Masalah Negara Vasal Majapahit

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Masalah Negara Vasal Majapahit Masalah Negara Vasal Majapahit Machi Suhadi Keywords: kingdom, expansion, southeast asia, relation, dynamic, politic How to Cite: Suhadi, M. Masalah Negara Vasal Majapahit. Berkala Arkeologi, 15(3), 92–95. https://doi.org/10.30883/jba.v15i3.678 Berkala Arkeologi https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/ Volume 15 No. 3, 1995, 92-95 DOI: 10.30883/jba.v15i3.678 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial- ShareAlike 4.0 International License. MASALAH NEGARA VASAL MAJAPAHIT Machi Suhadi (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional) Pendahuluan Demikian pula penggantinya, Ogotai, dapat me­ Majapahit pertengahan abad ke-14 M me­ nguasai Kaifeng pada tahun 1233 (Nair 1946: 100) nguasai seluruh wilayah Nusantara dan beberapa sehingga seluruh kekaisaran Cina jatuh ke tangan negara di Asia Tenggara, antara lain Siam, Cam­ Mongol. Sementara Ogotai terus sibuk mengurusi pa, Kamboja, dan Singhanagari. Prapanca seba­ masalah dalam negeri Cina. gai penyusun naskah Nagarakertagama menutur­ Kublai Khan, kaisar Mongol berikutnya, ber­ kan keberadaan negara-negara vasal tersebut pa­ hasil menguasai seluruh kerajaan Cina dan men­ da pupuh ke-13 hingga 15. Prapanca juga menu­ dirikan dinasti baru yaitu Dinasti Yuan ( 1260- turkan bagaimana cara mengelola hubungan an­ 1368). Kaisar Kublai Khan yang ambisius ini ber­ tara Majapahit dengan negara vasalnya dan cara usaha menaklukkan negara-negara di utara dan memungut upeti dari negara vasal. Penuturan ini selatan Cina. Ke utara, Cina menyerang Manchu­ menunjukkan bahwa Majapahit mengikat hubu­ ria dan Jepang. Walaupun Jepang diserang da­ ngan dengan negara-negara vasal dengan cara lam 3 gelombang namun Jepang dapat menang­ yang khas. Cara itu dilakukan bukan dengan cara kalnya. Ke selatan, Cina menyerang Annam, penjajahan melainkan menjalin kemitraan yang Campa, dan Kamboja selama kurun waktu 1280- sejajar atau setara (istilahnya: mitreka satata). 1283. Utusan Cina juga dikirim ke India Selatan, Dalam persekutuan semacam ini dituntut kesetia­ Ceylon dan Madagaskar (Latourrette 1949:265-7) an terhadap negara semitra. Mitra yang setia akan Kamboja diduduki Cina tahun 1283 (Coedes tetap dilindungi sedangkan mitra yang ber-khianat 1968: 192). Raja Jawa juga didatangi duta Cina akan ditindas oleh Majapahit. Kutipan ter-jemahan pada tahun 1289 dengan maksud agar menye­ dari pupuh XVI bait 5 di bawah ini me-nunjukkan rahkan upeti kepada kaisar Cina. indikasi tersebut. Ekspansi Cina yang agresif inilah yang men­ "Kemudian di pulau-pulau lain di manapun ada dorong terbentuknya persekutuan negara-negara dalam perlindungan keraton Jawa, yang patuh dan kecil di kawasan Asia Tenggara dalam rangka setia perbuatannya akan dilindungi Sang Narapati, mencegah atau mengurangi pengaruh kekuasa-an tetapi mereka yang membangkang perintah raja akan Cina. didatangi, semuanya akan dimusnahkan oleh tentara Jaut dan macam-macam mantri yang ulung". Duta Meng-ch'i Sementara itu untuk membiayai belanja ne­ •. Jawa dikenal Cina sejak kedatangan pen­ gara Majapahit diperlukan pendapatan negara deta Buddha Fa-Hien pada tahun 414 (Groene­ yang besar yang antara lain diperoleh melalui pungutan upeti dari negara-negara vasal. Hal ini veldt 1960:6). Utusan raja Jawa yang pertama juga dituturkan dalam pupuh XV bait 3; kutipannya kali datang di istana kaisar Cina ialah utusan ke­ dalam terjemahan demikian: rajaan Kaling yang dilakukan 3 kali antara tahun "Sudah tercapailah Nusantara tunduk kepada Sri 766-779 (Groenevedlt 1960:14). Selama berabad­ Narapati, setia mengeluarkan upeti pada tiap musim, abad berikutnya utusan dari raja-raja Jawa dan dari kehendak Sang Prabhu menjaga kebahagiaan, negara-negara kecil di Asia T enggara selalu me­ bhujangga dan mantri diutus mengambi/ upeti dari raja ngirimkan upeti ke Cina. sahabat". Duta Meng-Ch'i diutus oleh Kublai Khan ke Kutipan dua pupuh ·tersebut di atas menun­ Jawa dan bertemu dengan Kertanagara, raja S1- jukkan bagaimana cara menjaga kelangsungan nghasari. Karena alasan yang sangat khusus persekutuan dan kewajiban negara sahabat ke­ permohonan Meng-Ch'i ditolak dan bahkan wajah pada Majapahit. Tulisan ini merupakan usaha un­ Meng-Ch'i dilukai (Groeneveldt 1960:22). Karena tuk melihat bagaimana hubungan kemitraan dija­ penghinaan ini maka Kublai Khan pada tahun lin antara raja-raja Jawa dengan raja-raja semitra 1292 memutuskan untuk mengirim ekspedisi mi­ di Asia Tenggara. liter guna menghulsum Kertanagara, raja Jawa. Tentara ekspedisi Cina ini dalam naskah Jawa Latar Belakang disebut sebagai tentara Tatar (lihat Pararatcin edi­ Jenghis Khan dari Monggol mulai berkuasa si Brandes 1897:23-24); mereka tiba di Jawa Ti­ di daratan Cina (1162-1227 M) tetapi selalu sibuk mur pada bulan Mei 1293. Sementara itu raja memerangi raja-raja Cina yang tidak mau tunduk. Kertanagara digulingkan oleh Jayakatwang dan Berka/a Arkeologi - EDIS/ KHUSUS- 1995 Kadiri pada akhir tahun 1292. Ketika tentara Tatar - area ini ditempatkan di Dharmasraya, mendarat di Tuban dan Gresik maka Wijaya, me­ - pembawa area ini bernama Sri Wiswarupaku- nantu almarhum Kertanagara, menyongsong me­ mara, Mahamantri Dyah Samgat Payangan, dan reka dan menunjukkan jalan ke Kadiri karena raja Rakryan Demung Pu Wira, yang berkuasa berpusat di Kadiri. Perang antara - pengiriman area ini sebagai anumoda (hadiah) tentara Tatar dengan tentara Jayakatwang serta dari Kertanagara, serangan dadakan oleh Wijaya kepada tentara - hadiah area ini menggembirakan rakyat Mala­ Tatar, semua disebutkan dalam naskah Cina yu serta raja Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. (Groeneveldt 1960: 22-34). Pararaton menuturkan ketika utusan Malayu ini kembali ke Singasari, mereka membawa dua Kertanagara sebagai Jina puteri Malayu, yang tua bernama Dara Jingga dan Kertanagara adalah raja besar setelah me­ yang muda bernama Dara Petak Dara Jing-ga ngalahkan semua musuhnya di Jawa, ia me­ dikawinkan dengan seorang dewa (pangeran), nyerang Bali tahun 1284 M (lihat Nagarakerta­ anaknya kemudian menjadi raja Malayu dengan gama pupuh 42 bait 1) hingga raja Bali dapat gelar Tuhan Janaka. Dara Petak dikawini oleh dibawa ke J�wa; ia menguasai Malayu, Pahang, Wijaya, demikian keterangan Pararaton. Gurun, Bakulapura, dan Madura (Nagarakertaga­ Usaha kerajaan Majapahit untuk mengga­ .. ma pupuh 42 bait 2) . lang persekutuan dengan negara-negara lain di Dalam prasasti Wurare atau Joko Dolog ber­ luar mandala Jawa tidak tertulis seeara eksplisit tahun 1289 pada sarga 12 disebutkan Kertana­ dalam sumber sejarah tetapi faktanya daerah­ gara seorang Buddha yang telah tamat ilmunya daerah yang disebut dalam Nagarakertagama pu­ dan diberi gelar Jnanasiwabajra (Kern.VG.VII, puh XIII dan XIV itu pada beberapa abad kemu­ 1917: 195). Dalam Nagarakertagama pupuh 43 dian mengakui adanya pengaruh Majapahit. Di bait 2 Kertanagara mendapat gelar Jina sehingga beberapa negara vasal itu juga ditemukan artefak beliau disebut Sri Jnana-bajreswara. Kedudukan atau eerita sejarah yang berasal dari masa Maja­ ini sangat tinggi dan sama derajatnya dengan Ku­ pahit (Laporan Penelitian di Kabupaten Keta-pang, blai Khan dari Cina yang juga seorang Buddhis Provinsi Kalimantan Barat, 1993, dari Puslit dan Jina. la raja besar di Asia Tenggara. Kertana­ Arkenas; Laporan Penelitian Candi Amunta1 di gara merasa sangat terhina ketika duta MengCh'i Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kaliman­ datang kepadanya tahun 1289 M minta upeti tan­ tan Selatan,1993, dari Balai Arkeologi Banjarma­ da takluk pada kaisar Cina yang mengakibatkan sin; dan naskah Hikayat Banjar). Meng-Ch'i dilukai wajahnya (Coedes 1968:198). Warga Asing di Majapahit Pembentukan Persekutuan Warga asing bukan Cina di pulau Jawa su­ Prasasti Kudadu bertarikh 1294 M, menye­ dah ada sejak akhir abad ke-8 M yang disebut butkan penobatan Wijaya sebagai raja Majapahit pad� prasasti Ratu Baka 714 S baris ke-9: "nam bergelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawarddha­ abtiayagiriwiharah karitah simhalanam" (orang na. Sumber Cina dan Pararaton menyebutkan Singhala [Ceylon] mendirikan wihara bernama Wijaya berhasil mengusir tentara Cina sedang-kan Abhayagiri). Kemudian prasasti Candi Plaosan beberapa tahun sebelumnya, Meng-Ch'i, duta 729 S baris ke-14 menyebut: "satatagurjara desa" Cina, diusir dan dilukai oleh Kertanagara. (orang-orang dari Gurjara [India] yang setara). Momentum ini kiranya menjadi awal dari perse­ Pada abad-abad berikutnya selalu ada orang kutuan dengan negara-negara kecil di kawasan asing disebut dalam prasasti Jawa Kuna dengan Nusantara yang berada pada jalur perdagangan istilah warga ki/alan. Pada masa Majapahit pra­ antara Jawa dan Cina. Bahkan raja Kertanagara, sasti Balawi 1305 M juga menyebut sekelompok mertua Wijaya, telah memelopori persekutuan warga asing pada lempeng Vb baris ke-5: "wargga Jawa dengan kerajaan Malayu di Sumatera Timur kilalan klingaryya ... singhala, kamnata-ka, ... cina, dengan eara mengirimkan area Amoghapasa ke campa, mandisi, caremin, kmir.. H. Warga asing Melayu untuk ditempatkan di Dharmasraya (seka­ tersebut umumnya sebagai penda-tang atau rang bernama Rambahan, Keeamatan Pulau pengembara dengan berbagai profesi dan mereka Punjung, Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung, Pro­ juga menjadi sasaran para mangilala drawyahaji. vinsi Sumatera Barat), di hulu sungai Batanghari. Adanya berbagai warga asing terse-but Pada lapik area Amoghapasa ini dipahatkan 4 menunjukkan indikasi adanya hubungan an-tara baris tulisan Jawa Kuna yang antara lain menye­ Majapahit dengan negara asal mereka, baik butkan: hubungan antar kelompok atau hubungan kene­ - tahun 1208 <; atau 1286 M area Amoghapasa garaan (politik).
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • IRBI 2013 Resize.Pdf
    Indeks Risiko Bencana IRBI Indonesia Tahun 2013 Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 Pengarah Dody Ruswandi Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Penyusun Lilik Kurniawan 1. Barangsiapa dengan sengaja Sugeng Triutomo melanggar dan tanpa hak Ridwan Yunus melakukan perbuatan Mohd. Robi Amri sebagaimana dimaksud Arezka Ari Hantyanto dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat Pendukung (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling Elin Linawati singkat 1 (satu) bulan dan/ Firza Ghozalba atau denda paling sedikit Arie Astuti Wulandari Rp. 1.000.000,00 (satu juta Pratomo Cahyo Nugroho rupiah), atau pidana penjara Novi Kumalasari paling lama 7 (tujuh) tahun Gita Yulianti dan/atau denda paling banyak Elfina Rozita Rp. 5.000.000.000,00 (lima Danar Widhiyani Sri Wulandari milyar rupiah). Ageng Nur Ichwana 2. Barangsiapa dengan sengaja Cetakan Pertama, 2014 menyiarkan, memamerkan, Diterbitkan oleh : mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan Direktorat Pengurangan Risiko Bencana atau barang hasil pelanggaran Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan hak cipta atau hak terkait Gedung INA DRTG sebagai dimaksud pada Ayat Kawasan Indonesia Peace and Security (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) Center (IPSC), Bukit Merah Putih, Kecamatan tahun dan/atau denda paling Citeureup-Sentul, Provinsi Jawa Barat banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ISBN : 978-602-70256-0-8 IRBI 2013 iii Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 ABSTRAK ntuk mengetahui secara rinci Perubahan terminologi dari Indeks Rawan tingkat kerawanan daerah di Bencana pada edisi tahun 2009 dan 2011 Uwilayah Negara Indonesia, BNPB menjadi Indeks Risiko Bencana pada edisi telah melakukan penilaian tentang Indeks 2013 didasarkan atas penyesuaian yang Kerawanan Bencana Indonesia (2009) digunakan oleh Undang-Undang Nomor yang diperbaharui dengan Indeks Rawan 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Indonesia (2011).
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar diperkirakan telah ada sejak akhir abad ke-17 Masehi.1 Koto Besar tumbuh dan berkembang bersama daerah-daerah lain yang berada di bekas wilayah Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi).2 Daerah-daerah ini merupakan kerajaan kecil yang bercorak Islam dan berafiliasi dengan Kerajaan Pagaruyung, seperti Pulau Punjung yang dikenal sebagai camin taruih (perpanjangan tangan) Pagaruyung untuk daerah Hiliran Batanghari, serta penguasa lokal di ranah cati nan tigo, yaitu Siguntur, Sitiung dan Padang Laweh.3 Koto Besar menjadi satu-satunya kerajaan di wilayah ini yang tidak berpusat di pinggiran Sungai Batanghari.4 Lokasi berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut merupakan daerah rantau dalam konsep alam Minangkabau.5 Pepatah adat Minangkabau mengatakan, 1 Merujuk pada tulisan yang tercantum pada stempel peninggalan Kerajaan Koto Besar yang berangkakan tahun 1697 Masehi. 2 Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi) adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu Buddha dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu Jambi yang bermigrasi dari muara Sungai Batanghari. Kerajaan Melayu Dharmasraya hanya bertahan sekitar dua abad (1183 – 1347), setelah dipindahkan oleh Raja Adityawarman ke pedalaman Minangkabau di Saruaso. Bambang Budi Utomo dan Budhi Istiawan, Menguak Tabir Dharmasraya, (Batusangkar : BPPP Sumatera Barat, 2011), hlm. 8-12. 3 Efrianto dan Ajisman, Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Dharmasraya, (Padang: BPSNT Press, 2010), hlm. 84. 4 Menurut Tambo Kerajaan Koto Besar dijelaskan bahwa Kerajaan Koto Besar berpusat di tepi Sungai Baye. Hal ini juga dikuatkan oleh catatan Kontroler Belanda Palmer van den Broek tanggal 15 Juni 1905. Lihat, Tambo Kerajaan Koto Besar, “Sejarah Anak Nagari Koto Besar yang Datang dari Pagaruyung Minangkabau”. Lihat juga, “Nota over Kota Basar en Onderhoorige Landschappen Met Uitzondering van Soengei Koenit en Talao”, dalam Tijdschrift voor Indische, “Taal, Land en Volkenkunde”, (Batavia: Kerjasama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dan Batavia Albrecht & Co., 1907), hlm.
    [Show full text]
  • Tanah Liek Batik's Industry in West Sumatra
    Advances in Economics, Business and Management Research (AEBMR), volume 92 3rd International Conference on Accounting, Management and Economics 2018 (ICAME 2018) Tanah Liek Batik’s Industry in West Sumatra (a Study of Development Problems) Rose Rahmidani1, Armiati2 and Dessi Susanti3 1Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] 2Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] 3Unversitas Negeri Padang, Indonesia, e-mail: [email protected] Abstract: This study aims to identify the problems faced by the Batik Tanah Liek industry in West Sumatra thus, based on this identification can be found a solution to solve the problem. The research method used is a qualitative method. The study was conducted in three locations, namely Dharmasraya District, South Coastal District and Padang City. Data collection was done by observation, and in-depth interviews. Data analysis techniques were carried out using qualitative analysis. The results showed that the problems faced by the Tanah Liek batik industry in West Sumatra were: expensive product prices, lack of promotion and marketing, difficulty obtaining additional capital, less strategic business locations, sources of raw materials from outside the island, difficulty in getting competent employees, support from the local government has not been maximized, business management has not been good, the marketing area is still limited, and quality is still inferior compared to batik from Java. Based on the description of the problems faced by batik Tanah Liek creative industry in West Sumatra, the alternative form or solution that can be done is; providing business capital assistance, providing training in promotion and marketing techniques, providing financial report writing training, providing trademark and copyright management training, providing business management training, providing production training for workers, and promoting batik Tanah Liek to all West Sumatran and outsiders West Sumatra.
    [Show full text]
  • Bupati Dharmasraya
    SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2011 - 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Dharmasraya dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011 – 2031; Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4249); 5.
    [Show full text]
  • Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin
    Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream- Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain. Cambridge Scholars Publishing. From distant tales : archaeology and ethnohistory in the highlands of Sumatra, pp.434-484, 2009, 978-1- 4438-0497-4. halshs-02521657 HAL Id: halshs-02521657 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02521657 Submitted on 27 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra, Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz This book first published 2009 Cambridge Scholars Publishing 12 Back Chapman Street, Newcastle upon Tyne, NE6 2XX, UK British Library Cataloguing in Publication Data A catalogue record for this book is available from the British Library Copyright © 2009 by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz and contributors All rights for this book reserved.
    [Show full text]
  • Read This Article
    International Seminar for UNESCO Integral Study of the Silk Roads: Roads of Dialogue: “India and the Roman world between 1st and 4th Century A.D.”, “India’s Cultural Relationship with East and Southeast Asia during the 4th to 13th Century A.D.”. 19-24 December 1990. Madras, India. Trade Contacts with the Indonesian Archipelago: 6th to 14th Centuries E. Edwards McKinnon Sea routes from South India and Sri Lanka to the Indonesian islands of Sumatra, Java, Bali, Kalimantan, Sulawesi and beyond appear to have been established by the beginning of the Christian era. Tangible evidence for such contacts appears in the form of Romano-Indian rouletted ware of the first or second centuries A.D. found in the Buni area of West Java (Walker & Santoso 1977) and, more recently, from controlled excavations at Sembiran on the north coast of Bali (Ardika 1989). An early bronze Buddha of Amaravati type from Sulawesi indicates possible connections with Sri Lanka by the c5. Evidence of Indianising influences, from Sanskrit inscriptions written in Tamil Grantha characters of the early/mid fifth century, appears in East Kalimantan and West Java. Monsoons: the crossing of the Oceans. The monsoon winds, which carried ships across the Indian Ocean, blow for six months of the year in one direction and for the other six in the opposite way. Although the changeover periods are somewhat squally, with unsteady winds, the monsoons themselves provide favorable conditions to blow ships from Arabia to China and back. From the end of October to January or February, the northeast monsoon carried ships from Java and Sumatra to Sri Lanka and South India in relatively fine weather.
    [Show full text]
  • The Local Wisdom in Marine Resource Conservation for Strategies of Poverty Reduction in Indonesia
    TUMSAT-OACIS Repository - Tokyo University of Marine Science and Technology (東京海洋大学) The local wisdom in marine resource conservation for strategies of poverty reduction in Indonesia 学位名 博士(海洋科学) 学位授与機関 東京海洋大学 学位授与年度 2018 学位授与番号 12614博乙第35号 権利 全文公表年月日: 2019-06-25 URL http://id.nii.ac.jp/1342/00001758/ Doctoral Dissertation THE LOCAL WISDOM IN MARINE RESOURCE CONSERVATION FOR STRATEGIES OF POVERTY REDUCTION IN INDONESIA March 2019 LUCKY ZAMZAMI i To the Villagers of South Tiku ii TABLE OF CONTENTS Table of Contents ..................................................................................................... iii List of Tables ........................................................................................................... v List of Figures .......................................................................................................... vi List of Photos ........................................................................................................... vii Acknowledgment ..................................................................................................... viii Preface ..................................................................................................................... ix CHAPTER I: INTRODUCTION ......................................................................... 1 1. Background ........................................................................................................ 1 2. Ethnographical Setting ......................................................................................
    [Show full text]
  • Bentuk, Fungsi Dan Makna Motif Carano Kerajaan Siguntur Di Dharmasraya
    BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA MOTIF CARANO KERAJAAN SIGUNTUR DI DHARMASRAYA Nur Fitri Handayani PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode September 2013 PERSETUJUAN PEMBIMBING BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA MOTIF CARANO KERAJAAN SIGUNTUR DI DHARMASRAYA Nur Fitri Handayani Artikel ini disusun berdasarkan skripsi Nur Fitri Handayani untuk persyaratan wisuda periode September 2013 dan telah diperiksa/disetujui oleh kedua pembimbing Padang, Agustus 2013 i ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1) Bentuk motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya 2) Fungsi motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya 3) Makna motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua jenis data yaitu data primer, berupa keterangan lisan dari beberapa ahli waris kerajaan Siguntur dan ahli motif ukiran, data sekunder adalah dokumen tertulis maupun berupa foto dan literature kepustakaan. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, klasifikasi data, display data dan penarikan kesimpulan. Pengecekkan keabsahan temuan dilakukan dengan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitan yang ditemukan adalah bentuk, fungsi dan makna motif carano Kerajaan Siguntur di Dharmasrasya. Kata Kunci: Carano Kerajaan Siguntur di Dharmasraya. ABSTRAC The purpose of this study is to describe 1) Carano motif form in the Siguntur Kingdom, 2) Carano motif functions in the Siguntur Kingdom, 3) Carano motif meaning in the Siguntur Kingdom. This research uses descriptive qualitative method. Sources of data in this study were obtained form two types of data are primary data, in the form of oral testimony of a royal heir Siguntur and expert carving patterns, secondary data is a written document in the form of photographs and literature.
    [Show full text]
  • Analisis Pengangkatan Dan Pergantian Kekuasaan Di Kesultanan Palembang
    TRADISI POLITIK MELAYU : ANALISIS PENGANGKATAN DAN PERGANTIAN KEKUASAAN DI KESULTANAN PALEMBANG Dr. Mohammad Syawaludin Muhammad Sirojudin Fikri. M.Hum KATA SAMBUTAN Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Allah Swt, karena berkat limpahan rahmat dan inayah-Nya kita masih diberi nikmat kesehatan, sehingga mampu melaksanakan semua aktivitas keseharian kita. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita pada pencerahan spiritual dan intelektual, sehingga menemukan hakikat makna kesejatian nilai-nilai kemanusiaan universal. Alhamdulillahirobbil’alamin, buku berjudul “Tradisi Politik Melayu : Analisis Pengangkatan dan Pergantian Kekuasaan di Kesultanan Palembang” telah selesai ditulis dan sudah terbit di tangan pembaca. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Namun, penulis tetap berharap agar laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan laporan penelitian ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada penulisan berikutnya. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih Akhirnya, semoga buku dihadapan pembaca ini dapat bermanfaat dan Allah Swt selalu memberi petunjuk dan hidayah-Nya pada kita semua.Amin.Selamat Membaca!. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Palembang, Oktober 2019 Penulis iii iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan jalur lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara Sumatera Barat antara 00 47’ 7” LS – 10 41’56” LS & 1010 9’ 21” BT- 1010 54’ 27” BT. Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan datar dengan ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut. Sebelah utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Provinsi Riau, sebelah selatan dan di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Dharmasraya merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, yang juga merupakan Kabupaten paling muda di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.38 Tahun 2003. Secara geografi Kabupaten Dharmasraya berada di ujung tenggara Provinsi Sumatera Barat dengan topografi daerah bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan variasi ketinggian dari 100 m – 1.500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Dharmasraya berkembang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit dan karet, dan dua tanaman inilah yang menyumbang pendapatan daerah paling besar bagi Dharmasraya, sehingga ia merasa mampu 1 untuk menjadi Kabupaten sendiri memisahkan diri dari Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Nama Dharmasraya sendiri tentu tidak begitu asing di telinga kita dikarenakan Dharmasraya merupakan Ibukota Kerajaan Melayu di Swharnabhumi atau yang biasa kita ketahui sebagai Sumatra. Lalu jika kita mengkaji lebih dalam maka akan kita temui hubungan antara Kerajaan Dharmasraya dan juga Kabupaten Dharmasraya yang tidak lain merupakan wilayah Kerajaan Dharmasraya itu sendiri.
    [Show full text]
  • Returning to the Religion of Abraham: Controversies Over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Digilib UIN Sunan Kalijaga Islam and Christian–Muslim Relations ISSN: 0959-6410 (Print) 1469-9311 (Online) Journal homepage: https://www.tandfonline.com/loi/cicm20 Returning to the Religion of Abraham: Controversies over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia Al Makin To cite this article: Al Makin (2019) Returning to the Religion of Abraham: Controversies over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia, Islam and Christian–Muslim Relations, 30:1, 87-104, DOI: 10.1080/09596410.2019.1570425 To link to this article: https://doi.org/10.1080/09596410.2019.1570425 Published online: 05 Feb 2019. Submit your article to this journal Article views: 103 View Crossmark data Full Terms & Conditions of access and use can be found at https://www.tandfonline.com/action/journalInformation?journalCode=cicm20 ISLAM AND CHRISTIAN–MUSLIM RELATIONS 2019, VOL. 30, NO. 1, 87–104 https://doi.org/10.1080/09596410.2019.1570425 Returning to the Religion of Abraham: Controversies over the Gafatar Movement in Contemporary Indonesia Al Makin Sociology of Religion, Sunan Kalijaga State Islamic University, Yogyakarta, Indonesia ABSTRACT ARTICLE HISTORY This article explores the idea of ‘Milah Abraham’, a term used and Received 18 January 2018 advocated by Ahmad Mushaddeq and Mahful Muis, the founders of Accepted 12 January 2019 Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara/Archipelagic Dawn Movement). KEYWORDS Mahful Muis, a prominent companion of Mushaddeq, has written New religious movement; many works about the idea of the religion of Abraham. This article pluralism; religion of answers the questions of how the idea of Milah Abraham emerged, Abraham; Ahmad and what are the implications of its emergence in the context of Mushaddeq; Gafatar; Mahful plural Indonesian Islam.
    [Show full text]