LAPORAN KEGIATAN TAHUNAN

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN 2018

LAPORAN KEGIATAN TAHUN

2018

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Laporan Tahunan Kementerian Koordinator Bidang (Kemenko) Kemaritiman Tahun Anggaran 2018. Laporan ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan pada Kemenko Kemaritiman yang meliputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim; Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa; Bidang Koordinasi Infrastruktur; Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia, Iptek, dan Budaya Maritim; serta Sekretariat Kemenko Kemaritiman selama satu tahun anggaran. Pelaksanaan kegiatan dan pembuatan laporan ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak terkait atas bantuannya dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu kami mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang konstruktif dalam rangka pelaksanaan kegiatan untuk peningkatan kualitas pelaporan ke depannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Februari 2019

Sekretaris Kemenko Kemaritiman

Agus Purwoto

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...... i DAFTAR ISI ...... ii DAFTAR TABEL ...... iv DAFTAR GRAFIK ...... v I. PENDAHULUAN ...... 1 II. ISU/KEBIJAKAN YANG BERKEMBANG ...... 5 III. PELAKSANAAN KEGIATAN ...... 7 3.1. Terwujudnya Pembangunan Kedaulatan sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif dalam Kerja sama Maritim Regional dan Global ...... 7 3.1.1. Sinkronisasi Instrumen Hukum Nasional terkait Kewenangan Law Enforcement .... 7 3.1.2. Bimbingan Teknis Pemahaman Hukum Laut Internasional...... 7 3.1.3. Delimitasi Batas Maritim ...... 8 3.1.4. Koordinasi Kebijakan Tata Ruang Laut Nasional ...... 8 3.1.5. Focus Group Discussion (FGD) Pembenahan Lembaga Penjaga Keamanan dan Laut dan Pantai ...... 11 3.1.6. Koordinasi Gap Analysis Implementasi UNCLOS 1982 ...... 11 3.1.7. Penguatan Hubungan Internasional Bidang Kemaritiman ...... 11 3.1.9. Koordinasi National Ocean Data Center (NODC) ...... 15 3.1.10. Workshops of Global Reporting and Assessment of the State of Marine Environment, including Socioeconomic Aspects ...... 15 3.1.11. Bilateral Maritime Dialogue between the Government of the Republic of Indonesia and the Republic of Korea ...... 16 3.2. Meningkatnya Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam, serta Jasa Kemaritiman yang Berkelanjutan dan Berdaya Saing Global ...... 16 3.2.1 Koordinasi Revitalisasi Badan Keamanan Laut kebijakan dan Pengelolaan Kawasan Lego Jangkar ...... 16 3.2.2. Pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya Laut ...... 17 3.2.3. Pengembangan Industri Perikanan Nasional ...... 28 3.2.4. Pengembangan Pariwisata Nasional ...... 44 3.2.5. Koordinasi pelaksanaanAnnual Meeting IMF-World Bank ...... 53 3.2.6. Penanganan Geopark ...... 57 3.2.7. Pengelolaan BMKT ...... 61 3.2.8. Penanganan Pencemaran DAS Citarum ...... 64 3.2.9. Penanganan Tumpahan Minyak di Laut ...... 68 3.2.10. Penanganan Sampah dan Limbah ...... 71 3.2.11. Kerja Sama Kemaritiman Indonesia-Korea Selatan Mengenai Perikanan Budidaya, Energi Baru Terbarukan Laut dan Pariwisata Bahari ...... 80 3.2.12. Penanganan Kebencanaan Maritim ...... 81 3.3. Meningkatnya Ketersediaan Infrastruktur yang Maju danTerpadu untuk Peningkatan Daya Saing, Pemerataan dan Keseimbangan Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Kemaritiman ...... 94 3.3.1. Program Pendukung Kebijakan Sistem Logistik Nasional...... 94

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 ii

3.3.2. Pembangunan Sarana Prasarana Pariwisata ...... 95 3.3.3. Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan ...... 95 3.3.4. Koordinasi Transportasi Kapal ...... 99 3.3.5. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ...... 104 3.3.6. Pengembangan Infrastruktur Danau Toba ...... 105 3.3.7. Koordinasi tentang Peningkatan Penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 106 3.3.8. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kota Sabang– ceh ...... 107 3.3.9. Koordinasi Pengembangan Kepulauan Riau ...... 108 3.3.10. Konektivitas dan Industri Maritim ...... 108 3.3.11. Bimbingan Teknis Peningkatan Kompetensi Awak Kapal dalam Operasionalisasi Telekomunikasi Pelayaran ...... 126 3.3.12. Penyediaan Energi Nasional ...... 126 3.3.13. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ...... 132 3.4. Memperkuat Jati Diri sebagai Bangsa Bahari yang Maju, Berkarakter , dan Berbudaya Nusantara ...... 136 3.4.1. Pembahasan Indikator Revolusi Mental sesuai RKP 2018 ...... 136 3.4.2. Pembahasan Kunjungan Destinasi Wisata Toba, Banyuwangi dan Toraja ...... 137 3.4.3. Koordinasi Rencana Sandiwara Radio Dapunta 2018 ...... 137 3.4.4. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Bidang Kemaritiman ...... 138 3.4.5. Peningkatan Budaya Bahari ...... 143 3.5. Peningkatan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik di Lingkungan Kemenko Kemaritiman ...... 147 3.5.1. Penyusunan Usulan Renja 2019 ...... 147 3.5.2. Persiapan Pertemuan Tiga Pihak Atau Pra Tripartit ...... 147 3.5.3. Koordinasi Target Capaian Rencana Aksi Hak Asasi Manusia 2018 Kementerian dalam Koordinasi Kemenko Kemaritiman ...... 148 3.5.4. Pembekalan Pokja Reformasi Birokrasi dalam Pelaksanaan PMRB dan WBK . 148 3.5.5. Pelayanan Organisasi, Tata Laksana dan Reformasi Birokrasi ...... 149 IV. PERKEMBANGAN SUMBER DAYA ...... 150 4.1. Dukungan Sumber Daya Manusia ...... 150 4.2. Realisasi Keuangan ...... 151 4.3. Dukungan Pelaksanaan dan Kinerja Anggaran ...... 158 V. PENUTUP ...... 160

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rencana Tindak Lanjut terkai SOP Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi ...... 84 Tabel 2 Data Struktur Pembangunan Sistem Deteksi Gempa Bumi dan Tsunami ...... 88 Tabel 3 Data Downstream Kultur ...... 88 Tabel 4 Harga Pembelian Tenaga Listrik ...... 132 Tabel 5 PLTBm dan PLTSa yang di Daerah selain Jawa dan ...... 134 Tabel 6 Sekolah Percontohan di 21 Provinsi ...... 139 Tabel 7 Pencapaian Target Implementasi KKI Bidang Pelatihan Kemaritiman ...... 141 Tabel 8 Jumlah Kondisi Pegawai Kemenko Kemaritiman ...... 150 Tabel 9 Realisasi Keuangan Kemenko Kemaritiman TA 2018 Per Eselon I ...... 152 Tabel 10 Pagu dan Realisasi TA 2017 per Unit Eselon I...... 153 Tabel 11 Realisasi Keuangan Kemenko Kemaritiman Per Keluaran TA 2018...... 154 Tabel 12 Realisasi Anggaran/Bulan TA. 2018 ...... 155 Tabel 13 Realisasi Anggaran/Bulan TA. 2017 ...... 155 Tabel 14 Realisasi Anggaran Kumulasi TA. 2018 ...... 156 Tabel 15 Pagu dan Realisasi TA 2018 per Jenis Belanja ...... 157 Tabel 16 Pagu dan Realisasi TA 2017 per Jenis Belanja ...... 157

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1Persentase Logistic Cost Import di 4 Pelabuhan Utama Indonesia...... 115 Grafik 2 Realisasi Keuangan Kementerian Kemaritiman Tahun 2018...... 153 Grafik 3 Realisasi Anggaran per Bulan Kemenko Kemaritiman TA. 2018 ...... 155 Grafik 4 Perkembangan Kumulasi Realisasi Anggaran TA. 2018 ...... 156

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 v

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di kawasan tropis dan dilalui oleh garis katulistiwa. Luas lautnya mencapai 5,8 juta , yang terdiri dari 3,1 juta perairan teritorial dan 2,7 juta , perairan ZEE. Luasan ini mencapai lebih 70% dari seluruh wilayah Indonesia dan memiliki pulau sebanyak 17.504 (Dishidros, 2004). Secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera besar yang menempatkan Indonesia pada posisi strategis di persilangan lalu lintas perdagangan laut dunia. Posisi ini sangat strategis dan apabila dikelola dengan benar Indonesia bisa menjadi poros maritim dunia sebagai visi presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Posisi Indonesia sebagai sebuah benua maritim dan negara kepulauan yang utuh merupakan pengejewantahan semangat Deklarasi Juanda pada 13 Desember 1957. Deklarasi Juanda menyatakan dengan tegas bahwa: 1. Indonesia adalah negara kepulauan dengan corak tersendiri 2. Kepulauan Nusantara adalah sebuah kesatuan karenanya laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia adalah satu kesatuan wilayah NKRI 3. Ordinansi Hindia Belanda tahun 1939 (Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie - TZMKO 1939) dapat memecah-belah kesatuan NKRI. Sebagai negara yang berada pada poros perdagangan dunia, posisi Indonesia tidak hanya penting dalam konteks perdagangan internasional, namun juga melahirkan karakteristik sumbr daya hayati yang sangat beragam dan khusus. Seluruh wilayah laut, utamanya di timur Indonesia, terletak pada pusat segitiga karang dunia (coral triangle) dan kekhasan letak geografis dan iklim tersebut dihuni oleh berbagai macam spesie ikan dan jenis karang keras dan lunak serta hutan bakau dan padang lamun yang kaya. Tercatat terdapat kurang lebih 76% jenis ikan di dunia dan 600 spesies karang hidup di perairan indonesia. Perairan Indonesia juga didiami oleh lebih dari 2500 spesies atau 37 % dari jenis ikan karang dunia. Perairan Indonesia juga adalah area berkembang biak berbagai jenis mamalia antara lain lumba-lumba, paus, dugong, dan juga berbagai jenis penyu berukuran besar dan kecil. Selain sumber daya hayati, laut Indonesia dan dasar lautnya menyimpan potensi sumber daya mineral dan energi yang besar dan belum tereksplorasi dengan baik. Mineral dasar laut yang terdapat pada lantas kontinen Indonesia seperti Nikel, Mangan, Cobalt, Platinum, belum dikelola dan dimanfaatkan.Begitu juga sumber energi dari laut yang tersedia melimpah seperti arus pasang surut, hidrothermal, dan angin. Guna mewujudakan cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa berjaya di lautan, yang mampu mengelola laut dan segala potensi yang dimilikinya secara mandiri dan berdaulat, Indonesia harus dapat memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Kemampuan mengelola sumber daya alam di laut tersebut harus juga diimbangi dengan kemampuan Sumber Daya Manusia yang mampu memahami dan memanfaatkan potensi tersebut dengn seksama secara berdaulat.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 1

Kedaulatan Indonesia juga sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa ini untuk menjaga potensi dan sumber daya kedaulatan Indonesia. Kesadaran terhadap adanya potensi ancaman terhadap kekayaan Indonesia ini tak dapat dielakkan. Sebagai benua maritim posisi silang Indonesia sangat strategis, secara alami alami tidak hanya memberikan potensi sumber daya alam hayati kelautan yang signifikan untuk dikelola. Posisi Indonesia juga menempatkan Indonesia di antara produsen energi di selatan denga konsumen energi di utara; antara sistem politik demokrasi liberal di selatan dengan sosialisme dan komunisme di utara; antara budaya barat di selatan dan budaya confusianism di utara; anatra Samudera Hindia yang sangat luas dan juga diwarnai persaingan antara negara nuklir yakni; India, AS, dan China dngan Laut Cina Selatan yang seperti danau di Asia Timur dan Tenggara diwarnai persaingan antara China, AS, dan Jepang. Bagi Indonesia, stabilitas dan keamanan kawasan perlu dipelihara agar dapat melaksanakan pembangunan dengan baik tanpa gangguan. Sekalipun tidak terlibat secara langsung, Indonesia perlu terus mengantisipasi perkembangan konflik di Laut China Selatan (LCS). Selain kawasan LCS, yang perlu mendapatkan perhatian dan respon yang serius adalah kawasan Samudera Hindia. Kawasan ini merupakan penghubung antara Asia dan Afrika serta sebagai jembatan menuju Eropa. Kawasan ini dapat dikembangkan menjadi sumber kerja sama bagi semua negara dan menjadi lingkungan yang kondusif bagi pembangunan dan kemakmuran Indonesia. Pemerintah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah mencanangkan bahwa Indonesia harus mampu meraih kembali kejayaan maritim. Langkah nyata yang telah dilakukan adalah membentuk Kemenko Kemaritiman dalam jajaran Kabinet Kerja. Hal ini dimaksudkan mengefektifkan sinkronisasi dan koordinasi pembangunan di bidang kemaritiman sehigga dapat terjadi sinergi di antara kementerian/lembaga yang dikoordinasikan untuk mengurangi dan/atau menghilangkan hambatan-hambatan yang ada. Sebagaimana diketahui bahwa Rencana Pemabangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 telah menteapkan visi pembangunan nasional. Yakni untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Peran pengelolaan sumber daya alam memegang peranan penting dalam mencapai visi tersebut, dimana di dalam penjabarannya yang dituangkan dalam misi ke 6 yaitu: mewujudkan Indonesia asri dan lestari dengan memperbaiki pengelolaan pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan. Terdapat tiga aspek penting yang mendukung dalam perkembangan bangsa Indonesia, yaitu; aspek maritim, aspek agrikultur, dan aspek industri. Dewasa ini aspek maritim mendapat perhatian lebih, dan diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk memberikan kesejahteraan. Indonesia adalah satu negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau besar dan kecil dengan garis pantai 99.000 km dengan penduduk lebih dari 220 juta. Kemeko maritim lahir sebagai pengejawantahan visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf Kalla

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 2

yang merupakan pimpinan pemerintahan dalam kabinet kerja 2014-2019. Dalam misinya yang ke 6 (enam) disebutkan bahwa “Presiden dan Wakil Presiden berkeinginan mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”, sehingga Indonesia diharapkan sebagai poros maritim dunia. Nawacita merupakan agenda aksi dalam pemerintahan Kabinet Kerja tersebut. Nawacita merupakan turunan dari visi presiden yaitu: terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Sesuai namanya, Nawacita mengandung arti 9 (sembilan) harapan yang diimplementasikan dalam pembangunan nasional. Sebagai perwujudan upaya pencapaian sasaran dalam Nawacita, maka kemudian disusunlah Sasaran Strategis yang tercantum dalam Renstra Kemenko Kemaritiman tahun 2015-2019 yaitu: 1. Terwujudnya pembangunan kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang berperan aktif dalam kerja sama maritim di tingkat regional dan global; 2. Meningkatnya pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam 3. Terjadinya percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros maritim 4. Menguatnya jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari yang inovatif, berkarakter dan berbudaya 5. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik di Kemenko Kemaritiman. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 10 tahun 2015 tentang Kemenko Kemaritiman, dinyatakan bahwa Kemenko Kemaritiman mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan bidang kemaritiman. Selanjutnya dinyatakan bahwa Kemenko Kemaritiman mengkoordinasikan beberapa kementerian antara lain: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata, Kementerian dan Lembaga lain yang dianggap perlu. Dalam PP tersebut di atas dinyatakan bahwa organisasi Kemenko Kemaritiman terdiri atas: 1. Sekretariat Kementerian Koordinator; 2. Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim 3. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa 4. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur 5. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Budaya Maritim. 6. Staf Ahli Bidang Hukum Laut. 7. Staf Ahli Bidang Sosio- Antropologi Maritim 8. Staf Ahli Bidang Ekonomi Maritim 9. Staf Ahli Bidang Manajemen Konektivitas. Pada tahun 2015, Kemenko Kemaritiman telah melaksanakan beberapa kegiatan utama dalam rangka mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan di bidang kemaritiman, yaitu antara lain; workshop skala nasional maupun skala internasional,

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 3

konsinyering, perundingan bilateral antar negara negara maritim dan forum-forum group discussion sebagai bahan masukan RPJMN 2015-2019, serta rapat penyusunan Perpres Tata Ruang Laut Nasional (TRLN) maupun perumusan Peraturan tentang Nasional Ocean Policy (NOP). Berbagai kegiatan telah dilasanakan sejak tahun 2015 dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bidang kemaritiman yang menjadi tanggung jawab Kemenko Kemaritiman.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 4

II. ISU/KEBIJAKAN YANG BERKEMBANG

Indonemsia adalah kepulauan terbesar di dunia yang terletak di kawasan tropis dan dilalui oleh garis katulistiwa yang luas lautnya mencapai 5,8 Juta (yang terdiri dari 3,1 juta perairan teritorial dan 2,7 juta perairan ZEE). Luas wilayah laut Indonesia mencapai lebih 70% dari seluruh wilayah Indonesia dan memiliki pulau sebanyak 17.504 (Dishidros, 2004). Secara geografis negara kepulauan Indonesia terletak di antara 2 benua dan 2 samudera besra menempatkan Indonesia pada posisi strategis di persilangan lalu lintas laut dunia. Secara geografi Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state), namun demikian belum sepenuhnya dapat dikatakan sebagai negara maritim (maritime state) yang bercirikan ekonomi berbasi maritim dengan karakter dan budaya maritim yang menonjol. Sejarah telah mencatat kejayaan kerajaan-kerajaan nusantara seperti Sriwijaya dan Majapahit yang sangat unggul pada masanya. Presiden Joko Widodo dalam sambutan pertamanya setelah dilantik sebagai Presiden RI ketujuh dengan sangat tegas menyampaikan visinya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan menjadi poros maritim dunia, sebagaimana petikan berikut “... Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, memunggungi selat dan teluk. Kini saat kita mengembalikan semua sehingga Jalesveva Jayamahe, di laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita pada masa lalu bisa kembali membahana...” Pada tahun 2018, terdapat beberapa isu prioritas/penting yang menjadi kebijakan Kemenko Maritim antara lain sebagai berikut: 1. Sinkronisasi Instrumen Hukum Nasional Terkait Kewenangan Law Enforcement 2. Delimitasi Batas Maritim 3. Pembahasan Tindak Lanjut FIR 4. Koordinasi Kebijakan Tata Ruang Laut 5. Pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya Laut 6. Pengembangan Industri Perikanan 7. Pengembangan Pariwisata Nasional 8. Koordinasi Pelaksanaan Annual Meeting IMF-World Bank 9. Pengembangan Taman Bumi (Geopark) 10. Pengelolaan BMKT 11. Penanganan Pencemaran DAS Citarum 12. Penanganan Tumpahan Minyak di Laut 13. Penanganan Sampah dan Limbah 14. Penanganan Kebencanaan Maritim 15. Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan 16. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 17. Pembangunan Infrastruktur Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 18. Konektivitas dan Industri Maritim

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 5

19. Pengembangan Pelayaran Rakyat 20. Penyediaan Energi Nasional 21. Pengembangan Pembangkit Listrik tenaga Sampah (PLTSa) 22. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Bidang Kemaritiman 23. Peningkatan Budaya Bahari 24. Penyusunan Rencana Kerja Tahun 2019 25. Pelaksanan Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Akuntabilitas Kinerja

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 6

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

Sebagai pelaksanaan rencana kerja dan kegiatan selama tahun anggaran 2018, Kemenko Kemaritiman telah menyelenggarakan berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

3.1. Terwujudnya Pembangunan Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif dalam Kerja sama Maritim Regional dan Global 3.1.1. Sinkronisasi Instrumen Hukum Nasional terkait Kewenangan Law Enforcement Kegiatan ini dilaksanakan pada 25 Januari 2018 dipimpin oleh Asdep Hukum dan Perjanjian Maritim. Rapat membahas mengenai implementasi dari beberapa konvensi yang telah diratifikasi maupun yang sedang dalam proses ratifikasi oleh beberapa K/L terkait, yaitu antara lain: 1. Maritime Labour Convention 2006 dengan UU No. 15 Tahun 2016 tentang Pengesahan Maritime Labour Convention 2006; 2. Peraturan Presiden No. 57 Tahun 2017 tentang Pengesahan Protocol of 1988 Relating to The International Convention for Safety of Life at Sea, 1974; 3. Peraturan Presiden No. 84 Tahun 2017 tentang Pengesahan Protocol of 1988 Relating to The International Convention on Load Lines, 1966; 4. Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2016 tentang Pengesahan Convention for The Unification of Certain Rules for International Carriage by Air, 1999; dan 5. Peraturan Presiden No. 43 Tahun 2016 tentang Pengesahan Agreement on Port State Measures to Prevent, Deter and Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing. 6. International Convention on Standart of Training, Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personel/STCW-F 7. Cape Town Agreement on Safety of Fishing Vessell; 8. ILO Convention on Work in Fishing 188; dan 9. International Convention on Oil Pollution Prepadness, Response and Co-operation.

3.1.2. Bimbingan Teknis Pemahaman Hukum Laut Internasional Kegiatan ini dilaksanakan pada 6-7 April 2018 di Padma Hotel Bandung dengan topik sejarah Hukum Laut Internasional dan Kiprah Indonesia dalam Sidang UNCLOS. Acara dibuka oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim (Arif Havas Oegroseno, S.H., LL.M.) yang menyampaikan materi mengenai lingkungan geostrategis dan implementasi UNCLOS di Indonesia. Dalam Bimtek ini juga melibatkan beberapa pakar hukum laut, yaitu yang pertama Prof. Dr. Hasjim Djalal, M.A (Pakar Hukum Laut Internasional), Prof. Dr. Etty R. Agoes, S.H., LL.M. (Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjajaran). Materi Sejarah Hukum Laut Internasional dan Kiprah Indonesia dalam sidang UNCLOS dipaparkan oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal, M.A.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 7

Mengenai Zona Wilayah dalam UNCLOS 1982 dan Perbedaan Kedaulatan dan Hak Berdaulat dijelaskan oleh Prof. Dr. Etty R. Agoes, S.H., LL.M. Pemahaman tentang hokum laut internasional tersebut sangat diperlukan dalam rangka mendukung tugas-tugas para staff terutama kepada Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) yang saat ini telah ditempatkan di beberapa keduputian dan kesekretariatan di lingkup Kemenko Kemaritiman. Selain CASN, turut diundang pula Dekan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung, Universitas Parahyangan Bandung, Universitas Islam Bandung, dan perwakilan mahasiswa dari masing-masing universitas.

3.1.3. Delimitasi Batas Maritim Pada tanggal 28 November 2018, telah diselenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Delimitasi Batas Maritim yang merupakan hasil kerjasama antara Kemenko Kemaritiman, Kementerian Luar Negeri, Badan Informasi Geospasial, dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL. FGD diadakan sebagai capacity building untuk menjaga keberlanjutan estafet pengetahuan dan kemampuan tim perunding batas maritim Indonesia. FGD juga untuk diseminasi kompleksitas delimitasi batas maritim kepada seluruh pemangku kepentingan. Capacity building dan diseminasi diperlukan karena proses perundingan batas maritim sangat kompleks, melibatkan multidisiplin ilmu seperti diplomasi, hukum, ilmu kebumian, sumber daya alam dan lain sebagainya. Proses perundingan juga seringkali membutuhkan waktu yang lama karena terkait dengan kondisi politik serta kebijakan dari negara tetangga. Proses perundingan harus dilakukan hati-hati karena perjanjian perbatasan adalah perjanjian yang tidak bisa diubah sampai kapanpun. Di dalam forum juga muncul perlunya pembentukan sebuah center of excellence yang dapat menjadi wadah tetap capacity building, pengembangan keilmuan dan diseminasi hukum laut internasional, khususnya untuk isu delimitasi batas maritim. Hal ini diperlukan karena Indonesia masih harus menyelesaikan banyak segmen batas maritim dengan negara India, Thailand, , Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, dan Timor Leste dan Australia.

3.1.4. Koordinasi Kebijakan Tata Ruang Laut Nasional A. Multilateral Meeting on The Nomination of Lesser Sunda and Bismarck Solomon Seas Ecoregion as Priority Seascapes Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 April 2018 di Grand Mercure . Pada kesempatan ini, Pemerintah Indonesia bersama Papua Nugini, Solomon Island dan Timor Leste mengusulkan Sunda Kecil meliputi Bali, NTT, NTB dan Timor Leste (Lesser Sunda) dan Bismarck Solomon Seas Ecoregion (BSSE) yang mencakup wilayah utara Papua dan Kepulauan Solomon sebagai Bentang Laut Prioritas (Seascape Priority) Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF). Kesimpulan dan rekomendasi kegiatan ini adalah:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 8

1. Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste mendukung dan menyetujui usulan yang disampaikan oleh pemerintah Indonesia. Bahkan ketiga negara tersebut bersedia untuk melengkapi berbagai data tambahan yang diperlukan dalam draft proposal pengusulan nominasi terbaru; 2. Indonesia, dalam hal ini dengan Kementerian/Lembaga lain seperti KKP dan Kemenlu sudah sangat mendukung dan mempersiapkan proposalnya, dan ada dua proposal yang sudah dikerjakan bersama dengan partner-partner NGO antara lain CTI (Coral Triangle Initiative), WWF (World Wide Fund) dan WCS (Wildlife Conservation Society); 3. Selanjutnya, dalam dua bulan ke depan, terhitung sejak bulan April ini, ditargetkan seluruh data pelengkap dari berbagai negara sekitar Lesser Sunda dan Bismarck Solomon Seas Ecoregion sudah lengkap. Saat ini data yang ada baru data pemerintah Indonesia saja. Data tambahan akan dimasukkan dalam update proposal lalu dikirimkan ke negara-negara terkait untuk mendapatkan persetujuan; B. Kick Off Meeting Seminar Nasional Pengembangan Seascapes Lesser Sunda and Bismarck Solomon Seas Ecoregion termasuk Pengembangan Ekonomi Bentang Laut Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 23 April 2018 di ruang rapat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pertemuan ini merupakan penjajakan awal terkait rencana kerja sama antara Kemenko Kemaritiman dan Institut Pertanian Bogor untuk melaksanaan Seminar Nasional Pengembangan Seascapes Lesser Sunda and Bismarck Solomon Seas Ecoregion termasuk Pengembangan Ekonomi Bentang Laut di Institut Pertanian Bogor. Hasil Pertemuan tersebut yaitu: 1. Pihak Institut Pertanian Bogor diharapkan dapat segera menyusun TOR dan RAB kegiatan serta usulan nama untuk menjadi panitia lokal penyeleksi tulisan yang akan disampaikan ke Kemenko Kemaritiman. 2. Pihak Institut Pertanian Bogor akan diundang ke Kemenko Kemaritiman untuk memaparkan rencana teknis pelaksanaan kegiatan dan RAB yang telah disusun pada tanggal 8 Mei 2018. C. Rapat Koordinasi Percepatan Penyelesaian dokumen RZWP3K Koordinasi Percepatan penyelesaian dokumen RZWP3K dilakukan pada beberapa wilayah seperti: 1. Dokumen RZWP3K Provinsi Kalimantan Timur berbarengan dengan Rehabilitasi/Remediasi Ekosistern Pantai yang Rusak Akibat Tumpahan Minyak. Pembahasan ini lebih fokus kepada penyusunan RZWP3K Provinsi Kalimantan Timur yang mana atas kasus tumpahan minyak taut yang terjadi di batik papan menggambarakan bahwa sistim penataan ruang laut yang masih kurang balk dan saling bertabrakan.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 9

2. Dokumen RZWP3K Kepuluan Bangka Belitung. Pembahasan ini dilaksanakan pada 31 Agustus 2018. Rekomendasi hasil rapat adalah sebagai berikut: a. Tambang laut untuk Teluk Kelabat direkomendasikan bebas penambangan. b. PT Timah mengharapkan tidak ada IUP PT Timah yang dilepaskan atau "enclave", sedangkan untuk lokasi konservasi diusulkan untuk teknologi tambang tepat guna "sub surface mining". D. Koordinasi Implementasi PP Nomor 24 Tahun 2018 terhadap Perda tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Rapat diselenggarakan pada hari Rabu tanggal 1 Agustus 2018 bertempat di ruang rapat lantai 8 gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik mengatur tentang percepatan pelayanan berusaha melalui OSS mencakup 20 (dua puluh sector), secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengelolaan Sumber Daya Alam dan Non Sumber Daya Alam. 2. Melihat bahwa ada potensi besar terjadi benturan kewenangan dalam rangka implementasi kedua regulasi tersebut, maka disepakati perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 dan direkomendasikan untuk diadakan pembahasan khusus dalam pertemuan tingkat Menteri untuk mencari solusi yang tepat. 3. Pertimbangan peninjauan ulang Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 E. Konsultasi Publik Dokumen Awal Rencana Zonasi Teluk Tomini Kegiatan konsultasi publik dokumen awal rencana zonasi Teluk Tomini pada tanggal 25 April 2018 yang diselenggarakan di Hotel Mercure Palu, Tengah. Direktur Perencanaan Ruang Laut yang menyampaikan bahwa Teluk Tomini saat ini sudah sampai pada tahap rancangan awal dimana dibutuhkan konsultasi publik untuk menampung masukan dari semua pihak guna menyempurnakan draft rencana zonasi Teluk Tomini yang sudah disusun. Kesimpulan dan rekomendasi dari kegiatan ini adalah: 1. Diharapkan adanya sinkronisasi aturan dan fungsi ruang antar provinsi khususnya untuk kawasan di atas 12 mil karena Teluk Tomini berada di antara tiga provinsi, yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo; 2. Perlu diusulkan agar dilakukan event pariwisata berskala nasional di Teluk Tomini karena kekhasannya yang berada di garis khatulistiwa; 3. Pendekatan untuk tiap wilayah perairan perlu dibedakan dan tidak bisa digeneralisasikan; 4. Disarankan dapat dilakukan semacam seminar nasional/lokakarya tentang Teluk Tomini untuk mengenal dan mengkaji lebih luas terkait semua potensi yang ada di Teluk Tomini yang difasilitasi oleh Kemenko Kemaritiman.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 10

3.1.5. Focus Group Discussion (FGD) Pembenahan Lembaga Penjaga Keamanan dan Laut dan Pantai FGD ini dilaksanakan di Hotel Millenium Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2018 dengan mengundang Kementerian/Lembaga terkait. Tujuan diadakannya FGD ini adalah untuk menyamakan persepsi antar Kementerian/Lembaga mengenai amanat Undang-Undang No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran dalam rangka Pembenahan Lembaga Penjaga Keamanan di Laut dan Pantai. Hasil yang didapat dari kegiatan ini antara lain: 1. Kementerian Pertahanan meminta penjelasan kepada Bakamla terkait perbedaan antara Patroli di Laut antara Bakamla dan KPLP sesuai Undang-undang No. 2 tahun 2014 tentang Kelautan pada pasal 59. 2. Diperlukan kajian kembali Undang-Undang Kelautan sesuai arahan Presiden dan memetakan kembali Undang-Undang tersebut. 3. Amanat Undang-Undang Pelayaran untuk membentuk KPLP harus terus dilanjutkan, dengan fokus mencermati RPP yang telah disusun oleh Kementerian Perhubungan.

3.1.6. Koordinasi Gap Analysis Implementasi UNCLOS 1982 Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian maupun kesenjangan antara aturan perundang-undangan nasional dan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa- Bangsa 1982 (UNCLOS 1982) serta perkembangan terkini terkait dengan isu lingkungan, teknologi, maupun kelautan internasional. Berdasarkan hasil analisis, rapat koordinasi telah mengidentifikasi, dan merumuskan dalam bentuk matriks tindak lanjut yang diperlukan untuk menyelaraskan berbagai ketentuan perundang-undangan nasional dengan ketentuan UNCLOS 1982 dengan klasifikasi sebagai berikut : 1. telah memenuhi ketentuan UNCLOS 1982; 2. memerlukan penyempurnaan untuk memenuhi kewajiban UNCLOS 1982; 3. bertentangan dengan UNCLOS dan membutuhkan revisi/penyesuaian; dan 4. belum menjalankan mandate UNCLOS 1982. Terkait dengan hasil analisis dimaksud, Kemenko Kemaritiman akan melaksakanan fungsi sinkronisasi, koordinasi dan pengendalian kebijakan bidang kelautan dan kemaritiman agar sesuai dengan ketentuan hukum Internasional dan kepentingan strategis Indonesia.

3.1.7. Penguatan Hubungan Internasional Bidang Kemaritiman A. The 5th Seascape Working Group Meeting Kegiatan ini dilaksanakan pada 18-19 Oktober 2018 di Bandara International Hotel, Tangerang, Banten. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Kemenko Kemaritiman bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan dukungan dari Regional Sekretariat CTI-CFF bersama Australian Government. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut dan evaluasi pencalonan Lesser Sunda dan BSSE sebagai Bentang Laut

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 11

Prioritas yang akan diusulkan serta untuk menyelesaikan Rules and Procedure, termasuk struktur koordinasi yang diusulkan untuk masing-masing Bentang Laut Prioritas di bawah Kelompok Kerja Bentang Laut. Kesimpulan dan rekomendasi adalah: 1. Menyepakati untuk mengusulkan Lesser Sunda sebagai prioritas CTI-CFF untuk diadopsi dalam the 14th Senior Officials' Meeting (SOM-14) Manila pada tanggal 9-15 Desember 2018 dengan persyaratan untuk penyelesaian proposal setidaknya dalam waktu dua minggu sebelum pra-SOM-14. 2. Mendukung Aturan Prosedur CTI-CFF Seascapes Working Group yang telah disusun, termasuk pengembangan kelompok sub-kerja untuk bentang laut prioritas di bawah Seascapes Working Group. B. Teknis Mengenai Persiapan Our Ocean Conference Kegiatan ini dilaksanakan pada Rapat tanggal 23 Juli 2018. Kemenko Kemaritiman beserta kementerian dan lembaga terkait saat ini telah berkoordinasi dan bersinergi menyusun Peraturan Presiden (Perpres) Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah Plastik di Laut. Tujuan rapat ini adalah Plenary Session dan Site Event Session persiapan Our Ocean Conference. Hasil kegiatan ini antara lain: 1. Sasaran Menjaga kelestarian sumber daya lautan dan mempertahankan kesehatan dan keindahan lautan, sebagai warisan untuk anak dan cucu kita 2. Undangan sudah disebar ke 23 Kepala Negara sudah ttd Presiden – akan didistribusikan oleh kemlu, 206 Menteri terkait dari 144 Negara, 395 - NGOs, Foundation, Private Sector, World Influencer, Young Innovator (sent) 3. Tema yang akan diambil adalah: Marine Protected Areas; Marine Pollution; Climate Change; Sustainable Fisheries; Sustainable Blue Economy; Maritime Security C. Sidang Pejabat Tingkat Tinggi AIS Forum Kegiatan ini dilaksanakan pada 6-8 September 2018 bertempat di Hotel Mandarin Jakarta. Pemerintah Indonesia beserta UNDP telah menyelenggarakan Pertemuan Kedua Pejabat Tingkat Tinggi Acrchipelagic and Island States (AIS) Forum. Sembilan belas negara pulau dan kepulauan dari kawasan Asia-Pasifik, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa Barat menghadiri pertemuan tersebut. Inisiatif Indonesia untuk membentuk sebuah wadah kerja sama yang konkret antar AIS diapresiasi oleh para delegasi. Kerja sama dimaksud termasuk diskusi pertukaran pengetahuan, bantuan teknis, dan akses ke pendanaan menggunakan solusi cerdas dan inovatif. Dalam Pertemuan Pejabat Tinggi AIS Forum ini disepakati bahwa AIS Forum akan menjadi sebuah development forum, yang akan melengkapi berbagai forum yang telah ada di tingkat regional maupun global (misalnya SIDS). Delegasi Mauritius mengharapkan AIS Forum bekerja sama dengan SIDS. Diharapkan forum ini tidak akan menjadi sebuah forum yang membahas aspek kebijakan yang kental aspek politik. Forum ini bertujuan untuk menjadi wadah pertemuan, diskusi, pembentukan komitmen dan aksi bersama untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh AIS, termasuk implementasi pencapaian target Sustainable Development Goal 14.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 12

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini, maka akan dilanjutkan dengan pertemuan Tingkat Menteri AIS Forum akan diselenggarakan di Manado pada 1 November 2018 dan diharapkan Presiden RI diharapkan akan membuka pertemuan tersebut. Akan diadakan 3rd SOM AIS Forum yang akan diadakan di Manado pada 31 Oktober 2018 guna mempersiapkan Pertemuan Tingkat Menteri yang akan diketuai oleh Menko Kemaritiman. Deklarasi pembentukan AIS Forum melalui email sampai 8 Oktober 2018. D. Koordinasi Keikutsertaan Indonesia di IMO Pada tanggal 30 April 2018, diadakan rapat koordinasi tentang keikutsertaan Indonesia di IMO di gedung Kemenko Maritim. Semenjak menjadi anggota IMO pada 1961, Indonesia terus berperan aktif dalam mempromosikan pengembangan kerja sama internasional dalam pengembangan norma dan kebijakan di bidang keselamatan pelayaran. Sebagai anggota Dewan IMO, Indonesia terus berperan dalam antara lain : (a) meningkatkan jaminan keselamatan pelayaran, (b) perlindungan lingkungan laut, (c) penguatan mekanisme tanggung jawab dan kompensasi lintas batas terhadap kerusakan yang disebabkan oleh tumpahan minyak dan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, dan (d) pengurangan efek gas rumah kaca. Dengan terbitnya Perpres No 16/2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia beserta RANnya, kami memandang urgensi untuk semakin meningkatkan sinkronisasi, koordinasi, dan pengendalian pelaksanaan Diplomasi Maritim di IMO. Kesempatan berharga ini dipandang penting untuk semakin meningkatkan sumbangsih sektor maritim melalui sarana Diplomasi Maritim pada pencapaian target Pemerintah Indonesia. E. Sidang IMO The 105th Session of the Legal Committee Sidang ini dilaksanakan pada 23-25 April 2018 di Sekretariat IMO di London yang dihadiri oleh lebih dari 500 (lima ratus) peserta, yang merupakan perwakilan dari 172 (seratus tujuh puluh dua) anggota IMO, para pemerhati (Observers), lembaga non pemerintahan (NGO/IGO) dan para pelaku industri kemaritiman. List of participants tercantum dalam dokumen Sidang Majelis IMO LEG 105/J/1. Delegasi Republik Indonesia diketuai oleh Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Kemenko Kemaritiman, serta Kepala Biro Perencanaan dengan anggota delegasi terdiri dari perwakilan Kemenko Kemaritiman, Kementerian Perhubungan, Sekretariat Kabinet, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di London. Sekretaris Jenderal IMO, Mr. Kitack Lim, dalam sambutannya pada pembukaan Sidang ini menyampaikan bahwa untuk memperingati 70 Tahun IMO, telah dibangun monumen pada 6 Maret 2018 yang dihadiri oleh Ratu Elisabeth II. Adapun untuk peringatan Hari Maritim Dunia (World Maritime Day) tahun ini akan dilaksanakan di Markas Besar IMO di London tanggal 27 September 2018. Adapun dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal IMO, Mr. Kitack Lim memberikan perhatian lebih pada 2 (dua) agenda utama yaitu agenda pembahasan perlakuan adil terhadap pelaut dalam hal terjadi insiden maritim dan jaminan keuangan dalam kasus penelantaran terhadap pelaut.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 13

F. The 3rd Senior Official Meeting (SOM) and the 1st Ministerial Meeting of the Archipelagic and Island States (AIS) Forum Kegiatan ini diselenggarakan pada 31 Oktober 2018 di Manado. Kegiatan diselenggarakan pemerintah Indonesia bersama UNDP di Manado. Pertemuan turut dihadiri perwakilan dari 21 negara (termasuk Indonesia) dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Country Director UNDP Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dokumen hasil The 1st Ministerial Meeting AIS Forum, khususnya finalisasi rancangan the Joint Declaration on the Establishment of Archipelagic and Island States Forum atau disingkat Manado AIS Declaration. Pertermuan SOM membahas dan berhasil menyepakati rancangan Manado AIS Declaration. Pertemuan SOM membahas dan berhasil menyepakati rancangan Manado AIS Declaration untuk disahkan pada pertemuan tingkat Menteri. Deklarasi memasukan tiga elemen baru yakni SDG 14, penanganan yang bersifat integrative, dan “good maritime and ocean governance” yang mana rumusan sebelumnya adalah “good ocean governance” Pertemuan pertama dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman. Adapun pembahasan pokok dalam pertemuan tersebut, yang pertama, laut adalah elemen penting dari kehidupan negara-negara kepulauan dan negara pulau. Seluruh negara memiliki tantangan yang sama di dalam menghadapi berbagai permasalahan kelautan dan pembangunan. Yang kedua, pembentukan wadah kerja sama yang konkrit antar Archipelagic and Island States di seluruh dunia. Kerja sama dimaksud termasuk diskusi pertukaran pengetahuan, bantuan teknis dan akses kepada pendanaan menggunakan solusi cerdas dan inovatif. Sebagai tindak lanjut terbentuknya AIS Forum, Pemerintah Indonesia, yang diwakili oleh Kemenko Kemaritiman, dan UNDP menandatangani Letter of Intent kerja sama penyelenggaraan fasilitasi kesekretariatan AIS Forum. G. Lokakarya Penyiapan Kebijakan Nasional Peran Aktif Indonesia pada ISA dan Pengelolaan Kawasan Dasar Laut Internasional Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 November 2018. Lokakarya diadakan untuk mengidentifikasi urgensi keterlibatan aktif Indonesia di the International Seabed Authority ISA dan kebutuhan kebijakan nasional yang dapat menjadi landasan Pemerintah Indonesia memulai langkah-langkah strategis untuk mendapatkan kontrak eksplorasi/eksploitasi mineral di dasar laut Internasional. Hukum laut internasional memberikan kesempatan kepada seluruh negara untuk turut serta di dalam mengekplorasi dan mengeksploitasi kawasan dasar laut Internasional yang diatur melalui kewenangan ISA. Indonesia perlu segera menyiapkan langkah kongkrit untuk bisa mendapatkan kontrak eksplorasi dari ISA. Indonesia harus membentuk regulasi nasional yang secara khusus dan komprehensif mengatur langkah- langkah strategis Pemerintah Indonesia untuk mendapatkan kontrak ISA. Perlunya adanya tim multisektor untuk peran aktif Indonesia di ISA, karena Indonesia memiliki kepentingan mengawal penyusunan regulasi eksplorasi/eksploitasi mineral di ISA.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 14

3.1.9. Koordinasi National Ocean Data Center (NODC) Kegiatan ini dilatarbelakangi mengenai urgensi NODC untuk dirampungkan. Koordinasi dibuka oleh Asdep IPTEK Maritim. Dalam penyusunan NODC diperlukan pembuatan kebijakan mengenai hal ini. Persiapan NODC saat ini telah sampai pada tahap inisiasi penyusunan kebijakan, karena tentunya inilah hal utama yang dikoordinasikan oleh Kemenko Kemaritiman. Dalam persiapan NODC dari tahun 2015 lalu, sudah ada nota kesepahaman mengenai "data sharing". Kemudian ada Kebijakan Kelautan Indonesia yang memuat data kelautan pada Januari 2017. Lalu diinisiasi oleh Konsorsium Riset Samudera pada 26 September 2017 dengan salah satu programnya pembangunan pusat data kelautan nasional. Cikal bakal portal pusat Data Kelautan Nasional di akhir 2017. Melihat isu sampah di laut, proses penyusunan kebijakannya telah berlangsung hampir 21 bulan (hampir 2 tahun) dimana yang lama itu menyusun NPOA sekitar setahun, naskah perpres sekitar 2-3 bulan dapat selesai. Melalui permasalahan ini disampaikan tindak lanjut berupa NA sebagai landasan dari pembuatan undang-undang. Untuk kebijakan biasa dibuat bukan telaahan akademik tapi telaahan kebijakan yang didalamnya ada overview dari isu yag diangkat.

3.1.10. Workshops of Global Reporting and Assessment of the State of Marine Environment, including Socioeconomic Aspects Workshop ini berlangsung selama 2 (dua) hari pada tanggal 8-9 November 2018, dihadiri oleh para pakar luar negeri dari 17 (tujuh belas) negara di Samudera Hindia, Laut Arab, Teluk Benggala, Laut Merah, Teluk Aden, dan Area ROPME/RECOFI yakni Australia, Brazil, Cambodia, Djibouti, Iran, Kenya, Mozambique, Nepal, Portugal, Saudi Arabia, Sierra Leone, Sudan, , Vietnam, dan perwakilan dari United Nations dan 14 (empat belas) pakar ahli dari Indonesia yang memiliki keahlian di bidang kelautan dan lingkungan hidup serta perwakilan Kementerian/Lembaga dan akademisi terkait. Workshop bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan data di tingkat regional untuk diusulkan pada The 2nd (second) World Ocean Assessment yang rencananya akan berlangsung pada tahun 2020. Pada sesi diskusi dibahas 7 (tujuh) chapter terkait isu-isu di bidang fisheries, climate change, biodiversity and marine habitats, marine infrastructure dan tourism sebagai berikut: 1. Chapter 4: Drivers 2. Chapter 7: Trends in the state of biodiversity of marine habitats, Sub-Chapter 7E : Tropical and subtropical coral reefs 3. Chapter 8: Trends in the state of human society in relation to the ocean 4. Chapter 14: Changes in coastal and marine infrastructure 5. Chapter 15: Changes in capture fisheries and harvesting of wild marine invertebrates 6. Chapter 21: Trends in inputs of anthropogenic noise to marine environment 7. Chapter 24: Development in tourism and recreation activities

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 15

Tindak lanjut dari rekomendasi pada pertemuan tersebut adalah Indonesia akan membentuk group of experts di bidang kelautan yang terdiri dari pakar nasional dari berbagai disiplin ilmu bekerja sama dengan para pakar dari luar negeri Hasil workshop ini akan dijadikan bahan acuan untuk mendukung dan menyusun program kerja di bidang kelautan dan lingkungan hidup, dengan menyediakan data paling akurat yang akan digunakan oleh pembuat kebijakan di seluruh dunia untuk menentukan arah kebijakan dan program kelautan.

3.1.11. Bilateral Maritime Dialogue between the Government of the Republic of Indonesia and the Republic of Korea Pada tanggal 24 April 2018, bertempat di Seoul, telah diselenggarakan the 2nd Bilateral Maritime Dialogue between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Korea, dalam kerangka implementasi Memorandum of Understanding on Maritime Cooperation antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan. Delegasi Republik Indonesia, dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim, Dr. Safri Burhanudin, DEA sedangkan Delegasi Korea dipimpin oleh Deputi Menteri Samudera dan Perikanan Republik Korea, Mr. Cho Seung-hwan. The 2nd Bilateral Maritime Dialogue membahas usulan rencana kerjasama, perkembangan implementasi, serta rencana tindak lanjut kerjasama kemaritiman kedua negara Selain menghadiri pelaksanaan the 2nd Bilateral Maritime Dialogue, delegasi Republik Indonesia juga menghadiri agenda pertemuan dengan pejabat Kementerian dan Lembaga Pemerintah Korea Serta kunjungan ke beberapa lokasi.

3.2. Meningkatnya Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam, serta Jasa Kemaritiman yang Berkelanjutan dan Berdaya Saing Global 3.2.1 Koordinasi Revitalisasi Badan Keamanan Laut kebijakan dan Pengelolaan Kawasan Lego Jangkar Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 19 Januari 2018 di ruang rapat lantai 2 kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat Koordinasi dipimpin oleh Menko Bidang Kemaritiman, dan dihadiri oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Komunikasi dan Informatika, Sekretaris Kemenko Kemaritiman, Sekjen Kementerian Pertahanan, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya alam dan Jasa Kemenko Kemaritiman, Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 16

Danjen Akademi TNI, Asrena KASAL, Kakorpolairud, Sestama Bakamla, perwakilan PT PLN, PT Pertamina, PT Pelindo I, para Staf Khusus dan Tenaga Ahli Menko Kemaritiman. Hasil dan rekomendasi rapat sesuai dengan arahan Menko: 1. Tim Kerja akan dibentuk untuk mengkaji revitalisasi Bakamla (deadline tanggal 2 Februari) dan lego jangkar di (deadline tanggal 1 Februari 2018). Hasil kajian akan dilaporkan kepada Menko Maritim. Ditargetkan sampai diterbitkan Perppu apabila diperlukan, sehingga Bakamla dapat menjadi single authority. 2. Terkait revitalisasi lego jangkar di Batam, Pemerintah jangan hanya bergantung kepada Singapura dan jangan hanya jadi backyard Singapura.

3.2.2. Pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya Laut A. Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan di 12 Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Pada hari Senin tanggal 12 Maret 2018 bertempat di kantor Kemenko Kemaritiman telah diselenggarakan rapat koordinasi pembangunan di 12 SKPT. Rapat ini bertujuan untuk: 1. Menetapkan lokasi SKPT yang akan dikunjungi 2. Pembentukan tim monitoring dan evaluasi terpadu lintas Kementerian/ Lembaga ke lokasi SKPT. Rapat menghasilkan keputusan sebaai berikut: 1. Disepakati 6 (enam) lokasi SKPT yang akan dikunjungi oleh tim monitoring dan evaluasi yakni Sabang, Merauke, Sebatik, Saumlaki, Talaud dan Biak Numfor 2. Terbentuknya tim monitoring dan evaluasi yang terdiri dari Kemenko Kemaritiman, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Sekretariat Kabinet. B. Sosialisasi Risk Assesment dan Penetapan Counterpart Presentasi tentang Penilaian Resiko, Analisis Resiko dan Control Self Assesment, dihadiri oleh kalangan internal dari Kemenko Kemaritiman. Para peserta lingkungan internal Kemenko Kemaritiman belum pernah membuat analisis resiko dari program- program berdasarkan perjanjian kinerja. Setiap Kegiatan tahun 2018 yang dibuat dalam Perjanjian kinerja dibuat analisis resikonya dan di sosialisasikan oleh Inspektorat. Pembuatan Matriks tiap kegiatan untuk dianalisis resiko meliputi sebagai berikut: Proses Bisnis; Resiko teridentifikasi; penyebab; kemungkinan; dampak; Status Resiko; Nilai total dari Kemungkinan; dampak dan status resiko; sifat resiko (C/UC); pengendalian yang sudah ada; aktifitas pengendalian; penanggug jawab; informasi; komunikasi; waktu rencana; serta pemantauan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 17

C. Koordinasi Persiapan Multilateral Meeting The Coral Triangle Initiative On Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2018 bertempat di gedung Kemenko Kemaritiman. Tujuan pelaksanaan rapat adalah untuk menyusun: 1. Concept note and agenda Multilateral Meeting on the Nomination of Lesser Sunda and Bismarck Solomon Seas Ecoregion as Priority Seascapes. 2. Persiapan kunjungan ke Kedubes Papua Nugini. 3. Sosialisasi Seascapes Document oleh Seascapes Working Group CTI- CFF Indonesia. Rapat menghasilkan keputusan dan kesepakatan sebagai berikut: 1. Concept note and agenda Multilateral Meeting on the Nomination of Lesser Sunda and Bismarck Solomon Seas Ecoregion as Priority Seascapes yang disusun sebagai TOR dalam rangka Multilateral Meeting tanggal 20 April 2018 telah dapat diselesaikan. 2. Telah selesai disusun pula proposal dan executive summary sebagai bahan persiapan kunjungan ke Kedubes Papua Nugini pada tanggal 26 Maret 2018 pukul 10.00 WIB. D. Pengendalian Kebijakan Tata Kelola Garam Pengendalian ini dilakukan dengan mengadakan kegiatan sebagi berikut: 1. Rapat Koordinasi Penyelesaian Permasalahan Umum Industri Farmasi Pengguna Garam Rapat koordinasi penyelesaian permasalahan umum industri farmasi pengguna garam diselenggarakan di gedung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman pada hari Kamis tanggal 9 Mei 2018. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut rapat koordinasi pengembangan garam farmasi dan implikasinya terhadap industri medis yang telah dilaksanakan pada tanggal 17 April 2018. 2. Rakor Monev Progress Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Pergaraman Menindaklanjuti Focus Group Discussion Peningkatan Nilai Tambah dan Inovasi Prociuk Turunan Komoditas Pergaraman pada tanggal 20 Maret 2018 lalu di Kota Cirebon, maka pada tanggal 16 Mei 2018 bertempat di ruang rapat lantai 8 gedung kantor Kemenko Kemaritiman selenggarakan rapat koordinasi dalam rangka monitoring dan evaluasi progress peningkatan nilai tam bah komoditas pergaraman. Rapat Koordinasi bertujuan untuk mengetahui progres penyelesaian perizinan CV Rama Shinta terutama Izin Edar dari SPOM dimana pada rapat koordinasi sebelumnya diketahui, belum diajukan oleh karena kelengkapan administrasi berupa Izin Usaha Industri sebagai salah satu persyaratan belum dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi. 3. Rapat Koordinasi Progress Report Ladang Garam Kabupaten dan Nagekeo Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2018 bertempat di gedung Kemenko Kemaritiman telah diselenggarakan rapat koordinasi tingkat Menteri tentang progress report ladang garam di Kabupaten Kupang dan Nagakeo.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 18

Bertujuan untuk melihat perkembangan dari kemajuan penyelesaian masalah garam di NTT. E. Koordinasi Kebijakan Komisi Nasional Terumbu Karang Indonesia Koordinasi dilaksanakan dengan beberapa tahap/tema pembahasan sebagai berikut: 1. Local Maritime Government Network (LGN) Workshop Local Maritime Government Network (LGN) Workshop dilaksanakan dengan tema “The Role of Local Governments in Sustainable Fisheries Management in Coral Triangle Areas”. Workshop ini dilaksanakan karena mengingat peran penting pemerintah daerah khususnya dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan dan secara umum dalam pengelolaan dan perlindungan laut dan pesisir, kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2018 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Indonesia. Kegiatan ini juga didukung oleh USAID dan CTI-CFF Regional Secretariat. Hasil workshop ini adalah: 1. Terselesaikannya Joint Statement tentang peran pemerintah daerah dalam manajemen perikanan berkelanjutan. 2. Terselesaikannya rancangan Rencana Aksi Pemerintah Daerah (Local Government Plan of Action – LgPOA) yang akan dipresentasikan dan dibahas pada pertemuan LGN berikutnya untuk lebih lanjut mendapatkan pengesahan pada Senior Officials’ Meeting CTI-CFF yang ke-14 (SOM-14). Beberapa rencana tindak lanjutnya yaitu: 1. Menyampaikan Joint Statement dan Local Government Plan of Action pada forum Senior Official Meeting (SOM) CTI-CFF ke-14 di Manila; 2. Melakukan sosialisasi Rencana Aksi Nasional CTI-CFF Indonesia ke pemerintah daerah di wilayah CTI-CFF untuk mendapatkan dukungan dalam implementasinya. 3. Melibatkan Pemerintag Daerah dalam setiap kegiatan terkait perikanan berkelanjutan di wilayah CTI-CFF. 4. Perlu dilakukan upaya pemulihan terhadap kerusakan ekosistem (mangrove, terumbu karang) di wilayah CTI-CFF. 5. Pelaksanaan LGN Workshop tahun 2019 akan dikoordinasikan oleh Sekretariat LGN. 2. Rakor evaluasi pelaksanaan dan persiapan regional meeting CTI- CFF di indonesia tahun 2018 Koordinasi ini diselenggarakan di The Alana Hotel, Sentul, Jawa Barat pada tanggal 22 Mei 2018. Rapat koordinasi mengundang seluruh perwakilan Kelompok Kerja yaitu: Pokja Bentang Laut (Seascape), Pokja Perikanan Bersasis Ekosistem (EAFM), Pokja Kawasan Konservasi Perairan (Marine Protected Areas), Pokja Spesies Terancam (Threaten Species), dan Pokja Adaptasi Perubahan Iklim (Climate Change Adaptation), serta Sekretariat Komnas CTI-CFF Indonesia. Tujuan Pertemuan adalah untuk:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 19

1. Melakukan Evaluasi terhadap kegiatan Regional Meeting yang telah dilaksanakan (hasil dan rekomendasi tindak lanjut, kendala yang dihadapi, dll); 2. Monitoring progres rencana pelaksanaan regional meeting yang akan dilaksanakan (tahapan pelaksanaan, kendala yang dihadapi, rekomendasi tindak lanjut). Hasil Monitoring Progres Rencana Pelaksanaan Regional Meeting 1. Persiapan Pelaksanaan Capacity Building on Blue Carbon tanggal 23-27 Juli 2018 di Nusa Lembongan-Bali oleh Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK. 2. Persiapan Pelaksanaan Regional Workshop on Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) tanggal 6-11 Agustus 2018 di Denpasar- Bali oleh Direktur Sumber Daya Ikan, Ditjen Perikanan Tangkap KKP. Hasil 3. Persiapan Pelaksanaan Marine Protected Areas Regional Exchange (MPA-Rex) bulan Oktober 2018 di Sorong oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen PRL, KKP. 4. Selain mandat dari SOM 13 CTI-CFF, terdapat 1 kegiatan yang disepakati pada Pertemuan Konvensi Keanekaragaman Hayati (Subsidiary Body on Scientific, Techical and Technologivcal Advice/SBSTTA ke-21) di Montreal- Kanada, yaitu: Capacity Building workshop on Sustainable Ocean Initiative tanggal 30 Juli – 3 Agustus 2018 di Jakarta oleh Asdep SD Hayati, Kemenko Kemaritiman. Rencana tindak lanjutnya adalah: 1. Mempersiapkan posisi DELRI untuk kegiatan Regional Sekretariat; 2. Melakukan monitoring dan update progres pelaksanaan kegiatan; 3. Konfrmasi pendanaan dari masing-masing pelaksana.

Gambar 1 Struktur Organisasi Sekretariat Nasional CTI-CFF Indonesia Kemudian pada 21 Agustus 2018 telah dilaksanakan koordinasi dalam rangka finalisasi rancangan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman selaku ketua Komite CTI-CFF.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 20

F. Koordinasi Kebijakan Rehabilitasi Pesisir dan Laut, Pengurangan Risiko Kebencanaan Maritim dan Dampak Perubahan Iklim Kebijakan Rehabilitasi Pesisir dan Laut, Pengurangan Risiko Kebencanaan Maritim dan Dampak Perubahan Iklim telah dikoordinasikan dengan melaksanakan berbagai kegiatan seperti: 1. Koordinasi Lanjutan tentang Rencana Pengembangan Taman Kebun Mangrove di Indonesia Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2018 bertempat di Ruang EOTC Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Rapat bertujuan untuk Membahas mengenai rencana Pengembangan Taman Kebun Mangrove di Indonesia dengan melibatkan stakeholders yang lebih banyak. 2. Koordinasi Dukungan Percepatan Rehabilitasi Kerusakan Padang Lamun Kegiatan ini dilaksanakan di ruang rapat lantai 8 gedung Kantor Kemenko Kemaritiman pada tanggal 21 Agustus 2018. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang status terbaru padang lamun Indonesia. Tindak lanjut kesimpulan rapat adalah sebagai berikut: a. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman akan mengaktifkan kembali kelompok kerja padang lamun Indonesia yang saat ini diketuai oleh Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia selaku walidata padang lamun. b. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman akan mengadakan rapat kerja teknis untuk updating status padang lamun di Indonesia sebagai bahan untuk rekomendasi dukungan percepatan rehabilitasi kerusakan padang lamun. 3. Rapat Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Kawasan Pantai Timur Sumatera Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2018 bertempat di ruang rapat Kantor Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan Pantai Timur Sumatera dengan segala potensinya, Rapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Pembentukan Sekretariat Bersama Pengelolaan Lingkungan Kawasan Pantai Timur Sumatera sebagai fungsi koordinasi serta penguatan struktur kelembagaan. b. Mempersiapkan Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Kawasan Pantai Timur Sumatera dan membangun jejaring mangrove di Perguruan Tinggi Negeri, Swasta serta percepatan Peraturan Daerah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Jambi dengan mengintegrasikannya dengan Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Kawasan Pantai Timur Sumatera. c. Disepakatinya Strategi Percepatan Rehabilitasi Mangrove Pantai Timur Sumatera

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 21

G. Koordinasi Kebijakan Percepatan Penyusunan Dokumen RZWP3K dalam rangka Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara Terpadu 1. Provinsi Jambi Dalam rangka percepatan penyusunan Peraturan Daerah RZWP3K Provinsi Jambi, telah dilaksanakan rapat koordinasi Rasionalisasi Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Provinsi Jambi Dalam Rangka Penyusunan RZWP3K. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 September 2018 bertempat di 8 gedung Kemenko Kemaritiman. Kesimpulan rapat adalah sebagai berikut: a. Rasionalisasi DLKr dan DLKp Provinsi Jambi akan dilakukan. b. Rasionalisasi DLKr dan DLKp Provinsi Jambi harus memperhatikan aspek keselamatan dan kenavigasian alur pelayaran, scientifik, akses masyarakat dalam pemanfaatan perairan, kebutuhan wilayah, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. c. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi diharapkan melakukan proses persuratan secara resmi kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan ditembuskan kepada Direktorat Kepelabuhan dan Direktorat Kenavigasian serta menyertakan data dan usulan rasionalisasi pada hari Senin tanggal 17 September 2018. d. Setelah menerima surat dan data secara resmi, maka akan dilakukan proses kajian pada Direktorat Kepelabuhan dan Direktorat Kenavigasian dengan target penyelesaian pada akhir bulan September 2018. 2. Pesisir Kalimantan Timur Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat tanggal 26 Oktober 2018 bertempat di Gedung Kemenko Kemaritiman. Rekomendasi dari hasil rapat adalah sebagai berikut: a. Pembersihan kawasan ranjau di pesisir dan laut Indonesia memelukan koordinasi dari Kemenko Kemaritiman dan Pemerintah Provinsi Kalimatan Timur karena diprediksi akan membahayakan apabila tidak secepatnya dibersihkan. b. Peta RZWP3K belum dimasukkan ke peta Pushidrosal sehingga perlu secepatnya dikoordinasikan oleh Kemenko Kemaritiman agar peta tercatat di peta Pushidrosal dan BIG. c. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur akan memasukkan data dari Chevron terkait data existing dan rencana penempatan pipa gas dan minyak di kawasan Teluk Balikpapan. 3. Koordinasi Kebijakan Tata Ruang Laut Nasional Koordinasi Pokja Bentang Laut CTI-CFF diselenggarakan melalui rapat pada tanggal 16 Januari 2018, dengan kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 22

a. Pada Roadmap of National SWG, terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dikonfirmasi kembali kepada Kementerian/ Lembaga terkait dan Mitra, sehingga Kemenkomar akan mengirimkan surat untuk meminta masukan/konfirmasi terkait hal tersebut. Khusus untuk kegiatan nomor 14 „Berkoordinasi dengan TWG MPA, TS, and EAFM dalam pengelolaan Sulu- Sulawesi Seascape‟ akan didiskusikan pada saat Sosialisasi Dokumen Seascapes tanggal 18 Januari 2018. b. Perlu melakukan kompilasi data & informasi pendukung (aspek ekologis, ekonomi, sosial, dll) terkait Lesser Sunda dan BSSE dari Mitra, yang kemudian akan dijadikan bahan untuk menyusun proposal penominasian Lesser Sunda dan BSSE sebagai priority seascapes, yang ditargetkan selesai dalam waktu 1 bulan. Hal ini akan dilaksanakan oleh Tim Kecil yang beranggotakan KKP, Kemenkomar, Kemlu, Setkonas CTI-CFF, TNC, WWF, CI, WCS, dan RARE. c. Terkait multilateral meeting untuk pembahasan Lesser Sunda dan BSSE bulan April 2018, ketua Seascapes WG perlu membuat surat terkait hal tersebut kepada NCC untuk kemudian diteruskan kepada Regional Secretariat. H. Koordinasi Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Yang Efektif dan Mensejahterakan Kegiatan diselenggarakan pada tanggal 3 September 2018 bertempat di ruang rapat lantai 2 Utara gedung kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat telah menghasilkan kesepakatan sebagai berikut: 1. Menyepakati untuk membentuk tim penyelesaian masalah pertambangan pasir laut di Kab. Buton secepatnya, dengan target tanggal 10 September 2018. 2. Tim tersebut terdiri atas Tim Sosialisasi, Tim Penegakkan Hukum, Tim Pemberdayaan Masyarakat dan Tim Rehabilitasi. 3. Semua koordinator tim sebagaimana tersebut adalah Pemda Kab. Buton, namun Tim Penegakkan Hukum di bawah koordinasi Dirjen PSDKP KKP. 4. Dalam penyusunan Tim Terpadu Penyelesaian Pertambangan Pasir di Pantai juga mengacu kepada hasil kesepakatan rapat tanggal 7 Juni 2018. I. Koordinasi Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati 1. Koordinasi Pembahasan Jejaring Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Bentang Laut Kepala Burung Papua Koordinasi dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2018 di Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Tujuan pertemuan adalah untuk membahas pembentukan jejaring kawasan konservasi perairan di Bentang Laut Kepala Burung Papua. Beberapa kesepakatan rapat adalah sebagai berikut: a. Sebagai wujud komitmen pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistem di Papua, maka akan dilakukan Deklarasi Bersama antara Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 23

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah Provinsi Papua dan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem Secara Berkelanjutan di Tanah Papua. b. Deklarasi ini akan dilaksanakan pada pembukaan International Conference on Biodiversity, Ecotourism, and Economic Creative (ICBE) pada tanggal 7 Oktober 2018 di Manokwari, Papua Barat yang rencananya akan dibuka oleh Bapak Presiden. Rencana tindak lanjut hasil rapat meliputi: a. Pengiriman surat dari Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa ke Kementerian/ Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah untuk menyampaikan rancangan naskah deklarasi. b. Pembentukan Kelompok Kerja Jejaring Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Bentang Laut Kepala Burung Papua. c. Melakukan koordinasi dan survei daerah sekaligus menghadiri forum ICBE di Papua Barat. 2. Koordinasi Pembahasan Kesepahaman Bersama Jejaring Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Bentang Laut Kepala Burung Papua Koordinasi ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2018 bertempat di Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Tujuan kegiatan ini adalah untuk untuk membahas tentang Pembentukan Jejaring Kawasan Konservasi Perairan di Bentang Laut Kepala Burung Papua. Rapat menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Pada prinsipnya Kementerian Kelautan dan Perikanan sepakat menyetujui rancangan Kesepakatan Bersama. b. Peta Jejaring Pengelolaan BLKB saat ini sudah disusun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan lokasi-lokasi kawasan konservasi di BHS; c. Perlu segera disiapkan peta-peta lokasi kawasan konservasi (14 kawasan konservasi) di BLKB Papua; 3. Koordinasi Penyusunan Kertas Posisi Delri pada Fourteenth meeting of the Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity Rapat koordinasi penyusunan kertas Posisi Delegasi republic Indonesia (Delri) pada Fourteenth meeting of the Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity diselenggarakan di Hotel Harris Sentul International Convention Center (SICC), pada tanggal 25-26 Oktober 2018. Agenda pertemuan adalah untuk membahas beberapa isu yang akan dibahas pada COP-14 CBD yaitu: a. Marine and Coastal Biodiversity. b. Cooperation with other conventions, international organizations and initiatives. c. Second work program of the Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES). d. Mainstreaming of biodiversity within and across sectors.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 24

Kesepakatan yang dihasilkan pada rapat, selanjutnya akan diikuti dengan tindak lanjut sebagai berikut: a. Finalisasi Delri dan mempercepat proses credential letter dari Kemenlu; b. Pertemuan koordinasi untuk Penyusunan Kertas Posisi Delri untuk HLS meeting pada 26 Oktober 2018 oleh Kementerian LHK; c. Pertemuan koordinasi penyusun kertas posisi COP 14 CBD, MOP 9 Protokol Cartagena, dan MOP 3 Protokol Nagoya pada tanggal 29 Oktober 2018 yang dikoordinasi oleh KLHK selaku NFP CBD; d. Rapat pembahasan isu EBSA pada marine and coastal biodiversity yang akan dikoordinasikan oleh Kemenko Kemaritiman. J. Pengendalian Kebijakan Tata Kelola Garam Kegiatan ini dilaksanakan pada 12 Januari 2018 dipimpin oleh Menko Bidang Kemaritiman. Rapat ini bertujuan untuk membahas mengenai proses pembangunan dan pengembangan komoditas pegaraman nasional. Pembahasan ini meliputi perkembangan dan keseriusan dari masing-masing investor lokal untuk berinvestasi di wilayahnya serta ketersediaan lahan dan hambatan yang terdapat dalam membangun investasi pegaraman. Rapat diisi dengan pemaparan oleh para investor garam lokal yakni PT Garam (Persero), PT PKG, PT Cheetham, PT Inti Daya Kencana, PT Tamaris, dan PT JSN Jaya. Kesimpulan dan rekomendasi rapat sesuai dengan arahan Menko adalah Jika hanya PT PKG yang memiliki masalah dengan masyarakat setempat, maka sebaiknya PT PKG harus mengevaluasi kembali tindakan yang telah dilakukan. Menko Bidang Kemaritiman akan melakukan peninjauan ke Kupang terkait permasalahan PT PKG. Selain itu, PT PKG harus memiliki perencanaan dari awal untuk membagi sekian persen plasmanya pada masyarakat setempat. Resistensi yang terjadi mungkin adalah akibat ketidakjelasan rencana pembagian dengan masyarakat. Kementerian ATR selanjutnya akan memfasilitasi pertemuan dan pendekatan antara PT PKG dan Pemda setempat. K. Koordinasi Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Rehabilitasi Pesisir dan Laut 1. Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Koordinasi bertujuan untuk membahas terkait target peningkatan luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan. Rapat diselenggarakan pada 30 Januari 2018 dengan menghasilkan kesimpulan dan kesepakatan sebagai berikut: a. Target pengembangan luasan kawasan konservasi perairan tahun 2018, yakni: Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Pengembangan 500 rb Ha 600 rb Ha 800 rb Ha 900.000Ha 1,2 juta Ha Luas Komulatif 16,5 juta Ha 17,1 juta Ha 17,9 juta Ha 18,8 juta Ha 20 juta Ha b. Disepakati bahwa untuk rencana kerja tahun 2018 terkait rapat koordinasi sosialisasi tahapan pencadangan dan penetapan kawasan konservasi perairan di Kalimantan akan dilaksanakan pada bulan Maret 2018.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 25

Tindak lanjut hasil rapat meliputi: a. Data dan variabel penilaian Konservasi Award akan disusun oleh KLHK dan PKSPL-IPB dan diharapkan telah selesai pada pertemuan selanjutnya. b. Rapat koordinasi sosialisasi tahapan pencadangan dan penetapan kawasan konservasi perairan di Kalimantan yang dijadwalkan pada bulan Maret 2018 juga akan membahas masalah penetapan batas wilayah konservasi, personel, pendanaan, sarana dan prasarana (P3D), serta pembahasan lebih lanjut terkait destructive fishing yang membahayakan konservasi dan ekosistem perairan dari Direktorat Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pengendalian Kawasan Konservasi dan Perairan dilakukan dengan dilaksanakannya rapat koordinasi sebagai berikut: 2. Koordinasi Kebijakan Komisi Nasional Terumbu Karang Indonesia Kegiatan ini menghasilkan kesepakatan sebagi berikut: 1. Pembahasan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Komite Nasional (Komnas) CTI- CFF tahun 2017 2. Revisi Keanggotaan Komnas CTI-CFF:  Acuan menimbang dicukup sebutkan Peraturan Presiden-nya;  Perubahan tupoksi pada Kelompok Pakar;  Perubahan keanggotaan dan perubahan Kelompok Kerja. 3. Koreksi pada pada tahun pelaksanaan NPOA CTI-CFF yakni menjadi tahun 2018-2020 dari semula tahun 2016-2020. 4. Kesepakatan mengenai persiapan pelaksanaan Sustainable Ocean Initiatives Capacity Building Workshop Sementara itu hasil koordinasi penyusunan laporan tahunan Komite Nasional Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (Komnas CTI-CFF) Indonesia dan revisi keanggotaan sekretariat dan kelompok kerja (Pokja) CTI- CFF Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan yang dibahas pada rapat ini adalah sebagai berikut: a. Belum disusunnya laporan tahunan CTI-CFF Indonesia tahun 2017; b. Belum dilaksanakannya pembentukan 3 Pokja sesuai dengan amanat SOM 13 CTI-CFF; c. Belum disyahkannya NPOA CTI-CFF Indonesia. 2. Melalui pelaksanaan kegiatan ini dihasilkan tindak lanjut sebagai berikut: a. untuk memformalkan pembentukan 3 Pokja ke Sekretariat, maka revisi keanggotaan Pokja akan dilaksanakan pada level Permenko maupun SK Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan. b. untuk memastikan NPOA CTI-CFF dapat segera selesai, maka proses pengesahan NPOA CTI-CFF akan dikawal mengikuti tahapan dan prosedur yang berlaku. 3. Koordinasi Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 26

Koordinasi ini dilakukan dengan dilaksanakan melalui rapat koordinasi tingkat Menteri I yang membahas rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Terpadu Taman Nasional (TN) dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Tahun 2018-2025. Hasil koordinasi adalah terdapat beberapa perubahan pada Rencana Aksi Nasional dengan mengacu pada: a. Kegiatan yang masuk ke Rencana Aksi Nasional adalah kegiatan yang bersifat strategis; b. Kegiatan pada matriks Rencana Aksi Nasional agar bersifat nyata dan terukur; c. Kegiatan yang serupa pada lokus yang berbeda dijadikan satu kegiatan; d. Penetuan lokus dan target akan dikoordinasikan secara detil dengan Kementerian/Lembaga terkait, terutama untuk program pembangunan infrastruktur strategis dan pengembangan akses transportasi. e. Untuk penyusunan kebijakan dan regulasi terdapat 2 rencana aksi yang dihilangkan yaitu kegiatan harmonisasi peraturan perundang-undangan bidang konservasi dan masukan untuk revisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya. Pada rapat koordinasi lanjutan pembahasan rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Terpadu Taman Nasional (TN) dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Tahun 2018-2025, menyepakati hal-hal sebagai berikut: a. Melakukan re-grouping terhadap beberapa program dan rencana aksi yang sama pada strategi pembangunan infrastruktur strategis sehingga lebih terstruktur. b. Mengusulkan pengembangan akses transportasi dan komunikasi di masing- masing lokasi pada periode tahun 2020-2025. c. Melakukan hal-hal sebagai berikut untuk strategi pendanaan berkelanjutan:  menghitung kebutuhan pendanaan untuk pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dengan berbagai level pengelolaan: minimum, moderate, optimum berdasarkan asumsi kebutuhan pendanaan (gap) untuk mengelola KKP yang berskala kecil, menengah, besar dan sangat besar (tahun 2010);  Membentuk Kelompok Kerja Pendanaan Berkelanjutan untuk pengelolaan KKP (tahun 2011);  Menyusun Bussines plan dana perwalian pengelolaan kawasan konservasi perairan dan telah disampaikan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (tahun 2015). Rapat koordinasi tingkat Menteri II merupakan tindak lanjut pembahasan rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Terpadu Taman Nasional (TN) dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Tahun 2018-2025 berdasarkan saran dan masukan pada rapat koordinator tingkat Menteri I tanggal 8 Februari 2018, terutama terkait penyusunan masterplan pengelolaan kawasan konservasi dan strategi pengembangan kawasan konservasi baru. Pertemuan dipimpin oleh Menteri

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 27

Koordinator Bidang Kemaritiman. Rapat memutuskan untuk dilakukan perbaikan terhadap rancangan Peraturan Presiden sesuai dengan masukan dari forum dan akan diagendakan rapat koordinator tingkat Menteri III pada tanggal 7 Maret 2018.

3.2.3. Pengembangan Industri Perikanan Nasional A. Koordinasi Penyusunan dan Penajaman Perkembangan Rencana Aksi Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Sebagai tindak lanjut hasil rapat koordinasi perkembangan pelaksanaan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2018, maka pada tanggal 1-2 Maret 2018 diselenggarakan rapat koordinasi penyusunan dan penajaman perkembangan Rencana Aksi Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional. Hasil yang diperoleh dari penyelenggaraan rapat ini adalah sebagai berikut: 1. Tersusunnya matriks terkini penajaman perkembangan pelaksanaan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional. 2. Terbentuknya tim kecil penyusunan laporan kepada Presiden terkait perkembangan pelaksanaan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional lintas Kementerian/ Lembaga. Tindak lanjut hasil rapat adalah sebagai berikut: 1. Perlunya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menyediakan lahan yang clear and clean bagi pembangunan sarana dan prasarana industri kelautan dan perikanan. 2. Perlunya koordinasi dan sikronisasi yang baik mengenai program dan kegiatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengenai ketersediaan listrik di wilayah Indonesia bagian timur; 3. Perlunya koordinasi Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait penerbitan dokumen Analisis Dampak Lingkungan yang akan menjadi salah satu persyaratan untuk beroperasinya kegiatan industri perikanan. B. Koordinasi Industrialisasi Produk Kelautan dan Perikanan dalam rangka Peningkatan Ekspor Kegiatan ini dilaksanakan pada 6 Maret 2018 bertempat di hotel Ashley, dengan tujuan sebagai media identifikasi pemetaan isu strategis industrialisasi produk kelautan dan perikanan dalam rangka peningkatan ekspor dan penyusunan rekomendasi industrialisasi produk kelautan dan perikanan dalam rangka peningkatan ekspor. Melalui kegiatan ini dihasilkan beberapa kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: 1. Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengupayakan penurunan Tarif Bea Masuk (TBM) Produk Perikanan ke beberapa negara tujuan sebagai prioritas tertinggi.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 28

2. Dukungan fasilitasi promosi produk kelautan dan perikanan serta side event promosi pada pertemuan bilateral/high level dialogue dan business matching di dalam dan luar negeri. 3. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2017 dan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2016, perlunya upaya rintisan pemanfaatan SKPT dalam rangka mendukung pemenuhan bahan baku bagi industri hulu hilir. 4. Pemenuhan kebutuhan bahan baku Unit Pengolahan Ikan (UPI) melalui penambahan armada tangkap, kapal angkut, penyederhanaan dan transparansi perizinan, pengembangan usaha budidaya (khususnya udang). 5. Untuk pemenuhan bahan baku industri, usulan alih muat yang terkendali dan tidak terkait IUU Fishing adalah salah satu solusi dari permasalahan kurangnya bahan baku di industri pengolahan. 6. Perlunya percepatan revisi kebijakan terhadap industri besar yang mampu mendukung penerimaan devisa (perekonomian nasional) dengan tetap memperhatikan keberpihakan terhadap UMKM. 7. Perlunya kemudahan perizinan impor bahan baku bagi industri pengolahan ikan yang berorientasi ekspor. 8. Perlunya peningkatan utilisasi industri produk kelautan dan perikanan melalui jaminan bahan baku industri meliputi. a. percepatan penyelesaian Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Pengendalian Pengeluaran Bahan Baku Utuh Segar dan Beku Komoditas Industri ke Luar Wilayah NKRI sebagai implementasi Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional. b. verifikasi gap data antara terjadinya peningkatan produksi ikan dengan terjadinya kekurangan bahan baku pada produk kelautan dan perikanan melalui FGD khusus dengan Kementerian/ Lembaga terkait data. C. Evaluasi Pelaksanaan Simposium Nasional dan Nusatic 2017 serta Persiapan Nusatic 2018 Kegiatan pertemuan ini dilaksanakan pada 11 april 2018 di Hotel Sari Pan Pasifik Jakarta Pusat. Agenda pertemuan tersebut membahas tentang Evaluasi Pelaksanaan Simposium Nasional Pebangunan Industri Ikan Hias 2017 dan Rencana 2018, Laporan dan Evaluasi Pelaksanaan Pameran dan Kontes Ikan Hias (Nusatic 2017) dan Rencana 2018, dan Update Penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pembangunan Industri Ikan Hias. Beberapa Kesepakatan hasil rapat adalah sebagai berikut: 1. Progres pelaksanaan penyusunan RAN Pembangunan Industri Ikan Hias 2017- 2021 a. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerima surat dari Deputi SDA dan Jasa terkait tindak lanjut penyusunan RAN insutri Ikan Hias;

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 29

b. Saat ini sedang disusun Naskah Usulan terhadap RAN tersebut dan juga proses ijin prakarsa. c. Penyusunan R. Perpres belum masuk ke dalam Program Legilasi Nasional 2018. d. Biro Hukum yang mengaal kegiatan ini. 2. Rencana Nuratic 2018: a. Pameran dan Kontes ikan Hias Nusatic 2018 akan diadakan pada tangga 30 November – 2 Desember di ICE-BSD; b. Rencana akandilaksanakan di 3 hall (tahun 2017 hanya 2 hall) c. Akan dibentuk Panitia yang terdiri dari Steering committe (wakil dari K/L terkait dan asosiasi) dan Organizing Comittee yang melaksanakan kegiatan operasional, 3. Rencana Tindak Lanjut: a. Pembentukan Panitia (Streering Committee) Nusatic 2018 melalui SK Deputi; b. Surat Undangan ke Pemda untuk perisapan Nusatic 2018 dan juga training workshop untuk CITES; c. Fasilitasi penyusunan Naskah usulan dan proses legislasi R. Perpres Industri Ikan Hias. D. Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Pameran dan Kontes Ikan Hias (Nusantara Aquatic/Nusatic) 2018 Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 3 Oktober 2018 bertempat di gedung Kemenko Kemaritiman. Tujuan rapat adalah untuk melaksanakan update terhadap penyusunan rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Pembangunan Industri Ikan Hias 2017-2021 sekaligus sebagai ajang persiapan pelaksanaan Nusatic 2018. Persiapan Nusatic 2018: 1. Nusatic 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 30 November – 2 Desember 2018 di Hall 9-10 Gedung ICE BSD Kota Tangerang Selatan. 2. Saat ini sudah dilakukan persiapan-persiapan dengan kendala utama adalah pendanaan/sponsorship. Untuk itu diharapkan agar dapat membantu untuk mencari dukungan pendanaan tersebut. 3. Selain pameran dan kontes, beberapa acara akan dilaksanakan secara paralel yakni seminar dan Forum Bisnis. 4. Untuk kelancaran importasi barang agar berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan serta Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kementerian Kelautan dan Perikanan. 5. Selanjutnya akan dilaksanakan rapat koordinasi lanjutan pada tanggal 19 Oktober 2018 untuk membahas detil agenda dan dukungan pendanaan serta promosi.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 30

E. Koordinasi Dukungan Pelaksanaan Nusatic 2018 Kegiatan ini bertujuan untuk membahas detil agenda dan dukungan pendanaan serta promosi Nusatic 2918, maka pada tanggal 19 Oktober 2018 bertempat di Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman telah diselenggarakan rapat koordinasi dukungan pelaksanaan Nusatic 2018. Rapat ini merupakan tindak lanjut hasil kesepakatan dari rapat tanggal 5 Oktober 2018. Agenda rapat adalah sebagai berikut: Rapat menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Nusatic 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 30 November - 2 Desember 2018 di Hall 9-10 Gedung ICE BSD Kota Tangerang Selatan. 2. Kemenko Kemaritiman diharapkan agar dapat segera mengirimkan surat dukungan pendanaan ke beberapa bank, terutama CIMB Niaga. Selain itu diperlukan pula dukungan promosi ke lembaga terkait terutama Humas Kementerian/ Lembaga. 3. Saat ini sudah ada beberapa agenda untuk seminar, antara lain: Seminar Budidaya/Teknologi Kuda Laut oleh Balai Besar Perikanan, Forum Bisnis yang akan melibatkan Kemenko Kemaritiman dan Kementerian Perdagangan. Untuk detil seminar akan dibicarakan lebih lanjut. 4. Kemenko Kemaritiman mengharapkan ada keterlibatan dari anak sekolah di sekitar lokasi Nusatic 2018 untuk pengenalan ikan hias. Kesepakatan rapat ini selanjutnya akan diikuti dengan tindak lanjut sebagai berikut: 1. Kemenko Kemaritiman akan mengirimkan surat ke para pihak terkait untuk meminta dukungan pendanaan dan promosi di masing-masing lembaga atau unitnya. 2. Kemenko Kemaritiman akan mengupayakan promosi Nusatic pada booth Maritim di Pavilion Indonesia saat pelaksanaan Our Ocean Conference (OOC) tanggal 29- 30 Oktober 2018 di Bali. F. Koordinasi Kebijakan Pengembangan Produk Hasil Kelautan dan Perikanan 1. Koordinasi Permintaan Produk Hasil Laut Indonesia untuk Australia Barat Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2018 di Kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat menghasilkan kesimpulan bahwa untuk memenuhi memenuhi permintaan produk hasil laut Indonesia di Australia Barat diperlukan penyiapan daftar eksportir hasil laut kepada entitas bisnis terkait di Australia Barat. Untuk itu Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri cq Direktorat Fasilitasi Ekspor Impor dan Direktorat Jenderal Pengembangan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 31

Ekspor Nasional cq Direktur Pengembangan Produk Ekspor akan menyiapkan daftar dimaksud dan akan menyampaikannya kepada Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa paling lambat tanggal 12 Oktober 2018. Daftar eksportir dimaksud akan dibahas melalui rapat koordinasi di Kemenko Kemaritiman untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan serta Kementerian Luar Negeri. 2. Workshop Pemanfaatan Produk Kelautan dan Perikanan dalam Rangka Pencegahan Stunting dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kemaritiman Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 1-4 Agustus 2018 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau telah menginisiasi serangkaian kegiatan yakni rapat koordinasi, workshop, dan kunjungan lapangan. Kesimpulan dan rekomendasi kegiatan meliputi: a. Perlunya memasukkan rencana pengembangan kawasan pengembangan produk berbahan lokal dalam masterplan yang dijadikan bagian dari rencana pengembangan oleh Badan Perencanaan Daerah. b. Pemanfaatan produk kelautan dan perikanan antara lain melalui hilirisasi produk Hidrolisat Protein Ikan (HPI) menjadi biskuit, pancake, brownies dan sereal merupakan langkah nyata Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam mendukung upaya pemerintah dalam pencegahan stunting yang perlu didukung implementasinya oleh Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam program perbaikan gizi anak dan ibu hamil. 3. Penyelenggaraan FGD Inisiasi Penyusunan Dokumen Klaster Industri Produk Kelautan dan Perikanan Sebagai Produk Unggulan Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 28 – 30 Agustus 2018 telah diselenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Inisiasi Penyusunan Dokumen Klaster Industri Produk Kelautan dan Perikanan sebagai Produk Unggulan di Depok, Jawa Barat. FGD diselenggarakan dengan tujuan untuk mengetahui rangkaian nilai untuk inovasi produk kelautan yang berbahan baku perikanan, teripang, dan sumber daya alam lainnya. FGD yang dilaksanakan memiliki tema Klaster Industri Produk Kelautan dan Perikanan. Hasil dan rekomendasi hasil FGD adalah sebagai berikut: a. Perlunya upaya mengintegrasikan dokumen yang dihasilkan FGD ke dalam dokumen perencanaan strategis daerah. b. Perlunya mengintegrasikan upaya klaster industri inovasi ekstrak produk kelautan dan perikanan pada masterplan yang saat ini sedang dalam proses penyusunan.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 32

c. Pemanfaatan produk kelautan dan perikanan dalam rangka pencegahan stunting perlu diintegrasikan dalam perencanaan daerah melalui analisa rencana strategi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pada sub komponen kegiatan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah untuk implementasi pemanfaatan produk kelautan dan perikanan lokal. 4. Koordinasi pengembangan produk formula pengawet ikan segar Atmatsya Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Mei 2018 bertempat di ruang rapat lantai 2 utara kantor Kemenko Kemaritiman. Tujuan rapat adalah audiensi produk inovatif pengembangan produk formula pengawet ikan “Atmatsya” dan penyusunan rekomendasi awal. Rapat menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: 1. Produk Atmatsya perlu memenuhi tahapan pengembangan produk berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku oleh Kementerian/Lembaga antara lain: a Balai Besar Pengolahan Hasil Perikanan, KKP memerlukan justifikasi dan klarifikasi tentang efektifitas, kuantitatif, tingkat ekonomi, pembanding dan signifikansi dari keefektifan produk Atmatsya. b Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan, KKP memerlukan uji lebih lanjut terkait efektifitas c Direktorat Standarisasi Pangan Olahan, BPOM memerlukan literatur kajian yang menginformasikan tentang komposisi dan data ilmiah. d Direktorat Registrasi Pangan Olahan mempersyaratkan pendaftaran uji edar produk sesuai peraturan perundangan yang berlaku 2. Dalam rangka pemenuhan tahapan pengembangan produk, selanjutnya akan dilaksanakan rapat lanjutan oleh Tim Kecil yang terdiri dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kemenristekdikti, Kemenkumham, BPOM, BSN, Kemenkes dan K/L terkait lainnya. Masing-masing K/L akan membawa dokumen penunjang dalam rangka verifikasi awal produk Atmatsya. 5. Koordinasi evaluasi prosedur terkait aspek legalitas produk inovasi kelautan dan perikanan berbasis bioteknologi Produk inovasi berbasis bioteknologi merupakan salah satu dasar berdirinya industri manufaktur yang meningkatkan daya saing produk kelautan dan perikanan, sehingga perlu diciptakan kemudahan bagi inovator dalam bentuk penguatan koordinasi prosedur kementerian/lembaga terkait aspek legalitas produk. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2018 di Hotel Ashley Jakarta. Hasil dan rekomendasi rapat adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) produk baru lebih banyak berada pada level 6 (enam), dimana produk dapat diserap industri pada level 9

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 33

(sembilan), sehingga diperlukan dukungan pemerintah kepada inovator untuk mencapai level yang dipersyaratkan. 2. Penambahan waktu prosedur antara lain terjadi pada level proses sertifikasi dan standarisasi produk baru yang membutuhkan waktu bertahun- tahun, sebagai contoh dalam rangka pengujian bahan aktif tertentu untuk masuk dalam daftar produk yang teregistrasi. 3. Perlunya penguatan kerjasama terkait penguatan produk inovasi yang dihasilkan (UKM) meliputi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Badan Ekonomi Kreatif, Kemenkterian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Perdagangan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dan Kementerian Perindustrian, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, termasuk keterlibatan perguruan tinggi 4. Perlunya saling pengakuan hasil uji dan sertifikasi dari lab pemerintah dan swasta yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), sehingga terjadi penyederhanaan prosedur legalitas produk baru. Tindak lanjut rapat meliputi: 1. Evaluasi lebih lanjut terkait penguatan kerjasama K/L dalam rangka kemudahan prosedur legalitas produk. 2. Pembentukan Kelompok Kerja Pedoman Pengembangan Produk Kelautan dan Perikanan dalam rangka memberikan panduan keseluruhan prosedur yang diterapkan oleh Kementerian/Lembaga. 6. Rapat Teknis Persiapan Kegiatan Maritime Product Innovation Talks Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 7 September 2018 di Institut Pertanian Bogor. Pembahasan dalam rapat meliputi: 1. Institut Pertanian Bogor merupakan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang dianugerahi penghargaan Widyapadhi 2018 sebagai PTN yang paling banyak menghasilkan produk inovasi pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2018 serta selama 10 tahun terakhir mendominasi perolehan karya inovasi PT paling prospektif yang dikeluarkan Business Innovation Center (BIC) dengan menyumbang 39,91% dari total karya inovasi yang dihasilkan PT. 2. Maritime Product Innovation Talks (M-PIT) merupakan kerjasama IPB dan Deputi SDAJ dengan konsep acara kuliah umum, diskusi interaktif dan display produk inovasi kelautan dan perikanan oleh innovator IPB. 3. Produk-produk yang akan ditampilkan meliputi: rumah rumput laut; ocean fresh, rumpon, dan Izzati. 4. Penyusunan database innovator yang akan diundang pada acara workshop nasional sinergitas penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan serta perannya pada pemberdayaan masyarakat. Tindak lanjut rapat meliputi: 1. Pelaksanaan Maritime Product Innovation Talks pada tanggal 12 September 2018 2. Evaluasi pelaksanaan Maritime Product Innovation Talks.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 34

7. Workshop Nasional Sinergitas Pengembangan Produk Inovasi Kelautan dan Perikanan Kegiatan ini dilaksanakan pada 18 September 2018 di Hotel Grand Tulip Pasar Baroe Jakarta. Kegiatan workshop nasional dihadiri oleh K/L Pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pelaku usaha dan innovator produk se Indonesia. Tujuan kegiatan workshop nasional meliputi: 1. Meningkatkan hilirisasi produk kelautan dan perikanan yang berasal dari pemda, PTN dan litbang melalui sinergitas dan kemitraan antara innovator dengan pelaku usaha 2. Mendorong K/L, pemda, pelaku usaha dan peserta berkontribusi mendorong tumbuhnya industri manufaktur berbasis SDA kelautan dan perikanan. Output pertemuan adalah penyusunan rekomendasi hilirisasi produk inovasi kelautan dan perikanan dan pembentukan forum komunikasi innovator produk kelautan dan perikanan se Indonesia. Berdasarkan hasil workshop nasional direkomendasikan hal-hal berikut: 1. Penguatan hilirisasi produk inovasi perikanan dan kelautan yang berasal dari innovator baik perseorangan, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pelaku usaha serta lembaga penelitian dan pengembangan perlu didukung oleh seluruh pihak; 2. Hilirisasi produk inovasi kelautan dan perikanan dilaksanakan melalui sinergitas dan kemitraan antara innovator dengan pelaku usaha dan mitra lainnya yang didorong dan difasilitasi oleh Kementerian/Lembaga terkait. 3. Telah dilakukan deklarasi pembentukan Forum Koordinasi Innovator Produk Kelautan dan Perikanan pada 18 September 2018. Rencana tindak lanjut meliputi: 1. Penyusunan database innovator produk kelautan dan perikanan; 2. Penyempurnaan struktur dan fungsi kerja kelembagaan Forum Koordinasi Innovator Produk Kelautan dan Perikanan. 8. Pelaksanaan Pilot Project Bekraf Digital Entrepreneur (BDE) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Produk Kelautan dan Perikanan Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 November 2018 di Provinsi Bangka Belitung. Mempedomani Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri dan Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Road Map e-Commerce) Tahun 2017-2019. Berdasarkan hasil kegiatan tersebut, disimpulkan bahwa untuk memperkuat daya saing produk kelautan dan perikanan melalui e-commerce, antara lain melalui: 1. Sinergisitas program terkait digital marketing antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dengan dukungan Aksi Nusantara serta market place e-commerce (Shoppee, Bukalapak dan sebagainya).

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 35

2. Metode evaluasi BDE yang terukur dapat dijadikan salah satu tolak ukur kinerja kedua instansi terkait pemberdayaan UKM produk kelautan dan perikanan. 3. Sinergisitas program antara Bekraf dan KKP terkait UKM serta industri kreatif produk kelautan dan perikanan, dapat diperluas dengan program lainnya yang saling terkait. 4. Upaya awal yang dapat dilakukan salahsatunya melalui sosialisasi pada Marine and Fisheries Business and Investment Forum KKP dan dialog dengan Direktorat Pemasaran KKP, yang dilanjutkan dengan kolaborasi program antara kedua instansi. G. Pengelolaan Perikanan Keramba Jaring Apung di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu, 23 Mei 2018, gedung Kemenko Kemaritiman. Rapat koordinasi dipimpin oleh Menko Bidang Kemaritiman. Agenda rapat ini adalah untuk membahas mengenai pembersihan Sungai Citarum terutama terkait dengan penataan keramba jaring apung di 3 waduk yang ada di Citarum. Pada pembahasan beberapa rekomendasi dan arahan dari Menko Kemaritiman adalah: 1. Masalah keramba jaring apung ini harus menjadi perhatian bersama-sama baik Pemerintah Pusat maupun daerah. Harus dicari solusinya untuk kepentingan nasional. 2. Jika waduk ini harus dikosongkan dari keramba jaring apung, maka para petani harus dicarikan alternatif pekerjaan yang lain untuk mata pencahariannya. 3. Dalam mencari solusi atas penyelesaian masalah ini, pemerintah bukan hanya sekedar melarang atau membatasi, karena jangan sampai lapangan pekerjaannya dihilangkan. Tetapi, pemerintah juga tidak menginginkan keramba jaring apung ini menjadi tempat pabrik stunting. 4. Agar dilakukan pembatasan keramba jaring apung sesuai SK Bupati Purwakarta, harus ada ketegasan dan pengaturan terkait kepemilikan keramba, penggunaan teknologi dan pangan yang diberikan. Untuk kedepannya, perlu diatur dalam bentuk Peraturan Daerah (PERDA). 5. Harus ada sinergitas antara Satgas Citarum dan Satgas yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah. 6. Agar dilakukan kajian tentang besaran yang bisa diperoleh dari CSR terhadap waduk, hal ini akan dikomunikasikan dengan Menteri BUMN. H. Koordinasi Teknis Penanganan Karamba Jaring Apung (KJA) di DAS Citarum Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 5 Juli 2018, bertempat di Kantor PLTA Dago, Bandung. Koordinasi dipimpin oleh Asdep Pendidikan dan Pelatihan Maritim Deputi SDM, Iptek dan Budaya Maritim. Agenda rapat ini adalah untuk membahas mengenai: 1. Keputusan bersama mengenai penertiban KJA dan 2. Solusi Teknis yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah KJA (pembaharuan data), cara penertibannya, dan solusi alih profesinya

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 36

Dari pelaksanaan rapat koordinasi ini diharapkan menetapkan kebijakan zero KJA dan penanganan paska penertibannya dengan resiko seminimal mungkin. Selain itu, diperlukan juga peraturan yg bisa melingkupi semua kegiatan secara terstruktur dan dapat digunakan sebagai payung hukum yang baik. Pada pemaparan pimpinan rapat disampaikan bahwa Kemenko Kemaritiman sesuai dengan tugas dan fungsi mengoordinasikan serta mensikronasikan, dan juga melakukan pengendalian penanganan sampah di DAS Citarum. Terkait dengan isu pembersihan KJA pada sungai seperti yang telah dilakukan di Cirata, yang menjadi perhatian adalah alih profesi bagi warga yang terdampak. Pemutakhiran data dan sumber anggaran yang digunakan dalam pengelolaan KJA perlu dikoordinasikan apakah menggunakan dana APBN/D, CSR, filantrophy dll. Ucuan utama setiap kegiatan dalam pengelolaan Citarum adalah Perpres 15/2018. Rekomendasi atau tindak lanjut yang akan dilakukan adalah: 1. Persoalan KJA sepakat untuk di zero kan secara bertahap kemudian akan ada aturan lainnya dengan diskusi/kajian dari berbagai stakeholder. 2. Permenko nantinya dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk mendukung teknis pelaksanaan di bawah Gubernur khususnya Wakil Satgas Penanganan Ekosistem (di bawah Pangdam) 3. Pasal 9 ayat 2 Perpres 15/2018 bisa menjadi dasar untuk gakkum terhadap industri (Kerjasama dengan satgas yg termaktub dalam Perpres). Untuk industri benih dan pakan illegal dasar hukum penertibannya oleh Satgas bisa menggunakan Pasal Illegal Fishing, selain itu waduk perlahan-lahan akan diberikan “hak” hukumnya. I. Pengendalian Kebijakan Tata Kelola Garam Pengendalian kebijakan tata kelola garam dilakukan dengan menyelenggarakan beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Koordinasi Lanjutan Progres Ekstensifikasi Ladang Garam di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Kegiatan ini dilaksanakan 1 Agustus 2018 bertempat di bertempat di ruang rapat lantai 2 Selatan Kemenko Kemaritiman. Kesimpulan hasil rapat adalah sebagai berikut: a. Hasil identifikasi penguasaan lahan eks tanah terlantar tersebut seharusnya diklarifikasi terlebih dahulu di lapangan bersama-sama dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat yang dihadiri oleh Kepolisian Daerah NTT. b. Tim yang beranggotakan personil dari Kemenko Kemaritiman, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) NTT, Bupati Kupang, Komandan Resort Militer (Danrem) Kupang, Kanwil BPN Provinsi NTT dan Kantor BPN Kupang akan segera turun ke lapangan dan bekerja secara terintegrasi dan terpadu untuk melakukan pendataan dan evaluasi lahan garam eks tanah terlantar 225 ha yang bermasalah dalam satu minggu kedepan.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 37

2. Koordinasi Percepatan Penyelesaian Permasalahan Ladang Garam di Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS) Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2018 di ruang rapat lantai 2 Selatan gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat koordinasi bertujuan mempercepat penyelesaian permasalahan ladang garam di Kabupaten TTU dan Kabupaten TTS Provinsi NTT yang dikelola oleh PT Tamaris Garam Nusantara (TGN). Rapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Di Kabupaten TTS, PT TGN telah memperoleh Izin Lokasi seluas 1.388 ha dari 2.239 ha Izin Prinsip yang diajukan. Adapun di Kabupaten TTU, total areal yang diperoleh oleh PT TGN seluas 868,71 ha dari 1.975,14 ha yang diajukan. Dari total yang diperoleh tersebut, 719,94 ha berstatus “Disetujui” dan 148,77 ha “Disetujui Bersyarat”. 2. Areal transmigrasi SP1 yang direncanakan untuk tambak garam kondisinya sangat kering. Masyarakat sudah 4-5 tahun gagal tanam karena tidak tersedianya air. 3. Pada setiap proses kegiatan, PT TGN selalu melibatkan masyarakat agar tidak terjadi konflik antara pemilik lahan, tokoh adat, pemerintah desa, dan perusahaan, seperti dalam kegiatan penandaan batas izin lokasi dan identifikasi kepemilikan lahan. Atas kesimpulan rapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan rapat koordinasi di Kupang dalam rangka penyelesaian permasalahan ekstensifikasi lahan-lahan garam di Provinsi NTT, termasuk lahan garam di Kabupaten TTU dan Kabupaten TTS. 2. Koordinasi akan melibatkan seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah yang terlibat beserta seluruh pelaku usaha pergaraman di Provinsi NTT. 3. Rapat koordinasi akan dirangkaikan dengan peninjauan lapangan ke beberapa lokasi pengusahaan garam di Provinsi NTT guna membangun koordinasi dan komunikasi teknis dengan masyarakat dan pihak-pihak lainnya di lokasi. 3. Koordinasi Progres Ekstensifikasi Lahan Garam serta Rencana Pembangunan Pilot Project Garam Industri Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2018 bertempat di Kupang. Rapat koordinasi ini kemudian dilanjutkan dengan peninjauan lapangan di Kabupaten Malaka dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) pada tanggal 30 Agustus 2018. Rapat koordinasi bertujuan mempercepat penyelesaian permasalahan ekstensifikasi lahan garam di beberapa kabupaten di Provinsi NTT yakni Kabupaten Kupang, Kabupaten TTU, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Malaka, Kabupaten Rote Ndao, dan Kabupaten Nagekeo, serta rencana pembangunan pilot project garam industri di Kabupaten Kupang kerja sama antara BPPT dan PT Garam (Persero). Rapat koordinasi dan peninjauan lapangan menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 38

1. Untuk lahan 225 ha di Kabupaten Kupang sudah ada persetujuan antara PT Garam, Badan Pertanahan Nasional dan PT Timor Livestock Lestari. 2. Lahan PT Cheetham Garam Indonesia di Kabupaten Nagekeo seluas 543 ha telah dilakukan pengukuran oleh BPN. 3. Permasalahan terkait lahan di Kabupaten TTU dan Kabupaten TTS hampir sama, yaitu mengenai kepemilikan yang belum jelas. 4. Untuk lahan transmigrasi di Kabupaten TTU, Bupati belum mengetahui jika telah diserahkan oleh Kementerian Transmigrasi kepada Pemda. 5. PT Inti Daya Kencana di Kabupaten Malaka diberikan peringatan oleh Pemda agar segera berproduksi, dengan sanksi luas lahan perizinannya akan direduksi. 4. Rapat Koordinasi Pembahasan Usulan Revisi Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 Kegiatan ini dilakukan sebagai tindak lanjut hasil dari rapat koordinasi tanggal 10 Oktober 2018 di Surabaya, yaitu untuk memasukkan komoditas garam ke dalam penetapan jenis barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting sesuai Perpres 71/2015. Rapat diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2018 di ruang rapat lantai 8 Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Tindak lanjut atas kesimpulan rapat ini adalah sebagai berikut: 1. Penetapan garam dan BBM sebagai barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting oleh Menteri Perdagangan, dasarnya adalah rekomendasi/usulan dari kementerian teknis terkait, dalam hal ini KKP untuk garam dan KESDM untuk BBM; 2. Selanjutnya KKP dan KESDM diminta untuk langsung menyampaikan surat rekomendasi kepada Menteri Perdagangan; 3. Kami selanjutnya akan memantau progres penyampaian rekomendasi tersebut serta mengoordinasikan tindak lanjutnya bersama K/L terkait lainnya. Rapat koordinasi lanjutan akan dijadwalkan setelah kami mendapat konfirmasi lebih lanjut dari pihak KKP dan KESDM. J. FGD Kajian Daya Dukung dan Penetapan Zonasi untuk Budidaya Ikan dalam KJA di Danau Toba FGD mempresentasikan hasil penelitian kajian daya dukung dan penetapan zonasi untuk budidaya ikan dalam Karamba Jaring Apung (KJA) di Danau Toba. Kajian ini bertujuan menghasilkan besaran daya dukung perairan danau yang realistik dan aktual untuk budidaya ikan dalam KJA dan menetapkan zonasi (tata ruang) Danau Toba untuk kegiatan perikanan budidaya dan tangkap secara berkelanjutan dan terpadu diantara pemanfaat lain tanpa menurunkan kualitas ekosistem danau. Hasil FGD Kajian Daya Dukung dan Penetapan Zonasi untuk Budidaya Ikan dalam KJA di Danau Toba adalah: 1. Kesesuaian tata letak KJA berdasarkan Perpres Nomor 81 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan sekitarnya. 2. Pengurangan beban cemar eksternal dan internal.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 39

3. Rehabilitasi atau pemulihan sumberdaya perikanan (penebaran ikan bilih dan ikan batak). 4. Keramba Jaring Apung yang menunjang untuk pariwisata, seperti untuk kuliner, pemancingan dan ikan Hias. 5. Daya dukung KJA direkomendasikan berkisar antara 45.451 – 65.095 ton ikan/tahun, rerata 56.167 ton ikan/th (untuk mencapai target kualitas air mesotrofik). K. Koordinasi Kebijakan Pengelolaan Potensi Sumber Daya Perikanan Tangkap Berkelanjutan 1. Rapat Koordinasi Subsidi Perikanan Kegiatan ini dilaksanakan pada 3 September 2018 di ruang rapat lantai 8 Gedung Kemenko Kemaritiman. Kegiatan ini sebagai Sebagai tindak lanjut kesepatan rapat koordinasi Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Kepada Nelayan, Pembudidaya dan Petambak Garam pada tanggal 18 Juli 2018 Rapat bertujuan untuk: 1. Koordinasi dan Sinkronisasi kebijakan Subsidi Kebijakan di WTO dan amanah UU 7/2016 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Nelayan, Pembudidaya dan Petambak Garam. 2. Finalisasi Kelompok Kerja Penyusunan Peraturan Presiden tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Perikanan kepada Nelayan Kecil, Pembudidaya Kecil dan Petambak Garam Kecil. 3. Pembahasan Subsidi Perikanan di Jenewa, Swiss. Rapat menghasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut: 1. Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentang Tata Cara Pemberian Subsidi kepada Nelayan Kecil, Pembudidaya Kecil, dan Petambak Garam Kecil, yang merupakan amanah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya dan Petambak Garam, harus diselaraskan atau disesuaikan dengan kebijakan- kebijakan Internasional mengenai Fisheries Subsidies yang sedang dibahas di World Trade Organization, Jenewa, Swiss. 2. Perlunya penambahan anggota Kelompok Kerja Penyusunan Peraturan Presiden. 3. Perlunya kehati-hatian dalam penyusunan rancangan Peraturan Presiden tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Kepada Nelayan, Pembudidaya Kecil dan Petambak Garam Kecil. 4. Segera dibuat surat permintaan nama dari Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing, Kementerian Kelautan dan Perikanan, untuk penetapan Kelompok Kerja Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden.

2. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Keramba Jaring Apung (KJA) Offshore Offshore aquaculture atau budidaya lepas pantai merupakan salah satu usaha

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 40

budidaya ikan dengan menggunakan teknologi tinggi, modern, dan berskala besar. Instalasi budidaya lepas pantai, perlu dirancang dengan cermat karena kondisi perairan lepas pantai yang terbuka dan memiliki cuaca ekstrim dibandingkan dengan daerah pantai. a. KJA Offshore Karimun Jawa KJA berada di wilayah lepas pantai berjarak 7 mil batas Taman Nasional Karimun Jawa sebelah selatan. Jenis komoditi yang dipelihara pada KJA Offshore tersebut yakni ikan kakap putih atau baramundi yang memiliki pangsa pasar yang lebih luas dibandingkan dengan jenis ikan lainnya, yakni Amerika, Eropa, Jepang dan Tiongkok. b. KJA Offshore di Kabupaten Pangandaran KJA yang digunakan buatan Norwegia, telah memiliki standar FAO. KJA Offshore di Pangandaran ditujukan untuk memelihara ikan kakap putih atau baramundi dengan pertimbangan bahwa ketersediaan benih untuk KJA Offshore di Pangandaran dapat dipenuhi dari Balai Benih Perikanan Air Laut Lampung dan Balai Perbenihan Pemuliaan Ikan di Sukamandi, Subang dan ikan kakap putih sangat mudah untuk dibudidayakan. Pada tanggal 24 April 2018, Presiden telah melakukan peresmian terhadap keramba jaring apung offshore di Pangandaran, PPI Cikidang, kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa barat yang ditandai dengan penebaran benih kakap putih (barramundi) Lokasi penempatan KJA Offshore, tidak berada pada posisi koordinat yang tepat, dan pada saat terjadi kerusakan terhadap KJA Offshore tersebut, tidak dilakukan perbaikan secepatnya sehingga kerusakan semakin fatal. Rekomendasi dari kegiatan ini adalah: a. Dalam penempatan KJA Offshore, perlu dilakukan pengkajian tahunan terhadap pola arus dan gelombang, berdasarkan data 5 (lima) tahunan, kemudian dilakukan estimasi untuk 10 tahun kedepan sehingga dapat diketahui sifat-sifat arus dan gelombang pada bulan-bulan tertentu. b. KJA Offshore buatan Norwegia ini, dapat dijadikan sebagai pilot project untuk pengembangan KJA Offshore di wilayah perairan yang ada di Indonesia dengan menggunakan material yang ada di Indonesia. c. Pemerintah perlu untuk mengembangkan dan mengarahkan produksi KJA buatan Indonesia untuk memiliki standar FAO. 3. Seminar Nasional Budidaya Kepiting dan Rajungan Berkelanjutan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 September 2018 bertempat di Hotel Salak Tower-Bogor dengan kesimpulan sebagai berikut: a. Permasalahan dalam budidaya kepiting dan rajungan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:  Belum adanya peraturan yang membedakan antara definisi kepiting tangkap dan budidaya.  Perizinan lahan Budidaya belum spesifik untuk budidaya kepiting bakau dan rajungan;

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 41

 Belum ada lahan khusus konservasi dengan kearifan lokal untuk kelestarian kepiting bakau dan rajungan;  Belum ada peraturan daerah yang khusus tentang pengelolaan kepiting bakau dan rajungan;  Sebaran unit pembenihan/hatchery belum merata didaerah sentra budidaya kepiting dan rajungan sehingga menyulitkan dalam pemenuhan kebutuhan benih secara kontinyu. b. Rencana tindak lanjut dalam Seminar Nasional antara lain:  Kemenko maritim akan melakukan Koordinasi dengan KKP terkait dengan Permen KP Nomor 1 Tahun 2015 dan Permen KP Nomor 56 Tahun 56 tentang Penangkapan dan atau Pengeluaran Kepiting (Scylla spp) dari Wilayah Republik Indonesia terutama pada Pasal 3 Permen KP tersebut.  Akan diadakan pertemuan lanjutan terkait hal tersebut diatas. 4. Rapat Koordinasi Penanganan Hambatan Ekspor Sirip Ikan Hiu Lanjaman (Carchahius Falciformis) Koordinasi ini dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2018 di ruang rapat lantai 8 Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Berdasarkan hasil rapat tersebut, disimpulkan bahwa untuk mempercepat solusi penerbitan kuota ekspor ikan hiu lanjaman diperlukan langkah-langkah konkret dari ketiga instansi kementerian/lembaga pemerintah sebagai berikut: a. Kemenko Kemaritiman akan mengirimkan surat kepada kementerian/lembaga terkait yang memuat ketentuan bahwa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) segera menerbitkan rekomendasi kuota tangkap ikan hiu lanjaman untuk tahun 2018 selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak tanggal surat dimaksud. b. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) agar segera berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam menyepakati mekanisme kerjasama terkait pelaksanaan kuota ikan hiu lanjaman dan tata niaganya serta pelaksanaan mandatory sesuai dengan dokumen Non Detrimen Finding (NDF). Hasil kesepakatan bersama tersebut selanjutnya harus disampaikan kepada LIPI.

5. Rapat Koordinasi tentang Subsidi Perikanan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Oktober 2018 bertempat di hotel Mercure Sabang, Jakarta Pusat. Rapat menghasilkan kesimpulan Langkah pencegahan overcapacity dan overfishing, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 42

Bidang Penanaman Modal yang memuat moratorium investasi asing pada usaha perikanan tangkap. Tindak lanjut dari pertemuan ini adalah sebagai berikut: a. Persiapan Penyusunan Notifikasi dalam pertemuan Incubator group pada akhir Oktober dan Cluster November, the Negotiating Group on Rules (NGR) Fisheries Subsidies. b. Akan dilakukan disusun rancangan regulasi mengenai tata cara pemberian subsidi perikanan yang searah dan sejalan dengan regulasi subsidi perikanan di WTO. c. Untuk penyusunan rancangan regulasi tersebut telah dibentuk Kelompok Kerja dengan melibatkan Kementerian/ Lembaga terkait. L. Focus Group Discussion Infrastruktur Industri Pengolahan Perikanan Tujuan pelaksanaan FGD ini adalah untuk memberikan solusi atau jalan keluar terbaik untuk permasalahan-permasalahaan pengolahan perikanan, khususnya infrastruktur pengolahan. Kebutuhan sarana prasarana seperti listrik, air dan jalan di sentra sentra perikanan harus dapat dicukupi oleh pemerintah. Sehingga harapan kita industri pengolahan perikanan dapat berkembang lebih baik lagi dan dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian national. Adapun kesimpulan yang didapatkan melalui koordinasi ini adalah sebagai berikut: 1. Sinkronisasi kebijakan antara pemerintah Pusat dan daerah sehingga tidak membingungkan dunia usaha 2. Perlunya daftar/list dan Road Map kebutuhan infrastruktur infrastruktur Industri Perikanan sehingga kementerian terkait dapat memprioritaskan pembangunannya. 3. Kementerian teknis terkait akan membantu atau mendukung pembangunan fasilitas infrastruktur selala sesuai dengan arahan atau kebijakan KKP. 4. Keterlibatan Pemerintah Daerah dalam penyediaan infrastruktur sebagai bentuk komitmitemen untuk kontribusi Pembangunan. M. Monitoring Penyelesaian Permasalahan Arwana PT Salmah Arowana Lestari Kegiatan tinjauan lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 6–9 November 2018 dengan tujuan kunjungan lapangan adalah untuk melakukan monitoring rekomendasi penyelesaian permasalahan arwana PT SAL tersebut. Berdasarkan hasil kunjungan lapangan diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pengambilan air untuk keperluan penangkaran arwana berada di luar kawasan Tahura SSH. Namun mengingat PT SAL dan para penangkaran arwana sangat bergantung pada kelestarian Tahura SSH sebagai sumber air, maka PT SAL dan para penangkar arwana diharapkan berkontribusi dalam upaya pelestarian Tahura SSH. Untuk itu akan dilakukan perjanjian kerjasama antara Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Tahura SSH dengan PT SAL dan para penangkar lain dalam rangka penguatan Tahura SSH (sesuai dengan Peraturan Menteri LHK Nomor 44 Tahun 2017 tentang Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam). Mekanisme kerjasama ini akan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 43

dibahas lebih lanjut dengan instansi terkait di daerah dan Balai Besar KSDA Provinsi Riau. 2. Balai KSDA Provinsi Riau akan memaparkan tentang ketentuan Permen LHK Nomor 85/2017 dan Permen LHK No.44/2017 kepada PT SAL dan beberapa contoh Kesepahaman Bersama dalam pengelolaan kawasan konservasi (misal dengan PLN). 3. PT SAL dan Balai KPHP SSH selaku pengelola kawasan baru menyusun Blok Tahura SSH, telah melakukan beberapa kali pertemuan untuk merumuskan mekanisme kerjasama tersebut. Namun sampai saat ini belum terwujud Nota Kesepahaman secara resmi. 4. Sampai saat ini belum dilakukan penataan blok dan desain tapak Tahura SSH (sesuai dengan Peraturan Menteri LHK No. 76/2015 Tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata Alam, dan Taman Hutan Raya). Salah satu tahap penting dalam penataan Blok dan desain tapak harus dilakukan pembahasan/konsultasi publik. 5. Akan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan usaha penangkaran arwana disekitar Tahura SSH yang dilakukan secara bersama-sama antara Balai Besar KSDA Riau, UPT KPHK Minas Tahura SSH, instansi terkait di tingkat Provinsi dan para penangkar.

3.2.4. Pengembangan Pariwisata Nasional A. Koordinasi Kebijakan Pengembangan 10 Destinasi Parawisata Prioritas Khususnya Bromo Tengger Semeru Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2 Maret 2018 bertempat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, dengan tujuan untuk mempersiapkan dan menyinkronkan rancangan akhir Peraturan Presiden tentang Pembentukan Badan Otorita Pariwisata (BOP) Bromo-Tengger-Semeru dan Wakatobi sebelum disampaikan ke Sekretariat Kabinet untuk ditandatangani oleh Presiden. Rapat menghasilkan kesimpulan dan keputusan sebagai berikut: 1. Dalam jangka waktu satu minggu, Kementerian Pariwisata harus telah selesai menyusun Panitia Antar Kementerian (PAK) yang terlibat dalam penyusunan rancangan Peraturan Presiden sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 2. Rapat menyepakati bahwa hanya Kementerian/ Lembaga yang memang terlibat sejak awal dalam penyusunan rancangan Peraturan Presiden saja yang menjadi anggota PAK sedangkan unsur pemerintah daerah tidak. 3. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sekretariat Kabinet akan segera menyinkronkan isi dan legal drafting rancangan Peraturan Presiden tentang Pembentukan Badan Otorita Pariwisata (BOP) Bromo-Tengger-Semeru dan Wakatobi dengan rancangan Peraturan Presiden tentang Pembentukan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 44

Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo yang telah lebih dahulu selesai dan akan segera dinaikkan kepada presiden. B. FGD Percepatan Pengembangan Destinasi Pariwisata KSPN Ujung Kulon – Tanjung Lesung dan Sekitarnya Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa 27 Maret 2018 di Tanjung Lesung Pandegelang, Banten. FGD tersebut dihadiri oleh Dewan Nasional KEK, Kemenko Kemaritiman, Kementerian Pariwisata, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Agensi Kapal Cruise, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pemerintah Daerah. Isu yang dibahas adalah: 1. Banten berada di tengah pusaran Ekonomi Indonesia , terletak di antara konsentrasi 80% ekonomi di Jawa dan Sumatra 2. Selat Sunda merupakan ALKI I dan 1 dari 4 Choke Points di perairan Indonesia 3. Tangerang berimpitan dengan DKI Jakarta, tempat perpusaran uang di Indonesia 4. Pertumbuhan Kunjungan Wisman ke Indonesia meningkat 3x dibandingkan dengan pertumbuhan regional dan global Kendala yang dihadapi adalah: 1. Kapasitas Pelabuhan masih kurang bagi dunia usaha 2. Tingkat kerusakan jalan lebih tinggi daripada rata-rata nasional 3. Fungsi kereta api untuk transportasi barang kurang dimaksimalkan, rute kereta api double track masih terbatas dan diutamakan untuk transportasi penumpang 4. Biaya tenaga kerja mahal (upah minimum, rata-rata upah bulanan, dan premi upah tinggi) 5. Keterampilan dan etos tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha 6. Tingkat kemiskinan dan ketimpangan di Banten meningkat, khususnya di pedesaan 7. Sektor pertanian belum optimal menyerap tenaga kerja di pedesaan Pemecahan masalah dari kendala tersebut adalah: 1. Meningkatkan infrastruktur, kualitas lingkungan, melibatkan masyarakat 2. Modal Dasar Hebat, “Murah”, Melibatkan Masyarakat 3. “Single Destination, single management” 4. Kontribusi Provinsi Banten terhadap Perekonomian Nasional dan Kondisi Kesejahteraan 5. Target 20 juta wisatawan Internasional pada 2019 6. PP 3/2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan PSN

C. Koordinasi Pengkajian, Perlindungan dan Konservasi Situs Bawah Air, Kerangka Pesawat Tempur Amerika P-38 Lightning Rapat Koordinasi Pengkajian, Perlindungan dan Konservasi Situs Bawah Air, Kerangka Pesawat Tempur Amerika P-38 Lightning yang dilaksanakan pada tanggai 27 April 2018 di -Sulawesi Seta-tan tentang Pengkajian, Perlindungan dan Konservasi Situs Bawah Air, Kerangka Pesawat Tempur Amerika P-38 Lightning.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 45

Kesimpulan hasil rapat adalah sebagai berikut: 1. Posisi Pesawat Tempur Amerika P-38 Lightning berada di kedalaman 24 meter di bawah air, di Perairan Putau Lae-Lae, Sulawesi Selatan; 2. Berdasarkan informasi Bari Pushidrosal, lokasi berada di lokasi ranjau sehingga terlindungi dengan cara dihubungkan dengan keselamatan navigasi; 3. Pushidrosal akan menerbitkan notice to marines untuk Pesawat Tempur Amerika P-38 Lightning, agar terlindungi dart orang-orang yang tidak bertanggungjawab; 4. Pesawat Tempur Amerika P-38 Lightning perlu ditetapkan sebagai historical wreck agar dapat menjadi salah satu tujuan wisata di Provinsi Sulawesi Selatan. D. Pengembangan BOP Borobudur 1. Koordinasi Teknis Persiapan Rakor Dewan Pengarah BOP Borobudur Masalah alih status lahan (HPL), dengan status tanah sekarang sebagai hutan produksi diperkirakan membutuhkan waktu hingga februari 2019 untuk berubah status menjadi HPL. Untuk pembuatan izin usaha wisata alam di lahan produksi dibutuhkan kelayakan status hutan, yang memerlukan AMDAL untuk percepatan proses penerbitan HPL. Aksesbilitas menuju lokasi BOP di purworejo dari bandara membutuhkan waktu 2,5 jam, begitu juga dengan kulonprogo jarak waktu tempuh yang cukup lama hampir 2 jam. Dengan lamanya aksesbilitas ini kurang mendukung untuk proses promosi, yang seharusnya maksimal hanya 45 menit. Kepastian zona koordinatif dan jumlah lahan milik badan otorita harus di state dalam RPerpres Borobudur. Kawasan hutan saat ini statusnya kawasan hutan lindung, adapun tahapan pelepasan kawasan hutan lindung diturunkan menjadi hutan produksi kemudian baru dilepas untuk dikelola. Sebelum terbentuk BLU, sebaiknya menggunakan mekanisme UPT . Skema pengolahan lahan yaitu dengan kombinasi tukar menukar dan kerja sama. Dengan catatan penggantian lahan tukar menukar 1:2. Tindak lanjut terkait BOP Borobudur; Rangkaian Kegiatan Rakor akan di lanjutkan dengan Malam Budaya Peluncuran Badan Otorita Pariwisata Borobudur di Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah pada tanggal 9 Februari 2018 pada pukul 18.30 – 20.30 WIB yang diawali dengan makan malam bersama. Kegiatan Malam Budaya Peluncuran Badan Otorita Pariwisata Borobudur akan banyak melibatkan Budayawan dan Entitas Budaya lokal. 2. Pengembangan Kawasan Otorita Borobudur Provinsi Jawa Tengah telah menyusun rencana pengembangan pariwisata sehingga diharapkan dapat sinkron dengan kehadiran BOB. Beberapa Kabupaten menunggu kehadiran tim BOB ke daerahnya untuk koordinasi Perencanaan. Beberapa poin yang dihasilkan pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: a. Daerah ini merupakan tujuan wisata yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang. Satu dari 4 DTW yang dikelola oleh UPT selain mengelola daerah tujuan wisata Bukit Cinta ini, Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang juga mengelola DTW Palagan, DTW Kedungsongo dan DTW Munjul;

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 46

b. Pemerintah Kabupaten Semarang hanya mengutip retribusi ketika masuk kawasan sedangkan atraksi dalam kawasan seperti Susur Rawa di Danau Rawapening dikelola oleh penduduk setempat; c. Pemeliharaan danau dilakukan oleh BWS Jamali Juana satuan kerja dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; d. Problem utama adalah pertumbuhan Eceng Gondok yang tinggi; e. Penataan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat (2018) oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya ada di dua titik yaitu penataan kawasan Bukit Cinta dan penataan kawasan Jembatan Biru. f. Sedangkan dukungan yang akan dilakukan oleh Kementerian Perhubungan (2018) melalui Balai Teknik Pengembangan Perekreratapian Jawa Tengah adalah pembangunan shelter di Rawapening; g. Kawasan segitiga emas Bawen memiliki potensi atraksi wisata antara lain paralayang di Telomoyo, sunrise di Tlogo, sunset di Banaran, susur rawa di Danau Rawapening, Museum Kereta Api Ambarawa, Museum Palagan, serta Kereta Wisata Ambarawa-Tuntang. Adapun tindak lanjut yang dapat dilaksanakan adalah: a. Perencanaan terpadu pengembangan Pariwisata di kawasan Segitaga Emas Bawen; b. Koordinasi perencanaan secara komprehensif penataan Potensi Danau Rawa Pening; c. Melibatkan stakehiolders yang lebih luas. 3. Tata Ruang Kawasan Otoritatif Badan Otorita Borobudur Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2017 Tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur berisi: Menetapkan bahwa Kawasan seluas 50 Hektar diberikan hak pengelolaan kepada Badan Otorita Borobudur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sesuai RT/RW Kab. Purworejo 2011- 2031 seluas 298,48 Hektar merupakan kawasan hutan produksi terbatas sesuai SK No. 359/MenHut-II/2004 (Luas total kawasan hutan Kabupaten Purworejo 7.929 Hektar). Revisi RT/RW Kabupaten Purworejo Kawasan hutan merupakan satu dari lima muatan strategis dalam RT/RW Kabupaten yang akan dievaluasi oleh Kementerian ATR. Sesuai Revisi RTRW Kab Purworejo 2011-2031 seluas 298,48 Ha merupakan kawasan Hutan Produksi. Dalam revisi RT/RW kawasan hutan mengacu pada SK No 2215/MenLHK PKTL/KUH/PLA.2/4/2017 tanggal 10 April 2017 (luas Total Kawasan Hutan Kabupaten Purworejo 7.758 Ha). Perubahan peruntukan/pola ruang kawasan hutan berisi: Perubahan peruntukan/pola ruang kawasan hutan mengikuti ketentuan Kementerian yang menangani bidang Kehutanan (Kementerian LHK). Perubahan peruntukan kawasan hutan harus didahului dengan pelepasan kawasan hutan. Kabupaten Purworejo akan menyesuaikan seluruh perubahan aturan terkait dengan kawasan hutan.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 47

Adapun tindak lanjut yang akan dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan ini adalah menurunkan Status Kawasan Hutan Produksi (SK Menhut) menjadi Status dibawahnya yaitu Area Penggunaan Lainya (APL) dan Pemerintah Kabupaten Purworejo akan menindaklanjuti perubahan tersebut dengan menetapkan kawasan otoritatif menjadi kawasan pariwisata. Status kawasan Tetap sebagai kawasan hutan produksi terbatas. Pemerintah Kabupaten akan menindaklanjuti dengan menetapkan kawasan otoritatif tersebut sebagai kawasan hutan produksi terbatas dengan menetapkan ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang diperbolehkan untuk kegiatan pariwisata alam. Pemerintah Kabupaten berharap dari Kementerian LHK dapat memberikan rekomendasi terkait dengan peraturan zonasi tersebut. 4. Koordinasi Lahan Otoritatif dan Lahan Pengganti dengan Badan Otorita Borobudur Badan Otorita Borobudur telah melaksanakan Rapat Rekomendasi dengan Gubernur Jawa Tengah terkait Tukar Menukar Kawasan Hutan (TMKH) BOB dengan hasil rekomendasi BOB diminta memenuhi syarat teknis dan syarat administrasi TMKH untuk mendapatkan rekomendasi Gubernur Jateng serta Perum Perhutani meminta alternatif lahan tambahan untuk menghindari adanya masalah sosial. Beberapa hasil dari koordinasi ini adalah: a. Telah dilaksanakan peninjauan alternatif lahan pengganti di Kebun Merbuh, Kabupaten Kendal dengan hasil sebagai berikut: Afdeling kaliwaringin Blok Kesruk seluas 32,23 Ha, Afdeling kaliwaringin Blok Margosari seluas 66,10 Ha, Afdeling kaliwaringin blok Monggang seluas 26,10 Ha. b. Terkait dengan tindak lanjut kawasan otoritatif, Badan Otorita Borobudur telah menyelesaikan pengukuran ulang lahan dan citra satelit namun hasil zonasi dan hasil visioning tidak sesuai dengan kondisi kontur lapangan sehingga perlu penajaman hasil zonasi visioning sesuai dengan kontur lahan. c. Mengenai pembangunan jalur alternatif jalur cepat dari Bandara NYIA ke Borobudur yang melalui Kawasan Otoritatif ada beberapa opsi penganggaran yaitu dikerjakan oleh KemenPUPR pada tahun anggaran 2018, diusulkan peningkatan kapasitas oleh Dinas PU Jateng melalui mekanisme DAK 2019 atau diusulkan melalui DAK 2019 oleh Kab. Purworejo. d. Proses penerbitan HPL lahan 50 ha masih dalam proses penerbitan surat rekomendasi dari Gubernur Jateng tentang TMKH BOB sedangkan syarat penerbitan rekomendasi status lahan pengganti harus clean and clear. e. Sesuai amanat Pasal 24 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2017 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur telah dilaksanakan rapat finalisasi naskah MoU di kantor Perhutani pada 18 Oktober 2018 dan telah direview oleh Biro Hukum Kemenpar sehingga dalam waktu

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 48

dekat penandatangan MoU antara BOB dengan Perum Perhutani dapat terlaksana. f. Tim melaksanakan peninjauan lapangan ke kawasan wisata hutan magrove pantai Baros, yang terletak di desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul sekaligus melakukan kegiatan penanaman tanaman-tanaman bakau bersama dengan komunitas Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI). E. Seminar Nasional Bentang Laut Lesser dan Bismarck Solomon Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 13 September 2018 di IPB International Convention Centre, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Kemenko Kemaritiman dan IPB. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara rutin tahunan Deputi SDA dan Jasa dalam rangka sinergitas penguatan peran universitas dalam pengelolaan sumber daya kemaritiman dengan output berupa buku. Kesimpulan dan rekomendasi adalah: 1. Masyarakat diharapkan semakin paham terhadap pentingnya keberadaan dua bentang laut ini bagi Indonesia secara ekonomi, sosial, politik, pertahanan dan keamanan serta kedaulatan dan keutuhan bangsa; 2. Kemenko Kemaritiman melalui Kedeputian Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa berinisiatif untuk terus memberikan pemahaman yang mendalam baik dilevel masyarakat, pemerintah, NGO dan pihak terkait lainya; 3. Kemenko Kemaritiman juga melakukan advokasi dan pendampingan terhadap masyarakat akan fungsi dan peran dari keberadaan Lesser Sunda dan Bismarck Solomon; 4. Kemenko Kemaritiman melakukan seminasi konsep, ide dan gagasan, serta proses dan kemajuan pelaksanaan tata kelola ruang seascape untuk meningkatkan pengetahuan maritim. F. Pengembangan KSPN Danau Toba 1. KSPN Danau Toba Koordinasi Dewan Pengarah Badan Otorita Pariwisata Danau Toba terkait Pembahasan Perkembangan Pengelolaan KSPN Danau Toba yang dilakukan pada awal Januari, disepakati beberapa hal sebagai berikut: a. Memberikan jaminan kepada para investor. b. Pembangunan infrastruktur yang berada di dalam kawasan Sibisa. c. Kepala daerah harus fokus terhadap penanganan permasalahan kebersihan dan lingkungan. d. Mensosialisasikan kawasan Sibisa kepada masyarakat, terutama dalam hal pembebasan lahan dan jalan. Di samping itu, sudah ada 7 (tujuh) perusahaan/ investor yang akan membangun hotel di kawasan Sibisa. Tindak lanjut yang disepakati untuk pengembangan KSPN Danau Toba yaitu: a. Pembangunan infrastruktur harus berkualitas, kepada para bupati dihimbau agar melakukan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaanya.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 49

b. Kementerian Perhubungan ditunjuk untuk mengkoordinasikan terkait perhitungan kebutuhan Kapal Feri. Hasil dari perhitungan tersebut dapat diselesaikan dan dilaporkan dalam 1 (satu) bulan kedepan. c. Menyetujui program Integrated Tourism Development Program. d. Dana Alokasi Khusus (DAK) Pariwisata akan dibahas pada tahun 2019. e. Terkait pengembangan kawasan Borobudur, akan diadakan rapat koordinasi di Borobudur dengan format rapat koordinasi sama seperti yang dilaksanakan di Danau Toba. Kepada Direktur Utama Badan Otorita Borobudur, diperintahkan untuk menyusun dan menginventarisasi poin-poin penting perkembangan pariwisata di Borobudur. f. Pada akhir Januari atau awal Februari 2018, diharapkan sudah ada pertemuan awal dengan Badan Otorita Borobudur di Yogyakarta. 2. Koordinasi dengan Para Stakeholder di Danau Toba Tujuan kegiatan ini untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus diambil dalam menentukan status Sekolah Tinggi Agama Negeri Tarutung di Kabupaten Tapanuli Utara. Saat ini, banyaknya Gereja yang memiliki Sekolah Tinggi Teologi sendiri, kehadiran Sekolah Tinggi Agama Negeri semakin terpinggirkan. Rapat membahas perubahan Sekolah Tinggi Agama Negeri Tarutung di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi Universitas Negeri berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian terkait Kabupaten Samosir dan koordinasi terkait humas dengan Bada Otoritas Pariwisata Danau Toba (BODPT). Perihal yang harus dilakukan agar Sekolah Tinggi Agama Negeri terus berlanjut, maka harus terjadi perubahan status dari Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan menjadi Universitas Negeri. Selain itu dilakukan juga pembahasan lain sebagai berikut: a. Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir dapat berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk mencontoh pertanian di Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah maju. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Humbang Hasundutan dapat menyediakan lahan seluas 20.000 hektar untuk bercocok tanam. b. Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba (BOPDT) diminta agar menggencarkan promosi untuk Danau Toba. Central Development Bank (CDB) yang tertarik untuk berinvestasi dari CDB dalam pembangunan Tugu KM. 3. Koordinasi Pembahasan Perkembangan Pengelolaan KSPN Danau Toba Kegiatan ini membahas tentang pengembangan pariwisata Danau Toba, Zonasi Otorita, Aksessibilitas danau dan laut Yang dipaparkan oleh Menteri Pariwisata dan Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba. Tindak lanjut yang akan dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut: a. Tindak lanjut perkembangan Badan Otorita Pariwisata Danau Toba b. Pada rapat kali ini akan dibahas hal-hal yang bersifat teknis yang akan dijelaskan oleh MenteriPariwisata dan Menteri PPN/ Kepala Bappenas

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 50

c. Penanganan manajemen industri pariwisata di pemerintahan pada 3 tahun belakangan ini lebih kompak, lebih terbuka dan lebih profesional sehingga bisa dilihat kemajuannya d. Perkembangan destinasi pariwisata di Indonesia, yaitu ada 10 KSPN dan terdapat 4 kawasan prioritas yang harus diselesaikan pada tahun 2018. Kawasan tersebut adalah Danau Toba, Borobudur, Mandalika dan Labuan Bajo e. Bandara Silangit akan terus dilakukan perbaikan, kondisi existing sekarang ini kapasitasnya 280.000 penumpang dan diharapkan meningkat menjadi 400.000 penumpang dalam beberapa tahun ke depan. 4. Field Visit dan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Pariwisata melalui Akselarasi di 4 (Empat) Destinasi Pariwisata Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing daerah, yaitu di Danau Toba, Borubudur, Banyuwangi, dan Mandalika, yang dilaksanakan pada tanggal 22 – 26 Juli 2018. Kegiatan ini dihadiri oleh usaha kecil/UMKM di sekitar kawasan pariwisata, tokoh masyarakat, komunitas budaya setempat, dinas pariwisata provinsi dan kota/kabupaten, BAPPEDA provinsi, dan Kementerian/Lembaga yang terkait. Beberapa hasil dari kegiatan Focus Group Discussion (FGD) antara lain: a. Taman Wisata Candi (TWC) sedang mengembangkan 1 (satu) pintu dimana 4 (empat) atraksi dijadikan 1 (satu) paket dengan diberikan harga diskon. TWC bekerja sama dengan PT. Telkom; b. Daerah Borubudur, Prambanan, Jawa Tengah, dan DIY integrated tourism master plan nya dikerjakan bulan lalu; c. Diharapkan dapat dilakukan kegiatan sertifikasi, agar mencapai standard yang terpenuhi dan meningkatkan profesionalisme kepada pengusaha di bidang pariwisata; d. Kementerian Pariwisata sudah memiliki Tim Percepatan dibagian kuliner untuk mencari tahu makanan khas dari suatu daerah; e. Diperlukan bantuan dan kerjasama dari Pemda, bidang akademis, dan para pelaku usaha daerah setempat untuk mengembangkan destinasi wisata ini. f. Kementerian Pariwisata berada di peringkat C, sehingga ruang lingkupnya dibatasi. Oleh sebab itu, Kemenpar meminta tolong agar Kemenko Maritim dapat membantu dalam membantu mengkoordinasikannya.

G. Koordinasi Mengenai KEIT Bekapur Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2018 yang dipimpin oleh Deputi Koordinasi Bidang Infrastruktur, Kemenko Maritim. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta dari beberapa instansi, meliputi: Perwakilan Direktor Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri, Kementerian Perindustrian, Perwakilan Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Perwakilan Deputi Bidang Kemaritiman, Sekretariat Kabinet,

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 51

Perwakilan Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, BPPT, Kepala Bappeda Karawang, Perwakilan Bappeda Bekasi, dan KADIN. Keputusan rapat berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati ialah: 1. Bekapur akan diajukan terlebih dahulu sebagai salah satu Kawasan Strategi Nasional. 2. BLU Kawasan di bawah sebuah Kementerian, disarankan Kementerian Perindustrian dan terdapat Dewan Pengarah (Kementerian Koordinator). 3. Lahan Otoritatif Stakeholder terkait akan menyiapkan draft secara parallel mengenai: batasan/ruang lingkup dan tata kerja/struktur organisasi.

H. Koordinasi Kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) Koordinasi Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan BVK diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 14 Agustus 2018 di ruang rapat lantai 2 Selatan gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Agenda ini bertujuan untuk membahas rencana evaluasi pelaksanaan kebijakan BVK dan dampaknya terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Evaluasi perlu dilakukan mengingat pelaksanaan BVK sudah berjalan kurang lebih dua tahun seperti negara-negara lain yang juga menerapkan BVK. Kesimpulan dan rekomendasi: 1. Perlu dilakukan kajian menyeluruh yang melibatkan kementerian/lembaga terkait dalam rangka evaluasi kebijakan BVK; 2. Perlu juga dilakukan kajian terkait dampak kebijakan BVK terhadap perekonomian negara; 3. Berdasarkan Perpres Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan, kiranya sesuai tupoksi untuk evaluasi kebijakan Bebas Visa Kunjungan dapat ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM yang berada di abwah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Polhukam.

I. Koordinasi Pembangunan Infrastruktur dan Kawasan Pariwisata di Sumatera Barat Melalui koordinasi ini dihasilkan usulan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten- kabupaten di Sumatera Barat 1. Pembangunan jalan akses Pelabuhan Teluk Tapang – Bungo Tanjung, Kabupaten Pasaman Barat 2. Pembangunan jembatan Nagari Katiagan Mandiangin, Kabupaten Pasaman Barat 3. Pembangunan KEK Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Kepulauan Mentawai 4. Peningkatan jalan Trans Mentawai, Kabupaten Kepulauan Mentawai 5. Pembangunan Bandar Udara Rokot, Kabupaten Kepulauan Mentawai 6. Pembangunan Pelabuhan Mabukuk, Kabupaten Kepulauan Mentawai 7. Pembangunan Pelabuhan Labuhan Bajau, Kabupaten Kepulauan Mentawai 8. Pembangunan KEK Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan 9. Pengembangan Pelabuhan Penasahan, Kabupaten Pesisir Selatan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 52

10. Pembangunan lanjutan jalan Pasar Baru Alahan Panjang, Kabupaten Pesisir Selatan 11. Peningkatan jalan dan pengembangan jembatan pada ruas jalan Abai – Sungai Dareh, Kabupaten Solok Selatan 12. Peningkatan jalan dan pengembangan jembatan pada ruas jalan Sungai Sungkai – Batas Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan 13. Peningkatan jalan Sungai Rumbai – Abaisiat – Batas Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya 14. Pembangunan Jembatan Pulai, Kabupaten Dharmasraya 15. Pengembangan Pelabuhan Muaro Padang, Pelindo II. Menko Maritim menghubungi Direktur Utama Pelindo II untuk segera membangun Pelabuhan Muaro, Padang sesuai rencana yang sudah dibuat oleh Pelindo II. Pembangunan ini harus diawali dengan revisi Rencana Induk Pelabuhan. Menko Maritim akan menghubungi Kepala Staf Angkatan Darat dan Menteri PUPR untuk mendukung pembangunan jalan Trans Mentawai sepanjang 167 km dengan pola “Bakti TNI”. Pengembangan KEK Mandeh difasilitasi oleh Kemenko Kemaritiman, namun menunggu fihak pengusul [swasta] dari kelompok masyarakat Sumatera Barat. Pemerintah Daerah akan mengadakan kampanye pada acara Minang Sedunia di Melbourne pada bulan September. Kemenko Kemaritiman dan Kementerian Pariwisata mendukung penyusunan Rencana Induk Awal KEK Pariwisata Mandeh. Kementerian Perhubungan menerima usulan pembangunan Bandara Kota Baru Sutan Mudo, di Kabupaten Solok Selatan.

3.2.5. Koordinasi pelaksanaanAnnual Meeting IMF-World Bank A. Persiapan Pertemuan Annual Meeting IMF-World Bank Sebagai salah satu persiapan untuk mendukung pertemuan IMF-World Bank atau Annual Meeting IMF-World Bank 2018 telah dilakukan rapat koordinasi dengan pelaku usaha penyedia jasa perjalanan pariwisata terkait. Dalam rapat yang dilakukan pada akhir Januari, disepakati diantaranya adalah : 1. Untuk kegiatan Annual Meeting IMF-World Bank 2018 telah ditetapkan melalui Kementerian Pariwisata 7 destinasi yang akan dijual kepada peserta Annual Meeting IMF-World Bank 2018, yaitu Danau Toba, Borobudur, Banyuwangi, Bali, , Labuan Bajo dan Toraja. 2. Total jumlah paket wisata ada 60 paket, dengan rincian : a. Danau Toba = 5 paket b. Borobudur = 5 paket c. Banyuwangi = 1 paket d. Bali = 33 paket e. Lombok = 5 paket f. Labuan Bajo = 7 paket g. Toraja = 4 paket

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 53

3. Dalam rangka menjual paket wisata, Pemerintah harus memiliki strategi khusus dalam mempromosikannya karena sampai sekarang belum ada satu pun paket yang dibeli oleh wisatawan. 4. Strategi yang diusulkan dalam rangka mempromosikan paket wisata : a. Paket-paket dibuat dalam format digital sehingga lebih mudah untuk disebarluaskan. b. Usulan dari Tim Kementerian Pariwisata agar informasi paket wisata tersebut dikirimkan langsung ke email masing-masing delegasi yang akan hadir. c. Panitia Nasional Annual Meeting IMF-World Bank 2018 akan berkoordinasi dengan pihak Secretary Meeting terkait dengan usulan Email Blast. d. Layout penyampaian informasi paket wisata perlu di higlight yang menjadi paket unggulan dan disesuaikan berdasarkan tematik. 5. Empat poin usulan ini yang perlu didiskusikan dan bisa mendapatkan masukan dari para pelaku usaha penyedia jasa perjalanan pariwisata. Kendala yang ada dalam keberjalanan IMF-WB adalah konektivitas merupakan problem, seat capacity antara destinasi terbatas, salah satu contoh dari Bali ke Labuan Bajo. Usulannya adalah harus ada extra flight. Dalam rapat tersebut disepakai untuk hal-hal terkait kelanjutannya yaitu: 1. Terkait dengan tourist destinations harus benar-benar diperhatikan. 2. Tim akan melihat satu persatu kesiapan paket wisata dari 7 destinasi yang akan dijual. 3. Satu hal yang dititipkan untuk dimasukan dalam program khusus pelatihan dalam mendidik tamatan SMK atau drop out Diploma 1 yang dilakukan Kementerian Pariwisata yaitu masalah kebersihan. 4. Agar diundang para Bupati yang terlibat dalam wilayah 7 destinasi yang disiapkan. Pertemuan dengan para Bupati akan dilakukan pada tanggal 9 Februari 2018 di Borobudur sekaligus peluncuran Badan Otorita Brobudur. Menteri Pariwisata, Menteri Keuangan dan Gubernur BI agar diundang juga. Jika masih ada yang kurang, para pelaku usaha pariwisata dapat berkomunikasi dengan Pemerintah agar dapat diselesaikan bersama-sama.

B. Persiapan Destinasi Labuan Bajo terkait Kegiatan Annual Meeting IMF-WB 2018 Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 s.d. 26 Mei 2018 dengan tujuan meningkatkan kapasitas masyarakat di kawasan wisata terkemuka tersebut. Melalui rangkaian kegiatan ini, pariwisata Indonesia, khususnya di Labuan Bajo dapat tumbuh lebih baik sehingga mampu mendorong peningkatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat di kawasan timur Indonesia. Pemerintah telah menetapkan 10 pembangunan prioritas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), antara lain Danau Toba di Sumetera Utara (Sumut), Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT), Tanjung Lesung di Banten dan Tanjung Kelayang di Bangka Belitung. Tindak lanjut yang disarankan dilakukan adalah pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Barat khusus OPD yang bertanggungjawab terkait dengan persiapan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 54

Destinasi Labuan Bajo dalam rangka AM IMF WB 2018 harus lebih proaktif dengan mengirimkan laporan perkembangan pekerjaan infrastruktur secara rutin dan berkala ke Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim selaku PIC AM IMF WB 2018.

C. Kunjungan Kerja Menko Maritim dan Presiden Bank Dunia ke Bali dalam Rangka Annual Meeting IMF-WB 2018 Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 05 s.d. 06 Juli 2018. Pada kunjungan ini Presiden Bank Dunia didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Menteri Keuangan, Menteri PU-PR, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Muspida Provinsi Bali (Gubernur, Pangdam dan Kapolda). Indonesia mendapat kepercayaan menjadi Tuan Rumah atau Host-Government (HG), penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia atau IMF-Bank Dunia Annual Meetings 2018 (IMF-WB AM 2018), yang akan diselenggarakan di Kawasan Nusa Dua (Bali), mulai tanggal 8 s/d 14 Oktober 2018. Acara memiliki skala sangat besar, dihadiri delegasi resmi 189 negara anggota IMF-Bank Dunia (Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral), dengan total peserta lebih 15.000 orang (delegasi, investor, CEO dari MNC, private sector lainnya, Staf IMF/WB, pelaku sektor ekonomi keuangan, akademisi, observer, pers, CSO, NGO dll). IMF-WB AM 2018 diselenggarakan bersama oleh IMF dan WB melalui MTS (Meetings Team Secretariat), bersama counterpart di negara yang ditunjuk sebagai HG, yang secara umum hanya akan menyediakan fasilitas dan mendukung penyelenggaraan acara (venues, office space, IT/AV, akomodasi, transportasi dll), sesuai Requirements Manual yang telah ditetapkan pihak MTS; Indonesia sebagai HG harus dapat mengoptimalkan manfaat AM 2018 dengan mendorong parallel/side events melalui program: (1) Pameran Dagang, (2) Pameran Produk Dalam Negeri, (3) Promosi Wisata, (4) Pameran Infrastruktur, (5) Forum Investasi, dan (6) Pameran lainnya (Ekonomi kreatif, digital economy, ekonomi syariah, financial technology). Juga memanfaatkan kerja sama ekonomi bilateral, pertemuan B- to-B, dan sebagainya. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman selaku Ketua Panitia Nasional telah memutuskan untuk menjual paket-paket Wisata 7 (tujuh) Destinasi. Ketujuh Destinasi Wisata tersebut antara lain: Danau Toba, Borobudur, Banyuwangi, Bali, Lombok, Labuan Bajo dan Toraja.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 55

D. Rakor Pelaksanaan Sail Moyo Tambora 2018 Rapat koordinasi pelaksanaan Sali Moyo pada tanggal 5 September 2018, dpimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman. Agenda acara diantaranya: 1. Pembahasan mengenai progres kesiapan penyelenggara Sail Moyo Tambora (Lokasi, Cuaca, Aksesibilitas, Amenitas) 2. Pembahasan mengenai finalisasi detail acara, venue, rundown, dan berbagai kegiatan yang dilakukan. Isu yang dibahas adalah: 1. Presiden tidak dapat hadir dalam pembukaan acara Sail Moyo Tambora dikarenakan kunjungan kerja ke Korea dan Vietnam, namun saat ini sedang https://www.youtube.com/watch?v=zRIbf6JqkNc diajukan oleh pak Menko agar Wakil Presiden dapat hadir dalam pembukaan Sail Moyo Tambora. 2. Kementerian Perhubungan menambahkan jadwal penerbangan menuju hingga jam 5 sore 3. Informasi BMKG bahwa perkiraan cuaca pada hari Minggu, 9 September 2018di sekitar Pelabuhan Badas, Sumbawa langit cerah dan berawan dengan suhu 22o c - o 1 30 c , gelombang /2 cm - 70 cm. BMKG akan terus menginformasikan cuaca selama penyelenggaraan Sail Moyo Tambora. 4. Tim TNI Angkatan Laut sudah ada yang standby di lokasi sejak tanggal 5 September dan siap melakukan atraksi/kegiatan terjun payung saat pembukaan. 5. Rundown, venue, serta kegiatan yang akan ditampilkan selama penyelenggaraan Sail Moyo Tambora sudah siap. Kegiatan yang akan diselenggarakan pada opening ceremony diantaranya : 1. Sailing Pass (500 perahu nelayan yang bergerak dari Pantai Goa menuju Pelabuhan Badas yang dihiasi dan diberikan bendera Sail Indonesia Moyo Tambora) 2. Terjun Payung dilaksanakan oleh TNI Angkatan Laut dengan ketinggian 5000 m dan akan membawa bendera Republik Indonesia, bendera NTB, bendera Sail Moyo Tambora 2018 serta bendera 10 Kabupaten/Kota di NTB. 3. Paramotoryang akan dilakukan oleh 5 orang dengan tema “Wonderful Indonesia, NTB Bangkit” 4. Musik Sakeco dihadirkan dalam puncak acara sesaat menunggu tamu undangan dating

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 56

5. Tarian Tradisi Bima dihadirkan sebagai penyambutan untuk para tamu petinggi yang dating 6. Tarian Dompu dihadirkan sebagai tarian pembuka 7. Drama Musical Tanjung Menangis dihadirkan dengan tema “Istana Takdir Rindu” yang akan dilakukan oleh 200 penari dengan tujuan untuk mengangkat cerita rakyat di Sumbawa “Tanjung Menangis”.

E. Pembentukan Jejaring Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Bentang Laut Kepala Burung (Bird’s Head Seascape/BHS) Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 23 April 2018 dan dipimpin oleh Asisten Deputi Sumber Daya Hayati Kemenko Kemaritiman. Tujuan pertemuan adalah untuk membahas draft Kesepakatan Bersama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Gubernur Papua dan Gubernur Papua Barat tentang Jejaring Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan dan Perairan Bentang Laut Kepala Burung di Propinsi Papua dan Propinsi Papua Barat dan Rencana survey lapangan. Beberapa kesepakatan hasil rapat: 1. Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti dengan Penyusunan Perjanjian Kerjasama di tingkat lapangan antara para pemangku kepentingan di daerah (UPT) dan Unit teknis di Pemda. Perjanjian kerjasama ini disusun paling lambat 3 bulan setelah MoU ini ditandatangani; 2. Agar nota kesepahaman ini berjalan/diimplementasikan di lapangan, maka perlu didukung dengan anggaran yang memadai. Rekomendasi/tindak lanjut kegiatan ini adalah pelaksanaan rapat koordinasi/konsultasi public di daerah yang dilanjutkan dengan kunjungan lapangan pada tanggal 9-12 Mei 2018.

3.2.6. Penanganan Geopark A. Konferensi Nasional Geopark Indonesia I Kegiatan ini dilaksanakan di Bappenas, pada tanggal 12 Juli 2018 dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Menteri PPN/BAPPENAS, Menteri Pariwisata, Kepala BEKRAF, Kepala BKPM, Perwakilan Menteri LHK dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Adapun peserta yang hadir sebanyak 630 orang berasal dari para pemangku kepentingan geopark di seluruh Indonesia. Selain itu, diselenggarakan pula pameran yang menampilkan warisan geologi, keanekaragaman hayati, dan keragaman budaya termasuk tarian tradisional yang berasal dari 7 Geopark Nasional dan 4 UNESCO Global Geopark di Indonesia. Tema Konfrensi Geopark I adalah “Geopark: Jalan Baru Pembangunan Manusia, Lingkungan Dan Ekonomi Berkelajutan, sebagai upaya dalam meningkatkan ekonomi pariwisata maka dikembangkan pengembangan wisata destinasi melalui geopark. Konsep Geopark telah diakui dunia sebagai konsep yang terbaik pada saat ini dalam hal pemanfaatan sumber daya geologi yang berkelanjutan, terbukti hingga saat ini telah terdapat 120 kawasan geopark global yang tersebar di 40

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 57

negara serta melalui melalui sidang umum UNESCO ke 38 di Paris pada 17 November 2015, Geopark secara resmi diakui sebagai salah satu program UNESCO bernama International Geoscience and Geopark Programe (IGGP) dan Pedoman Operasional Geopark Global UNESCO tersebut termuat dalam Dokumen 38C/14 UNESCO. Beberapa pihak menyatakan kesungguhan untuk bergerak bersama dalam mendampingi pengembangan Geopark, seperti PT. Inalum untuk Geopark Nasional Kaldera Toba, PT. Biofarma untuk UGG Ciletuh Palabuhanratu, PT. Pertamina untuk Geopark Nasional Bojonegoro, PT. Timah dan BCA untuk Geopark Nasional Pulau Belitong, dan PT. Antam untuk Aspiring Geopark Pongkor Bogor. PT. Angkasa Pura I, Angkasa Pura II dan INEWS juga bersedia untuk mempromosikan Geopark Indonesia. Adapun hasil rumusan dari Konferensi Nasional I Geopark Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Kerangka Regulasi: Pemerintah perlu mempercepat penyelesaian penetapan payung hukum nasional berupa Peraturan Presiden pengembangan geopark di Indonesia, serta pengaturan kewenangan antar institusi dan wilayah. 2. Kerangka Kelembagaan: Pemerintah membentuk kerangka kelembagaan termasuk menentukan leading sector untuk pengembangan geopark. 3. Kerangka Pembiayaan: Pengembangan geopark tidak cukup hanya mengandalkan pendanaan dari anggaran pemerintah pusat dan daerah. Beberapa alternatif pendanaan yang bisa dilakukan untuk pengembangan geopark melalui skema lainnya diataranya pendampingan swasta maupun inisiatif masyarakat dalam pengembangan usaha dan jasa. 4. Kontribusi Geopark dalam SDGs: Geopark berkontribusi dalam pencapaian SDGs pada 8 goals (dari 17 goals). Kontribusi tersebut harus dituangkan secara kongkrit didalam Rancangan Anggaran Negara dan Rancangan Anggaran Daerah SDGs/TPB yang disusun dan direview oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

B. Pemaparan Pengenalan Aspiring Geopark Silokek Sebagai aspiring geopark maka perlu dibahas masterplan dan pembangunan geosite. Masperplan dibuat agar pelaksanaan pengembangan Geopark dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Pertimbangan dalam membuat Masterplan: Tata guna lahan, Lokasi geosite atau objek wisata, Kondisi eksisting infrastruktur. Geosite yang ada akan ditata sesuai standar nasional yang ditetapkan (SK No.1 Tahun 2017 Kementerian Parawisata). Pembangunan geosite disesuaikan dengan fungsinya. Pembangunan geosite dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan. Anggaran pembangunan meliputi anggaran Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Nagari. Terdapat beberapa ponit yang didapat: 1. Silokek berada di Ranah Minang, Padang dengan Luas Kawasan 1300 Km2. Berada di Kecamatan Sijunjung dan Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 58

Geologi yang menonjol di Silokek adalah adanya batuan tua berumur 350 juta tahun yang terdiri dari Kelompok Batuan Gamping (Karst), Batuan Sedimen, Batuan Metamorf dan Instrusi Granit (Dian H.,Dkk, 2018). 2. Patahan tectonic dengan jejak-jejak patahan yang masih terekam dengan baik. Goa-goa yang terbentuk akibat intrusi air tanah pada batuan gamping (karst) 3. Kampung Adat; satu-satunya di dunia perkampungan dengan nuansa Minangkabau yang masih melaksanakan ruh adat minangkabau 4. Museum dan Perpustakaan Rajo Ibadat a. Terdapat Museum Rajo Ibadat yang merupakan salah seorang raja dari 4 raja di masa lalu yang menjadi pilar berdirinya kerajaan Minangkabau b. Sejarah PDRI juga mengambil tempat di Sumpur Kudus dalam proses Kemerdekaan Indonesia 5. Paru Biology Center; Nagari Paru pernah mendapat Kalpataru karena manajemen hutan yang dikelola berbasis nagari. Ada lebih kurang 45.000 flora dan fauna. Dan akan dibangun Biology Center yang merupakan pusat konservasi, edukasi dan kajian flora fauna. Diharapkan seluruh Pelajar Pendidikan Dasar dan Menengah bisa praktek lapangan ke Center ini. 6. Gate (Gerbang Utama); gerbang utama menuju lokasi geopark. Pada kawasan Gate terdapat Pusat Informasi, Pusat Sovenir, Kuliner, Dermaga, Menara Pandang, Rest Area dan Parkir. Lokasi Gate di letakkan di dekat 3 pertemuan sungai yang akan menjadi Water Front City dan menjadi icon untuk Kabupaten Sijunjung di masa yang akan datang Kendala atau permasalahan yang didapat adalah sebagai berikut: 1. Dalam pemaparan video masterplan, terdapat bangunan menara yang nantinya menjadi icon dimana pengunjung dapat melihat lokasi ranah minang dari menara tersebut, namun dengan kondisi konsut tanah silokek yang berbukit apakah bangunan tersebut dapat aman dibangun. Dapat dipelajari kembali keberlanjutan bangunan tersebut. 2. Saat ini Batang Palangi masih keruh, penyebab keruh tersebut merupakan pertambangan illegal yang dilakukan masyarakat setepat, dengan dijadikannya silokek sebagai geopark diharapkan dapat menghentikan perteambangan illegal tersebut. 3. Saat ini lokasi lainnya diranah minang belum mengajukan wilayahnya untuk dapat menjadi salah satu kawasan geopark. Apakah pengajuan silokek akan menunggu daerah lain di ranah minang untuk mengurus wilayahnya atau mengajukan silokek khusus menjadi geoparak tersendiri? 4. Keunikan Silokek dan sekitarnya adalah merupakan sebuah patahan besar. Namun jika Silokek disahkan, khawatirnya wilayah lain tidak diakui geoparknya karena memiliki keunikan yang sama, padahal mungkin memiliki lokasi penelitian yang lebih lengkap. Tindak lanjut terhadap permasalahan yang dihadapi adalah akan ada Tim KNGI dan para asesor yang meninjau lokasi dan memutuskan apakah dapat diajukan sebagai geopark atau tidak

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 59

1. Sabtu, 21 Juli 2018 pak Anton akan langsung mengunjungi lokasi di Silokek 2. Bulan November diharapkan Aspiring Geopark Silokek dapat disahkan sebagai Geopark Nasional

C. Penyiapan Road Map Pengembangan Geopark Indonesia Kegiatan ini dilaksanakan di pada tanggal 8 Februari 2018 di Bandung. Menindaklanjuti rapat penyusunan draft road map yang dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2018 bertempat di Kemenko Kemaritiman, maka telah disepakati perlunya mapping pencapaian kegiatan pengembangan Geopark pada masing-masing Kementerian/Instansi dan potret kondisi saat ini pada Geopark Nasional dan UNESCO Global Geopark. Pada pembahasan rapat, kendala yang dihadapi adalah: 1. Belum ada institusi yang secara resmi ditetapkan sebagai “Leader” dalam mengintegrasikan kegiatan pembangunan dan pengembangan Geopark Indonesia. 2. Perencanaan pembangunan dan pengembangan Geopark Indonesia belum disinergikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Indonesia. Pemecahan masalah yang ditawarkan adalah: 1. Pembuatan Road Map dapat menjadi instrumen yang akan memandu perubahan prioritas kegiatan sesuai dengan karakter spesifik kawasan yang dimilikinya. 2. Dibuatnya mapping atau road map dapat dokumen yang menjadi acuan bagi seluruh sektor terkait sesuai di bidangnya masing-masing. Tindak lanjut yang disepakati dalam menyelesaikan permasalahan diantaranya: 1. REGULASI : Perpres Pengembangan Geopark, membentuk Tim Adhoc/Komite Nasional Geopark Indonesia dan penyusunan Juknis/Juklak pengembangan Geopark Indonesia. SOP/WI diserahkan ke JGI. 2. Penguatan kapasitas pengelolaan terhadap Geopark Nasional dan UGG, serta mendorong peningkatan status Aspiring Geopark menuju Geopark Nasional dan UGG. 3. Penyiapan Geopark Rinjani sebagai HOST SIMPOSIUM APGN 2019: Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah NTB bersiap lebih awaL karena 2018 dan 2019 PILKADA SERENTAK & PILPRES

D. Koordinasi dan Sosialisasi Konferensi Nasional Geopark Indonesia I Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 25 Mei 2018. Rapat tersebut dipimpin oleh Deputi Koordinasi Bidang SDM, IPTEK dan Budaya Maritim, Safri Burhanuddin, di Ruang Rapat Utara lantai 2 gedung BPPT I-Kemenko Kemaritiman. Menindaklanjuti hasil rapat sebelumnya pada tanggal 16 Mei 2018 bahwa disepakati perlu diadakan rapat lanjutan mengenai kegiatan Konferensi Nasional Geopark I. Berkaitan hal tersebut, maka diadakan rapat lanjutan bersama dengan pengelola geopark-geopark nasional dan UGG. Selain itu perlu juga pembahasan mengenai kegiatan The 8th International Conference on Unesco Global Geopark. Telah disepakati tema untuk kegiatan Konferensi Nasional Indonesia I yaitu “Pengembangan Geopark sebagai Jalan Baru Peningkatan Ekonomi Berkelanjutan”.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 60

Kegiatan Konferensi akan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Juli 2018, dan dimulai pada pukul 08.30 WIB. Kendala/permasalahan yang dihadapai: 1. Belum rampungnya video mengenai geopark di Indonesia (wonderful geopark) untuk ditampilkan pada acara Konferensi Nasional Geopark Indonesia I yang memuat seluruh Geopark Nasional dan Internasional 2. Belum adanya website utama untuk Geopark Indonesia yang mencakup seluruh Geopark di Indonesia yang nantinya dikelola oleh KNGI 3. Perlu disinkronkan terkait penyerahan sertifikat UGG karena Gubernur Jabar yang sangat concern pada Geopark Ciletuh akan selesai pada tanggal 13 nanti. Apakah nantinya tidak perlu ada penyerahan sertifikat saja di acara konferensi Pemecahan Masalah/Masukan yang disampaikan oleh Deputi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Safri Burhanuddin adalah: 1. Setiap geopark harus mengirimkan konten video selambatnya tanggal 30 Mei 2018 2. Untuk menjadi UGG setiap tahunnya maksimal hanya ada 2 Geopark , oleh karena itu akan dilakukan seleksi mana Geopark yang paling siap dan layak untuk maju menjadi UGG. 3. Diharapkan ada website untuk mengelola seluruh geopark yang ada di Indonesia, yang selama ini masih menumpang di websitenya Unpad. Sebagai tindak lanjut, direkomendasi kan beberapa hal terkait: 1. Sertifikat UGG yang ada akan di bingkai lebih bagus dan diserahkan secara formal 2. Perlu adanya laporan resmi Toba untuk di Konferensi Nasional 3. Apabila ada Geopark yang bermasalah dengan Taman Nasional melakukan koordinasi kemabli dengan lebih baik.

3.2.7. Pengelolaan BMKT A. Koordinasi Rencana Pengembangan Museum/ Gallery Shipwreck/Kapal Karam dan Pengelolaan BMKT Kegiatan dilaksanakan tanggal 5-6 November 2018 di Hotel Mercure Karawang, Jawa Barat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk: 1. Membahas rencana pengangkatan BMKT, pengelolaan kawasan konservasi kapal karam, pengembangan museum/gallery kapal karam/BMKT dan meninjau lapangan. 2. Membahas permasalahan dan mencari solusi dalam pengembangan kawasan wisata terpadu (kapal karam/BMKT, kawasan mangrove, terumbu karang dan kuliner di Desa Dusun Tangkolak, Desa Sukakerta, Kabupaten Karawang. Rapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat 4 titik kapal karam dan BMKT di kawasan Perairan Kabupaten Karawang yang sebagian akan diangkat dan sebagian menjadi destinasi wisata kapal karam. 2. Perlu segera diusulkan menjadi kawasn konservasi kapal karam ke Menteri Kelautan dan Perikanan.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 61

3. Pengembangan musum/gallery kapal karam/BMKT sedang proses pembangunan di Kantor Bupati dan di Desa Desa Sukakerta, Kabupaten Karawang. 4. Pengembangan kawasan wisata terpadu juga sedang diproses dengan melibatkan Dinas terkait untuk wisata kapal karam/BMKT, wisata sejarah (museum), wisata diving kawasan terumbu karang, wisata ke kawasan mangrove dan wisata kuliner. Permasalahannya adalah: 1. Pengangkatan sebagian BMKT di kawasan perairan Kabupaten Karawang harus segera dilaksanakan, karena mengingat posisinya tumpang tindih dengan pemanfaatan lainnya yaitu alur pelayaran, Pelabuhan, PLN, Pertamina dan SKK Migas. 2. Perlu bantuan koordinasi di lintas Kementerian, Dinas Provinsi/Kabupaten dan Stakeholders lainnya. Rekomendasi dari hasil rapat adalah: 1. Perlu dibantu oleh Kemenko Kemaritiman dalam proses pengembangan museum/gallery kapal Karam dan pengelolaan BMKT di kawasan perairan Kabupaten Karawang, karena anggaran terbatas namun semangat Bupati dan Dinas Kabupaten Karawang sangat tinggi. 2. Usulan untuk menjadikan kawasan konservasi kapal karam/BMKT akan segera diproses oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 3. Rencana pelaksanaan pengangkatan dan pengelolaan kapal karam/BMKT akan dilaksanakan secara serentak oleh SKPD Kabupaten Karawang dan Provinsi Jawa Barat. B. Koordinasi Penyelesaian Status BMKT yang telah Dipindahkan dari Gudang Lodan ke Cileungsi Koordinasi dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 November 2018 di Kantor Kemenko Kemaritiman menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Tim anggota penyelesaian BMKT menyatakan bahwa posisi BMKT telah dihitung, dikemas, namun belum diangkut ke gudang Cileungsi. 2. Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai ketua Tim menyatakan alasan bahwa BMKT belum diangkut ke gudang Cileungsi karena menunggu koin yang masih disimpan PT. Nautik 3. Permasalahan kasus ini adalah: a. Status gudang Lodan sudah tidak dibayar oleh PT. Nautik, namun BMKT masih di Gudang Lodan, sehingga ditakutkan akan dikeluarkan oleh pemilik gudang Lodan. b. Koin memang dari awal telah diinformasikan oleh PT. Nautik bahwa statusnya tersimpan di Bank dan akan dikeluarkan kalau KKP telah mengusulkan dan memproses untuk melelang BMKT koin ini ke Kementerian Keuangan. c. KKP belum mau mengusulkan melelang BMKT koin dan tetap menginginkan koin diberikan oleh PT. Nauti untuk disimpan di Gudang Cileungsi. Rekomendasi dari hasil rapat koordinasi adalah: 1. BMKT yang telah dikemas sebaiknya secepatnya diangkut ke Gudang Cileungsi atau didistribusikan ke Museum/gallery milik Kabupaten Karawang/Provinsi

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 62

Jawa Barat dan Kabupaten Belitung Timur/Bangka Belitung agar dapat dimanfaatkan untuk wisata sejarah. 2. Proses melelang BMKT koin harus diusulkan oleh KKP karena ditunggu oleh Kementerian Keuangan agar penyelesaian BMKT di Gudang Lodan akan cepat diselesaikan. 3. Posisi PT. Nautik sebagai pemegang satu satunya kunci penyimpanan koin di Bank akan dipaksa ke Indonesia melalui berita acara yang telah disusun bersama dalam rapat ini. 4. Kemenko Kemaritiman akan terus mendorong KKP dan Tim untuk percepatan penyelesaian BMKT di Gudang Lodan. Koordinasi Rencana Pengembangan Shipwreck Museum/ Galley/ Tourism/Movie Pada rapat koordinasi tanggal 13 November 2018 di Hotel Harris Sentul City. menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlu dipilih lokasi yang lebih spesifik untuk Pengembangan Shipwreck museum/gallery/tourism/ movie yaitu Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. 2. Pengembangan ini meliputi upaya memfungsikan kembali museum maritime yang ada di Kabupaten Belitung, pembuatan film documenter mengenai keberadaan shipwreck di Kabupaten Belitung dan Belitung Timur, rencana memasukkan event ke dalam event daerah yang akan diadakan, sehingga menghemat biaya dan lebih menarik perhatian masyarakat. 3. Sosialisasi kepada pelajar akan dimulai dengan membuat film dokumenter atau film kartun agar menarik perhatian pelajar sekolah dan mahasiswa, setealah itu akan dikembangkan ke film yang lebih besar. Sementara rekomendasi yang dihasilkan dari dari hasil rapat adalah: 1. Kemenko Kemaritiman akan mendorong Pemda Kabupaten Belitung dan Belitung Timur agar memfungsikan kembali meseum maritim dan rencana wisata kapal karam/BMKT dan pembuatan film dokumenter. 2. Rencana tindaklanjut dari rapat ini adalah tim akan mencoba menulis naskah, bekerjasama dengan penyelenggara event-event yang besar untuk berkontribusi memasukkan event sosialisasi kapal karam/BMKT ke dalam materi event tersebut, misalnya mengadakan lomba menulis naskah/menggambar tentang maritim/laut/pesisir Indonesia. 3. Kemenko Kemaritiman harus mendorong upaya sosialisasi keberadaan shipwreck/BKT melalui museum/gallery BMKT di Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. C. Koordinasi Kebijakan Pengelolaan Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dan Pengembangan Museum/Wisata Shipwreck Dalam rangka penyelesaian salah satu permasalahan pokok pengelolaan BMKT dan untuk melaksanakan penguatan struktur kelembagaan pengelola BMKT, maka Kemenko Kemaritiman telah menginisiasi penyusunan rancangan Keputusan Presiden tentang Tim Koordinasi Nasional Pengelolaan Benda Muatan Kapal Tenggelam. Rapat diselenggarakan pada hari Senin tanggal 5 Maret 2018 bertempat di

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 63

ruang rapat lantai 8 kantor Kemenko Kemaritiman dengan agenda finalisasi rancangan Keputusan Presiden. Penyusunan rancangan Keputusan Presiden ini dikarenakan Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2007 tentang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2007 tentang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kelembagaan yang ada. Penyusunan rancangan Keputusan Presiden ini sangat penting untuk segera ditetapkan karena selanjutnya akan menjadi pedoman, arah, petunjuk dan payung hukum setiap Kementerian/ Lembaga sesuai tugas fungsi dan kewenangan mendukung percepatan penyelesaian perihal alur dan barang muatan kapal tenggelam. Penyusunan rancangan Keputusan Presiden dimaksud telah melalui serangkaian rapat dan konsultasi, terakhir dengan diselenggarakannya rapat koordinasi finalisasi rancangan Keputusan Presiden tentang Tim Koordinasi Nasional Pengelolaan BMKT.

3.2.8. Penanganan Pencemaran DAS Citarum A. Pembahasan Dukungan Perguruan Tinggi dalam Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum Kegiatan ini dilaksanakan pada 3 Maret 2018 dipimpin oleh Asisten Deputi Pendidikan dan Pelatihan Maritim. Kegiatan dihadiri 36 perguruan tinggi dari 49 perguruan tinggi yang diundang. Kegiatan ini dilakukan guna mendukung program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum dari berbagai pihak baik salah satunya dari perguruan tinggi. Tantangannya utama adalah saat ini diperlukan teknologi pengolahan sampah (limbah) untuk industri kecil dan menengah (umkm) dari kajian dan penelitian perguruan tinggi. Selain itu adanya kesulitan mengubah sosiologi generiknya, dimana kebiasaan / mindset masyarakat membuang sampah ke sungai. Rekomendasi yang disarankan adalah: 1. Menyelesaikan permasalahan citarum dengan teknologi, rekayasa sosial dan kolaborasi. 2. Perlu ada pertemuan bersama perguruan tinggi yang memberikan penjelasan tentang teknologi yang dikembangkan untuk dikompilasi dan dikolaborasi sebagai karya bersama 3. Dari sungai citarum yang seluas 269 km dibagi menjadi 22 sektor untuk +/- 500 perguruan tinggi di seluruh Jawa Barat untuk melakukan KKN di sepanjang DAS Citarum. B. Koordinasi Implementasi Penegakan Hukum dalam Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum Rapat dilaksanakan pada 13 Maret 2018 koordinasi implementasi penegakan hukum dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum. Pada pertemuan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 64

ini dilakukan serangkaian paparan dan diskusi mengenai implementasi penegakan hukum di DAS Citarum Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Kebijakan Kelautan Indonesia: 1. Di dalam 5 program GNRM belum dapat dibedakan antara indikator antara output dan outcome. 2. Masih adanya kesulitan membuat indikator khusus (baru) yang terkait Revolusi Mental, karena keterbatasan indikator yang sudah ada di dalam dokumen anggaran (DIPA) K/LKendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Kebijakan Kelautan Indonesia: Kendala yang dihadapi dalam penanganan Sungai Citarum adalah: 1. Belum ditegakkan secara tegas sanksi administrasi kepada industri-industri 2. Pengajuan PPNS untuk disatukan dengan PPLH dalam menyidik lingkungan 3. Jumlah PPNS Lingkungan Hidup di Jawa Barat hanya 6 orang Upaya pemecahan masalah diantaranya: 1. Perlu ada tindakan penegakan hukum yang tegas terhadap limbah industri yang dibuang ke sungai 2. Telah diajukan ke Sekretariat Kabinet untuk menyatukan PPNS dengan PPLH dalam menyidik lingkungan C. Rakor dan Seminar Penanganan Kerusakan DAS Citarum Kegiatan ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada hari Selasa, tanggal 3 April 2018. Kegiatan dihadiri Menteri Bappenas, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kajati Jawa Barat, KLHK, TNI,Panglima III/Siliwangi, Kementerian Dalam Negeri, Polda Jawa Barat, Kementerian PUPR, BPKP, Kementerian Perindustrian, Mabes Polri, Kemenko Perekonomian, Kemenko PMK, BBWS Citarum, Kementerian Pertanian, Polda Metro Jaya Kementerian Kesehatan Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Diterbitkannya Perpres Penataan Sungai Citarum dengan Tema Seminar “ A Call for Comprehensive Water Strategy in the Citarum Watershed. Permasalahan yang mengemuka pada rapat koordinasi adalah: 1. Sekretariat segera dibentuk kerjasama antara Pangdam, Kapolda dan Gubernur Jawa Barat 2. Petani kentang masih bertahan yang merusak tanah di hulu 3. Belum ada sosialisasi pengendalian limbah dan sampah kepada masyarakat 4. Infrastruktur yang kurang memadai,hujan deras dan seringnya banjir,eksploitasi berlebihan daari tanah yang tidak beraturan, tingkat pengelolaan limbah padat yang kurang baik Solusi yang ditawarkan atas permasalahan adalah: 1. Sekretariat akan dibentuk dengan kerjasama antara Pangdam, Kapolda dan Gubenrur Jawa Barat 2. Sosialisasi pergantian tanaman di hulu 3. Perlu ada sosialisasi secara masif kepada masyarakat mengenai pengendalian limbah dan sampah kepada masyarakat baik dari sisi ulama, pihak universitas dan peran pemerintah

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 65

4. Ditawarkan solusi berupa manajemen teknologi yang mutahir di wilayah Sungai Citarum dari hulu hingga hilir. 5. Penanggulangan & drainase pengendali banjir dan “sponge city” 6. DAS Cerdas melalui perkembangan teknologi informasi secara bertahap yaitu: Digitalisasi Objek DAS, DIgitalisasi Proses Manajemen, Digitalisasi Decision- making System. 7. Pengolahan limbah padat dengan 3R (reduce, reuse dan recycle) 8. Saran dan tindak lanjut yang diusulkan adalah seluruh perguruan tinggi di Jawa Barat dimanfaatkan untuk mensosialisasikan bahaya sampah terhadap kesehatan dan dibagi kedalam 22 sektor di sepanjang DAS Citarum.

D. Koordinasi Dukungan K/L untuk Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum Koordinasi ini dilaksanakan 11 Mei 2018, Gedung Kemenko Bidang dengan dipimpin oleh Menko Bidang Kemaritiman. Rapat ini adalah tindaklanjut dari pelaksanaan rapat sebelumnya di Bandung tanggal 3 Mei 2018. Tujuan rapat adalah untuk menyamakan persepsi terkait bebrapa isu yang menjadi keputusan rapat sebelumnya. Pemerintah meminta agar semua dikerjakan secara cepat, seperti masalah sampah dan penegakan hukum terhadap perusahaan yang masih membuang limbah ndustri ke Sungai Citarum. Selain itu harus ada penindakan yang konkrit oleh penegak hukum dalam rangka memberikan efek jera kepada para pelaku. Penekanan yang hasil koordinasi ini adalah: 1. Terhadap perusahaan yang masih membuang limbah ke Citarum seperti perusahaan Taiwan yang telah dipasangi police line, agar diberikan penindakan tegas. 2. Perlu adanya sosialisasi pada semua perusahaan yang ada di kawasan sungai citarum yang terbagi dalam 22 sektor terkait peraturan dan lingkungan sebelum dilakukan penindakan 3. Deputi SDM, Iptek dan Budaya Maritim berkoordinasi dan mengundang Dubes Taiwan untuk membahas perusahaan negara tersebut yang embuang sampah ke Citarum. Koordinasi melibatkan juga komandan tiap sektor dalam rangka sosialisasi. 4. Kemenko Kemaritiman Melakukan sosialisasi penyelesaian Das Citarum sebagai model kepada daerah lain sebagai bahan edukasi. 5. Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal agar segera melakukan kegiatan pada kawasan DAS Citarum 6. Menristekdikti melibatkan mahasiswa dalam penelitian atas isu Citarum dan hasilnya disosialisasikan pada masyarakat terkait dengan dampak. 7. Pelibatan LSM dalam penangan Sungai Citarum. Tindak lanjut yang akan dilakukan dalam rangka penanganan dan penataan Sungai Citarum adalah pencegahan pencemaran dengan tindakan tegas yang dilakukan Kementerian Perindustrian melalui tindak diperpanjangnya izin Hak Guna Bangunan (HGB) perusahaan industri tekstil yang berkawasan di DAS Citarum.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 66

E. Koordinasi Program dan Anggaran Penanganan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum Tahun 2018-2023 Rapat Koordinasi dipimpin oleh Menko Bidang Kemaritiman dan dihadiri oleh Satgas Citarum, Kepala Bappenas dan Deputi SDM Iptek dan Budaya MAritim serta Asdep Pendidikan dan pelatihan Maritim. Rapat dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan program dan penanganan DAS Citarum. Beberapa potensi permasalahan yang terdapat dalam rencana aksi penanganan Sungai Citarum adalah: 1. Belum dititetapkannya secara sesifik baku mutu air limbah industri dan sistem sanitasi 2. Mekanisme instansi yang berwwenang untuk melakukan pemantauan kualitas air 3. Pengeloalan data 4. Kegiatan rebiosasi 5. Pembagunan TPS skala lokal 6. Konfliksosial antara petani jika tidak dilakukan penataan 7. Kegiatan operasioanal Satgas Citarum yang belum mendapatkan pendanaan berkelanjutan. Tindak lanjut yang disarankan adalah: 1. Perlunya koordinasi taktis yaitu dedicated resources dan penguatan kelembagaan operasional dari Satgas Citarum. 2. Anggaran Citarum diusulkan langsung turun pada Satgas dengan status Kuasa Pengguna Anggaran dengan format BA BUN. Pembahasan bisa dilaksanakan dengan Dirjen Anggaran Kementerin Keuangan. 3. Perlu ada penambahan insinerator lebih banyak di Jawa Barat namun perlu diperhatikan apakah insinerator yang sudah ada bisa maksimal dioperasikan 4. Gubernur Jawa Barat sebagai Satgas memantau setiap program kegiatan Citarum yang ada di kementerian/lembaga dan menyesuaikan dengan kebutuhan strategis Satgas.

F. Kunjungan Lapangan ke Ipal PT Idaman Eramandiri dan IPAL Terpadu Cisirung Kunjungan lapang ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari pengelolaan IPAL oleh industri yang berada di DAS Citarum yaitu ke IPAL PT Idaman Eramandiri. Dilanjutkan dengan kunjungan ke IPAL Terpadu yang menampung limbah cair dari 24 industri di sekitarnya yang dikelola oleh PT MCAB. Hasil dari kunjungan lapang tersebut kemudian dilakukan evaluasi dan diskusi bersama Mayjend Zaedun. Salah satu penyebab rusaknya kualitas air khususnya di sungai Citarum disebabkan oleh keberadaan limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi dari industri-industri yang berada di sepanjang DAS Citarum. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah melalui Pemkab Bandung untuk menangani industri yang tidak memiliki IPAL atau memproduksi limbah cair

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 67

melebihi kapasitas IPALnya adalah dengan membangun infrastruktur IPAL komunal di wilayah Cisirung. Sebagian besar industri masih belum sepenuhnya mematuhi aturan untuk mengolah air limbahnya sebelum dialirkan ke sungai. Tahapan penataan kembali IPAL Terpadu Cisirung antara lain: 1. Dilakukan “Audit Kinerja” Pengelolaan IPAL Terpadu Cisirung, termasuk pendataan beban limbah dari industri-industri yang mengalirkan air limbahnya ke IPAL Cisirung; 2. Penataan kembali Status Aset (bangunan dan tanah) dan segera dilakukan penyerahan kepada Pemerintah Daerah; 3. Revitalisasi IPAL dengan menerapkan teknologi terkini; 4. Membuat mekanisme kerjasama antara pemerintah dengan swasta selaku pengelola IPAL, termasuk mekanisme monitoring dan evaluasi untuk pengelolaan yang transparan dan akuntabel.

3.2.9. Penanganan Tumpahan Minyak di Laut A. Pelaksanaan Audit Lingkungan dan Investigasi Tumpahan Minyak di Laut Provinsi Kepulauan Riau Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 3 s.d 6 April 2018 di Batam dan Karimun. Dari hasil audit ini, diperoleh informasi berupa: 1. Dari aspek legalitas perusahaan Tank Cleaning yang diaudit telah memilliki: a. Perusahaan Pengolah Limbah B3 yang telah memiliki izin Pengelolaan Limbah 33 untuk kegiatan Pengolahan Limbah 33 dari KLHK; dan/atau b. Perusahaan Pemanfaat Limbah 33 yang telah memiliki izin Pengelolaan Limbah 33 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 dari KLHK. 2. Persetujuan pelaksanaan pencucian tangki kapal dari Kementerian Perhubungan Direktur Perkapalan dan Kepelautan Dirjen Perhubungan Laut yang berlaku selama 1 (satu) tahun; dan 3. Pelaksanaan tank cleaning yang memiliki izin surat Keterangan Pengawasan Pencucian Tangki Kapal dikeluarkan oleh Syahbandar. 4. Audit Lingkungan dan Investigasi Tumpahan Minyak di Laut Provinsi Kepulauan Riau dilaksanakan sebagai berikut: a. Total perusahaan yang di Audit berjumlah 8 Perusahaan yang mana 6 (Enam) perusahaan berada di Kota Batam dan 2 (dua) perusahaan berada di kepulauan Karimun; b. Tim dibagi 3 (tiga) kelompok berdasarkan Surat Tugas yang dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam dan Kepulauan Karimun; Rekomendasi tindaklanjut: 1. Diperlukan pengawasan terpadu dan perhatian khusus dari TIM Pusat penanggulangan tumpahan minyak di Laut di jalur OPL (Out Port of Limited) pada (bulan Olctober s.d April) saat musim utara dan arus menuju ke pesisir pantai Pulau Batam dan Bintan 2. Diperlukan dukungan Data dan Informasi (data satelit, Video Underwater, Finger print dan data lainnya) yang dimiliki. oleh Tim Pusat (KEMENLU, KLHK,

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 68

KESDM, KEMENHUB, KKP, LIPI, LAPAN, BAKAMLA, LEMIGAS, TNI dan POLRI,) serta Tim Daerah (DLHK Provinsi, DLH Kota Batam, DLH Kabupaten 3. Diperlukan dukungan patroli udara (Air surveillance) dari TNI dan POLRI 4. Temuan penyimpangan sebagaimana pada poin 3a-c agar ditindaklanjuti oleh PPNS Penegakan Hukum KLHK. 5. Mempercepat pembentukan Tim Daerah KEPRI untuk disahkan oleh Gubernur yang menghimpun semua kekuatan di daerah termasuk unsur patroli di laut.

B. Pengendalian dalam Kesiapsiagaan Nasional dan Daerah Dalam Tumpahan Minyak di Laut Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2018 di Hotel Tjokro, Balikpapan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut khususnya di daerah resiko dan daerah berbatasan dengan negara tetangga. Hasil kesepakatan rapat koordinasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan Tim Daerah Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut diprioritaskan di beberapa provinsi yang rentan terjadi tumpahan minyak, khususnya yang terdapat alur/ lintasan pelayaran internasional dan atau berbatasan dengan negara lain. 2. Target capaian di tahun 2018 adalah terselesaikannya rancangan Surat Keputusan Tim Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan pada tahun 2019 disahkannya oleh Gubernur Provinsi Kalimantan Timur. 3. Mengusulkan kepada Kementerian Dalam Negeri agar menerbitkan Surat Edaran tentang Pembentukan Tim Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut dengan petunjuk pelaksanaan pendanaannya termasuk dana tak terduga. 4. Mengusulkan agar Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memfasilitasi pertemuan lanjutan pembentukan Tim Daerah.

C. Koordinasi dan Kunjungan Lapangan Tindak Lanjut Penanganan Pencemaran Tumpahan Minyak Koordinasi ini dilaksanaka pada tanggal 22-23 November 2018 dan dihadiri oleh perwakilan peserta dari KNKT, Kapus Riset Kelautan KKP, KLHK, Ditjen Migas ESDM, Dishub Provinsi Kaltim, BPBD Provinsi Kaltim, BPBD Kota Balikpapan, KSOP Balikpapan, PT. Pertamina (Persero) dan PT. Pertamina (Persero) Revenery Unit 5, Deputi II, Asdep Keamanan dan Ketahanan Martim serta Biro Informasi dan Hukum Kemenko Maritim. Rakor dan Kunjungan lapangan (field trip) ini merupakan tindak lanjut dari serangkaian Rapat Koordinasi Penanganan Tumpahan Minyak di Balikpapan yang dilaksanakan berturut-turut pada 30 Agustus, 3 dan 14 September 2018 di Kemenko Maritim. Rakor tersebut bertujuan untuk menelaah berbagai langkah penanganan pada tingkat operasional untuk pencegahan (mitigasi) kecelakaan di laut, dan memperoleh

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 69

masukan pembuatan kebijakan dalam mengantisipasi atau pencegahan kecelakaan di laut. Melalui pelaksanaan kegiatan ini, tindak lanjut yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. isu hukum dan hubungan luar negeri akan dirapatkan dan dibahas pada rapat berikutnya; 2. matriks yang menggambarkan effort dan impact permasalahan pencemaran minyak di Teluk Balikpapan tersebut telah disampaikan kepada K/L terkait untuk dapat diberikan tanggapan serta masukan; 3. Kemenkomaritim akan mengadakan rapat dengan mengundang Bappenas dan Kemenkeu untuk membahas anggaran KNKT terkait dukungan isu keselamatan maritim.

D. Pengendalian dalam Kesiapsiagaan Nasional dan Daerah dalam Tumpahan Minyak di Laut Koordinasi Implementasi Tim Daerah Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut Provinsi Kepulauan Riau diselenggarakan pada hari Kamis-Jumat tanggal 29-30 November 2018 bertempat di hotel Aston Batam. Rapat menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlu adanya upaya khusus pengawasan di laut pada musim utara yang merupakan Tupoksi Tim Patroli Keamanan. 2. Diharapkan peran serta dan dukungan Universitas dalam hal kemungkinan model arus laut dari laut jepang yang akhirnya sampai ke perairan di ASEAN dan teknologi dengan Bidang Remediasi. 3. Perlu dipelajari pendanaan “Dana Siap Pakai dan “Dana Darurat” bagi penanggulangan tumpahan minyak di Laut. 4. Pengawasan di OPL perlu di tingkatkan dan di pastikan di level unit (dengan – Malaysia) terkait pengawasan di OPL ini (West – East OPL). 5. SOP sebagai Juklak–Juknis SK Gubernur sebaiknya berisi pengawasan, Penegakkan dan Pencegahan. 6. Tempat Penampungan Oil Waste (TPS). 7. Latihan Tim Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut setiap Tahun. 8. Format laporan temuan Oil Spill. 9. Gubernur menerbitkan surat notifikasi kewaspadaan di musim utara ke Tim Patroli Keamanan agar meningkatkan kewaspadaan tumpahan minyak di laut. 10. Penggunaan satelit akan diimplementasikan untuk menemukan pelaku, perlu kerjasama dengan Badan Riset Observasi Laut, KKP (BROL) dan LAPAN untuk penyediaan data satelit. Gubernur menyampaikan surat kepada Kepala BROL untuk mendapatkan data satelit dan data AIS (posisi kapal) kepada BAKAMLA/KPLP.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 70

3.2.10. Penanganan Sampah dan Limbah A. Penanganan Sampah di Labuan Bajo Pada tanggal 13 April 2018 Kemenko Kemaritiman telah melaksanakan rapat yang dihadiri oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Perwakilan dari Direktorat Cipta Karya PUPR, Direktorat Penataan Ruang Laut KKP, Direktorat Pengolahan Sampah KLHK, dan Danone Indonesia. Rapat dilaksanakan dalam rangka pembahasan perkembangan dan teknis pengelolaan sampah di Labuan Bajo. Melalui kegiatan ini, masing masing dari kementerian atau lembaga memaparkan usulan dan pendapat. Beberapa usulan tersebut adalah pembentukan bank sampah serta pembangunan urban farming untuk penghijauan sekaligus menambah gizi keluarga (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Kemudian usulan lain berupa pelatihan pengelolaan sampah: KSU April, IWP , serta pengadaan perahu pengangkut sampah (2 unit) (Kementerian Kelautan dan Perikanan). Kemudian Asisten Deputi Pendayagunaan Iptek Maritim memaparkan tentang program jangka pendek harus terintegerasi dengan ideal jangka panjang. Dibutuhkan program tepat yang detil, dari yang dibuat KLHK akan disupport, perlu pemilahan program yang dapat dilakukan jangka pendek. Kemudian bank sampah untuk unorganik dapat langsung dibawa ke PDU Labuan bajo. Butuh pemetaandimana lokasi pembangunan TPS permanen, butuh tempat-tempat untuk menaruh petugas kebersihan, dan bagaimana pengolahan sampah untuk menjadi kompos atau pelet. KLHK agar melakukan peninjauan disana. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Labuan Bajo menyampaikan bahwa demi mewujudkan Labuan Bajo yang bersih dibutuhkan 198 tenaga kebersihan yang bekerja sehari-hari untuk bersihkan Labuan bajo, kendaraan pengangkut sampah yang tersedia ada 4 (empat) truk. Untuk program pengelompokan organik dan anorganik agak sulit diwujudkan dalam waktu singkat, usulan dari Dinas LHK Labuan Bajo lebih baik untuk membuat TPS permanen. SDM untuk mengumpulkan sampah dapat DLHK bantu dan untuk Pulau Mesa yang bersih dibutuhkan tenaga kebersihan, TPS permanen, dan kapal sampah. Danone Indonesia mengatakan tentang pulau Mesa memiliki penduduk yang padat tidak cocok untuk urban farming akan lebih baik pengolahan pelet ikan.

B. Teknis Pengelolaan Sampah dan Mooring Buoy Labuan Bajo Kegiatan ini dilaksanakan pada 5 Juni 2018 Kemenko Kemaritiman melakukan rapat pembahasan status mooring buoy dalam pengembangan destinasi wisata Labuan Bajo. Hasil dari pembahasan ini adalah penekanan terhadap pemasangan mooring buoy yang telah dilakukan oleh Taman Nasional Komodo dimana pada pengalaman pemasangan mudah namun keberlanjutannya sangat susah. Berdasarkan Keppres 11 Tahun 2017, Deputi Bidang Koordinator SDM, Iptek dan Budaya Maritim ditetapkan sebagai wakil sekretariat panitia nasional, dengan rincian tugas sebagai berikut : 1. Mengoordinasikan penyusunan rencana induk dalam rangka penyelenggaraan rangkaian AM IMF-WB 2018

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 71

2. Menyusun dan menyiapkan rencana anggaran program utama dan program Voyage to Indonesia dalam mendukung penyelenggaraan rangkaian AM-IMF 2018 3. Mengoordinasikan persiapan dan pelaksanaan program utama dan program Voyage to Indonesia bekerja sama dengan Meeting Team Secretariat. 4. Melaksanakan tugas program utama dan program Voyage to Indonesia yang ditetapkan oleh Ketua, dan 5. Menyampaikan laporan persiapan dan pelaksanaan kegiatan program utama dan program Voyage to Indonesia.

C. Koordinasi River Clean Up Koordinasi ini dilakukan pada tanggal 25 April 2018 di Gedung Kemenko Kemaritiman yang dibuka dan dipimpin oleh Plh. Asisten Deputi Pendayagunaan Iptek Maritim, Kemenko Kemaritiman. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah membahas persiapan teknis pemasangan alat pembersih sampah dan penandatangan Minutes of Meeting (MoM) dan Minutes of Discussion (MoD) RI-Belanda. Sampah yang yang bermuara ke laut Indonesia sangat berlimpah sehingga mengakibatkan pencemaran di wilayah pesisir. Plastik yang masuk ke wilayah laut di Indonesia mencapai 4,8 sampai dengan 12,7 juta metrik ton dari 275 juta metrik ton sampah yang dihasilkan. Kemenko Maritim melakukan telah bersurat Sekjen Kementerian dan Dirjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR mengenai latar belakang dan urgensi kerja sama pembersihan sungai di DKI Jakarta. Pemerintah Belanda/TOC (The Ocean Clean Up) dan Pemerintah Indonesia menyusun draft proposal riset, sebagai materi perjanjian kerjasama. Alat yang digunakan untuk pembersihan adalah alat yang dibuat oleh The Ocean Clean Up. Karakterisitik alat ini adalah: 1. Mesin pembersih sampah dilengkapi dengan solar panel sebagai sumber listrik tambahan yang juga dilengkapi dengan sabuk conveyor untuk mengumpulkan sampah, memilik jangkar sedalam 70 meter, dapat dipantau melaui smartphone 2. Dalam operasi ke sungai ataupun laut membutuhka tuck boat atau push boat 3. Keberadaan alat pembersih sampah ini sudah siap di Batam dan siap juga untuk di bawa ke Jakarta 4. Pengiriman alat dari batam ke jakarta membutuhkan surat dan tanda tangan yang berkaitan dengan Pelabuhan Jakarta. 5. Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim siap membantu dalam urusan ke Pelindo. 6. Perlu juga berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 72

Beberapa kendala yang dihadapi adalah dalam rangka pengadaan alat pembersih adalah: 1. Perlu ada master list dan jumlahnya harus disiapkan. 2. Perlu izin ke Kementerian Perdagangan 3. Dari pihak keduataan Belanda perlu memberi rekomendasi dan pihak The Ocean Clean Upmemberi alatnya, jika sudah dilakukan maka proses dari kementerian perdagangan, bea cukai dan setneg maka akan cepat.

D. Koordinasi Kebijakan Observasi Data Kelautan Kunjungan Lapangan Untuk Fasilitas Riset Alat Pembersih Sampah di Sungai (River Clean Up) Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4-5 Mei 2018 di Batam, Kepulauan Riau. Tujuan dilaksanakanya kegiatan ini adalah untuk melakukan koordinasi kebijakan observasi data kelautan survei lapangan mengenai fasilitas riset alat pembersih sampah di sungai (river clean up). Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, dimana lebih dari 2.000 dihuni, sampah dari lebih dari 250 juta penduduk kita memiliki akses ke laut melalui banyak sungai. Sampah laut di Indonesia berasal dari kegiatan dan aktivitas maritim dan daratan. Indonesia telah belajar bahwa sekitar 15% dari sampah berupa plastik.

Gambar 2 Perbandingan Jumlah Sampah Plastik di Berbagai Negara di Dunia

Sampah yang masuk ke laut umumnya merupakan sampah yang berasal dari daratan masuk melalui Daerah Aliran Sungai (DAS). Sehingga penting bagi kita untuk menentuk titik potensi sampah laut di beberapa titik sungai.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 73

Alat pembersih sampah yang akan digunakan dalam program river clean up ini menggunakan solar panel sebagai sumber energi yang sifatnya ramah lingkungan serta memanfaatkan prinsip pemilihan dalam circular economi. Lokasi penerapan alat pembersih sampah; Cengkareng Drain, Kali Adem, dan Cakung Drain

E. Koordinasi Pengendalian Kebijakan Penanganan Sampah Laut Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 9-11 Mei 2018 di Bandung. Kegiatan ini dihadiri oleh Dr. Nani Hendiarti- Asisten Deputi Pendayagunaan Iptek Maritim- Kemenko Kemaritiman. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengkaji kesiapan daerah, infrastruktur dan kebijakan daerah dalam pengelolaan sampah laut. Kemenko Kemaritiman memiliki rencana akasi nasional yang memiliki 4 pilar, yaitu : 1. Peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan 2. Pengelolaan sampah plastik teresterial 3. Pengelolaan sampah plastik di pesisir dan di laut 4. Mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, penegakan hukum, serta penelitian dan pengembangan. Sampah kantong plastik menjadi permasalahan utama di lingkungan karena sulit terurai dan nilai jualnya sangat rendah. Sampah kantong plastik mendominasi di darat, TPA, sungai dan pada gilirannya ke laut. Recovery sampah kantong plastik masih sangat rendah sampah plastik tidak mudah terurai di lingkungan. Beberapa isu penting dalam penanganan sampah plastik di Indonesia dapat dicirikan sebagai berikut: 1. Koordinasi antar lembaga yang menangani pengelolaan sampah melibatkan berbagai sektor dan institusi; 2. Penerapan aplikasi teknologi untuk mengontrol sampah plastik, termasuk penerapan berbasis ilmu dan manajemen; 3. Pentingnya upaya masyarakat untuk mengurangi sampah plastik Dalam pengelolaan sampah plastik laut aspek ilmiah harus memainkan peran penting dalam mengembangkan kebijakan. Tanpa ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengetahui nasib dan karakteristik sampah laut, tidak mungkin menghasilkan peraturan dan kebijakan yang efektif untuk mengurangi sampah laut. Aksi rencana membangun yang menerangkan investasi spesifik sehingga dapat segera membuat, aksi- aksi dan intervensi yang akan memerlukan kebijakan pembaruan dan analisis area masa depan membutuhkan improvisasi pengetahuan dan pengertian terhadap tantangan sampah laut indonesia.

F. Pengendalian Implementasi Kebijakan Pencemaran Limbah di Laut 1. Koordinasi Integrasi Port Waste Management System (PWMS) ke dalam lnaportnet Rapat Koordinasi Integrasi Port Waste Management System (PWMS) ke dalam lnaportnet dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 September 2018 di ruang Kantor Kemenko Kemaritiman. Kesimpulan dan rekomendasi rapat adalah sebagai berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 74

a. Aplikasi/Modul PWMS terdiri dari dua bagian besar yakni:  Bagian Notifikasi (Fasa #1) Diintegrasikan ke INAPORTNET untuk melengkapi data Notifikasi Kapal pada bagian limbah yang ada di lnaportnet;  Bagian 'Next Process' (Fasa #2) PWMS oleh Pelindo I, II, Ill dan IV melanjutkan tahapan proses yang berhubungan dengan B2B (Business to Business). b. Proses integrasi PWMS kedalam Inaportnet sudah dilakukan sejak hari Jumat tanggal 14 September 2018 dan diharapkan selesai pada hari Jumat tanggal 21 September 2018. c. Setelah proses integrasi selesai maka akan diresmikan launching integrasi PWMS ke lnaportnet ini pada kesempatan pertama. d. PT Pelindo II sudah menyepakati pembentukan Koperasi Limbah oleh INSA dan akan dilanjutkan dengan kesepakatan dengan IPC Pelindo II Cabang Tanjung Priok sebagai Pilot Project.

G. Koordinasi dan Fasilitasi Kebijakan Implementasi Green Port dan Online Port Waste Management Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 3 Agustus 2018 bertempat di gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat menghasilkan kesepakatan sebagai berikut: 1. Rapat menyepakai untuk mengimplementasikan Online Port Waste Management System. 2. Kementerian Perhubungan cq Direktorat Jenderal Perhubungan Laut akan menerbitkan surat edaran tentang implementasi Online Port Waste Management System paling lambat tanggal 10 Agustus 2018. 3. Online Port Waste Management System akan diresmikan pada tanggal 14 Agustus 2018. 4. Sebelum dirilis oleh Kemenko Kemaritiman, kriteria mengenai Green Port perlu dibahas lebih lanjut.

H. Pengelolaan Sampah Laut Di Teluk Manado Kegiatan ini dilaksanakan pada 9-12 Agustus 2018 di Manado, sulawesi Utara. Diselenggarakan oleh Asisten Deputi Pendayagunaan IPTEK Maritim. Salah satu ancaman serius bagi ekosistem pesisir dan laut adalah sampah. Sampah yang berada di laut (sampah laut) berasal dari berbagai aktivitas antropogenik dan berbagai penggunaan lahan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan koordinasi pengelolaan sampah laut di perairan Teluk Manado.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 75

Gambar 3 Potensi timbulan sampah plastik dimana 80% berasal dari daratan Sekitar 80% sampah padat dilaut berdasarkan bersumber dari daratan dan 90% adalah jenis sampah plastik. Limbah plastik di laut Indonesia adalah kira-kira. 187.200.000 ton/tahun (Jambeck et.al 2015).

Gambar 4 Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah Plastik di Laut Kemenko Kemaritiman memiliki rencana akasi nasional yang memiliki 4 pilar, yaitu: 1. Peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan 2. Pengelolaan sampah plastik teresterial 3. Pengelolaan sampah plastik di pesisir dan di laut 4. Mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, penegakan hukum, serta penelitian dan pengembangan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 76

Gambar 5 Komposisi sampah di Indonesia Keberadaan sampah di Kota Manado, produksinya meningkat dari 828.812m3/hari pada tahun 2011 menjadi 980.865 m3/hari pada tahun 2014. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan penduduk di mana pada tahun 2011 berjumlah 437.066 jiwa menjadi 536.931 jiwa pada tahun 2014.

Gambar 6 Gerakan bersih sampah di teresterial di pesisir Teluk Manado Produksi sampah untuk keseluruhan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 391.000 ton/tahun. Setelah dikeluarkannya peraturan daerah tentang sampah (Peraturan Daerah, Nomor 7, tahun 2006), pengelolaan persampahan secara resmi dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Manado. Namun, sejak itu pula, perubahan belum terlihat secara signifikan di mana pada kenyataanya masih banyaknya sampah yang terbuang ke lingkungan perairan Teluk Manado. Beberapa isu penting dalam penanganan sampah plastik di Indonesia dapat dicirikan sebagai berikut: 1. Koordinasi antar lembaga yang menangani pengelolaan sampah melibatkan berbagai sektor dan institusi; 2. Penerapan aplikasi teknologi untuk mengontrol sampah plastik, termasuk penerapan berbasis ilmu dan manajemen; 3. Pentingnya upaya masyarakat untuk mengurangi sampah plasti

I. Focus Group Discussion Pemahaman Zero Waste Kegiatan FGD diadakan pada Senin 25 Juni 2018 di Hotel All Season Gajah Mada Jakarta serta dipimpin oleh Deputi SDM, IPTEK, dan Budaya Maritim.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 77

Pemerintah melalui Inpres No.12 Tahun 2016 tentang revolusi mental memberi arahan kepada Kemenko Kemaritiman untuk menjadi koordinator Gerakan Indonesia Bersih. Hal ini dilatarbelakangi laporan CNN (2015) yang menyatakan bahwa Indonesia adalah penyumbang sampah plastik tersbesar kedua di dunia. Atas dasar tersebut, melalui acara Focus Group Discussion (FGD) bersama organisasi non-pemerintahan dan lembaga pemerintahan lainnya aknan mengadakan kampanye Zero Waste 2018. Focus Group Discussion Zero Waste 2018 yang diadakan oleh KEMENKO MARITIM dengan bantuan dari ARKA Creative Studio memiliki empat tujuan besar: 1. Membentuk rencana sinergitas antar stakeholders 2. Membentuk rencana penentuan tujuan kampanye Zero Waste 3. Mempertemukan sudut pandang berbagai macam pihak terkait akan Zero Waste 4. Membahas dan menentukan Fokus Masalah dalam penerapan Zero Waste di Indonesia Peserta dan Panitia Poin penting yang menjadi hasil diskusi: 1. Penyebutan dan definisi dari Zero Waste perlu diganti. Misalnya menjadi Zero Waste to Landfill, untuk dapat membuat masyarakat mengerti dengan penyebutan yang lebih spesifik. 2. Pemetaan dan publikasi kemampuan setiap pihak bisa sangat membantu antar pihak dalam mencapai tujuan Zero Waste Kemenko Maritim. 3. Perlu dibuatnya database mengenai sampah dan pengerjaan permasalahan secara real-time atau digitalisasi. Potensi Bentuk Kerja Sama: 1. Aliansi/Komite Indonesia Bebas Sampah: Sebuah bentuk kerja sama formal antara Pemerintah, Swasta, NGO, dan LSM dimana salah satu aktor bergerak sebagai inisiator lembaga baru yang khusus menangani masalah pengelolaan sampah. 2. Program bersama penanggulangan sampah: Program berkelanjutan yang dilakukan bersama oleh seluruh Stakeholders yang terlibat dalam penyelesaian masalah sampah di Indonesia. 3. Zero Waste Campaign: Kampanye berkelanjutan yang terarah antara Pemerintah, Swasta dan NGO mengenai pemahaman akan Zero Waste.

J. Teknis Finalisasi Revitalisasi TPA Suwung dan Teknologi Waste Dalam rangka menyambut Annual Meeting IMF 2018 yang akan dilaksanakan di Bali maka pengelolaan sampah di bali diperbaiki khususnya TPA Sarbagita Suwung yang menjadi tempat pembuangan akhir sampah di wilayah Denpasar, Badung ,

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 78

Gianyar dan Tabanan. Tujuan rapat ini adalah membahas progres dan kemajuan vitaslisasi TPA Sarbagita Suwung. Kegiatan ini dilaksanakan pada 4 Juni 2018 dibuka oleh Ibu Nani Hendiarti- Asisten Deputi Pendayagunaan Iptek Maritim, Kepala Bidang dari Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur-Kemenko Kemaritiman dan UPT Pekerjaan Umum Provinsi Bali. Hasil dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Revitalisasi TPA Regional Sarbagita Suwung dilakukan oleh Satker Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Pemukiman Provinsi Bali dengan nilai kontrak sekitar 250 Milyar dengan sumber dana APBN Tahun Anggaran 2017,2018 dan 2019. 2. PLTSa saat ini sudah sampai pada tahap pengerasan pondasi untuk konstruksi, hal ini ditandai dengan zona berwarna putih sebagai hasil dari kemajuan pekerjaan Revitalisasi TPA Regional Sarbagita Suwung untuk zona PLTSa. 3. PT. Indonesia Power saat ini sudah menunjuk konsultan untuk melakukan Pra FS. 4. PT. Indonesia Power Perlu berkoordinasi dengan pemerintah provinsi Bali megenai surat izin dalam hal ini erlu menyurat ke Gubernur Bali. 5. Proses KPBU dan Beauty Contest perlu berkoordinasi dengan Kementerian BUMN 6. Untuk kontrak lahan pemanfaatan TPA Suwung perlu diperjelas, dalam hal ini jangka waktu yang digunakan minimal 20 tahun. 7. Perlu dilakukan Pra FS untuk ketersediaan dan keberlanjutan stok sampah. 8. Kegiatan studi sampah TPA Suwung untuk Pra FS menggunakan data sekunder sedangkan kegiatan FS menggunakan data primer . 9. Terdapat solusi dimana pasokan sampah dapat dijaga keberlanjutanya menggunakan perjanjian dengan wilayah sekitar termasuk dalam perjanjian tipping fee, hal ini bisa mencontoh propinsi Jawa Barat dimana dalam mekanisme tipping fee paling baik.

K. Teknis Solid Waste Management Koordinasi ini dilaksanakan pada tanggal 20 September 2018 dibuka dan dipimpin oleh Asisten Deputi Pendayagunaan Iptek Maritim, Kemenko Kemaritiman di Ruang Rapat Lantai 15, Gedung Kemenko Kemaritiman. Tujuan rapat ini adalah membahas mekanisme solid waste management yang dilaksanakan pada tanggal 20 September di RR Lantai 15 Deputi SDM, Iptek dan Budaya Maritim. Beberapa isu yang dibahas pada diskusi rapat sebagai berikut: 1. Pemda merupakan ujung tombak dari pengelolaan sampah di berbagai daerah. Pemda harus ditingkatkan melalui pemberian insentif dan disentif melalui APBD, DAK, dan infrstruktur. Selain itu, terdapat beberapa kota pesisir yang berpeluang berkontribusi membuang sampah dari darat ke laut. Komponen yang penting dibenahi yaitu peningkatan infrastruktur dan capacity building 2. Kondisi yang ada 84% dengan 25 loan, pinjaman yang ada seperti di ditjen cipta karya siap dilaksanakan. Hal yang menjadi Yang menjadi perhatian adalah kesiapan kita dalam mengeksekusi dan melaksanakan kegiatan. Hal yang menjadi

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 79

perhatian adalah di ditjen cipta karya terdapat implementing agreement mengenai infrastruktur jika capacity buiding dimasukkan akan bersifat menghambat. Beberapa hal yang direkomendasikan adalah: 1. Perlu ada peningkatan kapasitas dan infrastruktur, pendampingan 2. Pemerintah daerah yang akan menjadi daerah percontohan (Padang, Palembang dan Malang) diharapkan berkomitmen terkait penyiapan lahan. 3. Dari pemerintah pusat perlu ada Insentif dan Disinsentif dimana Ibu Menteri Keuangan saat di Bali sudah berjanji ke Presiden World Bank lewat Insentif dan Disinsentif pemrintah daerah akan didorong.

L. Sosialisasi Perpers 38/2018 dan Meninjau Fasilitas Co-Gerenarion Plant BPPT Lahendong Sosialisasi Perpres 35/2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah dengan teknologi ramah lingkungan adalah upaya untuk melaksanakan instruksi presiden dalam memusnahkan dan mengurangi volume sampah secara signifikan dari kota. Dalam sosialisasi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, Bappeda, KLHK, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi, Dinas PUPR provinsi, Sekretariat Kabinet Pembangkit listrik BPPT di Lahendong adalah bertujuan untuk riset dan pengembangan. Pembangkit ini merupakan jenis pembangkit listrik yang memenfaatkan heat recovery dari air panas (brine) sebelum direinjeksikan kembali ke bumi. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara/Kota Manado siap melakukan percepatan pembangunan PLTSa sesuai Perpres 35/2018. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara/Kota Manado akan memverifikasi kebutuhan kesiapan pendanaan, regulasi (pusat dan daerah). Jaktrada perlu disiapkan (seharusnya diselesaikan pada bulan april, namun sudah diperpanjang waktunya menjadi/sampai dengan bulan Mei), Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara/Kota Manado. Ketersediaan data dan informasi sampah sudah ada. Pembiayaan tipping fee perlu ada kajian-kajian lebih lanjut. Tindak lanjut adalah Pemerintah Sulawesi mempersiapkan langkah aksi baik pembuatan FS dan MP. Kemenko Maritim menyatakan bahwa perlu Master Plan termasuk instalasi pemusnah sampah didalamnya. Pemerintah Kota/Provinsi perlu segera membentuk tim untuk pelaksanaan percepatan PLTSa.

3.2.11. Kerja Sama Kemaritiman Indonesia-Korea Selatan Mengenai Perikanan Budidaya, Energi Baru Terbarukan Laut dan Pariwisata Bahari Kegiatan ini dilaksanakan pada 23-25 Agustus 2018 di Natuna dengan tujuan untuk melakukan koordinasi survei kerja sama Indonesia dengan Korea terkait perikanan budidaya, energi baru terbarukan laut dan pariwisata. Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 dari hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau yang terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai dan Serasan dan satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 80

Pada tanggal 16 Mei 2016, telah ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Samudera dan Perikanan Negara Korea Selatan dengan Kemenko Kemaritiman Republik Indonesia. MoU tersebut dimaksud bertujuan sebagai payung kerja sama kemaritiman antara Pemerintah RI dan Pemerintah Korea. Telah dilakukan The 1st Bilateral Maritime Dialogue di Seoul, Korea Selatan pada tanggal 19 Desember 2017. Pada tanggal 23-25 April 2018 di Seoul, Korea Selatan Indonesia dan Korea telah melaksanakan The 2nd Bilateral Maritime Dialogue mengadakan Bilateral Dialog Maritim di Korea Selatan. Hasil tindak lanjut dari pertemuan tersebut dilakukan survei kerja sama kemaritiman Indonesia dengan Korea Selatan dalam bidang perikanan budidaya, energi baru terbarukan laut dan pariwisata di Kabupaten Kepulaua Natuna. Natuna dipilih karena sebagai pulau terluar dimana sebuah perbatasan dan menjadi pintu gerbang akses inegara Indonesia dengan negara lain.

3.2.12. Penanganan Kebencanaan Maritim A. Koordinasi Percepatan Pengelolaan Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami Di Indonesia Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Maret 2018 di gedung Kemenko Kemaritiman. Hasil yang didapat dari kegiatan ini adalah: 1. Fungsi koordinasi sistem peringatan dini tsunami yang selama ini mengacu kepada Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor 21 Tahun 2006 namun dengan terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan diikuti dengan pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) maka Surat Keputusan tersebut tidak lagi berlaku. 2. Mengingat Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi dan tsunami, sementara sebagian besar peralatan sistem peringatan dini tsunami rusak/hilang, maka perlu mengaktifkan kembali fungsi koordinasi sistem peringatan dini tsunami dan disepakati agar dibentuk melalui Keputusan/ lnstruksi Presiden sebagai pengganti Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor 21 Tahun 2006. 3. Kemenko Kemaritiman akan membentuk kelompok kerja untuk percepatan pembentukan tim koordinasi sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami di Indonesia mencakup aspek regulasi dan rencana aksi implementasi sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami.

B. Koordinasi Pengembangan Sistem Deteksi Dini Gempa Bumi Koordinasi ini dilakukan dengan menyelenggarakan beberapa rapat koordinasi seperti berikut: 1. Koordinasi Finalisasi Bahan Rapat Terbatas Pengambangan Sistem Deteksi Dini Gempa Bumi Dan Tsunami

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 81

Koordinasi dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2 November 2018 di ruang Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman dengan kesimpulan sebagai berikut: a. BMKG, BPPT, dan BIG sebagai lembaga teknis di level upstream telah menyampaikan usulan secara struktur terkait peralatan yang dibutuhkan untuk diajukan ke dalam sistem Penguatan dan Pengembangan Sistem Deteksi dan Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami b. Lapan dan BNPB sebagai lembaga teknis di level downstream telah menyampaikan usulan terkait peralatan yang dibutuhkan untuk diajukan ke dalam sistem Penguatan dan Pengembangan Sistem Deteksi dan Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami c. BMKG juga telah menyesuaikan beberapa kebutuhan secara kultur di level downstream yang dinilai cukup dibutuhkan untuk dikoordinir oleh K/L lain yang terlibat d. Usulan kegiatan dan Anggaran seluruh Kementerian dan Lembaga untuk Penguatan dan Pengembangan InaTEWS agar segera diusulkan terutama untuk Komponen Kultur / Downstream e. Bersamaan dengan rapat koordinasi ini telah disampaikan juga daftar lembaga pemerintah sebagai focal point komponen pengembangan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia untuk ditinjaklanjuti sebagai draft lampiran kebijakan payung hukum Sistem Penguatan dan Pengembangan Sistem Deteksi dan Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami. 2. Koordinasi Lanjutan Finalisasi Bahan Rapat Terbatas Pengambangan Sistem Deteksi Dini Gempa Bumi Dan Tsunami Koordinasi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 8 November 2018 di Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: a. Rancangan draft (Perpres) yang dihasilkan dapat berupa delegasi (amanat dari undang-undang) maupun atribusi (mengacu langsung ke Undang-undang Dasar karena belum diamanatkan oleh undang-undang). b. Beberapa tahapan yang dilalui dalam pembentukan rancangan draft perpres salah satunya adalah pembentukan panitia antar K/L terkait dalam proses harmonisasi oleh Kemenkumham dan penetapan izin prakarsa. c. Evaluasi menyeluruh atas SK Menkokesra No. 21 Tahun 2006 untuk menggali lebih detail permasalahan yang terjadi agar kondisi serupa tidak terulang ke depannya khususnya setelah rancangan perpres ini disahkan. d. Judul rancangan draft rancangan perpres harus menyesuaikan cakupan dan ruang lingkup rencana kegiatan yang diatur guna memayungi semua unsur-unsur yang terlibat. C. Koordinasi Penanganan Kebencanaan di Indonesia Koordinasi dilaksanakan melalui rapat pada tanggal 28 November 2018 gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Agenda rapat adalah tindak lanjut rakor tingkat menteri pada tanggal 22 November 2018 tentang Pembangunan Sistem Deteksi Gempa Bumi dan Tsunami. Rapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 82

1. Banyak K/L yang memiliki peran, maupun sarana dan prasarana yang sesuai dengan tupoksinya khususnya untuk gempa bumi dan tsunami yang dapat disinergikan demi memaksimalkan proses mitigasi bencana. 2. Pemerintah pusat juga sedang mengupayakan proses kerjasama dengan pihak swasta seperti pengusaha ritel, perusahaan transportasi, pabrikan obat dan bahan makanan serta perusahaan rumah anti gempa untuk mengakomodir kebutuhan darurat di wilayah terdampak musibah bencana. 3. Perlunya pendidikan kultur terkait bencana pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah karena pendidikan dasar daerah dikelola di Pemerintah Kabupaten, sementara pendidikan menengah ada di level Pemerintah Provinsi. 4. Perlunya peta Ruang Zona Bencana untuk diterapkan pada pembangunan daerah untuk dapat merevisi peta Rencana Tata Ruang Wilayah bila diperlukan yang disertai dengan skala resiko, syarat dan ketentuan pembangunan. 5. Perlunya jangkauan telekomunikasi yang kuat dan tersebar secara menyeluruh untuk daerah rawan bencana agar kondisi dan keadaan wilayah terdampak bisa tetap terpantau dengan baik bila terjadi bencana. 6. Perlunya defenisi yang lebih spesifik dari “Peringatan Dini” untuk memperjelas koridor kerja masing-masing K/L yang terlibat. Hanya sebatas menginformasikan bencana atau mencakup himbauan / instruksi untuk evakuasi. 7. Perlunya amanat presiden (Ampres) sebagai acuan K/L bekerja dalam penyusunan bentuk dari rancangan peraturan yang akan dikonsep. 8. Rapat kali ini merupakan pra-ratas yang akan ditindaklajuti dengan pertemuan para pimpinan setiap K/L dalam waktu dekat dengan waktu yang akan disesuaikan kemudian. D. Koordinasi Penyusunan Kebijakan Nasional Pengelolaan Kebencanaan Maritim 1. Pembahasan Standard Operating Procedure (SOP) Tanggap Darurat Akibat Bencana Gempa Bumi dan Situasi Emergensi Lainnya Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 12 Oktober 2018 bertempat di kantor Kemenko Kemaritiman. Bertujuan untuk membahas SOP tanggap darurat akibat bencana gempa bumi dan situasi emergensi lainnya khususnya untuk diimplentasikan pada gedung kantor Kemenko Kemaritiman, Rapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Penyusunan Safety Induction Safety Induction adalah pengenalan dasar-dasar keselamatan kerja dan Kesehatan Kerja (K3) kepada karyawan baru atau tamu. Menentukan jalur evakuasi, tempat kumpul dan tempat-tempat yang aman dalam kondisi darurat. Adanya sirine dan guide. Direncanakan lantai 8 Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman akan dijadikan pilot project yang selanjutnya akan diikuti lantai-lantai lainnya. b. Pengukuran Kekuatan Gedung Terhadap Gempa Dalam sepuluh tahun terakhir ini telah banyak terjadi gempa besar di Indonesia. Perlu adanya audit kekuatan struktur untuk gedung-gedung karena ada penurunan kekuatan gedung akibat usia, cuaca dan gempa bumi.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 83

c. Rencana tindak lanjut adalah sebagai berikut: Tabel 1 Rencana Tindak Lanjut terkai SOP Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Penanggung No Kegiatan Timeline Jawab 1. Penyusunan Safety Induction 12/10/2018 D2 dan a. Survey lokasi (Lantai 8) Sucofindo b. Penyusunan lay-out dan video D2 dan Minggu 3-4 bulan Oktober 2018 safety induction. Sucofindo c. Drilling exercise Minggu pertama bulan November D2 dan

2018 Sucofindo d. Lantai lainnya di Minggu kedua bulan November D2 terkait

Kemenkomar 2018 Minggu keempat bulan November D2 dan Biro e. Peresmian oleh Menko 2018 Umum Pengukuran Kekuatan Gedung 2. Terhadap Gempa a. Pengumpulan data sekunder D2 dan Biro Minggu 3-4 bulan Oktober 2018 tentang kekuatan gedung. Umum D2 dan Biro b. Pelaksanaan uji kekuatan Minggu kedua bulan November Umum dan gedung akibat gempa. 2018 Sucofindo Minggu keempat bulan November D2 dan Biro c. Peresmian 2018 Umum

2. Koordinasi Pembahasan Strategi Kesiapan Logistik Menghadapi Bencana Koordinasi ini diselenggarakan pada hari Senin tanggal 15 Oktober 2018 bertempat di Gedung Smart Library Perpustakaan Nasional. Beberapa kesimpulan rapat adalah sebagai berikut: a. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dan Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) bersedia untuk memberikan dukungan logistik sejak saat terjadinya bencana hingga beberapa hari ke depan sesuai dengan kebutuhan pemerintah. b. Kebutuhan logistik yang dapat disuplai adalah barang-barang kebutuhan pokok seperti makanan, minuman, susu bayi, dan sebagainya yang tersedia di gerai ritel (Indomaret, Alfamart, Hypermart, dan sebagainya) yang ada di lokasi bencana atau daerah/kota terdekat lainnya serta di gudang-gudang logistik yang tersebar di seluruh Indonesia. c. Seluruh gerai apotik yang terdapat di mall atau pusat perbelanjaan dapat mensuplai kebutuhan obat/kesehatan yang diperlukan. d. Dana CSR perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu sumber pendanaan. e. Aprindo dan Hippindo bersedia mengumpulkan dana dari para pelanggannya, terutama pengembalian uang pecahan (umumnya di bawah seribu rupiah) saat transaksi berlangsung.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 84

f. Aprindo dan Hippindo mengharapkan infrastruktur milik mereka perlu dijaga pada saat bencana oleh aparat keamanan agar tidak terjadi perusakan/penjarahan sehingga aktivitas bisnis mereka cepat pulih kembali. Dari kesimpulan rapat ini direkomendasikan untuk mengadakan rapat koordinasi tingkat Menteri yang langsung dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dalam waktu yang tidak terlalu lama. Rapat koordinasi tersebut juga akan dihadiri oleh Aprindo, Hippindo, dan Kadin dengan tujuan untuk menyepakati bentuk kerjasama antara Aprindo dan Hippindo dengan pihak pemerintah. 3. Rapat Persiapan Pengembangan Sistem Informasi Kawasan Mangrove Nasional Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2018 bertempat di Hotel Salak Tower, Bogor, Jawa Barat. Rapat bertujuan untuk : a. Membahas mengenai rencana tindaklanjut Pengembangan Sistem Informasi Kawasan Mangrove Nasional sebagai implementasi dari kebijakan satu peta, khususnya peta mangrove Indonesia. b. Membahas rencana menghimpun data dan informasi sebagai updating data mangrove di Indonesia. Rapat menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Sesuai dengan kebijakan one map policy untuk kawasan mangrove Indonesia, Badan Informasi Geospasial (BIG) akan melaksanakan updating dan ground check ke lapangan untuk menguji kebenaran data dan informasi lebih lanjut; b. Akan dibentuk tim Kelompok Kerja yang beranggotakan BIG, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kemenko Kemaritiman. c. Permasalahannya adalah kebijakan one map policy belum disertai pada peta tematik, misalnya kondisi oceanografi laut Indonesia, peta mangrove, padang lamun, terumbu karang, dan lainnya sehingga memerlukan koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan untuk menggunakan peta RZWP3K. Rekomendasinya adalah: a. Kemenko Kemaritiman dengan BIG akan bekerjasama untuk pengumpulan dan updating peta Tematik dan Kondisi Oceanografi laut Indonesia; b. Kerjasama dengan BIG telah didukung oleh Nota Kesepahaman (MoU) Biro Informasi dan Hukum Kemenko Kemaritiman, sehingga untuk implementasinya diperlukan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara es I terkait. dalam bentuk MoU dan PKS

4. Rapat Tindak Lanjut Hasil Pelaksanaan Rapat Koordinasi Pembahasan Strategi Kesiapan Logistik Menghadapi Bencana Rapat tindak lanjut ini diselenggarakan pada hari Jumat tanggal 19 Oktober 2018 bertempat di ruang rapat lantai 8 Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Agenda yang dibahas adalah sebagai berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 85

a. Hambatan yang terjadi dalam pendistribusian logistik pada wilayah terdampak bencana. b. Komitmen pelaku usaha untuk terlibat aktif dalam pendistribusian logistik. c. Penyimpanan logistik untuk antisipasi sebelum bencana. d. Solusi dalam percepatan penanganan bencana. Rapat menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Pelaku Usaha/Aprindo memiliki gudang logistik di seluruh Indonesia untuk mensuplai titik-titik bencana. b. Kementerian Dalam Negeri menginformasikan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2018 tentang Kerjasama Daerah terkait dalam mengatasi kondisi darurat. c. Kemenko Kemaritiman diputuskan sebagai koordinator dalam penyusunan rancangan Nota Kesepahaman antara Pemerintah dengan para pelaku usaha tentang Kesiapan Logistik Menghadapi Bencana. 5. Rapat Koordinasi Pembangunan Sistem Deteksi Gempa dan Tsunami Koordinasi ini dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2018 bertempat di kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat ini bertujuan untuk membahas mengenai persiapan yang harus dilakukan dalam menyediakan kebutuhan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk suatu program kontinjensi dalam penanganan gempa-gempa yang terjadi di Indonesia. Menko Kemaritiman menyampaikan arahan sebagai berikut: a. Pemerintah menginginkan agar mobilisasi pasukan dan peralatan berat bisa dilakukan dengan cepat karena kemungkinan masih adanya korban yang hidup hanya dalam waktu 3 x 24 jam di daerah yang trkena gempa. b. Sistem penyebaran informasi yang langsung masuk otomatis ke televisi, radio dan media terkait adanya gempa yang telah dibangun selama ini wajib ditaati. c. Menko Bidang Kemaritiman meminta bantuan kepada Kepala BMKG dan Tim lainnya untuk menentukan penempatan lokasi pusat logistik yang paling sedikit peluang terjadinya gempa agar bantuan berupa alat berat dan bantuan lainnya yang dibutuhkan sudah bisa langsung ditempatkan di kawasan yang telah ditentukan. Kajian penempatan pusat logistik agar segera dilakukan. d. Proyek percobaan yang pertama akan dilakukan agar ditentukan tempatnya, jumlah biaya, dan teknologi yang akan digunakan. Mengenai hal ini, Menko Bidang Kemaritiman mengusulkan kepada Kepala BMKG agar menggunakan konten lokal (produk dalam negeri). e. Menko Bidang Kemaritiman meminta kepada Kementerian Keuangan agar segera membahas dan membuat struktur mengenai pendanaan, untuk membuat satu program untuk Sistem Deteksi Dini Gempa Tsunami dengan mendengarkan semua masukan dari Kementerian/Lembaga terkait, seperti BMKG dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Program ini akan dimulai dari tahun 2019-2021 dengan multiyear program.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 86

f. Menko Bidang Kemaritiman memutuskan terkait usulan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/BAPPENAS) untuk pembuatan Early Warning System (EWS) agar dibuat satu saja. Jika pemerintah bisa mendanai sendiri, maka agar didonasi saja oleh pemerintah. 6. Rapat Tindak Lanjut Rapat Koordinasi Pembangunan Sistem Deteksi Gempa dan Tsunami Koordinasi ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2018 bertempat di Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut hasil keputusan rapat pada tanggal 19 Oktober 2018 yang bertujuan untuk: a. Mengumpulkan data dan informasi dari Kementerian dan lembaga terkait status dan rencana Pembangunan Sistem Deteksi Gempa Bumi dan tsunami di Indonesia. b. Membahas kelengkapan dokumen persiapan ratas Pembangunan Sistem Deteksi Gempa Bumi dan tsunami. Rapat menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. BMKG sebagai wali data dan penanggungjawab dokumen ratas telah menyusun matrik dan timeline kegiatan lintas kementerian/lembaga selama setahun, namun masih memerlukan kajian teknis untuk alat deteksi dini gempa bumi dan tsunami; b. Dukungan Kementerian Perhubungan adalah akan mengatur dan memberikan posisi yang alat Deteksi gempa bumi dan tsunami sehingga tidak tertabrak di alur pelayaran; c. Dukungan dari Kemenristek Dikti adalah akan memberikan peluang untuk pendanaan sosialisasi alat dan kajian dalam Deteksi gempa bumi dan tsunami di Indonesia; d. Dukungan dari LIPI dan BPPT adalah akan menganalisis alat Deteksi gempa bumi dan tsunami yang paling efisien dan efektif untuk diimplementasikan di Indonesia. Permasalahan adalah: a. Alat deteksi gempa bumi dan tsunami telah banyak dimiliki dan diimplementasikan di kawasan pesisir, namun memerlukan waktu yang lama untuk alarm berbunyi ketika ada gempa atau tsunami b. Alat deteksi gempa atau tsunami yang telah dipasang hilang atau rusak, sehingga tidak dapat berfungsi lagi dan memerlukan pengawasan, monitoring dan perawatan terhadap alat yang telah dipasang. Rekomendasi dari hasil rakor adalah: a. Kemenko Kemaritiman akan memfasilitasi dan mengkoordinasikan Pembangunan Sistem Deteksi Gempa Bumi dan tsunami untuk diajukan ke Ratas Presiden b. Rapat teknis pemilihan alat akan dilaksanakan sebelum hari Jumat tanggal 2 November 2018.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 87

7. Rapat Koordinasi Diskusi Teknis Penyiapan Bahan Rapat Terbatas Pengembangan Sistem Deteksi Dini Gempa Bumi dan Tsunami Koordinasi ini dilaksanakan pada 31 Oktober 2018 di kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat bertujuan untuk: a. Mengumpulkan data dan informasi dari Kementerian dan lembaga terkait status dan rencana Pembangunan Sistem Deteksi Gempa Bumi dan tsunami di Indonesia; b. Membahas kelengkapan dokumen persiapan ratas Pembangunan Sistem Deteksi Gempa Bumi dan tsunami. Hasil rapat koordinasi ini adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan Data Struktur yang dibutuhkan sebagai berikut: Tabel 2 Data Struktur Pembangunan Sistem Deteksi Gempa Bumi dan Tsunami

NO STRUKTUR JUMLAH PIC 1 Seismograf 525 BMKG 2 Accelograf 625 BMKG 3 EEWS (Eartquake Early Warning System) 335 BMKG 4 Intensity Meter 967 BMKG 5 WRS (Warning Receiver System) 323 BMKG 6 System Processing 52 BMKG 7 Portable Seismograf 225 BMKG 8 Portable Accelograf 50 BMKG 9 Tide Gauge 120 BIG 10 C-GPS (Continous Global Position System) 100 BIG 11 Bouy 8 BPPT 12 CBT (Cable Base Tsunameter) 1884 Km BPPT 13 Sirine 500 BNPB 14 Shelter Evakuasi Tsunami 700 PUPR

b. Mendapatkan data Downstream Kultur yang dibutuhkan: Tabel 3 Data Downstream Kultur

NO DOWNSTREAM KULTUR Penanggung Jawab

1 Kampanye Ruang Aman 2 Kampanye Satuan Pendidikan aman Bencana Mendikbud 3 Kearifan Lokal 4 Pemetaan skala detail untuk resiko gempa bumi dan tsunami Evaluasi penyusunan RTRW berbasis resiko gempa bumi dan 5 tsunami 6 Kajian Resiko bencana skala Kab dan Kota 7 Penyusunan rencana kontijengsi gempa bumi dan tsunami

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 88

NO DOWNSTREAM KULTUR Penanggung Jawab 8 Latihan kesiapsiagaan menghadapi gempa bumi dan tsunami 9 Cluster Riset dan Inovasi Kebencanaan Gempa dan Tsunami Menristekdikti 10 Regulasi

c. Rekomendasi dari hasil rakor adalah akan diadakan Rapat Koordinasi Lanjutan untuk finalisasi bahan rapat terbatas pengembangan sistem deteksi dini gempa bumi dan tsunami yang bahannya akan di bawa pada rapat pimpinan pada tanggal 9 November 2018.

E. Workshop Gerakan Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Masyarakat Workshop dilaksanakan dengan latar belakang Inpres 12 Tahun 2016 mengenai Gerakan Nasional Revolusi Mental serta RPJMN 2015-2019 mengenai pengurangan indeks resiko bencana. Workshop dibuka oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat yang dilanjutkan dengan paparan dan diskusi panel. Tahun 2017 telah terjadi bencana sebanyak 2.372 kali dengan 92% terdiri dari banjir, longsor dan puting beliung. Wilayah Indonesia merupakan daerah rawan bencana sehingga diperlukan strategi yang dapat menanggulangi hal tersebut yakni internalisasi PRB dalam kerangka pembangunan pusat dan daerah, penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana, serta peningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi bencana. Terdapat regulasi dalam penurunan resiko bencana salah satunya Perpres Nomor 15 tahun 2018 tentang percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum. Pengendalian DAS Citarum dibantu dengan program Gerakan Pengurangan Resiko Bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan potensi bencana di lingnkungan sekitar dengan lokasi DAS Citarum khususnya bagian hulu, Kec. Baleendah, Kec. Bojongsoang dan Kec. Dayeuh Kolot. Setelah adanya paparan berupa masalah masalah yang dihadapi, disampaikan solusi dalam menghadapi masalah tersebut yakni: 1. Banjir diatasi dengan evakuasi masyarakat, pendistribusian logistik, pengobatan korban banjir dan pengerukan sediman 2. Sampah diatasi dengan pemasangan jarring sampah di anak sungai, pengangkutan sampah dengan alat berat, pembuatan kompos, pembakaran sampah dengan insenerator, pembutan lubnag biopori, pembutan bank sampah, pembutan TPS 3. Pembuangan kotoran manusia ke sungai diatasi dengan pembutan septi tank danWC komunal 4. Pembungan limbah di sungai diatasi dengan cara melakukan penegakkan hukum serta patrol sungai 5. Penertiban bangunan liar dibantaran sungai diatasi dengan sosialisasi, perataan bantaran dengan alat berat, penanaman tanaman keras dan vetifer bantaran 6. Sedimen diatasi dengan pengangkutan dengan alat berat

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 89

7. Terdapat pengaruh satgas Citarum terhadap pola masyarakat diantaranya masyarakat mulai sadar akan menjaga lingkungan, masyarakat mulai berpartisipasi dalam membantu satgas, masyarakat mendapatkan informasi akan pola hidup sehat, industry mulai memperbaiki sarana IPAL dan motto sungai menjadi serambi depan rumah

F. Pertemuan Ilmiah Session Gempa dan Tsunami Palu – Donggala – Sigi Gempa Bumi yang terjadi di Kota Palu pada tanggal 28 September 2018 pada pukul 17.55 WIT merupakan hasil dari pergerakan Sinistral Strike Slip Fault Palu Koro dengan siklus gempa diperkirakan 108 tahun sekali. Kota Palu yang dilalui oleh jalur Fault Ruptures ini ditakutkan akan menjadi Pull Apart Basin akibat adanya mekanisme extensional/rifting. Likuifaksi terjadi di daerah yang dilalui jalur Fault Ruptures dan daerah kipas alluvial yang bermaterial lepas akibat dekatnya air tanah dengan permukaan (sekitar 1m dari permukaan) yang bercampur menjadi lumpur sebagai hasil produk goncangan gempa. Kota Palu harus dikonservasi sebagai Museum Bencana karena terjadi tiga bencana sekaligus di daerah ini (Gempa, Tsunami, Likuifaksi). Direkomendasikan untuk relokasi pusat kota Palu ke arah perbukitan yang lebih aman. Para peneliti yang meneliti di daerah ini mengeluh karena akses data untuk penelitian agak sulit, perlu adanya kemudahan untuk mengakses data penelitian. Khususnya untuk data Batimetri Nasional, Kemenko Kemaritiman diminta untuk mengumpulkan dan kompilasi data Batimetri yang sudah dibuat oleh Oil Company. Hal ini sangat penting mengingat 70% wilayah Indonesia merupakan laut. Masyarakat perlu disadarkan potensi bahaya bencana alam di daerahnya masing- masing, sosialisasi sudah tidak bias digunakan karena banyak masyarakat yang mengaku tidak pernah mengikuti sosialisasi padahal sudah pernah dilakukan. Sosialisasi harus diubah menjadi edukasi yang bias diintegrasikan dalam kegiatan, seperti pramuka dan olahraga. Hasil data penelitian ini sebisa mungkin dijadikan jurnal ilmiah agar dapat dijelaskan kepada pemerintah dan masyarakat.

G. Kerja Pembahasan Kajian Rencana Pemulihan Lahan Akses Terbuka Bekas Tambang Emas Rencana pemulihan ini dilakukan pada tambang emas di Gunung Botak, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Konsep penataan dan pemulihan lahan bekas tambang emas tanpa izin potensial dijadikan areal wisata terpadu tambang dan agro perkebunan kayu putih. Penataan dan pemulihan lahan tambang emas tanpa ijin di Gunung Botak harus dilaksanakan secara komprehensif dengan mempertimbangkan aspek hukum, ekonomi, teknis, lingkungan dan manajemen dengan melibatkan semua stakeholder. Namun karena status lahan adalah milik masyarakat adat Petuanan Kayeli, Pemerintah Kabupaten Buru tidak memiliki lahan untuk diserahkan untuk dipulihkan oleh Direktorat PKLAT-KLHK, oleh karena itu, pemullihan belum dapat dilakukan saat ini.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 90

Tindak lanjut yang akan dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Perlunya pemetaan/clustering area yang terdampak/rusak/tercemar, apakah termasuk golongan sedang atau parah, yang kemudian akan menentukan cara pemulihan selanjutnya; 2. Hambatan-hambatan yang dihadai telah dipaparkan dengan baik, perlu ditambahkan lebih rinci 3. mengenai rencana pemulihan lahan di Gunung Botak; 4. Diperlukan data primer atas pencemaran yang terjadi, dari sisi kesehatan, seperti kesehatan rambut, ikan, makanan, dll, agar dapat ditindaklanjuti atau tindakan pencegahannya; serta 5. Kajian perlu dibuat lebih terperinci tentang teknis pemulihan lahan. Kesimpulan yang didapat melalui kegiatan ini adalah pada umumnya pemerintah Indonesia dapat dan telah mengaplikasikan muatan yang tercantum dalam panduan tersebut untuk melakukan pemulihan lahan terkontaminasi merkuri.

H. Koordinasi Penertiban Keselamatan Transportasi di Danau Toba Kegiatan ini dilaksanakan di Danau Toba pada 26 November 2018 di Serpong. Rapat dipimpin oleh Asdep Navigasi dan Keselamatan Maritim dan dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Perhubungan (Dit Angkutan dan Multimoda, Dit Perkapalan dan Kepelautan, Dit Kenavigasian, Dit KPLP, dan Inspektorat Jenderal), PUSHIDROS TNI AL, BPPT, BNPB, Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, dan PT. BKI (Persero). Rapat bertujuan untuk membahas pelaksanaan 10 isu berdasarkan catatan dari Mariteam (www.mariteam.maritim.go.id) dan finalisasi data dan informasi serta penempatan isu sesuai dengan 10 kluster yang dicatat Mariteam. Melalui pelaksanaan kegiatan ini dihasilkan kesimpulan rapat sebagai berikut: 1. Tujuh dari sepuluh isu berdasarkan catatan dari Mariteam (www.mariteam.maritim.go.id) telah terpenuhi (terlampir). Terkait data pelatihan masih menunggu klarifikasi data dari BPSDM Kementerian Perhubungan dan Dinas Provinsi Sumatera Utara. 2. perlu melakukan sinkronisasi peraturan HubLa dan HubDar untuk menuntaskan situasi dualisme yang telah terjadi. 3. Kementerian Perhubungan perlu segera mendorong pemenuhan kebutuhan peralatan navigasi (radio komunikasi, VTS dan GPS) kapal di Danau Toba. 4. Akan diadakan pertemuan dengan Hubdar pada bulan Desember untuk penentuan 5 (lima) alur pelayaran secara bertahap untuk perencanaan pada 2019-2020. 5. Pushidos AL menerencakan survei pada area 9-13 di Danau Toba tahun 2019 dan membahas pada rapat selanjutnya agar melibatkan Bappenas, dan kementerian keuangan untuk peningkat isu keselamatan maritim. 6. Diperlukan pelatihan bagi awak kapal (SKK beserta elemennya) yang diselenggarakan oleh BPSDM. 7. Perlu partisipasi kesadaran dari masyarakat untuk menggunakan kapal yang aman.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 91

8. Menjaga local wisdom dengan meningkatkan standar masyarakat. 9. Melibatkan universitas dlm pengembangan standar kapal. 10. Diperlukan pembahsan tingkat menteri (Menkomar, Kemhub, Kemenperindustrian, Badan Otorita Danau Toba) untuk mendorong dibangunnya docking di Danau Toba. 11. Mendorong Kapal traditional pada 1-10 tahun kedepan agar mengikuti standar yang dibuat BKI.Dalam hal ini, kami akan melakukan pengendalian terhadap butir 4 a, f, dan n. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, Akan diselenggarakan rapat pertemuan pada minggu ke-3 (tiga) dengan Pushidros TNI AL, Hubbla, Hubdar, Badan Otoritas Danau Toba untuk membahas melalui peta dan pelabuhan.

I. Lokakarya Nasional Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Penurunan Muka Tanah di Lahan Basah Pesisir Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bekerjasama dengan Wetlands International Indonesia menginisiasi penyusunan strategi pencegahan dan penanggulangan penurunan muka tanah di lahan basah pesisir melalui penyelenggaraan Lokakarya nasional. Lokakarya dengan tema “Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Penurunan Muka Tanah di Lahan Basah Pesisir” diselenggarakan pada hari Selasa – Rabu tanggal 27-28 Maret 2018 bertempat di Hotel Morrisey, Jakarta Pusat. Lokakarya ini menghasilkan sejumlah kesepakatan sebagai berikut: 1. Fenomena penurunan muka tanah berdampak terhadap kelestarian ekosistem pesisir, memengaruhi kehidupan manusia yang tinggal di wilayah pesisir serta menghambat tingkat keberhasilan kegiatan rehabilitasi kawasan pesisir. 2. Kerja sama multi pihak dan lintas sektoral sangat diperlukan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan penurunan muka tanah, dengan melibatkan masyarakat di tingkat lokasi. 3. Pemerintah perlu segera menentukan leading agency untuk mengatasi persoalan penurunan muka tanah tersebut. 4. Pemerintah, melalui multi-stakehoder process, diharapkan segera menyusun Peta Jalan (Roadmap) dan/ atau Rencana Induk (Masterplan) untuk pencegahan dan penanggulangan penurunan muka tanah di tingkat daerah dan nasional yang kemudian diturunkan ke dalam rencana aksi lima dan satu tahunan. 5. Perlu disusun tim kecil yang dikoordinir oleh Kemenko Kemaritiman dalam menyusun Peta Jalan dan/atau Rencana Induk maupun Rencana Aksi tersebut di atas, bahkan bila dimungkinkan mendorong penerbitan peraturan pelaksanaannya.

J. Koordinasi Kebijakan Rehabilitasi Pesisir dan Laut, Pengurangan Risiko Kebencanaan Maritim dan Dampak Perubahan Iklim 1. Rapat Koordinasi Mempercepat Rehabilitasi Mangrove di Indonesia Rapat Koordinasi Mempercepat Rehabilitasi Mangrove di Indonesia yang dilaksanakan di ruang rapat lantai 4 gedung Kantor Kemenko Kemaritiman pada

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 92

tanggal 12 September 2018. Rapat dipimpin oleh Asisten Deputi Lingkungan dan Kebencanaan Maritim. Kesimpulan dan rekomendasi rapat adalah sebagai berikut: a. Rapat menyetujui rencana aksi rehabilitasi mangrove nasional dengan pemanfaatan dana CSR dan dana desa sebagai sumber pendanaan. b. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyarankan untuk membagi wilayah yang terdampak kerusakan mangrove ke dalam beberapa region dan membentuk kesekretariatan yang akan mengkoordinasikan kegiatan dengan SK sebagai landasan untuk menentukan program kerja. c. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyarankan untuk mengalihkan status payung hukum terkait rehabilitasi mangrove yang berlandaskan Permenko Ekonomi No. 4 Tahun 2017 sebagai turunan dari Perpres 73 tahun 2012 menjadi kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemenko Maritim ataupun yang hasil kebijakan yang dikoordinasikanoleh kemenko Maritim. 2. Koordinasi Lanjutan Pengelolaan Lingkungan Kawasan Pantai Timur Sumatera Koordinasi ini diselenggarakan pada tanggal 24 September 2018 di Institut Pertanian Bogor. Kesimpulan rapat adalah sebagai berikut: a. Membentuk Tim Sekretariat Bersama pengembangan Kawasan Pantai Timur Sumatera yang terdiri dari perwakilan masing-masing Provinsi dan Kabupaten. b. Tim Sekretariat Bersama akan dibantu oleh para akademisi. c. Menyusun rencana aksi pengembangan Kawasan Pantai Timur Sumatera. d. Bersurat kepada para Gubernur dan Bupati di Kawasan Pantai Timur Sumatera terkait hal ini.

K. Penangan AktivitasTambang Tanpa Izin 1. Koordinasi Teknis terkait Tindak Lanjut Penanganan Aktifitas Pertambangan Emas Tanpa Izin Skala Kecil dan Pencemaran Lingkungan akibat PESK Sehubungan dengan semakin meningkatnya aktifitas pertambangan emas tanpa ijin di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, maka Polda Maluku merasa perlu menyatukan persepsi dengan pihak Pemerintah Pusat mengenai teknis tindak lanjut penanganan aktifitas PETI dan pencemaran Sungai Anahoni akibat aktifitas PETI tersebut. Telah dilakukan kajian hukum terhadap perijinan oleh Penyidik Polda Maluku dan diperlukan masukan dari pemerintah pusat untuk mengklarifikasi maupun mendiskusikan bersama terkait hal ini. Perijinan yang dimaksud adalah perijinan yang dimiliki oleh 3 perusahaan yang beroperasi di Gunung Botak, yaitu PT BPS, PT PIP, PT CCP. Melalui hasil kegiatan ini akan dilakukan tindak lanjut seperti:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 93

a. Perlu dibuatnya sebuah area pertambangan rakyat dimana pengerjaan AMDAL dilakukan oleh Pemda bersama-sama PESK di wilayah pertambangan rakyat; b. BUMN/BUMD disarankan untuk membentuk koperasi dalam mengelola pertambangan di Gunung Botak dan Gogorea dengan melibatkan masyarakat setempat (bukan pendatang) sebagai mitra; c. Dalam pengelolaan pertambangan emas di wilayah Gunung Botak dan Gogorea disarankan memakai salah satu skema berikut: a) Skema Inti - Plasma dimana BUM/BUMD menjadi “bapak angkat” dengan melibatkan kelompok atau koperasi penambang sebagai “anak angkat”. b) Skema kelompok penambang berhimpun dalam koperasi, dalam mengelola kegiatan pertambangan. c) Pemerintah provinsi segera melanjutkan proses usulan WIUP kepada Menteri ESDM agar segera dilakukan pelelangan secara terbuka. d. Perlunya penguatan tim kerja dalam menangani permasalahan ini.

2. Koordinasi Mengenai Evaluasi Penanganan Penambangan Tanpa Izin di Gunung Botak Kabupaten Buru Provinsi Maluku Melalui kegiatan ini disepakati untuk mengusulkan pembentukan badan pengelola atau penataan Gunung Botak, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku yang akan bertugas untuk melakukan penataan dan pengelolaan kawasan secara khusus dan profesional menjalankan tugas tugas badan pengelola. Membentuk tim kerja untuk mempersiapkan pembentukan, perencanaan stuktur organisasi, penyusunan program kerja dan tata kelola badan pengelola tersebut dalam butir Nomor 1 yang terdiri dari: Tindak lanjut yang akan dilakukan setelah adanya kegiatan ini adalah menyelesaikan draft usulan badan pengelola/penataan Gunung Botak.

3.3. Meningkatnya Ketersediaan Infrastruktur yang Maju danTerpadu untuk Peningkatan Daya Saing, Pemerataan dan Keseimbangan Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Kemaritiman 3.3.1. Program Pendukung Kebijakan Sistem Logistik Nasional Dalam mendukung kebijakan sistem logistik nasional akan dilakukan dengan membangun kerjasama dengan CSIRO. Yaitu lembaga penelitian Australia dalam

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 94

membantu penelitian dalam improvisasi kegiatan ekonomi, sosial, dan sains. Referensi CSIRO berdasarkan pengalaman di Australia dalam pengelolan sistem transportasi untuk pendistribusian hasil Agriculture di Australia. Step Pembangunan Jaringan 1. Supply chain data 2. Production Data 3. Transportation Network 4. Case study development 5. Host Ministry or Agency for Transit Untuk pengembangan sistem jaringan transportasi mungkin tidak bisa membandingkan secara menyeluruh dengan sistem jaringan di Australia karena perbedaan geografis. Yang sebaiknya diambil seperti pengembangan sistem data informasi. Diharapkan hasil penelitian dan pengembangan dapat disinergikan dengan kebutuhan Indonesia saat ini terutama kebutuhan sektor kemaritiman. Agar dapat dikerjasamakan sistem pengembagan antara CSIRO dan BPPT

3.3.2. Pembangunan Sarana Prasarana Pariwisata Upaya pembangunan sarana prasarana Pariwisata ini telah dilakukan seperti kegiatan berikut: A. Pembangunan Infrastruktur Konektivitas, Perikanan, dan Energi Kegiatan ini dilakukan pada Kawasan Wisata Natuna yang menerapkan konsep MEA (Marine, Eco-Tourism, Archeology) dan memiliki potensi yang banyak namun masih belum bisa mendatangkan sejumlah wisatawan, mengembangkan ekonomi wisata, dan membangun sarana prasarana untuk menunjang pariwisata. Terdapat satu permasalahan yaitu proses pengiriman Eskavator untuk Natuna terhambat di Kalimantan karena terkendala oleh cuaca dan tidak bisa menyeberang. Kelistrikan di Natuna dan Anambas belum 100% karena pulau-pulau kecil belum berlistrik (19 desa Natuna, 23 desa Anambas).

B. Pembangunan Infrastruktur Pendukung di Natuna dan Anambas Beberapa hal yang akan menjadi pemantauan pemerintah dalam pembangunan Infrastruktur pendukung di kabupaten Anambas dan Natuna yaitu penambahan Cold Storage, dukungan teknologi budaya pada Balai Benih. Dari Sektor Perhubungan mengusulkan disegerakannya pengoperasian Tol Laut Antar Pulau, rambu-rambu pelayaran, pengoperasian Kapal Roro, pembukaan rute penerbangan Jakarta Pontianak Natuna dan Pelabuhan Exit Entry Point.

3.3.3. Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan A. Teknis Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan Marina di Labuan Bajo Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2018, di Gedung Kemenko Kemaritiman. Rapat dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 95

Kajian yang telah dilaksanakan oleh BPKP atas permintaan Pemkab Manggarai Barat dan PT ASDP dapat dijadikan rekomendasi untuk menerapkan skema Tukar Menukar (ruislag). Dalam pembangunan Kawasan Marina dan TPI baru, guna meminimalisir kemungkinan gugatan masyarakat di belakang hari PT ASDP perlu memperhatikan kesesuaian dengan RTRW, KLHS, izin lingkungan, dan sebagainya. Kejaksaan Agung RI siap mengeluarkan pendapat hukum tertulis (Legal Opinion) walaupun hanya bersifat normative yuridis bila dimohonkan. Hasil rakor antar Kementerian tanggal 9 Mei 2018 yang dipimpin Menko Kemaritiman sudah memutuskan untuk menggunakan skema Tukar Menukar/Ruislag sehingga dapat dijadikan acuan oleh Pemkab Manggarai Barat. Rapat sepakat bahwa opsi Tukar Menukar dapat dilaksanakan dengan memperhatikan prosedur dan aturan yang berlaku.

B. Koordinasi Kebijakan Revitalisasi Pelabuhan Koordinasi ini dilaksanakan pada 29 Oktober 2018 di kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat dibuka oleh Asisten Deputi Jasa Kemaritiman yang menyampaikan tujuan dan agenda pertemuan terkait: 1. Perkembangan penetapan lokasi lego jangkar di perairan Batam. 2. Perkembangan revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2017 tentang Pengamanan Kargo dan Pos serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo dan Pos yang Diangkut Dengan Pesawat Udara terkait Known Consignor. 3. Perkembangan penerapan Automatic Identification System (AIS) bagi semua kapal dibawah 300 GT. Hasil kesimpulan dan rekomendasi rapat adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2017 adalah penyusunan rancangan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2017 telah selesai dua minggu sebelumnya. 2. Perkembangan penerapan AIS bagi semua kapal dibawah 300 GT 3. Perkembangan penetapan lokasi lego jangkar di perairan Batam.

C. Koordinasi Teknis Marina dan ASDP Rapat koordinasi terkait relokasi dan revitalisasi pelabuhan marina untuk menyiapkan kunjungan dalam rangka Annual Meeting IMF 2018 dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2018. Kegiatan revitalisasi Pelabuhan marina tidak melanggar undang- undang, pelaksanaan reklamasi yang tidak melanggar aturan dan adanya FS terkait pembangunan TPI, adanya UKL UPL dan pelaksanaan meningkatkab benefit bagi nelayan yang ada. Penyusunan FS melibatkan Pemerintah Daerah, Kementerian LHK untuk menyusun AMDAL. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyampaikan bahwa: 1. TPI Labuan Bajo adalah milik pemerintah daerah sehingga kewenanganya ada di kabupaten menurut undang-undang nomor 23 tahun 2014. Pengembangan pusat 22 UPT ada di daerah, total pelabuhan perikanan di bawah naungan KKP ada 528. Pada tahun 2012, KKP telah memberikan darmaga apung dengan HDPE.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 96

2. FS untuk teknis dipelabuhan perikanan tidak dangkal, perlu diperhatikan sedimen dan ketinggian gelombang, serta konflik sosial merupakan masalah yang penting. 3. Marina bermanfaat untuk wisatawan sedangkan TPI untuk masyarakat menengah dan kecil. 4. TPI yang diperbaiki sehingga menjadi bagian dari pelabuhan ASDP dimana nelayan akan terganggu dengan pemilik kapal.

D. Laporan Koordinasi Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan Muara Sabak Jambi Kegiatan ini dilaksanakan menindaklanjuti pembahasan terkait pengembangan Pelabuhan Kawasan Muara Sabak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Tujuan kegiatan ini adalah dalam rangka meningkatkan pariwisata Kota Padang, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) bermaksud melakukan penataan Pelabuhan Muara di Kota Padang yang selama ini merupakan tempat kegiatan kapal wisata, kapal penumpang dan kapal Pelra menjadi Muara Padang Heritage Tourism Concept yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas pendukung pariwisata. Kesimpulan yang didapat dari kegiatan ini antara lain: 1. Dapat memangkas waktu distribusi logistik ke Kota Jambi yang berjarak ± 130 km melalui jalur darat ±3 jam dengan menggunakan truck, jika dibandingkan melalui jalur sungai ± 12-20 jam yang berjarak 93 mil dengan menggunakan kapal/tongkang; 2. Mempercepat turn round time kapal karena memangkas waktu kapal masuk/keluar alur hanya ± 2 jam dari ambang luar ke darmaga; 3. Dapat di sandari dengan kapal yang berukuran lebih besar hingga 15.000 DWT;

E. Koordinasi Kebijakan Revitalisasi Pelabuhan Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 22 November 2018 bertempat di kKantor Kemenko Kemaritiman yang menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Menko Bidang Kemaritiman menyetujui keputusan Dirjen Perhubungan Laut,Kementerian Perhubungan, dalam memilih lokasi untuk revitalisasi lego jangkar di perairan utara Kepulauan Riau. 2. Pemerintah Indonesia harus bisa bersikap tegas terhadap negara tetangga, Indonesia harus memberikan sosialisasi dan pemberitahuan Notice to Airmen (NOTAM) kepada negara tetangga, terutama Singapura dan Malaysia. 3. Untuk sosialisasi kepada Pemerintah Singapura, sebaiknya melalui Kementerian Perhubungan. Kepada perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) yang berpangkat bintang 3 (tiga), harus bisa menyelesaikan revitalisasi lego jangkar ini. 4. Terkait penggabungan perusahaan dalam revitalisasi lego jangkar , harus segera diputuskan mengingat waktu yang terus berjalan. Jika perusahaan tersebut tidak berkenan untuk digabung, silakan memilih untuk digabung atau tidak sama sekali. 5. Pushidrosal akan membuat peta area revitalisasi lego jangkar dan yang akan mempublikasikannya dari Pushidrosal.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 97

6. Dinyatakan bahwa Indonesia semakin tertib akan peraturan yang ada, dan terdapat suatu negara yang kurang suka terhadap ketertiban yang Indonesia terapkan. Pemerintah Indonesia harus tetap kompak dan tetap bersinergi. Seperti kasus Flight Information Region (FIR), banyak negara tetangga yang melapor ke Presiden Joko Widodo akan hal tersebut, maka diputuskan bahwa FIR akan diundur selama 1 (satu) tahun dan Indonesia memang belum siap akan hal itu, namun pada tahun 2020 FIR harus sudah selesai. 7. Terkait pembiayaan revitalisasi lego jangkar harus dihitung dengan teliti. Jangan sampai negara tetangga bisa menikmati biaya murah dari lego jangkar tersebut, sehingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kita bisa meningkat. 8. Menko Bidang Kemaritiman mengarahkan agar dari Kementerian Perhubungan dan TNI AL ikut memantau ke dalam perusahaan-perusahaan tersebut. Menko Bidang Kemaritiman juga menyarankan agar TNI AL memiliki wewenang untuk melakukan patroli secara rutin, dan akan dilihat melalui peraturan sejauh mana wewenang TNI AL untuk memantau wilayah lego jangkar.

F. Koordinasi Kebijakan Pengembangan Marina Dalam rangka tindak lanjut permohonan ekspos potensi dan rencana pengembangan pelabuhan di Kabupaten Natuna, maka Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa menyelenggarakan rapat koordinasi tindak lanjut ekspos potensi dan rencana pengembangan pelabuhan di Kabupaten Natuna pada tanggal 18 Januari 2018. Melalui pelaksanaan kegiatan ini dapat ditarik kesimpulan berupa Penggabungan marina dengan pelabuhan lain sebagaimana konsep pembangunan pelabuhan Pian Penyu tidak tepat karena marina tidak bisa digabungkan dengan pelabuhan yang lain. Kapal yang merapat pun tidak bisa bertemu dengan masyarakat secara langsung. Hal ini merupakan aturan internasional atau comply dengan ISPS Code; Berdasarkan hasil keputusan rapat, disusun rekomendasi yakni: 1. Akan dilakukan rapat lanjutan dengan mengundang pihak Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Imigrasi, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, KLHK, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan (Ditjen. Hubla dan Ditjen Hubud), Kementerian Pariwisata, investor dan perhotelan; 2. Agar Pemerintah Kabupaten Natuna dapat melakukan komunikasi dengan para pelaku usaha dalam penyusunan masterplan Pian Penyu tersebut.

G. Koordinasi Tanah Ampu Bali Kabupaten Karangasem sangat mendukung percepatan pengoperasian Pelabuhan Tanah Ampo sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Karangasem. Untuk mengoperasikan terminal cruise keuntungannya yang diperoleh tidak banyak karena kapal pesiar tersebut bersandar hanya di waktu-waktu tertentu.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 98

Tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya adalah PT. Bakrie Indo Infrastructure dan PT. Globalports agar membuat Rencana Bisnis/Master Plan yang akan disampaikan kepada Kementerian Perhubungan melalu Kemenko Maritim. Pelabuhan Tanah Ampo disarankan dapat menampung kapal-kapal ukuran pesiar kecil, seperti Star Clipper. Selain itu, disarankan untuk melaksanakan studi banding ke pelabuhan-pelabuhan yang sejenis di Eropa.

3.3.4. Koordinasi Transportasi Kapal A. Asia Pacific Superyacht Conference 2018 and The Singapore Yacht Show 2018 Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10 April 2018 di Singapura. Permasalahan yang didapatkan adalah Masih belum ada konsensus dan definisi yang pasti jika kita ingin mengklaim yacht, superyacht dan megayacht. Tindak Lanjut : Untuk membangun industri kapal yacht dan khususnya super yacht, sebuah negara perlu menyiapkan marina yang dilengkapi dengan bentuk dukungan konstruksi dasar bangunan yang kuat, fasilitas yang memadai dan pengelolaan yang baik.

B. Satuan Tugas Kapal Cruise KSOP menyampaikan bahwa Pelabuhan Kuala Tanjung saat ini belum memiliki izin operasional dan merupakan pelabuhan multipurpose (tapi tidak untuk melayani kapal penumpang). Izin operasional diterbitkan Kementerian Perhubungan bila pembangunan fisik sudah selesai. Pelindo I menargetket Juni 2018 pembangunan fisik selesai (saat ini sisi laut sudah 100%, sisi darat baru mencapai 80%). Izin operasional sebagai pelabuhan multipurpose akan keluar Juli 2018. Kuala Tanjung ditergetkan full- operational pada Januari 2019. Kawasan Danau Toba sesuai arahan Presiden merupakan Destinasi Pariwisata Prioritas, sehingga perlu dukungan infrastruktur yang dapat meningkatkan jumlah wisman ke Danau Toba. Dipaparkan mengenai kondisi dan potensi wisata cruise serta kontribusinya dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia. Terdapat 4 (empat) hal yang diharapkan oleh pihak cruise line: 1. Batimetric chart terbaru. Pelindo dan Pushidros agar berkoordinasi untuk melakukan survei batimetric. 2. Kepastian port fees. Menteri Pariwisata telah bersurat kepada Menteri Perhubungan untuk merevisi Keputusan Menteri Perhubungan mengenai dasar penerapan tarif, sehingga ada pengaturan khusus untuk kapal cruise. 3. Kepastian jadwal sandar sesuai jadwal yang telah disepakati. 4. Pergantian kru kapal pesiar, pajak minuman keras. Permasalahan yang dihadapi adalah: 1. Kepastian izin kujungan kapal pesiar. 2. Belum ditetapkannya alur pelayaran in-out Pelabuhan Kuala Tanjung. 3. Pentingnya tempat penukaran uang (money changer).

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 99

4. Bea cukai dengan X-ray mobile dan custom declaration port hanya untuk Pelabuhan Kuala Tanjung.

C. Koordinasi Pembentukan Kelompok Kerja Cruise Dibutuhkan kebijakan nasional terkait aturan atau penjelasan batas antara Yacht dan Cruise. Aturan yang berlaku saat ini Kapal Cruise bisa masuk ke pelabuhan mana saja tanpa batasan, sedangkan kapal Yacht bersifat terbatas dan hanya boleh sandar di 19-20 pelabuhan dan tidak beroperasi secara komersil. Sehingga dibutuhkan segera aturan mengenai batasan kapal Cruise dan Yacht terutama Super Yacht dan Mega Yacht. Termasuk proses naik turunnya penumpang di pelabuhan dari kedua kapal tersebut. Pelabuhan Belawan. Data sudah diperbarui dan status sudah clear. Dermaga di terminal penumpang draft-nya hanya kurang dari 8 m sehingga untuk kapal-kapal besar bersandar di dermaga komersial. Dermaga komersial perhitungan tarifnya berbeda dengan kapal penumpang. Butuh kebijakan pemerintah untuk tarif Cruise bisnis, Tanjung Periok, Tanjung Pandan, dan Belitung. Untuk Tanjung Pandan average kedalaman 3-5m. Tanjung Batu belum ada dalam skema bisnis dan belum menjadi ranahnya Pelindo II. Genting Dream 4700GT sudah sandar di wilayah Pelindo III, Bulan April sandar di Pelindo II. Saat ini MoU yang dilaksanakan dilakukan oleh masing-masing Pelindo. Terkait dengan perkembangan kunjungan kapal Cruise, untuk Tahun 2018 Lahan dari PT. Koja Bahari. Banyaknya jenis tarif yang terasa memberatkan kapal Cruise untuk proses sandar. Genting Dream mengharapkan dilakukan penandatanganan MoU bersama Pelindo 1, 2 dan 4. Terdapat perbedaan sistem/cara pencatatan data kunjungan kapal dan jumlah penumpang antara Pelindo dan Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Hukum dan HAM. Jumlah kunjungan kapal Cruise meningkat drastis selama 2 tahun terakhir. Terdapat 49 kantor kesehatan pelabuhan di Indonesia, dengan SOP yang sama di Indonesia tentang kedatangan kapal. Dari fasilitas yang di berikan Pelindo di tanjung Priok penumpang tidak ada masalah, Untuk Cruise dibentuk tim sendiri, dari kemenkes dengan tarif PNBP yang relatif kecil. Untuk Cruise tarif PNPB dibawah 30.000/kapal dan yg paling kecil 25.000/kapal berdasarkan kategori GT kapal berdasarkan PP no 21 tahun 2013. Tindak Lanjut dari hasil kegiatan ini adalah penyusunan regulasi pelayanan kapal yacht dan Cruise tentang kemudahan pelayanan kepabeanan untuk kunjungan kapal wisata, termasuk crust yang bisa masuk ke 19 pelabuhan telah ditindaklanjuti sesuai PMK No 261 tahun 2015 akan melakukan revisi terkait pembatasan pada 19 pelabuhan khususnya kapal Cruise. Bea cukai merujuk pada nomor HS, sedangkan perhubungan merujuk pada GT. Perlu Revisi PMK No 261 dan 123 terkait kemudahan pelayanan kepabeanan untuk kapal wisata. Pada tahun 2018, ada 72 kapal yang terdaftar berlabuh di Pelindo IV, tarif ketetapannya berdasarkan Peraturan Kementerian Perhubungan. Kementrian BUMN tidak mengatur tarif cruise.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 100

D. Koordinasi Kebijakan Kemudahan Kunjungan Kapal Wisata Asing ke Indonesia 1. Konsinyering Integrasi dan Pertukaran Data antara Bea dan Cukai dengan Kementerian Perhubungan dan Bakamla Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 4 September 2018 di Bandara International Hotel, Tanggerang, Banten. Rapat menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Disepakati bahwa admin aplikasi Yachter‟s untuk saat ini telah dioprasionalkan oleh Dirjen Bea Cukai serta domainnya telah di forward kepada aplikasi yang baru www.bc.yachters.co.id. b. Disepakati bahwa Kementerian Perhubungan Laut akan memberikan input data pelayanan melalui websaite aplikasi Yachter, serta diharapkan dapat secara aktif untuk mendiskusikan pengumpulan data yang diperlukan pada aplikasi yachter. c. Akan dilaksanakan 2 kebijakan untuk Ditjen Perhubungan Laut dapat melalukan penginputan data seperti nomor Surat Ijin Berlayar (SIB) pada aplikasi secara manual. d. Perlu adanya pertemuan IKC dangan karantina untuk terkait pengiputan data secara otomatis, diharapkan dalam waktu dekat ini penginputan sudah dapat dilaksanakan secara sistem. e. perlu dibuatkan moU antar Dirjen Bea Cukai, Kementerian Keuangan, Dirjen Perhubungan Laut serta Dirjen Karantina. f. direncanakan pada tanggal 14-17 Oktober 2018 akan dilaksanakan kegiatan Launching Aplikasi Yachter‟s. 2. Koordinasi Tindak Lanjut mengenai Pembahasan Usulan Penghapusan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) untuk Kapal Yacht Asing Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 September 2018 bertempat di ruang rapat lantai 8 Gedung Kemenko Maritim. Rapat dibuka oleh Asdep Jasa Kemaritiman yang menyampaikan tujuan pertemuan dalam rangka tindak lanjut pengahapusan PPnBM untuk kapal yacht. Rapat menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Perwakilan Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan bahwa terkait Penghapusan PPnBM, Kemenko dan K/L terkait sudah sepakat untuk level PP atau dibawahnya. b. Perwakilan BKF menyampaikan bahwa BKF sudah menyampaikan surat ke Direktur Peraturan Perpajakan I, Ditjen Pajak sejak 4 September 2018. Jika dikhususkan untuk yacht saja untuk kepentingan Pariwisata harus PP, sedangkan jika diberlakukan semua, cukup dengan PMK yang mana tidak komersil dan lebih mudah. c. Perwakilan Kemenpar serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyampaikan bahwa selama substansi sesuai dengan yang disampaikan Kemenko dirapat sebelumnya, Kemenpar serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sepakat.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 101

d. Proses sudah berjalan, sudah sampai permintaan paraf untuk rancangan PMK tersebut. Jika tidak ada kendala, diharapkan secepatnya bisa diselesaikan. 3. Pelaksanaan Launching Aplikasi Yachters (Yacht’s Electronic Registration System) Kemenko Kemaritiman bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan telah meresmikan penggunaan aplikasi Yachters terbaru yang administrasinya berpusat pada sistem pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada tanggal 16 Oktober 2018 di BW Suite Hotel Kabupaten Belitung. YachtERS merupakan suatu sistem registrasi elektronik kapal wisata (Yacht) asing yang akan berkunjung ke wilayah perairan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aplikasi ini berbasis web yang dirancang untuk memudahkan dan mempercepat proses administrasi perizinan bagi yacht yang ingin masuk Indonesia, dalam proses registrasi secara online dengan mengakses alamat domain internet: https://yachters.beacukai.go.id.

E. FGD Pelabuhan Laut Internasional Untuk Pelabuhan Masuk dan Keluar Kapal Cruise FGD pelabuhan laut internasional untuk pelabuhan masuk dan keluar kapal cruise diselenggarakan pada hari Jumat tanggal 18 Mei 2018 di Swiss- Bellhotel Airport, Tangerang, Banten. Kegiatan ini bertujuan untuk mengintegrasikan pelayanan yang diberikan oleh pihak-pihak terkait diantaranya Bea dan Cukai, Imigrasi, dan Perhubungan terhadap kedatangan kapal cruise ke Indonesia. FGD ini dilakukan untuk menindaklanjuti rapat di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada tanggal 5 April 2018 terkait rencana Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk merevisi PMK Nomor 178 Tahun 2017 mengenai pelayanan Bea dan Cukai di 19 pelabuhan untuk kapal cruise. Namun ternyata masih terdapat perbedaan jumlah pelabuhan laut internasional dimana menurut perwakilan Direktorat Jenderal Imigrasi terdapat 93 pelabuhan dan menurut perwakilan Kementerian Perhubungan ada 131 pelabuhan. Kesimpulan/ hasil rapat : 1. Pihak Direktorat Jenderal Imigrasi akan mengirimkan surat ke Kemenko Kemaritiman mengenai pelayanan Imigrasi di 93 Pelabuhan Laut Internasional yang sudah dilakukan. 2. Terkait kegiatan clearance, pihak imigrasi melakukannya pada saat entry dan exit kapal di di 93 Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) pelabuhan laut secara onboard. 3. Untuk entry-exit kapal cruise yang saat ini sudah ditetapkan, saat ini sudah ada petugas yang disiapkan untuk memberikan fungsi kepabeanan di 19 pelabuhan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 102

untuk kapal cruise. Pengurusan Vessel Declaration tetap harus dilakukan oleh agen dan operator kapal cruise. 4. Unit Pelaksana Teknis (UPT) di setiap pelabuhan sudah disiapkan untuk memberikan pelayanan bagi kedatangan kapal cruise. Petugas akan memberikan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) bagi kapal yang memang layak dan tidak memiliki masalah.

F. Koordinasi Satuan Tugas Kapal Cruise Kunjungan kapal Cruise ke Indonesia pada tahun 2018 sejumlah 20,6 % dengan jumlah penumpang akan mencapai 353.425 orang. Untuk pasar Asia terdapat 4 juta penumpang dan yang masuk Indonesia sejumlah 353.000 (9%). Pada dua tahun terakhir (2017 & 2018) Cruise calls ke Indonesia sudah mencapai 500 calls dan target tahun 2019 sejumlah 500 calls. Pada Tahun 2018 Kapal Cruise GENTING DREAM akan mengangkut 127.832 penumpang ke Indonesia. Lima presentase terbesar kapal Cruise yang datang ke Indonesia, yaitu: Dream Cruise 36%; Star Clippers 10%; Holland American Lines 7%; Princess 7%; dan Star Cruise 5% Memperkenalkan dan mengembangkan destinasi baru kapal cruise, antara lain: Sabang, Belitung, Balikpapan, Singkawang, Makassar, Banyuwangi. Untuk destinasi baru tersebut akan dilakukan recce trip/technical visit bagi Cruise Line dengan rencana sebagai berikut: Kemenko Kemaritiman (Satgas Cruise) akan berkirim surat kepada Kabupaten Raja Ampat terkait pelarangan kapal Cruise ke Raja Ampat. Karena berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 617 tahun 2017 terbit 5 Juli 2017 telah ditetapkan alur pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu lintas dan daerah labuh kapal di alur-pelayaran masuk Pelabuhan Waisai dan alur perlintasan di area konservasi Selat Dampier, Kabupaten Raja Ampat. Bea Cukai akan merilis PMK baru (dalam proses pembahasan akhir) mengenai penambahan Custom Entry/Exit point untuk Cruise. Berikut adalah beberapa hasil yang didapat dari kegiatan ini: 1. PELINDO I (Kuala Tanjung): Pelindo I menyatakan siap menerima Cruise pada Februari 2019. Agenda rapat berikutnya adalah pemaparan PELINDO I terkait pengaturan penerimaan kapal Cruise di Kuala Tanjung. 2. PELINDO II: Belitung 3. PELINDO III: a. Pengerukan pelabuhan Benoa (alur, turning basin dan kolam labuh) dijadwalkan akan selesai pada September 2018, kemudian akan langsung dilakukan survey dan pemetaan oleh PUSHIDROSAL (idealnya dibutuhkan waktu 3 bulan, namun dapat dilakukan percepatan jika diperlukan). b. Pelindo III agar berkoordinasi dengan KSOP dan PUSHIDROSAL untuk penerbitan Peta Batimetri ke IHO. b. Masih ada kendala dengan KLHK terkait hutan Mangrove. c. Sudah ada rencana pembangunan terminal Cruise di Lombok (Pelabuhan Lembar). e. Jumlah kunjungan cruise ke Pelabuhan Benoa: 72 calls (2017) dan 72 calls (2018).

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 103

4. PELINDO IV : a. Terminal penumpang sudah bagus dan dilengkapi dengan garbarata. b. Jumlah kunjungan cruise ke Makassar belum optimal, kemungkinan karena tarif jasa pelabuhan termasuk paling mahal.

3.3.5. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) A. Konsultansi KEK Bekapur Penetapan kelembagaan berhubungan dengan skenario pengembangan kawasan, Status kawasan saat ini untuk beberapa daerah yang beririsan dengan kawasan Bekasi Karawang Purwakarta adalah sebagai berikut: 1. Bekasi termasuk di KSN Jabodetabek, 2. Koridor Bekasi Cikarang termasuk di KSP Jawa Barat 3. Koridor Purwasuka termasuk di KSP Jawa Barat Alternatif tipologi kawasan yang dituju: KSN Bekapur, KSP Bekapur, KEK Bekapur, WPP Bekapur, dan Objek Vital Nasional. Tim Konsultan menyatakan bahwa bentuk paling ideal adalah dengan menjadikan Bekapur sebagai Kawasan Strategis Nasional. Kawasan Strategis Nasional memiliki dasar hukum seperti UU 26 Tahun 2007, PP No. 13 Th 2017 PP No. 26 Th 2008 mengenai RTRWN, Permen PU No. 15/PRT/M/2012 mengenai Pedoman Penyusunan RTR KSN, Perpres 91 tahun 2017 mengenai investasi, PP 142 Tahun 2015 mengenai perubahan Kawasan Industri menjadi KSN. Alternatif Kelembagaan yang bisa dibentuk seperti Badan Otorita, Badan Kerjasama dan Badan Pengusahaan, badan bisa ditetapkan melalui Peraturan Presiden atau Peraturan Menteri. Dari hasil kajian, bentuk Badan Otorita yang paling sesuai untuk kawasan Bekapur, pembentukan badan otorita dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1. Pembentukan Tim Adhoc dengan pokja-pokja sesuai kebutuhan di bawah koordinasi menteri. 2. Pengawalan proses penetapan Bekapur sebagai KSN, seperti penyusunan masterplan, persiapan pembentukan badan otorita dan proses penetapan Bekapur sebagai KSN dalam RTRWN 3. Pembentukan Bekapur sebagai KSN dalam PP RTRWN dengan Badan Otorita Bekapur diperintahkan dalam Perpres

B. Teknis Usulan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Mentawai Progres pembangunan KEK Mentawai diharapkan dilakukan dalam satu pintu yaitu melalui Kemenko Maritim. Dewan Nasional KEK melaporkan terkendalanya progres usulan KEK Mentawai dikarenakan adanya beberapa dokumen persyaratan yang belum dilengkapi oleh PT. PMS selaku pengusul KEK Mentawai, termasuk dokumen pembebasan lahan seluas 2.369 Ha. Proses pembebasan lahan Kawasan KEK sudah mencapai 80%. FS bandara saat ini sedang dilakukan oleh Bappeda, setelah selesai akan diproses pengajuan izin pembangunan Bandara ke Kemenhub. Nantinya akan ditawarkan kepada swasta

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 104

(Badan Usaha Bandar Udara) untuk membangun dan mengoperasikan. Meminta kepada pihak pengusul untuk menyerahkan bukti dokumen -dokumen pembebasan lahan agar segera diproses di Dewan Nasional KEK. Pembahasan lahan tidak harus melalui pembelian tanah namun bias juga melalui skema sewa/kerjasama. Kemenpar siap mendukung pembangunan KEK Mentawai selama persyaratan dapat terpenuhi sesuai prosedur yang telah ditetapkan. PT Putra Mahakarya Sentosa akan melengkapi persyaratan disertakan dengan bukti-bukti otentiknya dan diharapkan selesai pada tanggal 26 Mei 2018. Sesuai arahan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pembangunan Bandara KEK Mentawai akan dibangun oleh swasta, sedangkan pembangunan Pelabuhan Mabukuk oleh Pemerintah/Kementerian Perhubungan. C. Koordinasi Penyiapan Dokumen KEK Mandeh, Sumatera Barat Kegiatan ini dilaksanakan pada 23 Juli 2018 di kantor Kemenko Kemaritiman. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai tindaklanjut keputusan rapat koordinasi Percepatan Pembangunan Infrastruktur Sumatera Barat dilaksanakan pada tanggal 4 April 2018. Rapat menyepakati bahwa kajian AMDAL akan fokus pada kawasan 400 Ha (Bukit Ameh). Pembuatan dokumen AMDAL akan difasilitasi dari dana DIPA T.A. 2018 Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kemenko Kemaritiman yang meliputi komponen: Biaya Personil dan Non-Personil (Biaya Operasional) Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung, Konsinyasi, Analisis sample dan Uji Laboratorium. Kajian AMDAL akan dilaksanakan oleh tim BPPT sebagai konsultan AMDAL, mengingat sudah terdapat MOU antara Kemenko Kemaritiman dan BPPT. Pemerintah Daerah (Pemprov Sumatera Barat dan Pemkab Pesisir Selatan) diharapkan dapat mengalokasikan anggaran untuk komponen-komponen berikut ini: 1. Publikasi, Konsultasi Publik dan Sidang-Sidang Komisi AMDAL 2. Pencetakan dan Penggandaan Dokumen 3. Transportasi Lokal Tim AMDAL dan Tim Teknis Komisi AMDAL selama melakukan kegiatan di lapangan (kendaraan darat dan perahu/Speed-Boat)

3.3.6. Pengembangan Infrastruktur Danau Toba A. Koordinasi tentang Kemajuan Pengembangan Infrastruktur Pendukung Destinasi Pariwisata Danau Toba (Bandara Silangit dan Bandara Sibisa) Kegiatan ini membahas tentang pengembangan infrastruktur destinasi pariwisata Danau Toba. Terkait pengembangan ini dilakukan pembahasan mengenai penggunaan dana pinjaman dari World Bank yang telah tesedia. Informasi tersebut diperoleh melalui Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Terkait dana pinjaman dari World Bank, dana tersebut dapat digunakan untuk membangun Bandara Sibisa dengan panjang runway Bandara Sibisa dapat disamakan dengan Bandara Silangit (Min 2.220 m). Selain itu, desain terminalnya dapat menampung lebih dari 500 wisatawan. Topik lain yang dibahas adalah perluasan Bandara Silangit. Dengan hasil sebagai berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 105

1. Direktur Utama Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba (BOPDT) agar menyelesaikan permasalahan tanah yang sedang dihadapi dalam pembangunan Bandara Silangit. Tanah yang harus dibebaskan adalah milik bersama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dengan Airnav. 2. Runway landasan Bandara Silangit akan diperpanjang hingga 3000 m dilakukan dengan overlay agar lebih smooth. 3. Bupati Toba Samosir diminta untuk berkoordinasi dengan Direktur Utama BOPDT terkait penyediaan lahan bagi penempatan caravan yang direncanakan akan dikirim langsung dari Australia. 4. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara diminta untuk mencontoh Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan yang telah menyelesaikan permasalahan sampah plastik dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Tentang Pelarangan Penggunaan Kantong Plastik untuk belanja dan kebijakan-kebijakan lain yang mendukungnya. 5. Pembangunan infrastruktur jalan tol harus dilakukan dari Kota Medan ke Parapat hingga Silangit. Untuk menunjang pembangunan jalan tol, Bupati Simalungun dan Bupati Samosir diminta untuk mempersiapkan darmaga dan kapal Ferry sebagai antisipasi kenaikan jumlah penumpang. B. Percepatan Penerbitan HPL Atas Lahan Otoritatif di Sibisa Kepada Badan Otoritas Danau Toba Terkait penyusanan penetepan batas area, usulan yang sebelumnya dari Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba (BOPDT) memang tidak diperbolehkan sehingga hal tersebut menjadi suatu masalah. Pengusulan untuk penyusunan penetapan batas area seharusnya berasal dari Pemerintah Daerah Provinsi. Penyusunan penetapan batas area diminta tidak dipersulit karena Kementerian terkait saling berkerjasama, termasuk Kemenko Maritim. Selain itu, Gurbenut Sumatera Utara ingin segala proses cepat terselesaikan. Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman menghimbau kepada Bupati Toba Samosir dan Dirjen Pengadaan Tanah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) untuk saling berkoordinasi terkait desain hotel yang akan dibangun. Menko Bidang Kemaritiman memberi arahan kepada Bupati Toba Samosir untuk segera membebaskan lahan untuk jalan menuju Kawasan dan Bandara Silangit seluas 50 m dan perancangan desain jalan raya tidak salah karena harus melihat kearah 10 tahun mendatang (memperhatikan keramaian, macet, dan segala perubahan ke depannya).

3.3.7. Koordinasi tentang Peningkatan Penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Melalui pelaksanaan kegiatan ini didapatkan beberapa poin berikut: 1. Menko Bidang Kemaritiman mengarahkan agar terdapat sanksi yang dapat mengatur penggunaan TKDN. Namun, dalam proses mengedepankan TKDN, Menko Bidang Kemaritiman menyebutkan agar Pemerintah tidak bersifat

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 106

proteksionis. Oleh karena itu, perlu dirumuskan peraturan hukum yang tepat Mengenai hal ini, untuk teknisnya Menko Bidang Kemaritiman menyerahkan kepada Tim Teknis, selama masih sesuai dengan koridor hukum yang berlaku. 2. Menko Bidang Kemaritiman menyarankan agar 4 (empat) sektor industri wajib TKDN yang telah ditetapkan oleh Menteri Perindustrian, yaitu alat mesin pertanian, alat kesehatan, hulu migas, dan ketenagalistrikan, dimana sudah termasuk rincian barang sehingga dapat dijadikan sebagai acuan. 3. Untuk harmonisasi peraturan TKDN, Menko Bidang Kemaritiman akan menyerahkan teknisnya kepada Timnas Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dan pejabat terkait. 4. Menko Bidang Kemaritiman mempertimbangkan sanksi pencopotan jabatan bagi K/L yang masih melakukan pelanggaran TKDN, serta wewenang Kejaksaan Agung yang dapat membubarkan perusahaan bagi perusahaan swasta yang melakukan pelanggaran.

3.3.8. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kota Sabang– ceh Kawasan Sabang terdiri dari kota sabang (Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo dengan luas wilayah ±153 km2). Berdasarkan PP No.50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KPSN) adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam beberapa aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, pemberdayaan Sumber Daya Alam, daya dukung Lingkungan Hidup serta pertahanan dan keamanan. Beberapa Kendala yang dihadapi dalam pengembangan SKPT Sabang: 1. Prasarana fisik yang telah dibangun KKP 2017 (TPI, MCK, ICS 100 ton dan IFM 10 ton) belum operasional karena masih dalam proses BAST ke PemKot Sabang selaku pemilik lahan sehingga Koordinasi lanjutan antar K/L terkait dan Pemerintah Daerah setempat 2. Status kewenangan pengelolaan PPI Ie Meulee belum jelas diperlukan koordinasi lanjutan perihal keputusan status pengelolaan PPI serta unit/lembaga pengelola PPI belum terbentuk diperlukan koordinasi lanjutan perihal keputusan status pengelolaan PPI. Lokasi SKPT Natuna difokuskan di Pelabuhan Perikanan Selat Lampa. PP Selat Lampa akan diarahkan menjadi Pelabuhan Perikanan Perintis yang kelembagaannya merupakan UPT Ditjen Perikanan Tangkap KKP (Sudah mendapat Surat Rekomendasi dari Gubernur Kepri dan Bupati Natuna untuk sebagai UPT Pusat). Sejak 1 Juni 2017, DJPT

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 107

menempatkan 1 (satu) PNS sebagai Penanggung Jawab Pengelola PP. Selat Lampa.

3.3.9. Koordinasi Pengembangan Kepulauan Riau Kementerian Perhubungan telah menyiapkan 70 kapal-kapal besar seperti Kapal Cargo, Peti kemas dan kapal untuk ternak yang akan disebarkan ke pelabuhan perintis dan pelabuhan tol laut. Kementerian Perhubungan juga telah menyiapkan 100 kapal Pelayaran Rakyat (Pelra) yang dapat mengangkut 24 orang dan barang 5 Ton (35 GT) yang akan menjadi feeder dari pelabuhan Tol Laut. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan transportasi antar Kecamatan, Pemerintah Daerah Anambas mengajukan kepada Kementerian Perhubungan untuk mendapatkan kapal dimaksud yaitu jenis 35 GT. Pengajuan tersebut dilengkapi dengan persyaratan yang harus dipenuhi, prinsipnya Pemerintah Daerah harus pro aktif dan Kementerian Perhubungan akan siap mensupport. Untuk kebutuhan industri, BBM disuplai dari Depo Tanjung Uban, sementara untuk kebutuhan masyarakat disuplai dari Depo BBM Ranai di Natuna. Perlu diusulkan kembali ke ESDM agar sebagian peruntukan program BBM dapat direlokasi di kecamatan lain di Kabupaten Anambas. Alternatif penanganan masalah distribusi BBM di Anambas adalah kehadiran Negara di Anambas yaitu dengan menugaskan Pertamina untuk membangun Depo BBM di Anambas. Kementerian Perhubungan perlu memverifikasi kepemilikan pelabuhan Ranai. Untuk dapat membangun fasilitasi terminal jetty dengan anggaran Pemerintah Pusat (c.q. Kemenhub), maka sesuai ketentuan pengelolaan pelabuhan harus dibawah tanggung jawab Kemenhub. Perlu proses untuk dapat membangun fasilitas terminal jetty dari anggaran pemerintah pusat pencantuman pelabuhan di RIPN, usulan daerah, perencanaan pelabuhan dll.

3.3.10. Konektivitas dan Industri Maritim A. Percepatan Pembangunan Bandara Kulon Progo Pembangunan Bandara Kulon Progo terdapat kendala terkait wakaf. Dengan melalui proses hukum akan ada keterlambatan target pembangunan mengingat ada kasus dimana ahli waris pewakaf tidak berada di Kulon Progo. Progress Angkasa Pura I terkait pembebasan lahan sudah mencapai 100%. Rencana pengosongan bangunan pada 9 April 2018. Pekerjaan konstruksi Airside dan Landside sedang berlangsung proses lelang dan diperkirakan Juni 2018 akan selesai. Tanah wakaf dan makam sudah selesai melalui proses pembayaran ganti rugi. Pemasangan pagar mencapai 56,87%, pekerjaan persiapan Airside dan Landside telah mencapai 85% dan pekerjaan Land Clearing mencapai 16%. AP I sudah mengirim surat terkait permintaan pelepasan hak tanah wakaf dikawasan pembangunan Bandara. Terdapat 27 proses dalam pengalihan wakaf sehingga perkiran penyelesaian bisa mencapai 6 bulan. Kementerian Perhubungan telah membentuk tim untuk pengawasan pembangunan PSN. Tindak Lanjut terkait pembangunan Bandara Kulon Progo;

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 108

Merujuk pada pembangunan Tol Trans Jawa ada 216 titik tanah wakaf pembangunan tetapi pembangunan tetap bisa dilakukan dan Kementerian Agama dapat segera memproses administrasi. B. Pelaksanaan Tol Laut dan Jembatan Udara Masih terdapat hambatan dalam pelaksanaan tol laut, terjadi karena ada perubahan pada pola subsidi. Adanya permasalahan pada administrasi pada kapal- kapal baru seperti surat izin pembangunan kapal, lisensi mesin dan system radio kapal. Keterlambatan proses lelang pada jembatan udara dikarenakan menunggu proses hukum dan lelang. Di tahun 2017 sudah ada 13 trayek tol laut dan pelni telah mengoperasikan 7 trayek. Untuk pengoptimalisasin Pelni telah mempunyai aplikasi untuk memonitoring mutan kargo. Termin 2017 Pelni adalah termin seaway to seaway. Sudah ada kerjasama dengan ASDP dimana ASDP sebagai feeder tol laut. ASDP berperan dalam jalur Nias, Mentawai dan Enggano. Saat ini ASDP bertugas sebagai pelanjut/ feeder transportasi tol laut ke daerah dengan moda kapal ferry dari Hub- Spoke. Dua trayek baru ASDP yaitu T1 dan T3. Untuk rute pelayaran tidak menggunakan Tanjung Priok tetapi via Teluk Bayur. Pengoperasiaan ke Pulau Sebatik telah menggunakan kapal ukuruan 1000 DWT. Sedang mengintesifkan komunikasi dengan dinas perdagangan daerah untuk pemetaan keperluan barang di daerah. Tindak lanjut dalam pelaksanaan tol laut dan jembatan udara adalah dengan menyarankan pentingnya keterlibatan Pemprov terkait penyediaan lahan untuk gudang barang. Perlunya pengawasan terhadap operator untuk pengendalian jenis muatan barang agar sesuai dengan Permendag No 38 tahun 2018.

C. Koordinasi Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Konektivitas, Perikanan, dan Energi di Wilayah Perbatasan dan Pulau Terluar Terdapat beberapa permasalahan dalam pengembangan wilayah ini, yaitu: 1. Kawasan Wisata Natuna menerapkan konsep MEA (Marine, Eco-Tourism, Archeology) dan memiliki potensi yang banyak, namun masih belum bisa mendatangkan sejumlah wisatawan, mengembangkan ekonomi wisata, dan membangun sarana prasarana untuk menunjang pariwisata. 2. Kelistrikan di Natuna dan Anambas belum 100% karena pulau-pulau kecil belum berlistrik (19 desa Natuna, 23 desa Anambas). Permasalahan yang dihadapi PLN dalam hal kelistrikan adalah: a. Geografis yang berbatu. b. Lokasi PLTD sangat sulit. c. Posisi jaringan PLN yang mudah terganggu dengan lingkungan. d. Barang angkut yang pernah terjadi accident/tenggelam. e. Buruh angkut pelabuhan yang mematok harga yang tidak bisa ditentukan. f. PLN membutuhkan lahan untuk mesin genset di Natuna, namun susah untuk mendapatkan lahan bebas. g. Jalan nasional sepanjang 20~25 Km belum ada dalam angaran 2018.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 109

h. Kebutuhan jaringan di Kabupaten Anambas yang perlu ditingkatkan mengingat wilayah sekitar Anambas yang dilalui jaringan optik 40 perusahaan telekomunikasi internasional. Tindak lanjut yang akan dilaksanakan adalah: 1. Dirjen Perikanan KKP menyebutkan bahwa sumber daya Ikan di Natuna sangat banyak dan mengusulkan untuk mengoptimalkan SKPT terlebih dahulu karena sudah ada Pergub dan pengelolaan ikan terkonsentrasi di SKPT Natuna. 2. PLN akan menyiapkan data detail mengenai lokasi-lokasi yang diperlukan untuk mencapai target 100% wilayah terlistriki dan Bupati Natuna akan membantu untuk permasalahan yang ada di pelabuhan serta melakukan pendekatan kepada masyarakat terkait kebutuhan infrastruktur PLN di Kabupaten Natuna. 3. Akan dilakukan upaya peningkatan aktivitas nelayan khususnya dengan kapal diatas 30 GT. Akan dilakukan prioritas penggunaan Jetty Selat Lampa Natuna dan pembangunan infrastruktur Jetty. Akan dilakukan mapping kebutuhan BBM untuk wilayah Anambas sebagai acuan pengembangan Lembaga Penyalur. D. Pengendalian P2DN untuk Industri Valve Penerapan penggunaan produk dalam negeri (P2DN) untuk indutri valve mengalami penundaan dari tahun 2014. Saat ini baru mulai dikembangkan namun belum bisa dilakukan desain tekniknya karena masih mencari joint venture. Apabila dalam perjalanan 9 Industri Valve terseleksi oleh user yang mensyaratkan persyaratan yang ketat demi alasan keamanan dan kualitas, maka diperlukan pembinaan terhadap industri tersebut untuk memenuhi standar yang disyaratkan (syarat R&D dll). Dalam penghitungan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), perhitungan per produk cost base SI oleh Pertamina & Sucofindo perlu penelaahan terkait berapa biaya yg dikeluarkan dan tidak dapat memprediksi kapasitasnya. Contoh sukses monitoring TKDN adalah pada pengadaan tabung gas LPG oleh Pertamina. Pertamina saat akan pembayaran mensyaratkan sertifikat monitoring TKDN dari pihak Surveyor Indonesia, yang memastikan bahwa produk adalah benar semua diproduksi dalam negeri. Tindak lanjut pengendalian P2DN; Produk dalam negeri yang memiliki nilai TKDN diatas 25%, wajib digunakan sepanjang memenuhi spesifikasi dan jumlah pengguna. Menurut studi, preferensi harga hingga 43% dianggap masih wajar karena industri dalam negeri menanggung pajak , biaya energi dan tenaga kerja serta multiflier effect terhadap industri pendukungnya. Diharapkan perusahaan lokal untuk maju bersama tidak saling menjatuhkan. E. Pengembangan Pelabuhan Muntok yang terpadu dengan Industri Tanjung Ular Pengembangan Pelabuhan Muntok sangat didukung oleh APBN, mengingat fokus APBN sekarang digunakan untuk pembangunan diluar Kawasan Pulau Jawa. Potensi ekonomi sangat besar jika pelabuhan telah ada seperti untuk kegiatan bongkar muat kimia cair yang dilakukan oleh perusahaan asing seperti Konoko, untuk mempermudah kegiatan bongkar muat kimia cair maka disarankan untuk dibuatnya terminal khusus bongkar muat cair. Kementerian Perhubungan meminta kepada Dinas Perhubungan Kabupaten Bangka Barat untuk melengkapi dokumen FS seperti pada bagian Bab V mengenai

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 110

potensi ekonomi di kawasan dan Bab VI terkait pendalaman kondisi geografis Kawasan. Pihak Pelindo II akan meminta GM Cabang Tanjung Balam untuk melihat kondisi Kawasan tersebut dan siap ikut dalam pembangunan apabila Kawasan tersebut memiliki potensi yang bagus. Kemenko Maritim merekomendasikan agar Dinas Perhubungan Bangka Barat segera melengkapi dokumen yang direvisi oleh Direktorat Kepelabuhan agar pembangunan bisa berjalan dengan cepat dan akan berdiskusi dengan Kementerian Perindustrian untuk penguatan industry di kawasan Bangka Barat. F. Penerbangan Internasional Reguler ke Bandara Silangit Penerbangan rute Internasional Silangit – Malaysia (Penang, Kuala Lumpur) potensial untuk dikembangkan, inbound – outbond cukup potensial, Charter flight dari Singapura belum berkelanjutan. Kementerian Pariwisata telah menyiapkan 3 skema insentif, yaitu: 1. Join promotion rute internasional reguler eksisting 2. Join promotion rute internasional baru Prioritas asal Negara: China, India & Eropa Tujuan destinasi di Indonesia: Lombok, Belitung 3. Skema khusus charter flight (cash per pax) berlaku untuk rute baru Market Singapura adalah market leisure dengan harga murah Prinsip GA pulang – pergi terisi penumpang Market Subang, Malaysia merupakan salah satu yang sedang dikaji untuk rute ke Silangit. Penerbangan Halim – Silangit 7x seminggu, Keterbatasan di Bandara Silangit ada di Infrastrukturnya yaitu PCN/kekuatan landasan dan area parkir pesawat. Cuaca dan asap dari gunung Sinabung menjadi salah satu kendala menuju ke Bandara Silangit. Promosi Danau Toba sebagai destinasi unggulan masih kurang, Segmen pasar dari Singapura usia 40 tahun keatas, untuk segmen anak-anak muda masih belum terlalu mengenal Danau Toba. Danau Toba perlu dibenahi Infrastrukturnya dan promosinya. Masalah infrastuktur khusus pembebasan lahan akan dikoordinasikan antara AP2 dengan Pemkab Taput. Pada bulan Oktober 2018 Bandara Silangit diharapkan sudah siap menerima kunjungan delegasi AM IMF-WB. Selanjutnya akan dibuat strategi promosi dengan membuat tim bersama untuk merumuskan merumuskan kebijakan pemerintah (PIC Asdep Infastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata). G. Koordinasi Kebijakan Revitalisasi Pelabuhan Koordinasi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Koordinasi Pembahasan Rancangan Keputusan Bersama tentang Penyelenggaraan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 September 2018, berlangsung di ruang rapat lantai 8 gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat dibuka oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa yang menyampaikan tujuan dan agenda pertemuan terkait finalisasi draf Keputusan Bersama tentang Penyelenggaraan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan. Rapat menghasilkan beberapa kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 111

1. Rancangan yang disepakati yaitu opsi dua yang mana penyelenggaraan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk koperasi dan Perseroan Terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Pada awal Oktober, direncanakan akan dilaksanakan rapat koordinasi tingkat Menteri sekaligus penandatanganan keputusan bersama. 2. Seminar Nasional Kuala Tanjung Sebagai Multipurpose Port: Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Maritim Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19 September 2018 di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Kemenko Kemaritiman dan Universitas Sumatera Utara. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara rutin tahunan Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa dalam rangka sinergitas penguatan peran universitas dalam pengelolaan sumber daya kemaritiman dengan output berupa buku. Ada tiga topik besar yang dibahas dalam buku yang dihasilkan dalam seminar nasional ini. 1. Geo-politik Kuala Tanjung 2. Dimensi Ekonomi Kuala Tanjung 3. Tata Kelola Lingkungan dan Keamanan Pelabuhan Kuala Tanjung. Seminar menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: 1. Pelabuhan Kuala Tanjung dinilai memiliki nilai strategis untuk dikembangkan menjadi sebuah pelabuhan berskala internasional. 2. Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki dua fungsi, yakni sebagai transhipment port (pelabuhan alih kapal) dan pelabuhan penopang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). 3. Masih banyak yang harus dibenahi, karena seluruh aspek masyarakat Indonesia harus berperan aktif dalam mewujudkan visi dan misi kemaritiman Indonesia, menuju Indonesia negara maritim, adil, dan makmur. 3. Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung dan Pengembangan Kawasan Aerocity di Kuala Namu Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Rapat Koordinasi dengan pihak NDRC dalam rangka persiapan kunjungan lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 25 April 2018. Hasil dalam kunjungan lapangan. 1. Pihak NDRC Tiongkok pada dasarnya tertarik akan potensi yang ada di Pelabuhan Kuala Tanjung. Ada beberapa opertator pelabuhan Tiongkok yang ingin berinvestasi seperti Beibu Gulf Port. Beibu Gulf Port jika berinvestasi tidak hanya sebagai investor pada fisik pelabuhan tetapi juga ingin menjadi operator

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 112

dimana Beibu sudah mempunyai demand untuk bisnis shipping line sehingga sifat pelabuhan tidak lagi “creating demand”. 2. Untuk Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei pihak NDRC Tiongkok menginginkan agar ada banyak kemudahan bagi perusahaan Tiongkok dalam mendapat fasilitas seperti Tax Holiday, supply air dan energi yang baik. 3. Untuk Pengembangan Aerocity di Bandara Kuala Namu saat ini sedang menunggu hasil koordinasi antara Menteri BUMN dan Menteri Perhubungan terkait penggunaan Kawasan tersebut. 4. Beberapa catatan penting yang harus dilengkapi Tim K/ L Indonesia seperti followup Grand Master Plan yang final, data investasi yang detail dan akurat. Kepastian payung hukum terkait pengelolaan yang dilakukan dari pihak investor serta kemudahan yang akan didapatkan. 4. Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung, KEK Sei Mangkei dan Kawasan Aerocity di Kualanamu Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari rapat koordinasi dengan pihak NDRC dalam rangka persiapan kunjungan lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 25 April 2018. Hasil dalam kunjungan lapangan. 1. Pihak NDRC Tiongkok pada dasarnya tertarik akan potensi yang ada di Pelabuhan Kuala Tanjung. Ada beberapa opertator pelabuhan Tiongkok yang ingin berinvestasi seperti Beibu Gulf Port. Beibu Gulf Port jika berinvestasi tidak hanya sebagai investor pada fisik pelabuhan tetapi juga ingin menjadi operator dimana Beibu sudah mempunyai demand untuk bisnis shipping line sehingga sifat pelabuhan tidak lagi “creating demand”. 2. Untuk Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei pihak NDRC Tiongkok menginginkan agar ada banyak kemudahan bagi perusahaan Tiongkok dalam mendapat fasilitas seperti Tax Holiday, supply air dan energi yang baik. 3. Untuk Pengembangan Aerocity di Bandara Kualanamu saat ini sedang menunggu hasil koordinasi antara Menteri BUMN dan Menteri Perhubungan terkait penggunaan Kawasan tersebut. 4. Beberapa catatan penting yang harus dilengkapi tim K/L Indonesia seperti followup Grand Master Plan yang final, data investasi yang detail dan akurat. Kepastian payung hukum terkait pengelolaan yang dilakukan dari pihak investor serta kemudahan yang akan didapatkan. 5. Koordinasi Pembangunan Apron Bandara Ngurah Rai Rapat merupakan tindak lanjut pembangunan Apron di Bandara Ngurah Rai terkait tumpang tindih di kawasan (L3 lahan konservasi), meliputi: 1. Melakukan perincian peta tematik kawasan zona lindung di kawasan pembangunan apron. 2. Peta tematik yang dilakukan oleh KKP akan menjadi patokan ATR/ BPN. 3. Kelancaran distribusi barang di kawasan Timur Indonesia. 4. Menekan praktik monopoli pelayaran pengiriman logistik.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 113

5. KKP Ditjen Pengelolaan Ruang Laut mengkoordinasikan hal-hal, sebagai berikut: a. Kondisi karang yang masih ada sudah tidak layak lagi menjadi kawasan L3. b. Diperlukan waktu sekitar 2 minggu terkait pemetaan kawasan konservasi. 6. Angkasa Pura I mengkoordinasikan hal-hal, sebagai berikut: a. Progress Total mencapai 53,47% akan selesai pada akhir Agustus. b. Sesuai arahan Presiden untuk perpanjangan Runway Apron I memerlukan lahan yang lebih panjang sebesar 4,5 Ha. 7. Deputi Maritim Setkab mengkoordinasikan, hal-hal sebagai berikut: a. Harus ada perincian yang lebih terkait pertemuan antara matra darat dan laut. b. Kemenko Maritim akan menunggu lebih lanjut hasil pemetaan tematik dari KKP dengan semangatnya tidak ada perubahan atau revisi. H. Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Untuk Transportasi Jalan Rapat dilaksanakan pada 19 April 2018 di gedung Binagraha, Kantor Staf Kepesidenan Jakarta. Wacana ini dibahas karena adanya permasalahan berikut ini: 1. Presiden Indonesia menyampaikan komitmen pada COP21 untuk mengurangi 29% emisi CO2 tanpa dukungan internasional, dan mengurangi 41% emisi CO2 dengan dukungan internasional hingga 2030; 2. Indonesia akan meningkatkan penggunaan energi terbarukan menjadi 23% hingga 2025 (Kebijakan Energi Nasional) Indonesia akan memperbaiki efisiensi energi dan pola konsumsi energi; 3. Payung hukum untuk mengatur pembangunan dan pengelolaan Kendaraan Bermotor Listrik Untuk Transportasi Jalan dalam bentu peraturan presiden belum terbit; 4. Belum ada Pembangunan pabrik perakitan Kendaraan Bermotor Listrik Untuk Transportasi Jalan. Berdasarkan kondsi tersebut di atas, diharapkan adanya pabrik perakitan kendaraan bermotor listrik untuk transportasi jalan sebagai mobil nasional. Untuk itu, sebagai akselerasi mak perlu adanya payung hukum untuk mengatur pembangunan dan pengelolaan kendaraan bermotor listrik untuk transportasi jalan dalam bentu peraturan presiden. I. Koordinasi Mengenai Kajian Mobil Listrik Kegiatan ini dilaksanakan seabagai tindak lanjut dari rapat sebelumnya mengenai Mobil Listrik. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat ditetapkan rangka acuan matang yang telah disusun oleh para Pakar dan Tim Ahli sebelum dilanjutkan ke Presiden RI 1. Kemenko Maritim berkomitmen mengawal program ini dengan cara menyediakan Tim Pakar dan Tenaga Ahli untuk menyiapkan naskah akademik dalam kurun waktu sebulan 2. Sebelumnya dalam Rapat Wapres telah dibahas sejumlah hal terkait Program Mobil Listrik, seperti sikap bersama yang harus diambil adalah kita ingin Indonesia maju, setelah sikap tersebut diambil, harus dilakukan harmonisasi regulasi

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 114

3. Sekretariat Kabinet dan Kemenkomar ingin mengajukan policy terkait Program Mobil Listrik kepada Presiden RI 4. Nantinya perlu dipertimbangkan kesiapan PLN dalam menyediakan charging station komersiil bagi para pengguna Mobil Listrik, bagaimana mereka dapat mengisi daya baterai mereka di rumah masing-masing J. Koordinasi Kebijakan Penurunan Angka Dwelling Time Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 30 Oktober 2018 bertempat di gedung Kemenko Kemaritiman. Rapat bertujuan untuk membahas hasil temuan tim survei biaya logistik impor di empat pelabuhan utama di Indonesia. Rapat melaksanakan reviu atas proses impor di pelabuhan untuk mengidentifikasi permasalahan biaya logistik di pelabuhan. Hasil dan rekomendasi rapat adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada perbedaan yang mendasar dalam penerapan tarif jasa kapal di 4 pelabuhan utama Indonesia. Perbedaan yang terjadi hanya pada penerapan diskon yang merupakan bagian dari strategi pemasaran. 2. Penerbitan Surat Edaran tentang Tarif Jasa pada 4 Pelabuhan Utama sering tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 72 Tahun 2017 tentang Jenis, Struktur, Golongan dan Mekanisme Penetapan Tarif Jasa Kepelabuhanan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 116 Tahun 2016 tentang Pemindahan Barang Yang Melewati Batas Waktu Penumpukan (Long Stay) di Pelabuhan Utama Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar. 3. Terdapat biaya jasa agen kapal (tindakan sepihak) seperti admin fee, seal container fee, bill of lading (B/L) fee, doc fee, do fee, dan jaminan kontainer. 4. Persentase logistic cost import di 4 pelabuhan masih cukup tinggi antara 19-30%.

22,0% 21,4% 21,5%

21,0% 20,7% 20,5% 20,1% 19,9% 20,0%

19,5%

19,0%

Grafik 1Persentase Logistic Cost Import di 4 Pelabuhan Utama Indonesia K. Implementasi Program Tol Laut Progres implementasi trayek tol laut tahun 2018, sebagai berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 115

1. T2: Tg. Priok - Tg. Batu - Belinyu - Tarempa - Natuna - Midai - Serasan - Tg. Priok (km.Caraka Jaya Niaga III-4); 2. T4: Tg. Perak - Makassar -Tahuna - PP (KM. Logistik Nusantara 1); T4 Feeder: Tahuna - Kahakitang - Bahias - Tagulandang - Biaro - Lirung - Melongoane - Kokorotan -Miangas - Marore (KM. Kendhaga Nusantara 1); 3. T6: Tg. Perak - Tidore - Morotai - PP (KM. Canka Jaya Niaga III-32); 4. T13: Tg. Perak - Kalabahi - Moa - Rote (Baa) - Sabu (Biu) - PP (KM. Logistik Nusantara 3); 5. T14: Tg. Perak - Lewoleba - Adonara/Terong - Larantuka - PP (KM. Logistik Nusantara 4); serta 6. T15: Tg. Perak - Kisar - Namrole - PP (KM. Logistik Nusantara 2). Keuntungan yang didapat dengan adanya program ini adalah: 1. Pendistribusian barang Pokok dan Penting sudah terlaksana dengan adanya kapal yang tetap, teratur dan terjadwal untuk semua trayek Penugasan tol laut; 2. Return Cargo sudah dilaksankan dengantarifyang murah; 3. Berkembangnya ekonomi daerah karena adanya kapal tol laut yang langsung dari Jawa Port ke Kawasan Timur (Morotai, Kisar, Namrole, Sabu); 4. Kapal Tol Laut digunakan untuk memuat ikan dari Morotai ke Tanjung Perak dengan tujuan export ke Vietnam. Kendala yang dihadapi dalam program ini adalah: 1. Kapal tol laut belum mendapatkan prioritas tempat sandar di pelabuhan sehingga menambah waktu tunggu di satu Pelabuhan; 2. Kurangnya fasilitas alat bongkar muat Container di Pelabuhan yang menyebabkan waktu sandar lebih lama; serta 3. Adanya perubahan trayek setiap tahunnya yang menyebabkan rendahnya produksi di awal tahun sehingga diperlukan waktu untuk melakukan peningkatan produksi kembali. L. Shareholders Agreement, Perpanjang Apron, dan Kesiapan Navigasi Penerbangan di Bandara Kertajati Melalui pelaksanaan kegiatan ini telah disepakati kedua belah pihak bahwa perpanjangan runway sebesar 500 meter akan dikerjakan oleh Angkasa Pura II (AP II). Namun sampai sekarang, AP II belum bisa melakukan konstruksi karena belum mendapat persetujuan dari Gubernur Jawa Barat ke AP II terkait pemanfaatan lahan. AP II sudah mengirimkan surat ke Gubernur Jawa Barat sejak 12 April 2018. Tindak Lanjut atau Rekomendasi yang dihasilkan setelah danya koordinasi ini adalah sebagai berikut: 1. Ketentuan mengenai aturan-aturan dalam perjanjian pemegang saham diharapkan dapat mengikuti aturan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas serta aturan yang ada di dalam OJK (Terkait RDPT). Jika ada hal yang belum diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas atau peraturan OJK, maka hal tersebut sebaiknya disepakati bersama oleh para pihak dengan memperhatikan kepentingan mayoritas dan minoritas;

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 116

2. Terkait dengan posisi direksi dan komisaris, kami merekomendasikan bahwa jumlah direksi sebaiknya dibatasi maksimal 3 (2 dari pemprov dan 1 dari AP2) dan komisaris maksimal 5 (max 3 dari pemprov, 1 dari AP2 dan 1 dari RDPT); \ 3. Perpanjangan runway sebaiknya dapat segera dieksekusi sehingga Bandara Kertajati dapat segera digunakan untuk Umroh; 4. Batas waktu untuk masa berlaku RDPT adalah minggu pertama November 2018. Sehingga kesepakatan terkait perjanjian pemegang saham perlu segera diselesaikan; serta 5. Untuk mempercepat proses konstruksi, Kerjasama Pemanfaatan (KSP) atas aset Pemprov dapat berjalan pararel dengan proses konstruksi runway, hal ini penting agar Bandara Kertajati ini dapat segera digunakan untuk Umroh sehingga BIJB bisa mendapatkan pendapatan yang lebih besar. M. Koordinasi Progres Pembangunan Makassar New Port dan Jalur Kereta Api Makassar Pare-Pare Koordinasi Progress Pembangunan Makassar New Port dan Jalur Kereta Api Makassar Pare-Pare merupakan tindak lanjut dari evaluasi dan pemantauan dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan. Terkait pembangunan pekerjaan masih terus dilakukan. Adapun progress seperti: Pembangunan dilakukan secara bertahap dan terbagi melalui 4 Paket (Paket A-D) dan 2 Tahap (Tahap 1: 1A, 1B, 1C dan 1D dan Tahap 2). Saat ini penyelesaian pembangunan paket 1A-1C telah mencapai 78,73% dan tahap 1D 5,57%. Gambaran persentase pembangunan sebagai berikut:

Gambar 7 Gambaran persentase pembangunan Makassar New Port dan Jalur Kereta Api Makssar Pare-Pare

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 117

Untuk Progres Jalur Kereta Api Makassar sampai Pare-Pare. Proyek ini merupakan bagaian dari jalur kereta Trans Sulawesi. Pengadaan lahan menggunakan APBN (2015-2016) dan untuk konstruksi menggunakan APBN (2015-2019).

N. Pembahasan Progres Pengadaan Tanah LRT JabodetabeK Kegiatan ini dilakukan untuk membahas progress kemajuan fisik dan tanah pekerjaan LRT JABODETABEK per tanggal 29 Juni 2018, meliputi: 1. Lintas Pelayanan 1 Cawang - Cibubur sebesar 61,075%; 2. Lintas Pelayanan 2 Cawang - Dukuh Atas sebesar 25,484%; 3. Lintas Pelayanan 3 Cawang - Bekasi Timur 47, 214%; 4. Depo Jatimulya sebesar 0,346%; dan total progres tahap I sebesar 40,258%. Progress pengadaan tanah dari 15 (lima belas) tahapan pengadaan di 5 (lima) tempat terdapat beberapa tahapan yang masih belum diproses, berikut rinciannya: Reviu oleh BPKP: Bekasi dan Kab.Bekasi; Musyawarah bentuk ganti rugi Daerah Bekasi; Pemberi ganti kerugian: Jaksel, Bekasi, dan Kab.Bekasi; Pelepasan hak: Jaksel, Bekasi, dan Kab.Bekasi; Penyerahan hasil: Jaktim, Jaksel, Bekasi, dan Kab.Bekasi. Progres atau permasalahan pengadaan tanah: 1. Kota Depok; kejelasan status BMN tanah Kwarnas. Progres atau permasalahan pengadaan tanah Kota Jakarta Timur ialah a. bidang pemilik tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan karena sedang berperkara dengan lembaga pembiayaan, b. bidang tidak mau dibebaskan dengan alasan mengurangi KBD (Koefisien Dasar Bangunan) namun menyerahkan tanahnya untuk digunakan sebagai ruang publik LRT. 2. Kota Jakarta Selatan; sesuai reviu BPKP terdapat 13 dapat dibayarkan dan 5 bidang belum dibayarkan 3. Kota Bekasi; 2 Kelurahan sedang dinilai oleh KJPP dan 1 Kelurahan menunggu perbaikan Danom sebelum dinilai oleh KJPP. 4. Kab.Bekasi; hasil inventarisasi tanah dan bangunan, secara keseluruhan. Tahapan selanjutnya ialah relokasi SUTT/SUTET yang memiliki permasalahan belum adanya sinkronisasi rancangan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan relokasi/peninggian tower SUTT/SUTET di Kilometer 9 dan Kilometer 17 antara LRT dan HSR Jakarta – Bandung. Tindak lanjut terhadap permasalahan ini adalah adanya Rapat sinkronisasi rancangan dan jadwal pelaksanaan relokasi atau peninggian SUTT/SUTET telah dilaksanakan dengan kesepakatan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 118

Permasalahan tanah BMN, diantaranya: Alih aset tanah BMN TNI AU. Tindak Lanjut terhdap masalah ini adalah Dirjen KA telah menyampaikan surat permohonan alih aset tanah TNI AU yang digunakan sebagai jalur LRT Jabodetabek kepada Dirjen Kekayaan Negara.

O. Koordinasi Pengembagan Transportasi Perkeretaapian 1. Platform Pengembangan Industri Perkeretaapian Nasional (Manajemen Riset dan Kelembagaan Saat ini Semakin dibutuhkan moda transportasi dalam sistem transportasi nasional untuk mengatasi kemacetan dan dampak lingkungan. Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) mempunyai target menaikkan jaringan kereta nasional yang saat ini hanya 4.100 km menjadi 12.100 km pada tahun 2030. Jaringan baru kereta ini ditargetkan dapat menampung jumlah penumpang transportasi nasional sebesar 11-13% dan angkutan barang sebesar 15-17%. Dengan target RIPNAS diatas, akan dibutuhkan kereta perkotaan sebanyak 6.020 unit dan kereta antar kota sebanyak 28.335 unit. Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015 – 2035, salah satu fokus industri prioritas nasional adalah alat angkut transportasi, dimana sektor ini merupakan industri andalan nasional. Fokus pengembangan industri kereta api: Periode 2015-2019: industri kereta diesel dan listrik; Periode 2020-2024: industri kereta listrik dan magnetic levitation (Maglev); serta Periode 2025-2035: industri kereta listrik dan magnetic levitation (Maglev). Peningkatan TKDN industri perkeretaapian mempunyai dampak yang nyata terhadap industri integrator, vendor, operator dan dampak imbasan lainnya. Namun masih terdapat beberapa masalah seperti berikut: a. Ketergantungan terhadap bahan baku dan komponen impor masih besar. b. Kemampuan industri belum optimal, terutama untuk memproduksi komponen yang perlu akurasi tinggi yang biasanya dilakukan oleh kerja robotik. c. Belum optimalnya manajemen rantai pasok (supply chain) untuk mendukung piramida industri kereta api sesuai pohon industri kereta api. d. Riset dan inovasi yang belum mencakup bidang-bidang pengembangan teknologi perkeretaapian yang menyeluruh. Bidang-bidang teknologi tinggi seperti tenaga penggerak, sinyal & kontrol, dan intelligent routing & mobility belum dilakukan riset & inovasi yang menyeluruh. e. Belum adanya lembaga yang mempunyai otoritas/kewenangan dalam riset pengembangan industri perkeretaapian (National Railway Research Institute). Adapun tujuan dilakukannya pengembangan ini adalah: a. mendorong peningkatan kemampuan industri dalam negeri, terutama industri perkeretaapian, baik industri utama (integrator) maupun industri pendukung (tier-1, tier-2, dan tier-3) agar mampu bersaing dan kompetitif di pasar dalam negeri dan pasar global. b. Memformulasikan strategi peningkatan TKDN produk industri perkeretaapian berdasarkan prioritas produk yang perlu diproduksi di dalam negeri, baik

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 119

produk industri sarana kereta api (rolling stock), industri infrastruktur perkeretaapian (jalan rel, stasiun dan kawasan pendukung (TOD), dan industri fasilitas pengoperasian perkeretaapian (persinyalan, telekomunikasi dan kelistrikan). c. Optimalisasi sumber daya, baik sumber daya finansial, sumber daya manusia, dan sumber daya fasilitas pada semua tahapan, yang meliputi regulasi, standarisasi, desain, engineering, produksi, pengujian, sertifikasi, operasi dan perawatan. Tindak lanjut yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Sistem propulsi dan pengereman b. Struktur bogie, chassis dan bodi kereta c. Sistem dinamika kereta: Noise, Vibration, Harshness (NVH) d. Sinyal, telekomunikasi, kelistrikan (Sintelis) e. Fasilitas pengujian untuk validasi sistem propulasi dan pengereman f. Fasilitas pengujian untuk validasi sistem keselamatan (crashworthiness) g. Fasilitas pengujian untuk validasi sintelis (sinyal, telekomunikasi, listrik) h. Fasilitas test track/roller rig test untuk validasi sarana dan prasarana (bodi, persinyalan, jalan dan jembatan) i. Fasilitas regulasi, standarisasi, dan sertifikasi. Adapun kesimpulan yang dihasilkan adalah sebagai berikut: a. Perlu segera dibangun platform pengembangan industri perkeretaapian dengan prioritas pengembangan produk kereta berbasis listrik: – Kereta perkotaan (LRT, MRT, Monorail, dll) – Kereta antar kota (intercity train) b. Perlu dibangun lembaga National Railway Institute (NRI) yang bertugas:  Mendorong penguasaan teknologi dan pengembangan produk di industri utama dan industri penunjang  Menyiapkan sumberdaya dan ahli untuk teknologi kereta  Membantu pemerintah dalam melakukan kajian kebijakan, standarisasi, validasi, dan sertifikasi produk. c. Perlu dibentuk Badan Otoritas Perkeretaapian/National Railway Authority (NRA) yang bertugas:  Mengatur tatakelola industri transportasi berbasis multi-operator kereta sehingga mobilitas penumpang dan barang dapat terjaga dengan baik  Menciptakan ekosistem industri perkeretaapian yang berkelanjutan. 2. Kebijakan Pengembangan Kereta Api Perkotaan dan Antar Kota Kondisi perkeretaapian nasional saat ini adalah: a. Panjang Jaringan KA di wilayah Sumatera:  Jalur KA beroperasi ± 1.544 Km (termasuk jalur ganda sepanjang 284 Km)  Jalur Non-aktif: ± 129,1 Km b. Operator Sarana Perkeretaapian: PT. KAI, PT. KCI, PT. Railink, PT. KCIC, PT. MRT Jakarta, PT. Jakarta Propertindo Operator Prasarana

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 120

Perkeretaapian: PT. KAI, PT. KCIC, PT. MRT Jakarta, PT. Jakarta Propertindo c. Panjang Jaringan KA di wilayah Jawa:  Jalur KA beroperasi ± 3.890,38 Km (termasuk jalur ganda sepanjang 1.192,6 Km)  Jalur Non-aktif: ± 2.835,85 Km. Beberapa poin yang menjadi pembahasan adalah: a. Pulau Sumatera: KA Barang (Perkebunan dan industri) Dan KA penumpang (melayani mobilitas masyarakat dari bandara dan wilayah perkotaan) Konsep Pengembangan Pulau Sulawesi: KA Barang (Pertanian, perkebunan dan pertambangan) dan KA Wisata (eco-cultural, biodiversity) b. Pulau Kalimantan: KA Logistik Trans Kalimantan (Barang) c. Konsep Pengembangan Pulau Sulawesi : KA Barang (Pertanian, perkebunan dan pertambangan) dan KA Wisata (eco-cultural, biodiversity) d. Pulau Papua: Kereta Api Barang untuk pertambangan, perkebunan/pertanian, dan perikanan (barang) e. Pulau Jawa, Madura dan Bali: KA Penumpang dan Perkotaan dengan aktivitas ekonomi dan sosial, Angkutan Perkebbunan, Pertaninan dan KA Pariwisata. f. Dalam PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) rencana panjang jalur KA terbangun adalah 12.100 Km, sedangkan dalam Reviu RIPNas rencana panjang jalur KA terbangun adalah 10.524 dimana dilakukan evaluasi berdasarkan pencapaianpembangunanserta pentahapan ulang prioritas pembangunan prasarana perkeretaapian g. Salah satu jaringan dan layanan kereta api cepat yang direncanakaan berdasarkan RIPNAS adalah pengembangan kereta api cepat yang menghubungkan Jakarta – Bandung dan kereta api semi cepat Jakarta – Surabaya (merupakan bagian dari pengembangan kereta api cepat Merak – Jakarta – Banyuwangi) h. Pengembangan ini bertujuan untuk memperlancar perpindahan orang pada koridor tersebut dan untuk mengurangi beban jalan raya di pantura yang sudah overload. Adapun tindak lanjut yang akan dilakukan melalui pelaksaaan kegiatan ini adalah: a. Target Panjang Jalur Kereta Api Terbangun Periode 2015-2019: ± 1.349 Km. b. Jalur Kereta Api terbangun dan beroperasi pada 2019: ± 6.783 Km (akumulatif) c. Indikasi Kebutuhan Pendanaan: ± Rp. 126 Triliun (71% APBN: 29% Non- APBN) d. Jumlah PKN & Kawasan Ekonomi Khusus Terhubung: 20 Titik 3. Kunjungan ke PT. Industri Kereta Api (Persero) di Madiun

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 121

Dalam rangka menyaksikan uji coba yang dilakukan pada carbody kereta tipe-T LRT Jabodebek di PT. INKA (Persero) Madiun, Jawa Timur. Pada kegiatan ini dilakukan pembahasan mengenai safety induction bagi para pengunjung untuk menghindari kecelakaan di lokasi pengujian di PT. Industri Kereta Api (Persero), diikuti dengan pemaparan materi mengenai skema Pengujian Rancang Bangun Konstruksi Carbody LRT Jabodebek Trailer Car (T).

Melalui pelaksanaan kegiatan dan pemaparan yang dilakukan kemudian menyaksikan pengujian pada Carbody, adapun pengujian yang sedang berlangsung adalah uji vertikal tare (kompresi beban sebesar 40 ton) dan vertikal full (kompresi beban sebesar 40 ton) yang diinspeksi oleh Tim B2TKS BPPT. Pada akhir pengujian, disimpulkan bahwa spesimen telah lulus uji coba dan dianggap sudah layak untuk lanjut ke uji natural frekuensi pada tanggal 9 November 2018. 4. Percepatan Industri Kereta Api Dalam Negeri Dalam rangka percepatan industri kereta api dalam negeri, diadakan kunjungan tanggal 03 Januari 2018 – 04 Januari 2018, tujuan kunjungan ini adalah untuk menilai kesiapan PT. INKA untuk LRT Jabodebek dan juga untuk mempercepat proses keputusan untuk 15 Januari 2018 mengenai pembangunan trainset dan pemilihan partner (kemitraan). PT. INKA (Persero) saat ini sedang mengerjakan beberapa trainset untuk proyek-proyek antara lain: LRT Palembang; KRD Bandara Minangkabau; KRD Bandara Internasional Adisumarmo; PMU dengan Thailand; Produksi 430 gerbong untuk revitalisasi KAI; dan 6 Kereta untuk Sumatera dan Sulawesi Hasil dari koordinasi tentang industri kereta api adalah: a. Pada LRT Jabodebek, karena dana menggunakan APBN maka seyogyanya harus dibangun menggunakan brand Indo b. Untuk dapat merealisasikan brand Indo pada proyek LRT JABODEBEK INKA sudah membuat LRT c. Proporsi penguasaan teknologi dan produksi PT inka dapat mencapai 73% dan delivery dapat dicapai sesuai dengan waktu 15 bulan d. Dalam konteks 73%, TKDN dapat mencapai +- 45% dan melalui program ToT propulsi, TKDN dapat meningkat hingga 60%.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 122

P. Koordinasi Pengembangan Pelayaran Rakyat (PELRA) 1. Koordinasi Pemberdayaan Pelayaran Rakyat Pelayaran Rakyat (PELRA) saat ini kurang berdaya dan masih memprihatinkan karena sebagian besar dari kegiatan seminar, diskusi dan audiensi yang telah dilakukan berakhir hanya sampai di wacana. Pada Januari 2016 telah dibahas bersama Bappenas untuk revitalisasi PELRA, semua bahan telah disampaikan kepada Menteri terkait, namun dengan proses pergantian menteri (reshuffle kabinet) kegiatan revitalisasi ini tidak dilanjutkan dan kembali terhenti. Belum maksimalnya peran serta Syahbandar untuk membimbing PELRA, seperti yang diamanahkan oleh UU serta aturan khusus mengenai bahan baku kayu ulin untuk Kapal PELRA yang tidak boleh keluar daerah, dan proses administrasi yang panjang dan sulit mulai dari proses penebangan hingga proses pembuatan kapal menjadi hambatan dalam permasalahan ini. Menurut UU pelayaran, PELRA memegang peranan yang sangat penting terutama dalam mengangkut hasil perkebunan dari pulau-pulau kecil ke pelabuhan utama. Maupun sebaliknya dalam proses pengangkutan bahan-bahan logistik dari pelabuhan utama ke pulau-pulau kecil sekitar. Hambatan dalam pengembangan PELRA: a. Sulit dan langkanya kayu sebagai material kapal b. Pembagunan kapal kayu tidak mengacu gambar kerja (tidak terklasifikasi) c. Tidak dapat memenuhi persyaratan dari IMO (SDM tidak tersertifikasi) d. Kapal kayu perlu docking setiap tahun namun tidak terdapat docking khusus PELRA. e. Kapal Pelra sulit mendapat asuransi yang sesuai. f. Syarat alat gerak utama adalah angin pada PP20/2010. Tindak lanjut terkait pemberdayaan pelayaran rakyat adalah diperlukannya revitalisasi pelayaran yang sinergi dengan tol laut. Perlunya dukungan regulasi, pengembangan armada, penyusunan klasifikasi dan asuransi, serta adanya subsidi operasional kepada badan usaha. Diperlukan perkuatan revitalisasi Pelayaran Rakyat sehingga dapat diintegrasikan dengan dengan Tol Laut (pelayaran teratur dan terjadwal yang terhubung dengan pelabuhan tol laut). Tindak lanjut lainnya yang akan dilakukan yaitu peningkatan aspek besar kapal 35 GT, memperhatikan dan memetakan pasar kapal Pelra dan memberikan pelatihan untuk meningkatan kualitas SDM. Kapal yang di prototifekan kontruksinya boleh dengan baja namun tampilan tetap kayu, karena ini yang melambangkan khasnya kapal PELRA. Selain itu kapal tetap layar yang utama namun dalam kondisi tertentu dapat menggunakan motor. Arah Kebijakan Pemberdayaan (Revitalisasi) pelayaran rakyat yang akan dilakukan: a. Perlu insentif modal/biaya dari pemerintah b. Perlu pengelolaa dan perawatan alur oleh pemerintah c. Perlu pembinaan dan peningkatan SDM d. Perlu pembenahan regulasi

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 123

e. Perlu peningkatan sarana dan prasarana tranportasi laut

Q. Koordinasi Kebijakan Pengembangan Pelayaran Rakyat 1. Koordinasi Penyiapan Bahan Pendukung Kebijakan Pengembangan Pelayaran Rakyat Menjadi Kapal Tradisional Cruise Pada tanggal 22-24 Mei 2018 Kepala Bidang Inovasi Pelayaran Rakyat melaksanakan Perjalanan Dinas ke Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur dalam rangka koordinasi Penyiapan Bahan Pendukung Kebijakan Pengembangan Pelayaran Rakyat Menjadi Kapal Tradisional Cruise. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah Menyiapkan bahan Pendukung Kebijakan Pengembangan Pelayaran Rakyat Menjadi Kapal Tradisional Cruise/kapal wisata. Hasil kegiatan melaksanakan kegiatan perjalanan dinas sebagai berikut: a. Mengadakan pertemuan dengan pelaku usaha/pemilik kapal merencanakan survey dilapangan untuk mengetahui kondisi kapal mulai proses pembuatan kapal wisata. b. Mengadakan pertemuan dengan Kepala Kantor UPP Kelas III Labuan Bajo (Jasra Yuzi Irawan, SE.MM) Pertemuan ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat tentang Kepal Pelayaran Rakyat yang ada di Labuan Bajo sebagai bahan Kebijakan Pengembangan Pelayaran Rakyat Menjadi Kapal Tradisional Cruise. Rekomendasi dari kegiatan ini adalah: 1. Melakukan penyederhanan ragulasi untuk kapal wisata dan dibuat system online. 2. Menutup ruang gerak praktik korupsi di pelabuhan – pelabuhan yang bekerja dengan agen. Seperti perlu ada kejelasan biaya standar, transparan lengkap, dan menerbitkan kwitansi resmi untuk setiap pembayaran perizinan. 3. Membuat kebijakan untuk panduan aturan seperti surat edaran untuk UPT di lapangan 4. Adanya solusi dari tiap persoalan yang timbul di lapangan, tidak bisa lagi mengacu pada undang undang no 17/2008 tentang pelayaran yang belum mengatur secara spesifik kapal rekreasi 5. Dibutuhkan Perturan Pemerintah (Peraturan Menteri) untuk memperjelas dari undang undang sebagai turunan dari undang-undang no 17/2008 6. Mengajak mitra pemerintah (stakeholders), asosiasi yang bergerak bidang kapal wisata rekeasi untuk duduk berasama dalam menyusun aturan, dan mencari solusi atas kendala yang selama ini terjadi dalam meningkatkan potensi wisata kapal rekreasi di Indonesia. 7. Perlu diadakan FGD sinkronisasi Pengembangan Pelayaran Rakyat. 8. Kapal kargo yang dialihfungsikan menjadi kapal wisata yang berada di Labuan Bajo dapat dijadikan sebagai Model kapal wisata di wilayah Indonesia.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 124

2. Koordinasi Pemberdayaan Pelayaran Rakyat Pelayaran Rakyat (PELRA) saat ini kurang berdaya dan masih memprihatinkan karena sebagian besar dari kegiatan seminar, diskusi dan audiensi yang telah dilakukan berakhir hanya sampai diwacana. Pemberdayaan Pelayaran Rakyat yang bersinergi dengan program tol laut, sehingga sasaran yang berada di daerah pedalaman dan pulau-pulau kecil yang jauh dari pelabuhan utama dapat terjangkau. Peluang dan pengayoman kegiatan Pariwisata dalam PELRA. Implementasi program dan anggaran terkait PELRA oleh Kementerian dan Lembaga terkait. Kesimpulan dari koordinasi ini adalah: a. Revitalisasi pelayaran yang sinergi dengan tol laut b. Fokus prioritas bagaimana dukungan percepatan revitalisasi PELRA di Kementerian/lembaga, Perhubungan dan BAPPENAS harus di rencanakan serta di support secara nyata dengan kegiatan- kegiatan yang mendukung. c. Memastikan tidak hanya dibahas dalam diskusi, namun di bedah langsung oleh K/L terkait dan dijadikan kegiatan utama dalam Kementeriannya. Melalui kegiatan ini dihasilkan tindak lanjut berikutnya antar lain: a. Perlunya dukungan regulasi, pengembangan armada, penyusunan klasifikasi dan asuransi, serta adanya subsidi operasional kepada badan usaha. b. Diperlukan perkuatan revitalisasi Pelayaran Rakyat sehingga dapat diintegrasikan dengan dengan Tol c. Laut (pelayaran teratur dan terjadwal yang terhubung dengan pelabuhan tol laut). d. Meningkatkan aspek besar kapal 35 GT. e. Memperhatikan dan memetakan pasar kapal Pelra. f. Memberikan pelatihan untuk meningkatan kualitas SDM. g. Akan segera di bentuk POKJA PELRA (K/L terkait mengirimkan utusan untuk menjadi anggota POKJA minimal esselon 3 dan Asosiasi PELRA). h. Target Kerja POKJA maksimal selesai di 2 triwulan pertama 3. Revitalisasi Infrastruktur Pelayaran Rakyat untuk Mendukung Tol Laut Dalam mengawali kegiatan ini disampaikan bahwa perlunya revitalisasi Pelra dengan kebijakan afirmatif dalam bentuk Peraturan Presiden dengan fokus kepada point-point yang sudah diformulasikan mengenai kebijakan, bahan baku, tekhnologi, SDM tujuannya agar Perpres Pelra ini nantinya dapat diimplementasikan. Target akhir tahun 2018 Draft Perpres Pelra sudah selesai dan diharapkan sebelum berakhirnya periode Pemerintahan saat ini sudah berbentuk produk hukum Peraturan Presiden tentang Pelayaran Rakyat. Dari Setkab menyatakan hal – hal menjadi urgensi sebuah Perpres segera dituangkan dalam rancangan Perpres Pelra. KLHK menyampaikan bahwa peraturan KLHK memungkinkan pemanfaatan kayu dan peluang HTI sebagai bahan baku kapal. Kemenhub menyampaikan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan guna membangkitkan Pelra.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 125

Bapenas menyampaikan agar dimasukkannya Pelra ini dalam RPJMN mengingat strategisnya fungsi Pelra. Kemen PUPR menyambut positif rencana adanya DAK usulan Bapenas untuk mendukung infrastruktur Pelra serta sangat straegis mensinegikan tol laut dengan Pelra. BPPT menyampaikan dari sisi teknologi hasil rancangan kapal Pelra BPPT dapat memenuhi standarisasi BKI sehingga masalah keselamatan,keamanan,perbankan dan asuransi dapat teratasi. Dishub Propinsi Kepri menyampaikan agar kapal dibuat sesuai dengan kondisi georafis setempat dan sesuai kebutuhan masyarakat di masing-masing propinsi. Tindak lanjut setelah pelaksanaan kegiatan ini direncanakan dalam waktu dekat akan dilaksanakan pembahasan pasal demi pasal Draft Perpres Pelra yang melibatkan Tim Pokja Perpres Pelra dari kementerian/Lembaga terkait.

3.3.11. Bimbingan Teknis Peningkatan Kompetensi Awak Kapal dalam Operasionalisasi Telekomunikasi Pelayaran Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19-20 September 2018. Bimtek ini dihadiri 50 orang peserta. Bimtek dibuka oleh Kepala Bidang Keselamatan Navigasi Nasional dengan menyampaikan pentingnya penyelenggaraan pelatihan dalam peningkatan kapasitas dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pemanfaatan teknologi. Tujuan dari Bimtek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi bagi para awak kapal maupun staf yang bekerja di bidang navigasi dan keselamatan maritim dalam operasionalisasi telekomunikasi pelayaran, serta meningkatkan pemahaman akan fungsi Telekomunikasi Pelayaran dalam mendukung terlaksananya keselamatan kapal dan lingkungan. Melalui kegiatan ini dapat didapat hasil bahwa: 1. Kementerian Perhubungan membuka peluang memfasilitasi peningkatan kompetensi awak kapal melalui pelatihan terkait pelayaran. 2. Perlu untuk mengoptimalkan sinergitas dan kolaborasi dalam penggunaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran (SBNP) dan Telekomunikasi Pelayaran yang dimiliki oleh beberapa K/L 3. Perlunya peningkatan melalui pelatihan yang sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas kenavigasian untuk menjamin keselamatan pelayaran. 4. Kemenko Maritim akan meningkatkan peran penegakan hukum di laut melalui peran sinkronisasi, koordinasi dan pengendalian di bidang kemaritiman.

3.3.12. Penyediaan Energi Nasional A. Klaster Ekonomi Berbasis Energi Bersih dan Mineral di Pulau Halmahera, Maluku Utara Beberapa komitmen dalam pembangunan klaster ekonomi di Halmahera adalah sebagai berikut: 1. PT. Weda Bay Nickel berkomitmen untuk segera membangun smelter FeNi dengan kapasitas 300 ribu ton FeNi.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 126

2. PT. Antam berkomitmen untuk segera membangun smelter FeNi dengan kapasitas 13.500 ton nikel per tahap. 3. PT. Star Energy berkomitmen untuk segera mengembangkan WK Panas Bumi G. Hamiding dengan kapasitas 4x55 MW hingga 2x220 MW. P 4. PT. EDC Panas Bumi Indonesia bersama Mitsui berkomitmen untuk mengembangkan WK Panas Bumi Jailolo dengan kapasitas minimum 20 MW. 5. Badan Litbang ESDM telah memfasilitasi terjadinya sinergi dari para pemangku kepentingan baik dari sisi industri smelter, perikanan, pariwisata, pelabuhan, dll maupun sisi penyediaan listrik. 6. PT. Pelindo IV berharap agar dapat terlibat dalam perencanaan pembangunan pelabuhan untuk mendukung konektivitas Indonesia Timur, sehingga pembangunan lebih efisien karena terbentuk sinergisitas berbagai pihak dan segera. PT. Pelindo IV melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan. 7. PT. PLN (Persero) berkomitmen untuk membangun jaringan transmisi dan distribusi yang menghubungkan antara supply dan demand sesuai dengan RUPTL dan kebutuhan listrik industri smelter ke depan dan pendukung lainnya. 8. PT. SMI berkomitmen untuk mendukung pengembangan pembangunan infrastruktur di Indonesia bagian timur. Khusus pembiayaan investasi panas bumi, PT. EDC dapat bekerja sama dengan PT. SMI untuk memanfaatkan dana eksplorasi tersebut. Membuat roadmap bersama untuk pengembangan Klaster Ekonomi Halmahera untuk kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik dari semua stakeholders dan hasil tersebut akan disampaikan kepada Kemenko Maritim. B. Pembahasan Dokumen Kelompok Kerja Migas antara Indonesia – India Kelompok kerja minyak dan gas untuk gabungan kedua antara Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia dan Kementerian Perminyakan dan Gas Alam Republik India diadakan pada tanggal 20 April 2017 di Jakarta, Indonesia. JWG tentang minyak dan gas diadakan kembali ke belakang dengan The First Indonesia - India Energy Forum. Pada kesempatan ini, kedua belah pihak menandatangani perpanjangan Nota Kesepahaman tentang Kerja sama di bidang Minyak dan Gas antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, dan Kementerian Perminyakan dan Gas Alam Republik India. Pembicara dari Indonesia melalui peparannya mengangkat topik: 1. Kebijakan Minyak dan Gas Bumi 2. Peluang Kerjasama dalam Pengembangan Kapasitas 3. Sektor Swasta: Peluang Bisnis. Pihak Indonesia berbagi penawaran minyak dan gas konvensional dan non- konvensional terbaru di Indonesia pada tahun 2017 dan roadmap infrastruktur gas nasional. Proyek ini menarik bagi sektor swasta India jika mereka memiliki niat untuk berinvestasi dalam industri minyak dan gas Indonesia Kedua belah pihak sepakat untuk bekerja sama dalam bidang-bidang berikut: 1. Berbagi pengetahuan tentang reformasi subsidi LPG di India;

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 127

2. Kolaborasi dalam pembentukan FSRU; 3. Kolaborasi tentang optimalisasi LNG untuk meminimalkan biaya; 4. Menjelajahi setiap kemungkinan kerjasama dalam skema PSC baru di Indonesia dan rezim HELP di India; 5. Kolaborasi dalam teknologi pemurnian dan R&D; 6. Peningkatan kapasitas dalam kerja sama minyak dan gas; 7. Kolaborasi tentang kemungkinan pembangkit listrik berbasis gas; 8. Kolaborasi dalam pengaturan distribusi gas kota; 9. Kolaborasi dalam mengkonversi solar ke gas untuk truk, tongkang dan kereta api. Selain itu kedua belah pihak sepakat bahwa pertemuan ketiga kelompok kerja gabungan akan diadakan pada 2018, tanggal dan tempat yang akan diperkuat bersama melalui saluran diplomatik. C. Konsinyering Importasi Barang Migas Tema konsinyering adalah harmonisasi terhadap pasal 3 ayat 5 Permen No.17 Tahun 2018 dengan Permenperin No.03 Tahun 2014 Pasal 6 ayat 1 dan 2. Asal Saran Impor Barang Operasi untuk Kegiatan 1. Impor Barang Operasi untuk Kegiatan Usaha Hulu minyak dan gas bumi, Usaha Hulu minyak dan gas bumi dilarang, dapat dilaksanakan sepanjang belum apabila: tersedia dan/atau belum cukup a. Barang tersebut telah diproduksi di tersedia produk dalam negeri yang dalam negeri memenuhi kualitas/mutu, waktu b. Barang produksi dalam negeri telah penyerahan dan harga sesuai dengan memenuhi persyaratan teknis sesuai ketentuan dalam pengadaan barang kebutuhan; dan dan jasa c. Jumlah/volume, dan waktu barang produksi dalam negeri memenuhi kebutuhan. 2. Dalam hal ketentuan di atas huruf b dan huruf c tidak mencukupi, maka hanya kekurangannya saja yang dapat diimpor

Permen No.15 tahun 2013 tentang revisi lampiran mengenai target capaian TKDN barang agar melibatkan Kementerian Perindustrian. Melakukan review dan perbaikan terhadap Permen no 15 tahun 2013 secara menyeluruh. Sistem pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh sub-kontraktor harus tunduk kepada Permen No.15 Tahun 2013. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa produksi dalam negeri yang dilakukan oleh kontraktor dan subkontraktor jasa EPC/Jasa EPCI atau sub kontraktor KKKS untuk kegiatan usaha hulu Migas wajib mengacu pada Peraturan Menteri ini (Revisi Permen No.15 tahun 2013) dan peraturan pengadaan barang dan jasa di kegiatan usaha hulu Migas. Dalam pengadaan paket, EPCI pada kegiatan Usaha Hulu Migas harus mengacu kepada PTK 007 REV 4 bab II pasal 1.1.2, bab IV, pasal 1.1.1. Apabila terjadi pelanggaran proses pengadaan barang kategori wajib berdasarkan PTK 007 REV 4, maka Ditjen Migas tidak mengeluarkan persetujuan RIB dan DJBC tidak mengeluarkan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 128

Keputusan Pembebasan Bea Masuk dan SKK Migas tidak memberikan rekomendasi pengembalian biaya operasi (cost recovery) serta Kementerian Keuangan tidak mengembalikan biaya operasi (cost recovery). D. Pembahasan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Ketenagalistrikan Kunjungan (site visit) ke fasilitas pembangunan dalam rangka untuk mengetahui pencapaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada pelaksanaan pembangunan pembangkit listrik yang diantaranya di Proyek PLTG Paya Pasir – Medan dan Proyek PLTU Pangkalan Susu – Medan sebagai salah satu contoh dari beberapa pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan di Indonesia. Pembahasan ini telah dilakukan melalui tiga rapat dengan hasil per meeting adlah sebagai berikut: 1. Rapat Pertama: Pembahasan mengenai Sekretariat Timnas TKDN, sesuai dengan hasil rapat sebelumnya BPPT akan ditunjuk sebagai Sekretariat Timnas TKDN. 2. Rapat Kedua: Pembahasan hasil Kunjungan atau Survey Lapangan ke beberapa fasilitas Pembangunan Pembangkit Listrik yang diantaranya adalah Proyek PLTG Paya Pasir – Medan dan Proyek PLTU Pangkalan Susu – Medan 3. Rapat Ketiga: membahas mengenai Rancangan Peraturan Presiden tentang Pemberdayaan Industri yang merupakan turunan dari Undang-Undang (UU) Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.

E. Percepatan KEK Sorong dan Rencana Pencanangan Energi Gas di Kawasan Indonesia Timur Kegiatan ini dilaksanakan terkait percepatan KEK Sorong serta rencana pencanangan sebagai energi gas di kawasan Indonesia Timur. Pelaksanaan kegiatan ini dihadiri antara lain; Tim KEK Sorong, KemenPUPR, Dewan KEK Nasional, Dinasa Perhubungan Sorong, LNG Sorong. Melalui kegiatan ini didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Struktur kelembagaan telah ditetapkan. Infrastruktur penunjang di kawasan dalam sedang dalam proses pengerjaan. Sertifikasi yang belum dikarenakan kendala adanya ketidak sinkronisasi dengan SK Menteri LHK dimana kawasan tersebut dinyatakan kawasan hutan. Untuk kelembagaan sudah dilakukan training terhadap tim KEK. Sistem pengelolaan kawasan sedang disusun 2. Pelabuhan eksisting Pelabuhan Arar kondisi pelabuhan dikelola KSOP dan sekarang telah diserahkan kepada Pelindo IV. Pelindo IV fokus menggunakan untuk Multipurpose Terminal bukan sebagai kontainer/kargo. 3. Adanya pengembangan LNG di Sorong sebagai penunjang energi dikawasan timur Indonesia. Banyak peluang yang bagus untuk Sorong sebagai pusat LNG dikawasan Timur Indonesia dimana dapat menurunkan biaya distribusi gas dikawasan Indonesia Timur. Kapasitas sekitar 14,500 meter kubik.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 129

F. Survey Lapangan di PLN UIP Sorong, PLTMG PT.Pelindo I, II & IV PLTMG Anggreko dan KEK Sorong Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan survey lapangan terkait fasilitas di pelabuhan Pelindo IV dan KEK Sorong dan keterkaitannya terhadap potensi penggunaan gas dan demand listrik di Kabupaten Sorong dan sekitarnya serta pembangkit listrik mesin gas Sorong I, dan II, PLTMG Aggreko.

Kunjungan dan site visit di Pelabuhan PT.Pelindo IV Sorong ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2016 menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di timur Indonesia.

Kondisi pelabuhan KEK Sorong memiliki rancangan awal darmaga hanya mampu untuk menampung kapal dengan ukuran 20-30 ribu DWT (panjang kapal kurang dari 200 m) kondisi kedalaman bervariasi mulai dari 4-14 meter. Tentang KEK Sorong saat ini, meliput SEMEN Indonesia (semen curah), BUMI sarana Utama aspal curah, Hendrizon Inti Persada (CPO), GAG Nikel (SS manufacturing Plant). Presentasi dari Otoritas Pelabuhan KEK (Dinas perhubungan), Pelabuhan Arar sudah dibangun 2008-2013, dioperasikan oleh Pelindo IV. Pasang drat 14 meter, surut 10 meter. Peruntukan general cargo, curah dan kering. Semen Indonesia pake jetty

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 130

sendiri. Sudah ada rambu, kedalaman alur masuk 8-10 meter. Navigational route from south (8-10 meter). G. Koordinasi Kebijakan Peningkatan Aksesibilitas Energi Koordinasi Kebijakan ini dilakukan dengan mengadakan beberapa rapat koordinasi terkait energi antara lain: 1. Koordinasi Evaluasi Atas Capaian Program/ Kegiatan Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG 2. Koordinasi Peran Daerah dalam Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Gas Bumi (Jargas) untuk Pemenuhan Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 3. Rapat Koordinasi Peningkatan Aksesibilitas Energi Untuk Percepatan Pembangunan Kabupaten Kepulauan Anambas 4. Rapat Koordinasi Lanjutan Pembahasan Permohonan Penambahan Daya Listrik Untuk Kabupaten Morotai 5. Koordinasi Permohonan Penambahan Kuota BBM, Penempatan SPBUN Baru, dan Penyalur BBM di Kabupaten Kepulauan Morotai 6. Focus Group Discussion (FGD) Pelaksanaan Konversi BBM ke BBG bagi Kapal Perikanan untuk Nelayan Kecil 7. Koordinasi Percepatan Capaian Rasio Elektrifikasi. 8. Koordinasi Pembahasan Permasalahan Infrastruktur Jaringan Gas Bumi (Jargas) di Kota Bontang yang Dibangun pada Tahun Anggaran 2017

H. Mendorong Penggunaan Gas Alam di Sektor Industri dan Pembangkit Listrik Guna Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Gas di Indonesia Berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 6,7% Per Tahun (Sesuai RPJMN 2015 – 2019), maka Indonesia membutuhkan tambahan kapasitas pembangkit rata-rata 7 GW per tahun dan tambahan jaringan transmisi rata-rata 9.000 kms per tahun. Melalui Focus Group Discussion tersebut diharapkan memperoleh hal-hal, sebagai berikut: 1. Memahami Pembangunan Kelistrikan di Indonesia Timur 2. Memahami Kondisi Pembangkit Tenaga Listrik di Indonesia Timur 3. Memahami Cara Merancang Strategi Logistik Gas 4. Mengevaluasi Pemanfaatan Gas untuk Industri di Indonesia Timur Sesuai dengan komitmen Pemerintah Indonesia bahwa untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi domestik, diantaranya gas bumi yang memiliki cadangan 142.72 Triliun Standar Cubic Feet sebagai energi bersih dan ramah lingkungan. Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Pemanfaatan gas bumi domestic ditargetkan meningkat dari saat ini sebesar 19% menjadi 24% pada tahun 2050. Sebaliknya, pemanfaatan minyak bumi diturunkan dari saat ini sebesar 42% menjadi 20% pada tahun 2050. Memperhatikan potensi pengguna gas guna keperluan listrik pada kawasan tersebut, maka perlu dilakukan transformasi dari minyak sebagai bahan bakar industri dan pembangkit tenaga listrik, menuju pada penggunaan bahan bakar gas. Demand atau

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 131

permintaan terhadap energi ini memerlukan sinergi pada pola mata rantai LNG yang dapat berimbas pada permintaan LNG dari end user (pengguna akhir). Dampak dari kegiatan ini terhadap peningkatan kompetensi peserta, antara lain: 1. Secara umum, FGD ini berdampak pada informasi mengenai pembangunan infrastruktur gas utamanya dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan dalam mendukung pembangunan Nasional sesuai dengan RPJMN 2014-2019. 2. Secara khusus, FGD ini memberikana pengetahunan kepada peserta mengenai kebutuhan akan listrik di Indonesia agar terjadi pengurangan antara Indonesia Timur dan Indonesia Barat.

3.3.13. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah A. Rancangan Perpres Pengganti untuk Pengolah Sampah yang Menghasilkan Listrik Rancangan Perpres Pengganti untuk Pengolah Sampah yang Menghasilkan Listrik, yang membahas Penetapan tarif listrik, memutuskan hal hal sebagai berikut : 1. Lingkup Biaya Pengolahan Sampah hanya sebatas biaya untuk memusnahkan sampah dan tidak termasuk biaya untuk pengumpulan sampah di sumber, pengangkutan dari lokasi sumber sampah ke lokasi PLTSa, dan pemrosesan akhir setelah dari PLTSa, sehingga didefinisikan dalam Perpres sebagai berikut: “Biaya Layanan Pengolahan Sampah adalah belanja yang dikeluarkan dari anggaran belanja daerah kepada Pengelola Sampah, berdasarkan volume yang dikelola per ton dan merupakan kompensasi atas jasa pengolahan sampah di lokasi tertentu yang ditetapkan, diluar biaya pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir”. 2. Harga pembelian tenaga listrik oleh PT PLN (Persero) sebagaimana tercantum dalam lampiran Perpres dengan biaya layanan pengolahan sampah sebesar Rp 500.000,- Tabel 4 Harga Pembelian Tenaga Listrik Tegangan Harga Pembelian Tenaga Listrik (cent USD/kwh) No Jaringan Listrik Kapasitas s.d. 20 MW Kapasitas > 20 MW 1 Tegangan Tinggi {27,634 – (0,026 x BLPS) – (0,076 x Tegangan Kap)} x kurs 2 26,350 – (0,026 x BLPS) x kurs Menengah 13.500 13.500 Tegangan 3 - Rendah Keterangan: a. BLPS = Biaya Layanan Pengolahan Sampah (dalam ribu rupiah per ton) b. Kap = Kapasitas pembangkit tenaga listrik yang dijual ke PT PLN (Persero) (dalam Megawatt) c. Kurs = Nilai tukar Rupiah terhadap USD dengan besaran yang dipakai dalam anggaran pendapatan dan belanja negara tahun berjalan. d. Harga pembelian tenaga listrik oleh PT PLN (Persero) dengan asumsi Biaya Layanan Pengolahan Sampah sebesar Rp500.000,00 per ton dan didasarkan pada kapasitas yang ditetapkan pada saat pengadaan. 3. Biaya layanan pengolahan sampah merupakan salah satu komponen yang dapat

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 132

dikompetisikan dalam pelelangan dan tidak perlu dipatok konstan namun perlu ditentukan batas maksimumnya yaitu sebesar Rp 500.000,-, 4. Ketentuan mengenai perubahan besaran biaya layanan pengolahan sampah dan bantuan biaya layanan pengolahan sampah diatur dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan

B. Koordinasi Kebijakan Energi Baru Terbarukan dalam Pemanfaatan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan koordinasi kebijakan kebijakan energi baru terbarukan dalam pemanfaatan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah. Kebijakan atau Isu yang berkembang adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi 2. Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan 3. Peraturan Menteri ESDM No. 10 Tahun 2012 tentang Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan) 4. Isu Terkait Energi Baru Terbarukan diantaranya adalah : a. Rasio Elektrifikasi Nasional b. Target 23% EBT Dalam Bauran Energi Nasional 2025 c. 5. Arah Kebijakan Energi a. Konservasi energi: meningkatkan efisiensi energi pada sisi suplai dan permintaan di sektor industri, transportasi , rumah tangga dan komersial b. Diversifikasi energi: meningkatkan peranan energi baru dan terbarukan dalam bauran energi c. Prioritas Kebijakan Energi Nasional  Memaksimalkan penggunaan energi terbarukan;  Mengoptimalkan pemanfaatan gas dan energi baru  Meminimalkan penggunaan minyak bumi  Menggunakan batubara sebagai andalan pasokan energi nasional  Pemanfaatan energi nuklir sebagai pilihan terakhir

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 133

Gambar 8 Pelaksanaan Percepatan Elektrifikasi 6. Mekanisme Pengusulan: a. Pengusulan dari Pemerintah Daerah Provinsi (Gubernur) b. Satuan kerja di lingkungan Kementerian atau kementerian/lembaga negara (dilengkapi dengan Dokumen Perencanaan dan Rancangan Teknis) c. Dalam hal ini pihak yang bisa berperan dalam pendanaan mengenai energi listrik melalui: DAK (Dana Alokasi Khusus) di semua provinsi, dana APBN, dan investor Tabel 5 PLTBm dan PLTSa yang di Daerah selain Jawa dan Bali

C. Koordinasi Percepatan Pembangunan PLTSa 12 Kota Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk percepatan pembangunan PLTSa pada 12 kota: Surabaya;, Surakarta, Bekasi, Jakarta, Palembang, Tangerang, Legok Nangka, Sarbagita, Makassar, Semarang, Semarang, Tangerang Selatan, dan Manado Melalui pembahasan pada koordinasi ini dihasilkan tindak lanjut sebagai berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 134

1. Untuk bantuan BLPS pada PTLSa Surakarta, KLHK akan menunggu jawaban dari LKPP terkait LO terhadap proses pelelangan yang dilakukan oleh Pemda; 2. Untuk PLTSa Bekasi, PLN akan berkoordinasi dengan PT Nusa Wijaya dan Regional Jawa Tengah terkait interkoneksi jaringan; 3. Untuk PLTSa Jakarta, feasibility & interconnection study sedang menunggu finalisasi dari Fortum dan kemudian akan disampaikan kepada PLN untuk dikaji dan mendapatkan Surat Penugasan Menteri ESDM kepada PLN; 4. Untuk pelaksanaan Transaction Advisor PLTSa Legok Nangka, Pemda Jabar perlu mengirimkan Surat Permohonan Fasilitas Project Development Facility (PDF) kepada Kemenkeu; 5. Terkait waktu Kerja Sama Pemanfaatan lahan Tahura untuk PTLSa Sarbagita, akan dikoordinasikan dengan K/L terkait; 6. Pemerintah Korea Selatan akan memaparkan OBC PLTSa Makassar pada 2 November 2018. 7. KLHK akan melakukan koordinasi dengan K/L untuk finalisasi Rancangan Permen LHK.

D. Koordinasi Percepatan Pembangunan PLTSa Kota Surabaya, Jawa Timur Proyek Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN), sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017. Selanjutnya, proyek ini juga ditetapkan sebagai Proyek Prioritas berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 tahun 2017. Teknologi yang digunakan PT.Sumber Organik adalah teknologi Sanitary Landfill dikombinasikan dengan konversi eergi (waste to energy), yaitu kombinasi antara aktivitas biologi dan fisika gas Metana (CH4) hasil dekomposisi sampah organik disalurkan ke ruang turbin sebagai media penggerak. Pergerakan turbin akan dikonversi menjadi energi listrik. Kapasitas produksi adalah sebesar 2 MW, dimana kondisi saat ini 1,65 MW disalurkan ke PLN sementara sisanya (0,35 MW) untuk suplai kebutuhan internal. Saat ini dalam tahap konstruksi dan diharapkan selesai pada akhir 2019. PT.Sumber Organik hingga mengharapkan adanya tambahan bantuan tipping fee, sesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018. Berkenaan dengan permohonan bantuan tipping fee tersebut, Asisten Deputi Infrastruktur Pertambangan dan Energi meminta agar PT.Sumber Organik berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Surabaya dengan menyertakan dokumen pendukung seperti Studi Kelayakan yang sudah disesuaikan dengan harga listrik yang tertuang dalam Perpres 35/2018. Jika hasil evaluasi Pemerintah Kota Surabaya diperlukan tambahan bantuan layanan pengolahan sampah (tipping fee) dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota dapat meminta bantuan layanan pengolahan sampah kepada Pemerintah Pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup. E. Koordinasi Transactional Advisory untuk PLTSa Legok Nangka Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk mendapat masukan terkait pihak mana yang dapat dijadikan sebagai transactional advisor mendampingi Pemprov Jabar

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 135

dalam pelaksanaan lelang PLTSa Legok Nangka. Status saat ini adalah PII sudah setuju melakukan penjaminan CVV ke DJPK. Akhir November akan dilakukan market sounding PQ dan pihak JICA telah melakukan pengumpulan informasi yang diperlukan dengan berkomunikasi langsung dengan pihak Pemprov Jabar. Dalam tahap pelelangan, LKPP hanya dapat menjadi advisor dan tidak teknis melakukan pelelangan. JICA bisa membantu dalam mendukung kebutuhan semua dokumen pelelangan, namun secara norma tidak dapat menjadi penanggung jawab transactional advisor, hanya bisa sebagai konsultan pendukung. Opsi pendampingan Transactional Advisory: 1. Pengadaan sendiri oleh Pemprov Jabar tidak memungkinkan karena tidak dianggarkan 2. Hibah dari negara donor 3. Permohonan fasilitas Project Development Facility (PDF) Keseluruhan proses pengajuan hingga mendapatkan fasilitas ini berkisar 3 bulan. Kemungkinan pihak yang dapat menjadi Trasactional Advisor adalah Kemenkeu atau penugasan dari Menkeu kepada BUMN seperti PII, SMI, atau Danareksa. Pada kesempatan ini, tim JICA juga menyampaikan timeline yg disusun untuk PLTSa Legok Nangka. Direncanakan bulan Januari 2019 akan dilakukan PQ. Beberapa isu yang disimpulkan oleh JICA dari pengumpulan informasi adalah mengenai MoU pasokan sampah dari setiap Pemkot dan/atau Pemkab yang dilayani dan persetujuan DPRD. Pemerintah Pusat akan berusaha berproses secepat mungkin untuk memfasilitasi Pemprov Jabar dalam pembangunan PLTSa Legok Nangka.

3.4. Memperkuat Jati Diri sebagai Bangsa Bahari yang Maju, Berkarakter , dan Berbudaya Nusantara 3.4.1. Pembahasan Indikator Revolusi Mental sesuai RKP 2018 Kegiatan ini dilaksanakan pada 7 Februari 2018 mengenai Pembahasan Indikator Revolusi Mental Sesuai RKP 2018 oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI. Beberapa solusi dan pemecahan atas masalah adalah: 1. Segera dilakukan kesepakatan Indikator Revolusi mental dan menyelesaikan seluruh pending issu bagi 5 Kementerian Koordinator Program. 2. Permenko PMK No. 3/2017 tentang Peta Jalan Gerakan Nasional Revolusi Mental memuat Program, Kelompok Target dan Sasaran Program dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan Revolusi Mental. Tindak lanjut yang direkomendasikan adalah Setiap Kementerian Koordinator diharapkan: 1. Segera menyelesaikan Laporan Semester II Tahun 2017 (Indonesia Mandiri, Indonesia Bersatu dan Gugus Tugas Daerah). 2. membuat Pedoman Pelaksanaan turunan Peta Jalan dan Pedoman Umum GNRM 3. Rencana Kegiatan PKN (Pekan Kerja Nyata) 2018 akan dilaksanakan di Manado, bulan Oktober.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 136

4. Membentuk gugus tugas pelaksanaan gerakan indonesia bersih dengan tujuan agar dapat mempercepat implementasi pmres 12 Tahun 2016

3.4.2. Pembahasan Kunjungan Destinasi Wisata Toba, Banyuwangi dan Toraja Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2018 dilaksanakan pertemuan untuk membahas hasi kunjungan ke beberbapa Destinasi Wisata, yang dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK, Budaya Maritim. Agenda rapat adalah Penjelasan hasil survey di Lombok, Banyuwangi, Toba, dan Toraja. Selanjutnya dilaksanakan diskusi guna mendapatkan gambaran lebih jauh terkait kesiapan lokasi wisata tersebut. Pada rapat, Deputi SDM, Iptek dan Budaya Maritim menggarisbawahi berberapa point yang sangat penting seperti: 1. Mengantisipasi kunjungan Pak Menko Kemaritiman dan Ibu Menkeu pada tanggal 1-2 Maret 2018 yang akan mengunjungi Bali, Lombok, dan Banyuwangi diperlukan informasi yang memadai terkait hasil kunjungan tim pertama 2. Tim Kemenpar diharapkan memberikan masukan dan saran sesuai hasil survey untuk Spreng Meeting bulan maret 2018. 3. Perlu peningkatan koordinasi dengan pemda dan asosiasi wisata (ASITA) terkait destinasi, guide, dan paket wisata yang ditawarkan. 4. Beberapa paket wisata yang disarankan dan tidak disarankan agar dikaji lagi terkait program yang telah disusun. Untuk destinasi yang tidak disarankan dibuat catatan tersendiri karena sudah terlanjur dipasarkan. Biarkan wisatawan yang akan memilih apakah destinasi tersebut menjadi pilihan mereka.

3.4.3. Koordinasi Rencana Sandiwara Radio Dapunta 2018 Tanggal 26 Febuari dilaksanakan rapat rencana program sandiwara radio Dapunta 2018. Pimpinan rapat adalah Asisten Deputi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari yang dihadiri oleh perwakilan dari Kemenko Kemaritiman dan RRI Jakarta. Agenda rapat Pembahasan Evaluasi Dapunta adalah Usulan tema untuk episode baru Dapunta dan pembahasan promosi Dapunta. Adapun rekomendasi yang dihasilkan dari pelaksanaan rapat adalah: 1. Sandiwara Radio Dapunta tahun 2017 terdiri dari 44 episode layak dilanjutkan karena telah memberikan gambaran dan meningkatkan wawasan masyarakat tentang sejarah kemaritiman. 2. Diperlukan evaluasi oleh Tim RRI dan Kemenko Kemaritiman terkait perluasan tema, strategi pemasaran, synopsis yang lebih menarik perhatian publi, strategi pemasaran yang lebih efektif dengan melibatkan publik figur dan menggunakan IT dan medsos. 3. Kerjasama dengan mitra lain dalam mensosialisasikan Depunta, misalnya dengan melakukan konser kebangsaan dengan keterlibatan pihak lain.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 137

3.4.4. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Bidang Kemaritiman A. Koordinasi Tindak Lanjut Disahkannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Kegiatan ini dilaksanakan pada 16 Maret 2018 dipimpin oleh Asdep Pendidikan dan Pelatihan Maritim dan dihadiri perwakilan dari Bappenas dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Beberapa persoalan yang ditemukan dari hasil rapat adalah: 1. SKKNI menjadi induk dengan turunannya berupa KKNI dan MUK yang digunakan untuk menyusun kurikulum dan materi uji kompetensi 2. Banyak SKKNI yang telah selesai dan tidak ditindaklanjuti sehingga sulit untuk dapat dijadikan acuan dalam dunia pendidikan dan pelatihan 3. Volume penganggaran SKKNI menjadi berkurang di KKP khususnya di Pusat Pelatihan dan Penyuluhan yang tahun 2018 tidak menganggarkan kegiatan untuk melaksanakan turunan SKKNI Untuk menyelesaikan permasalahan ditawarkan solusi pagu anggaran pada tahun 2018 di Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KKP berfokus pada BRSDMKP (pembangunan fisik berupa politeknik). Jika akan menambahkan komponen baru maka harus ada kolaborasi dengan Biro Perencanaan dan adanya tindak lanjut di aplikasi Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran (KRISNA). Untuk mempermudah dalam penyelesaian masalah, akan dilaksanakan tindak lanjut dari Kemenko Maritim akan bersurat kepada BRSDMKP yang ditembuskan kepada Biro Perencanaan KKP dan Bappenas mengenai janji tindak lanjut SKKNI yang telah dituangkan dalam KKI. B. Young Entrepreneurs Maritime Symposium (YEMS) Kegiatan YEMS diselenggarakan pada tanggal 10 April 2018 bertempat di Hotel Millenium Jakarta, dihadiri oleh sekitar 350 peserta dari seluruh Indonesia. Acara dibuka oleh Sekretaris Kemenko Kemaritiman. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan melalui 4 sesi diskusi panel ini adalah: 1. Meningkatkan pendidikan dan awareness masyarakat, terutama young entrepreneurs, sebagai generasi penerus bangsa, sehubungan dengan kedaulatan maritim Indonesia dan visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (i.e. Sosialisasi Kebijakan Kelautan Indonesia). 2. Mendorong penciptaan iklim regulasi, terutama dalam hal perizinan, yang dapat merangsang pengembangan industri kemaritiman dan investasinya, serta meningkatkan daya saing bisnis. 3. Kesadaran akan kelestarian lingkungan, khususnya perairan darat (sungai, danau, dsb) dan laut (terutama pesisir) sudah mulai muncul dari masyarakat. C. Lokakarya dan Pendampingan Kurikulum Kemaritiman pada Sekolah Percontohan Deputi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Asdep Pendidikan dan Pelatihan Maritim laksanakan Lokakarya dan Pendampingan Implementasi Kurikulum

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 138

Kemaritiman di Sekolah Percontohan Tahap I Wilayah Timur, Kab. Sikka, Kota Tarakan dan Kab. Raja Ampat yang berlangsung pada Jumat 11-12 Mei 2018. Implementasi kurikulum Kemaritiman adalah tindak lanjut dari MOU dan PKS Kemenko Kemaritiman dan Kemendikbud tahun 2017 yang akan dilaksanakan pada 12 Provinsi. Kedepan diharapakan implementasi ini bisa dilaksanakan secara nasional. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan bersama dengan Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud dan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten. Muatan Kemaritiman diharapkan meningkatkan wawasan tentang jati diri bangsa bahari, juga memberikan pemahaman lebih baik pada generasi muda bahwa bekerja di laut tidak selalu identik dengam 3D (dirty, difficult, dangerous) Adapun Kab/Kota yang terpilih adalah sebagai berikut: Tabel 6 Sekolah Percontohan di 21 Provinsi NO PROVINSI KAB/KOTA 1 Sumatera Utara Kota Medan 2 Riau Kota Dumai 3 Sumatera Barat Kota Pariaman 4 Jambi Kab. Tanjung Jabung Timur 5 Sumatera Selatan Kab. Ogan Komiling Ilir 6 Kepulauan Riau Kota Tanjungpinang 7 Bangka Belitung Kota Belitung 8 Lampung Kab. Lampung Selatan 9 D.I Yogyakarta Kab. Bantul 10 Bali Kab. Gianyar 11 Kalimantan Barat Kota Singkawang 12 Kalimantan Selatan Kab. Banjar 13 Kalimantan Timur Kota Balikpapan 14 Kalimantan Tengah Kab. Kotawaringin Barat 15 Sulawesi Barat Kab. Mamuju 16 Sulawesi Tenggara Kab. Wakatobi 17 Sulawesi Tengah Kota Palu 18 Gorontalo Kota Gorontalo 19 Sulawesi Utara Kota Bitung 20 Maluku Utara Kota Ternate 21 Papua Kota Jayapura

D. Pembekalan dan Pelepasan Peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2018 Kemenko Kemaritiman mengirimkan peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2018 dari setiap Perguruan Tinggi sebanyak 25 orang. Pada Tahun 2018 Kemenko Maritim mengirimkan dari 21 Perguruan Tinggi Indonesia. Pada beberapa Perguruan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 139

Tinggi Ekspedisi Nusantara Jaya disinergikan dengan program Kuliah Kerja Nyata selama 21 hari. Fasilitas yang diberikan kepada peserta Ekspedisi Nusantara Jaya berupa atribut peserta, uang saku dan biaya transportasi kapal perintis Tujuan dari kegiatan Ekspedisi Nusantara Jaya ini adalah untuk membentuk karakter pemuda-pemudi Indonesia sebagai mahasiswa yang mencintai laut yang menyangkut dengan bahari maritim. Mendukung kebijakan Pemerintahan Presiden Ir. Hj. Joko Widodo untuk mendukung poros maritim dunia. Membangun dan pengabdian mahasiswa kepada masyarakat di Pulau 3T (terluar, terisolasi, dan terpencil).

E. Koordinasi Nasional Evaluasi Kegiatan Ekspedisi Nusantara Jaya 2015-2018 Koordinasi ini dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim dan mengundang beberapa narasumber dalam dua diskusi panel. Rakornas ini dihadiri oleh seluruh pihak yang pernah terlibat dalam kegiatan ENJ sejak tahun 2015-2018. Adapun hasil dan evaluasi Ekspedisi Nusantara Jaya 2015-2018 1. Pihak Memandang Program Ini Sangat Strategis Untuk Terus Dilanjutkan. 2. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat kembali untuk mecintai laut, para generasi muda diajak untuk mengunjungi pulau-pulau terluar dan terdepan di nusantara, dengan harapan agar mereka dapat melihat langsung dan dapat membantu masyarakat disana dengan ilmu yang mereka miliki, dengan sinergitas seluruh stakeholder dan dengan dukungan dari seluruh pihak 3. Pihak daerah yang dikunjungi menyatakan bahwa adanya kegiatan ekspedisi ini sangat membantu dalam berbagai bidang seperti pemabangunan pariwisata, kesehatan serta kegiatan ini menunjukkan sifat gotong royong seluruh anak bangsa. 4. Diketahui, program ENJ ini adalah inisiasi dari Kemenko Kemaritiman untuk mendukung penuh cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia dan juga sebagai tindakan nyata revolusi mental yang dicetuskan oleh pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo. Program ENJ telah berlangsung sejak tahun 2015 hingga saat ini, dan dari tahun ke tahun animo berbagai pihak yang ingin mengikuti terus bertambah dan sangat antusias. F. Koordinasi Strategi Pencapaian Target Implementasi Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) Bidang Pelatihan Kemaritiman Latar belakang diadakannya rapat koordinasi yaitu untuk memantau, mengukur dan mengidentifikasi pecapaian masing-masing Kementerian dan/atau Lembaga (K/L) Teknis dalam memenuhi target Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) Tahun 2018 yang tercantum dalam Peraturan Perpres No 16 Tahun 2016. Dengan tercapainya target KKI Bidang Pelatihan Maritim diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi tercapainya visi dan misi pemerintah untuk terbangunnya kualitas sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 140

yang andal demi mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang maju dan berdaulat. Hasil rapat koordinasi “Pencapaian Target Implementasi Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) Bidang Pelatihan Kemaritiman” terkait program strategis dan hasil kegiatan dapat disampaikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 7 Pencapaian Target Implementasi KKI Bidang Pelatihan Kemaritiman PELAUT NIAGA PELAUT PERIKANAN STATUS HASIL RAKOR IMO ILO IMO ILO Convention √ (STCW) √ X (STCW-F) X Dit. KAPAL API : Ratification √ (SOLAS) (MLC) X (CAPE TOWN (CON.188) - Beberapa waktu yang lalu telah dilaksanakan rapat AGREEMENT) untuk antisipasi STCW-F dan sekarang masih Certificate of √ X menunggu tanda tangan presiden Recognition - Cape Town Aggreement (CTA) dilakukan untuk Certificate of √ X panjang kapal di atas 24 meter dengan kapsitas 300 Endorsement GT. Setelah dilaksanakannya pengumpulan data mengenai spesifikasi kapal di Indonesia, ternyata Certificate of √ √ terdapat 200 kapal yang panjangnya di atas 24 Proficiency meter tetapi kapasitasnya tidak ada yang 300 GT Certificate of √ √ - Dit. KAPAL API meminya waktu untuk Competency melaksanakan kajian gerkait kelebihannya CTA - Pelaksanaan CTA harus parallel dengan Hubla dikarenakan inspection competent otority berada di Hubla - Con. 188 substansinya terkait perjanjian kerja laut dan K3. Perjanjian kerja laut telah diatur Permen Nomor 43 Tahun 2012 yang mengatur terkait siapa yang dikontrak dan yang mengontrak serta hak-hak yang harus dilakukan perusahaan. K3 terkait dengan desain dan inspeksi di atas kapal yang berada di pelabuhan. Kewenangan terkait pelabuhan masih terbagi dua antara Hubla dan KKP sehingga diperlukan koordinasi. ASDEP DIKLAT : - Setelah penandatangan STCW-F harus ke sekjen IMO yang selanjutnya harus dilakukan tindak lanjut berupa turunannya yakni IMO model course yang menggandeng lembaga Diklat

G. Penyusunan Rumusan Kebijakan Pengembangan Potensi Seni Budaya Maritim di KSPN Prioritas 2018 Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 September 2018 di Hotel Takes and Mansion yang dibuka oleh Asdep Seni Budaya dan Olahraga Bahari dengan peserta para budayawan dan beberaoa narasumber dari universitas. Pada pertemuan ini, para pakar budaya baik praktisi maupun akademisi menyoroti beberapa hal terkait yang sangat diperlukan yaitu membuat suatu strategi untuk memperkenalkan ekowisata (pariwisata) dan juga untuk pengertian pelestarian lingkungan dalam membangun kembali kesadaran pada laut. Diperlukan sinergi semua pihak baik pemerintah dan swasta serta masyarkat untuk kembali mengangkat dan menggali kembali pengertian dari “Laut”.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 141

Dari kegiatan ini didapatkan rekomendasi sebagai berikut: 1. Sumberdaya yang dimiliki negeri Indonesia harus bisa dikelola dengan baik sehingga memberikan banyak manfaat kepada masyarakat dengan menangktifkan kembali aktivitas kebaharian masyarakat. 2. Melakukan upaya untuk mendorong penambahan event – event berbasis olahraga bahari yang menginspirasi setiap orang / perguruan tinggi untuk berlomba – lomba mengikuti event tersebut; 3. Membuat MOU antara Kemenko Kemaritiman dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian Pemuda dan Olahraga terkait pengembangan wawasan olahraga bahari bagi kalangan mahasiswa Perguruan Tinggi dalam hal pembuatan UKM / pembuatan event – event berbasis olahraga bahari. H. Koordinasi Launching Buki Si Juki Jalan-Jalan Nusantara Koordinasi ini dilakukan dengan menyelenggarakan beberapa kegiatan koordinasi seperti: 1. Koordinasi Launching Buku Si Juki Jalan-Jalan Nusantara Edisi Labuan Bajo Koordinasi dilaksanakan tanggal 9 November 2018 di Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Rapat ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut hasil rapat pada tanggal 1 November yang lalu. Rapat menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: a. Buku Si Juki Jalan-Jalan Nusantara Edisi Labuan Bajo Flores” telah disetujui oleh tim redaksi PT Elex Media Komputindo dan sudah siap cetak. b. Launching buku “Si Juki Jalan-Jalan Nusantara, Edisi Labuan Bajo Flores” direncanakan dilaksanakan pada tanggal 5 atau 6 Desember 2018 di kantor Gramedia, Palmerah. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan dalam bentuk talkshow. c. Tim berharap kegiatan launching ini dapat dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman. 2. Koordinasi Lanjutan Persiapan Launching Buku Si Juki Jalan-Jalan Nusantara Edisi Labuan Bajo Flores Koordinasi ini dilaksanakan tanggal 29 November 2018 di ruang rapat lantai 8 Gedung Kantor Kemenko Kemaritiman. Pelaksanaan launching akan dihadiri dan diresmikan oleh Menko Bidang Kemaritiman Untuk itu diharapkan unsur pimpinan beserta jajaran dari Elex Media dapat hadir pada saat pelaksanaan. Nantinya akan ada penandatanganan dan penyerahan secara simbolik dari pihak Elex Media kepada Menko Bidang Kemaritiman. Setelah peresmian, akan dilaksanakan talkshow oleh para narasumber untuk membahas konten buku dan aspek pariwisata lainnya serta konferensi pers dengan awak media. I. Festival Geopark Bojonegoro Telah dilaksanakan festival pertama Geopark Bojonegoro tahun 2018 yang dilaksanakan di Geosite Khayang Api, Ds. Sedangharjo, Kec. Ngasem – Kab Bojonegoro. Acara diadakan mulai tanggal 23 sampai dengan 25 November 2018 dan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 142

dihadiri oleh Wakil Bupati Bojonegoro beserta Jajarannya, Pemerintah Daerah Bojonegoro, Dandim 0813 Bojonegoro serta perwakilan Kemenko Maritim. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengenalkan Geopark Nasional Bojonegoro kepada masyarakat Bojonegoro serta masyarakat Indonesia melalui #FestivalGeoparkBJN2018 di berbagai sosial media. Kesimpulan yang dihasilkan melalui pelaksanaan kegiatan ini adalah 1. Dengan dilaksanakannya Festival Geopark Bojonegoro yang pertama, diharapkan dapat mengubah cara pandang masyarakat sekitar serta Indonesia terhadap masing-masing geosite. Di Geosite Khayang Api contohnya, jika dulu lokasi Api Abadi dianggap sebagai lokasi kramat tempat masyarakat betapa. Diharapkan saat ini Khayang Api dikenal sebagai lokasi Warisan Geologi Api Abadi yang hanya ada satu di dunia. 2. Perlu adanya dasar ilmiah ditetapkannya Api Abadi di Khayang Api sebagai warisan Budaya yang hanya ada satu di dunia 3. Diharapkan pasar digital dapat menjadi sumber peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

3.4.5. Peningkatan Budaya Bahari A. FGD Optimalisasi Program Kerja Bidang Budaya, Seni dan Olahraga Bahari Kegiatan ini dilaksanakan pada 7-8 Maret 2018 membahas bersama mengenai program kerja 2018 dan Rencana 2019. Pertemuan dihadiri oleh Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T (Staf Ahli Bidang Sosio-Antropologi, Kemenko Kemaritiman), Drs. Kosmas Harefa, M.Si (Asisten Deputi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari), Drs. Kosmas Harefa, M.Si (Asisten Deputi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari), Dra. Hj. RA Yani S. Kuswodidjoyo (Sekretaris Jenderal Forum Silahturahmi Keraton Nusantara), Dr. Ary Prihandhiyanto Keim (LIPI), Imam Suprihanto (PB POSSI), Sinatriyo Danuhadinigrat (Kemendikbud), Nurbani Siswoyo (Kemenpora), Andreas Dipi (Kepala Bagian Program Deputi IV, Kemenko Kemaritiman). Beberapa isu yang mengemuka diantaranya adalah: 1. Indonesia memiliki program Global Maritim Culture yaitu Indonesia sebagai poros maritim dunia. Saat ini sedang dalam proses menyusun dokumen strategis poros maritim yang pilarnya terdiri dari 3 (Tiga) Pilar yaitu Budaya Maritim, Ekonomi Maritim, Kedaulatan Maritim. 2. Indikator tumbuhnya wawasan dan penguatan karakter bahari misalnya dapat dilihat dari tumbuhnya komunitas, perekonomian misalnya munculnya varietas kopi lokal, dan sebagainya.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 143

3. Pentingnya membuat literasi digital mengenai budaya bahari. Film tentang kemaritiman diharapkan dapat menjadi literasi yang menarik bagi pemuda di jaman digital saat ini. 4. Strategi kebijakan pembangunan adalah tumbuhnya jejaring, sehingga semua pihak harus terlibat di dalamnya, baik kementerian teknis yang terkait dan masyarakat. B. Workshop Pengembangan Event Seni Budaya Maritim di KSPN Prioritas Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 20 s.d. 21 April 2018. Kegiatan ini dibuka oleh Staf Ahli Menteri Bidang Sosio Antropologi, Kemenko Kemaritiman yang didampingi oleh Asisten Deputi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari. Kegiatan dilaksanakan selama 2 (dua) hari. Hari pertama diisi oleh Pemaparan Materi oleh Narasumber (Kemenko Maritim, LIPI, Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Praktisi Seni dan Pemkab Kab. Banyuwangi). Sedangkan hari kedua merupakan sharing session dari Pemda (Provinsi dan Kabupaten/Kota) di 7 Destinasi Prioritas ditambah Pemprov Sulawesi Selatan dan Kota Makassar. Workshop ini bermaksud memetakan potensi event seni budaya maritim beserta kendala dalam pelaksanaannya di 7 (tujuh) destinasi prioritas. Sedangkan tujuan adalah: 1. Terinventarisasinya potensi event seni dan budaya maritim di 7 (tujuh) Destinasi Prioritas; 2. Terindentifikasinya kendala dan permasalahan penyelenggaraan event seni dan budaya maritim di 7 (tujuh) Destinasi Prioritas; dan 3. Tersusunnya data potensi event seni dan budaya maritim di di 7 (tujuh) Destinasi Prioritas. Tindak lanjut yang akan dilakukan adalah 1. Terkait dengan pengembangan event seni budaya maritim Kemenko Maritim bersama Kementerian Pariwisata akan menyelenggarakan even di Kepulauan Seribu dan akan dijadikan sebagai Pilot Project untuk penyelengaraan event seni budaya Maritim di Indonesia; 2. Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat karena dapat dijadikan sebagai ajang bagi Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten) untuk saling berbagi tentang penyelenggaraan even seni budaya maritim di daerah masing-masing. 3. Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim harus mengeluarkan kebijakan terkait dengan penyelenggaraan event seni budaya maritim, agar dapat dijadikan sebagai rujukan bagi Pemerintah Daerah dan pihak terkait dalam mengembangkan dan menyelenggarakan even seni budaya maritim. C. FGD Terkait Revitalisasi Budaya Nasional Sebagai Pilar Ketahanan Nasional dalam Mendukung Pembangunan Poros Maritim Dunia Indonesia kaya akan budaya yang diwarisi dari para leluhur, terdapat 1.128 suku bangsa di Indonesia yang tersebar ke seluruh daerah di wilayah Nusantara. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibentuk oleh raja–raja /kesultanan lokal Kesultanan atau raja–raja yang paling banyak berada di Papua (Bagian dari kesultanan Ternate). Maka dari itu, dalam kepengurusan data-data terkait kesultanan Papua, maka harus diketahui atau dikoordinasikan dengan kesultanan Ternate.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 144

Berdasarkan UU. NO 21 Tahun 2001 bahwa Provinsi Papua dan Papua Barat melaksanakan pemerintahan berlandaskan adat, masyarakat Papua sebagai insan ciptaan Tuhan dan bagian dari umat manusia yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat hukum adat. Keterbentukan adat di daerah Papua sudah ada sejak dahulu dan sudah terstruktur; Sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia, Kemenko Kemaritiman bertugas membantu dan mengkoordinasikan pemerintah daerah untuk mendukung pembangunan poros maritim dunia; Tujuan dari rapat ini adalah untuk: 1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di Kabupaten Fak-Fak terkait revitalisasi budaya nasional; 2. Memastikan progress dan kinerja pemerintah kabupaten dalam membangun wilayah Kabupaten Fak –Fak; 3. Mengevaluasi hal–hal yang dilakukan oleh seluruh masyarakat serta pemerintah (pusat dan daerah) dalam membangun serta mengembangkan wilayah sesuai dengan ketentuan adat dan budaya. Dalam rangka Revitalisasi Budaya Nasional untuk mendukung pembangunan poros maritim dunia di Provinsi Papua telah dilaksanakan FGD. Evaluasi Hasil FGD menghasilkan beberapa isu dan rekomendasi yang disampaikan para stakeholders: 1. Papua dan Papua Barat dijadikan otonomi khusus. Diharapkan pemerintah memperhatikan isi dan makna dari UU No 21 tahun 2001 tentang pemerintahan. 2. Dari sisi adat, masyarakat menilai bahwa Kabupaten Fak-Fak memiliki kekayaan yang luar biasa (tertutama kekayaan di bawah tanah / hasil tambang). Namun sampai saat ini belum dapat diolah dan dikembangkan, hal tersebut disebabkan karena adat belum menyatu. 3. Perlu dilakukan pembuatan branding khusus Kabupaten Fak - Fak agar wilayah tersebut dapat dikenal lebih luas dan dipromosikan di berbagai media untuk dikembangkan. D. Koordinasi Teknis Gerakan Indonesia Bersih memperingati Hari Habitat Dunia Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20 September 2018 di kantor Kemenko Kemaritiman. Tahun ini, Hari Habitat Dunia (HHD) 2018 mengambil tema Municipal Solid Waste Management. Sedangkan HKD 2018 mengambil tema Building Sustainable and Resilient Cities. Dengan tema tersebut, Peringatan HHD dan HKD 2018 ini dapat menggaungkan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan memikirkan solusi atas berbagai isu perkotaan dalam rangka mendukung terwujudnya kota yang berkelanjutan dan tangguh. Permasalahan dan Kendala yang dihadapai adalah: 1. Lingkungan permukiman yang masih dipenuhi oleh sampah termasuk pada saluran drainase 2. Persepsi negatif masyarakat terhadap sampah dan perilaku masyarakat terhadap kebersihan masih acuh. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan sungai dan pantai 3. Sampah belum dikelola sebagai suatu potensi ekonomi pada kawasan permukiman

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 145

4. Keterbatasan alat angkut sampah dan usia layak pakai truk sampah 5. Keterbatasan biaya operasional pengangkutan sampah 6. Tidak ada yang mengawasi dan menegur pihak – pihak yang membuang sampah atau limbah ke sungai atau pantai Tindaklanjut yang akan dilakukan adalah rapat lanjutan di kota Palu untuk koordinasi bersama dinas lingkungan hidup Provinsi Sulawesi Tengah dan Bappeda. E. Workshop “Pengembangan Wawasan Olahraga Bahari bagi Generasi Muda Workshop “pengembangan wawasan olahraga bahari bagi generasi muda, khususnya kalangan mahasiswa perguruan tinggi” merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan jiwa kemaritiman bagi generasi muda. Pengembangan kemaritiman merupakan sektor prioritas di dalam kebijakan pemerintah yang termasuk dalam Kebijakan Prioritas Nasional. Olahraga bahari dan Perguruan Tinggi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Melalui kegiatan ini, koordinasi antara Kemenko Maritim, Kemenpora, Kemenristekdikti dan Instansi/Lembaga lain serta Perguruan Tinggi saling bersinergi dalam menghasilkan suatu kegiatan untuk meningkatkan SDM professional di bidang olahraga bahari. Workshop yang dilaksanakan oleh Kemenko Kemaritiman berkoordinasi dengan Kemenristekdikti, Kemenpora, instansi/lembaga lain dan berbagai perguruan tinggi di wilayah Indonesia Tengah untuk mengembangkan wawasan olahraga bahari bagi generasi muda, khususnya kalangan mahasiswa di perguruan tinggi.Dengan adanya workshop ini ditujukan supaya: 1. Menciptakan SDM di bidang olahraga bahari yang berkualitas; 2. Mengkoordinasikan instansi / lembaga dengan perguruan tinggi untuk menggerakkan kegiatan UKM di bidang Olahraga Bahari; 3. Menciptakan suatu kegiatan yang dapat memajukan olahraga bahari dan dapat menyatukan Perguruan Tinggi dalam menciptakan sumber daya manusia di bidang bahari. F. Koordinasi Persiapan Nusatic 2018 Koordinasi diselenggarakan pada tanggal 13 November 2018 bertempat di ruang rapat lantai 8 gedung Kantor Kemenko Kemaritiman dengan tujuan untuk melakukan update dan progress persiapan pelaksanaan NUSATIC 2018. Pertemuan dibuka oleh Asisten Deputi Sumber Daya Hayati dan diikuti oleh sekitar 25 peserta yang terdiri dari K/L terkait Nusatic 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 30 November–2 Desember 2018 di ICE-BSD, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Melalui rapat ini dibahas mengenai: agenda di pembukaan; agenda di penutupan; agenda bisnis forum; agenda sidang/seminar selama Nusatic 2018; lokakarya/FGD penentuan maskot ikan hias; dan progress persiapan Adapun kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut: 1. Belum adanya konfirmasi resmi dari Presiden, Menko Maritim atau Men KP untuk pembukaan dan/atau penutupan pameran. 2. Proses perizinan untuk pemasukan barang pameran yang memerlukan beberapa ijin.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 146

Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan: 1. Perlu segera konfirmasi untuk kehadiran Presiden pada Nusatic 2018. Panitia Nusatic harus segera berkoordinasi dengan pihak istana. 2. Perlu segera dikoordinasikan ke Bea Cukai dan KKP untuk proses pemasukan barang pameran. 3. Undangan resmi untuk Nusatic dan FGD Ikan Hias harus segera diluncurkan. 4. Rapat update akhir untuk persiapan Nusatic 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 26 November 2018.

3.5. Peningkatan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik di Lingkungan Kemenko Kemaritiman 3.5.1. Penyusunan Usulan Renja 2019 Rencana Kerja Pemerintah merupakan dokumen perencanaan tahunan yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan dasar pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah melalui Kementerian/Lembaga. Hal ini seperti yang diamanatkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa penyusunan RAPBN berpedoman pada Rencana Kerja dengan memperhitungkan ketersediaan anggaran. Renja Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman merupakan dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Kementerian. Rancangan Renja 2019 ini memuat kebijakan, program, dan kegiatan sebagai penjabaran Renstra Kementerian. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Bersama dengan Asisten Deputi dan juga Kepala Bidang dalam Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim mengadakan rapat koordinasi terkait penyusunan usulan Renja 2019. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, seluruh usulan dari masing-masing Asisten Deputi dan Kepala Bidang seluruh masukan ini akan diusulkan kepada Deputi dan menjadi bahan pertimbangan kegiatan-kegiatan strategis Menteri.

3.5.2. Persiapan Pertemuan Tiga Pihak Atau Pra Tripartit Pelaksanaan persiapan pertemuan tiga pihak yaitu Kemenko Kemaritiman (Biro Umum), Inspektorat Kemenko Kemaritiman, dan Direktorat Jenderal Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit APK) dilakukan pada 22 - 24 Maret 2018. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah mendiskusikan/memfinalisasikan data/angka-angka pada penyajian Laporan Keuangan Kemenko Kemaritiman Tahun 2017 Audited sehingga pada saat pelaksanaan Tiga Pihak (Tripartit) antara Kementerian Keuangan, Kemenko Kemaritiman serta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) akan mendapatkan angka yang sama atau final. Rapat dihadiri oleh pegawai lingkup Biro Umum dengan narasumber dari Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kementerian Keuangan.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 147

3.5.3. Koordinasi Target Capaian Rencana Aksi Hak Asasi Manusia 2018 Kementerian dalam Koordinasi Kemenko Kemaritiman Rapat dipimpin oleh Plt. Kepala Biro Informasi dan Hukum. Melalui pelaksanaan kegiatan didapatkan beberapa poin seperti berikut: 1. Diperlukan signifikasi terhadap usulan rencana aksi HAM sebagai target yang akan diimplementasikan pada B03 terhadap kementerian dalam koordinasi Kemenko Kemaritiman yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian Perhubungan. 2. Aksi HAM bukan merupakan aksi rutin, melainkan yang belum dimonitor. Dalam pelaksanaan kegiatan ini dilakukan paparan perkembangan Aksi HAM dari K/L teknisKementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Adapun tindak lanjut yang akan dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagi berikut: 1. Dengan mandat Perpres agar masing –masing KL untuk dapat menginventarisasi kegiatan yang dilaksanakan yang berkaitan dengan aksi HAM 2018-2019 secara detail. 2. Kegiatan ini perlu ditindaklanjuti oleh Kemenko Kemaritiman dengan aksi B06, B09 dan B12 untuk memonitoring pelaksanaan aksi HAM pada Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

3.5.4. Pembekalan Pokja Reformasi Birokrasi dalam Pelaksanaan PMRB dan WBK Pembekalan Kelompok Kerja (Pokja) Reformasi Birokrasi dalam Pelaksanaan penilaian mandiri reformasi birokrasi (PMRB) dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) diselenggarakan di Hotel 101, Jl. Surya Kencana Bogor, 12-14 Maret 2018 bertujuan:

1. Pembekalan Pokja reformasi birokrasi, 2. Penyiapan penilaian mandiri (pelaksanaan reformasi birokrasi 3. Pembekalan unit kerja yang ditunjuk sebagai WBK. Hasil dan tindak lanjut yang didapatkan melalui pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Perlunya internalisasi (reform), sehingga fungsi koordinasi terlihat nyata dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. 2. Strategi yang dapat dilakukan untuk mendongkrak nilai, maka perlu dbuat matrik rencana aksi dengan memetakan target yang ingin dicapai dari 8 area perubahan (untuk Reformasi Birokrasi) dan 6 area (untuk pembangunan zona integritas) 3. Perlu sosialisasi dan pendampingan secara intensif di Kedeputian dalam rangka pencanangan zona integritas sebagai kandidat WBK dan selanjutnya dilakukan monitoring dan evaluasi per tri wulan. 4. Pengisian lembar kerja evaluasi zona integritas menuju WBK, harus mulai diisi di kedeputian, sehingga dapat dipersiapkan hal hal tekait rencana aksi maupun dokumen pendukung lainnya.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 148

5. Dalam rangka pengusulan WBK maka perlu dibentuk 2 (dua) yaitu : tim pembangun zona integritas dan tim penilai zona integritas 6. Perlu banyak inovasi yang harus dilakukan oleh Kemenko Kemaritiman sehingga akan mendongkrak nilai RB 7. Perlu dilakukan sosialisasi lebih awal terkait PMPRB yang baru

3.5.5. Pelayanan Organisasi, Tata Laksana dan Reformasi Birokrasi Dilaksanakan pada 13 September 2018 di gedung Kemenko Kemaritiman. Kegiatan ini bertujuan untuk membahas beberapa dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baru di lingkup Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa. Tujuan dari penyusunan SOP ini adalah : 1. Memberikan arahan dalam pelaksanaan pekerjaan. 2. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan. 3. Ketertiban dalam penyelenggaraan pemerintahan. 4. Mengurangi tingkat kesalahan prosedur dalam pekerjaan. 5. Menjamin segala tingkatan dalam hirarki pelaksanaan pekerjaan dapat bekerja dengan baik. 6. Memberikan informasi terhadap prosedur pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja yang diinginkan. 7. Menghindari tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. 8. Instrumen dalam pelacakan jika terjadi kesalahan dalam pekerjaan.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 149

IV. PERKEMBANGAN SUMBER DAYA

Pelaksanaan Kegiatan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemeritiman terkait upaya mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim didukung dengan sumber daya manusia dan dukungan dana anggaran yang sesuai. Sehingga dengan dukungan sumber daya manusia dan anggaran yang tepat, target kinerja Kemenko Kemaritiman dapat tercapai.

4.1. Dukungan Sumber Daya Manusia Secara umum, pada TA. 2018 di seluruh unit kerja di Kemenko Kemaritiman masih kekurangan pegawai, terutama staf bagian teknis yang memahami dasar-dasar keilmuan yang menunjang kegiatan di Deputi. Berdasarkan penghitungan kebutuhan pegawai (teknis dan administrasi) terdapat 611 posisi jabatan (tidak termasuk tenaga pendukung, seperti kebesihan, satpam, dan supir) yang dibutuhkan Kemenko Kemaritiman untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Pada akhir tahun 2017 telah mendapatkan tambahan 47 CPNS, namun sebagian besar bukan dari bidang ilmu teknis yang menunjang kegiatan bidang di Deputi. Sebagian tenaga tersebut juga masih dipekerjakan untuk menunjang kegiatan keadministrasian, baik di Asisten Deputi maupun Sekretaris Deputi. Seleksi penerimaan 107 CPNS pada akhir tahun 2018 diharapkan akan semakin meningkatkan capaian kinerja baik secara kualitas maupun kuantitas. Komposisi jumlah sumberdaya manusia pada Kemenko Kemaritiman sampai dengan akhir akhir tahun 2018, berbeda sedikit dengan kondisi pada tahun sebelumnya. Jumlah seluruh pegawai Kemenko Kemaritiman berjumlah berjumlah 557 orang yang terdiri dari unsur pegawai PNS 250 orang, serta pegawai non-PNS (JPT Madya, Tenaga Ahli, dan Penasehat Khusus dan tenaga kerja kontrak) 308 orang. Sementara itu untuk jabatan fungsional/pelaksana masih kekurangan 362 pegawai (ASN/PNS). Adapun keragaan pegawai Kemenko Kemaritiman berdasarkan jenjang jabatan pada tabel berikut ini: Tabel 8 Jumlah Kondisi Pegawai Kemenko Kemaritiman

Jabatan Deputi Deputi Deputi Deputi Setmenko Jumlah Kebutuhan 1 2 3 4 JPT Madya 1 1 1 1 5 7 9 JPT Pratama 6 6 6 6 7 31 33 Jabatan Administrator 13 14 10 13 12 62 68 Jabatan Pengawas 2 2 2 2 28 36 39 Jabatan Pelaksana PNS 12 17 12 16 55 116 311 Administratif Tenaga 13 15 14 17 79 138 Kontrak Jabatan Fungsional Ahli 0 2 0 0 2 4 160 Terampil 0 0 0 0 0 0

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 150

Jabatan Deputi Deputi Deputi Deputi Setmenko Jumlah Kebutuhan 1 2 3 4 Penasehat Khusus 6 6

Tenaga Ahli 17 17 Tenaga Pendukung

Satpam - - - - 46 46

Pengemudi - - - - 41 41

Pramubakti - - - - 30 30

Petugas Kebersihan - - - - 28 28

Jumlah 47 57 45 55 356 557 611

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa Kemenko Kemaritiman untuk Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Madya dan JPT Pratama masih kekurangan masing-masing 2 orang. Sementara jabatan Administrator (Eselon III) kekurangan 6 orang (terpenuhi 62 dari 68 orang). Jabatan Pengawas (eselon IV) kekurangan 3 orang (terpenuhi 36 dari 39 orang). Kemudian Jabatan Pelaksana Administratif yang terdiri dari PNS dan tenaga kontrak kekurangan 57 orang (terpenuhi 254 dari 311). Namun jabatan pelaksana administratif ini akan segera diisi dengan adanya rekrutmen CPNS untuk tahun 2019 di lingkungan Kemenko Kemaritiman. Selain itu terdapat tenaga pendukung yang terdiri dari 145 orang yang terdiri dari: satpam (46 orang), pengemudi (41 orang), pramubakti (30 orang), dan petugas kebersihan (28 orang). Melalui tabel di atas juga dapat dilihat bahwa kebutuhan akan jabatan fungsional (ahli dan terampil) sama sekali belum terpenuhi. Berdasarkan data di atas maka dapat dilihat bahwa kebutuhan akan pegawai pada lingkungan Kementerian Koordinator masih kurang. Sebagai antisipasi kekurangan staf pelaksana/fungsional, telah diangkat staf kontrak/non PNS sebanyak 138 orang. Rincian jabatan yang belum terisi adalah sebagai berikut:  Jabatan eselon I : 2 Staf Ahli;  Jabatan eselon III : 4 Jabatan belum terisi; dan  Jabatan eselon IV : 3 Jabatan belum terisi; Untuk pemenuhan pegawai bagi jabatan administrator dan pengawas sampai saat ini dalam tahap proses seleksi. Sedangkan untuk penambahan staf fungsional/pelaksana (PNS) pada triwulan IV tahun ini akan dilakukan seleksi CPNS untuk formasi 105 orang.

4.2. Realisasi Keuangan Setiap pelaksanaan kegiatan pada Kemenko Kemaritiman telah ditetapkan anggaran keuangan untuk mendukung proses dalam merealisasikan kegiatan demi mencapai target kinerja yang telah dituangkan melalui perjanjian kinerja. Pada Tahun Anggaran 2018, Anggaran Kemenko Kemaritiman telah disahkan pada tanggal 05 Desember 2018, dan telah diunggah di DIPA Online Kementerian Keuangan dengan DIPA Induk Nomor: SP DIPA120.01-0/2018, serta DIPA Petikan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 151

Nomor: SP DIPA-120.01.1.350494/2018 dengan besar Pagu Anggaran Definitif sebesar Rp. 300.306.844.000,-. Pada tahun 2018 juga telah dilakukan perubahan anggaran. Dari sisi realisasi, Kemenko Kemaritiman memiliki tingkat penyerapan anggaran sebesar 91,20% yaitu dengan nilai Rp 273.877.085.415,-. Kebijakan dan isu yang ditangani Kemenko Maritim di saat pelaksanaan APBN TA 2018 sering kali tidak sama dengan saat APBN disusun pada tahun 2016. Untuk mengatasi hal ini maka disediakan mekanisme revisi anggaran yang berfungsi untuk mengakomodasi perubahan kebijakan dan kegiatan pada APBN 2018. Terdapat 3 jenis revisi anggaran, yaitu revisi anggaran POK, Kanwil dan DJA. Perbedaan revisi ini diatur dalam PMK 11/PMK.02/2018 tentang tata acara revisi anggaran dan PMK 108/PMK.02/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 11/PMK.02/2018. Pada tahun 2018 Kemenko Maritim melakukan 7 kali revisi dan 1 revisi perbaikan pagu minus setelah masa pelaksanaan TA 2018 selesai. Revisi tersebut adalah: 1. Revisi perubahan pejabat KPA 2. Revisi Buka Blokir (Output Cadangan) untuk tambahan kekurangan Tunjangan Kinerja 3. Revisi Penambahan Belanja Perjalanan Dinas Menteri 4. Revisi Buka Blokir Ke-2 5. Revisi Perpindahan Anggaran Antar Output 6. Revisi Kanwil Penambahan Perjalanan Dinas Luar Negeri Pimpinan 7. Revisi DJPB perpindahan Anggaran Dari Satu Output Melebihi 10 % dalam Satu Tahun Anggaran. Tabel 9 Realisasi Keuangan Kemenko Kemaritiman TA 2018 Per Eselon I

% Unit Kerja Pagu Realisasi Capaian Program Dukungan Manajemen dan Fasilitasi Sekretariat Kemenko Kemaritiman 177.117.703.000 164.761.164.966 93,02% Program Koordinasi Kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim 29.756.195.000 28.373.369.866 95,35% Deputi Bidang Koordinasi SDA dan Jasa 26.149.625.000 21.277.736.887 81,37% Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur 30.883.316.000 25.649.325.215 83,05% Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEk, dan 36.400.005.000 33.815.488.481 92,90% Budaya Maritim Jumlah 300.306.844.000 273.877.085.415 91,20%

Pada TA 2018 terdapat anggaran yang diblokir dengan senilai Rp 2.781.539.000,- dengan rincian: 1. Kode Output Cadangan 5602.999 sebesar Rp 2.776.039.000,- 2. Kode Output 5603.958 sebesar Rp 5.500.000,- 3. Kode Output 5752.001 sebesar Rp 196.531.000,- 4. Kode Output 5764.001 sebesar Rp 680.610,-

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 152

Poin 1 merupakan kegiatan output cadangan untuk pendukung pelaksanaan penyelengaraan IMF-World Bank Forum. Sementara pada poin 2, 3 dan 4 diblokir oleh APIP dengan alasan kurang melengkapi persyaratan pengajuan anggaran, seperti Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan dokumen pendukung lainnya.

200,00 177,12 Pagu 180,00 164,76 160,00

140,00

120,00

100,00 Miliar 80,00 60,00 36,40 33,82 40,00 29,76 28,37 30,88 26,15 21,28 25,65 20,00 0,00 Setmenko Deputi 1 Deputi 2 Deputi 3 Deputi 4

Grafik 2 Realisasi Keuangan Kementerian Kemaritiman Tahun 2018 Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (88,74%), maka realisasi keuangan tahun 2018 lebih baik. Jika berdasarkan pagu DIPA realisasi tahun 2018 adalah 91,20%.

Tabel 10 Pagu dan Realisasi TA 2017 per Unit Eselon I

% Unit Kerja Pagu Realisasi Capaian Program Dukungan Manajemen dan Fasilitasi Sekretariat Kementerian Koordinator 169,487,689,000 148,040,355,467 87.35% Program Koordinasi Kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim 29,750,000,000 29,423,059,620 98.90% Deputi Bidang Koordinasi SDA dan Jasa 25,750,000,000 21,126,855,340 82.05% Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur 27,690,344,000 23,032,374,085 83.18% Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEk, dan 47,854,200,000 45,067,139,592 94.18% Budaya Maritim Total 300.532.233.000 262.689.784.104 88,74

Sementara rincian realisasi keuangan Kemenko Maritim pada TA 2018 per keluaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 153

Tabel 11 Realisasi Keuangan Kemenko Kemaritiman Per Keluaran TA 2018

KODE PROGRAM Pagu Realisasi Persentase Penyelenggaraan Pelayanan Umum 5601 Perkantoran Serta Dukungan Manajemen dan 137.106.391.000 131.342.921.597 95,80% Tugas Teknis Lainnya Penyusunan Rencana, Program, Anggaran, 5602 Kerja Sama, Akuntabilitas Kinerja, dan 19.525.312.000 14.202.303.665 72,74% Reformasi Birokrasi Pengelolaan Informasi, Persidangan, 5603 Kehumasan, Administrasi dan Hukum 15.186.000.000 14.697.803.069 96,79% Organisasi Pengawasan Akuntabilitas Aparatur Kemenko 5604 3.500.000.000 3.156.559.996 90,19% Kemaritiman 5605 Koordinasi Hukum dan Perjanjian Maritim 5.750.000.000 5.612.973.624 97,62% 5606 Koordinasi Sumber Daya Hayati 4.433.457.000 3.849.759.792 86,83% Koordinasi Infrastruktur Konektivitas dan 5607 4.910.460.000 3.545.803.599 72,21% Sistem Logistik 5608 Koordinasi Pendidikan dan Pelatihan Maritim 7.867.503.000 7.676.362.099 97,57% Rekomendasi Penguatan dan Penataan 5748 1.800.000.000 1.361.576.639 75,64% Regulasi dan Kelembagaan Kemaritiman Koordinasi Keamanan dan Ketahanan 5749 6.560.000.000 6.411.758.913 97,74% Maritim 5750 Koordinasi Delitimasi Zona Maritim 3.600.000.000 3.271.870.420 90,89% 5751 Koordinasi Navigasi dan Keselamatan Maritim 1.506.195.000 1.424.629.203 94,58% Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan 5752 12.340.000.000 11.652.137.706 94,43% Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Koordinasi Sumber Daya Mineral Energi dan 5753 4.605.696.000 3.628.489.426 78,78% Nonkonvensional 5754 Koordinasi Jasa Kemaritiman 4.856.268.000 4.268.902.930 87,91% Koordinasi Lingkungan dan Kebencanaan 5755 4.530.891.000 3.871.959.141 85,46% Maritim Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan 5756 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam 7.723.313.000 5.658.625.598 73,27% dan Jasa Koordinasi Infrastruktur Pertambangan dan 5757 4.197.625.000 3.211.698.317 76,51% Energi Koordinasi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, 5758 5.002.003.000 4.591.868.374 91,80% dan Pariwisata 5759 Koordinasi Industri Penunjang Infrastruktur 4.184.728.000 3.165.895.914 75,65% Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan 5760 12.588.500.000 11.134.059.011 88,45% Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Koordinasi Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan 5761 5.195.497.000 4.880.406.249 93,94% dan Teknologi Maritim 5762 Koordinasi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari 6.228.230.000 6.032.728.416 96,86% 5763 Koordinasi Jejaring Inovasi Maritim 5.480.304.000 5.099.093.020 93,04% Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan 5764 Deputi Bidang Koordinasi SDM,Iptek dan 11.628.471.000 10.126.898.697 87,09% Budaya Maritim Jumlah 300.306.844.000 273.877.085.415 91,20

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 154

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa total realisasi keuangan Kemenko Kemaritiman cukup baik, walau belum sesuai dengan target awal (95%). Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase terbesar ada pada unit kerja Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim (98,90%). Sementara unit kerja Deputi Bidang Koordinasi Sumber daya Alam dan Jasa memiliki persentase realiasi terendah (82,05%). Sedangkan untuk presentase tertinggi berdasarkan keluaran (output) adalah Koordinasi Keamanan dan Ketahanan Maritim (97,74%), dan presentase terkecil adalah Koordinasi Infrastruktur Konektivitas dan Sistem Logistik (72,21%). Adapun rincian realisasi penggunaan anggaran Kemenko Maritim untuk setiap bulannya adalah sebagai berikut: Tabel 12 Realisasi Anggaran/Bulan TA. 2018

BULAN JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI 2.972.798.996 9.746.080.517 25.097.882.801 16.668.586.673 19.679.500.726 16.948.878.252 JULI AGT SEP OKT NOV DES 22.301.338.430 21.375.255.385 19.819.522.894 28.394.060.083 32.739.274.932 58.133.905.726

Jika dibandingkan dengan realisasi anggaran per bulan antara TA. 2018 dengan TA.2017, maka pada tahun 2018 realisasinya lebih baik karena lebih merata, tidak ada lonjakan pada triwulan akhir. Tabel 13 Realisasi Anggaran/Bulan TA. 2017

BULAN JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI 3.421.993.754 7.884.998.639 8.894.087.289 14.644.682.681 24.378.050.233 13.648.405.411 JULI AGT SEP OKT NOV DES 24.424.757.148 19.676.239.325 15.564.319.285 23.030.331.337 35.742.341.938 78.459.377.064

70,00 58,13 60,00

50,00

40,00 32,74 28,39 25,10 30,00 22,30 Miliar 19,68 21,38 19,82 20,00 16,67 16,95 9,75 10,00 2,97 0,00

Grafik 3 Realisasi Anggaran per Bulan Kemenko Kemaritiman TA. 2018

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 155

Jika dilihat dalam grafik diatas, terlihat bahwa realisasi keuangan tiap bulan cenderung naik dari awal tahun, dengan peningkatan cukup tajam pada akhir tahun. Diharapkan di masa mendatang pencapaian realisasi keuangan tersebut bisa mengikuti kurva S, sehingga tidak ada lonjakan kegiatan pada akhir tahun anggaran.

Tabel 14 Realisasi Anggaran Kumulasi TA. 2018

BULAN JAN FEB MAR APRIL MEI JUN 2.972.798.996 12.718.879.513 37.816.762.314 54.485.348.987 74.164.849.713 91.113.727.965 JUL AGU SEPT OKT NOV DES 113.415.066.395 134.790.321.780 154.609.844.674 183.003.904.757 215.743.179.689 273.877.085.415 Sementara jika dilihat dalam grafik di bawah, terlihat bahwa realisasi keuangan kumulatif, cenderung naik dengan stabil stabil, dengan sedikit peningkatan pada akhir tahun.

Realisasi Akumulasi Bulanan Kemenko Kemaritiman T.A 2018 300,00 273,88 250,00 215,74

200,00

183,00 ar i 150,00 154,61 134,79

Mil 113,42 100,00 91,11 74,16 50,00 54,49 37,82 12,72 0,00 2,97

Grafik 4 Perkembangan Kumulasi Realisasi Anggaran TA. 2018

Jika dihitung dari Pagu anggaran efektif, maka belanja barang memiliki pagu terbesar yaitu Rp 246,15 milyar (81,97%); kemudian belanja pegawai sebesar 36,65 Milyar (12,2%) dan yang terkecil belanja pegawai sebesar Rp 17,5 Milyar (5,83%). Realisasi per jenis belanja yang tertinggi belanja modal sebesar 95,92%; belanja pegawai 95,05%; dan belanja barang sebesar 90,29%.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 156

Tabel 15 Pagu dan Realisasi TA 2018 per Jenis Belanja Persentase No Nama Jenis Belanja Pagu Realisasi Blokir Realisasi 1 51|Belanja Pegawai 36.653.788.000 34.838.040.911 95,05% 0 2 52|Belanja Barang 246.151.640.000 222.251.602.285 90,29% 2.781.539.000 3 53|Belanja Modal 17.501.416.000 16787.442.219 95,92% 0 300.306.844.000 273.877.085.415 91,20%

Tabel 16 Pagu dan Realisasi TA 2017 per Jenis Belanja No Persentase Nama Jenis Belanja Pagu Realisasi Blokir Realisasi 1 51|Belanja Pegawai 27.865.308.000 23.270.726.588 83,51% 0 2 52|Belanja Barang 241.110.272.000 212.552.943.129 88,16% 940.344.000 3 53|Belanja Modal 31.556.653.000 30.866.114.387 97,81% 0 300.532.233.000 266.689.784.104 88,74%

Persentase realisasi keuangan tersebut di atas jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya: belanja pegawai sebesar (81,68%), belanja modal (76,64%); dan belanja barang (58,56 %), maka seluruh jenis belanja mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan kegiatan (frekuensi dan peserta) lebih banyak/baik. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya penambahan pegawai termasuk pejabatnya. Jika di tahun 2016 terdapat 120 pejabat dari total 166 PNS, maka di tahun 2017 terdapat 127 pejabat dari total 266 PNS. Gambar 9 Grafik Proporsi Pagu Kemenko Kemaritiman 2018 (Nilai dan Proporsi)

MODAL; PEGAWAI; 17,50 ; 6% 36,65 ; 12%

BARANG; 246,15 ; 82%

PEGAWAI BARANG MODAL

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 157

4.3. Dukungan Pelaksanaan dan Kinerja Anggaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenko Kemaritiman mendapat alokasi sebesar Rp 177.117.703.000,- Pada akhir tahun 2018 anggaran yang terealisasi untuk melaksanakan kegiatan adalah sebesar 164.761.164.966,- atau 93,02% dari pagu. Dana pada program ini dimaksudkan sebagai anggaran pendukung kegiatan keadministrasian-ketatausahaan. Baik pada output kegiatan keteknisan maupun kegiatan yang bersifat administrasi seperti: kepegawaian; sarana-prasarana pegawai/kantor, akuntabilits kinerjareformasi birokrasi; dan penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan. Fasilitasi yang utama diberikan dari Program ini antara lain meliputi: 1. Penyusunan pengajuan pencairan anggaran ke KPPN sehingga pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian kinerja dapat terlaksana 2. Pengajuan rancangan peraturan (peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan instruksi presiden) ke sekretariat kabinet/kementerian hukum dan HAM. 3. Proses rekruitmen pegawai (PNS dan honorer), sehingga terdapat tambahan tenaga dalam pelaksanaan kegiatan untuk pencapaian target kinerja. 4. Penambahan sarana dan prasarana kerja yang lebih memadai. Sementara itu jika dievaluasi berdasarkan prestasi kinerja pelaksanaan (perencanaan, pengajuan, penyampaian laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran, atau dikenal dengan evaluasi Indikator Pelaksanaan Kinerja Anggaran (IKPA) maka Kemenko Kemaritiman mengalami kemajuan yang sangat pesat. IKPA ini dinilai oleh Ditjen Perbendahaan Kementerian Keuangan dengan mendasarkan pada 12 faktor/indikator, yaitu: Revisi DIPA, Deviasi Hal. III DIPA, Pagu Minus, Data Kontrak, Pengelolaan UP, LPJ Bendahara, Dispensasi SPM, Retur SP2D, Penyerapan Anggaran, Penyelesaian Tagihan, Kesalahan SPM dan Renkas. Gambar 10 Rincian Capaian Indikator Pelaksanaan Anggaran

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 158

Jika pada tahun 2017 capaian IKPA Kemenko Kemaritiman hanya 70,70 meningkat menjadi 92,73 (gambar 18) atau meningkat 20,03 poin. Kemenko Kemaritiman, dalam Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis telahberhasil mencatat prestasi yang baik, Selain Nilai IKPA yang meningkat 22,03, jug aberhasil mencatatkan Laporan Keuangan yang Wajar dalam pemeriksaan BPK dengan predikat WTP untuk 2 tahun anggaran bertutur-turut (2016 dan 2017). Diperkirakan untuk TA. 2018 juga bisa kembali mendapatkan predikat WTP.

Gambar 11 Piagam Penghargaan Menteri Keuangan atas Capaian WTP

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 159

V. PENUTUP

Laporan kegiatan TA. 2018 ini disusun berdasarkan realisasi kegiatan dan Sasaran Strategis tahun anggaran 2018 yang telah disusun oleh Kemenko Kemaritiman. Laporan yang berisikan informasi kegiatan Kemenko Kemaritiman selama TA 2018 sebagai media informasi dan komunikasi untuk lebih mengenalkan segala bentuk aktivitas Kemenko Kemaritiman, sehingga pada akhirnya dapat tumbuh komunikasi yang baik dan kerja sama terkait dengan bidang kemaritiman/ pihak-pihak yang berkepentingan. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan kegiatan di Kemenko Kemaritiman selama tahun 2018 adalah: 1. realisasi anggaran Kemenko dibanding tahun-tahun sbelumnya mengalami perbaikan, yaitu tahun 2018 sebesar 91,20%, naik dibanding tahun 2018 (88,74%) dan masih lebih baik dibanding realisasi anggaran efektif tahun 2017 (90,87%), serta tahun 2015 (84,90%). 2. perbaikan realisasi anggaran lebih dominan karena semakin bertambahnya jumlah pegawai (PNS dan kontrak yang dimiliki), sehingga kelancaran kegiatan dan penyusunan administrasi keuangan lebih cepat dan lancar 3. selain perbaikan realisasi anggaran, juga terjadi perbaikan kualitas kinerja dan capaiannya (tahun 2015 tercapai 101,13%, tahun 2016 (108,13%), tahun 2017 (97,55%) dan tahun 2018 (111,07%.. Jika pada tahun awal, target kinerja yang disusun hampir sebagian besar berupa output kegiatan, maka pada tahun 2018 sebagian besar sudah merupakan outcome. 4. pada akhir tahun 2017 penambahan CPNS yang masuk serta selesksi CPNS tahun 2018, lebih banyak pada jabatan teknis. Sementara kebutuhan tenaga administrasi dan keuangan masih belum mendapat alokasi. Akibatnya masih cukup banyak pekerjaan di bidang tersebut dikerjakan oleh tenaga kontrak atau CPNS namun tidak sesuai dengan jabatan pengangkatannya. Dalam rangka peningkatan atau perbaikan capaian (kualitas dan kuantitas) kinerja telah dilakukan beberapa hal, yaitu: 1. melakukan Reviu Renstra kementerian 2. penguatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi 3. penggunaan aplikasi e-Planning untuk perbaikan penyusunan rencana kerja (Renja) 4. penajaman proses perencanaan kerja dan target kinerja dengan memperhatikan program-program prioritas 5. penambahan jumlah pegawai, baik dari CPNS maupun rekruitmen dari instansi lain, atau penambahan tenaga kerja kontrak pPerbaikan aplikasi sistem pengelola data kinerja dan sistem pelaporan Sedangkan untuk perbaikan di masa mendatang, maka direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengajuan penambahan CPNS baik di bidang teknis maupun administrasi/keuangan

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 160

2. sesuai dengan rekomendasi hasil evaluasi AKIP perlu dilakukan peningkatan pemutakhiran perencanaan dengan teknologi informasi, pengumpulan data yang lebih andal, pengukuran yang berjenjang dan sistematika analisis yang lebih komprehensif. 3. perbaikan aplikasi pelaporan (alikasi berbasis balanced score card dan e-Laporan) 4. melaksanakan pelatihan (diklat, bimtek, workshop) untuk peningkatan keahlian dan kompetensi pegawai 5. peningkatan kesadaran dan pengetahuan, terutama di level pimpinan, akan perlunya penyusunan rencana kerja/kegiatan dan kinerja yang terukur (dapat dicapai dan dihitung capaiannya) dan sesuai dengan tugas/fungsi unit kerjanya Melalui laporan ini, diharapkan bisa menjadi umpan balik dalam proses penyusunan perencanaan kegiatan dan kinerja, sehingga sistem akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah (SAKIP) di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dapat berjalan dengan baik. Melalui pelaksanaan SAKIP yang baik diharapkan Kemenko Bidang Kemaritiman dapat merealisasikan sasaran dan target kegiatan yang sesuai tugas dan fungsi yang telah diamanatkan. Sehingga tujuan akhirnya adalah masyarakat dapat merasakan manfaat yang baik dan signifikan akan keberadaan Kemenko Bidang Kemaritiman.

Laporan Kegiatan Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 161