandangan mereka kepada Dharma. Mewarisi kebiasaan lucu dari nenek moyangnya, seperti menikahi ibunya, mereka hidup dengan kebiasaan yang berlawanan dengan praktek Dharma. Segala yang mereka lakukan adalah kejahatan, hanyalah teknik kegiatan yang merugikan seperti membunuh dan memburu binatang buas yang menonjol. Kebanyakan mereka jatuh ke alam yang lebih rendah begitu mereka

28 Tirthika: Bukan penganut agama Buddha, termasuk mereka yang berpandangan salah. 29 Merujuk pada daerah luas yang didiami oleh orang-orang biadab yang terletak di sebelah selatan dari Tibet tengah dan timur. Tempat ini mencakup Arunachal Pradesh, Nagaland dan sebagian daerah Assam di bagian India utara-timur sekarang ini, juga bagian utara- barat Burma. 24

meninggal dunia. Bagi orang-orang seperti ini, tidak ada kesempatan untuk berlatih Dharma. Dewa-dewa berumur panjang adalah dewa-dewa di Surga Asaṃjñasattva, di mana mereka terserap dalam kekosongan mental. Mereka terlahir di alam ini sebagai akibat mempercayai bahwa pembebas- an adalah suatu keadaan di mana semua aktivitas mental tidak ada, yang baik ataupun yang jahat, dan bermeditasi akan keadaan demikian. Mereka tinggal dalam keadaan konsentrasi demikian terus menerus selama beberapa kalpa besar. Namun, begitu hasil perbuatan lampau yang menyebabkan keadaan demikian berakhir, mereka akan terlahir ke alam yang lebih rendah karena pandangan salah mereka. Mereka juga tidak berkesempatan berlatih Dharma.

Istilah “pandangan salah” secara umum mencakup kepercayaan eternalis dan nihilis, atau suatu pandangan yang berlawanan dengan atau di luar dari ajaran Buddha. Pandangan ini menyesatkan pikiran dan menghalangi seseorang untuk berusaha mencapai Dharma yang sejati, yang ujung-ujungnya yang bersangkutan tidak akan mempunyai kesempatan untuk melatihnya. Di Tibet, karena adanya Buddha yang kedua, Padmasambhava dari Uddiyana, yang mempercayakan perlindungan negeri tersebut kepada dua belas Tenma,30 sehingga kaum tirthika tidak sanggup menembusnya. Namun, seseorang yang pengertian- nya seperti tirthika dan yang berlawanan dengan Dharma dan guru yang sejati, akan kehilangan kesempatan untuk melatih diri berdasarkan ajaran yang benar. Bhiksu Sunaksatra menghabiskan waktu dua puluh lima tahun sebagai pelayan Buddha, namun karena ia sama sekali tidak mempunyai keyakinan dan hanya berpegang pada pada pandangan yang salah, maka akhirnya ia terlahir sebagai setan lapar di taman bunga.

Terlahir di kalpa yang gelap berarti terlahir pada masa di mana tidak ada Buddha. Dalam dunia di mana tidak muncul seorang Buddha, tidak ada orang yang pernah mendengar tentang Tri Ratna. Karena tidak ada Dharma, maka tidak ada kesempatan untuk melatihnya.

30 12 deity pelindung yang diikat di bawah sumpah oleh Padmasambhava, terdiri dari : 4 mara perempuan: Dorje Kundrakma, Dorje Yama Kyong, Dorje Kuntu Zang, Dorje Gek kyi Tso; 4 yaksa perempuan: Dorje Yudrönma, Dorje Palgyi Yum, Dorje Lumo, Dorje Drakmo Gyal; dan 4 deity pengobatan: Dorje Bö Kham Kyong, Dorje Menchikma, Dorje Zulema, Dorje Yarmo Sil dengan ratusan ribu pengiring mereka. 25

Pikiran orang yang terlahir bisu dan tuli tidak dapat berfungsi dengan sempurna, sehingga proses mendengarkan ajaran, menjelaskan dan merenungkan serta melaksanakan ajaran tersebut menjadi terhalang. Gambaran terhadap “bisu tuli” biasanya merujuk pada gangguan fungsi bicara. Hal itu menjadi suatu kondisi di mana tidak ada kesempatan bagi Dharma, jika kemampuan manusia yang biasa untuk mempergunakan dan mengerti bahasa tidak ada. Kategori ini tentunya mencakup mereka yang cacat mental, yang membuat mereka tidak bisa memahami ajaran, sehingga menghalangi mereka untuk melatihnya.

2. Merenungkan berkah khusus yang berhubungan dengan Dharma

Topik ini mencakup lima berkah perorangan dan lima berkah yang tidak langsung.

2.1 Lima berkah perorangan

Nagarjuna merinci hal itu sebagai berikut:

Terlahir sebagai seorang manusia, pada negeri pusat, dengan ke- mampuan indera yang lengkap, Tanpa cara hidup yang berlawanan dan memiliki keyakinan akan Dharma.

Tanpa kehidupan sebagai seorang manusia, hanya untuk bertemu de- ngan Dharma saja adalah tidak mungkin. Oleh sebab itu, tubuh manusia adalah berkah pendukung. Kalau saja anda terlahir di tempat yang jauh di mana Dharma tidak terdengar, anda tidak akan bertemu dengannya. Namun anda terlahir di negeri pusat dalam pengertian Dharma, maka anda memiliki berkah tempat. Tidak memiliki kemampuan indera yang lengkap juga merupakan rintangan berlatih Dharma. Jika anda bebas dari ketidakmampuan ini, maka anda memiliki berkah kemampuan indera. Jika anda memiliki cara hidup yang berlawanan, anda akan selalu terbenam dalam perbuatan negatif yang berlawanan dengan Dharma. Oleh karena anda sekarang memiliki keinginan untuk berbuat hal-hal yang positif, ini adalah berkah niat.

26

Jika anda tidak memiliki keyakinan akan ajaran Buddha, anda tidak akan merasa adanya keinginan terhadap Dharma. Memiliki kemampuan untuk mengalihkan pikiran kepada Dharma, sebagaimana yang anda lakukan sekarang, merupakan berkah keyakinan.

Oleh karena kelima berkah ini harus dipenuhi berkenaan dengan kepribadian seseorang, mereka disebut lima berkah perorangan. Kelima berkah ini adalah berkah yang harus dimiliki dari diri individu sendiri, oleh karena itu disebut berkah perorangan.

Berkah pendukung: Untuk menyadari hakikat Dharma yang sejati, adalah mutlak perlu memiliki tubuh seorang manusia. Sekarang, andai- kata anda tidak memiliki dukungan atas adanya sebuah tubuh manusia, namun memiliki bentuk kehidupan yang paling tinggi dari ketiga alam rendah, misalnya binatang, – meski binatang yang paling indah dan paling berharga yang dikenal manusia, jika seseorang berkata kepada anda: “Ucapkan Om mani padme hum 31 satu kali, dan anda akan menjadi Buddha,” anda tidak mampu memahami apa yang dikatakan dan tidak menangkap artinya, anda juga tidak akan dapat mengucapkan suatu kata. Kenyataannya, meski anda hampir mati kedinginan, anda tidak bisa berpikir untuk melakukan sesuatu selain menerima nasib begitu saja. Tetapi seorang manusia, betapapun lemahnya, ia akan tahu bagaimana berlindung dalam gua atau di bawah pohon, dan akan mengumpulkan kayu untuk membuat api guna memanasi muka dan tangannya. Jika binatang tidak mampu melakukan hal yang sederhana ini, bagaimana mereka pernah membayangkan untuk berlatih Dharma? Dewa-dewa dan makhluk sejenisnya, betapapun hebat bentuk tubuhnya, mereka tidak memiliki syarat untuk mengambil sumpah pratimoksa, sehingga tidak dapat memiliki kesempatan memperoleh Dharma secara keseluruhan.

Berkah tempat: Dalam hal apa yang disebut “daerah pusat”, seseorang perlu membedakan antara daerah pusat dalam arti geografis dan tempat pusat dalam arti Dharma. Secara geografis, yang disebut daerah pusat biasanya adalah Tempat Kedudukan Vajra di Bodh Gaya di India, pada pusat Jambudvipa, Benua Selatan. Seribu Buddha dalam Kalpa Bhadra semuanya mencapai pencerahan di sana. Meski pada waktu penghancuran jagat raya di akhir

31 Orang Tibet melafalnya sebagai ‘Om mani peme hung’. 27

kalpa, keempat elemen tidak dapat melukainya, ia akan tetap tinggal dan mengambang di angkasa. Di tengahnya tumbuh Pohon Bodhi. Tempat ini, dengan semua kota di India di sekelilingnya, dianggap sebagai pusat dalam arti geografis. Dalam pengertian Dharma, daerah pusat adalah daerah di mana Dharma, – ajaran dari Buddha, ada. Semua tempat lainnya di mana tidak ada Buddhadharma disebut daerah pinggir. Pada zaman dahulu kala, mulai waktu Buddha datang ke dunia dan sepanjang doktrinnya tetap ada di India, daerah itu dianggap sebagai daerah pusat dalam pengertian geografis dan juga dalam pengertian Dharma. Namun sekarang ia sudah jatuh ke tangan non-Buddhis dan doktrin Sang Penakluk sudah lenyap dari daerah tersebut, sehingga dalam pengertian Dharma, bahkan Bodh Gaya pun, adalah daerah pinggir.32 Pada zaman Buddha, Tibet, Tanah Salju, disebut “daerah pinggir Tibet”, karena ia merupakan daerah yang sedikit penduduknya dan doktrin Buddha belum tersebar ke sana. Kemudian, jumlah penduduk meningkat sedikit demi sedikit dan muncul beberapa raja yang memerintah di sana yang merupakan emanasi makhluk suci. Dharma pertama kali muncul di Tibet waktu pemerintahan Lha-Thothori Nyentsen, ketika Sutra Seratus Doa dan Sembah Sujud33 dan cetakan tsa-tsa34 jatuh ke atap istana. Sesuai dengan ramalan bahwa ada seseorang akan mengerti arti sutra pada lima generasi kemudian, muncul Raja Dharma Songtsen Gampo, emanasi dari Yang Maha Welas Asih. 35 Dalam masa pemerintahan Songtsen Gampo, penterjemah Thönmi Sambhota36 dikirim ke India untuk mempelajari bahasa dan naskah-naskah. Kembali dari sana, ia memperke- nalkan huruf kepada Tibet untuk pertama kalinya. Ia menterjemahkan dua puluh satu sutra dan tantra Avalokitesvara, Benda Suci Misterius37 dan beragam sutra lainnya ke dalam bahasa Tibet. Raja sendiri memainkan banyak peranan, bersama-sama Perdana Menterinya Gartongtsen, ia mempergunakan sarana yang ajaib untuk mempertahankan negeri tersebut.

32 Pada waktu Penulis masih hidup, daerah tersebut sempat jatuh ke tangan orang Islam, namun sekarang sudah kembali menjadi menjadi daerah pusat Dharma. 33 Skt. Saksi-purana-sudraka-nama-sutra. 34 Rupang Buddha berukuran kecil atau model cetakan tempat rupang tersebut dicetak. 35 Avalokitesvara, Bodhisattva Welas Asih (Kwan Im). 36 Emanasi.Bodhisattva Manjusri, diutus ke India untuk mempelajari Bahasa Sansakerta. 37 Pada generasi kedua puluh tujuh, masa pemerintahan Raja Lha-Thothori Nyentsen, ada benda jatuh dari langit. Di dalamnya terdapat Karandavyuha-sutra, Mantra Avalokitesvara, Sutra Nama-nama Buddha dan sebuah rupang emas. Waktu itu tak seorang pun mengerti maknanya, sehingga disebut Benda Suci Misterius. Hal ini dianggap sebagai permulaan adanya Buddhadharma di Tibet. 28

Ia menikahi dua orang permasuri, satu orang Tiongkok dan satu lagi dari Nepal, yang membawa serta dengan mereka banyak barang yang mewakili tubuh, ucapan dan pikiran Buddha, termasuk rupang Jowo Mikyö Dorje dan Jowo Sakyamuni, yang merupakan perwakilan yang sebenarnya dari Buddha. Raja tersebut membangun dua kelompok vihara yang dikenal dengan Thadul38 dan Yangdul.39 Dengan cara demikian ia membangun Buddhisme di Tibet. Penerusnya yang kelima, Raja Trisong Detsen, mengundang seratus delapan pendeta ke Tibet, termasuk Padmasambhava, Guru dari Uddiyana, pemegang mantra paling agung dan tiada bandingnya di tiga alam. Untuk melambangkan tubuh Buddha, Trisong Detsen membangun vihara, termasuk Samye “yang tak berubah dan muncul secara spontan”. Untuk melambangkan ucapan Buddha, Dharma yang sejati, ada seratus delapan penterjemah, termasuk Vairotsana yang agung, yang mempelajari seni terjemahan dan menterjemahkan semua sutra, tantra dan sastra yang penting yang waktu itu beredar di tanah suci India. "Tujuh Orang Penguji”40dan yang lainnya diangkat sebagai bhiksu, membentuk Sangha, untuk melambangkan pikiran Buddha. Mulai waktu itu dan seterusnya hingga hari ini, ajaran Buddha bersinar seperti mentari di Tibet, dan meski terjadi pasang surut, doktrin dari Sang Penakluk tidak pernah hilang dalam hal aspek, transmisi atau realisasi. Oleh sebab itu, Tibet, dalam pengertian Dharma adalah negeri pusat.

Berkah kemampuan indera: Seseorang yang kekurangan salah satu dari kemampuan indera tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk mengambil kaul biarawan. Lagi pula, karena yang bersangkutan tidak memiliki kondisi untuk melihat sesuatu yang melambangkan Sang Penakluk untuk membangkitkan inspirasinya, atau mendengar dan membaca ajaran yang berharga dan unggul sebagai suatu bahan studi dan pemikiran, ia tidak dapat sepenuhnya menerima Dharma.

38 Thadul: Ahli hongsui Tibet kuno mengatakan medan Tibet seperti raksasa wanita yang terlentang. Pada waktu itu, dibangun empat kelompok kuil Thadul untuk menekan pengaruh negatif tersebut pada bagian bahu dan pinggul setan perempuan tersebut. 39 Yangdul: Ahli hongsui Tibet kuno mengatakan medan Tibet seperti raksasa wanita yang terlentang. Pada waktu itu, dibangun empat kelompok kuil Yangdul untuk menekan pengaruh negatif tersebut pada bagian siku dan lutut setan perempuan tersebut. 40 Tujuh Orang Penguji bertugas untuk menentukan apakah seorang Tibet dapat mematuhi sila sebagaimana yang ditentukan dalam Sarvāstivāda. Nama-nama ketujuh penguji sangat beragam dalam naskah sejarah Tibet. 29

Berkah niat: Cara hidup yang berlawanan tepatnya merujuk pada cara hidup orang-orang yang terlahir di komunitas pemburu, pelacur dan lain sebagainya, yang sejak muda mereka sudah terlibat dalam perbuatan negatif yang demikian. Namun kenyataannya, ini juga termasuk orang yang setiap pikiran, ucapan dan perbuatannya berlawanan dengan Dharma – karena meski mereka tidak terlahir dalam cara hidup demikian, tetapi dengan mudah dapat tergelincir ke dalamnya di kemudian hari. Itulah sebabnya sangatlah penting untuk menghindari melakukan sesuatu yang berlawanan dengan Dharma sejati.

Berkah keyakinan: Jika keyakinan anda bukan pada ajaran Buddha, tetapi pada dewa yang memiliki kekuatan besar, naga atau sejenisnya, atau pada doktrin lain seperti milik kaum tirthika, maka sebesar apa pun keyakinan yang anda tempatkan pada mereka, tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat melindungi anda dari penderitaan samsara atau kelahiran ke alam yang lebih rendah. Tetapi jika anda sudah membangun keyakinan pada doktrin Sang Penakluk, yang menggabungkan transmisi dan realisasi, tak ayal lagi anda adalah wadah yang cocok untuk Dharma yang benar. Dan ini adalah berkah yang paling besar dari kelima berkah perorangan.

2.2 Lima berkah tidak langsung

Seorang Buddha sudah muncul dan sudah membabarkan Dharma, Ajarannya masih ada dan dilatih, Ada orang-orang yang menaruh belas kasih terhadap sesama.

Mereka yang tidak terlahir dalam kalpa terang di mana seorang Buddha muncul, tidak akan pernah mendengar tentang Dharma. Tetapi kita sekarang dalam kalpa di mana Buddha sudah datang, dan kita memiliki berkah dari kehadiran guru yang istimewa. Meski Buddha sudah datang, jika beliau tidak mengajar, maka tak seorang pun yang akan memperoleh berkahnya. Tetapi karena Buddha memutar roda Dharma sesuai dengan ketiga tingkatan, kita memperoleh berkah akan pengajaran Dharma. Meski ia sudah mengajar, apabila doktrinnya sudah lenyap, maka hal itu tidak dapat menolong kita. Tetapi masa kini doktrin masih ada dan belum berakhir, sehingga kita memperoleh berkah waktu.

30

Meski ajaran tetap ada, kecuali jika kita mengikutinya maka hal itu tidak akan mendatangkan manfaat bagi kita. Karena kita sudah bergaul dengan Dharma, kita memiliki berkah nasib baik kita sendiri. Meski kita sudah bergaul dengan Dharma, tanpa lingkungan yang mendukung di mana kita diterima oleh seorang teman spiritual, kita tidak akan mengetahui tentang apa sebenarnya Dharma itu. Tetapi karena teman spiritual telah menerima kita, kita memiliki berkah belas kasih luar biasa. Karena kelima faktor ini harus dipenuhi secara tidak langsung, mereka disebut lima berkah tidak langsung.

Buddha sudah muncul di dunia: Waktu yang diperlukan jagat raya untuk pembentukan, berdiam dalam keadaannya, hancur dan tinggal dalam keadaan kosong disebut satu kalpa. Kalpa di mana seorang Buddha yang sempurna muncul ke dunia disebut “kalpa terang”; sedangkan kalpa di mana Buddha tidak muncul disebut “kalpa gelap”. Pada zaman dahulu kala, dalam masa kalpa besar Kalpa Kegembiraan Nyata, muncul tiga puluh tiga ribu Buddha. Kemudian diikuti dengan seratus kalpa gelap. Sesudah itu, dalam masa Kalpa Sempurna, muncul delapan ratus juta Buddha, sesudah itu, seperti biasanya diikuti seratus kalpa di mana tidak ada Dharma. Kemudian delapan ratus empat puluh juta Buddha muncul pada Kalpa Unggul, yang sesudah itu diikuti dengan lima ratus kalpa gelap. Dalam masa Kalpa Penglihatan yang Menyenangkan, delapan ratus juta Buddha muncul, lalu diikuti dengan tujuh ratus kalpa gelap. Enam puluh ribu Buddha muncul dalam Kalpa Riang Gembira. Kemudian datanglah kalpa kita, Kalpa Bhadra.

Sebelum kalpa kita timbul, jagat raya ini yang terdiri dari biliunan dunia adalah lautan yang sangat luas di mana pada permukaannya timbul ribuan teratai dengan ribuan kelopak bunga. Dewa-dewa di Surga Brahma heran kenapa terjadi begitu. Melalui waskita, mereka mengeta- hui bahwa hal itu pertanda bahwa dalam kalpa ini akan muncul seribu Buddha. "Ini akan menjadi kalpa yang baik", kata mereka, dan "Baik" menjadi nama kalpa tersebut. Mulai dari waktu di mana rentang umur makhluk hidup delapan puluh ribu tahun dan Buddha Penghancur Samsara muncul, sampai waktu ketika rentang umur makhluk hidup menjadi tak terhitung lamanya dan Buddha Aspirasi Tak Terbatas muncul, seribu Buddha akan muncul di dunia ini pada Kedudukan Vajra di India, di tengah Benua Jambudvipa. Setiap dari

31

mereka akan mencapai kebuddhaan yang sempurna di sana dan memutar Roda Dharma. Oleh sebab itu kalpa kita adalah kalpa terang. Kalpa ini akan diikuti dengan enam puluh kalpa gelap, yang sesudah itu, dalam Kalpa Jumlah Besar, sepuluh ribu Buddha akan muncul. Kemudian akan diikuti dengan sepuluh ribu kalpa gelap. Dalam penggantian kalpa terang ke kalpa gelap, kalau saja kita terlahir dalam kalpa gelap, kita tidak akan mendengar apa yang disebut Tri Ratna. Lebih-lebih lagi, sebagaimana yang diutarakan oleh Yang Agung dari Uddiyana, khususnya Mantra Rahasia Vajrayana tidaklah sering diajarkan:

Dahulu kala, pada kalpa yang paling awal, Kalpa Susunan Sempurna, ajaran Mantrayana Rahasia dikembangkan oleh Buddha yang bernama Raja Sekali Datang, dan mencapai kemasyhuran yang hebat. Ajaran yang sekarang kita dapat, yang berasal dari Buddha Sakyamuni, juga meliputi Mantrayana Rahasia. Dalam waktu sepuluh juta kalpa, dalam masa Kalpa Karangan Bunga, Buddha Manjusri akan datang, dan sebagaimana saya telah datang sekarang untuk mengungkapkan Mantra Rahasia dalam skala besar. Hal ini disebabkan karena makhluk pada tiga kalpa ini cocok sebagai penerima Mantra Rahasia, dan sebab kenapa ajaran Mantrayana tidak muncul pada waktu yang lain, itu karena makhluk pada masa itu tidak sanggup memanfaatkannya.

Dalam Kalpa Bhadra ini, pada masa sekarang di mana rentang umur manusia sekitar seratus tahun, Buddha Sakyamuni yang sempurna sudah datang ke dunia, dan ini adalah kalpa terang.

Buddha sudah membabarkan Dharma: Andaikata Buddha sudah datang, namun ia tetap bermeditasi dan belum mengajarkan Dharma, sepanjang sinar Dharma belum muncul, maka kedatangannya ke dunia tidak ada pengaruh apa-apa terhadap kita. Sama saja dengan ia sama sekali tidak pernah datang. Pada waktu mencapai Kebuddhaan yang menyeluruh dan sempurna di Kedudukan Vajra, Guru kita berseru:

Saya telah memperoleh Dharma yang seperti nektar; Dalam, tenang, sederhana, tidak tercampur dan bersinar; Kalau saya jelaskan, tiada seorang pun yang akan mengerti; Saya akan berdiam diri di sini di dalam hutan.

32

Sehingga selama tujuh minggu ia tidak mengajar, sampai Brahma dan Indra memohonnya untuk memutar Roda Dharma. Lagipula, jika orang yang memegang ajaran sejati tidak menerang- kannya, sangat sulit Dharma menjadi sesuatu yang menguntungkan makhluk hidup. Contohnya adalah Smritijñana dari India yang datang ke Tibet karena ibunya terlahir di sana dalam suatu Neraka Tersendiri.41 Alih bahasanya meninggal dalam perjalanan, dan Smritijñana yang berkelana di propinsi Kham tidak dapat berbahasa daerah tersebut. Ia menjadi pengembala dan meninggal dengan tidak menguntungkan siapa pun. Ketika Jowo Atisa kemudian datang ke Tibet dan mengetahui apa yang terjadi, ia berseru: "Alangkah sayangnya! Orang-orang Tibet, pahala kamu sangat lemah. Di India, Timur ataupun Barat, saya tidak dapat menjumpai seorang pandita yang lebih baik dari Smiritijñana”. Lalu ia menangis sambil merangkapkan tangannya. Buddha Sakyamuni sudah memutar Roda Dharma pada tiga tingkat untuk kita dan dengan memperlihatkannya dalam bentuk yang jumlahnya yang tak terhingga sesuai kebutuhan dan kapasitas orang yang dibantunya, menuntun murid-muridnya melalui sembilan kendaraaan ajarannya sampai pada kematangan dan pembebasan.

Berkah waktu: Bahkan dalam kalpa di mana Buddha muncul dan memberi ajaran pun, saat Buddha masuk ke Nirvana dan ajaran tersebut berakhir dan Dharma hilang, keadaan tersebut persis sama seperti masa kalpa gelap. Periode di mana ajaran Buddha sebelumnya hilang sampai pada ajaran Buddha berikutnya disebut “masa ketiadaan Dharma”. Pada tempat-tempat yang beruntung di mana makhluk-makhluk hidup memiliki pahala yang memadai, muncul Pratyekabuddha, namun doktrinnya tidak diajarkan dan dilatih orang. Akan halnya ajaran Buddha Sakyamuni, masa buah atau hasil "ajaran inti Samantabhadra” berlangsung selama seribu lima ratus tahun. Lalu diikuti dengan seribu lima ratus tahun masa pencapaian. Ini akan diikuti dengan periode seribu lima ratus tahun masa transmisi. Akhirnya, satu periode lima ratus tahun yang hanya timbul ketika symbol masih terpelihara, sehingga jumlah keseluruhannya lima ribu tahun. Sekarang ini, kita sudah mencapai periode sekitar tiga ribu lima ratus sampai empat ribu tahun. Kita hidup dalam masa peningkatan dari lima macam kemerosotan – yaitu kemerosotan rentang umur, kepercayaan, emosi,

41 Skt. pratyeka-naraka, neraka terisolasi khusus untuk makhluk secara individu. 33

waktu dan makhluk hidup. Meskipun demikian, doktrin transmisi dan realisasi masih ada. Karena belum musnah, kita masih tetap memiliki berkah Dharma seutuhnya.

Berkah nasib baik kita sendiri: Doktrin memang masih ada, namun anda tidak dapat memperoleh ajaran dan realisasinya jika anda tidak mengikutinya. Sama seperti matahari yang terbit, meski ia menyinari seluruh dunia, tetapi tidak ada bedanya sedikitpun bagi orang buta; atau sama halnya air dari danau yang besar tidak dapat menghilangkan haus pelancong yang tiba di tepinya, kecuali ia meminumnya. Transmisi dan realisasi Dharma tidak dengan sendirinya dapat menyusup ke dalam batin anda. Memasuki Dharma hanya untuk melindungi diri anda dari penyakit dan pengaruh negatif dalam kehidupan ini atau karena anda takut akan penderitaan di alam rendah pada kehidupan yang akan datang, disebut “memasuki Dharma untuk melindungi terhadap ketakutan,” dan ini bukanlah cara yang tepat untuk memasuki sang Jalan. Memasuki Dharma hanya untuk mendapatkan makanan, pakaian dan lainnya dalam kehidupan ini atau untuk memperoleh imbalan kesenangan kelahiran di surga atau manusia pada kehidupan berikutnya, disebut “memasuki Dharma untuk memperoleh sesuatu yang baik” adalah juga bukan merupakan cara yang tepat. Memasuki Dharma dengan pengertian bahwa seluruh alam samsara ini tidak berarti, berusaha untuk mendapatkan jalan untuk bebas darinya, disebut “memulai ajaran dengan tiba pada titik permulaan sang Jalan.” Inilah cara memasuki ajaran yang tepat.

Berkah belas kasih luar biasa: Meski anda mulai berlatih Dharma, itupun tidak ada gunanya kecuali anda sudah diterima oleh seorang teman spiritual. Ringkasan Kebijaksanaan Transeden42 menyebutkan:

Ajaran Buddha tergantung pada teman spiritual. Begitulah kata Sang Penakluk, perwujudan tertinggi dari semua kualitas.

Ajaran Buddha sangatlah luas. Transmisinya banyak dan meliputi topik yang tiada habisnya. Tanpa menggantungkan diri pada intisari instruksi

42 Skt. -samcayagatha. 34

seorang guru, kita tidak akan pernah tahu bagaimana meringkas poin-poin yang penting dari ajaran-ajaran tersebut dan melaksanakannya. Suatu ketika, Jowo Atisa berada di Tibet. Khu, Ngok dan Drom43 bertanya kepadanya: “Untuk mencapai pembebasan dan kemaha-tahuan yang sempurna, apa yang lebih penting untuk seseorang – sutra dan komentarnya atau instruksi lisan dari seorang guru?” “Instruksi guru”, jawab Atisa. “Kenapa?” “Karena saat melakukan latihan – meski anda dapat menerangkan seluruh Tripitaka di luar kepala dan sangat cakap dalam metafisik, tanpa bimbingan praktis dari guru, anda dan Dharma akan berpisah.” "Jadi,” sambung mereka, “apakah poin utama instruksi guru itu adalah mempertahankan ketiga sila dan berusaha berbuat baik dengan tubuh, ucapan dan pikiran?” "Itu masih kurang”, jawab Atisa. "Kenapa bisa begitu?”, tanya mereka. "Anda bisa mempertahankan ketiga sila dengan sempurna, namun kecuali anda bertekad membebaskan diri dari ketiga alam samsara, hal itu hanya akan menciptakan sebab samsara yang lebih lanjut. Anda bisa saja berusaha sepanjang hari untuk berbuat baik dengan tubuh, ucapan dan pikiran, namun kecuali anda tahu bagaimana melimpahkan pahala tersebut demi pencerahan sempurna, dua atau tiga pikiran yang salah saja cukup untuk menghancurkan semuanya. Anda mungkin seorang guru atau pemeditasi, penuh dengan belas kasih dan pengetahuan, namun kecuali pikiran anda menjauhi kedelapan hal duniawi, apa yang anda perbuat hanyalah untuk kebahagiaan hidup masa ini, dan dalam kehidupan yang akan datang anda mungkin tidak bertemu dengan sang Jalan.” Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mendapat bimbingan dari seorang guru, seorang teman spiritual.

Dengan memeriksa hidup anda sendiri dan keadaan lingkungan ter- hadap setiap hal dari delapan kebebasan dan sepuluh berkah, jika anda mendapatkan bahwa anda memiliki semua kondisi yang menguntungkan tersebut, anda telah memperoleh apa yang disebut “kehidupan manusia yang terberkati dengan delapan belas kebebasan dan berkah”. Tetapi, Raja

43 Tiga murid utama Atisa. 35

Dharma Longchenpa yang Mahatahu 44 , dalam Harta Karun Pengabul Harapan45-nya menyebutkan tambahan enam belas kondisi yang mengha- langi kesempatan untuk berlatih Dharma – delapan keadaan yang mengganggu dan delapan kecendrungan yang tidak cocok. Adalah penting untuk tidak jatuh ke dalam pengaruhnya. Dalam kata-katanya:

Kekacauan dari lima emosi, kebodohan, dan dikuasai oleh pengaruh jahat, Kemalasan, dibanjiri oleh perbuatan jahat masa lampau, Diperbudak orang lain, mencari perlindungan dari bahaya, dan praktek bermuka dua, Ini adalah delapan keadaan mengganggu yang mengakibatkan tidak adanya kebebasan.

Terikat oleh hubungan dengan seseorang, tabiat buruk yang me- nyolok, Kurangnya rasa tidak puas terhadap samsara, sama sekali tidak ada keyakinan, Mendapatkan kesenangan atas perbuatan jahat, kurang perhatian terhadap Dharma, Tidak berhati-hati dengan janji dan samaya, Ini adalah delapan kecenderungan yang tidak cocok yang mengaki- batkan tidak adanya kebebasan.

2.3 Delapan keadaan yang mengganggu yang mengakibatkan tidak adanya kebebasan untuk berlatih Dharma

Orang-orang yang kelima racunnya – yaitu emosi negatif, seperti kebencian terhadap musuh, keterikatan yang amat dalam terhadap teman dan keluarga dan sebagainya – sangat kuat, mungkin dari waktu ke waktu mengharapkan untuk berlatih suatu jenis Dharma yang benar. Namun kelima racun tersebut begitu kuat, dalam kebanyakan waktu mendominasi pikiran mereka dan mencegah mereka untuk pernah mencapai Dharma secara benar.

44 Longchen Rabjampa atau Longchenpa (1308-1364), salah satu Guru Silsilah Nyingma, guru utama ajaran Dzogchen yang terkenal, hidup pada masa yang bersamaan dengan Tai Situpa dari Kagyupa, adalah manifestasi Manjusri. 45 Tib. yid bzhin mdzod. 36

Orang-orang yang sangat bodoh, tidak memiliki kecerdasan sedikit pun, mungkin bisa memasuki Dharma, namun karena tidak dapat mengerti sepatah kata pun dari ajaran atau artinya, mereka tidak pernah akan dapat mempelajari ataupun merenungkannya dan bermeditasi atas hal tersebut. Begitu seseorang diterima menjadi murid seorang teman spiritual palsu yang mengajarkan pandangan dan perbuatan yang menyesatkan, pikirannya akan dituntun ke jalan yang salah dan mereka tidak akan mendengarkan Dharma yang sejati. Orang-orang yang ingin mempelajari Dharma, tetapi sangat malas dan tanpa ketekunan sedikit pun, tidak pernah akan mencapainya karena mereka begitu diperdayakan oleh kemalasan dan penundaan mereka. Sementara ada orang yang kegelapan batin dan perbuatan negatifnya begitu besar, sehingga meskipun mereka berusaha keras menekuni Dharma, namun mereka gagal mengembangkan kualitas batin yang benar. Disebabkan oleh perbuatan buruk menyelubungi mereka, mereka akan kehilangan keyakinan terhadap ajaran tanpa merasa bahwa hal itu disebabkan oleh perbuatan buruk mereka sendiri di masa lampau. Mereka yang berada dalam perbudakan, yang kehilangan kemerde- kaannya, mungkin ingin menjalani Dharma. Namun orang yang me- nguasai mereka tidak memperkenankan mereka untuk melatihnya. Ada juga orang-orang yang berlatih Dharma karena adanya kekuatiran dalam hidup ini – karena mereka kekurangan makanan atau pakaian, atau mengalami penderitaan lainnya. Tetapi karena mereka tidak mempunyai keyakinan yang dalam terhadap Dharma, mereka akan tetap melakukan kebiasaan lama mereka. Apa yang mereka latih sama sekali bukan Dharma. Yang lainnya adalah penipu, yang dengan berpura-pura dalam praktek Dharma, mencoba untuk mendapatkan harta, layanan dan gengsi. Di depan umum mereka berkedok sebagai praktisi, tetapi dalam pikiran mereka, mereka hanya menaruh minat terhadap kehidupan ini, sehingga mereka sangat jauh dari jalan pembebasan. Yang tersebut di atas adalah delapan keadaan yang membuat seseorang tidak mungkin berlatih Dharma secara berkelanjutan.

2.3 Delapan kecenderungan yang bertentangan yang membawa ketidakbebasan dalam berlatih Dharma.

Orang-orang yang terikat erat dengan tanggung jawab keduniawian, kekayaan, kesenangan, anak-anak, saudara dan sebagainya, begitu asyik

37

dengan usaha sibuk yang diperlukan oleh hal-hal demikian, sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk berlatih Dharma. Ada juga orang yang tidak mempunyai rasa peri kemanusiaan sama sekali, sifat dasar mereka bejat, sampai-sampai mereka tidak dapat mengembangkan kelakuan mereka. Bahkan seorang guru spiritual yang sejati pun merasa sangat sulit untuk membawa mereka ke jalan yang mulia. Begitulah kata orang agung masa lalu: ”Kemampuan seorang murid dapat ditempa, namun tidaklah demikian dengan sifat dasarnya”. Seseorang yang sama sekali tidak merasa takut ketika mendengar kelahiran di alam rendah dan kesusahan di samsara atau dalam meng- hadapi penderitaan kehidupan ini, tidak memiliki ketetapan hati untuk membebaskan dirinya dari samsara, sehingga ia tidak merasa ada alasan untuk berlatih Dharma. Tidak memiliki keyakinan sama sekali terhadap Dharma yang benar ataupun terhadap guru, menutup jalan masuk ke ajaran dan memalangi jalan masuk ke jalan pembebasan. Orang-orang yang mendapatkan kesenangan dengan melakukan perbuatan menyakiti dan perbuatan negatif, yang gagal mengendalikan pikiran, ucapan dan perbuatan mereka, tidak memiliki kualitas mulia dan telah berpaling dari Dharma. Ada juga orang-orang yang minatnya terhadap nilai spiritual dan Dharma tidak melebihi minat seekor anjing memakan rumput. Karena mereka sama sekali tidak tertarik terhadap Dharma, kualitas mereka tidak pernah berkembang dalam pikiran mereka. Seseorang yang telah memasuki Kendaraan Dasar, yang melanggar sila dan janji bodhicitta, tidak akan pergi ke tempat lain selain ke alam kehidupan yang lebih rendah. Ia tidak pernah akan terlepas dari keadaan di mana tidak ada kesempatan untuk berlatih Dharma. Seseorang yang telah memasuki Kendaraan Mantra Rahasia, jika melanggar samaya terhadap guru dan kakak adik spiritualnya, akan mem- bawa kehancuran dirinya sendiri dan orang lain, serta menghancurkan semua prospek pencapaian. Diatas adalah delapan kecenderungan yang membawa seseorang menjauhi Dharma dan memadamkan lampu pembebasan.

Sebelum keenam belas faktor yang menyebabkan tidak adanya ke- sempatan untuk latihan diatasi dengan hati-hati, orang-orang yang hidup dalam masa kemerosotan ini kelihatannya seolah-olah memiliki semua kebebasan dan berkah, misalnya seperti praktisi Dharma yang sejati. Raja

38

Dharma yang duduk di atas tahtanya dan Lama di bawah payung kebesarannya, pertapa dalam kesunyian gunung, orang yang telah tidak menaruh perhatian akan peristiwa negara, dan setiap orang yang memiliki pendapat yang tinggi tentang jasanya – semuanya mungkin berpikir bahwa mereka sedang berlatih Dharma, tetapi selama ia masih dalam pengaruh tambahan keadaan yang membatasi ini, ia tidak dalam jalan yang benar. Oleh sebab itu, sebelum secara buta mengambil suatu jenis Dharma, periksalah dulu keadaan anda dengan teliti guna melihat apakah anda memiliki ketiga puluh empat aspek kebebasan dan berkah. Jika anda memiliki semuanya, bergembiralah dan renungkanlah dalam-dalam berulang-ulang. Ingatkan diri anda bagaimana sekarang anda akhirnya mendapatkan kebebasan-kebebasan dan berkah-berkah yang sesung- guhnya sangat sulit untuk diperoleh, dan apa pun yang terjadi, anda tidak akan menyia-nyiakannya. Anda akan berlatih Dharma yang benar. Jika anda mendapatkan ada beberapa aspek yang tidak lengkap, cobalah untuk memperolehnya dengan cara apa pun yang dapat dilakukan.

Anda seharusnya terus menerus memeriksa dengan sungguh-sungguh apakah anda telah memiliki semua unsur kebebasan dan berkah tersebut. Jika anda tidak memeriksanya, dan jika ada unsur yang tidak lengkap, anda akan kehilangan kesempatan berlatih Dharma dengan benar. Bagaimanapun juga, bahkan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari membutuhkan banyak bahan dan kondisi yang saling bergantungan. A- pakah ada keraguan bahwa realisasi tujuan akhir – Dharma – dapat dimungkinkan tanpa faktor-faktor yang saling berhubungan? Bayangkan seorang pelancong yang ingin membuat teh untuk dirinya. Membuat teh mencakup banyak unsur yang berbeda – pot, air, api dan sebagainya. Dari unsur-unsur ini, untuk membuat api saja tidak mungkin tanpa sebuah geretan, batu geretan, beberapa rabuk dan sebagainya. Jika salah satu barang tidak ada, rabuk misalnya, maka kenyataan bahwa pelancong tersebut mempunyai segala barang lainnya yang diperlukan menjadi tidak ada gunanya. Ia sama sekali tidak memiliki apa yang diperlukan untuk membuat teh. Dengan cara yang sama, bahkan jika ada satu unsur kebebasan dan berkah yang tidak lengkap, sama sekali tidak ada kesempatan untuk berlatih Dharma yang benar. Jika anda memeriksa pikiran anda dengan saksama, anda akan mendapatkan bahwa bahkan kedelapan belas kebebasan dasar dan berkah tersebut sangat sulit untuk diperoleh; dan untuk memperoleh semua

39

kesepuluh berkah bahkan lebih langka dari memiliki semua kedelapan kebebasan. Seseorang yang terlahir sebagai manusia, dengan semua kemampuan fisik yang lengkap, dan terlahir di daerah pusat, namun jika dia terlibat dalam cara hidup yang berlawanan dengan Dharma dan tidak memiliki keyakinan akan ajaran Sang Penakluk, dia hanya memiliki tiga berkah. Jika dia bisa mendapatkan salah satu dari dua lainnya, dia tetap saja hanya memiliki empat macam berkah saja. Masa ini, untuk menjalani kehidupan yang tidak bertentangan dengan Dharma sangatlah sulit. Jika pikiran, ucapan atau perbuatan seseorang itu negatif, dan motivasinya adalah untuk kehidupan ini, meski ia memiliki reputasi baik sebagai seorang yang baik dan terpelajar, sebenarnya cara hidupnya berlawanan dengan Dharma. Hal yang sama berlaku untuk berkah tidak langsung. Jika seorang Buddha sudah muncul, telah mengajarkan Dharma dan ajarannya masih ada, namun seseorang tidak masuk ke dalam Dharma, maka orang tersebut hanyalah memiliki tiga berkah dari berkah-berkah tersebut. Sekali lagi, “memasuki Dharma” bukanlah sekadar berarti meminta beberapa ajaran dan telah diberi ajaran tersebut. Langkah pertama dari jalan pembebasan adalah keyakinan bahwa seluruh samsara adalah tidak berarti, dan kebulatan tekad yang sungguh- sungguh adalah membebaskan diri darinya. Untuk menapak jalan Kendaraan Besar, 46 yang penting adalah dengan sungguh-sungguh menbangkitkan bodhicitta. Paling tidak seseorang harus memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap Tri Ratna dan tidak pernah menyangkalnya, sekalipun dengan imbalan jiwanya. Tanpa itu, hanya dengan sekadar melafalkan doa dan memakai jubah kuning bukanlah bukti bahwa anda telah memasuki Dharma. Pastikan anda mengetahui bagaimana mengidentifikasi setiap kebe- basan dan berkah ini, dan memeriksa apakah anda memilikinya. Ini adalah hal yang teramat penting.

3. Merenungkan betapa sulitnya mendapatkan kebebasan dan berkah

Buddha berkata, adalah lebih sulit bagi seseorang untuk memperoleh kelahiran sebagai manusia dibanding seekor kura-kura yang muncul dari dasar lautan untuk menempatkan kepalanya secara kebetulan pada lubang sepotong kuk bajak yang terombang ambing oleh ombak dipermukaan samudera.

46 Skt. Mahayana. 40

Bayangkan seluruh jagat raya dengan ribuan juta dunia seperti sa- mudera yang maha luas. Sepotong kuk bajak, yaitu sepotong kayu yang berlubang, yang lubangnya dipakai untuk menempatkan tanduk kerbau yang menarik bajak, terapung di atasnya. Kuk bajak ini terombang ambing oleh ombak, kadang ke timur, kadang ke barat, setiap saat tidak pernah tetap pada suatu tempat. Jauh di dalam dasar samudera, hiduplah seekor kura-kura buta yang hanya muncul ke permukaan samudera seratus tahun sekali. Sangat tidak mungkin bahwa kuk bajak dapat bertemu dengan kura-kura. Kuk bajak tidak memiliki pikiran dan tidak mencari kura-kura, sedangkan kura-kura, karena ia buta, ia tidak dapat melihat di mana kuk bajak berada. Jika kuk bajak berada tetap di suatu tempat, mungkin ada kesempatan bagi keduanya untuk bertemu; namun ia bergerak setiap saat. Jika kura-kura menghabiskan seluruh waktunya berenang di atas permukaan lautan, mungkin juga ia bertemu dengan kuk bajak tersebut. Tetapi ia muncul ke permukaan hanya seratus tahun sekali. Kesempatan kuk bajak dapat bertemu dengan kura-kura sangatlah sedikit. Meskipun begitu, dengan kesempatan yang sangat kecil itu, mungkin kura-kura tersebut dapat menyelipkan kepalanya kedalam lubang kuk bajak tersebut. Namun, seperti yang dikatakan sutra, adalah lebih sulit dari itu untuk mendapatkan kelahiran sebagai manusia yang dilengkapi dengan kebebasan dan berkah. Nagarjuna menyatakan dalam nasihat kepada Raja Surabhibadra:

Bagi seekor kura-kura untuk menempatkan kepalanya ke dalam lubang Sebuah kuk bajak yang terapung di atas samudera yang luas, Lebih sulit dari itu untuk seekor binatang menjadi manusia. Oleh sebab itu, Tuan Manusia, pungutlah hasil dari keuntunganmu dengan berlatih Dharma.

Dan Santideva berkata:

Buddha berkata bahwa adalah lebih sulit untuk menjadi manusia Dibanding seekor kura-kura untuk menempatkan kepalanya ke dalam lubang kuk bajak yang terombang-ambing di samudera.

Sulitnya memperoleh kelahiran sebagai manusia juga diibaratkan dengan menempelkan kacang kering yang dilemparkan ke dinding licin, atau menempatkan setumpuk kacang di ujung jarum – yang sudah cukup

41

sulit meski kita lakukan hanya dengan sebiji kacang saja! Adalah berguna mengetahui perumpamaan-perumpamaan ini yang di ambil dari Nirvana Sutra dan naskah-naskah sejenis lainnya.

4. Merenungkan dengan perbandingan angka.

Ketika anda mempertimbangkan jumlah dari berbagai makhluk dan tingkatannya, anda bisa menghargai bahwa untuk dilahirkan sebagai manusia adalah sangat tidak mungkin. Sebagai ilustrasi, dikatakan bahwa makhluk yang hidup di neraka adalah sebanyak bintang yang tampak di langit pada waktu malam hari, dan jumlah setan lapar tidak lebih banyak dari bintang yang tampak pada siang hari; jika jumlah setan lapar adalah sebanyak bintang yang tampak pada malam hari, maka jumlah binatang kira-kira sebanyak bintang yang tampak pada siang hari; sedangkan jika jumlah binatang sebanyak jumlah bintang yang tampak pada malam hari, maka jumlah manusia dan dewa hanyalah sebanyak jumlah bintang yang tampak pada siang hari. Dikatakan pula, bahwa jumlah makhluk di neraka adalah sebanyak butir debu di seluruh dunia, dan jumlah setan lapar sebanyak pasir Sungai Gangga; jumlah binatang sebanyak butir gandum dalam drum bir; jumlah asura adalah sebanyak keping salju waktu badai salju – namun jumlah dewa dan manusia hanyalah sebanyak debu yang dapat anda kumpulkan pada kuku jari anda. Untuk memperoleh bentuk kelahiran di alam yang lebih tinggi adalah cukup jarang, namun lebih jarang lagi kelahiran dengan tubuh manusia yang dilengkapi dengan semua kebebasan dan berkah. Kita dapat melihat sendiri setiap saat betapa sedikitnya manusia kalau dibandingkan dengan binatang. Pikirkan berapa banyaknya binatang kecil yang hidup dalam sebuah gumpalan tanah pada musim panas, atau jumlah semut yang hidup dalam sarang semut – hampir tidak ada jumlah penduduk di seluruh dunia sebanyak itu. Begitu juga halnya dalam umat manusia. Kita dapat melihat, dibandingkan dengan manusia yang terlahir di daerah di mana ajaran tidak pernah ada, maka yang terlahir di tempat dimana Dharma sudah tersebar adalah sangat jarang. Dan bahkan jarang di antara mereka pada waktu yang bersamaan memiliki semua kebebasan dan berkah. Dengan semua pandangan ini dalam pikiran, anda seharusnya penuh dengan sukacita bahwa anda sungguh memiliki semua kebebasan dan berkah secara lengkap.

42

Sebuah kehidupan manusia dapat disebut “kehidupan manusia yang berharga” hanya kalau ia memiliki semua aspek kebebasan dan berkah, dan mulai dari waktu itu sungguh menjadi berharga. Tetapi, sepanjang ada aspek yang tidak lengkap, maka bagaimanapun luasnya pengetahuan dan bakat anda dalam hal-hal duniawi, anda tidak memiliki kehidupan manusia yang berharga. Anda hanya memiliki yang disebut kehidupan manusia biasa, hanya kehidupan manusia, atau kehidupan manusia yang malang, kehidupan manusia yang tidak berarti, atau kehidupan manusia yang berpulang dengan tangan hampa. Keadaan demikian adalah seperti gagal menggunakan permata pengabul harapan, meski benda itu sudah di tangan anda, atau ibaratnya pulang dari tanah yang penuh dengan emas dengan tangan hampa.

Memperoleh kehidupan manusia, Lebih berharga dari pada memperoleh permata yang berharga; Lihatlah bagaimana mereka yang tidak takut akan samsara Menyia-nyiakannya!

Bertemu dengan seorang guru, Lebih berharga dari pada memperoleh sebuah kerajaan; Lihatlah mereka yang tidak berbakti, Memperlakukan guru seperti tandingan mereka!

Diberi ikrar Bodhisattva, Lebih berharga dari pada diberi perintah untuk memerintah sebuah propinsi; Lihatlah mereka yang tidak berbelas kasih, Melempar jauh ikrar mereka!

Memperoleh inisiasi tantra, Lebih berharga dari pada menjadi penguasa dunia; Lihatlah mereka yang tidak menjaga samaya, Meringankan beban janji mereka!

Melihat hakikat batin, Lebih berharga dari pada berjumpa dengan Buddha;. Lihatlah mereka yang tidak memiliki kebulatan tekad Berhanyut-hanyut dalam khayalan!

43

Kebebasan dan berkah tidaklah datang secara kebetulan. Mereka adalah hasil akumulasi pahala dan kebijaksanaan selama berkalpa-kalpa. Sarjana besar Trakpa Gyaltsen47 berkata:

Keadaan manusia yang bebas dan dikaruniai, Bukanlah hasil kecerdikan anda. Ia adalah hasil dari pahala yang anda kumpulkan.

Memperoleh kehidupan manusia namun hanya digunakan seluruhnya untuk kegiatan jahat tanpa ada sedikit pun pikiran terhadap Dharma adalah lebih rendah dari makhluk alam rendah. Sebagaimana kata Jetsun Mila kepada pemburu Gönpo Dorje:

Memiliki kebebasan dan keberuntungan kelahiran manusia biasanya disebut berharga; Tetapi ketika saya melihat seseorang seperti kamu, sama sekali ti- dak kelihatan berharga.

Tidak ada kekuatan yang lebih besar yang membawa anda ke alam rendah dari pada kehidupan manusia. Apa yang anda lakukan dengannya, adalah tergantung pada anda sendiri sekarang:

Dipergunakan dengan baik, tubuh ini adalah rakit untuk kebebasan; Dipergunakan dengan buruk, tubuh ini adalah jangkar samsara; Tubuh ini menawarkan baik dan jahat dua-duanya.

Adalah melalui kekuatan pahala yang anda kumpulkan di waktu lampau sehingga anda memperoleh kehidupan manusia lengkap dengan kedelapan belas kebebasan dan berkah. Mengabaikan suatu hal yang penting – Dharma yang tertinggi – dan sebagai gantinya menghabiskan hidup hanya untuk mendapatkan makanan dan pakaian, dan memuaskan diri dengan delapan hal duniawi merupakan penyia-nyian kebebasan dan berkah tersebut. Betapa tidak bergunanya menunggu sampai menjelang kematian dan memukul-mukul dada dengan penyesalan yang dalam. Oleh sebab itu, kehidupan sekarang ini adalah saat yang menentukan yang dapat anda pilih antara kebaikan dan keburukan jangka panjang. Jika anda tidak mempergunakan mereka dengan baik sekarang untuk meraih benteng sifat

47 Trakpa Gyaltsen (1147-1216), putra ketiga dari Sachen Kunga Nyingpo, mewarisi tahta Silsilah Sakya pada umur 26, adalah guru silsilah ketiga Sakyapa. 44

alami yang mutlak 48 dalam kehidupan ini, maka anda telah membuat pilihan yang salah. Seperti yang dikatakan dalam Jalan Bodhisattva:49

Jika sesudah mendapatkan kebebasan-kebebasan ini, Saya tidak berlatih apa yang benar, Tidak ada hal yang lebih keliru; Tidak ada hal yang lebih bodoh!

Dalam kehidupan yang akan datang, akan sangat sulit untuk memperoleh kebebasan seperti ini lagi. Sekali anda terlahir di salah satu alam rendah, sudah tidak ada pikiran tentang Dharma yang bisa muncul dalam benak anda. Dalam keadaan yang sangat bingung untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan dan apa yang tidak, anda akan jatuh semakin dalam ke dalam alam rendah tanpa hentinya. Oleh sebab itu, katakan kepada diri anda bahwa sekarang adalah waktu untuk berusaha. Renungkanlah berulang-ulang, pergunakan tiga metoda yang tertinggi: mulai dengan pikiran bodhicitta, lakukan latihan tersebut tanpa pemunculan gagasan, dan limpahkan pahala pada akhir latihan. Sebagai gambaran seberapa latihan ini telah benar-benar meyakinkan kita, kita seharusnya seperti Geshe Chengawa 50 yang menghabiskan seluruh waktu hidupnya untuk berlatih dan tidak pernah tidur. Geshe Tönpa berkata kepadanya: “Muridku, kamu lebih baik beristirahat. Kamu akan menjadi sakit” "Ya, saya tahu pentingnya tubuh yang sehat,” balas Chengawa, “tetapi ketika saya berpikir betapa sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah yang telah diperoleh, saya tidak punya waktu untuk beristirahat”. Ia melafal sembilan juta kali mantra Miyowa51 dan tidak pernah tidur selama hidupnya. Kita seharusnya merenung sampai keyakinan semacam itu timbul dalam pikiran kita.

48 Tingkat kebuddhaan. 49 Skt. Bodhicaryavatara, uraian tentang jalan Bodhisattva yang terkenal dari Santideva. 50 Geshe Chengawa Tsultrim Bar, (1033–1103), salah satu dari tiga murid utama Drom Tönpa, Guru Kadampa yang memulai silsilah transmisi instruksi lisan Kadampa. Dua murid lainnya adalah Geshe Potowa and Phuchungwa Shönu Gyaltsen (1031–1106). 51 Skt. Acala.

45

Meski saya telah memperoleh kebebasan, saya lemah dalam Dharma, yang merupakan intisarinya. Meski saya telah memasuki Dharma, saya memboroskan waktu melakukan hal-hal lain. Berkatilah saya dan orang-orang bodoh seperti saya ini Sehingga kami dapat mencapai intisari sebenarnya dari kebebasan dan berkah.

46

BAB 2

Ketidak-kekalan kehidupan

Memahami bahwa ketiga alam ini sebagai ilusi yang berlalu dengan cepat, Engkau telah meninggalkan urusan keduniawian ini seperti membuang ludah; Dengan menerima semua kesulitan, engkau mengikuti langkah para guru di masa lampau, Guru yang tiada tandingannya, pada kakimu saya bersujud.

Bahan pembahasan bab ini terdiri dari tujuh renungan: ketidak-kekalan dunia bagian luar di mana makhluk hidup tinggal, ketidak-kekalan makhluk yang hidup di dalamnya, ketidak-kekalan makhluk-makhluk suci, ketidak-kekalan orang-orang yang berkuasa, contoh lain ketidak-kekalan, ketidak-pastian keadaan kematian, kesadaran yang tinggi atas ketidak- kekalan.

I. KETIDAK-KEKALAN DUNIA LUAR DI MANA MAKHLUK HIDUP TINGGAL

Dunia kita, lingkungan luar yang tercipta oleh karma kolektif yang baik dari makhluk hidup, dengan strukturnya yang kokoh dan padat, meliputi empat benua, Maha Meru dan alam-alam surga, bertahan sepanjang kalpa. Tetapi meskipun demikian, ia tidak kekal dan tidak terhindar dari peng- hancuran akhir oleh tujuh tahap api dan satu tahap air.

47

Karena kalpa besar sekarang ini bergerak mendekati waktu penghan- curan, makhluk-makhluk yang hidup di tiap alam di bawah alam dewa dhyana tingkat pertama akan hilang secara bertahap sampai tidak ada satu pun makhluk yang tertinggal. Kemudian tujuh matahari akan timbul di angkasa satu per satu. Ma- tahari yang pertama akan menghanguskan hutan dan semua pohon. Matahari yang kedua akan menguapkan semua anak sungai dan kolam; matahari yang ketiga akan mengeringkan semua sungai; yang keempat akan mengeringkan semua danau besar, bahkan Manasarovar 52 juga. Ketika matahari yang kelima muncul, lautan yang luas juga akan menguap secara bertahap, mula-mula sampai kedalaman seratus yojana,53 kemudian sampai dua ratus yojana, tujuh ratus yojana, seribu yojana, sepuluh ribu yojana dan akhirnya delapan puluh ribu yojana. Air laut yang tertinggal akan menyusut dari satu yojana sampai pada satu jarak pendengaran 54, bahkan sampai tidak cukup untuk mengisi jejak kaki. Pada waktu enam matahari bersinar bersamaan, seluruh dunia dan gunung-gunung yang diselimuti salju akan terbakar. Dan ketika matahari yang ketujuh muncul, Maha Meru sendiri akan terbakar bersama-sama dengan keempat benua, kedelapan sub benua, ketujuh pegunungan emas55 dan barisan gunung besi yang mengelilinginya. Segala sesuatu akan melebur menjadi gumpalan api yang besar. Waktu gumpalan api tersebut berkobar ke bawah, ia akan membinasakan semua alam neraka. Ketika ia berkobar ke atas, ia akan menelan istana-istana Surga Brahma yang sudah lama ditinggalkan. Di atasnya, dewa-dewa muda di alam Surga Parīttābha56 berteriak ketakutan: “Alangkah hebatnya kebakaran ini”. Tetapi dewa-dewa yang tua akan menenteramkan hati mereka dan berkata: “Jangan takut! Begitu api tersebut mencapai Surga Brahma, maka ia akan mereda. Ini sudah terjadi sebelumnya.”

52 Danau Manasarovar juga disebut Mapam Yumtso, adalah salah satu dari empat danau yang terkenal di Tibet, merupakan danau air tawar dataran tinggi yang disuplai oleh gletser Kailash dekat Gunung Kailash. Danau ini dihormati sebagai tempat suci. 53 Satuan panjang India zaman dulu. Satu yojana adalah jarak yang ditempuh oleh seekor lembu selama sehari, kira-kira sama dengan 7 mil atau 11.2 km. 54 Satuan panjang India zaman dulu. Satu jarak pendengaran adalah lima ratus kali panjang busur, kira-kira sama dengan 1/8 yojana atau 1.4 km. 55 Tujuh Jajaran Pegunungan Emas: Menurut Abhidharmakośa, terdapat tujuh jajaran pegunungan emas yang mengelilingi Maha Meru. Dari yang paling dekat ke yang paling jauh berturut-turut adalah: Yugandhara, Īṣādhara, Khadiraka, Sudarśana, Aśvakarṇa, Vinataka dan Nimindhara. Tinggi masing-masing pegunungan adalah separuh dari tinggi pegunungan di depannya. 56 Surga Cahaya Kecil, suatu surga dhyana tingkat pertama di alam bentuk (rūpadhātu) . 48

Sebagai akibat dari kehancuran yang ditimbulkan oleh api, akan terbentuk awan hujan di alam surga dhyana tingkat kedua. Akan turun hujan lebat sampai kedalaman kuk bajak, diikuti dengan hujan lebat sampai kedalaman bajak. Sama seperti garam larut ke dalam air, segala sesuatu di bawah ke alam Surga Parīttābha akan hancur. Penghancuran yang diakibatkan oleh air ini terjadi dalam tujuh tahap. Dan begitu proses itu selesai, angin vajra silang di dasar dunia akan naik. Segala sesuatu di bawah alam surga dhyana tingkat ketiga akan lenyap diterbangkannya. Renungkanlah dalam-dalam dan sungguh-sungguh. Jika setiap dunia dari ribuan juta dunia yang membetuk jagat raya, dengan Maha Meru, empat benua dan surganya sendiri di setiap dunia tersebut akan serentak hancur seperti ini dengan hanya ruang yang tertinggal, mana mungkin tubuh manusia kita yang seperti serangga di akhir musim akan kekal atau stabil?

II. KETIDAK-KEKALAN MAKHLUK YANG TINGGAL DI DUNIA

Dari puncak surga yang paling tinggi sampai neraka yang paling dalam, tidak ada satu makhluk pun yang dapat terhindar dari kematian. Seperti dikatakan oleh Surat Penghiburan57:

Pernahkan anda melihat di bumi atau di surga, Ada makhluk yang lahir dan tidak akan mati? Atau mendengar hal semacam ini pernah terjadi? Atau bahkan berpikir hal itu mungkin terjadi?

Segala yang terlahir harus mati. Tidak seorang pun yang pernah melihat seseorang atau mendengar seseorang di alam mana pun – bahkan di alam dewa – yang dilahirkan namun tidak akan meninggal. Kenyataan- nya, meski tidak terpikir oleh kita apakah seseorang akan meninggal atau tidak, hal itu adalah suatu kepastian. Khususnya kita yang terlahir di akhir suatu masa dalam Jambudvipa, di mana rentang hidup tidak bisa diperkirakan, kematian akan datang dengan cepat. Dari hari ke hari ia semakin dekat semenjak kelahiran kita. Hidup hanya akan menjadi lebih pendek, tidak pernah menjadi lebih panjang. Tidak dapat ditawar-tawar. Kematian semakin mendekat. Sama seperti bayangan gunung saat mata- hari terbenam, ia tidak pernah berhenti sekejab pun.

57 Skt. Sokavinodana, sastra karangan Asvaghosa. 49

Tahukah anda dengan pasti kapan atau di mana anda akan meninggal? Mungkin besok, atau malam ini? Apakah anda yakin anda tidak me- ninggal sekarang, di antara tarikan nafas sekarang dan berikutnya? Seperti dikatakan dalam Nidāna-vagga58:

Siapakah yang yakin bahwa ia akan hidup sampai besok? Hari ini adalah waktu untuk berlatih. Karena pasukan Dewa Kematian Bukan saudara kita sendiri.

Dan Nagarjuna juga berkata:

Kehidupan tidak kekal dan disertai banyak kesulitan, Ia mudah pecah bagaikan gelembung yang tertiup angin; Kematian dapat terjadi dalam tidur, antara setiap embusan dan tarikan nafas; Sungguh menakjubkan kita bisa bangun dalam keadaan masih hidup!

Orang-orang bernafas dengan lega dan menikmati tidurnya. Namun, dari satu nafas ke nafas berikutnya tidak ada jaminan bahwa kematian tidak akan menyelinap ke dalamnya. Bangun dengan sehat sesungguhnya adalah kejadian yang patut dianggap sebagai suatu hal yang menakjubkan, namun kita menggangap hal itu sama sekali wajar. Meskipun kita tahu kita akan meninggal pada suatu hari, kita tidak sungguh-sungguh membuat sikap hidup kita dipengaruhi oleh kemung- kinan meninggal yang selalu ada. Kita tetap saja menghabiskan waktu kita mengharapkan dan merisaukan nafkah kita di masa depan, sepertinya kita akan hidup selamanya. Kita tetap terlibat penuh dalam memperjuangkan kesejahteraan, kebahagiaan dan kedudukan sosial kita – sampai tiba-tiba kita dihadapkan kepada Dewa Kematian dengan tali jerat hitamnya yang besar, yang menggertakkan gigi sambil memperlihatkan taringnya. Waktu itu tidak ada yang dapat menolong kita. Meski ada angkatan bersenjata, perintah penguasa, harta orang kaya, kecerdasan sarjana, pesona kecantikan, ketangkasan olahragawan yang dapat berlari secepat kuda – semuanya tidak ada yang berguna. Kita boleh saja mengunci diri kita dalam lemari berlapis baja, dikawali dengan ratusan ribu serdadu yang memegang tombak dan anak panah; namun meskipun demikian, hal itu tidak memberikan perlindungan atau persembunyian sedikit pun. Begitu

58 Sutra tentang asal mula, merupakan bagian dari Samyutta Nikaya. 50

Dewa Kematian mengalungkan tali jerat hitamnya ke leher kita, muka kita mulai pucat, mata kita berkaca-kaca. Dengan kepala dan anggota badan yang kaku, kita diseret ke jalan raya menuju ke kehidupan selanjutnya. Kematian tidak dapat diusir oleh pendekar, disuruh pergi oleh orang yang berkuasa, atau dibujuk dengan makanan dan minuman. Kematian tidak menyediakan tempat buat kita untuk melarikan diri, tidak ada tempat untuk bersembunyi, tidak ada perlindungan, pemandu ataupun teman dan sanak saudara. Kematian menolak semua pertolongan ketrampilan ataupun kemurahan hati. Begitu hidup kita berakhir, meski Buddha Pengobatan tampil sendiri pun tidak akan menunda kematian kita. Oleh sebab itu, mulai saat ini, janganlah menyelinap ke dalam kema- lasan dan penundaan. Renungkanlah dengan kesungguhan hati akan ketidak-kekalan dan pentingnya melatih Dharma, satu-satunya hal yang sungguh-sungguh bisa menolong kita pada saat kematian.

III. KETIDAK-KEKALAN MAKHLUK-MAKHLUK SUCI

Dalam Kalpa Bhadra ini, Buddha Vipasyin, Buddha Sikhin dan lima Buddha lainnya 59 sudah muncul. Setiap dari mereka muncul dengan kelompok Sravaka dan Arhatnya dalam jumlah yang tak terbayangkan. Setiap dari mereka bekerja untuk membawa kebaikan kepada makhluk yang tak terhitung banyaknya melalui ajaran Tiga Kendaraan. Namun, sekarang ini yang tertinggal bagi kita hanyalah ajaran Buddha Sakyamuni. Selain itu, semua Buddha lainnya sudah parinirwana, dan ajaran murni yang mereka berikan sudah hilang secara perlahan-lahan. Satu per satu, banyak Sravaka terkenal yang ditakdirkan hidup di masa ini, berikut rombongan pengiringnya yang terdiri dari lima ratus Arhat, sudah melampaui penderitaan dan memasuki nirvana tanpa sisa, tiada suatu pun yang tertinggal. Di India, pernah hidup lima ratus Arhat yang menghimpun kata-kata Buddha. Ada Enam Perhiasan dan Dua Yang Tertinggi,60 Delapan Puluh Siddha, dan banyak lagi lainnya yang menguasai semua hal yang berhubungan dengan Jalan dan tingkatannya, serta memiliki kewaskitaan

59 Kelima Buddha lainnya adalah: Buddha Vessabhū, Buddha Kakusandha, Buddha Koṇāgamana, Buddha Kassapa dan Buddha Gautama. 60 Enam Perhiasan: Ahli dalam Madhyamakā: Nāgārjuna dan Āryadeva; ahli Yogācāra/Vijñānavāda: Asanga dan Vasubandhu; ahli Hetuvidyā: Dignāga dan Dharmakīrti; Dua Yang Tertinggi: Ahli dalam ajaran dasar agama Buddha dan Vinaya: Gunaprabha dan Sakyaprabha. 51

dan kekuatan gaib yang menakjubkan dan tak terbatas. Tetapi yang tinggal dari mereka sekarang hanyalah cerita tentang bagaimana mereka hidup.

Di Tibet, Tanah Salju ini, ketika Buddha Kedua dari Uddiyana 61 memutar roda Dharma untuk mematangkan dan membebaskan makhluk, hidup dua puluh lima muridnya yang dikenal dengan Raja dan kawula, serta Delapan Puluh Siddha Yerpa. Kemudian terdapat guru-guru Tradisi Lama: So, Zur dan Nup62; Marpa, Milarepa dan Dagpo dari Tradisi Baru, dan tak terhitung banyaknya orang yang terpelajar dan ulung. Kebanyakan dari mereka mencapai pencapaian yang tinggi dan menguasai keempat elemen. Mereka dapat membuat beraneka macam perubahan yang ajaib. Mereka dapat membuat barang nyata timbul entah dari mana dan hilang entah ke mana. Mereka tidak dapat dibakar dengan api, ditenggelamkan ke dalam air, diremukkan dengan tanah atau dijatuhkan ke dalam jurang – singkatnya, mereka bebas dari segala kerusakan yang disebabkan oleh keempat elemen. Sebagai contoh, sekali peristiwa Jetsun Milarepa sedang bermeditasi dalam keheningan di gua Nyesangkatya di Nepal ketika segerombolan pemburu melewatinya. Melihat ia duduk di sana, mereka bertanya apakah ia seorang manusia atau hantu. Milarepa tetap tidak bergerak. Tatapannya tetap ke depan dan tidak menjawab. Pemburu-pemburu tersebut memanahkan berondongan anak panah beracun kepadanya, namun tidak ada satu pun anak panah itu yang dapat menembus kulitnya. Mereka melemparnya ke dalam air, kemudian dari atas jurang yang terjal, tetapi setiap kali ia kelihatan ada di sana lagi, duduk seperti semula. Akhirnya mereka menumpuk kayu bakar di sekelilingnya dan menyala- kannya. Tetapi api tersebut tidak dapat membakarnya. Ada banyak orang yang mencapai kekuatan seperti itu. Tapi akhirnya, semuanya juga tidak kekal, dan sekarang, yang tinggal hanyalah cerita tentang mereka. Sedangkan kita, perbuatan negatif kita ditarik oleh angin kondisi negatif ke arah kecenderungan negatif kita yang kuat, mengiring kita ke sini, ke dalam mesin kotor yang dibuat dari keempat elemen tersebut, ke tempat di mana kita terjebak dan pada mana keberadaan kita yang berperasaan

61 Padmasambhava sering disebut sebagai Buddha kedua era kita, yang memperluas pekerjaan Buddha Sakyamuni. 62 Tiga Guru Tantrayana Tradisi Lama yang paling awal, So Yeshe Wangchuk, Zur Shakya Jungne, dan Nup Chen Sangye Yeshe. 52

tergantung. – orang-orangan tubuh bayangan, yang dapat hancur kapan saja. Oleh sebab itu, renungkanlah betapa pentingnya mulai sekarang untuk memberi dorongan kepada anda sendiri ke arah pikiran, ucapan dan perbuatan yang selalu bersifat positif.

IV. KETIDAK-KEKALAN MEREKA YANG BERKUASA

Ada dewa dan rsi hebat dan termasyhur yang bisa hidup selama beberapa kalpa. Namun tetap saja mereka tidak terhindar dari kematian. Makhluk-makhluk yang memegang pemerintahan, seperti Brahma, Indra, Visnu, Isvara dan dewa-dewa besar lainnya dapat hidup selama beberapa kalpa, dengan tinggi badan yang diukur dengan yojana atau jarak pendengaran, dan dengan kekuasaan dan kecemerlangan yang melebihi matahari dan bulan, meskipun demikian, mereka tidak terlepas dari kematian. Sebagaimana Harta Karun Pahala Kebajikan menyebutkan:

Malah Brahma, Indra, dan Cakravartin, Tidak punya cara menghindari Dewa Kematian.

Selain itu, bahkan tidak ada makhluk surgawi atau rsi manusia dengan lima jenis kewaskitaan dan kekuatan untuk terbang di angkasa dapat menghindari kematian. Surat Penghiburan berkata:

Rsi hebat dengan lima kekuatan gaib63 Dapat terbang jauh di angkasa, Namun mereka tidak pernah mencapai Tanah di mana kekekalan berkuasa.

Di dunia manusia kita, pernah ada kaisar dunia yang mencapai puncak kekuasaan dan kekayaan materi. Di tanah suci India, mulai dari Maha- sammata, tidak terhitung banyaknya raja yang memerintah seluruh negeri tersebut. Kemudian memerintah di sana ketiga Pala, tiga puluh tujuh Chandra dan banyak lagi raja yang kaya dan berkuasa yang memerintah di India timur maupun barat, namun kini tidak seorang pun yang tertinggal.

63 Lima kekuatan gaib (Abhijñā) : Mata dewa, telinga dewa, membaca pikiran orang, meng- ingat kehidupan lampau, dan kekuatan batin fisik. 53

Di Tanah Salju Tibet, raja pertama Nyatri Tsenpo64 merupakan ketu- runan makhluk suci, emanasi Bodhisattva Nivaranaviskambhin. Kemu- dian memerintah tujuh raja surgawi yang disebut Tri, enam raja duniawi yang disebut Lek, delapan raja menengah yang disebut De, lima raja perantara yang disebut Tsen, dan tiga belas raja dari Dinasti Keberuntung- an, termasuk lima raja dari Dinasti yang Paling Beruntung dan banyak lagi. Dalam masa pemerintahan Raja Dharma Songtsen Gampo, bala tentara gaib menaklukkan semua negeri dari Nepal sampai ke China. Raja Trisong Detsen menguasai dua per tiga dari Jambudvipa, dan dalam masa pemerintahan Ralpachen, sebuah pilar besi didirikan di tepi sungai Gangga untuk menandakan batas antara India dan Tibet. Tibet menjalankan kekuasaan di banyak daerah di India, Tiongkok, Gesar, Tajikistan dan negeri lainnya. Pada festival Tahun Baru, duta besar dari negara-negara tersebut diminta untuk berkumpul di Lhasa pada hari tersebut, memberikan upeti dan sebagainya. Ini adalah kekuasaan Tibet pada masa lalu. Namun ia tidak bertahan, dan sekarang, selain catatan sejarah, tiada apa pun yang tersisa. Renungkan kehebatan masa lalu tersebut. Bandingkan mereka dengan keluarga kita, harta benda kita, pembantu, status dan apa pun yang kita hargai, secara keseluruhan kelihatannya tidak lebih berarti dibandingkan dengan sebuah sarang lebah. Renungkanlah dalam-dalam. Dan tanyakan kepada diri anda sendiri, mana mungkin anda punya pemikiran bahwa barang-barang tersebut akan bertahan selamanya dan tidak pernah berubah.

V. CONTOH KETIDAK-KEKALAN LAINNYA

Sebagai contoh ketidak-kekalan, pikirkan siklus pertumbuhan dan kemerosotan yang terjadi pada satu kalpa. Dahulu kala, pada masa awal kalpa ini, tidak ada matahari dan bulan di angkasa. Manusia diterangi dengan cahaya yang timbul dari dalam dirinya sendiri. Mereka dapat bergerak secara gaib melintasi ruang. Tubuh mereka tingginya beberapa yojana. Mereka makan nektar surgawi dan menikmati kebahagiaan yang sempurna dan keberadaan baik yang sebanding dengan apa yang dimiliki dewa-dewa. Namun, lama-kelamaan, karena pengaruh emosi negatif dan perbuatan yang buruk, manusia merosot secara perlahan menjadi keadaan seperti sekarang ini. Bahkan sekarang, karena emosi ini menjadi semakin menyolok, rentang umur dan keberuntungan manusia masih akan terus

64 Lihat halaman 428. 54

merosot. Proses ini akan terus berlanjut sampai umur manusia tidak lebih dari sepuluh tahun. Pada waktu itu, sering terjadi wabah penyakit, perang dan kelaparan, sehingga kebanyakan makhluk hidup di dunia akan lenyap. Kemudian, bagi mereka yang selamat, emanasi dari Buddha Maitreya akan mengajarkan pantangan untuk membunuh. Pada waktu itu, tinggi tubuh manusia cuma satu kaki dan hanya hidup selama dua puluh tahun. Namun mulai waktu itu rentang hidup mereka akan meningkat secara perlahan sampai mencapai delapan puluh ribu tahun. Pada waktu itu, Yang Dipertuan Maitreya akan muncul secara pribadi, menjadi Buddha dan memutar Roda Dharma. Ketika siklus pertumbuhan dan kemerosotan seperti ini sudah terjadi sebanyak delapan belas kali dan umur manusia sudah tak terhitung lamanya, Buddha Aspirasi Tak Terbatas65 akan muncul dan hidup selama semua umur Buddha dalam Kalpa Bhadra digabung menjadi satu. Aktivitasnya untuk kesejahteraan makhluk hidup juga setara dengan semua aktivitas mereka digabung menjadi satu. Akhirnya, kalpa ini akan berakhir dengan kehancuran. Dengan merenungkan perubahan seperti ini, anda dapat melihat, bahwa dalam skala yang begitu besar seperti ini pun tidak ada yang luput dari ketidak-kekalan. Memperhatikan perubahan yang terjadi dalam empat musim, anda juga dapat melihat bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal. Pada musim panas, padang rumput berwarna hijau dan tumbuh lebat karena siraman nektar hujan. Semua makhluk berjemur dalam keberadaan yang baik dan bahagia. Bunga-bunga muncul dalam jenis yang tak terhitung jumlahnya dan seluruh pemandangan menjadi taman Firdaus yang sangat indah, dengan bunga-bunga warna putih, keemasan, merah tua dan biru. Kemudian, ketika angin musim rontok mulai menjadi lebih dingin, padang rumpat yang semula hijau menjadi berwarna kuning. Buah-buahan dan bunga- bunga, satu persatu mengering dan layu. Musim dingin mulai datang dan seluruh dunia menjadi keras dan rapuh seperti batu karang. Kolam dan sungai membeku dan angin yang dingin merambah pemandangan alam. Meskipun anda sudah menempuh beberapa ‘jarak kuda’66 mencari bunga- bunga musim panas, namun tidak akan menemukan sekuntum pun. Dan begitulah musim terus bertukar, habis musim panas datang musim rontok, musim rontok ke musim dingin dan musim dingin ke musim semi, satu berbeda dengan yang sebelumnya. Dan setiap darinya hanya berlangsung sebentar saja. Lihatlah betapa cepatnya kemarin dan hari ini, pagi ini dan

65 Buddha terakhir dalam Kalpa Bhadra. 66 Jarak yang ditempuh oleh seekor kuda dalam sehari. 55

malam ini, tahun ini dan tahun depan, semua lewat satu demi satu. Tiada satu pun yang bertahan, tiada yang dapat diandalkan. Pikirkan perubahan yang terjadi pada kota, kampung dan vihara atau tempat di mana saja anda pernah tinggal. Orang-orang yang tadinya kaya dan aman tiba-tiba mendapatkan mereka sedang menuju kehancuran. Sementara yang lainnya, dulunya miskin dan tak berdaya, sekarang berbicara dengan kewenangan, berkuasa dan kaya. Tiada hal yang sama seperti dulu untuk selamanya. Dalam keluarga anda sendiri, orang tua, kakek dan kakek buyut generasi sebelumnya sudah meninggal satu per satu. Hanya tinggal nama mereka saja buat anda. Dan ketika waktu tiba, kakak, adik dan sanak saudara lainnya akan meninggal pula. Tiada seorang pun yang tahu ke mana mereka pergi. Orang-orang berkuasa dan kaya yang tahun lalu terkemuka dalam negara, banyak di antara mereka pada tahun ini hanya tinggal nama saja. Siapa tahu apakah orang-orang yang kekayaan dan kewenangannya membuat masyarakat iri hati, akan tetap pada posisinya pada tahun depan – atau malah bulan depan? Dari ternak anda – domba, kambing, anjing – berapa yang sudah mati pada waktu dulu dan berapa yang masih hidup? Ketika anda memikirkan apa yang terjadi pada semua kasus ini, anda dapat melihat bahwa tiada satu pun yang tetap sama selamanya. Orang-orang yang hidup pada seratus tahun lebih yang lalu, tiada satu pun yang lolos dari kematian. Dan seratus tahun kemudian, setiap orang yang hidup di dunia ini akan meninggal. Tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal. Oleh sebab itu tiada barang apa pun di dunia ini, yang berjiwa maupun yang tidak berjiwa, yang memiliki kestabilan atau kekekalan.

Apa yang terlahir tidak kekal dan akan mati, Apa yang dihimpun tidak kekal dan akan habis, Apa yang tergabung tidak kekal dan akan terpisah, Apa yang dibangun tidak kekal dan akan runtuh, Apa yang meningkat tidak kekal dan akan merosot.

Teman dan musuh, kebahagiaan dan kesusahan, kebaikan dan keja- hatan, segala pikiran yang mengikuti batin anda – semuanya selalu berubah. Anda mungkin sama mulianya seperti makhluk surga, sama perkasanya seperti halilintar, sama kayanya seperti raja naga, sama tampannya seperti dewa, atau sama cantiknya seperti pelangi – namun tidak peduli anda siapa atau apa, ketika kematian tiba-tiba datang, tidak ada suatu pun yang

56

dapat anda lakukan walaupun untuk sekejab saja. Anda tidak punya pilihan lain selain pergi, telanjang dan dingin, dengan lengan anda kaku terkatup di depan dada. Sungguh tak tertahankan rasanya berpisah dengan uang anda, barang-barang milik anda yang anda hargai, teman-teman, kekasih, pelayan, murid, negara, tanah, rakyat, makanan, minuman, kesenangan hidup. Anda harus tinggalkan semuanya, seperti sehelai benang yang ditarik keluar dari suatu irisan mentega. Anda mungkin adalah Lama kepala yang mengepalai ribuan biarawan, namun anda tidak dapat membawa satu pun dari mereka. Anda mungkin seorang gubernur dari sekian puluh ribu rakyat, namun anda tidak dapat membawa satu pun sebagai pelayan anda. Semua kekayaan di dunia tetap tidak memberi kekuasaan kepada anda meski hanya untuk mengambil sehelai benang dan jarum. Tubuh anda yang sangat anda sayangi juga harus anda tinggalkan. Tubuh yang sama ini, yang dibungkus dengan sutera dan brokat waktu anda masih hidup, yang selalu diisi dengan teh dan bir, yang pernah kelihatan tampan dan yang terhormat seperti seorang dewa, sekarang disebut mayat, dan ditinggal terbaring dalam keadaan putih kelabu yang mengerikan, berat dan mengerut.

Jetsun Mila berkata:

Barang ini yang kita sebut mayat, begitu mengerikan untuk dilihat, Ada disini sekarang – badan kita sendiri.

Badan anda akan diikat erat dengan tali dan ditutup dengan kain, ditopang dengan tanah dan batu. Mangkuk anda ditaruh terbalik pada bantal anda.67 Tidak peduli seberapa berharga dan disayangi, sekarang anda menimbulkan rasa muak dan ngeri. Ketika makhluk hidup berbaring untuk tidur, meski di atas tumpukan permadani bulu binatang dan kulit domba yang lembut, mereka mulai merasa tidak enak sesudah berbaring beberapa lama dan sering membalik-balikkan badannya. Namun, begitu anda meninggal, anda hanya bisa berbaring di atas batu atau tumpukan rumput, dengan rambut anda terpercik tanah. Sebagian dari anda yang mengepalai keluarga atau menjadi kepala suku, mungkin akan kuatir tentang orang-orang di bawah perlindungan anda. Karena semua kekayaan, kesenangan hidup dan kebahagiaan tergantung

67 Adat kebiasaan bangsa Tibet, meletakkan mangkok yang dipakai orang yang meninggal semasa hidupnya di samping bantalnya. 57

dari anda, begitu anda tidak ada lagi di sana untuk menjaga mereka, apakah mereka tidak mudah mati kelaparan atau kedinginan, dibunuh oleh musuh atau ditenggelamkan ke dalam sungai? Kenyataannya, bagaimana- pun juga, sesudah kematian anda, mereka tidak merasa lain kecuali menjadi lega karena sudah berusaha menyingkirkan jenazah anda dengan mengkremasinya, membuangnya ke dalam sungai, atau menguburnya ke perkuburan. Ketika anda meninggal, anda tidak punya pilihan selain mengembara sendirian dalam alam kesementaraan dengan tidak berteman. Pada waktu itu, satu-satunya perlindungan anda adalah Dharma. Oleh karena itu katakan kepada anda berulang-ulang bahwa mulai sekarang anda harus berusaha mencapai sedikitnya satu latihan dari Dharma yang sejati. Apa pun yang terkumpul akan habis terpakai. Seorang raja yang memerintah seluruh dunia bisa saja berakhir sebagai gelandangan. Banyak orang memulai kehidupan mereka dengan dikelilingi kekayaan, dan berakhir dengan mati kelaparan karena kehilangan semuanya. Orang- orang yang memiliki ratusan kawanan ternak bisa saja menjadi pengemis pada tahun berikutnya karena wabah penyakit atau badai salju. Dan seseorang yang mulanya kaya dan berkuasa sehari sebelumnya bisa saja tiba-tiba mendapatkan dia minta sedekah, karena musuhnya telah memusnahkan semua barang yang dia miliki. Lihatlah sendiri bagaimana hal-hal ini terjadi. Tidak mungkin mempertahankan kekayaan dan milik anda selamanya. Janganlah lupa bahwa kemurahan hati adalah modal yang penting yang harus dibangun. Tidak ada kebersamaan yang dapat berlangsung selamanya. Hal itu selalu berakhir dengan perpisahan. Kita ibaratnya penduduk yang ber- kumpul dari tempat yang berbeda dalam jumlah ribuan, malah puluh ribuan pada sebuah pasar atau suatu festival keagamaan yang penting, dan akan berpisah lagi kalau masing-masing pulang ke rumah. Betapa pun kasih sayangnya hubungan yang kita nikmati sekarang – guru dan murid, majikan dan pembantu, pelindung dan orang yang dilindungi, teman spiritual, kakak dan adik, suami dan isteri – tidak ada cara yang dapat menghindari perpisahan pada akhirnya. Kita tidak bisa memperkirakan kapan kematian atau suatu kejadian yang mengerikan tidak akan terjadi dan memisahkan kita sekarang. Oleh karena teman spiritual, pasangan dan lain sebagainya bisa saja berpisah setiap waktu dengan tidak terduga, maka lebih baik kiranya kita menghindari kemarahan, perselisihan, kata-kata kasar dan perkelahian. Kita tidak pernah akan tahu berapa lama kita bisa bersama, oleh sebab itu kita harus memutuskan untuk menaruh perhatian

58

dan menyayangi selama waktu masih ada. Sebagaimana dikatakan oleh Padampa Sangye:

Keluarga adalah seperti iring-iringan orang banyak di hari pasar; Janganlah mengeritik atau bertengkar, hai orang-orang Tingri!

Apa pun yang dibangun akan runtuh juga. Perkampungan dan biara yang pada suatu waktu sukses dan makmur, sekarang tergeletak kosong dan ditinggalkan, dan rumah yang pada suatu waktu menjadi tempat tinggal pemiliknya yang rajin, sekarang tinggal burung-burung yang membuat sarang mereka di sana. Bahkan biara pusat tingkat tiga Samye68, yang dibangun secara gaib 69 dalam masa pemerintahan Raja Trisong Detsen, dan yang disucikan oleh Buddha Kedua dari Uddiyana, dihancurkan oleh api hanya dalam satu hari saja. Istana Gunung Merah70 yang ada pada waktu Raja Songtsen Gampo, yang menyaingi istana Indra sendiri, bahkan sekarang sampai batu-batu fondasi pun tiada yang tersisa. Oleh sebab itu, untuk apa kita memberikan begitu banyak perhatian kepada kota di mana kita tinggal sekarang, rumah dan biara yang hanya seperti sarang-sarang dari banyak serangga? Adalah lebih baik menyiapkan hati kita mengikuti contoh dari orang-orang Kagyupa dahulu sampai akhir hidup kita, yang meninggalkan negeri mereka dan tinggal di tempat yang jauh. Mereka tinggal di jurang bebatuan yang terjal, hanya berteman dengan binatang, dan tidak begitu memperhatikan makanan, pakaian atau kemasyhuran, sambil memegang teguh empat tujuan dasar Kadampa:

Sandarkan hati anda pada Dharma, Sandarkan Dharma anda pada kehidupan yang sederhana, Sandarkan kehidupan sederhana anda pada pikiran tentang kematian, Sandarkan kematian anda pada gua yang sunyi.

Tanah dan bala tentara yang hebat tidak pernah bertahan lama. Raja jagat raya Mandhatri adalah Cakravartin roda emas 71 yang memiliki

68 Vihara kuno terkenal yang terletak di Dranang, Lhoka (Shannan), Tibet. 69 Dibangun Raja Trisong Detsen dengan tenaga kerja yang diundang dari India. 70 Gunung Merah: Gunung di mana Istana Potala berada. 71 Terdapat empat tingkat Cakravartin: Cakravartin roda emas menguasai empat benua, Cakravartin roda perak menguasai tiga benua, Cakravartin roda tembaga menguasai dua benua, dan Cakravartin roda besi menguasai satu benua. 59

kekuasaan atas empat benua. Ia memerintah Surga Tiga Puluh Tiga,72 dan bahkan memakai singasana bersama Dewa Indra, raja para dewa. Ia dapat mengalahkan Asura dalam peperangan. Namun akhirnya ia jatuh ke bumi dan meninggal dengan hasrat dan cita-citanya yang tetap tak terpenuhi. Anda dapat melihat sendiri semua orang yang memegang kekuasaan dan kewenangan – raja, Lama, tuan tanah atau pejabat pemerintah – tidak satu pun yang dapat mempertahankan status mereka selamanya. Banyak orang berkuasa, yang mengetuk palu dan menjatuhkan hukuman pada tahun yang lalu, mendapatkan mereka tinggal merana dalam penjara pada tahun berikutnya. Apa gunanya kekuasaan yang tidak kekal seperti itu buat anda? Pada sisi lain, keadaan kebuddhaan yang sempurna tidak pernah akan berkurang dan rusak, dan yang patut mendapatkan persembahan dari manusia dan dewa. Itulah yang seharusnya anda tekuni untuk dicapai. Persahabatan dan permusuhan juga jauh dari kekal. Pada suatu hari ketika Arhat Katyayana sedang berpindapatta, ia bertemu dengan seseo- rang yang sedang memangku anaknya. Orang itu sedang memakan se- ekor ikan dengan nikmatnya, dan melemparkan batu pada seekor anjing betina yang mencoba mendekati tulang ikan. Apa yang dilihat oleh guru tersebut lewat kewaskitaannya adalah demikian: Ikan tersebut adalah ayah orang tersebut pada kelahiran itu juga, dan anjing betina itu adalah ibunya. Seorang musuh yang dibunuhnya pada kehidupan yang lampau telah terlahir sebagai anaknya, sebagaimana balasan karma yang harus diterima oleh orang tersebut. Katyayana berseru:

Ia makan daging ayahnya, dan menyepak pergi ibunya, Ia menimang musuh yang dibunuhnya dalam pangkuannya. Isteri sedang mengerkah tulang suaminya. Saya tertawa melihat apa yang terjadi dalam pertunjukan samsara!

Bahkan dalam satu kehidupan, sering terjadi bahwa musuh bebuyutan kemudian berdamai dan menjadi teman. Mereka malah mungkin menjadi bagian dari keluarga satu sama lainnya, dan akhirnya lebih dekat dari pada siapa pun. Di sisi lain, orang-orang yang terikat erat dalam hubungan darah atau perkawinan sering bertengkar dan membuat kesusahan sebanyak mungkin kepada pihak lainnya demi benda yang sepele atau warisan yang tak berharga. Pasangan atau teman yang disayangi dapat berpisah karena alasan yang remeh, yang malah bisa berakhir dengan

72 Skt. Trāyastriṃśa; surga alam kamadhatu (alam nafsu keinginan) yang terletak di puncak Maha Meru, di atas Surga Caturmaharajakajika. Rajanya adalah Dewa Indra. 60

pembunuhan. Dengan melihat bahwa semua persahabatan dan permusuh- an hanya berlangsung sebentar saja, ingatkan diri anda berulang-ulang untuk memperlakukan setiap orang dengan kasih sayang dan belas kasih. Nasib baik dan kesusahan tidak pernah berlangsung selamanya. Ba- nyak orang yang memulai hidupnya dalam kesenangan dan kecukupan, tetapi berakhir dengan kemiskinan dan penderitaan. Yang lainnya mulai dengan kesengsaraan yang amat dalam, namun kemudian bahagia dan kaya. Malah pernah ada orang yang mulanya adalah pengemis akhirnya menjadi raja. Tak terhitung banyaknya contoh pembalikan nasib seperti demikian. Sebagai contoh, paman Milarepa, misalnya. Ia memberikan sebuah pesta yang meriah untuk menantu perempuannya. Namun menjelang senja, rumahnya roboh dan ia menangis dalam kesedihan. Ketika Dharma membawa kesulitan kepada anda, berapa pun banyaknya penderitaan yang harus anda jalani, seperti Jetsun Milarepa dan Sang Penakluk zaman dulu, akhirnya kebahagiaan anda tidak bisa tertandingkan. Namun, jika perbuatan salah yang menyebabkan anda menjadi kaya, maka apa pun kesenangan yang mungkin sementara anda dapatkan, akhirnya penderitaan anda akan tidak terhingga. Nasib baik dan kesedihan tidak dapat diperkirakan. Pada waktu dulu, di kerajaan Aparantaka, jatuh hujan makanan yang berlangsung selama tujuh hari. Kemudian disusul dengan hujan pakaian selama tujuh hari berikutnya. Lalu jatuh hujan permata berharga selama tujuh hari lagi – dan akhirnya jatuhlah hujan tanah yang mengubur semua penduduk. Semua orang meninggal dan terlahir di alam rendah. Tidak ada gunanya mencoba dengan penuh pengharapan atau dengan ketakutan untuk mengendalikan kebahagian dan penderitaan yang selalu berubah ini. Sebaliknya, tinggalkanlah semua kesenangan hidup, kekayaan dan ke- nikmatan dunia seperti anda membuang ludah. Bertekadlah untuk mengi- kuti langkah Sang Penakluk waktu dulu, menerima dengan tabah semua kesulitan yang harus anda dapatkan demi Dharma. Keunggulan dan status rendah juga tidak kekal. Dalam kehidupan duniawi, berapa pun berwenang dan fasih bicaranya seseorang, berapa pun berbakat dan trampilnya, akan tiba waktunya semua kualitas ini merosot. Begitu pahala yang dikumpulkan waktu lampau sudah habis terpakai, tiada rencana yang akan terlaksana, dan tidak ada apa pun yang dilakukan akan berhasil. Ia akan dikritik dari berbagai arah. Ia akan menjadi sedih dan semua orang memandang rendah terhadapnya. Sebagian orang kehilangan keuntungan kecil yang pernah mereka dapat, dan berakhir dengan tidak memiliki apa pun. Sementara yang lainnya, yang pada awalnya adalah

61

penipu dan pembohong tanpa ketrampilan dan akal sehat sedikit pun, akhirnya menjadi kaya dan senang, dipercaya oleh setiap orang dan dihargai sebagai orang yang baik dan dapat dipercaya. Sebagaimana kata peribahasa: “Penipu ulung jugalah yang memperoleh tempat yang terpenting” Dalam kehidupan keagamaan, peribahasa itu pun berlaku juga. “Pada waktu tua, orang yang sudah memiliki pencapaian malah mencari pengetahuan, orang yang meninggalkan kehidupan keduniawian malah mengumpulkan harta, dan biarawan malah menjadi kepala keluarga.” Orang-orang yang mulanya meninggalkan semua kegiatan keduniawian bisa saja mendapatkan bahwa akhirnya ia sibuk mengumpulkan kekayaan dan makanan. Sedang yang lain lagi, yang mulai dengan mengajar Dharma, akhirnya menjadi pemburu, pencuri atau perampok. Biarawan yang waktu mudanya menjaga semua kaul Vinaya, mungkin juga menjadi ayah dari banyak anak-anak. Di lain pihak, banyak orang yang mulanya berbuat jahat, namun akhirnya bertekun melatih Dharma yang suci dan mencapai pencapaian, atau kalau tidak demikian, sedikitnya ia menemukan cara menuju kelahiran yang semakin tinggi pada waktu kematian. Oleh karena itu, seseorang yang kelihatan jahat atau baik sekarang ini, hanyalah kesan sementara yang sama sekali tidak memiliki sifat yang abadi atau tetap. Anda mungkin kadang-kadang merasa sedikit kecewa dengan keadaan samsara, dan membangun kebulatan tekad yang samar- samar untuk bebas darinya. Dan kelihatannya, anda seperti seorang murid Dharma yang sungguh-sungguh dan sangat berkesan pada pikiran orang banyak, sehingga mereka ingin menjadi donatur atau murid anda. Namun, pada saat itu, kecuali anda memeriksa diri anda dengan teliti, anda bisa dengan mudah mulai berpikir bahwa anda sungguh-sungguh seperti yang dilihat oleh orang banyak atas diri anda. Terbuai oleh kebanggaan, anda sepenuhnya terbawa oleh penampilan dan mulai berpikir anda dapat melakukan segala yang anda inginkan. Anda sama sekali sudah tertipu oleh kekuatan negatif. Oleh sebab itu, buanglah kepercayaan akan keakuan dan tumbuhkan kebijaksanaan ketiada-diri. 73 Sebelum anda mencapai tingkat Bodhisattva yang maha luhur, tidak ada penampilan yang baik ataupun buruk yang dapat bertahan. Renungkanlah terus menerus akan kematian dan ketidak-kekalan. Analisa kesalahan anda sendiri dan selalulah mengambil posisi yang rendah. Tumbuhkan ketidakpuasan terhadap samsara dan hasrat untuk mencapai kebebasan.

73 Kebijaksanaan yang melihat kekosongan diri dan fenomena. 62

Latihlah supaya anda menjadi tenang, berdisiplin dan berhati-hati. Kembanglah terus menerus suatu perasaan perih dan kesedihan yang dalam pada pemikiran akan benda-benda gabungan yang fana dan penderitaan samsara. Seperti kata Jetsun Milarepa:

Dalam gua batu di tempat yang sunyi, Niatku teguh melepas samsara; Keyakinanku penuh dan tidak berpisah Dengan Guruku, Buddha tiga masa.

Kecuali anda mempertahankan latihan seperti ini terus menerus, anda tidak akan tahu ke mana pikiran yang selalu muncul tiba-tiba itu akan membawa anda. Dahulu kala ada seorang yang bermusuhan dengan tetangganya. Lalu dia melatih Dharma dan dikenal dengan Praktisi Gelong Thangpa. Ia belajar mengendalikan tenaga dan pikirannya, sehingga ia dapat terbang di angkasa. Suatu hari, melihat sekumpulan besar merpati sedang makan makanan persembahan yang ia adakan, ia tiba-tiba berpikir bahwa dengan pasukan yang terdiri dari banyak orang, ia dapat membasmi musuhnya. Ia gagal membawa pikirannya yang salah ke jalan yang benar. Sebagai akibatnya, akhirnya ia kembali ke negeri kelahirannya dan menjadi komandan pasukan. Untuk sementara, karena usaha guru dan teman-teman sedharma, anda mungkin memperoleh kesempatan melatih Dharma. Tetapi ingatlah perasaan atau sentimen seseorang hanya bisa bertahan sebentar saja. Bebaskan anda sendiri dengan Dharma sebisa anda, dan ingatlah selalu bahwa anda seharusnya berlatih sepanjang hidup anda. Jika anda merenungkan contoh-contoh yang telah banyak diberikan di sini, anda akan yakin bahwa tiada satu pun kehidupan, dari yang paling tinggi sampai ke neraka yang paling dalam, memiliki secuil kekekalan atau stabilitas. Semua benda berubah, semuanya mengalami pasang surut.

VI. KETIDAKPASTIAN KONDISI KEMATIAN

Sekali dilahirkan, setiap manusia di dunia ini pasti akan mati. Tetapi kapan, bagaimana, apa yang menyebabkan dan di mana kita akan meninggal tidak bisa diperkirakan. Tidak ada orang di antara kita yang yakin bahwa kematian kita akan datang pada saat atau tempat tertentu, dengan cara tertentu atau akibat dari sebab tertentu.

63

Hanya sedikit hal di dunia ini yang mendukung kehidupan, sedangkan banyak hal yang mengancam hidup. Sebagaimana diutarakan oleh Guru Aryadeva:

Penyebab kematian sangat banyak, Penyebab kehidupan yang sedikit, Malah bisa menjadi penyebab kematian.

Api, air, racun, tempat berbahaya, orang biadab, binatang buas – semua hal yang mematikan mengancam di mana-mana, namun hanya sedikit yang membuat hidup menjadi lebih lama. Bahkan makanan, pakaian dan barang lain yang biasanya dianggap sebagai pendukung kehidupan pun kadang-kadang dapat menjadi penyebab kematian. Banyak kematian diakibatkan karena makan – makanan mungkin terkontaminasi, atau yang biasanya merupakan makanan sehat, namun karena bercampur dengan makanan tertentu menjadi beracun; atau karena makanan itu tidak cocok untuk individu tertentu. Terutama orang-orang masa kini keranjingan memakan daging. Mereka mengkonsumsi darah dan daging tanpa banyak berpikir panjang, sama sekali mengabaian semua penyakit yang disebab- kan oleh daging yang membusuk, atau daging roh halus yang merugikan. Diet dan kebiasaan hidup yang tidak sehat dapat juga menimbulkan kanker, kelainan dahak, sakit gembur-gembur atau penyakit lain yang menyebab- kan banyak kematian. Sama halnya, pemburuan akan kekayaan dan kemasyhuran serta kemuliaan lain mendorong orang-orang melakukan peperangan, menantang binatang buas, dengan sembrono menyeberangi sungai dan mengambil risiko dalam banyak keadaan yang menyebabkan kematian. Lagipula, kapan salah satu dari sebegitu banyak kondisi yang menye- babkan kematian tersebut akan beraksi adalah sama sekali tidak dapat diperkirakan. Ada yang meninggal waktu masih dalam kandungan, ada yang meninggal saat lahir, yang lain lagi sebelum mereka mulai belajar merangkak. Ada yang meninggal waktu muda, yang lainnya meninggal waktu tua dan jompo. Ada juga yang meninggal sebelum mendapatkan pertolongan medis. Sementara yang lainnya ada yang berlarut-larut tertempel di ranjang, sakit selama bertahun-tahun sambil melihat orang- orang hidup dengan mata orang yang sudah meninggal. Pada waktu mereka meninggal, hanya tinggal kulit yang membalut tulang saja. Banyak orang meninggal secara tiba-tiba atau karena kecelakaan. Ada

64

yang meninggal saat sedang makan, berbicara atau bekerja. Malah ada yang bunuh diri. Dengan dikelilingi oleh begitu banyak penyebab kematian, hidup anda hanya memiliki kesempatan bertahan seperti nyala lilin dalam tiupan angin. Tidak ada jaminan sama sekali bahwa kematian tidak datang sekarang, dan esoknya anda tidak terlahir sebagai binatang dengan tanduk di atas kepala atau dengan taring di mulut. Anda harus yakin bahwa kapan anda meninggal sama sekali tidak dapat diperkirakan, dan anda tidak tahu sama sekali ke mana anda akan terlahirkan sesudahnya.

VII. KESADARAN YANG TINGGI AKAN KETIDAK-KEKALAN

Renungkanlah dengan perhatian terpusat akan kematian sepanjang waktu dan dalam setiap keadaan. Ketika sedang berdiri, duduk atau berbaring, katakan kepada anda sendiri: “Ini adalah perbuatan saya yang terakhir di dunia”, dan renungkanlah hal itu dengan keyakinan yang teguh. Dalam perjalanan anda ke mana saja, katakan kepada diri anda: “Mungkin saya akan meninggal di sana. Tidak ada kepastian apakah saya akan kembali.” Ketika anda berangkat untuk suatu perjalanan, atau berhenti untuk beristirahat, tanyakan kepada diri anda: “Apakah saya akan mati di sini?” Di mana saja anda berada, anda seharusnya berpikir bahwa mungkin tempat tersebut merupakan tempat kematian anda. Pada malam hari ketika anda membaringkan diri, tanyakan kepada diri anda, apakah anda tidak meninggal di tempat tidur atau apakah anda yakin dapat bangun pada keesokan harinya. Ketika anda bangun, tanyakan kepada anda, apakah anda tidak akan meninggal hari ini. Dan renungkan bahwa tidak ada kepastian sama sekali anda akan ke tempat tidur pada malam harinya. Renungkan hanya pada kematian dengan sungguh-sungguh dari dalam lubuk hati anda. Berlatihlah seperti geshe-geshe Kadampa yang hidup pada waktu dulu yang selalu berpikir tentang kematian pada setiap saat. Pada malam hari, mereka akan membalikkan mangkuk mereka, dan berpikir bahwa esoknya mungkin tidak perlu menyalakan api. Mereka tidak pernah menutup bara api74 untuk malam hari.

74 Kebiasaan orang Tibet adalah menutup bara api untuk memudahkan menyalakannya pada keesokan harinya. Bagi praktisi yang selalu merenungkan kematian, dengan berpikir bahwa mereka mungkin akan meninggal pada malam tersebut, maka mereka tidak perlu menyiapkan hal tersebut, sehingga mereka tidak menutup bara api mereka. 65

Tetapi, hanya merenung tentang kematian tidaklah cukup. Satu-satunya hal yang berguna pada saat kematian adalah Dharma, sehingga anda juga perlu mendorong anda sendiri untuk melatih dengan cara yang asli, tidak tergelincir dalam kelalaian atau kehilangan kewaspadaan, sambil berpikir bahwa kegiatan samsara hanya untuk sementara waktu saja dan tidak mempunyai arti sama sekali. Gabungan antara badan jasmani dan batin tidak kekal, jadi janganlah mengharapkan barang itu sebagai milik anda. Semua jalan dan jalur adalah tidak kekal. Jadi, ke mana saja anda melangkah, tujukan langkah anda pada Dharma. Seperti yang dikatakan dalam Rangkuman Kebijakasanaan Transenden:

Jika anda melangkah dan hanya melihat jarak sepanjang kuk bajak di depan anda, maka hati anda tidak akan bingung; Di mana saja anda berada, semua tempat adalah tidak kekal. Oleh sebab itu berpikirlah bahwa tempat itu adalah alam Buddha; Makanan, minuman dan segala apa yang anda nikmati adalah tidak kekal. Oleh sebab itu makanlah dengan konsentrasi yang penuh; Tidur itu tidak kekal. Oleh sebab itu, waktu anda tertidur, murnikan khayalan tidur menjadi cahaya terang. Harta, jika anda memilikinya, adalah tidak kekal. Jadi berusahalah untuk mendapatkan tujuh harta mulia.75 Kekasih, teman dan sanak keluarga adalah tidak kekal. Oleh sebab itu, pada tempat yang terpencil, bangkitkan hasrat untuk pembe- basan. Pangkat tinggi dan kemasyhuran tidaklah kekal. Oleh sebab itu selalulah mengambil posisi yang rendah. Ucapan tidaklah kekal. Oleh sebab itu bangkitkan niat anda untuk melafal mantra dan doa. Keyakinan dan hasrat untuk mencapai pembebasan adalah tidak kekal. Oleh sebab itu berjuanglah untuk berbuat sesuai janji anda. Ide dan pikiran tidaklah kekal. Oleh sebab itu kembangkanlah sifat yang baik. Pengalaman meditasi dan realisasi tidaklah kekal. Oleh sebab itu teruskan sampai anda mencapai titik di mana semua benda melebur kedalam sifat dasar realita.

75 Tujuh harta mulia: 1. Saddhā (Keyakinan), 2. Sīla (Perilaku moral), 3. Hiri (Malu berbuat jahat), 4. Ottappa (Takut akan akibat perbuatan jahat), 5. Bāhusacca (Banyak pengetahuan Dharma), 6. Cāga (Kemurahan hati), 7. Paññā (Kebijaksanaan). 66

Pada waktu itu, hubungan antara kematian dan kelahiran kembali berkurang dan anda mencapai keyakinan bahwa anda sama sekali siap untuk meninggal. Anda telah menguasai benteng keabadian. Anda seperti seekor elang yang bebas membumbung tinggi pada puncak surga. Sesudah itu, tidak perlu lagi adanya latihan dan ketakutan saat mendekati kematian.

Seperti yang dinyanyikan Jetsun Mila:

Takut akan kematian, saya pergi ke gunung. Berulang-ulang saya merenungkan kedatangan kematian yang tidak dapat diperkirakan, Dan berpegang pada benteng sifat dasar ketidak-matian yang tidak berubah. Sekarang saya sama sekali diluar jangkauan ketakutan akan kemati- an!

Dan Dagpo Rinpoche yang tak tertandingi berkata:

Pada mulanya anda mestinya dikemudikan oleh ketakutan akan kematian seperti seekor rusa jantan yang terlepas dari perangkap. Pada tingkat pertengahan, anda mestinya tidak akan menyesal biarpun anda meninggal, seperti seorang petani yang sudah mengerjakan sawahnya dengan hati-hati. Pada tingkat akhir, anda mestinya merasa lega dan bahagia, seperti seorang yang sudah menyelesaikan suatu tugas yang berat.

Pada awalnya, anda mestinya tahu bahwa tidak ada waktu untuk diboroskan, seperti seseorang yang sudah kena panah beracun. Pada pertengahan, anda mestinya merenungkan kematian tanpa memikir- kan hal lainnya, seperti seorang ibu yang kematian anak tunggalnya. Akhirnya, anda mestinya tahu bahwa tidak ada hal yang harus dikerjakan lagi, seperti seorang penggembala yang kawanan ternaknya sudah diusir oleh musuhnya.76

Renungkanlah dengan perhatian penuh tentang kematian dan ketidak- kekalan sampai anda mencapai tingkat tersebut.

76 Menjadi bingung tidak tahu apa yang harus dikerjakan sesudah ternaknya diusir semua. 67

Kata Sang Buddha:

Merenung secara terus menerus tentang ketidak-kekalan adalah membuat persembahan kepada semua Buddha; Merenung secara terus menerus tentang ketidak-kekalan akan diilhami oleh semua Buddha; Merenung secara terus menerus tentang ketidak-kekalan akan dituntun oleh semua Buddha; Merenung secara terus menerus tentang ketidak-kekalan akan diberkati oleh semua Buddha; Dari semua jejak kaki, jejak kaki gajahlah yang terkenal; Sama halnya, dari semua topik renungan untuk pengikut Buddha, pikiran tentang ketidak-kekalan adalah yang paling unggul.

Dan beliau berkata dalam Vinaya:

Mengingat untuk sesaat saja akan ketidak-kekalan semua benda yang tergabung adalah lebih berharga dari memberi persembahan kepada seratus murid saya yang berkualitas wadah sempurna 77 seperti bhiksu Sariputra dan Maudgalyayana.

Seorang murid awam bertanya kepada Geshe Potowa, latihan Dharma apakah yang paling penting kalau seseorang harus memilih satu saja. Geshe menjawab:

Jika anda ingin memakai satu Dharma saja untuk berlatih, berme- ditasi akan ketidak-kekalan adalah yang paling penting.

Pada mulanya renungan terhadap kematian dan ketidak-kekalan akan menuntun anda mulai berlatih Dharma. Pada pertengahan, ia akan memberi dorongan kepada anda untuk melakukan hal-hal yang positif, akhirnya ia akan membantu anda merealisasikan kesamaan semua fenomena.

Pada awalnya, renungan akan ketidak-kekalan menuntun anda memutus hubungan anda dengan barang-barang dalam hidup ini.

77 Yaitu orang yang dengan sempurna dapat menerima ajaran dengan benar dan memanfaat- kannya. 68

Pada pertengahan, ia akan memberi dorongan kepada anda untuk melepaskan semua kemelekatan akan samsara. Pada tingkat akhir, ia membantu anda mulai menapaki jalan nirwana.

Pada awalnya, renungan akan ketidak-kekalan menuntun anda mengembangkan keyakinan. Pada pertengahan, ia akan memberi dorongan kepada anda untuk berlatih dengan giat. Pada akhirnya ia akan membantu anda melahirkan kebijaksanaan.

Pada awalnya, renungan akan ketidak-kekalan, sampai anda yakin sepenuhnya, akan menuntun anda untuk mencari Dharma. Pada pertengahan, ia akan memberi dorongan kepada anda untuk berlatih. Akhirnya ia akan membantu anda mencapai tujuan.

Pada awalnya, renungan akan ketidak-kekalan, sampai anda yakin sepenuhnya, akan menuntun anda sampai pada sifat rajin yang melindungi anda seperti baju besi. Pada pertengahan, ia akan mem- beri dorongan kepada anda untuk melatih dengan giat. Pada tahap akhir, ia akan membantu anda mencapai sifat rajin yang tak dapat dihentikan.

Dan Padampa Sangye berkata:

Pada awalnya, keyakinan penuh akan ketidak-kekalan akan mem- buat anda mulai berlatih Dharma. Pada pertengahan, ia akan mendo- rong anda berlatih dengan rajin. Pada akhirnya ia akan menuntun anda meraih dharmakaya.

Kecuali anda merasa tulus dalam prinsip ketidak-kekalan, ajaran apa saja yang anda pikir sudah anda terima dan dilatihkan hanya akan membuat anda semakin tidak dapat ditembus78 Dharma. Padampa Sangye juga berkata:

Saya tidak pernah melihat orang Tibet seorang pun yang berpikir tentang kematian; Saya juga tidak melihat seseorang dari mereka bisa hidup selamanya!

78 Orang yang mendekati Dharma dengan sikap yang salah. Ia akan memperoleh rasa percaya diri yang tidak benar, yang membuatnya tidak sudi menerima guru dan ajaran.

69

Menilai dari kenikmatan mereka menghimpun kekayaan begitu mereka mengenakan jubah kuning, saya heran – Apakah mereka bermaksud mengganti kematian dengan melunasi- nya dengan makanan dan uang? Melihat cara mereka mengumpulkan barang-barang berharga, saya heran – Apakah mereka bermaksud membagikan uang suap di neraka? Ha-ha! Praktisi–praktisi Tibet ini membuat saya tertawa melihatnya! Yang paling berpengetahuan adalah yang paling sombong; Pelatih meditasi yang paling baik menumpuk bekal dan kekayaan; Pertapa yang menyendiri sibuk sepanjang waktu; Yang meninggalkan keluarga dan negara tidak punya rasa malu. Orang-orang ini kebal terhadap Dharma! Mereka gemar berbuat perbuatan yang tidak baik. Mereka dapat melihat orang lain meninggal, Namun mereka tidak mengerti bahwa mereka sendiri juga akan mati. Ini adalah kesalahan mereka yang patut dicela.

Oleh sebab itu, renungan tentang ketidak-kekalan adalah pendahuluan yang membuka semua latihan Dharma. Ketika seseorang bertanya ke- padanya bagaimana cara menghilangkan keadaan yang merugikan, Geshe Potowa menjawab dengan kata-kata berikut:

Pikirkan tentang kematian dan ketidak-kekalan untuk waktu yang lama. Begitu anda yakin anda akan meninggal, anda akan menda- patkan bahwa tidak sulit bagi anda untuk meninggalkan perbuatan yang merusak, dan tidak sulit untuk membuat apa yang baik. Sesudah itu, kalau dengan dasar perenungan ini anda menumbuhkan rasa kasih sayang dan belas kasih, maka ia akan tumbuh dan anda akan mendapatkan tidak sulit untuk berbuat demi kepentingan orang lain. Kalau atas dasar ini anda kemudian merenungkan kekosongan dan keadaan alami, maka anda memahaminya, dan anda akan mendapatkan tidak sulit untuk menghalau semua khayalan anda.

Begitu kita memiliki keyakinan akan ketidak-kekalan, semua kegiatan biasa dalam hidup ini seolah-olah menjadi suatu kejijikan yang amat dalam, seperti makanan berminyak bagi orang yang mual. Guru saya yang terhormat sering berkata:

70

Pangkat tinggi, kekuasaan, kekayaan atau kecantikan apa saja yang saya lihat di dunia ini tidak menimbulkan hasrat bagi saya. Saya lebih menghargai kehidupan orang suci di masa lalu. Hal ini disebabkan karena saya telah memiliki pengertian akan ketidak- kekalan. Saya tidak mempunyai instruksi yang lebih mendalam selain ini untuk diberikan kepada orang lain.

Oleh sebab itu, seberapa dalam anda diresapi dengan pikiran akan ketidak-kekalan ini? Anda semestinya seperti Geshe Kharak Gomchung yang pergi bermeditasi di gunung yang sepi Jomo Kharak di provinsi Tsang. Di depan guanya ada semak berduri yang sering mengait pakaiannya. Mulanya ia berpikir, “Lebih baik saya potong saja”, tetapi kemudian ia berkata kepada dirinya sendiri, “Namun, mungkin saya akan mati dalam gua ini. Saya sungguh tidak dapat mengatakan apa saya akan keluar dari sini hidup-hidup. Jelas lebih penting bagi saya untuk meneruskan latihan saya.” Ketika ia keluar lagi, ia punya masalah yang sama dengan semak duri tersebut. Kali ini ia berpikir, “Saya tidak yakin saya dapat kembali ke dalam, ” dan ini berlanjut sampai beberapa tahun, sampai ia menjadi seorang guru yang mendapat pencapaian. Ketika ia meninggalkan tempat tersebut, semak berduri tersebut masih belum terpotong. Rigdzin Jigme Lingpa memiliki mata air panas untuk mandi di musim rontok. Tepi kolam tersebut tidak bertangga, sehingga membuatnya kesulitan untuk turun ke bawah ke dalam air. Pengikutnya menyarankan memotong tanah untuk membuat tangga, tetapi ia berkata: “Untuk apa susah-susah jika kita tidak tahu apakah kita akan ke sini tahun depan?” Ia selalu berkata mengenai ketidak-kekalan seperti itu, begitulah kata Guru saya kepadaku. Kita juga mestinya begitu. Selama kita belum memiliki sikap yang demikian, kita semestinya merenungkan hal tersebut. Mulailah dengan membangkitkan bodhicitta, dan sebagai latihan utama latihlah pikiran anda dengan semua sarana ini sampai ketidak-kekalan sungguh-sungguh meresap dalam setiap pikiran anda. Akhirnya, tutuplah dengan menyegel latihan tersebut dengan pelimpahan jasa. Dengan berlatih demikian, berjuanglah dengan sekuat tenaga untuk mencontoh orang-orang terkenal di masa lampau.

71

Ketidak-kekalan ada dimana-mana, namun saya tetap berpikir benda-benda akan ada selamanya. Saya telah diambang usia lanjut, namun saya tetap berpura-pura bahwa saya masih muda; Berkatilah saya dan orang-orang yang salah pengarahan seperti saya, Sehingga kami dapat memahami ketidak-kekalan dengan sungguh- sungguh.

72

BAB 3

Ketidak-sempurnaan dunia Samsara

Memahami kegiatan samsara kosong tak berarti, Dengan belas kasih yang dalam, anda berusaha hanya untuk kepentingan orang lain. Tanpa kemelekatan pada samsara dan nirwana, anda berperilaku sesuai Kendaraan Besar Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

Bab ini terdiri dari renungan umum tentang penderitaan di alam samsara dan renungan tentang penderitaan tertentu di masing-masing alam dari keenam alam tersebut.

I. PENDERITAAN DI ALAM SAMSARA PADA UMUMNYA

Seperti yang telah saya terangkan, kita mungkin memiliki hidup yang dianugerahi dengan kebebasan dan berkah yang sangat sulit untuk diperoleh, namun hal itu tidak berlangsung lama. Kita segera akan jatuh ke dalam kekuasaan ketidak-kekalan dan kematian. Kalau saja sesudah itu kita lenyap seperti api yang padam atau air yang menguap, segalanya akan berakhir. Tetapi sesudah meninggal, kita tidak menghilang begitu saja. Kita dipaksa untuk lahir kembali – yang berarti kita tetap di alam samsara, tidak di tempat lain. Istilah samsara, roda atau lingkaran kehidupan, dipergunakan disini untuk menunjukkan arti pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya terus

73

menerus seperti sebuah lingkaran, seperti roda pembuat barang-barang tembikar atau jentera air. Ketika seekor lalat terperangkap dalam kendi yang tertutup, ke mana pun ia terbang, ia tidak dapat keluar dari kendi tersebut. Begitu juga, apakah kita terlahir dalam alam yang tinggi atau yang rendah, kita tidak pernah keluar dari alam samsara. Bagian atas dari kendi adalah seperti alam dewa atau manusia, sedangkan bagian bawah ibaratnya ketiga alam yang tak beruntung. Dikatakan bahwa alam samsara adalah suatu lingkaran, karena kita berputar-putar, terlahir berulang-ulang dalam keenam alam sebagai akibat dari perbuatan kita, yang positif ataupun yang negatif, yang dinodai dengan kemelekatan. Kita sudah berkelana sejak waktu yang tak berawal dalam alam samsara ini, di mana setiap makhluk tanpa kecuali telah memiliki hubungan kasih sayang, permusuhan dan ketidakpedulian satu sama lainnya. Setiap orang pernah menjadi ayah atau ibu dari orang lain. Dalam sutra dikatakan, jika anda mempergunakan tanah di seluruh bumi ini untuk membuat butiran tanah dengan ukuran sekecil jintan, jumlahnya dapat dihitung. Tetapi jika anda ingin menghitung berapa kali setiap makhluk hidup saling bergantian menjadi ibu, maka jumlahnya tidak terhitung. Sebagaimana yang dikata- kan oleh Yang Dipertuan Nagarjuna:

Kita akan kehabisan tanah untuk menghitung berapa banyak ibu kita Dengan bola-bola lempung seukuran jintan.

Tiada bentuk kehidupan yang tak pernah kita alami sejak waktu tak ber- awal sampai sekarang. Keinginan dan nafsu kita telah menyebabkan tak terhitung kalinya kepala kita dipenggal dan anggota badan dipotong. Kalau kita mencoba menumpuk semua anggota tubuh waktu kita menjadi semut dan serangga kecil lainnya, tumpukan itu akan lebih tinggi dari Gunung Meru. Air mata yang telah kita cucurkan karena kedinginan, kelaparan dan rasa haus ketika kita tidak mendapat makanan dan pakaian, seandainya tidak menjadi kering, akan menjadi lautan yang lebih besar dari semua samudera yang mengelilingi dunia ini. Bahkan jumlah tembaga lebur yang telah kita telan di neraka lebih banyak dari air keempat samudera. Sekalipun begitu, semua makhluk hidup yang tidak memiliki keinginan untuk melepaskan diri dari alam samsara, yang malah terikat oleh nafsu dan kemelekatan mereka, akan harus mengalami lebih banyak lagi penderitaan dalam lingkaran yang tak berakhir ini.

74

Meski karena sebab keberuntungan dari perbuatan baik kita, kita mendapatkan umur panjang, tubuh yang sempurna, kekayaan dan ke- masyhuran setara Indra atau Brahma, pada akhirnya tetap saja kita tidak dapat menyingkirkan kematian, dan sesudah kematian kita mungkin akan mengalami penderitaan di alam rendah. Dalam kehidupan ini, begitu tak berartinya manfaat dari kekuasaan, kekayaan, kesehatan dan barang lain yang kita nikmati, yang mungkin mengelabui kita untuk berapa tahun, beberapa bulan atau beberapa hari. Tetapi begitu pengaruh perbuatan baik yang menyebabkan kesenangan ini terpakai habis, mau tak mau kita akan mengalami kemiskinan dan kesusahan, atau penderitaan yang tak tertahankan di alam rendah. Jadi, apa artinya kebahagiaan sementara seperi demikian? Ia sama seperti mimpi indah yang berhenti begitu anda terbangun. Mereka yang karena perbuatan baik yang sedikit, yang sepertinya bahagia dan senang sekarang ini, tidak akan dapat mempertahankan keadaan tersebut sedikit lebih lama begitu pengaruh perbuatan tersebut berakhir. Raja Dewa yang duduk tinggi di singasana bertahtakan batu permata dan dilapisi sutera surgawi menikmati semua kesenangan kelima indera. Namun, begitu umur mereka berakhir, dalam sekejab mereka akan terjatuh ke dalam penderitaan dengan kepala tertunduk menahan segala penderitaan di atas lantai yang terbuat dari logam membara di neraka. Meski mereka adalah matahari dan bulan 79 yang menerangi keempat benua, mereka bisa berakhir dengan terlahir di dalam kegelapan yang begitu mencekam, sampai-sampai mereka tidak dapat melihat apakah anggota badan mereka terjulur atau tertekuk. Oleh sebab itu, janganlah letakkan keyakinan anda pada kesenangan palsu di alam samsara. Tetapkan hati anda, bahwa dalam kehidupan ini juga anda akan membebaskan anda sendiri dari lautan penderitaan ini dan mencapai kebahagiaan kebuddhaan yang sejati dan sempurna. Jadikan pikiran ini latihan anda, dengan mempergunakan cara yang benar pada permulaan, bagian utama dan kesimpulannya.

II. PENDERITAAN KHUSUS YANG DIALAMI MAKHLUK DI ENAM ALAM

1. Delapan belas neraka

79 Matahari dan bulan adalah juga dewa-dewa, jadi mereka bisa saja jatuh ke alam yang lebih rendah sesudah kehidupan mereka berakhir. 75

1.1 Delapan Neraka Panas

Kedelapan neraka ini terletak di atas satu sama lain seperti bangunan bertingkat. Mulai dari Neraka Hidup Berulang di puncaknya, sampai pada Neraka Tanpa Jeda di dasarnya. Di tiap neraka ini, lantai dan batas pinggirnya adalah besi membara yang putih memijar – tidak ada tempat sama sekali di mana anda dapat menginjakkan kaki dengan aman. Semuanya merupakan nyala api yang berkobar-kobar, menghanguskan dan sangat luas.

Neraka Hidup Berulang80

Disini, ditengah-tengah bara api yang menutupi lantai logam yang ber- pijar, makhluk sebanyak kepingan badai salju yang tak terhitung jumlahnya berkumpul bersama akibat karma mereka. Karena perbuatan yang membawa mereka ke sana dimotivasi oleh kebencian, hasil serupa dengan penyebabnya menyebabkan mereka melihat orang lain seperti musuh mereka, sehingga mereka berkelahi dengan sengitnya. Sambil mengacungkan senjata khayal yang timbul dari karma, mereka saling menyerang sampai semuanya terbunuh. Pada saat itu, suara dari angkasa berkata: “Hidup lagi!” Dengan segera mereka hidup lagi dan mulai berkelahi satu sama lainnya. Begitulah mereka menderita, terus menerus mati dan hidup lagi. Berapa lamakah mereka hidup di sana? Lima puluh tahun di alam manusia adalah setara dengan satu hari di alam Surga Empat Maharaja.81 Satu tahun yang demikian terdiri dari dua belas bulan dan satu bulan terdiri dari tiga puluh hari. Lima ratus tahun yang demikian adalah sama dengan satu hari di Neraka Hidup Berulang, yang mana, satu tahunnya juga terdiri dari dua belas bulan dan satu bulan terdiri dari tiga puluh hari. Mereka menderita disana selama lima ratus tahun yang demikian lamanya.

Neraka Tali Hitam82

80 Skt. Sañjīva. 81 Skt. Caturmahārājakāyika; surga alam kamadhatu yang paling dekat dengan dunia. Empat Maha Raja beserta pengiringnya tinggal di teras keempat Maha Meru. Puncak-puncak dari Tujuh Jajaran Pegunungan Emas, matahari, bulan, dan semua bintang adalah termasuk kawasan kediaman Empat Maha Raja. 82 Skt. Kālasūtra. 76

Disini, kaki-tangan Yama membaringkan korban mereka pada lantai logam yang memijar seperti api unggun, lalu membuat tanda silang pada tubuh mereka dengan tali-tali hitam – empat, delapan, enam belas, tiga puluh dua garis dan seterusnya – yang dipergunakan sebagai garis pedoman untuk memotong mereka dengan gergaji yang panas menyala. Tidak lama setelah tubuh mereka terpotong, segera juga tubuh mereka tergabung lagi, hanya untuk dipotong dan dipotong lagi. Seratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga Tiga Puluh Tiga. Seribu tahun di Surga Tiga Puluh Tiga sama dengan satu hari di neraka ini. Makhluk-makhluk disana hidup selama seribu tahun dalam skala tersebut.

Neraka Peremukan83

Dalam neraka ini, makhluk-makhluk dalam jumlah jutaan terkurung dalam lumpang besi seukuran sebuah lembah. Kaki-tangan Dewa Kematian Yama mengacungkan palu logam merah menyala sebesar Maha Meru ke atas kepala mereka dan menumbuk mereka dengan alat tersebut. Makhluk-makhluk tersebut ditumbuk sampai mati sambil menjerit-jerit dan menangis dalam kesakitan dan kengerian. Ketika palu itu diangkat, mereka hidup lagi, dan hanya untuk mengalami siksaan tersebut berulang- ulang. Kadang-kadang gunung-gunung di kedua belah lembah berubah menjadi kepala rusa, kijang, kambing, biri-biri dan binatang lainnya yang dibunuh makhluk-makhluk neraka tersebut pada kehidupan mereka yang lalu. Binatang-binatang tersebut menanduk satu sama lain dengan tanduk mereka yang memuntahkan api, dan tak terhitung banyaknya makhluk- makhluk neraka yang terdorong oleh kekuatan perbuatan mereka, semuanya mati terhimpit. Kemudian, ketika gunung-gunung tersebut berpisah, mereka akan hidup lagi, hanya untuk digencet berulang kali. Dua ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga Bebas Perang,84 dan dua ribu tahun di alam tersebut sama dengan satu hari di Neraka Peremukan. Makhluk-makhluk di neraka tersebut hidup selama dua ribu tahun lamanya.

83 Skt. Saṃghāta. 84 Skt. Suyāma, surga alam kamadhatu yang terletak di ruang di atas Maha Meru, di atas Surga Tiga Puluh Tiga, yang dengan demikian tidak lagi terpengaruh oleh serangan Asura. 77

Neraka Lolongan85

Makhluk-makhluk disini menderita dipanggang dalam bangunan yang terbuat dari logam merah membara di mana tidak ada pintu keluarnya. Mereka menjerit dan menangis sambil berpikir bahwa mereka tidak pernah akan lolos dari sana. Empat ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga Alam Gembira.86 Empat ribu tahun di surga tersebut sama dengan satu hari di Neraka Lolongan, di mana kehidupan makhluk-makhluk di sana berlangsung selama empat ribu tahun lamanya.

Neraka Lolongan Besar87

Kaki tangan Yama dalam jumlah yang sangat banyak, dengan meme- gang senjata dan dalam bentuk yang mengerikan, mendorong jutaan korban ke dalam dinding rangkap yang membara, dan memukul mereka dengan palu dan senjata lainnya. Pintu dalam dan luar keduanya disegel dengan logam lebur. Makhluk neraka di sana melolong dalam kesakitan yang amat berat, sambil berpikir sekalipun mereka berhasil melewati pintu yang pertama, mereka tidak pernah akan dapat mencapai pintu yang kedua. Delapan ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga Penikmatan Ciptaan, 88 dan delapan ribu tahun di alam tersebut sama dengan satu hari di Neraka Lolongan Besar. Makhluk-makhluk neraka ini hidup selama delapan ribu tahun lamanya.

Neraka Godok89

Disini, makhluk-makhluk yang tak terhitung banyaknya dimasak dalam kuali besi yang besarnya seukuran jagat raya yang terdiri dari ribuan juta dunia. Mereka direbus dengan perunggu cair. Begitu mereka timbul ke permukaan, mereka segera disambut oleh pekerja dengan kait logam dan kepalanya dipukul dengan palu. Selain waktu yang jarang ketika mereka

85 Skt. Raurava. 86 Skt. Tuṣita, salah satu surga di alam kamadhatu, tempat tinggal calon Buddha yang akan terlahir di dunia. 87 Skt. Mahāraurava. 88 Skt. Nirmāṇarati, salah satu surga di alam kamadhatu. Dewa di alam ini menciptakan dan menikmati objek kesenangan mereka sendiri. 89 Skt. Tapana. 78

kehilangan kesadaran dan tidak merasa sakit, mereka terus menerus mengalami penderitaan yang amat berat. Seribu enam ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di 90 alam Surga Penikmatan Ciptaan Dari Yang Lain. Enam belas ribu tahun di alam dewa-dewa ini sama dengan satu hari di Neraka Godok ini. Makhluk-makhluk disana tinggal selama enam belas ribu tahun yang demikian.

Neraka Panggang91

Makhluk-makhluk disini terperangkap dalam rumah-rumah logam yang berpijar. Kaki-tangan Yama menikam mereka lewat telapak kaki dan dubur mereka dengan tombak garpu berkepala tiga yang terbuat dari besi panas yang membara sampai gigi garpu tersebut menonjol keluar dari bahu dan puncak kepala mereka. Pada waktu yang bersamaan, badan mereka dibalut dengan lembaran logam yang berkobar. Bukan kepalang rasa sakit yang mereka derita! Keadaan ini berlanjut selama setengah kalpa menengah, suatu masa yang tak terhitung lamanya dalam ukuran tahun manusia.

Neraka Tanpa Jeda92

Neraka ini merupakan bangunan yang besar sekali dengan logam yang berpijar, dikelilingi oleh enam belas Neraka Samping. Didalamnya, kaki- tangan Yama melempar makhluk-makhluk yang tak terhitung banyaknya ini ke tengah gunung yang terdiri dari tumpukan pecahan besi panas membara yang berpijar seperti batu bara yang sedang menyala. Mereka menghembus nyala api tersebut dengan embusan yang terbuat dari kulit harimau dan macan tutul, sampai tubuh korban dan nyala api menjadi tidak bisa dibedakan. Penderitaan mereka begitu dahsyat. Selain jeritan tangis yang memilukan, tidak terlihat tanda adanya tubuh nyata. Mereka terus menerus ingin melarikan diri, namun hal itu tidak pernah terjadi. Kadang-kadang ada celah kecil di antara api dan mereka pikir mereka bisa kabur, tetapi pekerja-pekerja memukul mereka dengan tombak, pentung dan senjata lainnya, dan mereka menjadi sasaran semua penderitaan yang

90 Skt. Paranirmitavaśavartin, salah satu surga di alam kamadhatu. Dewa-dewa di surga ini menikmati kesenangan yang diciptakan secara ajaib oleh dewa-dewa alam lain. 91 Skt. Pratāpana. 92 Skt. Avīci, juga disebut Neraka. Siksaan Terberat. 79

dialami ketujuh neraka sebelumnya, antara lain misalnya harus menelan cairan perunggu. Umur mereka disini adalah satu kalpa menengah penuh. Neraka ini disebut Neraka Siksaan Terberat sebab tidak ada siksaan yang lebih berat dari neraka ini. Hanya orang-orang yang melakukan lima kejahatan besar dengan akibat langsung, dan praktisi Mantrayana yang mencela Guru Vajra-nya terlahir di neraka ini.

1.2 Neraka samping

Di sekeliling Neraka Avici, pada keempat arah mata angin, ada selokan berisikan bara api yang berkobar-kobar, sebuah rawa jenazah yang membusuk, sebuah dataran senjata tajam mengkilap dan sebuah hutan dengan daun yang tajam seperti pisau cukur. Di setiap arah utara, selatan, timur dan barat terdapat neraka-neraka demikian, sehingga semuanya berjumlah enam belas. Di antara arah tersebut, yaitu di tenggara, barat daya, barat laut dan barat daya, terdapat sebuah bukit pohon besi salmali.

Terowongan Bara Api

Ketika makhluk-makhluk yang dibersihkan dosanya dari perbuatan mereka di Neraka Avici keluar dari sana, mereka melihat di kejauhan sepertinya ada sebuah parit perlindungan yang rindang. Mereka meloncat ke dalamnya dengan sukacita. Namun ternyata mereka tenggelam ke dalam sebuah lubang dengan bara api yang membakar daging dan tulang mereka.

Rawa mayat yang membusuk

Sesudah lepas dari Terowongan Bara Api, kemudian mereka melihat ada sebuah sungai di kejauhan. Sesudah dipanggang dalam kompor selama satu kalpa penuh, mereka sangat haus. Melihat ada air disana, mereka sangat gembira dan berlarian kesana untuk memuaskan rasa haus mereka. Tetapi, tentu saja tidak ada air disana. Tidak ada barang lainnya selain bangkai, – bangkai orang, bangkai kuda, dan bangkai anjing – semuanya sedang membusuk dan terurai dengan ulat-ulat yang merayap, dengan bau busuk yang sangat menusuk. Mereka tenggelam sampai kepala mereka masuk ke dalam permukaan lumpur yang demikian, di mana ulat-ulat dengan paruh besi melahap mereka.

80

Dataran pisau cukur

Ketika mereka lepas dari rawa tersebut, hati mereka tertawan oleh dataran hijau yang menyenangkan. Namun, ketika mereka sampai ke sana, mereka mendapatkan senjata-senjata yang tajam mengkilap. Seluruh tanah terlapis dengan mata pisau tipis dari logam panas membara yang tumbuh seperti rumput, yang memotong dan menembus kaki kanan dan kaki kiri mereka begitu mereka melangkah. Luka mereka sembuh begitu kaki mereka diangkat.

Hutan pedang

Sekali lagi mereka bebas. Mereka gembira melihat hutan yang indah dan berlarian ke sana. Tetapi ketika mereka sampai ke sana, hutan yang indah itu ternyata adalah semak belukar dengan pedang, bukannya daun- daun, yang tumbuh di cabang-cabang pohon logam. Karena mereka diaduk oleh putaran angin, pedang-pedang tersebut memotong badan makhluk-makhluk ini menjadi berkeping-keping. Badan mereka bersatu kembali dan dibelah dengan demikian secara berulang-ulang.

Bukit pohon besi salmali

Biarawan dan biarawati yang melanggar sumpah kesucian mereka dan orang-orang yang berbuat asusila terlahir di sana. Hasil dari perbuatan ini membawa mereka ke kaki bukit yang mengerikan yang ditumbuhi oleh pohon besi salmali. Mereka melihat di puncak bukit kekasih mereka yang terdahulu sedang memanggil mereka. Begitu mereka memanjat ke atas dengan bersemangat untuk bertemu dengan kekasih mereka, semua daun pohon besi itu mengarah ke bawah dan menembus daging mereka. Ketika mereka mencapai puncak bukit, burung gagak, burung heriang dan sejenisnya menggali mata mereka dan menyedot lemak dari lubang mata mereka. Kemudian mereka melihat teman mereka memanggil mereka. Kali ini dari bawah bukit. Mereka turun ke bawah, dan daun-daun itu mengarah ke atas, menikam dan menembus dari dada sampai ke punggung mereka berulang-ulang. Begitu mereka sampai di kaki bukit, laki-laki dan wanita logam yang seram memeluk mereka, mengigit putus kepala mereka dan mengunyahnya sampai otak mereka bercucuran dari sudut mulut mereka.

81

Camkan semua rincian kesakitan di delapan neraka panas, enam belas neraka samping dan bukit pohon besi salmali tersebut. Sambil menyendiri ke tempat yang tenang, pejamkan mata anda dan bayangkan anda benar- benar hidup di alam neraka. Ketika anda merasakan begitu banyak kengerian dan kesakitan, seolah-olah benar-benar anda di sana, bangkitkan pemikiran demikan dalam hati anda: “Saya merasakan kengerian dan penderitaan yang begitu dalam ketika saya membayangkan semua kesakitan tersebut, meski saya tidak benar- benar berada di sana. Ada tak terhitung banyaknya makhluk yang tinggal di alam itu sekarang, dan semua mereka itu pernah menjadi orang tua saya dalam kehidupan yang lampau. Saya tidak tahu apakah orang tua saya, orang-orang yang saya kasihi dan teman-teman dalam kehidupan sekarang ini tidak akan terlahir di sana begitu mereka meninggal. Kelahiran ke alam ini terutama disebabkan oleh perbuatan yang ditimbulkan oleh kebencian, dan saya sendiri sudah mengumpulkan tak terhitung banyaknya perbuatan yang demikian dalam kehidupan sekarang ini dan kehidupan yang lalu. Saya sangat yakin cepat atau lambat saya sendiri akan terlahir dalam neraka-neraka tersebut.” “Sekarang saya memiliki kehidupan manusia yang lengkap dengan kebebasan dan berkah. Saya telah bertemu dengan guru spiritual yang sejati dan menerima instruksi yang dalam, yang memungkinkan penca- paian tingkat kebuddhaan. Oleh sebab itu, saya harus berusaha sebisanya untuk berlatih cara yang dapat menyelamatkan saya dari kelahiran di alam rendah ini lagi.” Renungkanlah berulang-ulang tentang penderitaan di alam neraka seperti ini. Akui kesalahan anda di waktu lalu dengan penyesalan yang dalam, dan bangkitkan tekad yang tak tergoyahkan, bahwa meski mengorbankan jiwa anda, anda tidak akan lagi melakukan perbuatan yang akan membawa anda ke alam neraka. Dengan belas kasih yang dalam akan makhluk-makhluk yang ada di sana sekarang, doakan agar mereka segera terbebas dari alam rendah tersebut sekarang ini juga. Jadikan ajaran itu sebagai latihan, lengkap dengan cara di bagian pendahuluan, bagian utama dan kesimpulannya.

1.3 Delapan neraka dingin93

93 Nama-nama neraka dingin tersebut berturut-turut adalah: Arbuda, Nirarbuda, Aṭaṭa, Hahava, Huhuva, Utpala, Padma, dan Mahāpadma. 82

Dalam semua neraka ini, lingkungan sekitarnya semuanya terdiri dari gunung bersalju dan sungai-sungai es, yang selamanya diselimuti dengan badai salju. Makhluk-makhluk di sana semuanya telanjang, tersiksa oleh rasa dingin. Dalam Neraka Lepuh, rasa dingin membuat lepuh timbul ke permukaan tubuh. Dalam Neraka Letupan Lepuh, lepuh-lepuh akan meletup dan terbuka. Dalam Neraka Gemeretakan Gigi, rasa dingin yang mengigil tak tertahankan membuat gigi makhluk disana gemeretak. Dalam Neraka Ratapan, mereka meratap tak henti-hentinya. Dalam Neraka Rintihan, suara mereka pecah dan rintihan yang panjang keluar dari bibir mereka. Dalam Neraka Retakan Seperti Bunga Utpala, kulit mereka menjadi biru dan pecah menjadi pecahan yang menyerupai bunga berkelopak daun empat. Dalam Neraka Retakan Seperti Bunga Teratai Merah, daging merah mentah mereka menjadi kelihatan, dan rasa dingin membuatnya terpecah menjadi delapan bagian. Terakhir, dalam Neraka Retakan Seperti Bunga Teratai Besar, daging merah mentah mereka menjadi merah padam dan terpecah menjadi enam belas, tiga puluh dua, dan kemudian terpecah dalam pecahan yang tak terhitung banyaknya. Ulat-ulat merasuki pecahan daging dan melahapnya degan paruh logam mereka. Nama delapan neraka ini diambil dari penderitaan yang berbeda yang diderita makhluk di dalamnya. Untuk menghitung jangka waktu kehidupan di neraka-neraka dingin ini, bayangkan sebuah wadah yang berisi biji wijen sebanyak dua ratus takaran Kosala.94 Lamanya hidup di Neraka Lepuh adalah sama lamanya untuk mengosongkan wadah tersebut dengan mengeluarkan sebutir biji wijen setiap seratus tahun. Untuk neraka-neraka dingin lainnya, rentang hidup dan penderitaan bertambah dengan kelipatan dua puluh. Jadi, hidup di Neraka Letupan Lepuh adalah dua puluh kali lebih lama dari Neraka Lepuh, dua puluh kali lebih lama lagi dari neraka ini di Neraka Gemeretakan Gigi dan begitu seterusnya. Renungkan hal itu dengan cara yang sama seperti halnya neraka panas. Pikirkan betapa tak tertahankan rasa dingin kalau kita berdiri dengan telanjang menghadapi angin di musim dingin di alam manusia ini, walau hanya sebentar saja. Bagaimana anda dapat menghadapi penderitaan tersebut seandainya anda terlahir di alam itu? Akuilah kesalahan anda dan berjanjilah tidak melakukannya lagi. Kemudian kembangkan belas kasih

94 Suatu takaran zaman dulu yang diberi nama Kosala, sesuai nama suatu kota di India (dekat kota modern Ayodhya). 83

terhadap makhluk-makhluk yang benar-benar tinggal di alam tersebut. Berlatihlah seperti semula, dengan mempergunakan cara pada pendahulu- an, latihan utama dan kesimpulannya.

1.4 Neraka tersendiri95

Neraka Tersendiri muncul di berbagai tempat, dan penderitaan yang dialami di dalamnya juga berbeda satu sama lainnya. Makhluk-makhluk mungkin diremukkan di antara batu karang, terperangkap di dalam batu, dibekukan di dalam es, dimasak di dalam air mendidih atau dibakar dalam api. Sebagian orang merasakan, ketika seseorang menebang pohon, mereka adalah pohon yang dibabat anggota badannya. Sementara ada sebagian orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai barang yang dipergunakan terus menerus, seperti lesung, sapu, panci, pintu, tiang, tungku dan tali. Contoh dari cerita tentang nereka-neraka ini adalah cerita tentang seekor ikan yang dilihat oleh Lingje Repa96 di Danau Yamdrok, dan katak yang ditemukan oleh siddha Tangtong Gyalpo97 di dalam sebuah batu.

Danau Yamdrok muncul waktu dakini Yeshe Tshogyal sedang bermeditasi di Yamdrok, ketika sepotong emas murni yang dilempar oleh seorang Bönpo dijelma menjadi danau. Danau tersebut adalah salah satu dari empat danau 98 yang terkenal di Tibet. Danau itu begitu panjang sehingga untuk berjalan dari hulunya di Lung Kangchen ke ujungnya di Zemaguru memerlukan beberapa hari perjalanan. Pada suatu hari siddha agung Lingje Repa melihat ke dalam danau tersebut, dan ia mulai menangis sambil berseru: “Makhluk yang malang! Jangan menyalah- gunakan persembahan! Jangan menyalah-gunakan persembahan!”99 Ketika orang-orang yang menyertainya meminta penjelasannya, ia berkata: “Kesadaran seorang Lama yang menyalahgunakan persembahan

95 Skt. Pratyeka-naraka, lihat Catatan kaki No. 41. 96 Lingje Repa (1128 – 1188), merealisasi aspek kebenaran realita sesudah berlatih tujuh tahun tujuh bulan dan tujuh hari. Pendiri Vihara Labuleng (Tibet). 97 Tangtong Gyalpo, salah satu Guru Silsilah Kagyupa. 98 Danau Yamdrok, salah satu dari empat danau yang terkenal di Tibet. Tiga danau lainnya adalah: Danau Manasarovar (Mapam Yumtso), Namtso, dan Danau Qinghai (Koko Nor atau Tso Ngonpo). 99 Persembahan dari donatur, termasuk persembahan untuk membantu orang yang meninggal dunia. 84

telah terlahir di Neraka Tersendiri dalam danau ini, dan ia sangat menderita” Mereka ingin melihatnya. Siddha itu mengeringkan danau tersebut secara gaib dengan seketika. Tampak seekor ikan yang begitu besar sehingga badannya menjangkau seluruh panjang dan lebar danau tersebut. Ikan itu menggeliat dalam kesakitan yang amat hebat, karena badannya penuh dengan makhluk-makhluk kecil yang memakannya hidup-hidup. Orang-orang yang menyertai Lingje Repa bertanya kepadanya siapakah sebenarnya orang yang memiliki karma buruk tersebut, dan ia menjawab: “Itu adalah Tsangla Tanakchen, Lama Kuda Hitam dari Tsang. Ia adalah seorang Lama yang ucapannya memiliki kekuatan dan berkah yang tinggi. Hanya sekilas pandangannya saja cukup untuk menyembuhkan orang yang kerasukan makhluk halus. Oleh karena hal inilah, ia sangat dimuliakan di empat propinsi U dan Tsang. Tetapi ketika ia melakukan pemindahan kesadaran pada upacara pemakaman, untuk tiap kata “Phet!” 100 yang diucapkannya ia meminta bayaran yang banyak dari kuda dan ternak milik orang yang meninggal tersebut. Sesudah ia meninggal, ia terlahir sebagai ikan ini.”

Suatu hari siddha Tangtong Gyalpo mempraktekkan latihan yoga saluran nadi dan kekuatan pada sebuah batu besar. Batu itu terbelah menjadi dua, dan di dalamya ada seekor katak besar dengan mulutnya yang mengatup dan membuka. Tak terhitung banyaknya makhluk- makhluk kecil yang menempel dibadannya dan memakannya hidup-hidup, yang menyebabkan kesakitan yang tak tertahankan. Ketika teman- temannya bertanya apa yang terjadi, Tangtong Gyalpo menerangkan bahwa makhluk yang terlahir sebagai katak tersebut adalah seorang guru yang membuat persembahan dengan mengorbankan binatang.

Lihatlah Lama-lama sekarang ini! Setiap kali orang tempat mereka berlindung menyembelih seekor domba gemuk dan mengisi kerong- kongan dan jeroan lainnya dengan daging dan darah, lalu menghidangkan- nya menumpuk pada daging tulang iga, Lama-lama menarik selendang jubahnya ke atas kepala dan menyedot jeroan tersebut seperti bayi menyedot susu dari payudara ibunya. Lalu mereka mengeluarkan pisau dan memotong daging bagian luar dan mengunyahnya dengan santai. Ketika mereka selesai, kepala mereka muncul lagi, panas dan berkeringat.

100 Salah satu penggunaan dari suku kata Phet adalah untuk memproyeksikan kesadaran dalam praktek pemindahan kesadaran (Phowa). Lihat Bagian Ketiga. 85

Mulut mereka mengkilap oleh lemak dan jambang mereka menjadi merah. Namun mereka akan mendapat masalah besar dalam kehidupan yang akan datang di Neraka Tersendiri, di mana mereka harus membayar kembali dengan badan mereka sendiri.

Suatu ketika Palden Chökyong, Kepala Vihara Ngor sedang berada di Derge. Ia menempatkan banyak biarawan di sepanjang tepi sungai Ngulda, sambil berpesan supaya jangan biarkan barang apa pun lolos. Menjelang malam, mereka melihat sebatang pohon yang besar terapung di atas air, lalu mereka menyeretnya ke tepi sungai dan membawanya ke Kepala Vihara tersebut, sambil berkata mereka tidak melihat barang lainnya. " Mesti di sini" katanya, “dibelah saja” Di dalamnya mereka menemukan seekor katak besar yang sedang dimakan oleh banyak sekali serangga. Sesudah melakukan ritual puri- fikasi, Kepala Vihara itu berkata bahwa katak itu dulunya adalah pengurus barang-barang persembahan di Derge yang bernama Pogye. Sekarang ini, orang-orang berkuasa dan berkedudukan tinggi yang mencedok dompet masyarakat, sebaiknya berpikir tentang Neraka Tersendiri dan berhati-hati. Pada zaman Buddha, ada seorang tukang jagal yang bersumpah tidak membunuh binatang pada malam hari. Ia terlahir di Neraka Tersendiri. Pada malam hari, kesenangannya tiada batasnya. Ia tinggal di sebuah rumah yang besar, dilayani oleh empat orang wanita cantik dengan makanan, minuman dan kesenangan lainnya. Pada siang hari, dinding rumah itu berubah menjadi logam panas membara dan keempat wanita tersebut berubah menjadi empat ekor anjing yang memakan badannya. Dahulu, Srona melihat dengan mata kepala sendiri ada seorang penzinah yang bersumpah untuk menjaga kesuciannya pada siang hari. Berlawanan dengan tukang jagal tersebut, ia hanya menderita pada malam hari. Dulu pernah ada sebuah vihara yang di dalamnya tinggal sekitar lima ratus biarawan. Ketika lonceng berbunyi pada tengah hari, dan biarawan- biarawan berkumpul untuk makan, vihara itu menjadi rumah yang terbuat dari logam menyala. Mangkok pindapatta, cangkir dan lain-lain milik biarawan-biarawan tersebut berubah menjadi senjata, dan mereka berkela- hi satu sama lain dengan senjata-senjata tersebut. Ketika waktu makan siang usai, mereka akan berpencar lagi dan pergi ke tempat masing-masing. Pada masa Buddha Kasyapa, banyak biarawan bertengkar pada waktu makan siang di tengah hari, dan inilah akibat karma yang sudah matang.

86

Kedelapan neraka panas, delapan neraka dingin, neraka samping dan neraka tersendiri disebut delapan belas alam neraka. Pelajari baik-baik bilangan tersebut, lamanya waktu yang harus dijalani makhluk di sana, penderitaan mereka dan sebab mereka terlahir di sana, dan renungkanlah dengan belas kasih terhadap makhluk-makhluk yang terlahir di sana. Berusahalah memastikan bahwa tiada seorang pun, baik anda sendiri atau orang lainnya, yang akan terlahir di alam itu. Jika anda sudah merasa puas hanya dengan mendengar dan mengeta- huinya secara intelektual, dengan tidak membuatnya menjadi suatu pengalaman yang hidup, anda hanya akan menjadi praktisi yang keras kepala dan sombong yang dicela oleh makhluk suci dan dipandang rendah oleh orang-orang bijaksana. Pada suatu waktu ada seorang biarawan yang dari tampak luar cara hidupnya patut dicontoh namun sangat sombong. Ia mengunjungi Shang Rinpoche, yang bertanya kepadanya Dharma apakah yang ia ketahui. “Saya telah mendengar banyak ajaran”, jawab biarawan tersebut. “Kalau begitu ceritakanlah kepada saya nama-nama kedelapan belas neraka”, kata Shang Rinpoche. “Delapan neraka panas dan delapan neraka dingin, ini jadi enam belas, lalu akan menjadi delapan belas jika anda tambahkan Karmapa Topi Hitam dan Topi Merah.” Bukanlah karena kurangnya rasa hormat yang menyebabkan ia me- masukkan Guru Karmapa dalam hitungan neraka. Ia hanya lupa akan nama neraka samping dan neraka tersendiri. Dan karena Karmapa Topi Hitam dan Topi Merah sangat populer waktu itu, ia mengatakan menurut kata hatinya. Jadi, apakah anda telah melatih ajaran yang anda dapat atau tidak adalah suatu hal, tetapi tidak tahu sedikit pun tentang kata-kata yang terkait sangatlah memalukan.

2. Preta

Ada dua jenis preta, yaitu preta yang tinggal secara kolektif dan yang bergerak dalam ruang angkasa.

2.1 Preta yang tinggal secara kolektif

Preta-preta ini terdiri dari preta yang menderita kegelapan batin luar, preta yang menderita kegelapan batin dalam dan preta yang menderita kegelapan batin tertentu.

87

Preta yang menderita kegelapan batin luar

Preta-preta ini disiksa oleh rasa lapar dan haus yang amat hebat. Ber- abad-abad mereka lewati dengan tanpa mendengar apa pun tentang air. Terobsesi secara terus menerus akan makanan dan minuman, mereka mencarinya dengan tak henti-hentinya, namun tidak mendapatkannya sedikit pun. Kadang-kadang dari kejauhan mereka melihat ada anak sungai yang berair bersih dan jernih. Dengan tulang-tulang sendi mereka yang begitu rapuh untuk menanggung berat perut mereka yang besar, mereka sampai dengan susah payah dan sama sekali kehabisan tenaga waktu tiba disana – hanya untuk lebih menderita lagi ketika mereka mendapatkan bahwa air di sana sudah kering sama sekali. Yang tinggal hanya kerikil saja. Kadang-kadang mereka melihat kebun buah-buahan di suatu tempat yang jauh. Seperti semula, mereka mendekat. Tetapi ketika mereka sampai di sana, mereka mendapatkan pohon-pohon besar di sana sudah kering dan layu. Kadang-kadang mereka melihat banyak sekali makanan, minuman dan barang-barang yang menyenangkan. Tetapi ketika mereka sampai di sana, mereka mendapatkan bahwa barang-barang tersebut dikawal oleh sekumpulan orang bersenjata. Pengawal-pengawal mengusir dan memukul mereka dengan senjata tersebut, sehingga menyebabkan kesakitan luar biasa. Pada musim panas, sinar bulan terasa panas dan membakar; sedangkan pada musim dingin, bahkan sinar matahari terasa dingin luar biasa. Perasaan yang demikian sangat menyiksa mereka. Suatu ketika, Srona berada di alam preta. Ia menjadi terpengaruh oleh racun keserakahan mereka yang begitu kuat, sehingga ia merasa haus. Mulutnya menjadi kering. Ia bertemu dengan sebuah benteng besi di mana pada pintunya berdiri sesosok tubuh yang murung dan mengerikan dengan mata merah. “Ada air?” tanya Srona. Mendengar kata itu, kumpulan preta yang semuanya kelihatan bagaikan kayu yang hangus datang mengerumuninya dan meminta, “Makhluk yang agung, berikan kami air!” “Saya sendiri tidak mendapatkannya,” jawab Srona. “Mestinya kamu yang kasih saya” “Apa maksudmu?” jawab mereka. “Kami telah tinggal di tempat ini dua belas tahun lamanya dan sampai sekarang bahkan kami belum pernah mendengar ada yang menyebut air.”

88

Preta yang menderita kegelapan batin dalam

Preta-preta ini mempunyai mulut yang tidak lebih besar dari lubang jarum. Sekalipun jika mereka bisa minum semua air di samudera, namun ketika air melewati tenggorokan mereka yang sempit bagaikan bulu ekor kuda, racun mulut mereka telah menguapkan air tersebut. Bahkan kalaupun mereka dapat menelan sedikit makanan, perut mereka yang besarnya seperti seluruh negeri tidak pernah akan penuh. Akhirnya, walaupun jika pernah ada makanan yang masuk ke dalam perut mereka dan cukup untuk memuaskan mereka, makanan tersebut akan meledak menjadi api pada malam hari dan membakar paru-paru, hati, dan seluruh jeroan mereka. Ketika mereka ingin bergerak, dengan susah payah mereka mengangkat perut mereka yang besar dengan anggota tubuh mereka yang sehalus rumput. Hal ini menyebabkan penderitaan yang sangat besar bagi mereka.

Preta yang menderita kegelapan batin tertentu

Preta-preta ini memiliki beraneka ragam pengalaman yang berbeda satu sama lainnya dan berbeda dalam intensitasnya. Sebagai contoh, ada yang mempunyai banyak makhluk yang hidup dalam tubuhnya dan memakan- nya. Pada suatu waktu, ketika Srona berpergian ke alam preta, ia bertemu dengan sebuah istana di mana tinggal seorang wanita yang sangat cantik. Dengan bentuk tubuh yang indah, ia kelihatan sangat mempesona. Pada setiap kaki dari keempat kaki singasananya yang dihiasi dengan permata berharga terikat satu preta. Ia mempersembahkan kepada Srona sesuatu untuk dimakan, sambil mengingatkan kepadanya untuk tidak memberikan barang secubik pun makanan itu kepada preta-preta itu walaupun mereka minta. Sesudah berkata demikian, ia pun pergi dari sana. Ketika Srona mulai makan, keempat preta itu mulai meminta. Ia memberikan sedikit makanan kepada salah satu preta tersebut, tetapi makanan tersebut berubah menjadi dedak. Apa yang ia berikan kepada preta yang kedua berubah menjadi segumpal besi. Preta yang ketiga mulai memakan dagingnya sendiri begitu mendapat makanan pemberiannya, sedangkan makanan yang ia berikan kepada preta yang keempat berubah menjadi nanah dan darah.

89

Ketika wanita itu kembali, ia berseru: “Bukankah sudah saya beritahu jangan berikan apa pun kepada mereka! Apa kamu pikir kamu lebih belas kasih dari pada saya?” “Apa hubungan anda dengan keempat preta ini?” tanya Srona kepada- nya. “Ini adalah suami saya sebelumnya, yang itu adalah anak saya, yang satu lagi adalah menantu perempuan saya, sedangkan yang keempat adalah pelayan saya.” “Apakah perbuatan di masa lampau yang membawa kalian ke sini? “Orang-orang Jambudvipa sangat skeptis,” jawab wanita tersebut. “Anda tidak akan percaya padaku”. “Mana mungkin saya tidak percaya kalau saya melihat dengan mata kepala saya sendiri?” Maka wanita itu menuturkan ceritanya kepada Srona. “Saya adalah seorang brahmana perempuan di sebuah kota. Pada suatu malam sebelum hari raya, saya menyiapkan makanan yang lezat. Keesokan harinya, Katyayana yang agung berkeliling untuk pindapatta. Saya yakin padanya, dan memberikan persembahan makanan. Kemudian saya berpikir mungkin suami saya akan berbagi pahala dengan saya. “Bergembiralah bersama saya, karena saya telah memberikan sedekah kepada Katyayana yang agung, murid Sang Buddha”, kataku kepadanya. Namun ia menjadi sangat gusar. “Kamu tidak mempersembahkan makanan kepada brahmana, bahkan juga tidak menunjukkan hormat pada sanak saudara dan teman- teman. Sekarang kamu berikan bagian terbaik dari makanan itu kepada bhiksu bertengkorak gundul! Kenapa ia tidak menyumpal mulutnya dengan dedak saja?” “Saya membuat pernyataan yang sama kepada anak saya, yang juga sangat marah. “Kenapa si gundulmu tidak makan gumpalan besi saja?” ia berseru. “Malam itu, orang tua saya menitipkan makanan yang lezat kepada saya lewat menantu perempuan saya, tetapi ia memakannya. Tinggal sisanya saja buat saja. Ketika saya bertanya kepadanya, “Apakah kamu makan bagian yang baik dan menyisakan bagian yang paling buruk buat saya?” Ia berdusta: “Lebih baik saya makan daging saya sendiri dari pada memakan makanan yang diperuntukkan buat kamu!” “Sama halnya, ketika pelayan saya memakan makanan yang mestinya ia bawa untuk keluarga saya, ia berkata bahwa ia lebih baik ia minum nanah dan darah dari pada mencuri makanan saya.

90

“Saya sendiri menjadi preta yang memiliki kekuatan karena saya membuat pengharapan untuk terlahir di mana saya dapat melihat apa yang terjadi atas perbuatan mereka. Kalau saja saya tidak membuat pengharap- an demikian, saya pasti sudah terlahir di antara dewa-dewa di Surga Tiga Puluh Tiga karena telah memberi sedekah kepada makhluk yang agung. “Jika anda kebetulan ke kota kami, tolong kasih tahu anak perempuan saya yang menjadi pelacur, bahwa kamu telah melihat orang tuanya dan kamu telah dipercayakan untuk memberitahu bahwa apa yang dilakukan- nya akan membawa akibat buruk. Itu adalah cara hidup yang salah dan ia seharusnya menghentikan cara buruk yang demikian.” “Jika ia tidak percaya padamu, katakan kepadanya bahwa dalam rumah tua ayahnya ada empat jambangan tembaga yang berisi emas. Selain itu ada piring-piring dan kendi emas. Katakan kepadanya supaya ia mengambilnya dan membuat persembahan kepada Katyayana yang agung dari waktu ke waktu, dan melimpahkan pahala kepada kami. Hal ini akan mengurangi karma kami sampai akhirnya habis.”

Suatu ketika, saat Guru Jetari sedang berpergian ke alam preta, seorang preta wanita yang memiliki tubuh yang menjijikan dan memiliki lima ratus anak berkata kepadanya: “Suami saya pergi ke Bodh Gaya dua belas tahun yang lalu untuk mencari makanan. Sampai sekarang ia belum kembali. Kalau anda ke sana, katakan kepadanya, jika ia tidak segera pulang, anak-anak akan mati kelaparan semuanya.” “Bagaimana tampang suami anda?” kata Guru. “Semua preta kelihatan hampir sama. Bagaimana saya mengenalinya?” “Anda pasti dapat mengenalinya”, katanya. “Ia memiliki mulut yang besar, hidung yang pesek, sebelah matanya buta dan semua sembilan tanda kejelekan ada padanya.” Ketika Jetari sampai ke Bodh Gaya, ia melihat seorang calon biarawan melemparkan banyak makanan dan persembahan torma air di luar. Ketika calon biarawan itu pergi, segerombolan preta berdesak-desakan mempere- butkan makanan tersebut. Di antaranya adalah preta yang sedang ia cari. Lalu ia menyampaikan pesan isterinya. Preta itu menjawab, “Saya telah mengembara selama dua belas tahun, namun tidak pernah mendapatkan apa-apa – kecuali satu kali, ketika seorang biarawan yang suci membuang ingusnya. Tetapi saya tidak mendapat banyak, karena banyak di antara kita berkelahi untuk mendapat- kannya. Dan selama perkelahian untuk mendapatkan secercah ingus tersebut, saya terluka parah oleh preta lainnya.”

91

Jadikanlah tanggung jawab anda secara mental terhadap bermacam- macam siksaan yang menimpa preta di mana pun mereka terlahir, ter- utama rasa lapar dan haus. Pikirkan bagaimana anda menderita kalau anda tidak makan atau minum hanya selama satu pagi hari saja. Bagaimana jadinya perasaan anda kalau terlahir di tempat di mana tidak pernah mendengar tentang air selama bertahun-tahun? Renungkan sebab utama terlahir sebagai preta adalah kekikiran dan menghalangi kemurahan hati orang lain. Kita juga sudah melakukan perbuatan ini tak terhitung banyak kalinya. Oleh sebab itu kita harus melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah terlahir di sana. Renungkan dengan cara demikian dari dalam lubuk hati anda, dengan menerapkan ketiga metoda pada pendahuluan, bagian inti dan kesimpulan- nya.

2.2 Preta yang bergerak melintasi angkasa

Mereka ini adalah tsen, gyalpo, shindre, jungpo, mamo, theurang101 dan lain sebagainya, yang semuanya hidup dalam kengerian dan khayalan yang berkelanjutan. Dengan hanya berniat jahat, mereka selalu berbuat apa pun yang dapat mendatangkan kesusahan pada orang lain. Bahkan banyak di antara mereka jatuh ke alam yang lebih rendah lagi atau ke neraka segera sesudah mereka mati. Khususnya, setiap minggu mereka mengalami lagi semua kesakitan dari penyebab kematian mereka sebelumnya, apakah itu adalah mati karena penyakit, karena terbunuh senjata, gantung diri dan lainnya. Apa yang mereka inginkan hanyalah memindahkan kesakitan mereka pada makhluk lain, sehingga ke mana pun mereka pergi, mereka tidak berbuat lain kecuali membuat kesusahan. Namun walaupun demikian, mereka tetap saja gagal berbuat sesuatu yang menguntungkan mereka. Meski dengan gembira mereka mengunjungi teman atau kekasih mereka yang dulu, mereka hanya membawakan mereka penyakit, sakit jiwa dan penderitaan lain yang tidak disukai. Preta-preta ini mengalami siksaan terus menerus. Tukang sihir yang memiliki kekuatan mengubur mereka, membakar mereka dan melakukan upacara keagamaan di mana mereka memasukkan berbagai senjata bayangan ke dalam tubuh mereka. Mereka menguncinya ke dalam bumi dalam kegelapan selama berkalpa-kalpa, membakar mereka dalam api persembahan, menumbuk mereka bersama dengan biji wijen, bubuk batu dan sejenisnya untuk upacara pengusiran malapetaka dan makhluk halus.

101 Kelompok setan menurut kepercayaan orang Tibet. 92

Mereka memecah kepalanya dalam ratusan pecahan, dan tubuh mereka dalam ribuan keping. Seperti semua preta, preta-preta ini pun memiliki persepsi yang me- nyimpang. Di musim dingin, matahari terasa dingin buat mereka, sedang dalam musim panas, bulan terasa membakar. Ada preta yang mengambil bentuk burung, anjing atau binatang lainnya yang menyeramkan. Singkatnya, penderitaan yang dialami preta tak dapat dibayangkan. Berlatihlah seperti semula. Renungkan dengan metoda tersebut pada latihan pendahuluan, bagian utama dan kesimpulan, secara mental merasa bertanggung jawab atas penderitaan makhluk-makhluk ini dan tumbuhkan kasih sayang dan belas kasih terhadap mereka.

3. Binatang

Ada dua kelompok binatang: Binatang yang hidup di kedalaman lautan dan yang tersebar di tempat yang berbeda.

3.1 Binatang yang hidup di kedalaman lautan

Samudera yang luas disesaki oleh ikan, ikan paus, kura-kura, kerang- kerangan, udang dan makhluk lainnya sebanyak butir kecambah gandum dalam dasar tong untuk meragi bir. Ada ular naga dan binatang raksasa yang sangat besar, sehingga tubuhnya dapat melingkari Maha Meru beberapa kali, sedangkan makhluk lain ada yang kecilnya seperti butir debu atau ujung jarum. Mereka mengalami penderitaan yang berat. Makhluk yang besar menelan yang kecil, sedangkan yang kecil menggali liang dalam tubuh binatang yang besar dan memakannya hidup-hidup. Semua binatang besar mempunyai binatang kecil yang hidup dalam tubuhnya, yang menjadikan daging mereka sebagai makanan. Ada juga binatang yang terlahir di antara pulau-pulau di mana tidak dapat dicapai oleh sinar matahari, sehingga mereka tidak dapat melihat apakah anggota tubuh mereka tertekuk atau terjulur. Binatang-binatang bodoh dan bebal, mereka tidak mempunyai pemahaman tentang apa yang harus dibuat dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mereka terlahir di alam yang penderitaannya tak terbatas.

3.2 Binatang yang tersebar di tempat yang berbeda

93

Binatang-binatang yang meskipun hidup di alam dewa dan manusia, mereka menderita terus menerus karena kebodohannya dan diperbudak, sedangkan naga melewatkan hidupnya dalam kesedihan karena disiksa oleh garuda dan hujan bara pasir. Binatang-binatang bodoh, agresif dan berbisa. Binatang-binatang yang tinggal bersama manusia di bumi, mereka yang tidak dipelihara pada umumnya hidup dalam ketakutan yang terus menerus. Mereka tidak dapat makan sesuap makanan tanpa rasa was-was. Mereka memilik banyak musuh yang mematikan, karena semua binatang saling memangsa satu sama lain. Selain itu, selalu saja ada pemburu, binatang buas pemangsa dan sejenisnya yang mengancam hidup mereka. Burung elang membunuh burung kecil, burung kecil membunuh serangga dan begitu seterusnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa mereka secara terus menerus menghimpun perbuatan buruk dalam rentetan bunuh membunuh yang tiada hentinya.

Pemburu-pemburu sangat ahli dalam cara menyiksa dan membunuh binatang. Mereka mengancam hidup mereka dengan segala macam alat yang kejam – jala, jerat, perangkap dan senapang. Ada binatang yang dibunuh untuk diambil tanduk, bulu, kulit dan hasil lain dari tubuh mereka. Tiram dibunuh untuk mendapatkan mutiara, gajah untuk gading dan tulangnya, harimau, macan tutul, berang-berang dan rubah dibunuh untuk diambil kulitnya. Rusa kesturi untuk diambil kesturinya, sedangkan keledai liar dan yak untuk diambil daging dan darahnya. Adalah suatu penderitaan yang mengerikan bahwa tubuh di mana mereka terlahirkan itu juga yang menjadi sebab mereka dibunuh. Sedangkan binatang-binatang peliharaan, mereka begitu bodoh, se- hingga ketika sang algojo mendekati mereka dengan pisau di tangannya, mereka hanya bisa membelalakkan mata tanpa bisa berpikir untuk melarikan diri. Mereka diperah, ditaruh beban, dikebiri, dicocoki hi- dungnya dan dipasang di kuk bajak. Tidak satu pun dari mereka yang dapat melepaskan diri dari rentetan perbudakan ini. Kuda dan binatang penarik beban lainnya terus menerus dibebani dan ditunggangi, bahkan ketika tidak ada apa pun dipunggungnya kecuali satu lepuhan yang besar. Ketika mereka tidak dapat berjalan lagi, mereka dicambuk dan dipukul dengan batu. Kenyataan bahwa mereka mungkin dalam keadaan letih atau sakit, kelihatannya tak pernah terkilas dalam pikiran pemiliknya. Kebanyakan sapi, kambing dan domba semenjak kecil diperbudak oleh pemiliknya. Susu mereka diperah. Ketika mereka sudah tua, mereka dijual atau dibunuh oleh pemiliknya. Apa pun halnya, mereka sudah

94

ditakdirkan diperuntukkan buat penjagal, dan kematian secara alami tidak dikenal mereka. Begitulah, binatang mengalami siksaan yang tak terlukiskan. Kapan saja anda melihat binatang disiksa dengan cara demikian, tempatkan diri anda pada posisi mereka dan bayangkan dengan rinci apa yang mereka alami. Renungkanlah dengan belas kasih yang dalam terhadap makhluk yang terlahir sebagai binatang ini. Khususnya, kalau anda ada memelihara binatang, perlakukanlah mereka dengan ramah dan kasih sayang, karena semua binatang sekecil serangga pun memiliki rasa senang dan sakit. Dan karena mereka semuanya pernah menjadi ayah dan ibu kita, tumbuhkan kasih sayang dan belas kasih kepada mereka. Gabungkan latihan anda dengan metoda tersebut di latihan pendahuluan, bagian utama dan kesimpulan.

Ke alam rendah mana pun makhluk hidup terlahir, mereka mengalami semua cara penderitaan yang berat dan panjang. Makhluk yang lahir di sana bodoh, bebal dan tanpa pikiran sedikit pun tentang Dharma. Mereka hanya bisa menciptakan sebab yang lebih lanjut untuk kehidupan yang lebih banyak lagi di alam rendah. Oleh sebab itu, sekali terlahir di sana, sangatlah sulit untuk keluar. Dalam kehidupan kita sekarang ini dan dalam kehidupan kita yang lampau, kita telah mengumpulkan banyak perbuatan jahat yang tentu akan membawa kita pada kelahiran keadaan demikian. Oleh sebab itu kita seharusnya mengerahkan tenaga kita dengan ketulusan hati untuk menyesali perbuatan kita yang salah di waktu lampau, mengakuinya dan bersumpah mulai sekarang akan menghindarinya.

Berpikirlah dengan belas kasih yang dalam pada makhluk yang terlahir di alam itu. Limpahkan pahala kebajikan yang telah anda kumpulkan dalam tiga masa. Doakan agar mereka dapat terbebaskan dari alam yang buruk itu. “Sekarang, karena saya telah bertemu dengan Dharma Kendaraan Besar dan memiliki kesempatan untuk berlatih jalan yang membawa manfaat yang benar kepada saya sendiri dan makhluk lainnya, saya akan berlatih Dharma dengan keteguhan hati, dengan tidak memperdulikan semua kesulitan, dan membawa semua makhluk di alam rendah ke alam Buddha.” Sesudah menumbuhkan bodhicitta dengan pikiran demikian, berdoalah kepada guru dan yidam, minta pertolongan mereka sambil berpikir, “Semoga guru dan Sang Tri Ratna memberkati saya agar saya mencapai tujuan ini!” Limpahkan pahala kebajikan kepada

95

semua makhluk, sebagaimana berlatih dengan tiga metoda tertinggi tersebut.

Meski kelahiran di tiga alam rendah dengan sendirinya membawa penderitaan, seseorang mungkin mengira bahwa terlahir ketiga alam yang lebih tinggi akan bahagia dan menyenangkan. Namun kenyataannya, bahkan di alam yang lebih tinggi pun tidak ada kebahagiaan.

4. Alam manusia

Manusia menderita tiga macam penderitaan dasar dan delapan rentetan penderitaan besar: lahir, tua, sakit dan mati; rasa takut bertemu dengan musuh yang dibenci; kehilangan orang yang dikasihi; penderitaan tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan; dan menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.

4.1 Tiga macam penderitaan dasar

Penderitaan karena perubahan

Penderitaan karena perubahan adalah penderitaan yang kita alami ke- tika keadaan bahagia tiba-tiba berubah menjadi penderitaan. Suatu saat kita merasa baik, puas dan kenyang sesudah selesai makan enak, namun tiba-tiba kita diganggu oleh kekejangan yang disebabkan oleh parasit yang terbawa oleh makanan di perut kita. Suatu saat kita merasa bahagia, namun saat berikutnya musuh kita merampas semua kekayaan dan ternak kita; atau api menghanguskan rumah kita; atau tiba-tiba kita diserang oleh penyakit atau pengaruh makhluk jahat; atau kita difitnah orang – dan serta merta kita tenggelam dalam penderitaan. Karena, sesungguhnya kesenangan, kebahagiaan dan ketenaran apa pun yang terlihat nyata yang kita dapatkan dalam alam samsara ini, sama sekali tidak memiliki kekekalan atau kemantapan sedikit pun, dan akhirnya mereka tidak dapat melawan rentetan penderitaan. Oleh sebab itu, tumbuhkan rasa kekecewaan terhadap semua itu.

Penderitaan dalam penderitaan

Kita mengalami penderitaan dalam penderitaan ketika sebelum suatu penderitaan berakhir, kita menderita penderitaan lainnya. Kita mendapat

96

penyakit kusta, kemudian timbul bisul lagi. Lalu, selain berbisul, kita terluka. Ayah kita meninggal, lalu ibu kita menyusul tidak lama sesudahnya. Kita dikejar musuh, lagi susah-susahnya, orang yang kita kasihi meninggal; dan seterusnya. Di mana pun kita terlahir dalam alam samsara, semua waktu kita habiskan dalam penderitaan di atas penderitaan lainnya, dengan tiada kebahagiaan sebentar pun.

Penderitaan segala sesuatu yang tergabung

Sekarang, mungkin ada di antara kita yang berpikir segalanya lagi baik- baik saja sementara ini, dan kelihatannya kita tidak banyak menderita. Kenyataannya, kita seluruhnya terbenam dalam sebab penderitaan. Karena makanan yang kita makan dan pakaian yang kita pakai sekarang ini juga, rumah kita, perhiasan dan perayaan yang memberikan kesenangan kepada kita, semuanya dihasilkan oleh perbuatan yang merugikan. Karena setiap perbuatan yang kita lakukan hanyalah rekaan dari perbuatan negatif, hal itu hanya akan membawa kita kepada penderitaan. Ambillah sebagai contoh teh dan tsampa.102 Di tempat teh dibudidaya di Tiongkok, jumlah makhluk kecil yang terbunuh saat teh ditanam, ketika daun teh dipetik dan seterusnya, tak mungkin dapat dihitung jumlahnya. Teh itu kemudian diangkut hingga Dartsedo oleh kuli pikul. Setiap kuli memikul dua belas bungkusan sebesar enam batu bata, dengan menahan beban itu disekeliling dahi yang dibalut dengan pembalut yang membuat kulitnya aus. Kendati tulang tengkoraknya kelihatan dan sudah berwarna putih, ia terus melanjutkan mengangkutnya. Dari Dotok ke tempat selanjutnya, dzo, yak dan bagal mengambil alih. Punggung mereka hampir patah, perut mereka penuh lubang luka, 103 bulu mereka rontok dan kulit mereka menjadi lecet. Mereka sangat menderita hidup sebagai budak. Membarter teh hanya melibatkan serangkaian janji yang tak ditepati, penipuan dan percekcokan. Sampai akhirnya teh berpindah tangan, biasanya dengan imbalan barang yang dihasilkan binatang, misalnya wol dan kulit anak domba. Wol itu, sebelum dicukur pada musim panas, banyak sekali kutu dan binatang kecil lain merayap didalamnya, sebanyak jumlah helaian bulu domba itu sendiri. Waktu dicukur, kebanyakan serangga itu terpenggal, terpotong jadi dua

102 Tsampa, panggangan dari biji gandum yang digiling halus. Teh dan tsampa adalah dua makanan pokok di seluruh Tibet. 103 Punggung hampir patah karena menahan beban berat, perut penuh lubang luka karena gesekan tali yang melilit di perut waktu berjalan. 97

bagian atau isi perutnya berhamburan. Yang tidak terbunuh tetap tinggal melekat pada bulu domba dan mati lemas. Akan kulit anak domba, ingatlah bahwa domba yang baru lahir memiliki organ indera secara lengkap. Mereka dapat merasakan kesenangan dan kesakitan. Baru saja mereka menikmati saat-saat awal dalam hidupnya dengan kesehatan yang sempurna, mereka dibunuh. Mungkin saja mereka hanyalah binatang- binatang yang bodoh, namun bagaimanapun juga mereka tidak ingin mati. Mereka mencintai kehidupan dan menderita saat mereka dibunuh. Sedangkan biri-biri betina yang anaknya dibunuh, mereka adalah contoh hidup-hidup dari kesedihan seorang ibu yang kehilangan anak tunggalnya. Oleh sebab itu, jika kita memikirkan produksi dan penjualan produk seperti ini, kita dapat mengerti, dengan barang yang diperjual-belikan seperti ini, bahkan satu sesapan teh saja cukup memberikan kontribusi ke kelahiran ke alam rendah. Sekarang kita lihat tsampa. Sebelum benih gandum ditaburkan, tanah harus dibajak dulu, yang memaksa semua cacing dan serangga yang hidup di bawah tanah muncul ke permukaan tanah, dan mengubur semua yang hidup di permukaan tanah ke dalam tanah. Ke mana saja kerbau yang menarik bajak itu melangkah, ia selalu diikuti oleh burung gagak dan burung kecil lainnya yang tak henti-hentinya memakan semua makhluk- makhluk kecil tersebut. Ketika lapangan itu diairi, semua binatang yang hidup di air terdampar ke darat, sedangkan semua binatang yang hidup di tanah kering sekarang menjadi tenggelam. Sama halnya pada setiap tahap menanam bibit, pada saat memanen dan mengirik gandum, jumlah binatang yang terbunuh tak terhitung jumlahnya. Jika anda memikirkan hal tersebut, memakan tsampa hampir sama seolah-olah memakan bubuk serangga. Dengan cara yang sama, mentega, susu dan makanan lainnya, “tiga macam makanan putih” dan “tiga macam makanan manis”104 yang kita anggap murni dan tak ternoda oleh perbuatan yang merugikan, tidaklah sama sekali demikian. Kebanyakan anak yak, anak sapi dan anak domba dibunuh. Yang tidak terbunuh, segera sesudah mereka lahir bahkan sebelum mereka sempat menetek susu ibunya yang manis, sudah dikalungi tali di lehernya dan ditambat di pancangan waktu berhenti sesaat melepaskan lelah di jalan, dan diikat satu sama lainnya dalam perjalanan, sehingga setiap suap susu – yang mana merupakan makanan dan minuman yang menjadi hak mereka – dicuri untuk membuat mentega dan susu.

104 Tiga macam makanan putih: susu, keju dan mentega; tiga macam makanan manis: gula batu, molase dan madu. 98

Dengan mengambil sari dari tubuh ibunya, yang mana merupakan barang yang sangat vital bagi anaknya, kita membiarkan mereka di tengah hidup dan mati. Ketika musim semi tiba, ibu-ibu binatang tersebut begitu lemah karena setiap hari susunya yang merupakan sari energinya diperah, sehingga mereka tidak dapat bangkit dari kandangnya. Kebanyakan sapi dan biri-biri mati kelaparan. Yang beruntung masih hidup, berada dalam keadaan lemah dan tinggal tulang belulang, berjalan sempoyongan dan hampir mati. Semua faktor yang kita lihat yang seolah-olah merupakan kebahagiaan, makanan untuk dimakan, pakaian untuk dipakai, dan apa pun barang yang dapat kita pikirkan, – juga dihasilkan melalui perbuatan negatif semata. Hasil akhir dari barang-barang ini hanyalah siksaan yang tak terhingga di alam rendah. Oleh sebab itu, semua barang yang kelihatannya mewakili kebahagiaan sekarang ini, kenyataannya adalah penderitaan segala sesuatu yang tergabung.

4.2 Penderitaan kelahiran, sakit, tua dan mati

Penderitaan kelahiran

Manusia yang hidup di muka bumi ini dilahirkan dari kandungan. Pertama-tama, makhluk di alam bardo dengan kesadaran seperti gandharva yang mencari bau, menempatkan dirinya dalam persatuan mani ayah dan darah ibu. Kemudian ia melewati pengalaman yang menyakitkan dari berbagai tingkat janin: lendir bundar, elips kental, bujur tebal, bujur telur rapat, gumpalan bulat yang keras, dan seterusnya. Begitu anggota- anggota badan, embel-embel dan organ indera terbentuk, janin yang terperangkap dalam rahim yang gelap, busuk dan mencekik, menderita seperti seseorang yang dimasukkan ke dalam penjara. Ketika sang ibu makan sesuatu yang panas, janin menderita kesakitan seolah-olah dibakar. Ketika sang ibu makan sesuatu yang dingin, ia merasa terlempar ke dalam air yang membeku. Ketika sang ibu berbaring, ia merasa seperti dikubur di bawah berat sebuah bukit; ketika perut sang ibu penuh, ia merasa seperti terperangkap di antara batu karang; ketika sang ibu lapar, ia merasa seperti jatuh dari ngarai; dan ketika sang ibu berjalan atau duduk, ia merasa seolah-olah diterbangkan angin. Ketika kehamilan mencapai waktunya, tenaga kehidupan karma memutar kepala bayi ke bawah dan siap untuk dilahirkan. Ketika bayi didorong kebawah ke arah leher rahim, ia menderita seolah-olah seorang

99

raksasa yang kuat sedang memegang kakinya dan membantingnya ke dinding. Waktu ia dipaksa melewati rongga pinggul yang banyak tulangnya, bayi merasa seolah-olah ia ditarik melewati lubang pada sebuah kapak besi. Kalau lubang tempat keluar terlalu kecil, kemungkinan ia tidak dapat dilahirkan, atau baik sang ibu dan bayi tersebut keduanya akan meninggal. Sesungguhnya, kalaupun tidak meninggal saat kelahiran, mereka mengalami semua penderitaan yang dialami orang yang akan meninggal. Sebagaimana kata Guru Besar dari Uddiyana:

Baik ibu dan anak pergi ke tengah Tanah Kematian, Dan sendi-sendi sang ibu, kecuali rahangnya, semua terkilir lepas.

Segala sesuatu yang dialami sang bayi adalah menyakitkan. Waktu ia dijatuhkan ke kasur saat lahir, ia merasa seperti jatuh ke dalam lubang yang penuh duri. Ketika selaput janin dilepas dari punggungnya, ia merasa seolah-olah dikuliti hidup-hidup. Ketika badannya dibersihkan, ia merasa seperti dipukuli dengan duri. Waktu dibawa ke pangkuan ibunya, ia merasa seperti seekor burung kecil yang dilarikan oleh burung elang. Ketika ia diolesi keningnya dengan mentega,105 ia merasa seperti diikat dan dilempar ke dalam sebuah liang. Ketika ia diletakkan di ayunan, ia merasa seperti di taruh ke dalam lumpur tinja dan kencing. Apa pun yang sang bayi rasakan karena lapar, haus, sakit dan sebagainya, yang dapat ia lakukan hanyalah menangis. Semenjak kelahiran, saat kita menjadi dewasa, kita mengalami kesan pertumbuhan dan penambahan. Tetapi apa yang terjadi sesungguhnya adalah hidup kita menjadi semakin pendek, hari demi hari kita semakin dekat pada kematian. Kita sibuk dengan tugas-tugas keseharian, satu demi satu, dengan tiada akhirnya, tugas yang satu diikuti yang lainnya seperti riak dalam air. Karena mereka itu semuanya berkaitan dengan perbuatan negatif, hasilnya tentu saja kelahiran di alam rendah dan penderitaan yang tiada berakhir.

Penderitaan karena tua

Karena kita sibuk dengan tugas-tugas keduniawian yang tidak penting dan tak berkesudahan, tanpa kita sadari penderitaan karena usia tua menyelinap ke dalam diri kita. Sedikit demi sedikit tubuh kita kehilangan

105 Di Tibet, mentega digosokkan ke ubun-ubun kepala bayi yang baru lahir sebagai upacara untuk keselamatan dan keberuntungan. 100

tenaga. Kita sudah tidak dapat mencernakan makanan yang kita sukai. Penglihatan kita menjadi kabur. Kita tidak dapat melihat benda kecil atau barang yang jauh dengan jelas. Pendengaran kita mulai berkurang dan kita tidak dapat membedakan suara dan perkataan dengan benar. Lidah kita sudah tidak dapat lagi mengecap apa yang kita makan atau minum, dan tidak dapat mengucapkan kata-kata yang ingin kita katakan.dengan jelas dan benar. Karena kemampuan mental kita menjadi lemah, pikiran kita mengecewakan kita, dan kita jatuh ke dalam kebingungan dan kelupaan. Gigi kita copot, sehingga kita tidak dapat lagi mengunyah makanan padat, dan apa yang kita ucapkan menjadi komat-kamit yang tidak dapat dimengerti. Badan kita kehilangan panasnya dan kita tidak pernah lagi merasa hangat kalau kita berpakaian tipis. Kekuatan kita menurun dan kita tidak dapat lagi membawa barang yang berat. Kendati kita masih memiliki selera untuk mendapatkan kesenangan dan kenikmatan, namun kita sudah tidak kuat. Karena saluran nadi dan tenaga kita menurun, kita menjadi lekas marah dan tidak sabar. Karena dicemooh semua orang, kita menjadi muram dan sedih. Unsur-unsur tubuh menjadi tidak seimbang dan menyebabkan berbagai penyakit dan masalah. Kita harus bersusah payah untuk bergerak. Berjalan dan duduk menjadi tugas yang hampir tidak mungkin dilakukan. Jetsun Milarepa bernyanyi:

Satu, anda berusaha berdiri seperti menarik sebuah pasak dari tanah; Dua, anda merangkak seolah-olah sedang mengintai burung; Tiga, anda duduk seperti sebuah karung yang dijatuhkan. Ketika ketiga hal ini datang bersamaan, nek, Anda adalah wanita sedih dengan badan khayal yang merosot.

Satu, dari bagian luar, kulitmu melekat di keriput-keriput; Dua, dari dalam, tulang-tulang menonjol, di mana daging dan darah mulai menyusut; Tiga, dalam masa itu, anda bodoh, tuli dan linglung. Ketika ketiga hal ini datang bersamaan, nek, Wajahmu mengerut seperti orang yang sedang marah.

Satu, pakaianmu begitu buruk dan berat; Dua, makanan dan minumanmu hambar dan dingin; Tiga, tempat tidurmu ditopang pada keempat sisi. Ketika ketiga hal ini datang bersamaan, nek,

101

Kamu seperti seorang yogi yang telah cerah yang diinjak-injak orang dan anjing.

Pada usia tua, ketika kita ingin berdiri, kita tidak dapat melakukannya seperti biasa dengan gerakan sekali jadi. Kita harus meletakkan kedua lengan kita di lantai, seperti kita berusaha menarik sebuah pasak dari dalam tanah keras. Ketika kita berjalan, kita membungkukkan pinggang dan tidak dapat menegakkan kepala kita. Dan karena tidak dapat mengangkat kaki dan melangkah dengan cepat, kita bergerak dengan pelan dan hati-hati seperti seorang anak kecil yang sedang mengintai burung. Semua persendian kaki dan tangan kita begitu sakit seperti kena encok, sehingga kita tidak dapat duduk dengan perlahan. Sebagai gantinya, kita membiarkan seluruh berat badan kita jatuh serta merta, seperti karung goni yang tali pengikatnya putus. Ketika daging kita menyusut, kulit kita menjadi kendor. Badan dan muka kita penuh dengan keriput. Karena kurang daging dan darah di antaranya, persendian menjadi lebih menonjol. Tulang pipi kita dan semua tonjolan tulang mencolok dari kulit. Ingatan kita menurun, dan kita menjadi bodoh, tuli dan pikun. Kita tidak dapat berpikir dengan jernih dan kita merasa pusing. Dengan menurunnya kekuatan tubuh, tiada alasan bagi kita untuk membuat penampilan kita lebih baik, sehingga pakaian yang kita kenakan selalu terasa berat dan buruk. Kita makan makanan sisa dan tidak punya selera. Semua makanan yang kita makan menjadi hambar dan dingin. Kita merasa sangat berat, sehingga susah untuk melakukan sesuatu. Meski ada tiang penyangga pada keempat sisi, namun kita tetap merasa sulit untuk bangun dari tempat tidur dan tidak dapat berdiri. Pada saat itu, kemerosotan fisik kita telah membawa kita pada depresi dan penderitaan mental yang hebat. Semua pesona kecantikan dan cahaya muka kita sudah pudar, kulit kita penuh dengan keriput, dan dahi kita tergores dengan kerutan jelek akibat hal-hal yang tidak menyenangkan, sehingga wajah kita seperti orang yang sedang marah. Semua orang mencemooh kita. Sekalipun orang-orang menginjakkan kaki mereka ke kepala kita, kita tidak dapat berdiri. Kita sudah tidak dapat bereaksi. Kita seperti seorang yogi yang telah mencapai pencerahan di mana bersih dan kotor sudah tidak ada bedanya. Kita ingin mati saja karena tidak sanggup menahan penderitaan hari tua, namun semakin kita dekat pada kematian, semakin kita merasa ngeri. Semua ini membuat penderitaan yang harus kita alami di waktu tua tidak banyak berbeda dengan siksaan makhluk di alam rendah.

102

Penderitaan karena sakit

Ketika keempat unsur yang membangun tubuh kita menjadi tidak seim- bang, semua penyakit – pernafasan, empedu, kelenjar lendir, dan lainnya – mulai muncul, dan perasaan sakit dan penderitaan merundung kita. Begitu rasa sakit menusuk – biar seberapa muda badan dan pikiran kita, biar seberapa kuat dan baiknya kesehatan kita, biar seberapa baiknya kita dalam kondisi terbaik kita – kita roboh seperti seekor burung yang tertimpuk batu. Kekuatan kita menguap. Kita tenggelam dalam alas tidur, dan setiap gerakan, walau enteng sekalipun, sangat sulit dilakukan. Bahkan untuk menjawab ketika seseorang bertanya apa yang terjadi dengan kita dibutuhkan usaha yang keras. Suara kita seolah-olah berasal dari bagian yang sangat dalam dan sulit untuk dikeluarkan. Kita mencoba berbaring dengan sebelah kanan badan kita, lalu yang sebelah kiri, berbaring telentang atau telungkup. Tetapi kita tetap saja tidak merasa enak. Kita kehilangan nafsu makan dan minum, dan tidak dapat tidur pada malam hari. Pada siang hari, rasanya hari tidak akan berakhir, dan malam hari seolah-olah panjangnya tak berakhir. Kita harus menelan obat-obatan yang pahit, pedas atau asam, disuntik, didesinfeksi dan segala macam perlakuan yang tidak menyenangkan. Pikiran bahwa penyakit ini mungkin tiba-tiba berakhir dengan kematian membuat kita takut. Di bawah pengaruh penyakit dan kurang sempurnanya kesehatan kita, kita mungkin akan kehilangan kendali terhadap tubuh dan pikiran kita. Dan pada puncak persepsi kita yang keliru, kita mulai mengkhayal. Kadang-kadang orang sakit malah bunuh diri. Mereka yang menderita penyakit kusta dan stroke dijauhi oeh semua orang dan ditinggalkan merenungi nasibnya sendiri. Mereka masih hidup, namun seolah-olah sudah mati. Orang sakit biasanya tidak dapat menjaga dirinya. Sakitnya mem- buatnya cepat marah, dan mereka selalu saja mencela apa yang dilakukan orang terhadapnya. Mereka menjadi semakin cerewet dan selalu mencela. Sewaktu sakitnya berlarut-larut, orang-orang mulai cape dan tidak melakukan lagi apa yang mereka minta. Kesusahan yang disebabkan oleh penyakit menyiksa mereka terus menerus.

Penderitaan saat meninggal

Ketika kematian mendekat, anda terpuruk di tempat tidur dan tidak punya kekuatan untuk bangun lagi. Meski anda melihat makanan dan minuman, anda tidak punya selera sama sekali. Disiksa oleh sensasi

103

kematian, anda merasa semakin murung dan semua keberanian dan keyakinan anda lenyap. Anda mengalami firasat dan halusinasi tentang apa yang sedang menanti anda. Waktu anda telah datang untuk suatu perpindahan yang besar. Sanak saudara dan teman berkumpul di sekeliling anda, namun mereka tidak dapat berbuat apa pun untuk mem- perlambat kepergian anda – anda mengalami penderitaan kematian sendirian, sama sekali sendirian. Tidak ada cara untuk membawa milik anda seberapa kecil pun. Anda tidak dapat membawanya dan melepas- kannya, namun anda tahu anda tidak dapat menyimpannya juga. Penyesalan yang dalam merudung anda ketika anda ingat akan perbuatan negatif yang telah anda lakukan. Ketika anda memikirkan penderitaan di alam rendah, anda menjadi ngeri. Kematian tiba-tiba sudah ada di sini. Rasa takut menghantui anda. Dengan diam-diam persepsi akan kehidupan melenyap, dan perlahan-lahan tubuh anda menjadi dingin. Ketika orang jahat meninggal, ia mencekam dadanya, meninggalkan bekas-bekas jari pada kulit dadanya. Mengingat kejahatan yang dilaku- kannya, ia ketakutan terlahir di alam rendah. Ia sangat menyesal karena tidak mempraktekkan Dharma ketika ia memiliki kesempatan untuk berbuat demikian, sebagai satu-satunya barang yang berguna saat kematian. Ketika ia sadar akan hal itu, ia merasakan kesakitan yang amat sangat. Itulah sebabnya ia memukul dan mencekam dadanya. Kata Jetsun Milarepa:

Lihatlah bagaimana orang jahat meninggal; Ia adalah contoh yang menunjukkan kepada kita hasil dari perbuat- an.

Malah menjelang ajalnya, ia mulai mendapat penglihatan tentang alam rendah. Apa pun yang dirasakannya menjadi sesuatu yang mengancam. Semua inderanya mengakibatkannya menderita. Unsur-unsur tubuhnya melebur, nafasnya menjadi serak dan anggota badannya gemetar. Ia mulai berhalusinasi. Ketika selaput matanya menjadi kelabu, kematian sudah datang menjemputnya. Bayangan yang menakutkan dari alam bardo muncul, namun ia tidak punya pelindung dan tempat berlindung. Tidak ada jaminan sama sekali bahwa saat kita meninggalkan hidup ini dengan telanjang dan tangan kosong tidak akan tiba hari ini. Ketika hal ini terjadi, yang sungguh-sungguh dapat menolong hanyalah Dharma. Tiada tempat perlindungan lainnya. Dikatakan bahwa:

104

Saat anda dalam kandungan ibu anda, alihkan pikiran anda pada Dharma; Segera sesudah anda lahir, ingatlah Dharma tentang kematian.

Karena kematian datang dengan sangat tiba-tiba kepada orang muda ataupun orang tua, kita harus melatih Dharma mulai dari saat kita dilahirkan, karena hanya Dharma yang akan menolong kita saat kematian. Namun, sampai sekarang kita telah melupakan kematian karena sangat sibuk mengatasi musuh dan menolong teman-teman kita, menjaga rumah dan milik kita, menyibukkan diri kita dengan teman-teman dan sanak saudara kita. Namun, melewati waktu kita dengan cara demikian, mengasyikkan diri dengan sibuk dalam kemelekatan, ketidaktahuan dan kebencian demi teman dan kekasih, jika anda memikirkan hal tersebut, adalah suatu kesalahan besar.

4.3 Penderitaan manusia lainnya

Takut berjempa dengan musuh yang dibenci

Kita dapat menghabiskan semua waktu kita untuk mencari kekayaan dan harta benda dan menjaganya siang dan malam. Meskipun demikian, hal itu tetap tidak bisa mencegah kita pada akhirnya harus berbagi barang- barang tersebut dengan musuh-musuh kita. Perampok di siang hari, pencuri di malam hari, anjing liar, serigala dan binatang buas lainnya semuanya dapat menyerang kita tanpa peringatan terlebih dulu. Nyata sekali, seberapa pun banyaknya kekayaan dan harta benda yang kita miliki, hal itu hanya akan membuat kita repot untuk memperoleh, melindungi dan mencoba untuk memperbanyaknya. Nagarjuna menulis:

Menumpuk harta, menjaga dan membuatnya lebih banyak akan membuat anda menjadi letih. Mengertilah bahwa kekayaan adalah sumber bencana yang tiada berkesudahan.

Jetsun Milarepa berkata:

Pada mulanya kekayaan membuat anda bahagia dan membuat orang iri hati;

105

Namun seberapa pun yang anda miliki, kelihatannya tidak pernah cukup. Pada pertengahan, kekikiran mengencangkan simpulnya pada anda; Anda tidak bersedia memberikannya untuk persembahan atau untuk amal. Kekayaan anda menarik musuh dan kekuatan negatif, Dan apa yang anda kumpulkan terpakai oleh orang lain. Akhirnya, kekayaan adalah iblis yang menempatkan hidup anda dalam bahaya. Betapa kecewanya memperoleh kekayaan hanya untuk musuh- musuh anda! Saya telah melepaskan beban berat yang menyeret kita ke dalam samsara. Saya tidak lagi menginginkan pikatan iblis ini.

Penderitaan kita berbanding lurus dengan banyaknya milik kita. Con- tohnya, kalau anda memiliki seekor kuda, anda akan kuatir ia akan dibawa musuh anda atau dicuri maling. Anda akan ingin tahu apakah sudah cukup jerami yang diperlukan, dan seterusnya. Hanya dengan memiliki seekor kuda saja membawa banyak masalah. Jika anda punya seekor domba, anda akan memiliki masalah yang ditimbulkan karena memiliki seekor domba. Jika apa yang anda miliki hanya sebungkus teh, anda akan yakin anda akan mempunyai masalah sebanyak dengan masalah yang ditimbul- kan sebungkus teh. Oleh sebab itu, pikir dan renungkan betapa pentingnya hidup dalam ketenangan, mengikuti pepatah kuno “tiada kekayaan, tiada musuh.” Berikan dorongan pada anda sendiri dengan cerita Buddha dahulu kala dan cabutlah kemelekatan anda pada uang dan harta benda. Hiduplah dengan apa adanya seperti burung, dan abdikan diri anda seluruhnya pada latihan Dharma.

Takut kehilangan orang yang dikasihi

Kita yang hidup di alam samsara ini merasakan kemelekatan pada me- reka di mana kita menaruh simpati dan permusuhan. Demi sanak saudara, pengikut, teman sebangsa, teman-teman dan kekasih kita, kita bersedia mengalami segala macam penderitaan. Tiada satu pun dari mereka di mana kita mempunyai ikatan kekeluargaan atau persahabatan akan hidup selamanya, dan cepat atau lambat kita dipaksa untuk berpisah dengan

106

mereka. Mereka meninggal, atau mereka mengembara ke negeri lain, atau mereka diancam musuh dan bahaya lainnya – dan penderitaan yang mereka alami mempengaruhi kita lebih dalam dibanding penderitaan kita sendiri. Terutama orang tua menaruh perhatian yang besar terhadap anak- anak mereka, dan terus menerus kuatir mereka akan kedinginan, kelaparan atau haus, atau mungkin mereka sakit atau meninggal. Sesungguhnya, mereka mencintai anak-anaknya sampai-sampai mereka rela mati dari pada membiarkan anak-anaknya menderita. Dan demi mereka, mereka mende- rita kesedihan yang dalam. Namun, meski kita begitu menderita dari rasa takut akan berpisah dengan teman dan sanak saudara yang kita cintai, kita sebaiknya berpikir tentang itu dengan baik-baik. Apakah kita yakin orang yang kita kasihi itu benar-benar begitu manis seperti yang kita pikirkan? Misalnya, orangtua menyatakan bahwa mereka mencintai anak-anaknya, namun cara mereka mencintai adalah salah dan mempunyai akibat yang akhirnya merugikan. Dengan mencoba memberikan kekayaan kepada anak-anaknya dan menyuruh mereka berkeluarga, mereka mengencangkan jerat samsara kepada mereka. Orangtua mengajar anak-anaknya apa yang perlu mereka tahu untuk mengatasi musuh-musuh, bagaimana menjaga teman-teman, bagaimana menjadi kaya, dan segala macam perbuatan yang merugikan yang akan memastikan mereka tidak dapat melarikan diri dari perangkap alam rendah. Kenyataannya, tiada perbuatan lain yang lebih merugikan mereka dari pada perbuatan demikian. Sedangkan anak-anak, baik laki-laki ataupun perempuan, pada awalnya mereka menyedot sari tubuh orangtuanya, pada pertengahan mereka mengambil makanan dari mulut orangtuanya, dan akhirnya mereka mengambil kekayaan dari tangan orangtuanya. Sebagai ganti kasih sayang orangtua kepada mereka, mereka malah berontak kepadanya. Kepada anak-anaknya, orangtua memberikan semua kekayaan yang mereka kumpulkan sepanjang hidupnya dengan tanpa memperhitungkan biaya dan semua perbuatan negatif, penderitaan dan celaan yang harus mereka alami – namun anak-anak sedikit pun tidak merasa berterima kasih. Kendati mereka berikan lima puluh mata uang perak India, anak-anak tidak lebih berterima kasih dari pada orang-orang biasa yang diberikan secangkir teh. Pada pikiran anak-anak, apa yang dimiliki orangtua mereka, otomatis adalah milik mereka.

Saudara-saudara kandung, demi mendapatkan kekayaan orangtua, mereka saling berselisih merampas kekayaan orangtua dengan tanpa rasa

107

berterima kasih. Semakin banyak yang diberikan kepada mereka, semakin banyak juga yang mereka minta. Jika orangtua memiliki batu permata berharga yang dipakai sebagai biji tasbih, dengan tipu muslihat mereka akan mengambilnya juga. Anak-anak perempuan yang walaupun baik, paling-paling menyumbang untuk kemakmuran orang lain, namun tidak membawa apa-apa untuk orangtuanya. Tetapi jika keadaan tidak berjalan sesuai harapan, mereka pulang ke rumah membawa aib dan kesedihan kepada keluarga. Sedangkan semua sanak saudara dan teman lainnya, sepanjang kita makmur dan bahagia dan segala sesuatu berjalan lancar, kita diperlakukan seperti dewa. Mereka melakukan apa saja untuk membantu kita, dan memberi kita semua barang meski kita tidak memerlukannya. Tetapi begitu kita jatuh dalam kesulitan, meskipun kita tidak melakukan perbuat- an yang merugikan mereka, mereka memperlakukan kita sebagai musuh dan membalas kebaikan hati kita dengan kebencian. Ini semuanya menunjukkan tidak ada yang berharga dari anak laki-laki, anak perempuan, sanak saudara dan teman-teman. Sebagaimana Jetsun Milarepa menyatakan dengan tepat ketika ia bernyani:

Pada mulanya, anak anda adalah dewa kecil yang manis, Anda sangat mencintainya; Pada pertengahan, ia dengan garang minta bagiannya. Anda memberikan segalanya, namun ia tetap tidak puas; Ia membawa pulang anak perempuan orang lain, Dan mendesak orang tuanya yang baik hati ke luar; Ketika ayahnya memanggil, ia tidak berkenan menjawab, Ketika ibunya memanggil, ia malah tidak mendengar; Pada akhirnya, ia seperti seorang tetangga yang jauh. Anda menghancurkan diri anda sendiri memberi makan penipu seperti itu. Betapa mengecewakan, memperanak musuh anda sendiri! Saya sudah melepaskan tali yang menyeret kita ke alam samsara ini. Saya tidak menginginkan satu pun anak duniawi seperti ini.

Dan ia melanjutkan:

Pada mulanya seorang anak perempuan adalah dewi yang tersenyum manis, Angkuh dan memonopoli semua milik anda;

108

Pada pertengahan, ia minta haknya dengan tiada henti-hentinya, Dan dengan diam-diam mencurinya dari ibunya; Ia tidak pernah puas dengan apa yang sudah diberikan; Ia adalah sumber keputus-asaan untuk orang tuanya yang baik hati. Pada akhirnya, ia adalah raksasa jahat berwajah merah yang mena- kutkan; Paling-paling ia adalah milik orang lain; Celakanya, ia membawa aib untuk anda;. Betapa mengecewakan monster yang membawa kesusahan ini! Saya telah melepaskan kesedihan yang tak terobati; Saya tidak menginginkan anak perempuan yang membawa saya ke kehancuran.

Akhirnya:

Awalnya, teman-teman menemui anda dengan girang, mereka ter- senyum; Seluruh lembah berbunyi “Masuklah dan silakan duduk!” Pada pertengahan, mereka membalas keramah-tamahan anda de- ngan daging dan bir; Satu per satu, persis satu untuk satu kebaikan yang anda berikan; Akhirnya, mereka menyebabkan perselisihan yang berdasarkan kebencian dan kemelekatan; Betapa mengecewakan mereka itu, teman-teman jahat dengan segala pertengkarannya! Saya telah berhenti dari teman makan waktu santai; Saya tidak lagi menginginkan satu pun teman duniawi.

Penderitaan tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan

Tiada satu pun di antara kita di dunia ini yang tidak menginginkan kebahagiaan dan merasa enak, namun sekalipun begitu, tidak ada satu pun di antara kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Contohnya, suatu keluarga mencoba membuat mereka merasa nyaman dengan membangun sebuah rumah, namun rumah itu roboh dan mereka terbunuh. Seseorang makan untuk menghilangkan rasa laparnya, namun makanan itu membuat- nya sakit dan membahayakan jiwanya. Tentara pergi ke medan perang dengan berharap untuk mendapatkan kemenangan, namun mereka segera terbunuh. Suatu kelompok pedagang pergi pada ekspedisi perdagangan

109

dengan harapan besar untuk memperoleh keuntungan, namun mereka diserang dan akhirnya menjadi pengemis. Berapa pun banyaknya usaha dan tenaga yang kita curahkan dengan harapan menjadi bahagia dan kaya di dalam hidup ini, kecuali perbuatan kita di masa lalu telah menciptakan potensi untuk itu, kita bahkan tidak akan dapat memuaskan lapar yang kita rasakan sekarang ini. Segala yang kita kerjakan adalah membuat kesusah- an pada kita sendiri dan orang lain. Satu-satunya hasil yang pasti kita dapatkan adalah tidak terlepasnya dari kedalaman alam rendah. Itulah sebabnya ada pepatah yang mengatakan: “Pahala sekecil percikan bunga api lebih berharga dari pada usaha sebesar gunung.” Apa gunanya kegiatan samsara yang tidak pernah berkesudahan? Semua usaha yang kita lakukan sejak waktu yang tak berawal dalam alam samsara untuk memdapatkan apa yang kita inginkan tidak membawa sesuatu pun kepada kita kecuali penderitaan. Pada waktu lampau, kalau saja kita menggunakan usaha yang kita curahkan pada tujuan duniawi dalam satu kehidupan saja dan sebagai gantinya kita curahkan untuk Dharma, kita sekarang sudah menjadi Buddha. Kalaupun tidak demikian, sedikitnya kita pasti tidak akan menjadi sasaran penderitaan di alam rendah. Kita semestinya merenung demikian: karena kita sekarang telah mengetahui perbedaan antara apa yang harus kita perbuat dan yang tidak boleh kita lakukan, marilah kita berhenti meletakkan harapan besar dalam kegiatan samsara yang tidak pernah akan berhasil – dan sebagai gantinya melatih Dharma yang benar, di mana pencapaiannya merupakan kepastian.

Penderitaan atas terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan

Tiada seorang pun diantara kita di dunia ini yang menginginkan pende- ritaan yang diuraikan disini, namun hal itu justru yang kita alami sepanjang waktu, terserah kita mau atau tidak. Contohnya, ada orang- orang yang karena perbuatan di masa lalu menjadi rakyat dari penguasa tertentu atau budak orang kaya. Berlawanan dengan kemauan mereka, mereka dijadikan bawahan, tanpa ada waktu bebas sebentar pun. Mereka mungkin akan dihukum karena kesalahan mereka yang kecil, namun tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk menghindarinya. Meski mereka dibawa ke tempat pelaksanaan hukuman mati, mereka akan mengetahui tidak ada gunanya berusaha untuk melarikan diri. Kita selalu mengalami apa yang tidak kita inginkan. Sebagaimana Longchenpa Yang Mahatahu berkata:

110

Anda ingin tinggal bersama keluarga dan kekasih anda Selamanya, namun anda pasti meninggalkan mereka; Anda ingin menjaga rumah anda yang indah Selamanya, namun anda pasti akan meninggalkannya; Anda ingin menikmati kebahagiaan, kekayaan dan kenyamanan Selamanya, namun anda pasti kehilangan mereka; Anda ingin menjaga kehidupan manusia yang baik sekali ini dengan kebebasan dan berkahnya Selamanya, namun anda pasti akan mati; Anda ingin mempelajari Dharma dengan guru anda yang hebat Selamanya, namun anda pasti akan berpisah dengannya; Anda ingin bersama teman spiritual anda yang baik Selamanya, namun anda pasti akan berpisah dengannya.

O teman saya yang merasakan kekecewaan yang dalam terhadap samsara, Saya, pengemis Dharma, mendesak anda: Mulai hari ini kenakan pakaian lapis baja usaha anda, karena waktu telah tiba Untuk menyeberang ke negeri berkah agung di mana tidak ada per- pisahan.

Kekayaan, harta benda, kesehatan, kebahagiaan dan kemasyhuran semuanya adalah hasil perbuatan positif di masa lalu. Jika anda sudah mengumpulkan perbuatan positif di masa lampau, apakah anda meng- inginkannya atau tidak, semua barang-barang ini akan datang secara alami kepada anda sebagai akibatnya. Namun tanpa perbuatan positif demikian, seberapa besarnya usaha apa pun tidak memungkinkan anda untuk mendapatkan apa yang anda inginkan. Apa yang anda dapatkan hanyalah penderitaan yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu, ketika anda berlatih Dharma, andalkan pada kekayaan yang tak habis terpakai dengan merasa puas dengan apa yang ada. Kalau tidak, begitu anda mulai berlatih, ambisi keduniawian anda untuk kehidupan ini pasti akan membawa kesulitan kepada anda dan tidak menyenangkan makhluk-makhluk suci. Jetsun Mila bernyanyi:

Apa yang terutama diajarkan oleh Yang Dipertuan Manusia, Sang Penakluk, Adalah bagaimana melepaskan diri dari kedelapan urusan duniawi;

111

Tetapi mereka yang berpikir mereka itu terpelajar hari ini, Tidakkah perhatian mereka terhadap hal duniawi tumbuh lebih banyak dari sebelumnya?

Sang Penakluk mengajarkan sila untuk diikuti, Sehingga seseorang dapat meninggalkan tugas-tugas duniawi; Namun biarawan-biarawan sekarang yang mengikuti peraturan ini, Tidakkah tugas keduniawian mereka lebih banyak dari sebelumnya?

Ia mengajarkan bagaimana hidup seperti rsi zaman dulu, Sehingga seseorang dapat memotong ikatan dengan teman dan sa- nak saudara; Tetapi orang-orang yang hidup seperti biarawan sekarang ini – Tidakkah mereka menjadi lebih mementingkan ikatan keluarga?

Jika Dharma dilatih dengan tanpa mengingat kematian, Dharma apa pun tidak akan ada gunanya.

Manusia yang hidup dalam masa kemerosotan106 di empat benua ini, terutama di Jambudvipa, bahkan kesempatan terkecil untuk mendapatkan kebahagiaannya sudah tidak ada. Hidup mereka penuh dengan penderita- an. Sekarang ini kemerosotan berjalan lebih cepat setiap tahun, setiap bulan dan setiap hari, setiap waktu makan, setiap pagi dan setiap malam. Kalpa ini berjalan dari buruk menjadi lebih buruk lagi. Ajaran Buddha dan kebahagiaan makhluk hidup semakin menghilang. Pikirkanlah semua hal ini dan kembangkanlah rasa kekecewaan.

Lebih-lebih lagi, benua Jambudvipa ini memberikan kekuatan yang khusus pada akibat perbuatan, yang membuat semua hal – baik atau buruk, yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, tinggi dan rendah, Dharma atau bukan Dharma – menjadi sangat tidak dapat diperkirakan. Anda sebaiknya benar-benar melihat sendiri bagaimana hal sesungguhnya dengan jelas di pikiran anda apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Latihlah nasihat Longchenpa Yang Mahatahu:

Kadang-kadang amatilah hal menyenangkan yang anda rasakan, Jika anda tahu bahwa hal itu hanyalah persepsi, semua pengalaman anda akan menjadi sesuatu yang berguna;

106 Masa di penghujung kalpa di mana keadaan menjadi buruk. 112

Kadang-kadang amatilah hal merugikan dan membahayakan yang anda rasakan, Hal ini penting untuk menghentikan penipuan akan kemelekatan nafsu keinginan oleh persepsi anda yang keliru; Kadang-kadang amatilah teman-teman dan guru orang lainnya, Membedakan yang baik dan yang buruk akan mendorong anda untuk berlatih; Kadang-kadang amatilah tayangan ajaib dari keempat elemen di angkasa, Anda akan melihat bagaimana usaha menjadi reda dalam hakikat pikiran yang sejati; Kadang-kadang amatilah tanah tempat lahir, rumah dan milik anda, Mengetahui bahwa mereka hanyalah khayalan, anda tidak akan lagi ditipu oleh persepsi anda; Kadang-kadang amatilah kekayaan dan milik orang lain, Melihat betapa kasihannya mereka, anda akan membuang ambisi samsara; Singkatnya, periksalah sifat dasar dari penampilan segala hal dan keaneka-ragamannya, Anda akan menghancurkan khayalan untuk berpegang pada apa pun seolah-olah hal itu nyata.

5. Asura

Kesenangan dan kemewahan yang dinikmati asura, makhluk setengah dewa ini, menyaingi apa yang dimiliki dewa-dewa. Akan tetapi mereka memiliki kecenderungan yang kuat akan kebencian, perselisihan dan perkelahian dari kehidupan yang lalu. Akibat dari perbuatan negatif itu adalah, tidak lama mereka terlahir sebagai makhluk tersebut, mereka mulai mengalami perasaan kebencian yang kuat. Malah dalam alam mereka sendiri, ada perselisihan tentang wilayah dan provinsi. Mereka menghabiskan semua waktu mereka berkelahi dan bertengkar di antara mereka atas pertentangan tersebut. Lebih parah lagi, ketika melihat ke atas ke alam dewa, mereka dapat melihat dewa-dewa memiliki kekayaan dan milik yang paling banyak. Mereka juga melihat apa yang diinginkan dan diperlukan dewa semuanya dipenuhi oleh pohon pengabul harapan – yang akarnya justru tumbuh di alam asura, alam mereka sendiri. Akan hal itu, mereka tercekam oleh rasa dendam yang tak tertahankan. Dengan mengenakan pakaian lapis baja dan

113

memegang senjata, mereka berangkat berperang melawan dewa-dewa. Segera sesudah melihat apa yang terjadi, dewa-dewa maju ke Taman Agresi, 107 dan mereka juga mengenakan pakaian lapis baja dan mengenggam senjata. Dewa-dewa memelihara seekor gajah yang berkepala tiga puluh tiga yang bernama Kemantapan Tertinggi. Raja mereka, Indra, duduk di kepala tengah, dengan semua menteri di sekelilingnya pada ketiga puluh dua kepala lainnya. Pasukan surgawi yang tak terbayangkan dengan kemegahan yang sangat menarik mengelilingi mereka, sambil meneriakkan pekik perang yang memekakkan telinga. Begitu perang dimulai, mereka melepaskan hujan senjata – vajra, cakra, tombak, panah raksasa dan sebagainya. Tenaga gaib mereka memberi mereka kekuatan untuk menyeret gunung ke dalam pangkuan mereka lalu melemparkannya sebagai peluru. Karena perbuatan mereka yang lampau, dewa tujuh kali lebih tinggi dari manusia. Tetapi makhluk setengah dewa jauh lebih rendah dari dewa. Dewa hanya bisa terbunuh kalau kepalanya terpenggal, sedangkan luka mana saja yang mereka kena segera tersembuhkan oleh nektar surgawi mereka. Tetapi asura mati seperti manusia, yaitu kalau bagian penting dari tubuh mereka terluka. Tentu saja mereka ditakdirkan kalah dalam banyak peperangan yang terjadi. Sebagaimana dari banyak strategi mereka, dewa-dewa mengirim gajah yang bernama Pelindung Segala yang dimabukkan dengan minuman keras, dengan sebuah roda pedang terikat pada belalainya. Akibatnya asura yang mati sampai ratusan ribu jumlahnya. Mayat-mayat mereka jatuh bergelimpangan ke lereng Gunung Meru dan jatuh ke dalam Danau Kegembiraan Agung 108 di bawahnya, sehingga air danau itu tertutupi dengan warna merah darah. Dalam alam asura, karena perkelahian dan pertengkaran yang terus menerus, mereka tidak bebas dari penderitaan. Renungkanlah nasib mereka dari dalam lubuk hati anda.

6. Dewa

Dewa-dewa menikmati kesehatan yang sempurna, kenyamanan, keka- yaan dan kebahagian sepanjang hidup mereka. Tetapi mereka mengha- biskan waktu mereka dalam hiburan. Pikiran untuk berlatih Dharma tidak

107 Di sebelah selatan istana tempat tinggal Dewa Indra terdapat suatu taman yang terhias dengan pepohonan dan kolam. Dewa-dewa yang memasukinya akan menjadi agresif. 108 Danau-danau di antara Tujuh Jajaran Pengunungan Emas yang mengelilingi Maha Meru tempat raja-raja naga bercengkerama. 114

pernah muncul pada mereka. Umur mereka bisa mencapai beberapa kalpa. Namun dalam perasaan mereka, waktu sepanjang itu hanya berlangsung sebentar saja. Sesudah menyia-nyiakan seluruh kehidupan mereka dalam kekalutan, tiba-tiba mereka dihadapkan pada kematian. Semua dewa di enam surga alam kamadhatu, dari Surga Empat Maharaja sampai pada Surga yang disebut Surga Penikmatan Ciptaan Dari Yang Lain harus mengalami penderitaan kematian dan perpindahan. Ada lima tanda yang mengisyaratkan kematian seorang dewa. Kecemerlangan yang menjadi pembawaan badannya, yang biasanya dapat terlihat sejauh satu yojana atau satu jarak pendengaran, mulai menjadi suram. Singgasananya, yang mulanya ia tak pernah merasa jemu duduk di atasnya, kini sudah tidak menyenangkan hatinya. Ia merasa sangat tidak nyaman dan tidak tenang. Kalung bunganya, yang dulunya tidak pernah layu biar berapa pun waktu berlalu, kini menjadi layu. Pakaiannya yang selalu bersih dan segar selama apa pun ia memakainya, kini kusam, dekil dan mulai berbau. Badannya yang tak pernah berkeringat, kini mulai berkeringat. Ketika kelima tanda mendekati kematian ini muncul, dewa tersebut tersiksa oleh pengetahuan bahwa ia akan segera meninggal. Teman-teman surgawi dan kekasihnya juga mengetahui apa yang sedang terjadi padanya. Mereka tidak menghampirinya lagi, tetapi melemparkan bunga dari kejauhan dan memberikan ucapan mereka sambil berkata “Kalau anda meninggal dan berlalu dari sini, semoga anda terlahirkan di alam manusia. Semoga anda melakukan perbuatan baik dan sesudah itu terlahir lagi di alam dewa.” Dengan begitu mereka meninggalkannya. Sunyi sepi sendiri, dewa yang akan meninggal itu dilanda kesedihan. Dengan mata surgawinya ia melihat di mana ia akan terlahirkan. Jika itu adalah alam penderitaan, siksaan kejatuhan merundungnya bahkan sebelum siksaan kematiannya berakhir. Penderitaan yang dalam ini menjadi dua tiga kali lipat, ia putus asa dan ia dipaksa melewati tujuh hari alam dewa dengan meratap. Tujuh hari di alam dewa Surga Tiga Puluh Tiga sama dengan tujuh ratus tahun di alam manusia. Selama waktu itu, ia mengingat semua kesenangan dan kebahagiaan yang telah ia nikmati dan sadar bahwa ia tidak kuasa lagi untuk bertahan di sana. Ia juga mengalami penderitaan kejatuhannya yang sesungguhnya sesudah tersiksa oleh penglihatan akan tempat kelahirannya yang akan datang. Penderitaan batin dari penderitaan ganda ini lebih buruk dari penderitaan di alam neraka.

115

Di dua alam surga di atasnya,109 tidak ada penderitaan kematian dan kelahiran kembali. Tetapi, ketika akibat perbuatan yang membawa mereka ke sana sudah habis terpakai, dewa-dewa di sana jatuh ke alam rendah seolah-olah mereka terbangun dari tidurnya. Seperti inilah penderitaan mereka. Sebagaimana yang dikatakan Nagarjuna:

Mengetahui bahkan Brahma sendiri, Sesudah mencapai kebahagiaan lepas dari kemelekatan, Pada gilirannya akan memikul penderitaan yang tak berkesudahan Sebagai minyak bakar untuk api di Neraka Avici.

Oleh sebab itu, di mana pun kita terlahir di enam alam ini, semua hal memiliki sifat penderitaan. Segala sesuatu melipat-gandakan penderitaan. Segala sesuatu merupakan mesin penderitaan – tidak ada hal lain selain penderitaan. Hal itu sama seperti lubang api, pulau raksasa pemakan manusia, ombak samudera, ujung pisau atau pelimbahan. Tiada sedetik pun dapat ditemukan kedamaian. Menurut Sutra Dharma Agung dari Ingatan yang Jelas:110

Makhluk neraka menderita api neraka; Preta menderita haus dan lapar; Binatang menderita dimangsa satu sama lain; Manusia menderita mempunyai umur yang pendek; Asura menderita peperangan dan pertengkaran; Dan dewa-dewa menderita kekosongan pikiran mereka; Tak ada secuil pun kebahagiaan di alam samsara.

Dan Bodhisattva Matreya berkata:

Sama seperti tidak adanya bau sedap dalam pelimbahan, Tidak ada kebahagiaan di lima golongan makhluk.

Guru Agung dari Uddiyana berkata:

Dikatakan bahwa dalam alam samsara tidak terdapat Kebahagiaan walau sebesar ujung peniti; Namun jika seseorang bisa mendapatkannya sedikit,

109 Surga-surga di alam rupadhatu dan alam arupadhatu. 110 Skt. Saddharmasmṛty-upasthāna sutra. 116

Kebahagiaan tersebut segera berubah menjadi penderitaan.

Semakin anda merenung pada uraian bagian ini dan bagian lain yang serupa, semakin anda sadar bahwa di alam mana pun anda terlahir, mulai dari makhluk yang tertinggi di Surga Naiva-saṃjñin-nāsaṃjñin111 sampai yang paling rendah di alam neraka, bahkan tiada sedikit pun selingan kenyamanan atau kebahagiaan yang sesungguhnya. Sungguh sedikit pun tidak ada artinya. Pikirkanlah tentang samsara dan penderitaan sampai anda sama sekali tidak punya keinginan padanya, seperti seseorang yang menderita gangguan liver disuguhi makanan yang berlemak.

Janganlah puas hanya dengan mendengar tentang siksaan dan pengerti- an mengenai hal tersebut secara intelek. Masukkan ke dalam hati dan alami penderitaan tersebut dengan imaginasi anda sampai anda benar- benar yakin akan hal tersebut. Dengan dipersenjatai dengan tingkat keyakinan yang demikian, menghindari perbuatan buruk dan merasa senang akan perbuatan baik akan datang secara alami kepada anda tanpa anda memaksanya.

Nanda, keponakan Sang Buddha, sangat melekat pada isterinya dan tidak mau meninggalkan kehidupan duniawi. Walaupun Sang Buddha membujuknya dengan cara yang mahir untuk memasuki Dharma dan menjadi seorang biarawan, ia tidak belajar mematuhi sila. Ia hampir saja melarikan diri, ketika Sang Buddha secara gaib membawanya ke puncak gunung salju dan menunjukkan seekor kera yang buta satu matanya kepadanya. Buddha bertanya kepada Nanda, “Mana yang lebih cantik, kera ini atau isterimu Pundarika?” “Isteri saya”, jawab Nanda. “Jauh sekali perbandingannya” “Baik”, kata Buddha. “Sekarang marilah kita pergi ke alam dewa” Ketika mereka sampai kesana, Buddha duduk dan menyuruh Nanda pergi melihat-lihat sekeliling. Tiap dewa tinggal di istana mereka sendiri, dikelilingi oleh banyak dewi yang muda dan menikmati kesenangan, kebahagiaan dan kemewahan yang tidak ada taranya. Tetapi ada satu istana dengan banyak dewi, namun tidak ada dewanya. Nanda bertanya kenapa begitu, dan ia diberitahu: “Di alam manusia, ada seseorang yang bernama Nanda, keponakan Buddha yang menjalankan sila. Perbuatan ini

111 Surga Dewa Tanpa Pikiran dan Tidak Sepenuhnya Tanpa Pikiran di alam arupadhatu (alam tanpa bentuk). 117

akan membawa ia terlahir di alam dewa, dan istana ini akan menjadi miliknya.” Nanda sangat gembira. Ia kembali ke tempat Buddha yang bertanya kepadanya, “Sudahkah kamu melihat alam dewa? “Ya, tentu saja saya telah melihatnya” “Baik, mana yang lebih cantik, isterimu atau dewi-dewi yang muda itu? “Putri-putri dewa jauh lebih cantik” jawab Nanda. “Sungguh, kecantikan mereka melebihi Pundarika sama seperti kecantikan Pundarika melebihi kera buta yang kita lihat sebelumnya.” Sesudah sampai ke bumi lagi, Nanda mematuhi sila dengan sempurna. Lalu Buddha memberi perintah kepada para bhiksu: “Nanda telah meninggalkan kehidupan duniawi dengan maksud supaya terlahir di alam dewa. Namun kamu semua menjadi biarawan dengan tujuan agar bisa terlepas dari penderitaan. Kamu dan dia tidak pada jalan yang sama. Janganlah berbicara lagi kepadanya. Jangan menjadi teman karibnya. Bahkan jangan duduk pada satu tempat duduk bersamanya!” Semua bhiksu mematuhi perintah Buddha, dan Nanda menjadi sangat bingung. Ia berpikir, “Ananda adalah adik saya. Sedikitnya ia masih sayang sama saya.” Namun ketika ia pergi ke sana, Ananda berdiri dari tempat duduknya dan menjauhinya. Nanda bertanya kenapa mereka memperlakukannya demikian, dan Ananda menceritakan apa yang dikata- kan Buddha. Nanda menjadi amat sedih. Akhirnya Buddha datang kepadanya dan berkata, “Nanda, mau lihat alam neraka?” Nanda setuju. Lalu Buddha membawanya bersama-sama secara gaib ke alam neraka. “Pergilah dan lihat keadaan sekeliling,” katanya. Lalu Nanda pergi melihat-lihat, mengunjungi semua tempat neraka, sampai pada suatu tempat di mana ia bertemu dengan sebuah pot kosong dengan api berkobar-kobar dan meretih di dalamnya. Banyak sekali kaki- tangan Dewa Kematian di sekelilingnya. Ia bertanya kenapa tidak ada orang di dalam pot itu. “Ada seorang keponakan Buddha yang masih muda yang bernama Nanda”, jawab mereka, “yang mempraktekkan sila dengan maksud agar terlahir sebagai dewa. Sesudah menikmati kebahagiaan di alam surga, waktu pahalanya habis terpakai ia akan terlahir disini.” Nanda menjadi ketakutan. Ia kembali dan berpikir berulang-ulang. Terlahir di antara dewa-dewa di kelak kemudian hari, lalu berakhir dalam alam neraka sungguh tidak ada artinya. Maka ia mengembangkan tekad untuk mencari pembebasan dari alam samsara. Sesudah melihat nereka

118

dengan mata kepala sendiri, ia tidak pernah lagi melanggar sila sekali pun, dan Buddha memujinya sebagai murid yang paling unggul dalam pengendalian indera. Kita tidak perlu pergi ke neraka dan melihat dengan mata kepala kita sendiri. Sebuah gambar yang sederhana saja cukup menakutkan kita dan memperkuat kehendak kita akan kebebasan. Inilah sebabnya mengapa Buddha menyuruh supaya roda dengan lima lingkaran sepusat yang menggambarkan alam samsara dilukis di pintu vihara.112 Sebagaimana kata Nagarjuna:

Jika hanya dengan melihat gambar neraka, mendengar uraiannya, Atau membaca dan berpikir tentang hal itu membuat anda takut; Apa yang akan anda lakukan jika anda benar-benar terlahir disana, Dan mengalami semua akibat dari perbuatan anda?

Oleh sebab itu, renungkanlah semua jenis penderitaan di alam samsara. Tinggalkanlah tujuan duniawi dari kehidupan ini dari lubuk hati anda. Kecuali jika anda memutuskan untuk menghentikan kegiatan duniawi sama sekali, apa pun Dharma yang anda sebut sebagai latihan anda bukanlah hal yang sesungguhnya. Ketika Atisa hampir meninggal dunia, seorang yogi datang kepadanya dengan sebuah pertanyaan. “Sesudah anda tiada, apakah sebaiknya saya bermeditasi?” “Meski anda lakukan hal itu, apakah itu sungguh merupakan Dharma?” tanya Atisa kepadanya. “Kalau begitu, apa lebih baik saya mengajar saja?” Guru itu menjawab dengan pertanyaan yang sama. “Lalu, apa yang seharusnya saya kerjakan?” tanya yogi itu. “Kamu semua harus mengikuti Geshe Tönpa dan dengan bersungguh- sungguh meninggalkan kehidupan duniawi113”, jawab Atisa. Kisah lain menceritakan seorang biarawan yang berjalan mengelilingi Vihara Radreng114 ketika ia bertemu dengan Geshe Tönpa.115 Geshe itu berkata, “Bhiksu yang terhormat, berpradaksina adalah sesuatu yang baik, namun apakah tidak lebih baik melatih Dharma yang sesungguhnya?”

112 Diagram ini biasanya dapat dilihat pada pintu masuk vihara. 113 Mengacu pada penolakan delapan dharma duniawi dan hanya mencari pembebasan. 114 Vihara Radreng, vihara pertama Kadampa, didirikan oleh Geshe Tönpa . 115 Geshe Tönpa, salah seorang murid utama Atisa. 119

Bhiksu itu berpikir, “Mungkin lebih banyak pahala membaca sutra Mahayana dari pada berpradaksina.” Lalu ia mengambil sutra dan membaca di balkon perpustakaan vihara. Tidak lama kemudian, Geshe Tönpa berkata kepadanya, “Membaca ajaran memang suatu perbuatan yang baik, tetapi bukankah lebih baik melatih Dharma yang sesungguhnya?” Bhiksu itu berpikir lagi. “Ini mesti berarti lebih baik bermeditasi dari pada membaca sutra”. Lalu ia menunda bacaannya dan mulai menghabis- kan waktunya pada ranjangnya, duduk dengan mata setengah tertutup. Sekali lagi Tönpa berkata kepadanya, “Sangatlah baik juga bermeditasi, tetapi apakah tidak lebih baik kalau melatih Dharma yang sesungguhnya?” Bhiksu itu sangat kebingungan dan putus asa, ia berteriak, “Geshe yang terhormat, jadi apa yang harus saya lakukan untuk berlatih Dharma?” “Bhiksu yang terhormat,” jawab Geshe, “tinggalkan kehidupan duniawi! Tinggalkan kehidupan duniawi!” Semua tanggung jawab keseharian kita mencegah kita sekarang dan pada masa depan untuk membebaskan diri dari penderitaan samsara. Hanyalah seorang guru yang sejati yang dapat memberi kita nasihat yang benar, yang memungkinkan kita untuk memutuskan ikatan dalam kehidupan ini dan mencapai pencerahan pada kehidupan selanjutnya. Tinggalkanlah semua keasyikan hidup ini – orangtua, sanak saudara dan teman, rekan dan kekasih, makanan, kekayaan dan harta benda. Tinggalkan ambisi duniawi anda seperti anda membuang ludah, dan merasa puas dengan makanan dan pakaian seadanya. Baktikan diri anda seluruhnya pada Dharma. Padampa Sangye berkata:

Benda-benda materi seperti awan dan kabut. Janganlah berpikir mereka akan bertahan selamanya; Kemasyhuran seperti sebuah gema. Janganlah mengejar pengharga- an, carilah sifat dasar Dharma; Pakaian indah seperti warna pelangi. Berpakaianlah dengan sederhana dan kerahkan tenaga anda untuk berlatih; Badan kita ini adalah sebuah kantong darah, nanah dan getah bening, Janganlah sayang padanya; Bahkan makanan enak pun akan menjadi kotoran. Janganlah bersusah payah hanya untuk mengisi perut anda; Penampilan akan menarik musuh. Tinggallah dalam pertapaan di gunung atau di vihara;

120

Duri persepsi khayalan merobek pikiran. Alami mereka sebagai sifat dasar yang sama; Nafsu dan keinginan semua datang dari diri anda. Jagalah baik-baik pikiran anda; Permata yang paling berharga ada dalam diri anda. Janganlah men- dambakan makanan dan kekayaan; Banyak bicara malah membawa pertengkaran. Berbuatlah seolah- olah anda bisu; Pikiran mempunyai kemampuannya sendiri. Janganlah hanya mengikuti perintah perut anda; Berkah timbul dari dalam pikiran. Berdoalah kepada guru dan yidam anda; Jika anda tinggal di suatu tempat terlalu lama, bahkan anda akan mendapatkan kesalahan Buddha. Janganlah tinggal di suatu tempat untuk selamanya; Anda seharusnya bertindak dengan rendah hati. Tinggalkan kesom- bongan kedudukan anda; Anda tidak akan di sini selamanya. Berlatihlah selagi anda bisa; Anda seperti pelancong dalam hidup ini. Janganlah bangun rumah di mana anda hanya beristirahat sebentar saja; Semua perbuatan tidak ada gunanya. Baktikan dirimu pada latihan; Anda tidak pernah akan tahu kapan tubuh anda menjadi makanan ulat atau hilang begitu saja. Janganlah sia-siakan hidup anda; Teman dan sanak saudara adalah seperti burung di cabang pohon. Janganlah melekat pada mereka; Keyakinan yang teguh adalah ladang yang baik. Jangan taruh dalam debu emosi negatif; Tubuh manusia ini seperti permata pengabul harapan yang berharga. Janganlah serahkan kepada kebencian, pada musuh anda; Samaya adalah seperti menara pengawas. Janganlah dirusak dengan kesalahan; Ketika Guru Vajra masih bersama anda, janganlah biarkan Dharma hanyut dalam kemalasan.

Untuk melatih Dharma dengan sungguh-sungguh, adalah penting anda menyadari benar-benar betapa tak berartinya segala sesuatu di alam samsara. Jalan satu-satunya untuk mengembangkan kesadaran tersebut adalah perenungan keburukan alam samsara seperti ini. Pikirkan hal

121

tersebut sampai anda yakin sedalam-dalamnya bahwa samsara penuh dengan penderitaan. Tanda bahwa renungan tersebut benar-benar mengakar dalam dirimu adalah merasa seperti Geshe Langri Thangpa.116 Pada suatu hari, pem- bantu dekatnya berkata kepadanya, “Orang lain memanggilmu Langri Thangpa Bermuka Muram” “Bagaimana muka saya bisa riang dan gembira jika saya berpikir tentang semua penderitaan di tiga alam samsara ini?” jawab Geshe. Kata orang Langri Thangpa hanya pernah tersenyum sekali. Ia melihat seekor tikus mencoba memindahkan pirus yang ada di mandala-nya. Tetapi tikus itu tidak dapat mengangkat permata itu sendiri, maka ia berbunyi, “Tsik! Tsik!” dan datanglah seekor tikus lain menemaninya. Tikus yang satu mendorong pirus sedangkan tikus lainnya menariknya. Hal itu membuat Langri Thangpa tersenyum. Renungan tentang penderitaan di alam samsara ini adalah dasar dan pendukung semua kualitas baik dari latihan. Ia memberi anda inspirasi untuk memulai berlatih Dharma. Ia memberi keyakinan kepada anda tentang prinsip sebab dan akibat semua perbuatan anda. Ia membuat anda meninggalkan cita-cita anda dalam kehidupan ini. Dan ia membuat anda merasa belas kasih kepada semua makhluk. Buddha sendiri menunjukkan betapa pentingnya untuk mengenal pen- deritaan. Beliau melakukan tiga kali pemutaran roda Dharma. Pada pemutaran roda Dharma yang pertama, beliau berkata: “Bhiksu, hidup adalah penderitaan.” Renungkanlah hal ini sampai ia menjadi bagian dari anda.

Saya melihat alam samsara adalah penderitaan, namun tetap mendambakannya; Saya takut jurang ngarai alam rendah, tetapi terus saja membuat kesalahan; Berkatilah saya dan orang-orang yang tersesat seperti saya, Sehingga kami dapat sungguh-sungguh meninggalkan hal-hal duniawi dalam hidup ini.

116 Langri Thangpa (1054-1123), salah satu di antara enam murid utama Atisa, juga adalah satu dari dua murid utama Geshe Potowa. 122

BAB 4

Perbuatan: prinsip sebab dan akibat

Anda meninggalkan kejahatan dan menjalankan kebaikan, sebagai- mana yang diajarkan oleh ajaran tentang sebab dan akibat; Perbuatan Anda mengikuti perkembangan Sembilan Kendaraan;117 Karena pandangan anda yang sempurna, anda bebas dari segala kemelekatan; Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

Materi ini dijelaskan dalam tiga topik: perbuatan negatif yang harus dihindari; perbuatan positif yang harus dijalankan, dan penentu semua kualitas perbuatan.

I. PERBUATAN NEGATIF YANG HARUS DIHINDARI

Yang menyebabkan kita terlahir di alam yang tinggi atau di alam rendah dalam dunia samsara ini adalah perbuatan baik dan buruk yang kita kumpulkan sendiri. Samsara sendiri dihasilkan oleh perbuatan, dan seluruhnya terdiri dari akibat perbuatan – tidak ada hal lain yang mengi- rim kita ke alam tinggi atau alam rendah. Bukan juga karena kebetulan. Oleh sebab itu, pada setiap waktu seharusnya kita memeriksa akibat dari

117 Sembilan Kendaraan: Dalam tradisi Nyingma, seluruh spektrum jalur spiritual dibagi menjadi sembilan yana (kendaraan), sebuah sistem latihan yang menyatukan semua pendekatan ajaran Buddha ke dalam satu jalan komprehensif menuju pencerahan. Kesembilan yana tersebut adalah: Yana Sravaka, Pratyekabuddha, Bodhisattva, Kriya Tantra, Charya Tantra, Yoga Tantra, Mahayoga, Anuyoga, dan Atiyoga.

123

perbuatan positif dan negatif, mencoba untuk menghindari perbuatan yang salah dan menjalankan perbuatan yang baik.

1. Sepuluh perbuatan negatif yang harus dihindari

Tiga perbuatan fisik dari sepuluh perbuatan ini adalah: membunuh, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, dan perbuatan asusila. Empat darinya adalah perbuatan ucapan: berdusta, menebar pertentangan, berkata kasar, mengobrol tentang sesuatu yang tiada maknanya. Tiga lainnya adalah perbuatan mental: ketamakan, mengharapkan orang lain mengalami kesusahan, dan berpandangan salah.

1.1 Membunuh

Membunuh berarti melakukan sesuatu dengan sengaja untuk memutus- kan hidup makhluk lain, apakah itu manusia, binatang atau segala macam makhluk hidup lainnya. Seorang tentara membunuh musuhnya di medan perang adalah contoh membunuh karena kebencian. Membunuh binatang untuk memakan dagingnya atau memakai kulitnya adalah membunuh karena nafsu ke- inginan. Membunuh tanpa mengetahui akibat baik buruknya – atau, seperti tirthika tertentu, dengan kepercayaan bahwa hal itu merupakan kebaikan – adalah membunuh karena ketidak-tahuan. Ada tiga macam pembunuhan yang disebut perbuatan dengan akibat pembalasan langsung, sebab mereka menyebabkan kelahiran langsung di Neraka Tanpa Jeda dengan tanpa melalui alam bardo: membunuh ayah sendiri, membunuh ibu sendiri dan membunuh seorang Arhat. Sebagian dari kita berpikir bahwa perbuatan membunuh hanya terjadi kalau dilakukan dengan tangan kita sendiri. Kita mungkin berpikir bahwa kita tidak pernah melakukan pembunuhan. Namun, pertama-tama, tidak ada seorang pun, baik yang berkedudukan tinggi ataupun rendah, berkuasa ataupun yang lemah, yang tidak bersalah meremukkan serangga yang tak terhitung banyaknya di bawah telapak kakinya waktu berjalan. Terutama Lama dan biarawan yang mengunjungi rumah donaturnya dan dijamu dengan daging dan darah binatang yang dibunuh. Seperti inilah kesukaan terhadap rasa daging, di mana tidak ada penyesalan atau belas kasih sedikit pun terhadap binatang yang terbunuh yang mereka makan dengan rakus dan bernafsu. Dalam hal demikian, akibat karma

124

buruk dari penyembelihan itu jatuh kepada sang donatur dan tamunya tanpa perbedaan. Ketika orang penting dan pejabat berpergian, ke mana pun mereka pergi, tak terhitung banyaknya binatang yang dibunuh untuk pesta dan perjamuan. Orang kaya biasanya membunuh binatang dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya. Dari ternak-ternak mereka, selain yang keting- galan di sana-sini, mereka tidak memperbolehkan satu pun di antara ternak itu yang mati secara alami. Satu per satu dibunuh begitu mereka menjadi dewasa. Lebih-lebih lagi, pada musim panas, waktu merumput, sapi dan biri-biri tersebut membunuh serangga, lalat, dan semut. Bahkan ikan dan katak kecil ditelan bersama rumput, atau menjadi remuk di bawah kuku, atau tertimbun kotoran mereka. Akibat karma buruk yang timbul karena perbuatan-perbuatan ini juga akan menjadi milik yang empunya binatang tersebut. Dibandingkan dengan kuda, sapi dan ternak lainnya, biri-biri adalah sumber kejahatan yang utama. Ketika mereka merumput, mereka makan semua binatang kecil – katak, ular kecil, anak burung dan lain- lainnya. Pada musim panas waktu pencukuran bulu, ratusan ribu serangga yang terbawa oleh setiap biri-biri dalam bulunya mati semua. Pada musim dingin saat melahirkan anak domba, tidak lebih dari setengah dari domba itu dipelihara. Sisanya dibunuh waktu mereka lahir. Ibu domba diguna- kan untuk diambil susunya dan untuk menghasilkan anak domba sampai mereka menjadi tua dan kehabisan tenaga. Pada saat itu mereka lalu dipotong untuk diambil daging dan kulitnya. Tidak ada seekor domba jantan yang mencapai umur tiga tahun atau dewasa tanpa langsung dibunuh. Kalau domba-domba itu berkutu, jutaan kutu akan terbunuh pada waktu yang sama. Setiap orang yang memiliki sekumpulan seratus atau lebih domba, sangat diyakini akan terlahir sedikitnya satu kali di neraka. Perempuan juga begitu. Untuk setiap perkawinan, tak terhitung banyaknya domba yang disembelih waktu pengiriman mas kawin dan untuk memperkenalkan pengantin perempuan kepada mertuanya. Sesudah itu, setiap kali pengantin perempuan muda pulang atau mengunjungi keluarganya sendiri, pasti ada binatang lain yang disembelih. Kalau teman-teman atau sanak saudara mengundangnya dan menghidangkan sesuatu makanan, tetapi tanpa daging, maka ia berpura-pura tiba-tiba tidak punya nafsu makan. Ia makan dengan sikap memandang rendah seperti seseorang yang hidupnya penuh kemewahan, seolah-olah ia sudah lupa bagaimana mengunyah makanan. Tetapi coba sembelih seekor domba gemuk dan taruh setumpuk daging dada dan babat di depannya, maka

125

monster kecil bermuka merah itu akan duduk dengan sikap tukang besi,118 mengeluarkan pisau kecilnya, dan melahap semuanya dengan banyak suara kecapan mulutnya. Hari berikutnya ia berangkat dengan dimuati jeroan dan daging berdarah, seperti seorang pemburu pulang ke rumah. Namun, lebih celaka dibanding pemburu, ia tidak pernah pulang dengan tangan kosong setiap kali berpergian. Juga anak-anak menyebabkan kematian binatang yang tak terhitung jumlahnya ketika mereka bermain tanpa mereka sadar akan hal itu. Contohnya, pada musim panas mereka membunuh banyak serangga hanya dengan memukul-mukul tanah dengan tongkat sihir atau cambuk kulit ketika mereka berjalan-jalan. Oleh sebab itu, kita semua manusia, kenyataannya menghabiskan seluruh waktu kita untuk membunuh, seperti raksasa pemakan manusia. Sungguh, kalau kita pikir bagaimana kita menyembelih ternak kita untuk menikmati daging dan darahnya, saat mereka telah mengorbankan seluruh hidupnya melayani kita dengan memberi makan kepada kita dengan susunya, seolah-olah mereka seperti ibu kita, maka kita lebih jahat diban- ding raksasa pemakan manusia.

Perbuatan membunuh menjadi lengkap ketika mencakup semua ke- empat unsur dari suatu perbuatan negatif. Ambillah contoh seorang pemburu yang membunuh binatang liar. Pertama-tama, ia melihat rusa jantan, atau rusa kesturi, atau apa saja dalam bentuk nyata, dan dengan pasti mengenali binatang tersebut. Pengetahuannya bahwa benda tersebut adalah suatu makhluk hidup adalah dasar dari perbuatan tersebut. Kemudian, keinginan untuk membunuh timbul. Rencana untuk mem- bunuh binatang tersebut adalah niat untuk melaksanakan perbuatan tersebut. Lalu ia menembak binatang tersebut pada bagian yang mema- tikan dengan senapang, busur dan panah atau senjata lain. Perbuatan fisik membunuh tersebut adalah pelaksanaan perbuatan. Setelah itu, fungsi utama binatang tersebut berhenti bekerja, dan hubungan antara tubuh dan kesadarannya terpisah. Ini adalah penyelesaian akhir dari perbuatan membunuh tersebut. Contoh lain: penyembelihan domba yang dipelihara untuk diambil dagingnya oleh pemiliknya. Pertama-tama, tuan rumah menyuruh pem- bantunya atau tukang jagal membunuh seekor domba. Dasarnya adalah bahwa ia mengetahui bahwa hal tersebut menyangkut suatu makhluk hidup – seekor domba. Niat untuk perbuatan tersebut, pikiran untuk membunuh,

118 Sikap di mana kaki yang satu diletakkan di atas kaki lainnya. 126

muncul begitu ia memutuskan untuk menyembelih domba yang ini atau yang itu. Pelaksanaan dari perbuatan pembunuhan yang sebenarnya terjadi ketika tukang jagal menggunakan jeratnya, dan dengan tiba-tiba melemparkannya ke punggung dan menangkap domba yang akan disembelih, mengikat kaki-kakinya dengan tali kulit dan membalutkan seutas tali ke sekeliling moncongnya hingga domba tersebut mati lemas. Dalam kesakitan menjelang kematiannya yang amat hebat, binatang tersebut berhenti bernafas, matanya yang membelalak menjadi kebiru- biruan dan mengabur, bercucuran air mata. Tubuhnya diseret ke rumah atau ke tempat akhir lain, dengan demikian hidupnya berakhir, dan perbuatan membunuh tersebut mencapai tahap penyelesaian. Dengan sangat cepat binatang tersebut dikuliti dengan pisau, dagingnya masih bergetar karena “energi yang merembes seluruh tubuh” belum sempat meninggalkan tubuhnya, sehingga seolah-olah binatang tersebut masih hidup. Dengan segera ia dipanggang di atas api atau dimasak di kompor, kemudian dimakan. Jika anda memikirkan hal tersebut, binatang seperti itu praktis dimakan hidup-hidup, dan kita manusia tidak bedanya dengan binatang buas pemangsa. Andaikan anda ingin membunuh seekor binatang hari ini, atau kata- kanlah anda ingin, tetapi tidak sesungguhnya sampai berbuat begitu. Dasarnya sudah ada, yaitu pengetahuan bahwa itu merupakan suatu makhluk hidup. Dan niatnya adalah pikiran untuk membunuh binatang tersebut. Dua dari unsur perbuatan negatif telah dipenuhi, dan meskipun kejahatannya lebih ringan dibandingkan dengan jika anda sesungguhnya menyelesaikan perbuatan membunuh tersebut, namun noda perbuatan negatif tersebut tetap ada bagaikan bayangan yang timbul di cermin. Sementara ada orang beranggapan, bahwa hanyalah orang yang benar- benar melakukan perbuatan membunuh secara fisiklah yang menciptakan hasil karma buruk, dan orang yang hanya memberi perintah, tidak – atau, jikapun ada, hanya sedikit saja. Namun anda harus tahu bahwa akibat karma yang sama menimpa semua orang yang terlibat, termasuk orang yang hanya merasa senang akan terjadinya hal tersebut. Oleh sebab itu, jauh lebih berat lagi bagi orang yang memberi perintah untuk pelaksanaan pembunuhan tersebut. Setiap orang akan mendapat seluruh bagian akibat karma dari membunuh seekor binatang, bukannya karma buruk suatu perbuatan pembunuhan dapat dibagi kepada banyak orang.

1.2 Mengambil sesuatu yang tidak diberikan

127

Mengambil sesuatu yang tidak diberikan ada tiga jenis: mengambil dengan paksa, mengambil dengan sembunyi-sembunyi dan mengambil dengan menipu. Mengambil dengan paksa. Juga disebut mengambil dengan menga- lahkan. Contohnya seorang raja yang bukannya berdasarkan pajak resmi, tetapi merampas atas harta dan milik seseorang dengan tidak sesuai hukum yang berlaku, atau secara kekerasan dengan pasukan tentara. Mengambil dengan sembunyi-sembunyi. Ini berarti mengambil ke- punyaan orang lain dengan diam-diam, misalnya seorang pencuri, tanpa diketahui oleh yang empunya. Mengambil dengan tipu daya. Yaitu mengambil barang-barang orang lain, misalnya dalam transaksi bisnis, dengan berbohong kepada pihak lain, dengan memakai anak timbangan dan alat ukur yang palsu atau alasan- alasan yang dibuat-buat lainnya.

Sekarang ini, umumnya orang berpikir bahwa dalam bisnis atau konteks lainnya, tidak ada salahnya memperoleh barang dari orang lain dengan menipu, sepanjang kita tidak jelas-jelas mencuri. Namun kenyataannya, keuntungan apa pun yang kita dapatkan dengan menipu orang lain tidak ada bedanya dengan pencurian yang nyata. Khususnya Lama dan biarawan pada masa kini tidak melihat adanya kejahatan ataupun kesalahan dalam berbisnis. Sungguh, mereka meng- habiskan seluruh hidupnya untuk itu, dan merasa cukup bangga dengan kemahirannya. Tetapi, tidak ada hal lain yang lebih merugikan Lama atau biarawan dari pada bisnis. Terpikat dan asyik dengan urusan bisnisnya, ia tidak begitu berniat lagi untuk menuntut ilmu, atau berusaha untuk memurnikan kegelapan batinnya – dan toh tidak ada waktu untuk itu semua. Semua waktu jaganya sampai ia membaringkan dirinya waktu malam hari dihabiskan untuk meneliti catatan uang keluar-masuk. Pikiran tentang keyakinan, meninggalkan kehidupan duniawi atau belas kasih terpupus sudah, dan ia diselubungi oleh delusi yang berkelanjutan. Pada suatu malam Jetsun Milarepa tiba di suatu vihara dan tidur di dalam kamar seorang biarawan. Biarawan yang tinggal dalam kamar tersebut sedang berbaring di tempat tidurnya memikirkan bagaimana ia akan menjual bangkai sapi yang akan disembelihnya pada keesokan harinya. "Saya akan mendapat sekian untuk kepala, . . . pahanya sekian, . . . tulang belikatnya akan berharga sekian, dan bagian bahu itu sendiri akan terjual dengan harga sekian . . . dan sekian untuk tulang kaki, dan daging kaki ... " Ia terus menghitung nilai tiap bagian dari sapi

128

tersebut, bagian dalam dan bagian luarnya. Sampai fajar menyingsing, ia tidak sempat tidur sekejab pun. Semuanya sudah ia hitung kecuali harga yang akan ia jual untuk ekor sapi itu. Ia langsung bangun, menyelesaikan doanya dan membuat persembahan torma. Melihat Jetsun masih tertidur, ia mendekati dan mencercanya dengan kata-kata yang memandang rendah, “Kamu mengaku seorang praktisi Dharma, namun masih tidur sampai jam segini. Apakah kamu tidak melakukan latihan atau berdoa sama sekali?” “Saya tidak selalu tidur bermalasan demikian, " jawab Jetsun Mila. "Karena saya telah menghabiskan seluruh malam memikirkan bagaimana menjual sapi saya yang akan saya sembelih. Saya hanya tertidur sebentar tadi . . . " Demikianlah ia mengungkapkan kekurangan yang tersembunyi biarawan tersebut, lalu ia pergi dari sana. Seperti biarawan dalam cerita ini, mereka yang kehidupannya pada saat ini hanya menekuni bisnis, menghabiskan waktu siang dan malam hari sepenuhnya terlibat dalam perhitungan. Mereka begitu asyik dengan khayalan mereka, sampai-sampai ketika kematian tiba, mereka akan meninggal dalam keadaan masih tetap berkhayal seperti biasa. Lebih-lebih lagi, perdagangan melibatkan segala macam perbuatan negatif. Orang-orang yang mempunyai barang untuk dijual, bagaimana- pun jelek barang tersebut sebenarnya, tetapi mereka memuji kualitasnya dengan segala macam cara yang dapat mereka pikirkan. Mereka menceritakan kebohongan dengan terang-terangan, misalnya bagaimana calon pembeli telah menawar dengan harga tertentu untuk barang tersebut, namun telah ditolaknya. Atau bagaimana mereka telah membelinya dengan harga tinggi segini atau segitu. Ketika mereka mencoba membeli sesuatu yang sudah menjadi bahan rundingan antara dua orang lainnya, mereka menggunakan jalan memfitnah untuk menimbulkan pertentangan antara kedua pihak tersebut. Mereka menggunakan kata-kata kasar untuk merendahkan barang dagangan saingannya, memaksa pembayaran utang dan sejenisnya. Mereka menyenangkan hatinya dengan menggunakan kata-kata yang tak bermakna untuk meminta harga yang menggelikan atau tawar menawar barang yang mereka tak berniat membelinya. Mereka iri dan mendambakan harta orang lain, berusaha sebisanya untuk mendapat- kannya. Mereka mengharapkan kerugian pada saingannya, selalu ingin menggagalkan dan mengalahkan mereka. Jika mereka berdagang ternak, mereka terlibat dalam pembunuhan. Oleh sebab itu, perdagangan sebenarnya melibatkan kesepuluh perbuatan buruk, mungkin dengan pengecualian pandangan salah dan perbuatan asusila. Lalu, ketika

129

transaksi tidak berjalan dengan semestinya, kedua belah pihak merugi, dan semuanya menderita, dan pedagang bisa jadi menderita kelaparan pada akhirnya, karena telah membawa kerugian kepada dia sendiri dan rekan mereka. Namun bila mereka berhasil, seberapapun keuntungan yang telah mereka dapatkan, mereka tidak pernah merasa cukup. Bahkan mereka yang sudah sekaya Vaisravana masih saja merasa senang melakukan transaksi bisnis mereka yang keji. Ketika kematian mendekat, mereka akan memukul dada dengan kesedihan yang mendalam, karena seluruh kehidupan manusianya telah dipergunakan dalam obsesi demikian, yang sekarang menjadi beban yang menyeret mereka ke alam rendah. Tidak ada hal yang lebih efektif untuk menumpuk kejahatan yang tiada akhirnya dan sama sekali merusak anda selain perdagangan. Anda akan mendapatkan bahwa anda terus menerus memikirkan cara untuk menipu orang, seolah-olah menyelidiki dengan saksama sekumpulan pisau, bor dan jarum untuk mendapatkan alat yang paling tajam. Dengan terus menerus memikirkan hal-hal yang merugikan orang lain, anda berpaling dari cita-cita bodhicitta untuk menolong orang lain, dan perbuatan jahat anda melipat ganda sampai tak terhingga.

Mengambil sesuatu yang tidak diberikan juga harus mencakup empat unsur seperti yang sudah diterangkan untuk menyebabkan perbuatan ne- gatif tersebut terlaksana dengan sepenuhnya. Meskipun demikian, semua keikutsertaan, sampai pada memberi makanan kepada pemburu atau pencuri untuk perjalanan mereka, cukup menyebabkan anda menerima bagian yang sama atas kejahatan yang mereka lakukan dengan membunuh atau mencuri.

1.3 Perbuatan asusila

Peraturan berikut dimaksudkan untuk orang awam. Di Tibet, dalam masa pemerintahan Raja Dharma Songtsen Gampo, undang-undang yang berdasarkan sepuluh perbuatan baik diterapkan, baik peraturan untuk kaum awam ataupun untuk komunitas keagamaan. Disini, kita maksudkan peraturan tersebut untuk orang awam, yang sebagai perumah tangga, harus mengikuti etika yang sesuai. Bagi biarawan dan biarawati, pada prinsipnya sudah seharusnya menghindari hubungan seks sama sekali. Akibat buruk dari perbuatan asusila sangat parah. Ia dapat menyebab- kan seseorang melanggar sila lainnya. Perbuatan asusila juga mencakup perbuatan yang berhubungan dengan orang, tempat atau keadaan tertentu,

130

misalnya: masturbasi, hubungan seks dengan orang yang sudah beristeri atau bersuami, atau dengan seorang, misalnya pelacur yang sudah dibayar oleh orang lain, atau meskipun tidak melanggar peraturan asusila, namun dilakukan pada siang hari bolong, atau dalam waktu menjalankan arthasila, waktu sedang sakit, lagi berduka cita, sedang hamil, menstruasi, atau sedang dalam kesembuhan melahirkan, di tempat di mana terdapat lambang Tri Ratna, dengan orang tua sendiri, dengan sanak saudara yang tidak dibolehkan, atau dengan seorang anak yang belum dewasa, dengan cara oral atau anus, dan lain sebagainya.

1.4 Berdusta

Berdusta ada tiga macam: dusta yang biasa, dusta utama dan dusta tentang kekuatan ilahi. Dusta biasa. Ini adalah segala macam pernyataan yang tidak benar, yang dibuat dengan tujuan untuk menipu orang lain. Dusta utama. Contohnya, pernyataan bahwa tidak ada manfaat dalam perbuatan positif, dan tidak ada kesalahan dalam berbuat perbuatan negatif. Tidak ada kebahagiaan di alam Buddha dan tidak ada penderitaan di alam rendah, atau Buddha tidak memiliki kualitas yang baik. Dusta- dusta ini disebut dusta utama karena dapat membawa akibat menyesatkan yang sangat merusak. Dusta tentang kekuatan ilahi. Ini adalah pernyataan yang tidak benar tentang memiliki kualitas atau kemampuan. Contohnya: telah mencapai tingkat Boddhisattva, memiliki kewaskitaan dan sebagainya. Sekarang ini, dibandingkan dengan guru-guru yang sejati, penipu-penipu adalah lebih sukses. Mereka lebih dihormati orang. Pikiran dan perbuatan seseorang sangatlah mudah dipengaruhi. Oleh sebab itu ada orang-orang yang menyatakan bahwa ia adalah guru atau siddha dengan tujuan untuk menipu orang lain. Mereka berkata telah melihat deity tertentu dan membuat persembahan kepadanya, atau mereka telah melhat sesosok setan dan menghukumnya. Umumnya mereka berbohong tentang kekuatan di atas kemampuan manusia. Oleh karena itu berhati-hatilah untuk tidak mem- percayai penipu dan dukun secara membabi buta. Karena hal itu mempengaruhi kehidupan sekarang dan kehidupan berikutnya. Letakkan- lah kepercayaan anda pada praktisi Dharma yang anda kenal dengan baik, yang rendah hati, yang sifat dasarnya dan perbuatannya seragam. Pada umumnya, ada orang-orang biasa yang memiliki sedikit banyak kewaskitaan yang bersifat duniawi, namun hanya sebentar-sebentar saja,

131

dan hanya benar pada suatu saat. Kewaskitaan yang murni timbul pada orang yang telah mencapai tingkat kesucian tertentu, dan oleh karena itu sangat sulit untuk didapatkan.

1.5 Menebar pertentangan

Menebar pertentangan dapat berupa secara terang-terangan atau secara diam-diam. Menebar pertentangan secara terang-terangan. Ini adalah taktik yang sering digunakan oleh orang-orang yang berkuasa. Cara itu terdiri dari menciptakan suatu keretakan di antara dua orang yang sama-sama hadir, dengan secara terang-terangan menceritakan kepada seseorang bahwa orang yang pertama telah mengatakan suatu yang jelek tentang dirinya dibelakangnya, dan menguraikan apa yang orang yang pertama tadi katakan atau lakukan untuk mencelakai orang kedua – dan kemudian barangkali menanyakan mengapa sampai hari ini mereka tetap berperi- laku seolah-olah tidak ada sesuatu hal yang terjadi di antara mereka. Menebar pertentangan secara diam-diam. Ini berarti memisahkan dua orang yang saling berteman dengan mengunjungi salah seorang di antaranya secara tersendiri dan mengatakan bahwa temannya tersebut telah menghianati kepercayaan di antara mereka dengan berkeliling mengatakan kepada orang-orang ini atau itu tentang dia. Menebar pertentangan yang paling parah ialah menyebabkan konflik di antara anggota Sangha. Adalah sangat parah akibatnya menciptakan keretakan antara seorang guru Mantra Rahasia dengan anak muridnya, atau di antara teman-teman sedharma.

1.6 Berkata kasar

Kata-kata kasar, contohnya, membuat pernyataan kasar tentang kejelekan orang lain yang tidak kelihatan atau mengenai kelainan fisiknya, dengan terang-terangan menyebutnya bermata satu, tuli, buta dan sebagainya. Ini termasuk mengungkapkan kekurangan seseorang yang tidak kelihatan, segala macam ucapan yang bersifat menyerang, dan kata- kata yang menyebabkan orang lain tidak senang atau tidak merasa enak, walaupun diucapkan dengan manis. Khususnya, mengucapkan perkataaan yang menyakitkan atau meng- hina di depan guru, teman sedharma atau orang suci adalah kesalahan yang parah.

132

1.7 Obrolan iseng

Obrolan iseng berarti berbicara banyak tanpa tujuan. Contohnya meng- ulang apa yang seseorang bayangkan adalah dharma namun tidaklah demikian, – seperti mantra para brahmana, atau berbicara tanpa tujuan tentang topik yang membangkitkan kemelekatan dan kebencian, misalnya bercerita tentang pelacur, menyanyikan lagu yang bernafsu, atau mendis- kusikan perampokan dan perang. Khususnya, mengganggu doa atau lafalan mantra sehingga orang tersebut mengalihkan perhatiannya dengan hamburan kata-kata yang tak berguna sangatlah merugikan, karena hal tersebut menghalangi yang bersangkutan mengumpulkan pahala kebajikan. Jika anda melihat lebih dalam, pada umumya bagian dari gosip yang kelihatannya timbul dengan sangat wajar dan spontan, adalah dimotivasi oleh keinginan dan kebencian, dan bobot dari kesalahan tersebut akan sebanding dengan kemelekatan atau kebencian yang timbul dalam hati anda atau hati orang lain. Ketika anda sedang berdoa atau melafal mantra, mencampurnya de- ngan percakapan yang tidak berhubungan akan membuat doa anda tidak membawa hasil, biar berapa pun banyaknya doa yang anda panjatkan. Hal ini berlaku khususnya pada bermacam gosip yang beredar di dalam Sangha yang sedang berkumpul. Satu orang saja yang bergosip dapat menyebabkan seluruh persamuhan tercemar, dan usaha perbuatan pahala kebajikan dari donatur dan sponsor menjadi sia-sia. Di tanah suci India, sebagai peraturan, hanya orang-orang yang telah memiliki pencapaian dan bebas dari segala cacat yang merugikan yang berhak memakai persembahan yang dibuat untuk Sangha. Buddha tidak mengizinkan orang lain untuk melakukannya. Namun sekarang, orang- orang belajar satu atau dua ritual tantra, dan segera sesudah mereka dapat membacanya, mereka mulai memakai persembahan apa saja yang berbaha- ya yang dapat mereka peroleh. Tanpa menerima inisiasi, tanpa menjaga semua samaya, tanpa menguasai teknik tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan 119 , dan tanpa memenuhi semua persyaratan pelafalan mantra, memperoleh persembahan dengan melakukan ritual tantra – hanya dengan melafal mantra rahasia dengan asal-asalan, akan menjadi seperti

119 Dalam Tantrayana, berlatih trikaya yidam merupakan tahap pengadaan, berlatih nadi dan aliran energi merupakan tahap kesempurnaan. 133

lafalan yang dilakukan oleh dukun-dukun Bönpo120 – adalah suatu pelang- garan yang berat. Memakai persembahan berbahaya ini dapat disamakan dengan menelan pil besi menyala. Jika orang biasa ikut serta dengan tanpa memiliki rahang besi gabungan tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, mereka akan terbakar hangus. Sebagaimana dikatakan:

Persembahan berbahaya adalah pisau cukur tajam yang mematikan; Memakannya akan memotong urat nadi pembebasan.

Jauh dari penguasaan kedua tahap121 meditasi, orang-orang ini, yang mungkin hanya mengetahui hal ritual sedikit saja, tidak mau repot-repot untuk melafalnya dengan benar. Lebih celaka lagi, saat mereka sampai pada pelafalan mantra – yang mana merupakan bagian yang paling penting dari ritual – mereka mulai mengobrol dan menghamburkan gosip yang penuh dengan nafsu keinginan dan agresi dengan tak henti-hentinya sepanjang waktu yang diperuntukkan untuk hal tersebut. Hal ini akan membawa malapetaka bagi diri mereka dan orang lain. Sangatlah penting bagi biarawan dan Lama untuk menghentikan obrolan semacam itu dan berkonsentrasi pada pembacaan mantra tanpa berbicara.

1.8 Ketamakan

Ketamakan mencakup semua kehendak atau pikiran serakah yang mungkin kita miliki tentang harta benda orang lain. Sambil merenungkan alangkah baiknya kalau harta benda yang bagus milik mereka menjadi milik kita, kita membayangkan memilikinya berulang kali, mencari cara untuk mendapatkannya, dan seterusnya.

1.9 Mengharapkan kejadian yang merugikan pada orang lain

Hal ini mengacu pada semua pemikiran dengki yang mungkin kita miliki terhadap orang lain. Contohnya, berpikir dengan kebencian atau kemarahan tentang bagaimana kita dapat mencelakai mereka, merasa kecewa ketika mereka menjadi makmur atau berhasil; mengharapkan

120 Agama primitif orang Tibet, dengan kegiatan utama memohon berkah dewa, menyembuh- kan orang sakit dengan mengusir makhluk jahat, dan melakukan ritual buat orang yang meninggal. 121 Tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan. 134

mereka agar lebih tidak nyaman, lebih tidak bahagia atau tidak berbakat, atau merasa gembira ketika hal-hal yang tak baik terjadi pada mereka.

1.10 Pandangan salah

Pandangan salah meliputi pandangan bahwa perbuatan tidak menimbul- kan akibat karma, dan pandangan eternalisme dan nihilisme. Menganggap perbuatan positif tidak membawa manfaat dan perbuatan negatif tidak membawa kerugian apa pun adalah pandangan bahwa perbu- atan tidak menimbulkan akibat karma. Pandangan tentang eternalisme dan nihilisme meliputi semua pandangan dari tirthika, yang walaupun mereka dapat dibagi menjadi tiga ratus enam puluh pandangan palsu atau enam puluh dua pandangan salah, dapat diringkas menjadi dua kategori, yaitu eternalisme dan nihilisme. Eternalis percaya pada kekekalan diri dan adanya pencipta alam semesta, seperti lsvara atau Visnu. Nihilis percaya bahwa semua benda muncul dengan sendirinya, dan tidak ada kehidupan masa lampau dan kehidupan masa yang akan datang, tidak ada karma, dan tidak ada pembebasan. Sebagaimana dikatakan dalam doktrin Isvara Hitam:

Matahari terbit, air mengalir menuruni bukit, Kacang polong yang bulat, duri yang panjang dan runcing, Warna warni bintik mata pada bulu burung merak yang indah, Tiada seorang pun yang menciptanya, mereka ada dengan sendirinya.

Mereka berargumen bahwa ketika matahari terbit di timur, tak seorang pun di sana untuk membuatnya terbit. Ketika air sungai mengalir menu- runi bukit, tidak ada seorang pun yang menuntunnya turun. Tak seorang pun membuat kacang polong menjadi bulat, atau membuat duri menjadi runcing. Keindahan bintik mata yang beraneka warna pada bulu burung merak tidaklah dilukis oleh seseorang. Semua hal ini begitu karena sifat alamiah mereka sendiri, demikian juga dengan segalanya di dunia ini, apakah menyenangkan atau tidak, baik atau buruk – semua gejala hanya muncul secara spontan. Tidak ada karma yang lampau, tidak ada kehidupan sebelumnya, tidak ada kehidupan di kemudian hari. Menganggap bahwa teks dari doktrin seperti itu adalah benar dan mengikutinya, atau walaupun tidak melakukan demikian, namun berpikir bahwa kata-kata Buddha, perintah guru anda atau teks dari komentator

135

yang terpelajar adalah salah, meragukan dan mengkritik mereka, adalah semua tercakup dalam apa yang dimaksud dengan pandangan salah.

Perbuatan yang terburuk dari sepuluh perbuatan negatif adalah mem- bunuh dan berpandangan salah. Sebagaimana dikatakan:

Tidak ada perbuatan yang lebih buruk dibandingkan dengan mem- bunuh makhluk lain; Dari sepuluh perbuatan yang tidak baik, pandangan salah adalah yang paling berat.

Kecuali mereka yang hidup di neraka, tidak ada yang tidak takut akan kematian atau tidak menghargai hidupnya di atas segalanya. Oleh sebab itu, menghancurkan suatu kehidupan adalah suatu perbuatan yang sangat bersifat negatif. Seseorang akan membayar kembali makhluk hidup apa pun yang dibunuhnya dengan lima ratus kehidupannya. Dalam Sutra Dharma Agung dari Ingatan yang Jelas, dikatakan bahwa pembunuhan atas seorang saja akan menyebabkan pelakunya tinggal selama satu kalpa menengah di neraka. Bahkan lebih buruk lagi adalah dengan alasan melakukan pekerjaan yang mendatangkan pahala, misalnya membangun suatu lambang Tri Ratna, untuk melakukan perbuatan yang merugikan, seperti misalnya pembunuhan. Padampa Sangye berkata:

Membangun suatu bangunan yang dipergunakan untuk mendukung Tri Ratna namun dipakai untuk melakukan kejahatan, Adalah sudah tidak menghiraukan lagi kehidupan anda berikutnya.

Adalah kesalahan yang sama dengan sembarangan berpikir anda se- dang melakukan sesuatu yang mendatangkan pahala kebajikan dengan membunuh binatang, dan memberikan darah dan daging mereka kepada Lama yang diundang ke rumah anda atau kepada suatu kumpulan biarawan. Efek karma negatif dari pembunuhan tersebut akan diterima oleh pemberi dan penerima kedua-duanya. Penderma tersebut, walaupun ia mengundang para tamu, ia memberikan persembahan yang tidak murni; dan mereka yang menerimanya adalah menerima makanan yang tidak pantas. Efek positif yang terjadi akan dikalahkan oleh efek negatifnya. Sungguh, kecuali jika anda memiliki kemampuan gaib untuk memulihkan kesadaran korbanmu dengan segera, tidak ada situasi di mana perbuatan

136

pembunuhan tidak membawa pencemaran. Dapat dipastikan bahwa Lama yang berbuat demikian akan merugikan rentang hidup dan aktivitasnya sendiri. Jika anda bukan orang yang mampu memindahkan kesadaran makhluk ke alam kebahagiaan agung, sebaiknya anda berusaha keras untuk menghindari membunuh mereka.

Memiliki pandangan salah, bahkan hanya untuk sesaat saja, adalah menghancurkan semua sila anda dan memutuskan hubungan anda dari masyarakat Buddhis. Hal Itu juga meniadakan kebebasan tubuh manusia ini untuk berlatih Dharma. Mulai saat pikiran anda dikotori oleh pandangan salah, bahkan perbuatan baik yang anda lakukan tidak membawa anda ke pembebasan, dan tidak ada sandaran lagi buat anda untuk melakukan penyesalan atas kejahatan yang telah anda lakukan.

2. Akibat dari sepuluh perbuatan negatif

Masing-masing perbuatan negatif menghasilkan empat macam karma: akibat yang matang secara penuh, akibat yang serupa dengan penyebab- nya, akibat yang mempengaruhi keadaan dan akibat pelipat-gandaan.

2.1 Akibat yang matang secara penuh

Melakukan salah satu dari sepuluh perbuatan negatif yang dimotivasi oleh kebencian akan menyebabkan kelahiran di neraka. Melakukan salah satu dari perbuatan tersebut karena nafsu keinginan membawa anda terlahir sebagai preta, dan melakukannya karena ketidak-tahuan akan terlahir sebagai binatang. Sekali terlahir di alam rendah, kita harus mengalami penderitaan seperti yang mereka alami. Lagi pula, suatu dorongan hati yang sangat kuat yang dilandasi oleh nafsu keinginan, kemarahan yang kuat, atau ketidak-tahuan, yang memoti- vasi dalam suatu akumulasi perbuatan yang lama dan berkelanjutan, akan menyebabkan kelahiran di neraka. Kalau kekuatan dorongan hati tersebut sedikit lebih lemah, dan jumlah perbuatan tersebut lebih sedikit, maka akan menyebabkan kelahiran sebagai preta; dan jika lebih kurang lagi, maka akan terlahir sebagai binatang.

2.2 Akibat yang serupa dengan penyebab

137

Bahkan ketika kita akhirnya lepas dari alam rendah, di mana akibat menjadi matang secara penuh yang telah menyebabkan kita terlahir di sana, dan kini memperoleh tubuh manusia, kita akan terus mengalami akibat yang serupa dengan penyebab. Sesungguhnya, di alam rendah pun ada banyak macam penderitaan berbeda yang serupa dengan penyebab tertentu. Akibat yang serupa dengan penyebab ada dua macam: perbuatan yang serupa dengan penyebab, dan pengalaman yang serupa dengan penyebab.

Perbuatan yang serupa dengan penyebab

Akibat ini adalah kecenderungan untuk melakukan jenis perbuatan yang serupa dengan penyebab aslinya. Jika kehidupan kita sebelumnya adalah tukang jagal, kita masih suka membunuh; jika sebelumnya kita adalah pencuri, kita merasa senang mengambil apa yang tidak diberi dan sebagainya. Ini menjelaskan mengapa, sebagai contohnya, orang-orang yang tertentu sejak awal masa kanak-kanaknya membunuh semua serangga dan lalat yang mereka lihat. Kesukaan membunuh seperti itu sesuai dengan perbuatan yang serupa yang mereka lakukan pada kelahiran yang lampau. Mulai dari buaian ayun di masa kecil, masing-masing dari kita bertindak dengan cara yang berbeda, dikendalikan oleh dorongan karma yang berbeda. Sebagian orang senang membunuh, sebagian senang mencuri, sedangkan yang lain lagi tidak merasakan ketertarikan apa pun terhadap perbuatan seperti itu, dan sebagai gantinya senang membantu orang lain. Semua kecenderungan seperti itu adalah sisa dari perbuatan yang terdahulu, atau dengan kata lain, akibat yang serupa dengan penyebabnya. Inilah alasan kenapa dikatakan:

Untuk mengetahui di mana anda terlahir sebelumnya, lihatlah apa yang anda alami sekarang. Untuk mengetahui di mana anda akan dilahirkan kelak, lihatlah apa yang anda lakukan sekarang.

Hal yang sama berlaku juga untuk binatang. Naluri hewan untuk mem- bunuh seperti pada burung elang dan serigala, atau untuk mencuri seperti pada tikus, dalam setiap hal tersebut di atas adalah suatu akibat yang serupa dengan dan disebabkan oleh perbuatan mereka yang terdahulu.

Pengalaman serupa dengan penyebab

138

Setiap dari sepuluh perbuatan negatif menghasilkan rangkaian akibat pada pengalaman berikutnya.

Membunuh. Pembunuhan yang dilakukan di kehidupan sebelumnya membuat hidup kita kini tidak hanya pendek, tetapi juga menjadi sasaran penyakit. Kadang-kadang bayi mati pada saat lahir, sebagai akibat yang serupa dengan pembunuhan yang dilakukan dalam kehidupan yang lampau. Dan hal yang sama mungkin terulang berkali-kali selama beberapa kehidupan. Ada juga orang-orang yang selamat menjadi dewasa, tetapi dari masa awal kanak-kanak, mereka tersiksa oleh penyakit yang timbul sesudah sembuh dari penyakit lainnya, tanpa istirahat sampai kematian mereka. Lagi-lagi sebagai akibat dari pembunuhan dan penyerangan terhadap orang lain pada kehidupan yang lampau. Menghadapi keadaan seperti itu, lebih penting bagi mereka untuk mengaku dengan penyesalan atas perbuatan masa lalu yang membuat mereka demikian dari pada menemukan jalan untuk meringankan setiap masalah yang timbul. Kita perlu berjanji untuk meninggalkan perbuatan seperti itu, dan sebagai suatu penawar terhadap akibat-akibat tersebut, berusaha untuk melakukan perbuatan positif dan meninggalkan perbuatan yang merugikan orang lain.

Mengambil sesuatu yang tidak diberi. Mencuri tidak saja membuat kita miskin, tetapi juga rawan kena perampasan, perampokan atau malapetaka lain, dan habis diambil musuh dan saingan, seberapa kecil pun harta yang kita peroleh. Karena alasan ini, seseorang yang sekarang kekurangan uang atau harta benda sebaiknya ‘menciptakan percikan pahala yang kecil dari pada membuat usaha besar memindahkan gunung’ untuk menjadi kaya. Jika anda tidak bernasib menjadi kaya karena ketiadaan kedermawanan anda dalam hidup yang lampau, maka bagaimanapun kerasnya usaha anda di kehidupan ini juga tidak ada gunanya. Lihatlah barang rampasan perampok atau penyamun yang mereka dapatkan dari setiap kali penggerebekan mereka. Barang-barang yang mereka dapatkan begitu banyak, hampir saja bumi tidak dapat menampungnya. Namun orang- orang yang hidup dari perampokan selalu meninggal karena kelaparan. Perhatikan juga bagaimana pedagang atau mereka yang mengambil barang-barang Sangha untuk kepentingan sendiri gagal untuk memperoleh untung dari usaha mereka yang bagaimanapun besarnya. Pada sisi lain, orang-orang sekarang yang mengalami hasil kedermawanan masa lampau mereka, tidak pernah kekurangan kekayaan dalam seluruh kehidupan mereka, dan dari kebanyakan mereka, hal ini terjadi tanpa mereka

139

membuat usaha sedikit pun. Maka, jika anda berharap menjadi kaya, curahkan usaha anda pada perbuatan kedermawanan dan membuat persembahan!

Benua Jambudvipa ini memberi kekuatan khusus pada akibat perbuatan sedemikian rupa, sehingga apa yang kita lakukan di waktu muda sangatlah mungkin mempunyai suatu akibat dalam kehidupan yang sama atau bahkan segera, jika dilaksanakan dalam keadaan tertentu. Oleh kerena itu mengharapkan dengan mencuri, menipu atau cara-cara lain dan mengambil apa yang tidak diberi untuk menjadi kaya, adalah justru kebalikan dari apa yang kita dambakan. Efek karma akan menjerat kita ke dalam dunia preta selama banyak kalpa. Bahkan waktu menuju hari-hari akhir hidup ini, hal itu akan mulai mempengaruhi kita, dan akan membuat kita semakin melarat dan semakin susah. Kita akan kehilangan pengendalian atas sedikit harta benda yang tertinggal bersama kita. Sekaya apa pun kita, ketamakan kita akan membuat kita merasa semakin kerdil dan semakin papa dan sengsara. Harta benda kita akan menjadi penyebab perbuatan yang merugikan. Kita akan seperti preta pengawal harta benda, tetapi tidak mampu untuk menggunakan apa yang kita miliki. Perhatikan dengan saksama orang-orang yang kelihatannya kaya. Jika mereka tidak dapat menggunakan kekayaan mereka dengan bebas untuk Dharma, yang mana adalah sumber dari kebahagiaan dan kesejahteraan di kehidupan ini dan di kehidupan yang akan datang, atau bahkan tidak dapat menggunakannya untuk sandang pangan, mereka adalah benar-benar lebih miskin dari orang miskin. Pengalaman mereka seperti preta sekarang ini adalah suatu akibat karma yang serupa dengan penyebab, sebagai hasil kedermawanan yang tidak murni mereka di masa lalu .

Perbuatan asusila. Dikatakan bahwa melakukan perbuatan asusila akan menyebabkan kita mempunyai pasangan yang bukan saja tidak menarik, tetapi juga bertindak dengan cara yang tidak jujur atau bermu- suhan. Kebanyakan pasangan terus menerus bertengkar atau malah berkelahi, masing-masing pihak pada umumnya menempatkan kesalahan pada kelakuan yang tidak baik dari pihak lain. Sesungguhnya mereka masing-masing mengalami akibat yang serupa dengan penyebab, sebagai hasil kelakuan asusila masa lampau mereka. Dari pada membenci satu sama lain, seharusnya mereka mengenali bahwa hal tersebut adalah akibat perbuatan negatif mereka masa lampau, dan bersabar satu sama lain. Padampa Sangye berkata:

140

Keluarga adalah seperti kerumunan pada hari pasar yang cepat berlalu; Jangan mengkritik atau bertengkar, hai orang-orang Tingri!

Berdusta. Pengalaman yang yang serupa dengan penyebab dari berbohong dalam kehidupan yang lampau adalah tidak hanya kita sering dikritik dan diremehkan, tetapi juga kita sering dibohongi orang lain. Jika anda dengan licik dituduh dan dikritik sekarang, hal tersebut adalah akibat berbohong di masa lalu. Dari pada menjadi marah dan melemparkan hinaan pada orang-orang yang mengatakan hal seperti itu tentang anda, anda sebaiknya berterima kasih kepada mereka yang telah membantu anda menghilangkan akibat dari banyak perbuatan yang negatif. Anda seharus- nya merasakan senang. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:

Musuh yang membalas kebaikan anda dengan perbuatan yang tidak baik akan membuat ada maju dalam latihan; Tuduhannya yang tak adil adalah cambuk yang menuntun anda ke arah kebaikan; Ia adalah guru yang menghancurkan semua kemelekatan dan nafsu keinginan anda; Perhatikan kebaikan besarnya yang kamu tidak pernah dapat mem- balasnya!

Menebar pertentangan. Akibat yang serupa dengan penyebab dari menebar pertentangan atau mengadu domba, tidak saja para pelayan dan rekanan kita tidak bisa bergaul akrab satu sama lain, tetapi mereka juga suka melawan dan membantah. Sebagian besar biarawan yang mengikuti Lama, pembantu pimpinan, atau pelayan-pelayan dari para majikan tidak bisa bergaul akrab sesama mereka. Kapan saja mereka diminta untuk melakukan sesuatu, mereka menolak untuk mematuhi, malah membantah dan menentang. Para pelayan rumah tangga biasanya pura-pura tidak mendengar ketika diminta untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, bahkan untuk pekerjaan yang gampang sekalipun. Sang majikan harus meng- ulangi perintahnya dua atau tiga kali, dan hanya ketika akhirnya ia marah dan berbicara dengan kasar, barulah mereka melakukan apa yang diminta, namun dikerjakan dengan pelan dan sakit hati. Kemudian, ketika pekerja- an sudah selesai, mereka tidak pernah melapor. Mereka selamanya berada dalam suasana hati yang tidak enak. Sang majikan tersebut hanyalah menuai hasil menabur pertentangan yang telah ia lakukan di masa lalu.

141

Oleh karena itu, ia perlu menyesali perbuatan negatifnya, dan mengusaha- kan perdamaian atas salah paham antara dia dan orang lain.

Berbicara kasar. Berbicara kasar di kehidupan yang lampau tidak hanya membuat semua hal yang dikatakan kepada kita bersifat menghina atau menyerang, tetapi juga membuat segala apa yang kita katakan menim- bulkan argumentasi. Kata-kata kasar adalah yang terburuk antara empat perbuatan negatif dari ucapan. Seperti kata pepatah:

Kata-kata tidak punya memiliki panah maupun pedang, Namun mereka bisa mencabik-cabik hati orang.

Dengan tiba-tiba menimbulkan kebencian pada orang lain, atau lebih buruk lagi, mengatakan suatu perkataan yang menyerang orang suci, akan menyebabkan kelahiran kembali yang terus menerus di alam rendah. Konon ada seorang Brahmana bernama Kapila yang mencaci maki bhiksu- bhiksu Buddha Kasyapa dengan memanggil mereka "kepala kuda," "kepala kerbau" dan banyak lagi nama-nama sejenis itu. Ia terlahir sebagai raksasa laut yang menyerupai ikan dengan delapan belas kepala. Ia tidak terbebas dari keadaan itu selama satu kalpa penuh, dan bahkan kemudian terlahir di alam neraka. Seorang biarawati memanggil biarawati lain anjing betina dan terlahir sebagai anjing betina selama lima ratus kali. Ada banyak cerita yang serupa. Belajarlah berbicara dengan lemah- lembut setiap waktu, lebih-lebih karena kita tidak tahu, seseorang mungkin saja orang suci atau Bodhisattva. Latihlah diri anda untuk memandang semua makhluk dengan murni. Belajar untuk memuji kualitas dan prestasi mereka. Konon, mengkritik atau berbicara menentang seorang Bodhisattva adalah lebih buruk dibanding dengan membunuh semua makhluk di tiga alam. Sebagaimana yang dikatakan oleh Chagme Rinpoche dalam Doa Aspirasi untuk Terlahir di Sukavati:

Mencemarkan nama baik seorang Bodhisattva adalah suatu dosa yang lebih besar Dibanding pembunuhan semua makhluk di tiga alam; Kesalahan bodoh yang telah kukumpulkan seperti itu kusesali semuanya.

Obrolan iseng. Akibat serupa dengan penyebab dari obrolan iseng tidak saja menyebabkan apa yang kita katakan tidak memiliki bobot, kita

142

akan kurang tegas atau kurang percaya diri. Tidak ada orang akan mempercayai kita sekalipun kita berbicara benar, dan kita akan tidak memiliki rasa percaya diri ketika berpidato di depan umum.

Ketamakan. Akibat dari ketamakan tidak hanya merintangi apa yang paling kita inginkan, tetapi juga membawa semua keadaan yang paling tidak kita harapkan.

Mengharapkan kemalangan pada orang lain. Akibat dari mengharapkan kemalangan pada orang lain, kita tidak hanya tetap tinggal dalam ketakutan, namun juga sering menderita kemalangan.

Pandangan salah. Akibat memiliki pandangan salah bukan saja me- nyebabkan kita tetap dalam keyakinan yang merugikan, tetapi pikiran kita juga akan terganggu oleh penipuan dan salah paham.

2.3 Akibat yang menciptakan keadaan

Akibat yang menciptakan keadaan mempengaruhi lingkungan kita. Membunuh makhluk hidup menyebabkan kelahiran di alam dengan pemandangan yang suram, tanpa kegembiraan dan penuh dengan tebing curam dan ngarai yang berbahaya. Mengambil barang yang tidak diberi menyebabkan kelahiran di alam yang sering dilanda kelaparan, di mana embun beku dan hujan es menghancurkan panen tanaman, sedangkan pohon-pohon tidak menghasilkan buah. Perbuatan asusila mengharuskan kita tinggal di tempat yang menjijikan, penuh dengan kotoran manusia dan kotoran hewan, rawa berlumpur dan sebagainya. Berdusta akan membuat kekayaan kita tidak tetap dan membuat pikiran kita kacau. Kita akan sering menghadapi hal-hal yang menakutkan dan situasi yang mengerikan. Menebar perselisihan atau mengadu domba membuat kita tinggal di daerah yang sulit untuk dilintasi, terpotong oleh jurang yang dalam dan berbatu- batu dan sejenisnya. Berkata kasar menyebabkan kelahiran di daerah yang suram, penuh dengan batu karang, batu dan duri. Obrolan iseng menye- babkan kelahiran kembali di daratan yang gersang dan tidak subur, yang tidak menghasilkan apa pun kendati dikerjakan; musim-musim tidak pada waktunya dan tidak dapat diperkirakan. Ketamakan akan menyebabkan panen yang sedikit dan aneka macam ketidak-ramahan waktu dan tempat. Mengharapkan kemalangan pada orang lain membawa kita ke arah kelahiran kembali di tempat ketakutan yang berkepanjangan dengan aneka

143

macam penderitaan. Berpandangan salah menyebabkan kelahiran kembali di keadaan miskin tanpa tempat perlindungan atau pelindung.

2.4 Akibat pelipat-gandaan

Akibat pelipat-gandaan adalah perbuatan apa pun yang kita lakukan se- belumnya, kita cenderung untuk mengulanginya berulang-ulang. Hal ini membawa suatu rangkaian penderitaan yang tiada akhirnya sepanjang semua kehidupan kita berikutnya. Perbuatan negatif kita berlipat ganda lebih jauh dan menyebabkan kita mengembara terus menerus di dalam samsara.

II. PERBUATAN POSITIF YANG HARUS DILAKUKAN

Dalam pengertian umum, sepuluh perbuatan yang positif terdiri dari janji yang tegas untuk tidak pernah melakukan sepuluh perbuatan negatif yang mana pun, seperti membunuh, mengambil sesuatu yang tidak diberi dan seterusnya, setelah memahami akibat-akibatnya yang merugikan. Membuat janji seperti itu di depan seorang guru atau pembimbing tidaklah diharuskan; sedangkan memutuskan sendiri untuk menghindari semua pembunuhan mulai sekarang, misalnya menghindari membunuh pada tempat tertentu atau pada waktu tertentu, atau menghindari membunuh binatang tertentu, dengan sendirinya adalah suatu perbuatan yang positif. Bagaimanapun, membuat janji tersebut di hadapan seorang guru, seorang teman spiritual atau wakil dari Tri Ratna membuat hal itu dapat membawa hasil yang sangat kuat. Tidaklah cukup bahwa anda kebetulan saja berhenti membunuh makhluk hidup atau berhenti melakukan perbuatan negatif lainnya. Hal yang penting adalah bahwa anda bersumpah untuk menghindari perbuatan negatif yang mana pun. Sehingga dengan demikian, orang-orang awam pun yang tidak sanggup menjauhkan diri sepenuhnya dari membunuh, masih dapat memperoleh manfaat yang besar dari janji untuk tidak membunuh untuk suatu periode tertentu dalam tiap tahun, atau sepanjang bulan pertama, Bulan Mukjizat, atau sepanjang bulan keempat, yang dikenal dengan bulan Waisak, atau pada setiap bulan waktu bulan penuh atau bulan baru, atau pada hari, bulan atau tahun tertentu. Dahulu kala, seorang tukang jagal di kota tempat Katyayana yang agung tinggal berjanji bahwa ia tidak akan membunuh pada malam hari.

144

Ia dilahirkan kembali di neraka tersendiri, di mana ia disiksa sepanjang hari dalam rumah logam merah berpijar. Tetapi ia melewatkan setiap malam di sebuah istana, nyaman dan bahagia, ditemani empat orang dewi. Jadi, sepuluh perbuatan positif adalah terdiri dari menghentikan se- puluh perbuatan negatif dan melakukan hal-hal yang merupakan penawar racun tersebut yang bersifat positif. Tiga perbuatan positif yang dilakukan dengan badan adalah meninggalkan pembunuhan, dan sebagai gantinya melindungi makhluk hidup; meninggalkan mengambil sesuatu yang tidak diberi, dan sebagai gantinya berlatih kedermawanan; dan berhenti melakukan perbuatan asusila, dan sebagai gantinya mengikuti peraturan dan disiplin. Empat perbuatan positif yang dilakukan dengan ucapan adalah meninggalkan berdusta, dan sebagai gantinya mengatakan kebenaran; berhenti mengadu domba, dan sebagai gantinya mendamaikan perselisihan; tidak berkata-kata kasar, dan sebagai gantinya berkata dengan ramah; dan untuk mengakhiri obrolan iseng, dan sebagai gantinya melafal doa. Tiga perbuatan positif dari pikiran adalah meninggalkan ketamakan, dan sebagai gantinya belajar melepaskan kemelekatan; berhenti mengha- rapkan kemalangan pada orang lain, dan sebagai gantinya menumbuhkan keinginan untuk membantu mereka; dan untuk mengakhiri pandangan yang salah, dan sebagai gantinya memantapkan diri anda pada pandangan yang asli dan benar. Akibat yang matang secara penuh dari perbuatan-perbuatan ini adalah anda akan dilahirkan kembali di salah satu dari tiga alam yang lebih tinggi. Akibat serupa dengan penyebab sebagai perbuatan adalah, anda akan gemar berbuat kebaikan dalam semua hidup yang berikutnya, sehingga pahala anda terus meningkat. Akibat serupa dengan penyebab sebagai pengalaman untuk masing- masing dari sepuluh perbuatan di atas adalah sebagai berikut: untuk berhenti membunuh: berumur panjang dengan sedikit penyakit; untuk berhenti mengambil apa yang tidak diberi: kemakmuran dan bebas dari musuh atau pencuri; untuk berhenti melakukan perbuatan asusila: seorang teman hidup yang menarik dan sedikit saingan; untuk meninggalkan berdusta: pujian dan cinta; untuk berhenti menabur perselisihan atau mengadu domba: suatu kelompok teman dan pelayan yang terhormat; untuk berhenti berkata-kata kasar: hanya mendengar ucapan yang menyenangkan; untuk berhenti mengobrol: ucapannya berwibawa; untuk meninggalkan ketamakan: pemenuhan dari berbagai keinginan; untuk berhenti mengharapkan hal-hal yang merugikan orang lain: bebas dari

145

kemalangan; dan untuk berhenti berpandangan salah: pertumbuhan pandangan benar dalam pikiran anda. Untuk akibat yang menciptakan kondisi, pada setiap kasus adalah kebalikan dari akibat negatif yang sesuai: anda terlahir di tempat yang memiliki semua keadaan yang paling sempurna. Akibat pelipat-gandaannya adalah bahwa apa pun perbuatan baik yang anda lakukan akan berlipat ganda, membawakan nasib baik yang berke- panjangan.

III. PENENTU SEMUA KUALITAS PERBUATAN

Kesenangan dan kesengsaraan yang dialami masing-masing individu dalam semua keaneka-ragaman yang tidak dapat kita bayangkan, mulai dari puncak alam kehidupan hingga ke kedalaman yang paling rendah di neraka, hanya timbul dari perbuatan positif dan negatif yang telah ditimbun masing-masing individu di masa lalu. Seperti dikatakan dalam Sutra Seratus Perbuatan:122

Kegembiraan dan duka cita makhluk hidup, Semua berasal dari perbuatan mereka, demikian kata Hyang Buddha. Keaneka ragaman perbuatan Menciptakan keaneka-ragaman makhluk hidup, Dan mendorong pengembaraan mereka yang berbeda. Begitu luasnya jaringan perbuatan ini!

Kekuatan, kekuasaan, kekayaan atau harta benda yang kita nikmati sekarang tidak ada yang mengikuti kita ketika kita meninggal. Kita hanya membawa perbuatan positif dan perbuatan negatif yang kita kumpulkan selama hidup kita, yang kemudian menggerakkan kita maju ke depan ke tempat yang lebih tinggi atau ke alam samsara yang lebih rendah. Dalam Sutra Instruksi kepada Raja,123 kita membaca:

Ketika waktu meninggal tiba, O Raja, Tidak ada harta benda, teman maupun keluarga dapat mengikuti. Tetapi di mana saja makhluk datang, ke sana mereka pergi,

122 Skt. Karmaśataka Sutra. 123 Skt. Rājādeśa Sutra. 146

Perbuatan mereka mengikuti mereka seperti bayang-bayang mereka sendiri.

Akibat dari perbuatan positif atau perbuatan negatif kita mungkin tidak dapat diidentifikasi dengan jelas dan seketika, tetapi mereka tidak hilang begitu saja. Kita akan mengalami setiap akibatnya ketika kondisi-kondisi yang tepat tiba.

Bahkan hingga sesudah ratusan kalpa, Akibat perbuatan makhluk tidak pernah hilang; Ketika kondisi menjadi matang, Buah mereka akan matang sepenuhnya. seperti dikatakan Sutra Seratus Perbuatan. Dan dalam Harta Karun Pahala Kebajikan kita temukan yang berikut:

Ketika burung rajawali membubung tinggi di angkasa, Untuk sementara tidak kelihatan bayang-bayangnya; Namun burung dan bayang-bayang tetap tidak bisa lepas satu sama lain. Demikian juga perbuatan kita: Ketika kondisi-kondisi menjadi matang, akibatnya jelas dan nyata.

Ketika seekor burung meninggalkan daratan dan terbang tinggi ke angkasa, bayang-bayangnya seolah-olah hilang. Tetapi ini tidak berarti bahwa bayang-bayang tidak lagi ada. Begitu burung tersebut akhirnya mendarat, bayang-bayangnya ada lagi, sama jelas dan gelap seperti yang semula. Dengan cara yang sama, meskipun perbuatan yang baik atau buruk kita di masa lampau mungkin tak kelihatan pada saat ini, namun mereka tidak akan gagal kembali kepada kita pada akhirnya. Sungguh, bagaimana bisa hal ini tidak terjadi pada makhluk biasa seperti kita, jika ketika para Buddha dan Arhat yang sudah membebaskan diri mereka dari semua karma dan kegelapan batin pun masih harus menerima akibat perbuatan mereka yang lampau? Suatu hari angkatan perang Virudhaka, raja dari Sravasti, menyerang kota orang Sakya dan membantai delapan puluh ribu penduduknya. Pada saat itu, Buddha sendiri menderita sakit kepala. Ketika para muridnya bertanya mengapa, beliau menjawab: "Di kehidupan yang sudah lama berlalu, orang-orang Sakya ini adalah nelayan yang hidup dari membunuh dan makan banyak ikan. Suatu hari

147

mereka menangkap dua ekor ikan besar, namun mereka tidak membunuh- nya seketika. Mereka mengikatnya di galah. Ketika kedua ikan itu kekeringan dan menggeliat dalam kenyerian yang amat sangat, mereka berpikir: "Orang-orang ini sedang membunuh kita walaupun kita tidak melakukan kejahatan apa pun terhadap mereka. Moga-moga pada suatu hari kita dapat membunuh mereka tanpa mereka membuat kejahatan apa pun terhadap kita!" Akibat dari pikiran dua ikan besar tersebut adalah, mereka terlahirkan kembali sebagai raja Virudhaka dan menterinya Matropakara, sedangkan semua ikan lain yang terbunuh oleh nelayan menjadi pasukan mereka. Hari ini mereka membantai orang-orang Sakya.” "Pada waktu itu, saya sendiri adalah anak dari salah seorang nelayan. Menyaksikan kedua ikan tersebut terikat dan menggeliat dalam kesakitan yang tak tertahankan selagi mereka kekeringan, saya tertawa. Akibat dari perbuatan tersebut adalah, hari ini saya menderita sakit kepala. Kalau saja saya tidak mencapai kualitas sebagaimana yang saya miliki sekarang, saya mungkin juga sudah terbunuh oleh pasukan Virudhaka." Pada kesempatan lain, kaki Buddha terluka oleh duri akasia –akibat dari membunuh Si Hitam Tombak pada salah satu kehidupan sebagai Bodhisattva sebelumnya. Di antara semua murid Sravaka Sang Buddha, Maudgalyayana-lah yang menguasai kekuatan gaib yang paling tinggi. Meskipun begitu, ia dibunuh oleh orang-orang Parivrajika karena perbuatannya di masa lampau. Hal tersebut terjadi sebagai berikut. Sariputra yang mulia dan Maudgalyayana yang agung sering berpergian ke dunia lain, seperti ke alam nereka atau alam preta. Mereka bekerja demi kepentingan makhluk di alam tersebut. Suatu hari, selagi mereka di neraka, mereka kebetulan bertemu dengan seorang guru tirthika yang bernama Puranakasyapa, yang telah terlahir di sana dan sedang mengalami banyak dan bermacam-macam siksaan. Ia berkata kepada mereka, "Orang-orang yang mulia, waktu anda kembali ke alam manusia, tolong beritahu kepada murid-murid saya, bahwa guru mereka, Puranakasyapa, telah terlahir di dalam neraka. Beritahu mereka bahwa jalan orang-orang Parivrajika124 bukanlah jalan kebajikan. Jalan kebajikan ada di doktrin Buddha Sakya. Jalan kita salah. Mereka perlu meninggalkannya dan belajar mengikuti Sakyamuni. Dan beritahu kepada mereka, yang terpenting di atas segalanya, bahwa setiap

124 Salah satu dari enam aliran non-Buddism utama di India jaman dulu, di mana mereka menganggap bahwa kebahagiaan ataupun penderitaan makhluk hidup bukan disebabkan oleh perbuatan, namun ada secara alami. 148

kali mereka memberi persembahan kepada tempat suci yang mereka bangun untuk tulang-tulang saya, cairan logam pijar menyiramiku. Saya mohon, beritahu mereka jangan membuat persembahan seperti itu lagi." Kedua rekan yang mulia tersebut kembali ke dunia manusia. Sariputra tiba lebih dulu dan pergi memberitahu para tirthika tentang pesan guru mereka. Tetapi, karena kondisi-kondisi karma yang perlu belum ada, mereka tidak mendengarkannya. Ketika Maudgalyayana tiba, ia bertanya kepada Sariputra apakah ia telah memberitahu para tirthika pesan Puranakasyapa. "Ya," jawab Sariputra, "tetapi mereka tak berkata satu kata pun." Maudgalyayana berkata, "Karena mereka tidak bisa menerima apa yang kamu katakan, saya sendiri akan berkata kepada mereka." Dan ia pergi untuk menceritakan kepada mereka apa yang dikatakan oleh Purana- kasyapa. Tetapi setelah mendengar kata-kata Maudgalyayana, para tirthika sangat marah. "Bukan saja ia menghina kita, ia bahkan mengkritik Guru kita!" kata mereka. "Pukul dia!" Mereka memukulnya sampai lemas seperti rumput gelagah dan membiarkannya terbaring di sana. Jangankan pukulan dari para Parivrajika, sampai saat itu tidak ada suatu serangan terencana dari makhluk ketiga alam bersama-sama yang bisa melukai seutas rambut kepala Maudgalyayana. Tetapi pada saat itu, karena dihancurkan oleh matangnya akibat perbuatan masa lampaunya, ia kalah seperti orang biasa. “Aku bahkan tidak bisa berpikir bagaimana cara menggunakan tenaga gaib, jangankan melakukannya," katanya. Sariputra membungkusnya dengan jubahnya dan membawanya pergi. Ketika mereka sampai ke Taman Jeta, Sariputra berseru, "Bahkan mendengar uraian tentang kematian temanku saja saya tak tahan! Mana mungkin saya melihat hal ini terjadi?" Ia meninggal dan masuk ke dalam nirvana bersama dengan banyak Arhat lain tidak lama setelah itu. Maudgalyayana juga meninggal dan terlepas dari penderitaan.

Sekali peristiwa di Kashmir hiduplah seorang bhiksu yang bernama Ravati yang mempunyai banyak murid. Ia adalah seseorang yang memi- liki kewaskitaan dan tenaga gaib. Pada suatu hari ia sedang mencelup jubah bhiksu-nya dengan semacam kunyit di tempat terbuka di hutan. Pada waktu yang sama, seorang awam yang tinggal di dekat sana sedang mencari anak sapinya yang hilang. Ia melihat asap timbul di tempat terbuka di hutan, dan pergi ke sana untuk melihat apa yang terjadi.

149

Menemukan bhiksu yang sedang menyalakan api, ia bertanya: "Apa yang kamu lakukan?" "Saya sedang mencelup jubahku," jawab bhiksu tersebut. Orang awam tersebut mengangkat penutup kuali dan melihat ke dalam. "Ini kan daging!" serunya, dan sungguh, ketika bhiksu tersebut melihat ke dalam kuali, ia juga melihat daging di dalamnya. Orang awam tersebut membawa bhiksu ke tempat raja dan berkata, "Tuanku, bhiksu ini mencuri anak sapi saya. Tolong hukum dia." Raja memerintahkan menempatkan Ravati ke dalam penjara. Namun, beberapa hari kemudiannya, induk sapi orang awam tersebut menemukan anak sapinya yang hilang. Orang awam tersebut kembali ke tempat raja dan berkata, "Tuanku, bhiksu tersebut sama sekali tidak mencuri anak sapi saya; tolong lepaskan dia." Tetapi waktu itu raja sedang sibuk dan pikirannya agak kacau, dan ia lupa memerintahkan melepas Ravati. Ia tidak melakukan apa pun menge- nai hal itu selama enam bulan lamanya. Kemudian pada suatu hari, sekelompok murid bhiksu tersebut yang telah memiliki tenaga gaib, datang dengan berterbangan melalui angkasa dan mendarat di depan raja. "Ravati adalah seorang biarawan yang tidak bersalah dan murni," mereka berkata kepada raja. "Tolong bebaskan dia." Raja sendiri pergi melepas bhiksu itu, dan ketika ia melihat kondisi Ravati yang lemah, ia diliputi oleh penyesalan yang dalam. "Aku bermaksud datang lebih cepat, tetapi aku meninggalkannya begitu lama," ia berseru. "Aku sudah melakukan dosa yang mengerikan!" "Tidak ada kejahatan yang telah dilakukan," kata bhiksu tersebut. "Itu semuanya adalah akibat perbuatanku sendiri." "Perbuatan apa?" tanya raja. "Selama suatu kehidupan di masa lampau, saya adalah seorang pencuri, dan sekali waktu saya mencuri seekor anak sapi. Ketika pemiliknya mengikutiku, aku melarikan diri dan meninggalkan binatang tersebut pada seorang pratyekabuddha yang kebetulan bermeditasi di tempat terbuka di hutan. Pemilik sapi tersebut menangkap pratyekabuddha tersebut dan akibatnya pratyeka-buddha tersebut dipenjara selama enam hari. Sebagai akibat yang matang secara penuh dari perbuatanku, aku telah melewati banyak kehidupan penderitaan di alam rendah. Penderitaan yang kualami dalam kehidupan sekarang adalah yang terakhir kalinya."

150

Contoh yang lain adalah cerita putra Surabhibhadra, seorang raja India. Pada suatu hari, ibu pangeran tersebut memberinya jubah sutera yang tidak berkelim. Ia tidak ingin memakainya dengan seketika, dan berkata. "Saya akan memakainya pada hari saya menerima warisan kerajaan." "Kamu tidak pernah akan mewarisi kerajaan," kata ibunya. "Itu hanya bisa terjadi jika ayahmu, raja itu, meninggal. Tetapi kekuatan hidup ayahmu telah menyatu dengan Guru Nagarjuna, sehingga tidak mungkin ia akan mati selama Nagarjuna masih hidup. Dan karena Nagarjuna memiliki kekuasaan atas rentang waktu hidupnya, ayahmu tidak pernah akan mati. Itulah sebabnya mengapa banyak dari kakak laki-lakimu meninggal tanpa mewarisi kerajaan." "Lalu apa yang dapat saya lakukan?" tanya putranya. "Pergilah ke Guru Nagarjuna dan minta beliau memberimu kepalanya. Ia akan setuju, sebab ia adalah seorang Bodhisattva. Saya tidak melihat ada solusi yang lain." Anak laki-laki tersebut pergi ke Nagarjuna dan meminta kepalanya. "Potong dan ambillah," kata Guru. Anak tersebut mengambil pedang dan membacok leher Nagarjuna. Tetapi tidak ada apa pun yang terjadi. Seolah-olah mata pisaunya itu telah memotong udara. “Senjata tidak bisa melukai saya," kata Guru, "sebab selama lima ratus kehidupan yang lalu, saya telah membersihkan diriku dari semua akibat menggunakan senjata. Namun, saya telah membunuh seekor serangga pada suatu hari ketika memotong rumput kusa. Akibat yang matang secara penuh dari perbuatan tersebut belum muncul. Oleh sebab itu, jika kamu menggunakan mata pisau dari rumput kusa, maka kamu akan mampu memotong kepala saya." Maka anak tersebut mencabut rumput kusa, menggunakanya sebagai mata pisau dan memotong kepala Nagarjuna. Kepala Nagarjuna jatuh ke tanah. Nagarjuna memasuki nirvana sambil berkata:

Sekarang aku menuju Tanah Bahagia; Kelak saya akan kembali ke tubuh saya.125

Jika bahkan individu yang suci seperti Nagarjuna harus mengalami akibat perbuatan masa lampau mereka sendiri, mana mungkin kita – yang sudah menimbun perbuatan negatif yang tak terhitung banyaknya sejak

125 Menurut catatan sejarah Budhism India, sesudah Nagarjuna meninggal, badan dan kepalanya menjadi dua gunung yang terpisah (di Nagarjunakonda, India Selatan). Kelak Nagarjuna akan kembali ke badannya dan hidup lagi. 151

waktu tak berawal dalam pengembaraan kita di alam samsara – bisa berharap dapat membebaskan diri dari samsara, jika kita masih terus mengumpulkannya? Bahkan untuk lepas dari alam rendah saja akan sulit. Oleh karena itu, marilah kita dengan cara bagaimanapun menghindari perbuatan salah apa saja, apakah besar atau kecil, dan menggunakan diri kita untuk melakukan perbuatan baik apa pun yang dapat kita lakukan, biarpun kelihatannya tidak penting. Sepanjang kita tidak membuat usaha yang demikian, setiap kali perbuatan negatif akan menuntun kita hidup di alam rendah selama banyak kalpa. Janganlah pernah meremehkan perbuatan buruk yang kecil dengan beranggapan bahwa hal itu tidak bisa menyebabkan kerugian yang besar. Sebagaimana kata Bodhisattva Santideva:

Jika perbuatan jahat dari suatu saat, Dapat menyebabkan satu kalpa di Neraka Avici; Maka dengan semua kejahatan dari waktu samsara tanpa awal, Apa ada kesempatan ke alam yang lebih tinggi?

Dan dalam Sutra Orang Bijak dan Orang Bodoh126 kita temukan:

Jangan meremehkan perbuatan jahat yang kecil, Menganggap mereka tidak merugikan; Bahkan percikan api yang kecil, Dapat membakar sebuah gunung.

Begitu pula, bahkan perbuatan positif yang paling kecil pun membawa manfaat yang besar. Jangan meremehkan mereka juga dengan berang- gapan tidak banyak pahala dalam melakukannya.

Raja Mandhatri dalam hidup yang lampau adalah orang miskin. Suatu hari, ketika ia dalam perjalanan ke tempat pesta perkawinan dengan segenggam kacang di tangannya, ia berjumpa dengan Buddha Ksantisarana yang bepergian ke desa itu. Digerakkan oleh devosi yang kuat, ia melemparkan kacangnya. Empat kacang jatuh ke dalam mangkok pindapatta Buddha, sedang dua lainnya menyentuh dadanya. Matangnya perbuatan ini menyebabkan ia terlahir sebagai Cakravatin Jambudvipa. Karena empat biji kacang yang jatuh ke mangkok, ia memerintah empat benua selama delapan puluh ribu tahun lamanya. Oleh karena salah satu

126 Skt. Damamūka-nidāna-sūtra. 152

dari dua kacang tersebut menyentuh dada Buddha, ia menjadi berkuasa atas Surga Empat Maharaja selama delapan puluh ribu tahun lainnya; dan oleh karena kacang yang kedua, selama tiga puluh tujuh generasi dinasti surgawi, ia memerintah Surga Tiga Puluh Tiga bersama Indra. Dikatakan juga, bahkan memvisualisasi Buddha dan melemparkan bunga ke angkasa akan mengakibatkan anda berbagi pemerintahan dengan Indra dan Chakravartin selama suatu rentang waktu yang sukar dibayangkan. Inilah alasan kenapa Sutra Orang Bijak dan Orang Bodoh berkata:

Jangan mengabaikan kebajikan yang kecil, Menganggapnya tidak akan membantu; Karena tetesan air tetes demi tetes, Pada waktunya dapat mengisi pot raksasa.

Dan Harta Karun Pahala Kebajikan mengatakan:

Dari benih yang besarnya tidak melebihi biji wijen, Tumbuh pohon asota yang besar, yang dalam waktu satu tahun, Dapat mengeluarkan cabang yang panjangnya mencapai satu yojana. Tetapi lebih besar lagi adalah pertumbuhan akibat perbuatan yang baik dan yang buruk.

Benih pohon asota tidak lebih besar dari biji wijen, tetapi pohonnya berkembang dengan begitu cepat sehingga cabangnya mencapai satu yojana dalam satu tahun. Namun bahkan gambaran ini tidaklah cukup untuk menguraikan pertumbuhan yang sedalam-dalamnya dari hasil perbuatan positif dan perbuatan negatif.

Pelanggaran yang paling kecil dari sila juga akan mengakibatkan malapetaka yang besar. Suatu hari raja naga Elapatra datang ke tempat Buddha dengan menyamar sebagai seorang Cakravartin. Buddha menegurnya: "Tidak cukupkah kerugian yang kamu lakukan pada ajaran Buddha Kasyapa bagimu? Sekarang apakah kamu ingin merugikan ajaranku juga? Dengarkan Dharma dalam bentuk kamu yang sebenarnya!" "Terlalu banyak makhluk akan menyakitiku jika aku melakukan demikian," jawab naga tersebut. Lalu Buddha menempatkannya di bawah perlindungan Vajrapani, dan ia berubah menjadi ular yang sangat besar, beberapa yojana panjangnya. Di atas kepalanya tumbuh pohon elapatra

153

besar yang menimpanya dengan beratnya. Pada akarnya merayap serangga-serangga yang menyebabkan dia sangat menderita. Buddha ditanya mengapa ia menjadi demikian, dan Beliau menjawab: "Dahulu kala, waktu jaman ajaran Buddha Kasyapa, ia adalah seorang bhiksu. Suatu hari jubahnya tersangkut pada pohon elapatra besar yang tumbuh di tepi jalan sehingga jubahnya terlepas. Ia menjadi sangat marah dan melanggar silanya dengan memotong pohon tersebut. Apa yang kamu lihat hari ini adalah hasil perbuatan itu."

Baik atau buruk suatu perbuatan, niat adalah faktor utama yang menentukan apakah mereka adalah positif atau negatif, berat atau ringan. Hal itu seperti sebatang pohon: jika akarnya berkhasiat obat, batang dan daun-daunnya juga akan berkhasiat obat. Jika akarnya beracun, batang dan daun-daun akan beracun juga. Daun-daun yang berkhasiat obat tidak bisa tumbuh dari akar yang beracun. Dengan cara yang sama, jika suatu niat timbul dari agresi atau kemelekatan, sehingga dengan demikian tidak seluruhnya murni, maka perbuatan yang mengikutinya cenderung negatif, sekalipun kelihatan positif. Pada sisi lain, jika dilandasi niat murni, sekalipun hal itu kelihatan negatif, namun sesungguhnya positif. Dalam Harta Karun Pahala Kebajikan dikatakan demikian:

Jika akar berkhasiat obat, maka tunasnya juga demikian; Jika itu beracun, bagaimana tunasnya tidak demikian? Apa yang membuat suatu perbuatan menjadi positif atau negatif bukanlah bagaimana hal itu kelihatannya, Atau besar kecilnya, tetapi niat baik atau buruk di belakang per- buatan tersebut.

Karena alasan ini, ada kalanya Bodhisattva, Pewaris Sang Penakluk, diijinkan untuk benar-benar melakukan tujuh perbuatan yang merugikan dari badan dan ucapan, sepanjang pikiran mereka adalah murni, bebas dari semua keinginan egois. Ini digambarkan oleh contoh dari Kapten Hati Belaskasih yang membunuh Si Hitam Tombak, atau dari seorang Brahmana muda Kekasih Bintang-bintang yang melepaskan kaul kesuciannya demi menikahi seorang gadis Brahmana.

Sekali peristiwa, dalam kehidupan sebelumnya, Sang Buddha adalah seorang kapten bernama Hati Belaskasih. Ia sedang berlayar di samudra dengan lima ratus pedagang ketika perompak jahat bernama Si Hitam

154

Tombak muncul, mengancam untuk membunuh mereka semua. Kapten menyadari bahwa para pedagang itu semuanya adalah Bodhisattva yang tidak kembali lagi, dan jika seseorang membunuh mereka semua, maka ia akan menderita di neraka untuk kalpa yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Didorong oleh rasa kasihan, ia berpikir: "Jika saya membunuhnya, ia tidak akan terlahir di neraka. Maka saya tak ada pilihan lain, sekalipun ini berarti saya harus masuk neraka sendiri." Dengan keberanian yang besar ia membunuh perompak itu, dan dengan berbuat demikian ia memperoleh pahala kebajikan yang secara normal baru akan tercapai selama tujuh puluh ribu kalpa. Pada permukaannya, perbuatan itu merugikan, karena Bodhisattva melakukan perbuatan fisik pembunuhan. Tetapi hal itu dilakukan dengan tanpa motivasi egois sedikit pun. Dalam jangka pendek, hal itu menyelamatkan hidup kelima ratus pedagang. Dan untuk jangka panjang, hal itu menyelamatkan Si Hitam Tombak dari penderitaan neraka. Oleh karena itu, dalam kenyataannya hal itu adalah suatu perbuatan positif yang sangat kuat.

Contoh lainnya, ada seorang Brahmana, Kekasih Bintang-bintang yang tinggal di hutan selama bertahun-tahun dengan memelihara kaul kesucian- nya. Suatu hari ia pergi meminta sedekah di sebuah desa. Seorang gadis Brahmana jatuh cinta padanya sampai ia hampir bunuh diri karenanya. Terdorong oleh rasa kasihan, ia menikahinya. Ini menyebabkan ia memperoleh pahala empat puluh ribu kalpa.

Membunuh atau melanggar janji kesucian yang dimotivasi dengan niat murni diijinkan. Pada sisi lain, perbuatan yang sama yang dilakukan karena motivasi yang egois, yang keluar dari nafsu keinginan, kebencian atau ketidak-tahuan, tidaklah diijinkan.

Seorang Bodhisattva dengan pikiran yang luas dan tidak ada sedikit pun keinginan pribadi, boleh juga mencuri dari orang pelit dan kaya, dan atas nama mereka mempersembahkan barang-barang tersebut kepada Tri Ratna atau memberikannya kepada kaum miskin.

Berdusta dalam rangka melindungi seseorang yang nyaris dibunuh, atau untuk melindungi barang-barang milik Tri Ratna juga diijinkan. Tetapi adalah tidak pernah dibenarkan untuk menipu seseorang karena kepenting- an diri sendiri.

155

Menebar pertentangan, misalnya di antara dua sahabat karib, yang salah satu darinya adalah seorang orang jahat, sedangkan yang lain senang berbuat kebajikan, adalah diijinkan jika ada bahaya bahwa karakter orang jahat yang lebih kuat tersebut telah merusak orang yang baik tersebut. Bagaimanapun juga, tidaklah diijinkan untuk memisahkan dua orang yang berbaikan.

Kata-kata kasar bisa digunakan, misalnya sebagai alat yang lebih kuat untuk membawakan Dharma kepada seseorang, di mana pendekatan yang lebih lembut tidak membuat kesan apa pun – atau dalam nasihat yang diberikan kepada seorang murid dalam rangka menunjukkan kesalahan yang tersembunyi. Sebagaimana kata Atisa:

Guru yang paling baik adalah orang yang menunjukkan kesalahan yang tersembunyi; Instruksi yang paling baik adalah yang mengarahkan secara jujur pada kesalahan yang tersembunyi.

Bagaimanapun, kata-kata kasar yang diucapkan hanya untuk menghina seseorang tidaklah dibenarkan.

Obrolan iseng boleh digunakan sebagai sebagai suatu alat yang mahir untuk memperkenalkan Dharma kepada orang-orang yang suka bicara, dan yang tanpa dengan cara demikian tidak bisa dibawa ke Dharma. Tetapi hal itu tidak pernah dibenarkan untuk menciptakan gangguan untuk diri sendiri dan orang lain.

Sedangkan ketiga perbuatan mental atau pikiran yang negatif tidak pernah diijinkan untuk seseorang, sebab tidak ada cara bahwa suatu niat negatif dapat membuahkan hal yang positif. Sekali hal negatif muncul dalam pikiran, ia akan selalu berkembang ke sesuatu yang negatif.

Pikiran adalah penggerak tunggal akan hal yang baik dan jahat. Sekalipun mereka tidak diucapkan atau tidak dilakukan, mereka mempunyai akibat positif atau negatif yang sangat kuat. Oleh karena itu selalulah meneliti pikiran anda. Jika pikiran anda adalah hal-hal yang positif, bergembiralah dan lakukan lebih banyak kebajikan. Jika mereka adalah negatif, sesalilah dengan seketika, merasa kurang enak dan malu karena anda masih menyukai hal-hal seperti itu, kendati anda sudah

156

banyak menerima ajaran. Katakan kepada diri anda bahwa mulai sekarang anda harus berusaha sungguh-sungguh untuk tidak membiarkan pikiran seperti itu muncul dalam benak anda. Bahkan ketika anda melakukan sesuatu yang positif, periksalah motivasi anda dengan hati-hati. Jika niat anda adalah baik, lakukan. Jika motivasi anda adalah untuk mengesankan orang, atau didasarkan pada persaingan atau suatu keinginan yang kuat akan ketenaran, yakinkan anda untuk mengubahnya, dan tuangkan ke dalamnya dengan bodhichitta. Jika anda sungguh tidak mampu mengubah motivasi anda, akan lebih baik untuk menunda perbuatan baik tersebut sampai kemudian hari.

Suatu hari Geshe Ben sedang menunggu kunjungan sejumlah besar donatur. Pagi itu ia mengatur sesaji di atas tempat suci di depan rupang Tri Ratna dengan rapi sekali. Ketika meneliti niatnya, ia menyadari bahwa hal itu tidaklah murni: ia hanya berusaha untuk mengesankan para penderma. Maka ia mengambil segenggam penuh debu dan melemparkan- nya ke semua persembahan tersebut, sambil berkata kepada dirinya sendiri: "Bhiksu macam apa kamu. Janganlah berpura-pura dan munafik!" Ketika Padampa Sangye mendengar cerita ini, ia berkata, "Segenggam penuh debu yang Ben Kungyal lemparkan adalah persembahan yang terbaik di seluruh Tibet!"

Oleh sebab itu, selalulah mengamati pikiran anda dengan hati-hati. Pada tingkat kita sebagai makhluk biasa, adalah mustahil untuk tidak memiliki pemikiran dan perbuatan yang diilhami oleh niat yang jahat. Tetapi jika kita dapat mengenali kesalahan tersebut dengan seketika, sesalilah dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Kita akan berpisah dengan mereka.

Hari berikutnya, Geshe Ben berada di rumah seorang donatur. Pada suatu ketika penghuninya meninggalkan ruang, Geshe berpikir: "Aku tidak punya teh. Aku akan mencuri beberapa bungkus untuk dimasak ketika aku kembali lagi kepada pertapaanku." Tetapi pada waktu ia menaruh tangannya pada kantong-kantong teh tersebut, tiba-tiba ia menyadari apa yang sedang dilakukannya. Dan ia memanggil teman- temannya: "Kemari dan lihat apa yang sedang kulakukan! Potonglah tanganku!"

157

Atisa berkata: "Karena mengambil janji pratimoksa, saya tidak dicemari oleh kesalahan yang paling kecil sekalipun. Dalam berlatih ajaran bodhichitta, saya sudah melakukan satu atau dua kesalahan. Dan karena mengikuti Mantra Vajrayana yang rahasia, meskipun saya sudah berbuat beberapa kekeliruan yang kecil, saya tidak akan membiarkan kesalahan menjerumuskan yang mana pun tinggal bersama saya sepanjang hari." Ketika ia sedang berpergian, secepat apa pikiran yang tidak baik timbul, ia akan segera mengeluarkan mandala kayu yang dibawanya dan membuat penyesalan atas pikiran yang tidak baik tersebut, berjanji tidak pernah membiarkan hal itu terjadi lagi.

Suatu hari Geshe Ben ada di suatu kumpulan geshe di Penyulgyal. Sesaat kemudian yoghurt disuguhkan kepada para tamu. Geshe Ben duduk di baris pertengahan. Ia melihat bahwa biarawan di baris pertama sedang menerima bagian yang banyak. " Yoghurt itu kelihatan enak. .. . " pikirnya, "tetapi saya pikir saya tidak bakal mendapatkan bagian yang adil" Dengan seketika ia sadar apa yang dipikirkannya: "Kamu ini pecandu yoghurt!" pikirnya. Ia membalikkan mangkoknya. Ketika orang yang melayani yoghurt datang dan bertanya apakah ia ingin beberapa yoghurt, ia menolak. "Pikiran saya yang jahat telah mendapatkannya" katanya. Walaupun tidak ada salahnya mengharapkan mendapatkan bagian yang sama dalam pesta dengan biarawan murni lainnya, adalah pikiran yang mementingkan diri yang mengandung harapan tentang yoghurt lezat itu yang membuatnya menolak pembagian tersebut. Jika anda selalu memeriksa pikiran anda seperti ini, mengadopsi apa yang sehat dan menolak apa yang merugikan, pikiran anda akan menjadi luwes dan semua pikiran anda akan menjadi positif. Dahulu kala, ada seorang Brahmana bernama Ravi, yang memeriksa pikirannya terus menerus. Kapan saja suatu pikiran yang tidak baik muncul, ia akan meletakkan satu kerikil hitam, dan kapan saja suatu pikiran yang baik muncul, maka ia akan meletakkan satu kerikil putih. Pada mulanya, semua kerikil yang ia letakkan adalah hitam. Kemudian, ketika ia bertekun dalam mengembangkan cara mengatasi hal tersebut dan mengadopsi perbuatan positif dan menolak yang negatif, suatu waktu kerikil yang putih dan hitam sama jumlahnya. Pada akhirnya ia hanya mempunyai kerikil yang putih. Ini adalah cara bagaimana anda mengem- bangkan perbuatan positif sebagai suatu penawar racun dengan sadar dan

158

waspada, dan tidak mencemari diri anda dengan perbuatan yang merugi- kan yang paling kecil. Sekalipun anda tidak mengumpulkan perbuatan negatif selama hidup ini, anda tidak bisa mengetahui banyaknya semua perbuatan negatif yang sudah anda kumpulkan dalam samsara sejak waktu tak berawal, atau membayangkan akibat yang masih harus anda tanggung. Oleh karena itu, ada orang yang walaupun sekarang mengabdikan diri seluruhnya demi kebaikan dan melatih kekosongan, masih saja dikepung oleh penderitaan. Akibat dari perbuatan yang akan membawa ke kelahiran di alam rendah di kelak kemudian hari muncul karena tindakan pemulihan yang dilakukan sehingga menjadi matang pada kehidupan ini. Sutra Intan127 mengatakan:

"Lagipula, Subhuti, jika seorang laki-laki atau wanita baik yang menerima, mempertahankan, mempelajari dan membacakan Sutra ini diejek dan dicemoohkan orang lain, itu sebenarnya merupakan rintangan karma bawaan dari kehidupan sebelumnya yang akan menjerumuskannya ke kehidupan menyedihkan. Tetapi karena dalam kehidupan sekarang dia dicemoohkan orang lain, rintangan karmanya itu terhapuskan.”

Dan sebaliknya, ada orang yang hanya berbuat jahat, tetapi mengalami buah dari perbuatan positif yang kecil dengan segera, suatu perbuatan yang mestinya menjadi matang di kemudian hari. Ini terjadi di tanah Aparantaka. Selama tujuh hari ada hujan batu permata, kemudian disusul dengan tujuh hari hujan pakaian, dan disusul lagi dengan tujuh hari hujan butir makanan. Pada akhirnya turun hujan tanah. Semua orang mati tertimbun dan terlahir di alam neraka. Situasi seperti ini, di mana mereka yang berbuat baik menderita dan mereka yang berbuat jahat bernasib baik, selalu terjadi sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan di masa lalu. Perbuatan anda sekarang ini, baik yang baik ataupun yang buruk, akan mempunyai akibatnya di kehidupan berikutnya atau kehidupan sesudahnya. Karena alasan ini, adalah penting untuk mengembangkan suatu keyakinan yang kokoh akan akibat yang tak bisa dielakkan dari perbuatan anda, dan selalu berbuat baik. Jangan menggunakan bahasa Dharma dari pandangan yang tinggi untuk meremehkan prinsip sebab dan akibat. Guru Uddiyana yang Agung berkata:

127 Skt. Vajracchedika-sutra. 159

Paduka, dalam Mantrayana Rahasia saya, pandangan adalah suatu hal yang paling utama. Bagaimanapun, jangan biarkan perbuatan anda tergelincir ke arah pandangan. Jika demikian, anda akan jatuh ke dalam pandangan yang jahat dari setan yang mengucapkan kata yang dibuat-buat: "Kebaikan itu kosong, kejahatan itu kosong." Tetapi jangan biarkan pandangan anda tergelincir ke arah perbuatan juga, atau anda akan terperangkap dalam paham materialisme dan ideologi, dan pembebasan tidak pernah akan datang... Itulah sebabnya mengapa pandangan saya adalah lebih tinggi dari pada langit, tetapi perhatian saya terhadap perbuatan saya dan akibatnya adalah lebih halus dari pada tepung.

Oleh karena itu, seberapa pun jauhya hakikat realita yang sudah anda capai, anda tetap harus menaruh perhatian sepenuhnya pada perbuatan anda dan akibat perbuatan tersebut. Sekali peristiwa seseorang bertanya kepada Padampa Sangye, “Sesudah kita menyadari kekosongan, apakah itu masih merugikan kita kalau kita melakukan perbuatan negatif?" "Sesudah anda menyadari kekosongan," jawab Padampa Sangye, "adalah mustahil berbuat sesuatu yang negatif. Ketika anda sudah me- nyadari kekosongan, rasa belas kasih akan muncul dengan serta merta.”

Jika anda ingin berlatih Dharma dengan benar, anda seharusnya memberi prioritas pada memilih apa yang anda lakukan sejalan dengan prinsip sebab dan akibat. Pandangan dan perbuatan harus dikembangkan secara bersamaan. Tanda bahwa anda sudah memahami ajaran tentang sebab dan akibat adalah seperti Jetsun Milarepa. Pada suatu hari murid-muridnya berkata kepadanya: "Jetsun, semua perbuatan yang anda lakukan, pada pandangan kami, adalah di luar pemahaman makhluk biasa. Jetsun yang mulia, apakah anda bukan inkarnasi Vajradhara, atau dari seorang Buddha atau Bodhisattva dari awalnya?" "Jika kamu mengira saya adalah reinkarnasi Vajradhara, atau dari seorang Buddha atau Bodhisattva," jawab Jetsun, “itu menunjukkan bahwa kamu mempunyai keyakinan padaku – tetapi kamu mungkin telah mempunyai salah pandangan akan Dharma! Saya mulai dengan menimbun perbuatan negatif yang sangat besar, dengan menggunakan jampi-jampi dan membuat hujan es batu. Saya segera menyadari bahwa tidak mungkin tidak saya akan terlahir dalam neraka. Maka saya berlatih

160

Dharma dengan semangat yang keras. Terima kasih kepada metoda yang mendalam dari Mantrayana Rahasia, saya sudah mengembangkan kualitas yang luar biasa dalam diriku. Sekarang, jika kamu tidak bisa mengem- bangkan kebulatan tekad yang nyata untuk berlatih Dharma, itu disebab- kan karena kamu tidak benar-benar percaya pada prinsip sebab dan akibat. Siapa pun dengan sedikit keteguhan hati, bisa mengembangkan keberanian seperti saya, jika ia percaya sepenuh hati pada akibat dari perbuatannya. Kemudian ia akan mengembangkan pencapaian yang sama – dan orang- orang akan berpikir bahwa mereka juga adalah penjelmaan dari Vajradhara, atau dari suatu Buddha atau Bodhisattva."

Kepercayaannya pada sebab dan akibat sepenuhnya meyakinkan Jetsun Mila, bahwa setelah melakukan perbuatan yang merugikan di masa mudanya, ia akan terlahir di neraka. Oleh karena keyakinan tersebut, ia berlatih dengan kebulatan tekad, yang usaha dan penderitaannya sulit ditemukan dalam riwayat mana pun di India atau di Tibet. Maka, bangkitkan kepercayaan dari dalam lubuk hati anda di poin yang penting ini: prinsip sebab dan akibat. Selalu melakukan sebanyak mungkin perbuatan baik, tak peduli bagaimana kecilnya, dengan menggu- nakan ketiga metoda yang tertinggi. Berjanjilah pada diri anda untuk tidak pernah lagi melakukan perbuatan negatif yang paling kecil pun, sekalipun hidup anda menjadi taruhannya.

Ketika anda bangun di pagi hari, jangan langsung melompat dari tempat tidur seperti sapi atau domba dari kandangnya. Selagi anda masih di tempat tidur, istirahatkan pikiran anda. Arahkan ke dalam batin dan periksa dengan teliti. Jika anda sudah melakukan perbuatan negatif apa pun malam itu dalam mimpi anda, sesali dan akuilah. Pada sisi lain, jika anda sudah melakukan sesuatu yang positif, bergembiralah dan limpahkan pahala kebajikannya kepada semua makhluk. Bangkitkan bodhichitta dan berpikir demikian: "Hari ini aku akan melakukan apa pun yang baik yang dapat kulakukan dan menghindari kejahatan sedapat mungkin, sedemikian sehingga semua makhluk yang tanpa batas dapat mencapai kebuddhaan yang sempurna." Pada malam hari, ketika anda pergi tidur, jangan langsung menjatuh- kan diri ke dalam keadaan tidak sadar. Istirahatlah sebentar di tempat tidur dan periksaah diri anda dengan cara yang sama: "Jadi, bagaimana saya memanfaatkan hari ini? Apa saya telah melakukan sesuatu yang positif?" Jika anda sudah melakukan beberapa kebajikan, bergembiralah dan

161

limpahkan pahala kebajikannya agar semua makhluk dapat mencapai kebuddhaan. Jika anda telah melakukan sesuatu yang salah, anda seharus- nya berpikir, "Betapa mengerikan aku jadinya! Aku sedang menghancur- kan diriku sendiri!" Sesali dan berjanji tidak pernah melakukannya lagi. Dalam setiap saat, waspada dan sadarlah bahwa anda tidak melekat pada persepsi anda tentang alam semesta dan makhluk di dalamnya sebagai sesuatu yang padat dan riil. Ubahlah sikap mental anda dan pandanglah segala sesuatu sebagai permainan dari pemunculan yang khayal. Membuat pikiran anda luwes dengan selalu memeliharanya pada jalur yang jujur dan baik adalah tujuan yang sangat utama, seperti halnya hasil yang telah kita jelaskan, yakni empat renungan yang mengalihkan pikiran dari samsara.128 Dengan cara ini, semua perbuatan baik yang anda lakukan akan secara otomatis terhubung dengan ketiga metoda tertinggi. Sebagaimana dikatakan:

Seseorang yang berbuat kebajikan adalah seperti pohon obat; Semua yang percaya padanya akan mendapatkan manfaat. Seseorang yang melakukan kejahatan adalah seperti pohon beracun; Mereka yang percaya kepadanya akan binasa.

Jika anda memiliki sikap pandang yang benar dalam diri anda sendiri, anda akan mampu mengubah pikiran semua mereka yang berhubungan dengan anda ke arah Dharma yang sejati. Pahala yang besar untuk diri anda dan orang lain akan meningkat tanpa batas. Anda tidak pernah lagi akan terlahir di alam rendah, di mana masa depan anda menjadi buruk dan lebih buruk, tetapi akan selalu mempunyai kondisi-kondisi yang unik dari kehidupan dewa atau manusia. Bahkan orang-orang di daerah di mana anda tinggal akan selalu melakukan kebajikan, mempunyai pahala dan nasib baik, dan akan selalu dilindungi oleh para dewa.

Saya mengetahui semua detil tentang karma, tetapi tidak benar- benar mempercayainya; Saya sudah mendengar banyak tentang Dharma, tetapi tidak pernah melatihnya; Berkatilah saya dan orang yang selalu berbuat jahat seperti saya, Sehingga pikiran kami dapat berbaur dengan Dharma.

128 Sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah, Ketidak-kekalan kehidupan, Ketidak- sempurnaan dunia samsara, Perbuatan: prinsip sebab dan akibat. 162

BAB 5

Manfaat pembebasan

Dengan mengikuti banyak makhluk mulia .yang terpelajar dan yang memiliki pencapaian; Anda sudah berlatih dan memperoleh pengalaman atas instruksi para guru; Anda.menunjukkan jalan yang mulia dengan tepat kepada orang lain; Guru yang tiada bandingan, pada kakimu aku bersujud.

Apakah pembebasan itu? Itu adalah melepaskan diri dari samudra penderitaan yang disebut samsara ini, dan untuk mencapai tingkat Sravaka, Pratyekabuddha, atau kebuddhaan yang sempurna.

I. PENYEBAB YANG MEMBAWA KE ARAH PEMBEBASAN

Penyebab pencapaian pembebasan anda, pertama-tama adalah membuat pikiran anda diilhami dengan empat renungan yang mengalihkan pikiran dari samsara, mulai dengan sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah; dan yang kedua, menyelesaikan latihan mulai dari pengambilan perlindungan, yang mana merupakan dasar bagi semua jalur, sampai anda mecapai akhir latihan utama . Manfaat dari masing-masing latihan ini diterangkan dalam bab yang bersangkutan.

163

II. HASIL: TIGA TINGKAT PENCERAHAN

Apakah pencapaian anda adalah Sravaka, Pratyekabuddha atau ke- buddhaan yang sempurna, hasilnya adalah kedamaian dan ketenangan, bebas dari jalan berbahaya dari penderitaan samsara. Betapa menggem- birakan! Karena dari berbagai jalur, adalah Mahayana yang anda pilih, semua latihan – sepuluh perbuatan positif, empat kualitas tak terhingga, enam kesempurnaan transeden, empat konsentrasi, empat keadaan tanpa bentuk, dua macam meditasi 129 – harus dilakukan dengan kebuddhaan yang sempurna sebagai tujuan anda satu-satunya, dan dengan ketiga metoda yang tertinggi: membangkitkan bodhichitra sebagai persiapan, tetap bebas dari gagasan-gagasan selama meditasi yang dilakukan, dan ditutup dengan doa pelimpahan jasa.

129 Yaitu Samatha dan Vipassanā. Samatha adalah praktek Buddhis (bhavana) untuk menenangkan pikiran (citta) yang dilakukan dengan berlatih meditasi pemusatan pikiran, yang pada umumnya melalui kesadaran pada pernapasan. Vipassanā (Skt. vipaśyanā) adalah kebijaksanaan pengamatan yang mendalam atas sifat dasar yang sebenarnya dari realita. 164

BAB 6

Bagaimana cara mengikuti seorang guru

Tidak ada sutra, tantra atau sastra yang mengatakan bahwa seseorang pernah mencapai kebuddhaan yang sempurna tanpa berguru kepada seorang guru spiritual. Kita dapat melihat sendiri, bahwa tidak ada orang yang pernah mengembangkan semua pemenuhan tahapan dan jalan hanya dengan bersandar pada kemampuan dan usaha mereka sendiri. Semua makhluk, termasuk diri kita, adalah sangat pintar dalam mencari arah yang salah. Tetapi saat mengikuti jalan pembebasan dan kemahatahuan, kita begitu bingung bagaikan orang buta yang mengembara sendirian di tengah dataran yang sepi. Tak seorang pun dapat membawa pulang permata- permata dari pulau harta karun tanpa bersandar pada seorang nakhoda yang berpengalaman. Demikian juga, seorang teman spiritual adalah pemandu yang benar ke pembebasan dan kemahatahuan. Kita harus mengikutinya dengan rasa hormat. Hal ini dapat terpenuhi dalam tiga tahap: Pertama-tama dengan meneliti guru tersebut, kemudian mengikuti- nya, dan akhirnya dengan meneladani realisasi dan perbuatannya.

I. MENELITI GURU

Sebagian besar orang biasa seperti kita mudah dipengaruhi oleh orang- orang dan keadaan di sekitar kita. Itulah sebabnya mengapa kita perlu selalu mengikuti seorang teman spiritual. Dalam hutan kayu cendana di

165

pegunungan Malaya, manakala ada pohon biasa tumbang, secara perlahan- lahan kayunya diresapi oleh wewangian kayu cendana yang ada di sana. Setelah beberapa tahun, kayu biasa tersebut akan beraroma sama wangi seperti pohon cendana di sekitarnya. Persis dengan cara yang sama, jika anda tinggal dan belajar dengan seorang guru sempurna yang penuh dengan kualitas baik, maka anda akan diresapi oleh wangi kualitas tersebut dan segala yang anda lakukan akan menyerupainya.

Sama halnya dengan batang pohon biasa, Tergeletak di hutan pegunungan Malaya, Menyerap wangi kayu cendana dari cabang dan daun-daun yang lembab, Maka anda akan mirip dengan guru yang anda ikuti.

Karena zaman sudah merosot, sekarang ini sukar untuk menemukan seorang guru yang memiliki semua kualitas yang disebut dalam tantra yang berharga. Namun bagaimanapun, adalah suatu keharusan bahwa guru yang kita ikuti menguasai sedikitnya kualitas berikut: Ia harus murni, tidak pernah melanggar komitmen atau larangan mana pun yang berhubungan dengan ketiga jenis kaul – kaul eksternal Pratimoksa, kaul bagian dalam Bodhisattva, dan samaya Mantrayana Rahasia. Ia harus terpelajar dan tidak kekurangan pengetahuan tentang tantra, sutra dan sastra. Terhadap makhluk yang begitu luas, hatinya harus diliputi rasa belas kasih yang mencintai mereka seperti anak tunggalnya. Ia harus benar-benar berpengalaman dalam latihan – pada bagian luar tentang Tripitaka, dan pada bagian dalam empat bagian tantra. Ia seharusnya sudah mewujudkan semua kualitas yang luar biasa tentang pembebasan dan realisasi dalam dirinya dengan mengalami arti dari ajaran. Ia harus dermawan, bahasanya harus menyenangkan. Ia seharusnya mengajar masing-masing individu sesuai keperluan mereka dan harus bertindak sesuai dengan apa yang ia ajarkan. Empat jalan untuk menarik makhluk ini memungkinkannya untuk mengumpulkan murid-murid yang beruntung di sekitarnya.

Semua kualitas lengkap sesuai Dharma yang paling murni, Sulit untuk ditemukan dalam masa kemerosotan ini; Tetapi percayalah kepada guru yang taat pada tiga kaulnya; Yang terpelajar dan belas kasih; Trampil dalam praktek pitaka dan tantra yang maha luas;

166

Dan kaya dalam buah yang tak bernoda dari kebijaksanaan pembe- basan dan realisasi; Kecemerlangan bunga empat kualitas yang menarik, Akan membuat murid-murid yang beruntung mengerumuninya se- perti lebah.

Terutama sekali, kualitas seorang guru yang dapat dipercaya seseorang untuk menerima penjelasan tentang esensi yang mendalam dari sari instruksi Mantra Rahasia Vajrayana adalah sebagai berikut: Ia seharusnya telah menjadi matang oleh suatu rentetan inisiasi sebagaimana yang ditetapkan oleh tantra yang berharga, yang mengalir kepadanya melalui suatu garis silsilah yang tak terputus. Ia mestinya tidak melanggar samaya dan kaul yang telah ia janjikan saat menerima inisiasi. Dengan tidak banyak emosi negatif dan pikiran yang mengganggu, ia seharusnya tenang dan disiplin. Ia seharusnya telah menguasai keseluruhan arti dari dasar, jalur dan tantra hasil Mantra Rahasia Vajrayana. Ia seharusnya telah mencapai semua tanda sukses dalam pendekatan dan tahap pemenuhan dari tingkat latihan, misalnya melihat penampakan yidam. Setelah mengalami hakikat realita untuk dirinya sendiri, ia sendiri seharusnya terbebaskan. Kesejahteraan orang lain seharusnya menjadi perhatian satu- satunya, hatinya penuh dengan rasa belas kasih. Ia seharusnya memiliki sedikit keasyikan, karena ia menghentikan kemelekatan pada berbagai hal dari kehidupan duniawi. Dengan berkonsentrasi pada kehidupan masa depan, kegemarannya seharusnya hanya Dharma saja. Ia mestinya mendapatkan bahwa samsara sepenuhnya menjijikkan setelah melihatnya sebagai penderitaan, dan seharusnya mendorong orang lain untuk memiliki sikap yang sama. Ia harus trampil dalam mengawasi murid-muridnya dan menggunakan metoda yang sesuai untuk masing-masing mereka. Setelah memenuhi semua perintah gurunya, ia seharusnya memegang berkah dari garis silsilah. Sebagaimana dikatakan dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:

Guru luar biasa yang memberi sari instruksi, Telah menerima inisiasi, menjaga samaya, dan tenang; Telah menguasai arti dari landasan, jalur dan tantra hasil; Memiliki semua tanda pendekatan dan pemenuhan, dan bebas karena realisasi; Memiliki belas kasih yang tak terbatas dan hanya mempedulikan orang lain;

167

Hanya memiliki sedikit aktivitas dan secara keseluruhan mengasyik- kan diri dengan Dharma; Ahli dalam metoda dan memiliki berkah silsilah. Mengikuti guru seperti itu, maka pencapaian akan datang dengan segera.

Pada sisi lain, ada jenis guru tertentu yang perlu kita hindari. Karak- teristik mereka adalah sebagai berikut:

Guru yang seperti batu gerinda yang dibuat dari kayu. Guru-guru ini tidak memiliki sedikit pun kualitas yang timbul dari studi, perenungan dan meditasi. Dengan berpikir bahwa ia adalah putra atau kemenakan yang mulia dari seorang Lama, maka keturunan mereka mestinya seseorang yang lebih pandai dari pada siapa pun. Mereka mempertahankan kasta mereka seperti para Brahmana. Sekalipun mereka sudah belajar, mere- nung dan bermeditasi sedikit, mereka tidak melakukannya dengan niat yang murni demi kehidupan yang akan datang, tetapi untuk pertimbangan yang lebih bersifat keduniawian – seperti mempertahankan kedudukan mereka sebagai guru. Perihal pelatihan murid-murid, mereka juga akan cocok untuk memenuhi fungsi yang tepat mereka sebagai batu gerinda yang dibuat dari kayu. Guru seperti katak dalam tempurung. Guru jenis ini kekurangan kualitas khusus yang membedakan mereka dari orang biasa. Tetapi orang lain memujanya berdasarkan keyakinan yang buta, dengan tanpa meneliti mereka sama sekali. Terbuai oleh kebanggaan akan keuntungan dan kehormatan yang mereka terima, mereka dengan sendirinya sangat tidak peduli pada kualitas yang benar para guru yang besar. Mereka seperti katak dalam tempurung. Konon, suatu hari seekor katak tua yang selalu tinggal di kolam dikun- jungi oleh katak lain yang tinggal di pantai samudra. "Darimana anda?" tanya katak yang tinggal di kolam. "Aku datang dari samudra," jawab pengunjung tersebut. "Seberapa besar samudra anda?" tanya katak kolam. "Wah, sangat besar," jawab katak tersebut. "Sekitar seperempat ukuran dari kolam saya?" tanyanya. "O, lebih besar dari itu!" seru katak dari samudra. "Kalau begitu, separuh ukurannya?" "Bukan, lebih besar lagi!" "Jadi, – sama ukuran dengan kolam?"

168

"Tidak, tidak! Jauh lebih besar lagi!" "Itu mustahil!" kata katak yang tinggal di kolam. "Aku harus lihat sendiri" Kedua katak berangkat bersama-sama, dan konon ketika katak yang tinggal di kolam melihat samudra, ia menjadi pingsan, kepala pecah, dan ia meninggal. Pemandu gila. Ini adalah guru yang memiliki sedikit pengetahuan, tidak pernah berusaha untuk mengikuti guru terpelajar dan berlatih sutra dan tantra. Emosi negatifnya yang kuat dengan kewaspadaan dan kesadar- an yang lemah membuat mereka lalai dalam kaul dan samaya. Meski lebih rendah dari makhluk yang biasa, mereka meniru siddha dan bertingkah laku seolah-olah perbuatan mereka lebih tinggi dari pada langit. Dengan luapan kemarahan dan kecemburuan, mereka memutuskan tali pertolongan rasa sayang dan belas kasih. Teman spiritual seperti itu disebut pemandu gila, dan menuntun orang-orang yang mengikutinya ke jalan yang salah. Pemandu buta. Khususnya, seorang guru yang kualitasnya sama sekali tidak melebihi diri anda dan yang kurang rasa sayang dan belas kasih bodhichitta, tidak pernah akan bisa menyadarkan anda akan apa yang sebaiknya dan yang tidak boleh anda lakukan. Guru seperti ini disebut pemandu yang buta.

Harta Karun Pahala Kebajikan berkata:

Seperti para brahmana, beberapa di antaranya mempertahankan kasta mereka, Atau dalam kekuatiran akan kelangsungan tanah pinjaman mereka, Merendam diri dalam studi dan renungan palsu, Pemandu seperti itu bagaikan batu gerinda yang dibuat dari kayu.

Ada juga orang, walaupun tidak berbeda dari rakyat biasa, Secara membabi buta didukung oleh keyakinan bodoh masyarakat; Terbuai oleh keuntungan, persembahan dan kehormatan, Teman-teman seperti itu bagaikan katak di dalam tempurung.

Ada juga yang hanya memiliki sedikit pengetahuan dan melalaikan samaya dan kaul mereka; Pikiran mereka begitu rendah, namun tingkah lakunya setinggi langit; Mereka sudah memutuskan tali pertolongan rasa sayang dan belas kasih –

169

Pemandu gila seperti ini hanya akan menyebarkan lebih banyak kejahatan dan malapetaka.

Terutama sekali, mengikuti seseorang yang tidak lebih baik dari anda sendiri, Yang tidak memiliki bodhichitta, hanya tertarik oleh ketenaran, Merupakan suatu kekeliruan yang sangat besar; dan dengan gadung- an seperti itu Sebagai pemandu anda yang buta, anda akan mengembara lebih dalam ke dalam kegelapan.

Guru Agung dari Uddiyana memperingatkan:

Tidak meneliti guru, Adalah seperti meminum racun; Tidak meneliti murid, Seperti melompat dari suatu tebing curam.

Anda menempatkan kepercayaan anda pada guru spiritual anda demi kehidupan masa depan anda. Adalah ia yang akan mengajar anda harus berbuat apa dan tidak melakukan apa. Bersandar pada teman spiritual palsu dengan tanpa menelitinya dengan saksama adalah memboroskan pahala kebajikan yang telah anda kumpulkan selama seluruh kehidupan anda, dan membuang nasib baik memperoleh kebebasan dan berkah kehidupan manusia. Ini merupakan suatu kekeliruan yang fatal, sama seperti mendekati seekor ular berbisa yang bergulung di bawah sebatang pohon, dengan berpikir bahwa itu hanyalah bayang-bayang yang sejuk dari pohon tersebut.

Dikatakan dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:

Dengan tidak meneliti seorang guru dengan saksama, Orang beriman menyia-nyiakan pahala yang dikumpulkan mereka; Seperti mengira ular yang ganas sebagai bayang-bayang pohon, Tertipu seperti itu, mereka kehilangan kesempatan meraih kebebasan.

Setelah meneliti dengan hati-hati dan membuat suatu penilaian yang dapat dipercaya, jika anda menemukan bahwa guru tersebut memiliki semua kualitas yang positif tersebut di atas, anda seharusnya tidak pernah

170

berhenti untuk menganggapnya sebagai Buddha yang sesungguhnya. Guru ini yang memiliki semua atribut lengkap adalah perwujudan belas kasih kebijaksanaan dari semua Buddha dari sepuluh penjuru, muncul dalam wujud seorang manusia biasa hanya untuk memberi manfaat bagi makhluk hidup. Sebagaimana dikatakan dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:

Guru dengan kualitas lengkap yang tanpa batas, Adalah kebijaksanaan dan belas kasih dari semua Buddha; Muncul dalam bentuk manusia demi semua makhluk hidup, Ia adalah sumber yang tiada bandingannya dari semua pencapaian.

Guru yang benar seperti itu dapat dengan mahir menuntun orang-orang biasa yang memerlukan bantuannya. Perbuatan sehari-harinya sesuai dengan orang-orang biasa. Tetapi pada kenyataannya, pikiran kebijaksa- naannya adalah pikiran seorang Buddha, sehingga ia sepenuhnya berbeda dari semua orang. Setiap perbuatannya hanyalah aktivitas seorang yang sudah tercerahkan yang disesuaikan dengan sifat pikiran orang yang dibantunya. Dengan demikian ia unik dan mulia. Trampil dalam menghi- langkan keraguan, ia dengan sabar memikul semua rasa tidak berterima kasih dan rasa kecil hati yang ditimbulkan oleh murid-muridnya, seperti seorang ibu terhadap anak tunggalnya. Dikatakan dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:

Dari sudut pandang pengertian biasa, perbuatannya tak berbeda dengan kita semua; Dari sudut pandang makna definitif, ia beda sepenuhnya dengan kita semua; Realisasinya membuat ia paling mulia di antara kita semua; Dengan ketrampilannya, dengan sabar ia menanggung segala rasa kecil hati, serta menghilangkan keraguan kita.

Seorang guru dengan semua kualitas seperti ini adalah bagaikan suatu kapal dengan mana kita menyeberangi samudra samsara yang maha luas. Bagaikan seorang nakhoda, ia dengan tak kunjung habisnya memetakan rute ke pembebasan dan kemahatahuan kepada kita. Bagaikan cucuran nektar, ia memadamkan kobaran api perbuatan dan emosi negatif. Ba- gaikan matahari dan bulan, ia menyebar terang Dharma dan membubar- kan kegelapan pekat ketidak-tahuan. Bagaikan bumi, ia dengan sabar

171

menanggung semua rasa tidak berterima kasih dan berkecil hati, dan yang mencakup dalam pikirannya yang luas akan pandangan dan perbuatannya. Bagaikan pohon pengabul harapan, ia adalah sumber pertolongan dalam kehidupan ini dan semua kebahagiaan kehidupan berikutnya. Bagaikan jambangan yang sempurna, ia adalah harta karun dari semua variasi yang tak terbayangkan dari kendaraan-kendaraan dan doktrin yang diperlukan seseorang. Bagaikan permata pengabul harapan, ia membentang aspek yang tak terbatas dari empat aktivitas130 sesuai dengan kebutuhan makhluk hidup. Bagaikan seorang ibu atau ayah, ia mencintai setiap makhluk hidup yang tak terhitung banyaknya dengan cinta kasih yang sama, tanpa kemelekatan pada orang yang dekat dengannya dan kebencian pada yang lain. Bagaikan sungai yang besar, rasa belas kasihnya sangat luas sehingga meliputi semua makhluk tanpa batas seperti ruang angkasa dan begitu cepat, sehingga ia dapat membantu siapa saja yang sedang menderita dan tanpa pelindung. Bagaikan raja gunung, kegembiraannya pada kebahagiaan orang lain begitu kokoh sehingga tidak bisa digeser oleh kecemburuan, atau diguncang oleh tidak mantapnya kepercayaan terhadap realitas dari hal-hal yang tampak. Seperti hujan yang turun dari awan, kenetralannya tidak pernah dipengaruhi oleh kemelekatan atau kebencian. Harta Karun Pahala Kebajikan mengatakan:

Ia adalah kapal besar yang membawa kita ke seberang lautan samsara, nakhoda yang tak pernah gagal dalam jalan mulia; Hujan nektar yang memuaskan rasa haus neraka emosi dan perbuatan; Matahari dan bulan yang mengusir kegelapan ketidak-tahuan.

Ia adalah bumi yang sangat sabar; Pohon pengabul harapan, sumber pertolongan dan kebahagiaan; Jambangan sempurna yang berisi harta karun Dharma; Ia menyediakan semuanya, lebih dari suatu permata pengabul harap- an.

Ia adalah seorang ayah dan ibu, dengan kasih sayang yang sama;

130 Empat aktivitas: 1. Penghentian: Menghilangkan penyakit sendiri atau orang lain, setan, kejahatan dan pelanggaran lainnya; 2. Peningkatan: Meningkatkan reputasi, kekayaan, status, kebijaksanaan, dll.; 3. Pengayoman: Mendapatkan kepercayaan diri, lalu mengayomi semua orang dan bukan manusia; 4. Penghancuran: dengan kekuatan belaskasih tanpa keegoisan, lewat yidam berwujud murka mengusir makhluk jahat atau memindahkannya ke alam suci. 172

Belas kasihnya luas dan cepat bagaikan sungai yang besar; Kegembiraannya tak berubah seperti raja pegunungan; Kenetralannya tidak bisa dipengaruhi, seperti hujan dari awan.

Guru seperti itu setara dengan semua Buddha dalam belas kasih dan berkahnya. Mereka yang membuat suatu hubungan yang positif de- ngannya akan mencapai kebuddhaan dalam satu kehidupan. Bahkan mereka yang membuat hubungan yang negatif dengannya pun akhirnya akan dituntun keluar dari samsara.

Guru seperti itu sama dengan semua Buddha; Bahkan mereka yang mencelakakannya pun akan dibawa ke alur kebahagiaan; Mereka yang mempercayakan diri kepadanya dengan keyakinan yang tulus, Akan ditebari dengan karunia dan pembebasan.

II. MENGIKUTI GURU

Anda yang terhormat, anda perlu mengandaikan anda sebagai seseorang yang sedang sakit ….

Demikianlah permulaan dari rangkaian kiasan dalam Avatamsaka Sutra. Orang-orang yang sakit menempatkan diri mereka di bawah perawatan seorang dokter yang trampil. Wisatawan pada jalan yang berbahaya mempercayakan diri mereka pada pengawal yang berani. Orang-orang yang takut akan musuh, perampok atau binatang buas mengandalkan teman untuk perlindungan. Pedagang-pedagang yang menuju ke negeri seberang samudra mempercayakan diri mereka kepada seorang nakhoda. Pelancong yang menggunakan perahu untuk menyeberang sungai mempercayakan diri mereka kepada tukang dayung. Dengan cara yang sama, untuk melindungi diri kita dari kematian, kelahiran kembali dan emosi negatif, kita harus mengikuti seorang guru, seorang teman spiritual. Harta Karun Pahala Kebajikan mengatakan:

Seperti orang sakit bersandar pada dokternya, Wisatawan pada pengawalnya, Orang yang takut kepada rekannya,

173

Para pedagang pada nakhoda mereka, Dan para penumpang perahu pada tukang dayung mereka. Jika kelahiran, kematian dan emosi negatif adalah musuh yang anda takuti, Percayakan diri anda pada seorang guru.

Seorang murid yang diperisai dengan tekad kemauan untuk tidak pernah menjengkelkan gurunya, meski dengan mengorbankan hidupnya, dengan pikiran yang cukup stabil, tidak tergoyahkan oleh keadaan ling- kungan, yang melayani gurunya tanpa memperhatikan kesehatan atau keselamatan dirinya sendiri, dan mematuhi setiap perintah dengan bekerja sekuat tenaga – orang seperti itu akan terbebaskan dengan hanya melalui rasa baktinya terhadap guru tersebut itu saja.

Mereka yang diperisai dan alasan yang kokoh; Melayani guru dengan mengabaikan kesehatan atau hidupnya; Mematuhi perintahnya dan bekerja sekuat tenaga; Akan terbebaskan oleh kekuatan devosi itu saja.

Untuk mengikuti guru, anda perlu memiliki keyakinan yang dalam terhadapnya, sehingga anda merasa dia adalah seorang Buddha yang nyata. Anda perlu memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan terhadap ajaran, sehingga anda dapat mengenali kebijaksanaan yang mendasari perbuatan- nya yang trampil, dan menyerap apa pun juga yang ia ajarkan. Anda perlu memiliki rasa belas kasih yang mendalam terhadap semua mereka yang sedang menderita dengan tidak ada satu orang pun yang melindunginya. Anda perlu menghormati janji dan samaya yang telah disuruh guru anda untuk menjaganya, dan harus tenang dan terkendali dalam semua perbuatan, kata-kata dan pikiran anda. Pandangan anda haruslah cukup luas sehingga anda dapat menerima apa pun juga yang mungkin guru dan teman spiritual lakukan. Anda harus sangat dermawan, sehingga anda bersedia memberi guru apa pun juga yang anda miliki. Persepsi anda akan segala sesuatu harus murni, tidak tercemar dan selalu suka mengeritik. Anda harus merasa malu melakukan perbuatan yang salah, karena takut akan tidak menyenangkannya.

Memiliki keyakinan, kebijaksanaan, pengetahuan dan belas kasih yang dalam;

174

Menghormati janji dan samaya; mengendalikan tubuh, ucapan dan pikiran; Dermawan dan lapang dada; Memiliki pandangan yang murni dan rasa malu.

Avatamsaka Sutra dan teks lain juga menunjukkan bahwa ketika mengikuti seorang guru, kita harus seperti seekor kuda yang sempurna, selalu bertindak menurut keinginan guru dalam setiap situasi, dengan trampil menghindari semua perbuatan yang akan menjengkelkannya, dan tidak pernah menjadi kecewa atau marah bahkan ketika ia menegur kita. Seperti perahu, kita jangan pernah merasa lelah pulang dan pergi mengambil pesan atau melakukan layanan lain untuknya. Bagaikan jembatan, tidak ada yang tidak dapat kita tahan, bagaimanapun enak atau tidaknya pekerjaan yang ditugaskan. Seperti landasan tukang besi, kita harus menahan panas, dingin dan semua kesulitan. Seperti seorang pelayan, kita perlu mematuhi setiap perintah. Seperti tukang sapu, kita harus tidak pernah sombong, tetapi selalu mengambil posisi yang paling rendah. Seperti banteng dengan tanduk yang patah, kita perlu meninggalkan keangkuhan dan menghormati semua orang.

Trampil dengan tidak pernah menjengkelkan guru; Dan tidak pernah marah akan tegurannya, seperti seekor kuda sem- purna; Tidak pernah bosan datang dan pergi seperti perahu; Menanggung apa pun juga, baik atau buruk, seperti jembatan; Menahan panas dan dingin, seperti besi landasan; Mematuhi setiap perintah, seperti seorang pelayan; Menyingkirkan semua kebanggaan, seperti tukang sapu; Dan bebaskan diri dari keangkuhan, seperti banteng dengan tanduk yang patah; Inilah yang dikatakan dalam pitaka, bagaimana cara mengikuti seorang guru.

Ada tiga jalan untuk menyenangkan guru dan melayaninya. Cara yang paling baik adalah mempersembahkan latihan dengan tidak mengindah- kan semua kesukaran menerapkan apa pun yang ia ajarkan dalam latihan dengan rasa yakin. Cara yang menengah adalah melayani dengan badan dan ucapan, melayani dan melakukan apa pun yang ia tugaskan secara fisik, ucapan atau pikiran. Cara yang paling rendah adalah dengan

175

persembahan sesuatu, yang berarti menyenangkan guru dengan memberinya barang-barang material, makanan, uang dan sebagainya.

Memberikan kekayaan yang anda miliki kepada guru; Menghormati dan melayaninya dengan badan dan ucapan; Tiada satu pun perbuatan ini akan sia-sia; Tetapi dari ketiga cara untuk menyenangkannya, latihan adalah yang terbaik.

Betapapun tidak dapat anda pahami cara guru anda bertindak, selalulah memelihara persepsi yang murni, dan mengenali cara melakukan berbagai hal sebagai metoda yang trampil. Pandita Naropa yang agung sudah sangat terpelajar dan memiliki pencapaian yang tinggi. Tetapi yidamnya memberitahu kepadanya bahwa guru dari kehidupan sebelumnya adalah Tilopa yang agung, dan untuk menemukannya, ia perlu pergi ke India Timur. Naropa berangkat dengan seketika, tetapi ketika tiba di timur, ia tidak tahu ke mana untuk menemukan Tilopa. Ia bertanya kepada penduduk setempat, tetapi mereka tidak mengenal siapa Tilopa. "Apakah tidak ada orang di daerah ini yang bernama Tilopa?" ia ber- tanya dengan tegas. "Ada seseorang yang dipanggil Tilopa orang kasta buangan, atau Tilopa si Pengemis." Naropa berpikir, "Perbuatan siddha adalah tidak mudah dimengerti. Boleh jadi itu adalah dia." Ia bertanya di mana Tilopa si Pengemis tinggal. "Di dinding yang rusak itu di sana, di mana asap sedang mengepul itu," jawab mereka. Ketika ia sampai ke tempat yang ditunjuk, ia menemukan Tilopa duduk di depan suatu keranjang ikan. Ada beberapa ekor yang masih hidup dan ada yang sudah mati. Tilopa mengambil seekor ikan. Lalu dipanggangnya di atas api dan menaruhnya ke dalam mulutnya, dan menjentikkan jarinya. Naropa bersujud di depannya dan memohon Tilopa untuk menerimanya sebagai murid. "Kamu lagi bilang apa?" Tilopa berkata. "Aku hanyalah pengemis" Tetapi Naropa memohon dengan sangat, maka Tilopa menerima dia. Tilopa tidaklah membunuh ikan itu hanya karena ia lapar dan tidak bisa menemukan sesuatu untuk dimakan. Ikan adalah makhluk yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan harus berbuat apa dan tidak berbuat apa dengan banyak perbuatan yang negatif. Tilopa memiliki kekuatan untuk

176

membebaskan mereka. Dengan memakan daging mereka, ia membuat suatu hubungan dengan kesadaran mereka, yang kemudian dipindahkan ke alam Buddha yang murni. Demikian juga, Saraha hidup sebagai tukang panah, Savaripa sebagai pemburu, dan kebanyakan siddha India yang hebat lainnya juga menjalani cara hidup yang sangat rendah, bahkan sering sebagai orang kasta buangan. Oleh sebab itu adalah penting tidak menafsir perbuatan apa pun dari guru anda secara salah. Latihlah agar anda selalu memiliki persepsi yang murni.

Jangan salah menafsir bagaimana ia bertindak; Kebanyakan siddha India hidup Sebagai penjahat, orang kasta buangan, Malah lebih rendah dibanding yang paling rendah.

Orang-orang yang mengabaikan hal ini, yang terus menerus salah menafsir dan mengkritik apa yang dilakukan guru mereka, konon akan mendapatkan kesalahan Hyang Buddha jika mereka tinggal cukup lama dengan-Nya. Bhiksu Sunaksatra adalah saudara Buddha. Ia melayani Buddha selama duapuluh empat tahun dan dapat menghafal semua duabelas kategori ajaran pitaka. Tetapi ia melihat segala yang Buddha lakukan adalah salah, dan akhirnya sampai pada kesimpulan yang salah, di mana selain aura selebar enam kaki, tidak ada perbedaan antara Buddha dengan dirinya.

Selain cahaya di sekitar badanmu yang enam kaki lebarnya; Dalam duapuluh empat tahun melayani anda, tidak pernah saya lihat Bahkan sebesar biji wijen pun kualitas khusus anda; Tentang Dharma, aku mengetahui sebanyak yang anda ketahui – dan saya tidak akan jadi pelayanmu lagi!

Sesudah berkata demikian, maka ia pun pergi. Setelah itu, Ananda menjadi pelayan pribadi Buddha. Ia bertanya kepada Buddha di mana Sunaksatra akan terlahirkan kembali. "Dalam waktu satu minggu," jawab Buddha, "hidup Sunaksatra akan berakhir dan ia akan terlahir kembali sebagai preta di taman bunga" Ananda pergi mengunjungi Sunaksatra dan menceritakan kepadanya apa yang Buddha katakan. Sunaksatra berpikir. "Kadang-kadang, kebo- hongan-Nya bisa sungguh-sungguh terjadi. Maka selama tujuh hari saya

177

sebaiknya sangat berhati-hati. Pada akhir minggu, saya akan membuat dia menarik kembali ucapannya." Ia melewati minggu itu dengan berpuasa. Namun, pada pagi hari yang ketujuh, kerongkongannya terasa sangat kering, maka ia minum sedikit air. Tetapi ia tidak bisa mencerna air tersebut dengan baik, dan ia meninggal. Ia terlahir kembali di taman bunga sebagai preta dengan sembilan macam penampilan buruk.

Kapan saja anda melihat kesalahan apa pun dari guru yang mulia, kamu seharusnya merasa sangat malu. Hal itu mencerminkan pandangan mental anda yang tidak murni. Semua perbuatannya adalah selalu tepat dan sempurna. Perkuat persepsi murni anda terhadapnya dan tingkatkan keya- kinan anda.

Tanpa menguasai persepsi anda, Mencari kesalahan pihak lain adalah suatu kesalahan yang tak terkira. Walaupun ia dapat menghafal dua belas macam ajaran, Bhiksu Sunaksatra, biarawan yang dikuasai oleh niat jahat, Melihat perbuatan Hyang Buddha sebagai kesalahan. Pikirkan hal ini secara saksama dan kuasai diri anda.

Ketika guru sepertinya sangat marah kepada anda, janganlah marah. Sebagai gantinya, ingatkan diri anda bahwa ia telah mendapatkan beberapa kesalahan anda dan melihat bahwa ini adalah waktu untuk mengkoreksi- nya dengan ledakan seperti itu. Ketika kemarahannya telah reda, pergilah kepadanya, dan akui kesalahanmu dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Dikatakan dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:

Jika guru anda tampak marah, ini menyimpulkan bahwa ia telah melihat Suatu kesalahan anda yang sudah saatnya dikoreksi dengan teguran- nya; Akui dan berjanji tidak pernah mengulanginya lagi. Begitulah anda hendaknya bijaksana; Dan tidak jatuh di bawah kuasa Mara.

Di hadapan guru, berdirilah kapan saja ia berdiri sebagai ganti hanya tetap duduk. Ketika ia duduk, tanyakan kesehatannya. Tanyakan diri anda

178

apakah ada sesuatu yang diperlukan dan periksa dari waktu ke waktu sedemikian sehingga anda dapat membawa apa pun yang ia perlukan. Ketika berjalan dengannya sebagai pengawalnya, hindari berjalan di depannya. Hal itu berarti membalikkan punggung anda padanya. Namun, jangan berjalan di belakangnya, sebab anda akan menginjak jejak kakinya. Tidak juga anda boleh berjalan disebelah kanannya, karena tempat tersebut dianggap sebagai tempat kehormatan. Sebagai gantinya, tetap berjalan dengan hormat di sebelah kiri dan agak di belakang. Seandainya jalan tidak rata, tidak ada salahnya untuk minta ijin kepadanya untuk berjalan di depan. Jangan menginjak alas duduknya atau menggunakan bantalnya. Jangan mengetuk pintu kamar guru dengan kasar atau membantingnya dengan keras, tetapi lakukan dengan perlahan. Hindari semua kata-kata yang sombong atau ketidakpuasan pada saat kehadirannya. Begitu juga, hindari berdusta, mengatakan sesuatu dengan tanpa dipertimbangkan sebelumnya, atau mengatakan kata-kata yang tidak tulus, tertawa dan bercanda, bertingkah bodoh, dan mengobrol tentang sesuatu yang tidak perlu atau tidak ada hubungannya. Belajarlah untuk bertindak dengan cara yang baik, memperlakukannya dengan rasa hormat dan perasaan kagum, dan tidak pernah dengan asal-asalan.

Jangan tinggal duduk ketika guru berdiri; Ketika ia duduk, bawakan semua yang ia perlukan dengan khidmat; Jangan berjalan di depan, di belakang maupun pada sisi kanan; Tidak menghormati bantal atau tempat duduknya akan merusak pahala anda; Jangan membanting pintu; jangan bersikap sombong atau cemberut; Hindari berdusta, tertawa, mengobrol; Layani dia dengan badan, ucapan, dan pikiran dengan sabar.

Jika ada orang yang mengkritik atau membenci guru anda, jangan perlakukan mereka sebagai teman anda. Jika anda sanggup mengubah sikap siapa saja yang tidak memiliki keyakinan terhadapnya atau yang meremehkannya, anda perlu melakukannya. Tetapi jika hal itu tidak mungkin, hindarilah terlalu terbuka dan membuat percakapan yang akrab dengan orang-orang seperti itu.

Jangan perlakukan mereka yang mengeritik atau membenci guru anda sebagai teman;

179

Ubahlah pikiran mereka jika anda bisa. Jika anda berbicara secara terbuka dengan mereka, pengaruh yang kuat Dari tindakan mereka yang salah akan merusak samaya anda.

Berapa pun banyaknya waktu yang harus anda habiskan dengan rom- bongan pengiring guru anda atau dengan saudara-saudara vajra anda, janganlah merasa lelah atau terganggu oleh mereka, tetaplah ramah seperti sabuk yang nyaman. Korbankan kepentingan sendiri dan bergabunglah dalam pekerjaan apa pun, bercampur dengan mudah bagaikan garam dalam makanan. Ketika orang-orang berbicara dengan kasar kepada anda atau mau bertengkar dengan anda, atau ketika tanggung-jawab yang harus anda pikul terlalu besar, bersiaplah untuk menahan apa pun, seperti tiang penyangga.

Waktu bersama saudara vajra dan pelayan guru, Bertindaklah seperti sabuk, jadilah teman yang baik; Bagaikan garam, mudah dicampurkan; Dan seperti tiang penyangga yang tak kenal lelah menahan beban.

III. MENELADANI REALISASI DAN PERBUATAN GURU

Ketika anda sudah berpengalaman dalam cara mengikuti guru anda, anda harus seperti seekor angsa yang meluncur dengan lembut di atas danau yang tak tercemar, bergembira dalam air tanpa membuatnya menjadi keruh. Atau seekor lebah di taman bunga, mengambil madu tanpa merusak warna dan wangi mereka. Anda hendaknya tidak merasa letih melakukan apa pun juga yang diperintahkannya. Dengan cepat mengerti dan melalui keyakinan dan ketabahan anda, anda jadikan diri anda diisi dengan kualitas pengetahuan, renungan dan meditasinya, seperti isi sebuah bejana sempurna yang dituangkan ke dalam bejana lain.

Seperti seekor angsa yang berenang pada danau yang sempurna, Atau lebah yang mengecap madu bunga, Tidak pernah merasa jemu bersama guru, Tetapi diilhami, dan selalu mau mengikuti kemauannya; Melalui devosi seperti itu, anda akan mengalami semua kualitasnya.

180

Kapan saja guru yang mulia menghimpun pahala dan kebijaksanaan yang besar melalui aktivitas Bodhisattvanya, keikut-sertaan anda dengan persembahan barang yang sedikit saja, atau usaha dari badan atau ucapan, atau bahkan hanya mempersembahkan kegembiraan anda akan hal yang dilakukannya, akan membawakan anda pahala sebanyak yang terpancar dari niat agungnya sendiri. Sebagai contoh, suatu ketika ada dua orang bepergian ke Lhasa. Satu- satunya makanan yang dimiliki salah satu dari mereka adalah segenggam tsampa berwarna coklat yang terbuat dari kacang. Ia memberinya kepada temannya, yang mencampurnya dengan persediaannya yang berlimpah dari tsampa gandum putih. Beberapa hari kemudian, pelancong yang lebih kaya berkata kepada teman seperjalanannya tersebut, "Tsampa-mu mungkin sudah habis sekarang." "Mari kita lihat," kata orang tersebut. Lalu mereka melakukannya, dan ternyata masih ada tsampa kacang yang tersisa. Walaupun mereka mengecek beberapa kali, tsampa kacang tidak pernah habis, sedemikian sehingga pada akhirnya mereka harus berbagi semua tsampa bersama. Demikian juga, dengan hanya memberikan suatu kontribusi material yang kecil ke dalam perbuatan positif orang lain, atau dengan mengambil bagian secara fisik atau secara lisan, anda dapat memperoleh pahala kebajikan sebanyak yang mereka peroleh. Khususnya, melayani keperluan guru sehari-hari, membawakan pesan untuknya atau bahkan hanya menyapu ruangannya merupakan suatu cara yang manjur untuk menghim- pun pahala kebajikan. Oleh sebab itu cobalah melakukan hal-hal seperti itu sebanyak mungkin.

Semua perbuatan sejalan dengan tujuan seorang guru yang suci, Dengan sungguh-sungguh ikut serta dalam aktivitas bodhichitta, Dan mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan, semua usaha Untuk melayaninya, membawakan pesan atau hanya menyapu lantai, Akan membuahkan hasil. Ini adalah cara yang paling baik untuk menghimpun pahala.

Dari semua sumber perlindungan yang tertinggi atau kesempatan untuk mengumpulkan pahala, tidak ada yang melebihi guru. Terutama ketika ia sedang memberi suatu inisiasi atau ajaran, belas kasih dan berkah semua Buddha dan Bodhisattva dari sepuluh penjuru mengalir masuk ke dalam dirinya. Ia menjadi tak terpisahkan dengan semua Buddha. Oleh karena

181

itu, pada waktu seperti itu, bahkan memberikan sesuap makanan saja akan lebih berharga dibanding ratusan atau ribuan persembahan pada waktu lain. Pada tahap pengadaan dalam latihan deity, banyak bentuk yang berbeda dari deity tertentu kepada siapa kita bermeditasi. Namun sifat dasar dari semua deity tersebut tidak lain adalah guru akar anda. Jika anda mengetahui hal tersebut, maka berkah akan datang dengan cepat. Semua cara berkembangnya kebijaksanaan pada tahap kesempurnaan, hanya tergantung pada kekuatan devosi anda terhadap guru anda. Hanya dengan menggabungkan keyakinan dan berkah dari guru saja, maka kebijaksanaan realisasi guru bisa timbul di dalam diri anda sendiri. Inti sari dari apa yang harus direalisasi dalam semua tahap latihan, termasuk dalam tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, dengan demikian adalah terkandung dalam diri guru. Itulah sebabnya mengapa sutra dan tantra menggambar- kan guru sebagai seorang Buddha.

Mengapa ia merupakan tempat perlindungan dan ladang pahala? Sebab yoga bagian dalam dan luar dari pencapaian seorang guru Berisi inti sari dari apa yang diharapkan untuk direalisasi melalui tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan. Itulah sebabnya mengapa semua sutra dan tantra mengatakan bahwa guru adalah Buddha sendiri.

Walaupun pikiran kebijaksanaan dari seorang guru yang mulia tidak dapat dipisahkan dari semua Buddha, dalam rangka memandu murid- muridnya yang tidak murni seperti kita, ia menampakkan diri dalam bentuk manusia biasa. Maka, selagi kita dapat bersamanya, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan apa pun yang ia katakan, guna mempersatukan pikiran kita dengannya melalui ketiga macam layanan tersebut. Ada orang tidak melayani, menghormati dan mematuhi guru mereka selagi gurunya masih hidup, namun sesudah gurunya meninggal, ia menyatakan bahwa ia bermeditasi pada gambarnya. Yang lain lagi mengaku terserap dalam perenungan dari keadaan alami dan mencari bermacam-macam keadaan mendalam di berbagai tempat, sebagai ganti berdoa dengan rasa bakti sehingga mereka dapat menerima kualitas dari kebebasan dan perwujudan kebijaksanaan guru dalam diri mereka. Ini disebut sebagai "berlatih berlawanan dengan latihan." Pertemuan dan tuntunan guru dalam masa bardo hanya dapat berlangsung karena suatu koneksi yang telah diciptakan oleh rasa bakti

182

yang tak terbatas dari kita sendiri dan kekuatan doa dan belas kasih guru. Meskipun guru tidak datang secara fisik, namun jika anda kurang rasa bakti, bagaimanapun sempurnanya seorang guru, ia tidak akan muncul untuk menuntun anda dalam masa bardo.

Kebanyakan orang bodoh merenung pada potretnya, Tetapi tidak menghormatinya selagi ia ada; Mereka mengaku bermeditasi dalam keadaan alami, tetapi tidak mengetahui pikiran guru; Betapa menderita berlatih berlawanan dengan latihan! Tanpa rasa bakti, adalah sulit untuk bertemu dengan guru di alam bardo!

Pada dasarnya, anda perlu memeriksa guru dengan hati-hati. Ini berarti bahwa sebelum terikat dengannya melalui inisiasi dan ajaran, anda perlu menelitinya dengan hati-hati. Jika anda menemukan bahwa ia mempunyai semua karakteristik seorang guru, ikutilah dia. Jika ada beberapa di antaranya yang kurang, jangan ikuti dia. Tetapi, mulai anda mengikutinya, belajarlah untuk memiliki keyakinan padanya dan lihatlah dia dengan persepsi yang murni, hanya memikirkan kebaikannya dan memandang apa pun yang ia kerjakan sebagai hal yang positif. Mencari kekurangannya hanya akan membawakan anda hal-hal buruk yang tidak dapat dibayang- kan. Untuk meneliti guru, pada umumnya berarti memeriksa apakah ia memiliki semua kualitas yang diuraikan dalam sutra dan tantra. Khusus- nya, yang mutlak diperlukan adalah bahwa ia perlu memiliki bodhichitta, pikiran pencerahan. Oleh sebab itu meneliti seorang guru bisa diringkas ke dalam hanya satu pertanyaan: apakah ia memiliki atau apakah ia tidak memiliki bodhichitta. Jika ia memilikinya, ia akan melakukan apa pun juga yang terbaik untuk para muridnya di kehidupan ini dan dalam kehidupan yang akan datang, dan mengikutinya tidak bisa lain dari pada menguntungkan. Dharma yang diajar oleh guru seperti itu ada hubungan dengan Kendaraan Agung, dan hanya akan menuntun anda ke jalur yang otentik. Pada sisi lain, seorang guru yang kekurangan bodhichitta masih mempunyai keinginan yang egois, dan dengan demikian tidak bisa mengubah sikap para muridnya dengan baik. Dharma yang diajarkan, bagaimanapun mengagumkan dan dalam tampaknya, hanya akan bermanfaat untuk hal-hal biasa dari kehidupan sehari-hari.

183

Oleh karena itu pertanyaan yang satu ini meringkas semua poin yang lain untuk diteliti pada seorang guru. Jika hati guru berisi bodhichitta, ikuti dia, sebagai apa pun ia mungkin tampak secara luarnya. Jika ia kekurangan bodhichitta, jangan ikuti dia, bagaimanapun sempurnanya kekecewaannya terhadap dunia, ketetapan hatinya untuk memperoleh pembebasan, ketekunan latihannya dan sikap yang tampak pada mulanya. Untuk orang-orang biasa seperti kita, bagaimanapun, tidak ada jumlah penelitian saksama yang dapat mengungkapkan kepada kita kualitas yang luar biasa dari makhluk yang mulia, yang menyembunyikan sifat mereka yang sebenarnya. Sementara itu, jumlah penipu yang mengaku orang suci berlimpah, trampil dalam seni penipuan. Guru yang tertinggi adalah dengan siapa kita berhubungan dalam kehidupan yang terdahulu. Buat dia, penelitian kita adalah tidak perlu. Hanya bertemu dengannya saja, hanya mendengar suaranya saja – atau bahkan hanya mendengar namanya saja – dapat mengubah segalanya dengan segera dan menggerakkan keyakinan kita sehingga bulu kuduk kita berdiri.

Rongtön Lhaga berkata kepada Jetsun Milarepa, "Guru kehidupan masa lampau anda adalah makhluk yang paling baik, ia adalah raja penterjemah yang dikenal sebagai Marpa dari Lhodrak. Ia hidup di Vihara Trowolung di daerah selatan. Pergilah dan cari dia!" Mendengar nama Marpa saja cukup untuk membangunkan Milarepa suatu keyakinan yang luar biasa. Ia berpikir, "Aku harus bertemu dengan guru ini dan menjadi muridnya, meski jika itu berarti harus mempertaruh- kan jiwa saya." Ia menceritakan, pada hari di mana mereka bertemu, Marpa telah ada di jalan, tetapi pura-pura membajak sawah. Ketika Mila melihatnya pertama kali, ia tidak mengenalinya sebagai gurunya. Meski- pun demikian, untuk sesaat semua pikiran resahnya berhenti dan ia berdiri terpaku. Secara umum, guru yang kita temukan ditentukan oleh kemurnian atau ketidak-murnian persepsi kita, dan kekuatan perbuatan masa lampau. Maka, apa pun juga kemungkinan jenis guru di mana anda telah menerima Dharma dan bimbingan pribadi, janganlah pernah berhenti untuk menganggapnya sebagai seorang Buddha yang nyata. Karena tanpa adanya kondisi-kondisi baik yang diciptakan oleh perbuatan anda di masa lampau, anda pasti tidak pernah memiliki keberuntungan untuk bertemu dengan seorang guru yang sempurna. Lebih dari itu, jika persepsi anda tidak murni, anda bisa bertemu dengan Buddha sendiri, namun tetap saja tidak mampu melihat kualitas yang ia miliki. Guru yang sudah anda

184

jumpai karena kekuatan perbuatan masa lampau anda, dan yang kebaikannya sudah anda terima adalah merupakan hal yang paling utama.

Pada tahap pertengahan, ikuti guru dengan sungguh-sungguh, mema- tuhinya dalam semua hal dengan tidak mengindahkan kesulitan, panas, dingin, rasa lapar, dahaga dan seterusnya. Berdoalah kepadanya dengan keyakinan dan rasa bakti. Mintalah nasihatnya dalam hal apa pun juga yang akan anda lakukan. Apa pun yang ia katakan kepada anda, taruhlah ke dalam latihan, bersandarlah padanya secara keseluruhan.

Pada tahap akhir, meneladani perbuatan dan realisasi guru, yang terdiri dari secara hati-hati meneliti cara ia bertindak dan melakukannya persis seperti yang ia lakukan. Sebagaimana kata peribahasa, "Setiap perbuatan adalah suatu tiruan; ia yang meniru terbaik, akan melakukannya terbaik." Bisa dikatakan bahwa praktek Dharma adalah meniru Buddha dan Bodhisattva masa lampau. Sebagai seorang murid yang belajar meniru gurunya, ia harus menyesuaikan diri dengan sungguh-sungguh cara bertindak dan realisasi guru. Murid harus seperti tsa-tsa cetakan dari guru tersebut. Sebagaimana halnya tsa-tsa adalah reproduksi semua pola yang terukir pada cetakan, dengan cara yang sama, murid perlu meyakinkan dirinya bahwa ia memperoleh kualitas serupa dengan, atau sedikitnya sangat dekat dengan yang dimiliki gurunya. Seseorang yang awalnya meneliti gurunya, kemudian mengikutinya dengan trampil, dan akhirnya meneladani perbuatan dan realisasinya dengan trampil, akan selalu dalam alur yang otentik.

Pada awalnya, dengan trampil meneliti guru; Di pertengahan, dengan trampil mengikutinya; Pada akhirnya, dengan trampil meneladani realisasi dan perbuatan- nya. Seorang murid yang mengerjakan hal yang demikian akan berada dalam jalan yang benar.

Sekali anda berjumpa dengan seorang teman spiritual yang mulia dengan semua kualitas yang diperlukan, ikutilah dia dengan tanpa pamrih seumur hidup – sama halnya dengan Bodhisattva Sadaprarudita mengikuti Bodhisattva Dharmodgata, Pandita Naropa yang agung mengikuti Tilopa yang mulia, dan Jetsun Mila mengikuti Marpa dari Lhodrak.

185

Pertama-tama akan diceritakan bagaimana Bodhisattva Sadaprarudita menjadi murid Dharmodgata. 131 Sadaprarudita sedang mencari Prajna- paramita, ajaran kebijaksanaan transenden. Pada suatu hari, pengemba- raannya membawanya ke sebidang tanah kosong, di mana ia mendengar suara dari langit yang berkata, " O putra yang beruntung, pergilah ke arah timur dan kamu akan mendengar Prajnaparamita. Janganlah hiraukan tidur, lelah, panas atau dingin, siang hari atau malam hari. Janganlah melihat ke kanan maupun ke kiri. Dengan segera kamu akan menerima Prajnaparamita dalam wujud buku atau dari seorang biarawan yang mengajar Dharma. Pada waktu itu, putra yang beruntung, ikuti orang yang mengajar kamu Prajnaparamita, dan anggaplah dia gurumu dan muliakan Dharmanya. Sekalipun kamu melihat dia menikmati lima kesenangan indera, sadarlah bahwa Bodhisattva adalah trampil dalam cara, dan janganlah pernah hilangkan keyakinanmu padanya." Mendengar kata-kata itu, Sadaprarudita berangkat ke arah timur. Tidak jauh dari sana, ia menyadari bahwa ia telah lupa untuk bertanya kepada suara tersebut berapa jauh ia perlu pergi – jadi ia tidak tahu bagaimana cara menemukan guru Prajnaparamita-nya. Sambil menangis dan meratap, ia berjanji untuk mengabaikan kelelahan, rasa lapar, dahaga dan tidur, siang atau malam sampai ia telah menerima ajaran tersebut. Ia sangat menderita, seperti seorang ibu yang telah kehilangan anak tunggalnya. Pikirannya terpukau dengan hanya satu pertanyaan: Kapankah ia akan mendengar Prajnaparamita? Pada saat itu, muncul seorang Tathagata di depannya dan memujinya mencari Dharma. "Lima ratus yojana dari sini," Tathagata tersebut menambahkan: "Ada satu kota yang disebut Kota Dupa. Kota tersebut dikelilingi oleh lima ratus taman yang terbuat dari tujuh barang berharga dan memiliki semua kualitas yang sempurna. Di tengah-tengah kota itu, pada persimpangan empat jalan yang lebar, terdapat istana tempat kediaman Bodhisattva Dharmodgata. Istana tersebut juga terbuat dari tujuh benda berharga, dan kelilingnya mencapai satu yojana. Disana, di dalam taman dan tempat yang menyenangkan lainnya, tinggallah sang Bodhisattva Dharmodgata yang agung beserta rombongan pengiringnya. Ditemani oleh enam puluh delapan ribu wanita, ia menikmati kesenangan lima indera, di mana ia telah menguasai sepenuhnya dan dengan penuh kegembiraan melakukan apa pun juga yang ia inginkan. Sepanjang seluruh masa lampau, masa kini dan masa depan, ia mengajar

131 Nama Sadaprarudita artinya "Yang Selalu Menangis." Dharmodgata berarti " Dharma yang Mulia." 186

Prajnaparamita kepada mereka yang tinggal di sana. Pergilah kepadanya, dan kamu akan dapat mendengar ajaran Prajnaparamita darinya!" Sadaprarudita tidak bisa berpikir tentang hal lain kecuali apa yang telah didengarnya. Dari tempat di mana ia sedang berdiri, ia bisa mendengar suara Bodhisattva Dharmodgata sedang mengajar Prajnaparamita. Ia mengalami banyak macam konsentrasi mental. Ia dapat melihat berbagai dunia di sepuluh penjuru alam semesta, dan melihat Buddha yang tak terhitung banyaknya mengajar Prajnaparamita. Mereka menyanyikan pujian kepada Dharmodgata sebelum menghilang. Dengan penuh kegem- biraan, keyakinan dan rasa bakti kepada Bodhisattva Dharmodgata, Sadaprarudita bimbang bagaimana ia mungkin hadir di sana. "Saya orang miskin," pikirnya. "Saya tidak punya apa pun untuk menghormatinya, tidak ada pakaian atau permata, tidak ada parfum atau karangan bunga, maupun benda apa pun untuk memberi penghormatan kepada seorang teman spiritual. Maka saya akan menjual daging badan saya sendiri, dan dengan benda-benda yang saya terima, saya akan menghormati Bodhisattva Dharmodgata. Sepanjang waktu yang tak berawal dalam samsara, saya sudah menjual daging saya tidak terhitung kalinya. Dan sudah tak terhitung kalinya juga saya telah dipotong-potong dan dibunuh di neraka di mana keinginanku sendiri yang telah menyeret saya ke sana – tetapi tidak pernah menerima suatu ajaran seperti ini atau untuk menghormati guru yang mulia seperti itu!" Ia pergi ke tengah pasar dan mulai berseru "Ada yang ingin seorang laki-laki? Ada yang ingin membeli seorang laki-laki?" Tetapi Mara cemburu bahwa Sadaprarudita sedang mengalami percobaan seperti itu demi Dharma. Ia membuat semua orang tidak bisa mendengar kata-katanya. Mengetahui tak seorang pun ingin membelinya, Sadaprarudita pergi ke sudut pasar dan duduk menangis, air mata mengucur dari matanya. Indra, raja para dewa, memutuskan untuk menguji tekadnya. Ia menyamar sebagai seorang brahmana muda, menampakkan diri di depan Sadaprarudita dan berkata, “Saya tidak memerlukan seseorang yang utuh. Saya hanya memerlukan beberapa potong daging manusia, beberapa potong lemak dan beberapa sumsum tulang manusia untuk membuat suatu persembahan. Jika kamu dapat menjualnya kepadaku, aku akan memba- yarnya." Dengan sangat gembira, Sadaprarudita mengambil pisau tajam dan memotong lengan kanan sehingga darah menyembur ke luar. Kemudian ia mengerat semua daging kaki kanannya. Ketika ia sedang bersiap-siap

187

untuk menghempaskan tulangnya ke dinding, putri seorang saudagar kaya melihatnya dari lantai atas rumahnya dan bergegas menuju tempatnya. "Orang yang mulia, mengapa anda menyakiti diri anda seperti itu?" ia bertanya. Ia menerangkan bahwa ia ingin menjual dagingnya sedemikian se- hingga ia dapat memberi persembahan kepada Bodhisatva Dharmodgata. Ketika anak perempuan muda bertanya manfaat apa yang akan ia peroleh dari penghormatan seperti itu, Sadaprarudita menjawab, "Ia akan mengajar saya metoda yang handal dari Bodhisattva dan Prajnaparamita. Jika saya kemudian melatih diri dengan ajaran tersebut, saya akan mencapai kemahatahuan, memiliki banyak kualitas seorang Buddha dan bisa berbagi Dharma yang mulia dengan semua makhluk." "Ini pasti benar," kata anak perempuan itu, "memang masing-masing kualitas itu semua memerlukan persembahan badan sebanyak butir pasir di sungai Gangga. Tetapi janganlah menyakiti diri anda! Saya akan membe- rimu apa pun yang kamu perlukan untuk menghormati Bodhisattva Dharmodgata, dan saya sendiri akan pergi bersamamu untuk melihatnya. Dengan melakukan demikian, saya akan menciptakan akar pahala yang memungkinkan saya mencapai kualitas yang sama." Ketika ia selesai berbicara, Indra menjelma kembali ke dalam bentuknya sendiri dan berkata kepada Sadaprarudita; "Saya Indra, Raja para dewa. Saya datang untuk menguji tekad anda. Saya akan memberi- mu apa pun juga yang kamu inginkan. Anda tinggal minta." "Berikan saya kualitas yang tak tertandingi dari para Buddha!" jawab Sadaprarudita. "Saya tidak dapat mengabulkan permintaanmu" kata Indra. "Hal seperti itu di luar kuasa saya." "Kalau begitu, anda tidak perlu repot-repot membuat badan saya utuh lagi," kata Sadaprarudita. "Saya akan memohon berkah dari kebenaran. Dengan berkah ramalan para Buddha bahwa saya tidak pernah akan kembali ke alam samsara, dengan kebenaran dari tekad saya yang teguh dan tertinggi, dan oleh kebenaran dari kata-kataku, jadilah badan saya seperti dahulu!" Oleh kata-kata ini, badannya menjadi persis sebagaimana sebelumnya. Dan Indra pun menghilang. Sadaprarudita pergi dengan putri saudagar ke rumah orangtuanya, dan menceritakan kepada mereka ceritanya. Mereka memberinya berbagai barang yang bakal ia perlukan untuk persembahan. Kemudian bersama- sama dengan putri saudagar dan orang tuanya, dengan ditemani oleh lima

188

ratus pelayan wanita dan rombongannya, mereka berangkat dengan kereta ke arah timur, dan tiba di Kota Dupa. Di sana ia melihat Bodhisattva Dharmodgata sedang membabarkan Prajnaparamita kepada beribu-ribu orang. Penglihatan tersebut memberinya kebahagiaan yang dialami seorang biarawan ketika terserap dalam keheningan meditasi. Seluruh rombongan turun dari kereta mereka dan pergi menemui Dharmodgata. Pada waktu itu, Dharmodgata telah membangun suatu kuil untuk Prajnaparamita. Kuil tersebut terbuat dari tujuh macam benda yang berharga, dihiasi dengan kayu cendana merah dan dilapisi dengan hiasan dari mutiara dan permata. Pada setiap dari empat penjuru mata angin ada suatu pelita permata pengabul harapan dan suatu tempat pembakaran dupa dari perak, yang mana daripadanya tersebar semerbak wangi dupa cendana. Di pusat kuil ada empat peti yang dihiasi dengan permata berharga berisi kitab-kitab Prajnaparamita yang terbuat dari emas, tertulis dengan tinta batu lazuardi. Melihat para dewa dan orang-orang memberikan persembahan, Sadaprarudita memohon penerangan. Dan kemudian, dengan ditemani oleh putri, saudagar dan lima ratus pelayan, mereka juga memberikan persembahan yang baik sekali. Kemudian mereka mendekat ke Dharmodgata yang sedang memberi ajaran kepada para muridnya dan menghormatinya dengan semua persembahan mereka. Putri saudagar dan pelayan-pelayannya mengambil janji bodhichitta yang mulia. Sadaprarudita bertanya kepadanya dari mana Buddha yang telah dilihat sebelumnya dan ke mana mereka telah pergi. Dharmodgata menjawab dengan bab yang menjelaskan bahwa Buddha tidak datang maupun pergi. Ia kemudian meninggalkan tempat duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya, di mana ia tinggal dalam keadaan konsentrasi yang terus menerus selama tujuh tahun. Sepanjang seluruh masa tersebut, Sadaprarudita, putri saudagar dan lima ratus pelayan tidak duduk ataupun berbaring, tetapi tetap berdiri dengan kaki mereka. Ketika mereka diam tidak bergerak atau berjalan berkeliling, pikiran mereka hanya bertumpu pada waktu di mana Dharmodgata akan bangun dari konsentrasinya dan mengajar Dharma sekali lagi. Ketika waktu tujuh tahun hampir berakhir, Sadaprarudita mendengar para dewa mengumumkan bahwa dalam tujuh hari Bodhisattva Dharmodgata akan bangun dari konsentrasinya dan akan mulai mengajar lagi. Dengan lima ratus gadis pelayan, ia menyapu sepanjang satu yojana ke setiap arah di mana Dharmodgata akan mengajar. Ketika ia mulai memercikan air di tempat itu untuk mengendapkan debu, Mara membuat semua air hilang lenyap. Maka Sadaprarudita memotong pembuluh

189

darahnya dan meneteskan darahnya sendiri di tempat itu. Putri saudagar dan kelima ratus pelayannya melakukan hal yang sama. Indra, raja para dewa, memberkati darah mereka dengan kayu cendana merah surgawi, sehingga tempat tersebut berwarna merah. 132 Akhirnya, Bodhisattva Dharmodgata tiba dan duduk di atas singasana yang disediakan dengan sempurna oleh Sadaprarudita dan yang lainnya. Dengan rinci ia menguraikan Prajnaparamita. Sadaprarudita mengalami enam juta keadaan konsentrasi yang berbeda dan melihat penampakan para Buddha dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya – suatu penampakan yang tidak pernah lagi meninggalkannya sekalipun dalam mimpinya. Dikatakan bahwa ia sekarang tinggal dan melatih diri di bawah Buddha Suara Tak Terbatas.

Mengikuti Tilopa, Pandita Naropa yang agung juga mengalami percobaan yang tiada habisnya. Seperti yang kita ketahui, Naropa berjumpa dengan Tilopa yang hidup sebagai pengemis. Naropa memintanya untuk menerimanya sebagai muridnya. Tilopa mengabulkan permintaannya dan membawanya ke mana pun ia pergi, tetapi tidak pernah mengajarnya Dharma apa pun. Suatu hari, Tilopa membawa Naropa ke puncak suatu menara bertingkat sembilan dan berkata: "Apakah ada seseorang yang dapat melompat dari puncak bangunan untuk mematuhi permintaan gurunya?" Naropa berpikir kepada dirinya, "Tidak ada orang selain saya di sini, maka maksudnya pastilah saya." Ia melompat dari puncak bangunan dan badannya jatuh ke tanah seperti batu. Tulang-tulangnya patah dan sakit- nya luar biasa. Tilopa turun melihatnya dan bertanya, "Apakah kamu merasa sakit?" "Bukan hanya sakit," Naropa mengerang. "Saya lebih parah dibanding sesosok mayat ... ” Tilopa memberkatinya, dan badannya sembuh sepenuhnya. Tilopa membawa Naropa melanjutkan perjalanan mereka. "Naropa, nyalakan api!" perintah Tilopa pada suatu hari. Ketika api sedang menyala, Tilopa menyiapkan banyak serpihan bambu runcing, meminyaki mereka dan meletakkannya di atas api untuk menge- raskannya "Jika kamu mematuhi perintah gurumu, kamu juga harus mengalami percobaan seperti ini," sambil berkata demikian, ia mendorong serpihan tersebut ke dalam kuku jari tangan dan jari kaki muridnya.

132 Konon, tempat tersebut berada di kota Chengdu, China sekarang ini. 190

Tulang sendi Naropa semua menjadi kaku. Ia mengalami sakit yang tak tertahankan dan sangat menderita. Guru kemudian meninggalkannya. Ketika ia kembali beberapa hari kemudian, ia mencabut serpihan-serpihan tersebut. Darah dan nanah mengucur dalam jumlah yang sangat besar dari luka Naropa. Sekali lagi Tilopa memberkatinya dan melanjutkan perjalan- an lagi bersamanya. "Naropa," ia berkata pada hari berikut, "Saya lapar. Pergi dan minta makanan untukku!" Naropa pergi ke suatu tempat di mana kerumunan besar pekerja kebun sedang sibuk makan. Dari mereka ia memohon satu mangkok tengkorak133 penuh dengan sup, lalu dibawa kepada gurunya. Tilopa makan dengan lahapnya dan tampaknya sangat gembira. Naropa berpikir, "Dalam semua waktu yang lama saya melayaninya, saya belum pernah melihat guruku begitu bahagia. Barangkali jika aku minta lagi, aku dapat mendapatkan tambahan lagi." Ia berangkat untuk meminta lagi dengan mangkok tengkorak di tangannya. Namun saat itu para pekerja telah kembali ke kebun mereka, dengan menyisakan sup di tempat semula. "Satu-satunya jalan hanya dengan mencuri," pikir Naropa. Lalu ia mengambil sup dan lari dengan sup tersebut. Tetapi pekerja-pekerja melihatnya. Mereka menangkapnya dan me- mukulnya sampai hampir mati. Ia begitu sakit sehingga tidak bisa bangun selama beberapa hari. Lagi-lagi gurunya tiba, memberkatinya dan memba- wanya berkelana dengannya seperti dulu. "Naropa," ia berkata pada suatu hari, "Aku butuh banyak uang. Pergi dan curi beberapa." Maka Naropa pergi mencuri uang dari seorang orang kaya, tetapi ia tertangkap dalam aksinya. Ia dipegang, dipukul, dan ditinggal dalam keadaan sekarat. Beberapa hari kemudian Tilopa tiba dan bertanya, "Apakah kamu merasa sakit?" Mendapat jawaban yang sama dengan dulu, ia memberkati Naropa, dan mereka pergi lagi. Naropa mengalami dua belas penderitaan utama dan dua belas penderitaan kecil lainnya seperti ini – duapuluh empat penderitaan yang harus ia alami lebih dulu dalam satu kehidupan. Dan kini mereka berakhir. Suatu hari Tilopa berkata, "Naropa, pergi dan ambilkan air. Aku akan tinggal di sini dan membuat api."

133 Skt. kapala. Mangkok dari tengkorak: Puncak tengkorak digunakan oleh yogi sebagai mangkok. 191

Ketika Naropa kembali membawa air, Tilopa beranjak dari samping perapian dan memegang kepala Naropa dengan tangan kirinya. "Tunjukkan aku dahimu," perintahnya. Dengan tangan kanannya ia mencopot sandalnya dan memukul muridnya dengan sandal tersebut. Naropa kehilangan kesadaran. Ketika ia sadar, semua kualitas pikiran kebijaksanaan gurunya telah muncul dalam dirinya. Guru dan murid telah menjadi satu dalam realisasi. Pandita Naropa mengalami duapuluh empat percobaan. Namun, kenya- taannya, karena hal itu adalah instruksi gurunya, maka percobaan tersebut menjadi cara yang handal untuk menghapuskan kegelapan batinnya. Sekilas hal itu tampaknya seperti penderitaan tanpa makna, dan tidak ada seorang pun akan berpikir hal itu adalah Dharma. Sesungguhnya, sang guru tidak pernah mengucapkan ajaran sedikit pun dan sang murid tidak pernah melakukan latihan, dan malah tidak pernah bernamaskara sekali pun. Bagaimanapun, sekali Naropa berjumpa dengan seorang siddha yang sudah cerah, ia mematuhi semua perintah dengan mengabaikan semua kesulitan. Dengan melakukan demikian, ia mencapai pemurnian dari kegelapan batinnya, sehingga realisasi timbul dalam dirinya. Tidak ada latihan Dharma yang lebih besar dari pada mematuhi seorang guru. Manfaatnya tak terukur, sebagamana yang dapat kita lihat di sini. Pada sisi lain, mengabaikan perintah atau menentang guru, meski dalam hal yang kecil, adalah kesalahan besar. Suatu ketika, Tilopa melarang Naropa menerima posisi pandita pengawal gerbang pada Vikramasila. 134 . Tetapi ketika Naropa tiba di Magadha beberapa waktu kemudian, pandita yang memegang posisi itu telah meninggal. Karena tidak ada satu orang pun selain ia yang mampu berdebat dengan para tirthika, mereka semua memohon Naropa untuk memegang posisi pelindung gerbang utara. Mereka menekannya dengan bersikeras sampai ia terpaksa menerima. Tetapi ketika seorang tirthika datang berdebat, Naropa beragumentasi dengannya sampai beberapa hari tanpa mampu mengalahkannya. Ia berdoa kepada gurunya sampai akhir- nya pada suatu hari Tilopa menampakkan diri kepadanya, memperhatikan- nya dengan tatapan yang tajam. "Kamu tidak memiliki banyak belas kasih jika harus begitu lama baru datang," komplain Naropa. "Bukankah saya telah melarang kamu untuk mengambil posisi pelin- dung gerbang?" Tilopa menjawab dengan ketus. "Sudahlah. Selagi kamu

134 Salah satu dari ketiga universitas keviharaan yang besar Buddhis India. Yang lainnya adalah Nalanda dan Odantapuri. 192

berdebat dengan tirthika tersebut, bayangkan aku di atas kepalamu dan buat isyarat mengancam padanya!" Naropa melakukan seperti yang Tilopa katakan kepadanya, meme- nangkan debatnya dan mengakhiri semua argumentasi dengan tirthika tersebut.

Terakhir, inilah cerita bagaimana Jetsun Milarepa berguru pada Marpa dari Lhodrak. Di daerah Ngari Gungthang, hidup seorang kaya yang bernama Mila Sherab Gyaltsen. Orang ini memiliki seorang putra dan seorang putri, dan adalah putranya, yang namanya Thopa-ga, "Berita Baik" yang menjadi Jetsun Mila. Ketika Thopa-ga dan adiknya masih kecil, ayah mereka meninggal. Paman mereka, Yungdrung Gyaltsen, mengambil semua harta kekayaan mereka untuk dirinya. Kedua anak dan ibu mereka dibiarkan dengan tanpa makanan maupun uang, dan terpaksa mengalami banyak penderitaan. Kemudian, Mila mempelajari cara menyantet dan membuat hujan es dengan angin badai dari tukang sihir Yungtön Throgyal dan Lharje Nupchung. Ia mengakibatkan kematian putra dan mantu perempuan pamannya bersama-sama dengan tiga puluh lima orang lain dengan membuat rumah roboh. Ketika semua orang kampung tersebut menjadi marah dan ingin membalas dendam kepadanya, ia mendatangkan hujan es dan angin badai, sehingga es mencapai ketebalan tiga lapisan tanah liat di atas tanah.135 Setelah itu, dengan menyesali perbuatannya yang salah, ia memutus- kan untuk berlatih Dharma. Dengan mengambil nasihat dari Lama Yungtön, ia pergi ke seorang ahli Kesempurnaan Agung yang bernama Rongtön Lhaga dan meminta instruksinya. "Dharma yang saya ajarkan," jawab Lama tersebut, "adalah Kesem- purnaan Agung. Akarnya adalah sifat alami kebuddhaan; puncaknya adalah hasil yang tertinggi; dan buahnya adalah yoga yang tertinggi. Jika seseorang bermeditasi tentang ajaran itu pada siang hari, ia dapat menjadi Buddha pada hari yang sama; jika seseorang bermeditasi tentang ajaran tersebut pada malam hari, ia dapat menjadi Buddha pada malam itu juga. Makhluk beruntung yang perbuatan di masa lampaunya sudah mencipta- kan kondisi-kondisi yang sesuai, malah tidak perlu bermeditasi. Mereka akan dibebaskan dengan hanya mendengar saja. Karena ajaran tersebut merupakan Dharma bagi orang berbakat besar, aku akan mengajarnya kepadamu."

135 Kira-kira setebal satu meter. 193

Setelah menerima inisiasi dan instruksi, Mila berpikir pada dirinya, "Hanya perlu dua minggu buat saya untuk memperoleh tanda-tanda utama keberhasilan membaca jampi, dan cukup tujuh hari buat saya untuk membuat hujan badai. Sedangkan ini malah adalah suatu ajaran yang lebih mudah dari pada menyantet dan mendatangkan badai – jika kamu bermeditasi di siang hari, kamu akan menjadi Buddha pada hari itu juga, jika kamu bermeditasi di waktu malam hari, kamu akan menjadi Buddha malam itu juga – dan jika perbuatan masa lampaumu sudah menciptakan kondisi-kondisi yang sesuai, kamu tidak perlu bermeditasi sama sekali! Melihat bagaimana aku berjumpa dengan ajaran ini, aku mestinya seseorang yang memiliki perbuatan baik di masa lampau." Maka ia tinggal di tempat tidur tanpa bermeditasi. Dengan begitu praktisi dan ajaran menjadi berpisah. "Adalah benar apa yang kamu ceritakan kepadaku," Lama berkata kepadanya beberapa hari sesudahnya. "Kamu benar-benar seorang pendosa, dan aku sudah memuji ajaranku sedikit terlalu tinggi. Maka sekarang aku tidak akan membimbing kamu lagi. Kamu perlu pergi ke Vihara Trowolung di Lhodrak, di mana ada seorang murid langsung dari siddha India Naropa sendiri. Ia adalah guru yang paling sempurna, raja penter- jemah Marpa. Ia adalah siddha dari Tradisi Mantra Baru dan tidak ada bandingannya dalam seluruh tiga alam. Karena kamu dan dia memiliki mata rantai yang membentang dari perbuatan dalam kehidupan yang terdahulu, pergi dan jumpai dia!" Nama dari Marpa penterjemah sendiri saja cukup membuat pikiran Mila diliputi dengan kegembiraan yang tak dapat dilukiskan. Ia telah dipenuhi kebahagiaan di mana tiap pori-pori badannya merinding, dan devosi yang tak terhingga meliputinya, sehingga ia berlinang air mata. Ia berangkat, sambil merasa ragu apakah ia akan bertemu dengan gurunya secara langsung. Sementara itu, Marpa dan isterinya kedua-duanya mempunyai mimpi yang luar biasa. Marpa tahu bahwa Jetsun Mila sudah dalam perjalan- annya. Ia turun ke lembah untuk menunggu kedatangannya dengan berpura-pura membajak sebidang tanah. Mila mula-mula berjumpa de- ngan putra Marpa, Tarma Dodé, yang sedang mengembala ternak. Berjalan sedikit maju ke depan, ia melihat Marpa yang sedang membajak. Pada waktu penglihatan Mila tertuju kepadanya, untuk sekejap ia mengalami kebahagiaan dan kegembiraan luar biasa yang tak dapat dilukiskan. Semua pikirannya yang biasa menjadi berhenti. Meskipun

194

begitu, ia tidak menyadari bahwa itu adalah Lama sendiri, dan ia menerangkan kepadanya bahwa ia datang untuk bertemu dengan Marpa. "Saya sendiri akan memperkenalkan kamu kepadanya," jawab Marpa. "Tolong bajak tanah ini" Sambil meninggalkan kepadanya satu kendi bir, ia pun pergi dari sana. Mila meneguk isi kendi itu sampai tetes terakhir, lalu mulai bekerja. Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, putra Lama datang, dan mereka pergi bersama-sama. Ketika Mila dibawa ke tempat Lama, ia mengangkat tapak kaki Marpa ke atas puncak kepalanya dan berseru, "O, Guru! Saya adalah seorang pendosa berat dari daerah barat! Saya mempersembahkan tubuh, ucapan dan pikiran saya. Tolong beri makan dan pakaian dan mengajar Dharma kepada saya. Berikanlah saya cara untuk menjadi Buddha dalam kehidup- an ini!" "Bukan salah saya kalau kamu bilang kamu adalah orang jahat seperti itu," jawab Marpa. "Saya tidak meminta kamu untuk menimbun per- buatan jahat tersebut atas tanggung jawab saya! Apa gerangan kesalahan yang sudah kamu lakukan?" Mila menceritakan seluruh ceritanya perbuatan jahatnya secara rinci. "Baik sekali," Marpa mengiakan, "bagaimanapun, mempersembahkan tubuh, ucapan dan pikiran adalah suatu hal yang baik. Soal makanan, pakaian dan Dharma, kamu tidak bisa mendapatkan ketiga-tiganya. Saya akan memberimu makanan dan pakaian, dan kamu cari Dharma di tempat lain, atau kamu mendapatkan Dharma-mu dariku dan mencari yang lainnya ke tempat lain. Tetapkan niatmu. Dan jika Dharma yang kamu pilih, bisa atau tidaknya kamu mencapai kebuddhaan dalam kehidupan ini tergantung pada ketekunanmu sendiri." "Kalau begitu," Mila berkata, "karena saya datang untuk Dharma, saya akan mencari bekal dan pakaian di tempat lain." Sesudah tinggal beberapa hari di tempat guru, ia pergi ke luar untuk meminta-minta ke bagian atas dan bawah desa Lhodrak, sehingga mendapatkan dua puluh satu takaran gandum. Ia menggunakan empat belas takaran gandum tersebut untuk membeli satu pot tembaga berkaki empat. Dengan menempatkan sisa tujuh takaran gandum dalam sebuah karung, ia kembali untuk mempersembahkan barang dan pot itu kepada Marpa. Ketika ia meletakkan karung gandum tersebut, ruangan menjadi ber- guncang. Marpa bangun dari tempat duduknya. "Ternyata kamu seorang biarawan kecil yang kuat!" ia berkata. "Apakah kamu berusaha membunuh kami semua dengan membuat rumah

195

ini roboh dengan tangan kosong? Bawa karung gandum itu keluar dari sini!" Ia menendang karung tersebut, dan Mila harus membawanya keluar. Kemudian ia memberi Marpa pot kosong tersebut. Suatu hari Marpa berkata kepadanya: "Orang-orang dari Yamdrok, Taklung dan Lingpa sering menyerang murid-murid setia saya yang datang mengunjungiku dari U dan Tsang, dan mencuri bekal dan persembahan mereka. Timpakan hujan es dan angin badai pada mereka! Karena hal ini adalah juga semacam Dharma, aku akan memberikan instruksi kepadamu setelah itu." Mila mendatangkan hujan es dengan angin badai yang meluluh- lantakkan kedua daerah itu dan kemudian pergi meminta ajaran. "Kamu pikir aku akan memberimu ajaran yang saya bawa dari India dengan susah payah sebagai pengganti tiga atau empat hujan es batu? Jika kamu benar-benar menginginkan Dharma, lontarkan jampi pada penduduk di bukit Lhodrak. Mereka menyerang murid-muridku dari Nyaloro dan tidak menunjukkan rasa hormat kepadaku. Kalau sudah ada tanda bahwa jampimu telah bekerja, aku akan memberimu instruksi lisan Naropa, yang membawa ke kebuddhaan dalam satu tubuh dan kehidupan.” Ketika tanda dari jampi yang jahat muncul, Mila meminta Dharma. "Hah?! Barangkali buat membayar penghormatan atas perbuatan jahat yang kamu tumpuk, sehingga kamu menuntut menginginkan instruksi lisan yang saya dapatkan dengan tanpa mempertimbangkan resiko jiwa dan badanku sendiri – instruksi yang masih hangat dengan nafas dakini?136 Saya pikir kamu mesti bercanda! Namun saya pikir hal ini keterlaluan. Selain saya, semua orang ingin membunuhmu! Sekarang, hidupkan kembali orang-orang yang tinggal di punggung bukit itu dan kembalikan kepada orang-orang Yamdrok panen mereka. Kamu akan mendapatkan ajaran jika kamu lakukan begitu – atau sebaliknya jangan ganggu saya lagi!" Mila sepenuhnya dihancurkan oleh cercaan tersebut. Ia hanya dapat duduk dan menangis dengan bercucuran air mata. Pagi berikutnya, Marpa datang untuk melihatnya. "Saya sedikit kasar denganmu semalam," ia berkata. "Janganlah bersedih. Saya akan memberimu instruksi sedikit demi sedikit. Bersa- barlah. Karena kamu adalah seorang pekerja yang baik, saya ingin kamu membangun satu rumah untuk diberikan kepada Tarma Dodé. Ketika kamu telah menyelesaikannya, saya akan memberimu instruksi, juga pakaian dan makanan."

136 Maksudnya ajaran yang masih di bawah perlindungan dakini dan belum tercemar. 196

"Tetapi bagaimana kalau saya meninggal tanpa mendapatkan Dharma?" Mila bertanya. "Saya bertanggung jawab membuat hal tersebut pasti tidak terjadi,” kata Marpa. "Ajaranku bukan sekedar bual kosong, dan karena kamu sungguh-sungguh memiliki ketekunan yang luar biasa, kalau kamu melatih instruksiku dengan tekun, mungkin kamu dapat mencapai kebuddhaan dalam satu kehidupan saja." Sesudah memberi dorongan dengan cara yang sama, ia menyuruh Mila membangun tiga rumah satu demi satu berturut-turut: sebuah rumah berbentuk lingkaran di kaki bukit sebelah timur, sebuah rumah berbentuk setengah lingkaran di sebelah barat dan sebuah rumah berbentuk segi tiga di sebelah utara. Tetapi setiap kali begitu rumah tersebut selesai separuh, Marpa akan mencaci maki Mila dengan marah. Ia menyuruhnya merobohkan apa pun yang telah ia bangun dan mengembalikan semua tanah dan batu yang telah ia gunakan ke tempat di mana ia menemukannya. Suatu luka menganga timbul pada punggung Mila, tetapi ia berpikir, "Jika saya tunjukkan kepada Guru, ia hanya akan memarahi saya juga. Saya bisa menunjukkannya kepada isterinya, tetapi itu hanya akan bikin ribut saja." Maka ia hanya bisa menangis, tetapi dengan tidak menunjuk- kan lukanya, ia memohon isteri Marpa untuk membantunya meminta ajaran. Isteri Marpa meminta Marpa untuk mengajar Mila, dan Marpa menja- wab, "Siapkan makanan yang baik dan bawa dia kesini!" Marpa memberi Mila transmisi dan janji perlindungan. "Semua ini," ia berkata, "adalah apa yang disebut Dharrna dasar. Jika kamu meginginkan instruksi yang luar biasa dari Mantrayana Rahasia, hal yang harus kamu lewati adalah seperti ini..." dan ia menceriterakan dengan ringkas cerita kehidupan dan percobaan dari Naropa. "Akan sulit untukmu melakukan hal yang sama," ia menyimpulkan. Mendengar kata-kata ini, Mila merasakan suatu rasa bakti yang kuat, sehingga air matanya mengucur dengan deras. Dengan tekad yang sengit ia berjanji untuk berbuat apa pun juga yang diperintahkan gurunya. Beberapa hari kemudian, Marpa berjalan-jalan dan membawa Mila dengannya sebagai pelayannya. Mereka pergi ke arah barat daya dan sampai pada suatu cekungan. Ia berkata, "Buatkan aku suatu menara bujur sangkar abu-abu di sini. Sembilan tingkat tingginya. Dengan puncak di atasnya, sehingga semuanya menjadi sepuluh tingkat. Kamu tidak akan disuruh merobohkan bangunan ini, dan ketika kamu telah menyelesaikan-

197

nya, saya akan memberimu instruksi. Saya juga akan memberimu bekal ketika kamu retret berlatih." Mila menggali dasar dan mulai membangun bangunan tersebut. Tak lama kemudian datang tiga orang murid gurunya yang lebih senior. Iseng- iseng, mereka menggulingkan satu batu yang sangat besar untuknya. Mila menyatukan batu tersebut dalam fondasi bangunan. Ketika ia telah menyelesaikan dua tingkat, Marpa datang untuk melihatnya dan ia bertanya darimana Mila mengambil batu besar tersebut. Mila mencerita- kan kepadanya apa yang telah terjadi. "Murid-muridku yang berlatih dua tahap 137 yoga tidak seharusnya menjadi pelayanmu!" teriak Marpa. "Keluarkan batu itu dari sini dan letakkan kembali ke tempat semula!" Mila merobohkan seluruh menara mulai dari puncak. Ia mencabut batu fondasi besar tersebut dan mengembalikan ke tempat semula. Kemudian Marpa berkata kepadanya, "Sekarang bawa batu itu ke sini lagi dan taruh kembali ke dalam." Maka Mila membawanya kembali dan menaruh ke tempat yang sama seperti sebelumnya. Ia terus membangun sampai ia telah menyelesaikan tingkat yang ketujuh. Waktu itu muncul satu luka menganga pada pinggulnya. "Sekarang hentikan membangun menara," kata Marpa, "dan sebagai gantinya buatkan saya satu kuil di bawah sana, dengan satu ruangan yang bertiang dua belas dan satu tempat suci yang terangkat." Maka Mila membangun kuil tersebut, dan pada saat ia hampir menyelesaikannya, tiba-tiba timbul luka pada bagian bawah punggungnya. Pada waktu itu, Metön Tsönpo dari Tsangrong meminta inisiasi Cakrasamvara, dan Tsurtön Wangé dari Döl meminta inisiasi Guhyasamaja. Atas kedua kesempatan tersebut, Mila berharap bahwa pekerjaan bangunannya yang hampir rampung sudah memberinya hak untuk mendapatkan inisiasi. Ia ikut duduk dalam upacara. Tetapi yang ia dapatkan dari Marpa adalah pukulan dan teguran. Ia diusir keluar pada dua upacara tersebut. Luka di punggungnya kini menjadi sangat besar dengan darah dan nanah mengalir dari tiga tempat. Meskipun demikian, ia melanjutkan pekerjaannya. Sebagai gantinya, ia sekarang membawa keranjang berisi tanah di depan. Ketika Ngoktön Chödor dari Shung datang untuk meminta inisiasi Hevajra, isteri Marpa memberi Mila satu pirus besar yang berasal dari warisan milik pribadinya. Dengan menggunakannya sebagai persem-

137 Tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan. 198

bahan untuk inisiasi, Mila ikut duduk dalam barisan calon inisiasi. Tetapi sama seperti sebelumnya, guru memarahinya dan menderanya. Ia tidak menerima ajaran sama sekali. Kali ini Mila merasa tidak ragu lagi: ia tidak pernah akan menerima ajaran. Ia pergi mengembara dengan arah tidak menentu. Suatu keluarga di Lhodrak Khok menyewakannya untuk membaca Kebijaksanaan Transenden Dalam Delapan Ribu Ayat. Ia sampai kepada cerita tentang Sadaprarudita, dan hal itu membuatnya berpikir. Ia menyadari bahwa demi Dharma ia harus menerima semua kesukaran dan menyenangkan gurunya dengan melakukan apa pun juga yang diperintahkan. Maka ia kembali. Tetapi lagi-lagi Marpa menyambutnya dengan omelan dan pukulan. Mila menjadi sangat putus asa. Isteri Marpa me- ngirimnya ke Lama Ngokpa, yang memberinya beberapa instruksi. Tetapi ketika ia bermeditasi, tidak ada apa pun yang terjadi, karena ia tidak mendapat persetujuan gurunya. Kemudian sesuai dengan pesan Marpa, maka ia kembali bersama Lama Ngokpa ke tempat Marpa. Suatu hari, dalam suatu puja persembahan, Marpa menegur Mila, Lama Ngokpa dan isteri Marpa dengan keras. Kemudian ia memukul mereka dan mengusir mereka keluar dari acara tersebut. Mila berpikir kepada dirinya, "Karena karma kejahatanku, tidak hanya diriku menderita oleh karena kesalahan dan kegelapanku yang berat, tetapi sekarang saya juga membawa berbagai kesulitan pada Lama Ngokpa dan pasangan guruku. Karena aku hanya menimbun semakin banyak perbuatan buruk tanpa menerima ajaran sedikit pun, lebih baik aku habisi diriku saja." Ia bersiap-siap bunuh diri. Lama Ngokpa sedang berusaha untuk menghentikannya ketika Marpa menjadi tenang dan memanggil mereka berdua. Ia menerima Mila sebagai murid, memberinya banyak nasihat yang baik dan memberi nama Mila Dorje Gyaltsen, "Mila Panji Vajra". Ketika Marpa memberinya inisiasi Cakrasamvara, ia membuat mandala enam puluh dua deity tampak dengan jelas. Mila kemudian menerima nama rahasia Shepa Dorje, "Vajra Tertawa," dan Marpa memberikan semua inisiasi dan instruksi kepadanya seperti halnya isi satu pot dituangkan ke dalam pot yang lain. Setelah itu, Mila berlatih dengan sangat keras dalam segala macam keadaan, dan memperoleh semua pencapaian biasa dan tertinggi.

Hal itu sama seperti semua pandita, siddha dan vidyadhara waktu dulu di India maupun di Tibet yang mengikuti seorang teman spiritual yang merupakan seorang guru yang sejati. Dengan melakukan apa pun yang

199

diperintahkan, mereka mencapai realisasi yang tidak dapat dipisahkan dari yang dimiliki gurunya. Pada sisi lain, adalah suatu kesalahan yang sangat serius tidak mengikuti guru dengan pikiran yang tulus dan bebas dari segala penipuan. Janganlah pernah memandang perbuatannya secara negatif. Jangan pernah berdusta kepadanya. Sekali peristiwa murid dari seorang siddha yang agung tengah mengajar Dharma kepada kerumunan murid-muridnya. Gurunya tiba dengan berpa- kaian sebagai pengemis. Murid tersebut merasa malu untuk bersujud kepadanya di depan umum, maka ia pura-pura tidak melihat gurunya. Malam itu, ketika acara sudah selesai dan kerumunan orang telah bubar, ia pergi melihat gurunya dan bersujud kepadanya. "Kenapa tidak sebelumnya?" tanya gurunya. "Saya tidak melihat anda," ia berbohong. Dengan seketika kedua bola matanya jatuh ke tanah. Ia memohon ampun dan menceritakan hal yang sebenarnya. Dengan memberikan berkah, guru tersebut memulihkan penglihatannya. Ada suatu cerita yang serupa tentang mahasiddha India, Krsnacarya. Suatu hari, ia sedang berlayar dengan ditemani oleh banyak murid- muridnya. Tiba-tiba muncul pikiran dalam hatinya, "Meski Guru saya adalah seorang siddha, tetapi dalam hal keduniawian, saya lebih baik dibanding dia, sebab saya lebih kaya dan mempunyai lebih banyak murid." Dengan segera kapalnya karam ke dalam samudra. Menggelepar de- ngan putus asa di dalam air, ia berdoa kepada gurunya, yang menam- pakkan diri dan menyelamatkannya dari ketenggelaman. "Itulah balasan atas keangkuhanmu," kata gurunya. "Kalau saja saya mencoba untuk mengumpulkan kekayaan dan murid, saya pasti telah memilikinya juga. Tetapi saya memilih untuk tidak berbuat demikian."

Banyak sekali Buddha telah datang, tetapi belas kasih mereka belum cukup untuk menyelamatkan kita. Kita masih saja di lautan penderitaan samsara. Tak terhitung banyaknya guru besar muncul sejak zaman lampau, tetapi kita tidak mempunyai nasib baik untuk menikmati kepedulian belas kasih mereka, atau bahkan untuk bertemu dengan mereka. Sekarang ini, ajaran Buddha akan berakhir. Kelima kemerosotan semakin nyata, dan walaupun kita sudah memperoleh kehidupan manusia, secara keseluruhan kita terperangkap dalam perbuatan negatif kita dan bingung akan apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan. Ketika kita mengembara seperti seorang buta sendirian di dataran luas, para teman

200

spiritual kita, para guru yang tertinggi, memikiri kita dengan rasa belas kasih yang tidak terhingga, dan sesuai dengan keperluan kita masing- masing, mereka muncul dalam bentuk manusia. Walaupun dalam realisasinya mereka adalah Buddha, tetapi dalam perbuatan, mereka sesuaikan dengan keadaan kita. Dengan cara yang mahir mereka menerima kita sebagai muridnya, memperkenalkan kita kepada Dharma yang asli dan tertinggi, menyadarkan kita akan hal yang perlu kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita perbuat, dan dengan tepat menunjukkan jalur yang terbaik ke pembebasan dan kemahatahuan. Kenyataannya, mereka tidak berbeda dengan Buddha sendiri; namun dibandingkan dengan Buddha, kebaikan mereka dalam memperhatikan kita malah lebih besar. Oleh karena itu, selalulah mencoba mengikuti guru anda dengan cara yang benar dengan ketiga macam keyakinan.138

Saya sudah berjumpa dengan seorang guru yang mulia, tetapi telah dikelabuhi oleh perilakunya yang rendah hati; Saya sudah menemukan jalan yang terbaik, namun mengembara dalam jalan simpang yang terjal; Berkatilah saya dan semua mereka yang mempuyai sifat yang tidak baik seperti saya, Sehingga pikiran kami dapat dijinakkan oleh Dharma.

138 Tga jenis keyakinan: Keyakinan yang spontan, keyakinan yang penuh pengharapan dan keyakinan yang dalam. 201

202

BAGIAN KEDUA

PENDAHULUAN KHUSUS ATAU PENDAHULUAN BAGIAN DALAM

Bab 1 Mengambil Perlindungan

BAB 2 Membangkitkan bodhicitta

Bab 3 Meditasi dan melafal pada guru sebagai Vajrasattva

Bab 4 Mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan

Bab 5 Guru Yoga

203

204

BAB 1

Mengambil Perlindungan

Dengan tempat berlindung bagian luar, Anda menjunjung Tri Ratna; Dengan tempat berlindung bagian dalam, Anda sudah sepenuhnya menyadari Tiga Akar; Dengan tempat berlindung Mantrayana, Anda telah membuktikan ketiga kaya; Guru yang tiada bandingan, pada kakimu saya bersujud.

Berlindung, batu fondasi bagi semua jalur, diterangkan dalam tiga topik: jalan masuk mengambil perlindungan, bagaimana cara berlindung, serta aturan dan manfaat berlindung.

I. JALAN MASUK MENGAMBIL PERLINDUNGAN

1. Keyakinan

Sama halnya kalau berlindung merupakan pintu gerbang bagi semua ajaran dan latihan, maka keyakinan merupakan pintu gerbang berlindung. Sebagai langkah pertama dalam berlindung, adalah penting untuk me- ngembangkan suatu keyakinan yang mantap dan berkelanjutan. Keyakin- an sendiri terdiri dari tiga jenis: keyakinan yang spontan, keyakinan yang penuh pengharapan dan keyakinan yang dalam. 205

1.1 Keyakinan yang spontan

Keyakinan yang spontan adalah keyakinan yang diilhami oleh pikiran tentang belas kasih yang tak terhingga dari Buddha dan para guru yang besar. Kita mungkin mengalami keyakinan semacam ini pada waktu mengunjungi suatu vihara yang berisi banyak lambang tubuh, ucapan dan pikiran Buddha, atau setelah suatu pertemuan dengan seorang guru spiritual agung atau sahabat rohani yang baru saja kita jumpai secara pribadi, atau yang kualitas atau cerita tentang kehidupannya yang pernah kita dengar itu diuraikan.

1.2 Keyakinan yang penuh pengharapan

Keyakinan yang penuh pengharapan adalah hasrat kita untuk bebas dari penderitaan alam rendah ketika kita mendengar hal tersebut diuraikan; hasrat kita untuk menikmati kebahagiaan di alam yang lebih tinggi, dan tentang pembebasan ketika kita mendengar seperti apa hal tersebut adanya; hasrat kita untuk terlibat dalam perbuatan positif ketika kita mendengar manfaat yang mereka bawa; dan hasrat kita untuk menghindari perbuatan negatif ketika kita memahami kerugian yang disebabkan oleh mereka.

1.3 Keyakinan yang dalam

Keyakinan yang dalam adalah keyakinan pada Tri Ratna yang timbul dari dalam lubuk hati kita begitu kita memahami kualitas luar biasa dan kekuatan berkah mereka. Ini merupakan kepercayaan penuh hanya terhadap Tri Ratna, yang berasal dari pengetahuan bahwa mereka adalah satu-satunya perlindungan yang dapat dipercaya, yang selamanya dan dalam segala keadaan, apakah kita bahagia, sedih, kesakitan, menderita penyakit, hidup ataupun mati. Yang Dipertuan Yang Mulia dari Uddiyana berkata:

Keyakinan dari kepercayaan yang dalam memungkinkan berkah dapat masuk ke dalam diri anda; Ketika pikiran anda bebas dari keraguan, apa pun juga yang anda harapan dapat tercapai.

206

Oleh sebab itu, keyakinan adalah ibarat benih di mana segala hal positif dapat tumbuh. Tanpa keyakinan, benih tersebut seolah-olah telah hangus. Sutra mengatakan:

Pada mereka yang kurang percaya, Tidak ada hal positif yang akan tumbuh; Sama halnya dengan benih yang hangus, Tunas hijau tak akan pernah muncul.

Dari ketujuh jenis harta mulia,139 keyakinan adalah yang paling utama. Dikatakan bahwa:

Roda keyakinan yang mulia Menggelinding siang malam sepanjang jalan kebajikan.

Keyakinan adalah kekayaan kita yang paling berharga. Ia seperti harta karun yang membawa bekal kebajikan yang tak kunjung habis. Ia seperti sepasang kaki yang menuntun kita di sepanjang jalur pembebasan, dan seperti sepasang lengan yang mengumpulkan segala hal positif untuk kita.

Keyakinan adalah kekayaan dan harta karun yang terbesar, kaki yang paling baik; Bagaikan lengan, ia adalah dasar untuk mengumpulkan semua kebajikan.

Besarnya belas kasih dan berkah dari Sang Tri Ratna tidak dapat diba- yangkan, namun kemampuan mereka untuk menjangkau kita sepenuhnya tergantung pada keyakinan dan rasa bakti kita. Jika anda memiliki keyakinan dan rasa bakti yang besar, maka belas kasih dan berkah yang anda terima dari guru anda dan Sang Tri Ratna akan besar juga. Jika keyakinan dan rasa bakti anda setengah-setengah, belas kasih dan berkah yang menjangkau anda juga hanya setengah-setengah, dan jika anda hanya mempunyai keyakinan dan rasa bakti yang kecil, hanya berkah dan belas kasih yang sedikit akan menjangkau anda. Jika anda tidak punya keyakinan dan rasa bakti sama sekali, sungguh tidak ada apa pun yang akan anda peroleh. Tanpa keyakinan, bahkan bertemu dengan Buddha sendiri dan diterima sebagai muridnya pun akan sia-sia, sama halnya

139 Lihat catatan kaki No. 75. 207

dengan bhiksu Sunaksatra, yang ceritanya telah diuraikan dalam bab sebelumnya, dan kemenakan Buddha, Devadatta. Bahkan di masa kini, kapan saja Buddha diundang dengan keyakinan dan rasa hormat yang tulus, ia akan hadir dan menganugerahkan berkah. Belas kasih Buddha tidak mengenal dekat atau jauh.

Siapa saja yang bedoa kepadanya dengan keyakinan, Buddha hadir di depan mereka, Dan akan memberi penguatan dan berkah.

Dan Guru Agung dari Uddiyana berkata;

Untuk semua laki-laki dan perempuan yang berkeyakinan terhadap saya, Saya, Padmasambhava, tidak akan meninggalkannya – Saya akan tidur di samping pintu mereka. Karena bagiku tidak ada hal yang disebut kematian; Di depan setiap orang yang berkeyakinan, akan ada satu Padmasambhava.

Ketika seseorang memiliki keyakinan yang dalam, belas kasih dan berkah Buddha dapat hadir dalam bentuk apa pun. Ini dijelaskan dalam cerita perempuan tua beriman yang dituntun ke arah kebuddhaan oleh sepotong gigi anjing.

Sekali peristiwa ada seorang perempuan tua yang anak tunggalnya adalah pedagang. Anaknya sering pergi ke India untuk melakukan perdagangan. Pada suatu hari perempuan tua itu berkata kepada anaknya: "Bodh Gaya ada di India, dan adalah tempat di mana Sang Buddha mencapai pencerahan. Bawakan saya relik khusus dari sana, supaya saya dapat melakukan sujud kepadanya." Dia mengulangi permintaannya berulang kali, tetapi putranya tetap lupa dan tidak pernah membawa barang yang ia minta. Suatu hari, ketika sang anak sedang bersiap-siap untuk pergi lagi ke India, ibunya berkata kepadanya, "Kali ini, jika kamu tidak membawakan saya sesuatu untuk sujud saya, saya akan bunuh diri di depan kamu!" Putranya bepergian ke India, menyelesaikan bisnis yang direncanakan, lalu berangkat pulang, sekali lagi melupakan permintaan ibunya. Pas ketika ia hampir sampai ke rumahnya, ia teringat kata-kata ibunya.

208

"Sekarang apa yang harus saya lakukan?" ia berpikir kepada dirinya. "Saya belum membawa apa pun untuk ibuku yang tua untuk sembah sujudnya. Jika saya tiba di rumah dengan tangan kosong, ia akan bunuh diri!" Melihat ke sekeliling, ia mendapatkan satu tengkorak anjing tergeletak di dekat tempat itu. Ia mencabut salah satu gigi anjing tersebut dan membungkusnya dengan kain sutera. Setiba rumah, ia memberikannya kepada ibunya, sambil berkata, "Ini adalah salah satu gigi Buddha. Kamu dapat menggunakannya sebagai dukungan untuk doamu." Perempuan tua itu percaya padanya. Dia memiliki keyakinan yang dalam terhadap gigi tersebut, menganggapnya benar-benar berasal dari Buddha. Dia melakukan sembah sujud dan memberikan persembahan setiap hari, dan dari gigi anjing tersebut timbul banyak sarira.140 Ketika perempuan tua itu meninggal, muncul bubungan cahaya pelangi di sekitarnya dan tanda pencapaian lainnya. Sebenarnya gigi anjing tidak mengandung berkah apa pun. Tetapi keyakinan perempuan tua itu begitu kuat, sehingga ia yakin bahwa benda tersebut benar-benar adalah gigi Buddha. Melalui keyakinannya, gigi tersebut dikaruniai dengan berkah Buddha, sampai akhirnya gigi anjing tersebut sama sekali tidak berbeda dengan gigi Buddha.

Sekali peristiwa, di provinsi Kongpo hidup seorang dungu yang kemudian dikenal sebagai Jowo Ben. Ia membuat perjalanan ke Tibet Tengah untuk mengunjungi Jowo Rinpoche. 141 Ketika ia tiba di depan rupang tersebut, tidak ada petugas atau orang di sekitarnya. Melihat makanan persembahan dan lampu mentega di depan rupang tersebut, ia membayangkan bahwa Jowo Rinpoche mesti mencelupkan potongan kue persembahan tersebut ke dalam mentega yang dilelehkan oleh lampu dan memakannya. Sumbu yang sedang menyala di lampu tersebut, pada pikirannya pasti untuk menjaga agar mentega tetap mencair. "Saya pikir saya lebih baik makan sedikit, seperti yang dilakukan Jowo Rinpoche," ia berpikir kepada dirinya, lalu mencelupkan suatu potongan dari adonan torma persembahan ke dalam mentega dan memakannya. Ia melihat ke arah wajah yang tersenyum dari Jowo. "Sungguh anda adalah seorang Lama yang baik," ia berkata. "Bahkan ketika anjing datang dan mencuri makanan persembahanmu, anda tetap tersenyum; ketika angin membuat lampumu memercik, kamu masih tetap

140 Sarira: Benda bulat seperti mutiara kecil yang muncul dari sari praktisi yang tercerahkan. 141 Rupang Buddha Sakyamuni yang tekenal di Vihara Jokhang, Lhasa. 209

tersenyum. Nih, saya akan tinggalkan sepatu botku disini. Tolong jaga sebentar sementara saya berjalan mengelilingimu." Ia mencopot sepatu botnya dan menaruhnya di depan rupang. Selagi ia berjalan mengelilingi jalan kecil yang melingkari kuil, petugas melihat sepatu bot tersebut. Hampir saja ia membuangnya ketika tiba-tiba rupang tersebut berkata: "Jangan membuang sepatu bot itu. Kongpo Ben telah mempercayakannya kepada saya!" Ben akhirnya kembali dan mengambil sepatu botnya. "Kamu benar-benar apa yang mereka sebut seorang Lama yang baik" ia berkata kepada rupang itu. "Tahun depan, datang dan kunjungi kami. Aku akan menyembelih seekor babi tua dan memasaknya untukmu, juga membuatkan bir enak dari jelai yang tua" "Aku akan datang," kata Jowo. Ben pulang ke rumah dan menceritakan kepada isterinya, "Aku telah mengundang Jowo Rinpoche. Aku tidak yakin kapan persisnya ia datang, namun – jangan lupa mengawasi kalau-kalau ia sudah tiba." Satu tahun sudah lewat. Suatu hari, ketika isteri Ben sedang meng- ambil air di sungai, dengan jelas ia melihat pantulan Jowo Rinpoche di dalam air. Dengan segera dia berlari ke rumah dan memberitahu suaminya: "Ada sesuatu yang jatuh di sana, di dalam sungai.... Saya pikir mungkin itu adalah orang yang kamu undang." Ben segera ke sungai dan melihat bayangan Jowo Rinpoche bersinar di dalam air. Sambil berpikir bahwa ia pasti telah terjatuh ke dalam sungai itu, Ben menyelaminya. Ketika ia memegang bayangan tersebut, ia merasa bahwa ia benar-benar dapat memegangnya dan membawa bersa- manya. Ketika mereka melanjutkan perjalanan ke arah rumah Ben, mereka tiba di depan suatu batu karang besar yang terletak di sisi jalan. Jowo tidak ingin pergi lebih jauh. "Aku tidak masuk ke rumah orang awam," ia berkata, lalu menghilang ke dalam batu karang tersebut. Tempat ini, di mana Jowo sendiri telah terlihat datang, disebut Jowo Dole, dan sungai di mana bayangan muncul bernama Sungai Jowo. Konon, bahkan sekarang ini tempat tersebut menganugerahkan berkah yang sama seperti Jowo di Lhasa, dan semua orang bersujud dan memberi persembahan di sana. Adalah kekuatan dari keyakinannya yang teguh sehingga Ben mengalami belas kasih Buddha tersebut. Walaupun ia makan mentega dari

210

lampu dan makanan persembahan, dan meletakkan sepatu botnya di depan Jowo – suatu perbuatan yang tidak saja salah – kekuatan dari keyakinannya membuat semuanya menjadi positif.

Terlebih lagi, realisasi nyata dari kebenaran absolut, atau keadaan hakiki batin hanyalah tergantung pada keyakinan. Sebagaimana dikata- kan dalam sutra:

O Sariputra, kebenaran yang absolut hanya direalisasi melalui keyakinan.

Ketika anda membangkitkan keyakinan yang luar biasa, dengan kekuatannya, berkah guru dan Sang Tri Ratna akan masuk ke dalam diri anda. Kemudian realisasi yang benar akan timbul dan anda akan melihat sifat dasar batin yang sesungguhnya. Ketika hal tersebut terjadi, anda akan merasakan kepercayaan dan keyakinan yang luar biasa dan tak tergoyah- kan terhadap guru anda dan Sang Tri Ratna. Dengan cara demikian, keyakinan dan realisasi sifat alami batin saling mendukung satu sama lain.

Sebelum meninggalkan Jetsun Mila, Dagpo Rinpoche bertanya kapan dia harus mulai mengajar. "Suatu hari," jawab Jetsun, "Kamu akan memiliki suatu realisasi yang membawa kamu ke suatu pandangan yang luar biasa jelas dan berbeda dari sifat pikiran yang kamu miliki sekarang. Pada waktu itu, keyakinan yang kokoh akan timbul dalam dirimu, dan kamu akan memandang saya, bapakmu yang tua ini, sebagai Buddha yang sesungguhnya. Itulah saat kamu mulai mengajar." Oleh karena itu, kemampuan kita untuk menerima belas kasih dan berkah dari guru dan Tri Ratna, tergantung seluruhnya pada devosi dan keyakinan. Suatu ketika, seorang murid memohon kepada guru Jowo Atisa, "Jowo, beri aku berkahmu!" "Murid yang lengah," jawab Atisa, "beri aku devosimu...." Oleh sebab itu, kepercayaan mutlak yang teguh, yang timbul dari devosi dan keyakinan yang luar biasa, adalah sangat dibutuhkan. Dan hanya dengan demikian dapat membuka pintu berlindung.

2. Motivasi

211

Ada tiga tingkat yang berbeda dari motivasi dalam berlindung pada jenis-jenis keyakinan tersebut di atas.

2.1 Motivasi berlindung orang-orang yang berpandangan sederhana

Berlindung karena takut akan penderitaan pada tiga alam rendah – alam neraka, alam preta dan alam binatang – dan hanya dengan tujuan untuk memperoleh kebahagiaan para dewa dan manusia adalah motivasi berlindung orang-orang yang berpandangan sederhana.

2.2 Motivasi berlindung orang-orang menengah

Mengetahui bahwa di alam samsara mana pun kita dilahirkan kembali, baik alam yang lebih rendah atau yang lebih tinggi, tidak ada kebebasan dari penderitaan di sana, kemudian berlindung kepada Tri Ratna, dengan tujuan hanya untuk mencapai tingkat nirvana untuk diri kita, yang tenang dan bebas dari semua penderitaan samsara adalah motivasi berlindung orang-orang menengah.

2.3 Motivasi berlindung makhluk agung

Berlindung atas dasar penglihatan akan semua makhluk yang terbenam dalam lautan penderitaan tanpa batas di alam samsara dan mengalami berbagai macam siksaan yang tak terbayangkan, dengan tujuan untuk menempatkan mereka semua pada keadaan tertinggi dan kemahatahuan alam kebuddhaan yang lengkap dan sempurna adalah motivasi berlindung makhluk agung.

Dari ketiga tingkat motivasi ini, kita perlu memilih cara orang-orang mulia, berlindung dengan niat untuk menempatkan setiap makhluk dari seluruh makhluk yang tak terbatas ke dalam keadaan kebuddhaan yang sempurna. Sekilas tampaknya kebahagiaan para dewa dan manusia adalah keba- hagiaan yang sejati. Namun, sesungguhnya ia tidak bebas dari penderi- taan. Begitu akibat perbuatan baik yang membawa mereka ke dalam keadaan kebahagiaan tersebut terpakai habis, mereka akan jatuh ke alam yang lebih rendah. Mengapa kita berusaha keras untuk mencapai kebahagiaan alam yang lebih tinggi, jika hanya untuk sebentar saja? Nirvana Sravaka dan Pratyekabuddha membawa damai dan kebahagiaan,

212

tetapi hanya untuk diri kita sendiri. Apakah baik jika ketika semua makhluk – para ibu dan ayah kita sejak waktu yang tak berawal – sedang tenggelam dalam samudra samsara dengan penderitaan yang tak berakhir, kita tidak mencoba menolong mereka? Berlindung kepada Tri Ratna dengan harapan agar semua makhluk dapat mencapai kebuddhaan adalah cara makhluk agung dan pintu gerbang ke pahala tanpa batas. Itulah cara yang seharusnya kita pakai. Sebagaimana dikatakan dalam Rangkaian Permata:142

Karena jenis makhluk tak terbatas, Harapan untuk membantu mereka tak terbatas juga.

II. BAGAIMANA CARA MENGAMBIL PERLINDUNGAN

Menurut Kendaraan Dasar, seseorang berlindung kepada Buddha seba- gai guru, kepada Dharma sebagai jalan, dan kepada Sangha sebagai teman sepanjang jalan tersebut. Metoda yang umum dari Kendaraan Mantra Rahasia yang luar biasa adalah berlindung dengan mempersembahkan tubuh, ucapan dan pikiran kepada guru, dengan memohon yidam sebagai pendukung, dan dakini sebagai teman. Metoda yang khusus dan tinggi dari Vajrayana adalah berlindung pada jalur yang cepat, dengan mana seseorang menggunakan saluran nadi sebagai nirmanakaya, mengendalikan energi sebagai sambhogakaya dan memurnikan sari sebagai dharmakaya. Metoda berlindung yang sempurna dan tertinggi dalam sifat batin yang tak dapat dimusnahkan – misalnya dalam tingkat Kesempurnaan Agung – adalah didasarkan pada kebijaksanaan awal yang tak terpisahkan dengan tempat berlindung tersebut. Sifat dasar kebijaksanaan tersebut adalah kekosongan; ungkapan alaminya adalah kejernihan; dan belas kasihnya adalah menembus segala. Berlindung di sini berarti mewujudkan di dalam aliran pikiran diri sendiri ketiga aspek agung kebijaksanaan awal yang tak terpisahkan tersebut, dan memiliki kepercayaan penuh atas pengalaman tersebut.

Setelah memperoleh pemahaman yang jelas tentang semua cara bagaimana perlindungan harus didapatkan, kita sekarang beranjak ke

142 Skt. Ratnāvalī, sastra karangan Nagarjuna. 213

praktek nyata dari berlindung. Pertama-tama, bayangkan lapangan pahala di hadapan anda di mana anda akan berlindung. Bayangkan bahwa tempat di mana anda berada adalah sepenuhnya suatu Alam Suci Buddha yang indah dan menyenangkan, terbuat dari segala jenis barang-barang yang berharga. Alam tersebut datar seperti permukaan cermin, tanpa bukit, lembah atau sesuatu yang tak beraturan. Di tengah-tengah, di depan anda, tumbuh sebatang pohon pengabul harapan dengan lima cabang besar yang menyebar dari batangnya. Daun- daun, bunga dan buahnya yang sempurna meregang jauh ke timur, selatan, barat dan utara, sehingga mereka mengisi seluruh angkasa, dan pada tiap- tiap cabang dan ranting tergantung genta dan permata yang beraneka ragam dan mempesona. Pada cabang tengah terdapat suatu singasana yang terbuat dari permata yang ditopang oleh delapan ekor singa besar. Di atas singasana tersebut, pada alas tempat duduk yang terdiri dari bunga teratai beraneka warna, di atas piringan matahari dan bulan, duduklah guru utama anda yang agung, sumber belas kasih yang tiada bandingannya, perwujudan dari semua Buddha masa lampau, masa kini dan masa depan, muncul dalam wujud Vajradhara dari Uddiyana yang agung. Tubuhnya berwarna putih terang dengan sinar merah mawar. Ia berwajah satu, dua lengan dan dua kaki, dan duduk dalam postur seorang raja. 143 Tangan kanannya memegang vajra bercabang lima berwarna keemasan dengan sikap mengancam. Dalam tangan kirinya, yang terletak dalam sikap istirahat meditasi, ia memegang sebuah mangkok tengkorak yang berisi suatu jambangan yang terisi dengan nektar kebijaksanaan yang abadi. Mulut jambangan tertutup dengan sebatang pohon pengabul harapan. Ia memakai jubah kain brokat, jubah biarawan dan jubah biru berlengan, dan di atas kepalanya terdapat topi bunga teratai. Ia duduk dalam senggama suci dengan pasangannya, dakini putih Yeshe Tshogyal, yang memegang pisau berkait dan mangkok tengkorak. Bayangkan dia seperti tersebut di atas angkasa di depan anda, menghadap ke arah anda. Di atas kepalanya duduk semua guru dari garis silsilah, yang duduk satu di atas yang lain, masing-masing tidak menyentuh yang di bawahnya. Guru-guru tantra transmisi umum tidak terhitung banyaknya, tetapi di sini kita hanya membayangkan figur utama dari Silsilah Maha Ati Longchen Nyingtik: Samantabhadra yang mewakili dharmakaya; Vajrasattva yang mewakili sambhogakaya; dan Garab Dorje yang mewakili nirmanakaya; Guru Manjusrimitra, Guru Sri Simha;

143 Sikap duduk raja yang santai, dengan kaki kanan separuh dijulurkan dan kaki kiri ditekuk. 214

Jñanasutra yang terpelajar; pandita agung Vimalamitra; Padmasambhava dari Uddiyana dan tiga muridnya yang terdekat, yaitu Raja, Menteri dan Pasangan: Raja Dharma Trisong Detsen, penterjemah agung Vairotsana dan dakini Yeshe Tshogyal; Longchen Rabjampa yang mahatahu dan Rigdzin Jigme Lingpa. Masing-masing mereka harus dibayangkan dengan perhiasan dan atribut mereka sendiri. Mereka semuanya dikelilingi oleh yidam empat kelas tantra yang tak terhitung banyaknya, dan oleh daka dan dakini. Pada cabang depan terdapat Sang Penakluk, Buddha Sakyamuni, yang dikelilingi oleh seribu dua Buddha sempurna dari Kalpa Bhadra ini, juga oleh semua Buddha lain dari sepuluh penjuru masa lampau, masa kini dan masa depan. Mereka semuanya berada dalam wujud nirmanakya yang paling mulia, berpakaian jubah biarawan, memiliki semua tiga puluh dua ciri utama kebuddhaan – tonjolan di puncak kepala, tanda roda di telapak kaki dan lain sebagainya – dan delapanpuluh ciri tambahan lainnya. Mereka duduk dalam postur vajra. Ada yang berwarna putih, ada yang kuning, ada yang merah, hijau dan biru. Berkas cahaya yang menakjubkan terpancar dari badan mereka. Pada cabang sebelah kanan bayangkan duduk delapan Anak Dekat yang agung,144 dipimpin oleh Bodhisattva Pelindung Tiga Keluarga – Manjusri, Vajrapani dan Avalokitesvara – dan dikelilingi oleh seluruh sangha mulia Bodhisattva. Di antara mereka ada yang berwarna putih, kuning, merah, biru dan hijau. Kesemuanya memakai tigabelas perhiasan sambhogakaya, dan berdiri dengan kedua kakinya. Pada cabang sebelah kiri, bayangkan kedua Sravaka utama, Sariputra dan Maudgalyayana, yang dikelilingi oleh Sangha yang mulia dari Sravaka dan Pratyekabuddha. Mereka semua berwarna putih, berpakaian tiga jubah biarawan. Mereka juga berdiri, sambil memegang tongkat dan mangkok pindapatta mereka. Pada cabang di belakang, bayangkan Permata Dharma dalam wujud tumpukan buku. Paling atas dari mereka, yang terbungkus oleh terali cahaya, adalah enam juta empat ratus ribu tantra Maha Ati. Label dari tiap volumenya menghadap ke arah anda. Semua buku ini tampak dengan jelas dan nyata, dan bergema dengan nyanyian spontan A-li-ka-li.145 Di antara cabang-cabang tersebut, terdapat semua Pelindung Dharma yang jaya, baik pelindung bijaksana maupun pelindung yang dikuasai oleh

144 Delapan Bodhisattva pengiring Buddha Sakyamuni: Manjusri, Avalokitesvara Vajrapani, Maitreya, Akasagarbha, Ksitigarbha, Sarvanivaranaviskambhin dan Samantabhadra. 145 Huruf-huruf mati dan huruf-huruf hidup bahasa Tibet. 215

ikatan karma mereka di masa lampau. Muka semua pelindung pria menghadap keluar; aktivitas mereka adalah untuk mencegah rintangan luar masuk ke dalam, melindungi kita dari rintangan dan kondisi-kondisi yang tidak sesuai untuk berlatih Dharma dan mencapai pencerahan. Semua pelindung wanita mukanya menghadap ke arah dalam; aktivitas mereka adalah untuk memelihara pencapaian bagian dalam supaya tidak mengalir keluar. Bayangkan semua figur tempat berlindung ini, dengan kualitas pengetahuan, cinta kasih dan kekuatan mereka yang tak terhingga, sebagai satu-satunya pemandu yang menuntun anda. Kemudian bayangkan ayah pada kehidupan ini ada bersama di sebelah kanan anda dan ibu anda pada sisi kiri anda. Di depan anda, berkumpul bersama-sama dalam kerumunan yang tak terhingga banyaknya dan menutupi permukaan bumi, adalah semua makhluk dari tiga dunia dan enam alam. Baris yang pertama terdiri dari semua musuh yang membenci anda dan semua pembuat rintangan yang merugikan anda. Semua makhluk ini berdiri bersama anda dengan telapak tangan dirangkapkan. Sambil menyatakan rasa hormat dengan badan anda, lakukan sembah sujud. Untuk menyatakan rasa hormat dengan suara anda, lafalkan doa perlindungan, dan untuk menyatakan rasa hormat dengan pikiran anda, bangkitkan pikiran berikut: "O Guru dan Tri Ratna, apa pun juga yang terjadi atas diri saya, hal yang mendukung ataupun yang merintangi, menyenangkan ataupun menyakitkan, yang baik ataupun yang buruk, apa pun juga penyakit dan penderitaan yang menimpa saya, saya tidak punya pembela maupun tempat berlindung selain anda. Anda adalah satu-satunya pelindungku, satu-satunya pemanduku, satu-satunya tempat berteduh dan satu-satunya harapanku. Mulai sekarang sampai saya mencapai inti pencerahan, saya menempatkan semua kepercayaan dan keyakinan kepada Anda. Saya tidak akan meminta pendapat dari ayahku, maupun meminta nasihat ibuku, ataupun memutuskan sendiri. Adalah Anda, guruku dan Tri Ratna, yang saya mohon sebagai pendukungku. Adalah kepada Anda saya membuat persembahan. Saya mempercayakan diriku kepadamu saja. Saya tidak punya tempat berlindung yang lain, tidak ada harapan lain selain Anda!"

Dengan keyakinan yang membara seperti ini, ucapkan teks berikut:

216

དཀོན་མཆོག་ག�མ་དངོས་བདེ་གཤེགས་�་བ་ ག�མཿ KON CHOG SUM NGÖ DE SHEG TSA WA SUM Pada para Sugata dari Tiga Akar, Sang Tri Ratna sejati, �་�ང་ཐིག་ལེའི་རང་བཞིན་�ང་�བ་སེམསཿ TTSA LUNG THIG LEI RANG ZHIN JANG CHUB Pada bodhicitta, sifat alami dari saluran SEM nadi, energi dan sari, ངོ་བོ་རང་བཞིན་�གས་�ེའི་ད�ིལ་འཁོར་ལཿ NGO WO RANG ZHIN THUG JEI KYIL KHOR LA Dan pada mandala dari hakikat awal, lambang alam dan belas kasih, �ང་�བ་�ིང་པོའི་བར་�་�བས་�་མཆིཿ JANG CHUB NYING PÖ BAR DU KYAB SU CHI Saya berlindung sampai saya mencapai inti pencerahan

Ucapkan sebanyak mungkin dalam setiap sesi, sampai anda sudah mengulangnya sebanyak seratus ribu kali. Sebelum mencapai seratus ribu kali, berlatihlah dengan teratur dan jadikan kegiatan tersebut latihan anda yang rutin dan yang paling penting. Anda mungkin ingin tahu mengapa musuh dan pembuat rintangan didahulukan dari pada orang tua anda dalam latihan berlindung. Mereka dibayangkan di depan kerumunan, sedangkan ibu dan ayah anda berada di samping anda di baris belakang. Alasannya adalah karena kita yang mempraktekkan Kendaraan Besar, harus memiliki rasa sayang dan belas kasih bodhicitta yang sama untuk seluruh makhluk yang tak terbatas. Lebih-lebih lagi, satu-satunya cara menghimpun pahala besar dan tidak memboroskan semua yang kita kumpulkan adalah menjadikan kesabaran sebagai latihan utama kita. Sebagaimana dikatakan:

Bagaimana kita bisa melatih kesabaran jika ada tak seorang pun yang membuat kita marah?

Adalah kejahatan yang disebabkan oleh musuh dan pembuat rintangan yang memberi anda kesempatan untuk mengembangkan kesabaran. Pengamatan yang saksama akan menunjukkan bahwa dari sudut pandang Dharma, musuh dan pembuat rintangan adalah lebih berbaik hati terhadap anda dibanding orang tua anda. Orang tua anda, dengan mengajar anda semua tipu daya yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan di dunia ini, dapat mencegah anda terbebas dari kedalaman alam rendah pada kehidupan yang akan datang. Oleh karena itu, kebaikan mereka bukanlah 217

sebesar seperti yang tampak oleh kita. Pada sisi lain, musuh dan pembuat rintangan sangat baik terhadap anda. Justru karena kemalangan yang disebabkan oleh musuh kitalah yang membuat kita memiliki alasan untuk melatih kesabaran. Suka atau tidak suka, mereka memisahkan anda dengan harta dan kekayaan anda – suatu ikatan yang mencegah anda bebas dari alam samsara, yang merupakan satu-satunya sumber dari segala penderitaan. Melalui penyakit dan penderitaan yang mereka timbulkan, banyak kesalahan yang lampau dibersihkan. Lebih-lebih lagi, musuh dan rintangan membawa anda kepada Dharma, sebagaimana terjadi pada Jetsun Mila, yang pamannya, dengan dibantu oleh bibinya, merampas semua kekayaannya. Juga pada bhiksuni Palmo, yang karena menderita penyakit kusta yang disebabkan oleh naga jahat, membuatnya untuk membaktikan dirinya pada latihan Avalokitesvara, yang sesudah itu mencapai pencapaian yang tertinggi. Raja Dharma Longchenpa yang mahatahu berkata:

Terserang oleh penderitaan, kita berpaling kepada Dharma; Dan menemukan jalan ke pembebasan. Terima kasih, tenaga-tenaga jahat! Ketika duka cita menyerbu pikiran kita, kita berpaling kepada Dharma Dan menemukan kebahagiaan yang kekal. Terima kasih, duka cita! Karena kejahatan yang disebabkan oleh roh jahat, kita berpaling kepada Dharma Dan menemukan keberanian. Terimakasih, hantu dan setan! Lewat kebencian orang lain, kita berpaling kepada Dharma Dan memperoleh berkah dan kebahagiaan. Terima kasih, mereka yang membenci kita! Oleh kemalangan yang kejam, kita berpaling kepada Dharma Dan menemukan jalan ke pembebasan. Terima kasih, kemalangan! Terdesak oleh orang lain, kita berpaling kepada Dharma Dan menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Terima kasih, semua orang yang mendesak kita. Kami melimpahkan pahala kami kepada anda semua, demi mem- balas kebaikan anda.

Oleh karena itu, bukan saja musuh anda telah sangat berbaik hati kepada anda dalam kehidupan ini, mereka juga adalah orang tua anda

218

dalam kehidupan yang lampau. Inilah alasannya kenapa anda perlu memberi tempat yang penting seperti itu dalam latihan ini. Pada akhir sesi latihan, bayangkan karena rasa bakti dan kerinduan anda, berkas cahaya yang tak terhingga banyaknya memancar dari semua deity perlindungan. Cahaya tersebut menyentuh anda dan semua makhluk, dan seperti sekelompok burung yang terserak oleh lemparan batu, anda semua terbang ke atas dengan suara yang menderu dan melebur ke dalam persamuan deity-deity tempat berlindung. Kemudian deity-deity yang ada di bagian luar melebur dalam cahaya, mulai dari bagian luar ke bagian dalam, dan melebur ke dalam guru yang berada di tengah, yang merupakan perwujudan dari ketiga tempat berlindung. Semua deity yang berada di atas kepala guru juga melebur ke dalam dirinya. Kemudian guru melebur dan lenyap dalam berkas cahaya. Berdiamlah selama mungkin dalam keadaan awal yang bebas dari segala macam elaborasi, yaitu dharmakaya, tanpa bergeraknya pikiran sedikit pun. Sesudah anda bangun dari meditasi ini, salurkan jasa kebajikan tersebut kepada semua makhluk yang tidak terbatas dengan kata-kata berikut:

དགེ་བ་འདི་ཡིས་�ར་�་བདག ། GE WA DI YÏ NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini, དཀོན་མཆོག་ག�མ་པོ་འ�བ་�ར་ནས། ། TKON CHOG SUM PO DRUB GYUR NË Semoga saya dengan cepat mencapai tingkat Sang Tri Ratna, འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། ། DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa kecuali དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག ། DE YI SA LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.

Ingatlah deity-deity tempat berlindung sepanjang waktu dalam setiap keadaan. Ketika anda berjalan, bayangkan mereka berada di angkasa sebelah kanan di atas bahu anda, dan bayangkan anda sedang berjalan mengitari mereka. Ketika anda duduk, bayangkan mereka di atas kepala anda sebagai pendukung atas doa anda. Ketika anda makan, bayangkan mereka berada di dalam kerongkongan anda dan persembahkan bagian dari makanan atau minuman yang pertama kepada mereka. Ketika anda tidur, bayangkan mereka berada di tengah-tengah hati anda. Latihan ini penting untuk melebur khayalan menjadi cahaya jernih. 219

Apa pun juga yang anda lakukan, janganlah pernah terpisah dari gambaran mental yang jelas dari deity-deity tempat berlindung. Percaya- kan diri anda dengan keyakinan sepenuhnya kepada Tri Ratna, dan persembahkan diri anda seluruhnya untuk berlindung.

III. ATURAN DAN MANFAAT DARI BERLINDUNG

1. Aturan berlindung

Aturan berlindung terdiri dari tiga hal yang harus dihindari, tiga hal yang harus dilaksanakan, dan tiga sikap tambahan yang harus dicermati.

1.1 Tiga hal yang harus dihindari

Setelah anda berlindung pada Buddha, janganlah memberi hormat kepada dewa-dewa alam samsara. Dengan kata lain, karena para dewa tirthika, seperti Isvara atau Visnu, mereka sendiri belum terbebas dari penderitaan samsara. Tidak boleh juga anda memberi hormat pada dewa- dewa setempat, dewa penunggu tanah, atau roh dan dewa duniawi yang kuat lainnya. Anda tidak boleh menjadikan mereka sebagai tempat berlindung anda untuk kehidupan masa depan anda, memberi persembahan kepada mereka, atau bersujud kepada mereka. Setelah berlindung pada Dharma, janganlah merugikan orang yang lain, meski dalam mimpi anda. Berusahalah sekuat tenaga untuk melindungi mereka. Setelah berlindung pada Sangha, janganlah bergaul dengan tirthika dan orang-orang yang tidak percaya akan ajaran Sang Penakluk atau pada Buddha yang sempurna yang memberi ajaran tersebut. Walaupun tidak ada tirthika yang sesungguhnya di Tibet, anda perlu juga menghindari bergaul dengan orang yang berperilaku seperti tirthika – misalnya dengan orang yang menghina dan mengkritik guru anda dan Dharma, atau yang mencemarkan nama baik ajaran yang dalam dari Mantrayana Rahasia.

1.2 Tiga hal untuk dilaksanakan

Setelah berlindung pada Buddha, hargai dan hormatilah bahkan suatu potongan yang kecil dari rupang yang patah yang mewakilinya. Naikkan ke atas kepala anda dan taruhlah di tempat yang bersih. Miliki keyakinan

220

dan lihatlah barang tersebut dengan pandangan yang murni, dengan menganggapnya sebagai Permata Buddha yang sesungguhnya. Sesudah berlindung pada Dharma, hormati bahkan suatu sobekan dari kertas yang bertuliskan satu suku kata dari kitab suci. Naikkan ia ke atas kepala anda dan anggaplah ia sebagai Permata Dharma yang sesungguh- nya. Setelah berlindung pada Sangha, anggaplah semua barang yang menandakan hal tersebut, apakah itu tidak lebih dari pada suatu tambalan kain merah atau kain kuning, sebagai Permata Sangha yang sesungguhnya. Hargai dan hormati ia, naikkan ke atas kepala anda, taruhlah di tempat yang bersih dan hormati ia dengan keyakinan dan pandangan yang murni.

1.3 Tiga aturan tambahan

Anggaplah guru anda, teman spiritual yang mengajar anda saat ini tentang apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan sebagai Permata Buddha yang sesungguhnya. Jangan berjalan pada bayang-bayangnya, dan usahakan untuk melayani dan menghormatinya. Anggaplah setiap kata dari guru mulia anda sebagai Permata Dharma. Terimalah segala yang dikatakannya dengan tanpa menentangnya sedikit pun. Anggaplah rombongan pengiringnya, murid-muridnya dan teman- teman sedharma yang memililki perilaku yang murni sebagai Permata Sangha. Hormati mereka dengan tubuh, ucapan dan pikiran anda dan tidak pernah membuat mereka kesal, biarpun untuk sesaat saja.

Terutama sekali dalam Kendaraan Mantra Rahasia, guru adalah perlin- dungan yang utama: badannya adalah Sangha, ucapannya adalah Dharma dan pikirannya adalah Buddha. Oleh karena itu, kenalilah dia sebagai intisari gabungan dari Tri Ratna dan pandanglah semua perbuatannya adalah sempurna. Ikuti dia dengan kepercayaan mutlak dan cobalah berdoa kepadanya setiap waktu. Ingatlah bahwa membuatnya jengkel dengan apa pun yang anda lakukan, ucapkan atau pikirkan berarti meninggalkan perlindungan seluruhnya. Oleh sebab itu, letakkanlah semua usaha dan tekad anda dalam usaha untuk menyenangkannya setiap waktu. Apa pun juga yang terjadi pada anda, apakah itu menyenangkan atau tidak enak, baik atau buruk, penyakit atau penderitaan, percayakan diri anda seluruhnya pada Permata Guru. Kenalilah bahwa semua kesejah-

221

teraan muncul dari belas kasih Tri Ratna. Konon, segala yang menye- nangkan dan baik di dunia ini – bahkan angin sepoi-sepoi pada hari yang panas – berasal dari belas kasih dan berkah Sang Buddha. Dengan cara yang sama, hal positif yang paling kecil yang terpikir dan timbul dalam pikiran anda, adalah diakibatkan oleh kekuatan berkahnya yang tak terbayangkan. Dalam Jalan Bodhisattva, Santideva berkata:

Seperti ketika kilat petir memecah malam, Dengan cahayanya yang menyilaukan menampakkan tempat sembu- nyi semua awan gelap, Demikian juga, adalah karena kekuatan Buddha, Pikiran yang luhur terlintas pada makhluk di dunia.

Jadi, kenalilah belas kasih Buddha dalam semua hal yang membantu dan membuat anda bahagia. Kapan saja anda menghadapi penyakit atau penderitaan, ketika setan dan musuh menciptakan rintangan, atau hal-hal lain yang mungkin menimpa diri anda, hanyalah berdoa kepada Tri Ratna dan jangan bersandar pada metoda lain untuk berurusan dengan masalah seperti itu. Jika anda harus menjalani perawatan medis atau menggunakan suatu upacara penyembuhan ritual, lakukan dengan pengenalan bahwa semua hal yang demikian adalah aktivitas dari Tri Ratna. Belajarlah untuk memiliki keyakinan dan persepsi murni, dengan mengenali bahwa semua yang tampak sebagai hal yang dimanifestasi oleh Tri Ratna. Ketika anda berangkat untuk pergi ke suatu tempat, apakah itu untuk bekerja atau untuk tujuan lain, nyatakan hormat kepada Buddha, Dharma dan Sangha di tempat tersebut sebelum anda berangkat ke sana. Jadikan doa perlindungan latihan rutin anda sehari-hari, dengan menguna- kan teks dari Longchen Nyingtik seperti yang dikutip di atas, atau doa di bawah ini yang dikenal sebagai perlindungan rangkap empat, yang mana adalah umum bagi semua yana:

Saya berlindung pada Guru. Saya berlindung pada Buddha. Saya berlindung pada Dharma, Saya berlindung pada Sangha.

Rekomendasikan kepada orang lain supaya mereka berlindung dan berilah semangat kepada mereka dalam latihan berlindung. Percayakan

222

diri anda dan orang lain kepada Tri Ratna untuk kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang, dan berlatihlah berlindung dengan rajin. Ketika anda hendak tidur, bayangkan deity-deity ladang pahala seperti yang diuraikan diatas, tetapi pada hati anda. Tidurlah dengan pikiran terpusat pada mereka. Jika anda tidak dapat melakukan demikian, berpikirlah bahwa guru anda dan Tri Ratna benar-benar ada di samping bantal anda, penuh dengan rasa sayang dan belas kasih terhadap anda. Kemudian tidurlah dengan keyakinan dan persepsi yang murni, tanpa kehilangan pemikiran akan Tri Ratna. Ketika anda makan atau minum, bayangkan Sang Tri Ratna di dalam kerongkongan anda dan persembahkan kepada mereka rasa dari segala yang ada makan atau minum. Jika anda tidak dapat melakukannya, persembahkan kepada mereka suapan atau isapan yang pertama, sambil berpikir, "Saya mempersembahkan ini kepada Sang Tri Ratna." Ketika anda punya pakaian baru untuk dipakai, sebelum memakainya untuk pertama kalinya, angkatlah mereka ke atas dan persembahkan mereka secara mental kepada Sang Tri Ratna. Kemudian kenakanlah dengan pikiran bahwa Sang Tri Ratna telah memberinya kepada anda. Kapan saja anda melihat semua hal yang memberi anda kegembiraan atau hal yang anda inginkan, persembahkanlah secara mental kepada Tri Ratna yang mulia: taman indah yang penuh dengan bunga, sungai dengan air yang jernih, rumah yang indah, hutan kecil yang menyenangkan, harta kekayaan, laki-laki dan perempuan yang cantik dalam pakaian yang indah dan sebagainya. Ketika anda mengambil air, jentikkan tiga kali beberapa tetes ke udara dan berkata "Saya mempersembahkan air ini kepada Sang Tri Ratna," sebelum menuangnya ke dalam ember anda. Semua keadaan baik dan yang anda dapatkan dalam hidup ini – kenyamanan, kebahagiaan, ketenaran, keuntungan atau apa pun – muncul dari belas kasih Sang Tri Ratna. Dengan devosi dan persepsi yang murni, pikirkan demikian, "Saya mempersembahkan semua ini kepada mereka." Persembahkanlah kepada mereka sumber pahala apa pun juga yang anda ciptakan – sembah sujud, persembahan, meditasi pada deity, lafalan mantra dan sebagainya – dan salurkan mereka demi kebaikan semua makhluk. Buatlah persembahan kepada Sang Tri Ratna sesering mungkin, pada hari bulan penuh dan bulan baru, dan pada enam waktu dalam sehari. Cermati selalu hari-hari yang merupakan hari suci Sang Tri Ratna. Apa pun yang terjadi, yang baik atau buruk, janganlah lupa untuk berlindung kepada Sang Tri Ratna. Latihlah diri anda sampai anda

223

mencapai suatu tingkat di mana walaupun merasa ketakutan dalam mimpi buruk, anda akan ingat untuk berlindung, sebab hal ini berarti bahwa anda juga akan ingat untuk berbuat demikian dalam masa bardo. Singkatnya, tempatkan kepercayaan seluruhnya kepada Sang Tri Ratna, dan jangan pernah menyerah pada keadaan, meski dengan mengorbankan hidup anda.

Sekali peristiwa di India, seorang praktisi awam agama Buddha ditangkap oleh beberapa tirthika yang mengatakan kepadanya: "Jika kamu meninggalkan berlindung kepada Tri Ratna, kami tidak akan membunuh- mu. Kalau tidak, maka kami akan membunuhmu” Ia menjawab, "Saya hanya dapat menyangkal berlindung dengan mulut saya. Saya tidak pernah dapat melakukannya dengan hati saya." Lalu mereka membunuhnya. Kita perlu benar-benar seperti orang awam tersebut. Sekali kita berhenti berlindung pada Sang Tri Ratna, maka tidak peduli bagaimana dalamnya latihan yang kita jalankan, mungkin sekali kita tidak lagi merupakan bagian dari umat Buddha. Seperti dikatakan Y.M. Atisha:

Adalah berlindung yang membedakan seseorang Buddhis atau bukan.

Ada banyak tirthika yang menghindari perbuatan buruk, bermeditasi pada deity, melatih saluran nadi dan energi, dan memiliki pencapaian yang umum. Tetapi karena mereka tidak tahu berlindung pada Tri Ratna, maka mereka tidak berada dalam jalur pembebasan dan tidak akan bebas dari samsara. Tidak ada satu pun dari semua kumpulan ajaran satra dan tantra yang tidak diketahui atau tidak pernah dibaca Jowo Atisa. Namun, dari semua itu, ia berpendapat bahwa berlindung adalah hal yang utama, sehingga hal itulah yang sering ia ajarkan waktu pembabaran Dharma – sampai-sampai orang-orang memberinya julukan "Pandita Perlindungan." Oleh sebab itu, mulai saat anda memasuki jalan pembebasan dan menjadi seorang Buddhis, latihlah berlindung bersama dengan aturan- aturannya, dan tidak pernah berhenti sekalipun hidup anda menjadi taruhannya. Sebagaimana sutra berkata:

Mereka yang berlindung pada Buddha, Adalah pengikut awam yang sejati; Mereka tidak lagi mencari perlindungan pada dewa lain. Mereka yang berlindung pada Dharma yang suci,

224

Seharusnya tidak memiliki pikiran yang buruk; Mereka yang berlindung pada Sangha yang mulia, Seharusnya tidak lagi berhubungan dengan tirthika.

Masa kini, sebagian orang mengaku pengikut Tri Ratna, tetapi tidak mempunyai rasa hormat sedikit pun terhadap barang-barang yang mewakilinya. Mereka menganggap lukisan dan rupang yang melam- bangkan Buddha atau buku-buku yang berisi kata-katanya sebagai barang- barang biasa yang dapat dijual atau digadaikan. Ini disebut "hidup dari menikmati kekayaan tubuh Tri Ratna" dan adalah merupakan suatu kesalahan yang berat. Menunjuk kekurangan suatu gambar atau rupang Buddha atau mengkritiknya, kecuali jika anda sedang mengevaluasi proporsinya dalam rangka memperbaikinya, adalah juga merupakan suatu kesalahan yang besar dan harus dihindari. Menempatkan kitab suci langsung di lantai, melangkahinya, membasahi jari anda dengan air liur untuk membalikkan halamannya dan perilaku tidak hormat yang serupa lainnya, adalah merupakan kesalahan yang serius juga. Buddha sendiri berkata:

Lima ratus tahun mendatang, Kehadiranku akan dalam wujud kitab suci; Anggaplah mereka sama dengan saya, Dan tunjukkan hormatmu pada mereka.

Adalah suatu peraturan sehari-hari bahwa seseorang tidak boleh menaruh rupang di atas kitab suci. Karena selain tubuh atau pikiran, benda tersebut adalah merupakan ucapan Buddha yang mengajar kita apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan, yang juga memastikan kesinambungan doktrinnya. Oleh sebab itu, kitab suci tidak ada bedanya dengan Buddha sendiri, dan adalah sangat suci. Lagipula, kebanyakan orang tidak berpikir bahwa vajra dan genta adalah benda yang khusus, namun menganggapnya sebagai benda biasa saja. Mereka tidak menghargai bahwa benda tersebut adalah merupakan lambang Tri Ratna. Vajra menandakan pikiran Buddha, yaitu lima kebijaksanaan. Genta berbentuk seperti wajah, yang menurut tantra luar adalah sebagai Vairocana. Dari sudut pandang tantra yang lebih tinggi, ia adalah Vajradhatvisvari. Dengan kata lain, ia mengandung lambang tubuh Buddha. Huruf-huruf yang terukir di atasnya adalah delapan bija kata dari delapan pasangan Buddha, dan suara genta sendiri melambangkan ucapan

225

Buddha, suara Dharma. Dengan demikian, secara bersama-sama vajra dan genta memenuhi semua kriteria yang melambangkan tubuh, ucapan dan pikiran Buddha. Lebih-lebih lagi, kedua benda ini mengandung semua mandala Mantra Rahasia Vajrayana, dan dengan demikian dianggap sebagai benda samaya yang luar biasa. Memperlakukan mereka dengan kurang hormat akan merupakan suatu kesalahan yang besar. Selalulah bersikap hormat terhadap mereka.

2. Manfaat berlindung

Berlindung adalah dasar semua latihan. Dengan hanya berlindung saja, anda menanam benih pembebasan di dalam diri anda sendiri. Anda membuat jarak untuk anda sendiri terhadap semua perbuatan negatif yang telah anda kumpulkan, dan mengembangkan semakin banyak perbuatan yang positif. Berlindung adalah dukungan untuk semua sumpah, sumber dari semua kualitas baik. Pada akhirnya, ia akan menuntun anda kepada tingkat kebuddhaan. Dan di samping itu, ia akan menjamin anda memperoleh perlindungan dari para dewa yang baik dan perwujudan dari semua harapan yang anda inginkan. Anda tidak pernah akan berpisah dari pemikiran tentang Tri Ratna. Anda akan ingat kepada mereka dari kehidupan yang satu ke kehidupan berikutnya, dan menemukan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan sekarang ini dan pada kelahiran yang akan datang. Dikatakan bahwa manfaatnya adalah tak terhingga. Dalam Tujuhpuluh Stanza tentang Perlindungan146, dikatakan sebagai berikut:

Tentu saja, siapa pun dapat mengambil sumpah, Kecuali mereka yang belum berlindung.

Berlindung adalah dasar yang diharuskan untuk semua sumpah Pratimoksa, sumpah untuk praktisi awam, sumpah calon biarawan dan lain sebagainya. Sebelum membangkitkan bodhicitta, menerima inisiasi dari Mantra Rahasia Vajrayana dan semua praktek lainnya, adalah penting untuk mengambil sumpah berlindung yang asli dan lengkap. Seseorang tidak bisa memulai suatu latihan, bahkan untuk latihan satu hari Arthasila sekalipun tanpa berlindung terlebih dulu. Berlindung adalah pendukung untuk semua sumpah dan semua kualitas baik. Berlindung dengan

146 Skt. Trisarana-gamana-saptati. 226

keyakinan penuh akan kualitas dari Tri Ratna sudah tak pelak lagi akan membawa manfaat. Bahkan hanya dengan mendengar kata "Buddha," saja, atau menciptakan mata rantai yang mungkin sangat lemah sekalipun terhadap lambang tubuh, ucapan dan pikiran Sang Buddha, dapat menanam benih pembebasan, dan pada akhirnya akan membawa ke arah keadaan di luar penderitaan. Dalam Vinaya, ada cerita tentang seekor anjing yang mengejar seekor babi yang berlari mengelilingi stupa. Lewat "pengitaran" ini, benih pencerahan telah tertanam dalam mereka berdua. Menurut cerita yang lain, tiga orang mencapai kebuddhaan karena sepotong tsa-tsa tanah liat. Sekali peristiwa ada seseorang yang melihat suatu rupang tsa-tsa tanah liat yang tergeletak di pinggir jalan. "Jika ia tergeletak disana," pikirnya, "hujan akan segera merusaknya; lebih baik saya melakukan sesuatu untuk itu" Maka ia menutupinya dengan sol sepatu kulit rongsokan yang ditinggalkan orang di dekat sana. Seorang lain yang sedang lewat di tempat yang sama berpikir kepada dirinya, "Tidak baik kiranya menutupi tsa-tsa dengan sol sepatu rong- sokan" dan ia pun membuang sol sepatu tersebut. Sebagai buah dari niat baik mereka, orang yang menutupi tsa-tsa dan orang yang membuang tutupnya, keduanya menerima warisan kerajaan pada kehidupan mereka berikutnya

Dengan niat yang murni, ia yang menutup Kepala Buddha dengan sol sepatu Dan ia yang kemudian membuang tutup tersebut, Keduanya menerima warisan kerajaan.

Tiga orang – pertama-tama orang yang telah mencetak tsa-tsa, kemudian orang yang menutupinya dengan sol sepatu, dan orang yang akhirnya membuang tutup tersebut – semua memperoleh kebahagiaan alam yang lebih tinggi, menerima warisan kerajaan dan sebagainya sebagai manfaat sementara, dan pada waktu yang sama maju ke arah kebuddhaan dengan menanam benih pembebasan dalam diri mereka. Dengan berlindung, anda membuat jarak diri anda terhadap semua perbuatan negatif. Berlindung pada Tri Ratna dengan tulus dan keyakinan yang kokoh mengurangi dan bahkan menghabiskan perbuatan buruk yang anda kumpulkan di masa lalu. Dan mulai saat itu, berkah belas kasih dari Sang Tri Ratna membuat semua pemikiran anda menjadi positif, sedemikian sehingga anda tidak lagi melakukan apa pun yang merugikan.

227

Contohnya, Raja Ajatasatru yang membunuh ayahnya, tetapi kemudian berlindung pada Sang Tri Ratna. Ia hanya mengalami penderitaan neraka selama satu minggu dan kemudian terbebaskan. Dan Devadatta, yang telah melakukan tiga kejahatan yang membawa balasan langsung, bahkan mengalami api neraka selagi ia masih hidup. Tetapi pada saat itu ia memiliki keyakinan pada ajaran Buddha dan berseru, "Saya bertekad dengan segenap hati berlindung kepada Buddha!" Buddha menerangkan bahwa oleh karena kata-kata tersebut, Devadatta akan menjadi seorang pratyekabuddha yang bernama Bertekad Penuh.

Kini, karena kebaikan dari seorang guru atau teman spriritual, anda menerima Dharma yang sejati dan sudah menimbulkan sedikit niat untuk berbuat baik dan berhenti berbuat jahat. Jika anda berusaha untuk berlatih berlindung pada Tri Ratna, pikiran anda akan diberkati, dan anda akan terus meningkatkan dan mengembangkan semua kualitas baik dari Jalan, seperti keyakinan, kemurnian persepsi, kekecewaan terhadap samsara dan tekad untuk membebaskan diri, keyakinan akan akibat perbuatan dan sebagainya. Pada sisi lain, biar bagaimana dalamnya rasa muak anda terhadap samsara atau tekad anda untuk mencapai pembebasan, jika anda tidak mau repot-repot berlindung pada guru dan Sang Tri Ratna atau berdoa kepada mereka, ketahuilah bahwa hal-hal yang tampak sangatlah menawan, perasaan kita sangat mudah dibohongi dan pikiran kita sangat cepat terkecoh, sehingga meski anda sedang melakukan perbuatan yang baik, namun hal tersebut dengan mudah berubah menjadi sesuatu yang negatif. Oleh karena itu adalah penting untuk mengetahui bahwa tidak ada apa pun yang lebih baik dari pada berlindung guna memotong arus perbuatan negatif masa depan.

Suatu hal penting lainnya, dikatakan bahwa :

Mara terutama sekali benci Pada mereka yang bertekun dalam latihan.

Juga:

Semakin giat latihan seseorang, Semakin kuat jua rintangan dari si Mara.

228

Kita berada dalam zaman kemerosotan. Orang-orang yang bermeditasi pada pengertian yang dalam dengan perbuatan baiknya yang besar, dengan mudah dapat tertipu oleh godaan hidup keseharian. Mereka tertahan oleh keluarga dan teman. Mereka menderita keadaan yang kurang mengun- tungkan, seperti penyakit dan gangguan tenaga negatif. Batin mereka diserbu oleh pikiran-pikiran dan keraguan. Dalam orang-orang seperti itu, rintangan latihan Dharma muncul dan menghancurkan semua pahala kebajikan mereka. Tetapi, sebagai penawar racun untuk bahaya ini, jika anda membuat suatu usaha yang nyata untuk berlindung dengan sungguh- sungguh pada Sang Tri Ratna, maka semua hal yang menghalangi latihan anda akan diubah menjadi keadaan yang baik, dan pahala anda akan tumbuh secara terus menerus.

Sekarang ini, guna melindungi diri dan ternak mereka terhadap penyakit selama setahun penuh, para perumah-tangga memanggil beberapa Lama dan para murid mereka – tak seorang pun yang sudah menerima inisiasi atau transmisi lisan yang diperlukan, maupun yang sudah melatih pembacaan – untuk membuka mandala deity yang berwajah murka. Tanpa melewati tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, mereka membelalak- kan mata sebesar cawan, dan dengan seketika masuk ke dalam kemarahan hebat yang ditujukan kepada rupang yang terbuat dari adonan. Mereka selalu melakukan "persembahan merah" dari darah dan daging, dan teriakan mereka "Bawa mereka! Bunuh mereka! Tunggu kamu. . . . Pukul mereka!" membangkitkan rasa permusuhan yang hebat pada semua orang yang mendengarnya. Tinjauan yang lebih dalam pada upacara seperti itu menunjukkan bahwa mereka adalah sebagaimana yang dikatakan Jetsun Mila:

Mengundang deity kebijaksanaan untuk melindungi kepentingan yang bersifat duniawi adalah seperti menyeret seorang raja turun dari singasananya dan menyuruhnya menyapu lantai.

Padampa Sangye berkata:

Mereka membangun mandala Mantra Rahasia di kandang kambing, dan mengaku bahwa itu adalah suatu penawar racun!

Praktek sejenis ini meracuni Mantrayana Rahasia dan mengubahnya menjadi praktek Bönpo. Mereka yang melaksanakan praktek

229

"pembebasan" haruslah jauh dari semua hal mementingkan diri sendiri. Hanyalah orang-orang yang bertindak dalam suatu skala yang luas demi kepentingan makhluk dan ajaran, boleh dengan sah membebaskan musuh dan pembuat rintangan yang melakukan sepuluh perbuatan jahat.147 Tetapi jika hal seperti itu dilakukan dengan kemarahan yang biasa dan dengan memihak, tidak saja hal itu tidak memiliki kekuatan untuk membebaskan makhluk yang diarahkan, ia juga akan menyebabkan kelahiran di alam neraka bagi orang yang melaksanakannya. Bagi orang yang tidak memiliki pencapaian dalam tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan dan yang tidak menjaga samaya, pelaksanaan upacara "persembahan merah" dengan daging dan darah bukan saja tidak dapat mengundang deity kebijaksanaan maupun pelindung Dharma, namun sebaliknya, bermacam-macam setan dan para dewa yang berhati dengki berkumpul untuk ikut serta dalam persembahan dan torma tersebut. Mungkin kelihatannya hal tersebut segera membawa manfaat, tetapi hasil akhirnya akan merupakan banyak konsekwensi yang tidak diinginkan. Perlindungan yang jauh lebih baik dibanding semuanya adalah menempatkan kepercayaan anda pada Sang Tri Ratna. Mintalah kepada para guru dan biarawan yang telah menenangkan dan mengawasi pikiran mereka sendiri untuk mebaca doa perlindungan seratus ribu kali. Anda akan dibawa ke dalam perlindungan Sang Tri Ratna; tidak ada hal apa pun yang tidak diinginkan akan terjadi pada anda dalam hidup ini, dan semua harapan anda akan terwujud secara spontan. Para dewa yang baik akan melindungi anda, dan semua mereka yang merugikan – setan dan pembuat rintangan – bahkan tidak akan mampu mendekat. Sekali peristiwa ada seseorang menangkap seorang pencuri dan memukulinya. Diiringi setiap pukulan yang keras dengan kayu, orang tersebut membacakan satu baris dari doa perlindungan: "Aku berlindung kepada Buddha," buk! "Aku berlindung kepada Dharma," buk! dan seterusnya. Setelah selesai melafalkan doa dengan diiringi pukulan tersebut, ia membiarkannya pergi. Pencuri tersebut berpikir: “Buddha Sakyamuni sungguh baik. Untung doa perlindungan hanya terdiri dari empat baris. Kalau saja lima baris, mungkin saya sudah mati terpukul. Malam itu, ia bermalam di bawah sebuah jembatan. Pikirannya terisi dengan kata-kata dari doa perlindungan bersama dengan ingatan akan

147 Yaitu: Membunuh mereka yang: memusnahkan agama Buddha, menghancurkan Tri Ratna, merampok harta milik Sangha, mencaci maki Mahayana, mencelakakan guru, memecah belah persaudaraan Vajra, merintangi orang berlatih dan tanpa belas kasih sedikitpun, menghianati samaya, dan memutarbalikkan prinsip hukum karma. 230

pukulan menyakitkan yang ia terima. Selagi ia berbaring, suatu pasukan besar setan mendekati jembatan tersebut. Akan tetapi mereka berteriak, "Ada seseorang di sini yang berlindung kepada Sang Tri Ratna!" dan mereka semuanya melarikan diri sambil menjerit-jerit.

Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengusir hal-hal yang buruk dari hidup ini dibanding dengan berlindung dari dasar hati anda pada Sang Tri Ratna. Pada kehidupan yang akan datang, ia akan membawakan anda pembebasan dan kemahatahuan. Sangatlah sulit membayangkan semua manfaat dari berlindung. Sutra Tanpa Noda148 mengatakan:

Jika semua pahala dari berlindung Mengambil bentuk, Seluruhan ruang angkasa akan terisi, Dan tidak akan cukup untuk menampungnya.

Dan dalam Sari Kebijaksanaan Transenden149:

Jika pahala dari berlindung mengambil bentuk, Ketiga dunia tidak akan dapat menampungnya. Dapatkah air yang begitu banyak di semua samudra, Diukur dengan sekop kecil?

Terlebih lagi, Sutra SariMatahari150 mengatakan:

Ia yang telah menjadikan Buddha tempat berlindungnya, Tidak dapat dibunuh oleh sepuluh juta setan; Meskipun ia melanggar sumpah atau pikirannya tersiksa, Adalah pasti bahwa ia akan melampaui kelahiran kembali.

Oleh sebab itu, baktikan diri anda dengan sungguh-sungguh pada berlindung, dasar dari semua latihan Dharma, karena manfaatnya adalah tak terkira.

148 Nama asli Vimalakīrti-Nirdeśa-Sūtra, dalam bahasa Tibet sutra tersebut dikenal dengan nama �ི་མ་མེད་པ (dri ma med pa), Sutra Tanpa Noda. 149 Skt. Arya prajna-paramita carya gatha. 150 Skt. Sūrya-garbha-sutra. 231

Saya sudah berlindung, tetapi hanya mempunyai sedikit keyakinan; Saya mengikuti latihan tiga tahap151, tetapi membiarkan komitmenku tergelincir; Berkati saya dan semua mereka yang penakut seperti saya, Agar keyakinan kami teguh dan tidak berubah.

151 Sila, samadhi, prajna. 232

BAB 2

Membangkitkan bodhicitta

Dengan kebijaksanaanmu yang tinggi, anda sudah merealisasi nirvana; Karena belas kasihmu yang besar, anda dengan sepenuh hati tetap berdiam di samsara; Dengan ketrampilanmu dalam metoda, anda sudah menyadari bahwa mereka tidak berbeda; Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

Bab ini terdiri dari tiga bagian: - pelatihan pikiran pada empat kualitas yang tidak terhingga; - membangkitkan bodhicitta, pikiran yang terarah ke pencerahan tertinggi; - pelatihan aturan bodhicitta aspirasi dan bodhicitta aplikasi.

I. PELATIHAN PIKIRAN PADA EMPAT KUALITAS YANG TIDAK TERHINGGA

Empat kualitas yang tidak terhingga adalah rasa sayang, belas kasih, kegembiraan simpatik dan kenetralan. Rasa sayang biasanya ditangani terlebih dulu. Tetapi jika kita berlatih keempatnya satu per satu secara berturut-turut sebagai suatu pelatihan pikiran, maka kita perlu mulai dengan mengembangkan kenetralan. Karena jika tidak demikian, maka rasa sayang, belas kasih dan kegembiraan simpatik apa pun yang kita

233

bangkitkan akan cenderung bersifat berat sebelah dan tidak sepenuhnya murni. Oleh karena itu, dalam hal ini kita mulai dengan renungan pada kenetralan.

1. Renungan pada kenetralan

Kenetralan (dalam bahasa Tibet: tang nyom) berarti menghentikan (tang) kebencian kita terhadap musuh dan kesukaan pada teman-teman, dan memiliki sikap yang tak berpihak (nyom) terhadap semua makhluk, bebas dari kemelekatan kepada mereka yang dekat, dan kebencian kepada mereka yang jauh dengan kita. Sebagaimana hal-hal itu tersebut terjadi sekarang, kita sangat melekat pada mereka yang pada pikiran kita merupakan bagian dari kelompok kita sendiri – ayah dan ibu, sanak saudara dan seterusnya – sedangkan kita merasakan kebencian yang tak tertahankan terhadap musuh kita dan mereka yang berhubungan dengannya. Ini adalah suatu kekeliruan yang disebabkan karena kurangnya pemahaman. Dalam kehidupan-kehidupan yang lampau, mereka yang sekarang kita anggap musuh kita, pasti sudah pernah dekat dengan kita, dan selalu dengan penuh cinta kasih pada sisi kita, memelihara kita dengan kehen- dak baik dan memberi kita bantuan dan dukungan yang tak terbayangkan. Sebaliknya, banyak dari mereka yang kita sekarang sebut teman-teman, secara pasti telah merupakan lawan kita dan melakukan kejahatan terhadap kita. Ketika kita membaca bab tentang ketidak-kekalan, hal ini digambar- kan oleh kata-kata dari Katyayana yang mulia:

Ia memakan daging ayahnya, dan menyepak pergi ibunya; Ia menimang-nimang musuh dipangkuannya sendiri; Istrinya sedang menggerogoti tulang suaminya; Aku tertawa melihat apa yang terjadi di dalam pertunjukan samsara!

Contoh lain adalah kisah tentang Putri Pema Sel, putri Raja Dharma Trisong Detsen. Ketika ia meninggal pada umur tujuh belas tahun, ayahnya pergi bertanya kepada Guru Rinpoche152 bagaimana hal seperti itu bisa terjadi. "Pada pikiran saya, putriku itu seharusnya adalah seseorang yang memiliki karma lampau yang murni," kata raja. "Ia dilahirkan sebagai putri Raja Trisong Detsen. Ia berjumpa dengan penterjemah dan pandita

152 Sebutan kehormatan lain untuk Guru Padmasambhava. 234

kalian berdua, yang seperti Buddha yang nyata. Mana mungkin hidupnya demikian pendek?" "Sama sekali bukan karena perbuatan-perbuatan lampau yang murni mana pun yang menyebabkan tuan putri dilahirkan sebagai putri anda," jawab Guru. "Suatu ketika, saya, Padma, anda, Raja Dharma yang agung, dan Bodhisattva Abbot yang agung terlahir sebagai tiga anak lelaki kasta rendah. Kita sedang membangun Stupa Besar Jarung Khashor. Pada waktu itu, tuan putri terlahir sebagai seekor lebah yang menyengat anda di leher anda. Karena sikatan tangan anda, dengan tanpa sengaja anda telah membunuhnya. Oleh karena hutang karma yang terjadi dalam kehidupan itu, lebah itu dilahirkan kembali sebagai anakmu.” Jika bahkan Raja Dharma Trisong Detsen, yang merupakan Manjusri sendiri, bisa memiliki anak yang dilahirkan padanya dengan cara seperti itu sebagai akibat perbuatan masa lampaunya, apa yang bisa kita katakan untuk makhluk yang lain? Sekarang ini, kita terhubung erat dengan orang tua kita. Mereka memberikan kasih sayang yang besar kepada kita. Ketika kita menderita, atau apa pun yang tidak diinginkan terjadi pada kita, mereka lebih sedih dibandingkan jika hal seperti itu terjadi pada diri mereka sendiri. Semua ini hanyalah pembayaran kembali hutang karma yang sudah mereka lakukan satu sama lain dalam hidup yang lampau. Dari semua orang yang kini menjadi musuh kita, tidak ada satu pun yang bukan ayah atau ibu kita selama semua kehidupan kita sebelumnya. Sekarang pun, kenyataan bahwa kita menganggap mereka melawan kita, tidaklah perlu berarti bahwa mereka benar-benar melakukan kejahatan apa pun terhadap kita. Ada beberapa orang yang kita anggap sebagai lawan, namun dari sisi mereka, mereka sama sekali tidak memandang kita seperti itu. Ada orang yang mungkin merasa bahwa mereka adalah musuh kita, tetapi sesungguhnya tidak mampu melakukan kejahatan yang nyata kepada kita sama sekali. Ada juga orang yang pada saat ini sepertinya merugikan kita, tetapi untuk jangka panjang, apa yang mereka lakukan terhadap kita mungkin membawa sesuatu yang berharga dalam hidup ini, atau membuat kita berpaling ke Dharma, dan dengan demikian membawakan kita banyak manfaat dan kebahagiaan. Di samping itu, jika kita dapat dengan trampil menyesuaikan diri pada karakter mereka dan merebut hati mereka dengan kata-kata yang lembut, dengan mudah mereka dapat berubah menjadi teman kita. Pada sisi lain, ada orang-orang yang secara normal kita anggap ter- dekat dengan kita – contohnya, anak-anak kita. Tetapi ada juga anak laki-

235

laki dan anak perempuan yang menipu atau tega membunuh orang tua mereka. Kadang-kadang si anak berpihak pada orang yang berselisih dengan orang tua mereka, dan menggabungkan diri dengan mereka untuk bertengkar dengan keluarga mereka sendiri dan merampas kekayaan mereka. Bahkan ketika kita berbaikan dengan mereka yang kita sayangi, permasalahan dan duka cita mereka lebih mempengaruhi kita dibanding berbagai kesulitan kita sendiri. Dalam rangka membantu teman-teman, anak-anak dan sanak keluarga lainnya, kita menimbun gelombang perbuatan negatif yang besar yang akan menyapu kita ke dalam neraka dalam kehidupan berikutnya. Ketika kita benar-benar ingin berlatih Dharma dengan baik, mereka menghalangi kita. Karena tidak mampu mengalahkan obsesi kita terhadap orang tua, anak-anak dan keluarga, kita menunda melatih Dharma, dan dengan demikian tidak pernah menemukan waktu untuk itu. Singkatnya, orang-orang seperti itu dapat lebih merugi- kan kita dibanding musuh kita. Lebih-lebih lagi, tidak ada jaminan bahwa mereka yang sekarang kita anggap sebagai musuh kita, tidak akan terlahir sebagai anak-anak kita pada kehidupan yang akan datang, atau bahwa para teman kita sekarang tidak akan terlahir kembali sebagai musuh kita, dan seterusnya. Hal ini hanyalah sebab kita mengambil persepsi yang timbul dan berkelibatan tentang “teman” dan “musuh” ini sebagai sesuatu yang sesungguhnya, sehingga kita menghimpun perbuatan negatif lewat kemelekatan dan kebencian. Kenapa kita berpegang pada beban demikian yang akan menyeret kita ke dalam alam rendah? Oleh karena itu, buatlah keputusan yang teguh, pandanglah semua makhluk yang tanpa batas sebagai orang tua dan anak-anak anda. Kemudian, seperti makhluk agung jaman dulu yang riwayat hidupnya dapat kita baca, anggaplah sama akan semua teman dan musuh anda. Pertama-tama, terhadap orang-orang yang anda tidak suka sama sekali – mereka yang menimbulkan kemarahan dan kebencian anda – latihlah pikiran anda dengan berbagai cara sedemikian rupa, sehingga kemarahan dan kebencian yang anda rasakan terhadap mereka tidak lagi muncul. Pikirkan mereka sebagai seseorang yang netral, yang tidak melakukan kebaikan ataupun kejahatan terhadap anda. Kemudian pikirkan bahwa makhluk yang tidak terhitung banyaknya, yang anda rasakan netral tersebut, telah pernah menjadi ayah atau ibu anda sekali waktu dalam kehidupan yang lampau sepanjang seluruh waktu tanpa awal. Renungkan- lah secara demikian, latihlah diri anda sampai anda merasakan kasih sayang yang sama kepada mereka seperti yang anda lakukan terhadap

236

orang tua anda. Akhirnya, renungkanlah sampai anda merasakan belas kasih yang sama terhadap semua makhluk – apakah anda memandang mereka sebagai teman, musuh atau di antaranya – seperti anda lakukan terhadap orang tua anda. Jika anda tidak dapat memunculkan perasaan demikian, tetapi hanya berpikir tentang semua orang, teman dan musuh, sebagai orang-orang yang sama, tanpa perasaan tertentu akan belas kasih, kebencian atau apa pun juga, itu hanyalah kenetralan tanpa perhatian yang tidak menghasilkan kejahatan maupun kebaikan. Kenetralan seperti ini bukanlah kenetralan tanpa batas. Gambaran yang diberikan untuk kenetralan yang tak terbatas yang sesungguhnya adalah ibaratnya suatu perjamuan yang diberikan oleh seorang rsi agung. Ketika para rsi agung jaman dulu mengadakan perjamuan, mereka akan mengundang semua orang, yang berkedudukan tinggi dan yang rendah, yang berkuasa dan rakyat jelata, yang baik ataupun yang jahat, orang biasa atau orang yang sangat khusus, tanpa membuat pembedaan apa pun juga. Demikian juga, sikap kita terhadap semua makhluk seluruh jagat raya haruslah suatu perasaan belas kasih yang maha luas, yang mencakup mereka semua dengan sama. Latihlah pikiran anda sampai anda mencapai tingkat kenetralan tanpa batas seperti itu.

2. Renungan pada kasih sayang

Melalui renungan kenetralan tanpa batas seperti yang diuraikan di atas, anda sampai pada memandang semua makhluk dalam ketiga alam dengan kasih sayang yang sama. Kasih sayang yang anda rasakan terhadap mereka seharusnya seperti orang tua yang menjaga anak-anak kecil mereka. Mereka tidak peduli akan rasa tidak berterima dari anak-anak dan semua kesulitan yang terjadi, namun memberikan seluruh pikiran, perkataan dan perbuatan untuk membuat si kecil bahagia, senang dan nyaman. Demikian juga, dalam kehidupan ini dan semua kehidupan yang akan datang, persembahkanlah segala yang anda lakukan, ucapkan atau pikirkan bagi kesejahteraan dan kebahagiaan semua makhluk. Semua makhluk mengejar kebahagiaan dan kenyamanan. Mereka semua ingin nyaman dan bahagia; tiada satu pun dari mereka ingin merasa tidak bahagia atau menderita. Namun mereka tidak tahu bahwa penyebab kebahagiaan adalah perbuatan yang positif, dan sebagai gantinya malah melibatkan diri mereka pada sepuluh perbuatan negatif. Dengan demikian, keinginan mereka yang paling dalam bertolak belakang dengan perbuatan

237

mereka: dalam usaha mereka untuk menemukan kebahagiaan, mereka hanya membawakan penderitaan kepada mereka sendiri Ulang dan ulangi lagi merenungkan dengan berpikir betapa baiknya jika setiap makhluk dapat memperoleh semua kebahagiaan dan keinginan mereka. Renungkan hal tersebut sampai anda menginginkan orang lain berbahagia sama seperti anda ingin berbahagia sendiri. Sutra-sutra berbicara tentang "perbuatan yang penuh kasih sayang dari tubuh, perbuatan yang penuh kasih sayang dari ucapan dan perbuatan yang penuh kasih sayang dari pikiran.” Maknanya adalah bahwa segala yang anda katakan dengan mulut anda atau lakukan dengan tangan anda, sebagai gantinya merugikan orang lain, seharusnya memberi manfaat dan kasih sayang. Seperti yang dikatakan dalam Jalan Boddhisattva:

Kapan saja melihat orang lain, Lihatlah mereka dengan hati yang terbuka dan penuh kasih.

Bahkan ketika anda memperhatikan orang lain, usahakan pandangan tersebut adalah senyuman dan menyenangkan, bukannya sorotan mata yang agresif atau ungkapan kemarahan. Ada cerita tentang ini. Suatu cerita tentang seorang penjabat pemerintah yang mendelik semua orang dengan wajah yang sangat gusar. Konon, ia terlahir kembali sebagai preta yang tinggal pada sisa-sisa makanan di bawah tungku rumah. Sutra mengatakan: “Mendelik orang suci, akan terlahir di neraka.” Perbuatan apa pun yang anda lakukan dengan badan anda, cobalah lakukan dengan lemah-lembut dan menyenangkan, cobalah tidak meru- gikan orang lain tetapi membantu mereka. Ucapan anda mestinya tidak menyatakan sikap seperti penghinaan, kritik atau kecemburuan. Buatlah tiap-tiap kata yang anda ucapkan menyenangkan dan benar. Perihal sikap mental anda, ketika anda membantu orang lain, janganlah menginginkan apa pun yang baik sebagai balasannya. Jangan menjadi orang munafik dan mencoba untuk membuat orang lain memandang anda sebagai Bodhisattva oleh karena tindakan dan kata-kata anda. Inginkan saja kebahagiaan orang lain dari lubuk hati anda dan pikirkan apa saja yang paling menguntungkan buat mereka. Berdoalah berulang-ulang dengan kata-kata berikut: “Sepanjang kehidupan saya, semoga saya tidak pernah melukai satu helai rambut pun milik makhluk lain, dan semoga saya selalu menolong mereka.” Sangatlah penting untuk menghindari agar orang-orang di bawah ke- kuasaan anda tidak menderita dengan memukul mereka, memaksa mereka

238

bekerja terlalu keras dan lain sebagainya. Hal ini berlaku pada pelayan dan hewan peliharaan anda, sampai pada anjing penjaga rumah. Selalulah ramah kepada mereka dalam segala keadaan, dalam pikiran, ucapan dan perbuatan anda. Sebetulnya, terlahir sebagai seorang pelayan atau sebagai anjing penjaga rumah, sehingga diremehkan dan diawasi oleh semua orang, adalah matangnya akibat perbuatan masa lampau. Hal itu adalah akibat timbal balik dari meremehkan orang lain ketika sedang berkuasa dalam kehidupan lampau. Jika anda sekarang memandang rendah orang lain karena kekuasaan dan kekayaan anda, anda akan membayar kembali utang tersebut pada kehidupan yang akan datang dengan terlahir sebagai pelayan mereka. Oleh sebab itu, hendaknya anda terutama ramah pada mereka yang posisinya di bawah anda. Hal apa pun yang anda lakukan secara fisik, ucapan ataupun mental untuk membantu orang tua anda sendiri, terutama mereka yang menderita penyakit kronis, akan membawa manfaat yang yang tidak terbayangkan. Jowo Atisa berkata:

Bersikap ramah terhadap mereka yang datang dari jauh, Kepada mereka yang telah sakit untuk jangka waktu panjang, Atau kepada orang tua kita waktu usia tua mereka, Adalah setara dengan meditasi pada kekosongan, Di mana belas kasih adalah seluruh inti sarinya.

Orang tua kita sudah menunjukkan kasih sayang yang tak terukur, sehingga membuat mereka marah pada usia tua mereka akan merupakan perbuatan yang sangat negatif. Buddha sendiri membayar kembali kebaikan ibunya. Beliau pergi ke Surga Tiga Puluh Tiga untuk memba- barkan Dharma kepadanya. Konon, sekalipun kita melayani orang tua kita dengan membawa mereka mengelilingi seluruh dunia di atas pundak kita, hal itu masih tidak dapat membayar kembali kebaikan mereka. Namun kita dapat membayar kembali kebaikan itu dengan memperkenalkan mereka pada ajaran Buddha. Jadi, senantiasalah melayani orangtua anda dalam pikiran, ucapan dan perbuatan, dan cobalah temukan cara untuk membawa mereka ke Dharma.

Guru Agung dari Uddiyana berkata:

Janganlah membuat orang yang berumur susah; Peliharalah mereka dengan penuh perhatian dan rasa hormat.

239

Dalam hal apa pun yang anda ucapkan dan lakukan, bersikaplah ramah pada semua mereka yang lebih tua dari anda. Rawatlah mereka dan lakukan apa pun juga yang dapat menyenangkan mereka. Sekarang ini kebanyakan orang mengatakan bahwa tidak ada jalan untuk bertahan di dunia samsara dengan tanpa merugikan orang lain. Namun ini tidak benar. Dahulu kala, di Khotan, dua orang calon biarawan sedang bermeditasi pada Manjusri yang mulia. Pada suatu hari, beliau menampakkan diri kepada mereka dan berkata, "Tidak ada hubungan karma antara kalian dan saya. Deity dengan siapa kalian mempunyai hubungan dalam kehidupan yang lampau adalah Avalokitesvara yang agung. Ia sekarang dapat anda temukan di Tibet, di mana ia memerintah sebagai raja.153 Kallian perlu pergi ke sana untuk melihatnya". Ketika kedua calon biarawan tersebut tiba di Tibet. Di belakang Gunung Chagpori,154 mereka melihat bahwa sejumlah besar orang-orang telah dieksekusi atau dipenjara. Mereka bertanya apa yang terjadi. "Ini adalah hukuman yang diperintahkan oleh raja", jawab mereka. "Raja ini pasti bukan Avalokitesvara,” kata mereka kepada diri mereka, dan karena takut bahwa mereka mungkin dihukum juga, mereka memutus- kan untuk melarikan diri. Raja tahu bahwa mereka sedang melarikan diri, lalu mengirim seorang pesuruh untuk memanggil mereka. "Jangan takut”, ia berkata kepada mereka. "Tibet adalah daerah yang liar, susah untuk ditaklukkan. Karena alasan itulah saya harus mencip- takan ilusi tentang narapidana yang dieksekusi, dipotong-potong dan seterusnya. Tetapi pada kenyataannya, saya tidak melukai mereka sehelai rambut pun.” Raja itu adalah penguasa semua wiayah Tibet, Tanah Salju, dan yang menaklukkan semua raja pada empat penjuru mata angin di bawah kekuasaannya. Ia mengalahkan angkatan perang yang menyerbu ke dalam negeri dan menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan. Walaupun ia berkewajiban menaklukkan musuh dan mempertahankan rakyatnya dalam skala yang luas seperti itu, ia berusaha melakukannya tanpa merugikan sehelai rambut pun dari orang-orang tersebut. Oleh karena itu, apakah tidak mungkin kita hindari untuk merugikan orang lain ketika kita

153 Raja yang dimaksud adalah Songtsen Gampo, raja Buddhis yang pertama di Tibet yang dianggap sebagai titisan dari Avalokitesvara. 154 Gunung Chagpori, salah satu dari empat gunung yang terkenal di Tibet, terletak di sebelah barat daya Istana Potala, Lhasa. 240

memelihara keluarga kita sendiri yang kecil, yang jika dibandingkan tidak lebih besar dari sarang serangga? Merugikan orang lain membawa ketidak-baikan sebagai balasannya. Ia hanya akan membawa penderitaan yang tidak ada akhirnya pada kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Tidak ada hal baik yang akan dihasilkannya, bahkan dalam kehidupan sekarang ini sekalipun. Tak seorang pun pernah menjadi kaya dengan membunuh, mencuri, atau hal yang serupa. Mereka hanya berakhir dengan melunasi hukuman dan kehilangan semua uang dan harta benda mereka dalam proses tersebut. Gambaran yang diberikan untuk kasih sayang yang tidak terhingga adalah seperti seekor burung betina yang menjaga anaknya. Ia mulai dengan membuat sarang yang nyaman dan lembut. Ia melindungi mereka dengan sayapnya, menjaganya supaya tetap hangat. Ia selalu ramah dan melindungi mereka sampai mereka dapat terbang. Sebagaimana burung betina, belajarlah untuk berbaik hati dalam pikiran, ucapan dan perbuatan kepada semua makhluk di tiga alam.

3. Renungan pada belas kasih

Renungan pada belas kasih adalah membayangkan makhluk-makhluk tersiksa oleh penderitaan yang kejam, dan ingin membebaskan mereka darinya. Seperti yang dikatakan:

Pikirkanlah bagaimana seseorang yang berada dalam siksaan berat – seseorang yang dilemparkan ke dalam sel bawah tanah yang paling dalam, yang sedang menunggu untuk dieksekusi, atau seekor binatang yang berdiri di depan penjagal yang segera akan membu- nuhnya. Rasakan kasih sayang pada makhluk tersebut seolah-olah ia adalah anak atau ibu anda sendiri.

Bayangkan seorang narapidana yang dijatuhi hukuman mati oleh seorang penguasa dan sedang dibawa ke tempat eksekusi, atau seekor domba yang ditangkap dan diikat oleh penjagal. Ketika anda berpikir tentang narapidana tersebut, sebagai ganti berpikir tentang orang yang sedang menderita itu sebagai seseorang yang lain, bayangkan bahwa ia adalah anda sendiri. Tanyakan diri anda apa yang akan anda lakukan dalam keadaan seperti itu. Bagaimana sekarang? Tidak ada tempat untuk melarikan diri. Tidak ada tempat untuk bersembunyi. Tidak ada tempat berlindung dan tak seorang pun akan

241

melindungi anda. Anda tidak punya cara untuk melepaskan diri. Anda tidak bisa terbang. Anda tidak punya kekuatan, tidak ada angkatan perang yang melindungi anda. Sekarang, pada saat ini, semua persepsi kehidupan ini akan segera berakhir. Anda malah harus meninggalkan tubuh milik anda yang anda sayangi dengan banyak kepedulian, dan berangkat menuju kehidupan berikutnya. Begitu menyedihkan! Latihlah pikiran anda dengan mengambil penderitaan narapidana atas diri anda sendiri Dan ketika anda berpikir tentang domba yang dibawa ke penjagalan, jangan sekedar berpikir tentangnya sebagai domba saja. Sebagai gantinya, rasakan dengan sungguh-sungguh bahwa itu adalah orangtua anda yang akan mereka bunuh. Tanyakan diri anda apa yang dapat anda lakukan dalam keadaan yang demikian. Apa yang akan anda lakukan sekarang kalau mereka akan membunuh ibu anda yang tua itu, meskipun ia tidak melakukan kejahatan apa pun? Bayangkan dalam hati sanubari anda penderitaan yang harus dialami oleh ibu anda. Ketika hati anda meledak dengan keinginan yang mendesak untuk berbuat sesuatu guna mencegah ibu anda yang tua tersebut dijagal dengan segera, hal ini mencerminkan bahwa walaupun makhluk yang menderita tersebut bukan benar-benar ayah atau ibu anda dalam kehidupan ini, namun adalah pasti mereka itu telah menjadi orangtua anda pada kehidupan yang lampau, yang telah membesarkan anda dengan kasih sayang yang besar dengan cara yang sama. Jadi, tidak ada perbedaan yang nyata. Kasihan orang tua malang yang sangat menderita! Seandainya mereka segera bisa bebas dari kesusahan mereka saat ini juga! Dengan berpikir demikian dalam hati anda, renungkanlah dengan rasa kasihan yang tak tertahankan sehingga anda berlinang air mata. Ketika rasa kasihan anda timbul, pikirkanlah bahwa semua penderitaan ini adalah akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan di masa lalu. Semua makhluk malang sekarang, yang dengan sesukanya melakukan perbuatan jahat pasti harus menderita juga. Dengan pemikiran demikian, renungkanlah dengan rasa kasihan pada semua makhluk yang sedang menciptakan penyebab penderitaan untuk diri mereka dengan membunuh dan melakukan perbuatan jahat lainnya. Kemudian pikirkan penderitaan semua makhluk yang terlahir di neraka, di alam preta dan alam siksaan lainnya. Anggaplah seolah-olah mereka adalah orang tua anda, atau diri anda sendiri, dan merenunglah pada rasa belas kasihan dengan sekuat tenaga. Akhirnya, bayangkan secara mendalam pada semua makhluk di ketiga alam. Di mana ada ruang, di situ ada makhluk. Di mana saja ada makhluk,

242

di sana ada perbuatan negatif dan penderitaan yang dihasilkan. Kasihan, makhluk yang malang, hanya terlibat dalam semua perbuatan negatif dan menderita! Betapa baiknya jika masing-masing individu dalam enam alam bisa bebas dari semua keadaan yang diakibatkan oleh perbuatan yang lampau, bebas dari semua penderitaan tersebut dan kecenderungan negatif, dan mencapai kebahagiaan kebuddhaan yang kekal yang sempurna. Ketika anda mulai bermeditasi pada rasa belas kasih, adalah penting untuk pertama-tama memusatkannya pada penderitaan makhluk secara perorangan, satu demi satu, dan baru setelah itu melatih diri anda secara bertahap, sampai anda dapat merenungkan semua makhluk secara keseluruhan. Jika tidak demikian, maka rasa belas kasih anda akan bersifat intelektual dan samar-samar, bukanlah hal yang nyata. Bayangkan khususnya penderitaan dan kesusahan dari lembu, domba, kuda beban dan binatang jinak lain di sekitar rumah anda. Si pemilik mengenakan segala macam kebiadaban pada makhluk seperti itu, yang dapat disamakan dengan siksaan neraka. Mereka mencocok hidung mereka, menyembelih mereka, mencabut bulu mereka dan mengeluarkan darah mereka hidup-hidup. Sedikitpun tidak mempertimbangkan bahwa binatang ini mungkin menderita. Jika kita memikirkan hal tersebut dengan saksama, masalahnya adalah mereka belum menumbuhkan rasa belas kasih. Pikirkan dengan saksama: sekarang ada seseorang mencabut sehelai rambut anda, pastilah anda akan menjerit kesakitan – anda tidak akan menerima begitu saja. Namun, dengan kayu pemilin, si pemilik membelit ke luar semua bulu di perut yak, meninggalkan bekas merah dari daging yang gundul. Darah mulai mengalir dari masing-masing lubang bulu tersebut. Walaupun binatang tersebut mengeram kesakitan, tidak pernah terlintas dalam benak si pemilik bahwa ia sedang menderita. Yang ia perhatikan hanyalah rasa sakit yang tak tertahankan pada lepuhan tangannya sendiri karena pekerjaan tersebut. Kadang-kadang, pada waktu berpergian dengan mengendarai kuda, ketika bokong si pengendara merasa tidak nyaman karena duduk terlalu lama di punggung binatang tersebut, ia tidak bisa lagi duduk di pelana dan harus mengendarai pelana samping sebagai gantinya. Tetapi tidak pernah terpikir olehnya bahwa mungkin kuda tersebut menjadi menderita atau lelah. Ketika kuda tersebut tidak bisa lagi meneruskan perjalanannya dan tersandung, kehabisan nafas, ia masih berpikir bahwa kudanya menjadi keras kepala. Ia menjadi marah dan memukulnya berulang-ulang tanpa rasa belas kasih sedikit pun. Pikirkan seekor binatang secara tersendiri – seekor domba, misalnya –

243

yang segera akan disembelih. Pertama-tama, ketika ia diseret dari kawanannya, ia diserang oleh ketakutan yang nyaris membuatnya lumpuh. Suatu lepuhan berdarah timbul di tempat ia dijambret. Kemudian tubuhnya dibalik dan ditekan ke tanah; kakinya diikat bersama-sama dengan tali kulit dan moncongnya diikat sampai ia mati lemas. Jika dalam keadaan sekarat, binatang tersebut kelihatan agak lambat matinya, maka penjagal, orang yang melakukan perbuatan jahat tersebut, merasa terganggu. "Ada yang tidak ingin mati!" katanya menggerutu, lalu memukulinya. Begitu domba tersebut mati, ia langsung dikuliti dan dipotong-potong. Pada waktu yang sama hewan lain ditetes darahnya sehingga ia tidak bisa berjalan tegak. Darah hewan yang mati dicampurkan dengan darah hewan yang hidup. Campuran tersebut dimasak menjadi sosis bersama-sama dengan isi perut yang dikeluarkan dari binatang yang telah disembelih tadi. Setiap orang yang memakan makanan seperti itu benar-benar adalah raksasa pemakan daging. Pikirkan dengan saksama tentang penderitaan binatang-binatang ini. Bayangkan anda sendiri sedang mengalami penderitaan demikian dan lihatlah apa yang terjadi. Tutuplah mulut anda dengan tangan dan berhenti bernafas. Berdiamlah dalam keadaan seperti itu sebentar. Alami kesakit- an dan rasa panik. Ketika anda telah sungguh-sungguh melihat apa yang terjadi, pikirkan berulang-ulang betapa sedihnya semua makhluk terganggu oleh penderitaan yang mengerikan seperti itu dengan tiada istirahat sesaat pun. Betapa baiknya andaikata anda memiliki kekuasaan untuk memberi mereka tempat berlindung dari semua penderitaan ini! Lama dan biarawan adalah orang yang diharapkan memiliki belas kasih yang besar. Tetapi mereka tidak memilikinya sedikit pun. Mereka lebih buruk dibanding para perumah tangga dalam hal membuat makhluk- makhluk menderita. Ini adalah tanda bahwa jaman ajaran Buddha sungguh mendekati akhirnya. Kita sudah sampai pada waktu di mana raksasa dan iblis pemakan daging diberi semua kehormatan. Di masa lalu, Guru kita, Buddha Sakyamuni, menolak memerintah suatu kerajaan universal seperti membuang air ludah. Beliau menjadi seorang pertapa. Dengan Arhat-arhat para pengikutnya, ia pergi berjalan kaki, meminta sedekah dengan mangkuk dan tongkat di tangannya. Tidak saja mereka lakukan dengan tanpa kuda beban dan keledai, bahkan Buddha sendiri pun tidak memiliki kendaraan. Hal itu disebabkan karena beliau merasa bahwa membuat makhluk lain menderita bukanlah cara dan ajaran Buddhis. Apakah Buddha benar-benar tidak cukup akal untuk

244

menemukan seekor kuda tua untuk dinaiki? Namun, ketika para Lama, orang-orang yang kita muliakan tersebut pergi mengadakan upacara di kampung, mereka mencocokkan seutas tali yang kasar melalui lubang cincin moncong yak mereka. Begitu mereka naik ke atas pelana, mereka menarik sekuat tenaga dengan kedua tangan mereka pada tali tersebut yang menusuk lubang hidung hewan tersebut dan mengakibatkan sakit yang tak tertahankan, sehingga membuat binatang tersebut membalikkan diri ke belakang. Kemudian, dengan cambuknya, si pengendara memukul pantat binatang tersebut dengan sekuat tenaga. Karena yak tersebut tidak sanggup menahan rasa sakit yang baru ini pada panggulnya, ia mulai berlari – tetapi ditarik-tarik terus pada hidungnya. Sakit dalam lubang hidungnya kini sangat tak tertahankan, sehingga ia berhenti sejenak, namun ia harus menerima cambukan lagi. Sentakan di depan dan pukulan keras di belakang, membuat binatang tersebut sangat kesakitan dan lelah. Keringat menetes dari tiap helai bulunya, lidahnya terjulur dan nafasnya memburu. Ia sudah tidak dapat lagi meneruskan perjalanannya. "Ada apa dengannya? Ia masih tidak berjalan dengan baik," pikir si pengendara. Dengan marah ia menusuk-nusuk binatang itu pada panggul dengan pegangan cambuknya. Dalam amukannya ia memukul begitu keras sehingga tangkai cambuk pecah menjadi dua. Ia memasukkan potongan tersebut ke dalam sabuknya, lalu mengambil sebuah batu yang tajam. Sambil berputar ke belakang dari atas pelana, ia membanting batu itu dengan keras pada pantat yak tua tersebut ... semua ini disebabkan karena ia sama sekali tidak merasa kasihan sedikit pun kepada binatang itu. Bayangkan diri anda sendiri adalah yak tua tersebut. Punggung anda tertekan dengan beban yang sangat berat. Tali menarik pada lubang hidung anda, panggul anda dicambuk, tulang rusuk anda dibuat memar oleh pijakan kaki. Di depan, di belakang, dan pada kedua sisi anda, yang terasa hanyalah rasa sakit yang membakar. Dengan tak berhenti untuk beristirahat sedetik pun, anda menaiki tanjakan, menuruni jalan yang curam, anda menyeberang sungai yang lebar dan dataran yang luas. Dengan tidak ada kesempatan untuk menelan bahkan sesuap makanan, anda dipaksa melawan kehendak anda dari dinihari sampai larut malam, ketika cahaya redup dari matahari yang terbenam sudah menghilang. Bayangkan betapa sulit dan melelahkan. Kalau saja penderitaan akan rasa sakit, lapar dan dahaga tersebut dialami diri anda sendiri, anda tidak bisa tidak merasakan rasa kasihan yang dalam dan tak tertahankan. Umumnya, mereka yang kita panggil Lama dan biarawan mestinya

245

menjadi tempat perlindungan dan bantuan – pemandu dan pelindung yang tidak memihak bagi semua makhluk. Tetapi sesungguhnya, mereka mendukung donatur yang memberi makanan, minuman dan persembahan kepada mereka. Mereka memohon agar individu yang tertentu tersebut dinaungi dan dilindungi. Mereka memberi mereka penguatan dan berkah. Dan dengan terus-menerus mereka bersatu mengusir semua preta dan makhluk halus jahat yang terlahir akibat karma sial mereka. Lama yang melakukan upacara seperti itu membangkitkan kemarahan mereka sendiri ke dalam kegeraman dan membuat gerak isyarat memukul, sambil berseru, "Bunuh, bunuh! Pukul, pukul!" Sungguh, jika seseorang menganggap roh jahat sebagai sesuatu yang harus dibunuh atau dipukul, hal itu disebabkan karena pikirannya ada di bawah pengaruh kemelekatan dan kebencian. Ia belum pernah menum- buhkan rasa kasihan yang luas dan tidak memihak. Ketika anda memi- kirkannya dengan saksama, makhluk yang membahayakan ini adalah jauh lebih memerlukan belas kasih dibanding donatur mana pun. Mereka sudah menjadi roh jahat karena karma buruk mereka. Mereka terlahir sebagai preta dengan bentuk tubuh yang mengerikan. Rasa sakit dan ketakutan mereka tidak terbayangkan. Tidak ada yang mereka alami selain rasa lapar, dahaga dan kelelahan yang tiada akhirnya. Mereka merasa segalanya mengancam mereka. Karena pikiran mereka penuh dengan kebencian dan agresi, kebanyakan dari mereka terlahir di neraka begitu mereka mati. Siapakah yang mestinya lebih dikasihani? Sang donatur mungkin sedang menderita dan sakit, tetapi hal itu akan membantu mereka untuk menghilangkan karma buruk mereka, dan tidak menciptakannya lagi. Pada sisi lain, roh-roh jahat itu sedang merugikan orang lain dengan niat jahat mereka, dan akan terlempar oleh perbuatan jahat mereka ke kedalaman alam rendah. Jika Sang Penakluk, yang trampil dalam cara dan penuh rasa belas kasih, mengajarkan seni mengusir setan atau menakut-nakuti mereka dengan cara yang kejam, hal itu pastilah keluar dari rasa belas kasih terhadap mereka, seperti seorang ibu yang memukul pantat anaknya yang tidak mendengarkannya. Ia juga mengijinkan upacara agama untuk pembebasan dipraktekkan oleh mereka yang memiliki kekuatan untuk menghentikan alir perbuatan jahat dari makhluk yang hanya merugikan, dan memindahkan kesadaran mereka ke alam Buddha. Tetapi perihal menjadi kaki tangan seorang donatur, biarawan dan orang lain yang kita anggap pada pihak kita sendiri, dan menolak setan dan pengacau sebagai musuh yang dibenci – melindungi yang satu dan menyerang yang lain

246

yang bersumber pada kemelekatan dan kebencian – mana mungkin sikap seperti itu yang diajarkan oleh Sang Penakluk?

Sepanjang kita dikemudikan oleh perasaan kemelekatan dan kebencian seperti itu, akan sia-sia untuk mencoba mengusir roh jahat. Tubuh mereka hanyalah mental, dan mereka tidak akan mendengarkan perintah kita. Mereka hanya akan melakukan hal-hal yang merugikan kita sebagai balasannya. Sungguh, tidak perlu jauh-jauh berbicara tentang nafsu dan kebencian – sepanjang kita percaya bahwa para setan dan roh-roh seperti itu benar-benar ada dan menginginkan mereka pergi, kita tidak pernah akan menundukkan mereka.

Suatu ketika Jetsun Mila sedang tinggal di Gua Benteng Garuda di lembah Chong. Ia keluar mengumpulkan kayu bakar. Waktu ia kembali ke gua, raja pembuat halangan Vinayaka membuat ilusi gaib. Di dalam guanya, Jetsun Mila menemukan lima atsara 155 dengan mata sebesar mangkok. Ia berdoa kepada gurunya dan kepada yidamnya, tetapi setan- setan itu tidak mau pergi. Ia bermeditasi dengan memvisualisasi deitynya dan melafalkan mantra murka, tetapi tetap saja mereka tidak mau pergi. Akhirnya, ia berpikir, "Marpa dari Lhodrak menunjukkan bahwa segala penampilan yang ada di alam semesta adalah pikiran, dan sifat alami pikiran adalah bersinar dan hampa. Percaya bahwa setan-setan dan pembuat rintangan ini adalah sesuatu yang ada di luar tubuh, dan menginginkan mereka pergi adalah tidak ada artinya." Dengan keyakinan yang kuat dan dengan pandangan yang mengetahui bahwa roh-roh dan setan-setan hanyalah persepsi diri sendiri, ia melangkah masuk ke dalam guanya. Atsara-atsara itu menghilang dengan ketakutan sambil menggulung-gulung mata mereka. Ini adalah juga yang dimaksud oleh Raksasi Batu Karang ketika ia bernyanyi kepadanya:

Setan kecenderunganmu ini timbul dari pikiranmu; Jika kamu tidak mengenali sifat alami pikiranmu, Aku tidak akan meninggalkan tempat ini hanya karena kamu menyu- ruhku pergi; Jika kamu tidak menyadari bahwa pikiranmu adalah kosong, Masih banyak lagi setan lain selain diriku!

155 Atsara adalah perubahan bahasa dari Bahasa Sansekerta acarya, dan di sini berarti kemunculan yang tiba-tiba yang mengambil bentuk pertapa orang India. 247

Tetapi jika kamu mengenali sifat alami pikiranmu sendiri, Keadaan yang kurang baik malah akan mendukungmu; Bahkan aku, Raksasi Batu Karang, akan menuruti perintahmu.

Lalu, kalau kita tidak merasa dan mengenali bahwa semua roh dan setan adalah pikiran kita sendiri, bisakah kita menaklukkan mereka dengan cara marah? Ketika biarawan mengunjungi donatur mereka, dengan gembira mereka makan semua domba-domba yang telah disembelih dan disuguhkan kepada mereka tanpa keraguan sedikit pun. Ketika mereka melaksanakan upacara agama khusus untuk membuat persembahan kepada pelindung, mereka menuntut daging yang bersih untuk dipakai sebagai ramuan. Bagi mereka, hal ini berarti daging yang masih berdarah dan gajih dari binatang yang baru saja dibunuh, dengan mana mereka menghias semua torma dan persembahan lain. Cara intimidasi yang menakutkan seperti itu hanya ada dalam upacara Bonpo atau tirthika – cara-cara demikian pasti bukan cara Buddhis. Di dalam Buddhis, sekali kita berlindung pada Sang Tri Ratna, kita harus mengakhiri perbuatan yang merugikan orang lain. Mana mungkin membunuh binatang ke mana kita pergi dan menikmati darah dan dagingnya bukan merupakan suatu pelanggaran dari ajaran berlindung? Terutama sekali, dalam tradisi Bodhisattva dari Mahayana, kita diharapkan menjadi tempat berlindung dan pelindung dari semua makhluk yang tanpa batas. Namun bagi semua makhluk yang memiliki karma yang tidak beruntung ini, di mana kita diharapkan untuk melindungi mereka, kita tidak merasakan belas kasih sedikit pun. Malah, makhluk yang di bawah perlindungan kita dibunuh, daging mereka dimasak dan darah mereka disajikan ke hadapan kita, pelindung mereka. Kemudian dengan sangat gembira kita melahapnya semua sambil mengules-ules bibir kita. Masih adakah hal lain yang lebih kejam dan jahat dari pada ini?

Teks dari Mantra Vajrayana yang rahasia mengatakan:

Apa pun juga yang kita lakukan yang menyinggung perasaan simha dan tramen,156 Dengan tidak mengumpulkan persembahan dari daging dan darah menurut teks, Kita mohon dakini tempat suci untuk memaafkan kita.

156 Simha: delapan dakini. Tramen: nama umum untuk dakini. 248

Disini, "mengumpulkan persembahan dari daging dan darah menurut teks" berarti mengumpulkan mereka seperti yang diterangkan di teks tantra Mantrayana Rahasia. Apakah yang dimaksud dengan teks tersebut?

Lima jenis daging dan lima ambrosia, Adalah makanan dan minuman di luar pesta.

Mempersembahkan pesta dari daging dan darah menurut teks, oleh karena itu, berarti mempersembahkan lima macam daging yang dianggap sebagai benda yang sesuai dengan samaya Mantrayana Rahasia – yakni daging manusia, kuda, anjing, gajah dan burung merak. Kelima macam daging ini tidak tercemar oleh tindakan yang merugikan makhluk lain, sebab mereka semua adalah makhluk yang tidak dibunuh untuk digunakan sebagai makanan. Ini sangat berlawanan dengan melekat pada pengertian kotor dan bersih, di mana daging manusia, daging anjing dan semacamnya dipandang lebih rendah dan kotor, dan daging gemuk lezat dari binatang yang disembelih untuk makanan dianggap bersih. Sikap seperti itu dikenal sebagai:

Menganggap kelima macam benda nikmat samaya sebagai murni dan tidak murni, Atau mengkonsumsinya secara ceroboh.

Dengan kata lain, memiliki gagasan tentang murni dan tidak murni yang berlawanan dengan samaya menikmati makanan. Bahkan kelima macam daging yang diperbolehkan hanya boleh digunakan jika anda mempunyai kekuatan untuk mengubah bentuk makanan yang anda makan menjadi nektar dan jika anda sedang dalam proses berlatih untuk mencapai pencapaian tertentu di tempat yang sunyi. Memakan mereka seperti biasa di desa, hanya karena anda suka akan rasanya, adalah apa yang dimaksud dengan "konsumsi yang ceroboh yang bertentangan dengan samaya menikmati makanan," dan adalah juga suatu pelanggaran. Oleh karena itu, "daging yang murni," tidak berarti daging dari binatang yang disembelih untuk makanan, tetapi "daging dari binatang yang meninggal oleh karena perbuatan masa lampau mereka sendiri," maksudnya daging binatang yang mati karena umur tua, penyakit, atau sebab alami lainnya, yang diakibatkan karena perbuatan mereka sendiri di masa lampau. Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya mengatakan, bahwa

249

mengambil daging dan darah yang masih hangat dari binatang yang baru saja disembelih dan menempatkannya di mandala akan membuat semua deity kebijaksanaan menjadi pingsan. Dikatakan juga bahwa memper- sembahkan darah dan daging binatang yang disembelih kepada deity kebijaksanaan adalah seperti membunuh seorang anak di depan ibunya. Jika anda mengundang seorang ibu ke perjamuan dan kemudian menyajikan daging anaknya sendiri, apa ia akan suka? Adalah dengan rasa sayang yang sama sebagai seorang ibu mengasihi anak tunggalnya Buddha dan Bodhisattva melihat semua makhluk di tiga alam. Pembunuh- an binatang yang tidak bersalah yang telah menjadi korban perbuatan buruk dan mempersembahkan darah dan dagingnya kepada mereka tentu sama sekali tidak menyenangkan mereka. Sebagaimana kata Bodhisattva Santideva:

Sama halnya tidak ada kesenangan yang dapat membawa kegem- biraan Kepada seseorang yang badannya sedang terbakar, Begitu juga, tidak ada Buddha yang dibuat senang, Ketika kejahatan dilakukan terhadap makhluk hidup.

Jika anda melakukan upacara agama, misalnya mempersembahkan doa kepada pelindung dengan menggunakan darah dan daging dari binatang yang disembelih sambil menikmatinya sendiri juga, sudah barang tentu para deity kebijaksanaan dan pelindung dari ajaran Buddha, yang semuanya adalah Bodhisattva yang murni, tidak pernah akan menerima persembahan binatang sembelihan seperti daging yang tergeletak di kios penjagal. Mereka tidak akan pernah mendekat. Sebagai gantinya, roh-roh jahat yang memiliki kekuatan, yang suka darah dan daging mentah, dan yang ingin berbuat kejahatan akan berkumpul dan berpesta dengan persembahan tersebut. Mereka akan mengikuti orang-orang yang melafalkan doa. Untuk saat yang singkat sesudah praktisi selesai melakukan "sesaji merah" nya, orang-orang akan merasakan adanya manfaat yang kecil. Tetapi karena roh-roh yang terlibat secara terus menerus merugikan orang lain, besar kemungkinan mereka akan menyebabkan penyakit dan permasalahan yang mendadak. Lagi-lagi praktisi upacara "merah" akan menampakkan dirinya dan mempersembahkan daging dan darah, dan sekali lagi hal itu akan membantu untuk waktu yang tidak lama. Inilah cara roh-roh jahat dan praktisi upacara merah menjadi tidak dapat

250

dipisahkan, dan selalu saling mendukung satu sama lain. Seperti hewan pemakan bangkai mencari mangsa, mereka menjelajahi tempat di seke- liling mereka, semata-mata terobsesi oleh hasrat mereka untuk meng- konsumsi daging, menggerogoti tulang, dan mencari lebih banyak korban. Dikuasai oleh roh jahat, praktisi upacara agama seperti itu kehilangan semua kekecewaan terhadap alam samsara dan hasrat akan pembebasan yang mungkin mereka miliki sebelumnya. Apa pun juga keyakinan, kemurnian persepsi dan minat akan Dharma yang pernah mereka miliki, kualitas ini semua mengabur, bahkan sampai ketika Buddha sendiri terbang di angkasa di depan mereka pun tidak akan membangkitkan keyakinan apa pun pada mereka, dan bahkan penglihatan akan binatang dengan semua isi perut terpampang keluar pun tidak membangkitkan rasa kasihan apa pun. Mereka selalu mencari mangsa, seperti raksasa pembunuh berbaris ke medan perang, wajah mereka beringas, menggetar dengan amarah dan meremang penuh agresi. Mereka membanggakan diri mereka atas kekuatan dan berkah ucapan mereka yang datang dari keakraban mereka dengan roh-roh jahat. Begitu mereka meninggal, mereka langsung terlontar ke dalam neraka atau terlahir kembali dalam rombongan pengiring roh jahat yang memangsa tenaga hidup makhluk lain, atau sebagai elang, serigala dan pemangsa lainnya. Dalam waktu pemerintahan Raja Dharma Trisong Detsen, orang-orang Bönpo membuat persembahan dari darah dan daging untuk memohon berkah buat raja. Buddha yang kedua dari Uddiyana, pandita Vimalamitra yang agung, Bodhisattva Kepala Vihara yang mulia, serta penterjemah dan pandita lainnya semuanya merasa sedih memandang sesaji Bönpo tersebut. Mereka berkata:

Ajaran yang tunggal tidak bisa mempunyai dua guru; Agama yang tunggal tidak bisa mempunyai dua metoda praktek. Tradisi Bön bertentangan dengan hukum Dharma; Kejahatannya bahkan lebih buruk dibanding pelanggaran yang biasa. Jika anda mengijinkan praktek seperti itu, kami akan pulang saja.

Semua pandita berpendapat sama tanpa perlu mendiskusikan hal ter- sebut. Ketika raja meminta mereka untuk membabarkan Dharma, tak satu pun dari mereka tampil ke depan. Bahkan ketika mereka disuguhkan makanan, mereka menolak untuk makan. Jika kita, yang mengaku mencontoh pandita, siddha dan Bodhisattva masa lalu, sekarang melaksanakan ritual Mantrayana Rahasia dengan cara

251

Bönpo dan menyebabkan penderitaan makhluk lain, hal itu akan menghan- curkan keagungan doktrin dan memalukan Sang Tri Ratna, dan akan melempar diri kita dan makhluk lain ke dalam neraka.

Selalulah mengambil tempat yang paling rendah. Pakailah pakaian yang sederhana. Bantulah semua makhluk sebanyak yang anda sanggup. Dalam segala hal yang anda lakukan, kerjakanlah hanya untuk mengem- bangkan belas kasih, sampai mereka sudah menjadi suatu bagian yang penting dari anda. Sekalipun jika anda tidak melakukan aktivitas bentuk luar dan yang lebih menyolok dari Dharma seperti pelafalan doa, beramal dan pekerjaan yang mementingkan orang lain, hal itu sudah cukup bagi anda. Sutra yang dengan Sempurna Meringkas Dharma157 mengatakan:

Biarlah mereka yang menginginkan kebuddhaan tidak melatih banyak Dharma, tetapi hanya satu saja. Yang manakah itu? Belas kasih yang besar. Mereka yang mempunyai belas kasih yang besar menguasai semua ajaran Buddha seolah-olah ada di telapak tangan mereka.

Suatu ketika Geshe Tonpa dikunjungi oleh seorang biarawan yang dulunya adalah murid dari Tiga Bersaudara158 dan Khampa Lungpa. "Apa yang dilakukan Potowa sekarang?" Tonpa bertanya kepada biarawan tersebut. "Ia sedang mengajar Dharma kepada ratusan anggota Sangha." "Sangat bagus! Dan bagaimana dengan Geshe Puchungwa?" "Ia menghabiskan semua waktunya untuk membuat lambang badan, ucapan dan pikiran Buddha159 dari bahan-bahan yang dipersembahkan orang lain." “Sangat bagus!" ulang Geshe Tonpa. "Bagaimana dengan Gonpawa?" " Ia tidak melakukan apa-apa, tetapi hanya bermeditasi saja." "Sangat bagus! Ceritakan tentang Khampa Lhungpa." "Ia tinggal dalam tempat yang sunyi, terus menerus menangis sambil menyembunyikan wajahnya." Mendengar itu, Tonpa melepaskan topinya, merangkapkan kedua

157 Skt. Dharmasaṃgraha. 158 Tiga Bersaudara: Potowa, Puchungwa dan Gonpawa. 159 Lambang dari badan Buddha merujuk pada rupang dan lukisan, ucapannya adalah naskah- naskah suci dan tulisan lainnya, dan pikirannya adalah stupa. 252

tangannya di depan dada, meneteskan banyak air mata, dan berseru, "Oh, sungguh mengagumkan! Ini sungguh berlatih Dharma. Saya dapat menceritakan kepada anda banyak tentang kebaikannya, tetapi saya mengetahui ia tidak suka akan hal itu." Alasan mengapa Khampa Lhungpa menyembunyikan wajahnya dan terus menangis adalah karena ia terus menerus berpikir tentang makhluk yang tersiksa oleh penderitaan di alam samsara, dan bermeditasi pada rasa belas kasih untuk mereka. Suatu hari Chengawa sedang menjelaskan banyak alasan mengapa belas kasih adalah begitu penting. Langri Thangpa bersujud di hadap- annya dan berkata, bahwa mulai saat itu ia tidak akan bermeditasi pada hal lain kecuali pada kedua hal tersebut. Chengawa mengangkat topinya dan berkata tiga kali, "Berita yang hebat!"

Tidak ada hal lain yang bisa lebih efektif untuk membersihkan perbu- atan negatif dan kegelapan batin kita selain belas kasih. Suatu ketika di waktu dulu di India, ajaran mendapat kecaman dari para tirthika pada tiga waktu yang terpisah dan mulai lenyap. Tetapi seorang brahmana wanita yang bernama Prakasasila mempunyai pikiran demikian: "Saya telah dilahirkan sebagai seorang perempuan. Oleh karena status saya yang rendah, saya tidak bisa membuat doktrin Buddha berkembang. Maka saya akan bergabung dengan lelaki dan mempunyai anak laki-laki yang dapat menyebarkan ajaran Abhidharma." Dengan seorang ksatriya sebagai ayah anaknya, dia melahirkan Asanga yang mulia, dan dengan seorang brahmana ia melahirkan Vasubandhu. Ketika kedua putranya menjadi dewasa, mereka menanyakan apakah pekerjaan ayah mereka. Ibunya memberitahu mereka berdua: "Saya tidak melahirkan kamu untuk mengikuti langkah ayahmu. Kamu sudah ditakdirkan menyebarkan ajaran Buddha. Kamu harus belajar Dharma, dan menjadi guru Abhidharma." Vasubandhu berangkat ke Kashmir untuk belajar Abhidharma dari Sanghabhadra. Asanga pergi ke Gunung Kukkutapada, di mana ia memulai latihan Buddha Maitreya, dengan harapan mendapat penam- pakan dari Buddha tersebut dan memohon instruksinya. Enam tahun sudah berlalu. Walaupun ia bermeditasi dengan giat, ia tidak pernah bermimpi tentang hal yang memberi pertanda baik. "Kelihatannya saya tidak pernah akan berhasil," pikirnya, dan ia pun meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan kecil hati. Di tengah jalan,

253

ia kebetulan berjumpa dengan seorang lelaki yang sedang mengasah sebatang besi yang besar dengan kain kapas yang lembut. "Apa maksud anda berbuat demikian, mengasah seperti itu?" ia ber- tanya kepada orang tersebut. Orang itu menjawab, "Saya memerlukan sebatang jarum, maka saya mencoba membuatnya dengan mengasah batang besi ini." Asanga berpikir, "Ia tidak akan pernah berhasil membuat sebatang jarum dengan mengasah batang besi yang sangat besar itu dengan sepotong kain kapas yang lembut. Sekalipun hal itu bisa terjadi dalam seratus tahun, akankah ia hidup selama itu? Jika orang awam dapat membuat usaha seperti itu untuk alasan yang sepele, saya pikir bahwa saya belum pernah benar-benar berlatih Dharma dengan ketekunan apa pun." Maka ia kembali kepada latihannya. Ia berlatih tiga tahun lagi, namun tetap saja tidak ada tanda apa pun. "Kali ini saya cukup yakin bahwa saya tidak pernah akan berhasil," ia berkata, dan ia pun pergi lagi. Ia berjumpa dengan sebuah batu karang yang sangat tinggi, kelihatanya seolah-olah menyentuh langit. Pada ka- kinya, seorang lelaki sedang memukul-mukulnya dengan bulu burung yang dicelupkan ke dalam air. "Apa yang sedang anda lakukan?" Asanga bertanya kepadanya. . "Batu karang ini terlalu tinggi," jawab orang itu. "Saya tidak men- dapat cahaya matahari sedikit pun pada rumahku yang terletak di sebelah baratnya. Maka saya akan mengikisnya sampai ia hilang." Asanga, dengan pikiran yang sama seperti tiga tahun sebelumnya, kembali dan berlatih untuk tiga tahun berikutnya, namun tetap saja tanpa pernah bermimpi tentang tanda-tanda yang baik. Dengan sangat berkecil hati, ia berkata "Apa pun juga yang saya lakukan, saya tidak pernah akan berhasil!" dan ia pun berangkat me- ninggalkan tempat tersebut sekali lagi. Di tengah jalan, ia kebetulan melihat seekor anjing betina yang pin- cang kedua kaki belakangnya dan seluruh seperempat bagian tubuh belakangnya dipenuhi dengan belatung. Meskipun demikian, dia masih penuh dengan sifat agresi dan mencoba menggigitnya. Sewaktu ia menyeret tubuhnya dengan kaki depannya, bagian belakang badannya mengikutinya di tanah sepanjang tempat di belakangnya. Asanga terbawa oleh rasa kasihan yang dalam dan tak tertahankan. Dengan memotong sepotong dagingnya, ia memberikannya kepada anjing betina untuk dimakan. Kemudian ia memutuskan untuk lebih dulu membersihkannya dari ulat-ulat pada perempat tubuh bagian belakangnya. Kuatir bahwa ia

254

mungkin membunuh mereka jika ia memindahkannya dengan jarinya, ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan lidahnya. Tetapi ketika ia melihat ke seluruh badan binatang tersebut yang sangat busuk dan penuh dengan nanah, ia tidak bisa melakukannya. Maka ia memejamkan matanya dan menjulurkan lidahnya . . . . Sebagai ganti menyentuh badan anjing betina, lidahnya malah menyentuh tanah. Ia membuka matanya dan mendapatkan bahwa anjing betina tadi telah tiada. Pada tempat tersebut berdiri Maitreya yang dikeliling oleh ling- karan cahaya. "Belas kasihmu sungguh kecil," seru Asanga, "sampai-sampai tidak mengunjukkan wajahmu selama ini." "Bukannya saya tidak mengunjukkan diriku. Kamu dan aku belum pernah berpisah. Tetapi perbuatan negatif dan kegelapan batinmu begitu dalam sehingga kamu tidak dapat melihat saya. Karena latihanmu selama dua belas tahun telah menguranginya sedikit, kamu bisa melihat anjing betina itu. Baru saja tadi, oleh karena rasa belas kasihmu yang besar, kegelapan batinmu telah termurnikan dengan sepenuhnya, sehingga kamu dapat melihat aku dengan mata kepalamu sendiri. Jika kamu tidak percaya akan kata-kataku, bawalah aku di atas pundakmu dan tunjukkan aku kepada semua orang di sekeliling sini" Maka Asanga membawa Maitreya di atas bahu kanannya dan pergi ke pasar, di mana ia menanyai semua orang, "Apa yang kamu lihat di atas pundakku?" Setiap orang menjawab tidak ada apa pun di atas pundaknya – semua orang, kecuali seorang perempuan tua yang kegelapan batinnya tidak begitu tebal. Ia berkata, "Anda sedang membawa mayat busuk seekor anjing." Hyang Maitreya kemudian membawa Asanga ke Surga Tusita, di mana ia memberinya Lima Ajaran Maitreya160 dan instruksi lainnya. Ketika Asanga kembali ke dunia, ia menyebarkan doktrin Mahayana secara luas. Karena tidak ada latihan lain yang lebih efektif dibanding rasa belas kasih untuk memurnikan kita dari semua perbuatan masa lampau yang merugikan kita, dan karena adalah rasa belas kasih yang tidak pernah gagal untuk membuat kita dapat mengembangkan bodhicitta yang luar biasa, kita perlu mempertahankannya dengan bermeditasi mengenai hal

160 Yaitu 1. Ornamen Realisasi yang Jelas (Abhisamayālaṃkāra); 2. Ornamen Sutra Mahayana (Māhayānasūtrālaṃkāra); 3. Membedakan Pandangan Tengah dan Pandangan Ekstrim (Madhyāntavibhāga); 4. Membedakan Dharma dan Dharmata (Dharma- dharmatā-vibhāga);dan 5. Sastra Tantra Tertinggi (Uttaratantra Śāstra). 255

tersebut. Gambaran yang diberikan untuk berenung atas rasa belas kasih adalah seperti seorang ibu tidak berlengan yang anaknya dihanyutkan oleh sungai. Betapa tak tertahankan kesedihan yang mendalam dari sang ibu seperti itu. Kasih sayang kepada anaknya begitu dalam, tetapi karena ia tidak bisa menggunakan lengannya, ia tidak bisa memegangnya. "Apa yang bisa saya lakukan sekarang? Apa yang bisa saya lakukan?" ia bertanya kepada dirinya. Satu-satunya pikirannya adalah untuk me- nemukan cara untuk menyelamatkan anaknya. Hatinya hancur, sambil menangis ia berlari mengikutinya. Persis seperti itu, semua makhluk di tiga alam terhanyut oleh sungai penderitaan sampai tenggelam di samudra samsara. Betapa tak terta- hankan rasa belas kasih yang kita rasakan, kita tidak punya alat untuk menyelamatkan mereka dari penderitaan mereka. Latihlah belas kasih sambil memikirkan: "Apa yang bisa saya lakukan sekarang?" Mintalah pertolongan pada guru anda dan Sang Tri Ratna dari seluruh kedalaman hati anda.

4. Renungan pada kegembiraan simpatik

Bayangkan seseorang yang terlahir mulia, berwibawa, makmur dan berkuasa, seseorang yang hidup di dunia atau di alam yang lebih tinggi yang mengalami kenyamanan, kebahagiaan dan umur panjang, dikelilingi oleh banyak pelayan dan dalam kekayaan yang besar. Tanpa merasa cemburu atau bersaing, buatlah pengharapan agar mereka menjadi lebih mulia, menikmati lebih banyak lagi kemakmuran di alam yang lebih tinggi, bebas dari semua bahaya dan mengembangkan kecerdasan dan bakat sempurna lainnya. Kemudian katakan kepada diri anda berulang-ulang, betapa gembiranya saya jika semua makhluk yang lain bisa memiliki keadaan seperti itu. Mulailah latihan kegembiraan simpatik anda dengan berpikir tentang seseorang yang dengan mudah membangkitkan perasaan positif – seperti sanak keluarga, sahabat karib atau seseorang yang anda cintai – yang sukses, puas dan dalam kedamaian, dan merasa bahagia bahwa keadaannya begitu. Ketika anda sudah memantapkan perasaan bahagia yang demikian, cobalah untuk menumbuhkan perasaan yang sama terhadap mereka yang anda tidak peduli. Kemudian pusatkan pada semua musuh yang sudah merugikan anda, terutama terhadap seseorang yang anda merasa cemburu. Tumbangkan mentalitas jahat serta rasa kecembu-

256

ruan yang tak tertahankan ketika melihat orang dalam keadaan makmur dan berlimpah, dan tumbuhkan rasa senang untuk setiap macam kebahagiaan yang mereka nikmati. Akhiri dengan beristirahat dalam keadaan tanpa membuatnya menjadi gagasan. Arti dari kegembiraan simpatik adalah untuk memiliki pikiran yang bebas dari kecemburuan. Oleh karena itu anda perlu mencoba untuk melatih pikiran anda dengan segala macam metoda untuk mencegah pikiran cemburu yang berbahaya itu timbul. Khususnya, seorang Bodhisattva yang telah membangkitkan bodhicitta demi kepentingan semua makhluk, harus berusaha untuk menempatkan semua makhluk dalam kebahagiaan kebuddhaan yang kekal, dan untuk sementara dalam kebahagiaan alam dewa dan manusia. Oleh sebab itu, mana mungkin seorang Bodhisattva seperti itu akan merasa tidak senang ketika ada makhluk, yang melalui kekuatan dari perbuatan masa lampau mereka sendiri, memiliki kehormatan atau kekayaan? Sekali orang dirusak oleh kecemburuan, mereka tidak lagi dapat melihat sisi yang baik dari orang lain, dan perbuatan negatif mereka sendiri akan meningkat secara mengkhawatirkan. Ketika kemuliaan dan aktivitas Jetsun Milarepa tersebar, seorang ahli ilmu logika yang bernama Tarlo menjadi cemburu dan mulai menye- rangnya. Kendati Jetsun sudah menunjukkan kepadanya berbagai contoh kewaskitaan dan tenaga gaib, Tarlo sama sekali tidak mempunyai keyakin- an kepadanya, dan hanya bereaksi dengan pandangan salah dan kritik. Kemudian ia terlahir kembali sebagai setan yang besar. Ada banyak contoh lain tentang apa yang dapat terjadi di bawah kuasa kecemburuan, seperti bagaimana ahli logika Geshe Tsakpuwa, yang mencoba meracuni Jetsun Mila. Sekalipun Buddha hadir sendiri, tidak ada apa pun yang dapat ia laku- kan untuk memandu seseorang yang cemburu. Pikiran yang dicemari oleh kecemburuan tidak bisa melihat sisi yang baik apa pun dari pihak lain. Karena tidak mampu melihat apa pun yang baik pada mereka, hal itu tidak dapat mengakibatkan timbulnya seberkas cahaya keyakinan. Tanpa keyakinan, seseorang tidak dapat menerima belas kasih maupun berkah. Devadatta dan Sunaksatra adalah para kemenakan Buddha. Kedua-duanya telah tersiksa oleh kecemburuan dan menolak untuk memiliki keyakinan yang paling tipis terhadapnya. Walaupun mereka menghabiskan seluruh hidup mereka di dalam rombongannya, beliau sama sekali tidak bisa mengubah pikiran mereka. Lebih dari itu, bahkan meski pikiran-pikiran yang jahat tentang orang

257

lain tidak diwujudkan dalam kejahatan fisik yang nyata, mereka masih dapat menciptakan akibat negatif yang sangat banyak terhadap orang yang memilliki pikiran tersebut. Sekali peristiwa ada dua geshe terkenal yang saling bersaing. Suatu hari, salah satu dari mereka mengetahui bahwa geshe yang lain telah memiliki seorang wanita. Kata geshe tersebut kepada pelayannya, "Buatkan teh yang enak, sebab aku punya berita yang menarik." Pelayan membuatkan teh, dan ketika ia menyuguhkannya, ia bertanya, "Apakah beritanya?" "Kata mereka," jawab geshe, "bahwa saingan kita mempunyai seorang wanita!" Ketika Kunpang Trakgyal mendengar cerita ini, konon wajahnya meredup dan ia bertanya, "Yang mana dari dua geshe tersebut yang melakukan perbuatan yang lebih buruk?" Secara terus menerus berdiam dalam perasaan cemburu dan persaingan seperti itu tidak akan membuat seorang lebih maju ataupun merugikan saingannya. Hal tersebut hanya akan membawa ke arah suatu akumulasi karma negatif. Hilangkan sikap jelek seperti ini. Selalulah dengan sungguh-sungguh merasa gembira atas prestasi dan keadaan yang baik dari orang lain, apakah itu adalah posisi sosial mereka, bentuk badan, kekayaan, pengetahuan atau hal-hal lainnya. Pikirkan berulang-ulang, betapa sungguh-sungguh gembiranya anda bahwa mereka begitu hebat, begitu sukses dan beruntung. Pikirkan betapa baiknya jika mereka menjadi lebih baik dari keadaan sekarang, dan memperoleh semua kekuatan, kekayaan, pengetahuan dan kualitas baik seperti itu yang pernah mereka dapatkan. Renungkan hal tersebut dari kedalaman lubuk hati anda. Gambaran kegembiraan simpatik yang tak terhingga adalah bagaimana seekor ibu unta menemukan anaknya yang hilang. Dari semua makhluk hidup, unta dianggap sebagai ibu yang paling penyayang. Jika seekor ibu unta kehilangan anaknya, duka citanya sangatlah dalam. Tetapi ketika dia menemukannya kembali, kegembiraannya tidak terbatas. Seperti inilah kegembiraan simpatik yang perlu anda kembangkan.

Empat kualitas yang tidak terhingga tidak akan membuat kita gagal dalam menumbuhkan bodhicitta kita yang sejati. Oleh sebab itu adalah penting untuk mengembangkan mereka sampai mereka sudah sungguh- sungguh berakar dalam diri kita. Supaya mudah dimengerti, kita dapat meringkas empat kualitas yang tak terhingga dalam satu kalimat: baik hati. Latih saja diri anda untuk

258

memiliki hati yang baik dalam semua situasi. Suatu hari, lengan Yang Mulia Atisa terluka. Ia meletakkannya ke pangkuan Drom Tonpa dan berkata, "Anda yang baik hati, berkatilah tangan saya!161 Atisa selalu menempatkan suatu penekanan yang unik pada pentingnya hati yang baik. Dari pada bertanya kepada seseorang: " Apa kabar?,” maka ia akan berkata: "Adakah anda berbaik hati?” Kapan saja ia mengajar ia akan menambahkan, "Berbaik hatilah" Adalah tenaga dari niat yang baik dan yang jahat yang membuat suatu perbuatan menjadi positif atau negatif, lemah atau kuat. Manakala niat di belakang perbuatan adalah baik, semua perbuatan fisik atau ucapan adalah positif, sebagaimana telah diceritakan tentang orang yang menaruh sol sepatu di atas tsa-tsa. Manakala niat di belakang suatu perbuatan tidak baik, perbuatan apa pun, meski kelihatan positif, akan sesungguhnya menjadi hal negatif. Oleh karena itu, belajarlah untuk mempunyai niat baik sejak awal, dalam situasi apa pun juga. Kata Guru Besar Je Tsongkapa:

Jika niat adalah baik, tingkat dan alur adalah baik; Jika niat adalah tidak baik, maka tingkat dan alur adalah tidak baik juga; Karena segalanya tergantung pada niat, Pastikan selalu mereka adalah positif.

Bagaimana bisa kalau alur dan tingkat adalah baik jika niat adalah baik? Suatu ketika seorang wanita tua sedang menyeberangi sungai yang lebar bersama putrinya sambil berpegangan satu sama lain. Namun keduanya dihanyutkan oleh arus sungai. Sang ibu berpikir: "Tidaklah penting jika aku hanyut, asalkan putriku terselamatkan!" Pada waktu yang sama, anak perempuan berpikir, "Tidak jadi soal kalau saya terhanyut, selama ibu saya tidak tenggelam!" Mereka kedua-duanya binasa dalam air, dan sebagai hasil pemikiran hal positif untuk satu sama lainnya, mereka terlahir di alam surga Brahma. Di lain kesempatan, ada enam biarawan dan seorang pesuruh menyewa

161 Sebenarnya tidaklah mungkin guru meminta berkah dari muridnya. Namun kalau murid tersebut berhati baik, maka ia pun dapat memberi berkah kepada guru. Adalah suatu kebiasaan untuk meminta Lama yang telah cerah meniup pada luka untuk menyembuhkannya. 259

perahu untuk menyeberangi sungai Jasako. Perahu pun bertolak mening- galkan tepi sungai. Sekitar seperempat jalan ke seberang, tukang perahu berkata, "Kita terlalu berat. Jika ada siapa saja yang bisa berenang, tolong lompat ke dalam air. Jika tidak, saya akan melompat sendiri dan salah satu di antara anda dapat menggantikan saya mendayung." Tak satu pun di antara mereka yang bisa berenang; juga tak ada yang tahu bagaimana cara mengayuh. Lalu pesuruf tersebut melompat dari perahu, sambil berseru, "Lebih baik saya sendiri mati dari pada semua orang mati!” Dengan seketika timbul pelangi dan turun hujan bunga. Meski pesuruh tersebut tidak bisa berenang, ia terbawa dengan aman ke pantai. Ia belum pernah berlatih Dharma. Ini adalah manfaat langsung yang berasal dari suatu pikiran yang baik. Bagaimana bisa bahwa alur dan tingkat menjadi tidak baik jika pikiran tidak baik? Sekali peristiwa ada seorang pengemis yang berbaring di pintu gerbang kota sambil berpikir, "Aku ingin kepala raja terpenggal, sehingga aku bisa mengambil tempatnya!” Pikiran tersebut timbul padanya terus menerus semalam suntuk. Menjelang pagi, ia tertidur. Selagi ia tertidur, sang raja keluar dengan mengendarai keretanya. Salah satu roda keretanya menggilas leher pengemis tersebut dan memotong kepalanya. Kecuali jika anda ingat tujuan anda akan pencarian Dharma dengan sadar dan waspada, dan memperhatikan pikiran anda setiap saat, perasaan yang hebat akan kemelekatan dan kebencian dengan mudah dapat membawa anda pada akumulasi karma negatif yang parah. Walaupun harapan si pengemis tua tidak pernah akan sampai sungguh-sungguh terjadi, hasil dari pemikirannya akan segera menjadi bentuk nyata. Mana mungkin raja yang tertidur dengan nyaman di atas tempat tidur yang bertahtakan permata di dalam istana akan kehilangan kepalanya? Sekalipun ia dipancung, tidakkah lebih masuk akal kiranya pangeran mahkotalah yang akan mengambil alih kerajaan? Kalaupun tidak, tidakkah ada lebih banyak kesempatan bagi para menteri, yang sifatnya seperti harimau, macan tutul dan beruang, dibanding dengan seorang pengemis tua tunawisma dan miskin yang akan mengambil alih tahta tersebut? Kecuali jika anda memeriksa diri anda dengan hati-hati, bagaimanapun, bahkan pikiran negatif yang lucu dan menggelikan seperti itu dapat timbul. Maka, sebagaimana yang dikatakan oleh Geshe

260

Shawopa :

Jaga dan lindungi negara162 anda dengan hati-hati, Kalau tidak, maka ia akan meningkatkan penderitaan samsara.

Suatu hari Buddha dan para bhiksu-Nya diundang untuk menerima sedekah di rumah seorang penderma. Ada juga dua pengemis di sana, yang satu ksatria muda dan yang lain seorang brahmana muda. Brahmana itu masuk ke dalam lebih dulu sebelum Buddha dan para bhiksu dilayani, dan ia tidak menerima apa pun. Ksatria itu menunggu sampai semua orang selesai dilayani, dan ia menerima banyak makanan sisa yang baik dalam mangkok pindapattanya. Sore itu, keduanya menceritakan pikiran mereka satu sama lain. "Jika aku kaya,” kata ksatria muda tersebut, "Aku akan mempersem- bahkan pakaian dan sedekah kepada Buddha dan bhiksu-bhiksunya seumur hidupku. Aku akan menghormati mereka dengan mempersem- bahkan segala yang aku miliki.” "Jika aku adalah seorang raja yang besar,” kata brahmana muda, "Aku akan memenggal kepala Sramana gundul tersebut dan mengeksekusi seluruh rombongannya bersama-sama!” Ksatria pergi ke negeri lain dan beristirahat di bawah bayang-bayang sebatang pohon yang besar. Ketika bayang-bayang pohon lain berpindah, bayang-bayang dari pohon tersebut tetap saja di sana. Kebetulan pada waktu itu raja di negeri tersebut baru saja mangkat, dan karena ia tidak punya ahli waris, maka penduduk negeri tersebut memutuskan bahwa orang paling berprestasi dan memiliki banyak berkah akan diangkat sebagai raja mereka. Ketika mereka mencari ke sana ke mari untuk menemukan pengganti yang baru, mereka menemukan ksatria muda tertidur di bawah pohon yang tetap saja diteduhi oleh bayang-bayang pohon tersebut, walaupun tengah hari telah lama lewat. Mereka membangunkannya dan mengangkatnya menjadi raja. Sesudah itu, ia memberikan penghormatan kepada Buddha dan para muridnya sebagai- mana yang telah diinginkannya. Akan hal brahmana muda tersebut, konon kabarnya bahwa ia mere- bahkan diri pada suatu persimpangan jalan untuk beristirahat dan kepalanya telah terpenggal oleh roda kereta yang sedang melintas di sana. Jika anda belajar untuk hanya selalu memiliki hati yang baik, semua

162 Pikiran di sini diibaratkan sebagai negara seseorang, yang kalau tidak dijaga dengan baik, maka klesa-klesa akan bermunculan dan membawa penderitaan yang tidak ada akhirnya. 261

harapan anda dalam hidup ini akan terpenuhi. Para dewa yang baik hati akan melindungi anda dan anda akan menerima berkah dari semua Buddha dan Bodhisattva. Segala yang ada lakukan akan menjadi hal positif, dan pada saat kematian, anda tidak akan menderita. Pada kelahiran yang akan datang, anda akan selalu terlahir di alam surga atau alam manusia, sampai akhirnya anda mencapai tingkat kebuddhaan yang sempurna. Jangan buru-buru dengan tanpa menguji perasaan dan pikiran, anda melaksanakan suatu pertunjukan besar dari aktivitas yang berbudi luhur – sembah sujud, mengitari obyek suci, berdoa, melafal mantra dan lainnya. Sebagai gantinya, adalah penting untuk memeriksa sikap anda dan me- numbuhkan kebaikan hati sejak awal.

II. MEMBANGKITKAN BODHICITTA

1. Penggelompokan berdasarkan tiga tingkat keberanian

1.1 Keberanian seorang raja

Prioritas seorang raja adalah untuk menaklukkan semua musuhnya, mempromosikan mereka yang telah mendukungnya, dan memprokla- mirkan kedaulatan dirinya. Hanya setelah hal itu dikerjakan, harapannya untuk memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dapat berjalan. Dengan cara yang sama, dengan harapan untuk mencapai kebuddhaan terlebih dulu untuk dirinya, dan kemudian membawa orang lain ke kebuddhaan, disebut cara membangkitkan bodhicitta seorang raja.

1.2 Keberanian seorang tukang perahu

Seorang tukang perahu bertujuan untuk mencapai pantai seberang bersama-sama dengan semua penumpangnya. Demikian juga, harapan untuk mencapai kebuddhaan untuk dirinya dan semua makhluk pada waktu yang sama disebut cara membangkitkan bodhicitta seorang tukang perahu.

1.3 Keberanian seorang gembala

Gembala mengarahkan domba-domba mereka di depan mereka, meya- kinkan bahwa mereka menemukan rumput dan air dan tidak diserang oleh

262

serigala, jakal atau binatang buas lainnya. Mereka sendiri mengikuti dari belakang. Dengan cara yang sama, sikap dari mereka yang ingin menempatkan semua makhluk tiga alam dalam kesempurnaan kebuddhaan sebelum mencapai keberhasilan tersebut untuk diri mereka sendiri, disebut cara membangkitkan bodhicitta seorang gembala.

Cara seorang raja disebut "membangkitkan bodhicitta dengan harapan besar," adalah keberanian yang paling kecil dari ketiga cara tersebut. Cara tukang perahu disebut "membangkitkan bodhicitta dengan kebijaksanaan yang suci," adalah lebih berani. Konon, Yang Mulia Maitreya membangkitkan bodhicitta dengan cara demikian. Cara seorang gembala disebut "membangkitkan bodhicitta dengan tidak ada taranya,” adalah yang paling berani dari semuanya. Konon, ini adalah cara Manjusri membangkitkan bodhicitta.

2. Pengelompokan berdasarkan Tingkat Bodhisattva

Pada tingkat pengumpulan dan tingkat penerapan latihan, membangkit- kan bodhicitta disebut "membangkitkan bodhicitta melalui berlatih dengan aspirasi." Dari tingkat pertama sampai tingkat Bodhisattva yang ketujuh, disebut "membangkitkan bodhicitta melalui niat yang sempurna dan murni." Pada ketiga tingkat Boddhisattva yang murni, yaitu dari tingkat kedelapan sampai tingkat kesepuluh, disebut "membangkitkan bodhicitta yang matang,” dan pada tingkat kebuddhaan, disebut "membangkitkan bodhicitta dengan bebas dari semua kegelapan.”

3. Pengelompokkan berdasarkan sifat alami bodhicitta

Ada dua jenis bodhicitta: relatif dan absolut.

3.1 Bodhicitta relatif

Bodhicitta relatif memiliki dua aspek: niat dan aplikasi.

Niat

Di dalam Jalan Boddhisattva, Santideva mengatakan kedua aspek bodhicitta ini demikian:

263

Mengharapkan untuk berangkat atau benar-benar melaksanakannya, Inilah makna dari perbedaan tersebut; Kaum bijaksana dan terpelajar – dengan demikian memahami Perbedaan ini, yang mana adalah berurutan dan progresif.

Ambillah contoh anda ingin pergi ke Lhasa. Maka mula-mula anda akan berpikir, "Saya akan pergi ke Lhasa." Begitu pula, memiliki pikiran "Saya akan lakukan apa pun juga yang akan memastikan bahwa semua makhluk mencapai keadaan kebuddhaan yang sempurna,” adalah aspek niat dari membangkitkan bodhicitta.

Aplikasi

Kemudian anda siapkan kuda dan persediaan yang perlu, berangkat dan benar-benar pergi ke Lhasa. Dengan cara yang sama, anda memutuskan untuk berlatih kedermawanan, memelihara disiplin, membangkitkan rasa toleransi, rajin, tinggal di dalam keheningan pencerapan meditasi, dan melatih pikiran anda dalam kebijaksanaan membedakan dalam rangka menempatkan semua makhluk pada tingkat kebuddhaan yang sempurna, dan anda benar-benar mempraktekkan keenam paramita tersebut. Hal ini sesuai dengan perjalanan yang nyata, dan adalah aspek aplikasi dari bodhicitta.

3.2 Bodhicitta absolut

Baik bodhicitta aspek niat maupun aspek aplikasi keduanya adalah bodhicitta relatif. Melalui latihan jangka panjang dalam bodhicitta relatif dalam alur pengumpulan dan penerapan latihan, akhirnya anda sampai pada tingkat penglihatan, di mana anda memiliki pengalaman yang nyata mengenai keadaan kedemikianan, yaitu keadaan yang alami dari semua benda. Ini adalah kebijaksanaan di luar semua pengembangan, kebenaran dari kekosongan. Pada waktu itu, anda membangkitkan bodhicitta absolut.

4. Mengambil sumpah bodhicitta

Bodhicitta absolut yang sejati dicapai dengan kekuatan meditasi dan tidak tergantung pada upacara agama. Untuk membangkitkan bodhicitta relatif, bagaimanapun, sebagai pemula, kita memerlukan prosedur untuk

264

diikuti, suatu upacara agama di mana kita dapat mengambil sumpah di hadapan seorang guru spiritual atau mengambilnya sendiri di hadapan tempat perlindungan. Kemudian kita harus secara terus menerus memper- baharui ikrar tersebut dengan cara yang sama dan berulang kali, sedemikian sehingga bodhicitta yang sudah kita bangkitkan tidak merosot tetapi menjadi semakin kuat. Bayangkan semua Buddha, Bodhisattva dan deity lainnya di angkasa di depan anda, sebagaimana dalam latihan berlindung. Ambillah mereka sebagai saksi anda dalam membangkitkan bodhicitta dan berpikirlah seperti ini: "Dari semua makhluk hidup yang tak terbilang di seluruh alam semesta, tidak ada yang belum pernah menjadi orangtuaku selama rangkaian hidupku sejak waktu tak berawal. Saya sangat yakin, sebagai orangtua saya, mereka semua telah memelihara saya dengan semua kelembutan yang mungkin, memberikan sandang pangan yang terbaik dari mereka sendiri, dan membesarkan saya dengan kasih sayang mereka, sama halnya yang dilakukan orangtuaku yang sekarang. Kini, semua orangtua yang baik hati ini sedang tenggelam dalam gelombang samudra penderitaan samsara. Mereka telah terjerumus ke dalam kegelapan kebingungan yang paling dalam. Mereka tak mengerti jalan latihan yang benar maupun menghindari alur yang palsu. Mereka tidak punya teman rohani sejati untuk memandu mereka. Mereka tidak punya tempat berlindung atau perlindungan, tidak ada pemimpin atau rekan, tidak ada harapan dan tidak ada orang untuk diandalkan, persis seperti orang buta yang mengembara tak berteman di tengah dataran luas. Para ibuku yang tua, bagaimana saya akan pernah membebaskan diriku sendiri dan meninggalkan kamu semua di belakang sini di dalam samsara? Demi semua makhluk, saya akan membangkitkan bodhicitta yang mahamulia. Sambil belajar meneladani perbuatan yang hebat Bodhisattva masa lampau, saya akan melakukan usaha apa pun yang diperlukan, sampai tidak ada satu pun makhluk yang tertinggal dalam samsara!” Dengan sikap demikian, lafalkan ayat berikut sebanyak mungkin:

ཧོཿ �་ཚ�གས་�ང་བ་�་�འི་�ན་རིས་�ིསཿ HO NA TSHOG NANG WA CHU DHEI DZUN RÏ Ho! Disesatkan oleh aneka ragam GYÏ tampilan khayal seperti bayangan rembulan di dalam air, འཁོར་བ་�་ �་�ད་�་འ�མས་པའི་འ�ོཿ Makhluk hidup mengembara di rantai tak KHOR WA LU GU GYUD DU KHAM PË DRO berujung alam samsara;

265

རང་རིག་འོད་གསལ་ད�ིངས་�་ངལ་གསོ་�ིརཿ RANG RIG Ö SAL JING SU NGAL SO CHIR Untuk membawa mereka beristirahat di ruang kesadaran nan kemilau, ཚད་མེད་བཞི་ཡི་ངང་ནས་སེམས་བ�ེད་དོཿ TSHAD MED ZHI YI NGANG NË SEM KYED DO Saya membangkitkan bodhicitta dengan empat kualitas yang tak terhingga.

Pada akhir sesi ini, bayangkan bahwa dengan kerinduan devosi anda terhadap deity-deity di ladang berkah, seluruh persamuhan melebur dalam cahaya, mulai dari yang luar, dan akhirnya melebur ke dalam Guru yang ada di tengah, persatuan dari semua ketiga tempat berlindung. Kemudian Guru melebur ke dalam cahaya, lalu melebur ke dalam diri anda, menyebabkan bodhicitta absolut yang ada dalam pikiran deity perlindungan muncul dengan jelas dalam pikiran anda. Lafalkan doa pengharapan berikut:

Semoga bodhicitta yang mulia dan berharga, Timbul pada yang belum memilikinya; Dan sesudah timbul tidak pernah berkurang, Tetapi semakin tumbuh dan berkembang hendaknya.

Kemudian limpahkan jasa dengan baris berikut:

Dengan mengikuti teladan sang pahlawan Manjusri, Samantabhadra dan semua mereka yang memiliki pengetahuan, Saya juga membuat suatu dedikasi yang sempurna Dari semua perbuatan yang bersifat positif.

Membangkitkan bodhicitta adalah inti dari delapan puluh empat ribu metoda yang diajar oleh Sang Penakluk. Adalah instruksi yang cukup dengan sendirinya, namun kalau tidak ada, maka akan mengakibatkan ajaran lainnya menjadi sia-sia. Ia adalah obat serba guna, mengobati seratus macam penyakit. Semua jalan Dharma lainnya, seperti dua akumulasi, purifikasi kekotoran batin, meditasi pada deity dan lafalan mantra, hanyalah metoda-metoda untuk membuat permata pengabulan harapan ini, bodhicitta, muncul dalam pikiran. Tanpa bodhicitta, tak satu pun dari mereka yang cukup dengan mereka sendiri saja dapat menuntun

266

anda kepada tingkat kebuddhaan sempurna. Tetapi ketika bodhicitta telah dibangkitkan pada anda, Dharma apa pun yang anda latih akan membawa anda pada pencapaian kebuddhaan sempurna. Pelajari selalu dengan menggunakan alat apa pun juga yang dapat membuat bahkan percikan yang paling kecil dari bodhicitta muncul pada anda. Guru yang memberi anda sari instruksi dalam membangkitkan bodhicitta adalah yang membuat anda mulai menapaki jalur Mahayana. Oleh sebab itu, kebaikannya adalah lebih besar dibanding guru yang memberi anda instruksi lain mana pun. Ketika Atisa menyebut nama- nama gurunya, ia biasanya merangkapkan kedua tangannya di depan dada. Tetapi jika ia berbicara tentang Guru Suvarnadvipa163, ia akan merangkap- kan tangannya di atas kepalanya dan matanya akan berlinang air mata. Para muridnya bertanya mengapa ia membuat perbedaan seperti itu. "Apakah ada suatu perbedaan di dalam kualitas spiritual para guru ataukah ada perbedaan kebaikan para guru tersebut terhadap anda?" mereka bertanya. "Semua guruku benar-benar makhluk yang sudah cerah," jawab Atisa, "dan dalam hal itu ini kualitas mereka serupa. Tetapi ada beberapa perbedaan di dalam kebaikan mereka. Sedikit bodhicitta yang saya miliki, berasal dari kebaikan Guru Suvarnadvipa. Itulah sebabnya saya memiliki perasaan berhutang budi yang paling besar terhadapnya.” Konon, hal yang paling penting mengenai bodhicitta bukanlah mem- bangkitkannya, tetapi bahwa ia sungguh telah muncul. Belas kasih bodhicitta harus benar-benar hidup dalam diri kita. Oleh karena itu, mengucapkan rumusan tersebut beratus ribu kali dengan tidak mema- sukkan artinya ke dalam hati, sama sekali tidak ada gunanya. Mengambil sumpah bodhicitta di hadapan Buddha dan Bodhisattva, lalu bukan untuk menjalankannya, sama saja dengan menipu mereka. Tidak ada kesalahan yang lebih buruk dari pada ini. Jadi jangan menipu makhluk lain juga – tetapi usahakan untuk mengembangkan bodhicitta sepanjang waktu.

III. LATIHAN DI DALAM ATURAN BODHICITTA

Latihan untuk bodhicitta aspirasi terdiri dari tiga langkah: menganggap makhluk lain sama dengan diri kita; menukar posisi diri dengan makhluk

163 Guru Suvarnadvipa: (Tib. Serlingpa) Dharmakirti, guru besar agama Buddha yang tinggal di Sumatera pada abad 10. 267

lain; dan lebih mementingkan makhluk lain dari pada diri sendiri. Untuk bodhicitta aplikasi, latihannya terdiri dari berlatih enam paramita. 1. Latihan dalam disiplin bodhicitta aspirasi

1.1 Menganggap makhluk lain sama dengan diri kita

Alasan kenapa kita mengembara dalam samudra samsara sejak waktu tanpa awal, adalah karena kita percaya akan adanya suatu "aku" , yang sesungguhnya tidak ada “aku”. Percaya akan adanya "diri sendiri¨ di mana sesungguhnya tidak ada “diri sendiri”, dan bahwa kita membuat diri sendiri itu menjadi objek kasih sayang kita. Sebagai gantinya, renungkan sebagai berikut. Kita ingin berbahagia terus menerus dan tidak pernah mau mengalami penderitaan dalam bentuk apa pun. Pada saat sesuatu yang tidak enak terjadi pada kita, maka kita merasa hal itu tak tertahankan. Bahkan suatu cocokan peniti atau luka bakar akibat percikan api yang kecil membuat kita menjerit kesakitan – kita tidak bisa menahannya. Jika seekor kutu kecil menggigit punggung kita, kita segera naik darah. Kita menangkap kutu itu, meletakkannya di salah satu kuku jari kita, dan dengan keras menghancurkannya dengan kuku jari lainnya, dan lama setelah kita telah membunuhnya, kita masih terus menggilas-gilaskan kuku-kuku kita dengan marah. Kebanyakan orang sekarang ini tidak menganggap membunuh seekor kutu sebagai suatu kejahatan. Tetapi karena hal tersebut tetap saja dilakukannya dengan kemarahan, ini merupakan suatu sebab yang pasti untuk terlahir di Neraka Peremukan. Kita seharusnya merasa malu mengalami ketidak-enakan kecil seperti itu sulit untuk ditahan, dan bereaksi dengan cara yang menyebabkan kesakitan yang luar biasa pada makhluk lain. Seperti halnya kita, semua makhluk di tiga alam juga ingin berbahagia dan melepaskan diri dari segala macam penderitaan. Tetapi meski mereka ingin menjadi bahagia, mereka tidak mengetahui bahwa kebahagiaan datang hanya dari berlatih sepuluh perbuatan positif. Meski mereka tidak ingin menderita, mereka mencurahkan semua usaha mereka pada sepuluh perbuatan buruk yang menghasilkan penderitaan. Apa yang mereka inginkan dan usaha-usaha mereka untuk mencapainya adalah sepenuhnya bertolak belakang, sehingga mereka menderita sepanjang waktu. Dari semua makhluk hidup, tidak satu pun pada suatu saat sejak waktu yang tak berawal yang tidak pernah menjadi orangtua kita. Karena kita telah diterima sebagai murid oleh guru spiritual yang sejati, dan karena kita

268

sudah mengambil Dharma yang benar dan dapat membedakan apa yang menguntungkan dan apa yang merugikan, kita seharusnya peduli dengan penuh kasih sayang kepada semua ibu tua kita yang begitu diperbudak oleh kebingungan mereka sendiri, dan perlu berhenti membeda-bedakan mereka dan diri kita sendiri. Dengan menahan rasa tidak berterima kasih dan prasangka, kita perlu merenung dengan tidak membedakan antara teman dan musuh. Sambil megingat semua ini di dalam pikiran, renung- kanlah hal tersebut berulang-ulang. Barang apa pun juga yang baik atau yang berguna yang anda butuhkan untuk diri ada, makhluk lain menghendaki mereka sebanyak itu juga. Maka ketika anda bekerja keras menyempurnakan kebahagiaan dan kenyamanan anda sendiri, selalu juga bekerja keras untuk mewujudkan kebahagiaan dan kenyamanan orang lain. Ketika anda mencoba untuk menghindari bahkan penderitaan yang paling kecil untuk diri anda sendiri, bekerja keras juga untuk mencegah makhluk lain menderita sedikit pun juga. Ketika anda merasakan kesenangan kesejahteraan dan kemakmuran anda sendiri, bergembiralah dari hati anda ketika orang lain juga baik dan makmur. Singkatnya, janganlah membedakan diri sendiri dan semua makhluk hidup di tiga alam, jadikan hal itu misi anda untuk menemukan cara bagaimana membuat masing-masing dari mereka berbahagia, sekarang dan selamanya. Ketika Trungpa Sinachen memintanya untuk memberikan instruksi yang lengkap dalam satu kalimat, Padampa Sangye menjawab, "Apa pun juga yang anda inginkan, makhluk lain menginginkan yang sama juga; maka berbuatlah demikian!" Hilangkanlah semua sikap salah yang berdasar pada kemelekatan dan kebencian, yang membuat anda menolak orang lain dan hanya peduli pada diri anda sendiri, dan anggaplah diri anda dan orang lain sama sekali sama.

1.2 Menukar posisi diri sendiri dengan orang lain

Perhatikanlah seseorang yang sedang menderita sakit, lapar, dahaga atau penderitaan lainnya. Atau, jika itu tidak mungkin, bayangkan orang seperti itu di depan anda. Ketika anda bernafas ke luar, bayangkan anda memberi orang tersebut semua kebahagiaan anda dan barang terbaik yang anda miliki, tubuh anda, kekayaan anda dan sumber pahala anda, persis seperti anda menanggalkan pakaian anda sendiri dan mengenakannya pada orang lain. Lalu, ketika anda menghirup nafas, bayangkan anda membawa ke dalam diri anda semua penderitaan orang lain, sehingga sebagai

269

hasilnya, mereka menjadi berbahagia dan bebas dari semua penderitaan. Mulailah meditasi memberi kebahagiaan dan mengambil penderitaan dengan seseorang, lalu secara berangsur-angsur mengembangkannya pada semua makhluk hidup. Kapan pun sesuatu yang menyakitkan atau yang tidak diinginkan terjadi pada anda, bangkitkan rasa kasihan yang dalam dengan sepenuh hati untuk semua makhluk dalam ketiga alam samsara yang kini mengalami rasa sakit seperti anda. Buatlah pengharapan yang kuat bahwa semua penderitaan mereka menjadi matang pada anda sebagai gantinya, dan bahwa mereka semua dibebaskan dari penderitaan dan menjadi bahagia. Kapan pun anda bahagia atau merasakan enak, bangkitkan harapan bahwa kebahagiaan anda akan meluas dan membawa kebahagiaan kepada semua makhluk. Praktek bodhicitta di mana seseorang menggantikan dirinya dengan orang lain adalah inti meditasi tertinggi dan yang tak pernah gagal bagi semua orang yang mengambil alur ajaran Mahayana. Jika anda benar- benar memunculkan bodhicitta ini bahkan hanya satu kali saja, hal itu akan memurnikan perbuatan negatif dan kegelapan batin berkalpa-kalpa, dan menciptakan suatu akumulasi yang tak terhingga atas pahala dan kebijaksanaan. Ia akan menyelamatkan anda dari alam rendah dan setiap kelahiran kembali yang menjurus kepada alam rendah tersebut. Pada suatu kehidupan sebelumnya, Buddha terlahir di suatu neraka di mana penghuninya dipaksa menarik gerbong. Ia dipekerjakan pada suatu gerbong dengan orang lain yang bernama Kamarupa, tetapi keduanya terlalu lemah untuk dapat menggerakkan kendaraan tersebut. Pengawal- pengawal mendorong mereka dan memukul mereka dengan senjata-senjata yang berpijar merah, menyebabkan penderitaan yang luar biasa. Calon Buddha berpikir, "Bahkan kita berdua bersama-sama tidak bisa menggerakkan gerbong itu, namun kita masing-masing menderita se- banyak seperti yang lain. Saya akan menariknya dan menderita sendiri saja, sehingga Kamarupa dapat dibebaskan.” Ia berkata kepada pengawal, "Tempatkan peralatannya di atas pundak saya, saya akan menarik gerbong itu sendiri.” Tetapi pengawal-pengawal menjadi marah. "Siapakah yang dapat melakukan sesuatu untuk mencegah orang lain mengalami akibat per- buatannya sendiri?” kata mereka, dan memukul kepalanya dengan pentungan mereka. Namun, oleh karena pemikiran baik ini, Buddha dengan segera me- ninggalkan kehidupan di dalam neraka tersebut dan terlahir di alam surga.

270

Konon, bahwa inilah bagaimana ia pertama kali mulai berbuat baik kepada yang lain. Kisah lain menceritakan bagaimana Sang Buddha, di suatu kelahiran yang sebelumnya sebagai "putri” dari nakhoda Vallabha, sekali lagi dibebaskan dari alam rendah begitu ia benar-benar mengalami hal menukarkan dirinya dengan orang lain. Sekali peristiwa, ada seorang perumah tangga yang bernama Vallabha, di mana semua putranya meninggal. Maka, ketika putranya yang lain dilahirkan, ia memutuskan untuk menamainya Putri, dengan berharap ini akan membuatnya hidup. Vallabha lalu pergi ke laut mencari batu permata yang berharga, tetapi kapalnya tenggelam dan ia binasa. Ketika putranya menjadi dewasa, ia bertanya kepada ibunya apakah pekerjaan dan kasta ayahnya dulu. Ibunya, karena kuatir jika ia menga- takan kepadanya yang sebenarnya, maka ia juga akan menjadi pelaut, lalu mengatakan kepadanya bahwa ayahnya adalah pedagang gandum. Maka Putri menjadi seorang pedagang gandum dan memelihara ibunya dengan empat koin karsa yang ia peroleh setiap hari. Tetapi dengan segera para pedagang gandum lainnya mengatakan kepadanya bahwa ia bukan anggota kasta mereka, dan konsekwensinya, tidaklah wajar baginya untuk melakukan perdagangan yang mereka lakukan. Ia dipaksa berhenti. Ia kembali ke ibunya dan menanyanya lagi. Kali ini, ibunya mengata- kan kepadanya bahwa ayahnya dulu pedagang dupa. Ia memulai menjual dupa, dan dengan delapan karsa yang ia peroleh setiap hari, ia menjaga ibunya. Tetapi Putri dihentikan lagi. Ibunya sekarang mengatakan kepadanya bahwa ayahnya menjual pakaian. Ia menjadi pedagang pakaian, dan segera mampu memberi ibunya enam belas karsa satu hari. Namun kembali ia dipaksa melepaskan bisnis tersebut oleh para pedagang pakaian yang lain. Ketika ia diberitahu bahwa ia berasal dari kasta permata, ia mulai menjual permata-permata dan membawa pulang tiga puluh dua karsa satu hari untuk diberikan kepada ibunya. Kemudian pedagang permata yang lain mengatakan kepadanya bahwa ia adalah kasta yang membawa permata dari pelayaran samudra dan bahwa ini adalah pekerjaan di mana ia dilahirkan untuk melakukannya. Ketika ia tiba dirumah hari itu, ia berkata kepada ibunya, "Saya berasal dari kasta yang mencari permata. Saya akan berlayar menyeberangi samudra yang besar untuk melanjutkan perdaganganku sendiri!"

271

"Adalah benar bahwa kamu berasal dari kasta yang mencari permata," kata ibunya, "tetapi ayahmu dan semua nenek moyangmu sudah mati di laut waktu mereka mencari permata. Jika kamu pergi, kamu akan mati juga. Janganlah pergi! Tinggallah di rumah dan berdagang di sini." Tetapi Putri tidak mendengarkannya. Ia mempersiapkan segala yang ia perlukan untuk perjalanannya. Ketika ia mau berangkat, ibunya tidak membiarkannya pergi, ia memegang sisi pakaian Putri dan menangis. Putri sangat marah. Ia berseru, "Air matamu akan membawa nasib malang untuk perjalan- an ke seberang samudra!" ia menendang ibunya di kepalanya, lalu me- ninggalkannya. Dalam perjalanan, kapalnya kandas dan hampir seluruh anak kapalnya tenggelam, tetapi Putri berpegang pada sepotong papan dan terdampar ke daratan suatu pulau. Ia sampai ke suatu kota yang bernama Sukacita. Di suatu rumah yang indah yang terbuat dari logam mulia dan permata- permata, empat dewi cantik mempersilakannya duduk di tempat duduk beralaskan bantal kain sutera dan mempersembahkan kepadanya tiga makanan putih dan tiga makanan manis. Ketika ia bersiap-siap berangkat, mereka memperingatkannya: "Jangan pergi ke arah selatan. Kemalangan besar akan menimpa anda jika anda melakukannya!" Tetapi Putri tidak mendengarkannya dan tetap menuju ke sana. Ia sampai ke suatu kota yang bernama Riang Gembira yang lebih indah dibanding kota yang sebelumnya. Di sini delapan wanita cantik melayani- nya. Sama seperti sebelumnya, mereka memperingatkannya akan ancam- an kemalangan yang besar jika ia pergi ke arah selatan, tetapi ia tidak mempedulikannya dan berangkat lagi. Di suatu kota yang bernama Kota Mabuk yang lebih bagus lagi dibanding yang lainnya, ia disambut oleh enam belas dewi elok yang juga melayaninya dan memperingatkannya sama seperti yang sebelumnya, tetapi tetap saja tidak ada hasilnya. Ia melanjutkan perjalanannya dan tiba pada suatu benteng putih yang puncaknya hampir menjamah langit. Benteng itu disebut Benteng Guru Brahma, dan di sini tiga puluh dua dewi cantik yang menggiurkan mengundangnya ke dalam. Mereka mempersiapkan dipan dari bantal- bantal yang terbuat dari sutera, melayaninya dengan tiga makanan putih dan tiga makanan manis, dan memohonnya untuk tinggal. Tetapi ia ingin pergi.

272

Ketika ia bersiap-siap berangkat lagi, mereka berkata kepadanya, "Ke mana pun anda akan pergi, hindarilah arah selatan! Kemalangan akan menimpamu!" Tetapi ia merasakan adanya suatu dorongan untuk pergi ke selatan, dan ia pun menuju ke selatan. Tak lama kemudian, suatu benteng besi dengan menara-menaranya yang menjulang ke langit muncul di hadapannya. Di gerbang, ia melihat sesosok manusia hitam yang mengerikan, dengan mata merah dan menggenggam besi panjang di tangannya. Putri bertanya ada apa di dalam bangunan tersebut, tetapi orang itu tinggal diam saja. Ketika ia semakin mendekat, Putri melihat ke dalam dan melihat banyak orang lain seperti orang di depan. Suatu perasaan ngeri mencekam segenap tubuhnya, membuat bulu romanya berdiri. Ia berkata kepada dirinya, "Bahaya! Inilah bahaya yang mereka peringatkan." Ia masuk ke dalam. Di sana ia melihat seorang manusia yang otaknya sedang dilumatkan oleh roda baja yang berputar di kepalanya. "Apa yang telah anda perbuat sehingga mendapat balasan demikian?" tanya Putri. "Saya menendang ibuku pada kepalanya dan ini adalah akibatnya yang matang. Tetapi bagaimana dengan anda? Kenapa anda tidak mengambil keuntungan dari kebahagiaan yang mereka tawarkan kepada anda di Benteng Guru Brahma? Mengapa anda datang mencari penderitaan di sini?" "Saya pikir saya didorong ke sini oleh karma saya juga," kata Putri. Pada saat itu, suara dari langit berkata: "Biarkan mereka yang terikat dibebaskan, dan mereka yang bebas terikat!" Tiba-tiba saja roda baja berputar di kepala Putri. Seperti orang lain, otaknya remuk menjadi bubur, dan ia mengalami rasa nyeri dan pende- ritaan yang tak tertahankan. Rasa sakit tersebut menimbulkan suatu perasaan belas kasih yang kuat terhadap semua mereka yang sama seperti dirinya. Ia berpikir, "Di dalam alam samsara, ada makhluk lain sedang mende- rita seperti saya karena menendang kepala ibu mereka. Semoga semua penderitaan mereka menjadi matang pada saya dan semoga saya saja yang menderitanya untuk mereka semua. Semoga tidak satu pun orang lain pernah mengalami penderitaan seperti ini dalam setiap kelahiran mereka berikutnya."

273

Dengan segera roda tersebut terbang ke udara. Kesakitannya berhenti dan ia membumbung tinggi sampai ke ketinggian tujuh pohon palem dalam keadaan bahagia. Latihan bodhicitta yang menukarkan diri dengan orang lain adalah metoda tertinggi yang sangat diperlukan untuk mencapai pencerahan. Oleh karena itu ahli-ahli Kadampa masa lampau sering menggunakannya sebagai latihan utama mereka. Sekali peristiwa, Geshe Chekawa, yang mengetahui banyak ajaran tentang Tradisi Baru dan Lama, dan yang mengetahui banyak teks logika di luar kepala, pergi melihat Geshe Chakshingwa. Di bantalnya, ia melihat suatu teks yang kecil, dan ketika ia membukanya, ia menemukan kalimat berikut:

Berikan keuntungan dan kemenangan kepada orang lain; Ambillah kerugian dan kekalahan untuk diri anda.

"Ajaran yang indah!" pikir Chekawa, dan ia bertanya kepada Chakshingwa apakah nama ajaran tersebut. "Itu adalah Delapan Ayat dari Langri Thangpa,164" kata Chakshingwa. “Siapa pemegang instruksi ini?" "Geshe Langri Thangpa sendiri.¨ Chekawa memutuskan untuk menerima ajaran tersebut. Pertama-tama ia pergi ke Lhasa dan menghabiskan beberapa hari mengelilingi tempat- tempat suci sambil mencari informasi. Satu sore, seorang penderita kusta dari Langthang mengatakan kepadanya bahwa Langri Thangpa telah meninggal. Chekawa bertanya siapa pengganti pemegang silsilah, dan diberitahu bahwa ada dua pengganti yang potensial, Shangshungpa dan Dodepa, tetapi bahwa mereka tidak sepakat satu sama lainnya. Namun, mereka bukan berbantahan karena bersaing. Shangshungpa mengatakan kepada Dodepa, "Anda lebih tua; andalah penerusnya. Saya akan melayani anda seolah-olah anda adalah Langri Thangpa.¨ Tetapi Dodepa akan menjawab, "Anda lebih terpelajar. Andalah penggantinya!¨ Kendati mereka memiliki persepsi yang murni satu sama lain, Chekawa menafsirkan kegagalan mereka untuk bersepakat mengenai penerus merupakan suatu kekurangan, dan menganggap bahwa mereka bukanlah sebagai pemegang ajaran Langri Thangpa. Ia mencoba untuk menemukan

164 Langri Thangpa (1054-1123), seorang Geshe tradisi Kadampa, murid Geshe Potowa, pengarang Delapan Ayat Pelatihan Pikiran, pendiri Vihara Langthang. 274

siapakah pemegang silsilah yang terbaik, dan ada seseorang mengatakan kepadanya bahwa itu adalah Sharawa. Sharawa sedang memberi ajaran dari banyak jilid sutra kepada ribuan anggota Sangha. Chekawa mendengarkannya beberapa hari, tetapi tidak mendengar dia mengatakan suatu kata tentang ajaran yang ia cari. "Kelihatannya ia tidak memilikinya juga,¨ pikirnya, "tetapi saya akan menanyainya. Jika ia mempunyai ajaran itu, saya akan tinggal. Jika tidak, lebih baik saya melanjutkan perjalanan saya.¨ Maka Chekawa pergi ke melihat Sharawa yang sedang mengitari stupa. Ia membentangkan kain di tempat itu dan mempersilakan Sharawa duduk sambil berkata, "Saya ingin bertanya tentang sesuatu kepada anda.¨ "Bhiksu yang mulia,¨ kata Sharawa, "apa masalahmu? Secara pribadi, saya selalu menemukan semua jawabanku di bantal meditasiku.¨ "Saya membaca kata-kata ini di suatu teks: "Berikan keuntungan dan kemenangan ke yang lain. Ambillah kerugian dan kekalahan untuk diri sendiri" Saya sangat menyukainya. Apakah ini ajaran yang dalam atau tidak?¨ "Bhiksu yang mulia,¨ Sharawa menjawab, "apakah anda suka akan ajaran seperti ini atau tidak, itu adalah sesuatu yang tidak anda perlukan jika anda tidak ingin mencapai kebuddhaan.¨ "Apakah anda memegang ajaran ini?¨ "Ya. Ia adalah latihan utama saya,¨ jawab Sharawa. "Kalau begitu, saya minta agar anda mengajarkannya kepada saya,¨ kata Chekawa. "Dapatkah anda tinggal denganku dalam jangka waktu lama?¨ Sharawa bertanya. "Jika anda dapat, aku akan mengajarkannya kepada anda.¨ Dari dia, Chekawa menerima bimbingan sesuai pengalamannya dalam suatu pelatihan pikiran yang berkesinambungan dan berlangsung selama enam tahun. Dengan melatihnya, ia mampu membersihkan dirinya sepenuhnya dari rasa egois.

Tidak ada instruksi yang lebih baik untuk mengusir penyakit dan penderitaan dari hidup ini, dan untuk menaklukkan roh-roh, pembuat- rintangan dan kekuatan negatif dibanding meditasi bodhicitta menukar diri dengan orang lain. Renungkanlah dengan tekun, dan seperti menolak racun, tolaklah selalu mentalitas negatif mementingkan diri sendiri.

1.3 Mempertimbangkan orang lain lebih penting dibanding diri sendiri

275

"Mungkin saya di alam samsara, mungkin saya akan terlahir di neraka, mungkin saya bisa sakit, demam, atau menderita kemalangan apa pun juga, tetapi saya akan menahannya. Semoga penderitaan orang lain menjadi matang pada diri saya! Semoga mahkluk lain memiliki semua kebahagia- an saya dan semua akibat dari perbuatan baik saya!¨ Bangkitkan pikiran ini di dalam sanubari anda dan jalankan dalam latihan, dengan mengikuti contoh Maitriyogi, guru Atisa; Dharmaraksita; dan Guru kita Sakyamuni dalam kelahiran kembalinya sebagai Raja Padma, sebagai seekor kura-kura dan sebagai Raja Manicuda. Sekali peristiwa, Maitriyogi, guru Atisa, sedang membabarkan Dharma, ketika seorang di dekat sana melemparkan batu pada seekor anjing. Guru menjerit kesakitan dan jatuh dari tempat duduknya. Orang-orang lain yang hadir melihat tidak ada apa-apa yang terjadi pada anjing tersebut, berpikir bahwa Maitrryogi mesti berpura-pura. Tetapi Maitriyogi mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan. Lalu ia menunjukkan kepada mereka punggungnya di mana jelas kelihatan bilur dari batu yang telah dilempar- kan ke anjing. Setiap orang yang ada di sana merasa yakin akan bukti tersebut, bahwa ia telah secara fisik mengambil alih rasa sakit yang disebabkan oleh lemparan batu kepada anjing tersebut. Guru Dharmaraksita awalnya adalah seorang pandita Sravaka dari aliran Vaibhasika. Meski di dalam separuh bagian hidup sebelumnya ia belum pernah mendengar ajaran Mahayana, secara alami ia tertarik kepada tradisi Mahayana, dan tanpa usaha yang disengaja, ia dipenuhi dengan belas kasih yang besar. Sekali peristiwa, seseorang di daerah di mana ia tinggal terserang suatu penyakit yang ganas. Dokter menyatakan bahwa ia hanya bisa disembuh- kan dengan suatu obat – daging manusia yang masih hidup. Jika itu tidak bisa ditemukan, maka tidak ada harapan lagi. "Jika hal itu membantu, saya akan memberikan dagingku," kata Dharmaraksita. Ia memotong sebagian daging dari pahanya sendiri, dan memberinya kepada orang sakit tersebut, yang memakannya dan menjadi sembuh. Dharmaraksita yang belum merealisasi kesunyataan merasakan kesakit- an yang amat besar akibat apa yang ia lakukan, tetapi rasa kasihannya yang besar mencegahnya menjadi menyesal. "Anda merasa lebih baik?" ia bertanya kepada orang sakit tersebut. "Ya, saya merasa lebih baik, tetapi lihatlah kesulitan yang telah saya timbulkan pada anda!"

276

"Aku malah rela mati jika hal itu bisa membawa kebahagiaan buat anda," kata Dharmaraksita. Ia merasa nyeri yang amat hebat, sehingga ia tidak bisa tidur sama sekali. Akhirnya, menjelang fajar ia tertidur dan bermimpi. Seorang manusia yang berpakaian serba putih, muncul kepadanya dan berkata, "Siapa pun yang ingin mencapai pencerahan, harus melewati percobaan seperti yang dialami dirimu. Baik sekali!” Orang itu meludah ke lukanya dan menggosoknya dengan tangannya. Lukanya menghilang dengan tidak meninggalkan bekas sama sekali. Ketika Dharmaraksita bangun dari mimpinya, ia melihat bahwa lukanya benar-benar telah disembuhkan. Orang yang berpakaian putih tadi adalah Maha Belas Kasih Avalokitesvara sendiri. Realisasi yang sejati akan keadaan alami muncul dalam pikirannya, dan ia dapat menghafal dengan lancar semua kata-kata dari Lima Risalah Jalan Tengah 165 karangan Nagarjuna.

Pada zaman lampau, ketika Buddha Sakyamuni hidup sebagai seorang raja yang bernama Padma, suatu wabah yang serius tiba-tiba terjadi di antara rakyatnya, dan banyak dari mereka yang meninggal. Raja memanggil para dokter dan bertanya bagaimana mengatasi penyakit tersebut. "Penyakit ini dapat diobati dengan daging ikan rohita," kata mereka. "Tetapi penyakit tersebut sangat mengacaukan pikiran kami, sehingga kami tidak dapat memikirkan cara penyembuhan lainnya." Di pagi hari dari suatu hari yang baik, raja mandi, mengenakan pakaian baru dan menjalankan upacara pengakuan dan purifikasi arthasila. Ia membuat persembahan besar kepada Sang Tri Ratna dan berdoa dengan penuh khidmat, sambil berkata, "Begitu saya meninggal, semoga saya segera terlahir sebagai seekor ikan rohita di sungai Nivritta!" Lalu ia terjun dari puncak istananya – seribu hasta tingginya – dan dengan segera dilahirkan kembali sebagai seekor ikan, yang berseru dalam bahasa manusia, "Aku ikan rohita, ambil dagingku dan makanlah!" Semua orang datang memakannya. Begitu satu sisi selesai dimakan, ikan itu lalu membalikkan badannya dan mempersembahkan kepada

165 1. Ayat Dasar tentang Jalan Tengah (Mūla--kārikā); 2. Penolakan Keberatan (Vigraha-vyāvartanī); 3. Enam Puluh Ayat Menurut Alasan (Yuktiṣaṣtikā-kārikā); 4. Kelanjutan Keberadaan (Bhāvasaṃkranti Śāstra); 5. Tujuh Puluh Ayat tentang Kekosongan (Sapta-śūnyatā Śāstra). 277

mereka sisi yang lain. Ketika mereka sedang memotong dagingnya, sisi yang pertama menjadi utuh kembali. Dengan cara memakan masing- masing sisi secara berurutan, semua orang sakit bisa terobati. Lalu ikan itu berbicara kepada mereka semua: "Saya adalah Padma, raja anda. Saya menyerahkan hidup saya dan mengambil kelahiran sebagai seekor ikan rohita untuk menyelamatkan anda dari wabah. Sebagai ungkapan rasa syukur anda, berhentilah melakukan kejahatan dan berbuatlah kebaikan selamanya." Mereka semua mematuhi dan sejak itu mereka tidak pernah lagi terjatuh dalam kelahiran yang tidak baik.

Pada suatu waktu yang lain, Buddha Sakyamuni terlahir sebagai seekor kura-kura raksasa, ketika suatu perahu yang sedang mengangkut lima ratus pedagang kandas di laut. Mereka semua mulai tenggelam, tetapi kura-kura tersebut berkata kepada mereka dengan suara manusia: "Naiklah ke punggungku! Aku akan membawa anda semua ke pantai!" Kura-kura membawa semua pedagang ke tanah kering. Ia roboh kele- lahan di tepi air dan tertidur. Tetapi ketika sedang tertidur, sekumpulan delapan puluh ribu lalat ketaka mulai menghisap darahnya. Bangun dari tidurnya, ia melihat seberapa banyak mereka. Menyadari bahwa kembali ke air atau mengguling-gulingkan diri di tanah akan membunuh semua serangga tersebut, ia hanya berbaring di tempat itu dan mengorbankan hidupnya. Kemudian, ketika kura-kura menjadi Buddha, lalat-lalat itu adalah delapan puluh ribu dewa yang mendengarkan ajarannya dan menyadari kebenaran.

Pada kesempatan lain, Buddha terlahir di negeri Saketa sebagai putra dari raja Usnisa Emas dan ratu Indah Ceria. Di atas kepalanya tumbuh suatu tonjolan yang terbuat dari permata yang berharga, yang daripadanya mengalir nektar yang memiliki kekuatan untuk mengubah besi menjadi emas. Oleh karena itulah maka ia disebut Manicuda. Pada saat kelahirannya, di sana terjadi hujan barang-barang berharga. Raja Manicuda memiliki dalam kumpulan harta bendanya seekor gajah yang bagus sekali yang bernama Gunung Unggul. Sebagai seorang raja, ia menyelenggarakan urusan keduniawiannya sesuai Dharma. Ia selalu membagi-bagikan hadiah dan sumbangan kepada orang miskin untuk mengakhiri kemiskinan dan meminta-minta. Seorang rsi yang bernama Brighu memberikan putrinya untuk dinikahkan dengan Manicuda. Putri tersebut terlahir dari bunga teratai dan

278

memiliki semua tanda keberuntungan. Dari persatuan mereka, lahirlah seorang putra seperti ayahnya, dan mereka memanggilnya Padmacuda. Pada suatu hari, raja membuat suatu perjamuan yang sangat besar dan mengundang banyak tamu, di antaranya Rsi Brighu dan seorang raja yang bernama Dusyanta, Sulit Ditahan. Pada waktu itu, Indra berkeinginan menguji tekad raja, dan mengubah dirinya menjadi seorang raksasa. Ia keluar dari api homa166 dan berjalan ke arah raja sambil menginginkan makanan dan minuman. Raja mempersembahkan segala rupa makanan dan minuman, tetapi ia menolak semuanya. "Yang saya perlukan," katanya dengan tanpa senyum sedikit pun, “adalah daging dan darah yang hangat dari makhluk yang baru saja dibunuh!" Raja rada terkejut. "Saya tidak bisa memperoleh barang seperti itu tanpa merugikan makhluk lain," pikirnya. "Meskipun jika ia membunuh saya, saya tidak akan pernah menyakiti makhluk lain. Namun, kecuali jika saya memberikan apa yang ia perlukan, semua harapannya akan sirna. Apa yang harus saya lakukan? Ia memutuskan bahwa sudah tiba saatnya untuk mempersembahkan darah dan dagingnya sendiri. Lalu ia berkata: "Saya akan memberi anda badan saya sendiri!" Rasa panik mencekam segenap sidang perjamuan. Semua orang mencoba memintanya untuk tidak berbuat demikian, tetapi tetap saja gagal. Raja menusuk pembuluh darah lehernya dan mempersembahkan darahnya untuk diminum. Raksasa meminum dengan nikmatnya. Lalu raja mengerat bagian-bagian dagingnya. Raksasa tersebut memakannya sampai ke tulangnya. Rombongan tamu semuanya sangat bersedih hati. Ratu jatuh tak sadarkan diri ke lantai. Ketika sang raja sudah hampir tidak dapat lagi mengendalikan kemampuan inderanya, dengan gembira Indra berkata: "Saya Indra, saya tidak perlu darah dan daging, jadi anda dapat menghentikan tindakan kedermawanan anda." Ia mengoleskan nektar surgawi pada luka-luka di tubuh raja, yang menjadi kembali pada keadaan semula. Kemudian raja menghadiahkan gajah Gunung Unggul kepada menterinya, Kereta Perang Brahma. Pada waktu itu tibalah salah satu murid Rsi Marici yang telah memperoleh pencapaian dalam meditasi. Raja menerimanya dengan segala penghormatan dan bertanya apa yang ia inginkan.

166 Persembahan yang dibuat dengan membakar ranting-ranting kayu bergetah. 279

"Dalam ungkapan syukur kepada guru yang mengajar saya Veda 167, saya berniat untuk menawarkan kepadanya seorang pelayan, karena kini ia sudah tua dan tidak memilikinya. Saya datang untuk meminta anda memberikan istri dan putra anda." Raja mengizinkan. Murid tersebut pergi dengan membawa ratu dan putranya dan mempersembahkan mereka kepada gurunya. Sementara itu, Raja Sulit Ditahan merasa iri dan mendambakan gajah yang dihadiahkan. Setiba kembali di kerajaannya sendiri, ia mengirim pesan menuntut bahwa gajah tersebut harus diberikan kepadanya. Ia telah diberitahu bahwa gajah tersebut telah dihadiahkan kepada seorang brahmana. Tetapi ia menolak untuk mendengarkan dan mengancam akan mengadakan perang jika gajah tersebut tidak diserahkan. Selagi pasukan musuh maju, Raja Manicuda merasakan kesedihan yang dalam dalam dirinya. “Betapa sedihnya kalau ketamakan dapat membuat sahabat yang ter- dekat menjadi musuh yang getir dalam sekejab saja!" pikirnya. "Jika saya mempersiapkan perang, dengan mudah saya dapat mengalahkannya. Tetapi banyak makhluk akan menderita, maka saya harus melarikan diri.” Empat pratyekabuddha menampakkan diri dan berkata, "Baginda, sudah waktunya Baginda masuk ke dalam hutan." Maka ia menuju Hutan Pelbagai Pesona, sementara itu menteri- menterinya pergi kepada Marici dan meminta pangeran muda yang telah diberikan kepadanya. Marici mengembalikan pangeran, dan pangeran lalu memimpin pasukan dan melakukan pertempuran. Sulit Ditahan kalah dan terpaksa kembali ke negerinya. Pikiran dan aktivitas jahatnya membawa penyakit dan kelaparan pada kerajaannya sendiri. Ketika Sulit Ditahan bertanya kepada brahmana-brahmananya bagai- mana caranya agar semua penderitaan itu berakhir, mereka berkata, "Obat penawarnya adalah permata di usnisa Raja Manicuda. Anda perlu memintanya." "Tetapi mungkin ia akan menolak," kata Raja Sulit Ditahan. Para brahmana mendesak, lagipula, Manicuda akan memberinya – bukankah ia terkenal karena tidak pernah menolak permintaan apa pun? Seorang brahmana diutus untuk memintanya. Raja Manicuda sedang berjalan melewati hutan sambil melihat-lihat dan tanpa disadari ia tiba di dekat pertapaan Marici. Pada saat yang sama, Sang Ratu, istrinya, yang sedang mencari akar dan dedaunan di dalam hutan tidak jauh dari sana, diserang oleh seorang pemburu.

167 Veda: Salah satu kitab suci agama Hindu. 280

"Raja Manicuda, tolonglah saya!" ia berteriak. Ratapan yang datang dari jauh sampai ke telinga Manicuda yang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Ia pergi menyelidiki. Pemburu itu melihat dia mendekat, berpikir bahwa dia adalah rsi. Karena takut akan kutukan, maka ia melarikan diri. Sang Ratu yang sebelumnya telah menikmati kenyamanan yang tak terukur di lingkungan kerajaan, kini berada dalam kesusahan seperti itu ketika Manicuda melihatnya. Sang Raja sangatlah bingung. "Betapa sedihnya!" pikirnya. "Semua benda tergabung tak dapat di- percaya." Saat itu, brahmana yang diutus oleh Sulit Ditahan tiba. Ia mencerita- kan hal ihkwalnya dan meminta usnisa kepalanya. "Potong dan ambillah," kata raja. Brahmana tersebut mengikuti kata raja dan sesudah itu meninggal- kannya. Dalam kerajaan Sulit Ditahan, semua penyakit dan kelaparan berakhir. Ketika raja mengalami rasa sakit yang disebabkan oleh lukanya, hal itu membangkitkan rasa kasihan yang besar terhadap semua mahkluk yang hidup dalam Neraka Panas. Lalu ia jatuh tak sadarkan diri. Sementara itu, didorong oleh pertanda-pertanda baik dan diikuti para dewa, banyak para anggota istana tiba. "O Raja," kata mereka, "apa yang telah terjadi?" Raja duduk sambil menghapus tetesan darah di wajahnya. "Sulit Ditahan mengutus seseorang untuk meminta bonggol di kepala- ku, maka saya memberinya," jawabnya. "Mengapa anda berbuat begitu?" tanya mereka. "Aku tidak berusaha untuk mendapatkan apa pun untuk diriku. Harap- anku satu-satunya adalah semoga kerajaan Sulit Ditahan bebas dari penyakit dan kelaparan. Tetapi ada masih satu hal, saya ingin..." "Apakah itu?" mereka bertanya "Agar mampu melindungi semua makhluk," jawab raja. "Tetapi tidakkah anda merasa menyesal?" mereka bertanya. "Tidak. Sama sekali tidak," kata raja. "Melihat rasa sakit di wajah anda, sulit untuk percaya apa yang anda katakan " "Baiklah," kata raja, "jika saya benar-benar tidak memiliki penyesalan setelah memberikan bonggol kepalaku kepada Sulit Ditahan dan para pengikutnya, semoga tubuhku menjadi utuh seperti semula!"

281

Dan hal itulah yang terjadi. Para pengikutnya lalu memohonnya untuk kembali ke istana, tetapi ia menolak. Pada waktu itu, empat pratyeka- buddha muncul kembali. "Anda telah banyak membantu musuh anda, mengapa tidak membantu sahabat anda juga?" kata mereka. "Sekarang anda perlu kembali ke istana anda." Ia kembali ke istana, dan membawa manfaat dan kebahagiaan kepada rakyatnya.

2. Latihan dalam aturan bodhicitta aplikasi - enam paramita

Lima paramita pertama dari enam paramita – dana, sila, kesabaran, ketekunan dan konsentrasi semuanya adalah aspek dari praktek ketrampilan. Paramita keenam, kebijaksanaan, adalah merupakan akumulasi dari kebijaksanaan awal.

2.1 Dana paramita

Dana atau kemurahan hati dapat terdiri dari tiga wujud: memberi benda materi, memberi Dharma, dan memberi perlindungan dari ketakutan.

Memberi benda materi

Memberi benda materi terdiri dari tiga macam: pemberian biasa, pemberian besar, dan pemberian luar biasa.

Pemberian Biasa. Hal ini mengacu pada memberi materi apa pun, sekalipun tidak lebih dari sekedar satu jumput daun teh atau satu mangkuk jelai. Jika diberikan dengan niat yang murni, soal jumlah bukanlah hal yang penting. Sutra Pertobatan kepada Tiga Puluh Lima Buddha 168 berbicara tentang "pengaruh positif terhadap masa depan dari memberikan sesuap makanan saja kepada makhluk yang terlahir di alam binatang." Sang Penakluk adalah sosok yang memiliki ketrampilan metoda dan belas kasih yang besar. Jika kita menggunakan kekuatan dharani169, mantra dan

168 Skt. Triskhandhadharmasutra (Sutra Tiga Tumpukan) atau disebut juga Pengakuan Kemerosotan. 169 Dharani: Pengendalian menyeluruh atas tubuh, ucapan dan pikiran serta aktivitas keenam indera, biasanya berupa mantra panjang. 282

cara-cara lainnya, dikatakan kita mampu menolong preta sebanyak pasir di Sungai Gangga hanya dengan setetes air atau sebutir jelai saja. Persembahan asap dan puja api membawa manfaat besar pada preta yang bergerak melalui ruang angkasa. Roh-roh yang tidak bisa hidup tanpa mengambil kehidupan makhluk lain sementara terpuaskan oleh bau makanan persembahan yang dibakar, dan pikiran mereka dibebaskan oleh karunia Dharma dari ritual dari suatu puja api. 170 Sebagai hasilnya, mereka tidak lagi merugikan makhluk lain, sehingga banyak makhluk menjadi terlindung dari bahaya kematian. Hal ini termasuk memberi perlindungan terhadap ketakutan. Jadi, praktek puja api termasuk ketiga macam kemurahan hati tersebut. Karena torma air dan puja api mudah untuk dilaksanakan dan sangat efektif, cobalah berlatih mempraktekkannya secara teratur. Adalah baik untuk mempersembahkan seratus ribu torma air setiap tahun. Ketika orang-orang telah mendapatkan sejumlah harta, mereka memegangnya atau menjaganya dengan ketat seperti orang yang sekarat, dan tidak menggunakan untuk kehidupan ini ataupun untuk manfaat kehidupan yang akan datang. Tak peduli berapa banyak yang mereka miliki, mereka tetap berpikir bahwa mereka tidak memiliki apa pun. Mereka merintih seolah-olah mereka sedang kelaparan. Dapat dikatakan bahwa orang-orang dengan perilaku seperti ini sekarang ini mengalami akibat yang serupa dengan penyebabnya seperti yang terjadi di alam preta. Hindarilah sikap-sikap seperti itu dan cobalah untuk bermurah hati melalui aktivitas seperti membuat persembahan kepada Sang Tri Ratna dan memberi sedekah kepada pengemis. Seperti yang dikatakan Jetsun Mila:

Keluarkan makanan dari mulut anda dan berikanlah sebagai sedekah.

Sebaliknya, jika anda membiarkan diri anda menjadi budak kemelekat- an egois anda, akan tiba saatnya di mana sekalipun anda memiliki semua kekayaan di dunia, namun anda tetap merasa tidak cukup. Dan ketika ada kesempatan untuk memberi persembahan kepada Sang Tri Ratna atau pengemis, anda akan berpikir bahwa anda akan melakukannya di lain kesempatan saja waktu sudah memperoleh lebih banyak kekayaan lagi di kemudian hari atau di tempat lain.

170 Puja api: Persembahan berupa asap dari makanan yang dibakar kepada roh-roh halus dan makhluk-makhluk di alam bardo. 283

Secara umum, Buddha mengajar pemberian materi dan praktek-praktek lain yang disertai harta benda terutama untuk Bodhisattva awam. Jika anda adalah seorang biarawan atau biarawati, hal yang penting hanyalah untuk mengurangi keinginan-keinginan anda, dan belajar untuk menjadi puas dengan apa pun juga yang anda miliki, dan untuk berlatih pelatihan rangkap tiga yang lebih tinggi dengan ketetapan hati di tempat pertapaan di gunung atau tempat yang sunyi, dan dengan senang hati menerima semua kesukaran. Ada praktisi-praktisi yang meninggalkan latihan spiritual mereka dan melibatkan diri mereka dalam perdagangan, pertanian atau mata penca- harian lainnya. Mereka menimbun kekayaan melalui tipu daya yang cerdik. Mereka bersikukuh mengatakan bahwa mereka sedang berlatih Dharma melalui persembahan dan amal yang mereka buat dengan apa yang mereka peroleh. Tetapi adalah untuk orang-orang seperti itu kata- kata berikut:

Jika Dharma tidak dilatih sesuai dengan Dharma, Dharma sendiri dapat menyebabkan kelahiran kembali yang buruk.

Cara beramal mereka seperti ini secara mutlak tidak ada artinya. Jadi, yang paling penting dan oleh karena itu, selalulah merasa puas dengan apa yang anda miliki.

Pemberian Besar. Ini berarti memberi kepada orang lain sesuatu yang langka atau sangat berharga bagi anda secara pribadi, seperti kuda atau gajah anda sendiri, atau bahkan putra atau putri anda sendiri.

Pemberian Luar Biasa. Hal ini mengacu pada membuat persembahan dengan anggota tubuh, tubuh ataupun hidup anda. Contohnya adalah Pangeran Keberanian Besar yang memberikan tubuhnya kepada harimau betina yang kelaparan, Nagarjuna yang memberi kepalanya kepada putra Raja Surabhibhadra, dan Putri Raja Mandabhadri memberi makan kepada harimau betina dengan tubuhnya sendiri. Namun kemurahan hati semacam ini hanya bisa dipraktekkan oleh makhluk yang telah mencapai salah satu tingkat Bodhisattva. Makhluk biasa tidak mampu untuk itu. Untuk sementara, anda dapat secara mental mendedikasi tubuh, hidup dan kekayaan anda demi manfaat orang lain tanpa kemelekatan, dan berdoa agar pada suatu hari anda akan benar-benar mampu memberikannya.

284

Memberi Dharma

Ini berarti memimpin orang lain kepada praktek rohani dengan membe- ri abhiseka, membabarkan Dharma, mentransmisi teks-teks dan seba- gainya. Namun, bekerja demi kebaikan orang lain ketika keinginan untuk mementingkan diri sendiri belum dihilangkan hanya akan menjadi suatu pertunjukan belaka. Para murid Atisa bertanya kapankah mereka boleh mengajar, bekerja untuk manfaat orang lain atau melaksanakan pemindahan kesadaran bagi mereka yang baru saja meninggal. Jawaban Atisa adalah:

Anda boleh memandu orang lain jika anda sudah merealisasi kekosongan dan mengembangkan kewaskitaan; Anda boleh bekerja untuk manfaat mereka jika kepentingan anda sendiri sudah tiada yang perlu dilakukan; Anda boleh melaksanakan pemindahan kesadaran untuk orang yang meninggal jika anda sudah masuk ke alur penglihatan.

Ia juga berkata:

Pada zaman kemerosotan ini, bukanlah waktu untuk membual, Sekarang ini adalah waktu untuk membangkitkan tekad; Bukan waktunya untuk memegang posisi tinggi, Namun adalah waktu untuk tetap pada posisi rendah; Sekarang bukan waktunya untuk memiliki pelayan dan murid-murid, Tetapi adalah waktu untuk hidup dalam kesunyian; Bukan waktunya untuk menjaga para murid, Tetapi merupakan waktu untuk menjaga diri anda sendiri; Bukan waktunya untuk meneliti kata-kata, Tetapi adalah waktu untuk merenungkan artinya; Sekarang bukanlah waktu untuk kesana kemari, Tetapi adalah waktu untuk tinggal di satu tempat.

Tiga Bersaudara bertanya kepada Geshe Tonpa, apakah lebih penting berlatih di dalam kesunyian atau membantu orang lain dengan Dharma. Geshe Tonpa menjawab:

Adalah sia-sia untuk seorang pemula yang tidak memiliki pengalam- an maupun realisasi untuk mencoba membantu orang lain dengan

285

Dharma. Tidak ada berkah yang dapat diperoleh darinya, sama halnya tidak ada apa pun yang dapat dituangkan dari suatu bejana yang kosong. Instruksinya hambar dan tanpa unsur pokok, seperti bir yang diragi dengan tanpa menekan butir-butir gandum. Seseorang yang berada di tahap aspirasi, yang mempunyai kehangatan171 latihan, tetapi belum memiliki kemantapan di dalam- nya, tidak bisa bekerja demi kepentingan makhluk lain. Berkahnya seperti sesuatu yang dituangkan dari bejana yang satu ke dalam yang lain: ia hanya dapat mengisi yang lain dengan pengosongan dirinya. Instruksinya seperti lampu dipindahkan dari tangan seseorang ke tangan orang lain: jika ia memberi cahaya kepada yang lain, maka ia berada dalam kegelapan. Tetapi seseorang yang telah mencapai salah satu tingkat Bodhisattva, siap untuk bekerja demi manfaat makhluk lain. Berkahnya seperti kekuatan dari bejana pengabulan harapan: ia dapat membawa semua makhluk ke tahap kematangan tanpa pernah menjadi kering. Instruksinya seperti suatu lampu yang di tengah, di mana orang lain dapat mengambil cahaya dengan tanpa membuatnya menjadi kecil. Oleh karena itu, pada zaman kemerosotan ini bukanlah waktunya untuk seseorang yang biasa untuk membantu makhluk lain secara eksternal, tetapi lebih merupakan waktu untuk hidup menyendiri dan melatih pikiran mereka sendiri dalam belas kasih bodhicitta. Sekarang ini saatnya untuk menyingkir dari emosi negatif. Ketika suatu tumbuhan obat yang berharga masih berupa tunas saja, ia belum waktunya untuk dipetik, tetapi adalah saat untuk melindungi- nya.

Karena alasan-alasan inilah, adalah cukup sulit untuk benar-benar berdana Dharma kepada orang lain. Membabarkan dengan rinci suatu ajaran kepada orang lain tanpa memiliki pengalaman sendiri dalam hal tersebut tidak akan menolong mereka sama sekali. Perihal memperoleh persembahan dan kekayaan dengan mengajar Dharma, itulah yang Padampa Sangye katakan sebagai "menggunakan Dharma sebagai barang dagangan untuk menjadi kaya." Sebelum anda mengatasi keinginan memiliki sesuatu untuk diri anda, adalah lebih baik tidak buru-buru menjalankan aktivitas altruis. Sebagai gantinya, berdoalah agar pikiran roh-roh yang memiliki kecenderungan positif bisa dibebaskan ketika mereka mendengar anda berdoa, melafal

171 Kehangatan: Suatu tanda di mana latihan sedang mulai bekerja. 286

mantra atau membaca kitab suci. Anggaplah cukup untuk melafal doa untuk berdana Dharma yang ada pada akhir ritual teks-teks torma air atau persembahan tubuh, seperti:

Tinggalkan perbuatan jahat. Berbuatlah kebaikan. Kendalikan pikiran anda sendiri. Inilah ajaran Buddha.

Ketika keinginan-keinginan mementingkan diri anda sendiri sudah tidak ada, maka sudah tiba saatnya untuk mempersembahkan diri anda seluruhnya kepada orang lain, tanpa menaruh perhatian akan kedamaian dan kebahagiaan anda, dan tanpa mengurangi usaha-usaha anda sesaat pun.

Memberi perlindungan terhadap ketakutan

Ini berarti benar-benar melakukan apa pun juga yang dapat anda laku- kan untuk membantu orang lain yang berada dalam kesukaran. Hal ini termasuk, misalnya menyediakan tempat perlindungan bagi mereka yang tidak memiliki tempat yang aman, memberi perlindungan kepada mereka yang tidak memiliki pelindung, dan menjadi teman dengan mereka yang tidak memiliki teman. Hal ini merujuk terutama sekali kepada perbuatan seperti melarang berburu dan mencari ikan di mana saja anda mempunyai kekuasaan untuk melakukannya, membeli domba-domba yang sedang dibawa ke tempat pejagalan, dan menyelamatkan ikan, cacing, lalat dan makhluk-makhluk lain yang sedang sekarat. Buddha mengajarkan, dari semua perbuatan yang baik, menyelamatkan hidup makhluk hidup adalah paling menguntungkan.

Secara keseluruhan, berbagai macam kemurahan hati merupakan topik yang paling penting dari samaya Tantra. Dalam Ikrar Lima Keluarga172 dikatakan:

Seperti samaya dari Keluarga Permata, Selalulah berlatih empat macam kemurahan hati.

172 Tib. rigs lnga’i sdom pa, suatu tantra. 287

2.2 Sila paramita

Sila paramita terdiri dari menghindari perbuatan-perbuatan negatif, melakukan perbuatan-perbuatan positif, dan memberi manfaat kepada orang lain.

Menghindari perbuatan negatif

Ini berarti menolak semua sepuluh perbuatan negatif tubuh, ucapan dan pikiran yang tidak diarahkan untuk manfaat makhluk lain seperti anda menolak racun.

Melakukan perbuatan positif

Ini berarti selalu menciptakan sebanyak mungkin sumber yang baik untuk masa depan dengan selalu melakukan perbuatan-perbuatan positif yang dapat anda lakukan, meski kelihatannya tidak begitu penting. Seperti peribahasa umum berkata: "Kapan saja selagi mulut atau tangan kita bebas, kita dapat melakukan perbuatan positif; dan kapan saja selagi kita ke sana ke mari atau selagi duduk, kita dapat melakukan perbuatan negatif." Hanya dengan selalu meneliti dengan hati-hati, dengan kewaspadaan dan kepedulian, dan berusaha keras untuk berbuat baik dan menahan diri terhadap perbuatan jahat, barulah anda dapat menghindari melakukan banyak perbuatan negatif yang serius – bahkan selagi anda hanya mengikuti permainan.

Jangan menganggap remeh kesalahan kecil, Menganggap mereka tidak merugikan: Bahkan suatu percikan api yang kecil Dapat menghanguskan gunung.

Laksanakan selalu nasihat ini dalam praktek dengan menerapkan kesadaran dan kewaspadaan yang tetap. Pada akhirnya anda akan memperoleh cadangan perbuatan positif sejalan dengan aktivitas anda sehari-hari. Hanya dengan menunjukkan hormat anda ketika anda bertemu dengan gundukan batu mani173 dengan melepaskan topi anda dan berjalan mengelilinginya, dengan menerapkan ketiga metoda tertinggi, dapat secara

173 Tumpukan batu sebagai persembahan. 288

tepat menuntun anda ke pencerahan sempurna. Seperti dikatakan dalam Sutra Orang Bijak dan Orang Bodoh:

Jangan mengabaikan kebajikan kecil, Dan menganggap mereka tidak ada gunanya; Karena tetesan air yang terus menerus, Pada waktunya dapat memenuhi pot raksasa.

Ada kisah tentang seekor babi yang dikejar mengelilingi stupa oleh seekor anjing, dan cerita lain mengenai tujuh ulat bulu yang jatuh dari daun ke dalam arus air dan dibawa mengelilingi stupa oleh arus tersebut. Kejadian-kejadian seperti itu cukup untuk membawa makhluk-makhluk tersebut akhirnya kepada pembebasan. Oleh karena itu, usahakan selalu menolak perbuatan buruk sekecil apa pun, dan lakukanlah perbuatan baik apa pun yang dapat anda lakukan, dan limpahkan jasa tersebut untuk manfaat makhluk hidup. Hal ini mencakup semua ajaran dari ikrar Bodhisattva.

Memberi manfaat kepada makhluk lain

Seperti yang telah kita lihat, ketika anda secara total bebas dari meng- inginkan sesuatu untuk diri anda, berarti sudah tiba waktunya bagi anda untuk bekerja secara langsung demi manfaat makhluk lain dengan menggunakan empat cara menarik makhluk. Tetapi sebagai seorang pemula, cara untuk memberi manfaat kepada makhluk lain adalah melimpahkan jasa kebajikan kepada semua makhluk dari semua latihan yang anda jalankan, sambil melatih diri melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk. Semua ini dilakukan dengan menerapkan tiga metoda yang tertinggi.

2.3 Ksanti paramita

Kesabaran mencakup tiga aspek: kesabaran ketika disalahkan secara keliru, kesabaran untuk bertahan dalam kesukaran demi Dharma, dan kesabaran untuk menghadapi kebenaran yang dalam tanpa disertai rasa takut.

Kesabaran ketika disalahkan secara keliru

289

Kesabaran jenis ini perlu diterapkan kapan pun saat anda dipukul, dihina di depan umum, dimarahi dengan kata-kata kasar atau difitnah secara sembunyi-sembunyi. Sebagai ganti merasa terganggu dan bereaksi dengan marah, anda perlu menanggapinya secara positif dengan belas kasih. Jika anda kehilangan kesabaran dan menyerah pada kemarahan, suatu amukan kemarahan dapat menghancurkan pahala kebajikan yang anda kumpulkan lebih dari seribu kalpa, sebagaimana disebutkan dalam Jalan Bodhisattva:

Pekerjaan-pekerjaan baik yang dikumpulkan dalam seribu tahun, Seperti perbuatan kemurahan hati, Atau persembahan kepada mereka yang membawa kebahagiaan, Suatu kilas kemarahan akan menghancurkannya.

Dan lagi:

Tiada kejahatan menyamai kebencian, Tiada latihan sulit yang menandingi kesabaran; Oleh karena itu, benamkan diri anda dalam kesabaran Dengan semua cara dan semangat.

Ingatlah kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kemarahan, berusa- halah untuk mengembangkan kesabaran di dalam semua keadaan. Padampa Sangye berkata:

Membenci musuh adalah suatu delusi yang disebabkan oleh karma; Ubahlah pikiran jahat anda akan kebencian, hai orang-orang Tingri!

Dan Atisa berkata:

Jangan marah dengan mereka yang merugikan anda. Jika anda marah dengan mereka yang merugikan anda, Kapankah anda akan mengembangkan kesabaran?

Kapan saja seseorang menyakiti anda, mencerca anda atau menuduh anda dengan tidak adil, selama anda tidak menjadi marah atau menden- dam orang tersebut, hal itu akan menghilangkan banyak perbuatan negatif masa lampau dan kegelapan batin anda. Dengan mengembangkan kesabaran dalam situasi-situasi yang demikian, anda dapat menghimpun

290

jasa kebajikan yang berlimpah. Oleh sebab itu, anggaplah semua orang yang menyalahi anda sebagai guru-guru anda. Sebagaimana dikatakan:

Jika tiada seorang pun yang membuat anda marah, maka dengan siapa anda bisa mengembangkan kesabaran?

Kita sering mendengar bahwa ada seorang Lama atau biarawan yang sungguh baik, hanya saja ia memiliki perangai yang mengerikan. Tetapi, tidak ada kesalahan yang lebih buruk di dunia ini dibanding dengan kemarahan, maka mana bisa seseorang yang sangat baik pada waktu yang sama mempunyai perangai yang mengerikan? Padampa Sangye berkata:

Anda tidak memahami bahwa perbuatan sesaat yang timbul dari kemarahan adalah lebih buruk dibanding seratus perbuatan yang timbul dari hawa nafsu.

Jika anda sudah benar-benar berasimilasi dengan ajaran dengan baik, semua yang anda lakukan, ucapkan dan pikirkan harus sama lembutnya seperti menginjak kapas, dan sama halusnya seperti sup tsampa yang dicampur dengan mentega. Tetapi mungkin juga justru kebalikannya yang terjadi. Latihan berbudi luhur kecil yang anda lakukan, atau ikrar suci yang anda pegang, membuat anda merasa terbuai oleh kebanggaan. Atau setiap kali seseorang mengatakan suatu, anda menjadi sangat sensitif terhadap cara mereka berbicara, dan anda mendidih dengan kemarahan ketika anda berpikir bahwa anda sedang dihina atau dikritik. Kepekaan seperti itu adalah suatu tanda bahwa pikiran anda dan Dharma telah berpisah arah, dan bahwa Dharma tidak mengubah pikiran anda sedikit pun. Geshe Chengawa berkata:

Jika ketika kita belajar, berpikir dan merenung, ego kita tumbuh menjadi lebih besar, kesabaran kita menjadi lebih rapuh dibanding dengan kulit baru,174 dan kita merasa lebih lekas marah dibanding dengan si setan Tsang Tsen,175 ini pasti adalah tanda-tanda bahwa studi, meditasi dan pemikiran kita sudah berada di arah yang salah.

174 Kulit baru: Kulit yang tumbuh pada luka yang baru sembuh. 175 Sosok setan daerah Tibet yang pendendam dan pencemburu, yang menciptakan rintangan begitu terusik sedikit saja. 291

Usahakan selalu merendahkan diri, berpakaian sederhana, dan perlaku- kan setiap orang, apakah yang baik, biasa ataupun yang tidak baik, dengan rasa hormat. Jinakkan pikiran anda dengan Dharma, dengan mengambil belas kasih bodhicitta sebagai dasar anda. Tak diragukan lagi, ini adalah poin yang paling penting dari semua latihan. Ia lebih baik dibanding dengan seribu “pandangan yang paling mulia" atau "meditasi yang paling dalam" yang tidak membawa kebaikan pada pikiran.

Kesabaran untuk menahan penderitaan demi Dharma

Demi berlatih Dharma, anda perlu mengabaikan panas, dingin dan berbagai kesulitan lainnya. Tantra berkata:

Bahkan dengan melalui nyala api neraka atau lautan mata pisau cukur yang tajam, Carilah Dharma sampai anda mati.

Orang-orang Kadampa dahulu kala memiliki empat sasaran seperti berikut:

Dasarkan pikiran anda pada Dharma, Dasarkan Dharma anda pada hidup yang sederhana, Dasarkan hidup anda yang sederhana pada pemikiran akan kematian, Dasarkan kematian anda pada lembah yang sunyi dan tandus.

Sekarang ini kita berpikir bahwa kita dapat berlatih Dharma bersamaan dengan aktivitas duniawi kita, dengan tanpa perlu tekad sedikit pun atau untuk menderita kesukaran, dengan sambil terus-menerus menikmati kenyamanan, kesejahteraan dan ketenaran. Kita beranggapan orang lain juga dapat melakukannya, dan kita berkata dengan kagum, "Itu ada Lama yang baik. Ia tahu bagaimana caranya memadukan Dharma dengan kehidupan duniawi." Tetapi mana mungkin mengawinkan Dharma dengan kehidupan duniawi? Mereka yang menyatakan dirinya melakukan hal yang demikian, kelihatannya sedang menjalani suatu kehidupan duniawi yang baik, tetapi bisa anda pastikan bahwa mereka tidak berlatih Dharma yang murni. Menyatakan bahwa anda dapat berlatih Dharma dan menjalani kehidupan duniawi pada waktu yang sama adalah sama seperti mengatakan bahwa anda dapat menjahit dengan jarum yang runcing di kedua ujungnya, atau

292

menaruh api dan air dalam satu bejana, atau mengendarai dua kuda yang berlawanan arah. Semua hal yang demikian hanyalah mustahil. Bisakah seseorang yang biasa melebihi Buddha Sakyamuni? Bahkan beliau menemukan bahwa sama sekali tidak mungkin berlatih Dharma dan menjalani kehidupan duniawi secara berdampingan. Sebagai gantinya, ia meninggalkan kerajaannya seperti membuang air ludah, dan pergi tinggal di tepi Sungai Nairanjana, di mana ia mempraktekkan tapabrata selama enam tahun dengan hanya memberi makan kepada dirinya setetes air dan sebutir jelai setiap tahun. Dan bagaimana dengan Jetsun Milarepa? Ketika ia sedang berlatih, ia tidak memiliki makanan maupun pakaian. Makanannya hanyalah rumput jelatang, sehingga seluruh tubuhnya hanya tinggal tulang rangka yang diselimuti dengan bulu berwarna kehijau-hijauan. Mereka yang melihatnya tidak tahu apakah ia seorang manusia atau setan. Faktanya, ia berlatih Dharma sampai pada suatu keadaan dengan ketahanan yang sangat kuat dan menerima kesukaran dengan sepenuh hati, membuktikan dengan pasti bahwa adalah mustahil untuk melatih Dharma dan menjalankan kehidupan duniawi pada waktu yang sama. Apakah Milarepa benar-benar telah putus asa tidak mengetahui bagaimana caranya mengkombinasikan keduanya? Siddha agung Melong Dorje memperoleh pencapaian setelah berlatih selama sembilan tahun dengan hanya memakan kulit pohon lakhe sebagai makanannya. Longchen Rabjam, Penguasa Dharma yang Mahatahu, hanya hidup dari dua puluh satu pil air raksa selama berbulan-bulan. Ketika salju turun, ia biasa masuk ke dalam kantong kasar yang dipakai sebagai tempat tidur dan juga sebagai alas tempat duduknya. Semua siddha dari masa lampau memperoleh pencapaian hanya karena berlatih dengan tekad yang kuat, dengan sepenuh hati menerima semua kesukaran setelah menyisihkan semua aktivitas duniawi. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang mencapai realisasi dengan berlatih di samping melakukan aktivitas sehari-hari, menikmati kesenangan, kesejahteraan dan ketenaran. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:

Pada saat anda menata diri anda pada tempat yang nyaman untuk tinggal, dengan banyak makanan, pakaian yang hangat dan donatur yang murah hati, anda bahkan telah sepenuhnya mengundang setan sebelum mulai berlatih mengembangkan Dharma.

Geshe Shawopa berkata:

293

Untuk berlatih Dharma dengan tulus, ambisi hidup anda seharusnya adalah kemiskinan. Pada akhir suatu kehidupan yang miskin, anda akan bisa menghadapi kematian anda. Jika anda mempunyai sikap yang demikian, dapat anda pastikan bahwa tidak ada dewa, setan atau manusia yang akan pernah mampu membuat berbagai kesulitan kepada anda.

Jetsun Mila bernyanyi:

Tak seorang pun menjenguk saya ketika saya sakit, Tak seorang pun menangis ketika saya meninggal; Mati seorang diri di tempat pertapaan ini, Adalah segala hal yang didambakan seorang yogi.

Tidak ada jejak kaki di luar pintu saya, Tidak ada juga jejak darah di dalam; 176 Mati seorang diri di tempat pertapaan ini, Adalah segala hal yang didambakan seorang yogi.

Tak seorang pun ingin tahu ke mana aku pergi, Tidak ada tempat pergi yang tertentu; Mati seorang diri di tempat pertapaan ini, Adalah segala hal yang didambakan seorang yogi.

Mayatku akan membusuk dan dimakan ulat, Tulang-tulangku dihisap kering oleh lalat; Mati seorang diri di tempat pertapaan ini, Adalah segala hal yang didambakan seorang yogi.

Oleh sebab itu, adalah sangat penting untuk tidak mengindahkan lagi segala kerinduan kehidupan sehari-hari, dan berlatih tanpa memperhati- kan panas, dingin atau berbagai kesulitan lain apa pun.

Kesabaran untuk menghadapi kebenaran yang dalam tanpa rasa takut

Kalau kebetulan anda menerima ajaran tentang keadaan alami keko- songan yang mendalam, atau terutama sekali, di poin penting dari Atiyoga yang melampaui semua aktivitas dan usaha, atau Dua Belas Ketawa Vajra

176 Berarti tidak ada daging dalam makanan sederhana Milarepa. 294

yang melampaui akibat perbuatan yang baik dan jahat, atau Delapan Syair yang Mengagumkan, cobalah untuk memahami arti mereka yang benar tanpa menimbulkan pandangan-pandangan negatif. Memiliki pandangan yang salah akan ajaran-ajaran ini atau mengkritik mereka adalah apa yang disebut “perbuatan yang salah atas penolakan Dharma." Ia dapat melempar seseorang ke dalam neraka untuk kalpa yang tidak terhitung lamanya. Seperti dikatakan Karma Chakme Rinpoche:

Aku mengaku sepanjang waktu sudah melakukan suatu perbuatan yang lebih jahat Dibanding lima perbuatan yang membawa akibat langsung: yaitu penolakan terhadap Dharma.

Pada suatu hari dua biarawan India yang telah memiliki dua belas kualitas dari latihan praktek dhuta 177 datang menghadap Atisa. Ketika Atisa menjelaskan kepada mereka bahwa ego tidak memiliki keberadaan yang hakiki, mereka senang. Tetapi ketika ia menjelaskan bahwa fenomena juga tidak memiliki keberadaan yang hakiki, mereka berteriak: "Wah, sangat mengerikan! Jangan katakan hal-hal seperti itu!" dan ketika ia membaca Sutra Hati, mereka menutup telinga mereka dan pergi dari sana. Atisa merasa amat sedih. Ia berkata: "Kecuali jika seseorang melatih diri di dalam belas kasih bodhicitta, lalu mengembangkan keyakinan pada ajaran-ajaran yang mendalam, hanya dengan memegang sila yang murni saja tidak akan membawa keberhasilan apa pun kepada anda." Disebutkan bahwa banyak biarawan yang angkuh sekali pada waktu Buddha. Ketika mereka mendengar beliau mengajar tentang kekosongan yang mendalam, mereka muntah darah dan mati, dan terlahir di dalam neraka. Sejumlah cerita lain mengisahkan kejadian-kejadian yang hampir sama. Adalah penting untuk memiliki rasa hormat dan ketertarikan akan ajaran yang mendalam dan pada mereka yang mengajarkannya. Setidak-

177 12 praktek dhuta: 1. Mengenakan jubah yang terbuat dari kain robekan/usang; 2. Hanya memiliki tiga jubah; 3. Makan dari hasil pindapatta, tidak memasak sendiri; 4. Berpindapatta secara berurutan; 5. Hanya makan sekali dalam sehari; 6. Makan secukupnya saja, tidak sampai terlalu kenyang; 7. Tidak makan selewat tengah hari ; 8. Tinggal di tempat yang sepi, jauh dari keramaian; 9. Berlatih di bawah pohon; 10. Bermeditasi di tempat yang terbuka; 11. Tinggal di tempat perkuburan; 12. Tidak berbaring. 295

nya, sekalipun keterbatasan pikiran anda membuat anda tidak mengerti akan hal tesebut, janganlah pernah mengeritik mereka.

2.4 Virya paramita

Ada tiga macam ketekunan: ketekunan seperti baju baja, ketekunan di dalam perbuatan, dan ketekunan yang tidak bisa dihentikan.

Ketekunan seperti baju baja

Ketika anda mendengar kisah kehidupan para guru besar, Buddha dan Bodhisattva, tentang perbuatan-perbuatan yang telah mereka lakukan dan pencobaan-pencobaan yang mereka lewati demi Dharma, jangan pernah berpikir bahwa hanya mereka saja yang mampu meraih semua yang mereka lakukan karena mereka adalah Buddha dan Bodhisattva, dan bahwa anda tidak pernah dapat melakukan hal yang sama, sehingga anda berkecil hati dan malas. Sebagai gantinya, ingatlah bahwa hanya dengan bertindak dengan cara demikian, mereka semua menjadi sangat sempurna. Sebagai murid mereka, meskipun anda mungkin tidak dapat melakukannya secara lebih baik dari mereka, namun anda pasti dapat meraih tingkat seperti mereka juga. Jika demikian banyak ketekunan dan kesukaran adalah penting buat mereka, bagaimana bisa hal-hal yang demikian tidak diharuskan pada kita yang memiliki begitu banyak karma buruk karena perbuatan-perbuatan negatif kita yang lampau dan sejak waktu tak berawal belum pernah melakukan latihan berkesinambungan akan Dharma? Kita sudah memiliki kebebasan dan keberuntungan akan tubuh manusia. Kita sudah berjumpa dengan seorang guru spiritual yang sejati, dan sedang menerima instruksi yang mendalam. Karena kita mempunyai peluang untuk berlatih Dharma yang benar dengan baik, kita perlu berjanji dari dasar hati kita untuk melakukannya dan siap untuk menerima kesukaran, menerima beban berat, dan mempertaruhkan hidup dan badan kita tanpa mempedulikan daging dan darah kita. Itulah yang dimaksud dengan ketekunan seperti baju baja.

Ketekunan dalam perbuatan

Sekalipun anda memiliki keinginan untuk mempelajari dan berlatih Dharma, anda mungkin saja menundanya sampai besok atau hari berikut,

296

dari hari ke hari pada semua hidup anda. Anda harus menghindari pemborosan seluruh umur hidup manusia dan hanya selamanya merenca- nakan saja untuk berlatih. Druk Pema Karpo berkata:

Hidup manusia seperti sedang berada di kandang penjagal: Kematian semakin mendekat setiap detik. Jika anda tidak buru-buru, dan menangguhkan hari ini sampai besok, Waspadalah akan air mata dan penyesalan waktu anda di atas ranjang mati anda!

Jangan menunggu detik lain untuk berlatih. Lakukan sesuatu tentang hal tersebut dengan segera, seperti seorang pengecut yang menemukan seekor ular di dalam pangkuannya, atau seorang perempuan penari yang rambutnya baru saja terbakar. Secara total tinggalkan aktivitas duniawi dan persembahkan diri anda pada latihan Dharma mulai sekarang. Kalau tidak demikian, maka anda tidak akan pernah menemukan waktunya – satu aktivitas duniawi akan diikuti yang lain, terus menerus seperti riak air. Mereka hanya akan berhenti ketika anda memutuskan untuk terakhir kali mengakhirinya. Seperti Longchenpa yang Mahatahu berkata:

Keasyikan-keasyikan duniawi tidak pernah berakhir sampai pada saat kita meninggal. Tetapi mereka berakhir ketika kita meninggalkan mereka. Begitulah sifat mereka. dan:

Aktivitas kita sama seperti permainan anak-anak: Mereka akan berlanjut sepanjang kita meneruskannya, dan segera berhenti begitu kita berhenti.

Begitu anda merasa ingin berlatih Dharma, janganlah mempersilakan kemalasan atau penundaan mengambil alih, bahkan hanya untuk sebentar saja. Tetapkan untuk bekerja dengan segera, didorong oleh pemikiran akan ketidak-kekekalan. Itulah yang disebut ketekunan dalam bertindak.

Ketekunan yang tidak bisa dihentikan

297

Jangan merasa puas hanya karena telah memperoleh sedikit pencapaian sesudah melakukan suatu retret kecil atau meditasi pada yidam, melafal sutra atau mantra, satu atau dua pekerjaan yang baik. Berjanjilah untuk berlatih sepanjang hidup anda, dan pastikan untuk memelihara usaha- usaha anda tetap berlanjut dengan semua kekuatan yang terus berlanjut seperti aliran sebuah sungai besar sampai anda mencapai kebuddhaan yang sempurna. Orang-orang hebat masa lampau berkata bahwa kita perlu berlatih seperti seekor yak lapar. Ketika seekor yak mencabik suatu rumpun rumput, matanya telah mengincar rumpun berikutnya. Dengan cara yang sama, sebelum anda menyelesaikan satu latihan Dharma, katakan kepada diri anda bahwa secepat sesudah anda menyelesaikan latihan yang sekarang, anda akan mulai latihan baru yang ini atau yang itu. Cobalah untuk membuat usaha yang lebih besar setiap hari, sepanjang waktu, tanpa pernah membiarkan tubuh, ucapan atau pikiran menyelinap ke dalam kemalasan atau terpisah dari Dharma sesaat pun. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:

Berlatih dengan ketahanan yang lebih besar semakin seseorang dekat pada kematiannya, adalah tanda dari seorang praktisi Dharma yang tidak terhalang oleh rintangan.

Sekarang ini, mereka yang dimuliakan sebagai pemeditasi yang hebat atau Lama yang baik, sering disanjung orang: "Sekarang anda tidak perlu lagi melakukan sembah sujud, melafal doa, menghimpun jasa kebajikan dan kebijaksanaan, memurnikan kegelapan batin dan semuanya." Mereka segera percaya, dan berpikir bahwa diri mereka sangat penting dan tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Tetapi, sebagaimana Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya berkata,

Berpikir bahwa seseorang tidak memerlukan hal-hal seperti itu membuktikan bahwa ia lebih memerlukannya.

Guru besar India, Atisa Dipamkara pernah setiap hari bekerja membuat tsa-tsa. Kedua tangannya berlumuran dengan tanah liat. Para pengikutnya berkata, "Orang-orang sedang membicarakan seorang guru besar seperti anda menangani lumpur. Lebih-lebih lagi, anda melelahkan diri anda. Mengapa tidak menyuruh kami melakukannya untuk anda?"

298

"Apa yang anda katakan?" kata Atisa. "Apakah anda juga akan makan makananku untukku?" Sampai anda mencapai kebuddhaan sempurna, anda akan masih memiliki perbuatan lampau dan kecenderungan-kecenderungan yang perlu dihilangkan, dan masih akan perlu mencapai semakin banyak kualitas spritual. Jadi jangan jatuh ke dalam latihan sporadis dan kemalasan. Berlatihlah Dharma dengan ketekunan dari kedalaman hati anda, tanpa pernah merasa bahwa anda sudah cukup melakukannya. Secara umum, apakah anda mencapai kebuddhaan atau tidak, semata- mata tergantung pada ketekunan anda. Oleh sebab itu berusahalah dengan keras untuk berlatih ketiga macam ketekunan. Seseorang dengan kecerdasan yang tinggi tetapi hanya sedikit ketekunan hanya akan menjadi seorang praktisi yang rendah. Tetapi seseorang dengan sedikit kecerdasan dan dengan ketekunan yang luar biasa akan menjadi seorang praktisi yang hebat. Tanpa adanya ketekunan apa pun juga, semua kualitas baik lainnya akan menjadi sia-sia. Jigme Lingpa Yang Mahatahu berkata:

Tidak ada kecerdasan, tidak ada kekuasaan, Tidak ada kekayaan atau kekuatan dapat membantu Seseorang yang tidak memiliki ketekunan. Ia seperti seorang tukang perahu yang memiliki perahu yang lengkap namun tidak ada dayungnya.

Selalulah bersikap sederhana dalam makanan anda. Buatlah sampai mendapatkan jumlah tidur yang seimbang. Buatlah usaha anda tetap dan berkelanjutan. Buatlah pikiran anda seperti suatu senar yang baik, tidak terlalu kendor, namun tidak terlalu kencang. Berlatih secara sporadis atau hanya berlatih ketika anda mempunyai waktu tidak akan mendapatkan pencapaian apa pun.

2.5 Dhyana paramita

Adalah mustahil untuk mengembangkan konsentrasi tanpa lebih dulu menyangkal keasyikan-keasyikan yang menggembirakan dan mengacau- kan, dan tinggal di suatu tempat yang sunyi. Oleh sebab itu, sebagai permulaan, adalah penting untuk meninggalkan gangguan.

Meninggalkan gangguan

299

Apa pun juga yang tergabung akan berpisah juga. Orang tua, saudara, pasangan, para sahabat dan sanak saudara, bahkan daging dan tulang- tulang tubuh yang kita terima pada saat kelahiran – semuanya ditakdirkan untuk berpisah. Pahamilah kesia-siaan keterikatan akan orang-orang yang dikasihi dan para sahabat yang hanya berlangsung sebentar, dan selalulah tinggal dan berlatih sendiri di tempat yang sepi. Repa Shiwa Ö178 berkata:

Kebuddhaan ada di dalam diri kita sendiri. Meski rekan spiritual mendukung latihan kita, Memiliki lebih dari tiga atau empat orang bersama-sama akan membawa kebencian dan kemelekatan. Maka saya akan tinggal sendiri saja.

Keserakahan adalah hal yang menyebabkan semua masalah kita. Kita tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah kita miliki, dan semakin kaya, ketamakan kita semakin bertambah. Kata peribahasa: "Siapa yang menjadi kaya pasti menjadi pelit." Atau lagi; "Seperti orang kaya, semakin banyak yang didapat, semakin banyak jua yang diperlukan," dan, "Tanpa kekayaan, anda jauh dari musuh anda." Semakin banyak sumber daya, uang dan harta yang anda miliki, semakin banyak bahaya yang bakal anda hadapi dari musuh, perampok dan seterusnya. Oleh karena itu, menghabiskan seluruh hidup untuk memperoleh, melindungi dan meningkatkan kekayaan hanya akan menjurus kepada penderitaan dan perbuatan-perbuatan negatif. Nagarjuna yang mulia berkata:

Menimbun kekayaan, menjaganya dan membuatnya tumbuh akan melelahkan anda; Ketahuilah bahwa kekayaan adalah sumber segala perbuatan negatif.

Meskipun jika seseorang memiliki semua kekayaan dan harta di seluruh dunia, tetap saja tidak akan mengubah fakta bahwa ia hanya memerlukan sandang pangan yang cukup buat seorang saja. Tetapi ada orang yang meskipun kaya raya, namun tidak mau membelanjakan uangnya untuk membeli makanan dan pakaian. Dengan tidak mengindahkan pelanggaran atau penderitaan dan mengabaikan semua caci maki orang lain, mereka mengabaikan masa depan mereka. Demi harta benda yang paling tak berarti, mereka mempertaruhkan kehidupan masa kini mereka. Dengan tidak mengindahkan kesadaran akan rasa malu dan kejujuran, martabat diri

178 Salah seorang murid utama Milarepa. 300

dan persahabatan yang telah berlangsung lama, Dharma atau samaya, mereka menghabiskan semua waktu mereka untuk mengejar makanan, keuntungan dan status sosial. Seperti roh-roh penjelajah memburu torma, mereka menyia-nyiakan seluruh hidup mereka bahkan dengan tanpa pernah menikmati kebebasan, kesejahteraan atau kebahagiaan sehari pun. Akhirnya, semua kekayaan yang mereka kumpulkan justru menjadi sebab mereka terbunuh. Lalu segala yang sudah mereka kumpulkan seumur hidup akan dihabiskan oleh musuh dan orang lain. Semua ini adalah pemborosan. Tetapi tumpukan perbuatan-perbuatan jahat setinggi Maha Meru yang dibangun mereka untuk menjadi kaya tetap menjadi milik pribadi mereka dan akan menyebabkan mereka mengembara di kedalaman yang tak tertahankan di alam rendah dan tak pernah bebas darinya. Maka selagi anda masih memiliki kesempatan, dengan merasa puas dengan jumlah makanan yang sedikit dan pakaian secukupnya untuk menghindari kedinginan, gunakan harta sekecil apa pun yang mungkin anda miliki di dalam hidup ini sebagai bekal untuk menghidupi kehidupan masa depan. Mereka yang ambisinya terbatas pada kehidupan masa kini ini dikenal di dalam teks sebagai "para sahabat yang kekanak-kanakan." Mereka tidak berterima kasih sedikit pun atas setiap bantuan anda, dan sebagai imbalannya mungkin saja berbuat sesuatu yang merugikan anda. Apa pun yang anda lakukan, bagi mereka tidak pernah benar. Mereka sangat susah dibuat senang. Jika anda memiliki lebih banyak dari yang dimiliki mereka, mereka akan cemburu. Jika anda memiliki lebih sedikit, mereka memandang rendah anda. Semakin banyak waktu yang anda habiskan dengan mereka, semakin cepat perbuatan negatif anda melipat ganda, dan perbuatan positif anda berkurang. Tolaklah teman-teman seperti ini dan jauhi mereka. Mata pencaharian, misalnya perdagangan, pertanian, industri dan akademis melibatkan anda ke dalam banyak aktivitas yang menyediakan sumber gangguan yang tiada akhirnya. Pencarian akan hal yang sepele ini terus menerus membuat anda sibuk untuk tujuan yang tidak penting. Seberapa pun usaha yang anda lakukan, tidak satu pun darinya mempunyai arti. Tidak ada akhir dari proses mengalahkan saingan-saingan dan mendukung sahabat. Tinggalkan semua aktivitas dan gangguan-gangguan yang tiada akhirnya ini, seperti membuang air ludah. Tinggalkan kampung halaman anda dan pergilah ke negeri yang tak dikenal. Tinggallah di kaki bukit karang dengan hanya berteman dengan binatang buas. Istirahatkan tubuh dan pikiran anda. Berhentilah merisaukan makanan, pakaian atau apa saja

301

yang disebut-sebut orang. Hiduplah di tempat-tempat sepi di mana tidak ada orang lain. Jetsun Milarepa berkata:

Dalam gua batu di tempat yang sepi, Niatku akan penolakan keduniawian tetap terjaga; Terhadap Guruku, Buddha dari tiga waktu, Keyakinanku begitu kuat dan tidak ingin berpisah darinya.

Jika anda melakukan seperti yang ia lakukan, anda akan menemukan, seperti kata peribahasa, "pada tempatnya di mana anda merasakan sedih, konsentrasi muncul." Di sana, semua kualitas yang baik dari Jalan, – kekecewaan terhadap samsara, tekad untuk membebaskan dirinya darinya, keyakinan, kemurnian persepsi, konsentrasi dan samadhi muncul secara alami. Lakukan apa pun juga yang dapat anda lakukan untuk hidup seperti itu. Di dalam hutan-hutan yang ditinggalkan orang, adalah tempat di mana Buddha dan Bodhisattva masa lampau menemukan ketenangan. Tidak ada apa pun yang membuat anda sibuk, tidak ada gangguan, tidak ada perdagangan, tidak ada ladang-ladang yang perlu dikerjakan, tidak ada sahabat-sahabat yang kekanak-kanakan. Burung-burung dan rusa liar adalah teman-teman yang baik; air sumur dan dedaunan menyediakan makanan dan minuman untuk pertapaan. Kesadaran menjadi jelas secara alami dan konsentrasi berkembang dengan sendirinya. Tanpa musuh, tanpa para sahabat, anda dapat membebaskan diri dari rantai kemelekatan dan kebencian. Tempat-tempat seperti itu memiliki segala macam keuntungan. Di dalam Sutra Lampu Bulan 179 dan sutra lain, Hyang Buddha mengatakan, mempunyai keinginan untuk pergi ke tempat-tempat yang terpencil dan berjalan tujuh langkah ke arah tersebut adalah lebih berharga dari memberi persembahan kepada semua Buddha di sepuluh penjuru selama berkalpa-kalpa sebanyak butir-butir pasir di sungai Gangga, terlebih lagi, andaikata anda benar-benar pergi hidup di tempat seperti itu. Juga dikatakan:

Di tempat yang sangat terpencil, di dalam kedalaman pegunungan, Segala apa yang dikerjakan oleh seseorang adalah baik adanya.

Bahkan tanpa anda membuat usaha latihan yang rajin, dalam tempat- tempat yang demikian, kekecewaan terhadap samsara, tekad untuk

179 Skt. Candrapradīpa. 302

membebaskan diri, kasih sayang dan belas kasih dan semua kualitas Jalan yang sempurna lainnya akan muncul secara spontan. Sebagai hasilnya, jalan hidup anda seluruhnya akan menjadi baik. Kemelekatan, kebencian dan semua emosi negatif yang telah anda coba kendalikan dengan sia-sia pada tempat yang sibuk dengan aktivitas, akan berkurang dengan sendirinya, hanya karena anda kini berada dalam kesunyian. Akan jadi mudah untuk mengembangkan semua kualitas dari Jalan. Poin-poin ini adalah pendahuluan untuk konsentrasi, dan adalah hal yang sangat penting dan tidak bisa tidak diperlukan.

Konsentrasi yang sesungguhnya

Konsentrasi ada tiga macam: konsentrasi yang dilatih oleh makhluk biasa, konsentrasi yang membedakan dengan jelas, dan konsentrasi Tathagata yang sempurna.

Konsentrasi yang dilatih oleh makhluk biasa. Ketika anda tertarik pada pengalaman-pengalaman berkah, kejernihan dan ketidakhadiran pikiran di dalam meditasi dan dengan sengaja mencari mereka, atau latihan anda diwarnai oleh daya tarik karena pengalaman-pengalaman, hal tersebut disebut konsentrasi yang dilatih oleh makhluk biasa. Konsentrasi yang jelas membedakan. Ketika anda bebas dari semua kemelekatan pada pengalaman-pengalaman meditasi dan sudah tidak lagi terpesona oleh konsentrasi, tetapi tetap bertaut pada keheningan kekosongan sebagai suatu penanggulangan, hal tersebut disebut konsen- trasi yang dengan jelas membedakan. Konsentrasi Tathagata yang sempurna. Ketika anda tidak lagi memi- liki konsep kekosongan sebagai satu penanggulangan, tetapi tinggal di dalam konsentrasi yang bebas dari konsep dalam sifat alami kenyataan, hal tersebut disebut konsentrasi Tathagata yang sempurna.

Kapan pun anda berlatih konsentrasi, adalah penting untuk duduk dengan "tujuh postur Vairocana" 180 dengan menjaga tatapan mata anda yang sesuai. Konon:

180 Tujuh poin postur Vairocana: Tujuh poin postur meditasi yang ideal: kaki bersila dalam postur vajra, punggung lurus, tangan dalam sikap meditasi, mata menatap ujung hidung, dagu sedikit ditekuk ke dalam, bahu terbuka lebar, dan puncak lidah yang menyentuh langit-langit mulut. 303

Ketika tubuh lurus, saluran energi lurus; Ketika saluran energi lurus, energi-energi itu lurus; Ketika energi-energi itu lurus, pikiran lurus.

Jangan berbaring atau bersandar pada apa pun, tetapi duduk tegak lurus, bebaskan pikiran anda dari pikiran apa pun, dan beristirahat di dalam ketenangan hati, di dalam suatu keadaan di mana tidak ada pencerapan pada apa pun. Ini adalah inti dari dhyana paramita.

2.4 Prajna paramita

Paramita Kebijaksanaan mencakup tiga aspek: kebijaksanaan yang timbul dari mendengarkan, kebijaksanaan yang timbul dari perenungan dan kebijaksanaan yang timbul dari meditasi.

Kebijaksanaan yang timbul dari mendengarkan

Ini berarti mendengarkan semua kata-kata dan arti Dharma yang diu- capkan oleh seorang guru spritual, dan mengerti arti kata-kata yang diucapkan tersebut.

Kebijaksanaan yang timbul dari perenungan

Ini berarti tidak hanya mendengarkan apa yang telah diajarkan guru dan mengerti artinya, tetapi sesudah itu meninjau ulang hal tesebut dalam pikiran anda, dan dengan jelas mengerti artinya melalui perenungan, pengujian dan analisa, dan menanyakan pertanyaan tentang apa yang tidak anda pahami. Hal ini tidak cukup hanya beranggapan bahwa anda mengenal atau memahami beberapa hal yang tertentu. Anda perlu memastikan, bahwa ketika waktu datang untuk berlatih di dalam kesunyian, anda akan mampu mengaturnya sendiri, tanpa perlu bertanya kepada siapa pun untuk memperjelas poin tertentu.

Kebijaksanaan melalui meditasi

Melalui meditasi, ketika anda mendapatkan pengalaman praktis dari apa yang anda pahami secara intelektual, realisasi sesungguhnya dari hakikat alami berkembang dalam diri anda tanpa kekeliruan. Kepastian

304

dilahirkan dari dalam diri anda. Dibebaskan dari keragu-raguan yang membatasi, anda melihat dengan jelas hakikat kekosongan. Setelah terlebih dulu menghapus semua keraguan anda melalui mendengarkan dan perenungan, anda sampai pada pengalaman meditasi yang praktis, dan melihat segalanya seperti wujud-wujud kosong tanpa inti, seperti dalam delapan kiasan ilusi:

Seperti dalam mimpi, semua object eksternal yang dicerap dengan panca indera adalah tidak ada, namun tetap kelihatan ada karena delusi. Seperti pada pertunjukan sihir, sesuatu hal timbul karena hubungan sementara dari akibat, lingkungan dan saling keterkaitan. Seperti suatu penglihatan yang tidak benar dan menyimpang, barang- barang kelihatan ada, namun sesungguhnya tidak ada apa pun. Seperti fatamorgana, benda-benda kelihatan ada, tetapi tidak riil. Seperti gema, sesuatu hanya dapat dirasa, tetapi tidak ada apa pun di sana, di luar atau di dalam. Seperti kota gandharva, tidak ada hunian maupun orang yang tinggal di sana. Seperti bayangan cermin, benda-benda kelihatan ada, tetapi tidak memiliki kenyataan hakiki mereka sendiri. Seperti kota yang diciptakan oleh kekuatan ilmu sihir, segala rupa penampilan ada di sana, tetapi sesungguhnya mereka tidak benar- benar ada.

Melihat semua object persepsi anda dengan cara ini, anda sampai pada pemahaman bahwa semua penampilan ini bersifat palsu karena sifat mereka yang memang demikian. Ketika anda melihat ke dalam sifat alami sang pelaku yang mencerap mereka – pikiran – obyek-obyek yang timbul padanya tidak pernah berhenti, hanyalah konsep-konsep yang membuat mereka seolah-olah memiliki keberadaan yang nyata menjadi surut. Membiarkan pikiran dalam realisasi hakikat kenyataan, kosong namun bersih seperti langit, adalah paramita kebijaksanaan.

Untuk menjelaskan keenam paramita secara rinci, masing-masing mereka dibagi menjadi tiga, membuat jumlah keseluruhannya menjadi delapan belas bagian. Kategori dari bahan kemurahan hati sendiri mempunyai tiga bagian, sehingga semuanya adalah dua puluh bagian. Jika kita menambahkan kesempurnaan metoda, maka menjadi dua puluh satu.

305

Kalau ditambah kesempurnaan kekuatan, menjadi dua puluh dua; kesempurnaan aspirasi transeden, dua puluh tiga dan kesempurnaan kebijaksanaan awal, menjadi dua puluh empat. Untuk lebih detil lagi, masing-masing dari enam paramita dapat dibagi menjadi enam, membuatnya menjadi tiga puluh enam bagian. Kita dapat melihat bagaimana hal ini bekerja dengan meneliti bagian memberi Dharma dalam dana paramita. Ketika guru yang mengajar, Dharma yang diajarkan dan murid yang menerima ajaran datang berkumpul. Tiga hal ini melengkapi adanya paramita dana. Guru tidak mengerjakan pengajaran Dharma demi mencari keuntungan atau penghormatan, dan bahwa ia tidak mencemari apa yang sedang ia lakukan dengan menaikkan harga diri, kebencian akan posisi orang lain, atau emosi negatif lain mana pun adalah paramita sila. Bahwa ia mengulangi arti dari suatu ungkapan berulang kali dengan mengabaikan semua kesukaran dan kelelahan adalah paramita kesabaran. Bahwa ia mengajar pada waktu yang ditetapkan tanpa rasa malas dan penundaan adalah paramita ketekunan. Bahwa ia menjelaskan materi ajaran tanpa membiarkan pikiran menjadi bingung tentang kata-kata dan arti mereka, tanpa membuat kesalahan dan tanpa menambahkan atau menghilangkan apa pun adalah paramita konsentrasi. Bahwa ketika mengajar, ia diilhami oleh kebijaksanaan yang bebas dari semua konsep dari hal, obyek dan tindakan adalah paramita kebijaksanaan. Oleh sebab itu, semua paramita tercakup di dalamnya. Sekarang sebagai contoh, marilah kita memperhatikan pemberian materi – memberi makanan atau minuman kepada seorang pengemis. Ketika barang pemberian, pemberi dan penerima semuanya ada dan perbuatan tersebut benar-benar tercapai, adalah paramita dana. Memberi apa yang anda makan atau minum sendiri, ketimbang memberi yang tidak baik atau makanan yang basi, adalah paramita sila. Tidak menjadi terganggu, bahkan ketika diminta lagi untuk memberi sedekah, adalah paramita kesabaran. Memberi dengan serta merta, tanpa pernah berpikir bahwa hal itu melelahkan atau sulit adalah paramita ketekunan. Tidak membiarkan diri anda dikacaukan oleh pikiran yang lain adalah paramita konsentrasi. Mengetahui bahwa ketiga unsur dari materi, obyek dan perbuatan tidak memiliki kenyataan yang hakiki adalah paramita kebijaksanaan. Lagi-lagi di sini, semua enam paramita tercakup didalam- nya. Bagian-bagian yang sama dapat diuraikan untuk disiplin, kesabaran, dan seterusnya.

306

Merangkum hakikat kesepuluh kesempurnaan atau paramita tersebut, Jetsun Mila berkata:

Dengan sempurna menghilangkan kemelekatan, Tiada kemurahan hati yang lain dibanding ini; Dengan sempurna membuang akal bulus dan penipuan, Tiada disiplin yang lain; Dengan sempurna mengatasi semua rasa takut tentang arti yang benar, Tiada kesabaran yang lain; Dengan sempurna tetap tidak berpisah dari latihan, Tiada ketekunan yang lain; Dengan sempurna tinggal di dalam arus kesadaran alami, Tiada konsentrasi yang lain; Dengan sempurna merealiasi hakikat kekosongan, Tiada kebijaksanaan yang lain; Mempraktekkan Dharma dengan sempurna pada semua hal yang anda lakukan, Tiada metoda yang lain; Dengan sempurna menaklukkan empat setan jahat, Tiada kekuatan yang lain; Dengan sempurna mencapai tujuan rangkap dua, Tiada cita-cita lebih lanjut; Kenalilah sumber emosi negatif, Tiada kebijaksanaan awal lainnya.

Ketika Khu, Ngok dan Drom 181 bertanya apakah unsur-unsur yang paling baik dari Jalan, Atisa menjawab:

Orang terpelajar terbaik adalah orang yang telah merealisasi arti dari ketidak-hadiran segala keberadaan; Biarawan terbaik adalah orang yang telah menjinakkan pikirannya sendiri; Kualitas terbaik adalah suatu keinginan yang besar untuk memberi keuntungan kepada orang lain; Instruksi terbaik adalah selalu mengamati pikiran; Obat yang terbaik adalah mengetahui bahwa tidak ada hal yang mempunyai kenyataan hakiki;

181 Tiga murid utama Atisa. 307

Cara hidup terbaik adalah yang tidak cocok dengan cara duniawi; Pencapaian terbaik adalah suatu pengurangan emosi yang mantap dan berkelanjutan; Tanda terbaik dari latihan adalah pengurangan yang mantap dari keinginan-keinginan; Kemurahan hati terbaik adalah ketidak-melekatan; Disiplin terbaik adalah menenangkan pikiran; Kesabaran terbaik adalah tetap pada posisi yang sederhana; Ketekunan terbaik adalah berhenti melakukan aktivitas yang tidak bermakna; Konsentrasi terbaik adalah tidak mengubah pikiran; Kebijaksanaan terbaik adalah tidak menganggap apa pun sama sekali seperti benar-benar ada.

Dan Rigdzin Jigme Lingpa berkata:

Paramita dana ditemukan di dalam kepuasan; Intinya hanyalah melepaskannya saja. Tidak ada kesalahan yang perlu diakui di depan Tri Ratna adalah memegang sila. Kesabaran terbaik adalah kesadaran dan kewaspadaan yang berke- lanjutan. Ketekunan adalah usaha yang diperlukan untuk mendukung semua paramita yang lain. Menganggap segala penampilan yang timbul sebagai manifestasi deity adalah konsentrasi. Kebijaksanaan adalah pembebasan diri sendiri dari ketamakan dan kemelekatan; Di dalamnya ada tidak ada objek pemikiran maupun orang yang berpikir. Ia bukanlah hal yang biasa. Ia bebas dari pandangan ekstrim. Ia tak terjangkau oleh penderitaan. Ia adalah kedamaian yang tertinggi. Jangan katakan ini kepada siapa pun — Rahasiakan di dalam pikiranmu sendiri.

308

Keseluruhan jalan yang sangat luas dari ajaran Bodhisattva, termasuk keenam paramita, dapat diringkas seluruhnya dalam "kekosongan di mana belas kasih adalah hakikatnya." Saraha berkata di dalam dohä182-nya:

Tanpa rasa belas kasih, pandangan kekosongan tidak akan pernah membawa anda pada jalan yang mulia. Namun meditasi semata-mata pada belas kasih, membuat anda tinggal di alam samsara; maka bagaimana anda bisa bebas? Tetapi bagi siapa yang memiliki kedua-duanya Tidak akan tinggal di samsara maupun di nirwana.

Tidak tinggal dalam samsara maupun nirwana adalah "nirwana tanpa sisa" dari tingkat kebuddhaan sempurna. Seperti kata Nagarjuna:

Kekosongan di mana belas kasih adalah hakikatnya, Hanyalah bagi mereka yang menginginkan pencerahan.

Ketika Drom Tonpa bertanya kepada Atisa apa yang merupakan ajaran yang tertinggi. "Dari semua ajaran, yang tertinggi adalah kekosongan di mana belas kasih sebagai hakikatnya," jawab Guru tersebut. "Ia seperti obat yang sangat manjur, obat mujarab yang dapat menyembuhkan setiap penyakit di dunia. Dan seperti halnya obat yang manjur, realisasi atas kebenaran kekosongan, sifat hakiki kenyataan, adalah obat untuk segala macam emosi negatif." "Mengapa begitu banyak orang yang mengaku telah merealisasi kekosongan tidak berkurang dalam hal kemelekatan dan kebencian?" Drom Tonpa meneruskan pertanyaannya. "Karena realisasi mereka hanyalah kata-kata," jawab Atisa. "Kalau saja mereka benar-benar memahami arti sebenarnya dari kekosongan, maka pikiran, ucapan dan perbuatan-perbuatan mereka akan sama lembutnya seperti menginjak kapas atau seperti sup tsampa yang dicampur mentega. Guru Aryadeva berkata bahwa bahkan meragukan apakah semua fenomena kosong secara alami atau tidak, akan menghancurkan akar samsara. Oleh sebab itu, realisasi kekosongan yang sejati adalah obat mujarab yang tertinggi yang mencakup semua unsur Jalan." "Mengapa setiap unsur Jalan dikatakan tercakup dalam realisasi kekosongan?" tanya Drom Tonpa.

182 Dohä: Lagu ataupun syair yang mengungkapkan pencapaian seseorang. 309

"Semua unsur Jalan terdapat dalam enam paramita. Sekarang, jika anda benar-benar merealisasi kekosongan, anda menjadi bebas dari kemelekatan. Ketika anda merasa tidak ada kerinduan, ketamakan atau keinginan untuk apa pun di dalam atau di luar, anda selalu mempunyai paramita kemurahan hati. Dengan membebaskan diri dari ketamakan dan kemelekatan, anda tidak pernah dikotori oleh perbuatan-perbuatan negatif, maka anda selalu memililki paramita sila. Tanpa konsep 'aku' dan “milikku”, anda tidak memiliki kemarahan, dengan demikian anda selalu memiliki paramita kesabaran. Pikiran anda benar-benar penuh kegembiraan oleh karena realisasi kekosongan, anda selalu memiliki paramita ketekunan. Dengan membebaskan diri dari gangguan yang disebabkan oleh ketamakan terhadap benda-benda sebagai sesuatu yang nyata, anda selalu memiliki paramita konsentrasi. Ketika anda tidak membangkitkan konsep apa pun juga dalam kaitan dengan subyek, obyek dan perbuatan, anda selalu memiliki paramita kebijaksanaan." "Jadi, apakah mereka yang sudah merealisasi kebenaran tersebut menjadi Buddha hanya melalui pandangan kekosongan dan meditasi?" tanya Drom Tonpa. "Semua hal yang kita cerap sebagai wujud dan bunyi, tidak ada yang tidak timbul dari pikiran. Menyadari bahwa pikiran itu adalah kesadaran yang tak terpisahkan dari kekosongan adalah pandangan. Memelihara perwujudan ini di dalam pikiran terus menerus dan tidak pernah menjadi kacau karenanya, adalah meditasi. Melatih kedua akumulasi tersebut sebagai suatu ilusi gaib dari dalam keadaan tersebut adalah latihan. Jika anda menjadikan latihan ini menjadi pengalaman hidup anda, hal itu akan berlanjut di dalam mimpi anda. Jika hal itu terjadi dalam mimpi, maka ia akan timbul pada saat kematian. Dan jika ia muncul pada waktu kematian, maka ia akan muncul dalam bardo. Jika ia hadir di dalam bardo, anda akan yakin bahwa anda dapat mencapai pencapaian tertinggi." Kedelapan puluh empat ribu pintu masuk ke Dharma yang diajarkan Sang Penakluk semuanya adalah metoda yang handal untuk menyebabkan bodhicitta – kekosongan di mana hakikatnya adalah belas kasih – muncul dalam diri kita. Tanpa bodhicitta, pandangan dan meditasi yang kelihatannya sedalam apa pun, tidak akan ada gunanya sama sekali untuk mencapai kebuddhaan sempurna. Latihan-latihan Tantra seperti tahap pengadaan, tahap kesempurnaan dan seterusnya, jika dilatih dalam konteks bodhicitta, akan menjurus kepada kebuddhaan yang lengkap dalam satu kehidupan. Tetapi tanpa bodhicitta, mereka tidak ada bedanya dengan metoda-metoda para

310

tirthika. Para tirthika juga mempunyai banyak praktek yang meliputi meditasi deity, melafal mantra dan bekerja dengan saluran energi. Mereka juga berperilaku sesuai dengan prinsip sebab dan akibat. Tetapi semata- mata karena mereka tidak berlindung dan membangkitkan bodhicitta, maka mereka tidak mampu mencapai pembebasan dari alam samsara. Inilah alasan kenapa Geshe Kharak Gomchung berkata:

Tidak ada gunanya mengambil semua janji, dari berlindung ke samaya tantra, kecuali jika anda mengalihkan pikiran anda dari hal-hal duniawi; Tidak ada gunanya terus menerus membabarkan Dharma kepada yang lain, kecuali jika anda dapat menghilangkan kebanggaan atas harga diri anda sendiri; Tidak ada gunanya bertekun dan mendapat kemajuan, jika anda pada akhirnya meremehkan sila-sila berlindung; Tidak ada gunanya berlatih siang malam, kecuali jika anda meng- kombinasikan hal itu dengan bodhicitta.

Kecuali jika anda terlebih dulu menciptakan fondasi yang sempurna dengan berlindung dan bodhicitta, meski seberapa intensif anda berusaha untuk belajar, merenung dan bermeditasi, itu semuanya tidak lebih berguna dari pada membangun sebuah gedung bertingkat sembilan di suatu danau yang beku pada waktu musim dingin, kemudian membuat lukisan di dindingnya. Pada akhirnya hal itu tidak ada artinya sama sekali. Janganlah pernah meremehkan latihan berlindung dan membangkitkan bodhicitta, mengira bahwa mereka bermutu rendah atau hanya untuk pemula. Ketahuilah bahwa latihan pendahuluan, latihan inti dan kesimpulan dari setiap Jalan adalah tercakup dalam berlindung dan membangkitkan bodhicitta. Adalah sesuatu yang paling penting untuk setiap orang, baik yang pintar ataupun bodoh, berkapasitas rendah ataupun tinggi, untuk mengkonsentrasikan usaha mereka yang tulus pada latihan- latihan tersebut. Dalam kasus tertentu, di mana Lama-lama dan para biarawan menerima donasi dari umat, atau yang menerima dana atas nama orang mati dalam upacara-upacara untuk memandu orang mati, adalah mutlak dibutuhkan bahwa mereka memiliki ketulusan bodhicitta. Tanpa hal tersebut, tidak satu pun dari ritual dan purifikasi mereka akan membawa manfaat kepada orang yang hidup atau orang mati. Bagi orang lain, kelihatannya mereka membantu, tetapi sesungguhnya bantuan tersebut selalu berbaur dengan

311

motivasi-motivasi mementingkan diri sendiri. Untuk diri mereka, mereka akan dikotori dengan menerima persembahan, dan akan melahirkan kesalahan-kesalahan yang tiada akhirnya, yang hanya akan membawa mereka untuk terlahir di alam yang lebih rendah pada kehidupan mereka selanjutnya. Bahkan seseorang yang dapat terbang seperti seekor burung, berjalan di bawah bumi seperti tikus, menerobos batu karang tanpa rintangan, meninggalkan bekas tangan dan kaki di batu karang, seseorang yang memiliki kewaskitaan yang tak terbatas dan dapat melaksanakan bermacam-macam kekuatan gaib – jika orang seperti itu tidak memiliki bodhicitta, ia hanyalah seorang tirthika atau orang yang dikuasai iblis yang berkekuatan besar. Mungkin saja pada mulanya ia menarik beberapa orang yang tidak berdosa dan naïf, yang akan terkesan dan membawakan persembahan. Tetapi dalam jangka panjang, ia hanya akan membawa kehancuran atas dirinya dan orang lain. Di sisi lain, seseorang yang memiliki bodhicitta sejati, bahkan tanpa memiliki kualitas lain apa pun, akan memberi manfaat terhadap siapa pun yang berhubungan dengannya. Anda tidak akan tahu Bodhisattva ada di mana. Konon, banyak Bodhisattva, dengan menggunakan metoda-metoda mereka yang handal, malah ditemukan di antara tukang jagal dan pelacur. Adalah sulit untuk mengatakan apakah seseorang memiliki bodhicitta atau tidak. Buddha berkata:

Selain diriku dan mereka yang seperti saya, Tidak seorang pun dapat menilai orang lain.

Oleh sebab itu, anggaplah siapa pun yang membangkitkan bodhicitta pada anda sebagai seorang Buddha yang nyata, apakah ia seorang deity, guru, teman spiritual atau siapa pun. Ketika anda merasa bahwa anda sudah memperoleh kualitas tertentu sebagai tanda-tanda dari kemajuan di Jalan, apa pun saja sifatnya – reali- sasi sifat hakiki, kewaskitaan, konsentrasi, penglihatan atas yidam dan lain sebagainya – dengan demikian anda akan yakin bahwa hal itu benar-benar bersifat kualitas yang benar jika hal itu muncul sebagai hasil belas kasih bodhicitta yang meningkat dengan mantap dan berkelanjutan. Namun, jika pengaruh pengalaman-pengalaman seperti itu hanyalah membuat kasih sayang dan belas kasih bodhicitta berkurang, dapat anda pastikan bahwa apa yang kelihatan seperti suatu tanda dari keberhasilan di Jalan,

312

kenyataannya adalah halangan roh jahat, atau satu indikasi bahwa anda sedang mengikuti jalan yang salah. Secara khusus, perwujudan sejati dari keadaan hakiki tidak bisa tidak disertai oleh keyakinan yang luar biasa dan persepsi murni terhadap mereka yang secara spiritual lebih dewasa dari pada anda sendiri, serta belas kasih luar biasa terhadap mereka yang lebih rendah. Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya, ketika bertanya kepada Jetsun Mila, "Kapankah saya akan siap untuk memandu orang lain?" "Suatu hari," jawab Jetsun, "anda akan memiliki penglihatan yang luar biasa jelas terhadap sifat alami pikiran anda, yang sangat berbeda dari yang anda miliki sekarang dan yang membebaskan diri dari segala keraguan. Pada waktu itu, dengan cara yang sama sekali tidak biasa, anda akan merasa, bahwa saya, ayahmu yang tua, adalah seorang Buddha sesungguhnya, dan serta merta anda akan merasakan belas kasih yang alami untuk semua makhluk. Itulah waktu anda perlu mulai mengajar." Oleh karena itu, pelajari, pikirkan dan renungkan Dharma dengan tanpa memisah-misahkan satu dari yang lain dengan dasar kasih sayang dan belas kasih yang kokoh dari bodhicitta. Tanpa menghilangkan lebih dulu keragu-raguan melalui studi, anda tidak akan pernah mampu melatihnya. Konon:

Melatih ajaran tanpa terlebih dulu mendengarkannya, Adalah seperti memanjat bukit karang dengan tangan buntung.

Menghilangkan keragu-raguan melalui studi tidaklah berarti bahwa anda harus mengetahui semua Dharma yang tidak terhitung dan sangat luas tersebut. Dalam era kemerosotan ini, hal tersebut tidak akan mungkin tercapai dalam satu kehidupan yang pendek. Yang dimaksudkan adalah bahwa ajaran apa pun yang anda latih, anda perlu mengetahuinya dengan tepat bagaimana cara melakukannya dari permulaan sampai akhir tanpa kekeliruan sedikit pun. Setiap keraguan yang mungkin anda miliki, anda perlu menghilangkannya melalui perenungan atas ajaran tersebut. Ketika Atisa ada di Nyethang, Nachung Tonpa dari Shang, Kyung Tonpa, dan Lhangtsang Tonpa memintanya untuk mengajar mereka tentang berbagai sistem logika. Atisa menjawab, "Nonbuddhis tirthika dan Buddhis sendiri memiliki banyak sistem, tetapi mereka semuanya hanyalah retetan dari pemikiran yang bersifat diskriminatif. Tidak ada perlunya untuk mengenal semua ide-ide yang tidak terhitung banyaknya. Hidup ini terlalu pendek buat

313

mengetahui mereka semua. Sekarang adalah waktu itu untuk mengurangi hal-hal yang demikian sampai pada intinya." "Bagaimana caranya mengurangi mereka sampai pada intinya?" tanya Nachung Tonpa dari Shang. "Dengan latihan bodhicitta yang didasari oleh belas kasih terhadap semua makhluk di jagat raya. Dengan membuat usaha-usaha yang penuh pengabdian dalam kedua akumulasi demi kepentingan semua makhluk. Dengan mempersembahkan semua sumber masa depan yang baik yang diciptakan demi tercapainya pencerahan oleh setiap makhluk. Dan, akhirnya, dengan mengenali bahwa semua hal ini adalah kosong secara alami, seperti mimpi atau ilusi gaib." Jika anda tidak mengetahui bagaimana caranya mengurangi setiap latihan sampai pada intinya, berapa pun informasi, pengetahuan dan pemahaman intelektual yang anda miliki tidak akan berguna bagi anda. Ketika Atisa datang ke Tibet, penterjemah yang terkenal Rinchen Zangpo ikut menyambutnya. Ia bertanya kepada penterjemah tersebut ajaran apa yang diketahuinya dengan menyebutkan suatu daftar yang panjang satu per satu. Kelihatannya tak ada yang tidak dikenal oleh Rinchen Zangpo. Atisa merasa sangat senang. "Bagus sekali!" katanya. "Kenyataan bahwa seseorang yang terpelajar seperti anda telah hidup di Tibet berarti kunjungan saya adalah sungguh berlebihan. Dan bagaimana cara anda mengkombinasikan semua ajaran ini ketika anda duduk berlatih?" "Saya berlatih masing-masing sebagaimana dijelaskan dalam teksnya sendiri," kata Rinchen Zangpo. "Anda salah," kata Atisa dengan kecewa. "Ternyata bagaimanapun kedatangan saya ke Tibet perlu juga!" "Tetapi apa yang sebaiknya saya lakukan sebagai gantinya?" tanya sang penterjemah. "Anda perlu menemukan poin penting yang umum pada semua ajaran tersebut dan berlatih dengan cara itu," Atisa mengatakan kepadanya. Adalah mutlak untuk mencari poin yang penting dari latihan yang didasarkan pada instruksi guru. Begitu anda mengenal poin utamanya, anda harus melakukannya dalam latihan, kalau tidak, maka akan sama sekali sia-sia. Jetsun Mila berkata:

Orang yang lapar tidak dapat dipuaskan dengan mendengar tentang makanan. Apa yang mereka perlukan adalah memakannya. Demi-

314

kian juga, hanya memahami Dharma adalah sia-sia. Dharma harus dilatih.

Tujuan dari latihan adalah suatu penanggulangan terhadap emosi negatif dan kemelekatan ego. Jetsun Mila kembali berkata:

Konon anda dapat mengatakan apakah seseorang baru saja makan dengan melihat bagaimana merah tampang mukanya. Dengan cara yang sama, anda dapat mengatakan apakah seseorang mengenal dan berlatih Dharma dengan melihat apakah hal itu bekerja sebagai suatu perbaikan untuk emosi negatif dan kemelekatan ego mereka.

Potowa bertanya kepada Geshe Tonpa apa yang merupakan garis pemisah antara Dharma dan nondharma. Geshe menjawab:

Jika hal itu menetralkan emosi negatif, maka itu adalah Dharma; jika tidak, itu adalah non-Dharma. Jika hal itu tidak cocok dengan jalan duniawi, maka itu adalah Dharma; jika hal itu sesuai, maka itu adalah non-Dharma. Jika hal itu sesuai dengan dengan kitab suci dan instruksi, maka itu adalah Dharma; jika itu tidak cocok, itu adalah non-Dharma. Jika hal itu menghasilkan sesuatu yang baik, maka itu adalah Dharma; jika hal itu menghasilkan sesuatu yang tidak baik, itu adalah non-Dharma.

Guru Chegom berkata:

Percaya akan adanya akibat perbuatan adalah pandangan yang benar bagi orang-orang yang berkemampuan biasa. Merealisasi semua gejala luar dan dalam sebagai gabungan dari penampilan dan kekosongan dan dari kesadaran dan kekosongan, adalah pandangan yang benar dari orang-orang yang berkemampuan yang lebih tinggi. Merealisasi bahwa pandangan, subjek yang memandang dan kebijaksanaan yang direalisasi oleh diri sendiri ketiganya adalah sama dan tak terpisahkan, adalah pandangan yang benar dari orang- orang yang berkemampuan paling tinggi. Menjaga pikiran secara terkonsentrasi sepenuhnya pada obyeknya adalah meditasi yang benar bagi orang-orang yang berkemampuan

315

biasa. Beristirahat dalam konsentrasi pada empat gabungan 183 adalah meditasi yang benar dari orang-orang yang berkemampuan yang lebih tinggi. Suatu keadaan non konseptualisasi di mana tidak ada obyek meditasi, tidak ada meditator dan tidak ada pengalaman meditasi, adalah meditasi yang benar dari orang-orang yang berkemampuan paling tinggi. Waspada terhadap akibat perbuatan seperti melindungi matanya dengan hati-hati adalah usaha yang benar bagi orang-orang yang berkemampuan biasa. Berbuat sambil mengalami segalanya sebagai suatu mimpi dan ilusi, adalah usaha yang benar bagi orang-orang yang berkemampuan lebih tinggi. Sama sekali tanpa perbuatan adalah usaha yang benar bagi orang-orang yang berkemampuan paling tinggi. Pengurangan yang progresif atas kemelekatan diri, emosi negatif dan pemikiran, adalah tanda dari "kehangatan" untuk semua praktisi, baik yang berkemampuan biasa, lebih tinggi atau yang paling tinggi.

Kata-kata yang serupa dapat ditemukan di Jalan Tertinggi yang Berharga184 oleh Dagpo yang Tiada Bandingannya. Oleh karena itu, ketika anda mempelajari Dharma, anda perlu mengetahui bagaimana caranya mendapatkan intisarinya. Longchenpa yang agung berkata:

Pengetahuan adalah tak terbatas seperti bintang-bintang di langit; Tidak ada akhir dari semua hal yang dapat dipelajari seseorang; Lebih baik memahami dengan segera intisari mereka – Benteng yang tidak berubah dari dharmakaya.

Lalu, ketika anda merenungkan Dharma, anda perlu menghilangkan segala keragu-raguan. Padampa Sangye berkata:

Carilah instruksi guru seperti seekor burung elang mencari mangsa- nya; Dengarkanlah ajaran seperti seekor rusa mendengarkan musik; Renungkan mereka seperti seorang bisu yang sedang menikmati hidangan lezat;

183 Gabungan antara penampilan dan kekosongan, kesadaran dan kekosongan, kebahagiaan dan kekosongan, dan kejernihan dan kekosongan. 184 Tib. lam mchog rin po che, suatu karangan Gampopa. 316

Dalami arti mereka seperti pengembara daerah utara mencukur domba-domba; Capailah hasilnya seperti matahari yang keluar dari balik awan.

Mendengarkan Dharma, memikirkan dan merenungkannya perlu dila- kukan bersama-sama. Dagpo yang Tiada Bandingannya berkata:

Mengaduk bersama-sama studi, pemikiran dan renungan atas Dharma adalah satu poin utama yang manjur.

Hasil dari studi, pemikiran dan renungan haruslah merupakan pening- katan yang mantap dan nyata dalam belas kasih bodhicitta, bersama-sama dengan suatu penurunan yang mantap dan nyata atas kemelekatan diri dan emosi negatif. Instruksi bagaimana cara membangkitkan bodhicitta ini adalah inti dari semua ajaran Dharma dan unsur yang utama dari semua jalan. Ia adalah ajaran yang harus ada. Memilikinya berarti segalanya tercukupi, tetapi tanpa hal tersebut pasti akan membuat segalanya menjadi sia-sia. Jangan- lah merasa puas hanya dengan mendengar dan mengerti akan hal itu. Jadikanlah hal itu latihan dari dalam lubuk hati anda!

Saya mengaku akan membangkitkan bodhicitta, tetapi sampai sekarang ia belum juga bangkit pada diri saya;. Saya sudah melatih enam paramita, tetapi tetap saja mementingkan diri sendiri; Berkati saya dan makhluk berjiwa picik seperti saya, Agar kami dapat melatih diri dalam bodhicitta nan mulia.

317

318

BAB 3

Meditasi dan melafal pada guru sebagai Vajrasattva

Dengan tiada pencemaran oleh kedua macam noda batin, anda mengatakan untuk tetap membersihkan mereka; Setelah dengan pasti mencapai akhir jalan mulia, anda menyatakan bahwa anda masih belajar jua; Di luar sisi ekstrim dari samsara dan nirvana, anda tetap memanifestasikan diri dalam samsara; Guru yang Tiada Bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

I. BAGAIMANA NODA-NODA BATIN DAPAT DIBERSIHKAN MELALUI PENGAKUAN DAN PENYESALAN

Rintangan utama yang menghalangi semua pengalaman yang luar biasa dan realisasi Jalan Pencerahan untuk muncul adalah perbuatan-perbuatan negatif, noda-noda batin dan pola kebiasaan. Sama pentingnya dengan membersihkan permukaan suatu cermin jika wujud-wujud ingin ditampil- kan didalamnya, demikian juga adalah penting untuk menghapuskan noda- noda batin kita sehingga realisasi dapat muncul seperti pantulan di dalam cermin kesadaran alaya. 185 Sang Jina mengajarkan metoda-metoda purifikasi yang tak terbilang banyaknya untuk tujuan ini, namun yang

185 Alaya: Dasar kesadaran di mana kecenderungan-kecenderungan kebiasaan disimpan. Ia adalah dasar untuk kesadaran lainnya. 319

terbaik dari mereka semua adalah meditasi dan lafalan yang berhubungan dengan guru sebagai Vajrasattva. Tidak ada perbuatan salah yang tidak bisa dibersihkan dengan pengakuan dan penyesalan. Seperti para guru yang besar zaman lampau menegaskan:

Tidak ada apa pun sisi yang baik dari perbuatan negatif – kecuali bahwa mereka dapat dibersihkan lewat penyesalan.

Dari semua perbuatan negatif – biar mereka berupa pelanggaran- pelanggaran eksternal atas ikrar pratimoksa, pelanggaran-pelanggaran bagian dalam dari latihan bodhicitta, atau pelanggaran-pelanggaran rahasia dari samaya tantra – biarpun bagaimanapun parahnya, tiada satu pun yang tidak bisa dibersihkan dengan pengakuan dan penyesalan. Di dalam sutra, Buddha menceritakan beberapa kisah yang menggam- barkan poin ini. Sebagai contoh, ada cerita tentang brahmana Atapa, yang dulu dikenal sebagai Angulimala, "Tasbih Jemari". Angulimala membunuh sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang, akan tetapi kemudian membersihkan dirinya dari perbuatan-perbuatan tersebut melalui pengakuan dan penyesalan dan mencapai tingkat Arhat dalam kehidupan itu juga. Ada juga kasus Raja Ajatasatru yang membunuh ayahnya, tetapi kemudian kejahatannya diperbaikinya melalui pengakuan dan penyesalan, dan ia mencapai pembebasan setelah mengalami penderitaan neraka hanya untuk waktu yang diperlukan oleh sebuah bola untuk mental sekali saja. Pelindung Nagarjuna berkata:

Seseorang yang telah bertindak dengan ceroboh, Tetapi yang kemudian menjadi hati-hati dan penuh perhatian, Adalah sama indahnya seperti bulan terang yang muncul dari awan, Seperti Nanda, Angulimala, Darsaka186 dan Sankara.

Namun, purifikasi hanya berlangsung jika anda mengaku secara tulus dengan cara yang benar, dengan menggunakan empat kekuatan sebagai obat penawarnya. Proses purifikasi tidak akan pernah bekerja jika mata dan mulut anda sibuk dengan hal lain, atau jika anda hanyalah mengucapkan kata dengan dibuat-buat, "Saya mengaku... Saya mengaku", sedangkan pikiran anda sibuk mengejar hal lain. Lagipula, berpikir bahwa "Pada masa depan, sekalipun saya berbuat jahat tidak apa-apa, karena

186 Darsaka: Nama lain Ajatasatru. 320

setelah itu saya dapat mengakui kesalahan saya," akan menghentikan purifikasi bekerja sama sekali, sekalipun anda sungguh mengakuinya. Jetsun Mila berkata:

Anda boleh ragu bahwa pertobatan dapat benar-benar memurnikan perbuatan-perbuatan negatif, Tetapi jika pikiran anda sudah menjadi positif, anda dibersihkan.

Adalah hal dasar yang mutlak bahwa semua pengakuan dan penyesalan perlu mencakup semua empat kekuatan sebagai obat penawar.

II. EMPAT KEKUATAN

Empat kekuatan adalah kekuatan dukungan, kekuatan menyesali telah berbuat kesalahan, kekuatan tekad dan kekuatan tindakan sebagai suatu penanggulangan.

1. Kekuatan dukungan

Dalam konteks ini, dukungan disediakan dengan berlindung pada Vajrasattva dan menanamkan aspek bodhicitta niat dan bodhicitta aplikasi. Dalam keadaan lain, dukungan dapat berupa obyek tertentu kepada siapa anda membuat pengakuan dan penyesalan anda. Misalnya, ketika anda melafalkan pengakuan dan penyesalan dari Sutra Tiga Tumpukan 187 , kekuatan dukungan disediakan oleh tiga puluh lima Buddha. Kekuatan dukungan dapat juga berupa rupang Buddha, sutra atau stupa, berupa seorang guru, atau suatu lambang tubuh, ucapan atau pikiran Buddha – singkatnya, siapa pun atau apa pun yang hadir waktu pengakuan dan penyesalan anda. Sebelum setiap pengakuan dan penyesalan, membangkitkan bodhicitta aspirasi dan bodhicitta aplikasi adalah suatu keharusan. Buddha mengajarkan bahwa mengakui perbuatan-perbuatan jahat dan kejatuhan tanpa membangkitkan bodhicitta, meskipun dengan menerapkan empat kekuatan akan mengurangi kesalahan-kesalahan, tetapi tidak memurnikan mereka sepenuhnya. Namun, secara tulus membangkitkan bodhicitta, dengan sendirinya akan memurnikan semua perbuatan salah masa lampau,

187 Skt. Trīskhandhadharmasūtra, atau disebut juga Sutra Pertobatan kepada Tiga Puluh Lima Buddha atau Pengakuan Kemerosotan. 321

berupa apa pun juga. Dalam Jalan Bodhisattva, Santideva berkata tentang bodhicitta:

Seolah-olah mereka menerobos bahaya dengan dikawali seorang pahlawan, Bahkan mereka yang dibebani dengan kejahatan yang menyerikan, Akan bebas dengan seketika dengan memiliki bodhicitta. Lalu, siapa yang tidak akan menempatkan kepercayaan padanya? Bodhicitta ibaratnya api besar di akhir zaman Dosa-dosa besar sama sekali terhapuskan olehnya.

2. Kekuatan penyesalan telah berbuat kesalahan

Kekuatan penyesalan telah berbuat kesalahan timbul dari suatu perasa- an menyesal terhadap semua perbuatan negatif yang sudah dilakukan di masa lalu. Tidak akan ada purifikasi jika anda tidak melihat kelakuan buruk anda sebagai suatu kesalahan dan mengakui mereka dengan penyesalan yang dalam, dengan tanpa merahasiakan sesuatu. Kita baca di dalam Sutra Tiga Tumpukan:

Aku mengakui mereka semua, Tanpa menyembunyikan atau menahan apa pun.

Karma Chagme yang terpelajar dan sudah mendapat pencapaian berkata:

Mengakui mereka tanpa penyesalan tidak bisa memurnikan mereka, Karena perbuatan buruk masa lampau bagaikan racun di dalam tubuh; Maka akuilah mereka dengan perasaan malu, penyesalan yang dalam dan rasa takut.

3. Kekuatan tekad

Kekuatan tekad berarti mengingat kesalahan-kesalahan yang sudah anda lakukan dan memutuskan untuk tidak pernah melakukannya lagi mulai hari ini juga, bahkan dengan mengorbankan hidup yang anda sayangi sekalipun. Di dalam Sutra Tiga Tumpukan kita baca:

Aku berjanji untuk berhenti mulai sekarang.

322

Dan Doa Aspirasi Sukhavati berkata:

Tanpa suatu janji untuk masa depan mulai sekarang, tidak akan ada purifikasi; Oleh sebab itu saya membuat janji mulai sekarang; Bahwa bahkan dengan mengorbankan hidup saya sekalipun; Saya tidak akan melakukan perbuatan negatif.

4. Kekuatan tindakan sebagai suatu penanggulangan

Kekuatan ini meliputi memenuhi sebanyak mungkin perbuatan positif yang dapat anda lakukan, sebagai suatu penanggulangan atas perbuatan- perbuatan negatif anda yang lampau. Ia merujuk terutama sekali kepada aktivitas seperti bersujud kepada Buddha dan Bodhisativa, ikut bergembira melihat orang lain memperoleh pahala, mempersembahkan sumber kebaikan masa depan anda untuk pencerahan, menumbuhkan bodhicitta aspirasi dan aplikasi, dan tinggal di dalam hakikat keadaan alami yang tak berubah. Pada suatu hari seorang pemeditasi, murid Dagpo Rinpoche yang Tiada Bandingannya, memberitahu gurunya bahwa ia merasa menyesal ketika ia ingat bahwa ia telah mencari nafkah dengan menjual kitab suci. "Cetak saja kitab suci," kata Guru kepadanya. Maka ia mulai bekerja, tetapi ia mendapatkan bahwa pekerjaan tersebut melibatkan banyak gangguan. Merasa kecewa, ia kembali ke meminta nasihat gurunya. "Mencetak teks-teks ini membawa terlalu banyak gangguan," ia berkata. "Apakah tidak benar bahwa tiada metoda penyesalan yang lebih dalam dibanding dengan berdiam dalam hakikat alami?" Dagpo Rinpoche gembira dan mengatakan kepadanya bahwa ia benar sekali. "Meskipun anda sudah melakukan perbuatan negatif sebesar Gunung Meru," katanya, “mereka dibersihkan segera ketika melihat sifat hakiki tersebut.” Sungguh tidak ada cara yang lebih dalam untuk membersihkan diri seseorang dari kesalahan yang lampau dibandingkan dengan merenung- kan bodhicitta dan untuk memelihara arus keadaan sifat alami yang tak berubah. Ingatlah kedua hal ini dalam pikiran ketika anda menjalankan meditasi atas Vajrasattva secara rinci – purifikasi oleh aliran nektar, lafalan mantra seratus suku kata, dan seterusnya.

323

III. MEDITASI DAN LAFALAN PADA VAJRASATTVA YANG SEBENARNYA

Untuk berlatih meditasi dan lafalan yang sebenarnya, lakukanlah sebagai berikut sambil mengingat sepanjang waktu maksud khusus arti yang murni dari setiap unsur dalam konteks empat kekuatan di atas sebagai obat penawar. Untuk visualisasi berikut, bayangkan diri anda tetap dalam bentuk biasa. Di angkasa, pada jarak satu anak panah di atas kepala anda, bayangkan satu bunga teratai putih yang terbuka dengan ribuan kelopak, dengan lapik bulan purnama di atasnya. Kita mengatakan "bulan purnama" di sini bukan untuk menandakan seberapa besar seharusnya piringan tersebut, tetapi untuk menandakan bahwa benda tersebut adalah sepenuhnya bulat, dan kelihatan seperti bulan purnama pada tanggal lima belas. Di atas piringan bulan ini, bayangkan suatu bija kata putih hum (�ྃ) yang cemerlang. Dalam tradisi-tradisi yang lain, bija kata tersebut memancarkan dan menyerap kembali sinar cahaya, tapi bukanlah yang kita maksudkan disini. Dengan seketika hum berubah menjadi guru akar anda yang agung, dalam pikiran belas kasih yang tidak ada taranya, yang mana intinya adalah sifat hakiki dari persatuan semua Buddha masa lampau, masa depan dan sekarang. Ia muncul dalam wujud Buddha sambhogakaya Vajrasattva, berwarna putih seperti salju di puncak gunung yang disilaukan oleh cahaya ratusan ribu matahari. Ia memiliki satu muka dan dua lengan. Dengan tangan kanannya, ia memegang vajra kesadaran dan kekosongan bertitik lima di depan hatinya. Tangan kirinya memegang genta penampakan dan kekosongan yang diletakkan dengan santai di atas paha kirinya. Kedua kakinya disilang dalam postur teratai penuh dan ia dihiasi dengan tiga belas perhiasan samhhogakaya – lima pakaian yang terbuat dari sutera dan delapan perhiasan. Lima pakaian yang terbuat dari sutera adalah: satu ikat kepala, satu pakaian bagian atas, satu selendang syal panjang, satu sabuk dan satu pakaian bagian bawah. Delapan perhiasan adalah: mahkota, anting-anting, kalung pendek, gelang di masing-masing lengan, dua kalung panjang, yang satu lebih

324

panjang dari yang lain, gelang di masing-masing pergelangan tangan, cincin di jari tangan, dan satu gelang kaki di masing-masing kaki.188

13 Atribut Sambhogakaya: 1. ikat kepala; 2. pakaian bagian atas; 3. selendang syal panjang; 4. sabuk; 5. pakaian bagian bawah; 6. mahkota; 7. anting-anting; 8. kalung; 9. gelang di masing-masing lengan; 10. kalung pendek; 11. gelang di masing-masing pergelangan tangan; 12. kalung panjang; 13. gelang di masing- masing kaki.

188 Lihat gambar. Kadang-kadang kalung pendek dan kalung panjang dihitung terpisah, dan cincin di jari tangan tidak dihitung. 325

Vajrasattva duduk di atas kepala anda, menghadap ke arah yang sama dengan anda. Ia memeluk pasangannya, Vajratopa yang juga berwarna putih, dalam persatuan yang tak terpisahkan. Tubuh mereka tampil hampa, hadir dan tampak jelas, namun tanpa zat apa pun seperti bayangan bulan di dalam air atau wujud yang ditampilkan dalam suatu cermin. Visualisasi ini memberikan kekuatan dukungan. Ia bukanlah gambar yang rata seperti tangka atau lukisan dinding. Bukan juga kaku dan tak berjiwa seperti rupang tanah liat atau emas yang berbentuk padat dan bermateri. Ia nyata: setiap detilnya kelihatan dengan jelas dan terang, bahkan bola mata dan putih matanya. Walaupun demikian ia hampa tak berisi: tanpa satu atom zat padat padanya, tanpa daging, tanpa darah, tanpa organ tubuh. Ia seperti pelangi yang muncul di angkasa atau jambangan kristal yang tak bernoda. Sesudah dengan jelas bervisualisasi demikian, pikirkan bahwa Hyang Vajrasattva adalah serupa dalam sifat alami dengan guru akar anda sendiri yang belas kasih. Pikirannya menggapai ke luar mencapai anda dan semua makhluk dengan kasih sayang yang besar. Sebagai kekuatan penyesalan, dalam kehadirannya, pikirkan lagi semua perbuatan negatif yang dapat anda ingat, bahwa anda sudah mengumpul- kan hingga sekarang dalam satu kehidupan samsara ke kehidupan lainnya sejak waktu yang tak berawal: sepuluh perbuatan negatif tubuh, ucapan dan pikiran, lima kejahatan dengan pembalasan segera, empat kesalahan yang serius, delapan perbuatan jahat, semua pelanggaran janji-janji eksternal pratimoksa, bagian dalam aturan-aturan Bodhisattva atau samaya rahasia tantra dari Vidyadhara, semua janji biasa yang tidak anda tepati, semua kebohongan yang sudah anda katakan, dan segala hal yang memalukan dan tak terpuji yang sudah anda lakukan. Rasakan bahwa anda sedang mengakui mereka di depan Guru Vajrasattva, tubuh anda merinding dengan rasa malu, ketakutan dan penyesalan. Dapat anda pastikan bahwa selama semua kehidupan yang tak terhingga kalinya dalam samsara, anda telah melakukan banyak perbuatan negatif yang tidak dapat anda ingat, maka akuilah mereka semuanya dan meminta pengampunan untuk dimurnikan dari semua perbuatan negatif dan noda-noda sehingga tidak ada yang tertinggal.

Untuk kekuatan tekad, berpikirlah demikian, "Hingga sekarang saya sudah mengumpulkan perbuatan-perbuatan negatif yang merugikan karena ketidak-tahuan dan kebingungan saya. Namun sekarang, beruntung karena belas kasihan guru saya yang baik hati, saya mengenal apa yang

326

menguntungkan dan apa yang merugikan, dan saya tidak akan pernah melakukannya lagi, meski dengan taruhan hidup saya." Sambil mengingat maksud yang murni dari visualisasi lafalkan teks sadhana latihan pendahuluan Longchen Nyingtik, mulai dari:

�ྰཿ བདག་ཉིད་ཐ་མལ་�ི་བོ་�ཿ AH DAG NYID THA MAL CHI WO RU Ah! Saya dalam wujud yang biasa; པད་དཀར་�་བའི་གདན་�ི་ད�སཿ PE KAR DHA WEI DEN GYI Ü Di tengah bunga teratai putih dan piringan bulan di atas kepala, �ྃ་ལས་�་མ་�ོ་�ེ་སེམསཿ HUNG LË LA MA DOR JE SEM Bija kata Hung berubah menjadi Guru Vajrasattva, དཀར་གསལ་ལོངས་�ོད་�ོགས་པའི་�ཿ KAR SAL LONG CHOD JOG PË KU Dengan tubuh sambhogakaya berwarna putih dan sempurna, �ོ་�ེ་�ིལ་འཇིན་�ེམས་མ་འ�ིལཿ DOR JE DRIL JIN NYEM MA TRIL Dalam senggama suci dengan Vajratopa sambil memegang vajra dan genta. �ོད་ལ་�བས་གསོལ་�ིག་པ་�ོངཿ KHYOD LA KYAB SOL DIG PA JONG Pada Anda saya berlindung dan memohon pemurnian; འ�ོད་སེམས་�ག་པོས་མཐོལ་ལོ་བཤགསཿ GYOD SEM DRAG PÖ THOL LO SHAG Dengan tekad yang kuat saya mengakui kesalahan saya; �ིན་ཆད་�ོག་ལ་བབ་�ང་�ོམཿ CHIN CHED SOG LA WAB KYANG DOM Selanjutnya saya akan menjaga samaya meski dengan mempertaruhkan nyawa. �ོད་�གས་�་བ་�ས་པའི་�ེངཿ KHYOD THUG DHA WA GYA PË TENG Di atas piringan bulan pada hati Anda, �ྃ་ཡིག་མཐའ་མར་�གས་�ིས་བ�ོརཿ HUNG YIG THA MAR NGAG KYÏ KOR Bija-bija kata mantra berputar mengi- tari bija kata Hung; བ�ས་པ་�གས་�ིས་�ད་བ�ལ་བསཿ DHË PA NGAG KYÏ GYUD KUL WË Saya melafal mantra dan memohon berkah. ཡབ་�མ་བདེ་བར་�ོར་མཚམས་ནསཿ Pada titik persatuan dengan pasangan YAB YUM DE WAR JOR TSHAM NË Anda, 327

བ�ད་�ི་�ང་�བ་སེམས་�ི་�ིནཿ DUD TSI JANG CHUB SEM KYI TRIN Menetes amrita bodhicitta, ག་�ར་�ལ་�ར་འཛག་པ་ཡིསཿ GA WUR DUL TAR DZAG PA YÏ Bagaikan tetesan air kapur, ia mengalir turun ke bawah; བདག་དང་ཁམས་ག�མ་སེམས་ཅན་�ིཿ DAG DANG KHAM SUM SEM CHEN GYI Saya beserta semua makhluk di tiga alam samsara, ལས་དང་ཉོན་མོངས་�ག་བ�ལ་�ཿ LË DANG NYON MONG DUG NGAL GYU Segala karma buruk, klesa dan sebab penderitaan, ནད་གདོན་�ིག་�ིབ་ཉེས་�ང་�ིབཿ NAD DON DIG DRIB NYE TUNG DRIB Serta penyakit, rintangan, tenaga negatif dan noda-noda batin, མ་�ས་�ས་བར་མཛད་�་གསོལཿ MA LÜ JANG WAR DZED DU SOL Murnikanlah sampai tiada satu pun yang tersisa!

Lalu, di hati Vajrasattva yang tak terpisahkan dan bersatu dengan pasangannya, bayangkan suatu piringan bulan yang tidak lebih besar dari biji wijen yang diratakan, dan di atasnya terdapat bija kata hum (�ྃ) yang berwarna putih, yang sama halus seperti dilukis dengan sehelai rambut. Lafalkan Mantra Seratus Suku Kata sekali:

OM BENDZRA SATO SAMAYA MANU PALAYA BENDZRA SATO TENOPA TIKTRA DRIDDHO MEBHAVA SUTOKHAYO MEBHAVA SUPO KHAYO MEBHAVA ANU RAKTO MEBHAVA SARVA SIDDHI METRA YATSA SARWA KARMA SUTSA ME TSITTAM SHREE YE KURU HUNG HA HA HA HA HO BHAGAVAN SARVA TATHA GATA BENDZRA MAME MUNTSA BENDZRI BHAVA MAHA SAMAYA SATO AH

328

Ketika Anda melafal mantra tersebut, bayangkan huruf-huruf tersebut tersusun tegak di sekitar hum dalam lingkaran. Tak satu pun dari mereka menyentuh satu sama lainnya, seperti tanduk lembu ketika mereka berdiri berdekatan. Lalu lafalkan mantra seratus suku kata sebagai suatu doa, sambil membayangkan pada waktu yang sama nektar belas kasih dan kebijaksanaan menetes jatuh dari masing-masing suku kata, satu persatu menetes berkilauan, seperti air menetes jatuh dari es yang meleleh karena dekat api. Nektar turun dari tubuh Vajrasattva, menetes keluar dari titik persatuan deity dan pasangan, masuk melalui puncak kepala dan mengalir ke dalam tubuh anda dan semua makhluk hidup. Bagaikan partikel-partikel bumi yang sedang dihanyutkan oleh suatu arus yang kuat, segala macam penyakit fisik dibilas ke luar dalam wujud darah dan nanah busuk; semua tenaga negatif diusir dalam wujud laba-laba, katak, ikan, ular, berudu, kutu dan sejenisnya; dan semua perbuatan yang merugikan dan noda-noda batin sebagai cairan hitam, debu, asap, awan 329

dan uap. Semua ini dibawa keluar oleh arus nektar yang tak terbendung, dan merembes keluar dari tubuh anda seperti hujan air berwarna hitam melalui lubang bagian bawah tubuh, telapak kaki dan semua pori-pori kulit anda. Bumi di bawah anda terbuka dan di dalamnya kelihatan Dewa Kematian, pengejawantahan dari perbuatan anda yang lampau, dengan dikelilingi oleh semua makhluk lelaki dan wanita kepada siapa anda berhutang karma dan semua mereka yang mencari pembalasan dendam pada anda. Sambil melafal mantra seratus suku kata, bayangkan semua kotoran itu tercurah ke dalam mulut-mulut mereka yang terbuka dan ke dalam tangan-tangan dan lengan-lengan yang mereka tadahkan dengan penuh pengharapan terhadap anda. Jika bisa, bayangkan seluruh proses tersebut secara serempak. Jika tidak, anda dapat mengubahnya. Ketika Anda melafal mantra, kadang- kadang berkonsentrasi pada tubuh Vajrasattva, mukanya, tangannya dan seterusnya; kadang-kadang pada perhiasan-perhiasan dan pakaiannya; kadang-kadang pada aliran nektar yang membersihkan aneka macam penyakit, kekuatan negatif, perbuatan-perbuatan jahat dan noda-noda batin; dan kadang-kadang pada penyesalan anda atas apa yang anda sudah lakukan, dan pada tekad anda untuk tidak pernah mengulanginya. Akhirnya, bayangkan Dewa Kematian dan semua makhluk lain di bawah bumi – segala jenis makhluk kepada siapa kita berhutang karma dan semua mereka yang mencari balas dendam pada anda –dipuaskan dan dicukupi. Perhitungan yang lampau telah diselesaikan, hutang-hutang telah dilunasi dan balas dendam telah dipuaskan. Anda dibersihkan dari semua perbuatan negatif dan kegelapan batin yang lampau. Dewa Kematian dan mereka semua menutup mulut dan tangannya dan menurunkan lengannya. Bumi menutup kembali. Bayangkan tubuh anda sekarang telah menjadi tembus pandang luar dan dalam, sebuah tubuh cahaya. Menurun tegak lurus di dalamnya, bayangkan nadi tengah, yang pada empat titik sepanjang nadi tersebut terdapat empat cakra di mana nadi tersebut berkembang secara radial seperti jari-jari payung. Di tempat setinggi pusar anda adalah cakra manifestasi, dengan enam puluh empat jari-jari nadi yang menghadap ke atas. Di tempat setinggi hati anda adalah cakra Dharma, dengan delapan jari-jari nadi yang menghadap ke bawah. Di dalam tenggorokan anda terdapat cakra kesenangan, dengan enam belas jari-jari nadi yang menghadap ke atas. Di puncak kepala anda terdapat cakra kebahagiaan agung, dengan tiga puluh dua jari-jari nadi yang menghadap ke bawah.

330

Cairan nektar mulai mengalir lagi seperti semula. Mulai dari cakra kebahagiaan agung di puncak kepala anda, dengan sepenuhnya mengisi nadi tengah dan masing-masing dari ke empat cakra, lalu menyebar keluar, mengisi seluruh tubuh anda sampai pada ujung jari tangan dan jari kaki anda. Dipenuhi dengan nektar yang berwarna putih, anda seperti suatu jambangan kristal yang dipenuhi dengan susu. Pikirkan bahwa anda sedang menerima empat penguatan atau inisiasi: inisiasi jambangan, inisiasi rahasia, inisiasi kebijaksanaan dan inisiasi kata yang berharga. Dengan demikian anda dibersihkan dari empat macam noda batin: noda karma, noda emosi negatif, noda konsepsi dan noda kecenderungan kebiasaan. Kebijaksanaan Empat Kegembiraan muncul pada anda: kegembiraan, kegembiraan tertinggi, kegembiraan luar biasa dan kegembiraan bawaan. Tingkat empat kaya terbentuk pada anda: nirmanakaya, sambhogakaya, dharmakaya dan svabhavikaya.

Lalu lafalkan doa, dimulai dari:

མགོན་པོ་བདག་ནི་མི་ཤེས་�ོངས་པ་ཡིསཿ GON PO DAG NI MI SHË MONG PA YÏ O Pelindung, dalam ketidak-tahuan dan kebingungan, དམ་ཚ�ག་ལས་ནི་འགལ་ཞིང་ཉམསཿ DAM TSHIG LË NI GAL ZHING NYAM saya telah melanggar samaya; �་མ་མགོན་པོས་�བས་མཛ�ད་ཅིགཿ LA MA GON PÖ KYAB DZOD CHIG Guru pelindung, mohon tolonglah saya. གཙ�་བོ་�ོ་�ེ་འཛ�ན་པ་�ེཿ TSO WO DOR JE DZIN PA TE Anda, perwujudan dariVajradhara �གས་�ེ་ཆེན་པོའི་བདག་ཉིད་ཅནཿ THUG JE CHEN PÖ DAG NYID CHEN Yang memiliki belas kasih besar, འ�ོ་བའི་གཙ�་ལ་བདག་ �བས་མཆིཿ DRO WEI TSO LA DAG KYAB CHI Saya berlindung pada Anda, pelindung utama semua makhluk hidup. བདག་དང་སེམས་ཅན་ཐམས་ཅད་�ི་�་ག�ང་

�གས་�་བ་དང་ཡན་ལག་གི་དམ་ཚ�ག་ཉམས་ པ་ཐམས་ཅད་མཐོལ་ལོ་བཤགས་སོཿ Saya dan semua makhluk hidup mengakui DAG DANG SEM CHEN THAM CHED KYI KU dan menyesali semua kesalahan yang SUNG THUG TSA WA DANG YEN LAG GI DAM dilakukan dengan tubuh, ucapan dan TSHIG NYAM PA THAM CHED THOL LO SHAG pikiran serta pelanggaran atas samaya SO akar dan samaya cabang,

331

�ིག་པ་དང་�ིབ་པ་ཉེས་�ང་�ི་མའི་ཚ�གས་ ཐམས་ཅད་�ང་ཞིང་དག་པར་མཛད་�་གསོལཿ DIG PA DANG DRIB PA NYË TUNG DRI MEI Mohon berkati saya agar semua TSHOG THAM CHED JANG ZHING DAG PAR perbuatan jahat, pelanggaran samaya DZED DU SOL dan rintangan karma buruk dan kemerosotan, noda-noda batin dimur- nikan semuanya.

Bayangkan pada saat anda selesai melafal doa tersebut, Guru Vajrasattva merasa gembira, dan dengan tersenyum mengabulkan doa anda dengan kata-kata berikut:

Anda yang beruntung, semua perbuatan negatif, noda-noda batin, pelanggaran dan ingkar janji anda telah dibersihkan.

Kemudian ia melebur ke dalam cahaya, lalu terserap ke dalam diri anda, sehingga anda sendiri kini berubah menjadi Vajrasattva, sama persis seperti yang anda bayangkan dia sebelumnya. Bayangkan di dalam hatinya terdapat sebuah lapik bulan seukuran sebuah biji wijen yang diratakan. Di tengahnya terdapat huruf hum (�ྃ) yang berwarna biru. Di depan huruf hum tersebut ada sebuah huruf om (ཨ�) yang berwarna putih; dan di sebelah kanannya adalah kata bendzra (བ��) berwarna kuning; di belakangnya ada huruf sa (ས) berwarna merah; dan di sebelah kirinya ada huruf tva (�) yang berwarna hijau: Ketika Anda melafal "Om Bendzra Satva Hum (ཨ�་བ��་ས་�་�ྃ)" bayangkan lima sinar dari cahaya putih, kuning, merah, hijau, dan biru memancar dari masing-masing bija kata ke arah atas. Pada ujung dari sinar-sinar ini terdapat Dewi Kecantikan dan dewi-dewi persembahan lainnya. Dari tangan mereka terpancar persembahan yang tak terhitung banyaknya, seperti delapan lambang keberuntungan dan tujuh atribut kerajaan, payung kebesaran, panji kemenangan, kanopi, roda emas berjari- jari seribu, kerang putih beralur kanan dan sebagainya. Persembahan ini menggembirakan semua Buddha dan Bodhisattva di dalam alam yang tak terhingga dari sepuluh penjuru, sehingga dengan demikian melengkapi akumulasi dan memurnikan noda-noda batin anda. Semua belas kasih dan berkah Buddha dan Bodhisattva mengalir ke arah anda dalam wujud

332

cahaya yang beraneka warna yang melebur ke dalam diri anda. Bayangkan bahwa sebagai akibatnya, anda memperoleh pencapaian umum dan tertinggi, empat tingkat vidyadhara189 yang berhubungan dengan Sang Jalan, dan hasil yang tertinggi – keadaan tanpa pembelajaran. Visualisasi ini membangun hubungan dengan mana anda akan mewujudkan Dharmakaya dan menguntungkan diri anda sendiri. Sesudah itu, bayangkan cahaya aneka warna yang tak terhitung banyaknya memancar turun dari lima suku kata tersebut, menyentuh semua makhluk hidup di enam alam di ketiga dunia dan membersihkan semua perbuatan negatif, noda batin, penderitaan dan kecenderungan kebiasaan mereka, seperti halnya cahaya matahari yang terbit mengusir kegelapan. Seluruh alam semesta menjadi Alam Buddha Kegembiraan Nyata.190 Semua makhluk di dalamnya berubah menjadi Vajrasattva putih, kuning, merah, biru dan hijau, sambil melafalkan mantra "Om Vajra Satva Hum" dengan bunyi dentuman yang keras. Visualisasi ini membangun hubungan dengan mana anda akan mencapai Rupakaya dan memberi manfaat kepada makhluk lain. Mengenai visualisasi semacam ini, Latihan Dharma Yang Serta Merta Membebaskan Kemelekatan Yang Merupakan Kebiasaan191 berkata:

Memberi manfaat kepada diri sendiri dan makhluk lain dengan memancarkan dan menyerap kembali cahaya, seseorang akan dibersihkan dari noda batin konsepsional.

Dengan menggunakan latihan visualisasi seperti itu, sarana yang handal dari Mantra Rahasia Vajrayana memungkinkan seseorang untuk menghim- pun pahala dan kebijaksanaan yang tak tehingga dalam sekejab, dan pada waktu yang bersamaan menguntungkan semua makhluk hidup di seluruh alam semesta. Lafalkan mantra sebanyak mungkin semampu anda, dan ketika waktu tiba untuk mengakhiri sesi tersebut, bayangkan bahwa seluruh alam semesta, yang sedang anda lihat sebagai Alam Buddha Kegembiraan Nyata, melebur ke dalam makhluk yang tinggal di dalamnya, Vajrasattva dari lima keluarga. Deity-deity tersebut kemudian secara berangsur- angsur melebur ke dalam cahaya dan terserap ke dalam diri anda. Lalu

189 Empat tingkat Vidyadhara: Vidyadhara matang, Vidyadhara dengan kekuasaan atas kehidupan, Mahamudra Vidyadhara, dan Vidyadhara yang dicapai secara spontan. 190 Skt. Abhirati, alam suci Buddha Aksobya. 191 Tib. chos spyod bag chags rang grol, suatu bagian dari zhi khro karangan Karma Lingpa. 333

anda sendiri melebur menjadi cahaya dari arah luar ke arah dalam, dan cahaya tersebut terserap ke dalam Om (ཨ�) di dalam hati anda. Om (ཨ�) melebur ke dalam bendzra (བ��), bendzra (བ��) ke dalam sa (ས), sa (ས) ke dalam tva (�), tva (�) ke dalam shapkyu ( ) dari hum ( ), shapkyu ( ) ke dalam a kecil (འ), a kecil (འ) ke dalam tubuh ha (ཧ) , tubuh ha (ཧ) kemudian melebur ke dalam bindu matahari dan bulan pada bagian kepala , yang kemudian melebur ke dalam nada . .. .192

Akhirnya, nada melenyap seperti pelangi lenyap ke dalam ruang angkasa, melebur ke dalam kesederhanaan yang bebas dari konsepsi dan pengembangannya yang lebih lanjut. Berdiamlah sebentar dalam keadaan tersebut. Ketika pikiran mulai muncul, lihatlah seluruh alam semesta dan makhluk hidup yang ada di sana sebagai alam Buddha Vajrasattva. Limpahkan pahala dengan kata-kata:

དགེ་བ་འདི་ཡིས་�ར་�་བདག ། GE WA DI YÏ NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini, �ོ་�ེ་སེམས་དཔའ་འ�བ་�ར་ནས། ། DOR JE SEM PA DRUB GYUR NË Semoga saya dengan segera mencapai tingkat Vajrasattva; འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། ། DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa kecuali དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག ། DE YI SAL LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.

dan lafalkan doa-doa aspirasi dan pelimpahan pahala lainnya.

Dalam setiap latihan meditasi dan lafalan, termasuk Vajrasattva ini, adalah keharusan untuk tidak membiarkan pikiran anda teralihkan dari konsentrasi pada latihan tersebut dan tidak menyela lafalan dengan pembicaraan yang biasa. Konon di dalam tantra disebutkan:

192 Tanda yang melambangkan alam semesta. 334

Melafal tanpa konsentrasi, Adalah seperti merendam batu karang di dalam lautan; Bahkan selama satu kalpa penuh pun tidak akan membawa hasil. dan juga:

Kemurnian adalah seribu kali lebih baik dari pada ketidak-murnian, Konsentrasi adalah seratus ribu kali lebih baik dari pada tanpa konsentrasi.

Emas atau perak, jika mereka mengandung sejumlah kecil kuningan atau tembaga, dianggap "bukan emas murni" atau "perak palsu." Demikian juga, mencampurkan gosip dengan lafalan mantra membuat mantra menjadi tidak murni. Itulah sebabnya Guru Agung dari Uddiyana berkata:

Sebulan lafalan tanpa pembicaraan lainnya, Adalah lebih baik dibanding satu tahun lafalan yang tercemar.

Oleh karenanya, adalah sangat penting bahwa mereka yang melaksana- kan upacara ritual menahan diri dan berhenti bercakap-cakap di dalam persamuhan tersebut selagi mereka sedang berdoa dan membaca mantra. Jika lafalan tersebut tercampur dengan perkataan biasa, maka semuanya menjadi tanpa makna. Secara khusus, ketika suatu upacara sedang dilaksanakan untuk seseorang yang meninggal, makhluk tersebut, dalam kengerian dan penderitaan di alam bardo, akan cepat-cepat mendekati sponsor, para biarawan yang diundang dan pimpinan Lama, dengan harapan akan memperoleh bantuan. Makhluk di alam bardo tahu apa yang sedang dipikirkan oleh orang lain. Jika orang-orang yang melakukan upacara tidak berkonsentrasi dengan baik, jika mereka tidak menjaga ikrar dan samaya mereka, atau jika apa yang mereka katakan dan pikirkan adalah timbul dari kemelekatan dan permusuhan, maka makhluk yang sedang berada di alam bardo tersebut akan merasa benci atau mempunyai pandangan negatif terhadap mereka, dan sebagai hasilnya ia akan jatuh ke alam yang lebih rendah. Seseorang akan lebih baik tanpa layanan dari Lama-lama seperti ini sama sekali. Mengenai ritual Mantra Rahasia Vajrayana, dikatakan bahwa “melafal teks-teks visualisasi tahap pengadaan adalah mempergunakan kata-kata sebagai alat akses." Kata-kata dari visualisasi gunanya adalah untuk

335

mengingat rincian tahap pengadaan. Tetapi bagi orang yang melaksana- kan upacara seperti itu, hal yang tepat dari visualisasi, yang merupakan makna dari tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, malah tidak terlintas dalam pikiran mereka. Mereka secara membabi buta mengucap- kan kata-kata ritual, seperti "visualisasi", "meditasi" dan "konsentrasi", dengan menggunakan segala macam intonasi yang banyak hiasannya, menggaungkan terompet mereka dan membunyikan gembreng dan drum- drum mereka. Akhirnya, tibalah saat yang seharusnya merupakan titik yang paling penting – pelafalan mantra– di saat mana mereka malah merasa bebas dari tugas mereka. Mereka bahkan tidak berusaha untuk duduk tegak. Mereka mulai merokok, sumber dari ratusan perbuatan salah, dan melepaskan segudang obrolan iseng, terus menerus mendiskusikan segala kejadian lokal, dari puncak gunung sampai ke dasar lembah, dari jalan sampai ke dataran rendah. Sementara itu mereka menghabiskan waktu memetik mala193 melalui jari-jari mereka dengan kecepatan yang paling tinggi, seolah-olah mereka sedang membuat sosis. Menjelang senja, mereka melihat ke langit dan melihat posisi matahari, dan dengan gemerincingan yang sangat keras dari gembreng, mereka mulai melafal, "Bendzra puspe dhupe . . . ." dan mengakhiri upacara tersebut. Hal ini bahkan bukan saja merupakan suatu contoh yang tidak baik dari suatu ritual yang sempurna, dan bahkan bukan juga celaan dari suatu olok- olokan. Tidak diragukan lagi bahwa dengan hanya melafal Pengakuan Kemerosotan 194 atau Doa Perbuatan Baik 195 satu kali dengan motivasi sempurna dan murni, akan menjadi jauh lebih bermanfaat.

Lama-lama seperti ini, di mana lafalannya yang tidak murni dan olok- olokan ritual mengirim orang mati ke alam rendah, juga akan melakukan jauh lebih banyak kejahatan dibanding dengan kebaikan dengan ritual mereka untuk orang yang hidup. Lebih dari itu, menyalahgunakan persembahan orang dengan cara demikian adalah tepat dengan apa yang dimaksud dengan "menelan bola-bola logam pijar."

Lama-lama dan para biarawan yang mendapat keuntungan dari persem- bahan orang beriman dan harta orang mati perlu memiliki sebagai makna dari praktek mereka sesuatu yang lebih dari sekedar evaluasi jumlah

193 Rosario atau tasbih. 194 Atau Sutra Tiga Tumpukan (Skt. Trīskhandhadharmasūtra). 195 Atau disebut juga Raja Doa Aspirasi (Skt. Ārya-Bhadracaryā-Praṇidhāna-Rāja), sebuah doa yang diucapkan oleh Buddha dalam Avatamsaka-Sutra. 336

daging, ketebalan keju, dan kualitas persembahan yang diperoleh mereka. Apakah mereka sedang bekerja untuk mereka yang sedang sakit atau mereka yang telah meninggal, saat tersebut adalah sangat penting bagi makhluk-makhluk tersebut, karena yang tersebut belakangan tidak memiliki tempat berlindung terhadap penderitaan mereka. Mereka perlu ditangani dan dibuat aman dengan belas kasih bodhicitta dari para Lama dan keinginan yang tulus untuk membantu. Lama-lama itu perlu berusaha keras untuk mempraktekkan apa pun juga yang mungkin mereka ketahui tentang tahap-tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan secara tulus dan penuh konsentrasi. Jika mereka tidak mengenal semua hal ini, mereka hanya perlu mencoba untuk berpikir tentang arti kata-kata yang sedang mereka ucapkan. Paling sedikit, mereka perlu memusatkan perhatian pada tubuh, ucapan dan pikiran mereka pada belas kasih untuk makhluk yang menderita, dan keyakinan yang kokoh akan kekuatan yang tak pernah gagal dari Sang Tri Ratna. Jika mereka dapat memastikan bahwa mereka melaksanakan ritual dengan baik dengan melafal teks-teks dan mantra dengan benar, tidak ada keraguan bahwa melalui belas kasih tempat perlindungan, Sang Tri Ratna, dengan kekuatan yang pasti dari akibat perbuatan, dan melalui manfaat-manfaat yang tak terkira dari bodhicitta, mereka dapat benar-benar membantu penderita sakit atau orang mati. Inilah yang perlu mereka usahakan dengan keras, dan seperti ungkapan “meleburkan noda batin sendiri di bantal milik orang lain," mereka akan melengkapi akumulasi ganda untuk mereka sendiri dan untuk yang lain pada waktu yang sama. Mereka juga akan menempatkan semua orang yang memiliki hubungan dengan mereka pada jalan menuju pembebasan.

Dewasa ini, Lama dan para biarawan yang kita harapkan sedikit lebih baik dari pada yang lain, dan yang memahami prinsip sebab dan akibat, sangat takut akan pencemaran yang berkaitan dengan persembahan, sehingga mereka bahkan menolak untuk memberkati atau mendedikasikan doa untuk makhluk yang sedang menderita, yang sakit atau yang meninggal. Dengan melakukan hal yang demikian mereka memutus akar belas kasih bodhicitta. Ada juga biarawan-biarawan yang sangat egois. Mereka ambil bagian dalam upacara-upacara atas permohoan para donatur mereka. Tetapi, sebagai ganti melafalkan apa yang diperlukan oleh keluarga tersebut, mereka menarik keluar kitab doa mereka sendiri yang sangat kotor dan yang sudah usang karena penggunaan yang lama, dan dengan alasan bahwa mereka tidak boleh menyela kesinambungan latihan pribadi mereka

337

sendiri, mereka melafal dari kitab tersebut sementara semua orang lain membaca doa. Kapan saja mereka membaca doa yang paling sedikit untuk kepentingan mereka sendiri, mereka semuanya sangatlah cermat dan menyatakannya hal itu demi memurnikan noda batin mereka sendiri atau penyalahgunaan atas barang persembahan. Tetapi mereka memperlakukan doa-doa di dalam persamuhan besar tersebut, yang diselenggarakan untuk kepentingan pemberi dana, sebagai suatu pekerjaan sehari-hari yang membosankan. Mereka memandang ke sekeliling sepanjang waktu, mengatakan apa pun juga yang mereka ingin, dan bahkan tidak pernah memikirkan orang yang mati atau orang hidup yang mestinya mereka lindungi. Hal ini memutus rasa belas kasih dari akarnya. Di kemudian hari, kalau mereka mencoba memurnikan diri mereka dari penyalahguna- an barang persembahan, kejahatan dan sikap mementingkan diri sendiri mereka, hal itu akan sangat sulit dilakukan dengan sukses. Sebagai gantinya, peganglah belas kasih bodhicitta sebagai dasar anda dari awal. Jangan pernah anda menyerah pada keinginan untuk membantu orang lain. Buatlah usaha yang tulus untuk menaruh segala hal yang anda pahami tentang tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan sedapat mungkin dalam latihan anda. Bermeditasi tentang tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan dan melafal mantra di rumah orang lain tidak berbeda dengan melakukannya di rumah anda sendiri. Dalam kedua hal tersebut, kebutuhan untuk bebas dari pikiran mementingkan diri sendiri dan peduli untuk menolong orang lain adalah sama, karena kedua sikap ini harus ada.

PAHALA MENYESALI KESALAHAN

Jika perhatian anda tetap terpusat dan tidak mencampurkan lafalan anda dengan kata-kata biasa, maka melafal mantra seratus suku kata sebanyak seratus delapan kali tanpa terputus niscaya akan memurnikan semua perbuatan buruk dan noda-noda batin, serta semua pelanggaran atas janji- janji dan samaya anda. Seperti inilah janji Vajrasattva. Tantra Pengakuan Tanpa Noda196 berkata:

Mantra seratus suku kata adalah inti pikiran semua Sugata. Ia memurnikan semua pelanggaran, semua kegelapan konsepsi. Ia merupakan pengakuan yang tertinggi, dan melafalnya seratus delapan kali tanpa terputus membetulkan semua pelanggaran, dan akan menyelamatkan seseorang jatuh ke tiga alam yang lebih rendah.

196 Tib. dri med gshags pa’i rgyud. 338

Buddha-buddha dari masa lampau, sekarang dan masa depan akan melihat yogi yang melafalnya sebagai latihan hariannya sebagai anak mereka yang paling sempurna, bahkan di dalam kehidupan sekarang ini, dan akan menjaga dan melindunginya. Pada saat kematiannya, niscaya ia akan menjadi yang terbaik dari semua ahli waris Buddha.

Apa pun juga pelanggaran-pelanggaran dari samaya akar dan cabang yang mungkin anda lakukan setelah masuk ke alur Kendaraan Mantra Rahasia Vajrayana, pengulangan setiap hari atas mantra seratus suku kata sebanyak dua puluh satu kali sambil bermeditasi pada Vajrasattva merupakan apa yang disebut "berkah kemerosotan." Ia akan mencegah kemerosotan berkembang atau meningkat. Seratus ribu lafalan akan sepenuhnya memurnikan semua kejatuhan anda. Menurut Tantra Perhiasan Utama197:

Melafal dua puluh satu kali Mantra seratus suku kata, Sambil dengan jelas memvisuallisasi Vajrasattva Yang duduk di atas bunga teratai putih dan piringan bulan, Merupakan berkah kemerosotan yang akan mencegahnya meningkat. Demikianlah yang diajarkan oleh siddha-siddha yang agung. Oleh karena itu lakukanlah latihan ini selalu. Jika anda melafalnya seratus ribu kali, Segala kesalahan anda akan dimurnikan.

Di Tibet sekarang ini, tidak ada seorang lama, biarawan, orang awam lelaki atau perempuan pun yang belum pernah menerima suatu inisiasi, dan oleh karena itu tidak ada yang tidak mengambil jalan Mantrayana Rahasia. Namun, begitu anda memasuki Mantrayana Rahasia, jika anda gagal menjaga samaya, maka anda akan masuk neraka, dan jika anda menjaga mereka, maka anda akan mencapai kebuddhaan sempurna. Tidak ada alternatif yang ketiga. Sama seperti seekor ular yang merayap di dalam suatu potongan bambu, dikatakan hanya ada dua arah ke luar – lurus ke atas atau lurus ke bawah. Harta Karun Pahala Kebajikan berkata:

197 Tib. snying po’i rgyan. 339

Sekali berada dalam Mantrayana Rahasia, anda hanya dapat pergi ke alam rendah, Atau mencapai kebuddhaan; tidak ada arah yang ketiga.

Samaya tantra sangat halus, banyak dan sulit untuk dijaga. Bahkan seorang guru besar seperti Atisa berkata, setelah mengambil alur Tantrayana, ia melakukan kesalahan demi kesalahan dengan cepat. Akan halnya kita sekarang ini, penanggulangan yang kita miliki adalah sedikit. Perhatian kita lemah dan kewaspadaan kita tidak ada. Kita bahkan tidak tahu persis apa saja kemerosotan yang ada. Karena tidak diragukan bahwa kemerosotan pasti mengguyur kita sepanjang waktu seperti hujan lebat, adalah penting sebagai penanggulanannya kita membuat meditasi dan lafalan Vajrasattva sebagai latihan harian kita, atau sedikitnya melafal mantra dua puluh satu kali setiap hari dengan pasti. Bahkan bagi seorang yang ahli di semua hal penting dari tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan pun, yang melalui perhatian, kewaspadaan dan seterusnya telah menghindari melakukan kesalahan melanggar samaya, masih perlu bertekun dalam pengakuan kesalahan dan purifikasi. Karena sesungguhnya, setiap kontak melalui kata atau perbuatan dengan orang lain yang telah melanggar samaya akar – bahkan hanya minum air dari lembah yang sama – cukup untuk menyebabkan kesalahan, yang dikenal sebagai "pelanggaran melalui kontak" atau "pelanggaran kadang kala". Tantra berkata:

Setelah berhubungan dengan pelanggar samaya atau memuaskan keinginan mereka, Setelah menjelaskan Dharma kepada mereka atau kepada yang tidak layak untuk mendengarkannya, Setelah tidak menghindari semua pelanggar samaya, kita tahu kita telah tercemar Oleh kotoran pelanggaran-pelanggaran tersebut, Yang membawa kemalangan di dalam hidup ini dan noda-noda batin pada kehidupan berikutnya. Dengan penuh penyesalan, kita ungkap dan akui semua kesalahan ini.

Jika hanya seorang saja dalam satu persamuhan telah melanggar samaya, ratusan atau ribuan orang yang sudah menjaga semua komitmen mereka sendiri akan tercemar sampai pada titik di mana mereka tidak akan memperoleh manfaat dari latihan mereka. Ini seperti suatu tetes susu basi

340

membuat satu pot penuh susu segar menjadi basi, atau seekor katak yang dipenuhi oleh luka menginfeksi semua yang lain di sekelilingnya. Sebagaimana dikatakan:

Satu tetes susu yang basi, Membuat semua susu menjadi basi; Seorang yogi yang merosot akhlaknya, Merusak semua yogi lainnya.

Terlebih lagi, tidak satu pun guru, sekalipun ia adalah seorang Lama yang besar atau seorang siddha yang dapat lolos dari pencemaran semacam ini oleh pelanggar-pelanggar samaya. Kisah tentang guru besar Lingje Repa membuktikan hal ini. Ketika ia berada di tempat suci Tsari, dakini Shingkyong menciptakan rintangan-rintangan dengan menutupi matahari di tengah hari dan mendatangkan kegelapan yang sangat dalam sehingga bintang-bintang timbul dan bersinar gemerlapan di langit. Namun tidak ada yang bisa menghalanginya untuk mencapai tepi Danau Darah Merah Tua, di mana ia menari mengikuti irama musik lagu vajra, dengan meninggalkan jejak kaki di batu karang keras yang masih dapat dilihat sampai sekarang. Meskipun begitu, kemudian dalam hidupnya ia dikunjungi oleh seorang murid yang telah melanggar samaya – dan bahkan guru yang ulung seperti itu masih bisa tercemar. Ia menjadi pikun dan kehilangan kemampuan berbicara.

Demikian juga, kita menemukan di dalam lagu-lagu vajra dari Siddha Urgyenpa:

Saya, Rinchen Pel, pengemis dari Tanah Salju, Dikalahkan tanpa musuh lain selain oleh pencemaran pelanggar samaya, Dan dilindungi tanpa sahabat lain selain guruku.

Melanggar samaya Vajrayana adalah suatu kesalahan besar, tetapi menjaganya adalah sangat sulit. Adalah kesalahan besar untuk mengira dengan tanpa memeriksa secara hati-hati bahwa anda sedang menjaga mereka dengan setia, dan merasa bangga tentang hal tersebut. Tantra menjelaskan bahwa melupakan sekejab saja mengidentifikasi tubuh, ucapan dan pikiran anda dengan ketiga mandala 198 adalah

198 Tiga mandala dari tubuh, ucapan dan pikiran guru. 341

melanggar samaya Tantra. Begitulah sulitnya menjaga mereka. Secara rinci, dikatakan ada seratus ribu samaya – jumlah yang begitu besar. Menurut Tantra, melanggarnya akan membawa keburukan berikut kepada kita:

Raksasa Vajra akan meminum darah hatinya, Hidupnya akan pendek dan sakit-sakitan, kekayaannya akan lenyap, musuh akan menterornya; Di dalam Neraka Avici yang sangat menakutkan, Ia akan mengalami penderitaan yang lama dan tak tertahankan.

Oleh karena itu, untuk memperbaiki semua pelanggaran anda yang tersembunyi dan yang kelihatan serta kesalahan dan kemerosotan, lakukan selalu segala hal yang dapat anda lakukan untuk berlatih meditasi pada Vajrasattva dan melafal mantra seratus suku kata. Seperti para guru yang besar tempo dulu sering berkata:

Pada prinsipnya, cara yang terbaik adalah tidak dinodai oleh perbuatan buruk, tetapi jika hal itu terjadi, adalah penting untuk mengakui dan menyesalinya.

Pelanggaran-pelanggaran samaya tantra mudah untuk diperbaiki, kare- na mereka dapat dibersihkan dengan pengakuan dan penyesalan. Di dalam tradisi Sravaka dikatakan: “melakukan suatu kemerosotan lengkap adalah seperti membanting pot tembikar: sama sekali tidak ada cara untuk memperbaikinya.” Melanggar janji Bodhisattva kurang lebih seperti membuat suatu perhiasan dari logam-mulia menjadi patah. Objek seperti itu dapat diperbaiki jika dipercayakan kepada seorang tukang emas yang ahli. Demikian juga, janji yang rusak dapat dibersihkan dengan bantuan dari seorang sahabat rohani. Perihal janji-janji Tantra, melakukan kemerosotan adalah seperti sedikit melekukkan sesuatu yang dibuat dari logam mulia. Dikatakan bahwa anda dapat sepenuhnya memurnikannya sendiri dengan hanya mengakui dan menyesalinya dengan menggunakan dukungan dari deity, mantra dan konsentrasi. Jika kesalahan itu diakui dengan segera, purifikasinya adalah mudah. Namun, semakin lama anda menunggu, semakin kuat kesalahan itu tumbuh, dan pemurniannya menjadi semakin sulit. Jika anda menunggu lebih dari tiga tahun, kemerosotan tersebut dikatakan sudah di luar masa pengakuan dan

342

penyesalan. Meskipun jika anda mengakui dan menyesalinya, tidak ada purifikasi yang akan terjadi.

Sebagian orang ada yang dikaruniai bakat menggunakan kekuatan dan berkah ucapan mereka untuk bekerja demi kebaikan mereka sendiri dan untuk orang lain dengan menyediakan perlindungan, memberhentikan salju, mencegah hujan es, menghentikan wabah, mengobati orang dewasa dan anak-anak yang sakit dan seterusnya. Tetapi untuk memelihara kemampuan dan berkah tersebut bahkan orang-orang seperti itu perlu me- murnikan kekotoran ucapannya. Tidak ada alat yang lebih baik melaku- kannya dibandingkan dengan melafal mantra seratus suku kata. Adalah penting untuk melafalnya dengan jelas dan tidak melemah. Guruku yang mulia biasa berkelakar bahwa mereka yang melindungi yang lain dan menggunakan persembahan, paling perlu mulai memurni- kan noda batinnya dengan menyelesaikan sepuluh juta lafalan mantra seratus suku kata. Sebenarnya, banyak dari muridnya benar-benar melafal sepuluh atau bahkan dua puluh juta kali, dan tidak ada satu pun di antara mereka yang tidak menyelesaikan sedikitnya dua atau tiga ratus ribu lafalan. Guru Vajrasattva merupakan perwujudan ratusan deity dalam satu wujud. Ia disebut "Vajrasattva, deity satu-satunya dengan rahasia yang besar." Dari keseluruhan deity yidam yang damai dan murka yang tak terhitung jumlahnya, tidak ada satu pun yang tidak termasuk dalam perwujudannya. Ketika anda bermeditasi terhadapnya, anggaplah beliau sebagai persatuan dengan guru akarmu sendiri. Ini adalah latihan Guru Yoga dalam cara “permata yang mencakup semuanya”. Ini adalah cara yang paling dalam. Karena, seperti yang dikatakan di atas, mantra seratus suku kata adalah lebih handal dari pada semua mantra yang lain. Kita harus mengetahui bahwa tidak ada latihan yang lebih dalam dibanding ini.

Saya sudah mendengar instruksi yang menguntungkan, tetapi membiarkan mereka seperti kata-kata saja; Saya sudah berlatih mereka sedikit, tetapi telah dikelabuhi oleh gangguan; Berkati saya dan semua makhluk bingung seperti saya, Sehingga kami dapat menarik intisari dari tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan.

343

344

BAB 4

Mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan

Anda tahu yang relatif adalah suatu yang palsu, namun tetap saja anda berlatih kedua akumulasi; Anda menyadari bahwa di dalam absolut tidak ada apa pun untuk direnungkan, namun tetap saja anda berlatih meditasi; Anda sebenarnya sudah memwujudkan keadaan persatuan yang tak terpisahkan namun tetap saja anda berlatih dengan rajin; Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

I. PERLUNYA KEDUA MACAM AKUMULASI

Adalah mustahil untuk mencapai kemurnian rangkap kebuddhaan atau menyadari kebenaran kekosongan dengan sempurna tanpa menyelesaikan kedua akumulasi pahala dan kebijaksanaan. Karena sebagaimana dikata- kan dalam sutra:

Sebelum seseorang menyelesaikan kedua akumulasi, Seseorang tidak akan pernah menyadari kekosongan yang sebe- narya.

Dan:

Kebijaksanaan absolut bawaan hanya dapat datang

345

Sebagai tanda telah terkumpulnya jasa dan noda-noda batin yang sudah dibersihkan Dan melalui berkah seorang guru yang sudah cerah. Ketahuilah bahwa bersandar pada cara lain mana pun adalah kebo- dohan.

Bahkan mereka yang sudah benar-benar merealisasi kekosongan perlu memelihara kemajuan mereka sepanjang Jalan sampai mereka mencapai kebuddhaan sempurna, sehingga mereka masih perlu berusaha untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan. Raja Yogi Tilopa berkata kepada Naropa:

Naropa, putraku, sampai anda menyadari Bahwa semua penampilan ini yang muncul secara saling bergan- tungan, Yang pada kenyataannya belum pernah muncul, janganlah pernah berpisah Dari kedua roda kereta perang anda, kedua akumulasi.

Yogi besar Virupa berkata di dalam dohä -nya:

Mungkin anda memiliki keyakinan yang kuat untuk tidak mengha- rapkan kebuddhaan relatif,199 Tetapi jangan pernah menghentikan akumulasi pahala yang agung; cobalah usahakan sebisa anda.

Dan Dagpo Rinpoche yang Tiada Bandingannya berkata:

Bahkan ketika realisasi anda melampaui pemikiran di mana ada sesuatu untuk dihimpun atau dimurnikan, tetaplah lanjutkan untuk mengumpulkan bahkan pahala yang paling kecil sekalipun.

Sang Penakluk, dalam belaskasihnya yang besar dan dengan semua ketrampilannya dalam cara, mengajarkan metoda yang tidak terhitung banyaknya dengan mana kedua akumulasi dapat dilaksanakan. Dari semua cara, yang paling baik adalah persembahan mandala.

199 Keyakinan yang tidak tergoyahkan akan sifat kebuddhaan yang telah hadir di dalam pikirannya sendiri. 346

Tantra berkata:

Mempersembahkan kepada Buddha semua alam Buddha Dan seluruh alam semesta dari milyaran dunia Yang penuh dengan segala sesuatu yang diinginkan Akan menyempurnakan kebijaksanaan kebuddhaan.

Di dalam tradisi ini, ketika membuat persembahan seperti itu, kita menggunakan dua mandala yang terpisah: mandala pencapaian dan mandala persembahan. Bahan dari mana mandala tersebut dibuat tergantung pada kemampuan anda. Jenis yang terbaik adalah yang terbuat dari barang yang berharga seperti emas dan perak. Untuk kualitas menengah bisa dibuat dari perunggu-lonceng atau bahan halus lainnya. Paling minim, anda bisa bahkan menggunakan lempengan batu atau papan kayu yang datar dan halus. Tumpukan persembahan yang ditempatkan di dasar mandala idealnya terdiri dari batu permata seperti pirus, koral, batu nilam, mutiara dan sejenisnya. Kualitas setingkat lebih rendah adalah dari buah-buahan obat seperti arura dan kyurura. Kualitas yang lebih rendah lagi akan terdiri dari butiran biji-bijian seperti barli, biji gandum, beras atau palawija, tetapi dalam hal yang paling buruk anda dapat juga hanya menggunakan batu karang, kerikil, pasir dan seterusnya, hanya sebagai dukungan untuk visualisasi anda. Apa pun juga bahan yang anda gunakan, bersihkanlah dasar mandala dengan saksama.

II. MANDALA PENCAPAIAN

Letakkan lima tumpukan di mandala pencapaian dimulai dengan satu tumpukan kecil di tengah-tengah untuk mewakili Buddha Vairocana yang dikelilingi oleh deity-deity dari Keluarga Buddha. Tempatkan tumpukan yang lain di arah timur – yaitu ke arah diri anda – untuk mewakili Buddha Vajra Aksobhya yang dikelilingi oleh deity-deity dari Keluarga Vajra. Lalu satu tumpukan di selatan untuk Buddha Ratnasambhava yang dikelilingi oleh deity-deity Keluarga Permata; satu tumpukan di barat untuk Buddha Amitabha yang dikelilingi oleh deity-deity Keluarga Teratai,

347

dan satu di utara untuk Buddha Amoghasiddhi yang dikelilingi oleh deity- deity dari Keluarga Karya. Kemungkinan lain adalah memvisualisasi ladang pahala seperti dalam latihan berlindung. Dengan demikian tumpukan tengah akan mewakili Guru Agung dari Uddiyana yang tidak terpisahkan dari guru akarmu sendiri, dengan semua guru garis silsilah Kesempurnaan Agung di atasnya yang tertata dalam urutan satu di atas yang lain. Tumpukan depan mewakili Buddha Sakyamuni yang dikelilingi oleh seribu dua Buddha dari Kalpa Bhadra ini. Tumpukan pada sisi kanan mewakili Delapan Anak Dekat yang agung, yang dikelilingi oleh sangha yang mulia dari Bodhisattva, dan tumpukan pada sisi kiri mewakili Dua Sravaka Utama200, yang dikelilingi oleh sangha yang mulia dari Sravaka dan Pratyekabuddha. Tumpukan di belakang adalah Permata Dharma, dalam wujud tumpukan buku-buku yang dibungkus dalam kisi-kisi cahaya. Dalam hal mana saja, letakkanlah mandala pencapaian ini pada altar anda atau pada tempat lain yang cukup kokoh. Jika anda memiliki cukup dana, kelilingi mandala tersebut dengan lima persembahan, 201 dan tempatkanlah di depan lambang tubuh, ucapan dan pikiran Buddha. Jika anda tidak dapat mengadakannya, boleh juga tidak memerlukan mandala pencapaian sama sekali, dan hanya memvisualisasi ladang pahala.

III. MANDALA PERSEMBAHAN

Sambil memegang dasar mandala persembahan dengan tangan kiri anda, sekalah perlahan-lahan dengan bagian bawah pergelangan tangan kanan anda selagi anda melafalkan Doa Tujuh Poin Persembahan dan doa-doa lainnya, dengan tidak mengalihkan perhatian anda dari apa yang sedang anda visualisasi-kan. Menyeka dasar bukan dimaksudkan untuk membersihkan kotoran di dasar mandala, tetapi merupakan suatu cara untuk menggunakan usaha yang kita lakukan untuk melepaskan diri kita sendiri dari kedua macam noda batin yang menyelubungi hati kita. Konon, pengikut Kadampa yang terkenal zaman dulu membersihkan mandala mereka dengan bagian bawah pergelangan tangan mereka sampai kulit mereka terkelupas dan terluka. Mereka masih tetap melanjutkannya dengan menggunakan tepi dari pergelangan tangan mereka. Ketika terjadi luka di sana, maka mereka

200 Sariputra dan Magyalyalyana. 201 Lima persembahan adalah bunga, dupa, pelita, parfum dan makanan. 348

menggunakan bagian belakang dari pergelangan tangan mereka sebagai gantinya. Oleh karena itu, untuk meneladani pengikut Kadampa yang agung masa lalu, ketika anda membersihkan dasar mandala, janganlah menggunakan kain wool atau kapas tetapi hanya dengan pergelangan tangan anda.

Ketika Anda menyusun tumpukan persembahan di dasar, ikutilah doa yang dikenal sebagai Tiga Puluh Tujuh Unsur Mandala, yang disusun oleh Chogyal Pakpa 202 , Pelindung Makhluk dari sekte Sakya. Metoda ini mudah untuk dipraktekkan, sehingga diadopsi oleh semua tradisi, baik yang lama ataupun yang baru. Dalam tradisi kita juga terdapat persembahan tiga puluh tujuh unsur mandala, sehingga kita juga harus melakukannya. Baik Tradisi Lama maupun Tradisi Baru memiliki beberapa cara lainnya, sesuai dengan kebiasaan mereka sendiri. Sesungguhnya, masing- masing harta karun spiritual tradisi Nyingma memiliki persembahan mandala sendiri. Khususnya di dalam tradisi kita, ada beberapa doa persembahan mandala yang terperinci untuk ketiga kaya yang diajarkan oleh Longchenpa Yang Mahatahu dalam berbagai Inti Sari Hati 203 Setiap doa ini dapat dipilih untuk itu.

1. Persembahan Tiga Puluh Tujuh Unsur Mandala

Untuk Persembahan Tiga Puluh Tujuh Unsur Mandala, mulailah de- ngan membacakan mantra:

ཨ�་བ�་�་མི་�ཱཿ�ྃྃ། OM BENDZRA BHUMI AH HUNG OM Bumi vajra AH HUNG གཞི་�མ་པར་དག་པ། དབང་ཆེན་གསེར་�ི་ས་གཞི། Bumi sebagai fondasi bersubstansi ZHI NAM PAR DAG PA WANG CHEN SER GYI SA ZHI emas yang murni dan sempurna.

202 Chogyal Pakpa (1235-1280), Guru Silsilah kelima dari sekte Sakya. 203 Inti Sari Hati Longchen Nyingtik yang utama adalah Inti Sari Hati Dakini dan Inti Sari Hati Vimalamitra yang diturunkan dari silsilah Longchenpa. 349

Sambil memegang mandala di tangan kiri anda dan dengan tangan kanan anda memercikinya dengan air yang diberi wewangian yang berisi bajung,204 lafalkan:

ཨ�་བ�་རེ་ཁེ་�ཱཿ�ྃྃ། OM BENDZRA RE KHE AH HUNG OM Lingkaran Perlindungan Vajra AH HUNG

Lalu, dengan ibu jari dan jari manis kanan anda, ambilah suatu cubitan yang kecil dari biji-bijian. Gerakkan tangan anda melingkar searah jarum jam pada dasar mandala, lalu tempatkan cubitan dari biji-bijian di tengah. Jika anda memiliki "pagar gunung besi" yang sudah jadi, sekarang adalah waktunya untuk menempatkannya di mandala. Kemudian, sambil melafal kata-kata di bawah, tempatkan tumpukkan persembahan sesuai tempatnya:

�ི་�གས་རི་འཁོར་�ག་གིས་བ�ོར་བའི་ CHI CHAK RI KHOR YUG GÏ KOR WEI Bagian luar dikelilingi oleh pengunung- ད�ས་�་�ྃ་ལ་རི་ཡི་�ལ་པོ་རི་རབ།� an besi; Di tengah, Raja Gunung Sumeru yang Ü SU HUNG LA RI YI GYAL PO RI RAB mulia; ཤར་�ས་འཕགས་པོ། SHAR LÜ PHAG PO Sebelah timur: Purva Videha; �ོ་འཛམ་�་�ིང། LHO DZAM BU LING Sebelah selatan: Jambudvipa; �བ་བ་ལང་�ོད། NUB BA LANG CHOD Sebelah barat: Apara Godania; �ང་�་མི་�ན། JANG DRA MI NYEN Sebelah utara: Uttara Kuru; �ས་དང་�ས་འཕགས། LÜ DANG LÜ PHAG Pulau Deha dan Videha; �་ཡབ་དང་�་ཡབ་གཞན། NGA YAB DANG NGA YAB ZHEN Pulau Chamara dan Upa-chamara; གཡོ་�ན་དང་ལམ་མཆོག་འ�ོ། YO DËN DANG LAM CHHOG DRO Pulau Sharta dan Uttara-mantrina;

204 Suatu bahan ritual yang terbuat dari lima unsur pokok yang berbeda yang diambil dari seekor sapi (tinja, urin, mentega, keju, dan susu.) 350

�་མི་�ན་དང་�་མི་�ན་�ི་�། DRA MI NYEN DANG DRA MI NYEN GYI DHA Pulau Kurava dan Kaurava; རིན་པོ་ཆེའི་རི་བོ། RIN PO CHEI RI WO Gunung Harta; དཔག་བསམ་�ི་ཤིང། PAG SAM GYI SHING Pohon Pengabul Harapan; འདོད་འཇོའི་བ། DÖ JOI BA Sapi Pemberkah; མ་�ོས་པའི་ལོ་ཏོག། MAR MÖ PË LO TOG Sawah Swadaya; འཁོར་ལོ་རིན་པོ་ཆེ། KHOR LO RIN PO CHE Roda Berharga; ནོར་�་རིན་པོ་ཆེ། NOR BU RIN PO CHE Permata Berharga; བ�ན་མོ་རིན་པོ་ཆེ། TSUN MO RIN PO CHE Ratu Mulia; �ོན་པོ་རིན་པོ་ཆེ། LON PO RIN PO CHE Perdana Menteri Mulia; �ང་པོ་རིན་པོ་ཆེ། LANG PO RIN PO CHE Gajah Mulia; �་མཆོག་རིན་པོ་ཆེ། TA CHHOG RIN PO CHE Kuda Mulia; དམག་དཔོན་རིན་པོ་ཆེ། MAG PON RIN PO CHE Jenderal Mulia; གཏེར་ཆེན་པོའི་�མ་པ། TER CHEN PÖ BUM PA Jambangan Harta; �ེག་མོ་མ། GEG MO MA Dewi Kecantikan; �ེང་བ་མ། TRENG WA MA Dewi Manik-manik; �་མ། LU MA Dewi Nyanyi; གར་མ། GAR MA Dewi Tari; མེ་ཏོག་མ། ME TOG MA Dewi Bunga;

351

བ�ག་�ོས་མ། DUG PÖ MA Dewi Dupa; �ང་གསལ་མ། NANG SAL MA Dewi Pelita; �ི་ཆབ་མ། DRI CHAB MA Dewi Parfum; ཉི་མ། NYI MA Matahari; �་བ། DHA WA Bulan; རིན་པོ་ཆེའི་ག�གས། RIN PO CHEI DUG Payung Kerajaan; �ོགས་ལས་�མ་པར་�ལ་བའི་�ལ་མཚན། CHOG LË NAM PAR GYAL WEI GYAL TSHEN Panji Kemenangan Sepuluh Penjuru; �་དང་མིའི་དཔལ་འ�ོར་�ན་�མ་ཚ�གས་པ་ Semua harta para dewa surgawi dan LHA DANG MIl PAL JOR PHUN SUM TSHOG PA manusia, མ་ཚང་བ་མེད་པ་འདི་ཉིད་�ིན་ཅན་ MA TSHANG WA MED PA DI NYID DRIN CHEN Dalam jumlah banyak tanpa kecuali, �་བ་དང་བ�ད་པར་བཅས་པའི་དཔལ་�ན་�་མ་དམ་ པ་�མས་ལ་ད�ལ་པར་བ�ིའོ། TSA WA DANG GYUD PAR CHË PË PAL DEN LA MA Kupersembahkan mandala ini kepada DAM PA NAM LA BUL PAR GYI WO guru akar dan semua guru garis silsilah yang mulia dan yang agung dan untuk semua Buddha dan Bodhsattva.

Pada waktu melafal

Di tengah, Raja Gunung Sumeru . . . . tempatkan suatu tumpukan yang lebih besar di tengah-tengah. Untuk menempatkan keempat benua, lafalkan:

Di Timur, Purvavideha ... dan tempatkan suatu tumpukan kecil di timur, boleh di sisi yang mengarah ke arah anda atau di sisi sebaliknya, menghadap kepada siapa anda sedang

352

membuat persembahan. Lalu letakkan tiga tumpuk untuk benua lainnya, menelusuri dari arah timur searah jarum jam. Untuk anak benua, Deha, Videha dan seterusnya, tempatkan suatu tumpukan sebelah menyebelah di tiap benua sesuai gilirannya. Berikutnya, tempatkan Gunung Permata di timur, Pohon Pengabul Harapan di selatan, Sapi Pemberkah di barat dan Sawah Swadaya di utara. Sesudah itu giliran Tujuh Atribut Kerajaan dan Jambangan Harta yang ditempatkan satu demi satu di empat arah utama dan empat arah antara. Berikutnya, tempatkan empat dewi bagian luar di setiap empat arah utama, mulai dengan Dewi Kecantikan; dan empat dewi bagian dalam di empat arah antara, mulai dengan Dewi Bunga. Tempatkan Matahari di timur dan Bulan di barat. Tempatkan Payung Kerajaan di selatan dan Panji Kemenangan Sepuluh Penjuru di utara.

Meja persembahan bertingkat tiga

353

Distribusi 37 Unsur Mandala

1. Maha Meru di tengah; 2. Purva Videha; 3. Jambudvipa; 4. Apara Godania; 5. Uttara Kuru; 6. Pulau Deha; 7. Videha; 8. Pulau Chamara; 9. Upa-chamara; 10. Pulau Sharta; 11. Uttara-mantrina; 12. Pulau Kurava; 13. Kaurava; 14. Gunung Harta; 15. Pohon Pengabul Harapan; 16. Sapi Pemberkah; 17. Sawah Swadaya; 18. Roda Berharga; 19. Permata Berharga; 20. Ratu Mulia; 21. Jenderal Mulia; 22. Gajah Mulia; 23. Kuda Mulia; 24. Jenderal Mulia; 25. Jambangan Harta; 26. Dewi Kecantikan; 27. Dewi Manik-manik; 28. Dewi Nyanyi; 29. Dewi Tari; 30. Dewi Bunga; 31. Dewi Dupa; 32. Dewi Pelita; 33. Dewi Parfum; 34. Matahari; 35. Bulan; 36. Payung Kerajaan; 37. Panji Kemenangan Sepuluh Penjuru

Ketika Anda melafal:

Semua harta para dewa surgawi dan manusia, . . . . . 354

tempatkan lebih banyak biji-bijian pada puncak tumpukan lainnya sehingga tidak ada ruang yang tak terisi. Jika anda memiliki perhiasan untuk puncak tersebut, tempatkanlah di puncak sekarang. Lafalkan:

Kupersembahkan mandala ini kepada guru akar dan semua guru garis silsilah yang mulia dan yang agung dan untuk semua Buddha dan Bodhsattva.

Pada saat ini sebagian orang menambahkan kata-kata, "...lengkap dan menyenangkan di dalam semua bagian, tak kurang sesuatu pun," tetapi menurut guruku, tambahan tersebut tidak ada di dalam teks asli. Mengenai apa yang sebaiknya divisualisaikan pada masing-masing poin ini, guruku tidak mengatakan lebih lanjut ketika ia memberi ajaran, maka saya tidak akan menulis lebih jauh sendiri di sini. Namun, bagi mereka yang ingin mengetahui perinciannya, dapat membaca Rincian Komentar Rangkuman Arti 205 , seperti yang disebutkan di dalam teks penjelasan latihan pendahuluan ini.

2. Persembahan mandala ketiga kaya menurut teks ini

Mandala Nirmanakaya Mandala Sambhoyakaya Mandala Dharmakaya

2.1 Mandala nirmanakaya biasa

Pada waktu melakukan persembahan mandala menurut sadhana tradisi kita, 206 maka yang pertama adalah persembahan mandala nirmanakaya

205 Tib. dgongs ‘dus rnam bshad, komentar yang ditulis oleh Jigme Lingpa. 206 Longchen Nyingtik. 355

biasa. Empat benua tersebut di atas, di dalam urutan tumpukan bahan persembahan, dengan Maha Meru di tengah-tengah dan alam Surga Brahma di atasnya, merupakan satu dunia. Seribu buah dunia membentuk apa yang disebut "satu alam semesta tingkat pertama dari seribu dunia”. Dengan mengalikan seribu kali alam semesta yang terdiri dari seribu dunia seperti itu, yang masing-masing dengan empat benuanya, kita mendapatkan apa yang disebut "suatu alam semesta pertengahan tingkat dua dari seribu kali seribu dunia," atau suatu alam semesta dari sejuta dunia. Dengan mengalikannya lagi seribu kali alam semesta yang sejuta kali lipat seperti itu, kita mendapat "suatu sistim dunia besar tingkat tiga dari seribu juta dunia,207" atau suatu alam semesta dari satu miliar dunia. Satu alam semesta dari tingkat ini, yang terdiri dari satu miliar dunia dengan masing-masing empat benuanya, adalah merupakan kawasan seorang Buddha – sebagai contohnya alam Sakyamuni Buddha, yang alam Buddhanya disebut Dunia Saha. Bayangkan semua dunia yang tidak terhitung dan tak terbayangkan ini, semua harta paling baik yang ada di alam manusia atau alam surga, seperti tujuh atribut kerajaan dan seterusnya, apakah yang dimiliki oleh seseorang ataupun tidak. Pada semua yang tersebut di atas, tambahkan tubuh anda sendiri, kekayaan anda, hidup, nasib baik, kekuasaan dan kekuatan, serta semua sumber pahala yang telah anda kumpulkan sepanjang semua waktu dan yang akan dikumpulkan pada masa depan, bersama-sama dengan segala sesuatu yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan. Kumpulkan segala sesuatu yang terbaik dan yang paling diinginkan, bahkan dengan tanpa nafsu keinginan atau kemelekatan sedikit pun, dan persembahkanlah semuanya kepada guru anda dan deity-deity nirmanakaya, lengkap tanpa kekurangan apa pun. Ini adalah persembahan mandala nirmanakaya biasa.

2.2 Mandala sambhogakaya luar-biasa

Di atas semuanya, ciptakan dalam imajinasi anda alam surga yang tak berbatas dan istana-istana tak terbayangkan dalam lima alam Buddha utama. Semuanya disemarakkan oleh Dewi Kecantikan dan dewi-dewi lainnya yang mempersembahkan kesenangan-kesenangan indera dan dilipat-gandakan dengan tak terhingga. Persembahkanlah semua ini ke- pada guru anda dan deity-deity sambhogakaya. Ini adalah persembahan mandala sambhogakaya yang luar biasa.

207 Skt. Trisahasra-maha-sahasra-lokadhatu. 356

2.3 Mandala khusus dharmakaya

Di atas dasar mandala yang mewakili ruang mutlak yang tak terlahirkan, letakkan tumpukan yang melambangkan empat penglihatan208 dan pikiran apa pun juga yang muncul. Persembahkanlah mereka kepada guru anda dan deity-deity dharmakaya. Ini adalah persembahan mandala khusus dharmakaya.

Untuk persembahan mandala ketiga kaya ini, ingatlah dengan jelas semua instruksi untuk latihan ini, dan ulangi doa dengan devosi dimulai dari:

ཨ�་�ྰཿ་�ྃ།� �ོང་ག�མ་འཇིག་�ེན་�ེ་བ་�ག་ བ�འི་ཞིངཿ OM AH HUNG TONG SUM JIG TEN JE WA Om Ah Hum. Jagat raya dari satu TRAG GYEI ZHING miliar tata surya, tempat seribu juta dunia; རིན་ཆེན་�་བ�ན་�་མིའི་འ�ོར་བས་གཏམསཿ RIN CHEN NA DUN LHA MÏ JOR WË TAM Penuh dengan tujuh macam harta kerajaan manusia dan dewa; བདག་�ས་ལོངས་�ོད་བཅས་པ་ཡོངས་འ�ལ་ �ིསཿ DAG LÜ LONG CHOD CHË PA YONG BUL GYÏ Semua kupersembahkan bersama tubuh dan harta benda saya; ཆོས་�ི་འཁོར་ལོས་བ�ར་བའི་�ིད་ཐོབ་ཤོག༔ Semoga saya mencapai tingkat CHÖ KYI KHOR LÖ GYUR WEI SID THOB SHOG Cakravatin nan kuasa. འོག་མིན་བདེ་ཆེན་�ག་པོ་བཀོད་པའི་ཞིངཿ OG MIN DE CHEN TUG PO KOD PË ZHING Akanistha alam kebahagiaan agung Buddha Sambhogakaya; ངེས་པ་�་�ན་རིགས་�འི་ཚ�མ་�་ཅནཿ NGË PA NGA DEN RIG NGEI TSHOM BU CHEN Yang tertumpuk dengan lima kepastian 209 dari lima keluarga Buddha;

208 Empat penglihatan: Seseorang yang melatih Atiyoga dapat merealisasi: 1. Realisasi langsung atas realitas itu sendiri; 2. Peningkatan pengalaman; 3. Pencapaian pematangan penuh dari kesadaran; 4. Peleburan pengalaman ke dalam sifat realita. 209 Lima kepastian: Kepastian tempat yang terhias indah, kepastian rupa yang memiliki tanda, kepastian ajaran yang hanya ajaran Mahayana, kepastian pengiring yang hanya terdiri dari 357

འདོད་ཡོན་མཆོད་པའི་�ིན་�ང་བསམ་ཡས་པཿ DOD YON CHOD PË TRIN PHUNG SAM YË PA Dengan awan persembahan kenikmat- an yang tak terhingga; �ལ་བས་ལོངས་�འི་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོགཿ PHUL WË LONG KÜ ZHING LA CHOD PAR Kupersembahkan agar mencapai SHOG tingkat sambhogakaya yang sempurna. �ང་�ིད་�མ་དག་གཞོན་�་�མ་པའི་�ཿ NANG SID NAM DAG ZHON NU BUM PË KU Kemurnian yang bermanifestasi pada tubuh jambangan seorang perjaka;210 �གས་�ེ་མ་འགགས་ཆོས་ཉིད་རོལ་པས་བ�ནཿ THUG JE MA GAG CHÖ NYID ROL PË GYEN Hiasan pertunjukan belas kasih realita yang tak pernah punah; �་དང་ཐིག་ལེའི་འཛ�ན་པ་�མ་དག་ཞིངཿ KU DANG THIG LEI DZIN PA NAM DAG ZHING Serta alam murni tubuh dan bindu; �ལ་བས་ཆོས་�འི་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོགཿ PHUL WE CHÖ KÜ ZHING LA CHOD PAR Kupersembahkan agar mencapai SHOG tingkat Dharmakaya nan jaya.

Ketika anda sedang menghitung berapa kali persembahan yang anda buat, peganglah dasar mandala dengan tangan kiri anda dengan meninggalkan persembahan yang anda buat pertama kali di atasnya. Untuk setiap lafalan teks, tambahkan satu tumpukan dengan tangan kanan anda. Berlatih dengan tekun, sambil memegang dasar mandala sampai lengan anda begitu nyeri sehingga ia tidak bisa lagi melanjutkannya. "Dengan berani menahan kesukaran dan bertekun demi Dharma" lebih berarti dari sekedar menahan lapar. Ini berarti selalu bertekad untuk menyelesaikan setiap latihan yang sulit dilakukan, bagaimanapun juga keadaannya. Berlatihlah seperti ini, dan dalam melakukannya, anda akan memperoleh pahala yang luar biasa melalui kesabaran dan usaha anda. Ketika anda benar-benar sudah tidak dapat memegang mandala lebih lama lagi, taruhlah di atas meja di depan anda dan lanjutkan meletakkan tumpukan persembahan dan menghitung jumlahnya. Waktu anda beristi- rahat sejenak, katakanlah untuk minum teh, kumpulkanlah segala apa yang

Bodhisattva bhumi kesepuluh dan kepastian waktu yang berlangsung selama samsara masih ada. 210 Tubuh jambangan seorang perjaka: istilah Dzogchen untuk sifat alami Buddha. 358

telah anda persembahkan, dan ketika anda mulai lagi, mulailah dengan tiga puluh tujuh unsur mandala sebelum melanjutkannya seperti semula. Pastikan untuk membuat sedikitnya seratus ribu persembahan mandala dengan cara ini. Jika anda tidak bisa mengusahakan jumlah tersebut dengan menggunakan mandala ketiga kaya yang rinci, boleh juga dengan melafal ayat tersebut sebagai gantinya, dimulai dengan:

ས་གཞི་�ོས་�ས་�གས་ཤིང་མེ་ཏོག་བ�མ། SA ZHI PÖ CHU JUG SHING ME TOG TRAM Landasan dengan rangkaian parfum dan bunga; རི་རབ་�ིང་བཞི་ཉི་�ས་བ�ན་པ་འདི། RI RAB LING ZHI NYI DHË GYEN PA DI Gunung Meru dan empat alam yang སངས་�ས་ཞིང་�་དམིགས་ཏེ་�ལ་བ་ཡིས། terhias dengan matahari dan bulan; SANG GYË ZHING DU MIG TE PHUL WA YÏ Dengan membayangkan mereka dalam pikiran, saya persembahkan kepada འ�ོ་�ན་�མ་དག་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོག། Tempat Berlindung yang mulia Untuk pencapaian alam suci oleh setiap DRO KUN NAM DAG ZHING LA CHOD PAR SHOG makhluk hidup.

�ཾ་�་�་ར�ྣ་མ�ྡལ་�་ཛ་མེ་གྷ་ས་�་�་ས་པ་ར་ཎ་ས་མ་ཡེ་�ྰཿ�� ྃ།� TRAM GU RU RATNA MANDALA PU DZA ME GHA SA MU DRA SA PA RA NA SA MA YE AH HUNG

Distribusi 7 Tumpuk Mandala

Apa pun juga bentuk persembahannya, adalah penting – sebagaimana setiap latihan yang anda lakukan – untuk menerapkan ketiga metoda yang tertinggi. Mulailah dengan membangkitkan bodhicitta, kemudian melaku- kan latihan tersebut tanpa gagasan apa-apa, dan menyegel latihan tersebut dengan sempurna pada akhir latihan dengan pelimpahan pahala. Jika yang anda pergunakan untuk persembahan mandala adalah barli, biji gandum, atau biji-bijian lainnya, sepanjang anda mampu, persem- 359

bahkanlah biji-bijian segar, jangan pergunakan biji-bijian yang sama untuk kedua kalinya. Apa yang telah dipersembahkan dapat anda berikan kepada burung, tikus, membagikannya kepada orang buta, pengemis, atau ditumpuk di depan lambang Tri Ratna. Tetapi janganlah pernah berpikir bahwa barang tersebut milik anda atau menggunakannya untuk anda sendiri. Seandainya anda kekurangan dana untuk memperbaharui persem- bahan setiap kali, maka dapat diulang pemakaiannya sesuai kemampuan anda. Jika anda sangat miskin, anda dapat menggunakan biji-bijian yang sama berulang-ulang. Setiap kali anda memperbaharui biji-bijian, bersihkanlah sebelum mengadakan persembahan dengan membuang semua kotoran, debu, sekam, jerami, rabuk burung dan sejenisnya, dan perciki dengan saffron atau air wangi. Meskipun ajaran mengizinkan persembahan dengan tanah dan batu, hal ini adalah untuk memberi keleluasaan bagi mereka yang sangat miskin, di mana mereka tidak memiliki apa-apa, atau bagi mereka yang memiliki kapasitas yang unggul, di mana pikiran mereka dapat menciptakan alam Buddha yang sama banyaknya dengan semua partikel bumi di seluruh dunia pada sebutir debu. Kalau anda sebenarnya cukup mampu, tetapi kalau tidak sanggup merelakan dan dengan murah hati mempersembah- kannya, anda boleh mengaku dengan segala macam alasan yang dianggap sangat masuk akal – dan bahkan meyakinkan diri anda – bahwa anda sedang membuat persembahan dengan menggunakan mantra dan visualisasi, tetapi anda hanya akan mengelabuhi diri anda sendiri. Lebih dari itu, semua tantra dan intisari instruksi berbicara tentang "persembahan bersih, yang dipersiapkan dengan bersih" atau "barang persembahan yang dipersiapkan dengan bersih”. Mereka tidak pernah merekomendasikan "persembahan kotor yang dipersiapkan secara kotor." Oleh karena itu, janganlah pernah mempersembahkan makanan sisa atau makanan yang tercemar dengan kekikiran atau kotoran. Jangan menggu- nakan barli yang terbaiknya untuk dikonsumsi sendiri, dan memakai sisanya untuk persembahan atau untuk membuat tsampa torma. Orang- orang Kadampa masa lampau sering berkata:

Tidak boleh menyimpan barang yang terbaik untuk diri sendiri dan mempersembahkan keju berjamur dan sayur-mayur yang layu ke pada Sang Tri Ratna.

360

Jangan membuat torma atau pelita persembahan dengan bahan-bahan yang tengik atau busuk, dan menyimpan bahan yang baik untuk diri sendiri. Perilaku seperti itu akan menghabiskan pahala anda. Ketika membuat shelze 211 atau torma, siapkanlah adonan dengan kekentalan yang sama seperti yang ingin anda konsumsi sendiri. Tidak dibenarkan untuk menambahkan terlalu banyak air ke dalam adonan hanya untuk membuatnya lebih mudah untuk dikerjakan. Atisa sering berkata: "Orang Tibet ini tidak akan pernah kaya, mereka membuat adonan torma mereka terlalu encer!" Ia juga berkata: "Di Tibet, dengan hanya mempersembahkan air saja cukup untuk menghimpun pahala. Di India cuaca terlalu panas, dan air di sana tidak pernah semurni seperti di Tibet sini" Sebagai cara mengumpulkan pahala, mempersembahkan air bersih adalah sangat efektif jika anda dapat melakukannya dengan rajin. Bersih- kan tujuh mangkuk persembahan atau wadah lainnya dan letakkanlah mereka berdampingan, tidak terlalu dekat, dan tidak terlalu jauh terpisah. Mereka perlu ditaruh lurus, tak satu pun di luar garis. Air itu harus jernih tanpa adanya butir-butiran, rambut, debu atau serangga yang mengapung di dalamnya. Mangkuk-mangkuk tersebut harus diisi dengan penuh perhatian, penuh tetapi tidak sampai ke pinggirnya, tanpa menumpahkan setetes air di atas meja persembahan. Ini adalah cara itu untuk membuat persembahan air yang indah dan menyenangkan. Doa Perbuatan Baik berkata tentang “persembahan yang diatur dengan sempurna." Persembahan bentuk apa pun juga yang anda buat, jika anda membuatnya indah dan menyenangkan, bahkan dalam cara menyajikannya, rasa hormat yang anda tunjukkan kepada para Buddha dan Bodhisattva dengan melakukan hal yang demikian akan mendatangkan pahala yang sangat besar. Maka berusahalah untuk menyusun persembahan anda dengan baik. Jika anda kekurangan sumber daya atau jika anda tidak mampu untuk membuat persembahan, tidak ada salahnya dengan mempersembahkan sesuatu yang kotor atau tidak enak, sepanjang niat anda adalah sama sekali murni. Buddha dan Bodhisattva tidak memiliki gagasan tentang bersih atau kotor. Ada contoh-contoh mengenai persembahan seperti itu dalam cerita, salah satu misalnya tentang seorang wanita miskin yang dikenal sebagai Pemakan Bangkai Kota, yang mempersembahkan sebuah pelita mentega. Dan ada kisah tentang wanita penderita kusta yang mempersem- bahkan kepada Mahakasyapa satu mangkuk bubur yang diterimanya dari

211 Sejenis makanan untuk persembahan. 361

meminta-minta. Ketika ia sedang mempersembahkannya kepada Mahakasyapa, seekor lalat jatuh ke dalamnya. Waktu ia mencoba meng- ambil lalat tersebut, jarinya tercelup juga. Mahakasyapa meminumnya juga demi memenuhi niat baiknya, dan karena persembahan tersebut diperuntukkan sebagai makanan untuk sepanjang hari, wanita penderita kusta dipenuhi dengan kegembiraan. Dia terlahirkan di alam Surga Tiga Puluh Tiga. Singkatnya, ketika anda mempersembahkan mandala, apa pun juga yang anda gunakan haruslah bersih, dan harus dipersembahkan dengan cara yang menyenangkan, dan niat anda harus sama sekali murni. Tiada tahap dalam Jalan di mana anda perlu berhenti berusaha untuk melaksanakan latihan-latihan untuk mengumpulkan pahala, seperti per- sembahan mandala. Sebagaimana kata tantra:

Tanpa pahala tidak akan ada pencapaian; Seseorang tidak bisa mendapatkan minyak dengan memeras pasir.

Mengharapkan memperoleh pencapaian dengan tanpa mengumpulkan pahala adalah seperti berusaha untuk mendapatkan minyak sayur dengan memeras pasir tepi sungai. Biar seberapa banyaknya butir pasir yang anda peras, anda tidak akan pernah mendapatkan setetes minyak pun. Tetapi berusaha memperoleh pencapaian dengan mengumpulkan pahala adalah seperti berusaha untuk mendapatkan minyak dengan memeras biji-biji wijen. Semakin banyak biji yang anda peras, semakin banyak minyak yang akan anda peroleh. Bahkan satu biji saja yang hancur di kuku anda akan membuat seluruh kuku berminyak. Sang Buddha pernah berkata:

Mengharapkan pencapaian dengan tanpa mengumpulkan pahala adalah seperti berusaha membuat mentega dengan mengocok air; Berusaha memperoleh pencapaian dengan mengumpulkan pahala adalah seperti membuat mentega dengan mengocok susu.

Tidak diragukan lagi bahwa untuk mencapai tujuan akhir, pencapaian tertinggi, adalah juga hasil dari penyelesaian kedua macam akumulasi. Kita telah membahas ketidak-mungkinan pencapaian kemurnian ganda dari kebuddhaan tanpa menyelesaikan akumulasi pahala dan kebijaksa- naan. Nagarjuna berkata:

362

Dengan perbuatan-perbuatan positif ini, semoga semua makhluk Melengkapi akumulasi pahala dan kebijaksanaan, Dan mencapai kedua kaya tertinggi Yang berasal dari pahala dan kebijaksanaan.

Dengan menyelesaikan akumulasi pahala yang menyangkut konsep- si, 212 anda akan mencapai rupakaya tertinggi. Dengan menyelesaikan akumulasi kebijaksanaan di luar konsepsi, anda mencapai dharmakaya tertinggi. Prestasi-prestasi sementara dari kehidupan sehari-hari juga dimung- kinkan dengan pengumpulan pahala. Tanpa pahala, betapapun besarnya semua usaha kita akan sia-sia. Contohnya, sebagian orang tanpa berusaha sedikit pun tidak pernah kekurangan makanan, uang atau harta di dalam kehidupan ini oleh karena persediaan pahala yang mereka kumpulkan di masa lalu. Sementara orang-orang lain sibuk sepanjang hidupnya ke sana ke mari berusaha untuk menjadi kaya dengan berdagang, bertani dan seterusnya, tetapi tidak membawakan hasil sedikit pun, dan akhirnya meninggal karena kelaparan. Hal seperti ini dapat kita lihat sendiri. Hal yang sama bahkan berlaku untuk mengambil hati dewa-dewa kekayaan, pelindung Dharma dan lain-lain dengan harapan untuk memper- oleh kemakmuran. Tidak ada yang dapat dikabulkan oleh dewa-dewa seperti itu kecuali kalau kita dapat menggunakan sumber hasil kemurahan hati kita sendiri di masa yang lampau. Sekali peristiwa ada seorang pertapa yang tidak memiliki apa pun untuk hidupnya, maka ia mulai melakukan latihan Damchen. 213 Ia menjadi begitu ahli di dalam latihannya sehingga ia bisa berbicara dengan pelindung tersebut seolah-olah ia berbicara dengan orang lain, namun tetap saja ia tidak memperoleh anugerah. Damchen berkata kepadanya: "Tidak ada secuil pun kemurahan hati anda di masa lampau, maka saya tidak bisa memberikan anugerah apa pun kepada anda." Pada suatu hari sang pertapa antri bersama berapa pengemis dan diberi satu mangkuk penuh dengan sup. Ketika ia tiba dirumah, Damchen menampakkan diri dan berkata kepadanya: "Hari ini saya memberi anda suatu anugerah. Apakah anda melihatnya?"

212 Konsepsi subyek, obyek dan perbuatan. 213 Damchen Dorje Lekpa, Skt. Vajrasadhu, salah satu pelindung utama Dharma. 363

"Tetapi semua pengemis mendapat satu mangkuk sup, tidak hanya saya," kata sang pertapa. "Saya tidak melihat adanya pemberian apa pun dari anda." "Ketika anda mendapat sup anda," Damchen berkata, "ada satu gumpalan besar lemak jatuh ke dalam mangkuk anda, bukan? Itulah pem- berian dari saya!" Kemiskinan tidak bisa diatasi dengan latihan untuk memperoleh keka- yaan dan sejenisnya tanpa adanya akumulasi pahala di dalam kehidupan yang lampau. Jika makhluk seperti para dewa kekayaaan duniawi sungguh mampu menganugerahkan pencapaian supernatural atas kekayaan, maka Buddha dan Bodhisattva, yang kekuatan dan kemampuan untuk melaksa- nakan mukjizat-mukjizat ratusan ribu kali lebih besar, dan yang memper- sembahkan diri mereka sama sekali untuk membantu makhluk dengan tanpa diminta, akan pasti menurunkan hujan kekayaan ke dunia ini, sehingga semua kemiskinan akan terhapuskan dengan seketika. Tetapi hal ini tidak terjadi. Apa pun juga yang kita miliki hanyalah hasil dari pahala yang sudah kita kumpulkan di masa lalu. Oleh karena itu, sebagaimana kata guru-guru besar masa dulu : “Satu percikan dari pahala adalah lebih berharga dari usaha sebesar gunung.” Dewasa ini, ketika orang-orang melihat adanya sedikit kekayaan atau kekuasaan di negeri barbar, mereka semua merasa kagum dan berseru, "Wah, wah! Mana mungkin?" Sebenarnya hal seperti ini sama sekali tidak memerlukan banyak pahala yang dikumpulkan. Hasil dari membuat suatu persembahan, ketika niat orang yang membuat persembahan dan obyek kepada siapa persembahan tersebut diadakan keduanya adalah murni, dapat dilihat dari contoh yang diberikan dalam cerita Mandhatri. 214 Dengan mempersembahkan tujuh biji kacang, ia memperoleh kedaulatan atas segalanya sampai ke Surga Tiga Puluh Tiga. Selain itu ada kasus tentang Raja Prasenajit, yang kekuasaannya adalah hasil dari persembahan satu piring makanan yang hangat tanpa garam. Ketika Atisa datang ke Tibet, negeri itu lebih besar dan kaya dibanding hari ini. Namun tetap juga ia berkata, "Tibet sungguh suatu kerajaan preta. Di sini saya melihat tak seorang pun memperoleh hasil yang memuaskan setelah mempersembahkan bahkan suatu takaran jelai kepada suatu obyek suci!"

214 Salah satu Cakravatin, sebagaimana diceritakan dalam buku-buku Buddhis. Lihat halam- an sebelumnya. 364

Jika orang-orang benar-benar menganggap harta sehari-hari atau kekua- saan yang sangat kecil tersebut mengagumkan dan menakjubkan, hal ini merupakan suatu tanda, pertama-tama, betapa piciknya pikiran mereka; kedua, betapa melekatnya mereka pada penampilan sehari-hari, dan yang ketiga, kegagalan mereka untuk memahami dengan baik pelipatgandaan karma, seperti yang diceritakan sebelumnya dengan benih pohon asota – atau atas kenyataan bahwa mereka tidak percaya akan hal tersebut, meski kalaupun mereka memahaminya. Tetapi siapa pun dengan penolakan keduniawian sepenuh hati dan tulus, akan mengetahui bahwa semua kesempurnaan yang tampak yang ditemu- kan di dunia ini – bahkan menjadi kaya seperti seekor naga, memiliki jabatan setinggi langit, menjadi penuh kekuatan seperti halilintar atau secantik pelangi – tidak satu pun dari hal-hal ini memiliki sepercik keman- tapan yang permanen atau inti. Hal-hal seperti itu hanya akan menimbulkan kemuakan, seperti sepiring makanan berminyak yang disuguhkan kepada orang yang menderita sakit kuning. Mengumpulkan pahala dengan harapan untuk menjadi kaya dalam hidup ini adalah cukup baik untuk orang-orang duniawi. Namun hal ini adalah sesuatu yang sangat jauh dari Dharma yang sejati, yang berdasar pada tekad untuk membebaskan diri dari samsara. Seperti yang telah saya katakan berulang kali, jika anda mencari Dharma sejati yang menuntun anda kearah pembebasan, anda harus meninggalkan semua kemelekatan pada kehidupan duniawi seperti membuang ludah. Anda harus meninggal- kan kampung halaman anda dan menuju ke negeri yang tak dikenal, tinggal selalu di dalam tempat-tempat yang sepi. Anda harus berlatih dengan gembira dalam hal diserang penyakit, dan dengan gembira dalam menghadapi kematian. Seorang murid bertanya kepada Dagpo Rinpoche yang Tiada Bandingannya: "Dalam masa kemerosotan, adalah sulit untuk mendapat- kan makanan, pakaian dan keperluan-keperluan lain untuk berlatih Dharma yang benar. Lalu apa yang harus saya lakukan? Perlukah saya mencoba sedikit merayu dewa-dewa kekayaan, atau mempelajari suatu metoda yang baik untuk menyadap sari,215 atau memasrahkan diri saya pada kematian yang pasti?" Sang Guru menjawab: "Seberapa pun kerasnya anda mencoba, tanpa hasil dari kemurahan hati masa lampau, merayu dewa-dewa kekayaan

215 Mengekstraksi sari: suatu metoda yang memungkinkan seseorang untuk mengkonsumsi zat dan elemen tertentu dalam jumlah sedikit, tanpa keharusan untuk menggunakan makanan biasa. 365

akan sulit. Lebih dari itu, mencari kekayaan dengan cara begini untuk kehidupan ini bertolak belakang dengan praktek Dharma yang tulus. Pada masa dulu, ketika sari dari tanah, batu-batuan, air, tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya masih penuh, berlatih menyadap sari mudah dilakukan. Tetapi pada masa sekarang, sari-sari tersebut sudah habis. Sekarang hal itu tidak akan pernah berhasil. Memasrahkan diri anda kepada kematian yang pasti tidak ada gunanya juga. Di kemudian hari akan terbukti sulit untuk memperoleh badan manusia dengan semua kebebasan dan keberuntungan sebagaimana yang anda miliki sekarang. Namun, jika anda merasa yakin dari lubuk hati anda bahwa anda dapat melatih tanpa peduli apakah anda mati atau tidak, anda tidak akan pernah kekurangan sandang pangan. Tidak ada kejadian bahwa seorang praktisi pernah mati kelapar- an.” Buddha menyatakan bahwa bahkan selama suatu bencana kelaparan yang sangat hebat di mana membeli satu takaran216 tepung gandum lebih mahal dari satu takaran mutiara, para murid Buddha tidak akan pernah tanpa sandang pangan. Semua latihan yang dilakukan para Bodhisattva untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan atau untuk menghilangkan kekotoran batin, hanya mempunyai satu tujuan: kesejahteraan semua makhluk hidup di alam semesta. Setiap orang yang ingin mencapai kebuddhaan sempurna hanya untuk kepentingannya sendiri, apalagi latihan yang mengarah pada pemenuhan sasaran dari hidup ini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Mahayana. Latihan apa pun yang anda jalankan, apakah itu merupakan mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan atau membersihkan noda-noda batin, lakukanlah demi kepentingan semua makhluk yang tidak terbatas, dan jangan mencampurkannya dengan keinginan mementingkan diri apa pun. Dengan cara itu, sebagai hasil tambahan, bahkan dengan tanpa mengharapkannya, berbagai kepentingan anda sendiri, kenyamanan dan kebahagiaan di dalam hidup ini akan secara otomatis dipenuhi, seperti halnya membumbungnya asap dengan sendirinya ketika anda meniup perapian, atau jelai yang bertunas sebagai hal yang wajar ketika anda menabur benih. Tetapi hindarilah sebagaimana menghindari racun atas setiap dorongan untuk membaktikan diri anda demi hal-hal duniawi.

216 ‘Takaran’ yang dimaksud adalah takaran Tibet, yaitu satuan volume yang kira-kira setara dengan volume 700 gram barli. 366

Akumulasi kusali

Sekarang sampailah kita pada suatu persembahan singkat dengan tubuh milik kita sendiri yang disebut akumulasi kusali. Karena latihan ini ada hubungannya dengan Guru Yoga dalam Menemukan Peristirahatan Dalam Hakikat Pikiran, maka diizinkan untuk digabungkan dengan Guru Yoga. Sebagai alternatif dan tanpa pertentangan, latihan itu dapat juga dilatih sebagai bagian dari akumulasi pahala bersama-sama dengan persembahan mandala. Sesuai dengan tradisi Guru saya yang mengajarkan cara tersebut, maka latihan ini ditambahkan setelah persembahan mandala.

I. TUBUH SEBAGAI SUATU PERSEMBAHAN

Kata "kusali" 217 berarti pengemis. Untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan, yogi-yogi yang sudah meninggalkan kehidupan biasa, misalnya pertapa-pertapa yang hidup di pegunungan, mempergunakan visualisasi untuk mempersembahkan tubuh mereka sendiri, karena mereka tidak punya harta lain untuk dipersembahkan. Semua benda lain yang kita kumpulkan di sekeliling kita dengan begitu banyak usaha dan perhatian adalah untuk pemeliharaan tubuh kita, dan dibandingkan dengan harta benda lain mana pun, tak ayal lagi, tubuh kitalah yang paling kita sayangi. Memangkas kemelekatan kita terhadap tubuh kita sendiri dan mempergunakannya sebagai suatu persembahan adalah jauh lebih menguntungkan dibanding persembahan harta benda lain mana pun. Konon:

Mempersembahkan kuda atau gajah anda adalah ratusan kali lebih berharga dari pada persembahan yang lain;

217 Dalam “Dharma Gunung” karangan Chakme Rinpoche, diterangkan bahwa yang disebut ‘kusali’, selain makan, tidur, dan buang air, tidak memiliki kegiatan duniawi lainnya, hanya bertekun dalam samadhi saja. 367

Mempersembahkan anak atau pasangan anda adalah ribuan kali lebih berharga; Mempersembahkan tubuh anda sendiri adalah ratusan ribu kali lebih berharga.

Machik Labdron berkata:

Dengan tidak mengetahui bahwa memberikan tubuhku tanpa keme- lekatan Adalah untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan, Saya sudah melekat pada tubuh skandha yang saya sayangi ini. Kini kuakui di depan Bunda.218

II. LATIHAN PERSEMBAHAN TUBUH

Pertama-tama, jika anda biasa bervisualisasi, anda dapat memilih untuk melambungkan kesadaran secara langsung ke angkasa dan membayang- kannya segera sebagai Bunda Murka.219 Jika tidak, bayangkan di dalam hati anda hakikat dari kesadaran mental anda dalam wujud Bunda Hitam yang Seram. Ia menari dan melenggang, sambil mengacungkan sebilah pisau sabit tinggi-tinggi di angkasa dengan tangan kanannya, dan dengan tangan kirinya ia memegang satu cangkir tengkorak yang penuh dengan darah di depan hatinya. Kepala babi berwarna hitam menonjol dari balik kuping kanannya dengan mengeluarkan suara menguik. Dia mengenakan pakaian dan atribut dewi yang seram. Ketika anda melafal suku kata "Phet! (ཕཊཿ)", kesadaran anda terbang ke atas melalui saluran nadi tengah anda. Pada saat ia membumbung keluar dari lubang Brahma di atas kepala anda, tubuh anda menjadi sesosok mayat dan rebah menjadi suatu gundukan. Di sini, janganlah berpikir tubuh anda berbentuk seperti penampilannya yang biasa. Sebagai gantinya, bayangkanlah ia gemuk, sangat besar dan berlemak, sebesar seluruh alam semesta dari miliaran dunia. Kemudian bayangkan lagi kesadaran anda sebagai Bunda Hitam yang Seram. Dengan satu ayunan, ia memotong puncak kepala tubuh yang mati tersebut pada batas satu jari di atas alis mata dengan pisau sabit yang ada

218 Maksudnya: Pasangan Buddha. 219 Skt. Krodhakali. 368

di tangan kanannya. Alhasil, puncak kepala segera terpisah dan menjadi suatu cangkir tengkorak. Begitu pula, bayangkan cangkir tengkorak tersebut bukanlah sebesar ukurannya yang biasa, tetapi sebesar seluruh alam semesta dari miliaran dunia. Dengan tangan kirinya, Bunda Hitam yang Seram mengambil cangkir tengkorak dan dengan kening menghadap ke dirinya, ia menempatkannya ke dalam suatu wajan berkaki tiga yang terbuat dari tiga tengkorak manusia, masing-masing sebesar Maha Meru. Lalu dengan pisau sabit tersebut di tangan kanannya, dia mengangkat seluruh mayat dan meletakkannya ke dalam cangkir tengkorak tersebut. Sekarang bayangkan terdapat suku kata hang (ཧཾ) putih di atas tengkorak yang hakikatnya adalah nektar, dan di bawah tengkorak terdapat garis bija kata a kecil (འ) berwarna merah, dengan sifat alami api. Ketika anda mengucapkan "Om Ah Hum (ཨ�་�ྰཿ་�)ྃ� ," api membakar dari bija kata a kecil tersebut dan memanaskan cangkir tengkorak sampai mayat mendesis dan meleleh menjadi nektar yang mendidih dan mengisi seluruh tengkorak. Segala kesalahan dan noda batin mengalir keluar dalam bentuk buih yang kotor. Uap air naik dari nektar dan menyentuh huruf hang dan memanaskannya karena sentuhan tersebut. Bija kata hang tersebut meneteskan cucuran nektar merah dan putih, yang jatuh dan bercampur bersama-sama dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di dalam tengkorak. Akhirnya bija kata hang sendiri menjadi cahaya dan juga melebur ke dalam nektar. Visualisasikanlah semua ini, lafalkan:

ཕཊཿ �ས་གཅེས་འཛ�ན་བོར་བས་�་བ�ད་ བཅོམཿ PHET LÜ CHE DZIN WOR WË LHA DUD Phet! Dengan membuang kemelekatan CHOM diri, aku menghancurkan Mara; སེམས་ཚངས་པའི་�ོ་ནས་ད�ིངས་ལ་ཐོནཿ SEM TSHANG PË GO NË JING LA THUN Kesadaranku keluar melalui gerbang Brahma ke alam Dharma; འཆི་བདག་གི་བ�ད་བཅོམ་�ོས་མར་�རཿ CHI DAG GI DUD CHOM TRO MAR GYUR Menjadi deity seram yang membuat Dewa Kematian binasa;

གཡས་ཉོན་མོངས་བ�ད་བཅོམ་�ི་�ག་གིསཿ YË NYON MONG DUD CHOM DRI GUG GÏ Menghancurkan mara klesa dengan pisau sabit di tangan kanannya;

369

ག�གས་�ང་པོའི་བ�ད་བཅོམ་ཐོད་པ་�ེགཿ ZUG PHUNG PÖ DUD CHOM THOD PA Memotong kapala ‘tuk menghancurkan DREG skandha rupa; གཡོན་ལས་�ེད་�ལ་�ིས་བྷ�་ཐོགསཿ YON LË JED TSHUL GYÏ BHANDHA THUG Tangan kirinya memegang kapala dalam postur karmamudra; �་ག�མ་�ི་མི་མགོའི་�ེད་�ར་བཞགཿ KU SUM GYI MI GÖ GYED PUR ZHAG Dan menaruhnya dalam wajan berkaki tiga yang terbuat dari tiga tengkorak manusia; ནང་�ོང་ག�མ་གང་བའི་བམ་རོ་དེཿ NANG TONG SUM GANG WEI BAM RO DE Sehingga mayat di dalamnya memenuhi alam miliaran dunia; ཨ་�ང་དང་ཧཾ་ཡིག་གིས་བ�ད་�ིར་བ�ཿ A THUNG DANG HANG YIG GÏ DUD TSIR Dan dilebur menjadi nektar oleh bija ZHU kata hang dan a; འ�་ག�མ་�ི་�ས་པས་�ངས་�ེལ་བ�རཿ TRU SUM GYI NÜ PË JANG PEL GYUR Serta dimurnikan, digandakan dan ditransformasi oleh kekuatan mantra tiga bija kata.220

Lalu, ucapkan lagi "Om Ah Hum," bayangkan huruf Om memurnikan nektar dari semua ketidak-sempurnaan warna, bau, rasa dan seterusnya; Ah membuatnya berlipat ganda, dan Hum mengubahnya menjadi segala sesuatu yang diinginkan. Ia menjadi nektar suci dari kebijaksanaan awal, yang menjelma berupa awan yang menggelembung ke luar dan memuas- kan semua keinginan. Bayangkan di angkasa di depan anda suatu tahta dengan tumpukan bantal-bantal sutera, di mana duduk guru akar anda yang pengasih. Di atasnya terdapat para guru garis silsilah, di sekelilingnya ada semua yidam. Di angkasa di arah yang berhadapan dengan wadah tengkorak terdapat Tujuh Puluh Lima Pelindung Nan Jaya221 dan kumpulan semua pelindung Dharma lainnya, baik pelindung yang sudah cerah ataupun pelindung yang terikat karma lampau mereka, beserta dewa-dewa setempat dan dewa- dewa pemilik tanah.

220 Om Ah Hung 221 Pelindung Dharma yang paling terkenal di Tibet. Mereka dianggap sebagai emanasi Mahakala. 370

Bayangkan pada bumi di bawah wadah tengkorak tersebut terdapat semua makhluk enam alam kehidupan dan ketiga dunia, di antaranya adalah tamu utama anda, yaitu delapan puluh ribu jenis pembuat rintangan, lima belas roh jahat besar yang memangsa anak-anak, singkatnya, semua mereka yang menciptakan rintangan-rintangan dan kepada siapa anda berhutang karma, penuh sesak seperti kelilip debu yang tak terbilang banyaknya dalam seberkas sinar matahari.

1. Pesta putih untuk para tamu di atas

Sekarang bayangkan bahwa guru akar anda, para guru garis silsilah dan persamuhan semua Buddha dan Bodhisattva di atasnya. Semuanya meminum nektar melalui lidah mereka yang berwujud seperti tabung vajra berongga. Sebagai hasilnya, anda melengkapi akumulasi, anda terbebas dari noda batin anda, kesalahan dan pelanggaran samaya anda dimurnikan, dan anda memperoleh pencapaian umum dan pencapaian tertinggi. Bayangkan yidam dan dewa-dewa dari empat dan enam kelas tantra di sekeliling guru juga mengkonsumsi nektar tersebut dengan menghisapnya melalui lidah berongga yang bentuknya sesuai dengan lambang dari masing-masing dewa: roda vajra, permata, bunga teratai, atau vajra silang.222 Sebagai hasilnya, anda melengkapi akumulasi-akumulasi, meng- hilangkan noda batin anda, memurnikan semua kesalahan dan pelanggaran samaya, serta mendapat pencapaian umum dan tertinggi. Kemudian bayangkan daka, dakini, Tujuh Puluh Lima Pelindung Dharma Nan Jaya dan semua pelindung Dharma lainnya juga mengambil bagian mereka pada nektar melalui lidah mereka yang berbentuk seperti sinar matahari berongga. Anda melengkapi akumulasi dan dibebaskan dari semua noda batin; semua rintangan dan keadaan kurang baik terhadap Dharma dan pencapaian pencerahan dihilangkan. Semua keadaan baik yang mendukung dan hal-hal baik yang anda cari dilipatgandakan.

2. Pesta putih untuk para tamu di bawah

Berikutnya, jika anda berpengalaman dalam bervisualisasi, lanjutkan visualisasi anda pada diri sendiri sebagai Bunda Murka. Dari hatinya, anda mengirim ke luar kumpulan dakini pelaksana aktivitas berwarna putih, kuning, merah, hijau dan biru, dalam jumlah yang banyak sekali seperti kelilip debu yang bergoyangan di dalam berkas sinar matahari.

222 Berbentuk seperti dua vajra yang disilang. 371

Bayangkan mereka menentramkan dan memuaskan semua makhluk di seluruh enam alam dan ketiga dunia ketika mereka mempersembahkan nektar kebijaksanaan yang tak bernoda dalam wadah tengkorak tersebut kepada masing-masing makhluk hidup. Jika anda tidak begitu berpengalaman dalam visualisasi, bayangkan anda sendiri – Bunda Hitam yang Seram – mempergunakan cangkir tengkorak di tangan kiri anda untuk menyendok nektar dari wadah tengkorak yang besar dan menghamburkannya, sehingga nektar tersebut turun seperti hujan di mana-mana di enam alam dan ketiga dunia kehidupan. Semua makhluk meminumnya dan sama sekali terpuaskan.

3. Pesta yang beraneka ragam untuk para tamu di atas

Uap air kembali naik dari nektar yang mendidih, memunculkan awan persembahan yang tak terbayangkan kepada para tamu di atas: air untuk membasuh kaki, bunga, dupa, pelita, wewangian, makanan dan musik, delapan lambang keberuntungan 223 dan tujuh atribut kerajaan, payung kebesaran, panji kemenangan, kanopi, roda emas berjari-jari seribu, kerang-kerangan putih yang beralur kanan, dan lainnya. Sebagai hasilnya, anda dan semua makhluk dipenuhi dengan akumulasi dan dibersihkan dari semua noda batin.

4. Pesta yang beraneka ragam untuk para makhluk alam rendah

Sekarang datang para tamu di bawah, yakni semua makhluk di enam alam kehidupan. Apa pun juga yang mereka masing-masing inginkan tertuang jatuh pada mereka seperti air hujan, memuaskan mereka dan mengisi mereka dengan kegembiraan. Khususnya pikirkan makhluk kepada siapa anda telah berhutang di dalam semua kehidupan anda hingga sekarang dalam samsara sejak waktu tak berawal. Kita semua memiliki segala macam hutang karena perbuatan kita yang lampau: hutang yang membuat hidup kita pendek karena kita membunuh; hutang yang membuat kita miskin karena kita merampok; hutang yang membuat kita terserang penyakit karena kita menyerang dan memukul makhluk lain; hutang karena perlindungan yang diberi oleh atasan kita, karena layanan yang diberikan oleh bawahan kita, karena

223 Delapan lambang keberuntungan: 1. Simpul keberuntungan; 2. Bunga teratai; 3. Payung mustika; 4. Kerang beralur kanan; 5. Roda emas; 6. Panji Kemengangan; 7. Jambangan Berharga; dan 8. Ikan emas. 372

persahabatan dari teman-teman, hutang kepada tuan tanah dan petani, kepada orang yang kita sayangi, teman dan tetangga, anak-cucu dan ternak, hutang untuk makanan yang kita makan dan pakaian yang kita pakai, pada uang yang kita pinjam, susu yang kita perah, pada beban yang kita limpahkan pada makhluk lain, dan pada sawah yang kita bajak, dan pada apa saja yang telah kita pakai. Semua penagih hutang karma tersebut, baik laki-laki ataupun perempuan, ingin membalas dendam dengan memakan daging dan tulang anda, memperpendek umur anda dan merengut tenaga hidup anda. Mereka berkumpul di sekeliling dengan membawa tong, berlari-lari mengejar anda dan menuntut pembayaran kembali. Persembahan tersebut diubah menjadi suatu harta benda yang tak kunjung habis akan segala yang diinginkan, yang jatuh pada mereka seperti air hujan, membawakan kepada mereka masing-masing apa pun juga yang paling mereka dambakan. Ia membawa makanan untuk mereka yang menghendaki makanan, pakaian bagi mereka yang menghendaki pakaian, kekayaan untuk mereka yang menghendaki kekayaan, kebun bagi mereka yang menghendaki kebun, kuda untuk mereka yang menghendaki kuda, rumah untuk tempat tinggal bagi mereka yang menghendaki rumah, dan para sahabat dan orang-orang yang dikasihi bagi mereka yang menghendaki para sahabat dan orang-orang yang dikasihi. Ketika masing-masing mereka telah menikmati barang-barang tersebut, maka anda terbebaskan dari hutang karma anda. Hutang-hutang anda sudah lunas. Anda dibebaskan dari pembalasan dendam yang mematikan, dan dibersihkan dari semua perbuatan dan noda batin anda yang merugikan. Setiap orang merasa damai dan terpuaskan. Lalu bayangkan semua mereka yang mungkin telah tertinggalkan – orang-orang rendahan, yang lemah, yang pincang, yang buta, yang tuli, yang bisu dan semua makhluk di dalam enam alam yang tersiksa dan yang dilelahkan dengan penderitaan – persembahan tersebut menjadi apa pun juga yang mungkin mereka perlukan. Ia menjadi tempat berlindung bagi mereka yang tidak memiliki tempat berlindung, pelindung bagi mereka yang tidak memiliki pelindung, bantuan bagi mereka yang tidak memiliki dukungan, orang-orang yang dikasihi dan para sahabat untuk yang kesepian, tempat di dalam masyarakat untuk mereka yang miskin, obat- obatan untuk menyembuhkan penderita sakit, cairan pemulih hidup bagi mereka yang sekarat, kaki ajaib untuk mereka yang pincang, mata kebijaksanaan untuk yang buta, telinga sempurna untuk yang tuli, lidah kebijaksanaan untuk yang bisu dan sebagainya. Makhluk-makhluk ini

373

semua merasa senang akan pemberian tersebut dan terpuaskan, lepas dari semua akibat perbuatan, penderitaan dan kecenderungan-kecenderungan kebiasaan dari masing-masing keenam alam. Semua makhluk pria mencapai tingkat Avalokitesvara yang maha mulia, semua wanita mencapai tingkat Tara yang agung, dan ketiga dunia samsara terbebaskan sama sekali.

Lanjutkan untuk melafal "Om Ah Hum (ཨ�་�ྰཿ་�)ྃ� " sampai anda menye- lesaikan keseluruhan visualisasi tersebut.

Lalu lafalkan bagian teks:

ཕཊཿ ཡར་མཆོད་�ལ་མ�ོན་�ི་�གས་དམ་ བ�ངཿ PHET YAR CHOD YUL DRON GYI THUG DAM Phet! Semoga persembahan ke atas KANG memenuhi keinginan tamu di sana; ཚ�གས་�ོགས་ནས་མཆོག་�ན་དངོས་�བ་ཐོབཿ TSHOG DZOG NË CHOG THUN NGÖ DRUB Menyempurnakan akumulasi pahala THOB serta memperoleh siddhi biasa dan tertinggi; མར་འཁོར་བའི་མ�ོན་མཉེས་ལན་ཆགས་�ངཿ MAR KHOR WEI DRON NYË LEN CHAG JANG Persembahan ke bawah memuaskan tamu alam rendah dan memurnikan hutang karma; �ད་པར་�་གནོད་�ེད་བགེགས་རིགས་ཚ�མཿ KHYAD WAR DU NOD JED GEG RIG TSHIM Khususnya memuaskan roh-roh halus pembuat rintangan; ནད་གདོན་དང་བར་ཆད་ད�ིངས་�་ཞིཿ NAD DON DANG WAR CHED JING SU ZHI Menenteramkan roh-roh penyakit dan rintangan ke ruang angkasa; �ེན་ངན་དང་བདག་འཛ�ན་�ལ་�་བ�གཿ KYEN NGEN DANG DAG DZIN DUL DU LAG Dan menghancurkan semua kondisi buruk dan kemelekatan diri; མཐར་མཆོད་�་དང་མཆོད་�ལ་མ་�ས་�ནཿ THAR CHOD JA DANG CHOD YUL MA LÜ KUN Semua tamu, persembahan dan pemberi persembahan tanpa kecuali; གཤིས་�ོགས་པ་ཆེན་པོར་མ་བཅོས་�ྰཿ SHI DZOG PA CHEN POR MA CHÖ AH Berdiam dalam sifat alami tanpa upaya Kesempurnaan Agung. Ah! 374

Lalu beristirahatlah di dalam keadaan tanpa konsepsi tentang persem- bahan, pemberi persembahan atau penerima persembahan. Di dalam teks-teks Cho, biasanya terdapat empat pesta besar: putih, merah, hitam dan beragam. Dalam teks ini hanya ada yang putih dan yang beragam, tidak ada pesta merah dan hitam.

Cho yang diartikan oleh praktisi Cho masa kini adalah suatu proses penghancuran roh-roh jahat yang mengerikan dengan membunuh, membacok, memotong, memukul atau mengusir mereka. Gagasan mereka tentang Cho menyangkut kemarahan yang berkelanjutan. Gertakan mereka tak lain hanyalah kebencian dan kesombongan. Mereka memba- yangkan bahwa mereka harus berperilaku seperti penjagal Dewa Kematian. Sebagai contoh, ketika mereka mempraktekkan Cho untuk orang sakit, mereka membuat diri mereka dalam suatu penampilan dengan amukan penuh kemarahan dan tatapan penuh kebencian dengan mata sebesar mangkok, mengepalkan tinju mereka, menggigit bibir bawah mereka, melemparkan pukulan dan merengut orang sakit dengan keras sehingga mereka mencabik pakaian dari punggungnya. Mereka menyebut hal ini sebagai penundukan roh, tetapi mempraktekkan Dharma seperti itu adalah sama sekali salah. Machik Labdron berkata:

Sejak waktu tanpa awal, roh-roh yang berbahaya sudah terus menerus hidup dalam kebingungan halusinasi dan penderitaan yang disebabkan oleh kejahatan mereka sendiri dan oleh kondisi yang tidak baik yang memandu mereka seperti angin. Ketika mereka meninggal, tidak terelakkan lagi, mereka akan terlempar ke alam rendah. Dengan kait belas kasih aku mengundang roh-roh jahat tersebut, mempersembahkan kepada mereka darah dan dagingku yang segar hangat sebagai makanan. Lewat kebaikan dan belas kasih bodhicitta, saya mengubah cara mereka melihat segalanya dan menjadikan mereka murid-muridku. Namun ahli-ahli Cho masa depan akan membanggakan diri dengan membunuh, mengusir dan memukul roh-roh jahat yang saya undang dengan kait belas kasih. Hal itu merupakan tanda, bahwa ajaran sesat, doktrin Cho palsu, akan menyebar.

Dan beliau melanjutkan: “Selain itu, akan ada praktek Cho palsu, seperti Sembilan Tingkat Cho Hitam, yang hanya merupakan hasil

375

pemikiran bahwa seseorang dapat menaklukkan roh-roh melalui kekerasan, tanpa rasa sayang dan belas kasih bodhicitta. Seseorang yang menggunakan praktek tersebut mungkin mampu mengalahkan satu atau dua roh yang kecil dan lemah, tetapi jika ia ber- hadapan dengan roh yang benar-benar ganas, maka mereka akan me- nyerang hidupnya sebagai pembalasan dendam, sebagaimana telah terjadi pada banyak peristiwa. Adalah sulit sekali bagi praktisi untuk mengatakan apakah tanda-tanda dari keberhasilan yang terjadi di Jalan, yaitu penaklukan setan atau sejenis pengalaman berkah, adalah tanda yang benar dari kemajuan, atau apakah hal tersebut sesungguhnya adalah rintangan yang diciptakan oleh roh jahat. Orang-orang yang dikuasai oleh roh jahat biasanya kelihatannya memiliki kewaskitaan dan kemampuan gaib. Tetapi ketika waktu berlalu, mereka semakin jauh dari Dharma yang sejati, sampai tidak ada sedikit pun kebaikan yang tersisa. Tumpukan persembahan setinggi gunung bisa saja menjadi hutang karma masa depan, dan bahkan di dalam hidup ini meng- hasilkan sesuatu yang tidak baik pada mereka. Pada akhirnya, mereka mendapatkan bahwa sangatlah sulit untuk mengumpulkan makanan dan pakaian. Dan apa yang mereka miliki, mereka tak dapat menahan untuk menghabiskannya. Ketika mereka mati, sudah pasti mereka terlahir di neraka tersendiri atau alam sejenis itu, seperti yang telah kita sebutkan.

III. ARTI DARI CHO

Roh-roh yang ditundukkan yang disebut dalam praktek Cho tidaklah berada di luar mana pun. Mereka ada di dalam diri kita sendiri. Semua halusinasi di mana kita rasakan sebagai wujud roh di luar diri kita sendiri muncul karena kita tidak menghilangkan konsepsi akan "aku" dan kesombongan. Sebagaimana kata Machik:

Setan yang nyata224, setan yang tak nyata225, Setan kegembiraan226 dan setan yang sombong227 – semuanya berasal dari kesombongan.

224 Yaitu roh atau setan kondisi luar, seperti Dewa Bumi, Bumi, hantu, tanah, air, api , angin, penyakit, bencana alam dan sebagainya. 225 Yaitu keserakahan, dengki, ketidaktahuan dan 84000 klesa lainnya. 226 Yaitu merasa gembira atas pencapaian diri sendiri. 227 Yaitu kemelekatan atas adanya diri sendiri, di mana sesungguhnya kelima skandha sebenarnya tidak berinti. 376

Yang kita sebut roh, kenyataannya adalah setan kesombongan, keperca- yaan akan adanya diri. Machik juga berkata:

"Adanya banyak roh" berarti konsepsi-konsepsi; "Roh jahat dan ganas" berarti kepercayaan akan adanya diri; "Roh-roh liar" berarti pikiran diskriminasi. Menghancurkan roh-roh ini adalah keahlian dari Cho.

Percakapan Jetsun Mila dengan Raksasi Batu Karang mencakup semua kata-kata ini:

Setan yang lebih berkuasa dari kamu adalah kemelekatan pada diri; Setan yang lebih banyak dari kamu adalah pikiran; Setan yang lebih liar dari kamu adalah pembedaan.

Cho dapat digolongkan dalam tiga jenis. Machik Labdron berkata:

Cho Luar untuk mengembara di tempat-tempat dan gunung yang sunyi; Cho Dalam untuk membuang tubuh seseorang sebagai makanan; Cho Absolut untuk memotong akar untuk kali ini dan yang terakhir kalinya. Aku adalah yogi yang memiliki ketiga macam Cho ini.

Semua praktek Cho adalah untuk memangkas kepercayaan adanya diri, yang merupakan akar dari semua ketidak-tahuan dan persepsi-persepsi memperdaya. Inilah yang dimaksud dengan kalimat "Cho absolut adalah untuk memotong akar untuk kali ini dan yang terakhir kalinya." Setan luar hanyalah persepsi-persepsi yang menipu. Selama anda tidak menghancur- kan kepercayaan anda akan adanya diri, maka berusaha untuk membunuh mereka tidak akan membuat mereka mati. Memukul mereka tidak akan berakibat apa pun terhadap mereka. Menginjak-injak tidak akan meremukkan mereka. Mengusir mereka tidak akan membuat mereka menjauh. Kecuali jika anda memotong akar, yang merupakan kesombong- an di dalam diri anda, anda tidak akan mampu membasmi setan-setan khayalan yang merupakan manifestasi luar, sama halnya anda tidak bisa luput dari asap tanpa mematikan apinya. Raksasi Batu Karang berkata kepada Jetsun Mila:

377

Jika anda tidak mengetahui bahwa setan-setan jahat berasal dari pikiranmu sendiri, Ada tak terhitung jumlah setan seperti diriku! Aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena anda menyuruhku pergi.

dan Jetsun Mila juga berkata:

Menganggap setan sebagai setan yang benar akan merugikan; Mengenali bahwa setan adalah pikiran membawa pembebasan; Menyadari setan bersifat kosong adalah Cho; Anda yang muncul sebagai roh-roh berbahaya dan raksasa laki-laki ataupun perempuan; Ketika seseorang tidak memahamimu, menganggapmu sebagai setan Yang membawakan semua kekacauan dan rintangan; Tetapi ketika seseorang memahami bahwa setan adalah juga dewa, Anda menjadi sumber dari semua pencapaian.

Apa yang disebut Cho adalah untuk menghilangkan setiap kepercayaan akan adanya setan dari dalam pikiran sendiri, bukan untuk membunuh mereka, mengusir mereka, meremukkan dan menghancurkan mereka. Harus kita pahami bahwa benda untuk dihancurkan tersebut bukanlah berada di luar; ia ada di dalam diri kita. Secara umum, hampir semua tradisi agama mengajarkan suatu pende- katan yang agresif terhadap musuh luar dan pencipta rintangan, dengan menggunakan cara yang tajam, kejam dan keras, dengan ujung panah dan tombak, yang semuanya mengarah keluar. Tetapi tradisi kita, seperti kata Jetsun Mila:

Sistimku memberantas kepercayaan akan adanya diri, membuang kedelapan dharma duniawi, dan membuat setan roh-roh jahat merasa malu.

Arahkan semua latihan anda ke arah dalam dan kerahkan segenap kekuatan, ketrampilan dan kemampuanmu melawan kepercayaan akan adanya diri yang bersemayam dalam diri anda. Mengatakan "Makanlah saya!", Ambillah saya!" sekali adalah seratus kali lebih baik dibanding meratap "Lindungi saya!, Selamatkanlah saya!" Mempersembahkan diri

378

anda sendiri sebagai makanan kepada seratus setan adalah lebih baik dibanding memohon pertolongan kepada seratus yidam.

Kita mempercayakan penderita sakit kepada roh jahat; Kita bersandar pada musuh kita untuk memandu kita; Mengatakan sekali “Bunuhlah saya!, Telanlah saya! " Adalah lebih baik dibandingkan dengan ratusan kali "Lindungi saya! Selamatkanlah saya!" Ini adalah tradisi Bunda yang mulia.228

Jika anda memangkas kepercayaan anda terhadap roh-roh jahat pada akarnya dari dalam, anda akan melihat segala sesuatu adalah murni, sebagaimana kata pepatah:

Roh-roh jahat menjadi pelindung-pelindung Dharma, Dan wajah pelindung menjadi wajah nirmanakaya.

Orang-orang sekarang yang mengaku praktisi Cho tidak mengerti hal ini sama sekali, dan tetap berpikir bahwa roh-roh tersebut adalah sesuatu di luar mereka. Mereka percaya akan setan dan terus menganggapnya begitu sepanjang waktu. Dalam setiap kejadian, mereka melihat adanya hantu atau siluman. Mereka tidak memiliki ketenangan pikiran mereka sendiri, dan selalu membingungkan orang lain dengan kebohongan mereka yang disampaikan dengan gertakan tegas: "Ada hantu di atas sana! Dan di bawah sana juga! Ada hantu! Tuh, ada setan, ada iblis! Saya dapat melihatnya... Ha! – Ini sudah kutangkap, sudah saya bunuh! Hati-hati, ada satu yang sedang berbaring di dalam menantikan anda! Saya sudah mengusirnya! Tuh di sana, ia menoleh ke belakang!"

Roh-roh dan preta mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang seperti itu dan mengikuti mereka ke mana saja mereka pergi. Contohnya, mereka akan mengambil harta benda wanita-wanita yang berpikiran picik dan mudah dikendalikan, serta membuat segala macam rupa pernyataan yang berulang-ulang dan tidak masuk akal: "Saya seorang dewa", "Saya hantu", "Saya adalah orang yang meninggal", "Saya adalah ayah anda yang tua", "Saya adalah ibu anda yang tua” dan seterusnya. Kadang- kadang mereka berkata, "Saya adalah dewata, saya adalah Pelindung

228 Mengacu pada Machik Labdron. 379

Dharma. Saya Damchen," dan berbicara tentang penglihatan gaib dan ramalan palsu. Setan-setan tersebut mengelabui Lama-lama, dan Lama-lama mengela- bui donatur-donatur mereka, atau, seperti kata pepatah, "Putra mengelabui ayahnya sedangkan musuh mengelabui sang putra.” Ini semua adalah tanda-tanda dari masa kemerosotan, dan menunjukkan bahwa setan- setanlah yang sedang mengambil alih kekuasaan. Seperti ramalan Sang Guru dari Uddiyana:

Dalam masa kemerosotan, setan-setan lelaki akan masuk ke dalam hati pria; Setan-setan perempuan akan masuk ke dalam hati wanita; Hantu-hantu akan masuk ke dalam hati anak-anak; Perusak samaya akan masuk ke dalam hati biarawan; Akan ada setan dalam setiap hati orang Tibet.

Dan:

Ketika setan dikira dewa, Waktu penderitaan akan datang di Tibet.

Ramalan-ramalan ini sudah terjadi. Janganlah ditipu oleh persepsi palsu tersebut, menganggap setan-setan dan pembuat rintangan benar- benar ada dan muncul di luar anda. Namun, latihlah diri anda sendiri untuk melihat segalanya sebagai pajangan mimpi atau ilusi. Gejala-gejala setan di satu pihak dan orang sakit di lain pihak, muncul sementara seperti penyerang dan korban, kedua-duanya muncul dari perbuatan-perbuatan negatif dan persepsi-persepsi yang menyimpang yang menghubungkan mereka bersama-sama dengan cara seperti itu. Janganlah memihak, jangan menyayangi yang satu dan membenci yang lainnya. Tumbuhkan rasa sayang dan belas kasih bodhicitta kepada kedua-duanya. Potonglah dari akarnya semua perhatian dan kepercayaan anda akan adanya “aku”, dan berikan tubuh dan hidup anda tanpa rasa pelit kepada roh-roh sebagai makanan. Berdoa dari lubuk hati anda agar makhluk-makhluk ini menjadi tertarik pada Dharma yang benar. Tenangkan kebencian dan rasa dengki mereka. Lalu jelaskanlah ajaran kepada mereka. Ketika anda akhirnya memangkas akar semua kepercayaan dalam dualitas akan adanya penyerang dan korban, melihatnya sebagai dewa dan setan, diri sendiri dan orang lain – dan semua hasil konsepsi dualistis dari

380

harapan dan ketakutan, kemelekatan dan kebencian, baik dan jahat, kesenangan dan sakit – anda akan menemukan, sebagaimana dikatakan:

Tiada dewata maupun setan adalah poin penting keyakinan dari pandangan; Tiada gangguan maupun kemelekatan adalah poin yang penting dari meditasi; Tiada penerimaan ataupun penolakan adalah poin yang penting dari perbuatan; Tiada harapan ataupun ketakutan adalah poin yang penting dari hasil.

Ketika semua konsepsi dari segala yang perlu dipangkas dan siapa yang melakukan pemangkasan melebur dalam realita mutlak yang maha luas di mana segala sesuatu sama, maka roh kesombongan yang berbahaya bagian dalam dipangkas dari akarnya. Ini adalah tanda bahwa anda sudah merealisi Cho yang mutlak dan tertinggi.

Saya memahami ketiadaan diri, tetapi masih memiliki konsepsi- konsepsi yang kasar tentang "aku"; Saya sudah memutuskan untuk menolak dualitas, tetapi masih ditimpa oleh harapan dan ketakutan; Berkatilah saya dan semua mereka yang seperti saya yang percaya akan adanya diri, Sehingga kami dapat menyadari keadaan alami, ketiadaan diri.

381

382

BAB 5

Guru Yoga

Pertama-tama anda mengikuti seorang Guru yang tertinggi dan mematuhinya; Lalu anda berlatih, menjalankan kesukaran dan penderitaan berat; Akhirnya, pikiran anda dan guru anda menjadi satu, dan anda menerima warisan garis silsilah; Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

I. ALASAN UNTUK BERLATIH GURU YOGA

Untuk berlatih Dharma yang benar, pertama-tama adalah sangat penting untuk mencari seorang sahabat spiritual yang sejati, seorang guru yang memiliki semua kualifikasi yang perlu. Lalu anda perlu mematuhi setiap instruksinya, berdoa kepadanya dengan sepenuh hati dan menganggapnya sebagai seorang Buddha yang nyata. Seperti salah satu sutra berkata:

Adalah dengan melalui keyakinan maka kebenaran yang absolut dapat direalisasi.

Demikian juga, Atisa berkata:

Sobat, sampai anda mencapai pencerahan, anda memerlukan seorang guru, maka ikutilah seorang sahabat spiritual yang tertinggi;

383

Sampai anda menyadari keadaan alami, anda perlu belajar, oleh sebab itu dengarkanlah instruksinya; Semua kebahagiaan adalah berkah guru itu, maka ingatlah selalu akan kebaikannya.

Dan Geshe Kharak Gomchung berkata:

Guru harus dikenali sebagai sumber dari semua pencapaian yang bersifat duniawi ataupun yang di luar duniawi. Anda mungkin tahu seluruh Tripitaka, tetapi tanpa pengabdian kepada guru, hal itu tidak ada gunanya.

Terutama sekali di semua jalan Mantra Rahasia Vajrayana, guru merupakan sesuatu yang unik dan sangat penting. Karena alasan inilah, semua tantra mengajarkan latihan Guru Yoga, dan dikatakan bahwa latihan tersebut lebih tinggi dari pada semua latihan tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan. Dalam suatu tantra dikatakan:

Dari pada bermeditasi pada seratus ribu deity Selama sepuluh juta kalpa, Lebih baik berpikir sejenak pada guru.

Hal ini adalah terutama benar di dalam aliran yang khusus ini, Maha Ati Longchen Nyingtik, inti ajaran vajra. Di sini tidak diajarkan bahwa kebenaran yang dalam harus didasarkan atas dasar analisa dan logika, seperti praktek di dalam kendaraan yang lebih rendah. Juga tidak dikata- kan bahwa pencapaian yang umum harus digunakan untuk akhirnya memperoleh pencapaian tertinggi, seperti halnya di tantra-tantra yang lebih rendah. Pula, penggunaan kebijakan awal ilustratif dari ketiga inisiasi untuk memperkenalkan kebijakan awal yang sejati tidak ditekankan, sebagaimana di dalam tantra lain yang lebih tinggi. Apa yang diajarkan di dalam tradisi ini adalah berdoa dengan pengabdian yang bersemangat dan keyakinan penuh kepada guru yang sudah mencapai pencerahan, yang silsilahnya bagaikan rantai emas yang tak ternoda oleh pelanggaran samaya, bersandar padanya saja dan menganggapnya sebagai Buddha yang nyata. Dengan cara demikian, hati anda akan bergabung sepenuhnya dengan hatinya. Dengan kekuatan berkah yang dilimpahkan kepada anda, realisasi akan terlaksana. Sebagaimana yang telah kita kutip sebelumnya:

384

Kebijaksanaan absolut bawaan hanya dapat datang Ketika sudah terkumpul pahala dan pemurnian noda-noda batin, Dan melalui berkah seorang guru yang sudah cerah. Ketahuilah bahwa bersandar pada cara lain manapun adalah suatu kebodohan.

Dan Saraha berkata:

Ketika kata-kata guru masuk ke dalam hati anda, Hal itu seperti melihat bahwa anda memiliki suatu harta di dalam telapak tangan anda.

Longchenpa, Raja Dharma yang maha tahu, di dalam Menemukan Peristirahatan dalam Ilusi,229 menulis;

Dalam praktek seperti tahap-tahap pengadaan dan tahap kesempur- naan, bukanlah sifat jalan itu sendiri yang membawa pembebasan, karena hal tersebut tergantung pada faktor lain, seperti bagaimana seseorang membuatnya menjadi pengalaman yang hidup dan memperdalam latihannya. Guru Yoga, sang jalan – sebagaimana sifat dasarnya – membangkitkan perwujudan keadaan asal dalam diri seseorang dan membawa pembebasan. Karena alasan inilah, Guru Yoga adalah jalan yang paling dalam dari semua jalan.

Tantra Rangkaian Samaya230 mengatakan:

Dari pada bermeditasi selama seratus ribu kalpa Pada seorang deity dengan semua tanda tambahan dan tanda utama, Lebih baik berpikir tentang gurunya untuk sesaat saja; Dari pada sejuta lafalan mantra dan latihan pencapaian, Lebih baik satu doa yang ditujukan kepada guru.

Dan Rangkaian Ati231 :

Siapa pun yang merenungkan gurunya yang baik hati

229 Tib. sgyu ma ngal gso, karangan yang ketiga dalam Trilogi Peristirahatan, ngal gso skor gsum dari Longchenpa. 230 Skt. Samaya-vyuha, tantra yang umum untuk Mahayoga dan Anuyoga. 231 Tib. a ti bkod pa, suatu tantra. 385

Di atas puncak kepalanya, Di tengah-tengah hatinya, Atau di telapak tangannya, Akan memiliki pencapaian seribu Buddha.

Gotsangpa232 yang mulia berkata:

Berlatih Guru Yoga, Membuang semua cacat dan menyempurnakan semua pencapaian.

dan juga;

Ada banyak latihan tahap pengadaan, Tetapi tiada satu pun yang melebihi meditasi pada guru; Ada banyak latihan tahap kesempurnaan, Tetapi tiada satu pun yang melebihi kepercayaan dan pemasrahan pada guru.

Drikung Kyobpa Rinpoche233 berkata:

Kecuali jika matahari pengabdian bersinar Di puncak salju empat kaya sang guru, Arus berkahnya tidak akan pernah mengalir. Maka bangkitkanlah pengabdian dengan sungguh-sungguh dalam pikiran anda!

Dan Jetsun Rangrik Repa berkata:

Mengharapkan kebijaksanaan awal menyingsing di luar kepintaran akal Tanpa kepercayaan teguh pada guru, Adalah seperti menantikan sinar matahari di gua yang menghadap ke utara; Dengan cara begitu, penampilan dan pikiran tidak akan pernah tergabung.

232 Gotsangpa (1189-1258), hidup bertapa di Pegunungan Himalaya dan Tsari, penyebar ajaran Drugpa Kagyu. 233 Drikung Kyobpa Rinpoche (1143-1217), pendiri Drikung Kagyu. 386

Latihan rasa bakti dari Guru Yoga adalah satu-satunya cara untuk membangkitkan realisasi sifat alami tanpa usaha dalam diri anda. Tiada metoda lain yang dapat membawa realisasi seperti itu. Naropa adalah seorang pandita yang sangat terpelajar dalam ketiga kendaraan, dan setelah menaklukkan semua tantangan tirthika, ia diberi posisi pandita pelindung gerbang utara Vikramasila. Tetapi suatu hari seorang dakini kebijaksanaan mengatakan kepadanya, "Anda terpelajar di dalam kata-kata, tetapi bukan di dalam arti mereka. Anda masih perlu mengikuti seorang guru." Menaati perintah dakini tersebut, ia mengikuti Tilopa dan memikul banyak pencobaan, sampai suatu hari, Tilopa berkata kepadanya: "Kendati segala hal yang sudah kuajarkan kepada anda, anda masih belum pernah paham!" Lalu ia memukul dahinya dengan sandalnya. Pada saat itulah, Naropa menyadari sifat alami, dan kebijaksanaannya menjadi sama dengan kebijaksanaan gurunya. Juga dikatakan bahwa Nagabodhi mencapai pencapaian tertinggi dengan merengut dan memakan setetes ingus yang dijatuhkan guru yang mulia Nagarjuna. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:

Ketika aku melihat tulisan Buddha kedua Longchenpa, tiba-tiba muncul dalam benak saya bahwa ia adalah seorang Buddha yang sebenarnya, dan saya berdoa kepadanya dengan kegairahan yang besar. Ia menampakkan dirinya kepada saya dalam mimpi dan menerima saya. Realisasi spontan timbul dalam diriku, dan mulai hari itu, saya mampu memandu lebih dari seratus orang murid. Di antara mereka, murid-murid yang rajin memiliki kemajuan pada konsentrasi di luar keduniawian; mereka yang cerdas sudah pasti tidak menyimpang ke dalam intelektualisasi; dan mereka benar- benar yakin bahwa mereka hanya akan dapat merealisasi kebenaran absolut jika mereka digerakkan oleh kekuatan penyimbang pengab- dian mereka.

Selama periode pengasingannya di Gyalmo Tsawarong, penterjemah agung Vairotsana234 mengajar Pang Mipham Gonpo yang sudah tua bagai- mana caranya mengambil berkah guru sebagai jalan latihan. Mipham Gonpo sudah berumur delapan puluh dan kaku karena umur tinggi, maka Vairotsana mengikat tubuhnya tegak lurus dengan pita meditasi dan

234 Salah seorang dari tujuh bhiksu pertama Tibet, yang juga merupakan salah satu dari tiga penterjemah terkenal Tibet. 387

membuatnya mengistirahatkan kepalanya pada suatu sandaran meditasi. Mipham Gonpo mengalami realisai trekcho.235 Tubuhnya menjadi tubuh pelangi yang melebur dalam partikel-partikel yang kecil sekali dan ia mencapai kebuddhaan.

Anda dapat membandingkan ajaran ini dengan semua ajaran lain dari kesembilan kendaraan, namun anda tidak akan pernah menemukan suatu jalan lebih baik atau lebih dalam dibanding ini. Meskipun latihan ini disebut sebagai sebagai latihan pendahuluan, tetapi sesungguhnya ini adalah kunci yang paling tinggi dari semua latihan utama. Untuk ini saja, jika anda selalu dan di dalam setiap keadaan menjadikannya latihan inti anda, itu sudah cukup – sekalipun anda tidak berlatih yang lainnya. Oleh karena itu, adalah teramat penting untuk membaktikan diri anda pada latihan tersebut dari dalam lubuk hati anda.

II. BAGAIMANA MELATIH GURU YOGA

Latihan sebenarnya dari jalan Guru Yoga yang dalam ini terdiri dari tiga tahap: memvisualisasi ladang pahala, melafalkan doa tujuh poin persembahan, dan berdoa dengan keyakinan yang pasti.

1. Memvisualisasi ladang pahala

Untuk mengubah persepsi anda tentang dunia, diperlukan suatu pikiran yang terbuka dan kuat, maka mulailah dengan memvisualisasi segalanya, sejauh yang dapat anda lihat, seperti Istana Teratai Cahaya, lengkap dengan semua karakteristiknya. Bayangkan diri anda berada di pusat istana, dan berpikir bahwa diri anda memiliki sifat alami dakini Yeshe Tshogyal. Ini akan memastikan bahwa anda adalah suatu wadah yang tepat untuk inisiasi, membangunkan kebijaksanaan awal kebahagiaan dan kekosongan, dan menciptakan suatu hubungan dengan bimbingan yang dimilikinya dari gurunya. Sebagai bentuk luar, bayangkan diri anda sebagai Vajrayogini. Beliau berwarna merah, dengan satu wajah, dua lengan dan tiga mata. Ia sedang menatap dengan penuh kerinduan pada sang guru – “penuh kerinduan" di sini menyatakan suatu kesadaran dari ketidaksabaran untuk bersama guru,

235 Trekchö berarti pemotongan atau penghancuran delusi dengan serta merta, sehingga kemurnian primordial dan kesederhanaan alami dari sifat pikiran terbentang. 388

yang mana merupakan satu-satunya sumber kegembiraan. Dengan tangan kanannya, dia sedang memainkan sebuah drum tengkorak yang kecil teracung ke udara, membangunkan makhluk dari tidur ketidak-tahuan dan kebingungan. Tangan kirinya sedang beristirahat di pinggulnya, meme- gang pisau lengkung yang memotong akar ketiga racun. Beliau tak berbusana, hanya dihiasi dengan perhiasan tulang dan karangan bunga. Beliau tampak, tapi tidak bersubstansi, seperti kilauan pelangi di langit. Tergantung di angkasa pada jarak satu anak panah di atas kepalanya, ada satu bunga teratai dengan ribuan kelopak bunga dari beraneka permata yang sedang mekar penuh. Di atasnya terdapat satu piringan matahari, yang mana di atasnya lagi terdapat piringan bulan. Di tahta ini, duduklah guru akar anda yang agung, harta welas kasih yang tidak ada taranya, perwujudan dari Buddha dari masa lampau, masa depan dan sekarang, dalam wujud Guru Agung dari Uddiyana. Kulitnya putih kemerah- merahan. Ia memiliki satu muka, dua lengan dan dua kaki. Ia duduk dalam sikap seorang raja dan mengenakan mantel kain brokat, satu jubah biarawan, satu gaun panjang biru berlengan dan sebuah topi bunga teratai. Ada tiga topi yang berbeda yang berhubungan dengan Guru Rinpoche, yang juga disebut Buddha yang kedua dari Uddiyana. Yang pertama adalah yang dipersembahkan kepadanya oleh dakini pada waktu lahirnya. Ia tidak dikandung oleh seorang ayah atau lahir dari seorang ibu, tetapi dilahirkan di barat-daya Danau Susu, di tengah sekuntum bunga teratai, kelahiran spontan kesadaran, realisasi segala sesuatu yang timbul dan ada dari dasar awal. Topi yang dipersembahkan dakini pada waktu itu, untuk memahkotainya seperti raja dari keluarga mereka, disebut Topi Kuncup Teratai. Kemudian, ketika ia berlatih aktivitas luar biasa di Delapan Perkuburan dan melampaui semua perbuatan, baik atau buruk, dakini-dakini memberikannya sebagai lambang kebesaran, topi tersebut diberi nama Topi Telinga Rusa.236 Topi yang ketiga dipersembahkan kepadanya oleh Arsadhara, Raja Zahor237. Raja telah mencoba membakar Guru hidup-hidup, tetapi mene- mukan bahwa tubuh vajranya tidak terluka oleh api. Sambil duduk telanjang, beliau sama sekali sejuk dan segar di tengah-tengah suatu bunga teratai yang ajaib. Ia terpaku karena keajaiban tersebut dan keyakinan tumbuh dalam dirinya.

236 Disebut demikian karena berbentuk menyerupai telinga rusa. 237 Menurut catatan sejarah, Zahor adalah sebuah negara di sebelah timur India, kini di daerah Benggala. 389

"Buka gudang baru pakaian sutera saya," perintahnya, "dan bawakan semua topi dan pakaian kepada saya." Topi yang ia persembahkan pada waktu itu, tidak hanya beserta semua harta yang lainnya, tetapi juga dengan rombongannya, kerajaan dan rakyatnya, disebut Topi Teratai yang Membebaskan dengan Sekali Melihat Saja, juga yang dikenal sebagai Topi Daun Bunga Lima Keluarga. Ini adalah topi yang kita bicarakan di sini. Ia terdiri dari dua lapis, luar dan dalam, menandakan kesatuan yang umum dan tahap-tahap kesempurnaan. Ia memiliki tiga titik, melambangkan ketiga kaya. Kelima warnanya melambangkan lima kaya, bekerja untuk manfaat semua makhluk. Ia dihiasi dengan matahari dan bulan, melambangkan ketrampilan dan kebijaksanaan. Ia memiliki satu garis biru di pinggirnya yang menandakan samaya yang tak terbatas. Di atas sekali terdapat satu vajra, sebagai lambang konsentrasi yang tidak tergoyahkan, dan satu bulu burung manyar, yang menandakan realisasi pandangan yang paling tinggi dan puncak latihan. Dengan tangan kanan pada hatinya, ia memperlihatkan mudra an- caman dan memegang sebuah vajra emas. Dalam tangan kirinya yang beristirahat dalam pangkuannya dalam sikap meditasi, ia memegang jambangan yang terisi penuh dengan nektar kebijaksanaan dan panjang umur yang ditutup dengan tangkai pohon pengabul harapan. Di dalam lipatan lengan tangan kirinya, ia memegang Mandarava, ratu Dakini, di dalam wujud yang tersembunyi sebagai khatvanga-nya. 238 Ketiga gigi garpu khatvanga itu menandakan substansi dasar, sifat alami dan belas kasih, dan di bawah mereka adalah tiga kepala yang terpotong: yang sudah kering melambangkan dharmakaya, yang sudah busuk melambangkan sambhogakaya, dan yang baru, melambangkan nirmanakaya. Sembilan cincin logam yang melingkar pada gigi garpu besarnya melambangkan sembilan kendaraan; panji sutera lima warna melambangkan lima kebijaksanaan. Khatvanga tersebut juga dihiasi dengan seikat rambut dari mamo 239 yang masih hidup dan yang sudah mati, sebagai suatu tanda bahwa Guru menaklukkan mereka selama latihan aktivitas luar-biasa di delapan pekuburan. Di sekitarnya, di dalam lapisan pelangi berkilauan yang dilingkari oleh kisi-kisi jutaan cahaya lima warna, bayangkan Delapan Vidyadhara dari India, Dua puluh lima Murid dari Tibet dan seterusnya, juga deity-deity dari Tiga Akar dan pelindung-pelindung setia. Mereka semuanya perlu

238 Sejenis trisula. 239 Skt. matrika, suatu jenis dari dakini dalam wujud menyeramkan. 390

memiliki penampilan seperti demikian sehingga pikiran anda berhenti secara otomatis.

1. Mantel; 2. Jubah Dharma; 3. Jubah mantra; 4. Jubah dalam; 5. Topi Kuncup Teratai; 6. Topi Telinga Rusa; 7. Topi Teratai yang Membebaskan dengan Sekali Melihat Saja; 8. Khatvanga: 8-1.Trisula; 8-2. Sembilan cincin; 8-3, -4, -5. Tiga tengkorak berturut-turut: yang sudah kering, yang sudah busuk dan yang masih baru; 8-6. Panji sutera lima warna; 8-7. rambut dari mamo yang masih hidup dan yang sudah mati.

Secara umum bisa dikatakan, ada tiga cara yang berbeda untuk memvisualisasi garis silsilah. Dalam latihan tempat perlindungan, kita membayangkan guru-guru satu di atas yang lain. Semua guru dari garis silsilah Kesempurnaan Agung tampak satu di atas yang lain di atas kepala Guru Agung dari Uddiyana. Cara kita membayangkan untuk meditasi dan lafalan pada Vajrasattva dikenal sebagai permata yang mencakup 391

segalanya. Semua guru akar dan guru silsilah terwujud dalam Vajrasattva saja. Namun sekarang, ketika kita bermeditasi pada Guru Yoga, kita membayangkan guru-guru sebagai suatu kelompok. Semua guru dari garis silsilah Kesempurnaan Agung, lautan Tiga Akar dan pelindung yang setia berkumpul dalam satu kumpulan di sekeliling Guru Agung dari Uddiyana.

Lafalkan teks visualisasi, sambil memperhatikan arti kata-kata berikut:

རང་�ང་�ན་�བ་དག་པ་རབ་འ�མས་ཞིངཿ RANG NANG LHUN DRUB DAG PA RAB JAM Dengan serta merta saya memanifesta- ZHING sikan alam Buddha murni dan tanpa batas; བཀོད་པ་རབ་�ོགས་ཟངས་མདོག་དཔལ་རིའི་ ད�སཿ KOD PA RAB DZOG ZANG DOG PAL RÏ U Di tengah Gunung Warna Tembaga yang indah dan bertuah, རང་ཉིད་�ེ་བ�ན་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ RANG NYID JETSUN DORJE NAL JOR MA Tubuh saya berubah menjadi Vajrayogini nan jaya; ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་དམར་གསལ་�ི་ཐོད་ འཛ�ནཿ ZHAL CHIG CHAG NYI MAR SAL DRI THOD Berwarna merah menyala, dengan satu DZIN wajah, dua lengan memegang pisau dan kapala;240 ཞབས་གཉིས་དོར་�བས་�ན་ག�མ་ནམ་མཁར་ གཟིགསཿ ZHAB NYI DOR TAB CHEN SUM NAM KHAR Dengan gaya menari pada kedua kaki- ZIG nya, ketiga matanya menatap angkasa; �ི་བོར་པ�ྨ་འ�མ་བ�ལ་ཉི་�འི་�ེངཿ CHI WOR PE MA BUM DAL NYI DHEI TENG Pada teratai dengan ribuan daun bunga dan pringan bulan dan matahari di atas kepala; �བས་གནས་�ན་འ�ས་�་བའི་�་མ་དངཿ Tempat perlindungan dengan para guru KYAB NË KUN DÜ TSA WEI LA MA DANG silsilah, duduklah Guru Akar yang mulia;

240 Mangkok tengkorak. 392

ད�ེར་མེད་མཚ�་�ེས་�ོ་�ེ་�ལ་པའི་�ཿ JER MED TSHO KYË DOR JE TRUL PË KU Yang tak terpisahkan dari Vajra Terlahir dari Danau 241 dalam tubuh nirmanakaya; དཀར་དམར་མདངས་�ན་གཞོན་�འི་ཤ་ �གས་ཅནཿ KAR MAR DANG DEN ZHON NÜ SHA TSHUG Tubuhnya seperti anak muda dengan CHEN kulit berwarna putih kemerah-merahan; ཕོད་ཁ་ཆོས་གོས་ཟ་བེར་འ�ངས་མ་གསོལཿ PHOD KHA CHÖ GÖ ZA WER DUNG MA SOL Beliau mengenakan jubah dalam dan jubah mantra; ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་�ལ་པོ་རོལ་པའི་�བསཿ ZHAL CHIG CHAG NYI GYAL PO ROL PË TAB Ia memiliki satu wajah dan dua lengan, dan duduk dalam postur raja; �ག་གཡས་�ོ་�ེ་གཡོན་པས་ཐོད་�མ་བ�མསཿ CHAG YË DOR JE YON PË THOD BUM NAM Lengan kanannya memegang vajra, dan lengan kiri memegang pot yang terbuat dari kapala; ད�་ལ་འདབ་�ན་པ�ྨའི་མཉེན་�་གསོལཿ BU LA DAB DEN PEMË NYEN ZHU SOL Kepalanya mengenakan topi teratai Telinga Rusa; མཆན་�ང་གཡོན་ན་བདེ་�ོང་�མ་མཆོག་མཿ CHEN KHUNG YON NA DE TONG YUM CHOG Pada ketiak kiri terdapat dakini pasang- MA annya; �ས་པའི་��ལ་�ིས་ཁ་ཊཾ་�ེ་ག�མ་བ�མསཿ WE PË TSHOL GYÏ KHA THA TSE SUM NAM Dalam bentuk tersembunyi dalam khatvanga; འཇའ་ཟེར་ཐིག་ལེའི་འོད་�ར་�ོང་ན་བ�གསཿ JA ZER THIG LEI Ö PHUR LONG NA ZHUG Beliau berdiam dalam pelangi sinar bindu; �ི་འཁོར་འོད་�་�་བས་མཛ�ས་པའི་�ོངཿ CHI KHOR Ö NGA DRA WË DZË PË LONG Dikelilingi oleh alam indah rangkaian lima warna; �ལ་པའི་�ེ་འབངས་ཉི་�་�་�་དངཿ TRUL PË JE WANG NYI SHU TSA NGA DANG Dua puluh lima murid utama, raja dan menteri bermanifestasi;

241 Nama lain Guru Padmasambhava. 393

�་བོད་པཎ་�བ་རིག་འཛ�ན་ཡི་དམ་�ཿ GYA BOD PAN DRUB RIG DZIN YI DAM LHA Para siddhi agung Tibet dan India, yidam dan vidyadhara; མཁའ་འ�ོ་ཆོས་�ོང་དམ་ཅན་�ིན་�ར་ གཏིབསཿ KHA DRO CHÖ KYONG DAM CHEN TRIN TAR Serta para dakini dan dharmapala TIB mengelilingi bak awan di sekitarnya; གསལ་�ོང་མཉམ་གནས་ཆེན་པོའི་ངང་�་ གསལཿ SAL TONG NYAM NË CHEN PÖ NGANG DU Beliau berdiam dalam kekosongan SAL kesetaraan nan jernih dan bercahaya.

Lalu dengan rasa bakti yang kuat lafalkan baris doa berikut:

�ྃ ཨོ་�ན་�ལ་�ི་�བ་�ང་མཚམསཿ HUNG ORGYEN YUL GYI NUB JANG TSHAM Hung, di sebelah Barat Daya negeri Uddiyana; པད་མ་གེ་སར་�ོང་པོ་ལཿ PE MA GE SAR DONG PO LA Secara gaib menjelma pada putik teratai; ཡ་མཚན་མཆོག་གི་དངོས་�བ་བ�ེསཿ YA TSHEN CHOG GI NGÖ DRUB NYË Ia yang memiliki pencapaian tertinggi; པ�ྨ་ � ང� ་གནས་ཞེས་�་�གསཿ PEMA JUNG NE ZHËSU DRAG Yang terkenal dengan nama “Terlahir dari teratai”; འཁོར་�་མཁའ་འ�ོ་མང་པོས་བ�ོརཿ KHOR DU KHA DRO MANG PÖ KOR Dan dikelilingi oleh kumpulan para dakini; �ེད་�ི་�ེས་�་བདག་བ�བ་�ིསཿ KHED KYI JË SU DAG DRUB KYÏ Saya mengikuti teladan anda melatih diri; �ིན་�ིས་ བ�བ་�ིར་གཤེག་�་ གསོལཿ JING GYÏ RAB CHIR SHEG SU SOL Saya mohon, datanglah dan anugerah- kanlah berkahmu. �་�་པ�ྨ་སི�ི་� � ཿྃ� GURU PEMA SIDDHI HUNG Guru Pema Siddhi Hung

394

Selesai membaca kalimat-kalimat tersebut, bayangkan semua deity dan Istana Cahaya Teratai dari Gunung Warna Tembaga menjadi nyata dan melebur dalam deity-deity samaya dan istana yang sudah anda bayangkan, lalu melebur ke dalam diri sendiri seperti air yang dituangkan ke dalam air.

2. Melafalkan doa tujuh poin persembahan

Jalan Vajrayana memiliki banyak metoda dan adalah tanpa kesukaran besar. Ia dimaksudkan untuk mereka yang mempunyai kemampuan tinggi. Jika kita terus menerus melatih diri kita sendiri untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan dengan pikiran yang kuat, segala hal yang mestinya memerlukan seluruh kalpa besar untuk pengumpulannya melalui enam paramita Sutrayana dapat tercapai dalam sesaat saja, sehingga pembebas- an dapat dicapai dalam satu kehidupan saja. Tidak diragukan lagi bahwa rahasia yang paling tinggi satu-satunya dan ladang pahala yang tak tertanding adalah guru vajra. Itulah sebabnya mengapa latihan pengumpulan pahala digabungkan dengan Guru Yoga. Tujuh bagian dari Doa Tujuh Poin Persembahan mencakup semua cara yang tak terkira untuk mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan.

2.1 Sembah sujud, obat penawar kesombongan

Untuk latihan ini, bayangkan bahwa anda sedang memancarkan ratusan ribu tubuh yang tidak terhitung banyaknya seperti tubuh milik anda, sama banyaknya seperti partikel-partikel debu di alam semesta. Pada waktu yang sama, bayangkan bahwa semua makhluk yang banyaknya seperti ruang yang tak terbatas tersebut bersembah sujud bersama anda. Lafalan untuk bagian ini adalah:

�ིཿ� བདག་�ས་ཞིང་གི་་�ལ་�ེད་�ཿ Hrih! Saya bersembah sujud, dengan HRIH DAG LÜ ZHING GI DUL NYED DU pancaran tubuh �མ་པར་�ལ་བས་�ག་འཚལ་ལོཿ Sebanyak partikel debu seluruh alam NAM PAR TRUL WË CHAG TSHAL LO semesta.

395

Umumnya, ketika anda belum menyelesaikan latihan Ngondro, - "lima ratus ribu pendahuluan” - adalah dibenarkan untuk menggabungkan sembah sujud dengan berlindung, dan bahwa tradisi tersebut sering diikuti. Tetapi dalam ajaran ini, penjelasan sembah sujud yang sesungguhnya diberikan di sini, yaitu menggabungkan sembah sujud dengan Guru Yoga adalah suatu cara yang sempurna untuk melatih mereka. Satu hal yang penting ketika melakukan sembah sujud adalah meng- hubungkan tubuh, ucapan dan pikiran. Ketika anda melakukan sembah sujud secara fisik dengan tubuh anda, lafalkan teks doa untuk sembah sujud dengan ucapan anda. Dengan pikiran anda, bayangkan bahwa anda sedang melakukan sembah sujud bersama-sama semua makhluk dan berlatihlah dengan rasa hormat dan pengabdian, dengan kepercayaan penuh kepada guru, dan dengan penuh kepercayaan menyerahkan diri kepadanya. Jika tidak demikian, maka anda hanya akan mengatakan apa juga yang anda suka dan melihat kesana kemari, sedangkan pikiran anda mengejar segala rupa kejadian eksternal. Ketika ada orang lewat atau seseorang yang berbicara di sebelah kanan, anda akan mengarahkan perhatian anda ke arah tersebut, dan anda akan menemukan tangan anda yang terangkap menekan pipi kiri anda. Ketika seseorang muncul di sebelah kiri anda, anda akan melihat-lihat dan mendengarkan pada sisi tersebut, dan sebagai gantinya tangan anda yang terangkap akan menyentuh pipi kanan anda. Anda harus tahu bahwa membuat pertunjuk- an sembah sujud seperti itu, sambil membiarkan pikiran anda diambil alih oleh gangguan-gangguan selagi tubuh anda naik turun dengan sendirinya, hanyalah suatu siksaan fisik yang tidak ada artinya.

Ketika anda bersembah sujud, rangkapkan tangan anda dalam bentuk kuncup bunga teratai yang mulai mekar, dengan meninggalkan ruang di tengah telapak tangan. Adalah tidak benar untuk menekan telapak tangan anda dengan ketat sehingga tidak ada ruang di antara mereka, ataupun hanya menyentuh puncak jari-jari anda saja. Sutra Pembebasan Agung242 berkata:

Saya merangkapkan tangan di atas kepala saya Seperti kuncup bunga teratai, Dan dengan tubuh-tubuh yang tak terbilang banyaknya seperti tum- pukan awan Saya bersembah sujud kepada Buddha di sepuluh penjuru.

242 Tib. thar pa chen po’i mdo. 396

Dan Harta Karun Pahala Kebajikan berkata:

Buatlah tanda penghormatan pada hati anda, Bungkukkan tubuh anda dengan rendah dengan tanpa gangguan pikiran; Tangan anda seolah-olah menangkup kuncup bunga teratai, Atau tergabung seperti sebuah kotak relik.

Sikap kuncup teratai Sikap kotak relik

Rangkapkan tangan anda dan tempatkan mereka di puncak kepala anda, lalu pada tenggorokan anda, dan lalu pada hati anda, untuk berturut-turut memurnikan noda tubuh, ucapan dan pikiran. Lalu sentuhlah lantai dengan kelima titik tubuh anda: dahi, telapak tangan dan kedua lutut untuk memurnikan noda lima racun dan memperoleh berkah untuk tubuh, ucapan, pikiran, kualitas dan aktivitas. Lalu berdiri lurus, rangkapkan tangan anda kembali dan lanjutkan sembah sujud dengan cara yang sama. Adalah tidak benar membiarkan lengan lepas tanpa merangkapkan kedua telapak tangan dan menempatkannya di tiga tempat tersebut, ataupun hanya membungkuk ke depan tanpa menyentuhkan lutut dan dahi anda ke lantai. Juga tidak benar tetap membungkuk ke depan ketika anda berdiri, tanpa berdiri lurus kembali. Bersembah sujud seperti itu adalah tidak hormat. Dikatakan bahwa akibat yang matang untuk melakukan sembah sujud tanpa berdiri lurus akan terlahir kembali sebagai orang kerdil yang bungkuk dengan tumor besar di punggungnya. Kita melakukan sembah sujud dengan harapan akan memperoleh kebaikan dari mereka, maka tak ada gunanya melakukannya dengan cara yang hanya akan mengakibatkan tubuh yang cacad.

397

Meski jika anda tidak bisa melakukan banyak sembah sujud, usahakan untuk memastikan bahwa seberapa banyak yang dapat anda lakukan, semuanya dilaksanakan dengan sempurna. Tiada artinya untuk mencoba untuk membuat sembah sujud menjadi lebih mudah dengan melakukannya di sisi miring, misalnya di sisi bukit, atau dengan cara lain seperti itu. Terlebih lagi, sekarang ini ketika orang-orang memberi hormat kepada Lama, misalnya pada waktu berkunjung, mereka melakukan satu sembah sujud yang hampir benar, lalu diikuti dengan dua lagi yang mana mereka hanya membungkuk ke depan. Menurut dugaan, itulah yang dilakukan terhadap orang-orang penting, dan adalah paling bodoh orang-orang yang mengikuti contoh mereka. Namun, itu adalah satu cara melakukan sembah sujud yang sangat tidak sopan. Bagi seseorang yang tujuannya meminta ajaran, tetapi bahkan dalam hal sederhana seperti bagaimana caranya melakukan sembah sujud pun tidak tahu, mestinya ia memohon guru menjelaskannya, lalu mempraktekkan dalam latihannya sepanjang waktu tanpa melupakan setiap detilnya. Jika seseorang bahkan tidak bisa mem- praktekkan sesuatu yang sangat sederhana untuk dipelajari dan demikian sederhana untuk dilakukan, maka mempelajari Dharma menjadi sepenuhnya tanpa hasil dan tidak ada artinya. Mereka yang sudah belajar Dharma itu seharusnya lebih pandai dibanding mereka yang belum mempelajarinya, lebih-lebih di dalam cara mereka melakukan sembah sujud sederhana. Ketika Jetsun Mila pergi meminta ajaran kepada Lama Ngokpa, ia tiba selagi Lama Ngokpa sedang mengajar Tantra Hevajra 243 kepada suatu pertemuan besar para biarawan. Mila melakukan sembah sujud dari kejauhan. Lama gembira. Dengan membuka hiasan kepalanya, ia bersembah sujud kepada Mila sebagai balasan, sambil berkata, "Sungguh sesuatu interupsi yang baik! Orang tersebut yang melakukan sembah sujud di sana melakukannya dengan gaya para murid Marpa dari Lhodrak. Tanyakan padanya siapa dia." Siapa pun yang mengikuti seorang guru dan menerima ajaran-ajarannya, seharusnya seperti sepotong kain yang sedang menyerap celupan. Ketika ia belajar untuk mencontoh perbuatan gurunya yang ia hormati, pastilah ada perubahan yang nyata dibandingkan bagaimana ia sebelumnya. Ketika sepotong kain dicelup, mungkin ia akan menyerap warna yang baru sedikit kurang, tetapi mana mungkin ia gagal menyerap warna sama sekali? Sekarang ini, ada orang-orang yang sudah menerima Dharma ratusan kali

243 Skt. Hevajra-tantra-raja, Tib. rgyud brtsgs gnyis.

398

tetapi masih saja gagal untuk memperbaiki diri mereka sedikit pun dan berperilaku tepat seperti orang-orang biasa dalam semua hal. Orang-orang seperti ini pasti akan menjadi praktisi-praktisi yang bebal dan pelanggar- pelanggar samaya. Dikatakan:

Dharma dapat mengilhami penjahat-penjahat untuk berubah, tetapi itu tidak bisa mengilhami praktisi-praktisi yang sudah bebal terhadap Dharma – sama seperti lemak dapat membuat kulit yang kaku menjadi lembek, tetapi tidak bisa melemaskan kulit karung lemak.

Orang-orang seperti ini, meskipun telah mempelajari manfaat perbuatan positif, berbahayanya perbuatan negatif dan kualitas para Buddha, namun mereka anggap hal itu hanya sekedar ajaran. Sama sekali tidak ada sedikit pun kepastian dan keyakinan dalam benak mereka. Oleh karena itu dikata- kan bahwa bahkan Buddha yang sudah cerah dengan sempurna pun tidak bisa membantu mereka. Guru Agung dari Uddiyana memberi peringatan sebagai berikut:

Janganlah anda menerima orang yang bebal terhadap Dharma sebagai murid; Jangan bergaul dengan teman yang telah merusak samaya mereka.

Meskipun jika anda hanya memahami satu kata dari ajaran, anda perlu tahu bagaimana cara menggabungkannya dengan pikiran anda dan mem- praktekkannya. Tujuan mengikuti seorang guru adalah untuk mematuhi pikiran, ucapan dan perbuatan-perbuatannya, dan belajar untuk melakukan seperti yang ia kerjakan. Seperti kata pepatah:

Semua perbuatan hanyalah tiruan: Mereka yang meniru dengan sebaik-baiknya adalah yang melakukan yang terbaik.

Dengan cara ini, anda perlu membuat bagian luar, bagian dalam dan bagian rahasia kualitas guru membekas ke dalam diri anda, seperti tsa-tsa yang keluar dari cetakannya.

"Sembah sujud" adalah istilah umum untuk suatu sikap penghormatan. Ada beraneka cara untuk melakukan sembah sujud, dan kebiasaan berbeda dari tempat yang berlainan. Namun, dalam hal ini guru anda telah

399

mengajar anda bagaimana caranya melakukannya menurut kata-kata dari Sang Penakluk. Maka dengan sadar bersembah sujud dengan cara yang salah, apakah karena kesombongan atau untuk membuatnya lebih mudah, adalah suatu tindakan kurang hormat dan demonstrasi penghinaan. Perlu juga dipahami bahwa melakukan sembah sujud seolah-olah membayar pajak tidak ada artinya, dan hanya akan membawa akibat yang buruk. Sembah sujud yang benar, sebaliknya akan membawa manfaat-manfaat yang tak terkira. Suatu ketika, ketika seorang biarawan sedang melakukan sembah sujud kepada suatu stupa yang berisikan rambut dan potongan kuku Buddha, Ananda bertanya kepada Buddha apakah manfaat dari perbuatan seperti itu. Buddha menjawab:

Suatu sembah sujud adalah begitu besar kekuatannya sehingga seseorang bisa menjadi raja universal sebanyak kalinya seperti banyaknya butir-butir debu di bawah tubuhnya hingga ke kedalaman yang paling rendah dari bumi. Keuntungan dari perbuatan tersebut masih tetap tak terhabiskan.

Dan di dalam sutra dikatakan:

Usnisa244 di kepala Buddha itu timbul karena sudah bersembah sujud dengan hormat di depan para gurunya.

Sembah sujud akhirnya juga akan membuat kita memperoleh usnisa yang tak terbayangkan yang memahkotai kepala Buddha yang sempurna.

2.2 Memberikan persembahan

Buatlah sebanyak mungkin persembahan yang anda sanggup, seperti yang dijelaskan di dalam pasal persembahan mandala dengan mengguna- kan persembahan yang murni tanpa tercemar dengan rasa pelit, kemunafikan atau lagak lagu memperagakan. Persembahan ini hanyalah dukungan untuk konsentrasi anda. Lalu buatlah suatu persembahan mental dengan cara Bodhisattva Samantabhadra dengan mengisi seluruh dunia dan seluruh ruang angkasa dengan semua persembahan manusia dan surgawi: bunga, dupa, pelita, air wangi, makanan, istana, pemandangan, rumah, taman hiburan, tujuh atribut kerajaan dan delapan lambang yang menguntungkan dengan enam

244 Usnisa: Tonjolan di kepala, salah satu dari 32 tanda utama seorang Buddha. 400

belas dewi vajra yang sedang bernyanyi dan menari, yang masing-masing memainkan alat musiknya yang tertentu. Dengan kekuatan meditasi Bodhisattva Samantabhadra, pancarkan ratusan juta sinar cahaya yang beraneka warna dari hati anda seperti banyaknya partikel-partikel debu di alam Buddha yang tidak terhitung. Pada akhir dari masing-masing sinar cahaya, proyeksikan suatu wujud Bodhisattva Samantabhadra, yang juga memancarkan sinar cahaya serupa dari hati. Pada akhir masing-masing sinar, pada gilirannya muncul lebih banyak Bodhisattva Samantabhadra, yang dilanjutkan dengan demikian dalam satu deretan yang tanpa batas, sampai banyaknya wujud yang ditimbulkan sama sekali tidak dapat dibayangkan. Masing-masing darinya mempersembahkan kepada Buddha dan Bodhisattva dari sepuluh penjuru persembahan yang tak terhitung dengan variasi tanpa batas. Ini adalah apa yang disebut "awan persembahan mulia Samantabhadra". Buatlah persem- bahan yang diciptakan secara mental dengan pancaran seperti demikian sebanyak mungkin sebisa anda, sambil melafalkan kata-kata berikut:

དངོས་བཤམས་ཡིད་�ལ་ཏིང་འཛ�ན་�ིསཿ NGÖ SHAM YID TRUL TING DZIN GYÏ Dengan persembahan yang disusun secara fisik dan yang diciptakan secara mental; �ང་�ིད་མཆོད་པའི་�ག་�ར་འ�ལཿ NANG SID CHOD PË CHAG GYAR BUL Dengan mudra persembahan, saya mempersembahkan segala sesuatu dalam alam semesta.

Seberapa pun kemampuan yang kita miliki untuk mempersembahkan, Buddha dan Bodhisattva memiliki kekuatan untuk menerimanya. Maka ambillah secara mental semua kekayaan yang ada dan yang tidak ada pemiliknya, semua harta benda manusia dan alam surga dalam alam semesta dan buatlah persembahan dengannya. Lalu jelmakan sebanyak mungkin kekayaan sebisa anda dengan sukacita dan persembahkan juga. Dari sudut pandang pengumpulan pahala, persembahan secara mental tidak ada bedanya dengan persembahan yang nyata. Oleh sebab itu anda tidak perlu berpikir bahwa anda tidak memiliki apa pun untuk dipersem- bahkan. Apa pun juga yang anda atau orang lain miliki, dan apa pun yang anda lihat, pertama-tama pikirkanlah untuk mempersembahkannya kepada

401

Sang Tri Ratna dan guru-guru silsilah. Secara mental ambillah apa pun juga yang indah yang anda temukan ketika sedang berjalan, bahkan sungai kecil atau taman bunga, dan persembahkanlah semuanya kepada Sang Tri Ratna, dengan demikian menyempurnakan pengumpulan pahala dan kebijaksanaan anda di tengah-tengah aktivitas anda.

2.3 Pengakuan dan penyesalan atas perbuatan buruk

Akuilah dengan berpikir pertama-tama "Dengan perasaan malu dan penyesalan yang dalam, saya mengakui semua kemerosotan dan perbuatan buruk saya yang dapat saya ingat dan yang sudah tidak teringat, semua perbuatan negatif yang telah saya lakukan di alam samsara sejak waktu tak berawal: kesepuluh perbuatan buruk dari tubuh, ucapan dan pikiran; lima perbuatan dengan akibat langsung; lima perbuatan parah; 245 empat kesalahan serius;246 delapan kejahatan besar;247 penyalahgunaan dana yang didermakan kepada Sang Tri Ratna dan sebagainya. Mulai sekarang, saya tidak akan pernah mengulangi kesalahan tersebut." Dengan pikiran seperti ini, akuilah seperti yang dijelaskan di dalam pasal Vajrasattva, sambil mengingat penanggulangan dengan empat kekuatan. Lalu bayangkan semua perbuatan buruk dan rintangan anda berkumpul bersama-sama dalam wujud tumpukan hitam di lidah anda. Bayangkan berkas cahaya menurun dari tubuh, ucapan dan pikiran deity dari ladang pahala, menyentuh tumpukan tersebut dan memurnikan anda dari noda-noda anda ketika kotoran tersebut dibersihkan. Lafalkan kata- kata berikut:

�ོ་ག�མ་མི་དགེའི་ལས་�མས་�ནཿ Saya menyesali semua pikiran, ucapan GO SUM MI GÏ LË NAM KUN dan perbuatan yang salah

245 Lima perbuatan parah atau lima perbuatan yang menyerupai lima dosa yang tak dapat diampuni: 1. Menodai bhiksuni; 2. Membunuh Bodhisattva; 3. Membunuh anggota Sangha yang memiliki pencapaian; 4. Merampas barang milik Sangha; 5. Merusak atau menghancurkan stupa. 246 Empat kesalahan serius: 1. Menempati tempat duduk peringkat yang lebih tinggi dari yang dimiliki; 2. Mengambil kekayaan tantrika; 3. Menerima penghormatan dari seorang bhiksu yang ditahbiskan sepenuhnya; 4. Memakan makanan praktisi yang kekurangan makanan. 247 Delapan kejahatan besar: 1. Mencela kebaikan; 2. Memuji kejahatan; 3. Menyela atau mengganggu pengumpulan pahala orang lain; 4. Mengacaukan pikiran orang yang memiliki keyakinan; 5. Memutuskan hubungan dengan guru spiritual sendiri; 6. Memutuskan hubungan dengan deity sendiri; 7. Memutuskan hubungan dengan saudara- saudara vajra; 8. Menodai atau memperlakukan mandala dengan sangat tidak hormat. 402

འོད་གསལ་ཆོས་�འི་ངང་�་བཤགསཿ Ö SAL CHOM KÜ NGANG DU SHAG Dalam kilauan cahaya dharmakaya.

2.4 Ikut bergembira, obat penawar iri hati

Bergembiralah dengan tulus atas pemutaran Roda Dharma demi kepen- tingan semua makhluk oleh Sang Penakluk. Bergembiralah atas aktivitas yang sangat luas, penuh kuasa dari Bodhisattva dan perbuatan positif makhluk-makhluk yang memberi pahala dan menjurus kepada pembebas- an. Bergembiralah atas perbuatan baik apa pun yang sudah anda sendiri lakukan di masa lalu, yang sedang anda lakukan sekarang dan yang pasti anda lakukan masa depan, dengan berkata:

བདེན་པ་གཉིས་�ིས་བ�ས་པ་ཡིཿ DEN PA NYI KYÏ DÜ PA YI Saya ikut bergembira དགེ་ཚ�གས་�ན་ལ་�ེས་ཡི་རངསཿ GE TSHOG KUN LA JE YI RANG Atas semua pahala kebajikan yang tercakup dalam kedua kebenaran.

Karena tidak ada satu pun ajaran di semua sembilan kendaraan yang tidak tercakup dalam kebenaran relatif dan kebenaran absolut, oleh karena itu kita semestinya bergembira atas semua perbuatan positif yang tercakup dalam kebenaran relatif dan kebenaran absolut, termasuk yang dilakukan oleh diri kita sendiri atau oleh orang lain, yang dicemari oleh emosi atau yang murni dan sempurna. Manfaat dari bergembira dengan cara demikian adalah tak terbatas.

Suatu ketika Raja Prasenajit mengundang Buddha dan para pengi- kutnya untuk mengambil makanan mereka sehari-hari di istananya selama masa empat bulan, yang selama waktu tersebut ia juga memper- sembahkan semua keperluan hidup kepada mereka. Seorang wanita pengemis tua yang kebetulan lewat dipenuhi dengan kegembiraan atas perbuatan tersebut. "Raja Prasenajit telah memperoleh semua kekayaan ini karena pahala yang ia kumpulkan di masa lalu," pikirnya, "dan kini ia berjumpa dengan

403

Buddha, yang merupakan puncak dari perbuatan baiknya, pengumpulan pahala kebajikannya benar-benar tak terukur. Betapa menakjubkan!" Atas kegembiraannya yang tulus dan sempurna, ia menciptakan pahala yang tak terhingga. Sang Buddha menyadari ini. Menjelang senja, ketika tiba saat pelimpahan pahala kebajikan, beliau berkata kepada raja: “Apakah anda senang saya melimpahkan sumber pahala yang sudah anda miliki untuk anda, atau haruskah saya limpahkan kepada seseorang yang lebih layak dibanding anda?" Jawab raja, "Dedikasikanlah kepada siapa yang memiliki sumber pahala yang terbesar.” Dengan demikian Buddha terlebih dulu melimpahkan pahala tersebut kepada wanita tua pengemis tersebut. Hal ini terjadi selama tiga hari berturut-turut. Merasa sakit hati, sang raja berkonsultasi dengan menteri- menterinya untuk mengakhiri keadaan demikian. Mereka berkata: "Besok, ketika kita mengundang Yang Mulia dan para pengikutnya untuk persembahan sedekah, kita akan menumpahkan banyak makanan dan minuman di sekitar pot-pot. Ketika pengemis-pengemis datang, kita akan memukul mereka untuk menghentikan mereka mengam- bilnya. Mungkin dengan cara demikian akan berhasil." Keesokan harinya, ketika wanita pengemis yang telah bergembira itu datang mengumpulkan makanan yang ditumpahkan, mereka memberhenti- kannya dan memukulnya. Dia menjadi marah, sehingga menghancurkan sumber pahala. Untuk hari itu, pahala dipersembahkan atas nama raja. Seperti yang sudah diulangi di sini beberapa kali, adalah tujuan dari pelaku saja yang menentukan apakah suatu perbuatan bersifat positif atau negatif, bukan pelaksanaannya secara lisan atau secara fisik akan niat tersebut. Karena alasan ini, dalam Sutra Instruksi kepada Raja,248 Buddha menjelaskan secara detil bahwa hanya dengan mengamati perbuatan baik yang dilakukan orang lain dengan pikiran yang murni, dan secara tulus bergembira di dalamnya dan mempersembahkan kekuatannya untuk pencerahan sempurna semua makhluk, akan membawa lebih banyak pahala dibanding kebajikan yang dicemari dengan delapan perhatian duniawi biasa, oleh ambisi hidup ini, dan oleh kesombongan untuk bersaing dengan kebaikan orang lain. Chagme Rinpoche berkata:

Ketika kita mendengar hal baik yang dilakukan orang lain, Jika kita membuang semua pikiran negatif kecemburuan, Dan benar-benar bergembira dari dalam kedalaman hati kita,

248 Skt. Rajavavadaka-sutra, Tib. rgyal po la gdams pa. 404

Buddha mengatakan bahwa pahala yang kita peroleh akan sama dengan yang dimiliki mereka.

Rangkuman Kebijaksanaan Transenden249 mengatakan:

Bobot semua Gunung Meru di milyaran dunia bisa dihitung, Tetapi pahala ikut bergembira tak terkirakan.

Oleh karena itu, selalu bergembiralah atas kebaikan yang dilaksanakan oleh orang lain, karena hal itu mudah dilakukan dan begitu menguntung- kan.

2.5 Mendesak Buddha memutar roda dharma

Bayangkan anda di hadapan Buddha dan Bodhisattva, para guru dan semua mereka yang mampu menanggung beban berat bekerja demi kepentingan makhluk lain. Pikirkan bahwa mereka sudah menjadi lelah oleh sikap tak berterimakasih dan mengecilkan hati dari makhluk-makhluk tersebut, dan berniat untuk tinggal di dalam keadaan damai tanpa memberi ajaran. Pancarkan ratusan dan ribuan juta tubuh, persembahkan roda Dharma, permata-permata dan benda berharga lainnya kepada mereka semua, dan mendesak mereka untuk memutar roda Dharma dengan kata- kata:

ཐེག་ག�མ་ཆོས་འཁོར་བ�ོར་བར་བ�ལཿ THEG SUM CHÖ KHOR KOR WAR KUL Aku memohon Anda untuk memutar Roda Dharma ketiga kendaraan.

Dharma secara umum dibagi menjadi tiga kendaraan: kendaraan Sravaka, kendaraan Pratyekabuddha, dan kendaraan Bodhisattva. Kese- muanya termasuk dalam seluruh ajaran Buddha. Tetapi mungkin juga dibagi menjadi sembilan: tiga kendaraan luar, yaitu Sravaka, Pratyekabuddha dan Bodhisattva, yang membebaskan asal-muasal penderitaan; tiga kendaraan bagian dalam: Kriyayoga, Upayoga dan Yoga, yang dihubungkan dengan latihan pertapaan dalam cara tradisi Veda; dan tiga kendaraan rahasia: Mahayoga, Anuyoga dan Atiyoga, yang

249 Skt. Prajnaparamita-samcayagatha, Tib. phar phyin bsdus pa, sastra yang ditulis oleh Aryasura. 405

mengajarkan metoda-metoda transmutasi yang canggih. Ketika kita meminta memutar roda Dharma, apa yang kita minta adalah Dharma dari tiga kendaran yang lebih lanjut dibagi menjadi sembilan, yang dapat menyediakan ajaran yang cocok untuk setiap jenis pengikut.

2.6 Meminta Buddha tidak masuk nirvana

Arahkan permintaan anda kepada para guru, Buddha dan Bodhisattva yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka bekerja untuk kebaikan orang lain, di dalam alam Buddha ini dan yang lain, yang sekarang ingin masuk Nirvana. Mohonlah dengan sangat kepada mereka, seperti yang dilakukan Upasaka Cunda masa lampau, dengan secara mental membuat banyak emanasi diri sendiri, sambil berkata:

ཇི་�ིད་འཁོར་བ་མ་�ོངས་བརཿ JI SID KHOR WA MA TONG BAR Sebelum samsara terkosongkan �་ངན་མི་འདའ་བ�གས་གསོལ་འདེབསཿ NYA NGEN MI DA ZHUG SOL DEB Tinggallah di dunia dan tidak masuk ke dalam nirvana.

Lalu berpikirlah karena doa anda semua Buddha tetap bekerja untuk kebaikan makhluk hidup sampai samsara dikosongkan.

2.7 Pelimpahan pahala kebajikan

Ikuti contoh Manjusri dengan melimpahkan pahala kepada semua makhluk, pahala apa pun yang telah, sedang dan yang akan diperoleh oleh anda sendiri dan orang lain, mulai dengan perbuatan yang sedang anda lakukan sekarang. Segellah dedikasi tersebut dengan kebijaksanaan non- konsepsi, sambil berkata:

�ས་ག�མ་བསགས་པའི་དགེ་�་�ནཿ DÜ SUM SAG PË GE TSA KUN Semua akar kebajikan yang terkumpul sepanjang tiga masa, �ང་�བ་ཆེན་པོའི་�་�་བཇོཿ JANG CHUB CHEN PÖ GYU RU JO Saya limpahkan sebagai penyebab pen- cerahan agung.

406

Janganlah pernah lupa untuk melakukan pelimpahan jasa pada akhir setiap perbuatan baik, besar ataupun kecil. Setiap sumber pahala yang tidak dipersembahkan dengan cara ini hanya akan berbuah sekali saja dan habis terpakai. Tetapi apa pun juga yang dilimpahkan untuk pencerahan sempurna tidak akan pernah habis terpakai, bahkan setelah berbuah seratus kali pun. Sebagai gantinya, ia akan meningkat dan tumbuh sampai kebuddhaan sempurna tercapai. Di dalam Sutra yang Diminta oleh Sagaramati250 dikatakan:

Seperti setetes air yang jatuh ke samudra, Tidak akan pernah hilang sampai samudra menjadi kering; Pahala yang secara keseluruhan dilimpahkan untuk pencerahan, Tidak akan pernah lenyap sampai pencerahan tercapai.

Anda boleh saja ingin mencapai tingkat Sravaka atau Pratyekabuddha, atau mencapai pencerahan sempurna. Anda boleh saja hanya ingin dilahirkan di alam yang lebih tinggi, sebagai dewa atau manusia. Atau anda hanya menginginkan hasil sementara seperti umur panjang atau kesehatan yang baik. Tetapi apa pun juga tujuan anda, ketika anda melakukan sesuatu yang berjasa, adalah penting untuk mendedikasikan- nya pada akhir perbuatan tersebut. Drikung Kyobpa Rinpoche berkata:

Kecuali dengan membuat doa-doa pengharapan, Anda menggosok permata pengabul harapan dari kedua akumulasi, Hasil yang anda inginkan tidak akan pernah kelihatan. Oleh karena itu akhirilah sepenuh hati dengan dedikasi.

Adalah kekuatan pelimpahan pahala yang menentukan apakah perbuat- an positif menjurus pada pencerahan sempurna atau tidak. Seberapapun besarnya perbuatan positif terkondisi yang anda himpun tidak akan menjurus kepada pembebasan kecuali jika anda memberi mereka suatu arah dengan mempersembahkan mereka. Geshe Khampa Lungpa berkata:

Tidak ada perbuatan baik yang terkondisi mempunyai suatu arah dengan sendirinya, Maka buatlah doa-doa dengan pengharapan yang besar demi kepen- tingan makhluk hidup.

250 Skt. Sagaramatiparipriccha-sutra, Tib. blo gros rgya mtshos zhus pa'i mdo. 407

Hal yang sama berlaku untuk aktivitas positif yang akan anda lakukan demi ayah anda, ibu anda atau orang yang anda kasihi, atau untuk orang yang sudah meninggal. Tanpa dedikasi, hal itu tidak akan bekerja. Tetapi jika anda mendedikasi aktivitas tersebut, orang-orang yang anda ingat di dalam pikiran anda akan memperoleh manfaat yang sesuai. Pada suatu ketika, orang-orang Vaisali datang mengundang Buddha untuk perjamuan pada hari berikutnya. Setelah mereka pergi, lima ratus preta tiba dan meminta kepada beliau, "Tolong dedikasi kepada kami jasa kebajikan dari sedekah orang-orang Vaisali yang akan dipersembahkan kepada anda dan para pengikut anda besok." "Siapakah kamu?" Buddha bertanya, meski ia telah mengetahui jawaban. "Mengapa jasa kebajikan orang-orang Vaisali harus dilimpahkan kepada anda?" "Kami adalah orang tua mereka," jawab preta-preta itu. "Kami dilahirkan sebagai preta akibat perilaku kami yang pelit." "Baiklah, kata Buddha, "ikutlah pada waktu pelimpahan jasa dan akan kulakukan seperti permintaan anda." "Itu tidak mungkin," mereka berkata. "Kami sangat malu dengan tubuh kami yang buruk ini." "Anda seharusnya merasa malu ketika anda melakukan semua perbuatan yang salah," jawab Sang Buddha. "Apa artinya tidak merasa malu pada saat tersebut, namun merasa malu sekarang, saat anda telah terlahir dalam wujud yang menyedihkan ini? Jika anda tidak datang aku tidak akan mampu mendedikasikan jasa kebajikan kepada anda." "Baiklah, kami akan datang," kata mereka, lalu mereka pergi. Hari berikutnya, ketika saatnya tiba, preta-preta datang menerima dedikasi. Orang-orang Vaisali sangat terkejut dan mulai melarikan diri. "Janganlah takut," Buddha menenteramkan hati mereka. "Mereka semua adalah orang tua anda yang telah dilahirkan kembali sebagai preta. Mereka mengatakan kepadaku sendiri. Perlukah saya melimpahkan sumber pahala anda kepada mereka atau tidak?" "Anda pasti perlu!" mereka menangis. Buddha berkata:

Semoga semua jasa dari persembahan ini Dilimpahkan kepada ke preta-preta ini; Semoga mereka terbebaskan dari tubuh mereka yang buruk, Dan memperoleh kebahagiaan dalam alam yang lebih tinggi!

408

Tak lama setelah beliau berkata, semua preta meninggal. Buddha menjelaskan bahwa mereka telah dilahirkan kembali di alam Surga Tiga Puluh Tiga.

Jetsun Mila berkata:

Antara pertapa yang bermeditasi di dalam pegunungan, Dengan penderma yang menyediakan makanan atau minuman untuknya, Ada suatu mata rantai yang akan membawa mereka kepada pence- rahan bersama; Pelimpahan jasa kebajikanlah yang merupakan mata rantai tersebut.

Setiap pelimpahan jasa kebajikan yang menjurus ke pencerahan sempurna harus disertai oleh kebijaksanaan, bebas dari tiga konsepsi. Dedikasi yang dicemari oleh konsepsi-konsepsi sebagai sesuatu yang nyata, dikenal sebagai pelimpahan jasa kebajikan yang tercemar. Rangkuman Kebijaksanaan Transenden mengatakan:

Sang Penakluk mengatakan, bahwa berbuat baik dengan konsepsi- konsepsi, Sama seperti makan makanan sehat bercampur racun.

Ketiga konsepsi yang dimaksud disini adalah konsepsi bahwa ada sumber pahala untuk didedikasikan, seseorang yang membuat pelimpahan jasa kebajikan, dan untuk apa dedikasi tersebut diarahkan. Jika seseorang bisa melakukan pelimpahan jasa kebajikan dalam keadaan kebijaksanaan, menyadari secara penuh bagaimana ketiga hal tersebut adalah tanpa keberadaan yang sesungguhnya, maka pelimpahan pahala tersebut akan benar-benar tak tercemar. Hal itu bukanlah dalam jangkauan orang-orang biasa pada tingkat seperti kita. Meskipun demikian, hanya dengan berpikir bahwa seseorang sedang melimpahkan pahala kebajikan dengan cara yang persis sama seperti Buddha dan Bodhisattva masa lampau, akan membuat pelimpahan pahala yang sama sekali bebas dari ketiga konsepsi. Sutra Pengakuan Kemerosotan251 berkata:

Sama seperti semua Bhagavan Buddha dari masa lampau dengan sempurna melimpahkan jasa kebajikan; sama seperti semua

251 Tib. ltung gshags 409

Bhagavan Buddha yang akan datang dengan sempurna melimpahkan jasa kebajikan; dan sama seperti semua Bhagavan Buddha sekarang melimpahkan jasa kebajikan; maka demikian juga saya melimpahkan jasa kebajikan dengan sempurna.

dan Doa Perbuatan Baik berkata:

Mencontoh pahlawan Manjusri, Samantabhadra dan semua mereka yang mempunyai pengetahuan, Saya juga membuat dedikasi yang sempurna Dari semua perbuatan yang bersifat positif.

Pastikan selalu menyegel perbuatan positif anda dengan pelimpahan jasa yang sempurna, karena ini adalah satu-satunya metoda manjur yang memastikan bahwa jasa kebajikan akan menjurus kepada pencerahan sempurna.

3. Berdoa dengan keyakinan yang pasti

Berdoa kepada guru dengan keyakinan yang pasti adalah untuk membawa pikiran seseorang untuk mencapai sifat alami empat vajra.252 Bayangkan bahwa guru anda yang mulia, pelindung anda yang agung, mempunyai kewenangan sempurna, memiliki sifat alami Heruka di dalam setiap mandala deity. Hanya melihat, mendengar, menyentuh atau berpikir tentangnya akan menanam benih pembebasan. Karena aktivitas yang dilakukannya adalah sama seperti semua Buddha, ia adalah Permata yang Keempat. Bagi anda, kebaikannya adalah benar-benar lebih besar diban- dingkan dengan semua Buddha, karena dengan belas kasihnya, ia dengan cepat membangun tingkat Vajradhara dalam diri anda dalam satu kehidupan ini dengan jalan mendalam yang menjadi matang dan membebaskan. Perihal kualitasnya, pencapaiannya adalah seluas angkasa; pengetahuan dan cinta kasihnya adalah tiada batasnya seperti samudra; belas kasihnya sama kuatnya seperti sebuah sungai yang besar; dan sifatnya tabah seperti Maha Meru. Ia seperti ayah atau ibu semua makhluk, karena hatinya sama untuk semua makhluk. Setiap aspek kualitasnya

252 Tingkat empat vajra: Pemurnian saluran nadi sebagai tubuh vajra, atau nirmanakaya; pemurnian energi sebagai vajra ucapan atau sambhoga-kaya; pemurnian pikiran sebagai vajra pikiran atau dharmakaya; sifat yang dimurnikan dari ketiga ini adalah vajra ketidakterpisahan atau svabhavikakaya. 410

adalah tak terkira. Ia seperti suatu permata pengabulan harapan. Anda hanya perlu mempercayainya dan berdoa kepadanya, dan apa pun juga pencapaian yang anda cari akan bangkit tanpa usaha. Dengan berlinang air mata pengabdian, pikirkan, "Saya percayakan sepenuhnya kepada anda, saya menempatkan semua harapan saya pada anda, saya pasrahkan diriku kepada anda saja!" lafalkan baris doa untuk latihan penerimaan pencapaian, mulai dari:

�ེ་བ�ན་�་�་རིན་པོ་ཆེཿ JETSUN GU RU RIN PO CHE Guru Rinpoche yang mulia, �ེད་ནི་སངས་�ས་ཐམས་ཅད་�ིཿ KHYED NI SANG GYË THAM CHED KYI Anda adalah perwujudan semua Buddha. �གས་�ེའི་�ིན་�བས་འ�ས་པའི་དཔལཿ THUG JEI JIN LAB DÜ PË PAL Anugerahkanlah berkah belas kasihmu. སེམས་ཅན་ཡོངས་�ི་མགོན་གཅིག་�ཿ SEM CHEN YONG KYI GON CHIG PU Anda adalah satu-satunya pelindung semua makhluk hidup. �ས་དང་ལོངས་�ོད་�ོ་�ིང་�ངཿ LÜ DANG LONG CHOD LO NYING DRANG Tubuh dan segala harta milikku, �ོས་པ་མེད་པར་�ེད་ལ་འ�ལཿ TO PA MED PAR KHYED LA BUL Dengan tanpa keraguan kupersembah- kan kepadamu. འདི་ནས་�ང་�བ་མ་ཐོབ་བརཿ DI NAM JANG CHUB MA THOB BAR Mulai sekarang sampai saya mencapai pencerahan, �ིད་�ག་ལེགས་ཉེས་མཐོ་དམན་�ནཿ KYID DUG LEG NYE THO MAN KUN Segala kebajikan, kejahatan, penderita- an, kebahagian, kemuliaan dan martabat rendahku, �ེ་བ�ན་ཆེན་པོ་པད་འ�ང་མ�ེནཿ JETSUN CHEN PO PE JUNG KHYEN Diperhatikan oleh Guru terlahir dari Teratai yang mulia.

Berikutnya, konsentrasilah pada lafalan mantra Guru Vajra, sebagai satu doa:

411

ཨ��ཱཿ�ྃཿ བ�་�་�་པ�ྨ་སི�ི་�ྃཿ Om Ah Hung Bendzra Guru Pema Siddhi Hung

Setelah setiap seratus pengulangan, ulangi doa "Guru Agung yang mulia..." sekali lagi. Di tengah-tengah waktu yang anda sisihkan untuk lafalan seratus ribu kali mantra Guru Padmasambhava, yaitu setelah lima puluh ribu kali, maka setelah setiap lafalan satu mala lanjutkan pada doa pencapaian dengan mengucapkan doa yang dimulai dengan:

བདག་ལ་རེ་ས་གཞན་ན་མེདཿ DAG LA RE SA ZHEN NA MED Saya tidak memiliki tempat memohon lainnya. ད་�་�ས་ངན་�ིགས་མའི་འ�ོཿ DA TA DÜ NGEN NYIG MEI DRO Makhluk hidup dalam masa kemerosotan sekarang མི་བཟོད་�ག་བ�ལ་འདམ་�་�ིངསཿ MI ZOD DUG NGAL DAM DU JING Tenggelam dalam rawa penderitaan, འདི་ལས་�ོབས་ཤིག་མ་�་�་�ཿ DI LË KYOB SHIG MA HA GU RU Tolong selamatkan mereka, Mahaguru. དབང་བཞི་�ར་ཅིག་�ིན་�བས་ཅནཿ WANG ZHI KUR CHIG JIN LAB CHEN Anda yang memberi berkah, anugerah- kanlah keempat inisiasi kepada mereka; �ོགས་པ་�ོར་ཅིག་�གས་�ེ་ཅནཿ TOG PA POR CHIG THUG JE CHEN Anda yang penuh belas kasih, tingkat- kanlah realisasi mereka; �ིབ་གཉིས་�ོངས་ཤིག་�ས་མ�་ཅནཿ DRIB NYI JONG SHIG NÜ THU CHEN Anda yang memiliki kekuatan, murnikan- lah kedua rintangan mereka.

4. Mengambil empat inisiasi

Ketika waktunya tiba untuk meminta pencapaian, terimalah empat inisiasi dengan membayangkan bija kata Om (ཨ�) antara alis mata Guru bersinar seperti kristal bulan, memancarkan berkas cahaya yang menembus puncak kepala anda dan memurnikan anda dari ketiga perbuatan buruk yang dilakukan dengan tubuh – membunuh, mengambil apa yang tidak diberi, perbuatan asusila – dan memurnikan semua noda 412

batin saluran nadi yang dikembangkan tubuh anda. Berkah tubuh vajra Guru masuk ke tubuh anda dan berpikirlah bahwa potensi untuk mencapai tingkat nirmanakaya telah tertanam dalam diri anda. Lalu bija kata Ah (�ཱ) , menyala seperti batu permata mirah di dalam tenggorokan Guru, memancarkan berkas cahaya yang masuk tenggorokan anda, membersihkan anda dari empat perbuatan buruk yang dilakukan dengan ucapan – berbohong, menabur perselisihan, berkata kasar dan mengatakan kata-kata yang tidak berharga – dan membersihkan semua noda energi anda yang ditimbulkan oleh ucapan dan memurnikan semua noda batin saluran energi anda. Anda menerima berkah ucapan vajra Guru dan berpikirlah bahwa potensi untuk mencapai tingkat sambhogakaya telah tertanam dalam tubuh anda. Kemudian bija kata Hum (�ྃ) berwarna biru langit memancarkan berkas sinar yang menembus hati anda, membersihkan anda dari ketiga perbuatan buruk yang dilakukan oleh pikiran – iri hati, mengharapkan orang lain celaka dan padangan salah – dan membersihkan semua noda dasar anda yang ditimbulkan oleh pikiran dan memurnikan semua noda batin bindu anda. Anda menerima berkah pikiran vajra Guru dan berpikirlah bahwa potensi untuk mencapai tingkat dharmakaya telah tertanam dalam diri anda. Lalu dari Hum dalam hati guru, sebuah bija kata Hum yang kedua, seperti suatu tembakan bintang, jatuh dan bercampur sepenuhnya dengan pikiran anda, membersihkan semua noda konsepsi dan noda karma dari kesadaran alaya, yang merupakan sesuatu yang mendasari tubuh, ucapan dan pikiran. Anda menerima berkah kebijaksanaan vajra Guru dan berpikirlah bahwa mulai dari saat itu, potensi untuk mencapai hasil akhir, tingkat svabhavikakaya, telah tertanam dalam diri anda. Akhirnya, gabungkan pikiranmu sendiri sepenuhnya dengan pikiran guru, dan tinggallah dalam keadaan tersebut. Pada akhir sesi, lafalkan dengan pengabdian dan keinginan yang bersemangat doa yang dimulai dari:

ནམ་ཞིག་ཚ�་ཡི་�ས་�ས་ཚ�ཿ NAM ZHIG TSHE YI DÜ JË TSHE Ketika hidupku berakhir, རང་�ང་�་ཡབ་དཔལ་རིའི་ཞིངཿ RANG NANG NGA YAB PAL RÏ ZHING Aku memanifestasikan alam Gunung Warna Tembaga;

413

�ང་འ�ག་�ལ་པའི་ཞིང་ཁམས་�ཿ ZUNG JUG TRUL PË ZHING KHAM SU Berdiam dalam ke-tak-terpisah-an alam tersebut, གཞི་�ས་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ ZHI LÜ DOR JE NAL JOR MA Tubuhku berubah menjadi Vajrayogini; གསལ་འཚ�ར་འོད་�ི་གོང་�་�ཿ SAL TSHER Ö KYI GONG WU RU Dalam gumpalan cahaya terang tubuhku, �ར་ནས་�ེ་བ�ན་པད་འ�ང་དངཿ GYUR NË JETSUN PE JUNG DANG Aku menatap Padmasambhava yang mulia, ད�ེར་མེད་ཆེན་པོར་སངས་�ས་ཏེཿ JENG MED CHEN POR SANG GYË TE Yang tak berbeda dengan para Buddha; བདེ་དང་�ོང་པའི་ཆོ་འ�ལ་�ིཿ DE DANG TONG PË CHO TRUL GYI Aku mengalami kebahagiaan kekosongan gaib, ཡེ་ཤེས་ཆེན་པོའི་རོལ་པ་ལསཿ YE SHE CHEN PÖ ROL PA LË Dan menikmati aktivitas kebijaksanaan agung; ཁམས་ག�མ་སེམས་ཅན་མ་�ས་པཿ KHAM SUM SEM CHEN MA LÜ PA Andalah pemandu yang tertinggi; འ�ེན་པའི་དེད་དཔོན་དམ་པ་�ཿ DREN PË DED PON DAM PA RU Makhluk hidup di tiga alam tanpa kecuali �ེ་བ�ན་པ�ྨ་ད�གས་ད�ང་གསོལཿ JETSUN PE MA BUG JUNG SOL Memohon penghiburan Sang Teratai Suci; གསོལ་བ་�ིང་གི་ད�ིལ་ནས་འདེབསཿ SOL WA NYING GI KYIL NË DEB Bukan sekedar ucapan mulut, ཁ་ཙམ་ཚ�ག་ཙམ་མ་ཡིན་ནོཿ KHA TSAM TSHIG TSAM MA YIN NO Namun memohon dari lubuk hati; �ིན་�བས་�གས་�ི་�ོང་ནས་�ོལཿ JIN LAB THUG KYI LONG NË TSOL Mohon anugerahkan berkah pencerahan- mu, བསམ་དོན་འ�བ་པར་མཛད་�་གསོལཿ SAM DON DRUB PAR DZED DU SOL Agar terkabul semua harapan kami.

414

Dengan penuh keyakinan dan devosi, bayangkan Guru Rinpoche tersenyum, matanya terpenuhi dengan belas kasih. Dari hatinya, terpancar berkas cahaya merah menyala. Saat cahaya tersebut menyentuh anda – yang mana hingga sekarang anda masih memvisualisasikan diri anda sebagai Vajrayogini – anda diubah menjadi sebuah bola bercahaya merah seukuran kacang polong, yang meloncat ke arah Guru Rinpoche seperti suatu pecahan percikan api dengan mengeluarkan suara “ta”, dan melebur ke dalam hatinya. Beristirahatlah dalam keadaan demikian.

Lalu, sambil melihat segala sesuatu yang ada sebagai manifestasi Guru, akhiri dengan pelafalan ayat dedikasi:

དགེ་བ་འདི་ཡི་�ར་�་བདག ། GE WA DI YI NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini, དཔལ་མགོན་�་མ་འ�བ་�ར་ནས། ། PAL GON LA MA DRUB GYUR NË Semoga saya segera mencapai tingkat Guru Pelindung; འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། ། DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa kecuali དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག ། DE YI SA LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.

atau melafal Doa Gunung Warna Tembaga.253

Kapan pun ketika anda sedang berjalan-jalan, anda dapat juga berlatih Guru Yoga dengan memvisualisasikan guru anda di angkasa di atas bahu kanan anda dan membayangkan bahwa anda sedang mengitarinya. Kapan pun ketika anda sedang duduk, bayangkan dia di atas kepala anda sebagai fokus untuk doa-doa anda. Waktu makan dan minum, bayangkan dia di dalam kerongkongan dan persembahkan bagian pertama dari makanan atau minuman anda. Ketika anda pergi tidur, bayangkan dia di pusat hati anda: ini adalah intisari tehnik yoga tidur: "meletakkan segala sesuatu yang dapat dikenal ke dalam pot."254

253 Tib. zangs bdog dpal ri’i smon lam, doa untuk terlahirkan di alam suci Padmasambhava. 254 Salah satu instruksi dalam yoga tidur yang ditemukan di dalam ajaran Kesempurnaan Agung. 415

Singkatnya, bangkitkan rasa pengabdian anda sepanjang waktu, dalam setiap situasi. Peliharalah pikiran bahwa di mana saja anda berada adalah sebenarnya Gunung Warna Tembaga nan Jaya, dan murnikan segala hal yang anda rasakan dengan memandangnya sebagai wujud Sang Guru.

Kapan pun penyakit, rintangan-rintangan dari kekuatan negatif atau keadaan yang tak dikehendaki muncul, jangan hanya mencoba untuk menghindari mereka. Bergembiralah dengan berpikir bahwa mereka telah diberikan oleh guru anda dalam rasa kasihannya sebagai suatu cara untuk menghilangkan karma negatif anda yang lampau. Kapan pun kebahagiaan, kenyamanan dan praktek berbudi luhur mendominasi, kenali hal tersebut sebagai belas kasih guru anda, dan jangan terlalu gembira atau menjadi sombong. Waktu sedang bermeditasi, kapan pun keadaan pikiran seperti kehilangan semangat, kelesuan, kelambanan dan gelojak mental muncul, gabungkan kesadaran anda secara tak terpisahkan dengan pikiran guru. Beristirahat dalam pandangan sifat alami sambil mempertahankan kece- merlangan awal. Pada waktu yang sama, lafalkan mantra Vajra Guru sebagai suatu doa dan lafalan:

ཨ��ཱཿ�ྃཿ བ�་�་�་པ�ྨ་སི�ི་�ྃཿ Om Ah Hung Bendzra Guru Pema Siddhi Hung

Dengan cara ini, semua penampilan akan muncul sebagai guru dan deity. Semua yang anda lakukan akan menjadi hal yang positif. Seperti kata Jetsun Mila:

Ketika saya berjalan, saya mengambil semua persepsi sebagai jalan; Itulah cara untuk berjalan, membiarkan keenam kesadaran membe- baskan mereka sendiri. Ketika saya duduk, saya duduk dalam sifat alami yang tak berubah; Itu adalah cara yang penting dan mutlak untuk beristirahat. Ketika saya makan, saya makan makanan dari kekosongan; Itulah cara makan tanpa pikiran yang dualistik. Ketika saya minum, saya minum air dari kesadaran dan kewaspa- daan; Itulah cara minum yang terus menerus.

416

Lagipula, begitu anda masuk Mantra Rahasia Vajrayana, adalah penting untuk menerima inisiasi yang matang dan membebaskan. Mereka mem- perbaiki pelanggaran dan samaya yang rusak, dan memungkinkan anda untuk merenungkan semua jalan dari tahap pengadaan, tahap kesempurna- an dan Kesempurnaan Agung. Mereka mencegah rintangan-rintangan dan kesalahan untuk timbul, dan membuat semua pencapaian anda berkem- bang semakin dalam. Dikatakan bahwa:

Di dalam Kendaraan Mantra Rahasia, tiada pencapaian tanpa inisiasi; Sama seperti tukang perahu tanpa dayung.

dan juga:

Tanpa inisiasi tidak ada pencapaian; Anda tidak bisa mendapat minyak dengan memeras pasir.

Inisiasi yang kita terima ketika kita pertama kali diperkenalkan pada mandala oleh Guru Vajra yang sejati adalah inisiasi dasar. Inisiasi rangkap empat yang kita ambil sendiri ketika kita berlatih Guru Yoga, tanpa tergantung pada siapa pun atau yang lainnya, adalah inisiasi jalan. Dua jenis inisiasi batin yang kita peroleh pada saat memperoleh hasil tertinggi, yang disebut "inisiasi berkas cahaya besar" dan "inisiasi kedalaman dan cahaya yang tak terpisahkan" di mana kebuddhaan yang sempurna dan menyeluruh bermanifestasi adalah inisiasi hasil. Inisiasi-inisiasi ini memiliki tiga sifat mendalam yang tak terbayang- kan: mereka memurnikan, menyempurnakan dan mematangkan. Ketika anda sedang melakukan latihan utama, adalah merupakan suatu kekeliruan kalau tidak disertai pendahuluan yang mana pun, dan ketika anda sedang bermeditasi pada latihan seperti tahap pengadaan atau tahap kesempurnaan, adalah sangat penting selalu mulai tiap sesi dengan mengambil inisiasi jalan dengan cara Guru Yoga. Siapa pun yang pengabdian dan samayanya murni sepenuhnya dan yang menyelesaikan Guru Yoga, bahkan tanpa melakukan latihan utama, akan terlahir di Gunung Agung Benua Barat Daya.255 Di alam Buddha yang murni tersebut, mereka akan menjalani jalan dari empat tingkat Vidyadhara dan mencapai tingkat Samantabhadra bahkan dengan lebih cepat dibanding gerakan matahari dan bulan.

255 Nama lain Gunung Warna Tembaga, alam suci Guru Padmasambhava. 417

III. SEJARAH DATANGNYA DOKTRIN TERJEMAHAN LAMA

Pada kesempatan ini, untuk kesenangan pendengar dan karena pertim- bangan lain, dengan tidak terlalu singkat maupun terlalu rinci, secara tradisional biasanya guru akan menerangkan sejarah ajaran secara umum, terutama tentang munculnya tiga yoga bagian dalam. Maka sekarang akan diuraikan dengan singkat bagaimana ketiga yoga bagian dalam dari Terjemahan Lama Nyingmapa turun hingga ke kita hingga hari ini, yaitu tahap pengadaan Mahayoga, tahap kesempurnaan Anuyoga dan tahap Kesempurnaan Agung Atiyoga, di mana terdapat tiga silsilah transmisi: silsilah batin dari Sang Penakluk, silsilah lambang dari Vidyadhara dan silsilah pendengaran dari pudgala.

1. Silsilah batin Sang Penakluk

Buddha Samantabhadra tercerahkan mula-mula sekali. Sebagai mani- festasi gaib yang tak terbatas dari belas kasihnya, muncul alam murni semua Buddha, semua tempat di mana ajaran diberikan dan para guru dari empat kaya. Murid-muridnya terdiri dari Vidyadhara lima kaya256 yang mencapai pencapaian secara spontan dan rombongan Penakluk yang tidak dapat dibayangkan dan tanpa batas. Tidak ada perbedaan antara mereka dan dirinya. Ia mengajar tanpa ajaran, mentransmisikan semua doktrin tanpa kata-kata atau lambang melalui kejernihan alami tanpa usaha dari belas kasih yang besar yang terpancar secara spontan dari kesadaran awal. Para muridnya mewujudkan pada diri mereka arti dari ajaran mutlak ini tanpa kekeliruan, dan kualitas kebebasan dan realisasi mereka menjadi serupa dengan miliknya. Bagi mereka yang tidak mempunyai nasib baik untuk memahami transmisi pertama ini, ada kendaraan lain yang menyangkut jalan yang progresif. Samantabhadra mengajarnya dengan memanifestasi wujud- wujud yang tak terhitung di dalam alam semesta yang tak terhingga untuk memberi manfaat kepada makhluk hidup, memandu masing-masing mereka dengan cara yang paling sesuai. Wujud-wujud yang spesifik di mana ia melatih enam kelas makhluk adalah Enam Muni. Di dalam dunia Jambudvipa ini, Buddha Sakyamuni memutar roda Dharma pada tiga tingkat yang berbeda untuk para dewa dan manusia. Ia mengajarkan kendaraan karakteristik sebab, yang terdiri dari Vinaya, Sutra dan

256 Lima kaya: 1. Nirmanakaya; 2. Sambhogakaya; 3. Dharmakaya; 4. Vajrakaya (tubuh vajra permanen); dan 5. Abhisambodhikaya (tubuh pencerahan sempurna). 418

Abhidharma, dan bagian luar Mantrayana - Kriya Tantra, Upayoga Tantra, Yoga Tantra, dan seterusnya.

Sebagai penanggulangan terhadap emosi kemelekatan, Buddha mengajar dua puluh satu ribu bagian Vinaya Pitaka; Sebagai penanggulangan terhadap emosi kebencian, Ia mengajar dua puluh satu ribu bagian Sutra Pitaka; Sebagai penanggulangan terhadap emosi kebingungan, Ia mengajar dua puluh satu ribu bagian Abhidharma Pitaka; Sebagai penanggulangan yang menundukkan ketiga racun tersebut bersama-sama, Ia mengajar dua puluh satu ribu bagian Tantra Pitaka.

2. Silsilah lambang dari Vidyadhara

Menjelang parinirvana, Buddha Sakyamuni sendiri memprediksi datangnya Doktrin Mantra Rahasia yang tak tertanding. Seperti yang termuat dalam bagian akhir Tantra Hevajra:

Dua puluh delapan tahun Setelah saya berhenti menampakkan diri di dunia ini, Hakikat yang mahamulia dari ajaran, Yang dipuji ketiga alam surgawi, Akan diajarkan di bagian timur Jambudvipa Kepada seseorang yang bernama Raja Ja, Seorang manusia beruntung dan mulia, Yang didahului oleh pertanda-pertanda baik. Dan di puncak Gunung Malaya,257 Vajrapani akan mengajarnya Kepada Lima yang Mulia258 Dan kepada Penguasa Tanah Raksasa.259

Setelah membuat ramalan ini, Buddha mempertunjukkan kepergiannya ke nirvana. Ketiga yoga dari doktrin bagian dalam yang tak tertanding:

257 Gunung Malaya berada di Srilangka, tempat Sang Buddha membabarkan Sutra Lankavatara. 258 Lima yang Mulia: 1. Dewa Yasasvi Varapala; 2. Naga Taksala; 3. Yaksa Ulkamukha; 4. Raksasa Matyaupayika; dan 5. Vimalakirti. 259 Padmasambhava. 419

tahap pengadaan, tahap kesempurnaan dan Kesempurnaan Agung satu persatu dimunculkan sebagaimana yang telah diramalkan oleh-Nya.

2.1 Mahayoga Tantra

Dua puluh delapan tahun setelah meninggalnya Sang Buddha, Raja Ja mendapat tujuh pertanda dalam mimpinya. Lalu, di atap istananya, ia menemukan sejumlah besar jilid emas yang berharga dari tantra Mantrayana Rahasia yang tertulis dengan bubuk batu lazuardi di lembaran- lembaran emas dan satu rupang Vajrapani satu hasta tingginya. Ia berdoa, dan setelah itu mampu memahami pasal yang dikenal sebagai Penampakan Vajrasattva. Sesudah itu ia berlatih selama enam bulan dengan menggunakan bab dan rupang Vajrapani tersebut sebagai dukungan untuk meditasinya. Ia melihat penampakan Vajrasattva yang memberkatinya, sehingga ia memahami dengan sempurna arti dari jilid- jilid tersebut. Mulai waktu itu, ajaran secara berangsur-angsur tersebar.

2.2 Transmisi Anuyoga

Dalam periode yang sama, di puncak Gunung Malaya, Lima Yang Mulia memusatkan pikiran mereka pada semua Buddha dari sepuluh penjuru dan melafal Dua puluh tiga Ayat Ratapan,260 dimulai dari:

Aduh! Aduh! Aduh! Kini matahari Buddha telah lenyap, Siapa yang akan mengusir kegelapan dunia?

Kemudian semua Tathagata bersama-sama memanjatkan doa kepada Penguasa Rahasia, Vajrapani:

Dengarkanlah doa kami, Penguasa Rahasia! Apakah anda sudah melepaskan baju besi tekad anda yang lampau? Apakah Anda tidak melihat penderitaan dunia? Kasihanilah dan turunlah ke bumi, Usirlah siksaan-siksaan dunia!

Penguasa Rahasia setuju:

260 Terdapat penjelasan rinci dalam Tantra Rangkuman Arti. 420

Tanpa permulaan dan tanpa akhir, Aku tidak pernah mengingkari ikrarku; Kini karena permintaan Tathagata, Aku akan membentang pajangan gaibku.

Segera sesudah berkata demikian, ia langsung turun ke puncak Gunung Malaya dan mengajar Tantra Rangkuman Arti261 dan ajaran lain kepada Lima Yang Mulia. Selain itu, di Dhanakosa di bagian barat negeri Uddiyana, Vajrapani mengajar Tantra Sari Rahasia 262 beserta sari instruksinya dan Tantra Kila, Tantra Mamo dan lainnya kepada nirmanakaya Garab Dorje. Semua transmisi ini kemudian diterima oleh Padmasambhava dari Uddiyana dan lalu secara berangsur-angsur tersebar.

2.3 Sari instruksi Atiyoga

Atiyoga pertama-tama diajarkan di antara para dewa. Di dalam Surga Tiga Puluh Tiga, ada seorang dewa bernama Devabhadrapala yang mempunyai sekitar lima ratus putra yang semuanya dilahirkan dari pikirannya. Anak sulung yang bernama Anandagarbha, lebih cerdas dan secara fisik terkarunia dibanding saudara-saudaranya. Ia suka bermeditasi, membaca sutra dan melafal mantra sendirian di dalam gubuk meditasi. Ia dikenal sebagai Devaputra Adhicitta, "putra dewa dengan pikiran yang unggul." Pada tahun lembu air betina, ia bermimpi empat mimpi simbolis. Dalam mimpi yang pertama, semua Buddha memancarkan cahaya ke sepuluh arah, dan wujud-wujud dari Enam Muni yang terbuat dari berkas cahaya mengitari makhluk-makhluk suci sebelum melebur ke dalam dirinya melalui puncak kepalanya. Dalam mimpi yang kedua, ia menelan Brahma, Visnu dan Pasupati.263 Dalam mimpi yang ketiga, matahari dan bulan di langit tampak di dalam tangannya dan memenuhi seluruh alam semesta dengan cahaya. Dalam mimpi yang keempat, hujan nektar jatuh dari awan berwarna permata. Di tempat nektar tercurah, rumput-rumput bertunas, tumbuh menjadi hutan lebat dengan pohon-pohon, bunga, buah- buahan berharga.

261 Tib. mdo dgongs ‘dus, salah satu tantra Anuyoga yang ditulis oleh Matyaupayika. 262 Skt. Guhyagarbha; Tib. rgyud gsang ba’i snying po, merupakan tantra dasar Mahayoga. 263 Ketiga dewa Hindu yang utama. Pasupati adalah nama lain untuk Siva.

421

Keesokan harinya ia pergi menceritakan mimpi-mimpinya kepada Kausika, raja para dewa, yang mengucapkan pujian ini:

Emaho! Sekarang adalah waktu munculnya doktrin hati tanpa usaha! Emanasi Buddha, Bodhisattva dari masa lampau, sekarang dan masa depan, Raja dari tingkat yang kesepuluh – anda akan menerangi seluruh dunia. Betapa suatu perhiasan yang menakjubkan bagi alam surga!

Mimpi yang pertama adalah suatu tanda bahwa ia akan mengasimilasi pikiran kebijaksanaan semua Buddha dan menjadi wakil mereka. Mimpi yang kedua menandakan bahwa ia akan menaklukkan semua roh-roh jahat dan membasmi ketiga racun. Yang ketiga berarti ia akan menghalau kegelapan di dalam pikiran makhluk hidup dan menerangi mereka dengan ajaran. Mimpi yang keempat menandakan pemadaman siksaan demam emosi negatif oleh nektar yang timbul secara alami dari ajaran Atiyoga, dan menyebar-luaskan kendaraan hasil tanpa upaya Atiyoga secara spontan. Sekali lagi, semua pesamuhan Buddha masa lampau, masa depan dan sekarang berkata:

Kami memohon Vajrasattva agung: Anda yang memiliki permata ajaib, Bukalah gerbang itu kepada semua makhluk yang menginginkannya, Anugerahkan kepada mereka permata tanpa upaya.

Dari hati Vajrasattva nampak suatu roda permata bercahaya yang dipersembahkan kepada Vajrapani, sambil berkata:

Kebijaksanaan di luar dualitas, kenyataan yang tersembunyi, Buddha sejak awal, tanpa upaya dan perbuatan; Jalan ini dikenal sebagai Jalan Tengah yang Agung, Ungkapkanlah kepada kumpulan para murid.

Vajrapani berjanji untuk mengajar:

Vajrasattva, seluas angkasa,

422

Di luar lingkup kata-kata, Adalah sangat sulit bagi saya untuk menyatakannya. Tetapi bagi mereka yang tidak menyadarinya, saya akan mengguna- kan kata-kata Untuk menunjuk artinya. Sehingga mereka dapat menyadarinya, Saya akan menggunakan apa pun juga alat yang diperlukan untuk membebaskan praktisi-praktisi.

Segera sesudah memberi persetujuannya, Vajrapani mengunjungi Vajraloka, alam Buddha sebelah timur. Di sana ia menerima ajaran dari Buddha Vajraguhya dan Tathagata-Tathagata dari Keluarga Vajra. Di Ratnaloka, alam Buddha sebelah selatan, ia menerima ajaran dari Tathagata Ratnapada dan Tathagata-Tathagata dari Keluarga Permata. Di Padmakuta, alam Buddha sebelah barat, ia menerima ajaran dari Bhagavan Padmaprabha dan semua Tathagata yang tidak terhitung banyaknya dari Keluarga Teratai. Di Visuddhasiddha, alam Buddha sebelah utara, ia menerima ajaran dari Tathagata Siddhyaloka dan Tathagata yang tak terbilang banyaknya dari Keluarga Karya. Di Viyoganta, alam Buddha tengah, ia menerima ajaran dari Tathagata Sri Vairocana dan banyak Penakluk lainnya dari Keluarga Tathagata. Vajrapani merangkum sari kebijaksanaan dari semua Penakluk seperti itu dan menyingkirkan semua kesalahpahaman tentang setiap aspek dari Atiyoga, sari ajaran yang mengagumkan, realisasi spontan tanpa upaya, di luar sebab dan akibat. Ia mengetahui bahwa Adhicitta, putra dewa tersebut memiliki karma yang benar dan keberuntungan, dan bahwa ia dapat ditemukan di Surga Tiga Puluh Tiga, di ruang tengah Istana Segala Kemenangan264, di mana terdapat sebatang pohon kehidupan yang dihiasi dengan vajra bertitik sembilan di puncaknya. Vajrapani pergi ke sana untuk menemuinya dan duduk di atas singasana yang bertahtakan permata yang berkilauan persis di puncak vajra tersebut. Adhicitta membentangkan kanopi yang terbuat dari berbagai permata dan membuat persembahan dengan banyak benda surgawi. Lalu Vajrapani memberi seluruh inisiasi kepadanya dengan perantaraan lambang-lambang melalui cara "penuangan Sang Penakluk."265 Ia juga menganugerahkan kepadanya sepuluh transmisi dari intisari instruksi yang ajaib, tujuh inisiasi, lima intisari instruksi dan sejumlah besar intisari instruksi tantra

264 Istana Dewa Indra. 265 Inisiasi tanpa ritual atau proses yang kelihatan, hanya perpindahan yang lengkap dan spontan dari realisasi pencerahan dari pikiran ke pikiran. 423

dan intisari yang lain secara keseluruhan pada saat yang bersamaan. Vajrapani menguasakannya sebagai wakil Buddha yang paling utama dan mengucapkan kata-kata berikut:

Semoga intisari yang ajaib dari ajaran ini, Sesudah tersebar di Surga Tiga Puluh Tiga, Anda beremanasi menjadi Hevajra, Dan menyebarkannya di tengah Jambudvipa.

Dengan demikian doktrin tersebut tersebar di tiga alam surga.

2.4 Datangnya atiyoga ke dunia manusia

Di sebelah barat India terletak Uddiyana, negeri dakini. Di sana, di daerah Dhanakosa, terdapat sebuah danau yang disebut Kutra. Di tepi danau tersebut, dalam hutan kecil yang menyenangkan dan penuh dengan bunga-bunga indah, terdapat suatu gua yang disebut Gua Vajra, dan di sana tinggallah seorang anak perempuan muda bernama Bunga Terang, putri Raja Uparaja dan Ratu Alokabhasvati. Ia memiliki semua tanda kesempurnaan, berbudi luhur dan memiliki bodhicitta yang tak terukur. Dengan meninggalkan kemunafikan dan kealpaan, ia telah ditahbiskan sebagai bhiksuni dan menjaga semua sila dengan sempurna tanpa kesalahan. Ia memiliki pengikut lima ratus bhiksuni lainnya yang tinggal bersamanya. Dalam tahun lembu kayu betina, dinihari hari yang kedelapan dari bulan keempat, ia bermimpi di mana ia melihat semua Tathagata mengi- rimkan cahaya yang diubah menjadi matahari dan bulan. Matahari melebur ke dalam dirinya melalui puncak kepalanya, dan bergerak turun. Sedangkan bulan melebur ke dalam dirinya melalui telapak kakinya, dan bergerak ke atas. Pada pagi itu, realisasinya meningkat, dan ia pergi mandi di tepi danau Kutra. Sementara itu, Vajrapani berubah wujud menjadi seekor angsa swan. Ia melebur Adhicitta ke dalam bija kata hum, dan kemudian menjelma menjadi empat ekor angsa swan. Keempat angsa tersebut turun dari langit untuk mandi di danau. Tiga ekor dari mereka kembali ke angkasa tetapi satu dari jelmaan Penguasa Rahasia ini menyentuh puteri tiga kali di hatinya dengan paruhnya, dan suatu kilauan hum melebur ke dalam hatinya. Lalu ia terbang pergi.

424

Puteri yang merasa heran akan hal itu menceritakan kepada ayah dan para pengikutnya apa yang telah terjadi. Dipenuhi dengan keheranan, ayahnya, sang raja, merasa gembira. "Apakah hal ini menandakan datangnya seorang emanasi Buddha?" ia bertanya. Raja membuat banyak pesta dan upacara. Selama sembilan bulan, meski puteri tidak memiliki tanda-tanda mengandung, namun ketika tiba saat melahirkan, sebuah vajra bersudut sembilan meloncat keluar dari hatinya, lalu lenyap dengan meninggalkan pada tempat tersebut seorang anak yang bertandakan ciri-ciri utama dan ciri-ciri tambahan kebuddhaan, sambil memegang sebuah vajra di dalam tangan kanannya dan satu tongkat dari bahan yang berharga di tangan kirinya. Ia sedang membaca- kan baris doa, mulai dari "Vajrasattva, seluas angkasa..." Setiap orang gembira. Mereka membawanya kepada seorang brahmana yang benar- benar mengenal cara membaca tanda-tanda. Dengan sangat heran dan kagum, sang brahmana menyatakan bahwa anak tersebut adalah manifestasi nirmanakaya yang akan memegang ajaran kendaraan tertinggi. Karena semua orang sangat bahagia dan ia memegang sebuah vajra, mereka memanggilnya Garab Dorje, yang berarti Vajra Kebahagiaan Tertinggi. Karena semua orang sangat gembira, mereka juga memanggil- nya Vajra Sukacita. Dan karena mereka dipenuhi dengan ketawa, mereka juga menyebutnya Vajra Tertawa. Ketika Garab Dorje naik takhta, Vajrapani datang sendiri dan memberi- nya secara lengkap inisiasi langsung dengan cara penuangan Sang Penakluk dan inisiasi lainnya. Dalam sesaat, ia mentransmisikan kepada- nya juga semua tantra dan sari instruksi, seperti dua puluh ribu jilid dari Sembilan Permukaan nan Luas 266 dan sebagainya, dan mengukuhnya sebagai pemegang ajaran. Ia menunjuk pelindung-pelindung yang setia sebagai rekan-rekannya untuk melindungi doktrin. Dengan berdasarkan doktrin tanpa upaya Atiyoga, dalam seketika Garab Dorje mencapai kebuddhaan. Pada waktu itu, di negeri suci India, brahmana Sukhapala dan istrinya Kuhana melahirkan seorang putra, seorang emanasi Manjusri yang mulia. Anak brahmana tersebut bernama Sarasiddhi, yang juga dikenal sebagai Samvarasara. Kemudian ia menjadi seorang bhiksu dan pemimpin dari lima ratus pandita dan menerima nama Guru Manjusrimitra.

266 Tib. klong dgu, Sembilan sub divisi dari Bagian Hamparan Luas (klong sde) dalam ajaran Dzogchen. 425

Dalam suatu penampakan, Manjusri yang mulia mengatakan kepada- nya, "Pergilah ke sebelah barat ke negeri Uddiyana. Di tepi Danau Kutra, ada suatu tanah yang sangat luas yang disebut Tempat Emas Mahahe. Di tengahnya ada suatu gua yang disebut Gua Vajra, dan di sana tinggallah manifestasi nirmanakaya yang bernama Garab Dorje. Ia adalah emanasi Vajrasattva. Ia memegang doktrin tanpa upaya dari semua Buddha, dan semua Buddha sudah memberi inisiasi kepadanya. Pergilah kepadanya dan mintalah hakikat ajaran yang mengagumkan, Dharma yang dikenal sebagai Atiyoga yang ia pegang, dan dengan mana kebuddhaan dapat dicapai tanpa upaya. Anda harus menjadi penyusun ajarannya." Manjusrimitra berkata kepada rekan-rekan panditanya, "Di sebelah barat, di negeri Uddiyana, ada seorang guru yang mengajarkan suatu doktrin di luar prinsip sebab dan akibat. Kita seharusnya pergi dan menga- lahkannya dengan logika." Mereka membahas hal tersebut dan sebanyak tujuh orang dari mereka, termasuk yang lebih tua Rajahasti, berpergian melalui jalan yang sulit untuk mencapai Uddiyana. Tetapi tak peduli bagaimana sulitnya mereka berdebat dengan Garab Dorje, apakah dalam ajaran yang berdasar pada sebab ataupun yang berdasar pada akibat, ajaran Mantrayana Rahasia bagian luar atau dalam, mereka tidak bisa mengalahkannya. Manjusrimitra lalu bertanya kepada pandita-pandita lainnya, "Harus- kah kita minta ajaran di luar prinsip sebab dan akibat milik manifestasi nirmanakaya ini?" Rajahasti yang lebih tua ingin meminta ajaran tetapi menyatakan: "Saya tidak berani, oleh karena kita sudah menunjukkan kurang hormat kita kepadanya." Sebagian dari yang lainnya merasa bahwa mereka bisa meminta ajaran karena mereka sekarang merasa yakin. Bersama-sama mereka memutus- kan untuk mengaku kepada guru. Beberapa di antara mereka mulai bernamaskara dan mengitarinya. Yang lain mulai menangis. Manjusrimitra bersembah sujud di hadapannya, sambil berpikir: "Dengan ucapan-ucapan polemik yang tak terkendali, saya sudah memper- lakukan manifestasi nirmanakaya dengan kurang hormat. Saya mestinya memotong lidah saya untuk menyatakan penyesalan saya.” Setelah berpikir demikian ia mulai mencari pisau cukur. Tetapi Garab Dorje mengetahui pikirannya. "Anda tidak akan pernah memurnikan perbuatan anda yang jahat dengan memotong lidah anda” ia berkata, "Susunlah suatu ajaran yang

426

jauh melampaui ketergantungan pada prinsip sebab dan akibat. Itu akan memurnikan anda." Semua pandita yang kurang akan karma yang perlu dan nasib baik memohon diri. Tetapi Manjusrimitra menerima seluruh Dharma, mem- peroleh realisasi spontan hanya dengan melihat isyarat dari guru. Untuk membuat ajaran sempurna dan lengkap, Garab Dorje memberinya inisiasi yang lebih lanjut dengan cara penuangan Sang Penakluk keseluruhan sari instruksi, termasuk dua puluh ribu jilid dari Sembilan Permukaan nan Luas. Adalah saat itu ia memberi nama Manjusrimitra kepadanya. Manifestasi nirmanakaya Garab Dorje menuliskan arti dari perintah ini secara tertulis, dan memberi Manjusrimitra ajaran berikut:

Sifat pikiran adalah Buddha sejak awal; Ia tidak memiliki pemunculan maupun pelenyapan, seperti ruang angkasa; Ketika anda menyadari arti yang sesungguhnya dari sifat yang sama dari semua benda; Berdiam dalam keadaan tanpa pencarian adalah meditasi.

Manjusrimitra memahami dengan sempurna apa yang dimaksud dan menyatakan realisasinya sebagai berikut:

Saya adalah Manjusrimitra, Saya sudah meraih pencapaian Yamantaka; Saya sudah menyadari persamaan yang besar samsara dan nirvana, Kebijaksanaan awal yang mahatahu telah muncul.

Ia menulis Instruksi Bodhicitta Tertulis dengan Emas pada Batu 267 sebagai pengakuan, dan menyusun ajaran Garab Dorje.

Ajaran-ajaran ini kemudian diteruskan kepada Sri Simha yang lahir di Tiongkok di suatu tempat bernama Shosha dari seorang ayah bernama Kebajikan dan seorang ibu yang bernama Persepsi Terang. Ia menjadi terpelajar dalam lima ilmu, dalam bahasa, logika, astrologi dan seterusnya, yang ia belajar dengan guru Hastibhala. Pada umur dua puluh lima ia berjumpa dengan Acarya Manjusrimitra, darimana ia menerima keseluruh- an ajaran Atiyoga yang dalam bersama dengan tantra, transmisi-transmisi

267 Tib. byang sems rdo la gser zhun. 427

dan sari instruksinya, dan ia memperoleh realisasi yang paling tinggi bebas dari semua pemalsuan mental. Dari Sri Simha, ajaran diturunkan kepada Buddha yang kedua dari Uddiyana dan lalu kepada sarjana Jnanasutra, pandita besar Vimalamitra dan penterjemah agung Vairotsana. Silsilah ini sampai pada titik ini adalah silsilah lambang dari Vidyadhara.

IV. PERKEMBANGAN SARI AJARAN DI TIBET, NEGERI SALJU

3. Silsilah pendengaran dari pudgala

Bagaimana perkembangan sari ajaran di Negeri Salju Tibet? Waktu Buddha masih hidup, di Tibet tidak ada penduduk. Kemudian, ia didiami oleh suatu suku manusia keturunan kera tak berekor, emanasi dari Avalokitesvara – dan seorang iblis wanita, emanasi Tara yang tinggal di lereng terjal. Periode awal Tibet berada dalam kekacauan tanpa adanya agama, tanpa hukum, dan tidak ada raja. Sementara itu, di India, seorang putra dilahirkan dari raja Satanika. Anak itu memiliki selaput renang pada tangan dan kakinya seperti pada seekor angsa swan, dan kelopak matanya menutup ke atas, seperti pada burung. Ayahnya berpikir bahwa anak tersebut pasti bukan keturunan manusia, dan menyatakan bahwa ia harus dibuang. Begitu ia tumbuh agak besar, anak laki-laki itu diusir. Dipandu oleh karmanya, ia berjalan kaki dan tersesat, dan akhirnya tiba di Tibet. Di sana ia kebetulan bertemu dengan beberapa penggembala. Ketika mereka bertanya dari mana ia datang dan siapa dia, dia menunjuk ke langit. Para gembala mengira bahwa ia mestinya seorang dewa dari langit, dan mereka menjadikannya pemimpin mereka. Mereka membangun tahta dengan tanah dan batu-batu yang dibawa dengan bahu mereka, sehingga ia dikenal sebagai Nyatri Tsenpo Purbakala – Nyatri Tsenpo artinya "Raja Singasana Bahu". Ia adalah raja yang pertama, dan adalah manifestasi Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin. Beberapa generasi kemudian, selama pemerintahan dari Lha-Thothori Nyentsen, yang merupakan emanasi Bodhisattva Samantabhadra, muncul di atas atap Istana Yungbulakang 268 sejumlah benda suci: rupang

268 Istana Yungbulakang: Istana pertama di Tibet, terletak di Kecamatan Shannan Kabupaten Nêdong, adalah tempat tinggal Nyatri Tsenpo kira-kira seratus tahun sebelum Masehi. 428

1. Dharmakaya Samantabhadra 2. Sambhogakaya Vajrasattva

3. Nirmanakaya Garab Dorje 4. Manjusrimitra

5. Sri Singha 6. Jnanasutra

429

7. Vimalamitra 8. Guru Padmasambhava

9. Trisong Detsen 10. Vairotsana

11. Yeshe Tshogyal 12. Longchen Rabjam (Longchenpa)

430

13. Rigdzin Jigme Lingpa 14. Jigme Gyalwai Nyugu

15. Patrul Rinpoche 16. Jamjang Khyentse Wangpo

17. Mipham Rinpoche 18. Raja Dharma Jigme Phuntshok

431

Avalokitesvara berwajah sebelas yang disebut Cintamani, 269 yang melambangkan tubuh Buddha; Sutra yang Disusun seperti Peti Permata270 dan Sutra Seratus Doa dan Sembah Sujud271 yang melambangkan ucapan, dan suatu kristal stupa setinggi satu hasta, melambangkan pikiran Buddha. Inilah permulaan Dharma di Tibet.

Lima generasi kemudian, tibalah masa pemerintahan Raja Songtsen Gampo, emanasi dari Avalokitesvara. Ia mendirikan kuil Thadul dan Yangdul serta kuil Jokhang di tengah kota Lhasa, dan menikahi putri Kongjo 272 , putri raja Tiongkok, seorang manifestasi Tara – dan puteri Tritsun273, putri raja Nepal – manifestasi Dewi Bhrikuti. Masing-masing putri tersebut membawa satu rupang Buddha sebagai sebagian dari mas kawin mereka. Kedua rupang ini sekarang dikenal sebagai Jowo. Untuk pertama kalinya abjad Tibet diperkenalkan oleh Thonmi Sambhota yang belajar bahasa di bawah bimbingan pandita India Devavit Simha, dan sesudah itu ia mulai menterjemahkan Awan Permata274 dan sutra lainnya. Raja memanifestasikan seorang Bhiksu bernama Akarmati dari antara alis matanya, yang pergi mengubah para raja nonbuddhis di India dan menemukan lima rupang Avalokitesvara yang timbul tiba-tiba dan disebut Lima Saudara Mulia275 di dalam batang sejenis pohon cendana yang disebut “sari ular” di Tempat Pasir antara India dan Tamradvipa. Adalah ia juga yang membuat rupang suci Avalokitesvara berwajah sebelas yang ada di Lhasa. Dalam masa pemerintahan ini, Dharma benar- benar berakar di Tibet. Lima genenerasi kemudian, Raja Trisong Detsen, emanasi Manjusri yang mulia, dilahirkan. Ketika ia berumur tiga belas tahun, ayahnya meninggal. Dari waktu tersebut sampai ia berumur tujuh belas tahun, atas nasihat menteri-menterinya seperti Ngam Tara Lugong dan Lhazang Lupel, ia menaklukkan sejumlah besar negara-negara dengan angkatan bersenjata.

269 Cintamani: Permata pengabul harapan. 270 Skt. Aryakarandavyuha sutra. 271 Skt. Saksipuranasudrakanama sutra. 272 Nama asli Wen-Cheng Kung-chu, putri kaisar T’ai-chung dinasti Tang. Dijemput ke Tibet tahun 641. 273 Putri raja Nepal Amsuvarman, menikah dengan raja Tibet Songtsen Gampo pada tahun 623. 274 Skt. Ratnamegha-sutra, Tib. mdo sde dkon mchog sprin. 275 Kini dua dari rupang tersebut ada di Tibet, dua darinya ada di Nepal dan satu lagi ada di India. 432

Kemudian, dengan meneliti arsip sejarah nenek moyangnya, ia menyadari bahwa Dharma telah datang ke Tibet sejak pemerintahan Lha- Thothori Nyentsen dan telah dimantapkan oleh Songtsen Gampo. Dengan mengetahui bagaimana nenek moyang telah bekerja sepenuh hati demi Dharma. ia merasa bahwa ia juga perlu mengabdikan dirinya untuk menyebarkan doktrin tersebut. Setelah berkonsultasi dengan menteri bidang agama, Go Pema Gungtsen, dengan trampil ia meminta pendapat menteri-menteri lain, di mana mereka semua setuju untuk membangun sebuah kuil. Waktu mencari seorang pandita untuk menyucikan tanah, mereka bertanya kepada Nyang Tingdzin Zangpo yang tinggal di Samye Chimpu, seorang guru yang paling dihormati raja. Dengan penglihatan yang diperoleh dalam meditasi, Tingdzin Zangpo mengetahui bahwa di Zahor, di timur India, hidup seorang khenpo276 yang bernama Santaraksita 277 , anak dari raja Gomadeviya yang saleh. Ia menyampaikan informasi itu kepada raja, dan khenpo tersebut diundang ke Tibet untuk menyucikan lokasi kuil. Dalam pembangunan kuil, perlu membuang semak belukar di tempat yang bernama Aryapalo. Tetapi seekor naga jahat yang tinggal di tempat tersebut mengetahui bahwa semak belukar tempat ia tinggal akan dibuang, maka ia memanggil semua roh halus untuk membantunya. Dua-puluh-satu genyen disertai oleh manusia dan bukan manusia berkumpul bersama- sama dalam satu pasukan. Pada waktu malam hari iblis-iblis tersebut merobohkan apa pun juga yang dibangun orang pada siang hari. Mereka meletakkan semua tanah dan batu-batu kembali di mana mereka diambil. Raja pergi ke khenpo tersebut dan meminta penjelasan. "Apakah karena noda batin saya terlalu tebal, atau anda tidak memberkati lokasi tersebut? Haruskah rencanaku tinggal tak terlaksana?" "Meskipun saya sudah menguasai bodhicitta," jawab khenpo, "tetapi para dewa dan iblis-iblis jahat tidak bisa ditundukkan dengan cara lunak seperti ini. Hanya dengan cara-cara yang murka akan berhasil. Pada saat ini di Bodh Gaya, India, ada seorang guru yang dikenal sebagai Terlahir dari Teratai Uddiyana. Ia lahir secara gaib. Ia telah menguasai lima ilmu pengetahuan dan menjinakkan kuasa jahat. Ia telah memiliki pencapaian yang tertinggi dan yang umum. Ia menghancurkan roh-roh jahat, dan dapat memerintah delapan jenis makhluk pelindung Dharma. Ia menak-

276 Khenpo: Kepala vihara. 277 Juga disebut sebagai Khenpo Bodhisattva, adalah seorang kepala Universitas Nalanda, India, pengarang dari Ornament Jalan Tengah (Skt. Madhyamakalmkara-karika). Beliau mentabishkan tujuh penguji menjadi bhiksu dan mendirikan Sangha di Tibet. 433

lukkan iblis-iblis dan membuat semua dewa dan roh jahat gemetar. Jika anda mengundangnya ke sini, tidak ada iblis akan mampu menahannya, dan semua keinginan anda akan terkabul." "Tidakkah mustahil mengundang seseorang seperti itu?" tanya raja. "Tidak," jawab khenpo, "Akan menjadi mungkin karena doa-doa yang dibuat masa lampau. Dahulu kala di negeri Nepal, seorang wanita bernama Samvari, putri peternak ayam, Sale, mempunyai empat putra278 dari masing-masing perkawinannya dengan seorang peternak kuda, seorang peternak babi, seorang peternak unggas dan seorang peternak anjing. Waktu mereka membangun stupa Jarung Khashor,279 mereka telah berjanji untuk menyebarkan Dharma ke Tibet ..." Dan ia mengatakan kepadanya kisah tentang bagaimana stupa Jarung Khashor telah dibangun dan doa-doa yang dibuat waktu itu. Raja mengutus Ba Trisher, Dorje Dudjom, Chim Sakyaprabha dan Shubu Palgyi Senge ke India. Masing-masing mereka membawa satu takaran bubuk emas dan satu bakul perhiasan emas. Mereka menjelaskan kepada Guru bahwa ia diperlukan di Tibet untuk memberkati lokasi kuil. Setelah memberi persetujuannya, Guru segera berangkat. Ia berhenti di sepanjang jalan untuk mengikat kedua belas tenma, dua belas pelindung perempuan, dua-puluh-satu genyen dan semua dewa dan iblis-iblis Tibet pada sumpah-sumpah yang pasti. Akhirnya ia tiba di Trakmar untuk menenangkan lokasi, dan di- bangunlah Kuil Samye. Kuil tersebut mempunyai bangunan tengah berlin- tai tiga yang dikelilingi dengan bangunan yang melambangkan empat benua dan delapan sub-benua, matahari, bulan dan Pegunungan Besi yang mengelilinginya. Khenpo Santaraksita, Acarya Padma dan Vimalamitra melemparkan bunga-bunga tiga kali untuk penyucian dan terlihat banyak tanda dan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan.

Sesudah itu, Khenpo Santaraksita mengajar tradisi-tradisi Vinaya dan Sutra, sementara itu Guru Padma dan Vimalamitra mendirikan ajaran Mantra. Pada waktu itulah Buddha Kedua dari Uddiyana dan pandita agung Vimalamitra mengajar ketiga orang murid inti – Raja, Rakyat dan Teman 280 – juga Nyangwen Tingdzin Zangpo dan para murid yang beruntung lainnya yang merupakan wadah yang cocok untuk ajaran tersebut. Untuk mereka, mereka memutar Roda Dharma dari ketiga yoga

278 Yaitu Guru Padmasambhava, Ba Trisher, Raja dan Khenpo (kepala vihara) Santaraksita. 279 Stupa di Bodhnath, kini di kota Katmandu, Nepal. 280 Trisong Detsen, Yeshe Tshogyal dan Vairotsana. 434

bagian dalam, termasuk Atiyoga dari Kesempurnaan Agung, dan dengan jelas menunjukkan tiga titik kunci: pembedaan, keputusan yang jelas dan pembebasan diri. Silsilah transmisi dari titik ini disebut "Silsilah Pendengaran dari pudgala." Selain itu, Buddha kedua dari Uddiyana juga menganugerahkan kepada raja dan para muridnya yang semuanya memiliki keberuntungan ajaran-ajaran yang luar biasa dari Buddha sesuai kapasitas mereka. Teks- teks Tantra kemudian ditulis ke dalam lembaran emas dan disembunyikan sebagai harta karun spiritual. Sang Guru membuat doa-doa, menyerah- kannya pada perlindungan para Dharmapala dan menyembunyikan mereka sebagai suatu warisan demi kepentingan para murid masa depan. Di kemudian hari pada waktu yang diramalkan, emanasi-emanasi praktisi yang memiliki pencapaian, buat siapa doa-doa tersebut telah dibuat, akan mengambil kelahiran yang beruntung dan mengungkapkan harta-harta yang mendalam ini. Murid yang banyak tersebut dengan karma sesuai yang mengikuti mereka dan bekerja untuk manfaat makhluk hidup, membentuk silsilah yang dikenal dengan enam atau sembilan silsilah.281 Dari tulku-tulku dan penemu harta spiritual yang tak terbilang, salah satu yang berhubungan dengan kita di sini adalah Rigdzin Jigme Lingpa. Ia sendiri adalah benar-benar Avalokitesvara yang Berdiam Dalam Sifat Alami Pikiran, 282 dan mengambil wujud seorang sahabat spiritual. Ia menerima transmisi yang lengkap ketiga silsilah tersebut bersama-sama – Silsilah Batin, Silsilah Lambang dan Silsilah Pendengaran dari pudgala dari Buddha Kedua dari Uddiyana, sarjana agung Vimalamitra dan Longchen Rabjampa yang mahatahu. Ia benar-benar Buddha yang sempurna. Ia memutar Roda Doktrin yang lengkap untuk makhluk yang beruntung dan memiliki karma baik. Sebagaimana kata peribahasa:

Tubuhnya adalah sebagai seorang dewa atau manusia yang biasa, Namun pikirannya yang sempurna adalah Buddha yang sejati.

281 Keenam silsilah atau transmisi adalah Silsilah batin dari Sang Penakluk, Silsilah lambang dari Vidyadhara, Silsilah pendengaran dari pudgala, Silsilah tertulis di perkamen kuning, Silsilah menyegel dan mempercayakan kepada dakini dan Silsilah yang dikuatkan dengan doa-doa. Sembilan silsilah adalah keenam silsilah di atas ditambah Silsilah aspirasi yang diberdayakan, Silsilah suksesi resmi berdasarkan ramalan dan Silsilah berkah belas kasih. 282 Suatu wujud dari Avalokitesvara, kemungkinan mengacu pada Buddha Vajra. 435

Karena alasan ini, guru saya yang mulia 283 sering berkata: "Bagi mereka yang dapat berlatih dan berdoa, guruku, Vajradhara,284 raja dan pelindung makhluk sebenarnya seorang Buddha yang sempurna. Saya tidak mengatakan demikian hanya karena saya ingin memuji atau menghormati-nya. Ia benar-benar adalah Vajradhara Sempurna yang Agung, yang datang untuk memberi kebaikan kepada makhluk hidup dalam wujud manusia biasa. Antara dia dan kalian di dalam silsilah ini, tak ada seorang pun kecuali saya. Dan perihal saya, sejak saya pertama kali berjumpa, saya sudah melakukan segala hal yang ia katakan kepada saya. Saya sudah melayaninya dalam ketiga cara285 dan belum pernah melakukan apa pun yang menjengkelkannya, atau bahkan membuatnya mengerutkan dahi. Dengan demikian anda dapat memastikan bahwa sama sekali tidak ada degradasi samaya yang memudarkan rantai emas silsilah ini. Arus berkah-nya berbeda dari yang lain."

Demikianlah riwayat singkat dari Guru Silsilah. Tantra Persatuan Matahari dan Bulan286 berkata:

Jika anda tidak menjelaskan sejarah tentang asal-muasalnya, Orang-orang akan melakukan kesalahan dengan tidak percaya Terhadap ajaran mendalam yang sangat rahasia.

Karena keperluan ini, untuk mengilhami keyakinan para murid, dengan menjelaskan kepada mereka bagaimana silsilah mereka dapat ditelusur balik ke sumber yang benar dan menceriterakan sejarahnya, maka saya lakukan di sini dalam kaitan dengan Guru Yoga.

Adalah sangat penting dalam Guru Yoga bahwa mantra Guru Padmasambhava harus dilafal sepuluh juta kali. Sebagian orang gagal melafal sebanyak itu, dan berpikir bahwa latihan pendahuluan ini tidak begitu penting. Atau barangkali mereka dipenuhi dengan harapan yang tinggi setelah mendengar betapa dalamnya ajaran latihan utama. Tetapi untuk membayangkan bahwa mereka dapat melakukan tahap pengadaan

283 Jigme Gyalwai Nyugu, guru Patrul Rinpoche, adalah salah satu murid utama Rigdzin Jigme Lingpa. 284 Vajradhara (rdo rje 'chang) berarti "Pemilik vajra." 285 Lihat halaman 174. 286 Tib. nyi zla kha sbyor. 436

dan tahap kesempurnaan tanpa berlatih pendahuluan dengan baik adalah seperti pepatah :

Mencicipi lidah sapi sebelum kepala sapi selesai dimasak, Menjulurkan kaki sebelum tempat tidur menjadi hangat.

Mengabaikan latihan pendahuluan tidak ada artinya sama sekali. Meskipun jika muncul tanda-tanda sesaat dan kecil dari "kehangatan”, mereka bersifat tidak stabil, seperti suatu bangunan tanpa fondasi.

Sebagian dari kesalahpahaman yang sama adalah meninggalkan latihan pendahuluan begitu anda memulai latihan utama, dengan berpikir bahwa anda sudah berlatih mereka dengan baik – dengan gagasan bahwa penda- huluan bersifat pendahuluan, dan oleh karena itu tidak lagi perlu. Jika anda berhenti melatih latihan pendahuluan, dasar dari jalan, anda memotong akar Dharma. Hal itu seperti berusaha membuat lukisan dinding dengan cat di mana tidak ada dinding sama sekali. Selalulah berusaha sampai anda membangkitkan keyakinan sejati di dalam latihan- latihan pendahuluan. Konsentrasilah terutama sekali pada Guru Yoga, jalan masuk berkah, dan jadikanlah fondasi latihan anda. Ini adalah poin yang penting.

Saya melihat guruku yang baik hati sebagai seorang Buddha yang sesungguhnya, Tetapi karena sifat keras kepala saya, saya mengabaikan perintah- nya; Saya mengetahui bahwa semua makhluk ketiga alam adalah orang tua saya, Tetapi dengan perangai buruk, saya masih melecehkan teman Dharma saya; Berkati saya dan mereka yang memiliki karma buruk seperti saya, Supaya dalam hidup ini dan semua kehidupan lainnya, kami dapat Dengan rendah hati, disiplin yang tabah, pikiran dan perbuatan yang luwes, Mengikuti guru spiritual kami.

437

438

BAGIAN KETIGA

PHOWA

439

440

Phowa287, instruksi untuk orang yang sedang dalam proses kematian: Kebuddhaan tanpa meditasi

Tertinggi perbuatan belas kasih anda untuk makhluk yang bingung; Tertinggi cara anda merangkul pendosa untuk menjadi murid-murid anda; Tertinggi metoda-metoda anda yang handal untuk orang yang sulit dijinakkan; Guru yang tiada bandingannya, pada kaki anda saya bersujud.

I. LIMA JENIS PHOWA

Ada lima jenis Phowa:

- Phowa tingkat tinggi pada dharmakaya melalui tanda pan-dangan; - Phowa menengah pada sambhogakaya melalui gabungan tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan; - Phowa tingkat yang lebih rendah pada nirmanakaya melalui belas kasih yang tak terbatas; - Phowa biasa dengan menggunakan tiga pengandaian; - Phowa yang dilakukan pada orang yang meninggal dengan kait belas kasih.

1. Phowa tingkat tinggi pada dharmakaya melalui tanda pandangan

Orang-orang yang sudah mengembangkan dan membangun keakraban dengan pandangan yang tanpa salah dari keadaan alami selama hidup mereka, pada saat kematian dapat menerapkan poin penting dan perhatian

287 Phowa: Pemindahan kesadaran. 441

penuh pada jalan rahasia dari kemurnian awal trekcho, dan memindahkan kesadaran mereka ke dalam bentangan yang luas dari dharmakaya.

2. Phowa menengah pada sambhogakaya melalui gabungan tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan

Orang-orang yang sudah terbiasa berlatih tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan bersama-sama sebagai yoga yang tak terpisahkan, dan secara penuh terlatih dalam melihat wujud deity sebagai halnya suatu pajangan gaib, ketika halusinasi alam bardo muncul pada waktu kematian, dapat memindahkan kesadaran mereka ke dalam tubuh kebijaksanaan gabungan.

3. Phowa yang lebih rendah pada nirmanakaya melalui belas kasih yang tak terbatas

Orang-orang yang sudah menerima pematangan inisiasi Kendaraan Mantra Rahasia, yang memiliki samaya sempurna, yang mempunyai pemahaman pada tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, dan yang telah menerima instruksi tentang alam bardo, sebagaimana dikatakan, dapat :

Menghentikan pemasukan dalam kandungan dan ingat untuk berbalik; Ini adalah saat yang menuntut penentuan dan kemurnian pandangan.

Mereka yang melatih phowa ini harus menghalangi setiap pemasukan yang tidak diinginkan ke dalam suatu kandungan yang tidak murni. Dengan didorong oleh belas kasih yang besar dan menerapkan latihan mengumpamakan kelahiran kembali sebagai suatu emanasi nirmanakaya, mereka lalu memindahkan kesadaran mereka pada salah suatu alam Buddha.

4. Phowa biasa dengan menggunakan tiga pengandaian.

Orang yang melatih cara phowa ini membayangkan saluran nadi tengah sebagai suatu jalan, bindu dari kesadaran pikiran sebagai orang yang berpergian, dan suatu alam Buddha yang penuh kebahagiaan sebagai tujuan.

442

5. Phowa yang dilakukan untuk orang yang meninggal dengan kait belas kasih

Phowa jenis ini dilaksanakan baik bagi makhluk di ambang kematian ataupun yang sudah berada di alam bardo. Hal ini dapat dilaksanakan oleh seorang yogi yang sudah sangat maju dalam realisasi, yang menguasai pikiran dan persepsi-persepsi dengan kemampuan untuk mengenali kesadaran suatu makhluk di alam bardo. Secara umum, untuk melaksanakan phowa untuk orang yang meninggal, seseorang sudah pasti harus mencapai Alur Penglihatan. Sebagaimana kata Jetsun Mila:

Sebelum anda dapat merasakan kebenaran Alur Penglihatan, Janganlah mempraktekkan phowa untuk orang mati.

Meskipun begitu, siapa pun yang benar-benar mengenal saat yang tepat untuk melaksanakannya, yaitu ketika nafas luar telah berhenti tetapi nafas bagian dalam masih berlanjut, dapat melaksanakannya pada saat itu juga jika mereka memiliki sedikit pengalaman tentang instruksi phowa. Hal tersebut sangatlah bermanfaat untuk orang yang meninggal. Seperti seorang pelancong yang ditempatkan di jalan yang benar oleh seorang sahabat, hal tersebut mempunyai kekuatan untuk mencegah kelahiran kembali di alam yang lebih rendah. Phowa menjadi lebih sulit dilakukan ketika pikiran dan tubuh sudah berpisah sepenuhnya. Dalam hal ini perlu seorang yogi yang dapat menguasai pikiran sendiri dan dapat menemukan orang mati di alam bardo. Adalah mudah untuk mempengaruhi seseorang yang tidak lagi memiliki tubuh fisik, dan dengan dilaksanakan oleh yogi seperti itu, pemindahan dari alam bardo itu sendiri memiliki kekuatan untuk mengirim kesadaran makhluk tersebut ke alam suci. Namun sungguh tidak ada artinya untuk mengata-kan bahwa pemindahan dapat dilaksanakan dengan memanggil kesadaran kembali ke tubuh setelah meninggal. Banyak orang sekarang ini, adalah Lama-lama atau tulku288 yang hanya memiliki nama besar yang melakukan praktek phowa. Jika mereka melaksanakannya dengan belas kasih dan sama sekali tanpa mementing- kan diri sendiri, ada kemungkinan mereka benar-benar dapat membantu orang-orang yang sudah meninggal dengan tidak menimbulkan rintangan

288 Seseorang Lama yang terlahir kembali. Lama-lama seperti itu biasanya dianggap sebagai manifestasi Bodhisattva yang agung. 443

dalam latihan selanjutnya bagi mereka sendiri. Ini hanya dimungkinkan dengan motivasi bodhicitta. Tetapi siapa pun yang hanya mempraktekkan hal tersebut demi keuntungan pribadi, yang hanya mengetahui bagaimana melafal kata-kata, lalu mengambil seekor kuda atau barang-barang berharga sebagai pembayaran, adalah sungguh tercela.

Sebagai pemandu dan guru orang lain, Yang dirinya belum mencapai pantai pembebasan, Adalah sama seperti menolong orang yang sedang tenggelam, Sedangkan diri sendiri sedang terhanyut banjir.

Pada suatu ketika, sewaktu Guru Tendzin Chopel berada di Tsari, ia mendapat suatu penampakan dari seseorang yang pernah ia lakukan phowa dengan menerima seekor kuda sebagai bayaran. Apa yang terlihat olehnya hanyalah kepala orang tersebut yang menonjol dari suatu danau darah yang berwarna merah padam. Orang yang muncul tiba-tiba itu memanggil nama Tendzin Chopel dan menanyakan apa yang harus ia lakukan. Tendzin Chopel merasa takut. Ia menjawab, "Aku mempersembahkan pahala ziarahku ke Tsari kepada anda." dan penampakan tersebut menghi- lang. Bahkan untuk seorang guru besar dengan pencapaian yang tinggi, menerima persembahan yang dibuat atas nama seseorang yang mati tanpa melakukan suatu ritual atau yang sejenis untuk manfaatnya, akan menyebabkan halangan-halangan di Jalan. Ketika inkarnasi kepala vihara Dzogchen, Gyurme Thekchok Tendzin meninggal, Trime Shingkyong Gonpo diundang untuk upacara pemakam- an. Namun, sepanjang hari ia hanya melakukan ritual-ritual purifikasi dan membawa kembali kesadaran, mengulangi phowa berulang-ulang, sama seperti yang ia lakukan pada kematian seseorang yang biasa. Para biarawan bertanya kepadanya alasannya. "Pada waktu dulu," ia menjelaskan, "Dzogchen Rinpoche menghilang- kan pelaksanaan ritual dan doa-doa pelimpahan jasa untuk seseorang yang atas namanya mempersembahkan kepadanya seekor kuda hitam. Orang tersebut tadinya adalah seorang pelaku kejahatan besar, sehingga pencapaian Rinpoche pada tingkat jalan mengalami sedikit halangan. Sekarang beliau dan saya sudah menggabungkan kekuatan dan sudah menyelesaikan pemindahan kesadaran orang tersebut." Konon pelaku kejahatan di dalam kisah itu adalah Golok Tendzin.

444

Adalah sungguh suatu kesalahan bagi mereka di dalam posisi Lama- lama yang besar atau tulku untuk menerima persembahan atas nama orang yang telah meninggal dengan hanya berpikir "Aku adalah orang yang besar dan sebagainya," dan tidak menerapkan bodhicitta atau melakukan doa-doa, ritual dan dedikasi dengan baik dan efektif. Meskipun seseorang dikenali sebagai tulku penting sebagai reinkarnasi asli para guru besar masa lampau, ia masih harus mempelajari bagaimana membaca lagi mulai dari a b c seperti halnya orang-orang biasa. Tidaklah mungkin kiranya mereka yang sudah melupakan seni membaca dari kehidupan mereka yang sebelumnya namun masih ingat segala hal yang pernah mereka ketahui tentang yoga-yoga dari tahap-tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan. Saya heran mengapa mereka tidak berbuat yang lebih baik dengan menghabiskan sedikit waktu pelatihan di dalam bodhicitta dan belajar tentang praktek dan retreat, ketimbang berjalan kesana kemari mencari persembahan begitu mereka dapat mengendarai kuda.

II. PHOWA BIASA YANG MENGGUNAKAN TIGA PENG- ANDAIAN

Sekarang akan diuraikan jenis phowa yang disebut "phowa biasa yang menggunakan tiga pengandaian" atau "pemindahan kesadaran ke dalam guru." Hal ini juga berhubungan dengan apa yang Tantra Pengakuan Tanpa Noda 289 sebut sebagai "phowa dengan mengandalkan bunyi lingkaran cahaya pada saat kematian." Praktek phowa semacam ini adalah tidak perlu bagi mereka yang telah memiliki tingkat pencapaian yang tinggi. Bagi mereka, seperti kata tantra:

Apa yang disebut "kematian" hanyalah suatu konsep, Sesuatu yang mengarah ke tanah surga.

Dan lagi

Kematian, atau apa yang kita kenal sebagai kematian, Adalah suatu pencerahan kecil untuk seorang yogi.

Mereka yang sudah mencapai penguasaan atas kelahiran dan kematian masih kelihatan bisa meninggal. Tetapi bagi mereka, kematian tidak ber-

289 Tib. dri med gshags pa’i rgyud. 445

beda dari pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Mereka yang mempunyai pengalaman di dalam latihan penting dari tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, sebagaimana yang kita sebut sebelumnya, dapat menggunakan salah satu dari tiga latihan untuk kematian, alam bardo atau kelahiran kembali untuk memindahkan kesadaran mereka ke dalam salah satu dari tiga kaya. Sebaliknya, dikatakan bahwa:

Mereka yang tanpa latihan yang cukup dapat diterima melalui phowa.

Teknik ini penting bagi praktisi-praktisi yang tidak mencapai keman- tapan di Jalan, atau yang sudah melakukan banyak perbuatan buruk. Bagi siapa saja yang memiliki instruksi-instruksi khusus ini, betapapun parah- nya perbuatan salah mereka, gerbang-gerbang alam rendah sudah tertutup. Bahkan mereka yang sudah melakukan kejahatan dengan pembalasan langsung, yang seharusnya sudah akan langsung jatuh ke alam rendah, sudah pasti tidak akan terlahir di alam rendah jika mereka menggunakan ajaran ini. Tantra berkata:

Anda mungkin telah membunuh seorang brahmana setiap hari, Atau melakukan lima perbuatan dengan pembalasan langsung; Tetapi anda akan tetap dibebaskan oleh jalan ini, Tidak satu pun dari kejahatan tersebut akan menodai anda.

Dan:

Siapa pun yang berlatih phowa, Berkonsentrasi pada gerbang di atas yang sembilan lainnya,290 Tidak akan ternoda oleh perbuatan negatifnya, Dan akan terlahir di alam Buddha yang murni.

Juga:

Ikutilah alur sutera putih nadi tengah anda, Ke kaki guru anda yang berkualitas, Yang duduk di singasana matahari dan bulan di puncak kepala anda,

290 Gerbang Brahma, terletak pada puncak kepala, di atas sembilan gerbang lain (dua lubang mata, dua lubang telinga, dua lubang hidung, dan masing-masing satu lubang untuk mulut, dubur dan air seni). 446

Dan anda akan dibebaskan, sekalipun anda sudah melakukan lima perbuatan dengan pembalasan langsung.

Oleh karena itu, instruksi mengenai jalan yang mendalam dari phowa ini adalah jalan ke kebuddhaan tanpa meditasi, suatu jalan rahasia yang bahkan dengan segera membebaskan seorang pendosa besar. Buddha Vajradhara berkata:

Anda mungkin telah membunuh seorang brahmana setiap hari, Atau melakukan lima perbuatan dengan pembalasan langsung; Tetapi ketika anda mendapatkan instruksi ini, Tak ayal lagi, anda akan dibebaskan.

Dan Guru Agung dari Uddiyana sendiri berkata:

Setiap orang mengetahui pencapaian kebuddhaan melalui meditasi, Tetapi saya mengenal jalan tanpa meditasi.

Pandita besar Naropa berkata:

Kesembilan gerbang terbuka ke alam samsara, Tetapi satu gerbang membuka ke Mahamudra; Tutuplah yang sembilan dan buka yang satu itu, Janganlah ragu bahwa ia akan membawa ke arah pembebasan.

Dan Marpa, penterjemah dari Lhodrak berkata:

Hingga kini aku sudah berlatih phowa, Berlatih, berlatih, dan terus berlatih. Aku akan mati dengan kematian yang biasa, tetapi aku tidak perlu cemas; Penguasaan latihan tersebut telah memberiku keyakinan sempurna.

Jetsun Shepa Dorje berkata:

Instrksi-instruksi meleburkan291 ini, Adalah pemandu yang penting untuk mengatasi masa bardo. Ada siapakah yang memiliki jalan seperti itu?

291 Meleburkan kesadaran ke dalam kebijaksanaan Buddha Amitabha. 447

Betapa berbahagia orang yang energi hidupnya masuk ke nadi tengah. Betapa menakjubkan! Ia tiba di dalam ruang absolut!

Instruksi ini dibagi dalam dua bagian: yang pertama adalah latihan, dan lalu praktek sesungguhnya.

1. Latihan untuk phowa

Dengan menggunakan penjelasan-penjelasan tentang phowa yang telah anda terima, latihlah diri anda berulang-ulang dengan rajin sampai tanda- tanda keberhasilan kelihatan. Saat selagi semua saluran nadi, energi-energi dan sari bersifat utuh dan bertenaga, anda akan menemukan bahwa sebenarnya untuk melak- sanakan phowa adalah sedikit sulit. Tetapi ketika anda sampai pada saat akhir anda, atau dalam umur yang sangat tinggi, hal itu menjadi jauh lebih mudah. Ia seperti buah di pohon yang susah dipetik pada musim panas ketika ia masih terus tumbuh, tetapi ketika ia masak di musim gugur, ia akan jatuh hanya dengan kibasan sisi pakaian anda.

2. Praktek phowa yang sesungguhnya

Saat melakukan phowa dalam praktek sesungguhnya, adalah ketika tanda-tanda mendekati kematian telah tampak, ketika anda yakin tidak akan membaik dan bahwa proses peleburan telah mulai. Janganlah melakukan hal ini pada waktu lain mana pun. Karena dalam tantra dikatakan:

Lakukan phowa ketika waktu yang tepat tiba. Jika tidak, anda akan membunuh deity-deity.292

Ada banyak tahap dalam proses peleburan, tetapi untuk membuatnya mudah dipahami, hal tersebut dapat dibagi menjadi peleburan lima kesadaran pancaindera, peleburan empat unsur, dan tiga tahap dari kejernihan, peningkatan dan pencapaian.

292 Menurut Vajrayana, tubuh dianggap suatu mandala suci deity-deity, dengan melakukan phowa sebelum waktunya akan menghancurkan mandala tersebut. 448

Peleburan kelima kesadaran indera telah dimulai, contohnya, ketika lafalan para biarawan yang berkumpul di tempat meninggal anda hanya berbunyi seperti bisikan yang kacau. Anda tidak bisa lagi membedakan suku kata. Atau ketika anda mendengar suara orang berbicara seolah-olah berasal dari tempat yang sangat jauh, dan tidak bisa lagi memahami kata- kata yang diucapkan. Ini berarti kesadaran indera pendengaran anda sudah berakhir. Kesadaran penglihatan anda berakhir ketika sebagai gantinya melihat bentuk sebagaimana adanya, anda hanya dapat melihat suatu bayangan yang kabur. Ketika pengalaman dari bau, rasa, dan sentuhan yang demikian juga berakhir dan mencapai peleburan akhir mereka, inilah saat di mana pengenalan instruksi harus diberikan. Saat ini guru hendaknya menunjukkan sifat hakiki batin kepadanya. Jika ada seseorang yang hadir yang dapat melafal sadhana phowa, ini adalah saat yang tepat untuk melakukannya. Lalu, ketika daging bagian dalam melebur ke dalam elemen tanah bagian luar, anda mengalami suatu perasaan seperti jatuh ke dalam lubang atau anda merasa berat, seolah-olah diremuk di bawah sebuah gunung. Pada saat ini, kadang-kadang orang yang sekarat minta ditinggikan atau bantalnya minta diangkat. Ketika darah melebur ke dalam elemen air di luar, anda mengeluarkan air liur atau hidung anda mengalirkan ingus. Ketika panas tubuh melebur ke dalam elemen api luar, mulut dan lubang hidung anda terasa kering. Waktu sampai pada puncaknya, tubuh anda mulai kehilangan panasnya. Kadangkala pada tahap ini uap muncul dari atas kepala. Ketika nafas bagian dalam atau energi melebur ke dalam elemen angin luar, berbagai energi anda, seperti energi naik, energi diskresi, energi pemanas dan energi yang meresap seluruh tubuh, semua- nya melebur ke dalam energi pendukung kehidupan. Menghirup menjadi sulit. Bernafas ke luar menjadi terengah-engah, udara di paru-paru menja- di kosong melalui tenggorokan. Kemudian semua darah di dalam tubuh anda berkumpul bersama-sama di dalam saluran nadi kehidupan, dan tiga tetesan darah menetes ke dalam pusat hati anda, berturut-turut satu demi satu. Dengan tiga keluhan panjang, nafas luar anda tiba-tiba berhenti. Pada saat itu elemen putih atau "sperma" yang anda terima dari ayah anda bergerak dengan cepat ke bawah dari kepala anda. Sebagai tampak luar keadaan ini, anda merasa sesuatu yang kira-kira bersifat putih, seperti langit jernih yang diterangi oleh sinar bulan. Sebagai tanda bagian dalam, anda mengalami kejernihan di dalam batin anda, dan tiga puluh tiga macam pemikiran yang tidak baik berhenti. Keadaan ini disebut "kejernihan."

449

Elemen merah atau "darah" yang anda terima dari ibu anda bergerak dengan cepat ke atas dari daerah pusar anda. Sebagai tanda luar, anda merasa melihat warna merah seperti langit bersih yang diterangi cahaya matahari. Sebagai tanda dalam batin, anda mengalami kebahagiaan besar di dalam kesadaran anda, dan empat puluh macam pemikiran nafsu keinginan berhenti. Keadaan ini disebut "peningkatan." Ketika elemen putih dan merah bertemu di dalam hati anda, kesadaran anda masuk di antara mereka. Tanda luarnya adalah suatu persepsi kegelapan seperti langit yang gelap gulita. Sebagai tanda bagian dalam batin, kesadaran anda mengalami suatu keadaan tanpa pemikiran, dan anda menjadi pingsan dalam kegelapan total ini. Ini disebut "pencapaian." Kemudian kesadaran anda muncul untuk suatu saat yang singkat dari keadaan lunglai tersebut ke dalam suatu pengalaman seperti langit yang tidak dipengaruhi oleh ketiga kondisi-kondisi yang sebelumnya. 293 Ini adalah munculnya "cahaya terang alaya." Jika anda dapat mengenali hal tersebut sebagai sifat alami dan beristirahat di dalamnya, maka hal ini disebut "phowa tingkat tinggi ke dharmakaya." Ini adalah kebuddhaan tanpa melalui bardo apa pun. Setelah titik tersebut, bardo dharmata dan bardo kelahiran kembali menjadi semakin membentang, tetapi tahap-tahap tersebut tidak akan diuraikan di sini karena mereka berhubungan dengan instruksi di latihan utama.

Bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman yang memadai dalam latihan Dharma, saat terbaik untuk menerapkan phowa adalah di permulaan proses peleburan. Pada waktu itu, dengan sepenuhnya memutuskan semua kemelekatan pada hidup ini dan memberi keberanian kepada diri sendiri dengan berpikir, "Sekarang saya sedang sekarat, saya akan bersandar pada instruksi guru dan terbang ke alam suci seperti anak panah yang ditembakkan oleh seorang ksatria. Betapa menyenangkan!" Jika anda merasa sulit untuk mengingat dengan jelas semua visualisasi dan poin-poin penting lain dari phowa, dan jika anda mempunyai seorang teman yang mampu mengingatkan anda, mintalah dia untuk melakukannya. Tetapi setidaknya, pada saat itu gunakan latihan anda yang sebelumnya, dan terapkan instruksi dari Jalan yang mendalam. Sudah pada waktunya anda benar-benar harus membuat phowa bekerja.

293 Tiga kondisi: awan, kabut dan debu. 450

Berikut ini adalah langkah-langkah dari latihan utama phowa, yang adalah sama apakah anda melatihnya ataupun menggunakannya di saat kematian yang sesungguhnya.

3. Langkah-langkah meditasi phowa

Duduklah dengan nyaman di suatu bantal, dengan kaki anda bersila dalam postur vajra, sambil menjaga punggung anda lurus sepenuhnya.

3.1 Pendahuluan

Pertama-tama, lakukan sepenuhnya semua pendahuluan, dengan jelas dan secara detil, mulai dengan Memanggil Guru Dari Jauh 294 dan lanjutkan sampai saat peleburan di Guru Yoga.

3.2 Visualisasi utama

Kemudian, bayangkan dalam sekejab tubuh biasa anda berubah menjadi Vajrayogini. Ia berwarna merah, dengan satu muka dan dua lengan, berdiri dengan dua kaki bersama-sama, kaki kanannya terangkat dalam “postur menari”. Ketiga matanya menatap ke langit. Berbeda dengan latihan Guru Yoga, untuk tujuan phowa ini, bayangkan beliau dalam penampilan yang menarik, dalam wujud damai dan sedikit murka. Dengan tangan kanannya yang terangkat tinggi di udara, ia membunyikan drum tengkorak kecil yang membangkitkan makhluk dari tidur ketidak-tahuan dan kebingungan. Dengan tangan kirinya, ia memegang sebuah pisau lengkung pada pinggulnya untuk memotong ketiga racun pada akarnya. Ia tampil tanpa busana, kecuali seuntai karangan bunga dan perhiasan- perhiasan dari tulang. Seperti suatu tenda sutera merah, ia kelihatan, tetapi tanpa isi. Semua ini adalah bentuk luar tubuhnya yang hampa. Sepanjang tubuh anda yang lurus, bayangkan di tengahnya terdapat nadi tengah, seperti suatu tiang dalam rumah yang kosong. Ia disebut nadi "tengah" karena ia berada tepat di poros tengah tubuh, tanpa bersandar ke kiri atau ke kanan. Nadi tersebut memiliki empat karakteristik. Ia berwarna biru seperti suatu lapisan indigo, melambangkan dharmakaya yang tidak berubah. Serat-seratnya halus bak daun mahkota bunga teratai, melambangkan kegelapan terselubung yang timbul dari kecenderungan- kecenderungan kebiasaan. Nadi tersebut terang seperti nyala api lampu

294 Doa permohonan, pujian dan memanggil untuk memohon berkah guru. 451

minyak wijen, melambangkan pengusiran kegelapan ketidak-tahuan. Dan ia lurus seperti potongan batang pohon palem, menunjukkan bahwa ia tidak pernah membawa ke jalan bawah atau jalan yang salah. Ujung bagian atas membuka tepat pada gerbang Brahma di atas kepala seperti angkasa yang terbuka, melambangkan ia adalah jalan menuju pembebasan dan kelahiran kembali yang lebih tinggi. Ujung bawahnya tertutup pada jarak empat jari di bawah pusar tanpa pembukaan, menandakan semua akses ke dunia samsara dan kelahiran ke alam rendah sudah terkunci. Semua ini adalah bagian dalam dari wujud kosong dari nadi tengah tersebut. Sekarang bayangkan suatu bagian di dalam nadi tengah di daerah hati, terdapat suatu sekat seperti buku ruas bambu. Di atas buku ini, bayangkan bindu dari energi, yang berwarna hijau muda, lincah dan bergetar. Sedikit di atasnya terdapat inti hakikat kesadaran anda, bija kata hrih (�ིཿ� ) yang berwarna merah, dengan tanda huruf hidup a pendek (འ) dan dua titik visarga ( ), berkibar dan bergetar seperti bendera di dalam angin. Ini mewakili pikiran kesadaran anda. Kemudian, bayangkan di angkasa pada jarak satu hasta di atas kepala anda, terdapat singasana permata yang didukung oleh delapan burung merak besar. Di atasnya terdapat bunga teratai yang beraneka warna dan piringan matahari dan bulan, satu di atas yang lain, membentuk bantal berlapis tiga. Duduk di bantal itu adalah guru akar anda yang agung, harta belas kasih yang tidak ada taranya, yang hakikatnya adalah semua Buddha masa lampau, sekarang dan masa depan dalam wujud Bhagavan Buddha dan Pelindung, Amitabha. Beliau berwarna merah seperti gunung permata mirah yang disinari oleh seribu matahari. Beliau memiliki satu muka dan dua tangan, yang beristirahat di dalam postur meditasi sambil memegang sebuah mangkuk pindapatta yang berisi penuh dengan nektar kebijaksanaan kekekalan. Beliau mengenakan tiga jubah biarawan, pakaian murni penampilan nirmanakaya yang tertinggi yang menjaga peri laku suci. Tubuhnya memiliki tiga puluh dua ciri utama dan delapan puluh ciri tambahan, seperti usnisa di puncak kepala dan roda yang menandai telapak kakinya. Dari tubuhnya terpancar cahaya cemerlang yang tak terhitung banyaknya. Di sebelah kanan Amitabha terdapat Avalokitesvara yang mulia, yang merupakan perwujudan dari belas kasih semua Buddha. Beliau berwarna putih, dengan satu muka dan empat lengan. Dua lengan bagian atas merangkap di depan dada. Tangan kanan yang lebih rendah memegang manik-manik tasbih kristal putih dan tangan kiri yang lebih rendahnya 452

memegang satu tangkai bunga teratai putih yang semua daun bunganya sedang mekar di dekat telinganya. Di sebelah kiri Amitabha adalah Vajrapani, Raja Mantra Rahasia, perwujudan dari semua kuasa dan kekuatan Buddha. Beliau berwarna biru dengan kedua tangan bersilang di hati sambil memegang vajra dan genta. Kedua deity ini mengenakan tiga belas perhiasan sambhogakaya. Amitabha berada dalam posisi duduk, kakinya bersilang dalam postur vajra. Hal ini menandakan bahwa ia tidak tinggal di dalam samsara maupun nirvana. Kedua Bodhisattva dalam posisi berdiri, yang me- nandakan bahwa mereka tidak pernah merasa letih bekerja untuk manfaat makhluk hidup. Di sekeliling tiga deity utama ini terdapat semua guru garis silsilah jalan Phowa yang mendalam, berkumpul bagaikan sekelompok awan di langit jernih. Dengan tersenyum, mereka memandang dengan rasa belas kasih ke arah anda dan semua makhluk lain. Berpikirlah bahwa mereka adalah pemandu-pemandu agung yang membebaskan anda dan semua makhluk lain dari penderitaan samsara dan alam rendah, yang menuntun anda ke alam suci kebahagiaan besar.

Sadhana Phowa

Sambil melakukan visualisasi demikian, lafalkan:

ཨེ་མ་ཧོཿ རང་�ང་�ན་�བ་དག་པ་རབ་ འ�མས་ཞིངཿ EMAHO RANG NANG LHUN DRUP DAG PA EMAHO Aku memanifestasi alam RAB JAM ZHING kemurnian tak terbatas: བཀོད་པ་རབ་�ོགས་བདེ་བ་ཅན་�ི་ཞིངཿ KOD PA RAB DZOG DE WA CHEN GYI ZHING Alam Sukhavati yang indah dan sempurna; རང་ཉིད་གཞི་�ས་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ RANG NYID ZHI LÜ DOR JE NAL JOR MA Tubuh biasa saya menjadi Vajrayogini, ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་དམར་གསལ་�ི་ཐོད་ འཛ�ནཿ ZHAL CHIG CHAG NYI MAR SAL DRI THOD Berwarna merah menyala, dengan satu DZIN muka dan dua lengan yang memegang pisau dan kapala,

453

ཞབས་གཉིས་འདོར་�བས་�ན་ག�མ་ནམ་ མཁར་གཟིགསཿ ZHAB NYI DOR TAB JEN SUM NË KHAR ZIG Kedua kaki dalam gaya menari, ketiga matanya menatap angkasa; དེ་ཡི་ཁོང་ད�ས་�་ད�་མཿ DE YI KHONG Ü TSA U MA Nadi tengah di tengah tubuh, �ོམ་�་མདའ་�ག་ཙམ་པ་ལཿ WOM TRA DA NYUG TSAM PA LA Kira-kira seukuran bambu anak panah, �ོང་སངས་འོད་�ི་�་�་ཅནཿ TONG SANG Ö KYI BU GU CHEN Kosong dan tembus pandang seperti tabung cahaya, ཡར་�ེ་ཚངས་�ག་གནས་�་ཧརཿ YAR NE TSHANG WUG NË SU HAR Dengan ujung atas terbuka pada Gerbang Brahma, མར་�ེ་�ེ་འོག་�ག་པ་ཡིཿ MAR NE TE OG ZUG PA YI Dan ujung bawah tertutup pada anusnya; �ིང་ཀར་ཚ�གས་�ིས་བཅད་པའི་�ེངཿ NYNG KAR TSHIG KYÏ CHED PË TENG Di atas sekat pada posisi hati, �ང་གི་ཐིག་ལེ་�ང་�འི་ད�སཿ LUNG GI THIG LE JANG KYÏ Ü Di tengah bindu berwarna hijau muda, རིག་པ་�ིཿཡིག་དམར་པོར་གསལཿ� RIG PA HRIH YIG MAR POR SAL Terdapat kesadaran berupa huruf Hrih merah menyala; �ི་བོར་�་གང་ཙམ་�ི་�ེངཿ JI WOR TRU GANG TSAM GYI TENG Kira-kira satu hasta di atas kepala, སངས་�ས་�ང་བ་མཐའ་ཡས་ནིཿ SANG GYË NANG WA THA YË NI Duduklah Buddha Amitabha, མཚན་དཔེ་�ོགས་པའི་�ང་པོར་གསལཿ TSHEN PE DZOG PË PHUNG POR SAL Bercahaya dalam tanda utama dan tanda tambahan yang sempurna.

Lalu, dengan penuh rasa bakti dan kepercayaan, seluruh tubuh anda merinding dan air mata mengalir dari mata anda, ulangi sebanyak mungkin doa:

454

བཅོམ་�ན་འདས་དེ་བཞིན་གཤེགས་པ་ད�་བཅོམ་པ CHOM DEN DË DE ZHIN SHEG PA DRA CHOM PA ཡང་དག་པར་�ོགས་པའི་སངས་�ས་མགོན་པོ་འོད་དཔག་� YANG DAG PAR DZOG PË SANG GYË GON PO Ö PAG TU མེད་པ་ལ་�ག་འཚལ་ལོ། མཆོད་དོ་�བས་�་མཆིའོ། MED PA LA CHAG TSHAL LO CHOD DO KYAB SU CHÏ

Aku bersembah sujud, membuat persembahan dan memohon perlindungan kepada Bhagavan, Tathagata, Arhat, Buddha nan sempurna Sang Pelindung Amitabha.

Lalu lafalkan doa yang berikut tiga kali secara penuh, mulai dari:

ཨེ་མ་ཧོ། གནས་རང་�ང་དོན་�ི་འོག་མིན་ན།། EMAHO NË RANG NANG DON GYI OG MIN Emaho! Di alam Akanistha absolut yang NA muncul dengan serta merta, ཡིད་དད་བ�འི་འཇའ་�ར་འ�ིགས་པའི་�ོང།། YID DED GYEI JA GUR TRIG PË LONG Dalam rangkulan pelangi keyakinan sempurna, �བས་�ན་འ�ས་�་བའི་�་མ་ནི།། KYAB KUN DÜ TSA WEI LA MA NI Terdapat tempat perlindungan dengan guru akar yang dikelilingi para guru silsilah, �་ཐ་མལ་མ་ཡིན་�ངས་མའི་�ས།། KU THA MAL MA YIN DANG MEI LÜ Dalam penampilan tubuh jernih bercahaya yang bukan tubuh biasa, དཔལ་སངས་�ས་�ང་མཐའི་ངོ་བོར་བ�གས།། PAL SANG GYË NANG THEI NGO WOR ZHUG Beliau merupakan esensi Buddha Cahaya Tanpa Batas nan jaya. ཡིད་མོས་�ས་ག�ང་བས་གསོལ་བ་འདེབས།། YID MÖ GÜ DUNG WE SOL WA DEB Aku memohon dengan penuh hormat dan keyakinan: ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་བར་�ིན་�ིས་�ོབས།། LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI LOB Anugerahkanlah berkahmu agar aku berhasil melakukan Phowa; གནས་འོག་མིན་བ�ོད་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།། NE OG MIN DROD PAR JIN GYI LOB Anugerahkanlah berkahmu agar aku aku mencapai alam Akaniṣṭha;

455

ད�ིངས་ཆོས་�འི་�ལ་ས་ཟིན་པར་ཤོག། Agar aku meraih kebuddhaan alam luas JING CHÖ KÜ GYAL SA ZIN PAR SHOG tubuh Dharmakaya.

Berikutnya, lafalkan tiga kali bagian yang terakhir, mulai dari:

Aku memohon dengan penuh hormat dan keyakinan ...

Akhirnya, lafalkan tiga kali baris terakhir saja:

Agar aku meraih kebuddhaan alam luas tubuh Dharmakaya.

Ketika anda berdoa, konsentrasilah semata-mata atas bija kata Hrih, lambang kesadaran pikiran anda, dengan pengabdian yang dalam pada guru anda dan pelindung, Amitabha, sehingga mata anda berlinang air mata. Sekarang tiba saatnya untuk mengeluarkan kesadaran. Ketika Anda melafal "Hrih, Hrih," lima kali dari belakang langit-langit mulut anda, suku kata merah Hrih yang melambangkan kesadaran anda, terangkat naik oleh energy bindu hijau muda bergetar yang naik semakin tinggi, sambil terus bergetar. Ketika ia keluar dari gerbang Brahma di puncak kepala anda, ucapkan "Hik!" dan bayangkan bindu meloncat keluar, seperti anak panah yang dilepas oleh seorang ksatria, dan melebur ke dalam hati Buddha Amitabha.

Lakukan proses tersebut tujuh kali, dua puluh satu kali atau lebih, sambil membayangkan Hrih (�ིཿ� ) di dalam hati anda dan mengulangi "Hik!" seperti sebelumnya. Dalam tradisi-tradisi yang lain diucapkan "Hik!" ketika kesadaran meloncat ke atas dan "Ka" ketika kembali turun ke bawah, tetapi dalam tradisi ini, kita tidak membayangkan kesadaran turun ke bawah.

Lalu ulangi lafalan seperti di atas mulai dari:

Aku bersembah sujud, membuat persembahan dan memohon perlindungan kepada Bhagavan, Tathagata, Arhat, Buddha nan sempurna Sang Pelindung Amitabha.

456

dan berlatih teknik pelafalan Hrih dan pengeluaran sebanyak mungkin. Sesudah itu, lafalkan tiga atau tujuh kali :

Aku bersembah sujud, membuat persembahan dan memohon perlindungan kepada Bhagavan, Tathagata, Arhat, Buddha nan sempurna Sang Pelindung Amitabha.

Kemudian lanjutkan doa ini dengan melafalkan doa ringkas phowa yang disebut Cara Pemindahan dengan Penyisipan Batang Rumput yang ditulis oleh penemu harta spiritual Nyi Da Sangye295dan ditransmisikan melalui silsilah Vihara Dzogchen:

སངས་�ས་འོད་དཔག་མེད་ལ་�ག་འཚལ་ལོ།། SANG GYË Ö PAG MED CHAG TSHAL LO Buddha Amitabha, saya bersembah sujud di depan Anda; ཨོ་�ན་པ�ྨ་འ�ང་གནས་ལ་གསོལ་བ་ འདེབས།། ORGYEN PEMA JUNG NË LA SOL WA DEB Padmasambhava dari Uddiyana, saya berdoa kepada Anda; �ིན་ཆེན་�་བའི་�་མས་�གས་�ེས་�ང།། DRIN CHEN TSA WEI LA MË THUG JË ZUNG Guru akar yang ramah, peganglah aku dengan rasa kasihan Anda; �་བ་བ�ད་པའི་�་མས་ལམ་�་�ོངས།། TSA WA GYUD PË LA MË LAM NA DRONG Para guru akar garis silsilah, bimbinglah saya di jalan; ཟབ་ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།། ZAB LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI LOB Berkati saya agar saya dapat menguasai jalan Phowa yang mendalam; �ར་ལམ་འཕོ་བས་མཁའ་�ོད་བ�ོད་པར་�ིན་ �ིས་�ོབས།། NYUR LAM PHO WË KHA JOD DROD PAR JIN Berkati saya agar jalan pintas Phowa ini GYI LOB membawa saya ke alam dakini; བདག་སོགས་འདི་ནས་ཚ�་འཕོས་�ར་མ་ཐག།། DAG SOG DI NË TSHE PHÖ GYUR MA THAG Berkati saya dan yang lain, saat hidup ini berakhir

295 Penemu harta spiritual (terma) pada abad keempat belas.

457

བདེ་བ་ཅན་�་�ེ་བར་�ིན་�ིས་�ོབས༔ DE WA CHEN DU KYE WAR JING GYÏ LOB Agar kami bisa terlahir di alam Sukhavati!

Lafalkan baris terakhir “Agar kami bisa terlahir di alam Sukhavati!” tiga kali. Lanjutkan berlatih teknik pelafalan Hrih dan pengeluaran seperti di atas, yaitu mulai dari mengucapkan lima kali Hrih sampai Hik sebisa anda. Lalu mulai lagi dari:

Aku bersembah sujud, membuat persembahan dan memohon perlindungan kepada Bhagavan, Tathagata, Arhat, Buddha nan sempurna Sang Pelindung Amitabha.

Kemudian lafalkan Doa Phowa Doktrin Angkasa, yang ditransmisi melalui garis silsilah Vihara Palyul:

ཨེ་མ་ཧོ། ཤིན་�་ངོ་མཚར་འོད་དཔག་མེད་ མགོན་དང།། EMAHO SHIN TU NGO TSHAR Ö PAG MED Emaho! Sungguh mengagumkan, Pelin- GON DANG dung Amitabha, �གས་�ེ་ཆེན་པོ་�ག་�ོར་མ�་ཆེན་ཐོབ།། THUG JE CHEN PO CHAG DOR THU CHEN Avalokitesvara dan Vajrapani yang THOB penuh kuasa, བདག་གིས་�་གཅིག་ཡིད་�ིས་གསོལ་བ་ འདེབས།། DAG GÏ TSA CHIG YID KYÏ SOL WA DEB Dengan pikiran terpusat saya memohon, ཟབ་ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།། ZAB LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI LOB Berkatilah saya agar saya dapat menguasai jalan Phowa yang mendalam; བདག་སོགས་ནམ་ཞིག་འཆི་བའི་�ས་�ང་ཚ�།། DAG SOG NAM ZHIG CHI WEI DÜ JUNG TSHE Ketika kehidupan saya dan yang lainnya berakhir, �མ་ཤེས་བདེ་ཆེན་འཕོ་བར་�ིན་�ིས་�ོབས།། NAM SHE DE CHEN PHO WAR JIN GYÏ LOB Agar kesadaran kami dapat pindah ke alam Sukhavati!

458

Lafalkan dua baris terakhir “Agar kesadaran kami dapat pindah ke alam Sukhavati! tiga kali. Lalu berlatih teknik pelafalan Hrih dan gerakan naiknya seperti di atas.

Dua doa terakhir ini bukanlah bagian dari teks instruksi pada Hakikat Hati yang Maha Luas296 dan tidak ditransmisi oleh Rigdzin Jigme Lingpa, tetapi diturunkan melalui Dzogchen Rinpoche dan Gochen Rinpoche kepada Kyabje Dodrup Chen Rinpoche. Beliau memiliki semua silsilah tersebut. Guruku yang mulia juga pernah menurunkannya. Dodrup Chen Rinpoche sebelumnya juga menerima warisan garis silsilah Kagyu untuk instruksi phowa yang dapat ditelusuri sampai Gampopa. Oleh karena itu, dalam kitab doa phowa yang disusun olehnya, ditemukan beberapa doa yang disusun oleh Gampopa, meski doa-doa tertentu ini bukanlah termasuk lafalan kebiasaan guruku sendiri. Setidaknya proses visualisasi dalam tradisi-tradisi yang berbeda ini adalah tepat sama, maka tidak perlu diragukan arus-arus instruksi tersebut dipersatukan untuk menjadi satu sungai yang besar. Guruku yang mulia menerima beberapa kali dari Kyabje Dodrup Chen Rinpoche. Dengan demikian, semua orang yang menerimanya dari guruku dapat dikatakan juga sudah menerima instruksi phowa tradisi Kagyu pada waktu yang sama, dan oleh karena itu diizinkan untuk melafal doa-doa dari silsilah tersebut. Kedua doa ringkas tersebut di atas kemungkinan adalah disusun oleh Dodrup Chen Ripoche, mereka hanya berbeda sangat sedikit dari versi-versi lainnya, dan oleh karena itu saya sudah menyalinnya ketika guruku yang mulia mengajarkannya. Pada suatu ketika guruku sedang memberi transmisi tradisi phowa Doktrin Angkasa dari Palyul. Ketika ia sedang melakukan phowa untuk suatu kelompok orang, pada pengubahan lafalan “ketika waktu kematian kami tiba" menjadi “ketika waktu kematian mereka semua ini tiba", sebagian orang tidak menangkap kata yang diubah , “ ... mereka semua ini (di nam)”, sehingga sekarang sebagian orang berkata “…. persepsi kehidupan ini (dir nang) …,“ dan yang lain berkata “.... oleh karena itu (di ne) ...., yang mana menurut saya keduanya adalah kurang benar.

Ketika anda sudah melatih latihan tersebut berulang kali dan tiba waktunya untuk mengakhiri sesi anda, segellah ke dalam lima kaya yang maha luas dengan mengucapkan “Phet!" (ཕཌཿ) 5 kali. Lalu beristirahat di dalam sifat alami ketenangan hati dengan tidak membuat gagasan apa pun.

296 Kadang disingkat dengan kata Hakikat Hati. Tib. Longchen Nyingtik. 459

Sesudah itu bayangkan semua guru silsilah di atas kepala anda melebur ke dalam tiga figur utama; lalu kedua Bodhisattva melebur ke dalam Amitabha; Amitabha melebur ke dalam cahaya dan lalu melebur ke dalam diri anda. Dengan segera anda membayangkan diri anda berubah menjadi Buddha Pelindung Amitayus berwarna merah dengan satu muka dan dua lengan. Kedua kakinya bersilang dalam postur vajra. Tangannya beristirahat di dalam postur meditasi sambil memegang vas yang dipenuhi dengan nektar kebijaksanaan dan kekekalan, dengan pohon pengabul harapan sebagai tutupnya. Beliau mengenakan tiga belas macam perhiasan sambhogakaya.

Sambil membayangkan demikian, lafalkan:

ཨ�་ཨ་མ་ར་ཎི་ཛ�་ཝ�ྟ་ཡེ་�་�ྰ� །། Om Amarani Jivantiye Svaha seratus kali atau dharani panjang umur dan mantra lainnya. Hal ini untuk mencegah jangka waktu hidup anda dipengaruhi oleh latihan dan  melalui kebenaran yang saling bergantungan  menghilangkan semua rintangan yang mengancam. Doa panjang umur di bagian ini tidak diperlukan jika anda melakukan phowa untuk seseorang yang sedang sekarat atau orang yang telah mati, ataupun ketika anda melakukannya pada saat kematian anda sendiri.

Tanda-tanda keberhasilan latihan ini diuraikan di dalam teks akar:

Kepala merasa nyeri; muncul suatu tetesan atau serum seperti embun berwarna kuning; Sepotong tangkai rumput dengan perlahan-lahan dapat disisipkan ke dalamnya.

Berlatih secara tekun sampai tanda-tanda ini muncul.

Sebagai pengakhiran sesi, berbagilah jasa dan lafalkan Doa untuk Terlahir di Alam Sukhavati dan doa lainnya.

Tidak seperti latihan lain dari tahap-tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, instruksi di Jalan yang mendalam dari phowa ini tidak memerlukan latihan yang lama. Tanda-tanda keberhasilan akan datang 460

dengan pasti sesudah satu minggu. Itulah sebabnya metoda itu disebut "ajaran yang membawa kebuddhaan tanpa meditasi," dan itulah sebabnya setiap orang seharusnya melakukan jalan-pintas yang tak tertanding ini sebagai latihan utamanya.

Tidak mampu untuk menjaga diriku, saya berkomat-kamit tak keruan guna orang mati; Tanpa berlatih, aku membentang jerubung ajaranku yang tak berkesudahan; Berkati saya dan penipu-penipu lain seperti saya, Sehingga kami dapat berlatih dengan tekun.

461

462

Kesimpulan

Instruksi ini berisi dua belas poin utama, di mana enam yang pertama berhubungan dengan pendahuluan umum atau pendahuluan bagian luar:

1. Dengan memikirkan betapa sulitnya untuk memperoleh kebebasan dan karunia akan mendorong kita memanfaatkan hidup manusia ini untuk keperluan yang benar-benar penting. 2. Dengan merenungkan sifat ketidak-kekalan dari kehidupan akan mendorong diri sendiri berlatih dengan rajin. 3. Dengan mengenali bahwa sifat keseluruhan samsara adalah pen- deritaan, kita akan mengembangkan tekad pembebasan dan sikap rasa belas kasih. 4. Melalui pemahaman tentang akibat perbuatan, kita menolak kejahat- an dan melakukan kebaikan dalam hal apa pun dalam perbuatan kita. 5. Dengan mengingat manfaat pembebasan, kita menjadi semakin mendambakan hasil kebuddhaan. 6. Dengan mengikuti seorang sahabat spiritual yang sejati, kita melatih diri untuk meneladani realisasi dan perbuatan-perbuatannya.

Lima yang berikutnya adalah mengenai pendahuluan khusus atau pendahuluan bagian dalam:

1. Meletakkan dasar pembebasan dengan berlindung kepada Sang Tri Ratna. 2. Membangun suatu kerangka aktivitas Boddhisattva yang tidak terba- tas dengan membangkitkan bodhicitta yang mahamulia. 3. Menyesali perbuatan jahat dan kemerosotan, akar dari semua kejahatan melalui empat kekuatan, dengan menggunakan meditasi dan lafalan pada Vajrasattva. 4. Menghimpunkan pahala dan kebijaksanaan, sumber semua kemajuan spiritual dengan mempersembahkan alam suci tiga kaya dalam wujud mandala. 5. Membangunkan dalam diri sendiri kebijaksanaan realisasi yang ter- tinggi dengan berdoa kepada guru, sumber semua berkah. 463

Sebagai poin terakhir, jika kematian datang dengan tiba-tiba sebelum jalan terselesaikan, suatu mata rantai dengan alam Buddha diciptakan melalui pemindahan kesadaran, mencapai kebuddhaan tanpa meditasi.

Latihan-latihan pendahuluan ini boleh juga diperkenalkan sebagai berikut. Melalui empat perenungan yang membawa pikiran ingin keluar dari samsara, dan sampai ke suatu pemahaman manfaat pembebasan, anda membangkitkan tekad yang tulus untuk mencapai pembebasan yang membuka akses seluruh Jalan. Dengan mengikuti seorang sahabat spiritual, sumber dari semua kualitas yang baik, anda menciptakan kondisi-kondisi mendukung pada Jalan. Melalui berlindung sebagai dasar, membangkitkan bodhicitta dan pelatihan dalam latihan enam paramita, anda dituntun di sepanjang Jalan kebuddhaan sempurna dan mahatahu yang sejati. Ada instruksi lain yang dikenal dengan tiga macam persepsi,297 tiga tingkat kemampuan makhluk, dan Mahamudra menurut tradisi sutra dan sebagainya, tetapi semua poin jalan penting yang ditemukan di dalamnya sudah digabung di dalam kitab ini. Purifikasi dan akumulasi yang menggunakan kedua metoda tertinggi, yakni latihan Vajrasattva dan persembahan mandala; Guru Yoga, jalan rahasia dari berkah yang mendalam; dan instruksi pada pemindahan yang menuju kebuddhaan tanpa meditasi, semua ini adalah pendahuluan ajaran tradisi kita yang tiada bandingannya.

Setelah latihan-latihan ini, seseorang masuk ke jalan khusus ajaran inti vajra dari Hakikat Hati,298 di mana di sana ada latihan pendahuluan khusus yang membimbing ketiga kaya, ke pada kesadaran dan perhatian. Lalu, ketika seseorang telah menerima inisiasi penunjukkan langsung akan kreativitas realita kesadaran, 299 terhadap realita diperkenalkan dengan kemutlakan melalui inisiasi terhadap kreativitas kesadaran, barulah ia akan diberi instruksi latihan inti berdasarkan perkembangan pengalaman seseorang.

297 Pendahuluan untuk "Jalan dan Hasil" latihan tradisi Sakya didasarkan pada ketiga macam persepsi: persepsi tidak murni, persepsi campuran yang dialami oleh yogi-yogi melalui latihan, dan persepsi murni. 298 Disingkat dari Hakekat Hati yang Maha Luas, Tib. Longchen Nyingtik. 299 Tib. ngo sprod; Ing. pointing out. 464

Dalam menulis instruksi-instruksi ini, dari semula saya tidak begitu mempedulikan pertimbangan segi aesthetik dan kesusasteraan. Tujuan utama saya hanyalah mencatat dengan jujur instruksi lisan guruku yang mulia dengan cara yang mudah dipahami dan bermanfaat untuk batin. Saya lakukan yang terbaik untuk tidak merusaknya dengan mencampur- kan kata-kata atau ide-ide saya. Pada peristiwa yang terpisah, guruku juga memberi banyak instruksi khusus untuk menyingkap kesalahan-kesalahan yang tersembunyi, dan saya sudah menambahkan apa pun juga yang dapat saya ingat di tempat- tempat yang paling sesuai. Janganlah pergunakan mereka sebagai jendela untuk memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi pakailah sebagai cermin untuk memeriksa kesalahan sendiri. Perhatikan dengan saksama diri anda, apakah anda menemukan kesalahan-kesalahan yang tersembunyi ini. Jika anda menemukannya, kenali dan buanglah mereka. Koreksi pikiran anda dan mantapkan pada jalan yang benar. Seperti kata Atisa:

Guru yang terbaik adalah orang yang mengecam kesalahan- kesalahan anda yang tersembunyi; Instruksi terbaik adalah yang mengenai kesalahan-kesalahan tersebut; Sahabat yang terbaik adalah perhatian penuh dan kewaspadaan; Perangsang yang terbaik adalah musuh, rintangan-rintangan dan penderitaan penyakit; Metoda terbaik adalah tidak memalsukan apa pun.

Penderitaan ataupun kesusahan apa pun yang terjadi, hendaknya anda menyalahkan diri sendiri, sebagaimana dikatakan Atisa di atas. Adalah sangat penting untuk menggunakan instruksi-instruksi untuk menyingkap kesalahan-kesalahan tersembunyi anda, menggunakan Dharma untuk mengkoreksi pikiran anda, untuk memelihara perhatian dan kewaspadaan sepanjang waktu, bertanggung jawab penuh atas diri sendiri terhadap apa pun juga yang terjadi, jangan pernah membiarkan pikiran negatif menjadi liar, dan pergunakanlah ajaran untuk menjinakkan pikiran anda. Jika anda dapat melakukan semuanya, anda melakukan kebaikan untuk diri anda sendiri. Dharma akan menjadi bermanfaat buat hati anda, dan mengikuti seorang guru akan mulai memiliki arti yang nyata. Atisa juga berkata:

Cara terbaik membantu orang lain adalah menuntun mereka belajar Dharma;

465

Cara terbaik memperoleh manfaat untuk diri sendiri adalah mema- lingkan pikiran pada Dharma.

Singkatnya, anda sekarang memiliki kebebasan-kebebasan dan berkah- berkah dari keberadaan manusia. Anda sudah berjumpa dengan seorang guru yang sejati dan menerima instruksi yang mendalam. Kesempatan untuk mencapai kebuddhaan dengan melatih sembilan kendaraan ke dalam praktek kini adalah milik anda. Saatnya sekarang anda dapat menetapkan suatu strategi untuk semua kehidupan anda yang akan datang, anda dapat meninggalkan kebiasaan anda sendiri untuk berspekulasi. Sekarang anda dapat memusatkan pikiran pada hal-hal yang baik dan sekarang anda dapat meninggalkan kejahatan. Saat ini adalah batas antara arah yang benar dan tidak benar dari seluruh keberadaan anda. Kesempatan ini adalah seperti menemukan sesuatu yang dapat dimakan ketika anda hanya mendapat makanan sekali saja dalam seratus kali kehidupan anda. Maka gunakan Dharma untuk membebaskan diri anda selagi anda masih bisa, dengan mengambil kematian sebagai pemacu anda terus menerus. Buanglah niat anda untuk mencari kesenangan kehidupan duniawi ini, dan dengan rajin mencoba untuk melatih kebaikan dan menghentikan kejahatan, bahkan atas taruhan hidup anda. Ikuti seorang guru yang sejati dan terimalah apa pun juga yang dikatakannya kepada anda tanpa keraguan. Berlindunglah kepada Sang Tri Ratna dengan sepenuh hati. Ketika kebahagiaan datang, kenalilah sebagai belas kasih mereka. Ketika penderitaan datang, kenalilah sebagai akibat karma anda masa lampau. Bertekunlah pada latihan-latihan akumulasi dan purifikasi dengan motivasi bodhicitta yang murni dan sempurna. Pada akhirnya, melalui pengabdian dan keyakinan serta samaya yang murni, persatukan pikiran anda dengan kebijaksanaan guru silsilah. Raihlah pencapaian dalam kehidupan ini juga, dan dengan berani menerima tanggung jawab untuk membebaskan semua makhluk, para ibu kita yang tua dari penjara samsara. Hal-hal yang tersebut di atas mencakup semua instruksi yang paling penting.

Inti instruksi dari garis silsilah rangkap tiga di sungai nektar, Ambrosia manis dari bibir seorang guru tradisi yang benar ini, Poin penting dari latihan sembilan kendaraan, Semuanya dikumpulkan di sini, tanpa kesalahan atau pemalsuan.

466

Kata-kata yang baik ini seperti makanan yang dimasak dengan baik, Dengan semua sekam khayalan ditampi pisah, Mengandung poin-poin penting yang lezat dari latihan yang ter- dalam, Di dalam sari masakan instruksi berdasarkan pengalaman.

Kata-kata yang baik ini seperti seorang petani yang cakap, Yang mengolah tanah yang dibusuki tiga racun, Menarik mata bajak tegas dari ajaran, menggali semua kesalahan yang tersembunyi, Dan dengan trampil mengairinya dengan air Dharma yang asli.

Kata-kata yang baik ini seperti panen yang berlimpah, Di dalam tanah subur penentuan untuk menjadi bebas dari samsara, Benih bodhicitta ditabur dengan saksama, Dan dipupuk dengan pahala dan purifikasi, untuk menghasilkan buah pencapaian rohani.

Kata-kata yang baik ini seperti seorang pengasuh anak yang ramah, Bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang tersembunyi dan mencabut mereka, Dengan trampil menasihati mereka berkali-kali, Hanya untuk menolong mereka memperbaikinya.

Mereka bukan hanya kata-kata; mereka memiliki arti yang sangat dalam; Mereka masih hangat dengan nafas guru saya yang tiada bandingannya. Mereka yang mengambilnya sebagai permata hati, Sudah pasti mengambil jalan yang benar dan murni.

Ajaran-ajaran yang baik ini adalah ketrampilan khusus Bodhisattva, Suatu teks suci yang tertulis tanpa keindahan atau puisi, Tetapi menggunakan bahasa sehari-hari untuk mengajar jalan yang sejati, Sehingga manfaat dan latihannya bisa diperhatikan dengan baik.

467

Teks-teks yang bersifat menjelaskan penuh dengan detil yang berlimpah, Tidak mudah cocok di dalam ruang pikiran yang terbatas; Pandangan-pandangan filosofis yang tinggi dan doktrin-doktrin yang dalam, Sulit untuk dipraktekkan bagi intelek lemah di abad kemerosotan kita.

Inilah alasan kenapa teks ini, yang dipadatkan dan mudah dipahami, Suatu eliksir emas untuk diresapkan ke dalam lubang pikiran yang sempit, Sebuah lampu untuk menerangi kemuraman kecerdasan yang lemah, Seperti seorang instruktur yang tenang, mengatakan arti yang benar dengan jelas dengan caranya.

Untuk sarjana yang suka akan ceramah yang berkepanjangan, Bagi guru besar yang tidak melihat apa yang ada di dalam teks dan tradisi lisan, Sesudah meminum nektar instruksi intisari yang sempurna ini, Tak ragu lagi akan menghidupkan kembali inti latihan mereka.

Bagi pertapa yang bermeditasi tanpa bimbingan seperti melempar batu di dalam kegelapan, Bagi seorang ahli yang sombong akan semua latihan yang sudah ia lakukan, Bagi siddha lancung yang belum pernah menghadapi keterbatas- annya, Jalan ini akan menyembuhkan penyakit dalam hati mereka.

Teks ini bukanlah manisan frasa-frasa yang diciptakan, Suatu pelangi yang digambar dengan kata-kata fantastis, Oleh seseorang terpelajar ahli yang digubah secara dangkal, Yang tidak ada hubungannya dengan kata-kata guruku yang baik.

Mengenai hal ini saudara-saudara vajra masih dapat memberi kesaksian, Untuk waktu yang tidak begitu jauh pada masa yang baik ini, Suatu waktu yang diberkati untuk Tibet dan untuk seluruh dunia –

468

Buddha masa kini yang sesungguhnya, guru saya yang tiada bandingannya.

Adalah aktivitas makhluk mulia tersebut yang mengilhami saya Untuk menyusun suatu koleksi kata-kata aslinya; Cetakan dari pengabdian dan niat baikku ini, Akan pantas menerima kegembiraan besar oleh saudara-saudara saya, bahkan oleh para dewa.

Makhluk beruntung yang hidup di masa depan, Tolong rasakan pengabdian yang sama ketika anda membaca teks ini, Sebagaimana halnya anda bertemu sendiri dengan guru saya yang sudah cerah, Karena saya percaya buku ini dengan setia menyampaikan hakikat perkataannya.

Pahala apa pun yang akan timbul dari pekerjaan ini, Saya dedikasi kepada semua makhluk, para ibuku masa lampau, Agar mereka bisa didukung oleh seorang sahabat spiritual sem- purna, Melaksanakan kata-kata sempurnanya dalam latihan dan meraih kebuddhaan.

Terutama, semoga semua mereka yang diberi makan dengan nektar ini, Dari bibir guruku yang tiada bandingannya, Buddha yang sempurna, Bersama-sama mencapai kebuddhaan sempurna; Semoga saya melihatnya memandu makhluk-makhluk.

Semoga wali-wali tertinggi guruku yang paling baik hati, Mereka yang sudah minum nektar dari kata-katanya yang sempurna, Dan memikat orang-orang yang beruntung dengan instruksi lagunya yang memabukkan, Panjang umur dan sehat selamanya.

469

Untuk selanjutnya, semoga dalam semua hidup saya di masa menda- tang, Menjadi pelayan guru saya yang sempurna dan semua yang mengi- kutinya; Menyenangkannya dengan melaksanakan apa pun juga yang ia minta; Semoga aku dipandu sebagai muridnya.

Sampai semua makhluk lenyap dari alam samsara, Semoga saya memberikan tubuh-tubuhku, barang kepunyaanku dan jasaku; Semoga saya melayani para ibu tuaku yang terendam dalam penderitaan, Dan semoga mereka semua juga memungut Dharma Buddha yang sempurna.

Sementara itu semoga berkah garis silsilah yang berharga ini, Menyingsing di dalam hati mereka seperti matahari terbit yang sempurna. Sesudah mendedikasikan hidup mereka untuk latihan di tempat sepi, Semoga mereka meraih tingkat guruku yang tiada bandingannya.

Panduan umum bagian luar dan bagian dalam pada Hakikat Hati yang Maha Luas ini ditulis sebagaimana adanya sesuai kata-kata dari guru saya yang tiada bandingannya. Ia muncul dari permintaan-permintaan yang terus menerus dari Dronma Tsering, seorang murid yang rajin dan sangat tertib, yang menyumbang ke dalam catatan saya beberapa catatan yang ia miliki. Ia menulis segala hal yang bisa ia ingat, dan mendesak supaya saya menulis suatu teks yang bersifat menjelaskan atas dasar catatan-catatan tersebut yang telah direkamnya dengan setia dari ajaran-ajaran guru kami. Lebih dari itu, Kunzang Thekchok Dorje, seorang tulku yang mulia dan pewaris silsilah guruku yang mulia mengulangi permintaan yang sama dua atau tiga kali bahkan menyediakan lembaran kertas untuk saya. Kemudian Kushab Rinpoche Shenpen Thaye Ozer 300 - Penguasa Dharma dari semua doktrin, yang terkemuka antara semua anak spiritual yang memegang garis silsilah tradisi lisan guru yang mulia, pada gilirannya mendorong saya dengan berkata bahwa saya harus mencatat

300 Salah satu pemegang silsilah utama Longchen Nyingtik. 470

kata-kata guru kami dalam gaya di mana ia mengajar mereka, yang dengan demikian akan menolong kami semua untuk mengingatnya dan menghi- dupkan kembali pengabdian kami. Saya juga didorong dan diilhami oleh sejumlah saudara-saudara vajra yang terkasih, yang sangat baik kepada saya seperti mata saya sendiri, dan yang pasti akan tinggal bersama dengan saya seperti sumbu dan nyala api, sampai kami semua mencapai pencerah- an sempurna.

Ini semua adalah asal-muasal dari pekerjaan ini, yang ditulis oleh seseorang yang diberi nama Orgyen Jigme Chokyi Wangpo 301 oleh Rigdzin Changchub Dorje,302 perhiasan mahkota dari ratusan siddha yang tidak ada taranya. Namun, di balik tambahan dari nama seperti itu, sebenarnya ia hanyalah Si Abu yang Compang Camping,303 orang kasar dengan lima racun yang membara. Teks ini diselesaikan di tempat retreat Rudam Orgyen Samten Choling304 dan lingkungan yang termasuk di dalamnya, di tempat yang dikenal sebagai Istana Yamantaka yang megah – suatu tempat yang terhias dengan baik sekali dengan semua kualitas kesunyian, di mana pohon- pohon merendamkan daun-daun mereka dalam kehangatan alami sinar matahari, selagi akar mereka meminum tetesan dingin nektar; di mana semak belukar, cabang dan daun-daun, segala macam bunga dan buah- buahan bertebaran dalam hiasan benang emas dan karangan bunga, menyaring ambroisia dari senyum berseri dari Sang Mentari yang tampak dari celah di antaranya ketika ia mengalir turun memuaskan hati mereka.

Dengan pahala kebajikan dari penyelesaian yang baik dan membawa berkah dari pekerjaan ini, semoga semua makhluk mengikuti jalan yang tertinggi ini, dan terbebas ke alam yang maha luas dari Buddha asal mula!

301 Orgyen Jigme Chokyi Wangpo adalah nama pribadi Patrul Rinpoche. 302 Changchub Dorje (1745-1821), juga dikenal sebagai Jigme Trinle Ozer, adalah Dodrup Chen Rinpoche yang pertama, salah satu murid utama Jigme Lingpa. 303 Kata-kata untuk merendahkan diri. 304 Vihara Dzogchen. 471

Daftar Pustaka

1. 《索達吉堪布仁波切: 大圓滿前行引導文 – 普賢上師言教》 (Wejangan Guruku : Pendahuluan Dzogchen Oleh : Khenpo Sodargye Rinpoche ) larong-chuling.org/upload_images/PDF/06.pdf

2. http://padmasambhavagururinpoche.com/wp- content/uploads/2016/05 Patrul-Rinpoche-Words-Of-My-Perfect-Teacher.pdf

472