NASKAH PUBLIKASI

VILLAGE MOUNTAIN RESORT DI PALUTUNGAN KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

RIO JANUAR ARGA KUSUMA D 300 070 020

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 VILLAGE MOUNTAIN RESORT DI PALUTUNGAN KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT RIO JANUAR ARGA KUSUMA Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 Telp 0271-717417 [email protected] ABSTRAK

Kabupaten Kuningan memiliki banyak objek wisata yang cukup menarik dan potensial untuk dipasarkan. Sayangnya cukup banyak obyek-obyek wisata di Kabupaten Kuningan yang masih belum tertata dengan baik sesuai dengan standar dari kepariwisataan. Maka dari itu, di desainlah kawasan resort untuk mewadahi kegiatan pariwisata. Lokasi yang dipilih untuk pembangunan Village Mountain Resort adalah di Palutungan, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Site memiliki luas ± 82.000 m2. Menurut peraturan, site diperuntukan untuk pengembangan sektor pariwisata. Maka dari itu sangat cocok untuk kegiatan Village Mountain Resort. Di dalam Village Mountain Resort terdapat hunian berupa cottage sebagai sarana menginap bagi wisatawan. Selain itu, terdapat juga restoran, taman-taman dan masjid sebagai sarana beribadah.

Kata Kunci : mountain; resort; cottage ABSTRACT has a lot of attractions are quite interesting and the potential to be marketed. Unfortunately quite a lot of tourist in the district of Kuningan which is still not well ordered in accordance with the standards of tourism. Therefore, in the design the resort area to facilitate the activities of tourism. The site selected for the construction of Village Mountain Resort is in Palutungan, Cisantana Village, District Cigugur, Kuningan regency. Site has an area of ± 82,000 m2. According to the regulations, the site is dedicated to the development of the tourism sector. Therefore, it is suitable for the activities Village Mountain Resort. In the Village Mountain Resort are dwelling in the form of a cottage as a means to stay for tourists. In addition, there are also restaurants, parks and mosques as a means of worship. Keywords : mountain; resort; cottage

| 2

| 3

1. Pendahuluan dimiliki. Banyak ditemukan daerah- 1.1 Pengertian Judul daerah yang masih belum Village Mountain Resort dapat mengetahui potensi yang dimiliki di definisikan sebagai tempat oleh daerah sekeliling mereka. beristirahat dan berekreasi yang Menurut Peraturan Daerah berbasis pada wisata alam Kabupaten Kuningan No. 7 Tahun pegunungan dengan kondisi suasana 2009 tentang Rencana Induk pedesaan dimana terdapat upaya Pengembangan Pariwisata pelestarian alam serta kebudayaan Kabupaten Kuningan adalah didalamnya. rumusan pokok-pokok kebijaksanaan perencanaan dan pemanfaatan 1.2 Latar Belakang pembangunan pariwisata di Daerah dikenal sebagai negara yang didalamnya mencakup aspek yang penuh dengan keberagaman ketataruangan, usaha pariwisata, budaya dan pariwisata. Negara yang faktor penunjang dan pengembangan memiliki banyak kekayaan alam kepariwisataan secara berlanjut dan dengan segala potensi didalamnya, berwawasan lingkungan. Sasaran baik potensi yang berasal dari alam RIPPDA yaitu tersusunnya arah maupun potensi yang dibuat oleh kebijakan dan strategi manusia sendiri. Didukung dengan pengembangan kepariwisataan kondisi geografis Indonesia yang Daerah serta indikasi program berbentuk negara kepulauan, tanah pengembangan kepariwisataan di yang subur, dan hasil laut yang tak setiap kawasan wisata unggulan kalah saing dengan negara-negara Daerah. (Perda Kab. Kuningan No.7, lainnya. 2009). Adanya pariwisata di suatu Salah satu daerah wisata yang daerah dinilai penting karena populer di Kabupaten Kuningan ialah merupakan salah satu faktor yang Cigugur. Kecamatan Cigugur dimiliki Indonesia untuk lebih merupakan daerah yang terletak di dikembangkan sehingga menjadi lereng gunung Ciremai. Kebanyakan pendorong ekonomi. Keuntungan ini dari obyek wisata termasuk dapat dirasakan secara langsung Palutungan juga terletak di maupun tidak langsung baik oleh Kecamatan ini. Menurut RIPPDA pemerintah setempat maupun (Rencana Induk Pengembangan masyarakat setempatnya sehingga Pariwisata Daerah) Kabupaten dapat berimbas kepada peningkatan Kuningan, Cigugur termasuk pada aktivitas ekonomi masyarakat. daerah yang akan dikembangkan Sayangnya, hingga saat ini Indonesia menjadi pusat daerah kawasan wisata masih belum mampu di Kabupaten Kuningan. memaksimalkan potensi yang

| 4

Salah satu cara yang dapat b. Pilihan Vegetas menunjang pengembangan objek c. Desain Hardscape ( street wisata adalah dengan adanya sarana furniture, pedestrian, dan dan prasarana yang dibutuhkan untuk lainnya ) menunjang kelancaran di sekitar 2. Mendesain bangunan yang daerah tujuan wisata (DTW). Sarana terdapat pada Mounrain Resort, dan prasarana tersebut dapat berupa : terpenuhi dengan wadah yang a. Style Bangunan disebut Resort. (Soebagyo, 2012) b. Material Yang Digunakan c. Eksterior 1.3 Rumusan Masalah 2. Tinjauan Pustaka Adapun beberapa permasalahan 2.1 Pengembangan Pariwisata dalam pembahasan ini adalah: Menurut Richard Sihite dalam 1. Permasalahan Yaumil Hurriyati (2000) Kecamatan Cigugur memiliki menjelaskan unsur pokok yang harus DTA paling banyak di ada guna menunjang pariwisata di Kabupaten Kuningan salah daerah tujuan wisata yang satunya di Palutungan, untuk itu menyangkut perencanaan, perlunya pembenahan dan pelaksanaan pembangunan dan perkembangan berupa fasilitas pengembangannya meliputi 3 unsur fisik dan non-fisik yang tertuang yaitu: dalam Village Mountain Resort 1. Objek dan Daya Tarik Wisata sebagai wadah untuk para Daya tarik wisata yang juga wisatawan yang singgah di disebut objek wisata merupakan Kabupaten Kuningan. potensi yang menjadi pendorong 2. Persoalan kehadiran wisatawan ke suatu a. Bagaimana mendesain daerah tujuan wisata. kawasan dan lanskap Village 2. Prasarana Wisata Mountain Resort di Prasarana pariwisata adalah Palutungan? sumber daya alam dan sumber b. Bagaimana mendesain daya buatan manusia yang mutlak bangunan ( gedung dan dibutuhkan oleh wisatawan dalam interior ) serta fasilitas- perjalanannya di daerah tujuan fasilitas pendukung lainnya wisata, seperti jalan, listrik, air, dengan pendekatan telekomunikasi, terminal, jembatan, tradisional Sunda? dan lain sebagainya. 1.4 Tujuan 3. Sarana Wisata 1. Mendesain kawasan dan lanskap Sarana pariwisata adalah Village Mountain Resort di fasilitas dan perusahaan yang Palutungan, berupa : memberikan pelayanan kepada a. Layout/ Pola Tata Masa

| 5 wisatawan baik secara langsung mesti dihormati serta dimanfaatkan maupun tidak langsung. secara tepat di dalam kehidupan 2.2 Tinjauan Resort sehari-hari. Ungkapan rasa hormat Menurut Richard Sihite dalam tersebut tercermin pada sebutan bumi Giovanni, resort adalah suatu bagi alam yang menunjukan pula perubahan tempat tinggal untuk bahwa alam adalah tempat tinggal sementara bagi seseorang di luar bagi masyarakat Sunda karena istilah tempat tinggalnya dengan tujuan bumi juga digunakan untuk antara lain untuk mendapatkan menyebut secara halus rumah atau kesegaran jiwa dan raga serta hasrat tempat tinggal orang Sunda. ingin mengetahui sesuatu. Maka dari Konsep tersebut disiratkan pada itu resort yang merupakan tempat kepercayaan masyarakat setempat menginap berlibur dan sekaligus terhadap "agama" karuhun urang berekreasi yang memiliki nuansa (nenek moyang kita) yaitu sebuah alam itu harus terletak di bentuk sinkretisme antara agama pengunungan, pantai, pulung kecil, Hindu dan ajaran Islam. perbukitan, lembah yang memiliki Kepercayaan masyarakat terhadap keindahanan dan pesona alam. lima pamali (lima larangan atau tabu) Perbedaan hotel, motel, losmen dan yang dua di antaranya melarang resort, adalah jika hotel, motel, menambah jumlah bangunan serta losmen yang disewakan adalah memelihara binatang berkaki empat sebuah kamar yang memiliki atau kecuali kucing ternyata sangat efektif tidak sebuah kamar mandi pribadi, dalam menjaga kelestarian kompleks dengan fasilitas makan dan minum dengan lingkungannya. Menurut terdapat di dalam sebuah gedung Mangunwijaya rumah yang kita atau bangunan.. Sedangkan untuk bangun ialah rumah manusia. Oleh resort yaitu berupa pondok - pondok karena itu merupakan sesuatu yang yang disewakan untuk penginapan sebenarnya selalu dinapasi oleh dengan biaya tertentu per kelasnya kehidupan manusia, oleh watak dan hampir mirip dengan sebuah rumah kecenderungan-kecenderungan, oleh tinggal privat, selain itu juga terdapat nafsu dan cita-citanya. Rumah adalah restaurant yang terletak pada citra sang manusia pembangunnya. ( bangunan terpisah. Mangunwijaya, 1995) 2.3 Tinjauan Arsitektur

Tradisional Sunda 3. Tinjauan Lokasi Secara umum konsep dasar 3.1 Kondisi Geografis dan rancangan arsitektur tradisional Administratif Kabupaten masyarakat Sunda adalah menyatu Kuningan dengan alam. Alam merupakan Kabupaten Kuningan, adalah sebuah potensi atau kekuatan yang sebuah kabupaten di Provinsi Jawa

| 6

Barat, Indonesia. Letak astronomis Berikut adalah sektor pariwisata kabupaten ini di antara 108°23" - yang dimiliki oleh Kabupaten 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - Kuningan, diantaramya : 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini 1. Wisata Alam terletak di bagian timur Jawa Barat, a. Talaga Remis berbatasan dengan Kabupaten b. Wisata Ikan Dewa Cibulan di utara, Kabupaten Brebes c. Taman Wisata Alam (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Linggajati Ciamis di selatan, serta Kabupaten d. Waduk Darma Majalengka di barat. Kabupaten e. Darmaloka Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, f. Sangkanhurip yang dibagi lagi atas sejumlah 361 g. Desa Sitonjul desa dan 15 kelurahan. Pusat h. Air Terjun Sidomba pemerintahan di Kecamatan i. Curug Cilengkrang Kuningan. j. Palutungan & Curug Putri Permukaan tanah k. Curug Ngelay Kabupaten Kuningan relatif datar l. Curug Bangkong dengan variasi berbukit-bukit 2. Wisata Budaya terutama Kuningan bagian Barat dan a. Taman purbakala Cipari bagian Selatan yang mempunyai b. Gedung Perundingan ketinggian berkisar 700 meter di atas Linggarjati permukaan laut, sampai ke dataran c. Situs Sanghiang Sagarahiang yang agak rendah seperti 3. Wisata Hutan wilayah Kuningan bagian Timur a. Desa Setianegara dengan ketinggian antara 120 meter b. Desa Jabranti sampai dengan 222 meter di atas 4. Wisata Ziarah permukaan laut. a. Cibulan b. Balong Keramat Darmaloka 3.2 Potensi Kabupaten Kuningan c. Goa Maria Dalam Sektor Pariwisata 5. Wisata Adat Kabupaten Kuningan memiliki a. Seren Taun banyak potensi dalan sektor b. Pesta Dadung pariwisata sehingga perlu adanya 4. Analisa Pendekatan serta pengembangan dalam sektor tersebut Konsep Perancangan untung meningkatkan taraf hidup 4.1 Gagasan Perencanaan masyarakat Kuningan pada Berdasarkan studi literature yang umumnya dan masyarakat DTA dimuat pada bab sebelumnya, maka khususnya. pengembangan resort di Palutungan ini memiliki fungsi utama sebagai wisata resort (tourism resort). Di

| 7 mana dalam wisata resort terdapat  Analisa dan Konsep hunian serta fasilitas lainnya yang 1. Analisa menunjang kenyamanan dan a. Jalan Pejambon keamanan pengunjung (wisatawan). berpotensi menjadi jalan Selain itu, pengembangan resort juga masuk kawasan, memiliki fungsi pendukung yang sedangkan jalan kemudian dikembangkan untuk Sukamanah berpotensi mewadahi kegiatan perlindungan/ menjadi jalan keluar dari konservasi berupa flora dan fauna kawasan serta keanekaragaman hayati yang b. Perlu adanya ada di wilayah Palutungan. Di mana penambahan elemen dalam fungsi pendukung tersebut street furniture ataupun terdapat museum guna menambah signage. sarana pendidikan tentang flora/ 2. Konsep fauna yang dilindungi di Palutungan. a. Jalan Pejambon ditetapkan menjadi jalan 4.2 Analisa dan Konsep Makro masuk kendaraan umum A. Analisa Pencapaian Site dan pribadi menuju  Dasar Pertimbangan tempat parker dengan 1. Kemudahan akses, pencapaian langsung. 2. Arah kedatangan b. Pembuatan desain pengunjung dan pintu pedestrian selebar 1,5 masuk kawasan (site) meter pada kedua sisi. harus dikenali dengan jelas, B. Analisa Penzoningan 3. Pintu masuk (jalur 1. Zona Penginapan berada masuk) harus terhubung harus mendapatkan view secara langsung, alam di bawah kaki 4. Arus kendaraan dan Gunung Ciremai sebagai potensi jalan, point of interest. 5. Sirkulasi tapak yang 2. Zona Cinderamata, aman, dan kenyamanan Peribadatan, Hiburan, pengunjung, Restoran di tempatkan 6. Jalur pejalan kaki dengan antara Zona Pendidikan jalur kendaraan harus dan Zona Penginapan jelas sehingga sebagai point of interest memberikan keamanan dari kedua zona tersebut dan kenyamanan bagi guna memudahkan pengguna, sirkulasi pencapaian. 7. Kondisi kontur tanah. 3. Zona Pendidikan ditempatkan pada lokasi

| 8

di belakang sebagai zona ditempat-tempat yang pengetahuan atas flora diperlukan, sebagai dan fauna yang menjadi pengganti dinding objek konservasi di penahan yang mahal. Gunung Ciremai. 2. Menggunakan konsep cut and fill untuk kontur C. Analisa Sirkulasi yang curam dan 1. Pedestrian didesain menggunakan konsep dengan memperhatikan penopangan, pengguna difable penampangan, sehingga harus memenuhi penurapan, dan syarat desain. pentuasan untuk 2. Pedestrian diberikan pada penguatan agar tidak 2 sisi jalan dengan lebar terjadi longsor. 1,5m. 3. Menggunakan konsep E. Konsep Utilitas Kawasan pola herringbone untuk 1. Air Besih kendaraan roda 4 baik bus Pada lokasi site, air maupun mobil pribadi. bersih berasal dari air gunung Untuk kendaraan dan air tanah sehingga bermotor menggunakan kualitas air bersih masih pola jalan 2 arah dengan alami dan higienis. Air bersih sudut 90o lebar jalan 3m. digunakan untuk ; memasak, mandi, kamar mandi, dan D. Analisa Pengolahan Kontur 1. Menggunakan split level lainnya. dan konsep pelandaian Sistem pendistribusian untuk area yang landai air bersih pada mountain (tidak curam ekstrim). resort sebagai berikut : Dengan tujuan mempertahankan sifat alamiah dari tapak dengan gangguan sesedikit mungkin terhadap bentuk permukaan. Selain itu 2. Air Kotor juga untuk menghindari Jaringan air kotor pada pembuatan bantaran site berupa air hujan yang tanah yang memrlukan disalurkan melalui sumur biaya pengendalian erosi resapan guna menjaga yang tinggi, kecuali keseimbangan air tanah.

| 9

masing di litekan dengan jarak 15 meter. 2. Menambahkan jenis-jenis

vegetasi yang berfungsi 3. Limbah menambah nilai keindahan Setiap jenis kegiatan dan estetika arsitektural. mempunyai karakteristik 4.3 Analisa dan Konsep Mikro limbah cair yang berbeda A. Konsep Orientasi Bangunan dengan jenis kegiatan 1. Dasar Pertimbangan lainnya, walaupun mungkin a. Mendapatkan view suatu jenis kegiatan lingkungan sekitar mempunyai beberapa pegunungan. parameter pencemar yang b. Bukaan untuk menangkap sama dengan kegiatan sinar matahari tidak lainnya. Limbah cair harus langsung diolah sedemikian rupa c. Kondisi dan keberadaan sehingga tidak akan jalan untuk sirkulasi di mencemari badan air dalam site setempat dimana limbah cair 2. Konsep tersebut akan dibuang. a. Bangunan menghadap kearah Timur karena view alam dibawah kaki Gunung Ciremai berada di sebelah Timur.

B. Konsep Tampilan Arsitektur F. Konsep Vegetasi Bangunan 1. Menambahkan vegetasi 1. Bentuk atap memiliki penunjuk jalan di konsep tradisional sunda sepanjang jalan utama (di 2. Bangunan dibagi menjadi mulai dari gerbang masuk 3 bagian, yaitu : atas, site) dan di setiap jalan tengah, dan bawah. bagi penjalan kaki. Jenis C. Konsep Struktur tumbuhan yang digunakan Struktur bangunan secara yaitu pohon cemara keseluruhan menggunakan gunung yang diletakan di sistem umpak. Umpak adalah sepanjang jalan utama, jenis pondasi yang umumnya serta pohon kersen yang digunakan pada bangunan diletakan di sepanjang tradisional bentuk panggung. jalur pejalan kaki. Masing

| 10

D. Konsep Material Pemilihan material E. Konsep Eko-Arsitektur bangunan berdasar beberapa 1. Analisa pertimbangan, diantaranya : Konsep arsitektur ekologis/ 1. Kondisi suhu alam eko-arsitektur mempunyai pengaruhnya terhadap pendekatan, diantaranya : kenyamanan termal. a. Mengupayakan 2. Estetika arsitektur karena terpeliharanya sumber daya meskipun konsep yang alam, membantu mengurangi dampak yang digunakan tradisional, lebih parah dari pemanasan pemilihan material global, melalui pemahaman bangunan mampu prilaku alam. mengubah citra tampilan b. Penggunaan sistim-sistim bangunan menjadi lebih bangunan yang hemat estetik. energi, diutamakan penggunaan sistim-sistim Berdasarkan pertimbangan pasif (alamiah), selaras di atas, maka material yang dengan iklim setempat, daur digunakan antara lain : ulang dan menggunakan 1. Umpak : menggunakan potensi setempat. pasangan batu kali, karena c. Penggunaan material yang ekologis, setempat, sesuai kondisi tanah yang iklim setempat, berkontur sehingga menggunakan energi yang memerlukan peninggian hemat mulai pengambilan pada beberapa sisi umpak. dari alam sampai pada 2. Atap : menggunakan ijuk. penggunaan pada bangunan Ijuk mampu menyerap hawa dan kemungkinan daur ulang. panas pada siang hari serta mempertahankan suhu panas tersebut sehingga dapat menjadi opsi penghangat ruangan. 3. Dinding : menggunakan anyaman bambu. 4. Lantai : menggunakan material kayu yang dilapisi oleh karpet/ bulu angsa.

| 11

DAFTAR PUSTAKA

Bahasa Indonesia, K. B. (1999). Resort. Diambil kembali dari Kamus Besar Bahasa Indonesia: www.kamusbahasaindonesia.org Bebas, W. E. (2015). Kabupaten Kuningan. Dipetik Oktober 15, 2015, dari Wikipedia Ensiklopedia Bebas: id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kuningan Gatot, (2014). Konsep Arsitektur Tradisional Sunda Masa Lalu dan Masa Kini.

Kustianingrum, Dwi, (2013). Pola Penataan Massa dan Tipologi Bentuk Bangunan Kampung Adat Dukuh di Garut. Bandung. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 2. (2013). Penyelenggaraan Kepariwisataan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 26. (2011). Rencana Tata Ruang Wilayah Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 17, (2014). Standar Usaha Kawasan Wisata

Purnamasari, Maya, (2011). Pengembangan Masyarakat untuk Pariwisata. Jakarta Sihite, Richard, (2000). Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata. Pradnya Paramitha: Jakarta Soebagyo, (2012). Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Jakarta Suwantoro, Gamal, (1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Andi: Yogyakarta.

| 12